Ekslopedi aliran Mazhab 26

 


qh Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 393. Semula ini

merupakan pemyataanSyaikh Muhamamd Taqi Al-Majlisi di dalam syarah-nya yang

berbahasa Persia atas buku Man LaYahdhuruhul Faqih, hlm. 16, cetakan pertama.

2129 Lihat: Syaikh Abdullah Ni'mah, Falasifuh Asy-Syiah, tim. 607 .

2130 LihaL Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr, Al-Ma'alim Al-ladidah li Al-llshul, hlm.

82 - 83. Lihat juga: Ayatullah As-Sayyid Ali Al-Husaini As-Sistani, Ar- Rafid fi llmi Al-

Ushul,hbn 1.7. Lihat juga: Syaikh Muhammad Ali Al-Anshari, mukaddimah tahqiq-nya

untuk isalah Tawdhih Ar-Rasyad fi Taikh Hashr Al-Ij tihad, hlm. 48.

1020 ensimopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

bersama beberapa mujtahidin dari kalangan syaikh modernis. Akan tetapi,

setelah merenungkan dan memikirkan pernyataan ulama dengan matang,

yang muncul padaku adalah menutup mata dan menurunkan tirai dari

persoalan ini, meskipun banyak kaum membukanya dan memperluasnya.

Pertama, membuat ulama saling mencela satu sama lain. Bahkary bisa

merangsek memasuki area agama, terlebih dari kalangan musuh yang

kejam, sebagaimana Syiah mengumpat mereka yang terpecah menjadi empat

madzhab, bahkan masing-masing saling mengumpat satu sama lainnya.

Kedua, sisi-sisi perbedaan yang mereka sebut itu jika dipikirkan tidak

membuahkan perbedaan.

Ketiga, masa-masa awal masih terdapat bany ak muhaddits dan muj tahid.

Akan tetapi, tidak te{adi perselisihan seperti ini. Mereka tidak saling

menuduh yang bukan-bukan, kendati satu sama lain pemah mendiskusikan

masalah-masalah juz'i dan berbeda pendapat mengenai implementasi

dalil-dalil itu. ..22131

Tidak lama kemudian, muncullah Mirza Muhammad Al-Anshari yang

berhadapan dengan Syaikh Ja'far Kasyiful Ghitha' (w.1228 H) dan ulama

ushul lainnya. Kritik dan serangannya berlebihary sampai-sampai As-Sayid

Muhamamd Hasan Ali Ath-Thalaqani berkata, "Al-Akhbari terlalu ekstrem,

tidak mengindahkan adab dan saling menghormati ketika berdiskusi

dengan ulama ushul... Kata-kata yang digunakan sangat rendah.'/2132

Periode ini berakhir dengan terbunuhnya Mirza Muhammad Al-

Akhbari dan putranya pada tahun 1232 H. Pembunuhan itu terjadi di

rumahnya, di Al-Kazhimiyatr, Baghdad, sebagai reaksi atas fatwa yang

membolehkannya dibunuh. Fatwa dimaksud dikeluarkan oleh sejumlah

fuqaha, di bawah pimpinan Syaikh Musa bin ]a'far Kasyiful Ghitha'.

Pembunuhan itu berlangsung setelah Mirza Al-Akhbari berusaha

mengagitasi Syaikh Musa di sisi Al-Wali Dawud Pasha. Ia mengumpat-

umpat Syaikh la'far Kasyiful Ghitha'.2133Peristiwa itu mengakibatkan

2131 Syaikh Yusuf Al-Bahraru, Al-Hada' i q An-N adhirah, 1. / 1,67 - "169.

2132 Ath-Thaqani, Asy-Syaikhiyyah; Nasy'atuha wa Tathawwuruha wa Mashadiru

Dirasatiha, hlm.40.

2133 Lihat: Syaikh Ja'far dan Syaikh Baqir Ali Mahbubah, Madhi An-Najf wa Hadhiruha,

3/199.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1021

kemunduran telak bagi Al-Akhbariyah. Akibatnya, keberadaannya mulai

menghilang di Bahrain, beberapa wilayah Irak selatan, dan beberapa

wilayah Iran.

Kalaupun kita katakan Al-Akhbariyah diawali oleh Al-Amin Al-

Istirabadi dan diakhiri oleh pembunuhan Mirza Muhammad Al-Akhbari,

demikian itu tidak menafikan sejumlah pendapat di kalangan Al-Akhbariyah

bahwa mereka sudah ada sebelum masa-masa itu di dalam sejarah Syiah

Itsna Asyariyah. Selain itu, tidak juga menafikan-sedikit atau banyak-

pemikiran ini di beberapa upaya teologis dan fikih. Akan tetapi, tidak ada

klaim penisbatanpada seseorang dan pengikutnya bagi tersebamya manhaj

ini, mengajarkan, dan menjaga keberlangsungan aktivitas keilmuan, politil

dan sosial, di sepanjang masa kemunculan Syaikh Muhammad Amin Al-

Istirabadi hingga pembunuhan Mirza Muhammad Al-Akhbari.

Cucu-cucu Mirza Muhammad Al-Akhbari telah berusaha untuk

menghidupkan kembali gerakan ini, dengan menjadi desa "Al-Mukminun"

di sebelah selatan Irak sebagai markas kegiatan mereka. Mirza Inayatullah

(w.1371H.) berusaha menata Ad-Dirasah Al-Ilmiyah Al-Akhbariyah di

desa itu. Ia pun membangun masjid besar di tahun 1324H, perpustakaan,

dan guest house. Di antara tahun 1324 dan 1345 H, madrasah ini mengalami

kemajuary dengan mengambil guru dari beragam penjuru Irak. Selain itu,

didukung tersebarnya keluarga ini, yang dikenal dengan sebutan Alu

Jamaluddin, di Basrah, Kuwait, dan sebagainya. Akan tetapi, dukungan

terhadap Al-Akhbari melemah, yar.g bersemangat hanyalah para cucu

Mirza Muhammad Al-Akhbari.21e

Di awal abad kelima belas Hijriyah, Alu Ushfur berusaha mendirikan

kontrol keilmuan yang baru di Bahrain, untuk menghidupkan kembali

harakah Al-Akhbariyah. Ia menggeliatkan kembali dakwah Al-Akhbariyah

di kalangan Syiah ltsna Asyaiyah.n3s Barangkali inilah yang diisyaratkan

oleh Syaikh Ja'far As-Sabhani lewat pernyataannya, "Tidak ada lagi yang

tersisa dari pengikut madzhab ini, kecuali seperti kerinduan yang timbul

tenggelam dari waktu ke waktu. Kami meyakini, bahwa penyebaran

2134 Lihat: Dr. |awdat Al-Qazwaini, Al-Harakah Al-Akhbariyah wa Haqiqah Ash-Shira' Al-

Ushuli.

2135 Lihae Syaikh Muhsin Ali Ushfur, http:/ /www.al-safoor.org/

1022 ensitlopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

pemikiran ini di saat-saat sekarang ini adalah konspirasi yang merupakan

senjatanya untuk menghadapi musuh sepanjang abad. Jadi jelas, jika umat

sudah meninggalkan akal dan bukti yang benar, ia akan menjadi mangsa

yang empuk bagi imperialisme."2136

Sumber Manhai Al-Akhbariyah dalam Melakul<an Istinbath

Hukum

Di depan telah dijelaskan tidak hanya sekali mengenai manhaj

pokok gerakan Al-Akhbariyah di dalam melakukan istinbath hukum

yang menempuh manhaj ushuliyyun Syiah ltsna Asyariyah. Barangkali

merupakan momen paling pas bila pada kesempatan ini menghadirkan

pernyataan yang dikemukakan oleh pendiri gerakan Al-Akhbariyah

ini di awal kitabnya Al-Fawa'id Al-Madaniyyah. Al-Istirabadi tidak mau

memberikan mukaddimah. Mayoritas isinya merupakan penjelasan tenang

rukun-rukun manhaj Al-Akhbari yang baru. Ia menulis Al-Fawa'id ini

tak ubahnya penjelasan atau komentar atas upaya Al-Ushuliyyun, ketika

beberapa orang terkemuka di Makkah hendak dibacakan kitab-kitab ushul

kepadanya. Syaikh Al-Istirabadi membagi sistematika buku ini menjadi

mukaddimah, dua belas pasal, dan penutup.

Mukaddimah berisi pendapat-pendapat yang yang dikemukakan

oleh Al-Allamah Al-Hilli dan pengikut-pengikutnya yang berlawanan

dengan pendapat mayoritas kelompok Imamiyah-semoga keselamatan

tercurah atas mereka. Perbedaan tersebut berkisar pada dua hal, yaitu

pertama, pengklasifikasian hadits-hadits di dalam kitab-kitab kami yang

diambil dari ushul karya para imam-semoga keselamatan tercurah atas

mereka dan urusan-urusannya - supaya ushul tersebut dijadikan rujukan

kaumSyiah di dalam akidah danamal mereka, terutama di masa ghaibnya

imam besar, supaya kesyiahan mereka tidak pudar. Diduga sebagian besar

hadits-hadits yang dimasukkan ke Calam ushul tersebut atas perintah para

imam - semoga keselamatan tercurah atas mereka - statusnya tidak shahih.

Kedua, di dalam persoalan-persoalan yang tidak menyangkut hal-hal

yang dharuriyyat (primer) di dalam agama dan madzhab, tidak ada dalil

qath'i dari Allah $6. Karenanya, terkait masalah ini Allah tidak memaksa

2136 Syaikh fa'far As-Sabhani, Tarikh Al-Fiqh Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 406.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1023

hamba-hamba-Nya kecuali beramal dengan mengikuti dugaan para

mujtahid, entah itu salah atau benar. Pernyataan Al-Hilli ini kemudian

menarik perhatiannya untuk merujuk pada kaidah-kaidah ushuliyyah

yang tertulis di dalam kitab-kitab umum yang berbeda dari hadits-hadits

yang diriwayatkan secara mutnwatir dari para imam yang suci-semoga

keselamatan tercurah atas mereka. Al-Hilli melupakan hal ini. Ketika

Tuhanku mengilhamiku dan mewajibkanku untuk menampakkannya,

tidak ada yang membuatku takut atas celaan orang yang mencela. Aku

pun menampakkan hal itu dan Allah memeliharaku dari celaan manusia.

Pasal pertama menerangkan pembatalan dibolehkannya berpegang

pada istinbath yangbersifat zhanni (dugaan), dan wajib berdiam diri ketika

tidak ada dalil qath'i dari Allah atau yang diriwayatkan dari para imam-

semoga keselamatan tercurah atas mereka.

Pasal kedua, menerangkan tentang membatasi diri di dalam

memahami persoalan-persoalan syariat yang tidak terlalu dharuri (primer),

baik terkait ushul (dasar) maupunytr ru' (cabang) dari para imam yang shadiq

(ujur) -semoga keselamatan tercurah atas mereka.

Pasal ketiga, menetapkan keudzuran mujtahid mutlak (abslolut).

Pasal keempat, membatalkan keterbatasan masyarakat di dalam

berijtihad dan bertaklid pada masa ghaibnya imam.

Pasal kelima, menerangkan hukum-hukum yang dihasilkan secara

zhanni (dugaan) untuk dijadikan pegangan oleh masyarakat umum, bukan

orang-orang khusus.

Pasal keenam, menutup pintu-pintu yang telah dibuka oleh masyarakat

umum di dalam melakukan istinbathhukum secara zhanni (dugaan) dengan

cara yang lebih terperinci (detil).

Pasal ketujuh, menerangkan orang-orang yang wajib dijadikan

rujukan oleh masyarakat umum di dalam keputusan hukum dan fatwanya.

(Mereka adalah para imam di zamannya dan para periwayat yang

meriwayatkan hadits dari para imam tersebut pasca ghaibnya mereka).

Pasal kedelapan, menerangkan jawaban terhadap masalah-masalah

yang diajukan untuk perkataan para imam- semoga keselamatan tercurah

1024 enSmopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

atas mereka-dan para pendahulu mereka-semoga Allah menyucikan

ruh-ruh mereka.

Pasal kesembilan, menerangkan pentashihan hadits-hadits di dalam

kitab kami melalui cara yang beragam atas pertolongan Allah ra'ala. Di

samping itu, juga menerangkan bolehnya berpegang kepada hadits-hadits

tersebut karena semuanya berstatus mutawatir jika dinisbatkan kepada para

pengarangnya. Juga, menerangkan kaidah-kaidah yang diletakkan oleh

para imam-semoga keselamatan tercurah atas mereka-supaya terhindar

dari kebingungan menyikapi hadits-hadits yang diperselisihkan.

Pasal kesepuluh, menerangkan istilah-istilah yang mengan dungbarwa

(kesulitan). Misalnya, di dalam memahami istilah nafsu ar-amri, al-hukmu

asy-syar'i, dan al-ashl yang memiliki arti dalil, hukum yang unggul, atau

pengertian senada lainnya.

Pasal kesebelas dan keduabelas menerangkan peringatan supaya

waspada terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para ulama

terkemuka. Pasal kesebelas menerangkan kesalahan-kesalahan kaum

Mu'tazilah dan Asy'ariyah, dan keduabelas menerangkan kesalahan-

kesalahan para filsuf dan para hukama (ahli hikmah). Tujuannya, supaya

menjadi jelas bagi orang-orang yang mempelajarinya bahwa kesalahan ini

bersumber dari pemikiran ulama ini, pada materi ini, dan pada bab ini. Di

samping itu/ supaya diketahui bahwa dalam hal ini,logika tidak terpelihara

(ma'shum) dari kesalahan dan tidak dapat menyelamatkan dari keraguan.

