Ekslopedi aliran Mazhab 5

 


nggu-

tunggu kemunculannya. Syaikh Al-Ahsa'i mengabarkan kepada

para pengikutnya tentang dekatnya kemunculan Imam Al-Mahdi, ia

mengajak mereka untuk menantikan dan mengikutinya. Ia berkata,

"Janganlah sekali-kali kalian terhalangi sesuatu pun antara kalian dan

mengimaninya ketika telah sampai kepada kalian seruannya."3z

Mirza Abdul Husain Awara[ Al-Kawakib Ad-Durriyah,'l /46.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 189

4. Di antara keyakinan mereka yang membuat murka para ulama Syiah

Itsna Asyaiyah dan tentunya ulama Ahlu Sunnah adalah perkataan

Al-Ahsa'i, bahwa Hari Kebangkitan bukanlah kebangkitan jasad

dari kubur, akan tetapi kebangkitan jiwa-jiwa dalam kerangka halus,

kondisi antara jasad tanah dan kerangka ruh.378 Al-Ahsa'i menirrggal

pada hari Ahad 2lDzulqa'dah1242H bertepatan dengan tahun 1826

M di Madinah dan dimakamkan dipemakaman Al-Baqi'.

Tarekat Ar-Rasytiyah

Setelah meninggalnya Syaikh Ahmad AI-Ahsa'i, Tarekat Ar-Rasytiyah

dipimpin oleh muridnya yaitu Sayyid Kazhim Ar-Rasyti yang dilahirkan

di kota Rasyt tahun L205H/1790 M. Pada usianya yang ke 26 ia bertemu

denganSyaikhAhmad danberguru kepadanya sampai menjadi salah satu

muridnya yang paling bersemangat dan setia mengikuti pendapat-pendapat

gurunya. Maka ia pun menjadi guru di madrasahnya dan pemimpin bagi

kelompoknya setelah kematian Al-Ahsa'i. Kazhim Ar-Rasyti tidak konsisten

dengan pendapat-pendapat gurunya secara keseluruhan. Bahkan setelah

beberapa waktu menjadi pemimpiry ia mendirikan tarekatnya sendiri yang

berdasar pada Tarekat Al-Ahsa'iyah dengan beberapa ajaran tambahan

darinya. Dalam perkataannya, ia memusatkan pada kedekatan munculnya

Imam Al-Mahdi, bahkan hampir menentukan waktu kemunculannya

dalam kitab yang ditulisnya, Al-Masa'il Ar-Rasytiyah. Ia mengatakan,

"Munculnya Imam Al-Mahdi adalah pada pertengahan abad ke-13 dari

usia agama Islam, yaitu tahun 1260H. Dunia akan merasakan kenikmatan

menakwilkan Al-Qur'an, rahasia-rahasia Al-Qur'an dan makna batinnya

akan muncul bersinar.'/37e

Bahkan ia mengisyaratkan Al-Mahdi adalah salah satu dari orang

yang ada di sekelilingnya, hadir di majelisnya sampai ia menyebutkan

sifat-sifatnya meski tidak menunjuk orangnya secara langsung. Dalam

benak pikiran salah satu muridnya, timbul bahwa ia mendapat ilham bahwa

dirinya dalah Imam Al-Mahdi karena memilik sifat-sifat yang dekat dengan

sifat-sifat tersebut. Murid ini tidak lain adalah Mftza Ali Muhammad.

Mirza Ali adalah murid yang hadir dalam maielis Kazhim Ar-Rasyti. Di

majelis itu, ia berkenalan denganpara tokoh golongan Asy-syaikhiyah dari

murid-murid Ar-Rasyti. Mereka meninggalkan pen8aruh besar pada diri

Mirza Ali, perilaku, dakwah dan pemikirannya. Di antara mereka adalah

Razin Taj yang dijuluki Qurratul Ain dan Al-Mulla Husain Al-Basyrui

orang pertama yang mendengar dakwah dan ikut menyebarluaskannya

dan merupakan seorang Al-Bab.38o

Di antara perkatan Ar-Rasyti yang selalu ia ulang-ulang adalah,

"Orang yang dijanjikan kemunculannya hidup di antara kaum mereka

dan waktu kemunculannya telah dekat. Maka persiapkan jalan menuju

kepadanya, bersihkanlah jiwa-jiwa sampai kalian melihat ketampanannya.

Ketampanannya tidak akan muncul pada kalian kecuali setelah aku

meninggal dunia ini. Hendaklah kalian kuat untuk mencarinya, janganlah

kalian beristirahat sebentarpun sampai kalian menemukannya."3sl

Setelah meninggalnya Ar-Rasyti tahun 1259 H/1843 M, para murid

tarekatnya tidak menemukan seorang dari murid-muridnya yang layak

menjadi Imam Mahdi kecuali MirzaAli Muhammad Asy-syairazi, karena

sebelumnya sang guru telah memberikan isyarat bahwa Mitza Ali adalah

Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu. Maka para murid-muridnya pun

menuju kepadanya, seperti Al-Mullah Husain Al-Basyrui. salah seorang

sejarawan Al-Babiyah yang bernama Aslamant berkata, "Tidak lama

kemudian, langkah Al-Basyrui pun diikuti oleh banyak pengikutnya

sampai mayoritas pengikut Asy-syaikhiyah mempercayai Al-Bab Mirza

Ali. Daru mereka menamakan diri sebagai Al-Babiyun. Ketenaran Al-Bab

muda mulai tersebar luas di penjuru negeri."382 Dan, bergabunglah para

tokoh Asy-Syaikhiyah di sekelilingya. Mereka berjumlah i8 di antaranya

Bab Al-Bab Al-Basyrui.

Keputusan mereka ini tidak dibantah oleh para pengikut Asy-Syaikhiyah

kecuali dari Al-Haj Karim Khan Ibrahim Khan Al-Kirmani yang tidak mau

mengakui Mirza sebaga pemimpin Asy-syaikhiyah.ffi Meskipun Karim Khan

mengakui bahwa Al-Mahdi akan dilahirkan lagi sebagaimana keyakinan


Asy-Syaikhiyah yang ditekankan oleh Ar-Rasyti, tetapi ia bukanlah Mirza

Ali. Maka dari itu, Karim Khan mendapat kecaman dari para pengikut Al-

Babiyah dan mereka menjulukinya sebagai "hamba yang berdosa" sebagai

reaksi atas bukunya yang mengeritik kelompok Al-Babiyah. Di antara kitab

karyanya adalah lrsyad Al-Awam danRaddu Al-Bab wa Al-Babiyah.3u

Akidah Al-Babiyah

Faktor-faktor yang mendukung munculnya akidah Al-Babiyah

adalah bermula pada masa hidupnya MirzaAli Muhammad Asy-Syairazi

sendiri, pengaruh kondisi yang mengiringi pertumbuhannya, ilmu dan

pengetahuan yang dipelajarinya, hubungannya dengan Tarekat Asy-

Syaikhiyah, disamping kondisi psikologis yang mendominasi di negara

Iran pada waktu itu dengan banyaknya akidah-akidah dan kondisi tabiat

rakyat Iran yang berpotensi mudah terpengaruh dan mencari-cari juru

penyelamat atau Imam Mahdi yang akan mengeluarkan mereka dari

situasi kekacauan politik dan agama yang melanda negeri. Selain itu juga,

faktor dari Mirza Asy-Syairzi sendiri yang cenderung berlebihan dalam

pendapat dan prinsipnya."u Hal inilah yang mendorongnya untuk secara

terang-terangan mengumumkan pendapatnya yang berseberangan dengan

sikap mayoritas kaum Syiah.

Akidah yang dianut kelompok Al-Babiyah merupakan akidah yang

selalu dianut oleh kaum Syiah khususnya Asy-Syaikhiyah. Akan tetapi,

Mirza Ali menganut keyakinan yang lebih dari yang dianut oleh Syiah. Ia

menamakan dirinya sebagai Nuqthah A'la atau titik tertinggi yang berarti

wahyu, lalu ia mengaku dirinya sebagai orang yang bangkit, yang akan

bangkit dari keluarga Rasul di Akhir Zaman. Dalam pendapat terakhirnya

ia mengaku sebagai penjelmaan dari wahyu ilahi sendiri yang muncul di

muka bumi untuk terakhir kalinya sebelum kemunculan dirinya pada tahun

1270H dalam diri Nabi Muhammad. Seiring berjalannya waktu Mirza Ali

mulai menjauh sedikit demi sedikit dari akidah pokok Islam yang pernah

ia umumkan pada awalnya dan mulai mengambil langkah lain untuk

membuat akidahnya sendiri.

Al-Bab Mvzapada awalnya berkeyakinan tidak lebih sebagai Bab bagi

imam yang dinanti-nanti. Hal ini diakui oleh para pengikut Al-Babiyah.

Salah seorang sejarawan dari mereka berkata, "Pada awal berdirinya, yang

mulia Mirza Ali adalah perantara antara hujjatullah yang dijanjikan dan

dinanti denga makhluk.sT Hal ini dikuatkan oleh perkataan Abbas Afandi

Abdul Baha" "Dipahami dari perkataan Al-Bab, bahwa ia mengaku sebagai

perantara curahan dari Imam Al-Mahdi.388 Akan tetapi, atas hasutan dari

kawan-kawannya ia menaiki derajat lebih tinggi dengan mengaku sebagai

Imam Al-Mahdi sendiri yang bersemayan di badannya, bahkan ia mengaku

sebagai Nabi yang membawa agama baru yang menghapus agama Islam,

membentuknya menjadi bentuk terpisah dan tidak ada kaitannya dengan

Islam. Bahkan ia mengaku sebagai Tuhan sehingga Qurratul Ain pemah

berkata kepadanya dalam bahasa Persia yang artinya, "Mengapa kamu

tidak berkata, "Bukankah aku ini Tuhan kalian? Lalu kami akan menjawab,

"Ya, ya."

Qurratul Ain juga menuliskan surat kepadanya ketika ia dipenjara.

Dalam surat itu Qurratul Ain mendorongnya agar menSaku sebagai

Tuhan, "Kapan datang hari di mana muncul syariat baru. Kapan datangnya

Tuhanku membawa ajaran-ajaran baru sehingga aku mendapat kehormatan

sebagai wanita pertama di dunia yang mengikutinya dan aku memenuhi

dakwahnya."3se

Pemikiran-pemikiran utama kelompok Al-Babiyah bisa diringkas

dalam poin-poin berikut:

L. Akidah mereka tentang Tuhan; Akidah tentang adanya Tuhan

Yang Maha Esa dan Azali, sifat-sifat-Nya diambil dari dasar-dasar

akidah Bathiniyah. Dari segi lahiriyah, mereka mengambil semua

amal dan ibadah lahiriyah sebagai sesuatu yang lahir dan ungkapan

dari sesuatu yang batin. Al-Bab berkata, "sesungguhnya hakikat

ruhaniyah yang keluar dari Allah telah bersemayam pada diri Al-

sama dengan perkataan-perkataan Qurratul Ain seperti disebutkan

sebelumnya. Maka dari itu, para pengikut Al-Babiyah meyakini bahwa

Al-Babiyah adalah ruhan dan ia suci dari dosa dan kesalahan. Mereka

meyakini bahwa Dzat Allah telah bersemayam dalam dirinya. Mereka

mengangkat derajat Al-Bab sampai derajat ketuhanan. Dialah yang

menciptakan segala sesuatu dengan kalimatnya, dan Dialah yang

pertama dan darinya muncul segala sesuatu dan kepadanya akan

kembali.

Akidah mereka tentang Nabi: Akidah mereka tentang para Nabi

bersumber dari akidah mereka tentang sang Pencipta dan Nabi. seorang

Nabi adalah fenomena dari fenomena Allah di muka bumi. Maka dari

itu Al-Bab berkata, "Sesungguhnya para Nabi semuanya mulai dari

Adam telah berwujud pada dirinya. Mereka mengambil darinya jalan

untuk kembali lagi ke dunia." Dan Al-Bab melihat dirinya sebagai wakil

hakiki dari para Nabi semuanya dan sebagai pengungkap atas risalah

mereka.3q Maka dalam salah satu tahap kehidupannya, ia menganggap

dirinya sebagai Nabi yang datang untuk menghapus syariah yang

ada dan menggantinya dengan syariah baru. Al-Bab juga meyakini

dirinya sebagai jiwa Muhammad yang merupakan titik pembeda3e2

dan kemunculannya di negeri Iran pada zaman itu lebih kuat, lebih

sempuma dan lebih mulia daripada kemunculan sebelumnya di tanah

Arab sebelum tiga belas abad dalam bentuk Muhammad, sebagaimana

telahmuncul sebelum duabelas ribu tahun dalambentuk Adam. Maka

berdasar keyakinan ini, Muhammad bukanlah Nabi dan Rasul terakhir,

bahkan Al-Bab juga bukan penutup Nabi tetapi masih ada Nabi-Nabi

sampai tidak ada akhirnya.3e3 Inilah yang dijadikan dasar Bahaullah

sesudahnya untuk mengaku sebagai Nabi dan menghapus syariat Al-

Babiyafu sebagaimana sebelumnya Al-Bab menghapus syariah Islam.

