Ekslopedi aliran Mazhab 18

 


kaki. Mereka pun pergi membawa Hajar Aswad dan

harta benda yang dirampas dari jamaah haji. Untuk kembali ke Hijr, mereka

menempuh jalan di sebelah timur lazirahArabia. Dan, Hajar Aswad tidak

lagi berada di tempatnya, melainkan tertawan oleh kaum kafir di kota Hijr

selama dua puluh dua tahun. Allah takdirkan batu mulia itu kembali ke

1466 Adz-Dzahabi, Siy ar A' lam An-N ubala', 15 / 321 -

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 713

L-_

tempat semula, setelah intervensi Dinasti Fathimiyyah pada tahun 339

H/951, M. Qaramithah berkata, "Kami mengambilnya dengan perintah,

dan mengembalikannya dengan perintah." Pernyataan ini dimaksudkan

untuk menjustifikasi sikap mereka selama ini di hadapanpara Pengikutnya,

sekaligus menyamarkan penyelewengan di mata khalayak y ang lalai.1a67

Bencana besar yang ditimpakan Qaramithah terhadap umat Islam di

bulan dan tempat yang suci pada masa lalu seharusnya tidak boleh terjadi.

Di sini kita bentangkan untuk kita kaji guna mengetahui poin inti di balik

peristiwa ini. Tidak diragukan lagi, peristiwa ini bermotifkan konsep

pengkafiran dan kriminal.

Hal pertama yang perlu dipastikan, peristiwa ini masih ada hubungan-

nya dengan kekejian Qaramithah terhadap jamaah haji di Baitullah

sebelumnya. Sebagaimana dipaparkan di depan, berulangkali kita saksikan

serangan mereka yang bertubi-tubi terhadap jamaah haji, musim demi

musim, dan tahun demi tahun. Ini menandakan bahwa mereka memang

sudah merencakanan dengan sengaja. Menyusun rencana yang tujuan

akhirnya adalah untuk menghentikan haji ke Baitullah di Makkah Al-

Mukarramah, sebagaimana diwajibkan kepercayaan mereka yang keliru,

yang ada dalam buku mereka yang telah dibahas di bagian awal kajian ini.

Upaya Qaramithah untuk menghentikan aktivitas haji danmencegah

umat Islam menunaikan manasik, diimplementasikan dalam bentuk

intimidasi dan ancaman. Bahkary tidak segan-segan menghabisi nyawa

setelah merampas harta benda mereka. Inilah langkah awal untuk mencapai

tujuan akhir mereka (menghentikan aktivitas haji umat Islam ke Baitullah).

Dan, itu mereka lakukan selama beberapa tahury sebagaimana telah kita

bahas di depan. Namun, ternyata mereka mendapati pendirian umat Islam

tetap teguh untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah setiap tahunnya.

Mereka tetap datangke Baitullah di Makkah, tidakpeduli denganperampok

yang biasa menghadang mereka dari kalangan Qaramithah. Bahkan,

kendati mereka harus bertaruh nyawa demi menaati perintah Allah $6 dan

menjalankan syariat-Nya.

1467 IbnulAtstr,Al-Kamil,8/207-208,486,Ad2-Dzahabi,SiyarA'lamAn-Nubala',16/274-275;

Ibnu Katsir, AIB i day ah w a An-N ihay ah, 15 / 204-205.

714 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

Karena menilai langkah pertama mereka gagal, Qaramithah membera-

nikan diri untuk melaksanakan langkah kedua, yaitu menyerang langsung

Baitullah di musim haji yang menggugurkan 3000 jiwa melayang jadi

korban. Mungkin sikap beringas ini, termasuk terhadap Ka'bah, mereka

harap dapat menghunjamkan rasa takut di hati umat Islam untuk datang

ke Makkah menunaikan manasik haji di tahun-tahun berikutnya.

Indikasi yang lain terkait masalah ini adalah sikap orang-orang

Fathimiyyah di negara-negara Maghribi terhadap kebrutalan Qaramithah.

Kala peristiwa ini terjadi, Dinasti Fathimiyyah terbilang baru. Usianya

belum genap dua dasawarsa. Upaya-upaya persuasif terhadap umat

Islam masih gencar mereka lakukan, agar mendapat penerimaan dan

dukungan untuk menghadapi Dinasti Abbasiyyah di kemudian hari.

Ketika khalifah Fathimiyyah memberitahukan kepada khalayak mengenai

hubungannya dengan Al-Qaramithah sebagai sesama Syiah bathiniyah,

berita penyerangan jamaah haji dan Baitullah tentu membuatnya terhenyak.

Terbayang oleh mereka bahwa Daulah Fathimiyyah akan terkena getahnya,

dan itu sangatlah berpengaruh bagi dakwah dan masa depan dinastinya.

Maka, ia pun segera menulis surat kepada Abu Thahir Qurmuthi, menolak

semua itu. Bahkan, mencela dan melaknatnya. Ia berkata, "Tindakanmu

itu menjadikan Syiah dan para penyeru dinasti kita dicap kafir. Jika tidak

mengembalikanyang kamu ambil dari Makkah dan jamaah haji, termasuk

Hajar Aswad dankiswahke tempabrya semula, maka aku berlepas tangan

darimu di dunia dan akhirat."lffi

Terkait peristiwa tahun 327 H / 938 M, Al-Hafizh Ibnu Katsir menutur-

kan, "Haji dari Irak sudah sepuluh tahun vakum, mulai tahun 3L7 H sampai

tahun ini. Lantas, Asy-Syarif Abu Ali Umar bin Yahya Al-Alawi-yang

sangat dicintai karena keberanian dan kemuliaannya-meminta kepada

Qaramithah agar mereka bisa melaksanakan ibadah haji. Setiap satu onta

dikenakan lima dinar, dan setiap binatang pengangkut barang dikenakan

tujuh dinar. Maka, orang-orang pun bisa menunaikan ibadah haji di tahun

ini dengan syarat tersebut."16e

1468 Ibnul Atsir, AI-IGmil, 8/ 208.

1469 Ibnu Katstr , Al-Bidayah wa An-Nihryah, 75 / 770 .

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lstam 715

Pernyataan ini sangatlah bernilai, karena ini menyingkap kebenaran

bahwa penyerangan ke Baitullah dan jamaah haji pada tahun 317 H itu

berakibat fatal terhadap berhentinya kafilah haji dari Irak dan Masyriq selama

sepuluh tahun. Selain itu, menyingkap bahwa dominasi Qaramithah di jalan

bersifat tegas. Tak seorang pun bisa melintas kecuali atas izin mereka, atau

kesepakatan membayar sejumlah uang, dan atau atas permintaan seseorang

yang mereka terima. Begitulah, Qaramithah menjadi kekuatan berpengamh

yang sangat diperhitungkan dalam berbagai peristiwa. Terlebih kala itu

Dinasti Abbasiyah lambat laun melemah. Kekuasaan dan kewibawaannya

jatuh terpuruk sangat jauh.

Abu Thahir diklaim sebagai pemimpin Qaramithah paling kua! paling

lama berkuasa, dan paling berbahaya bagi penguasa dan kewibawaan

Dinasti Abbasiyah. Bahkan, paling berbahaya bagi umat Islam secara umum/

khususnya jamaah haji yang akan datang ke Baitullah di Makkah.

Namun lambat laun pula, keadaan Qaramithah mulai melemah.

Perselisihan terjadi di level pemimpin, sebelum pemimpin besar mereka,

Abu Thahir, meninggal dunia. Ini menjadi sinyal kelemahan dan kekuasaan

mereka akan segera berakhir. Abu Thahir Sulaiman bin Abi Sa'id Al-Hasan

bin Bahram Al-Jannabi Qurmuthi meninggal dunia pada tahun 332H/9M

M dalam usia 83 tahun. Selanjutnya, kepemimpinandipegangbersama oleh

ketiga saudaranya; Abu Al-Fadhl Al-Abbas, Abu Al-Qasim Sa'id, dan Abu

Ya'qub Yusuf. Selain itu, mereka menunjuk tujuh menteri, yang bertugas

mengatur Qaramithah di bawah pengawasan mereka langsung.1a7o

Pada tahun 339 H/951, M., Qaramithah mengembalikan Hajar

Aswad ke tempatnya semula di sisi Ka'bah. Ketiga pemimpin Qaramithah

mengirimkan sepucuk surat bersama Hajar Aswad itu, yang berbunyi, "Kami

mengambil batu ini dengan perintah, dan kami pun mengembalikannya

dengan perintah dari seseorang yang memerintahkan kami untuk

mengambilnya, agarhaji dan manasik kalian sempuma." Entah apa maksud

dari pernyataan ini, selain tafsir atas perilaku mereka yang menyerang

umat Islam dan menjadikan mereka sedih ketika mereka mencabut Hajar

Aswad dari salah satu sisi Ka'bah sejak dua puluh dua tahun yang silam.

L470 Ibnul Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh, 8 / 351,-352, 41.5-41.6; Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-

N ihayah, 15 / 158, Ibnu Tughri Bardi, An-Nujum Az-Zakhirah, 3 / 224, 281..

716 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

Kemudian di hari itu mereka mengembalikannya tanpa sebab yang jelas.

Tentu ini membutuhkan penafsirary yang kami yakini merujuk pada dua

alasan, yaitu melemahnya Qaramithah secara internal dan intervensi

Dinasti Fathimiyyah.

Apapun itu, yang jelas hal ini menjadikan umat Islam bersukacita.

Mereka sangat bergembira, dan melihat kesudahan yang baik, yaitu

berhentinya penyiksaan jamaah haji di masa-masa mendatang. Selain

itu, wilayah-wilayah umat Islam-yang biasa menjadi panggung aksi

kebrutalan Qaramithah-mulai menyongsong era baru yang dipenuhi

ketenangan dan keamanan. Mereka dapat berjalan di bumi Allah tanpa

rasa takut dari ancaman dan pembunuhan.

Akan tetapi, di tahun ini lembaran Qaramithah sama sekali belum

ditutup secara keseluruhan. Kepemimpinan mereka diserahkan kepada

salah satu cucu Abu Sa'id Al-Jannabi, yaituAl-Hasan-atau Al-Husain-bin

Ahmad bin Abi Sa'id,yangdiberi gelar Al-A'sham atau Al-A'sam. Di masa

kepemimpinannya, Qaramithah berhasil menginfiltrasi hingga ke wilayah

Syam, karena sedari dulu mereka memang sudah memiliki pengikut di

daerah As-Samawah. Para pemimpin Al-Ikhsyidiyyah di sana mengajak

berdamai, dengan imbalan 300.000 dinar setiap tahun, asal Qaramithah

tidak mengganggu mereka.

Dinasti Fathimiyah berhasil menguasai Mesir, kemudian Syam,

setelah menumpas sisa-sisa Dinasti Al-Ikhsyidiyyah pada tahun 358

H/969 M. Pihak Al-Ikhsyidiyah lari ke Hijr, menemui Qaramithah dan

memperdaya mereka untuk memerangi Dinasti Fathimiyyah di Syam.

Ternyata, Qaramithah menyambut hasudan itu. Mereka pun berangkat ke

Syam untuk memerangi Dinasti Fathimiyyah. Konon, Dinasti Abbasiyyah

juga memperkuat Qaramithah dalam peperangan itu, dengan memberikan

bantuan senjata dan harta benda.

Begitulah hubungan antara Abbasiyah dengan Qaramithah, yang

sebelumnya musuh kini menjadi sekutu. Sebab, kini mereka menghadapi

satu musuh yang sama. Hal sebaliknya terjadi di pihak lain, antara

Qaramithah dengan Fathimiyah, yang sebelumnya diwarnai cinta dan

pertemanan hingga tahun 358 H/969 M. Terlebih mereka memiliki

pondasi akidah dan pemikiran yang berdekatan, iugu tujuan yang sama

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 717

di hadapan Dinasti Abbasiyah. Keadaan telah berubah, kepentingan pun

berganti, terutama ketika penguasa Fathimiyah di Syam menghentikan

upeti tahunan yang cukup besar (senilai 300.000 dinar), yang sebelumnya

didapat Qaramithah dari Al-Ikhsyidiyun. Oleh karena itu, yang kemarin

menjadi sekutu, sekarang menjadi musuh. Dan, karena itu pula, peperangan

di antara dua kubu ini tak bisa dihindari.

Pada tahun 360 H/971, M, Qaramithah bergerak dari Ahsa' dan

Bahrain di bawah pimpinan Al-Hasan Al-A'sam menuju Syam. Dalam

perjalan ke sana, mereka melewati Kufah. Sesuai kesepakatan dengan

dinasti, mereka mengambil senjata dan harta benda di sana, sebagai bekal

untuk berperang melawan Fathimiyah. Mereka meneruskan perjalanan

menuju Damaskus. Mengetahui keberadaan mereka, gubernur Damaskus

dari kalangan Fathimiyah (Ja'far bin Falah) tidak terlalu menggubrisnya.

Bahkan, sama sekali tidak bersiap untuk perang. Tanpa disangka-sangka,

mereka menyerang Damaskus, lalu membunuhnya. Selain itu, mereka

menguasai harta, senjata, dan binatang tunggangan. Bahkary menguasai

kota. Selanjutnya, mereka menuju kota Ramlah dan mendudukinya, juga

kota dan beberapa desa lainnya di sekitar Ramlah dan Damaskus. Setelah

itu, mereka mengepung Fathimiyah di kota Yafa, lalu bergerak menuju

Mesir untuk menguasainya. Tidak sedikit bangsa Arab dan tentara Al-

Ikhsyidiyun yang bergabung dengan mereka.

