di dalamnya: Sebenarnya kamu harus ber-
kata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat
ini dan itu” (ay. 15). Rasul Yakobus, sesudah menegur mereka atas
apa yang salah, sekarang mengarahkan mereka bagaimana men-
376
jadi dan berbuat lebih baik: “Kamu harus mengatakannya di da-
lam hatimu sepanjang waktu, dan dengan lidahmu pada kesem-
patan-kesempatan yang cocok, terutama dalam doa-doa dan iba-
dah sehari-hari, bahwa jika Tuhan menghendaki, dan jika Ia mau
mengakui dan memberkatimu, kamu memiliki rencana ini dan
itu untuk kamu selesaikan.” Ini harus dikatakan bukan dengan
cara yang seenaknya, atau resmi, atau mengikuti kebiasaan, me-
lainkan dengan benar-benar memikirkan apa yang kita katakan,
sehingga kita hormat dan sungguh-sungguh dalam apa yang kita
katakan. Sungguh baik mengatakan ini saat berurusan dengan
orang lain, namun kita mutlak dituntut untuk mengatakan ini
kepada diri kita sendiri dalam segala sesuatu yang kita kerjakan.
Syn Theō – dengan izin dan berkat Tuhan , diucapkan oleh orang-
orang Yunani pada setiap awal usaha.
1. Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup. Kita harus
ingat bahwa waktu kita tidak berada di tangan kita sendiri,
namun bergantung pada Tuhan . Kita hidup selama Tuhan menen-
tukannya, dan dalam keadaan-keadaan yang ditetapkan Tuhan ,
dan sebab itu kita harus tunduk kepada-Nya, bahkan me-
nyangkut hidup itu sendiri. Barulah kemudian,
2. Jika Tuhan menghendakinya, kami akan berbuat ini dan itu.
Semua tindakan dan rancangan kita berada di bawah kendali
Sorga. Kepala kita bisa saja penuh dengan berbagai pemikiran
dan rencana. Kita bisa merencanakan ini dan itu bagi diri kita
sendiri, atau keluarga kita, atau sahabat-sahabat kita. namun
adakalanya Tuhan Sang Pemelihara menghancurkan segala
ukuran yang kita tetapkan, dan mengacaukan rancangan-
rancangan kita. Oleh sebab itu, baik keputusan-keputusan
untuk bertindak maupun tindakan yang kita lakukan harus-
lah sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan . Semua yang kita
rancangkan dan kita lakukan haruslah dibuat dengan keber-
gantungan dan keberserahan kepada Tuhan .
IV. Kita diminta untuk menghindari bualan yang sia-sia, dan untuk
memandangnya bukan hanya sebagai suatu hal yang lemah, me-
lainkan juga sangat jahat. Kamu memegahkan diri dalam congkak-
mu, dan semua kemegahan yang demikian yaitu salah (ay. 16).
Mereka menjanjikan bagi diri mereka sendiri kehidupan dan ke-
makmuran, dan perkara-perkara besar di dunia, tanpa sedikit
Surat Yakobus 4:11-17
377
pun memberi perhatian yang layak kepada Tuhan . Lalu mereka
bermegah dengan semuanya ini. Begitulah sukacita orang-orang
duniawi, memegahkan semua keberhasilan mereka, bahkan se-
ring kali memegahkan rencana-rencana mereka sebelum mereka
tahu apakah itu akan berhasil atau tidak. Begitu biasa orang
bermegah dengan hal-hal yang atasnya mereka tidak berhak.
Yang benar yaitu bahwa mereka bermegah sebab kesombongan
dan kelancangan mereka sendiri! Kemegahan yang demikian
(tegas Rasul Yakobus) yaitu salah. Kemegahan seperti itu bodoh
dan mencelakakan. Jika orang memegahkan hal-hal duniawi, dan
rancangan yang mereka cita-citakan, padahal seharusnya mereka
memperhatikan kewajiban-kewajiban sederhana yang ada di
depan mata (yang diuraikan dalam ay. 8-10), maka itu yaitu
suatu hal yang sangat jahat. Itu dosa besar dalam pandangan
Tuhan , dan akan membawa kekecewaan besar bagi diri mereka
sendiri, serta menghancurkan mereka pada akhirnya. Jika kita
bersukacita di dalam Tuhan bahwa waktu kita berada di tangan-
Nya, bahwa semua peristiwa ada dalam genggaman-Nya, dan
bahwa Ia yaitu Tuhan yang mengikat perjanjian dengan kita,
maka sukacita ini baik. Dengan begitu, hikmat, kuasa, dan peme-
liharaan Tuhan akan membuat segala sesuatu bekerja bersama-
sama demi kebaikan kita. namun , jika kita bersukacita dalam
keyakinan diri dan kesombongan kita yang sia-sia, maka sukacita
ini salah. Ini merupakan suatu kejahatan yang harus berusaha
dihindari oleh semua orang bijak dan baik.
V. Kita diajar, dalam seluruh perilaku kita, untuk bertindak sesuai
dengan apa yang kita yakini, dan entah kita berhadapan dengan
Tuhan atau manusia, kita harus memastikan bahwa kita tidak
pernah melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang kita
sendiri ketahui (ay 17): Jika seorang tahu bagaimana ia harus
berbuat baik, namun ia tidak melakukannya, ia berdosa. Dosa itu
menjadi lebih berat. Itu berarti berdosa di depan saksi. Itu juga
berarti memiliki saksi yang paling memberatkan melawan hati
nurani sendiri. Cermatilah,
1. Hal ini berhubungan langsung dengan pelajaran sederhana
yang mengatakan, jika Tuhan menghendakinya, kami akan
berbuat ini dan itu. Mungkin mereka siap berkata, “Ini sung-
guh jelas sekali. Siapa yang tidak tahu bahwa kita semua ber-
378
gantung pada Tuhan yang Mahakuasa untuk hidup dan nafas
dan segala sesuatu?” Maka dari itu ingatlah, jika memang
kamu tahu ini, setiap kali kamu melakukan hal yang tidak
sesuai dengan itu dan tidak bergantung kepada-Nya, bahwa
jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, namun ia
tidak melakukannya, ia berdosa, maka dosanya itu lebih berat.
2. Kelalaian, seperti halnya pelanggaran, yaitu dosa yang akan
dihakimi. Orang yang tidak melakukan kebaikan yang dia ke-
tahui harus dilakukannya, seperti juga orang yang melakukan
kejahatan yang dia ketahui tidak boleh dilakukannya, akan
dihukum. Oleh sebab itu, marilah kita betul-betul memasti-
kan bahwa hati nurani kita mendapat pengetahuan yang be-
nar, maka barulah kita bisa mematuhinya senantiasa dengan
setia. Sebab, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita
memiliki keberanian percaya untuk mendekati Tuhan . namun
jika kita berkata bahwa kita melihat, namun tidak bertindak
sesuai dengan apa yang kita lihat, maka tetaplah dosa kita
(Yoh. 9:41).
PASAL 5
i dalam pasal ini, Rasul Yakobus menyatakan penghukuman
Tuhan ke atas orang-orang kaya yang menindas kaum miskin,
sambil menunjukkan betapa besar dosa dan kebodohan mereka di
mata Tuhan , serta betapa berat hukuman yang akan ditimpakan
kepada mereka (ay. 1-6). Kemudian, semua orang percaya dinasihati
untuk bersabar di bawah segala pencobaan dan penderitaan mereka
(ay. 7-11). Mereka diperingatkan untuk tidak melakukan dosa ber-
sumpah (ay. 12). Kita diberi pengarahan tentang cara bertindak, baik
di bawah penderitaan maupun kemakmuran (ay. 13). Doa bagi orang
sakit dan pengolesan dengan minyak juga dianjurkan (ay. 14-15).
Orang-orang Kristen diarahkan untuk saling mengakui kesalahan
dan saling mendoakan, sebab manfaat doa sudah terbukti (ay. 16-
18). Terakhir, kita dianjurkan untuk berusaha sekeras mungkin
membawa kembali mereka yang sudah menyimpang dari kebenaran.
Peringatan kepada Orang Kaya;
Alasan untuk Bersabar di bawah Penderitaan
(5:1-11)
1 Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah
atas sengsara yang akan menimpa kamu! 2 Kekayaanmu sudah busuk, dan
pakaianmu telah dimakan ngengat! 3 Emas dan perakmu sudah berkarat,
dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan
dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang
sedang berakhir. 4 Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, sebab
upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan
telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit
panenmu. 5 Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi,
kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. 6
Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak
dapat melawan kamu. 7 sebab itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai
kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang
D
380
berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur
dan hujan musim semi. 8 Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan
hatimu, sebab kedatangan Tuhan sudah dekat! 9 Saudara-saudara, jangan-
lah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu ja-
ngan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. 10 Sau-
dara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang
telah berbicara demi nama Tuhan. 11 Sesungguhnya kami menyebut mereka
berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang
ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan
Tuhan baginya, sebab Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
Di sini Rasul Yakobus lebih dahulu berbicara kepada orang-orang
berdosa, kemudian baru kepada orang-orang kudus.
