Doktrin roh kudus 11


 ma baptisan Roh Kudus. Tentu ada alasan yang masuk akal 

mengapa murid-murid di Efesus belum menerima Roh Kudus (ref. Kis. 

8:18-24). Jadi Paulus bertanya kepada mereka, “Kalau begitu dengan 

baptisan manakah kamu telah dibaptis?”

Jawab mereka: “Dengan baptisan Yohanes.”

Sekarang Paulus mengerti. Ia berkata kepada mereka, “Baptisan 

Yohanes yaitu  pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata 

kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang 

datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.”

Paulus kemudian membaptis mereka di dalam nama Yesus. Dan 

sesudah  menumpangkan tangan ke atas mereka, Roh Kudus turun 

kepada mereka, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan 

bernubuat (Kis. 19:1-7).


358

Catatan bersejarah ini memberitahukan kepada kita bahwa cara 

baptisan sangat penting: baptisan air harus dilakukan sesuai dengan 

petunjuk Tuhan Yesus dan para rasul. Bila tidak, dosa tidak dapat 

diampuni, dan Roh Kudus tidak akan diberikan.

Alkitab mengajarkan cara baptisan air yang benar kepada kita:

(i)  Dalam nama Yesus

 Baptisan air harus dilakukan di dalam nama Yesus (Kis. 

2:38; 8:16; 10:48; 19:5), karena selain dengan nama-Nya, 

tidak ada nama lain yang olehnya kita dapat diselamatkan 

(Kis. 4:12). Baptisan air di dalam nama Yesus mempunyai 

kuasa untuk menghapus dosa (Kis. 10:43; 22:16; 1Yoh. 

2:12).

(ii) Kepala tertunduk

 Makna baptisan air yaitu  dibaptis ke dalam kematian 

Tuhan (Rm. 6:3). Karena itu kita harus menundukkan kepala 

untuk menunjukkan bahwa kita disatukan dengan Kristus 

dalam kematian-Nya (Rm. 6:5; Yoh. 19:30). Sikap ini juga 

menunjukkan penyesalan orang berdosa yang memohon 

pengampunan dari Allah (Ez. 9:6; Mzm. 38:4; 40:12; Luk. 

18:13-14).

(iii)  Diselam seluruhnya

 Saat baptisan, tubuh kita harus sepenuhnya diselamkan 

ke dalam air, untuk menandakan penguburan kita dengan 

Kristus (Rm. 6:3-4). Cara baptisan ini dicatat di dalam 

Alkitab, antara lain: baptisan Tuhan Yesus (Mat. 3:16); 

baptisan yang dilakukan Filipus kepada sida-sida Etiopia 

(Kis. 8:36-39); baptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis 

di Ainon, di tempat yang “banyak air” (Yoh. 3:23).

(iv)  Pembaptis yang memenuhi syarat

 Selain cara yang benar, baptisan air juga harus dilakukan 

oleh seseorang pembaptis yang memenuhi syarat. Ia 

haruslah: (a) telah menerima baptisan air yang benar, 

sesuai dengan Alkitab. Akan menjadi hal yang bertentangan 

apabila seseorang yang dosa-dosanya sendiri belum 

diampuni – dan ia sendiri belum ada di dalam Kristus – 

membaptis untuk penghapusan dosa orang lain; (b) telah 

menerima baptisan Roh Kudus, untuk menunjukkan bahwa 


359

ia diutus oleh Allah (Rm. 10:15; Yoh. 3:34; 20:21-22; Luk. 

4:18). Ini karena kuasa untuk mengampuni dosa ada  

dalam baptisan Roh Kudus (Yoh. 20:22-23).

12.5.4 Banyak gereja tidak membaptis dengan benar

Hari ini, sebagian besar gereja Kristen mengabaikan cara 

membaptis yang benar dan sesuai dengan Alkitab. Praktik-praktik 

umum di antaranya membaptis “di dalam nama Bapa, Anak dan Roh 

Kudus; dengan kepala menengadah; dengan percikan air; dan lain-lain. 

Semua cara baptisan ini tidak sesuai dengan Alkitab. Hal lainnya yaitu  

orang yang melakukan baptisan air tidak sepenuhnya memenuhi syarat 

seperti yang telah digariskan oleh Alkitab. Dengan demikian, tidak 

ada perbedaan antara baptisan-baptisan ini dengan baptisan Yohanes 

Pembaptis, yang hanya dimaksudkan untuk membimbing orang 

ke dalam pertobatan. Karena alasan-alasan ini, baptisan-baptisan 

seperti itu tidak efektif dalam menghapus dosa, dan karena itu tidak 

memungkinkan orang menerima Roh Kudus.

12.6 Penumpangan tangan

Praktik “menumpangkan tangan” mempunyai makna penting di 

dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ada 

saat-saat tertentu praktik ini selalu dilakukan:

12.6.1 Mempersembahkan korban

Hukum Perjanjian Lama menyatakan bahwa apabila bangsa 

Israel mempersembahkan korban bakaran, orang yang memberikan 

korban harus menumpangkan tangannya ke atas kepala binatang yang 

dikorbankan (Kel. 29:10-14; Im. 1:3-4). Tindakan ini yaitu  sebuah 

ungkapan kesatuan antara orang yang mempersembahkan korban 

dengan binatang yang dipersembahkan. Ini menandakan: a) dosa-

dosa orang yang mempersembahkan korban akan ditanggung oleh 

si binatang persembahan; b) Binatang itu akan mati menggantikan 

dirinya.


360

12.6.2 Pemberian berkat

Di dalam Alkitab, catatan pertama penumpangan tangan untuk 

tujuan memberkati berkaitan dengan Yakub. Ia menumpangkan 

tangannya untuk memberkati dua anak Yusuf, Efraim dan Manasye 

(Kej. 48:8-20). Di dalam Perjanjian Baru, kita melihat Yesus memberkati 

anak-anak (Mat. 19:13-15; Mrk. 10:13-16).

12.6.3 Menyembuhkan orang sakit

Sebelum Ia naik ke surga, Yesus berkata kepada murid-murid-

Nya, “Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan 

orang itu akan sembuh” (Mrk. 16:18). Penumpangan tangan dapat 

menyembuhkan orang sakit, karena menyampaikan dua hal: kesatuan 

dan pemberkatan. Penumpangan tangan membuat seorang hamba 

Tuhan menyampaikan kuasa kesembuhan kepada orang yang sakit, 

dan sekaligus memberkatinya. Catatan pelayanan Yesus di Perjanjian 

Baru memperlihatkan kepada kita bahwa Ia menyembuhkan banyak 

orang sakit dengan cara ini (Mrk. 6:5; 8:22-25; Luk. 4:40; 13:10-13). 

saat  Paulus terdampar di Pulau Malta, ia juga menyembuhkan ayah 

Publius, gubernur Pulau Malta yang sakit demam dan disentri, dengan 

penumpangan tangan (Kis. 28:7-8).

12.6.4 Membagikan karunia-karunia rohani

Penumpangan tangan juga mempunyai kuasa untuk membagikan 

karunia rohani. Musa menumpangkan tangan kepada penerusnya, 

Yosua, yang kemudian dipenuhi dengan hikmat dan karunia memimpin, 

sehingga ia dapat memimpin bangsa Israel (Ul. 34:9). Melalui 

pengilhaman nubuat, Paulus dan para penatua menumpangkan tangan 

mereka ke atas Timotius, sehingga ia menerima karunia-karunia rohani 

untuk tugas penginjilan (1Tim. 4:14; 2Tim. 1:6-7).


361

12.6.5 Sakramen

Penumpangan tangan juga dilihat sebagai sakramen (Ibr. 6:2). 

Alkitab mengajarkan kita untuk melakukannya dengan hikmat dan 

tidak sembarangan (1Tim. 5:22). Contoh-contoh dalam Alkitab antara 

lain:

(i)  Menahbiskan hamba Tuhan

 Dalam Perjanjian Lama, Musa meminta agar Allah 

menunjuk seseorang untuk mengepalai bangsa Israel agar 

mereka “jangan hendaknya seperti domba-domba yang 

tidak mempunyai gembala” (Bil. 27:17). Maka Allah berkata 

kepada Musa, “Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang 

penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya… dan berilah 

dia sebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat 

Israel mendengarkan dia” (Bil. 27:18, 20). Musa melakukan 

seperti yang diperintahkan Allah dan menahbiskan Yosua 

di hadapan bangsa Israel melalui penumpangan tangan 

(Bil. 27:15-23).

 Di dalam Perjanjian Baru, saat  orang-orang Yahudi warga-

negara Yunani (Helenis) mengeluh karena orang-orang 

Yahudi karena para janda mereka diabaikan pada pelayanan 

sehari-hari, para rasul mengatakan kepada murid-murid 

untuk memilih tujuh orang yang terkenal baik, penuh Roh 

dan hikmat. Murid-murid melakukannya dan memilih 

mereka melalui penumpangan tangan (Kis. 6:1-6).

(ii) Mengutus pekerja

 Di dalam gereja para rasul, pertama-tama pekerja harus 

menerima penumpangan tangan sebelum diutus untuk 

mengabarkan injil. Kisah Para Rasul mencatat: “Pada 

suatu hari saat  mereka beribadah kepada Tuhan dan 

berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas 

dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan 

bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan 

sesudah  meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka 

membiarkan keduanya pergi” (Kis. 13:2-3).


