sudah memberi kita bukti yang teramat pasti dan
memuaskan, maka ada kemungkinan bahwa orang-orang itu pada
akhirnya akan lelah juga dengan perlawanan mereka terhadap-
nya. Namun, sebab satu butir iman kita yang sangat utama
merujuk pada apa yang masih belum terjadi, dan hanya bersan-
dar pada janji, maka dalam hal inilah mereka akan tetap menye-
rang kita, bahkan sampai akhir zaman. Sebelum Tuhan kita
sendiri datang, mereka tidak akan percaya bahwa Ia akan datang.
Bahkan, mereka akan tertawa jika ada orang yang menyebutkan
kedatangan Kristus, dan akan berbuat semampu mereka untuk
mempermalukan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya
dan menantikannya. Oleh sebab itu, marilah sekarang kita lihat
bagaimana duduk perkaranya, baik dari sisi orang percaya mau-
pun dari sisi para pencemooh ini. Orang percaya tidak hanya
menginginkan supaya Ia datang, namun juga, sebab telah memi-
liki janji bahwa Ia akan datang, janji yang sudah diucapkan-Nya
sendiri dan sering kali Ia ulangi, yang juga diterima dan disampai-
kan oleh saksi-saksi yang setia dan dicatat dalam catatan yang
pasti, maka orang percaya meyakini dengan teguh dan penuh
bahwa Ia akan datang. Di sisi lain, para pencemooh ini, sebab
berharap supaya Ia tidak akan datang, berbuat semampu mereka
untuk menipu dan meyakinkan diri mereka sendiri dan orang lain
bahwa Ia tidak akan pernah datang. Kalaupun mereka tidak
dapat menyangkal bahwa ada janji, mereka akan menertawakan
janji itu sendiri, yang menunjukkan betapa sudah menjadi-
jadinya kekafiran dan penghinaan mereka: Di manakah janji,
tantang mereka, tentang kedatangan-Nya itu?
III. Kita juga diberi peringatan terlebih dulu tentang cara penalaran
mereka, sebab selagi tertawa, mereka juga akan berlagak ber-
nalar. Untuk itu, mereka menambahkan bahwa sejak bapa-bapa
leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada
waktu dunia diciptakan (ay. 4). Ini merupakan cara penalaran
588
yang cerdik, walaupun cara berpikirnya tidak tepat. Penalaran itu
cenderung mengesankan orang-orang yang lemah pikiran, dan
terutama mereka yang berhati jahat. Oleh sebab hukuman ter-
hadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, mereka meme-
nuhi diri sendiri dengan rasa senang yang tidak berdasar bahwa
hukuman itu tidak akan pernah terlaksana, dan sebagai akibat-
nya hati mereka penuh niat untuk berbuat jahat (Pkh. 8:11).
Demikianlah mereka sendiri bertindak, dan demikianlah mereka
ingin membujuk orang lain untuk bertindak. Coba lihat, kata
mereka, “Bapa-bapa leluhur telah meninggal, mereka yang dimak-
sud oleh janji itu sudah meninggal semua, namun janji itu tidak
pernah digenapi semasa hidup mereka, dan tidak ada kemungkin-
an bahwa janji itu akan digenapi kapanpun juga. Jadi mengapa
kita menggelisahkan diri dengan hal itu? Jika memang ada kebe-
naran atau kepastian dalam janji yang kamu bicarakan, pasti kita
sudah sedikit banyak melihat penggenapannya sebelum ini, bebe-
rapa tanda kedatangan-Nya, beberapa langkah persiapan menje-
lang kedatangan-Nya. sedang sampai hari ini kita menemu-
kan bahwa segala sesuatu tetap seperti semula, tanpa perubahan
apa pun, bahkan sejak semula, pada waktu dunia diciptakan.
sebab dunia tidak mengalami perubahan dalam kurun waktu
beribu-ribu tahun, mengapa kita harus menakut-nakuti diri kita
seolah-olah dunia akan berakhir?” Demikianlah pengejek-peng-
ejek ini beralasan. sebab mereka tidak melihat perubahan, mere-
ka tidak takut akan Tuhan (Mzm. 55:20, KJV). Mereka tidak takut
akan Dia ataupun penghakiman-Nya. Apa yang belum pernah
dilakukan-Nya mereka simpulkan tidak akan bisa atau tidak akan
pernah Ia lakukan.
IV. Di sinilah ada kekeliruan pernyataan mereka. Walaupun de-
ngan yakin mereka berkata bahwa tidak ada perubahan sejak
semula, pada waktu dunia diciptakan, Rasul Petrus mengingatkan
kita akan perubahan yang sudah terjadi, yang kira-kira sepadan
dengan peristiwa yang harus kita harapkan dan nantikan, yaitu
tenggelamnya dunia pada zaman Nuh. Peristiwa ini diabaikan oleh
pengejek-pengejek itu. Mereka tidak memperhatikannya. Meski-
pun ada kemungkinan mereka sudah mengetahuinya, dan seha-
rusnya mengetahuinya, namun mereka sengaja tidak mau tahu
(ay. 5). Mereka memilih untuk mendiamkannya, seolah-olah mere-
Surat 2 Petrus 3:3-7
589
ka tidak pernah mendengar atau mengetahui apa pun tentangnya.
Kalaupun mereka mengetahuinya, mereka tidak suka menyim-
pannya dalam pengetahuan mereka. Mereka tidak menerima
kebenaran ini di dalam kasih terhadap kebenaran itu, tidak pula
mereka peduli untuk mengakuinya. Perhatikanlah, sulit untuk
meyakinkan orang untuk mempercayai apa yang tidak ingin
mereka dapati benar. Mereka abai, dalam banyak kasus, sebab
mereka sengaja abai, dan mereka tidak tahu sebab mereka tidak
mau tahu. namun janganlah orang-orang berdosa berpikir bahwa
ketidaktahuan seperti ini akan diterima sebagai alasan untuk
dosa apa saja yang ke dalamnya mereka bisa terjerumus. Mereka
yang menyalibkan Kristus tidak mengenal siapa Dia. Sebab kalau
sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan
yang mulia (1Kor. 2:8). namun , meskipun tidak tahu, tidak
lantas mereka tidak bersalah. Ketidaktahuan mereka itu sendiri
yaitu dosa, sebab ketidaktahuan itu sengaja dan diniatkan,
dan satu dosa tidak bisa menjadi alasan untuk dosa lain. Demi-
kian pula dalam hal ini. Sekiranya pengejek-pengejek ini mengeta-
hui pembalasan yang mengerikan yang dengannya Tuhan menyapu
bersih seluruh dunia sekaligus dari orang-orang celaka dan kafir,
mereka pasti tidak akan mencemooh ancaman-ancaman-Nya
akan penghakiman nanti yang sama mengerikan. namun di sini
mereka sengaja tidak mau tahu, mereka tidak tahu apa yang
sudah dilakukan Tuhan sebab mereka tidak peduli untuk menge-
tahuinya. Nah, sebab itu sekarang kita akan melanjutkan de-
ngan membahas gambaran yang dipaparkan oleh Rasul Petrus di
sini baik tentang kehancuran dunia lama oleh air maupun kehan-
curan yang menanti dunia sekarang dalam lautan api yang ter-
akhir. Ia menyebutkan kehancuran dunia lama sebagai apa yang
sudah dilakukan Tuhan , untuk membuat kita semakin yakin dan
percaya bahwa kehancuran dunia yang sekarang bisa terjadi dan
akan terjadi.
1. Kita mulai dengan penjelasan Rasul Petrus tentang kehancur-
an yang pernah terjadi pada dunia (ay. 5-6): Oleh firman Tuhan
langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari
air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah
binasa, dimusnahkan oleh air bah. Pada mulanya, dunia ada
dalam keadaan yang berbeda. Pada waktu penciptaan, perair-
an dibagi dengan teramat bijak dan demi keuntungan kita
590
yang sungguh besar. Sebagian air tersimpan dengan semesti-
nya di atas cakrawala, yang di sini disebut langit (seperti juga
dalam Kej. 1:8), dan sebagian yang lain, yang berada di bawah
cakrawala, berkumpul di satu tempat. Dulu ada laut dan juga
darat, tempat tinggal yang lapang bagi anak-anak manusia.
namun sekarang, pada waktu air bah melanda seluruh dunia,
keadaannya berubah secara mengherankan. Perairan yang
sudah dibagi Tuhan sebelumnya, dengan menempatkan setiap
bagian pada wadahnya yang sesuai, sekarang, dalam kema-
rahan-Nya, Ia tumpahkan bersama-sama lagi dalam satu
gunungan. Ia membelah segala mata air samudera raya yang
dahsyat, dan terbukalah tingkap-tingkap (yaitu awan-awan) di
langit (Kej. 7:11), sampai seluruh bumi diliputi air, dan gu-
nung-gunung tertinggi pun tidak tampak, namun berada lima
belas hasta di bawah air (Kej. 7:20). Demikianlah Ia menyata-
kan sekaligus kuasa-Nya yang dahsyat dan murka-Nya yang
menyala, dan mengakhiri seluruh dunia secara sekaligus:
Bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah (ay.
6). Bukankah di sini ada perubahan, dan perubahan yang
teramat mengerikan! Maka harus disadari bahwa semua ini
terjadi oleh firman Tuhan . Oleh firman-Nya yang berkuasalah
dunia pertama-tama dijadikan, dan dibuat dalam bentuk dan
susunan yang begitu lapang dan indah (Ibr. 11:3), Katērtisthai.
