am kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab
itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus
turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan,
di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan
kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
2 Korintus 12:9-10
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
394
Kebanyakan orang lebih suka memegahkan kekuatan mereka.
Namun Paulus lebih suka memegahkan kelemahannya, yang
menurutnya tidak perlu disembunyikan. Ia mengandalkan Allah yang
memberikannya kuasa untuk mengalahkan kelemahan-kelemahannya.
Melalui kelemahannya, ia dapat mengalami karunia Allah.
Kita semua punya kelemahan; tidak ada manusia yang sempurna.
Yang penting yaitu bagaimana kita menghadapinya. Pada orang yang
rohani, kelemahannya akan menjadi alasan baginya untuk mendekat
kepada Allah dan mengandalkan-Nya. Bagi orang yang tidak rohani,
kelemahannya hanya sekadar menjadi alasan untuk terus melakukan
dosa.
E. Tidak mencintai dunia
Alkitab mengajarkan: “Sebab janganlah engkau sujud menyembah
kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, yaitu
Allah yang cemburu” (Kel. 34:14). “Sebab aku cemburu kepada kamu
dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu
kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci
kepada Kristus” (2Kor. 11:2).
Allah yaitu suami kita (Yes. 54:5; Yer. 3:14), dan kita yaitu
mempelai perempuan-Nya (Hos. 2:19-20). Kasih seorang suami
kepada istrinya yaitu kasih yang cemburu, dan tidak akan
membiarkan adanya gangguan dari pihak ketiga. Namun kita dapat
membangkitkan kecemburuan Allah apabila kita memalingkan
hati kita kepada kejahatan, atau apabila kita bersahabat dengan
dunia. Alkitab menjelaskan hal ini dalam kata-kata tertentu, sebagai
perzinahan rohani (Yak. 4:4-5). Yesus mengatakan bahwa kita tidak
dapat melayani dua tuan (Mat. 6:24), karena pastilah kita mengasihi
yang satu dan membenci yang lain. Karena itu, apabila kita mengasihi
dunia, kita tidak dapat mengasihi Allah juga (1Yoh. 2:15).
saat kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan mengasihi Allah dengan
segenap hati. Bukannya dicemarkan oleh dunia, kita akan menjadi
semurni seorang perawan yang dipertunangkan dengan satu orang
suami.
395
F. Melawan iblis
Orang-orang pilihan dalam Perjanjian Lama merupakan “segala
pasukan TUHAN” (Kel. 12:41). Di Kitab Yehezkiel, Allah memberikan
Roh-Nya kepada bangsa Israel, untuk memberikan mereka hidup dan
menjadi mereka “suatu tentara yang sangat besar” (Yeh. 37:10, 14).
Di dalam Perjanjian Baru, orang-orang percaya ada tentara Kristus
(2Tim. 2:3) yang telah dibaptis dengan Roh Kudus, dan mempunyai
kehidupan rohani (Rm. 8:2; Gal. 5:25). Pasukan ini melawan musuh
yang tidak kelihatan – “melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef. 6:12).
Dengan kata lain, kita melawan Iblis dan malaikat-malaikatnya, yang
mencari kesempatan di sekeliling kita untuk menelan siapa saja yang
dapat mereka serang (1Ptr. 5:8). Senjata pilihan mereka yaitu godaan
melalui hawa nafsu kedagingan (Gal. 5:17). Satu-satunya cara untuk
mengalahkan rencana jahatnya yaitu dengan dipenuhi Roh Kudus,
sehingga kita dapat mengalahkan keinginan daging (Gal. 5:16; Rm.
8:13).
Yohanes berkata, “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan
dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa;
namun Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat
menjamahnya” (1Yoh. 5:4, 18). Iman yaitu perisai yang merupakan
perlindungan dari panah-panah Iblis (Ef. 6:16). Tanpa iman, orang
tidak dapat hidup dalam Roh, namun akan hidup menurut daging (Rm.
8:7). Akibatnya, ia akan menjadi seorang jemaat di Gereja Sardis, yang
dikatakan hidup, namun sebenarnya rohaninya mati (Why. 3:1-2).
Pekerjaan Iblis dapat disamakan dengan virus yang tak kelihatan,
yang mempunyai kuasa yang mematikan. namun tidak seperti virus
yang menyerang tubuh manusia dan menghancurkan kehidupan
jasmani, Iblis menyerang kesehatan rohani, dengan maksud untuk
menjerumuskan orang ke dalam kutukan kekal. Karena itu menyadari
hal ini Paulus berkata, “namun aku melatih tubuhku dan menguasainya
seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain,
jangan aku sendiri ditolak” (1Kor. 9:27). Ia juga menasihati kita untuk
“tetaplah kerjakan keselamatan[mu] dengan takut dan gentar” (Flp.
2:12) dan tidak memberikan kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27).
Apabila kita dipenuhi Roh Kudus, kita menjadi waspada dan peka
terhadap rencana-rencana Iblis. Tanpa kepenuhan Roh Kudus, kita tidak
mempunyai kepekaan ini, dan akibatnya kita dapat jatuh dalam dosa
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
396
dan tidak menyadari bahwa kita perlu bertobat; atau menyadarinya
pada saat sudah terlambat. Maka Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk
berdoa seperti ini: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
namun lepaskanlah kami dari pada yang jahat” (Mat. 6:13). Kita tidak
dapat menghindari cobaan – Tuhan Yesus saja dicobai oleh Iblis (Ibr.
4:15). namun kita tidak perlu takut menghadapinya, karena kita dapat
bersandar pada kuasa Roh Kudus untuk mengalahkannya, seperti yang
dilakukan Yesus sendiri (Luk. 4:1, 14).
Kita melihat pengaruh dipenuhi Roh Kudus di dalam kehidupan
Yesus. Contohnya, saat Ia dicobai oleh Iblis sebanyak tiga kali, Yesus
menggunakan firman Tuhan dengan kuasa dan wewenang untuk
bertahan dan menegur. Pada cobaan yang pertama, Ia menjawab, “Ada
tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, namun dari setiap firman
yang keluar dari mulut Allah.” Pada cobaan kedua, Ia menjawab, “Ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada
Dia sajalah engkau berbakti!” Yang ketiga, Ia menjawab, “Ada firman:
Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Di setiap jawaban-Nya,
Yesus menunjukkan ketaatannya kepada Allah, dan hanya kepada
Allah saja. Tidak mengherankan, Iblis tidak dapat melakukan apa-apa
dan pergi dari-Nya untuk menantikan kesempatan lain (Luk. 4:3-13).
Kejadian-kejadian ini memastikan kebenaran ajaran Alkitab: “Karena
itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari
padamu!” (Yak. 4:7).
Sebelum Ia ditangkap, Tuhan Yesus mendoakan murid-murid-
Nya, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari
dunia, namun supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang
jahat” (Yoh. 17:15). Dari kata-kata ini, kita melihat bahwa Tuhan tidak
menghendaki kita meninggalkan dunia, namun agar kita mengetahui
bagaimana berjaga-jaga terhadap pekerjaan Iblis. Kita tidak dapat
menghindari cobaan, namun kita dapat meneladani Yesus untuk hidup
dalam kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Alkitab berkata,
“Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh
Roh” (Gal. 5:25).
13.3.3 Menghasilkan buah Roh
Mengalahkan dosa dapat dilihat sebagai tindakan untuk bertahan
dalam perjalanan rohani kita. Namun kita tidak dapat menang
melawan Iblis hanya dengan bertahan saja; kita juga harus bertindak
397
proaktif, yaitu dengan menghasilkan buah roh. Yesus menyebut orang-
orang percaya sebagai “terang dunia” (Mat. 5:14), maka patutlah kita
menghasilkan buah roh untuk memuliakan Allah dan menolong orang-
orang lain (Mat. 5:16; 1Kor. 10:33). Buah Roh Kudus yaitu sifat-sifat
rohani kita (ref. Mat. 12:43-45).
A. Dikenal melalui buah kita
Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang
memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik,
sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,
ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
Matius 7:16-18
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi
nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada
waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku
tidak pernah mengenal kamu! enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!
Matius 7:22-23
“Khotbah di atas Bukit” mengajarkan kita banyak perkara penting
yang berkaitan dengan menghasilkan buah Roh:
• Domba dan serigala mewakili karakter manusia yang
berbeda. Serigala dapat mencoba menyamar dengan tingkah
laku yang baik, melayani masyarakat, berbicara muluk
tentang kasih Kristiani, dan menunjukkan kekudusan;
namun waktu yaitu penguji karakter yang baik – cepat atau
lambat mereka akan menunjukkan sifat asli mereka (Mat.
7:15).
• Kita tidak dapat melihat apakah sebatang pohon itu baik
atau buruk semata dari rupa luarnya. Begitu juga, kita tidak
dapat membedakan antara jemaat sejati dengan jemaat
palsu dengan mudah. Cara terbaik untuk membedakannya
yaitu dengan melihat buah yang mereka hasilkan. Dengan
begitu kita perlu waspada, karena orang yang berkarunia
rohani tidak selalu menghasilkan buah yang baik (1Kor.
1:4-7; 3:1-3; ref. 1Kor. 13:1-3). Lebih lagi, penghakiman
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
398
Tuhan Yesus tidak akan didasarkan pada karunia-karunia
yang dimiliki seorang jemaat, namun dari buah yang ia
hasilkan.
• Roh Kudus membagikan karunia-karunia rohani kepada
setiap orang seturut dengan kehendak-Nya (1Kor. 12:11),
untuk membangun tubuh Kristus (1Kor. 12:18; Ef. 4:11-12,
16). namun yang jauh lebih penting, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan buah roh, karena itulah yang
dikehendaki Yesus kepada kita (Yoh. 15:16). Jadi walaupun
orang berkhotbah di mimbar, menyembuhkan orang sakit,
atau bahkan mengusir setan di dalam nama Tuhan Yesus,
namanya belum tentu tercatat di surga (Luk. 10:17-20; Mat.
