h kata “telah” dan golongan masyarakat yang
disebutkan. Baptisan Roh Kudus telah terjadi dan melibatkan semua
orang percaya, apa pun agama, suku atau golongannya. Kapankah
baptisan Roh ini terjadi? Semua orang percaya menerima baptisan ini
secara simbolis. Ini terlihat dalam perwujudan Roh yang bersejarah dalam
apa yang dialami orang-orang Yahudi pada hari Pentakosta dan dalam
325
pengalaman dari bangsa-bangsa bukan Yahudi. Injil tidak menunjukkan
baptisan Roh lainnya. Tentu saja, seperti yang selanjutnya ditunjukkan
Paulus, berdasarkan kedudukan kita menjadi anggota satu tubuh saat
kita “diberi minum dari satu Roh” pada saat kita menjadi percaya.
Ini sudah pasti. Semua orang telah dibaptis dalam Roh. Bersikeras
bahwa pengalaman baptisan yaitu syarat keselamatan dan melawan
kebenaran ini yaitu sebuah penghinaan langsung terhadap Allah dan
sebuah awal pengalaman pura-pura dalam iman Kekristenan.
John H. Pickford (hal. 19)
Apa kabar Alkitab?
Pertama, seperti telah disebutkan sebelumnya, kita perlu
memahami bahwa kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 12:13 ditujukan
kepada Gereja Korintus, sebuah gereja yang didirikan dan disertai oleh
Roh Kudus. Pesan ini bukan ditujukan kepada orang-orang percaya
atau gereja-gereja yang tidak mempunyai Roh Kudus. Kedua, apabila
seperti yang dikatakan Pickford, bahwa “semua orang telah dibaptis
dalam Roh”, lalu mengapa orang-orang Samaria tidak menerima Roh
Kudus sesudah mereka menerima baptisan air? Alkitab mencatat bahwa
mereka baru menerima Roh Kudus sesudah para rasul pergi kepada
mereka dan menumpangkan tangan (Kis. 8:14-17). Kita juga melihat
murid-murid di Efesus mengalami proses yang sama (Kis. 19:1-7). Ini
menuai pertanyaan: apakah Pickford tidak menganggap orang-orang
Samaria dan Efesus sebagai “orang-orang percaya”?
Kita perlu memahami bahwa percaya kepada Kristus, dibaptis
dalam air, dan menerima Roh Kudus yaitu tiga urusan yang
berbeda dalam perjalanan iman seseorang. Ketiga hal ini tidak dapat
dicampuradukkan sebagai satu pengalaman yang sama. Kita melihat
hal ini digambarkan dengan baik dalam Kisah Para Rasul, melalui
catatan-catatan bagaimana jemaat mula-mula datang kepada Kristus:
sebagian menerima baptisan air sebelum menerima baptisan Roh
Kudus (seperti orang-orang di Samaria, 8:14-17); yang lain dibaptis
dengan Roh Kudus sebelum mereka menerima baptisan air (seperti
Kornelius dan keluarganya, 10:44-48).
Ketiga, keyakinan bahwa “semua orang percaya menerima
baptisan ini secara simbolis” secara doktrin tidak kuat. Baptisan Roh
Kudus yaitu sebuah proses yang harus dilalui setiap orang percaya
secara individu dan pribadi. Pengalaman orang-orang Samaria (Kis.
8:14-17), Paulus (Kis. 9:17), Kornelius sekeluarga (Kis. 10:44-46),
326
dan murid-murid di Efesus (Kis. 19:1-7), semuanya memperlihatkan
kebenaran ini. Mereka menerima Roh Kudus secara terpisah, di waktu
yang berbeda, dan di tempat yang berlainan. Apabila mereka telah
menerima baptisan secara simbolis pada hari Pentakosta seperti yang
dikatakan Pickford, maka pengalaman mereka yaitu pengalaman
palsu.
Keempat, “minum dari satu Roh” tidak terjadi pada saat seseorang
percaya kepada Kristus. Dari Alkitab, kita membaca bahwa minum dari
Roh yang merupakan penjelasan simbolis baptisan Roh Kudus (Yoh.
4:14; 7:37-39), selalu terjadi sesudah menjadi percaya. Ini dengan jelas
digambarkan oleh catatan-catatan tentang orang-orang percaya di
Samaria dan murid-murid di Efesus.
Terakhir, berbeda jauh dengan mengenalkan “sebuah awal
pengalaman pura-pura dalam iman Kekristenan” yang merupakan
“penghinaan langsung terhadap Allah”, para rasul sendiri mengabarkan
baptisan Roh Kudus yang merupakan kelanjutan dari keyakinan dalam
Kristus. Mereka memberi kesaksian tentang sebuah baptisan yang
dibuktikan dengan berbahasa roh, dan cukup nyata sehingga dapat
dilihat dan didengar oleh semua orang di sekitarnya (Kis. 8:16-19;
10:44-46; 19:2-7).
Kesalahpahaman 8
Kita tidak melihat adanya perintah dalam Injil untuk dibaptis dengan Roh
Kudus. Perintah seperti itu tidak ada artinya karena 1 Korintus 12:13,
“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu
tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”. Kita semua telah
dibaptis dalam Roh.
John H. Pickford (hal. 32)
Pada hari Pentakosta, Tuhan mengutus-Nya (Roh Kudus) sebagai
Karunia yang dijanjikan dari Bapa... Sejak hari itu Roh telah menetap
selamanya di bumi di dalam umat percaya, dimulai dari 120 murid-murid
yang menerima Dia pada hari Pentakosta, hingga saat ini... Sejak saat
itu, saat seseorang yang berdosa menjadi anggota umat yang percaya,
dengan segera mendapatkan bagian dalam Roh, bersama dengan
seluruh anggotanya.
H. G. Randolph (hal. 12).
327
Sesudah itu maka setiap anak Allah telah dibaptis dengan Roh... Ini
disimpulkan karena tidak ada perintah di dalam Alkitab yang mendesak
atau memerintahkan orang percaya dibaptis dengan Roh.
H. G. Randolph (hal. 17 dan 18).
Apa kata Alkitab?
Keyakinan Randolph bahwa Roh Kudus telah hidup di antara
orang-orang percaya sejak hari Pentakosta tidak mempunyai dasar
alkitabiah. Sebaliknya, orang-orang percaya di Samaria dan Efesus, yang
dicatat sesudah hari Pentakosta, tidak menerima Roh Kudus “segera”
sesudah mereka percaya (Kis. 8:14-17; 19:1-7). Selanjutnya, pada masa
para rasul, berbahasa roh merupakan bukti utama seseorang telah
menerima Roh Kudus (Kis. 10:44-46). Dengan begitu, apabila semua
orang percaya pada hari ini telah menerima Roh Kudus, maka mereka
semua harus berbahasa roh. Namun mengapa ada begitu banyak orang-
orang Kristen dan gereja-gereja tidak memperlihatkan bukti ini?
Mengenai pendapat Pickford bahwa tidak ada perintah di
dalam Alkitab yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen harus
dibaptis dengan Roh Kudus, sekali lagi kita menemukan bukti yang
mengatakan sebaliknya. Yohanes Pembaptis mengajarkan, bahwa ia
membaptis orang dengan air, namun Kristus akan membaptis dengan
Roh Kudus (Mat. 3:11). Lebih lanjut, Yesus mengulangi apa yang
diajarkan Yohanes (Kis. 1:5) dan menyertakan sebuah perintah kepada
murid-murid untuk menantikan Roh Kudus yang Ia janjikan (Luk.
24:49; Kis. 1:4-5).
Kita juga melihat penekanan besar pada baptisan Roh Kudus di
dalam pelayanan para rasul. Contohnya, saat Petrus dan Yohanes
mengetahui bahwa orang-orang percaya di Samaria belum menerima
Roh Kudus, mereka menumpangkan tangan ke atas orang-orang
itu untuk mendoakan mereka (Kis. 8:14-17). Begitu juga Paulus
saat mengentahui bahwa murid-murid di Efesus belum menerima
Roh Kudus, ia membaptis ulang mereka di dalam nama Yesus dan
menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 19:1-7).
Patut kita perhatikan bahwa Alkitab mendorong orang-orang
percaya untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus. Kita melihat
dorongan ini dalam pengajaran-pengajaran Yesus dan dalam pesan-
pesan dan pelayanan para rasul. Alkitab mengajarkan kepada kita,
bahwa tanpa Roh Kudus, seseorang tidak dapat diselamatkan (Yoh.
328
3:5), atau menerima kuasa (Luk. 24:49; Kis. 1:8). Jadi, perintah untuk
“menerima Roh Kudus” ditujukan kepada setiap orang percaya yang
belum menerima Roh-Nya. Sebaliknya, 1 Korintus 12:13 yang dikutip
oleh Pickford ditujukan kepada Gereja Korintus yang telah menerima
Roh Kudus.
Kesalahpahaman 9
Hari ini ada banyak orang yang berdoa memohon Roh Kudus
mengabaikan fakta akan diamnya Roh Kudus di dalam dirinya. Tidak
akan ada kepenuhan dalam Roh apabila kenyataan utama akan
kehadiran-Nya tidak diyakini atau diabaikan... Anda diselamatkan saat
Anda menjadi percaya, dan Anda menerima Roh Kudus... yang hidup di
dalam diri Anda pada saat Anda percaya dengan Firman Allah tentang
Anak-Nya.
L. L. Legters (hal. 9-10)
Apa kata Alkitab?
