andangan itu masih ada di dalam benak
para pemikir; mengakui atau mengeritiknya.
Tidak disangsikan lagi, kemunculan An-Nazham merupakan batas
tegas di dalam sejarah Mu'tazilah, iugu di dalam sejarah pemikiran
Islam secara umum. Ia telah merintis banyak jalan di dalam Mu'tazilah,
meletakkan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dan menjadikan mereka
dibalur kenikmatan, sebagaimana dikatakan Al-Jahizh. Ia memiliki peran
yang sangat besar di dalam mengatasi "l)iiar." yang dihadapi Islam
pada masa itu, yaitu ketika peradaban asing, aliran agamLa, dan filsafat,
menyerang otak umat Islam. Ketika kaum budak mulai bangkit membela
Islam. Dialah sosok yang paling lihai berbicara, dan paling banyak menuai
sukses.
Penerimaan An-Nazham terhadap filsafat, pemberian kuasa terhadap
akal dalam proses berpikimya, dan publikasi pemikiran-pemikiran filosofis
yang dilakukannya, menjadikannya dinobatkan sebagai salah seorang
pemikir Islam pertama yang berfilsafat. Dalam arti kata, menggabungkan
antara ilmu kalam dan filsafat. Pantaslah ia meniadi perhatian siapapun
yang ingin belajar agama, juga ingin belajar filsafat.
Terakhir, berbicara tentang An-Nazhamiyah tidak bisa lepas dari
sosok An-Nazham, perintis dan pendirinya. Ini tentu berbeda dengan
pembicaraan tentang Mu'tazilah misalnya; tidaklah cukup berbicara
mengenai salah satu tokohnya. Begitu pula Asy'ariyah' Jadi, berbicara
tentang An-Nazhamiyah, adalah berbicara tentang An-Nazham.
Prof. Dr. AbilulEattah Ahmad Al-Eauti
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 911
AN.NAWASHIB
PEMAHAMAN tentang siapa an-nashab (kalangan yang membenci/
durhaka kepada Ali tu,) di kalangan Ahlu Sunnah sama sekali berbeda
dengan pemahaman Syiah Imamiyatu baik dari segi hakikat dan maknanya,
maupun dari segi keluasan dan cakupannya. Dalam pandangan Ahlu
Sunnah, an-nashab terbatas pada siapa saja yang membeci terhadap Imam
Ali w atas dasar agama.l8e2Makna ini kemudian berkembang meliputi
"mereka yang menyakiti Ahlul Bai! baik dengan perkataan maupun dengan
perbuatan."18e3 Dengan kata lain, "Mereka adalah orang-orang yang fanatik
terhadap Al-Husain dan Ahlul Bait-nya."18ea Ken'rudian bertambah luas lagi
meliputi "Siapa saja yang membenci Ali dan para sahabatflya".taes
Kelompok ini muncul setelah tahkim, tepatnya usai Perang Shiffin, di
kalangan pengikut Muawiyah au, di Syam, kemudian Kufah. Ibnu Taimiyah
berkata, "Di sana - maksudnya Kufah - terdapat orang yang membenci Ali
dan para sahabatnya, karena pecah perang disebabkan fitnah.//18e6 Ketika
Umar bin Abdul Azizmenjabat khalifah, ia melarang mencaci maki Ali dan
Ahlul Bait-nya. Sebuah keputusan yang dipuji umat Islam. Banyak yang
memujinya dengan berkata,
1892 Lihat: Lisan Al-Arab, materi nasluba. Makna ini sangat dekat dengan yang disebutkan
Fairuz Abadi bahwa Ar-Nawashib dan Ahlu An-Nashab membenci Ali, karena mereka
menganggapnya menebar permusuhan.
1893 Ibnu Taimiyah, Al-Aqidah Al-Wasithiyyalr, hlm. 46.
1894 Ibnu Taimiyah, Al-Fatawa Al-Kubra, 1/202, Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah,2/4,
59/7,368/357.
1895 Ibnu Taimiyah, Majmu' Fatawa, 1/195,6/168.
1896 Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah,6/231..
912 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Kau berkuasa, tapi Ali tidak kau cela
Kau tak takut yang kejam, juga tak kau ikuti kata-kata pendosa
Sepertinya kelompok ini masih tersisa di Syam sampai abad ketujuh
Hijriyah. Demikian itu terlihat dalam pernyataan Adz-Dzahabi, "Di
Damaskus masih tersisa An-Nawashib."18e7 Setelah itu, kelompok ini mulai
menyusut, kendati masih tersisa jejaknya, seperti tradisi masyarakat di
beberapa daeratu semisal perayaan Asyura' di beberapa daerah Sunni yang
masih dilaksanakan sampai sekarang. Barangkali sebagian kalangan ada
yang membuat-buat hadits maudhu' berkaitan dengan Asyura' -masalah
ini akan dijelaskan nanti. Padahal, semula itu dirayakan sebagai ungkapan
kebahagiaan atas kematian Al-Husain uy. Sementara itu, pada hari tersebut
kalangan Syiah melangsungkan ritual kematian dan upacara duka sebagai
ungkapan kesedihan.
Kemunculan An-Nawashib
Sebagaimana kelompok yang lain, An-Nawashib juga muncul
sebagai akibat dari kurangnya pemahaman terhadap nash-nash agama,
seperti ketidakmampuan mempertemukan dua dalil yang berbeda.
Atau, sesuatu yang sebenarnya bukan dalil dianggap dalil. Demikian
itu diisyaratkan oleh Ibnu Al-Wazir Al-Yamani dalam perkataannya,
"Kaum yang benar-benar kurang di dalam ilmus sam'i, terkadang di dalam
mengenal nash, redaksi, dan jalur periwayatan yang shahih. Terkadang
ketidakmampuan memahami maknanya. Dan, terkadang ketidakmampuan
untuk mempertemukan dua dalil yang bertentangan. Lantas, mereka lebih
mengedepankan yang umum daripada yang khusus, yang zhahir daripada
nash, dan sebagainya..., seperti An-Nawashib, Rafidhah, dan mayoritas
kalangan Al-Wa'idiyah."
Lebih lanjut ia berbicara mengenai akibat dari ketidakmampuan itu,
"Mereka kir ailmus sam'l (maksudnya, nash-nash syariat) itu datang bersama
keyakinan mereka. Oleh karena itu, mereka mengingkari semua yang
bertentangan, yang tidak mereka ketahui. Mereka juga menakwilkan yang
diketahui dengan kebodohan mereka. Alhasil, mereka lebih mengutamakan
1897 Adz-Dzahabi, Siv ar A' lam An-N ub al n', 15 / 47 6.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 91 3
kebohongan - yang menurut para pakar jelas-jelas bathil - dibandingkan
yangmutawltir."lse&
Perbedaan antara An-Nawashib dengan Ar-Rawafidh
Meskipun kedua kelompok tersebut ibarat dua sisi mata uang, namun
keduanya sama-sama keluar dari jalan kaum muslimin. Sesuatu yang
menjadikan banyak kalangan menilai mereka sama saja. Menurut mereka,
keduanya pantas untuk disebut satu nama: An-Nashb, kebalikan dai azh-
zhahir wa asy-sya'i' (yargtampak dan umum).
Demikian itu karena An-Nawashib membenci Ali u; dan menyulut
perang dengan Ahlul Bait-nya. Salah seorang dari mereka berkata, "Ya
Allah, keluarkan Abu Turab-maksudnya, Ali-dari agama-Mu, hadang
jalannya menuju kepada-Mu, dan laknatlah dia."18e Selain itu, mereka
juga menuduh Al-Husain tidak menaati Imam yang disahkan agama.
Sebaliknya, Ar-Rawafidh malah mencintai Ali secara berlebihan, melebihi
batas-batas kemanusiaan. Bahkary mempertuhankannya. Allah disamakan
dengan Ali, dianggap mengetahui perkara gaib, terpelihara dari kekeliruan.
]adi, kedua kelompok tersebut sama-sama melukai hak Imam Ali ry. Dalam
hal ini, Imam Ahmad bin Hanbal berkata, "Kalangan Ar-Rafidhah malah
menyebut Ahlu Sunnah sebagai An-Nawashib. Mereka bohong, justru
merekalah yang lebih pantas menyandang sebutan ini. Sebab, merekalah
yang mencaci dan memaki sahabat Rasulullah ffi. Mereka mengata-katai
mereka yang tidak patut. Itulah bentuk kezaliman dan keberanian terhadap
Allah S6, dan menganggap remeh Rasulullah. Jadi, mereka lebih pantas
menyandang sebutan ifu ."1eoo
Kaum Khawarij dan Nawashib Bani Umayyah sama-sama membenci
Ali w . Yang membedakan mereka, Khawarij mengafirkannya, sedangkan
An-Nawashib menghukuminya fasik dan mengafirkannya.
Sejatinya, Madzhab Khawarij meniscayakan adanya An-Nashb
(pembenci). Sementara itu, kendati memerangi dan membenci AIi, penyifatan
An-Nashb tidaklah cocok bagi Nawashib Bani Umayyah, kecuali sedikit di
1.898 Lihat Ibnul Wazir, ltsar Al-Haqqi ala Al-Bathil,1./118.
L899 Muhsin Al-Amin, Harb Alamalwa Shffin, Dar Al-Fikr, Beirut, hlm. 86.
1900 Lihat Abu Ya'la Al-Hambali, Thabaqat Al-Hanabilah, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, juz I,
hlm.37.
914 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
antara mereka yang sangsi dalam menyikapi Ali dan menyebutnya ikut ambil
bagian dalam pembunuhan Utsman s;. Selain itu, ia juga melarang anak-
anak Utsman untuk menuntut balasan qishnsh atas kematian ayah mereka.
Sebagai contoh, yang terjadi pada Syarhabil Al-Kindi. Ketika Muawiyah
mengirimkan pakaian Utsman, ia keliling ke masjid-masjid kabilahnya
sembari mengajak masyarakat Syam untuk berperang. Sebenarnya dia
sosok yang rajin beribadah. Akan tetapi, karena baginya persoalan masih
bias, ia pun diintimidasi oleh Muawiyah yang ingrn menguji semangatnya.
Syarhabil berkata, "Demi Allah, andaikata aku berbaiat untuknya, pastilah
aku akan mengeluarkanmu dari Syam, atau membunuhmu." Muawiyah
terhenyak mendengamya. Ia pun mengakui semangatnya dan berkata, "Aku
tidak ingin berselisih dengan kalian, karena aku hanyalah salah seorang
penduduk Syam."toot
Selain penduduk Syam yang polos dari kalangan Umawiyyah
itu, semua membenci Ali. Akan tetapi, bukan sebagai keberagamaan-
sebagaimana yang selalu dikaitkan dengan an-nashb -, melainkan demi
kemaslahatan mereka.
Begitu pula pembunuhan Al-Husain. Mereka tidak membunuhnya
karena agama, melainkan karena politik. Dari sinilah kemudian Adz-
Dzahabile02 menyebut Yazid dengan An-Nashb (pembenci atau penyulut
perang).
Kemunculan An-Nashb
An-Nashb diawali tuduhan terhadap Ali rry dengan sesuatu yang tidak
ia lakukan. Ia dituduh zalim, mencari keuntungan duniawi, menginginkan
khilafah untuk dirinya, bahkan berperang demi mendapatkannya. Oleh
karena itu, ribuan umat Islam membunuhnya.lm Selain ifu, ia mengaku
mengetahui rencana pembunuhan Utsman, akan tetapi tidak menghalangi
mereka, karena ia sendiri menginginkan Utsman dihabisi.lry |ika dikaji
lebih mendalam, semua ini omong kosong belaka. AIi itu tidak ingin jadi
pemimpin. Ia dibaiat oleh umat Islam, meskipun sebenamya keberatan.
Muhsin Al-Amin, Harb Al-lamal.
Adz-Dzahabi, Siyar A'lam An-Nubala', juz 4.
Llhat: Minhaj As-Sunnah, 2 / 59 ; Al-Mughni, 20 / 73.
Lihat: Ibnu Hajar, Fath Al-Bari,hadlts nomor 7007.
1901
1902
1903
1904
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 915
Semula ia menolak dan ingin membaiat Thalhah bin Ubaydillah dengan
berkata kepadanya , " Otantg-orang berkumpul kepadaku dan ingin
membaiatku. Aku tidak membutuhkan baiat mereka. Oleh karena itu,
ulurkan tanganmu, agar orang-orang membaiatmu dengan Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya." Thalhah menjawab, "Kamu lebih berhak dariku. Kamu
punya keutamaarl, lebih dulu masuk Islam, dan punya kekerabatan."lms Jadi,
Ali sebenamya tidak mau dibaiat. la pun pulang ke rumahnya. Namun,
orang-orang kembali menemuinya. Mereka memintanya keluar dari dalam
rumah dan berkata, "lJlurkan tanganmu, kami ingin membaiatmu." Ali
pun kemudian menggenggam tangannya, lalu mengulurkannya. Melihat
banyak orang berkumpul, ia berkata, "Aku tidak ingin berbaiat selain di
masjid Rasulullah. Akan tetapi, jika masih ada kaum yang tidak suka, aku
tidak mau dibaiat."l%Abu Ja'far Al-Iskafi menuturkan secara detil tentang
kepatutan Ali untuk menjadi khalifah. Ia berkata, "Persoalan imamah diangkat
oleh Umar sebagai bahan musyawarah di antara enam orang. Ia juga minta
Abdurrahman bin Auf menentukan pilihan. Peserta musyawarah pun
menerima usulannya. Ternyata, dari tiga orang menjadi dua, yaitu Ali dan
Utsman. Itulah yang mendapatkan persetujuan dari semua peserta, karena
mereka berdua dinilai lebih pantas pantas dari yang lain. Jika itu benar,
maka setelah terbunuhnya Utsman, pilihan jatuh ke Ali."ls7 Adapun tentang
peperangan yang dilancarkan Ali terhadap ahlul qiblat tidaKeih salah, karena
mereka orang-orang yang menyimpang dari baiat yang syar'i. Ada beberapa
bukti yang menguatkan penilaian ini, antara lain:
1. Rasulullah bersabda,"Kamu akan berperang dengan orang-orang yang
menyimpang, yang memecah belah, dan yang memAngkas."le0q
2. Rasulullah juga bersabda tentang Ammar, "la dibunuh oleh kelompok
yang menyimpang."lw
Al-Qadhi Abdul Jabbar menuturkan, ketika melihat Ammar di pihak
Ali, Az-Zubair berkata, "Putuslah kedua punggungnya." Beberapa sahabat
bertanya, "Siapa, wahai Abu Abdillah?" Ia menjawab, "Aku mendengar
1905 Abdul labbar, Al-Mughni,66.
1906 tbid.
