an pun ia
1272 Tarikh Al-Adab fi lran, hlm. 55.
L273 Hal itu dapat dilihat pada Ash-Shilah Baina At-Tashawwuf wa At-Tasyayyu>, hlm. 413,
At-Tasyayyu> Baina Maftum Al-A,immahwaAl-Mafum Al-FaisiliMuhammad Al-Bandai,
penerbit: Daru,Ammar, hlm. 7 4.
1274 Diantara karya-karyanya adalahlami' AlMnqashid, sebuah seruan shah rahmasp yang
ditulis untuk mengeritik para mamluk. Pemimpin daulah menilai Al-Karki sebagai
pengganti imam yang telah wafat
1275 Lu'lu' AlBahrai, hlm. 152, At-Tasyayyu' Baina Mafrum Al-A'immah wa Al-Maftum Al-
Faisi, hlrr..62.
127 6 Lihat, D a' irah Al-Ma' anf Asy-Syi' iyyah, Vlll / 30, 99.
598 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
berjalan atau berkendara, selalu mencaci maki kedua Syaikh (Abu Bakar
dan Umar) di atas kendaraannya dengan suara yang lantang.1277
2. Muhammad Baqir bin Muhammad Taqiy bin Manshur Al-Majlisi
(1038-1111H).
Seorang Syaikh Islam di Darus Sulthanah Isfahan. Ia hidup pada masa
shafawiyah akhir dalam keadaan serba kecukupan dan mewah. Di samping
itu, ia memiliki sikap fanatik yang tinggi, menyerang daulah lain dengan
cara menyiksa orang-orang yang berselisih dengannya.1278 Ia berkata bahwa
para imam berada di dua alam.
Ia membicarakan tentang bolehnya nikah mut'ah, adanya raj'ah
(reinkarnasi), tempat kembalinya tubuh, berpegang pada awal mula
syafaat dan terbebas dari permusuhan para imam.1'27e Ia menjadi masyhur
dengan kitabnya yang berju&i Biharu Al-Anzuar (terdiri dari 25 jilid).
Kitab tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, berbeda dengan
penulis-penulis Syiah lainnya. Kitab tersebut menghimpun sebagian besar
hadits-hadits Syiah, kisah-kisah, ilmu-ilmu dan hikayat-hikayat, tanpa
dipisah antara yang sedikit dan yang banyak.1280 Dalam mukaddimah
kitabnya yang berjud ul Zadul 'lmad, ia berkata, "...Penyempurnaan tulisan
ini, mulai dari permulaan hingga selesai, ditulis pada masa daulah yang
adil, pemerintahan yang berjaya, keagungan pemimpin para PenSuasa/
pemimpin masa-masa kejayaan, kesucian cucu-cucu penghulu para Rasul
dan pendiri tiang agama...Yakni pemerintahan agung, adil dan mulia,
yang menjadi tempat berlindung bagi orang-orang yang menderita dan
kesenangan para kaisar, sang penghidup syariat...yaitu syaikh sultan
Husein A1-Musawi.1281 Ia dinobatkan sebagai shah ke-8 dari silsilah
pemimpin kaum ShafawiYah.
Para Pemimpin yang Menempuh falan Moderat
1. Syaikh Ibrahim Al-Quthaifi
Ia termasuk orang yang paling menentang terhadap Al-Karki. Begitu
1277 Ash-Shilah, op. cit., hlm' 371.
1278 Da' irah Al-Ma' arif, IIl330.
1279 At-Tasyayyu', oP. clf., hlm.63.
1280 Ash-Shilah, op. cit., hlm. 378.
1281 At-Tasyayyu', oP. cif., hlm.63.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 599
banyak bentuk penentangan dan perlawanan yang ditunjukkannya. Di
antara perkataannya ada yang mencemarkan nama baik Al-Karki dan
menilainya sebagai orang yang bodoh. Dalam hal ini, ia menyusun tulisan
yang mengkonter tulisan-tulisan Al-Karki. Namun, penulis Kitab Lu'lu'ah
Al-Bahrain menuturkan bahwa tulisan penentangan Al-Qutahifi yang
ditujukan kepada Al-Karki tidak sepenuhnya benar, dan tidak sesuai
dengan kaidah kebenaran. Al-Majlisi sendiri pernah menulis sisi negatif
dari Al-Quthaifi dan pola keberagamaannya.l2s2
Di antara yang dituturkan bahwa suatu ketika Sah Tahmasp
mengirimkan hadiah kepada Quthaifi, namun ia menolak hadiah itu dan
mengembalikannya. Al-Karki menilai bahwa sikap yang ditunjukkan
Quthaifi itu keliru. Sikap seperti itu dilarang, makruh atau bahkan haram,
dengan dalil bahwa Hasan bin Ali bin Abi Thalib saja mau menerima
hadiah dari Muawiyah. Dan, kedudukan Sah Tahmasp tidak lebih rendah
dibandingkan Muawiyah.1283 Ini menjadi bukti bahwa para pemimpin
Shafawiyah tidak seperti penilaian Al-Majlisi yang menyebutkan bahwa
cucu-cucu Rasulullah itu suci dan menjadi tiang agama.
2.Syaikh Husain bin Abdush Shamad Al-Amili (918-984 H)
Hampir sama dengan posisi Al-Karki, hanya saja ia lebih bersifat
konservatif. Ia berusaha menahan diri ketika melihat realita memprihatinkan
di Iran. Kemudian, ia pergi naik haji dan melanjutkan perjalanannya ke
Bahrain. Ia menulis surat kepada putranya, Syaikh Al-Baha'i, supaya segera
meninggalkan Iran dan tidak bergaul dengan pemerintah. Di antara yang
pernah diucapkannya adalah, "Jika kamu menginginkan urusan dunia,
pergilah ke India. Jika kamu menginginkan urusan akhirat, pergilan ke
Bahrain. Dar; jika kamu tidak menginginkan urusan dunia dan akhirat,
tinggallah di Iran.'/1284 Ia termasuk orang yang menyatakan adanya shalat
Jumat di waktu ghaib, dan termasuk orang yang konsisten melakukan
shalatJumat di daerah-daerah Iran.las Ia menolak pendapat Al-Karki ketika
menyuruh masyarakat memikul anak kambing di atas pundaknya dan
mengubah mihrab atau arah kiblat di berbagai tempat. Ia berkata, "Llkuran
1282 AlTasyayyu', op. cif., hlm. 65.
1283 thid.
1.284 Da'irah Al-Ma'aif, op. cit.lY /268.
1285 AlTasyayyu', op. cit., hlm. 66.
600 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
panjang negeri ini, iauh melebihi ukuran panjangnya kota Makkah. Begitu
juga ukuran lebarnya. Karenanya, harus dibelok dari arah selatan ke arah
barat dalam ukuran yang banyak.la6
3. Syaikh Muhammad Bahauddin Al-Amili
Ia semasa dengan Sultan Abbas Al-Kabir. Ia adalah syaikh Islam di
Darus Sulthanah Isfahan. Ia memiliki kedudukan penting di kepemerinta-
han. Di sebagian kitabnya ia pernah menulis, seandainya ayahnya tidak
datang ke daerah Iran, tentu ia tidak mendapatkan cobaan berteman dengan
para sultan. Ia berkata, "seandainya ayahku-semoga Allah menyucikan
ruhnya - tidak berpindah dari negeri Arab dan tidak bergaul dengan para
sultan, niscaya aku akan menjadi orang yang paling bertakwa, paling
banyak beribadah dan paling zuhud. Tetapi, ia telah membawaku dari
negeri itu dan tinggal di kota Iran ini, sehingga aku bergaul dengan para
pecinta dunia, aku terpengaruh oleh akhlak buruk mereka dan aku pun
memiliki sifat seperti mereka.z1287
Syaikh Muhammad Bahauddin tidak sabar menghadapi situasi yang
penuh dengan tipu muslihat itu, akhirnya ia mengembara di seluruh
belahan dunia Islam. Kemudian ia menulis kitab be4udul Kasykul yang
sangat terkenal itu. Anehnya, sebagian kaum Syiah menganggaPnya
sebagai ulama Sunni, sementara kaum Sunni menganggapnya sebagai
ulama Syiah.1288 Kekaburan ini bersumber dari kondisi dirinya yang sama-
sama diterima di kalangan kedua belah pihak. Pendukung tasyayyu' Shafawi
menyanggah pendapatnya di bidang tasawuf. Dalam pandangan mereka,
sebagian keyakinan yang dimiliki Syaikh Muhammad Bahauddin amat
lemah. Sebab, Syaikh Muhammad Bahauddin pernah berkata, "Jika seorang
mukallaf (orangyang sudah terbebani hukum syariat) mengerahkan seluruh
kemampuannya di dalam menemukan dalil, kemudian ia keliru dalam
keyakinannya, maka hal itu tidaklah bermasalatu meskipun keyakinannya
itu bertentangan denga n ahlul haq (kaurr. Syiah).
Menyikapi pendapatnya itu, pendukung tasyayyu' Shafawi berkata,
"Pendapat tersebut jelas batil. Sebab, yang demikian dapat menghasilkan
1286 Da'irah Al-Ma'aif, op. cit.lY /268.
1287 At-Tasyayyu', op. cif., hlm. 66.
1288 tbid.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 601
ulama-ulama sesat dan pemimpin kaum kafir yang tidak kekal di neraka.
Kerancuan pemikiran itulah yang menyebabkan mereka sesat, karena
mereka tidak mengikfii ahlulha4 seperti Abu Hanifah dan pengikutnya.lae
Kenyataan ini menjadi bukti bahwa Syaikh Muhammad Bahauddin tidak
termasuk orang yang keluar dari nas Al-Qur'an dan hadits, dan tidak
mengambil penambahan-penambahan yang dijumpai oleh ahli tasyayyu'
generasi akhir. Kitabnya yang berjudu.l Kasykul tersebut membawa
semangat yang bersifat moderat.
4. Syaikh Hasan bin Zainuddin bin Ali (959 -1011H)
Penulis kitab Al-Muntaqa.Ia sering menyangkal karya-karya orang
lain tanpa menelitinya lebih jauh, dan berusaha semaksimal mungkin
menguatkan karya-karya dan tulisan-tulisannya sendiri. Ia berkata,
"sebagian besar ulama kita banyak menulis kitab, hanya saia kitab-kitab
mereka tidak di-tahqiq.Di dalamnya terdapat banyak pengulangan, terkesan
serampangan dan tak jelas." Ia merasa seolah karya-karyanya sendiri sudah
betul-betul di-tahqiq dan selektif. Menurutnya, kesahihan sebuah hadits
adalah jika diriwayatkan dari imam yang adil, yang dikenal terpercaya
berdasarkan kesaksian orang-orang yang tsiqah dan adil.
Para pendukung tasyayyu'shafawi menolak pendapat Syaikh
Hasary karena menurut mereka Syaikh Hasan telah membuat ketentuan
yang amat picik. Definisi yang diajukan mengenai kriteria hadits shahih
lebih mendekati kerusakan daripada kebaikan, yang berimplikasi pada
kerusakan syariat. Boleh jadi, definisi yang dibuatnya itu akan membawa
pada hal-hal baru yang mengerikan. Sebab, jika mereka sudah menilai
dhaif terhadap suatu hadits, padahal di dalamnya terdapat perawi yang
dapat dipercaya, maka otomatis hadits tersebut tidak dapat dijadikan
dalTl syar'i, atau bahkan hadits tersebut akan dinilai dusta dan palsu.
Laiu, mereka akan merujuk ke mana dalam menetapkan hukum-hukum
syariat? Jika kita menelaah Kltab lLshul Al-Kafi dan sejenisnya, kita akan
menjumpai bahwa sebagian besar isi kitab tersebut tergolong pada kitab
yang seharusnya mereka jauhi. Pendefinisian mereka terhadap istilah hadits
dan hadits shahih seperti yang disebutkan, tidak lain kecuali merupakan
kelalaian yang nyata. Dengan demikian, mau tidak mau mereka harus
1289 lbid, hlm.66
602 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
berpegang kepada dalil-dalil yang diikuti oleh para ulama Syiah terdahulu
atau membuat agama selain agama yang ada.12m
5. Muhammad Amin bin Muhammad Syarif Al-Istirabad
Penulis Kitab Al-Fawa'id Al-Madaniyyah sekaligus muluqqiq (editor)
kitab-kitab Ushuluddin, Ushul Fiqh, hadits dan periwayatan yang keliru.
Ia adalah orang pertama yang membuka pintu caci maki terhadap para
mujtahid. Begitu sering ia mencela mereka, dan bahkan menggolongkan
mereka sebagai penghancur agama.
Namun, penganut tasyayyu'Shafawi mencela sikap Muhammad
Amin. Penulis Kltab Lu'lu'ah Al-Bahrainberkata, "Ia termasuk orang yang
tidak baik, tidak bagus dan tidak sesuai dengan kebenaran dan jalan yang
lurus. Seringkali ia membuat kerusakan yang besar.Dl2e1' Dalarr. Kitabnya
Al-Fawaid, " Apa yang dikemukakan oleh Al-Karki merupakan bentuk
penyimpangan dari kebenaran dalam urusan yang dapat dilihat dengan
panca indera. Lalu bagaimana mungkin akan berpegang pada fatwa-
fatwanya di dalam urusan yang menyangkut akal murni?"12e2
Adapun pada masa modern ini, Dr. Ali Syariati-tergolong ulama
terkemuka yang mengajak untuk kembali kepada sumber tasyayyu'yang
asli - berpendapat men genai tasyayyu ' Shafawi sebagai berikut, " Tasyayyu'
Shafawi merupakan kelompok atau madzhab yang menyalahi sunnah.