17:21-23). Dengan kata lain, mempunyai karunia-karunia
rohani bukanlah jaminan atas keselamatan.
• Orang-orang yang menyebut Yesus, “Tuhan, Tuhan” (Mat.
7:21) tidak selalu mereka yang melakukan kehendak Allah.
Ada perbedaan antara melakukannya sebatas di mulut saja,
dengan sungguh-sungguh memiliki Dia di dalam hati (Ef.
3:17). Yesus berkata kepada golongan yang hanya memuji-
Nya di mulut saja: “Mengapa kamu berseru kepada-Ku:
Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang
Aku katakan?” (Luk. 6:46).
• Pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak
baik, karena ia tidak mampu menghasilkan buah yang
sebaliknya (Rm. 7:18, 21). Begitu juga, pohon yang baik
tidak dapat menghasilkan buah yang tidak baik. Yesus
berkata, “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik
dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat
mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya
yang jahat” (Mat. 12:35). Karena itu, sifat seseorang
menentukan jenis kehidupan yang akan ia jalani.
• Tuhan Yesus berkata kepada mereka yang tidak melakukan
kehendak-Nya, “Aku tidak pernah mengenal kamu” (Mat.
7:23). Kita perlu memperhatikan Yesus tidak mengatakan
“Au tidak mengenal kamu sekarang”. Karena itu kita dapat
berpikir bahwa kata-kata ini ditujukan kepada orang yang
telah bersalah melakukan kejahatan sepanjang hidup
mereka dan tidak bertobat. Orang jahat tidak berubah
menjadi keadaannya yang sekarang secara spontan –
namun biasanya terjadi dalam jangka waktu tertentu. Yesus
mengingatkan orang-orang yang demikian, “Semua yang
399
diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang”
(Yoh. 6:37). Jadi, apabila masih ada waktu, mereka harus
berbalik kepada kehendak Allah.
• Yesus yaitu pokok anggur yang benar, Bapa surgawi
yaitu pengusahanya, dan kita yaitu ranting-ranting-Nya.
Yesus telah memilih kita agar menghasilkan buah – buah
yang akan bertahan. Dengan menghasilkan banyak buah,
kita dapat memuliakan Allah. Sebaliknya, bila kita tidak
menghasilkan buah, kita akan dipotong dan dibuang (Yoh.
15:1, 2, 5, 8, 16).
B. Keselamatan oleh kasih karunia
Menghasilkan buah Roh meneguhkan keselamatan kita. Namun
ini bukan berarti kita meremehkan karunia keselamatan melalui salib
Kristus, atau mencoba menyangkal keyakinan dalam kebenaran melalui
iman dan kembali ke masa Hukum Taurat. Kita perlu memahami bahwa
iman sejati tidak dapat dipisahkan dari perbuatan (Yak. 2:26). Dan dari
iman sejati muncullah perbuatan-perbuatan kasih (Gal. 5:6).
Orang yang ada di bawah kasih karunia tidak akan melakukan
dosa, karena ia dapat mempesembahkan dirinya sebagai hamba
kebenaran sampai ia dikuduskan (Rm. 6:15-19).
Pada suatu saat , murid-murid Yesus bertanya, “Jika demikian,
siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan
berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, namun bagi Allah segala
sesuatu mungkin” (Mat. 19:25-26). Ini berarti, walaupun tidak seorang
pun dapat memperoleh keselamatan dengan usaha-usahanya sendiri,
keselamatan menjadi mungkin karena pertolongan Allah. Begitu juga,
kita tidak dapat menghasilkan buah melalui usaha-usaha kita sendiri,
namun kita dapat melakukannya dengan kuasa Allah.
C. Tinggal di dalam Yesus
Tuhan Yesus berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-
rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia,
ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat
apa-apa” (Yoh. 15:5). Dengan kata lain, sebagai orang Kristen kita
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
400
harus menempatkan Allah di pusat kehidupan kita dan dipimpin
oleh Roh-Nya. Ini mewajibkan kita untuk “tidak hidup menurut
daging, namun menurut Roh” (Rm. 8:4), dan dengan melakukan ini,
kita akan menghasilkan banyak buah. Tuhan telah memberikan Roh
Kudus kepada kita, yang merupakan “kekuasaan dari tempat tinggi”
(Luk. 24:49), untuk memperbarui diri kita, sehingga kehidupan kita
menjadi lebih berlimpah (Tit. 3:5; Yoh. 10:10). namun apabila kita
meninggalkan-Nya, kita tidak akan dapat mencapai apa pun. Karena
itu kita harus belajar dari Paulus yang dapat berkata dengan penuh
keyakinan, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13).
D. Apakah buah Roh?
Paulus menjelaskan, “namun buah Roh ialah: kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang
hal-hal itu” (Gal. 5:22-23). Di sini Paulus menggunakan kata Yunani
karpos untuk menyebut “buah”, yang berarti “dalam bentuk tunggal,
menunjukkan kesatuan karakter Tuhan yang dihasilkan di dalam diri
mereka”1. Disebutkan dalam bentuk tunggal, karena hanya ada satu Roh
Kudus (1Kor. 12:4; Ef. 4:4), dan buah-Nya yaitu sesuatu yang tunggal
dan sempurna. Seperti lingkaran kasih karunia yang disebutkan dalam
2 Petrus 1:5-7, segalanya bergantung pada seluruh bagian karunia
itu. Dari sini kita mengetahui bahwa Paulus tidak mengatakan bahwa
seseorang yang dipenuhi Roh Kudus harus menghasilkan sembilan
jenis buah yang berbeda, namun satu buah dengan sembilan sifat. Sifat-
sifat ini dikelompokkan ke dalam tiga kategori untuk dibahas:
(i) Kasih, sukacita, dan damai sejahtera
Kelompok ini mewakili sifat paling mendasar dalam seorang
Kristen. Mereka dapat disamakan seperti bagian-bagian rumah, dan
kasih yaitu dasarnya, sukacita yaitu lantai atasnya, dan damai
sejahtera yaitu atapnya. Dari dasar hingga atap, bagian-bagian rumah
disatukan dengan erat untuk memberikan perlindungan kepada
mereka yang mendiaminya.
401
Kasih
Istilah Yunani untuk “kasih” dalam Galatia 5:22 yaitu agape2 dan
merupakan kata yang sama yang digunakan dalam 1 Korintus 13. Kata
ini menunjukkan kasih yang berasal dari Allah dan keluar dari iman
mereka yang telah lahir di dalam Kristus. Dari kesembilan buah Roh,
kasih yaitu yang pertama. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat lain
berkaitan erat dengan kasih.
Mengasihi Allah dan manusia yaitu rangkuman dan penggenapan
Hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat. 22:37-40; 1Tim. 1:5; Rm.
13:10). Apabila kita melihat Sepuluh Perintah Allah, kita melihat
bahwa empat hukum pertama berhubungan dengan kasih kita kepada
Allah, sementara enam sisanya yaitu kasih kita kepada manusia. Dua
prinsip ini saling berkaitan: seseorang yang mengasihi Allah akan
mengasihi sesamanya manusia; dan ia yang mengasihi sesamanya
akan mengasihi Allah (1Yoh. 4:20). Kasih menggabungkan seluruh
sifat buah Roh dan merupakan “pengikat yang mempersatukan dan
menyempurnakan” (Kol. 3:14). Kasih yaitu simbol Kekristenan (Yoh.
13:35) dan bukti bahwa orang percaya itu telah melalui kematian dan
telah dilahirkan kembali (1Yoh. 3:14). Alkitab mengatakan bahwa
kasih menang terhadap penghakiman (Yak. 2:13; 1Yoh. 4:17-18).
Kasih yang paling mulia yaitu kasih yang ditujukan kepada
seorang musuh, dan memaklumi kesalahannya (Mat. 5:44; Luk. 23:34).
Allah yaitu kasih (1Yoh. 4:8) dan kasih-Nya yaitu tingkat tertinggi
yang dapat kita capai. Kasih ini mensyaratkan kita untuk mengasihi
mereka yang benar, namun juga mereka yang tidak benar (Mat. 5:45)
dan juga orang-orang berdosa (Kis. 10:35; Rm. 5:6-8). Paulus berkata,
“Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang
telah dikaruniakan kepada kita” (Rm. 5:5). Karena itu seseorang yang
senantiasa dipenuhi Roh Kudus dapat mewujudkan kasih Allah. Kita
mempunyai contoh mulia yang dilakukan Stefanus, yang menjelang
kematiannya mendoakan mereka yang membunuhnya agar Allah
mengampuni dosa-dosa mereka (Kis. 7:55, 60).
Sukacita
Kata yang digunakan untuk “sukacita” dalam Alkitab yaitu
simchah dalam bahasa Ibrani3, dan chara dalam bahasa Yunani4.
Di puncak kejayaannya, Raja Salomo mempunyai apa pun yang
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
402
diinginkan matanya, memuaskan hatinya dengan segala macam
kenikmatan (Pkh. 2:10). Kehidupan mewahnya tidak terukur. Namun
saat ia mencapai usia lanjut, ia meratapi, “Siapa mencintai uang tidak
akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas
dengan penghasilannya. Inipun sia-sia” (Pkh. 5:10). Salomo akhirnya
menyadari bahwa sukacita yang didapat dari hal-hal materi sifatnya
kosong dan sementara. Orang yang minum dari sumur Yakub akan
haus kembali (Yoh. 4:13). Sebaliknya, sukacita yang datang dari Roh
Kudus bersifat murni dan tidak sementara (Rm. 14:17; Yoh. 15:11).
Roh Allah yaitu seperti mata air hidup yang tidak pernah kering (Yoh.
4:14; 7:37-39).
