ibrani wahyu 18


 sudah memberi kita bukti yang teramat pasti dan 

memuaskan, maka ada kemungkinan bahwa orang-orang itu pada 

akhirnya akan lelah juga dengan perlawanan mereka terhadap-

nya. Namun, sebab  satu butir iman kita yang sangat utama 

merujuk pada apa yang masih belum terjadi, dan hanya bersan-

dar pada janji, maka dalam hal inilah mereka akan tetap menye-

rang kita, bahkan sampai akhir zaman. Sebelum Tuhan kita 

sendiri datang, mereka tidak akan percaya bahwa Ia akan datang. 

Bahkan, mereka akan tertawa jika ada orang yang menyebutkan 

kedatangan Kristus, dan akan berbuat semampu mereka untuk 

mempermalukan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya 

dan menantikannya. Oleh sebab  itu, marilah sekarang kita lihat 

bagaimana duduk perkaranya, baik dari sisi orang percaya mau-

pun dari sisi para pencemooh ini. Orang percaya tidak hanya 

menginginkan supaya Ia datang, namun  juga, sebab  telah memi-

liki janji bahwa Ia akan datang, janji yang sudah diucapkan-Nya 

sendiri dan sering kali Ia ulangi, yang juga diterima dan disampai-

kan oleh saksi-saksi yang setia dan dicatat dalam catatan yang 

pasti, maka orang percaya meyakini dengan teguh dan penuh 

bahwa Ia akan datang. Di sisi lain, para pencemooh ini, sebab  

berharap supaya Ia tidak akan datang, berbuat semampu mereka 

untuk menipu dan meyakinkan diri mereka sendiri dan orang lain 

bahwa Ia tidak akan pernah datang. Kalaupun mereka tidak 

dapat menyangkal bahwa ada janji, mereka akan menertawakan 

janji itu sendiri, yang menunjukkan betapa sudah menjadi-

jadinya kekafiran dan penghinaan mereka: Di manakah janji, 

tantang mereka, tentang kedatangan-Nya itu? 

III. Kita juga diberi peringatan terlebih dulu tentang cara penalaran 

mereka, sebab selagi tertawa, mereka juga akan berlagak ber-

nalar. Untuk itu, mereka menambahkan bahwa sejak bapa-bapa 

leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada 

waktu dunia diciptakan (ay. 4). Ini merupakan cara penalaran 


 588

yang cerdik, walaupun cara berpikirnya tidak tepat. Penalaran itu 

cenderung mengesankan orang-orang yang lemah pikiran, dan 

terutama mereka yang berhati jahat. Oleh sebab  hukuman ter-

hadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, mereka meme-

nuhi diri sendiri dengan rasa senang yang tidak berdasar bahwa 

hukuman itu tidak akan pernah terlaksana, dan sebagai akibat-

nya hati mereka penuh niat untuk berbuat jahat (Pkh. 8:11). 

Demikianlah mereka sendiri bertindak, dan demikianlah mereka 

ingin membujuk orang lain untuk bertindak. Coba lihat, kata 

mereka, “Bapa-bapa leluhur telah meninggal, mereka yang dimak-

sud oleh janji itu sudah meninggal semua, namun  janji itu tidak 

pernah digenapi semasa hidup mereka, dan tidak ada kemungkin-

an bahwa janji itu akan digenapi kapanpun juga. Jadi mengapa 

kita menggelisahkan diri dengan hal itu? Jika memang ada kebe-

naran atau kepastian dalam janji yang kamu bicarakan, pasti kita 

sudah sedikit banyak melihat penggenapannya sebelum ini, bebe-

rapa tanda kedatangan-Nya, beberapa langkah persiapan menje-

lang kedatangan-Nya. sedang  sampai hari ini kita menemu-

kan bahwa segala sesuatu tetap seperti semula, tanpa perubahan 

apa pun, bahkan sejak semula, pada waktu dunia diciptakan. 

sebab  dunia tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu 

beribu-ribu tahun, mengapa kita harus menakut-nakuti diri kita 

seolah-olah dunia akan berakhir?” Demikianlah pengejek-peng-

ejek ini beralasan. sebab  mereka tidak melihat perubahan, mere-

ka tidak takut akan Tuhan  (Mzm. 55:20, KJV). Mereka tidak takut 

akan Dia ataupun penghakiman-Nya. Apa yang belum pernah 

dilakukan-Nya mereka simpulkan tidak akan bisa atau tidak akan 

pernah Ia lakukan. 

IV. Di sinilah ada  kekeliruan pernyataan mereka. Walaupun de-

ngan yakin mereka berkata bahwa tidak ada perubahan sejak 

semula, pada waktu dunia diciptakan, Rasul Petrus mengingatkan 

kita akan perubahan yang sudah terjadi, yang kira-kira sepadan 

dengan peristiwa yang harus kita harapkan dan nantikan, yaitu 

tenggelamnya dunia pada zaman Nuh. Peristiwa ini diabaikan oleh 

pengejek-pengejek itu. Mereka tidak memperhatikannya. Meski-

pun ada kemungkinan mereka sudah mengetahuinya, dan seha-

rusnya mengetahuinya, namun mereka sengaja tidak mau tahu 

(ay. 5). Mereka memilih untuk mendiamkannya, seolah-olah mere-

Surat 2 Petrus 3:3-7 

 589 

ka tidak pernah mendengar atau mengetahui apa pun tentangnya. 

Kalaupun mereka mengetahuinya, mereka tidak suka menyim-

pannya dalam pengetahuan mereka. Mereka tidak menerima 

kebenaran ini di dalam kasih terhadap kebenaran itu, tidak pula 

mereka peduli untuk mengakuinya. Perhatikanlah, sulit untuk 

meyakinkan orang untuk mempercayai apa yang tidak ingin 

mereka dapati benar. Mereka abai, dalam banyak kasus, sebab  

mereka sengaja abai, dan mereka tidak tahu sebab  mereka tidak 

mau tahu. namun  janganlah orang-orang berdosa berpikir bahwa 

ketidaktahuan seperti ini akan diterima sebagai alasan untuk 

dosa apa saja yang ke dalamnya mereka bisa terjerumus. Mereka 

yang menyalibkan Kristus tidak mengenal siapa Dia. Sebab kalau 

sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan 

yang mulia (1Kor. 2:8). namun  , meskipun tidak tahu, tidak 

lantas mereka tidak bersalah. Ketidaktahuan mereka itu sendiri 

yaitu  dosa, sebab  ketidaktahuan itu sengaja dan diniatkan, 

dan satu dosa tidak bisa menjadi alasan untuk dosa lain. Demi-

kian pula dalam hal ini. Sekiranya pengejek-pengejek ini mengeta-

hui pembalasan yang mengerikan yang dengannya Tuhan  menyapu 

bersih seluruh dunia sekaligus dari orang-orang celaka dan kafir, 

mereka pasti tidak akan mencemooh ancaman-ancaman-Nya 

akan penghakiman nanti yang sama mengerikan. namun  di sini 

mereka sengaja tidak mau tahu, mereka tidak tahu apa yang 

sudah dilakukan Tuhan  sebab  mereka tidak peduli untuk menge-

tahuinya. Nah, sebab  itu sekarang kita akan melanjutkan de-

ngan membahas gambaran yang dipaparkan oleh Rasul Petrus di 

sini baik tentang kehancuran dunia lama oleh air maupun kehan-

curan yang menanti dunia sekarang dalam lautan api yang ter-

akhir. Ia menyebutkan kehancuran dunia lama sebagai apa yang 

sudah dilakukan Tuhan , untuk membuat kita semakin yakin dan 

percaya bahwa kehancuran dunia yang sekarang bisa terjadi dan 

akan terjadi. 

1.  Kita mulai dengan penjelasan Rasul Petrus tentang kehancur-

an yang pernah terjadi pada dunia (ay. 5-6): Oleh firman Tuhan  

langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari 

air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah 

binasa, dimusnahkan oleh air bah. Pada mulanya, dunia ada 

dalam keadaan yang berbeda. Pada waktu penciptaan, perair-

an dibagi dengan teramat bijak dan demi keuntungan kita 


 590

yang sungguh besar. Sebagian air tersimpan dengan semesti-

nya di atas cakrawala, yang di sini disebut langit (seperti juga 

dalam Kej. 1:8), dan sebagian yang lain, yang berada di bawah 

cakrawala, berkumpul di satu tempat. Dulu ada laut dan juga 

darat, tempat tinggal yang lapang bagi anak-anak manusia. 

namun  sekarang, pada waktu air bah melanda seluruh dunia, 

keadaannya berubah secara mengherankan. Perairan yang 

sudah dibagi Tuhan  sebelumnya, dengan menempatkan setiap 

bagian pada wadahnya yang sesuai, sekarang, dalam kema-

rahan-Nya, Ia tumpahkan bersama-sama lagi dalam satu 

gunungan. Ia membelah segala mata air samudera raya yang 

dahsyat, dan terbukalah tingkap-tingkap (yaitu awan-awan) di 

langit (Kej. 7:11), sampai seluruh bumi diliputi air, dan gu-

nung-gunung tertinggi pun tidak tampak, namun  berada lima 

belas hasta di bawah air (Kej. 7:20). Demikianlah Ia menyata-

kan sekaligus kuasa-Nya yang dahsyat dan murka-Nya yang 

menyala, dan mengakhiri seluruh dunia secara sekaligus: 

Bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah (ay. 

6). Bukankah di sini ada perubahan, dan perubahan yang 

teramat mengerikan! Maka harus disadari bahwa semua ini 

terjadi oleh firman Tuhan . Oleh firman-Nya yang berkuasalah 

dunia pertama-tama dijadikan, dan dibuat dalam bentuk dan 

susunan yang begitu lapang dan indah (Ibr. 11:3), Katērtisthai. 