Karena itu, supaya terhindar dari kesalahan dan keraguary maka harus

berpegang teguh kepada orang-orang yang terpelihara (ma'shum)- semoga

keselamatan tercurah atas mereka -.

Penufup, menerangkan tentang intisari perkataan para pendahulu

kami - semoga Allah menyucikan ruh-ruh mereka - sebagai bentuk ikhtisar

dari apa yang telah kami jelaskan.

Jika Anda mempelaiari kandungan kitab kami ini, Anda akan

mendapati di dalamnya berbagai hakikat dan rahasia yang tidak dijumpai

di dalam kitab-kitab terdahulu dan kemudian dari karya parahukama (ahli

hikmah), fuqaha (ahli fikih), teolog dan ahli ushul. Ini merupakan sekelumit

contoh sesuatu yang dianugerahkan Tuhanku J& kepadaku.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1025

Pembaca kitab Al-Fawa'id Al-Madaniyyah akan menjumpai bahwa

praktik istinbath hukum akidah dan fikih-yang tidak dikategorikan

sebagai hal-hal dharuriyyat (primer) di dalam agama-menurut Istarabadi

hanya merujuk pada satu sumber, dan tidak ada duanya, yaitu riwayat

dari para imam yang makshum. Sebab, nash lahiriyah Al-Qur'an dan

hadits tidak akan berfungsi sebelum dijelaskan dan ditafsirkan melalui

jalur yang mereka tempuh. Dalam hal ini, tidak ada ruang bagi ijma' dan

ijtihad. Jika tidak ada hukum yang didengar dari para imam mengenai

suatu persoalan, maka bagi orang mukallaf tidak boleh melakukan sesuatu

kecuali berdiam diri atau mengambil tindakan berhati-hati. Sebab, suatu

perbuatan tergantung pada hukum yang datang dari para imam. Hal

inilah yang diketengahkan oleh syaikh Muhammad Amin Al-Istarabadi

di dalam mukaddimah kitabnya dengan sangat jelas, tanpa ada keraguan.

Mengenai Madzhab kelompok Akhbariyun dan manhaj yang ditempuhnya,

syaikh Al-Istarabadi berkata, "Madzhab yang dipegangi Akhbariyun

menyebutkan bahwa segala yang dibutuhkan oleh umat hingga Hari

Kiamat membutuhkan dalil qath'i dari Allah Ta'ala. Pun bahwa segala

hukum yang dibawa Nabi M, yangberhubungan dengan Kitabullah dan

Sunah Rasul-Nya-baik berupa nasakh, taqyid, takhshish, dan takwil-

terdapat dalam Al-Athirah Ath'Thahirah.

Sebagian besar Al-Qur'an dituturkan secara ta'miyah (samar) sesuai

dengan tingkat pemikiran masyarakat. Begitu juga adanya sebagian hadits-

hadits Nabi ffi.2137

Karena itu, tidak ada ialan bagi kita terkait hukum-hukum syariat

yang tidak kita ketahui, baik yang bersifat pokok maupun cabang, kecuali

merujuk pada hukumyang didengar dari para imam yangshadiq (benar) -

semoga keselamatan tercurah kepada mereka.

Tidak boleh melakukan istinbath hukum terhadap nash lahiriyah

Al-Qur'an dan hadits, selagi tidak diketahui keadaan keduanya dari para

imam-semoga keselamatan tercurah kepada mereka-bahkan, wajib

hukumnya berdiam diri dan berhati-hati di dalam keduanya.

21ZZ Di dalam dua tanda kutip dipublikasikan di tulisan elektronik tidak bernomer: As-

Sunnah An-NabawiyYah.

1026 ensitlopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Orang yang melakukan ijtihad terhadap hukum-hukum Allah d6,

sungguh ia telah berbohong dan berdusta atas nama Allah dc. Meskipun

hasil ijtihadnya benar, ia tidak akan mendapatkan pahala.

Tidak boleh memberikan keputusan hukum dan mengeluarkan fatwa

kecuali dengan dalil yang qath'i danyakin, dan jika tidak ada, maka wajib

bersikap t aw aq quf (diam).

Yang dimaksud dengan "yakin" pada pernyataan di atas terbagi

menjadi dua; Pertama, yakin atas hukum Allah terhadap persoalan yang

terjadi, dan kedua, yakin bahwa hukum tersebut datang dari para imam

yang makshum - semoga keselamatan tercurah kepada mereka. Para imam

ma'khum membolehkan kita melakukan suatu amal meskipun belum ada

hukum yang jelas dari mereka, tetapi dengan cara taqiyah (menyembunyikan

keyakinan). Dan, tidak boleh bagi kita menduga bahwa persoalan tersebut

sudah ada hukumnya dari Allah.

Di dalam pasal kedelapan yang menerangkan jawaban terhadap

masalah-masalah yang diajukan atas metode yang ditempuh kaum

Akhbariyun, Al-Istarabadi berupaya menolak pendapat Akhbariyun yang

memperbolehkan beramal dengan zhann (dugaan) yang berhubungan

dengan hukum-hukum Allah $5 atau penafiannya. Dengan pertimbangan,

hadits-hadits yang diriwayatkan dari para imam itu berpotensi kehati-

hatian. Ia juga menuturkary mayoritas hadits yang ditulis di dalam buku-

buku mereka memiliki status dalil y mg q ath' i dengan b antuan q ar in ah, b aik

berbentuk keadaan atau perkataan. Selanjutnya ia berkata, "Berpotensi

kehati-hatian tidaklah menyalahi yang kita sebut hak sebelumnya. Baginya,

cukup salah satu yang pasti. Pun bahwa model amal itu adalah kepastian

(al - q ath'). Hukum yang bersumber dari mereka Alaihimussal am brkanlah

zhan (dugaan) sebagai hukum Allah."

Atas dasar ini pula, Al-Akhbariyun membolehkan beramal dengan

ikhtiar di antara riwayat-riwayat yang bertentangan di dalam beberapa

kitab hadits, yang mereka pastikan shahih. sebab, konsep amal bagi mereka

adalah hukum itu bersumber dari para imam yang makshum.

Sebagai jawaban atas pertanyaan kesembilan yang berhubungan

dengan bagaimana Al-Akhbariyun mengamalkan tekstualitas firman

Allah,"Atau, kalian menyentuh perempuan" (An-Nisaa': 431; "Dan penuhilah

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1027

janji-janji kalian" (Al-Maa'idah: L); dan "lika kalian hendak shalat, basuhlah

w aj ah kalian" (Al-Maaidah: 5), serta tekstualitas sabda Rasulullah S, " Tidak

b erb ahay a dan tidak memb ahay akln. il 2138 Al-Akhbariyun menjawab, " Kami

mewajibkan kajian tentang keadaan keduanya (maksudnya, Kitabullah

dan As-Sunnah) dengan merujuk pada perkataan Al-Atirah Ath-Thahirah

Alaihimussalam. Jika kita sudah mendapatkan yang dimaksud, serta

mengetahui hakikatnya, barulah kita mengamalkannya. |ika tidak, kita

wajib mencari tahu."

Selain itu, tidaklah boleh berpegang pada yang dipegang kebanyakan

orang, yaitu bahwa Rasulullah tidak memilih seseorang untuk mengajarkan

setiap yang datang darinya, mengajarkan tafsir Al-Qur'an, termasuk nasakh,

qayd, takwil, dantakhshish. Bahkan, beliau menampakkan semua yang datang

darinya kepada para sahabatnya yang memenuhi syarat untuk menerima

dan menyebarkannya. Alhasil, sepeninggal beliau tidak te4adi fitnah yang

meniscayakan penyembunyiannya. Pun bahwa jika bukan karenanya,

penjelasan tidaklah terlambat dari waktu yang dibutuhkan.

Demikian itu karena madzhab ini meyakini bahwa Rasulullah telah

menyimpan segala sesuatu yang datang darinya kepada Al-Athirah Ath-

Thahirah Alaihimussalam. Selain itu, beliau juga memerintahkan umat

manusia untuk bertanya dan merujuk kepada mereka.

Akan tetapi, meninggalkan tekstualitas Al-Qur'an dan As-Sunnah

tidaklah dilakukan oleh seluruh Akhbariyun setelah Al-Istirabadi. Buktinya,

yang dilakukan Al-Muhaddits Al-Bahrani dalam uPaya mendekatkan

atau mengentaskan permusuhan di antara Ushuliyyun dan Akhbariyun.

Selain itu, penjelasan bahwa yang diklaim sebagai perbedaan di antara

keduanya tidaklah menghasilkan perbedaan di dalam maqam. Pun bahwa

mereka sebenarnya bukanlah kelompok eksklusif. Ia berkata, "Mereka

2L38 Diriwayatkan oleh Imam Malik secara mursal dalam Al-Muwaththa' (2/7a\, Asy-

Syafi'I di dalam Musnad-nya (hal. 224), Ad-Daruquthni di dalam Sunan-nya $/228)

secara mawshul danmarfu' dari hadits Abu Sa'id Al-Khudri Radhiallahu Anhu. Selain

itu, diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad-nya (1,/3131) secata marfu'

dari hadits Abdullah bin Abbas @, juga dari hadits Ubadah bin Ash-Shamit sE, di

dalam Al-Musnad (5 / 326).Di dalam kitab-kitab hadits Syiah Imamiyah ltsna Asyariyah,

diriwayatkan oleh Al-Kulaini di dalam Al-Kafi (5 / 280,293), Adh-Shaduq di dalam Man

LaYahdhuruhul Faqih (3/76,233), dan Syaikh Ath-Tha'ifah Ath-Thusi di dalam Tahdzib

Al- Ahkam (7 / 1,47, 1,64).

1028 enslttopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

menyebutkan, berdalil dengan Al-Kitab dan As-sunnah adalah kekhususan

spesifik (khashshah makhshus) bagi Akhbariyun, padahal perbedaan di

kalangan Akhbariyun sendiri terjadi. Di antara mereka Al-Muhaddits

Al-Istirabadi yang merupakan pembaharu bagi madzhab Akhbariyun di

masa-masa akhir, secara terang-terangan d i dalam Al-F awa' id Al-Madaniyyah

menyatakan tidak boleh beramal selain yang tafsirnya bersumber dari

kalangan ahlul 'ishamah salamullah alaihim. sementara itu, sebagian fokus

mengamalkan yang muhkamat saja, dan sebagian lagi lancang menakwilkan

y ang mu t asy abihat hingga menyerupai para i-r*. /' 213e

Al-Bahrani sendiri mengatakan demikian, meskipun ia lebih

cenderung pada Madzhab syaikh Al-Istirabadi. Ia berkata tentang Al-Kitab,

"Tidak ada perbedaan di antara para sahabat kami Al-Ushuliyyun di dalam

mengamalkan hukum syaria! sampai-sampai sejumlah mereka menulis

buku tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum fikih, yaitu

500 ayat. sementara itu, yang kami ketahui tentang Al-Akhbariyun dari

pemyataan mereka belakangan ini, cenderung berlebihan. Di antara mereka

ada yang melarang memahaminya secara mutlak, termasuk firman Allah,

"Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa" (Al-Ikhlash: 1), kecuali dengan

tafsir dari para ashhabul'ishmah. Akan tetapi, sebagian lagi membolehkan

hal itu sampai-sampai dibilang ikut-ikutan ahlul'ishmah Alaihimussalam di

dalam menakwilkan yang sulit dan memecahkan yang tidak jelas. sejatinya,

al-akhbar bertentangan dan berbenturan dari kedua belah pihak. Namun,

akhbar larangan lebih banyak jumlahnya dan lebih tegas."21ao

Manhaj inilah yang digiring oleh syaikh Al-Istirabadi di dalam

menyalahkan Mu'tazilah dan Asy'ariyah dalam menentukan kewajiban

pertama bagi orang mukallaf menurut persepsi ilmu kalam. para teolog

syiah ltsna Asyariyah juga ikut angkat bicara bersama mereka, kendati

berbeda pandangan bahwa kewajiban pertama adalah mengenal Allah,

atau mencermati sesuatu yang dapat menghasilkan pengetahuan ini.21a1 Ia

2139 Syaikh Yusuf Al-Bahrani, Al-Hada'iq An-Nadhirah (1/169).

2140 lbid,hlm.27.

21.4\ Llhat: penjelasan tentang pandangan teologis terhadap masalah iru; At-Fikr Al-Kalam

Al-ltsna lsyri Khilal Al-Qarnil Khamis Al-Hijri, studi komperatif terhadap pendapat-

pendapat Ahlu sunnah, (pandangan teolog syiah lmamiyah ltsna Asyariyah, ]hlm. 27,

53,80,81) dan (pandangan teolog Ahlu Sunnah, hlm. 8Z 88).

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1029

menyalahkan Mu'tazilah, Asy'ariyah, dan yang sependapat dengan mereka

dari kalangan Syiah ltsna Asyariyyah sendiri terkait masalah kewajiban

pertama ini.

Setelah menuturkan pandangan Ahlus Sunnah dan lainnya, ia

juga menyampaikan madzhabnya, bahwa kewajiban pertama adalah

mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat. Begitulah hadits-hadits

mutawatir yang bersumber dari Ahlul Bait dan tersambung kepada

Rasulullah e[i. syahadat ini mengandung makna mengenal Allatu mengenal

tauhid-Nya sebagai Pencipta alam semesta, bahwa Dia memiliki keridhaan

dan kemurkaary pun bahwa harus ada seorang guru yang diutus Allah

untuk mengajarkan hal-hal yang mengundang keridhaan dan kemurkaan-

Nya secara naluriah di dalam hati melalui ilham dari-Nya. Orang-orang

bijak berkata, "secara naluriah ketuhanary seorang bayi akan bergantung

pada susu ibunya."