Alkitab mengajarkan bahwa sukacita dari Allah yaitu kekuatan
kita (Neh. 8:10). Kita dapat memperoleh sukacita ini dengan cara diurapi
dengan “minyak sebagai tanda kesukaan”, yaitu Roh Kudus (Ibr. 1:9).
Minyak ini tidak terpengaruh dengan keadaan-keadaan yang sulit, dan
juga tidak redup karena penderitaan (Rm. 5:3; 1Tes. 1:6). Mereka yang
mengalami sukacita rohani ini antara lain: para rasul, yang seringkali
dianiaya karena injil, namun bersukacita karena mereka dianggap layak
untuk menderita demi nama Tuhan (Kis. 5:40-41; 13:50-52); Paulus,
yang dipenjara dan dianiaya, namun dapat bersukacita dan memuji
Allah (Kis. 16:25; Flp. 1:17-18).
Musa, orang pilihan Allah, berdoa kepada Allah: “Buatlah kami
bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami,
seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka” (Mzm. 90:15).
Seperti Musa, Kita harus memahami bahwa saat Allah memberikan
sukacita-Nya kepada kita, kita akan terlindung dari ujian kehidupan.
Damai sejahtera
Kata “damai” dalam bahasa Ibrani yaitu shalom dan
melambangkan “kesempurnaan”, “kesejahteraan” dan “kesehatan”5.
Orang Yahudi menggunakan kata ini untuk memberkati orang lain.
Kata Yunani eirene mengacu pada “hubungan yang harmonis antar
manusia”, “hubungan yang harmonis antara Allah dan manusia, dicapai
melalui injil”, dan hasil dari “ketenangan dan kesenangan”6.
Alkitab menyebut Yesus Kristus sebagai “Raja Damai” (Yes. 9:6);
dan injil yang Ia beritakan disebut sebagai “damai sejahtera” (Kis.
10:36; Ef. 2:17). Tugas Yesus yaitu untuk mendamaikan: antara Allah
403
dengan manusia, dan antara sesama manusia (Ef. 2:13-19). Roh Kudus
yaitu Roh Kristus (Rm. 8:9), yang memberikan kesatuan antara
sesama saudara di dalam ikatan damai sejahtera (Ef. 4:3; Yeh. 11:19).
Ia menolong kita menjadi satu dalam tubuh Kristus, sehingga tidak ada
lagi batasan dalam hal suku, golongan atau jenis kelamin (1Kor. 12:12-
13; Gal. 3:27-28). Karena itu, orang yang dipenuhi Roh Kudus dapat
hidup dengan orang lain dan dengan Allah secara harmonis; ia tidak
mengeluh atau menyimpan dendam. Apabila Roh Kudus diizinkan
untuk memerintah di dalam hati seseorang, tidak ada lagi perpecahan
atau perselisihan.
Damai sejahtera yang ditawarkan Tuhan Yesus itu unik dan
mulia; tidak berasal dari dunia dan melampaui pengertian manusia
(Yoh. 14:26-27; Flp. 4:7). Yang Ia tawarkan yaitu damai yang dapat
memelihara orang-orang percaya di masa sulit dan penderitaan (Yoh.
16:33). Kita melihat pengaruh dari damai sejahtera ini pada pekerja-
pekerja Allah di gereja para rasul: di dalam diri Stefanus, yang meminta
Allah untuk mengampuni pembunuh-pembunuhnya (Kis. 7:55, 59-
60); dalam diri Petrus, yang tidur dengan nyenyak walaupun dirantai
dan dipenjara (Kis. 12:1-6); dan dalam diri Paulus, yang walaupun
menghadapi bahaya di tengah laut, dapat menenangkan kawan-kawan
seperjalanannya (Kis. 27:18-25).
(ii) Kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan dan
kelemahlembutan
Kategori kedua ini menunjukkan kasih kepada orang lain. Sifat-
sifat ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kasih, dapat
bertahan dalam kepedihan, murah hati, dan melakukan kebaikan
kepada mereka yang ingin mencelakainya. Orang yang mempunyai
kasih dapat memperlakukan orang lain dengan tulus dan menghormati
kewajibannya. Ia juga dapat berbicara dan bertingkah laku dengan
kelemahlembutan dan tidak mudah dihasut.
Kesabaran dan kemurahan
Kesabaran dan kemurahan yaitu sifat-sifat Allah (Kel. 34:6; Rm.
2:4). Kita melihat-Nya dengan sabar menanggung dosa-dosa umat
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
404
manusia – sampai-sampai ia mengutus Anak-Nya sendiri (Mzm. 103:8-
13; Yoh. 3:16; Ef. 2:7).
Kata Ibrani “kesabaran” berasal dari dua kata: arek, yang berarti
“panjang”7, dan aph, yang berarti “penderitaan”, atau secara hurufiah
berarti “hidung” atau “lubang hidung”8. Kiasan kidung ini sangat
cerdas, karena ini memperlihatkan sebuah gambaran mengambil nafas
panjang, yang berlawanan dengan nafas yang cepat dan terburu-buru
saat seseorang mengalami kemarahan besar. Dalam Perjanjian Lama,
kata ini digunakan untuk menjelaskan sifat Allah yang panjang sabar
(Kel. 34:6; Neh. 9:17; Mzm. 86: 15; Yo. 2:13; Yun. 4:2; Nah. 1:3).
Kata Yunani untuk kesabaran yaitu makrothumia, yang
menandakan “sikap sabar” dan “sabar”, dan berasal dari dua kata:
makros, yang berarti “panjang”, dan thumos, yang berarti “tabiat”9. Di
Perjanjian Baru, kata ini digunakan untuk menjelaskan ketahanan
Allah terhadap orang-orang berdosa (Rm. 2:4; 9:22; 1Ptr. 3:20; 2Ptr.
3:9, 15). Serupa dengan ini, yaitu kata hupomene, yang berarti “sabar”
dan “ketabahan” (2Kor 6:4; 12:12; Kol. 1:11)10.
Sebagai orang-orang Kristen, kita harus bersabar menghadapi
tentangan. Kita dapat memperoleh keberanian dari contoh yang
diteladankan Tuhan Yesus kepada kita (1Ptr. 2:19-24), yang
mengajarkan kita untuk mengampuni tanpa syarat, seperti Allah
mengampuni kita (Mat. 18:21-33). Kita mengalami banyak kejadian
saat orang lain salah paham kepada kita, memfitnah, bahkan
menganiaya kita, namun apabila kita dipenuhi Roh Kudus, kita akan
dapat menanggung semuanya ini. Alkitab mengingatkan, apabila kita
panjang sabar, kita dapat menghindari perselisihan (Ams. 15:18).
Kata “kemurahan” dalam bahasa Yunani disebut chrestotes, yang
berarti “kebaikan hati”, dan “kemurahan”11. Di berbagai bagian Alkitab,
kata ini diterjemahkan sebagai “baik” (Rm. 3:12), “kemurahan” (Rm.
2:4; 12:2; Gal. 5:22), atau “murah hati” (1Kor. 13:4; 2Kor. 6:6; Ef.
2:7; 4:32; Kol. 3:12; Tit. 3:4). Kata ini mengandung arti kasih sayang,
belas kasihan, dan maksud yang baik. Kemurahan yaitu sifat yang
memperlakukan tetangga kita dengan tenggang rasa dan menawarkan
pertolongan saat dibutuhkan. “Tetangga” ini bisa berupa seseorang
yang sedang kesepian, sedang lemah, atau menderita (Luk. 10:27-37).
Alkitab mendorong kita untuk “bersukacitalah dengan orang yang
bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Rm.
12:15), dan juga “mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya
untuk membangunnya” (Rm. 15:2).
405
Kesabaran dan kemurahan yaitu cara terbaik melawan musuh-
musuh kita. Paulus mengingatkan kita, agar tidak membalas kejahatan
dengan kejahatan, namun mengalahkan kejahatan dengan kebaikan
(Rm. 12:17-21). Karena itu kita hars berjuang untuk menjadi sabar
di tengah tentangan-tentangan dan menggunakan kemurahan untuk
menghadapi musuh kita. Seperti Bapa kita di surga yang murah hati,
bahkan kepada mereka yang jahat (Luk. 6:35), kita diajarkan untuk
menerima musuh kita dengan makanan dan minuman, dan dengan
demikian menaruh bara api ke atas kepala mereka (Rm. 12:20). Dengan
kata lain, kemurahan mempunyai kuasa untuk memutarbalikkan
musuh.
Kebaikan
Kata Ibrani untuk “kebaikan” yaitu towb12. Di dalam Perjanjian
Lama, kata ini berarti “belas kasihan”, atau “anugerah” (Kel. 18:9; Mzm.
23:6; Yer. 31:14; Hos. 3:5). Kata Yunani-nya, agathosune, berarti “baik”
atau “sifat baik” (Rm. 15:14; Ef. 5:9; 2Tes. 1:11)13. Walaupun kebaikan
(chrestotes) dapat dilihat sebagai sifat baik kepada orang lain, kebaikan
(agathosune) merujuk pada tindakan kebaikan yang sesungguhnya.
Seringkali kita mempunyai pandangan keliru bahwa injil hanya
dimaksudkan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Kebutuhan orang
seringkali menjadi terabaikan, atau setidaknya, kita tangani hampir-
hampir sebagai selingan. Namun kita perlu memahami bahwa injil juga
mengajarkan kita tentang kebaikan (Rm. 12:9-10, 13; 1Tes. 5:15; 1Tim.
6:18; Tit. 2:14), yang berarti memperhatikan kebutuhan orang-orang
miskin di antara kita (1Yoh. 3:17). Contoh yang dapat kita teladani
yaitu Dorkas, yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik dan amal
(Kis. 9:36-39). Paulus juga mengingatkan kita, bahwa bila kita tidak
jemu-jemu berbuat baik, kita akan memperoleh berkat (Gal. 6:9-10).
