bilangan ulangan 4


 han yang kepada TUHAN 

pada waktunya; orang itu akan menanggung akibat dosanya. 14 jika  se-

orang asing yang telah menetap padamu hendak merayakan Paskah bagi 

TUHAN, maka haruslah ia merayakannya menurut segala ketetapan dan per-

aturan Paskah. Satu ketetapan harus berlaku bagi kamu, baik bagi orang 

asing maupun bagi orang Israel asli.” 

Di sini kita mendapati,  

I. Sebuah perintah yang diberikan untuk merayakan Paskah dengan 

khidmat, dua belas bulan Sesudah  orang-orang Israel keluar dari 

tanah Mesir, pada hari yang keempat belas, bulan yang pertama, 

tahun yang kedua. Perintah itu diberikan beberapa hari sebelum 

mereka dihitung, sebab penghitungan itu dilaksanakan pada awal 

bulan kedua. Amatilah, 

1. Tuhan  memberi  perintah-perintah khusus untuk merayakan 

Paskah ini, sebab  jika tidak, dari apa yang tampak, mereka 

tidak akan merayakannya. Sebab, saat  pertama kali ditetap-

kan, Paskah harus dirayakan pada saat mereka tiba di negeri 

yang dijanjikan (Kel. 12:25). Dan tidak ada Paskah sampai me-

reka tiba di tanah Kanaan (Yos. 5:10). Ini merupakan pertanda 

awal dari dihapuskannya ketetapan-ketetapan upacara ibadah 

pada akhirnya, bahwa, segera Sesudah  upacara-upacara itu di-

tetapkan, sebagian di antaranya dibiarkan tertidur selama ber-

tahun-tahun lamanya. Ketetapan perjamuan Tuhan yang da-

tang menggantikan ketetapan Paskah, tidak dihentikan atau 

dikesampingkan seperti itu pada masa-masa awal jemaat Kris-

ten, meskipun itu yaitu  masa-masa yang lebih sulit dan lebih 

susah dibandingkan  yang dialami Israel di padang gurun. Bahkan, 

pada masa-masa penganiayaan, perjamuan Tuhan justru lebih 

sering dirayakan dibandingkan  sesudahnya. Orang Israel di padang 

gurun tidak dapat melupakan pembebasan mereka dari tanah 

Mesir. Keadaan mereka pada saat ini yaitu  peringatan yang 

terus-menerus bagi mereka akan pembebasan itu. Segala ba-

haya mengintai mereka pada saat mereka tiba di tanah Ka-

Kitab Bilangan 9:1-14 

 105 

naan. Itulah sebabnya di sana mereka perlu diingatkan akan 

gunung batu yang dari padanya mereka terpahat. Namun de-

mikian, sebab  Paskah pertama dirayakan dengan terburu-

buru, dan lebih menekankan hakikat dibandingkan  tanda, maka 

sudah menjadi kehendak Tuhan  bahwa pada pergantian tahun, 

saat  mereka lebih tenang, dan lebih mengenal hukum ilahi, 

mereka harus merayakannya lagi, supaya anak-anak mereka 

dapat memahami upacara itu dengan jelas, dan mengingatnya 

dengan lebih baik sesudah ini. Calvin menganggap bahwa 

mereka diwajibkan untuk merayakannya pada saat itu, dan 

mengamatinya sebagai contoh dari kecerobohan mereka bah-

wa mereka perlu diingatkan kembali akan suatu ketetapan 

yang belum begitu lama ini mereka terima. 

2. Musa dengan setia meneruskan kepada orang Israel perintah-

perintah yang diberikan kepadanya (ay. 4). Demikian pula 

Paulus meneruskan kepada jemaat-jemaat apa yang telah ia 

terima dari Tuhan mengenai Paskah injili (1Kor. 11:23). Per-

hatikanlah, para pemimpin harus menjadi pengawas, dan 

hamba-hamba Tuhan harus berusaha menghidupkan pengerti-

an orang oleh peringatan-peringatan terhadap apa yang baik. 

3. Orang Israel melaksanakan perintah-perintah yang diberikan 

kepada mereka (ay. 5). Walaupun mereka belum lama ini 

merayakan hari raya Penahbisan Kemah Suci (ps. 7), namun 

mereka tidak mau memakai hal itu sebagai alasan untuk tidak 

merayakan Paskah. Perhatikanlah, pelaksanaan-pelaksanaan 

upacara ibadah yang luar biasa tidak boleh menggantikan, 

atau menyingkirkan, ibadah-ibadah yang sudah ditetapkan. 

Mereka merayakan Paskah bahkan di padang gurun. Meski-

pun kita sedang hidup sebatang kara dan tidak menetap, na-

mun kita harus tetap datang ke hadirat Tuhan  melalui ketetap-

an-ketetapan kudus saat  kita memiliki  kesempatan. Sebab 

dalam ketetapan-ketetapan itu, kita bisa saja menemukan per-

cakapan yang terbaik dan kelegaan yang terbaik. Demikianlah 

Israel milik Tuhan  diberi persediaan di padang gurun.  

II. Petunjuk-petunjuk yang diberikan mengenai orang-orang yang 

najis dan tidak boleh mengikuti upacara ibadah saat  mereka 

akan memakan perjamuan Paskah. Hukum Paskah mengharus-

kan semua orang Israel untuk makan dari perjamuan Paskah. Be-


 106

berapa hukum berikutnya melarang orang-orang yang sedang 

dalam keadaan najis dan tidak boleh mengikuti upacara ibadah 

untuk memakan persembahan-persembahan kudus. Orang-orang 

yang pikiran dan hati nuraninya tercemar oleh dosa tidak layak 

sama sekali untuk bersekutu dengan Tuhan . Dan mereka tidak 

dapat ambil bagian dalam Paskah injili dengan cara yang benar-

benar menghibur, sampai mereka ditahirkan melalui pertobatan 

sejati dan iman. Sungguh mereka ada dalam keadaan yang serba 

salah dan menyedihkan. Jika mereka tidak datang untuk melak-

sanakan ketetapan-ketetapan kudus, mereka bersalah atas peng-

hinaan terhadapnya. namun  jika mereka datang dalam kecemaran 

mereka, mereka bersalah atas pencemaran terhadapnya. Oleh 

sebab itu mereka harus membasuh diri, dan baru lalu  ber-

jalan mengelilingi mezbah Tuhan. Sekarang,  

1. Di sini ada suatu perkara yang terjadi di Israel saat  Paskah 

ini akan dirayakan: Beberapa orang najis oleh sebab  mayat 

(ay. 6), dan mereka terkurung dalam kenajisan itu selama 

tujuh hari (19:11), dan selama waktu itu tidak boleh memakan 

persembahan-persembahan kudus (Im. 7:20). Ini bukan kesa-

lahan mereka, melainkan ketidakpatutan mereka. Beberapa 

orang memang harus menyentuh mayat, untuk menguburkan-

nya agar tidak terlihat orang, dan sebab  itu mereka dapat, 

dengan lebih sopan santun, menyampaikan keluhan mereka 

kepada Musa.  

2. Seruan yang diajukan kepada Musa oleh orang yang berkepen-

tingan (ay. 7). Perhatikanlah, berhikmatlah orang, dalam per-

kara-perkara sulit mengenai dosa dan kewajiban, untuk me-

minta petunjuk dari hamba-hamba Tuhan yang telah ditem-

patkan Tuhan  atas mereka, dan untuk mencari pengajaran dari 

mulut mereka (Mal. 2:7). Sarana-sarana ini harus kita gunakan 

sambil kita berdoa kepada Tuhan  untuk menuntun kita di jalan 

yang lurus. Amatilah betapa dengan susah dan khawatir 

orang-orang ini mengeluh bahwa mereka dicegah untuk mem-

persembahkan persembahan bagi TUHAN. Mereka tidak me-

ngeluh bahwa hukum itu tidak adil, namun meratapi ketidak-

bahagiaan mereka bahwa mereka terkena kekangannya pada 

saat ini. Dan mereka ingin agar diambil suatu tindakan untuk 

melegakan mereka. Perhatikanlah, yaitu  suatu berkat untuk 

melihat orang-orang lapar dan haus akan ketetapan-ketetapan 

Kitab Bilangan 9:1-14 

 107 

Tuhan , dan mendengar mereka berkeluh-kesah akan sesuatu 

yang mencegah mereka untuk menikmati ketetapan-ketetapan 

itu. Harus menjadi masalah bagi kita jika  sebab  suatu 

alasan kita dicegah untuk mempersembahkan persembahan 

kita dalam ibadah-ibadah khidmat dari hari Sabat atau dari 

sakramen, seperti menjadi masalah bagi Daud saat  ia 

dibuang dari mezbah (Mzm. 42:1-2).  

3. Pertimbangan yang diambil Musa dalam menyelesaikan per-

kara ini. Di sini tampak ada hukum melawan hukum. Dan, 

walaupun yang menjadi aturan yaitu  bahwa hukum yang 

lalu  harus menjelaskan hukum yang terdahulu, namun 

Musa merasa iba terhadap orang-orang Israel ini, yang hak 

istimewanya untuk merayakan Paskah dicabut seperti itu. 

Oleh sebab  itu ia mengambil waktu untuk meminta petunjuk 

dari sabda Tuhan , untuk mengetahui apa pikiran Tuhan  dalam 

perkara ini: Aku hendak mendengar apa yang akan diperintah-

kan TUHAN mengenai kamu (ay. 8). Hamba-hamba Tuhan 

harus mengambil contoh dari sini dalam menyelesaikan per-

kara-perkara yang menyangkut hati nurani. 

(1) Mereka tidak boleh memutuskan dengan tergesa-gesa, te-

tapi harus mengambil waktu untuk menimbang, supaya se-

tiap keadaan dipertimbangkan sebagaimana mestinya, per-

karanya dilihat dalam terang yang benar, dan hal-hal ro-

hani dibandingkan dengan yang rohani. 

(2) Mereka harus meminta petunjuk dari mulut Tuhan , dan 

tidak memutuskan berdasar  prasangka dari khayalan 

atau perasaan mereka sendiri, namun  tanpa memihak, se-

suai dengan pikiran Tuhan , sebaik-baiknya yang mereka 

ketahui. Kita tidak memiliki sabda ilahi untuk dimintai 

petunjuk seperti yang dimiliki Musa, namun  kita perlu ber-

pegang pada pengajaran dan kesaksian, dan berbicara se-

suai dengan pedoman itu. Dan jika, dalam perkara-perkara 

sulit, kita mengambil waktu untuk membentangkan per-

kara itu secara khusus di hadapan Tuhan  melalui doa yang 

penuh kerendahan hati dan iman, maka beralasan bagi 

kita untuk berharap bahwa Roh yang dijanjikan akan me-

mimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, akan memampu-

kan kita untuk memimpin orang lain di jalan yang baik dan 

lurus.  


 108

4. Petunjuk-petunjuk yang diberikan Tuhan  dalam perkara ini, 

dan dalam perkara-perkara lain yang serupa, yang menjelas-

kan hukum Paskah. Kejadian yang tidak menyenangkan 

menghasilkan hukum-hukum yang baik. 

(1) Orang-orang yang kebetulan sedang najis dan tidak boleh 

mengikuti upacara ibadah pada saat perjamuan Paskah 

diperbolehkan memakannya pada hari dan bulan itu, 

Sesudah  mereka ditahirkan. Demikian pula dengan orang-

orang yang kebetulan sedang berada dalam perjalanan 

jauh (ay. 10-11). Lihatlah di sini, 

[1] Bahwa saat  kita hendak datang kepada Tuhan  dalam 

ketetapan-ketetapan yang khidmat, sangatlah penting 

bahwa kita tahir dan tenang. 

