ma baptisan Roh Kudus. Tentu ada alasan yang masuk akal
mengapa murid-murid di Efesus belum menerima Roh Kudus (ref. Kis.
8:18-24). Jadi Paulus bertanya kepada mereka, “Kalau begitu dengan
baptisan manakah kamu telah dibaptis?”
Jawab mereka: “Dengan baptisan Yohanes.”
Sekarang Paulus mengerti. Ia berkata kepada mereka, “Baptisan
Yohanes yaitu pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata
kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang
datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.”
Paulus kemudian membaptis mereka di dalam nama Yesus. Dan
sesudah menumpangkan tangan ke atas mereka, Roh Kudus turun
kepada mereka, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan
bernubuat (Kis. 19:1-7).
358
Catatan bersejarah ini memberitahukan kepada kita bahwa cara
baptisan sangat penting: baptisan air harus dilakukan sesuai dengan
petunjuk Tuhan Yesus dan para rasul. Bila tidak, dosa tidak dapat
diampuni, dan Roh Kudus tidak akan diberikan.
Alkitab mengajarkan cara baptisan air yang benar kepada kita:
(i) Dalam nama Yesus
Baptisan air harus dilakukan di dalam nama Yesus (Kis.
2:38; 8:16; 10:48; 19:5), karena selain dengan nama-Nya,
tidak ada nama lain yang olehnya kita dapat diselamatkan
(Kis. 4:12). Baptisan air di dalam nama Yesus mempunyai
kuasa untuk menghapus dosa (Kis. 10:43; 22:16; 1Yoh.
2:12).
(ii) Kepala tertunduk
Makna baptisan air yaitu dibaptis ke dalam kematian
Tuhan (Rm. 6:3). Karena itu kita harus menundukkan kepala
untuk menunjukkan bahwa kita disatukan dengan Kristus
dalam kematian-Nya (Rm. 6:5; Yoh. 19:30). Sikap ini juga
menunjukkan penyesalan orang berdosa yang memohon
pengampunan dari Allah (Ez. 9:6; Mzm. 38:4; 40:12; Luk.
18:13-14).
(iii) Diselam seluruhnya
Saat baptisan, tubuh kita harus sepenuhnya diselamkan
ke dalam air, untuk menandakan penguburan kita dengan
Kristus (Rm. 6:3-4). Cara baptisan ini dicatat di dalam
Alkitab, antara lain: baptisan Tuhan Yesus (Mat. 3:16);
baptisan yang dilakukan Filipus kepada sida-sida Etiopia
(Kis. 8:36-39); baptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis
di Ainon, di tempat yang “banyak air” (Yoh. 3:23).
(iv) Pembaptis yang memenuhi syarat
Selain cara yang benar, baptisan air juga harus dilakukan
oleh seseorang pembaptis yang memenuhi syarat. Ia
haruslah: (a) telah menerima baptisan air yang benar,
sesuai dengan Alkitab. Akan menjadi hal yang bertentangan
apabila seseorang yang dosa-dosanya sendiri belum
diampuni – dan ia sendiri belum ada di dalam Kristus –
membaptis untuk penghapusan dosa orang lain; (b) telah
menerima baptisan Roh Kudus, untuk menunjukkan bahwa
359
ia diutus oleh Allah (Rm. 10:15; Yoh. 3:34; 20:21-22; Luk.
4:18). Ini karena kuasa untuk mengampuni dosa ada
dalam baptisan Roh Kudus (Yoh. 20:22-23).
12.5.4 Banyak gereja tidak membaptis dengan benar
Hari ini, sebagian besar gereja Kristen mengabaikan cara
membaptis yang benar dan sesuai dengan Alkitab. Praktik-praktik
umum di antaranya membaptis “di dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus; dengan kepala menengadah; dengan percikan air; dan lain-lain.
Semua cara baptisan ini tidak sesuai dengan Alkitab. Hal lainnya yaitu
orang yang melakukan baptisan air tidak sepenuhnya memenuhi syarat
seperti yang telah digariskan oleh Alkitab. Dengan demikian, tidak
ada perbedaan antara baptisan-baptisan ini dengan baptisan Yohanes
Pembaptis, yang hanya dimaksudkan untuk membimbing orang
ke dalam pertobatan. Karena alasan-alasan ini, baptisan-baptisan
seperti itu tidak efektif dalam menghapus dosa, dan karena itu tidak
memungkinkan orang menerima Roh Kudus.
12.6 Penumpangan tangan
Praktik “menumpangkan tangan” mempunyai makna penting di
dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ada
saat-saat tertentu praktik ini selalu dilakukan:
12.6.1 Mempersembahkan korban
Hukum Perjanjian Lama menyatakan bahwa apabila bangsa
Israel mempersembahkan korban bakaran, orang yang memberikan
korban harus menumpangkan tangannya ke atas kepala binatang yang
dikorbankan (Kel. 29:10-14; Im. 1:3-4). Tindakan ini yaitu sebuah
ungkapan kesatuan antara orang yang mempersembahkan korban
dengan binatang yang dipersembahkan. Ini menandakan: a) dosa-
dosa orang yang mempersembahkan korban akan ditanggung oleh
si binatang persembahan; b) Binatang itu akan mati menggantikan
dirinya.
360
12.6.2 Pemberian berkat
Di dalam Alkitab, catatan pertama penumpangan tangan untuk
tujuan memberkati berkaitan dengan Yakub. Ia menumpangkan
tangannya untuk memberkati dua anak Yusuf, Efraim dan Manasye
(Kej. 48:8-20). Di dalam Perjanjian Baru, kita melihat Yesus memberkati
anak-anak (Mat. 19:13-15; Mrk. 10:13-16).
12.6.3 Menyembuhkan orang sakit
Sebelum Ia naik ke surga, Yesus berkata kepada murid-murid-
Nya, “Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan
orang itu akan sembuh” (Mrk. 16:18). Penumpangan tangan dapat
menyembuhkan orang sakit, karena menyampaikan dua hal: kesatuan
dan pemberkatan. Penumpangan tangan membuat seorang hamba
Tuhan menyampaikan kuasa kesembuhan kepada orang yang sakit,
dan sekaligus memberkatinya. Catatan pelayanan Yesus di Perjanjian
Baru memperlihatkan kepada kita bahwa Ia menyembuhkan banyak
orang sakit dengan cara ini (Mrk. 6:5; 8:22-25; Luk. 4:40; 13:10-13).
saat Paulus terdampar di Pulau Malta, ia juga menyembuhkan ayah
Publius, gubernur Pulau Malta yang sakit demam dan disentri, dengan
penumpangan tangan (Kis. 28:7-8).
12.6.4 Membagikan karunia-karunia rohani
Penumpangan tangan juga mempunyai kuasa untuk membagikan
karunia rohani. Musa menumpangkan tangan kepada penerusnya,
Yosua, yang kemudian dipenuhi dengan hikmat dan karunia memimpin,
sehingga ia dapat memimpin bangsa Israel (Ul. 34:9). Melalui
pengilhaman nubuat, Paulus dan para penatua menumpangkan tangan
mereka ke atas Timotius, sehingga ia menerima karunia-karunia rohani
untuk tugas penginjilan (1Tim. 4:14; 2Tim. 1:6-7).
361
12.6.5 Sakramen
Penumpangan tangan juga dilihat sebagai sakramen (Ibr. 6:2).
Alkitab mengajarkan kita untuk melakukannya dengan hikmat dan
tidak sembarangan (1Tim. 5:22). Contoh-contoh dalam Alkitab antara
lain:
(i) Menahbiskan hamba Tuhan
Dalam Perjanjian Lama, Musa meminta agar Allah
menunjuk seseorang untuk mengepalai bangsa Israel agar
mereka “jangan hendaknya seperti domba-domba yang
tidak mempunyai gembala” (Bil. 27:17). Maka Allah berkata
kepada Musa, “Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang
penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya… dan berilah
dia sebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat
Israel mendengarkan dia” (Bil. 27:18, 20). Musa melakukan
seperti yang diperintahkan Allah dan menahbiskan Yosua
di hadapan bangsa Israel melalui penumpangan tangan
(Bil. 27:15-23).
Di dalam Perjanjian Baru, saat orang-orang Yahudi warga-
negara Yunani (Helenis) mengeluh karena orang-orang
Yahudi karena para janda mereka diabaikan pada pelayanan
sehari-hari, para rasul mengatakan kepada murid-murid
untuk memilih tujuh orang yang terkenal baik, penuh Roh
dan hikmat. Murid-murid melakukannya dan memilih
mereka melalui penumpangan tangan (Kis. 6:1-6).
(ii) Mengutus pekerja
Di dalam gereja para rasul, pertama-tama pekerja harus
menerima penumpangan tangan sebelum diutus untuk
mengabarkan injil. Kisah Para Rasul mencatat: “Pada
suatu hari saat mereka beribadah kepada Tuhan dan
berpuasa, berkatalah Roh Kudus: "Khususkanlah Barnabas
dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan
bagi mereka." Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan
sesudah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka
membiarkan keduanya pergi” (Kis. 13:2-3).