I. Marilah kita merenungkan nasihat yang ditujukan kepada orang-
orang berdosa. Di sini kita mendapati Yakobus mendukung apa
yang pernah diucapkan oleh Guru Agungnya, namun celakalah
kamu, hai kamu yang kaya, sebab dalam kekayaanmu kamu
telah memperoleh penghiburanmu (Luk. 6:24). Orang-orang kaya
yang diperingatkan dengan peringatan ini bukanlah mereka yang
menganut agama Kristen, melainkan orang-orang Yahudi yang
duniawi dan tidak percaya kepada Kristus. Di sini mereka dikata-
kan telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar, yang
tidak mampu dilakukan orang-orang Kristen sebab tidak punya
kuasa untuk itu. Walaupun surat ini ditulis demi kepentingan
orang-orang percaya dan khusus ditujukan kepada mereka,
namun, surat ini bisa dipandang ditujukan juga kepada orang-
orang Yahudi yang tidak percaya itu, meskipun mereka tidak
disapa langsung dalam surat ini. Mereka ini tidak mau mendengar
perkataan itu, dan oleh sebab itu dituliskan di sini, supaya
mereka bisa membacanya. Di awal surat ini dapat diamati bahwa
isinya tidak ditujukan kepada saudara-saudara dalam Kristus,
seperti yang ada di dalam surat-surat Paulus, namun secara
umum kepada kedua belas suku. Salam yang disampaikan
bukanlah Kasih karunia dan damai sejahtera di dalam Kristus,
melainkan salam secara umum (1:1). Orang-orang Yahudi yang
miskin menyambut Injil, dan banyak di antara mereka yang
percaya. Namun, kebanyakan orang kaya menolak Kekristenan,
dan hati mereka dikeraskan dalam ketidakpercayaan, dan mereka
membenci serta menganiaya orang-orang yang percaya kepada
Kristus. Kepada orang-orang kaya penindas, tidak percaya, dan
Surat Yakobus 5:1-11
381
penyiksa ini, Rasul Yakobus menyampaikan pesannya di dalam
keenam ayat pertama.
1. Ia menubuatkan perihal penghakiman Tuhan yang akan jatuh
ke atas mereka (ay. 1-3). Mereka akan ditimpa kesengsaraan,
kesengsaraan yang begitu mengerikan, hingga ketakutan ter-
hadap hal-hal yang akan terjadi itu saja sudah cukup untuk
membuat mereka menangis dan meratap. Kesengsaraan yang
terjadi sebab hal-hal yang tadinya mereka andalkan untuk
memperoleh kebahagiaan. Kesengsaraan yang akan digenapi
melalui hal-hal yang akhirnya menjadi kesaksian melawan
mereka, yang mendatangkan kebinasaan sehabis-habisnya ke
atas mereka. Sekarang mereka dipanggil untuk merenungkan
dan mempertimbangkan hal itu, dan memikirkan bagaimana
mereka akan berdiri di hadapan Tuhan pada hari penghakiman
nanti: Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya.
(1) “Percayalah bahwa malapetaka yang sangat mengerikan ini
akan menimpamu, malapetaka yang sama sekali tidak
mengandung pertolongan ataupun penghiburan, namun ke-
sengsaraan semata, kesengsaraan yang datang pada wak-
tunya, kesengsaraan sampai selama-lamanya, kesengsara-
an dalam penderitaan jasmani, kesengsaraan batiniah dan
pikiran, kesengsaraan di dunia ini, serta kesengsaraan di
neraka. Kamu tidak akan ditimpa satu, namun banyak
kesengsaraan. Kehancuran jemaat dan bangsamu sudah
dekat. Akan datang suatu hari penuh murka, saat
kekayaan tidak bermanfaat lagi bagi manusia, sebab orang
fasik akan dipunahkan.”
(2) Ketakutan terhadap kesengsaraan yang akan menimpa me-
reka itu cukup untuk membuat mereka menangis dan me-
ratap. Orang-orang kaya suka berkata kepada diri sendiri
(dan orang-orang lain siap berkata kepada mereka), makan-
lah, minumlah dan bersenang-senanglah!, namun Tuhan ber-
kata, menangislah dan merataplah. Di sini tidak dikatakan,
menangislah dan bertobatlah, sebab rasul ini tidak meng-
harapkan hal itu dari mereka (gaya bicaranya lebih bersifat
mencela dibandingkan menasihati), namun “Menangislah dan
merataplah, sebab saat malapetaka itu tiba, hanya akan
ada ratap dan kertak gigi.” Orang-orang yang hidup
382
seperti binatang dikatakan meraung seperti hewan. Mala-
petaka yang menimpa orang banyak terasa teramat menye-
dihkan bagi orang-orang kaya yang hidup dalam kesenang-
an penuh hawa nafsu serta merasa aman-aman saja. Itulah
sebabnya mereka akan menangis dan meratap lebih keras
dibandingkan orang lain sebab kesengsaraan yang akan me-
nimpa mereka.
(3) Kesengsaraan mereka akan timbul justru sebab hal-hal
yang mereka andalkan untuk memperoleh kebahagiaan.
“Kebinasaan, kebusukan, karat, dan kehancuran akan
menimpa seluruh harta kekayaanmu: Kekayaanmu sudah
busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! (ay. 2). Hal-
hal yang sekarang teramat kamu sukai itu akan mencela-
kaimu hingga tidak tertahankan. Semuanya itu akan tidak
berharga dan berguna lagi bagimu, namun sebaliknya justru
akan menyiksa dirimu dengan berbagai-bagai duka, sebab,”
(4) “Hal itu akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan
memakan dagingmu seperti api (ay. 3). Benda-benda mati
sering kali disebut di dalam Alkitab sebagai hal yang men-
jadi kesaksian terhadap orang fasik. Langit, bumi, bebatu-
an di ladang, hasil bumi, dan di sini karat pada harta yang
diperoleh dan disimpan dengan tidak benar, dikatakan
akan menjadi kesaksian melawan orang kaya yang tidak
saleh. Mereka menyangka telah menimbun harta untuk
masa depan, sehingga dapat hidup makmur saat mereka
sudah tua kelak. Namun, celaka! Mereka ternyata hanya
menimbun harta untuk menjadi mangsa pihak lain (seperti
harta orang Yahudi yang telah dirampas semuanya oleh
orang Romawi). Harta yang akhirnya hanya akan terbukti
merupakan harta penuh murka, pada hari waktu mana
murka dan hukuman Tuhan yang adil akan dinyatakan. Ke-
tika itulah hukuman atas kejahatan mereka akan mema-
kan daging mereka seperti dengan api. Dalam penghancur-
an Yerusalem, ribuan orang binasa oleh api. Pada hari
penghakiman nanti, orang fasik akan dihukum di dalam
api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-
malaikatnya. Kiranya Tuhan menjauhkan kita dari hal yang
menjadi bagian orang kaya yang fasik! Untuk itu, marilah
Surat Yakobus 5:1-11
383
kita berjaga-jaga agar tidak jatuh ke dalam dosa-dosa me-
reka, yang berikut ini akan kita renungkan.
2. Rasul Yakobus menunjukkan dosa-dosa apa saja yang dapat
jmemicu kesengsaraan seperti itu. Berada di dalam ke-
adaan menyedihkan seperti itu, tidak diragukan lagi tentu
diakibatkan oleh kejahatan yang sangat keji.
(1) Ketamakan merupakan hal yang membebani orang-orang
ini. Mereka menyimpan pakaian sedemikian rupa hingga
memunculkan ngengat yang memakannya. Mereka menim-
bun emas dan perak hingga berkarat. Sungguh sangat me-
malukan bagaimana hal-hal ini menyimpan di dalam diri
mereka sendiri akar kebinasaan dan kehancuran. Yakni,
pakaian menimbulkan ngengat yang memakannya, emas
dan perak menimbulkan karat yang menggerogotinya. Na-
mun, aib itulah yang sangat hebat menimpa orang-orang
yang menimbun dan mengumpulkan hal-hal ini sampai
menjadi rusak seperti itu, berkarat, dan dimakan ngengat.
Tuhan memberi kita harta duniawi supaya kita dapat meng-
hormati-Nya dan berbuat baik dengannya. Sebaliknya, apa-
bila bukan melakukan demikian kita malah berbuat dosa
dengan menimbunnya, mencintainya dengan berlebihan
dan tidak semestinya, atau sampai tidak percaya akan
pemeliharaan Tuhan di masa depan, maka ini merupakan
kejahatan yang sangat keji, yang akan menjadi kesaksian
terhadap kita sebab karat dan kerusakan harta yang di-
timbun seperti itu.
(2) Dosa lain yang dituduhkan ke atas mereka yang disebut-
kan Yakobus yaitu penindasan: Sesungguhnya telah ter-
dengar teriakan besar, sebab upah yang kamu tahan dari
buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan seterusnya
(ay. 4). Orang-orang yang memiliki kekayaan, juga memiliki
kekuasaan, dan sebab itu mereka tergoda untuk menyalah-
gunakan kekuasaan itu guna menindas orang-orang yang
bekerja bagi mereka. Di sini kita mendapati bahwa orang-
orang kaya mempekerjakan orang miskin. Orang kaya mem-
butuhkan tenaga orang miskin, sama seperti orang miskin
membutuhkan upah dari orang kaya, dan masing-masing
tidak dapat terlepas dari kebutuhan itu. Namun demikian,
384
tanpa peduli dengan hal ini, orang-orang kaya menahan
upah para pekerja. sebab memiliki kekuasaan, mereka bo-
leh jadi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari orang
miskin. Bahkan sesudah itu pun mereka tidak menggenapi
kesepakatan seperti seharusnya. Ini merupakan dosa yang
berteriak, kejahatan yang berteriak begitu keras hingga
sampai ke telinga Tuhan . Dalam hal ini, Tuhan harus diingat
sebagai Tuhan semesta alam atau Kyriou sabaōth, ungkap-
an yang sering digunakan di Perjanjian Lama, saat umat
Tuhan tidak berdaya dan membutuhkan perlindungan, ke-
tika musuh mereka banyak dan sangat kuat. Tuhan semes-
ta alam, yang memiliki seluruh makhluk ciptaan dari sega-
la tingkatan yang siap melayani-Nya, dan yang menetapkan
semuanya di tempat masing-masing, mendengar mereka
yang tertindas saat mereka berseru sebab kekejaman atau
ketidakadilan para penindas. Ia akan memerintahkan bebe-
rapa dari isi semesta alam yang berada di bawah kekuasaan-
Nya (para malaikat, setan, badai, sakit penyakit, atau seje-
nisnya) untuk membalas semua kesalahan yang dilakukan
terhadap mereka yang diperlakukan dengan tidak adil dan
tanpa belas kasihan. Berjaga-jagalah terhadap dosa peni-
puan serta penindasan ini, dan jauhilah hal-hal serupa.
