galkan pendapat ini dan
memilih menakwilkannya. Maka, kata " tangan" dalam ay at y adullah faw q a
ay dihimia takwilkan dengan al-qudr ah (kekrtasaan) da]f an-ni' mah (karunia).
Sementara itu, kata "uuiah" di dalam ayatwayabqawaihu Rabbika dzul jalali
wal ikram ia takwilkan dengan "zat" , dan sebagainya.MT Oleh karena itu,
dalam hal ini orang-orang Wahabi menyebutnya berpaling'
Selanjutnya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan para
pengikutnya mengikuti pendapat Ibnu Taimiyah, yan8 menegaskanbahwa
madzhab salaf menetapkan semua yang dibawa Al-Qur'an, mulai dari
tahtiyyah (bawah),fauqiyyah (atas), waiah, tangan, istiwa" mahabbah (cinta),
bughdh (kebencian), dan sebagainya.2m
Al-Mujaddidun fi Al-lslam, ibid, hlm. 439.
Tailih Al-Madzahib Al-lslamiyyah, lbid, hlm. 168.
Ibid, hlm.170.
Ibid, trlm. 196.
2065
2066
2067
2068
988 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Syaikh Muhammad Abu Zthrah berkata, "Apakah ini benar-
benar madzhab salaf?" Untuk menjawab pertanyaan ini kami katakary
"Sebelumnya, di abad ke-4 Hijriyah, Hanabilah mengklaim sebagai
madzhab salaf. Kala itu para ulama mendebat mereka. Menurut Hanabilah,
pendapat itu bisa menyeret pada tasybih dan tajsim. Bagaimana tidak,
sedangkan isyarat inderawi diperbolehkan. Oleh karena itu, Imam Al-
Hanbali menentang Al-Khathib Ibnul Jauzi. Ia menolak menyebutnya
madzhab salaf, juga menolak menyebutnya madzhab Imam Ahmad."
Lebih jauh lagi, Syaikh Muhamamd Abu Zuhrah berkata, "Di sini
kita harus ingat, mengklaim pendapat ini sebagai madzhab salaf harus
dikritisi. Kami sependapat dengan Ibnul Jauzi ketika pendapat itu merebak
di masanya. Akan tetapi, kami harus melihat dari sisi yang lairy yaitu sisi
bahasa. Allah ik berfirman, "Tangan Allah di atas tangan mereka". Dan Dia
berfirman, "Setiap sesuatu akan musnah, kecuali uajah-Nya." Nah, apakah
ungkapan-ungkapan ini dipahami bermakna inderawi, atau mengandung
pemahaman lain yang pantas bagi Zat Allah? Oleh karena itu, pantas jika
kata "tangan" ditafsirkan dengan "kekuasaan" atatJ "karunia". Sah juga
apabila kata "wajah" ditafsirkan dengan " zat" . Daru bolehlah menafsirkan
"Dia turun ke langit" sebagai kedekatan-Nya dengan makhluk, dan
kedekatan makhluk dengan-Nya. Bahasa mencakup penafsiran-penafsiran
ini. Kata-kata itu meliputi arti-arti ini. Apa yang dilakukan teolog kalam
tentu lebih baik daripada menafsirkannya secara tekstual dan tidak
mengetahui kaifiat-nya. Seperti pernyataan mereka; Allah memang mem-
punyai tangan, tetapi tidak seperti tangan makhluk. Atau, Allah memang
turun, tetapi tidak seperti turunnya kita, dan sebagainya. Dengan begini
kita tidak dapat memahami substansi dan akibatnya. Namury apabila kita
menafsirkannya dengan makna yang sesuai bahasa dan tidak asing, tentu
kita bisa mencapai sesuatu yang mengandung unsur tanzih (menyucikan
Tuhan), juga tidak ada yang tidak jelas.206e
Jadi, inilah polemik yang terjadi di kalangan para teolog kalam dan
fikih sejak dulu. Yang berpandangan tidak perlu ditakwilkan, seperti
Wahabiyah, itu hak mereka. Akan tetapi, mereka tidak berhak memaksakan
pendapat kepada orang lain, apalagi menyalahkan. Sejatinya, tidak adanya
2069 lbid, hlm. 197-198.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 989
-!
pengakuan dari kalangan wahabi tentang disyariatkannya berbeda
pendapat inilah yang memperlebar jurang pemisah di antara mereka
dengan kelompok Ahlu Sunnah wal jamaah yang lain'
Pengaruh Dakwah Wahabiyah di Dunia Islam
wahabiyah sukses memasyarakatkan prinsip dan pemikirannya
secara mengakar di mayoritas semenanjung Arab. Kerajaan saudi Arabia
yang luasnya mencapai tiga perempat Semenanjung Arab memegang
teguh prinsip-prinsip dakwah wahabiyah. Pembelajaran agama di sana
didasarkan pada prinsip-prinsip itu, begitu juga tata hukum, dakwah,
fatwa,bimbingan, penegakan amar makruf nahi mungkar, dan sebagainya.
Kerajaan saudi Arabia ini juga memiliki pengaruh yang signifikan
di negara-negara teluk Arab. Ia mengirimkan guru dan dai ke sana, yang
pemikiran dan keilmuannya dididik sesuai manhai wahabi. Dan, pada
waktu bersamaan, mereka memiliki semangat untuk menyebarkan manhaj
itu. Sebagai contoh, yang terpengaruh oleh dakwah Wahabiyah di Yaman
adalah syaikh Muhammad bin Ali Asy-syaukani (1173-1252}j/1759-
1836 M). Ia sangat mengagumi syaikh Muhammad bin Abdul wahab.
Maka, setelah beliau wafat, ia menggubah sebuah kasidah panjang yang
menggambarkan kecintaan dan penghormatannya.2oTo Ia pun mensosialisasi-
kan manhaj itu kepada para jamaah haji yang datang dari segala penjuru
dunia. selain itu, syaikh Ahmad pemimpin lndia (1197-1247 H/1782-1831
M),ron syaikh Muhamma d Abd uh di Me s ir (1266 -1323 H / 18 49 -1905 M),',07 2
Muhammad Ahmad Al-Mahdi di sudan (1259-1303 H/1843-1885 M),20"
Abdurrahman Al-Kawakibi di syam (1265-1320 H / 1848-1902M), Mahmud
syukri Al-Alusi di Irak (1373-1865H/1935 M), dan masih banyak lagi yang
lainnya.2oTa
Al-lmam Muhammadbin Abdulwahhab aw lntisharul Manhaj As-salafi, ibid, hal. 191.
L. Stoddard, Hadhirul Alam Al-lslamr, disertai penjelasan dan tambahan dari Amir
syakib Arsalan, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Al-Ustadz Hujiaj
Niuwaihidh, darul Fikr, Beirut dan Kairo, cetakan ke 4, 139 4 H' / 197 3 M'' 1,z l' hal' 262'
Ibid, juz I, hal. 263.
Abdullah bin Sa'd Ar-Rawaisy id, Qadatul Eikil lslami 'abral Qurun, Maktabah Al-Halabi,
Kairo,1973 M., hal. 259.
207 4 lbid, hal. 263 dan sesudahnYa'
990 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
2070
2077
2072
2073
Bahkan, seorang orientalis Amerika, L. Stoddard, menyebut dakwah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ini sebagai asas kebangkitan Arab.
Ia berkata, "Gerakan dakwah Wahabiyah tersebar luas dan berkembang
pesat, hingga dikenal sebagai kebangkitan Arab. Selanjutnya, kebangkitan
ini pun semakin luas, sehingga memiliki beragam tren dan cakupan. Di
antara tren tersebut adalah gerakan dakwah besar-besaran yang disebut
dengan Al-Jami'ah Al-Awham, juga bantahan terhadap beragam tafsir dan
ajaran yang tumpang tindih di masa-masa Islam pertengahan. Selain itu,
pemberantasan bid'ah dan pengultusan para wali. Singkat kata, kembali
pada Islam seperti sedia kala, yakni berpegang teguh pada tauhid yang
diwahyukan Allah S* kepada pembawa risalah, Muhammad ffi, serta
mengikuti petunjuk Al-Qur'an. Adapun yang selain itu adalah salah, bukan
bagian dari Islam.2o75
Apapun kata orang tentang dakwah Wahabiyah dan tokohnyaya,
termasuk kritik yang ditujukan kepadanya-sebagaimana kami singgung
di depan- namun gerakan ini juga mendapatkan sanjungan dari banyak
pemikir, muslim maupun non-muslim. Di antara yang mendukung gerakan
dakwah Wahabiyah adalah Syaikh Muhammad Abduh, Dr. Thaha Husain,
Ustadz Abbas Mahmud Al-Aqqad, Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi, Syaikh
Abdurr azzaq Al-Baithar, Syaikh Thahir Al-]azairi.
Selain orientalis Amerika di atas (L. Stoddard), ya.g ikut memberikan
sanjungan kepada gerakan dakwah Wahabiyah dan tokohnya, adalah
sejarawan Inggris, Brugman dan orientalis Belanda, Segio.2076 Ustadz
Ahmad Amin mensejajarkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
dengan para pemimpin gerakan ishlah di abad modern.2077 Bahkan,
mereka yang mengeritik Wahabiyah dan imamnya dengan sangat keras,
ikut memosisikan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam barisan
mujaddid (sang pembaru) Islam di abad ke-12 Hijriyah. Sebagai contolu
Syaikh Abdul Muta'al Ash-Sha'idi.2078 Pada tahapan berikutnya, gerakan
dakwah Wahabiyah mendapatkan banyak pendukung dan pengikut di
banyak negara Islam di dunia. Dukungan material yang berlimpah dari
Hadhir Al-Alam Al-lslami, ibid, juz l, h.al. 263 - 264.
Qadat Al-Fikr Al-lslami, ibid, hlm. 213 dan sesudahnya.
Zu'ama' Al-lshlah fi Al-Ashr Al-Hadits, ibid, hlm. L0 dan sesudahnya.
Al-Mujaddidun fi Al-lslam, ibid, hlm. 437 dan sesudahnya.
2075
2076
2077
2078
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 991
I
I
Kerajaan saudi Arabia, belum lagi musim haji, memberikan kesempatan
yang luas untuk memasyarakatkan pemikiran dan prinsip dakwah Islam.
Maka, Kerajaan saudi Arabia mendirikan Universitas Islam Madinah
pada tahun 1381. H / 1961, Muntuk menfasilitasi pembelaiaran putra-putri
Islam dari tujuh puluh negara.^oTe Oleh karena pembelaiaran di universitas
ini diadaptasi dari manhaj dakwah Wahabiyah, selanjutnya para siswalah
yang membawanya pulang ke negeri masing-masing. selain itu, Kerajaan
saudi Arabia juga mendirikan pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi
di beberapa negara Islam, seperti universitas Matik Faishal yang meniadi
tempat belajar bagi mahasiswa dari Jepang, Koera Selatan, Australia,
Amerika, dan Eropa.
Di sana terdapat banyak sekali institusi keilmuan dan pusat-pusat
peradaban Islam yang didirikan oleh kerajaan, belum lagi masjid dan
perpustakaan. Semua itu tentu ikut berperan aktif di dalam penyebaran
dakwah Wahabiyah. Bahkan, Kerajaan Saudi Arabia juga menjadi
penyandang dana pengembangan bagi 2T6lembaga di 61 negara.2080 selain
itu, hubungan Kerajaan saudi Arabia dengan neSara-negara Islam di Asia
Tengah, juga Bosnia, Herzegovina, dan sebagainya. Belum lagi bantuan
kemanusiaan untuk penanganan bencana, seperti gempa dan sebagainya.
Semua ini sudah barang tentu ikut andil bagi tersebamya manhaj Wahabiyah
di negara itu. Kami tidak mengatakan, di mana ada dana dan yayasan saudi,
di situ ada gerakan dakwah Wahabiyah.Ya.S ingin aku katakary semua ini
membentangkan kesempatan bagi para pengikut wahabiyah-yang secara
otomatis bersemangat - untuk menyebarkan dakwah mereka.
Kepribadian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
Di depan sudah kami ketengahkan perjalanan hidup Syaikh
Muhammad bin Abdul wahab, mulai dari awal masa perkembangannya,
belajarnya, dan pengembaraannya untuk menuntut ilmu. Kini akan kami
sampaikan sekilas tentang kepribadian dan warisan ilmiahnya. Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab sudah berpulang ke pangkuan Yang
Mahakuasa lebih dari dua abad yang silam (1206H/1792M). Akan tetapi,
ilmu dan pengajarannya masih hidup di kalangan Para pengikutnya.
2079 Al-Ashalah wa Al-Mu' asharah, Al-Mu'adalah As-Su'udiyah, ibid, hlm. 378.
2080 Ibid, hlm. 434.
992 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Masih senantiasa diikuti dengan penuh penghormatan dan pengagungan.
Kehidupannya menjadi inspirasi bagi para pengikutnya. Di mata mereka,
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah sosok pribadi dengan perilaku
yang lurus, perjalanan hidup yang bagus, berbudi pekerti yang suci, dan
berhati mulia. Syaikh Husain Khalaf berkata, "syaikh Muhamamd bin
Abdul Wahab adalah seorang ilmuan yang kaya ilmu. Dia seorang yang
terkemuka dan keberaniannya menyaingi Ibnu Taimiyah, kendati lebih
senior. Selain itu, dia kaya ilmu dan pandai menulis. Singkat kata, Syaikh
Muhamamd bin Abdul Wahab itu memiliki seluruh sifat pemimpin."zoar
Ustadz Abdullah bin Sa'ad Ar-Ruwaisyid berkata, "syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab adalah salah satu ikon pembaruan di zaman modem ini. Ia
memiliki akidah yang kuat, keimanan yang mendalam, dan tidak takut dicela
karena mengikuti jejak akidah Muhamamd ffi. Ghirahkeagamaannya sangat
kua! teguh pendirian, dan berwibawa. Para pengikutnya mengagungkan dan
menghormatinya. Selain itu, ia memiliki kepribadian yang kuat, wawasan
yang luas, dan berani berpendapat. Di bidang akidah salafi, ia merujuk pada
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Selain Imam Ahmad bin
Hanbal, tidak ada ulama yang ia cintai melebihi Ibnu Taimiyah."2o82
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab meninggalkan banyak warisan
ilmu di bidang tauhid, fikitu tafsir, hadits, sirahnabawiyah, dan sebagainya.