\907 Al-Utsmaniyyah.
1908 Al-Baih aqi, AlMahasin uta Al-Masawi', 57.
1909 Ibnu Hajar, Fath Al-Bari, 2/ 178. Lihat: Al-Mughni, 88.
916 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Rasulullah ffi bersabda, "Kasihan sekali Ammar. Ia mengajak mereka ke
surga/ sedangkan mereka mengajaknya ke neraka." Ibnu Hajar menjelaskan
hadits ini dengan berkata, "Hadits ini merupakan salah satu pertanda
kenabian. Selain itu, juga keutamaan bagi Ali dan Ammar, sekaligus
bantahan bagi An-Nawashib yang mengklaim Ali bertindak salah dalam
peperangan yang terjadi." 1e1o
Selanjutnya, An-Nashb terus bertambah. Seiring perjalanan waktu, ia
bermetamorfosa menjadi:
a. Melucuti Imam Ali dari keutaman-keutamaan yang telah ditetapkan
atasnya. Terkait hal ini Abu Ja'far Al-Iskafi berkata tentang nashibah
(pembenci) Bani Umayyah dan dedengkotnya dari kalangan Al-
Mirwaniyyun, "Mereka melupakan Ali dan putranya, memadamkan
cahaya mereka, serta menyembunyikan keutamaan, kepribadian,
dan jasa-jasa sebelumnya."lellltulah pengakuan Al-Umawiyyun
sebagaimana tertuang dalam pernyataan Al-Malik bin Abdul Malik
kepada anak-anaknya, "Kalian harus berpegang teguh pada agama.
Aku tidak melihat agama membangun sesuatu, lalu dirobohkan oleh
dunia. Tetapi aku melihat dunia membangun sesuatu,lalu dirobohkan
oleh agama. Kita masih acapkali mendengar sahabat dan keluarga
kita mencaci-maki Ali bin Abi Thalib, menguburkan keutaman-
keutamaannya, dan mengangkat keburukan-keburukannya. Akan
tetapi, semua itu malah membuat hati semakin dekat kepadanya."1e12
b. Upaya menyeret Ali bin Abi Thalib ke dalam peristiwa Haditsul lfk
sebagai yang zalim. Al-Mirwaniyyun beranggapan, Ali bin Abi Thalib
ikut beperang di dalam peristiwa ini. Anggapan mereka itu didasarkan
pada pernyataan Sayyidah Aisyah g; yang bias, lalu mereka tidak
menafsirkannya dengan baik. Sebab, mereka lebih menekankan
pada aspek tekstualitasnya. Lantas, mereka minta penguatan dari
Imam Az-Zultri, tetapi ia menolaknya. Bahkary ia menampik maksud
pernyataan Sayyidah Aisyah itu seperti yang mereka pahami. Hisyam
bin Abdul Malik pernah bertanya kepada Az-Zuhri tentang siapa
1910 Al-Jahizh, Al-Utsmaniyyah - Al-Khanjr, hlm.283.
191-L Al-Utsmaniyy ah, h1m.283.
1912 Dr. Abdullah Qiy ash, Tarikh Al-lmamiyyah wa Aslafuhum min Asy-Syiah Al-lmamiyyah,
Mu'assasah Al-A'lami, Beirut, 1975 M.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 91 7
dalang utama di balik peristiwa itu. Ia menjawab, "Dia putra ayahku."
Hisyam menukas, "Anda bohong, dia Ali!" Di lain kesempatan Al-
Walid bin Abdul Malik pemah melontarkan pertanyaan yang sama
kepada Az-Zrthri.Ia berkata, "sudahkah Anda mendengar bahwa
Ali termasuk salah seorang yang menuduh Aisyah dengan tuduhan
yang bukan-bukan?" Temyata, Az-Zuhri juga membantahnya. Dalam
hal ini, ia berpijak pada perkataan Sayyidah Aisyah tentang Ali w,
"Dia itu musallim (penyelamat)."tstt Maksudnya, tidak terlibat dalam
masalah ini. Adapun kalimat "Dia itu jahat", berada dalam konteks
ketika diperbandingkan dengan Usamah bin Zaid. Maksud Aisyah
mengatakan seperti itu, karena Usamah mengatakan, "Tidak ada
yang kukenal dari keluargamu, kecuali yang baik-baik," sedangkan
Ali mengatakan, "Semoga Allah tidak mempersempitmu. Perempuan
selainnya masih banyak."
Tuduhan palsu yang ditimpakan kepada Ali w. Tuduhan paling
aneh yang ditimpakan kepada Ali adalah; ia tidak mendirikan shalat.
Tuduhan ini dilontarkan untuk mengelabui masyarakat Syam suPaya
makin keras untuk memerang, Ali.AlQadhi Abdul|abbar menuturkan,
salah seorang pemuda Syam berperang mati-matian melawan Ali.
Beberapa sahabat Ali berkata kepadanya, "Wahai pemuda, apakah
persaudaraan seagama ini penting bagimu?" Ia menjawab, "Tidak.
Demi Allah aku tidak berkata salah, persaudaraan seagama tidak
penting bagiku." Ada yang bertanya lagl "Tahukah Anda dengan siapa
berperang?"Ia menjawab, "Beberapa kawanku bilang sahabat kalian
tidak shalat." Mereka menegaskan, "Bagaimana mungkin mereka bisa
berkata begitu, sedangkan dia adalah orang pertama yang shalat dan
menjawab seruan Rasulullah ffi. Sahabat-sahabatnya dari kalangan
ahli Qur'an dan fikih." Pemuda itu pun kemudian kembali ke kawan-
kawannya. Mereka berkata, "Anda telah ditipu orang Irak." Ia menukas,
"Tidak, mereka telah menasihatiku." Lantas, ia pun meninggalkan
peperangan.lela
1913 Diriwayatakan dengan lam kasrah ber-tasydid, yang bermakna as-sukut (diam),
sebagaimana juga diriwayatkan dengan lam fathah, yang bermakna lam yakhudh fihi
(tidak masuk ke dalamnya). Lihat: Fath Al-Bari, hadits nomor 7007 . Lihat itga: Ruhl
AlMa'ani.
191.4 Al-Mughni,98 - 99.
918 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
d. Bersukacita atas kematian Al-Husain. Nashibah (pembenci) Bani
Umayyah menggelar pesta di hari Asyura', yalt't hari terbunuhnya
Al-Husain dan Ahlul Baitnya di Karbala. Peristiwa itu dikenal dengan
nama Tawsi'atu Asyura'. Untuk itu, mereka membuat-buat hadits
maudhu', kebalikan dari dukacita dan kesedihan berlebihan yang
diperlihatkan Syiah. Inilah yang diperingatkan oleh Ibnu Katsir dalam
pemyataannya; "An-Nawashib di Syam berbeda dengan Ar-Rafidhah
dan Syiah dalam menyikapi hari Asyura'.z1e1s Ibnu Taimiyah menolak
sikap kedua kelompok dengan mengatakan, "Yang menjadikan Asyura'
sebagai hari raya adalah bid'ah, bermula dari bid'ah An-Nawashib.
Sedangkan yang menjadikannya hari dukacita adalah bid'ah yang lebih
keji, yang bermula dari bid'ah di kalangan Rafidhah.zlel6
Tokoh Ternama Kelompok An-Nawashib
Sebagaimana dijelaskan, An-Nashb adalah kebencian terhadap Ali yang
dihubung-hubungkan dengan agama. Dalam percakapan yang berlangsung
di antara Ali, Hurqush As-Sa'di, danZura'ahbin Al-Barah Ath-Tha'i pasca
tahkimlslT antara Ali dan Muawiyah, dua orang dari Khawarij ini dikuasai
semangat keberagamaan yang sesat. Selain itu, dengan pemikiran yang
kebablasan ini, mereka merasa mendekatkan diri kepada Allah. Demikian
itu terlihat dalam pernyataan mereka berdua, "Tidak ada hukum selain
milik Allah." Ali berkata, "Tidak ada hukum selain milik Allah." Hurqush
berkata, "Betobatlah atas kesalaharrunu. Ikutlah bersama kami berperang
melawan musuh, hingga kita menghadap Yang Mahakuasa." Ali berkata,
"Dulu aku menginginkan itu atas kaliary tetapi kalian menolak. Dary kami
telah membuat perjanjian dengan kaum itu, sedangkan Allah berfirmary
'Dan penuhilah janji-janji Allah apabila kalian berjanji."'1e18Hurq1ish berkata
kepadanya, "Itu dosa. Anda harus bertobat atasnya." Ali berkata, "Bukan
dosa, melainkan pendapat yang lemah. Aku telah menemui kalian dan
1915 Al-Bidayah wa An-Nihayah, I / 220.
191.6 Minhaj As-Sunnah, 5/ 1.49.
1917 Menurut bahasa, tahkim adalah bentuk masdar dari hakkama, artinya melantik
seseorang menjadi hakim untuk mengadili suatu perkara. Sedangkan menurut istilah,
tahkim adalah persetujuan kedua pihak yang berselisih untuk menerima keputusan
tertentu dalam menyelesaikan perselisihan mereka.
1918 Mulai dari ayat 91 surah An-Nahl.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 919
mencegah kalian darinya ." Zura' ahbin Al-Barah berkata, "Demi Allah, wahai
Ali, andaikata Anda tidak meninggalkantal*im orang-orang pada Kitabullah,
niscaya aku akan memerangimu sembari berharap rahmat dan keridhaan
Allah." Ali berkata, "Celaka kamu! Malang nian kamu ini! Aku seperti
terbunuh hingga ansn membelaimu." Ia berkata, "Aku inginnya begitu."
Ali berkata, "Jika kamu benur, sesungguhnya kematian adalah belasungkawa
pada dunia. Akan tetapi, setan telah membakar nafsu kalian."1e1e
Mereka berdua akhirnya berangkat melakukan tahkim. Berita itu pun
tersebar. Mereka membantah Ali dalam khutbahnya. Cacian, makian,
dan penentangan dengan ayat-ayat Al-Qur'an mereka perdengarkan.
Sewaktu menjadi khatib shalat Jumat, Ali menyinggung soal Khawarij.
Mereka mengeritik dan mencelanya. Seseorang dari mereka berdiri sembari
meletakkan jari di kedua telinganya. Ia berkata (menyitir ayat Al-Qur'an);
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi) yg
sebelummu,' lika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yg merugi"' (Az-Zumar: 65).1s20 Di
atas mimbar, Ali lantas membolak-balikkan tangan sembari berujar, "Kami
menunggu hukum Allah pada diri kalian." Selanjutnya ia berkata, "Adalah
hak kalian agar kami tidak menghalangi kalian dari masjid kami, selama
kalian tidak menyerang kami. Dan, kami pun tidak menghalangi kalian
untuk mendapatkan harta rampasan perang ini, selama tangan kalian
bersama tangan kami. Kami juga tidak akan memerangi kalian, selama
kalian tidak memerangi karrri." 1e21.
Abdullah Ar-Rasibi juga termasuk salah seorang tokoh An-
Nawashib yang kesohor. Kaum Khawarijberkumpul di rumahnya,lalu ia
menyampaikan khutbah yang luar biasa pada mereka, mendorong mereka
untuk berzuhud di dunia serta mencintai akhirat dan surga, menyeru
mereka amar makruf nahi mungkar. Ia berkata, "Wahai saudaraku,
keluarlah dari desa yang masyarakatnya zalim ini menuju beberapa gua di
gunung, atau ke kota-kota lain, sembari menolak hukum yang sewenang-
wenang ini." Di antara pernyataannya yang membumi di kalangan para
1919 Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz 4,l,l.1m.31L.
1920 QS. Az-Zrmar:65.
1921 Al-Bidayah wa An-Nihayah, lbid,311.
920 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
pengikutnya, "saksikanlah para iuru dakwah dan ahlul qiblat kita telah
mengikuti hawa nafsu, mencerabuti hukum Kitabullah, dan zalim dalam
perkataan dan perbuatan... Tebaslah wajah dan kening mereka dengan
pedang sampai mereka menaati Zat\ang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Jika kalian menang mengatasi mereka, menjadikan mereka
taat kepada Allah sebagaimana yang kalian inginkan, niscaya Allah akan
memberi kalian balasan sebagai orang-orang yang taat kepada-Nya, yang
memerintahkan perintah-Nya." 1e2
Selain itu, tokoh yang lain adalah Abdurrahman bin Muljam Al-
Muradi (40 H/660 M). Ia pernah hidup di masa Jahiliyah, juga pernah
hijrah di masa Khalifah Umar. Ia membaca AI-Qur'an pada Muadz bin
|abal. Maka, jadilah ia salah seorang qurra'dan ahli ibadah. Ia bergabung
ke dalam kelompok Ali, dan berpihak kepadanya di dalam Perang Shiffin.