362
12.6.6 Berdoa memohon Roh Kudus
Di dalam baptisan Roh Kudus, penumpangan tangan juga
merupakan hal yang penting. Alkitab mengatakan, pada saat masa
hujan awal, orang-orang percaya seringkali menerima Roh Kudus
melalui doa dan penumpangan tangan. Kita melihat contoh-contoh
dari:
(i) Orang-orang percaya di Samaria
sesudah Stefanus mati sebagai martir, gereja Yerusalem
mengalami penganiayaan besar. Murid-murid terpencar di
seluruh daerah Yudea dan Samaria. Pada masa inilah Filipus
pergi ke Samaria untuk mengabarkan injil dengan berani,
melakukan banyak tanda dan mujizat. saat para rasul di
Yerusalem mendengar bahwa orang-orang Samaria telah
menerima injil Allah melalui Filipus, mereka mengutus
Petrus dan Yohanes ke sana. saat para rasul berdoa bagi
mereka dan menumpangkan tangan ke atas orang-orang
percaya di Samaria, dengan segera mereka menerima Roh
Kudus (Kis. 8:1-17).
(ii) Saulus
Pada awalnya, Saulus menentang injil dan menganiaya
gereja (Fil. 3:6; ref. Yoh. 16:2-3). Ia mendapatkan surat dari
imam besar yang memberinya wewenang untuk menangkap
orang-orang Kristen di Damsyik dan membawa mereka ke
Yerusalem. Di tengah jalan, Tuhan Yesus menampakkan
diri kepadanya dan memilihnya untuk menjadi rasul bagi
bangsa-bangsa bukan Yahudi. Di saat yang sama Yesus
menampakkan diri kepada Ananias untuk pergi kepada
Saulus. saat Ananias menemukannya, ia menumpangkan
tangan ke atas kepala Saulus dan berkata, “Saulus, saudaraku,
Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di
jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu,
supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh
Kudus” (Kis. 9:17). Pada saat itulah Saulus menerima Roh
Kudus dan kemudian bangkit untuk dibaptis dengan air.
(iii) Murid-murid di Efesus
saat Paulus pergi ke Efesus, ia bertemu dengan murid-
murid yang hanya menerima baptisan Yohanes, dan belum
363
menerima Roh Kudus. Segera Paulus membaptis ulang
mereka di dalam nama Yesus dan menumpangkan tangan
ke atas mereka. Roh Kudus dengan segera turun kepada
mereka, dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa roh
dan bernubuat (Kis. 19:1-6).
Semua kejadian di atas memberitahukan kita bahwa orang-orang
Kristen di masa awal seringkali menerima Roh Kudus melalui doa dan
penumpangan tangan. Hari ini kita dapat melihat karunia yang sama
di Gereja Yesus Sejati.
12.7 Miskin di hadapan Allah
Menerima Roh Kudus yaitu syarat yang tak dapat dilewatkan
untuk dapat masuk ke dalam kerajaan surga (Yoh. 3:5; Ef. 1:14). Tuhan
Yesus mengajarkan kita mengenai sikap yang benar untuk mencari
kerajaan ini: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3).
Miskin di hadapan Allah yaitu bersikap rendah hati dan
sepenuhnya mengosongkan diri kita, untuk memberikan ruang bagi
Roh Kudus untuk memenuhi diri kita dan menuntun kehidupan kita.
Patut kita perhatikan, seringkali anak-anaklah yang menerima Roh
Kudus lebih mudah dan cepat. Ini sungguh mengingatkan kita akan
pesan Tuhan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 18:3).
12.7.1 Gereja-gereja di Laodikia dan Smirna
Di dalam kitab Wahyu, kita melihat bahwa jemaat gereja di
Laodikia menganggap diri mereka kaya dan tidak kekurangan apa-apa,
tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya, “melarat, dan malang,
miskin, buta dan telanjang” (Why. 3:17). Kata-kata ini menjelaskan
keadaan beberapa gereja pada hari ini, yang: tidak mempunyai
kebenaran, namun mengira mereka mempunyainya – karena itu mereka
miskin; tidak mempunyai Roh Kudus, namun menyatakan bahwa
mereka mempunyainya – buta; mengira diri mereka kudus, namun
364
sebenarnya tidak – telanjang. Maka Tuhan berkata kepada mereka:
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang
yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku” (Why. 3:20).
Berbeda dengan Gereja Laodikia, kita mengetahui keadaan
gereja di Smirna saat Tuhan berkata, “Aku tahu kesusahanmu
dan kemiskinanmu—namun engkau kaya” (Why. 2:9). Kita harus
meneladani contoh gereja ini, miskin di hadapan Allah sehingga kita
kaya di mata Allah.
12.7.2 Meninggalkan ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan
kebenaran
Hari ini banyak orang Kristen mempermasalahkan bahasa
roh, menyatakan bahwa baptisan Roh Kudus tidak harus disertai
dengan bahasa roh. Ada juga orang-orang yang bersikeras bahwa
orang menerima Roh Kudus saat ia menjadi percaya kepada Kristus.
Yang lain menyatakan bahwa Roh Kudus telah masuk ke dalam hati
setiap orang percaya sejak hari Pentakosta. Keyakinan-keyakinan ini
menghalangi orang menerima Roh Kudus. Seperti sebuah perabot yang
harus dikosongkan terlebih dahulu dari isinya yang lama sebelum diisi
dengan yang baru, kita harus mengosongkan ajaran-ajaran Alkitab
yang keliru sebelum Roh Kudus dapat memenuhi hati kita.
Dari catatan mengenai murid-murid di Efesus dalam Kisah
Para Rasul 19, kita melihat contoh orang-orang yang merendahkan
diri dengan mengesampingkan pengertian injil mereka yang tidak
sempurna. Paulus bertanya kepada mereka tanpa basa-basi: “Sudahkah
kamu menerima Roh Kudus, saat kamu menjadi percaya?”
Mereka menjawab dengan terus terang, “Belum, bahkan kami
belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus” (Kis. 19:2).
Maka Paulus menyadari mengapa mereka belum menerima Roh
Kudus, yaitu karena mereka hanya menerima baptisan pertobatan
Yohanes. Karena itu, dia membaptis mereka lagi di dalam nama Yesus
(Kis. 19:3-5).
Sebagian orang Kristen menentang bentuk baptisan ulang apa
pun, karena berasalan bahwa karena baptisan air menandakan
365
kematian, penguburan dan kebangkitan kita dengan Tuhan, kita
hanya dapat dibaptis satu kali seumur hidup. Mereka tidak menyadari
apabila baptisan itu tidak dilakukan sesuai dengan Alkitab, sakramen
itu tidak dapat menghapus dosa-dosa kita, dan sama saja dengan tidak
dibaptis sama sekali. Pentingnya baptisan air yang benar tampak jelas
dari tindakan Paulus membaptis ulang orang-orang percaya di Efesus:
saat kemudian ia menumpangkan tangan ke atas mereka, mereka
menerima Roh Kudus dan berbahasa roh (Kis. 19:6).
12.8 Kekudusan
Kekudusan yaitu syarat penting lain untuk menerima Roh
Kudus. Tuhan Yesus mengajarkan kita, “Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8). Allah itu kudus,
dan tanpa kekudusan, orang tidak dapat melihat-Nya (1Ptr. 1:15-16;
Ibr. 12:14) atau menerima karunia-Nya (Mzm. 73:1). Ia telah memilih
kita dari antara bangsa-bangsa dan memisahkan kita untuk menjadi
umat yang kudus. Karena itu Ia mengharapkan kita dikuduskan dan
suci (1Tes. 4:3-7).
Kita melihat Allah senantiasa menuntut kekudusan dari umat-
Nya, karena di masa Perjanjian Lama, Ia telah menetapkan agar bangsa
Israel harus menjaga diri mereka tetap kudus dengan memegang
ketetapan dan perintah-Nya (Im. 1:3-4; 11:44-47; Yer. 4:4; 9:25).
Alkitab mengajarkan kita: “Jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23).
Allah memerintahkan umat pilihan-Nya di Perjanjian Lama untuk
melakukan ini melalui tindakan sunat, memperingatkan bahwa
mereka akan dihukum apabila tidak disunat (Yer. 4:4; 9:25). Di dalam
Perjanjian Baru, sunat yang sejati tidak lagi berupa tindakan fisik yang
ada di luar, namun menjadi keadaan rohani yang berhubungan dengan
hati kita (Rm. 2:27-29). Sayangnya orang-orang Farisi di masa Yesus
mengabaikan hal ini dan menekankan kekudusan yang tampak dari
luar saja, dan menelantarkan kekudusan hati mereka. Mereka lebih
mementingkan upacara-upacara agama, seperti membasuh tangan
sebelum makan, dan mengecam Yesus dan murid-murid-Nya yang
makan tanpa mencuci tangannya. Yesus menegur sikap mereka yang
salah dengan berkata, “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan
bagian luar dari cawan dan pinggan, namun bagian dalammu penuh
rampasan dan kejahatan” (Luk. 11:39). Jadi kekudusan berasal dari
366
hati yang murni; dan ini yaitu tujuan sesungguhnya di balik segala
hukum Allah.
Patut disebutkan bahwa mempunyai hati yang murni tidak selalu
berarti kita harus mencapai tingkat kekudusan yang sempurna, atau
benar-benar kudus. Namun ini yaitu cara hidup, yang di dalamnya
kita senantiasa berusaha untuk hidup kudus. Tersirat sebuah tuntutan
di dalamnya agar kita bertobat dengan sepenuh hati apabila kita
melakukan dosa. Kita semua manusia, dan tidak ada orang yang
sempurna kecuali Allah (Mat. 19:17; Rm. 3:9-12). Jadi yang penting
yaitu mengejar kekudusan, dan segera bertobat saat melakukan
pelanggaran.