Seperti banyak penulis-penulis Kristen lainnya, Legters meyakini
bahwa semua orang Kristen menerima Roh Kudus pada saat mereka
percaya kepada Yesus. namun catatan-catatan Alkitab hanya mencatat
satu kejadian seperti ini, yaitu saat Kornelius dan keluarganya
menerima kabar injil (Kis. 11:15-17). Namun seperti yang kita lihat
dari Alkitab, ini bukanlah pola umum, seperti yang kita lihat pada
orang-orang percaya di Samaria dan Efesus (Kis. 8:14-17; 19:1-7).
Jadi, walaupun percaya kepada Yesus yaitu sebuah prasyarat
penting untuk menerima baptisan Roh Kudus, bukan berarti semua
orang menerima Roh Kudus langsung pada saat mereka menerima
Kristus. Dan hal penting yang perlu kita pahami, ini tidak akan dialami
oleh jemaat dari gereja-gereja yang tidak mengabarkan injil yang
sempurna dan sepenuhnya. Ini dikarenakan Roh Kudus yaitu Roh
kebenaran (Yoh. 14:17), dan Ia hanya dapat ditemukan di tempat
kebenaran dikabarkan.
329
Kesalahpahaman 10
Karena ayat satu-satunya di surat-surat para rasul yang berhubungan
dengan tema yang kita bahas (yaitu baptisan Roh Kudus) yaitu 1
Korintus 12:13, maka ayat ini perlu kita perhatikan dengan sangat
seksama. Kisah Para Rasul yaitu sebuah tahapan pewahyuan yang
belum selesai. Kitab ini yaitu catatan mengenai kelanjutan pekerjaan
Kristus yang telah naik ke surga, seiring Ia membentuk Gereja-Nya dan
doktrin-doktrinnya, namun pengalaman para rasul dalam membangun
Gereja bukanlah model untuk orang Kristen pada hari ini. Sesungguhnya
tidak ada pengalaman baptisan Roh Kudus yang dicatat dalam Kisah
Para Rasul, bahkan di rumah Kornelius, yang dapat terjadi hari ini.
Ayat ini sendiri memberikan pencerahan pada arti dan tujuan pelayanan
Roh Kudus. empat fakta muncul dengan jelas dari ayat ini.
Setiap orang percaya telah mendapatkan baptisan ini. “Kita semua”.
“Semua” ini termasuk bahkan orang-orang yang berdosa karena hidup
tidak bermoral dan memakan makanan yang telah dipersembahkan
kepada berhala.
Ini yaitu masa lalu di setiap kehidupan orang percaya. “Telah”.
Ini menunjukkan bahwa seorang percaya telah dibawa ke dalam tubuh
Kristus, saat ia disatukan kepada Kristus. Karena penyatuan ini, ia
“menjadi satu tubuh”, dengan segala berkat yang menyertai penyatuan
itu.
Dalam hal ini tidak ada perbedaan di antara orang-orang percaya.
Semua kelebihan berakhir, “baik orang Yahudi, maupun orang Yunani”.
Semua kekurangan juga berakhir, “baik budak, maupun orang merdeka”.
Semua menjadi anggota dari Satu Tubuh.
Seperti dahulu, demikian juga sekarang. Tidak ada di dalam Injil perintah
yang mendorong orang percaya untuk mencari baptisan ini, atau pun
membedakan orang-orang percaya, mereka yang telah atau yang belum
menerima baptisan.
J. Oswald Sanders (hal. 78-79)
Apa kata Alkitab?
Keempat hal yang diangkat oleh Sanders mengenai 1 Korintus
12:13 mengandung kelemahan-kelemahan mendasar:
• Penggunaan susunan kata pada ayat ini yang menunjukkan
bahwa ini telah terjadi, dimaksudkan kepada Gereja
330
Korintus yang didirikan oleh Roh Kudus.
• Pesan ini tidak mempunyai pengaruh pada gereja-gereja
yang tidak mempunyai penyertaan Roh Kudus.
• Gereja yang tidak disertai oleh Roh Kudus tidak berada di
dalam Kristus, dan tidak mempunyai bagian dalam berkat-
berkat-Nya.
• Tentu saja, apabila suatu gereja mempunyai penyertaan
Roh Kudus, secara alami tidak ada lagi perbedaan di antara
jemaat, karena semua anggota jemaat yaitu “satu tubuh”.
Namun kata-kata ini tidak berlaku pada gereja yang tidak
disertai oleh Roh Kudus.
Kesalahpahaman 11
Mengutip Uskup H. C. G. Moule, J. Oswald Sanders menulis:
Perkenankan saya mengatakan dengan simpati dan ketulusan bahwa
sebuah kesalahan tampaknya mendasari praktik yang sekarang umum
di antara orang-orang Kristen, yaitu ‘menunggu’ baptisan khusus Roh
Kudus agar dapat lebih melayani Tuhan. Tentunya ‘oleh satu Roh kita
telah dibaptis ke dalam satu tubuh’. Dan sekarang bagian kita yaitu
dengan iman yang rendah hati membuka diri dengan segala bagian jiwa
dan hidup kita, sehingga kita dapat dipenuhi dengan apa yang telah kita
miliki.
J. Oswald Sanders (hal. 71)
Sanders menambahkan:
Walau telah digenapi, karunia ini dinantikan dan masih menunggu
penerimaan jemaat gereja secara individu. Masih banyak orang yang
tidak menyadari bahwa Roh Kudus telah diberikan.
J. Oswald Sanders (hal. 113)
Apa kata Alkitab?
Di sini Sanders menunjukkan bahwa orang-orang Kristen hari ini
keliru dengan “menunggu” baptisan Roh Kudus. Ia berpendapat bahwa
Roh Kudus telah diberikan kepada mereka; masalahnya, mereka tidak
menyadarinya.
331
Mengenai masalah mencari baptisan Roh Kudus, baik Moule dan
Sanders telah mengabaikan kenyataan bahwa pengajaran ini diberikan
oleh Yesus sendiri (Luk. 11:9-13; 24:49), dan dilakukan oleh para rasul
dan orang-orang percaya di gereja mula-mula.
Mengenai ketidaktahuan kentara telah menerima baptisan Roh
Kudus atau belum, Alkitab mengajarkan bahwa saat Roh Kudus
sungguh-sungguh membaptis seseorang, Ia tidak menyediakan ruang
keraguan bagi si penerima maupun orang-orang di sekelilingnya.
Alkitab menggambarkan pengalaman ini sebagai sesuatu yang dapat
dilihat dan didengar (Kis. 2:33). Karena itu kita dapat menyimpulkan
bahwa orang-orang yang dimaksudkan Sanders “tidak menyadari
bahwa Roh Kudus telah diberikan” sebenarnya memang belum
menerima Roh Kudus.
Kisah Para Rasul melukiskan sebuah gambaran baptisan Roh
yang dapat dikenali dengan jelas. Contohnya kita melihat reaksi orang-
orang Yahudi yang menyaksikan fenomena itu pada hari Pentakosta,
yang disebutkan “tercengang-cengang” (Kis. 2:7) dan “termangu-
mangu” (Kis. 2:12) melihat apa yang sedang mereka saksikan. Kita juga
membaca tentang Simon, seorang tukang sihir yang “melihat” murid-
murid di Samaria menerima Roh Kudus, lalu menawarkan uang untuk
membeli kuasa itu (Kis. 8:17-19). Selanjutnya kita melihat keheranan
orang-orang Kristen dari kalangan Yahudi yang menyaksikan Kornelius
dan keluarganya yang berasal dari bangsa bukan Yahudi menerima Roh
Kudus. Dengan jelas Alkitab menulis: “mereka mendengar orang-orang
itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46).
Lalu kita mengetahui tentang murid-murid di Efesus yang menerima
Roh Kudus saat Paulus menumpangkan tangan ke atas mereka, dan
kembali “mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat” (Kis.
19:6).
Kita harus memahami bahwa surat-surat yang ditulis oleh para
rasul ditujukan kepada gereja-gereja yang didirikan oleh Roh Kudus,
atau paling tidak, kepada orang-orang yang telah menerima Roh Kudus.
Karena itu sebagai penulis, para rasul tidak perlu membahas doktrin-
doktrin mendasar yang sudah mereka pahami.
Sebenarnya, apabila kita melihat kronologi kitab-kitab Alkitab, kita
melihat sebuah pendekatan sistematis dalam pencatatan pengajaran-
pengajaran yang berhubungan dengan baptisan Roh Kudus: janji
akan Roh Kudus dan pengajaran untuk mencari-Nya dibahas dalam
keempat Injil; sejarah terinci mengenai pencurahan Roh Kudus dicatat
332
dalam Kisah Para Rasul, sehingga orang-orang percaya dapat mengerti
sifat pengalaman Roh Kudus; selanjutnya yaitu surat-surat para rasul
yang bertujuan untuk mendorong orang-orang percaya di gereja-
gereja tersebut (yang didirikan oleh Roh Kudus) untuk hidup dalam
kehidupan yang penuh dengan Roh, dengan menghasilkan buah Roh
dan ketaatan pada Roh Kudus.
Maka sungguh disayangkan apabila banyak gereja membaca
dan mengutip berbagai surat para rasul di luar konteksnya, mengira
bahwa pesan-pesan yang disampaikan kepada orang-orang percaya
dan gereja-gereja yang disertai Roh Kudus, berlaku juga tanpa syarat
kepada setiap orang percaya pada hari ini. Ini menjelaskan kekeliruan
dan penyalahgunaan ayat-ayat yang selalu saja terjadi, seperti:
• “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu yaitu bait Allah dan
bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor. 3:16)
• “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi,
maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka,
telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi
minum dari satu Roh” (1Kor. 12:13).
• “Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar
firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu—di dalam
Dia kamu juga, saat kamu percaya, dimeteraikan dengan
Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu” (Ef. 1:13).
