han yang kepada TUHAN
pada waktunya; orang itu akan menanggung akibat dosanya. 14 jika se-
orang asing yang telah menetap padamu hendak merayakan Paskah bagi
TUHAN, maka haruslah ia merayakannya menurut segala ketetapan dan per-
aturan Paskah. Satu ketetapan harus berlaku bagi kamu, baik bagi orang
asing maupun bagi orang Israel asli.”
Di sini kita mendapati,
I. Sebuah perintah yang diberikan untuk merayakan Paskah dengan
khidmat, dua belas bulan Sesudah orang-orang Israel keluar dari
tanah Mesir, pada hari yang keempat belas, bulan yang pertama,
tahun yang kedua. Perintah itu diberikan beberapa hari sebelum
mereka dihitung, sebab penghitungan itu dilaksanakan pada awal
bulan kedua. Amatilah,
1. Tuhan memberi perintah-perintah khusus untuk merayakan
Paskah ini, sebab jika tidak, dari apa yang tampak, mereka
tidak akan merayakannya. Sebab, saat pertama kali ditetap-
kan, Paskah harus dirayakan pada saat mereka tiba di negeri
yang dijanjikan (Kel. 12:25). Dan tidak ada Paskah sampai me-
reka tiba di tanah Kanaan (Yos. 5:10). Ini merupakan pertanda
awal dari dihapuskannya ketetapan-ketetapan upacara ibadah
pada akhirnya, bahwa, segera Sesudah upacara-upacara itu di-
tetapkan, sebagian di antaranya dibiarkan tertidur selama ber-
tahun-tahun lamanya. Ketetapan perjamuan Tuhan yang da-
tang menggantikan ketetapan Paskah, tidak dihentikan atau
dikesampingkan seperti itu pada masa-masa awal jemaat Kris-
ten, meskipun itu yaitu masa-masa yang lebih sulit dan lebih
susah dibandingkan yang dialami Israel di padang gurun. Bahkan,
pada masa-masa penganiayaan, perjamuan Tuhan justru lebih
sering dirayakan dibandingkan sesudahnya. Orang Israel di padang
gurun tidak dapat melupakan pembebasan mereka dari tanah
Mesir. Keadaan mereka pada saat ini yaitu peringatan yang
terus-menerus bagi mereka akan pembebasan itu. Segala ba-
haya mengintai mereka pada saat mereka tiba di tanah Ka-
Kitab Bilangan 9:1-14
105
naan. Itulah sebabnya di sana mereka perlu diingatkan akan
gunung batu yang dari padanya mereka terpahat. Namun de-
mikian, sebab Paskah pertama dirayakan dengan terburu-
buru, dan lebih menekankan hakikat dibandingkan tanda, maka
sudah menjadi kehendak Tuhan bahwa pada pergantian tahun,
saat mereka lebih tenang, dan lebih mengenal hukum ilahi,
mereka harus merayakannya lagi, supaya anak-anak mereka
dapat memahami upacara itu dengan jelas, dan mengingatnya
dengan lebih baik sesudah ini. Calvin menganggap bahwa
mereka diwajibkan untuk merayakannya pada saat itu, dan
mengamatinya sebagai contoh dari kecerobohan mereka bah-
wa mereka perlu diingatkan kembali akan suatu ketetapan
yang belum begitu lama ini mereka terima.
2. Musa dengan setia meneruskan kepada orang Israel perintah-
perintah yang diberikan kepadanya (ay. 4). Demikian pula
Paulus meneruskan kepada jemaat-jemaat apa yang telah ia
terima dari Tuhan mengenai Paskah injili (1Kor. 11:23). Per-
hatikanlah, para pemimpin harus menjadi pengawas, dan
hamba-hamba Tuhan harus berusaha menghidupkan pengerti-
an orang oleh peringatan-peringatan terhadap apa yang baik.
3. Orang Israel melaksanakan perintah-perintah yang diberikan
kepada mereka (ay. 5). Walaupun mereka belum lama ini
merayakan hari raya Penahbisan Kemah Suci (ps. 7), namun
mereka tidak mau memakai hal itu sebagai alasan untuk tidak
merayakan Paskah. Perhatikanlah, pelaksanaan-pelaksanaan
upacara ibadah yang luar biasa tidak boleh menggantikan,
atau menyingkirkan, ibadah-ibadah yang sudah ditetapkan.
Mereka merayakan Paskah bahkan di padang gurun. Meski-
pun kita sedang hidup sebatang kara dan tidak menetap, na-
mun kita harus tetap datang ke hadirat Tuhan melalui ketetap-
an-ketetapan kudus saat kita memiliki kesempatan. Sebab
dalam ketetapan-ketetapan itu, kita bisa saja menemukan per-
cakapan yang terbaik dan kelegaan yang terbaik. Demikianlah
Israel milik Tuhan diberi persediaan di padang gurun.
II. Petunjuk-petunjuk yang diberikan mengenai orang-orang yang
najis dan tidak boleh mengikuti upacara ibadah saat mereka
akan memakan perjamuan Paskah. Hukum Paskah mengharus-
kan semua orang Israel untuk makan dari perjamuan Paskah. Be-
106
berapa hukum berikutnya melarang orang-orang yang sedang
dalam keadaan najis dan tidak boleh mengikuti upacara ibadah
untuk memakan persembahan-persembahan kudus. Orang-orang
yang pikiran dan hati nuraninya tercemar oleh dosa tidak layak
sama sekali untuk bersekutu dengan Tuhan . Dan mereka tidak
dapat ambil bagian dalam Paskah injili dengan cara yang benar-
benar menghibur, sampai mereka ditahirkan melalui pertobatan
sejati dan iman. Sungguh mereka ada dalam keadaan yang serba
salah dan menyedihkan. Jika mereka tidak datang untuk melak-
sanakan ketetapan-ketetapan kudus, mereka bersalah atas peng-
hinaan terhadapnya. namun jika mereka datang dalam kecemaran
mereka, mereka bersalah atas pencemaran terhadapnya. Oleh
sebab itu mereka harus membasuh diri, dan baru lalu ber-
jalan mengelilingi mezbah Tuhan. Sekarang,
1. Di sini ada suatu perkara yang terjadi di Israel saat Paskah
ini akan dirayakan: Beberapa orang najis oleh sebab mayat
(ay. 6), dan mereka terkurung dalam kenajisan itu selama
tujuh hari (19:11), dan selama waktu itu tidak boleh memakan
persembahan-persembahan kudus (Im. 7:20). Ini bukan kesa-
lahan mereka, melainkan ketidakpatutan mereka. Beberapa
orang memang harus menyentuh mayat, untuk menguburkan-
nya agar tidak terlihat orang, dan sebab itu mereka dapat,
dengan lebih sopan santun, menyampaikan keluhan mereka
kepada Musa.
2. Seruan yang diajukan kepada Musa oleh orang yang berkepen-
tingan (ay. 7). Perhatikanlah, berhikmatlah orang, dalam per-
kara-perkara sulit mengenai dosa dan kewajiban, untuk me-
minta petunjuk dari hamba-hamba Tuhan yang telah ditem-
patkan Tuhan atas mereka, dan untuk mencari pengajaran dari
mulut mereka (Mal. 2:7). Sarana-sarana ini harus kita gunakan
sambil kita berdoa kepada Tuhan untuk menuntun kita di jalan
yang lurus. Amatilah betapa dengan susah dan khawatir
orang-orang ini mengeluh bahwa mereka dicegah untuk mem-
persembahkan persembahan bagi TUHAN. Mereka tidak me-
ngeluh bahwa hukum itu tidak adil, namun meratapi ketidak-
bahagiaan mereka bahwa mereka terkena kekangannya pada
saat ini. Dan mereka ingin agar diambil suatu tindakan untuk
melegakan mereka. Perhatikanlah, yaitu suatu berkat untuk
melihat orang-orang lapar dan haus akan ketetapan-ketetapan
Kitab Bilangan 9:1-14
107
Tuhan , dan mendengar mereka berkeluh-kesah akan sesuatu
yang mencegah mereka untuk menikmati ketetapan-ketetapan
itu. Harus menjadi masalah bagi kita jika sebab suatu
alasan kita dicegah untuk mempersembahkan persembahan
kita dalam ibadah-ibadah khidmat dari hari Sabat atau dari
sakramen, seperti menjadi masalah bagi Daud saat ia
dibuang dari mezbah (Mzm. 42:1-2).
3. Pertimbangan yang diambil Musa dalam menyelesaikan per-
kara ini. Di sini tampak ada hukum melawan hukum. Dan,
walaupun yang menjadi aturan yaitu bahwa hukum yang
lalu harus menjelaskan hukum yang terdahulu, namun
Musa merasa iba terhadap orang-orang Israel ini, yang hak
istimewanya untuk merayakan Paskah dicabut seperti itu.
Oleh sebab itu ia mengambil waktu untuk meminta petunjuk
dari sabda Tuhan , untuk mengetahui apa pikiran Tuhan dalam
perkara ini: Aku hendak mendengar apa yang akan diperintah-
kan TUHAN mengenai kamu (ay. 8). Hamba-hamba Tuhan
harus mengambil contoh dari sini dalam menyelesaikan per-
kara-perkara yang menyangkut hati nurani.
(1) Mereka tidak boleh memutuskan dengan tergesa-gesa, te-
tapi harus mengambil waktu untuk menimbang, supaya se-
tiap keadaan dipertimbangkan sebagaimana mestinya, per-
karanya dilihat dalam terang yang benar, dan hal-hal ro-
hani dibandingkan dengan yang rohani.
(2) Mereka harus meminta petunjuk dari mulut Tuhan , dan
tidak memutuskan berdasar prasangka dari khayalan
atau perasaan mereka sendiri, namun tanpa memihak, se-
suai dengan pikiran Tuhan , sebaik-baiknya yang mereka
ketahui. Kita tidak memiliki sabda ilahi untuk dimintai
petunjuk seperti yang dimiliki Musa, namun kita perlu ber-
pegang pada pengajaran dan kesaksian, dan berbicara se-
suai dengan pedoman itu. Dan jika, dalam perkara-perkara
sulit, kita mengambil waktu untuk membentangkan per-
kara itu secara khusus di hadapan Tuhan melalui doa yang
penuh kerendahan hati dan iman, maka beralasan bagi
kita untuk berharap bahwa Roh yang dijanjikan akan me-
mimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, akan memampu-
kan kita untuk memimpin orang lain di jalan yang baik dan
lurus.
108
4. Petunjuk-petunjuk yang diberikan Tuhan dalam perkara ini,
dan dalam perkara-perkara lain yang serupa, yang menjelas-
kan hukum Paskah. Kejadian yang tidak menyenangkan
menghasilkan hukum-hukum yang baik.
(1) Orang-orang yang kebetulan sedang najis dan tidak boleh
mengikuti upacara ibadah pada saat perjamuan Paskah
diperbolehkan memakannya pada hari dan bulan itu,
Sesudah mereka ditahirkan. Demikian pula dengan orang-
orang yang kebetulan sedang berada dalam perjalanan
jauh (ay. 10-11). Lihatlah di sini,
[1] Bahwa saat kita hendak datang kepada Tuhan dalam
ketetapan-ketetapan yang khidmat, sangatlah penting
bahwa kita tahir dan tenang.