Sebelum Paulus dilahirkan dalam Kristus, ia berkata bahwa tidak
ada yang baik di dalam dirinya. Ia seringkali ingin berbuat baik, namun
tidak mampu melakukannya (Rm. 7:18). namun sesudah menjadi milik
Kristus, ia berubah, karena ia menetapkan hati untuk berjalan sesuai
dengan kehendak Roh (Rm. 8:1-4). Kebaikan yaitu sifat ilahi; tidak
seorang pun yang baik, selain Allah (Mrk. 10:17-18). namun dengan
hidup baru melalui Dia, kita juga dapat mewujudkan kebaikan-Nya.
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
406
Kesetiaan
Dalam Perjanjian Lama, kita menemukan kata Ibrani untuk
menyebutkan “kesetiaan”, yaitu emunah (Ul. 32:4; Mzm. 33:4; Hab. 2:4),
yang berarti “kebenaran”14. Kata Yunani-nya yaitu pistis yang berarti
“keyakinan” (Kis. 17:31, “iman” (Rm. 14:22; Ibr. 11:1), dan “setia” (Mat.
23:23; Tit. 2:10)15.
Yesaya menubuatkan kesetiaan Yesus kepada umat manusia: “Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkannya” (Yes. 42:3). Ayat ini menjelaskan
keyakinan Yesus dalam kemampuan umat-Nya untuk bertobat dan
berbalik kepada-Nya. Ini didasarkan pada kasih yang dijelaskan oleh
Paulus, yang menanggung segala sesuatu dan percaya segala sesuatu
(1Kor. 13:7). Allah disebutkan sebagai Dia yang memegang janji-Nya
dan menyirami kita dengan kasih-Nya yang senantiasa; walaupun kita
tidak setia, namun Ia tetap setia (2Tim. 2:13; Rm. 3:3-4; 2Kor. 1:18-
22). Kita dapat belajar banyak dari sifat Allah: dapat dipercaya, dapat
diandalkan, dan bertanggungjawab pada kewajiban kita kepada Allah
dan sesama manusia.
Kelemahlembutan
Kata Ibrani untuk “kelemahlembutan” yaitu ani, yang artinya
“miskin” (Ayb. 24:4; Mzm. 9:12, 18; Amo. 8:4) atau “rendah hati” (Mzm.
22:26; Ams. 3:34; Yes. 11:4; Zef. 2:3)16. Ani dalam Yesaya 61:1 mencakup
kedua arti ini. Kata Yunani untuk “kelemahlembutan” yaitu praotes
(1Kor. 4:21; Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; Tit. 3:2)17.
Kelemahlembutan seringkali dikelirukan dengan tanda kelemahan
atau tindakan pasif. Sebenarnya dibutuhkan kekuatan karakter dan
pengendalian diri yang besar untuk melakukan kelemahlembutan
(Ams. 16:32). Tuhan Yesus dan Musa merupakan contohnya: walaupun
mereka lemah lembut dan rendah hati (Bil. 12:3; Mat. 11:29), mereka
juga mempunyai keteguhan untuk bertahan saat diperlakukan tidak
adil (1Ptr. 2:23; Ibr. 11:26) dan mempunyai kekuatan hati untuk
menegakkan kebenaran (Yoh. 2:13-16; Kel. 32:19-21).
Alkitab menyebutkan berkat-berkat yang menantikan mereka
yang lemah lembut. Disebutkan mereka akan: memiliki bumi (Mat.
5:5); mendapat ketenangan (Mat. 11:29); menerima injil (Yes. 61:1);
mendapatkan firman yang tertanam di dalam hati (Yak. 1:21);
407
mendapatkan kasih Allah (Ams. 3:34); mendapat tuntunan-Nya (Mzm.
25:9); (Mzm. 147:6); ditinggikan (Mzm. 147:6); dan diselamatkan di
saat-saat penindasan (Mzm. 76:9).
Sifat lemah lembut berasal dari kasih (1Kor. 13:5, 7), dan
memungkinkan kita mengegur orang lain dengan rendah hati saat
mereka melawan kebenaran, dan mendesak mereka untuk bertobat
dan menghindari jerat Iblis (2Tim. 2:25-26). Kelemahlembutan juga
merupakan sifat yang kita perlukan untuk membawa kembali saudara-
saudari yang telah melakukan pelanggaran, menggenapi hukum
Kristus (Gal. 6:1-2). Kelemahlembutan yaitu tanda seorang Kristen
yang saleh (Gal. 5:23; Ef. 4:2; Kol. 3:12; 1Tim. 6:11; Tit. 3:2-3) dan sifat
yang berharga di mata Allah (1Ptr. 3:4).
(iii) Penguasaan diri
Ini yaitu buah Roh Kudus yang terakhir. Kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, dan kelemahlembutan yaitu cara-cara
mengarahkan kasih kepada orang lain, penguasaan diri yaitu
tindakan kasih yang diarahkan kepada diri sendiri. Mengasihi orang
lain itu penting, namun begitu juga mengasihi diri sendiri; dan keduanya
menunjukkan kasih kepada Allah. Kita dapat mengasihi diri kita
dengan menyadari bahwa tubuh kita yaitu bait Roh Kudus – tubuh ini
bukan lagi milik kita karena kita telah dibeli dengan harga yang amat
mahal (1Kor. 6:19-20). Jadi kita harus menghargai tubuh kita dengan
melakukan penguasaan diri dalam segala hal.
Kata bahasa Yunani untuk “penguasaan diri” yaitu egkrateia,
yang berasal dari asal kata kratos, yang berarti kekuatan18. Arti kedua
ini menunjukkan keberadaan kekuatan, bukannya penggunaan.
Egkrateia juga berarti “berkepala dingin” (Kis. 24:25; Gal. 5:23; 2Ptr.
1:6). Lawan katanya yaitu akrates (2Tim. 3:3), yang berarti “tanpa
kekuatan” dan “tidak mampu memerintah nafsu sendiri”19.
Penguasaan diri berasal dari keputusan pribadi yang diilhamkan
Roh Kudus. Hanya dengan kuasa Roh-lah seseorang dapat mengalahkan,
contohnya, kebiasaan buruk. Karena itu seseorang yang dipenuhi
dengan kuasa Roh Kudus dapat melakukan penguasaan diri. Menguasai
diri yaitu mengekang hawa nafsu pribadi. Kata “kalau mereka tidak
dapat menguasai diri” dalam 1 Korintus 7:9 dapat disebutkan sebagai,
“kalau mereka tidak dapat mengekang diri”.
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
408
Mempunyai penguasaan diri juga berarti menguasai perasaan.
Kita dapat melihat contoh kata “menahan hatinya” dalam Kejadian
43:31 saat Yusuf mendalikan perasaannya kepada saudara-saudaranya
(ayat 30). Kita juga membaca tentang Haman yang dipenuhi kebencian
terhadap Mordekhai, namun “menahan hatinya” dari rasa marah dan
pulang ke rumah (Est. 5:9-10).
Cara kita hidup itu penting, termasuk pilihan-pilihan yang
kita lakukan. Kita dapat memilih untuk jatuh ke dalam kelemahan-
kelemahan kita, atau kita dapat mengalahkannya. Menghadapi
tantangan meminum cawan yang pahit, atau menyerah kepada rasa
takut-Nya, Tuhan Yesus memilih untuk menyerahkan diri kepada
kehendak Allah Bapa (Mat. 16:23; 26:39). Paulus juga mempunyai
pergumulan pribadi, namun ia menetapkan hati untuk melatih tubuhnya
dan menaklukkannya sehingga ia dapat mempersembahkannya
sebagai hamba kebenaran (1Kor. 9:27; ref. Rm. 6:17-20).
(iv) Ikhtisar
Kesimpulannya, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan
diri, yaitu sembilan sifat buah Roh Kudus. Apabila dipenuhi Roh
Kudus, kita dapat hidup di dalam Roh dan menghasilkan buah rohani
untuk memuliakan Tuhan (Yoh. 15:5; 1Kor. 12:12-13; Gal. 5:25).
13.4 Bagaimana kita dapat dipenuhi Roh Kudus?
Kita telah melihat definisi kepenuhan Roh Kudus, dan juga
pengaruh-pengaruhnya. Selanjutnya kita akan melihat bagaimana kita
memperoleh kepenuhan Roh Kudus.
13.4.1 Haus akan Roh Kudus
Allah berjanji kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya, “Sebab
Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat
ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas
keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu” (Yes. 44:3). Saat
409
melayani di bumi, Yesus menyatakan, “Dan pada hari terakhir, yaitu
pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa
haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya
kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya
akan mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38).
Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus tentu mengenal perasaan
haus rohani. Hati yang haus terjadi karena ketiadaan damai dan
sukacita sejati. Seseorang dapat memperoleh berbagai kelimpahan
materi dan kenikmatan, namun seperti minum dari sumur Yakub, semua
ini tidak dapat memuaskan dirinya, dan ia akan merasa haus lagi (Yoh.
4:13). Begitu juga, orang yang telah menerima baptisan Roh Kudus,
namun tidak hidup seturut dengan Roh, akan haus kembali; dan ia akan
merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang. Bila kita ingin dipenuhi
Roh Kudus, kita harus waspada dengan tanda-tanda rasa haus rohani
dan melakukan sesuatu untuk mencegahnya.
Tuhan Yesus mendorong kita, “Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu
akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Di sini, Yesus menyebutkan tiga
tindakan: berdoa, mencari, dan mengetuk. Dalam perumpamaan
sahabat yang meminta roti di tengah malam, kita belajar bahwa orang
itu menerima roti yang ia butuhkan karena ia memohon dengan tidak
jemu-jemu (Luk. 11:5-8). Pengajarannya, kita harus berdoa dengan
sikap yang mencerminkan keinginan yang amat sangat. Allah tidak
akan memberikan Roh-Nya kepada mereka yang tidak mempunyai
hati untuk menerima Dia (ref. Mat. 7:6).