[2] Bahwa apa yang dapat dijadikan alasan bagi kita untuk 

menunda suatu kewajiban untuk sementara waktu, 

tidak akan membenarkan kita untuk melalaikan dan 

menghilangkan kewajiban itu sepenuhnya. Orang yang 

sedang berselisih dengan saudaranya dapat meninggal-

kan persembahannya di depan mezbah, sementara ia 

pergi untuk berdamai dahulu dengan saudaranya. Te-

tapi jika  orang itu telah melakukan bagiannya untuk 

berdamai, apakah itu berhasil atau tidak, maka ia ha-

rus kembali untuk mempersembahkan persembahan itu 

(Mat. 5:23-24). Paskah yang kedua ini harus dirayakan 

pada hari dan bulan yang sama seperti Paskah yang 

pertama, sebab ketetapan itu merupakan peringatan 

akan pembebasan mereka pada hari dan bulan itu. Satu 

kali kita mendapati seluruh jemaat merayakan Paskah 

pada tanggal empat belas bulan kedua, pada zaman 

Hizkia (2Taw. 30:15), yang mungkin dapat membantu 

menjelaskan mengapa sebagian orang yang tidak tahir 

diperbolehkan memakan perjamuan Paskah. Seandai-

nya Paskah umum dirayakan pada bulan pertama, 

maka orang-orang yang najis bisa saja ditangguhkan 

sampai bulan kedua. namun , sebab  Paskah itu diraya-

kan pada bulan kedua, dan mereka tidak mendapat pe-

rintah untuk memakan perjamuan Paskah pada bulan 

ketiga, maka dibandingkan  tidak memakan perjamuan Pas-

Kitab Bilangan 9:1-14 

 109 

kah sama sekali, mereka diperbolehkan untuk mema-

kannya, walaupun ketahiran mereka tidak sesuai de-

ngan tempat kudus (2Taw. 30:19-20). 

(2) Setiap kali Paskah dirayakan pada bulan kedua, segala ke-

tetapan dan peraturannya harus dijalankan dengan ketat 

(ay. 12). Mereka tidak boleh berpikir bahwa, sebab  waktu 

perayaannya sudah berakhir, maka suatu bagian dari upa-

cara khidmat itu dapat dikurangi. saat  kita tidak dapat 

melakukan seperti yang kita mau, kita harus melakukan 

yang terbaik yang dapat kita lakukan dalam melayani Tuhan .  

(3) Kelonggaran dalam keadaan mendesak ini sama sekali 

tidak akan memperbolehkan atau membebaskan siapa pun 

untuk mengabaikan perayaan Paskah pada waktu yang 

ditetapkan, saat  mereka tidak dalam keadaan mendesak 

(ay. 13). jika  seseorang tidak berhalangan untuk mema-

kan perjamuan Paskah pada waktu yang ditetapkan, dan 

jika ia melalaikannya, dengan memakai kebebasan yang di-

berikan oleh hukum ini secara lancang, maka ia menghina 

Tuhan , dan menyalahgunakan kebaikan-Nya secara dur-

haka. Ia pasti akan menanggung akibat dosanya, dan harus 

dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. Perhati-

kanlah, orang-orang yang, bertentangan dengan keinginan 

mereka, terpaksa tidak dapat menghadiri ketetapan-kete-

tapan Tuhan , mereka itu dapat mengharapkan dengan 

tenang perkenanan-perkenanan dari anugerah Tuhan  di da-

lam penderitaan mereka. Demikian pula halnya, orang-

orang yang dengan sengaja tidak menghadiri ketetapan-

ketetapan Tuhan  dapat sewajarnya menantikan tanda-tanda 

murka Tuhan  sebab  dosa mereka. Jangan sesat! Tuhan  tidak 

membiarkan diri-Nya dipermainkan.  

(4) Di sini ditambahkan sebuah pernyataan  yang mendukung 

orang-orang asing (ay. 14). Walaupun disyaratkan bahwa 

orang asing yang mau bergabung dengan mereka dalam 

memakan perjamuan Paskah harus disunat sebagai peng-

anut agama mereka (Kel. 12:48-49), namun penerimaan 

yang baik terhadap orang-orang yang bukan orang Israel 

asli untuk memakan perjamuan Paskah ini merupakan 

isyarat dari perkenanan yang dirancang bagi orang-orang 

bukan Yahudi yang malang oleh Kristus. Sama seperti pada 


 110

waktu itu ada satu hukum, demikian pula pada zaman 

Mesias akan ada satu Injil, bagi orang asing dan bagi orang 

asli. Sebab setiap orang dari bangsa mana pun yang takut 

akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan ke-

pada-Nya.  Dan ini merupakan kebenaran, sebelum Petrus 

mengerti akan hal itu (Kis. 10:34-35).  

Tiang Awan dan Api  

(9:15-23) 

15 Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci, 

kemah hukum Tuhan ; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di 

atas Kemah Suci, kelihatan seperti api. 16 Demikianlah selalu terjadi: awan 

itu menutupi Kemah, dan pada waktu malam kelihatan seperti api. 17 Dan 

setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israelpun berangkat-

lah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah. 18 Atas 

titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka ber-

kemah; selama awan itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah.  

19 jika  awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, maka orang Israel me-

melihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah mereka berangkat.  

20 Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci; 

maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka 

berangkat. 21 Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; saat  

awan itu naik pada waktu pagi, merekapun berangkatlah; baik pada waktu 

siang baik pada waktu malam, jika  awan itu naik, merekapun berangkat-

lah. 22 Berapa lamapun juga awan itu diam di atas Kemah Suci, baik dua 

hari, baik sebulan atau lebih lama, maka orang Israel tetap berkemah dan 

tidak berangkat; namun  jika  awan itu naik, barulah mereka berangkat.  

23 Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka 

berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah 

TUHAN dengan perantaraan Musa. 

Kita mendapati di sini sejarah tentang awan. Bukan sejarah alami: 

siapa yang tahu tentang melayangnya awan-awan?, melainkan se-

jarah ilahi tentang awan yang ditetapkan untuk menjadi tanda dan 

lambang yang terlihat dari kehadiran Tuhan  bersama Israel.  

I. saat  Kemah Suci selesai dibangun, awan ini, yang sebelumnya 

menggantung di tempat tinggi di atas kemah orang Israel, ber-

gerak untuk diam di atas Kemah Suci, dan menutupinya, untuk 

menunjukkan bahwa Tuhan  menyatakan kehadiran-Nya bersama 

umat-Nya di dalam dan melalui ketetapan-ketetapan-Nya. Dalam 

ketetapan-ketetapan itulah Ia menyatakan diri-Nya, dan pada 

ketetapan-ketetapan itulah kita harus mengarahkan pandangan 

kita jika kita mau menyaksikan kemurahan Tuhan (Mzm. 27:4;

Kitab Bilangan 9:15-23 

 111 

 Yeh. 37:26-27). Demikianlah Tuhan  memuliakan ketetapan-ketetap-

an-Nya sendiri, dan menunjukkan perkenanan-Nya atas kasih dan 

ketaatan umat-Nya.  

II. Apa  yang nampak sebagai awan pada siang hari, nampak sebagai 

api sepanjang malam. Seandainya itu hanya awan saja, maka itu 

tidak akan terlihat pada malam hari. Dan, seandainya itu hanya 

api saja, maka itu akan sulit terlihat pada siang hari. namun  Tuhan  

mau memperlihatkan kepada mereka, dengan cara yang bisa di-

saksikan oleh indra jasmani, kehadiran-Nya yang terus-menerus 

bersama mereka, dan perhatian-Nya terhadap mereka, dan bahwa 

Ia menjaga mereka siang malam (Yes. 27:3; Mzm. 121:6). Dengan 

demikian kita diajar untuk senantiasa memandang kepada 

TUHAN, dan untuk melihat-Nya dekat dengan kita baik siang 

maupun malam. Suatu sifat dari pewahyuan ilahi yang olehnya 

jemaat Perjanjian Lama diatur, bisa juga ditunjukkan melalui 

tanda-tanda yang terlihat dari kehadiran Tuhan  ini. Awan menan-

dakan kegelapan, dan api menandakan kengerian dari masa 

dispensasi itu, jika dibandingkan dengan penyingkapan-penying-

kapan kemuliaan Tuhan  yang lebih jelas dan menghibur, yang 

sudah dibuat-Nya dalam wajah Yesus Kristus.  

III. Tiang awan dan api ini mengarahkan dan menentukan semua 

gerak-gerik, perjalanan, dan perkemahan orang Israel di padang 

gurun. 

1. Selama awan itu diam di atas Kemah Suci, selama itu pula 

mereka terus tinggal di tempat yang sama, dan tidak bangkit 

bergerak. Walaupun tidak diragukan lagi mereka sangat ingin 

meneruskan perjalanan mereka menuju tanah Kanaan, di 

mana mereka rindu untuk berada dan berharap untuk berada 

di sana secepatnya, namun selama awan itu diam, sekalipun 

itu sebulan atau setahun, selama itu pula mereka berdiam (ay. 

22). Perhatikanlah, siapa yang percaya tidak akan tergesa-

gesa. Tidak ada waktu yang terbuang saat  kita sedang me-

nantikan waktu Tuhan . Duduk diam dengan puas hati saat  

nasib kita menuntutnya yaitu  contoh penyerahan diri pada 

kehendak Tuhan  yang sama berkenannya seperti bekerja 

untuk-Nya saat  kita dipanggil untuk itu. 


 112

2. jika  awan itu naik, mereka berangkat, tidak peduli senya-

man apa mereka berkemah (ay. 17). Apakah awan itu bergerak 

siang atau malam, mereka tidak menunda untuk mengikuti 

gerakan-gerakannya (ay. 21). Dan mungkin ada sebagian 

orang yang ditunjuk untuk berjaga mengawasi tiang itu siang 

dan malam, untuk memberitahukan secara tepat waktu ke-

pada seluruh perkemahan tentang permulaan pergerakan 

tiang itu. Dan ini disebut memelihara kewajiban kepada 

TUHAN. Orang Israel, sebab  terus-menerus berada dalam ke-

adaan yang tidak pasti, dan tidak ada waktu yang ditetapkan 

untuk berhenti atau berangkat, diwajibkan untuk selalu siap 

sedia untuk meneruskan perjalanan Sesudah  diberi peringatan 

yang sangat mendadak. Dan untuk alasan yang sama, kita 

dibiarkan dalam ketidakpastian mengenai kapan kita harus 

membongkar kemah tempat kediaman kita di bumi ini, agar 

kita selalu siap untuk berangkat atas titah TUHAN. 

3. Selama dan sejauh awan itu bergerak, selama dan sejauh itu 

pula mereka berjalan. Dan tepat di mana awan itu diam, mere-

ka memasang kemah-kemah mereka di sekitarnya, dan Kemah 

Tuhan  di bawahnya (ay. 17). Perhatikanlah, sungguh tidak 

nyaman untuk tetap tinggal saat  Tuhan  sudah berangkat, 

namun  sangat aman dan menyenangkan untuk pergi saat  kita 

melihat Tuhan  pergi mendahului kita, dan untuk beristirahat di 

tempat yang ditetapkan-Nya bagi kita. Hal ini diulangi berkali-

kali dalam ayat-ayat ini, sebab  merupakan mujizat yang 

terjadi terus-menerus. Dan hal ini sering kali diulangi, sebagai 

apa yang tidak pernah gagal dalam semua perjalanan mereka, 

dan sebab  ini merupakan perkara yang harus kita perhatikan 

secara khusus sebagai perkara yang sangat penting dan mem-

beri pelajaran. Hal ini disebutkan lama sesudahnya oleh Daud 

(Mzm. 105:39), dan oleh umat Tuhan  Sesudah  pembuangan mere-

ka (Neh. 9:19). Pimpinan awan ini dikatakan sebagai penanda 

dari pimpinan Roh yang penuh berkat. Roh TUHAN membawa 

mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau memimpin 

umat-Mu (Yes. 63:14). Ini mengajar kita tentang, 

(1) Kepedulian Tuhan  secara khusus terhadap umat-Nya. Tidak 

ada yang bisa lebih mengungkapkan dan menunjukkan 

kelembutan Tuhan  terhadap Israel selain pimpinan awan ini. 