Berfirmanlah Tuhan : “Jadilah cakrawala,” dst. (Kej. 1:6-7). He-
daklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu
tempat, dst. (Kej. 1:9-10). Dia berfirman, maka semuanya jadi
(Mzm. 33:9). Demikianlah, tegas rasul kita, oleh firman Tuhan
langit telah ada, sebagaimana adanya ia sejak dahulu (yaitu
pada awal penciptaan), dan juga bumi (yang pada mulanya
berupa bola yang terdiri atas tanah dan air) berasal dari air
(KJV: berdiri di atas air – pen.) dan oleh air. Bukan hanya
bentuk dan susunan awal dari dunia yang di sini dikatakan
terjadi oleh firman Tuhan , melainkan juga kekacauan dan
kehancuran dunia sesudahnya, beserta kehancuran seluruh
penghuninya, terjadi oleh firman yang sama. Tidak ada yang
lain selain Tuhan yang telah membentangkan langit dan yang
meletakkan dasar bumi yang bisa menghancurkan dan men-
jungkirbalikkan tatanan yang sedemikian luas sekaligus. Hal
ini terjadi oleh firman kuasa-Nya, dan juga dilakukan sesuai
Surat 2 Petrus 3:3-7
591
janji-Nya. Tuhan sudah berkata bahwa Ia akan memusnahkan
manusia, bahkan segala makhluk, dan bahwa Ia akan mela-
kukannya dengan mendatangkan air bah yang meliputi bumi
(Kej. 6:7, 13, 17). Ini yaitu perubahan yang sudah dibawa
Tuhan sebelumnya atas dunia, dan yang diabaikan oleh peng-
ejek-pengejek ini. Dan sekarang kita akan merenungkan,
2. Apa yang dikatakan Rasul Petrus tentang perubahan yang
menghancurkan yang akan menimpa dunia: Oleh firman itu
juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan
disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang
fasik (ay. 7). Di sini kita mendapati gambaran yang mengeri-
kan tentang kehancuran terakhir pada dunia, dan yang sudah
semakin menjadi perhatian kita. Kehancuran yang menimpa
dunia dan para penghuninya oleh air bah, kita baca, kita
dengar, dan kita renungkan dengan penuh perhatian, walau-
pun orang-orang yang tersapu bersih olehnya tidak pernah
kita kenal. namun penghakiman yang dibicarakan di sini belum
tiba, dan pasti akan tiba, meskipun kita tidak tahu kapan,
atau pada zaman dan angkatan mana. Oleh sebab itu kita
tidak yakin, kita tidak dapat yakin, bahwa itu tidak akan
terjadi di zaman kita sendiri. Dan di sini ada perbedaan yang
sangat besar, walaupun harus diakui bahwa mereka sama
dalam setiap hal lain, kecuali bahwa ada sebagian, meskipun
sangat sedikit, yang luput dari air bah itu, sementara tak
seorang pun dapat luput dari lautan api ini. Selain itu, jika
kita tidak terjangkau oleh malapetaka yang satu, kita tidak
yakin bahwa kita akan terlepas dari malapetaka yang lain. Nah
sebab itu, melihat dunia yang merupakan tempat tinggal kita
dihancurkan sekaligus, bukan satu orang saja, bukan satu
keluarga saja, bukan pula satu bangsa saja (bahkan bukan
hanya apa yang paling kita perhatikan dan pedulikan), namun
bahwa seluruh dunia, saya katakan, tenggelam sekaligus, dan
tidak ada bahtera yang tersedia, tidak ada satu kemungkinan
cara yang tersisa bagi siapa saja untuk luput dari kehancuran
bersama, maka ada perbedaan antara kehancuran yang sudah
terjadi dan yang akan kita nantikan. Malapetaka yang satu
sudah berlalu, dan tidak akan pernah kembali kepada kita lagi
(sebab Tuhan sudah menegaskan bahwa tidak akan ada lagi
air bah untuk memusnahkan bumi [Kej. 9:11-17]). Malapetaka
592
yang lain masih belum tiba, dan pasti akan tiba, sepasti kebe-
naran dan kuasa Tuhan dapat membuatnya. Malapetaka yang
satu datang secara bertahap pada dunia, dan menimpa para
penghuninya selama empat puluh hari, sebelum pada akhir-
nya memusnahkan mereka semuanya (Kej. 7:12, 17). Mala-
petaka yang lain akan menimpa mereka dengan segera dan
sekaligus (2:1). Selain itu, dalam pemusnahan yang pertama
itu (seperti yang sudah kita katakan) ada sedikit orang yang
lolos, namun kehancuran yang akan menimpa dunia ini
nantinya, kapanpun itu tiba, akan benar-benar menyeluruh.
Tidak ada satu bagian pun yang tak akan tersentuh oleh
kobaran api yang melahap, tidak ada tempat berlindung di
mana pun bagi para penduduk bumi untuk berlari, tak ada
satu titik pun di seluruh dunia ini di mana siapa saja bisa
aman. Jadi, apa pun perbedaan-perbedaan yang bisa dikata-
kan antara kehancuran dunia lama dan kehancuran yang
dibicarakan di sini, saat-saat menjelang kehancurannya betul-
betul digambarkan sebagai penghakiman yang teramat menge-
rikan. Dan kenyataan bahwa seluruh dunia pernah sekali
dihancurkan oleh air bah menjadikan pernyataan ini lebih
dapat dipercaya, bahwa seluruh dunia bisa saja dihancurkan
lagi oleh lautan api. Oleh sebab itu, hendaklah para pengejek,
yang menertawakan kedatangan Tuhan kita untuk mengha-
kimi, setidak-tidaknya mempertimbangkan bahwa hal itu
mungkin saja terjadi. Tak satu pun yang dikatakan dalam
firman Tuhan berada di luar jangkauan kuasa Tuhan . Dan mes-
kipun mereka masih tetap tertawa, mereka tidak akan mem-
permalukan kita. Kita yakin betul bahwa itu akan terjadi,
sebab Ia telah mengatakannya, dan kita dapat bergantung
pada janji-Nya. Mereka sesat, sebab tidak mengerti (setidak-
tidaknya tidak percaya) Kitab Suci maupun kuasa Tuhan . namun
kita mengerti, dan kita bergantung, atau harus bergantung,
pada Kitab Suci maupun kuasa Tuhan . Nah, apa yang telah Ia
katakan, dan yang pasti akan Ia genapi, yaitu bahwa langit
dan bumi yang sekarang (yang terhubung dengan kita seka-
rang, yang masih ada dengan segala keindahan dan ketertiban
yang kita lihat, dan yang begitu selaras dan berguna bagi kita,
sebagaimana yang kita dapati) terpelihara. Bukan untuk
menjadi harta karun bagi kita, seperti yang diinginkan orang-
Surat 2 Petrus 3:8
593
orang yang berpikiran duniawi, melainkan untuk menjadi apa
yang diinginkan Tuhan , dalam perbendaharaan-Nya, terjaga
dan tersimpan aman untuk maksud-maksud-Nya. Dan dikata-
kan selanjutnya bahwa langit dan bumi itu terpelihara dari api.
Perhatikanlah, penghakiman-penghakiman Tuhan yang akan
datang lebih mengerikan dibandingkan penghakiman sebelum-
sebelumnya. Dunia lama dihancurkan oleh air, namun dunia
yang sekarang diperuntukkan bagi api, yang akan membakar
orang-orang fasik di akhir zaman. Meskipun hal ini tampak
tertunda, namun seperti halnya dunia yang fasik ini ditopang
oleh firman Tuhan , demikian pula dunia hanya disimpan untuk
pembalasan dari yang empunya pembalasan, yang pada hari
penghakiman akan memperlakukan dunia yang durhaka
sesuai yang pantas didapatkannya, sebab hari penghakiman
yaitu hari kebinasaan orang-orang fasik. Mereka yang
sekarang mengolok-olok penghakiman yang akan datang akan
mendapatinya sebagai hari pembalasan dan kehancuran
sepenuh-penuhnya. “Oleh sebab itu, waspyaitu supaya kita
jangan terhitung di antara pengejek-pengejek ini. Jangan
pernah mempertanyakan kepastian kedatangan hari Tuhan.
Dan sebab itu berusahalah supaya kamu didapati di dalam
Kristus, supaya akan ada saat-saat yang melegakan dan hari
penebusan bagi kamu, saat hari yang sama menjadi hari
kemarahan dan murka bagi dunia yang fasik.”
Pikiran tentang Kekekalan
(3:8)
8 namun , saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh
kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu
tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.
Dalam perkataan ini, Rasul Petrus hendak mengajar dan memantap-
kan orang-orang Kristen dalam kebenaran tentang kedatangan
Tuhan. Di situ kita dengan jelas bisa merasakan kelembutan dan
kasih sayangnya dalam berbicara kepada mereka, dengan menyebut
mereka kekasih. Ia memiliki kepedulian yang penuh belas kasihan
dan kasih yang disertai kehendak baik terhadap orang-orang kafir
yang malang yang menolak untuk mempercayai wahyu ilahi. namun ia
memiliki rasa hormat yang istimewa terhadap orang yang sungguh-
594
sungguh percaya, sehingga ia turut merasa prihatin dengan ketidak-
tahuan serta kelemahan yang dilihatnya masih tersisa dalam diri
mereka. sebab itulah ia terdorong untuk memperingatkan mereka.
Di sini kita dapat memperhatikan,
I. Kebenaran yang ditegaskan Rasul Petrus, bahwa di hadapan
Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama
seperti satu hari. Walaupun, di mata manusia ada perbedaan
besar antara satu hari dan satu tahun, dan perbedaan yang jauh
lebih besar lagi antara satu hari dan seribu tahun, namun di mata
Tuhan , yang berdiam dalam kekekalan, di mana tidak ada perganti-
an, tidak ada perbedaan. Sebab semua hal yang telah lalu, kini,
dan akan datang, selalu ada di hadapan-Nya, dan penundaan
seribu tahun tidak begitu berarti banyak bagi-Nya bagaikan satu
hari atau satu jam bagi kita.
II. Pentingnya kebenaran ini: Untuk yang satu ini, Rasul Petrus tidak
ingin kita tidak mengetahuinya. Ketakjuban yang kudus dan
ketakutan yang penuh hormat terhadap Tuhan yaitu penting bagi
kita dalam menyembah dan memuliakan Dia. Dan kepercayaan
bahwa terbentang jarak yang tak terbayangkan antara Dia dan
kita sangatlah sesuai untuk melahirkan dan menjaga perasaan
takut akan Tuhan , yang merupakan permulaan hikmat. Inilah
kebenaran yang membawa damai sejahtera bagi kita, dan sebab
itu Rasul Petrus berusaha supaya kebenaran itu tidak tersem-
bunyi dari mata kita. Seperti dalam bahasa aslinya, janganlah hal
yang satu ini tersembunyi darimu. Jika orang tidak memiliki
pengetahuan atau kepercayaan akan Tuhan yang kekal, mereka
akan sangat cenderung membayangkan Dia seperti diri mereka
sendiri. Namun, betapa sulitnya memahami apa itu kekekalan!