[2] Bahwa apa yang dapat dijadikan alasan bagi kita untuk
menunda suatu kewajiban untuk sementara waktu,
tidak akan membenarkan kita untuk melalaikan dan
menghilangkan kewajiban itu sepenuhnya. Orang yang
sedang berselisih dengan saudaranya dapat meninggal-
kan persembahannya di depan mezbah, sementara ia
pergi untuk berdamai dahulu dengan saudaranya. Te-
tapi jika orang itu telah melakukan bagiannya untuk
berdamai, apakah itu berhasil atau tidak, maka ia ha-
rus kembali untuk mempersembahkan persembahan itu
(Mat. 5:23-24). Paskah yang kedua ini harus dirayakan
pada hari dan bulan yang sama seperti Paskah yang
pertama, sebab ketetapan itu merupakan peringatan
akan pembebasan mereka pada hari dan bulan itu. Satu
kali kita mendapati seluruh jemaat merayakan Paskah
pada tanggal empat belas bulan kedua, pada zaman
Hizkia (2Taw. 30:15), yang mungkin dapat membantu
menjelaskan mengapa sebagian orang yang tidak tahir
diperbolehkan memakan perjamuan Paskah. Seandai-
nya Paskah umum dirayakan pada bulan pertama,
maka orang-orang yang najis bisa saja ditangguhkan
sampai bulan kedua. namun , sebab Paskah itu diraya-
kan pada bulan kedua, dan mereka tidak mendapat pe-
rintah untuk memakan perjamuan Paskah pada bulan
ketiga, maka dibandingkan tidak memakan perjamuan Pas-
Kitab Bilangan 9:1-14
109
kah sama sekali, mereka diperbolehkan untuk mema-
kannya, walaupun ketahiran mereka tidak sesuai de-
ngan tempat kudus (2Taw. 30:19-20).
(2) Setiap kali Paskah dirayakan pada bulan kedua, segala ke-
tetapan dan peraturannya harus dijalankan dengan ketat
(ay. 12). Mereka tidak boleh berpikir bahwa, sebab waktu
perayaannya sudah berakhir, maka suatu bagian dari upa-
cara khidmat itu dapat dikurangi. saat kita tidak dapat
melakukan seperti yang kita mau, kita harus melakukan
yang terbaik yang dapat kita lakukan dalam melayani Tuhan .
(3) Kelonggaran dalam keadaan mendesak ini sama sekali
tidak akan memperbolehkan atau membebaskan siapa pun
untuk mengabaikan perayaan Paskah pada waktu yang
ditetapkan, saat mereka tidak dalam keadaan mendesak
(ay. 13). jika seseorang tidak berhalangan untuk mema-
kan perjamuan Paskah pada waktu yang ditetapkan, dan
jika ia melalaikannya, dengan memakai kebebasan yang di-
berikan oleh hukum ini secara lancang, maka ia menghina
Tuhan , dan menyalahgunakan kebaikan-Nya secara dur-
haka. Ia pasti akan menanggung akibat dosanya, dan harus
dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. Perhati-
kanlah, orang-orang yang, bertentangan dengan keinginan
mereka, terpaksa tidak dapat menghadiri ketetapan-kete-
tapan Tuhan , mereka itu dapat mengharapkan dengan
tenang perkenanan-perkenanan dari anugerah Tuhan di da-
lam penderitaan mereka. Demikian pula halnya, orang-
orang yang dengan sengaja tidak menghadiri ketetapan-
ketetapan Tuhan dapat sewajarnya menantikan tanda-tanda
murka Tuhan sebab dosa mereka. Jangan sesat! Tuhan tidak
membiarkan diri-Nya dipermainkan.
(4) Di sini ditambahkan sebuah pernyataan yang mendukung
orang-orang asing (ay. 14). Walaupun disyaratkan bahwa
orang asing yang mau bergabung dengan mereka dalam
memakan perjamuan Paskah harus disunat sebagai peng-
anut agama mereka (Kel. 12:48-49), namun penerimaan
yang baik terhadap orang-orang yang bukan orang Israel
asli untuk memakan perjamuan Paskah ini merupakan
isyarat dari perkenanan yang dirancang bagi orang-orang
bukan Yahudi yang malang oleh Kristus. Sama seperti pada
110
waktu itu ada satu hukum, demikian pula pada zaman
Mesias akan ada satu Injil, bagi orang asing dan bagi orang
asli. Sebab setiap orang dari bangsa mana pun yang takut
akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan ke-
pada-Nya. Dan ini merupakan kebenaran, sebelum Petrus
mengerti akan hal itu (Kis. 10:34-35).
Tiang Awan dan Api
(9:15-23)
15 Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci,
kemah hukum Tuhan ; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di
atas Kemah Suci, kelihatan seperti api. 16 Demikianlah selalu terjadi: awan
itu menutupi Kemah, dan pada waktu malam kelihatan seperti api. 17 Dan
setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israelpun berangkat-
lah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah. 18 Atas
titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka ber-
kemah; selama awan itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah.
19 jika awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, maka orang Israel me-
melihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah mereka berangkat.
20 Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci;
maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka
berangkat. 21 Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; saat
awan itu naik pada waktu pagi, merekapun berangkatlah; baik pada waktu
siang baik pada waktu malam, jika awan itu naik, merekapun berangkat-
lah. 22 Berapa lamapun juga awan itu diam di atas Kemah Suci, baik dua
hari, baik sebulan atau lebih lama, maka orang Israel tetap berkemah dan
tidak berangkat; namun jika awan itu naik, barulah mereka berangkat.
23 Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka
berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah
TUHAN dengan perantaraan Musa.
Kita mendapati di sini sejarah tentang awan. Bukan sejarah alami:
siapa yang tahu tentang melayangnya awan-awan?, melainkan se-
jarah ilahi tentang awan yang ditetapkan untuk menjadi tanda dan
lambang yang terlihat dari kehadiran Tuhan bersama Israel.
I. saat Kemah Suci selesai dibangun, awan ini, yang sebelumnya
menggantung di tempat tinggi di atas kemah orang Israel, ber-
gerak untuk diam di atas Kemah Suci, dan menutupinya, untuk
menunjukkan bahwa Tuhan menyatakan kehadiran-Nya bersama
umat-Nya di dalam dan melalui ketetapan-ketetapan-Nya. Dalam
ketetapan-ketetapan itulah Ia menyatakan diri-Nya, dan pada
ketetapan-ketetapan itulah kita harus mengarahkan pandangan
kita jika kita mau menyaksikan kemurahan Tuhan (Mzm. 27:4;
Kitab Bilangan 9:15-23
111
Yeh. 37:26-27). Demikianlah Tuhan memuliakan ketetapan-ketetap-
an-Nya sendiri, dan menunjukkan perkenanan-Nya atas kasih dan
ketaatan umat-Nya.
II. Apa yang nampak sebagai awan pada siang hari, nampak sebagai
api sepanjang malam. Seandainya itu hanya awan saja, maka itu
tidak akan terlihat pada malam hari. Dan, seandainya itu hanya
api saja, maka itu akan sulit terlihat pada siang hari. namun Tuhan
mau memperlihatkan kepada mereka, dengan cara yang bisa di-
saksikan oleh indra jasmani, kehadiran-Nya yang terus-menerus
bersama mereka, dan perhatian-Nya terhadap mereka, dan bahwa
Ia menjaga mereka siang malam (Yes. 27:3; Mzm. 121:6). Dengan
demikian kita diajar untuk senantiasa memandang kepada
TUHAN, dan untuk melihat-Nya dekat dengan kita baik siang
maupun malam. Suatu sifat dari pewahyuan ilahi yang olehnya
jemaat Perjanjian Lama diatur, bisa juga ditunjukkan melalui
tanda-tanda yang terlihat dari kehadiran Tuhan ini. Awan menan-
dakan kegelapan, dan api menandakan kengerian dari masa
dispensasi itu, jika dibandingkan dengan penyingkapan-penying-
kapan kemuliaan Tuhan yang lebih jelas dan menghibur, yang
sudah dibuat-Nya dalam wajah Yesus Kristus.
III. Tiang awan dan api ini mengarahkan dan menentukan semua
gerak-gerik, perjalanan, dan perkemahan orang Israel di padang
gurun.
1. Selama awan itu diam di atas Kemah Suci, selama itu pula
mereka terus tinggal di tempat yang sama, dan tidak bangkit
bergerak. Walaupun tidak diragukan lagi mereka sangat ingin
meneruskan perjalanan mereka menuju tanah Kanaan, di
mana mereka rindu untuk berada dan berharap untuk berada
di sana secepatnya, namun selama awan itu diam, sekalipun
itu sebulan atau setahun, selama itu pula mereka berdiam (ay.
22). Perhatikanlah, siapa yang percaya tidak akan tergesa-
gesa. Tidak ada waktu yang terbuang saat kita sedang me-
nantikan waktu Tuhan . Duduk diam dengan puas hati saat
nasib kita menuntutnya yaitu contoh penyerahan diri pada
kehendak Tuhan yang sama berkenannya seperti bekerja
untuk-Nya saat kita dipanggil untuk itu.
112
2. jika awan itu naik, mereka berangkat, tidak peduli senya-
man apa mereka berkemah (ay. 17). Apakah awan itu bergerak
siang atau malam, mereka tidak menunda untuk mengikuti
gerakan-gerakannya (ay. 21). Dan mungkin ada sebagian
orang yang ditunjuk untuk berjaga mengawasi tiang itu siang
dan malam, untuk memberitahukan secara tepat waktu ke-
pada seluruh perkemahan tentang permulaan pergerakan
tiang itu. Dan ini disebut memelihara kewajiban kepada
TUHAN. Orang Israel, sebab terus-menerus berada dalam ke-
adaan yang tidak pasti, dan tidak ada waktu yang ditetapkan
untuk berhenti atau berangkat, diwajibkan untuk selalu siap
sedia untuk meneruskan perjalanan Sesudah diberi peringatan
yang sangat mendadak. Dan untuk alasan yang sama, kita
dibiarkan dalam ketidakpastian mengenai kapan kita harus
membongkar kemah tempat kediaman kita di bumi ini, agar
kita selalu siap untuk berangkat atas titah TUHAN.
3. Selama dan sejauh awan itu bergerak, selama dan sejauh itu
pula mereka berjalan. Dan tepat di mana awan itu diam, mere-
ka memasang kemah-kemah mereka di sekitarnya, dan Kemah
Tuhan di bawahnya (ay. 17). Perhatikanlah, sungguh tidak
nyaman untuk tetap tinggal saat Tuhan sudah berangkat,
namun sangat aman dan menyenangkan untuk pergi saat kita
melihat Tuhan pergi mendahului kita, dan untuk beristirahat di
tempat yang ditetapkan-Nya bagi kita. Hal ini diulangi berkali-
kali dalam ayat-ayat ini, sebab merupakan mujizat yang
terjadi terus-menerus. Dan hal ini sering kali diulangi, sebagai
apa yang tidak pernah gagal dalam semua perjalanan mereka,
dan sebab ini merupakan perkara yang harus kita perhatikan
secara khusus sebagai perkara yang sangat penting dan mem-
beri pelajaran. Hal ini disebutkan lama sesudahnya oleh Daud
(Mzm. 105:39), dan oleh umat Tuhan Sesudah pembuangan mere-
ka (Neh. 9:19). Pimpinan awan ini dikatakan sebagai penanda
dari pimpinan Roh yang penuh berkat. Roh TUHAN membawa
mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau memimpin
umat-Mu (Yes. 63:14). Ini mengajar kita tentang,
(1) Kepedulian Tuhan secara khusus terhadap umat-Nya. Tidak
ada yang bisa lebih mengungkapkan dan menunjukkan
kelembutan Tuhan terhadap Israel selain pimpinan awan ini.