Ia ingin meletakkan kekuatan yang berlawanan dengan sunnah. Jelas,
t asy ayy u' Shafarvi merupakan madzhab bid' alr..il 12e3
Tasyayyu'shafawi memiliki ruang operasional yang lebih banyak
dibanding tasyayyu' lainnya dalam menanamkan ruh tasyayyu' dan
pendidikannya. Ia berhasil mensyiahkan penduduk Iran dan mempengaruhi
pikiran mereka.l2ea
Tasyayyu'shafawi adalah sebuah madzhab yang membentangkan jalan
supaya lari dari persoalan. Ia merupakan madzhab yang mengupayakan
penjilidan AlQur'an, penyepuhan Al-Qur'an dengan emas, dan pembesaran
7290 lbid, hlm.68.
1291, D a,irah Al-Ma' arif Asy-Syi' iyy ah ll / 219.
1292 At-Tasyayyu,, op. cit., hlm. 68.
1293 Dr. Ali Syari>ati, At-Tasyayyu, Al-,Alawi,hlm.178 -179.
1294 Dr. Ali Syari,ati, Al-l,timad,Ala Ad-Din, hlm. 33.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 603
bentuk Al-Qur'an. Namun, ia tidak berupaya membahas atau menafsirkan
kandungan Al-Qur'an. Sebab, ia termasuk madzhab yang mengunci Al-
Qur'an. Menurutnya, membuka Al-Qur'an merupakan urusan sulit yang
hanya mendatangkan persoalan.l2es
Setiap orang yang cepat bosan akan sering mengubah sesuatu ke
dalam bentuk yang bermacam-macam, baik dengan cara mengarahkan
atau menakwilkan ke arah sesuatu yang menyimpang dan berlawanan.
Mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah sebuah kitab yang dipenuhi
dengan sebab-sebab yang ditujukan kepada para khalifah di bawah rahasia
rumus, kata kinay ah, kata maj azi dan kata isti' ar ah.12e6
Terakhir, Dr. Ali Syariati berkata,"Sebenarnya, aku jenuh terus-
menerus membicarakan hal ini. Aku tidak sanggup menuturkan perkataan
mereka dalam dakwah kesehariannya yang selalu membicarakan tentang
kepribadian para imam. Bahkan, aku tidak sanggup menyebutkan
kandungan kitab-kitab mu'tabarahyang menjadi sumber agama dan rujukan
fatwa mereka."lze7
Para fuqaha yang menyuarakan tasy ayyu' Alawi berkata, " Barangsiapa
yang mengibarkan syiar-syiar khusus tasyayyu'Shafawi, berarti ia telah
menghancurkan Syiah. Sunggutr, ia telah menyia-nyiakan pengorbanan
dan kebesaran Syiah. Lebih dari itu, ia telah mencoreng muka ulama-ulama
Syiah yang tulus beserta syiar-syiar Islam dan pemikirannya.'2e8
Fenomena Ekstrimisme Kelompok Shafawiyah
Selainfenomena radikalisme di atas, masih ada fenomena radikalisme
lain yang diciptakan orang-orang Ash-Shafawi dan berlanjut hingga
sekarang, antara lain:
1. Mencaci maki yang disertai intimidasi golongan. Ash-Shafawi
menjadikan caci maki terhadap ketiga khalifah sebagai media untuk
menguji masyarakat Iran. Lebih dari itu, mereka memerintahkan
masyarakat untuk menyuarakan caci maki itu di jalan-jalan, Pasar/
dan di atas mimbar.
1,295 Dr. Ali Syari,ati, Mas,uliyyat At-Tasyayyu,, hlm.20.
1296 Dr. Ali Syari,ati, At-Tasyayyu, Al,Alawi, hlm.88.
1297 lbid, hlm. 103.
1298 lbid, hlm.67.
604 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
2. Menyebarkan tasyayyu' (ajakan untuk memeluk Syiah) dengan besi
dan kekuasaan negara, sebagaimana dijelaskan di depan.
3. Menerapkan syahadah ketiga; asyhadu anna'aliyyan waliyyullah (aku
bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah). Ibnu Babawaih menyebutkan
bahwa Al-Mufawtuidhah-semoga Allah melaknat mereka-adalah
yang menambahkan kalimat asyhadu anna'aliyyan waliyyullah ata:u
asyhadu anna'aliyyan amirul mukminin (aku bersaksi bahwa Ali adalah
amirul mukminin) ke dalam adzan.Ini berarti, pemikiran radikal telah
menyusup ke dalam berbagai elemen fikih. Inilah yang ditolak oleh
beberapa imam dan ulama Syiah di Arab.
4. Menambahkan kalimathayya'alakhairil amal (mari menuju perbuatan
paling baik) ke dalam adzan. Sebagaimana diriwayatkan dari Al-
Hasan bin Ali bin Abi Thalib bahwa itu tidak ada. Ibnu Babawaih
mengatakaru perawi tidak menyebutkan hadits ini untuk berhati-hati.
Sebuah upaya memberikan pengantar historis. Akan tetapi, beberapa
referensi pemikiran Syiah tidak menunjukkan aclanya bersumber
dari para imam atau ulama Syiah. Pun, bahwa referensi paling kuno
merujuk pada masa Al-Buwaihiyyun.
5. Sujud di atas tanah Al-Husainiyah.
6. Membolehkan sujud kepada seseorang sebagai penghormatary bukan
ibadah.
Mungkin, di antara persoalan paling berbahaya di atas adalah
menyangkut caci maki ketiga khalifah. Inilah yang menghalangi upaya
mendekatkan antara Ahlu Sunnah dengan Syiah. Inilah persoalan terbesar
yang paling mendesak saat ini. Dan, yang pertama melakukan ini adalah
Al-Kaisaniyah. Begitulah menurut Ibnu Hazm dalam Kitab Al-Fasld. Ketika
Al-Buwaihiyyun berkuasa, mereka secara terang-terangan mencaci maki
para khalifah melalui tulisan di atas pintu masjid atau di atas mimbar.
Lebih menyedihkan lagi, Ash-Shafawiyun malah memperburuk suasana
dengan menjadikan caci maki itu sebagai slogan resmi. Bahkan, menjadi
media untuk menguii muslim di Iran. Caci maki seperti ini disuarakan di
jalan-jalan, pasar, dan di atas mimbar. Al-Karki menulis sebuah risalah yang
membolehkan caci maki ini dengan judulNafahat Al-LahutfiLa'n Al-labtiwa
At-Thaghut, sebagaimana di singgung di atas. Kapan pun ia berjalan atau
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 605
berkendara, selalu mencaci maki kedua Syaikh (Abu Bakar dan Umar) @,
dan membolehkannya.
Dalam hal ini, alih-alih memerhatikan penjelasan hadits, mereka
justru menafsirk an ayat Al-Qur'an yang berbicara men8enai orang-orang
musyrik. Menurut mereka, yang dimaksud adalah Abu Bakar dan Umar.
Tidak hanya itu, Syah Ismail I malah memerintahkan untuk membunuh
setiap orang yang mendengar caci maki terhadap khalifatU tetapi tidak
meneriakkan;'asyasy syah walahana (hidup Syah dan tidak hina).l2e
Nah, sultan Ismail Ilberusaha memberantas perilaku seperti ini, tetapi
sayang sekali tidak lama kemudian ia terbunuh.l3m
Yang menunjukkan pada kami bahwa ini bukanlah kelompok Syiah
yang dibenarkan Ahlul Bait, adalah pujian yang terlihat jelas kepada Asy-
Syaikhan (Abu Bakar dan Umar), mulai dari Ali & sampai masa-masa
terakhir sebelum tasyayyu'berubah ekstrem seperti ini.
salah satu bukti bahwa Ahlul Bait mencintai dan memuji Khulafaur
Rasyidin, adalah seperti yang diceritakan Abu Abdillah Al-Hakim bahwa
Al-Husain bin Daud , guru keluarga Rasulullah di Khurasan yang beraliran
Alawiyah pada saat itu, pernah berkata tentang Sayyidina Ali, "Dia adalah
orang yang paling banyak mendoakan, bersedekah, dan mencintai para
sahabat Rasulullah S. Diapun pernah menjadi sahabat beliau dalam
kurun waktu tertentu. Setiap kali kudengar ia menyebut Utsman, ia akan
mengatakan; dialah Amirul Mukminin yang syahid Radhiallahu Anhu,
kemudian menangis. Setiap kali aku mendengar ia menyebut Aisyah,
dialah perempu;rn terpercaya putri dari lelaki terpercaya dan kekasih dari
kekasih Allah." Selain itu, pada tahun 355 H tersebar tulisan ke seluruh
penjuru dunia, termasuk Baghdad, menyuarakan penolakan terhadap caci
maki sahabat Rasulullah.
Babak Akhir Ash-Shafawiyah
Babak akhir Ash-shafawiyah dimulai sebagai gerakan spiritual di Uful,
setelah sebelumnya mengalami perubahan dari pergerakan spiritual Sufi
1299 Taikh Al-Adab f lran, lll/ 57.
1.300 Syarafn amah, ll / 770.
606 EnsikJopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
menjadi pergerakan politik. Selanjutnya, Syaikh Baqir menyerang majelis
Sufi dengan mengajak serta Penguasa menentang mereka. Akhirnya,
pemerintah kala itu mengusir habis mereka dari ibukota Ashfahan. Mereka
dilarang menggelar zikir. Bahkan, semua yang berbau Sufisme diharamkan.
Terkait hal ini, Asy-Syabibi berkata, " Salah satu contoh upaya menghapus
jejak Sufisme, pemerintah melarang masyarakat untuk mengelu-elukan
kata" Yaa Huu" yangrnerujuk pada Allah. Selain itu, para murid Al-Majlisi
menyebar ke seantero Ashfahan, menghancurkan setiap kendi di toko-toko
keramik, dengan dalih meniupnya menimbulkan suara mirip Yaa Huu,
sebagaimana disuarakan Sufi sme.
Barangkali sufisme sengaja menempuh cara ini untuk memancing
emosi orang-orang yarr1 melaksanakan rencana-rencana pemerintah.
Semua ini menjelaskan dimensi politis, termasuk mempertegas bahwa Al-
Majlisi merupakan kaki tangan pemerintah. Dary ini berhubungan dengan
impian para pemain imajinasi fuqaha dan teolog Syiah sepanjang masa.1301
Dalam menjelaskan munculnya keinginan untuk melepaskan diri dari
Sufisme tidak lama setelah berdirinya daulah, Dr. Asy-Syaibi menuturkary
"Kita menemukan orang seperti Muhammad bin Al-Hasan AI-Amili yang
menulis Ar-Risalah Al-ltsna Asyriyyah fi Radd Ash- shufiyyah. Risalah ini
ditulis dengan membaginya menjadi dua belas pasal, seperti model lami'
Al-Asrar yang ditulis oleh Haidar Al-Amili dengan jumlah pasal yang
sama. Tujuannya, membantah tuduhan Al-Hurr Al-Amili pada abad ke-LL
Hijriyah, atau abad ke-17 Maseti.il73o2
Sejak itu dan kemunculan Al-Majlisi, tasyayyu'(Syiah) terpisah dari
Sufisme. Masing-masing dari keduanya memiliki ilmuwan tersendiri. jika
tidak dibilang habis di tengah komunitas Syiah, misi akhir jadi berkurang
dan tidak seefektif sebelumnya.
Kita tidak boleh melupakan oranS-orang Shafawi yang memulai
pergerakan baru ini dalam merintis tarekat Shufi, yaitu ketika sebagian
dari mereka meninggalkan Iran dan pergi ke India setelah daulah mereka
jatuh. Di sana mereka mulai mengumPulkan murid. lnilah yang dimaksud
1301. Ash-Shilah Baina At-Tasaunauf wa At-Tasyayyu,, hlm. 379. Lihat: Al-Muntnzham li lbnil
lauzi,penerbit: Darul KutubAl-IlmiyyahXlV /176. Lihat juga: A'mallhsanllahiy Zhahir
Kushshah (Asy-Syiah wa Ahlil Baiti).
1302 Ash-Shilah, op. cit.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 607
Dr. Kamil Asy-Syabibi dalam pernyataannya, "Orang-orang Ash-Shafawi
akhirnya berpindah pada Sufisme setelah tasyayyu'melekat pada rakyat
mereka. Sampai saat ini masih banyak ditemukan jejak peninggalan para
pengikut akidah mereka yang pertama, dengan sedikit modifikasi sesuai
tuntutan lingkungan dan perkembangan zamar."
Selanjutnya, Asy-Syabibi menuturkan tempat-tempat tumbuh
berkembangnya pergerakan setelah hilang kejayaannya dan kembali pada
format baru-klasik. Ia berkata, "Beginilah adanya di Afghanistan, Turki, dan
beberapa daerah kecil mengusung akidah Qizilbasy. Masyarakat di sana
menyebutnya begitu. Di beberapa bagian Mosul di Irak terdapat beberapa
desa yang ditempati jamaah Asy-Syibk, Al-Mawaliyyah, Al-Ibrahimiyy ah,
dan Al-Bajuwan. Semua mengusung akidah yang karena sebab yang kuat
mewujud Tarekat Ash-Shafawiyah, sebagaimana dibentuk oleh Shadruddin
Al-Ardabili."