Sebagai penjelasan, Allah-lah yang memberikan ilham hal-hal itu.

Dalam arti kata, menciptakannya di dalam hati mereka,lalu memberikan

ilham atau petunjuk yang nyata di depan masalah-masalah itu. selanjutnya,

Dia mengirim utusan kepada mereka, menurunkan Al-Kitab kepada

mereka, yang berisi perintah dan larangan. Singkat kata, tidak ada

kewajiban atxt taklif yang dibebankan kepadanya, kecuali setelah syariat

sampai kepadanya. Dan, mengenal Allah telah lebih dulu sampai kepada

mereka sebelum syariat, melalui beberapa tahapan ilham. Barangsiapa

menerima dakwah Rasulullatu akan timbul keyakinan di dalam hatinya

tentang kebenarannya. Hadits-hadits y ang mu t aw atir rneny atakan bahwa

tak seorang pun yang tidak menerima kebenaran, sampai hatinya memilih;

menerima atau menolaknya. Jadi, kewajiban pertama adalah menyatakan

secara lisan dua kalimat syahadat. Selain itu, hadits-hadits mutawatir

dari meeka Alaihimussalam iuga menyatakan, bahwa dari Allah jualah

pengenalan dan penjelasan, manusia hanya menerima yang diperkenalkan

oleh Allah Sc.

Prof. Dr. Mush'ab Al-Khair ldris As-Sayyid Mushthafa Al-Idrisi

1030 ensitlopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

4..1rr;l)ii:

IKHWAN ASH.SHAFA

IKHWAN ASH-SHAFA merupakan organisasi tersembunyi dan rahasia di

bidangpolitik dan filsaf at2layangbermetamorfosis dari sekte syiahradikal,

atau menurut pendapat yang paling shahih dari sekte Syiah Ismailiyah.2la3

Di dalam sejarah ideologi, organisasi ini dikenal dengan nama Ikhwan

Ash-shafa wa Khullan Al-wafa sebagaimana yang mereka sebutkan di

dalam Kitab Rasa'll mereka. Di samping itu, mereka juga menamakan diri

dengan sebutan Ahlul'Adl wa Abna'Al-Hamd.21a

Menurut mereka, ukhuwwah (persaudaraan) merupakan asas

kecintaan. Mereka berkata, "Persahabatan merupakan asas persaudaraan,

persaudaraan merupakan asas kecintaan, kecintaan merupakan asas

suksesnya semua urusan, dan suksesnya semua urusan menjadi asas

suksesnya negara." 211s Menurut mereka, ukhuwuah (persaudaraan) dapat

ditegakkan pada aspek-aspek lain selain agama dan tradisi. sosok saudara

yang sempurna atau orang yang mulia dalam pandangan mereka adalah

yangberdarah Paris, beragama Arab, bermadzhab Hanafi, menguasai saska

Irak, mengetahui bahasa Ibrani, mengikuti manhaj Al-Masih (Nabi Isa),

meneladani ibadahnya penduduk Syam, menguasai ilmu-ilmu yunani,

memiliki ketajaman hati seperti orang India, menempuh perjalanan orang

Sufi, berakhlak mulia seperti Al-Maliki dan berpikiran Rabbani.-21a6

21.42 SyaritYahya Al-Amin, Mu,iam Al-Firaq Al-lslamiyah. Penerbit: Dar Al-Adhwa,, cet. I,

Beirut, tahun 1989 M.

2L43 De Browne, makalah tentang ,.lkhwan Ash-Shafa" di dalam Ensiklopedi Islarn. penerbit:

Markaz Asy-Syariqah li AlJbda, Al-Faniy, tahun 1998 M, jld II, hlm. 563.

Ikhwan Ash-Shafa, Ar-Rasa,il. Penerbit: Dar Shadir, Beirut, jld I - XXL

Ibid., jld II, hlm, 328.

tbid., ildIr,}ltm,372.

2744

2145

2146

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1031

ftry

t*: ,:.,::.i, .

Istilah Ash-Shafa di kalangan kelompok Ikhwan Ash-Shafa berarti

kesucian spiritualitas yang secara hakiki dimiliki oleh orang-orang

tertentu-dan bukan sekedar majazi (formalitas). Ketahuilah wahai

saudaraku-semoga Allah meneguhkanhatimu- sungguh tidak ada jalan

menuju kesucian jiwa kecuali setelah sampainya jiwa tersebut pada batas

ketenangan di dalam urusan agama dan urusan dunia. Seseorang yang

masih belum sampai pada batas tersebut, maka ia belum layak disebut ahli

shafa' (orang yang memiliki kesucian jiwa). Ketahui pula wahai saudaraku,

bahwa kesucian jiwa yang hakiki dapat diraih manakala tidak ada sesuatu

pun dari kebutuhan jiwa yang suci dan bersih tersebut yang hilang.

Dengan diraihnya kesucian jiwa tersebut, maka jiwa menjadi tenang.21a7

Pada kesempatan lain, kelompok Ikhwan Ash-Shafa berkata, "Sesuatu

dapat diketahui dari lawan katanya; suci dengan kotor, adil dengan zalim,

sehat dengan sakit. Demikian juga, kesucian jiwa kelompok Ikhwan Ash-

Shafa diakui setelah mereka mamPu memurnikan kesabarannya dalam

menghadapi ujian, baik pada saat lapang mauPun sulit.'/21a8

para analisis berupaya menemukan asal mula mereka menamakan

dirinya dengan Ikhwan Ash-shafa. sebagian dari mereka berpendapat

bahwa nama tersebut diambil dari kisah yang terdapat di dalam buku

Kalilah dan Dimnah tentang Al-hamamah Al-muthawwaqah (Merpati

Berkalung) dan bagaimana ia bisa selamat dari perangkap karena bantuan

saudara-saudaranya yang memberikan nasehat.2lae Pesan moral dari

buku Kalilah dan Dimnah yang sarat dengan teladan dan peringatan

tersebut kemudian diinterpretasikan di dalam Rasa' il bahw akisah tersebut

mengajarkan tentang pentingnya tolong menolong sesama teman sebagai

wujud kasih sayang. Kisah di buku tersebut juga memaparkan kenyataan

bahwa sebuah persatuan dapat terurai, dan suatu perhimpunan dapat

tercerai-berai akibat ulah seorang oknum yang sengaja mengatur siasat

untuk mencerai-beraikannya lantaran disulut rasa Permusuhan dan

makar.2150 Demikianlah pendapat Browne, Goldziher dan tokoh orientalis

21,47 tbid., jld IV, hlm, 411, - 41'4.

21.48 lbid, l'irn, 270.

2'149 De Browne, makalah tentang olkhwan Ash-Shafa" di dalam Ensiklopedi lslam, ild II,

h1m.565.

2150 Jamil Sh allban,lkhwan Ash-Shafa. Penerbit: Da'irah Ma'arif - Qamus'Am li Kulli Man

Yathlub, Beirut, tahun 1967,ild LV, hIm.454.

1032 ensnopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

lainnya. Di dalam kitab Rasa'il Ikhwan Ash-Shafo terdapat ungkapan yang

menguatkan pendapat orientalis di atas. Di antaranya adalah ungkapan

berikut, "Ambillah pelajaran dari kisah merpati berkalung yang terdapat

pada buku Kalilah dan Dimnah, dan bagaimana ia bisa selamat dari

perangkap."21sl

Ada juga pemerhati sejarah yang menyebutkan bahwa nama Ikhwan

Ash-Shafa di ambil dari istilah shafa' al-ukhuwwah (kesucian persaudaraan)

di antara mereka. Dary ada pula yang mengemukakan pendapat selain itu.

Adapun nama-nama tokoh Ikhwan Ash-Shafa yang dikenal sebagai

penggagas organisasi ini adalah Zaidbin Rifa'ah (pendapat yang paling

unggul menyebutkanbahwa ia adalah pemimpin dari organisasi ini), Abu

Sulaiman Al-Maqdisi (diduga kuat, ia yang membukukan kitab Rasa'il

Ikhwan Ash-Shafa), Abu Hasan Az-Zanjaru, Abu Ahmad Al-Mihrajani dan

Al-Aufi.

Nama-nama itulah yang dikenal dari organisasi Ikhwan Ash-Shafa

dan yang tercatat di dalam kitab Rasa'il lkhwan Ash-Shafa. Untuk mengenal

lebih dekat tentang para penyusun Rasa'il lkhwan Ash-Shafa dan para

pendiri organisasi ini dapat merujuk pada Abu Hayyan At-Tauhidi

yang memaparkan hal itu secara detil di dalam kitabnya Al-lmta' wa Al-

Mu'anasah.z1s2 Di dalam kitab ini terdapat bab tersendiri yang mengungkap

tentang para penulis Ikhwan Ash-Shafa. Keterangan Abu Hayyan ini

kemudian dikutip oleh Al-Quthfi, dan akhirnya setiap orang yang hendak

menulis tentang Ikhwan Ash-Shafa mengutip pendapat Al-Quthfi.21s3

Mengenai masa kemunculan organisasi ini masih terjadi perbedaan

pendapat di kalangan para analisis sejarah. Ada yang berpendapat bahwa

organisasi ini muncul pada abad ke-4H/1,0 M. Pendapat ini yang banyak

dipegangi para analisis sejarah. Ada juga yang mengasumsikan lahirnya

organisasi ini pada penghujung abad ke-2 H dan memasuki awal abad

ke-3 H. Para pendukung pendapat ini-bersama mayoritas analisis sejarah

2151 Ikhwan Ash-Shafa, Ar-Rasa,il,jld I, hlm. 99.

2152 Abu Hayyan At-Tauhidi, Kitab Al-lmta, wa Al-Nlu>anasaft. Pentashih dan pensyarah:

Ahmad Amin dan Ahmad Zain. Penerbit: Al-Maktabah Al-Mishriyah, Beirut, jld II,

hlm.3 - 5.

2153 Ahmad Amin, Muqaddimah Kitab Al-lmta' wa Al-Mu'anasah li Abi Hayyan At-Tauhidi,

hlm. vi.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 1033

lainnya-dengan tegas menisbatkan Ikhwan Ash-Shafa kepada Syiah

Ismailiyah dan meyakini adanya hubungan erat di antara keduanya.

Bahkan, diduga kuat bahwa lkhwan Ash-Shafa adalah pendiri filsafat

Ismailiyah.2ls4Ada pula analisis sejarah lainnya yang berpendapat bahwa

organisasi Ikhwan Ash-Shafa muncul pada paruh akhir abad ke-2 H dan

memasuki paruh awal abad ke-3 H. Menurut mereka, Kltab Rasa'll telah

mulai diterbitkan pada masa itu, namun belum disempurnakan seperti

bentuk saat ini hingga memasuki awal abad ke-4 H.21ss

Mengenai tempat lahirnya organisasi Ikhwan Ash-Shafa juga masih

terjadi persilangan pendapat. Ada analisis sejarah yang menyebutkan

bahwa organisasi ini dirintis dan muncul di Basrah.21ff Penganut pendapat

ini sepertinya dipengaruhi oleh pemyataanAbu Hayyan At-Tauhidi yang

dikutip dari Zaid bin Rifa'ah, ia berkata, "Zaid tinggal di Basrah dalam

waktu yang cukup lama. Di sana ia berjumpa dengan sebuah organisasi

yang berupaya menghimpun seluruh fak ilmu dan menekuni beragam

pekerjaan.2lsT Ada juga pemerhati lain menyebutkan bahwa pusat dakwah

Ikhwan Ash-Shafa dan awal mula kemunculannya-yang seperti gerakan

pasukan perang - adalah di kota Salamyah Syam. Pada tahap selanjutnya,

berdiri pula cabang-cabang organisasi ini di berbagai belahan negeri.

Namun, para imam terselubung-di mana Kitab Rasa'il lkhtaan Ash-

Shafa diahliasikan kepada salah satu dari mereka-menyebutkan bahwa

Salamyah merupakan pusat pergerakan Ikhwan Ash-Shafa.21s8

Para anggota organisasi ini tersebar ke seluruh belahan negeri Islam.

Mereka menuturkan, "Ketahuilah wahai saudaraku-semoga Allah

meneguhkan hati kita dengan ruh-Nya-sesungguhnya kita memiliki

saudara dan teman dari kalangan oranS-orang mulia yang tersebar di

seluruh rregeti."2lse

2154 Arif Tami, Haqiqah lkhwan Ash-shafa wa Khullan Al-wafa, Beirut, tahun 1957 M, hlm.

7 -8.

2155 Dr. Muhammad Farid Hijab, Al- Ealsafah As-Siyasiyyah .lnda lkhwan Ash-Shafo. Penerbit:

Hai,ah Al-Mishriyyah Al-,Ammah li Al-Kitab, Kairo, tahun 1982M, hlm. 47'

2156 Al-\az1ji dan Karam , A,lam Al-Falsafah Al: Arabiyah. Penerbit: Maktabah Libanon,

tahun 1990, hlm.400.

2157 At-Tauhidi, Al-Imta' wa Al-Mu'anasah, ild.II, hlm' 4.

2158 Arif Tamir, Haqiqatu lkhwanish Shafa Wa l(hullanil Wafa, hlm. 10 dan 11 .

2159 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa'il, ild IV, hlm. 188.