Awan itu memimpin orang Israel menempuh jalan yang
Kitab Bilangan 9:15-23
113
lurus (Mzm. 107:7), dan berjalan mengiringi mereka. Tuhan
melalui awan itu, seolah-olah, benar-benar menutupi mere-
ka dengan bulu-bulu sayap-Nya. Kita sekarang tidak dapat
mengharapkan tanda-tanda dari hadirat dan pimpinan ilahi
yang dapat disaksikan oleh indra jasmani seperti ini. namun
janji itu pasti bagi seluruh Israel rohani milik Tuhan , bahwa
Ia akan menuntun mereka dengan nasihat-Nya (Mzm.
73:24), bahkan seterusnya dan untuk selamanya (Mzm.
48:15), bahwa semua anak Tuhan akan dipimpin Roh Tuhan
(Rm. 8:14), dan bahwa Ia akan meluruskan jalan orang-orang
yang mengakui Dia dalam segala laku mereka (Ams. 3:6).
Ada penyelenggaraan khusus yang mengenal segala urus-
an mereka, untuk mengarahkan dan mengatasi semuanya
itu demi yang terbaik. TUHAN menetapkan langkah-langkah
orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Mzm. 37:23).
(2) Perhatian khusus yang harus kita berikan kepada Tuhan
dalam segala laku kita. Dalam perasaan-perasaan dan tin-
dakan-tindakan kita, kita harus mengikuti pimpinan fir-
man dan Roh-Nya. Seluruh gerak-gerik jiwa kita harus di-
tuntun oleh kehendak ilahi. Atas titah TUHAN, hati kita
harus selalu bergerak dan beristirahat. Dalam semua urus-
an kita, kita harus mengikuti penyelenggaraan ilahi, de-
ngan mendamaikan diri kita dengan semua ketentuannya,
dan menyesuaikan pikiran kita dengan keadaan kita, apa
pun itu. Orang Israel, sebab sudah memiliki awan sebagai
penuntun mereka, tidak perlu bersusah payah untuk mem-
bentuk dewan perang, untuk mempertimbangkan kapan
dan ke mana mereka harus berjalan, yang bisa jadi memicu
perselisihan dan perbantahan di antara mereka. Tidak pula
mereka perlu mengirimkan para pengintai sebelumnya
untuk memberi tahu mereka tentang keadaan suatu negeri,
atau para perintis untuk membuka jalan, atau para peng-
atur pasukan untuk menunjukkan batas-batas perkemah-
an mereka. Tiang awan mengerjakan semuanya ini untuk
mereka. Dan orang-orang yang dengan iman menyerahkan
pekerjaan mereka kepada Tuhan, meskipun mereka terikat
untuk menggunakan sarana-sarana dengan bijak, namun
dengan cara serupa bisa tenang dalam menantikan hasil-
nya. “Bapa, jadilah kehendak-Mu. Pakailah aku dan milikku
114
sesuai kehendak-Mu. Inilah aku, ingin didapati menantikan
Tuhan ku senantiasa, berangkat menempuh perjalanan dan
beristirahat atas titah TUHAN. Apa pun yang Engkau kehen-
daki, dan di mana pun yang Engkau kehendaki, biarkan saja
aku menjadi milik-Mu, dan selalu menjalankan kewajiban-
ku.”
PASAL 10
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Perintah-perintah yang diberikan untuk membuat dan meng-
gunakan nafiri-nafiri dari perak, yang tampak merupakan
perintah terakhir dari semua perintah yang diberikan Tuhan di
gunung Sinai, dan salah satu perintah yang terkecil, namun
bukan tanpa arti (ay. 1-10).
II. Kisah tentang berangkatnya laskar-laskar Israel yang ber-
kemah dari gunung Sinai, dan perjalanan mereka yang
teratur ke padang gurun Paran (ay. 11-28).
III. Perjanjian Musa dengan Hobab, saudara iparnya (ay. 29-32).
IV. Doa Musa pada saat tabut perjanjian berangkat dan berhenti
(ay. 33, dst.).
Berangkatnya Laskar-laskar
Israel yang Berkemah
(10:1-10)
1 TUHAN berfirman kepada Musa: 2 “Buatlah dua nafiri dari perak. Dari perak
tempaan harus kaubuat itu, supaya dipergunakan untuk memanggil umat
Israel dan untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat. 3 jika kedua
nafiri itu ditiup, segenap umat itu harus berkumpul kepadamu di depan
pintu Kemah Pertemuan. 4 Jikalau hanya satu saja ditiup, maka para pemim-
pin, para kepala pasukan Israel harus berkumpul kepadamu. 5 jika kamu
meniup tanda semboyan, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang ber-
kemah di sebelah timur; 6 jika kamu meniup tanda semboyan kedua kali-
nya, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah selat-
an. Jadi tanda semboyan harus ditiup untuk menyuruh mereka berangkat;
7 namun untuk menyuruh jemaah itu berkumpul kamu harus meniup saja
tanpa memberi tanda semboyan. 8 Nafiri-nafiri itu harus ditiup oleh anak-
anak imam Harun; itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lama-
nya bagimu turun-temurun. 9 Dan jika kamu maju berperang di negerimu
melawan musuh yang menyesakkan kamu, kamu harus memberi tanda
116
semboyan dengan nafiri, supaya kamu diingat di hadapan TUHAN, Tuhan mu,
dan diselamatkan dari pada musuhmu. 10 Juga pada hari-hari kamu bersu-
karia, pada perayaan-perayaanmu dan pada bulan-bulan barumu haruslah
kamu meniup nafiri itu pada waktu mempersembahkan korban-korban
bakaranmu dan korban-korban keselamatanmu; maksudnya supaya kamu
diingat di hadapan Tuhan mu; Akulah TUHAN, Tuhan mu.”
Kita mendapati di sini beberapa petunjuk tentang pengumuman-
pengumuman yang harus diberitahukan kepada umat Israel dalam
beberapa kesempatan melalui bunyi nafiri. Dalam hal semacam ini,
orang akan berpikir, Musa tidak perlu diajar oleh Tuhan . Akal budinya
sendiri bisa mengajarkan kepadanya bahwa nafiri akan memudahkan
pekerjaan itu. namun undang-undang Israel haruslah bersifat ilahi
dalam segala hal, dan sebab itu bahkan dalam perkara ini, sekali-
pun itu kelihatannya sepele. Musa di sini diberi petunjuk,
1. Tentang membuat nafiri-nafiri. Nafiri-nafiri itu harus terbuat dari
perak. Bukan perak tuangan, melainkan perak tempaan (seperti
sebagian orang membacanya), sebab bahan dan bentuknya,
tidak diragukan lagi, sangat sesuai untuk tujuan itu. Ia sekarang
diperintahkan untuk membuat dua nafiri saja, sebab pada waktu
itu hanya ada dua imam yang akan menggunakannya. namun
pada zaman Salomo kita membaca tentang seratus dua puluh
imam peniup nafiri (2Taw. 5:12). Bentuk dari nafiri-nafiri ini di-
duga sangat mirip dengan nafiri-nafiri pada zaman kita sekarang.
2. Siapa yang harus menggunakannya. Bukan orang-orang awam,
melainkan para imam sendiri, anak-anak Harun (ay. 8). Walaupun
mereka orang-orang besar, mereka tidak boleh menganggapnya
sebagai penghinaan terhadap mereka untuk menjadi peniup-
peniup nafiri di rumah Tuhan . Pekerjaan yang paling rendah di
rumah-Nya yaitu pekerjaan yang terhormat. Ini menandakan
bahwa hamba-hamba Tuhan harus menyaringkan suara mereka
bagaikan sangkakala, untuk menunjukkan kepada umat dosa-
dosa mereka (Yes. 58:1), untuk memanggil mereka kepada Kristus
(Yes. 27:13).
3. Pada kesempatan-kesempatan apa nafiri-nafiri itu dibunyikan.
(1) Untuk memanggil umat Israel (ay. 2). Demikian pula mereka
diperintahkan meniup sangkakala di Sion untuk memanggil
berkumpul semua umat untuk beribadah bersama, untuk
mengadakan puasa yang kudus (Yl. 2:15). Pengumuman harus
diberikan menyangkut waktu dan tempat perkumpulan-per-
Kitab Bilangan 10:1-10
117
kumpulan ibadah. Sebab undangan untuk memperoleh man-
faat dari ketetapan-ketetapan ibadah berlaku bagi semua
orang: siapa pun yang mau, hendaklah ia datang. Hikmat
berseru-seru di tempat-tempat keramaian. Akan namun , supaya
jangan sampai nafiri itu tidak mengeluarkan bunyi yang
terang, supaya bunyinya jelas maksudnya, maka mereka dipe-
rintahkan, bahwa kalau hanya para pemimpin dan tua-tua
yang harus bertemu, maka mereka harus meniup satu nafiri
saja. Kurang dari dua nafiri sudah cukup untuk memanggil
mereka bersama-sama, sebagai orang-orang yang harus men-
jadi teladan kesigapan dalam apa saja yang baik. namun , jika
seluruh bangsa itu dipanggil untuk berkumpul, maka kedua
nafiri itu harus dibunyikan, supaya bisa didengar dari jarak
yang lebih jauh. Dengan merujuk pada kejadian ini, dikatakan
bahwa diberkatilah orang-orang yang mendengar sorak-sorai
(Mzm. 89:16. KJV: “mendengar bunyi yang penuh sukacita”),
yaitu, mereka yang diundang dan dipanggil untuk menantikan
Tuhan dalam ketetapan-ketetapan ibadah umum (Mzm. 122:1).
Dan kumpulan umat manusia pada hari penghakiman agung
akan dipanggil dengan suara sangkakala sang penghulu malai-
kat (Mat. 24:31).
(2) Untuk menyuruh laskar-laskar yang berkemah berangkat, un-
tuk memberitahukan kapan tiap-tiap kelompok harus berang-
kat. Sebab tidak ada suara manusia yang bisa menjangkau
sedemikian jauh untuk memberi perintah itu: para prajurit
kita yang betul-betul patuh dapat dilatih dengan pukulan
genderang. saat nafiri-nafiri dibunyikan untuk tujuan ini,
mereka harus meniup tanda semboyan (ay. 5), bunyi yang
pecah, bergetar, dan berselang-seling di antara kedua nafiri,
yang sesuai untuk menggugah dan menyemangati pikiran
orang dalam berbaris maju melawan musuh-musuh mereka.
Sementara bunyi yang panjang dan seirama lebih sesuai un-
tuk memanggil seluruh jemaat berkumpul (ay. 7). Namun,
saat umat dipanggil berkumpul untuk menjauhkan peng-
hakiman-penghakiman Tuhan , kita mendapati sebuah tanda
bahaya diperdengarkan (Yl. 2:1, KJV). Pada bunyi yang per-
tama, kelompok Yehuda berangkat, pada bunyi yang kedua
kelompok Ruben, pada bunyi yang ketiga kelompok Efraim,
dan pada bunyi yang keempat kelompok Dan (ay. 5-6). Dan
118
sebagian orang berpendapat bahwa ini dimaksudkan untuk
menguduskan perjalanan mereka. Sebab dimaklumkan demi-
kian oleh para imam, yang yaitu juru bicara Tuhan kepada
umat, bukan hanya perintah-perintah ilahi kepada mereka un-
tuk berangkat, melainkan juga berkat ilahi atas mereka dalam
semua perjalanan mereka. Siapa yang memiliki telinga,
hendaklah ia mendengar bahwa sungguh, Tuhan ada di tengah-
tengah mereka. Raja Abia menghargai tinggi dirinya sendiri
dan tentaranya dengan hal ini (2Taw. 13:12), pada pihak kami
Tuhan yang memimpin, sedang imam-imam-Nya siap meniup
tanda serangan.