Di Ainus Syams, pasukan Qaramithah dan sekutunya terlihat sangat

besar. Pemimpin pasukan Fathimiyah, Jauhar Ash-Shaqali, keluar bersama

tentaranya. Beberapa peperangan terjadi di antara kedua belah pihak,

mayoritas dimenangkan oleh Qaramithah. Akan tetapi, Arab yang bersekutu

dengan Qaramithah menuai kekalahan di babak-babak terakhir. Maka,

pasukan Jauhar menyerang Qaramithah, lalu mencerai-beraikannya. Markas

mereka diduduki. Tak pelak, mereka terpaksa menarik mundur pasukannya

dan kembali ke Syam. Peristiwa itu terjadi pada tahun 367H/972M.14n

Dua tahunberselang, pada tahun 363H/974M, peperangan di antara

Fathimiyah dengan Qaramithah kembali terjadi. Al-Mu'iz li Dinillah Al-

142 Ibnul Atsir, Al-IQmil, 8/ 674-676; Ibnu Khilkan Wafayat Al-A'yan, 7/361., 2/L49; Ibnu

Katsr, Al-Bidoyah wa An-Nihoyah,75/327; Ibnu Tughri Bardi, An-Nujum Az-Zahirah,

4/58 -s9.

718 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Fathimiy sudah tiba di Mesir-dari Maroko-pada tahun sebelumnya.

Ia menetap di ibukota Dinasti Fathimiyah yang baru (Kairo). Tiba-tiba ia

mendapatkan informasi bahwa Qaramithah di bawah pimpinan Al-Hasan

Al-A'sam hendak menyerang Mesir lagi. Segeralah Khalifah Fathimiyyah

mengirimkan surat yang panjang lebar kepada pemimpin Qaramithah' Di

dalam surat itu ia berbicara tentang keutamaan dirinya, juga keutamaan

nenek moyangnya. Pun bahwa dakwahnya sama dengan dakwah

Qaramithah. Pun bahwa pemimpin sebelum Al-A'sam menyatakan loyal

pada Dinasti Fathimiyah. Setelah itu, ia mengancarnnya dan berjanji akan

bersikap buruk, jika ia tidak menyerahkan diri kepada Al-Mu'iz dengan

tunduk dan patuh. Al-Qurmuthi membalas surat tersebut dengan ringkas;

"suratmu yang banyak penjelasannya, tetapi sedikit hasilnya, sudah

sampai. Setelah ini, kami akan berangkat kepadamu.Wassalam."

Qaramithah tetap berangkat ke Mesir bersama sejumlah penduduk

Arab yang menolak Fathimiyah. Mereka pun berkumpul di Ainus

Syams,lalu tersebar ke penjuru wilayah, melancarkan intimidasi kepada

masyarakat. Al-Mu'iz sempat gentar melihat iumlah musuh yang

sangat banyak. Ia kemudian mengajak musyarawah sahabat dan para

penasehatnya. Mereka mengusulkan sebuah trik, juga usaha keras untuk

memecah belah Al-Qaramithah dan sekutunya. Sebagai eksekutor, mereka

membujuk Hassan bin Al-Jarrah Ath-Tha'i dengan janji imbalan 100.000

dinar, untuk berkhianat kepada Al-Hasan Al-A'sam di tengah peperangan.

Ia pun mengiyakan. Alhasil, Al-Qaramithah berhasil dipatahkan. Mereka

berlarian dikejar-kejar pasukan Fathimiyah. Sebagian dibunuh dan sebagian

yang lain ditawan. Mereka yang lari baru berhenti setibanya di markas

mereka di Al-Ahsa' dan Bahrain. Akibatnya, Al-Qaramithah berhasil

dibersihkan dari Syam yang tunduk pada Dinasti Fathimiyah, meskipun

keadaan sempat tidak terkendali untuk beberapa lama.1a72

Sejak peristiwa itu, Qaramithah mulai melemah dan perlahan-lahan

hilang. Lambat laun, keberadaan mereka hanya tersisa di markas mereka,

yaitu At-Ahsa' dan Bahrain. Peran mereka dalam beragam peristiwa mulai

tidak terasa, tidak seperti sebelum-sebelumnya.

1.472 lbmtl Atsir, Al-Kamil, 8 / 638-639; Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, 5 /346-347 .

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 719

Pada tahun 366 H/976 M, Al-Hasan bin Ahmad bin Abi Sa'id Al-

Husain bin Bahram Al-jannabi - yang diberi gelar Al-A'sham - meninggal

dunia. Sepeninggalnya, Qaramithah dipimpin oleh majelis yang terdiri dari

enam orang sesepuh. Sudah tidak ada lagi di antara mereka sosok yang

kuat, yang dapat memegang kendali mereka menuju kebinasaary seperti

yang telah berlangsung selama 90 tahun ini. Itulah akhir dari Qaramithah.

Pada tahun 375 H/985 M, keberadaan mereka benar-benar telah punah

di Al-Ahsa', Bahrain, dan Hijr. Dunia Islam pun terbebas dari salah satu

kendala yang sangat membahayakan.

Dan, hanya Allah jualah yang mengatur kesudahan segala sesuatu.

Pandangan-pandangan Qaramithah

Menurut mayoritas teolog kalam dan pakar sejarah aliran, Qaramithah

tumbuh dari Syiah Bathiniyyah dan menjadi salah satu cabangnya. Hal itu

terlihat dalam pernyataan Abdul Qahir Al-Baghdadi, "Kemudian muncullah

sosok yang menyerukan ajaran Bathiniyyah bemama Hamdan Qurmuth...

dary kepadanyalah dinisbatkan nama Qaramithah."1a73

Selain itu, mereka menyebutnya Dahriyyah dari kalangan zindiq,karena

Qaramithah berpandangan alam ini etemal (abadi), juga mengingkari Rasul

dan seluruh syariat.laTa Hal itu dibuktikan dengan kandungan Kitab As-

Siyasah wa Al-Balagh Al-Akyad wa An-Namus Al-A'zham/ yar.g ditulis oleh

Ubaidillah bin Al-Husain Al-Qairuni kepada Sulaiman bin Al-Husain bin

Sa'id Al-Jannabi, sebagaimana telah diisyaratkan di depan.

Melalui tulisan ini dapat disimpulkan bahwa mereka mengingkari Hari

Kiamat dan siksa. Pun bahwa yang disebut surga itu adalah kenikmatan di

dunia, sedangkan siksa adalah melaksanakan shalat dan puasa.

Selain itu, mereka juga mengingkari mukjizat, turunnya malaikat

dari langit untuk membawa wahyu, perintah, dan larangan. Yang disebut

malaikat menurut penafsiran mereka adalah para juru dakwah mereka,

sedangkan yang disebut setan adalah para pengingkarnya. Mereka

menyebut Nabi itu adalah orang yang gila jabatan, lalu menipu khalayak

1.473 Al-Farq bayna Al-Firaq, hlm. 282, Dar At-Turats.

1.474 lbida,hal.294.

720 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

dengan mitos dan argumentasi agar memperoleh jabatan dari mengaku-

ngaku sebagai Nabi.147s

Sebagaimana dituturkan Ahmad bin Yahya Al-Murtadha, mereka

sebenamya mengklaim tidak beragama.1a75 Selanjutnya, mereka menyebut-

kan alasan di balik penamatln mereka, yaitu:

Al-Bathiniyah: karena mereka mengklaim setiap yang zhahir

mempunyai sisi bathin.

Qaramithah: dinisbatkan pada seseorang yang bernama Qurmuth.

Al-Mazdakiyah: dinisbatkan kepada Mazdak, karena Mazdakiyah

dekat dengan animisme.laz

Dary mereka juga mengatakan-sebagaimana dituturkan oleh Ibnu

Al-Murtadha-dua pangkal dan dua sisi, yaitu dulu dan yang akan

datang. Selain itu, mereka menyuarakan ath-thab'z (kepastian), daripada

memperluas takwil. Maka, mereka mengingkari syariat, baik secara global

maupun terinci. Ular Musa adalah hujjahnya, sedangkan awan adalah

perintahnya. Mereka menolak Isa dengan burung gagak, melainkan lambang

untuk mengambil ilmu dari selain imam. Menghidupkan orang mati

melambangkan ilmu. Menyemburnya air dari sela-sela jari melambangkan

banyaknya ilmu. Terbitnya matahari dari barat melambangkan keluarnya

imam. Al-Qiyamah (I{ari Kiamat) adalah hari bangkitnya imam. Al-Ma'ad

(tempat kembali) adalah kembalinya segala sesuatu ke asalnya, yaitu empat

unsur. Dan, al-janabah adalah munculnya ilmu bukan pada ahlinya.1a78

Selain itu, mereka berpandangan, nash kepada Ali W, iuga

perpindaha n imamah kepada Al-Hasan dan Al-Husairu hingga Muhammad

bin Ismail bin Ja'far yang mereka yakini tetap hidup dan tidak mati hingga

menguasai dunia, karena dialah Al-Mahdi.1a7e

Al-Qadhi Abdul Jabbar Al-Hamdani memperjelas dengan menurunkan

khutbah salah seorang pemimpin mereka yang mengatakan, "Wahai

1.475 lbid,hal 294.

1476 Al-Murtadha:Ahmadbn\ahya,Al-MunabbihwaAl-AmalfiSyarhAl-MilalzoaAn-Nihal,

hlm. 98, Mu'assasa Al-Kutub Ats-Tsaqafiyyah.

Ibid.

Ibid, hal.22.

Al-Qadhi Abdul Jabbar Al-hamdani, Tatsbit Dala'il An-Nubuwwah,2/386, Dar A1-

Arubah.

1.477

't478

t479

!--

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 721

sekalian manusia, sesungguhnya kami masuk ke dalam diri kalian sesuai

keinginan kalian. Sesekali Muhammad, sesekali Ali, sesekali Ismail bin

Ja'far, sesekali Muhammad bin Ismail, dan sesekali Al-Mahdi. Semua

itu tidak benar. Kami dan para pendahulu kami telah merahasiakannya

selama enam puluh tahun. Hari ini kami sampaikan. Inilah Tuhan kami

dan Tuhan kalian, Rabbkami danRabb kalian. ]ika Dia menyiksa, itu benar.

Dan, jika Dia memaafkan, tentulah karunia-Nyu." Dan, mereka melaknat

para penentangnya.la8o

Para penulis modern memasukkan Qaramithah ke dalam gerakan

perlarvanan (harakah an-nidhal) dan pemikir pembaruan (ashhab al-fikr

al- ishlahi). Banyak sebutan yang disandangkan kepada mereka, yang

mengangkat derajat mereka.lsl Padahal, mereka sejatinya adalah kelompok

yang suka menumpahkan darah, menolak syariat dan agama, sebagaimana

yang kita saksikan dalam sejarah perjalanan hidup mereka.

Hanya Allah jualah yang mengatur kesudahan segala sesuatu.

Dr. Muhamamd labr Abu Sa'dah

Al-Hasan Al-Asy'ari, Maqalat lslamiyyin, 1/101, An-Nahdhah Al-Mishriyyah. Lihat

juga: AlMawsu'ah Al-Falsafryyah Al-Arabiyyah, Ma'had Al-Inma' Al-Arabi, 1988 M.

Al-Mautsu'ah Al-Ealsafiyyah Al-Arabiyyah, juz kedua, hal 1076, Ma'hadul Inma' Al-Arabi,

1988 M.

722 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

1480

1481

1|!.:i:I !:t:tSi:it':

OALANDARIYAH

QALANDAR[YYAH, artinya Al-Muhallifun (Orang-orang yang Bersumpah).

Sebuah kelompok yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad Yunus, atau

yang akbrab dipanggil Jamaluddin As-Saji atau As-Sawi. Dialah pendiri

kelompok yang berdiri di Syam ini. Ia datang ke Mesir pada abad ke-7

Hijriyah/ke-1,3 Masehi, dan meninggal dunia di kota Dimyath. Di masa

pemerintahan Al-Mamluki,i42 pengikutnya tersebar di Mesir dan Syam.

Mereka punya ruangan kecil (zawiyah) di Damaskus, yang diidentikkan

dengan mereka, yaitu Az-Zawiyah Al-Qalandariyyah Ad-D arknziniyyah.las3

Terkait "ruangan kecil" ini, An-Na'imi menuturkan bahwa Syaikh

]amaluddin As-Saji, syaikh kelompok Qalandariyyah, datang ke Damaskus

untuk membaca Al-Qur'an dan mencari ilmu. Tinggallah ia di gunung

Thasiyury lalu berzuhud dan tinggal di zawiyah Syaikh Utsman Ar-Rumi'

Untuk beberapa lama ia shalat di belakang Syaikh Utsman tersebut.

Selanjutnya, ia cenderung memilih zuhud, lalu berpaling dari dunia. Ia

meninggalk Nr zawiyahitu, kemudian tinggal di kuburan Al-B ab Ash-Shnghir,

dekat letak kubah yang dibangun untuk para pengikutnya. Untuk sementara

waktu ia tinggal di kubah Zainab binti Zainal Abidin &.,berkumpul dengan

Al-Jalal Ad-Darkazni dan Syaikh Utsman Kuwhi Al-Farisi. Selain itu, As-

Saji mencukur jenggot dan kedua alisnya, lalu diikuti para pengikutnya.

Itu terjadi pada tahun 620H/1223 M. Setelah itu, ia mengenakan pakaian

dari bulu. Ketika dicari oleh teman-temannya, yaitu para pengikut Utsman

1482 Adam Shabirah, Al-Faqr wa Al-lhsan f Mishr Ashr Al'Mamalik, hlm 52, diterjemahkan

oleh Qasim Abduh Qasim, Al-Majlis Al-A'la li Ats-Tsaqafah, Kairo, tahun 2003 M.