Universitas Islam Imam bin Su'ud di Riyadh pernah menyelenggarakan
kegiatan belskala internasional selama satu minggu penuh dalam rangka
memperingati Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, yaitu mulai tanggal
21 April 1400 H /SMaret 1980 M sampai 15 Maret 1980 M. Bersamaan
dengan peringatan itu, seluruh karya-karyanya dicetak kembali di sebuah
percetakan besar, setelah di-tahqiq secara ilmiah dan mendetil oleh team
yang beranggotakan ulama terkemuka.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menikah beberapa kali. Dan,
dari pernikahan itu ia memiliki enam orang anak lakilaki, yaitu; Ibrahim,
Abdul Aziz, Abdullah, Hasan, Husain, dan Ali. Selain itu, ia juga memiliki
enam orang anak perempuan, yaitu; Salma, Shafiyyah, Fathimah, Sa'di,
Ayidah, dan Jailabah. Keturunan Syaikh yang garis anak laki-lakinya
dikenal dengan sebutanA/u Syaikh. Mereka pun mengikuti jejak sangkakek;
208-1. Hayah Asy-Syaikh Muhammadbin AbdulWahab, ibid, hIm.334.
2082 Qadat Al-Fikr Al-lslami, ibid, hlm. 21,1,-2'1,2.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 993
berkhidmah pada ilmu pengetahuan, menyebarkan agama, memberikan
petunjuk pada masyarakat, menerbitkan buku-buku yang bermanfaat, dan
pada waktu bersamaan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan sastra di rumah
mereka masing-masing.2o83
Para Guru Syaikh Muhamamd bin Abdul Wahab
syaikh Muhammad bin Abdul wahab menimba ilmu dari banyak
ulama, antara lain: ayahnya sendiri - Syaikh Abdul Wahab bin Sulaiman -,
syaikh Ismail Al-Ajaluni, syaikh Hasan At-Tamimi, syaikh Hasan A1-
Islambuli, syaikh shifatullah Al-Haidari, syaikh Abdullah bin Ibrahim
binSaif, Syaikh Abdullahbin Muhammad bin Abdul Lathif, Syaikh Abdul
Karim Al-Kurdi, syaikh Ali Ad-Daghistani, dan masih banyak yang lainnya'
Di antara yang pernah berguru kepada beliau adalah keenam
putranya; Ahmad bin Nashir bin Ma'mar, Tsanayan bin Su'ud, Hasan bin
Abdu[ah bin Aidan, Hamd bin Husain, Hamdain bin Rasyid Al-uraini,
Su'ud bin Al-Imam Abdul Aziz,sa'idbin Hajar, Abdul Azizbinsuwailim,
Abdul Aziz An-Nashiri, dan puluhan lagi yang lainnya'208a
Prcf. Dr, Abdus Sy afi Muhammail Ab ilul L athif
2083
2084
Hayah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, ibid, hlm' 343 - 3tM'
r".aaputiufiur lengkap berisikan nama-nama para guru dan murid Syaikh Muhammad
bin Abdul wahab berikut karya-karya ilmiahnya di referensi di atas, hlm. 344-M9.
994 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
AKHBARIYAH SYIAH IMAMIYAH
ITSNA ASYARIYAH
s ei arah dan Asal-usul Manhai Mereka dalam Melalanl<an I stinb ath
Hukum
BERBICARA mengenai kelompok Akhbariyah dari Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah, meniscayakan untuk membahas dua kelompok lain yang
merupakan sempalan dari kelompok Akhbaryah itu sendiri, yaitu kelompok
yang concern mempelajari hukum-hukum akidah terkait ushul (prinsip-
prinsip fundamental) agama, dan kelompok yang concern mempelajari
hukum-hukum fikih terkait furu' (cabang-cabang agama) yang bersifat
praktis.
Pertama, kelompok ushuliyyah. Kelompok ini di dalam melakukan
istinbath hukum lebih berpegang pada Al-Qur'an, hadits, ijma, dan akal.
Mereka membentuk prinsip-prinsip hukum di mana berbagai persoalan
furu' (cabang) merujuk padanya. Dalam menetapkan ilmu dan amal,
mereka merujuk pada hadis-hadis mutawatir yang bersumber pada imam-
imam ma'shum (terpelihara). Mengenai hadits-hadits Ahad, mereka masih
melakukan perincian dan masih terjadi perbedaan pendapat. Mereka
secara tegas menolak keshahihan hadits-hadits yang terhimpun di dalam
kompilasi hukum modern. Di dalam melakukan hujjah, mereka membagi
jenis-jenis hadits ke dalam empat bagian. Mereka mengamalkan hadits
shahih dan hasan. Di dalam berbicara, mereka berpegang pada hadits yang
muwatstsaq (terpercaya). Mereka bersepakat meninggalkan hujjah dengan
menggunakan hadis dha'if (lemah). Ketika terjadi pertentangan antara
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 995
akal yang bersifat qath'i (pastl) dengan naqal (tiwayat) yang berslfat zhanni
(dugaan), mereka lebih berpegang pada akal yang bersifat qath'i (pasti).
Mengenai hukum sucinya sesuatu atau bolehnya sesuatu, mereka merujuk
pada,, Qaidah Bara' ah" yang oleh mereka diambil dari hukum naqal (riwayat)
dan akal dengan diperkuat oleh konsep qubhul'iqab bilabayan (tercelanya
adanya hukuman tanpa adanya penjelasan terlebih dahulu). Di dalam
praktiknya disebutkan bahwa asal segala sesuatu adalah suci dan boleh
hingga ada sesuatu yang dapat mengubah hukum asal tersebut dengan
cara ta'yin (menjelaskan hukumnya). Mereka juga menetapkan peran
fuqaha mujtahid di saat ghaibnya sang imam. Mereka memperhatikan
pengaruh zaman dan perbedaan kondisi di dalam menerapkan sebagian
besar hukum.2o85
Telah masyhur di kalangan mereka bahwa bertaklid kepada orang
yang sudah meninggal itu merupakan larangan. Mereka bersilang pendapat
mengenai bolehnya bertaklid pasca meninggalnya ahli fikih. Mayoritas
dari mereka melakukan taklid dengan merujuk pada sumber-sumber yang
ditulis oleh para mujtahid yang masih hidup. Ada juga sebagian dari mereka
yang hanya bertaklid pada muitahid paling alim di kalangan mereka.2086
Yang jelas, kelompok ushuliyyin-mereka adalah para teolog di dalam
ushuluddin dan para mujtahid di dalam fikih - berpendapat bahwa jumhur
ulama syiah ltsna Asyariyah berawal dari masa Mufid Muhammad bin
Muhammad bin Nu'man (w.413 H) dan murid-muridnya, terutama Asy-
Lihar syaikh Muhamamd Mahdi Al-Ashifi, Taikh Fiqh Ahl Al-Bait Alaihimussalam, yang
disebarkan pada saat launching bwku Riyadh Al-Masa'il fi Bayan Ahkam Asy-Syar'i bi
Ad-Dala'iloleh sayyid Ath-Thabathaba'i (1231.H.),1,/8 - 9. Lihat juga pemyataan A1-
Ashifi tentang pemicu perselisihan di kalangan ahli ushul dan hadits, hlm. 105 - 108
di buku yang sama.
Lihar Al-wahid Al-Bahbani, A r-Rasa'il At-Fiqhiyyah (nsalahtentang tidak dibolehkarrnya
mengikuti orang mati, lthm.5:27; risalah tentang hukum ibadah orang bodoh, hlm. 29-
46; rlsahh tentang asal segala sesuatu itu suci, lirrr.47:51,; risalah tentang hukum asal
muamalah itu tidak sah, hlm .295:307; dan risalah tentang hukum asal muamalah itu sah
dan rusak, Nm.309:318). Untuk mengetahui pembahasan pakar ushul secara umum yang
membedakan dari para pakar hadits, bisa meruiuk pada: Al-Akhbarbnyna Al-Ushuliyyin
wa Al-Akhbaiyyi, ol"h M,.rhun mad Al4harawi, makalah di Majalah Al-Fikr Al-Jadid.
TaikhAl-Fiqh Al-lslamiyaAdwaruhuoleh AyatullahSyaikhla'far As-Sabhan,Al-Haqq Al-
MubinfiTashwib Al-M;jtahidinwaTakhthi'at Al-Akhbariyyin oleh Syaikhfa'far bin Khadhr
en-Nilri Kasyiful Ghitha', Mashadir Al-lstinbath bayna Al-Ushuliyyin wa Al-Akhbarilruin
oleh Muhammad Abdul Hasan MuhsinGharawi, Al-Ma',alim Al-ladidahlil Al-ushul olel,rl
As-Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr.
2086
996 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Syarif Al-Murtadha Ali bin Husein Al-Musawi Al-Baghdadi Ath-Thusi
(w. 560 H), kemudian dilanjutkan oleh Syaikh Fakhruddin Muhammad
bin Manshur bin Ahmad bin Idris Al-Hilli (w. 598 H),lalu Al-Muhaqqaq
Al-Hilli Najmuddin Abul Qasim Ja'far bin Husein bin Yahya Al-Hadzali
(w. 676), kemudian keponakan sekaligus muridnya, yaitu Al-Allamah
Al-Hilli Al-Hasan bin Yusuf bin Muthahhar Al-Asadi (w.726 H), lalu Asy-
Syahidul Awwal Syaikh Muhammad bin Makki Al-Amili (w.776 H), dan
setelah itu Asy-Syahid Ats-Tsani Zainuddin bin Ali bin Ahmad Al-Amili
Al-Jubba'i (w.966 H).
Penerus utama lainnya adalah Al-Hasan bin Zainuddin (w. 1011 H),
kemudian Al-Fadhil At-Tawanni Abdullah bin Muhammad Al-Busyrowi
(w.1.071. H), lalu Al-Wahid Al-Bahbaha'i Al-Maula Muhammad Baqir
Muhammad Akmal (w. 1208 H), sosok yang memiliki peran besar di dalam
membangkitkan gerakan kelompok Akhbariyah, dan murid-muridnya,
yaitu Al-Allamah As-Sayyid Mahdi Bahrul Ulum (w.1212H), As-Sayyid Ali
Thabathaba' i (w . 1221. H), Syaikh Ja'far Kasyiful Ghitha' (w. 1227 H), Maula
Ahmad An-Niraqi (w.1245H),pemuka ulama Muhammad Syarif bin Hasan
Ali (w. 1245H), Syaikh Muhammad Taqiy Abdurrahim Al-Ashfahani (w.
1248 H),Syaikh Ushuli Al-Mujaddid Murtadha bin Muhammad Amin Al-
Anshari (w. 1281 H), di mana paraushuliyyin terus mengembangkan metode
pembaruannya hingga saat ini di Irary Irak, Lebanory daerah Al-Khalij Al-
Arabi (Teluk Arab), India, Pakistary Asia tengah, dan negara-negara lain
yang penganut Syiah Itsna Asyriyah sebagai minoritas.2mT
Kedua, kelomopok Syaikhiyyah yang muncul pada abad ke-13
H di bawah komando Ahmad bin Zainuddin Al-Ahsa'i (w.1241H). Ia
berpendapat bahwa untuk mengetahui hakikat agama dan hukum-
hukumnya, seseorang harus berpegang pada metode mukasyafah
(tersingkapnya tabir pengetahuan), namun pada masa imam ltsna Asyaiyah,
pengetahuan bisa diperoleh melalui perantara imam ltsna Asyariyah
tersebut. Di dalam riwayat hidupnya yang telah dibukukan ia berkisah
2087 Lihat: As-Sayyid Ash-Shadr, Al-Ma'alim Al-ladidah li Al -Ushul, hlm. 87 : 89. Lihat
juga: Syaikh Muhammad Ali Al-Anshari, Al-Mawsu'ah Al-Fiqhiyyah Al-Muyassarah,
1,/52.Dan, untuk mengetahui secara rinci tentang upaya para fuqaha, pakar ushul,
dan sebagainya sepanjang sejarah Fikih Syiah ltsna Asyariyaft menurut Syaikh Ja'far
As-Sabhani, lihat: Taikh Al-Fiqh lslami wa Adwaruhu, hlm. 246:276,406:4'1,0,418:457 .