Ini menunjukkan bahwa kita harus kembali kepada Alkitab,
meneliti pengajaran-pengajaran mengenai Roh Kudus, seperti
yang dituliskan dalam kitab-kitab Injil, dalam Kisah Para Rasul, dan
dalam surat-surat para rasul secara sistematis dan sesuai dengan
konteksnya.
11.4 Mencari baptisan Roh Kudus tidaklah perlu
Kesalahpahaman 12
Pernyataan “dibaptis dengan Roh Kudus” atau sejenisnya hanya
digunakan sebanyak enam kali dalam Perjanjian Baru [mengacu pada
Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33; Kis. 1:5 dan Kis. 11:16]…
Kutipan-kutipan yang ada juga menunjukkan bahwa baptisan Roh
Kudus diutus dengan penuh kuasa. Di tiap kejadian, disebutkan “Kamu
akan dibaptis”, bukan “Kamu mungkin dibaptis”. Tidak ada persyaratan
333
yang ditujukan kepada manusia untuk mendapatkan pencurahan Roh
Kudus. Allah dengan dengan wewenang ilahi menyatakan Pentakosta.
Ini tidak ditentukan oleh penantian atau penderitaan para rasul. Banyak
orang melupakan hal ini. Baptisan Roh Kudus tidak pernah dicari, namun
diberikan.
John. H. Pickford (hal. 14-15)
Apa kata Alkitab?
Pernyataan bahwa “baptisan Roh Kudus diutus dengan penuh
kuasa”, karena tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa
pencurahan demikian bukanlah atas kehendak manusia. Tuhan-
lah yang mencurahkan karunia ini kepada siapa yang Ia kehendaki,
dan tidak ada orang yang dapat mencegah-Nya apabila Ia hendak
melakukan yang sebaliknya (ref. Kis. 10:44-45; 11:15-17). Demikian
juga janji Allah bersifat absolut, dan dalam Alkitab tidak ada hal
yang menyatakan bahwa baptisan Roh Kudus hanyalah sekadar sebuah
kemungkinan. Namun kebalikan dari pandangan Pickford, semua ini
tidak terlepas dari tanggungjawab individu untuk mencari Roh Kudus.
Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kita mengenai sikap yang
harus kita tunjukkan saat berdoa memohon Roh Kudus. Dalam
perumpamaan tentang sahabat di malam hari yang dicatat dalam
Lukas 11:5-8, Ia menunjukkan perlunya seseorang untuk tidak pernah
menyerah. Ia juga berkata:
Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya,
akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta
telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang
jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi
Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka
yang meminta kepada-Nya!
Lukas 11:11-13
Di sini kita mendapatkan pengajaran, bahwa ayah kandung
kita secara alami akan memberikan hal-hal yang baik kepada
anaknya dengan apa yang ia minta – hal-hal yang ia butuhkan dalam
kehidupannya. Namun Bapa surgawi kita akan memberikan lebih lagi:
Ia memberikan yang terbaik, yaitu Roh Kudus, yang dapat menuntun
kita kepada kehidupan rohani yang berkelimpahan. Syarat satu-
satunya yaitu dengan memintanya.
334
Dalam percakapan-Nya dengan perempuan Samaria, Yesus
berkata, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah
Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau
telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air
hidup” (Yoh. 4:10). “Karunia Allah” dan “air hidup” yang disebutkan
Yesus, yaitu Roh Kudus (Kis. 10:44-45; 11:15-17; Yoh. 4:14; 7:37-39).
Memperoleh kenyamanan materi dapat disamakan dengan minum dari
sumur Yakub – sesudah beberapa waktu, kita akan haus kembali karena
itu semua tidak dapat memuaskan jiwa kita (Yoh. 4:12-13). Berbeda
dengan “air hidup” dari Allah, dapat menjadi mata air, mengalir kepada
kehidupan kekal di dalam diri kita. Apabila kita meminumnya, kita
mendapatkan sukacita dan kepuasan (Yoh. 4:14). Satu-satunya cara
untuk mendapatkan air hidup ini yaitu dengan menerima Kristus,
yang yaitu Pemberi air ini, dan meminta kepada-Nya (Yoh. 4:10).
Kesalahpahaman 13
Alkitab tidak pernah mendesak orang-orang percaya untuk mendapatkan
baptisan ini [mengacu pada baptisan Roh Kudus] dan itu tidak membuat
perbedaan dengan orang-orang percaya yang tidak pernah mengalami
baptisan seperti ini.
Kita sering menyanyikan kidung indah “No more let sin deceive or
earthly cares betray” (Tidak lagi ditipu dosa dan diperdaya kesenangan
duniawi). Apakah baptisan ini penggambaran rohani? Si penulis merasa
ini bukanlah demikian. Roh Kudus tidak pergi, karena ia datang untuk
menyertai kita selamanya. Kita tidak boleh berdoa bersama Daud,
“janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!”
J. Oswald Sanders (hal. 79, 126-127)
Apa kata Alkitab?
Bertolak belakang dengan pendapat Sanders, sebenarnya Alkitab
mendorong orang-orang percaya untuk mencari baptisan Roh Kudus.
Dalam Lukas 11:13, Yesus mengajarkan, “Jadi jika kamu yang jahat tahu
memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu
yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang
meminta kepada-Nya.” Di Yohanes 4:10 Yesus berkata, “Jikalau engkau
tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu:
Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan
335
Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Paulus menjelaskan bahwa
kita perlu mencari baptisan Roh Kudus karena Ia yaitu “jaminan
bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan
yang menjadikan kita milik Allah” (Ef. 1:13-14).
Tentang pendapat Sanders mengenai baptisan Roh Kudus yang tidak
membuat perbedaan apa-apa kepada orang-0rang percaya, sekali lagi
kita melihat Alkitab mengajarkan hal yang sebaliknya. Pertama, saat
para rasul di Yerusalem mendengar bahwa ada orang-orang percaya di
Samaria, secara khusus mereka mengutus Petrus dan Yohanes untuk
mengunjungi mereka, untuk menumpangkan tangan dan berdoa bagi
mereka. Orang-orang Samaria itu yaitu orang-orang percaya yang
telah menerima injil dan bahkan telah menjalani baptisan air. Namun
ada hal sangat penting yang mereka lewatkan, sehingga para rasul
memutuskan untuk mengunjungi mereka – mereka belum menerima
Roh Kudus (Kis. 8:15). Kedua, kita melihat bahwa saat Paulus pergi
ke Efesus, hal pertama yang ia tanyakan kepada mereka yaitu apakah
mereka telah menerima Roh Kudus. saat ia memastikan bahwa
mereka belum menerimanya, ia segera membaptis ulang mereka di
dalam nama Tuhan Yesus dan menumpangkan tangan ke atas mereka,
sehingga mereka dapat menerima Roh Kudus. Jadi tampak jelas bahwa
baptisan Roh Kudus sangat penting di mata para rasul. Roh Kudus juga
membawa sebuah perubahan kepada orang-orang percaya: Ia menjadi
jaminan dalam keselamatan mereka di surga (Yoh. 3:5; Ef. 1:13-14).
Selama berabad-abad, para pencipta musik dan pemazmur telah
menulis puisi-puisi dan kidung yang indah di bawah pengilhaman
Roh Kudus, sebagai jalan untuk menyatakan perasaan terdalam
mereka kepada Allah. Contohnya, Daud menulis sebuah mazmur yang
menubuatkan tentang Mesias (Mzm. 110:1; ref. Mat. 22:44; Kis. 2:29-
35), dan bersaksi tentang pekerjaan pengilhaman oleh Roh Kudus.
Daud sendiri yaitu orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus (1Sam.
16:13) dan menyadari dengan jelas akan karunia yang ada di dalam
dirinya. sesudah melakukan dosa meawan Allah, ia menulis sebuah
mazmur pertobatan, memohon kepada Allah: “janganlah mengambil
roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mzm. 51:11). Tidak seperti Sanders,
Daud mengerti bahwa Roh Kudus milik Allah dapat didukakan dan
meninggalkan dirinya karena dosa (ref. Ef. 4:30).
Karena itu, walaupun Roh Kudus memang telah diutus untuk
tinggal di antara anak-anak Allah selamanya, kita juga perlu memahami
bahwa Allah yang benar dan kudus tidak dapat tinggal selamanya
dengan orang-orang yang tidak hidup di dalam Roh (Gal. 5:16-17, 25).
336
Kesalahpahaman 14
Melihat desakan pada beberapa kalangan mengenai perlunya
“menunggu” untuk menerima baptisan ini, pertimbangan sementara
mengenai masalah ini masih pada tempatnya… Seratus dua puluh
orang murid memang menunggu di ruang atas masih merupakan fakta
yang tidak dapat diperdebatkan. Dan dengan demikian mereka menaati
perintah Yesus Kristus (Luk. 24:49). Dengan taat mereka menunggu di
Yerusalem, tempatnya telah dinamakan secara khusus dalam perintah
Yesus. Apakah perintah Kristus ini masih berlaku dengan orang-orang
percaya di masa sekarang? Bila demikian, mereka harus berziarah
ke Yerusalem seperti orang-orang Muslim ke Mekah, karena perintah
itu tidak dapat sungguh-sungguh dipenuhi di tempat lain. Jawaban
untuk pertanyaan ini bergantung pada apakah penantian murid-murid
menyebabkan turunnnya Roh Kudus kepada mereka. Jawabannya jelas
tidak! Roh Kudus turun “saat Hari Pentakosta sepenuhnya tiba”, saat
Kristus naik kepada Bapa-Nya, saat hari-hari yang telah ditentukan
sebelum bumi ini diciptakan untuk kejadian ajaib ini, telah tiba.
J. Oswald Sanders (hal. 71)
Apa kata Alkitab?
Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus memerintahkan
murid-murid-Nya, “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang
dijanjikan Bapa-Ku. namun kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai
kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49).
Yang terjadi selanjutnya bukanlah penantian kosong oleh murid-murid,
namun penantian yang dijalani dengan doa dan pengharapan. Alkitab
mencatat 120 murid mengkhususkan diri mereka setiap hari dalam
doa hingga hari Pentakosta tiba. Pada hari itu Roh Kudus turun dan
mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan berbahasa roh (Kis.
1:12-15; 2:1-4). Pengajaran untuk menunggu dalam doa masih sangat
berlaku kepada orang-orang Kristen pada hari ini. Siapa yang haus
akan baptisan Roh Kudus haruslah menantikan, berdoa, dan memohon
dengan sabar.
Pencurahan Roh Kudus yang pertama kalinya memang terjadi
di Yerusalem (Kis. 1:12-15; 2:1-6). Namun kita perlu memahami
mengapa itu terjadi di sana: Allah bermaksud memanggil orang-orang
Yahudi yang saleh, yang kembali ke kota itu untuk merayakan perayaan
Pentakosta. Ia ingin agar mereka menerima injil dan membawa injil itu
ke negara mereka masing-masing, dan dengan demikian, menyebarkan
injil ke seluruh dunia. Kita harus memperhatikan, bahwa sesudah
337
hari Pentakosta, tidak ada lagi tempat yang tetap atau ditentukan
sebelumnya untuk mencurahkan Roh Kudus – Roh diturunkan di
tempat-tempat yang berbeda, seperti di Samaria, Kaisarea, dan Efesus
(Kis. 8:14-17; 10:1, 44-46; 19:1-7). Perlunya menunggu secara khusus
di Yerusalem yaitu untuk alasan dan waktu tertentu. Hari ini orang-
orang Kristen tidak perlu menunggu di sana.
Mengenai apakah penantian murid-murid menyebabkan turunnya
Roh Kudus, jawabannya sudah pasti “ya”. Perintah untuk menunggu
diberikan dengan sangat jelas oleh Tuhan Yesus kepada mereka. Jadi
mereka mengikuti apa yang telah Ia perintahkan sebelumnya kepada
mereka. Ketaatan mereka menunjukkan kata-kata terakhir Yesus:
“Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Ia berjanji kepada mereka bahwa
Ia akan bersama-sama dengan mereka selamanya, melalui Roh Kudus
yang akan tinggal dalam hati mereka, dengan syarat, agar mereka
mengajarkan orang-orang lain untuk memegang perintah-Nya, dan
itu tentu saja berarti mereka juga perlu memegangnya. Maka tidak
mengherankan apabila mereka mengikuti perintah Yesus dengan
setia dan menantikan kedatangan Roh Kudus. Bila sebaliknya, seperti
yang dikatakan Sanders, pencurahan Roh Kudus tidak ada kaitannya
dengan penantian mereka di Yerusalem, maka mereka dapat saja
memulai pekerjaan penginjilan segera sesudah Yesus naik ke surga, dan
pergi keluar dari Yerusalem untuk melakukannya. Namun kita melihat
bahwa mereka tidak melakukan hal ini – mereka menunggu dalam
doa di tempat yang telah ditentukan Yesus, sampai mereka dikenakan
kuasa dari tempat yang maha tinggi.
Kesalahpahaman 15
Perjanjian Baru tidak pernah menetapkan syarat atau kondisi apa
pun untuk berdoa memohon Roh Kudus. Denominasi-denominasi
Kharismatik mengacu pada Alkitab untuk memperoleh pembenaran,
namun telah salah menafsirkan artinya. Mereka telah menyimpangkan
Alkitab untuk mendukung pendapat mereka. Mereka berkata bahwa
dalam Kisah Para Rasul 1:14, para rasul dan beberapa perempuan
berkumpul di ruang atas sesudah Tuhan naik ke surga, dan “bertekun
dengan sehati dalam doa bersama-sama”, dan sesudah 10 hari Roh
Kudus turun kepada mereka. Sebenarnya Alkitab berkata bahwa mereka
hanya berdoa dan tidak berdoa memohon turunnya Roh Kudus. Sebelum
kenaikan Tuhan, mereka diperintahkan untuk tetap tinggal di Yerusalem
338
dan “menantikan janji Bapa”, yaitu baptisan Roh Kudus, dan kemudian
mereka menunggu di kota suci. Tuhan telah mengatakan kepada mereka
mengenai kedatangan janji Bapa, namun tidak memerintahkan mereka
untuk berdoa memohon turunnya Roh Kudus. Meskipun misalnya
mereka tidak berdoa, mereka masih akan menerima Roh Kudus karena
Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya. Ia setia dan benar. Mereka
cukup tinggal dan menunggu di Yerusalem untuk menerima janji Bapa
yang akan segera datang.
Hari ini Roh Kudus telah turun: mengapa kita masih harus menunggu?
Pada saat itu murid-murid bertekun dalam doa setiap hari, sehingga
kita dapat melihat perubahan mereka karena mereka telah mengetahui
akan kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus, dan kekudusan mereka
dari persekutuan dengan Tuhan dan kasih mereka satu sama lain. Tidak
ada petunjuk mengenai mereka berdoa memohon Roh Kudus. Kita tidak
boleh mencoba-coba membaca pengajaran-pengajaran tertentu dari
Alkitab.
ende Hu (hal. 10)
Apa kata Alkitab?
Tuhan Yesus memberikan janji-janji berikut ini kepada murid-
murid-Nya mengenai Roh Kudus:
• Ia akan bersama-sama dengan mereka selamanya, dan
tidak akan meninggalkan mereka sebagai anak yatim (Yoh.
14:16-18).
• Ia akan menuntun mereka kepada seluruh kebenaran, dan
menyatakan hal-hal yang akan datang kepada mereka (Yoh.
16:13).
• Ia akan mengajar mereka dengan apa yang mereka
ucapkan dan memberikan mereka kecakapan dan hikmat,
sehingga bahkan musuh-musuh mereka tidak akan dapat
membantahnya (Luk. 12:12; 21:15).
• Ia akan mengenakan mereka dengan kuasa dari atas
sehingga mereka dapat mengabarkan injil ke ujung dunia
(Luk. 24:49; Kis. 1:8).
• Ia akan mengutus mereka keluar untuk mengabarkan kabar
baik dan memberikan mereka kuasa untuk mengampuni
dosa (Yoh. 20:21-23; Luk. 4:18).
Untuk menerima janji ini, murid-murid harus menunggu di
Yerusalem, tempat mereka akan segera menerima baptisan Roh Kudus
339
(Luk. 24:49; Kis. 1:4-5). Murid-murid mengikuti perintah Tuhan
dengan menanti selama sepuluh hari, dan selama itu mereka “bertekun
dengan sehati dalam doa bersama-sama” (Kis. 1:14). [Alkitab Bahasa
Inggris: “continued with one accord in prayer and supplication”]. Kata
“permohonan” [supplication] menjadi penting: dalam penantian, mereka
memberitahukan permohonan mereka kepada Allah. Singkatnya, kita
melihat para rasul melakukan tiga hal yang berhubungan: menunggu,
berdoa, dan menaikkan permohonan. Tidak diragukan lagi apakah
yang mereka minta: tujuan tunggal penantian mereka di Yerusalem
yaitu pencurahan Roh Kudus. Dengan demikian pendapat Hu yang
mengatakan hal yang sebaliknya, yaitu keliru.
Menunggu membutuhkan kesabaran; kesabaran yaitu ekspresi
iman; dan tanpa iman, kita tidak dapat menyenangkan Allah (Mat.
21:22; Ibr. 11:6). Iman menguatkan kesabaran: semakin banyak iman
yang dipunyai seseorang, semakin sabar ia menantikan Allah, sehingga
ia dapat tetap setia hingga akhir. Kita melihat hal ini di dalam diri Daud
saat menantikan Allah dengan sabar, dan doanya didengar (Mzm.
40:1).
Keyakinan Hu bahwa janji Roh Kudus dari Yesus akan tetap
digenapi kepada para rasul tanpa perlu berdoa dan memohon
tidak tepat. Ini sama saja dengan menyatakan bahwa karena Allah
“menghendaki supaya semua orang diselamatkan” (1Tim. 2:4), maka
Ia akan menyelamatkan umat manusia tanpa syarat dan tidak peduli
usaha apakah yang ia lakukan. Namun kita perlu menyadari bahwa
ayat ini menunjukkan bahwa, walaupun Allah mengharapkan semua
orang diselamatkan, mereka juga mempunyai tanggungjawab untuk
percaya kepada-Nya dan taat kepada-Nya. Begitu juga janji Allah untuk
mencurahkan Roh Kudus barulah satu bagian dari sebuah persamaan:
bagian lain dalam persamaan itu yaitu tugas kita untuk menunggu,
berdoa, dan memohon Roh Kudus dengan iman.