Selain itu, Dr. Asy-Syabibi juga menjelaskan pusat kelompok-
kelompok yang lahir dari Ash-Shafawiyah ini, kendati dipertentangkan
banyak sejarawan. Ia berkata, "Di antara sekte yang bergabung dengan
pengikut Tarekat Ash-Shafawiyah ini ada yang menyebut dirinya ahlulhaqq
dan tinggal di wilayah antara As-Salimaniyyah dan Khaniqin, masih di
dalam batas wilayah Iran. Semua sekte ini sepakat mengadopsi keyakinan
masyarakat yang kuat dengan pengaturan agama dan sosial, yang
diintisarikan dari buku-buku yang mereka sucikan, seperti Al-Buyuruq,
Manaqib Al Awliya', danTadzkirah A'la. Semtrabuku-buku itu kandungannya
sama, termasuk mayoritas orang yang terlibat dalam periwayatannya,
khususnya Shafiyuddin Al-Ardabili dan putranya, Shadruddin/ yang
menghimpun buku-buku ini dengan mengintisarikan aspek fikih, qanun,
dan ahwal syakhshiyah dari dialog di antara mereka berdua.1303
Setelah penjelasan global tentang kelompok Ash-Shafawiyah berikut
masa-masa perkembangan madzhab dan politiknya, mudah-mudahan
selayang pandangyang universal dan singkat ini bisa menggambarkanhal-
hal mendasar kelompok ini, khususnya dari sisi Syiah-nya secara obyektif
(penduduk Makkah lebih tahu masyarakattya).
1,303 lbid. Untuk informasi lebih detil, dapat dilihat pada kitabnya yang berjudul Al-Harakah
Ash-Shafawiyyah wa Rawasibuha fi Al-lraq.
608 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Sejarawan membedakan dua jenis tasyayyu', dan sah-sah saja mereka
seperti itu. Hal seperti ini sudah terjadi sejak awal tasyayyu'. Bahkan,
sejarawan terkemuka Syiah tidak menampik munculnya kelompok-
kelompok ekstrem yang hampir mencapai lima puluhan, sebagaimana
dituturkan An-Nubakhti. Mereka Pun mengafirkannya.
Berangkat dari sini, ada tasyayyu'moderat yang dikenal sebagai Al-
Imamiyyah sebelum masa Ash-Shafawi. Selain itu, dikenal pula sebagai
Az-Zaidiyah.
Sejarawan dari dua kelompok Pun mengakui adanya tasyayyu'yang
ekstrem.
Yang ingin kami kemukakan, pertentangan antara pemuka Ash-
Shafawi, seperti Al-Majlisi dengan Al-Quthaifi, berlangsung hingga
sekarang. Begitulah yang disampaikan dalam tulisan-tulisan Ali Syariati,
terutama kedua bukunya;' Anit T asy ayyu' u) a At-T saurah dan At-T asy ayy u'
Al-Alawi, dalam rangka membendung Para pemikir dan buku-buku lain
dari Al-Imamiyyah.
Mengenai hal ini, pandangan Ali Syariati adalah sebagai berikut:
1. Orang-orang Shafawi adalah yang terbesar dalam menyebarkan zikir
dan memuliakan para pezikir. Merekalah yang mula-mula merintis
zikir.
2. Di tengah sengketa antara Bani Umayyah dengan Bani Abbasiyah,
orang-orurng Shafawi tidak ingin menghapus luka lama - maksudnya
peristiwa besar yang terjadi pada Syiah. Tujuannya, luka kezaliman
yang menimpa Ahlul Bait dijadikan wasilah yang senantiasa hidup
untuk melestarikan kepentingan-kepentingan pribadi. Dalam hal
ini, Ali Syariati menegaskan bahwa maksud mereka menggembar-
gemborkan, memuliakan, dan mengagung-agungkan Karbala
adalah untuk menghilangkannya dari fakta yang benar. Dengan
begitu, mereka bertentangan dengan kedua Syiah yang sebenar-
benarnya. Allah jualah yang Mahatahu sebelum dan sesudahnya.l3e
Merekalah yang memberi bentuk sesuai nilai, kemudian memoles dan
menjadikannya indah sesuai kandungan'
L304 Lihat Dr. Ali Syari>ati, At-Tasyayyu' wa At-Tsaurah, hlm. 314 - 315. Lihat i]uga: At-
Tasyayyu,, hlm.70.
Ensiklopedl Aliran dan Madzhab dl Dunia tslam 609
Setelah itu, Ali Syariati mengomparasikan antara At-Tasyayyu' Al-
Alawi yang moderat dengan At-Tasayyu' Ash-Shafawi yang karena sebab
dan kepentingan politik tertentu dipermak sedemikian rupa berdasarkan
nilai-nilai asasi dalam pemikiran Syiah masing-masing dari keduanya.
Berikut akan dipaparkan beberapa prinsip Syiah dalamAt-Tasyayyu'
Al-Alawi sebagai berikut:
a. Al-Washayah, yaitu bahwa Rasulullah-sesuai perintah dari Allah-
berwasiat kepada orang-orang terbaik dan yang paling cakap di
kalangan Ahlul Bait, dengan dasar yang paling berilmu, takwa, dan
berhak.
b. Al-Imamah, yaitu memimpin umat dalam revolusi. Imamah inilah
yang menunjukkan pada masyarakat untuk berjuang dalam rangka
membangun masyarakat yang sehat. Ia mengambil peran untuk
menyadarkan dan mengajak manusia untuk berpikir dan bebas
berpendapat. Sebuah kepemimpinan yang terdiri dari beberapa
orang, dimana m-ereka adalah lambang implementasi prinsip dan
risalah Islam. Di bawah kepemimpinan mereka, kita bisa terdidik dan
mengetahui banyak hal.
c. Al:lshmah. Maksudnya/ percaya pada ketakwaan pemikiran dan
- sosial pemimpin orang-orang beriman; yang memiliki tanggung
jawab, yang berusaha demi ilmu dan hukum masyarakat. Ini berarti,
menolak hukum yzrng sewenang-wenang, menolak taat pada ulama
yang diragukan kesuciannya, serta tokoh agama yang manipulatif
dan berhubungan dengan sistem khilafah.
d. Al-Wilayah bukanlah apa-apa selain menerima cinta terhadap Ali,
berperilaku dengan meneladani sikapnya, menjadikannya contoh
terkemuka sebagai salah satu hamba Allah. Petunjuknya memberikan
penerangan seterang lampu yang bersinar. Hukumnya-menurut
pengamatan seseorang sepanjang sejarah-merupakan impian
keadilan, kebebasan, dan emansipasi. Lima tahun memimpin menjadi
bukti terbaiknya. Ia memberikan petunjuk pada manusia-dan
senantiasa begitu - sebagai teladan pemberi hidayah.
e. Asy-Syafa'aft. Yaitu sekadar motivasi untuk berbuat agar meraih
keselamatan di akhirat.
61 0 Ensiktopedi AJiran dan Madzhab di Dunia lslam
i
f. Al-ljtihad. Yaitu salah satu unsur pergerakan dan pertumbuhan
agama seiring perjalanan waktu. Maju selangkah demi selangkah
seiring perjalanan sejarah dan revolusi terus menerus terhadap
pemikiran manusia. Sebuah perkembangan dalam konsep agama
yang memberikan ruang pada perkembangan fikih sesuai perubahan.
Sementara itu, taklid merupakan hubungan logis dan praktis antara
rakyat dengan tokoh agama yang secara spesifik mendalami masalah-
masalah amaliah, hak, dan persoalan lain yang memiliki karakter
keilmuan tersendiri.
g. Nilai keadilan berarti meyakini adanya sifat adil pada diri Allah. Pun,
bahwa alam semesta ini berdiri di atas keseimbangan dan keadilan.
Jadi, sistem sosial dan kehidupan harus tumbuh berdasarkan asas
keadilan. Sesungguhnya kezaliman dan pembeda-bedaan merupakan
racun tatanan yang tidak alamiah dan tidak berketuhanan, bahkan
atheis. Keadilan adalah salah satu dari dua rukun asasi dalam agama.
Keadilan adalah tujuan risalah, sedangkan tauhid merupakan syiar
terbesar Islam.
h. Doa adalah nash yang dididikkan dan diajarkan, yang mengungkap
keindahan dan kebaikan. Inilah perbuatan yang menggiring ruh
untuk ber-mikraj(naik ke langit). Doa sesaat menjauhkan seseorang
dari kehidupan sehari-hari untuk mendekatkannya kepada Allah.
Oleh karena itu, maka stkap intizhar - kesiapan spiritual, tindakan,
dan akidah untuk melakukan perbaikan, pemberontakan, dan perubahan
dunia-adalah impian yang menopang keimanan yang kuat untuk
memberantas kezaliman dan memenangkan kebenaran dan keadilan,
memberikan kesempatan pada kelompok yang diharamkan dan golongan
lemahrmtuk memimpin dunia. sebab, Allahberjanji suatu saatnantikaum
lemah (al-mustadh'afin) akan memimpin dunia. sebuah kepercayaan bahwa
suatu saat nanti masyarakat dan orang-orang saleh yang menahbiskan diri
mereka demi revolusi dunia akan menang.
Oleh karena itu, maka al-ghnibah berarti tanggung jawab manusia
untuk menentukan arah hidupnya, termasuk mengambil keputusan terkait
dengan masalah keimanan, kepemimpinan, serta kehidupan maknawi
dan sosial mereka. Ini berarti tanggung jawab masyarakat untuk memilih
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 611
pemimpin yang muncul dari sumber yang jernih. Kepemimpinan yang
bertanggung jawab dan suci, yang bisa mewakili kepemimpinan sang imam.
|adi, secara umum, At-Tasyayyu' Al:Alazoi adalah tasyayyu'penge-
tahuan dan cinta, t asy ayy u' sunnah, tasy ayy u' p ersatuan, t asy ayy u' keadilan
(keadilan di dunia, di masyarakat, dan di tengah kehidupan), tasyayyu'
implementatif dan kepatuhan. Selain itu, At-Tasyayyu' Al-'alawi juga
merupakan tasy ayyu' ijtthad, tanggung jawab, kebebasan, revolusi Karbala,
dan kesyahidan.
Sementara itu, menurut Ali Syariati, At-Tasyayyu' Ash-Shafawi meng-
usung konsep-konsep sebagai berikut:
a. Al-Washayah. Yakni menentukan kepemimpinan tanpa proses
pemilihan, berdasarkan warisan, yang bersandar pada silsilah ahli
waris dan hubungan darah dan kekerabatan.
b. Al-Imamah. Yakni keyakinan terhadap 12 nama (imam), dengan
anggapan bahwa mereka adalah orang-orang yang makshum dan suci
di atas manusia biasa. Biasanya, mereka menjadi satu-satunya wasilah
untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan
syafaat. Mereka (L2 orang itu) ibadahnya seperti malaikat. Mereka juga
seperti makhluk gaib, namun diposisikan seperti tuhan yang membuat
hukum di dunia dan dengankemampuannya menggerakkan manusia
kepada sisi Tuhan yang Mahabesar di langit.
c. Al-Ishmah. Yakni pemahaman mereka tetang sifat yang khusus
bagi orang-orang yang tidak sama dengan manusia biasa. Mereka
(tokoh-tokoh yang dianggap makshum) juga tidak mungkin berbuat
salah. Menurut mereka, ini hanya ada pada 14 orang saja yang
memiliki kekhususan dan sifat-sifat tersebut. Sebagaimana bahwa
penyimpangan-penyimpangan pemerintahan yang ada adalah
hal yang wajar, karena pemerintahan itu tidak terjaga (makshum).
Termasuk menerima ulama agama yang tidak suci dan tokoh agama
yang tidak bertakwa. Dengan dalih mereka bukan orang-orangyang
makshum, maka tidak mungkin terciptanya kesempurnaan dalam
pemerintahan yang dikelola mereka.
d. Al-Wilayaft. Yakni keyakinan yang hanya mencintai Ali saja, dan
hanya mengharapkan surga dari setiap tanggung jawab perkerjaary
612 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
e.
dengan meyakini wilayah Ali. Dengan kata lain, wilayafu merupakan
jaminan akhirat, bukan sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi
umat dan masyarakat. Sebuah permasalahan yang tidak penting bagi
manusia, tetapi penting bagi Allah. Sebab, dalam konsep At-Tasyayyu'
Ash-Shafawi, ini berarti ikut serta bersama Allah mengatur dunia dan
alam semesta.
Oleh karena itu, syafaat hanyalah wasilah untuk keselamatan siapa
saja yang tidak patut.
Menurut mereka, ijtihad itu hanya menciptakan kejumudan dan
kekakuan beragama, bahkan cenderung menghalangi kemaiuan,
pembaruan, dan perubahan. Ijtihad cenderung merendahkan,
mengafirkary dan menfasikkan setiap perbuatan yang baru, kalimat
yang baru, dan setiap jalan yang baru dalam agama, sistem kehidupan,
ilmu, pemikiran, dan masyarakat.