Awan itu memimpin orang Israel menempuh jalan yang 

Kitab Bilangan 9:15-23 

 113 

lurus (Mzm. 107:7), dan berjalan mengiringi mereka. Tuhan  

melalui awan itu, seolah-olah, benar-benar menutupi mere-

ka dengan bulu-bulu sayap-Nya. Kita sekarang tidak dapat 

mengharapkan tanda-tanda dari hadirat dan pimpinan ilahi 

yang dapat disaksikan oleh indra jasmani seperti ini. namun  

janji itu pasti bagi seluruh Israel rohani milik Tuhan , bahwa 

Ia akan menuntun mereka dengan nasihat-Nya (Mzm. 

73:24), bahkan seterusnya dan untuk selamanya (Mzm. 

48:15), bahwa semua anak Tuhan  akan dipimpin Roh Tuhan  

(Rm. 8:14), dan bahwa Ia akan meluruskan jalan orang-orang 

yang mengakui Dia dalam segala laku mereka (Ams. 3:6). 

Ada penyelenggaraan khusus yang mengenal segala  urus-

an mereka, untuk mengarahkan dan mengatasi semuanya 

itu demi yang terbaik. TUHAN menetapkan langkah-langkah 

orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Mzm. 37:23). 

(2) Perhatian khusus yang harus kita berikan kepada Tuhan  

dalam segala laku kita. Dalam perasaan-perasaan dan tin-

dakan-tindakan kita, kita harus mengikuti pimpinan fir-

man dan Roh-Nya. Seluruh gerak-gerik jiwa kita harus di-

tuntun oleh kehendak ilahi. Atas titah TUHAN, hati kita 

harus selalu bergerak dan beristirahat. Dalam semua urus-

an kita, kita harus mengikuti penyelenggaraan ilahi, de-

ngan mendamaikan diri kita dengan semua ketentuannya, 

dan menyesuaikan pikiran kita dengan keadaan kita, apa 

pun itu. Orang Israel, sebab  sudah memiliki awan sebagai 

penuntun mereka, tidak perlu bersusah payah untuk mem-

bentuk dewan perang, untuk mempertimbangkan kapan 

dan ke mana mereka harus berjalan, yang bisa jadi memicu 

perselisihan dan perbantahan di antara mereka. Tidak pula 

mereka perlu mengirimkan para pengintai sebelumnya 

untuk memberi tahu mereka tentang keadaan suatu negeri, 

atau para perintis untuk membuka jalan, atau para peng-

atur pasukan untuk menunjukkan batas-batas perkemah-

an mereka. Tiang awan mengerjakan semuanya ini untuk 

mereka. Dan orang-orang yang dengan iman menyerahkan 

pekerjaan mereka kepada Tuhan, meskipun mereka terikat 

untuk menggunakan sarana-sarana dengan bijak, namun 

dengan cara serupa bisa tenang dalam menantikan hasil-

nya. “Bapa, jadilah kehendak-Mu. Pakailah aku dan milikku 


 114

sesuai kehendak-Mu. Inilah aku, ingin didapati menantikan 

Tuhan ku senantiasa, berangkat menempuh perjalanan dan 

beristirahat atas titah TUHAN. Apa pun yang Engkau kehen-

daki, dan di mana pun yang Engkau kehendaki, biarkan saja 

aku menjadi milik-Mu, dan selalu menjalankan kewajiban-

ku.”  

 

 

 

 

 

PASAL 10  

Dalam pasal ini kita mendapati,  

I. Perintah-perintah yang diberikan untuk membuat dan meng-

gunakan nafiri-nafiri dari perak, yang tampak merupakan 

perintah terakhir dari semua perintah yang diberikan Tuhan  di 

gunung Sinai, dan salah satu perintah yang terkecil, namun 

bukan tanpa arti (ay. 1-10).  

II. Kisah tentang berangkatnya laskar-laskar Israel yang ber-

kemah dari gunung Sinai, dan perjalanan mereka yang 

teratur ke padang gurun Paran (ay. 11-28).  

III. Perjanjian Musa dengan Hobab, saudara iparnya (ay. 29-32).  

IV. Doa Musa pada saat tabut perjanjian berangkat dan berhenti 

(ay. 33, dst.). 

Berangkatnya Laskar-laskar  

Israel yang Berkemah 

(10:1-10)  

1 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 “Buatlah dua nafiri dari perak. Dari perak 

tempaan harus kaubuat itu, supaya dipergunakan untuk memanggil umat 

Israel dan untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat. 3 jika  kedua 

nafiri itu ditiup, segenap umat itu harus berkumpul kepadamu di depan 

pintu Kemah Pertemuan. 4 Jikalau hanya satu saja ditiup, maka para pemim-

pin, para kepala pasukan Israel harus berkumpul kepadamu. 5 jika  kamu 

meniup tanda semboyan, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang ber-

kemah di sebelah timur; 6 jika  kamu meniup tanda semboyan kedua kali-

nya, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah selat-

an. Jadi tanda semboyan harus ditiup untuk menyuruh mereka berangkat;  

7 namun  untuk menyuruh jemaah itu berkumpul kamu harus meniup saja 

tanpa memberi tanda semboyan. 8 Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh anak-

anak imam Harun; itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lama-

nya bagimu turun-temurun. 9 Dan jika  kamu maju berperang di negerimu 

melawan musuh yang menyesakkan kamu, kamu harus memberi tanda 


 116

semboyan dengan nafiri, supaya kamu diingat di hadapan TUHAN, Tuhan mu, 

dan diselamatkan dari pada musuhmu. 10 Juga pada hari-hari kamu bersu-

karia, pada perayaan-perayaanmu dan pada bulan-bulan barumu haruslah 

kamu meniup nafiri itu pada waktu mempersembahkan korban-korban 

bakaranmu dan korban-korban keselamatanmu; maksudnya supaya kamu 

diingat di hadapan Tuhan mu; Akulah TUHAN, Tuhan mu.” 

Kita mendapati di sini beberapa  petunjuk tentang pengumuman-

pengumuman yang harus diberitahukan kepada umat Israel dalam 

beberapa  kesempatan melalui bunyi nafiri. Dalam hal semacam ini, 

orang akan berpikir, Musa tidak perlu diajar oleh Tuhan . Akal budinya 

sendiri bisa mengajarkan kepadanya bahwa nafiri akan memudahkan 

pekerjaan itu. namun  undang-undang Israel haruslah bersifat ilahi 

dalam segala hal, dan sebab  itu bahkan dalam perkara ini, sekali-

pun itu kelihatannya sepele. Musa di sini diberi petunjuk,  

1. Tentang membuat nafiri-nafiri. Nafiri-nafiri itu harus terbuat dari 

perak. Bukan perak tuangan, melainkan perak tempaan (seperti 

sebagian orang membacanya), sebab  bahan dan bentuknya, 

tidak diragukan lagi, sangat sesuai untuk tujuan itu. Ia sekarang 

diperintahkan untuk membuat dua nafiri saja, sebab  pada waktu 

itu hanya ada dua imam yang akan menggunakannya. namun  

pada zaman Salomo kita membaca tentang seratus dua puluh 

imam peniup nafiri (2Taw. 5:12). Bentuk dari nafiri-nafiri ini di-

duga sangat mirip dengan nafiri-nafiri pada zaman kita sekarang.  

2. Siapa yang harus menggunakannya. Bukan orang-orang awam, 

melainkan para imam sendiri, anak-anak Harun (ay. 8). Walaupun 

mereka orang-orang besar, mereka tidak boleh menganggapnya 

sebagai penghinaan terhadap mereka untuk menjadi peniup-

peniup nafiri di rumah Tuhan . Pekerjaan yang paling rendah di 

rumah-Nya yaitu  pekerjaan yang terhormat. Ini menandakan 

bahwa hamba-hamba Tuhan harus menyaringkan suara mereka 

bagaikan sangkakala, untuk menunjukkan kepada umat dosa-

dosa mereka (Yes. 58:1), untuk memanggil mereka kepada Kristus 

(Yes. 27:13).  

3. Pada kesempatan-kesempatan apa nafiri-nafiri itu dibunyikan.  

(1) Untuk memanggil umat Israel (ay. 2). Demikian pula mereka 

diperintahkan meniup sangkakala di Sion untuk memanggil 

berkumpul semua umat untuk beribadah bersama, untuk 

mengadakan puasa yang kudus (Yl. 2:15). Pengumuman harus 

diberikan menyangkut waktu dan tempat perkumpulan-per-

Kitab Bilangan 10:1-10 

 117 

kumpulan ibadah. Sebab undangan untuk memperoleh man-

faat dari ketetapan-ketetapan ibadah berlaku bagi semua 

orang: siapa pun yang mau, hendaklah ia datang. Hikmat 

berseru-seru di tempat-tempat keramaian. Akan namun , supaya 

jangan sampai nafiri itu tidak mengeluarkan bunyi yang 

terang, supaya bunyinya jelas maksudnya, maka mereka dipe-

rintahkan, bahwa kalau hanya para pemimpin dan tua-tua 

yang harus bertemu, maka mereka harus meniup satu nafiri 

saja. Kurang dari dua nafiri sudah cukup untuk memanggil 

mereka bersama-sama, sebagai orang-orang yang harus men-

jadi teladan kesigapan dalam apa saja yang baik. namun , jika 

seluruh bangsa itu dipanggil untuk berkumpul, maka kedua 

nafiri itu harus dibunyikan, supaya bisa didengar dari jarak 

yang lebih jauh. Dengan merujuk pada kejadian ini, dikatakan 

bahwa diberkatilah orang-orang yang mendengar sorak-sorai 

(Mzm. 89:16. KJV: “mendengar bunyi yang penuh sukacita”), 

yaitu, mereka yang diundang dan dipanggil untuk menantikan 

Tuhan  dalam ketetapan-ketetapan ibadah umum (Mzm. 122:1). 

Dan kumpulan umat manusia pada hari penghakiman agung 

akan dipanggil dengan suara sangkakala sang penghulu malai-

kat (Mat. 24:31).  

(2) Untuk menyuruh laskar-laskar yang berkemah berangkat, un-

tuk memberitahukan kapan tiap-tiap kelompok harus berang-

kat. Sebab tidak ada suara manusia yang bisa menjangkau 

sedemikian jauh untuk memberi  perintah itu: para prajurit 

kita yang betul-betul patuh dapat dilatih dengan pukulan 

genderang. saat  nafiri-nafiri dibunyikan untuk tujuan ini, 

mereka harus meniup tanda semboyan (ay. 5), bunyi yang 

pecah, bergetar, dan berselang-seling di antara kedua nafiri, 

yang sesuai untuk menggugah dan menyemangati pikiran 

orang dalam berbaris maju melawan musuh-musuh mereka. 

Sementara bunyi yang panjang dan seirama lebih sesuai un-

tuk memanggil seluruh jemaat berkumpul (ay. 7). Namun, 

saat  umat dipanggil berkumpul untuk menjauhkan peng-

hakiman-penghakiman Tuhan , kita mendapati sebuah tanda 

bahaya diperdengarkan (Yl. 2:1, KJV). Pada bunyi yang per-

tama, kelompok Yehuda berangkat, pada bunyi yang kedua 

kelompok Ruben, pada bunyi yang ketiga kelompok Efraim, 

dan pada bunyi yang keempat kelompok Dan (ay. 5-6). Dan 


 118

sebagian orang berpendapat bahwa ini dimaksudkan untuk 

menguduskan perjalanan mereka. Sebab dimaklumkan demi-

kian oleh para imam, yang yaitu  juru bicara Tuhan  kepada 

umat, bukan hanya perintah-perintah ilahi kepada mereka un-

tuk berangkat, melainkan juga berkat ilahi atas mereka dalam 

semua perjalanan mereka. Siapa yang memiliki  telinga, 

hendaklah ia mendengar bahwa sungguh, Tuhan  ada di tengah-

tengah mereka. Raja Abia menghargai tinggi dirinya sendiri 

dan tentaranya dengan hal ini (2Taw. 13:12), pada pihak kami 

Tuhan  yang memimpin, sedang imam-imam-Nya siap meniup 

tanda serangan.  