Kita dapat belajar dari banyak contoh di Alkitab. Ayub duduk
dalam debu dan abu untuk bertobat dan akhirnya dapat melihat Allah
dengan mata kepalanya sendiri, dan mendapat kesembuhan (Ayb.
42:5-6, 10). Zakheus, seorang pemungut cukai, bertobat di hadapan
Yesus, sehingga diampuni dan diselamatkan (Luk. 19:1-10).
Allah murah hati dan baik. Ia mau menyertai mereka yang remuk
dan rendah hati, dan yang memegang Firman-Nya (Mzm. 103:8-9; Yes.
57:15; 66:2). Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa pengorbanan
yang Ia kehendaki yaitu jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk
(Mzm. 51:17). Karena itu kita perlu terus-menerus memeriksa diri
kita, meminta kepada Allah untuk menyelidiki hati kita, dan bertobat
dari setiap kesalahan (Rat. 3:40; Mzm. 139:23-24).
Di masa Raja Salomo, Allah berjanji kepada bangsa Israel:
“Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak
mencurahkan isi hatiku kepadamu” (Ams. 1:23). Hari ini, di masa hujan
akhir, siapa saja yang mendengar teguran Allah dan berbalik kepada-
Nya, akan menerima karunia Roh Kudus. Kita harus terilhamkan
oleh doa Daud: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-
Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku
dari dosaku… Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah
batinku dengan roh yang teguh!” (Mzm. 51:1, 10)
367
12.9 Iman dan ketekunan
12.9.1 Iman
Allah menyukai orang yang beriman dan memberkati mereka
dengan menjawab doa-doa mereka: “namun tanpa iman tidak mungkin
orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada
Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi
upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6).
Penulis Kitab Ibrani menjelaskan bahwa iman yaitu “dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Yesus juga mengajarkan, “apa saja yang
kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu” (Mrk. 11:24).
12.9.2 Allah yang tidak kelihatan
Hari ini ada banyak orang sulit percaya kepada Allah, karena
mereka tidak dapat melihat-Nya. Alkitab memang mengajarkan: “Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah” (Yoh. 1:18; ref. Yoh. 4:24).
Namun manusia tidak dapat menyangkal keberadaan-Nya, seperti
yang ditunjukkan Paulus: “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-
Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak
kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka
tidak dapat berdalih” (Rm. 1:20). Percaya akan adanya Allah yaitu
langkah pertama dalam perjalanan iman kita, dan dengan iman, jarak
antara Allah dengan kita akan berkurang seiring berjalannya waktu.
Iman kita juga tumbuh apabila kita memegang erat pengajaran-
pengajaran Alkitab tentang kasih Allah yang tidak berkesudahan,
kemahakuasaan-Nya, dan kesetiaan-Nya. Alkitab mengajarkan:
• Allah itu kasih (1Yoh. 4:8). Bukti kasih-Nya yaitu
kedatangan-Nya sebagai manusia untuk menyerahkan
nyawa-Nya demi kita, dan menyelamatkan kita dari maut
dan masuk ke dalam kehidupan (Yoh. 3:16; Rm. 5:7-8).
Dengan menyadari hal ini, kita dapat merasa yakin bahwa
Ia tidak menahan hal apa pun juga untuk kita (Rm. 8:32).
• Allah itu maha kuasa (Kej. 17:1) dan segala hal menjadi
mungkin melalui Dia (Mat. 19:26). Alkitab berkata: “Oleh
368
firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-
Nya segala tentaranya” (Mzm. 33:6). Jadi tidak ada hal yang
mustahil Dia lakukan demi kita (Kej. 18:14).
• Allah itu setia (Ul. 7:9). Bahkan saat kita tidak setia, Ia tetap
setia, karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri
(2Tim. 2:13). Allah berjanji melalui Yesus bahwa apa pun
yang kita minta dengan iman, kita akan menerimanya (Mat.
21: 22). Jadi kita harus percaya bahwa Ia akan menjawab
doa-doa kita.
12.9.3 Orang-orang beriman
Dari Alkitab, kita mengetahui ada dua orang yang memperlihatkan
iman yang luar biasa kepada Yesus. Pertama, ada seorang perempuan
yang menderita pendarahan selama dua belas tahun. Ia mendekati Yesus
dan menjamah jubah-Nya, percaya bahwa ia dapat sembuh dengan
melakukannya. Perempuan itu tidak pergi dengan tangan hampa,
karena pendarahannya langsung berhenti. Yesus berkata kepadanya,
“Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan
selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (Mrk. 5:34). Kedua, kita
membaca tentang seorang pegawai istana yang anaknya sakit dan
sekarat. Ia memohon kepada Yesus untuk pergi bersamanya. Pada saat
yang genting itu, Yesus memutuskan untuk tidak menyertai dia, namun
hanya berkata, “Pergilah, anakmu hidup!” (Yoh. 4:50). Pegawai istana
itu percaya dengan perkataan Yesus dan kembali ke rumahnya dengan
iman. Berkat dicurahkan kepadanya, karena hambanya menemui dia
di tengah jalan dan mengatakan bahwa anaknya telah sembuh.
12.9.4 Ajaran-ajaran palsu
Di masa para rasul, ada guru-guru palsu yang menyatakan bahwa
kebangkitan yaitu hal di masa lampau. Pengajaran mereka menyebar
seperti virus yang menghancurkan iman banyak orang (2Tim. 2:17-18;
1Kor. 15:12-22). Keadaan serupa dapat ditemukan dalam Kekristenan
pada hari ini. Banyak pemimpin gereja menyatakan bahwa Pentakosta
telah berlalu. Yang lain berpendapat bahwa Roh Kudus turun satu kali
untuk selamanya di hari Pentakosta, dan sejak hari itu Ia terus menyertai
orang-orang Kristen. Seperti ajaran-ajaran palsu di masa para rasul,
ajaran-ajaran ini telah meresap ke dalam Kekristenan, mengacaukan
369
iman banyak orang dan menghalangi mereka mengalami baptisan Roh
Kudus.
Kita perlu memahami bahwa hari Pentakosta yang asli memang
telah menjadi bagian dalam sejarah, namun Pentakosta-Pentakosta
serupa bermunculan sejak hari itu karena Roh Kudus terus dicurahkan
dengan penuh kuasa kepada umat percaya. Paulus berkata, “Di dalam
Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga
oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Gal. 3:14).
Perkataannya memberitahukan bahwa Roh Kudus yang Allah janjikan
pasti akan dicurahkan kepada semua orang yang mencari Dia dengan
iman. Ini terlihat di masa hujan awal, dan terus terjadi di masa hujan
akhir. Kita tidak boleh meragukan firman Allah.
12.9.5 Di mana kita harus berdoa?
Yesus mengajarkan: “namun jika engkau berdoa, masuklah ke
dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu
yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6:6). Bila kita
melihat ayat ini secara hurufiah, ini berarti kita harus mencari tempat
yang tenang untuk berdoa – tempat kita dapat memusatkan perhatian
dan tidak terganggu. Namun ini juga menandakan perlunya memasuki
ruangan di dalam hati kita, tempat kita dapat berkomunikasi dengan
Allah dengan tulus dan sungguh-sungguh.
Pergi ke tempat yang tenang untuk berdoa yaitu kebiasaan
yang baik. Namun keadaan hati kita juga penting. Apabila seseorang
tidak dapat memusatkan perhatian dan membiarkan pikirannya
mengembara, ruangan paling sunyi sekalipun tidak akan berhasil
membantu kita memanjatkan doa yang efektif. Sebaliknya, seseorang
yang berdoa di tempat umum namun melakukannya dengan sepenuh
hati, dapat melakukan doa yang menyenangkan hati Allah. Yesus juga
mengajarkan kita pentingnya ketulusan, dan memperingatkan agar
tidak mencontoh orang-orang munafik yang senang berdoa dengan
berdiri di dalam rumah ibadah dan di sudut jalan, agar mereka dapat
dilihat orang lain (Mat. 6:5).
Yesus seringkali menyingkir dari kota dan kerumunan untuk
berdoa di tempat-tempat yang tenang dan damai – kadang-kadang
di gunung yang tinggi (Mat. 14:23; Luk. 6:12; 9:28) atau di padang
370
belantara (Mat. 4:1-2; Mrk. 1:35; Luk. 5:16). Pada saat Ia berada di
Taman Getsemani, Ia memisahkan Diri-Nya dari murid-murid-Nya
untuk berdoa di kejauhan dan seorang diri (Mat. 26:36-40; Luk. 22:39-
41). namun ini bukan satu-satunya cara-Nya berdoa – kita juga melihat
dalam beberapa kesempatan, Yesus berdoa di hadapan banyak orang
(Luk. 3:21; 11:1; Yoh. 11:41-43; 12:27-29). Ia juga memperlihatkan
khasiat doa syafaat (Mat. 18:19-20) dan mengajarkan agar rumah-Nya
harus menjadi “rumah doa bagi segala bangsa” (Mrk. 11:17).