Kesalahpahaman 16
“Apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus
kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Luk. 11:13). Pada ayat ini,
Tuhan bukan sedang mengajarkan murid-murid-Nya untuk memohon
Roh Kudus; Ia hanya menekankan kasih Bapa Surgawi yang sangat
besar dan kesediaan-Nya untuk mendengar doa anak-anak-Nya. Bila
340
kita berdoa memohon berkat-berkat dari atas, Bapa Surgawi akan
memberikannya kepada kita melalui Roh Kudus, karena saat Roh
Kudus diberikan kepada kita, berkat-berkat itu akan datang kepada
kita. Apabila kita membandingkan janji yang dicatat dalam Lukas 11:13
dengan yang ada pada Matius 7:11, kita dapat melihat bahwa
penafsiran kita tepat. Matius 7:11 berkata, “apalagi Bapamu yang di
sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepada-Nya”. Kedua ayat ini memberikan pengajaran yang sama: ayat
di Matius menjanjikan hal-hal yang baik kepada mereka yang meminta
kepada Bapa; ayat di kitab Lukas memuat janji untuk memberikan
Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Apabila kita
menggabungkan dua ayat ini, kita mengetahui bahwa hal-hal yang
baik diberikan kepada kita melalui Roh Kudus. Karena itu Lukas pasal
11 tidak mengajarkan orang-orang percaya bagaimana mendapatkan
Roh Kudus; permohonan yang dimaksudkan bukanlah sebuah cara
atau syarat untuk turunnya Roh Kudus. Beberapa orang mengacu
pada Yohanes 4:10 saat Tuhan berkata kepada perempuan Samaria,
“Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang
berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”, mengira
bahwa cara menerima Roh Kudus yaitu dengan meminta. namun di sini
Tuhan hanya menunjukkan apabila perempuan itu mengenal Tuhan, ia
akan meminta air hidup kepada-Nya. Dengan kata lain, meminta kepada
Tuhan hanyalah cara untuk mengenalnya, bukan sebuah syarat untuk
menerima air hidup.
ende Hu (hal. 11)
Apa kata Alkitab?
Lukas 11:11-13 mencatat Yesus berbicara mengenai reaksi alami
seorang ayah duniawi yang mengasihi anaknya, dan memberikan hal-
hal baik kepadanya. Ia membandingkannya dengan kasih ilahi Allah:
“jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan
Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Inti dari pesan
ini yaitu kesediaan Allah untuk memberikan yang terbaik kepada
anak-anak-Nya, saat mereka meminta kepadanya, yaitu Roh Kudus.
Hu melewatkan bagian penting ini dengan berpendapat bahwa Yesus
hanya sedang mengajarkan kasih Allah dan kesedian-Nya untuk
menjawab doa anak-anak-Nya.
ada hal yang bertolak belakang dalam pendapat Hu: “Bila
kita berdoa memohon berkat-berkat dari atas, Bapa Surgawi akan
memberikannya kepada kita melalui Roh Kudus, karena saat Roh
Kudus diberikan kepada kita, berkat-berkat itu akan datang kepada
341
kita.” Sebelumnya, dalam bukunya di halaman 10, ia berkata, “Hari ini
Roh Kudus telah turun: mengapa kita masih harus menunggu?” Bila
pendapat Hu ini benar, maka pengajarannya untuk “berdoa memohon
berkat-berkat dari atas” bertolak belakang, sebab ia sudah berpendapat
bahwa berkat-berkat datangnya dari Roh Kudus, yang diberikan pada
saat seseorang menjadi percaya. Seperti banyak penulis-penulis
Kristen, Hu percaya bahwa Roh Kudus turun satu kali dan untuk
selamanya pada hari Pentakosta, dan orang-orang percaya sekarang
menerima Roh Kudus pada saat mereka menerima Kristus.
Matius 7:11 dan Lukas 11:13 mencatat pengajaran Yesus yang sama.
Mereka harus dibaca bersama-sama untuk memberikan pengertian
Roh Kudus yang lebih jernih sebagai sesuatu yang patut dicari dan
didapatkan. “Hal-hal yang baik” yang dikatakan Yesus dalam Matius
7:11 yaitu “Roh Kudus” dalam Lukas 11:13. Sangat disayangkan Hu
melihatnya sebagai dua hal yang berbeda dengan berpendapat “Apabila
kita menggabungkan dua ayat ini, kita mengetahui bahwa hal-hal yang
baik diberikan kepada kita melalui Roh Kudus”.
Mengenai perkataan Yesus kepada perempuan Samaria: “Jikalau
engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata
kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-
Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup” (Yoh. 4:10), Hu
berpendapat bahwa Yesus sekadar menjelaskan kepada perempuan
itu bahwa ia tidak mengenal-Nya. Hu menambahkan bahwa tindakan
meminta hanyalah sebuah cara untuk mengenal Yesus lebih baik,
bukan sebuah syarat menerima Roh Kudus.
Apabila kita memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab, kita
melihat beberapa kelemahan dalam pemikiran Hu. Alkitab berkata:
• Roh Kudus yaitu sebuah karunia yang mulia dari Allah
(Kis. 10:44-45; 11:15-17).
• Roh Kudus diberikan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 1:32-33).
• Orang yang meminta Roh Kudus dari Tuhan akan diberikan
“air hidup” ini (Yoh. 7:37-39).
Perempuan Samaria itu pastilah sedang meminta air hidup. Ini
karena begitu ia menyadari bahwa air hidup dapat melegakan rasa
haus seseorang selamanya, ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, berikanlah
aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini
untuk menimba air.” (Yoh. 4:15). Dari catatan Alkitab ini, kita dapat
meresapi bahwa kita juga dapat memohon Roh Kudus, dan terlebih
342
lagi, mempunyai keyakinan bahwa Ia akan mengabulkan permohonan
kita (Yoh. 4:10).
Kesalahpahaman 17
Di Kisah Para Rasul 8, Petrus dan Yohanes berdoa secara terpisah agar
Roh Kudus turun kepada murid-murid Samaria; mereka tidak berkumpul
bersama dalam sebuah kelompok untuk berdoa. saat Roh Kudus
turun kepada Kornelius dan keluarganya seperti dicatat dalam pasal 10,
ini bukan dikarenakan mereka menerima penumpangan tangan atau
memohon secara perorangan, namun karena mereka mendengar dan
percaya dengan injil.
ende Hu (hal. 11-12)
Apa kata Alkitab?
saat rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah
menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu
beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun
di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan
Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu
mereka menerima Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 8:14-17
Ayat ini menjelaskan bahwa Petrus dan Yohanes pergi secara
khusus kepada orang-orang percaya di Samaria untuk menolong
mereka berdoa memohon Roh Kudus. Dicatatkan bahwa saat mereka
menumpangkan tangan, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tidaklah
masuk akal apabila para rasul pergi ke Samaria untuk berdoa secara
masing-masing. Mereka berdoa untuk, dan bersama, orang-orang
percaya di Samaria agar menerima Roh Kudus.
Mengenai turunnya Roh Kudus kepada Kornelius dan keluarganya,
ini yaitu sebuah peristiwa penting yang menunjukkan pilihan Allah
atas bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 11:8). Sebelumnya Allah telah
memperlihatkan misi dan tujuan-Nya kepada Petrus melalui sebuah
penglihatan dan mengutusnya untuk mengabarkan injil kepada
keluarga Kornelius. Di tengah-tengah khotbah Petrus, Roh Kudus turun
ke atas mereka, sehingga menyebabkan keheranan jemaat-jemaat dari
bangsa Yahudi yang menemani Petrus. Petrus berkata kepada jemaat
343
dari bangsa Yahudi, “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis
orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh
Kudus sama seperti kita?” (Kis. 10:47). Ia kemudian membaptis
keluarga Kornelius di dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 10:23-48).
Ini yaitu peristiwa yang penting, karena peristiwa ini bertujuan
untuk mengakhiri segala pandangan dan ketentuan yang sebelumnya
dipegang oleh orang-orang Yahudi mengenai bangsa-bangsa bukan
Yahudi. Sekarang Petrus mengerti bahwa tidak ada orang yang dapat
dianggap haram atau tidak tahir, dan dalam hal keselamatan, Allah
tidak membeda-bedakan orang. Ia kemudian menjelaskan kejadian
ini kepada sekelompok rasul-rasul yang kecewa di Yerusalem, yang
kemudian akhirnya mengerti, memuliakan Allah dan mengakui bahwa
“kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan
yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).
Melalui kejadian ini Allah menginginkan agar gereja mengerti
bahwa mereka yang tidak disunat (yaitu bangsa-bangsa bukan Yahudi)
menjadi benar melalui iman di dalam Dia, dan Ia yaitu Allah atas
bangsa Yahudi, namun juga Allah atas bangsa-bangsa lain (Rm. 3:29-
30). Allah menyingkapkan misteri yang sebelumnya tersembunyi
sepanjang masa, bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan menjadi
sesama ahli waris, anggota dari tubuh yang sama, dan mempunyai
bagian dalam janji Kristus Yesus melalui injil (Ef. 3:3-6). Ia melakukan
ini melalui berbagai tanda dan mujizat:
• Melalui sebuah penglihatan Allah menyuruh Kornelius
untuk mengutus hamba-Nya ke Yope untuk mengundang
Petrus untuk membagikan injil Kristus.
• Allah memperlihatkan sebuah penglihatan kepada Petrus
agar tidak melihat bangsa-bangsa lain sebagai haram atau
tidak tahir.
• Allah mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada Kornelius
sekeluarga saat mereka sedang mendengarkan injil, bahkan
sebelum mereka menerima baptisan air.
Karena itu, seperti yang dikatakan Hu, mereka menerima Roh
Kudus “bukan dikarenakan mereka menerima penumpangan tangan
atau memohon secara perorangan, namun karena mereka mendengar
dan percaya dengan injil.” Namun, ini yaitu peristiwa khusus dan tidak
menunjukkan bahwa berdoa memohon Roh Kudus dan penumpangan
tangan tidak diperlukan. Malah, contoh dan pengajaran yang dikandung
dalam bagian lain di Alkitab menunjukkan kebalikannya.
344
11.5 Kesimpulan
Kesimpulannya, Roh Kudus bekerja untuk menuntun orang
percaya dalam mengerti kebenaran yang sepenuhnya (Yoh. 16:13)
dan memperlengkapi mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (Luk.
