TAFSIF AL ATZAR 4


 hidup yang berdisiplin. Jamaah mem￾punyai Imam dan yang selebihnya menjadi ma'mum. Bahkan di zaman Nabi dan

sahabat-sahabatnya, Imam sembahyang berjamaah ialah Nabi, Khalifah-kha￾lifah, Gubernur (wali) di tiap-tiap negeri. Tidak boleh seorang ma'mum men￾dahului mengangkat kepalanya seketika ruku' dan sujud sebelum Imam. sam￾pai ada Hadis mengatakan bahwa barangsiapa yang mengangkat kepalanya

terdahulu daripada Imam mengangkat kepala, maka kepalanya itu akan ber￾ganti menjadi kepala keledai.

Al-Fatihah pun mendidik kita'memakai adab sopan-santun yang tertinggi.

Adab sopan-santun yang tinggi itu dimulai terhadap kepada Tuhan akin

membawa kesannya pula kepada sikap hidup kita dalam masyarakat, per￾hatikanlah susunan ayat yang tujuh itu.Pada ayat pertama "Bismillahir-Rahmanir-Rahim", kita memujikan sifat

Rahman aan naftimt'lya. Sesudah itu pada ayat kedua "AlhamdulillahiRabbil

.Alamin' kita puji Dia, kita sanjung Dia, sebab Dia yang menjadikan alam ini

t -put kita hidup. Pada ayat ketiga kita ulang lagimenyebut sifat Rahman dan

Ratr'imNya itu. Di ayat keempat "Maliki Yaumiddin", kita mengakui bahwa

kekuasa-anNya itu bukan meliputi hari sekarang saja, bahkan lanjutan lagi

["puau vu"s di seberang hidup ini. Setelah selesai kita akui segala Rahman dan

iuhl*, ;S.L puji dan kekuasaan dunia akhirat hanya Dia yang empunya, tidak

ada dicampuri yang lain, barulah kita menunjukkan sikap hidup pada ayat

kelima "lyyaka Na'budu wa lyyaka Nasta'in'"

oletr sebab itu kita menyembahNya adalah degan kesadaran bahwa

hanya Dia yang patut disembah. Dan memohon pertolongan kepadaNya,

karena -"rrrat g huttya Dialah yang sanggup mengabulkan segala permohonan'

sesudah plngakuan ini barulah kita langsung saja mengemukakan per￾mohonan, sebllum kita mengenal atau menyebut tuah kebesaran dari tempat

kita memohon itu. Adalah sangat tidak sopan orang yang langsung saja

mengemukakan satu keinginan, sebelum dengan tulus ikhlas dia mengakui

kemuliaan daripada tempatnya memohon.

Kita mempunyai nyawa atau roh, dan roh itupun hendaklah dijiwai pula.

Agama Islam adalah suatu agama yang menjadi roh dari roh kita. Tidak

b.1agu*u sama artinya dengan mati, walaupun kita masih hidup. Dan al￾Fatihah adalah isinya yang utama, sehingga dengan memahamkannya kita

dapat mencapai hakikat hiduP.


Surof

AL-BAQARAH

(LEMBU BETINA)

Surat 2: 286 ayat

Diturunkan diMADINAH

I

(Y)

UqJtqb - /..-

l.n{9- J'

(1)

(2t

Dengan nama Allah Yang Maha

Murah, lagiPengasih.

Alif Lam Mim.

Inilah Kitab itu; tidak ada sebarang

keraguan padanya, satu petunjuk

bagi orang-orang yang hendak ber￾takwa.

Yang percaya kepada yang ghaib,

dan yang mendirikan sembahyang

dan dari apa yang Kami anugerah￾kan kepada mereka, mereka der￾makan.

Dan orang-orang yang percaya ke￾pada apa yang diturunkan kepada

engkau dan apa yang diturunkan

sebelum engkau, dan kepada akhi￾rat mereka yakin.

(5) Mereka itulah yang berada atas pe￾tunjuk dari Tuhan mereka, dan me￾reka itulah orang-orang yang ber￾oleh kejayaan.

Surat yang kedua ini ternama Surat "al-Baqarah" yang berarti lembu

betina, karena ada kisah tentang Bani Israil disuruh oleh NabiMusa mencari

seekor lembu betina akan disembelih, yang tersebut pada ayat 67 sampai74.

Adapun nama Surat-surat al'Quran bukanlah sebagai iudul dari satu rencana

atau nama dari satu buku yang menerangkan suatu hal yang khas, hanyalah

sebagai tanda belaka dari Surat yang dinamai itu, dan bukan karena nama itu

lebih penting dari yang lain yang diuraikan di dalamnya, karena semuanya

penting. Yang menentukan nama-nama ini adalah Rasulullah s.a.w. sendiri

dengan petunjuk Jibril a.s.

Surat al-Baqarah adalah Surat yang paling panjang dariantara 114 Surat

dalam al-Quran, menganduns 286 ayat yang panjang-panjang, mengandung 2

juzu' berlebih sepertiga dari al-Quran. Diturunkan di Madinah.

Untuk meresapkan perasaan membaca Surat al-Baqarah ini hendaklah

kita ingat bahwa sebagian besar daripada ayatnya diturunkan pada mula-mula

Rasulullah s.a.w. pindah (hijrah) ke Madinah. Mula,mula mendirikan masyara￾kat Islam setelah 13 tahun menegakkan akidah di Makkah, dan mendapat

tantangan hebat dari kaum Quraisy. Sekarang telah dapat menegakkan cita

dengan bebas, karena kesediaan kaum Anshar menyambut Iman dan

menyambut Rasul. Maka mulai dari hari pertama beliau datang ke Madinah,

nama negeri itu ditukar dari nama lama, Yatsrib atau Thibah meniadi Madinah

atau lebih tegas lagi Madinatur-Rosul, Kota Utusan Tuhan.

Secara berfikir kenegaraan moden, dengan pergantian nama negeri dari

Yatsrib kepada Madinah itu, mafhumlah kita bahwa suatu kekuasaan telah

berdiri, hanya tinggal menunggu pengakuan. Dan dapat pula hal ini kita

persambungkan dengan sariyah atau patroli yang selalu beliau kirimkan ke luar

kota Madinah, untuk menjaga dan mengawasi kalau-kalau ada serangan

musuh.

Bersamaan dengan penukaran nama negeri itu, didirikan pula sebuah

mesjid. Dari mesjid itulah diatur ibadat dan mu'amalat dan diputuskan hukum￾hukum dan diterima tamu-tamu dari luar negeri dan diatur siasat perang dan

damai.

Meskipun telah terlepas daripada tantangan kaum musyrikin Quraisy yang

di Makkah, dan meskipun telah dapat menyusun kekuatan Islam dan melancar'

kan hukumnya, di Madinah mulailah berhadapan dengan kaum Yahudi, yang

telah duduk di negeri itu sejak beratus tahun, setelah terjadi berkali-kali

pengusiran raja-raja Romawi atas mereka dari Palestina. Mereka merasa bahwa

klas mereka lebih tingsidari penduduk Arab asliyang tinggaldinegeriitu, yang

umumnya dari persukuan Aus dan Khazraj, sebab mereka memeluk agama

Tauhid, mempunyai Kitab Taurat dan kedatangan berpuluh Nabi di zaman

dahulu. Kepada orang-orang Arab penduduk asli itu kerap mereka membangga

tentang kepercayaan mereka, dan di masa itu sudah mulai ada perasaan bagi

mereka bahwa mereka adalah ummat pilihan Tuhan. Pernah juga merekamenyebut kepada orang Arab itu bahwa Kitab Taurat mereka ada menyebut

bahwa akan datang lagi seorang Rasul yang akan menyempurnakan hukum

Taurat.

Orang-orang Arab Aus dan Khazraj itu, keturunan dariArab Qahthan yang

datang terpencai dari Arabia Selatan setelah runtuh kerajaan Saba', kerapkali

-"r"ku merasa rendah diri mendengar ceritera-ceritera kebanggaan orang￾orang Yahudi itu, yang mencap mereka tidak berperadaban, tidak mempunyai

anutin yang tertentu dan hanya menyembah berhala. Perkataan-perkataan

orang Yahudi inilah yang sebagian besar mendorong mereka, bila mereka telah

-"nJ"ngur bahwa seorang Nabi telah lahir diMakkah, mereka datang sem￾bunyi-sembunyi mempelajari bagaimana keadaan Nabi itu yang sebenarnya'

Mereka datan! sembunyi karena takut dimusuhioleh orang Quraisy sendiridan

merahsiakannya juga dari orangYahudi yang selalu menyebut kedatangan Nabi

itu.

Akhirnya menjadi kenyataanlah bahwa Rasulullah pindah ke Madinah,

diiringkan ol"h kur- Muhajirin dari Makkah dan disambut oleh orang Arab

yanginereka pandang hina itu, yang mereka diberi gelar kehormatan oleh

iturrtrllut yaitu Anshar, pembela atau penolong Nabi, pembela atau penolong

Islam.

Dengan siasat yang baik sekali, mulaisaja pindah ke Madinah, Rasulullah

telah membuat berbagai perjanjian dengan kaum Yahudi itu, agar bertetangga

dengan baik, akan sama mempertahankan negeriMadinah jika dia diserang dari

luarl dan mereka disebut Ahtul-Kitab, tidak disamakan pandangan kepada

mereka dengan pandangan kepada kaum musyrikin, melainkan diperlakukan

dengan hormat. Tetapi kian lama kian nyata bahwa perjanjian-perjanjian ber￾tetangga baik itu tidaklah mereka juniung tinggi. Mereka kian lama kian

menunjukkan sikap angkuh, merasa diri lebih, menentang, menguji Nabi dan

menghina Islam. Maka kita dapatilah dalam Surat al-Baqarah iniayat-ayat yang

telah mulai menghadapi mereka, yang dalam bahasa sekarang disebut konfron￾tosi. Tetapi dasar dari tantangan itu ialah menyadarkan mereka pokok ajaran

Tauhid dan mengingatkan pertolongan-pertolongan yang telah diberikan Ilahi

kepada mereka. Dan memperingatkan pula bahwa ajaran yang dibawa Muham-

1nud ini bukanlah memusuhi Yahudi, tetapi sambungan dari usaha Rasul-rasul

yang dahulu, dan bahwasanya baik Yahudi atau Nasrani, atau ajaran yang

iibu*u Muhammad sekarang, hanya satu saja rumpun asalnya, yaitu agama

"Menyerah dirikepada Allah", yang telah dimulaioleh nenek-moyang mereka

Ibrahim. Ibrahimlah yang menurunkan Ishak dan Ya'kub yang menimbulkan

Bani Israil. Dan Ibrahim pula yang beranak Ismail' lalu menurunkan Muhammad

s.a.w. dan Arab Musta'ribah. Kedatangan Muhammad ialah mengajak semua

supaya kembali kepada agarna "Menyerah diri kepada Tuhan" ajaran Ibrahim

itu, yang dalam bahasa Arabnya disebut I S L A M.

Di samping soal menghadapi Yahudi ini timbul lagi soal lain, yaitu Arab

penduduk MaJinah sendiri yang merasa diri mereka "dilangkahi" tersebab

i<edatangan Rasulullah ke Madinah. Selama ini pimpinon atau leodership

dipegan! oleh mereka, tetapi sejak Rasulullah s.a.w. datang, mereka merasa


tersingkir. Akan dihadapi secara kasar, ternyata telah kalah sebab pandangan

orang ramai (publiekopini) telah menerima Rasulullah. Inilah yang meniadi

kaum munafik yang diketuai oleh Abdullah bin Ubai. Kaum munafik inipun

menjadi "penyakit" dalam tubuh masyarakat Islam. Di hadapan, mereka meng￾akui beriman, di belakang mereka mencemuh, dan berusaha dalam segala

kesempatan untuk menghambat terbentuknya kekuatan Islam. Kalau perlu dan

ada keuntungan, merekapun sudi berkawan dengan kaum Yahudi itu. Dan

kalau ada serangan dari pihak Quraisy, mereka dengan sembunyi-sembunyi

menyatakan persetujuan.

Adapun orang Quraisy di Makkah sendiri, berpindahnya Rasulullah s.a.w.

ke Madinah adalah sangat mencemaskan mereka. Sebab sudah terang bahwa

Muhammad di Madinah akan kuat dan teguh. Merekapun lalu menyusun terus

kekuatan buat membunuh Islam yang mulai tumbuh di Madinah itu, dan

kabilah-kabilah Arab di luar Makkah dan Madinah, karena masih menganggap

kaum Quraisy pimpinan mereka, maka merekapun turut menentang Muham￾mad.

Itulah tiga front yang dihadapi di Madinah pada masa itu. Tentu saja di

antara ketiga front itu, front Yahudilah yang lebih meminta perhatian, lebih dari

yang lain. Dalam kepercayaan Islam, mereka itu berpokok dalam satu ajaran

Tuhan. Tetapi keagamaan mereka sudah membeku, sudah jumud, karena

diselubungi oleh adat dan pengaruh, dan sudah ternyata pula bahwa Kitab

Taurat yang suci itu sudah banyak berubah, baik dirubah dengan sengaja

ataupun karena telah hilang naskahnya yang asli. Memang sudah sangat lama

Taurat yang asli itu tidak ada lagi. Mereka ini diseru diinsafkan dan kalau

mereka menentang, dijawab tantangan itu dengan setimpal.

