Doktrin roh kudus 12

 


am kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab 

itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus 

turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, 

di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan 

kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

2 Korintus 12:9-10

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

394

Kebanyakan orang lebih suka memegahkan kekuatan mereka. 

Namun Paulus lebih suka memegahkan kelemahannya, yang 

menurutnya tidak perlu disembunyikan. Ia mengandalkan Allah yang 

memberikannya kuasa untuk mengalahkan kelemahan-kelemahannya. 

Melalui kelemahannya, ia dapat mengalami karunia Allah.

Kita semua punya kelemahan; tidak ada manusia yang sempurna. 

Yang penting yaitu  bagaimana kita menghadapinya. Pada orang yang 

rohani, kelemahannya akan menjadi alasan baginya untuk mendekat 

kepada Allah dan mengandalkan-Nya. Bagi orang yang tidak rohani, 

kelemahannya hanya sekadar menjadi alasan untuk terus melakukan 

dosa.

E. Tidak mencintai dunia

Alkitab mengajarkan: “Sebab janganlah engkau sujud menyembah 

kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, yaitu  

Allah yang cemburu” (Kel. 34:14). “Sebab aku cemburu kepada kamu 

dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu 

kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci 

kepada Kristus” (2Kor. 11:2).

Allah yaitu  suami kita (Yes. 54:5; Yer. 3:14), dan kita yaitu  

mempelai perempuan-Nya (Hos. 2:19-20). Kasih seorang suami 

kepada istrinya yaitu  kasih yang cemburu, dan tidak akan 

membiarkan adanya gangguan dari pihak ketiga. Namun kita dapat 

membangkitkan kecemburuan Allah apabila kita memalingkan 

hati kita kepada kejahatan, atau apabila kita bersahabat dengan 

dunia. Alkitab menjelaskan hal ini dalam kata-kata tertentu, sebagai 

perzinahan rohani (Yak. 4:4-5). Yesus mengatakan bahwa kita tidak 

dapat melayani dua tuan (Mat. 6:24), karena pastilah kita mengasihi 

yang satu dan membenci yang lain. Karena itu, apabila kita mengasihi 

dunia, kita tidak dapat mengasihi Allah juga (1Yoh. 2:15).

saat  kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan mengasihi Allah dengan 

segenap hati. Bukannya dicemarkan oleh dunia, kita akan menjadi 

semurni seorang perawan yang dipertunangkan dengan satu orang 

suami.


395

F. Melawan iblis

Orang-orang pilihan dalam Perjanjian Lama merupakan “segala 

pasukan TUHAN” (Kel. 12:41). Di Kitab Yehezkiel, Allah memberikan 

Roh-Nya kepada bangsa Israel, untuk memberikan mereka hidup dan 

menjadi mereka “suatu tentara yang sangat besar” (Yeh. 37:10, 14). 

Di dalam Perjanjian Baru, orang-orang percaya ada tentara Kristus 

(2Tim. 2:3) yang telah dibaptis dengan Roh Kudus, dan mempunyai 

kehidupan rohani (Rm. 8:2; Gal. 5:25). Pasukan ini melawan musuh 

yang tidak kelihatan – “melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef. 6:12). 

Dengan kata lain, kita melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya, yang 

mencari kesempatan di sekeliling kita untuk menelan siapa saja yang 

dapat mereka serang (1Ptr. 5:8). Senjata pilihan mereka yaitu  godaan 

melalui hawa nafsu kedagingan (Gal. 5:17). Satu-satunya cara untuk 

mengalahkan rencana jahatnya yaitu  dengan dipenuhi Roh Kudus, 

sehingga kita dapat mengalahkan keinginan daging (Gal. 5:16; Rm. 

8:13).

Yohanes berkata, “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan 

dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. 

Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; 

namun  Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat 

menjamahnya” (1Yoh. 5:4, 18). Iman yaitu  perisai yang merupakan 

perlindungan dari panah-panah Iblis (Ef. 6:16). Tanpa iman, orang 

tidak dapat hidup dalam Roh, namun  akan hidup menurut daging (Rm. 

8:7). Akibatnya, ia akan menjadi seorang jemaat di Gereja Sardis, yang 

dikatakan hidup, namun  sebenarnya rohaninya mati (Why. 3:1-2).

Pekerjaan Iblis dapat disamakan dengan virus yang tak kelihatan, 

yang mempunyai kuasa yang mematikan. namun  tidak seperti virus 

yang menyerang tubuh manusia dan menghancurkan kehidupan 

jasmani, Iblis menyerang kesehatan rohani, dengan maksud untuk 

menjerumuskan orang ke dalam kutukan kekal. Karena itu menyadari 

hal ini Paulus berkata, “namun  aku melatih tubuhku dan menguasainya 

seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, 

jangan aku sendiri ditolak” (1Kor. 9:27). Ia juga menasihati kita untuk 

“tetaplah kerjakan keselamatan[mu] dengan takut dan gentar” (Flp.

2:12) dan tidak memberikan kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27).

Apabila kita dipenuhi Roh Kudus, kita menjadi waspada dan peka 

terhadap rencana-rencana Iblis. Tanpa kepenuhan Roh Kudus, kita tidak 

mempunyai kepekaan ini, dan akibatnya kita dapat jatuh dalam dosa 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

396

dan tidak menyadari bahwa kita perlu bertobat; atau menyadarinya 

pada saat sudah terlambat. Maka Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk 

berdoa seperti ini: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, 

namun  lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (Mat. 6:13). Kita tidak 

dapat menghindari cobaan – Tuhan Yesus saja dicobai oleh Iblis (Ibr. 

4:15). namun  kita tidak perlu takut menghadapinya, karena kita dapat 

bersandar pada kuasa Roh Kudus untuk mengalahkannya, seperti yang 

dilakukan Yesus sendiri (Luk. 4:1, 14).

Kita melihat pengaruh dipenuhi Roh Kudus di dalam kehidupan 

Yesus. Contohnya, saat Ia dicobai oleh Iblis sebanyak tiga kali, Yesus 

menggunakan firman Tuhan dengan kuasa dan wewenang untuk 

bertahan dan menegur. Pada cobaan yang pertama, Ia menjawab, “Ada 

tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, namun  dari setiap firman 

yang keluar dari mulut Allah.” Pada cobaan kedua, Ia menjawab, “Ada 

tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada 

Dia sajalah engkau berbakti!” Yang ketiga, Ia menjawab, “Ada firman: 

Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Di setiap jawaban-Nya, 

Yesus menunjukkan ketaatannya kepada Allah, dan hanya kepada 

Allah saja. Tidak mengherankan, Iblis tidak dapat melakukan apa-apa 

dan pergi dari-Nya untuk menantikan kesempatan lain (Luk. 4:3-13). 

Kejadian-kejadian ini memastikan kebenaran ajaran Alkitab: “Karena 

itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari 

padamu!” (Yak. 4:7).

Sebelum Ia ditangkap, Tuhan Yesus mendoakan murid-murid-

Nya, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari 

dunia, namun  supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang 

jahat” (Yoh. 17:15). Dari kata-kata ini, kita melihat bahwa Tuhan tidak 

menghendaki kita meninggalkan dunia, namun  agar kita mengetahui 

bagaimana berjaga-jaga terhadap pekerjaan Iblis. Kita tidak dapat 

menghindari cobaan, namun  kita dapat meneladani Yesus untuk hidup 

dalam kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Alkitab berkata, 

“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh 

Roh” (Gal. 5:25).

13.3.3 Menghasilkan buah Roh

Mengalahkan dosa dapat dilihat sebagai tindakan untuk bertahan 

dalam perjalanan rohani kita. Namun kita tidak dapat menang 

melawan Iblis hanya dengan bertahan saja; kita juga harus bertindak 


397

proaktif, yaitu dengan menghasilkan buah roh. Yesus menyebut orang-

orang percaya sebagai “terang dunia” (Mat. 5:14), maka patutlah kita 

menghasilkan buah roh untuk memuliakan Allah dan menolong orang-

orang lain (Mat. 5:16; 1Kor. 10:33). Buah Roh Kudus yaitu  sifat-sifat 

rohani kita (ref. Mat. 12:43-45).

A. Dikenal melalui buah kita

Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang 

memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 

Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, 

sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 

Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, 

ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.

Matius 7:16-18

Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, 

bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi 

nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada 

waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku 

tidak pernah mengenal kamu! enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian 

pembuat kejahatan!

Matius 7:22-23

“Khotbah di atas Bukit” mengajarkan kita banyak perkara penting 

yang berkaitan dengan menghasilkan buah Roh:

Domba dan serigala mewakili karakter manusia yang

berbeda. Serigala dapat mencoba menyamar dengan tingkah 

laku yang baik, melayani masyarakat, berbicara muluk 

tentang kasih Kristiani, dan menunjukkan kekudusan; 

namun  waktu yaitu  penguji karakter yang baik – cepat atau 

lambat mereka akan menunjukkan sifat asli mereka (Mat. 

7:15).

Kita tidak dapat melihat apakah sebatang pohon itu baik

atau buruk semata dari rupa luarnya. Begitu juga, kita tidak 

dapat membedakan antara jemaat sejati dengan jemaat 

palsu dengan mudah. Cara terbaik untuk membedakannya 

yaitu  dengan melihat buah yang mereka hasilkan. Dengan 

begitu kita perlu waspada, karena orang yang berkarunia 

rohani tidak selalu menghasilkan buah yang baik (1Kor. 

1:4-7; 3:1-3; ref. 1Kor. 13:1-3). Lebih lagi, penghakiman 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

398

Tuhan Yesus tidak akan didasarkan pada karunia-karunia 

yang dimiliki seorang jemaat, namun  dari buah yang ia 

hasilkan.

Roh Kudus membagikan karunia-karunia rohani kepada

setiap orang seturut dengan kehendak-Nya (1Kor. 12:11), 

untuk membangun tubuh Kristus (1Kor. 12:18; Ef. 4:11-12, 

16). namun  yang jauh lebih penting, yaitu  kemampuan 

untuk menghasilkan buah roh, karena itulah yang 

dikehendaki Yesus kepada kita (Yoh. 15:16). Jadi walaupun 

orang berkhotbah di mimbar, menyembuhkan orang sakit, 

atau bahkan mengusir setan di dalam nama Tuhan Yesus, 

namanya belum tentu tercatat di surga (Luk. 10:17-20; Mat. 