24:49). Baptisan Roh Kudus yaitu jaminan warisan surgawi kita (Ef.
1:14).
Kita semua perlu memegang perintah Yesus dan pengajaran para
rasul, untuk berdoa memohon baptisan Roh Kudus. Sudah saatnya kita
bergerak menjauhi pengajaran-pengajaran yang salah seperti yang
menyatakan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu berdoa memohon
Roh Kudus, karena Pentakosta tidak akan terulang, dan semua orang
telah menerima Roh Kudus saat mereka percaya kepada Kristus.
Kiranya Allah mengilhamkan semua orang Kristen untuk
menyadari perlunya mendapatkan baptisan Roh Kudus. Dan kiranya
kita juga belajar dari ungkapan bijak beberapa penulis Kristen:
Oleh karena itu tidak berarti setiap orang percaya telah menerima
baptisan ini [yaitu baptisan Roh Kudus]. Pemberian Allah yaitu satu
hal. Namun tindakan untuk menerimanya yaitu hal yang berbeda.
A. J. Gordon (hal. 67)
Roh Allah tidak dapat memiliki orang-orang percaya di luar kemampuan
mereka untuk menerima-Nya. Janji ini sedang menunggu; sekarang Roh
berada dalam kepenuhan-Nya. Kemampuan kita untuk menerima perlu
diperbesar. Janji itu ada di kaki tahta, di mana orang-orang percaya
terus bersama-sama dalam pujian dan kasih dan doa.
A. Murray (hal. 152-153)
Yang terakhir, marilah kita kembali ke dalam pengajaran Alkitab
sehingga kita dapat mengerti kebenaran apakah artinya dibaptis
dengan Roh Kudus. Dengan begitu kita juga dapat menikmati berkat-
berkat yang berlimpah dalam Kristus Yesus.
Jelaskan mengapa kepercayaan berikut tidak alkitabiah:
1. Sejak hari Pentakosta dan seterusnya, orang telah menerima
Roh Kudus saat mereka menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat (ref. Kis. 2:38; 11:15; Ef. 3:17; Yoh. 7:38-39).
2. Pentakosta tidak akan terulang karena Roh Kudus turun
kepada gereja satu kali untuk selamanya (ref. 1Kor. 12:13).
3. Baptisan Roh Kudus yaitu “peristiwa sejarah”, sementara
kepenuhan Roh Kudus sekarang yaitu pengalaman pribadi
orang percaya.
4. Semua orang percaya telah menerima Roh Kudus secara
simbolis pada hari Pentakosta. Mengajarkan orang untuk
berdoa memohon Roh Kudus menambahkan pengalaman
palsu ke dalam Kekristenan, dan merupakan tindakan
melawan Allah.
5. Kita tidak dapat menemukan perintah untuk menerima
baptisan Roh Kudus di dalam Alkitab, karena semua orang
percaya telah mempunyai Roh Kudus.
6. Turunnya Roh Kudus yaitu kejadian yang telah digenapi.
7. Baptisan Roh Kudus yaitu sebuah pemberian; ini tidak
didapatkan melalui doa.
8. Perintah untuk menunggu turunnya Roh Kudus tidak dapat
dilakukan oleh orang-orang percaya pada masa sekarang;
atau paling tidak, mereka harus menantikannya secara
khusus di Yerusalem.
9. Murid-murid tidak mungkin sedang berdoa memohon
Roh Kudus sesudah kenaikan Yesus (ref. Kis. 1:14) karena
pencurahan itu yaitu sebuah janji dan akan terjadi, bahkan
tanpa perlu mereka memohonnya.
10. Orang-orang Samaria tidak berkumpul dengan para rasul
untuk berdoa memohon Roh Kudus. Karena itu orang-orang
Kristen pada hari ini tidak perlu berkumpul untuk berdoa
memohon Roh Kudus.
Kitab Kisah Para Rasul memberikan catatan dramatis tentang
pencurahan Roh Kudus yang pertama pada gereja mula-mula:
saat tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu
tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin
keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan
tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran
dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-
bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannyaWaktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang
saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. saat turun bunyi itu,
berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-
masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka
sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran…namun orang
lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.”
Kisah Para Rasul 2:1-7, 13
Kemudian Petrus dengan berani berdiri di hadapan kerumuman
orang yang terheran-heran untuk menjelaskan kepada mereka bahwa
apa yang sedang mereka lihat yaitu penggenapan nubuat Nabi Yoel:
Akan terjadi pada hari-hari terakhir—demikianlah firman Allah—bahwa
Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-
anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu
akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua
akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan
perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka
akan bernubuat.
Kisah Para Rasul 2:17-18; ref Yoel 2:28-29
347
Selanjutnya Petrus menyatakan, “Sebab bagi kamulah janji itu dan
bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak
yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita” (Kis. 2:39).
Catatan Alkitab ini menjelaskan bahwa kedatangan Roh Kudus
telah lama dinubuatkan, dan penggenapannya dimulai pada hari
Pentakosta. Hari ini, janji ini berlaku untuk semua orang, karena
Paulus berkata, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi,
maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu
Roh” (1Kor. 12:13).
Pada bab ini, kita akan melihat apa yang diajarkan Alkitab untuk
memperoleh janji ini.
12.2 Menemukan Roh Kudus di gereja sejati
Dari catatan berbeda dalam Alkitab, kita mengetahui perlunya
mendapatkan baptisan Roh Kudus, khususnya di gereja sejati Allah
12.2.1 Menanti di Yerusalem
Sebelum ia naik ke surga, Yesus memerintahkan murid-murid-
Nya, “Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku.
namun kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi
dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). “Ia melarang
mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di
situ menantikan janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu
dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun
tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."” (Kis. 1:4-5).
Yesus memerintahkan dengan sangat rinci agar mereka menunggu di
Yerusalem, bukan di tempat lain. Murid-murid memegang perintah-
Nya dengan menantikan dan berdoa di sana. saat hari Pentakosta
tiba, janji itu digenapi (Kis. 1:12-15; 2:1-4).
Yerusalem yaitu sebuah kiasan gereja sejati, yang didirikan oleh
Roh Kudus. sesudah hari Pentakosta, orang-orang percaya di gereja
sejati menerima Roh Kudus di mana pun para rasul mengabarkan injil
(Kis. 8:14-17; 10:44-46; 19:1-7). Ini menjadi penggenapan kata-kata
Nabi Zakharia: “namun bila mereka dari kaum-kaum di bumi tidak
348
datang ke Yerusalem untuk sujud menyembah kepada Raja, TUHAN
semesta alam, maka kepada mereka tidak akan turun hujan” (Zak.
14:17). Karena hujan melambangkan Roh Kudus, kita mengetahui
bahwa nubuat ini membiacarakan tentang orang-orang berdatangan
ke Yerusalem – yaitu gereja sejati – untuk menerima Roh Kudus.
Gereja para rasul yaitu sungguh-sungguh milik Yesus Kristus
karena gereja ini secara pribadi didirikan oleh Roh Kudus hujan
awal dan disertai oleh Roh. Karena itu Alkitab menyebutnya sebagai:
bait Allah (1Kor. 3:16); tubuh Kristus (Ef. 1:23); jemaat Allah, tiang
penopang dan dasar kebenaran (1Tim. 3:15); mempelai perempuan
Anak Domba (Why. 21:2, 9-10). Gereja memegang kebenaran, jadi
imannya didirikan di atas dasar para rasul, nabi dan Yesus Kristus
(Ef. 2:19-20). Injil yang diberitakan para rasul disertai oleh kesaksian
Roh Kudus melalui tanda dan mujizat, untuk memenangkan ketaatan
bangsa-bangsa bukan Yahudi (Mrk. 16:20; Rm. 15:18; Kis. 3:12-16; Ibr.
2:4).
12.2.2 Anugerah yang diberikan melalui para rasul
Apabila kita membaca Kisah Para Rasul, kita melihat sebuah
pola, yaitu saat orang-orang yang menerima Roh Kudus, pertama-
tama bertemu dengan para rasul dari gereja sejati. Pertama, kita
melihat orang-orang Samaria menerima injil melalui Filipus dan
kemudian menerima Roh Kudus saat Petrus dan Yohanes datang
untuk menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 8;14-17). Kedua,
kita melihat Saulus dipanggil oleh Yesus dalam perjalannya ke
Damaskus, namun tidak segera menerima Roh Kudus. sesudah Tuhan
mengutus Ananias untuk menumpangkan tangan, barulah Saulus
menerima karunia ini (Kis. 9:3-17). Ketiga, Kornelius. Seseorang yang
saleh dan takut akan Allah dan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik
dan senantiasa berdoa. Ia tidak menerima Roh Kudus sampai saat
Tuhan mengutus Petrus untuk memberitakan injil kepadanya dan
keluarganya (Kis. 10:1-5, 44-46). Keempat, murid-murid di Efesus
tidak menerima Roh Kudus saat mereka percaya (karena mereka baru
mendapatkan baptisan Yohanes); sesudah Paulus pergi kepada mereka
dan membaptis ulang mereka dalam nama Yesus dan menumpangkan
tangan, barulah mereka mendapatkan Roh Kudus (Kis. 19:1-7).
Contoh-contoh ini memperlihatkan bahwa pada masa hujan awal,
orang-orang percaya menerima baptisan Roh Kudus saat mereka
349
berhubungan langsung dengan gereja melalui para rasul. Di masa hujan
akhir sekarang, prinsip ini masih tetap berlaku. Mereka yang mencari
baptisan Roh Kudus pertama-tama harus datang ke gereja sejati yang
meneruskan pelayanan gereja mula-mula dan para rasul.