Oleh sebab itu bukan hal yang amat mudah untuk mencapai
pengetahuan tentang Tuhan sebagaimana yang mutlak diperlukan.
Kehancuran Dunia
(3:9-10)
9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang mengang-
gapnya sebagai kelalaian, namun Ia sabar terhadap kamu, sebab Ia menghen-
daki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang ber-
balik dan bertobat. 10 namun hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari
Surat 2 Petrus 3:9-10
595
itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia
akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan
hilang lenyap.
Di sini kita diberi tahu bahwa Tuhan tidak lalai. Ia tidak menunda-
nunda melebihi waktu yang ditentukan. Seperti halnya Tuhan mene-
pati waktu yang sudah ditentukan-Nya untuk membebaskan kaum
Israel dari Mesir pada suatu hari (Kel. 12:41), demikian pula Ia akan
menepati waktu yang sudah ditentukan untuk datang menghakimi
dunia. Betapa jauh berbeda pertanggungjawaban yang diberikan
Tuhan dan pertanggungjawaban yang diberikan manusia! Orang baik
cenderung berpikir bahwa Tuhan diam saja melewati waktu yang
ditentukan, yaitu waktu yang telah mereka tetapkan untuk membe-
baskan diri mereka sendiri dan jemaat. namun mereka menetapkan
satu waktu dan Tuhan menetapkan waktu lain, dan Ia tidak akan
gagal menepati hari yang telah ditentukan-Nya. Orang-orang fasik
berani menuduh dan mempersalahkan Tuhan lalai, seolah-olah Ia
telah melewatkan waktu, dan tidak jadi datang. namun Rasul Petrus
meyakinkan kita,
I. Bahwa apa yang dianggap orang sebagai kelalaian sebenarnya
merupakan kesabaran, dan itu yaitu terhadap kita. Ia memberi-
kan lebih banyak waktu kepada umat-Nya sendiri, yang telah
dipilih-Nya sebelum dunia dijadikan, yang banyak di antaranya
masih belum bertobat. Dan mereka yang beroleh anugerah dan
perkenanan Tuhan harus bertumbuh dalam pengetahuan dan ke-
kudusan, dan dalam melatih iman dan kesabaran. Mereka harus
berlimpah-limpah dalam perbuatan baik, berbuat dan menderita
sesuai panggilan mereka, supaya mereka membawa kemuliaan
bagi Tuhan , dan semakin layak bagi sorga. Sebab Tuhan tidak
menghendaki seorang pun dari mereka ini binasa, namun supaya
mereka semua bertobat. Di sini perhatikanlah,
1. Pertobatan mutlak diperlukan untuk keselamatan. Jikalau
kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa (Luk. 13:3, 5).
2. Tuhan tidak senang dengan kematian orang-orang berdosa. Ka-
rena hukuman bagi para pendosa merupakan siksaan terha-
dap makhluk-Nya, maka Tuhan yang penyayang tidak senang
dengannya. Dan meskipun maksud utama Tuhan dalam bersa-
bar yaitu demi memberi kebahagiaan bagi orang-orang yang
dari mulanya telah Dia pilih untuk diselamatkan dalam Roh
596
yang menguduskan mereka dan dalam kebenaran yang mereka
percayai, namun kebaikan dan kesabaran-Nya pada hakikat-
nya mengundang dan memanggil orang-orang untuk bertobat.
Jika manusia tetap tidak mau bertobat sesudah Tuhan memberi-
kan ruang untuk bertobat, maka Ia akan memperlakukan me-
reka dengan lebih keras lagi, meskipun alasan kuat mengapa
Ia tidak segera datang yaitu sebab Ia belum menggenapi
jumlah orang pilihan-Nya. “Oleh sebab itu, janganlah menya-
lahgunakan kesabaran Tuhan , dengan membiarkan dirimu
berjalan di jalan kefasikan. Jangan coba-coba terus berjalan di
jalan para pendosa, atau duduk dengan perasaan aman dalam
keadaan tidak bertobat, seperti orang yang berkata (Mat.
24:49), tuanku tidak datang-datang, supaya jangan Ia datang
dan mengejutkan kamu.” Sebab,
II. Hari Tuhan akan tiba seperti pencuri (ay. 10). Di sini kita dapat
mencermati,
1. Pastinya kedatangan hari Tuhan. Meskipun sekarang sudah
lebih dari seribu enam ratus tahun berlalu sejak surat ini
ditulis, dan harinya masih belum tiba juga, hari itu pasti akan
tiba. Tuhan telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia
dengan adil akan menghakimi dunia dalam kebenaran, dan Ia
akan menepati janji-Nya. Sama seperti manusia ditetapkan
untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (Ibr.
9:27). “Oleh sebab itu, mantapkanlah hatimu bahwa hari Tu-
han pasti akan datang, dan kamu pasti akan dipanggil untuk
mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kamu lakukan
di dalam tubuh, entah baik atau jahat. Dan hendaklah hidup-
mu yang benar di hadapan Tuhan , dan seringnya kamu menilai
dirimu sendiri, menjadi bukti akan keyakinanmu yang teguh
mengenai adanya sebuah penghakiman di masa depan, saat
banyak orang hidup seolah-olah mereka tidak akan pernah
memberi pertanggungjawaban sama sekali.”
2. Tiba-tibanya kedatangan hari Tuhan ini: Hari itu akan tiba
seperti pencuri di malam hari, pada waktu orang sedang
tertidur dan merasa aman, dan sama sekali tidak menyadari
atau mengharapkan kedatangan hari Tuhan, seperti halnya
orang kedatangan pencuri saat mereka sedang tidur nye-
nyak, di malam yang gelap dan sunyi. Waktu tengah malam
Surat 2 Petrus 3:9-10
597
terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! (Mat.
25:6), dan pada saat itu bukan hanya gadis-gadis yang bodoh,
melainkan juga gadis-gadis yang bijaksana mengantuk dan
tertidur. Tuhan akan datang pada hari yang tidak kita sangka-
kan, dan pada saat yang tidak kita ketahui. Waktu yang
dianggap orang paling tidak tepat dan tidak mungkin, dan
sebab itu saat mereka measa sangat aman, itulah yang akan
menjadi waktu kedatangan Tuhan. Maka dari itu, hendaklah
kita waspada supaya dalam pikiran dan bayangan kita, kita
tidak menganggap hari itu masih jauh. Sebaliknya, anggaplah
hari itu sudah semakin dekat pada kenyataannya, berdasar
masih jauhnya hari itu menurut pendapat dunia yang fasik.
3. Khidmatnya kedatangan hari Tuhan ini.
(1) Langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat. Langit
yang terlihat, sebab tidak mampu bertahan saat Tuhan
datang dalam kemuliaan-Nya, akan berlalu. Langit akan
mengalami perubahan besar-besaran, dan ini akan terjadi
secara sangat tiba-tiba, dan dengan gemuruh yang sedemi-
kian kencang sebagaimana yang pasti akan terjadi dalam
kehancuran dan keruntuhan tatanan yang sedemikian
besar.
(2) Unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api. Pada
kedatangan Tuhan ini, tidak hanya akan bertiup badai yang
dahsyat di sekeliling-Nya, sehingga langit itu sendiri akan
berlalu seperti tertiup badai yang kencang, namun juga di
hadapan-Nya ada api menjilat, yang akan menghanguskan
unsur-unsur yang membentuk makhluk hidup.
(3) Dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang
lenyap. Bumi, beserta para penghuninya, dan segala karya
yang ada di dalamnya, akan dihanguskan. Bumi, beserta
para penghuninya, dan segala karyanya, entah yang alami
atau buatan, akan dimusnahkan. Istana-istana dan taman-
taman megah, dan semua hal yang diinginkan, yang dicari-
cari manusia-manusia duniawi dan di dalamnya mereka
menempatkan kebahagiaan mereka, semuanya akan diha-
nguskan. Segala macam makhluk hidup yang telah dicipta-
kan Tuhan , dan semua karya manusia, harus tunduk, harus
melewati api, yang akan menjadi api yang menghanguskan
bagi segala sesuatu yang telah dibawa ke dalam dunia oleh
598
dosa, meskipun mungkin akan menjadi api yang memurni-
kan bagi karya-karya tangan Tuhan , sehingga sebab cermin
penciptaan dibuat jauh lebih terang, maka orang-orang
kudus dapat melihat kemuliaan Tuhan di dalamnya dengan
jauh lebih baik.
Sekarang, siapa yang tidak bisa melihat perbedaan antara keda-
tangan Kristus yang pertama dan yang kedua! Walaupun begitu,
kedatangan Kristus yang pertama disebut sebagai hari TUHAN yang
besar dan dahsyat itu (Mal. 4:5). Jadi betapa jauh lebih mengerikan
penghakiman yang akan datang ini! Semoga kita menjadi bijak
sehingga mempersiapkan diri untuk itu, supaya hari itu tidak men-
jadi hari pembalasan dan kehancuran bagi kita. Oh! apa yang akan
terjadi pada kita, jika hati kita terpatri pada bumi ini, dan menjadi-
kannya sebagai bagian kita, padahal semuanya ini akan dihangus-
kan? Oleh sebab itu waspyaitu , dan pastikanlah mencari keba-
hagiaan di luar dunia yang terlihat ini, yang pasti akan hancur lebur
seluruhnya.