Denganbegitu, taklid berarti loyalitas yang membabi-buta pada tokoh
agama. Taklid yang bersifat mutlak dan tidak dapat didiskusikan, baik
yang berhubungan dengan akal, akidah, dan hukum'
Dalam bingkai ini, nilai keadilan erat hubungannya dengan sesuatu
pasca kematian. Tentangbagaimana Allah menghakimi di akhirat dan
bagaimana Dia mengambil keputusan terhadap seseorang, itu tidak
ada hubungannya dengan dunia. Sebab, dunia merupakan urusan
Syah Abbas. Demikian ini sejalan dengan adagium, "Biarkan yang
menjadi hak Kaisar untuk Kaisar, dan yang menjadi hak Allah untuk
Allah." Nah, dunia dan segala sesuatu sebelum kematian adalah
urusan Syah Abbas, sedangkan akhirat adalah urusan Allah.
Mereka menyelewengkan "penantian sang imam" pada kepasrahan
spiritual, tindakan, dan akidah terhadap sesuatu yang terjadi dan
keadaan yang tengah berlangsung, untuk membenarkan kerusakan
yang terjadi di muka bumi. Memandang sesuatu yang terjadi seolah
takdir yang tidak mungkin ditolak sama sekali. Karena itu, peran dan
tanggung jawab manusia diabaikan. Perbaikan dan perubahan tak
diberikan ruang. Segala uPaya dalam hal ini dipandang sebelah mata.
Mereka berdalih, semua itu mustahil sebelum Sang Imam muncul.
f.
ot'
h.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 613
i. Al-Ghaibah (Imamyang tidak terlihat) merampas tanggung jawab dari
seluruh masyarakat, melumpuhkan setiap hukum sosial dan Islam.
Keyakinan bahwa apapun yang dilakukan tidak akan berarti apa-apa,
dan tidak dibentuknya tanggung jawab sosial apapun, dengan dalih
bahwa hanya sang imam yang tidak terlihat sajalah yang rnampu
memimpin. Hanya dialah yang pantas untuk ditaati, dan kita akan
dimintai pertanggung-jawaban di hadapan sang imam satu-satunya.
Akan tetapi, karena ia ghaib, maka tidak berarti apa-apa.
Jadi, secara umumAf-Tasyayyu' Ash-Shafawi itu adalah kebodohan dan
cinta. Ini tasyayyu'bid'ah, tasyayyu'perpecahan, tasyayyu'keadilan (keadilan
filosofis, keadilan di Hari Kiamat, dan keadilan yang berhubungan dengan
akhirat), tasyayyu' fenomenal, tasyayyu' yang dipuja-puja, tasyayyu'
kejumudary tasyayyu'yang melumpuhkan semua tanggung jawab, dan
tasy ayyu' yang menjadikan musibah Karbala sebagai beban berkelanjutan
di pundak umat. lni tasyayyu'kematian, tasyayyu'perjuangan keras supaya
berhasil lewat cara tipu-menipu dan kebebasan politik, tasyayyu'syirik,
t asy ayy u' p aksaary t a sy ay y u' menangisi AI -Htrsain, t a sy ay y u' nasionalisme,
tasyayyu' penguasa Ash-Shafawi, tasyayyu' penantian yang negatif dan lari
dari perjuangan.l3os
Biar bagaimanapun, Ash-Shafawiyah tetap merepresentasikan
bagian dari sejarah. Biarkanlah ia apa adanya. Kami pun telah berusaha
mengungkap peristiwa dan pemikiran secara obyektif untuk memberikan
penerangan bagi sejarah madzhab dan aliran yang berlangsung selama
tiga abad.
Rajab AbdulMunshif
1305 HaKndzaTakallamaAliSyai,ati:FikruhuwaDauruhufiNuhudhAl-HarakahAl-lslamiyyati,
hlm. 179 dan sesudahnya, penerbit: Darul Kalimah (Fadhil Rasul).
614 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
SUFISME
SEBELUM berbicara lebih jauh mengenai sufisme (Ash-shufiyy ah),betlkttt
ini akan kami ketengahkan beberapa pernyataan dalam buku-buku sufisme
yang mengupas tasawuf dan beberapa buku yang membahas tentang
sistematika ilmu dan metodologinya. Sebisa mungkin kami akan fokus
pada yang ingin dijelaskan.
Abu Al-Qasim Al-Qusyairi (465 H/1073 M) berkata dalam risalah-
nya,l3ffi " Ketahuilah oleh kalian semua - semoga Allah merahmati kalian -
bahwa umat Islam sepeninggal Rasulullah ffi tidak menyebut oran8-orang
terkemuka dengan istilah tertentu selain "sahabat Rasulullah". sebab, tidak
ada yang lebih baik dari sebutan itu. Mereka pun jamak dikenal sebagai
"sahabal". Barangsiapa yang hidup pada generasi kedua dan bersahabat
dengan para sahabat, disebut "tab7'in't'. Bagi mereka, itu adalah panggilan
paling terhormat. selaniutnya, generasi berikutnya disebut " atba'ut tabi'in"
(orang yang mengikuti tabi'in). setelah itu, umat mulai berbeda-beda hingga
bermunculan banyak sebutan. Bagi golongan tertentu yang punya perhatian
pada persoalan agama disebut" az-zuhnd" darr" al-ibad". selaniutnya, bid'ah
bermunculary dan masing-masing kelompok saling mengklaim bahwa di
dalam komunitasnya memiliki "az-zulxad". Maka, pengikut Ahlu Sunnah
yang senantiasa memelihara diri mereka agar selalu bersama Allah dan
menjaga hati mereka dari setiap yangmelalaikan disebut golongantasawuf.
Istilah ini mulai terkenal oleh para pembesar pada 200 tahun sebelum hijrah'"
Abu Hafsh Umar As-Sahrawatdi (632H/1234 M) berkata dalam
Awarif Al-Ma'arif,l307"Ketahuilah bahwa setiap keadaan yang baik' yang
1306 Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, 8.
\307 Awarif Al-Ma'arif, 48
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab cli Dunia tslam 615
dinisbatkan kepada Sufisme dalam buku ini adalah keadaan yang dekat.
Jadi, Sufi itu adalah orang yang mendekat (kepada Allah). Di dalam Al-
Qur'an tidak ada sebutan Sufi. Bahkan, di belahan dunia Islam pun, baik
di Timur maupun Barat, tidak ditemukan istilah ini bagi orang-oran gyang
mendekat. Tetapi istilah ini dikenal di kalangan Al-Mutarassimin (orang-
orang yang meniru-niru) Betapa banyak orang-orang yang mendekat (al-
muqarrabun) di negeri Maghribi, Turkistary dan negeri Transoxiana (Maa
Wara'a An-Nahr), tetapi karena tidak mengenakan baju Sufisme dan tidak
berbantah-bantahan dalam berbicara, mereka tidak disebut Sufi.
Jadi, yang dimaksud dengan Sufisme adalah Al-Muqarrabun (Orang-
orang yang Mendekat). Seluruh syaikh Sufi menempuh jalan orang-orang
yang mendekat. Ilmu mereka adalah ilmu tentang keadaan orang-orang
yang mendekat. Barangsiapa menginginkan maqam orang-orang yang
mendekat, sebelum diraih ia disebut Mutashawwif. Jika sudah diraih,
barulah ia disebut Sufi. Adapun selain mereka yang mengenakan baju dan
menisbatkan diri pada kaum Sufi, ia disebut mutasyabbih.
Sebuah sumber menyebutkary13o8 diceritakan dari Hasan Al-Bashri
Rahimahullah bahwa ia berkata, "Aku melihat orang sufi sewaktu tawaf.,
lalu aku memberinya sesuatu, tetapi ia tidak menerimanya. Ia berkata,
'Aku,memiliki empat dawaniq, dan itu sudah cukup sebagai bekalku."'
Senada dengan ini diriwayatkan dari Sufyan bahwa ia berkata, "Kalau
bukan karena Hasyim yang seorang Sufi, aku tidak akan paham secara
detil tentangiya' ." Hal ini menunjukkan bahwa istilah Sufi sudah dikenal
sejak dulu. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa istilah ini sudah mulai
dikenal sejak 200 tahun sebelum hijrah."
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali (505-1111
M.) berkata dalam Kitab Al-Munqidz min Adh-Dhalal,130s'.\kt tahu pasti
bahwa Sufisme adalah mereka yang menempuh jalan Allah secara khusus.
Perjalanan hidup mereka adalah yang terbaik, dan jalan yang ditempuh
mereka adalah yang paling benar, serta akhlak mereka adalah yang paling
suci. Andai seluruh akal orang-orang pandai, hikmah orang-orangbljak,
dan ilmu orang-orangyang mendalami rahasia syariat dikumpulkan
1308 AtTamhid,69.
1309 AlLam',39.
616 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
untuk mengubah sedikit saja dari pola kehidupan dan akhlak mereka, lalu
menggantinya dengan yang lebih baik, niscaya mereka tidak akan mampu.
Sesungguhnya seluruh gerak dan diam mereka, lahir dan batin mereka,
bersumber dari cahaya misykatkenabian. Dan, selain cahaya kenabian, tidak
ada cahaya lain di dunia ini yang memberikan Penerangan"'
Dalam peng antar Taikh Al-Falsafah Al-Islamiyyah,l3'o syaikh Mushthafa
lxbdrrtrr azzaq menukil Ka ryf Azh-Zhunun' an Asam Al-Kutub wa Al-F unun keu.y a
Haji Khalifah (1067 H- 1656 M) dengan mengatakan, "Kebahagiaan terbesar
dan tingkatan tertinggi ba$ An-Nafs An-Nathiqah (Jiwa yang Berbicara)
adalah mengenali sang Pencipta berikut segala sifat kesempurnaan-Nya,
serta menyucikan-Nya dari kekurangan. Termasuk juga pengaruh dan
perbuatan yang bersumber dari-Nya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Singkat kata, mengenal permulaan dan tempat kembali.
|alan menuju pengetahuan ini ada dua:
Pertama,jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang berpikir dan
mencari pembuktian (Ahl an-nazhar wa al-istidlal).
Kedua, jalanyang ditempuh oleh oranS-orang yang menyukai latihan
(ar-riyadhah) dan berusaha keras (mujahadah).
fika mereka yang menempuh jalan pertama berpegang teguh pada
salah satu agama para Nabi, maka mereka menjadi al-mutakallimun (teolog).
Tetapi jika tidak, mereka menjadi orang bijak yang nomaden (al-hukama'
al-masysya'un).
sementara itu, jika mereka yang menempuh jalan kedua menyesuaikan
latihannya dengan hukum-hukurn syara" maka mereka adalah kaum
sufi. Jika tidak, mereka adalah or.rng-orang bijak iluminisme (al-hukama'
al-israqiyyun);'
Abu Nahsr Abdullah bin Ali As-siraj (378-988 M.) berkata di dalam
Al-Lam' bab fi Takhshish Ash-sltufiyyah min Thabaqat Ahl Al-llm fi Ma'anin
Akhar min Al-11m,1311
/Sufisme juga memiliki ciri khusus yang diidentikkan
oleh berbagai kalangan ahli ilmu dengan Penggunaan ayat Al-Qur'an
yang dibaca dan hadits yang diriwayatkan. Tidak ada satu pun ayat yang
Ath-Thab aq at Al- Kubr a, 4.
Zhahr Al-lslam, iuz. 4 / 157
1310
1311
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 617
menasakhnya, ttdak pula hadits atat atsar yang membatalkan hukumnya,
yaitu menyerukan pada akhlak mulia, perbuatan yang mengandung
keutamaan, kedudukan yang tinggi di dalam agama, yang disediakan
khusus bagi sekelompok orang beriman. Itulah yang digandrungi oleh
para sahabat dan tabiin dan salah satu adab dan akhlak Rasulullah ffi.
Sebagai contoh, hakikat dan sifat taubat, derajat dan hak orang yang
bertaubat, tentang wara' dan keadaan orang-orang yang u)Ara', tingkat
orang bertawakal, kedudukan orang yang ridha, dan tingkatan orang yang
sabar. Begitu pula dalam bab takut kepada Allah (khasyyah), tunduk, cinta,
pengharapan, rindu, dan kesaks ian (al-musy ahadah)."
Selanjutnya ia berkata,l3T2,Takada yang membantah bahwa jika para
ahli hadits menghadapi kesulitan dalam salah satu ilmu hadits, cacat hadits,
atau pengenalan terhadap para perawinya, tidaklah hal itu dirujuk pada
fuqaha. Begitu pula sebaliknya, jika fuqaha menghadapi sebuah persoalary
tidaklah merujuk pada ahli hadits. Maka, siapapun yang menghadapi
kesulitan tentang hati, warisan rahasia (mawarits al-asrar), dan interaksi
hati, hendaknya merujuk pada yang alim di bidang tersebut. Selain itu,
yang pernah menjalani keadaan itu, termasuk mengkaji ilmu dan detilnya.
Barangsiapa melakukan selain itu, berarti ia telah keliru."