(3) Dosa lain yang disebutkan di sini yaitu hawa nafsu dan
gairah yang meluap-luap. Dalam kemewahan kamu telah
hidup dan berfoya-foya di bumi (ay. 5). Tuhan tidak melarang
kita menikmati kesenangan, namun hidup di dalamnya
seolah-olah hanya untuk tujuan itu semata, merupakan
dosa yang sangat mendatangkan murka Tuhan . Berbuat
seperti ini di bumi, tempat kita hanyalah orang asing dan
musafir belaka, tempat kita hidup untuk sementara saja,
dan tempat kita harus mempersiapkan diri bagi kekekalan
– akan memperparah dosa hawa nafsu. Kemewahan mem-
buat orang suka berfoya-foya, seperti di dalam Hosea 13:6,
saat mereka makan rumput, maka mereka kenyang;
sesudah mereka kenyang, maka hati mereka meninggi; itulah
sebabnya mereka melupakan Aku. Hidup berfoya-foya dan
kemewahan biasanya merupakan dampak yang diakibat-
kan oleh kekayaan yang berlimpah. Memang sulit bagi
orang jika ia memiliki kekayaan berlimpah. Sulit bagi
Surat Yakobus 5:1-11
385
mereka yang memiliki banyak harta untuk tidak memper-
turutkan keinginan sendiri dalam kesenangan duniawi
yang penuh hawa nafsu: “Kamu telah memuaskan hatimu
sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu hidup seolah-
olah setiap hari yaitu hari untuk mempersembahkan
korban, suatu hari raya. sebab itu hatimu digemukkan
dan dikenyangkan sehingga menjadi bodoh, bebal, som-
bong, dan tidak peka terhadap kebutuhan dan penderitaan
orang lain.” Ada yang mungkin akan berkata, “Apa salah-
nya bergembira, asalkan orang tidak menghabiskan lebih
dari apa yang mereka miliki?” Apa! Apakah tidak ada salah-
nya jika orang mendewakan perut, dan menghabiskan
harta demi kesenangan-kesenangan ini, bukannya berlim-
pah dalam perbuatan amal dan hidup saleh? Apakah tidak
ada salahnya jika orang membuat diri tidak pantas
memperhatikan urusan jiwa mereka, dengan memuaskan
hawa nafsu jasmani mereka? Sudah barang tentu hal yang
jmemicu api turun ke atas Sodom, dan yang akan
membawa kesengsaraan yang membuat orang kaya mena-
ngis dan meratap seperti yang disebutkan di sini, merupa-
kan kejahatan yang sangat keji! Kesombongan, kemalasan,
dan makanan berlimpah, sama artinya dengan hidup da-
lam kesenangan, hidup berfoya-foya, dan memuaskan hati
seperti pada hari penyembelihan.
(4) Dosa lain yang di sini dituduhkan kepada orang kaya ada-
lah penganiayaan: Kamu telah menghukum, bahkan membu-
nuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu
(ay. 6). Hal ini melengkapi takaran kejahatan mereka. Me-
reka menindas dan bertindak sangat tidak adil, demi men-
dapatkan harta kekayaan. sesudah mendapatkannya, mere-
ka bergelimang kemewahan dan hawa nafsu, sampai mere-
ka kehilangan seluruh rasa dan kepekaan terhadap kebu-
tuhan atau penderitaan orang lain. sesudah itu, mereka
menganiaya dan membunuh tanpa rasa menyesal. Mereka
bahkan berpura-pura bertindak sesuai hukum, dan menja-
tuhkan hukuman sebelum membunuh. Namun, penuntut-
an yang tidak adil, dengan memakai topeng hukum apa
pun, akan diperhitungkan saat Tuhan akan mengadakan
penyelidikan atas darah yang telah tertumpah, termasuk
386
pembantaian dan pembunuhan keji. Amatilah di sini, bah-
wa orang-orang benar mungkin saja dijatuhi hukuman dan
dibunuh. Namun amati juga bahwa saat mereka men-
derita dan tetap bertahan meskipun dijatuhi hukuman
secara tidak adil oleh para penindas, hal ini diperhatikan
oleh Tuhan , sebagai kehormatan bagi para penderitanya dan
untuk mempermalukan para penindas mereka. Hal ini
biasanya menunjukkan bahwa penghakiman sudah dekat,
dan kita jelas boleh menyimpulkan bahwa hari perhitungan
akan datang, guna memberi imbalan atas kesabaran
kaum yang tertindas dan untuk menghancurkan sang
penindas. Demikianlah kecaman yang ditujukan kepada
orang-orang berdosa.
II. Berikut ini kita melihat lanjutan perkataan yang ditujukan kepada
orang-orang kudus. Ada sebagian orang memandang rendah atau
mencela cara mengajar seperti ini, yakni saat para hamba
Tuhan, menyampaikan perkataan kepada orang berdosa, sekali-
gus kepada orang kudus. Namun, dari cara yang digunakan Rasul
Yakobus di sini, kita dapat menyimpulkan bahwa inilah cara
terbaik untuk memilah firman kebenaran dengan tepat. Dari apa
yang telah dikatakan perihal orang-orang kaya yang fasik dan
suka menindas, juga ada pesan untuk memberi penghiburan
kepada umat Tuhan yang menderita. “Oleh sebab itu bersabarlah,
sebab Tuhan akan mendatangkan kesengsaraan kepada orang
fasik, sehingga kamu bisa melihat apa kewajibanmu, dan bagai-
mana hatimu dapat dikuatkan.”
1. Kerjakan kewajibanmu: Bersabarlah (ay. 7), teguhkan hatimu
(ay. 8), Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut
dan saling mempersalahkan (ay. 9). Renungkan baik-baik mak-
na ketiga ungkapan ini:
(1) “Bersabarlah, yakni tanggunglah penderitaanmu tanpa ber-
sungut-sungut dan cederamu tanpa membalas dendam.
Kalaupun Tuhan tidak segera datang membelamu melalui
tanda apa pun, nantikanlah Dia. Sebab penglihatan itu ma-
sih menanti saatnya, namun ia bersegera menuju kesudahan-
nya dengan tidak menipu; jika berlambat-lambat, nanti-
kanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan
Surat Yakobus 5:1-11
387
tidak akan bertangguh. Biarlah kesabaranmu terus bertam-
bah dalam penderitaan yang lama.” Demikianlah makna
istilah makrothymēsate yang digunakan di sini. sesudah
melaksanakan tugas, kita membutuhkan kesabaran untuk
bisa bertahan menantikan pahala kita. Kesabaran orang
Kristen seperti ini bukanlah sekadar sikap bertahan sebab
terpaksa, seperti kesabaran moral yang diajarkan oleh be-
berapa filsuf, melainkan dengan rendah hati bersedia tun-
duk di dalam hikmat serta kehendak Tuhan , dengan mata
tertuju pada imbalan mulia yang kelak akan diberikan:
bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan. sebab
merupakan pelajaran yang harus diterima orang Kristen,
meskipun terasa sangat berat dan sulit bagi mereka, hal ini
diulangi dalam ayat 8, Kamu juga harus bersabar.
(2) “Teguhkan hatimu, yakni biarlah imanmu tetap teguh, tan-
pa bimbang. Teruskan berbuat baik tanpa lelah, dan tetap
teguh hati terhadap Tuhan dan sorga, meskipun ada banyak
penderitaan atau pencobaan.” Kemakmuran orang fasik
dan penderitaan orang benar sepanjang zaman merupakan
ujian berat bagi iman umat Tuhan . Daud berkata, namun
aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelin-
cir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau
aku melihat kemujuran orang-orang fasik (Mzm. 73:2-3).
Beberapa orang Kristen yang disurati Yakobus ini mungkin
saja juga tertatih-tatih seperti itu. Oleh sebab itu mereka
diimbau untuk teguh hati. Iman dan kesabaran akan
meneguhkan hati.
(3) Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan
saling mempersalahkan. Ungkapan mē stenazete berarti,
jangan saling berkeluh kesah, atau, “Jangan membuat
tidak nyaman satu sama lain dengan bersungut-sungut
perihal apa yang menimpamu, atau dengan berkeluh kesah
sebab tidak percaya tentang apa yang selanjutnya akan
terjadi pada dirimu. Jangan juga menggerutu penuh den-
dam terhadap penyebab penderitaanmu, atau sebab iri
terhadap mereka yang mungkin tidak mengalami mala-
petaka seperti dirimu. Jangan membuat dirimu dan orang
lain merasa tidak nyaman dengan menggerutu serta saling
membuat sedih.” Dr. Manton berkata, “Menurut pendapat
388
saya, di sini Rasul Yakobus sepertinya menyebut-nyebut
perihal kerugian dan rasa permusuhan yang bisa saling
ditimbulkan di antara orang-orang Kristen pada masa itu,
yang disatukan di bawah sebutan bersunat dan tak ber-
sunat, dan ternyata hal ini membuat sedih satu sama
lain sehingga mereka saling bersungut-sungut. Jadi mere-
ka tidak saja berkeluh kesah di bawah penindasan para
penganiaya kaya, namun juga sebab luka-luka hati yang
ditimbulkan oleh banyak saudara, yang bersama mereka
mengakui iman suci.” Orang-orang yang tengah mengha-
dapi musuh bersama dan sama-sama ada dalam penderita-
an, harus lebih berhati-hati lagi supaya tidak saling menya-
kiti hati dan saling menggerutu. Jika tidak, penghakiman
akan jatuh ke atas mereka, selain ke atas orang lain. Sema-
kin keras mereka menggerutu, semakin dekat juga peng-
hakiman itu.