Lantaran itu maka soal-soal membuka kecurangan dan ketidak-jujuran

Yahudi lalu mengajak mereka kepada jalan yang benar, banyak terdapat dalam

Surat al-Baqarah ini. Dan terdapat pula membuka kecurangan kaum munafik.

Tetapi sementara menghadapi yang di luar, maka pembangunan agama

dari dalam pun berjalan dengan lancar. Di Surat al-Baqarah bertemulah ayat￾ayat berkenaan dengan rumahtangga, perkahwinan dan perceraian. Bertemu

peraturan mengerjakan Haji, mengerjakan puasa dan mengeluarkan zakat.

Dan mencela keras memakan riba. Membentuk budipekerti dengan memper￾banyak derma dan shadaqah. Dan satu peraturan yang terpenting di dalam

Surat al-Baqarah ialah mengalihkan Kiblat dari Baitul-Maqdis ke Makkah;

dengan ini Islam mendapat peribadinya. Peraturan inididahuluidengan kisah

Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail, diperintahkan Tuhan mendirikan Baitullah.

Dengan peralihan Kiblat orang dapat mengerti bahwa Muhammad bukan

membawa peraturan baru asal mengganjil saja, tetapi menghidupkan kembali

Sunnah Nabi lbrahim a.s.

Dan dalam Surat al-Baqarah sudah mulaidiadakan perintah Jihad, kebo￾lehan berperang di dalam mempertahankan akidah.

Banyak lagi Surat-surat yang lain diturunkan di Madinah, tetapiSurat al￾Baqarah adalah termasuk Surat yang terdahulu sekali, meskipun ada jugabeberapa ayat yang kemudian datangnya, dimasukkan ke dalam susunan Surat

al-Baqarah karena hubungan isinya.

Dalam pada itu terdapatlah di Surat ini pembangunan jiwa kaum mu'minin

di dalam memegang teguh agama, menegakkan budi dan menyebarkan da'wah.

l. supaya mempunyai kesungguhan-kesungguhan dan memberikan tela￾dan yang baik yang akan ditiru orang'

2. Kesanggupan menegakkan dalil dan alasan bahwa golongan yang tidak

menyetujui ajaran Islam, adalah pada pendirian yang salah.

3. Jangan merasa lemah dan hina karena kemiskinan atau karena berpin￾dah dari tempat kelahiran ke tempat yang baru, karena mereka pindah

adalah karena dibawa cita-cita. Dan jangan gentar menghadapi bahaya.

4. Bersiap dan berwaspada terus, sedia senjata dan berani menghadapi

bahaya, karena mereka selalu dalam kepungan musuh.

5. Kuatkan hati, perdalam pengertian tentang iman dan perhebat hu￾bungan dengan Allah dengan melakukan ibadat dan takwa; sehingga

kikis dari diri sendiri dan dari masyarakat segala kebiasaan jahiliah yang

telah lalu.

6. Dirikan rumahtangga yang baik, persuami-isterian yang tenteram dan

alirkan pendidikan kepada anak, dan sebarkan cinta kepada sesama

manusia, kepada keluarga terdekat, anak yatim dan orang fakir miskin.

Inilah beberapa intisari dari surat al-Baqarah yang kelak akan disempurna￾kan lagi oleh Surat-surat yang berikutnya, sebagai ali Imran, an-Nisa' dan

seterusnya.

Ayat-ayatnya agak panjang, tidak ketat dan pendek seperti Surat-surat

Makkah. Demikian umumnya Surat-surat Madinah, sebab ialah karena dia

sudah banyak memperincikan hukum, apatah lagi karena telah bercampur

dengan menghadapi orang Yahudi, yang bahasa Arab mereka tidak sefasih

bahasa yang dipakai oleh orang Quraisy di Makkah.Baik penafsir lama, ataupun penafsir zaman-zaman akhir membicarakan

tentang huruf-huruf ini menurut cara mereka sendiri-sendiri, tetapi kalau

disimpulkan terdapatlah dua golongan. Pertama ialah golongan yang memberi￾kan arti sendiri daripada huruf-huruf itu. Yang banyak memberikan artiialah

penafsir sahabat yang terkenal, Abdullah bin Abas. Sebagai Alif-lam-mim ini

satu tafsir dari Ibnu Abbas menerangkan bahwa ketiga huruf itu adalah isyarat

kepada tiga nama: AIf untuk nama Allah; Lom untuk Jibril dan Mim untuk Nabi

Muhammad s.a.w. Dan tafsir lbnu Abbas juga yang mengatakan artiAlil-Lam￾Ro ialah AIf berarti Ano, yaitu aku, Lom berarti Allah dan Ro berarti Aro

menjadi (Anal-Lahu-Aro): Aku adalah Allah, Aku melihat. Demikianlah setiap

huruf-huruf itu ada tafsirnya belaka menurut riwayat yang dibawakan orang

daripada Ibnu Abbas.

Menurut riwayat dari al-Baihaqi dan Ibnu Jarir yang diterima darisahabat

Abdullah bin Mas'ud, bahwa beliau inipun pernah menyatakan bahwa huruf￾huruf Alil -Lam-Mim itu adalah diambil dari nama Allah, malahan dikatakan￾nya bahwa itu adalah da ri lsmullahi al-A'zham, nama Tuhan Yang Maha Agung.

Rabi' bin Anas (sahabat Rasulullah) mengatakan bahwa Alil-Lam-Mim itu

adalah tiga kunci: Alif kunci dari namaNya Allah, Lom kunci dari namaNya,

Lathif, Mim kunci dari namaNya Majid. Lantaran itu maka tafsir semacam

inipun pernah dipakai oleh Tabi'in, yaitu lkrimah, as-Sya'bi, as-Suddi, Qa￾tadah, Mujahid dan al-Hasan al-Bishri.

Tetapi pendapat yang kedua berkata bahwa huruf-huruf di pangkal Surat

itu adalah rahasia Allah, termasuk ayat mutasyabih yang kita baca dan kita

percayai, tetapi Tuhan yang lebih tahu akan artinya. Dan kita baca tiap-tiap

huruf itu menurut bunyi ucapannya dalam lidah orang Arab serta dipanjangkan.

Riwayat kata ini diterima dari Saiyidina Abu Bakar as-Shiddiq sendiri,

demikian juga dari Ali bin Abu Thalib. Dan menurut riwayat dariAbul-Laits as￾Samarqandi, bahwa menurut Umar bin Khathab dan Usman bin Affan dan

Abdullah bin Mas'ud, semuanya berkata: "Huruf potongan itu tertutup buat

ditafsirkan." Dan Abu Hatim berkata: "Didalam al-Quran kita tidak mendapat

huruf-huruf, melainkan di pangkal beberapa Surat, dan tidaklah kita tahu apa

yang dikehendaki Allah dengan dia."

Sungguhpun demikian, masih juga ada ahli-ahli tafsir yang tertarik mem￾buat pengertian sendiri tentang rahasia-rahasia huruf-huruf itu. Abdullah bin

Mas'ud, dari kalangan sahabat Rasulullah s.a.w. di satu riwayat, berpendapat

bahwa beliau sefaham dengan Umar bin Khathab dan Usman bin Affan tadi, ya￾itu menyatakan tak usah huruf-huruf itu diartikan. Tetapi di riwayat yang lain,

pernah beliau menyatakan bahwa ALIFLAM MIM adalah mengandung ismul￾lahi al-A'zham (Nama Allah Yang Agung). As-Sya'bi, Tabi'in yang terkenal, di

satu riwayat tersebut bahwa beliau berkata huruf-huruf itu adalah rahasia

Allah belaka. Tetapi di lain riwayat terdapat bahwa beliau pernah memberiarti

Alil-Lam-Mim itu dengan Allahu,Lathifun,Majidun, (Allah, Maha Halus, Maha

Utama).

Ada pula segolongan ahli tafsir menyatakan bahwasanya huruf-huruf di

awal Surat itu adalah sebagai pemberitahuan, atau sebagai panggilan untuk

menarik perhatian tentang ayat-ayat yang akan turun mengiringinya.

Riwayat yang terbanyak memberinya arti ialah daripada lbnu Abbas.

Adapun perkataan yang shahih daripada Nabis.a.w. sendiri tentang arti hurul

huruf itu tidaklah ada. Kalau ada tentu orang sebagaiAbu Bakar as-Shiddiq,

Umar bin Khathab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib tidak akan

mengeluarkan pendapat bahwa huruf'huruf itu tidak dapat diartikan, sebagai

kita sebutkan diatas.

Nyatalah bahwa huruf-huruf itu bukan kalimat bahasa, yang bisa diartikan.

Kalau dia suatu kalimat yang mengandung arti, niscaya tidak akan ragu-ragu

lagi seluruh bangsa Arab akan artinya. Oleh sebab itu maka lebih baiklah kita

terima saja huruf-huruf itu menurut keadaannya. Dan jika kita salinkan arti-arti

atau tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas atau yang lain-lain, hanyalah

semata-mata menyalin riwayat saja, dan kalau kita tidak campurtangan tidaklah

mengapa. sebab akan mendalami isi al-Quran tidaklah bergantung daripada

mencarlcari arti dari huruf-huruf itu. Apatah lagi kalau sudah dibawa pula

kepada arti rahasia-rahasia huruf, angka-angka dan tahun, yang dijadikan

semacam ilmu tenung yang dinamai simiaa" sehingga telah membawa al-Quran

terlampau jauh daripada pangkalan aslinya.

"lnilah Kitab itu; tidak ada sebarong keraguan padanya; satu petunjuk

bagi orang-orang yang hendok bertaqwa." (ayat 2).

Inilah dia Kitab Allah itu. Inilah dia al-Quran, yang meskipun seketika ayat

ini diturunkan belum merupakan sebuah naskah atau mushho/ berupa buku,

namun setiap ayat dan Surat yang turun sudah mulai beredar dan sudah mulai

dihafal oleh sahabat-sahabat Rasulullah; tidak usah diragukan lagi, karena tidak

ada yang patut diragukan. Dia benar-benar wahyu dari Tuhan, dibawa oleh

Jibril, bukan dikarang-karangkan saja oleh Rasulyang tidak pandaimenulis dan

membaca itu. Dia menjadi petunjuk untuk orang yang ingin bertakwa atau

Muttaqin.

Kita baru saja selesai membaca Surat al-Fatihah. Di sana kita telah

memohon kepada Tuhan agar ditunjuki jalan yang lurus, jalan orang yang diberi

nikmat, jangan jalan orang yang dimurkai atau orang yang sesat. Baru saja

menarik nafas selesai membaca Surat itu, kita langsung kepada Surat al￾Baqarah dan kita langsung kepada ayat ini. Permohonan kita diSurat al-Fatihah

sekarang diperkenankan. Kamu bisa mendapat jalan yang lurus, yang diberi

nikmat, bukan yang dimukai dan tidak yang sesat, asal saja kamu suka memakai

pedoman kitab ini. Tidak syak lagi, dia adalah petunjuk bagiorang yang suka

bertakwa.

Apa artitakwa? Kalimat takwa diambildarirumpun katawiqayah artinya

memelihara. Memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan. Memelihara dirijangan sampai terperosok kepada suatu perbuatan yang tidakdiridhaikanoleh

Tuhan. Memelihara segala perintahNya supaya dapat dijalankan. Memelihara

kaki jangan terperosok ke tempat yang lumpur atau berduri. Sebab pernah

ditanyakan orang kepada sahabat Rasulullah, Abu Hurairah (ridha Allah untuk

beliau), apa arti takwa? Beliau berkata: "Pernahkah engkau bertemu jalan yang

banyak duri dan bagaimana tindakanmu waktu itu?" Orang itu menjawab:

"Apabila aku melihat duri, aku mengelak ke tempat yang tidak ada durinya atau

aku langkahi, atau aku mundur." Abu Hurairah menjawab: "ltulah dia takwa!"

(Riwayat darilbnu Abid Dunya).

Maka dapatlah dipertalikan pelaksanaan jawaban Tuhan dengan ayat ini

atas permohonan kita terakhir pada Surat al-Fatihah tadi. Kita memohon

ditunjuki jalan yang lurus, Tuhan memberikan pedoman kitab ini sebagai

petunjuk dan menyuruh hati-hati dalam perjalanan, itulah takwa. Supaya jalan

lurus bertemu dan jangan berbelok di tengah jalan.

Ketika pada akhir Desember 1962 kami mengadakan Konferensi Ke￾budayaan Islam di Jakarta, dengan beberapa teman telah kami bicarakan

pokok isi dari Kebudayaan Islam.