Setelah itu, bersekongkol dengan Al-Bark dan Amr bin Bakr At-Tamimi,
ia bermaksud membunuh Ali, Muawiyah, dan Amr bin Al-Ash. Maka,
Ibnu Muljam pun berhasil membunuh Ali di saat yang lain gagal. Kaum
Khawarij menganggapnya mujahid. Tindakannya dianggap salah satu
wasilah ber-taqarrub kepada Allah yang pantas dibalas surga.1e23 Sampai-
sampai penyair Abu Miyas Al-Muradi menggubah syair,
Belum pernah kulihat mahar dari seorang yang dermawan
Seperti mahar Fatham di kalangan Arab dan Mu' jam
Tiga ribu dinar dan seorangbudakWaqinah
Dan pembunuhan Ali dengan pedang yang terhunus
Maka, tak ada mahar yang lebih mahal dai Ali
Dan tidak ada pembunuhan yang lebih berharga dari yang dilakukan lbnu
Muljam
Selain itu, Al-Mustaurid bin Alqamah At-Taimi (43 H/663 M),
salah seorang yang pemberani dan orator dari Bani Taimur Ribab. Ia
berangkat menemui Ali di An-Nakhilah setelah peristiwa Nahrawan
bersama sekelompok masyarakat Kufah. Ali pun menemui dan memerangi
mereka. Dalam peristiwa itu, Al-Mustaurid berhasil meloloskan diri
dan bersembunyi di Kufah hingga masa kepemimpinan Al-Mughirah
1922 tbid.
1923 Ibnu Sa' ad, 3 / 33; An-Nujum Az-Zahirah, 1/ 120. Lihat: Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-
Nihayah, hlm. 359, Dar Al-Fikr Al-Arabi.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 921
bin Syu'bah. Ia kembali keluar pada tahun 42 H.Ia dibaiat oleh para
pengikutnya, bahkan mereka memanggilnya Amirul Mukminin.ls2a
Selain itu, Syamir bin Dzil Jausyan (65 H/686 M). Ia bernama
Syurhabil. Semula ia pemangku kepemimpinan di Hawazin. Di dalam
Perang Shiffin, ia bergabung ke dalam pasukan Ali. Setelah itu, ia menetap
di Kufah. Selanjutnya, ia ikut ambil bagian dalam pembunuhan Al-Husain.
Ubaidillah bin Ziyad mengutusnya bersama yang lain untuk membawa
kepala Al-Husain kepada Yazid bin Muawiyah di Syam. Al-Husain berhasil
dibunuh oleh orang-orang Al-Mukhtar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafi, setelah
diburu di salah satu desa Khuzastan.
Selain itu, Imran bin Hiththan. Semula ia seorang pakar fikih dan
hadits, juga orator yang ceramah-ceramahnya banyak digemari. Abu
Al-Faraj Al-Ashfahani berkata, "Sebelum direcoki orang-orang jahat, ia
terkenal suka menuntut ilmu dan hadits. Akhirnya, ia tertimpa musibah
madzhab ini, kemudian jadi tersesat dan binasa. "1e25 la dikenal sebagai sosok
yang cerdas, berpengetahuan luas, dan menguasai banyak permasalahan
di bidang ilmu.
Tiba-tiba ia menganut Madzhab Khawarij. Keputusannya ini bisa
karena dipengaruhi dua hal, yaitu; pertama, ia menikahi putri palnannya
yang seorang Khawarij untuk mengembalikan pada madzhabnya. Akan
tetapi, alih-alih ia malah yang tertarik. Kemungkinan kedua, ia berdebat
dengan Haruri di dalam majelisnya. Entah apa yang terjadi, ia tiba-
tiba menjadi seorang Khawarij di majelis i1r.tsz0 Ibnu Muljam memuji
tindakannya di dalam membunuh Ali w.'
Konsep An-Nawashib Menurut Syiah
Di kalangan Syiah, pengertian An-Nawashib begitu luas, meliputi
seluruh umat Islam selain Syiah. Bahkary selain sekte Imamiyah di antara
sekte-sekte di dalam Syiah itu sendiri. Terutama Az-Zaidiyah yang
mereka klaim sebagai An-Nawashib. Demikian itu, karena pengertian An-
Nawashib menurut mereka berlandaskan salah satu poin berikut ini, yaitu:
1924 lbnul Atsir,3/1.69; Ath-Thabari, 6/103; Azminat AtTarikh,868
1925 Al-Qadhi An-Nu'man, Al-Firaq Ad-Diniyyah.
1926 tbid.
922 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
1,. Mencaci-maki Ali ry;
2. Siapa saja yang menisbatkan apapun yang mengindikasikan tidak adil
pada kedua belas imam;
3. Siapasajayangmenampikkeutamaanmerekamanakala mendengarnya;
4. Siapa saja yang meyakini salah seorang sahabat melebihi Ali gr;
5. Siapa saja yang mengingkari nash yang membenarkan Ali.lez7
Lebih di satu tempat Imamiyah menyebut Az-Zaidiyah dan beberapa
sekte yang lain termasuk An-Nawashib. Mereka meriwayatkan dari Al-
Imam Al-Jawwad bahwa Zaidiyah, Waqifatr, dan An-Nushshab itu sama
saja.le% Ath-Thabathaba'i menjelaskan makna dimaksud dengan berkata,
"Tidak ada beda antara seorang pengikut Zaidiyah dengan yang lain.
Seorang pengikut Zaidiya}":. bisa jadi mengklaim mereka An-Nawashib,
karena ia meyakini mereka tidak bisa menjalankan amar makruf. Akan
tetapi, terkadang juga tidak, karena meyakini mereka dimaafkan. Justru
ia mengklaim Syiah-lah sebagai An-Nawashib, karena meyakini mereka
keliru dalam hal keyakinan t entang imamah. Hal serupa terj adi pada lawan-
lawannya. Mereka terkadang mengklaimny a An-N awashib, karena meyakini
al-imamah al-khashshah (kepemimpinan yang khusus) yang diyakini keliru.
Dan, terkadang juga tidak mengklaim seperti itu, karena meyakini mereka
tidak mengklaim demikian. ]ustru, kesyiahan merekalah yang memicu
mereka diklaim An-Nawashlb, karena diyakini madzhab itu keliru."1e2e
Penulis Al-Unaah Al-Wutsqa merangkum semua itu dalam sebuah
pernyataan singkat yang berbunyi; "An-Nashab itu adalah keyakinan
tentang imamah thaghut. " 1e3o
Di sini kita bisa lihat tidak adanya perbedaan antara Syiah kontemporer
dengan para pendahulunya dalam memandang lawan-lawannya sebagai
An-Nawashib. Dulu, Al-Bahrani menakwilkan firman Allah, "Amilatun
nashibah (Orang yang berkerja keras lagi kepayahan)"IssI , bahwa mereka
1927 Llhat beberapa sudut pandang ini dalam Maslak A-Urwah Al-Wutsqa, Muhsin Ath-
Thabathaba'i, hlm.334, Dar AI-Kutub Al-Islamiyyah, Irak.
1928 lbid, hlm.335.
1929 lbid, hlm.333.
1930 lbid, hlm. 333.
1931 Al-Ghasyiah:3.
L
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 923
adalah musuh-musuh Ali utz. Siapapun yang memandang permasalahan
ini secara fair akan melihat bahwa kecintaan terhadap para imam tidak
pernah menyatu dengan kecintaan terhadap musuh-musuh mereka.1e32
Bahkan lebih jauh lagi, menurut Syiah, An-Nashb itu tidak hanya terfokus
pada penentangan kedua belas imam, melainkan meliputi yang menentang
Syiah itu sendiri. Mereka menisbatkan makna tersebut pada pernyataan
salah satu imam mereka, " An-Nashib (pembenci) itu bukanlah yang tidak
respek terhadap Ahlul Bait. Sebab, Anda tidak akan mendapati seseorang
yang berkata,'Aku benci Muhammad, atau keluarga Muhammad.' An-
Nashib itu adalah yang tidak respek terhadap kaliaru sedangkan ia tahu
bahwa kalian loyal pada kami.z1e33
Hukum An-Nashibaft Menurut Syiah
Yang mencengangkary ternyata Syiah berbeda pandangan dengan
Ali da mengenai hukum orang-orang yang keluar dan menentangnya. Ali
menyebut mereka durhaka dan tetap beriman, tetapi beberapa kalangan
Syiah mengkafirkan mereka. Bahkan, mengkafirkan seluruh umat yang
tidak sependapat dengan mereka tentang imamah, kendati para imam itu
tidak ada wujudnya.
Kami tidak ingin berbicara panjang lebar mengenai fatwa Syiah yang
mengkafirkan itu. Di sini kami hanya ingin mengemukakan pernyataan Al-
Bahrani, "Beritayrrgsampai pada kami adalah kekafiran seluruh penentang
dan sekutunya. Bahwa mereka adalah orang-orang keji dari kalangan
Yahudi dan Nasrani. Pun bahwa yang mengklaim mereka Islam juga kafir...
Tidak sedikit fuqaha kita yang punya penilaian berbeda. Mereka hanya
mengk#irkan An-N awashib, Khawrlj, dan orang-orang yang durhaka."leela
juga berkata, " Lantas, apa pendapatmu mengenai An-N ashib yang disebutkan
di dalam ayat dan hadits bahwa ia telah syirik.. Bahkan, setiap kata musyrik
yang ada di dalam Kitabullatu yang dimaksud adalah dia./1e3s
1932 Lihat: ]alaluddin Muhammad Shalitu Allmamiyyah inda Al-ltsna Asyariyyah, hlm. 581,
Maktabah Ibnu Taimiyah.
1933 Majma' Al-Bahrain, Fakhruddin Ath-Tharihi, juz 2, hlm. 173, Maktabah Al-
Murtadhawiyyah, Najaf.
1934 Al-lmamiyyah inda Asy-Syiah, ibid, hlm.582.
1935 Sebagai contoh, lihat Tafsir Ash-Shafi di beberapa bagiannya.
924 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Di antara pernyatan mereka yang didengung-dengungkan di
dalam buku-buku mereka adalah; "Dalam pandangan kami, setiap an-
nashib tetaplah seperti disebutkan ayat, sekalipun ia rajin beribadah
dan berijtihad."1e36 Ayat dimaksud, adalah firman Allah M; "Amilatun
Nashibah." Mereka yang ekstrem terkadang sampai membolehkan Ahlu
Sunnah dibunutr, harta mereka dirampas, dan haram menikahi perempuan
dari kalangan mereka. Lebih dari itu, mereka dihukumi najis. Penulis Al-
Urwah Al-Wutsqa menulis; "Tidak ada masalah menghukumi najis para
pendurhaka, Khawarij, dan An-Nawashib."le37 Begitu pula dalam hal
pernikahan, mereka berk ata, " Janganlah kamu menikah dengan perempuan
An-Nashibah. Dan, janganlah kamu menikahkan putrimu dengan laki-laki
An-Nawashib.nT%8
Sikap Berlepas diri Sahabat dari An-Nashb
Beberapa orang yang membaiat Ali & keluar disebabkan termakan
fitnah hingga tidak bisa melihat wajah kebenaran. Barangkali riwayat dari
Zubair bin Al-Awwam bisa menggambarkan hal itu secara gamblang. Ketika
singgah di Basrah ia berkata, "Demi Allah, dalam menghadapi persoalan
apapun/ aku selalu bisa menentukan sikap. Akan tetapi, kali ini tidak. Aku
sendiri tidak tahu, apakah harus menghadapi atau membelakarrgi?""rsts
Dalam riwayat lain disebutkan ia mendatangi Sayyidah Aisyah danberkata,
"Wahai Ummul Mukminin, belum pernahaku melihatkeadaan seperti ini,
baik di masa Jahiliyah maupun Islam. Aku tidak lagi punya mata batin.
Aku merasa g416fi.'/1eao
Sementara itu, usai Perang Shiffin, Ali w berorasi di hadapan
masyarakat Kufah. "Tanyakan padaku seruanku pada mereka sebelum
peperangan ini pecah. Aku telah menyarungkan pedang, memaafkan
mereka, serta menegakkan kebenaran dan sunnah pada mereka.z1e41 Di
Perang Shiffin, ia berperang melawan Muawiyah dan para pengikutnya
1936 Lihat: Majma' Al-BayanfiTafsir Al-Qur'al,, Ath-Thabrasi, Dar Al-Fikr dan Dar Al-Kitab
Al-Lubnani, 1954M,juz 30, hlm. 95.
1937 Al-Uru:ah Al-Wutsqa, Kazhim Ath-Thabathaba'i, Dar Al-Kutub Al-lslamiyyah, hlm.24.
1938 Al-Muqanna', Abu fa'far Ash-Shaduq Al-'Umy, hlm. 307, Mu'assasah Imam Al-Hadi.
1939 Al-Mughni,hlm. 86.
1940 Al-Mughni,20/90.
1941. lbid, hlm. 87.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 925
yang durhaka kepadanya. Tindakan itu adalah benar, karena mereka
bersyahadah dan mengaku beriman. Allah dg berfirman, "DAn apabila ada
dua golongan orang-orangmukminberperang, maka dnmaikanlah antarakeduanya.
lika salah satu dai keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka
perangilah (golongan) yangberbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada
peintah Allah. lika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil" (Al'Huiurah 9).
Beberapa sahabat ada yang ikut memerangi Ali. Sebab, berdasarkan
ijtihad mereka, dialah yang salah, karena tidak menuntut qishash
terhadap pembunuh Utsman aw. Akan tetapi, sikap mereka kala itu yang
memeranginya tidak sampai menjadikan mereka disebut An-Nawashib.
Sebab, sebagaimana disinggung di depary yang dimaksud An-Nashb di
sini adalah kebencian terhadap Ali W sebagai bagian dari keberagamaan.