17:21-23). Dengan kata lain, mempunyai karunia-karunia 

rohani bukanlah jaminan atas keselamatan.

Orang-orang yang menyebut Yesus, “Tuhan, Tuhan” (Mat.

7:21) tidak selalu mereka yang melakukan kehendak Allah. 

Ada perbedaan antara melakukannya sebatas di mulut saja, 

dengan sungguh-sungguh memiliki Dia di dalam hati (Ef. 

3:17). Yesus berkata kepada golongan yang hanya memuji-

Nya di mulut saja: “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: 

Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang 

Aku katakan?” (Luk. 6:46).

Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak

baik, karena ia tidak mampu menghasilkan buah yang 

sebaliknya (Rm. 7:18, 21). Begitu juga, pohon yang baik 

tidak dapat menghasilkan buah yang tidak baik. Yesus 

berkata, “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik 

dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat 

mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya 

yang jahat” (Mat. 12:35). Karena itu, sifat seseorang 

menentukan jenis kehidupan yang akan ia jalani.

Tuhan Yesus berkata kepada mereka yang tidak melakukan

kehendak-Nya, “Aku tidak pernah mengenal kamu” (Mat. 

7:23). Kita perlu memperhatikan Yesus tidak mengatakan 

“Au tidak mengenal kamu sekarang”. Karena itu kita dapat 

berpikir bahwa kata-kata ini ditujukan kepada orang yang 

telah bersalah melakukan kejahatan sepanjang hidup 

mereka dan tidak bertobat. Orang jahat tidak berubah 

menjadi keadaannya yang sekarang secara spontan – 

namun  biasanya terjadi dalam jangka waktu tertentu. Yesus 

mengingatkan orang-orang yang demikian, “Semua yang 


399

diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan 

barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang” 

(Yoh. 6:37). Jadi, apabila masih ada waktu, mereka harus 

berbalik kepada kehendak Allah.

Yesus yaitu pokok anggur yang benar, Bapa surgawi

yaitu  pengusahanya, dan kita yaitu  ranting-ranting-Nya. 

Yesus telah memilih kita agar menghasilkan buah – buah 

yang akan bertahan. Dengan menghasilkan banyak buah, 

kita dapat memuliakan Allah. Sebaliknya, bila kita tidak 

menghasilkan buah, kita akan dipotong dan dibuang (Yoh. 

15:1, 2, 5, 8, 16).

B. Keselamatan oleh kasih karunia

Menghasilkan buah Roh meneguhkan keselamatan kita. Namun 

ini bukan berarti kita meremehkan karunia keselamatan melalui salib 

Kristus, atau mencoba menyangkal keyakinan dalam kebenaran melalui 

iman dan kembali ke masa Hukum Taurat. Kita perlu memahami bahwa 

iman sejati tidak dapat dipisahkan dari perbuatan (Yak. 2:26). Dan dari 

iman sejati muncullah perbuatan-perbuatan kasih (Gal. 5:6).

Orang yang ada di bawah kasih karunia tidak akan melakukan 

dosa, karena ia dapat mempesembahkan dirinya sebagai hamba 

kebenaran sampai ia dikuduskan (Rm. 6:15-19).

Pada suatu saat , murid-murid Yesus bertanya, “Jika demikian, 

siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan 

berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, namun  bagi Allah segala 

sesuatu mungkin” (Mat. 19:25-26). Ini berarti, walaupun tidak seorang 

pun dapat memperoleh keselamatan dengan usaha-usahanya sendiri, 

keselamatan menjadi mungkin karena pertolongan Allah. Begitu juga, 

kita tidak dapat menghasilkan buah melalui usaha-usaha kita sendiri, 

namun  kita dapat melakukannya dengan kuasa Allah.

C. Tinggal di dalam Yesus

Tuhan Yesus berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-

rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, 

ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat 

apa-apa” (Yoh. 15:5). Dengan kata lain, sebagai orang Kristen kita 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

400

harus menempatkan Allah di pusat kehidupan kita dan dipimpin 

oleh Roh-Nya. Ini mewajibkan kita untuk “tidak hidup menurut 

daging, namun  menurut Roh” (Rm. 8:4), dan dengan melakukan ini, 

kita akan menghasilkan banyak buah. Tuhan telah memberikan Roh 

Kudus kepada kita, yang merupakan “kekuasaan dari tempat tinggi” 

(Luk. 24:49), untuk memperbarui diri kita, sehingga kehidupan kita 

menjadi lebih berlimpah (Tit. 3:5; Yoh. 10:10). namun  apabila kita 

meninggalkan-Nya, kita tidak akan dapat mencapai apa pun. Karena 

itu kita harus belajar dari Paulus yang dapat berkata dengan penuh 

keyakinan, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang 

memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13).

D. Apakah buah Roh?

Paulus menjelaskan, “namun  buah Roh ialah: kasih, sukacita, 

damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 

kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang 

hal-hal itu” (Gal. 5:22-23). Di sini Paulus menggunakan kata Yunani 

karpos untuk menyebut “buah”, yang berarti “dalam bentuk tunggal, 

menunjukkan kesatuan karakter Tuhan yang dihasilkan di dalam diri 

mereka”1. Disebutkan dalam bentuk tunggal, karena hanya ada satu Roh 

Kudus (1Kor. 12:4; Ef. 4:4), dan buah-Nya yaitu  sesuatu yang tunggal 

dan sempurna. Seperti lingkaran kasih karunia yang disebutkan dalam 

2 Petrus 1:5-7, segalanya bergantung pada seluruh bagian karunia 

itu. Dari sini kita mengetahui bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa 

seseorang yang dipenuhi Roh Kudus harus menghasilkan sembilan 

jenis buah yang berbeda, namun  satu buah dengan sembilan sifat. Sifat-

sifat ini dikelompokkan ke dalam tiga kategori untuk dibahas:

(i) Kasih, sukacita, dan damai sejahtera

Kelompok ini mewakili sifat paling mendasar dalam seorang 

Kristen. Mereka dapat disamakan seperti bagian-bagian rumah, dan 

kasih yaitu  dasarnya, sukacita yaitu  lantai atasnya, dan damai 

sejahtera yaitu  atapnya. Dari dasar hingga atap, bagian-bagian rumah 

disatukan dengan erat untuk memberikan perlindungan kepada 

mereka yang mendiaminya.


401

Kasih

Istilah Yunani untuk “kasih” dalam Galatia 5:22 yaitu  agape2 dan 

merupakan kata yang sama yang digunakan dalam 1 Korintus 13. Kata 

ini menunjukkan kasih yang berasal dari Allah dan keluar dari iman 

mereka yang telah lahir di dalam Kristus. Dari kesembilan buah Roh, 

kasih yaitu  yang pertama. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat lain 

berkaitan erat dengan kasih.

Mengasihi Allah dan manusia yaitu  rangkuman dan penggenapan 

Hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat. 22:37-40; 1Tim. 1:5; Rm. 

13:10). Apabila kita melihat Sepuluh Perintah Allah, kita melihat 

bahwa empat hukum pertama berhubungan dengan kasih kita kepada 

Allah, sementara enam sisanya yaitu  kasih kita kepada manusia. Dua 

prinsip ini saling berkaitan: seseorang yang mengasihi Allah akan 

mengasihi sesamanya manusia; dan ia yang mengasihi sesamanya 

akan mengasihi Allah (1Yoh. 4:20). Kasih menggabungkan seluruh 

sifat buah Roh dan merupakan “pengikat yang mempersatukan dan 

menyempurnakan” (Kol. 3:14). Kasih yaitu  simbol Kekristenan (Yoh. 

13:35) dan bukti bahwa orang percaya itu telah melalui kematian dan 

telah dilahirkan kembali (1Yoh. 3:14). Alkitab mengatakan bahwa 

kasih menang terhadap penghakiman (Yak. 2:13; 1Yoh. 4:17-18).

Kasih yang paling mulia yaitu  kasih yang ditujukan kepada 

seorang musuh, dan memaklumi kesalahannya (Mat. 5:44; Luk. 23:34). 

Allah yaitu  kasih (1Yoh. 4:8) dan kasih-Nya yaitu  tingkat tertinggi 

yang dapat kita capai. Kasih ini mensyaratkan kita untuk mengasihi 

mereka yang benar, namun  juga mereka yang tidak benar (Mat. 5:45) 

dan juga orang-orang berdosa (Kis. 10:35; Rm. 5:6-8). Paulus berkata, 

“Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang 

telah dikaruniakan kepada kita” (Rm. 5:5). Karena itu seseorang yang 

senantiasa dipenuhi Roh Kudus dapat mewujudkan kasih Allah. Kita 

mempunyai contoh mulia yang dilakukan Stefanus, yang menjelang 

kematiannya mendoakan mereka yang membunuhnya agar Allah 

mengampuni dosa-dosa mereka (Kis. 7:55, 60).

Sukacita

Kata yang digunakan untuk “sukacita” dalam Alkitab yaitu  

simchah dalam bahasa Ibrani3, dan chara dalam bahasa Yunani4.

Di puncak kejayaannya, Raja Salomo mempunyai apa pun yang 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

402

diinginkan matanya, memuaskan hatinya dengan segala macam 

kenikmatan (Pkh. 2:10). Kehidupan mewahnya tidak terukur. Namun 

saat ia mencapai usia lanjut, ia meratapi, “Siapa mencintai uang tidak 

akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas 

dengan penghasilannya. Inipun sia-sia” (Pkh. 5:10). Salomo akhirnya 

menyadari bahwa sukacita yang didapat dari hal-hal materi sifatnya 

kosong dan sementara. Orang yang minum dari sumur Yakub akan 

haus kembali (Yoh. 4:13). Sebaliknya, sukacita yang datang dari Roh 

Kudus bersifat murni dan tidak sementara (Rm. 14:17; Yoh. 15:11). 