(3) Untuk menghidupkan dan menyemangati tentara-tentara me-
reka, saat mereka pergi berperang (ay. 9): “jika kamu
maju berperang, kamu harus memberi tanda semboyan dengan
nafiri, yang dengan demikian menandakan seruanmu kepada
sorga untuk memberi keputusan atas perseteruan itu, dan
doamu kepada Tuhan untuk memberimu kemenangan. Dan
Tuhan akan mengakui ini sebagai ketetapan-Nya sendiri, dan
kamu akan diingat di hadapan TUHAN, Tuhan mu.” Tuhan akan
memperhatikan bunyi nafiri ini, dan melibatkan diri-Nya untuk
berperang bagi mereka. Dan, hendaklah semua orang mem-
perhatikan bunyi nafiri itu juga, dan tidak perlu takut untuk
berperang bagi-Nya, seperti Daud, saat ia mendengar bunyi
derap langkah di puncak pohon-pohon kertau. Bukan berarti
bahwa Tuhan perlu dibangunkan oleh bunyi nafiri, seperti
halnya Kristus juga tidak perlu dibangunkan oleh murid-
murid-Nya saat ada badai (Mat. 8:25). jika Ia bermaksud
berbelas kasih, yaitu kehendak-Nya bahwa kita harus memo-
honkan belas kasih itu. Hamba-hamba Tuhan harus meng-
gugah prajurit-prajurit Yesus Kristus yang baik untuk ber-
perang dengan perkasa melawan dosa, dunia, dan Iblis, dengan
meyakinkan mereka bahwa Kristuslah Sang Kapten, Pemimpin
keselamatan mereka, yang memimpin mereka kepada kesela-
matan, dan akan menginjak-injak Iblis di bawah kaki mereka.
(4) Untuk membuat khidmat perayaan-perayaan suci mereka (ay.
10). Salah satu dari perayaan-perayaan mereka diperingati
dengan meniup serunai (Im. 23:23, dst.). Dan tampak bahwa
mereka harus menyemarakkan kekhidmatan semua perayaan
mereka (Mzm. 81:4), dan semua korban mereka (2Taw. 29:27)
Kitab Bilangan 10:11-28
119
seperti itu, untuk menunjukkan betapa dengan sukacita dan
gembira mereka melaksanakan kewajiban mereka kepada
Tuhan . Juga, untuk membangkitkan pikiran yang penuh de-
ngan kemenangan yang kudus dalam diri orang-orang yang
mengikuti ibadah-ibadah itu, supaya mereka bersorak-sorak di
dalam Tuhan yang mereka sembah. Pada saat itulah ibadah-
ibadah mereka diingat di hadapan Tuhan . Sebab Ia bersuka da-
lam ibadah-ibadah penyembahan kita, bila kita bersuka saat
merayakannya. Pekerjaan yang kudus harus dilakukan de-
ngan sukacita yang kudus.
Berangkatnya Laskar-laskar
Israel yang Berkemah
(10:11-28)
11 Pada tahun yang kedua, pada bulan yang kedua, pada tanggal dua puluh
bulan itu, naiklah awan itu dari atas Kemah Suci, tempat hukum Tuhan .
12 Lalu berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan
keberangkatan mereka, lalu diamlah awan itu di padang gurun Paran.
13 Itulah pertama kali mereka berangkat menurut titah TUHAN dengan peran-
taraan Musa. 14 Terdahulu berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji
bani Yehuda menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah
Nahason bin Aminadab; 15 yang mengepalai laskar suku bani Isakhar ialah
Netaneel bin Zuar; 16 yang mengepalai laskar suku bani Zebulon ialah Eliab
bin Helon. 17 Sesudah itu Kemah Suci dibongkar, dan berangkatlah bani
Gerson dan bani Merari yang mengangkat Kemah Suci itu. 18 lalu
berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji Ruben menurut pasukan me-
reka; yang mengepalai laskar itu ialah Elizur bin Syedeur; 19 yang mengepalai
laskar suku bani Simeon ialah Selumiel bin Zurisyadai; 20 yang mengepalai
laskar suku bani Gad ialah Elyasaf bin Rehuel. 21 Sesudah itu berangkatlah
orang Kehat, yang mengangkat barang-barang tempat kudus; Kemah Suci
sudah dipasang sebelum mereka datang. 22 lalu berangkatlah laskar
yang di bawah panji-panji bani Efraim menurut pasukan mereka; 23 yang
mengepalai laskar itu ialah Elisama bin Amihud; yang mengepalai laskar
suku bani Manasye ialah Gamaliel bin Pedazur; 24 yang mengepalai laskar
suku bani Benyamin ialah Abidan bin Gideoni. 25 Sebagai barisan penutup
semua laskar itu berangkatlah laskar yang di bawah panji-panji bani Dan
menurut pasukan mereka; yang mengepalai laskar itu ialah Ahiezer bin
Amisyadai; 26 yang mengepalai laskar suku bani Asyer ialah Pagiel bin
Okhran; 27 yang mengepalai laskar suku bani Naftali ialah Ahira bin Enan. 28
Itulah aturan keberangkatan orang Israel menurut pasukan mereka, saat
mereka berangkat.
Di sini ada,
I. Sebuah gambaran umum tentang keberangkatan laskar-laskar
Israel dari gunung Sinai. Mereka sudah berkemah di depan
120
gunung itu sekitar satu tahun, dan selama itu pula, di tempat
yang sama, banyak sekali pekerjaan tak terlupakan yang sudah
dilakukan. Tentang keberangkatan laskar-laskar ini, tampaknya,
Tuhan sudah memberi tahu mereka beberapa waktu sebelumnya
(Ul. 1:6-7): Telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini, majulah,
berangkatlah ke tanah perjanjian. Rasul Paulus memberi tahu kita
bahwa gunung Sinai melahirkan anak-anak perhambaan (Gal.
4:24), dan melambangkan hukum yang diberikan di sana. Hukum
ini memang berguna sebagai penuntun yang membawa kita
kepada Kristus, namun kita tidak boleh berhenti di situ saja.
Sebaliknya, dari situ kita harus maju terus menuju sukacita dan
kemerdekaan anak-anak Tuhan , sebab kebahagiaan kita tidak
diberikan melalui hukum Taurat, melainkan melalui janji. Amati-
lah,
1. Tanda yang diberikan (ay. 11): Naiklah awan itu, dan kita
dapat menduga bahwa awan itu lalu menunggu selama
beberapa waktu, sampai mereka siap untuk berangkat. Dan
pastilah ada pekerjaan besar yang harus mereka lakukan
untuk membongkar tenda-tenda dan mengemasi barang-
barang mereka. Akan namun , setiap kaum mengerjakan bagian-
nya masing-masing, dan semuanya bekerja pada saat yang
sama, sehingga banyak tangan membuat pekerjaan itu cepat
selesai.
2. Perjalanan itu dimulai: Mereka berangkat menurut titah
TUHAN, dan tepat sebagaimana awan itu menuntun mereka
(ay. 13). Dalam pasal ini dan pasal sebelumnya sering disebut-
kan tentang titah TUHAN, yang membimbing dan mengatur
mereka dalam semua perjalanan mereka. Menurut sebagian
penafsir, penyebutan ini untuk menghindarkan fitnah dan
celaan yang sering ditimpakan atas Israel, bahwa mereka
tinggal begitu lama di padang gurun, sebab mereka tersesat
di sana, dan tidak dapat menemukan jalan keluar. Tidak,
mereka tidak tersesat. Dalam setiap tempat perhentian, dalam
setiap langkah, mereka berada di bawah pimpinan ilahi. Dan,
kalaupun mereka tidak tahu di mana mereka berada, Dia yang
menuntun mereka mengetahuinya. Perhatikanlah, orang-orang
yang telah menyerahkan diri pada pimpinan firman dan Roh
Tuhan , mereka akan berjalan dengan mantap, bahkan sekali-
pun mereka tampak kebingungan. Selama mereka yakin
Kitab Bilangan 10:11-28
121
bahwa mereka tidak dapat kehilangan Tuhan dan Pembimbing
mereka, mereka tidak perlu takut kehilangan arah.
3. Tempat mereka beristirahat, Sesudah tiga hari perjalanan. Mere-
ka pergi dari padang gurun Sinai, dan beristirahat di padang
gurun Paran. Perhatikanlah, semua perpindahan kita di dunia
ini melulu yaitu perpindahan dari satu padang gurun ke
padang gurun lain. Perubahan-perubahan yang kita pikir akan
lebih baik, tidak selalu terbukti demikian. Selama kita mem-
bawa serta bersama kita, kemana saja kita pergi, kelemahan-
kelemahan kodrat manusiawi, kita harus bersiap-siap untuk
menghadapi malapetaka-malapetaka yang ditimbulkan akibat
kodrat manusiawi kita itu. Kita tidak akan pernah beristirahat,
tidak akan pernah berada di rumah, sampai kita tiba di sorga,
dan semuanya akan baik-baik saja di sana.
II. Rancangan khusus dari aturan keberangkatan mereka, sesuai
dengan pola terakhir.
1. Kelompok Yehuda berangkat pertama (ay. 14-16). Panji-panji
pemimpin, yang sekarang dititipkan pada suku itu, yaitu
tanda dari tongkat yang pada zaman Daud akan diserahkan
kepadanya, dan melihat lebih jauh pada Pemimpin keselamat-
an kita, yang tentang-Nya dinubuatkan juga bahwa kepada-
Nya akan takluk bangsa-bangsa.
2. lalu berangkatlah dua kaum dari suku Lewi yang diper-
cayakan untuk mengangkat Kemah Suci. Segera Sesudah awan
itu naik, Kemah Suci dibongkar, dan dikemas untuk dibawa
bersama (ay. 17). Dan di sini ada enam kereta yang dimuati de-
ngan bagian-bagian Kemah Suci yang ukurannya lebih besar.
Seringnya Kemah Suci ini berpindah-pindah tempat mengikuti
semua perjalanan mereka menandakan bahwa masa dispensasi
Hukum Taurat yang penuh dengan upacara ibadah itu dapat
dipindahkan. Apa yang begitu sering berpindah tempat pada
akhirnya akan musnah (Ibr. 8:13).
3. Kelompok Ruben berangkat selanjutnya, Sesudah Yehuda,
menurut titah TUHAN (ay. 18-20).
4. lalu orang Kehat mengikuti dengan barang bawaan
mereka, yaitu perabotan Kemah Suci, di tengah-tengah laskar
yang lain, tempat yang paling aman dan terhormat (ay. 21).
Dan mereka, yaitu, menurut tafsiran yang agak luas, orang
122
Gerson dan orang Merari, sudah memasang Kemah Suci sebe-
lum orang Kehat datang. Dan mungkin hal itu diungkapkan se-
cara umum seperti itu sebab , jika dibutuhkan, bukan hanya
orang-orang Lewi itu, melainkan juga orang-orang Israel lain
yang ada dalam kelompok pertama, akan mengulurkan tangan
untuk mempercepat pendirian Kemah Suci, bahkan sebelum
mereka memasang tenda-tenda mereka sendiri.