(3) Untuk menghidupkan dan menyemangati tentara-tentara me-

reka, saat  mereka pergi berperang (ay. 9): “jika  kamu 

maju berperang, kamu harus memberi tanda semboyan dengan 

nafiri, yang dengan demikian menandakan seruanmu kepada 

sorga untuk memberi  keputusan atas perseteruan itu, dan 

doamu kepada Tuhan  untuk memberimu kemenangan. Dan 

Tuhan  akan mengakui ini sebagai ketetapan-Nya sendiri, dan 

kamu akan diingat di hadapan TUHAN, Tuhan mu.” Tuhan  akan 

memperhatikan bunyi nafiri ini, dan melibatkan diri-Nya untuk 

berperang bagi mereka. Dan, hendaklah semua orang mem-

perhatikan bunyi nafiri itu juga, dan tidak perlu takut untuk 

berperang bagi-Nya, seperti Daud, saat  ia mendengar bunyi 

derap langkah di puncak pohon-pohon kertau. Bukan berarti 

bahwa Tuhan  perlu dibangunkan oleh bunyi nafiri, seperti 

halnya Kristus juga tidak perlu dibangunkan oleh murid-

murid-Nya saat  ada badai (Mat. 8:25). jika  Ia bermaksud 

berbelas kasih, yaitu  kehendak-Nya bahwa kita harus memo-

honkan belas kasih itu. Hamba-hamba Tuhan harus meng-

gugah prajurit-prajurit Yesus Kristus yang baik untuk ber-

perang dengan perkasa melawan dosa, dunia, dan Iblis, dengan 

meyakinkan mereka bahwa Kristuslah Sang Kapten, Pemimpin 

keselamatan mereka, yang memimpin mereka kepada kesela-

matan, dan akan menginjak-injak Iblis di bawah kaki mereka.  

(4) Untuk membuat khidmat perayaan-perayaan suci mereka (ay. 

10). Salah satu dari perayaan-perayaan mereka diperingati 

dengan meniup serunai (Im. 23:23, dst.). Dan tampak bahwa 

mereka harus menyemarakkan kekhidmatan semua perayaan 

mereka (Mzm. 81:4), dan semua korban mereka (2Taw. 29:27)

Kitab Bilangan 10:11-28 

 119 

 seperti itu, untuk menunjukkan betapa dengan sukacita dan 

gembira mereka melaksanakan kewajiban mereka kepada 

Tuhan . Juga, untuk membangkitkan pikiran yang penuh de-

ngan kemenangan yang kudus dalam diri orang-orang yang 

mengikuti ibadah-ibadah itu, supaya mereka bersorak-sorak di 

dalam Tuhan  yang mereka sembah. Pada saat itulah ibadah-

ibadah mereka diingat di hadapan Tuhan . Sebab Ia bersuka da-

lam ibadah-ibadah penyembahan kita, bila kita bersuka saat 

merayakannya. Pekerjaan yang kudus harus dilakukan de-

ngan sukacita yang kudus. 

Berangkatnya Laskar-laskar  

Israel yang Berkemah 

 (10:11-28)  

11 Pada tahun yang kedua, pada bulan yang kedua, pada tanggal dua puluh 

bulan itu, naiklah awan itu dari atas Kemah Suci, tempat hukum Tuhan .  

12 Lalu berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan 

keberangkatan mereka, lalu  diamlah awan itu di padang gurun Paran. 

13 Itulah pertama kali mereka berangkat menurut titah TUHAN dengan peran-

taraan Musa. 14 Terdahulu berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji 

bani Yehuda menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah 

Nahason bin Aminadab; 15 yang mengepalai laskar suku bani Isakhar ialah 

Netaneel bin Zuar; 16 yang mengepalai laskar suku bani Zebulon ialah Eliab 

bin Helon. 17 Sesudah itu Kemah Suci dibongkar, dan berangkatlah bani 

Gerson dan bani Merari yang mengangkat Kemah Suci itu. 18 lalu  

berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji Ruben menurut pasukan me-

reka; yang mengepalai laskar itu ialah Elizur bin Syedeur; 19 yang mengepalai 

laskar suku bani Simeon ialah Selumiel bin Zurisyadai; 20 yang mengepalai 

laskar suku bani Gad ialah Elyasaf bin Rehuel. 21 Sesudah itu berangkatlah 

orang Kehat, yang mengangkat barang-barang tempat kudus; Kemah Suci 

sudah dipasang sebelum mereka datang. 22 lalu  berangkatlah laskar 

yang di bawah panji-panji bani Efraim menurut pasukan mereka; 23 yang 

mengepalai laskar itu ialah Elisama bin Amihud; yang mengepalai laskar 

suku bani Manasye ialah Gamaliel bin Pedazur; 24 yang mengepalai laskar 

suku bani Benyamin ialah Abidan bin Gideoni. 25 Sebagai barisan penutup 

semua laskar itu berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji bani Dan 

menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah Ahiezer bin 

Amisyadai; 26 yang mengepalai laskar suku bani Asyer ialah Pagiel bin 

Okhran; 27 yang mengepalai laskar suku bani Naftali ialah Ahira bin Enan. 28 

Itulah aturan keberangkatan orang Israel menurut pasukan mereka, saat  

mereka berangkat. 

Di sini ada,  

I. Sebuah gambaran umum tentang keberangkatan laskar-laskar 

Israel dari gunung Sinai. Mereka sudah berkemah di depan 


 120

gunung itu sekitar satu tahun, dan selama itu pula, di tempat 

yang sama, banyak sekali pekerjaan tak terlupakan yang sudah 

dilakukan. Tentang keberangkatan laskar-laskar ini, tampaknya, 

Tuhan  sudah memberi tahu mereka beberapa waktu sebelumnya 

(Ul. 1:6-7): Telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini, majulah, 

berangkatlah ke tanah perjanjian. Rasul Paulus memberi tahu kita 

bahwa gunung Sinai melahirkan anak-anak perhambaan (Gal. 

4:24), dan melambangkan hukum yang diberikan di sana. Hukum 

ini memang berguna sebagai penuntun yang membawa kita 

kepada Kristus, namun kita tidak boleh berhenti di situ saja. 

Sebaliknya, dari situ kita harus maju terus menuju sukacita dan 

kemerdekaan anak-anak Tuhan , sebab kebahagiaan kita tidak 

diberikan melalui hukum Taurat, melainkan melalui janji. Amati-

lah,  

1. Tanda yang diberikan (ay. 11): Naiklah awan itu, dan kita 

dapat menduga bahwa awan itu lalu  menunggu selama 

beberapa waktu, sampai mereka siap untuk berangkat. Dan 

pastilah ada pekerjaan besar yang harus mereka lakukan 

untuk membongkar tenda-tenda dan mengemasi barang-

barang mereka. Akan namun , setiap kaum mengerjakan bagian-

nya masing-masing, dan semuanya bekerja pada saat yang 

sama, sehingga banyak tangan membuat pekerjaan itu cepat 

selesai.  

2. Perjalanan itu dimulai: Mereka berangkat menurut titah 

TUHAN, dan tepat sebagaimana awan itu menuntun mereka 

(ay. 13). Dalam pasal ini dan pasal sebelumnya sering disebut-

kan tentang titah TUHAN, yang membimbing dan mengatur 

mereka dalam semua perjalanan mereka. Menurut sebagian 

penafsir, penyebutan ini untuk menghindarkan fitnah dan 

celaan yang sering ditimpakan atas Israel, bahwa mereka 

tinggal begitu lama di padang gurun, sebab  mereka tersesat 

di sana, dan tidak dapat menemukan jalan keluar. Tidak, 

mereka tidak tersesat. Dalam setiap tempat perhentian, dalam 

setiap langkah, mereka berada di bawah pimpinan ilahi. Dan, 

kalaupun mereka tidak tahu di mana mereka berada, Dia yang 

menuntun mereka mengetahuinya. Perhatikanlah, orang-orang 

yang telah menyerahkan diri pada pimpinan firman dan Roh 

Tuhan , mereka akan berjalan dengan mantap, bahkan sekali-

pun mereka tampak kebingungan. Selama mereka yakin 

Kitab Bilangan 10:11-28 

 121 

bahwa mereka tidak dapat kehilangan Tuhan  dan Pembimbing 

mereka, mereka tidak perlu takut kehilangan arah.  

3. Tempat mereka beristirahat, Sesudah  tiga hari perjalanan. Mere-

ka pergi dari padang gurun Sinai, dan beristirahat di padang 

gurun Paran. Perhatikanlah, semua perpindahan kita di dunia 

ini melulu yaitu  perpindahan dari satu padang gurun ke 

padang gurun lain. Perubahan-perubahan yang kita pikir akan 

lebih baik, tidak selalu terbukti demikian. Selama kita mem-

bawa serta bersama kita, kemana saja kita pergi, kelemahan-

kelemahan kodrat manusiawi, kita harus bersiap-siap untuk 

menghadapi malapetaka-malapetaka yang ditimbulkan akibat 

kodrat manusiawi kita itu. Kita tidak akan pernah beristirahat, 

tidak akan pernah berada di rumah, sampai kita tiba di sorga, 

dan semuanya akan baik-baik saja di sana. 

II. Rancangan khusus dari aturan keberangkatan mereka, sesuai 

dengan pola terakhir.  

1. Kelompok Yehuda berangkat pertama (ay. 14-16). Panji-panji 

pemimpin, yang sekarang dititipkan pada suku itu, yaitu  

tanda dari tongkat yang pada zaman Daud akan diserahkan 

kepadanya, dan melihat lebih jauh pada Pemimpin keselamat-

an kita, yang tentang-Nya dinubuatkan juga bahwa kepada-

Nya akan takluk bangsa-bangsa.  

2. lalu  berangkatlah dua kaum dari suku Lewi yang diper-

cayakan untuk mengangkat Kemah Suci. Segera Sesudah  awan 

itu naik, Kemah Suci dibongkar, dan dikemas untuk dibawa 

bersama (ay. 17). Dan di sini ada enam kereta yang dimuati de-

ngan bagian-bagian Kemah Suci yang ukurannya lebih besar. 

Seringnya Kemah Suci ini berpindah-pindah tempat mengikuti 

semua perjalanan mereka menandakan bahwa masa dispensasi 

Hukum Taurat yang penuh dengan upacara ibadah itu dapat 

dipindahkan. Apa yang begitu sering berpindah tempat pada 

akhirnya akan musnah (Ibr. 8:13).  

3. Kelompok Ruben berangkat selanjutnya, Sesudah  Yehuda, 

menurut titah TUHAN (ay. 18-20).  

4. lalu  orang Kehat mengikuti dengan barang bawaan 

mereka, yaitu perabotan Kemah Suci, di tengah-tengah laskar 

yang lain, tempat yang paling aman dan terhormat (ay. 21). 

Dan mereka, yaitu, menurut tafsiran yang agak luas, orang 


 122

Gerson dan orang Merari, sudah memasang Kemah Suci sebe-

lum orang Kehat datang. Dan mungkin hal itu diungkapkan se-

cara umum seperti itu sebab , jika dibutuhkan, bukan hanya 

orang-orang Lewi itu, melainkan juga orang-orang Israel lain 

yang ada dalam kelompok pertama, akan mengulurkan tangan 

untuk mempercepat pendirian Kemah Suci, bahkan sebelum 

mereka memasang tenda-tenda mereka sendiri.  