Abdurrahman bin Khaldun berkata dalam Muqaddimah-nya,7313tt
Tasawuf merupakan ilmu syara'yang berbicara tentang agama dan asal
usulnya. Pun bahwa cara yang ditempuh mereka masih sesuai dengan
cara-cara pemuka umat dari kalangan sahabat dan tabiin, serta generasi
sesudah mereka, yaitu jalan kebenaran dan hidayah. Sebenarnya, tasawuf
itu adalah menekuni ibadah, berfokus kepada Allah, berpaling dari dunia
dan perhiasannya, berzuhud terhadap segala yang diterimanya berupa
kenikmatan, harta, dan jabatan, serta menjauh dari makhluk untuk
beribadah. Hal semacam itu umum terjadi di kalangan sahabat dan kaum
salaf. Ketika orang-orang mulai lebih memerhatikan dunia di abad kedua
dan seterusnya, maka sekelompok orang yang lebih mengindahkan ibadah
dicirikan dengan nama ash-shufiyyah (Sufisme) atau al-mutashawwifah (yu.g
menjalani ajaran tasawuf).
13"12 At-T ashawwuf At s-Tsawrnh Ar -Ruhiyy ah, 90
1313 tbid.,182 - 183
61 I Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Ketika beraneka ragam ilmu mulai ditulis dan dikodifikasi, para
fuqaha menyusun kitab fikih dan ushul, termasuk juga ilmu kalam dan
tafsir, tak ketinggalan orang-orang yang menekuni tarekat ini pun menulis
sesuai jalan yang mereka tempuh..."
syaikh Abdul wahhab Asy-sya'rani berkata (973 - L565) dalam kitab
Ath-Thabaqat Al-Kubra,1314
/Ilmu Tasawuf adalah ilmu yang terpancar di
hati para wali ketika meminta penerangan untuk mengamalkan Kitabullah
dan sunnah. Maka, setiap yang mengamalkan keduanya akan tersinari
ilmu itu, adab, rahasia, dan hakikat yang tak terungkapkan oleh kata-kata.
Jadi, tasawuf itu adalah inti dari pengamalan seorang hamba terhadap
hukum-hukum syariat. Barangsiapa menjadikan tasawuf sebagai ilmu
yang mandiri, ia benar. Barangsiapa menjadikannya sebagai bagian inti
dari hukum syariah, ia juga benar. Namun, tak seorang pun akan mamPu
merasakan bahwa tasawuf adalah cabang dari syariat itu sendiri, kecuali
yang mendalami syariat sedalam-dalamnya."
Ahmad Amin Rahimahullah menyebutkan di dalam jilid keempat
buku Zhahar Al-lslam,1315 sebagaimana diceritakan oleh para orientalis,
yaitu bahwa ketika tasawuf lahir di abad kedua, belum ada organisasi
yang menghimpun mereka. Tidak ada juga tempat khusus bagi mereka
untuk mengaktualisasikan syiar-syiar mereka. Jadi, mereka baru sebatas
individu yang terpisah-pisah. sebagian dari mereka ada yang mempunyai
murid, tetapi mayoritas mereka berpindah-pindah, membaca Al-Qur'an
danbanyakberdzikir kepada Allah. Pada fase ini, kami melihat Abu Yazid
Al-Busthami banyak berbicara tentang berhubungan dengan Allah dan
memikirkan-Nya. Ia memulainya dengan konsep yang di kemudian hari
menjadi salah satu rukun Sufisme, yaitu konsepsif na' (tusakf tidak abadi)
bagi Allah. Abu Yazid adalah seorang yang berkebangsaan Persia. Konsep
fana'inisudah ada dalam agama Budha sejak dahulu, yang dalam istilah
mereka disebut niwana.
Konsep fana' ini cukup terkenal dalam perbincangan mengenai sufisme.
Ia memiliki beberapa tingkatan dan fenomen a. P ertama,perubahan normatif
pada ruh, yang bersamaan dengan itu melepas keinginan dan syahwat.
1314 Al-Madkhal ila At-Tashawwuf, 238
1315 Awarif Al-Ma'arif, 13
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 619
Kedua, berpalingnya pikiran dari segala wujud kepada memikirkan Allah
tanpa sadar.Dan, tingkatan terakhir, hilangnya nafsu seiring kebersamaan
dengan Allah. Menurut As-Sariyy As-Suquthi, orang yang mencapai
tingkatan ini tak akan merasakan apa-apa sekalipun wajahnya ditebas
dengan pedang.
Barangkali tasawuf juga dipengaruhi salah satu unsur Kristen.
Ditemukan banyak "hadits" yang berbicara tentang perjumpaan beberapa
Sufi dengan pendeta Kristen, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Mubrid
dalamAsy-Syamil. Singkat cerita, dua pendeta datang dari Syamke Bashrah.
Salah seorang dari mereka mengajak temannya untuk mengunjungi Hasan
Al-Bashri, karena hidup Al-Hasan tak ubahnya kehidupan Al-Masih.
Sebaliknya, tidak sedikit riwayat tentang Sufisme di ranah Kristen,
sebagaimana disitir beberapa ayat dalam Injil.
Salah satu aspek yang juga dinilai bersumber dari Sufisme adalah neo
Platonisme. Banyak sekali buku-buku neo Platonisme yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Suryani, kemudian ke dalam bahasa Arab. Filsafat ini
banyak tersebar di Mesir, salah satunya dipelajari oleh Dzun Nun Al-
Mishri, salah seorang tokoh besar dalam Sufisme. Di antara ajaran Kristen
yang diduga menyusup ke dalam Sufisme, antara lain; al-fayd (pancaran,
emanasi), inbitsaqun nur (cahayayang memancar f ), atiajalli (kemunculan,
penjelmaan), dan sebagainya. Meskipun Sufisme umat Islam bersumber dari
ajaran Islam, tetapi juga tersusupi Budha, Kristen, dan neo platonisme.l3i6
Begitulah menurut sekian banyak orientalis. Tetapi, yang masih
menjadi perdebatan di kalangan mereka adalah kadar penyusupannya.
Sebagian ada yang mengatakan lebih dipengaruhi unsur Kristen, sebagian
lagi mengatakan lebih dipengaruhi unsur neo Platonisme, dan sebagian
lagi mengatakan lebih dipengaruhi unsur Budha.
Selanjutnya, Ahmad Amin ?.iiii, menurunkan sebuah tulisan yang bagus
dan obyektif,1317 menegaskan bahwa kesatuan pemikiran dalam dua umat
yang berbeda tidak lantas berarti saling mengambil satu sama lain. Sebagai
1316 Ajaran ini mirip pada apa yang diajarkan oleh Kelompok rheosofi. segala keyakinan
agama jadi satu. Ujungnya adalah sinkretisme atau pada masa kini disebut dengan
pluralisme agama.Edt.
1317 Al-Munqidz min Adh-Dhalal, hlm. L31
620 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
contoh, ia menyebutkan Rabi'ah Al-Adawiyyah, seorang peremPuan
Arab yang mengenyam pendidikan di luar, yang kerap berbicara tentang
cinta pada Tuhan (al-hubb al-ilahiy).Apakah dibenarkan kita menuduhnya
mengusung cinta sebagaimana pemahaman kaum Nasrani?! selain itu,
tabiat manusia menunjukkan bahwa kesamaan watak akan memunculkan
kesamaan pemikiran dan perbuatary tetapi tidak lantas berarti terjadi
saling pertukaran sesuai hukum pengaruh-memengaruhi. Jadi, tidaklah
mengherankan bilamana ditemukan hasil pemikiran yanS sama di dunia
ini. sebab, akal manusia juga mirip satu sama lain. Akal itu berjalan di
atas satu hukum logika, tidak seperti perasaan yang banyak berbeda
pada masing-masing orang. oleh karena itu, ketika cara-cara kaum sufi
dalam olah jiwa, mujahadah, dan perguruan menyerupai suatu kaum, itu
adalah kedekatan sebuah hasil pemikiran, juga kesepahaman tentang yang
terjadi di antara mereka. Satu pihak memahami pihak yang lain. sebab,
keberulangan pengalaman yang sahih akan menghasilkan sesuatu yang
sama, atau paling tidak mendekati.
sebagai tambahan atas penjelasan tersebu! kami tegaskan bahwa
ghirahkeagamaan seorang muslim mendorongnya untuk menjaga kesucian
dan kemurnian agamanya dari segala sesuatu yang diduga tidak berasal
dari ajaran agama atau sesuatu yang asing. seorang muslim tidak akan
tenang, kecuali sesuatu itu terbukti berdasarkan asas Islam yang jelas-
jelas benar; Kitabullah, sunnah, dan atsar para sahabat maupun tabiin,
khususnya yang hidup di abad-abad awal, yang menjadi poros kemajuan
ilmu-ilmu Islam, seperti tafsir, hadits, fikih, ushul, dan tasawuf'
Dengan memerhatikan teks-teks di atas, kita dapat menentukan
batasan topik pembicaraan kita mengenai Sufisme, tasawuf mereka, dan
ilmu tasawuf. Demikian itu karena ilmu tasawuf bukanlah tasawuf itu
sendiri. Seseorang yang membahas ilmu tasawuf tidaklah mesti seorang
Sufi. Tidak sedikit pakar tasawuf yang bukan seorang Sufi. Namun,
beberapa yang mengkaji masalah ini masih sering merancukan dua hal
ini. Akibatnya, terjadi disorientasi kaiian. Sebagai contoh, seorang pengkaji
menyebutkan bahwa nama tasawuf baru dikenal di akhir abad kedua
Hijriyah. Lantas, ia menyebut tasawuf sebagai sesuatu yang baru dalam
Islam. Selanlutnya, ia berusaha keras untuk menyingkap sumber-sumber di
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 621
luar Islam, memanfaatkan beberapa kemiripan istilatr, seperti fana' dalam
istilah Sufisme Islam dengan nirvana dalam istilah Budha. Padahal, tidak
ada kemiripan di sana. Selanjutnya, mereka katakan, sesungguhnya Sufisme
umat Islam mendapatkan konsep ini dari sumber tersebut.
Padahal, istilah tasawuf dalam Islam-sesuai konsep yang dipercaya
kaum sufi muslim-sama sekali berbeda dengan istilah dalam perabadan
lain, tergantung perbedaan asas peradaban itu sendiri. Sebagai contoh,
kata" mysticism" mencakup makna yang meliputi ketidakjelasan (ghumud),
rahasia (asrar), dan tersembunyi (khofo). Jauh dari akidah yang menjadi
sumber dan sandaran istilah ini. Dan, akidah seorang muslim sama sekali
berbeda dengan akidah lain. Sesuai perbedaan ini, maka yang terbangun
di atasnya pun harus berbeda makna, kendati bentuknya sama atau mirip
dengan peradaban dan akidah lain. Mereka pun berbeda, sesuai peradaban
dan akidah yang membentuk pemikiran dan istilah-istilah mereka. Dan,
mereka bahagia dengan semua itu.
Oleh karena itu, kita putuskan bahwa gelar Sufi dan istilah tasawuf
tidaklah digunakan untuk selain dalam Islam dan untuk kaum muslimin,
sebagaimana istilah rahib (pendeta) dan sistem kerahiban hanya dikenal
di kalangan umat Nasrani. Ini tidak akan campur aduk, karena sumber
danmakna yang terkandung dalam masing-masing istilah berbeda-beda.
Demikian itu tidak akan menafikan hukum pengaruh-memengaruhi
dan pertukaran unsur kebudayaan, asal dipakai dalam batasan-batasan
yang rasional dan disertai bukti-bukti yang tidak sembarangan. Atau,
setidaknya dikemukakan oleh seseorang yang kompeten dalam analisa
dan deskripsinya. Adapun jika dipakai untuk mencerabut madzhab atau
peradaban dari akarnya, sebagaimana banyak dilakukan kaum orientalis
terhadap karya-karya Islam dan aktivitas muslimin, tidaklah bisa diterima.
Tidak ada penafsiran lairy selain perang peradaban yang memanfaatkan
momen hegemoni peradaban Barat sepanjang masa imperialisme politik,
militer, dan ekonomi terhadap dunia Islam.
Barangkali hal semacam itu bisa diterima di kalangan aliran
filsafat. Sebab, filsafat merupakan aktivitas akal yang tidak menutup
kemungkinan untuk meminjam premis berikut hasil atau nilai. Namun,
bagi dunia tasawuf, demikian itu tidaklah dibenarkan. Sebab, kaum Sufi tak
622 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
berkeinginan untuk mendirikan m adzhab.Pun karena orientasi individual
di dalamnya terbangun dan diwarnai oleh warna para pengikutnya, tidak
berubah kendati mengalami kemaiuan dan perkembangan. sebab, ia
bergantung-menurut tingkatan pertama-pada pengalaman spiritual
yang merdeka, mengikuti kemerdekaan setiap individu. Demikian itu
menegaskan orisinalitas unsur yang terkandungan di dalamnya. Pun
bahwa ia bukanlah sesuatu yang dipinjam(musta'arah).Memang, bisa jadi
mirip yang lain dalam beberapa hal, namun itu tidak lantas menafikan
orisinalitasnya. Tidak pula merampas hak penganutnya yang bersifat
mutlak untuk bernisbat kepadanya. sebab, itu merupakan pengalaman
spiritual pribadinya, juga perasaan dia sendiri yang diungkapkan dengan
cara ini dan itu. Tetapi, perasaan dia, tetaplah perasaan dia, bukan perasaan
orang lain.
selain itu, tidak pula dibenarkan menjadikan pernyataan atau
informasi dari sebagian mereka yang menguasai Sufisme sebagai bukti'
Mereka tidak bisa dijadikan hujjah, dan hujjah tidak bisa disandarkan pada
mereka, kecuali untuk tujuan mengganggu'
Ternyata klaim mereka bahwa tasawuf memiliki satu sumber dari
sekianbanyak sumber asing tidak mendapat penerimaan, karena jelas-jelas
dusta. Lalu mereka memunculkan klaim baru, yaitua tasawuf muncul sebagai
hasil dari berbagai faktor. Mereka pun kemudian memperbincangkan dan
berdebat tentang mana yang lebih besar Pengaruhnya, seolah-olah menjadi
masalah ilmiah yang serius. Tujuannya, membersihkan kesan buruk
dan mengundang perhatian untuk memunculkan kembali klaim yang
sama dengan melihat dampak-dampak yang bermunculan. Akan tetapi,
pengaruh beragam faktor ini-yang secara substansial sudah berbeda-
tidaklah mungkin menciptakan harmoni seperti pergerakan Sufisme' fika
kami katakan bahwa dari banyak sisi, hasil yang ada sama sekali berbeda
dengan faktor-faktor yang memenSaruhi, lantas mengapa tidak kita katakan
sedari dulu? Mengapa kita tidak mempelajari tasawuf sebagai fenomena
Islamyang mumi? Tidak mirip dan tidakpula diserupakan dengan a8ama
dan peradaban Yang lain?