2. Perhatikanlah dorongan yang diberikan di sini agar orang Kris-
ten bersabar, meneguhkan hati, dan tidak saling bersungut-
sungut.
(1) “Lihatlah teladan petani: Sesungguhnya petani menantikan
hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai
telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Keti-
ka kamu menabur benih di tanah, kamu menunggu da-
tangnya hujan musim gugur dan hujan musim semi selama
berbulan-bulan, dan bersedia menanti sampai tiba masa
panen untuk menuai hasil kerja kerasmu. Bukankah hal
ini mengajarmu untuk menanggung badai dan bersabar
menunggu sementara waktu, sementara kamu mencari
kerajaan dan kebahagiaan kekal? Perhatikanlah orang yang
menantikan hasil tuaian gandum, dan bukankah kamu
juga menantikan mahkota kemuliaan? Jika kamu diminta
menunggu sedikit lebih lama dibandingkan sang petani, bukan-
kah itu sebanding dengan apa yang sedang engkau nanti-
kan, yang lebih besar dan tak terhingga nilainya? Walau-
pun begitu,
(2) “Pikirkanlah betapa singkat waktu penantian yang mungkin
akan kamu jalani nanti: kedatangan Tuhan sudah dekat!
(ay. 8). Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu
Surat Yakobus 5:1-11
389
(ay. 9). Jangan bersikap tidak sabar, jangan saling berteng-
kar. Sang Hakim Agung, yang akan memperbaiki segala
sesuatu, yang akan menghukum orang fasik dan memberi
imbalan kepada orang benar, sudah dekat. Sadarilah bah-
wa Dia telah berdiri dekat dengan engkau seperti orang
yang sedang mengetuk pintu.” Kedatangan Tuhan untuk
menghukum orang-orang Yahudi yang fasik saat itu
sudah sangat dekat, saat Yakobus menulis surat ini.
Setiap kali kesabarannya dan anugerah kepada umat-Nya
sedang diuji dengan cara luar biasa, kepastian tentang ke-
datangan Kristus sebagai Hakim yang sudah dekat, seha-
rusnya cukup untuk membuat hati mereka teguh. Seka-
rang ini Sang Hakim yang akan menghakimi dunia sudah
jauh lebih dekat dibanding dahulu saat surat ini ditulis.
Lebih dekat melebihi seribu tujuh ratus tahun. Oleh sebab
itu hal ini sudah seharusnya menimbulkan dampak lebih
besar bagi kita.
(3) Bahaya bahwa kita bisa saja dihukum saat Sang Hakim
muncul, sudah seharusnya mendorong kita untuk mem-
perhatikan kewajiban kita seperti yang disampaikan sebe-
lum ini: Janganlah kamu bersungut-sungut, supaya kamu
jangan dihukum. Keluh kesah dan ketidakpuasan mem-
bawa kita kepada penghakiman Tuhan yang adil. Juga, lebih
dari yang kita sadari, kita mendatangkan banyak mala-
petaka ke atas diri sendiri dengan perbuatan menggerutu,
tidak percaya, iri hati, dan saling menyalahkan. Jika kita
menghindari semua kejahatan ini, dan bersabar di bawah
semua pencobaan, maka Tuhan tidak akan menghukum
kita. Marilah kita menguatkan hati dengan hal ini.
(4) Kita didorong untuk bersabar dengan meniru teladan para
nabi (ay. 10): Turutilah teladan penderitaan dan kesabaran
para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Amatilah
di sini, para nabi yang sangat dihargai dan diperkenan
Tuhan , telah mengalami penderitaan paling berat. Saat kita
merenungkan bahwa orang-orang terbaiklah yang paling
mengalami kesukaran di dunia ini, maka sudah sepatutnya
kita berdamai dengan penderitaan. Amatilah selanjutnya,
bahwa mereka yang menjadi teladan-teladan terbaik dalam
hal menanggung penderitaan, juga merupakan teladan
390
terbaik dan terbesar menyangkut kesabaran: kesengsaraan
itu menimbulkan ketekunan. sebab itu Yakobus meman-
dang masuk akal bagi orang-orang percaya bahwa: kami
menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah
bertekun (ay. 11). Kami memandang mereka yang menderi-
ta dengan benar dan sabar sebagai orang-orang yang paling
bahagia (lihat 1:2-12).
(5) Ayub juga disebutkan sebagai teladan untuk menguatkan
hati orang-orang yang dirundung kemalangan. Kamu telah
mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu
apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, dan
seterusnya (ay. 11). Di dalam pengalaman Ayub, bisa dili-
hat contoh tentang berbagai kesengsaraan yang teramat
menyedihkan. Namun, di bawah semua itu ia masih bisa
memuji Tuhan . Mengenai keadaan batinnya secara umum,
ia tetap bersabar dan rendah hati. Dan apa yang akhirnya
terjadi pada dirinya? Dengan sesungguhnya Tuhan meme-
nuhi dan menyebabkan hal-hal yang dengan jelas mem-
buktikan bahwa Tuhan maha penyayang dan penuh belas
kasihan. Cara terbaik untuk menanggung penderitaan ada-
lah mengetahui apa yang akhirnya tersedia. Belas kasihan
Tuhan sedemikian besarnya hingga Ia tidak akan berlambat-
lambat menyediakan segalanya, jika tujuan-Nya sudah
tercapai. Rahmat Tuhan sedemikian lembutnya hingga Ia
akan mengganti kerugian dengan berlimpah atas semua
penderitaan dan kesengsaraan umat-Nya. Kasih mesra-Nya
ditujukan kepada mereka sementara mereka menderita,
dan rahmat-Nya dinyatakan sesudah itu. Marilah kita
melayani Tuhan kita, dan menanggung semua pencobaan
yang menimpa kita, seperti mereka yang percaya bahwa
kesudahannya akan memahkotai semua pencobaan itu.
Peringatan terhadap Bersumpah;
Pengakuan dan Doa
(5:12-20)
12 namun yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi
sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah
kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu
jangan kena hukuman. 13 Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita,
Surat Yakobus 5:12-20
391
baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! 14
Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para
penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan
minyak dalam nama Tuhan. 15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyela-
matkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia
telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. 16 sebab itu hendak-
lah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu
sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar
kuasanya. 17 Elia yaitu manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah ber-
sungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak
turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. 18 Lalu ia berdoa pula dan
langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya. 19 Saudara-
saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan
ada seorang yang membuat dia berbalik, 20 ketahuilah, bahwa barangsiapa
membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan
menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.
Sekarang surat ini sudah hampir mencapai akhirnya. Penulisnya ber-
gegas dari satu hal ke lain hal. Itulah sebabnya hal-hal yang sangat
berbeda ditekankan dalam beberapa ayat ini.
I. Di sini diperingatkan perihal dosa bersumpah: namun yang teruta-
ma, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah, dan seterusnya
(ay. 12). Beberapa orang menanggapi hal ini dengan terlampau
membatasi, seolah-olah makna ayat ini yaitu , “Jangan menyum-
pahi para penganiayamu, jika kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnahkan segala yang jahat oleh mereka. Jangan
biarkan dirimu tersulut amarah sebab kerugian yang mereka
timbulkan atasmu, sehingga dengan demikian kamu terpancing
untuk menyumpahi.” Sumpah serapah semacam ini jelas dilarang
di sini, dan tidak bisa dijadikan dalih untuk memaafkan orang-
orang yang bersalah melakukan dosa ini, dan berkata bahwa
amarah mereka terbakar saat dipanas-panasi, sehingga melaku-
kan hal itu sebelum menyadarinya. namun , peringatan Rasul
Yakobus ini mencakup sumpah-sumpah lain di samping yang
satu ini. Beberapa orang menerjemahkan istilah pro pantōn “yang
terutama” sebagai di depan semua hal, dan sebab itu bahwa
mereka tidak boleh, dalam percakapan sehari-hari, di depan sega-
la sesuatu yang mereka katakan, mengucapkan sumpah. Semua
kebiasaan bersumpah yang tidak perlu, jelas-jelas dilarang, dan
dikecam di seluruh Kitab Suci sebagai dosa yang sangat berat.