5. Kelompok Efraim berangkat selanjutnya Sesudah  tabut perjanji-

an (ay. 22-24). Sebagian orang berpendapat bahwa sang pe-

mazmur merujuk pada hal ini saat  ia berdoa (Mzm. 80:2), di 

depan Efraim dan Benyamin dan Manasye, ketiga suku yang 

membentuk kelompok ini, bangkitkanlah keperkasaan-Mu (dan 

tabut perjanjian disebut sebagai kekuatan-Nya, Mzm. 78:61), 

dan datanglah untuk menyelamatkan kami.  

6. Kelompok Dan berangkat terakhir (ay. 25-27). Kelompok itu 

disebut sebagai barisan penutup, atau pasukan pengumpul, 

dari semua laskar Israel yang berkemah, sebab  kelompok itu 

mengumpulkan semua orang yang tertinggal. Bukan perem-

puan dan anak-anak (mereka ini dapat kita duga diurus oleh 

kepala keluarga mereka dalam suku mereka masing-masing), 

melainkan semua orang yang najis, banyak orang dari ber-

bagai-bagai bangsa, dan semua orang yang lemah dan rapuh, 

dan tertinggal dalam perjalanan mereka. Perhatikanlah, Dia 

yang menuntun Yusuf seperti kawanan domba memperhatikan 

dengan lembut domba-domba yang berjalan paling belakang 

(Yeh. 34:16), yang tidak dapat mengimbangi langkah yang lain, 

dan dari semua yang diberikan kepada-Nya, Ia tidak akan 

kehilangan satu pun (Yoh. 17:11). 

Permintaan Musa kepada Hobab 

(10:29-36) 

29 Lalu berkatalah Musa kepada Hobab anak Rehuel orang Midian, mertua 

Musa: “Kami berangkat ke tempat yang dimaksud TUHAN saat  Ia berfir-

man: Aku akan memberi nya kepadamu. Sebab itu ikutlah bersama-sama 

dengan kami, maka kami akan berbuat baik kepadamu, sebab TUHAN telah 

menjanjikan yang baik tentang Israel.” 30 namun  jawabnya kepada Musa: “Aku 

tidak ikut, melainkan aku hendak pergi ke negeriku dan kepada sanak sau-

daraku.” 31 Kata Musa: “Janganlah kiranya tinggalkan kami, sebab engkau-

lah yang tahu, bagaimana kami berkemah di padang gurun, maka engkau 

dapat menjadi penunjuk jalan bagi kami. 32 Jika engkau ikut bersama-sama

Kitab Bilangan 10:29-36 

 123 

dengan kami, maka kebaikan yang akan dilakukan TUHAN kepada kami 

akan kami lakukan juga kepadamu.” 33 Lalu berangkatlah mereka dari gu-

nung TUHAN dan berjalan tiga hari perjalanan jauhnya, sedang tabut perjan-

jian TUHAN berangkat di depan mereka dan berjalan tiga hari perjalanan 

jauhnya untuk mencari tempat perhentian bagi mereka. 34 Dan awan TUHAN 

ada di atas mereka pada siang hari, jika  mereka berangkat dari tempat 

perkemahan. 35 jika  tabut itu berangkat, berkatalah Musa: “Bangkitlah, 

TUHAN, supaya musuh-Mu berserak dan orang-orang yang membenci Eng-

kau melarikan diri dari hadapan-Mu.” 36 Dan jika  tabut itu berhenti, ber-

katalah ia: “Kembalilah, TUHAN, kepada umat Israel yang beribu-ribu laksa 

ini.” 

Di sini ada,  

I.   Sebuah gambaran tentang apa yang berlangsung antara Musa 

dan Hobab, saat  laskar-laskar Israel hendak bergerak maju 

menuju Kanaan. Sebagian orang berpendapat bahwa Hobab itu 

sama dengan Yitro, mertua Musa, dan bahwa cerita dalam Keluar-

an 18, harus dimasukkan di sini. Tampak lebih mungkin bahwa 

Hobab itu yaitu  anak Yitro, alias Rehuel, atau Raguel (Kel. 2:18). 

Dan bahwa saat  sang ayah, sebab  sudah lanjut usia, kembali 

ke negerinya sendiri (Kel. 18:27), ia meninggalkan Hobab anaknya 

bersama Musa, seperti Barzilai meninggalkan Kimham bersama 

Daud. Kata yang sama yang digunakan di sini memiliki  arti 

ayah mertua maupun saudara ipar. Nah, Hobab ini tinggal dengan 

bahagia bersama Israel saat  mereka berkemah di gunung Sinai, 

dekat negerinya sendiri. namun , sebab  sekarang orang Israel 

hendak pindah, ia ingin kembali ke negeri dan kerabatnya sendiri, 

dan kepada keluarga ayahnya. Nah, lalu kita baca di sini,  

1. Dengan baik hati Musa mengundang Hobab untuk mengikuti 

mereka menuju Kanaan (ay. 29). Musa meyakinkannya dengan 

janji bahwa mereka pasti akan berlaku baik kepadanya, dan 

menyatakan firman Tuhan  yang menjanjikan keselamatan: 

TUHAN telah menjanjikan yang baik tentang Israel. Seolah-olah 

ia berkata, “Mari, taruhlah nasibmu bersama kami, dan kamu 

akan bernasib baik seperti kami. Dan kami memiliki  janji 

Tuhan  bahwa kami akan selamat dan sejahtera.” Perhatikanlah, 

orang-orang yang sedang menuju Kanaan sorgawi harus 

mengundang dan mendorong semua teman mereka untuk 

pergi bersama mereka. Sebab, kita tidak akan pernah keku-

rangan harta perjanjian, dan sukacita-sukacita sorga, dengan 

datangnya orang lain untuk berbagi dengan kita. Dan, meng-


 124

apa pula kita harus berberat hati untuk menerima umat Tuhan  

sebagai orang kita sendiri, bukankah firman Tuhan  ini sudah 

lebih dari cukup, bahwa Tuhan  telah menjanjikan yang baik 

tentang mereka? yaitu  baik bersekutu dengan orang-orang 

yang bersekutu dengan Tuhan  (1Yoh. 1:3), dan berjalan ber-

sama orang-orang yang disertai Tuhan  (Za. 8:23).  

2. Kecenderungan hati Hobab, dan ketetapan hatinya sekarang, 

untuk kembali ke negerinya sendiri (ay. 30). Orang akan ber-

pikir bahwa dia yang sudah melihat begitu banyak tentang ha-

dirat Tuhan  yang istimewa bersama Israel, dan tanda-tanda 

yang begitu mengherankan dari perkenanan-Nya kepada 

mereka, tidak perlu dibujuk-bujuk lagi untuk berangkat ber-

sama mereka. Akan namun , penolakannya harus dipahami se-

bagai rasa cintanya terhadap tanah airnya, yang tidak mau 

tunduk, seperti yang seharusnya, pada janji Tuhan  dan berkat-

berkat kovenan-Nya. Ini terjadi sebab  mereka tidak mau 

percaya kepada-Nya dan menghargai janji-Nya. Ia memang 

anak keturunan Abraham (sebab  orang-orang Midian yaitu  

keturunan Abraham dari Ketura), namun  bukan ahli waris dari 

iman Abraham (Ibr.11:8), sebab seandainya demikian, ia tidak 

akan memberi  jawaban penolakan ini kepada Musa. Per-

hatikanlah, perkara-perkara dunia ini, yang terlihat mata, 

sangat kuat menarik orang, sehingga mereka tidak mau me-

ngejar perkara-perkara dunia lain, yang tidak terlihat mata. 

Daya tarik kebaikan bumi ini berhasil mengalahkan daya tarik 

sorga itu sendiri pada diri sebagian besar orang.  

3. Desakan Musa untuk mengubah pendirian Hobab (ay. 31-32). 

Musa menegaskan,  

(1) Bahwa Hobab dapat berguna bagi mereka: “Kami akan ber-

kemah di padang gurun” (sebuah negeri yang dikenal baik 

oleh Hobab), “maka engkau dapat menjadi penunjuk jalan 

bagi kami. Bukan untuk menunjukkan kepada kami di 

mana kami harus berkemah, atau jalan mana yang harus 

kami tempuh, yang akan diarahkan oleh tiang awan, namun  

untuk menunjukkan kepada kami nyaman tidaknya tempat 

yang kami lalui dan yang kami tempati untuk berkemah. 

Supaya kami dapat memanfaatkan sebaik-baiknya kenya-

manan-kenyamanan itu, dan melindungi diri kami sebaik-

baiknya dari hal-hal yang tidak nyaman.” Perhatikanlah, 

Kitab Bilangan 10:29-36 

 125 

keyakinan kita akan penyelenggaraan Tuhan  dapat diwujud-

kan dengan memanfaatkan bantuan dari teman-teman kita 

dalam hal-hal di mana mereka bisa berguna bagi kita. Bah-

kan orang-orang yang dipimpin oleh mujizat tidak boleh 

memandang rendah sarana-sarana pimpinan yang biasa. 

Sebagian orang berpendapat bahwa Musa menyarankan 

hal ini kepada Hobab, bukan sebab  Musa mengharapkan 

banyak keuntungan dari pengetahuannya, namun  untuk me-

nyenangkan hati Hobab bahwa ia juga bisa berguna bagi 

seluruh bangsa yang besar itu. Dan dengan demikian, Musa 

ingin menariknya pergi bersama mereka, dengan mengil-

haminya dengan hasrat untuk memperoleh kehormatan itu. 

Calvin memberi  pengertian yang agak lain di sini, yang 

sangat sesuai dengan bahasa aslinya, yang sekalipun begi-

tu tidak saya dapati diperhatikan oleh siapa pun selama 

ini. “Janganlah kiranya tinggalkan kami, namun  ikutlah ber-

sama kami, untuk berbagi dengan kami di tanah perjanji-

an, sebab untuk itulah engkau telah mengetahui bagaimana 

kami berkemah di padang gurun, dan telah menjadi penun-

juk jalan bagi kami. Dan kami tidak dapat membalas ke-

baikanmu selama ini sebab  sudah turut merasakan 

kesusahan-kesusahan kami, dan sudah melakukan begitu 

banyak pekerjaan yang baik bagi kami, kecuali engkau 

pergi bersama kami ke Kanaan. Pasti untuk alasan inilah 

engkau benar-benar harus berangkat bersama kami, su-

paya engkau dapat terus bersama kami.” Perhatikanlah, 

orang-orang yang sudah memulai dengan baik, harus 

menggunakan pekerjaan mereka ini sebagai alasan untuk 

terus bertekun, sebab  jika tidak, mereka akan kehilangan 

keuntungan dan imbalan dari semua yang telah mereka 

lakukan dan derita.  

(2) Bahwa mereka akan berlaku baik kepadanya: Kebaikan 

yang akan dilakukan TUHAN kepada kami akan kami laku-

kan juga kepadamu (ay. 32). Perhatikanlah,  

[1] Kita hanya bisa memberi  apa yang kita terima. Kita 

tidak dapat melakukan pelayanan dan kebaikan kepada 

teman-teman kita melebihi kekuatan yang berkenan di-

berikan Tuhan  kepada kita untuk melakukannya. Ini 


 126

sajalah yang berani kita janjikan, berbuat baik sebagai-

mana Tuhan  akan memampukan kita.  

[2] Orang-orang yang berbagi dengan Israel milik Tuhan  

dalam segala susah payah mereka, akan berbagi juga 

dengan umat itu dalam segala penghiburan dan kehor-

matan mereka. Orang-orang yang bersedia untuk ber-

bagi nasib dengan mereka di padang gurun, akan ber-

bagi nasib dengan mereka di Kanaan. Jika kita berte-

kun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia (2Tim. 

2:12; Luk. 22:28-29). 