1034 ensitlopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

A. Beberapa Faktor Penyebab dan Tuiuannya

Di antara faktor penyebab Ikhwan Ash-Shafa membentuk organisasi

ini adalah karena mereka mengklaimbahwa syariat Islam telah dinodai oleh

berbagai kejahilan dan dilumuri berbagai kesesatan. Tidak ada jalan untuk

membersihkan dan menyucikannya kecuali dengan filsafat. Sebab, filsafat

menghimpun hikmah (kebijaksanaan) dalam berakidah dan kemaslahatan

di dalam berijtihad. Mereka berasumsi bahwa jika filsafat Yunani dan

syariat Islam ditata sedemikian rupa, maka akan tercapai formula yang

sempurna.2160

Sangat tampak kepada Ikhwan Ash-Shafa bahwa merebaknya

perselisihan di antara firqah (sekte) dan menjamurnya bid'ah di antara

rnereka telah membawa pada lemahnya jiwa dalam beragama. Karena itu,

harus ada upaya untuk mengembalikan semangat jiwa tersebut dengan

cara menguatkan keimanan di dalam jiwa dan membuat jiwa tenang

dengan keimanan tersebut. Hal itu dapat ditempuh dengan cara menepis

keraguan dengan dalil dan menopang kebenaran dengan bukti. Kelompok

Ikhwan Ash-Shafa sangat menyadari pentingnya hal itu dan berusaha

merealisasikannya dengan bantuan ilmu-ilmu' aqliyah (rasional).

Kitab Rasa'il mereka menegaskan bahwa mereka menjadikan ilmu

sebagai alat untuk membersihkan jiwa dan menguatkan iman. Para

analisis memahami bahwa Ikhwan Ash-Shafa berupaya rnelakukan ta@

(rekonsiliasi) keilmuan sebagaimana dipaparkan oleh At-Tauhidi ketika

membicarakan Kitab Rasa'il mereka. At-Tauhidi berkata, "Kitab Rasa'il

Ikhwin Ash-Shafa memuat segala fak ilmu tanpa ada kata puas atau

cukup. Di dalamnya terdapat persoalan-persoalan khurafat, kinay ah, talfiq

(rekonsiliasi), dan talziq (unrtikasi).2161 Di dalam l(ttab Rasa'll mereka yang

membahas tema-tema beragam disebutkan bahwa setelah masa Khulafa'ur

Rasyidin, kondisi masyarakat semakin memburuk dan moralitas kian

rapuh, sehingga merebaklah tindak kezaliman, kekerasan, penipuan dan

makar. Faktor inilah yang menjadi penyebab redupnya persaudaraan dan

terputusnya tali kekerabatan. Tidak ada jalan untuk menyelamatkan diri

dari carut marutnya dunia dan meraih kenikmatan akhirat kecuali dengan

2160 Abu Hayyan At-Tauhidi, Kitab Al-lmta'wa Al-Mu'anasah, jldll, hlm. 5.

2161 rbid.,5-6.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1035

saling tolong-menolong sesama saudara. Ketahuilah wahai saudaraku!

Anda harus yakin bahwa Anda tidak akan sanggup menyelamatkan dirimu

dari musibah dunia ini. Karenanya, demi keselamatanmu, Anda pasti butuh

kepada saudara yang bisa memberimu nasehat.2162

Tujuan yang menjadi target Ikhwan Ash-Shafa setelah tali ukhuwah

(persaudaraan) menjadi kuat dan kerjasama dapat terwujud sempurna

adalah "membangun negara spiritualitas yang unggul", di mana

kehidupan spiritualitas kembali bersinar untuk yang kedua kalinya seperti

pada masa Khulafa'ur Rasyidin. Mereka berkata, "Setelah syarat-syarat

untuk membangun persaudaraan yang suci terpenuhi, maka kita harus

bekerjasama menghimpun kekuatan fisik kita sehingga menjadi satu

kekuatary dan menata jiwa kita sehingga menjadi satu tatanan yang mapan

untuk membangun negara spiritualitas yang unggul,2163 yang sekiranya

mereka yakin bahwa kekuatan kelompok kejahatan sudah lumpuh dan

gerakan spiritualitas mereka telah menyebar ke seluruh belahan bumi. Di

samping itu, mereka juga yakin bahwa setelah kekuatan mereka lumpuh,

kejahatan tidak semakin bertambah, melainkan semakin menyusut dan

berkurang. Kelompok kebaikan awalnya terbentuk dari orang-orang baik

dan mulia. Mereka berkumpul di suatu daerah dengan satu ideologi, satu

agama dan satu madzhab, sehingga mereka laksana satu tubuh di dalam

segala urusannya dan laksana satu jiwa di dalam sistem penataannya.2le

Lebih dari itu, barangkali organisasi Ikhwan Ash-Shafa memiliki

tujuan politik, yaitu menggulingkan sistem pemerintahan Al-Abbasi dan

menyerahkan kehilafahan kepada Ahlul Bait (keluarga Nabi ffi). Untuk

tujuan ini, mereka melakukan persiapan matang dengan cara membangun

kesatuan ideologi demi suksesnya rencana penggulingan tersebut. Namury

rencana tersebut tidak segera mereka realisasikan secara politis seperti

yang mereka targetkan. Dan, meskipun setelah itu gerakan Ismailiyah

telah berhasil membangun daulahnya di Afrika Utara kemudian di Mesir.

Demi merealisasikan tujuan yang telah mereka targetkan, maka

ditentukanlah markas dakwah mereka dan dibuatlah prinsip-prinsip dasar

Ikhwan Ash-Shafa, Rasa,il, Kairo, tahun 1928,1ld I, hlm.62.

tbid., jld IV, hlm. 220

tbid., jld IV, hlm. 235

21,62

2-t63

2154

1036 ensittopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

yang sekiranya dapat memuluskan usaha mereka dalam merealisasikan

tujuannya tersebut.

Di antara prinsip-prinsip dasar yang mereka pegang adalah as-sirriyah

(rahasia) atau al-kitman (tersembunyi) dan taqiyah (menyembunyikan

keyakinan). Karena itu, Ikhwan Ash- Shafa memiliki majelis pertemuan

khusus pada waktu-waktu tertentu yang tidak boleh diikuti selain dari

kelompok mereka, di mana pada saat itu mereka mendiskusikan keilmuan

mereka dan mendialogkan kerahasiaan mereka.2165 Di antara prinsip-prinsip

dasar lainnya adalah memperluas jaringan mereka dalam menyebarkan

keilmuan mereka. Hal itu mereka lakukan dengan cara mendirikan cabang-

cabang untuk anggota-anggota mereka di berbagai belahan negeri Islam.

Mereka menganjurkan anggotanya yang tergolong cendekiawan untuk

bergabung dengan anggota-anggota lainnya dari berbagai lapisan dan

membangunukhuwah (persaudaraan) dengan mereka, sehingga di dalam

kelompok mereka terdapat saudara dan teman dari kalangan orang-

orang mulia dan utama yang menyebar di seluruh penjuru negeri..."Kami

menganjurkan setiap kelompok dari kami ada satu orang yang diangkat

menjadi wakil kami untuk melayani mereka dan menyampaikan nasehat

kepada mereka dengan cara yang santun, penuh kasih sayang dan lemah

lembut./,2166

Di dalam prinsip-prinsip dasar mereka juga tertuang bahwa dalam

rekrutmen anggota hendaknya memperhatikan keselarasan ruhani dan

pemikiran mereka dengan Ikhwan Ash-Shafa. Anggota yang direkrut

hendaknya orang yang memiliki kecenderungan terhadap Ikhwan Ash-

Shafa, atau orangyangmudahuntuk dididik menjadi bagian dari kelompok

ini. Karena itu, seleksi rekrutmen lebih ditujukan pada generasi muda

yang memiliki semangat fanatisme kelompok. Jika telah menemukan yang

pemuda sesuai dengan karakter tersebu! maka "hendaknya Anda tidak

menyibukkan diri melayani orang-orang tua yang sudah sepuh, di mana

pada masa mudanya mereka telah dijejali pemikiran-pemikiran sesat,

memiliki kebiasaan buruk dan perangai yang liar, karena mereka hanya

akan membuat Anda kewalahan dan mereka pun tidak akan berubah

2'165 tbid.,jld IV, hlm. 105

21.66 tbid., jld IV, hlm. 214

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1037

menjadi baik. Karena itu, dekatilah anak-anak muda yang memiliki jiwa

bersih, berperangai baik, bersemangat dalam menunfut ilmu, menempuh

jalan kebenaran dan jalan akhirat, meninggalkan hawa nafsu dan

perdebatary dan tidak fanatik terhadap madzhab apapun.2167

Prinsip-prinsip dasar lainnya menyebutkan bahwa mereka harus

bersemangat membangun persaudaraan dan mengutamakannya. Dalam

hal ini, mereka memberikanpenekanan khusus unfuk senantiasa memper-

juangkannya, menjalinnya dengan baik, dan mengutamakannya meskipun

di atas kerabat yang paling dekat sekalipun. Sebab, hubungan ukhuwah

(persaudaraan) merupakan hubungan ruhiyah (kejiwaan) yang melebihi

hubungan kekerabatan secara fisik, di mana tujuannya hanya demi

kemaslahatan dan bukan tujuan lain. "Jika Anda sudah mendapatkan

saudara seperti itu, hendaknya Anda mengutamakannya melebihi seluruh

teman dan kerabatmu. Sebab, ia lebih baik dari anakmu sendiri yang keluar

dari sulbimu, dari saudara kandungmu, dan dari istrimu yang seluruh

usahamu Anda curahkan kepadanya. Pahamilah haknya seperti Anda

memahami hak-hak mereka. Bahkan, Anda harus memperhatikannya

melebihi mereka semua, karena ia mencintaimu atas dasar kemaslahatan

yang selalu hendak mereka berikan kepadamu dan kemudharatan yang

selalu hendak mereka singkirkan darimu. Saudaramu itu tidak memiliki

tujuan di luar itu. Bahkan, ia menganggap dirinya dan dirimu adalah

satu jiwa di dalam dua tubuh yang berbeda. Ia merasa bahagia, jika Anda

bahagia dan ia ikut sedih jika Anda dirundung kesedihan."216

Di antara hak-hak persaudaraanyangharus diperhatikan adalah saling

tolong menolong dengan tekad yang bulat antara sesama saudara. Prinsip

ini akan membuahkan kedekatan ruhani, pemikiran dan tatanan sistem di

antara mereka. Di dalam penataan sistem, mereka sangat memperhatikan

prinsip keteraturan. Mereka mengklasifikasi anggota-anggotanya ke dalam

empat tingkatan berdasarkan peringkat berkembangnya keilmuan dan

kematangan ruhani. Mereka menjadikan kunci klasifikasi ini berdasarkan

tingkatan usia.

tbid., jld IV, hlm. 114.

lbid, jld IV, hlm. 112.

21.67

21.68

1038 ensinopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

Klasifikasi pertama adalah tingkatan orang-orang yang memiliki

multi talenta. Mereka disebut juga dengan A l-Abrar dan Ar-Ruhama', y aitu

mereka yang memilikj al-quwwah al:aqilah (potensi berpikir) yang dapat

membedakan makna-makna inderawi dan akhirnya mewarisi al-quwwah

an-nathiqah (potensi bertutur). Tingkatan ini ditempati orang-orang yang

berusia kira-kira 25 tahun.

Klasifikasi kedua adalah tingkatan orang-orangyang tergolong ar-

ru'asa'(para pemimpin) yang mahir di bidang politik. Mereka disebut juga

dengan al-akhyar al-fudhala' (orang-orang pilihan dan memiliki kemuliaan),

karena mereka memiliki al-quwwah al-hakimah (potensi kebijaksanaan) yang

pada akhirnya mewarisi al-quwwah Al:aqilah (potensi berpikir). Tingkatan

ini ditempati orang-orang yang usianya kira-kira 30 tahun.

Klasifikasi ketiga adalah tingkatan al-muluk (para raja) yang memiliki

kekuasaan. Mereka disebut juga dengan al-fudhala' Al-kiram (orang-orang

utama yang memiliki kemuliaan), karena mereka memiliki al-quzoutah

an-namusiyah (potensi ilham) yang masuk ke dalam jiwa. Tingkatan ini

ditempati orang-orang yang berusia kira-kira 40 tahun.

Klasifikasi keempat adalah tingkatan Arbab At-Taslim (orang-orang

yang berserah diri) dan musyahadah al-haq (menyaksikan kebenaran yang

nyata), karena mereka memiliki al-quwwah al-malakiyyah (potensi malaikat)

yang biasanya dicapai pada usia 50 tahun ke atas.216e

Barangkali yang dimaksudkan pada klasifikasi pertama adalah

masa futuwwah (kepemudaan), yaitu sebuah masa yang mengidolakan

kesuksesan.

Pada klasifikasi kedua adalah masa dewasa, yaitu masa untuk

mengukuhkan ma'rifat.

Klasifikasi ketiga adalah masa orang tua yang ditandai dengan

kemampuan merealisasikan kelimuan.

Adapun klasifikasi keempat adalah terbitnya masa sepuh yang

ditandai dengan kematangan ruhani dan pola pikir. Demikianlah klasifikasi

keanggotaan yang ditetapkan oleh Ikhwan Ash-Shafa.

