Doktrin roh kudus 10

 


h kata “telah” dan golongan masyarakat yang 

disebutkan. Baptisan Roh Kudus telah terjadi dan melibatkan semua 

orang percaya, apa pun agama, suku atau golongannya. Kapankah 

baptisan Roh ini terjadi? Semua orang percaya menerima baptisan ini 

secara simbolis. Ini terlihat dalam perwujudan Roh yang bersejarah dalam 

apa yang dialami orang-orang Yahudi pada hari Pentakosta dan dalam 


325

pengalaman dari bangsa-bangsa bukan Yahudi. Injil tidak menunjukkan 

baptisan Roh lainnya. Tentu saja, seperti yang selanjutnya ditunjukkan 

Paulus, berdasarkan kedudukan kita menjadi anggota satu tubuh saat  

kita “diberi minum dari satu Roh” pada saat kita menjadi percaya. 

Ini sudah pasti. Semua orang telah dibaptis dalam Roh. Bersikeras 

bahwa pengalaman baptisan yaitu  syarat keselamatan dan melawan 

kebenaran ini yaitu  sebuah penghinaan langsung terhadap Allah dan 

sebuah awal pengalaman pura-pura dalam iman Kekristenan.

John H. Pickford (hal. 19) 

Apa kabar Alkitab?

Pertama, seperti telah disebutkan sebelumnya, kita perlu 

memahami bahwa kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 12:13 ditujukan 

kepada Gereja Korintus, sebuah gereja yang didirikan dan disertai oleh 

Roh Kudus. Pesan ini bukan ditujukan kepada orang-orang percaya 

atau gereja-gereja yang tidak mempunyai Roh Kudus. Kedua, apabila 

seperti yang dikatakan Pickford, bahwa “semua orang telah dibaptis 

dalam Roh”, lalu mengapa orang-orang Samaria tidak menerima Roh 

Kudus sesudah  mereka menerima baptisan air? Alkitab mencatat bahwa 

mereka baru menerima Roh Kudus sesudah  para rasul pergi kepada 

mereka dan menumpangkan tangan (Kis. 8:14-17). Kita juga melihat 

murid-murid di Efesus mengalami proses yang sama (Kis. 19:1-7). Ini 

menuai pertanyaan: apakah Pickford tidak menganggap orang-orang 

Samaria dan Efesus sebagai “orang-orang percaya”?

Kita perlu memahami bahwa percaya kepada Kristus, dibaptis 

dalam air, dan menerima Roh Kudus yaitu  tiga urusan yang 

berbeda dalam perjalanan iman seseorang. Ketiga hal ini tidak dapat 

dicampuradukkan sebagai satu pengalaman yang sama. Kita melihat 

hal ini digambarkan dengan baik dalam Kisah Para Rasul, melalui 

catatan-catatan bagaimana jemaat mula-mula datang kepada Kristus: 

sebagian menerima baptisan air sebelum menerima baptisan Roh 

Kudus (seperti orang-orang di Samaria, 8:14-17); yang lain dibaptis 

dengan Roh Kudus sebelum mereka menerima baptisan air (seperti 

Kornelius dan keluarganya, 10:44-48).

Ketiga, keyakinan bahwa “semua orang percaya menerima 

baptisan ini secara simbolis” secara doktrin tidak kuat. Baptisan Roh 

Kudus yaitu  sebuah proses yang harus dilalui setiap orang percaya 

secara individu dan pribadi. Pengalaman orang-orang Samaria (Kis. 

8:14-17), Paulus (Kis. 9:17), Kornelius sekeluarga (Kis. 10:44-46), 


326

dan murid-murid di Efesus (Kis. 19:1-7), semuanya memperlihatkan 

kebenaran ini. Mereka menerima Roh Kudus secara terpisah, di waktu 

yang berbeda, dan di tempat yang berlainan. Apabila mereka telah 

menerima baptisan secara simbolis pada hari Pentakosta seperti yang 

dikatakan Pickford, maka pengalaman mereka yaitu  pengalaman 

palsu.

Keempat, “minum dari satu Roh” tidak terjadi pada saat seseorang 

percaya kepada Kristus. Dari Alkitab, kita membaca bahwa minum dari 

Roh yang merupakan penjelasan simbolis baptisan Roh Kudus (Yoh. 

4:14; 7:37-39), selalu terjadi sesudah  menjadi percaya. Ini dengan jelas 

digambarkan oleh catatan-catatan tentang orang-orang percaya di 

Samaria dan murid-murid di Efesus.

Terakhir, berbeda jauh dengan mengenalkan “sebuah awal 

pengalaman pura-pura dalam iman Kekristenan” yang merupakan 

“penghinaan langsung terhadap Allah”, para rasul sendiri mengabarkan 

baptisan Roh Kudus yang merupakan kelanjutan dari keyakinan dalam 

Kristus. Mereka memberi kesaksian tentang sebuah baptisan yang 

dibuktikan dengan berbahasa roh, dan cukup nyata sehingga dapat 

dilihat dan didengar oleh semua orang di sekitarnya (Kis. 8:16-19; 

10:44-46; 19:2-7).

Kesalahpahaman 8

Kita tidak melihat adanya perintah dalam Injil untuk dibaptis dengan Roh 

Kudus. Perintah seperti itu tidak ada artinya karena 1 Korintus 12:13, 

“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang 

Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu 

tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”. Kita semua telah 

dibaptis dalam Roh.

John H. Pickford (hal. 32)

Pada hari Pentakosta, Tuhan mengutus-Nya (Roh Kudus) sebagai 

Karunia yang dijanjikan dari Bapa... Sejak hari itu Roh telah menetap 

selamanya di bumi di dalam umat percaya, dimulai dari 120 murid-murid 

yang menerima Dia pada hari Pentakosta, hingga saat ini... Sejak saat 

itu, saat seseorang yang berdosa menjadi anggota umat yang percaya, 

dengan segera mendapatkan bagian dalam Roh, bersama dengan 

seluruh anggotanya.

H. G. Randolph (hal. 12).


327

Sesudah itu maka setiap anak Allah telah dibaptis dengan Roh... Ini 

disimpulkan karena tidak ada perintah di dalam Alkitab yang mendesak 

atau memerintahkan orang percaya dibaptis dengan Roh.

H. G. Randolph (hal. 17 dan 18).

Apa kata Alkitab?

Keyakinan Randolph bahwa Roh Kudus telah hidup di antara 

orang-orang percaya sejak hari Pentakosta tidak mempunyai dasar 

alkitabiah. Sebaliknya, orang-orang percaya di Samaria dan Efesus, yang 

dicatat sesudah  hari Pentakosta, tidak menerima Roh Kudus “segera” 

sesudah  mereka percaya (Kis. 8:14-17; 19:1-7). Selanjutnya, pada masa 

para rasul, berbahasa roh merupakan bukti utama seseorang telah 

menerima Roh Kudus (Kis. 10:44-46). Dengan begitu, apabila semua 

orang percaya pada hari ini telah menerima Roh Kudus, maka mereka 

semua harus berbahasa roh. Namun mengapa ada begitu banyak orang-

orang Kristen dan gereja-gereja tidak memperlihatkan bukti ini?

Mengenai pendapat Pickford bahwa tidak ada  perintah di 

dalam Alkitab yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen harus 

dibaptis dengan Roh Kudus, sekali lagi kita menemukan bukti yang 

mengatakan sebaliknya. Yohanes Pembaptis mengajarkan, bahwa ia 

membaptis orang dengan air, namun  Kristus akan membaptis dengan 

Roh Kudus (Mat. 3:11). Lebih lanjut, Yesus mengulangi apa yang 

diajarkan Yohanes (Kis. 1:5) dan menyertakan sebuah perintah kepada 

murid-murid untuk menantikan Roh Kudus yang Ia janjikan (Luk. 

24:49; Kis. 1:4-5).

Kita juga melihat penekanan besar pada baptisan Roh Kudus di 

dalam pelayanan para rasul. Contohnya, saat  Petrus dan Yohanes 

mengetahui bahwa orang-orang percaya di Samaria belum menerima 

Roh Kudus, mereka menumpangkan tangan ke atas orang-orang 

itu untuk mendoakan mereka (Kis. 8:14-17). Begitu juga Paulus 

saat  mengentahui bahwa murid-murid di Efesus belum menerima 

Roh Kudus, ia membaptis ulang mereka di dalam nama Yesus dan 

menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 19:1-7).

Patut kita perhatikan bahwa Alkitab mendorong orang-orang 

percaya untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus. Kita melihat 

dorongan ini dalam pengajaran-pengajaran Yesus dan dalam pesan-

pesan dan pelayanan para rasul. Alkitab mengajarkan kepada kita, 

bahwa tanpa Roh Kudus, seseorang tidak dapat diselamatkan (Yoh. 


328

3:5), atau menerima kuasa (Luk. 24:49; Kis. 1:8). Jadi, perintah untuk 

“menerima Roh Kudus” ditujukan kepada setiap orang percaya yang 

belum menerima Roh-Nya. Sebaliknya, 1 Korintus 12:13 yang dikutip 

oleh Pickford ditujukan kepada Gereja Korintus yang telah menerima 

Roh Kudus.

Kesalahpahaman 9

Hari ini ada banyak orang yang berdoa memohon Roh Kudus 

mengabaikan fakta akan diamnya Roh Kudus di dalam dirinya. Tidak 

akan ada kepenuhan dalam Roh apabila kenyataan utama akan 

kehadiran-Nya tidak diyakini atau diabaikan... Anda diselamatkan saat  

Anda menjadi percaya, dan Anda menerima Roh Kudus... yang hidup di 

dalam diri Anda pada saat Anda percaya dengan Firman Allah tentang 

Anak-Nya.

L. L. Legters (hal. 9-10)

Apa kata Alkitab?

Seperti banyak penulis-penulis Kristen lainnya, Legters meyakini 

bahwa semua orang Kristen menerima Roh Kudus pada saat mereka 

percaya kepada Yesus. namun  catatan-catatan Alkitab hanya mencatat 

satu kejadian seperti ini, yaitu saat  Kornelius dan keluarganya 

menerima kabar injil (Kis. 11:15-17). Namun seperti yang kita lihat 

dari Alkitab, ini bukanlah pola umum, seperti yang kita lihat pada 

orang-orang percaya di Samaria dan Efesus (Kis. 8:14-17; 19:1-7).