5. Kelompok Efraim berangkat selanjutnya Sesudah tabut perjanji-
an (ay. 22-24). Sebagian orang berpendapat bahwa sang pe-
mazmur merujuk pada hal ini saat ia berdoa (Mzm. 80:2), di
depan Efraim dan Benyamin dan Manasye, ketiga suku yang
membentuk kelompok ini, bangkitkanlah keperkasaan-Mu (dan
tabut perjanjian disebut sebagai kekuatan-Nya, Mzm. 78:61),
dan datanglah untuk menyelamatkan kami.
6. Kelompok Dan berangkat terakhir (ay. 25-27). Kelompok itu
disebut sebagai barisan penutup, atau pasukan pengumpul,
dari semua laskar Israel yang berkemah, sebab kelompok itu
mengumpulkan semua orang yang tertinggal. Bukan perem-
puan dan anak-anak (mereka ini dapat kita duga diurus oleh
kepala keluarga mereka dalam suku mereka masing-masing),
melainkan semua orang yang najis, banyak orang dari ber-
bagai-bagai bangsa, dan semua orang yang lemah dan rapuh,
dan tertinggal dalam perjalanan mereka. Perhatikanlah, Dia
yang menuntun Yusuf seperti kawanan domba memperhatikan
dengan lembut domba-domba yang berjalan paling belakang
(Yeh. 34:16), yang tidak dapat mengimbangi langkah yang lain,
dan dari semua yang diberikan kepada-Nya, Ia tidak akan
kehilangan satu pun (Yoh. 17:11).
Permintaan Musa kepada Hobab
(10:29-36)
29 Lalu berkatalah Musa kepada Hobab anak Rehuel orang Midian, mertua
Musa: “Kami berangkat ke tempat yang dimaksud TUHAN saat Ia berfir-
man: Aku akan memberi nya kepadamu. Sebab itu ikutlah bersama-sama
dengan kami, maka kami akan berbuat baik kepadamu, sebab TUHAN telah
menjanjikan yang baik tentang Israel.” 30 namun jawabnya kepada Musa: “Aku
tidak ikut, melainkan aku hendak pergi ke negeriku dan kepada sanak sau-
daraku.” 31 Kata Musa: “Janganlah kiranya tinggalkan kami, sebab engkau-
lah yang tahu, bagaimana kami berkemah di padang gurun, maka engkau
dapat menjadi penunjuk jalan bagi kami. 32 Jika engkau ikut bersama-sama
Kitab Bilangan 10:29-36
123
dengan kami, maka kebaikan yang akan dilakukan TUHAN kepada kami
akan kami lakukan juga kepadamu.” 33 Lalu berangkatlah mereka dari gu-
nung TUHAN dan berjalan tiga hari perjalanan jauhnya, sedang tabut perjan-
jian TUHAN berangkat di depan mereka dan berjalan tiga hari perjalanan
jauhnya untuk mencari tempat perhentian bagi mereka. 34 Dan awan TUHAN
ada di atas mereka pada siang hari, jika mereka berangkat dari tempat
perkemahan. 35 jika tabut itu berangkat, berkatalah Musa: “Bangkitlah,
TUHAN, supaya musuh-Mu berserak dan orang-orang yang membenci Eng-
kau melarikan diri dari hadapan-Mu.” 36 Dan jika tabut itu berhenti, ber-
katalah ia: “Kembalilah, TUHAN, kepada umat Israel yang beribu-ribu laksa
ini.”
Di sini ada,
I. Sebuah gambaran tentang apa yang berlangsung antara Musa
dan Hobab, saat laskar-laskar Israel hendak bergerak maju
menuju Kanaan. Sebagian orang berpendapat bahwa Hobab itu
sama dengan Yitro, mertua Musa, dan bahwa cerita dalam Keluar-
an 18, harus dimasukkan di sini. Tampak lebih mungkin bahwa
Hobab itu yaitu anak Yitro, alias Rehuel, atau Raguel (Kel. 2:18).
Dan bahwa saat sang ayah, sebab sudah lanjut usia, kembali
ke negerinya sendiri (Kel. 18:27), ia meninggalkan Hobab anaknya
bersama Musa, seperti Barzilai meninggalkan Kimham bersama
Daud. Kata yang sama yang digunakan di sini memiliki arti
ayah mertua maupun saudara ipar. Nah, Hobab ini tinggal dengan
bahagia bersama Israel saat mereka berkemah di gunung Sinai,
dekat negerinya sendiri. namun , sebab sekarang orang Israel
hendak pindah, ia ingin kembali ke negeri dan kerabatnya sendiri,
dan kepada keluarga ayahnya. Nah, lalu kita baca di sini,
1. Dengan baik hati Musa mengundang Hobab untuk mengikuti
mereka menuju Kanaan (ay. 29). Musa meyakinkannya dengan
janji bahwa mereka pasti akan berlaku baik kepadanya, dan
menyatakan firman Tuhan yang menjanjikan keselamatan:
TUHAN telah menjanjikan yang baik tentang Israel. Seolah-olah
ia berkata, “Mari, taruhlah nasibmu bersama kami, dan kamu
akan bernasib baik seperti kami. Dan kami memiliki janji
Tuhan bahwa kami akan selamat dan sejahtera.” Perhatikanlah,
orang-orang yang sedang menuju Kanaan sorgawi harus
mengundang dan mendorong semua teman mereka untuk
pergi bersama mereka. Sebab, kita tidak akan pernah keku-
rangan harta perjanjian, dan sukacita-sukacita sorga, dengan
datangnya orang lain untuk berbagi dengan kita. Dan, meng-
124
apa pula kita harus berberat hati untuk menerima umat Tuhan
sebagai orang kita sendiri, bukankah firman Tuhan ini sudah
lebih dari cukup, bahwa Tuhan telah menjanjikan yang baik
tentang mereka? yaitu baik bersekutu dengan orang-orang
yang bersekutu dengan Tuhan (1Yoh. 1:3), dan berjalan ber-
sama orang-orang yang disertai Tuhan (Za. 8:23).
2. Kecenderungan hati Hobab, dan ketetapan hatinya sekarang,
untuk kembali ke negerinya sendiri (ay. 30). Orang akan ber-
pikir bahwa dia yang sudah melihat begitu banyak tentang ha-
dirat Tuhan yang istimewa bersama Israel, dan tanda-tanda
yang begitu mengherankan dari perkenanan-Nya kepada
mereka, tidak perlu dibujuk-bujuk lagi untuk berangkat ber-
sama mereka. Akan namun , penolakannya harus dipahami se-
bagai rasa cintanya terhadap tanah airnya, yang tidak mau
tunduk, seperti yang seharusnya, pada janji Tuhan dan berkat-
berkat kovenan-Nya. Ini terjadi sebab mereka tidak mau
percaya kepada-Nya dan menghargai janji-Nya. Ia memang
anak keturunan Abraham (sebab orang-orang Midian yaitu
keturunan Abraham dari Ketura), namun bukan ahli waris dari
iman Abraham (Ibr.11:8), sebab seandainya demikian, ia tidak
akan memberi jawaban penolakan ini kepada Musa. Per-
hatikanlah, perkara-perkara dunia ini, yang terlihat mata,
sangat kuat menarik orang, sehingga mereka tidak mau me-
ngejar perkara-perkara dunia lain, yang tidak terlihat mata.
Daya tarik kebaikan bumi ini berhasil mengalahkan daya tarik
sorga itu sendiri pada diri sebagian besar orang.
3. Desakan Musa untuk mengubah pendirian Hobab (ay. 31-32).
Musa menegaskan,
(1) Bahwa Hobab dapat berguna bagi mereka: “Kami akan ber-
kemah di padang gurun” (sebuah negeri yang dikenal baik
oleh Hobab), “maka engkau dapat menjadi penunjuk jalan
bagi kami. Bukan untuk menunjukkan kepada kami di
mana kami harus berkemah, atau jalan mana yang harus
kami tempuh, yang akan diarahkan oleh tiang awan, namun
untuk menunjukkan kepada kami nyaman tidaknya tempat
yang kami lalui dan yang kami tempati untuk berkemah.
Supaya kami dapat memanfaatkan sebaik-baiknya kenya-
manan-kenyamanan itu, dan melindungi diri kami sebaik-
baiknya dari hal-hal yang tidak nyaman.” Perhatikanlah,
Kitab Bilangan 10:29-36
125
keyakinan kita akan penyelenggaraan Tuhan dapat diwujud-
kan dengan memanfaatkan bantuan dari teman-teman kita
dalam hal-hal di mana mereka bisa berguna bagi kita. Bah-
kan orang-orang yang dipimpin oleh mujizat tidak boleh
memandang rendah sarana-sarana pimpinan yang biasa.
Sebagian orang berpendapat bahwa Musa menyarankan
hal ini kepada Hobab, bukan sebab Musa mengharapkan
banyak keuntungan dari pengetahuannya, namun untuk me-
nyenangkan hati Hobab bahwa ia juga bisa berguna bagi
seluruh bangsa yang besar itu. Dan dengan demikian, Musa
ingin menariknya pergi bersama mereka, dengan mengil-
haminya dengan hasrat untuk memperoleh kehormatan itu.
Calvin memberi pengertian yang agak lain di sini, yang
sangat sesuai dengan bahasa aslinya, yang sekalipun begi-
tu tidak saya dapati diperhatikan oleh siapa pun selama
ini. “Janganlah kiranya tinggalkan kami, namun ikutlah ber-
sama kami, untuk berbagi dengan kami di tanah perjanji-
an, sebab untuk itulah engkau telah mengetahui bagaimana
kami berkemah di padang gurun, dan telah menjadi penun-
juk jalan bagi kami. Dan kami tidak dapat membalas ke-
baikanmu selama ini sebab sudah turut merasakan
kesusahan-kesusahan kami, dan sudah melakukan begitu
banyak pekerjaan yang baik bagi kami, kecuali engkau
pergi bersama kami ke Kanaan. Pasti untuk alasan inilah
engkau benar-benar harus berangkat bersama kami, su-
paya engkau dapat terus bersama kami.” Perhatikanlah,
orang-orang yang sudah memulai dengan baik, harus
menggunakan pekerjaan mereka ini sebagai alasan untuk
terus bertekun, sebab jika tidak, mereka akan kehilangan
keuntungan dan imbalan dari semua yang telah mereka
lakukan dan derita.
(2) Bahwa mereka akan berlaku baik kepadanya: Kebaikan
yang akan dilakukan TUHAN kepada kami akan kami laku-
kan juga kepadamu (ay. 32). Perhatikanlah,
[1] Kita hanya bisa memberi apa yang kita terima. Kita
tidak dapat melakukan pelayanan dan kebaikan kepada
teman-teman kita melebihi kekuatan yang berkenan di-
berikan Tuhan kepada kita untuk melakukannya. Ini
126
sajalah yang berani kita janjikan, berbuat baik sebagai-
mana Tuhan akan memampukan kita.
[2] Orang-orang yang berbagi dengan Israel milik Tuhan
dalam segala susah payah mereka, akan berbagi juga
dengan umat itu dalam segala penghiburan dan kehor-
matan mereka. Orang-orang yang bersedia untuk ber-
bagi nasib dengan mereka di padang gurun, akan ber-
bagi nasib dengan mereka di Kanaan. Jika kita berte-
kun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia (2Tim.
2:12; Luk. 22:28-29).