Terkait dengan itu, sebagian oranS berpikir-atas dasar kerancuan
pemikiran antara tasawuf dan ilmu tasawuf -bahwa tasawuf adalah
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 623
sesuafu yang baru dalam agama. Menurut mereka, tasawuf muncul dalam
bentuk yang sudah matang dan kuat seperti ini sekaligus di akhir abad
kedua Hijriyah. Seuatu yang bertentangan dengan tabiat manusia, baik
di ranah berpikir maupun bertindak. Seharusnya ada tahapan-tahapan,
dimana tasawuf berpindah dari satu tahapan ke tahapan yang lain hingga
mencapai kesempurnaan. Selain itu, mereka salah memaknai konsep zuhud
darruzlah. Apalagi banyak sahabat dan tabiin yang memilih uzlah dihari-hari
krisis, juga sering zuhud dari kemewahan duniawi. Fenomena ini menipu
mereka. Mereka tidak mencari informasi di balik aktivitas spiritual yang
mendalam dan berhubungan dengan setiap ajaran Islam. Bahkary mengikuti
secara detil arahan pembawa syariat, baik menyangkutyangwajib maupun
yang sunnah, adab yang lahir maupun yang batin. Karena itu, mereka tak
mau membahasnya. Sebab, bagi mereka itu bukanlah fenomena. Atau,
tidak menjadi pusat perhatian mereka. Atau, karena mereka tidak ingin
berkenalan dengannya. Mereka meletakkannya sebagai sesuatu yang giaen
dan tidak perlu dibuktikary yaitu generasi awal sangat memegang teguh
zuhud, bahkan cenderung berlebihan. Alhasil, ada zuhud filosofis menurut
suatu golongan, ada pula zuhud sufistik menurut golongan yang lain. Lama
kelamaan berubah menjadi sistem Sufisme di akhir abad kedua Hijriyah.
Bahkan, sebagian dari mereka terlalu membesar-besarkan dan menganggap
zuhtid ini bersumber dari kependetaan Nasrani.
Ada baiknya kami sertakan tulisan Abu Al-Ula Afifi Rahimahullah
dalam bukunya At-Tashawwuf Ats-Tsaurah Ar-Rtrhiyyah fi Al-lslam.1318 Ia
mengatakary " Percuma dan hanya akan membuang-buang waktu bila kita
berusaha keras menghukumi asal usul falsafah atas tasawuf seseorang
dan menganalisanya menjadi beberapa unsur, kemudian mengembalikan
unsur-unsur tadi kepada sumber-sumber asing, dengan mengesampingkan
peran akal dan ruh orang tersebut di dalam berpikir, mencerna, mengambil
ibrah dan pelajaran, sesuai dengan keterciptaan akal dan ruhnya."
Bukan ini inti persoalannya. Yang menjadi masalah, masih banyak
peneliti muslim yang mentransformasikan bahwa tasawuf itu melalui
beberapa tahapan, mulai dari tahapan zuhud, kemudian pada tahapan
berikutnya tasawuf muncul. Oleh karena itu, secara spontan mereka
1318 AlLam', hlm.31
624 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
menerima bahwa tasawuf itu merupakan hasil perkembangan sosial yang
tidak ada hubungannya dengan prinsip-prinsip Islam. Padahal, tidak
sedikit di antara mereka yang di tempat lain membicarakan asal usul
tasawuf yang mengakar kuat di dalam Islam dan kehidupan Rasulullah
ffi beragam arahan beliau - yang bersifat global maupun spesifik - kepada
para sahabat, termasuk juga dalam kehidupan para Khulafa' Ar-Rasyidun.
)adi, tanpa disadari yang mereka perbincangkan mengandung paradoks.
Abu Al-Ula Affi berkata di dalam bukunya A f - T ashaww uf Ats -T saur ah
Ar-Ruhiyyah fi Al-lslam,'t31s
ilDi akhir abad kedua Hijriyah, zuhud beralih
menjadi tasawuf. Dalam Islam pun terlahir sebuah disiplin ilmu baru yang
setara dengan ilmu fikih. Dengan kata lairy ilmu syariat terbagi menjadi
dua macam; Pertama,ilmu fikih yang membahas hukum yang berlaku bagi
anggota badan. Kedua, ilmu tasawuf yang membahas inti syariat supaya
dapat memahami rahasia yang terkandung di dalamnya, melihat ibadah
dan pengaruhnya dalam jiwa, berikut implikasinya terhadap kondisi
kejiwaan dan manfaat spiritual."
Di sini kita harus peka melihat perbedaan antara munculnya ilmu baru
yang tidak seperti ilmu fikih misalnya-yang sudah jelas kaidah, metode
istinbathhukum, dan pengodifikasian hukumnya sesuai pandangan setiap
mujtahid terhadap ushul dan kaidah-dengan keberadaan fikih sebagai
aktivitas amaliah sebelum dikodifikasi oleh fuqaha sahabat dan tabiin.
Kaidah-kaidah ini tidaklah mengkristal, melainkan terus tumbuh dan
terakumulasi. Kajian-kajian bertemakan masalah ini pun terus bergulir,
komparatif, menghindari pertentangan, bahkan terjadi kawin pemikiran.
Selanjutnya, dikodifikasi sesuai hasil yang dicapai fuqaha yang mengkaji
dan berijtihad di bidang itu.
Jika itu sudah jelas di ranah hukum fikih dan keberadaanya yang
benar-benar diamalkan sebelum menghasilkan hukum secara ilmiah, tetapi
hal ini tidak diterima di ranah tasawuf dan ilmunya. sebagai amaliah yang
nyata, tasawuf itu sesuatu yang berbeda dengan kemunculan ilmu yang
membahas tasawuf dan menyimpulkan suatu aturan, kaidah, adab si salik
(orang yang menjalankan laku tasawuf). Sesuatu yang diberi nama itu
terkadang sudah ada terlebih dahulu, baru kemudian diberi nama.
1319 Al-Muqaddimah, hlm. 1197
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 625
Berdasarkan manhaj yang diikuti dalam At-Tashawwuf Ats-Tsaurah
Ar-Ruhiyyah fi Al-lslam. Abu Al-Ula Afifi mengatakan, ketika wilayah
yang berhasil ditaklukkan umat Islam semakin luas dan harta rampasan
semakin menumpuk, banyak di antara mereka yang mulai mencintai
dunia. Maka, timbullah pergolakan batin di hati mereka yang bertakwa.
Demikian itu menjadikan mereka menyikapinya dengan lari menghindari
dunia, dan melakukan olah jiwa untuk senantiasa taat. Mereka pun
menilai tasawuflah yang pantas dipilih sebagai jalan ibadatu yang hukum-
hukumnya mencakup sisi makna batin dan pengaruhnya pada hati. Dan,
tasawuf berbeda dengan ilmu fikih yang hukumnya mencakup anggota
badan bagian luar. Dengan begitu, tasawuf dipilih sebagai jalan untuk
menyucikan jiwa dan menghasilkan pengetahuan yang berbeda dengan
yang diperoleh ilmuwan dan teolog.
Sebenarnya, masalah ini lebih sederhana daripada pandangan yang
mendalam ini, yang pada akhirnya beralih menjadi opini publik yang
menghukumi masyarakat beragama. Sebuah pandangan yang bertentangan
dengan konsep Islam.
Mungkin bisa dipahami seperti ini, ketika banyak orang mulai
mencintai dunia, hanya sedikit orang yang tetap berpegang teguh pada
ajaran generasi sebelum mereka; sahabat dan tabiin. Lantas, sebagian
dari-mereka memilih zuhud dari dunia dengan mengurangi kemewahan
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebagian lagi memilih cara dengan
memperbanyak ibadah. Bahkary ada pula yang menggabungkan antara
zuhud dengan beribadatu kontemplasi, dan berpegang teguh pada nilai-
nilai akhlak yang luhur. Nah, inilah yang membuka pintu mujahadatun nafs
(perang melawan nafsu). Meninggalkannya menghantarkan pada mengenal
langsung perkara-perkara ghaib yang Allah sebutkan, termasuk ilmu dan
pengetahuan lain yang dicari kaum sufi.
Dari sinilahkemudian terlihatperbedaan kaumminoritas ini dari yang
mayoritas, sehingga mereka kemudian disebut 'ibad, zahhad, nassak, dan
sebagainya. Lama kelamaan, mereka disebut Sufisme. Sebelumnya, nama
atau sebutan ini sudah seringkali terdengar, sebagaimana kami utarakan
dalam Al-Muqaddimah dari Hasan Al-Bashri yang pernah berjumpa dengan
seorang sufi sewaktu thawaf. Atau, di awal abad kedua Hijriyah, karena
Hasan Al-Bashri wafat pada tahun 110 H.
626 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Begitu pula perbedaan ilmu tasawuf -sebagai sebuah ilmu yang
membahas tentang rahasia hukum, keadaan hati dan jiwa, serta adab yang
lahir dan batin, pasikologis dan spiritual-dengan ilmu fikih, tiada lain
karena perbedaan metodologi, mengikuti perbedaan tema masing-masing.
|adi, perbedaan ini bukanlah kontradiksi (taqabul at-tadhad), melainkan
keberagaman (taqabul al-tanawwu' wa At-Takamul). seseorang tidak akan
menjadi sufi sebelum menyempumakan ilmu dengan memahami hukum-
hukum yang dibutuhkan sebagai landasan beramal dan taat, kemudian
mengaplikasikannya secara benar.
Begitu pula dengan ilmu kalam yang memosisikan masalah-masalah
keyakinan dalam Islam sebagai topik pembahasan dan kajian teoritis
sehingga memicu pertentangan dan permusuhan, serta mewarisi beberapa
cacat dalam jiwa. Sufisme fokus pada tindakan, bukan pada pertengkaran.
Mereka tidak perlu menjadi oposisi, sebagaimana para teolog' Akidah
kaum sufi sebagaimana kaum salaf dalam pemikiran dan keimanan, tanpa
berusaha mendalaminya secara detil.
Meski demikian, ada pula mufassir, pakar hadits, dan fuqaha yang
menerima pernyataan-pernyataan teolog. Mungkin Imam Abu Hamid Al-
Ghazali adalah contoh paling nyata. Dia seorang pakar fikih, ushuluddin,
teolog, sekaligus sufi. Bahkan, banyak orang menyebutnya salah satu filsuf
Islam. Sebab, ia menganalisa masalah-masalah filosofis secara mendalam
hingga menciptakan perubahan poros pemikiran Islam secara umum, dan
filosofis secara khusus.
Dalam buku-buku mereka - seperti Ar-Ri salah Al-Qusy airiyy ah dan
At-Ta'arruf li Madzhab Ahl At-Tasawwuf -karni menemukan beberapa
pasal yang berhubungan dengan ilmu kalam, tetapi tidak bertujuan untuk
menjelaskan kelompok atau mendirikan sebuah aliran tertentu, melainkan
untuk menjelaskan bahwa mereka berpegang teguh pada dasar-dasar
akidah, tanpa menambah atau mengurangi, sebagaimana dituduhkan pada
beberapa fuqaha dan teolog kalam.
Al-Kalabadzi dalam mukaddimah buku At-Ta'aruf li Madzahib Ahl
At-Tashawwuf berkata, "Hal ini mendorongku untuk mendeskripsikan
metodologi dan napak tilas pemyataan mereka tentang tauhid dan sifat, dan
segala yang berhubungan dengannya , yangbisa menimbulkan kerancuan
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 627
bagi yang tidak mengenal madzhab mereka, juga tidak pemah berkhidmah
pada syaikh mereka. Melalui ilmu, segala sesuatu yang memungkinkan
bisa disingkap, bisa dijelaskan secara benar untuk dipahami mereka yang
tidak paham melalui isyarat. Juga bisa dimengerti oleh orang-orang yang
tidak mengerti ungkapan mereka..."
Abu Al-Qasim Al-Qusyairi Rahimahullah berkata, "Para syaikh
tarekat ini membangun kaidah di atas pondasi tauhid yang benar. Mereka
melindungi akidah dari bid'ah. Mereka mendekat pada tauhid kaum salaf
dan Ahlu Sunnah. Mereka tahu benar yang benar-benar qidam. Mereka
juga tahu betul yang menciptakan sesuatu dari ketiadaan... Barangsiapa
mencermati ungkapan-ungkapan mereka, baik yang dikumpulkan maupun
yang berserakan, akan mendapati sesuatu yang pantas direnungkao yaitu
bahwa yang dicitakan-citakan mereka tercapai."