Menghapus Syariah Tidak aneh seorang yang mengaku sebagai

Tuhan, mengaku sebagai Nabi yang menyangka dirinya datang

sebagai penghapus syariat Muhammad dan hukum-hukurmya secara

mutlak. Ia mengakui bahwa orang yang menganut syariah Islam

adalah dalam kebenaran sampai malam munculnya Al-Bab membawa

agama Al-Babiyah. Dan, setelah itu syariat sebelumnya batal dan

dusta clengan datangnya Nabi di zamannya. Ia mengaku bahwa kitab

karyanya Al-Bayan adalah menyamai kitab suci Al-Qur'an' Inilah

yang ditegaskan oleh seorang dai Al-Bahaiyah, Muhammad Husain

Awarahyangberkata tentang Al-Bab, "Ia memiliki hakpilihan mutlak

untuk mengubah hukum-hukum dan menggantinya karena Al-Bab

datang sebagai penyeru syariat Islam dan yang mereformasi hukum-

hukumnya." Qurratul Ain berkata, "Al-Bab menempati kedudukan

sebagai pembuat Syariat. Ia berhak membuat aturan hukum dan ia

memang wajib melakukan beberapa perubahan." Bahkan Qurratul

Ain secara terang-terangan dengan suara lantang dalam muktamar

Badasyt berkata, "sesungguhnya aku adalah kalimat yang tidak bisa

diucapkan oleh Al-Bab yang sedang dipeniara, yang mana orang-

orang pandai di muka bumi lari darinya. syariat Muhammad telah

dihapus dengan munculnya Al-Bab.//3e4

Mayoritas pengikut Al-Babiyah condong kepada pendapat

Qurratul Ain. Mereka menerima hujjah yang mengatakan bahwa

ada tahapan dalam syariat agama dan kemunculan orang terakhir

lebih tinggi derajatnya dan lebih luas lingkarannya daripada oranS

sebelumnya, setiap pengganti adalah lebih tinggi dan semPurna

daripada pendahulunya. Dengan begitu, Al-Bab adalah orang yang

paling tinggi derajat dan pengaruhnya daripada semua Nabi yang

telah mendahuluinya. Maka ia memiliki hak pilihan mutlak untuk

mengubah hukum-hukum dan menggantinya. Meskipun demikian,

masih ada beberapa pengikut Al-Babiyah yang masih berpandangan

lama dan mereka tidak setuju dengan penghapusan syariat Islam dan

Al-Bab muncul hanya untuk memperbaiki hukum-hukum syariat

Islam dan membersihkannya dari bid'ah-bid'ah dan kerusakan yang

merasukinya.

Al-Bab melarang pengikutnya membaca Al-Qur'ary maka mushaf-

mushaf Al-Qur'an dibakar dan abu bekas pembakarannya dibuang

ke udara. Ia juga melarang membaca Kitab-kitab Suci samawi yang

diturunkan sebelum kemunculan dirinya. Ia menganggap semua

dalil yang bukan dari kitabnya sebagai permainan dan kebatilan,

semua riwayat tentang mukjizat atau keramat selain dari ayat-ayat

kitabnya adalah tertolak.3es Meski demikian, kerompok Al-Bahaiyah

yang merupakan salah satu sekte dari Al-Babiyah tidak menganggap

Kitab Al-Baynn sebagai syariat penutup, bahkan mereka melihat bahwa

Al-Bab telah membuka ruang untuk datangnya setiap Nabi setelahnya

guna menghapus syariat orang sebelumnya, sebagaimana Bahaullah

datang untuk menghapus syariat Al-Bab. Inilah yang disinggung

oleh Awarah ketika berkata, "Dan hendaklah jelas bagi setiap orang

yang membaca Kitab Al-Bayan bahwa kitab ini bukan kitab syariat

yang sempurna dan berdiri sendiri. Dan, juga bukan kitab hukum

tersendiri yang ditulis untuk memenuhi kebutuhan umat dalam

setiap putaran zamat\. Akan tetapi kitab ini hanya untuk dipahami

darinya dua hal; Pertama, menguraikan teori-teori akidah Islam dan

masalah-masalah penting dan pokok seperti masalah kembalinya sang

imam, kiamat, hidup dan mati, surga dan neraka, dan semisalnya.

Kedua, memberikan kabar gembira besar tentang orang yang akan

dimunculkan Allah. Maksudnya bahwa Ar-Bab menulis Kitab Al-

Bayan untuk memberikan kabar gembira tentang datangnya Bahaullah.

Al-Bab tidak menggunakan simbol dan tulisan untuk mengungkapkan

kemunculan besar kecuali untuk menjaga eksistensi Al-Baha' dan

pada hakikatnya dialah satu-satunya yang ia maksud dalam Kitab

Al-Bayan.3e6 Jadi, masalah penghapusan syariat tidak berhenti dengan

munculnya Al-Bab, tetapi terus berlanjut bagi setiap Nabi baru yang

muncul selama Nabi Muhammad diyakini bukan sebagai Nabi

terakhir dalam akidah Al-Babiyah dan Al-Bahaiyah. Dan, Islam juga

bukan agama terakhir, tetapi masih banyak Nabi-nabi dan Rasul-rasul

lain yang berkelanjutan tanpa ada batasnya.

4. Takwil: Mirza Ali Muhammad Asy-syairazi menafsirkan Al-eur'an

dengan penafsiran batini. Dalam kitabnya eayyum Al-Asma' atau

Ahsan Al-Qashash tafsir terhadap surat yusuf, ia berpendapat bahwa

Yusuf yang dimaksud dalam surat ini adalah Husain, matahari

adalah Fatimah, bulan adalah Rasul Muhammad ffi, sebelas bintang

yang bersujud kepada Yusuf adalah para Imam dari Ahlul Bait

yang menangisi Yusuf dengan bersujud dan berdiri'3e7 Ia juga

memberi takwilan-takwilan berbeda terhadap kata-kata yang ada

dalam Al-Qur',an seperti Hari Kemudian, Hari Kiamat, kebangkitan,

pengumpulan dan semisalnya.Ia menafsirkannya dengan kemunculan

dirinya, kebangkitannya untuk berdakwah, surga adalah kiasan

daripada iman kepadanya, neraka adalah kiasan daripada kafir

kepadanya, Hari Akhir adalah kiasan daripada hari kemunculannya,

bertemu Allah diartikan bertemu dengarurya, peniupan sangkakala

ditafsirkan sebagai berterang-terangan dalam dakwahnya, pingsannya

penghuni langit dan bumi ditafsirkan sebagai penghapusan agama-

agama dengan agamarrya, dan bangkitnya umatnya menggantikan

seluruh umat.3e8Ia mengingkari apa yang kita pahami sebagai umat

Islam atas makna-makna tersebut. Ia menyangka bahwa wahyu

memiliki pentakwilan tinggi, rahasia misteri, makna rumit, dan

pemahaman tersembunyi yang tidak dijelaskan kecuali olehTuhannya

yaitu Al-Bab menurut anggaPan mereka'3e

5. Akidah mereka tentang Hari Akhir: Pengikut Al-Babiyah meng-

ingkari semua perkara akhirat seperti Hari Kiamat, kebangkitan,

shirath,perhitungan amal, timbangan amal, sur8a, neraka dan lainnya.

Al-Bab berkata tentang Hari Kiamat, "Hati Kiamat adalah hari

munculnya pohon hakikat di muka bumi. Misalnya diutusnya Isa

sebagai Nabi adalah kiamatnya Nabi Musa, diutusnya Muhammad

adalah kiamatnya Nabi Isa, dan diutusnya dirinya adalah kiamatnya

Rasulullah. semua yang mengikuti syariat Al-Qur'an adalah selamat

sampai munculnya Al-Bab. Dan, wajib bagi mereka setelah itu untuk

beriman kepada syariatnya. Dari sini, Al-Bab sangat perhatian untuk

menjelaskan maksudnya tentang Hari Kiamat, hari pembalasan,

surga, neraka. Ia beranggapan bahwa hari kemunculannya adalah


6.

hari yang akan terjadi perpecahan antara hamba Allah yang menerima

wahyu-Nya dan orang-orang yang tidak menerimanya. Surga adalah

kegembiraan dengan mengenal Allah dan mencintai-Nya. Setelah

mati akan naik ke kerajaan Allah dan kehidupan abadi. Adapun

neraka adalah terhalangi dari mengenal Allah sehingga tidak akan

sampai kepada kesempurnaan ilahi dan hilangnya kebahagiaan abadi.

Pemikiran-pemikiran yang tersebar luas tentang bangkitnya jasad

materi, surga dan neraka materi dan semisalnya hanyalah mengada-

ada dan khayalan belaka.aoo

Ibadah menurut Al-Babiyah:ao1

Wudhu dan Thaharah: Mereka membolehkan berwudhu dengan

air mawar, jika tidak ada maka dengan air biasa dan membaca doa,

"Dengan nama Allah Yang Maha Melindungi dan Mahasuci." sebanyak

lima kali. Al-Bab berkata, "Hendaklah kamu berwudhu dalam

bangunan yang satu dengan air wangi seperti air mawar, barangkali

kalian nanti di Hari Kiamat masuk dengan membawa air mawar dan

wewangian. Dan sesungguhnya bau kalian tidak akan mengubah

amal kalian." Pengikut Al-Babiyah menjadikan alat untuk bersuci

menjadi lima yaitu; api, udara, air, debu dan kitab suci Al-Bayan.

Cara bersuci dengan Kitab Al-Bayan adalahdengan dibacakan kepada

sesuatu yang ingin disucikan dengan menyebut kalimat pencucian

"Allah Mahasuci" 66kali. Mereka menganggap suci air mani, kotoran

binatang, darah, lumpur di jalan, bagian-bagian binatang mamalia

dan lainnya, mereka juga menghukumi suci badan orang-orang yang

menganut Al-Babiyah dan bisa mensucikan najis apabila mereka

mengusapnya.ao2

Tentang shalat: Mereka mengatakan bahwa shalat berjamaah tidak

wajib bagi penganut Al-Babiyah kecuali shalat jamaah pada shalat

jenazah. Al-Bab berkata, "Hendaklah kalian shalat seperti ini sekali,

tetapi kalian shalat sendirian dengan duduk." Shalat menurut mereka

adalah dua rakaat saja pada waktu subuh dan sifat-sifatnya seperti

yang diielaskan oleh Al-Bab, "shalat-shalat telah dicabut dari kalian

kecuali dari sembilan belas rakaat dengan berdiri, qunut, dan duduk.

Barangkali kalian nanti di Hari Kiamat akan berdiri di depanku, lalu

kalian bersujud, berqunut dan duduk.

Tentang Zakat: Mereka mewajibkan zakat bagi setiap orang yang

memiliki nishab zakat yaitu 54] mitsqal emas atau memiliki perak

yang nilanya sama dengan nilai emas dan masa kepemilikannya telah

melewati satu tahun. Maka pemililknya diwajibkan membayarkan

zakatnya kepada Al-Bab ketika masih hidup dan kepada orang keper-

cayaanya ketika telah meninggal dari setiap mitsqal emas zakatnya

500 dinar dan dari setiap mitsqal perak zakatnya 50 dinar.a03 setiap

pengikut Al-Babiyah wajib membayarkan harta setiap tahunnya

kepada Majelis Tinggi Al-Babiyah. Majelis ini terdiri dari L9 oranS

yang mengatur urusan kelompok. Mereka disebut sebagai huruf-

huruf kehidupan. setiap tahunnya harta ini dikumpulkan dan diminta

dari penganut Al-Babiyah, akan tetapi tidak adak paksaan untuk

membayarnya. Adapun kepada siapa zakat ini dibagikan tidak ada

aturan mengenai hal ini di kalangan mereka.

Tentang Puasa: Puasa menurut penganut Al-Babiyah adalah

mencegah nafsu dari semua yang tidak diinginkan oleh Al-Bab

Asy-Syairazi. Mereka menjadikan puasa 19 hari mulai dari terbitnya

matahari sampai terbenamnya. Puasa ini dilakukan sebelum hari raya

bangsa Iran yaitu Nairuz, yang jatuh pada tanggal 21 Maret. Menurut

mereka, hari ini adalah seperti hari raya Idul Fitri. sebelum puasa

mereka mengkhususkan lima hari untuk bersenang-senang, bermain

dan bernyanyi sebelum datang bulan puasa.'u Menurut mereka, puasa

diwajibkan mulai dari umur 1L sampai umur 42 tahun. setelah usia

tersebut manusia dibolehkan untuk tidak berpuasa.

Tentang Haji: Haji menurut Al-Babiyah adalah berziarah ke rumah

tempat lahirnya Al-Bab Ali Muhammad Asy-syaitazi, berziarah ke

tempat penjaranya dan berziarah ke rumah L8 pemimpin lainnya.

Ziarahini diwajibkan bagi kaum lelaki bukan kaum wanita. Menurut

Al-Bab tidak ada faedahnya haji ke Baitul Haram Ka'bah, maka ia

mengajak untuk menghancurkannya dan menghancurkan makam

Rasulullah di Madinah.aos Mereka mengharamkan mewakilkan haji

untuk orang lain. Mereka mewajibkan haji bagi setiap orang dan

tidak boleh diwakilkan dan wanita dibolehkan tidak berhaji kecuali

wanita-wanita yang tempat lahirnya di Syairaz dan mereka harus

bertawaf pada malam hari. Mereka mewajibkan kaum lelaki pada

akhir hayatnya untuk membayar denda sebagai ganti yang belum

haji. Denda yang harus dibayar adalah empat mitsqalemas dari emas

cetakan Al-Babiyah sekitar 16 dirham.