Jadi, walaupun percaya kepada Yesus yaitu  sebuah prasyarat 

penting untuk menerima baptisan Roh Kudus, bukan berarti semua 

orang menerima Roh Kudus langsung pada saat mereka menerima 

Kristus. Dan hal penting yang perlu kita pahami, ini tidak akan dialami 

oleh jemaat dari gereja-gereja yang tidak mengabarkan injil yang 

sempurna dan sepenuhnya. Ini dikarenakan Roh Kudus yaitu  Roh 

kebenaran (Yoh. 14:17), dan Ia hanya dapat ditemukan di tempat 

kebenaran dikabarkan.


329

Kesalahpahaman 10

Karena ayat satu-satunya di surat-surat para rasul yang berhubungan 

dengan tema yang kita bahas (yaitu baptisan Roh Kudus) yaitu  1 

Korintus 12:13, maka ayat ini perlu kita perhatikan dengan sangat 

seksama. Kisah Para Rasul yaitu  sebuah tahapan pewahyuan yang 

belum selesai. Kitab ini yaitu  catatan mengenai kelanjutan pekerjaan 

Kristus yang telah naik ke surga, seiring Ia membentuk Gereja-Nya dan 

doktrin-doktrinnya, namun  pengalaman para rasul dalam membangun 

Gereja bukanlah model untuk orang Kristen pada hari ini. Sesungguhnya 

tidak ada pengalaman baptisan Roh Kudus yang dicatat dalam Kisah 

Para Rasul, bahkan di rumah Kornelius, yang dapat terjadi hari ini.

Ayat ini sendiri memberikan pencerahan pada arti dan tujuan pelayanan 

Roh Kudus. empat fakta muncul dengan jelas dari ayat ini.

Setiap orang percaya telah mendapatkan baptisan ini. “Kita semua”. 

“Semua” ini termasuk bahkan orang-orang yang berdosa karena hidup 

tidak bermoral dan memakan makanan yang telah dipersembahkan 

kepada berhala.

Ini yaitu  masa lalu di setiap kehidupan orang percaya. “Telah”.

Ini menunjukkan bahwa seorang percaya telah dibawa ke dalam tubuh 

Kristus, saat ia disatukan kepada Kristus. Karena penyatuan ini, ia 

“menjadi satu tubuh”, dengan segala berkat yang menyertai penyatuan 

itu.

Dalam hal ini tidak ada perbedaan di antara orang-orang percaya. 

Semua kelebihan berakhir, “baik orang Yahudi, maupun orang Yunani”. 

Semua kekurangan juga berakhir, “baik budak, maupun orang merdeka”. 

Semua menjadi anggota dari Satu Tubuh.

Seperti dahulu, demikian juga sekarang. Tidak ada di dalam Injil perintah 

yang mendorong orang percaya untuk mencari baptisan ini, atau pun 

membedakan orang-orang percaya, mereka yang telah atau yang belum 

menerima baptisan.

J. Oswald Sanders (hal. 78-79)

Apa kata Alkitab?

Keempat hal yang diangkat oleh Sanders mengenai 1 Korintus 

12:13 mengandung kelemahan-kelemahan mendasar:

Penggunaan susunan kata pada ayat ini yang menunjukkan

bahwa ini telah terjadi, dimaksudkan kepada Gereja 


330

Korintus yang didirikan oleh Roh Kudus.

Pesan ini tidak mempunyai pengaruh pada gereja-gereja

yang tidak mempunyai penyertaan Roh Kudus.

Gereja yang tidak disertai oleh Roh Kudus tidak berada di

dalam Kristus, dan tidak mempunyai bagian dalam berkat-

berkat-Nya.

Tentu saja, apabila suatu gereja mempunyai penyertaan

Roh Kudus, secara alami tidak ada lagi perbedaan di antara 

jemaat, karena semua anggota jemaat yaitu  “satu tubuh”. 

Namun kata-kata ini tidak berlaku pada gereja yang tidak 

disertai oleh Roh Kudus.

Kesalahpahaman 11

Mengutip Uskup H. C. G. Moule, J. Oswald Sanders menulis:

Perkenankan saya mengatakan dengan simpati dan ketulusan bahwa 

sebuah kesalahan tampaknya mendasari praktik yang sekarang umum 

di antara orang-orang Kristen, yaitu ‘menunggu’ baptisan khusus Roh 

Kudus agar dapat lebih melayani Tuhan. Tentunya ‘oleh satu Roh kita 

telah dibaptis ke dalam satu tubuh’. Dan sekarang bagian kita yaitu  

dengan iman yang rendah hati membuka diri dengan segala bagian jiwa 

dan hidup kita, sehingga kita dapat dipenuhi dengan apa yang telah kita 

miliki.

J. Oswald Sanders (hal. 71)

Sanders menambahkan:

Walau telah digenapi, karunia ini dinantikan dan masih menunggu 

penerimaan jemaat gereja secara individu. Masih banyak orang yang 

tidak menyadari bahwa Roh Kudus telah diberikan.

J. Oswald Sanders (hal. 113)

Apa kata Alkitab?

Di sini Sanders menunjukkan bahwa orang-orang Kristen hari ini 

keliru dengan “menunggu” baptisan Roh Kudus. Ia berpendapat bahwa 

Roh Kudus telah diberikan kepada mereka; masalahnya, mereka tidak 

menyadarinya.


331

Mengenai masalah mencari baptisan Roh Kudus, baik Moule dan 

Sanders telah mengabaikan kenyataan bahwa pengajaran ini diberikan 

oleh Yesus sendiri (Luk. 11:9-13; 24:49), dan dilakukan oleh para rasul 

dan orang-orang percaya di gereja mula-mula.

Mengenai ketidaktahuan kentara telah menerima baptisan Roh 

Kudus atau belum, Alkitab mengajarkan bahwa saat  Roh Kudus 

sungguh-sungguh membaptis seseorang, Ia tidak menyediakan ruang 

keraguan bagi si penerima maupun orang-orang di sekelilingnya. 

Alkitab menggambarkan pengalaman ini sebagai sesuatu yang dapat 

dilihat dan didengar (Kis. 2:33). Karena itu kita dapat menyimpulkan 

bahwa orang-orang yang dimaksudkan Sanders “tidak menyadari 

bahwa Roh Kudus telah diberikan” sebenarnya memang belum 

menerima Roh Kudus.

Kisah Para Rasul melukiskan sebuah gambaran baptisan Roh 

yang dapat dikenali dengan jelas. Contohnya kita melihat reaksi orang-

orang Yahudi yang menyaksikan fenomena itu pada hari Pentakosta, 

yang disebutkan “tercengang-cengang” (Kis. 2:7) dan “termangu-

mangu” (Kis. 2:12) melihat apa yang sedang mereka saksikan. Kita juga 

membaca tentang Simon, seorang tukang sihir yang “melihat” murid-

murid di Samaria menerima Roh Kudus, lalu menawarkan uang untuk 

membeli kuasa itu (Kis. 8:17-19). Selanjutnya kita melihat keheranan 

orang-orang Kristen dari kalangan Yahudi yang menyaksikan Kornelius 

dan keluarganya yang berasal dari bangsa bukan Yahudi menerima Roh 

Kudus. Dengan jelas Alkitab menulis: “mereka mendengar orang-orang 

itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46). 

Lalu kita mengetahui tentang murid-murid di Efesus yang menerima 

Roh Kudus saat  Paulus menumpangkan tangan ke atas mereka, dan 

kembali “mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat” (Kis. 

19:6).

Kita harus memahami bahwa surat-surat yang ditulis oleh para 

rasul ditujukan kepada gereja-gereja yang didirikan oleh Roh Kudus, 

atau paling tidak, kepada orang-orang yang telah menerima Roh Kudus. 

Karena itu sebagai penulis, para rasul tidak perlu membahas doktrin-

doktrin mendasar yang sudah mereka pahami.

Sebenarnya, apabila kita melihat kronologi kitab-kitab Alkitab, kita 

melihat sebuah pendekatan sistematis dalam pencatatan pengajaran-

pengajaran yang berhubungan dengan baptisan Roh Kudus: janji 

akan Roh Kudus dan pengajaran untuk mencari-Nya dibahas dalam 

keempat Injil; sejarah terinci mengenai pencurahan Roh Kudus dicatat 


332

dalam Kisah Para Rasul, sehingga orang-orang percaya dapat mengerti 

sifat pengalaman Roh Kudus; selanjutnya yaitu  surat-surat para rasul 

yang bertujuan untuk mendorong orang-orang percaya di gereja-

gereja tersebut (yang didirikan oleh Roh Kudus) untuk hidup dalam 

kehidupan yang penuh dengan Roh, dengan menghasilkan buah Roh 

dan ketaatan pada Roh Kudus.

Maka sungguh disayangkan apabila banyak gereja membaca 

dan mengutip berbagai surat para rasul di luar konteksnya, mengira 

bahwa pesan-pesan yang disampaikan kepada orang-orang percaya 

dan gereja-gereja yang disertai Roh Kudus, berlaku juga tanpa syarat 

kepada setiap orang percaya pada hari ini. Ini menjelaskan kekeliruan 

dan penyalahgunaan ayat-ayat yang selalu saja terjadi, seperti:

“Tidak tahukah kamu, bahwa kamu yaitu bait Allah dan

bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor. 3:16)

“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi,

maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, 

telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi 

minum dari satu Roh” (1Kor. 12:13).

“Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar

firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu—di dalam 

Dia kamu juga, saat  kamu percaya, dimeteraikan dengan 

Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu” (Ef. 1:13).

Ini menunjukkan bahwa kita harus kembali kepada Alkitab, 

meneliti pengajaran-pengajaran mengenai Roh Kudus, seperti 

yang dituliskan dalam kitab-kitab Injil, dalam Kisah Para Rasul, dan 

dalam surat-surat para rasul secara sistematis dan sesuai dengan 

konteksnya.