Kita tidak mendapati jawaban apa pun yang diberi-
kan Hobab di sini kepada Musa, dan sebab itu kita
berharap bahwa dengan diam, ia memberi persetu-
juannya, dan tidak meninggalkan mereka. namun bah-
wa, saat ia sadar bahwa ia dapat berguna, ia lebih
memilih itu dibandingkan memuaskan kecenderungan hati-
nya sendiri. Dalam hal ini ia meninggalkan sebuah te-
ladan yang baik kepada kita. Dan kita mendapati (Hak.
1:16; 1Sam. 15:6) bahwa keluarganya tidak merugi ka-
renanya.
II. Sebuah gambaran tentang persekutuan antara Tuhan dan Israel
dalam keberangkatan ini. Mereka meninggalkan gunung TUHAN
(ay. 33), gunung Sinai di mana mereka telah melihat kemuliaan-
Nya dan mendengar suara-Nya, dan telah dibawa ke dalam
kovenan dengan-Nya. Mereka tidak boleh berharap bahwa penam-
pakan-penampakan Tuhan kepada mereka seperti itu, yang de-
ngannya mereka sudah diberkati di sana, akan terus terjadi. Me-
reka berangkat dari gunung yang tersohor itu, yang tentangnya
kita tidak pernah membaca lagi dalam Kitab Suci. Yang ada ha-
nyalah bagian-bagian yang menunjuk pada kisah-kisah di masa
lalu ini. Sekarang, selamat tinggal Sinai! Sion yaitu gunung yang
tentangnya Tuhan telah berkata, inilah tempat perhentian-Ku se-
lama-lamanya (Mzm. 132:14), dan yang tentangnya kita juga ha-
rus berkata demikian. namun saat mereka meninggalkan gunung
TUHAN, mereka membawa serta bersama mereka tabut perjanjian
TUHAN, yang melaluinya persekutuan mereka dengan Tuhan akan
tetap terpelihara. Sebab,
Kitab Bilangan 10:29-36
127
1. Melalui tabut itu Tuhan benar-benar memimpin langkah mereka.
Tabut perjanjian berjalan di depan mereka, yang menurut
tafsiran sebagian orang dalam arti tempat, setidak-tidaknya
dalam keberangkatan ini. Menurut tafsiran sebagian orang
lain, itu hanya dalam arti pengaruh. Meskipun tabut itu
dibawa di tengah-tengah para laskar Israel, namun awan yang
melayang di atasnya memimpin semua langkah mereka. Tabut
perjanjian (yaitu, Tuhan dari tabut itu) dikatakan mencari tem-
pat perhentian bagi mereka. Bukan berarti bahwa hikmat dan
pengetahuan Tuhan yang tak terbatas perlu melakukan pen-
carian, namun bahwa setiap tempat yang ke dalamnya mereka
dituntun-Nya pasti terasa nyaman bagi mereka. Seolah-olah
ada orang yang paling berhikmat di antara mereka berjalan
mendahului mereka, dan menandai batas perkemahan mereka
di tempat yang paling baik. Demikianlah Kanaan dikatakan
sebagai tanah yang dipilih Tuhan (Yeh. 20:6).
2. Melalui tabut itu mereka benar-benar mengakui Tuhan dalam
segala laku mereka, dengan memandangnya sebagai tanda ke-
hadiran Tuhan . saat tabut itu bergerak, atau berhenti, me-
reka mengarahkan pandangan mereka kepada Tuhan . Musa, se-
bagai juru bicara jemaat, memanjatkan doa, baik saat tabut
itu berangkat maupun berhenti. Dengan demikian, keluar ma-
suknya mereka dikuduskan oleh doa, dan itu merupakan
contoh bagi kita untuk memulai dan mengakhiri perjalanan
setiap hari, dan pekerjaan setiap hari, dengan doa.
(1) Inilah doa Musa saat tabut perjanjian berangkat: Bang-
kitlah, TUHAN, supaya musuh-Mu berserak (ay. 35). Mereka
sekarang berada di negeri yang sunyi sepi, namun mereka
sedang berjalan menuju negeri musuh, dan mereka ber-
gantung pada Tuhan untuk memperoleh keberhasilan dan
kemenangan dalam peperangan mereka, serta pimpinan
dan persediaan di padang belantara. Daud menggunakan
doa ini lama sesudah itu (Mzm. 68:2), sebab ia juga ber-
tempur untuk Tuhan. Perhatikanlah,
[1] Ada orang-orang di dunia ini yang merupakan musuh-
musuh Tuhan , dan membenci-Nya. Ada musuh-musuh
yang tersembuyi dan ada yang terang-terangan. Musuh-
128
musuh bagi kebenaran-kebenaran-Nya, hukum-hukum-
Nya, ketetapan-ketetapan-Nya, dan umat-Nya.
[2] Diserakkan dan dikalahkannya musuh-musuh Tuhan
yaitu suatu hal yang harus diinginkan dengan sung-
guh-sungguh, dan dinantikan dengan percaya, oleh se-
mua umat Tuhan. Doa ini yaitu sebuah nubuatan.
Orang-orang yang bersikeras dalam pemberontakan me-
lawan Tuhan sedang bergegas menuju kehancuran me-
reka sendiri.
[3] Untuk menyerakkan dan mengalahkan musuh-musuh
Tuhan , tidak dibutuhkan hal lain selain bangkitnya
Tuhan . Pada waktu Tuhan bangkit untuk memberi peng-
hukuman, pekerjaan itu segera terlaksana (Mzm. 76:9-
10). “Bangkitlah, Tuhan, seperti matahari terbit untuk
menyerakkan bayang-bayang malam.” Bangkitnya Kris-
tus dari antara orang mati menyerakkan musuh-mu-
suh-Nya (Mzm. 68:19).
(2) Doa Musa saat tabut itu berhenti (ay. 36).
[1] Supaya Tuhan membuat umat-Nya beristirahat. Dengan
demikian, sebagian orang membacanya, “Kembalikan-
lah, ya Tuhan, beribu-ribu orang Israel, kembalikanlah
mereka pada tempat perhentian mereka lagi Sesudah ke-
lelahan ini.” Demikian pula dikatakan (Yes. 63:14), Roh
TUHAN membawa mereka ke tempat perhentian. Dengan
begitu, ia berdoa supaya Tuhan memberi kepada
Israel keberhasilan dan kemenangan secara lahiriah,
serta kedamaian dan ketenangan di dalam batin.
[2] Supaya Tuhan sendiri mengambil tempat perhentian-Nya
di antara mereka. Dengan demikian, kita membacanya:
Kembalilah, TUHAN, kepada umat Israel yang beribu-ribu
laksa ini, begitulah kata yang dipakai. Perhatikanlah,
pertama, jemaat Tuhan yaitu tubuh yang besar. Ada
beribu-ribu orang yang menjadi bagian dari Israel milik
Tuhan . Kedua, dalam doa-doa kita, kita harus memberi
perhatian pada tubuh ini. Ketiga, kesejahteraan dan ke-
bahagiaan Israel milik Tuhan diwujudkan dalam hadir-
nya Tuhan secara terus-menerus di antara mereka. Ke-
amanan mereka terjadi bukan sebab jumlah mereka,
Kitab Bilangan 10:29-36
129
meskipun mereka beribu-ribu, beribu-ribu laksa, melain-
kan sebab adanya perkenanan Tuhan , dan kembalinya
Dia dengan penuh berkat kepada mereka serta berdiam-
nya Dia bersama mereka. Jumlah ribuan ini hanyalah
angka nol, Dialah bilangan yang sebetulnya . Dan ka-
rena itu, berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang
sama dengan engkau?
PASAL 1 1
ampai sejauh ini semuanya berjalan cukup baik dalam bangsa
Israel. Hanya ada sedikit gangguan dengan cara-cara perkenanan
Tuhan kepada mereka sejak peristiwa anak lembu emas. Rakyat itu
tampak bisa diajar dalam mengatur dan memurnikan perkemahan,
dan para pemimpinnya saleh dan murah hati dalam mempersembah-
kan mezbah, dan ada harapan baik bahwa mereka akan tiba di
Kanaan sebentar lagi. Akan namun , pada pasal ini dimulailah peris-
tiwa yang menyedihkan. Semua ketentuan dilanggar, Tuhan telah ber-
ubah menjadi musuh mereka, dan berperang melawan mereka. Dan
dosalah yang membuat semua kejahatan ini.
I. Sungut-sungut mereka menyalakan api di antara mereka,
walaupun segera dapat dipadamkan oleh doa Musa (ay. 1-3).
II. Tidak lama Sesudah api penghakiman itu padam, berkobar lagi
api dosa, dan Tuhan memanfaatkan kejadian ini untuk meng-
agungkan baik rahmat maupun keadilan-Nya.
1. Bangsa itu resah sebab ingin makan daging (ay. 4-9).
2. Musa resah sebab tidak ada pertolongan (ay. 10-15).
Nah,
(1) Tuhan berjanji untuk memuaskan hati mereka semua,
dengan mengangkat penolong untuk Musa (ay. 16-17)
dan memberi daging kepada bangsa itu (ay. 18-23).
Dan,
(2) Ia segera menepati kedua janji ini. Sebab,
[1] Roh Tuhan membekali ketujuh puluh tua-tua Isreal
untuk mengatur bangsa itu (ay. 24-30).
S
132
[2] Kuasa Tuhan membawa burung-burung puyuh un-
tuk membuat bangsa itu berpesta (ay. 31-32).
Namun,
[3] Keadilan Tuhan menulahi mereka sebab sungut-
sungut mereka (ay. 33, dst.).
Sungut-sungut Bangsa Israel
(11:1-3)
1 Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang
nasib buruk mereka, dan saat TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-
Nya, lalu menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di
tepi tempat perkemahan. 2 Lalu berteriaklah bangsa itu kepada Musa, dan
Musa berdoa kepada TUHAN; maka padamlah api itu. 3 Sebab itu orang
menamai tempat itu Tabera, sebab telah menyala api TUHAN di antara
mereka.
Di sini ada,
I. Dosa bangsa Israel. Mereka bersungut-sungut (ay. 1). Mereka,
seolah-olah, yaitu orang yang suka bersungut-sungut. Demikian
dalam tafsiran yang agak luas. Ada beberapa gerutuan dan keti-
dakpuasan secara sembunyi-sembunyi di antara mereka, yang
pada saat itu belum meletus dalam pemberontakan secara terang-
terangan. namun betapa api yang kecil ini membakar hutan yang
besar! Mereka telah menerima dari Tuhan hukum-hukum dan
ketetapan-ketetapan yang unggul, namun belum juga lama me-
ninggalkan gunung Tuhan, mereka sudah mulai berseteru dengan
Tuhan sendiri. Lihatlah dalam hal ini,
1. Kejahatan dari dosa, yang mengambil peluang dari perintah
ilahi untuk menjadi semakin menyulut murka.
2. Tidak berdayanya hukum oleh daging (Rm. 8:3). Hukum me-
nyingkapkan dosa, namun tidak dapat menghancurkannya.