12.2.3 Mengenali gereja sejati di masa sekarang
Gereja sejati di masa sekarang, yaitu gereja yang dirancang
sesuai dengan gereja di masa para rasul. Alkitab mengacu gereja ini
sebagai “gunung tempat rumah TUHAN [yang] akan berdiri tegak di
hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala
bangsa akan berduyun-duyun ke sana,” (Yes. 2:2). Gereja ini yaitu
Gereja Yesus Sejati, yang didirikan oleh Roh Kudus dan mempunyai
penyertaan-Nya. Ia mengabarkan kebenaran dan mempunyai
kesaksian dari tanda dan mujizat. Sejak pendiriannya di awal abad
ke-20, kita melihat orang-orang percaya mengalami pencurahan Roh
Kudus yang sama seperti 2000 tahun yang lalu. Karena itu, siapa saja
yang menginginkan baptisan Roh Kudus dapat datang dan mencari Dia
di gereja ini.
Gereja Yesus Sejati telah bertahun-tahun melihat orang-orang yang
berbeda datang melalui pintu gerbangnya karena penginjilan pribadi
dan melalui penginjilan tertulis. Mendengar dan menerima injil yang
sempurna, orang-orang telah menerima Roh Kudus yang dijanjikan.
Sebaliknya, ada orang-orang Kristen dari denominasi-denominasi lain
yang telah mendengar kehadiran dan pekerjaan Roh Kudus di Gereja
Yesus Sejati, namun belum menerima Roh Kudus karena keraguan
mereka untuk datang ke gereja ini. Ada juga beberapa kejadian
mengenai beberapa hamba Tuhan dari denominasi-denominasi
berbeda yang awalnya menerima injil sejati yang dikabarkan gereja dan
juga menerima baptisan Roh Kudus, namun pada akhirnya kehilangan
anugerah ini karena keraguan mereka untuk meninggalkan iman
mereka yang lama dan kedudukan mereka sebelumnya agar dapat
masuk ke dalam gereja.
12.3 Taat pada kebenaran
Sama seperti negara yang diperintah oleh seorang pemimpin,
begitu juga kerajaan Allah – yaitu gereja-Nya – dipimpin oleh Allah.
350
Ia yaitu Raja kita, dan kita yaitu umat-Nya (Ef. 2:19; Fil. 3:20).
Karena itu kita mempunyai tanggungjawab untuk menaati kehendak
dan perintah-Nya. Alkitab menyatakan imbalan atas ketaatan kepada
Allah: “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai
Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka” (Mzm. 119:165).
“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka
damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan
kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang
laut yang tidak pernah berhenti” (Yes. 48:18).
12.3.1 Contoh-contoh ketaatan dan ketidaktaatan
Alkitab memperlihatkan banyak contoh orang-orang yang taat
maupun tidak taat dengan kehendak Allah. Mereka menunjukkan
kepada kita bahwa ketaatan dan ketidaktaatan memberi akibat yang
berbeda kepada mereka yang terlibat, dan bahkan sampai kepada
keturunan mereka.
Di antara mereka yang tidak taat yaitu Adam, nenek moyang
kita. Allah memberikan kepadanya hanya satu perintah: “namun pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
(Kej. 2:17). Sayangnya Adam melanggar perintah ini karena ia tidak
berhasil mengalahkan godaan. Akibatnya yaitu kutukan yang harus
ia tanggung dan diusir dari Taman Eden (Kej. 3:4-6; 16-19, 24). Lebih
parah lagi, sejak saat itu dosa masuk ke dunia, dan umat manusia
terbelenggu oleh dosa dan maut (Rm. 5:12). Maka kini menjadi perlu
untuk menetralkan ketidaktaatan seseorang dengan ketaatan orang
lain. Maka, Yesus Kristus, Adam yang terakhir, datang ke dunia untuk
menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Allah, hingga pada titik
kematian di salib. Namun Allah membangkitkan-Nya, memuliakan-Nya,
dan memberikan-Nya nama di atas segala nama. Melalui kematian-Nya,
Yesus menghancurkan pekerjaan Iblis dengan mengalahkan maut dan
memperlihatkan kehidupan kekal (1Kor. 15:45; Fil. 2:8-9; Ibr. 2:14;
2Tim. 1:10).
Alkitab juga mencatat tentang Raja Saul, yang walaupun
diperintahkan Allah untuk menghancurkan seluruh bangsa Amalek
dan hewan ternak mereka, memutuskan untuk meluputkan hidup
Raja Amalek dan merampas hewan ternak yang terbaik. saat
Samuel kemudian menunjukkan kesalahannya, Saul bukan saja tidak
351
bertobat, namun berdebat bahwa ia merampas hewan ternak itu untuk
dipersembahkan kepada Allah. Lalu Samuel menegurnya, “Apakah
TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan
sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan… Karena engkau
telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai
raja.” (1Sam. 15:22-23).
Contoh orang yang belajar untuk taat yaitu Naaman, pemimpin
balatentara Aram dan orang yang terhormat yang menderita kusta.
sesudah mendengar tentang seorang nabi di negeri Israel, ia pergi
mencari nabi itu. Elisa menyambutnya dengan menyampaikan pesan:
“Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan
pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”
Awalnya Naaman marah mendengar ini: “Bukankah Abana dan
Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel?
Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?”
Namun hambanya membujuk dia dengan berkata, “seandainya
nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak
akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu:
Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.”
Maka Naaman menurut dan membenam dirinya tujuh kali di
Sungai Yordan, seperti yang diperintahkan oleh Elisa. Ketaatannya
menghasilkan berkat (2Raj. 5:1-14).
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa taat kepada Firman
Allah yaitu sebuah syarat dasar untuk menerima karunia Allah. Dan
baptisan Roh Kudus tidak terkecuali.
12.3.2 Taat pada injil agar menerima Roh Kudus
Untuk menerima Roh Kudus, kita harus percaya kepada Yesus
dan taat pada injil. Alkitab mencatat: “Pada mulanya yaitu Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu yaitu Allah.”
(Yoh. 1:1). Ayat ini mengatakan bahwa Yesus Kristus yaitu Firman
yang menjadi manusia dan tinggal di antara umat manusia. Ia yaitu
jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat pergi kepada
Bapa selain melalui Dia (Yoh. 1:14; 14:6).
352
Dari sejarah, kita mengetahui adanya beberapa orang yang
seharusnya dapat menuruti Yesus, namun tidak melakukannya. Di
antaranya yaitu sebagian besar orang-orang Yahudi, yang menolak
Yesus dan menyalibkan Dia untuk menggenapi pengertian mereka
akan Hukum Taurat (Yoh. 19:7). Juga Saulus, yang menganiaya gereja
karena kesalehan yang keliru. Bahkan saat Yesus dibangkitkan, Roh
Kudus dicurahkan, dan tanda mujizat diwujudkan untuk bersaksi
tentang injil yang diberitakan para rasul (Mrk. 16:19-20; Kis. 2:1-5, 23-
33; 5:12-16), banyak orang Yahudi, termasuk Saulus, tetap berkeras
hati menolak kebenaran.
Namun walaupun mendapatkan perlawanan, para rasul terus
mengabarkan injil. Mereka menyatakan dengan berani, “Allah nenek
moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada
kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah
sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat,
supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.”
Mereka juga menambahkan, “Dan kami yaitu saksi dari segala sesuatu
itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang
yang mentaati Dia.” (Kis. 5:32). Penting untuk diperhatikan, para rasul
menggunakan kata “taat” untuk menunjukkan sebuah syarat untuk
menerima Roh Kudus.
Sayangnya sejarah seringkali terulang. Kitab Pengkhotbah
berkata: “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah
dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari”
(Pkh. 1:9). Walaupun hari ini telah nyata bahwa Roh Kudus telah turun
dari surga dan dibuktikan dengan berbahasa roh (Kis. 10:44-46),
banyak denominasi membantah kebenaran alkitabiah ini. Karena itu
tampaknya sama seperti Iblis menipu Adam di Taman Eden, sekali lagi
ia menipu orang-orang mengenai kebenaran Roh Kudus.
Maka kita harus kembali ke kata-kata kunci yang diucapkan para
rasul: “Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang
mentaati Dia”(Kis. 5:32). Ini menunjukkan bahwa saat kita menerima
dan taat kepada injil yang sepenuhnya, seperti yang diberitakan gereja
sejati, Allah akan mencurahkan Roh Kudus kepada kita.
353
12.4 Memuji Tuhan dengan “Haleluya”
Tuhan Yesus berjanji kepada murid-murid-Nya, “Dan apa juga
yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya
Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu
kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” (Yoh. 14:13-14).
Kata-kata ini mengajarkan kita bahwa kita harus memanggil nama
Yesus saat kita berdoa. Karena itu jalan terbaik untuk memulai doa
kita memohon Roh Kudus yaitu dengan berkata, “Dalam nama Tuhan
Yesus, berdoa.”
Doa kita untuk memohon Roh Kudus harus dipenuhi dengan pujian
kepada Allah, yang menganugerahkan karunia ini. Alkitab mengajarkan
kita sebuah kata pujian yang dapat kita gunakan – “Haleluya”. Kata ini
berasal dari bahasa Ibrani allelouia, yang berarti “Terpujilah Tuhan”
(ref. Mzm. 104:35; Why. 19:1). Jadi sebuah doa yang sederhana dapat
berisi: “” Haleluya, terpujilah Tuhan Yesus. Kiranya Engkau memenuhiku
dengan Roh-Mu” atau sekadar, “Haleluya, terpujilah Tuhan Yesus.”
12.4.1 Penggunaan “Haleluya” dalam Alkitab
Kita banyak menjumpai kata “Haleluya” di kitab Mazmur, dan
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: 1) Yang dimulai dengan
“Haleluya” (Mzm. 111-112); 2) yang diakhiri dengan “Haleluya” (Mzm.