Berfirmanlah Tuhan : “Jadilah cakrawala,” dst. (Kej. 1:6-7). He-

daklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu 

tempat, dst. (Kej. 1:9-10). Dia berfirman, maka semuanya jadi 

(Mzm. 33:9). Demikianlah, tegas rasul kita, oleh firman Tuhan  

langit telah ada, sebagaimana adanya ia sejak dahulu (yaitu 

pada awal penciptaan), dan juga bumi (yang pada mulanya 

berupa bola yang terdiri atas tanah dan air) berasal dari air 

(KJV: berdiri di atas air – pen.) dan oleh air. Bukan hanya 

bentuk dan susunan awal dari dunia yang di sini dikatakan 

terjadi oleh firman Tuhan , melainkan juga kekacauan dan 

kehancuran dunia sesudahnya, beserta kehancuran seluruh 

penghuninya, terjadi oleh firman yang sama. Tidak ada yang 

lain selain Tuhan  yang telah membentangkan langit dan yang 

meletakkan dasar bumi yang bisa menghancurkan dan men-

jungkirbalikkan tatanan yang sedemikian luas sekaligus. Hal 

ini terjadi oleh firman kuasa-Nya, dan juga dilakukan sesuai 

Surat 2 Petrus 3:3-7 

 591 

janji-Nya. Tuhan  sudah berkata bahwa Ia akan memusnahkan 

manusia, bahkan segala makhluk, dan bahwa Ia akan mela-

kukannya dengan mendatangkan air bah yang meliputi bumi 

(Kej. 6:7, 13, 17). Ini yaitu  perubahan yang sudah dibawa 

Tuhan  sebelumnya atas dunia, dan yang diabaikan oleh peng-

ejek-pengejek ini. Dan sekarang kita akan merenungkan, 

2. Apa yang dikatakan Rasul Petrus tentang perubahan yang 

menghancurkan yang akan menimpa dunia: Oleh firman itu 

juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan 

disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang 

fasik (ay. 7). Di sini kita mendapati gambaran yang mengeri-

kan tentang kehancuran terakhir pada dunia, dan yang sudah 

semakin menjadi perhatian kita. Kehancuran yang menimpa 

dunia dan para penghuninya oleh air bah, kita baca, kita 

dengar, dan kita renungkan dengan penuh perhatian, walau-

pun orang-orang yang tersapu bersih olehnya tidak pernah 

kita kenal. namun  penghakiman yang dibicarakan di sini belum 

tiba, dan pasti akan tiba, meskipun kita tidak tahu kapan, 

atau pada zaman dan angkatan mana. Oleh sebab  itu kita 

tidak yakin, kita tidak dapat yakin, bahwa itu tidak akan 

terjadi di zaman kita sendiri. Dan di sini ada perbedaan yang 

sangat besar, walaupun harus diakui bahwa mereka sama 

dalam setiap hal lain, kecuali bahwa ada sebagian, meskipun 

sangat sedikit, yang luput dari air bah itu, sementara tak 

seorang pun dapat luput dari lautan api ini. Selain itu, jika 

kita tidak terjangkau oleh malapetaka yang satu, kita tidak 

yakin bahwa kita akan terlepas dari malapetaka yang lain. Nah 

sebab  itu, melihat dunia yang merupakan tempat tinggal kita 

dihancurkan sekaligus, bukan satu orang saja, bukan satu 

keluarga saja, bukan pula satu bangsa saja (bahkan bukan 

hanya apa yang paling kita perhatikan dan pedulikan), namun  

bahwa seluruh dunia, saya katakan, tenggelam sekaligus, dan 

tidak ada bahtera yang tersedia, tidak ada satu kemungkinan 

cara yang tersisa bagi siapa saja untuk luput dari kehancuran 

bersama, maka ada perbedaan antara kehancuran yang sudah 

terjadi dan yang akan kita nantikan. Malapetaka yang satu 

sudah berlalu, dan tidak akan pernah kembali kepada kita lagi 

(sebab  Tuhan  sudah menegaskan bahwa tidak akan ada lagi 

air bah untuk memusnahkan bumi [Kej. 9:11-17]). Malapetaka 


 592

yang lain masih belum tiba, dan pasti akan tiba, sepasti kebe-

naran dan kuasa Tuhan  dapat membuatnya. Malapetaka yang 

satu datang secara bertahap pada dunia, dan menimpa para 

penghuninya selama empat puluh hari, sebelum pada akhir-

nya memusnahkan mereka semuanya (Kej. 7:12, 17). Mala-

petaka yang lain akan menimpa mereka dengan segera dan 

sekaligus (2:1). Selain itu, dalam pemusnahan yang pertama 

itu (seperti yang sudah kita katakan) ada sedikit orang yang 

lolos, namun  kehancuran yang akan menimpa dunia ini 

nantinya, kapanpun itu tiba, akan benar-benar menyeluruh. 

Tidak ada satu bagian pun yang tak akan tersentuh oleh 

kobaran api yang melahap, tidak ada tempat berlindung di 

mana pun bagi para penduduk bumi untuk berlari, tak ada 

satu titik pun di seluruh dunia ini di mana siapa saja bisa 

aman. Jadi, apa pun perbedaan-perbedaan yang bisa dikata-

kan antara kehancuran dunia lama dan kehancuran yang 

dibicarakan di sini, saat-saat menjelang kehancurannya betul-

betul digambarkan sebagai penghakiman yang teramat menge-

rikan. Dan kenyataan bahwa seluruh dunia pernah sekali 

dihancurkan oleh air bah menjadikan pernyataan ini lebih 

dapat dipercaya, bahwa seluruh dunia bisa saja dihancurkan 

lagi oleh lautan api. Oleh sebab itu, hendaklah para pengejek, 

yang menertawakan kedatangan Tuhan kita untuk mengha-

kimi, setidak-tidaknya mempertimbangkan bahwa hal itu 

mungkin saja terjadi. Tak satu pun yang dikatakan dalam 

firman Tuhan  berada di luar jangkauan kuasa Tuhan . Dan mes-

kipun mereka masih tetap tertawa, mereka tidak akan mem-

permalukan kita. Kita yakin betul bahwa itu akan terjadi, 

sebab  Ia telah mengatakannya, dan kita dapat bergantung 

pada janji-Nya. Mereka sesat, sebab tidak mengerti (setidak-

tidaknya tidak percaya) Kitab Suci maupun kuasa Tuhan . namun  

kita mengerti, dan kita bergantung, atau harus bergantung, 

pada Kitab Suci maupun kuasa Tuhan . Nah, apa yang telah Ia 

katakan, dan yang pasti akan Ia genapi, yaitu  bahwa langit 

dan bumi yang sekarang (yang terhubung dengan kita seka-

rang, yang masih ada dengan segala keindahan dan ketertiban 

yang kita lihat, dan yang begitu selaras dan berguna bagi kita, 

sebagaimana yang kita dapati) terpelihara. Bukan untuk 

menjadi harta karun bagi kita, seperti yang diinginkan orang-

Surat 2 Petrus 3:8 

 593 

orang yang berpikiran duniawi, melainkan untuk menjadi apa 

yang diinginkan Tuhan , dalam perbendaharaan-Nya, terjaga 

dan tersimpan aman untuk maksud-maksud-Nya. Dan dikata-

kan selanjutnya bahwa langit dan bumi itu terpelihara dari api. 

Perhatikanlah, penghakiman-penghakiman Tuhan  yang akan 

datang lebih mengerikan dibandingkan  penghakiman sebelum-

sebelumnya. Dunia lama dihancurkan oleh air, namun  dunia 

yang sekarang diperuntukkan bagi api, yang akan membakar 

orang-orang fasik di akhir zaman. Meskipun hal ini tampak 

tertunda, namun seperti halnya dunia yang fasik ini ditopang 

oleh firman Tuhan , demikian pula dunia hanya disimpan untuk 

pembalasan dari yang empunya pembalasan, yang pada hari 

penghakiman akan memperlakukan dunia yang durhaka 

sesuai yang pantas didapatkannya, sebab hari penghakiman 

yaitu  hari kebinasaan orang-orang fasik. Mereka yang 

sekarang mengolok-olok penghakiman yang akan datang akan 

mendapatinya sebagai hari pembalasan dan kehancuran 

sepenuh-penuhnya. “Oleh sebab  itu, waspyaitu  supaya kita 

jangan terhitung di antara pengejek-pengejek ini. Jangan 

pernah mempertanyakan kepastian kedatangan hari Tuhan. 

Dan sebab  itu berusahalah supaya kamu didapati di dalam 

Kristus, supaya akan ada saat-saat yang melegakan dan hari 

penebusan bagi kamu, saat  hari yang sama menjadi hari 

kemarahan dan murka bagi dunia yang fasik.”  

Pikiran tentang Kekekalan 

(3:8) 

8 namun  , saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh 

kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu 

tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.  

Dalam perkataan ini, Rasul Petrus hendak mengajar dan memantap-

kan orang-orang Kristen dalam kebenaran tentang kedatangan 

Tuhan. Di situ kita dengan jelas bisa merasakan kelembutan dan 

kasih sayangnya dalam berbicara kepada mereka, dengan menyebut 

mereka kekasih. Ia memiliki  kepedulian yang penuh belas kasihan 

dan kasih yang disertai kehendak baik terhadap orang-orang kafir 

yang malang yang menolak untuk mempercayai wahyu ilahi. namun  ia 

memiliki rasa hormat yang istimewa terhadap orang yang sungguh-


 594

sungguh percaya, sehingga ia turut merasa prihatin dengan ketidak-

tahuan serta kelemahan yang dilihatnya masih tersisa dalam diri 

mereka. sebab  itulah ia terdorong untuk memperingatkan mereka. 

Di sini kita dapat memperhatikan, 

I.   Kebenaran yang ditegaskan Rasul Petrus, bahwa di hadapan 

Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama 

seperti satu hari. Walaupun, di mata manusia ada perbedaan 

besar antara satu hari dan satu tahun, dan perbedaan yang jauh 

lebih besar lagi antara satu hari dan seribu tahun, namun di mata 

Tuhan , yang berdiam dalam kekekalan, di mana tidak ada perganti-

an, tidak ada perbedaan. Sebab semua hal yang telah lalu, kini, 

dan akan datang, selalu ada di hadapan-Nya, dan penundaan 

seribu tahun tidak begitu berarti banyak bagi-Nya bagaikan satu 

hari atau satu jam bagi kita. 

II.  Pentingnya kebenaran ini: Untuk yang satu ini, Rasul Petrus tidak 

ingin kita tidak mengetahuinya. Ketakjuban yang kudus dan 

ketakutan yang penuh hormat terhadap Tuhan  yaitu  penting bagi 

kita dalam menyembah dan memuliakan Dia. Dan kepercayaan 

bahwa terbentang jarak yang tak terbayangkan antara Dia dan 

kita sangatlah sesuai untuk melahirkan dan menjaga perasaan 

takut akan Tuhan , yang merupakan permulaan hikmat. Inilah 

kebenaran yang membawa damai sejahtera bagi kita, dan sebab  

itu Rasul Petrus berusaha supaya kebenaran itu tidak tersem-

bunyi dari mata kita. Seperti dalam bahasa aslinya, janganlah hal 

yang satu ini tersembunyi darimu. Jika orang tidak memiliki 

pengetahuan atau kepercayaan akan Tuhan  yang kekal, mereka 

akan sangat cenderung membayangkan Dia seperti diri mereka 

sendiri. Namun, betapa sulitnya memahami apa itu kekekalan! 