Sementara itu, sikap sahabat yang memerangi Ali kala itu tidaklah dianggap
bagian dari keberagamaan, melainkan bagian dari ijtihad perdamaian.
Kemudian permasalahan menyimpang, sebagaimana terjadi dalam Perang
Jamal. Mungkin karena dendam dapfanatisme beberapa orang yang ikut
serta dalam Perang Shiffin, pada saat yang bersamaan Al-Mirwaniyyun
atau Hasywiyyah Bani Umayyah disebut An-Nashnb' Oleh karena itu,
Hudzaifah w berkata, -Aku tahu, pemimpin fitnah di surga, sedangkan
para pengikutnya di neraka."1ea2
Jika kita cermati ragam peristiwa di antara Ummul Mukminin Aisyatr,
Ztbair bin Al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, dan Ali da, kita akan
tahu bahwa permasalahan ini bermula dari ijtihad Zubair dan Thalhah,
serta keinginan untuk berdamai dari Sayyidah Aisyah. Inilah yang terlihat
jelas dari penafsiran mereka terhadap perlawanan ini. Dan, ini pulalah
yang ditegaskan beragam peristiwa, ketika Ali mengingatkan Zubair bin
Al-Awwam terhadap hadits Rasululah M; "Kamu akan memeranginya,
dan kamu telah bersikap zalim terhadapnya." Lantas, Zubait berkata,
"Andaikata aku inga! aku pasti tidak akan khuruj(keluar)." Ali berkata,
"Wahai Zubair,kembalilah." Seketika itu pula Zttbait kembali.lea3
1942 rbid.
1943 Al-Mughni, hlm. 88.
926 Ensiklopedi A]iran dan Madzhab di Dunia tslam
Konon, ketika pergi meninggalkan tempat kejadian, Ammar
menemuinya dan berkata, "Hendak ke mana, wahai Abu Abdillah? Demi
Allah, kamu ini bukanlah pengecut. Menurutku, kamu curna ragu." Ia
menjawab, "Begitulah, wahai saudaraku." Ammar berkata, "Semoga Allah
mengampunimu."
Asy-Syarif Al-Murtadha berusaha melancarkan keraguan terhadap
sikap Zubair. Ia berkata, "Andaikata ia kembali, tentu akan berada di
barisan Amirul Mukminin dan mengakui kesalahan dirinya."l%
Sejatinya, Al-Murtadha terlihatkaku. Al-Qadhi AbdulJabbar di dalam
Al-Mughni rnengisyaratkan sesuatu yang dijadikan pegangan oleh musuh-
musuh Zubair.Itu terlihat dalam pernyataannya, "Tak seorang pun akan
berkata, 'Kalau benar Zubair telah bertaubat, tentu ia akan bergabung
dengan Ali. Ia akan berperang di pihaknya, dan memperbaiki yang telah
dirusaknya supaya taubatnya sah." Akan tetapi, ia mengabaikan jawaban
Al-Qadhi tentang kerancuan ini; "Itu akan menjadi keniscayaan, apabila
Ali memintanya. Tetapi jika tidak, tidaklah wajib ba$nya."leas Kekakuan
Asy-syarif Al-Murtadha terlihat dalam penafsirannya terhadap keraguan
Az-Zubair dengan berkata, "Mengaku dirinya ragu, itu menunjukkan
kontradiksi dengan taubatnya. Kalau ia benar-benar bertaubat, seharusnya
ia menjawab,'Aku bukanlah ragu, melainkan sangat yakin bahwa kamu
dan sahabat-sahabatmu itu benar, sedangkan aku salah. Dan, aku pun
menyesal."'1e6
Yang disampaikan kep ada Zrtbair juga disampaikan kepada Thalhah.
Ia pun menyesal telah berperang dan bermaksud kembali. Akan tetapi,
tidak bisa serta merta begitu, karena ia terkena panah. Sebagaimana
dilakukan terhadap Zubair, Asy-Syarif mencoba melancarkan keraguan
terhadap taubatnya Thalhah. Anehnya, ia memperlihatkan surat-surat
Ali kepada para pengikutnya, menjelaskan berlangsungnya pePerangan/
memintakan rahmat bagi yang meninggal dunia di kalangan pengikutnya,
dan menginformasikan kemenangan yang bakal mereka raih dalam
menghadapi lawan-lawannya. Selanjutnya, ia menyimpulkan bahwa yang
Asy-Syafi, hlm.332 - 333.
AlMughni, hlm.88
Asy-Syafi, hlm.332 - 333.
1944
1945
1946
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam g2l
memerangi Ali itu kafir. Ia berkata, "Sikap Ali u; yang membedakan
informasi tentang yang terbunuh di kalangan pengikutnya dengan yang
terbunuh di kalangan musuhnya, yang terbunuh dari pasukannya disebut
syahid sedangkan dari kalangan mereka tidak, juga ketika ia mendoakan
korban-korban dari pengikutnya selain Thalhah dan Zubair, menegaskan
semua yang kami sebutkan di atas. ]ika mereka berdua benar-benar
bertaubat, tentu merekalah yang lebih pantas untuk disebut syahid,
dimohonkan rahmat, dan didoak ar..D 7e47
Dalam pernyataannya, Al-Murtadha tidaklah memerhatikan faktor-
faktor pemicu peristiwa kala itu. Sebagai contotL peperangan yang hampir
berkobar di antara Ali dan Muawiyah. Sesuatu yang bisa dipastikan
memecah belah para pengikut dan lawannya. Akan tetapi, ia memohonkan
ampunan bagi para pengikutnya, tidak bagi lawannya. Demikian itu ia
lakukan supaya para pengikutnya tidak kehilangan haknya, atau tidak pula
memicu orang lain memeranginya karena dinilai mengutamakan pihak lain.
Selain itu, ia memuji Thalhah danZubair, dan saling mendoakan dengan
Aisyah, sebagaimana akan dijelaskan nanti.
Apakah Muawiyah Termasuk An-Nawashib?
Tidak diragukan lagi, Muawiyah berselisih dengan Ali @, mengenai
khilafah, meskipun ia sendiri berjanji untuk membaiatnya. Ia salah
karena telah memeranginya. Akan tetapi, kita tidak bisa menyebutnya
An-Nashab, karena peperangan yang dilakukan terhadap Ali tidaklah
dilandasi kebencian sebagai bagian dari keberagamaan. Begitu juga
dengan Aisyah, Perang ]amal yang dilakoninya dilandasi ijtihad dan
keinginan untuk mencela kesemrawutan dan memelihara perdamaian
di antara sesama manusia. Ada yang berkata kepadanya, "Kamu keluar
untuk mendamaikan manusia. Maka, terjadilah yang terjadi./'1e48 Di luar
keinginannya, permasalahan berkembang hingga meletuskan peperangan.
Masing-masing dari mereka berdua tahu, bahwa mereka saling memaafkan.
Aisyah w# berkata, "Demi Allah, kalau boleh berandai-andai, aku ingin
mati sepuluh tahun sebelum peristiwa ini te4adi."le4e
1947 tbid..
"1948 Tarikh Ath-Thabari, 3 / 540.
1949 Al-Kamil,3/110.
928 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Selain itu, Ali tidak mau seseorang menangkap Aisyah, atau melukai-
nya dengan perkataan. Usai Perang Jamal, Ali bermaksud menjumpai
Aisyah memastikan keadaannya. Salah seorang perempuan menyapanya,
"Wahai Ali, wahai pembunuh orang-orang tercinta, dan wahai pemecah
belah persatuan, semoga Allah menjadikan anak-anakmu yatim." Ali tidak
mengindahkannya. Ia terus berjalan hingga menemui Aisyah, lalu menguluk
salam. Ia berkata kepadanya, "Shafiyyah telah membuatku tertunduk. Sejak
ia menjadi budak sampai sekarang aku belum pernah melihatnya."les0
Ketika seseorang berkata, "Perempuan ini tidak boleh lepas," Ali
marah dan berkata, "Jangart merusak tirai, jangan menerobos rumah, dan
jangan menyakiti perempuan..., meskipun mereka menodai kehormatan
kaliary atau membodoh-bodohi pemimpin dan orang saleh di antara kalian.
Sesungguhnya mereka itu lemah. Kita diperintahkan melindungi mereka.
Jikalau ada laki-laki yang memukul perempuan, giliran dialah yang akan
mendapatkan hukuma n.il'tesl
Begitulah sikap Ali terhadap lawan-lawannya, terutama terhadap
Sayyidah Aisyah. Ia melindunginya dari segenap bentuk menyakiti dan
hal-hal yang tidak diinginkan. Ia melarang sahabat-sahabatnya untuk
berkata yang bukan-bukan mengenainya. Karena teramat ditekankan,
mereka pun memilih diam.
Ali menyiapkan kendaraan dan bekal untuk Aisyah. Semua pasukan-
nya yang ikut berperang bersamanya dibebaskan, kecuali yang memilih
tinggal. Ia mengeluarkan dana sebesar dua belas ribu, juga menyiapkan
empat puluh perempuan terpilih untuknya. Ia berkata pada saudaranya,
"Wahai Muhammad, sampaikan itu kepadanya (Aisyah)."1es2
Di sisi lain, ketika Aisyah membaca firman Allah,"Hendaklah mereka
(para perempuan) tinggal di rumah-rumah mereka...", ia menangis hingga
membasahi kerudungnya.les3 Setiap kali teringat PerangJamal, ia menangis,
sampai-sampai yang melihatnya menduga ia terus menerus menangis
tiada henti.leil
1950 Lihat: Ath-Thabari, 3/544.
1951 Sa'id Al-Afghani, Aisyah wa As-Siyasah, hlm. 193.
1952 Siyar A'lam An-Nubala', hlm.60
1953 TarikhutThabari, 3529.
1954 Sa'id Al-Afghani, Aisyah wa As-Siyasalt, hal. 193. Lihat juga: Al-Kamil,3/102.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 929
:
Sebuah atsar menyebutkan ia berkata, "Andaikata bisa, aku tidak
ingin keluar dalam peristiwa ini, meskipun sahabat-sahabat kami begini
dan begini..."1e5s Demikian itu menggambarkan salah satu keadaan sulit
yang pernah dihadapi. Sebagai pengakuan atas kesalahannya, ia berwasiat
agar dikebumikan bersama para istri Rasulullah ffi. Ia berkata, "Sungguh
aku telah melangsungkan (perang) setelah kepergian Rasulullah. Maka,
kuburkanlah aku bersama istri-istri Rasulullah yang lain."1e56
Perbedaan Ali dengan Syiah
Beberapa kalangan syiah yang memaknai An-Nawashib dengan seluruh
musuh-musuhnya hingga meliputi kalangan Ahlu Sunnah - Asy'ariyah,
Mu'tazilah, dan sebagainya-tak terkecuali Az-Zaidiyah, sungguh telah
keterlaluan. Jelas sekali hukum yang mereka tetapkan tidaklah sejalan
dengan manhaj dan sirah Imam Ali ketika menghadapi orang-orang yang
membangkang dan memeranginya; selalu toleran dan jauh dari kata
mengkafirkan. Sikapnya terhadap Sayyidah Aisyah merupakan contoh
riil tentang hal ini; ia senantiasa menjaganya dari sesuatu yang menyakiti
atau tidak diinginkan, melarang para pengikutnya mengambil sesuatu
darinya, dan sebagainya.
Bahkan, ketika Sayyidah Aisyah hendak kembali ke Madinah, Ali-lah
yang menyiapkan segala keperluannya. Ia pulangkan seluruh pengikutnya
yang menjadi tawanan Perang, kecuali yang lebih suka memilih tinggal.
Lebih dari itu, ia memberinya uang dua belas ribu. Ia juga pilihkan empat
puluh perempuan Basrah yang terkenal untuk menemaninya. Dan, ia utus
saudaranya, Muhammad bin Abu Bakar, untuk ikut bersamanya.
Ketika Sayyidah Aisyah mengungkapkan kesalahannya terhadap Ali
dengan berkata, "Demi Allah, yang terjadi antara aku dengan Ali di masa
lalu, adalah seperti yang terjadi antara peremPuan dengan mertuanya.
Dia banyak meriwayatkan hadits darTkt),"tesz Ali pun menanggapi dengan
berkata, "Wahai sekalian manusia, dia benar dan telah berbuat kebajikan.
sungguh, antara aku dan dia hanya terjadi sesuatu yang seperti itu. sesung-
guhnya dia adalah istri Nabi kalian di dunia dan akhirat."1es8
1955 Sa'id Al-Afghani, lbid.Lihat juga: Al-Kamil, lbid.
1956 Sa'id Al-Afghani, lbid.Lihatittga: AlKamil, lbid.
1957 Murawwij Adz-Dzahab, 4 / 335.
1958 tbid.
930 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Toleransi tidak hanya diberikan Imam Ali pada Ummul Mukminin
saja, melainkan orang-orang lain yang ikut serta dalam peperangan,
termasuk yang mencemoohnya usai peperangary seperti Shafiyyah usai
Perang Jamal.
Beberapa pengikutnya ada yangberhasil menangkap Aisyah dan berkata,
"Kita akan mendapatkan imbalan dari mengamankan pembangkang."
Yang lain berkata, "Wahai ibu kami, bertaubatlah, karena Anda
salah." Mendengar itu, Ali mengutus Al-Qa'qa'bin Amr untuk membunuh
mereka. Tetapi setelah tersadar, ia memintanya unfuk memukul mereka
seratus kali saja.lese
Sikap serupa juga ditunjukkan Ali terhadap Muawiyah. Kendati
berselisih dengannya dalam hal khilafah setelah berjanji untuk membaiat-
nya, dan Muawiyah jelas keliru memerangi Ali, namun ia tidak mungkin
disebut An-N awashib. Sebab, peperangannya dengan Ali tidaklah dilandasi
kebencian sebagai bagian dari keberagamaan. Ini syarat yang harus
diperhatikan ketika akan menyatakan seseorang A n-N awashib atau bukan.