Hukum memperlihatkan dosa, namun tidak dapat menakluk-
kannya. Mereka bersungut-sungut. Para penafsir mencari tahu
apa yang mereka keluhkan. Dan sungguh, saat mereka su-
dah diperlengkapi dengan begitu banyak hal yang patut disyu-
kuri, wajar saja jika orang bertanya-tanya apa pula yang harus
mereka keluhkan. Ada kemungkinan bahwa orang-orang yang
mengeluh itu tidak sepakat semuanya tentang perkara yang
dikeluhkan. Sebagian orang mungkin mengeluh bahwa mereka
Kitab Bilangan 11:1-3
133
meninggalkan gunung Sinai, di mana mereka sudah ber-
istirahat untuk waktu yang begitu lama, sebagian yang lain
mengeluh bahwa mereka tidak berangkat lebih awal. Sebagian
lagi mengeluhkan cuacanya, sebagian yang lain mengeluhkan
jalan-jalan yang mereka lalui. Sebagian lagi mungkin berpikir
bahwa tiga hari perjalanan terlalu lama, sedang yang lain
menganggapnya tidak cukup lama, sebab perjalanan itu tidak
mengantar mereka ke Kanaan. Kalau kita pikir-pikir bagai-
mana perjalanan dan perkemahan mereka dibimbing, dijaga,
dan diberi rahmat, betapa baiknya makanan dan kawan per-
jalanan yang mereka miliki, dan betapa mereka dipelihara
dengan hati-hati di sepanjang perjalanan sehingga kaki pun
tidak bengkak dan pakaian tidak menjadi usang (Ul. 8:4), kita
layak bertanya, “Apa lagi yang bisa dilakukan untuk suatu
bangsa supaya mereka tenang?” Namun demikian, masih juga
mereka mengeluh. Perhatikanlah, hati yang gusar sebab tidak
pernah puas selalu saja akan menemukan sesuatu untuk di-
pertengkarkan, meskipun keadaan lahiriah mereka begitu
menguntungkan.
II. Kebencian Tuhan yang sudah semestinya terhadap penghinaan
yang dilontarkan kepada-Nya oleh dosa ini: TUHAN mendengar-
nya, meskipun tidak tampak bahwa Musa mendengarnya. Perha-
tikanlah, Tuhan mengetahui segala kegusaran dan sungut-sungut
yang tersembunyi di dalam hati, meskipun semua itu disembunyi-
kan rapat-rapat dari manusia. Apa yang Dia perhatikan membuat-
Nya tidak senang, dan bangkitlah murka-Nya. Camkanlah, walau-
pun Tuhan dengan penuh rahmat mengizinkan kita untuk me-
ngeluh kepada-Nya jika ada alasan (Mzm. 142:3), namun adillah
jika Ia sampai dibuat marah, dan memandangnya sangat jahat,
jika kita mengeluhkan sesuatu kepada-Nya tanpa alasan. Perilaku
orang-orang di bawah kita yang seperti itupun biasa membuat
kita marah.
III. Penghakiman Tuhan untuk menghajar mereka sebab dosa ini:
Menyalalah api TUHAN di antara mereka, seperti sambaran-sam-
baran api dari awan yang telah menghanguskan Nadab dan
Abihu. Api amarah mereka terhadap Tuhan membakar dalam pikir-
an mereka (Mzm. 39:4), jadi adillah juga bahwa api murka Tuhan
134
menghujam tubuh mereka. Kita membaca tentang sungut-sungut
mereka beberapa kali, saat mereka pertama kali keluar dari
Mesir (Kel. 15-17). namun kita tidak membaca tentang adanya
tulah-tulah yang ditimpakan kepada mereka sebab sunggut-
sungut mereka itu, seperti yang terjadi sekarang. Sebab, sekarang
mereka sudah banyak mengalami pemeliharaan Tuhan , dan sebab
itu jika mereka sampai tidak mempercayai-Nya lagi, maka per-
buatan mereka itu semakin tidak dapat dimaafkan. Sekarang api
menyala menimpa Yakub (Mzm. 78:21), namun , untuk menunjuk-
kan betapa Tuhan enggan berseteru dengan mereka, api itu ter-
timpa hanya pada orang-orang yang ada di tepi tempat perkemah-
an. Demikianlah penghakiman-penghakiman Tuhan menimpa me-
reka secara perlahan-lahan, supaya mereka belajar dari peringatan.
IV. Teriakan mereka kepada Musa, yang merupakan penengah mere-
ka yang sudah teruji (ay. 2). jika Ia membunuh mereka, maka
mereka mencari Dia, dan memohon kepada Musa untuk berdiri
membela mereka. Perhatikanlah,
1. jika kita mengeluh tanpa alasan, maka adillah bagi Tuhan
untuk balik memberi kita alasan untuk mengeluh.
2. Orang-orang yang saat sedang makmur memandang rendah
sahabat-sahabat Tuhan , suatu waktu nanti saat sedang kesu-
sahan, pasti tidak akan segan-segan ingin menjadikan orang-
orang yang mereka hina itu sebagai sahabat-sahabat mereka.
Bapa Abraham, suruhlah Lazarus.
V. Dikabulkannya doa Musa untuk mereka: saat Musa berdoa
kepada TUHAN (ia selalu siap berdiri di tengah-tengah untuk
menjauhkan murka Tuhan ), Tuhan menghormati dia dan persem-
bahannya, maka padamlah api itu. Dengan ini tampak bahwa
Tuhan tidak bersuka dalam menghukum, sebab, saat Ia sudah
memulai perseteruan-Nya, Ia segera melunak dan membiarkannya
berlalu. Musa yaitu salah satu dari orang-orang yang layak di
mata Tuhan, yang dengan iman memadamkan api yang dahsyat.
VI. Sebuah nama baru diberikan untuk tempat itu sebab peristiwa
ini, untuk mengabadikan aib dari bangsa yang suka bersungut-
sungut ini, dan untuk menghormati Tuhan yang benar. Tempat itu
disebut Tabera, pembakaran (ay. 3), supaya orang lain men-
Kitab Bilangan 11:4-15
135
dengar, dan takut, dan belajar dari peringatan ini untuk tidak
berbuat dosa seperti yang mereka lakukan, sebab kalau tidak,
mereka akan menderita seperti bangsa itu (1Kor. 10:10).
Sungut-sungut Bangsa Israel
(11:4-15)
4 Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus;
dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan
memberi kita makan daging? 5 Kita teringat kepada ikan yang kita makan di
Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang
prei, bawang merah dan bawang putih. 6 namun sekarang kita kurus kering,
tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.” 7 Adapun
manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah.
8 Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya
dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka mema-
saknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti
rasa panganan yang digoreng. 9 Dan jika embun turun di tempat perke-
mahan pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ. 10 saat
Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis
di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal
itu dipandang jahat oleh Musa. 11 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN:
“Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku
tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan
kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? 12 Akukah yang mengan-
dung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau
berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak
yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah ke-
pada nenek moyangnya? 13 Dari manakah aku mengambil daging untuk di-
berikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku
dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan. 14 Aku seorang diri
tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu
berat bagiku. 15 Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau
membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya
aku tidak harus melihat celakaku.”
Ayat-ayat ini menggambarkan hal-hal menyedihkan yang tidak pan-
tas dan kacau pada bangsa Israel, baik rakyatnya maupun pemim-
pinnya tidak tenang hati.
I. Di sini bangsa itu marah-marah, dan berbicara melawan Tuhan
sendiri (seperti yang ditafsirkan, Mzm. 78:19), sekalipun Ia sudah
berulang kali tampil dengan mulia baik kepada mereka maupun
untuk mereka. Amatilah,
136
1. Siapa para penjahatnya.
(1) Orang-orang bajingan mulai kemasukan nafsu rakus (ay. 4).
Mereka ini gerombolan orang yang ikut-ikutan keluar dari
Mesir, yang hanya mengharapkan tanah perjanjian, namun
tidak mau menerima pencobaan di jalan menuju ke sana.
Mereka ini seperti benalu, bergelantung pada baju orang
Yahudi untuk mencari hidup. Mereka ikut pergi bersama
orang Yahudi hanya sebab tidak tahu bagaimana harus
hidup di Mesir sendiri, sehingga terpaksa mencari perun-
tungan di negeri orang. Mereka ini yaitu domba-domba
kudisan yang menjangkiti seluruh kawanan domba, ragi
yang mengkhamirkan seluruh adonan. Perhatikanlah, sedi-
kit orang yang suka menimbulkan perselisihan, yang tidak
pernah puas, dan jahat tabiatnya, dapat mendatangkan
banyak kejahatan dalam warga yang terbaik sekali-
pun, jika tidak diberikan perhatian yang sungguh-sungguh
untuk membungkam mereka. Orang-orang seperti ini ada-
lah angkatan yang jahat, yang darinya kita, dengan berhik-
mat, harus memberi diri kita diselamatkan (Kis. 2:40).
(2) Bahkan orang Israel terjangkiti penyakit itu, seperti yang
diberitahukan kepada kita (ay. 4). Keturunan yang kudus
itu menggabungkan diri dengan orang-orang yang keji ini.
Orang-orang bajingan yang dibicarakan di sini tidak ter-
hitung di antara orang-orang Israel, namun dipisahkan se-
bagai kaum yang tidak diperhitungkan oleh Tuhan . Dan se-
kalipun begitu orang Israel, dengan melupakan citra diri
dan keistimewaan mereka sendiri, berhimpun dengan me-
reka dan mempelajari jalan mereka, seolah-olah sampah
dan buangan dari perkemahan harus menjadi penasihat
mereka. Orang-orang Israel, sekalipun merupakan umat
yang dekat dengan Tuhan dan diberi hak yang sangat isti-
mewa, ikut terjerumus juga ke dalam pemberontakan me-
lawan Dia! Oh, betapa sedikitnya kehormatan yang dimiliki
Tuhan di dunia, saat bahkan umat yang Dia bentuk bagi
diri-Nya sendiri, untuk memberitakan puji-pujian bagi-Nya,
justeru mendatangkan penghinaan besar bagi-Nya! Oleh
sebab itu, janganlah ada orang yang berpikir bahwa peng-
akuan-pengakuan iman dan hak-hak istimewa mereka se-
cara lahiriah akan melindungi mereka dari godaan-godaan
Kitab Bilangan 11:4-15
137
Iblis untuk berbuat dosa, atau dari penghakiman-pengha-
kiman Tuhan sebab dosa. Lihat 1 Korintus 10:1-2, 12.
2. Apa kejahatan orang-orang yang tidak puas itu: mereka ber-
nafsu rakus dan bersungut-sungut. Meskipun belum lama ini
mereka dihukum sebab dosa ini, dan banyak dari antara me-
reka terguling sebab nya, seperti Tuhan menggulingkan Sodom
dan Gomora, dan bau api masih tercium di lubang hidung
mereka, namun mereka kembali melakukannya. Lihat Amsal
27:22.
(1) Mereka membesar-besarkan kelimpahan dan kelezatan
makanan yang mereka dapatkan dahulu di Mesir (ay. 5),
seolah-olah Tuhan sudah melakukan kejahatan besar ter-
hadap mereka dengan membawa mereka keluar dari sana.
saat mereka berada di Mesir, mereka berkeluh-kesah
sebab beban berat, sebab hidup mereka dibuat bertambah
pahit oleh perbudakan yang keras. Namun demikian, se-
karang mereka berbicara tentang Mesir seolah-olah mereka
semua hidup seperti pangeran di sana, padahal ini hanya
alasan saja atas ketidakpuasan mereka pada saat ini. Bisa-
bisanya mereka berbicara tentang makan ikan di Mesir
dengan sesuka hati, atau dengan cuma-cuma, seolah-olah
mereka tidak harus membayar apa-apa, padahal mereka
membayarnya begitu mahal dengan kerja keras. Mereka ter-
ingat kepada mentimun dan semangka, bawang prei, ba-
wang merah dan bawang putih (memang makanan yang
nikmat untuk digemari!), namun mereka tidak ingat batu
bata dan pengawas-pengawas rodi, suara si penindas dan
perihnya cambuk. Tidak, semuanya ini dilupakan oleh
orang-orang yang tidak tahu berterima kasih ini.