7. Hubungan sosial dalam syariat Al-Babiyah.

a. Perkawinan dan perceraian. Perkawinan dalam akidah Al-Babiyah

diwajibkan se;'ak umur 11 tahun. Perkawinan ini harus didasari kerelaan

dari dua pasangan saja. Al-Bab pada masa awalnya menjelaskan bahwa

perkawinan tidak memerlukan kecuali kerelaan antara dua pihak saja

tanpa persetujuan wali atau wakil atau menghadirkan saksi. Tapi pada

akhir hayatnya, Al-Bab menerima syarat dihadirkannya saksi dalam

perkawinan. fumlah mahar yang harus diberikan kepada penduduk

kota adalah paling sedikitlg mitsqal emas dan paling bany ak95 mitsqal.

Sedangkan untuk penduduk desa jumlah ini juga diwajibkan tapi dari

jenis perak. Apabila seorang ingin menambah mahar baik dari emas

atau perak, maka ia harus menambahnya sebanyak 19, dan L9 untuk

tambahan seterusnya. Hak cerai berada di tangan suami. Apabila

suami berselingkuh dan ingin menceraikan istrinya, maka ia wajib

menjauhinya selama 19 bulan. Apabila ia menyesal selama selang waktu

tersebut, maka ia mengurungkan niatnya, jika tidak demikian, maka ia

harus menceraikannya setelah habis waktu tersebut. Apabila ia telah

menjatuhkan cerai, maka tidak boleh kembali lagi kepada istrinya yang

dicerai kecuali setelah melewati 19 hari. Cerai ini dibolehkan sampai 19

kali dan setelah itu diharamkan bagi suami untuk kembali lagi kepada

istrinya sepanjang hidupnya.

b. Kematian. Akidah Al-Babiyah memerintahkan penganutnya agar

membiarkan mayat tetap berada di rumah selama 19 hari, dikafani

dengan lima kain dari sutera atau katuru dinyalakan api di dekatnya,

dimakamkan di kuburan dari kristal yang diasah, dipakaikan cincin

di jari kanannya. Al-Bab berkata, "Hendaklah kamu dimakamkan

dalam kubur dari kristal atau batu yang diasah, semoga kalian akan

tenang. Dan, hendaklah dijadikan cincin yang bertulis ayat yang aku

perintahkan pada jari kanannya, semoga kalian tidak kesepian.il4o7

c. Warisan. Menurut Al-Bab hukum warisan mereka berbeda dengan

hukum warisan dalam syariat Islam. Menurutnya warisan dibagi

seperti beriku! Anak mendapat 9 f 60, stami 8/ 60, istri 7 / 60, ayah

dan ibu 6 f 60, saudara lakilaki 6 / 60, satdara perempuan 4 / 60, kakek

3/60. Mereka juga memiliki kalender Al-Babiyah.s

Angka 19 memiliki keistimewaan sendiri menurut Al-Bab karena

ini merupakan angka dari jumlah huruf-huruf dua kalimatWahidWujud.

Mereka membagi tahun ke dalam 19 bulan. Membagi satu bulan ke dalam

19 hari, sehingga jumlah hari dalam setahun adalah 361 hari dan masih

tersisa lima hari tambahan yang rnereka namakan hari-hari Al-Ha' . Pada

hari-hari ini penganut Al-Babiyah melakukan apa saja sekehendaknya.

Tahunbaru mereka dimulai pada tanggal2L Maret, yaitu hari raya Nairuz,

bangsa Persia. Pergantian tahun baru menurut mereka dimulai dari tahun

pengumuman Al-Bab terhadap dakrvahnya.


AL-BATHINIYAH

KATA AL-BATHINIYaH tidak hanya dimaksudkan untuk satu kelompok

tertentu, melainkan sifat bersama bagi setiap kelompok yang meyakini

adanya pemahaman batin dari nash-nash agama di balik lafazh dan makna

lahirnya. Termasuk dalam Al-Bathiniyah ini bermacam-macam kelompok

yang saling berbeda.

Seorang peneliti tidak akan mampu menghitung semua kelompok

yang termasuk dalam kategori aliran Al-Bathiniyah ataupun membatasi

bingkai sejarahnya. Hal ini disebabkan karena aliran ini memiliki akar

sejarah panjang sejak zaman dahulu sampai sekarang. Aliran ini juga

dipenuhi banyak misteri yang meliputi beberapa sisi pemikirannya, karena

pengikut aliran ini selalu menyelimuti pemikiran mereka dengan rahasia

dan misteri, bahkan mereka terkadang menggunakan taktik dengan

memperlihatkan kebalikan daripada apa yang diyakininya mengikuti

paham taqiyah.

Tak diragukan lagi bahwa gerakan Al-Bathiniyah memainkan peranan

yang membahayakan bukan hanya dalam sejarah politik Islam, melainkan

juga dalam sejarah spiritual lslam sejak abad kedua Hijriyah dan sampai

sekarang gerakan ini masih mempunyai pengikut cian pendukungnya.aoe

Dari sini bisa dikatakan, Al-Bathiniyah bukan sekadar kelompok

melainkan sebuah manhaj dan paham yang meneriakkan syiar utama,

yaitu mencari makna batin dan menjauhi makna lahir atau berpegang pada

makna lahir saja. Barangkali dengan menganalisa istilah Al-Bathiniyah ini,


akan bisa menyoroti lebih terang seputar ikatan bersama yang menghimpun

semua aliran dan paham Al-Bathiniyah dalam satu tema ataupun semboyan.

Pertama: Definisi Al-Bathiniyah

Kata Al-Bathiniyah berasal dari kata keria bahasa Arab Bathanayang

berarti tersembunyi atau Bathin dan bentuk pluralnya adalah Bawathin. Dari

akar kata tersebut ada kata lstabthana yang berarti mencari tahu dari apa

yang tdrsemb :uny| Al-Bithanahfur artrrahasia atau yang memegang rahasia,

Al-Bathin berarti apa yang ada di dalam segala sesuatu dan tersembunyi.

410 Kata Al-Bathin merupakan salah satu dari Asmaul Husna sebagaimana

firman Allah,

"Dialah Yang Mahaawal, Mahaakhir, Mahalahir dan Mahabatin." (Al-

Hadid: 3) yang dimaksud batin dalam ayat ini adalah yang tertutup

dari penglihatan para makhluk dan khayalan mereka. Tidak ada yang

mengetahui-Nya dan tidak ada yang bisa mengkhayalkan-Nya.a11

Al-Bathinjuga berarti mengetahui apa yang samar dan tersembunyi.

Atau berarti orang yang mengetahui aPa yang ada dalam batin dan

tersembunyi dari orang lain. Al-Bathinibrarti orang yang menyembunyikan

akidahnya dan tidak memperlihatkannya kecuali kepada orang yang

terpercaya, atau ia berarti orang yang khusus mengetahui rahasia-rahasia

sesuatu dan kekhususannya, atau berarti orang yang menghukumi bahwa

setiap yang lahir ada batinnya, setiap ayat yang turun ada takwilnya.Jadi,

kata Al-Bathin mengandung tiga makna tersebut. a12

Ada beberapa pemikir yang mendefnisikan Al-Bathiniyah, di antara

mereka ada yang menganut paham Al-Bathiniyah sendiri, ada yang

bermusuhan dengan mereka, dan ada yang mengambil sikap netral. Dari

kelompok pertama misalnya Al-Qadhi Nu'man bin Hayawan, pemikir

dari Syiah Ismailiyah yang berpendapat bahwa setiap yang bisa diindera

harus memiliki lahir dan batin. Yang lahir adalah yang bisa ditangkap


oleh indera, dan yang batin adalah yang dikandungnya dan meliputinya.

Adapun kelompok kedua, yang berlawanan dengan Al-Bathiniyah seperti

Imam Al-Ghazali (505 H), ia membahas sebab musabab dari munculnya

istilah ini dengan berkata, "Mereka dijuluki Al-Bathiniyah karena anggapan

mereka bahr.r,a setiap yang lahir dari Al-Qur'an dan hadits memiliki makna

batin yang mengalir dalam makna lahirnya, seperti isi dengan kulitnya.al3

Hal ini juga ditegaskan oleh Imam Asy-Syahrastani (548H) dengan

berkata, "Julukan Al-Bathiniyah adalah lazim pada mereka karena mereka

menghukumi bahwa setiap yang lahir memiliki hal batin dan setiap ayat

yang turun memiliki takwil.ala

Demikian pula Yahya bin Hamzah Al-Alawi A z-Zaidi, mendefiniskan

madzhab mereka bahwa meyakini apa yang disebutkan syariat dari nash-

nash dan yang tampak dari Al-Qur'an atau apa yang dinukil dari generasi

pendahulu dari riwayat-riwayat yang berisi perintah, larangan, kisah, berita

surga dan neraka, berita tentang pahala dan siksa, padang mahsyar, Hari

Kebangkitan dan semua yang dikandung syariat, keseluruhannya tidak

memberikan faidah apapun dari segi lahirnya, melainkan hanya sebagai

sirnbol dan kiasan daripada rahasia-rahasia batin. a1s

Para penganut Al-Bathiniyah meyakini bahwa setiap sesuatu yang

lahir dan bisa diindera di alam semesta ini memiliki makna tersembunyi

atau batin. Alam inderawi dibagi menjadi dua; alam lahir dan alam batin,

atau alam jasad dan alam ruh. Manusia pada hakikatnya adalah ruh dan

mengetahui hakikat adalah batin, maka dari itu mereka membedakan antara

dua jenis ilmu. Ilmu lahir yang punya ahli-ahlinya tersendiri dan ilmu batin

bagi mereka yang khusus mengetahui rahasia-rahasianya. Mengetahui

syariat yang benar menurut mereka tidak hanya tergantung pada

lahirnya - ini berseberangan dengan madzhab mayoritas ahli fikih - bahkan

mengetahui syariat yang sebenarnya adalah dengan mengetahui rahasia-

rahasia dan simbol-simbolnya yang ada di balik lahirnya. Beberapa dari


mereka mengatakanbahwa orang yang telah sampai kepada pengetahuan

ini, maka telah gugur darinya amal perbuatan. Artinya orang yang telah

sampai pada tingkat pengetahuan ilmu batin dan hakikat maknanya,

maka ia tidak lagi terkena hukum taklif dari syariat yang berupa perintah

dan larangan. Dary barangsiapa yang berhenti pada lahir saja, maka ia

dihukumi menjalani amal ibadah yang mereka namakan sebagai belenggu.

Mereka menganggap bahwa orang yang tidak menggunakan akalnya untuk

menyelami rahasia-rahasia dan batin yang tersembunyi, lalu menerima

dengan lahirnya saja, maka ia berada dalam ikatan dan belenggu. Dary

barangsiapa naik sampai tingkat batin, maka hukum taklif telah gugur

darinya dan ia bisa beristirahat dari beban-bebannya. Mereka itulah yang

dimaksud dalam firman Allah,

"Katakanlah,"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah

kepadamu setnua, yaitu Allah yang mempunyai kernjaan langit dan bumi;

tidak ada llah (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Menghidupkan dan

Y ang Mematikan, maka beimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, N abi

yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya

(kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petuniuk " (Al-

A'raf: 158;.at0 Atau kata pendapat lain lagi bahwa mereka meyakini

orang yang sampai pada tingkatan ilmu batin, maka beban taklif akan

gugur darinya dan ia beristirahat dari beban itu.a17

Ada sikap berrnacEun-macam dalam menghadapi paham Al-Bathiniyah

ini. Ada yang mengingkarinya dan ada yang mendukungnya. Ada yang

menghukumi Al-Bathiniyah sebagai paham yang berlebih-lebihan atau

bahkan kafir dan zindiq, serta keluar dari agama karena meyakini gugumya

beban taklif sy Nial,mengatakan secara terang-terangan mengatakan sesuatu

yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam untuk memasukkan

pemikiran-pemikiran rusak ke dalam lingkungan Islam.

Adapun mereka yang mendukung Al-Bathiniyah atau bahkan

menyeru kepada ajarannya dari beberapa kelompok Syiah, Sufi kuno dan

Sufi kontemporer, mereka menganggap bahwa Al-Bathiniyah merupakan

kumpulan dari aliran pemikiran dan filsafat yang penuh dengan aktivitas

dan dinamika pemikiran yang interaktif dan rasio kreatif, yang menggali

ilmu-ilmu pengetahuan, menemukan pemikiran-pemikiran revolusioner,

berinovasi dalam hukum, norma dan afuran.a18

Sikap kontradiktif antara dua kubu terhadap aliran Al-Bathiniyah

ini menggiring kita untuk bertanya-tanya tentang asal mula tumbuhnya,

perkembangannya, dan sekte-sekte yang berada di bawah naungannya

serta hakikat akidahnya.

Kedua: Asal MuIa Pemikiran Al-Bathiniyah dan Sumber-sumbenrya

Pemikiran Al-Bathiniyah tidak hanya dikenal dalam Islam saja.

Pernikiran ini memiliki akar sejarah yang dalam mulai zaman dahulu.

Pembagian ilmu ke dalam lahir dan batin sudah dikenal pada beberapa

abad sebelum Islam. Dalam sejarah, para penjaga tempat peribadatan

menganggap ketinggian ilmu mereka dari ilmunya orang awam. Tujuan

dari ilmu orang awam adalah mengetahui kata-kata dan makna lahirnya.