Oleh sebab itu bukan hal yang amat mudah untuk mencapai 

pengetahuan tentang Tuhan  sebagaimana yang mutlak diperlukan. 

Kehancuran Dunia 

(3:9-10) 

9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang mengang-

gapnya sebagai kelalaian, namun  Ia sabar terhadap kamu, sebab  Ia menghen-

daki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang ber-

balik dan bertobat. 10 namun  hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari 

Surat 2 Petrus 3:9-10 

 595 

itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia 

akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan 

hilang lenyap. 

Di sini kita diberi tahu bahwa Tuhan tidak lalai. Ia tidak menunda-

nunda melebihi waktu yang ditentukan. Seperti halnya Tuhan  mene-

pati waktu yang sudah ditentukan-Nya untuk membebaskan kaum 

Israel dari Mesir pada suatu hari (Kel. 12:41), demikian pula Ia akan 

menepati waktu yang sudah ditentukan untuk datang menghakimi 

dunia. Betapa jauh berbeda pertanggungjawaban yang diberikan 

Tuhan  dan pertanggungjawaban yang diberikan manusia! Orang baik 

cenderung berpikir bahwa Tuhan  diam saja melewati waktu yang 

ditentukan, yaitu waktu yang telah mereka tetapkan untuk membe-

baskan diri mereka sendiri dan jemaat. namun  mereka menetapkan 

satu waktu dan Tuhan  menetapkan waktu lain, dan Ia tidak akan 

gagal menepati hari yang telah ditentukan-Nya. Orang-orang fasik 

berani menuduh dan mempersalahkan Tuhan  lalai, seolah-olah Ia 

telah melewatkan waktu, dan tidak jadi datang. namun  Rasul Petrus 

meyakinkan kita,  

I.  Bahwa apa yang dianggap orang sebagai kelalaian sebenarnya 

merupakan kesabaran, dan itu yaitu  terhadap kita. Ia memberi-

kan lebih banyak waktu kepada umat-Nya sendiri, yang telah 

dipilih-Nya sebelum dunia dijadikan, yang banyak di antaranya 

masih belum bertobat. Dan mereka yang beroleh anugerah dan 

perkenanan Tuhan  harus bertumbuh dalam pengetahuan dan ke-

kudusan, dan dalam melatih iman dan kesabaran. Mereka harus 

berlimpah-limpah dalam perbuatan baik, berbuat dan menderita 

sesuai panggilan mereka, supaya mereka membawa kemuliaan 

bagi Tuhan , dan semakin layak bagi sorga. Sebab Tuhan  tidak 

menghendaki seorang pun dari mereka ini binasa, namun  supaya 

mereka semua bertobat. Di sini perhatikanlah,  

1. Pertobatan mutlak diperlukan untuk keselamatan. Jikalau 

kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa (Luk. 13:3, 5).  

2.  Tuhan  tidak senang dengan kematian orang-orang berdosa. Ka-

rena hukuman bagi para pendosa merupakan siksaan terha-

dap makhluk-Nya, maka Tuhan  yang penyayang tidak senang 

dengannya. Dan meskipun maksud utama Tuhan  dalam bersa-

bar yaitu  demi memberi kebahagiaan bagi orang-orang yang 

dari mulanya telah Dia pilih untuk diselamatkan dalam Roh 


 596

yang menguduskan mereka dan dalam kebenaran yang mereka 

percayai, namun kebaikan dan kesabaran-Nya pada hakikat-

nya mengundang dan memanggil orang-orang untuk bertobat. 

Jika manusia tetap tidak mau bertobat sesudah  Tuhan  memberi-

kan ruang untuk bertobat, maka Ia akan memperlakukan me-

reka dengan lebih keras lagi, meskipun alasan kuat mengapa 

Ia tidak segera datang yaitu  sebab  Ia belum menggenapi 

jumlah orang pilihan-Nya. “Oleh sebab itu, janganlah menya-

lahgunakan kesabaran Tuhan , dengan membiarkan dirimu 

berjalan di jalan kefasikan. Jangan coba-coba terus berjalan di 

jalan para pendosa, atau duduk dengan perasaan aman dalam 

keadaan tidak bertobat, seperti orang yang berkata (Mat. 

24:49), tuanku tidak datang-datang, supaya jangan Ia datang 

dan mengejutkan kamu.” Sebab, 

II.  Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri (ay. 10). Di sini kita dapat 

mencermati,  

1. Pastinya kedatangan hari Tuhan. Meskipun sekarang sudah 

lebih dari seribu enam ratus tahun berlalu sejak surat ini 

ditulis, dan harinya masih belum tiba juga, hari itu pasti akan 

tiba. Tuhan  telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia 

dengan adil akan menghakimi dunia dalam kebenaran, dan Ia 

akan menepati janji-Nya. Sama seperti manusia ditetapkan 

untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (Ibr. 

9:27). “Oleh sebab itu, mantapkanlah hatimu bahwa hari Tu-

han pasti akan datang, dan kamu pasti akan dipanggil untuk 

mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kamu lakukan 

di dalam tubuh, entah baik atau jahat. Dan hendaklah hidup-

mu yang benar di hadapan Tuhan , dan seringnya kamu menilai 

dirimu sendiri, menjadi bukti akan keyakinanmu yang teguh 

mengenai adanya sebuah penghakiman di masa depan, saat  

banyak orang hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah 

memberi  pertanggungjawaban sama sekali.”  

2. Tiba-tibanya kedatangan hari Tuhan ini: Hari itu akan tiba 

seperti pencuri di malam hari, pada waktu orang sedang 

tertidur dan merasa aman, dan sama sekali tidak menyadari 

atau mengharapkan kedatangan hari Tuhan, seperti halnya 

orang kedatangan pencuri saat  mereka sedang tidur nye-

nyak, di malam yang gelap dan sunyi. Waktu tengah malam 

Surat 2 Petrus 3:9-10 

 597 

terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! (Mat. 

25:6), dan pada saat itu bukan hanya gadis-gadis yang bodoh, 

melainkan juga gadis-gadis yang bijaksana mengantuk dan 

tertidur. Tuhan akan datang pada hari yang tidak kita sangka-

kan, dan pada saat yang tidak kita ketahui. Waktu yang 

dianggap orang paling tidak tepat dan tidak mungkin, dan 

sebab  itu saat  mereka measa sangat aman, itulah yang akan 

menjadi waktu kedatangan Tuhan. Maka dari itu, hendaklah 

kita waspada supaya dalam pikiran dan bayangan kita, kita 

tidak menganggap hari itu masih jauh. Sebaliknya, anggaplah 

hari itu sudah semakin dekat pada kenyataannya, berdasar  

masih jauhnya hari itu menurut pendapat dunia yang fasik.  

3.  Khidmatnya kedatangan hari Tuhan ini.  

(1) Langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat. Langit 

yang terlihat, sebab  tidak mampu bertahan saat  Tuhan 

datang dalam kemuliaan-Nya, akan berlalu. Langit akan 

mengalami perubahan besar-besaran, dan ini akan terjadi 

secara sangat tiba-tiba, dan dengan gemuruh yang sedemi-

kian kencang sebagaimana yang pasti akan terjadi dalam 

kehancuran dan keruntuhan tatanan yang sedemikian 

besar.  

(2) Unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api. Pada 

kedatangan Tuhan ini, tidak hanya akan bertiup badai yang 

dahsyat di sekeliling-Nya, sehingga langit itu sendiri akan 

berlalu seperti tertiup badai yang kencang, namun  juga di 

hadapan-Nya ada api menjilat, yang akan menghanguskan 

unsur-unsur yang membentuk makhluk hidup.  

(3) Dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang 

lenyap. Bumi, beserta para penghuninya, dan segala karya 

yang ada di dalamnya, akan dihanguskan. Bumi, beserta 

para penghuninya, dan segala karyanya, entah yang alami 

atau buatan, akan dimusnahkan. Istana-istana dan taman-

taman megah, dan semua hal yang diinginkan, yang dicari-

cari manusia-manusia duniawi dan di dalamnya mereka 

menempatkan kebahagiaan mereka, semuanya akan diha-

nguskan. Segala macam makhluk hidup yang telah dicipta-

kan Tuhan , dan semua karya manusia, harus tunduk, harus 

melewati api, yang akan menjadi api yang menghanguskan 

bagi segala sesuatu yang telah dibawa ke dalam dunia oleh 


 598

dosa, meskipun mungkin akan menjadi api yang memurni-

kan bagi karya-karya tangan Tuhan , sehingga sebab  cermin 

penciptaan dibuat jauh lebih terang, maka orang-orang 

kudus dapat melihat kemuliaan Tuhan di dalamnya dengan 

jauh lebih baik. 

Sekarang, siapa yang tidak bisa melihat perbedaan antara keda-

tangan Kristus yang pertama dan yang kedua! Walaupun begitu, 

kedatangan Kristus yang pertama disebut sebagai hari TUHAN yang 

besar dan dahsyat itu (Mal. 4:5). Jadi betapa jauh lebih mengerikan 

penghakiman yang akan datang ini! Semoga kita menjadi bijak 

sehingga mempersiapkan diri untuk itu, supaya hari itu tidak men-

jadi hari pembalasan dan kehancuran bagi kita. Oh! apa yang akan 

terjadi pada kita, jika hati kita terpatri pada bumi ini, dan menjadi-

kannya sebagai bagian kita, padahal semuanya ini akan dihangus-

kan? Oleh sebab  itu waspyaitu , dan pastikanlah mencari keba-

hagiaan di luar dunia yang terlihat ini, yang pasti akan hancur lebur 

seluruhnya. 

Nasihat-nasihat yang Khidmat 

(3:11-18) 

11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan 

salehnya kamu harus hidup 12 yaitu kamu yang menantikan dan memper-

cepat kedatangan hari Tuhan . Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan 

unsur-unsur dunia akan hancur sebab  nyalanya. 13 namun  sesuai dengan 

janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana 

ada  kebenaran. 14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil 

menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan 

tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan 

Dia. 15 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk 

beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah 

menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. 16 Hal itu 

dibuatnya dalam semua suratnya, jika  ia berbicara tentang perkara-per-

kara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga 

orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, 

memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang 

juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. 17 namun  kamu, saudara-

saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. sebab  

itu waspyaitu , supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-

orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang 

teguh. 18 namun  bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan 

akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, 

sekarang dan sampai selama-lamanya. 