11.4 Mencari baptisan Roh Kudus tidaklah perlu

Kesalahpahaman 12

Pernyataan “dibaptis dengan Roh Kudus” atau sejenisnya hanya 

digunakan sebanyak enam kali dalam Perjanjian Baru [mengacu pada 

Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33; Kis. 1:5 dan Kis. 11:16]… 

Kutipan-kutipan yang ada juga menunjukkan bahwa baptisan Roh 

Kudus diutus dengan penuh kuasa. Di tiap kejadian, disebutkan “Kamu 

akan dibaptis”, bukan “Kamu mungkin dibaptis”. Tidak ada persyaratan 


333

yang ditujukan kepada manusia untuk mendapatkan pencurahan Roh 

Kudus. Allah dengan dengan wewenang ilahi menyatakan Pentakosta. 

Ini tidak ditentukan oleh penantian atau penderitaan para rasul. Banyak 

orang melupakan hal ini. Baptisan Roh Kudus tidak pernah dicari, namun  

diberikan.

John. H. Pickford (hal. 14-15)

Apa kata Alkitab?

Pernyataan bahwa “baptisan Roh Kudus diutus dengan penuh 

kuasa”, karena tidak ada orang yang dapat menyangkal bahwa 

pencurahan demikian bukanlah atas kehendak manusia. Tuhan-

lah yang mencurahkan karunia ini kepada siapa yang Ia kehendaki, 

dan tidak ada orang yang dapat mencegah-Nya apabila Ia hendak 

melakukan yang sebaliknya (ref. Kis. 10:44-45; 11:15-17). Demikian 

juga janji Allah bersifat absolut, dan dalam Alkitab tidak ada  hal 

yang menyatakan bahwa baptisan Roh Kudus hanyalah sekadar sebuah 

kemungkinan. Namun kebalikan dari pandangan Pickford, semua ini 

tidak terlepas dari tanggungjawab individu untuk mencari Roh Kudus.

Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kita mengenai sikap yang 

harus kita tunjukkan saat  berdoa memohon Roh Kudus. Dalam 

perumpamaan tentang sahabat di malam hari yang dicatat dalam 

Lukas 11:5-8, Ia menunjukkan perlunya seseorang untuk tidak pernah 

menyerah. Ia juga berkata:

Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, 

akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta 

telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang 

jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi 

Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka 

yang meminta kepada-Nya!

Lukas 11:11-13

Di sini kita mendapatkan pengajaran, bahwa ayah kandung 

kita secara alami akan memberikan hal-hal yang baik kepada 

anaknya dengan apa yang ia minta – hal-hal yang ia butuhkan dalam 

kehidupannya. Namun Bapa surgawi kita akan memberikan lebih lagi: 

Ia memberikan yang terbaik, yaitu Roh Kudus, yang dapat menuntun 

kita kepada kehidupan rohani yang berkelimpahan. Syarat satu-

satunya yaitu  dengan memintanya.


334

Dalam percakapan-Nya dengan perempuan Samaria, Yesus 

berkata, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah 

Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau 

telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air 

hidup” (Yoh. 4:10). “Karunia Allah” dan “air hidup” yang disebutkan 

Yesus, yaitu  Roh Kudus (Kis. 10:44-45; 11:15-17; Yoh. 4:14; 7:37-39). 

Memperoleh kenyamanan materi dapat disamakan dengan minum dari 

sumur Yakub – sesudah  beberapa waktu, kita akan haus kembali karena 

itu semua tidak dapat memuaskan jiwa kita (Yoh. 4:12-13). Berbeda 

dengan “air hidup” dari Allah, dapat menjadi mata air, mengalir kepada 

kehidupan kekal di dalam diri kita. Apabila kita meminumnya, kita 

mendapatkan sukacita dan kepuasan (Yoh. 4:14). Satu-satunya cara 

untuk mendapatkan air hidup ini yaitu  dengan menerima Kristus, 

yang yaitu  Pemberi air ini, dan meminta kepada-Nya (Yoh. 4:10).

Kesalahpahaman 13

Alkitab tidak pernah mendesak orang-orang percaya untuk mendapatkan 

baptisan ini [mengacu pada baptisan Roh Kudus] dan itu tidak membuat 

perbedaan dengan orang-orang percaya yang tidak pernah mengalami 

baptisan seperti ini.

Kita sering menyanyikan kidung indah “No more let sin deceive or 

earthly cares betray” (Tidak lagi ditipu dosa dan diperdaya kesenangan 

duniawi). Apakah baptisan ini penggambaran rohani? Si penulis merasa 

ini bukanlah demikian. Roh Kudus tidak pergi, karena ia datang untuk 

menyertai kita selamanya. Kita tidak boleh berdoa bersama Daud, 

“janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!”

J. Oswald Sanders (hal. 79, 126-127)

Apa kata Alkitab?

Bertolak belakang dengan pendapat Sanders, sebenarnya Alkitab 

mendorong orang-orang percaya untuk mencari baptisan Roh Kudus. 

Dalam Lukas 11:13, Yesus mengajarkan, “Jadi jika kamu yang jahat tahu 

memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu 

yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang 

meminta kepada-Nya.” Di Yohanes 4:10 Yesus berkata, “Jikalau engkau 

tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: 

Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan 


335

Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Paulus menjelaskan bahwa 

kita perlu mencari baptisan Roh Kudus karena Ia yaitu  “jaminan 

bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan 

yang menjadikan kita milik Allah” (Ef. 1:13-14).

Tentang pendapat Sanders mengenai baptisan Roh Kudus yang tidak 

membuat perbedaan apa-apa kepada orang-0rang percaya, sekali lagi 

kita melihat Alkitab mengajarkan hal yang sebaliknya. Pertama, saat  

para rasul di Yerusalem mendengar bahwa ada orang-orang percaya di 

Samaria, secara khusus mereka mengutus Petrus dan Yohanes untuk 

mengunjungi mereka, untuk menumpangkan tangan dan berdoa bagi 

mereka. Orang-orang Samaria itu yaitu  orang-orang percaya yang 

telah menerima injil dan bahkan telah menjalani baptisan air. Namun 

ada  hal sangat penting yang mereka lewatkan, sehingga para rasul 

memutuskan untuk mengunjungi mereka – mereka belum menerima 

Roh Kudus (Kis. 8:15). Kedua, kita melihat bahwa saat  Paulus pergi 

ke Efesus, hal pertama yang ia tanyakan kepada mereka yaitu  apakah 

mereka telah menerima Roh Kudus. saat  ia memastikan bahwa 

mereka belum menerimanya, ia segera membaptis ulang mereka di 

dalam nama Tuhan Yesus dan menumpangkan tangan ke atas mereka, 

sehingga mereka dapat menerima Roh Kudus. Jadi tampak jelas bahwa 

baptisan Roh Kudus sangat penting di mata para rasul. Roh Kudus juga 

membawa sebuah perubahan kepada orang-orang percaya: Ia menjadi 

jaminan dalam keselamatan mereka di surga (Yoh. 3:5; Ef. 1:13-14).

Selama berabad-abad, para pencipta musik dan pemazmur telah 

menulis puisi-puisi dan kidung yang indah di bawah pengilhaman 

Roh Kudus, sebagai jalan untuk menyatakan perasaan terdalam 

mereka kepada Allah. Contohnya, Daud menulis sebuah mazmur yang 

menubuatkan tentang Mesias (Mzm. 110:1; ref. Mat. 22:44; Kis. 2:29-

35), dan bersaksi tentang pekerjaan pengilhaman oleh Roh Kudus. 

Daud sendiri yaitu  orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus (1Sam. 

16:13) dan menyadari dengan jelas akan karunia yang ada di dalam 

dirinya. sesudah  melakukan dosa meawan Allah, ia menulis sebuah 

mazmur pertobatan, memohon kepada Allah: “janganlah mengambil 

roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mzm. 51:11). Tidak seperti Sanders, 

Daud mengerti bahwa Roh Kudus milik Allah dapat didukakan dan 

meninggalkan dirinya karena dosa (ref. Ef. 4:30).

Karena itu, walaupun Roh Kudus memang telah diutus untuk 

tinggal di antara anak-anak Allah selamanya, kita juga perlu memahami 

bahwa Allah yang benar dan kudus tidak dapat tinggal selamanya 

dengan orang-orang yang tidak hidup di dalam Roh (Gal. 5:16-17, 25).


336

Kesalahpahaman 14

Melihat desakan pada beberapa kalangan mengenai perlunya 

“menunggu” untuk menerima baptisan ini, pertimbangan sementara 

mengenai masalah ini masih pada tempatnya… Seratus dua puluh 

orang murid memang menunggu di ruang atas masih merupakan fakta 

yang tidak dapat diperdebatkan. Dan dengan demikian mereka menaati 

perintah Yesus Kristus (Luk. 24:49). Dengan taat mereka menunggu di 

Yerusalem, tempatnya telah dinamakan secara khusus dalam perintah 

Yesus. Apakah perintah Kristus ini masih berlaku dengan orang-orang 

percaya di masa sekarang? Bila demikian, mereka harus berziarah 

ke Yerusalem seperti orang-orang Muslim ke Mekah, karena perintah 

itu tidak dapat sungguh-sungguh dipenuhi di tempat lain. Jawaban 

untuk pertanyaan ini bergantung pada apakah penantian murid-murid 

menyebabkan turunnnya Roh Kudus kepada mereka. Jawabannya jelas 

tidak! Roh Kudus turun “saat  Hari Pentakosta sepenuhnya tiba”, saat  

Kristus naik kepada Bapa-Nya, saat  hari-hari yang telah ditentukan 

sebelum bumi ini diciptakan untuk kejadian ajaib ini, telah tiba.

J. Oswald Sanders (hal. 71)

Apa kata Alkitab?

Sebelum kenaikan-Nya ke surga, Tuhan Yesus memerintahkan 

murid-murid-Nya, “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang 

dijanjikan Bapa-Ku. namun  kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai 

kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). 