Adapun ilmu mereka adalah memahami rahasia-rahasia, mengerti

hakikat-hakikat tersembunyi yang dimaksud dari nash-nash yang mereka

pergunakan untuk beribadah. Anggapan seperti ini tidak hanya dikenal

dalam satu bangsa tertentu melainkan dikenal dan tersebar di antara

bangsa-bangsa.n"

Dalam Islam, Al-Bathiniyah memiliki sumber dan asal usul yang

dijadikan pijakan dalam memperbarui pemikiran-pemikirannya. sumber-

sumber ini ada pada filsafat dan agama kuno sebelum Islam seperti

Gnostisisme, yar.g dalam bahasa Yunani berarti pengetahuan. Namun

kata ini selanjutnya digunakan dalam istilah khusus yang berarti sampai

kepada pengetahuan-pengetahuan tinggi melalui wahyu dan intuisi, atau

berarti merasakan pengetahuan-pengetahuan secara langsung.

Para penganut Gnostisisme menganggap akidah mereka sebagai

akidah yang paling dahulu ada dan Gnostisisme adalah wahyu paling

dahulu yang diturunkan Allah kepada makhluknya. wahyu ini dijaga

oleh para penjaga tempat ibadah, peramal dan tukang sihir serta diajarkan

turun temurun sesama mereka dan hanya pada tangan merekalah kunci

rahasia-rahasia ilahi atau rahasia kesucian tertinggi. Aliran ini bersembunyi

di balik kedoknya dengan menamakan diri sebagai Al-Bathiniyah, Al-

Fathimiyah, Al-Ismailiyah, Al-Qaramithah dan lainnya. Selanjutnya aliran

ini masih tetap eksis sampai zamanmodem dengan menggunakan nama

baru seperti Al-Qadianiyah, Asy-syaikhiyah, Al-Babiyah, Al-Bahaiyah.a2o

Dan, juga ada dalam sekte Agha Khaniyah, Al- Baharah sempalan gerakan

Al-Ismailiyatr, beberapa Penganut aliran sufi ekstrim seperti Al-Hurufiyah,

Al-Baktasyiyah, dan semisalnYa.

Orientalis Bemard Louis menegaskan bahwa gerakan Al-Bathiniyah

memililki kecendurangan kepada paham Gnosis.a2l Barangkali sumber ini

merupakan sumber terpenting Al-Bathiniyah dalam sejarah umat Islam.

Paham ini menular kepada sebagian umat Islam secara langsung atau

melalui orang-orang Yahudi atau Nasrani yang masuk Islam- Merekalah

yang membawa pemikiran Gnostisisme ini. Paham ini juga menyebar

sampai kepada filsafat Indiaaz yang kemudian secara tidak langsung ikut

berperan dalam memPengaruhi kaum sufi Islam'

sebagaimana diketahui bahwa Gnostisisme telah mempengaruhi

beberapa pemikir Yahudi terutama pada para filosof mereka seperti

phylon Alexandria (54 M) yang menggunakan takwil sebagai media

untuk mencapai tujuan mereka dalam memaparkan mitologi Yahudi dan

menafsirkan Kitab suci Taurat sesuai dengan persepsinya yang bercampur

dengan paham Gnosis dan Neo Platonisme aSar suPaya teks-teks suci itu

berjalan sesuai dengan pendapat-pendapat agamanya'a23

Pemahaman Phylon tentang takwil batini memiliki pertalian dengan

pemahamannya terhadap hakikat khusus dari rahasia-rahasia agama.

Hakikat dalam pandanSannya seharusnya tidak dijelaskan kecuali kepada

sebagian kecil orang dan harus dengan kehati-hatiaan karena telinga orang

awam yang bodoh tidak bisa menangkap dan memahaminya. Karena itu,


seorang ahli bijak tidak boleh menyingkap hakikat kepada setiap orang.a2a

Penafsirannya terhadap Taurat kebanyakan berputar pada pemberian

penjelasan secara simbolis terhadap teks-teks agama.

Al-Bathiniyah juga muncul pada kaum Yahudi dari sekte Al-Qabaliyah

yang dinisbatkan kepada nama Kitab Qabalahyartgbeisi takwil rahasia dan

simbolis terhadap Kitab Taurat. Di antara isi kandungan kitab ini adalah

rahasia ajaran-ajarary kemungkinan memecahkan simbol-simbol Taurat,

simbol angka dan huruf. Sekte ini berkeyakinan bahwa Taurat memiliki

makna lahir dan makna batin. Kemungkinan sekte ini mempengaruhi

beberapa sekta Islam setelahnya.s

Penganut paham Al-Bathiniyah dari kalangan Nasrani misalnya

Origanus (254 M) orang pertama yang menafsirkan Kitab Suci Injil secara

rahasia dan simbolis mengikuti jejak Phylon dan filsafat Neo Platonisme.

Jika dilihat dari penafsirannya, maka akan ditemukan bagaimana ia

menyinggung makna yang samar atau tersembunyi dalam pembahasan

dan nasehatnya.a26 Pendapat-pendapat ini muncul secara kuat dalam

aliran Alexandria dan bercampur dengan aliran Neo Platonisme kemudian

berpindah ke Syrian dan aliran-aliran filsafat yang muncul di ujung ] azirah

Arab sepe.rti aliran Raha, Nashibain, Harran, yang darinya kemudian masuk

ke dalam pemikiran Islam.

Pemikiran Al-Bathiniyah (Kebatinan) yang ada pada pemikir Yahudi

dan Nasrani berpengaruh jelas dalam gerakan Al-Bathiniyah orang Islam.

Pemikiran ini berhasil meninggalk-an pengaruhnya pada para generasi

penganut Phylon seperti Abdullah bin Saba' yang telah membagikan

warisan Phylon kepada Islam.a27

Abdullah bin Saba' adalah seorang yang memiliki garis keturunan

Yahudi. Ia orang pertama kali yang memberikan penafsiran batini dan

simbolis terhadap Al-Qur'an pada masa Imam Ali bin Abi Thalib yang


kemudian mengasingkannya ke kota Madain karena kesalahannya dalam

menakwilkan secara batini danmenyeru kepada ajaran-ajaran garis keras.

Selain sumber-sumber filsafat dan agarna samawi yang mempengaruhi

munculnya gerakan Al-Bathiniyah dalam Islam, ada sumber lainnya

yang tidak kalah pengaruhnya yaitu agama Shabiah yang berkeyakinan

bahwa alam ini memiliki pencipta yang bijaksana dan suci serta tinggi,

manusia tidak mampu mengetahui keagungannya secara langsung

sehingga membutuhkan perantara dari orang-orang yan8 dekat untuk

mendekatkan kepadanya. Mereka ini adalah para Rohaniawan. Tempat

agama Shabiah adalah di Iraq bagian atas, Persia, dan sekitarnya.

Ketika penduduk negeri ini masuk Islam, mereka membawa keyakinan

sebelumnya dari agama shabiah dan berusaha menggabungkan antara

agama lama dan agama ba111.428 Maka muncullah di kalangan mereka imam

sang guru yang memiliki kemampuan untuk mengetahui rahasia-rahasia

dan mengajarkannya kepada orang lain yang sudah siap. Imam ini telah

mempengaruhi kelompok Al-Bathiniyah yang berkeyakinan bahwa ilmu

batin hanya dimiliki oleh orang tertentu yang memperoleh ilrnu laduni

atau ilmu yang langsung diterima dari Allah seperti yang diyakini kaum

syiah Ismailiyah dan sebagian para wali ahli makrifat yang sampai pada

tingkatan rohani yang tinggi, sehingga mereka menerima llmu irfani dan

terbuka baginya tirai penutup, sebagaimana diyakini sebagian kaum sufi.

Para pemikir dan sejarawan Islam dari dulu telah berusaha untuk

menentukan sumber yang diambil oleh pemikiran-pemikiran Al-

Bathiniyah. Mereka berselisih pendapat tentang sumber ini. Abdul

Qahir Al-Baghdadi (429H) berpendapat bahwa orang pertama kali yang

meletakkan dasar aliran Al-Bathiniyah adalah anak-anak pemeluk agama

Majusi. Mereka condongkepada agama Pendahulu mereka dantidakberani

menampakkannya karena takut dari ancaman pedang Islam.a2e Al-Baghdadi

mengembalikan asal usul Al-Bathiniyah kepada sekelompok orang Islam

yang pemah memeluk agama sebelumnya seperti Majusi dan Zoroaster.

sedangkan Asy-syahrastani(S48 H) mengembalikannya kepada asal usul

filsafat agama. Menurutnya, Al-Bathiniyah telah mencampuradukkan

perkataan mereka dengan perkataan para filsuf dan menulis kitab-kitab

mereka sesuai dengan metode ini.a3o

Sementara Imam Al-Ghazali menggabungkan dua sumber ini dan

menganggapnya sebagai asal usul Al-Bathiniyatr, di mana sekelompok

pemeluk agama Majusi dan Mazdak serta beberapa pemeluk I'sanawi Atheis

dan sekelompok besar dari para filsuf kuno berhasil dan mengalahkan

kekuasan ahli agama. a31

Dari sini jelas bahwa pemikiran Al-Bathiniyah mengambil sumbemya

dari beberapa sumber, di antaranya adalah Gnostisisme, Neo Platonisme

yang merupakan perpaduan antara filsafat Aristo, Plato, dan Neo

Phytagoras. Pemikiran Phytagoras ini banyak dianut kalangan pengikut

Syiah ekstrim. Pemikiran tentang angka, huruf dan simbol memiliki

kedudukan tinggi di kalangan kelompok mereka yang bermacam-macam.

Kemudian Phytagoras ini berpengaruh pada sekte Syiah Ismaililyah

terutama dalam tulisan-tulisan kelompok Ikhwan Ash-Shafa yang

memadukan antara Neo Phytagoras dan Neo Platonisme yang dipadukan

dengan nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah. Mereka ini mempersembahkan

intisari ajaran Al-Bathiniyah dalam karya-karya mereka.

Bisa diambil kesimpulan bahwa asal usul pemikiran Al-Bathiniyah

adalah bersumber dari filsafat-filsafat dan agama sebelumnya, baik agama

samauti ataupun agama ardhi yang menyebar luas di wilayah-wilayah yang

nantinya masuk dalam wilayah Islam. Aliran ini timbul dari hasil akulturasi

budaya orang-orang Islam dengan selain mereka dari bangsa, budaya dan

agama yang selanjutnya diperlihatkan dalam bungkusan Islami seperti

aliran-aliran lainnya yang memiliki satu semboyan.

Ketiga: Kemunculan Al-Bathiniyah dalam Islam

Ada perbedaan pendapat tentang awal mula yang sebenarnya dari

kemunculan aliran Al-Bathiniyah dalam Islam. Ada pendapat yang

mengatakan bahwa aliran ini sudah ada pada masa awal Islam dan masa

empat khalifah, di mana muncul di kalangan orang Islam unsur-unsur

ketidaktulusan hati mereka masuk Islam sehingga berusaha untuk merusak

akidah kaum muslimin secara batin.

Pendapat lain mengatakan bahwa munculnya aliran ini pada tahun

zs}H,di mana sekelompok filsuf, Atheis, Maiusi, dan Yahudi meletakkan

dasamya pada pertengahan abad ke- 3 H. Mereka sepakat untuk membenci

Islam dan Nabinya. Mereka mengirim para juru propaganda ke seluruh

penjuru untuk mengajak orang-orang men8anut aliran ini.a32 Pendapat

lainnya mengatakan bahwa munculnya aliran ini pada tahun 276H.83

Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh upaya mengaitkan munculnya

aliran ini dengan tokoh tertentu. Orang yang berpendapat bahwa

aliran ini mulai muncul pada masa Khulafa' Ar-Rasyidin, mengaitkan

kemunculannya dengan Abdullah bin saba' dan munculnya aliran syiah

yang ekstrim dalam kecintaanya terhadap Imam Ali bin Abi Thalib dan

dukungan mereka terhadapnya. Kemudian mereka menggambarkan Imam

Ali dalam gambaran berlebihan yang diliputi kesakralan dan makrifat

laduni.Orang yang berpendapat bahwa aliran Al-Bathiniyah mulai muncul

pada pertengahan abad ke-3, mengaitkannya dengan kemunculan tokoh

Maimun Al-Qaddah dan kelompoknya.a3a orang yang berpendapat

bahwa Al-Bathiniyahbermula pada tahun 276H, mengaitkannya dengan

kemunculan tokoh Hamdan bin Qurmuth dan Abdullah bin Maimun Al-

Qaddah.

Barangkali pendapat yang mengaitkan munculnya Al-Bathiniyah

dengan kemunculan tokoh Maimun Al-Qaddah adalah yang paling

mendekati kebenaran. Maimun adalah salah satu dari pendukung Imarn

fa,far Ash-shadiq. Ia ditugasi untuk mengurus cucunya Muhammad bin

Ismail setelah meninggalnya putra Ismail bin Ja'far. Ketika sang cucu

masih kecil dan tidak mungkin menjadi seorang Imam, maka Maimun

mengangkat dirinya sebagai Imam mewakili sang cucu yang masih


dipersiapkan untuk menjadi seorang Imam, sebagaimana disebutkan dalam

istilah-istilah Al-Bathiniyah setelahnya.