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 997
bahwa di dalam mimpinya ia bertemu dengan Imam Al-Mujtaba Hasan bin
Ali, sajjad Ali bin Husein, Baqir Muhammad bin Ali - semoga keselamatan
tercurah atas mereka-saat itu, ia bertanya kepada Al-Mujtaba tentang
sisa umur hidupnya kemudian dijawab olehnya. Setelah itu, Al-Mujtaba
meletakkan lisan mulianya di atas lisan Al-Ahsa'i dan meludahinya untuk
memperbaiki tabiat buruk Al-Ahsa'i. Kemudian, Al-Muitaba mengusapkan
tangan mulianya ke wajah dan dada Al-Ahsa'i hingga ia merasakan
kesejukan di dalam hatinya. setelah itu, Al-Murtaba mengajarinya beberapa
bait syair supaya dijadikan pedoman di dalam berakhlak mulia oleh Al-
Ahsa'i. setelah Al-Ahsa'i mengamalkan bait syair tersebut, terbukalah
baginya pintu yang dapat membuat dirinya bisa bermimpi bertemu dengan
para imam. saat itu, Al-Ahsa'i dapat bertanya dan belajar langsung kepada
mereka kecuali Imam Muhammad Al-|awwad. Ia ragu bahwa dirinya
melihat Imam Muhammad Al-Jawwad saat itu. syaikh Al-Ahsa'i berkata
bahwa beberapa tahun kemudian, ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah
dan beliau pun berkenan meludahinya juga.2088
selain itu, syaikh Ahmad Al-Ahsa'i juga memiliki pendapatnyeleneh
lain. Ia mengaku bahwa para imam memiliki ilmuhudhurl (pengetahuan
yang langsung diberikan oleh Allah). Dengan ilmu itu, mereka dapat
mengatur sebagian urusan alam semesta. Mengen ai mi' raj-nya Rasulullah,
ia menyebutnya sebagai al-iism al-hauraqliya'i, yaitt tubuh halus, bukan
tubuh kasar yang dapat dilihat oleh panca indera.208e
Ia juga menilai bahwa imam yang dua belas ghaib (menghilang)
di dalam tubuh halusnya. Karenanya, tidak akan terjadi kerusakan dan
kehancuran pada tubuh halusnya selama imam yang dua belas tersebut
bersemayam di dalam dirinya. Menurutnya, semua manusia kelak akan
dikumpulkan di padang mahsyar dengan tubuh halusnya itu, dan bukan
Llhat: siratul Ahsa'i, tahqiq: Husain Mahfuzh, penerbit Baghdad, 1957 M. Selain itu,
sirahSyaikh Awhad melalui situs: http://www.alashai.net/awhadf seera-lasp.
syaikh Al-Ahsa'i, Risalah Ajwibah 'an Masa',il At-Jismi wa Al-lasadi Al-Huraqliya'i,
yurrg.u-pr.,g ditulis pada tahun 1232H. Naskah yang berupa tulisa tangan masih
iursirr,pa.r di perpustakaan umum Amirul Mukminin di Naiaf, menjadi satu kesatuan
dengr., risalah-risalahnya dan iawaban atas berbagai pertanyaan, nomor 1330. Lihat:
As-5ayyid Abdul Aziz Ath-Thabathaba'i, Fahrasat Makhthuthat Maktabah Amir Al-
Mukminin Al-Ammah,didalamMajalah Turatsunavolume 54, haI.309, diterbitkan oleh
Mu'assasah Ahl Al-Bait Alaihimussalam li Ihya'At -Turats, Qumm, Iran, 1419 H'
998 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
2088
2089
tubuh kasarnya yang bisa hancur, sebab tubuh kasar tersebut mustahil
kembali lagi seperti wujud kasamya yang semula. Ia berpendapat bahwa
Imam Mahdi akan muncul pada tahun 1260 H, tepat seribu tahun dari
ghaibnya. Ini merupakan awal munculnya kelompok Al-Babiyah dan
perkembangannya di kalangan pengikut kelompok Syaikhiyah. Keberadaan
kelompokSyaikhiyah sendiri untuk menunggu datangnya Al-Mahdi yang
hilang di dalamtubuh halus Al-Bab MirzaAli bin Muhammad Asy-Syirazi
(yang hilang pada tahun 1266 H). Kemudian, gerakan kelompok Al-Babiyah
berkembang menjadi gerakan kelompok Al-Baha'iyah yang secara terang-
terangan menyatakan keluar dari Islam dan menciptakan agama baru.
Di antara pengikut kelompok Asy-Syaikhiyah ada yang menilai
bahwa sebagian besar pendapat di atas tidak keluar dari Syaikh Al-Ahsa'i,
melainkan akibat dari dosa besar dan kesalahan yang melampaui batas
yang dilakukan oleh murid-murid yang tidak memahami perkataan guru
mereka dengan baik.2m
Setelah Syaikh Al-Ahsa'i, kepemimpinan kelompok Asy-Syaikhiyah
berpindah kepada muridnya yang bernama Sayyid Kazhim bin Qasim
Al-Husaini Ar-Rasyti (w.1259 H). Dan setelah wafatnya, kelompok Asy-
Syaikhiyah terbagi menjadi dua kelompok:
Pertama, kelompok Ar-Rukniyah di bawah kepemimpinan Al-Haj
Muhammad Karim Al-Karmani (w. 1288 H) yang menulis kitab tentang
kekufuran kelompok Al-Babiyah dan pengikutnya.2oel Penganut Ar-
Rukniyah meyakini bahwa iman memiliki empat prinsip, yaitu: Mengenal
Allah, mengenal Rasulullah, mengenal imam, dan mengenal seorang
ahli fikih yang pada dirinya terhimpun syarat-syarat imam di masa
menghilangnya, yaitu Syaikh Al-Ahsa'i, kemudian muridnya Sayyid
Kazhim Ar-Rasyti, lalu Al-Haj Muhammad Karim Al-Karmani.
Syaikh Al-Karmani menuangkan penjelasan tersebut di dalam kitabnya
yang berjudul Hidayah Al-Athfal. Ketika orang yang mengingkari jumhur
Itsna Asyariyah semakin menguat, Al-Karmani menyusun sebuah risalah
2090 Lihat Syaikh Haitsam Khafaji, mukadimah tahqiq-nya atas Kitab Shirat Al-Yaqin fi
Syarhi Tabshirat Al-Muta'allimln oleh Syaikh Al-Ahsa'i dalam: http:/ /www.alahsai.
net/awhad/seera-lasp
2091 Lihat Syaikh Aqa Bazraka Ath-Thahrani, Adz-Dzari'ah ila Tashanif As-Syiah, 10/Ma
_165.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 999
yang menerangkan bahwa rukun keempat dapat mewujud kepada salah
seorang ulama dari sekte tertentu dan salah seorang imam ahli riwayat.2oe2
Namun, pada tataran praktisnya, rukun keempat tersebut di kemudian
hari diwarisi olehketurunan Al-Karmani. Setelah itu, mereka rr(embangun
pendapatnya dengan menisbatkannya pada Al-Ahsa'i tentang tubuh halus,
mi'raj, ghaib dan tempat kembali (ma'ad).
Kepemimpinan kelompok Ar-Rukniyah berada di daerah Karman,
Iran. Di daerah tersebut kelompok Ar-Rukniyah tergolong mayoritas.
Kemudian kepemimpinan Ar-Rukniyah berpindah ke daerah lrak, Bashrah
pada tahun L400 H, sebagai markas kedua dari pengikutnya. Di daerah
Kuwait dan beberapa kota lainnya di Iran juga ada pengikutnya namun
hanya minoritas.
Kedua, kelompok Al-Kasyfiyah di bawah kepemimpinan salah
seorang murid syaikh Ahmad bin Zainuddin Al-Ahsa'i, yaitu Mirza Hasan
bin Ali Al-Ha'iri yang lebih dikenal dengan Al-Kauhar (w.1266 H), yang
juga menjadi tokoh penggerak gerakan Al-Babiyah. Ia mengajak untuk
membuat keputusanbahwa Al-Bab Mirza Alibin Muhammad Asy-Syirazi
menghilang. Jika kelompok Ar-Rukniyah membatasi iman kepada orang
yang meyakini ketetapan rukun yang empat secara keseluruhan, sedangkan
kaum Al-Kasyfiyah berpendapat bahwa rukun keempat bukan berasal dari
Syaikh Al-Akhsa'i, melainkan ciptaan dari Al-Karmani. Kemudian mereka
membagi kelompok ltsna Asy'ariyyahrneniadi dua bagian; pertama, orang
yang memiliki akidah dan iman yang semPurna.
Kelompok Al-Kasyfiyah menempatkan diri mereka sebagai sosok yr.g
masuk dalam kategori ini, juga sosok yang meyakini keimaman Ahlul Bait,
bahwa mereka memiliki ilmu.hudhurL Artinya, salah seorang dari mereka
dengan kehendak Allah Ta'ala dapatmengetahui apa yang sudah terjadi dan
yang akan terjadi hingga Hari Kiamat nanti. seolah seluruh pengetahuan
hadir di pikirannya selama-lamanya seperti ia menyaksikannya secara
langsung. Di samping itu, mereka meyakini bahwa darah para imam dan
seluruh tokoh terkemuka di kalangan mereka adalah suci. Kedua, orang
yang memiliki akidah kurang sempuma, seperti para penganut syiah lfsna
Asy ariyah. Mengenai pembagian ini, kelompok Al-Kasyfiyah berpendapat
2092 Lihat: ibid, 25 / 1,69 -170.
1000 ensmopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
bahwa untuk menjadi tempat rujukan taklid dan imam jamaah, seseorang
harus memiliki akidah yang sempurna. Mereka juga berpendapat bahwa
seseorang yang memiliki akidah sempuma tidak boleh bermakmum kepada
orang yang memiliki akidah kurang sempurna.
Jika kelompok Ar-Rukniyah meyakini bahwa rukun keempat adalah
pengganti imam yang ghaib harus berjumpa dan belajar secara langsung
kepadanya, maka kelompok Al-Kasyfiyah meyakini bahwa syaikh mereka
belajar langsung dari para imam secara kasyaf dan melalui ilham, seperti
yang telah disebutkan di depan mengenai mimpinya Syaikh Al-Ahsa'i.2@3
Kepemimpinan Al-Kasyhy* saat ini berada di bawah daulah Kuwait
yang turun-temurun diwarisi oleh putra-putra Syaikh Muhammad Baqir Al-
Iskawai Al-Ihqaqi (w. 1301 F{). Kelompok ini memiliki jumlah pengikut yang
minoritas di daerah Tibriz Iran, sebagian daerah di Irak bagian selatan dan
di daerah Al-Ahsa'i. Hingga saat ini, mereka-sebagaimana pendapat para
analisis sejarah - lebih berpegang pada pemikiran iitihad dan mengembalikan
sebagian besar pendapatnya pada ideologi Syiah ltsna Asyaiyah.*n
Berdasarkan isyarat yang tidak terlalu detil ini, karni akan memulai
membicarakan tentang kelompok Akhbariyah yang muncul pada permulaan
abas ke-1L H di lingkungan Syiah ltsna Asyaiyah. Kelompok Akhbariyah
Lihat: Dr. jawdat Al-Qazwairi, Al-Harakah Al-AkhbariyyahwaHaqiqatis Shira' Al-Ushuli.
Lihat: Ahmad Al-Katib, Al-Marji' Al-ladidlis Syaikhiyah, Al-Firqah Al-Umm al-lati Awladnt
Al-Harakah Al-Babiyah wa Al-Baha'iyah... Mirza Abdur Rasul Al-lhqnqi, Hal Yuwashilu
Masiraltl Al-lshlah wa Inftah? Al-Murji'iyyah As-Syaikhiyyah Mustaqillah wa Ta'tamidun
Nizham Al-Waratsi Al-Amudi, makalah yang dipublish pada tanggal 12/12/2000 M.
melalui situs: http://www.alkatib.co.uk/shaikheah.htm. Untuk mengetahui lebih
rinci mengenai prinsip-prinsip "As-Syaikhiyah" dan peranannya, llhat: A'lamu Hijrin
mina Al-Madhiyyin wa Al-Mu'ashiin olehSayyid Hasyim bin Muhammad As-Syakhsh,
A'yan Asy-Syiah olet. As-Sayyid Muhsin Al-Amin.
Asy-syaikhiyyah, Nasy'atuha wa Tathawwuruha wa Mashadiru Dirasatiha oleh As-
Sayyid Muhammad Hasan Alut Thaliqani, Al-Allamah Al-lalil Ahmad bin Zainuddin
Al-Ahsa'lfiDairah AdhDhaw' oleh Muhammad Ali Asir, Al-Madrasah Asy-SyaiL:hiyah oleh
Muhammad Zaki Ibrahim. Di dalam Ar-Rukniyyah terdapat pengikut Muhammad
Karim Khan yang pemikiran-pemikiran mereka cukup terkenal di internet, yang
menonjolkan mereka di antara dua belas sekte Syiah Imamiyah yang lain. Buku utama
mereka di dalam situs hW:/ / alabrar.info/ ar / index.htm?sh=refer Sementara itu, Al-
Kasyfiyah para pengikut Kawhar Al-Hairi dan Alul Isku'i Al-Ihqaqi dalam: http:/ /
www.alahsai.net Masih ada situs lain milik Mu'assasah Fikr Al-Awhad (Syaikh Ahmad
Al-Ahsa'i) yang intens mempublikasikan buku-buku mereka melalui: http:/ /www.
fikralawhad.net/home.htm
2093
2094
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia fsf am 1001
merupakan gerakan independen yang memiliki metode dakwah tertentu
yang diperkuat oleh hujjah. Kelompok Al-Akhbariyah memiliki manhaj
tertentu di dalam melakukanistinbafh hukum terkait dengan akidah dan fikih
praktisnya, yang dibangun melalui dalil naqliyangdiambil dari para imam
makshum di dalam menetapkan hukum. Mereka cenderung menjauhkan
akal, ijma' dan lahiriah nash Al-Qur'an dan hadits dari lingkaran istinbath
hukum. Mereka juga meninggalkan ijtihad yang dikenal di kalangan
kelompok ushuliyyin. Mereka menolak bolehnya beramal dengan dalil yang
bersrtatzhnnni,dengancatatan jika dalil tersebut diperkuatoleh hadits-hadits
yang datang dan diriwayatkan dari para imam di dalam kitab hadis yang
empat.2@s
Mereka menjadikan seluruh kitab hadits yang empat tersebut sebagai
hujjah. Bagi mereka, setiap peristiwa memiliki hukum tertentu dan dalil qath'i
dari para imam. Karena itu, wajib hukumnya berdiam diri atau mengambil
sikap hati-hati ketika tidak ada dalil hukum mengenai peristiwa tertentu.
Syaikh Muhammad Al-Babani berkata, "Bagi mereka, tidak ada hujjah dalam
memperoleh pemahaman, juga di dalam qiyas aulawi. Bahkan, sebagian dari
mereka berpendapat bahwa tidak ada hujjah di dalam mengqiyaskan nash-
nash yang memiliki 'illat. Sebagian dari mereka, tidak hanya menjauhkan
peran akal dari lingkaran syar'i, tetapi juga dari lingkaran ilmu kalam
(teologi) yang tidak bersifat dlururi. fadi, menurut mereka yang menjadi
parameter adalah adanya dalil nash mengenai keduanya.2@6
Di kalangan Syiah, kelompok Akhbariyyun juga disebut dengan
Ashhabul Hadis. Ayatullah Sayyid Syihabuddin Al-Husaini Al-Mar'asyi
An-Najasyi (w. tahun 1411 H) berkata, "Ashhabul hadis terkadang
dialamatkan kepada sekelompok orang yang hanya membatasi pandangan-
nya kepada hadis, dan mengesampingkan hukum akal dan ijma. Mereka
2095 Empat buku yang dijadikan pedoman untuk pengambilan kesimpulan hukum oleh
Syiah Imamiyah adalah; Al-Kafi oleh Abu Ja'far Muhammad bin Ya'qub bin Ishaq A1-
Kulaini (328 H.), Man La Yahdhuruh Al-Faqih oleh Syaikh Ash-Shaduq Muhammad
bin Ali Al-Husain bin Babawaih Al-Qummi (381 H), Tahdzib Al-Ahkam., Al-Istibslur fi
ma lkhtalafa min Al-Akhbar oleh Syaikh Tha'ifah Muhammad bin Al-Hasan Ath-Thusi
(460 H.).