Sumpah serapah sudah sangat biasa dilakukan orang Yahudi,
dan sebab surat ini ditujukan secara umum kepada kedua belas
suku di perantauan (seperti yang telah dibahas sebelum ini), maka
392
kita boleh memahami bahwa nasihat ini ditujukan kepada mereka
yang belum percaya. Sungguh sulit memercayai bahwa bersum-
pah merupakan salah satu noda yang biasa ada pada anak-
anak Tuhan , mengingat bahwa Petrus, saat dituduh sebagai mu-
rid Kristus dan menyangkalinya, kemudian mengutuk dan ber-
sumpah. Ia menyangka bahwa dengan cara ini ia dapat meyakin-
kan mereka bahwa ia bukanlah murid Yesus, sebab orang sudah
tahu bahwa murid-Nya tidak akan berani bersumpah. Namun,
boleh jadi beberapa dari antara mereka yang disebut orang Kris-
ten dan termasuk golongan yang terlampau longgar, juga melaku-
kan kesalahan ini di samping dosa-dosa lain yang dituduhkan ke-
pada mereka. Ini merupakan dosa memalukan yang selama
tahun-tahun berikutnya tetap saja terjadi, bahkan di antara
orang-orang yang terutama dianggap berhak menyandang nama
dan kehormatan Kristen. Memang sangat jarang terjadi bahwa
seorang meninggalkan gereja Inggris sebab melakukan dosa
bersumpah, namun, di antara mereka yang membanggakan diri
sebagai anggota jemaat, tidak ada kebiasaan yang tidak lebih
lumrah. Bahkan sumpah serapah dan kutukan yang paling buruk
pun sering melukai telinga dan hati orang-orang Kristen yang
bersungguh-sungguh. Di sini Yakobus berkata,
1. namun yang terutama, janganlah kamu bersumpah. Namun,
berapa banyak orang yang menganggap hal ini sepele dan
meremehkan hal seperti sumpah serapah? Mengapa di sini
bersumpah terutama dilarang?
(1) Sebab perbuatan ini langsung memukul telak kehormatan
Tuhan dan paling merendahkan nama serta wibawa-Nya.
(2) Sebab di antara semua dosa, dosa ini mengandung godaan
paling sedikit. Tidak ada keuntungan, kesenangan, atau-
pun nama baik yang dapat membuat orang tertarik mela-
kukannya, selain kecerobohan dalam berbuat dosa dan me-
nunjukkan sikap bermusuhan yang sia-sia kepada Tuhan .
Musuh-musuh-Mu menggunakan nama-Mu dengan sia-sia
(Mzm. 139:20, KJV). Ini merupakan bukti tentang manusia
yang memusuhi Tuhan , meskipun mereka mengaku-ngaku
menyebut diri dengan menggunakan nama-Nya, atau
terkadang memuji Dia di dalam ibadah.
Surat Yakobus 5:12-20
393
(3) Sebab dosa ini paling sulit ditinggalkan jika orang
sudah terbiasa melakukannya, sehingga terutama harus
diwaspadai.
(4) “namun yang terutama, janganlah kamu bersumpah, sebab
bagaimana kamu dapat berharap bahwa nama Tuhan men-
jadi menara yang kuat di tengah kesusahan bagimu, jika
kamu mencemarkan dan mempermainkannya pada kesem-
patan lain?” Namun, (seperti yang diamati Baxter), “Semua
ini sama sekali tidak berarti melarang orang mengucapkan
sumpah yang memang diperlukan, namun untuk menegas-
kan kepada mereka supaya memelihara rasa hormat terha-
dapnya.” Selanjutnya, ia menyampaikan bahwa “Hakikat
sebenarnya dari sumpah yaitu , menggadaikan nama baik
sesuatu yang besar, demi menegaskan kebenaran hal
sepele yang diragukan, dan bukannya (seperti yang umum
dilakukan) mengajukan permohonan kepada Tuhan atau ha-
kim lainnya.” Itulah sebabnya bersumpah demi langit,
bumi, dan sumpah-sumpah lain yang dirujuk Rasul Yako-
bus, kemudian digunakan. Orang Yahudi berpikir bahwa
asalkan menghindari sumpah agung Chi-Eloah, mereka
akan tetap aman. Namun, mereka ternyata telah bersikap
begitu cemar hingga berani bersumpah demi makhluk cip-
taan, seolah-olah makhluk itu yaitu Tuhan sendiri, sehing-
ga meninggikan makhluk menggantikan tempat Tuhan .
Sementara itu, di pihak lain, orang yang biasa bersumpah
sambil menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan,
sama saja dengan menempatkan Dia setingkat dengan
benda biasa lainnya.
2. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah
kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
Artinya, “Cukuplah bagimu untuk mengiakan atau menyang-
kali sesuatu bila tersedia kesempatan untuk itu, dan pastikan-
lah untuk berpegang teguh pada perkataanmu dan menepati
janji, agar tidak memberi kesempatan kepada orang untuk
mencurigaimu berdusta. Dengan demikian kamu akan terhin-
dar dari hukuman sebab tidak menyokong apa yang kamu
katakan dan janjikan dengan mengucapkan sumpah dengan
gegabah, dan menodai nama Tuhan demi membenarkan diri
sendiri. sebab dicurigai berdusta, orang lalu bersumpah.
394
Biarlah orang tahu bahwa kamu berkata benar, dan teguh
dalam perkataanmu, sehingga dengan demikian kamu akan
mendapati bahwa kamu tidak perlu bersumpah atas apa yang
kamu katakan. Dengan demikian kamu akan terhindar dari
penghukuman yang secara jelas ditambahkan pada perintah
ketiga: TUHAN akan memandang bersalah orang yang menye-
but nama-Nya dengan sembarangan
II. Sebagai orang Kristen, kita diajar untuk menyesuaikan diri de-
ngan penyelenggaraan pemeliharaan Tuhan (ay. 13): Kalau ada
seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau
ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! Keadaan kita
di dunia ini beragam, dan sebab itu kita harus berhikmat untuk
menerima keadaan itu, dan berperilaku pantas, baik dalam
kemakmuran maupun dalam penderitaan. Adakalanya kita ber-
sedih, dan adakalanya bergembira. Tuhan telah menetapkan kedua
hal ini dengan silih berganti, supaya kita lebih bisa mengamati
berbagai tugas yang diperintahkan-Nya, dan supaya pengaruh
yang ditimbulkan ke atas kegemaran dan perasaan kita bisa
memberi manfaat bagi ibadah kita. Penderitaan sudah seha-
rusnya membuat kita berdoa, sedang kemakmuran membuat
kita memuji-muji Dia. Ini tidak berarti bahwa doa hanya terbatas
pada masa sulit, atau menyanyi hanya kita lakukan saat ber-
gembira. Sebaliknya, berbagai tugas ini bisa dilaksanakan dengan
menghasilkan manfaat khusus dan dengan tujuan penuh keba-
hagiaan pada masa seperti itu.
1. Di dalam penderitaan, tidak ada yang lebih cocok dilakukan
dibanding doa. Orang yang mengalami penderitaan harus
berdoa sendiri, dan juga meminta dukungan doa orang lain.
Masa penderitaan sudah seharusnya menjadi masa untuk
berdoa. Untuk tujuan inilah Tuhan mengizinkan penderitaan
datang, supaya kita segera mencari Dia, dan supaya mereka
yang pernah mengabaikan-Nya dapat dibawa kembali untuk
mencari Dia. Pada masa itu, roh seseorang berada dalam taraf
paling merendah, dan hatinya hancur serta lembut. Doa paling
dapat diterima Tuhan saat timbul dari roh yang merendah
dan penuh penyesalan. Penderitaan biasanya memunculkan
keluhan. Dan kepada siapa lagi kita harus mengeluh selain ke-
pada Tuhan dalam doa? Sungguh penting untuk melatih iman
Surat Yakobus 5:12-20
395
serta pengharapan di tengah penderitaan. Dan doa merupakan
sarana yang ditetapkan, baik untuk memperoleh maupun
untuk meningkatkan kasih karunia di dalam diri kita. Kalau
ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!
2. Di dalam masa penuh kegembiraan dan kemakmuran, menya-
nyi mazmur yaitu kegiatan yang sangat patut dan masuk
akal. Di dalam teks asli, hanya disebutkan menyanyi, psalletō,
tanpa tambahan kata mazmur atau perkataan lain. Kita tahu
dari tulisan beberapa orang pada abad-abad pertama Kekris-
tenan (terutama dari sepucuk surat yang ditulis Pliny, serta
dari beberapa tulisan Justin Martir dan Tertullian), bahwa
orang-orang Kristen itu terbiasa menyanyikan lagu-lagu him-
ne, baik yang diambil dari Kitab Suci maupun dari gubahan
yang dikarang sendiri, saat mereka menyembah Tuhan .
Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa nasihat Paulus
kepada orang Kolose dan Efesus supaya mereka mengajar dan
menegur seorang akan yang lain psalmois kai hymnois kai
ōdais pneumatikais – sambil menyanyikan mazmur, dan puji-
pujian dan nyanyian rohani, hanya merujuk kepada rangkaian
ayat firman Tuhan, yakni mazmur gubahan Daud yang dapat
dibedakan dalam bahasa Ibrani melalui Shurim, Tehillim, dan
Mizmorim, kata-kata yang sangat sesuai dengan perkataan
Rasul Yakobus. Biarlah hal itu berlaku seperti seharusnya dan
yang bisa kita yakini, bahwa menyanyikan mazmur merupa-
kan ketetapan Injil, dan bahwa sukacita kita harus bersifat
kudus, dikhususkan bagi Tuhan . Di sini, menyanyi dianjurkan
untuk menunjukkan bahwa jika ada seseorang yang sedang
berada dalam keadaan gembira dan makmur, ia harus me-
ngembalikan kegembiraannya dalam jalur ini, meskipun se-
dang berada seorang diri. Kegembiraan kudus sungguh sesuai
saat orang berada bersama keluarga, menyendiri, ataupun
dalam persekutuan. Biarlah nyanyian kita merupakan lagu
kepada Tuhan di dalam hati kita, dan Tuhan pasti akan bersuka-
cita dengan penyembahan semacam ini.