Selanjutnya, dalam risalah ini juga Al-Qusyairi menuturkan beberapa
pemyataan mereka yang merujuk makna ini, yaitu bahwa mereka berpegang
pada akidah kaum salaf, termasuk dalam hal perilaku dan muamalah,
juga arahan untuk ikhlas beribadah kepada Allah de -berbeda dengan
kecenderungan masyarakat yang berburu kemewahan, kenikmatan hidup,
dan perhiasan duniawi. Selain itu, hal yang sama mereka lakukan di bidang
ushul. akidah dan cabang-cabangnya. Mereka menerima nash sebagaimana
adanya, seperti kaum salaf. Maka, yang mereka ketahui dan mampu
mengungkapkan tanpa dibuat-buat, mereka bicarakan. Demikian itu mereka
niatkan untuk beribadah kepada Altah. Dan, mereka menghindari hal-hal
yang diperdebatkan para teolog kalam, seperti tafshil, ta'wil, fardhullawazim,
istinbathnata'ij, dan sebagainya. Mengenai hd itu, mereka berserah kepada
Allah, meyakini sebagaimana adanya, tanpa ta'wil dan ta'thil, tidak pula
tasybih atau tamtsiL Mereka berlepas diri dari daya dan kekuatan mereka,
juga mengambil hukum sesuai pemikiran mereka yang rentan salatu atau
kalimat yang tidak memadai, atau pengungkapan yang tidak benar.
Di dalam At-Ta'aruf, Al-Kalabadzi menyebutkan sebagian tokoh
tasawuf yang menulis buku muamalah. Ia mengatakary "Mereka adalah
tokoh yang diakui terkemuka, yang menulis ilmu matnarls hingga ilmu
iktisab, juga menyimak hadits. Mereka juga menulis fikitu kalam, bahasa,
dan ilmu Al-Qur'an. Buku-buku mereka membuktikan itu semua."
628 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Di sini kita tahu bahwa sebagian dari mereka iuga menekuni ilmu
kalam, bukan sebagai ilmu yang diwariskan, melainkan sebagai ilmu
iktisab (yang harus dicari). Imam Asy-Syahrastani dalam buku Al-Milal
wa An-Nihal berkata, "Manhaj kaum salaf tidak mau teriebak ke dalam
ilmu kalam, kecuali yang berasal dari Abdullah bin Sa'id Al-Kilabi, Abu
Al-Abbas Al-Qalanisi, dan Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi. Mereka
semua termasuk kaum salaf, namun mereka menerima ilmu kalam untuk
menguatkan akidah-akidah salaf dengan argumentasi teologis dan bukti-
bukti u shuliyy ah (y ang pokok).
Yang membedakan mereka dengan teolog kalam adalah, teolog kalam
menggiring sebuah persoalan dalam bingkai logika, sehingga terkadang
berdampak menjadikan masalah lebih banyak dari semestinya. Sementara
itu, ketika orang-orang Sufi dihadapkan pada persoalan seperti ini, mereka
menggiringnya dengan cara-cara yang diwahyukan, disertai pengagungan
dan penghormatan, serta diliputi rasa cinta yang memberikan ruh dan
kehidupan, tanpa menghiraukan pendapat dan takwil.
Al-Qusyairi berkata, "Dikatakan kepada Yahya bin Muadz,'Beritahu
aku tentang Allah.' Ia menjawab, "Tuhan Yang Esa." Ia bertanya lagi,
"Bagaimana Dia?" Ia menjawab, "Raja Yang Mahakuasa." Ia ditanya
la$, "Di mana Dia?" Ia menjawab, "Dia Maha Mengawasi." Orang yang
bertanya berkata, "Aku tidak menanyakan hal ini padamu." Ia menjawab,
"Yang selainini adalah sifat makhluk, adapun sifat-Nya adalah sepertiyang
kuberitahukan padamu."'
Abu Bakar Az-Zahra'badi ditanya tentang makrifat. Ia menjawab,
"Makrifat itu adalah sebutan yang bermakna adanya Pengagungan di dalam
hati, yang menghalangimu dari melakukan ta'thil atat tasybih."
Abu Al-Hasan Al-Busyanii {s berkata, "Tauhid adalah hendaknya
kamu mengetahui bahwa Dzat-Nya tidak diserupakan dan sifat-Nya tidak
dinafikan."
Berpijak dari makna ini, lebih lanjut Al-Kalabadzi menuturkan
pandangan-pandangan Sufisme dalam beragam persoalan teologis; dimulai
dari menuturkan tentang pandangan mereka soal tauhid, kemudian
sif.at, asma', Al-Qur'an, perkataan (al-kalam), kasat mata (ru'yah), takdir,
terciptanya perbuatan (lhalqul af al),kemamPuan (istitha'ah), determinisme
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 629
(jabr), perbuatan Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya (ashlah), janji
dan ancaman (al-wa'du wa al-wa'id), dan sebagainya.
Tentang sifat-sifat Allah, mereka sepakat bahwa Allah memiliki sifat-
sifat yang sejatinya bukan dengan jism, j awhar, maupun a' radh. Bukan pula
dengan anggota tubuh atau bagian-bagian tertentu. Pun, bahwa sifat-
sifat itu bukanlah Dia atau lain-Nya, dan bahwa dinisbatkannya sifat itu
kepada-Nya bukan karena Dia membutuhkannya. Makna yang sebenamya,
menafikan kebalikan sifat itu dan menetapkannya ada pada-Nya.ladi,
makna al:ilmu tidak semata menafikan Allah itu bodoh, atau makna al-
qudrah tidak semata menafikanAllahitu lemah, melainkan juga menetapkan
bahwa Dia Berilmu dan Berkuasa. Mereka semua sepakat bahwa sifat-sifat
itu tidaklah berubah-ubah, tidak pula serupa satu sama lain. |adi, ilmu Allah
bukanlah kuasa-Nya, bukan pula seperti kuasa yang lain-Nya. Demikian
pula sifat-sifat Allah yang lainnya. Selanjutnya, ia menuturkan perbedaan
pandangan tentang kedatangan atau kehadiran (al-ityan wa an-nuzul).
fumhur mereka mengatakan, "Itu sifat bagi-Nya, sebagaimana yang pantas
disandangkan kepada-Nya, dan tidak diartikan melebihi yang disebutkan
dalam Al-Qur'an maupun hadits. Adapun mengimaninya adalah wajib."
Sebagian menakwilkannya sebagai berikut, "Al-i$an minhu (Dia datang)
berarti Dia menyampaikan yang diinginkan kepadanya. Nuzuluhu ila
asy-syay'i (turun pada sesuatu) berarti Dia menghadapinya. Qurbuhu (Dia
mendekat) berarti kemuliaan dari-Nya. Bu'duhu (Dia menjauh) berarti
kehinaan dari-Nya. Begitulah semua sifat-sifat mutasy abih."
Mereka sepakat bahwa Al-Qur'an adalah Kalamullah yang sebenar-
benarnya. Al-Qur'an bukanlah makhluk, muhdats, dan bukan pulahuduts.
Al-Qur'an terbaca oleh lisan kita, ditulis di mushaf-mushaf kita, terjaga
di dada kita, dan tidak mengalami perubahan. Sebagaimana Allah bisa
diketahui dengan hati kita, disebutkan oleh lisan kita, disembah di masjid-
masjid kita, dan tidak mengalami perubahan. Mereka juga sepakat bahwa
Dia bukanlah jisim, bukan jawhar (substansi dari sebuah wujud yang
dapat mewujudkan dirinya sendiri tanpa bantuan wujud lain), dan bukan
pula'ardh (accident yang tidak memiliki substansi wujud tersendiri, tetapi
memerlukan wujud lain untuk mewujudkan dirinya).
630 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Sementara itt, kalam (firman Allah) masih diperdebatkan. Sebagian
besar mengatakan, kalam adalah sifat bagi Dzat Allah yang sama sekali
tidak serupa dengan perkataan makhluk. Selain itu, tidak memiliki ma'iyah
selain untuk penetapan.
Sebagian lain mengatakan, perkataan Allah itu merupakan perintatr,
larangan, informasi, janji dan ancaman, serta kisah dan perumpamaan.
Jumhur mereka sepakat bahwa Kalamullah tidak dengan huruf, suara, dan
tidak pula dengan aksara. Akan tetapi, huruf, suara, dan aksara menunjukkan
perkataan. Semua itu hanya milik yang memiliki alat dan anggota tubutu
yaitu lisan dan bibir.
Namury ada pula yang mengatakan di antara mereka, bahwa perkataan
Allah itu terdiri dari huruf dan suara. Menurut mereka, sebuah perkataan
tidak akan dikenal kecuali mengandung unsur itu. Namun, mereka juga
menegaskan bahwa perkataan semacam itu hanya milik Allah, tidak sama
dengan perkataan makhluk-Nya.
Al-Kalabadzi berkata, "Ketika Allah ditetapkan qadim (eternal), tidak
seperti makhluk, maka begitu pula sifat-Nya tidak seperti sifat makhluk.
Semua Al-Qur'an yang bukanlah Kalamullah tergolong muhdats dan
makhluk."
Sementara itu, terkait masalah ru'yah (apakah Allah bisa dilihat),
mereka sepakat bahwa Allah bisa dilihat dengan mata di akhirat. Akan
tetapi, Dia hanya bisa dilihat oleh orang-orang beriman, tidak oleh oranS-
orang kafir. Adapun di dunia, Allah tidak bisa dilihat dengan mata,
tidak pula dengan hati, kecuali dari sisi keyakinan. Terlebih Allah juga
menegaskan bahwa Dia bisa dilihat di akhirat, tidak di dunia. Maka, pada
akhirnya harus diyakini sebagaimana yang diberitahukan Allah {*.
Selain itu, mereka juga sepakat bahwa Allahlah yang menciptakan
semua perbuatan hamba-Nya, sebagaimana Dia pulalah yang menciptakan
mereka. |adi, segala yang mereka perbuat, baik dan buruk, adalah takdir
dan kehendak Allah. Mereka sepakat bahwa hamba tidak akan bernapas,
tidak akan mengerdipkan mata, dan tidak akan bergerak, kecuali dengan
kekuatan yang diciptakan Allah pada mereka. Dengan kemampuan untuk
melakukan sesuatu yang diciptakan oleh-Nya. Dary mereka sepakat bahwa
hamba-hamba Allah memiliki iktisab (usaha), sehingga perbuatannya akan
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 631
diganjar dengan pahala atau siksa. Iktisab di sini bermakna melakukan
sesuatu dengan kekuatan yang diciptakan untuk mendapatkan manfaat
atau menghindari bahaya. Dan, mereka juga sepakat bahwa para hamba
Allah memiliki kebebasan memilih (ikhtiyar) untuk berusaha. Mereka
tidaklah dipaksa.
Mereka pun sepakat bahwa Allah berbuat apa saja yang dikehendaki
terhadap hamba-Nya, dan menentukan hukum apapun yang diinginkan
buat mereka, baik mengandung maslahat buat mereka maupun tidak. Sebab,
makhluk adalah ciptaan-Nya. Dia tidak ditanya tentang yang diperbuat-
Nya, tetapi justru para hamba-Nya-lah yang akan ditanya tentang yang
mereka perbuat. Semua yang diperbuat Allah pada hamba-Nya merupakan
bentuk ihsan (kebaikan) dari-Nya. Kalaupun Dia tidak melakukan hal itu,
boleh-boleh saja. Jadi, masalah pahala dan siksa bukan karena keberhakan,
melainkan karena kehendak, keutamaary dan keadilan Allah. Andaikata
Allah menyiksa seluruh yang ada di alam semesta ini, Dia tidaklah berlaku
zalim pada mereka. Andaikata Dia memasukkan seluruh orang kafir ke
surga, itu tidak mustahil bagi-Nya. Akan tetapi, Dia telah mengabarkan
bahwa orang-orang yang beriman akan mendapatkan nikmat, sedangkan
orang-orangyang kafir akan mendapatkan azab. Maka, itu wajib terjadi.
Sebab, Allah tidak dusta. Mahasuci Allah dari sifat seperti itu.
Selain ifu, mereka sepakat bahwa ancamzrn mutlak untuk orang-orang
kafir, sedangkan janji mutlak untuk orang-orang beriman. Maka sebagian
mengatakan, dosa kecil akan diampuni dengan menjauhi dosa besar.
Tetapi, ada juga yang mengatakary dosa kecil dan dosa besar sama-sama
akan dikenakan hukuman. Dan, dosa kecil maupun dosa besar sama-sama
memungkinkan untuk diampuni dengan kehendak dan syafaat Allah.