Akhirnya kami mengambil kesimpulan, ialah bahwa Kebudayaan Islam

ialah kebudoyaan takwa. Dan kamipun sepakat mengambil langsung kalimat

takwa itu, karena tidak ada kata lain yang pantas menjadi artinya. Jangan selalu

diartikan takut, sebagai yang diartikan oleh orang dahulu-dahulu. Sebab takut

hanyalah sebagian kecil dari takwa. Dalam takwa terkandung cinta, kasih,

harap, cemas, tawakkal, ridha, sabar dan lain-lain sebagainya. Takwa adalah

pelaksanaan dari iman dan amal shalih. Meskipun di satu-satu waktu ada juga

diartikan dengan takut, tetapi terjadi yang demikian ialah pada susunan ayat

yang cenderung kepada arti yang terbatas itu saja. Padahal arti takwa lebih

mengumpul akan banyak hal. Bahkan dalam takwa terdapat juga berani!

Memelihara hubungan dengan Tuhan, bukan saja karena taktrt, tetapi lebih lagi

karena ada kesadaran diri, sebagai hamba.

Dia menjadi petunjuk buat orang yang suka bertakwa, apatah lagi bagi

orang yang telah bertakwa. Sama irama ayat ini dengan ayat di dalam Surat al￾Waqi'ah (Surat 56, ayat 79).

"Tidaklah akan menyentuh kepadanya, melainkan makhluk yang telah

dibersihkan."

Sehingga kalau hati belum bersih, tidaklah al-Quran akan dapat menjadi

petunjuk.

Lalu diterangkan sifat atau tanda-tanda dari orang yang bertakwa itu, yang

kita dapat menilik diri kita sendirisupaya memenuhinya dengan sifat-sifat itu:Mereka yang percaya kepada yangghaib, dan merekayangmendirikan

sembahyang, dan dari apa yang Kami anugerahkan kepda mereka, mereka

dermakan." (ayat 3).

Inilah tiga tanda pada taraf yang pertama.

Percaya kepada yang ghaib. Yang ghaib ialah yang tidak dapat disaksikan

oleh pancaindera; tidak nampak oleh mata, tidak terdengar oleh telinga, yaitu

dua indera yang utama dari kelima (panca) indera kita. Tetapi dia dapat dirasa

adanya oleh akal. Maka yang pertama sekali ialah p€rcaya kepada Allah, zat

yang menciptakan sekalian alam, kemudian itu percaya akan adanya hari

kemudian, yaitu kehidupan kekal yang sesudah dibangkitkan dari maut.

Iman yang berarti percaya, yaitu pengakuan hati yang terbukti dengan

perbuatan yang diucapkan oleh lidah meniadi keyakinan hidup. Maka iman

akan yang ghaib itulah tanda pertama atau syarat pertama dari takwa tadi.

Kita sudah sama tahu bahwa manusia itu dua juga coraknya; pertama

orang yang hanya percaya kepada benda yang nyata, dan tidak mengakui

bahwa ada pula di balik kenyataan ini sesuatu yang lain. Mereka tidak percaya

ada Tuhan, atau Malaikat, dan dengan sendirinya mereka tidak percaya akan

ada lagi hidup akhirat itu. Malahan terhadap adanya nyawapun, atau roh,

mereka tidak percaya. Orang yang seperti ini niscaya tidak akan dapat me￾ngambil petunjuk dari al-Quran. Bagi mereka koran pembungkus gula sama

saja dengan al-Quran.

Kedua ialah orang-orang yang percaya bahwa di balik benda yang nampak

inl ada lagi hal-hal yang ghaib. Bertambah banyak pengalaman dalam arena

penghidupan, bertambah mendalamlah kepercayaan mereka kepada yang

ghaib itu.

Kita kaum Muslimin yang telah hidup empatbelas abad sesudah wafatnya

Rasulullah s.a.w. dan keturunan-keturunan kita yang akan datang di belakang￾pun Insya Allah, bertamnah lagi keirnanan kepada yang ghaib itu, karena kita

tidak melihat wajhh beliau.

Itupun termasuk iman kepada yang ghaib. Maka tersebutlah pada sebuah

Hadis yang dirawikan oleh Imam Ahmad, ad-Darimi, al-Baqawardi dan Ibnu

Qani di dalam Mojmo'ush-Shohoboh, dan ikut juga merawikan lmam Bukhari di

dalam Tarikhnya, dan at-Thabarani dan al-Hakim, mereka meriwayatkan

daripada Abi Jum'ah al-Anshari:

*Bedr,ata dia (Abu Jum'ah al-Anshari): Aku bertanyo; ya Rasulullah!

Adakah suatu kaum yang lebih besar pahalanya daripada kami, padahal kami

beriman kepada engkau don kami mengikut akan gngkau? Berkatalah beliau:

Apalah akan holangannyo bagi kamu(buat beriman kepadaku), sedang Ra￾sululloh ada di hadapan kamu, dan datang kepada kamu wahyu (langsung)

dori langit- Tetapi akan ada logi suatu koum yang akan datang sesudoh kamu,

datang kepada mereka Kitab Allah yang ditulis di antara dua Luh, maka

merekapun beriman kepadaku dan mereka amalkan apa yang tersebut di

dalamnya. Mereka itu adalah lebih besar poholonya daripada kamu."

Dan mengeluarkan pula at-Thayalisi, Imam Ahmad, dan Bukharididalam

Tarikhnya, at-Thabarani dan al-Hakim, mereka riwayatkan daripada Abu

Umamah al-Baihili.

j"v;:r-:;VJV'i' t o1l/ t /ra 2 c.fzarl I at) ).*oa*;rbJv;la*

| .l)

erP/.t 

.

f*'d

9A,, /

H

*

tk

ztl

l-F.J-

.4

z rtnt

grti-, -lrl'- t

i J\t

.'.-)

vtJ

J

w.

-11

l ir'l

rI

,

9,

,laeb ,r1 

,

)-r .-

tL,

drL

''.'')

(z.t

L-e t

rs)

I,t',1;-"V,3\i St4"j1

,;v'#i;vJ |r;v'Q,v

" Berkata dia (Abu U mamah), berkata Rasulullah s.a.w.: " Bahagialah bagi

siapa yang melihat aku don berimon kepadaku; dan bahagia (pulalah) basi

siapa yang beriman kepdaku, padahal dia tidak melihat aku, (tujuh kali)."

Hadis inidikuatkan lagi oleh yang dirawikan Imam Ahmad, Ibnu Hibban

dari Abu Said al-Khudri.

Ur)'*rl.l ^t sl,1 att ; | .t}l )

"Bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah s.a.w. Ba￾hagialah bogi siopo yang melihot engkau don berimqn kepada engkou.

Beliau pun menjawab: Bahagialah bogi siopa yang melihat aku dan beriman

kepadaku; dan berbahagialoh bogi siop a yang beriman kepadaku, padahal dia

tidak melihat aku."

Kita tidak melihat wajah beliau. Bagi kita beliau adalah ghaib. Kita hanya

mendengar berita dan sejarah beliau atau bekas-bekas tempat beliau hidup di

Makkah, namun bagi setengah orang yang beriman, demikian cintanya kepada

Rasulullah, sehingga dia merasa seakan-akan Rasulullah itu tetap hidup, bahkan

kadang-kadang titik airmatanya karena terkenang akan Rasulullah dan ingin

hendak menjadi ummatnya yang baik dan patuh, ingin mengerjakan sunnahnya

dan memberikan segenap hidup untuk melanjutkan agamanya. Mdka orang

beginipun termasuk orang yang mendalam keimanannya kepada yang ghaib.

Maka keimanan kepada yang ghaib dengan sendirinya diturutinya dengan

mendirikan sembahyang.

Tegasnya kalau mulut telah tegas mengatakan iman kepada Allah, Ma￾laikat, Hari Kemudian, Rasul yang tidak pernah dilihat dengan mata, maka bila

panggilan sembahyang datang, bila azan telah terdengar, diapun bangkit sekali

buat mendirikan sembahyang. Karena hubungan di antara pengakuan hati

dengan mulut tidak mungkin putus dengan perbuatan. Waktu datang panggilan

sembahyang itulah ujian yang sangat tepat buat mengukur iman kita. Adakah

tergerak hati ketika mendengar azan? Atau timbulkah malas atau seakan-akan

tidak tahu?

Kelak kita akan sampai kepada ayat 45 dari Surat ini, yang diterangkan di

sana memohon pertolonganlah kepada Allah dengan sabar dan sembahyang,

tetapi dijelaskan lagi bahwa sembahyang itu amat berat kecuali bagi orangyang

khusyu' hatinya. Dan kita akan bertemu lagi di dalam Surat Thaha, (Surat 20,

avat 132), yang menyuruh kita mendidik anak isteri bersembahyang dan

memperkuat kesabaran di dalam mengerjakannya, sebab cobaan mengerjakan

sembahyang itu banyak pula.

Maka jika waktu sembahyang telah datang dan kita tidak genser (tidak

perduli) juga, tandanya iman belum ada, tandanya tidak ada kepatuhan dan

ketaatan. Dan itu diujikan kepada kita lima kaliseharisemalam. Kadang-kadang

sedang kita asyik mengobrol, kadang-kadang sedang asyik berapat, bagaimana￾kah rasanya pada waktu itu? Kalau tidak ada getarnya ke dalam hati, tandanya

seluruh yang kita mintakan kepada Tuhan telah percuma belaka. Petunjuk yang

kita harapkan tidaklah akan masuk ke dalam hati kita. Sebab:

J:iip"J-rtlt$ 35t\3\i

"lman ialah kata dan perbuaton, lantaran itu dia bisa bertambah dan bisa

kurang."

Dan sembahyang itu bukan senlata dikerjakan. Di dalam al-Quran atau di

dalam Hadis tidak pernah tersebut suruhan mengerjakan sembahyang, me￾lainkan mendirikan sembahyang. Tandanya sembahyang itu wajib dikerjakan

dengan kesadaran, bukan sebagai mesin yang bergerak saja.

Dan yang menarik hati lagi, ialah 27 kali lipat pahala sembahyang ber￾jamaah daripada sembahyang sendiri. Sehingga orang yang berumah dekat

mesjid atau langgar, sembahyangnya di mesjid lebih diutamakan daripada

sembahyangnya menyendiri di rumah. Malahan ada Hadis yang mengatakanbahwa jiran mesjid hendaklah sembahyang di mesjid. Nantipun akan berjumpa

kita dengan ayat 38 dari Surat as-Syura (Surat 53), bahwa mu'min sejati itu

ialah yang segera mengabulkan panggilan Tuhan, lalu berseml'phyang dan

segala urusan mereka, mereka musyawaratkan di antara mereka. Tandanya

sembahyang itupun hendaklah menimbulkan masyarakat yang baik dan mu￾syawarat yang baik pula.

Keterangan tentang sembahyang akan berkali-kali berjumpa dalam al￾Quran kelak. Dan setelah mereka buktikan iman dengan sembahyang, mereka

pun mendermakan rezeki yang diberikan Allah kepada mereka.

Itulah tingkat ketiga atau syarat ketiga dari pengakuan iman. Di tingkat

pertama percaya kepada yang ghaib, dan kepercayaan kepada yang ghaib

dibuktikan dengan sembahyang, sebab hatinya dihadapkannya kepada Allah

yang diimaninya. Maka dengan kesukaan memberi, berderma, bersedekah,

membantu dan menolong, imannya telah dibuktiknnya pula kepada masya￾rakat. Orang mu'min tidak mungkin hidup nafsi-nafsi dalam dunia. Orang

mu'min tidak mungkin menjadi budak dari benda, sehingga dia lebih mencintai

benda pemberian Allah itu daripada sesamanya manusia. Orang yang mu'min

apabila dia ada kemampuan, karena imannya sangatlah dia percaya bahwa dia

hanya saluran saja dari Tuhan untuk membantu hamba Allah yang lemah.

"Dan orang-orang yang percaya kepada apa yang diturunkan kepada

engkau." (pangkal ayat 4).

Niscaya baru sempurna iman itu kalau percaya kepada apa yang diturun￾kan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai iman dan ikutan. Percaya kepada

Allah dengan sendirinya pastilah menimbulkan percaya kepada peraturan￾peraturan yang diturunkan kepada Utusan Allah, lantaran itu percaya kepada

Muhammad s.a.w. itu sendiri, percaya kepada wahyu dan percaya juga kepada

contoh-contoh yang beliau bawakan dengan sunnahnya, baik kata-katanya,

atau perbuatannya ataupun perbuatan orang lain yang tidak dicelanya. Dengan

demikianlah baru iman yang telah tumbuh tadi terpimpin dengan baik.

"Dan apa yang diturunkan sebelum engkau". Yakni percaya pula bahwa

sebelum NabiMuhammad s.a.w. tidak berbeda pandangan kita kepada Nuh

atau lbrahim, Musa atau lsa dan Nabi-nabi yang lain. Semua adalah Nabikita!