21.69 tbid., jld IV, hlm. 119 -120.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1039

Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yangberada pada tingkatan

keempat mengemban rahasia yang berhimpun dalam diri mereka, dan

rahasia tersebut menjadi hilang bersamaan dengan wafatnya mereka.

B. Rasa'il lkhwan Ash-Shala (Kumpulan Tulisan lkhwan Ash-Shafa)

Kumpulan Ikhwan Ash-Shafa memuat berbagai fak ilmu dan

pengetahuan serta sistem berpikir dan bertindak yang dipedomani

oleha anggotanya. Risalah tersebut merupakan rujukan utama di dalam

mempelajari pandangan-pandangan Ikhwan Ash-Shafa dan program kerja

organisasinya.

Namury terjadi silang pendapat mengenai jumlah Rasa'il (kumpulan

tulisan) tersebut berikut ragam ilmu dan pengetahuan yang terkover di

dalamnya. Termasuk yang menjadi perselisihan juga adalah mengenai

munculnya organisasi Ikhwan Ash-Shafa, masa perkembangannya dan

tempat yang menjadi markasnya sebagaimana disebutkan di depan.

Perselisihan pertama yang kami jumpai pada organisasi Ikhwan

Ash-Shafa adalah mengenai jumlahRasa'il mereka. Di dalam daftar Rasa'il

tersebut dituturkan bahwa jumlah Rasa'il mereka terdiri dari 52 risalah

(epistle) dari berbagai fak ilmu, hukum, adab dan makna hakiki.2170 Ada

di antara mereka yang menyatakan bahwa Rasa'il tersebut terdiri dari 52

risalah yang dilengkapi dengan risalah khusus tentang cara membersihkan

jiwa dan memperbaiki etika.2171 Ada pula dari mereka yang menyebutkan

bahwa Rasa'il tersebut terdiri dari 5L risalah.2172

Namun, pendapat yang paling kuat mengenai jumlah Rasa'il tersebut

adalah 52 risalah, persis seperti yang sampai kepada kami, dan kami baca

dalam bentuk yang sudah tercetak.

Mengenai materi yang terdapat di dalam 52 risalah tersebut, kami

menjumpainya terklasifikasi dalam bentuk pasal yang mengkaji berbagai

fak ilmu yang dibutuhkan manusia. Secara garis besar, fak ilmu tersebut

terbagi menjadi tiga, yaitu:

1.) Al-'llm Ar-Riyadhah (Ilmu Matematika)

2170 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa,il. Penerbit: Thab,ah Daru Shadir, Beirut, jld I, hlm. 21.

217't tbid., jld I, hlm.43

2172 lbid., jld I, hlm. 282danjld IV, hlm. 282

1040 ensltctopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

2) Al-'Ulum Asy-Syar'iyyah Al-Wadh'ayoh(ilmu-ilmu Syariat Terapan)

3) Al:Ulum Al-Falsafiyyah Al-Haqiqiyah (Ilmu-ilmu Filsafat Esensial)

Menurut mereka, Al-'Ilm Ar-Riyadhah (Ilmu Matematika) adalah

ilmu adab (etika) yang banyak diterapkan untuk mencari penghidupan

dan memperbaiki urusan kehidupan dunia. Ilmu ini terdiri dari sembilan

jenis, yaitu; 1)'llm Al- Kitabahwa Al-Qira'ah (Ilmu Menulis dan Membaca);

2) 'llm Al-Lughah wa An-Nahrui (Ilmu Bahasa dan Gramatika); 3) 'llm Al-

Hisab wa Al-Mu'amalah (llmu Hitung dan Muamalah); 4) 'llm Asy-Syi'ri wa

Al-'Arudh (Ilmu Syair dan Sastra);5) 'llm Az-Zajl wa Al-Fa'l (Ilmu Zodiak

dan Ramalan); 6) 'llm As-Sihri uta Al-'Aza'im (Ilmu Sihir dan Azimat);7)

'llm Al-Kimiya' zoa Al-Hayl (Ilmu Kimia dan Mekanika); 8)'llm Al-Harf wa

Ash-Shana'i' (Ilmu Keterampilan dan Kerajinan);9) 'Ilm Al-Bai'wa As-ySyira'

(Ilmu Jual Beli). Termasuk ke dalam kategori ilmu ini adalah Ilmu Bisnis,

Ilmu Reproduksi, dan Ilmu Sejarah.

Sedangkan Al-' Ulum Asy-Syar' iyyah Al-Wadh' iy ah (Ilmu-ilmu Syariat

Terapan) adalah ilmu yang memiliki spesialisasi untuk mengobati jiwa,

memperbaiki hati dan mencari kebahagiaan akhirat. Ilmu ini terdiri dari

enam jenis, yaitu; 1)'Ilm At-Tanzil (Ilmu Al-Qur'an); 2)'llm At-Ta'wil (Ilmu

Penafsiran);3) 'Ilm Ar-Riwayat zoa Al-Akhbar (Ilmu Riwayat dan Hadits); 4)

'llm Al-Fiqh wa As-Sunan wa Al-Ahkam (Ilmu Fikih, Sunnah, dan Hukum);

5) 'llm At-Tidzkar wa Al-Mauta'izh wa Az-Zuhd wa At-Tashawwuf (Ilmu

Peringatan, Nasehat, Zuhrd, dan Tasawuf); dan 6) 'llm Ta'utilil Manamat

(Ilmu Takwil Mimpi).

Orang-orang yang ahli di bidang tanzil (Al-Qur'an) adalah ahli qira'ah

dan para penghapal Qur'an. Orang-orang yang ahli di bidang ta'wil

(penafsiran) adalah para imam dan pengganti para Nabi. Orang-orang

yang ahli di bidang riwayat adalah para ahli hadits. Orang-orang yang ahli

di bidang hukum dan sunnah adalah para fuqaha. Orang-orang yang ahli

memberikan peringatan dan nasehat adalah para ahli ibadah, ahli zuhud,

para rahib dan orang-orang semisal mereka. Adapun orang-orang yang

ahli di bidang takwil mimpi adalah paranormal.

Adapun Al -' Ulu m Al - F al s afiy ah Al -H a q i qiy ah (llrnu-ilmu Fi lsaf at

Esensial) terbagi menjadi empat jenis, yaitu;

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1041

1 ) Ar-Riy adhiyy af (Matematika), yang m eliputt Al-' Adad (Antmettka), Al-

Handasah (Geometri), An-N uj um (Astronomi) dan Al-Musl4i (Musik).

2) Al-Manthiqiyyat (loglka), yaitu cara untuk menggubah syair, pidato,

debat, dalil, dan cara-cara mengetahui penyebab kesalahan di dalam

berdiskusi dan berdebat. Lebih dari itu, logika berarti cara untuk

mengetahui ilmu yang menjadi pengantar terhadap prinsip kerja

logika

3) Ath-Thabi'iyyat (Fislka), yang mencakup genealogi, kosmologi,

meteorologi dan kerusakannya, ilmu iklim dan cuaca, ilmu tambang,

botani, dan zoologi.

4) Al-llahiyyat (Ketuhanan), /aitu ilmu tentang mengenal Sang Pencipta

I alla I alaluhu, ilmu tentang alam ruhani (malaikat), ilmu kejiwaan, ilmu

politik dan ilmu keakhiratan.2lre

Jika dilihat berdasarkan klasifikasinya, maka Rasa'il Ikhwan Ash-Shafa

terbagi ke dalam empat klasifikasi utama, yaitu;

L) Ar-Rasa'il Ar-Riyadhiyah At-Ta'limiyah Al-Falsafiyah (Risalah Matematika

Pembelajaran Filsafat) t y ang terdiri dari'1,4 risalah.

2) Ar-Rasa'il Al-lnsmaniyyah Ath-Thnbi'iyyah (Risalah Fisika), yang terdiri

dariT risalah.

3) Ar-Rasa'il An-Nafsaniyyah Al-'Aqliyyah (Risalah tentang jiwa dan Akal),

yang terdiri dari t0 risalah.

4) Ar-Rasa' il An-N amusiyy ah Al-llahiyy ah w a Asy - Sy ar' iyy ah Ad-Diniyy ah

(Risalah tentang Ilham Ketuhanan dan Syariat Keagamaan), yang

terdiri dari 10 risalah.

Sebenamya, semua ensiklopedi di atas tidak keluar dari pembagian tiga

fak ilmu yang telah dijelaskan di depan, yaitu Ar-Riyadhah (Matematika),

Ath-Thabi'iyyah (Fisika), dan Al-llahiyyah (Ketuhanan). Hanya saja, mereka

memerinci kembali materi-materi yang tercakup ke dalam tiga fak ilmu di

atas sesuai dengan formula keagamaan dan madzhab yang dianut.

Jika diteliti, tema-tema di dalam Rasa'il tidak tertata secara rapi.

Terkadang di dalamnya terdapat banyak pengulangan dan materi yang

2173 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa'il. Penerbit: Daru Shadir, Beirut, jld l,hlm.266 - 275.

1042 ensimopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

tumpang tindih. Hanya saja, kitab tersebut dihrlis dengan menggunakan gaya

bahasa yang mudah dicema, sehingga seperti sebuah karya yang disusun

oleh satu orang penulis. Adapun gagasan, tema dan persoalan-persoalan

yang diangkat bersumber dari anggota senior Ikhwan Ash-Shafa.217a

Namury kami tidak berani memastikan sumber-sumber yang dijadikan

rujukan oleh Ikhwan Ash-Shafa terkait ilmu, pengetahuan dan filsafatyang

mereka masukkan di kitab Rasail-nya. Kami hanya bisa berasumsi:

Pertama,kelompok Ikhwan Ash-Shafa mengakui bahwa mereka tidak

mencukupkan diri dengan ilmu tertentu, tidak membatasi diri dengan

kitab tertentu dan tidak bersikap fanatik terhadap madzhab tertentu.

"Kami melihat bahwa madzhab yang kami anut melampaui semua

madzhab yang ada. Madzhab yang kami pegangi menghimpun ilmu secara

keseluruhan." Sebab, mereka belajar dari seluruh wujud berikut rahasia

yang dikandungnya, baik secara inderawi maupun aqli, dari yang klasik

hingga modern, dan yang tampak maupun yang samar, dengan sudut

pandang yang hakiki bahwa semua itu berasal dari sumber yang satu,

alasan yang satu, alam yang safu, dan jiwa yang s21r.2175

Pada kesempatan lain, mereka menegaskan, "Ketahuilah wahai

saudaraku! Sesungguhnya kami tidak mencukupkan diri dengan ilmu

tertentu, kami tidak fanatik terhadap madzhab tertentu, dan kami tidak

membatasi diri dengan kitab tertentu, terutama yang disusun oleh para

hukama' (ahli hikmah) dan para filsuf (ahli filsafat) di dalam berbagai fak

ilmu, dan di dalam segala hal yang merupakan buah pemikiran dan hasil

penyelidikan mereka yang amat tel7tr.2176

Namun demikian, meskipun secara teoritis mereka berikrar bahwa

mereka tidak memiliki sifat fanatik, tetapi di dalam praktiknya, mereka

tidak bisa secara total melepaskan diri dari sikap fanatik dalam membela

pandangan madzhab mereka dan akidah-akidah yang dipeganginya.

Secara garis besar, sumber-sumber ilmu dan pengetahuan yang

dijadikan rujukan oleh Ikhwan Ash-Shafa di dalam kitab Rasa'il-nya adalah

sebagai berikut:

2174 Al-Yaziji dan Karam, A'lam Al-Falsafah Al-'Arabiyah, hlm. 410.

21.75 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa,il,jld IV, hlm. 4L - 42.

2176 lbid., jld IV, hlm.167.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1043

1) Buku-buku karya para hukama (ahli hikmah) dan filsuf, seperti

Bathlimus, Pytagoras, Aristoteles, Porphyrius, Plato dan Socrates.

]uga filsafat dari Yunani, Persia dan India, terutama buku Kalilah dan

Dimnah.

2) Sumber rujukan kedua adalah kitab-kitab langit yang diwahyukan,

seperti Taurat, Injil, Al-Qur'an dan lainnya. Mereka berkata, "sumber

yang menjadi rujukan dan pegangan kami adalah kitab-kitab yang

diturunkan kepada para Nabi-semoga shalawat Allah tercurah atas

mereka-dan risalah yang diturunkan kepada mereka serta berita,

ilham dan wahyu yang disampaikan oleh para malaikat kepada

mereka."21z

3) Sumber ketiga adalah kitab yang terjabar di alam semesta yang

terbentang luas ini, seperti benda-benda alam berikut fenomenanya

yang dijadikan bahan renungan. Mereka berkata, "Kami memiliki

kitab bacaan yang disaksikan oleh seluruh manusia. Sayangnya,

mereka tidak berusaha membacanya dengan baik. Kitab bacaan

tersebut adalah segala benda di alam semesta yang terdiri dari susunan

orbit-orbit benda langit, zodiak, gerakan planet, pusat peredaran tata

surya, antropologi, botani, dan zoologi.2178

4) Sumber rujukan lainnya adalah yang disebut dengan kitab-kitab

ilahiyah yang tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang

suci seperti malaikat. Kitab-kitab tersebut berupa esensi jiwa, jenis-

jenisnya, macam-macamnya, bagian-bagiannya, perubahannya

di dalam tubuh, gerakannya, dorongannya terhadap terciptanya

perbuatan lahir dari satu kondisi menuju kondisi lair..217e

Itulah sumber-sumber yang dijadikan rujukan oleh Ikhwan Ash-Shafa

di bidang ilmu dan filsafat mereka. Mereka juga memanfaatkan buku-

buku tentang sejarah agama-agama, sekte-sekte Islam dan non Islam yang

muncul di masa mereka. Jadi, mereka seolah membuat ensiklopedia yang

menghimpun berbagai macam pengetahuan yang berkembang di masanya

dengan dilengkapi interpretasi mereka sesuai madzhab tertentu.