Adapun pendapat yang mengaitkan munculnya Al-Bathiniyah dengan

tokoh Hamdan bin Qarmuth dan Abdullah bin Maimun sebenarnya

tidak berbeda dengan pendapat sebelumnya, hanya saja pendapat ini

memfokuskan perhatian khusus aliran ini yang bermula pada masa

pemerintahan Khalifah Al-Makmun dan Al-Mu'tashim, dan ikut andil

dalam gerakanini beberapa tokoh yang tersebar di penjuru negeri, sehingga

gerakan ini mengancam stabilitas pemerintahan yang ada dan memiliki

hubungan erat dengan gerakan Syiah Ismailiyah seperti pemerintahan

khilafah Fatimiyah di Mesir.

Al-Baghdadi menyebutkan nama-r'rama pendiri aliran Al-Bathiniyah

dengan berkata, "Para pemerhati aliran-aliran mengisahkan bahwa orang-

orang yang mendirikan aliran Al-Bathiniyah adalah sekelompok orang

yang di antaranya; Maimun bin Dishan Al-Qaddah, Muhammad bin Al-

Husain yang bergelar Dandan, Hamdan bin Qarmuth. Kemudian muncul

setelah mereka Abu Said Al-Jinabi, Ahmad bin Abdullah bin Mairnun bin

Dishan Al-Qaddah. Ahmad ini mengubah nama dan keturunannya lalu

berkata kepada para pengikutnya, "Aku adalah Abdullah bin Al-Husain

bin Muhammad bin Ismail binJa'far Ash-Shadiq." Setelah itu muncul Ibnu

Zakrawalh di negeri Persia, Abu Hatim di kota Dailam, Asy-Sya'rani di

kota Naisabnr.// 'r35

Demikianlah, Al-Baghdadi menyebut satu persatu nama pemimpin

aliran Al-Bathiniyah yang mewakili tiap masa perkembangannya. Mereka

tersebar luas di penjuru negeri mendakwahkan pemikiran mereka. Hal

ini juga dikuatkan oleh Al-Maqdisi dalam perkataannya, "Mereka terdiri

dari bermacam-macam golongan dan kelompok, nama-nama mereka

berbeda sesuai dengan masing-masing tokohnya."& Dan, nama-nama yang

disebutkan ini bukan berarti nama para pendiri awal, tetapi nama para juru

dakrvah yang muncul dalam masa dan tempat yang berbeda.

Pendapat ini dalam merunut sejarah Al-Bathiniyah terfokus pada

sekte Ismailiyah karena pemikirannya yang menjadikan setiap ayat

dari Kitab Allah memiliki penafsiran dan setiap hadits Rasulullah ffi

memiliki penakwilan, menghiasi perkataan, membuat PerumPamaan/

mengumpulkan angka-angka dan perbandingan. Pemikiran ini mengatakan

bahwa semua bentuk amal fardhu dan sururah adalah simbol dan isyarat,

perumpamaan dan kiasan. Semua vang lahir adalah kulit dan batinnya

adalah inti yang dimaksud.6T

Pertalian antara pemikiran Al-Bathiniyah dengan sekte Ismailiyah

juga dikuatkan oleh Imam Al-Ghazali dalam bukunya yang masyhur, yang

khusus ditulis untuk menjelaskan dan membantah pemikiran mereka.

Dalam bukunya yang berju dul F adha'ih Al-Bathiniyalrini, Ghazali membahas

tentang gelar-gelar yang disematkan pada aliran Al-Bathiniyah sebagaimana

yang telah beredar. Ada sepuluh gelar dari aliran Al-Bathiniyah yaitu; Al-

Bathiniyah, Al-Qaramithah, Al-Hazmiyah, Al-Hazmandiyah, Al-Ismailiyah,

As-Saba'iyah, Al-Babakiyah, Al-Muhammirah, At-Ta'lilmiyah'n"

Kelompok-kelompok aliran Al-Bathiniyah berada jelas di antara sepuluh

nama ini. Imam Al4hazali menulis buku itu sebagai bantahan atas klaim

orang-orang Fathimiyah di Mesil yang berhak menguasai umat Islam.

Sebagaimana dikenal, Al-Fathimiyah adalah perpanjangan tangan dari

pemikiran Al-Ismailiyah yan8 muncul di Afrika Utara kemudian sampai ke

Mesir dan menjadikan negeri tersebut sebagai pangkalan untuk menyebarkan

dakwah dan pemerintahan mereka di wilayah itu dan di negeri Syam.

Hanya saja usaha membatasi Al-Bathiniyah pada sekte Al-Ismailiyah

saja tidak benar, karena Al-Bathiniyah terdiri dari beberapa kelompok di

antaranya kelompok Syiah ekstrim (ghulat) dan kelompok Sufi ekstrim.

Kelompok syiah sendiri telah ada sebelum munculnya Al-Ismailiyah.

Al-Bathiniyah adalah manhaj berpikir dan lebih dari sekadar kelompok,

madzhab tertentu atau aturan praktik agama tertentu. Al-Bathiniyah

adalah aliran dalam pemikiran yang tidak terbatas pada masa abad

pertengahan, bahkan ia mempunyai bentuk baru yang tercermin dalam

pengikut-pengikut sekte Ismailiyah, Druziyah, Nushairiyah dan lainnya

Muhammad bin Al-Hasan Ad-Dailami, Qawa'id Aqa'iil Alu Muhammad (Al-Bathiniyah),

tahqiq Muhammad Zahid Al-Kautsari, Maktabah Ats-Tsaqafah A1-Islamiyah,

1369}{./1950 M,

dari sekte-sekte baru seperti Al-Babiyah, Bahaiyah, eadianiyah. Karena

itu bisa dikatakan aliran ini sebagai aliran sekte Ismailiyah secara khusus

karena mereka memfokuskan pada batin dan selanjutnya bisa dikatakan

untuk individu yang mengabaikan makn lahir daripada nash-nash agama

dan lebih men5;edepankan makna batin.a3e

Al-Bathiniyah merupakan aliran pemikiran yang tidak terbatas pada

sekte Ismailiyah atau sekte-sekte syiah saja, melainkan termasuk sekte-sekte

lainnya yang bukan dari sekte syiah. Karena itu, kita tidak setuju crengan

pendapat Ibnul Jauzi yang membatasi Al-Bathiniyah pada sekte syiah saja.

Ia berkata, "Al-Bathiniyah adalah satu kaum yang bersembunyi di barik

Islam dan condong kepada paham Rafidhah. Akidah dan amal mereka

sangat bertentangan dengan Islam ." @ Y angbenar adalah di antara mereka

mernang ada yang menganut paham Rafidhah -salah satu dari sekte

syiah - dan ada juga yang bukan dari syiah seperti sebagian kelompok sufi.

Ada beberapa pemikir kontemporer yang berusaha membela

kelompok Ismailiyah, bahwa mereka tidak hanya mengedepankan makna

batin melainkan juga makna lahir. Di antara mereka Muhammad Kamil

Husain yang menolak untuk mengaitkan antara aliran Al-Bathiniyah

dengan sekte Ismailiyah. Ia berkata, "Para pendahulu telah salah ketika

mereka memberikan julukan Al-Bathiniyah kepada sekte Ismailiyah karena

sekte ini menganut aliran batin. Memang benar mereka menganut aliran

batiru tapi mereka juga mengakui makna lahir dan mewajibkan keyakinan

lahir dan batin secara bersama. Bahkan mereka mengafirkan orang yang

meyakini makna batin dan meninggalkan makna lahir. pengikut sekte

Ismailiyah tidakhanya mengakui makna batin seperti yang dikatakanpara

pendahulu. Bahkan makna lahir menurut mereka adalah salah satu clasar

dari dasar-dasar akidah mereka.al Hal ini memang benar terjadi pada

beberapa tahap perkembangan sekte Ismailiyah, tetapi setelah mereka

mengedepankan makna batin daripada makna lahir, selanjutnya mereka


mengabaikan secara total makna lahir pada tahap perkembangan gerakan

aliran Ismailiyah.

studi Islam terbaru mengatakan bahwa sekte Ismailiyah pada awal

munculnya dijuluki sebagai sekte sabaiyah, Ta'limiyah, Bathiniyah,

Qurmuthiyah, dan Qaramithah. Adapun julukan lainnya seperti yang

disebutkan Imam Al-Ghazali yaitu Hazmandiyah, Babakiyah, Muhammirah

adalah julukan yang dinisbatkan untuk kelompok tertentu atau gerakan

revolusioner yang menganut paham Mazdakiyah yang lebih condong

pada gerakan politik, sosial, ekonomi, dan hampir tidak kita temukan di

dalamnya pengaruh faktor-faktor agarna.

,ddapun gerakan-gerakan revolusioner yang bisa kita sebut sebagai

gerakan Al-Bathiniyah, yang berpijak pada dasar-dasar madzhab, adalah

Nawusiyah, Ivlusawiyah, Ismailiyah dan Mufadhdhaliyah. Ini selain

kelompok-kelompok kecil yang punah dan bergabung dengan kelompok-

kelompok besar yang menganut Al-Bathiniyah. sampai sekarang di

antara kelompok-kelompok Al-Bathiniyah dari sekte syiah yang terkenal

dalarn sejarah dan masih eksis adalah tiga kelompok besar yang masih

melestarikan warisan Al-Bathiniyah kuno. Tiga kelompok ini adalah,

Ismailiyah berikut cabang-cabangnya, Nushairiyah, dan Druz'M2

Aliran Al-Bathiniyah mulai bertalian dengan syiah pada awal

kernunculannya yang kemudian menganut aliran-aliran lainnya. Adapun

sebab kemunculan Al-Bathiniyah bertalian dengan syiah pada awal ini

bisa dikembalikan pada faktor-faktor politik sebelum fakto-faktor agama.

Konllik antara kaum Syiah dan musuh-musuh mereka berawal dari konJlik

politik yang selanjutnya berbalik menjadi konflik agama. Perseteruan

pertama antara kaum Syiah dan musuh-musuh mereka dari Umawiyin

(orang-orang Bani Umayyah) ditandai dengan beberapa pemberontakan.

Maka ketika usaha-usaha pemberontakan bersenjata melawan Uwamiyin

mengalami kegagalan, kaum syiah menggunakan cara-cara rahasia dan

kedcrk taqiyalt. Mereka mulai bekerja sama dengan Bani Abbas untuk

menjatuhkan Umawiyin dan terpaksa tunduk secara lahir kepada penguasa

sedangkan dalam batin mereka tetap membaiat imam mereka.

rl42 Mustafa Ghalib, Al-Harakat Al-Bathiniyahfi Al-Islam, hlm' 6L'

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 215

Ketika Dinasti Abbasiyah mulai berdiri tahun 132Hdan Bani Abbas

memegang tampuk kekuasaan, mereka menjatuhkan pada sekutu-sekutu

mereka dari kaum syiah bermacam-macam siksaan yang lebih pedih dari

siksaan yang dialami kaum syiah dari umawiyin. Maka untuk menghindari

kejaran terus menerus dari Bani Abbas, orang-orang Syiah mengambil

cara-cara yang lebih rahasia dan tersembunyi terutama cara taqiyah yang

mereka yakini. Mereka membentuk kelompok-kelompok rahasia dan

menyusun rencana-rencana tersembunyi. Mereka juga menggunakan

cara-cara lewat pembelajaran dan penelitiaru berinteraksi dengan budaya-

budaya lairy dan mengambil apa yang dirasa perlu untuk mereka. Mereka

memasukkan keyakinan-keyakinan baru ke dalam agama. Para peneliti

mengatakan, kebanyakan perpecahan yang terjadi pada mereka disebabkan

oleh masalah-masalah politik dan menggunakan masalah agama sebagai

kedoknya.43

Aliran ini berhasil menyusun rapi pemikiran-pemikiran dan akidah

mereka, lalu mernbuat sanad-sanad yang dinisbatkan kepada para

imam Ahlul Bait. Mereka menarik simpati orang-orang awam dengan

memperlihatkan kecintaan dan dukungan mereka kepada Ahlul Bait. Maka

menyebarlah gerakan Al-Bathiniyah atas nama berpihak dan mendukung

Ali w dan Fatimah Radhiyallahu Anha. Hal ini juga dibantu dengan

adanya akidah-akidah ekstrim pada syiah Imamiyah generasi pertama.