Lantaran itu pula tidak berbeda pandangan orang mu'min itu terhadap sesama

manusia. Bahkan adalah manusia itu ummat yang satu. Dengan demikian, kalau

iman kepada Allah telah tumbuh, tidaklah mungkin seorang mu'min itu hanya

mementingkan golongan, lalu memandang rendah golongan yang lain. Mereka

mencari titik-titik pertemuan dengan orang yang berbeda agama, dalam satu

kepercayaan kepada Allah YangTunggaltidak terbilang. Dan tidaklah mungkin

mereka mengaku beriman kepada Allah, tetapiperaturan hidup tidak mereka

ambil dari apa yang diturunkan Allah. Bahkan kitab-kitab suciyang manapun

yang mereka baca, entah Taurat ataupun Injil, atau Upanishab dan Reg Veda,

mu'min yang sejati akan bertemu di dalamnya mana yang mereka punya, sebab

kebenaran hanya satu. Dan dengan demikian memancarlah Nur atau cahaya

daripada iman mereka itu, dan mencahayai kepada yang lain. Sebab peganganmereka adalah pegangan yang pokok. Dan sebagai kunci ayat, Tuhan ber￾sabda: "Dan kepada akhirat mereko yakin". (ujung ayat 4).

Inilah kunci penyempurna iman. Yaitu keyakinan bahwa hidup tidaklah

selesai hingga hari ini, melainkan masih ada sambungannya. Sebab itu maka

hidup seorang mu'min terus dipenuhi oleh harapan bukan oleh kemuraman;

terus optimis, tidak ada pesimis. Seorang mu'min yakin Ada Hari Esok!

Kepercayaan akan Hari Akhirat mengandung:

1. Apa yang kita kerjakan di dunia ini adalah dengan tanggungjawab yang

penuh. Bukan tanggungjawab kepada manusia, tetapi kepada Tuhan yang

selalu melihat kita, walaupun sedang kita berada sendirian. Semuanya akan

kita pertanggungiawabkan kelak di akhirat. Tanggungiawab bukan jawab

yang tanggung.

2. Kepercayaan kepada akhirat meyakinkan kita bahwa apa-apapun per￾aturan atau susunan yang berlaku dalam alam dunia ini tidaklah akan kekal;

semuanya bergantian, semuanya berputar, dan yang kekal hanyalah per￾aturan kekol dari Allah, sampai dunia itu sendiri binasa hancur.

3. Setelah hancur alam yang ini; Tuhan akan menciptakan alam yang lain,

langitnya lain, buminya lain, dan manusia dipanggil buat hidup kembali di

dalam alam yang baru dicipta itu ilan akan ditentukan tempatnya sesudah

penyaringan dan perhitungan amal di dunia.

4. Syurga untuk yang lebih berat amal baiknya. Neraka untuk yang lebih berat

amal jahatnya. Dan semuanya dilakukan dengan adil.

5. Kepercayaan akan Hari Akhirat memberikan satu pandangan khas tentang

menilai bahagia atau celaka manusia. Bukan orang yang hidup mewah

dengan hartabenda, yang gagah berani dan tercapai apa yangdia inginkan,

bukan itu ukuran orang yang jaya. Dan bukan pula karena seorang hidup

susah, rumah gubuk dan menderita yang jadi ukuran untuk menyatakan

bahwa seorang celaka. Tetapi kejayaan yang hakiki adalah pada nilai iman

dan takwa di sisiAllah, di hari kiamat. Yang semulia-mulia kamu di sisiAllah

ialah yang setakwa-takwa kamu kepada Allah. Sebab itu tersimpullah semua

kepada ayat berikutnya:

"Mereka itulah yang berada atas petunjuk dari Tuhan mereka, dan

mereka itulah orang-orang yang beroleh kejayaan." (ayat 5).

Berjalan menempuh hidup, di atas jalan Shirofhal Mustaqim, dibimbing

selalu oleh Tuhan, karena dia sendiri memohonkanNya pula, bertemu taufiq

dengan hidayat, sesuai kehendak diri dengan ridha Allah, maka beroleh keja￾yaan yang sejati, menempuh suatu jalan yang Selalu terang benderang, sebab

pelitanya terpasang dalam hati sendiri; pelita iman yang tidak pernah padam.

Sebagai telah kita sebutkan di atas tadi, dari ayat I sampai ayat 5, adalah

memperlakukan permohonan kita di dalam al-Fatihah, memohon diberi pe￾tunjuk jalan yang lurus. Asal ini dipegang, petunjuk jalan yang lurus pasti

tercapai.(6) Sesungguhnya orang-orang yang

tidak mau percaya, sama saja atas

mereka, apakah engkau beri Per￾ingatan kepada mereka, atauPun

tidak engkau beri Peringatan,

namun mereka tidaklah akan Per￾caya.

(7) Telah dimeterai oleh Allah atas hati

mereka dan atas pendengaran me￾reka, dan atas penglihatan mereka

ada penutup; dan bagi mereka ada￾lah azab yang besar.

i;ri''6r\;i'big:'t

z 2 >) zoDo )tt-l

CD ory!-) gl.i;Jgl

f ,. ... o )2 zz 2z-zzz

# &: tr!,:l,.i,l.;

9 .. nr.. F.. , .>l zzz .?u'd, ilpftt*t

Q*

121

Kufur

"sesungguhnyo orong'orang yang tidak mau percaya (kafir), soma sajo

atas mereka, apakah engkau beri peringatan kepada mereka, atoupun tidak

engkau beri penngatan, namun mereka tidaklah akan percayo'" (ayat 6)'

Pada ayat-ayat yang tersebut di atas telah ditunjukkan bahwa orang yang

akan bisa mendapat petunjuk ialah orang yang bertakwa, yaitu orang yang telah

menyediakan dirinya buat percaya. Dia telah membuka hatinya untuk me￾nerima petunjuk itu, sehingga selangkah demi selangkah, sesyarat demi se￾syarat dapat mereka penuhi sehingga akhirnya beroleh buat meneruskan

dlngan amat; pertama amal beribadat sembahyang kepada Tuhan, kedua amal

muiah hati dan murah tangan memberi kepada sesama manusia' Tetapi orang

yang kafir, sukarlah buat dimasuki oleh petunjuk itu'

Apa arti kafir?

Arti yang asli daripada kufur, dan pembuatnya dinamai kafir, ialah me￾nimbuni atau menyembunyikan, sehingga tidak kelihatan lagi. Disebut didalam

at-Quran sendiri, Surat al-Hadid (Surat 57, ayat 20). Peladang yang menugal￾kan benih, menanamkan benih lalu menimbunnya dengan tanah, sehingga

benih itu terbenam di dalam tanah dinamai orang kuffar'

hujan yong menakjubkan pertumbuhannya itu bogi si

Di sini kita melihat arti yang dalam sekali dari kalimat kufur itu. Yakni

bahwa di dalam hati sanubari itu ada kesediaan buat menerima kebenaran, atau



lebih tegas lagi di dalam hati tiap-tiap manusia itu ada tampang buat mengakui

kebenaran. Tetapi oleh si kafir tampang yang bisa tumbuh dengan baik itu

ditimbunnya, dikemukakan berbagai alasan kebenaran dengan berbagai cara,

namun bagi mereka sama saja; tidak ada yang mereka terima. Mereka telah

mengkafiri suara hati mereka sendiri.

Apa sebab orang menjadi kafir?

Orang menjadi kafir kadang-kadang ialah karena juhud, yaitu meskipun

seruan yang disampaikan kepada mereka itu tidak dapat mereka tolak ke￾benarannya, tetapi oleh karena mengganggu kedudukan dan perasaan tinggi

diri mereka, maka kebenaran itu mereka tolak. Banyak pemuka Quraisy di

Makkah tidak mau menerima peringatan Nabi Muhammad s.a.w. melarang

mereka menyembah berhala, atau memakan riba, karena keduanya itu amat

bertali dengan kedudukan mereka. Pemuka-pemuka Yahudi diMadinah pun

menolak kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. bukan karena yang

beliau serukan itu tidak benar, melainkan karena hasad atau dengkidan iri hati.

Mengapa seorang Arab mengakui diri menjadi RasulAllah, padahalNabidan

Rasul itu hendaklah dari Bani Israil?

Raja Heraclius di Syam pernah menerima surat dari Rasulullah s.a.w.

mengajaknya memeluk Islam. Karena pandainya utusan yang membawa surat,

hatinya menerima malahan tidak ada sikapnya yang menentang. Tetapi setelah

dikajinya lebih mendalam kalau sekiranya dia masuk Islam, artinya ialah bahwa

kedudukannya sebagai Raja akan terancam, karena dibantah keras oleh

pendeta dan orang-orang besar kerajaan, diapun akhirnya menyatakan tidak

akan menukar agamanya, hanya berkirim ucapan.selamat saja kepada Ra￾sulullah s.a.w. Tetapi Kisra Abruiz (Raja Besar) Persia, demidibacanya surat

yang dikirimkan Nabi kepadanya dengan murka dan kesombongan dia me￾robek surat itu di hadapan utusan, padahal tingkah-laku yang demikian sangat

melanggar sopan-santun kerajaan. Sebab dia memandang sangat tidak pantas

orang Arab yang hina itu berkirim surat kepadanya sebagai orang yang sama

kedudukan, padahal dia raja besar.

Itulah beberapa contoh sikap kekafiran yang telah disambutkan orang

kepada Rasulullah s.a.w. Maka orang-orang yang seperti demikian, sama

sajalah bagi mereka, apakah Nabi Muhammad s.a.w. menyampaikan per￾ingatan kepada mereka, ataupun tidak memberikan peringatan, namun mereka

tidak hendak percaya.

"Telah dicap (dimeterai) oleh Allah atas hati mereka don atas pendengar￾an mereka, dan atas penglihatan mereka ada penutup." (pangkal ayat 7).

Lantaran sikap mereka yang demikian, kesombongan, Juhud (menen￾tang), Inod (keras kepala), maka hati dan pendengaran mereka telah dicap

(dimaterai) oleh Tuhan. Atau telah disegel. Artinya kekafiran itu telah menjadi

sikap hidup mereka. Tidak bisa dirubah lagi.

Lantaran bekas cap itu maka suoan ada tanda di dalamnya yang tidak

dapat dihilangkan lagi. Ibarat kertas yang sudah dicetak padanya huruf, maka

buat dimasukkan lagi cap yang lain di dalamnya, tidaklah berfaedah lagi. Yangdapat diberi cap atau cetakan hanyalah kertas yang masih kosong. Atau

pengertian segel atau materai, tidak dapat dibuka lagi oleh siapa juga, laksana

sebuah rumah yang telah disegeloleh Jaksa karena kalah dalam perkara, tidak

bisa dibuka lagi.

Dan pada penglihatan mereka sudah ada penutup. Sebab itu apa juapun

yang diperlihatkan kepada mereka, tidaklah akan nampak oleh mereka lagi.

Pernah juga dikatakan orang bahwa mata itu telah rnemakai kacamata yang

mempunyai warna khusus, misalnya warna hitam. Maka walaupun barang putih

dibawa kepadanya, namun dia akan melihatnya hitam juga. "Dan bagi mereka

adalah azab yang besar." (ujung ayat 7).

Azab kekufuran itu amat besar. Pertama azab dalam kehidupan dunia dan

kedua azab di akhirat kelak.

Penentang-penentang kebenaran itu, karena kufur, yaitu menimbun pe￾rasaan hati yang murni, akan selalu resah gelisah, tidak pernah bersenang diam,

karena sakit hati. Mereka sakit hati karena kedaulatan mereka diganggu oleh

faham yang baru itu. Timbullah benci, dengki, murka, permusuhan dalam hati

mereka. Sebab itu tidur tidak merasa nyenyak, siangnya dipenuhi oleh cem￾buru; mereka selalu didorong-dorong oleh hawanafsu mereka sendiri supaya

bertindak jahat. Kalau perlu membunuhpun mereka mau. Hati mereka ber￾tambah sakit karena apa yang mereka halangi itu bertambah maju juga, dan apa

yang mereka pertahankan bertambah terdesak. Itulah sebabnya maka di

zaman Makkah pemuka musyrikin, yang dipimpin oleh Abu Jahal pernah

membuat permufakatan hendak membunuh Nabi s.a.w., dan di Madinah orang

Yahudi Bani Nadhir nyaris menimpakan batu besar kepada Rasulullah yang

sedang duduk bersandar pada satu dinding dari rumah-rumah mereka.

Dengan demikian dapatlah kita merasai bahwa mereka itu disiksa dan

diazab oleh kekufuran mereka sendiri. Dan akhirnya sampailah ke puncak,

seketika pemuka-pemuka Quraisy 70 orang banyaknya tewas dalam pepe￾rangan Badar dan selebihnya pulang dengan kekalahan. Bahkan paman Nabi

,.u.*. yung jadi pemuka dari kekufuran itu, yaitu Abu Lahab setelah menerima

berita kekalahan di Badar itu, terus mati iengkang di saat itu juga karena sangat

terkejut. Inilah macam-macam azab dunia. Pemuka-pemuka Yahudi di Madi￾nah pun bernasib demikian pula. Ka'ab bin al-Asyrah dibunuh sahabat-sahabat

Rasulullah s.a.w. Bani Quraizhah disapu bersih dan Bani Nadhir diusir habis

dari Madinah.