362

12.6.6 Berdoa memohon Roh Kudus

Di dalam baptisan Roh Kudus, penumpangan tangan juga 

merupakan hal yang penting. Alkitab mengatakan, pada saat masa 

hujan awal, orang-orang percaya seringkali menerima Roh Kudus 

melalui doa dan penumpangan tangan. Kita melihat contoh-contoh 

dari:

(i) Orang-orang percaya di Samaria

 sesudah  Stefanus mati sebagai martir, gereja Yerusalem 

mengalami penganiayaan besar. Murid-murid terpencar di 

seluruh daerah Yudea dan Samaria. Pada masa inilah Filipus 

pergi ke Samaria untuk mengabarkan injil dengan berani, 

melakukan banyak tanda dan mujizat. saat  para rasul di 

Yerusalem mendengar bahwa orang-orang Samaria telah 

menerima injil Allah melalui Filipus, mereka mengutus 

Petrus dan Yohanes ke sana. saat  para rasul berdoa bagi 

mereka dan menumpangkan tangan ke atas orang-orang 

percaya di Samaria, dengan segera mereka menerima Roh 

Kudus (Kis. 8:1-17).

(ii) Saulus

 Pada awalnya, Saulus menentang injil dan menganiaya 

gereja (Fil. 3:6; ref. Yoh. 16:2-3). Ia mendapatkan surat dari 

imam besar yang memberinya wewenang untuk menangkap 

orang-orang Kristen di Damsyik dan membawa mereka ke 

Yerusalem. Di tengah jalan, Tuhan Yesus menampakkan 

diri kepadanya dan memilihnya untuk menjadi rasul bagi 

bangsa-bangsa bukan Yahudi. Di saat yang sama Yesus 

menampakkan diri kepada Ananias untuk pergi kepada 

Saulus. saat  Ananias menemukannya, ia menumpangkan 

tangan ke atas kepala Saulus dan berkata, “Saulus, saudaraku, 

Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di 

jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, 

supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh 

Kudus” (Kis. 9:17). Pada saat itulah Saulus menerima Roh 

Kudus dan kemudian bangkit untuk dibaptis dengan air.

(iii) Murid-murid di Efesus

 saat  Paulus pergi ke Efesus, ia bertemu dengan murid-

murid yang hanya menerima baptisan Yohanes, dan belum 


363

menerima Roh Kudus. Segera Paulus membaptis ulang 

mereka di dalam nama Yesus dan menumpangkan tangan 

ke atas mereka. Roh Kudus dengan segera turun kepada 

mereka, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh 

dan bernubuat (Kis. 19:1-6).

Semua kejadian di atas memberitahukan kita bahwa orang-orang 

Kristen di masa awal seringkali menerima Roh Kudus melalui doa dan 

penumpangan tangan. Hari ini kita dapat melihat karunia yang sama 

di Gereja Yesus Sejati.

12.7 Miskin di hadapan Allah

Menerima Roh Kudus yaitu  syarat yang tak dapat dilewatkan 

untuk dapat masuk ke dalam kerajaan surga (Yoh. 3:5; Ef. 1:14). Tuhan 

Yesus mengajarkan kita mengenai sikap yang benar untuk mencari 

kerajaan ini: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, 

karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3).

Miskin di hadapan Allah yaitu  bersikap rendah hati dan 

sepenuhnya mengosongkan diri kita, untuk memberikan ruang bagi 

Roh Kudus untuk memenuhi diri kita dan menuntun kehidupan kita. 

Patut kita perhatikan, seringkali anak-anaklah yang menerima Roh 

Kudus lebih mudah dan cepat. Ini sungguh mengingatkan kita akan 

pesan Tuhan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak 

bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke 

dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 18:3).

12.7.1 Gereja-gereja di Laodikia dan Smirna

Di dalam kitab Wahyu, kita melihat bahwa jemaat gereja di 

Laodikia menganggap diri mereka kaya dan tidak kekurangan apa-apa, 

tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya, “melarat, dan malang, 

miskin, buta dan telanjang” (Why. 3:17). Kata-kata ini menjelaskan 

keadaan beberapa gereja pada hari ini, yang: tidak mempunyai 

kebenaran, namun  mengira mereka mempunyainya – karena itu mereka 

miskin; tidak mempunyai Roh Kudus, namun  menyatakan bahwa 

mereka mempunyainya – buta; mengira diri mereka kudus, namun  


364

sebenarnya tidak – telanjang. Maka Tuhan berkata kepada mereka: 

“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang 

yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk 

mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia 

bersama-sama dengan Aku” (Why. 3:20).

Berbeda dengan Gereja Laodikia, kita mengetahui keadaan 

gereja di Smirna saat  Tuhan berkata, “Aku tahu kesusahanmu 

dan kemiskinanmu—namun engkau kaya” (Why. 2:9). Kita harus 

meneladani contoh gereja ini, miskin di hadapan Allah sehingga kita 

kaya di mata Allah.

12.7.2 Meninggalkan ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan 

kebenaran

Hari ini banyak orang Kristen mempermasalahkan bahasa 

roh, menyatakan bahwa baptisan Roh Kudus tidak harus disertai 

dengan bahasa roh. Ada juga orang-orang yang bersikeras bahwa 

orang menerima Roh Kudus saat ia menjadi percaya kepada Kristus. 

Yang lain menyatakan bahwa Roh Kudus telah masuk ke dalam hati 

setiap orang percaya sejak hari Pentakosta. Keyakinan-keyakinan ini 

menghalangi orang menerima Roh Kudus. Seperti sebuah perabot yang 

harus dikosongkan terlebih dahulu dari isinya yang lama sebelum diisi 

dengan yang baru, kita harus mengosongkan ajaran-ajaran Alkitab 

yang keliru sebelum Roh Kudus dapat memenuhi hati kita.

Dari catatan mengenai murid-murid di Efesus dalam Kisah 

Para Rasul 19, kita melihat contoh orang-orang yang merendahkan 

diri dengan mengesampingkan pengertian injil mereka yang tidak 

sempurna. Paulus bertanya kepada mereka tanpa basa-basi: “Sudahkah 

kamu menerima Roh Kudus, saat  kamu menjadi percaya?”

Mereka menjawab dengan terus terang, “Belum, bahkan kami 

belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus” (Kis. 19:2).

Maka Paulus menyadari mengapa mereka belum menerima Roh 

Kudus, yaitu  karena mereka hanya menerima baptisan pertobatan 

Yohanes. Karena itu, dia membaptis mereka lagi di dalam nama Yesus 

(Kis. 19:3-5). 

Sebagian orang Kristen menentang bentuk baptisan ulang apa 

pun, karena berasalan bahwa karena baptisan air menandakan 


365

kematian, penguburan dan kebangkitan kita dengan Tuhan, kita 

hanya dapat dibaptis satu kali seumur hidup. Mereka tidak menyadari 

apabila baptisan itu tidak dilakukan sesuai dengan Alkitab, sakramen 

itu tidak dapat menghapus dosa-dosa kita, dan sama saja dengan tidak 

dibaptis sama sekali. Pentingnya baptisan air yang benar tampak jelas 

dari tindakan Paulus membaptis ulang orang-orang percaya di Efesus: 

saat  kemudian ia menumpangkan tangan ke atas mereka, mereka 

menerima Roh Kudus dan berbahasa roh (Kis. 19:6).

12.8 Kekudusan

Kekudusan yaitu  syarat penting lain untuk menerima Roh 

Kudus. Tuhan Yesus mengajarkan kita, “Berbahagialah orang yang suci 

hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8). Allah itu kudus, 

dan tanpa kekudusan, orang tidak dapat melihat-Nya (1Ptr. 1:15-16; 

Ibr. 12:14) atau menerima karunia-Nya (Mzm. 73:1). Ia telah memilih 

kita dari antara bangsa-bangsa dan memisahkan kita untuk menjadi 

umat yang kudus. Karena itu Ia mengharapkan kita dikuduskan dan 

suci (1Tes. 4:3-7).

Kita melihat Allah senantiasa menuntut kekudusan dari umat-

Nya, karena di masa Perjanjian Lama, Ia telah menetapkan agar bangsa 

Israel harus menjaga diri mereka tetap kudus dengan memegang 

ketetapan dan perintah-Nya (Im. 1:3-4; 11:44-47; Yer. 4:4; 9:25).

Alkitab mengajarkan kita: “Jagalah hatimu dengan segala 

kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23). 

Allah memerintahkan umat pilihan-Nya di Perjanjian Lama untuk 

melakukan ini melalui tindakan sunat, memperingatkan bahwa 

mereka akan dihukum apabila tidak disunat (Yer. 4:4; 9:25). Di dalam 

Perjanjian Baru, sunat yang sejati tidak lagi berupa tindakan fisik yang 

ada di luar, namun  menjadi keadaan rohani yang berhubungan dengan 

hati kita (Rm. 2:27-29). Sayangnya orang-orang Farisi di masa Yesus 

mengabaikan hal ini dan menekankan kekudusan yang tampak dari 

luar saja, dan menelantarkan kekudusan hati mereka. Mereka lebih 

mementingkan upacara-upacara agama, seperti membasuh tangan 

sebelum makan, dan mengecam Yesus dan murid-murid-Nya yang 

makan tanpa mencuci tangannya. Yesus menegur sikap mereka yang 

salah dengan berkata, “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan 

bagian luar dari cawan dan pinggan, namun  bagian dalammu penuh 

rampasan dan kejahatan” (Luk. 11:39). Jadi kekudusan berasal dari 


366

hati yang murni; dan ini yaitu  tujuan sesungguhnya di balik segala 

hukum Allah.

Patut disebutkan bahwa mempunyai hati yang murni tidak selalu 

berarti kita harus mencapai tingkat kekudusan yang sempurna, atau 

benar-benar kudus. Namun ini yaitu  cara hidup, yang di dalamnya 

kita senantiasa berusaha untuk hidup kudus. Tersirat sebuah tuntutan 

di dalamnya agar kita bertobat dengan sepenuh hati apabila kita 

melakukan dosa. Kita semua manusia, dan tidak ada orang yang 

sempurna kecuali Allah (Mat. 19:17; Rm. 3:9-12). Jadi yang penting 

yaitu  mengejar kekudusan, dan segera bertobat saat  melakukan 

pelanggaran.