Surat 2 Petrus 3:11-18 

 599 

sesudah  mengajarkan kepada mereka ajaran tentang kedatangan Kris-

tus yang kedua, Rasul Petrus, 

I. Mengambil kesempatan dari situ untuk menasihati mereka su-

paya murni dan saleh dalam segenap perilaku hidup mereka. Se-

mua kebenaran yang diwahyukan dalam Kitab Suci harus diman-

faatkan untuk kemajuan kita dalam menjalani hidup yang saleh. 

Ini merupakan dampak yang seharusnya dihasilkan oleh penge-

tahuan kita akan Kitab Suci, sebab kalau tidak, kita tidak pernah 

menjadi lebih baik sebab nya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka 

berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Jadi, jika segala 

sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan saleh-

nya kita harus hidup. Kita yang yakin akan hal itu, dengan me-

ninggalkan dosa dan mati bagi dosa, yang telah sedemikian meru-

sakkan dan menajiskan semua ciptaan yang terlihat, sehingga 

ada kebutuhan mutlak untuk meleburkan atau menghancurkan 

semua ciptaan itu! Semua yang dibuat untuk kegunaan manusia 

akan rentan menjadi sia-sia oleh dosa manusia. Jika dosa manu-

sia telah membuat langit yang terlihat, dan unsur-unsur bumi, 

berada di bawah kutuk, yang darinya semua itu tidak dapat 

dibebaskan tanpa menghancurkannya, maka betapa jahat dan 

kejinya dosa itu, dan betapa dosa harus kita benci! Melihat bahwa 

kehancuran ini diperlukan supaya segalanya kembali pada kein-

dahan dan keluhurannya yang mula-mula, maka betapa murni 

dan kudusnya kita harus hidup, supaya kita pantas bagi langit 

yang baru dan bumi yang baru, di mana ada  kebenaran! 

Kekudusan yang sebenar-benarnya dan menyeluruh, itulah yang 

ia nasihatkan, tidak berpuas diri dengan ukuran atau tingkat 

yang lebih rendah, namun  berusaha menjadi unggul melampaui 

apa yang biasanya dicapai, yaitu kudus di rumah Tuhan  dan di 

rumah kita sendiri, kudus dalam menyembah Tuhan  dan dalam 

bergaul dengan manusia. Seluruh perilaku kita, entah dengan 

kalangan tinggi atau rendah, kaya atau miskin, baik atau buruk, 

kawan atau lawan, haruslah kudus. Kita harus menjaga supaya 

diri kita sendiri tidak dicemarkan oleh dunia dalam seluruh 

pergaulan kita dengannya. Kita harus menyempurnakan kekudus-

an kita dalam takut akan Tuhan , dan dalam kasih terhadap Tuhan  

juga. Kita harus melatih diri kita beribadah, dalam segala macam 

ibadah, dan dalam semua bagiannya, dengan percaya kepada 


 600

Tuhan  dan bersuka sebab  Tuhan  saja, yang tetap sama saat  selu-

ruh ciptaan yang terlihat ini akan hancur, dengan mengabdikan 

diri untuk melayani Tuhan , dan berniat untuk memuliakan dan 

menikmati Tuhan , yang kekal untuk selama-lamanya. Sementara 

apa yang disukai dan dikejar oleh manusia duniawi pasti akan 

hancur semuanya. Hal-hal yang sekarang kita lihat pasti sebentar 

lagi akan berlalu, dan tidak akan ada lagi seperti sekarang. Oleh 

sebab itu, marilah kita melihat pada apa yang akan tetap ada, 

yang walaupun belum hadir, sudah pasti ada dan tidak terlalu 

jauh. Menantikan kedatangan hari Tuhan  ini yaitu  satu dari 

perintah-perintah yang diberikan Rasul Petrus kepada kita, su-

paya kita secara unggul menjadi kudus dan saleh di dalam seluruh 

hidup kita. “Nantikanlah hari Tuhan  sebagai apa yang kamu yakini 

dengan teguh akan datang, dan apa yang sungguh-sungguh kamu 

rindukan.” Kedatangan hari Tuhan  yaitu  apa yang harus diharap-

kan dan sungguh-sungguh dinantikan oleh setiap orang Kristen. 

sebab  hari itu yaitu  hari saat  Kristus tampil dalam kemuliaan 

Bapa, dan membuktikan Keilahian dan Ketuhanan-Nya bahkan 

kepada mereka yang menganggap-Nya hanya manusia biasa. 

Kedatangan yang pertama kali dari Yesus Kristus Tuhan kita, 

saat  Ia mengambil rupa seorang hamba, yaitu  apa yang dengan 

sungguh-sungguh ditunggu dan dinantikan oleh umat Tuhan . Ke-

datangan yang pertama itu yaitu  untuk penghiburan bagi Israel 

(Luk. 2:25). Betapa mereka harus terlebih lagi menantikan keda-

tangan-Nya yang kedua dengan pengharapan dan kesungguhan, 

yang akan menjadi hari penebusan mereka secara utuh, dan 

penyataan-Nya yang paling mulia! Ia akan datang pada hari itu 

untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk 

dikagumi oleh semua orang yang percaya. Sebab meskipun hari 

itu tidak bisa tidak pasti akan membuat orang-orang fasik ngeri 

dan takut, melihat langit yang terlihat seluruhnya terbakar api, 

dan unsur-unsur menjadi hancur lebur, namun orang percaya, 

yang imannya merupakan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita 

lihat, dapat bersukacita dalam harapan akan langit yang lebih 

mulia. Langit itu akan datang sesudah  langit yang sekarang ini 

hancur lebur dan dimurnikan oleh api yang mengerikan itu, yang 

akan membakar semua ampas dari ciptaan yang terlihat ini. Di 

sini kita harus memperhatikan, 

Surat 2 Petrus 3:11-18 

 601 

1. Apa yang dinantikan oleh orang-orang Kristen sejati: langit 

yang baru dan bumi yang baru, di mana hikmat, kuasa, dan 

kebaikan Tuhan  dan Yesus Kristus Juruselamat kita yang 

agung akan jauh terlihat dengan lebih jelas dibandingkan  yang 

mampu kita ketahui dalam apa yang kita lihat sekarang. 

Sebab di dalam langit dan bumi yang baru ini, yang bebas dari 

kesia-siaan yang menguasai langit dan bumi yang lama, dan 

dosa yang dengannya mereka tercemar, hanya kebenaran yang 

akan tinggal. Langit dan bumi yang baru ini akan menjadi 

tempat kediaman orang-orang benar yang melakukan kebenar-

an, dan yang bebas dari kuasa dan kecemaran dosa. Semua 

orang fasik akan dicampakkan ke dalam neraka. Hanya orang-

orang yang mengenakan kebenaran Kristus, dan disucikan 

oleh Roh Kudus, yang akan diterima untuk berdiam di tempat 

yang kudus ini.  

2. Apa alasan dan dasar dari penantian dan pengharapan ini, 

yaitu janji Tuhan . Menantikan apa yang tidak pernah dijanjikan 

Tuhan  merupakan perbuatan yang tidak pantas. Sebaliknya, 

jika harapan-harapan kita sesuai dengan janji, baik berkenaan 

dengan hal-hal yang kita nantikan maupun waktu dan cara 

penggenapannya, maka kita tidak akan kecewa, sebab Ia, yang 

menjanjikannya, setia. “Oleh sebab  itu, pastikan bahwa kamu 

mengangkat dan mengatur harapan-harapanmu tentang se-

mua perkara besar yang akan datang sesuai dengan firman 

Tuhan . Berkenaan dengan langit yang baru dan bumi yang baru, 

nantikanlah itu sebagaimana yang sudah diperbolehkan dan 

diarahkan Tuhan  melalui bacaan-bacaan yang kita dapati da-

lam bagian Kitab Suci di hadapanmu sekarang ini, dan dalam 

Yesaya 65:17; 66:22, yang kemungkinannya dirujuk oleh Ra-

sul Petrus di sini.” 

II.  Seperti halnya dalam ayat 11 ia menasihatkan kita untuk hidup 

kudus berdasar  pertimbangan bahwa langit dan bumi akan 

hancur, demikian pula dalam ayat 14 ia melanjutkan nasihatnya 

berdasar  pertimbangan bahwa langit dan bumi itu akan diper-

baharui lagi. “sebab  kamu mengharapkan kedatangan hari Tuhan , 

saat  Yesus Kristus Tuhan kita tampil dalam keagungan-Nya 

yang mulia, dan langit dan bumi ini akan hancur lebur, dan sesu-

dah disucikan dan dimurnikan, akan ditegakkan dan dibangun 


 602

kembali, maka bersiap-siaplah untuk menemui-Nya. Sudah men-

jadi kepedulian kamu untuk melihat bagaimana keadaanmu nanti 

saat  Sang Hakim atas seluruh dunia menjatuhkan hukuman 

atas manusia, dan menentukan bagaimana keadaan mereka nanti 

sepanjang segala kekekalan. Ini merupakan sidang pengadilan 

yang tidak menerima banding. Apa pun hukuman yang dijatuh-

kan di sini oleh Sang Hakim Agung ini tidak dapat diganggu 

gugat. Oleh sebab  itu bersiap-siaplah untuk menghadap takhta 

pengadilan Kristus. Dan pastikanlah,” 

1.  “Supaya kamu kedapatan dalam perdamaian dengan Dia, 

dalam keadaan damai dan diperdamaikan dengan Tuhan  mela-

lui Kristus, yang di dalam Dia saja Tuhan  mendamaikan dunia 

dengan diri-Nya. Semua orang yang di luar Kristus ada dalam 

keadaan bermusuhan, dan menolak serta menentang Tuhan 

dan Dia yang diurapi-Nya, dan sebab  itu akan menjalani 

hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat 

Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya. Hanya orang yang 

dosa-dosanya sudah diampuni dan berdamai dengan Tuhan  

yang akan aman dan berbahagia. Oleh sebab  itu, kejarlah 

perdamaian, perdamaian dengan semua.”  

(1) Damai dengan Tuhan  melalui Yesus Kristus Tuhan kita. 