Syaikh Muhammad Al-Babani, An-Naraqiyan fi Muwajahati Al-Muddi Al-Akhbari,
dibahas oleh Mula Muhammad Mahdi An-Niraqi dan putranya, Mula Ahmad, di
situs: http: / / naraqi.vom/ ar a / v / f / av f11.htm
1002 ensitlopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
juga menjadikan nash-nash Al-Qur'an dan lahiriahnya sebagai bagian dari
mutasyabbihaf. Mereka juga disebut dengan kelompok Akhbariyah. Mereka
memiliki jumlah pengikut yang banyak di kalangan teman-teman kami,
seperti Amin Istarabadi, Syaikh Khalaf dan ulama-ulama Bahrain lainnya.
Ashhabul hadits kadang juga ditujukan kepada orang yang memiliki
himmah(semangat tinggi) di dalam menekuni hadits, di mana mereka sangat
concern di dalam mengumpulkan dan meneliti hadits, serta memperbaiki
sanad-sana dnya.2oe7
Tokoh-tokoh Terkemuka Kelompok Akhbariyah
1) Pendiri kelompok Akhbariyah dan pencetus awalnya adalah Syaikh
Muhammad Amin bin Muhammad Syarif Al-Istarabadi Al-Akhbari
(w. 1033 H), penulis kitab Al-Fawa'id Al-Madaniyyah.2oes
2097 Catatan kaki Ayatullah Al-Mur'isyi atas buku lhqaq Al-Haqq,1'/1.68 danbuku llrqaq
Al-Haqq zoa lzhaq Al-Bathil oleh Al-Qadhi Nurullah Al-Husaini Al-Mur'isyi At-Tasturi,
kemudian Al-Hindi (1019 H), penulis buku Majalis Al-Mu'minin,
Al-Hurr Al-Amili di dalam terjemahan Amalul Amal (2/246, nomor 725) berkata,
"Maulana Muhammad Amin Al-Istirabadai seoranByan1 baik dan pentahqiq yang
mahir. Selain itu, ia juga seorang teolog kalam yang fakih, dan seorang ahli hadits yang
tsiqah.Iamentlis beberapa buku, antara lain Al-Fawa'id Al-Madaniyah. Di dalam buku
itu ia menuturkan bahwa ia sedang menggarap Syarh Ushul Al-Kafi dan Svarh Tahdzib
Al-Hadits. Selain itu, buku yang berisikan bantahan atas Pernyataan Al-Fadhilani di
dalam catatan pinggir Syarh Al-ladid li At-Tajrid. Selain itu, btrku Fawa'id Daqa'iq Al-
Lllum Al-Arabiyyah wa Haqa'iqiha Al-Khafiyyalz. Kulihat ia belum merampungkan Syarh
At-Tahdzib, begitu pula Syarh Al-lstibshar, Risalah fi Al-Bida' , jawaban atas masalah
yang dikemukakan Syaikh Husain Azh-Zhahiri Al-Amili, Risalah fi Thaharah Khamri
waNajasatiha, dan risalah berbahasa Persia tentang beragam permasalahan yang diberi
nama Danisy Namih Syahi, dan sebagainya. Syaikh Afa Bazrak Ath-Thahrani di dalam
Adz-Dzari'ah (1,6/358) berkata, " Al-Fawa'id Al-Madaniyyah fir Raddi 'ala Al-Qa'il bi
Al-ljtihad wa At-Taqlid fi Al-Ahkam Al-llahiyyah yang ditulis oleh Maula Muhammad
Amin bin Muhammad Syarif Al-Istirabadi Al-Akhbari (w. 1033) adalah yang pertama
menuduh para mujtahid dan menjadikan mereka seperti ahli hadits ... Buku ini terdiri
dari pembuka, dua belas pasal, dan penutup. Buku ini rampung ditulis di Makkah pada
bulan Rabi'ul Awwal 1031 H. Buku ini dibantah oleh As-Sayyid Nuruddin melalui
Al-Fawa'id Al-Makkiyyah.Selainitu, dibantah oleh As-Sayyid Daldar Ali melalui Asas Al-
Llshul. Al-Fawa'id Al-Madaniyyah ini dicetak di Iran pada tahun 1321 H., dan di catatan
pinggirnya terdapat Asy-Syawahid Al-Malikiyyah.Buku Asy-Syawahid Al-Makkiyyah
fi Dahdhi Hujaj Al-Fawa'id Al-Madaniyyah adalah buku Al-Fawa'id Al-Makkiyyah
yang ditulis oleh As-sayyid Nuruddin Ali bin Ali bin Al-Husain Al-Musawi Al-Amili
(w. 1062 H.), sebagaimana disebutkan Syaikh Ath-Thahrani di dalam Adz-Dzari'ah
(14/2M).Cetakan Iran inilah yang diperbolehkan hingga kembali dipublikasikan oleh
Dar An-Nasyr li Ahl Al-Bait, Qumm, Iran, 1405 H.
2098
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tsf am 1003
2) Syaikh Muhammad Taqiy Al-Majlisi (w. 1070 H), penulis Kitab
Raudhah Al-Muttaqinfi Syarhi Man LaYahdhuruh Al-Faqiholeh Syaikh
Ash-Shaduq.2@
3) Syaikh Husen bin Syihabuddin Al-Karki Al-Amili (w. tahun 1026H),
penulis kitab Hidayatul Abrar.2lm
4) Maula Muhammad Muhsin Al-Faidhi Al-Kasani (w. 1091 H), penulis
kitab Al-Wafi, Tafsir Ash-Shafi, ushul Al-Ashliyyah, Naqd At-Ushul Al-
Fiqhiyyah, Risalah Haqq Al- Mubin fi Tahqiq Kaifiyyah At-Tafaqquh fi Ad-
Din.2]01
2099 la dikenal dengan Al-Majlisi Al-Awwal. Di dalam terjemahan Amalul Amat (2/2s2,
nomor 742), A7-Hurr Al-Amili berkata, "Dia seorang yang baik, alim, muhnqqiq, berilmu
luas, zuhud, abid, tsiqah, teolog kalam, dan faqih.Ia memiliki beberapa buku, antara
lain:, syarh Ash-shahifuh, Hadiqah Al-Muttaqin, syarah Man La Yahdhuruh Al-Faqih dalam
bahasa Persia dan bahasa Arab, risalah tentang Ar-Radha', dan sebagainya. Ia tergolong
Al-Mu'ashirun setelah menukil perkataan Al-Hurr, syaikh Ja'far As-Sabhani berkata
di dalam buku ny a, T arikh Al-F iqh Al -l slami u: a Adw aruhu, hlm. 3g5, " Syarahnya atas Al-
Faqih dengan itdriRawdhah Al-Muttaqin tergolong syarah terbaik, karena penguasaan
Sang Pemberi syarah atas bidang sastra, rijal, fikih, dan hadits. Syarah tersebut dicetak
dalam dua belas jilid. Bttku Raudhah Al-Muttaqin yang ditulis oleh Al-Majlisi Al-Awwal
dicetak oleh Al-Mathba'ah Al-Ilmiyyah, Qumm, Iran, 1399 H.
2100 Khairuddin Az-Zarkali di dalam terjemahannyaKitab Al-A'lam (2/23s-236) berkata,
"Husain bin Syihabuddin Husain bin Jandar Al-Baqa'i Al-Karki Al-Amili adalah
seorang sastrawan dan penyair yang ulama. Dia seorang teolog kalam yang bijaksana,
tinggal di Ashfahan, lalu berpindah ke Hayderabad hingga meninggal dunia. Di antara
karya tulisnya; syarh Nahj Al-Balaghah, uqud Ad-Durar fi Hilli Abyat Al-Muthul zoa Al-
Mukhtashar, Hidayah AlAbrar di bidang ushuluddirl Afft-Thibb, MukhtasharrtAth-Thibb,
Muktashar Az-Zani, dan Al-ls'al selain itu, ia juga menulis di bidang nahwu dan mantiq,
juga dua diwan yang salah satunya bertemakan pujian (Kanz Al-La'al) dan satunya
lagi bertemahan motivasi (As-salasil wa Al-Aghlal). syair-syairnya terbilang bagus.
Senada dengan Al-Hurr Al-Amili, Khairuddin Az-Zarkali menyebut buktt Hidaynh
Abrar bertemakan ushuluddin. Tentang buku ini, di dalam Adz-Dzari'ah (25/rcn,
Syaikh Ath-Thahrani berkata, "Sang ahli hadits, Al-Hurr, menyebutnya di bidang
ushuluddin. sistematika yang ada terdiri dari pembukaan, delapan bab bagian inti,
dan penutup. Di dalam mukaddimah dijelaskan motif yang memicu perselisihan di
antara yang mengatakan ijtihad dengan yang menolaknya. Adapun bagian intinya
berbicara tentang kesahihan hadits yang ada. Pun bahwa semua itu adalah hujjah.
Dary setiap peristiwa memiliki hukum tersendiri yang bisa dijadikan d alil qath'i.Selain
itu, berisi penjelasan bagaimana orang terdahulu mengimplementasikannya, juga
penegasan bahwa ijtihad dan taklid itu bid'ah. Termasuk juga dijelaskan cara untuk
berhati-hati, merasa cukup dengan ilmu ushul, dan informasi tentang kecerobohan
masyarakat belakangan ini. Inilah prinsip utama Al-Harakah Al-Akhbariyah yang
dipertentangkan oleh kalangan ushul. BukuHidayah Al-Abrar dicetak lebih dari sekali,
salah satunya direvisi dan diberi sambutan oleh Ustadz Ra'uf Jamaluddin, Al-Maktabah
AlWathaniyah, Baghdad, lrak, 1977 M.
2101 Di dalam terjemahan Amal Al-Amal (2/305, nomor 925), Al-Hurr Al-Amili berkata,
"Maula Muhammad bin Murtadha yang dipanggil Muhsin Al-Kasyani adalah
1004 ensltlopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
5) Syaikh Muhammad bin Hasan Al-Hurri Al-Amili Al-Musyafri (w.
tahun 1110 H), penulis kitab Wasa'ilu Asy-Syiah lla Tahshili Masa'ili
Asy-Syai'ah dan kitab Al-Fushul Al-Muhimmah Fi Ushul Al-Atimmah.2lo2
seorang yang baik, alim, bijaksana, teolog kalam, ahli hadits, fikih, seorang muhaqqiq,
penyair, sastrawan, dan memiliki bakat kepenulisan yang bagus. Beberapa karya
tulisanya: Kitab Al-Wafi, lam'u Al-Kutub Al-Arba'ah ma'a Syarhi Ahaditsiha Al-
Musykilah. Namun, di dalamnya cenderung bermuatan sufisme. Syaikh ja'far As-
Sabhani menuturkan dalam Tarikh Al-Fiqh Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 397, bahwa
Al-Faidh Al-Kasyani menerima hadits dari Sayyid Majid bin Hasyim Ash-Shadiqi
Al-Bahrani. Ia meriwayatkan darinya, dari Syaikh Baha'uddin Al-AAmili. Selain itu,
ia menerima hikmah dan filsafat dari ustadznya, Shadrul Muta'allihin Asy-Syairazi.
Syaikh As-Sabhani berkata, "Sejatinya, Al-Faidh itu tergolong sosok misterius. Di
satu sisi terlihat cenderung pada tasawuf, tetapi di sisi lain berkutat dengan hadits
dan pengumpulannya."Kukatakan, kecenderungan sufistik ini diperoleh Al-Faid
Al-Kasyani dari gurunya, Shadrul Muta'allihin Asy-Syaiazi, kemudian dimodifikasi
dengan arahan Al-Akhbari - ikut berperan di dalam pembentukan kefakihannya. Oleh
karena itu, kamu melihatnya berkata, "Yang membuat mereka banyak tahu adalah
seseorang yang memiliki pemahaman, kecerdasan, kekuatan suci, zuhud di dunia,
wara'. Menurutnya, cara untuk bertafaqquh, adalah dengan mengikuti Kitabullah dan
As-Sunnah yangmuhkamat, yar.g shahih dari Ahlul Bait Alaihimussalam. Dari sinilah
ditarik pemahaman yang harus diyakini, juga wajib diamalkan, serta diperkuat oleh
nalar dan pemikirannya yang lurus. .. Jangan kamu kira orang-orang mukmin beriman
kepada Allah dan Hari Akhir dengan perselisihan para teolog kalam dan dalil-dalil
mereka. Sama sekali tidak! Mereka mengenal Allah melalui pertentangan antara akal
dengan syara'. Bersahtnya cahaya yang keluar dengan cahaya yang masuk, seperti
cahaya mata ketika menatap cahaya matahari." Lihat Al-Faidh Al-Kasyani, Al-Haq
Al-MubinfiTahqiq Yaifuah At-TafaqquhfiAd-Din,l&n.4-5, ditashhih dan dipublikasikan
oleh Mir Jalaluddin Al-Husaini Al-Armawi Al-Muhaddits, Syazman Jab Dansyakah,
Iran, 1390 H. Lihat biograhinya berikut penjelasan mengenai pendapat-pendapatnya
oleh Syaikh Abdullah Ni'mah, Falasifah Asy-Syiah; Hayatuhum wa Ara'uhum, hlm. 601-
604, cetakan pertama, Dar Al-Kitab Al-Islami, Qumm, Iran, 1987 M.
2102 Mengenai biografinya, Sayyid Ali Al-Barujurdi berkata dalam Thara'if Al-Maqal
(1./173), "Syaikh Muhammad bin Ali bin Al-Hasan bin Al-Husain Al-Hurr Al-Amili
Al-Masyaghri. Al-Masyaghri adalah nama salah satu desa di gunung Amil. Dia seorang
alim yang baik dan ahli hadits, meriwayatkan hadits dari jamaah, antara lain Syaikh
Zainuddin. Ia menulis banyak buku.