1483 An-Na'imi,Ad-Daisf TaikhAl-Madaris, hal. 209-212,di-tahqiqolehla'far Al-Husaini,

Nasyr Al-Majma' Al-'Ilmi, Damaskus, tanpa tahun.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 723

rer

Al-Kuwhi, ia didapati berada di kubah dalam keadaan seperti itu. Mereka

mengeritik dan menyalahkannya, tetapi alih-alih menjawab, ia bersikukuh

dengan keputusannya. Setelah itu, ia terkenal, dan pengikutnya yang

mencukur seperti dirinya semakin banyak.

Selanjutnya, ia pergi ke Dimyath. Masyarakat di sana menolak keadaan

dan cara berpakaiannya. Menurut para pengikutnya, jika dikritik, ia akan

diam sesaat. Lalu apabila ia mengangkat kepala, ia serupa dengan sesuatu

yang putih besar. Mereka pun kemudian mempercayainya. Tidak sedikit

yang meniru keadaannya. Ia meninggal dunia di Mesir, tePatnya di kota

Dimyath, pada tahun 630H/1232M. Kuburannya di sana cukup terkenal.

Di sana diperlihat beberapa buku tulis.yang berisi tafsir Al-Qur'an yang

ditulis dengan tangannya sendiri.le

Dalam Maw su' ah Mushthalahat At-T ashawwuf Al-lslami disebutkan

bahwa Qalandariyyah adalah kaum yang memiliki kebaikan hati

melewati batas hingga keluar dari kebiasaan. Mereka melemparkan

gagasan pentingnya mengindahkan adab majelis dan pergaulan. Dan,

mereka bergantung pada kebaikan hati. Oleh karena itu, puasa mereka

terbilang sedikit, begitu pula shalat hanya yang wajib saja. Mereka tidak

mengindahkan kemewahan duniawi, termasuk yang diperbolehkan oleh

rukhshah (keringanan) syariat. Mereka memperhatikan rukhshnh, tetapi tidak

mengejawantahkannya. Selain itu, mereka meninggalkan dzikir. Mereka

tidak berpenampilan seperti para petapa atau pezuhud kebanyakan. Bagi

mereka, cukuplah dengan kebaikan hati bersama Allah. Tak ada uPaya

untuk mendapatkan lebih dari itu semua, selain kebaikan hati.ia8s

Kelihatannya, pemikiran ini diambil dari As-Sahrawardi. Dalam Kitab

Atnarif Al-Ma'arif bab kesembilan berujudul dzikru man intama ila Ash-

Shufiyyah wa laysa minhum,ia membedakan antara Qalandariyah dengan

Mulamatiyyah. Menurutnya, di antara mereka ada yang mengaku-ngaku

Sufisme, padahal bukan. Yaitu, kaum yang terkadang menyebut diri mereka

Qalandariyyah, tetapi terkadang pula menyebut mereka Mulamatiyyah.

Lilnat ibid. Lihat juga: Al-Muqrizi, Al-MaqfaAl-Kabir, juzYll, hlm.522-523, Nasyr Dar

Al4harbi Al-Islami, Beirut, 1.991. Lihat juga: Ibnul fauzi, Taikh Al-lauzi Al-Muntazham,

juz II, hal 210.

Dr. Rafiq Al-Ajm,Mawsu'ahMushthalalut At-Tashmtwuf Allslami,hdrr..210, Maktabah

Libanon Nasyirun, Beirut, 1999.

724 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

Terkait keadaan Mulamatiyyuh, ia berkata, "Baik dan terhormat, berPegang

pada sunnah dan ntsar,serta mengimplementasikannya dengan ikhlas dan

kejujuran. Tidak seperti anggapan sebagian orang." Lebih lanjut ia berkata,

"Adapun Qalandariyah, mengisyaratkan kaum yang dimabuk kebaikan hati,

hingga menghancurkan kebiasaan dan melemparkan keterikatan dengan

adab majelis dan pergaulan. Mereka hanya berjalan di medan kebaikan

hati. Oleh karena itu, amal puasa mereka terbilang sedikit, shalat sekadar

yang wajib saja, dan mereka tidak mengindahkan kenikmatan duniawi dari

segala yang diperbolehkan olehrukhshah syariat. Mungkin mereka hanya

mengindahkan rukhshah, tetapi tidak mengejawantahkannya. selain itu,

mereka menghindari menabung, menimbury dan memperbanyak. Akan

tetapi, mereka tidak juga berpenampilan seperti para pezuhud dan'abid.

Cukuplah bagi mereka kebaikan hati bersama AllatU tidak ada keinginan

untuk mendapatkan lebih dari kebaikan hati."

Selanjutnya, ia menjelaskan perbedaan di antara kedua kelompok

itu. Ia berkata, "Perbedaan seorang Qalandari dengan Mulamati adalah;

Mulamati itu menyembunyikan ibadah, sedangkan Qalandari itu

merobohkan kebiasaan. Mulamati berpegang pada seluruh pintu kebajikan

dan kebaikan, tetapi menyembunyikan amal dan keadaannya dengan

berpenampilan sebagaimana khalayak umum, baik dalamhal berpakaian,

gerak-gerik, dan persoalannya. Namun, ia masih punya keinginan untuk

mendapatkan lebih. Maka, ia berusaha keras dalam setiap yang bisa

mendekatkan hamba dengan Tuhannya. sementara itu, Qalandari tidak

terikat oleh penampilan tertentu, tetapi tidak memedulikan keadaannya

diketahui khalayak atau tidak, serta tidak mencari selain kebaikan hati.

Itulah modal utama mereka."

As-Sahrawardi terus berbicara mengenai konsep Sufisme yang

sesungguhnya dalam pandangan dia, pun tentang siapa saja yang keluar

dari konsep ini.

Seorang Sufi menempatkan segala sesuatu pada temptanya, mengatur

waktu dan keadaan dengan ilmu, menegakkan kebenaran pada tempahrya,

menegakkan urusan makhluk pada tempatnya, menyembunyikan yang

sepantasnya disembunyikan, dan memunculkan yang sePantasnya

dimunculkan...

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 725

L-_

Di antara kaum yang terpedaya adalah mereka yang menamakan

dirinya Mulamatiyah, dan mengenakan pakaian sufi agar diakui sebagai

bagian dari mereka, padahal bukan. Mereka hanyalah yang silau dan salah,

mengenakan pakaian sufi terkadang untuk melindungi diri, terkadang pula

untuk mengaku-ngaku. selain itu, mereka mengikuti manhaj ahlul ibahah

(orang-orang permisif). Maksudnya, mereka yang menghalalkan kewajiban

syariat dengan dalih telah menggapai kebenaran. Mereka bilang, "Inilah

tujuan yang ingin dicapai." Dan, tampil dengan lambangJambang syariat

di hadapan awam dan yang tidak berpengetahuan merupakan kekafiran

dan zindiq yang sesungguhnya.

Selanjutnya, ia menukil dari Umar bin Al-Khathth ab N4,,,Barangsiapa

menawarkan dirinya pada tuduhan, maka janganlah ia menyalahkan

orang yang berburuk sangka kepadanya -" JTkakita melihat seseorang yang

melalaikan ketentuan-ketentuan agama, menyepelekan shalat wajib, tidak

pula menilawahi Al-Qur'an dan berpuasa, serta suka masuk ke tempat-

tempat yang tidak baik dan diharamkan, kita tidak akan menerimanya,

tidak juga menerima pengakuannya, kendati ia bermuka saleh.1a86

Komentar Al-Muqrizi terkait hal ini juga tidak jauh berbeda dengan

pandangan As-sahrawardi dalam Awarif-ny a.1s7 sang pengembara, Ibnu

Bathuthah, berkesempatan untuk berkenalan dengan kelompok ini, bahkan

mengunjun gi zawiyah-nya. Lebih dari itu, memberikan beberapa kesaksian.

Menurutnya, ia menyaksikan kelompok ealandariyy ah di zautiyah syaikh

Jamaluddin As-sawi (As-saji) yang disinyalir memiliki banyak karamah.

Mereka mencukur jenggot dan bulu alis. syaikh tersebut adalah panutan

kelompok ini, tinggal di sebuah zaraiyahkala itu. Maksudnya syaikh Fatih

bin Al-Asmar At-Takruwri, pada abad ke-8 Hijriyah. Ia juga menuturkan

bahwa alasan syaikh Jamaluddin mencukur jenggot dan alisnya, karena ia

berpostur menawan dan berparas tampan sehingga digandrungi banyak

wanita Sawah (sebuah kota di antara Ar-Rayy dan Hamadzan, dihancurkan

oleh tentara Tartar. sebuah perpustakaan besar di wilayah ini juga diluluh-

lantakkan pada tahun 617 H/1220 M).1ffi Tak jarang mereka berkirim surat,

menggoda di jalan, bahkan ada yang mengajaknya berbuat tak senonoh,

L486 Lihat As-Sahrawardi, Awarif Al-Ma'arif, juz l, h\m.92,93,231,

1487 Lihat: Khithath Al-Muqrizi, juz II, hlm. 432,433.

'L488 Mu'jam Al-Buldan,juz III, hlm. L71.

726 Ensiktopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

namun syaikh tidak mengindahkan mereka. Ketika perbagai jurus yang

dilancarkan tak mempan menembus benteng sasaran, mereka menyusun

rencana "jebakan" melalui seorang perempuan tua yang menemuinya di

depan rumah dalam perjalanan menuju masjid. Perempuan tua tersebut

membawa sepucuk surat yang dibubuhi cap atau stempel. Ketika Syaikh

melintas, perempuan tua itu menyapa/ "wahai Tuan, istri anakku berada

di lorong sempit dalam rumah. Jika Anda bermurah hati, tolong bacakan

surat ini di antara dua pintu rumah, agar ia mendengarnya. Nah, begitu

Syaikh berdiri di antara dua pintu rumah, tiba-tiba peremPuan tua itu

mengunci pintu. Perempuan-perempuan tetangganya keluar dan berebut

memeganginya, lalu mereka membawanya masuk ke dalam. Semua

merayu. Melihat tak sedikit pun celah untuk menyelamatkan diri, syaikh

berkata pada mereka, "Aku akanpenuhi keinginankalian. Tetapi, tunjukkan

dulu padaku letak toilet di rumah ini." Mereka pun mengantarkan dan

memberinya air. Kebetulan membawa pisau cukur yang masih baru,

syaikh lantas mencukur jenggot dan alisnya. Setelah itu, ia keluar menemui

mereka. Paras tampan yang dulu dielu-elukan kini berubah jelek. Karena

sudah "tak berselera" mereka menyuruhnya keluar. Dengan cara seperti

itulah Allah melindungi syaikh. sejak saat itu, ia berpenampilan seperti itu.

Para pengikutnya juga mencukur jenggot dan alis mereka.ls'

Konory salah seorang qadhi bemama Ibnu Al-Umaid mengiringi jenazah

salah seorang masyarakat. Melihat syaikh Jamaluddin di kuburan Dimyath,

ia berkata, "Anda adalah syaikh pelaku bid'ah." Syaikh menjawab, "Dan

Anda adalah qadhi yang bodoh. Anda tetap menaiki binatang tungganganmu

di sela-sela kuburarU padahal Anda tahu bahwa menghormati orang yang

sudah meninggal dunia seperti menghormatinya sewaktu masih hidup."

Sang qadhi membalas, "Anda lebih bodoh lagi, karena Anda mencukur

jenggot dan alismu." Syaikh berkata, "Maksudmu?" Syaikh kemudian

berteriak, tiba-tiba ia memiliki jenggot hitam yang lebat. Setelah itu, ia

berteriak lagi, tiba-tiba berwama putih berkilau. Setelah itu, ia berteriak lagi,

tiba-tiba sudah tidak berjenggot dan beralis seperti sedia kala... Melihat itu,

Sang qadhi turun dari keledainya, kemudian menciumi tangan syaikh. Sejak

1489 Ibnu Bathuthah, Tuhfat An-Nazhzhar, hlm.52. Lihat juga: Abdul Hamid Sulaiman,

Dimyathfi At-Tarikh Al-lslami, hlm. L48, tesis magister yang diajukan di bidang seiarah

pada Universitas Dar Al-Ulum, dan disidangkan pada tahun 1'987.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 727

saat itu ia memutuskan berguru kepadanya. Kemudian ia membangunkan

sebuah zautiyah yang bagus untuk Syaikh dan para pengikubrya sewaktu

masih hidup. Setelah syaikh meninggal dunia, ia dikebumikan di zawiyah

itu. Dan, menjelang kematiannya, s.rng qadhi berpesan agar jasadnya nanti

dikuburkan di depan pintu zawiyah. Dengan begitu, setiap orang yang akan

berziarah ke kuburan syaikh akan menginjak-nginjak kuburannya.lam

Hasan Al-Juwaliqi Qalandari memiliki kedudukan tersendiri di

masa kekuasaan Sultan Katbugha pada tahun 694/696 H-1294/1296 M.

Berbicara tentang zawiyah Qalandariyah di Kairo, Al-Muqrizi menuturkan,

" Zawiyahitu terletak di luar pintu An-Nashr, di sisi yang terdapat kuburan

setelah perumahary dibangun oleh Syaikh Hasan Al-Juwaliqi Qalandari.

Dia seseorang yang miskin di kalangan Qalandariyah, yang kemudian

datang ke Mesir dan menghadap para pembesar Dinasti Turki. Mereka

pun menyambut dan mempercayainya. Maka, ia pun dianugerahi banyak

harta pada masa pemerintahan Sultan Al-Malik Adil "Katbugha".