(2) Damai dalam hati nurani kita sendiri, melalui Roh anuge-

rah yang bersaksi bersama roh kita bahwa kita yaitu  

anak-anak Tuhan .  

(3) Damai dengan manusia, dengan memiliki hati yang tenang 

dan cinta damai dalam diri kita, yang menyerupai Tuhan 

kita yang terpuji. 

2.  Pastikan supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak ber-

noda di hadapan Kristus. Kejarlah kekudusan dan juga perda-

maian, bahkan sampai tidak bercela dan sempurna. Kita tidak 

hanya harus waspada terhadap semua cela yang bukan meru-

pakan cela anak-anak Tuhan  (ini hanya mencegah kita didapati 

sebagai orang yang tercela), namun  juga kita harus mengejar 

kemurnian yang tak bercela, kesempurnaan mutlak. Orang-

orang Kristen harus menyempurnakan kekudusan, supaya me-

reka tidak bercela bukan hanya di hadapan manusia, melain-

kan juga di hadapan Tuhan . Semua ini menuntut dan memerlu-

kan ketekunan yang sebesar-besarnya. Siapa yang melakukan 

Surat 2 Petrus 3:11-18 

 603 

pekerjaan ini dengan lalai tidak akan pernah melakukannya 

dengan berhasil. “Jangan pernah berharap bahwa kamu akan 

didapati dalam keadaan damai pada hari Tuhan  itu, jika kamu 

bermalas-malasan dan berleha-leha di waktu yang sekarang 

ini, saat di mana kita harus menyelesaikan pekerjaan yang di-

berikan kepada kita. Hanya orang-orang Kristen yang rajin 

yang akan berbahagia di hari Tuhan. Tuhan kita akan datang 

kepada kita secara tiba-tiba, atau akan segera memanggil kita 

kembali kepada-Nya. Jadi apakah kamu mau Dia mendapati-

mu sedang bermalas-malasan?” Ingatlah, ada kutukan yang 

diberikan terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan 

TUHAN dengan lalai (Yer. 48:10). Sorga akan menjadi ganti 

rugi yang memadai atas segala ketekunan dan kerajinan kita. 

Oleh sebab  itu, marilah kita berusaha dan berjerih payah 

dalam pekerjaan Tuhan. Ia pasti akan memberi kita hadiah 

jika kita tekun dalam pekerjaan yang sudah diberikan-Nya 

kepada kita. Nah, supaya kamu rajin, anggaplah kesabaran 

Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat. 

“Apakah Tuhanmu menunda kedatangan-Nya? Janganlah ber-

pikir ini untuk memberi  lebih banyak waktu supaya kamu 

bisa leluasa memuaskan hawa nafsumu. Sebaliknya, itu untuk 

memberi kesempatan dan waktu yang besar untuk bertobat 

dan mengerjakan keselamatanmu. Itu tidak timbul dari tidak 

adanya kepedulian atau belas kasihan terhadap hamba-

hamba-Nya yang menderita, juga tidak dimaksudkan untuk 

membiarkan dan memberi  dorongan kepada dunia yang 

fasik, namun  supaya manusia memiliki  waktu untuk mem-

persiapkan diri bagi kekekalan. Jadi belajarlah untuk meman-

faatkan dengan benar kesabaran Tuhan kita, yang sampai 

sekarang menunda kedatangan-Nya. Kejarlah perdamaian dan 

kekudusan, atau kedatangan-Nya akan mengerikan bagi kamu.” 

Dan sebab  sulit untuk mencegah manusia menyalahgunakan 

kesabaran Tuhan , dan menggugah mereka untuk memanfaatkan-

nya dengan benar, maka rasul kita mengutip Rasul Paulus 

yang juga mengarahkan manusia untuk memanfaatkan de-

ngan baik kesabaran ilahi, supaya dengan mulut, atau dari 

pena, dua orang rasul, kebenaran tidak disangsikan. Di sini 

kita dapat mengamati bagaimana penghargaan dan perasaan 

Rasul Petrus saat  berbicara tentang Rasul Paulus, yang 


 604

sebelumnya sudah menentang dan menegurnya dengan tajam 

di depan orang banyak. Jika orang benar memukul seseorang 

yang betul-betul saleh, maka itu akan diterima sebagai suatu 

kebaikan hati. Hendaklah ia menegur, maka itu akan seperti 

minyak yang baik, yang akan melembutkan dan mempermanis 

orang baik yang ditegur saat  ia berbuat salah. Betapa 

tingginya penghormatan yang diungkapkan oleh rasul untuk 

orang bersunat ini kepada orang yang sudah secara terbuka di 

hadapan semua orang, menegur dia, sebab  tidak berlaku 

lurus sesuai kebenaran Injil!  

(1) Rasul Petrus menyebutnya saudara, yang berarti bahwa ia 

tidak hanya menjadikan Rasul Paulus sebagai sesama 

orang Kristen (yang dalam arti itu kata saudara digunakan 

dalam 1Tes. 5:27), atau sesama pemberita Injil (yang da-

lam arti itu Paulus menyebut Timotius sang penginjil seba-

gai saudara [Kol. 1:1]), namun  juga sesama rasul, orang 

yang sama-sama diberi mandat yang luar biasa, langsung 

dari Kristus sendiri, untuk memberitakan Injil di segala 

penjuru, dan untuk memuridkan semua bangsa. Meski-

pun banyak guru-guru penyesat menyangkal jabatan kera-

sulan Paulus, namun Petrus mengakui dia sebagai seorang 

rasul.  

(2) Rasul Petrus menyebutnya yang kekasih. Dan sebab  me-

reka berdua diberi mandat, dan kedua-duanya bersatu da-

lam pelayanan yang sama pada Tuhan yang sama, maka 

akan sangat tidak pantas jika mereka tidak bersatu di 

dalam kasih satu terhadap yang lain, untuk menguatkan 

tangan satu sama lain, saling menginginkan dan bersuka-

cita dalam keberhasilan satu sama lain.  

(3)  Ia menyebut Rasul Paulus sebagai orang yang diberi hik-

mat luar biasa. Ia seorang yang unggul dalam pengetahuan 

tentang rahasia-rahasia Injil, dan dalam hal itu atau hal 

lain tidak tertinggal dari rasul-rasul lain. Betapa sangat 

diinginkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil yang 

sama harus memperlakukan satu sama lain sesuai dengan 

teladan yang diberikan Rasul Petrus di sini! Pasti sudah 

menjadi kewajiban mereka untuk berusaha, dengan cara-

cara yang benar, mencegah atau menghilangkan segala 

prasangka yang menghambat kebergunaan hamba-hamba 

Surat 2 Petrus 3:11-18 

 605 

Tuhan. Mereka juga harus berusaha menimbulkan dan 

meningkatkan penghargaan serta penghormatan dalam 

pikiran jemaat terhadap hamba-hamba Tuhan, yang dapat 

memajukan keberhasilan pekerjaan mereka. Dan marilah 

kita amati juga di sini,  

[1] Hikmat luhur yang ada dalam diri Paulus yang dikata-

kan dikaruniakan kepadanya. Pemahaman dan pengeta-

huan yang membuat orang memenuhi syarat untuk 

memberitakan Injil yaitu  karunia Tuhan . Kita harus 

mencari pengetahuan, dan berusaha mendapatkan pe-

mahaman, dengan harapan bahwa itu akan dikarunia-

kan kepada kita dari atas, sementara kita juga tekun 

dalam menggunakan cara-cara yang semestinya untuk 

memperolehnya. 

[2]  Rasul Petrus menyampaikan kepada orang banyak se-

suai apa yang diterimanya dari Tuhan . Ia berusaha me-

mimpin orang lain sejauh ia sendiri dipimpin ke dalam 

pengetahuan tentang rahasia-rahasia Injil. Ia tidak lan-

cang ikut campur ke dalam hal-hal yang belum pernah 

dilihatnya atau yang belum sepenuhnya diyakininya, 

dan ia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Tuhan  

(Kis. 20:27). 

[3] Surat-surat yang ditulis oleh rasul untuk bangsa-bang-

sa bukan Yahudi, dan ditujukan kepada orang-orang 

bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus, dimaksud-

kan untuk mengajar dan membangun orang-orang dari 

kalangan Yahudi yang percaya kepada Kristus. Sebab 

biasanya  orang berpendapat bahwa apa yang di-

singgung di sini termuat dalam surat kepada jemaat di 

Roma (Rm. 2:4), meskipun dalam semua suratnya ada 

beberapa hal yang merujuk pada satu atau lain hal dari 

topik-topik yang dibahas dalam pasal ini dan pasal se-

belumnya. Bukan hal yang tampak aneh bahwa orang-

orang yang ingin mencapai maksud umum yang sama, 

menegaskan hal-hal yang sama dalam surat-surat me-

reka. namun  Rasul Petrus melanjutkan dengan memberi 

tahu kita bahwa dalam hal-hal yang dijumpai dalam 

surat-surat Paulus, ada sebagian hal yang sulit dipa-

hami. Di antara berbagai macam hal yang dibahas da-


 606

lam Kitab Suci, ada sebagian yang tidak mudah dipa-

hami sebab  tidak jelas, seperti nubuatan-nubuatan. 

Sebagian yang lain tidak dapat dipahami dengan begitu 

mudah sebab  sifatnya yang luhur dan agung, seperti 

ajaran-ajaran tentang hal-hal yang rahasia. Dan sebagi-

an lagi sulit dicerna sebab  kelemahan akal budi manu-

sia, seperti perkara-perkara mengenai Roh Tuhan , yang 

disebutkan dalam 1 Korintus 2:14. Dan di sinilah 

orang-orang yang tidak paham dan tidak teguh imannya 

berbuat celaka. Sebab mereka memelintir dan memutar-

balikkan Kitab Suci, sehingga membuat Kitab Suci me-

ngatakan apa yang tidak diniatkan oleh Roh Kudus. 

Orang yang tidak mendapat ajaran yang benar dan 

tidak berakar dengan baik di dalam kebenaran teran-

cam bahaya besar untuk memutarbalikkan firman 

Tuhan . Orang yang sudah mendengarkan dan belajar de-

ngan baik tentang Bapa yaitu  orang yang paling aman 

untuk tidak salah mengartikan dan salah menerapkan 

bagian-bagian firman Tuhan  mana pun. Di mana ada 

kuasa ilahi untuk meneguhkan dan mengajar orang 

dalam kebenaran ilahi, di situ orang dijamin tidak akan 

jatuh ke dalam kesesatan. Sungguh merupakan berkat 

besar bagi kita untuk dapat belajar dengan mengamati 

akibat yang menyakitkan yang dialami oleh orang-orang 

yang masa bodoh dan tidak teguh hatinya, yaitu kehan-

curan mereka. Kesalahan-kesalahan, khususnya me-

ngenai kekudusan dan keadilan Tuhan , mendatangkan 

kehancuran luar biasa kepada begitu banyak orang. 