As-Sayyid Muhsin Al-Amin Al-Amili menuturkan biografinya di dalam A'yan Asy-
Syiah (9/171) dengan berkata, "Ia dilahirkan di desa Masyaghri pada malam jumat,
tanggal8 Rajab 1033 H., sebagaimana ia utarakan sendiri di dalamAmal Al-Amal.Dan,
ia meninggal dalam peristiwa suci Ar-Radhawi di Thus, pada tahun 1104 H. dalam
usia 71 tahun. jasadnya dikebumikan di Iwan. Tentang tarekatnya, ia seorang Akhbari.
Selanjutnya, ia berkata, "Ia mendapat anugerah berupa kesempatan menulis yang tidak
diberikan kepada yang lain. Bukunya Al-Wasa'il menjadi pedoman para mujtahid Syiah
sejak ditulis hingga saat ini. Demikian itu tidak mungkin terjadi, jika bukan karena
sistematika dan pembahasannya yang bagus. Buku Al-Wafi yang ditulis oleh Mula
Muhsim Al-Kasyani sebenarnya lebih komplit darinya. Namun, tidak seberuntung
Ar-Rasa'il, karena sistematikanya yang kompleks. Barangkali penulisnya lebih banyak
mentahqiq dari penulisAr-Rasa'il.BafuulUlum Ath-Thabathaba'i menaruh perhatian
khusus terhadap Al-Wafi. Ia mempelajarinya, juga menyuruh muridnya-penulis
Miftah Al-Karamah-untuk mengumpulkan hasil daras itu. Meskipun begitu, Al-Wafi
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1005
6) Sayyid Hasyim bin Sayyid Sulaiman At-Taubali Al-Katkani Al-Bahrani
(w. tahun 1107 H), penulis tafsir Al-Burhan yang di dalamnya berisi
tentang riwayat-riw ay at ma' tsur di dalam tafsir.2103
7) Maula Muhammad Baqir bin Muhammad Taqiy Al-Majlisi (w. 111L H),
penulis kitab Bihar Al-Anwar fi Akhbar Al-A'immah Al-Athhar.Kitab ini
termasuk kitab ensiklopedi modern terbesar di kalangan Syiah ltsna
Asyariyah.2loa
tetap tidak bisa dipersandingkan denganAr-Rasa'il. Berapabanyak ulama yang menulis
buku biografi, tetapi tidak setenar Amal Al-Amal, meskipun menuai banyak kritik.
Selain itu, bermunculan banyak buku yang diklaim menjadi pelengkap Amal Al-Amal.
21.03 Al-Hurr Al-Amili berkata di dalarn Amal Al-Amal (2/341,, nomor 1049), "Dia seorang
yang baik, alim, mahir, teliti, faqilL menguasai tafsir, bahasa Arab, dan rijal (seiarah
tokoh). Ia menulis Kitab Tafsir Al-Qur'an Al-Kabir. Aku pernah melihatnya, dan
meriwayatkan hadits darinya."Al-Muhaddits Al-Bahrani berkata di dalam Lu'luah
Al-Bahrain,hlm. 6, nomor 19, "Dia seorang yang baik, ahli hadits, mengikuti al-akhbar
dan tidak tertandingin kecuali oleh Syaikh Al-Majlisi... Ketika menjadi pemimpin, ia
menentukan hukum dan menjalankan tugas dengan baik, serta melaksanakan amar
makruf nahi mungkar. Ia tergolong bertakwa dan wara'. Di antara karya tulisnya
adalah Al-Burhan fi Tafsir Al-Qur'an, yang terdiri dari enam jilid. Syaikh Ja'far As-
Sabhani berkata tentangnya dalamTarikh Al-Fiqh Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 399-400,
"Dia berkhidmah kepada hadits secara total. Bukunya Ma'alim Az-Zulfa fi An-Nasy'ah
Al-Ukhra adalah bukti terbaik tentang keluasan ilmunya dan penguasaannya terhadap
hadits. Di dalam bukunya yang lain berjudul Ghayah Al-Muram tentang keutamaan
Amirul Mukminin dan para imam, ia paparkan hadits dari kedua kelompok tentang
masalah ini. Semua itu menggambarkan penguasaannya terhadap hadits yang shahih,
sanad, dan riwayat tenang keutamaan imam dari kalangan Ahlul Bait. Andaikata ia
memiliki kesempatan sebagaimana dimiliki Syaikh Al-Majlisi kedua, tentu ia akan
menulis ensiklopedi besar seperti Gharar Al-Bahhar, atau lebih baik darinya.
21.04 Dia adalah Al-Allamah Al-Majlisi kedua. Al-Hurr Al-Amili berkata tentangnya dalam
Amal Al-Amal (2/248 -2L9,nomor 733), "Dia seorang yang alim, baik, mahir, muluqqiq,
teliti, 'allamah, sangat memahami, faqih, teolong kalam, muhaddits, tsiqah, memiliki
banyak kebaikan, sangat disegani, dan panjang umur. Ia memiliki banyak karya tulis
yang bermanfaat, antara lain:Bihar Al-Anwarf Akhbari A'immatil Athhar,menampung
seluruh hadits di dalam kitab-kitab hadits, kecuali Al-Kutub Al-Arba'ah danNahj Al-
Balaghah. Sedikit sekali ia menukil darinya. Meskipun begitu, sistematikan dibuat
sebagus mungkin, dan bagian-bagian yang sulit diberi penjelasan. Buku ini dibagi
menjadi dua puluh lima jilid... Ia tergolong Al-Mu'ashirun (ulama kontemporer).
Aku meriwayatkan ahdits darinya. Semua karya tulisnya diperbolehkan (untuk
dipublikasikan)."Dalam Tarikh Al-Fiqh Al-lslami wa Adwaruhu (hlm. 400), Syaikh
Ja'far As-Sabhani berkata, "Dia lebih agung dari yang dikenal. Syaikh Al-Muhaddits
An-Nuri menulis risalah di dalam biografinya yang diberi judul Al-Faydh Al-Qudsi fi
Tarlamah Al-Majlisi. Di dalamnya ia menuturkan secara globalmanaqib,keutamaary para
guru, murid, keturunannya, dan keturunan orangtuanya. Adalah suatu kebanggaan
baginya bisa menulis Da'irah Al-Ma'arif li Asy-Syiah, ketika tulisan semacam ini tidak
memberikan pengaruh di kalangan Islam. Ia juga menulis Mir'ah Al-Uqul fi Svarhi
Akhbari Ali Ar-Rasul,yaitu syarah bagi Al-Kal. Di dalamnya ia memberikan penjelasan
pada hadits-haditsnya. Buku ini dicetak dalam 26 juz. Buku ketiganya, meskipun tidak
1006 ensimopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
8) Syaikh Abdu Ali binJum'ah Al-'Arusi Al-Huwaizi (w.I112H), penulis
tafsir Nar Ats-T saqalain.2los
9) Sayyid Ni'matullah bin Abdullah Al-Husaini Al-Musawi Al-Jaza'iti
(w.1112 H), penulis Kitab Anwar An-Nu'maniyahfiBayan An-Nasy'at
Al-lnsaniyah dan Kitab Nur Al-Barahin fi Akhbar As-Sadat Ath-Thahirin.
Kitab yang terakhir ini merupakan syarah dari kitab tauhid karya Syaikh
Shaduq.2106
10) Abdutlah bin Shalih Al-Bahrani As-Samahiji (w. 1135 H), penulis
Kitab lawahir Al-Bahrain fi Ahkam Ats-Tsaqalain danKitab Munyat Al-
Mumarisin fi Ajwibat Masa'il Asy-Syaikh Yasin.2107
setenar buku-buku sebelumnya, adalah Maladz Al-Akhyar fi Syarh Tahdzib Al-Akhbar,
dicetak dalam 12 jilid. Adapun ensiklopedi besarnya, maksud pent:Jis Bihar Al-Anwar,
dicetak dalam 110 iilid.
21.05 Tentang biografinya, Al-Hurr Al-Amili berkata di dalam Amal Al-Amal (2/ 154, nomor
449),"Dia seorang yang alim, baik, faqih, muhaddits, tsiqah, wara', penyair, sastrawan,
menguasai aneka ilmu dan keterampilan, dan modernis. Ia menulis Kitab Nur Als-
Tsaqilain dalamempat jilid. Di dalamnya ia menukil beberapa hadits Nabi dan beberapa
imam tentang tafsir ayat dari beberapa kitab hadits. Dan, ia tidak menukil selain dari
dari mereka. Selain itu, ia iuga menulis Syarh Lamiyah Al-Ajmi, Syarh Syawahid Al-
Mughni meskipun tidak rampung, dan sebagainya. Tafsir Nur Ats-Tsaqilain dicetak
dalam lima jilid, ditahqiq oleh As-sayyid Hasyim Ar-Rasuli Al-Mahillati, cetakan ke-4,
Mu'assasah Isma'iliyyah, Qumm, I.an,'1.41.2 H.
21,06 Tentangnya Al-Hurr Al-Amili berkata di dalam Amal Al-Amal (2/336, nomor 1035),
"Dia seorang yang baik, alilr';., muhaqqiq, ilmuwan yang dihormati dan disegani, guru,
dan tergolong modernis. Ia menulis beberapa buku, antara lain; Syarh At-Tahdzib,
Hawasy Al-lbtishar, Hawasy Al-lami, Syarh Ash-Shahifah, Syarh Tahdzib An-Nahwi,
Muntaha Al-Mathlab fi An-Nahwi, kitab hadits Al-Fawa'id An-Nu'nnniyyah yang
dinisbatkan pada namanya, kitab hadits yang lain Ghara'ib Al-Akhbnr zua Nawadir
Al-Atsari, Al-Anwar An-Nu'maniyyahfi Ma'rifah An-Nasy'ah Al-lnsaniyyah, buku fikih
Hadiyyah Al-Mu'minin, HawasyMughni Al-Labib, dan sebagainya. Syaikh dari Aljazair
ini memimpin Al-Akhbariyyun, menyuarakan penyimpangan Al-Qur'an berdasarkan
informasi yang terang-terangan menyebukrya mutawatirah bagi mereka dengan makna
seperti ini. Yang menentang di kalangan syaikh kelompoknya semata untuk berhati-
hati dan mendapatkan kebaikan kala itu. Lihat: Al-Anwar An-Nu'maniyyalr, yang dicetak
lebih dari satu kali di Tibriz dan Teheran, ban,L27'1. H., kemudian 1280 H., kemudian
1378 H. Setelah itu, dicetak oleh Mu'assasah Al-A'lami, Beirut, Lebanon, 1404 H. Lihat
juga bagaimana orang-orang ushul berlepas tangan dari semua itu dalam buku Slllyaft
Al-Qur'an min At-Tahrif yan6; ditulis oleh Syaikh Muhammad Hadi Ma'rifah, hlm 113,
1'1.4, 197 , dan 208.
21.07 Tentang biografinya, Sayyid Ali Al-Bajurdi berkata di dalam Thara'if Al-Maqal (L/69),
"syaikh Abdullah bin Haji Shalih bin Jumu'ah As-Samahiii. Samahiji adalah nama
tempat tinggalnya, sebuah desa di sebuah pulau kecil, di sebelah selatan pulau Awal
dari sisi Masyriq. Kemudian ia bersama orangtuanya pindah ke desa Abu Ishbi'.
Syaikh ini adalah seorang Akhbariy yang banyak menghujat para mujtahid.Dalam
biografinya, Syaikh Ja'far As-Sabhani menukil iiazah Sayyid Abdullah, cucu Sayyid
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia fsfam 1007
11) syaikh Yusuf bin Ahmad bin Ibrahim Ad-Darazi Al-Bahrani (w. 11g6
H), penulis Kitab Hada' iq An-N adhirah wa Ad-Durrah An-N aj afiyyah.21ll
12) Syaikh Muhammad bin Abdun Nabi bin Abdus Shani,, seorang
muhaddits Naisaburi, yang dikenal dengan nama MirzaMuhammad
Nashrullah Al-Jaza'iri, dalam kitab Taikh Al-Fiqh Al-lslami wa Adwaruhu (hlm. 402);
"Dia seorang yang alim, baik, muhaddits, mendalami Al-Akhbar, banyak mengetahui
uslub danbentuk-bentuknya, pandai mempertemukan hal-hal yang bertentangan dan
mengimplementasikannya satu sama lain, memiliki pemahaman yang baik tentang
riwayat, sangat berhati-hati dalam jalur periwayatan hadits, dan menolak keras pelaku
ijtihad. Salah satu ekstrimismenya, adalah ia melarang mengamalkan Al-Kitab secara
lahir. Ia mengklaim, seluruh AlQur'an itu mutasyabih. Pernyataan ini dinukil oleh A1-
Allamah dalam An-Nihayah Al-llshuliyyah dari beberapa Al-Hasywiyyah. Tindakannya
ini diikuti oleh kaum Al-Akhbariyyun sesudahnya." Tentang buku yang ditulisnya,
lawhar Al-Bahrain f Ahkam Ats-Tsaqilain, sayyid I'jaz Husain An-Nisaburi (w.1,2g6
H.) berkata dalam Kasyf Al Hujub wa Al-Astar 'an Asma' Al-Kutub wa Al-Asfar, hlrn.
166, nomor 822, "Dalam buku itu ia menyusun Al-Akhbar menjadi bab-bab yang
tidak seperti pent:Jis Al-wafi dan Al-wasa'il. Dalam pada itu, ia berfokus pada kitab-
kltab Al-Muhammadiyyun Ats-Tsalatsah, antara lain Al-Llshul Al-Arba'ah.Jilid,pertama
berbicara tentang thaharah, dan sebagian jilid kedua tentang shalat." Lihat: syaikh
Ath-Thakani, Ailz-D zari' ah, 5 / 265, nomer 1 2363.