Roh Allah yaitu  seperti mata air hidup yang tidak pernah kering (Yoh. 

4:14; 7:37-39).

Alkitab mengajarkan bahwa sukacita dari Allah yaitu  kekuatan 

kita (Neh. 8:10). Kita dapat memperoleh sukacita ini dengan cara diurapi 

dengan “minyak sebagai tanda kesukaan”, yaitu Roh Kudus (Ibr. 1:9). 

Minyak ini tidak terpengaruh dengan keadaan-keadaan yang sulit, dan 

juga tidak redup karena penderitaan (Rm. 5:3; 1Tes. 1:6). Mereka yang 

mengalami sukacita rohani ini antara lain: para rasul, yang seringkali 

dianiaya karena injil, namun  bersukacita karena mereka dianggap layak 

untuk menderita demi nama Tuhan (Kis. 5:40-41; 13:50-52); Paulus, 

yang dipenjara dan dianiaya, namun  dapat bersukacita dan memuji 

Allah (Kis. 16:25; Flp. 1:17-18).

Musa, orang pilihan Allah, berdoa kepada Allah: “Buatlah kami 

bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, 

seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka” (Mzm. 90:15). 

Seperti Musa, Kita harus memahami bahwa saat  Allah memberikan 

sukacita-Nya kepada kita, kita akan terlindung dari ujian kehidupan.

Damai sejahtera

Kata “damai” dalam bahasa Ibrani yaitu  shalom dan 

melambangkan “kesempurnaan”, “kesejahteraan” dan “kesehatan”5. 

Orang Yahudi menggunakan kata ini untuk memberkati orang lain.

Kata Yunani eirene mengacu pada “hubungan yang harmonis antar 

manusia”, “hubungan yang harmonis antara Allah dan manusia, dicapai 

melalui injil”, dan hasil dari “ketenangan dan kesenangan”6.

Alkitab menyebut Yesus Kristus sebagai “Raja Damai” (Yes. 9:6); 

dan injil yang Ia beritakan disebut sebagai “damai sejahtera” (Kis. 

10:36; Ef. 2:17). Tugas Yesus yaitu  untuk mendamaikan: antara Allah 


403

dengan manusia, dan antara sesama manusia (Ef. 2:13-19). Roh Kudus 

yaitu  Roh Kristus (Rm. 8:9), yang memberikan kesatuan antara 

sesama saudara di dalam ikatan damai sejahtera (Ef. 4:3; Yeh. 11:19). 

Ia menolong kita menjadi satu dalam tubuh Kristus, sehingga tidak ada 

lagi batasan dalam hal suku, golongan atau jenis kelamin (1Kor. 12:12-

13; Gal. 3:27-28). Karena itu, orang yang dipenuhi Roh Kudus dapat 

hidup dengan orang lain dan dengan Allah secara harmonis; ia tidak 

mengeluh atau menyimpan dendam. Apabila Roh Kudus diizinkan 

untuk memerintah di dalam hati seseorang, tidak ada lagi perpecahan 

atau perselisihan.

Damai sejahtera yang ditawarkan Tuhan Yesus itu unik dan 

mulia; tidak berasal dari dunia dan melampaui pengertian manusia 

(Yoh. 14:26-27; Flp. 4:7). Yang Ia tawarkan yaitu  damai yang dapat 

memelihara orang-orang percaya di masa sulit dan penderitaan (Yoh. 

16:33). Kita melihat pengaruh dari damai sejahtera ini pada pekerja-

pekerja Allah di gereja para rasul: di dalam diri Stefanus, yang meminta 

Allah untuk mengampuni pembunuh-pembunuhnya (Kis. 7:55, 59-

60); dalam diri Petrus, yang tidur dengan nyenyak walaupun dirantai 

dan dipenjara (Kis. 12:1-6); dan dalam diri Paulus, yang walaupun 

menghadapi bahaya di tengah laut, dapat menenangkan kawan-kawan 

seperjalanannya (Kis. 27:18-25).

(ii) Kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan dan 

kelemahlembutan   

Kategori kedua ini menunjukkan kasih kepada orang lain. Sifat-

sifat ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kasih, dapat 

bertahan dalam kepedihan, murah hati, dan melakukan kebaikan 

kepada mereka yang ingin mencelakainya. Orang yang mempunyai 

kasih dapat memperlakukan orang lain dengan tulus dan menghormati 

kewajibannya. Ia juga dapat berbicara dan bertingkah laku dengan 

kelemahlembutan dan tidak mudah dihasut.

Kesabaran dan kemurahan

Kesabaran dan kemurahan yaitu  sifat-sifat Allah (Kel. 34:6; Rm. 

2:4). Kita melihat-Nya dengan sabar menanggung dosa-dosa umat 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

404

manusia – sampai-sampai ia mengutus Anak-Nya sendiri (Mzm. 103:8-

13; Yoh. 3:16; Ef. 2:7).

Kata Ibrani “kesabaran” berasal dari dua kata: arek, yang berarti 

“panjang”7, dan aph, yang berarti “penderitaan”, atau secara hurufiah 

berarti “hidung” atau “lubang hidung”8. Kiasan kidung ini sangat 

cerdas, karena ini memperlihatkan sebuah gambaran mengambil nafas 

panjang, yang berlawanan dengan nafas yang cepat dan terburu-buru 

saat seseorang mengalami kemarahan besar. Dalam Perjanjian Lama, 

kata ini digunakan untuk menjelaskan sifat Allah yang panjang sabar 

(Kel. 34:6; Neh. 9:17; Mzm. 86: 15; Yo. 2:13; Yun. 4:2; Nah. 1:3).

Kata Yunani untuk kesabaran yaitu  makrothumia, yang 

menandakan “sikap sabar” dan “sabar”, dan berasal dari dua kata: 

makros, yang berarti “panjang”, dan thumos, yang berarti “tabiat”9. Di 

Perjanjian Baru, kata ini digunakan untuk menjelaskan ketahanan 

Allah terhadap orang-orang berdosa (Rm. 2:4; 9:22; 1Ptr. 3:20; 2Ptr. 

3:9, 15). Serupa dengan ini, yaitu  kata hupomene, yang berarti “sabar” 

dan “ketabahan” (2Kor 6:4; 12:12; Kol. 1:11)10.

Sebagai orang-orang Kristen, kita harus bersabar menghadapi 

tentangan. Kita dapat memperoleh keberanian dari contoh yang 

diteladankan Tuhan Yesus kepada kita (1Ptr. 2:19-24), yang 

mengajarkan kita untuk mengampuni tanpa syarat, seperti Allah 

mengampuni kita (Mat. 18:21-33). Kita mengalami banyak kejadian 

saat  orang lain salah paham kepada kita, memfitnah, bahkan 

menganiaya kita, namun  apabila kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan 

dapat menanggung semuanya ini. Alkitab mengingatkan, apabila kita 

panjang sabar, kita dapat menghindari perselisihan (Ams. 15:18).

Kata “kemurahan” dalam bahasa Yunani disebut chrestotes, yang 

berarti “kebaikan hati”, dan “kemurahan”11. Di berbagai bagian Alkitab, 

kata ini diterjemahkan sebagai “baik” (Rm. 3:12), “kemurahan” (Rm. 

2:4; 12:2; Gal. 5:22), atau “murah hati” (1Kor. 13:4; 2Kor. 6:6; Ef. 

2:7; 4:32; Kol. 3:12; Tit. 3:4). Kata ini mengandung arti kasih sayang, 

belas kasihan, dan maksud yang baik. Kemurahan yaitu  sifat yang 

memperlakukan tetangga kita dengan tenggang rasa dan menawarkan 

pertolongan saat dibutuhkan. “Tetangga” ini bisa berupa seseorang 

yang sedang kesepian, sedang lemah, atau menderita (Luk. 10:27-37). 

Alkitab mendorong kita untuk “bersukacitalah dengan orang yang 

bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Rm. 

12:15), dan juga “mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya 

untuk membangunnya” (Rm. 15:2).


405

Kesabaran dan kemurahan yaitu  cara terbaik melawan musuh-

musuh kita. Paulus mengingatkan kita, agar tidak membalas kejahatan 

dengan kejahatan, namun  mengalahkan kejahatan dengan kebaikan 

(Rm. 12:17-21). Karena itu kita hars berjuang untuk menjadi sabar 

di tengah tentangan-tentangan dan menggunakan kemurahan untuk 

menghadapi musuh kita. Seperti Bapa kita di surga yang murah hati, 

bahkan kepada mereka yang jahat (Luk. 6:35), kita diajarkan untuk 

menerima musuh kita dengan makanan dan minuman, dan dengan 

demikian menaruh bara api ke atas kepala mereka (Rm. 12:20). Dengan 

kata lain, kemurahan mempunyai kuasa untuk memutarbalikkan 

musuh.

Kebaikan

Kata Ibrani untuk “kebaikan” yaitu  towb12. Di dalam Perjanjian 

Lama, kata ini berarti “belas kasihan”, atau “anugerah” (Kel. 18:9; Mzm. 

23:6; Yer. 31:14; Hos. 3:5). Kata Yunani-nya, agathosune, berarti “baik” 

atau “sifat baik” (Rm. 15:14; Ef. 5:9; 2Tes. 1:11)13. Walaupun kebaikan 

(chrestotes) dapat dilihat sebagai sifat baik kepada orang lain, kebaikan 

(agathosune) merujuk pada tindakan kebaikan yang sesungguhnya.

Seringkali kita mempunyai pandangan keliru bahwa injil hanya 

dimaksudkan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kebutuhan orang 

seringkali menjadi terabaikan, atau setidaknya, kita tangani hampir-

hampir sebagai selingan. Namun kita perlu memahami bahwa injil juga 

mengajarkan kita tentang kebaikan (Rm. 12:9-10, 13; 1Tes. 5:15; 1Tim. 