Nasihat-nasihat yang Khidmat
(3:11-18)
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan
salehnya kamu harus hidup 12 yaitu kamu yang menantikan dan memper-
cepat kedatangan hari Tuhan . Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan
unsur-unsur dunia akan hancur sebab nyalanya. 13 namun sesuai dengan
janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana
ada kebenaran. 14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil
menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan
tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan
Dia. 15 Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk
beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah
menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. 16 Hal itu
dibuatnya dalam semua suratnya, jika ia berbicara tentang perkara-per-
kara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga
orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya,
memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang
juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. 17 namun kamu, saudara-
saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. sebab
itu waspyaitu , supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-
orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang
teguh. 18 namun bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan
akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan,
sekarang dan sampai selama-lamanya.
Surat 2 Petrus 3:11-18
599
sesudah mengajarkan kepada mereka ajaran tentang kedatangan Kris-
tus yang kedua, Rasul Petrus,
I. Mengambil kesempatan dari situ untuk menasihati mereka su-
paya murni dan saleh dalam segenap perilaku hidup mereka. Se-
mua kebenaran yang diwahyukan dalam Kitab Suci harus diman-
faatkan untuk kemajuan kita dalam menjalani hidup yang saleh.
Ini merupakan dampak yang seharusnya dihasilkan oleh penge-
tahuan kita akan Kitab Suci, sebab kalau tidak, kita tidak pernah
menjadi lebih baik sebab nya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka
berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Jadi, jika segala
sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan saleh-
nya kita harus hidup. Kita yang yakin akan hal itu, dengan me-
ninggalkan dosa dan mati bagi dosa, yang telah sedemikian meru-
sakkan dan menajiskan semua ciptaan yang terlihat, sehingga
ada kebutuhan mutlak untuk meleburkan atau menghancurkan
semua ciptaan itu! Semua yang dibuat untuk kegunaan manusia
akan rentan menjadi sia-sia oleh dosa manusia. Jika dosa manu-
sia telah membuat langit yang terlihat, dan unsur-unsur bumi,
berada di bawah kutuk, yang darinya semua itu tidak dapat
dibebaskan tanpa menghancurkannya, maka betapa jahat dan
kejinya dosa itu, dan betapa dosa harus kita benci! Melihat bahwa
kehancuran ini diperlukan supaya segalanya kembali pada kein-
dahan dan keluhurannya yang mula-mula, maka betapa murni
dan kudusnya kita harus hidup, supaya kita pantas bagi langit
yang baru dan bumi yang baru, di mana ada kebenaran!
Kekudusan yang sebenar-benarnya dan menyeluruh, itulah yang
ia nasihatkan, tidak berpuas diri dengan ukuran atau tingkat
yang lebih rendah, namun berusaha menjadi unggul melampaui
apa yang biasanya dicapai, yaitu kudus di rumah Tuhan dan di
rumah kita sendiri, kudus dalam menyembah Tuhan dan dalam
bergaul dengan manusia. Seluruh perilaku kita, entah dengan
kalangan tinggi atau rendah, kaya atau miskin, baik atau buruk,
kawan atau lawan, haruslah kudus. Kita harus menjaga supaya
diri kita sendiri tidak dicemarkan oleh dunia dalam seluruh
pergaulan kita dengannya. Kita harus menyempurnakan kekudus-
an kita dalam takut akan Tuhan , dan dalam kasih terhadap Tuhan
juga. Kita harus melatih diri kita beribadah, dalam segala macam
ibadah, dan dalam semua bagiannya, dengan percaya kepada
600
Tuhan dan bersuka sebab Tuhan saja, yang tetap sama saat selu-
ruh ciptaan yang terlihat ini akan hancur, dengan mengabdikan
diri untuk melayani Tuhan , dan berniat untuk memuliakan dan
menikmati Tuhan , yang kekal untuk selama-lamanya. Sementara
apa yang disukai dan dikejar oleh manusia duniawi pasti akan
hancur semuanya. Hal-hal yang sekarang kita lihat pasti sebentar
lagi akan berlalu, dan tidak akan ada lagi seperti sekarang. Oleh
sebab itu, marilah kita melihat pada apa yang akan tetap ada,
yang walaupun belum hadir, sudah pasti ada dan tidak terlalu
jauh. Menantikan kedatangan hari Tuhan ini yaitu satu dari
perintah-perintah yang diberikan Rasul Petrus kepada kita, su-
paya kita secara unggul menjadi kudus dan saleh di dalam seluruh
hidup kita. “Nantikanlah hari Tuhan sebagai apa yang kamu yakini
dengan teguh akan datang, dan apa yang sungguh-sungguh kamu
rindukan.” Kedatangan hari Tuhan yaitu apa yang harus diharap-
kan dan sungguh-sungguh dinantikan oleh setiap orang Kristen.
sebab hari itu yaitu hari saat Kristus tampil dalam kemuliaan
Bapa, dan membuktikan Keilahian dan Ketuhanan-Nya bahkan
kepada mereka yang menganggap-Nya hanya manusia biasa.
Kedatangan yang pertama kali dari Yesus Kristus Tuhan kita,
saat Ia mengambil rupa seorang hamba, yaitu apa yang dengan
sungguh-sungguh ditunggu dan dinantikan oleh umat Tuhan . Ke-
datangan yang pertama itu yaitu untuk penghiburan bagi Israel
(Luk. 2:25). Betapa mereka harus terlebih lagi menantikan keda-
tangan-Nya yang kedua dengan pengharapan dan kesungguhan,
yang akan menjadi hari penebusan mereka secara utuh, dan
penyataan-Nya yang paling mulia! Ia akan datang pada hari itu
untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk
dikagumi oleh semua orang yang percaya. Sebab meskipun hari
itu tidak bisa tidak pasti akan membuat orang-orang fasik ngeri
dan takut, melihat langit yang terlihat seluruhnya terbakar api,
dan unsur-unsur menjadi hancur lebur, namun orang percaya,
yang imannya merupakan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat, dapat bersukacita dalam harapan akan langit yang lebih
mulia. Langit itu akan datang sesudah langit yang sekarang ini
hancur lebur dan dimurnikan oleh api yang mengerikan itu, yang
akan membakar semua ampas dari ciptaan yang terlihat ini. Di
sini kita harus memperhatikan,
Surat 2 Petrus 3:11-18
601
1. Apa yang dinantikan oleh orang-orang Kristen sejati: langit
yang baru dan bumi yang baru, di mana hikmat, kuasa, dan
kebaikan Tuhan dan Yesus Kristus Juruselamat kita yang
agung akan jauh terlihat dengan lebih jelas dibandingkan yang
mampu kita ketahui dalam apa yang kita lihat sekarang.
Sebab di dalam langit dan bumi yang baru ini, yang bebas dari
kesia-siaan yang menguasai langit dan bumi yang lama, dan
dosa yang dengannya mereka tercemar, hanya kebenaran yang
akan tinggal. Langit dan bumi yang baru ini akan menjadi
tempat kediaman orang-orang benar yang melakukan kebenar-
an, dan yang bebas dari kuasa dan kecemaran dosa. Semua
orang fasik akan dicampakkan ke dalam neraka. Hanya orang-
orang yang mengenakan kebenaran Kristus, dan disucikan
oleh Roh Kudus, yang akan diterima untuk berdiam di tempat
yang kudus ini.
2. Apa alasan dan dasar dari penantian dan pengharapan ini,
yaitu janji Tuhan . Menantikan apa yang tidak pernah dijanjikan
Tuhan merupakan perbuatan yang tidak pantas. Sebaliknya,
jika harapan-harapan kita sesuai dengan janji, baik berkenaan
dengan hal-hal yang kita nantikan maupun waktu dan cara
penggenapannya, maka kita tidak akan kecewa, sebab Ia, yang
menjanjikannya, setia. “Oleh sebab itu, pastikan bahwa kamu
mengangkat dan mengatur harapan-harapanmu tentang se-
mua perkara besar yang akan datang sesuai dengan firman
Tuhan . Berkenaan dengan langit yang baru dan bumi yang baru,
nantikanlah itu sebagaimana yang sudah diperbolehkan dan
diarahkan Tuhan melalui bacaan-bacaan yang kita dapati da-
lam bagian Kitab Suci di hadapanmu sekarang ini, dan dalam
Yesaya 65:17; 66:22, yang kemungkinannya dirujuk oleh Ra-
sul Petrus di sini.”
II. Seperti halnya dalam ayat 11 ia menasihatkan kita untuk hidup
kudus berdasar pertimbangan bahwa langit dan bumi akan
hancur, demikian pula dalam ayat 14 ia melanjutkan nasihatnya
berdasar pertimbangan bahwa langit dan bumi itu akan diper-
baharui lagi. “sebab kamu mengharapkan kedatangan hari Tuhan ,
saat Yesus Kristus Tuhan kita tampil dalam keagungan-Nya
yang mulia, dan langit dan bumi ini akan hancur lebur, dan sesu-
dah disucikan dan dimurnikan, akan ditegakkan dan dibangun
602
kembali, maka bersiap-siaplah untuk menemui-Nya. Sudah men-
jadi kepedulian kamu untuk melihat bagaimana keadaanmu nanti
saat Sang Hakim atas seluruh dunia menjatuhkan hukuman
atas manusia, dan menentukan bagaimana keadaan mereka nanti
sepanjang segala kekekalan. Ini merupakan sidang pengadilan
yang tidak menerima banding. Apa pun hukuman yang dijatuh-
kan di sini oleh Sang Hakim Agung ini tidak dapat diganggu
gugat. Oleh sebab itu bersiap-siaplah untuk menghadap takhta
pengadilan Kristus. Dan pastikanlah,”
1. “Supaya kamu kedapatan dalam perdamaian dengan Dia,
dalam keadaan damai dan diperdamaikan dengan Tuhan mela-
lui Kristus, yang di dalam Dia saja Tuhan mendamaikan dunia
dengan diri-Nya. Semua orang yang di luar Kristus ada dalam
keadaan bermusuhan, dan menolak serta menentang Tuhan
dan Dia yang diurapi-Nya, dan sebab itu akan menjalani
hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat
Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya. Hanya orang yang
dosa-dosanya sudah diampuni dan berdamai dengan Tuhan
yang akan aman dan berbahagia. Oleh sebab itu, kejarlah
perdamaian, perdamaian dengan semua.”
(1) Damai dengan Tuhan melalui Yesus Kristus Tuhan kita.