2108 Ia menulis biografi dirinya sendiri di dalam Lu'luah Al-Bahrain,hlm.444, nomer 451.
Al-Khawansari mengomentarinya di dalam Rawdhah Al-lannat, hlm. 8, 20j:2o6, "Dia
seorang yang alim Rabbani (mengenal ruhan) dan alim insani (mengenal dirinya
sendiri), syaikh yang sangat faqih, hati-hati, dan teliti, yaitu yusuf bin Ahmad bin
Ibrahim bin Ahmad bin Shalih bin Ahmad bin Ushfur Ad-Darazi Al-Bahrani, penulis
Al-Hada'iq An-Nadhirah, Ad-Durar An-Najafiyyah, Lu'lu'ah Al-Bahrain, dan sebagainya
yang membanggakan dan enak untuk dibaca, bahkan sekedar dilihat mata. Di kalangan
Al-Firqah An-Najiyah tidak adayang lebih mulia akhlaknya darinya, termasuk ikhlai di
bidang ilmu dan amal. Selain itu, ia berhiaskan diri dengan sifat seperti yang dimiliki
generasi pertama, serta menghindari perangai buruk kaum khalaf yang mengincar
kedudukan dan jabatan... Ayahnya, syaikh Ahmad, termasuk murid kebangaan syaikh
sulaiman Al-Mahuzi. Ia seorang alim yang baik, muhaqqiq yang teliti, dan mujtahid.
Ia banyak mengkritisi Al-Akhbariyyun, sebagaimana dinyatakan terus terang oleh
putranya di dalam ijazah-nya. Mula-mula ia seorang Al-Akhbari, lalu kembali ke poros
tengah. Menurutnya, itulah jalan yang ditempuh AI-AIlamah Al-Majlisi Ghawwash
Bihar Al-Anwar. Di tengah kesibukannya menulis buku, ia juga rajin beribadah.
Memelihara ketaatannya hingga dijemput ajal. Di antara karya tulisnya; A l-Hada'iq An-
Nadhirahfi Ahkam Al-Atirah Ath-Thahirah. sebuah buku yang sangat bagus, dan belum
pemah ditulis seorang pun sebelumnya. Di dalamnya memuat seluruh perkataan dan
hadits-hadits yang berkenaan dengan para imam yang suci. Namun, karena cenderung
pada Al-Akhbariyah, ia sedikit bergantung pada dalil-dalil ushul, yang merupakan
ibu bagi dalil-dalil fikih. Juga tiang bagi dalil-dalil agama..." syaikh memiliki biografi
yang lengkap, ditulis oleh As-sayyid Abdul Aziz Ath-Thabathaba'i, diturunkan dalam
bentuk buku berludul Al-Hada' iq An-N adhirah fi Ahkam Al-Atirah Ath-Thahirah. Markaz
Al-Mushthafa mengodifikasi seluruh biografi Syaikh Al-Bahrani dari para penulis lairy
yang kemudian disusun menjadi sebuah buku berjudul Hayah Ash-shahib AlHada'iq,
mulai dari penulis Lu'lu'ah Al-Bahrain hingga syaikh AbduJ Aziz Ath-Thabathaba'i.
Penerbitan perdananya didukung oleh program Al-Mu'jam Al-Aqa,id di kota eumm,
ban,1.422H.
1008 ensf<topedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Al-Akhbari (w. 1232 H), penulis Kitab Ath-Thuhr Al-Fashil, Kitab
Mu'awil Al- Uqul li Qal'i Asas Al-Ushul,Kltab Kasyf Al-Qina' 'an Aur
Al-Ijma'dan Kitab Al-Mizanli Ma'ifah Al- Furqan.2lw
Munculnya Gerakan AJ-Akhbariyah dan Perkembangan Historis -
nya
Berbicara mengenai Al-Akhbariyah dan penyebaran dakwahnya di
bawah komando Syaikh Muhammad Amin Al-Istarabadi telah dijelaskan oleh
sebagian besar kelompok Ushuliyun. Menurut mereka, pemyataan tersebut
sesuai dengan pendapat sebagian para syaikh Akhbariyun. Namuru para dai
Akhbariyah generasi awal menjalankan dakwahnya di garis kepemimpinan
Syiahltsna Asyariyyah, baik sebelum ghaibnya maupun setelahnya. Menurut
mereka, kelompok Ushuliyyun adalah orang-orang yang menyimpang
,10, Al-Klr"*r"*rt -""gomentarinya di dalam Rawdhnh Al-lannat (7/1gl-13g)dengan
berkata, "Tidak diragukan lagi mengenai keutamaannya, keluasan ilmunya, dan
Penguasaanya terhadap dalil-dalllaqli dannagli. Namun, karena ia secara blak-blakan
menghina ulama terkemuka, Allah memalingkan hati khalayak darinya. Ia termasuk
ekstrimis Al-Akhbariyyah. Terdapat banyak jejak yang menunjukkan kecerdasannya.
An-Naisaburi menuturkan silsilah syaikh Al-Akhbariyah dengan berkata, 'Maulana
Muhammad Amin Al-Istirabadi Al-Akhbari adalah yang pertama kali berbicara
tentang al-muta'akhirun, karena mereka bertentangan dengan jalan yang ditempuh
sahabat terdahulu. Lalu sang Muhaddits Al-Qasani (yaitu Al-Faidh Al-Kasani) di
dalam Safinah An-Najah angkat bicara sedikit sekali dan kurang memuaskan, kemudian
Sang Muhaddits Al-Amili melalui Al-Fawa'id Ath-Thusiyyah sedikit memuaskan,
kemudian Syaikh Husain bin Syihabuddin Al-Amili dalam Hidayah Al-Abrar lebih
rinci, kemudian Abu Al-Hasan Al4harawi hendak menyempurnakannya. Keenam,
Maulana Ridhaddin Al-Qazuwaini dalam Lisan Al-Khautasft mulai mengemukakan
dalil, dan yang ketujuh adalah hamba yang hina ini." Umar Kahalah menuturkan
dalarnMu'jam Al-Mu'allifm (9/31), "Muhammad Al-Akhbari (1187-1232H./1765 -1812
M.). Muhammad Al-Akhbari flamaluddin) adalah seorang alim sekaligus sastrawan,
dilahirkan di Farkh Abad padatanggal22Dzulqa'dah. Ia pemah haji ke Baitullah, dan
pemah tinggal untuk sementara waktu di Najaf dan Karbala. Selanjutnya, ia terpaksa
meninggalkan Irak menuju Iran dan menetap di tempat kesyahidan Ar-Radhawi.
Selanjutnya, ia terpaksa kembali ke Irak dan tinggal untuk beberapa lama di Al-
Kazhimiyyah, lalu ia mati terbunuh. Di antara sekian banyak karya tulisnya adalah
Tasliyah Al-Qulub Al-Hazinah dalam sepuluh jilid yang besar-besar, Dauta'ir Al-lJlum,
Dzakhirah Al-AlbabwaBaghiyyah Al-Ashhab, Ma'awil Al-Uqulli Qal'I Asas Al-llshul, dan
Diutan Syi'in Kabir. Syaik'h Ja'far As-Sabhani berkata dalarn Taikh Fiqh Al-lslami wa
Adwaruhu hlm. 402), "Di antara karya tulisnya adalah Qabsat Al-Ajul fi Al-Akhbar wa
Al-Ushul. Buku ini dibantah oleh seorangmuhaqqiq asal Qumm melalui buku berjudul
'Ain Al-'Ain. Ketika sampai ke tangan Syaikh Al-Akhbari, ia pun membantahnya
melalui buku lnsan Al-'Ain fi Raddi Kitabi Ain Al-Ain. Selain itu, ia juga menggelar
seminar fikitr, mulai dari masalah thaharah hingga diyat,yangdiberi nama At-Tuhfah.
Apapun adanya, ia secara terang-terangan mencela ulama. Akibatnya, masyarakat
awam menyerangnya, lalu ia terbunuh di Al-Kazhi*iyuh.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1009
dari manhajnya sendiri dan beralih ke manhaj 'am (AllJrt Sunnah). Syaikh
Muhammad Amin Al-Istarabadi juga menyatakan hal serupa' Ahli sejarah
Akhbariyah berasumsi bahwa seluruh imam - semoga keselamatan tercurah
atas mereka-dan orang-orangyangdatang sesudahnya dari para pemuka
ahli hadits, seperti Syaikh Al-Kulaini dan Syaikh Shaduq beserta ayahnya,
mereka adalah ulama Akhbariyun generasi awal. Syaikh Muhammad Amin
juga berpendapat bahwa pembagian ulama Syiah menjadi Akhbariyun
dan lLshuliyyun bart dikenal setelah mereka. Untuk memperkuat hal
ini, ia merujuk pada pendapat ulama'am (.Ahlu Sunnah), seperti Imam
Muhammad Abdul Karim bin Ahmad Asy-Syahrastani Al-Asy'ari (w'
548 H) berkata tentang Syiah Imamiyah, "Pada mulanya, kelompok Syiah
Imamiyah mengikuti madzhab imam mereka dalam masalah ushul.Namun,
seiring perjalanan waktu, terjadi perselisihan di dalam riwayat-riwayat
imam mereka, sehingga setiap kelompok (sekte) memilih jalannya sendiri.
Akhimya, sebagian kelompok Syiah Imamiyah ada yang mengikuti paham
Mu'tazilalu baik Mu'tazilah Wa'idiyah maupun Mu'tazilah Tafdhiliyyah.
Ada juga sebagian dari mereka yangbergabung denganpaham Akhbariyatu
baik Akhbariyah Musyabbahah maupun Akhbariyah Salafiyah.211o
Muhaqqiq Syarif Muhammad bin Ali Al-lurjani (w. 812 H) berbicara
tentang macam-macam sekte di akhir syarahnya pada Kitab Al-Mawaqif,
"Pada mulanya, kelompok Syiah Imamiyah mengikuti madzhab imam
mereka. Namun, seiring perjalanan waktu, terjadi perselisihan di dalam
riwayat-riwayat imam mereka, sehingga generasi sesudahnya ada yang
mengikuti paham Mu'tazilah, baik Mu'tazilah Wa'idiyyah maupun
Mu'tazilah Tafdhiliyyah. Ada juga sebagian dari mereka yang bergabung
dengan paham Akhbariyatr, yang meyakini bahwa lahiriyah hadits sebagai
sesuatu yang mutasyabbihat. Kelompok yang terakhir ini pun terbagi
menjadi; 1) Kelompokmusyabbihnf yang berpendapat bahwa yang dimaksud
mutasyabbihat adalah lahiriyahnya; 2) Kelompok Salafiyah yang meyakini
bahwa sesuatu yang dikehendaki Allah adalah benar tanpa ada unsur
tasybih (penyerupaan), sebagaimana pendapat ulama salaf; dan 3) Kelompok
Multahiqah yang terbagi ke dalam sekte-sekte sesat.2111
2110 Asy-Syahrastani Muhammad bin Abdul Karim bin Ahmad (wafat 54 H.), Al-Milal wan
Nihal,1,/1.46 -1.47.
2111 Asy-Syarif Al-Jirjani Ali bin Muhammad (wafat 812 H.), Syarh Al-Mawaqif,8/392.
101 0 ensittopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Untuk mendukung keterangan ahli sejarah klasik yang melakukan
pembagian tersebut, sesuai dengan pernyataan Syaikh Muhammad Amin
Al-Istarabadi yang dipegangi secara kuat, ada pendapat yang diusung oleh
Imam Fakhruddin Muhammad bin Umar Ar-Razi (w. 606 H) mengenai
hadits Ahad, "Kelompok Akhbariyun dari kalangan Imamiyah bersamaan
dengan banyaknya sekte di masa dahulu, mereka tidak mempercayai hadits
ahad dalam masalah ushulu ddin, terlebih masalah-m asalah funt' (cabang),
kecuali hadits-hadits yang diriwayatkan dari imam-imam mereka. Adapun
kelompok Ushuliyyun, seperti Abu Ja'far Ath-Thusi, sependapat dengan
kami dalam masalah tersebut. Tidak ada seorang pun yang mengingkari
adanya ilmu melalui hadits Ahad kecuali Al-Murtadha dengan pengikutnya
yang sangat sedikit. Jadi, tidak mustahil bila kesepakatan tersebut adalah
semata upaya membanggakan diri. Buktinya, ia mengatakan bahwa mereka
bersumpah tidak tahu, dan bahkan mereka tidak mengiranya sama sekali.
Kami mengetahui secara pasti bahwa riwayat-riwayat tersebut meskipun
minim dari sisi pengetahuan, tetapi ia tidak minim dari sisi asumsi. Dari
sini kita tahu bahwa tujuan Al-Murtadha sebagaimana disebutkan di atas
adalah murni untuk membanggakan diri.2112
Mengenai kekhususan Syiah, Syaikh Al-Istarabadi menuturkan ucapan
Al-Allamah Al-Hilli (w.726 H) di dalam kitabnya Nihayah Al-Ushul yang
seolah berdekatan dengan pernyataan Imam Ar-Razi di depan. Ketika
berbicara tentang beramal dengan hadits Ahad yang tidak disertai hadis
pendukung lainnya, ia berkata,"Kelompok Akhbariyun dari kalangan
Imamiyah tidak mempercayai hadits Ahad di dalam masalah ushuluddin
dan cabang-cabangnya kecuali hadits-hadits Ahad yang diriwayatkan dari
imam-imam mereka - semoga keselamatan tercurah atas mereka.
Adapun kelompok Ushuliyun dari kalangan Imamiyah, seperti Abu
|a'far Ath-Thusi dan lainnya menyetujui hadits Ahad. Tidak ada dari
mereka yang mengingkarinya kecuali Al-Murtadha dan pengikutnya
dengan alasan karena terdapat syubhat di dalamnya.'2773
2112 Al-Fakhrur Razi, Al-Mahshul fi llmi Ushul Al-Fiqh,4/3U.
2113 Lihat: Muhammad AminAl-Istirabadi, Al-Fawa'idAl-Madaniyyah,lim.M; Al-Allamah
Al-Hali, Nihayah Al-Ushul, dan Al-Mulnqqiqun Al-Mu'ashirun li Kutubi lJshul Al-Fiqh al-
lati Naqala Mu'allifuha Al-Muta'akhkhirun Nashsha Kalam Al-Allamah Al-HaliYaruddunan
N ashsha ila Al-Lawhah (209 / a), berupa tulisa tangan atas buku Niluyah Al-lJshul. *bagai
contoh, lihal Sayyid Muhammad Hasan Radhawi Al-Kasymiri, catatan pinggirnya
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 1011
Setelah itu, disusul oleh Syaikh Muhammad bin Hasan Al-Hur Al-
Amili. Ia melontarkan pernyataan yang lebih tinggi lagi daripada ucapan
Al-Istirabad. Ia berkata, "Pemimpin kelompok Akhbariyun adalah Nabi
Muhammad ffi kemudian para imam-semoga keselamatan tercurah atas
mereka - karena mereka tidak beramal dengan menggunakan ijtihad, tetapi
di dalam menentukan hukum, mereka pasti merujuk pada hadits. Setelah
itu, para sahabat pilihan, kemudian kaum Syiah di masanya.211a
Al-Faidh Al-Kasyani berbicara mengenai terpecah belahnya umat
setelah wafatnya Rasulullah ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama
berpendapat bahwa di dalam mengangkat imam harus berdasarkan ijma',
dan harus mengikuti ayat-ayat mutasyabihaf di dalam persoalan akidah
dan hukum dengan didasarkan pada ayat-ayatmuhkamaf; mencari fitnatt
mencari takwil, memilih zadlul (isl) sebelum memilih dalil. Mereka adalah
Abu Bakar bin Abu Quhafah At-Taimi, Umar bin Khattab Al-Adawi dan
orang-oran gy angmengikuti jejak mereka, yangselalu mendasarkan pada
ijtihad dan peran akal di dalam segala sesuatu.