Dari pengamatan yang cepat ini terlihat jelas kebenaran yang kami
isyaratkary bahwa siapa saja di antara mereka yang menekuni ilmu kalam,
mereka berpegang pada Madzhab Ahlu Sunnah wal jamaah. Dary secara
umum, mereka merujuk pada cara-cara salaf dalam menerima kepercayaan-
kepercayaan semacam ini secara langsung dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Di antara pernyataan penting yang dinukil Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
dalam Risal ah-nya: Al-Husaini bin Manshur (Al-Halla) meniscayakan segala
sesuatu ituhudust (baru). Sebab, yang qidam hanyalah Allah. Segala yang
632 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
tampak sebagai jisim, ia pastr'ardh. segala yang terkumpulkan oleh alat,
maka kekuatannya dalam genggaman-Nya. Segala yang dipersatukan oleh
waktu, akan dipisahkan oteh waktu. segala yang ditegakkan oleh faktor
lain, tidak akan pernah lepas dari darurat. Barangsiapa diam di tempat,
ia akan tahu di mana' Dary barangsiapa memiliki jinsun (ienis)' ia akan
mendesaknya bagaimana. sesungguhnya Allah tidak ada yang menaungi
di atas-Nya, tidak ada yang berpijak di bawah-Nya, tidak ada batas yang
menghadang-Nya, tidak ada yang mendesak-desak di samping-Nya, tidak
ada yang mengambil dari belakang-Nya, tidak ada yang membatasi-Nya
di depan, tidak ada yang memunculkan-Nya sebelum-Nyu, tidak ada
yang menafikan-Nya sesudah-Nya, tidak dikumpulkan oleh semua, tidak
diadakan oleh kejadian, dan tidak ditiadakan oleh bukan. Tidak ada sifat
yang serupa dengan sifat-Nya, tidak ada cacat dalam perbuatan-Nya,
dan tidak ada batas waktu dalam keadaan-Nya. Mahasuci Allah dari
segala keadaan makhluk-Nya. Dia tidak memiliki sifat makhluk-Nya,
dan perbuatan-Nya tak ada yang harus diperbaiki. Dia berbeda dengan
mereka melalui sifat etemal-Nya, dan mereka berbeda dengan-Nya melalui
sif.at huduts mereka. Jika Anda tanyakan kapary maka keberadaan-Nya
telah mendahului keberadaan waktu. )ika Anda tanyakan di mana, maka
keberadaan-Nya telah mendahului keberadaan tempat. jika Anda katakan
huwa (Dia), maka sesungguhnya huruf ha' dan waw itu adalah ciptaan-
Nya. Huruf adalah tanda-tanda kebesaran-Nyu, keberadaan-Nya adalah
penegasan-Nyu, makrifat-Nya adalah menauhidkan-Nya, dan tauhid
membedakan-Nya dengan makhluk-Nya. Yang terbetik dalam benak
Anda, berbeda dengan-Nya. Bagaimana Dia datang dan kembali, tidak
seperti yang terlihat atau dibayangkan. Mendekat-Nya adalah kemuliaan,
menjauh-Nya adalah kehinaan. Dia meninggi tanpa bertoPang, dan datang
tanpa berpindah. Dialah Yang Pertama, Yang Terakhir, Yang Lahir dan
Yang Batin, Yang Dekat danYanglauh. Tiada sesuatu aPaPunyang seruPa
dengan-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat'
Dalam Ta'arruf-nya, Al-Kalabadzi menukil pernyataan senada, hanya
sedikit berbeda dalam ungkapan dan pemilihan kata. Akan tetapi, dalam
pernyataannya, ia menisbatkan pada beberapa tokoh besar. Jika penukilan
risalah itu benar, ini menjadi bukti kuat bahwa pemyataan-pemyataan yang
dinisbatkan pada kelompok ini, seperti hulul, ittihnd, wihdat al-wuiud, atau
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 633
istilah senada lainnya, bersumber dari niat buruk, atau pemahaman yang
keliru dari mereka yang melontarkan pernyataan itu.
Apapun itu, masalah terpenting yang mereka bicarakan adalah
menyangkut tauhid.
Inilah pondasi utama Islam. Pada akhirnya, pernyataan mereka-
sebagaimana dinilai oleh Abu Al-UIa Afifi-merujuk pada pernyataan
Al-Junaid, "Memisahkan yang qidam (eternal) dariyanghuduts (baru). Jika
kita memisahkan sifatDzat yang eternal dari makhluk yang baru, berarti
kita telah menauhidkan-Nya."
Sufisme tidak hanya condong pada makna ini, sebagaimana tertuan!
dalam kalimat-kalimat terminologis yang banyak memenuhi buku-buku
teolog kalam dan dipelajari mayoritas muslim, melainkan juga ingin
menjalani kehidupan langsung bersama hakikat makna ini -yang mereka
kenali dengan pemikiran dan keimanan- juga merasakan langsung oleh
segenap perasaan mereka. Jika kembali pada perasaannya sendiri, mereka
tersiksa dan didera kerinduan pada saat-saat yang membahagiakan, yang
mengeluarkan mereka dari himpitan jiwa dan raga pada keluasan haribaan
Tuhan yang absolut.
Menurut Sufisme, tauhid itu mengenali keesaan Allah yang telah
ditetapkan sejak azali dan selamanya, yaitu dengan hanya menghadirkan
Yang Maha Esa dalam setiap bukti keberadaan-Nya. Bukti-bukti itu mereka
sebutfana'.
Abu Al-Qasim Al-Qusyairi berbicar atentangfana' dalam risal dltrrya,"t32o,
Barangsiapa meninggalkan perbuatan tercela atas dasar syariat, maka ia
disebut telah menyingkirkan syahwatnya. Barangsiapa menyingkirkan
syahwatnya, tinggallah niat dan keikhlasan dalam beribadah kepada-
Nya. Dan, barangsiapa berzuhud dari dunia dengan hatinya, maka ia
disebut telah menyingkirkan keinginannya. Barangsiapa menyingkirkan
keinginannya terhadap dunia, tinggallah ketulusan taubatnya. Barangsiapa
memperbaiki akhlaknya, lalu menghilangkan sifat iri, dengki, kikir, rakus,
amarah, sombong, dan sebagainya, maka ia disebut telah menyingkirkan
akhlak yang buruk. Jika ia telah merusak akhlak yang buruk, tinggallah
1320 Zharul lslam, ittzlY ,1,54
634 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
keluhuran dan kejujuran. Dan, barangsiapa melihat kekuasaan Allah pada
setiap pergantian, berarti ia telah menyingkirkan anggapan bahwa segala
yang terjadi itu berasal dari makhluk. Barangsiapa menyingkirkan anggapan
segala sesuatu bersumber dari selain AllatU tinggallah sifat-sifat kebenaran'
Barangsiapa dikuasai kebenaran sehingga tidak melihat sesuatu dari selain
Allah, berarti ia telah menyingkirkan ketakutan terhadap makhluk, dan
tinggallah kebenaran. Pengrusakan terhadap dirinya dan makhluk lain,
adalah dengan menghilangkan perasaan terhadap dirinya sendiri dan
mereka. ]ika ia telah menyingkirkan perbuatan, akhlak, dan keadaarL maka
yang dirusaknya itu tidak boleh ada. Namun, jika dibilang ia merusak dirinya
sendiri dan makhluk yang lain, maka dirinya tetap ada, begrt" pula makNuk
yang lairy tetapi ia tidak memiliki ilmu tentang dirinya dan mereka. Tidak
pula perasaan dan informasi. Tahapan dalam macam-macam kerusakan
(fana)ini pada akhimya tidak dimaksudkan kerusakan selain Allah di luar,
melainkan kerusakan mereka dari kesaksian pada selain-Nya, karena mereka
tenggelam dalam kesaksian hanya kepada Allah semata.
Terkadang dari orang-orang yang mengalami keadaan seperti ini
terungkap pemyataan yang menggambarkan ketersembunyian dirinya dengan
kata-kata yang dipersepsikan oleh pendengarnya bahwa ia membicarakan
dirinya dan menisbatkan sifat-sifat Tuhan yang tidak patut dinisbatkan
kepada manusia. Sebenamya bukan itu maksudnya. Sebab, dirinya sendiri
lryafana" Andaikata dikonfirmasi kepadanya, ia akan membantah. Nah, di
balik pemyataan seperti ini kadang disinyalir telah di-back up olehkelompok
yang meyakini tentang al-hulul, al-ittihnd, dan atau wihdat al-tuuiud, terutama
oleh kaum orientalis yang tidak menguasai ruh bahasa Arab'
Abu Al-Ula Afifi telah memberikan komentar dengan baik tentang
kemungkinan ini. Ia berkata,1321
/'As-Sirai dan Al-Qusyairi sudah sama-
sama tahu probabilitas perpindahan dari deskripsi keadaan fana' oleh
Sufisme pada peletakan teori metafisik dalam tabiat wujud, seperti
teori hulul (reinkarnasi), mazj (pencampuran), wihdat al-wujud (kesatuan
wujud), dan sebagainya. Atau, perpindahan dari pernyataan sufi, 'Aku
berada dalam keadaan tertentu, yaitu keadaan cinta atau fana', sehingga
tidak ada perasaan dalam diriku selain kepada Allah-atau dengan kata
1321. At-T ashawwuf Ats-T sawrah Ar-Ruhiyv ah, 56
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 635
lain, aku tidak menyaksikan selain Allah,' pada pernyataan,'Tidak ada
mawjud (entitas) selain Allah.' Perpindahan seperti ini terbilang alamiah.
Kemungkinan terjadi seperti itu sangat besar. Akan tetapi, bukan
perpindahan yang logis. Sesungguhnya seorang Sufi boleh merasakan
apa saja dan mengungkapkannya sesuka hati, sedangkan kita boleh
mempercayai atau tidak ungkapan perasaannya. Namun, ia tidak boleh
membangun teori metaifisk tentang tabiat wujud di atas perasaan ini.
Sebab, perasaan bukanlah salah satu macam ilmu. Tidaklah dibenarkan
membangun teori tentang tabiat wujud, sementara ia juga wujud. Jadi,
harus dibedakan secara gamblang antaruwihdat asy-syuhud (satu kesaksian)
dengan wihdat al-wujud (kesatuan entitas), juga antara pengalaman wihdat
asy-syuhu d dengan teori wihdat al-wuj ud.
Barangkali kerancuan di antara dua kesatuaninilahyangmemicu para
peneliti tasawuf Islam dari kalangan orientalis untuk mengatakan bahwa
wihdat al-wujud adalah konsepsi dasar yang menguasai seluruh tasawuf
ini. Padahal, pemyataan ini jauh panggang dari api."
Dalam buku Madkhal ila At- -Tashauxtuf,1322 Abu Al-Wafa Al4hanimi
At-Tiftazani Rahimahullah menukil pernyataan Nixon dalam buku Sejarah
Tasawuf Islam, "Bukan Al-Ghazali yang seorang 'teolog kalam', bukan
pula Jalaluddin yang seortrng 'penyair', yang mengatakan wihdat al-wujud.
Mungkin beberapa dari kalian yang membaca Syamsu Tabiz, karya Jalaluddin
Rumi, tidak sependapat denganku dalam hal ini. Sebab, buku itu memuat
beberapa kasidah |alaluddin Rumi yang menggambarkan hubungannya
dengan Allah melalui ungkapan-ungkapan yang bernadakan wihdat al-
wujud. Aku sendiri memahami ungkapan-ungkapan tersebut seperti itu,
ketika pengetahuanku tentang sejarah tasawuf tidak seperti sekarang. Akan
tetapi, aku baru tahu dari pemyataan Ibnu Al-Faridh bahwa ketika seorang
Sufi mencapai maqam al-ittihad as-shufl maka dirinya akan di-fana'-karr.Ia
bakal merasakan identitasnya adalah identitas al-wujud asy-syamil (entitas
universal), yaitu Allah. Begitulah |alaluddin Ar-Rumi berpandangan
bahwa matanya adalah mata segala sesuatu, maka ia mengatakan,'Akulah
dedengkot pencuri... akulah awan, akulah hujan, dan akulah yang
membasahi kebun-kebun yang hijau."'
7322 Ar-Risalah Al-Qusyaiiyyah,3g - 40
636 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Akan tetapi, keyakinan terhadap al-wuiud asy-syamil tidak lantas
meniscayakan keyakinan terhadap wihdat al-wuj ud y ang rnengatakan segala
sesuatu itu adalah Allah. Atau, bahwa Allah adalah mata segala sesuatu.
Ini fair. Jika kita ajukan ke hakim-sebelum penyidikan-seorang
tertuduh, kemudian diputus bebas, berarti kita telah menghinakan
kemuliaan dan nama baiknya.
Ada kelompok yang diduga sufisme menerapkan pola sufisme dalam
olah jiwa, tetapi tidak memiliki pengetahuan syariat yang memadai. Alih-
alih, mereka menjadikannya topik kajian pemikiran sesuai metodologi
filsafat. Adakalanya dari situ mereka membangun aliran filsafat. Inilah
yang tidak sesuai dengan dasar-dasar manhaj Sufisme. Sebagian orang
menyebutnya filsafat-sufisme. Metodologinya mereka nisbatkan kepada
tasawuf, lalu mengklaimnya sebagai tasawuf filosofis. Namun, sebagian
lagi menyebutnya filsafat iluminisme. Dan, para penganutnya disebut
filsuf iluminis.
Abu Al-wafa Al-Ghanimi At-Tiftazani n:v, berkata dalam Madkhal ila At
-Tashawwuf Al-Islami,l323 "Yang dimaksud tasawuf filosofis adalah tasawuf
yang membiarkan pengikutnya mencampur-adukkan antara citarasa sufisme
mereka dengan teori-teori logika, yang dideskripsikan dengan terminologi-
terminologi filsafat yang didapat da