2177 lbid., jld IV, hlm. 42 dan167.

2178 tbid., jld IV, hlm. '167 - 1.68.

2179 tbid., jld IV, hlm.42.

1044 ensitf opedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Di antara penilaian terhadap Rasa'il lkhwan Ash-Shafa, ada yang

menyebutkan bahwa kitab tersebut mirip dengan ensiklopedia yang

mencakup seluruh cabang ilmu pada masa itu.218o Kandungan Kitab Ras a' il

tersebut dipengaruhi oleh filsafat Yunani dan lainnya, termasuk ilmu-ilmu

klasik dari peradaban Islam dan ilmu-ilmu hasil ijtihad kaum muslimin

pada masa itu yang mencapai masa keemasannya.

Bagian pertama dari Kitab Rasa'il diwarnai oleh pemikiran Pytagoras,

Plato, dan Aristoteles.

Bagian kedua diwarnai oleh fisika-nya Aristoteles.

Bagian ketiga sangat kental dengan pemikiran Pytagoras, Plato, dan

Aristoteles.

Bagian keempat menghimpun seluruh unsur pemikiran yang diwamai

filsafat Islam, baik filsafat Timur, filsafat Barat, filsafat murni, filsafat ilmu,

filsafat agama, filsafat sastra, dan filsafat seni. Bahkan termasuk di dalamnya

adalah persoalan-persoalan takhayul dan mitos.2181

Akibat perkawinan antara pemikiran Ikhwan Ash-Shafa dengan

pemikiran-pemikiran filsafat lainnya, dan kecenderungan mereka terhadap

konsep taufiq dan talfiq (rekonsiliasi) antara filsafat sekular dan filsafat

Islam, akhirnya pemikiran Ikhwan Ash-Shafa kurang begitu di terima di

kalangan Islam. Mengenai hal itu, At-Tauhidi menyifati Rasa'il sebagai

berikut, "Kitab Rasa'il Ikhwan Ash-Shafa memuat segala fak ilmu tanpa

ada kata puas atau cukup. Di dalamnya terdapat persoalan-persoalan

khurafat, kinayah, talfiq (rekonsiliasi) dan talziq (unifikasi). Kebenaran

di dalamnya hampir tidak tampak, karena kesalahannya lebih dominan

daripada kebenarannya.'/2182 Jmam Al-Ghazali berpendapat bahwa Rasa' il

Ikhwan Ash-Shafa sarat dengan filsafat.2183 Artinya, Rasa'il Ikhwan Ash-

Shafa penuh dengan pemikiran filsafat yang lematr, yang tidak diketahui

sumber asalnya atau dalil penguatnya.

2180 De Brown, Tarikh Al-Falsafah fi Al-lslam. Penerjemah: Dr. Abu Raidah, Kairo, tahun

1948,htm.112.

2181 Dr. Thaha Husein, Muqaddimah Rasa,il lkhwan Ash-Shafa.Penerbit: Thab,ah kairo, tahun

1928, hlm. 11. -12.

2182 Abu Hayyan At-Tauhidi, Allmta, Wal Mu,anasah, jldll, hlm. 5 - 6.

2183 Al-Ghazali, Al-Munqidz min Adh-Dhalal hlm. 55 - selesai.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1045

Dengan berbagai car a, Ikhwan Ash-Shafa selalu berusaha merealisasi-

kan misi dan tujuan mereka, yaitu membangun negara Ikhwan Ash-Shafa

yang unggul. Mereka menyibukkan diri dengan filsafat sebagai alat untuk

mendukung madzhab mereka dan menyebarkan akidahnya. Di dalam

Kltab Rasa'll terdapat sejumlah dasar pemikiran untuk dijadikan pedoman

di dalam melakukan interaksi internal di kalangan anggotanya, juga di

seluruh aspek kehidupan mereka berikut tatanan sistemnya. Lebih dari

itu, Kitab Rasa'il juga mencakup pemikiran yang bersifat teoritis di satu

sisi, dan bersifat praktis di sisi lain untuk kepentingan madzhab mereka.

"Ketahuilah bahwa amal (praktik) merupakan tangga mi'raj danma'rifat-

artinya ilmu atau pengetahuan-laksana sebuah cahaya yang menerangi

langkahmu. Dengan tangga itu, Anda bisa naik dan dengan cahaya itu

Anda bisa terarahkan. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk

memperoleh ilmu dan sekaligus dapat mengamalkannya di bawah naungan

belas kasih-Nya."2te+

Kami juga menjumpai dalam Rasa'il Ikhwan Ash-Shafa terdapat

upaya untuk merekrut anggota baru. Mereka berkata, "Ketahuilah

wahai saudaraku-semoga Allah senantiasa meneguhkan hati kita

dengan ruh-Nya-penulis Rasa'il memberikan perumpamaan mengenai

para pencari ilmu, penuntut hikmah, dan orang-orang yang mencintai

keselamatan dirinya.Ia seperti seorang lakiJaki bijaksana dan dermawan

yang memiliki kebun hijau nan indah. Di dalam kebun tersebut terdapat

pohon menakjubkan dengan buahnya yang harum dan lezat. Didorong

sifatnya yang dermawan dan murah hati, ia bermaksud mengundang

orang-orang sekitar untuk masuk ke kebunnya dan menikmati buahnya.

Ia pun mengundang orang-orang sambil menyeru,'Mari datanglah kesini!

Silahkan masuk ke kebun kami dan nikmatilah buahny a y anglezat sesuka

kalian!' Namun, tidak ada seorang pun yang memenuhi panggilannya, dan

tidak ada satu pun yang mempercayai ucapannya. Kemudian, datanglah

seorang ahli hikmah (bijaksana). Ia pun menyarankan kepada laki-laki tadi

untuk berdiri di pintu kebunnya, dan memetik beberapa buah yang bagus

untuk diberikan kepada orang yang lewat di depannya. Dengan cara begitu,

orang yang lewat akan tertarik dan mencicipinya. Setelah ia mencicipi

2184 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa'il, jld IV, hlm. 217.

1046 ensimopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

dan merasakan kelezatannya, ia pun akan ketagihan dan ingin segera

mendapatkan yang lebih dari itu. Ia tidak akan sabar untuk segera masuk

ke kebun itu. Nah, pada saat itulah,laki-laki itu akan berkata kepadanya,

"Silahkah masuk ke kebun kami! Nikmatilah sesuka kalian dan pilihlah

buah yang kalian sukalz2185

Dari sini dapat diketahui bahwa Kitab Rasa'il Ikhwan Ash-Shafa

bersifat menyeluruh dan universal. Di dalamnya terdapat konsep taufiqiyyah

(integrasi) yang dikemas dengan semangat akhlak. Kitab Rasa'il tersebut

juga memuat mitos-mitos, seperti sihir, zodiak dan ramalan. Semua itu

dimasukkannya dalam rangka menyebarkan ideologi dan Madzhab Syiah

Ismailiyah.

C. Filsafat lkhwan Ash-Shafa

Filsafat Ikhwan Ash-Shafa merupakan perkawinan antara filsafat

Yunani, India, agama-agama dan syariat-syariat langit, filsafat-filsafat

kemanusiaan yang dibangun di atas teori emanasi (al-faidh), filsafat bilangan

dan rumus-rumus, dan integrasi antara agama dan filsafat.

Pada kesempatan ini, kami tidak sanggup untuk menyajikan

seluruh pemikiran filsafat Ikhwan Ash-Shafa. Kami hanya akan berusaha

menghadirkan poin-poin penting terkait pemikiran filsafat mereka.

1) Mengenai teori ma'rifat. Ikhwan Ash-Shafa berpendapat bahwa

manusia dilahirkan laksana kertas putih. Ia hadir ke dunia dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatu apapun. Pendapat ini mereka sandarkan kepada

firman Allah di dalam Al-Qur'an Al-Karim, "Dan Allahmengeluarkankamu

dni perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia membei

kamu pendengaran, penglihntan dan hnti, agar knmu bersyukur."ns6 Mereka tidak

menyetujui pendapat bahwa jiwa memperoleh pengetahuan dengan cara

tadzakkur (mengingat kembali). Ini adalah pendapat sebagian filsuf yang

mengeritisi kesalahan teori Plato yang menyebutkan al'ilmu tadzakkurun

(ilmu adalah mengingat kembali apa yang telah tersimpan di dalam pikiran).

Menurut mereka, yang dimaksudkan teori Plato tersebut bahwa di dalam

jiwa terdapat potensi ilmu dan pengetahuan. Mereka berasumsi bahwa

2185 lkhwan Ash-Shafa, Rasa,il, jld I, hlm. 43 - U.

2186 QS. An-Nahl: 78.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tsfam 1047

seluruh pengetahuan merujuk pada pengetahuan inderawi. Mereka berkata,

"Ketahuilah, mayoritas pakar keilmuan berasumsi bahwa segala sesuatu

yang diketahui oleh akal sejak pertama kali itu dalam keadaan tersimpan.

Karena itu, mereka mengatakan bahwa ilmu adalah mengingat kembali apa

yang telah tersimpan di dalam pikiran. Lalu, mereka berdalih dengan teori

Plato yang menyebutkan al'ilmu tadzakkurun (llrnuadalah mengingat kembali

apa yang telah tersimpan di dalam pikiran). Sebenarnya, hal tersebut tidak

seperti yang mereka asumsikan. Dengan ucapannya tersebut, Plato ingin

berkata bahwa, "Jiwa memiliki potensi yang butuh diberi ilmu hingga ia

menjadi jiwa yang aktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan ilmu, hanya

cukup dengan mengingat kembali. Dalil untuk menguatkan hal tersebut

adalatu segala sesuatu yang tidak dijangkau oleh indera, maka ia tidak

dapat diimajinasikan. Dary sesuatu yang tidak dapat diimajinasikan, maka

ia tidak dapat dirasiokan. Dari sini dapat diangkat sebagai analogi bahwa

segala sesuatu yang dapat diimajinasikan bersumber dari sesuatu yang

dapat dijangkau oleh indera.2lsTSemakin banyak sesuatu yang ditangkap

oleh indera, maka semakin banyak pula bahan yang dapat diimajinasikan,

dan otomatis lebih banyak pula sesuatu yang dapat dirasiokan.

2) Allah dan alam semesta. Ikhwan Ash-Shafa berpendapat bahwa

alam semesta merupakan proses emanasi (pancaran) dari Allah $6.

Pendapat Ikhwan Ash-Shafa dalam hal ini dipengaruhi oleh filsafat Plato,

filsafat Pytagoras tentang bilangan, filsafat alam yang terdiri dari empat

unsur (api, udara, air dan tanah), dan filsafat Aristoteles tentang materi

bentuk.2188 Dalam hal ini, Ikhwan Ash- Shafa mengembangkan manhaj

tauftqi (integrasi) dan talfiqi (rekonsiliasi) yang mereka terapkan di dalam

kitab Rasa'il.

Dalam konteks ini, Ikhwan Ash-Shafa meletakkan tiga asumsi untuk

menjelaskan cara terbentuknya alam semesta beserta seluruh wujud di

dalamnya yang dikaitkan dengan penciptaan Allah. Menurut mereka,

setiap orang yang berakal harus meyakini salah satu dari ketiga asumsi

di bawah ini:

2187 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa>il, jld III, hlm. 424 - 425.

2188 Umar Farukh, Tarikh Al-Fikr Al-'Arabi lla Ayyami lbni Khaldun. Penerbit: Dar Al-,Ilmi

li Al-Malayin, Beirut, tahun 1983, hlm. 386.

1048 ensf<fopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

a) Meyakini bahwa alam semesta diciptakandalam satu waktu sekaligus

oleh Allah d6 dari tidak ada menjadi ada seperti sekarang.

b) Meyakini bahwa alam semesta diciptakan secara bertahap dan tertib,

dari satu proses menuju proses berikutnya di sepanjang masa.

c) Meyakini bahwa sebagian alam semesta diciptakan dalam satu waktu

sekaligus, dan sebagian lainnya diciptakan secara bertahap.

Mengenai pendapat pertama yang menyebutkan bahwa alam semesta

beserta isinya diciptakan dalam satu waktu sekaligus tanpa membutuhkan

waktu, tidak dijumpai adanya dalil penguat di kalangan Ikhwan Ash-Sh#a

sendiri, sehingga mereka masih meragukan pendapat ini.

Terkait pendapat kedua yang menyebutkan bahwa seluruh wujud

semesta diciptakan dari tidak ada menjadi ada secara bertahap, tersistem

dan teratur, dijumpai banyak dalil penguat dalam masalah ini. Begitulah

menurut analisa sebagian kelompok Ikhwan Ash-Shafa.

Adapun pendapat ketiga yang menyebutkan bahwa sebagian alam

semesta diciptakan dalam satu waktu sekaligus dan sebagian lainnya

diciptakan secara bertahap, maka hal ini masih membutuhkan penjelasan

dan perincian yang lebih detil. Nah, dari ketiga pendapat tersebut, pendapat

yang lebih unggul dan lebih dipilih oleh kelompok Ikhwan Ash-Shafa

adalah pendapat yang ketiga.