Oleh sebab  itu, marilah kita dengan sungguh-sungguh 

berdoa supaya Roh Tuhan  mengajar kita dalam kebenar-

an, supaya kita mengenal kebenaran sebagaimana yang 

ada di dalam Yesus, dan hati kita diteguhkan dengan 

anugerah, supaya kita dapat berdiri teguh dan tidak 

goyah, bahkan di masa-masa yang paling bergejolak, 

saat  orang lain diombang-ambingkan oleh rupa-rupa 

angin pengajaran. 

Surat 2 Petrus 3:11-18 

 607 

III. Rasul Petrus memberi mereka sebuah kata peringatan (ay. 17-18), 

yang di dalamnya, 

1.  Ia mengisyaratkan bahwa sesudah mengetahui hal-hal ini, kita 

harus sangat awas dan waspada, sebab  bahaya yang meng-

ancam dua kali lipat (ay. 17).  

(1) Kita terancam bahaya besar akan tergoda, dan berpaling 

dari kebenaran. Orang yang tidak tahu dan tidak teguh, 

dan mereka ini sangat banyak jumlahnya, biasanya  

suka memutarbalikkan Kitab Suci. Banyak orang yang me-

miliki dan membaca Kitab Suci tidak memahami apa yang 

mereka baca. Dan terlalu banyak orang yang memiliki pe-

mahaman yang benar tentang arti dan makna firman tidak 

teguh mempercayai kebenaran itu. Semua orang ini akan 

mudah jatuh ke dalam kesesatan. Sedikit saja orang yang 

benar-benar bisa memahami dan mengakui sepenuhnya 

ajaran Kekristenan. Dan lebih sedikit lagi orang yang betul-

betul tetap berjalan dalam hidup yang saleh, yang merupa-

kan jalan sempit, yaitu satu-satunya jalan menuju hidup. 

Harus ada penyangkalan diri dan mawas diri yang besar 

terhadap diri kita sendiri, dan penyerahan diri penuh ke-

pada wewenang Kristus Yesus, Nabi besar kita, sebelum 

kita bisa sepenuh hati menerima semua kebenaran Injil. 

sebab  itu, sebelum semuanya ini dilakukan, kita teran-

cam bahaya besar menolak kebenaran.  

(2)  Kita terancam bahaya besar dengan tergoda, sebab , 

[1] Sejauh kita berpaling dari kebenaran, sejauh itu pula 

kita berpaling dari jalan keterberkatan yang sesungguh-

nya, dan masuk ke jalan yang menuju kebinasaan. Jika 

manusia merusak firman Tuhan , maka itu akan cende-

rung membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri se-

penuhnya.  

[2] jika  manusia memutarbalikkan firman Tuhan , mere-

ka terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak 

mengenal hukum. Mereka menjadi orang yang tidak mau 

tahu aturan, tidak mengenal batas, semacam pemikir-

pemikir bebas, yang dibenci oleh sang pemazmur. Orang 

yang bimbang hati kubenci, namun  Taurat-Mu kucintai 

(Mzm. 119:113). Apa pun pendapat dan pikiran manusia 


 608

yang tidak selaras dengan hukum Tuhan , dan dibenarkan 

olehnya, pasti akan disanggah dan dibenci oleh orang 

baik. Pendapat dan pikiran itu yaitu  kesombongan dan 

nasihat orang-orang fasik, yang telah meninggalkan hu-

kum Tuhan , dan jika kita menyerap pendapat mereka, 

kita akan segera mengikuti perbuatan mereka.  

[3] Orang yang terseret ke dalam kesesatan kehilangan pe-

gangan mereka yang teguh. Mereka sepenuhnya gusar 

dan gelisah, dan tidak tahu di mana tempat untuk 

bersandar, namun  penuh ketidakpastian, seperti gelom-

bang laut, yang diombang-ambingkan oleh angin. Oleh 

sebab itu, sudah menjadi kepedulian kita untuk was-

pada, melihat bahwa bahayanya begitu besar. 

2.  Supaya kita bisa dengan lebih baik terhindar dan tidak ter-

seret ke dalam kesesatan, Rasul Petrus mengarahkan apa yang 

harus kita lakukan (ay. 18). Dan,  

(1)  Kita harus bertumbuh dalam kasih karunia. Pada awal 

surat ini ia sudah menasihati kita untuk menambahkan 

satu kasih karunia kepada kasih karunia yang lain, dan di 

sini ia menyarankan kita untuk bertumbuh dalam semua 

kasih karunia, dalam iman, dalam kebajikan, dan dalam 

pengetahuan. Seberapa kuat kasih karunia dalam diri kita, 

sedemikian teguhlah kita di dalam kebenaran.  

(2) Kita harus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan kita, 

Yesus Kristus. “Kejarlah terus pengenalan akan Tuhan. 

Berusahalah untuk mengenal Dia dengan lebih jelas dan 

utuh, mengenal Kristus lebih baik lagi, dan mengenal-Nya 

untuk tujuan yang lebih baik, supaya kita menjadi lebih 

serupa dengan-Nya dan mengasihi-Nya dengan lebih 

baik.” Inilah pengenalan akan Kristus yang berusaha di-

dapat dan ingin dicapai Rasul Paulus (Flp. 3:10). Penge-

nalan akan Kristus yang membuat kita semakin menyeru-

pai Dia, dan membuat-Nya semakin kita kasihi, pastilah 

sangat bermanfaat bagi kita, untuk menjaga supaya kita 

tidak jatuh saat  terjadi kemurtadan di mana-mana. Dan 

mereka yang mengalami dampak dari pengenalan akan 

Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat ini, sesudah  mene-

rima kasih karunia itu dari-Nya, akan bersyukur dan 

Surat 2 Petrus 3:11-18 

 609 

memuji Dia, dan bergabung dengan rasul kita dengan ber-

kata, Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-

lamanya. Amin. 

  

 

 

 

 

 

 


Surat  

1 Yohanes 

   

 

  

 

 

 

 

 

 

Tafsiran  

SURAT 1 Yohanes  


alaupun tradisi jemaat secara turun-temurun membenarkan 

bahwa surat ini berasal dari Rasul Yohanes, kita dapat meng-

amati suatu bukti lain yang akan meneguhkan (atau mungkin bagi 

sebagian orang malah melebihi) kepastian dari tradisi itu. Tampak 

bahwa penulisnya yaitu  salah seorang dari kumpulan rasul. Ini 

terlihat melalui keyakinannya, yang didasarkan pada bukti indrawi, 

akan kebenaran mengenai pribadi Sang Pengantara dalam kodrat 

manusia-Nya: Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami 

dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami sak-

sikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman 

hidup (ay. 1). Di sini ia memberi perhatian pada bukti yang diberikan 

Tuhan kepada Tomas akan kebangkitan-Nya, dengan meminta Tomas 

untuk merasakan bekas-bekas paku dan tombak, yang dicatat oleh 

Yohanes. Dia ini pasti salah seorang murid yang hadir saat  Tuhan 

datang pada hari yang sama waktu Ia bangkit dari antara orang mati, 

dan menunjukkan kepada mereka tangan-Nya dan lambung-Nya 

(Yoh. 20:20). namun , supaya kita yakin ini rasul yang mana, hampir 

tak seorang pun penelaah atau ahli yang tidak akan tidak membenar-

kan (melainkan semuanya akan mengiyakan) berdasar  telaah pe-

makaian kata-kata atau gaya mengemukakan argumen dan sema-

ngatnya bahwa penulis surat ini memang yaitu  penulis Injil yang 

disebut dengan Injil Yohanes. Injil Yohanes dan surat rasuli ini se-

cara menakjubkan selaras dalam memberi  gelar-gelar dan sifat-

sifat Sang Penebus: Firman, Hidup, Terang. Nama-Nya ialah: “Firman 


 614

Tuhan .” (Bdk. 1Yoh.1:1 dan 1Yoh. 5:7 dengan Yoh. 1:1 dan Why. 

19:13). Keduanya sepakat dalam mengagungkan kasih Tuhan  kepada 

kita (3:1 dan 4:9; Yoh. 3:16), dan dalam berbicara tentang pembaha-

ruan diri kita, atau perihal lahir dari Tuhan  (3:9; 4:7, dan 5:1; Yoh. 

3:5-6). Yang terakhir (tanpa memberi  contoh-contoh lagi, yang 

dengan mudah dapat dilihat dengan membandingkan surat ini de-

ngan Injil Yohanes), keduanya sepakat dalam merujuk, atau mene-

rapkan, bacaan dalam Injil Yohanes yang menceritakan (dan yang sa-

tu-satunya menceritakan) keluarnya air dan darah dari lambung 

Sang Penebus yang terbuka: Inilah Dia yang telah datang dengan air 

dan darah (5:6). Dengan demikian, tampak jelas bahwa surat ini 

mengalir dari pena yang sama yang juga menuliskan Injil Yohanes. 

Nah, saya tidak tahu kalau ada bacaan, atau cerita-cerita dalam Injil 

mana saja, yang memberi kita kepastian yang sedemikian pasti 

tentang siapa penulis atau pengarangnya seperti yang terjadi dengan 

Yohanes yang menggambarkan dengan jelas dirinya sebagai sang pe-

nulis. Dalam Injil itu (yaitu pasal 21:24), sang sejarawan suci ini 

memberitahukan dirinya sendiri seperti ini: Dialah murid, yang mem-

beri kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya 

dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Nah, siapa murid ini 

kalau bukan dia yang tentangnya Petrus bertanya, “Apakah yang 

akan terjadi dengan dia ini?” Dan tentang dia Tuhan menjawab, 

“Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku da-

tang, itu bukan urusanmu” (Yoh. 21:22). Dan yang digambarkan (Yoh. 

21:20) dengan tiga ciri berikut ini:  

1.  Bahwa dia yaitu  murid yang dikasihi Yesus, sahabat Tuhan 

yang istimewa.  

2.  Bahwa ia juga duduk dekat Dia pada waktu mereka sedang ma-

kan bersama.  