Di masa gereja mula-mula, ada tempat-tempat yang biasa
digunakan untuk berdoa (Kis. 10:9; 16:13) dan tempat-tempat lain
yang dipilih oleh orang-orang percaya secara spontan (Kis. 21:5;
27:35). Tidak mengherankan, Paulus mengajarkan kita untuk berdoa
“di mana-mana” (1Tim. 2:8), menunjukkan bahwa tempat kita berdoa
bukanlah hal yang penting, namun yang penting yaitu berdoa di dalam
roh dan di dalam kebenaran (Yoh. 4:24).
12.9.6 Mencari Roh Kudus dengan segenap hati
Dalam Perjanjian Lama, Allah berbicara kepada umat-Nya yang
ada dalam pembuangan di Babel melalui Nabi Yeremia: “Dan apabila
kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku
akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan
menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap
hati” (Yer. 29:12-13). Kata-kata ini mengingatkan agar kita mencari
Allah dengan sungguh-sungguh dan giat. Tanpa Roh Kudus, kita
menjadi seperti orang-orang dalam pembuangan yang tidak mampu
mengalahkan dosa, karena walaupun roh kita penurut, namun tubuh
kita lemah (Rm. 7:14-24; Mat. 26:41). Kita memberikan kuasa kepada
kita yang melalui-Nya kita dibebaskan dari kuasa dosa dan maut (Rm.
8:1-2, 13; Gal. 5:16). Kita dapat menemukan-Nya apabila kita berusaha
keras memanggil-Nya dengan sepenuh hati.
12.10 Ketekunan dalam doa
Ketekunan yaitu kunci keberhasilan doa. Di Kitab Roma, Paulus
mendorong gereja untuk “bertekun[lah] dalam doa” (Rm. 12:12). Di
dalam Alkitab bahasa Inggris, Paulus menggunakan kata kerja “continue
– terus”, yang diterjemahkan dari bahasa Yunani proskartereo dan
371
mempunyai beberapa arti, seperti “menantikan”, “menunggu di suatu
tempat”, “meneruskan dengan setia bersama seseorang”, dan “dengan
setia bergantung pada seseorang”2.
12.10.1 Contoh-contoh ketekunan
Ada banyak orang dari berbagai periode dalam sejarah yang
menunjukkan sikap ketekunan di dalam doa dan karenanya
mendapatkan berkat. Mereka menjadi teladan-teladan yang baik untuk
kita. Di antaranya yaitu :
(i) Abraham
saat Abraham mendekati usia 100 tahun, ia menganggap
dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi ayah atas banyak
bangsa, dan begitu juga istrinya telah terlalu tua untuk
dapat melahirkan anak (Kej. 17:17). Namun ia percaya
dengan janji Allah, menunggu dengan sabar dan tanpa ragu,
hingga akhirnya ia menerimanya (Rm. 4:19-21; Ibr. 6:15).
(ii) Yakub
Saat ia kembali dari Haran, Yakub bergumul dengan Allah di
Pniel sepanjang malam. Yakub tidak bersedia melepaskan-
Nya sampai Ia memberkatinya. Pada saat itu bukannya
Allah tidak dapat menang – Allah sangat tersentuh dengan
keteguhan Yakub sehingga Ia memilih untuk tidak menang,
dan mengabulkan permintaan Yakub (Kej. 32:24-30).
(iii) Elia
Di masa pemerintahan Raja Ahab, terjadi kekeringan dan
kelaparan di negeri Israel yang berlangsung selama tiga
setengah tahun (Luk. 4:25). Elia pergi ke Gunung Karmel
untuk berdoa memohon hujan, berlutut dan berdoa tujuh
kali. Allah menjawab doanya: angin mulai berhembus,
dan langit penuh dengan awan hujan yang kemudian
mencurahkan hujan ke atas bumi yang kering (1Raj. 18:41-
45; Yak. 5:17-18).
(iv) Perempuan Kanaan
Seorang perempuan Kanaan yang anaknya dirasuki setan
datang ke hadapan Yesus untuk memohon pertolongan.
372
Awalnya Yesus tidak berkata apa-apa. saat Ia menjawab,
Ia berkata, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel” (Mat. 15:24) dan juga menambahkan,
“Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-
anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat. 15:26).
Yesus menolak permohonannya sebanyak tiga kali, namun
perempuan Kanaan ini tidak menyerah. Dengan rendah
hati ia menjawab, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Mat. 15:27).
Yesus kagum dan memuji imannya, dan memulihkan
anaknya.
(v) Teman-teman orang lumpuh
saat Yesus sedang mengajar di sebuah rumah di
Kapernaum, empat orang membawa orang lumpuh dan
mencari Dia. Mereka tidak dapat mendekati Yesus karena
terhalang oleh kerumunan orang banyak, namun mereka
tidak menyerah. Kegigihan mereka terlihat saat mereka
memanjat atap rumah untuk membuka jalan agar dapat
menurunkan si orang lumpuh. Saat Yesus melihat iman
mereka, Ia tergerak untuk mengampuni dosa-dosa si orang
lumpuh dan menyembuhkannya (Mrk. 2:1-12).
(vi) Gereja mula-mula
Pada saat Raja Herodes menganiaya gereja mula-mula
dengan sangat keras, ia memenjarakan Petrus dengan cara
yang paling ketat, memerintahkan agar Petrus dibelenggu
dengan rantai, dijaga oleh dua penjaga, dan empat pasukan
di sisi lain pintu penjara. Gereja bersatu dalam doa
memohon keselamatan Petrus. Allah menjawabnya dengan
mengutus seorang malaikat untuk menyelamatkan Petrus
(Kis. 12:4-19).
12.10.2 Janda yang tidak menyerah
Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang mendorong
kita untuk berdoa dengan tekun dan tidak jemu-jemu, dan tidak pernah
menyerah. Ia berkata, "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang
tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota
373
itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata:
Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu
menolak. namun kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku
tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun
karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia,
supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” (Luk.
18:1-5). Di sini Yesus menunjukkan bahwa hakim yang tidak adil dan
lalim ini membenarkannya karena si janda tidak jemu-jemu terus
meminta. Ia mengingatkan kepada kita bahwa Bapa kita surgawi yang
baik dan berbelas kasihan, tentu akan menjawab doa anak-anak yang
Ia kasihi, apabila mereka berdoa dengan tekun dan dengan iman.
12.10.3 Kehidupan doa Yesus
Selain mengajarkan kita berdoa, melalui teladan pribadi Yesus
juga menunjukkan bagaimana hidup dengan penuh doa:
• Ia berpuasa dan berdoa selama empat puluh hari dan
empat puluh malam untuk memohon kuasa dari atas,
agar Ia dapat memenuhi tugas yang dipercayakan kepada-
Nya oleh Allah Bapa. Ia dipenuhi dengan Roh Kudus dan
mendapatkan kuasa untuk menghadapi cobaan Iblis, dan
memulai pelayanan-Nya (Luk. 4:1-15).
• Ia sering berdoa semalaman untuk memohon kepada Bapa
untuk terus menolongnya dalam pelayanan-Nya (Mrk. 1:35;
Mat. 14:23, 25; Luk. 6:12-13). Karena itu Ia senantiasa
dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus, sehingga Ia dapat
menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan
(Mrk. 5:30; Luk. 5:17; 6:19; Kis. 10:38).
• Di malam Ia akan ditangkap, Yesus berdoa tiga kali di Taman
Getsemani. Di saat genting itu, Ia sangat membutuhkan
kekuatan dan kuasa dari Bapa surgawi untuk menjalankan
rencana keselamatan di kayu salib. Walaupun malaikat-
malaikat datang untuk menguatkan-Nya, Ia terus
berdoa, memohon kepada Allah dengan air mata. Alkitab
menjelaskan bahwa keringat-Nya yang jatuh ke tanah
yaitu seperti tetesan darah. Karena doa-Nya yang sangat
tekun, Yesus dapat menghadapi maut di kayu salib dan
akhirnya bangkit dalam kemuliaan (Mat. 26:36-44; Luk.
22:41-44; Ibr. 5:7; Kis. 2:24).
374
12.10.4 Senantiasa berdoa memohon Roh Kudus
Ketekunan dalam doa sangat penting penting saat kita memohon
Roh Kudus, yang kita butuhkan untuk mendapatkan keselamatan.
Yesus menceritakan dua perumpamaan mengenai hal ini, dan keduanya
dicatat di kitab Lukas pasal 11. Perumpamaan pertama menceritakan
tentang seseorang yang mempunyai permintaan mendesak kepada
seorang teman di tengah malam (ayat 5-8). Perumpamaan kedua
menceritakan seorang ayah yang penuh kasih, yang memberikan
yang terbaik untuk menjawab permintaan anaknya (ayat 11-12). Di
ayat 13, Yesus menyimpulkannya dengan mengajarkan bahwa sama
seperti permintaan orang-orang yang dijawab itu, begitu juga Allah
akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang berdoa kepada-Nya
dengan hati yang sama.
Kepada murid-murid-Nya, Yesus, “melarang mereka meninggalkan
Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji
Bapa, yang — demikian kata-Nya — "telah kamu dengar dari pada-Ku.
Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun tidak lama lagi kamu akan
dibaptis dengan Roh Kudus."” (Kis. 1:4-5). Yesus juga berkata, “Dan Aku
akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. namun kamu
harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan
kekuasaan dari tempat tinggi.” (Luk. 24:49). Yesus meminta kepada
mereka untuk menunggu waktu yang telah ditentukan Allah dengan
kesabaran dan pengharapan. Dan benar, sesudah Yesus naik ke surge,
murid-murid diam bersama-sama di Yerusalem dan “bertekun dengan
sehati dalam doa bersama-sama” (Kis. 1:14). Pada akhirnya, di hari
Pentakosta, penantian mereka usai: mereka mendengar suara dari
surga seperti angin yang berhembus, dan mereka dipenuhi dengan
Roh Kudus (Kis. 2:1-4).
sesudah Saulus dipilih oleh Tuhan di tengah perjalanannya menuju
Damsyik, ia berpuasa tiga hari dan tiga malam, dan selama itu ia berdoa
kepada Allah. saat waktunya tiba, Tuhan mengutus Ananias untuk
menumpangkan tangan ke atas dirinya, sehingga ia dipenuhi dengan
Roh Kudus (Kis. 9:8-19).
375
12.10.5 Haus akan Roh Kudus
Penatua Yohanes mengajarkan bahwa saat kita berdoa memohon
baptisan Roh Kudus, kita harus melakukannya dengan rasa haus rohani
yang murni (Yoh. 4:10, 13, 14).
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri
dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan
minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh
Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum
dimuliakan.
Yohanes 7:37-39
Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa
yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa
yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah
ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!
Wahyu 22:17
Kita perlu belajar dari peringatan Allah kepada jemaat di Laodikia,
dan tidak merasa puas diri (Why. 3:14-17). Doa-doa kita harus
mencerminkan kerinduan kepada Allah yang sungguh-sungguh. Hati
kita haruslah seperti seorang pemazmur yang menginginkan Allah
seperti seekor rusa merindukan sungai (Mzm. 42:1). Bila kita berdoa
dengan sikap ini, Roh Kudus akan mengalir melalui hati kita.
12.11 Memegang perintah Allah
Sebagai orang Kristen, kita menunjukkan kasih kita kepada
Tuhan dengan memegang perintah-perintah-Nya. Kita tidak dapat
berkata kita mengasihi Allah bila kita melawan perintah-Nya. Begitu
juga, memegang perintah Allah yaitu syarat untuk menerima Roh
Kudus. Yesus mengajarkan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia
akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh. 14:15-16). Yesus juga berkata,
“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang
mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh
376
Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-
Ku kepadanya… Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-
Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya
dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh. 14:21, 23).
12.11.1 Beribadah saja tidak cukup
Dalam Perjanjian Lama, Allah menegur bangsa Israel melalui Nabi
Yesaya dan berkata, walaupun mereka mempersembahkan banyak
korban bakaran, Ia tidak berkenan kepada mereka. Malah, Allah tidak
sudi melihat ibadah mereka dan tidak mau mendengar doa-doa mereka
yang dipanjatkan dengan tangan terbuka. Masalahnya ada pada tangan-
tangan mereka yang penuh dengan kekerasan dan perbuatan yang
jahat. Allah menegur bahwa mereka hanya menghormati-Nya dengan
mulut saja, sementara hati mereka jauh dari Dia. Ia memperingatkan
mereka, apabila mereka tidak berhenti melakukan kejahatan dan mulai
belajar melakukan hal yang baik, mengejar keadilan dan membebaskan
orang-orang yang tertindas, Ia tidak akan diam dekat dengan mereka
(Yes. 1:10-17; 29:13). Dari sini kita mendapatkan pengajaran, apabila
kita memohon Roh Kudus namun kita hidup di dalam dosa, tidak peduli
betapa seriusnya kita berdoa, Ia tidak akan menjawabnya.
12.11.2 Perintah untuk saling mengasihi
Salah satu perintah paling penting yang Yesus ajarkan yaitu
saling mengasihi, seperti Ia mengasihi kita (Yoh. 13:34; 15:12-14). Sama
seperti Yesus yang menyerahkan nyawa-Nya demi kita, sepatutnya kita
juga bersedia menyerahkan nyawa kita demi saudara-saudari seiman
di dalam Kristus (1Yoh. 3:16). Contohnya, apabila kita mengasihi
dan memperhatikan mereka di masa suka maupun duka, kita telah
menunjukkan kasih kita kepada Tuhan Yesus (Kol. 1:24; 12:25-27).
Kita melihat kebenaran ini dari perkataan Yesus kepada Saulus,
yang sedang menganiaya orang Kristen. Dia berkata, “Saulus, Saulus,
mengapakah engkau menganiaya Aku?”
Saulus menjawab, “Siapakah Engkau, Tuhan?”
Tuhan menjawab, “Akulah Yesus, yang kau aniaya itu” (Kis 9:1-5).
377
Perkataan ini menunjukkan bahwa apa pun yang kita perbuat
untuk saudara-saudara seiman kita, maka kita melakukannya untuk
Tuhan.
Mengasihi satu sama lain yaitu gaya hidup orang Kristen (Yoh.
13:34-35): dengan melakukannya, kita menunjukkan kepada dunia
bahwa kita yaitu murid-murid Yesus. Kasih yaitu penggenapan
segala Hukum Taurat dan pengajaran para nabi (Mat. 22:39-40;
Gal. 5:14). Jadi ia yang mengasihi tetangganya, telah memenuhi
Hukum Taurat. Kita harus senantiasa hidup dengan sedemikian rupa
sehingga kita merasa berhutang kasih kepada orang lain, dan mencari
kesempatan untuk melunasi hutang itu (Rm. 13:8).
Penatua Yohanes mengajarkan bahwa orang yang tidak dapat
mengasihi saudara-saudari seimannya, tidak dapat menyatakan dirinya
mengasihi Allah. Ia berkata, “Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi
Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia yaitu pendusta, karena
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak
mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita
terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya” (1Yoh. 4:20-21).
Kasih mencakup semuanya. Maka Yesus mengajarkan kita bahwa
tidak hanya mengasihi Allah dan saudara-saudari seiman, kita juga
harus mengasihi musuh kita: “namun Aku berkata kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena
dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga,
yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar” (Mat. 5:44-45).
12.11.3 Melakukan kasih
Kasih tidak ditunjukkan hanya melalui kata-kata; namun kasih
harus dilakukan. Penatua Yohanes berkata:
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya
menderita kekurangan namun menutup pintu hatinya terhadap saudaranya
itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-
anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan
lidah, namun dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah
378
kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita
boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh
olehnya, Allah yaitu lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui
segala sesuatu. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita
tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk
mendekati Allah.
1 Yohanes 3:17-21
Dia juga memberitahu kita bahwa tersedia berkat bagi mereka
yang mengasihi orang lain:
Dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya,
karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang
berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya
akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi
sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa
menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam
dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu
Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
1 Yohanes 3:22-24
Berkatnya yaitu , Allah akan menjawab doa-doa kita dan kita
akan menerima apa pun yang kita minta (ref. Yoh. 15:7-10). Ini yaitu
kebenaran yang penting bagi mereka yang mencari baptisan Roh
Kudus.
12.12 Kesimpulan
Hari ini, Roh Kudus dicurahkan ke semua orang percaya, sama
seperti masa gereja para rasul. Namun kita melihat banyak gereja
dan denominasi menolak kebenaran ini. Contohnya, mereka menolak
berbahasa roh sebagai bukti baptisan Roh Kudus, atau bersikeras
bahwa baptisan itu telah terjadi bagi semua orang. Kita perlu meminta
Allah untuk membuka hati kita kepada pesan firman Tuhan (ref. Luk.
24:45) sehingga kita dapat memahami kebenaran mengenai Roh
Kudus, dan lebih penting lagi, mengalami sendiri baptisan Roh yang
indah ini.
Di dalam kitab Efesus, Paulus menerangkan penggolongan antara
dua agen yang dapat mengubah hidup seseorang. Ia mengajarkan:
“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan
hawa nafsu, namun hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5:18).
Minuman keras terkenal karena ia dapat membelenggu orang dengan
keindahan dan rasanya. Namun anggur mempunyai sengat di ekornya,
menyebabkan mabuk, penyesalan, mendorong orang bersikap tidak
senonoh, mudah bertengkar, dan ketagihan. Sebaliknya, dipenuhi oleh
Roh Kudus memberikan sukacita, pikiran yang jernih, pengendalian
diri, berkat rohani, dan kemampuan untuk hidup kudus.
Lukas pasal 1 memberitahukan bahwa Yohanes Pembaptis (Mat.
11:13) dan ayahnya, Zakharia (Luk. 1:8), keduanya dipenuhi oleh Roh
Kudus (Luk. 1:15, 67). Namun pengalaman mereka tidak sama seperti
orang-orang percaya di hari Pentakosta; apa yang dialami ayah dan
anak ini dapat disamakan dengan orang-orang kudus dalam Perjanjian
Lama, yang dipenuhi Roh Kudus selama beberapa waktu untuk tujuan-
tujuan tertentu.