Kelompok kedua mengatakan bahwa di dalam mengangkat imam
harus berdasarkan nash dari Allah, dan di dalam persoalan akidah dan
hukum hanya didasarkan pada ayat-ayat muhkamat yang diwahyukan,
serta menghindari yang menyeret pada kesesatan. Mereka adalah para
sahabat Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib dan putra-putranya yang
makshum A laihimussalam, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka,
yaitu mereka yang hanya bergantung pada nash dalam segala sesuatu,
tunduk dan patuh pada imam yang mendapatkan ilmu dari Allah dan
Rasul-Nya terkait segala yang dilarang-Nya, dan menaati perintah Allah.
Dia berfirmarr, "...makabertanyalahkepada orangyangmeffipunyaipengetahuan
jikakamu tidak mengetahui." (An-Naht 43 dan Al-Anbiyaa':71, juga dalam
firman-Nya yang lairy "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antarakamu..." (An-Nisaa': 59).2115
untluk Al-Wafiyah fi Ushul Al-Fiqh yang ditulis oleh Al-Fadhil At-Tuni (w. 1071 H.),
hlm. 160., cetakan pertama, Mu'assasah Isma'iliyyah, dipublikasikan oleh Mu'assasah
Majma' Al-Fikr Al-Islami, Qumrn, Iran,1,412H. Lihat juga tahqiq Lajnah Tahqiq Turats
Asy-Syaikh Al-A'zham atas Fawa'id Al-ushul yang ditulis oleh Syaikh Murtadha A1-
Anshari (w. 1287 H.), 1. / 333, cetakan pertama, Mathba'ah Baqiri, dipublikasikan oleh
Mu'assasah Majma'Al-Fikr Al-Islami, Qumm, Iran, 1419 H.
2114 Al-Hurr Al-Amili, Al-Eawa'id Ath-Thusiyyah, hlm. 466, Al-Mathba'ah Al-Ilmiyyah,
Qumm, Iraru 1403 H.
2115 Al-Faidh Al-kasyani, Al-Haq Al-Mubiz, hlm. 3 - 4.
1012 ensif<fopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Mengenai munculnya Ushuliyaft setelah masa ghaibnya dari
kelompoknya, Faidh Al-Kasyani mengemukakan alasan bukan untuk
membela mereka atau berusaha berlepas tangan seperti yang dilakukan
Amin Al-Istirabad, ia berkata, "Tidakkah kamu berpikir mengenai ijtihadnya
sebagian generasi akhir di kalangan teman-teman kita, pembukuan mereka
terhadap ushul drt upaya keras mereka di dalam melakukan hal-hal utama.
semua itu karena adanya unsur syubhat yang bersumber dari rival-rival
mereka (yaitu Ahlu Sunnah), sebagaimana dituturkan oleh para pengembara
di kalangan kita. Memang, yang menjadi pemicu awal adalah adanya
kemaslahatan yang dilihatnya dan pertentangan dari para rivalnya, supaya
mereka tidak menduga bahwa kami tidak memiliki pengetahuan yang detil.
Hal itulah yang menjadikan syubhat bagi orang yang datang sesudahnya,
dan terus berjalan seperti itu adanya. sebenarnya tindakan seperti itu tidak
sampai mencemarkan kedudukan mereka yang tinggl, dan tidak menjadi
sebab disamakannya mereka dengan sekte yang awal. Namun demikian,
mereka memiliki hak besar terhadap sekte (firqah) yang selamat karena
telah menyebarkan madzhab yang benar dengan cara yang sangat indah.
Mereka juga telah berjasa membendungupaya taqiyah (menyembunyikan
akidah) dari sebagian besar penduduk dan daerah. semoga Allah membalas
usaha mereka dengan sebaik-baik pembalasan dan mengumpulkan mereka
bersama imam-imam mereka pada Hari Kiamat kelak.2116
Namun madzhab ini ditolak di kalangan fuqaha Ushuliyah. Sayyid
Muhammad Baqir Ash-shadr berkata ketika mengeritisi kesaksian syaikh
Muhammad Amin Al-lstarabadi di dalam kitabnya Fawa'id Al-Madaniyyah
' ala D a' w ahu Quddama Al- Akhbariy ah, yang menyebut Al-Allamah Al-Hilli,
seorang tokoh ulama Imamiyah dengan sebutan Akhbariyun. Ia berkata,
"Sebenarnya, Al-Allamah Al-Hilli mengalamatkan kalimat Akhbariyun
dalam pembicaraannya kepada salah satu tingkatan pemikiranfikih, bukan
kepada gerakan yang memiliki tendensi tertentu di dalam istinbathhukum.
Sejak masa awal, di dalam fuqaha Syiah terdapat ulama Akhbariyun yang
ditempatkan pada tingkatan pemula dari pemikiran fikih. Mereka oleh
Syaikh Ath-Thusi di dalam kitabnya Al-Mabsuth disebut sebagai ulama
yang memiliki pandangan terbatas dan hanya membahas akar masalah
dari sudut pandang fikih saja.
2116 lbid, hlm.4.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam 1013
I
Mereka juga menghindar dari upaya membuat cabang dan memperluas
praktiknya. Pada sisi yang berlawanan terdapat fuqaha ushuliyun yang
pola pikirnya menggunakan pola pikir ushuliyah. Mereka menggunakan
pencabangan fikih di dalam aspek yang luas. Adapun Akhbariyah generasi
awal dikenal moderat di dalam pemikiran fikihnya, tetapi bukan di dalam
rnadzhabnya.2117
Sejalan dengan pendapat di atas adalah pernyataan Syaikh Ja'fat
As-Subhani yang berkata, "Terdapat perbedaan tajam antara Akhbariyah
yang diusung oleh Amin Al-Istirabad dan Akhbariyah pada masa imam.
Akhbariyah pada masa imam berkonsentrasi pada penghimpunan hadits,
pembukuan danperiwayatannya, tidak sampai menyelidiki pada masalah
shahih dan dha'ifnya. Adapun Akhbariyah yang dikembangkan oleh Amin
Al-Istirabad merupakan Akhbariyah manhaj yang memiliki fondasi dan
tiang yang kokoh. Dalam hal ini, Amin Al-Istirabad menyampaikan buah
pemikirannya sebagai bentuk pembuktian dan melontarkan kritiknya
atas fondasi yang dibangun oleh kelompok Ushuliyun. Katena itu, tidak
2117 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Al-Ma'alim Al-ladidah li Al-Ushul, hlm. 80-81. Setelah
itu, Sayyid Shadr menisbatkan pendapat ini kepada seorang muhaqqiq ushul
bernama Syaikh Muhammad Taqi Abdurrahim Al-Ashfahani (w. 124 H.). Selain
itu, pada seorang faqih Al-Akhbari, Syaikh Yusuf Al-Bahrani (1186 H.). Demikian
itu dibuktikan dengan penukilan masing-masing di antara mereka berdua, yang
baginya menunjukkan bahwa Muhamamd Amin Al-Istirabadi adalah yang pertama
menjadikan Al-Akhbariyah sebagai madzhab penentang Ushuliyah. Penulis katakan,
memang benar Sayyid Ash-Shadr begitu terkait dengan pendapat Syaikh Muhammad
Taqi Abdurrahim. Akan tetapi, terkait kesaksiannya terhadap Pemyataan muhaddits
Al-Bahrani, perlu dikaji. Sebab, Al-Bahrani tidak menafikan keberadaan orang-
orang Al-Akhbariyah di kalangan Syiah Imamiya!r. Itsna Asyariyah sebelum itu'
Bahkan, ia menegaskan bahwa di antara dirinya dengan orang-orang ushul tidak ada
permusuhan. Barulah setelah Amin Al-Istirabadi muncul, ia menyuarakan permusuhan
itu. Al-Bahrani menuturkan bahwa Ibnu Babawaih Al-Qummi Ash-Shaduq (w. 381
H.) adalah pemimpin Al-Akhbariyah di masanya. Amin Al-Istirabadi menuturkan
bahwa dialah sang pembaharu (mujaddid) bagi Madzhab Al-Akhbari di masa-masa
terakhir. Di bagian akhir mukaddimah Al-Hada'iq An-Nadhirah ia berkata, "Masa
awal dipenuhiolehmuhaddits danmujtahid. Namun, di antara mereka tidaklah te4adi
perselisihan seperti ini. Bahkan, mereka juga tidak menyebut pihak lain yang bukan-
bukao kendati mereka terlibat debat menghadapi masalah-masalah juz'i danberbeda
pendapat di dalam implementasi dalil... Apabila dari salah satu di antara mereka, baik
dari kalangan Al-Akhbari maupun mujtahid, melakukan kesalahan karena ketidak-
ahuan atau kurang pemahaman, tidak lantas wajib dicela... Pemimpin Al-Akhbariyah,
Ash-Shaduq, telah membawa madzhab asing yang sama sekali tidak disepakati, baik
olehmujtahidmaupun Akhbari sendiri. Namun, itu tidak membuat mereka dicaci dan
dimaki.. . " Syaikh Yusuf Al-Bahrani, Al-Hada' iq An-N adhir ah, 1 / 169 - 770.
1014 ensittopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
mungkin menyamakan antara Akhbariyah baru yang dipelopori oleh Amin
Al-Istirabad dengan Akhbariyah pada masa para imam.2118
Berbicara tentang faktor penyebab berkembangnya gerakan Akhbariyah
dengan bentuknya yang baru dan kemunculannya pada permulaan abad
ke-11 H, kami menjumpai Dr. Jaudat Al-Qazwini berpendapat bahwa
hal itu untuk menghindari pertentangan antara lembaga keagamaan dan
kekuasaan Shafawiyah yang berdampak buruk terhadap perkembangan
lembaga hukum fikih, dan mengkhawatirkan perpindahan kekuasaan
spiritualitas menjadi kekuasaan duniawi di kalangan masyaraka! sehingga
kekuasaan yang resmi pun ikut bersaing di dalam urus€u:r masyarakat dan
kepentingannya.2lle
Pendapat ini diterima oleh Syaikh Muhammad Mahdi Al-Asifi dengan
sangat berhati-hati. Ia tidak menjadikannya sebagai satu-satunya faktor
utama di dalam perkembangan gerakan Akhbariyah. Ia berkata, "Ketika
lembaga fikih berubah menjadi kekuatan dan kekuasaan duniawi yang
memberikan keputusan hukum terhadap urusan negara dan masyarakat,
maka muncullah sistem aturan Shafawi yang mempersempit fenomena
tersebut. Dari hal ini tidak mustahil jika hukum Shafawi merupakan
sebuah pemikiranyang menopang dan meresmikan gerakan Akhbariyah.
Namury bukan berarti hal itu menjadi sumber utama munculnya kajian
fikih terhadap gerakan ini. Hal yang tidak perlu diragukan bahwa semua
itu berhubungan erat dengan persoalan politik.2120
Syaikh Ja'far As-Subhani menentang pendapat Al-Qazwaini.
Menurutnya, manfaat yang setidaknya dapat diambil darinya adalah
bahwa penguasa mendukung Akhbariyah dibandingkan Ushuliyah. Ini
dapat dipahami darinya sebagai kebangkitan Akhbariyun. Akan tetapi,
ia tidak menjelaskan sebab-sebab kemunculan dan pertumbuhan harakah
Al-Akhbari!ah."ztzt
2118 Syaikh Ja'far As-Sabhani, Tarikh Al-Fiqlr Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 390 - 391.
21 1 9 Lihat Dr. Jawdat AlQazw aint, Al-Harakah Al-Akhbaiyah wa Haqiqah Ash-Shira' Al-Llshuli ,
sebuah kajian yang dipublikasikan di majalah Al-Fikr Al-Jadid volume 1.. Pembahasan
ini juga ditulis di dalam bukunya, At-Tarikh As-Siyasi li Al-Fiqh Al-Imami.
2120 Syaikh Muhammad Mahdi Al-Ashih,Taikh Al-Fiqh Ahl Al-Bait Alaihimussalam,hlm.
104.
2121 Llhat: Syaikh Ja'far As-Sabhani, Tarikh Al-Fiqh Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 388.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 101 5
Syaikh Ali Naqi Al-Manzawi memperkuat pendapat AlQazuraini ketika
berbicara tenang pemerintahan Ash-Shafawiyah tertinggal dari Tasawuf.