Ia pernah bepergian bersamanya dari Mesir ke Syam. Sultan yang

kebetulan mendapat binatang buruan seekor kijang, diserahkan kepada-

nya untuk diberikan kepada shahib al-hamah. Usai menyerahkary sebagai

penghormatan, sang Amir memberinya pakaian sutera dan topi bordir.

Setibahya menemui Sultan dengan mengenakan itu semua, para amir

menggodanya. Dengan nada tak setuju, mereka berkata kepadanya,

"MengapaAnda memakai sutera danemas, bukankah itu diharamkanbagi

laki-laki? Mana pola kehidupan zuhud, miskiry dan sebagainya?"

Sekembaliny a dari shahib al-hamah ke majelis Sultan, ia berkata kepada

Sultan, " W ahai khuwnd - kalimat yang menandakan penghormatan -, apa

yang telah Tuan perbuat kepadaku? Para amir menyalahkanku, rakyat

miskin juga menggunjingku." Sultan kemudian memberinya seribu dinar.

Maka, ia mengumpulkan orang-orang miskin, kemudian memberikan

wakaf besar-besaran di zawiy ah Sy aikh Ali Al-Hariri, di luar Damaskus. Dia

seorang syaikh Qalandariyah yang lapang dada, baik pergaulan, berhati

lembut, mencukur jenggo! tetapi kemudian ia membiarkannya. Selain itu,

L490 Lihat Ad-Dawadari, juz II, hlm. 331,-332; Al-Muqrizi, Al-I(hithath, juz II, hlm. 331'-332;

Ati Mubarak, Al-Ihithath At-Taufiqiyyah, juzXl, hlm. 53-54; Abdul Hamid Sulaiman,

lbid, htm.1.44-1.45.

728 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

ia mengenakanimamah (surban) sufi. Ia sosok yang yang menjaga wibawa

dan fanatik.

Penulis Zubdat Al-Fikrah mengomentarinya dengan berkata, "Sesung-

guhnya Sultan Malik Al-Muzhaffar (707 / 7 a2H / 1307 / 1340 M) memberinya

seribu dinar. Semua tahu, banyak sekali yang diberikan kepadanya. Ia pun

tumbuh di istana Raja Al-Manshur (678-689H /1279-1290 M). Semula, ia

sangat dekat dengan amir Hisamuddin "Tharanthawi". Dalam banyak

perjalanan, dialah yang menemaninya. Dia pulalah yang menamaninya

dalam beberapa perjalanan, teman ngobrol dan begadang di malam hari.

Setelah itu, ia dekat dengan Amir Zainuddin Katbugha. Sang amir sangat

menyayanginya. Ia menaruh perhatian terhadap orang-orang jompo

dan fakir miskin, juga yang ada maupun tiada. Tak pelak ia dikenal

baik. Setelah pemerintahan Adil berakhir, ia beralih menjadi teman amir

Hisamuddini Lajin. Ia tinggal bersamanya bergelimang kebahagiaan.

Setelah kekuasaannya berakhir, ia dekat dengan Amir Saifuffin Silar dan

Amir Ruknuddin Al-Astadar, termasuk para pembesar istana. Seiring

perjalanan waktu, ia berteman dengan banyak pemimpin dan penguasa,

juga orang-orang saleh dan fakir miskin. Selama itu, ia terkesan baik. Jadi,

sepanjang hayatnya ia dikenal sebagai sosok yang mulia."

Ia meninggal dunia di Damaskus pada tahun 722H/1322M.Zawiyah-

nya masih menjadi tempat tinggal para pengikut Qalandariyah.

Pada bulan Dzulqa'dah tahun 76L H/1359 M, Sultan Malik Nashir

Hasan bin Muhammad bin Qalawun mendatangi gang semPit ayahnya,

Malik An-Nashir (698-707 H/1298-1307 M) di bilangan Siryaqus di luar

Kairo. Syaikh Asy-Syuyukh menghidangkan jamuan untuknya. Ia termasuk

yang bertatap muka langsung dengan syaikh di zawiyahAl-Qalandariyyah.

Sultan memanggilnya, lalu menyalahkannya karena telah mencukur

jenggot. Selanjutnya, ia menuliskan stempel kesultanary berisikan larangan

bagi kelompok ini untuk mencukur jenggot. Barangsiapa melakukan bid'ah

ini, akan dihu&um atas perbuatannya yang diharamkan.

Namun, ia dibiarkan tetap menjadi syaikh bagi para pengikutrya selama

ia dan mereka tetap berpegang pada sunnah Nabi. Selain itu, Sultan juga

menulis surat ke Syam yang mewajibkan Qalandariyah untuk meninggalkan

pakaian non Arab dan Majusi. Tak seorang pun diperkenankan memasuki

L-_

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 729

Syam, kecuali setelah menanggalkan pakaian tersebut. Barangsiapa tidak

mengindahkary dikenai hukuman. Hal itu disuarakan di Damaskus pada

hari Rabu, tanggal 16 Dzulhijjahlael atas perintah Sultan Hasan.

As-sakhawi melihat sisi lain dari Qalandariyah, yaitu bahwa

mereka kecanduan mengonsumi al-mukhdirat (zat-zat adiktif). Ia berkata,

"Keputusan sultan (761.H/1359 M) yang mewajibkan Qalandariyah tidak

mencukur jenggot, alis, dan bulu mata mereka, adalah ijma' yang meng-

haramkan, sebagaimana diceritakan Ibnu Hazm. Atau, menurut beberapa

fuqaha, makruh. Tak seorang pun dari mereka diperkenankan masuk ke

wilayah sultan, kecuali setelah menjauhi al-hasyisyah (ganja). Barangsiapa

mengonsumsinya atau mabuk karenanya, dikenakan hadd, sebagaimana

difatwakan beberapa imam hklh.' 1'4e2

Di antara syaikh mereka adalah Syaikh Fatih, sebagaimana disinggung

di depan. Dialah Syaikh Fatih Al-Asmar At-Takruri. Ia menjadi Syaikh

Qalandariyah sewaktu Ibnu Bathuthah mengunjungi Dimyath sepulangnya

dari Marakesh. Di Dimyath ia sempat mereguk airnya, kemudian tinggal

di Masjid Al-Fath, yaitu masjid tertua di kota itu. Masjid ini didirikan

oleh umat Islam sewaktu penaklukan kota Dimyath. Syaikh Fatih tidak

menikah dan menghindari kenikmatan duniawi. Misi yang diembannya

adalah kemanusiaan. Oleh karena itu, ia lebih mengutamakan kaum fakir

miskin daripada yang kaya. Banyak murid yang berguru kepadanya.

Selama tinggal di masjid, ia membaca Al-Qur'an dan membaca kitab,

hingga meninggal dunia pada tanggal 8 Rabi'ul Akhir tahun 759 H/1357

M. Jenazahnya dikebumikan di sekitar masjid. Kini kuburan itu menjadi

tempat ziarah umat manusia.

Meskipun tinggal bersama kelompok Al-Qalandariyyah sewaktu

dikunjungi Ibnu Bathuthah, namun ia meninggalkan zawiyah mereka dan

pindah ke masjid. Selain itu, ia juga tidak terpengaruh dengan pakaian

dan penampilan mereka. Di Dimyath terdapat sebuah masjid yang meng-

abadikan namanya, Masjid Fatih Al-Asmar Abu Al-Atha'.14e3

1411 Ltl*,, A"S"kh"*t/ dz-Dzayl At-Tam,hlm.172-173. 

I

1492 Lihat: Al-Muqrizi, Al-Khithath,hlm.224-225, As-Suyuthi, Husn Al-Muhadharah,iuzll,

hlm.23, Ali Mubarak, ibid, juz XI, hlm.53.

1.493 Lihat: Ibnu Tughri Bardi, Al-Manhal Ash-Shafi, juz V, Nm. 1,45-1,46, Ibnu Tughri Bardi,

An-Nujum Az-Zahirah,juz IX, hlm. 256, peristiwa tahon722 Hijriyah, Ibnu Hajar, Ad-

Durar Al-IGminah, jlzll,t/lm. 135, Al-Aini, A qd Al-liman, peristiwa tahunT22Hiiriyah.

730 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Selain itu, di antara syaikh mereka ada yang bernama Hasan Al-

fawaliqi Al-Ajami. Sebagaimana dijelaskan di depan, Syaikh Al-jawaliqi Al-

Ajami ini merupakan salah satu ikon Qalandariyah. Dia juga salah seorang

yang tergolong miskin dari kalangan 'ajam (non-Arab). Ia mempunyai

tempat yang sangat dekat di hati para raja, terutama Ahlul Bait Al-Manshur

"Qalawun" (678/689H.-1279/1290 M) dan keturunannya. Ia mempunyai

cukup pengetahuan tentang tanmiq al-kalam (gaya penuturan bahasa yang

muluk-muluk; euphimisme). Dialah pemilik zawiyah Qalandariyah di luar

Babun Nashr. Ia pergi ke Damaskus dan meninggal di sana pada tahrn722

H/1322 M, sebagaimana dijelaskan di depan.laea

Syaikh Al-Qalandariyyah yang lain adalah Barraq Al-Qarmi. Ayahnya

seorang yang kaya raya, sedangkan pamannya seorang penulis terkenal.

Sementara itu, ia memilih berteman dengan oranS-orang miskin. Tidak

sedikit yang berguru kepadanya, lalu ia bawa mereka masuk ke Romawi.

Ia baru kembali ke Damaskus pada tahun 706 H/1306 M bersama para

pengikutnya yang mencukur jenggot, sedangkan kumisnya dibiarkan

terjuntai. Penampilan mereka sungguh buruk. Setiap mereka menanggalkan

gigi seri atasnya. Meskipun begitu, mereka rajin beribadah. Ia punyawirid

khusus dan renungan untuk mendidik para pengikutnya. jika salah seorang

dari mereka meninggalkan shalat, dicambuk empat puluh kali. Ia tidak

menyimpan harta benda apapun. Ia mempunyai thabalkhanahl4es sebagai

alat pukul. Ditanya tentang penampilannya yang buruk, ia menjawab,

"Demikian itu sengaja dilakukan untuk menjatuhkan derajat di mata

manusia."

Ia pertama kali muncul di negara Tartar. Ketika Raja Mongol,Ghazan,

mengetahui hal itu, ia memanggilnya kemudian melemparkannya pada

binatang predator yang buas. Syaikh Barraq melompat, lalu duduk di

punggung binatang itu. Hal itu membuat Ghazan kagum, lalu ia dihadiahi

puluhan ribu dirham, tetapi tak disentuhnya. Pernah suatu hari ia juga

diberi tiga puluh ribu, kemudian dibagi-bagikannya dalam satu hari. Ia

datang ke Damaskus, kemudian Al-Quds, tetapi tidak bisa masuk ke Masir.

1494 Lihat Al-Muqrizi, Al-Khithath, juz II, hlm. 432. Selain iltu, As-Suluk, ittz ll, hlrn. 239,

peristiwa tahw722Hljriyah. Lihat juga hlm. 6 dan seterusnya dalam pembahasan ini'

1.495 Lihat: Mushthafa Abdul Karim Al-Khathib, Mu'iam Al-Mushthalahat wa Al-Alqab At'

Tarikhiyuah, hlm.303, Beirut 1991 M.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 731

Ia dibunuh di daerah Asy-Syarq pada tahun 707 H/ 1307 M,lalaitu ketika

mereka mengetahuinya mengonsumsi ganja.

Barangkali pantas untuk diungkap di sini pernyataan Al-Muqrizi

tentang rnereka. Di Mesir terdapat sebuah toko yang menjual ganja yang

biasa dikonsumsi manusia-manusia hina. Pohon jahat itu kini telah tersebar

luas dan sangat diminati orang-orang yang tak tahu malu. Bahkan, mereka

sudah berani terang-terangan. Padahal, tak ada yang lebih berbahaya

darinya bagi watak dan karakter manusia. Oleh karena sudah popular di

kalangan masyarakat tertentu dan umum, baik di Mesir, Syam, Irak dan

Romawi, kiranya penting untuk dibicarakan di sini.

Syaikh Asy-Syairazi Al-Qalandari pernah menceritakan kepadaku

bahwa Syaikh Haidar tidaklah mengonsumsi ganja sama sekali semasa

hidupnya. Akan tetapi, mayoritas masyarakat Khurasan menisbatkan hal

itu kepadanya, hanya karena para pengikutnya identik dengan pohon

laknat tersebut. Ganja memang sudah ada sebelum ia terlahir ke dunia.

Haidar adalah seorang Sufi yang miskin di antara masyarakat Khurasan.

Ia biasa dipanggil Syaikh Haidar. Menurut mereka, dialah yang pertama

kali mengetahui rahasianya. Ganja dimaksud adalah yang jamak disebut

qinnab (pohon rami). Konon, pertama kali pohon ini ditemukan di India.

Seorang syaikh bemama Beir Rathn adalah yang pertama memperlihatkan

dirinya mengonsumsi qinnab. Sebelum itu, mereka tidak tahu apa-apa. Sejak

itulah qinnab menjadi popular di India, kemudian merambah ke Yamary

lalu ke Persia,Irak, Romawi, Syam, dan Mesir pada tahun 628H/1230I|v4.