III. Di sini ada petunjuk-petunjuk tertentu yang diberikan me-
nyangkut orang-orang sakit, dan rahmat pengampunan yang
menyembuhkan yang dijanjikan jika petunjuk-petunjuk itu
dijalankan. Kalau ada seorang yang sakit, mereka perlu,
396
1. Memanggil para penatua jemaat, presbyterous tēs ekklēsias –
para penatua, yakni gembala atau hamba Tuhan dari jemaat
(ay. 14-15). Menjadi kewajiban orang sakit untuk memanggil
hamba-hamba Tuhan dan meminta bantuan serta doa mereka.
2. Sudah menjadi kewajiban para hamba Tuhan untuk mendoa-
kan orang sakit saat mereka dipanggil dan diminta melaku-
kan itu. Supaya mereka mendoakan dia, supaya doa-doa mere-
ka sesuai bagi keadaan si sakit, dan permohonan doa mereka
cocok bagi orang yang dirundung kemalangan itu.
3. Pada masa penyembuhan melalui mujizat, orang sakit diolesi
dengan minyak dalam nama Tuhan. Para penafsir Kitab Suci
biasanya membatasi makna pengolesan dengan minyak
ini pada orang-orang yang memiliki kuasa mengadakan muji-
zat. Namun saat mujizat tidak terjadi lagi, cara ini juga
berhenti. Di dalam Injil Markus, kita membaca perihal rasul
yang mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan me-
nyembuhkan mereka (Mrk. 6:13). Kita juga membaca laporan
bahwa dua ratus tahun sesudah Kristus, cara ini masih di-
gunakan di jemaat. Namun, pada masa itu karunia kesem-
buhan juga dijalankan. saat karunia mujizat itu berhenti,
upacara itu juga ditinggalkan. Orang Katolik Roma memakai
upacara ini sebagai sebuah sakramen, yang disebut sakramen
orang sakit atau minyak suci. Mereka menjalankan sakramen
ini tidak untuk menyembuhkan orang sakit, seperti yang
dahulu digunakan para rasul, namun untuk mengurapi orang
yang sudah hampir mengembuskan nafas terakhir. Pengolesan
yang dilakukan rasul dimaksudkan untuk menyembuhkan
penyakit, sedang sakramen perminyakan di gereja Katolik
dengan tujuan menghapus dosa yang masih tersisa, dan
memampukan jiwa (seperti yang mereka percayai) melawan
kuasa-kuasa di udara dengan lebih baik. Bagaimanapun, lebih
baik meninggalkan kebiasaan pengolesan dengan minyak ini
dibandingkan mengubah tujuannya sehingga cukup bertolak bela-
kang dengan yang dibicarakan di Kitab Suci. beberapa orang
Protestan berpendapat bahwa pengolesan ini hanya dapat
diizinkan atau disetujui oleh Kristus, dan tidak ditetapkan se-
bagai aturan. Namun, melalui perkataan Yakobus di sini, se-
pertinya hal itu dianjurkan dalam kasus-kasus saat ada
iman untuk mengalami kesembuhan. beberapa orang Protes-
Surat Yakobus 5:12-20
397
tan juga memperdebatkan pandangan ini. Kebiasaan ini tidak
umum digunakan, bahkan pada zaman rasuli. Beberapa lagi
berpendapat bahwa kebiasaan ini jangan ditiadakan sama se-
kali pada zaman apa pun. Jika orang yang mengoles dan yang
dioles dengan minyak itu memiliki iman yang kuat, berkat
yang luar biasa mungkin saja menyertai pelaksanaan petunjuk
bagi orang sakit itu. Bagaimanapun, ada satu hal yang harus
dicermati di sini, bahwa keselamatan si sakit tidak dikatakan
terjadi berkat mengolesnya dengan minyak, namun dengan doa:
doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu,
dan seterusnya (ay. 15). Dengan demikian,
4. Doa bagi orang sakit harus dimulai dari dan disertai iman
yang hidup. Harus ada iman, baik di dalam diri orang
yang mendoakan maupun yang didoakan. saat seseorang
sakit, bukanlah doa yang dingin dan kaku yang memberi
hasil, melainkan doa dengan iman.
5. Kita harus memperhatikan manfaat doa. Tuhan akan mem-
bangunkan dia. Artinya, jika orang itu memang masih bisa dan
layak disembuhkan, dan jika Tuhan masih memiliki
sesuatu yang harus dikerjakan orang itu di dunia. Dan jika ia
telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Artinya,
saat penyakit diizinkan sebagai hukuman atas dosa tertentu,
dosa itu akan diampuni, dan sebagai tandanya, penyakit itu
akan diangkat. Sama seperti saat Kristus berkata kepada
orang lumpuh itu, Jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu
jangan terjadi yang lebih buruk, di situ tersirat bahwa dosa
tertentulah yang menjadi penyebab penyakitnya. Oleh sebab
itu, hal penting yang harus kita pohonkan dari Tuhan bagi diri
sendiri dan orang lain saat sakit, yaitu pengampunan dosa.
Dosa merupakan akar dan juga sengat penyakit. Jika dosa
telah diampuni, kesengsaraan itu akan diangkat sebab belas
kasihan-Nya, atau kita akan melihat bahwa ada belas kasihan
meskipun penyakit itu tetap berlanjut. saat kesembuhan ter-
jadi sebab pengampunan, kita dapat berkata seperti Hizkia,
Dalam kasih-Mu terhadap jiwaku, Engkau telah mencegah
jiwaku dari lobang kebinasaan (Yes. 38:17). saat seseorang
sakit dan merasa kesakitan, biasanya ia berdoa dan berseru,
O, ringankan penderitaanku! O, pulihkan kesehatanku! Namun,
398
doa itu lebih baik dan seharusnya berbunyi, O, kiranya Tuhan
mengampuni dosa-dosaku!
IV. Orang Kristen diajarkan untuk saling mengaku dosa dan saling
mendoakan (ay. 16). Beberapa ahli tafsir Kitab Suci menghubung-
kan hal ini dengan ayat 14. Seperti saat orang sakit memanggil
hamba Tuhan untuk mendoakannya, mereka juga harus
mengakui dosa mereka kepada para hamba Tuhan itu. Benar,
saat seseorang menyadari bahwa penyakit mereka merupakan
hukuman sebagai ganjaran atas dosa tertentu, dan ia tidak dapat
terlepas dari penyakit tanpa memohon ampun dari Tuhan untuk
dosa itu, maka sudah sepatutnya ia mengakui dan menceritakan
perkaranya, supaya mereka yang berdoa baginya tahu bagaimana
harus memanjatkan doa dengan tepat baginya. Namun, pengaku-
an yang dianjurkan di sini yaitu supaya orang Kristen saling
mengakui dosanya kepada sesamanya, dan bukan kepada hamba
Tuhan saja. saat orang telah saling menyakiti, perbuatan
ketidakadilan itu harus diakui kepada mereka yang telah disakiti
itu. saat orang saling mencobai dan mengajak berbuat dosa
atau sepakat melakukan kejahatan yang sama, mereka harus
sama-sama menyalahkan diri sendiri dan saling mendorong untuk
bertobat. saat kejahatan yang dilakukan bersifat umum yang
mempengaruhi dan merugikan orang banyak, maka kejahatan itu
harus diakui di hadapan umum juga, sehingga bisa didengar
semua orang yang terkait. Terkadang, ada baiknya kita mengakui
kesalahan kepada hamba Tuhan yang bijaksana atau sahabat
yang mau berdoa bagi kita, supaya ia dapat membantu kita me-
mohon belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan . Namun, ja-
nganlah kita berpikir bahwa Yakobus menyuruh kita mencerita-
kan semua kesalahan yang ada pada diri kita atau sesama kita.
Sudah cukup jika kita menyampaikan pengakuan supaya bisa
berdamai dengan mereka yang bermasalah dengan kita, atau
untuk memperoleh penjelasan bagi hati nurani dan membuat
perasaan kita tenang serta tenteram. Sejauh itulah kita harus
siap mengakui kesalahan kita. Kadang-kadang ada baiknya juga
bagi orang Kristen untuk saling mengungkapkan kelemahan dan
pelanggaran mereka, sepanjang sudah terjalin keakraban serta
persahabatan di antara mereka, sehingga mereka dapat saling
membantu melalui doa-doa mereka untuk memperoleh pengam-
Surat Yakobus 5:12-20
399
punan bagi dosa-dosa mereka dan kekuatan untuk melawan
dosa-dosa itu. Orang-orang yang saling mengakui kesalahan,
sudah seharusnya berdoa bersama dan saling mendoakan. Ayat
13 menyuruh orang untuk berdoa bagi diri sendiri, Kalau ada
seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Ayat
14 menyuruh orang untuk memohon doa para hamba Tuhan,
sedang ayat 16 menyuruh anggota jemaat Kristen untuk
saling mendoakan. Dengan demikian kita lihat di sini berbagai
jenis doa (yaitu doa dari hamba Tuhan, doa bersama-sama, dan
doa pribadi) yang disarankan.
V. Keuntungan dan manfaat besar dari doa dinyatakan dan dibukti-
kan, Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat
besar kuasanya, entah didoakan bagi diri sendiri atau bagi orang
lain. Lihatlah contoh dari Elia (ay. 17-18). Orang yang berdoa
haruslah orang yang benar. Bukan benar dalam arti sempurna
(sebab Elia yang di sini dijadikan teladan bagi kita, bukanlah
orang yang sempurna), melainkan benar dalam arti Injili. Ia tidak
mencintai ataupun menyetujui kejahatan jenis apa pun. Seandai-
nya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau men-
dengar (Mzm. 66:18). Selanjutnya, doa itu sendiri haruslah meru-
pakan doa yang sungguh-sungguh dan dinaikkan secara khusus.