Abruiz Raja Persia, setelah utusan Rasulullah s.a.w. kembalike Madinah

dan melaporkan kepada beliau bahwa surat beliau dirobek, serta merta beliau

berkata: ;'Kerajaannya akan robek!" Dia mati dibunuh oleh puteranya sendiri

dan sejak itu kerajaan Bani Sasan hancur dari dalam karena perebutan mah￾kota, sehingga seketika Islam masuk ke sana, mereka tidak dapat bertahan lagi.

yaitu tentaia di bawah pimpinan Panglima Sa'ad bin Abu Waqash di zaman

Amirul Mu'minin Umar bin Khattab. Raja Heraclius pun sekeping demiseke'

ping kerajaannya di Suria direbut oleh Islam, sehingga akhirnyaterpaksa negeri

it, "aiu tinggalkan, sambil menitikkan airmata dia berkata: "Selamat tinggal

Suria, selamat tinggal yang tidak akan bertemu lagi'"

Inilah azab dunia yang besar bagi pemuka-pemuka kafir yang menentang

itu. Tentu akan mereka terima juga azab di akhirat yang labih besar.

Sekarang kita ummat pengikut dan penjunjung tinggi cita Muhammad,

dapatlah mengambil pelajaran dari kedua ayat ini. Apabila cita Muhammad yang

sejati ditegakkan, kitapun akan berjumpa pertentangan dengan kekufuran yang

demikian. Hati mereka menerima kebenaran itu, tetapi mereka timbuni, me￾reka sembunyikan, laksana peladang menugalkan biji jagung ke tanah tadi,

sesudah mereka masukkan ke dalam lobang itu, mereka timbuni dari atas.

Tetapijagung akan tumbuh juga kecuali kalau telah mendapat cap sebagaiyang

disebutkan Tuhan dalam wahyu itu. Umpama jagung yang sudah direbus.

Atau dengan tidak kita sadari, kita mengakuidiriorang Islam. Al-Quran kita

baca dan kita lagukan dengan tajwid yang baik, tetapi isinya tidak kita fahamkan

dengan seksama. Lalu datang orang menyerukan kebenaran, supaya kita

benar-benar kembali kepada ajaran Rasul. Hati kecil mengakui kebenaran itu,

tetapi ditolak dengan keras karena diri tersinggung, karena dengki, karena

merasa "dilintasi"; apakah kita akan beroleh bahaya besar pula? Yaitu dicap

hati kita oleh Tuhan dan diselubungi mata kita, sehingga kebenaran tidak

nampak lagi?

Agama Islam telah kita terima dalam keseluruhannya dan telah kita namai

dia agama kita. Ada di antara orang Islam yang marah dan merasa dihina kalau

dikatakan dia kafir. Tetapi amal Islam tidak dikerjakannya, dan jika diajak

kepada ajaran Islam dia marah. Apakah ini akan dapat murka Tuhan pula

dengan dicap hati dan pendengarannya? Dan penglihatannya ditutup dan

diselubungi?

Islam |ranya bisa hidup karena selalu adanya da wah. Islam hanya bisa

hidup kalau ahli-ahli fikirnya selalu menggali rahasianya buat dijalankan. Dia

tidak boleh dibiarkan membeku (jumud). Kalau telah jumud dia berarti mati.

Maka orang yang menghidupkannya kembali akan bertemulah dengan rin￾tangan besar, yaitu kekufuran dari orang yang mengakui dirinya Islam sendiri.

Namun, sebagai juga kedua ayat inidiperingatkan kepada NabiMuhammad

s.a.w. bukan buat beliau putusasa, melainkan supaya bekerja lebih giat. Maka

bagi penyambung waris Muhammad, ayat inipun bukan menyebabkan putus￾asa, tetapi buat pendorong semangat. Dan jangan pula salah manafsirkan, lalu

berkata bahwa kalau sudah dicap Allah hati mereka, buat apa lagi da'wah?

Padahal datangnya cap ialah sesudah sikap mereka yang tidak mau percaya.

Bukan cap terlebih dahulu, melainkan pertentangan merekalah yang terlebih

dahulu terjadi.

Sesudah kita ketahui tentang keadaan si kafir yang dimaksud mula-mula

oleh ayat tadi, patut juga kita ketahui siapa yang dikatakan kafir menurut

hukum agama.

Yang dikatakan kafir ialah orang-orang yang tidak mau percaya kepada

adanya Allah. Atau percaya juga dia bahwa Allah ada, tetapi tidak dipercayainya

akan keesaanNya, dipersekutukannya yang lain itu dengan Allah. Atau tidak

percaya akan kedatangan Rasul-rasul dan Nabi-nabi Allah dan tidak percaya

akan kehidupan Hari Akhirat. Tidak percaya akan adanya syurga dan neraka.Pendeknya tidak menerima, tidak mau percaya kepada keterangan-keterangan

jelas yang termaktub dalam Kitab Allah; semuanya itu ditolaknya, setelah

datang kepadanya keterangan yang jelas.

Kita misalkan ada seorang beragama Islam, tetapi dia tidak mengerjakan

puasa atau sembahyang. Belumlah tentu dia sudah pastimenjadi kafir karena

meninggalkan itu. Tetapi kalau sudah dia menyatakan bahwa sembahyang dan

puasa itu tidak dikerjakannya, karena dia tidak mau percaya akan perintah itu,

meskipun sudah pasti dia patut tahu, sebagai seorang Islam, maka pada waktu

itulah dia boleh disebut kafir.

Lantaran itu maka dibagi-bagiorang-orang yang kafir itu kepada beberapa

tingkat pula; mengeluh terus karena kesusahan, padahal nikmat Allah tetap

juga diterima, tetapi dia lupakan nikmat karena adanya kesusahan. Orang ini

telah mendekati pintu kufur.

Tahu akan kebenaran tetapitidak mau mengakuinya; ialah corak kafir yang

terbanyak di zaman Nabi s.a.w. Adapun kafir di zaman kita ini, yang hampir

sama dengan itu ialah orang-orang yang menyatakan bahwa Islam itu hanya

agama untuk orang Arab, bukan untuk bangsa lain. Atau berkata bahwa agama

itu hanya untuk ibadat kepada Allah saja, sedang peraturan-peraturan Islam

yang mengenai masyarakat, tidaklah sesuai lagi dengan zaman, wajib dirobek

samasekali. Tetapi kalau mereka masih tetap mengakui kebaikan peraturan￾peraturan itu, dan kitapun jangan berhenti berusaha buat menjalankannya,

belum dapat dipastikan kekufurannya. Misalnya juga tentang larangan riba

dalam al-Quran; al-Quran sudah melarang riba dengan nyata-nyata, padahal di

zaman sekarang seluruh dunia menjalankan ekonomi dengan memakai Bank,

yang tidak dapat dipisahkan dengan riba. Maka kalau ada orang yang berkata,

bahwa peraturan al-Quran tentang riba itu sudah kolot, kita tidak percaya

bahwa dia akan dapat menyusun ekonomi kita. Orang ini sudah terancam oleh

kekafiran. Tetapi kalau dia berkata: "Pengaruh Yahudi terlalu besar kepada

ekonomi dunia ini, sehingga kita Ummat Islam terpaksa memakai sistem

ekonomi dengan riba itu, dan belum dapat berbuat lain." belum dapat orangitu

dituduh kafir.

Ada lagi semacam kafir, yaitu tidak mau tahu apa kebenaran itu dan tidak

perduli, tidak cinta. Tiap-tiap diseru kepada kebenaran, tiap itu pula dia

menjauh. Terdengar seruan ditutupnya telinganya, nampak kebenaran di￾picingkannya matanya. Sebab matanya sudah tidak dibiasakannya menentang

cahaya kebenaran itu, maka silaulah dia bila bertemu dengan dia.

Ada lagi karena tidak ada perhatian samasekali ke jurusan itu. Yang

diketahuinya hanyalah asal perut berisi, asal selera lepas, asal dapat hidup.

Kekafiran seperti ini terdapat pada ummat yang bufo ogama,yangjarang sekali

mendapat penerangan atau da'wah. Kafir karena bodoh ini masih dapat di￾ikhtiarkan memperbaiki dengan banyaknya da'wah agama. Negeri-negeri yang

seperti ini adalah tanah yang subur buat menghabiskan Islam dari tempat itu,

dan menggantinya dengan agama lain yang kuat. memberi makan dan membagi￾bagi beras!

(8)

Tafsir Al-Azhar (Juzu' 1)

Dan sebagian dari manusia ada

yang berkata: "Kami percaya ke￾pada Allah dan Hari Kemudian",

padahal tidaklah mereka itu

orang-orang yang beriman.

(9) Hendak mereka coba memper￾dayakan Allah dan orang-orang

yang beriman, padahal tidak￾lah yang mereka perdayakan, ke￾cuali diri mereka sendiri, dan ti￾daklah mereka rasakan.

(10) Di dalam hati mereka ada penya￾kit, maka menambahlah Allah

akan penyakit (lain). Dan untuk

mereka adalah azab yang pedih

dari sebab mereka telah berdusta.

(1 1) Dan apabila dikatakan kepada me￾reka: "Janganlah kamu berbuat

kerusakan di bumi", mereka ja￾wab: "Tidak lain kerja kamihanya￾lah berbuat perbaikan."

(12) Ketahuilah, bahwa sesungguhnya￾lah mereka itu perusak-perusak,

akan tetapi mereka tidak sadar.

(13) Dan apabila dikatakan orang ke￾pada mereka: "Berimanlah seba￾gaimana telah beriman manusia

(lain)", mereka jawab: "Apakah

kami akan beriman sebagaimana

beriniannya orang-orang yang bo￾doh-bodoh itu?" Ketahuilah, se￾sungguhnya mereka itulah yang

bodoh-bodoh, akan tetapi mereka

tidak tahu.


Dan sebagian dari manusio ada yang berkota: Kami percaya kepado

Allah don Hari Kemudian, podahal tidaklah mereka itu orang-orang yang

beriman." (ayat 8).

Sudah dibicarakan pada ayat yang lalu tentang orang yang kafir. Orang

yang dengan tegas telah menyatakan bahwa dia tidak percaya. Betapapun

mereka diajak diberi peringatan ancaman azab kehancuran di dunia dan siksa

neraka di akhirat, mereka tidak akan mau karena hati mereka sudah dicap.

Dengan hanya dua ayat saja hal itu sudah selesai. Tetapi mulai ayat 8 ini sampai

ayat 20 akan dibicarakan yang lebih sulit daripada kufur, yaitu orang yang

berlain apa yang diucapkannya dengan mulutnya dengan pendirian hatinya

yang sebenarnya. Sifat ini bernama nit'aq dan pelakunya bernama munat'ik.

Mereka berkata dengan mulut bahwa mereka percaya; mereka percaya kepada

Allah, percaya akan Hari Kemudian, tetapi yang sebenarnya adalah mereka itu

orang-orang yang tidak percaya.

Inilah macam manusia yang ketiga; yang pertama tadi percaya hatinya,

percaya mulutnya dan percaya perbuatannya, tegasnya dibuktikan keper￾cayaan hatinya itu oleh perbuatannya. Itulah orang Mu'min.

Yang kedua tidak mau percaya; hatinya tidak percaya, mulutnya menen￾tang dan perbuatannya melawan. Itulah orang yang disebut Kafir.

Tetapi yang ketiga ini menjadi golongan yang pecah di antara hatinya

dengan mulutnya.

Mulutnya mengakui percaya, tetapi hatinya tidak, dan pada perbuatannya

lebih terbukti lagi bahwa pengakuan mulutnya tidak sesuai dengan apa yang

tersimpan di hati. Sebab meskipun orang.memaksa-maksa dirinya berbuat

suatu perbuatan yang hanya diakui oleh mulut, padahal tidak dari hati, maka

tidaklah akan lama dia dapat mengerjakan pekerjaan itu. Laksana seorang

menantu yang segan kepada mertuanya, lalu diapun pergi sembahyang maghrib

ke langgar yang terdekat beberapa hari setelah dia kawin, padahal dia tidak

biasa mengerjakan sembahyang. Beberapa minggu kemudian diapun berhenti,

sebab ke langgar itu tidak dari hatinya.

Kalimat munalik atau nilaq itu asal artinya ialah lobang tempat bersem￾bunyi di bawah tanah. Lobang perlindungan dari bahaya udara, disebut no/oq.

Dari sinilah diambil arti dari orang yang menyembunyikan keadaan yang

sebenarnya, sebagai suatu pengicuhan atau penipuan.

"Hendak mereka coba memperdayakan Alloh dan orang-orang yang

beriman." (pangkal ayat 9). Dengan mulut yang manis, kecindan yang murah,

berlagak sebagai orang yang jujur, pura-pura sebagai orang yang beriman, fasih

lidah berkata-kata, dihias dengan sabda Tuhan, sabda Rasul, supaya orang

percaya bahwa dia bersungguh-sungguh. "Padahal tidaklah yang mereka

percayakan, kecuali diri mereka sendiri, dan tidaklah mereka rasakon. " (ujung

ayat 9).

Sikap pura-pura itu sudah nyata tidak dapat memperdayakan Allah; nis￾caya Tuhan Allah tidak dapat dikicuh. Mungkin sesama manusia dapat tertipu

sementara tetapi akan berapalah lamanya? Tidaklah lama masanya mereka

akan dapat melakukan berpura-pura itu, akhirnya kedok yang menutup muka

mereka itu akan terbuka juga. Mereka hendak memperdayakan Allah dan

orang yang beriman padahal dengan tidak mereka sadari, mereka telah mem￾perdayakan diri mereka sendiri.