6:18; Tit. 2:14), yang berarti memperhatikan kebutuhan orang-orang 

miskin di antara kita (1Yoh. 3:17). Contoh yang dapat kita teladani 

yaitu  Dorkas, yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik dan amal 

(Kis. 9:36-39). Paulus juga mengingatkan kita, bahwa bila kita tidak 

jemu-jemu berbuat baik, kita akan memperoleh berkat (Gal. 6:9-10).

Sebelum Paulus dilahirkan dalam Kristus, ia berkata bahwa tidak 

ada yang baik di dalam dirinya. Ia seringkali ingin berbuat baik, namun  

tidak mampu melakukannya (Rm. 7:18). namun  sesudah  menjadi milik 

Kristus, ia berubah, karena ia menetapkan hati untuk berjalan sesuai 

dengan kehendak Roh (Rm. 8:1-4). Kebaikan yaitu  sifat ilahi; tidak 

seorang pun yang baik, selain Allah (Mrk. 10:17-18). namun  dengan 

hidup baru melalui Dia, kita juga dapat mewujudkan kebaikan-Nya.

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

406

Kesetiaan

Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan kata Ibrani untuk 

menyebutkan “kesetiaan”, yaitu emunah (Ul. 32:4; Mzm. 33:4; Hab. 2:4), 

yang berarti “kebenaran”14. Kata Yunani-nya yaitu  pistis yang berarti 

“keyakinan” (Kis. 17:31, “iman” (Rm. 14:22; Ibr. 11:1), dan “setia” (Mat. 

23:23; Tit. 2:10)15.

Yesaya menubuatkan kesetiaan Yesus kepada umat manusia: “Buluh 

yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar 

nyalanya tidak akan dipadamkannya” (Yes. 42:3). Ayat ini menjelaskan 

keyakinan Yesus dalam kemampuan umat-Nya untuk bertobat dan 

berbalik kepada-Nya. Ini didasarkan pada kasih yang dijelaskan oleh 

Paulus, yang menanggung segala sesuatu dan percaya segala sesuatu 

(1Kor. 13:7). Allah disebutkan sebagai Dia yang memegang janji-Nya 

dan menyirami kita dengan kasih-Nya yang senantiasa; walaupun kita 

tidak setia, namun  Ia tetap setia (2Tim. 2:13; Rm. 3:3-4; 2Kor. 1:18-

22). Kita dapat belajar banyak dari sifat Allah: dapat dipercaya, dapat 

diandalkan, dan bertanggungjawab pada kewajiban kita kepada Allah 

dan sesama manusia.

Kelemahlembutan

Kata Ibrani untuk “kelemahlembutan” yaitu  ani, yang artinya 

“miskin” (Ayb. 24:4; Mzm. 9:12, 18; Amo. 8:4) atau “rendah hati” (Mzm. 

22:26; Ams. 3:34; Yes. 11:4; Zef. 2:3)16. Ani dalam Yesaya 61:1 mencakup 

kedua arti ini. Kata Yunani untuk “kelemahlembutan” yaitu  praotes 

(1Kor. 4:21; Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; Tit. 3:2)17.

Kelemahlembutan seringkali dikelirukan dengan tanda kelemahan 

atau tindakan pasif. Sebenarnya dibutuhkan kekuatan karakter dan 

pengendalian diri yang besar untuk melakukan kelemahlembutan 

(Ams. 16:32). Tuhan Yesus dan Musa merupakan contohnya: walaupun 

mereka lemah lembut dan rendah hati (Bil. 12:3; Mat. 11:29), mereka 

juga mempunyai keteguhan untuk bertahan saat diperlakukan tidak 

adil (1Ptr. 2:23; Ibr. 11:26) dan mempunyai kekuatan hati untuk 

menegakkan kebenaran (Yoh. 2:13-16; Kel. 32:19-21). 

Alkitab menyebutkan berkat-berkat yang menantikan mereka 

yang lemah lembut. Disebutkan mereka akan: memiliki bumi (Mat. 

5:5); mendapat ketenangan (Mat. 11:29); menerima injil (Yes. 61:1); 

mendapatkan firman yang tertanam di dalam hati (Yak. 1:21); 


407

mendapatkan kasih Allah (Ams. 3:34); mendapat tuntunan-Nya (Mzm. 

25:9); (Mzm. 147:6); ditinggikan (Mzm. 147:6); dan diselamatkan di 

saat-saat penindasan (Mzm. 76:9).

Sifat lemah lembut berasal dari kasih (1Kor. 13:5, 7), dan 

memungkinkan kita mengegur orang lain dengan rendah hati saat 

mereka melawan kebenaran, dan mendesak mereka untuk bertobat 

dan menghindari jerat Iblis (2Tim. 2:25-26). Kelemahlembutan juga 

merupakan sifat yang kita perlukan untuk membawa kembali saudara-

saudari yang telah melakukan pelanggaran, menggenapi hukum 

Kristus (Gal. 6:1-2). Kelemahlembutan yaitu  tanda seorang Kristen 

yang saleh (Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; 1Tim. 6:11; Tit. 3:2-3) dan sifat 

yang berharga di mata Allah (1Ptr. 3:4).

(iii) Penguasaan diri

Ini yaitu  buah Roh Kudus yang terakhir. Kesabaran, kemurahan, 

kebaikan, kesetiaan, dan kelemahlembutan yaitu  cara-cara 

mengarahkan kasih kepada orang lain, penguasaan diri yaitu  

tindakan kasih yang diarahkan kepada diri sendiri. Mengasihi orang 

lain itu penting, namun  begitu juga mengasihi diri sendiri; dan keduanya 

menunjukkan kasih kepada Allah. Kita dapat mengasihi diri kita 

dengan menyadari bahwa tubuh kita yaitu  bait Roh Kudus – tubuh ini 

bukan lagi milik kita karena kita telah dibeli dengan harga yang amat 

mahal (1Kor. 6:19-20). Jadi kita harus menghargai tubuh kita dengan 

melakukan penguasaan diri dalam segala hal.

Kata bahasa Yunani untuk “penguasaan diri” yaitu  egkrateia, 

yang berasal dari asal kata kratos, yang berarti kekuatan18. Arti kedua 

ini menunjukkan keberadaan kekuatan, bukannya penggunaan. 

Egkrateia juga berarti “berkepala dingin” (Kis. 24:25; Gal. 5:23; 2Ptr. 

1:6). Lawan katanya yaitu  akrates (2Tim. 3:3), yang berarti “tanpa 

kekuatan” dan “tidak mampu memerintah nafsu sendiri”19.

Penguasaan diri berasal dari keputusan pribadi yang diilhamkan 

Roh Kudus. Hanya dengan kuasa Roh-lah seseorang dapat mengalahkan, 

contohnya, kebiasaan buruk. Karena itu seseorang yang dipenuhi 

dengan kuasa Roh Kudus dapat melakukan penguasaan diri. Menguasai 

diri yaitu  mengekang hawa nafsu pribadi. Kata “kalau mereka tidak 

dapat menguasai diri” dalam 1 Korintus 7:9 dapat disebutkan sebagai, 

“kalau mereka tidak dapat mengekang diri”.

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

408

Mempunyai penguasaan diri juga berarti menguasai perasaan. 

Kita dapat melihat contoh kata “menahan hatinya” dalam Kejadian 

43:31 saat Yusuf mendalikan perasaannya kepada saudara-saudaranya 

(ayat 30). Kita juga membaca tentang Haman yang dipenuhi kebencian 

terhadap Mordekhai, namun  “menahan hatinya” dari rasa marah dan 

pulang ke rumah (Est. 5:9-10).

Cara kita hidup itu penting, termasuk pilihan-pilihan yang 

kita lakukan. Kita dapat memilih untuk jatuh ke dalam kelemahan-

kelemahan kita, atau kita dapat mengalahkannya. Menghadapi 

tantangan meminum cawan yang pahit, atau menyerah kepada rasa 

takut-Nya, Tuhan Yesus memilih untuk menyerahkan diri kepada 

kehendak Allah Bapa (Mat. 16:23; 26:39). Paulus juga mempunyai 

pergumulan pribadi, namun  ia menetapkan hati untuk melatih tubuhnya 

dan menaklukkannya sehingga ia dapat mempersembahkannya 

sebagai hamba kebenaran (1Kor. 9:27; ref. Rm. 6:17-20).

(iv) Ikhtisar

Kesimpulannya, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, 

kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan 

diri, yaitu  sembilan sifat buah Roh Kudus. Apabila dipenuhi Roh 

Kudus, kita dapat hidup di dalam Roh dan menghasilkan buah rohani 

untuk memuliakan Tuhan (Yoh. 15:5; 1Kor. 12:12-13; Gal. 5:25). 

13.4 Bagaimana kita dapat dipenuhi Roh Kudus?

Kita telah melihat definisi kepenuhan Roh Kudus, dan juga 

pengaruh-pengaruhnya. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana kita 

memperoleh kepenuhan Roh Kudus.

13.4.1 Haus akan Roh Kudus

Allah berjanji kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya, “Sebab 

Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat 

ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas 

keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu” (Yes. 44:3). Saat 


409

melayani di bumi, Yesus menyatakan, “Dan pada hari terakhir, yaitu 

pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa 

haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya 

kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya 

akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38).

Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus tentu mengenal perasaan 

haus rohani. Hati yang haus terjadi karena ketiadaan damai dan 

sukacita sejati. Seseorang dapat memperoleh berbagai kelimpahan 

materi dan kenikmatan, namun  seperti minum dari sumur Yakub, semua 

ini tidak dapat memuaskan dirinya, dan ia akan merasa haus lagi (Yoh. 

4:13). Begitu juga, orang yang telah menerima baptisan Roh Kudus, 

namun  tidak hidup seturut dengan Roh, akan haus kembali; dan ia akan 

merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang. Bila kita ingin dipenuhi 

Roh Kudus, kita harus waspada dengan tanda-tanda rasa haus rohani 

dan melakukan sesuatu untuk mencegahnya.