Alih-alih, peperangan itu dilandasi dendam, fanatisme, dan hawa nafsu.
Begitu pula laknat Muawiyah terhadap Ali, bahkan perintahnya agar
orang-orang ikut melaknatnya, adalah sikap politik untuk mendapatkan
massa, khususnya masyarakat Syam. Sebab, mereka meyakini bahwa Ali-
lah yang harus bertanggung jawab atas kematian Utsman wu. Jlka tidak,
Muawiyah adalah orangyang paling tahu tentang keutamaan, keagungan,
dan kedudukan Ali. Demikian itu terlihat dalam beberapa realita berikut:
L. Ketika mendengar berita kematian Ali, Muawiyah menangis dan
mengucapkanistirja' (kalimat innalillahi wa inna ilaihi raji'un). Istrinya
berkata, "Kamu menangisi seseorang yang kamu perangj?" Ia berkata,
"Celaka kamu ini! Kamu tidak tahu betapa orang-orang kehilangan
keutamaan, fikih, dan ilmu."
2. DiriwayatkandarilbnuAbbas aep bahwaiaberkatakepadaMuawiyah,
"Tidak cukupkah kamu mencaci orang ini?" Ia menjawab, "Aku tidak
melakukannya, sampai yang kecil tumbuh dan yang besar menua..."
Begitu pula para pemimpin sesudahnya. Bukti lain bahwa Muawiyah
1959 Tarikh Ath-Thabai, juz 3, hlm. 544.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 931
-
sama sekali tidak membenci Ali sebagai bagian dari keberagamaan
yang merupakan inti dari makna An-Nashab, seseorang mendatangi
Muawiyah untuk berkonsultasi mengenai suatu persoalan. Ia berkata,
"Bertanyalah kamu megenai persoalan tersebut kepada putra Abu
Thalib, sesungguhnya dia lebih mengetahui." Orang itu berkata, "Aku
ingin mendengar jawabanmu, wahai Amirul Mukminin." Muawiyah
berkata, "Celaka! Kamu telah benci seseorang yang dimuliakan oleh
Rasulullah dengan ilmu. Beliau pernah bersabda kepadanya ,'Bagiku
kamu (Ali) seperti Harun bagi Musa. Akan tetapi, tidak ada Nabi lagi
sesudahku.' Pernah Umar bin Khaththab menanyakan sesuatu, lalu
Rasulullah mengambil jawaban darinya (Ali). Bahkan, jika Umar
menghadapi kesulitan, beliau bersabda, 'lni di sini ada Ali."' Singkat
kata, pengakuan Muawiyah tentang keutamaan Ali dan apresiasinya
terlihat di dalam surat yang dikirimkan olehnya kepada Al-Husain bin
Ali setelah kematian bapaknya. Di dalam surat tersebut Muawiyah
berkata, "Meskipun umat ini berselisih setelah ditinggal Nabi-nya,
tetapi ia tidaklah bodoh mengenai keutamaan kalian, senioritas kalian
dalam berislam, kekerabatan kalian dengan Nabi, dan kedudukan
kalian di dalam Islam dan pemeluknya."'e6o
Umar bin Abdul Aziz nv menceritakan keadaan ayahnya ketika
mencaci maki Ali w.Ia berkata, "Ayahku berkhutbah. Sewaktu
menyebut Ali, ia mencaci makinya. Tiba-tiba lisannya kelu dan
wajahnya memucat. Ketika aku konfirmasi hal itu, ia berkata,
'Benarkah begitu? Andaikata orang-orang tahu yang dimiliki Ali,
sebagaimana yang aku ketahui, mungkin tak seorang pun yang
mengikuti Li1u.//1e61
Marwan bin Al-Hakam pernah berkhutbah, sedangkan Al-Hasan
duduk. Tiba-tiba ia mencaci Ali. Al-Hasan berkata, "Celakalah Anda,
wahai Marwan! Apakah yang Anda caci itu seburuk-buruknya
manusia?" Marwan menjawab, "Tidak, dia manusia paling baik."
1960 Mukhtashar Tarikh Dimasyqa,25; Mukhtashar lbnu Asakir,25 /6.
1961 Abu Faraj Al-Ashf ahani, Maqatil Ath-Thalibin,-1,/57,Hal'at'a Qushurit Tsaqafah'
J.
4.
932 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Sikap Imam Ali Terhadap Lawan-lawannya
Barangsiapa mencermati sirah Imam Ali, akan melihat dirinya
dipenuhi warna toleransi dan keadilan, sama sekali berbeda dengan Syiah
yang cenderung ekstrem dalam memujinya. Perbuatan Syiah ini tentu
berbeda dengan manhaj dan sirah Imam Ali. Sebagai perbandingan cepat,
akan terlihat perbedaan utama di dalam dua manhaj ini, yaitu:
Mengkafirkan Lawan
Ekstrimis Syiah menyatakan, siapapun yang tidak mengatakanimamah
Ali tidak didukung nash, itu kafir. Ini berarti, mereka mengkafirkan seluruh
sahabat, kecuali sedikit sekali di antara mereka yang jika dihitung tidak
melebihi jumlah jari.
Padahal, Imam Ali tetap mengakui orang-oran g y angmemeranginya
dalam Perang Iamal, Nahrawan, dan Shiffin itu beriman. Inilah yang terlihat
dalam obrolan Imam Ali dengan beberapa orang yang menanyainya tentang
mereka yang memeranginya; "Apakah mereka musyrik?" Ia menjawab,
"Mereka lari dari kemusyrikan." Orang itu bertanya lagi, "Apakah mereka
munafik?" Ali menjawab, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu tidaklah
menyebut Allah, kecuali sangat sedikit." Orang itu bertanyalag| "Lantas,
mereka itu apa?" Ali menjawab, "Mereka adalah saudara-saudara kita yang
berbuat jahat terhad dp kila."tooz
Selain itu, di dalam Perang Jamal, Imam Ali berpesan kepada para
pengikutnya, "Janganlah kalian mengikuti orang yang suka mengatur,
janganlah memobilisasi pasukan terhadap orang-oran g y angterluka, dan
barangsiapa meletakkan senjata berarti ia aman."1e63 Dan ia berkata, "Kita
memerangi saudara-saudara sendiri dalam Islam, karena mereka diracuni
penyimpangary penyelewengan, dan syubhat."lee
Ia juga pernah berkata kepada para pengikutnya, menjelaskan
sudut pandang masing-masing kelompok satu sama lain. "Kami tidaklah
memerangi mereka, karena mengkafirkan mereka. Begitu pula mereka tidak
memerangi kami, karena mereka mengkafirkan kami. Kami berpandangary
1962 Musnaf lbnu Abi Syaibah, 1.5 / 256, 257 .
1963 Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, 8/ 173.
1964 Ibnu Abi Syaibah, 15 / 263.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 933
aku benar. Dan, mereka juga berpandangary merekaberrar."le6s Pernah
suatu ketika Ali mendengar seseorang berkata yang bukan-bukan. Ia
katakan kepadanya ,"Janganlah berbicara, kecuali yang baik-baik. Mereka
adalah kaum yang menilai kita durhaka terhadap mereka, sedangkan
kita menilai mereka durhaka terhadap kita. Oleh karena itu, kita saling
berperang satu sama lair..""te66
Di antara peristiwa yang menunjukkan perbedaan sudut pandangnya
dengan sudut pandangpara pengikutnya adalah, ketika ia melarang mereka
mencaci maki penduduk Syam. Sebab, sewaktu Perang Shiffin meletus, ia
mendengar beberapa pengikutnya mencaci maki penduduk Syam. Ia larang
mereka dengan berkata, "Aku tidak suka kalian menjadi tukang caci. Andai
kalian mendalami perbuatan mereka dan mengingat keadaan mereka, itu
lebih pantas untuk dibicarakan dan lebih pantas untuk memaafkan. Alih-
alih mencaci, sebaiknya kalian ucapkan,'Allahumma ahqin dima'anazoa ashlih
dzata baynina wa baynikum (ya Allah, peliharalah kami dari pertumpahan
darah dan perbaikilah hubungan di antara kami dengan mereka).1e67
Ekstrimis Syiah dari kalangan Sabaiyah dan sebagainya mencaci
maki Khulafa'ur Rasyidin. Sampai-sampai salah seorang di antara mereka
menulis buku Nafahat Al-Lahut fi La'ni Al-lubti wa At-Thaghut, dan yang
dimaksud adalah Abu Bakar dan Umar. Selain itu, mereka menafsirkan
ayat-ayat tentang kemusyrikan sebagai mereka berdua. Padahal, Ali sendiri
banyak memuji mereka berdua, termasuk para sahabat yang lain.
Di sini akan kami kemukakan beberapa pujian Ali sebagai gambaran
untuk melihat jurang pemisah yang menganga lebar antara pandangan
Ali dengan pandangan Syiah. Bukan hanya Ali yang memuji mereka
berdua, tetapiJuga putra-putranya dan seluruh Ahlul Bait-nya. Barangkali
pemaparan Hasan Al-Basri merupakan yang terbaik di dalam menggam-
barkan hubungan di antara Ali dengan Abu Bakar dan Umar. Ia berkata,
"I-Jsai Perang jamal, Abdullah bin Al-Kawa' dan Qais bin Ubadah Al-
Yasykari datang menemui Ali bin Abi Thalib. Mereka berkata, "Wahai
Amirul Mukminin, beri tahu kami tentang jalan yang Anda tempuh ini.
1965 Al-Alusi, Hubb Al-Adzab ala man Sabbal Ashhab.
1966 Nahj Al-Balaghah, 2/ 469.
1967 Al-Bathaqi, Al-Mahasin wa Al-Masawi', hlm. 56, Dar Ibn Hazm.
934 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Orang-orang saleh membunuh satu sama lain. Apa pendapatmu ketika
umat ini terpecah belah dan dakwah atau seruan bermacam-macam? Jika
itu pendapat pribadimu, kami akan menjawab pendapatmu. Akan tetapi,
jika itu merupakan janji Rasulullah kepadamu, berarti Anda-lah yang
dipercaya oleh beliau."
Ali menjawab, "Demi Allah, andaikata kamu orang pertama yang
membenarkannya/ maka aku tidak ingin menjadi yang pertama berbohong.
Aku memang tidak punya janji dari Rasulullah. Demi Allatu andaikata aku
memiliki itu, pasti aku tidak akanmembiarkandua saudara, Taim dan Udi,
di atas mimbar Rasulullah. Akan tetapi, Nabi kita tidaklah membunuh,
tidak pula meninggal mendadak, melainkan beliau sakit selama beberapa
hari dan malam. Bilal mendatangi beliau untuk mendengar siapa yang
diizinkan memimpin shalat. Beliau bersabda, 'Datanglahkepada Abu Bakar,
iabisa melihat tempatku.'Sewaktu R.asulullah wafat, kami bertukar pikiran
tentang siapa yang diridhai Rasulullah untuk memimpin keberagamaan
kami. Lalu kami memilih Abu Bakar secara mufakat, dan agama telah
mempersatukan. Tidak ada dua orang di antara kami yang berselisih, dan
tidak ada pula seseorang yang bersaksi yang lain musyrik. Aku mengambil
jika ia memberiku, berperang jika ia memerangiku, dan menerjang batas di
hadapannya dengan pedang dan cemetiku. Ketika Abu Bakar meninggal
dunia, kukira ia tidak akan berpaling dariku, karena kekerabatanku
dengan Rasulullah, senioritasku dalam berislam, dan keutamaanku. Akan
tetapi, Abu Bakar berpandangan Umar lebih kuat dariku. Andaikata ia
lebih mementingkan dirinya, niscaya ia akan mementingkan anaknya.
Lantas, Umar menunjukku kendati banyak yang tidak menyukai. Aku
termasuk yang meridhai, bukan yang membenci. Demi Allah, Umar
tidaklah meninggalkan dunia ini hingga yang benci meridhainya. Umar
pun memimpin kita semua secara mufakat tanpa perselisihan. Satu
kata, satu perintah, tidak ada dua orang di antara kami yang berselisih.
Aku mengambil jika ia memberi, aku berperang jika ia memerangi, dan
aku mendobrak batas di hadapannya dengan pedang dan cemetiku.
Aku mengikuti jejaknya, seperti anak mengikuti jejak ibunya. Ia tidak
menyimpang dari jalan kedua sahabatnya, tidak melampaui sunnahnya.
Ketika Umar meninggal dunia, kukira ia tidak akan berpaling dariku,
karena kekerabatanku, senioritasku, dan keutamaanku. Akan tetapi Umar
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 935
berpandangan, jika ia menunjuk seorang khalifah, lalu berbuat kesalahan,
maka akan mengikutinya ke kuburnya. Maka, ia pun mengeluarkan anak
dan keluarganya dari khilafah, kemudian menjadikannya musyawarah di
antara enam orang, antara lain Abdurrahman bin Auf. Kemudian ia berkata,
'Apakah menurut kalian aku tinggalkan bagianku supaya memilih untuk
Allah dan Rasul-Nya?' Kami jawab,'Benar.' Maka kami pun mengambil
sumpah untuk mendengar dan taat pada yang terpilih' Dan, mereka
mengambil sumpah kami agar memilih untuk Allah dan Rasul-Nya.
Maka, pilihan pun jatuh pada Utsman ev ' Kulihat ketaatanku mendahului
baiatku. sumpah telah diambil untuk selainku. Maka, aku pun mengikuti
Utsman dan menunaikan hak-haknya. Ketika Utsman terbunuh, kulihat
akulah yang lebih berhak dari orang-orang yang lain." Mereka berdua
berkata, "Anda benar, dan Anda telah berbuat baik."