"Di dalam hati mereka ada penyakif." (pangkal ayat 10). Pokok penyakit

yang terutama di dalam hati mereka pada mulanya ialah karena pantang

kelintasan, merasa diri lebih pintar. Kedudukan rasa terdesak, yang dilawan

terasa lebih kuat, inilah penyakit ingin tinggi sekepala, tetapi tidak mau me￾ngaku terusterang. Akan nyata-nyata menolak, takut akan terpisah dari orang

banyak. Itulah yang menyebabkan sikap zahir dengan sikap batin menjadi

pecah, akhirnya " meka menambahlah Allah akan penyakit mereka," penyakit

dengki, penyakit hati busuk, penyakit penyalah terima. Tiap orang bercakap

terasa diri sendirijuga yang kena, karena meskipun telah mengambil muka kian

ke mari, namun dalam hati sendiri ada juga keinsafan bahwa orang tidak

percaya. "Dan untuk mereka azab yang pedih, dari sebab mereka telah

berdusta." (ujung ayat 10).

Azab yang paling pedih yang mereka rasai ialah lantaran dusta mereka

sendiri. Tiap berkata jarang yang benar. Kaum munafik itu mengatakan percaya

kepada Allah dan HariAkhirat; bahwa Allah ada dan HariAkhirat pastiterjadi,

adalah benar. Tetapi karena sikap hidup selalu menyatakan bahwa mereka

bukan orang yang beriman kepada Allah dan tidak ada buktiperbuatan yang

menunjukkan bahwa kedua hal itu benar-benar keyakinannya, kian lama

nampak jugalah dustanya. Orangpun akhirnya sama tahu, dan orangpun akhir￾akhirnya dapat pula mengatur sikap menghadapi orang yang seperti ini. Mereka

telah disiksa oleh dusta mereka sendiri. Apa saja yang mereka kerjakan menjadi

serba salah.

Mereka sendiripun sudah tahu bahwa orang tidak percaya lagi, sebab

sudah lancung ke ujian. Duduk dalam majlis ramai, kalau orang berkata-kata,

mereka menjadi salah terima saja, sebab perkataan yang terhadap soal lain,

mereka sangka menyindir mereka juga. Jiwa mereka menjadi kerdil.

Beginilah digambarkan jiwa orang munafik diMadinah seketika Islam mulai

berkembang di sana. Kaum munafik itu dua corak. Pertama munafik dari

kalangan orang Yahudi, yang kian lama kian merasa bahwa mereka telah

terdesak, padahal selama ini merekalah yang jadi fuon di Madinah, karena

kehidupan mereka lebih makmur dari penduduk Arab asli, dan merasa lebih

pintar. Kian lama kian mereka rasakan bahwa kekuasaan NabiMuhammad dan

kebebasan Islam kian naik, dan mereka kian terdesak ke tepi. Mereka inilah

yang mengatakan kami percaya kepada Allah dan percaya kepada HariAkhi-rat, tetapi sudah disengaja buat tidak menyebut bahwa merekapun percaya

kepada Kerasulan Muhammad dan Wahyu al-Quran.

Munafik kedua ialah orang Arab Madinah sendiri, yang dipirnpin oleh

Abdullah bin Ubai, sebelum Nabi datang, dialah yang dipandang sebagai

pemuka masyarakat Arab Madinah yang terdiri dari persukuan Aus dan

Khazraj. Tetapi sedatang Nabi s.a.w. dia kian lama ditinggalkan orang, sebab

kian nyata bahwa dia tidak jujur. Kerjanya dimana duduk hanya mencemuh dan

memperenteng keperibadian Nabi s.a.w.

Tetapi akan menentang berhadapan tidak pula berani, karena takut dia

akan disisihkan orang. Beginilah gambaran umum dari golongan munafik pada

masa itu.

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu berbuat

kerusakan di bumi", mereka iawab: "Tidak lain keria kami, hanyalah berbuat

kebaikan." (ayat 11).

Dengan lempar batu sembunyi tangan mereka berusaha menghalang￾halangi perbaikan, pembangunan rohani dan jasmani yang sedang dijalankan

oleh Rasul dan orang-orang yang beriman. Hati mereka sakit melihatnya, lalu

mereka buat sikap lain secara sembunyi untuk menentang perbaikan itu. Kalau

ditegur secara baik, jangan begitu, mereka jawab bahwa maksud mereka adalah

baik. Mereka mencarijalan perbaikan atau jalan yang damai. Lidah yang tidak

bertulang pandai saja menyusun kata yang elok-elok bunyinya, padahal kosong

isinya.

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka itu perusak'perusak, akan

tetapi mereka tidak sadlr." (ayat 12).

Dengan cara diam-diam munafik Yahudi telah mencari daya-upaya bagai￾mana supaya segala rencana Nabi kandas. Orang-orang Arab dusun yang

belum ada kepercayaan, kalau datang ke Madinah, kalau ada kesempatan,

mereka bisiki, mencemuhkan Islam. Padahal sejak Nabidatang ke Madinah,

telah diikat janji akan hidup berdampingan secara damai. Mereka tidak sadar

bahwa perbuatan mereka itu merusak dan berbahaya, terutama kepada kedu￾dukan mereka sendiri, sebab Islam tidak akan lemah tetapi akan bertambah

kuat. Kalau ditanyakan, mereka menyatakan bahwa maksud mereka baik,

mencari jalan damai. Jelaslah bahwa perbuatan mereka yang amat berbahaya

itu tidak mereka sadari, karena hawanafsu belaka. Nafsu yang pantang keren￾dahan. Kalau mereka berpegang benar-benar dengan agama mereka, agama

Yahudi, tidaklah mungkin mereka akan berbuat demikian. Tetapi setelah

agama menjadi satu macam Ta'ashshub, membela golongan, walaupun dengan

jalan yang salah, tidaklah mereka sadari lagi apa akibat daripekerjaan mereka

itu. Dan dalam hal ini kadang-kadang mereka berkumpul jadi satu dengan

munafik golongan Abdullah bin Ubai. Ayat inisudah menegaskan: AloI Ketahui￾lah! Sesungguhnya mereka itu perusak-perusak semua. Tetapi mereka tidak

sadar. Ayat ini telah membayangkan apa yang akan kejadian di belakang, yangakan membawa celaka bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak menyadariakibat

di belakang.

Nampak di sini bahwa yang salah ialah pimpinan yang cerdik, yang

memikirkan lebih jauh di antara mereka.

Ayat yang selanjutnya menunjukkan benar-benar bagaimana isi jiwa me￾reka yang sebenarnya, sehingga timbul perangai munafik itu.

"Dan apabila dikatakan orang kepada mereka: "Berimanlah sebogai￾mana telah beriman manusia (lain)", mereka jawob: "Apakah kami akan

beriman sebagaimona berimannya orong-orang yang bodoh-bodoh itu?,, Ke￾tahuilah, sesungguhnya mereka itulah yang bodoh-bodoh, akan tetapi

mereka tidak tahu." (ayat 13).

Inilah rahasia pokok. Merasa diri lebih pintar. Merasa diri turun derajat

kalau mengakui percaya kepada Rasul, sebab awak orang berkedudukan tinggi

selama ini, baik pemuka-pemuka Yahudiatau Abdullah bin Ubai dan pengikut￾nya. Mereka memandang bahwa orang-orang yang telah menyatakan Iman

kepada Rasulullah itu bukanlah dari golongan orang-orang yang terpandang

dalam masyarakat selama ini: Apa mereka tahu! Anak-anak kemaren! Belum

ada kedudukan mereka dalam masyarakat!

Mereka tidak hendak menilai apa.artinya beriman, yang mereka nilai hanya

kedudukan dari orang-orang yang telah menyatakan iman. Mereka pandang

bahwa orang-orang yang menjadi pengikut Muhammad itu hanyalah orang

bodoh-bodoh, sedang mereka orang pintar-pintar, lebih banyak mengerti soal

agama, sebab mereka mempunyai Kitab Taurat.

Kesombongan beginilah di zaman dahulukala yang menyebabkan ummat

Nabi Nuh menentang Nabi Nuh. Mereka merasa pakaian mereka kotor kalau

duduk bersama-sama dengan orang-orang yang telah percaya lebih dahulu

kepada Nabi Nuh. Maka bagi kaum munafik Yahudi ini kepintaran mereka

dalam soal agama tidak lagiuntuk diamalkan, tetapi untuk dimegahkan. Tetapi

mereka sendiri tidak dapat bertindak apa-apa. Di antara mereka sama mereka

pecah pula, sebab hendak atas mengatasi kepintaran. Lantaran sikap jiwa yang

demikian, apakah yang dapat mereka perbuat selain dari mencemuh? Segala

yang dikerjakan orang salah semua. Tetapimereka sendiritidak dapat berbuat

apa-apa.

Kadang-kadang tentu keluar perkataan mereka mencela peribadi orang.

Misalnya mereka katakan ajaran Muhammad itu ada juga baiknya. Sayangnya

pengikutnya banyak si anu dan si fulan. Padahal misalnya orang-orang yang

mereka cela dan mereka hinakan itu keluar dan mereka masuk, merekapun

tidak akart dapat berbuat apa-apa selain daripada mengemukakan rencana￾rencana dan rancangan, tetapi orang lain yang disuruh mengerjakan. Karena

mereka sendiri tidak mempunyai kesanggupan. Mereka mencap semua orang

bodoh, tetapi mereka tidak mengerti akan kebodohan mereka sendiri.

Analisa atau pengupasan jiwa seperti ini ditinggalkan oleh al-Quran untuk

kita, supaya kita ummat yang datang di belakang dapat pula mengambil

pedoman. Di kalangan kitapun kadang-kadang dengan tidak disadari timbul

pula penyakit jiwa yang semacam ini, dari orang-orang yang menyebut dirinya

alim dalam hal agama atau sarjana dalam ilmu pengetahuan.

Pengetahuan mereka tentang macam kitab atau textbook thinking mere￾ka, dijadikan ukuran untuk menghambat kemajuan berfikir.

Mereka hanya taqlid kepada yang tertulis dalam kitab, tetapimereka tidak

meninjau bagaimana perkembangan yang baru dalam masyarakat. Sebab itu

mereka menjadi munafik. Munafik dengan jiwa yang sakit.

131

(14) Dan apabila mereka berjumpa de￾ngan orang-orang yang beriman,

mereka berkata: "Kami ini telah

beriman", dan apabila mereka te￾lah bersendirian dengan syaitan￾syaitan mereka, mereka katakan:

"Sesungguhnya kami adalah (te￾tap) bersama kamu, kami ini ha￾nyalah mengolok-olokkan mereka

itu."

(15) Allahlah yang akan memperolok￾olokkan mereka dan akan mem￾perpanjang mereka di dalam kese￾satan mereka resah gelisah.

(16) Mereka itulah orang-orang yang

telah membeli kesesatan dengan

petunjuk; sebab itu tidaklah ber￾laba perniagaan mereka dan tidak￾lah mereka dapat pimpinan.

Perumpamaan mereka adalah lak￾sana orang yang menyalakan api;

maka tatkala api itu menerangi

apa yang di sekelilingnya, dihilang￾kan Allahlah cahaya mereka, dan

Dia biarkan mereka di dalam ge￾lap-gulita tidak melihat.

(17)

. a aa 

-2zo2z 

t 3zo 2z t z

lilr L,l', tlU lytr ,rtit t A tilr

eiyS;u\ij6;d*{'tri,

z *cl lsz

@ jn?F

, .r? n2 C)tz ' ) -..2)2? #et'u.:ff>sH.$l

z )t;z

@..tfC---

B-ii,:rllbtlp"tt-ll'{i

iy;jrw;x..i.16

LT(rC';i;I 

"lt F'&

tri'al 2t z z o -tl ,.lfL ,)'oVl

t ) .r a zll s2zztt o:,4\*c{;t

\-.!)

"'' illi.,lxn;:::?"'&':,!;1*

Atau seperti hujan lebat dari

langit, yang padanya ada gelap￾gulita, guruh dan kilat, mereka

sumbatkan jari mereka ke dalam

telinga mereka dari (mendengar)

suara petir, takut mati. Tetapi

Allah mengepung orang-orang

yang kafir.

Nyarislah kilat itu menyambar

penglihatan mereka; tiap-tiap (ki￾lat) menerangi mereka, mereka￾pun berjalan padanya, dan apabila

telah gelap atas mereka, mereka￾pun berhenti. Dan jikalau Allah

menghendaki, niscaya Dia hilang￾kan pendengaran mereka dan

penglihatan mereka; sesungguh￾nya Allah atas tiap-tiaP sesuatu

adalah Maha Kuasa.

llo.. D t)l alatc -zz-tl &rr€J+[li rtJt q?.t tl

. - ii. tl t 2te ,et

rir3r, -4 *.*t tkJr.t

e

'1'6t1 i;I ,s;q.Ai

@iEj!