Yang terjadi selanjutnya bukanlah penantian kosong oleh murid-murid, 

namun  penantian yang dijalani dengan doa dan pengharapan. Alkitab 

mencatat 120 murid mengkhususkan diri mereka setiap hari dalam 

doa hingga hari Pentakosta tiba. Pada hari itu Roh Kudus turun dan 

mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan berbahasa roh (Kis. 

1:12-15; 2:1-4). Pengajaran untuk menunggu dalam doa masih sangat 

berlaku kepada orang-orang Kristen pada hari ini. Siapa yang haus 

akan baptisan Roh Kudus haruslah menantikan, berdoa, dan memohon 

dengan sabar.

Pencurahan Roh Kudus yang pertama kalinya memang terjadi 

di Yerusalem (Kis. 1:12-15; 2:1-6). Namun kita perlu memahami 

mengapa itu terjadi di sana: Allah bermaksud memanggil orang-orang 

Yahudi yang saleh, yang kembali ke kota itu untuk merayakan perayaan 

Pentakosta. Ia ingin agar mereka menerima injil dan membawa injil itu 

ke negara mereka masing-masing, dan dengan demikian, menyebarkan 

injil ke seluruh dunia. Kita harus memperhatikan, bahwa sesudah  


337

hari Pentakosta, tidak ada lagi tempat yang tetap atau ditentukan 

sebelumnya untuk mencurahkan Roh Kudus – Roh diturunkan di 

tempat-tempat yang berbeda, seperti di Samaria, Kaisarea, dan Efesus 

(Kis. 8:14-17; 10:1, 44-46; 19:1-7). Perlunya menunggu secara khusus 

di Yerusalem yaitu  untuk alasan dan waktu tertentu. Hari ini orang-

orang Kristen tidak perlu menunggu di sana.

Mengenai apakah penantian murid-murid menyebabkan turunnya 

Roh Kudus, jawabannya sudah pasti “ya”. Perintah untuk menunggu 

diberikan dengan sangat jelas oleh Tuhan Yesus kepada mereka. Jadi 

mereka mengikuti apa yang telah Ia perintahkan sebelumnya kepada 

mereka. Ketaatan mereka menunjukkan kata-kata terakhir Yesus: 

“Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan 

kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai 

kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Ia berjanji kepada mereka bahwa 

Ia akan bersama-sama dengan mereka selamanya, melalui Roh Kudus 

yang akan tinggal dalam hati mereka, dengan syarat, agar mereka 

mengajarkan orang-orang lain untuk memegang perintah-Nya, dan 

itu tentu saja berarti mereka juga perlu memegangnya. Maka tidak 

mengherankan apabila mereka mengikuti perintah Yesus dengan 

setia dan menantikan kedatangan Roh Kudus. Bila sebaliknya, seperti 

yang dikatakan Sanders, pencurahan Roh Kudus tidak ada kaitannya 

dengan penantian mereka di Yerusalem, maka mereka dapat saja 

memulai pekerjaan penginjilan segera sesudah  Yesus naik ke surga, dan 

pergi keluar dari Yerusalem untuk melakukannya. Namun kita melihat 

bahwa mereka tidak melakukan hal ini – mereka menunggu dalam 

doa di tempat yang telah ditentukan Yesus, sampai mereka dikenakan 

kuasa dari tempat yang maha tinggi.

Kesalahpahaman 15

Perjanjian Baru tidak pernah menetapkan syarat atau kondisi apa 

pun untuk berdoa memohon Roh Kudus. Denominasi-denominasi 

Kharismatik mengacu pada Alkitab untuk memperoleh pembenaran, 

namun  telah salah menafsirkan artinya. Mereka telah menyimpangkan 

Alkitab untuk mendukung pendapat mereka. Mereka berkata bahwa 

dalam Kisah Para Rasul 1:14, para rasul dan beberapa perempuan 

berkumpul di ruang atas sesudah  Tuhan naik ke surga, dan “bertekun 

dengan sehati dalam doa bersama-sama”, dan sesudah  10 hari Roh 

Kudus turun kepada mereka. Sebenarnya Alkitab berkata bahwa mereka 

hanya berdoa dan tidak berdoa memohon turunnya Roh Kudus. Sebelum 

kenaikan Tuhan, mereka diperintahkan untuk tetap tinggal di Yerusalem 


338

dan “menantikan janji Bapa”, yaitu baptisan Roh Kudus, dan kemudian 

mereka menunggu di kota suci. Tuhan telah mengatakan kepada mereka 

mengenai kedatangan janji Bapa, namun  tidak memerintahkan mereka 

untuk berdoa memohon turunnya Roh Kudus. Meskipun misalnya 

mereka tidak berdoa, mereka masih akan menerima Roh Kudus karena 

Tuhan tidak akan mengingkari janji-Nya. Ia setia dan benar. Mereka 

cukup tinggal dan menunggu di Yerusalem untuk menerima janji Bapa 

yang akan segera datang.

Hari ini Roh Kudus telah turun: mengapa kita masih harus menunggu? 

Pada saat itu murid-murid bertekun dalam doa setiap hari, sehingga 

kita dapat melihat perubahan mereka karena mereka telah mengetahui 

akan kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus, dan kekudusan mereka 

dari persekutuan dengan Tuhan dan kasih mereka satu sama lain. Tidak 

ada petunjuk mengenai mereka berdoa memohon Roh Kudus. Kita tidak 

boleh mencoba-coba membaca pengajaran-pengajaran tertentu dari 

Alkitab.

ende Hu (hal. 10)

Apa kata Alkitab?

Tuhan Yesus memberikan janji-janji berikut ini kepada murid-

murid-Nya mengenai Roh Kudus:

Ia akan bersama-sama dengan mereka selamanya, dan

tidak akan meninggalkan mereka sebagai anak yatim (Yoh. 

14:16-18).

Ia akan menuntun mereka kepada seluruh kebenaran, dan

menyatakan hal-hal yang akan datang kepada mereka (Yoh. 

16:13).

Ia akan mengajar mereka dengan apa yang mereka

ucapkan dan memberikan mereka kecakapan dan hikmat, 

sehingga bahkan musuh-musuh mereka tidak akan dapat 

membantahnya (Luk. 12:12; 21:15).

Ia akan mengenakan mereka dengan kuasa dari atas

sehingga mereka dapat mengabarkan injil ke ujung dunia 

(Luk. 24:49; Kis. 1:8).

Ia akan mengutus mereka keluar untuk mengabarkan kabar

baik dan memberikan mereka kuasa untuk mengampuni 

dosa (Yoh. 20:21-23; Luk. 4:18).

Untuk menerima janji ini, murid-murid harus menunggu di 

Yerusalem, tempat mereka akan segera menerima baptisan Roh Kudus 


339

(Luk. 24:49; Kis. 1:4-5). Murid-murid mengikuti perintah Tuhan 

dengan menanti selama sepuluh hari, dan selama itu mereka “bertekun 

dengan sehati dalam doa bersama-sama” (Kis. 1:14). [Alkitab Bahasa

Inggris: “continued with one accord in prayer and supplication”]. Kata

“permohonan” [supplication] menjadi penting: dalam penantian, mereka

memberitahukan permohonan mereka kepada Allah. Singkatnya, kita 

melihat para rasul melakukan tiga hal yang berhubungan: menunggu, 

berdoa, dan menaikkan permohonan. Tidak diragukan lagi apakah 

yang mereka minta: tujuan tunggal penantian mereka di Yerusalem 

yaitu  pencurahan Roh Kudus. Dengan demikian pendapat Hu yang 

mengatakan hal yang sebaliknya, yaitu  keliru.

Menunggu membutuhkan kesabaran; kesabaran yaitu  ekspresi 

iman; dan tanpa iman, kita tidak dapat menyenangkan Allah (Mat. 

21:22; Ibr. 11:6). Iman menguatkan kesabaran: semakin banyak iman 

yang dipunyai seseorang, semakin sabar ia menantikan Allah, sehingga 

ia dapat tetap setia hingga akhir. Kita melihat hal ini di dalam diri Daud 

saat  menantikan Allah dengan sabar, dan doanya didengar (Mzm. 

40:1).

Keyakinan Hu bahwa janji Roh Kudus dari Yesus akan tetap 

digenapi kepada para rasul tanpa perlu berdoa dan memohon 

tidak tepat. Ini sama saja dengan menyatakan bahwa karena Allah 

“menghendaki supaya semua orang diselamatkan” (1Tim. 2:4), maka 

Ia akan menyelamatkan umat manusia tanpa syarat dan tidak peduli 

usaha apakah yang ia lakukan. Namun kita perlu menyadari bahwa 

ayat ini menunjukkan bahwa, walaupun Allah mengharapkan semua 

orang diselamatkan, mereka juga mempunyai tanggungjawab untuk 

percaya kepada-Nya dan taat kepada-Nya. Begitu juga janji Allah untuk 

mencurahkan Roh Kudus barulah satu bagian dari sebuah persamaan: 

bagian lain dalam persamaan itu yaitu  tugas kita untuk menunggu, 

berdoa, dan memohon Roh Kudus dengan iman.

Kesalahpahaman 16

“Apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus 

kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Luk. 11:13). Pada ayat ini, 

Tuhan bukan sedang mengajarkan murid-murid-Nya untuk memohon 

Roh Kudus; Ia hanya menekankan kasih Bapa Surgawi yang sangat 

besar dan kesediaan-Nya untuk mendengar doa anak-anak-Nya. Bila 


340

kita berdoa memohon berkat-berkat dari atas, Bapa Surgawi akan 

memberikannya kepada kita melalui Roh Kudus, karena saat  Roh 

Kudus diberikan kepada kita, berkat-berkat itu akan datang kepada 

kita. Apabila kita membandingkan janji yang dicatat dalam Lukas 11:13 

dengan yang ada  pada Matius 7:11, kita dapat melihat bahwa 

penafsiran kita tepat. Matius 7:11 berkata, “apalagi Bapamu yang di 

sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta 

kepada-Nya”. Kedua ayat ini memberikan pengajaran yang sama: ayat 

di Matius menjanjikan hal-hal yang baik kepada mereka yang meminta 

kepada Bapa; ayat di kitab Lukas memuat janji untuk memberikan 

Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Apabila kita 

menggabungkan dua ayat ini, kita mengetahui bahwa hal-hal yang 

baik diberikan kepada kita melalui Roh Kudus. Karena itu Lukas pasal 

11 tidak mengajarkan orang-orang percaya bagaimana mendapatkan 

Roh Kudus; permohonan yang dimaksudkan bukanlah sebuah cara 

atau syarat untuk turunnya Roh Kudus. Beberapa orang mengacu 

pada Yohanes 4:10 saat  Tuhan berkata kepada perempuan Samaria, 

“Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang 

berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta 

kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”, mengira 

bahwa cara menerima Roh Kudus yaitu  dengan meminta. namun  di sini 

Tuhan hanya menunjukkan apabila perempuan itu mengenal Tuhan, ia 

akan meminta air hidup kepada-Nya. Dengan kata lain, meminta kepada 

Tuhan hanyalah cara untuk mengenalnya, bukan sebuah syarat untuk 

menerima air hidup.

ende Hu (hal. 11)

Apa kata Alkitab?