Tuhan Yesus mendorong kita, “Mintalah, maka akan diberikan 

kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu 

akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Di sini, Yesus menyebutkan tiga 

tindakan: berdoa, mencari, dan mengetuk. Dalam perumpamaan 

sahabat yang meminta roti di tengah malam, kita belajar bahwa orang 

itu menerima roti yang ia butuhkan karena ia memohon dengan tidak 

jemu-jemu (Luk. 11:5-8). Pengajarannya, kita harus berdoa dengan 

sikap yang mencerminkan keinginan yang amat sangat. Allah tidak 

akan memberikan Roh-Nya kepada mereka yang tidak mempunyai 

hati untuk menerima Dia (ref. Mat. 7:6).

Kita perlu mengetahui bahwa baptisan Roh Kudus yaitu  sebuah 

janji: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang 

baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan 

memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” 

(Luk. 11:13). Bila kita belum menerima Roh Kudus, kita harus terus 

berdoa dengan iman, percaya dengan tanpa keraguan bahwa Allah akan 

mengabulkan permohonan kita pada waktunya. Kita perlu mengingat 

bahwa Allah datang ke dunia agar kita semua mempunyai kesempatan 

untuk hidup berkelimpahan (Yoh. 10:10) – sebuah kehidupan yang 

dimungkinkan melalui baptisan dan kepenuhan Roh Kudus (Yoh. 4:14; 

7:38).

Sejak hari Pentakosta, saat  gereja mula-mula mulai berkembang 

dengan pesat, Iblis melakukan dengan segala upaya untuk merusak 

pelayanan ini dengan menggunakan pemimpin-pemimpin Yahudi 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

410

untuk menolak kebenaran. Para rasul menjawabnya dengan giat berdoa, 

dan dalam satu hati: “Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana 

mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu 

keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-

Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan 

mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus” (Kis. 4:29-

30). Hasilnya, Allah memenuhi mereka dengan Roh Kudus sehingga 

mereka dapat memberitakan firman-Nya dengan berani (Kis. 4:31). 

Di sini ada  pelajaran bagi gereja sejati pada hari ini: kita harus 

menginginkan dengan tulus kepenuhan Roh Kudus, seperti pekerja-

pekerja di masa para rasul. Kita harus berdoa memohon kuasa Allah, 

agar kita dapat mengalahkan rencana Iblis, dan dapat menyatakan injil 

dengan berani.

Saat Yesus mengucapkan ucapan-ucapan kebahagiaan, Yesus 

menunjukkan hal tertentu saat mengajar: “Berbahagialah orang yang 

lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” 

(Mat. 5:6). Firman-Nya menantang kita untuk menghindari rasa puas 

diri dalam kehidupan rohani kita, dan juga mendorong kita untuk 

merindukan kebenaran Allah. Ajaran ini mengingatkan kita agar tidak 

mencontoh jemaat Gereja Laodikia, yang menganggap diri mereka kaya 

dan tidak kekurangan, tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya 

melarat, malang, miskin, buta, dan telanjang di mata Allah. Mereka 

dijelaskan sebagai orang-orang yang suam-suam kuku – tidak dingin 

dan juga tidak panas – sehingga mereka akan dimuntahkan (Why. 

3:14-17).

Kerinduan kita kepada Allah haruslah seperti yang digambarkan 

oleh Pemazmur – seperti seekor rusa yang merindukan sungai (Mzm. 

42:1). Apabila kita merindukan Allah dengan hati seperti ini, kita 

akan menyentuh-Nya, dan Ia akan melegakan rasa haus kita dengan 

kepenuhan Roh Kudus.

13.4.2 Meninggalkan kejahatan

Sebelum umat pilihan Perjanjian Lama memasuki Tanah Kanaan, 

Allah berbicara kepada mereka melalui Musa, di dekat Sungai Yordan 

di daratan Moab:


411

Apabila kamu menyeberangi sungai Yordan ke tanah Kanaan, maka 

haruslah kamu menghalau semua penduduk negeri itu dari depanmu 

dan membinasakan segala batu berukir kepunyaan mereka; juga 

haruslah kamu membinasakan segala patung tuangan mereka dan 

memusnahkan segala bukit pengorbanan mereka…namun  jika kamu 

tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang 

yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar 

di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka 

akan menyesatkan kamu di negeri yang kamu diami itu.

Bilangan 33:51–52, 55

Allah berkata kepada mereka untuk mengusir bangsa-bangsa 

yang berdiam di Tanah Kanaan: orang-orang Het, Girgasi, Amori, 

Kanaan, Feris, Hewi dan Yebus – tujuh bangsa yang lebih besar dan 

lebih kuat daripada bangsa Israel (Ul. 7:1-3). sesudah  Musa wafat, 

Yosua meneruskan tugas ini. Ia memimpin bangsa Israel menyeberangi 

Sungai Yordan dan ke perbatasan Kanaan (Yos. 1:1-9; 3:14-17). Allah 

menunjukkan bahwa Ia menyertai mereka, dan akibatnya semangat 

bangsa itu menjadi sangat tinggi. Belakangan mereka bahkan tidak 

perlu turun tangan dalam pertempuran untuk mengalahkan Yerikho 

– yang perlu mereka lakukan hanyalah berseru-seru dengan nyaring 

(Yos. 6:1-21). Dengan Allah di sisi mereka, tidak ada yang dapat 

menentang mereka. Kalau saja mereka terus mengikuti perintah Allah, 

mereka tentu telah membasmi seluruh tujuh bangsa Kanaan yang kuat. 

Sayangnya, sejarah memperlihatkan kepada kita bahwa mereka tidak 

menuruti perintah Allah, dan tidak membasmi musuh-musuh mereka 

sepenuhnya (Ul. 7:2; 20:16; Yos. 13:13; 15:63; 16:10).

saat  Yosua sudah lanjut usia, ia mengingatkan bangsa Israel:

Dan TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan mengusir dan menghalau 

mereka dari depanmu, sehingga kamu menduduki negeri mereka, seperti 

yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Kuatkanlah benar-

benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis 

dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan 

atau ke kiri, dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa 

yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka 

dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah 

kepada mereka. namun  kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu, 

seperti yang kamu lakukan sampai sekarang. Bukankah TUHAN telah 

menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan 

akan kamu ini, seorangpun tidak ada yang tahan menghadapi kamu 

sampai sekarang. Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar 

seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

412

kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu. Maka demi nyawamu, 

bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu. Sebab jika kamu berbalik dan 

berpaut kepada sisa bangsa-bangsa ini yang masih tinggal di antara 

kamu, kawin-mengawin dengan mereka serta bergaul dengan mereka 

dan mereka dengan kamu, maka ketahuilah dengan sesungguhnya, 

bahwa TUHAN, Allahmu, tidak akan menghalau lagi bangsa-bangsa itu 

dari depanmu. namun  mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, 

menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu, sampai kamu 

binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh 

TUHAN, Allahmu.

Yosua 23:5-13

Namun ketamakan dan hasrat bangsa Israel akan kenikmatan 

terlalu besar untuk mereka hadapi. Mereka terus membiarkan hidup 

bangsa-bangsa Kanaan dan bahkan saling kawin-mengawinkan dengan 

mereka (Hak. 1:19, 21, 28-33; 31:1-6). Maka peringatan itu menjadi 

kenyataan: sisa-sisa bangsa Kanaan menjadi duri-duri dan onak yang 

memedihkan bagi bangsa Israel untuk selama-lamanya (Hak. 1:34; 

2:1-5; ref. Yeh. 28:24).

Bangsa Israel di Perjanjian Lama menggambarkan umat pilihan 

di dalam Perjanjian Baru (Ul. 14:2; Yoh. 15:19). Tanah Kanaan dapat 

disamakan seperti hati kita, dan bangsa-bangsa Kanaan yaitu  

hawa nafsu kita. Perjalanan iman kita seringkali seperti sebuah 

pertempuran panjang yang senantiasa terjadi (Ef. 6:12; Ibr. 12:4), dan 

musuh terbesar kita yaitu  hawa nafsu kita sendiri (Gal. 5:17). Apabila 

kita berkompromi dan tidak menyalibkan semuanya ini di kayu salib, 

mereka akan menjadi duri dan onak bagi kita, menjadi momok bagi 

kita, sampai akhirnya mereka menghancurkan kita (Rm. 8:6a, 13a). 

Alkitab mengingatkan kita bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh 

adonan, jadi kita tidak boleh membiarkan sedikit pun dosa tetap 

tinggal di dalam hati kita (Pkh. 10:1; 1Kor. 5:6): kita harus membuang 

mereka dengan bersandar pada Roh Kudus. Dengan demikian, barulah 

kita menang sepenuhnya (1Kor. 9:27; Rm. 8;13b; Gal. 5:16).

13.4.3 Pertobatan

Tidak ada orang yang dapat mengaku sempurna (Mat. 19:17). 

Penatua Yakobus berkata, bahwa kita semua melakukan kesalahan, 

terutama dalam perkataan (Yak. 3:2). Walaupun kita berusaha 

bersandar Roh Kudus, kadang-kadang kita lemah dan rentan terhadap 


413

dosa. namun  yang menentukan yaitu  apakah kita melakukan dosa 

dengan sengaja, dan apakah kita mau bertobat. Kita mengetahui 

bahwa Allah yaitu  Allah yang cemburu (Kel. 34:14). Jadi apabila kita 

meminta kepenuhan Roh Kudus, namun  tetap hidup di dalam dosa, Ia 

tidak akan mendengar doa-doa kita (Mzm. 66:18). Namun apabila 

pada waktu kita menyadari kita telah berbuat dosa, kemudian kita 

mengaku dan bertekad untuk berubah dan kembali kepada Allah, Ia 

akan berbelas kasihan kepada kita (Ayb. 22:23; Ams. 28:13). Alkitab 

berkata, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia 

menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mzm. 34:18).

Penulis kitab Amsal berbicara tentang panggilan hikmat kepada 

semua orang yang bersedia mendengarnya: “Berpalinglah kamu 

kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku 

kepadamu” (Ams. 1:23). Di sini, “Hikmat” yaitu  sebuah kiasan Yesus 

Kristus (Ams. 8:22-30), yang berjanji untuk mencurahkan Roh Kudus-

Nya kepada mereka yang berbalik mendengar teguran-Nya. Dan saat 

kita berbalik, kita dapat belajar dari doa Daud:

Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah 

pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku 

seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab 

aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan 

dosaku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah 

mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!