Kita perlu mengetahui bahwa baptisan Roh Kudus yaitu sebuah
janji: “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang
baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan
memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya”
(Luk. 11:13). Bila kita belum menerima Roh Kudus, kita harus terus
berdoa dengan iman, percaya dengan tanpa keraguan bahwa Allah akan
mengabulkan permohonan kita pada waktunya. Kita perlu mengingat
bahwa Allah datang ke dunia agar kita semua mempunyai kesempatan
untuk hidup berkelimpahan (Yoh. 10:10) – sebuah kehidupan yang
dimungkinkan melalui baptisan dan kepenuhan Roh Kudus (Yoh. 4:14;
7:38).
Sejak hari Pentakosta, saat gereja mula-mula mulai berkembang
dengan pesat, Iblis melakukan dengan segala upaya untuk merusak
pelayanan ini dengan menggunakan pemimpin-pemimpin Yahudi
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
410
untuk menolak kebenaran. Para rasul menjawabnya dengan giat berdoa,
dan dalam satu hati: “Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana
mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu
keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-
Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan
mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus” (Kis. 4:29-
30). Hasilnya, Allah memenuhi mereka dengan Roh Kudus sehingga
mereka dapat memberitakan firman-Nya dengan berani (Kis. 4:31).
Di sini ada pelajaran bagi gereja sejati pada hari ini: kita harus
menginginkan dengan tulus kepenuhan Roh Kudus, seperti pekerja-
pekerja di masa para rasul. Kita harus berdoa memohon kuasa Allah,
agar kita dapat mengalahkan rencana Iblis, dan dapat menyatakan injil
dengan berani.
Saat Yesus mengucapkan ucapan-ucapan kebahagiaan, Yesus
menunjukkan hal tertentu saat mengajar: “Berbahagialah orang yang
lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”
(Mat. 5:6). Firman-Nya menantang kita untuk menghindari rasa puas
diri dalam kehidupan rohani kita, dan juga mendorong kita untuk
merindukan kebenaran Allah. Ajaran ini mengingatkan kita agar tidak
mencontoh jemaat Gereja Laodikia, yang menganggap diri mereka kaya
dan tidak kekurangan, tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya
melarat, malang, miskin, buta, dan telanjang di mata Allah. Mereka
dijelaskan sebagai orang-orang yang suam-suam kuku – tidak dingin
dan juga tidak panas – sehingga mereka akan dimuntahkan (Why.
3:14-17).
Kerinduan kita kepada Allah haruslah seperti yang digambarkan
oleh Pemazmur – seperti seekor rusa yang merindukan sungai (Mzm.
42:1). Apabila kita merindukan Allah dengan hati seperti ini, kita
akan menyentuh-Nya, dan Ia akan melegakan rasa haus kita dengan
kepenuhan Roh Kudus.
13.4.2 Meninggalkan kejahatan
Sebelum umat pilihan Perjanjian Lama memasuki Tanah Kanaan,
Allah berbicara kepada mereka melalui Musa, di dekat Sungai Yordan
di daratan Moab:
411
Apabila kamu menyeberangi sungai Yordan ke tanah Kanaan, maka
haruslah kamu menghalau semua penduduk negeri itu dari depanmu
dan membinasakan segala batu berukir kepunyaan mereka; juga
haruslah kamu membinasakan segala patung tuangan mereka dan
memusnahkan segala bukit pengorbanan mereka…namun jika kamu
tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang
yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar
di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka
akan menyesatkan kamu di negeri yang kamu diami itu.
Bilangan 33:51–52, 55
Allah berkata kepada mereka untuk mengusir bangsa-bangsa
yang berdiam di Tanah Kanaan: orang-orang Het, Girgasi, Amori,
Kanaan, Feris, Hewi dan Yebus – tujuh bangsa yang lebih besar dan
lebih kuat daripada bangsa Israel (Ul. 7:1-3). sesudah Musa wafat,
Yosua meneruskan tugas ini. Ia memimpin bangsa Israel menyeberangi
Sungai Yordan dan ke perbatasan Kanaan (Yos. 1:1-9; 3:14-17). Allah
menunjukkan bahwa Ia menyertai mereka, dan akibatnya semangat
bangsa itu menjadi sangat tinggi. Belakangan mereka bahkan tidak
perlu turun tangan dalam pertempuran untuk mengalahkan Yerikho
– yang perlu mereka lakukan hanyalah berseru-seru dengan nyaring
(Yos. 6:1-21). Dengan Allah di sisi mereka, tidak ada yang dapat
menentang mereka. Kalau saja mereka terus mengikuti perintah Allah,
mereka tentu telah membasmi seluruh tujuh bangsa Kanaan yang kuat.
Sayangnya, sejarah memperlihatkan kepada kita bahwa mereka tidak
menuruti perintah Allah, dan tidak membasmi musuh-musuh mereka
sepenuhnya (Ul. 7:2; 20:16; Yos. 13:13; 15:63; 16:10).
saat Yosua sudah lanjut usia, ia mengingatkan bangsa Israel:
Dan TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan mengusir dan menghalau
mereka dari depanmu, sehingga kamu menduduki negeri mereka, seperti
yang dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Kuatkanlah benar-
benar hatimu dalam memelihara dan melakukan segala yang tertulis
dalam kitab hukum Musa, supaya kamu jangan menyimpang ke kanan
atau ke kiri, dan supaya kamu jangan bergaul dengan bangsa-bangsa
yang masih tinggal di antaramu itu, serta mengakui nama allah mereka
dan bersumpah demi nama itu, dan beribadah atau sujud menyembah
kepada mereka. namun kamu harus berpaut pada TUHAN, Allahmu,
seperti yang kamu lakukan sampai sekarang. Bukankah TUHAN telah
menghalau bangsa-bangsa yang besar dan kuat dari depanmu, dan
akan kamu ini, seorangpun tidak ada yang tahan menghadapi kamu
sampai sekarang. Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar
seribu orang, sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
412
kamu, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu. Maka demi nyawamu,
bertekunlah mengasihi TUHAN, Allahmu. Sebab jika kamu berbalik dan
berpaut kepada sisa bangsa-bangsa ini yang masih tinggal di antara
kamu, kawin-mengawin dengan mereka serta bergaul dengan mereka
dan mereka dengan kamu, maka ketahuilah dengan sesungguhnya,
bahwa TUHAN, Allahmu, tidak akan menghalau lagi bangsa-bangsa itu
dari depanmu. namun mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu,
menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu, sampai kamu
binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh
TUHAN, Allahmu.
Yosua 23:5-13
Namun ketamakan dan hasrat bangsa Israel akan kenikmatan
terlalu besar untuk mereka hadapi. Mereka terus membiarkan hidup
bangsa-bangsa Kanaan dan bahkan saling kawin-mengawinkan dengan
mereka (Hak. 1:19, 21, 28-33; 31:1-6). Maka peringatan itu menjadi
kenyataan: sisa-sisa bangsa Kanaan menjadi duri-duri dan onak yang
memedihkan bagi bangsa Israel untuk selama-lamanya (Hak. 1:34;
2:1-5; ref. Yeh. 28:24).
Bangsa Israel di Perjanjian Lama menggambarkan umat pilihan
di dalam Perjanjian Baru (Ul. 14:2; Yoh. 15:19). Tanah Kanaan dapat
disamakan seperti hati kita, dan bangsa-bangsa Kanaan yaitu
hawa nafsu kita. Perjalanan iman kita seringkali seperti sebuah
pertempuran panjang yang senantiasa terjadi (Ef. 6:12; Ibr. 12:4), dan
musuh terbesar kita yaitu hawa nafsu kita sendiri (Gal. 5:17). Apabila
kita berkompromi dan tidak menyalibkan semuanya ini di kayu salib,
mereka akan menjadi duri dan onak bagi kita, menjadi momok bagi
kita, sampai akhirnya mereka menghancurkan kita (Rm. 8:6a, 13a).
Alkitab mengingatkan kita bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh
adonan, jadi kita tidak boleh membiarkan sedikit pun dosa tetap
tinggal di dalam hati kita (Pkh. 10:1; 1Kor. 5:6): kita harus membuang
mereka dengan bersandar pada Roh Kudus. Dengan demikian, barulah
kita menang sepenuhnya (1Kor. 9:27; Rm. 8;13b; Gal. 5:16).
13.4.3 Pertobatan
Tidak ada orang yang dapat mengaku sempurna (Mat. 19:17).
Penatua Yakobus berkata, bahwa kita semua melakukan kesalahan,
terutama dalam perkataan (Yak. 3:2). Walaupun kita berusaha
bersandar Roh Kudus, kadang-kadang kita lemah dan rentan terhadap
413
dosa. namun yang menentukan yaitu apakah kita melakukan dosa
dengan sengaja, dan apakah kita mau bertobat. Kita mengetahui
bahwa Allah yaitu Allah yang cemburu (Kel. 34:14). Jadi apabila kita
meminta kepenuhan Roh Kudus, namun tetap hidup di dalam dosa, Ia
tidak akan mendengar doa-doa kita (Mzm. 66:18). Namun apabila
pada waktu kita menyadari kita telah berbuat dosa, kemudian kita
mengaku dan bertekad untuk berubah dan kembali kepada Allah, Ia
akan berbelas kasihan kepada kita (Ayb. 22:23; Ams. 28:13). Alkitab
berkata, “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia
menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mzm. 34:18).