Lukas 11:11-13 mencatat Yesus berbicara mengenai reaksi alami 

seorang ayah duniawi yang mengasihi anaknya, dan memberikan hal-

hal baik kepadanya. Ia membandingkannya dengan kasih ilahi Allah: 

“jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada 

anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan 

Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Inti dari pesan 

ini yaitu  kesediaan Allah untuk memberikan yang terbaik kepada 

anak-anak-Nya, saat mereka meminta kepadanya, yaitu Roh Kudus. 

Hu melewatkan bagian penting ini dengan berpendapat bahwa Yesus 

hanya sedang mengajarkan kasih Allah dan kesedian-Nya untuk 

menjawab doa anak-anak-Nya.

ada  hal yang bertolak belakang dalam pendapat Hu: “Bila 

kita berdoa memohon berkat-berkat dari atas, Bapa Surgawi akan 

memberikannya kepada kita melalui Roh Kudus, karena saat  Roh 

Kudus diberikan kepada kita, berkat-berkat itu akan datang kepada 


341

kita.” Sebelumnya, dalam bukunya di halaman 10, ia berkata, “Hari ini 

Roh Kudus telah turun: mengapa kita masih harus menunggu?” Bila 

pendapat Hu ini benar, maka pengajarannya untuk “berdoa memohon 

berkat-berkat dari atas” bertolak belakang, sebab ia sudah berpendapat 

bahwa berkat-berkat datangnya dari Roh Kudus, yang diberikan pada 

saat seseorang menjadi percaya. Seperti banyak penulis-penulis 

Kristen, Hu percaya bahwa Roh Kudus turun satu kali dan untuk 

selamanya pada hari Pentakosta, dan orang-orang percaya sekarang 

menerima Roh Kudus pada saat mereka menerima Kristus.

Matius 7:11 dan Lukas 11:13 mencatat pengajaran Yesus yang sama. 

Mereka harus dibaca bersama-sama untuk memberikan pengertian 

Roh Kudus yang lebih jernih sebagai sesuatu yang patut dicari dan 

didapatkan. “Hal-hal yang baik” yang dikatakan Yesus dalam Matius 

7:11 yaitu  “Roh Kudus” dalam Lukas 11:13. Sangat disayangkan Hu 

melihatnya sebagai dua hal yang berbeda dengan berpendapat “Apabila 

kita menggabungkan dua ayat ini, kita mengetahui bahwa hal-hal yang 

baik diberikan kepada kita melalui Roh Kudus”.

Mengenai perkataan Yesus kepada perempuan Samaria: “Jikalau 

engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata 

kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-

Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup” (Yoh. 4:10), Hu 

berpendapat bahwa Yesus sekadar menjelaskan kepada perempuan 

itu bahwa ia tidak mengenal-Nya. Hu menambahkan bahwa tindakan 

meminta hanyalah sebuah cara untuk mengenal Yesus lebih baik, 

bukan sebuah syarat menerima Roh Kudus.

Apabila kita memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab, kita 

melihat beberapa kelemahan dalam pemikiran Hu. Alkitab berkata:

Roh Kudus yaitu sebuah karunia yang mulia dari Allah

(Kis. 10:44-45; 11:15-17).

Roh Kudus diberikan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 1:32-33).

Orang yang meminta Roh Kudus dari Tuhan akan diberikan

“air hidup” ini (Yoh. 7:37-39).

Perempuan Samaria itu pastilah sedang meminta air hidup. Ini 

karena begitu ia menyadari bahwa air hidup dapat melegakan rasa 

haus seseorang selamanya, ia berkata kepada Yesus, “Tuhan, berikanlah 

aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini 

untuk menimba air.” (Yoh. 4:15). Dari catatan Alkitab ini, kita dapat 

meresapi bahwa kita juga dapat memohon Roh Kudus, dan terlebih 


342

lagi, mempunyai keyakinan bahwa Ia akan mengabulkan permohonan 

kita (Yoh. 4:10).

Kesalahpahaman 17

Di Kisah Para Rasul 8, Petrus dan Yohanes berdoa secara terpisah agar 

Roh Kudus turun kepada murid-murid Samaria; mereka tidak berkumpul 

bersama dalam sebuah kelompok untuk berdoa. saat  Roh Kudus 

turun kepada Kornelius dan keluarganya seperti dicatat dalam pasal 10, 

ini bukan dikarenakan mereka menerima penumpangan tangan atau 

memohon secara perorangan, namun  karena mereka mendengar dan 

percaya dengan injil.

ende Hu (hal. 11-12)

Apa kata Alkitab?

saat  rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah 

menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. 

Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu 

beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun 

di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan 

Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu 

mereka menerima Roh Kudus.

Kisah Para Rasul 8:14-17

Ayat ini menjelaskan bahwa Petrus dan Yohanes pergi secara 

khusus kepada orang-orang percaya di Samaria untuk menolong 

mereka berdoa memohon Roh Kudus. Dicatatkan bahwa saat  mereka 

menumpangkan tangan, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tidaklah 

masuk akal apabila para rasul pergi ke Samaria untuk berdoa secara 

masing-masing. Mereka berdoa untuk, dan bersama, orang-orang 

percaya di Samaria agar menerima Roh Kudus.

Mengenai turunnya Roh Kudus kepada Kornelius dan keluarganya, 

ini yaitu  sebuah peristiwa penting yang menunjukkan pilihan Allah 

atas bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 11:8). Sebelumnya Allah telah 

memperlihatkan misi dan tujuan-Nya kepada Petrus melalui sebuah 

penglihatan dan mengutusnya untuk mengabarkan injil kepada 

keluarga Kornelius. Di tengah-tengah khotbah Petrus, Roh Kudus turun 

ke atas mereka, sehingga menyebabkan keheranan jemaat-jemaat dari 

bangsa Yahudi yang menemani Petrus. Petrus berkata kepada jemaat 


343

dari bangsa Yahudi, “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis 

orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh 

Kudus sama seperti kita?” (Kis. 10:47). Ia kemudian membaptis 

keluarga Kornelius di dalam nama Tuhan Yesus (Kis. 10:23-48).

Ini yaitu  peristiwa yang penting, karena peristiwa ini bertujuan 

untuk mengakhiri segala pandangan dan ketentuan yang sebelumnya 

dipegang oleh orang-orang Yahudi mengenai bangsa-bangsa bukan 

Yahudi. Sekarang Petrus mengerti bahwa tidak ada orang yang dapat 

dianggap haram atau tidak tahir, dan dalam hal keselamatan, Allah 

tidak membeda-bedakan orang. Ia kemudian menjelaskan kejadian 

ini kepada sekelompok rasul-rasul yang kecewa di Yerusalem, yang 

kemudian akhirnya mengerti, memuliakan Allah dan mengakui bahwa 

“kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan 

yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).

Melalui kejadian ini Allah menginginkan agar gereja mengerti 

bahwa mereka yang tidak disunat (yaitu bangsa-bangsa bukan Yahudi) 

menjadi benar melalui iman di dalam Dia, dan Ia yaitu  Allah atas 

bangsa Yahudi, namun  juga Allah atas bangsa-bangsa lain (Rm. 3:29-

30). Allah menyingkapkan misteri yang sebelumnya tersembunyi 

sepanjang masa, bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi akan menjadi 

sesama ahli waris, anggota dari tubuh yang sama, dan mempunyai 

bagian dalam janji Kristus Yesus melalui injil (Ef. 3:3-6). Ia melakukan 

ini melalui berbagai tanda dan mujizat:

Melalui sebuah penglihatan Allah menyuruh Kornelius

untuk mengutus hamba-Nya ke Yope untuk mengundang 

Petrus untuk membagikan injil Kristus.

Allah memperlihatkan sebuah penglihatan kepada Petrus

agar tidak melihat bangsa-bangsa lain sebagai haram atau 

tidak tahir.

Allah mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada Kornelius

sekeluarga saat mereka sedang mendengarkan injil, bahkan 

sebelum mereka menerima baptisan air.

Karena itu, seperti yang dikatakan Hu, mereka menerima Roh 

Kudus “bukan dikarenakan mereka menerima penumpangan tangan 

atau memohon secara perorangan, namun  karena mereka mendengar 

dan percaya dengan injil.” Namun, ini yaitu  peristiwa khusus dan tidak 

menunjukkan bahwa berdoa memohon Roh Kudus dan penumpangan 

tangan tidak diperlukan. Malah, contoh dan pengajaran yang dikandung 

dalam bagian lain di Alkitab menunjukkan kebalikannya.


344

11.5 Kesimpulan

Kesimpulannya, Roh Kudus bekerja untuk menuntun orang 

percaya dalam mengerti kebenaran yang sepenuhnya (Yoh. 16:13) 

dan memperlengkapi mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (Luk. 

24:49). Baptisan Roh Kudus yaitu  jaminan warisan surgawi kita (Ef. 

1:14).

Kita semua perlu memegang perintah Yesus dan pengajaran para 

rasul, untuk berdoa memohon baptisan Roh Kudus. Sudah saatnya kita 

bergerak menjauhi pengajaran-pengajaran yang salah seperti yang 

menyatakan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu berdoa memohon 

Roh Kudus, karena Pentakosta tidak akan terulang, dan semua orang 

telah menerima Roh Kudus saat mereka percaya kepada Kristus.