(2) Damai dalam hati nurani kita sendiri, melalui Roh anuge-
rah yang bersaksi bersama roh kita bahwa kita yaitu
anak-anak Tuhan .
(3) Damai dengan manusia, dengan memiliki hati yang tenang
dan cinta damai dalam diri kita, yang menyerupai Tuhan
kita yang terpuji.
2. Pastikan supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak ber-
noda di hadapan Kristus. Kejarlah kekudusan dan juga perda-
maian, bahkan sampai tidak bercela dan sempurna. Kita tidak
hanya harus waspada terhadap semua cela yang bukan meru-
pakan cela anak-anak Tuhan (ini hanya mencegah kita didapati
sebagai orang yang tercela), namun juga kita harus mengejar
kemurnian yang tak bercela, kesempurnaan mutlak. Orang-
orang Kristen harus menyempurnakan kekudusan, supaya me-
reka tidak bercela bukan hanya di hadapan manusia, melain-
kan juga di hadapan Tuhan . Semua ini menuntut dan memerlu-
kan ketekunan yang sebesar-besarnya. Siapa yang melakukan
Surat 2 Petrus 3:11-18
603
pekerjaan ini dengan lalai tidak akan pernah melakukannya
dengan berhasil. “Jangan pernah berharap bahwa kamu akan
didapati dalam keadaan damai pada hari Tuhan itu, jika kamu
bermalas-malasan dan berleha-leha di waktu yang sekarang
ini, saat di mana kita harus menyelesaikan pekerjaan yang di-
berikan kepada kita. Hanya orang-orang Kristen yang rajin
yang akan berbahagia di hari Tuhan. Tuhan kita akan datang
kepada kita secara tiba-tiba, atau akan segera memanggil kita
kembali kepada-Nya. Jadi apakah kamu mau Dia mendapati-
mu sedang bermalas-malasan?” Ingatlah, ada kutukan yang
diberikan terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan
TUHAN dengan lalai (Yer. 48:10). Sorga akan menjadi ganti
rugi yang memadai atas segala ketekunan dan kerajinan kita.
Oleh sebab itu, marilah kita berusaha dan berjerih payah
dalam pekerjaan Tuhan. Ia pasti akan memberi kita hadiah
jika kita tekun dalam pekerjaan yang sudah diberikan-Nya
kepada kita. Nah, supaya kamu rajin, anggaplah kesabaran
Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat.
“Apakah Tuhanmu menunda kedatangan-Nya? Janganlah ber-
pikir ini untuk memberi lebih banyak waktu supaya kamu
bisa leluasa memuaskan hawa nafsumu. Sebaliknya, itu untuk
memberi kesempatan dan waktu yang besar untuk bertobat
dan mengerjakan keselamatanmu. Itu tidak timbul dari tidak
adanya kepedulian atau belas kasihan terhadap hamba-
hamba-Nya yang menderita, juga tidak dimaksudkan untuk
membiarkan dan memberi dorongan kepada dunia yang
fasik, namun supaya manusia memiliki waktu untuk mem-
persiapkan diri bagi kekekalan. Jadi belajarlah untuk meman-
faatkan dengan benar kesabaran Tuhan kita, yang sampai
sekarang menunda kedatangan-Nya. Kejarlah perdamaian dan
kekudusan, atau kedatangan-Nya akan mengerikan bagi kamu.”
Dan sebab sulit untuk mencegah manusia menyalahgunakan
kesabaran Tuhan , dan menggugah mereka untuk memanfaatkan-
nya dengan benar, maka rasul kita mengutip Rasul Paulus
yang juga mengarahkan manusia untuk memanfaatkan de-
ngan baik kesabaran ilahi, supaya dengan mulut, atau dari
pena, dua orang rasul, kebenaran tidak disangsikan. Di sini
kita dapat mengamati bagaimana penghargaan dan perasaan
Rasul Petrus saat berbicara tentang Rasul Paulus, yang
604
sebelumnya sudah menentang dan menegurnya dengan tajam
di depan orang banyak. Jika orang benar memukul seseorang
yang betul-betul saleh, maka itu akan diterima sebagai suatu
kebaikan hati. Hendaklah ia menegur, maka itu akan seperti
minyak yang baik, yang akan melembutkan dan mempermanis
orang baik yang ditegur saat ia berbuat salah. Betapa
tingginya penghormatan yang diungkapkan oleh rasul untuk
orang bersunat ini kepada orang yang sudah secara terbuka di
hadapan semua orang, menegur dia, sebab tidak berlaku
lurus sesuai kebenaran Injil!
(1) Rasul Petrus menyebutnya saudara, yang berarti bahwa ia
tidak hanya menjadikan Rasul Paulus sebagai sesama
orang Kristen (yang dalam arti itu kata saudara digunakan
dalam 1Tes. 5:27), atau sesama pemberita Injil (yang da-
lam arti itu Paulus menyebut Timotius sang penginjil seba-
gai saudara [Kol. 1:1]), namun juga sesama rasul, orang
yang sama-sama diberi mandat yang luar biasa, langsung
dari Kristus sendiri, untuk memberitakan Injil di segala
penjuru, dan untuk memuridkan semua bangsa. Meski-
pun banyak guru-guru penyesat menyangkal jabatan kera-
sulan Paulus, namun Petrus mengakui dia sebagai seorang
rasul.
(2) Rasul Petrus menyebutnya yang kekasih. Dan sebab me-
reka berdua diberi mandat, dan kedua-duanya bersatu da-
lam pelayanan yang sama pada Tuhan yang sama, maka
akan sangat tidak pantas jika mereka tidak bersatu di
dalam kasih satu terhadap yang lain, untuk menguatkan
tangan satu sama lain, saling menginginkan dan bersuka-
cita dalam keberhasilan satu sama lain.
(3) Ia menyebut Rasul Paulus sebagai orang yang diberi hik-
mat luar biasa. Ia seorang yang unggul dalam pengetahuan
tentang rahasia-rahasia Injil, dan dalam hal itu atau hal
lain tidak tertinggal dari rasul-rasul lain. Betapa sangat
diinginkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil yang
sama harus memperlakukan satu sama lain sesuai dengan
teladan yang diberikan Rasul Petrus di sini! Pasti sudah
menjadi kewajiban mereka untuk berusaha, dengan cara-
cara yang benar, mencegah atau menghilangkan segala
prasangka yang menghambat kebergunaan hamba-hamba
Surat 2 Petrus 3:11-18
605
Tuhan. Mereka juga harus berusaha menimbulkan dan
meningkatkan penghargaan serta penghormatan dalam
pikiran jemaat terhadap hamba-hamba Tuhan, yang dapat
memajukan keberhasilan pekerjaan mereka. Dan marilah
kita amati juga di sini,
[1] Hikmat luhur yang ada dalam diri Paulus yang dikata-
kan dikaruniakan kepadanya. Pemahaman dan pengeta-
huan yang membuat orang memenuhi syarat untuk
memberitakan Injil yaitu karunia Tuhan . Kita harus
mencari pengetahuan, dan berusaha mendapatkan pe-
mahaman, dengan harapan bahwa itu akan dikarunia-
kan kepada kita dari atas, sementara kita juga tekun
dalam menggunakan cara-cara yang semestinya untuk
memperolehnya.
[2] Rasul Petrus menyampaikan kepada orang banyak se-
suai apa yang diterimanya dari Tuhan . Ia berusaha me-
mimpin orang lain sejauh ia sendiri dipimpin ke dalam
pengetahuan tentang rahasia-rahasia Injil. Ia tidak lan-
cang ikut campur ke dalam hal-hal yang belum pernah
dilihatnya atau yang belum sepenuhnya diyakininya,
dan ia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Tuhan
(Kis. 20:27).
[3] Surat-surat yang ditulis oleh rasul untuk bangsa-bang-
sa bukan Yahudi, dan ditujukan kepada orang-orang
bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus, dimaksud-
kan untuk mengajar dan membangun orang-orang dari
kalangan Yahudi yang percaya kepada Kristus. Sebab
biasanya orang berpendapat bahwa apa yang di-
singgung di sini termuat dalam surat kepada jemaat di
Roma (Rm. 2:4), meskipun dalam semua suratnya ada
beberapa hal yang merujuk pada satu atau lain hal dari
topik-topik yang dibahas dalam pasal ini dan pasal se-
belumnya. Bukan hal yang tampak aneh bahwa orang-
orang yang ingin mencapai maksud umum yang sama,
menegaskan hal-hal yang sama dalam surat-surat me-
reka. namun Rasul Petrus melanjutkan dengan memberi
tahu kita bahwa dalam hal-hal yang dijumpai dalam
surat-surat Paulus, ada sebagian hal yang sulit dipa-
hami. Di antara berbagai macam hal yang dibahas da-
606
lam Kitab Suci, ada sebagian yang tidak mudah dipa-
hami sebab tidak jelas, seperti nubuatan-nubuatan.
Sebagian yang lain tidak dapat dipahami dengan begitu
mudah sebab sifatnya yang luhur dan agung, seperti
ajaran-ajaran tentang hal-hal yang rahasia. Dan sebagi-
an lagi sulit dicerna sebab kelemahan akal budi manu-
sia, seperti perkara-perkara mengenai Roh Tuhan , yang
disebutkan dalam 1 Korintus 2:14. Dan di sinilah
orang-orang yang tidak paham dan tidak teguh imannya
berbuat celaka. Sebab mereka memelintir dan memutar-
balikkan Kitab Suci, sehingga membuat Kitab Suci me-
ngatakan apa yang tidak diniatkan oleh Roh Kudus.
Orang yang tidak mendapat ajaran yang benar dan
tidak berakar dengan baik di dalam kebenaran teran-
cam bahaya besar untuk memutarbalikkan firman
Tuhan . Orang yang sudah mendengarkan dan belajar de-
ngan baik tentang Bapa yaitu orang yang paling aman
untuk tidak salah mengartikan dan salah menerapkan
bagian-bagian firman Tuhan mana pun. Di mana ada
kuasa ilahi untuk meneguhkan dan mengajar orang
dalam kebenaran ilahi, di situ orang dijamin tidak akan
jatuh ke dalam kesesatan. Sungguh merupakan berkat
besar bagi kita untuk dapat belajar dengan mengamati
akibat yang menyakitkan yang dialami oleh orang-orang
yang masa bodoh dan tidak teguh hatinya, yaitu kehan-
curan mereka. Kesalahan-kesalahan, khususnya me-
ngenai kekudusan dan keadilan Tuhan , mendatangkan
kehancuran luar biasa kepada begitu banyak orang.