Doa itu harus merupakan luapan hati kepada Tuhan , dan dialirkan
dari iman yang tulus. Doa semacam itu sangatlah bermanfaat.
Bermanfaat bagi diri kita sendiri, mungkin juga berguna bagi
teman-teman kita, dan yang pasti, diterima oleh Tuhan . Sungguh
baik jika memiliki sahabat yang doa-doanya diterima oleh
Tuhan . Di sini, kuasa doa dibuktikan melalui keberhasilan Elia.
Peristiwa ini dapat menguatkan hati kita, bahkan dalam perkara-
perkara yang biasa, jika kita mengingat bahwa Elia yaitu
manusia biasa sama seperti kita. Dia orang baik yang bersema-
ngat dan sangat hebat, namun dia juga memiliki kelemahannya
sendiri, dan harus berhadapan dengan masalah-masalah nafsu-
nya sama seperti orang lain. Saat berdoa, janganlah kita meman-
dang jasa manusia, namun kasih karunia Tuhan . Hanya dalam hal
inilah kita harus meneladani Elia, yaitu bahwa ia berdoa dengan
sungguh-sungguh. Atau, sesuai naskah aslinya, di dalam doa ia
berdoa. Belumlah cukup untuk sekadar mengucapkan doa, namun
kita juga harus berdoa dalam doa. Pikiran kita harus terpusat,
400
kerinduan kita harus teguh dan tekun, dan semua anugerah yang
telah kita terima kita manfaatkan. jika kita berdoa seperti itu,
maka kita akan berhasil di dalam doa. Elia berdoa, supaya hujan
jangan turun, dan Tuhan mendengar permohonannya dalam meng-
hadapi bangsa penyembah berhala yang menganiaya umat-Nya,
sehingga hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan
enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan,
dan seterusnya. Dengan demikian bisa dilihat bahwa doa merupa-
kan kunci yang mampu membuka dan menutup langit. Mengenai
hal ini kita bisa mengacu kepada Wahyu 11:6, yang mengatakan
bahwa kedua saksi itu memiliki kuasa menutup langit, supaya
jangan turun hujan. Contoh mengenai kuasa doa yang luar biasa
ini dicatat demi menguatkan hati, bahkan kepada orang Kristen
biasa sekalipun, supaya mereka giat dan bersungguh-sungguh
dalam doa. Tuhan tidak pernah berkata kepada keturunan Yakub,
carilah wajah-Ku dengan sia-sia. Jika melalui doa Elia dapat
melakukan hal-hal yang begitu hebat dan luar biasa, maka doa-
doa orang benar pasti tidak akan kembali dengan sia-sia. Kalau-
pun tidak terjadi mujizat dalam jawaban Tuhan atas doa-doa kita,
masih ada kasih karunia yang besar.
VI. Surat ini ditutup dengan nasihat agar kita berusaha sekeras
mungkin pada tempat kita untuk mengupayakan pertobatan serta
keselamatan orang lain (ay. 19-20). Ada beberapa yang mengarti-
kan ayat-ayat ini sebagai permintaan maaf Rasul Yakobus, sebab
ia terpaksa menegur orang Kristen Yahudi dengan begitu terus
terang dan tajam atas dosa dan kesalahan mereka yang tidak
sedikit itu. Yakobus tentu saja memberi alasan yang sangat
tepat mengapa ia begitu peduli menyadarkan mereka dari kesa-
lahan mereka, sebab dengan berbuat demikian, ia dapat menyela-
matkan jiwa-jiwa dan menutupi banyak dosa. Bagaimanapun,
janganlah kita membatasi upaya Rasul Yakobus dalam membawa
kembali orang-orang yang menyimpang dari kebenaran di tempat
ini saja, atau pada pelayanan sejenisnya. Sebab telah dikatakan
bahwa “Barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalan-
nya yang sesat, biarlah ia bersedia melakukan kebaikan bagi
orang lain, sehingga dengan demikian ia menjadi alat untuk me-
nyelamatkan jiwa orang dari maut.” Rasul Yakobus beranggapan
bahwa orang-orang yang di sini disebut saudara olehnya, telah
Surat Yakobus 5:12-20
401
menempuh jalan yang sesat. Bukanlah ciri khas orang bijak atau
suci untuk membanggakan diri sebagai orang yang bebas dari
kesalahan, atau tidak mau mengakui bahwa dia melakukan kesa-
lahan. Namun, jika ada orang-orang yang melakukan kesalahan
sebesar apa pun, janganlah takut menunjukkan kesalahan itu
kepada mereka. Bila mereka melakukan kesalahan sekecil apa
pun, janganlah meremehkannya agar kamu bisa membuat mereka
lebih bijaksana dan baik. Jika orang menyimpang dari kebenaran,
maksudnya dari Injil (kaidah dan norma agung kebenaran), baik
dalam pendapat maupun perbuatan, berusahalah untuk mem-
bawa mereka kembali kepada kaidah agung tadi. Kesalahan da-
lam penilaian dan hidup ini biasanya berjalan bersama. Biasanya
ada suatu kesalahan dalam memahami ajaran Injil yang men-
dasari setiap perbuatan salah. Tidak seorang pun berperilaku
buruk sebab hal itu sudah merupakan kebiasaannya, namun ini
disebabkan oleh asas yang salah. Nah, untuk membawa mereka
kembali berarti menjauhkan mereka dari kekeliruan mereka, dan
menarik mereka kembali dari jalan sesat yang telah mereka
tempuh. Janganlah kita langsung menuduh dan berteriak kepada
saudara yang melakukan kesalahan, serta berusaha mencerca
dan mendatangkan malapetaka ke atas orang itu. Sebaliknya,
buatlah dia bertobat. Seandainya pun semua usaha kita tidak
membuahkan hasil, kita sama sekali tidak diberi wewenang untuk
menganiaya dan menghancurkannya. Jika kita dipakai sebagai
alat dalam pertobatan seseorang, maka dikatakan bahwa kita
mempertobatkan mereka, meskipun pada dasarnya ini yaitu
hasil pekerjaan Tuhan . Jika tidak mampu berbuat apa pun lagi
bagi pertobatan orang berdosa, kita masih bisa melakukan hal ini,
yaitu berdoa supaya kasih karunia dan Roh Tuhan menobatkan
dan mengubah mereka. Biarlah mereka yang dapat dipakai untuk
menobatkan orang lain, tahu apa yang akan menjadi akibat
menggembirakan atas apa yang mereka lakukan. Mereka dapat
memperoleh penghiburan sekarang ini, dan pada akhirnya nanti
mereka akan memperoleh mahkota. Orang yang disebut menyim-
pang dari kebenaran (ay. 19), dikatakan menempuh jalannya yang
sesat (ay. 20). Kita tidak dapat dikatakan menobatkan seseorang,
hanya dengan mengubah pendapat mereka, kecuali kita dapat
membuat mereka memperbaiki dan mengubah jalan hidup mere-
ka. Inilah arti pertobatan, yaitu membuat orang berdosa berbalik
402
dari jalannya yang sesat, bukannya mengalihkannya dari satu
pihak ke pihak lain, atau sekadar dari gagasan dan cara berpikir
yang satu kepada yang lain. Orang yang berhasil menobatkan
orang berdosa dari jalannya yang sesat, akan menyelamatkan
jiwa orang itu dari maut. Jiwa seseorang terlibat di dalamnya, dan
apa yang dilakukan demi keselamatan jiwa itu pasti akan dapat
menguntungkan. sebab jiwa merupakan bagian utama manusia,
maka di sini hanya disebutkan penyelamatan jiwa saja. Namun,
sebenarnya penyelamatan jiwa juga mencakup keselamatan ma-
nusia itu secara keseluruhan seutuhnya. Roh akan diselamatkan
dari neraka, tubuh dibangkitkan dari kubur, dan keduanya
diselamatkan dari maut yang kekal. Sesudah itu, pertobatan hati
dan hidup itu akan menutupi banyak dosa. Ayat ini sungguh
sangat menghibur. Dari situ kita tahu bahwa meskipun dosa kita
banyak, bahkan teramat banyak, namun semuanya dapat ditu-
tupi atau diampuni. saat dijauhi dan ditinggalkan, dosa akan
ditutupi dan tidak pernah muncul untuk melawan kita pada hari
penghakiman. Tidak peduli sekeras apa pun manusia berusaha
berkelit dari atau menyembunyikan dosa mereka, tidak ada cara
yang mampu menutupinya dengan sempurna, selain dengan
meninggalkannya. Beberapa orang berkata ayat ini berarti,
pertobatan akan mencegah banyak dosa. Sungguh merupakan
kebenaran yang tidak dapat disangkali bahwa banyak dosa dapat
dicegah dalam diri orang yang bertobat, bahkan dalam diri orang-
orang lain yang terpengaruh olehnya, atau yang bergaul dengan-
nya. Secara keseluruhan, betapa kita harus mempersiapkan diri
dengan memberi perhatian sepenuhnya bagi pertobatan orang
berdosa! Ini yaitu demi kebahagiaan serta keselamatan mereka
yang bertobat. Pertobatannya akan mencegah banyak kejahatan,
serta menghambat penyebaran dan pertambahan dosa di dunia.