Dari itu, sulit rasanya menyandingkan Ahlu Sunnah dengan Syiah,
kecuali apabila menjadikan sirah Imam Ali W sebagai landasan dan
sumber petunjuk. Jika begitu, impian semakin dekat, dan jalan terbentang.
Persatuan akan menggantikan perpecahan, saling tolong menolong
menggantikan pertengkarary dan saling menguatkan menggantikan saling
membunuh . P ada hari itu, oran 8-or ang b eriman akan berb ahagia. . .
Prof. Raj ab Abdul Munshif
936 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
AL.HUDZAILIYAH
MEREKA adalah para pengikut Abu Al-Hudzail Muhammad bin Al-
Hudzail binAbdullahAl-Allaf Al-Bashri, termasuk di antara budak Abdul
Qais. Oleh karena itu, ia dipanggil Al-Abdi. Namun, terkadang juga
dipanggil Al-Allal karena di Bashrah ia tinggal di wilayah Al-Allafin. Para
pengikutnya dikenal dengan sebutan Al-Hudzailiyah.
Abu Al-Hudzail berusia seratus tahun, kurang lebih ia hidup pada
seratus tahun pertama masa Daulah Abbasiyah. Ia lahir tahun 135H/752
M (tiga tahun setelah berdirinya Daulah), kemudian meninggal dunia pada
tahun 235 H/549 M. Masih terdapat banyak pendapat mengenai tanggal
kematiannya, tetapi safu sama lain salingberdekatan, yaitu pada masa-masa
awal Khalifah Al-Mutawakkil. Ia mencapai puncak popularitasnya pada
masa pemerintahan Al-Makmun. Saat itu, ia menjadi guru Al-Makmun
di bidang al-adyan wa al- maqalat (Agama dan penelitian yang terkait
dengannya).
Asy-Syahrastani mengomentarinya dengan berkata, "Dia adalah
syaikh Mu'tazilatu pentolan kelompok, penentu haluan, dan pendebat.
Ia belajar Mu'tazilah dari Utsman bin Khalid Ath-Thawil dari washil bin
Atha' ,1s6s yang pada gilirannya dari Abu Hasyim Abdullah bin Muhammad
bin Al-Hanafiyah. Akan tetapi, ada pula yang bilang, ia mempelajari
Mu'tazilah dari Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Al-Bashri. 1e6e
1968 Asy-Syahrastani (Abu Al-Fath Muhammad bin Abdul Karim), Al-Milal wa An-Nihal,
diaahqiq oleh Muhammad sayyid Kailani, Thaba'ah Musthafa Baba Al-Halabi, Kairo,
1976M,iruz 1, hlm.49.
1969 tbid.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 937
Ia gemar belajar dan hafal banyak syair. Demikian itu terlihat dalam
banyak kesempatan dan forum debat. Sebagaimana Para pengikut Washil
sebelumnya, ia ltga suka berdebat dengan kaum Zanadiqah, Dahriyah,
Mujassimatr, Majusi, Tsanawiyah, Syakkak, juga berbagai aliran dan agama
yang lain.
Para perintis Mu'tazilah sebelumnya memang sudah disibukkan dengan
urusan dakwah dan membela akidah Islam melahti Al-Ushul Al-Klnmsah
(lima prinsip) yang membedakan mereka dari yang lain, yaitu: Al-Adlu
(Keadilan),,4 t-Tauhid (Mengesakan Tuhan), Alqsa'du wa Al-Wa'id (Janji dan
Ancaman), Al-manzilah bayna Al-Manzilataini (Kedudukan di Antara Dua
Kedudukan), dan Al-Amru bi Al-Ma'ruf wa An-Nahyu'an Al-Munkar (Amar
Makruf Nahi Mungkar).
Sebagaimana diketahui, semula kelima prinsip ini tidaklah berurutan
seperti ini. Bermula dari Washil bin Atha' yang memisahkan diri dari majelis
Hasan Al-Bashri, dikarenakan ia menentukan hukum pelaku dosa besar
itu berada di suatu kedudukan di antara dua kedudukan (Manzilahbayna
Al-Manzilatain), dan dia abadi di dalam neraka selama tidak bertaubat.
Permasalahan ini disinyalir menjadi pintu masuk untuk mengkaji hakikat
iman dan kafir lebih mendalam. Permasalahan ini telah menyita pemikiran
umat Islam sejak kemunculan fitnah. Setelah itu, permasalahanberkembang
dan silih berganti hingga kemudian sampai kepada orang-orang seperti
Al-Hudzail. Barulah kemudian mereka merumuskan Al-Ushul seperti itu.
Di dalam mukaddimah Syarh Al-Llshul Al-Khamsahyangditulis oleh A1-
Qadhi Abdul labbar, Dr. Abdul Karim Utsman menukil dari Bahr Al-Kalam
yang ditulis oleh An-Nasafi; "Abu Al-Hudzail keluar dan menulis dua
buku, menjelaskan madzhab mereka, mengumpulkan ilmu-ilmu mereka,
lalu ia memberi nama itu semua dengan Al-Ushul Al-Khamsah. Setiap kali
mereka berjumpa dengan seseorang, mereka katakan kepadanya, "Apakah
kamu telah memb aca Al-Llshul Al-Khamsah? " Jlkaorang tersebut menjawab,
"Ya," rnereka pun tahu ia semadzhab dengan mereka.le7o Berdasarkan
semua itu, sepertinya dialah orang pertama di kalangan Mu'tazilah yang
menyusun kitab dengan judul Al-Ushul Al-Khamsah.
1970 Abdul Karim Utsman dalam mukadimah tahqiq-nya terhadap syarh Al-ushul Al-
Khamsahyang ditulis oleh Al-Qadhi Abdul Jabbar bin Ahmad Al-Hamzani, Maktabah
Wahbah, Kairo, 1965, hlm. 26.
938 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Salah satu yang membantunya adalah benturan selama perdebatan
dengan ragam filsafat yang berbeda-beda sesuai kebudayaan masing-
masing wilayah yang dimasuki Islam. Selain itu, interaksinya dengan
filsafat Yunani juga ikut memberikan warna. An-Nazham berkata, "Aku
membaca buku-buku filsafat ketika berada di Kufah. Ketika aku datang
ke Basrah, kukira aku mengetahui perkataan-perkataan yang halus, yang
tidak diketahui oleh Abu Al-Hudzail. Akan tetapi, sewaktu aku berdebat
dengannya, terbayang olehku ia hanya disibukkan dengan perkataan-
perkataan seperti it77."1e71'
Meski begitu, banyak sekali permasalahan madzhab yang berserakan,
belum disusun oleh An-Nazham secara sistematis, seperti menentukan
yang ushul, kemudian mengumpulkan furu'-nya. Demikian itu karena
perdebatan - berikut eksesnya - masih berkobar-kobar.
Di antara pendapatnyayang ditentang oleh lawanJawannya adalah
pernyataan bahwa ilmu Allah itu adalah Dia, begitu pula kekuasaan,
pendengaran, penglihatan, hikmah, dan sifat-sifatZatyang lain. Ia berkata,
"Jika seseorang beranggapan bahwa Allah itu'Alim (Berilmu), berarti ia
telah menetapkan bahwa ilmu itu adalah Allah, dan menafikan kebodohan
dari-Nya. Demikian itu menunjukkan sesuatu yang diketahui, terjadi
atau tidak. Dan, jika dikatakan bahwa Allah itu Mahakuasa, berarti ia
menetapkan bahwa kekuasaan itu adalah Allah, dan menafikan kelemahan
dari-Nya. Demikian itu menunjukkan sesuatu yang dikuasakan, terjadi atau
tidak. Be gitu seterusnya dengan sif at-sif at zat y ang lain.' t 1e7?
Jika lawan-lawannya memaksanya dengan keniscayaan-keniscayaan
dalam perkataannya, ia menolak.
Asy-Syahrastani mengomentari hal itu dengan berkata, "Pendapat ini
diadopsi dari para filsuf yang meyakini bahwa Zat Allah itu satu, tidak
berbilangan. Dan, sifat bukanlah berada di balik Zat sebagai makna yang
berdiri sendiri, melainkan sifat-Nya adalah Zat-Ny a." tezz
L971 Ahmad Amin, Dhahy Allslam, Maktabah An-Nahdhah Al-Mishriyyah, cetakan X,
Kairo, juz 3, hlm.99. Tulisan ini dinukil oleh Dr. Ahmad Amin dari Al-Maniyyahwa
Al-Amal yang ditulis oleh Ibnu Al-Murtadha, hlm.26.
1972 Al-Asy' ari (Abul Hasan Ali bin Isma'il), Ma qalat Al-lslamiyyin wa lkhtilaf Al-Mushallin,
Al-Maktabah Al-Ashriyah, Beirut, 1990 M., juz 1, hlm.245.
1973 Asy-Syahrastani, ibid, juz 1, hlm. 50.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 939
Abul Hasan Al-Asy'ari berkata, "Pendapat ini diadopsi oleh Abu
Al-Hudzail dari Aristoteles. Di dalam beberapa bukunya ia berkata,
'Sang Pencipta itu seluruh-Nya ilmu, seluruh-Nya hidup, seluruh-Nya
pendengaran, seluruh-Nya penglihatan.' Selanjutnya, ia memperbaiki redaksi
dengan mengatakan; ilmu-Nya adalah Dia, dan kekuasaan-Nya adalah Dia."
Asy-Syahrastani membedakan antara pernyataan 'alim bi dzatih
(mengetahui dengan Zat-Nya) dengan 'alim bi ilmin huwa dzatuhu (menge-
tahui dengan ilmu yang merupakanZat-Nya). Menurutnya, redaksi pertama
menafikan sifat, sedangkan yang kedua menetapkan Zal yang sekaligus
merupakan sifat, atau menetapkan sifat yang sekaligus merupakan lul.tsz+
Beberapa tokoh menilai, sejatinya pernyataan-pernyataan ini meng-
ingkari sifat-sifat Allah.
Di antara pernyataanya; iradah (kehendak) Allah itu ada, tetapi tidak
berada di suatu tempat. Firman Allah kun itu hadits (baru), tetapi tidak
di suatu tempat. Berbeda dengan perintah, larangan, informasi, dan
konfirmasi; semua informasinyahadits di dalam salahsatu jism.
Selain itu, ia berpendapat, pengetahuan Allah itu memiliki al-kullu
(seluruh) dan al-jami' (semua). Ketika sudah meliputi seluruhnya, bisa
dipastikan Allah Mahakuasa.Juga dipastikan gerak penghuni surga dan
neraka menuju diam yang abadi. Di dalam diam itu, kenikmatan berkumpul
bagi penghuni surga, sedangkan siksa berkumpul bagi penghuni neraka.
Sebelumnya, Jahmiyah mengatakan bahwa surga dan neraka itufana'.1s75
Asy-Syahrastani berkata, "Abu Al-Hudzail meniscayakan pernyataan
ini, karena ia;'uga meniscayakanke-hudufs-an alam yang tidak berawal
seperti yang tidak berakhir. Keduanya sama-sama tidak berakhir. Ia berkata,
'Aku tidak berbicara mengenai gerak yang tidak ada batas akhirnya,
sebagaimana juga tidak berbicara mengenai gerak yang tidak ada batas
awalnya, melainkan menuju diam yang abadi."'
Ia berpandangan, gerak penghuni surga dan neraka di akhirat
adalah pasti. Manusia tidak ada yang mampu mengendalikannya. Semua
diciptakan oleh Allah. Sebab, andaikata itu merupakan kasab manusia,
1974 tbid.
1975 Al-Asy'ari, ibid, juz 1, hlm. 243 - 2M.
940 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
pastilah mereka akan dibebani olehnya. Jadi, manusia itu-sebagaimana
diungkapkan oleh Asy-Syahrastani, qadariyah di dunia, jabariyah di
akhirat.1e76
Ia bilang, kebisaan atau kemampuan itu merupakan salah satu
'ardh yang berbeda dengan kesehatan dan keselamatan. Berbeda dengan
mayoritas Mu'tazilah, ia menyatakan itu kekal. Pun bahwa perbuatan
hati tidaklah sah keberadaannya tanpa kemampuan. Karena disertai
kemampuan, maka terjadilah perbuatan.Demikian itu ia perbolehkan
terjadi pada perbuatan anggota badan. Ia berkata,'Kemampuan itu datang
pada perbuatan. Selanjutnya, lahirlah perbuatan manusia yang dapat
diidentifikasi kaifiyat-nya. Itulah perbuatannya tentang warna, rasa, dan
bau, dan segala yang tidak diketahdkaifiyat-nya. Sedangkan pengetahuan
dan ilmu yang terjadi pada lainnya, ketika diperdengarkan atau diajarkan,
berarti Allah menciptakan itu padanya. Keduanya bukanlah perbuatan
manusia."lez
Ia juga berpendapat, manusia itumukallafterkait dengan hal-hal yang
baik-buruknya dapat dibedakan oleh akal, kendati belum ada syariat. Oleh
karena itu, manusia wajib berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk.
Selain itu, ia juga wajib mengenal Allah dengan dalil-dalil selain pikiran.
Jika ia gagal mengenali-Nya, wajib disiksa selamanya. Oleh karena itu ia
berkata, "Ketaatan yang tidak dimaksudkan untuk Allah, tidak pula untuk
bertaqarub kepada-Nya, seperti tujuan penglihatan dan penglihatan itu
sendiri. Ia sama sekali tidak mengenal Allah./'1e78
Secara umum, ia juga angkat bicara mengenai fitnah, tetapi tidak
memastikan. Ia pernah berkata, "Entahlah, aku sendiri tidak tahu; apakah
Utsman itu dibunuh sebagai orang zalirnatau dizalimi."