Penulis kitab Amsal berbicara tentang panggilan hikmat kepada
semua orang yang bersedia mendengarnya: “Berpalinglah kamu
kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku
kepadamu” (Ams. 1:23). Di sini, “Hikmat” yaitu sebuah kiasan Yesus
Kristus (Ams. 8:22-30), yang berjanji untuk mencurahkan Roh Kudus-
Nya kepada mereka yang berbalik mendengar teguran-Nya. Dan saat
kita berbalik, kita dapat belajar dari doa Daud:
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah
pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku
seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab
aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan
dosaku. Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah
mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!
Mazmur 51:1-3, 11
Paulus berkata, “Janganlah padamkan Roh” (1Tes. 5:19). Di sini
kata “padamkan” berkaitan dengan memadamkan api; kata yang sama
digunakan dalam Matius 12:20. Api yaitu lambang Roh Kudus. Karena
itu Ia disebut “Roh yang membakar” (Yes. 4:3-4). Roh Kudus mempunyai
kuasa untuk membuang kenajisan gereja dan menguduskannya. Ia
membakar di dalam diri jemaat, mendesak mereka untuk bertobat dan
meninggalkan dosa. Karena itu, kita harus berjaga-jaga dengan bahaya
dosa, sesepele apa pun dosa itu. Kita tidak boleh membiarkan diri kita
mencapai titik saat kita tidak lagi dapat bertobat; bila itu terjadi, maka
kita akan memadamkan Roh Kudus, dan dosa akan berakar kembali di
dalam diri kita.
sesudah kejatuhan umat manusia ke dalam dosa, manusia
kehilangan sifat Allah, bersama dengan harkat moral-Nya. Manusia
akhirnya melakukan dosa yang lebih berat. Bahkan anak-anak Allah
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
414
pun mengikuti arus dunia (Kej. 4:8, 19-24; 6:1-4). Sampai pada akhirnya
Allah tidak tahan lagi dan berkata, “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya
tinggal di dalam manusia, karena manusia itu yaitu daging, namun
umurnya akan seratus dua puluh tahun saja” (Kej. 6:3). Kata-kata-Nya
ini menunjukkan bahwa sebelum kejatuhan moral manusia, api Roh
Kudus telah membakar di dalam hati anak-anak Allah. namun karena
mereka lebih memilih mengikuti jejak orang-orang dunia, mereka
memadamkan Roh Kudus. Maka Allah meninggalkan mereka untuk
tenggelam dalam hawa nafsu mereka.
Pelajaran bagi orang-orang percaya hari ini yaitu , agar kita
mengerti bahwa Allah itu kudus, dan Ia menghendaki agar kita kudus
(1Ptr. 1:14-16). Karena itu kita tidak boleh mengikuti orang-orang dunia
yang tidak mengenal Allah dan mengikuti keinginan daging dengan
bebas (2Kor. 6:14-18; 1Tes. 4:3-7). Lebih lagi, kita harus menyadari
bahwa apabila kita mulai meninggalkan Allah, api Roh Kudus akan
membakar di dalam diri kita untuk mengusir segala kenajisan (ref.
1:25). namun apabila kita dengan keras kepala tidak mau bertobat, kita
akan memadamkan api ini, dan Roh Allah akan meninggalkan kita.
13.4.4 Ketaatan
Paulus menyebutkan Gereja Korintus sebagai “bait Roh Kudus”
1Kor. 6:19) karena jemaatnya telah menerima baptisan air melalui
Roh dan telah minum dari Roh (1Kor. 12:13). Namun Paulus menegur
mereka tentang hal ini: mereka tidak dipimpin oleh Roh Kudus,
sehingga mereka tidak mampu hidup dalam kepenuhan Roh. Mereka
masih menjadi milik daging dan kanak-kanak di dalam Kristus, karena
adanya iri hati dan perselisihan di antara mereka. Rohani mereka
belum bertumbuh dan tidak mewujudkan gambar dan rupa Kristus.
Paulus menunjukkan bahwa mereka tidak lebih baik dengan orang-
orang yang tidak percaya (1Kor. 3:1-3).
Keadaan Gereja Korintus memastikan kenyataan bahwa menerima
baptisan Roh Kudus dan dipenuhi Roh Kudus yaitu dua hal yang
berbeda. Hari ini, ada orang-orang Kristen yang dapat disamakan
seperti jemaat Gereja Korintus: mereka mempunyai Roh Kudus, namun
secara rohani tidak dewasa (Ef. 4:13). Bukannya menuruti kehendak
Roh Kudus, mereka mengikuti keinginan daging dan pikiran mereka
(Ef. 2:3). Allah menyesali orang-orang demikian, “tegar tengkuk,
keras kepala dan berkepala batu” (Yes. 48:4). Ketaatan kepada Allah
415
yaitu sebuah syarat menerima Roh Kudus (Kis. 5:32) dan juga untuk
mendapatkan kepenuhan-Nya.
Walaupun Yesus yaitu Allah yang menjadi manusia (1Tim. 3:16),
Ia masih harus belajar untuk taat. Di malam Ia ditangkap, Ia berdoa di
Taman Getsemani untuk diluputkan dari penderitaan di kayu salib: “Ya
Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; namun
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”
(Luk. 22:42). Yesus memahami sifat cawan ini: Ia akan menjadi Anak
Domba Paskah yang akan dikorbankan (Kel. 12:1-9; 1Kor. 5:7). Ia
menyadari penderitaan yang harus ia jalani, karena Kitab Suci telah
lama menubuatkan:
Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya;
hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku
kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan
dalam debu maut Kauletakkan aku.
Mazmur 22:14-15
Walaupun mengetahui kemalangan yang menantikan-Nya, Yesus
tetap turut pada kehendak Allah. Ia berdoa, “bukanlah kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”. Ini yaitu sebuah titik balik
– Ia bertekad untuk tunduk pada kehendak Allah, walaupun itu berarti
Ia harus mati di kayu salib (Flp. 2:8). Allah menjawabnya dengan
mengutus seorang malaikat untuk menguatkan-Nya (Luk. 22:43. Dari
catatan Alkitab, kita mengetahui apabila kita mengambil keputusan
untuk menuruti kehendak Allah, Ia memberikan cukup kekuatan untuk
menjalaninya.
Sebelum Paulus datang kepada Kristus, ia yaitu manusia
yang dibelenggu oleh dosa. namun sesudah ia dilahirkan kembali, ia
dibebaskan dari kuasa dosa dan maut, dan menjadi manusia baru.
Paulus juga menerima kekuatan dengan dipenuhi Roh Kudus untuk
seterusnya dapat hidup dalam kemenangan (Kis. 9:17; Rm. 8:1-2;
Flp. 4:13). Karena itu, ia mengajarkan kita agar “hiduplah oleh Roh,
maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” (Gal. 5:16). Ia juga
mendorong kita untuk meneladaninya, seperti ia meneladani Kristus
(1Kor. 11:1), dalam melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah.
Umat manusia mempunyai dua pilihan yang dapat diikuti: Adam
atau Kristus (1Kor. 15:22). Mereka yang mengikuti Adam, yaitu
milik dunia, memberontak melawan Allah, menuruti si jahat, dan
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
416
tidak mempunyai kehidupan rohani (Kej. 2:17; 3:22-24; 1Yoh. 5:19).
Sebaliknya mereka yang mengikuti Kristus, bebas dari dosa dan
belenggu si jahat, dan telah melalui kematian ke dalam kehidupan
(Rm. 8:1-2; Yoh. 5:24; 2Kor. 3:17).
13.4.5 Ketekunan
Tuhan Yesus berkata, “Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga
sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya
mencoba menguasainya” (Mat. 11:12). Kata-kata ini mengingatkan
kita bahwa kita harus melalui banyak kesusahan agar dapat masuk
kerajaan Allah (Kis. 14:22). Karena itu kita harus berjuang untuk terus
menerus dipenuhi Roh Kudus. Ia juga berkata, “Setiap orang yang
siap untuk membajak namun menoleh ke belakang, tidak layak untuk
kerajaan Allah” (Luk. 9:62). Jadi, apabila kita ingin masuk ke dalam
kerajaan surga, kita harus meninggalkan segala hal duniawi (1Yoh.
2:15-17).
Apabila kita menyadari bahwa tidak ada hal yang lebih penting
daripada kerajaan surga, kita akan berusaha sekuat tenaga untuk
mengejarnya. Paulus mempunyai pemahaman ini dan yakin bahwa
suatu hari ia akan dapat masuk ke dalam kerajaan surga (2Tim 4:18).
Ia berkata bahwa ia melupakan apa yang ada di belakangnya dan
terus mendorong ke depan untuk mencapai tujuan, seperti seorang
atlet yang berlari untuk mendapatkan piala (Flp. 3:13-14; 1Kor. 9:24).
Seluruh hidupnya dipenuhi Roh: ia meniru Kristus, berjuang dengan
baik, menyelesaikan pertandingan, dan memelihara iman (Rm. 8:1-2;
Gal. 5:16; 1Kor. 11:1; 2Tim. 4:7-8). Paulus juga membicarakan tentang
pentingnya mengenakan perlengkapan senjata Allah, yang di antaranya
termasuk baju zirah (Ef. 6:11-17). Sebagai tentara Kristus yang ada
di barisan penyerang, kita harus berbaris ke depan untuk mencapai
kemenangan, dan tidak mundur, agar tidak dikalahkan oleh Iblis.
Dalam Alkitab, kita melihat contoh orang-orang yang melangkah
maju ke depan dan mereka yang melangkah mundur – masing-masing
memperoleh hasil yang sangat berbeda:
• Abraham dan keluarganya meninggalkan tanah kelahiran
mereka untuk mencari tempat yang lebih baik. Walaupun
secara fisik Abraham tidak pernah menerima apa yang
dijanjikan kepadanya, ia melihatnya dari kejauhan dan
417
memelihara keyakinannya hingga hari kematiannya (Ibr.
11:13-16).
• Lot tinggal dalam kehidupan yang mewah di Kota Sodom.