Amir Sudun Asy-Syaikhuni melakukan inspeksi ke beberapa wilayah

yangdisebut-sebutsebagarjunainah(surga kecil), mulai dariThabalah, Babul

Lawq, dan Hikr, kemudian memusnahkan pohon-pohon rami terlaknat

yang ada di sana. Siapa saja yang memperjual-belikannya akan ditangkap,

kemudian dijatuhi hukuman, yaitu gigi gerahamnya ditanggalkan. Maka,

pada tahun 780 H/1378 M, banyak sekali orang yang kehilangan gigi

gerahamnya. Mengonsumsi rami masih dianggap sebagai perbuatan keji,

7496 Lihat: Ibnu Tughri Bardi, Al-Manhnl Ash-Shafi, juz III, hlm. 247-249,Ibnu Tughri Bardi,

An-Nujum Az-Zahirah, juz Ylll, hlm. 169 peristiwa tahun 698 Hijriyatu Al-Muqrizi,

Al-Maqfa, juz II peristiwa tahun 706 Hljriyah; Al-Muqrizi, As-Suluk, inz ll, hlm. 28-29

peristiwa tahun 706 Hijriyah, Ibnu Aybik, Kanz Ad-Durar, juzlX, hlm. 150 peristiwa

tahun 707 Hijriyah, Ibnu Haiar Ad-Durar Al-Kaminah, juz I, hlm. 473474.

732 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

sampai kemudian datanglah Sultan Baghdad, Ahmad bin Idris, yang lari

dari Timur Lenk ke Kairo pada tahun 795 H/1392 M. Pada saat itu, para

pengikutrya secara terang-terangan mengonsumsi rami. Masyarakat mencela

dan mengeritik mereka. Dan, seluruh masyarakat Damaskus tahu perihal

keberanian mereka mengonsumsi rami secclra terang-terangan.laeT

Dalam risalah Hawla lbthal Al-Hasyisyah ba'da Al-Khamri, Muhyi

Abduzh Zhahfu menggambarkan pengaruh buruk tanaman ini. Dalam

risalah itu disebutkan bahwa masyarakat telah berani mengonsumsinya

di dalam masjid. Bahkan, wabah ini tidak hanya menjangkiti kaum

lelaki, melainkan juga merambahi kaum perempuan. Para penyair

membahasnya di mana-mana. Mereka juga menjelaskan bahayanya yang

mengakibatkan wajah menguning. Pengaruhnya yang memabukkan tidak

kalah dibandingkan khamar. Akan tetapi, ada juga penyair yang memuji-

muji tanaman ini.14e8 Salah seorang peneliti di Inggris menghimpun semua

tentang Qalandariyah. Ia mengatakan, Syaikh Jamaluddin As-Saji telah

meninggalkan Damaskus dan pergi ke Dimyath. Kala itu, Damaskus

menjadi pusat kegiatan kelompok neo-zuhud di dunia Islam.

Pada tahun 635 H/1237 M, Malik Al-Kamil Al-Ayyubi berkuasa di

Damaskus (615 - 635 H/121.8-L237 M). Ia Pun menggabungkannya ke

wilayah kekuasaannya, dan Qalandariyah diusir dari sana. Namun, tak lama

berselang, mereka kembali lagi ke Damaskus, tepatnya di masa pemerintahan

Malik Azh-Zhahtr "Baybms" (658-676H/1260-L277 M). Selama berkuasa,

ia dikenal sangat memuliakan Syaikh Muhammad Al-Balkhi. Syaikh

membangunkan sebuah zawiyah bagi kelompok ini atas biaya dari negara.

Ketika Malik Azh-Zhahtr "Baybars" mengunjungi kota Damaskus, ia

memberikan seribu dirham. Selain itu, dari pendapatan tahunan, mereka

juga mendapatkan gandum sebanyak tiga puluh kwintal, dan nafkah

harian senilai sepuluh dirham. Qalandariyah menjamu Zhahir Baybars.

Meskipun begitu, Al-Balkhi menolak mengunjungi Kairo atas undangan

Sultan Mamluki.

Lihat: Al-Muqizi, Al-Khithath, jnz 11, hlm. 126-129, Fauzi Muhammad Arnin, Adab

Al-Ashr Al-Mamluki Al-Awwal, hlm.351, dengan referensi Muhamamd Kamil Husain,

Dirasat fi Asy-Syi'r fi Ashr Al-Ayyubin, hlm. 104.

Fauzi Muhammad Amin, Adabul'Ashil Mamluki Al-Awwal, hal. 351-357'

L497

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 733

Selain Qalandariyah, di Damaskus juga terdapat kelompok lain

bemama Haidariyyah. Mereka mengenakanfaryyyat, yakni jilbab lebar yang

terbuka di bagian depan. Mereka mencukur jenggot, tetapi membiarkan

kumis tumbuh liar tak teratur.

Sewaktu Haidar tiba di Damaskus pada tahun 655 H / 1257 M, jamaah

Qalandariyah terlibat dalam Perang Bahran di tahun 658 H/1259 M. Mereka

menyerahkan diri mereka kepada Hulago Khan dan Nashiruddin Ath-

Thusi. Dengan dalih Hulago ingin mengetahui kekuatan mereka. Ath-Thusi

menjawab bahwa mereka adalah yang paling keji di dunia. Maka, Hulago

memerintahkan untuk menghabisi mereka.

Pada tahun 695 H/1295 M, Syaikh Hasan Al-Jawaliqi Al-Qalandari,

pendiri zawiyah Qalandariyah pertama di Kairo, pergi ke Damaskus

menemani Sultan Katbugha.

Sultan mengunjungi mereka di gunung Muzzah. Dan, Syaikh Hasan

menata Sufisme di zawiyah Al-Hariri, sebagai balas budi atas kebaikan Adil

Katbugha yang telah memberinya seribu dinar. Syaikh Hasan terkesan

untuk tinggal di Damaskus, dan ia meninggal di sana pada tahun 722

H/1322 M. Ia tidak kembali lagi ke Kairo.

Di rentangwaktu antara tahun 740-750H/1339-1349 M, diDamaskus

masih terdapat kelompok-kelompok Qalandariyah yang dipimpin

oleh Syaikh Muhammad Al-Bukhari. Zawiyah mereka masih senantiasa

menjalankan fungsinya hingga awal abad ke-16 Masehi.

Qalandariyah juga tersebar di beberapa kota lain di negara-negara

Timur-Arab, setelah mereka hijrah meninggalkan Damaskus.

Di kota Dimyath, muncul kelompok di zawiyah Jamaluddin yang

dipimpin oleh Syaikh At-Takruri. Ibnu Bathuthah pernah menceritakan

tentang kelompok ini sewaktu ia mengunjungi Dimyath pada tahun 725

H/1325 M, sebagaimana disinggung di depan.

Masih terdapat zawiyah lain bagi kelompok ini di Kairo, yang dipimpin

oleh Syaikh Hasan Al-Jawaliqi. Syaikh Hasan ini berguru tentang prinsip-

prinsip Qalandariyah kepada para syaikh tasawuf di Irary yang dikenal

dengan sebutan fuqara'ul 'ajm. Selanjutnya, ia tinggal di Kairo untuk

734 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

beberapa lama sebelum dan di masa pemerintahan Malik Al-Adil Katbugha.

Dan, ia masih di sana hingga beberapa saat setelah orang-orang kaya yang

terkenal. Ia tinggal dizawiyahdi luar Bab An-Nashr yang dijadikan markas

Qalandariyah di Kairo. Jumlah pengikut mereka bertambah banyak, namun

kehidupan mereka diatur oleh para syaikh mereka.

Pada tahun 761,H/1359 M, Sultan Hasan mengeluarkan dekrit yang

berisikan larangan bagi Qalandariyah mencukur jenggot mereka, atau

mengenakan pakaian Majusi non-Arab. Dekrit ini disampaikan langsung

kepada syaikh Qalandariyah kala itu. Para sultan juga ikut memanjatkan

doa, mernohonkan berkah buatnya.

Di Quds, Syaikh Ibrahim Al-Qalandari menguasai salah satu tempat

milik kaum Nasrani, yang kemudian digabung denganzmaiyah-nya. Peristiwa

itu terjadi di penghujung abad ke-8 Hijriyah atau abad ke-14 Masehi.

syaikh Ibrahim AlQalandari berhasil memikat hati seorang perempuan

bernama Tonisuf binti Abdullah Azhfariyyah. Maka, ia membangunkan

kubah dan kuburan di samping zawiyah-nya pada tahun 794H/1392M.

Zawiyahini masih ditempati oleh Qalandariyah hingga tahun 893H/1.488

M, karena hampir roboh. Selanjutnya, kondisinya dibiarkan seperti itu

hingga menjelang abad ke-10 Hijriyah atau abad ke-16 Masehi.

Di separuh pertama abad ke-LL Hijriyah, atau abad ke-L6 Masehi,

muncullah seseorang yang bernama Abdurrahman Al-faubari di masa

Dinasti Utsmaniyyah. Ia mengklaim dirinya merupakan bagian dari

Qalandariyah dimana disandarkan padanya perkara baru soal mencukur

jenggot, dan disandarkan pada para darwisy yang meninggalkan shalat

dan puasa. Mereka adalah orang-orang yang menganggap istimewa diri

mereka karena mencukur jenggot dan sebagian perkara-perkara yang asing

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok ini melemah di waktu

tertentu, tetapi kemudian muncul lagi seperti sedia kala, atau menielma

dalam rupa yang lain.

Syaikh Al-Baghdadi, yakni Taqiyuddin Al-Maghribi, pada tahun 684

H/ L385 M menggubah sebuah kasidah yang menggambarkan Qalandariyah

sebagai para pengikut madzhab yang keji di antara madzhab-madzhab

pemuja kesenangan. Ia menggambarkan kehidupan mereka bemuansakan

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 735

imajinasi. Seorang Qalandari mencukur kepalanya dan mengenakan ad-

dilqa (pakaian kaum Sufi), menghisap ganja, tidak mendekati khamar

karena harganya yang tinggi, dan hidup dengan meminta-minta. Al-

Qalandariyyah muncul dalam kisah Alf,t Laylah wa Laylah (L001 malam).

Hal itu menunjukkan bahwa Qalandariyah tersebar di belahan dunia Arab.

Percetakan di Iran banyak mengupas sejarah awal Qalandariyah,

diperkuat oleh nama-nama syaikh mereka yang pertama. |amaluddin

dan pendukung pertamanya, falaluddin, keduanya berkebangsaan Iran.

Mayoritas murid mereka yang ternama juga berasal dari Iran.Di abad

ketujuh dan kedelapan Hijriyah atau ke-13 dan 14 Masehi, Qalandariyah

bisa disebut kelompok orang-orang Iran. Hal itu secara gamblang

disebutkan dalam dua peradaban, Mesir dan Suriah. Hasan Al-Jawaliqi-

orang yang berkebangsaan Arab dalam kelompok ini-belajar prinsip-

prinsip Qalandariyah dari para syaikh yang berasal dari lran.lae Dalam

pengembaraannya di abad ke-9 Hijriyah atau ke-15 Masehi, "Thaghur"

menceritakan tentang orang-orang yang mencukur kepala, jenggot, alis,

dan bulu mata mereka. Kehidupan mereka seperti orang-orang gila. Mereka

mengaku, hal itu dilakukan dalam rangka penyucian diri. Mereka juga

meyakini-dengan melakukan itu-sedang meniti jalan Allah, lari dari

dunia dan gemerlapnya. Atas dasar itu, maka mereka mencukur semua

yang ada di tubuh mereka. Sebagian ada yang mengenakanqururu, sebagian

lagi ada yang melumuri tubuhnya dengan madu, kemudian menempelkan

bulu-bulu. Bahkary ada pula yang memegang tombak dan panatr" lalu bagai

orang kesetanan melempar-lemparkannya. Ada yang mengklaim mereka

sedang melawan Nasrani. Dary merekaiuga mengaku dibanggakan oleh

umat Islam.l5oo

Orang-orang Qalandariyah di abad ke-S Hijriyah tak ubahnya

kelompok dajjah. Sebab, bagi mereka tak ada hari tanpa menghisap ganja.

Karena itu, Ibnu Taimiyyah mencela kelompok Qalandariyah ini. Bahkan,

sebagian ada yang mengkafirkannya. Selain itu, ia juga tidak setuju dengan

1499 Lihat Ahmet T. Karamustafa, The Arab Midle east Goad's Unruly Eslamic Latas Middle

P eriod I 1200-1550.pp.52-53.

'1500 RihlahThaghur fi Alam Al-Qarn Al-Khamis Asyar Al-Miladi-At-Tasi' Al-Hijri, hlm, 63-64.,

diterjemahkan dan diadaptasi oleh Ustadz Dr. Hasan Habsyi, Maktabah Ats-Tsaqafah

Ad-Diniyyah, Kair o, 1.423 H / 2002 M

736 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

pencukuran ienggot, apalagi dengan sengaja meremehkan shalat dan

puasa, serta melecehkan kehormatan Al-Qur'an dengan mengerjakan yang

dilarangnya.l5ol

Perilaku orang-ortmg Qalandariyah melukai dan mencederai tasawuf,

memberinya gambaran buruk yang membuatnya dicap sebagai pelaku

bid'ah, baik dalam berperilaku maupun berpenampilan. Padahal,

Qalandariyah sendiri mengklaim akan memerangi "penampilan". Demikian

itu karena sedikitnya pengetahuan tentang sunnah yang shahih, juga sifat

yang pantas bagi seorang mukmin dan sufi, dalam khazanah pengetahuan

Islam-sufi. Berbeda dengan Mulamatiyah, kendati sama-sama memerangi

"penampilan" seperti mereka, tetapi tidak keluar dari batasan-batasan

agarna, serta tetap mengindahkan halal dan haram dalamketentuanagama.

Dr. Ab ilullah Muhammail I amaludilin

1501. Ibnu Taimiyyah-Ahmad bin Al-Halim, Majmu'at Ar-Rasa'il wa Al-Masa'il, Riyadh,

dikumpulkan oleh Syaikh Abdurrahman dan putranya , juz 35.