3.  Bahwa ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, siapakah dia yang akan 

menyerahkan Engkau?” Jadi, sepasti bahwa murid yang dimaksud 

itu yaitu  Yohanes, sepasti itu pula jemaat boleh yakin bahwa 

Injil itu dan surat ini berasal dari Yohanes yang terkasih.  

Dalam judul di atas dikatakan bahwa surat ini untuk umum, kare-

na surat ini tidak ditulis untuk suatu jemaat tertentu. Sebaliknya, se-

bagai surat edaran (atau tugas kunjungan), surat ini dikirim ke ber-

bagai jemaat (menurut sebagian orang di Partia), untuk meneguhkan 

mereka dalam kesetiaan yang teguh terhadap Kristus Tuhan, dan ter-

Tafsiran Surat 1 Yohanes Disertai Renungan Praktis 

 615 

hadap ajaran-ajaran suci tentang pribadi dan jabatan-Nya, melawan 

para penyesat. Dan untuk menggugah mereka supaya mereka meng-

hiasi ajaran itu dengan kasih terhadap Tuhan  dan manusia, dan khu-

susnya terhadap satu sama lain, sebagai yang sama-sama lahir dari 

Tuhan , dipersatukan oleh Kepala yang sama, dan sedang melakukan 

perjalanan menuju hidup kekal yang sama.  

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  1  

ukti yang diberikan berkenaan dengan pribadi dan keunggulan 

Kristus (ay. 1-2). Dengan mengetahui hal ini, kita akan beroleh 

persekutuan dengan Tuhan  dan Kristus (ay. 3), dan sukacita (ay. 4). 

Gambaran tentang Tuhan  (ay. 5). Dan sejalan dengan itu bagaimana 

kita harus hidup (ay. 6). Manfaat dari hidup yang demikian (ay. 7). 

Jalan untuk mendapat pengampunan (ay. 9). Kejahatan dalam 

menyangkal dosa kita (ay. 8-10). 

Kesaksian Rasuli 

(1:1-4)  

1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami 

lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba 

dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan 

kepada kamu. 2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan 

sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup 

kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan 

kepada kami. 3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, 

kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan 

dengan kami. Dan persekutuan kami yaitu  persekutuan dengan Bapa dan 

dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. 4 Dan semuanya ini kami tuliskan kepada 

kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.   

Rasul Yohanes tidak mencantumkan nama dan ciri-cirinya (seperti 

juga penulis surat Ibrani), entah sebab  kerendahan hati, atau 

sebab  ingin supaya para pembaca Kristen lebih terjamah oleh terang 

dan bobot dari hal-hal yang ditulis, dibandingkan  oleh nama yang dapat 

memberi  kesan baik pada tulisan-tulisan itu. Maka dari itu ia 

memulai, 

I. Dengan penjelasan atau ciri-ciri pribadi Sang Pengantara. Dialah 

pokok utama dari Injil, dasar dan sasaran dari iman dan harapan 


 618

kita, pengikat dan perekat yang menyatukan kita kepada Tuhan . 

Dia harus dikenal dengan baik, dan Ia digambarkan di sini,  

1. Sebagai Firman hidup (ay. 1). Dalam Injil, kedua hal itu 

dipisahkan, dan pertama-tama Ia disebut sebagai Firman (Yoh. 

1:1), dan kemudian Hidup, yang dengan demikian menyiratkan 

bahwa Ia yaitu  hidup yang memberi sabda pencerahan. 

Dalam Dia ada hidup dan hidup itu yaitu  (mampu membawa 

dan bertujuan untuk membawa) terang manusia (Yoh. 1:4). 

Dalam surat ini kedua hal ini  digabungkan: Firman 

hidup, Firman yang hidup. Dalam arti Dia yaitu  Firman, 

tersirat bahwa Dia yaitu  Firman atau Perkataan dari suatu 

pribadi, dan pribadi itu yaitu  Tuhan , yaitu Bapa. Ia yaitu  

Firman Tuhan , dan dengan demikian tersirat bahwa Ia keluar 

dari Bapa, sebagaimana halnya (meskipun tidak dengan cara 

yang sama) sebuah kata (atau perkataan, yang merupakan 

rentetan kata-kata) keluar dari seorang pembicara. namun  Ia 

bukan hanya kata yang terdengar, sekadar logos prophorikos, 

melainkan kata yang hidup: Firman hidup, firman yang 

sungguh hidup. Dan sebab  itu,  

2. Sebagai hidup yang kekal. Kelangsungan hidup-Nya menun-

jukkan keunggulan atau keluhuran-Nya. Ia berasal dari keke-

kalan, dan dengan demikian, dalam penjelasan Kitab Suci, 

merupakan hidup yang mutlak, hakiki, dan tak tercipta. Bah-

wa Rasul Yohanes berbicara tentang kekekalan-Nya, à parte 

ante (seperti kata orang) dan sebagai kekal dari dulu, tampak 

jelas dalam hal bahwa ia berbicara tentang Kristus sebagai-

mana Ia ada di dalam dan dari pemulaan. Ia ada bersama-

sama Bapa kala itu, sebelum menyatakan diri kepada kita, 

bahkan sebelum menjadikan segala sesuatu yang dijadikan, 

seperti dalam Yohanes 1:2-3. Jadi Ia yaitu  Firman yang 

kekal, hidup, dan yang penuh pencerahan akal budi dari Bapa 

yang kekal dan hidup.  

3.  Sebagai hidup yang telah dinyatakan (ay. 2), dinyatakan dalam 

daging, dinyatakan kepada kita. Sang Hidup kekal itu ber-

kenan mengenakan kefanaan, berkenan mengenakan darah 

dan daging (dalam kodrat manusia secara keseluruhan), dan 

dengan demikian diam di antara kita dan bergaul dengan kita 

(Yoh. 1:14). Sungguh suatu perendahan diri dan kebaikan 

bahwa Sang Hidup kekal (Pribadi yang memiliki  hidup yang 

Surat 1 Yohanes 1:1-4 

 619 

kekal dan hakiki) berkenan melawat makhluk-makhluk yang 

fana, dan mendapatkan hidup kekal bagi mereka, dan kemu-

dian menganugerahkannya kepada mereka! 

II. Rasul Yohanes memulai surat ini dengan bukti-bukti dan keya-

kinan-keyakinan pasti yang dia dan saudara-saudaranya miliki 

akan hadirat Sang Pengantara dan kehidupan-Nya di dunia ini. 

Surat ini menunjukkan dengan memadai bukti-bukti nyata bahwa 

Ia benar-benar pernah berdiam di dunia ini, dan tentang keluhur-

an serta martabat pribadi-Nya dalam cara Ia menyatakan diri. 

Hidup, Firman hidup, dan hidup kekal, dengan sendirinya tidak 

dapat dilihat dan dirasakan. namun  hidup yang dinyatakan dan 

berwujud daging dan darah bisa dilihat dan dirasakan, dan me-

mang demikian Dia adanya. Sang Hidup itu mengenakan daging, 

ditempatkan dalam keadaan dan kebiasaan kodrat manusia yang 

rendah, dan dengan demikian memberi  bukti yang bisa diraba 

dan dilihat akan keberadaan dan penghidupan-Nya di dunia ini. 

Hidup ilahi, atau Firman yang menjelma, menyodorkan dan 

menunjukkan diri-Nya kepada semua pancaindra para rasul. 

Seperti,  

1.  Kepada telinga mereka: Apa yang telah kami dengar (ay. 1-3). 

Sang Hidup itu mengenakan mulut dan lidah, supaya Ia dapat 

mengucapkan perkataan-perkataan yang hidup. Para rasul 

tidak hanya mendengar tentang Dia, namun  juga mendengar-

kan Dia berbicara langsung. Lebih dari tiga tahun mereka 

boleh jadi mengikuti Dia dalam pelayanan-Nya, mendengarkan 

khotbah-khotbah-Nya di depan umum dan penjelasan-penje-

lasan-Nya secara pribadi (sebab Ia menjelaskannya di rumah-

Nya), dan terkesima dengan kata-kata dari Dia yang berbicara 

tidak seperti seorang manusia mana pun sebelum atau sesu-

dah itu. Firman ilahi berkenan menggunakan telinga, maka 

telinga harus diabdikan untuk mendengarkan firman hidup. 

Dan sudah sepantasnya orang-orang yang akan menjadi duta 

dan pengikut-Nya di hadapan dunia mengenal sendiri secara 

pribadi pelayanan-pelayanan-Nya.  

2.  Kepada mata mereka: Apa yang telah kami lihat dengan mata 

kami (ay. 1-3). Firman berkenan untuk dilihat, berkenan bu-

kan hanya untuk didengar, namun  juga dilihat, dilihat di ha-

dapan orang banyak, secara pribadi, di kejauhan dan dari 


 620

jarak yang paling dekat, yang bisa tersirat dalam ungkapan, 

dengan mata kami, dengan segala sesuatu yang dapat kami 

lakukan dan perbuat dengan mata kami. Kami melihat-Nya 

dalam hidup dan pelayanan-Nya, melihat-Nya saat  Dia ber-

ubah rupa di bukit, saat  Dia tergantung, berdarah, sekarat, 

dan mati di kayu salib. Dan kami melihat-Nya sesudah  Dia 

kembali dari kubur dan bangkit dari antara orang mati. Para 

rasul-Nya haruslah menjadi saksi-saksi mata dan juga saksi-

saksi telinga-Nya. Jadi harus ditambahkan kepada kami se-

orang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan 

kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu 

mulai dari baptisan Yohanes, untuk menjadi saksi dengan kami 

tentang kebangkitan-Nya (Kis. 1:21-22). Dan kami yaitu  saksi 

mata dari kebesaran-Nya (2Ptr. 1:16).  

3.  Pada indra batin mereka, pada mata akal budi mereka. Sebab 

demikianlah anak kalimat selanjutnya (kemungkinan) dapat 

ditafsirkan: Yang telah kami saksikan. Ini bisa dibedakan dari 

makna penglihatan sebelumnya, melihat dengan mata, dan 

bisa jadi sama dengan apa yang dikatakan Rasul Yohanes 

dalam Injilnya (Yoh. 1:14), dan kita telah melihat – 

etheasametha, kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan 

kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Kata melihat atau 

menyaksikan di sini tidak dipakai untuk apa yang langsung 

ditangkap mata, melainkan untuk apa yang diingat-ingat 

dalam pikiran dari apa yang mereka lihat. “Apa yang sudah 

kami cerna, renungkan, dan pandang dengan baik, apa yang 

sudah kami ketahui dengan baik tentang Firman hidup ini, 

itulah yang kami beritakan kepada kamu.” Pancaindra harus-

lah memberitahukan sesuatu kepada pikiran.  