E

Nifaq

-G'ifiiLz,fri',{.

zz -l* a .).a )z 

zJ

P' 'tL: fi* /'1wl

;:i G

,-- -a)ta o )zc '31;GT, \;C'J;

E''

aa-a , loll t )'

ilI:tL t;-tt #:

!t.. Qt)rG

f*

II

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yangberiman, me'

reka berkata: " Kami ini telah beriman" , dan apabila mereka telah bersendirian

dengan syaitan-syaitan mereka, mereka katakan: "Sesungguhnya kami ada￾lah (tetap) bersama kamu, kami ini hanyalah mengolok-olokkan mereka itu."

(ayat 14).

Inilah kelanjutan dariperangai munafik; bila berhadapan mulutnya manis,

bila di belakang lain bicara. Apa sebab jadi besini? Tidak lain adalah karena

kelemahan jiwa, sebab itu takut menghadapi kenyataan. Kepada oring-orang

yang telah beriman mereka mengaku telah beriman, dan bila bertemu dengan

teman-teman mereka yang sama-sama jadisyaitan, atau ketua-ketua yang telah

berfikiran sebagai syaitan, mereka takut didakwa, mengapa telah berubah

pendiriam Mengapa telah ikut-ikut pula seperjalanan dengan orang-orang yang

telah sesat itu? Mudah saja mereka menjawab bahwa pendirian mereka tetap,

tidak berubah. Mereka itu mencampuri orang-orang yang telah menjadi pe￾ngikut Muhammad itu hanya siosot saja, sebagai olok'olok. Namun pendirian

yang asli, mempertahankan yang lama tidaklah mau mereka merubahnya.

Karena kalau tidak pandai kita menyesuaikan diri tentu akhirnya kita tidakdapat mengetahui rahasia lawan kita. Beginilah kira-kira susun kata mereka

menjawab jika syoifon-syaitan mereka bertanya. Sedang di segala zaman

jawaban yang seperti ini, dari orang yangiiwanya telah pecah, hampirsama saja,

hanya susunannya berbeda sedikit-sedikit.

Mereka merasa telah menang, sebab dapat memperolok-olokkan orang

yang beriman. Padahal bagaimana yang sebenarnya?

'Allahlah yong akan memperolok'olokkan mereka dan akan memper￾panjang mgreka di dalam kesesatan, mereka resah gelisah." (ayat 15).

Di ayat 9 tadi dikatakan bahwa mereka mencoba memperdayakan Allah

dan orang yang beriman, padahal diri merekalah yang mereka perdayakan

sedang mereka tidak merasa. Sekarang mereka mengaku pula bahwa orang￾orang yang beriman itu mereka perolok-olokkan, padahal merekalah yang telah

diperolok-olokkan Allah, dan merekapun tidak sadar. Yang mereka perolok￾olokkan itu siapa? Ialah orang-orang yang beriman kepada Allah, dan mem￾punyai seorang pemimpin besar yang disokong oleh Wahyu. Sandaran mereka

yang diperolok-olokkan itu ialah Allah. Orang mempunyai rencana besar,

rencana langit. Itulah yang mereka permainkan. Hasilnya bagaimana?

Merekalah jadinya yang diperolok-olokkan Tuhan, dan kesesatan itu di￾perpanjang, sehingga mereka tidak sadar samasekali. Mereka menjadi tidak

tentu rebah tegak, ke hilir ke mudik tidak menentu, resah gelisah, serba salah,

sebab hanya mengambil muka ke sana, menarik hati ke mari.

Ketika engku-engku lebai belajar Tafsir al-Quran karangan al-Baidhawi

yang telah ditulis dalam bahasa Melayu Kuno, kalimat Ya'mahun diartikan

hundang-hundek mereko itu. Maka bertanyalah penulis "Tafsir" ini kepada

ayah pe-nulis, syaikh Dokter Abdulkarim Amrullah apa arti yang -tepat dari

iundang hundek itu. Beliau menjawab: "Sebagai ulat kena kencing!" Melonjak

ke sana, melonjak ke mari, telah banyak yang dikejarkan, tetapi hatitidak puas,

sebab hati kecil yang di dalam itupun masih bersuara terus mengakui bahwa

yang dikerjakan itu memang salah, tetapi tidak mempunyai upaya buat mele'

paskan diridari dalamnya. Itulah yang dimaksud dengan Allah memperpanjang

mereka di dalam kesesatan.

"Mereka itulah orang'orang yang telah membeli kesesofon dengan pe'

tunjuk." (panskal ayat 16).

Artinya, bahwa Nabi s.a.w. telah datang membawakan hudon, petunjuk.

Hati kecil mereka sebagai insan yang berakal mengakui bahwa petunjuk Tuhan

yang dibawa Nabi itu adalah benar, tidak dapat dibantah. Tetapikarena rayuan

hawanafsu dan perdayaan syaitan-syaitan halus dan syaitan kasar, terjadilah

perjuangan batin. Akan ikutilah kepada petunjuk itu atau akan tetap dalam

kesesatan? Rupanya menanglah hawanafsu dan syaitan, kalahlah jiwa murni

karena kelemahan diri. Lalu diadakanlah pertukaran (barter);badan, petunjuk,

diserahkannya kepada orang lain, dan dhalalah, kesesatan, diambilnya buat

dirinya. 'Sebob itu tidoklah berlabo perniagoan mereka." Awak sudah

payah, resah gelisah siang dan malam "berniaga" pendirian; disangka gelas

berlaba, rupanya pokok tua yang termakan.

Kalau sekiranya mereka lihatlah wajah mereka dalam kaca padawaktu itu,

tentu akan nampaklah kening yang telah mulaiberkerut dan muka yangselalu

kusut, sebab hatiyang selalu gelisah. Kadang-kadang timbul pertanyaan dalam

hati apa hasilnya yang telah aku kerjakan. Usiaku telah habis, tenagaku telah

punah, aku halangi kebenaran dalam pertumbuhannya namun dia berkembang

juga, dan aku sendiri tidak tentu rebah tegaknya. Orang aku olok-olokkan dan

aku cemuhkan, namun dia langsung juga, sedang aku hanya berdiridi tepijalan.

Aku menggonggong laksana anjing menggonggong terhadap kafilah lalu tengah

malam, namun gonggongku hilang dalam suasana malam dan kafilah itu jalan

terus.

"Dan tidokloh mereka dapot pimpinon" (ujung ayat 16).

Bagaimana mereka akan dapat'pimpinan? Padahal pimpinan itulah yang

mereka tentang selama ini? Padahal Muhammad s.a.w. itulah yang pimpinan.

Lain dari itu tidak ada pimpinan lagi. Dan kebenaran hanya satu, di luar

kebenaran adalah batil. Kalau mengelak daripimpinan Wahyu, akan mengambil

juga pimpinan yang lain, yaitu pimpinan untuk terus sesat. Itulah pimpinan

syaitan.

"Perumwmaan mereka adalah laksana orang yang menyalakan api."

(pangkal ayat 17).

Mengapa api mereka nyalakan? Ialah karena mereka mengharap men￾dapat terang dari cahaya api itu: "Mako tatkala api itu telah menerangi apa

yang di sekelilingnya, dihilongkan Allahlah cahaya mereka."

Api telah mereka nyalakan dan telah menggejolak naik dan yang di

sekelilingnya telah diberinya cahaya, tetapimata mereka sendiri tidak melihat

lagi, oleh karena telah silau oleh cahaya api itu.

"Dan Dia biarkan mereka di dalam gelap-gulito, tidok melihat." (ujung

ayat l7).

Alangkah tepatnya perumpamaan Tuhan ini. Mereka diumpamakan de￾ngan orang yang membuat unggun inginkan api, mengharap nyala dan cahaya￾nya. Artinya bahwa keinginan akan cahaya terang itu memang ada juga.

Sebelum Nabi Muhammad s.a.w. menyatakan Risalatnya dalam kalangan

Yahudi ada pengharapan, menunggu kedatangan Nabi akhir zaman, yang

mereka namai Messios. Mereka selalu membanggakan kepada orang Arab

Madinah bahwa Taurat ada menyebutkan bahwa mereka akan kedatangan

Nabi lagi. Sekarang Nabi itu telah datang, atau apitelah nyala. Apiyang telah

lama mereka harapkan. Tetapi setelah api nyala, yang di sekelilingnya menda￾iat terang. Arab Madinah yang dahulunya dihinakan oleh Yahudi, dikatakan

orang-orang Ummi, orang-orang yang tidak cerdas, telah menyambut nyalaapi

itu dengan segala sukacita dan mereka telah mendapat cahayanya dan nyala￾nya. Tetapi orang-orangYahudi itu kehilangan cahaya itu, walaupun api unggun

ada di hadapan rumah mereka sendiri. Bertambah nyala api itu, mereka

bertambah gelap-gulita dan tidak melihat apa-apa.Mengapa setelah unggun menyalakan api, mereka jadi gelap-gulita dan

mata mereka menjadi silau? Datang jawabnya pada ayat yang berikut:

"Tuli,Iagi bisu, logi buta." (pangkalayat 18). i

Meskipun telinga mendengar, mulut dan mata bisa melihat, tetapikalau

pancaindeia yang lahir itu telah putus hubungannya dengan batin, samalah

artinya dengan tuli, bisu dan buta. Mengapa mereka menjadituli, bisu dan buta?

Batin mereka telah ditutup oleh suatu pendirian salah yang telah ditetapkan,

intisari agama Yahudi ajaran asli NabiMusa telah hilang, dan yang tinggal hanya

bingkai dan bangkai. Mereka bertahan pada huruthuruf, tetapimereka tidak

perduli lagipada isinya. Mereka menyangka mereka lebih didalam segala hal,

padahal karena menyangka lebih itulah mereka menjadi serba kurang.

"Maka tidaklah mereka (dapat) kembali logi. " (ujung ayat 18).

Sebab langkah salah yang telah dimulai dari bermula telah membawa

mereka masuk jurang. Apabila kendaraan telah menuju masuk jurang, tidak

ada lagi kekuatan yang sanggup mengembalikannya ke tempat yang datar.

Tujuannya sudah pasti ialah kehancuran

Di ayat ini dimisalkan laksana orang yang menghidupkan api mengharap￾kan nyala dan cahayanya. Tetapi ada lagi yang seperti mengharapkan hujan

turun, agar mendap.at kesuburan:

" At au seper t i hu i an lebot dari langit, y ang padany a oda gelap gulit a, guruh

dan kilat." (pangkal ayat 19).

Hujan artinya ialah kesuburan sesudah kering, kemakmuran sesudah

kemarau. Peladang-peladang telah lama sekali menunggu hujan turun, agar

sawah ladang mereka memberikan hasil yang baik kembali. Tetapihujan lebat

itu datangnya adalah dengan dahsyat; pertama langit jadigelap oleh tebalnya

awan dan mendung. Setelah awan itu sangat berat, lebih dahulu akan ter￾dengarlah guruh dan petir, dan kilatpun sambung-menyambung; ngeri rasanya.

"Mereka sumbatkan jari-jari mereka ke dalom telinga mereka dari (men￾dengar) suaro petir, karena takut mati."

Mereka mengharapkan hujan turun, tetapi mereka takut oleh mendung

gelapnya, takut suara guruhnya dan cahaya kilat, dan petirnya yang sambung￾menyambung di udara. Padahal tiap-tiap hujan lebat sebagaipenutup kemarau

panjang, mestilah diiringi oleh gelap, guruh kilat dan petir. Kebenaran llahiakan

tegak di alam. Kebenaran itu adalah laksana hujan. Untuk mengelu'elukan

dalangnya mestilah gelap dahulu. Yang menggelapkan itu bukan kutuk laknat,

tetapi karena bumi itu dilindungi oleh air yang akan turun. Dan guruh berbunyi

mendayu dan menggarang; artinya peringatan-peringatan yang keras sering

dengan kedatangan hidayat llahi. Suara Rasuls.a.w. akan keras laksana guruh

membanteras adat lama pusaka usang, taqlid dan berkeras mempertahankan

pusaka nenek-moyang. Kadang-kadang memancar kilatan api kemurkaan dan

in.u-u.r. siapa yang mengikut kebenaran, mari ke mari, iringkan daku menuju

syurga. Tetapi siapa yang menentang, sengsaralah yang menunggunya dan

neraka. Bila kehendak Tuhan akan ditegakkan, semua orang wajib patuh.

Pangkat dan kebesaran dunia, kekayaan yang berlimpah-limpah tidaklah akan

menolong. Yang mulia di sisiAllah hanyalah orang yang takwa. Tuhan tidak

menghitung berapa penghasilanmu sebulan, berapa orang gajianmu, berapa

bidang tanahmu. Tuhan hanya menghitung amalmu. Pendirian yang palsu tidak

laku lagi, yang laku hanyalah ikhlas. Harta dunia dan anak yang selama ini

menjadi kebanggaan bagimu, kalau dirimu tidak engkau sediakan untuk men￾junjung tinggi kehendak Allah, maka semuanya itu akan menjadi fitnah bagimu.