Urusan-urusan tentang alam yang diciptakan oleh Allah secara

bertahap seiring perjalanan waktu, sedangkan urusan-urusan ruhani yang

bersifat ketuhanan diciptakan oleh Allah dalam satu waktu sekaligus secara

tertib dan teratur tanpa membutuhkan waktu, tempa! materi dan keadaan,

sebagaimana firman Allah &, "ladilah, maka jadilah ia." Adapun urusan-

urusan ruhani yang bersifat ketuhanan adalah seperti al:aql al-fa'al (akal

aktif), an-nafs al-kulliyyah fiwa univercal), al-hayuli al-ula (materi pertama,

dan ash-shuwar al-muj arradah (bentuk tersendiri).218e

Menurut Ikhwan Ash-Shafa, karena Allah Sc menyempumakan wujud

semesta, melengkapinya dengan berbagai keistimewaan, mengetahui

keberadaannya sebelum wujudnya, berkuasa untuk mewujudkannya

2189 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa'il, jld III, hlm. 351 - 352.

Ensiklopedi AJiran dan Madzhab di Dunia tstam 1049

sesuai kehendak-Nya, tentu tidak layak dan tidak baik bagi-Nya menahan

keistimewaan-keistimewaan tersebut di dalam Zat-Nya. Karena itu,

sesuai dengan sifat bijaksana-Nya, Allah pun memancarkan kebaikan

dan keistimewaan-Nya sebagaimana matahari memancarkan cahaya dan

sinarnya. Pancaran (emanasi) tersebut terjadi secara terus-menerus tanpa

ada putusnya, sehingga pancaran (emanasi) pertama tersebut disebut

dengan al-'aql al-fa'al (akal aktif). Al- aql al-fa'al (akal aktif) adalah esensi

ruhani yang membentang luas dan berupa cahaya murni. Di dalam esensi

tersebut terdapat bentuk segala wujud. Kemudian dari aVaql al-fa'al (akal

aktif) terpancar al-'aql al-munfa'il (akal univercal). Al:aql al-munfa'il (akal

universal) adalah esensi ruhani yang membentang luas, yang menerima

segala bentuk dan keutamaan dari al:aql al-fa'al (akal aktif) secara tertib

dan teratur. Kemudian dari al:aql al-munfa'il (akal universal) terpancar

an-nafs al-hayuli al-ula (1iwa materi yang pertama). An-nafs al-hayuli al-ula

fiwa materi yang pertama) adalah esensi ruhani yang membentang luas,

yang menerima rupa dan bentuk secara bertahap. Bentuk pertama yang

diterima oleh jiwa materi adalah bentuk panjang, lebar dan dalam. Dengan

demikian, terbentuklah jism (tubuh atau benda) secara mutlak, yang disebut

dengan al-hayuli ats-tsaniyyah (materi kedua). pada tahap terbentuknya

jismini, maka proses emanasi (pancaran) berhenti dan tidak memancarkan

esensi lainnya.2ls

Kemudian, kondisi jism sebelum berbentuk bulat melingkar-yang

merupakan bentuk paling sempurna-berupa'alam al-aflnk (orbit-orbit

benda langit) dan al-kawakib (planet-planet atau bintang-bintang) yang

bergerak setahap demi setahap mengelilingi orbitbulan. Benda-benda langit

tersebut ada sembilan orbit, di mana yang sebagian berada di dalam rongga

sebagian yang lain, sesuai dengan yang dikehendaki Sang Pencipta. Benda-

benda langit tersebut terus berputar di dalam orbitnya, sedangkan planet-

planet berputar di dalam empat unsur (api, udara, air dan tanah), sehingga

terjadilah pergantian siang dan malam, musim panas dan musim dingin.

Kemudiary sebagian planet tersebut berhimpun dengan sebagian yang lain,

sehingga terjadiah sesuatu yang tipis dan yang tebal, yang berat dan yang

ringan, yang panas dan yang dingin, yang basah dan yang kering, yang

2190 lbid., hlm.'196 - 197.

1050 ensitlopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

terjadi sepanjang masa pada tambang, tumbuh-tumbuhan, dan binatang.

Tambang memiliki struktur yang lebih baik daripada materi utama,

tumbuh-tumbuhan memiliki struktur yang lebih baik daripada tambang,

binatang memiliki struktur yang lebih baik daripada tumbuh-tumbuhan,

dan manusia memiliki struktur yang lebih baik daripada binatang. Dengan

demikiaru pada struktur manusia berhimpun seluruh esensi benda, baik

yang terbentang maupun yang tersusun. Sebab, manusia tersusun dari

tubuh yang kasar, tetapi di sisi lain terdapat jiwa yang halus. Karena itulatu

para filsuf menyebut manusia sebagai mikro kosmos, sedangkan alam

semesta disebut makro kosmos.21e1

Dari sini, Ikhwan Ash-Shafa berpendapat bahwa seluruh kebaikan,

keutamaan dan keistimewa.rn merupakan pancaran (emanasi) dari Allah,

kemudian dari Nur Allah terpancar pada al-'aql al-kull (akal universal), dari

al:aql al-kull (akal universal) terpancar padaan-nafs al-kull (jiwa universal),

dan dari an-nafs al-kull (jiwa universal) terpancar pada al-hayuli (materi).21e2

Ikhwan Ash-Shafa juga berpendapat bahwa Sang Pencipta lalla

lalaluhu dari segala wujud ditempatkan pada posisi pertama di dalam

bilangan, kemudian akal pada posisi kedua, jiwa pada posisi ketiga, materi

pada posisi keempat kemudian pada posisi selanjutnya adalah semua

makhluk yang tersusun dari materi. Bentuk yang terpilih diambil dari jiwa

universal. Jiwa universal diambil dari akal universal, dan akal diciptakan

sesuai dengan perintah Sang Pencipta lalla lalaluhu yang tidak diambil

dari apapun. Kemudian di dalam akal tersebut, Allah menciptakan bentuk

segala sesuatu yang berupa potensi dan akal aktif.21e3

Jika yang satu merupakan sumber keluarnya yang banyak, di mana

yang banyak tersusun dari yang satu, baik sedikitnya maupun banyaknya,

maka dapat dikatakan bahwa yang satu tersebut merupakan penyebab

dari yang banyak. Demikian juga, Sang Pencipta-yang memiliki

nama keagungan-merupakan penyebab dari segala wujud dan yang

menciptakan wujud itu sendiri. Sama halnya dengan yang satu menjadi

penyebab yang banyak, maka begitu pula pancaran Sang Pencipta dari

2191 lbid., hlm. 187 - 188.

2192 tbid., hlm.285.

2193 Ikhwan Ash-Shafa, Rasa>il, jld I, hlm. 199.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1051

Wujud-Nya menyebabkan terciptanya seluruh makhluk dengan bentuknya

yang sempurna.

Ikhwan Ash-Shafa juga berpendapat, "Sesungguhnya alam semesta

menyerupai alam bilangan. Bahkan dapat dikatakan bahwa seluruh wujud

merupakan bilangan yang berada di dalam sebuah himpunan yang teratur.

Penisbatan Sang Pencipta terhadap seluruh wujud sama halnya dengan

penisbatan yang satu terhadap yang banyak. Seperti akal, jiwa dan materi

yang menempati posisi kedua, ketiga dan keempat sebagaimana dijelaskan

di depan. Dari Allah Ta'alaterpancar seluruh wujud, dan pancaran tersebut

terus berjalan hingga tingkatan kesembilan, sesuai dengan banyaknya

angka yang terdiri dari sembilan. Allah sebagai wujud pertama memiliki

sifat Maha Dahulu, Maha Berdiri Sendiri, Maha Bijaksana, dan Maha

Mengetahui. Dari AllahJah pancaran tersebut bersumber. Wujud pertama

yang terpancar dari Allah adalah al- aql al-fa'al (akal aktif). Al:aql al-fa'al

(akal aktif) adalah esensi membentang yang dikeluarkan oleh Allah

seperti halnya angka dua dikeluarkan dari angka satu yang diulang dua

kali. Kemudian Allah menitipkan pada al-'aql al-fa'al (akal aktif) tersebut

seluruh bentuk wujud, sehingga darinya terpancarlah wujud-wujud

selainnya. Dari al-' aql al-fa' al (akal aktiQ atau al-' aql al-awwal (akal pertama)

atau al:aql al-kulli (akal universal) tersebut terpancar an-nafs al-kulliyyah

fiiwa universal). Jadi, an-nafs al-kulliyyah (iwa universal) merupakan buah

pancaran dari alraql al-fa'al (akal aktif), yang menjadi sumber penggerak

dan pembentuk alam semesta. Dari an-nafs al-kulliyyah fiwa universal)

terpancar al-jism al-kulliyyah (benda universal) atau sekumpulan wujud

materi. Dari an-nafs al-kulliyyah (iwa universal) juga terpancar al-hayuli

al-ula (materi pertama) . Al-Hayuli al-ula (rnateri pertama) menurut Ikhwan

Ash-Shafa adalah esensi ruhani yang membentang, yang menerima rupa

dan bentuk dari jiwa setahap demi setahap, sebab di dalam esensi tersebut

terdapat segala bentuk dari segala bentuk ciptaan Tuhan yang pertama,

seperti air, tanah dan lainnya. Ketika bentuk yang pertama diterima oleh

al-hayuli al-ula (materi pertama) yang berupa panjang, lebar dan dalam,

maka terpancarlah al-jism al-muthlaq (benda absolut) atau al-hayuli ats-

tsaniyyah (materi kedua). Sampai di sini, pancaranal-'aql al-fa'al (akal aktif)

beserta pengaruhnya menunggu pancaran-pancaran berikutnya, karena di

1052 ensnopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

dalam tingkatannya ia memiliki esensi ruhani yang kurang. Setelah al-jism

al-kulli al-muthlaq (benda universal mutlak), datanglah al-'ilal (faktor-faktor

penyebab), kemudian unsur yang empat (api, udara, tanah dan air), dan

setelah itu al-aj sam al-j uz' iyyah (benda-benda partikular).

Teori emanasi (pancaran) yang dipegang oleh Ikhwan Ash-Shafa pada

tahap selanjutnya melahirkan pernyataan bahwa alam semesta bersifat

qadim (dahulu). Hanya saja, mereka menyangkal pendapatnya sendiri

dan berusaha menetapkan bahwa alam semesta bersifat ft adits (baru) yang

memiliki permulaan dan penghabisan. Hal ini mereka lakukan untuk

membela bahwa teori yang mereka pegangi tidak bertentangan dengan

akidah Islam.

3) Perkembangan wuiud semesta. Ikhwan Ash-Shafa berpendapat

bahwa ketika AllahlallaTsana'uhu menciptakan wujud semesta beserta

alam seisinya, Dia menjadikan semua asalnya dari hayuli wahidah

(materi yang satu). Darinya, Allah menjadikan bentuk yang banyak,

jenis dan macam yang beragam. Kemudian Allah menguatkan bagian

sisi-sisinya dan mengikat bagian ujung dan pangkalnya dengan satu

ikatan yang tertib dan teratur, supaya seluruh wujud menjadi satu

alam yang menunjukkan atas satunya Sang Pencipta.

Seluruh benda yang berada di bawah orbit bulan, seperti tambang,

tumbuh-tumbuhary binatang, dan manusia, sebagian yang satu dengan

yang lain saling berpindah tempat. Benda-benda tambang berpindah

tempat pada tumbuh-tumbuhan, kemudian tumbuh-tumbuhan berpindah

tempat pada hewary dan hewan yang paling mulia adalah manusia.2leaPada

kesempatan lairy Ikhwan Ash-Shafa berpendapat bahwa wujud di bawah

orbit bulan bersifat tipis dan tebal yang menerima hukum perubahan dan

penempatan.2les

Menurut mereka, benda-benda tambang bagian pangkalnya ber-

sambung dengan tanah dan bagian ujungnya bersambung dengan tumbuh-

tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan bagian ujungnya bersambung dengan

hewan, dan hewan bagian ujungnya bertemu dengan manusia.2le6 Setiap

2194 lbid., hlm.181.

2195 lbid., hlm. 47.

2196 lbid.,hlm.127.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 1053

jenis dan macam dari benda-benda tersebutnaik dari tangga bagianbawah

menuju tangga bagian atasnya.

4) ]iwa. Menurut Ikhwan Ash-Shafa, jiwa adalah esensi ruhani yang

membentang, yanghidup, danmenjadi simbol keaktifan. Jiwa merupakan

salah satu bentuk dari bentuk-bentuk al:aql al-fa'al (akal aktif).2le7 An-nafs

al-juz'iyyah (iiwa partikular) merupakan juz dari an-nafs al-kulliyyah (1iwa

universal), tetapi jiwa partikular tidak terpisah dari jiwa universal dan

bukan jiwa universal itu sendiri.21e8 Di alam ruhani atau di alam tertinggi,

an-nafs (jiwa) menerima pancaran keutamaan dan kebaikan dari al:aql al'

fa'al (akalaktifl. Ketika an-nafs fiwa) telah penuh dengan kebaikan, maka

terpancarlah kebaikan-kebaikan tersebut pada al-hnyuli (materi). Kemudian

Allah menurunkan siksa-Nya, mengeluarkannya dari alam tertinggi

(malaikat), dan mewajibkannya untuk bertemu dengan tubuh-tubuh yang

berada di alam bawah, sehingga ia pun terpisah dari benda-benda di alam

malaikat. Mereka mengumpamakan kondisi ini seperti turunnya Nabi

Adam dari surga.