Mazmur 51:1-3, 11

Paulus berkata, “Janganlah padamkan Roh” (1Tes. 5:19). Di sini 

kata “padamkan” berkaitan dengan memadamkan api; kata yang sama 

digunakan dalam Matius 12:20. Api yaitu  lambang Roh Kudus. Karena 

itu Ia disebut “Roh yang membakar” (Yes. 4:3-4). Roh Kudus mempunyai 

kuasa untuk membuang kenajisan gereja dan menguduskannya. Ia 

membakar di dalam diri jemaat, mendesak mereka untuk bertobat dan 

meninggalkan dosa. Karena itu, kita harus berjaga-jaga dengan bahaya 

dosa, sesepele apa pun dosa itu. Kita tidak boleh membiarkan diri kita 

mencapai titik saat kita tidak lagi dapat bertobat; bila itu terjadi, maka 

kita akan memadamkan Roh Kudus, dan dosa akan berakar kembali di 

dalam diri kita.

sesudah  kejatuhan umat manusia ke dalam dosa, manusia 

kehilangan sifat Allah, bersama dengan harkat moral-Nya. Manusia 

akhirnya melakukan dosa yang lebih berat. Bahkan anak-anak Allah 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

414

pun mengikuti arus dunia (Kej. 4:8, 19-24; 6:1-4). Sampai pada akhirnya 

Allah tidak tahan lagi dan berkata, “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya 

tinggal di dalam manusia, karena manusia itu yaitu  daging, namun  

umurnya akan seratus dua puluh tahun saja” (Kej. 6:3). Kata-kata-Nya 

ini menunjukkan bahwa sebelum kejatuhan moral manusia, api Roh 

Kudus telah membakar di dalam hati anak-anak Allah. namun  karena 

mereka lebih memilih mengikuti jejak orang-orang dunia, mereka 

memadamkan Roh Kudus. Maka Allah meninggalkan mereka untuk 

tenggelam dalam hawa nafsu mereka.

Pelajaran bagi orang-orang percaya hari ini yaitu , agar kita 

mengerti bahwa Allah itu kudus, dan Ia menghendaki agar kita kudus 

(1Ptr. 1:14-16). Karena itu kita tidak boleh mengikuti orang-orang dunia 

yang tidak mengenal Allah dan mengikuti keinginan daging dengan 

bebas (2Kor. 6:14-18; 1Tes. 4:3-7). Lebih lagi, kita harus menyadari 

bahwa apabila kita mulai meninggalkan Allah, api Roh Kudus akan 

membakar di dalam diri kita untuk mengusir segala kenajisan (ref. 

1:25). namun  apabila kita dengan keras kepala tidak mau bertobat, kita 

akan memadamkan api ini, dan Roh Allah akan meninggalkan kita.

13.4.4 Ketaatan

Paulus menyebutkan Gereja Korintus sebagai “bait Roh Kudus” 

1Kor. 6:19) karena jemaatnya telah menerima baptisan air melalui 

Roh dan telah minum dari Roh (1Kor. 12:13). Namun Paulus menegur 

mereka tentang hal ini: mereka tidak dipimpin oleh Roh Kudus, 

sehingga mereka tidak mampu hidup dalam kepenuhan Roh. Mereka 

masih menjadi milik daging dan kanak-kanak di dalam Kristus, karena 

adanya iri hati dan perselisihan di antara mereka. Rohani mereka 

belum bertumbuh dan tidak mewujudkan gambar dan rupa Kristus. 

Paulus menunjukkan bahwa mereka tidak lebih baik dengan orang-

orang yang tidak percaya (1Kor. 3:1-3).

Keadaan Gereja Korintus memastikan kenyataan bahwa menerima 

baptisan Roh Kudus dan dipenuhi Roh Kudus yaitu  dua hal yang 

berbeda. Hari ini, ada orang-orang Kristen yang dapat disamakan 

seperti jemaat Gereja Korintus: mereka mempunyai Roh Kudus, namun  

secara rohani tidak dewasa (Ef. 4:13). Bukannya menuruti kehendak 

Roh Kudus, mereka mengikuti keinginan daging dan pikiran mereka 

(Ef. 2:3). Allah menyesali orang-orang demikian, “tegar tengkuk, 

keras kepala dan berkepala batu” (Yes. 48:4). Ketaatan kepada Allah 


415

yaitu  sebuah syarat menerima Roh Kudus (Kis. 5:32) dan juga untuk 

mendapatkan kepenuhan-Nya.

Walaupun Yesus yaitu  Allah yang menjadi manusia (1Tim. 3:16), 

Ia masih harus belajar untuk taat. Di malam Ia ditangkap, Ia berdoa di 

Taman Getsemani untuk diluputkan dari penderitaan di kayu salib: “Ya 

Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; namun  

bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” 

(Luk. 22:42). Yesus memahami sifat cawan ini: Ia akan menjadi Anak 

Domba Paskah yang akan dikorbankan (Kel. 12:1-9; 1Kor. 5:7). Ia 

menyadari penderitaan yang harus ia jalani, karena Kitab Suci telah 

lama menubuatkan:

Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; 

hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku 

kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan 

dalam debu maut Kauletakkan aku.

Mazmur 22:14-15

Walaupun mengetahui kemalangan yang menantikan-Nya, Yesus 

tetap turut pada kehendak Allah. Ia berdoa, “bukanlah kehendak-Ku, 

melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Ini yaitu  sebuah titik balik 

– Ia bertekad untuk tunduk pada kehendak Allah, walaupun itu berarti 

Ia harus mati di kayu salib (Flp. 2:8). Allah menjawabnya dengan 

mengutus seorang malaikat untuk menguatkan-Nya (Luk. 22:43. Dari 

catatan Alkitab, kita mengetahui apabila kita mengambil keputusan 

untuk menuruti kehendak Allah, Ia memberikan cukup kekuatan untuk 

menjalaninya.

Sebelum Paulus datang kepada Kristus, ia yaitu  manusia 

yang dibelenggu oleh dosa. namun  sesudah  ia dilahirkan kembali, ia 

dibebaskan dari kuasa dosa dan maut, dan menjadi manusia baru. 

Paulus juga menerima kekuatan dengan dipenuhi Roh Kudus untuk 

seterusnya dapat hidup dalam kemenangan (Kis. 9:17; Rm. 8:1-2; 

Flp. 4:13). Karena itu, ia mengajarkan kita agar “hiduplah oleh Roh, 

maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” (Gal. 5:16). Ia juga 

mendorong kita untuk meneladaninya, seperti ia meneladani Kristus 

(1Kor. 11:1), dalam melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah.

Umat manusia mempunyai dua pilihan yang dapat diikuti: Adam 

atau Kristus (1Kor. 15:22). Mereka yang mengikuti Adam, yaitu  

milik dunia, memberontak melawan Allah, menuruti si jahat, dan 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

416

tidak mempunyai kehidupan rohani (Kej. 2:17; 3:22-24; 1Yoh. 5:19). 

Sebaliknya mereka yang mengikuti Kristus, bebas dari dosa dan 

belenggu si jahat, dan telah melalui kematian ke dalam kehidupan 

(Rm. 8:1-2; Yoh. 5:24; 2Kor. 3:17).

13.4.5 Ketekunan

Tuhan Yesus berkata, “Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga 

sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya 

mencoba menguasainya” (Mat. 11:12). Kata-kata ini mengingatkan 

kita bahwa kita harus melalui banyak kesusahan agar dapat masuk 

kerajaan Allah (Kis. 14:22). Karena itu kita harus berjuang untuk terus 

menerus dipenuhi Roh Kudus. Ia juga berkata, “Setiap orang yang 

siap untuk membajak namun  menoleh ke belakang, tidak layak untuk 

kerajaan Allah” (Luk. 9:62). Jadi, apabila kita ingin masuk ke dalam 

kerajaan surga, kita harus meninggalkan segala hal duniawi (1Yoh. 

2:15-17).

Apabila kita menyadari bahwa tidak ada hal yang lebih penting 

daripada kerajaan surga, kita akan berusaha sekuat tenaga untuk 

mengejarnya. Paulus mempunyai pemahaman ini dan yakin bahwa 

suatu hari ia akan dapat masuk ke dalam kerajaan surga (2Tim 4:18). 

Ia berkata bahwa ia melupakan apa yang ada di belakangnya dan 

terus mendorong ke depan untuk mencapai tujuan, seperti seorang 

atlet yang berlari untuk mendapatkan piala (Flp. 3:13-14; 1Kor. 9:24). 

Seluruh hidupnya dipenuhi Roh: ia meniru Kristus, berjuang dengan 

baik, menyelesaikan pertandingan, dan memelihara iman (Rm. 8:1-2; 

Gal. 5:16; 1Kor. 11:1; 2Tim. 4:7-8). Paulus juga membicarakan tentang 

pentingnya mengenakan perlengkapan senjata Allah, yang di antaranya 

termasuk baju zirah (Ef. 6:11-17). Sebagai tentara Kristus yang ada 

di barisan penyerang, kita harus berbaris ke depan untuk mencapai 

kemenangan, dan tidak mundur, agar tidak dikalahkan oleh Iblis.

Dalam Alkitab, kita melihat contoh orang-orang yang melangkah 

maju ke depan dan mereka yang melangkah mundur – masing-masing 

memperoleh hasil yang sangat berbeda:

Abraham dan keluarganya meninggalkan tanah kelahiran

mereka untuk mencari tempat yang lebih baik. Walaupun 

secara fisik Abraham tidak pernah menerima apa yang 

dijanjikan kepadanya, ia melihatnya dari kejauhan dan 


417

memelihara keyakinannya hingga hari kematiannya (Ibr. 

11:13-16).

Lot tinggal dalam kehidupan yang mewah di Kota Sodom.