Oleh sebab itu, marilah kita dengan sungguh-sungguh
berdoa supaya Roh Tuhan mengajar kita dalam kebenar-
an, supaya kita mengenal kebenaran sebagaimana yang
ada di dalam Yesus, dan hati kita diteguhkan dengan
anugerah, supaya kita dapat berdiri teguh dan tidak
goyah, bahkan di masa-masa yang paling bergejolak,
saat orang lain diombang-ambingkan oleh rupa-rupa
angin pengajaran.
Surat 2 Petrus 3:11-18
607
III. Rasul Petrus memberi mereka sebuah kata peringatan (ay. 17-18),
yang di dalamnya,
1. Ia mengisyaratkan bahwa sesudah mengetahui hal-hal ini, kita
harus sangat awas dan waspada, sebab bahaya yang meng-
ancam dua kali lipat (ay. 17).
(1) Kita terancam bahaya besar akan tergoda, dan berpaling
dari kebenaran. Orang yang tidak tahu dan tidak teguh,
dan mereka ini sangat banyak jumlahnya, biasanya
suka memutarbalikkan Kitab Suci. Banyak orang yang me-
miliki dan membaca Kitab Suci tidak memahami apa yang
mereka baca. Dan terlalu banyak orang yang memiliki pe-
mahaman yang benar tentang arti dan makna firman tidak
teguh mempercayai kebenaran itu. Semua orang ini akan
mudah jatuh ke dalam kesesatan. Sedikit saja orang yang
benar-benar bisa memahami dan mengakui sepenuhnya
ajaran Kekristenan. Dan lebih sedikit lagi orang yang betul-
betul tetap berjalan dalam hidup yang saleh, yang merupa-
kan jalan sempit, yaitu satu-satunya jalan menuju hidup.
Harus ada penyangkalan diri dan mawas diri yang besar
terhadap diri kita sendiri, dan penyerahan diri penuh ke-
pada wewenang Kristus Yesus, Nabi besar kita, sebelum
kita bisa sepenuh hati menerima semua kebenaran Injil.
sebab itu, sebelum semuanya ini dilakukan, kita teran-
cam bahaya besar menolak kebenaran.
(2) Kita terancam bahaya besar dengan tergoda, sebab ,
[1] Sejauh kita berpaling dari kebenaran, sejauh itu pula
kita berpaling dari jalan keterberkatan yang sesungguh-
nya, dan masuk ke jalan yang menuju kebinasaan. Jika
manusia merusak firman Tuhan , maka itu akan cende-
rung membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri se-
penuhnya.
[2] jika manusia memutarbalikkan firman Tuhan , mere-
ka terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak
mengenal hukum. Mereka menjadi orang yang tidak mau
tahu aturan, tidak mengenal batas, semacam pemikir-
pemikir bebas, yang dibenci oleh sang pemazmur. Orang
yang bimbang hati kubenci, namun Taurat-Mu kucintai
(Mzm. 119:113). Apa pun pendapat dan pikiran manusia
608
yang tidak selaras dengan hukum Tuhan , dan dibenarkan
olehnya, pasti akan disanggah dan dibenci oleh orang
baik. Pendapat dan pikiran itu yaitu kesombongan dan
nasihat orang-orang fasik, yang telah meninggalkan hu-
kum Tuhan , dan jika kita menyerap pendapat mereka,
kita akan segera mengikuti perbuatan mereka.
[3] Orang yang terseret ke dalam kesesatan kehilangan pe-
gangan mereka yang teguh. Mereka sepenuhnya gusar
dan gelisah, dan tidak tahu di mana tempat untuk
bersandar, namun penuh ketidakpastian, seperti gelom-
bang laut, yang diombang-ambingkan oleh angin. Oleh
sebab itu, sudah menjadi kepedulian kita untuk was-
pada, melihat bahwa bahayanya begitu besar.
2. Supaya kita bisa dengan lebih baik terhindar dan tidak ter-
seret ke dalam kesesatan, Rasul Petrus mengarahkan apa yang
harus kita lakukan (ay. 18). Dan,
(1) Kita harus bertumbuh dalam kasih karunia. Pada awal
surat ini ia sudah menasihati kita untuk menambahkan
satu kasih karunia kepada kasih karunia yang lain, dan di
sini ia menyarankan kita untuk bertumbuh dalam semua
kasih karunia, dalam iman, dalam kebajikan, dan dalam
pengetahuan. Seberapa kuat kasih karunia dalam diri kita,
sedemikian teguhlah kita di dalam kebenaran.
(2) Kita harus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan kita,
Yesus Kristus. “Kejarlah terus pengenalan akan Tuhan.
Berusahalah untuk mengenal Dia dengan lebih jelas dan
utuh, mengenal Kristus lebih baik lagi, dan mengenal-Nya
untuk tujuan yang lebih baik, supaya kita menjadi lebih
serupa dengan-Nya dan mengasihi-Nya dengan lebih
baik.” Inilah pengenalan akan Kristus yang berusaha di-
dapat dan ingin dicapai Rasul Paulus (Flp. 3:10). Penge-
nalan akan Kristus yang membuat kita semakin menyeru-
pai Dia, dan membuat-Nya semakin kita kasihi, pastilah
sangat bermanfaat bagi kita, untuk menjaga supaya kita
tidak jatuh saat terjadi kemurtadan di mana-mana. Dan
mereka yang mengalami dampak dari pengenalan akan
Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat ini, sesudah mene-
rima kasih karunia itu dari-Nya, akan bersyukur dan
Surat 2 Petrus 3:11-18
609
memuji Dia, dan bergabung dengan rasul kita dengan ber-
kata, Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-
lamanya. Amin.
Surat
1 Yohanes
Tafsiran
SURAT 1 Yohanes
alaupun tradisi jemaat secara turun-temurun membenarkan
bahwa surat ini berasal dari Rasul Yohanes, kita dapat meng-
amati suatu bukti lain yang akan meneguhkan (atau mungkin bagi
sebagian orang malah melebihi) kepastian dari tradisi itu. Tampak
bahwa penulisnya yaitu salah seorang dari kumpulan rasul. Ini
terlihat melalui keyakinannya, yang didasarkan pada bukti indrawi,
akan kebenaran mengenai pribadi Sang Pengantara dalam kodrat
manusia-Nya: Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami
dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami sak-
sikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman
hidup (ay. 1). Di sini ia memberi perhatian pada bukti yang diberikan
Tuhan kepada Tomas akan kebangkitan-Nya, dengan meminta Tomas
untuk merasakan bekas-bekas paku dan tombak, yang dicatat oleh
Yohanes. Dia ini pasti salah seorang murid yang hadir saat Tuhan
datang pada hari yang sama waktu Ia bangkit dari antara orang mati,
dan menunjukkan kepada mereka tangan-Nya dan lambung-Nya
(Yoh. 20:20). namun , supaya kita yakin ini rasul yang mana, hampir
tak seorang pun penelaah atau ahli yang tidak akan tidak membenar-
kan (melainkan semuanya akan mengiyakan) berdasar telaah pe-
makaian kata-kata atau gaya mengemukakan argumen dan sema-
ngatnya bahwa penulis surat ini memang yaitu penulis Injil yang
disebut dengan Injil Yohanes. Injil Yohanes dan surat rasuli ini se-
cara menakjubkan selaras dalam memberi gelar-gelar dan sifat-
sifat Sang Penebus: Firman, Hidup, Terang. Nama-Nya ialah: “Firman
W
614
Tuhan .” (Bdk. 1Yoh.1:1 dan 1Yoh. 5:7 dengan Yoh. 1:1 dan Why.
19:13). Keduanya sepakat dalam mengagungkan kasih Tuhan kepada
kita (3:1 dan 4:9; Yoh. 3:16), dan dalam berbicara tentang pembaha-
ruan diri kita, atau perihal lahir dari Tuhan (3:9; 4:7, dan 5:1; Yoh.
3:5-6). Yang terakhir (tanpa memberi contoh-contoh lagi, yang
dengan mudah dapat dilihat dengan membandingkan surat ini de-
ngan Injil Yohanes), keduanya sepakat dalam merujuk, atau mene-
rapkan, bacaan dalam Injil Yohanes yang menceritakan (dan yang sa-
tu-satunya menceritakan) keluarnya air dan darah dari lambung
Sang Penebus yang terbuka: Inilah Dia yang telah datang dengan air
dan darah (5:6). Dengan demikian, tampak jelas bahwa surat ini
mengalir dari pena yang sama yang juga menuliskan Injil Yohanes.
Nah, saya tidak tahu kalau ada bacaan, atau cerita-cerita dalam Injil
mana saja, yang memberi kita kepastian yang sedemikian pasti
tentang siapa penulis atau pengarangnya seperti yang terjadi dengan
Yohanes yang menggambarkan dengan jelas dirinya sebagai sang pe-
nulis. Dalam Injil itu (yaitu pasal 21:24), sang sejarawan suci ini
memberitahukan dirinya sendiri seperti ini: Dialah murid, yang mem-
beri kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya
dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Nah, siapa murid ini
kalau bukan dia yang tentangnya Petrus bertanya, “Apakah yang
akan terjadi dengan dia ini?” Dan tentang dia Tuhan menjawab,
“Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku da-
tang, itu bukan urusanmu” (Yoh. 21:22). Dan yang digambarkan (Yoh.
21:20) dengan tiga ciri berikut ini:
1. Bahwa dia yaitu murid yang dikasihi Yesus, sahabat Tuhan
yang istimewa.
2. Bahwa ia juga duduk dekat Dia pada waktu mereka sedang ma-
kan bersama.