Saat malaikat mendesaknya untuk menyelamatkan diri,
ia merasa ragu, sehingga malaikat itu harus menyeretnya
dan keluarganya. Namun bahkan saat meninggalkan kota,
istri Lot melihat ke belakang dan menjadi tiang garam (Kej.
19:15-17, 26).
• Bangsa Israel meninggalkan Mesir untuk pergi ke Tanah
Kanaan, daerah yang dialiri susu dan madu. Tapi di padang
belantara, mereka memberontak melawan Musa dan
mengingini kenikmatan-kenikmatan Mesir yang dahulu
mereka tinggalkan (Kis. 7:39; Kel. 16:2-3; Bil. 11:4-6).
Akibatnya, Allah mencegah generasi itu masuk ke dalam
tanah perjanjian (Bil. 14:22-23), selain Yosua, Kaleb dan
Suku Lewi (Bil. 14:30).
Contoh-contoh ini mengingatkan kita akan perlunya mengikuti
Tuhan sepenuh hati, apabila kita hendak pergi ke surga. Kita harus
siap menanggung kesusahan, meninggalkan segala hal, dan maju ke
depan (Luk. 9:57-62). Kita dapat melakukan ini semua hanya bila kita
senantiasa dipenuhi Roh Kudus. Tanpa-Nya, kita tidak dapat mencapai
tujuan surgawi kita (Mat. 7:21-23).
Penatua Yohanes berkata, “Dan aku melihat kota yang kudus,
Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias
bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya”
(Why. 21:2). Yerusalem ini bukanlah kota di dunia, karena dunia
akan segera dihancurkan. Namun ini yaitu Yerusalem surgawi yang
turun dari surga. Malaikat menunjukkan bahwa kota suci ini yaitu
mempelai perempuan, isteri Anak Domba (Why. 21:9-10). Penglihatan
ini mengingatkan kita akan perkataan Paulus, yang mengatakan bahwa
gereja yaitu Yerusalem dari atas, mempelai perempuan Kristus (Gal.
4:25-26; Ef. 5:31-32). Ini yaitu gereja sejati, yang suatu hari nanti akan
dinikahkan dengan Kristus dan bersama-sama dengan Dia selama-
lamanya. Sekarang gereja sejati harus mempersiapkan dirinya untuk
diperlengkapi seutuhnya – kudus dan tanpa cela – dan mengenakan
pakaian lenan yang halus, yaitu perbuatan-perbuatan kebenarannya
(Ef. 5:26-27; Why. 19:7-8).
Penatua Yohanes melihat penglihatan gereja sejati ini – sebuah
gereja yang senantiasa dipenuhi Roh Kudus, sempurna dan tanpa cacat
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
418
cela (1Tes. 3:12-13). Saat kita merenungkan gambaran ini, tak pelak
lagi kita akan membandingkannya dengan kenyataan gereja sekarang,
sehingga kita menyadari betapa jauhnya perjalanan yang masih harus
kita tempuh. Karena itu, kita semua harus bersikeras untuk dipenuhi
Roh Kudus, agar kita senantiasa diperbarui dan mengenakan sifat
yang baru, yaitu kebenaran sejati dan kekudusan (Ef. 4:23-24). Hanya
bila demikianlah, kita dapat menantikan kedatangan Tuhan kita yang
kedua kalinya dengan percaya diri dan pengharapan yang penuh
dengan sukacita.
Dari bab-bab sebelumnya, kita dapat melihat banyaknya pemikiran
yang keliru mengenai baptisan Roh Kudus. Ini telah mengakibatkan
penyampaian pengajaran yang keliru oleh beberapa pemimpin gereja,
yang mengatakan kepada jemaat mereka bahwa memohon Roh Kudus
yaitu sesuatu yang tidak perlu, atau menerima Roh Kudus tidak harus
disertai dengan berbahasa roh, atau seseorang menerima Roh Kudus
saat ia menerima Kristus.
Menambah kekacauan ini, sejak awal abad ke-20 hingga sekarang,
ada kekurangan pengetahuan pada sebagian komunitas Kristen
mengenai bagaimana membedakan antara Roh Kudus dengan roh
jahat. Karena itu sebagian hamba Tuhan melarang jemaat mereka agar
tidak memohon Roh Kudus, kalau-kalau secara tidak sengaja mereka
menerima roh jahat. Lebih parah lagi, ada beberapa orang yang
mengajarkan bahwa berbahasa roh yaitu bukti kerasukan roh jahat.
Di bagian lain, ada pemimpin-pemimpin gereja-gereja
Pentakosta, seperti Morihiko Yamada1, yang berpendapat bahwa
Allah tidak akan pernah membiarkan roh jahat merasuki mereka
yang memohon Roh Kudus, dan menasihatkan jemaat untuk tidak
menguatirkan hal ini.
Sesungguhnya ada masalah-masalah pada segala kepercayaan
yang telah disebutkan di atas, dan ini menyesatkan dan membingungkan
orang. Yang perlu kita lakukan yaitu kembali kepada pengajaran
Alkitab untuk melihat apakah yang diajarkan mengenai dunia roh –
khususnya, tanda-tanda yang dihubungkan dengan menerima Roh
Kudus, dan juga roh jahat. Yang terutama, kita harus memohon hikmat
kepada Allah agar kita dapat membedakan roh-roh (1Kor. 12:10).
421
14.2 Bukti-bukti baptisan Roh Kudus
Pertama, kita harus membaca apa yang dicatat di dalam Alkitab
mengenai tanda-tanda yang berhubungan dengan baptisan Roh Kudus.
Kita diharapkan dapat memahami dengan lebih jelas mengenai apakah
kebenaran-kebenaran Alkitab, dan apakah yang sebenarnya merupakan
pemahaman yang keliru. Dengan begitu, orang-orang percaya yang
masih memohon Roh Kudus, dapat melakukannya dengan iman dan
keyakinan. Kita harus mengerti bahwa Roh Kudus yang dijanjikan,
yang diberikan kepada orang-orang percaya di masa para rasul, juga
diberikan kepada orang-orang percaya pada hari ini (Kis. 2:38-39).
14.2.1 Memuji Tuhan
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti
desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: “Haleluya!
Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.”
Wahyu 19:6
Ayat ini menyebutkan kata “Alleluia” (atau “Haleluya”), yang
merupakan kata bahasa Ibrani yang berarti “Terpujilah Tuhan” (Mzm.
104:35). Kata ini tepat untuk digunakan dalam ibadah kita kepada
Allah, karena Ia patut kita puji. Malaikat-malaikat dan pengikut-Nya
memuji Dia; dan segala ciptakan memuji Dia karena Ia menciptakan
mereka dengan kuasa perintah-Nya. Orang yang dipenuhi Roh Kudus
akan memuji Allah dari hatinya dan akan meninggikan Dia dengan
“Haleluya” (Mzm. 148:1-14).
14.2.2Berbahasa roh dan menyanyikan nyanyian rohani
Aku akan berdoa dengan rohku, namun aku akan berdoa juga dengan
akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, namun aku
akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.
1 Korintus 14:15
Saat Paulus berkata, “Aku akan berdoa dengan rohku”, yang ia
maksudkan yaitu berdoa di dalam bahasa roh (1Kor. 14:14). Ia juga
berkata, “Aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku”, yang juga
Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat
422
menyebutkan bahasa roh (Ef. 5:19; Kol. 3:16). Kata Yunani untuk
“nyanyian roh” yaitu odais pneumatikais, dari ode yang berarti
“lagu”2, dan pneumatikos yang berarti “rohani”3.
Paulus juga berbicara tentang nyanyian roh dalam surat-suratnya
kepada jemaat Efesus (5:18-20). Di dalamnya, ia menghubungkan
nyanyian roh dengan kepenuhan dan ilham Roh Kudus.
Referensi nyanyian roh juga ditemukan dalam Kitab Wahyu.
Dijelaskan tentang nyanyian baru yang dinyanyikan oleh empat mahluk
dan dua puluh empat tua-tua, masing-masing memainkan sebuah
kecapi: “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru” (Why. 5:9).
Ini juga memberitahukan kita bahwa nyanyian ini tidak seperti lagu-
lagu duniawi, dan hanya dikenal oleh sekelompok orang yang khusus:
“Tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari
pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari
bumi” (Why. 14:3).
14.2.3 Perasaan sukacita
Kisah Para Rasul mencatat bagaimana murid-murid menjawab
berbagai ujian dan cobaan selama pelayanan mereka: “Dan murid-
murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus” (Kis.
13:52). Dari ayat ini, kita melihat hubungan jelas antara kepenuhan
Roh Kudus dengan perasaan sukacita. Ini tidak mengherankan apabila
kita merenungkan bahwa sukacita yaitu salah satu sifat buah Roh
Kudus (Gal. 5:22).
Roh Kudus juga disebut sebagai “minyak sebagai tanda kesukaan”
(Ibr. 1:9). Dahulu, Yesaya menubuatkan bahwa Yesus Kristus akan
datang ke dunia untuk membagikan minyak kepada mereka yang
berkabung (Yes. 61:3). Karena itu pada saat ini Roh Kudus bekerja
untuk mengangkat dan menghibur kita di saat-saat penderitaan (1Tes.
1:6). Apabila Roh Kudus memenuhi orang percaya saat ia berdoa,
sukacita yang membuncah kadang dapat terwujud dalam bentuk tawa
rohani.
423
14.2.4 Menghasilkan buah Roh
Tuhan Yesus berkata:
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik,
sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik,
ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik… Jadi
dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
Matius 7:17-18, 20
Ia juga berkata, “Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik
dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan
hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat” (Mat. 12:35).
Dengan kata lain, cara untuk menentukan apakah sesuatu atau
seseorang itu baik atau jahat dapat lihat dari hasilnya. Orang dapat
menyamar dan berpura-pura baik dalam jangka waktu tertentu, namun
pada akhirnya mereka akan memperlihatkan sifat aslinya.