Kiranya Allah mengilhamkan semua orang Kristen untuk 

menyadari perlunya mendapatkan baptisan Roh Kudus. Dan kiranya 

kita juga belajar dari ungkapan bijak beberapa penulis Kristen:

Oleh karena itu tidak berarti setiap orang percaya telah menerima 

baptisan ini [yaitu baptisan Roh Kudus]. Pemberian Allah yaitu  satu 

hal. Namun tindakan untuk menerimanya yaitu  hal yang berbeda.

A. J. Gordon (hal. 67)

Roh Allah tidak dapat memiliki orang-orang percaya di luar kemampuan 

mereka untuk menerima-Nya. Janji ini sedang menunggu; sekarang Roh 

berada dalam kepenuhan-Nya. Kemampuan kita untuk menerima perlu 

diperbesar. Janji itu ada di kaki tahta, di mana orang-orang percaya 

terus bersama-sama dalam pujian dan kasih dan doa.

A. Murray (hal. 152-153)

Yang terakhir, marilah kita kembali ke dalam pengajaran Alkitab 

sehingga kita dapat mengerti kebenaran apakah artinya dibaptis 

dengan Roh Kudus. Dengan begitu kita juga dapat menikmati berkat-

berkat yang berlimpah dalam Kristus Yesus.



Jelaskan mengapa kepercayaan berikut tidak alkitabiah:

1. Sejak hari Pentakosta dan seterusnya, orang telah menerima 

Roh Kudus saat mereka menerima Yesus Kristus sebagai 

Juruselamat (ref. Kis. 2:38; 11:15; Ef. 3:17; Yoh. 7:38-39).

2. Pentakosta tidak akan terulang karena Roh Kudus turun 

kepada gereja satu kali untuk selamanya (ref. 1Kor. 12:13).

3. Baptisan Roh Kudus yaitu  “peristiwa sejarah”, sementara 

kepenuhan Roh Kudus sekarang yaitu  pengalaman pribadi 

orang percaya.

4. Semua orang percaya telah menerima Roh Kudus secara 

simbolis pada hari Pentakosta. Mengajarkan orang untuk 

berdoa memohon Roh Kudus menambahkan pengalaman 

palsu ke dalam Kekristenan, dan merupakan tindakan 

melawan Allah.

5. Kita tidak dapat menemukan perintah untuk menerima 

baptisan Roh Kudus di dalam Alkitab, karena semua orang 

percaya telah mempunyai Roh Kudus.

6. Turunnya Roh Kudus yaitu  kejadian yang telah digenapi.

7. Baptisan Roh Kudus yaitu  sebuah pemberian; ini tidak 

didapatkan melalui doa.

8. Perintah untuk menunggu turunnya Roh Kudus tidak dapat 

dilakukan oleh orang-orang percaya pada masa sekarang; 

atau paling tidak, mereka harus menantikannya secara 

khusus di Yerusalem.

9. Murid-murid tidak mungkin sedang berdoa memohon 

Roh Kudus sesudah  kenaikan Yesus (ref. Kis. 1:14) karena 

pencurahan itu yaitu  sebuah janji dan akan terjadi, bahkan 

tanpa perlu mereka memohonnya.

10. Orang-orang Samaria tidak berkumpul dengan para rasul 

untuk berdoa memohon Roh Kudus. Karena itu orang-orang 

Kristen pada hari ini tidak perlu berkumpul untuk berdoa 

memohon Roh Kudus.


Kitab Kisah Para Rasul memberikan catatan dramatis tentang 

pencurahan Roh Kudus yang pertama pada gereja mula-mula:

saat  tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu 

tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin 

keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan 

tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran 

dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka 

dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-

bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk 

mengatakannyaWaktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang 

saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. saat  turun bunyi itu, 

berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-

masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka 

sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran…namun  orang 

lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.”

Kisah Para Rasul 2:1-7, 13

Kemudian Petrus dengan berani berdiri di hadapan kerumuman 

orang yang terheran-heran untuk menjelaskan kepada mereka bahwa 

apa yang sedang mereka lihat yaitu  penggenapan nubuat Nabi Yoel:

Akan terjadi pada hari-hari terakhir—demikianlah firman Allah—bahwa 

Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-

anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu 

akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua 

akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan 

perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka 

akan bernubuat.

Kisah Para Rasul 2:17-18; ref Yoel 2:28-29


347

Selanjutnya Petrus menyatakan, “Sebab bagi kamulah janji itu dan 

bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak 

yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita” (Kis. 2:39).

Catatan Alkitab ini menjelaskan bahwa kedatangan Roh Kudus 

telah lama dinubuatkan, dan penggenapannya dimulai pada hari 

Pentakosta. Hari ini, janji ini berlaku untuk semua orang, karena 

Paulus berkata, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, 

maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah 

dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu 

Roh”  (1Kor. 12:13).

Pada bab ini, kita akan melihat apa yang diajarkan Alkitab untuk 

memperoleh janji ini.

12.2 Menemukan Roh Kudus di gereja sejati

Dari catatan berbeda dalam Alkitab, kita mengetahui perlunya 

mendapatkan baptisan Roh Kudus, khususnya di gereja sejati Allah

12.2.1 Menanti di Yerusalem

Sebelum ia naik ke surga, Yesus memerintahkan murid-murid-

Nya, “Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. 

namun  kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi 

dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). “Ia melarang 

mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di 

situ menantikan janji Bapa, yang—demikian kata-Nya—"telah kamu 

dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun  

tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."” (Kis. 1:4-5). 

Yesus memerintahkan dengan sangat rinci agar mereka menunggu di 

Yerusalem, bukan di tempat lain. Murid-murid memegang perintah-

Nya dengan menantikan dan berdoa di sana. saat  hari Pentakosta 

tiba, janji itu digenapi (Kis. 1:12-15; 2:1-4).

Yerusalem yaitu  sebuah kiasan gereja sejati, yang didirikan oleh 

Roh Kudus. sesudah  hari Pentakosta, orang-orang percaya di gereja 

sejati menerima Roh Kudus di mana pun para rasul mengabarkan injil 

(Kis. 8:14-17; 10:44-46; 19:1-7). Ini menjadi penggenapan kata-kata 

Nabi Zakharia: “namun  bila mereka dari kaum-kaum di bumi tidak 


348

datang ke Yerusalem untuk sujud menyembah kepada Raja, TUHAN 

semesta alam, maka kepada mereka tidak akan turun hujan” (Zak. 

14:17). Karena hujan melambangkan Roh Kudus, kita mengetahui 

bahwa nubuat ini membiacarakan tentang orang-orang berdatangan 

ke Yerusalem – yaitu gereja sejati – untuk menerima Roh Kudus.

Gereja para rasul yaitu  sungguh-sungguh milik Yesus Kristus 

karena gereja ini secara pribadi didirikan oleh Roh Kudus hujan 

awal dan disertai oleh Roh. Karena itu Alkitab menyebutnya sebagai: 

bait Allah (1Kor. 3:16); tubuh Kristus (Ef. 1:23); jemaat Allah, tiang 

penopang dan dasar kebenaran (1Tim. 3:15); mempelai perempuan 

Anak Domba (Why. 21:2, 9-10). Gereja memegang kebenaran, jadi 

imannya didirikan di atas dasar para rasul, nabi dan Yesus Kristus 

(Ef. 2:19-20). Injil yang diberitakan para rasul disertai oleh kesaksian 

Roh Kudus melalui tanda dan mujizat, untuk memenangkan ketaatan 

bangsa-bangsa bukan Yahudi (Mrk. 16:20; Rm. 15:18; Kis. 3:12-16; Ibr. 

2:4).

12.2.2 Anugerah yang diberikan melalui para rasul

Apabila kita membaca Kisah Para Rasul, kita melihat sebuah 

pola, yaitu saat  orang-orang yang menerima Roh Kudus, pertama-

tama bertemu dengan para rasul dari gereja sejati. Pertama, kita 

melihat orang-orang Samaria menerima injil melalui Filipus dan 

kemudian menerima Roh Kudus saat  Petrus dan Yohanes datang 

untuk menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 8;14-17). Kedua, 

kita melihat Saulus dipanggil oleh Yesus dalam perjalannya ke 

Damaskus, namun  tidak segera menerima Roh Kudus. sesudah  Tuhan 

mengutus Ananias untuk menumpangkan tangan, barulah Saulus 

menerima karunia ini (Kis. 9:3-17). Ketiga, Kornelius. Seseorang yang 

saleh dan takut akan Allah dan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik 

dan senantiasa berdoa. Ia tidak menerima Roh Kudus sampai saat  

Tuhan mengutus Petrus untuk memberitakan injil kepadanya dan 

keluarganya (Kis. 10:1-5, 44-46). Keempat, murid-murid di Efesus 

tidak menerima Roh Kudus saat mereka percaya (karena mereka baru 

mendapatkan baptisan Yohanes); sesudah  Paulus pergi kepada mereka 

dan membaptis ulang mereka dalam nama Yesus dan menumpangkan 

tangan, barulah mereka mendapatkan Roh Kudus (Kis. 19:1-7).

Contoh-contoh ini memperlihatkan bahwa pada masa hujan awal, 

orang-orang percaya menerima baptisan Roh Kudus saat  mereka 


349

berhubungan langsung dengan gereja melalui para rasul. Di masa hujan 

akhir sekarang, prinsip ini masih tetap berlaku. Mereka yang mencari 

baptisan Roh Kudus pertama-tama harus datang ke gereja sejati yang 

meneruskan pelayanan gereja mula-mula dan para rasul.