Pada generasi pertama muncul banyak pendapat-pendapat ekstrim yang

menggunakan gerakan Al-Bathiniyah sebagai kendaraannya. Ad-Dailami

berkata, "Kalau diteliti secara seksama, asal usul aliran-aliran ekstrim;

Bathiniyah, Ismailiyah adalah saling bercampur satu sama lainnya dalam

banyak masalah. Karena itu, dikatakan bahwa Imamiyah adalah ruangnya

Bathiniyah. Mereka mengatakan bahwa syariat-syariat itu memiliki

batin yang tidak diketahui kecuali oleh imam dan orang yang menjadi

penggantinya." *

Yang membuat sejarah Al-Bathiniyah semakin penuh misteri dan

mengikuti gerak-geriknya dalam tahap tersembunyi semakin rumit adalah

para anggota sel-sel rahasianya menggunakanangka dankode untuknama,

julukan, dan gelar. Hal ini mustahil untuk mengetahui dan menyingkap

misteri ini bagi kita atau bahkan bagi pengikut mereka sendiri.es

Meskipun Syiah Imamiyah terus berusaha untuk sampai kepada

kekuasaan dan terus menerus membelot pemerintah, mereka tidak berhasil

mendirikan negara Syiah. Sementara Bathiniyah-Ismailiyah setelah

mengalami tahap tersembunyi yang berjalan dari generasi ke generasi,

berhasil memecah negara-negara kecil di bagian ujung dari kekuasaan

Dinasti Abbasiyah setelah terjadinya serangkaian kekacauan. Kondisi

inilah yang membuka jalan bagi pemikiran Bathiniyah untuk muncul

dan menang secara tiba-tiba di Yaman, Irak, Maroko, dan Mesir. Maka

muncullah Qaramithah di Yaman, Muwahhidun di Maroko, Qaramithah

di Bahrain, Bathiniyah di Syam, dan Fatimiyah di Mesir. Mereka semua

memproklamirkan kecintaan mereka kepada Ahlul Bait, dan pada waktu

yang sarra mengajak untuk mengikuti imam yang makshum dari Ahlul Bait

yang memiliki kemampuan mengetahui makna batin dari nash-nash agama.

Di antara kelompok yang ikut berafiliasi dengan aliran Bathiniyah

Ismailiyah adalah Ikhwan Ash-Shafa, meskipun belum diketahui secara

pasti identitas hakiki kelompok ini. Sebagian pendapat menisbatkan mereka

kepada Syiah Ismailiyah, pendapat lainnya mengeluarkan mereka dari

kelompok Syiah Ismaililyah meskipun pendapat-pendapat kelompok ini

yang tersebar dalam risalah-risalah mereka, bahkan ajakan-ajakan rahasia

mereka mengisyaratkan kepada pemikiran aliran Ismailiyah. Yang penting

bagi kita adalah mengetahui manhaj dan pemikiran mereka, karena tujuan

mereka adalah mempersembahkan pemahaman baru terhadap agama.

Agama mereka memiliki makna filsafat dan rasional, atau mereka ingin

menafsirkan agama dengan filsafat dan ilmu-ilmu alam. Setiap urusan

agama dalam pandangan mereka memiliki makna khusus.a6 Ikhwan

Ash-Shafa menganggap pemikiran mereka adalah rahasia dan tidak boleh

diketahui orang awam. Karena itu, mereka menyembunyikan nama-nama

mereka sehingga kalau orang awam membaca pemikiran mereka, mereka

tidak mengenal identitas penulisnya. Mereka membatasi pemikiran mereka

untuk para pengikut dan tidak membolehkan menyebarluaskan risalah-

risalah mereka, bahkan mereka berwasiat untuk mengedarkan risalah-

risalah secara rahasia. Mereka mengatakan, "Barangsiapa mendapatkan

risalah-risalah ini, maka ia tidak boleh menyiakannya dengan memberikan

kepada orang yang bukan ahlinya. Hendaklah ia menyimpannya dan

menjaga rahasia-rahasianya, menyiarkan dan memperlihatkan dengan

hati-hati.e7"

Mereka menegaskan maksud ini di tempat lain dengan berkata, "Waiib

bagi orang yang mendapatkan risalah-risalah ini dan risalah Al-lami'ah

untuk takut kepada Allah dengan menjaganya dan memperhatikannya,

tidak boleh bakhil dengan wasiat ini, menggunakan dan menyampaikannya

secara halus." Mereka juga mengadakan seleksi ketat untuk memilih

anggota kelompok. Mereka tidak memasukkan anggota baru kecuali setelah

mengujinya, meyakini kejujuran, dan kemamPuannya menangkap serta

menghafal pemikiran-pemikiran mereka. Ada ujian sulit yang harus dilalui

seorang calon anggota yang ingin bergabung dengan barisan kelompok

mereka.4

Risalah-risalah Ikhwan Ash-Shafa mengandung banyak rahasia,

simbol danmakna-makna tersembunyi. Makapara pembaca jangan sampai

tertipu oleh apa yang tertulis dalam buku-buku mereka dari makna-makna

vang lahir, karena mereka menyembunyikan di balik makna-makna ini

rahasia-rahasia khusus bagi mereka, terutama dalam pembicaraan tentang

angka dan huruf. Mereka selalu mengingatkan pengikut mereka dalam hal

ini sambil mendoakan, "semoga Allah memberikan pertolongan kepadamu,

wahai saudaraku yang mulia untuk memahami makna-makna isyarat-

isyarat halus dan rahasia-rahasia tersembunyi."

Ikhwan Ash-Shafa melihat bahwa agama memiliki sisi batin dan lahir.

Sisi batinnya adalah hakikat ketuhanan dan hakikat filsafat. Sisi lahirnya

seperti shalat, puasa dan lainnya. Ia adalah simbol-simbol bagi ahli bijak

dan jalan bagi orang awam yang berbeda-beda karena perbedaan waktu dan

tempat. Pemikiran lahir dan batin ini memiliki pengaruh yang luas terhadap

mereka. Mereka menggunakan penakwilan yang berlebihan sebagai

447 lkhwan Ash-Shafa, Ar-Rasa-il, Dar Beirut li Ath-Thiba'ah wa An-Nasyr 1376H/1957M,

1/44.

M8 rbid.,3/76.

218 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

perantara untuk memahami Kitab Suci Al-Qur'an. Mereka melihat takwil

sebagai perantara para ulama yang ilmunya dalam untuk mengetahui

makna dan hakikat di balik makna yang lahir.ee

Mereka berpendapat bahwa para Nabi menggunakan makna lahir ini

dalam dakwahnya kepada umat. Mereka menggunakan kata-kata yang

memiliki banyak makna agar bisa dipahami oleh orang-orang sesuai dengan

tingkatan akalnya. Orang awam memahami kata-kata tersebut makna

tertentu, sedangkan orang khusus memahaminya makna lain yang lebih

halus. FIal ini akan menimbulkan kemaslahatan bagi semua orang karena

dalam kata bijak disebutkaru "Berbicaralah dengan orang sesuai dengan

tingkatan akal mereka."

Demikianlah Ikhwan Ash-Shafa menjadikan syariat memiliki makna

batin dan makna lahir. Makna batin adalah makna hakiki yang tidak

diketahui kecuali oleh orang-orang khusus. Dalam risalah-risalah mereka

juga ditemukan banyak perkataan tentang kekhususan Ahlul Bait yang

memiliki ilmu-ilmu tersembunyi. Ilmu ini hanya dimiliki karena mereka

tidak membutuhkan Pengatur selain mereka atau tidak membutuhkan

ulama selain mereka sendiri. Orang-orang tidak mengetahui rahasia-rahasia

mereka. Mereka memiliki ilmu-ilmu yangberbeda dari lainnya dan amal-

amal yang tidak boleh dilakukan selain mereka.4s

Ikhwan Ash-Shafa mengakui adanya kitab atau risalah yang bernama

Al-lami'ah. Kitab ini berisi rahasia-rahasia mereka dan kunci dari risalah-

risalah mereka. Kitab ini merupakan warisan dari Ali bin Abi Thalib rua

dan para Imam mewariskannya kepada keturunan mereka dari generasi

ke generasi. Kelompok Ikhwan Ash-Shafa sangat mengagungkan risalah

At-lami'ahini. Di Mesir pernah dicetak satu risalah Al-Insanwa Al-Hayawan

secara salah diberi judul Al-lami'ah. Risalah Al-lami'ah diagungkan oleh

pengikut Ikhwan Ash-shafa dan mereka menyebutnya sebagai kunci

risalah-risalah mereka dan kumpulan rahasia-rahasia mereka. Setelah itu

dicetak kembali risalah yang sebenarnya'

Ikhwan Ash-Shafa membagi manusia ke dalam tiga tingkatan dari

segi ilmunya. Hal ini menunjukkan hakikat daripada metode batin mereka.

Pertama, tingkatan awam. Kedua, tingkatan khusus. Ketiga, tingkatan

tengah antara keduanya. Setiap tingkatan memiliki ilmu dan makrifat

yang berbeda-beda. Tentang hal ini mereka berkata, "Ketahuilah/ semoga

Allah menguatkan kamu, bahwasannya ilmu agama, adab agama, dan apa

yang bertalian dengannya dibagi menjadi dua macam. Ada yang lahir dan

jelas, ada yang batin dan samar, ada yang di antara keduanya. Apa yang

cocok bagi orang awam dari hukum dan adab agama adalah yang lahir

dan jelas. Apa yang cocok bagi orang yang berada di antara orang khusus

dan orang awam adalah memahami dan melihat makna-makna kalimat

seperti tafsir dan takwil. Apa yang cocok bagi orang khusus yang sampai

tingkatan ilmu yang mendalam adalah melihat rahasia-rahasia agama dan

urusan-urusan batin yang tersembunyi. as1

Sebagian kaum Sufi ada yang masuk dalam aliran Al-Bathiniyah, di

mana pemikiran Gnosis menguasai sebagian filsuf Sufi dan pemikiran

dualisme Gnosis merasuki akidah-akidah mereka. Mereka meyakini

bahwa Nabi Muhammad $ adatah akal pertama. Dan, dari akal ini

keluar Naas atau jiwa, kemudian logos atau kalimat, kemudian lnterpos

atau manusia sempurna. Pengaruh paham Gnosis tampak pada sebagian

kaum Sufi seperti Al-Hallaj, As-sahrawardi, Ibnu Sab'in. Mereka ini--

menurut sebagian peneliti-- menerima Gnosis sebagai pemikiran dan

memadukannya dengan madzhab mereka. Mereka manjadikan Imam

Ali bin Abi Thalib sebagai teladan tertinggi dalam kehidupan luhur yang

bersandar pada perenungan Al-Bathiniyah. as2

Kaum Sufi ini mengambil dalil dari hadits yang intinya, Al-Qur'an

memiliki lahir dan batin serta potongan-potongan. Ini berarti Al-Qur'an

mempunyai empat makna yang dikandung dalam nash-nashnya dan

darinya digali makna-makna. Teori empat makna telah dikenal sebelum

Islam dan tersebar di kalangan filosuf Kristen. Teori ini pertama kali muncul

di kalangan filsuf Alexandria. Empat makna ini adalah materi, ruh, jiwa

dan akal. Kitab tafsir pertama yang menggunakan teori ini adalah Tafsir

Sahl At-Tusturi (283 H) murid seorang tokoh Sufi yang masyhur Dzun Nun

Al-Mishri (245 H). Kitab tafsir kecil ini tampak di dalamnya pengaruh teori

ini dari awal penafsirannya terhadap surat Al-Fatihah. Manhaj Al-Bathini

atau Al-Isyari ini juga tampak dalam penafsiran Muhyiddin Ibnu Arabi

seperti yang kelihatan dalam penafsirannya terhadap firman Allah,

"sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak

akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus,

Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An-Nisaa': 56). Ia

menafsirkan bahwa orang-orang yang tertutupi dari jelasnya sifat-sifat

Kami dan perbuatan-perbuatan Kami, maka akan Kami bakar dalam api

yang artinya rindu kesempurnaan, yang menuntut insting dan watak

sesuai dengan kesiapan mereka terhadapnya bersama kuat dan lazimnya

tutup tersebut, atau berarti api paksaan dari jelasnya sifat-sifat memaksa

yang sesuai dengan kondisi mereka. Dalam penafsirannya ini Ibnu Arabi

menafsirkan kekafiran dengan selain makna yang dipahami dari konteks

Al-Qur'an dan dalam beberapa penggunaannya.as3

Dari sini telah jelas bahwa aliran Al-Bathiniyah dalam pemikiran Islam

tidak hanya terbatas pada satu paham atau satu kelompok. Tetapi istilah

ini digunakan untuk beberapa kelompok yang memiliki kesamaan mencari

makna batin dan menyingkap misteri hakikat dan rahasia syariat. Tidak

cukup hanya dengan memahami makna lahir nash-nash tetapi berusaha

menggunakan takwil. Inilah yang akan kita bahas selanjutnya di bagian

keempat atau terakhir ini yaitu penjelasan tentang manhaj Al-Bathiniyah.

Keempat: Manhai Al-Bathiniyah dan Takwil

Ciri utama yang membedakan penganut aliran Al-Bathiniyah adalah

mereka meyakini adanya ilmu batin di balik nash-nash yang lahir. Ilmu

ini tidak akan dicapai kecuali orang yang memiliki kemampuan untuk

menakwilkan. Dan, beban takwil ini berada pada pundak sekelompok

tertentu yang memiliki ilmu ladunni atau mengetahui cara untuk sampai

kepadanya. Mereka ini adalah Imam yang makshum di kalangan sekte

Syiah atau orang yang dipilih imam dan diberikan ilmu ini atau wali yang

sampai kepada derajat tertinggi daripada derajat makrifat di kalangan

kaum Sufi.

Dr. Abdurrahman Badawi menyebutkan faktor-faktor berikut yang

mendorang penganut aliran ini menggunakan metode takwil:as

1. Membebaskan diri dari ikatan nash suci demi mencari keserasian

antara nash dan pendapat orang yang menggunakan takwil.

2. Membebaskan diri dari ikatan nash suci demi mencari keserasian

antara apa yang pahami dari kata yang jelas dan apa yang sesuai

dengan akal.