Maka, syaikh-syaikh di negara itu bangkit. Dan, mayoritas mereka adalah dari
kalangan Akhbariyun non-Iran. Akan tetapi, Al-Manzawi menduga bahwa
arus Akhbari dibawa oleh kaum pendatang dari negara Al-Utsmaniyah ke
Iran. Maka, tersebarlah disyataz dan Bahrain untuk pertama kalinya.21z
Mengenai mereka yang hijrah dari Al-Utsmaniyah. Ia berkata, "Yang
disebutkan penulis ini tidak didukung dalil. Siapa di antara mereka yang
hijrah dan datang ke Iran, lalu menyebarkan pemikiran ini? Mengapa
sejarah tidak membicarakan mereka?' 274
Ustadz Murtadha Al-Muthahari menukil dari Sayyid Muhaqqiq Husain
Al-Barujardi, bahwa ia mengindikasikan faktor lain yang memunculkan
gerakan Akhbariyah modern. Ia pernah mengeritik tren Al-Akhbariyah
di dalam salah satu majelisnya di Barujard, pada musim panas tahw1322
H. Ia berkata, "Kaum Akhbariyah tidak berpikir, bahwa pengikut aliran
inderawi di Eropa sendiri mengingkari metaindra. Lantas, bagaimana
mungkin Al-Akhbariyah sendiri - yang meyakini metaindra - menyangkal
hal itu?" Ustadz Al-Muthahari berkata, "Setibanya pada pembahasan tentang
kehujjahan al-qath'dan ilmu-yang menjadi sumber bagi teori ini-aku
menunggu Saling menyinggung soal ini. Akan tetapi, ia temyata sama sekali
tidak menyinggung itu. Aku sendiri tidak tahu apakah yang diucapkan itu
ada sumbemya atau hanya sekadar bicara. Sekarang aku menyesal tidak
mempertanyakan sumber perkataannya itu." Setelah Syaikh Muhammad Ali
Al-Anshari menukil pernyataan Al-Muthahari, ia mengomentarinya dengan
berkata "Akan tetapl tidak bisa tenang menyikapi pemikiran ini. Sebab,
di tangan John Lock (w. ff}a) dan David Hume (w. 1776 M), tren inderawi
menjelma seperti madrasah. Sementara itu, Al-Muhnddits Al-Istirabadi wafat
pada tahun 1023H, bertepatan denganL616 M. Lantas, bagaimana mungkin
Al-Istirabadi terpengaruh oleh madrasah ini? Memang ia dianggap hidup
semasa dengan Francis Bacon (w.1,626 M.) yu g ikut membentangkan jalan
bagi madrasah inderawi. Akan tetapi, sangatlah jauh rasanya bila pemikiran
2L22 Lihat: Ali Taqi Al-Manzawi, mukaddimah yang ia tulis untuk buku orangtuanya,
Thab aqat A' lam As-Syiah-Al-Qarn Al-Hadi Asy ar. Lihat juga: komentarnya atas
pemyataan ayahnya di dalam biografi Mu'izuddin Al-Irdastani, hlm.571.
2123 Syaikh Ja'far As-SabhNi, Taikh Al-Fiqh Al-lslami wa Adwaruhu, hlm. 389.
1016 ensit<topedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
ini berpindah dari Eropa ke timur, khususnya ke Jazirah Arab dan Al-
Madinah Al-Munawwarah. Lantas, sosok ini memberikan pengaruh dalam
kurun wakfu yang relatif sirrgkat."2tzt Yang dimaksud dengan tren inderawi
di sini adalah tren positif eksperimental di bidang ilmu pengetahuan.
As-Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr telah mengisyaratkan antara
harakah Al-Akhbariyah di kalangan Syiah di timur dengan harakah Al-
Hissiyyah (inderawi), mengikuti pemikiran Al-Muhaqqiq Al-Barujardi atau
bahasanya yang mempesona. Selain itu, ia juga menambahkan penjelasan
tentang pokok perbedaan di antara dua kelompok ini. Dary itu menjadi
jawaban atas pertanyaan As-Sayyid Al-Barujardi sebelumnya. Ash-Shadr
berkata, "Di sana terdapat pertemuan pemikiran yang nyata di antara
gerakan pemikiran Al-Akhbariyah dengan aliran-aliran inderawi dan
eksperimentatif di bidang filsafat di Eropa. Semua mengusung serangan
besar-besaran terhadap akal, menganulir nilai hukum yang tidak diambil
dari indera. Gerakan yang ditempuh Al-Muhaddits Al-Istirabadi melawan
pengetahuan akal yang terpisah dari indra menimbulkan hasil yang sama
dengan yang diraih filsafat inderawi di dalam sejarah pemikiran Eropa.
Pada akhirnya, ia diminta mengakui kekeliruannya menentang setiap dalil
akal yang dipakai umat Islam untuk membuktikan keberadaan Allah S6.
Sebab, berada dalam bingkai pengetahuan akal yang terpisah dari indera.
Sebagai contoh, kita mendapati ahli hadits seperti Sayyid Nikmatullah
Al-Jaza'iri yang terang-terangan membantah dalil-dalil itu dan pro pada
pemikiran Al-Akhbari, sebagaimana dituturkan Syaikh Yusuf Al-Bahrani
di dalam Ad-Durar An-Najafiyyah. Akan tetapi, pemikiran Al-Akhbari
tersebut tidak sampai menyeret pada kekafiran, sebagaimana yang terjadi
pada filsafat indrawi Eropa. Sebab, masing-masing dari keduanya memiliki
perbedaan iklim yang mendukung pertumbuhannya. Teori pengetahuan
di kalangan pemikiran inderawi eksperimentatif sudah terbentuk di awal
masa keilmuan modern. Jadi, ia memiliki kesiapan untuk menafikan setiap
pengetahuan akal yang terpisah dari indera. Sementara itu, harakah Al-
Akhbariyah memiliki dimensi keagamaan. Akal yang dimaksud adalah
menurut sudut pandang syara', bukan eksperimen. )adi, menentangnya
2124 Syaikh Muhammad Ali Al-Anshari, mukaddimah tahqiq-nya untuk risalah Tawdhih
Ar-RasyadfiTaikh Hashr Al-ljtihad, Syaikh Aqa Barzak Ath-Thahrani, hlm. 49 - 50.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia fslam 1017
tidak menjadikan seseorang menentang syariat dan agama. Oleh karena
itu, menurut para pengeritiknya menyimpan kontradiksi, karena di satu sisi
memberikan kelonggaran pada akal, tetapi di sisi lain meninggalkan tasyri'
danfikih sebagai penjelasanagama, dandi sisi yanglain juga memegangnya
teguh-teguh untuk memantapkan akidah agamanya. Sebab, penegasan
tentangSang Pencipta dan agama tidak mungkin melalui penjelasan syariat,
melainkan harus melalui akal.2-I2s
Sebagaimana diketahui-selain yang disebutkan As-Sayyid Ash-
Shadr-gerakan positif eksperimentatif di Barat sudah mulai tumbuh dan
berkembang seiring hasudan masyarakat yang didorong oleh perlawanan
terhadap kekuasaan gereja. Oleh karena itu, As-Sayyid Ash-Shadr sangat
getol menjelaskan perhatian Syaikh Muhammad Amin Al-Istirabadi dari
awal bahwa dalil-dalil akal itu tidak dikesampingkary atau tidak benar
dalam segala keadaan. Ia mengutip pernyataannya di dalam Al-Fawa'id
Al-Madaniyyah terkait penjelasan bahwa ilmu teoritik menurutnya ada
dua macam; Pertama, yang berakhir pada materi yang dekat dengan
pengindraan, seperti ilmu matematika dan ilmu ukur, dan mayoritas
bab mantiq. Bagian ini tidak dipetentangkan oleh ilmuwan, juga tidak
menimbulkan kesalahan di dalam hasil berpikir. Sebab, kesalahan dalam
berpikir itu terjadi dalam bentuk rupa (shurah) atau materi (maddah).
Kesalahan dalambentuk rupa tidak dialami ilmuwan. Sebab, pengetahuan
tentang shurah itu termasuk perkara yang jelas bagi akal yang lurus.
Bagian yang lain berakhir pada materi yang jauh dari pengindraan, seperti
hikmah ilahiyah dan fisika, ilmu kalam, ushul fikih, masalah teori fikih,
dan beberapa kaidah di dalam bukumantiq atau logika, seperti pernyataan
mereka, " Al-Mahiyyah (substansi) tidak terdiri dari dua hal yang sama)."
Juga pernyataan mereka; "Lawan dari dua hal yang sama adalah sama."
Oleh karena itu, terjadilah perbedaan pendapat di kalangan filsuf di dalam
menyoal hikmah ilahiyah dan fisika, juga di kalangan ulama Islam di bidang
ushul fikih, masalah-masalah fikih, ilmu kalam, dan sebagdinya-"nze
Syaikh Muhammad Ali Al-Anshari mengomentari kemunculan
harakah Al-Akhbariyah yang menentang cara-cara ijtihad, karena mereka
2125 Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr, Al-Ma'alim Al-ladidah li Al-llshul, hlm. rM - 45.
2126 Lihat: ibid, hal.43. Pernyataan ini dilontarkan oleh Al-Istirabadi di dalam bab kedua
Fawaid-nya.
101 8 ensifdopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
tidak memahami makna ijtihad yang dimaksud oleh para ahli ushul di
kalangan Syiah ltsna Asyriyah. BagSnya, ijtihad itu memiliki dua makna.
Pertama, makna khusus, yaitu mengamalkan qiyas dan ar-ra'yu. Kedua, makna
umum, yaitu dinisbatkan pada setiap usaha keras untuk mengistimbath
hukum syara' dari dalilnya... Al-Anshari berkata, "[Jntuk sekian lama, dua
makna ini tidak ada masalah. Kalimat ini bernuansakan makna khusus.
Oleh karena itu, Al-Istirabadi menuduh fuqaha mengikuti ahlul qiyas wa ar-
ra'yi. Lantas, ia mengajaknya untuk menolak dan beramal dengan hadits.
Ia meyakini, perjalanan hidupnya merupakan perpanjangan dari perjalanan
hidup fuqaha di masa-masa Al-Ghaibah Ash-Shugra dan sebelumnya, di
mana fuqaha mengandalkan hadits dan menolak ijtihad. Akan tetapi-
menurut anggapannya-beberapa fuqaha, seperti Ibnu Al-Junaid, Syaikh
Al-Mufid, Syaikh Ath-Thusi, dan As-Sayyid Al-Murtadha, menyimpang
dari jalan tersebut dan membuat jalan baru yang disebut ijtihad. Impulse
ini - menurut penulis - berpengaruh di dalam kejiwaan Al-Istirabadi untuk
memperlihatkan teorinya, bahwa ia tidak terpengaruh oleh tren inderawi.
Ataupun bahwa di antara dua tren itu memiliki hubungan satu s21n2 lain.'/2r27
Apapun yang terjadi, harakah Al-Akhbariyah tetap muncul dan
berperan aktif seiring beredarnya buku Al-Fawa'id Al-Madaniyyah oleh
Amin Al-Istirabadi, yang ternyata mendapatkan penerimaan di kalangan
sejumlah ulama. Sebagai contoh, pernyataan Syaikh Muhammad Taqi Al-
Majlisi Al-Awwal yang diterjemahkan oleh Syaikh |a'far As-Sabhani sebagai
berikut, "Maulana Amin Al-Istirabadi menulis buku berjudul Al-Fawa'id
Al-Madaniyyah.Brtkr ini ia tulis setelah mempelajari Al-Akhbariyah dari
riwayat-riwayat para imam yang makshum. Selanjutnya, ia mengirimkan
bukunya ini ke sebagian besar pelosok negeri. Ulama Najaf dan Karbala
menerimanya dengan baik. Dan, yang disampaikan Maulana Amin
itu sejatinya adalah benar, tidak perlu diragukan lagi." Setelah itu ia
melanjutkary "Pengakuan ini menjadi bukti yang kuat tentang persebaran
pemikiran Al-Akhbariyah di tengah-tengah keilmuan hingga mencapai
sebagian besar wilayah Islam... Keilmuan pun dipengaruhi oleh tren
Akhbariyah. Alhasil, ia semakin popular, dan pengikutnya semakin banyak.
2'1,27 Syaikh Muhammad Ali Al-Anshari, mukaddimah tahqiq-nya untuk risalah Tawdhih
Ar-Rasyad fi Taikh Hashr Al-ljtihad, hlm. 50 - 51.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia fslam 101 9
Mereka ada yang ekstrem seperti Amin Al-Istirabadi, sehingga menuduh
ulama yang bukan-bukan. Akan tetapi, ada pula yang moderat. Mereka
itu tetap menjalankan pemikiran dengan tetap menghormati pihak-pihak
yang berlaw a11a11." 2128
Aktivitas pengikut Al-Akhbariyah berlangsung terang-terangan di
medan keilmuan Syiah ltsna Asyiyaft setelah Amin Al-Istirabadi. Selang
beberapa lama kemudian, mereka menguasai kontrol keilmuan. Sebagian
syaikh dan murid mereka memegang kitab-kitab ushul dengan beralaskan
sapu tangary karena dianggap najis.212e Kaum lJshuliyytn baru bangkit
setelah muncuhrya Al-Wahid Al-Bahbani Al-Maula Muhammad Baqir bin
Muhammad Akmal (w. 1208 H.) yang berdebat dengan orang-orang Akhbari
di Karbala. Selain itu, menulis buku sanggahan terhadap mereka, juga
menyiapkan generasi penerus Ushuliyyun supaya dapat merebut kembali
kontrol keilmuan dari tangan Al-Akhb*iyrh. Maka bidang keilmuan Syiah
Itsna Asyriyah memberikan sejumlah ensiklopedi modem yang besar-besar,
yang diprakarsai murid-murid Al-Wahid Al-Bahbani. Selain itu, bisa sampai
di mana-mana berkat dukungan Syaikh Al-Murtadha Al-Anshari (w. 1281
H.;ztso danAl-Muhaqqiq Al-Barujardi yang disebutkan di atas.
Al-Wahid Al-Bahbani telah membantu peran yang dimainkan Al-
Fakih Al-Akhbari Yusuf Al-Bahrani di dalam mengupayakan mediasi
supaya tidak terjadi sengketa di antara dua kelompok. Bahkan, boleh
dibilang, kedudukan keilmuan Al-Bahrani mulai ditanggalkan karena
menolong Al-Akhbariyah. Maka, terkadang Anda akan melihatnya berkata,
"Banyak pertanyaan dari sejumlah murid tentang perbedaan mujtahid
dengan Akhbari. Mayoritas yang dipertanyakan adalah soal perbedaary
sampai-sampai Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Bahrani menyebut 43 di
dalam Maniyyah Al-Mumarisin fi Ajutibah Masa' il Asy-syaikh Y asin. semula,
aku mendukung Madzhab Al-Akhbariyah. Aku seringkali membahasnya
2128 Syaikh ]a'far As-Sabharu, Taikhul Fi