12.2.3 Mengenali gereja sejati di masa sekarang

Gereja sejati di masa sekarang, yaitu  gereja yang dirancang 

sesuai dengan gereja di masa para rasul. Alkitab mengacu gereja ini 

sebagai “gunung tempat rumah TUHAN [yang] akan berdiri tegak di

hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala 

bangsa akan berduyun-duyun ke sana,” (Yes. 2:2). Gereja ini yaitu  

Gereja Yesus Sejati, yang didirikan oleh Roh Kudus dan mempunyai 

penyertaan-Nya. Ia mengabarkan kebenaran dan mempunyai 

kesaksian dari tanda dan mujizat. Sejak pendiriannya di awal abad 

ke-20, kita melihat orang-orang percaya mengalami pencurahan Roh 

Kudus yang sama seperti 2000 tahun yang lalu. Karena itu, siapa saja 

yang menginginkan baptisan Roh Kudus dapat datang dan mencari Dia 

di gereja ini.

Gereja Yesus Sejati telah bertahun-tahun melihat orang-orang yang 

berbeda datang melalui pintu gerbangnya karena penginjilan pribadi 

dan melalui penginjilan tertulis. Mendengar dan menerima injil yang 

sempurna, orang-orang telah menerima Roh Kudus yang dijanjikan. 

Sebaliknya, ada orang-orang Kristen dari denominasi-denominasi lain 

yang telah mendengar kehadiran dan pekerjaan Roh Kudus di Gereja 

Yesus Sejati, namun  belum menerima Roh Kudus karena keraguan 

mereka untuk datang ke gereja ini. Ada juga beberapa kejadian 

mengenai beberapa hamba Tuhan dari denominasi-denominasi 

berbeda yang awalnya menerima injil sejati yang dikabarkan gereja dan 

juga menerima baptisan Roh Kudus, namun  pada akhirnya kehilangan 

anugerah ini karena keraguan mereka untuk meninggalkan iman 

mereka yang lama dan kedudukan mereka sebelumnya agar dapat 

masuk ke dalam gereja.

12.3 Taat pada kebenaran

Sama seperti negara yang diperintah oleh seorang pemimpin, 

begitu juga kerajaan Allah – yaitu gereja-Nya – dipimpin oleh Allah. 


350

Ia yaitu  Raja kita, dan kita yaitu  umat-Nya (Ef. 2:19; Fil. 3:20). 

Karena itu kita mempunyai tanggungjawab untuk menaati kehendak 

dan perintah-Nya. Alkitab menyatakan imbalan atas ketaatan kepada 

Allah: “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai 

Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka” (Mzm. 119:165). 

“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka 

damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan 

kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang 

laut yang tidak pernah berhenti” (Yes. 48:18).

12.3.1 Contoh-contoh ketaatan dan ketidaktaatan

Alkitab memperlihatkan banyak contoh orang-orang yang taat 

maupun tidak taat dengan kehendak Allah. Mereka menunjukkan 

kepada kita bahwa ketaatan dan ketidaktaatan memberi akibat yang 

berbeda kepada mereka yang terlibat, dan bahkan sampai kepada 

keturunan mereka.

Di antara mereka yang tidak taat yaitu  Adam, nenek moyang 

kita. Allah memberikan kepadanya hanya satu perintah: “namun  pohon 

pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan 

buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” 

(Kej. 2:17). Sayangnya Adam melanggar perintah ini karena ia tidak 

berhasil mengalahkan godaan. Akibatnya yaitu  kutukan yang harus 

ia tanggung dan diusir dari Taman Eden (Kej. 3:4-6; 16-19, 24). Lebih 

parah lagi, sejak saat itu dosa masuk ke dunia, dan umat manusia 

terbelenggu oleh dosa dan maut (Rm. 5:12). Maka kini menjadi perlu 

untuk menetralkan ketidaktaatan seseorang dengan ketaatan orang 

lain. Maka, Yesus Kristus, Adam yang terakhir, datang ke dunia untuk 

menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Allah, hingga pada titik 

kematian di salib. Namun Allah membangkitkan-Nya, memuliakan-Nya, 

dan memberikan-Nya nama di atas segala nama. Melalui kematian-Nya, 

Yesus menghancurkan pekerjaan Iblis dengan mengalahkan maut dan 

memperlihatkan kehidupan kekal (1Kor. 15:45; Fil. 2:8-9; Ibr. 2:14; 

2Tim. 1:10).

Alkitab juga mencatat tentang Raja Saul, yang walaupun 

diperintahkan Allah untuk menghancurkan seluruh bangsa Amalek 

dan hewan ternak mereka, memutuskan untuk meluputkan hidup 

Raja Amalek dan merampas hewan ternak yang terbaik. saat  

Samuel kemudian menunjukkan kesalahannya, Saul bukan saja tidak 


351

bertobat, namun  berdebat bahwa ia merampas hewan ternak itu untuk 

dipersembahkan kepada Allah. Lalu Samuel menegurnya, “Apakah 

TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan 

sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, 

mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan 

lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan… Karena engkau 

telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai 

raja.” (1Sam. 15:22-23).

Contoh orang yang belajar untuk taat yaitu  Naaman, pemimpin 

balatentara Aram dan orang yang terhormat yang menderita kusta. 

sesudah  mendengar tentang seorang nabi di negeri Israel, ia pergi 

mencari nabi itu. Elisa menyambutnya dengan menyampaikan pesan: 

“Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan 

pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.”

Awalnya Naaman marah mendengar ini: “Bukankah Abana dan 

Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? 

Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?”

Namun hambanya membujuk dia dengan berkata, “seandainya 

nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak 

akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: 

Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.”

Maka Naaman menurut dan membenam dirinya tujuh kali di 

Sungai Yordan, seperti yang diperintahkan oleh Elisa. Ketaatannya 

menghasilkan berkat (2Raj. 5:1-14).

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa taat kepada Firman 

Allah yaitu  sebuah syarat dasar untuk menerima karunia Allah. Dan 

baptisan Roh Kudus tidak terkecuali.

12.3.2 Taat pada injil agar menerima Roh Kudus

Untuk menerima Roh Kudus, kita harus percaya kepada Yesus 

dan taat pada injil. Alkitab mencatat: “Pada mulanya yaitu  Firman; 

Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu yaitu  Allah.” 

(Yoh. 1:1). Ayat ini mengatakan bahwa Yesus Kristus yaitu  Firman 

yang menjadi manusia dan tinggal di antara umat manusia. Ia yaitu  

jalan, kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun dapat pergi kepada 

Bapa selain melalui Dia (Yoh. 1:14; 14:6).


352

Dari sejarah, kita mengetahui adanya beberapa orang yang 

seharusnya dapat menuruti Yesus, namun  tidak melakukannya. Di 

antaranya yaitu  sebagian besar orang-orang Yahudi, yang menolak 

Yesus dan menyalibkan Dia untuk menggenapi pengertian mereka 

akan Hukum Taurat (Yoh. 19:7). Juga Saulus, yang menganiaya gereja 

karena kesalehan yang keliru. Bahkan saat Yesus dibangkitkan, Roh 

Kudus dicurahkan, dan tanda mujizat diwujudkan untuk bersaksi 

tentang injil yang diberitakan para rasul (Mrk. 16:19-20; Kis. 2:1-5, 23-

33; 5:12-16), banyak orang Yahudi, termasuk Saulus, tetap berkeras 

hati menolak kebenaran.

Namun walaupun mendapatkan perlawanan, para rasul terus 

mengabarkan injil. Mereka menyatakan dengan berani, “Allah nenek 

moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada 

kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah 

sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, 

supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.” 

Mereka juga menambahkan, “Dan kami yaitu  saksi dari segala sesuatu 

itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang 

yang mentaati Dia.” (Kis. 5:32). Penting untuk diperhatikan, para rasul 

menggunakan kata “taat” untuk menunjukkan sebuah syarat untuk 

menerima Roh Kudus.

Sayangnya sejarah seringkali terulang. Kitab Pengkhotbah 

berkata: “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah 

dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari” 

(Pkh. 1:9). Walaupun hari ini telah nyata bahwa Roh Kudus telah turun 

dari surga dan dibuktikan dengan berbahasa roh (Kis. 10:44-46), 

banyak denominasi membantah kebenaran alkitabiah ini. Karena itu 

tampaknya sama seperti Iblis menipu Adam di Taman Eden, sekali lagi 

ia menipu orang-orang mengenai kebenaran Roh Kudus.

Maka kita harus kembali ke kata-kata kunci yang diucapkan para 

rasul: “Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang 

mentaati Dia”(Kis. 5:32). Ini menunjukkan bahwa saat  kita menerima 

dan taat kepada injil yang sepenuhnya, seperti yang diberitakan gereja 

sejati, Allah akan mencurahkan Roh Kudus kepada kita.


353

12.4 Memuji Tuhan dengan “Haleluya”

Tuhan Yesus berjanji kepada murid-murid-Nya, “Dan apa juga 

yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya 

Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu 

kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” (Yoh. 14:13-14). 

Kata-kata ini mengajarkan kita bahwa kita harus memanggil nama 

Yesus saat  kita berdoa. Karena itu jalan terbaik untuk memulai doa 

kita memohon Roh Kudus yaitu  dengan berkata, “Dalam nama Tuhan 

Yesus, berdoa.”

Doa kita untuk memohon Roh Kudus harus dipenuhi dengan pujian 

kepada Allah, yang menganugerahkan karunia ini. Alkitab mengajarkan 

kita sebuah kata pujian yang dapat kita gunakan – “Haleluya”. Kata ini 

berasal dari bahasa Ibrani allelouia, yang berarti “Terpujilah Tuhan” 

(ref. Mzm. 104:35; Why. 19:1). Jadi sebuah doa yang sederhana dapat 

berisi: “” Haleluya, terpujilah Tuhan Yesus. Kiranya Engkau memenuhiku 

dengan Roh-Mu” atau sekadar, “Haleluya, terpujilah Tuhan Yesus.”

12.4.1 Penggunaan “Haleluya” dalam Alkitab

Kita banyak menjumpai kata “Haleluya” di kitab Mazmur, dan 

dapat dikelompokkan dalam tiga kategori: 1) Yang dimulai dengan 

“Haleluya” (Mzm. 111-112); 2) yang diakhiri dengan “Haleluya” (Mzm. 