3. Bahwa ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, siapakah dia yang akan
menyerahkan Engkau?” Jadi, sepasti bahwa murid yang dimaksud
itu yaitu Yohanes, sepasti itu pula jemaat boleh yakin bahwa
Injil itu dan surat ini berasal dari Yohanes yang terkasih.
Dalam judul di atas dikatakan bahwa surat ini untuk umum, kare-
na surat ini tidak ditulis untuk suatu jemaat tertentu. Sebaliknya, se-
bagai surat edaran (atau tugas kunjungan), surat ini dikirim ke ber-
bagai jemaat (menurut sebagian orang di Partia), untuk meneguhkan
mereka dalam kesetiaan yang teguh terhadap Kristus Tuhan, dan ter-
Tafsiran Surat 1 Yohanes Disertai Renungan Praktis
615
hadap ajaran-ajaran suci tentang pribadi dan jabatan-Nya, melawan
para penyesat. Dan untuk menggugah mereka supaya mereka meng-
hiasi ajaran itu dengan kasih terhadap Tuhan dan manusia, dan khu-
susnya terhadap satu sama lain, sebagai yang sama-sama lahir dari
Tuhan , dipersatukan oleh Kepala yang sama, dan sedang melakukan
perjalanan menuju hidup kekal yang sama.
PASAL 1
ukti yang diberikan berkenaan dengan pribadi dan keunggulan
Kristus (ay. 1-2). Dengan mengetahui hal ini, kita akan beroleh
persekutuan dengan Tuhan dan Kristus (ay. 3), dan sukacita (ay. 4).
Gambaran tentang Tuhan (ay. 5). Dan sejalan dengan itu bagaimana
kita harus hidup (ay. 6). Manfaat dari hidup yang demikian (ay. 7).
Jalan untuk mendapat pengampunan (ay. 9). Kejahatan dalam
menyangkal dosa kita (ay. 8-10).
Kesaksian Rasuli
(1:1-4)
1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami
lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba
dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan
kepada kamu. 2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan
sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup
kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan
kepada kami. 3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu,
kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan
dengan kami. Dan persekutuan kami yaitu persekutuan dengan Bapa dan
dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. 4 Dan semuanya ini kami tuliskan kepada
kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Rasul Yohanes tidak mencantumkan nama dan ciri-cirinya (seperti
juga penulis surat Ibrani), entah sebab kerendahan hati, atau
sebab ingin supaya para pembaca Kristen lebih terjamah oleh terang
dan bobot dari hal-hal yang ditulis, dibandingkan oleh nama yang dapat
memberi kesan baik pada tulisan-tulisan itu. Maka dari itu ia
memulai,
I. Dengan penjelasan atau ciri-ciri pribadi Sang Pengantara. Dialah
pokok utama dari Injil, dasar dan sasaran dari iman dan harapan
B
618
kita, pengikat dan perekat yang menyatukan kita kepada Tuhan .
Dia harus dikenal dengan baik, dan Ia digambarkan di sini,
1. Sebagai Firman hidup (ay. 1). Dalam Injil, kedua hal itu
dipisahkan, dan pertama-tama Ia disebut sebagai Firman (Yoh.
1:1), dan kemudian Hidup, yang dengan demikian menyiratkan
bahwa Ia yaitu hidup yang memberi sabda pencerahan.
Dalam Dia ada hidup dan hidup itu yaitu (mampu membawa
dan bertujuan untuk membawa) terang manusia (Yoh. 1:4).
Dalam surat ini kedua hal ini digabungkan: Firman
hidup, Firman yang hidup. Dalam arti Dia yaitu Firman,
tersirat bahwa Dia yaitu Firman atau Perkataan dari suatu
pribadi, dan pribadi itu yaitu Tuhan , yaitu Bapa. Ia yaitu
Firman Tuhan , dan dengan demikian tersirat bahwa Ia keluar
dari Bapa, sebagaimana halnya (meskipun tidak dengan cara
yang sama) sebuah kata (atau perkataan, yang merupakan
rentetan kata-kata) keluar dari seorang pembicara. namun Ia
bukan hanya kata yang terdengar, sekadar logos prophorikos,
melainkan kata yang hidup: Firman hidup, firman yang
sungguh hidup. Dan sebab itu,
2. Sebagai hidup yang kekal. Kelangsungan hidup-Nya menun-
jukkan keunggulan atau keluhuran-Nya. Ia berasal dari keke-
kalan, dan dengan demikian, dalam penjelasan Kitab Suci,
merupakan hidup yang mutlak, hakiki, dan tak tercipta. Bah-
wa Rasul Yohanes berbicara tentang kekekalan-Nya, à parte
ante (seperti kata orang) dan sebagai kekal dari dulu, tampak
jelas dalam hal bahwa ia berbicara tentang Kristus sebagai-
mana Ia ada di dalam dan dari pemulaan. Ia ada bersama-
sama Bapa kala itu, sebelum menyatakan diri kepada kita,
bahkan sebelum menjadikan segala sesuatu yang dijadikan,
seperti dalam Yohanes 1:2-3. Jadi Ia yaitu Firman yang
kekal, hidup, dan yang penuh pencerahan akal budi dari Bapa
yang kekal dan hidup.
3. Sebagai hidup yang telah dinyatakan (ay. 2), dinyatakan dalam
daging, dinyatakan kepada kita. Sang Hidup kekal itu ber-
kenan mengenakan kefanaan, berkenan mengenakan darah
dan daging (dalam kodrat manusia secara keseluruhan), dan
dengan demikian diam di antara kita dan bergaul dengan kita
(Yoh. 1:14). Sungguh suatu perendahan diri dan kebaikan
bahwa Sang Hidup kekal (Pribadi yang memiliki hidup yang
Surat 1 Yohanes 1:1-4
619
kekal dan hakiki) berkenan melawat makhluk-makhluk yang
fana, dan mendapatkan hidup kekal bagi mereka, dan kemu-
dian menganugerahkannya kepada mereka!
II. Rasul Yohanes memulai surat ini dengan bukti-bukti dan keya-
kinan-keyakinan pasti yang dia dan saudara-saudaranya miliki
akan hadirat Sang Pengantara dan kehidupan-Nya di dunia ini.
Surat ini menunjukkan dengan memadai bukti-bukti nyata bahwa
Ia benar-benar pernah berdiam di dunia ini, dan tentang keluhur-
an serta martabat pribadi-Nya dalam cara Ia menyatakan diri.
Hidup, Firman hidup, dan hidup kekal, dengan sendirinya tidak
dapat dilihat dan dirasakan. namun hidup yang dinyatakan dan
berwujud daging dan darah bisa dilihat dan dirasakan, dan me-
mang demikian Dia adanya. Sang Hidup itu mengenakan daging,
ditempatkan dalam keadaan dan kebiasaan kodrat manusia yang
rendah, dan dengan demikian memberi bukti yang bisa diraba
dan dilihat akan keberadaan dan penghidupan-Nya di dunia ini.
Hidup ilahi, atau Firman yang menjelma, menyodorkan dan
menunjukkan diri-Nya kepada semua pancaindra para rasul.
Seperti,
1. Kepada telinga mereka: Apa yang telah kami dengar (ay. 1-3).
Sang Hidup itu mengenakan mulut dan lidah, supaya Ia dapat
mengucapkan perkataan-perkataan yang hidup. Para rasul
tidak hanya mendengar tentang Dia, namun juga mendengar-
kan Dia berbicara langsung. Lebih dari tiga tahun mereka
boleh jadi mengikuti Dia dalam pelayanan-Nya, mendengarkan
khotbah-khotbah-Nya di depan umum dan penjelasan-penje-
lasan-Nya secara pribadi (sebab Ia menjelaskannya di rumah-
Nya), dan terkesima dengan kata-kata dari Dia yang berbicara
tidak seperti seorang manusia mana pun sebelum atau sesu-
dah itu. Firman ilahi berkenan menggunakan telinga, maka
telinga harus diabdikan untuk mendengarkan firman hidup.
Dan sudah sepantasnya orang-orang yang akan menjadi duta
dan pengikut-Nya di hadapan dunia mengenal sendiri secara
pribadi pelayanan-pelayanan-Nya.
2. Kepada mata mereka: Apa yang telah kami lihat dengan mata
kami (ay. 1-3). Firman berkenan untuk dilihat, berkenan bu-
kan hanya untuk didengar, namun juga dilihat, dilihat di ha-
dapan orang banyak, secara pribadi, di kejauhan dan dari
620
jarak yang paling dekat, yang bisa tersirat dalam ungkapan,
dengan mata kami, dengan segala sesuatu yang dapat kami
lakukan dan perbuat dengan mata kami. Kami melihat-Nya
dalam hidup dan pelayanan-Nya, melihat-Nya saat Dia ber-
ubah rupa di bukit, saat Dia tergantung, berdarah, sekarat,
dan mati di kayu salib. Dan kami melihat-Nya sesudah Dia
kembali dari kubur dan bangkit dari antara orang mati. Para
rasul-Nya haruslah menjadi saksi-saksi mata dan juga saksi-
saksi telinga-Nya. Jadi harus ditambahkan kepada kami se-
orang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan
kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu
mulai dari baptisan Yohanes, untuk menjadi saksi dengan kami
tentang kebangkitan-Nya (Kis. 1:21-22). Dan kami yaitu saksi
mata dari kebesaran-Nya (2Ptr. 1:16).
3. Pada indra batin mereka, pada mata akal budi mereka. Sebab
demikianlah anak kalimat selanjutnya (kemungkinan) dapat
ditafsirkan: Yang telah kami saksikan. Ini bisa dibedakan dari
makna penglihatan sebelumnya, melihat dengan mata, dan
bisa jadi sama dengan apa yang dikatakan Rasul Yohanes
dalam Injilnya (Yoh. 1:14), dan kita telah melihat –
etheasametha, kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan
kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Kata melihat atau
menyaksikan di sini tidak dipakai untuk apa yang langsung
ditangkap mata, melainkan untuk apa yang diingat-ingat
dalam pikiran dari apa yang mereka lihat. “Apa yang sudah
kami cerna, renungkan, dan pandang dengan baik, apa yang
sudah kami ketahui dengan baik tentang Firman hidup ini,
itulah yang kami beritakan kepada kamu.” Pancaindra harus-
lah memberitahukan sesuatu kepada pikiran.