(2) Mereka muak dengan persediaan baik yang telah dibuat
Tuhan untuk mereka (ay. 6). Persediaan itu yaitu roti dari
surga, makanan malaikat. Untuk menunjukkan betapa
tidak masuk akalnya keluhan mereka, di sini digambarkan
tentang manna (ay. 7-9). Manna itu baik untuk makanan,
dan indah dipandang, setiap butirnya seperti mutiara dari
timur. Manna itu makanan yang sehat dan bergizi. Manna
itu tidak bisa disebut roti kering, sebab rasanya seperti rasa
panganan yang digoreng. Manna itu cocok (menurut orang
138
Yahudi, Kebijaksanaan Salomo 16:20) dengan lidah setiap
orang, dan rasanya seperti rasa yang disukai setiap orang.
Dan, meskipun rasanya tetap sama, namun, dengan cara
mengolahnya berbeda-beda, rasanya bisa beraneka ragam
yang menyukakan hati. Manna tidak menuntut bayaran
apa-apa dari mereka, ataupun tenaga untuk mendapatkan-
nya, sebab ia jatuh pada malam hari, saat mereka
sedang tidur. Dan tenaga yang dikeluarkan untuk me-
ngumpulkannya pun tidak layak untuk dibicarakan. Mere-
ka tinggal dengan cuma-cuma, dan sekalipun begitu bisa-
bisanya mereka berbicara tentang murahnya Mesir dan
ikan yang mereka makan di sana dengan cuma-cuma. Bah-
kan, yang jauh lebih berharga dibandingkan semuanya ini,
manna berasal dari kuasa dan kemurahan Tuhan secara
langsung, bukan dari penyelenggaraan ilahi yang biasa,
melainkan dari perkenanan yang istimewa. Manna itu, se-
perti kasih setia Tuhan , baru setiap pagi, selalu segar, tidak
seperti makanan orang-orang yang sedang berlayar. Sewak-
tu mereka hidup dari manna, mereka tampak terbebas dari
kutukan yang sudah ditimpakan dosa ke atas manusia,
bahwa dengan berpeluh ia akan mencari makanannya. Na-
mun demikian, mereka berbicara tentang manna dengan
mencemooh seperti itu, seolah-olah itu tidak cukup baik
untuk menjadi makanan babi: Kita kurus kering. Mereka
berbicara seolah-olah Tuhan berlaku keras terhadap mereka
dengan tidak memberi mereka makanan yang lebih baik.
Pada awalnya mereka terkagum-kagum oleh manna itu
(Kel. 16:15): Apakah ini? “Apa barang yang mengherankan
dan berharga ini!” namun sekarang mereka meremehkan-
nya. Perhatikanlah, hati orang yang dikuasai oleh kema-
rahan dan ketidakpuasan akan menemukan kesalahan da-
lam sesuatu yang tidak mengandung kesalahan, yang pa-
dahal justru mendatangkan kebaikan bagi mereka. Sangat
menggusarkan hati Tuhan jika kita meremehkan perkenanan-
perkenanan-Nya, dan mengatakan cuma tentang belas
kasih yang biasa kita terima. Bukan apa-apa, cuma manna!
Orang-orang yang bisa saja hidup dengan sangat bahagia
sering kali justru membuat diri mereka sendiri sangat
sengsara dengan ketidakpuasan mereka.
Kitab Bilangan 11:4-15
139
(3) Mereka tidak bisa dipuaskan kecuali mereka memiliki
daging untuk dimakan. Mereka membawa banyak sekali
kambing domba bersama mereka dari Mesir. namun , entah
mereka tamak, sehingga tidak mau menyembelih kambing
domba itu, sebab tidak mau jumlahnya berkurang (me-
reka hanya mau daging semurah-murahnya seperti roti,
atau mereka tidak akan senang), atau juga mereka me-
mang ingin yang macam-macam, dan daging sapi atau
domba saja tidak akan membuat mereka puas. Mereka
menginginkan yang lebih enak dan lezat, seperti ikan yang
mereka makan di Mesir. Makan saja tidak cukup, mereka
harus berpesta juga. Mereka sudah berpesta dengan Tuhan ,
dengan memakan korban-korban keselamatan yang men-
jadi bagian mereka. namun sepertinya Tuhan tidak terus me-
nyajikan hidangan yang cukup untuk mereka, sehingga
mereka masih memerlukan potongan-potongan makanan
yang lebih lezat dibandingkan yang dibawa ke mezbah-Nya.
Perhatikanlah, jika kita selalu berhasrat untuk mengecap
semua kelezatan dan kepuasan inderawi sampai ke puncak
kesenangan, maka itu menjadi bukti jelas bahwa pikiran
kedagingan sedang berkuasa dalam diri kita. Jangan ingin
akan makanan yang lezat (Ams. 23:1-3). Jika Tuhan mem-
beri kita makanan yang secukupnya, sudah semestinya
kita bersyukur, meskipun kita tidak makan lemak dan mi-
num yang manis.
(4) Mereka tidak mempercayai kuasa dan kebaikan Tuhan
cukup mampu untuk memenuhi apa yang mereka butuh-
kan: Siapakah yang akan memberi kita makan daging?
Mereka menganggap Tuhan tidak dapat memberi nya. De-
mikianlah pertanyaan mereka ini dikecam dalam Mazmur
78:19-20, sanggupkah Ia menyediakan daging juga?. Ia per-
nah satu kali memberi mereka daging dengan roti, saat Ia
memandangnya pantas bagi mereka (Kel. 16:13). Dan sebe-
narnya bisa saja mereka berharap bahwa Ia akan melaku-
kannya lagi, jika, bukannya bersungut-sungut, mereka ber-
doa memohon belas kasihan-Nya. Perhatikanlah, yaitu
suatu penghinaan terhadap Tuhan jika kita membiarkan
keinginan-keinginan kita jauh melampaui iman kita.
140
(5) Keinginan mereka menggebu-gebu dan mendesak-desak.
Mereka kemasukan nafsu rakus, demikian kata yang di-
pakai, bernafsu sejadi-jadinya dan tamak, sampai meratap-
ratap sebab kesal. Betapa kekanak-kanakannya orang
Israel, menuntut untuk dituruti kemauannya, hingga me-
nangis sebab tidak mendapatkan apa yang mereka ingin-
kan dan saat mereka menginginkannya. Mereka tidak
mempersembahkan keinginan ini kepada Tuhan , sebab
memilih untuk berutang budi kepada orang lain untuk
mendapatkannya. Kita tidak boleh membiarkan diri hanyut
dalam keinginan yang tidak bisa kita mintakan kepada
Tuhan dengan berdoa, sebab ini seperti kita meminta ma-
kanan menuruti nafsu kita (Mzm. 78:18). sebab dosa ini,
bangkitlah murka TUHAN dengan sangat melawan mereka,
yang ditulis sebagai peringatan bagi kita, supaya janganlah
kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah
mereka perbuat (1Kor. 10:6).
(6) Daging yaitu makanan yang baik dan halal untuk di-
makan. Namun mereka dikatakan bernafsu mengejar hal-
hal yang jahat. Sesuatu yang asalnya tidak haram, akan
menjadi jahat bagi kita jika hal itu tidak ditentukan Tuhan
untuk kita, namun kita menginginkannya dengan menggebu-
gebu.
II. Musa sendiri, walaupun lemah lembut dan baik hati sifatnya, me-
rasa gelisah atas peristiwa ini: Hal itu dipandang jahat oleh Musa.
Nah,
1. Harus diakui bahwa tindakan mereka itu sangat menggusar-
kan hati. Sungut-sungut mereka ini mendatangkan penghina-
an yang besar terhadap Tuhan , dan Musa menyimpan saja
dalam hatinya celaan-celaan yang ditimpakan kepada dirinya.
Mereka tahu bahwa ia selalu berbuat semampunya untuk
kebaikan mereka, dan bahwa ia tidak melakukan atau dapat
melakukan sesuatu tanpa ketentuan ilahi. Namun demikian,
jika orang terus-menerus diganggu dan dituntut seperti itu
oleh sekelompok orang yang tidak berpikir waras dan tidak
tahu berterima kasih, maka bahkan Musa sendiri pun akan
kehilangan kesabaran. Tuhan mempertimbangkan hal ini, dan
Kitab Bilangan 11:4-15
141
sebab itu kita tidak mendapati bahwa Ia menegur Musa
sebab kegelisahannya.
2. Namun, Musa mengungkapkan isi hatinya dengan cara yang
tidak sepatutnya atas peristiwa ini, dan tidak memenuhi kewa-
jibannya baik terhadap Tuhan maupun Israel, sebab ia
berbantah-bantah.
(1) Ia tidak menghargai kehormatan yang telah diberikan Tuhan
kepadanya, dalam menjadikannya pelayan yang terkemuka
dari kuasa dan anugerah-Nya, dalam membebaskan dan
membimbing umat kesayangan itu. Semua kehormatan ini
seharusnya sudah cukup untuk mengimbangi bebannya
itu.
(2) Ia terlalu banyak mengeluh tentang kepedihan jasmani,
dan terlalu terbawa perasaan oleh sedikit keributan dan
kelelahan. Jika ia tidak tahan dengan pekerjaan memerin-
tah, yang ringan seperti orang yang berlari bertaruh dengan
orang berjalan, bagaimana ia bisa tahan dengan kengerian-
kengerian perang, di mana ia harus bertanding melawan
kuda-kuda? Seharusnya mudah saja baginya untuk meng-
anggap remeh tuntutan-tuntutan mereka, dan tidak meng-
acuhkannya.
(3) Ia membesar-besarkan perbuatan-perbuatannya sendiri,
bahwa tanggung jawab atas seluruh bangsa itu dibebankan
kepadanya, padahal Tuhan sendirilah yang benar-benar me-
ringankannya dari semua beban itu. Musa tidak perlu
bersusah payah menyediakan tempat tinggal, atau makan-
an, bagi mereka. Tuhan lah yang melakukan semuanya. Dan,
jika terjadi suatu permasalahan yang sulit, ia tidak perlu
kebingungan, selama ia memiliki sabda ilahi untuk
dimintai petunjuk. Ia selalu dibimbing oleh hikmat ilahi, di-
dukung oleh wewenang ilahi, dan ditopang langsung oleh
kekuatan yang maha kuasa sendiri yang memberi
imbalan dan menjatuhkan hukuman.
(4) Ia tidak begitu peka seperti yang seharusnya akan kewa-
jiban yang mengikatnya, yang diberikan berdasar man-
dat dan perintah ilahi, untuk berbuat semampu mungkin
bagi bangsanya. Ia mengemukakan, bahwa sebab mereka
bukan anak-anak kandungnya, maka ia tidak berkepen-
tingan untuk mengurus mereka seperti seorang ayah.
142
Padahal Tuhan sendiri, yang berhak mempekerjakan dia se-
suai kehendak-Nya, telah mengangkat dia untuk menjadi
ayah bagi mereka.
(5) Ia terlalu membebani dirinya sendiri saat ia bertanya,
dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepa-
da mereka? (ay. 13), seolah-olah dialah pengurus rumah
tangga bagi bangsa itu, dan bukan Tuhan . Bukan Musa yang
memberi mereka roti (Yoh. 6:32). Tidak pula diharapkan
bahwa ia harus memberi mereka daging, namun ia hanya
sebagai alat di tangan Tuhan . Dan jika ya