Saat malaikat mendesaknya untuk menyelamatkan diri, 

ia merasa ragu, sehingga malaikat itu harus menyeretnya 

dan keluarganya. Namun bahkan saat meninggalkan kota, 

istri Lot melihat ke belakang dan menjadi tiang garam (Kej. 

19:15-17, 26).

Bangsa Israel meninggalkan Mesir untuk pergi ke Tanah

Kanaan, daerah yang dialiri susu dan madu. Tapi di padang 

belantara, mereka memberontak melawan Musa dan 

mengingini kenikmatan-kenikmatan Mesir yang dahulu 

mereka tinggalkan (Kis. 7:39; Kel. 16:2-3; Bil. 11:4-6). 

Akibatnya, Allah mencegah generasi itu masuk ke dalam 

tanah perjanjian (Bil. 14:22-23), selain Yosua, Kaleb dan 

Suku Lewi (Bil. 14:30).

Contoh-contoh ini mengingatkan kita akan perlunya mengikuti 

Tuhan sepenuh hati, apabila kita hendak pergi ke surga. Kita harus 

siap menanggung kesusahan, meninggalkan segala hal, dan maju ke 

depan (Luk. 9:57-62). Kita dapat melakukan ini semua hanya bila kita 

senantiasa dipenuhi Roh Kudus. Tanpa-Nya, kita tidak dapat mencapai 

tujuan surgawi kita (Mat. 7:21-23).

Penatua Yohanes berkata, “Dan aku melihat kota yang kudus, 

Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias 

bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya” 

(Why. 21:2). Yerusalem ini bukanlah kota di dunia, karena dunia 

akan segera dihancurkan. Namun ini yaitu  Yerusalem surgawi yang 

turun dari surga. Malaikat menunjukkan bahwa kota suci ini yaitu  

mempelai perempuan, isteri Anak Domba (Why. 21:9-10). Penglihatan 

ini mengingatkan kita akan perkataan Paulus, yang mengatakan bahwa 

gereja yaitu  Yerusalem dari atas, mempelai perempuan Kristus (Gal. 

4:25-26; Ef. 5:31-32). Ini yaitu  gereja sejati, yang suatu hari nanti akan 

dinikahkan dengan Kristus dan bersama-sama dengan Dia selama-

lamanya. Sekarang gereja sejati harus mempersiapkan dirinya untuk 

diperlengkapi seutuhnya – kudus dan tanpa cela – dan mengenakan 

pakaian lenan yang halus, yaitu perbuatan-perbuatan kebenarannya 

(Ef. 5:26-27; Why. 19:7-8).

Penatua Yohanes melihat penglihatan gereja sejati ini – sebuah 

gereja yang senantiasa dipenuhi Roh Kudus, sempurna dan tanpa cacat 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

418

cela (1Tes. 3:12-13). Saat kita merenungkan gambaran ini, tak pelak 

lagi kita akan membandingkannya dengan kenyataan gereja sekarang, 

sehingga kita menyadari betapa jauhnya perjalanan yang masih harus 

kita tempuh. Karena itu, kita semua harus bersikeras untuk dipenuhi 

Roh Kudus, agar kita senantiasa diperbarui dan mengenakan sifat 

yang baru, yaitu kebenaran sejati dan kekudusan (Ef. 4:23-24). Hanya 

bila demikianlah, kita dapat menantikan kedatangan Tuhan kita yang 

kedua kalinya dengan percaya diri dan pengharapan yang penuh 

dengan sukacita.


Dari bab-bab sebelumnya, kita dapat melihat banyaknya pemikiran 

yang keliru mengenai baptisan Roh Kudus. Ini telah mengakibatkan 

penyampaian pengajaran yang keliru oleh beberapa pemimpin gereja, 

yang mengatakan kepada jemaat mereka bahwa memohon Roh Kudus 

yaitu  sesuatu yang tidak perlu, atau menerima Roh Kudus tidak harus 

disertai dengan berbahasa roh, atau seseorang menerima Roh Kudus 

saat ia menerima Kristus.

Menambah kekacauan ini, sejak awal abad ke-20 hingga sekarang, 

ada  kekurangan pengetahuan pada sebagian komunitas Kristen 

mengenai bagaimana membedakan antara Roh Kudus dengan roh 

jahat. Karena itu sebagian hamba Tuhan melarang jemaat mereka agar 

tidak memohon Roh Kudus, kalau-kalau secara tidak sengaja mereka 

menerima roh jahat. Lebih parah lagi, ada beberapa orang yang 

mengajarkan bahwa berbahasa roh yaitu  bukti kerasukan roh jahat.

Di bagian lain, ada  pemimpin-pemimpin gereja-gereja 

Pentakosta, seperti Morihiko Yamada1, yang berpendapat bahwa 

Allah tidak akan pernah membiarkan roh jahat merasuki mereka 

yang memohon Roh Kudus, dan menasihatkan jemaat untuk tidak 

menguatirkan hal ini.

Sesungguhnya ada  masalah-masalah pada segala kepercayaan 

yang telah disebutkan di atas, dan ini menyesatkan dan membingungkan 

orang. Yang perlu kita lakukan yaitu  kembali kepada pengajaran 

Alkitab untuk melihat apakah yang diajarkan mengenai dunia roh – 

khususnya, tanda-tanda yang dihubungkan dengan menerima Roh 

Kudus, dan juga roh jahat. Yang terutama, kita harus memohon hikmat 

kepada Allah agar kita dapat membedakan roh-roh (1Kor. 12:10).


421

14.2 Bukti-bukti baptisan Roh Kudus

Pertama, kita harus membaca apa yang dicatat di dalam Alkitab 

mengenai tanda-tanda yang berhubungan dengan baptisan Roh Kudus. 

Kita diharapkan dapat memahami dengan lebih jelas mengenai apakah 

kebenaran-kebenaran Alkitab, dan apakah yang sebenarnya merupakan 

pemahaman yang keliru. Dengan begitu, orang-orang percaya yang 

masih memohon Roh Kudus, dapat melakukannya dengan iman dan 

keyakinan. Kita harus mengerti bahwa Roh Kudus yang dijanjikan, 

yang diberikan kepada orang-orang percaya di masa para rasul, juga 

diberikan kepada orang-orang percaya pada hari ini (Kis. 2:38-39).

14.2.1 Memuji Tuhan

Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti 

desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: “Haleluya! 

Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.”

Wahyu 19:6

Ayat ini menyebutkan kata “Alleluia” (atau “Haleluya”), yang 

merupakan kata bahasa Ibrani yang berarti “Terpujilah Tuhan” (Mzm. 

104:35). Kata ini tepat untuk digunakan dalam ibadah kita kepada 

Allah, karena Ia patut kita puji. Malaikat-malaikat dan pengikut-Nya 

memuji Dia; dan segala ciptakan memuji Dia karena Ia menciptakan 

mereka dengan kuasa perintah-Nya. Orang yang dipenuhi Roh Kudus 

akan memuji Allah dari hatinya dan akan meninggikan Dia dengan 

“Haleluya” (Mzm. 148:1-14).

14.2.2Berbahasa roh dan menyanyikan nyanyian rohani

Aku akan berdoa dengan rohku, namun  aku akan berdoa juga dengan 

akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, namun  aku 

akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.

1 Korintus 14:15

Saat Paulus berkata, “Aku akan berdoa dengan rohku”, yang ia 

maksudkan yaitu  berdoa di dalam bahasa roh (1Kor. 14:14). Ia juga 

berkata, “Aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku”, yang juga 

Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat

422

menyebutkan bahasa roh (Ef. 5:19; Kol. 3:16). Kata Yunani untuk 

“nyanyian roh” yaitu  odais pneumatikais, dari ode yang berarti 

“lagu”2, dan pneumatikos yang berarti “rohani”3.

Paulus juga berbicara tentang nyanyian roh dalam surat-suratnya 

kepada jemaat Efesus (5:18-20). Di dalamnya, ia menghubungkan 

nyanyian roh dengan kepenuhan dan ilham Roh Kudus.

Referensi nyanyian roh juga ditemukan dalam Kitab Wahyu. 

Dijelaskan tentang nyanyian baru yang dinyanyikan oleh empat mahluk 

dan dua puluh empat tua-tua, masing-masing memainkan sebuah 

kecapi: “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru” (Why. 5:9). 

Ini juga memberitahukan kita bahwa nyanyian ini tidak seperti lagu-

lagu duniawi, dan hanya dikenal oleh sekelompok orang yang khusus: 

“Tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari 

pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari 

bumi” (Why. 14:3).

14.2.3 Perasaan sukacita

Kisah Para Rasul mencatat bagaimana murid-murid menjawab 

berbagai ujian dan cobaan selama pelayanan mereka: “Dan murid-

murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus” (Kis. 

13:52). Dari ayat ini, kita melihat hubungan jelas antara kepenuhan 

Roh Kudus dengan perasaan sukacita. Ini tidak mengherankan apabila 

kita merenungkan bahwa sukacita yaitu  salah satu sifat buah Roh 

Kudus (Gal. 5:22).

Roh Kudus juga disebut sebagai “minyak sebagai tanda kesukaan” 

(Ibr. 1:9). Dahulu, Yesaya menubuatkan bahwa Yesus Kristus akan 

datang ke dunia untuk membagikan minyak kepada mereka yang 

berkabung (Yes. 61:3). Karena itu pada saat ini Roh Kudus bekerja 

untuk mengangkat dan menghibur kita di saat-saat penderitaan (1Tes. 

1:6). Apabila Roh Kudus memenuhi orang percaya saat ia berdoa, 

sukacita yang membuncah kadang dapat terwujud dalam bentuk tawa 

rohani.


423

14.2.4 Menghasilkan buah Roh

Tuhan Yesus berkata:

Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, 

sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 

Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, 

ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik… Jadi 

dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.

Matius 7:17-18, 20

Ia juga berkata, “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik 

dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan 

hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat” (Mat. 12:35). 

Dengan kata lain, cara untuk menentukan apakah sesuatu atau 

seseorang itu baik atau jahat dapat lihat dari hasilnya. Orang dapat 

menyamar dan berpura-pura baik dalam jangka waktu tertentu, namun  

pada akhirnya mereka akan memperlihatkan sifat aslinya.