104, 105, 115, 116 dan 117); 3) yang dimulai dan diakhiri dengan 

“Haleluya” (Mzm. 106, 113, 135, 146-150). Mazmur 113-118 disebut 

“Kelompok Mazmur Hallel”, yang berarti “Mazmur Pujian”. Mazmur 

146-150 dimulai dan diakhiri dengan “Haleluya” dan disebut “Mazmur 

Haleluya” oleh gereja masa awal.

Di dalam Perjanjian Baru, “Haleluya” muncul empat kali di kitab 

Wahyu: pasal 19, ayat 1, 3, 4, dan 6. Di tiga ayat pertama, “Haleluya” 

digunakan untuk memberikan pujian atas kemahakuasaan Allah atas 

kehancuran Babel dan dibalaskannya darah para martir. Di ayat ke-

empat, “Haleluya” digunakan untuk memuji Tuhan sebagai Raja yang 

berkuasa: “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang 

banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, 

katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah 

menjadi raja” (Why. 19:6). Ayat ini memberikan sebuah penggambaran 


354

yang tepat akan suara-suara doa yang dipanjatkan dalam bahasa roh di 

dalam gereja sejati.

12.4.2 Menggunakan “Haleluya” untuk doa yang efektif

Yesus mengajarkan kepada kita: “Dalam doamu itu janganlah 

kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. 

Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan 

dikabulkan” (Mat. 6:7). Kata “bertele-tele” berasal dari kata bahasa 

Yunani battologeo, yang berarti “mengulang-ulang dengan malas”1. 

Kata ini kemungkinan besar berasal dari ungkapan bahasa Aram, yang 

menunjukkan kesia-siaan dan kata-kata yang diulangi secara mekanis 

yang diucapkan dalam cara-cara doa penyembah berhala (bukan 

Yahudi).

Inti dalam masalah ini yaitu , doa yang efektif tidak didasarkan 

pada panjang doanya atau penggunaan pengulangan. Sebaliknya, doa 

yang efektif bergantung pada apakah kita berdoa dengan ketulusan 

dan kesungguhan. Mengetahui hal ini akan membantu kita untuk 

menyamakan dengan contoh dan pengajaran Alkitab mengenai cara 

berbeda dalam berdoa: memohon berulang kali, doa yang mendalam 

dan memuji Allah dengan “Haleluya”. Contohnya kita melihat Tuhan 

Yesus sendiri berdoa tiga kali di Taman Getsemani, mengatakan 

kata yang sama berulang-ulang (Mat. 26:44), dan Ia menghabiskan 

semalaman untuk berdoa di gunung (Luk. 6:12). Karena itu dalam hal 

doa, hati kita-lah kuncinya.

12.4.3 Menjawab kesalahpahaman

Ende Hu berbicara secara kritis mengenai gereja-gereja yang 

menganjurkan penggunaan “Haleluya” secara berulang-ulang dalam 

doa. Ia mengacu pada praktik yang dilakukan beberapa pendeta 

yang mengajarkan orang untuk menyebutkan kata ini berulang-

ulang dengan cepat dan terus-menerus dalam waktu yang lama, yang 

membuat diri mereka memasuki keadaan seperti kesurupan dan 

berbicara tidak menentu, atau bahkan menjadi kerasukan oleh roh 

jahat. Ia menyebutkan Matius 6:7 untuk mendukung pendapatnya, 

dan berkesimpulan: “Kita dapat melihat bahwa ini yaitu  sebuah 

kekeliruan, karena Tuhan Yesus telah memperingatkan murid-murid-


355

Nya, bahwa apabila mereka berdoa, mereka tidak boleh mengucapkan 

doa berulang-ulang seperti yang dilakukan orang-orang tidak bertuhan. 

Karena itu gaya kharismatik dalam berbahasa roh tidak berasal dari 

Alkitab.”

Sayangnya Ende Hu memandang keliru mengenai berdoa 

memohon Roh Kudus. Ada beberapa hal yang perlu diluruskan:

Pertama, ia menyalahartikan maksud dari Matius 6:7 karena 

alasan-alasan yang telah kita sebutkan di awal bagian ini. Memuji Allah 

dengan kata “Haleluya” berulang-ulang yaitu  hal yang baik, terutama 

saat  kita memohon Roh Kudus – selama kita melakukannya dengan 

hati yang tulus, dan bukan dengan jalan yang sia-sia seperti yang 

diungkapkan Hu.

Kedua, seseorang yang sungguh-sungguh menerima Roh Kudus, 

sadar sepenuhnya dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingnya. 

Pengalaman ini juga dapat dilihat dan didengar (Kis. 2:33; 8:17-19; 

10:44-46; 19:1-7). Kebalikan dari pendapat Hu, orang yang menerima 

Roh Kudus tidak memasuki keadaan seperti kesurupan.

Ketiga, kita perlu memahami bahwa berbahasa roh secara alami 

memang tidak dapat dimengerti, kecuali apabila Tuhan membukakan 

telinga kita. Alkitab menjelaskan: “Siapa yang berkata-kata dengan 

bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, namun  kepada Allah. 

Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia 

mengucapkan hal-hal yang rahasia” (1Kor. 14:2).

12.5 Baptisan Air

Baptisan air mempunyai khasiat mengampuni dosa (Kis. 3:8; 

22:16) dan memungkinkan seseorang mempunyai nurani yang baik 

kepada Allah (1Ptr. 3:21). Baptisan air juga merupakan bagian dari 

proses yang perlu kita lalui apabila kita mau menerima Roh Kudus.

12.5.1 Jalan keselamatan

saat  Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, Petrus berkhotbah 

di hadapan orang-0rang Yahudi yang melihat kejadian itu. Ia bersaksi 

bahwa murid-murid telah menerima Roh Kudus yang dijanjikan oleh 


356

Yesus Kristus, yang telah mereka bunuh dan sekarang telah bangkit. 

sesudah  mendengar kata-katanya, hati mereka terasa pedih dan mereka 

bertanya kepada Petrus dan para rasul, “Apakah yang harus kami 

perbuat, saudara-saudara?” (Kis. 2:37). Petrus menjawab, “Bertobatlah 

dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam 

nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan 

menerima karunia Roh Kudus” (Kis. 2:38).

Jawaban Petrus menjelaskan jalan keselamatan – sebuah jalan yang 

diterangkan berulangkali dalam Kisah Para Rasul. Agar diselamatkan, 

kita harus melalui: pertobatan, baptisan air untuk menghapus dosa, 

dan baptisan Roh Kudus – biasanya berurutan, walaupun ada beberapa 

kasus khusus (seperti Saulus dan Kornelius, yang menerima baptisan 

Roh Kudus sebelum baptisan air). Maka baptisan air yaitu  syarat 

kunci bagi setiap orang yang ingin menerima baptisan Roh Kudus.

12.5.2 Hubungan antara baptisan air dan baptisan Roh Kudus

Baptisan air harus mempunyai kesaksian Roh Kudus agar darah 

Tuhan dapat hadir dalam air (Yoh. 19:34; 1Yoh. 5:6-8). Paulus menulis, 

“Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang 

Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi 

satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” (1Kor. 12:13). 

Di ayat ini, Paulus menjelaskan dua hal yang terjadi berurutan. Pertama, 

ia membicarakan baptisan air: “Sebab dalam satu Roh kita semua… 

telah dibaptis menjadi satu tubuh”. Sakramen ini harus dilakukan 

oleh pembaptis yang telah menerima Roh Kudus, karena Roh Kudus-

lah yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa (Yoh. 20:22-23). 

Kedua, Paulus menjelaskan mengenai baptisan Roh Kudus: “diberi 

minum dari satu Roh”. Roh Kudus yaitu  “air hidup” yang diberikan 

Tuhan Yesus kepada orang-orang percaya, sehingga mereka tidak 

lagi merasa haus. Air ini akan menjadi mata air di dalam hati mereka, 

mengalir kepada kehidupan kekal (Yoh. 4:14; 7:37-39).

Urutan ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Petrus dalam 

khotbahnya di hari Pentakosta. Selanjutnya kita melihat hal ini 

digambarkan pada apa yang dialami orang-orang percaya di gereja para 

rasul. Namun ada beberapa pengecualian. Termasuk di antaranya yaitu  

Saulus yang dibaptis dengan Roh Kudus sebelum ia menerima baptisan 

air (Kis. 9:17). Di sini Yesus memperlihatkan bahwa Ia telah memilih 

Saulus untuk menyatakan nama-Nya kepada bangsa-bangsa bukan 


357

Yahudi, raja-raja dan bangsa Israel (Kis. 9:10-19). Kasus pengecualian 

lain yaitu  Kornelius dan keluarganya, yang juga menerima baptisan 

Roh Kudus sebelum menerima baptisan air. Sekali lagi ini terjadi untuk 

menunjukkan hikmat Allah, dan menunjukkan kepada orang-orang 

Kristen dari bangsa Yahudi bahwa karunia keselamatan-Nya sekarang 

juga diberikan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 10:28, 44-48; 

11:1-4, 15-18).

Hari ini, di Gereja Yesus Sejati, kita juga melihat banyak contoh 

orang-orang yang menerima Roh Kudus sebelum mereka menerima 

baptisan air. Mereka yaitu  tanda karunia Allah kepada mereka yang 

mencari Dia dan gereja sejati-Nya. Pencurahan Roh Kudus menjadi 

saksi atas injil yang telah mereka terima dan menolong membangun 

iman mereka.

12.5.3 Cara baptisan air yang benar

saat  Paulus bertemu dengan beberapa murid di Efesus, ia 

bertanya, “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, saat  kamu menjadi 

percaya?” (Kis. 19:2).

Mereka menjawab, “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, 

bahwa ada Roh Kudus.”

Paulus heran dan bertanya-tanya apakah baptisan yang telah 

mereka terima, entah bagaimana, baptisan yang salah. Ini karena di 

masa hujan awal, orang yang telah menerima baptisan air juga akan 

meneri


Related Posts:

  • Doktrin roh kudus 10 h kata “telah” dan golongan masyarakat yang disebutkan. Baptisan Roh Kudus telah terjadi dan melibatkan semua orang percaya, apa pun agama, suku atau golongannya. Kapankah baptisan Roh ini terjadi? Semua … Read More