Kita tidak mendapati jawaban apa pun yang diberi-

kan Hobab di sini kepada Musa, dan sebab  itu kita 

berharap bahwa dengan diam, ia memberi  persetu-

juannya, dan tidak meninggalkan mereka. namun  bah-

wa, saat  ia sadar bahwa ia dapat berguna, ia lebih 

memilih itu dibandingkan  memuaskan kecenderungan hati-

nya sendiri. Dalam hal ini ia meninggalkan sebuah te-

ladan yang baik kepada kita. Dan kita mendapati (Hak. 

1:16; 1Sam. 15:6) bahwa keluarganya tidak merugi ka-

renanya. 

II. Sebuah gambaran tentang persekutuan antara Tuhan  dan Israel 

dalam keberangkatan ini. Mereka meninggalkan gunung TUHAN 

(ay. 33), gunung Sinai di mana mereka telah melihat kemuliaan-

Nya dan mendengar suara-Nya, dan telah dibawa ke dalam 

kovenan dengan-Nya. Mereka tidak boleh berharap bahwa penam-

pakan-penampakan Tuhan  kepada mereka seperti itu, yang de-

ngannya mereka sudah diberkati di sana, akan terus terjadi. Me-

reka berangkat dari gunung yang tersohor itu, yang tentangnya 

kita tidak pernah membaca lagi dalam Kitab Suci. Yang ada ha-

nyalah bagian-bagian yang menunjuk pada kisah-kisah di masa 

lalu ini. Sekarang, selamat tinggal Sinai! Sion yaitu  gunung yang 

tentangnya Tuhan  telah berkata, inilah tempat perhentian-Ku se-

lama-lamanya (Mzm. 132:14), dan yang tentangnya kita juga ha-

rus berkata demikian. namun  saat  mereka meninggalkan gunung 

TUHAN, mereka membawa serta bersama mereka tabut perjanjian 

TUHAN, yang melaluinya persekutuan mereka dengan Tuhan  akan 

tetap terpelihara. Sebab, 

Kitab Bilangan 10:29-36 

 127 

1. Melalui tabut itu Tuhan  benar-benar memimpin langkah mereka. 

Tabut perjanjian berjalan di depan mereka, yang menurut 

tafsiran sebagian orang dalam arti tempat, setidak-tidaknya 

dalam keberangkatan ini. Menurut tafsiran sebagian orang 

lain, itu hanya dalam arti pengaruh. Meskipun tabut itu 

dibawa di tengah-tengah para laskar Israel, namun awan yang 

melayang di atasnya memimpin semua langkah mereka. Tabut 

perjanjian (yaitu, Tuhan  dari tabut itu) dikatakan mencari tem-

pat perhentian bagi mereka. Bukan berarti bahwa hikmat dan 

pengetahuan Tuhan  yang tak terbatas perlu melakukan pen-

carian, namun  bahwa setiap tempat yang ke dalamnya mereka 

dituntun-Nya pasti terasa nyaman bagi mereka. Seolah-olah 

ada orang yang paling berhikmat di antara mereka berjalan 

mendahului mereka, dan menandai batas perkemahan mereka 

di tempat yang paling baik. Demikianlah Kanaan dikatakan 

sebagai tanah yang dipilih Tuhan  (Yeh. 20:6). 

2. Melalui tabut itu mereka benar-benar mengakui Tuhan  dalam 

segala laku mereka, dengan memandangnya sebagai tanda ke-

hadiran Tuhan . saat  tabut itu bergerak, atau berhenti, me-

reka mengarahkan pandangan mereka kepada Tuhan . Musa, se-

bagai juru bicara jemaat, memanjatkan doa, baik saat  tabut 

itu berangkat maupun berhenti. Dengan demikian, keluar ma-

suknya mereka dikuduskan oleh doa, dan itu merupakan 

contoh bagi kita untuk memulai dan mengakhiri perjalanan 

setiap hari, dan pekerjaan setiap hari, dengan doa. 

(1) Inilah doa Musa saat  tabut perjanjian berangkat: Bang-

kitlah, TUHAN, supaya musuh-Mu berserak (ay. 35). Mereka 

sekarang berada di negeri yang sunyi sepi, namun  mereka 

sedang berjalan menuju negeri musuh, dan mereka ber-

gantung pada Tuhan  untuk memperoleh keberhasilan dan 

kemenangan dalam peperangan mereka, serta pimpinan 

dan persediaan di padang belantara. Daud menggunakan 

doa ini lama sesudah itu (Mzm. 68:2), sebab ia juga ber-

tempur untuk Tuhan. Perhatikanlah,  

[1]  Ada orang-orang di dunia ini yang merupakan musuh-

musuh Tuhan , dan membenci-Nya. Ada musuh-musuh 

yang tersembuyi dan ada yang terang-terangan. Musuh-


 128

musuh bagi kebenaran-kebenaran-Nya, hukum-hukum-

Nya, ketetapan-ketetapan-Nya, dan umat-Nya.  

[2] Diserakkan dan dikalahkannya musuh-musuh Tuhan  

yaitu  suatu hal yang harus diinginkan dengan sung-

guh-sungguh, dan dinantikan dengan percaya, oleh se-

mua umat Tuhan. Doa ini yaitu  sebuah nubuatan. 

Orang-orang yang bersikeras dalam pemberontakan me-

lawan Tuhan  sedang bergegas menuju kehancuran me-

reka sendiri.  

[3] Untuk menyerakkan dan mengalahkan musuh-musuh 

Tuhan , tidak dibutuhkan hal lain selain bangkitnya 

Tuhan . Pada waktu Tuhan  bangkit untuk memberi peng-

hukuman, pekerjaan itu segera terlaksana (Mzm. 76:9-

10). “Bangkitlah, Tuhan, seperti matahari terbit untuk 

menyerakkan bayang-bayang malam.” Bangkitnya Kris-

tus dari antara orang mati menyerakkan musuh-mu-

suh-Nya (Mzm. 68:19). 

(2) Doa Musa saat  tabut itu berhenti (ay. 36).  

[1] Supaya Tuhan  membuat umat-Nya beristirahat. Dengan 

demikian, sebagian orang membacanya, “Kembalikan-

lah, ya Tuhan, beribu-ribu orang Israel, kembalikanlah 

mereka pada tempat perhentian mereka lagi Sesudah  ke-

lelahan ini.” Demikian pula dikatakan (Yes. 63:14), Roh 

TUHAN membawa mereka ke tempat perhentian. Dengan 

begitu, ia berdoa supaya Tuhan  memberi  kepada 

Israel keberhasilan dan kemenangan secara lahiriah, 

serta kedamaian dan ketenangan di dalam batin.  

[2] Supaya Tuhan  sendiri mengambil tempat perhentian-Nya 

di antara mereka. Dengan demikian, kita membacanya: 

Kembalilah, TUHAN, kepada umat Israel yang beribu-ribu 

laksa ini, begitulah kata yang dipakai. Perhatikanlah, 

pertama, jemaat Tuhan  yaitu  tubuh yang besar. Ada 

beribu-ribu orang yang menjadi bagian dari Israel milik 

Tuhan . Kedua, dalam doa-doa kita, kita harus memberi 

perhatian pada tubuh ini. Ketiga, kesejahteraan dan ke-

bahagiaan Israel milik Tuhan  diwujudkan dalam hadir-

nya Tuhan  secara terus-menerus di antara mereka. Ke-

amanan mereka terjadi bukan sebab  jumlah mereka, 

Kitab Bilangan 10:29-36 

 129 

meskipun mereka beribu-ribu, beribu-ribu laksa, melain-

kan sebab  adanya perkenanan Tuhan , dan kembalinya 

Dia dengan penuh berkat kepada mereka serta berdiam-

nya Dia bersama mereka. Jumlah ribuan ini hanyalah 

angka nol, Dialah bilangan yang sebetulnya . Dan ka-

rena itu, berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang 

sama dengan engkau?  

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 1 1  

ampai sejauh ini semuanya berjalan cukup baik dalam bangsa 

Israel. Hanya ada sedikit gangguan dengan cara-cara perkenanan 

Tuhan  kepada mereka sejak peristiwa anak lembu emas. Rakyat itu 

tampak bisa diajar dalam mengatur dan memurnikan perkemahan, 

dan para pemimpinnya saleh dan murah hati dalam mempersembah-

kan mezbah, dan ada harapan baik bahwa mereka akan tiba di 

Kanaan sebentar lagi. Akan namun , pada pasal ini dimulailah peris-

tiwa yang menyedihkan. Semua ketentuan dilanggar, Tuhan  telah ber-

ubah menjadi musuh mereka, dan berperang melawan mereka. Dan 

dosalah yang membuat semua kejahatan ini. 

I. Sungut-sungut mereka menyalakan api di antara mereka, 

walaupun segera dapat dipadamkan oleh doa Musa (ay. 1-3).  

II. Tidak lama Sesudah  api penghakiman itu padam, berkobar lagi 

api dosa, dan Tuhan  memanfaatkan kejadian ini untuk meng-

agungkan baik rahmat maupun keadilan-Nya.  

1.  Bangsa itu resah sebab  ingin makan daging (ay. 4-9).  

2. Musa resah sebab  tidak ada pertolongan (ay. 10-15). 

Nah,  

(1) Tuhan  berjanji untuk memuaskan hati mereka semua, 

dengan mengangkat penolong untuk Musa (ay. 16-17) 

dan memberi  daging kepada bangsa itu (ay. 18-23). 

Dan,  

(2) Ia segera menepati kedua janji ini. Sebab,  

[1] Roh Tuhan  membekali ketujuh puluh tua-tua Isreal 

untuk mengatur bangsa itu (ay. 24-30).  


 132

[2] Kuasa Tuhan  membawa burung-burung puyuh un-

tuk membuat bangsa itu berpesta (ay. 31-32). 

Namun,  

[3] Keadilan Tuhan  menulahi mereka sebab  sungut-

sungut mereka (ay. 33, dst.). 

Sungut-sungut Bangsa Israel 

(11:1-3)  

1 Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang 

nasib buruk mereka, dan saat  TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-

Nya, lalu  menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di 

tepi tempat perkemahan. 2 Lalu berteriaklah bangsa itu kepada Musa, dan 

Musa berdoa kepada TUHAN; maka padamlah api itu. 3 Sebab itu orang 

menamai tempat itu Tabera, sebab  telah menyala api TUHAN di antara 

mereka. 

Di sini ada,  

I. Dosa bangsa Israel. Mereka bersungut-sungut (ay. 1). Mereka, 

seolah-olah, yaitu  orang yang suka bersungut-sungut. Demikian 

dalam tafsiran yang agak luas. Ada beberapa gerutuan dan keti-

dakpuasan secara sembunyi-sembunyi di antara mereka, yang 

pada saat itu belum meletus dalam pemberontakan secara terang-

terangan. namun  betapa api yang kecil ini membakar hutan yang 

besar! Mereka telah menerima dari Tuhan  hukum-hukum dan 

ketetapan-ketetapan yang unggul, namun belum juga lama me-

ninggalkan gunung Tuhan, mereka sudah mulai berseteru dengan 

Tuhan  sendiri. Lihatlah dalam hal ini,  

1. Kejahatan dari dosa, yang mengambil peluang dari perintah 

ilahi untuk menjadi semakin menyulut murka.  

2. Tidak berdayanya hukum oleh daging (Rm. 8:3). Hukum me-

nyingkapkan dosa, namun  tidak dapat menghancurkannya. 