Roh Kudus yaitu  “kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49; 

Kis. 1:8) yang dapat membebaskan orang dari hukum dosa (Rm. 8:2; 

2Kor. 3:7) dan memperbarui dirinya (Tit. 3:5; 2Kor. 5:17; 2Tes. 2:13). 

Hasilnya, orang percaya akan dapat menghasilkan buah Roh Kudus: 

“namun  buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, 

kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. 

Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Gal. 5:22-23).

14.3 Bukti-bukti menerima roh jahat

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, 

namun  ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak 

nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.

1 Yohanes 4:1

Kita tidak dapat menganggap bahwa semua roh berasal dari 

Allah, atau orang percaya tidak mungkin menerima roh jahat. Pada 

kenyataannya, apabila ada  kekurangan pengetahuan dan 

kemampuan untuk membedakan, Iblis mempunyai kesempatan 

untuk membingungkan orang, terutama apabila iman mereka belum 

Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat

424

matang. Kita harus melihat bukti-bukti dari Alkitab dan juga belajar 

dari pengalaman-pengalaman jemaat Gereja Yesus Sejati untuk 

membedakan antara pekerjaan Roh Kudus dengan pekerjaan roh 

jahat.

14.3.1 Tidak mengakui bahwa Yesus telah datang sebagai 

manusia

Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa 

Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan 

setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu 

yaitu  roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan 

datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.

1 Yohanes 4:2-3

Saat Penatua Yohanes menulis surat 1 Yohanes, ajaran Gnostik 

semakin menjadi suatu ajaran yang lazim. Ajaran Gnostik percaya 

bahwa semua benda fisik secara alami bersifat jahat, dan hanya Allah 

saja yang baik. Mereka berteori, karena Allah itu baik, Ia tidak dapat, 

dan tidak akan datang ke dalam dunia fisik. Ini berarti mereka tidak 

percaya bahwa “Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh. 1:14), dan 

berpendapat Anak Allah tidak mungkin mati di kayu salib. Pengajaran 

seperti ini berlawanan dengan injil keselamatan dan merupakan bukti 

pekerjaan roh jahat.

Hari ini, ada  ajaran serupa yang disebut “teologi baru”, 

yang menyebar dengan pesat di dunia barat. Sebenarnya ajaran ini 

tidak benar-benar baru, dan merupakan kebangkitan ajaran-ajaran 

sesat di masa lalu. Contohnya, beberapa orang Kristen pada masa ini 

menentang sifat ilahi Yesus, keaslian mujizat-mujizat-Nya, kebangkitan-

Nya, kenaikan-Nya, dan kedatangan-Nya kedua kali kelak. Kita harus 

berhati-hati dengan ajaran-ajaran seperti ini

14.3.2 Berbicara tentang hal-hal duniawi

Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal 

duniawi dan dunia mendengarkan mereka.

1 Yohanes 4:5


425

Yesus memberitahukan bahwa Roh-lah yang memberikan 

hidup, dan daging tidak memberikan keuntungan. Ia juga berkata 

bahwa perkataan-Nya “yaitu  roh dan hidup” (Yoh. 6:63). Karena itu, 

pekerjaan Roh Kudus yaitu  untuk memberitahukan injil yang bersifat 

rohani, dan didasarkan pada hikmat Allah, dan bukan hikmat manusia 

(1Kor. 2:1-7). Sebaliknya, Iblis yang merupakan raja atas dunia ini, 

bekerja keras untuk mencegah orang-orang menerima terang injil 

sejati (2Kor. 4:4). Untuk mencapainya, ia menggunakan orang-orang 

untuk menyebarkan pesan yang didasarkan pada hikmat-hikmat 

dunia, yang menarik hati orang-orang dunia (2Tim. 4:3-4). Ajaran 

seperti itu tidak mempunyai kuasa untuk memberikan hidup kepada 

pendengarnya. Sayangnya, kita melihat banyak gereja sekarang ini 

telah jatuh ke dalam perangkap dan menyebarkan ajaran ini.

14.3.3 Tidak mendengarkan gereja sejati

Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan 

kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. 

Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.

1 Yohanes 4:6

Penatua Yohanes menunjukkan cara yang jelas untuk mengetahui 

apakah seseorang yaitu  milik Allah – dengan melihat apakah ia 

mendengarkan gereja sejati (1Yoh. 2:18-19). Yesus juga menunjukkan 

bahwa domba yang sungguh yaitu  milik-Nya akan mendengarkan 

suara-Nya dan akan masuk ke dalam satu kawanan (Yoh. 10:16). Ini 

juga sesuai dengan pengajaran Paulus: “Karunia nabi takluk kepada 

nabi-nabi.” (1Kor. 14:32).

Di masa para rasul, hanya ada satu gereja, yaitu gereja sejati, 

yang menyatakan bahwa ia yaitu  milik Allah melalui beberapa bukti 

terutama: penyertaan Roh Kudus (Rm. 8:9), berdasarkan kebenaran 

(Ef. 2:20-22), dan kesaksian dari tanda dan mujizat (Mrk. 16:20; 

Ibr. 2:4). Gereja sejati hari ini mempunyai ciri-ciri yang sama. Yang 

terutama, seperti gereja para rasul, gereja sejati hari ini bersifat 

tunggal. Alkitab menjelaskan bahwa hanya ada satu tubuh Kristus, 

dan satu Roh Kudus (Ef. 4:4). Kristus tidak mungkin terbagi-bagi, dan 

sifat Roh Kudus yaitu  bersatu (1Kor. 1:13; Ef. 4:3). Begitu juga, gereja 

sejati mengajarkan hanya kebenaran semata (2Kor. 1:18-19); Tidak 

Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat

426

masuk akal apabila satu Roh menghasilkan berbagai kepercayaan yang 

bertolak belakang (Ef. 4:5).

14.3.4 Berbisik-bisik dan berkomat-kamit

Dan apabila orang berkata kepada kamu: "Mintalah petunjuk kepada 

arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit," maka 

jawablah: "Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada 

allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang 

mati bagi orang-orang hidup?"

Yesaya 8:19

Di sini, Nabi Yesaya berbicara mengenai para pemanggil arwah 

dan para peramal yang melakukan praktik jahat mereka pada masa 

Perjanjian Lama. Berbisik-bisik dan berkomat-kamit yaitu  tanda-

tanda roh jahat yang merasuki mereka. Tanda-tanda ini tampak pada 

orang-orang yang kerasukan setan yang dibawa ke Gereja Yesus Sejati 

untuk diberikan pertolongan. Saat hamba Tuhan mengusir roh jahat di 

dalam nama Yesus Kristus, suara-suara ini hilang.

14.3.5 Berteriak, kejang-kejang, mulut berbusa, dan jatuh

Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak ia berteriak dan roh itu 

menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus 

saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya.

Lukas 9:39

Ayat ini memberikan gambaran jelas mengenai orang yang dirasuki 

roh jahat: mereka dapat berteriak-teriak, kejang, mulut mengeluarkan 

busa, dan jatuh. Yang mencemaskan, tanda-tanda ini disaksikan di 

beberapa gereja kharismatik, dan orang-orang yang memperlihatkan 

tanda-tanda ini dikira sedang digerakkan oleh Roh Kudus.

14.3.6 Kehilangan kesadaran

Kehilangan kesadaran biasa terjadi pada orang yang kerasukan 

setan. Dalam keadaan itu, ia dapat dipaksa oleh roh jahat itu untuk 


427

melakukan hal-hal yang tidak ia sadari. Kita melihat contoh ini dalam 

catatan orang Gerasa yang dirasuki setan (Mrk. 5:1-15). Alkitab 

mencatat bahwa ia: meninggalkan rumah dan tinggal di tengah kuburan 

(ayat 2-3); tidak dapat tenang, berteriak-teriak siang dan malam (ayat 

5); menyayat-nyayat dirinya dengan batu (ayat 5); menunjukkan 

kekuatan yang ajaib (ayat 3); tidak mengenal tata krama kesopanan, 

berjalan-jalan dengan telanjang (ayat 15).

Sekali lagi, beberapa tanda ini dapat dilihat di dalam sebagian 

gereja-gereja kharismatik, dan mengira bahwa jemaatnya telah 

menerima Roh Kudus. Mereka tidak menyadari bahwa yang seharusnya 

mereka lakukan yaitu  mengusir roh jahat di dalam nama Yesus.

14.3.7 Tinggi hati

Melalui para nabi, Allah menyayangkan pemberontakan Iblis:

Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar.

Yesaya 14:12

Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. 

engkau di taman eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata 

yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, 

krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya 

diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. Kuberikan 

tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau 

berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya.

Yehezkiel 28:12-14

Tinggi hati yaitu  salah satu sifat Iblis. Jadi tidak mengherankan 

apabila seseorang menerima roh jahat memperlihatkan sifat ini. 

Sifat ini dapat terlihat dalam beberapa cara: keinginan mendapatkan 

kedudukan, pujian, pujaan dan sanjungan berlebihan dari orang lain; 

tidak mau tunduk pada kebenaran, atau nasihat; mengaku-aku telah 

menerima wahyu pribadi dari Allah untuk mengadakan perubahan 

drastis di gereja; menegur dan menghakimi sesama saudara seiman; 

dan bahkan mengaku dirinya sebagai Kristus, atau seorang nabi, atau 

rasul.

Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat

428

14.3.8 Tanda-tanda lain

Tanda-tanda lain pekerjaan roh jahat di dalam diri seseorang 

yaitu : perasaan perasaan susah dan terganggu (1Sam. 16:14-15, 23); 

berkata-kata tidak karuan dan tidak masuk akal, atau melukai orang lain 

(1Sam. 18:10-11); menyulut pertikaian, iri hati dan ketidaktenteraman 

(Why. 16:14; Yak. 3:14-16); ketidak-kudusan dan amoralitas (Why. 

18:2-3; 2Ptr. 2:2, 18); menentang kebenaran


Related Posts:

  • Doktrin roh kudus 12 am kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siks… Read More