Ini yaitu demi kemuliaan dan kehormatan Tuhan , dan akan
mendatangkan penghiburan dan kehormatan bagi kita sendiri
pada hari yang agung itu kelak. Mereka yang telah menuntun
banyak orang kepada kebenaran akan bercahaya seperti bintang-
bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Surat
1 Petrus
Tafsiran
SURAT 1 Petrus
ua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab
Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling
terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan
dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran
para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti
orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. berdasar Kitab
Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus yaitu salah seorang yang
pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan peng-
ikut-Nya. Bahwa ia yaitu orang yang dikaruniai dengan kebaikan-
kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang memiliki
andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat mema-
hami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai
kewajibannya. saat Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya,
dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus.
Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan
Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak
contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup
maupun sesudah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci.
namun ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang
orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keuta-
maan dan kekuasaan yang lebih unggul dibandingkan semua rasul lain,
bahwa ia lebih tinggi dibandingkan mereka, bahwa ia yaitu pangeran,
raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia memiliki
kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih
D
406
lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di
seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama
lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa
semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara
Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, namun
jelas-jelas melarangnya, dan justru memberi perintah-perintah
yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengaku-
an-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit
pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu
(2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan
martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia,
dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak
pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, namun dengan bersahaja
menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan saat menulis
kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan
dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihat-
kan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1).
Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini yaitu ,
I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristen-
an kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku
kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi
mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan
tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala
fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini
tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan
sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai
macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar
dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan mala-
petaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka
murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita
tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan
keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
PASAL 1
etelah diberikan salam pembuka dari penulis (ay. 1), orang-orang
Kristen diajar bagaimana mereka harus berperilaku jika Rasul
Petrus menjelaskan siapa orang-orang yang disuratinya, dan mem-
beri mereka salam (ay. 1-2), dan memuji Tuhan atas kelahiran baru
mereka sehingga memiliki pengharapan yang nyata akan keselamat-
an kekal (ay. 3-5). Dalam harapan akan keselamatan ini, ia menun-
jukkan bahwa mereka memiliki banyak alasan untuk bersukacita,
meskipun untuk sementara waktu mereka sedang berdukacita dan
menderita sebab iman mereka sedang diuji. Ujian ini akan meng-
hasilkan kegembiraan yang tidak terkatakan dan penuh dengan
kemuliaan (ay. 6-9). Inilah keselamatan yang dinubuatkan nabi-nabi
di zaman dulu dan yang ingin diketahui oleh para malaikat (ay. 10-
12). Ia menasihati mereka supaya waspada dan hidup kudus, yang ia
tekankan dengan mempertimbangkan darah Yesus, yang merupakan
harga penebusan manusia yang tak ternilai (ay. 13-21). Ia juga mena-
sihati supaya mereka menjalin kasih persaudaraan, mengingat me-
reka sudah lahir baru dan betapa luhurnya keadaan rohani mereka
(ay. 22-25).
Salam Pembuka
(1:1-2)
1 Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang
tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, 2 yaitu orang-
orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Tuhan , Bapa kita, dan yang diku-
duskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan
darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas
kamu.
Dalam salam pembuka ini kita mendapati tiga bagian:
S
408
I. Penulisnya, yang dijelaskan,
1. Dengan namanya, yaitu Petrus. Nama depannya yaitu Simon,
dan Yesus Kristus memberinya nama belakang Petrus, yang
berarti batu, sebagai pujian bagi imannya, dan untuk menun-
jukkan bahwa ia akan menjadi sokoguru terkemuka dalam
jemaat Tuhan (Gal. 2:9).
2. Dengan jabatannya, yaitu rasul Yesus Kristus. Kata rasul ber-
arti seorang yang diutus, wakil, utusan, siapa saja yang diutus
dalam nama Kristus dan melakukan pekerjaan-Nya. namun
secara lebih khusus kata rasul menandakan jabatan tertinggi
dalam jemaat Kristen. Tuhan telah menetapkan beberapa orang
dalam Jemaat: pertama sebagai rasul (1Kor. 12:28). Martabat
dan keutamaan mereka ada pada hal-hal ini: Mereka lang-
sung dipilih oleh Kristus sendiri, mereka yaitu yang pertama-
tama menyaksikan, dan kemudian memberitakan, kebangkitan
Kristus, dan demikian seluruh tatanan Injil. Karunia-karunia
mereka sangat luhur dan luar biasa. Mereka memiliki kuasa
mengadakan mujizat, bukan setiap saat, melainkan jika
Kristus menghendakinya. Mereka dipimpin ke dalam seluruh
kebenaran, dikaruniai roh nubuat, dan memiliki tingkat kekua-
saan dan kewenangan hukum melampaui semua orang lain.
Setiap rasul yaitu uskup untuk semua jemaat, dan atas
semua hamba Tuhan. Dengan cara yang merendah ini Petrus,
(1) Menegaskan sifatnya sendiri sebagai seorang rasul. Dari
sini amatilah, orang boleh mengakui, dan kadang-kadang
harus menegaskan, karunia-karunia dan anugerah-anuge-
rah yang diberikan Tuhan kepadanya. Mengaku-ngaku me-
miliki apa yang tidak kita miliki berarti munafik. Akan
namun , menyangkali apa yang kita miliki berarti tidak tahu
berterima kasih.
(2) Ia menyebutkan bahwa tugasnya sebagai rasul merupakan
mandat dan panggilannya untuk menulis surat rasuli ini
kepada orang-orang ini. Perhatikanlah, sudah menjadi ke-
pedulian kita, namun terutama kepedulian hamba-hamba
Tuhan, untuk merenungkan baik-baik mandat dan panggil-
an mereka dari Tuhan bagi pekerjaan mereka. Ini akan mem-
benarkan siapa mereka di hadapan orang lain, dan memberi
Surat 1 Petrus 1:1-2
409
mereka dukungan serta penghiburan batin dalam meng-
hadapi semua bahaya dan perasaan tawar hati.
II. Siapa orang-orang yang dikirimi surat rasuli ini. Mereka digam-
barkan,
1. Dengan keadaan lahiriah mereka, yaitu Orang-orang pen-
datang, yang tersebar di Pontus, Galatia, dst. Sebagian besar
dari mereka yaitu orang-orang Yahudi, keturunan orang-
orang Yahudi (menurut pendapat Dr. Prideaux) yang kembali
dari Babel, atas perintah Antiokhus raja Aram, sekitar dua
ratus tahun sebelum kedatangan Kristus, dan ditempatkan di
kota-kota Asia Kecil. Besar kemungkinan bahwa rasul kita
sudah tinggal di antara mereka, dan mempertobatkan mereka,
sebagai rasul untuk orang-orang bersunat. Dan bahwa kemu-
dian ia menulis surat ini kepada mereka dari Babel, di mana
banyak orang Yahudi tinggal pada waktu itu. Pada saat itu,
mereka berada dalam keadaan yang miskin dan menderita.
(1) Hamba-hamba Tuhan yang terbaik bisa saja, dalam masa
susah dan oleh sebab pemeliharaan ilahi, terserak, dan
terpaksa meninggalkan negeri asal mereka. Orang-orang
yang bagi mereka dunia ini tidak layak sudah dipaksa
mengembara di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-
celah gunung.
(2) Kita harus memberi perhatian khusus kepada hamba-ham-
ba Tuhan yang teraniaya dan terpencar. Mereka inilah yang
secara khusus mendapat perhatian dan belas kasihan Rasul
Petrus ini. Kita harus memberi perhatian yang seimbang ter-
hadap orang-orang kudus, bahwa mereka itu merupakan
orang-orang luhur namun juga memiliki kebutuhan.
(3) Nilai orang baik tidak boleh ditaksir berdasar keadaan
lahiriah mereka pada saat ini. Di sini ada sekumpulan
orang yang unggul, yang dikasihi Tuhan , namun mereka me-
rupakan orang-orang asing, terpencar dan miskin di dunia.
Mata Tuhan senantiasa tertuju pada mereka dalam keadaan
mereka yang terpencar, dan Rasul Petrus dengan penuh
kelembutan memberi perhatian dengan menulis kepada
mereka untuk membimbing dan menghibur mereka.
410
2. Mereka digambarkan melalui keadaan rohani mereka: Orang-
orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Tuhan , Bapa kita, dst.
Orang-orang asing yang malang ini, yang tertindas dan dibenci
di dunia, bernilai tinggi di mata Tuhan yang Mahabesar, dan
ada dalam keadaan paling terhormat yang pernah dapat di-
duduki manusia selama hidup ini. Sebab mereka yaitu ,
(1) Orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Tuhan ,
Bapa kita. Pemilihan dibuat entah untuk suatu jabatan:
demikianlah Saul merupakan orang yang dipilih TUHAN
untuk menjadi raja (1Sam. 10:24), dan Tuhan kita berkata
kepada para rasul-Nya, Bukankah Aku sendiri yang telah
memilih kamu yang dua belas ini? (Yoh. 6:70). Atau, pemi-
lihan dibuat dalam rangka pendirian bangsa-jemaat, untuk
menikmati hak-hak istimewa tertentu: demikianlah Israel
merupakan umat pilihan Tuhan (Ul. 7:6), sebab engkaulah
umat yang kudus bagi TUHAN, Tuhan mu; engkaulah yang
dipilih oleh TUHAN, Tuhan mu, dari segala bangsa di atas
muka bumi untuk menjadi umat kesayangan-Nya. Atau
pemilihan dibuat untuk memperoleh keselamatan kekal:
Tuhan dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan
dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran
yang kamu percayai. Inilah pemilihan yang dibicarakan di
sini, yang berarti ketetapan atau keputusan Tuhan yang
penuh anugerah untuk menyelamatkan sebagian orang,
dan membawa mereka, melalui Kristus, dengan sarana
yang tepat, kepada hidup yang kekal.
[1] Pemil