Engkau akan kembali ke Tuhan, engkau akan dibangkitkan kembalisesudah

mati dan akan diperhitungkan amalmu selama hidup. Diakhirat harta kekayaan

duniamu tidaklah akan menolong. Dan tidak ada orang yang akan membelamu.

Pembelaan hanyalah amalan sendiri.

Perkataan seperti ini adalah gelap bagi orang yang bertahan pada ke￾megahan dunia, meskipun bagi orang mu'min membawa gembira, sebab hujan

pasti turun. Perkataan seperti ini bagi orang yang memang bertahan pada

kebatilan memang laksana guruh yang bunyinya menakutkan, atau laksana

kilat dan petir yang memancarkan api. Oleh karena takutnya mereka kepada

penghantar-penghantar hujan itu, tidaklah mereka gembira menunggu hujan,

tetapi mereka tutup lubang telinga dengan jari, supaya guruh dan petir itu

jangan terdengar, sebab semua mereka pandang ancaman maut bagi mereka.

Mereka takut mati, mereka tidak mau bercerai dengan kehidupan lama yang

mereka pegang teguh itu. Mereka tidak mau berpisah dengan benda yang

mereka junjung sebagai menjunjung Tuhan.

Sebagai tersebut dalam Surat at-Taubah ayat 24, barangsiapa yang benar￾benar mengharapkan petunjuk Allah, hendaklah sanggup menanggalkan cinta

dari ayah, ibu, anak, isteri, kawan, saudara, keluarga, harta, perniagaan karena

takut rugi, rumah tempat tinggal, dan bulatkan cinta kepada Allah dan Rasul.

Kalau tidak mau begitu, maka awaslah, karena hukum Tuhan pasti datang.

Niscaya orang yang munafik takut mendengar ayat ini. Niscaya mereka sum￾batkan jari mereka ke dalam telinga supaya jangan mendengar perkataan

demikian. Mereka pandang itu laksana petir; mereka takut mati. "retopiAllah

mengepung orang-orang yang kafir." (ujung ayat l9).

Allah mengepung mereka dari segala penjuru.

Ainal mafarr? Ke mana mereka akan lari?

"Nyarisloh kilat itu menyambar penglihatan mereka." (pangkal ayat 20).

Oleh karena mereka meraba-raba di dalam gelap, terutama kegelapan jiwa,

maka kilat yang sambung-menyambung yang mereka takuti itu nyarislah

membawa celaka mereka sendiri. Demikianlah, bagi orang mu'min kilat itu

tidak apa-apa. Mereka tahan melihat guruhnya dan melihat pancaran apinya

yang hebat itu, tetapi si munafik menjadi kebingungan karena tidak tentu jalan

yang akan ditempuh. "Tiap-tiap kilat menerangi mereka, merekapun berjalan

padanya." Mereka angsur melangkah ke muka selangkah, tetapi takut tidakjuga hilang: "Dan apabila telah gelap atas mereka, merekapun berhenti."

Perjalanan tidak diteruskan lagi, karena mereka hanya meraba-raba dan me￾rumbu-rumbu, sebab pelita yang terang tidak ada didalam dada mereka, yaitu

pelita iman. "Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia hildngkan pen￾denEaran mereka dan penglihatan mereka." Artinya, sia-sia penglihatan dan

pendengaran yang masih ada pada mereka, mudah sajalah bagiAllah meng￾hilangkannya samasekali, sehingga tammatlah riwayat hidup mereka didalam

kekufuran dan kesesatan, tersebab daripada sikap jiwa yang pada mulanya

rasJu-ragu, lalu mengambil jalan yang salah, lalu kepadaman suluh: "Sesungguh￾nya Allah atas tiap-tiap sesuotu, adalah Maha Kuasa." (ujung ayat 20).

Sebab itu berlindunglah kepadaNya dari bahaya yang demikian.

Ada beberapa kesan yang kita dapat setelah kita renungkan ayat-ayat ini.

Dengan 20 buah ayat permulaan al-Baqarah diberikanlah jawaban atas per￾mohonan kita kepada Tuhan agar ditunjukijalanyang lurus, jalan orang yang

diberi nikmat, jangan jalan yang dimurkaidan jalan yahg sesat.

Pada 5 ayat yang pertama dariSurat ini digariskan jalan bahagia yang akan

ditempuh mencari petunjuk dengan takwa dan iman. Tuhan menjamin, asal

jalan itu ditempuh, pastilah tercapaiapa yang dimohonkan kepadaNya. Kemu￾dian dua ayat berikutnyd, ayat 6 dan ayat 7 diterangkan nasib orang yang

ditutup Allah hati mereka, karena sikap jiwa yang menolak. Tetapimulaidari

ayat 8 sampai ayat 20 diterangkanlah jiwa yang ragu, peribadi yang pecah,

munafik, lain di mulut lain di hati, yang menjadikan hidup terkatung-katung tak

tentu rebah tegak.

Menjadi kafir betul, sudahlah dapat diatasi, dan sudah terang bahwa itu

adalah lawan. Tetapi yangsokif sekoli iolah kalir dengan topeng Islam,sampai￾sampai 12 ayat Tuhan menguraikan jiwa yang demikian. Maka bukanlah

maksud ayat menceriterakan keadaan munafik Yahudi dan munafik Arab Ma￾dinah itu hanya sekedar ceritera, tetapi untuk menjadicermin perbandingan

bagi kita, ummat Muhammad s.a.w. bagi mengoreksi dan memeriksa keadaan

jiwa kita sendiri, sebagai pepatah ahliTasauf:

V.:V'J'$"{31W,v

"Hitunglah dirimu, sebelum kamu dihitung."

Jangan kita dengan mudah menuduh orang lain munafik, tetapi perhatikan￾lah pada jiwa kita sendiri, kalau-kalau penyakit iniada pada kita entah sedikit

entah banyak. Tafakkurlah kita memikirkan bahwa seorang Muslim yang besar,

Saiyidina Umar bin Khathab (Ridha Allah terlimpah kiranya kepadanya), yang

selalu bertanya kepada seorang sahabat lagi yang alim tentang penyakit￾penyakit jiwa manusia, yaitu Huzaifah bin al-Yaman: "Huzaifah!Beritahu aku,

mungkin padaku ada sifat-sifat munafik yang aku sendiri tidak sadar.Siapa Umar? Dan siapa kita?

Satu kesan lagiyang kita dapat ialah bahwa berbeda dengan diMakkah, di

Madinah masyarakatnya tidak ada kesatuan pimpinan. Ada dua golongan, yaitu

Yahudi dan Arab penduduk asli. Yahudinya pecah, karena semuanya merasa

diri berhak terkemuka, sebab itu sebagai tersebut dalam Surat al-Hasyr (Surat

59 ayat l4): "Engkau sangka mereka bersatu, tetapi hatimereka pecah-belah."

Dan sebagai kebiasaan Yahudi, yang penting bagi mereka hanya satu, yaitu

memegang kendali ekonomi. Memberi pinjaman uang dengan riba kepada

penduduk Arab dan menanam pengaruh. Di kalangan Arab sendiri ada yang

penuh nafsu hendak jadipemimpin, yaitu Abdullah bin Ubai. Tetapimoralnya

yang bejat menurunkan namanya. Menurut tafsir, celaan keras atas orang yang

menyuruh hambasahayanya perempuan melacurkan diri dan dia memungut

sewanya yang tersebut dalam Surat an-Nur. (Surat 24), yang dituju adalah

Abdullah bin Ubai. Sebab itu sudahlah dapat dimengerti kalau pimpinan

Rasulullah disambut dBngah bersemangat oleh golongan terbesar penduduk

Arab Madinah. Maka timbulnya kemunafikan ialah karena tidak dapat lagi

melawan secara berterang-terang, sebagai dilakukan orang di Makkah, sebab

pimpinan diMakkah masih di tangan musyrikin.

(21) Wahai manusia! Sembahlah oleh￾mu akan Tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dan orang￾orang yang sebelum kamu, supa￾ya kamu terpelihara.

(22) Yang telah menjadikan untuk

kamu akan bumi jadi hamparan

dan langit sebagai bangunan, dan

diturunkanNya air dari langit, ma￾ka keluarlah dengan sebabnya

buah-buahan, rezeki bagi kamu;

maka janganlah kamu adakan bagi

Allah sekutu-sekutu, padahal ka￾mu mengetahui.

(23) Dan jika adalah kamu dalam ke￾raguan dari hal apa yang Kami

turunkan kepada hamba Kami,

maka datangkanlah sebuah Surat

yang sebanding dengan dia dan

panggilah saksi-saksi kamu selain

dari Allah itu, jika adalah kamu

orang yang benar.

Maka jika kamu tidak dapat mem'

buat, dan sekali-kali kamu tidak

akan dapat membuat, maka takut￾lah kamu kepada neraka Yang Pe'

nyalakannya ialah manusia dan

batu, yang disediakan untuk

orang'orang yang kafir.

(25) Dan gembirakanlah orang-orang

yang beriman dan beramal shalih,

bahwasanya untuk mereka adalah

syurga'syurga Yang mengalir di

bawahnya sungai-sungai. TiaP￾tiap kali diberikan kePada mereka

suatu pemberian dari semacam

buah-buahan, mereka berkata:

"lnilah y'ang telah dijanjikan ke'

pada kita dari dahulu". Dan di'

berikan kepada mereka akan dia

serupa, dan untuk mereka di da￾lamnya ada isteri-isteri yang suci,

dan mereka akan kekal didalam￾nya.

jri6ri$'6\je lj,G )"f

*;X':$Zq;6ri,fi

139

>)til t -..

d Jldj^ll"4ll

. ) zz.2t . a. -aa lyttt;*.;r)lj1:

E

t;;G isrVc";*

(i13 a,itti!6'6:;r,; 

n z>1-t nt.. E/ 

.., . tl. 

*Q14

&r!{.{t Lr>::"":rttU,Yq

E

t ) . . olt Yt--.zl @or*rve 8r$,

Martabatdantingkatyangdapatdicapaiolehorangyangberimankarena

,n".,"ri-u petunjukT-uhansudih diterangkan, sebab-sebab orangmenjadikafir

pun sudah dijelaskan. Orang yang pecah rohani dengan jasmaninya sehingga

irenjadi *unifikpun sudah. t"tu"rriu yang mempergunakan akalnya sudahlah

Jupui -"n'erti ialan mana yang akan dia tempuh, jalan selamat atau ialan

."Lf". Sek-arang dihentikan it, dahut, dan disuruhlah manusia supayadengan

fikiran yang tenang memikirkan hubungannya dengan Tuhan'

.,w'ahai manusia!" (pangkal ayat 21). 

Rata seruan kepada seluruh

manusia yang telah dapat berf ikir. 

"Sem bo hlah olehmu ak an T uhanmu y ang

telah menciptakan kamu." 

Dari tidak ada, kamu telah diadakan dan hidup di

atas bumi. 

" Dan orang- orang yong sebelum kamu." Artinya datang ke dunia

mendapat sawah dan laJang, rumahtangga dan pusaka yang lain darinenek￾moyang sehingga yang datang kemudian hanya melaniutkan apa yang di￾l"n.un"S aun Jitutii'r oleh orang tua-tua. Maka orang tua'tua yang telah me￾ning'uilun pusaka itupun Allah iualah yang menciptakan mereka. Disuruh

rn"iiinsut iiu 

"supoya kamu terpelihora". (ujung ayat 21). Disuruh kamu

."n6iniut itu agar insaf akan kedudukanmu dalam bumiini. Dengan mengingat

diri dlan-menginlat keiadian nenek-moyang bersambung ingatan yang sekarang


dengan zaman lampau, supaya kelak diwariskan lagi kepada anak-cucu, yaitu

supaya selalu terpelihara atau dan memelihara diri dan kemanusiaan, jangan

jatuh martabat jadi binatang. Yaitu dengan jalan beribadat, berbakti dan

menyembah kepada Tuhan, mensyukuri nikmat yang telah dilimpahkanNya.

Fikirkanlah olehmu hai manusia, akan Tuhanmu itu:

"Yang telah menjadikon untuk kamu akan bumi,' jadi hamporan."(pang￾kal ayat 22\. Terbentang luas sehingga kamu bisa hidup makmur di atas

hamparannya itu. "Don langif sebogo i bangunan" yang dapat dirasakan melihat

awannya yang berarak di waktu siang dan bintangnya yang gemerlap diwaktu

malam dan mataharinya yang memberikan sinar dan bulannya yang gemilang

cahaya. "Dan diturunkonNyo air dari langit" 

dari atas 

"Moka keluarlah

dengan sebabnya buah-buohan, rezeki bagi komu." Maka pandanglah dan

renungkanlah itu semuanya, sejak dari buminya sampai kepada langitnya,

sampai kepada turunnya air hujan menyuburkan bumi itu. Teratur turunnya

hujan menyebabkan suburnya apa yang ditanam. Kebun subur, sawah menjadi,

dan hasil tanaman setiap tahun dapatlah diambilbuat dimakan. Fikirkanlah dan

renungkanlah itu semuanya, niscaya hati sanubari akan merasa bahwa tidak

ada orang lain yang sekasih, sesayang itu kepadamu. Dan tid