Pernyataan-pernyataan ini dan sejenisnya tidak hanya menyita
pemikiran Abu Al-Hudzail saja, melainkan juga pengikut pelbagai aliran
filsafat. Sebagai contoh, pemikiran orang-orang yar.g mendebatnya.
Persoalan yang mereka kaji merambah pada masalah alamiah dan tidak
alamiah. Kami mendapatinya berbicara tentang jism, jauhar al-fard (auhar
1976 Asy-Syahrastani, ibid, hlm.51, - 52
1977 lbid, jlz 1., hal. 52.
1978 tbid.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 941
tunggal), al-juz'ul ladzi la yatajazza' (bagian yang tidak terbagi), 'ardh, alam
semesta, gerak dan diam, pembagian gerakan sesuai pembagian waktu,
tempat, para pelaku , dan al-mutaharrikat (benda-benda yang bergerak). Ia
juga ikut serta memetakan substansi manusia, ruh, kehidupan, benda yang
terlihat dan diraba, indra, dan sebagainya.
Hal teraneh yang diceritakan darinya adalah pernyataannya; hujjah
tidak bisa ditegakkan di dalam sesuatu yang tidak ada, kecuali dengan
khabar dua puluh, salah satunya atau lebih merupakan penghuni surga.
Mereka adalah hujjah, bukan tawatur. Sebagai dalil bahwa dua puluh itu
adalahhujjah, Allah $6 berfirman, " Jika ada duapuluh orang yang sabar di antara
kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh" (Al-Lnfal:
65). Ia juga berkata, "Mereka tidak diperbolehkan berperang, kecuali pada
mereka terdapat hujj ah."
Di dalam buku Al-Farqubayna Al-Firaq, Abdul Qahir berkata, "Klaim
dua puluh orang sebagai hujjah dengan salah satu dari mereka merupakan
ahli surga, tidak lain dimaksudkan oleh Abu Al-Hudzail untuk mematahkan
hadits-hadits tentang hukum sy ariat." 1e7e
Abu Al-Hudzailbanyak menuai protes, penolakan, kritik, dan
bantahan, termasuk dari kalangan Mu'tazilah sendiri maupun lainnya.
Beberapa pernyataannya dikritik oleh Abu Musa Al-Mirdar danJa'far bin
Harb-murid Al-Mirdar-dalam buku berjudul Taubikh Abi Al-Hudzail.
Begitu pula Abu Ali Al-Jaba'i dalam buku Ar-Ra ddu'ala Abi Al-Hudzail.ls90
Akan tetapi, dalam beberapa bagian Kitab Al-lntishar, AbuAl-Husain
Al-Khayyath berusaha memaafkan Abu Al-Hudzail dalam beberapa
pernyataannya.
Prof. Dr. AbdulFattah Abdullah Barakah
1979 Al-Baghdadi (Abdul Qahir Thahir bin Muhamma d), AIF arqu bayna Al-Firaq, diaahqiq
oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Maktabah Muhammad Ali Shabih, Kairo
(tanpa tahun), hlm. 127 -128.
1980 lbid, hlm.122.
942 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
AL-WAOIFIYAH
Al-Waqifiyah di Kalangan Syiah Imamiyah
DI KALANGAN Syiah Imamiyah, istilah al-waqfu (berhenti) memiliki dua
pengertian.
Pertama, bermakna umum, yaitu dituiukan pada setiap kelompok
di kalangan mereka yang berhenti pada salah satu imam dan mayakini
bahwa dialah imam terakhir. Lebih dari itu, menganggapnya tidak mati,
melainkan bersembunyi, karena dialah Al-Mahdi dari keluarga Muhammad
yang akan memenuhi dunia dengan keadilan, serta memberantas kejahatan
dan kezaliman.
Di dalam Kitab Al-Maqalat wa Al-Firaq, Abu Khalaf Sa'd bin Abdillah
Al-Asy'ari Al-Qummi (w.299 atau 301 H.) berkata, "Semua yang terdahulu
di antara mereka, kecuali sedikit, (memiliki) perhentian yang telah
menghentikannya."lesr
Kedua, berhenti pada imam ketujuh, yaitu Musa Al-Kazhim, tidak
pada imam-imam sebelumnya, atau yang diklaim keniscayaan imamah
pada orang-orang sesudahnya.les2 Pemaknaan yang bersifat khusus ini
banyak beredar di kalangan syiah yang mengakui dua belas imam (syiah
lmamiyy ah Al-ltsna' Asy riyy ah). Demikian itu diungkapkan oleh Al-wahid
Al-Bahbani Al-Maula Muhammad Baqir bin Muhammad Akmal (w.120 H.)
1981 Abu Khalaf Al-Asy'ari Al-Qummi, Al-Maqalat wn Al-Firaq, hlm. 93, di-tahqiq oleh
Dr. Muhammad |awwad Masykur, cetakan II, Markaz Intisyarat Ilmi, Iran, 1360 H'
Lihat juga: Abu Muhammad Al-Hasan bin Musa An-Nubakhti (wafat sekitar tahun
300-310 H.), Firaq Asy-Syiah,hlm.82, di-tashhih oleh Muhammad Shadiq Bahrul Ulum,
Mansyurat Al-Maktabah Ar-Radhawiyyah, Irak, 1936 M.
1982 Lihat: Husain Asy-Syakiri, An-Nahlah Al-Waqifiyyah,hlm.6-7, cetakan I, Mathba'ah
Sattarah-Qumm, Iran, 14'18 H. / 1997 M.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 943
ketika menyinggung soal Al-Waqifah di dalam Fawa'id-nya; "Al-Waqifah
adalah mereka yang berhenti pada Al-Kazhim... Mereka mungkin juga
disebut al-mamthurah, yaitu anjing yang basah terkena hujan, sebagaimana
yang zhahir.1e83
Al-waqfu mungkin juga dinisbatkan kepada mereka yang berhenti
pada imam selain Al-Kazhim. Akan tetapi, secara mutlak tertuju pada
mereka yang berhenti pada Al-Kazhim, bukan yang lain kecuali dengan
qarinah, seperti tidak mengenal Al-Kazim, baik karena meninggal dunia
sebelumnya maupun hidup semasa dengannya.le&Beginilah tradisi yang
berkembang di dalam buku-buku ahli hadits di kalangan Syiah Imamiyah
Al-ltsna Asyriyah belakangan ini.1e8s
1983 Ini mengisyaratkan pernyataan Abu Khalaf dan lainnya bahwa Ali bin Isma'il
Al-Maitsami dan Yunus bin Abdurrahman pernah berdebat dengan kaum yang
menghentikan imamah pada Imam Al-Kazhim. Ketika perdebatan di antara mereka
memanas, Ismail berkata pada mereka,"Kalian ini hanyalah anjing yang kehujanan."
Maksudnya, lebih bau dari bangkai. Sebab, apabila anjing terkena hujan, ia akan
lebih bau dari bangkai. Julukan ini kemudian melekat pada diri mereka. Abu Khalaf
Al-Asy'ari berkata, "Jika seseorang dibilang mamthur (terkena hujan), kita dapat
mengidentifikasinya sebagai Al-Waqifah pada Musa bin ja'far secara khusus" (Kitab
Al-Maqalatwa Al-Firaq, hlm. 92-93). Hal ini pulalah yang diutarakan oleh An-Nubakhti
dalam Firaq Asy-Syiah, hlm. 81-82. Di kalangan Ahlu Sunnah, cerita mereka berdua
diamini oleh Imam Asy-Syahrastani di dalam Al-Milal wa An-Nihal, 1/1,50, di-talqiq
oleh Muhammad bin Fathullah Badran, cetakan II, Maktabah Al-Anjlu Al-Mishriyyatu
'Kairo, Mesir, 1956 M. Sementara itu, Imam Abu Al-Hasan Al-Asy'ari menceritakan
bahwa di kalangan Al-Waqifah pada Musa Al-Kazhim yang dijuluki Al-Mamthurah
adalah Yunus bin Abdurrahman Al-Qummi.Lihat: Maqalat Al-lslamiyyinwalkhtilaf Al-
Mushallin,l/103, diaahqlq oleh Syaikh Muhyiddin Abdul Hamid, cetakan II, Maktabah
An-Nahdhah Al-Mishriyyah, Kairo, Mesir, 1969M. Selanjutnya, dinukil darinya oleh
Al-Baghdadi di dalam Al-Farqu bayna Al-Firaq, cetakan II, Darul Afaq Al-|adid, Beirut,
Lebanon, 1977 M. Juga oleh Ibnu Taimiyah dalam Minhaj As-Sunnah An-Nabatoiyyah,
Ill/483, di-tahqiq oleh Dr. Muhammad Rasyad Salim, cetakan I, Jami'atul Imam
Muhammad bin Su'ud, Riyadh, Saudi, 1406 H./1986 M. Namun, Abu Al-Muzhaffar
Al-Isfirayini menyatakan selain itu. Menurutnya, mereka menjuluki Al-Mamthurah,
karena Zararah bin A'yun pada suatu hari berkata kepada mereka, "Bagiku, kalian
lebih rendah daripada anjing yang kehujanan." Maksudnya, anjing yang kebasahan
terkena hujan. Orang-orang mengusir dan mewaspadai mereka. Lihat: At-Tabshir fi
Ad-Din waTamyiz Al-Firqah An-Najiyah min Al- Halikin, hlm. 39, di-tahqiq oleh Kamal
Yusuf Al-Huwt, cetakan Alamul Kutub, Beirut, Lebanon, 1983 M.
1984 Al-Wahid Al-Bahbani, Al-Fawa'id Ar-Rijaliyyah, hlm. 40 - 41, Nasyru Maktab Al-I'lam
Al-Islami, Qumm, Iran, 1404 H.
1985 Lihat: Al-Allamah Al-Mamiqani (wafat 1351 H.), Dirasat fi llmi Ad-Dirayah, h|m.1.41.,
dirangkum oleh Ali Akbar Al4hifari, cetakan I, Mathba'ah Tabisy, dipublikasikan
oleh Jami'ah Ash-Shadiq, Iran, 1369 H. Lihat juga: Syaikh Ja'far As-Sabhani, Kulliyyat
fi llmi Ar-Rijal, hlm. 413, cetakan III, Mu'assasah An-Nasyr Al-Islami yang memayungi
Jami'ah Al-Mudarrisin, Qumm, Iran, 1414 H.
944 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Meski begitu, salah seorang peneliti modern, yaitu penulis kajian
panjang tentang Al-Waqifiyah, membantah pernyataan Al-Wahid Al-
Bahbani bahwa pemutlakan Al-Waqifiyah tidak jauh dari para pengikut Al-
Kazhim kecuali dengan qarinah.Ia menuturkary bahwa kaum sebelumnya
menyebutkan berhentinya As-Sabaiyah pada Imam Ali, berhentinya
Al-Kaisaniyah pada Muhammad bin Ali bin Abi Thalib seperti yang
banyak di singgung di dalam buku-buku Ibnu Al-Hanafiyah, berhentinya
An-Nawusiyah pada Ja'far Ash-Shadiq, berhentinya beberapa pengikut
Hasan Al-Askari padanya dan meyakininya pergi sementara (tidak mati)
karena dialah Al-Mahdi. Masing-masing mereka disebut Al-Waqifi. Mereka
menerima pemaknaan al-waqfu secara khusus seperti ini, karena beberapa
alasan, antara lain; banyak pengikut Al-Kazhim yang disebut Al-Waqifah,
bahkan jumlah mereka hingga mencapai seperempat. Selain itu, munculnya
beberapa front di dalam kelompok ini dari kalangan tokoh Syiatr, seperti
Ali bin Abi Hamzah Al-Batha'ini, Ziyad bin Marwan Al-Kindi, [Jtsman
bin Isa Ar-Rawasi Al-Amiri. Ini dan yang lain mendongkrak popularitas
kelompok dan keberlangsungannya sampai setelah masa Al-Kazhim.1e86
Untuk mendefinisikan Al-Waqifiyah menurut Syiah Imamiyah, kita
mulai dengan siapa yang membenarkan pemaknaan umum atas mereka.
Setelah itu, kita singgung pula Al-Waqifiyah yang secara khusus tertuju
pada Al-Kazhim. Terakhir, kita akan bahas sebab-sebab munculnya Al-
Waqifiyah di dalam sejarah Imamiyah.
a. Waqifiyah Syiah Imamiyah
Di dalam Kitab Al-Maqalat uta Al-Firaq yang ditulis oleh Abu Khalaf
Sa'd bin Abdullah Al-Asy'ari Al-Qummi akan kita temukan bahwa konsep
al-waqfu di kalangan Imamiyah itu dimulai dengan kelompoknya Abdullah
bin Saba'. Abu Khalaf Al-Asy'ari berkata, "Ketika Ali Radhiallahu Anhu
dibunuh, umat yang telah ditetapkan baginya seorang imam terpecah
menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengatakan bahwa Ali tidak
dibunuh, tidak mati, bahkan tidak akan mati sampai menguasai bumi dan
membimbing bangsa Arab dengan tongkatnya. Ia akan memenuhi dunia
1.986 Lihat:Riyadh Muhammad Habib An-Nashiri, Al-Waqifiyah: Dirasat Tahliliyah, 1,/1,8:
24, cetakan I, Mathba'ah Mahr, Qumm, dipublikasikan oleh Al-Mu'tamar Al-Alami li
Al-Imam Ar-Ridha, Masyhad, Irary hal. 19 -20.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 945
dengan keadilary sebagaimana selama ini dipenuhi kezaliman. Merekalah
kelompok di dalam Islam yang pertama kali menyuarakan al-waqfu setelah
Nabi. Kelompok pengikut Abdullah bin Saba' ini disebut Sabaiyah.1e87
Konon, para pengikut Abdullah bin Amr bin Al-Harb Al-Kindi yang
dikenal dengan sebutan Al-Harbiyah ikut bersama Sabaiyah mengatakan
bahwa Imam Ali itu Tuhan alam semesta. Pun bahwa ia bersembunyi dari
makhluknya karena murka pada mereka, dan suatu saat nanti dia akan
muncul,1e88
Menurut Abu Khalaf, setelah kepergian Imam Ali, kelompok kedua
dari Imamiyah mengalihkan imamah kepada putranya yang bernama
Muhammad (w. 81 H), tidak kepada dua saudaranya; Al-Hasan (w. 47 H)
dan Al-Husain (w. 61 H). Sebab, dialah pemegang panji ayahnya dalam
peristiwa di Basrah. Merekalah yang di kemudian hari dikenal dengan
nama Al-Kaisaniyah. Meskipun kelompok ini dipimpin oleh Al-Mukhtar
bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafi, penggunaan nama ini karena ia diberi gelar
Kaisan, dengan nama panggilan Abu Amirah.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Al-Mukhtar memberikan
nama Kaisan pada budak Ali bin Abi Thalib. Dialah yang memintanya
menuntut balas atas darah Al-Husain, dan menjadi petunjuk baSlnya untuk
membunuh pembunuhn y a.1e8e
Dalam riwayat ketiga disebutkan, Imam Muhammad bin Ali bin
Abi Thalib (Ibnu Al-Hanafiyah)-lah yang memberikan gelar itu pada
Al-Mukhtar, karena kecerdasannya dan penuntutan-balasnya atas
kematian Al-Husain. Sebagaimana para pengikut Abdullah bin Amr
Al-Harb Al-Kindi digolongkan As-Sabaiyah, mereka juga digolongkan
Al-Kaisaniyah.Sebab, mereka menyuarakan tanasukh (reinkarnasi ruh).