3. Keinginan untuk mendalami nash suci yang jelas demi mendapatkan

tambahan kedalaman pada penjelasan pendapat-pendapat yang

dikandungnya.

Dari faktor-fakor ini jelas bahwa yang membuat mereka menggunakan

takwil adalah keharusan mematuhi nash suci atau yang dianggap suci.

Kalau tidak demikian, maka tidak perlu adanya penggunaan takwil.

Faktor-faktor ini juga yang mendorong setiap orang yang menggunakan

takwil dan makna batin baik di kalangan Yahudi, Kristen atau Islam yang

menganut aliran Al-Bathiniyah. Tetapi, perlu diperhatikan juga bahwa

tidak semua yang menggunakan takwil otomatis termasuk dalam kategori

pemikiran Al-Bathiniyah, karena takwil dalam arti lainnya dijumpai dalam

kelompok-kelompok Islam. Takwil misalnya dijumpai dalam kelompok

Mu'tazilah dalam memahami ayat tentang sifat-sifat ilahiyah. Mereka

berusaha menjauhkan pemahaman tentang Allah segala yang mengarah

pada pemisalan dan penyerupaan. Mereka menegaskan keesaan Allah

dalam segala sisi, keadilan Allah, kebebasan manusia dalam perbuatannya.

Maka dari itu, mereka memalingkanbeberapa ayat dari makna harfiah dan

lahiriyahnya kepada makna-makn a maj azi.

Dalam menempuh cara yang rumit ini, mereka juga menggunakan

ayat-ayat Al-Qur'an itu sendirl sehingga inilah yang membedakan mereka

dari kelompok Al-Bathiniyah. Metode takwil juga dijumpai pada sebagian

filsuf seperti Ibnu Rusyd yang meletakkan aturan-aturan takwil dalam

Kitabnya Fashl Al-Maqal.la membatasi takwil pada ahli burhnn yaitu para

filsuf. Aturan yang dibuatnya ini bertalian dengan pemahaman bahasa,

pengetahuan asbab nuzul, nasikh rnansukh dan jauh sekali dari maksud-

maksud Al-Bathiniyah dalam takwil. ass Sementara takwil Al-Bathiniyah

merupakan takwil dari jenis khusus yang tidak diketahui selain kalangan

mereka dan tidak ada kaitan dalam bentuk aPapun dengan bahasa.

Takwil secara bahasa adalah berbeda dengan tafsir. Arti asal tafsir

adalah menyingkap dan memperlihatkan. Sedangkan tafsir dalam istilah

syariat adalah menjelaskan makna ayat Al-Qur'an. Adapun takwil secara

etimologi adalah mengembalikan yang berarti mengembalikan makna

kepada awalnya. Sedangkan secara terminologi takwil adalah memalingkan

kata dari makna lahiriyahnya kepada makna batiniyah. seperti firman

Allatu

" Katakanlah, " Siapakah yang membei rezeki kepadnmu dai langit dan bumi,

atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan,

dnn siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang

mmgeluarkan yang mati dai yanghidup dan siapakah yang menSatur segala

ltrusafl," maka mereka menjawab, "Allah." Makakatakanlah, "Mengapa

kamu ti dak b er taqw a (k ep a da-N y a) ? " (Yunus: 31)

Dan firman Allatu

" Dia mengeluarkan y ang hidup dai yang mati dan mutgeluarkan yang mati

dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah

kamu akan dikeluarkan (dai kubur)." (Ar-Rum: 19) Apabila yang dimaksud

adalah mengeluarkan burung dari telur maka ini dinamakan tafsir. Apabila

yang dimaksud adalah mengeluarkan orang mukmin dari orang kafir atau

mengeluarkan orang alim dari orang jahil, maka ini dinarnakan takwil.

Kata tafsir yang berarti penjelasan disebut sekali dalam Al-Qur'an

yaitu firman Allah,

"Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu

petumpamaan, melainkan Kami datan gkan kepadamu sesuafu yang benar dan yang

paling baik penjelasannya." (Al-Furqan: 33) sedangkan kata takwil disebut

beberapa kali dalam Al-Qur'an sampai 15 kali, dalam surat Yusuf sendiri

kata takwil disebut sebanyak 6 kali.


Menurut Al-Bathiniyah, Al-Qur'an mengandung makna-makna selain

makna yang telah beredar di kalangan orang banyak dari hasil istinbath

(kesimpulan hukum) mereka. Ilmu takwil menurut Al-Bathiniyah adalah

ilmu mengetahui makna terakhir.as6 Mereka membedakan antara tanzil

dan takwil. Tanzil adalah agama yang diturunkan atau perkataan yang

disampaikan olehmalaikatkepada Nabi atau penurunanwahyu dari alam

tertinggi. Sedangkan takwil adalah sebaliknya, yaitu kembali kepada asal

atau kembali kepada makna hakiki dari Kitab Suci atau mengembalikan

sesuatu kepada asal dan sumbernya. Orang yang melakukan takwil

adalah orang yang memalingkan perkataan dari makna luarnya dan

mengembalikannya kepada hakikatnya.

Inilah takwil menurut Al-Bathiniyah, yaitu jenis penafsiran ruhani

dari dalam atau pentakwilan simbolis batini. Takwil adalah batinnya

makna atau esensinya. Ia adalah hakikat yang tersembunyi di balik kata.

Menurut Al-Bathiniyah, Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad

ffi dengan kata dan maknanya yang tampak bagi manusia. Adapaun

rahasia-rahasia penakwilan batiniyahnya khusus bagi Ali d* dan para

imam setelahnya. Allah menjadikan makna lahirnya sebagai mukjizat

Rasul-Nya danbatinnya sebagai mukjizatpara imamdari Ahlul Bait. Tidak

ada yang bisa mendatangkan makna lahir kitab selain Muhammad {$, dan

tidak ada yang bisa mendatangkan makna batinnya selain para imam dari

keturunannya. Ilmu takwil hanya ada pada mereka. Mereka menyampaikan

kepada kaumnya sesuai dengan tingkatan pemahaman kaumnya. Mereka

memberikan setiap kaumnya apa yang cocok dan mencegah dari mereka

apa yang tidak cocok.

Teori takwil batini adalah teori religius dan filosofis menurut Al-

Bathiniyah terutama di kalangan Ismailiyah. Ringkasan teori ini adalah,

Atlah menjadikan semua makna agama pada makhluk-makhluk yang

mengitari manusia. Allah menjadikan makhluk dalam dua bagian: Bagian

yang lahir dan kasat mata, dan bagian yang batin dan tersembunyi. Yang

tampak dari ayat-ayat Al-Qur'an adalah makna-makna yang diketahui

orang banyak dan diucapkan oleh para ahli lahir saja. Dan, setiap kewajiban


dari kewajiban-kewajiban agama memiliki takwil batin yang tidak bisa

diketahui kecuali oleh para imam dan oranS-orang tertentu dari mereka.asT

Demikian pula orang-orang Sufi berkeyakinan bahwa aPa yang mereka

capai dari makrifat adalah melebihi keterbatasan manusia biasa. Oleh

karena itu, ketika mereka menjelaskan makna-makna ini orang-orang awam

salah dalam memahaminya.

Kesamaan yanga ada pada Para Penganut metode batini adalah,

menakwilkan nash dan mengeluarkan makna batin. Penakwilan-

penakwilan ini terkadang menyebabkan munculnya madzhab yang

bermacam-macam dan terkadang saling bertentangan satu sama lainnya.

Akan tetapi, semuanya sepakat bahrva nash-nash agalna adalah simbol dan

isyarat kepada hakikat-hakikat tersembunyi dan rahasia-rahasia tersimpan.

Darg juga ritual-ritual ibadah atau bahkan hukum-hukum praktik adalah

simbol-simbol dan rahasia.

Al-Bathiniyah meyakini bahwa di balik makna harfiyah ayat-ayat

ada hakikat-hakikat tersembunyi yang diambil intisarinya dari penafsiran

majazi. Agar menambahkan penakwilan ini memiliki aroma syariat,

mereka beranggapan bahwa Nabi Muhammad ffi telah mewasiatkan

khusus kepada Ali makna batin dari ayat Al-Qu1an dan makna ini tidak

disampaikan kecuali lewat imam atau orang yang diakui sebagai wakilnya.

Pada masa awal Islam Nabi lVluhammad adalah rujukan awal dan

terakhir dalam tafsir dan takwil. Dalam Hadits ada beberapa penafsiran

Nabi terhad ap ayat-ayat Al-Qur'an. Setelah Nabiwafat, orang-orang Islam

dalam menyikapi nash Al-Qur'an terbagi menjadi dua golongan. Henry'

Kuriyan menielaskan dua golongan ini dengan berkata, "Golongan yang

berpegang teguh pada makna lahir syariat, mereka ini adalah ahli syariat,

ahli fikih, ulama syariah, dan ulama lahiriyah. Golongan yang berpegang

teguh pada batin kewalian, mereka ini adalah para wali.as8 Masing-masing

golongan ini mempunyai tokoh dan para pengikutnya.

Golongan Pertama: Golongan ini mengakui keterbatasan iimunya dan

khawatir jika mengemukakan pendapatnya dalam Al-Qur'an akan keluar


dan menyimpang dari jalan lurus. Mereka merujuk kepada sikap para

generasi pendahulu seperli Umar bin Al-Khathab ketika ditanya tentang

arti firman Allah, "Dan buah-buahan serta rumput-rumputan," (Abasa: 31)

apakah Abb atau rumput-rumputan itu? Ia menjawab, "Kita dilarang untuk

mendalami maksudnya dan memaksakannya. Diriwayatkan bahwa Umar

melihat seorang memegang sebuah mushaf pada setiap ayatnya ditulis

penafsirannya, maka Umar memerintahkan untuk memotong mushaf

tersebut. Metode Umar ini diikuti oleh mayoritas ulama dari generasi tabi'in

dan mereka membentuk aliran Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Imam Asy-Sya'bi yang merupakan salah satu wakil mereka berkata,

"Ada tiga perkara yang tidak akan aku katakan di dalamnya sampai aku

meninggal, yaifiq Al-Qur'an, ruh, dan pendapat."

Golongan Kedua: Golongan ini terdiri dari kaum Syiah pendahulu.

Mereka berpendapat bahwa Rasulullah ffi telah mengajarkan kepada

sekelompok orang khusus dari kaum muslim, rahasia-rahasia ilmu ini.

Seperti pengajarannya kepada Hudzaifah tentang ilmu menyingkap

kemunafikan dan orang-orang munafik. Sepeti juga diriwayatkan bahwa

Rasulullah mendoakan Ibnu Abbas, " Ya Allah, palnntkanlah dia tentang agama

dan ajarilah ilmu takwil." Ibnu Abbas mengaku dirinya sebagai salah satu

dari ulama yang dalam ilmunya. Ia berkata, "Aku adalah di antara orang

yang mengetahui takwilnya." Ini dikuatkan dengan kesaksian Ali bin Abi

Thalib pada waktu terjadinya arbitrase dalam Perang Shiffin. Ali berkata,

"Al-Qur'an ini adalah garis di antara dua sampul; tidak bisa berbicara

dengan lisan sehingga ia memerlukan penerjemah. Al-Qur'an berbicara

melalui para ahlinya, sebab Al-Qur'an mengandung banyak makna.ase

Diriwayatkan bahwa Ali as, adalah orang pertama yang mempelajari

penafsiran Al-Qur'an. Dia memiliki pengetahuan yang luas dan

pemahaman yang dalam tentang Al-Qur'an. Dia mengetahui rahasia-

rahasia, mengetahui tujuh puluh bab dari ilmu yang diterima langsung

dari Rasulullah 1f. Dia juga mampu mengembalikan salah satu dari makna-

makna yang ada kepada makna yang sesuai dengan makna lahiriyahnya.a6o

Ash-Shilah Baina At-Tasatotou wa At-Tasyayyu', Asy -Syibi

Ditemukan dalam sumber-sumber Syiahbanyak perkataan yang menguatkan pendapat

ini.

Penganut Syiah Bathiniyah menisbatkan asal usul takwilbatini mereka

terhadap Al-Qur/an kepada para imam yang mereka warisi dari Imam Ali

bin Abi Thalib W,yaf-.rgdiberitahu khusus oleh Nabi mengetahui rahasia-

rahasia agama, mengerti makna-makna simbol dan hikakhrya. Al-Bathiniyah

mengaitkan keyakinan ini dengan pemikiran kewalian bagi Ahlul Bait. Ad-

Dailami menggambarkan madzhab ini dengan berkata, "Ketahuilah bahwa

madzhab mereka pada intinya adalah, setiap yang lahir memiliki hal batin.

Dan, yang dimaksud batin ini adalah hakikat. Mereka tidak berannggaPan

harus ada kecocokan antara yang lahir dan batin. Bahkan penalauilan mereka

tidak sesuai dengan yang lahir dari segi hakikat d arrmajaz. Mereka terkadang

menjadikan satu kata memiliki beberapat takwil.461

Kita melihat karakteristik penakwilan batini dalam memahami Al-

Qur'an ini mulai mengalami perkembangan yang berbeda pada Ibnu Arabi

dan kelompoknya, As-Sabaiyah. Ibnu Sina menafsirkan banyak ayat-ayat

Al-Qur'an yang menunjuk bahwa yang dimaksud imam adalah Imam

Ali dan dia tidak akan mati, tetapi diangkat ke langit, dan masih banyak

pemikiran-pemikiran lain yang dianut oleh kelompok ini.