Kita dapat belajar dari banyak contoh di Alkitab. Ayub duduk 

dalam debu dan abu untuk bertobat dan akhirnya dapat melihat Allah 

dengan mata kepalanya sendiri, dan mendapat kesembuhan (Ayb. 

42:5-6, 10). Zakheus, seorang pemungut cukai, bertobat di hadapan 

Yesus, sehingga diampuni dan diselamatkan (Luk. 19:1-10). 

Allah murah hati dan baik. Ia mau menyertai mereka yang remuk 

dan rendah hati, dan yang memegang Firman-Nya (Mzm. 103:8-9; Yes. 

57:15; 66:2). Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa pengorbanan 

yang Ia kehendaki yaitu  jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk 

(Mzm. 51:17). Karena itu kita perlu terus-menerus memeriksa diri 

kita, meminta kepada Allah untuk menyelidiki hati kita, dan bertobat 

dari setiap kesalahan (Rat. 3:40; Mzm. 139:23-24).

Di masa Raja Salomo, Allah berjanji kepada bangsa Israel: 

“Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak 

mencurahkan isi hatiku kepadamu” (Ams. 1:23). Hari ini, di masa hujan 

akhir, siapa saja yang mendengar teguran Allah dan berbalik kepada-

Nya, akan menerima karunia Roh Kudus. Kita harus terilhamkan 

oleh doa Daud: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-

Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! 

Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku 

dari dosaku… Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah 

batinku dengan roh yang teguh!” (Mzm. 51:1, 10)


367

12.9 Iman dan ketekunan

12.9.1 Iman

Allah menyukai orang yang beriman dan memberkati mereka 

dengan menjawab doa-doa mereka: “namun  tanpa iman tidak mungkin 

orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada 

Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi 

upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6). 

Penulis Kitab Ibrani menjelaskan bahwa iman yaitu  “dasar dari 

segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang 

tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Yesus juga mengajarkan, “apa saja yang 

kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, 

maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24).

12.9.2 Allah yang tidak kelihatan

Hari ini ada banyak orang sulit percaya kepada Allah, karena 

mereka tidak dapat melihat-Nya. Alkitab memang mengajarkan: “Tidak 

seorangpun yang pernah melihat Allah” (Yoh. 1:18; ref. Yoh. 4:24). 

Namun manusia tidak dapat menyangkal keberadaan-Nya, seperti 

yang ditunjukkan Paulus: “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-

Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak 

kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka 

tidak dapat berdalih” (Rm. 1:20). Percaya akan adanya Allah yaitu  

langkah pertama dalam perjalanan iman kita, dan dengan iman, jarak 

antara Allah dengan kita akan berkurang seiring berjalannya waktu.

Iman kita juga tumbuh apabila kita memegang erat pengajaran-

pengajaran Alkitab tentang kasih Allah yang tidak berkesudahan, 

kemahakuasaan-Nya, dan kesetiaan-Nya. Alkitab mengajarkan:

Allah itu kasih (1Yoh. 4:8). Bukti kasih-Nya yaitu

kedatangan-Nya sebagai manusia untuk menyerahkan 

nyawa-Nya demi kita, dan menyelamatkan kita dari maut 

dan masuk ke dalam kehidupan (Yoh. 3:16; Rm. 5:7-8). 

Dengan menyadari hal ini, kita dapat merasa yakin bahwa 

Ia tidak menahan hal apa pun juga untuk kita (Rm. 8:32).

Allah itu maha kuasa (Kej. 17:1) dan segala hal menjadi

mungkin melalui Dia (Mat. 19:26). Alkitab berkata: “Oleh 


368

firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-

Nya segala tentaranya” (Mzm. 33:6). Jadi tidak ada hal yang 

mustahil Dia lakukan demi kita (Kej. 18:14).

Allah itu setia (Ul. 7:9). Bahkan saat kita tidak setia, Ia tetap

setia, karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri 

(2Tim. 2:13). Allah berjanji melalui Yesus bahwa apa pun 

yang kita minta dengan iman, kita akan menerimanya (Mat. 

21: 22). Jadi kita harus percaya bahwa Ia akan menjawab 

doa-doa kita.

12.9.3 Orang-orang beriman

Dari Alkitab, kita mengetahui ada dua orang yang memperlihatkan 

iman yang luar biasa kepada Yesus. Pertama, ada seorang perempuan 

yang menderita pendarahan selama dua belas tahun. Ia mendekati Yesus 

dan menjamah jubah-Nya, percaya bahwa ia dapat sembuh dengan 

melakukannya. Perempuan itu tidak pergi dengan tangan hampa, 

karena pendarahannya langsung berhenti. Yesus berkata kepadanya, 

“Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan 

selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (Mrk. 5:34). Kedua, kita 

membaca tentang seorang pegawai istana yang anaknya sakit dan 

sekarat. Ia memohon kepada Yesus untuk pergi bersamanya. Pada saat 

yang genting itu, Yesus memutuskan untuk tidak menyertai dia, namun  

hanya berkata, “Pergilah, anakmu hidup!” (Yoh. 4:50). Pegawai istana 

itu percaya dengan perkataan Yesus dan kembali ke rumahnya dengan 

iman. Berkat dicurahkan kepadanya, karena hambanya menemui dia 

di tengah jalan dan mengatakan bahwa anaknya telah sembuh.

12.9.4 Ajaran-ajaran palsu

Di masa para rasul, ada guru-guru palsu yang menyatakan bahwa 

kebangkitan yaitu  hal di masa lampau. Pengajaran mereka menyebar 

seperti virus yang menghancurkan iman banyak orang (2Tim. 2:17-18; 

1Kor. 15:12-22). Keadaan serupa dapat ditemukan dalam Kekristenan 

pada hari ini. Banyak pemimpin gereja menyatakan bahwa Pentakosta 

telah berlalu. Yang lain berpendapat bahwa Roh Kudus turun satu kali 

untuk selamanya di hari Pentakosta, dan sejak hari itu Ia terus menyertai 

orang-orang Kristen. Seperti ajaran-ajaran palsu di masa para rasul, 

ajaran-ajaran ini telah meresap ke dalam Kekristenan, mengacaukan 


369

iman  banyak orang dan menghalangi mereka mengalami baptisan Roh 

Kudus.

Kita perlu memahami bahwa hari Pentakosta yang asli memang 

telah menjadi bagian dalam sejarah, namun  Pentakosta-Pentakosta 

serupa bermunculan sejak hari itu karena Roh Kudus terus dicurahkan 

dengan penuh kuasa kepada umat percaya. Paulus berkata, “Di dalam 

Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga 

oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Gal. 3:14). 

Perkataannya memberitahukan bahwa Roh Kudus yang Allah janjikan 

pasti akan dicurahkan kepada semua orang yang mencari Dia dengan 

iman. Ini terlihat di masa hujan awal, dan terus terjadi di masa hujan 

akhir. Kita tidak boleh meragukan firman Allah.

12.9.5 Di mana kita harus berdoa?

Yesus mengajarkan: “namun  jika engkau berdoa, masuklah ke 

dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu 

yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang 

tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6:6). Bila kita 

melihat ayat ini secara hurufiah, ini berarti kita harus mencari tempat 

yang tenang untuk berdoa – tempat kita dapat memusatkan perhatian 

dan tidak terganggu. Namun ini juga menandakan perlunya memasuki 

ruangan di dalam hati kita, tempat kita dapat berkomunikasi dengan 

Allah dengan tulus dan sungguh-sungguh.

Pergi ke tempat yang tenang untuk berdoa yaitu  kebiasaan 

yang baik. Namun keadaan hati kita juga penting. Apabila seseorang 

tidak dapat memusatkan perhatian dan membiarkan pikirannya 

mengembara, ruangan paling sunyi sekalipun tidak akan berhasil 

membantu kita memanjatkan doa yang efektif. Sebaliknya, seseorang 

yang berdoa di tempat umum namun  melakukannya dengan sepenuh 

hati, dapat melakukan doa yang menyenangkan hati Allah. Yesus juga 

mengajarkan kita pentingnya ketulusan, dan memperingatkan agar 

tidak mencontoh orang-orang munafik yang senang berdoa dengan 

berdiri di dalam rumah ibadah dan di sudut jalan, agar mereka dapat 

dilihat orang lain (Mat. 6:5).

Yesus seringkali menyingkir dari kota dan kerumunan untuk 

berdoa di tempat-tempat yang tenang dan damai – kadang-kadang 

di gunung yang tinggi (Mat. 14:23; Luk. 6:12; 9:28) atau di padang 


370

belantara (Mat. 4:1-2; Mrk. 1:35; Luk. 5:16). Pada saat Ia berada di 

Taman Getsemani, Ia memisahkan Diri-Nya dari murid-murid-Nya 

untuk berdoa di kejauhan dan seorang diri (Mat. 26:36-40; Luk. 22:39-

41). namun  ini bukan satu-satunya cara-Nya berdoa – kita juga melihat 

dalam beberapa kesempatan, Yesus berdoa di hadapan banyak orang 

(Luk. 3:21; 11:1; Yoh. 11:41-43; 12:27-29). Ia juga memperlihatkan 

khasiat doa syafaat (Mat. 18:19-20) dan mengajarkan agar rumah-Nya 

harus menjadi “rumah doa bagi segala bangsa” (Mrk. 11:17).