Roh Kudus yaitu “kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49;
Kis. 1:8) yang dapat membebaskan orang dari hukum dosa (Rm. 8:2;
2Kor. 3:7) dan memperbarui dirinya (Tit. 3:5; 2Kor. 5:17; 2Tes. 2:13).
Hasilnya, orang percaya akan dapat menghasilkan buah Roh Kudus:
“namun buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Gal. 5:22-23).
14.3 Bukti-bukti menerima roh jahat
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh,
namun ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak
nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.
1 Yohanes 4:1
Kita tidak dapat menganggap bahwa semua roh berasal dari
Allah, atau orang percaya tidak mungkin menerima roh jahat. Pada
kenyataannya, apabila ada kekurangan pengetahuan dan
kemampuan untuk membedakan, Iblis mempunyai kesempatan
untuk membingungkan orang, terutama apabila iman mereka belum
Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat
424
matang. Kita harus melihat bukti-bukti dari Alkitab dan juga belajar
dari pengalaman-pengalaman jemaat Gereja Yesus Sejati untuk
membedakan antara pekerjaan Roh Kudus dengan pekerjaan roh
jahat.
14.3.1 Tidak mengakui bahwa Yesus telah datang sebagai
manusia
Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa
Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan
setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu
yaitu roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan
datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.
1 Yohanes 4:2-3
Saat Penatua Yohanes menulis surat 1 Yohanes, ajaran Gnostik
semakin menjadi suatu ajaran yang lazim. Ajaran Gnostik percaya
bahwa semua benda fisik secara alami bersifat jahat, dan hanya Allah
saja yang baik. Mereka berteori, karena Allah itu baik, Ia tidak dapat,
dan tidak akan datang ke dalam dunia fisik. Ini berarti mereka tidak
percaya bahwa “Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh. 1:14), dan
berpendapat Anak Allah tidak mungkin mati di kayu salib. Pengajaran
seperti ini berlawanan dengan injil keselamatan dan merupakan bukti
pekerjaan roh jahat.
Hari ini, ada ajaran serupa yang disebut “teologi baru”,
yang menyebar dengan pesat di dunia barat. Sebenarnya ajaran ini
tidak benar-benar baru, dan merupakan kebangkitan ajaran-ajaran
sesat di masa lalu. Contohnya, beberapa orang Kristen pada masa ini
menentang sifat ilahi Yesus, keaslian mujizat-mujizat-Nya, kebangkitan-
Nya, kenaikan-Nya, dan kedatangan-Nya kedua kali kelak. Kita harus
berhati-hati dengan ajaran-ajaran seperti ini
14.3.2 Berbicara tentang hal-hal duniawi
Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal
duniawi dan dunia mendengarkan mereka.
1 Yohanes 4:5
425
Yesus memberitahukan bahwa Roh-lah yang memberikan
hidup, dan daging tidak memberikan keuntungan. Ia juga berkata
bahwa perkataan-Nya “yaitu roh dan hidup” (Yoh. 6:63). Karena itu,
pekerjaan Roh Kudus yaitu untuk memberitahukan injil yang bersifat
rohani, dan didasarkan pada hikmat Allah, dan bukan hikmat manusia
(1Kor. 2:1-7). Sebaliknya, Iblis yang merupakan raja atas dunia ini,
bekerja keras untuk mencegah orang-orang menerima terang injil
sejati (2Kor. 4:4). Untuk mencapainya, ia menggunakan orang-orang
untuk menyebarkan pesan yang didasarkan pada hikmat-hikmat
dunia, yang menarik hati orang-orang dunia (2Tim. 4:3-4). Ajaran
seperti itu tidak mempunyai kuasa untuk memberikan hidup kepada
pendengarnya. Sayangnya, kita melihat banyak gereja sekarang ini
telah jatuh ke dalam perangkap dan menyebarkan ajaran ini.
14.3.3 Tidak mendengarkan gereja sejati
Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan
kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami.
Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.
1 Yohanes 4:6
Penatua Yohanes menunjukkan cara yang jelas untuk mengetahui
apakah seseorang yaitu milik Allah – dengan melihat apakah ia
mendengarkan gereja sejati (1Yoh. 2:18-19). Yesus juga menunjukkan
bahwa domba yang sungguh yaitu milik-Nya akan mendengarkan
suara-Nya dan akan masuk ke dalam satu kawanan (Yoh. 10:16). Ini
juga sesuai dengan pengajaran Paulus: “Karunia nabi takluk kepada
nabi-nabi.” (1Kor. 14:32).
Di masa para rasul, hanya ada satu gereja, yaitu gereja sejati,
yang menyatakan bahwa ia yaitu milik Allah melalui beberapa bukti
terutama: penyertaan Roh Kudus (Rm. 8:9), berdasarkan kebenaran
(Ef. 2:20-22), dan kesaksian dari tanda dan mujizat (Mrk. 16:20;
Ibr. 2:4). Gereja sejati hari ini mempunyai ciri-ciri yang sama. Yang
terutama, seperti gereja para rasul, gereja sejati hari ini bersifat
tunggal. Alkitab menjelaskan bahwa hanya ada satu tubuh Kristus,
dan satu Roh Kudus (Ef. 4:4). Kristus tidak mungkin terbagi-bagi, dan
sifat Roh Kudus yaitu bersatu (1Kor. 1:13; Ef. 4:3). Begitu juga, gereja
sejati mengajarkan hanya kebenaran semata (2Kor. 1:18-19); Tidak
Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat
426
masuk akal apabila satu Roh menghasilkan berbagai kepercayaan yang
bertolak belakang (Ef. 4:5).
14.3.4 Berbisik-bisik dan berkomat-kamit
Dan apabila orang berkata kepada kamu: "Mintalah petunjuk kepada
arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit," maka
jawablah: "Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada
allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang
mati bagi orang-orang hidup?"
Yesaya 8:19
Di sini, Nabi Yesaya berbicara mengenai para pemanggil arwah
dan para peramal yang melakukan praktik jahat mereka pada masa
Perjanjian Lama. Berbisik-bisik dan berkomat-kamit yaitu tanda-
tanda roh jahat yang merasuki mereka. Tanda-tanda ini tampak pada
orang-orang yang kerasukan setan yang dibawa ke Gereja Yesus Sejati
untuk diberikan pertolongan. Saat hamba Tuhan mengusir roh jahat di
dalam nama Yesus Kristus, suara-suara ini hilang.
14.3.5 Berteriak, kejang-kejang, mulut berbusa, dan jatuh
Sewaktu-waktu ia diserang roh, lalu mendadak ia berteriak dan roh itu
menggoncang-goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus
saja menyiksa dia dan hampir-hampir tidak mau meninggalkannya.
Lukas 9:39
Ayat ini memberikan gambaran jelas mengenai orang yang dirasuki
roh jahat: mereka dapat berteriak-teriak, kejang, mulut mengeluarkan
busa, dan jatuh. Yang mencemaskan, tanda-tanda ini disaksikan di
beberapa gereja kharismatik, dan orang-orang yang memperlihatkan
tanda-tanda ini dikira sedang digerakkan oleh Roh Kudus.
14.3.6 Kehilangan kesadaran
Kehilangan kesadaran biasa terjadi pada orang yang kerasukan
setan. Dalam keadaan itu, ia dapat dipaksa oleh roh jahat itu untuk
427
melakukan hal-hal yang tidak ia sadari. Kita melihat contoh ini dalam
catatan orang Gerasa yang dirasuki setan (Mrk. 5:1-15). Alkitab
mencatat bahwa ia: meninggalkan rumah dan tinggal di tengah kuburan
(ayat 2-3); tidak dapat tenang, berteriak-teriak siang dan malam (ayat
5); menyayat-nyayat dirinya dengan batu (ayat 5); menunjukkan
kekuatan yang ajaib (ayat 3); tidak mengenal tata krama kesopanan,
berjalan-jalan dengan telanjang (ayat 15).
Sekali lagi, beberapa tanda ini dapat dilihat di dalam sebagian
gereja-gereja kharismatik, dan mengira bahwa jemaatnya telah
menerima Roh Kudus. Mereka tidak menyadari bahwa yang seharusnya
mereka lakukan yaitu mengusir roh jahat di dalam nama Yesus.
14.3.7 Tinggi hati
Melalui para nabi, Allah menyayangkan pemberontakan Iblis:
Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar.
Yesaya 14:12
Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.
engkau di taman eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata
yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus,
krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya
diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. Kuberikan
tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau
berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya.
Yehezkiel 28:12-14
Tinggi hati yaitu salah satu sifat Iblis. Jadi tidak mengherankan
apabila seseorang menerima roh jahat memperlihatkan sifat ini.
Sifat ini dapat terlihat dalam beberapa cara: keinginan mendapatkan
kedudukan, pujian, pujaan dan sanjungan berlebihan dari orang lain;
tidak mau tunduk pada kebenaran, atau nasihat; mengaku-aku telah
menerima wahyu pribadi dari Allah untuk mengadakan perubahan
drastis di gereja; menegur dan menghakimi sesama saudara seiman;
dan bahkan mengaku dirinya sebagai Kristus, atau seorang nabi, atau
rasul.
Bab 14: Membedakan Roh Kudus dan Roh Jahat
428
14.3.8 Tanda-tanda lain
Tanda-tanda lain pekerjaan roh jahat di dalam diri seseorang
yaitu : perasaan perasaan susah dan terganggu (1Sam. 16:14-15, 23);
berkata-kata tidak karuan dan tidak masuk akal, atau melukai orang lain
(1Sam. 18:10-11); menyulut pertikaian, iri hati dan ketidaktenteraman
(Why. 16:14; Yak. 3:14-16); ketidak-kudusan dan amoralitas (Why.
18:2-3; 2Ptr. 2:2, 18); menentang kebenaran