Yohanes Pembaptis dipenuhi Roh Kudus sehingga ia mempunyai
roh dan kuasa seperti Elia, untuk mendorong orang-orang Yahudi
kembali kepada Allah (Luk. 1:16, 17). Zakharia dipenuhi Roh Kudus
untuk bernubuat dan memuji karunia keselamatan Allah, dan bersaksi
bahwa seorang Juruselamat telah dilahirkan dari keturunan Daud
(Luk. 1:67-69). Pada hari Pentakosta dan seterusnya, barulah orang-
orang percaya mengalami kepenuhan Roh Kudus sebagai keadaan
yang permanen dan terus menerus (Yoh. 14:16-18).
ada setidaknya dua kekeliruan mengenai kepenuhan Roh
Kudus. Yang pertama mengira bahwa kepenuhan Roh Kudus ditandai
dengan seberapa keras seseorang berdoa, atau apakah doanya disertai
dengan gerakan tubuh yang kelihatan. Kekeliruan lain yaitu kepenuhan
Roh Kudus ditandai semata-mata dengan perwujudan perbuatan-
381
perbuatan kudus, bukan berbahasa roh. Kekeliruan pertama seringkali
dipegang oleh orang-orang Kristen yang telah menerima Roh Kudus,
namun tidak mengerti sepenuhnya apakah maksudnya dipenuhi Roh
Kudus, dan masih perlu mendapatkan kesadaran rohani yang lebih
tinggi. Kekeliruan kedua seringkali dipegang oleh orang-orang Kristen
yang tidak mengerti kebenaran Alkitab, tentang apakah baptisan Roh
Kudus.
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa buah Roh hanya dapat
dihasilkan oleh mereka yang menerima Roh Kudus. Alkitab juga
menjelaskan bahwa mereka yang mempunyai Roh Kudus, mempunyai
bukti yang nyata: mereka berbahasa roh. Karena itu seseorang bisa
saja melakukan segala perbuatan baik, seperti Kornelius sebelum ia
menerima baptisan Roh Kudus (Kis. 10:2), namun perbuatan-perbuatan
ini tidak dapat dilihat sebagai buah Roh.
Ini menghasilkan sejumlah pertanyaan: jadi, apakah artinya
kepenuhan Roh Kudus? Apakah pengaruhnya kepada orang percaya?
Dan bagaimana kita dapat dipenuhi oleh Roh Kudus? Bab ini akan
menyediakan beberapa jawaban dari Alkitab.
Alkitab menjelaskan kepenuhan Roh Kudus dalam dua konteks:
catatan-catatan mengenai Roh Kudus memenuhi orang percaya pada
saat yang penting atau kritis; dan kepenuhan Roh Kudus sebagai
proses yang berkelanjutan di dalam kehidupan yang sungguh-sungguh
seturut dengan bimbingan Roh.
Mengenai kepenuhan Roh Kudus pada saat yang penting atau
kritis, kita melihat orang-orang percaya, yang dipenuhi Roh Kudus
begitu mereka menerima baptisan Roh Kudus (contoh, Kis. 2:4);
mendapatkan keberanian karena kepenuhan Roh untuk bersaksi bagi
Yesus (contoh, Kis. 4:8-13, 31); mendapatkan kuasa kepenuhan Roh
pada kesempatan-kesempatan tertentu (contoh, Kis. 13:9-11).
Alkitab mencatat dua kejadian saat Roh Kudus memenuhi orang-
orang percaya pada saat mereka menerima Roh Kudus. Pertama yaitu
pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta: “Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
382
bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya” (Kis. 2:4). Kejadian lain berhubungan dengan Paulus,
yang dipenuhi Roh Kudus saat Ananias menumpangkan tangannya
kepadanya (Kis. 9:17-18).
Namun pola yang terlihat di dalam Alkitab yaitu kepenuhan Roh
Kudus biasanya terjadi sesudah pertama-tama menerima baptisan Roh.
Alkitab membicarakan kepenuhan Roh Kudus sebagai besar sebagai
proses yang terus menerus, saat Roh menolong orang-orang percaya
untuk hidup yang mewujudkan ketaatan mereka kepada Dia. Alkitab
mengajarkan kita bahwa Roh menolong orang percaya untuk:
• Mengalahkan keinginan-keinginan daging (Gal. 5:16-21; Ef.
4:30-32).
• Hidup kudus dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-25).
• Mendapatkan hikmat dan iman untuk melakukan pekerjaan
Allah (Kis. 6:3; 6:5; 11:24).
• Mendapatkan sukacita dan damai sejahtera, bahkan di
tengah penganiayaan (Kis. 7:55-56; 13:52).
13.2.2 Kepenuhan Roh Kudus sebagai proses yang berkelanjutan
Alkitab mengajarkan bahwa kepenuhan Roh Kudus yaitu
sebuah proses yang terjadi seumur hidup. Ini terjadi saat hidup kita
sepenuhnya dituntun oleh Roh Kudus, sehingga kita terus “hidup[lah]
oleh Roh,” (Gal. 5:16), dan dipimpin oleh Roh (Rm. 8:1-14). Ia menjadi
sumber kekuatan rohani kita, dan menanggalkan perbuatan-perbuatan
daging:
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa
nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati,
amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu—bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat
bagian dalam kerajaan Allah.
Galatia 5:19-21
Menerima Roh Kudus tidak menjamin bahwa kita akan dipenuhi
oleh Roh Kudus. Kita melihat ini dari keadaan di Gereja Korintus. Paulus
menyebut mereka sebagai “bait Allah” dan “bait Roh Kudus” (1Kor.
383
3:16; 6:19) karena mereka telah menerima Roh Kudus dan menjadi
anggota tubuh Kristus (1Kor. 12:13). Namun mereka tidak dipimpin
oleh Roh. Sebaliknya, mereka memperlihatkan perbuatan-perbuatan
daging, seperti iri hati dan perselisihan. Karena itu Paulus menegur
mereka:
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan
kamu seperti dengan manusia rohani, namun hanya dengan manusia
duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan
kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat
menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.
Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada
iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
1 Korintus 3:1-3
Seperti yang kita lihat dari contoh ini, baptisan Roh Kudus barulah
langkah awal. Selanjutnya, kita semua perlu mengejar terus kepenuhan
Roh Kudus. Dengan begitu, kita memberikan jalan bagi Roh untuk
bekerja di dalam diri kita untuk memperbarui kita (Tit. 3:5), untuk
menguduskan kita (2Tes. 2:13), dan menolong kita hidup kudus –
kehidupan yang menghasilkan buah Roh Kudus:
namun buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi
milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa
nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita
juga dipimpin oleh Roh.
Galatia 5:22-25
Yesus memberikan sebuah gambaran yang indah untuk
menjelaskan apa yang dapat terjadi apabila Roh Kudus memenuhi diri
kita, “namun barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya,
ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan
Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang
terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh.
4:14). Yesus juga berkata, “Barangsiapa haus, baiklah ia datang
kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang
dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-
aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Di sini, Yesus membicarakan sebuah
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
384
kepenuhan yang jelas-jelas bukanlah pengalaman yang hanya sesekali,
dan mempunyai kuasa untuk mengubah hidup kita – seperti curahan
mata air dalam diri kita, dan aliran sungai air hidup yang tak pernah
berhenti mengalir. Apabila kita dipenuhi dengan Roh Kudus, kita tidak
akan haus lagi.
13.2.3 Mempersembahkan diri kita sebagai persembahan yang
sempurna
Menurut Taurat Perjanjian Lama, seseorang yang
mempersembahkan korban bakaran kepada Allah harus
mempersembahkan korban sepenuhnya: mengatur potongan-
potongan daging, kepala, lemak, isi perut dan betis binatang korban,
dan membakarnya di atas mezbah sebagai korban api-apian (Im.
1:6-9). Persembahan korban ini menyenangkan hati Allah karena
persembahan ini menghasilkan aroma yang manis. Korban bakaran di
dalam Perjanjian Lama menggambarkan pengorbanan Yesus di kayu
salib dalam Perjanjian Baru (Yoh. 1:29). Yesus yaitu persembahan dan
korban yang harum bagi Allah (Ef. 5:2; 1Kor. 5:7) karena Ia sepenuhnya
menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Allah saat Ia mengorbankan
hidup-Nya demi kita (Mat. 26:39; Ibr. 10:5-7).
Dengan pertolongan Roh Kudus, kita juga dapat mempersembahkan
diri kita sebagai korban yang hidup untuk Allah (Rm. 12:1). Paulus
berkata, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu yaitu bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari
Allah, -dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1Kor. 6:19). Hidup
Paulus merupakan contoh dari prinsip ini, dan ia dapat menyatakan:
Namun aku hidup, namun bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang
di dalam daging, yaitu hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Galatia 2:20
namun aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita
Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi
dunia.
Galatia 6:14
385
Ini yaitu perkataan dari orang yang tidak lagi tinggal dalam
perkara-perkara duniawi, dan hidupnya bukan lagi miliknya sendiri;
namun tersembunyi dalam Kristus dan hidup dalam kesamaan dengan-
Nya (1Kor. 11:1).
13.2.4 Mendahulukan Allah
Sebagai orang Kristen, kita perlu mendahulukan Allah dan
melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya (2Kor. 12:14; 19:3).
Tuhan Yesus berkata, “namun carilah dahulu kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”
(Mat. 6:33). Apakah kerajaan Allah? Kerajaan Allah yaitu tempat Allah
memerintah, tempat perintah-Nya dilakukan, dan tempat kebenaran-
Nya diwujudkan. Di satu sisi, kerajaan ini menunjukkan kerajan surga
di masa yang akan datang. Di sisi lain, kerajaan Allah sudah ada di sini
– di dalam hati orang percaya (Luk. 17:21). Kita mendirikan kerajaan
Allah saat kita memusatkan perhatian pada Allah dan mendahulukan
kehendak-Nya di atas kebutuhan-kebutuhan duniawi kita (Mat.