4. Pada tangan dan indra perasa mereka: Dan yang telah kami
raba (kami sentuh dan rasakan) dengan tangan kami tentang
Firman hidup. Ini pasti merujuk pada keyakinan penuh yang
diberikan Tuhan kita kepada para rasul-Nya akan kebenaran,
kenyataan, kepadatan, dan susunan tubuh-Nya, sesudah Ia
bangkit dari antara orang mati. saat menunjukkan kepada
mereka tangan-Nya dan lambung-Nya, besar kemungkinan
bahwa Ia juga memperbolehkan mereka untuk menyentuh-
Nya. Paling tidak, Ia mengetahui ketidakpercayaan Tomas, dan
juga tekad yang diucapkannya untuk tidak mau percaya,
Surat 1 Yohanes 1:1-4
621
sampai ia menyentuh dan merasakan tempat-tempat dan
bekas-bekas luka yang dengannya Ia mati. Maka dari itu, pada
pertemuan berikutnya Ia memanggil Tomas, di hadapan semua
yang lain, khusus untuk memuaskan rasa penasaran yang
membuatnya tidak percaya ini. Dan ada kemungkinan yang
lain juga berbuat demikian. Tangan kami telah meraba Firman
hidup. Hidup dan Firman yang tak terlihat tidak memandang
rendah kesaksian pancaindra. Indra, pada tempat dan ling-
kupnya, yaitu sarana yang telah ditetapkan Tuhan , dan di-
gunakan Kristus Tuhan, untuk memberitahukan sesuatu ke-
pada kita. Tuhan kita ambil peduli untuk memuaskan (sejauh
mungkin) semua pancaindra para rasul-Nya, supaya mereka
bisa lebih lagi menjadi saksi-saksi-Nya yang pertama kepada
dunia. Orang-orang yang menerapkan ini hanya pada masalah
mendengarkan Injil tidak memperhatikan berbagai macam
indra yang disebutkan di sini, dan makna semestinya dari
ungkapan-ungkapan yang dipakai, serta alasan untuk mene-
gaskan dan mengulanginya di sini: Apa yang telah kami lihat
dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu
juga (ay. 3). Para rasul tidak mungkin tertipu dalam pengalam-
an pancaindra mereka sendiri yang sedemikian lama. Indra
harus melayani proses berpikir dan menilai, dan pemikiran
serta penilaian harus diabdikan untuk menerima Yesus Kris-
tus Tuhan dan Injil-Nya. Penolakan terhadap wahyu Kristiani
pada akhirnya akan menjadi penolakan terhadap indra itu
sendiri. Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mere-
ka, oleh sebab mereka tidak percaya kepada orang-orang yang
telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya (Mrk. 16:14).
III. Rasul Yohanes memulai surat ini dengan penegasan dan pem-
buktian yang khidmat terhadap alasan-alasan dan bukti-bukti
dari kebenaran dan ajaran Kristen ini. Para rasul menyampaikan
peneguhan-peneguhan ini demi kepuasan kita: Kami bersaksi dan
memberitakan kepada kamu (ay. 2). Apa yang telah kami lihat dan
yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga (ay.
3). Sudah sepatutnya para rasul membukakan kepada murid-
murid suatu bukti yang olehnya mereka dipimpin kepada, dan
alasan-alasan yang mendorong mereka untuk, mewartakan dan
menyebarkan ajaran Kristen di dunia. Hikmat dan kejujuran
622
mewajibkan mereka untuk menunjukkan bahwa bukan angan-
angan sendiri atau dongeng yang dikarang-karang dengan tipu
muslihat yang mereka sampaikan kepada dunia. Kebenaran yang
nyata mendorong mereka untuk membuka mulut, dan mendesak
mereka untuk membuat pengakuan di depan umum. Sebab tidak
mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang
telah kami lihat dan yang telah kami dengar (Kis. 4:20). Sudah
menjadi perhatian para murid untuk betul-betul yakin akan
kebenaran dari ajaran yang mereka peluk. Mereka harus melihat
bukti-bukti dari agama mereka yang kudus. Agama mereka itu
tidak takut terhadap terang, tidak pula terhadap pemeriksaan
yang sangat teliti. Agama mereka mampu menimbulkan keyakin-
an yang masuk akal dan menginsyafkan pikiran serta hati nurani.
sebab aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan
(atau pergumulan dalam pikiran) yang kulakukan untuk kamu,
dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang
belum mengenal aku pribadi. Supaya hati mereka terhibur dan
mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala
kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Tuhan ,
yaitu Kristus (Kol. 2:1-2).
IV. Rasul Yohanes memulai surat ini dengan alasan mengapa ia
menunjukkan dan menegaskan intisari iman suci ini, dan bukti
singkat yang menyertainya. Alasan ini memiliki dua tujuan:
1. Supaya orang-orang yang mempercayai iman itu diangkat
pada kebahagiaan yang sama dengan mereka (dengan para
rasul sendiri): Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami
dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu
pun beroleh persekutuan dengan kami (ay. 3). Yang dimaksud
Rasul Yohanes di sini bukan persekutuan pribadi atau kerja
sama dalam mengurus jemaat yang sama, melainkan perse-
kutuan yang tetap terjaga walaupun ada jarak antara satu dan
yang lain. Persekutuan ini yaitu persekutuan dengan sorga,
dan persekutuan dalam berkat-berkat yang datang dari sana
dan menuju ke sana. “Hal ini kami nyatakan dan kami saksi-
kan, supaya kamu ikut berbagi dengan kami dalam hak-hak
istimewa dan kebahagiaan kami.” Roh-roh Injil (atau mereka
yang dibuat bahagia sebab anugerah Injil) akan dengan
senang hati menginginkan orang lain untuk berbahagia juga.
Surat 1 Yohanes 1:1-4
623
Kita juga melihat adanya persekutuan atau hubungan yang
mengalir ke seluruh jemaat Tuhan . Walaupun mungkin ada
beberapa perbedaan yang bersifat pribadi, namun ada perse-
kutuan (atau keikutsertaan dalam hak istimewa dan martabat)
yang menjadi milik semua orang kudus, dari rasul tertinggi
sampai orang percaya terendah. Seperti halnya ada iman
berharga yang sama, demikian pula ada janji-janji berharga
yang sama yang mengangkat martabat dan memahkotai iman
itu, dan ada berkat-berkat serta kemuliaan-kemuliaan berhar-
ga yang sama yang memperkaya dan menggenapi janji-janji
itu. Nah, supaya orang-orang percaya memiliki keinginan be-
sar untuk beroleh persekutuan ini, supaya mereka terdorong
untuk mempertahankan dan memegang teguh iman yang
merupakan sarana bagi persekutuan itu, dan supaya para
rasul juga dapat menyatakan kasih mereka terhadap murid-
murid dengan membantu mereka untuk beroleh persekutuan
yang sama dengan para rasul sendiri, maka para rasul menun-
jukkan apa persekutuan itu dan di mana adanya: Dan per-
sekutuan kami yaitu persekutuan (atau hubungan) dengan
Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Kita bersekutu
dengan Bapa, dan dengan Anak Bapa (sebagaimana Ia disebut
dengan penekanan khusus dalam 2Yoh. 1:3) dalam hubungan
kita yang berbahagia dengan Keduanya, dalam kita menerima
berkat-berkat sorgawi dari Keduanya, dan dalam pergaulan
rohani kita dengan Keduanya. Sekarang kita dapat bergaul
secara adikodrati dengan Tuhan dan Kristus Tuhan, yang meru-
pakan suatu jaminan dan pertanda bahwa kita akan berdiam
bersama Keduanya, dan akan menikmati hadirat Keduanya di
dalam kemuliaan sorgawi nanti untuk selama-lamanya. Lihat-
lah, apa yang hendak dihasilkan oleh wahyu Injil, yaitu untuk
mengangkat kita jauh mengatasi dosa dan bumi, dan
membawa kita kepada persekutuan yang terberkati dengan
Bapa dan Anak. Lihatlah, untuk tujuan apa Sang Hidup kekal
menjadi manusia, yaitu supaya Ia mengangkat kita ke dalam
hidup yang kekal dalam persekutuan dengan Bapa dan diri-
Nya sendiri. Lihatlah, betapa orang hidup jauh di bawah
martabat, kegunaan, dan tujuan iman dan ketetapan Kristen,
jika mereka tidak memiliki persekutuan rohani yang terberkati
dengan Bapa dan Anak-Nya Yesus Kristus.
624
2. Supaya orang-orang percaya dapat diangkat ke dalam dan
mengalami sukacita yang kudus: Dan semuanya ini kami
tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempur-
na (ay. 4). Tatanan (dispensasi) Injil bukanlah suatu tatanan
yang penuh dengan ketakutan, kesedihan, dan kengerian,
melainkan tatanan damai dan sukacita. Kengerian dan ketak-
juban mungkin menyertai Gunung Sinai, namun kegembiraan
dan sukacita menyertai Gunung Sion, di mana muncul Firman
yang kekal, hidup yang kekal, yang dinyatakan dalam daging
seperti kita. Rahasia agama Kristen langsung diperhitungkan
bagi sukacita manusia yang fana. Sudah seharusnya kita
bersukacita bahwa Anak yang kekal berkenan datang untuk
mencari dan menyelamatkan kita, bahwa Ia telah menebus
penuh dosa-dosa kita, bahwa Ia telah menaklukkan dosa,
maut, dan neraka, bahwa Ia hidup sebagai Pengantara dan
Pembela kita di hadapan Bapa, dan bahwa Ia akan datang
kembali untuk menyempurnakan dan memuliakan orang-
orang percaya milik-Nya yang bertekun. Oleh sebab itu, be-
tapa orang hidup jauh di bawah kegunaan dan tujuan wahyu
kristiani, jika mereka tidak dipenuhi dengan sukacita rohani.
Orang-orang percaya harus bersukacita dalam hubungan
mereka yang penuh kebahagiaan dengan Tuhan , sebagai ana