Penakwilan batini initerus berlanjut setelah wafatnya Husain bin Ali

di Karbala' dan mundumya Para Imam dari medan politik serta perjuangan

terbuka. Mereka melanjutkannya dengan mengisolasi diri di rumah di kota

Madinah, sibuk memberikan pengajaran dan pendidikan rohani. Maka para

penganut Syiah yang ekstrim di Kufah mengambil kesempatan ini dan

mereka mulai membawa takwil ke langkah lebih jauh sampai menganggap

para Imam memiliki kesakralan ilahiyah. Salah satu dari mereka yaitu

Bayan A1-Iili (119 H) dalam menafsirkan firman Allah,

" (Al-Qur-an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk

serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (Ni Imran: 138) ia berkata,

"Yang dimaksud dalam ayat ini adalah dia." Ia membagi syariah meniadi

lahir dan batin. Ia menganggap bahwa Allah mengutus Muhammad

dengan diturunkan Al-Qur'an kepadanya dan mengutusnya dengan

penakrn ilannya terhadap Al-Qur'an.a62 la mengangkat dirinya sebagai

imam. Inilah yang mungkin bisa dianggap sebagai upaya pertama kali

tentang pengakuan mengetahui ilmu takwil Al-Qur'an dan ilmu batin

yang kemudian ditiru oleh para penganut Syiah ekstrim lain setelahnya.

Karena itu, kelompok Al-Kisaniyahmenggunakan takwil ini sehingga

banyak bermunculan penafsiran-penafsiran pada beberapa pemimpin

pertama kaum syiah. Metode penafsiran ini terus berlanjut pada mayoritas

kelompok mereka dan barangkali masih berlanjut sampai sekarang, baik

pada kelompok-kelompok yang muncul sejak dahulu atau kelompok

yang muncul baru dan mengaku menganut ajaran Syiah. Metode takwil

ini juga tampak pada sebagian kaum Sufi. Sebagian mereka menganggap

diri mereka sebagai orang khusus yang diberi rahasia-rahasia ilmu batin

yang dikandung Al-Qur'an dan hadits.

Aliran sebagiansufi ini muncul pada fase terakhir dari sejarahtasawuf.

sedangkanpara ahli zuhud pendahulu, mereka malahberbalik arah dengan

aliran ini. Mereka manjauhi penakwilan terhadap Al-Qur'an seperti Said

binJubair (94H), Sufyan Ats-Tsauri (161H), dan Ibnu Al-Mubarak (181H)

karena esensi daripada zuhud pada masa itu adalah pemisahan diri secara

total dan hanya menuju kepada Allah. Pergeseran pemikiran spiritual dalam

tasawuf ini mulai muncul berawal dari Ma'ruf Al-Karkhi (200 H) sampai

kepada Abul Husain Al-Hallaj dan takwilan-takwilannya.

Barangkali sebagian Sufi dan Syiah sepakat bahwa Imam Ali bin Abi

Thalib rya telah mewarisi ilmu takwil ini dari Rasulullah dan ilmu ini tidak

boleh disampaikan kecuali kepada para murid yang mendapat petunjuk

sedikit demi sedikit. Mengenai hal ini Umar bin Al-Faridtr, seorang penyair

sufi dalam bait syairnya berkata,

lelaskanlah dengan takwil apa yang samar bagiku

lelnskankan dengan ilmu yang ia dapat dari wasiat

Imam Ali dalam pandangan Sufi adalah imamnya tasawuf . pandangan

ini merasuk ke dalam pemikiran Sufi melalui orang-orang Syiaha63, sebab

merekalah yang dianggap sebagai pewaris ilmu ilahi ini. Maka orang-

orang syiah dan sebagian sufi sepakat bahwa Imam Ali memiliki ilmu

batin yang mencakup makna-makna tersembunyi dari Al-eur'an yang

diajarkan khusus oleh Rasulullah kepadanya. Barangkali ini bukan

hanya pemahamaan penganut aliran Al-Bathiniyah saja, bahkan sebagian

penganut Ahlu Sunnah pun ada yang meyakini bahwa sebagian tokoh

besar sahabat Nabi di antaranya Umar bin Al-Khathab dan Ali bin Abi

Thalib dan lainnya memiliki pemahaman terhadap rahasia-rahasia dan

hakikat agama.aa

Telah masyhur di kalangan para Sufi kitab-kitab tafsir yang bercorak

Isyari yang memuat ilmu batin ini, seperti Tafsir At-Tusturi (283 H), Haqaiq

At-Tafsir karya Abu Abdurrahman As-Sullami (412 H) Tafsir Muhyiddin

Ibnu Arabi (638 H) Talcutilat Al-Qur'an karya Abdunazzaq Al-Qasyani As-

Samarqandi (887 H). Tentang tafsir-tafsir dari corak ini orientalis Goldziher

berkata, " P ara mufassir Sufi memiliki penakwilan rr ai azi yanglchusus pada

mereka dan untuk menambahkan pada tafsir ini aroma Ahlu Sunnah dan

menjauhkan dari aroma Syiah, mereka mengambil dari Syiah ajaran yang

mengatakan bahwa Muhammad telah berwasiat kepada Ali dengan makna

batin terhadap ayat-ayat Kitab Suci. Mereka tidak menganggaPnya sebagai

imam, tetapi sebagai seorang yang memililki keistimewaan.a6s Isyarat-

isyarat sufi ini tidak keluar dari aturan-aturan bahasa, tidak kontradiktif

dengan makna-makna lahir, tidak memastikan dengan takwil ini, tetapi

melihatnya sebagai sekadar isyarat rohani, dan tidak menghapus makna-

makna lahir atau dianggap sebagai penggantinya.

Dalam hali ini kaum Sufi berpegangan pada beberapa nash agama

yang menetapkan adanya batin seperti firman Allah,

"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan

untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan

menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara

manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu

pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan"

(Luqman:20) dan firman Allah,

"Lalu diadakan di antnramereka dindingyang mempunyaipintu. Di sebelah

dalamnya ada rahmat dan di sebelahluarnya dari situ ada siksa." (Al-Hadid: 13)

Abu Hamid Al-Ghazali, Iljam Al-Awam an llm Al-Kalam, Cairo 1351 H, 

mereka sepakat bahwa tidak ada satupundari ayatmelainkanmengandung

empat makna; lahir, batin, batasary dan penyaksian. yang rahir adalah

bacaan, batinnya adalah pemahamary batasannya adalah hukum-hukum

halal danharam, penyaksiannya adalah maksud Alrah dari hamba dengan

ayat tersebut.

Penganut aliran ini mengembalikan paham batini kepada Nabi ffi,

seperti yang disebutkan Ibnu Arabi bahwa beliau bersabda, "Tidak ada

ayatyangturun dari Al-Qur'an kecuali mernpunyai lahir dan batin. setiap

hurufnya mempunyai batasan dan penyaksian . yang lahir adalah tafsir,

yang batin adalah takwil. Batasan adalah akhir dari pemahaman makna

kalimat dan penyaksian adalah apa yang dicapai seorang wali sehingga

mengetahui penyaksian Allah Yang Maha Tahu.

Kelima: Ranah-ranah Takwil Batini

Penganut Al-Bathiniyah menggunaka, metode takwil dalam

tiga medan: Pertama, menggunakannya untuk menguatkan pemikiran

kewalian-menurut syiah dan sufi-dengan kiasan-kiasan yang ada

dalam Al-Qur'an seperti kata cahaya, bintang, lampu dan sebagainya.

Kedua, rnenggunakannya untuk memperjelas maksud huruf-huruf yang

ada pada awal beberapa surat dan membentuknya dengan rahasia untuk

mengaitkan ilmu ini dengan kelompok khusus yang memiliki ilrnuladunni.

Ketiga, menggunakannya untuk menakwilkan ayat-ayat Al-eur,an yang

mutasyabihnf atau samar, lalu dikembalikan kepada rnakna-makna yang ada

sesuai dengan persepsi mereka sendiri yang bertujuan untuk menetapkan

kewalian dan keistimewaan rohani.

a. Kewalian dan lhkwit Batini

Kewalian menurut kaum syiah adalah sumber kekuatan daripada

takwil termasuk di dalamnya pertolongan dan bantuan ilahi. Diriwayatkan

para imam mereka dari salman Al-Farisi bahwa Nabi ffi bersabda, "Hikmah

dijalunkan atas lisan Ahlul Baitku. " Penganut Al-Bathiniyah dari kaum syiah

menetapkan hikmah ini pada Imam Ali bin Abi rhalib dan imam-imam

setelahnya. Mereka ini memilikli ilmu dan kewalian. Mereka menganggap

bahwa rnakrifat hakikat ilahiyah dan penjelasan rahasia-rahasia hukum

syarial'r semuanya diambil dari imam. Dialah yang mengetahui hakikat

kebenaran dalam segala hal.a6

Penganut Al-Bathiniyah menganggaP Para imam memiliki sifat-

sifat khusus yang membedakan mereka dari manusia biasa. Para imam

ditempatkan pada tingkatan tinggi melebihi tingkatan manusia biasa'

Mereka mulai menisbatkan ilmu takwil ini kepada Imam Ali bin Abi Thalib'

Diriwayatkan Ja'far bin Muhammad dari bapak-bapaknya dari Ali bin Abi

Thalib, ia berkata, "Bertanyalah kalian kepadaku tentang Kitab suci Allah.

Demi Allah, tidak ada satu ayat dari Kitab Allah yang turun pada malam

atau siang hari, yang turun dalam perjalanan atau dalam rumah kecuali

Rasulullah telah membacakannya kepadaku dan mengajarkan takwilnya

kepadaku.,, Ia ju,ga berkata, "Apa yang diturunkan kepada Rasulullah

dari Al-Qur'an dan aku tidak berada di sisinya, maka aku mendatanginya

dan beliau membacakannya kepadaku dan bersabda, "wahai Ali, Allah

menurunkan kepadaku begini dan begini, takwilnya adalah begini

dan begini." Rasulullah memberitahuku turunnya dan mengajariku

takwilnya.a6T salah satu penyair mereka menukil bait syair Imam Ali gr,

Dan aku berkata ,,bertanyalah kalian kepadaku sebelum aku menghilang

sesunggulmya aku punya ilmu dan kalian tidak mengetahui tempatnya"

Mereka inilah yang menjadi penerus setelah berakhirnya masa

kenabian dan melanjutkan syariat Nabi yang mengandung makna-makna

rahasia.

Penganut Al-Bathiniyah menggunakan pemikiran yang masyhur

di kalangan kaum syiah yaitu taqiyaha6s untuk menutupi makrifat


dan takwil mereka dari orang lain. Taqiyah berarti menutupi dan

menyembunyikan. Mereka menggunakannya untuk pura-pura menganut

akidah atau melakukan amal perbuatan yang mereka sendiri tidak meyakini

kebenararurya. Mereka memperlihatkannya karena khawatir akan keluarga

dan hartanya. Mereka menyembunyikan hakikat keyakinan dan amal

mereka.

Menurut rilvayat mereka, orang pertama yang mengatakan ini adalah

Imam Ja'far Ash-Shadiq. Kaum Syiah sepakat bahwa taqiyah adalah boleh

dalam segala perkataan ketika kondisi terpaksa, dan bisa menjadi wajib

sebagai bentuk kehalusan dan perbaikan.fie Taqiyah adalah prinsip dasar

dan utama dalam aliran Al-Bathiniyah. Mereka menyembunyikan ilmu

dan amal mereka dari para musuh. Ash-Shadiq berkata, "Taqiyah adalah

dari agamaku dan agama bapak-bapakku, tidak ada agama bagi orang

yang tidak menganut taqiyah. Sesungguhnya Allah wajib disembah dalam

kondisi rahasia, sebagaimana wajib disembah dalam kondisi terang-terangan.

Or*g yang menyiarkan urus.u:r kita adalah seperti orang yang ingkar,aTo

mereka melakukan ini derni menjaga persatuan jamaah. Kaum Syiah dari

penganut aliran Al-Bathiniyah memiliki majelis khusus. Dalam majelis ini

seorang juru dakwah menyampaikan ajaran-ajaran rahasianya, akidah-

akidah yang menjadikan para imam hampir seperti Tuhan. Dalam majelis

ini juga dilakukan amal ibadah ilmu batin. Setiap sesuatu yang lahir dan

tampak memiliki takwil batin yang tidak diketahui kecuali orang-orang

yang dalam ilmunya, yaitu para imam. Para imam ini menyampaikan ilmu

batin kepada para juru dakwah dalam kadar yang khusus. Tanda kewalian

yang asasi adalah mengetahui ilmu kitab yang lahir dan batin. Ilmu ini tidak

bisa didapat dengan usaha.a71 Ilmu ini merupakan anugrah agung yang

tidak pantas diberikan kecuali kepada orang-orang yang memiliki sifat-

sifat terpuji dan mulia seperti sifat menjaga diri dan mensucikan diri yang


Related Posts:

  • Ekslopedi aliran Mazhab 5 nggu-tunggu kemunculannya. Syaikh Al-Ahsa'i mengabarkan kepadapara pengikutnya tentang dekatnya kemunculan Imam Al-Mahdi, iamengajak mereka untuk menantikan dan mengikutinya. Ia berkata,"Janganlah sekali-kali kalian ter… Read More