4.  Pada tangan dan indra perasa mereka: Dan yang telah kami 

raba (kami sentuh dan rasakan) dengan tangan kami tentang 

Firman hidup. Ini pasti merujuk pada keyakinan penuh yang 

diberikan Tuhan kita kepada para rasul-Nya akan kebenaran, 

kenyataan, kepadatan, dan susunan tubuh-Nya, sesudah  Ia 

bangkit dari antara orang mati. saat  menunjukkan kepada 

mereka tangan-Nya dan lambung-Nya, besar kemungkinan 

bahwa Ia juga memperbolehkan mereka untuk menyentuh-

Nya. Paling tidak, Ia mengetahui ketidakpercayaan Tomas, dan 

juga tekad yang diucapkannya untuk tidak mau percaya, 

Surat 1 Yohanes 1:1-4 

 621 

sampai ia menyentuh dan merasakan tempat-tempat dan 

bekas-bekas luka yang dengannya Ia mati. Maka dari itu, pada 

pertemuan berikutnya Ia memanggil Tomas, di hadapan semua 

yang lain, khusus untuk memuaskan rasa penasaran yang 

membuatnya tidak percaya ini. Dan ada kemungkinan yang 

lain juga berbuat demikian. Tangan kami telah meraba Firman 

hidup. Hidup dan Firman yang tak terlihat tidak memandang 

rendah kesaksian pancaindra. Indra, pada tempat dan ling-

kupnya, yaitu  sarana yang telah ditetapkan Tuhan , dan di-

gunakan Kristus Tuhan, untuk memberitahukan sesuatu ke-

pada kita. Tuhan kita ambil peduli untuk memuaskan (sejauh 

mungkin) semua pancaindra para rasul-Nya, supaya mereka 

bisa lebih lagi menjadi saksi-saksi-Nya yang pertama kepada 

dunia. Orang-orang yang menerapkan ini hanya pada masalah 

mendengarkan Injil tidak memperhatikan berbagai macam 

indra yang disebutkan di sini, dan makna semestinya dari 

ungkapan-ungkapan yang dipakai, serta alasan untuk mene-

gaskan dan mengulanginya di sini: Apa yang telah kami lihat 

dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu 

juga (ay. 3). Para rasul tidak mungkin tertipu dalam pengalam-

an pancaindra mereka sendiri yang sedemikian lama. Indra 

harus melayani proses berpikir dan menilai, dan pemikiran 

serta penilaian harus diabdikan untuk menerima Yesus Kris-

tus Tuhan dan Injil-Nya. Penolakan terhadap wahyu Kristiani 

pada akhirnya akan menjadi penolakan terhadap indra itu 

sendiri. Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mere-

ka, oleh sebab  mereka tidak percaya kepada orang-orang yang 

telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya (Mrk. 16:14). 

III. Rasul Yohanes memulai surat ini dengan penegasan dan pem-

buktian yang khidmat terhadap alasan-alasan dan bukti-bukti 

dari kebenaran dan ajaran Kristen ini. Para rasul menyampaikan 

peneguhan-peneguhan ini demi kepuasan kita: Kami bersaksi dan 

memberitakan kepada kamu (ay. 2). Apa yang telah kami lihat dan 

yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga (ay. 

3). Sudah sepatutnya para rasul membukakan kepada murid-

murid suatu bukti yang olehnya mereka dipimpin kepada, dan 

alasan-alasan yang mendorong mereka untuk, mewartakan dan 

menyebarkan ajaran Kristen di dunia. Hikmat dan kejujuran 


 622

mewajibkan mereka untuk menunjukkan bahwa bukan angan-

angan sendiri atau dongeng yang dikarang-karang dengan tipu 

muslihat yang mereka sampaikan kepada dunia. Kebenaran yang 

nyata mendorong mereka untuk membuka mulut, dan mendesak 

mereka untuk membuat pengakuan di depan umum. Sebab tidak 

mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang 

telah kami lihat dan yang telah kami dengar (Kis. 4:20). Sudah 

menjadi perhatian para murid untuk betul-betul yakin akan 

kebenaran dari ajaran yang mereka peluk. Mereka harus melihat 

bukti-bukti dari agama mereka yang kudus. Agama mereka itu 

tidak takut terhadap terang, tidak pula terhadap pemeriksaan 

yang sangat teliti. Agama mereka mampu menimbulkan keyakin-

an yang masuk akal dan menginsyafkan pikiran serta hati nurani. 

sebab  aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan 

(atau pergumulan dalam pikiran) yang kulakukan untuk kamu, 

dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang 

belum mengenal aku pribadi. Supaya hati mereka terhibur dan 

mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala 

kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Tuhan , 

yaitu Kristus (Kol. 2:1-2). 

IV. Rasul Yohanes memulai surat ini dengan alasan mengapa ia 

menunjukkan dan menegaskan intisari iman suci ini, dan bukti 

singkat yang menyertainya. Alasan ini memiliki  dua tujuan:  

1.  Supaya orang-orang yang mempercayai iman itu diangkat 

pada kebahagiaan yang sama dengan mereka (dengan para 

rasul sendiri): Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami 

dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu 

pun beroleh persekutuan dengan kami (ay. 3). Yang dimaksud 

Rasul Yohanes di sini bukan persekutuan pribadi atau kerja 

sama dalam mengurus jemaat yang sama, melainkan perse-

kutuan yang tetap terjaga walaupun ada jarak antara satu dan 

yang lain. Persekutuan ini yaitu  persekutuan dengan sorga, 

dan persekutuan dalam berkat-berkat yang datang dari sana 

dan menuju ke sana. “Hal ini kami nyatakan dan kami saksi-

kan, supaya kamu ikut berbagi dengan kami dalam hak-hak 

istimewa dan kebahagiaan kami.” Roh-roh Injil (atau mereka 

yang dibuat bahagia sebab  anugerah Injil) akan dengan 

senang hati menginginkan orang lain untuk berbahagia juga. 

Surat 1 Yohanes 1:1-4 

 623 

Kita juga melihat adanya persekutuan atau hubungan yang 

mengalir ke seluruh jemaat Tuhan . Walaupun mungkin ada 

beberapa perbedaan yang bersifat pribadi, namun  ada perse-

kutuan (atau keikutsertaan dalam hak istimewa dan martabat) 

yang menjadi milik semua orang kudus, dari rasul tertinggi 

sampai orang percaya terendah. Seperti halnya ada iman 

berharga yang sama, demikian pula ada janji-janji berharga 

yang sama yang mengangkat martabat dan memahkotai iman 

itu, dan ada berkat-berkat serta kemuliaan-kemuliaan berhar-

ga yang sama yang memperkaya dan menggenapi janji-janji 

itu. Nah, supaya orang-orang percaya memiliki keinginan be-

sar untuk beroleh persekutuan ini, supaya mereka terdorong 

untuk mempertahankan dan memegang teguh iman yang 

merupakan sarana bagi persekutuan itu, dan supaya para 

rasul juga dapat menyatakan kasih mereka terhadap murid-

murid dengan membantu mereka untuk beroleh persekutuan 

yang sama dengan para rasul sendiri, maka para rasul menun-

jukkan apa persekutuan itu dan di mana adanya: Dan per-

sekutuan kami yaitu  persekutuan (atau hubungan) dengan 

Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Kita bersekutu 

dengan Bapa, dan dengan Anak Bapa (sebagaimana Ia disebut 

dengan penekanan khusus dalam 2Yoh. 1:3) dalam hubungan 

kita yang berbahagia dengan Keduanya, dalam kita menerima 

berkat-berkat sorgawi dari Keduanya, dan dalam pergaulan 

rohani kita dengan Keduanya. Sekarang kita dapat bergaul 

secara adikodrati dengan Tuhan  dan Kristus Tuhan, yang meru-

pakan suatu jaminan dan pertanda bahwa kita akan berdiam 

bersama Keduanya, dan akan menikmati hadirat Keduanya di 

dalam kemuliaan sorgawi nanti untuk selama-lamanya. Lihat-

lah, apa yang hendak dihasilkan oleh wahyu Injil, yaitu untuk 

mengangkat kita jauh mengatasi dosa dan bumi, dan 

membawa kita kepada persekutuan yang terberkati dengan 

Bapa dan Anak. Lihatlah, untuk tujuan apa Sang Hidup kekal 

menjadi manusia, yaitu supaya Ia mengangkat kita ke dalam 

hidup yang kekal dalam persekutuan dengan Bapa dan diri-

Nya sendiri. Lihatlah, betapa orang hidup jauh di bawah 

martabat, kegunaan, dan tujuan iman dan ketetapan Kristen, 

jika mereka tidak memiliki persekutuan rohani yang terberkati 

dengan Bapa dan Anak-Nya Yesus Kristus. 


 624

2.  Supaya orang-orang percaya dapat  diangkat ke dalam dan 

mengalami sukacita yang kudus: Dan semuanya ini kami 

tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempur-

na (ay. 4). Tatanan (dispensasi) Injil bukanlah suatu tatanan 

yang penuh dengan ketakutan, kesedihan, dan kengerian, 

melainkan tatanan damai dan sukacita. Kengerian dan ketak-

juban mungkin menyertai Gunung Sinai, namun  kegembiraan 

dan sukacita menyertai Gunung Sion, di mana muncul Firman 

yang kekal, hidup yang kekal, yang dinyatakan dalam daging 

seperti kita. Rahasia agama Kristen langsung diperhitungkan 

bagi sukacita manusia yang fana. Sudah seharusnya kita 

bersukacita bahwa Anak yang kekal berkenan datang untuk 

mencari dan menyelamatkan kita, bahwa Ia telah menebus 

penuh dosa-dosa kita, bahwa Ia telah menaklukkan dosa, 

maut, dan neraka, bahwa Ia hidup sebagai Pengantara dan 

Pembela kita di hadapan Bapa, dan bahwa Ia akan datang 

kembali untuk menyempurnakan dan memuliakan orang-

orang percaya milik-Nya yang bertekun. Oleh sebab  itu, be-

tapa orang hidup jauh di bawah kegunaan dan tujuan wahyu 

kristiani, jika mereka tidak dipenuhi dengan sukacita rohani. 

Orang-orang percaya harus bersukacita dalam hubungan 

mereka yang penuh kebahagiaan dengan Tuhan , sebagai ana