6:10-11; 1Yoh. 5:14; Luk. 22:42), dan saat kita mempersilakan-Nya
memimpin kita (Yak. 4:15; 1Kor. 4:19; 16:7; ref. Kis. 20:22-24; ref.
21:10-14) dan memerintah atas diri kita.
Allah yaitu Roh, dan kita harus berusaha untuk dipenuhi dengan
Roh Kudus-Nya (Ef. 5:18). Dengan begitu, kita dapat hidup di dalam
Roh dan dipimpin oleh-Nya (Gal. 5:16, 25). Inilah maksudnya mengasihi
Allah dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita (Mat. 22:37), dan
bagaimana kita dapat mempersembahkan diri kita sebagai korban
yang hidup (Rm. 12:1-2; 6:13).
Kesalahpahaman
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata:
“Terimalah Roh Kudus.”
Yohanes 20:22
Penulis berkebangsaan Jepang bernama Kurosaki Koukichi
memberikan komentar tentang ayat ini:
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
386
sesudah kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus menghujani murid-murid-
Nya dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga mereka dapat
memenuhi tugas yang dipercayakan kepada mereka. namun sebelum
kenaikan-Nya, Ia sudah memberikan mereka sebagian dari Roh itu
sehingga mereka dapat menerima tugas itu.
Kurosaki Koukichi
Dengan kata lain, Kurosaki yakin bahwa murid-murid telah
dibaptis dengan Roh Kudus pada saat Yesus mengembusi mereka
– Yesus memberikan mereka sebagian Roh, yang kemudian diikuti
dengan kepenuhan yang lebih besar pada hari Pentakosta.
Apa kata Alkitab?
Pertama, saat Yesus mengembusi murid-murid dan berkata,
“Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22), Ia tidak sedang membagikan Roh
Kudus pada saat itu, karena waktunya belum genap. Yesus memberikan
apa yang akan datang kepada mereka. Itulah sebabnya Ia menyuruh
mereka menunggu di Yerusalem untuk “tinggal di situ menantikan
janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu dengar dari pada-
Ku” (Kis. 1:4). Penting kita simak, Yesus berkata kepada mereka,
bahwa “tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” (Kis.
1:5). Jadi, Roh Kudus tidak datang, dan tidak akan datang, sebelum
Yesus dimuliakan dan naik ke surga: “Namun benar yang Kukatakan
ini kepadamu: yaitu lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu,
namun jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh.
16:7).
Kedua, Alkitab mengajarkan kita, bahwa hanya ada satu Roh Kudus
(1Kor. 12:4; Ef. 4:4) yang yaitu Allah sejati yang Esa. Saat kita dibaptis
dengan Roh Kudus, Ia datang ke dalam hati kita untuk menyertai kita
selamanya (Yoh. 14:16-17, 23). Kita tidak dapat menggunakan nalar
duniawi untuk menghasilkan penjelasan mengenai pencurahan
sebagian. Sebaliknya, kepenuhan Roh Kudus menunjukkan keadaan
hati kita yang dipimpin oleh-Nya.
Roh Kudus yaitu Roh Allah – sumber kekuatan, yang disebutkan
Tuhan Yesus sebagai “kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49; ref.
Kis. 1:8). Nabi Yesaya berkata bahwa mereka yang menerima Roh
Kudus “mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang
387
naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak
menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31).
Karena itu kepenuhan Roh Kudus juga merupakan sebuah kehidupan
yang menunjukkan kuasa Allah (Luk. 4:1, 14).
Lebih lanjut, Tuhan Yesus berkata, “Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”
(Yoh. 10:10). Ini menunjukkan bahwa seseorang tidak selalu hidup
dalam kehidupan yang berlimpah. Begitu juga, walaupun seseorang
mempunyai Roh Kudus, ia belum tentu dipimpin oleh Roh. Kehidupan
rohani kita dimulai dengan baptisan Roh Kudus (Yeh. 37:14; Rm.
8:2; Gal. 5:25), karena Ia yaitu Roh Tuhan, dan sumber kehidupan
(Kis. 16:7; Yoh. 1:4). namun kita masih harus mengizinkan-Nya terus
bekerja, untuk menguatkan diri kita (Ef. 3:16) dan memberikan kita
kemampuan untuk menjalani kehidupan rohani yang berkelimpahan.
13.3 Buah dari kepenuhan Roh Kudus
13.3.1 Mendapat kuasa untuk melayani Allah
A. Tujuan mendapatkan kuasa
Seorang pekerja Allah perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk
mendapatkan kuasa untuk menjalani pelayanan gereja. Ini dikarenakan
Iblis yaitu musuh yang tangguh, yang mengganggu pekerjaan kudus
di segala kesempatan.
Dalam Perjanjian Lama, Allah memilih para perajin untuk
membuat tabut perjanjian dan memenuhi mereka dengan Roh-Nya
untuk memberikan mereka hikmat, kecakapan dan pengetahuan (Kel.
31:1-5; 35:30-35). Dalam Perjanjian Baru, pekerja-pekerja gereja
dipanggil untuk membangun bait rohani (1Ptr. 2:4-5). Begitu juga,
mereka perlu dipenuhi dengan Roh Kudus, untuk dikenal baik dan
mempunyai hikmat dan iman (Kis. 6:2-5).
Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya menunggu di Yerusalem
untuk dikenakan dengan kuasa dari tempat tinggi, sebelum pergi
untuk bersaksi bagi Dia (Luk. 24:49; Kis. 1:4-5, 8). Demikian terjadi di
hari Pentakosta, dan hasilnya, injil diberitakan dengan cepat di seluruh
Yudea, Samaria, dan kota-kota lain (Kis. 1:8; 4:33; 8:1-5, 14; 26:20).
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
388
B. Dampak pemberian kuasa
Kita dapat melihat pengaruh kepenuhan Roh Kudus pada pekerja-
pekerja Allah dalam Kisah Para Rasul:
• Sebelum hari Pentakosta, Petrus mengatakan bahwa
ia bersedia menderita dengan Yesus, namun kemudian
menyangkal-Nya tiga kali (Luk. 22:33, 54-62). sesudah
hari Pentakosta, ia mendapatkan kuasa dari Roh Kudus
untuk bersaksi bagi Tuhan dan tidak lagi takut dengan
penganiayaan (Kis. 2:1-4, 14, 40; 4:8-20).
• Menghadapi penganiayaan, murid-murid berdoa dalam
satu hati dan dipenuhi Roh Kudus untuk menyampaikan
firman Allah dengan berani (Kis. 4:23-33).
• Stefanus, salah satu dari antara diaken yang diutus untuk
melayani meja (Kis. 6:5), dipenuhi Roh Kudus, iman dan
kuasa untuk melakukan tanda ajaib dan mujizat (Kis. 6:8).
Ia besaksi bagi Tuhan dengan hikmat dan kuasa yang besar,
sehingga tidak ada yang dapat menyangkalnya (Kis. 6:10).
Saat dirajam oleh kerumunan yang marah, ia dipenuhi
Roh Kudus dan melihat kemuliaan Allah dan Tuhan Yesus.
Bahkan saat menjelang kematiannya, ia mampu meminta
kepada Tuhan untuk mengampuni orang-orang yang
membunuhnya (Kis. 7:54-60).
• Filipus dipenuhi Roh Kudus untuk melakukan tanda dan
mujizat di Samaria (Kis. 8:5-8). Ia menjadi pekerja yang
penting, yang mengabarkan kabar baik (Kis. 8:5-13, 29-40)
dan mendapatkan sebutan “Filipus, pemberita Injil” (Kis.
21:8).
• Rasul Barnabas penuh dengan Roh dan iman, dan membawa
banyak orang kepada Yesus (Kis. 11:24).
• Di Pafos, Paulus bertemu dengan Elimas, seorang tukang
sihir, yang menghalang-halanginya dan berusaha untuk
membelokkan iman gubernur. Dipenuhi Roh Kudus,
Paulus menegur Elimas, sehingga menjadi buta. Kejadian
ini memperlihatkan kuasa Allah dan membuat gubernur
menjadi percaya (Kis. 13:6-12).
• Walaupun Paulus dan Barnabas dianiaya oleh orang-orang
Yahudi di Antiokhia di Pisidia, Roh Kudus memenuhi mereka
dengan sukacita (Kis. 13:14, 50-52).
389
C. Kuasa untuk menjamah hati pendengar
Seorang pendeta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dapat menyampaikan khotbah yang indah. namun tanpa kepenuhan
Roh Kudus, khotbahnya tidak mempunyai hidup, atau pun kuasa untuk
menyadarkan pendengar agar bertobat dari d0sa-dosa mereka dan
mengikuti Tuhan Yesus.
Kita melihat kebenaran ini digambarkan dalam pelayanan Rasul
Petrus, yang disebutkan sebagai “orang biasa yang tidak terpelajar”
(Kis. 4:13). Ia dipenuhi Roh Kudus pada hari Pentakosta, sehingga ia
mampu menyampaikan khotbah yang mengharukan hati orang-orang
Yahudi yang mendengarnya. Mereka segera bertanya mengenai jalan
menuju keselamatan, dan kemudian menerima baptisan di dalam
nama Yesus (Kis. 2:37-41). Khotbah Petrus mengakibatkan hal ini,
bukan karena disampaikan dengan kecakapan khusus, namun karena
kuasa Roh Kudus (Kis. 2:1-4).