!--

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 737

AI.KARRAMIYAH

NAMAkelompokini diambil dari pendirinya, Abu Abdillah Muhammad

bin Karram bin Iraq bin Hizabah bin Al-Barr As-Saizi.Ia dilahirkan di salah

satu desa Razink di wilayah Sijistan. Para sejarawan tidak menyebutkan

tanggal kelahirannya secara pasti, melainkan sekadar perkiraan. Sebagai

contoh, seorang orientalis Perancis ada yang mengatakan bahwa Abu

Abdillah lahir kurang lebih di tahun 190 H. Jumhur ulama dari kalangan

sejarawan akidah berpendapat, namanya diucapkan dengan ra' fathah

dan tasydid, serta membacafathah huruf kalsebelumnya. Konon, ayahnya

seorang pengolah dan perawat chrom (karum). Dari sinilah ia kemudian

mendapat julukan itu.

Perkembangannya

Ia lahir dan tumbuh di Sijistan. Dari sana ia kemudian pergi ke

Khurasan untuk mencari ilmu. Di usianya yang masih belia, menulis

Kitab Adzab Al-Qabr adalah yang paling berkesan baginya, sebagaimana

dituturkan Asy-Syahrastani dalam Al-Milal wa An-Nihal, iuga sejarawan

yang lain. Sebagaimana diketahui, ia banyak dipengaruhi pemikiran yang

berkembang di masanya, khususnya yang cenderung pada akidah Syiah,

yang tergambar dalam tajsim dan tasybih. Asy-Syahrastani berkata, "Ia

seseorang yang zuhud. Lahir dan datang dari Sijistan. Memiliki sedikit ilmu,

mengumpulkan (pemikiran) dari setiap madzhab dan menetapkannya di

bukunya, kemudian mempublikasikannya kepada oranS-orang di lembah

dan masyarakat Khurasan, hingga tersusunlah panduannya,lalu ia menjadi

madzhab yang diiku ti." "tso2

1502 Al-Milal wa An-Nihal, cetakan ke-1, hlm. 32-33, Darul Ma'rifah, Beirut, 1980 M., diaahqiq

oleh Sayyid Kailani.

738 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Pilihanhidup Ibnu Karrammenjadi orang zuhud tampaknya berhasil

menghimpun orang-orang fakir miskin di sekelilingya, termasuk pada

pencari ilmu dari kalangan menengah. Pakaiannya terbuat dari kulit

binatang yang tidak disamak, tidak pula dijahit. Di kepalanya bertengger

peci putih. Ia duduk di atas kulit binatang, di depan tokonya tempat

berjualan susu, memberikan nasihat kepada khalayak, dan mengingatkan

mereka pada akhirat. Di dalam Thabaqat Asy-Syafi'iyynh, As-Subki

menceritakan bahwa Ibnu Khuzaimah memujinya. Lebih dari sekali ia

menemuinya, begitu pula Abdurrahman bin Al-Husain Al-Hakim.1503

Khurasan yang menjadi tujuan hijrah lbnu Karram sedang dilanda

demam paham tasybih, tajsim, dan meninggalkan hadits. Di sana muncul

tokoh pelaku tasybih, seperti Muqatil bin Sulaiman. Selain itu, Khurasan

juga menjadi tempat pertemuan beberapa Madzh ab Ghanwashiyahkuno.lsB

Juga muncul beberapa ahli hadits, seperti; Ibnu Hajar Al-Marwazi,

Ibnu Ishaq Al-Hanzhali As-Samarqandi yang meriwayatkan hadits dari

Muhammad bin Marwan Al-Kilabi, Ibrahim bin yusuf Al-Makinani Al-

Balkhi, Malik bin Sulaiman Al-Harawi, Ahmad bin Harb Az-ZaIid, Atiq

bin Muhammad Al-Hirsi, Ahmad bin Al-Azhar An-Nisaburi, Ahmad bin

Abdullah Al-Juwaibari, Muhamamd bin Tamim Al-Fariyabi. Dua orang

ini dikenal pembohong dan hadits dha'if, sebagaimana dipaparkan penulis

Tarikh Dimasyq.lsos

Beberapa buku sejarah menuturkan bahwa Ibnu Karram pernah

bertemu dengan Ahmad bin Hambal. Kepadanya ia perlihatkan bahwa

"jalan" yang ia tempuh itu baik, sampai-sampai Ahmad bin Hambal dan

Ibnu Uyainah mempercayainya. Selain itu, juga disebutkan bahwa ia

mengetahui tafsir-tafsir yang berkembang kala itu.lffi Tidak disangsikan lagi

ia pernah membaca tafsir Muqatil bin Sulaiman yang teramat disayangkan

banyak diwarnai aspek tasybih dantajsim, sebagaimana kami singgung di

depan.

7503 Thabaqat Asy-Syaf iyyah,itzke-2, hIm.304, Kairo, L965 M.

1504 Dr.An-Nasysyar,Nasy'atAI-FikrAl-FalsaffAl-lslam,ftzke-1.,hlm.297,DarAl-Ma'arfi,

Kairo, cetakan ke-7,7977 M.

1505 Juz ke-2, Kairo, 1967 M.

1506 Al-Hishni , Daf u Syibhi man Syabbaha wa Tamarrada, hlm. 55, Kairo, 1350 H.

Ensiklopedi AJiran dan Madzhab di Dunia tslam 739

Para Pengikutnya

Sepertinya fenomena dakwah dengan pendekatan kemasyarakatan

berhasil menarik hati masyarakat. Inilah yang membuat banyak orang

berkumpul di sekeliling Ibnu Karram. Ia pun dengan mudah mentransfer

"jalal:." yang ditempuhnya kepada orang lairu terlebih kepada jiwa-jiwa

yang menunggu pemikiran menyimpang seperti ini, yang diwarnai

tasybih. Oleh karena itu, orang-orang yang berkumpul dan mengimani

pendapatnya, adalah mereka yang tertipu oleh penampilan ibadahnya.

Mereka dari kalangan Syumin dan Afsyin, sebagaimana dikemukakan

Al-Isfarayini secara tegas,"Mereka yang membaiatnya, berarti membaiat

khurafat, bid'ah, dan kesesatonnya." r50z

Ibnu Karram banyak melakukan perjalanan dalam rangka menyebar-

kan pendapat dan madzhabnya. Setelah keluar dari Khurasan, ia pergi

ke Makkah dan tinggal di sana selama lima tahun. Setelah itu, ia kembali

lagi ke Sijistan,lalu pergi ke Naisabur. Di sana ia sempat dipenjara gara-

gara pemikirannya yang menyimpang, terutama terkait pernyataannya

bahwa iman itu cukup dengan sekadar perkataan saja. Selain itu, ia juga

menyatakan bahwa Allah itu jisim. Semua itu mendapat reaksi dari ulama

yang tidak suka pada madzhabnya. Mereka pun mengadukannya ke

pemerintah yang berkuasa, yang kemudian menjatuhi hukuman penjara.

Tak pelak, ia pun meringkuk di penjara kurang lebih sepuluh tahun.

Setelah bebas, ia pergi ke pesisir Syam, memperlihatkan penampilannya

yang kumal dan zuhud. Ia sampaikan kepada masyarakat bahwa ilmu

yang didapat bukanlah dari membaca dan belajar, melainkan ilham dari

Allah tk. Tidak sedikit orzrng yang tertipu, sampai-sampai ia mengatakan

bahwa pengikutnya dari kalangan Baitul Maqdis saja mencapai 20.000

orang, belum lagi yang mengimani madzhabnya dari penduduk Syam,

masyarakat Khurasar; dan sebagainya.

Ibnu Karram meninggal dunia di Baitul Maqdis setelah empat tahun

tinggal di sana di akhir pengembaraannya. Itu terjadi di bulan Shafar

tahun 255 H.

1507 Al-Isfirayini, At-Tabshir fi Ad-Din, hlm. 99, Kairo, 1359 H.

7 40 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

Karya Tulisnya

Penulis Al-Milal wa An'Nihal menuturkan bahwa Ibnu Karram

memiliki lebih dari satu karya tulis, khususnya di bidang akidah. Karya

tulisnya telah dibakar, setelah diketahui banyak mengandung bid'ah, karena

mengusung keyakinan taisim dan pendapat yang menyatakan keimanan

cukup dengan perkataan saja. Keyakinan tersebut berseberangan dengan

keyakinan jumhur ulama. Tidak ada yang selamat dari karya tulisnya

selain Adzab Al-Qabr, yang berisi ringkasan pendapat dan pemikirannya di

bidang ketuhanan. Selain itu, bukrt At-Tauhid.Menwttt pendapat yang kuat,

bttku Adzab Al-Qabr masih ada hingga awal abad ke-6 Hijriyah. sepertinya,

serangan dari orang-orang Asy'ariyah dan sebagainya telah membakarnya,

karena dinilai tidak sesuai dengan madzhab mereka. Oleh karena itu, kita

tidak bisa mendeskripsikan pemikiran Ibnu Karram, kecuali sedikit yang

ada di dalam buku para sejarawan, seperti Al-Asy'ari dalam Kltab Maqalat

Al-lsl amiyy,z, As-Syahrastani dalam Al-Milal u a An-N ihal, Al-Baghdadi

dalam Al-Firaq bayna Al-Firaq, dan sebagainya.

Madrasah Ibnu Karram

Selain orang-orang awam yang berhasil dipikat hatinya oleh Ibnu

Karram, ada pula orang-orang yang menilai konsep-konsep akidahnya

berhasil memuaskan lapar dan dahaga mereka. Mereka tak ubahnya seperti

kaum Hawariyyun di dalam memberikan dukungan pada madzhabnya.

Bahkaru mereka ikut menyebarkan kepada khalayak, juga ikut membela

dan melindunginya dari para penentangnya.

Al-Baghdadi menyebutkan bahwa Al-Karramiyah di Khurasan

terdapat tiga golongan, yaitu;Haqa'iqiyyah, Thara'iqr)ryatu dan Ishaqiyyah.

Mereka tidak saling mengafirkan satu sama lairy meskipun kelompok-

kelompok yang lain mengafirkan mereka.1508 Sepertinya ketiga golongan

ini memiliki kedekatan-jika tidak dibilang kesamaan-di dalam prinsip-

prinsip madzhab. Namun, Asy-syahrastani menyebutkan di dalam Kitab

Al-Milal wa An-Nihal bahwa sekte di dalam Al-Karramiyah itu terbilang

banyak. Jumlah mereka mencapai dua belas, yang terkemuka ada enam/

1508 Al-Farqubayna Al-Firaq, hlm.215, Kairo, tanpa tahun, tahqiq: Muhammad Muhyiddin

Abdul Hamid, hal. 108.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 741

yaitu; Abidiyah, Tauminiyah, Zariniyah, Ishaqiyah, Wahidiyah, dan

Haishamiyah.lsoe Sekte terakhir inilah yang paling dekat dengan Ahlu

Sunnah. Masih ada kitab-kitab lain yang menegaskan bahwa sekte di dalam

Al-Karramiyyah itu lebih banyak dari yang disebutkan di atas.

Bisa dikatakary sekte di dalam Al-Karramiyah mulai bermunculan

setelah pendirinya meninggal dunia, dengan tujuan memperkokoh

madzhab. Dalam rangka itu, tidak sedikit halangan yang dihadapi.

Penguasa Zamaniyah terkadang mendukung mereka, tetapi juga terkadang

berbalik, sesuai kuat-lemahnya tekanan para penentang, pun tergantung

pengaruhnya bagi kekuasaan.

Pandangan-pandangan Al-Karramiyah

Allah ltalisim, Tetapi Tidak Seperti lisim-jisim yang Lain

Inilah pernyataan jumhur Al-Karramiyah. Menurut mereka, yang

dimaksud jisim di sini adalah yang berdiri dengan sendirinya (al-qa'im

bidz dzat) dan yang keberadaannya tidak membutuhkan yang lain (a/-

mustaghni fi wujudihi 'an ghayrihi). Pendapat mereka itu disebutkan oleh:

Al-Maili dalam Kitab As-Suyuf Al-Hindiyyah,1510 Al-Fakhrurrazi dalam

Kitab Asas At-Taqdis,lsll dan Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Minhaj As-

Sunnah An-Nabawiyyafu.I5l2 Sementara itu, Muhammad bin Al-Haisham

dan kelompoknya memaknai ke-jisiman Allah dengan; berdiri dengan

sendirinya tanpa yang lain. Pendapat jumhur Al-Karramiyah ini, antara

lain Al-Haishamiyyah, disampaikan dalam bahasa singkat. Sebab, jika

yang dimaksud jisim di sini hanya terhenti pada makna "berdiri dengan

sendirinya", maka silang pendapat akan terfokus pada penyandangan

istilah ini kepada Allah, atau ketidakbolehannya. Akan tetapi, masalah

yang ada lebih dari itu. Al-Baghdadi menyebutkan bahwa Ibnu Karram

berpendirian kalau Zat yang iasembah adalah jisim, punya batas dan akhir

dari bawah, yaitu arah menuju'arsy-Nya. Akan tetapi, silang pendapat

1509 Lihat Suhair Mukhtar, At-Tajsim'inda Al-Muslimin,hlm.787,Kairo,7977}r/,.

1510 Hlm. 97,Kairo, tahun, 1.935 M.

1511, Juz ke-1, hlm. 243,Kairo, tahun 1321 H.

1512 Al-Farqu baynal Firaq, hlm. 216. Selain itu, pendapat yang dinisbatkan kepada Ibnu

Karram, bahwa Allah memiliki bobot. Begitulah tafsir dari ayat: idzas sama'unfatharat

(maksudnya, itulah bobot Allah).