Hukum memperlihatkan dosa, namun  tidak dapat menakluk-

kannya. Mereka bersungut-sungut. Para penafsir mencari tahu 

apa yang mereka keluhkan. Dan sungguh, saat  mereka su-

dah diperlengkapi dengan begitu banyak hal yang patut disyu-

kuri, wajar saja jika orang bertanya-tanya apa pula yang harus 

mereka keluhkan. Ada kemungkinan bahwa orang-orang yang 

mengeluh itu tidak sepakat semuanya tentang perkara yang 

dikeluhkan. Sebagian orang mungkin mengeluh bahwa mereka 

Kitab Bilangan 11:1-3 

 133 

meninggalkan gunung Sinai, di mana mereka sudah ber-

istirahat untuk waktu yang begitu lama, sebagian yang lain 

mengeluh bahwa mereka tidak berangkat lebih awal. Sebagian 

lagi mengeluhkan cuacanya, sebagian yang lain mengeluhkan 

jalan-jalan yang mereka lalui. Sebagian lagi mungkin berpikir 

bahwa tiga hari perjalanan terlalu lama, sedang  yang lain 

menganggapnya tidak cukup lama, sebab  perjalanan itu tidak 

mengantar mereka ke Kanaan. Kalau kita pikir-pikir bagai-

mana perjalanan dan perkemahan mereka dibimbing, dijaga, 

dan diberi rahmat, betapa baiknya makanan dan kawan per-

jalanan yang mereka miliki, dan betapa mereka dipelihara 

dengan hati-hati di sepanjang perjalanan sehingga kaki pun 

tidak bengkak dan pakaian tidak menjadi usang (Ul. 8:4), kita 

layak bertanya, “Apa lagi yang bisa dilakukan untuk suatu 

bangsa supaya mereka tenang?” Namun demikian, masih juga 

mereka mengeluh. Perhatikanlah, hati yang gusar sebab  tidak 

pernah puas selalu saja akan menemukan sesuatu untuk di-

pertengkarkan, meskipun keadaan lahiriah mereka begitu 

menguntungkan. 

II. Kebencian Tuhan  yang sudah semestinya terhadap penghinaan 

yang dilontarkan kepada-Nya oleh dosa ini: TUHAN mendengar-

nya, meskipun tidak tampak bahwa Musa mendengarnya. Perha-

tikanlah, Tuhan  mengetahui segala kegusaran dan sungut-sungut 

yang tersembunyi di dalam hati, meskipun semua itu disembunyi-

kan rapat-rapat dari manusia. Apa yang Dia perhatikan membuat-

Nya tidak senang, dan bangkitlah murka-Nya. Camkanlah, walau-

pun Tuhan  dengan penuh rahmat mengizinkan kita untuk me-

ngeluh kepada-Nya jika ada alasan (Mzm. 142:3), namun adillah 

jika Ia sampai dibuat marah, dan memandangnya sangat jahat, 

jika kita mengeluhkan sesuatu kepada-Nya tanpa alasan. Perilaku 

orang-orang di bawah kita yang seperti itupun biasa membuat 

kita marah. 

III. Penghakiman Tuhan  untuk menghajar mereka sebab  dosa ini: 

Menyalalah api TUHAN di antara mereka, seperti sambaran-sam-

baran api dari awan yang telah menghanguskan Nadab dan 

Abihu. Api amarah mereka terhadap Tuhan  membakar dalam pikir-

an mereka (Mzm. 39:4), jadi adillah juga bahwa api murka Tuhan  


 134

menghujam tubuh mereka. Kita membaca tentang sungut-sungut 

mereka beberapa kali, saat  mereka pertama kali keluar dari 

Mesir (Kel. 15-17). namun  kita tidak membaca tentang adanya 

tulah-tulah yang ditimpakan kepada mereka sebab  sunggut-

sungut mereka itu, seperti yang terjadi sekarang. Sebab, sekarang 

mereka sudah banyak mengalami pemeliharaan Tuhan , dan sebab  

itu jika mereka sampai tidak mempercayai-Nya lagi, maka per-

buatan mereka itu semakin tidak dapat dimaafkan. Sekarang api 

menyala menimpa Yakub (Mzm. 78:21), namun , untuk menunjuk-

kan betapa Tuhan  enggan berseteru dengan mereka, api itu ter-

timpa hanya pada orang-orang yang ada di tepi tempat perkemah-

an. Demikianlah penghakiman-penghakiman Tuhan  menimpa me-

reka secara perlahan-lahan, supaya mereka belajar dari peringatan. 

IV. Teriakan mereka kepada Musa, yang merupakan penengah mere-

ka yang sudah teruji (ay. 2). jika  Ia membunuh mereka, maka 

mereka mencari Dia, dan memohon kepada Musa untuk berdiri 

membela mereka. Perhatikanlah,  

1. jika  kita mengeluh tanpa alasan, maka adillah bagi Tuhan  

untuk balik memberi kita alasan untuk mengeluh.  

2. Orang-orang yang saat  sedang makmur memandang rendah 

sahabat-sahabat Tuhan , suatu waktu nanti saat  sedang kesu-

sahan, pasti tidak akan segan-segan ingin menjadikan orang-

orang yang mereka hina itu sebagai sahabat-sahabat mereka. 

Bapa Abraham, suruhlah Lazarus. 

V. Dikabulkannya doa Musa untuk mereka: saat  Musa berdoa 

kepada TUHAN (ia selalu siap berdiri di tengah-tengah untuk 

menjauhkan murka Tuhan ), Tuhan  menghormati dia dan persem-

bahannya, maka padamlah api itu. Dengan ini tampak bahwa 

Tuhan  tidak bersuka dalam menghukum, sebab, saat  Ia sudah 

memulai perseteruan-Nya, Ia segera melunak dan membiarkannya 

berlalu. Musa yaitu  salah satu dari orang-orang yang layak di 

mata Tuhan, yang dengan iman memadamkan api yang dahsyat. 

VI. Sebuah nama baru diberikan untuk tempat itu sebab  peristiwa 

ini, untuk mengabadikan aib dari bangsa yang suka bersungut-

sungut ini, dan untuk menghormati Tuhan  yang benar. Tempat itu 

disebut Tabera, pembakaran (ay. 3), supaya orang lain men-

Kitab Bilangan 11:4-15 

 135 

dengar, dan takut, dan belajar dari peringatan ini untuk tidak 

berbuat dosa seperti yang mereka lakukan, sebab kalau tidak, 

mereka akan menderita seperti bangsa itu (1Kor. 10:10). 

Sungut-sungut Bangsa Israel 

(11:4-15) 

4 Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; 

dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan 

memberi kita makan daging? 5 Kita teringat kepada ikan yang kita makan di 

Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang 

prei, bawang merah dan bawang putih. 6 namun  sekarang kita kurus kering, 

tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.” 7 Adapun 

manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah.  

8 Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya 

dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka mema-

saknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti 

rasa panganan yang digoreng. 9 Dan jika  embun turun di tempat perke-

mahan pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ. 10 saat  

Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis 

di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal 

itu dipandang jahat oleh Musa. 11 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: 

“Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku 

tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan 

kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? 12 Akukah yang mengan-

dung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau 

berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak 

yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah ke-

pada nenek moyangnya? 13 Dari manakah aku mengambil daging untuk di-

berikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku 

dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan. 14 Aku seorang diri 

tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu 

berat bagiku. 15 Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau 

membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya 

aku tidak harus melihat celakaku.”      

Ayat-ayat ini menggambarkan hal-hal menyedihkan yang tidak pan-

tas dan kacau pada bangsa Israel, baik rakyatnya maupun pemim-

pinnya tidak tenang hati. 

I. Di sini bangsa itu marah-marah, dan berbicara melawan Tuhan  

sendiri (seperti yang ditafsirkan, Mzm. 78:19), sekalipun Ia sudah 

berulang kali tampil dengan mulia baik kepada mereka maupun 

untuk mereka. Amatilah, 


 136

1. Siapa para penjahatnya.  

(1) Orang-orang bajingan mulai kemasukan nafsu rakus (ay. 4). 

Mereka ini gerombolan orang yang ikut-ikutan keluar dari 

Mesir, yang hanya mengharapkan tanah perjanjian, namun  

tidak mau menerima pencobaan di jalan menuju ke sana. 

Mereka ini seperti benalu, bergelantung pada baju orang 

Yahudi untuk mencari hidup. Mereka ikut pergi bersama 

orang Yahudi hanya sebab  tidak tahu bagaimana harus 

hidup di Mesir sendiri, sehingga terpaksa mencari perun-

tungan di negeri orang. Mereka ini yaitu  domba-domba 

kudisan yang menjangkiti seluruh kawanan domba, ragi 

yang mengkhamirkan seluruh adonan. Perhatikanlah, sedi-

kit orang yang suka menimbulkan perselisihan, yang tidak 

pernah puas, dan jahat tabiatnya, dapat mendatangkan 

banyak kejahatan dalam warga  yang terbaik sekali-

pun, jika tidak diberikan perhatian yang sungguh-sungguh 

untuk membungkam mereka. Orang-orang seperti ini ada-

lah angkatan yang jahat, yang darinya kita, dengan berhik-

mat, harus memberi diri kita diselamatkan (Kis. 2:40).  

(2) Bahkan orang Israel terjangkiti penyakit itu, seperti yang 

diberitahukan kepada kita (ay. 4). Keturunan yang kudus 

itu menggabungkan diri dengan orang-orang yang keji ini. 

Orang-orang bajingan yang dibicarakan di sini tidak ter-

hitung di antara orang-orang Israel, namun  dipisahkan se-

bagai kaum yang tidak diperhitungkan oleh Tuhan . Dan se-

kalipun begitu orang Israel, dengan melupakan citra diri 

dan keistimewaan mereka sendiri, berhimpun dengan me-

reka dan mempelajari jalan mereka, seolah-olah sampah 

dan buangan dari perkemahan harus menjadi penasihat 

mereka. Orang-orang Israel, sekalipun merupakan umat 

yang dekat dengan Tuhan  dan diberi hak yang sangat isti-

mewa, ikut terjerumus juga ke dalam pemberontakan me-

lawan Dia! Oh, betapa sedikitnya kehormatan yang dimiliki 

Tuhan  di dunia, saat  bahkan umat yang Dia bentuk bagi 

diri-Nya sendiri, untuk memberitakan puji-pujian bagi-Nya, 

justeru mendatangkan penghinaan besar bagi-Nya! Oleh 

sebab itu, janganlah ada orang yang berpikir bahwa peng-

akuan-pengakuan iman dan hak-hak istimewa mereka se-

cara lahiriah akan melindungi mereka dari godaan-godaan 

Kitab Bilangan 11:4-15 

 137 

Iblis untuk berbuat dosa, atau dari penghakiman-pengha-

kiman Tuhan  sebab  dosa. Lihat 1 Korintus 10:1-2, 12. 

2. Apa kejahatan orang-orang yang tidak puas itu: mereka ber-

nafsu rakus dan bersungut-sungut. Meskipun belum lama ini 

mereka dihukum sebab  dosa ini, dan banyak dari antara me-

reka terguling sebab nya, seperti Tuhan  menggulingkan Sodom 

dan Gomora, dan bau api masih tercium di lubang hidung 

mereka, namun mereka kembali melakukannya. Lihat Amsal 

27:22.  

(1) Mereka membesar-besarkan kelimpahan dan kelezatan 

makanan yang mereka dapatkan dahulu di Mesir (ay. 5), 

seolah-olah Tuhan  sudah melakukan kejahatan besar ter-

hadap mereka dengan membawa mereka keluar dari sana. 

saat  mereka berada di Mesir, mereka berkeluh-kesah 

sebab  beban berat, sebab hidup mereka dibuat bertambah 

pahit oleh perbudakan yang keras. Namun demikian, se-

karang mereka berbicara tentang Mesir seolah-olah mereka 

semua hidup seperti pangeran di sana, padahal ini hanya 

alasan saja atas ketidakpuasan mereka pada saat ini. Bisa-

bisanya mereka berbicara tentang makan ikan di Mesir 

dengan sesuka hati, atau dengan cuma-cuma, seolah-olah 

mereka tidak harus membayar apa-apa, padahal mereka 

membayarnya begitu mahal dengan kerja keras. Mereka ter-

ingat kepada mentimun dan semangka, bawang prei, ba-

wang merah dan bawang putih (memang makanan yang 

nikmat untuk digemari!), namun  mereka tidak ingat batu 

bata dan pengawas-pengawas rodi, suara si penindas dan 

perihnya cambuk. Tidak, semuanya ini dilupakan oleh 

orang-orang yang tidak tahu berterima kasih ini.  