Mereka beranggapary ruh Allah berada di dalam diri Nabi, dan ruh Nabi
berada di dalam diri Ali, sedangkan ruh Ali berada di dalam diri Ibnu Al-
Hanafiyah. Selanjutnya, mereinkarnasi pada putranya, Abu Hasyim. Akan
tetapi, mereka mengklaim ruh Abu Hasyim mereinkarnasi di dalam diri
Abdullah bin Amr bin Al-Harb. Dialah yang diakui sebagai imam, hingga
1987 Abu Khalaf Al-Asy'ari, Al-Maqalat wa Al-Firaq, hlm. 19- 20.
1988 Lihat: ibid, hlm. 21..
1.989 Lihat: ibid,hlm.21. -22.
946 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
kemunculan Muhammad bin Al-Hanafiyah.le0 Sementara itu, di kalangan
Al-Kaisaniyah ada yang hanya menfokuskan imamah pada empat orang/
yaitu:
Pertama, pribadi yangberiman dan dipercaya, yaitu Ali bin Abi Thalib
Kedua, pribadi yang bercahaya dan bertahta, yaitu Al-Hasan
Ketiga, pribadi hujjah dan musibah, yaitu Al-Husain
Keempat, pribadi yang memenuhi banyak alasary mengendarai awan,
menggiring angiry meniup arus, mendobrak pintu Romawi, menegakkan
hukum, mencapai bumi ketujuh, mendekat pada kebenaran, menjauhi
kezaliman, dan dialah Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu, Muhammad bin
Ali bin Al-Hanafiyatu imam yang sesungguhnya. Mereka meyakini dia
menghilang di gunung Radhwa yang terletak di antara dua singa dan
dua macan tutul. Dia disayang para malaikat. Demikian itu diungkapkan
salah seorang penyair, Kutsayyir bin Abdirrahmary dalam syairnya yang
terkenal,
Ketahuilah, para imam itu dari Quraisy
P emimpin kebenar an ada emp at
Ali dan yang ketiga adalah putranya
Mereka pribadi yang tidak tersembunyi
Yang satu pribadi beriman dan berbakti
Yang satu pribadi yang dihilangkan Karbala
Yang satu pribadi yang tidak mati,
Kecuali mengendarai kuda tuk meraih panji
Hil an g s el am a b er t ahun - t ahun
Di Radhwa, padanya madu dan airlesl
Dalam Al-Kaisaniyah terdapat beberapa sekte. Di antara mereka ada
yang meyakiniimamah setelah Ali langsung pada putranya yang bernama
Muhammad. Sekte lain meyakiniimamah Muhammad itu setelahimamah
kedua saudaranya, Al-Hasan dan Al-Husain. Sekte lain meyakini imamah
sesudah Ibnu Al-Hanafiyah ada pada putranya, Abu Hasyim, kemudian
1990 Lihat: ibid, hlm. 26 - 27.
1991 Lihat: ibid, hlm.28-29.Baris pertama dalam bait terakhir ditulis oleh Imam Abu Al-
Hasan Al-Asy'ari Maqalatul lslamiyyin,l/93. Selain itu, ditulis juga oleh Abdul Qahir
bin Thahir Al-Baghdadi di dalam Al-Farqu bayna Al-Firaq, hlm. 29.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 947
pada beberapa pengikutnya hingga kemunculan Al-Mahdi Muhammad bin
Al-Han#iyah sendiri yang dihukum karena berpihak pada Abdul Malik bin
Marwan. Akan tetapi, mayoritas mereka berhenti pada Ibnu Al-Hanafiyah.
Di antara mereka ada pula yang kebablasan, seperti sikap As-Sabaiyah
pada ayahnya; mengakui sebagai Tuhan. Dan, di antara mereka ada
yang mengalihkan Al-Mahdi darinya, yaitu pada putranya, Abu Hasyim
Abdullah (w.99 H), atau Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Ja'far
bin Abi Thalib (w.129 H), atau Muhammad bin Abdullah bin Al-Hasan
bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib (w. 145 H).teez
Abu Khalaf Al-Asy'ari menutup pembicaraannya mengenai Al-
Kaisaniyah dengan berkata, "Di antara mereka dan As-Sabaiyah ada yang
keterlaluan, hingga mengklaim para imam itu tuhan, malaikat, Nabi, dan
Rasul. Merekalah yang berbicara tentang naungan, reinkarnasi ruh, rumah
api di dalam rumah, juga bantahan terhadap Kiamat, kebangkitan, hisab,
surga/ dan neraka. Menurut mereka, tidak ada rumah atau tempat tinggal
selain dunia, pun bahwa Kiamat adalah keluarnya ruh dari badan dan
masuk ke dalam badan yang Iain..."1ry3
Setelah itu, Abu Khalaf membeberkan pandangan-pandangan sekte
yang ekstrem, kemudian menjelaskan secara rinci macam-macam yang
mereka beri nama Syiah Alawiyah, yang mengatakan keniscayaanimamah
dari Allah dan Rasul-Nya bagi Ali bin Abi Thalib Al-Murtadha (w. 40 H),
kemudian imamah Al-Hasan Al-Mujtaba (w.47 H), kemudianimamah Al-
Husain Asy-Syahid (w. 61 H). Menurutnya, setelah kematian Al-Husairy
mereka terpecah belah menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok
yang menyatakan tidak ada imam lagi sesudahnya, dan tidak boleh lagi
muncul imam setelah ketiga imam itu. Bukan untuk mengajarkan manusia
persoalan agama, melainkan unfuk menunfut balas dan membunuh musuh-
musuh mereka. Abu Khalaf berkata, "Inilah makna kemunculan Al-Mahdi
dalam pandangan mereka. /'1e4
1992 Lihat: Abu Khalaf Al-Asy'ari, Al-Maqalat wa Al-Firaq, hlm. 30-40. Selanjutnya,
bandingkan dengan yang disebutkan oleh Imam Abu Al-Hasan Al-Asy'ari tentang
Al-Kaisaniyah yang mereka jadikan satu di antara sepuluh kelompok. Maqalat Al-
lslamiyyin, 1 /91-97.
1.993 Abu Khalaf Al-Asy'ari, Al-Maqalat uta Al-Firaq, hlm. tM - 45.
1994 lbid,hal.71.
948 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Jika As-Sabaiyah berhenti pada Imam Ali dan tidak membolehkan
imamah pada siapapun sesudahnya, sedangkan Al-Kaisaniyah berhenti
pada putranya-Muhammad-, maka mereka berhenti pada Imam Al-
Husain. Merekalah kelompok ketiga.
Selain ketiga kelompok tersebut di kalangan Syiah Al-Alawiyah ada
kelompok yang menetapkan Imamah sesudahnya bagi putra Al-Husain,
yaitu Ali Zainal Abidin As-Sajjad (w. 94 H), kemudian bagi putranya,
Abu Ja'far Muhammad Al-Baqir (w. 114 atau 117 H). Al-Baghdadi dan
Abu Al-Muzhaffar Al-Isfirayini menuturkan sebuah kelompok bernama
Al-Baqiriyah, yang mengklaim bahwa dialah Al-Mahdi Al-Muntazhar.
Menurut Asy-Syahrastani, yang menetapkan imamah Al-Baqir adalah
kelompok yang berhenti padanya.les Akan tetapl Abu Khal# Al-Asy'ari Al-
Qummi dari Syiah Imamiyah dan Abu Al-Hasan Al-Asy'ari dari kalangan
Ahlu Sunnah sama sekali tidak menyinggung demikian. Keduanya sepakat
bahwa beberapa kalangan yang menetapka imamah Al-Baqir, mengklaim
bahwa setelah itu ia mewasiatkannya pada Muhammad bin Abdullah bin
Al-Hasan bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Pun, bahwa Muhammad bin
Abdullah yang dikenal dengan an-nafsu az-zakiyah f iwa yang suci), adalah
Al-Mahdi yang akan muncul, tidak mati dan tidak terbunuh. Sebagian dari
mereka adalah pengikut Al-Mughirah bin Sa'ad yang mengklaim Al-Baqir
telah berwasiat kepadanya hingga kemunculan Al-Mahdi Muhammad bin
Abdullah bin Al-Hasan an-nafsu az-zakiyah.
Seluruh yang menetapkan imamah bagi Al-Baqir, selanjutnya
menetapkan imamah bagi putranya, Abu Abdullah Ja'far Ash-Shadiq (w.
148 H).1% Di antara mereka yang menetapkan I mamahbagSJa'far As-Shadiq,
1995 Lihat: Al-Baghdadi, Al-Farqu bayna Al-Firaq, hlm. 45; Al-Isfirayini, At-Tabshir, hhn.
36-37 , Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, 7 / L47 .
1996 LihatAbu Khalaf Al-Asy'ari Al-Qummi, Al-Maqalatwa Al-Firaq,Nm.76-78; dan Abu
Al-HasanAl-Asy'ari,Maqalat Al-lslamiyyin,l/98-99. Perhatikan, temyataAbu Khalaf
Al-Qummi menyebutkan kelompok Al-Manshuriyah sebagai yang keterlaluan (hlm.
46-50). Sebab, kendati Abu Manshur mengklaim bahwa Al-Baqir telah menyerahkan
urusan kepadanya dan mewasialkanimama/r kepadanya sepeninggalnya, selanjutnya
ia mengklaim bahwa para imam, mulai dari Ali hingga Al-Baqir adalah para Nabi
dan Rasul. Setelah mereka, ia pun adalah Nabi dan Rasul. Oleh karena itu, ia tidak
menyebut mereka di dalam Syiah Al-Alawiyah. Akan tetapi, pembicaraan Abu Al-
Hasan Al-Asy'ari tentang kelompok yang keterlaluan dan Imamiyyah itu tidak ada
bedanya. Maka, ia pun mendudukan Al-Manshuriyah sama dengan para pengikut
Al-Baqir.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 949
ada yangberhenti padanya danmengklaimbahwa ia akan senantiasa hidup,
tidak mati dan tidak akan pemah mati hingga kemunculan Al-Mahdi. Mereka
meriwayatkan darinya bahwa ia berkata, "Jika kalian melihat kepalaku
digelindingkan dari atas gunung pada kalian, maka janganlah kalian
percaya. Sesungguhnya aku ini adalah sahabat kalian." Dan ia berkata,"Jika
seseorang datang pada kalian dan mengaku merawatku, memandikanku,
mengkafaniku, dan menguburkanku, maka janganlah kalian Percaya.
Sesungguhnya aku ini adalah sahabat kalian, pemilik pedang." Abu Khalaf
berkata, "Kelompok ini diberi nama An-Nawusiyah. Nama itu diambil dari
pemimpin mereka, yaitu Fulan bin An-Nawusiyah."1997
Di antara yang menetapkan imamahbagiJa'far Ash-Shadiq adalah
kelompok yang mengklaim ia berwasiat pada putranya, Ismail. Dan,
seorang imam tidaklah berbicara selain kebenaran. Maka, mereka pun
tidak percaya informati kematiannya. Mereka mengklaim Ismail tetap
hidup hingga menguasai dunia dan menyelesaikan persoalan manusia.
Abu Khalaf berkata, "Kelompok ini adalah Al-Ismailiyah yang murni."1ee8
Di antara mereka ada pula yang menetapkan imamah setelah Ja'far
Ash-Shadiq kepada putranya, meskipun hanya bertahan hidup tujuh
hari setelah kematian ayahnya, dan tidak meninggalkan anak laki-laki.
Namun, di antara mereka ada pula yang menafikan imamah baginya
semaia hidup, melainkan menetapkanimamnhbagi saudaranya, Musa Al-
Kazhim. Di antara mereka ada yang menafikan imamah semasa hidupnya,
dan bergabung dengan para pengikut Al-Kazhim. Dan, di antara mereka
ada yang berhenti pada Abdullah, dan mengatakan imamah terputus
sesudahnya. Dalam pengertian, tidak ada imam lagi setelah kematiannya.lry
Selanjutnya, Abu Khalaf berbicara mengenai Al-Waqifah (yang
berhenti) pada Al-Kazhi