104, 105, 115, 116 dan 117); 3) yang dimulai dan diakhiri dengan
“Haleluya” (Mzm. 106, 113, 135, 146-150). Mazmur 113-118 disebut
“Kelompok Mazmur Hallel”, yang berarti “Mazmur Pujian”. Mazmur
146-150 dimulai dan diakhiri dengan “Haleluya” dan disebut “Mazmur
Haleluya” oleh gereja masa awal.
Di dalam Perjanjian Baru, “Haleluya” muncul empat kali di kitab
Wahyu: pasal 19, ayat 1, 3, 4, dan 6. Di tiga ayat pertama, “Haleluya”
digunakan untuk memberikan pujian atas kemahakuasaan Allah atas
kehancuran Babel dan dibalaskannya darah para martir. Di ayat ke-
empat, “Haleluya” digunakan untuk memuji Tuhan sebagai Raja yang
berkuasa: “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang
banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat,
katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah
menjadi raja” (Why. 19:6). Ayat ini memberikan sebuah penggambaran
354
yang tepat akan suara-suara doa yang dipanjatkan dalam bahasa roh di
dalam gereja sejati.
12.4.2 Menggunakan “Haleluya” untuk doa yang efektif
Yesus mengajarkan kepada kita: “Dalam doamu itu janganlah
kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan
dikabulkan” (Mat. 6:7). Kata “bertele-tele” berasal dari kata bahasa
Yunani battologeo, yang berarti “mengulang-ulang dengan malas”1.
Kata ini kemungkinan besar berasal dari ungkapan bahasa Aram, yang
menunjukkan kesia-siaan dan kata-kata yang diulangi secara mekanis
yang diucapkan dalam cara-cara doa penyembah berhala (bukan
Yahudi).
Inti dalam masalah ini yaitu , doa yang efektif tidak didasarkan
pada panjang doanya atau penggunaan pengulangan. Sebaliknya, doa
yang efektif bergantung pada apakah kita berdoa dengan ketulusan
dan kesungguhan. Mengetahui hal ini akan membantu kita untuk
menyamakan dengan contoh dan pengajaran Alkitab mengenai cara
berbeda dalam berdoa: memohon berulang kali, doa yang mendalam
dan memuji Allah dengan “Haleluya”. Contohnya kita melihat Tuhan
Yesus sendiri berdoa tiga kali di Taman Getsemani, mengatakan
kata yang sama berulang-ulang (Mat. 26:44), dan Ia menghabiskan
semalaman untuk berdoa di gunung (Luk. 6:12). Karena itu dalam hal
doa, hati kita-lah kuncinya.
12.4.3 Menjawab kesalahpahaman
Ende Hu berbicara secara kritis mengenai gereja-gereja yang
menganjurkan penggunaan “Haleluya” secara berulang-ulang dalam
doa. Ia mengacu pada praktik yang dilakukan beberapa pendeta
yang mengajarkan orang untuk menyebutkan kata ini berulang-
ulang dengan cepat dan terus-menerus dalam waktu yang lama, yang
membuat diri mereka memasuki keadaan seperti kesurupan dan
berbicara tidak menentu, atau bahkan menjadi kerasukan oleh roh
jahat. Ia menyebutkan Matius 6:7 untuk mendukung pendapatnya,
dan berkesimpulan: “Kita dapat melihat bahwa ini yaitu sebuah
kekeliruan, karena Tuhan Yesus telah memperingatkan murid-murid-
355
Nya, bahwa apabila mereka berdoa, mereka tidak boleh mengucapkan
doa berulang-ulang seperti yang dilakukan orang-orang tidak bertuhan.
Karena itu gaya kharismatik dalam berbahasa roh tidak berasal dari
Alkitab.”
Sayangnya Ende Hu memandang keliru mengenai berdoa
memohon Roh Kudus. Ada beberapa hal yang perlu diluruskan:
Pertama, ia menyalahartikan maksud dari Matius 6:7 karena
alasan-alasan yang telah kita sebutkan di awal bagian ini. Memuji Allah
dengan kata “Haleluya” berulang-ulang yaitu hal yang baik, terutama
saat kita memohon Roh Kudus – selama kita melakukannya dengan
hati yang tulus, dan bukan dengan jalan yang sia-sia seperti yang
diungkapkan Hu.
Kedua, seseorang yang sungguh-sungguh menerima Roh Kudus,
sadar sepenuhnya dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya.
Pengalaman ini juga dapat dilihat dan didengar (Kis. 2:33; 8:17-19;
10:44-46; 19:1-7). Kebalikan dari pendapat Hu, orang yang menerima
Roh Kudus tidak memasuki keadaan seperti kesurupan.
Ketiga, kita perlu memahami bahwa berbahasa roh secara alami
memang tidak dapat dimengerti, kecuali apabila Tuhan membukakan
telinga kita. Alkitab menjelaskan: “Siapa yang berkata-kata dengan
bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, namun kepada Allah.
Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia
mengucapkan hal-hal yang rahasia” (1Kor. 14:2).
12.5 Baptisan Air
Baptisan air mempunyai khasiat mengampuni dosa (Kis. 3:8;
22:16) dan memungkinkan seseorang mempunyai nurani yang baik
kepada Allah (1Ptr. 3:21). Baptisan air juga merupakan bagian dari
proses yang perlu kita lalui apabila kita mau menerima Roh Kudus.
12.5.1 Jalan keselamatan
saat Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, Petrus berkhotbah
di hadapan orang-0rang Yahudi yang melihat kejadian itu. Ia bersaksi
bahwa murid-murid telah menerima Roh Kudus yang dijanjikan oleh
356
Yesus Kristus, yang telah mereka bunuh dan sekarang telah bangkit.
sesudah mendengar kata-katanya, hati mereka terasa pedih dan mereka
bertanya kepada Petrus dan para rasul, “Apakah yang harus kami
perbuat, saudara-saudara?” (Kis. 2:37). Petrus menjawab, “Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam
nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus” (Kis. 2:38).
Jawaban Petrus menjelaskan jalan keselamatan – sebuah jalan yang
diterangkan berulangkali dalam Kisah Para Rasul. Agar diselamatkan,
kita harus melalui: pertobatan, baptisan air untuk menghapus dosa,
dan baptisan Roh Kudus – biasanya berurutan, walaupun ada beberapa
kasus khusus (seperti Saulus dan Kornelius, yang menerima baptisan
Roh Kudus sebelum baptisan air). Maka baptisan air yaitu syarat
kunci bagi setiap orang yang ingin menerima baptisan Roh Kudus.
12.5.2 Hubungan antara baptisan air dan baptisan Roh Kudus
Baptisan air harus mempunyai kesaksian Roh Kudus agar darah
Tuhan dapat hadir dalam air (Yoh. 19:34; 1Yoh. 5:6-8). Paulus menulis,
“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi
satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” (1Kor. 12:13).
Di ayat ini, Paulus menjelaskan dua hal yang terjadi berurutan. Pertama,
ia membicarakan baptisan air: “Sebab dalam satu Roh kita semua…
telah dibaptis menjadi satu tubuh”. Sakramen ini harus dilakukan
oleh pembaptis yang telah menerima Roh Kudus, karena Roh Kudus-
lah yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa (Yoh. 20:22-23).
Kedua, Paulus menjelaskan mengenai baptisan Roh Kudus: “diberi
minum dari satu Roh”. Roh Kudus yaitu “air hidup” yang diberikan
Tuhan Yesus kepada orang-orang percaya, sehingga mereka tidak
lagi merasa haus. Air ini akan menjadi mata air di dalam hati mereka,
mengalir kepada kehidupan kekal (Yoh. 4:14; 7:37-39).
Urutan ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Petrus dalam
khotbahnya di hari Pentakosta. Selanjutnya kita melihat hal ini
digambarkan pada apa yang dialami orang-orang percaya di gereja para
rasul. Namun ada beberapa pengecualian. Termasuk di antaranya yaitu
Saulus yang dibaptis dengan Roh Kudus sebelum ia menerima baptisan
air (Kis. 9:17). Di sini Yesus memperlihatkan bahwa Ia telah memilih
Saulus untuk menyatakan nama-Nya kepada bangsa-bangsa bukan
357
Yahudi, raja-raja dan bangsa Israel (Kis. 9:10-19). Kasus pengecualian
lain yaitu Kornelius dan keluarganya, yang juga menerima baptisan
Roh Kudus sebelum menerima baptisan air. Sekali lagi ini terjadi untuk
menunjukkan hikmat Allah, dan menunjukkan kepada orang-orang
Kristen dari bangsa Yahudi bahwa karunia keselamatan-Nya sekarang
juga diberikan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 10:28, 44-48;
11:1-4, 15-18).
Hari ini, di Gereja Yesus Sejati, kita juga melihat banyak contoh
orang-orang yang menerima Roh Kudus sebelum mereka menerima
baptisan air. Mereka yaitu tanda karunia Allah kepada mereka yang
mencari Dia dan gereja sejati-Nya. Pencurahan Roh Kudus menjadi
saksi atas injil yang telah mereka terima dan menolong membangun
iman mereka.
12.5.3 Cara baptisan air yang benar
saat Paulus bertemu dengan beberapa murid di Efesus, ia
bertanya, “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, saat kamu menjadi
percaya?” (Kis. 19:2).
Mereka menjawab, “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus.”
Paulus heran dan bertanya-tanya apakah baptisan yang telah
mereka terima, entah bagaimana, baptisan yang salah. Ini karena di
masa hujan awal, orang yang telah menerima baptisan air juga akan
meneri