(2) Mereka muak dengan persediaan baik yang telah dibuat 

Tuhan  untuk mereka (ay. 6). Persediaan itu yaitu  roti dari 

surga, makanan malaikat. Untuk menunjukkan betapa 

tidak masuk akalnya keluhan mereka, di sini digambarkan 

tentang manna (ay. 7-9). Manna itu baik untuk makanan, 

dan indah dipandang, setiap butirnya seperti mutiara dari 

timur. Manna itu makanan yang sehat dan bergizi. Manna 

itu tidak bisa disebut roti kering, sebab rasanya seperti rasa 

panganan yang digoreng. Manna itu cocok (menurut orang 


 138

Yahudi, Kebijaksanaan Salomo 16:20) dengan lidah setiap 

orang, dan rasanya seperti rasa yang disukai setiap orang. 

Dan, meskipun rasanya tetap sama, namun, dengan cara 

mengolahnya berbeda-beda, rasanya bisa beraneka ragam 

yang menyukakan hati. Manna tidak menuntut bayaran 

apa-apa dari mereka, ataupun tenaga untuk mendapatkan-

nya, sebab ia jatuh pada malam hari, saat  mereka 

sedang tidur. Dan tenaga yang dikeluarkan untuk me-

ngumpulkannya pun tidak layak untuk dibicarakan. Mere-

ka tinggal dengan cuma-cuma, dan sekalipun begitu bisa-

bisanya mereka berbicara tentang murahnya Mesir dan 

ikan yang mereka makan di sana dengan cuma-cuma. Bah-

kan, yang jauh lebih berharga dibandingkan  semuanya ini, 

manna berasal dari kuasa dan kemurahan Tuhan  secara 

langsung, bukan dari penyelenggaraan ilahi yang biasa, 

melainkan dari perkenanan yang istimewa. Manna itu, se-

perti kasih setia Tuhan , baru setiap pagi, selalu segar, tidak 

seperti makanan orang-orang yang sedang berlayar. Sewak-

tu mereka hidup dari manna, mereka tampak terbebas dari 

kutukan yang sudah ditimpakan dosa ke atas manusia, 

bahwa dengan berpeluh ia akan mencari makanannya. Na-

mun demikian, mereka berbicara tentang manna dengan 

mencemooh seperti itu, seolah-olah itu tidak cukup baik 

untuk menjadi makanan babi: Kita kurus kering. Mereka 

berbicara seolah-olah Tuhan  berlaku keras terhadap mereka 

dengan tidak memberi mereka makanan yang lebih baik. 

Pada awalnya mereka terkagum-kagum oleh manna itu 

(Kel. 16:15): Apakah ini? “Apa barang yang mengherankan 

dan berharga ini!” namun  sekarang mereka meremehkan-

nya. Perhatikanlah, hati orang yang dikuasai oleh kema-

rahan dan ketidakpuasan akan menemukan kesalahan da-

lam sesuatu yang tidak mengandung kesalahan, yang pa-

dahal justru mendatangkan kebaikan bagi mereka. Sangat 

menggusarkan hati Tuhan  jika kita meremehkan perkenanan-

perkenanan-Nya, dan mengatakan cuma tentang belas 

kasih yang biasa kita terima. Bukan apa-apa, cuma manna! 

Orang-orang yang bisa saja hidup dengan sangat bahagia 

sering kali justru membuat diri mereka sendiri sangat 

sengsara dengan ketidakpuasan mereka.  

Kitab Bilangan 11:4-15 

 139 

(3) Mereka tidak bisa dipuaskan kecuali mereka memiliki  

daging untuk dimakan. Mereka membawa banyak sekali 

kambing domba bersama mereka dari Mesir. namun , entah 

mereka tamak, sehingga tidak mau menyembelih kambing 

domba itu, sebab  tidak mau jumlahnya berkurang (me-

reka hanya mau daging semurah-murahnya seperti roti, 

atau mereka tidak akan senang), atau juga mereka me-

mang ingin yang macam-macam, dan daging sapi atau 

domba saja tidak akan membuat mereka puas. Mereka 

menginginkan yang lebih enak dan lezat, seperti ikan yang 

mereka makan di Mesir. Makan saja tidak cukup, mereka 

harus berpesta juga. Mereka sudah berpesta dengan Tuhan , 

dengan memakan korban-korban keselamatan yang men-

jadi bagian mereka. namun  sepertinya Tuhan  tidak terus me-

nyajikan hidangan yang cukup untuk mereka, sehingga 

mereka masih memerlukan potongan-potongan makanan 

yang lebih lezat dibandingkan  yang dibawa ke mezbah-Nya. 

Perhatikanlah, jika kita selalu berhasrat untuk mengecap 

semua kelezatan dan kepuasan inderawi sampai ke puncak 

kesenangan, maka itu menjadi bukti jelas bahwa pikiran 

kedagingan sedang berkuasa dalam diri kita. Jangan ingin 

akan makanan yang lezat (Ams. 23:1-3). Jika Tuhan  mem-

beri kita makanan yang secukupnya, sudah semestinya 

kita bersyukur, meskipun kita tidak makan lemak dan mi-

num yang manis.  

(4) Mereka tidak mempercayai kuasa dan kebaikan Tuhan  

cukup mampu untuk memenuhi apa yang mereka butuh-

kan: Siapakah yang akan memberi kita makan daging? 

Mereka menganggap Tuhan  tidak dapat memberi nya. De-

mikianlah pertanyaan mereka ini dikecam dalam Mazmur 

78:19-20, sanggupkah Ia menyediakan daging juga?. Ia per-

nah satu kali memberi mereka daging dengan roti, saat  Ia 

memandangnya pantas bagi mereka (Kel. 16:13). Dan sebe-

narnya bisa saja mereka berharap bahwa Ia akan melaku-

kannya lagi, jika, bukannya bersungut-sungut, mereka ber-

doa memohon belas kasihan-Nya. Perhatikanlah, yaitu  

suatu penghinaan terhadap Tuhan  jika kita membiarkan 

keinginan-keinginan kita jauh melampaui iman kita.  


 140

(5) Keinginan mereka menggebu-gebu dan mendesak-desak. 

Mereka kemasukan nafsu rakus, demikian kata yang di-

pakai, bernafsu sejadi-jadinya dan tamak, sampai meratap-

ratap sebab  kesal. Betapa kekanak-kanakannya orang 

Israel, menuntut untuk dituruti kemauannya, hingga me-

nangis sebab  tidak mendapatkan apa yang mereka ingin-

kan dan saat  mereka menginginkannya. Mereka tidak 

mempersembahkan keinginan ini kepada Tuhan , sebab  

memilih untuk berutang budi kepada orang lain untuk 

mendapatkannya. Kita tidak boleh membiarkan diri hanyut 

dalam keinginan yang tidak bisa kita mintakan kepada 

Tuhan  dengan berdoa, sebab  ini seperti kita meminta ma-

kanan menuruti nafsu kita (Mzm. 78:18). sebab  dosa ini, 

bangkitlah murka TUHAN dengan sangat melawan mereka, 

yang ditulis sebagai peringatan bagi kita, supaya janganlah 

kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah 

mereka perbuat (1Kor. 10:6).  

(6) Daging yaitu  makanan yang baik dan halal untuk di-

makan. Namun mereka dikatakan bernafsu mengejar hal-

hal yang jahat. Sesuatu yang asalnya tidak haram, akan 

menjadi jahat bagi kita jika  hal itu tidak ditentukan Tuhan  

untuk kita, namun  kita menginginkannya dengan menggebu-

gebu. 

II. Musa sendiri, walaupun lemah lembut dan baik hati sifatnya, me-

rasa gelisah atas peristiwa ini: Hal itu dipandang jahat oleh Musa. 

Nah,  

1. Harus diakui bahwa tindakan mereka itu sangat menggusar-

kan hati. Sungut-sungut mereka ini mendatangkan penghina-

an yang besar terhadap Tuhan , dan Musa menyimpan saja 

dalam hatinya celaan-celaan yang ditimpakan kepada dirinya. 

Mereka tahu bahwa ia selalu berbuat semampunya untuk 

kebaikan mereka, dan bahwa ia tidak melakukan atau dapat 

melakukan sesuatu tanpa ketentuan ilahi. Namun demikian, 

jika orang terus-menerus diganggu dan dituntut seperti itu 

oleh sekelompok orang yang tidak berpikir waras dan tidak 

tahu berterima kasih, maka bahkan Musa sendiri pun akan 

kehilangan kesabaran. Tuhan  mempertimbangkan hal ini, dan 

Kitab Bilangan 11:4-15 

 141 

sebab  itu kita tidak mendapati bahwa Ia menegur Musa 

sebab  kegelisahannya. 

2. Namun, Musa mengungkapkan isi hatinya dengan cara yang 

tidak sepatutnya atas peristiwa ini, dan tidak memenuhi kewa-

jibannya baik terhadap Tuhan  maupun Israel, sebab  ia 

berbantah-bantah.  

(1) Ia tidak menghargai kehormatan yang telah diberikan Tuhan  

kepadanya, dalam menjadikannya pelayan yang terkemuka 

dari kuasa dan anugerah-Nya, dalam membebaskan dan 

membimbing umat kesayangan itu. Semua kehormatan ini 

seharusnya sudah cukup untuk mengimbangi bebannya 

itu.  

(2) Ia terlalu banyak mengeluh tentang kepedihan jasmani, 

dan terlalu terbawa perasaan oleh sedikit keributan dan 

kelelahan. Jika ia tidak tahan dengan pekerjaan memerin-

tah, yang ringan seperti orang yang berlari bertaruh dengan 

orang berjalan, bagaimana ia bisa tahan dengan kengerian-

kengerian perang, di mana ia harus bertanding melawan 

kuda-kuda? Seharusnya mudah saja baginya untuk meng-

anggap remeh tuntutan-tuntutan mereka, dan tidak meng-

acuhkannya.  

(3) Ia membesar-besarkan perbuatan-perbuatannya sendiri, 

bahwa tanggung jawab atas seluruh bangsa itu dibebankan 

kepadanya, padahal Tuhan  sendirilah yang benar-benar me-

ringankannya dari semua beban itu. Musa tidak perlu 

bersusah payah menyediakan tempat tinggal, atau makan-

an, bagi mereka. Tuhan lah yang melakukan semuanya. Dan, 

jika terjadi suatu permasalahan yang sulit, ia tidak perlu 

kebingungan, selama ia memiliki  sabda ilahi untuk 

dimintai petunjuk. Ia selalu dibimbing oleh hikmat ilahi, di-

dukung oleh wewenang ilahi, dan ditopang langsung oleh 

kekuatan yang maha kuasa sendiri yang memberi  

imbalan dan menjatuhkan hukuman.  

(4) Ia tidak begitu peka seperti yang seharusnya akan kewa-

jiban yang mengikatnya, yang diberikan berdasar  man-

dat dan perintah ilahi, untuk berbuat semampu mungkin 

bagi bangsanya. Ia mengemukakan, bahwa sebab  mereka 

bukan anak-anak kandungnya, maka ia tidak berkepen-

tingan untuk mengurus mereka seperti seorang ayah. 


 142

Padahal Tuhan  sendiri, yang berhak mempekerjakan dia se-

suai kehendak-Nya, telah mengangkat dia untuk menjadi 

ayah bagi mereka.  

(5) Ia terlalu membebani dirinya sendiri saat  ia bertanya, 

dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepa-

da mereka? (ay. 13), seolah-olah dialah pengurus rumah 

tangga bagi bangsa itu, dan bukan Tuhan . Bukan Musa yang 

memberi  mereka roti (Yoh. 6:32). Tidak pula diharapkan 

bahwa ia harus memberi mereka daging, namun  ia hanya 

sebagai alat di tangan Tuhan . Dan jika ya