742 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

'l

I

I

melebihi sekadar "kata", mencapai hakikat dari maksud jisim.Menttrutnya,

jika Ibnu Karram menyifati Zatyangia sembah seperti ini, berarti ia tidak

berbeda dengan Tsanawiyyah yang menilai zat yang mereka sembah,

yang mereka sebut nur (cahaya), berakhir di perbatasan kegelapan, jika

tidak dibilang berakhir di lima arah.1s13 Inilah yang secara gamblang

dipaparkan Al-Baghdadi berkenaan dengan kejisiman Allah (iismiyyah). la

juga menuturkan bahwa Ibnu Karram menyampaikan dalam Adzab Al-Qabr

bahwa zat yang ia sembah merupakan zat yang esa dan jawlmr yang esa.

Selain menghubungkan pemyataan Ibnu Karram tentang kejisiman

Allah menyerupai pemyataan Tsanawiyyah, Al-Baghdadi juga mengemu-

kakan bahwa pernyataannya tentang keesaan zat dan keesaan jawhar

menyerupai pernyataan beberapa orang Nasrani yang menyebut Allah

sebagu j awhnr. Kami tidak ingin menjelaskan sumber pandangan akidah Ibnu

Karram, melainkan lebih menitikberatkan pada kejisiman dan penyerupaan.

Kita masih akan terus bersama Al-Baghdadi menceritakan Madzhab

Al-Karramiyah melalui keserampangan yang dinukil dari Kitab Adzab Al-

Qabi. Karnimelihatrya menukil sesuatu yang menegaskan secara gamblang

jismiyyah dalam arti yang jelas. Jelas sekali kitab ini masih ada hingga di

masa Al-Baghdadi. Dalam kitab Ibnu Karram disebutkan bahwa Allah

saling bersentuhan dengan'arsy-Nya. Pun bahwa 'arsy meniadi tempat-

Nya. Lebih lanjut ia berkata,"Parapengikutnya berbeda pendapat di dalam

memaknai istiwa' (bertahta), sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur'an;

,, ZalY angMaha Pengasih bertahta di atas' arsy" . Di antara mereka ada yang

berpendapat bahwa setiap 'arsy menjadi tempat bagi-Nya. Ada juga yang

berpendapat, andaikata selain' ary -Ny a diciptakan banyak' ar sy y ang lain,

maka semu a' arsy-'arsy itu adalah tempat-Nya. Sebab, Dia lebih besar dari

semua itu. Untuk memperjelas permasalahan ini, mari kita simak penjelasan

tentang makna jisim menurut pakar bahasa, sekaligus dalam pandangan

teolog kalam.

Dalam Lisan Al-Arab disebutkan bahwa al-jism adalah; semua badan

manusia, onta, hewan, binatang melata, dan makhluk yang besar lainnya.

sementara itu, al-jasman adalah; semua jisim. Al-lasman adalah jisim

manusia. Dary jasmani manusia dengan jasadnya tak ada beda'1s14

1513 Ibid, hlm. 21.6-217.

75.14 Lisan Al- Arab, materi:jism. Lihat juga: Al-Qamus Al-Muhith danTai Al-Arus.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 743

Atas dasar itu, berartillslrn mungkin saja berbeda-beda dalam hal kecil

atau besar. Maka, mereka mengatakan, "Ini jism, dan ini ajsam." Artinya,

yang kedua lebih besar dari yang pertama. Maka, tidak salah jika mereka

mengatakan, " Al-fil ajsamu minal ba'ir (gajahlebih besar daripada keledai)."

Karena mereka pun tahun, gajah lebih besar.

Adapun dalam pandangan teolog kalam, jisim itu adalah sesuatu yang

terdiri dari al-jautahir al-fard (substance; beberapa bagianyang tak terpisahkan),

tetapi juga membawa al-a'rndh (accident), seperti bergerak dan diam. Maka,

masing-masing dari Al-'Allaf dan An-Nizham membuat langkah dalam

membatasi m akrra jisim. Menurut yan g pertama, jisim adalah yang memiliki

kanan dan kiri, luar dan dalam, serta atas dan bawah, alias mengenal enam

sisi. Punbahwa jisim tidaklahmenerimaal-'a'radh (srtatatauaccidutt),kecuali

sisi-sisi ini terpenuhi. Sementara itu, An-Nizham menilai, jisim itu adalah

yang panjang, luas, dan dalam. Dalam hal ini, ia tidak jauh berbeda dengan

syaikh-nya, Al-'Allaf. Namun, ia tidak menetapkan bilangan. Sebab, ia

termasuk yang menyuarakan tajzi'atul juz'i al-ladzilayatajazza'(pembagian

bagian yang tidak terbagi-bagi).

Dari pemaparan di atas, jelasifslrn bermakna "material" saja. Lantas,

apakah selanjutnya di dalam maknai jisim, Karramiyah akan dibilang

mempunyai madzhab yang berbeda dengan jumhur ulama bahasa dan

teoklg kalam?!

Almarhum Dr. Ali Sami An-Nasysyar berusaha menjadikan pemyataan-

pernyataan Ibnu Karram dan Al-Karramiyah bermakna filosofis. Sebab,

mereka menilai, di sana ada jisim, yaitu Allah. Dan, bahwa di sana ada

perbuatan, yaitu para makhluk. Jadi, makhluk itu perbuatan, bukan jisim.

Dengan begitu, Allah berbeda dengan keesaan zat dan keesaan jauhar.

Dengan seperti itu, ia telah meletakkan asas kesatuan wujud yang bersifat

material (wihdah al<tujud al-madiyyah). Soal wihdah atau kesatuan ini juga

dikemukakan oleh Hisyam bin Al-hakam, karena wihdah merupakan tulang

punggung aliran filsafat Ar-Rawaqi. Selain itu, menjadi asa s wihdnh al-wujud-

nya Muhyiddin Ibnu Arabi.lsls

Sesungguhnya Madzhab Al-Karramiyah tidak sedalam yang

digambarkan pernyataan ini. Ia merupakan, madzhab kebanyakan

1515 Al-Farq bayna Al-Firaq.

744 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

masyarakat yang sengaja memberikan batasan terhadap makna kejisiman

Allah sesuai yang terdapat dalam nash Al-Qur'an, seperti tangan, wajah,

mata, dan sebagainya. Termasuk juga yang terdapat dalam hadits,

sebagaimana diletakkan Al-Hasyawiyyah. Kita akan sama-sama melihat

hal itu secara jelas dalam pembahasan ini. Ibnu Karram juga menggunakan

istilah-istilah yang menegaskan orientasinya, seperti Kinuniyyah,

Haitsutsiyyah, dan sebagainya. Makna istilah-istilah ini mendekati makna

tajsim yang menjadi ajaran inti dari madzhabnya.

Hal-hal yang Tergolong Baru (Hawadits) Bisa Berdiri Berdam-

pingan dengan Zat Allah

Penulis Al-Farqubayna Al-Firaq mengatakan, "Ibnu Karram dan para

pengikutnya beranggapan bahwa zat yatr.rg mereka sembah merupakan

tempat bagi hal-hal yu.,g baru Qnahallun lil hawadits)- Selain itu, mereka

juga beranggapan bahwa perkataan, kehendak, pengetahuan-Nya tentang

hal-hal yang terliha! pengetahuan-Nya tentang hal-hal yang terdengar, dan

hubungan-Nya dengan barisan teratas dari alam, adalah hal yang tergolong

baru, dan ia menjadi tempat bagi hal-hal yang baru itu.1s16

Kecenderungan material yang dihubungkan dengan Allah, dan yang

diserukan kepada segenap lapisan umat yang menjaga kesucian Tuhan

mereka, menurut penulis tidaklah membedakan antara sifat-sifat Allah

yang azali dan pantas bagi Zat-Nya dengan hal-hal yang berhubungan

dengannya,yangdibatasi ruang danwaktu. Di sini mereka terlihat seperti

kaum yang pendek akal di dalam mendeskripsikan Zat Tuhan dan sifat-

sifat-Nya. Pada akhirnya, mereka sampai pada tingkat membolehkan

segala yang baru berdiri berdampingan dengan zat Allah d6 (taiwizu qiyamil

hawadits bi dzatihi).Ini merupakan aiaran tajsim dan madzhab mereka.

Sebuah ajaran yang merobohkan perbedaan hakiki antara Allah dengan

hamba-Nya. Mereka dan manhaj yang ditempuh diusir, ketika mereka

beranggapan bahwa di alam ini tidak akan teriadi jism atau a'radh, kecuali

setelah terjadinia banyak a'radh di dalam zatyangmereka sembah.

Bisa jadi kelalaian mereka terhadap perbedaan asasi antara Peng-

gunaan bahasa terkait dengan Allah dengan pengSunaannya terkait dengan

151,6 Nasy'at Al-Fikr Al-Falsaf fi Al-lslam, juz ke-L, hlm. 299.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 745

manusia/ telah menjerumuskan mereka ke dalam kesalahan yang fatal

ini. Padahal, makna bahasa akan ditentukan berdasarkan sesuatu yang

disandarkan kepadanya.lslT

Al-Karramiyah ternyata menyalahi dirinya sendiri di dalam masalah

tidak adanya hal-hal baru itu ('adamul hawadits) di dalam Zat Allah $6.

Menurut madzhab ini, a'radh"ada" itu seperti a'radh"tiada". Maka,

oleh karena Allah-menurut mereka--menjadi tempat bagi hal-hal baru

(mahallun lil hautadits),yarrg berdiri dengan sendiri-Nya jika ada, berarti

juga menjadi tempat " ti ada" (mahallun lil ' adanr) - yang merupakan a'radh -

jika tiada. Sebagian dari mereka rnembenarkan itu, tetapi kebanyakan

membantahnya. Menurutku, konsep kemustahilan hal-hal yang tidak

ada berdiri berdampingan dengan zat Allah, meskipun terlihat sangat

hati-hati, tetapi sebenamya bertentangan. Jika hal-hal baru itu merupakan

a'radh, dan mereka membolehkannya berdiri berdampingan dengan Zat

Allah, maka sesungguhnya hal-hal yang tidak adapun jugaa'radh. Lantas,

bagaimana mungkinmereka membedakan dua hal yang sama? Barangkali

perbedaan terpenting yang terlihat di sini adalah, Zat Tuhan di masa yang

akan datang tidak terlepas dari ditempati hal-hal baru. Adapun di zaman

azali,hal seperti itu tidak terjadi.1518

'$l-Baghdadi menilai, dengan penafsiran seperti ini, mereka sehaluan

dengan para pengikut Hailulaht fang menyatakan bahwa di zaman azali

ter dap at j awhar y ang terlepas dari a' r adh, kemudian a' r adh menempatinya.

Maka, di masa depan ia tidak kosong darinya.lsle

Nama-nama Allah yang Diambil dari Perbuatan-Nya

Sebuah persoalan yang dihadapi semua pengkaji bidang akidah,

yaitu merekayang mengatakan bahwa entitas Tuhan itu azali, sedangkan

alam itu baru. Persoalan ini terdapat di dalam menafsirkan nama-nama

dan sifat Allah yang baik, yang berhubungan dengan pengadaan sesuatu

yang tidak azali. Dengan kata lain, perbuatan yang didahulu oleh tiada.

Jumhur teolog kalam-terutama Asy'ariyah dan Al-Maturidiyah-tidak

1517 Al-Farqu bayna Al-Firaq, hlm. 217.

1518 Ibid, hlm. 218.

1519 Ibid.

746 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

I

I

banyak menanggapi persoalan ini. Menurut mereka, keazalian sifat tidak

lantas berarti keazalian perbuatan. Sebab, antara nama dan sifat dengan

yang berhubungan dengannya terdapat perbedaan. Demikian itu sudah

kami kemukakan di depan. Sementara itu, untuk keluar dari dilema ini,

Al-Karramiyah berpandangan bahw a raziqiyy ahbermakna kekuasaan Allah

untuk memberikan rejeki kepada makhluk-Nya, sedangkan klmliqiyyah

bemakna kekuasaan-Nya untuk menciptakan. Akan tetapi, semua

perbuatan tersebut mereka kembalikan pada "kekuasaan" Allah untuk

melakukan sesuafu. Maka, "kekuasaan" itu eternal, sedangkan memberikan

rejeki atau menciptakan itu huduts (baru), karena berhubungan dengan

yang dikerjakan dan diciptakan. Akan tetapi, konsep ini meniscayakan

timbulnya hal-hal baru di dalam Zat Allah d6.

Seseorang bertanya, bukankah pemikiran ini tidak jauh berbeda

dengan pernyataan Asy'ariyah tentang eternalitas srtat dan kebaruan segala

yang berhubungan dengannya? Jawabannya, perbedaan di antara dua

pemikiran ini teramat kontras. Analisa Asy'ariyah terhadap persoalan ini

masih sejalan dengan akal. Sebab, dalam pandangan mereka, sifat itu eternal,

begitu pula kelayakan bagi segala sesuatu untuk berhubungan dengannya.

Akan tetapi, y angberhubungan dengannya itulah y ang hadits (baru). Jadi,

adanya sesuatu yang berhubungan dengannya tidak membuat baru Zat

Allah sama sekali. Oleh karena itu, mereka tidak membolehkan hal-hal yang

baru berdiri dengan Zat Allah $6. Berbeda dengan mereka, Al-Karramiyah

meniscayakan hal-hal baru berdiri dengan Zat-Nya.

Namun, Al-Karramiyah juga punya pendapat dalam hal ini, yang

mungkin menceritakan bentuk sikap remeh mereka dalam membolehkan

hal-hal baru berdiri dengan Zat Allah. Pendapat ini mirip sebuah alibi

berbahasa. Mereka bilang, kami menetapkan bahwa Allah mempunyai

nama-nama yang diambil dari perbuatan-Nya secara mutlak bukan idhnfah.