Tuhan Yesus juga disebut sebagai orang yang “mempunyai
pengetahuan demikian tanpa belajar” (Yoh. 7:15), namun Ia dapat
mengherankan orang-orang dengan khotbah-kotbah-Nya, seperti
yang disampaikan di atas bukit (Mat. 5-7:27). Orang-orang melihat-
Nya mengajar dengan penuh kuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (Mat.
7:28-29). Kuasa Yesus berasal dari Diri-Nya yang senantiasa dipenuhi
Roh Kudus dan kuasa (Luk. 4:1, 14).
Paulus yaitu orang terpelajar, yang telah menerima pendidikan
tinggi dalam Hukum Taurat. Namun ia membuang semua pengetahuan
duniawinya untuk memberikan ruang pada Roh Kudus untuk bekerja
melalui dia. Paulus menyampaikan hal ini dalam pelayanannya:
“Demikianlah pula, saat aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku
tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk
menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu… Baik perkataanku
maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat
yang meyakinkan, namun dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya
iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, namun pada
kekuatan Allah. Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat
di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan
dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini,
yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan” (1Kor. 2:1, 4-6). Ia
menambahkan, “Sebab kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan,
namun dari kuasa” (1Kor. 4:20).
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
390
D. Kuasa untuk mengurus gereja
Orang yang tidak mempunyai Roh Kudus dapat mengurus
permasalahan gereja menggunakan hikmat duniawi dan
kemampuannya. namun pekerjaannya kemungkinan besar dibentuk
dari pemikiran dan pendekatan duniawi. Keadaan paling menyedihkan
yaitu apabila gereja bergantung sepenuhnya pada cara kerja seperti
ini, yaitu saat: pengetahuan duniawi mengambil alih karunia-karunia
Roh Kudus; kuasa manusia menutupi pimpinan Roh Kudus; dan
manusia mengedepankan kepentingannya mendahului bimbingan Roh
Kudus. Dalam keadaan seperti itu, kita akan kehilangan intisari gereja
dan berakhir menjadi seperti organisasi sosial atau politik.
Gereja mula-mula dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus. Setiap
peran, termasuk pekerja-pekerja yang bertanggungjawab untuk
mengawasi administrasi gereja, didasarkan pada kriteria rohani
tertentu. Pekerja haruslah “yang terkenal baik, dan yang penuh Roh
dan hikmat” (Kis. 6:3). Pada hari ini, gereja harus berhati-hati agar
tidak menyimpang dari prinsip ini. Contohnya, kita tidak boleh:
mempekerjakan pekerja karena kelebihan sekulernya, bukan dari
kelebihan rohani; menilai penyampaian khotbah berdasarkan
kecakapannya, bukan kuasa Roh Kudus; memberikan kedudukan
kepemimpinan kepada mereka yang kaya dan berkedudukan tinggi
di masyarakat, bukan mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Kita harus
mengikuti contoh gereja para rasul sehingga kita dapat melihat
kemuliaan dan kuasa Roh Kudus.
13.3.2 Kuasa untuk mengalahkan dosa
Kepenuhan Roh Kudus menolong kita, secara individual,
untuk mengalahkan dosa. Dosa yaitu kuasa yang sangat kuat dan
mengikat, sehingga hanya kuasa Allah yang dapat menolong kita
mengalahkannya.
A. Pengalaman Paulus
Di dalam kehidupan Paulus kita melihat, bahwa mengetahui
bagaimana sepatutnya kita hidup saja tidak cukup. Paulus sendiri
391
dahulu yaitu seorang Farisi yang diajar oleh Gamaliel, Ahli Taurat
yang terkenal. Ia yaitu orang yang cakap dalam Hukum Taurat dan
juga mempunyai semangat membara untuk melayani Allah (Fil. 3:5;
Kis. 22:3). Namun orang terpelajar ini meratap:
Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang
aku kehendaki yang aku perbuat, namun apa yang aku benci, itulah
yang aku perbuat. Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam
aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak
memang ada di dalam aku, namun bukan hal berbuat apa yang baik.
Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh
maut ini?
Roma 7:15, 18, 24
Dengan kata lain, Paulus mempunyai pengetahuan teori mengenai
apa yang Allah kehendaki kepadanya, namun tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalankannya. Ia melihat masalah ini sebagai
salah satu belenggu dosa: “Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat
yaitu rohani, namun aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa
dosa. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku
perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat,
yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki,
maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, namun dosa yang diam di
dalam aku” (Rm. 7:14, 19-20).
Paulus menambahkan, “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika
aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, namun di dalam
anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang
melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan
hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku” (Rm. 7:21-
23).
Syukurlah ia akhirnya menemukan cara untuk menyelesaikan
pergumulan itu – ia belajar untuk taat dan mengandalkan Roh Kudus.
Ia berkata, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup
telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum
maut” (Rm. 8:1-2).
Bab 13: Dipenuhi Roh Kudus
392
B. Hidup dalam Roh untuk kehidupan rohani yang
berkemenangan
Begitu kita disatukan dengan Kristus dalam baptisan air, kita
dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Ini karena baptisan yaitu :
kelahiran kembali (Tit. 3:5); mengembankan dosa kita kepada Kristus,
untuk mendapatkan kebenaran-Nya (2Kor. 5:21); membenarkan
kita (Rm. 4:15; 5:9; 8:33-34). Kita dibebaskan untuk hidup dalam
kehidupan yang baru dan berlimpah di dalam Roh, sehingga kita dapat
mengalahkan dosa (Tit. 3:5; Yoh. 10:10; Luk. 4:14; 1Yoh. 5:18). Karena
itu pengampunan melalui baptisan air menandai awal yang penting;
namun kita harus terus hidup dalam kehidupan yang berkemenangan
yang ditandai dengan kekudusan, “sebab tanpa kekudusan tidak
seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14).
Paulus mengajarkan, bahwa begitu kita ada dalam Kristus
Yesus, kita tidak boleh lagi berjalan menurut daging, namun menurut
Roh Kudus. Ini berarti dipenuhi Roh Kudus dan mengizinkan-Nya
mengarahkan hidup kita. Paulus berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia yaitu ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang” (2Kor. 5:17). Apabila hidup kita dipenuhi Roh
Kudus, kita kehilangan sifat kita yang lama, dan mulai menunjukkan
sifat yang baru, yang ditunjukkan dalam kebenaran dan kekudusan
sejati (Ef. 4:24).
C. Mengapa kadang-kadang kita tidak berhasil mengalahkan
dosa?
Sayangnya, walaupun kita telah menerima baptisan air dan juga
baptisan Roh Kudus, kita kadang-kadang masih jatuh ke dalam dosa.
Salah satu alasannya, kita dapat mengalami ketersendatan iman, dan
tidak dapat hidup dalam kemenangan yang dibicarakan Paulus dalam
Roma 8:1-2. Namun ia menyampaikan pemecahan masalah: “Sebab
Tuhan yaitu Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan”
(2Kor. 3:17). Dengan kata lain, kita perlu mengizinkan Roh Kudus
untuk memenuhi diri kita sehingga kita dapat dibebaskan.
Alasan lain mengapa kita dapat gagal, karena kita bergantung
pada kekuatan sendiri untuk menanggung kuk kita. Saat ini terjadi,
seringkali akibatnya yaitu kesedihan, rasa putus asa, dan kegagalan.
393
Karena itu Tuhan Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu
enak dan beban-Kupun ringan” (Mat. 11:29-30).
Petani-petani di daerah Palestina dahulu menggunakan kuk yang
berbentuk salib untuk membajak tanah. Kuk-kuk ini dipasangkan
kepada sepasang lembu atau keledai sehingga kedua binatang itu dapat
menanggung beban itu bersama-sama (ref. Ul. 11:10; 2Kor. 6:14). Hari
ini, Yesus menawarkan kuk-Nya kepada kita, yang Ia tanggung bersama-
sama kita. Ia menjanjikan kuk yang ringan dan mudah, dan kita akan
mendapatkan ketenangan. Apakah kuk ini? Yaitu perintah-perintah-
Nya: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti
perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat” (1Yoh.
5:3). Jadi apabila kita berjalan dengan Dia untuk memegang perintah-
perintah-Nya, Ia akan menguatkan kita saat kita lemah (Ibr. 4:15-16).
Tidak mengherankan apabila Paulus berseru, “Aku, manusia
celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, Jadi dengan akal
budiku aku melayani hukum Allah, namun dengan tubuh insaniku aku
melayani hukum dosa” (Rm. 7:24-25). Saat ia mengandalkan dirinya
sendiri, ia tidak dapat mengalahkan dosa; namun saat ia percaya di
dalam Tuhan Yesus, ia dibebaskan. Karena itu, saat kita lemah, kita
harus mencontoh Paulus, seperti Ia mencontoh Kristus (1Kor. 11:1),
sehingga kita dapat memperoleh kemenangan.
D. Bersandar pada Tuhan saat kita lemah
Paulus menceritakan tentang kelemahannya dengan cara ini:
namun jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dal