Di masa gereja mula-mula, ada tempat-tempat yang biasa 

digunakan untuk berdoa (Kis. 10:9; 16:13) dan tempat-tempat lain 

yang dipilih oleh orang-orang percaya secara spontan (Kis. 21:5; 

27:35). Tidak mengherankan, Paulus mengajarkan kita untuk berdoa 

“di mana-mana” (1Tim. 2:8), menunjukkan bahwa tempat kita berdoa 

bukanlah hal yang penting, namun  yang penting yaitu  berdoa di dalam 

roh dan di dalam kebenaran (Yoh. 4:24).

12.9.6 Mencari Roh Kudus dengan segenap hati

Dalam Perjanjian Lama, Allah berbicara kepada umat-Nya yang 

ada dalam pembuangan di Babel melalui Nabi Yeremia: “Dan apabila 

kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku 

akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan 

menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap 

hati” (Yer. 29:12-13). Kata-kata ini mengingatkan agar kita mencari 

Allah dengan sungguh-sungguh dan giat. Tanpa Roh Kudus, kita 

menjadi seperti orang-orang dalam pembuangan yang tidak mampu 

mengalahkan dosa, karena walaupun roh kita penurut, namun  tubuh 

kita lemah (Rm. 7:14-24; Mat. 26:41). Kita memberikan kuasa kepada 

kita yang melalui-Nya kita dibebaskan dari kuasa dosa dan maut (Rm. 

8:1-2, 13; Gal. 5:16). Kita dapat menemukan-Nya apabila kita berusaha 

keras memanggil-Nya dengan sepenuh hati.

12.10 Ketekunan dalam doa

Ketekunan yaitu  kunci keberhasilan doa. Di Kitab Roma, Paulus 

mendorong gereja untuk “bertekun[lah] dalam doa” (Rm. 12:12). Di

dalam Alkitab bahasa Inggris, Paulus menggunakan kata kerja “continue 

– terus”, yang diterjemahkan dari bahasa Yunani proskartereo dan 


371

mempunyai beberapa arti, seperti “menantikan”, “menunggu di suatu 

tempat”, “meneruskan dengan setia bersama seseorang”, dan “dengan 

setia bergantung pada seseorang”2.

12.10.1 Contoh-contoh ketekunan

Ada banyak orang dari berbagai periode dalam sejarah yang 

menunjukkan sikap ketekunan di dalam doa dan karenanya 

mendapatkan berkat. Mereka menjadi teladan-teladan yang baik untuk 

kita. Di antaranya yaitu :

(i)  Abraham

 saat  Abraham mendekati usia 100 tahun, ia menganggap 

dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi ayah atas banyak 

bangsa, dan begitu juga istrinya telah terlalu tua untuk 

dapat melahirkan anak (Kej. 17:17). Namun ia percaya 

dengan janji Allah, menunggu dengan sabar dan tanpa ragu, 

hingga akhirnya ia menerimanya (Rm. 4:19-21; Ibr. 6:15).

(ii)  Yakub

 Saat ia kembali dari Haran, Yakub bergumul dengan Allah di 

Pniel sepanjang malam. Yakub tidak bersedia melepaskan-

Nya sampai Ia memberkatinya. Pada saat itu bukannya 

Allah tidak dapat menang – Allah sangat tersentuh dengan 

keteguhan Yakub sehingga Ia memilih untuk tidak menang, 

dan mengabulkan permintaan Yakub (Kej. 32:24-30).

(iii)  Elia

 Di masa pemerintahan Raja Ahab, terjadi kekeringan dan 

kelaparan di negeri Israel yang berlangsung selama tiga 

setengah tahun (Luk. 4:25). Elia pergi ke Gunung Karmel 

untuk berdoa memohon hujan, berlutut dan berdoa tujuh 

kali. Allah menjawab doanya: angin mulai berhembus, 

dan langit penuh dengan awan hujan yang kemudian 

mencurahkan hujan ke atas bumi yang kering (1Raj. 18:41-

45; Yak. 5:17-18).

(iv)  Perempuan Kanaan

 Seorang perempuan Kanaan yang anaknya dirasuki setan 

datang ke hadapan Yesus untuk memohon pertolongan. 


372

Awalnya Yesus tidak berkata apa-apa. saat  Ia menjawab, 

Ia berkata, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang 

hilang dari umat Israel” (Mat. 15:24) dan juga menambahkan, 

“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-

anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat. 15:26). 

Yesus menolak permohonannya sebanyak tiga kali, namun  

perempuan Kanaan ini tidak menyerah. Dengan rendah 

hati ia menjawab, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan 

remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Mat. 15:27). 

Yesus kagum dan memuji imannya, dan memulihkan 

anaknya.

(v)  Teman-teman orang lumpuh

 saat  Yesus sedang mengajar di sebuah rumah di 

Kapernaum, empat orang membawa orang lumpuh dan 

mencari Dia. Mereka tidak dapat mendekati Yesus karena 

terhalang oleh kerumunan orang banyak, namun  mereka 

tidak menyerah. Kegigihan mereka terlihat saat mereka 

memanjat atap rumah untuk membuka jalan agar dapat 

menurunkan si orang lumpuh. Saat Yesus melihat iman 

mereka, Ia tergerak untuk mengampuni dosa-dosa si orang 

lumpuh dan menyembuhkannya (Mrk. 2:1-12).

(vi)  Gereja mula-mula

 Pada saat Raja Herodes menganiaya gereja mula-mula 

dengan sangat keras, ia memenjarakan Petrus dengan cara 

yang paling ketat, memerintahkan agar Petrus dibelenggu 

dengan rantai, dijaga oleh dua penjaga, dan empat pasukan 

di sisi lain pintu penjara. Gereja bersatu dalam doa 

memohon keselamatan Petrus. Allah menjawabnya dengan 

mengutus seorang malaikat untuk menyelamatkan Petrus 

(Kis. 12:4-19).

12.10.2 Janda yang tidak menyerah

Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang mendorong 

kita untuk berdoa dengan tekun dan tidak jemu-jemu, dan tidak pernah 

menyerah. Ia berkata, "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang 

tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota 


373

itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: 

Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu 

menolak. namun  kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku 

tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun 

karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, 

supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” (Luk. 

18:1-5). Di sini Yesus menunjukkan bahwa hakim yang tidak adil dan 

lalim ini membenarkannya karena si janda tidak jemu-jemu terus 

meminta. Ia mengingatkan kepada kita bahwa Bapa kita surgawi yang 

baik dan berbelas kasihan, tentu akan menjawab doa anak-anak yang 

Ia kasihi, apabila mereka berdoa dengan tekun dan dengan iman.

12.10.3 Kehidupan doa Yesus

Selain mengajarkan kita berdoa, melalui teladan pribadi Yesus 

juga menunjukkan bagaimana hidup dengan penuh doa:

Ia berpuasa dan berdoa selama empat puluh hari dan

empat puluh malam untuk memohon kuasa dari atas, 

agar Ia dapat memenuhi tugas yang dipercayakan kepada-

Nya oleh Allah Bapa. Ia dipenuhi dengan Roh Kudus dan 

mendapatkan kuasa untuk menghadapi cobaan Iblis, dan 

memulai pelayanan-Nya (Luk. 4:1-15).

Ia sering berdoa semalaman untuk memohon kepada Bapa

untuk terus menolongnya dalam pelayanan-Nya (Mrk. 1:35; 

Mat. 14:23, 25; Luk. 6:12-13). Karena itu Ia senantiasa 

dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus, sehingga Ia dapat 

menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan 

(Mrk. 5:30; Luk. 5:17; 6:19; Kis. 10:38).

Di malam Ia akan ditangkap, Yesus berdoa tiga kali di Taman

Getsemani. Di saat genting itu, Ia sangat membutuhkan 

kekuatan dan kuasa dari Bapa surgawi untuk menjalankan 

rencana keselamatan di kayu salib. Walaupun malaikat-

malaikat datang untuk menguatkan-Nya, Ia terus 

berdoa, memohon kepada Allah dengan air mata. Alkitab 

menjelaskan bahwa keringat-Nya yang jatuh ke tanah 

yaitu  seperti tetesan darah. Karena doa-Nya yang sangat 

tekun, Yesus dapat menghadapi maut di kayu salib dan 

akhirnya bangkit dalam kemuliaan (Mat. 26:36-44; Luk. 

22:41-44; Ibr. 5:7; Kis. 2:24).


374

12.10.4 Senantiasa berdoa memohon Roh Kudus

Ketekunan dalam doa sangat penting penting saat  kita memohon 

Roh Kudus, yang kita butuhkan untuk mendapatkan keselamatan. 

Yesus menceritakan dua perumpamaan mengenai hal ini, dan keduanya 

dicatat di kitab Lukas pasal 11. Perumpamaan pertama menceritakan 

tentang seseorang yang mempunyai permintaan mendesak kepada 

seorang teman di tengah malam (ayat 5-8). Perumpamaan kedua 

menceritakan seorang ayah yang penuh kasih, yang memberikan 

yang terbaik untuk menjawab permintaan anaknya (ayat 11-12). Di 

ayat 13, Yesus menyimpulkannya dengan mengajarkan bahwa sama 

seperti permintaan orang-orang yang dijawab itu, begitu juga Allah 

akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang berdoa kepada-Nya 

dengan hati yang sama.

Kepada murid-murid-Nya, Yesus, “melarang mereka meninggalkan 

Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji 

Bapa, yang — demikian kata-Nya — "telah kamu dengar dari pada-Ku. 

Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun  tidak lama lagi kamu akan 

dibaptis dengan Roh Kudus."” (Kis. 1:4-5). Yesus juga berkata, “Dan Aku 

akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. namun  kamu 

harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan 

kekuasaan dari tempat tinggi.” (Luk. 24:49). Yesus meminta kepada 

mereka untuk menunggu waktu yang telah ditentukan Allah dengan 

kesabaran dan pengharapan. Dan benar, sesudah  Yesus naik ke surge, 

murid-murid diam bersama-sama di Yerusalem dan “bertekun dengan 

sehati dalam doa bersama-sama” (Kis. 1:14). Pada akhirnya, di hari 

Pentakosta, penantian mereka usai: mereka mendengar suara dari 

surga seperti angin yang berhembus, dan mereka dipenuhi dengan 

Roh Kudus (Kis. 2:1-4).

sesudah  Saulus dipilih oleh Tuhan di tengah perjalanannya menuju 

Damsyik, ia berpuasa tiga hari dan tiga malam, dan selama itu ia berdoa 

kepada Allah. saat  waktunya tiba, Tuhan mengutus Ananias untuk 

menumpangkan tangan ke atas dirinya, sehingga ia dipenuhi dengan 

Roh Kudus (Kis. 9:8-19).


375

12.10.5 Haus akan Roh Kudus

Penatua Yohanes mengajarkan bahwa saat  kita berdoa memohon 

baptisan Roh Kudus, kita harus melakukannya dengan rasa haus rohani 

yang murni (Yoh. 4:10, 13, 14).

Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri 

dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan 

minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh 

Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." 

Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang 

percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum 

dimuliakan.

Yohanes 7:37-39

Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa 

yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa 

yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah 

ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

Wahyu 22:17

Kita perlu belajar dari peringatan Allah kepada jemaat di Laodikia, 

dan tidak merasa puas diri (Why. 3:14-17). Doa-doa kita harus 

mencerminkan kerinduan kepada Allah yang sungguh-sungguh. Hati 

kita haruslah seperti seorang pemazmur yang menginginkan Allah 

seperti seekor rusa merindukan sungai (Mzm. 42:1). Bila kita berdoa 

dengan sikap ini, Roh Kudus akan mengalir melalui hati kita.

12.11 Memegang perintah Allah

Sebagai orang Kristen, kita menunjukkan kasih kita kepada 

Tuhan dengan memegang perintah-perintah-Nya. Kita tidak dapat 

berkata kita mengasihi Allah bila kita melawan perintah-Nya. Begitu 

juga, memegang perintah Allah yaitu  syarat untuk menerima Roh 

Kudus. Yesus mengajarkan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan 

menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia 

akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia 

menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh. 14:15-16). Yesus juga berkata, 

“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang 

mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh 


376

Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-

Ku kepadanya… Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-

Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya 

dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh. 14:21, 23).

12.11.1 Beribadah saja tidak cukup

Dalam Perjanjian Lama, Allah menegur bangsa Israel melalui Nabi 

Yesaya dan berkata, walaupun mereka mempersembahkan banyak 

korban bakaran, Ia tidak berkenan kepada mereka. Malah, Allah tidak 

sudi melihat ibadah mereka dan tidak mau mendengar doa-doa mereka 

yang dipanjatkan dengan tangan terbuka. Masalahnya ada pada tangan-

tangan mereka yang penuh dengan kekerasan dan perbuatan yang 

jahat. Allah menegur bahwa mereka hanya menghormati-Nya dengan 

mulut saja, sementara hati mereka jauh dari Dia. Ia memperingatkan 

mereka, apabila mereka tidak berhenti melakukan kejahatan dan mulai 

belajar melakukan hal yang baik, mengejar keadilan dan membebaskan 

orang-orang yang tertindas, Ia tidak akan diam dekat dengan mereka 

(Yes. 1:10-17; 29:13). Dari sini kita mendapatkan pengajaran, apabila 

kita memohon Roh Kudus namun  kita hidup di dalam dosa, tidak peduli 

betapa seriusnya kita berdoa, Ia tidak akan menjawabnya.

12.11.2 Perintah untuk saling mengasihi

Salah satu perintah paling penting yang Yesus ajarkan yaitu  

saling mengasihi, seperti Ia mengasihi kita (Yoh. 13:34; 15:12-14). Sama 

seperti Yesus yang menyerahkan nyawa-Nya demi kita, sepatutnya kita 

juga bersedia menyerahkan nyawa kita demi saudara-saudari seiman 

di dalam Kristus (1Yoh. 3:16). Contohnya, apabila kita mengasihi 

dan memperhatikan mereka di masa suka maupun duka, kita telah 

menunjukkan kasih kita kepada Tuhan Yesus (Kol. 1:24; 12:25-27).

Kita melihat kebenaran ini dari perkataan Yesus kepada Saulus, 

yang sedang menganiaya orang Kristen. Dia berkata, “Saulus, Saulus, 

mengapakah engkau menganiaya Aku?”

Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”

Tuhan menjawab, “Akulah Yesus, yang kau aniaya itu” (Kis 9:1-5).


377

Perkataan ini menunjukkan bahwa apa pun yang kita perbuat 

untuk saudara-saudara seiman kita, maka kita melakukannya untuk 

Tuhan.

Mengasihi satu sama lain yaitu  gaya hidup orang Kristen (Yoh. 

13:34-35): dengan melakukannya, kita menunjukkan kepada dunia 

bahwa kita yaitu  murid-murid Yesus. Kasih yaitu  penggenapan 

segala Hukum Taurat dan pengajaran para nabi (Mat. 22:39-40; 

Gal. 5:14). Jadi ia yang mengasihi tetangganya, telah memenuhi 

Hukum Taurat. Kita harus senantiasa hidup dengan sedemikian rupa 

sehingga kita merasa berhutang kasih kepada orang lain, dan mencari 

kesempatan untuk melunasi hutang itu (Rm. 13:8).

Penatua Yohanes mengajarkan bahwa orang yang tidak dapat 

mengasihi saudara-saudari seimannya, tidak dapat menyatakan dirinya 

mengasihi Allah. Ia berkata, “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi 

Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia yaitu  pendusta, karena 

barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak 

mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita 

terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi 

saudaranya” (1Yoh. 4:20-21).

Kasih mencakup semuanya. Maka Yesus mengajarkan kita bahwa 

tidak hanya mengasihi Allah dan saudara-saudari seiman, kita juga 

harus mengasihi musuh kita: “namun  Aku berkata kepadamu: Kasihilah 

musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena 

dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, 

yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik 

dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak 

benar” (Mat. 5:44-45).

12.11.3 Melakukan kasih

Kasih tidak ditunjukkan hanya melalui kata-kata; namun  kasih 

harus dilakukan. Penatua Yohanes berkata:

Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya 

menderita kekurangan namun  menutup pintu hatinya terhadap saudaranya 

itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-

anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan 

lidah, namun  dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah 


378

kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita 

boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh 

olehnya, Allah yaitu  lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui 

segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita 

tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk 

mendekati Allah.

1 Yohanes 3:17-21

Dia juga memberitahu kita bahwa tersedia berkat bagi mereka 

yang mengasihi orang lain:

Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, 

karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang 

berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya 

akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi 

sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa 

menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam 

dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu 

Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

1 Yohanes 3:22-24

Berkatnya yaitu , Allah akan menjawab doa-doa kita dan kita 

akan menerima apa pun yang kita minta (ref. Yoh. 15:7-10). Ini yaitu  

kebenaran yang penting bagi mereka yang mencari baptisan Roh 

Kudus.

12.12 Kesimpulan

Hari ini, Roh Kudus dicurahkan ke semua orang percaya, sama 

seperti masa gereja para rasul. Namun kita melihat banyak gereja 

dan denominasi menolak kebenaran ini. Contohnya, mereka menolak 

berbahasa roh sebagai bukti baptisan Roh Kudus, atau bersikeras 

bahwa baptisan itu telah terjadi bagi semua orang. Kita perlu meminta 

Allah untuk membuka hati kita kepada pesan firman Tuhan (ref. Luk. 

24:45) sehingga kita dapat memahami kebenaran mengenai Roh 

Kudus, dan lebih penting lagi, mengalami sendiri baptisan Roh yang 

indah ini.



Di dalam kitab Efesus, Paulus menerangkan penggolongan antara 

dua agen yang dapat mengubah hidup seseorang. Ia mengajarkan: 

“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan 

hawa nafsu, namun  hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5:18). 

Minuman keras terkenal karena ia dapat membelenggu orang dengan 

keindahan dan rasanya. Namun anggur mempunyai sengat di ekornya, 

menyebabkan mabuk, penyesalan, mendorong orang bersikap tidak 

senonoh, mudah bertengkar, dan ketagihan. Sebaliknya, dipenuhi oleh 

Roh Kudus memberikan sukacita, pikiran yang jernih, pengendalian 

diri, berkat rohani, dan kemampuan untuk hidup kudus.

Lukas pasal 1 memberitahukan bahwa Yohanes Pembaptis (Mat. 

11:13) dan ayahnya, Zakharia (Luk. 1:8), keduanya dipenuhi oleh Roh 

Kudus (Luk. 1:15, 67). Namun pengalaman mereka tidak sama seperti 

orang-orang percaya di hari Pentakosta; apa yang dialami ayah dan 

anak ini dapat disamakan dengan orang-orang kudus dalam Perjanjian 

Lama, yang dipenuhi Roh Kudus selama beberapa waktu untuk tujuan-

tujuan tertentu.