Waktu turunnya jiwa ke dalam tubuh yang telah ditentukan untuknya

bersamaan dengan waktu turunnya nutfah (sperma) ke dalam tubuh

tersebut di dalam rahim. Tururrnya jiwa dan bertempatnya nutfah di dalam

rahim dipengaruhi oleh peredaran bintang-bintang.2ls Demikianlah yang

menjadi keyakinan Ikhwan Ash-Shafa.

Jiwa terus menetap di dalam tubuh hingga ia menyiapkan diri untuk

kehidupan ruhani yang sempurna di alam tertinggi (malaikat). Kematian

merupakan perpisahan antara jiwa dengan tubuh. Berpisahnya jiwa dari

tubuh disebut juga dengan kiamat kecil. Alam dunia merupakan siksa bagi

tubuh. Adapun kehidupan kedua bagi jiwa setelah kematian tubuh adalah

kehidupan yang hakiki, kehidupan yang sempurna, dan kehidupan yang

bahagia dan penuh kenikmatan.

Ketikaiiwa partikular telahberpisahdari tubuhnya, dan di alam materi

sudah tidak ada kehidupan, maka jiwa universal kembali kepada Allah.

Kemudian Allah akan memusnahkan alam, dan selanjutnya akan memusnah-

Ibid., blm.224 - 229.

lbid.,hlrn.386.

tbid. , jldrr,hln422.

2197

2198

2199

1054 ensittopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

kan seluruh wujud selain Allah sendiri. Inilah yang disebut dengan kiamat

besar, yaitu berakhirnya alam yang ditandai dengan kerusakan total. Setelah

itu, pancaran (emanasi) akan kembali lagi dari yang baru di dalam putaran-

putaran yang bersifat azali, tanpa mengenal kata penghabisan.

Filsafat sosial dan politik. Ikhwan Ash-Shafa berpendapat - di dalam

sistem sosial-bahwa manusia butuh untuk saling tolong menolong,

karena ia tidak dapat hidup sendiri. Di dalam mencari penghidupan,

ia butuh pada jenis pekerjaan yang bermacam-macam yang tidak bisa

ditekuni oleh satu orang saja. Sebab, usia hanya sebentar sementara

lapangan pekerjaan beraneka ragam. Karena itu, pada setiap kota atau desa

terdapat penduduk, di mana sebagian dari mereka saling tolong menolong

dengan sebagian yang lain.zm Dengan merujuk pada hikmah ilahiyah dan

pertolongan Rabbaniyah, manusia terbagi ke dalam kelompok-kelompok

tertentu, di mana setiap kelompok bekerja sesuai bidang keahliannya di

dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia. Dari pemikiran

ini dapat dikatakan bahwa manusia dengan tabiatnya merupakan madani

(seperti bangunan negara). Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

manusia menekuni bidang-bidang tertentu dengan prinsip saling bahu

membahu demi mewujudkan kemajuan negara, daulah, atau masyarakat.

Ini merupakan pemikiran yang ditawarkan oleh Ikhwan Ash-Shafa di

tengah-tengah pemikiran Islam lainnya.

Untuk memperkuat pandangan di atas, lkhwan Ash-Shafa memberikan

ilustrasi berikut, "Sebagian binatang memiliki tabiat yang halus, penuh

kasih sayang dan penuh rasa cinta. Sifat-sifat tersebut mereka manfaatkan

untuk membangun pola hidup kerjasama demi kemaslahatan hidup mereka

dan demi tersebarnya banyak manfaat. Demikian pula manusia hidup

bersama di sebuah kota atau desa, mereka saling bahu membahu untuk

memenuhi hajat mereka dengan cara bekerjasama. Sebab, manusia tidak

akan mampu hidup sendiri kecuali ia akan menelan penderitaan."zol

Bekerjasamanya manusia merupakan suatu tabiat dan keniscayaan,

karena dengan kemampuannyayang serba terbatas, mereka tidak mungkin

menekuni seluruh ilmu dan pekerjaan yang dibutuhkan oleh seluruh

Ibid., jld I, hlm.100.

Ibid., ild III, hlm. 375,

2200

2201.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1055

manusia.zo2Sebab, manusia memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda.

Mereka memiliki bakat, tabiat dan kecenderungan jiwaytrrgtidak sama.203

Perlunya bekerjasama menurut Ikhwan Ash-Shafa didorong oleh dua

tujuan utama:

Pertama, untuk memperoleh kehidupan yang bermartabat di dunia.

Kedua, untuk memperoleh keselamatan hidup di akhirat.22oa

Ikhwan AshShafa membagi kelompok manusia ke dalam tingkatan

atau golongan tertentu ke dalam jumlah yang tidak diketahui kecuali

oleh Allah lalla Tsana'uhu.Hal itu disebabkan perbedaan parameter yang

dijadikan asas oleh kelompok-kelompok tersebut. Mereka membaginya

ke dalam dua bagian; Pertama, berdasarkan asas materi, seperti pengrajir;

pedagang, kaya, miskiry dan sebagainya. Kedua,berdasarkan asas maknawi

yang terbagi ke dalam kelompok yang terpuji dan kelompok yang tidak

terpuji.22os

Dari sini dapat dikatakan bahwa Ikhwan Ash-Shafa membagi

tingkatan manusia ke dalam empat klasifikasi, yaitu:

Tingkatan ulama dan pemuka agama. Mereka adalah sekelompok

orang yang ahli dibidang syariat, seperti para Nabi, para khalifah, para

hakim, para ulama, para fuqaha, para sastrawaru dan lainnya. Menurut

Ikhwan Ash-Shafa, kelompok ini tergolong ke dalam tingkatan yang terpuji.

Tingkatan kedua adalah tingkatan para penguasa dan para pemimpin.

Tingkatan ini ditempati oleh para raja, para pimpinan, laskar peran& perdana

menteri, juru tulis, pegawai, penggubah syair, penarik pajak, pelayan,

pembantu, para selir, dan lainnya.

Tingkatan ketiga adalah tingkatan kelas menengah. Tingkatan ini

ditempati oleh para pebisnis, para pengusaha, para pengrajin dan lainnya.

Tingkatan keempat adalah tingkatan kehidupan dunia. Tingkatan

ini ditempati oleh orang-orang yang pengangguran dari kalangan orang-

orang lemah dan setingkatnya, seperti para fakir miskin.206

Ibid.,hlm.404.

lbid.,hlm.425 - 426.

tbid., jld IV, hlm. 298.

lbid., jld I, hlm. 285-286, dan fld II, hlm. 338 - 339.

lbid.,hlm.338.

2202

2203

2204

2205

2206

1056 enslttopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Menurut Ikhawan Ash-Shafa, setiap suku bangsa memiliki ciri dan

sifat tertentu yang tidak dimiliki oleh suku bangsa lainnya. Dalam hal ini,

mereka berkata, "|ika Anda renungi, Anda akan mendapati suku bangsa

manusia memiliki simponi dan lagu kebanggaan, di mana mereka begitu

asyik dan senang menikmatinya. Tetapi, hal itu belum tentu dapat dinikmati

dan membuat tertarik suku bangsa lainnya. Misalnya,lagu Dailam, Turki,

Arab, Armenia, Negro, Persia, Romawi dan suku bangsa lainnya yang

memiliki bahasa, karakter, etika dan tradisi yang berbeda-beda. Begitu juga,

kita akan menjumpai jenis makanan, minuman, parfum, pakaiary perhiasan

dan fasilitas hidup yang beragam sesuai perbedaan kondisi alam, tabiat,

struktur tubuh, tempat dan waktu.207

IJnsur-unsut yang menjadi pembeda antara suku bangsa yang satu

dengan suku bangsa yang lain-menurut Ikhwan Ash-Shafa, sebagaimana

telah kami sebutkan-adalah keunikan bahasa, karakter, etika, tradisi,

pedoman taklid, tempat, warna kulit dan struktur tubuh.

Menurut Ikhwan Ash-Shafa, daulah (kekuasaan negara) memiliki

periode tertentu yang silih berganti sesuai dengan hukum perbintangan dan

zodiak. Mengenai hal ini, mereka berkata, "Ketahuilah wahai saudaraku,

bahwa urusan dunia ini berjalan secara silih berganti dari generasi yang

satu ke generasi berikutnya, umat yang satu ke umat berikutnya, negeri

yang satu ke negeri selanjutnya. Ketahui juga wahai saudaraku bahwa

daulah memiliki periode permulaan dan periode penghabisan. Jika daulah

tersebut sudah sampai pada ujung perjalanannya dan masa berakhirnya,

maka ia akan mengalami kemunduran dan kemerosotan. Akan tampak

pada masyarakatnya perilaku yang jahat dan zalim. Kemudian muncullah

di negeri lain kekuatan, semangat, kemajuan dan kemakmuran. Kian

hari kondisinya semakin kuat dan semakin maju. Hal itu, akan membuat

lemah dan membuat redup daulah yang sebelurnnya. Akhirnya, daulah

yang pertama menjadi lenyap dan posisinya tergantikan oleh daulah

sesudahnya. Begitulah hukum yang berlaku di dalam perputaran waktu.

Sebab, waktu secara garis besar terbagi menjadi dua; Pertama, waktu siang

yang bersin ar.Kedua, waktu malam yang gelap gulita. Begitu juga ada waktu

panas di musim panas, dan waktu dingin di musim dingin. Keduanya

2207 lbid, jld II, hlm. 229,338 dan lld III, hlm. 428.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1057

datang dan lenyap silih berganti. Ketika yang satu datang, maka lenyaplah

yang lainnya. Kadang yang satu bertambah, dan yang lainnya berkurang.

Ketika salah satu keduanya berkurang, maka yang lainnya akan bertambah

sesuai dengan ukurannya. Ketika kondisi keduanya telah sampai pada

batas berakhirnya, maka yang kurang mulai menggantikan posisi yang

bertambah, dan begitu sebaliknya, yang bertambah mulai menggantikan

posisi yang berkurang. Ketika salah satu dari keduanya bertambah sampai

pada batas tertinggi, maka tampaklah kekuatannya dan semakin banyak

aktivitasnya di alam semesta, sementara yang satunya lagi kekuatannya

mulai melemah dan aktivitasnya pun semakin berkurang.

Demikian pula hukum perputaran waktu yang terjadi pada daulah

yang dipimpin oleh kelompok yang baik dan kelompok yang jahat.

Kadangkala, daulah yang dipimpin oleh kelompok yang baik semakin

berkuasa dan semakin menorehkan banyak jasa, tetapi di waktu yang lain,

daulah yang dipimpin oleh kelompok yang jahat semakin berjaya dan

semakin mengumbar perbuatan nista. Ketahuilah wahai saudaraku bahwa

daulah dan kerajaan akan silih berganti di dalam setiap perputaran zamall

dan masa, dari satu generasi ke generasi berikutnya, dari keluarga yang

satu ke keluarga yang lain, dan dari negeri satu ke negeri lain.zffi

Ikhwan Ash-Shafa mengumumkan kabar gembira manakala sudah

dekat munculnya daulah yang akan dipimpin oleh kelompok yang baik,

setelah daulah yang dipimpin oleh kelompok yang jahat berakhir dan

tenggelam. "setelah memasuki masa tenggelam, maka tidak akan terjadi

peningkatan, kecuali bertambah mundur dan merosot'"z@

Berdasar hal ini,Ikhwan Ash-Shafa akan mulai membangun negara

yang unggul pada saat yang tepat untuk membangun negara tersebut.

"Daulah yang baik akan muncul dengan diawali oleh munculnya para

ulama, parahukama (orang-orang yang bijaksana) dan orang-orang mulia

yang berhimpun untuk mengusung satu ideologi, satu madzhab, dan

satu agama. Di antara mereka dibuatlah sebuah janji untuk tidak saling

berdebat dan tidak berpangku tangan dari saling membantu satu sama lain,

sehingga kondisi mereka laksana satu tubuh di dalam segala urusannya

tbid., jld I, hlm. 196.

Ibid.,ild I, hlm.180 - 181.

2208

2209

1058 ensittopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

dan laksana satu jiwa dalam sistem penataannya, yarrg diarahkan untuk

membela agama dan mencari kebahagiaan akhirat.z1o

Untuk mengumumkan kabar gembira akan munculnya daulah yang

baik dan tenggelamnya daulah yang jahat Ikhwan Ash-Shafa memanfaatkan

peredaran zodiak (bintang). Bahkan, peredaran zodiak tersebut juga mereka

gunakan di dalam menentukan masa munculnya pemimpin negara

unggulan yang hendak mereka bangun, yaitu seorang imam-sebagai

pemimpin kaum mukmin-yang masih gaib (menghilang).211

Dalam kelompok Ikhwan Ash-Shafa dan negara unggulan yang

akan mereka bangun, kaum wanita ditempatkan pada posisi yang kurang

terhormat. Dari sisi tingkatan akal, mereka disejajarkan dengan anak-anak,

orang-orangbodotr, para pelayaru dan orang-orang dungu. Dari sisi sosial,

mereka tidak memiliki nilai lebihkecuali sebagai sarana untuk melestarikan

keturunan di muka bumi. Mereka hanya menjadi pendamping hidup bagi

laki-laki yang tidak mampu menja


Related Posts:

  • Ekslopedi aliran Mazhab 26 qh Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 393. Semula inimerupakan pemyataanSyaikh Muhamamd Taqi Al-Majlisi di dalam syarah-nya yangberbahasa Persia atas buku Man LaYahdhuruhul Faqih, hlm. 16, cetakan pertama.2129 Lihat: Syaikh Ab… Read More