Kami menetapkan bahwa Allah itu raziq (yang memberikan rejeki) dan

khaliq (yang menciptakan), tanpa dihubungakan dengan yang diciptakan

atau yang mendapatkan rejeki. Menurutku, analisa ini tidak benar, baik

dari sisi logika maupun bahasa. Dari sisi logika, sebuah idhafah, jika tidak

diutarakan secara jelas harus dapat ditangkap.oleh akal. ]ika tidak, tidaklah

sah penisbatannya kepada Allah $c. Adapun dari sisi bahasa, bersifat

dengan "kata jadian" harus bersifat dengan "asal kata jadian" itu sendiri.

L

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 747

I

i

Dalil-dalil Al-Karramiyah Bahwa Allah ltu Jism, Tetapi Tidak

Seperti/lsm yang Lain

Dapat dipastikan akidah tajsim di kalangan Al-Karramiyah

dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, dan upaya kelompok membangun

sebuah pemikiran. Adapun pengaruh dari luar teramat sedikit. Untuk

memperkuat akidah ini, mereka mengemukakan dalil aqli dannaqli.

Di dalam dalil aqli, mereka mengemukakan premis-premis yang tidak

bisa diterima. Pemahaman mereka terhadap premis itupun bersifat khusus.

Olah karena itu, ini bukanlah dalil aqli dalam arti logis sebagaimana kita

tahu, yang hasilnya dinilai shahih karena dibangun di atas premis yang

benar. Berikut ini penuturan mereka:

Dalil pertama: Mereka mengatakan, Allah itu ada. Alam juga ada.

Setiap dua wujud yang sama-sama ada, bisa jadi saling melengkapi dan

bisa jadi pula sebagai pembeda satu sama lain. Dan, mustahil keduanya

saling melengkapi. Maka tetaplah keduanya berbeda. Jadi Dia bertahta di

atas, sedangkan alam di bawah. |adi, Dia bertahta di atas, sedangkan alam

di bawahnya.

Dalil kedua: Mereka mengatakan, kami tidaklah menyaksikan yang

berilmu, yang berkuasa, dan yang hidup, kecuali dia jism. Dan, sesuatu

yan$ditetapkan bertentangan dengan kesaksian akan ditolak akal. Karena

itu, wajib dikatakan bahwa Allah JM itu jism. Jika tidak, berarti tidak ada

sama sekali, dan itu mustahil.

Dalil ketiga: Mereka mengatakan bahwa Allah itu Maha Mengetahui.

Dan, yang Maha Mengetahui pastilah tahu hal-hal yang bersifat jasmani.

Dan, yang mengetahuinya, pasti mengetahui bentuknya. Karena Allah

mengetahui segala yang bersifat jasmani, maka Dia pastilah jism. Sebab,

hanya yang serupa sajalah yang mengetahui sesuatu yang diserupakan

dengannya.

Dalil keempat: Mereka mengatakan bahwa Allah bisa dilihat. Sebuah

penglihatan meniscayakan sesuatu yang dilihat ada di depannya. Dan,

sebuah penglihatan meniscayakan cahaya jatuh menerpa jism, sehingga

bisa terlihat. Itu berarti, Allah berada di arah tertentu. Dan, yang ada di

arah tertentu pastilah iisim.ladi, Allah itu jism.

748 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

Bantahan Atas Dalil-dalil Tersebut

Bantahan untuk dalil pertama: Premis dalil ini bisa dibilang bukan

termasuk al-badahiyyaf (dapat diterima akal tanpa berpikir panjang). ]ika

memang termasuk, pasti tak ada yang membantahnya. Karena dalil mereka

ini masih diperdebatkan, yang berarti masih pencarian dalil. Dasarnya,

keniscayaan setiap yang ada berada di tempat yang berjalan di alam ini,

atau berbeda. Akan tetapi, Allah tidak membutuhkan tempat atau yang

lain. Oleh karena itu, jumhur ulama mengatakan bahwa Allah itu ada, tetapi

bukanlah keadaan di alam, yang lainnyua. Bahkan, di kalangan filsuf ada

yang menegaskan adanyaal-nnwjudat al-mujarradah (entitas murni) di alam

ini, seperti jiwa (nafs), akal, dan sebagainya.

Bantahan ini jelas tidak menerima pembagian entitas menjadi dua,

yaitthal (keadaan) atau mubayyinah bil jihah. Sebab, pembagian di sini masih

memungkinkan adanya entitas ketiga, bukan salah satu dari keduanya,

bahkan sama sekali melewati batasan dan ruang. Inilah tabiat entitas

Ketuhanan.

Dalil kedua: Mereka membangunnya di atas pandangan yang terikat

dengan jasmaniyah, dengan menganalogikan yang gaib pada yang

nyata. Mereka menutup pintu pengetahuan akal, entitas maknawi di

dalam penerimaan pengetahuan indrawi, dan entitas material. Ini tentu

berbeda dengan jumhur para pemikir. Dalil mereka hanya bisa diterima

dalam kaitannya dengan entitas material saja. Selanjutnya, kesaksian

membenarkan entitas material-jasmaniyah. Jika mereka hanya bepegang

pada jenis entitas yang ini saja, maka akan kami katakan, "Kalian telah

mengambil tempat perselisihan di bagian dalil kalian. Dan, ini tidak

dibenarkan logika, karena mengandung pengambil-alihan yang diminta,

yaitu menjadikan dakwaan sebagai bagian dari dalil."

Secara akal, seseorang bisa saja mendefinisikan substansi tertentu

dengan mengesampingkan dimensi, batasan, kadar, dan sisi-sisi material

lainnya yang mereka kemukakan. Selanjutnya, bisa pula mengeluarkan

hukum dengan judul tertentu, dengan melepaskan sisi-sisi material yang

disebutkan tadi. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa bertawassul uutuk

meraih pengetahuan tertentu itu boleh. Dan, mengetahui entitas-Nya tidak

perlu memastikan bahwa Dia ada di "dimensi" tertentu. Dengan begitu,

\-

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 749

dakwaan mereka tentang keniscayaan "dimensi" unfuk menetapkan suafu

entitas telah gugur.

Sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari bisa diarahkan kepada

mereka, yaitu: kalau benar bahwa setiap yang disaksikan, yang berilmu

atau yang hidup, itupasti jism dan berada dalam batasan-batasan tertentu,

maka Allah-berdasarkan analogi pada diri-Nya-bisa jadi murakkab

yang terdiri dari banyak bagian, atau bagian itu sendiri, dan atau lainnya.

Padahal, Dia adalahf auhar fardyang tidak dapat dibagi-bagi, seperti bagian

yang tak terbagi di alam ini. Akan tetapi, mereka tidak bicara tentang dua

hal ini: ketersusunan dan pembagian, tidak pula tentang bagian yang tak

terbagi. Berarti, Anda telah membatalkan dalil Anda sendiri. Begitulah

yang dikemukan lawan-lawan mereka di masanya.

Dalil ketiga: Dikatakan kepada mereka, "Premis kedua untuk dalil ini

tidak bisa diterima, sesuai makna yang kalian inginkan, yaitu bahwa setiap

yang mengetahui sesuatu, pasti dalam dirinya tercetak gambaran sesuatu

yang diketahuinya. Demikian itu hanya terjadi pada sebagian kecil al-ilmu

al-hushuli (ilmu yang dipelajari/dihasilkan) saja, yang diawali dengan

ketidaktahuan. Itulah ilmu manusia seperti kita. Adapunal-ilmu al-hudhuri

yang merupakan ilmu Allah tidaklah demikian. Sebab, Dia mengetahui

sesuatu sebelum, di saat, dan sesudah te4adi secara azali. Katena 7tu,

gambaran sesuatu itu tidaklah tercetak dalam diri-Nya. Memang, Allah dg

mengetahui hal-hal yang bersifat jasmaniyah, seperti yang tertuang dalam

firman-Nya, "Dan kunci-kunci semun yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang

mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak

ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji

pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering,

yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)" (Al-An'am: 59).

Akan tetapi, para teolog menilai bahwa terjadinya perubahan pada

sesuatu yang diketahui (al-ma'lum), tidaklah meniscayakan perubahan ilmu

Tuhan, berdasarkan kaidah al-ilmu al-hudhuri yang dikemukakan di atas.

Oleh karena itu, pendapat Al-Karramiyah yang meniscayakan Allah itu

jism,karena terjadinya garnbar jism dalam diri-Nya, tidak dapat diterima.

Pun pernyataan mereka bahwa sesuatu yang serupa (syabih) tidaklah

mengetahui, kecuali sesuatu yang diserupakan dengannya, bertolak dari

750 Ensiklopedi AJiran dan Madzhab di Dunia lslam

persepsi dasar mereka, yaitu bahwa Allahituiism.Dant, dakwaanini salah,

seperti yang kami kemukakan di atas.

Dalil keempat tidak jauh berbeda dengan dalil-dalil sebelumnya. Dalil

ini didasarkan analogi yang gaib pada yang nyata di kalangan makhluk.

Pernyataan bahwa setiap yang terlihat pasti berada di dalam sebuah

dimensi atau arafu dibangun atas dasar ini. Nah, kendati pandangan ini

benar di kalangan yang nyata, tetapi tidak demikian di kalangan yang

gaib. Jika tidak, ini akan meniscayakan Allah berada di segala dimensi atau

segara arah. Selain itu, meniscayakan-Nya terdiri dari beberapa bagian.

Dan, rnereka tidak mengatakan itu.

Mungkin juga bisa dikatakan kepada mereka, "Menurut kalian, Allah

itu jism, tetapi tidak sepern jismyanglain. Dalam arti kata, berbeda dengan

yang lain. Pun bahwa kesamaan antara Allah dengan jisim-jismyanglain

hanyalah sebatas kesamaan nama, bukan hakikat. Oleh karena itu, Dia

tidak membutuhkan dimensi atau tempat."

Dalil-dalil Naqli

Dalam hal ini, mereka mengemukakan beberapa ayat, antara lain:

Firman Allah tentang posisi di atas, "Mereka takut kepada Tuhan yang

(berkuasa) di atas merekn dan melaksanaknn apa yang dipeintaltknn kepada mereka)"

(An-Nahl: 50). Tentang posisi yang tinggi, "Dia Mahatinggi, Mahabesar"

(Al-Baqarah: 255). Tentang aksi naik, "Kepada-Nyalah aknn naik perkataan-

perkataanyangbaik" (Fathir:10).Dan,firmanAllah, "Paramalaikntdnnlibilnaik

(menghadap) kE ada Tuhan" (Al-Ma'arii : 4). Selain itu, ayat tentang turunnya

malaikat, kitab, mizan, dan sebagainya. Juga ayat tentNrgistizoa', yang mereka

pahami bermakna bahwa Allah itu jism, tetapi tidak sepern jism yang lain.

Nash-nash tersebut dan lainnya sudah tentu juga ditafsirkan oleh

kelompok lain. Dan, mereka memahaminya sebagai yang benar-benar

berbeda antara Allah dengan hamba-Nya. Pemahaman yang tidak memboleh-

kmrtamtsil (menyamakan) Allah dengan segala bentuk apapury sebagaimana

dinyatakan dalam firman -Ny a, " Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.

Dan Dia Yang Maha Mendutgar, Maha Melihsf" (Asy-Syura: 11).

Dari sini terlihat jelas bahwa keyakinan Al-Karramiyah seperti yang

terlintas pada teks ayat-ayat ini menunjukkan pemahaman yang keliru.

l..-

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 751

Sebab, ayat-ayat tersebut tergolong mutasyabihat, yang takwilnya hanya

diketahui Allah $9. Selain itu, ayat: "Dialah ynng menurunkan Kitab (Al-

Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,

itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun

orang-orang yang dalam lntinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti

yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,

padahal tidak adayangmengetahui talcutilnyakecuali Allah. Dan orang-orangyang

ilmunya mendalam berkata, 'IGmi beriman kepadanya (Al-Qur'an)/ semuanya

dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang

yangberakal" (Ali Imran: 7), membawa pesan perlunya membawa ayat-ayal

mutasayabih - yang sedikit - kepada ayat- ay at muhkam - y ar.g banyak -

yaitu Ummul Kitab. Dengan begitu, keyakinan mereka padamutasayabihat

tekstual jelas tidak benar.

Menafsirkan ayat mutasyabihaf secara tekstual, atau mendekati,

dianggap at-tafsir al-mamqut (tafsir yang dibenci), yang tidak dibenarkan

oleh ayat di atas. Selain itu, dikatakan kepada mereka bahwa jumhur

teolog kalam di kalangan umat Islam yang memelihara manhajberimbang

sangatlah menghormati nash. Akan tetapi, mereka juga tidak menyepelekan

peran akal di dalam memahaminya. Penafsiran Karramiyah ini mendapat

banyak reaksi, masing-masing meniscayakan sebaliknya. Dan, Asy'ariyyah

memiliki peranan paling besar dalam hal ini.1s20

Akhirnya kita sampai pada penjelasan yang tegas bahwa khithab Al-

Qur'an pada umat manusia yang secara tekstual terkesan "jasmaniyah",

"dimensional", dart "memiliki batasan", tidaklah begitu ketika berbicara

tentang hubungan antara Allah dan makhluk-Nya. Al-Qur'an berbicara

pada akal kita tentang sesuatu yang pantas bagi-Nya. Dan, pada waktu

bersamaan, memberikan jaminan yang


Related Posts:

  • Ekslopedi aliran Mazhab 18 kaki. Mereka pun pergi membawa Hajar Aswad danharta benda yang dirampas dari jamaah haji. Untuk kembali ke Hijr, merekamenempuh jalan di sebelah timur lazirahArabia. Dan, Hajar Aswad tidaklagi berada di tempatnya, melai… Read More