Yohanes Pembaptis dipenuhi Roh Kudus sehingga ia mempunyai 

roh dan kuasa seperti Elia, untuk mendorong orang-orang Yahudi 

kembali kepada Allah (Luk. 1:16, 17). Zakharia dipenuhi Roh Kudus 

untuk bernubuat dan memuji karunia keselamatan Allah, dan bersaksi 

bahwa seorang Juruselamat telah dilahirkan dari keturunan Daud 

(Luk. 1:67-69). Pada hari Pentakosta dan seterusnya, barulah orang-

orang percaya mengalami kepenuhan Roh Kudus sebagai keadaan 

yang permanen dan terus menerus (Yoh. 14:16-18).

ada  setidaknya dua kekeliruan mengenai kepenuhan Roh 

Kudus. Yang pertama mengira bahwa kepenuhan Roh Kudus ditandai 

dengan seberapa keras seseorang berdoa, atau apakah doanya disertai 

dengan gerakan tubuh yang kelihatan. Kekeliruan lain yaitu  kepenuhan 

Roh Kudus ditandai semata-mata dengan perwujudan perbuatan-


381

perbuatan kudus, bukan berbahasa roh. Kekeliruan pertama seringkali 

dipegang oleh orang-orang Kristen yang telah menerima Roh Kudus, 

namun  tidak mengerti sepenuhnya apakah maksudnya dipenuhi Roh 

Kudus, dan masih perlu mendapatkan kesadaran rohani yang lebih 

tinggi. Kekeliruan kedua seringkali dipegang oleh orang-orang Kristen 

yang tidak mengerti kebenaran Alkitab, tentang apakah baptisan Roh 

Kudus.

Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa buah Roh hanya dapat 

dihasilkan oleh mereka yang menerima Roh Kudus. Alkitab juga 

menjelaskan bahwa mereka yang mempunyai Roh Kudus, mempunyai 

bukti yang nyata: mereka berbahasa roh. Karena itu seseorang bisa 

saja melakukan segala perbuatan baik, seperti Kornelius sebelum ia 

menerima baptisan Roh Kudus (Kis. 10:2), namun  perbuatan-perbuatan 

ini tidak dapat dilihat sebagai buah Roh. 

Ini menghasilkan sejumlah pertanyaan: jadi, apakah artinya 

kepenuhan Roh Kudus? Apakah pengaruhnya kepada orang percaya? 

Dan bagaimana kita dapat dipenuhi oleh Roh Kudus? Bab ini akan 

menyediakan beberapa jawaban dari Alkitab.


Alkitab menjelaskan kepenuhan Roh Kudus dalam dua konteks: 

catatan-catatan mengenai Roh Kudus memenuhi orang percaya pada 

saat yang penting atau kritis; dan kepenuhan Roh Kudus sebagai 

proses yang berkelanjutan di dalam kehidupan yang sungguh-sungguh 

seturut dengan bimbingan Roh.

Mengenai kepenuhan Roh Kudus pada saat yang penting atau 

kritis, kita melihat orang-orang percaya, yang dipenuhi Roh Kudus 

begitu mereka menerima baptisan Roh Kudus (contoh, Kis. 2:4); 

mendapatkan keberanian karena kepenuhan Roh untuk bersaksi bagi 

Yesus (contoh, Kis. 4:8-13, 31); mendapatkan kuasa kepenuhan Roh 

pada kesempatan-kesempatan tertentu (contoh, Kis. 13:9-11).

Alkitab mencatat dua kejadian saat  Roh Kudus memenuhi orang-

orang percaya pada saat mereka menerima Roh Kudus. Pertama yaitu  

pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta: “Maka penuhlah mereka 

dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

382

bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk 

mengatakannya” (Kis. 2:4). Kejadian lain berhubungan dengan Paulus, 

yang dipenuhi Roh Kudus saat  Ananias menumpangkan tangannya 

kepadanya (Kis. 9:17-18).

Namun pola yang terlihat di dalam Alkitab yaitu  kepenuhan Roh 

Kudus biasanya terjadi sesudah  pertama-tama menerima baptisan Roh. 

Alkitab membicarakan kepenuhan Roh Kudus sebagai besar sebagai 

proses yang terus menerus, saat  Roh menolong orang-orang percaya 

untuk hidup yang mewujudkan ketaatan mereka kepada Dia. Alkitab 

mengajarkan kita bahwa Roh menolong orang percaya untuk:

Mengalahkan keinginan-keinginan daging (Gal. 5:16-21; Ef.

4:30-32).

Hidup kudus dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-25).

Mendapatkan hikmat dan iman untuk melakukan pekerjaan

Allah (Kis. 6:3; 6:5; 11:24).

Mendapatkan sukacita dan damai sejahtera, bahkan di

tengah penganiayaan (Kis. 7:55-56; 13:52).

13.2.2 Kepenuhan Roh Kudus sebagai proses yang berkelanjutan

Alkitab mengajarkan bahwa kepenuhan Roh Kudus yaitu  

sebuah proses yang terjadi seumur hidup. Ini terjadi saat  hidup kita 

sepenuhnya dituntun oleh Roh Kudus, sehingga kita terus “hidup[lah]

oleh Roh,” (Gal. 5:16), dan dipimpin oleh Roh (Rm. 8:1-14). Ia menjadi 

sumber kekuatan rohani kita, dan menanggalkan perbuatan-perbuatan 

daging:

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa 

nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, 

amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, 

kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu 

kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu—bahwa 

barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat 

bagian dalam kerajaan Allah.

Galatia 5:19-21

Menerima Roh Kudus tidak menjamin bahwa kita akan dipenuhi 

oleh Roh Kudus. Kita melihat ini dari keadaan di Gereja Korintus. Paulus 

menyebut mereka sebagai “bait Allah” dan “bait Roh Kudus” (1Kor. 


383

3:16; 6:19) karena mereka telah menerima Roh Kudus dan menjadi 

anggota tubuh Kristus (1Kor. 12:13). Namun mereka tidak dipimpin 

oleh Roh. Sebaliknya, mereka memperlihatkan perbuatan-perbuatan 

daging, seperti iri hati dan perselisihan. Karena itu Paulus menegur 

mereka:

Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan 

kamu seperti dengan manusia rohani, namun  hanya dengan manusia 

duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan 

kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat 

menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. 

Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada 

iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu 

manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

1 Korintus 3:1-3

Seperti yang kita lihat dari contoh ini, baptisan Roh Kudus barulah 

langkah awal. Selanjutnya, kita semua perlu mengejar terus kepenuhan 

Roh Kudus. Dengan begitu, kita memberikan jalan bagi Roh untuk 

bekerja di dalam diri kita untuk memperbarui kita (Tit. 3:5), untuk 

menguduskan kita (2Tes. 2:13), dan menolong kita hidup kudus – 

kehidupan yang menghasilkan buah Roh Kudus:

namun  buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, 

kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. 

Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi 

milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa 

nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita 

juga dipimpin oleh Roh.

Galatia 5:22-25

Yesus memberikan sebuah gambaran yang indah untuk 

menjelaskan apa yang dapat terjadi apabila Roh Kudus memenuhi diri 

kita, “namun  barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, 

ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan 

Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang 

terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 

4:14). Yesus juga berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang 

kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang 

dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-

aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Di sini, Yesus membicarakan sebuah 

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

384

kepenuhan yang jelas-jelas bukanlah pengalaman yang hanya sesekali, 

dan mempunyai kuasa untuk mengubah hidup kita – seperti curahan 

mata air dalam diri kita, dan aliran sungai air hidup yang tak pernah 

berhenti mengalir. Apabila kita dipenuhi dengan Roh Kudus, kita tidak 

akan haus lagi.

13.2.3 Mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang 

sempurna

Menurut Taurat Perjanjian Lama, seseorang yang 

mempersembahkan korban bakaran kepada Allah harus 

mempersembahkan korban sepenuhnya: mengatur potongan-

potongan daging, kepala, lemak, isi perut dan betis binatang korban, 

dan membakarnya di atas mezbah sebagai korban api-apian (Im. 

1:6-9). Persembahan korban ini menyenangkan hati Allah karena 

persembahan ini menghasilkan aroma yang manis. Korban bakaran di 

dalam Perjanjian Lama menggambarkan pengorbanan Yesus di kayu 

salib dalam Perjanjian Baru (Yoh. 1:29). Yesus yaitu  persembahan dan 

korban yang harum bagi Allah (Ef. 5:2; 1Kor. 5:7) karena Ia sepenuhnya 

menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Allah saat Ia mengorbankan 

hidup-Nya demi kita (Mat. 26:39; Ibr. 10:5-7).

Dengan pertolongan Roh Kudus, kita juga dapat mempersembahkan 

diri kita sebagai korban yang hidup untuk Allah (Rm. 12:1). Paulus 

berkata, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu yaitu  bait Roh 

Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari 

Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1Kor. 6:19). Hidup 

Paulus merupakan contoh dari prinsip ini, dan ia dapat menyatakan:

Namun aku hidup, namun  bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan 

Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang 

di dalam daging, yaitu  hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah 

mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Galatia 2:20

namun  aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita 

Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi 

dunia.

Galatia 6:14


385

Ini yaitu  perkataan dari orang yang tidak lagi tinggal dalam 

perkara-perkara duniawi, dan hidupnya bukan lagi miliknya sendiri; 

namun  tersembunyi dalam Kristus dan hidup dalam kesamaan dengan-

Nya (1Kor. 11:1).

13.2.4 Mendahulukan Allah

Sebagai orang Kristen, kita perlu mendahulukan Allah dan 

melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya (2Kor. 12:14; 19:3). 

Tuhan Yesus berkata, “namun  carilah dahulu kerajaan Allah dan 

kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” 

(Mat. 6:33). Apakah kerajaan Allah? Kerajaan Allah yaitu  tempat Allah 

memerintah, tempat perintah-Nya dilakukan, dan tempat kebenaran-

Nya diwujudkan. Di satu sisi, kerajaan ini menunjukkan kerajan surga 

di masa yang akan datang. Di sisi lain, kerajaan Allah sudah ada di sini 

– di dalam hati orang percaya (Luk. 17:21). Kita mendirikan kerajaan 

Allah saat kita memusatkan perhatian pada Allah dan mendahulukan 

kehendak-Nya di atas kebutuhan-kebutuhan duniawi kita (Mat. 

6:10-11; 1Yoh. 5:14; Luk. 22:42), dan saat kita mempersilakan-Nya 

memimpin kita (Yak. 4:15; 1Kor. 4:19; 16:7; ref. Kis. 20:22-24; ref. 

21:10-14) dan memerintah atas diri kita.

Allah yaitu  Roh, dan kita harus berusaha untuk dipenuhi dengan 

Roh Kudus-Nya (Ef. 5:18). Dengan begitu, kita dapat hidup di dalam 

Roh dan dipimpin oleh-Nya (Gal. 5:16, 25). Inilah maksudnya mengasihi 

Allah dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita (Mat. 22:37), dan 

bagaimana kita dapat mempersembahkan diri kita sebagai korban 

yang hidup (Rm. 12:1-2; 6:13).

Kesalahpahaman

Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: 

“Terimalah Roh Kudus.”

Yohanes 20:22

Penulis berkebangsaan Jepang bernama Kurosaki Koukichi 

memberikan komentar tentang ayat ini:

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

386

sesudah  kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus menghujani murid-murid-

Nya dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga mereka dapat 

memenuhi tugas yang dipercayakan kepada mereka. namun  sebelum 

kenaikan-Nya, Ia sudah memberikan mereka sebagian dari Roh itu 

sehingga mereka dapat menerima tugas itu.

Kurosaki Koukichi

Dengan kata lain, Kurosaki yakin bahwa murid-murid telah 

dibaptis dengan Roh Kudus pada saat Yesus mengembusi mereka 

– Yesus memberikan mereka sebagian Roh, yang kemudian diikuti 

dengan kepenuhan yang lebih besar pada hari Pentakosta.

Apa kata Alkitab?

Pertama, saat  Yesus mengembusi murid-murid dan berkata, 

“Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22), Ia tidak sedang membagikan Roh 

Kudus pada saat itu, karena waktunya belum genap. Yesus memberikan 

apa yang akan datang kepada mereka. Itulah sebabnya Ia menyuruh 

mereka menunggu di Yerusalem untuk “tinggal di situ menantikan 

janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu dengar dari pada-

Ku” (Kis. 1:4). Penting kita simak, Yesus berkata kepada mereka, 

bahwa “tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” (Kis. 

1:5). Jadi, Roh Kudus tidak datang, dan tidak akan datang, sebelum 

Yesus dimuliakan dan naik ke surga: “Namun benar yang Kukatakan 

ini kepadamu: yaitu  lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab 

jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, 

namun  jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 

16:7).

Kedua, Alkitab mengajarkan kita, bahwa hanya ada satu Roh Kudus 

(1Kor. 12:4; Ef. 4:4) yang yaitu  Allah sejati yang Esa. Saat kita dibaptis 

dengan Roh Kudus, Ia datang ke dalam hati kita untuk menyertai kita 

selamanya (Yoh. 14:16-17, 23). Kita tidak dapat menggunakan nalar 

duniawi untuk menghasilkan penjelasan mengenai pencurahan 

sebagian. Sebaliknya, kepenuhan Roh Kudus menunjukkan keadaan 

hati kita yang dipimpin oleh-Nya.

Roh Kudus yaitu  Roh Allah – sumber kekuatan, yang disebutkan 

Tuhan Yesus sebagai “kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49; ref. 

Kis. 1:8). Nabi Yesaya berkata bahwa mereka yang menerima Roh 

Kudus “mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang 


387

naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak 

menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31). 

Karena itu kepenuhan Roh Kudus juga merupakan sebuah kehidupan 

yang menunjukkan kuasa Allah (Luk. 4:1, 14).

Lebih lanjut, Tuhan Yesus berkata, “Aku datang, supaya mereka 

mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” 

(Yoh. 10:10). Ini menunjukkan bahwa seseorang tidak selalu hidup 

dalam kehidupan yang berlimpah. Begitu juga, walaupun seseorang 

mempunyai Roh Kudus, ia belum tentu dipimpin oleh Roh. Kehidupan 

rohani kita dimulai dengan baptisan Roh Kudus (Yeh. 37:14; Rm. 

8:2; Gal. 5:25), karena Ia yaitu  Roh Tuhan, dan sumber kehidupan 

(Kis. 16:7; Yoh. 1:4). namun  kita masih harus mengizinkan-Nya terus 

bekerja, untuk menguatkan diri kita (Ef. 3:16) dan memberikan kita 

kemampuan untuk menjalani kehidupan rohani yang berkelimpahan.

13.3 Buah dari kepenuhan Roh Kudus

13.3.1 Mendapat kuasa untuk melayani Allah 

A. Tujuan mendapatkan kuasa

Seorang pekerja Allah perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk 

mendapatkan kuasa untuk menjalani pelayanan gereja. Ini dikarenakan 

Iblis yaitu  musuh yang tangguh, yang mengganggu pekerjaan kudus 

di segala kesempatan.

Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih para perajin untuk 

membuat tabut perjanjian dan memenuhi mereka dengan Roh-Nya 

untuk memberikan mereka hikmat, kecakapan dan pengetahuan (Kel. 

31:1-5; 35:30-35). Dalam Perjanjian Baru, pekerja-pekerja gereja 

dipanggil untuk membangun bait rohani (1Ptr. 2:4-5). Begitu juga, 

mereka perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk dikenal baik dan 

mempunyai hikmat dan iman (Kis. 6:2-5).

Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya menunggu di Yerusalem 

untuk dikenakan dengan kuasa dari tempat tinggi, sebelum pergi 

untuk bersaksi bagi Dia (Luk. 24:49; Kis. 1:4-5, 8). Demikian terjadi di 

hari Pentakosta, dan hasilnya, injil diberitakan dengan cepat di seluruh 

Yudea, Samaria, dan kota-kota lain (Kis. 1:8; 4:33; 8:1-5, 14; 26:20).

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

388

B. Dampak pemberian kuasa

Kita dapat melihat pengaruh kepenuhan Roh Kudus pada pekerja-

pekerja Allah dalam Kisah Para Rasul:

Sebelum hari Pentakosta, Petrus mengatakan bahwa

ia bersedia menderita dengan Yesus, namun  kemudian 

menyangkal-Nya tiga kali (Luk. 22:33, 54-62). sesudah  

hari Pentakosta, ia mendapatkan kuasa dari Roh Kudus 

untuk bersaksi bagi Tuhan dan tidak lagi takut dengan 

penganiayaan (Kis. 2:1-4, 14, 40; 4:8-20).

Menghadapi penganiayaan, murid-murid berdoa dalam

satu hati dan dipenuhi Roh Kudus untuk menyampaikan 

firman Allah dengan berani (Kis. 4:23-33).

Stefanus, salah satu dari antara diaken yang diutus untuk

melayani meja (Kis. 6:5), dipenuhi Roh Kudus, iman dan 

kuasa untuk melakukan tanda ajaib dan mujizat (Kis. 6:8). 

Ia besaksi bagi Tuhan dengan hikmat dan kuasa yang besar, 

sehingga tidak ada yang dapat menyangkalnya (Kis. 6:10). 

Saat dirajam oleh kerumunan yang marah, ia dipenuhi 

Roh Kudus dan melihat kemuliaan Allah dan Tuhan Yesus. 

Bahkan saat menjelang kematiannya, ia mampu meminta 

kepada Tuhan untuk mengampuni orang-orang yang 

membunuhnya (Kis. 7:54-60).

Filipus dipenuhi Roh Kudus untuk melakukan tanda dan

mujizat di Samaria (Kis. 8:5-8). Ia menjadi pekerja yang 

penting, yang mengabarkan kabar baik (Kis. 8:5-13, 29-40) 

dan mendapatkan sebutan “Filipus, pemberita Injil” (Kis. 

21:8).

Rasul Barnabas penuh dengan Roh dan iman, dan membawa

banyak orang kepada Yesus (Kis. 11:24).

Di Pafos, Paulus bertemu dengan Elimas, seorang tukang

sihir, yang menghalang-halanginya dan berusaha untuk 

membelokkan iman gubernur. Dipenuhi Roh Kudus, 

Paulus menegur Elimas, sehingga menjadi buta. Kejadian 

ini memperlihatkan kuasa Allah dan membuat gubernur 

menjadi percaya (Kis. 13:6-12).

Walaupun Paulus dan Barnabas dianiaya oleh orang-orang

Yahudi di Antiokhia di Pisidia, Roh Kudus memenuhi mereka 

dengan sukacita (Kis. 13:14, 50-52).


389

C. Kuasa untuk menjamah hati pendengar

Seorang pendeta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan 

dapat menyampaikan khotbah yang indah. namun  tanpa kepenuhan 

Roh Kudus, khotbahnya tidak mempunyai hidup, atau pun kuasa untuk 

menyadarkan pendengar agar bertobat dari d0sa-dosa mereka dan 

mengikuti Tuhan Yesus.

Kita melihat kebenaran ini digambarkan dalam pelayanan Rasul 

Petrus, yang disebutkan sebagai “orang biasa yang tidak terpelajar” 

(Kis. 4:13). Ia dipenuhi Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga ia 

mampu menyampaikan khotbah yang mengharukan hati orang-orang 

Yahudi yang mendengarnya. Mereka segera bertanya mengenai jalan 

menuju keselamatan, dan kemudian menerima baptisan di dalam 

nama Yesus (Kis. 2:37-41). Khotbah Petrus mengakibatkan hal ini, 

bukan karena disampaikan dengan kecakapan khusus, namun  karena 

kuasa Roh Kudus (Kis. 2:1-4).

Tuhan Yesus juga disebut sebagai orang yang “mempunyai 

pengetahuan demikian tanpa belajar” (Yoh. 7:15), namun  Ia dapat 

mengherankan orang-orang dengan khotbah-kotbah-Nya, seperti 

yang disampaikan di atas bukit (Mat. 5-7:27). Orang-orang melihat-

Nya mengajar dengan penuh kuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (Mat. 

7:28-29). Kuasa Yesus berasal dari Diri-Nya yang senantiasa dipenuhi 

Roh Kudus dan kuasa (Luk. 4:1, 14).

Paulus yaitu  orang terpelajar, yang telah menerima pendidikan 

tinggi dalam Hukum Taurat. Namun ia membuang semua pengetahuan 

duniawinya untuk memberikan ruang pada Roh Kudus untuk bekerja 

melalui dia. Paulus menyampaikan hal ini dalam pelayanannya: 

“Demikianlah pula, saat  aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku 

tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk 

menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu… Baik perkataanku 

maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat 

yang meyakinkan, namun  dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya 

iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, namun  pada 

kekuatan Allah. Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat 

di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan 

dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, 

yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan” (1Kor. 2:1, 4-6). Ia 

menambahkan, “Sebab kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, 

namun  dari kuasa” (1Kor. 4:20).

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

390

D. Kuasa untuk mengurus gereja  

Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus dapat mengurus 

permasalahan gereja menggunakan hikmat duniawi dan 

kemampuannya. namun  pekerjaannya kemungkinan besar dibentuk 

dari pemikiran dan pendekatan duniawi. Keadaan paling menyedihkan 

yaitu  apabila gereja bergantung sepenuhnya pada cara kerja seperti 

ini, yaitu saat: pengetahuan duniawi mengambil alih karunia-karunia 

Roh Kudus; kuasa manusia menutupi pimpinan Roh Kudus; dan 

manusia mengedepankan kepentingannya mendahului bimbingan Roh 

Kudus. Dalam keadaan seperti itu, kita akan kehilangan intisari gereja 

dan berakhir menjadi seperti organisasi sosial atau politik.

Gereja mula-mula dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus. Setiap 

peran, termasuk pekerja-pekerja yang bertanggungjawab untuk 

mengawasi administrasi gereja, didasarkan pada kriteria rohani 

tertentu. Pekerja haruslah “yang terkenal baik, dan yang penuh Roh 

dan hikmat” (Kis. 6:3). Pada hari ini, gereja harus berhati-hati agar 

tidak menyimpang dari prinsip ini. Contohnya, kita tidak boleh: 

mempekerjakan pekerja karena kelebihan sekulernya, bukan dari 

kelebihan rohani; menilai penyampaian khotbah berdasarkan 

kecakapannya, bukan kuasa Roh Kudus; memberikan kedudukan 

kepemimpinan kepada mereka yang kaya dan berkedudukan tinggi 

di masyarakat, bukan mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Kita harus 

mengikuti contoh gereja para rasul sehingga kita dapat melihat 

kemuliaan dan kuasa Roh Kudus.

13.3.2 Kuasa untuk mengalahkan dosa

Kepenuhan Roh Kudus menolong kita, secara individual, 

untuk mengalahkan dosa. Dosa yaitu  kuasa yang sangat kuat dan 

mengikat, sehingga hanya kuasa Allah yang dapat menolong kita 

mengalahkannya.

A. Pengalaman Paulus

Di dalam kehidupan Paulus kita melihat, bahwa mengetahui 

bagaimana sepatutnya kita hidup saja tidak cukup. Paulus sendiri 


391

dahulu yaitu  seorang Farisi yang diajar oleh Gamaliel, Ahli Taurat 

yang terkenal. Ia yaitu  orang yang cakap dalam Hukum Taurat dan 

juga mempunyai semangat membara untuk melayani Allah (Fil. 3:5; 

Kis. 22:3). Namun orang terpelajar ini meratap:

Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang 

aku kehendaki yang aku perbuat, namun  apa yang aku benci, itulah 

yang aku perbuat. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam 

aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak 

memang ada di dalam aku, namun  bukan hal berbuat apa yang baik. 

Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh 

maut ini?

Roma 7:15, 18, 24

Dengan kata lain, Paulus mempunyai pengetahuan teori mengenai 

apa yang Allah kehendaki kepadanya, namun  tidak mempunyai 

kemampuan untuk menjalankannya. Ia melihat masalah ini sebagai 

salah satu belenggu dosa: “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat 

yaitu  rohani, namun  aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa 

dosa. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku 

perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, 

yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, 

maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, namun  dosa yang diam di 

dalam aku” (Rm. 7:14, 19-20).

Paulus menambahkan, “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika 

aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 

Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, namun  di dalam 

anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang 

melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan 

hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku” (Rm. 7:21-

23).

Syukurlah ia akhirnya menemukan cara untuk menyelesaikan 

pergumulan itu – ia belajar untuk taat dan mengandalkan Roh Kudus. 

Ia berkata, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi 

mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup 

telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum 

maut” (Rm. 8:1-2).

Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus

392

B. Hidup dalam Roh untuk kehidupan rohani yang 

berkemenangan  

Begitu kita disatukan dengan Kristus dalam baptisan air, kita 

dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Ini karena baptisan yaitu : 

kelahiran kembali (Tit. 3:5); mengembankan dosa kita kepada Kristus, 

untuk mendapatkan kebenaran-Nya (2Kor. 5:21); membenarkan 

kita (Rm. 4:15; 5:9; 8:33-34). Kita dibebaskan untuk hidup dalam 

kehidupan yang baru dan berlimpah di dalam Roh, sehingga kita dapat 

mengalahkan dosa (Tit. 3:5; Yoh. 10:10; Luk. 4:14; 1Yoh. 5:18). Karena 

itu pengampunan melalui baptisan air menandai awal yang penting; 

namun  kita harus terus hidup dalam kehidupan yang berkemenangan 

yang ditandai dengan kekudusan, “sebab tanpa kekudusan tidak 

seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14).

Paulus mengajarkan, bahwa begitu kita ada dalam Kristus 

Yesus, kita tidak boleh lagi berjalan menurut daging, namun  menurut 

Roh Kudus. Ini berarti dipenuhi Roh Kudus dan mengizinkan-Nya 

mengarahkan hidup kita. Paulus berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam 

Kristus, ia yaitu  ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya 

yang baru sudah datang” (2Kor. 5:17). Apabila hidup kita dipenuhi Roh 

Kudus, kita kehilangan sifat kita yang lama, dan mulai menunjukkan 

sifat yang baru, yang ditunjukkan dalam kebenaran dan kekudusan 

sejati (Ef. 4:24).

C. Mengapa kadang-kadang kita tidak berhasil mengalahkan 

dosa?

Sayangnya, walaupun kita telah menerima baptisan air dan juga 

baptisan Roh Kudus, kita kadang-kadang masih jatuh ke dalam dosa. 

Salah satu alasannya, kita dapat mengalami ketersendatan iman, dan 

tidak dapat hidup dalam kemenangan yang dibicarakan Paulus dalam 

Roma 8:1-2. Namun ia menyampaikan pemecahan masalah: “Sebab 

Tuhan yaitu  Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” 

(2Kor. 3:17). Dengan kata lain, kita perlu mengizinkan Roh Kudus 

untuk memenuhi diri kita sehingga kita dapat dibebaskan.

Alasan lain mengapa kita dapat gagal, karena kita bergantung 

pada kekuatan sendiri untuk menanggung kuk kita. Saat ini terjadi, 

seringkali akibatnya yaitu  kesedihan, rasa putus asa, dan kegagalan. 


393

Karena itu Tuhan Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan 

belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan 

jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu 

enak dan beban-Kupun ringan” (Mat. 11:29-30).

Petani-petani di daerah Palestina dahulu menggunakan kuk yang 

berbentuk salib untuk membajak tanah. Kuk-kuk ini dipasangkan 

kepada sepasang lembu atau keledai sehingga kedua binatang itu dapat 

menanggung beban itu bersama-sama (ref. Ul. 11:10; 2Kor. 6:14). Hari 

ini, Yesus menawarkan kuk-Nya kepada kita, yang Ia tanggung bersama-

sama kita. Ia menjanjikan kuk yang ringan dan mudah, dan kita akan 

mendapatkan ketenangan. Apakah kuk ini? Yaitu perintah-perintah-

Nya: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti 

perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1Yoh. 

5:3). Jadi apabila kita berjalan dengan Dia untuk memegang perintah-

perintah-Nya, Ia akan menguatkan kita saat kita lemah (Ibr. 4:15-16).

Tidak mengherankan apabila Paulus berseru, “Aku, manusia 

celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 

Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, Jadi dengan akal 

budiku aku melayani hukum Allah, namun  dengan tubuh insaniku aku 

melayani hukum dosa” (Rm. 7:24-25). Saat ia mengandalkan dirinya 

sendiri, ia tidak dapat mengalahkan dosa; namun  saat ia percaya di 

dalam Tuhan Yesus, ia dibebaskan. Karena itu, saat kita lemah, kita 

harus mencontoh Paulus, seperti Ia mencontoh Kristus (1Kor. 11:1), 

sehingga kita dapat memperoleh kemenangan.

D. Bersandar pada Tuhan saat kita lemah

Paulus menceritakan tentang kelemahannya dengan cara ini:

namun  jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, 

sebab justru dal


Related Posts:

  • Doktrin roh kudus 11 ma baptisan Roh Kudus. Tentu ada alasan yang masuk akal mengapa murid-murid di Efesus belum menerima Roh Kudus (ref. Kis. 8:18-24). Jadi Paulus bertanya kepada mereka, “Kalau begitu dengan baptisan manaka… Read More