TAFSIF AL ATZAR 15


 Imru'ul-Qais bersedia bersumpah mempertahankan bahwa yang empunya ialah

dia, maka turunlah ayat ini:

Itulah sebabnya maka ayat282 dari surat al-Baqarah memerintahkan agar

soal-soal hutang piutang atau petaruh dan kepercayaan dikuatkan dengan surat

menyurat dan dua saksi, supaya jangan menjadi hal-hal seperfi ini.

(189) Mereka bertanya kepada engkau

dari hal bulan sabit. Katakanlah:

Dia itu adalah waktu-waktu yang

ditentukan untuk manusia dan

(untuk) haji. Dan tidaklah kebaji￾kan itu, bahwa kamu masuk ke

rumah kamu dari belakangnya,

tetapi yang kebajikan ialah

barangsiapa yang takwa, dan

datanglah ke rumah-rumah dari

pintu-pintunya, dan takwalah ke￾pada Allah, supaya kamu beroleh

kejayaan.

Dari Hal Hilal Dan Tanyakanlah Sesuofu

Kepada Ahlinyq

Dalam beberapa riwayat ada tersebut bahwa beberapa orang sahabat Nabi

s.a.w. datang bertanya kepada beliau tantang hilal, yaitu bulan sabit sejak hari

permulaan bulan sampai kira-kira hari ketujuh. Menurut riwayat lbnu Asakir

dari Ibnu Abbas, meskipun sanad Hadisnya dha if, yang datang bertanya itu

ialah Mu'az bin Jabal, sahabat Anshar yang terkenal dan Tsa'labah bin Usman.

Mereka bertanya: "WahaiUtusan Allah, mengapa bulan sabit itu terbit dan naik

mula-mula sangat halusnya. Laksana benang, kemudian jadi bertambah besar

dan lama-lama jadi penuh (purnama), kemudian surut lagi dan kurang lagi,

sampai kecil pula sebagai keadaan semula; tidak tetap dalam satu keadaan

saja?"

Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir membawakan pula riwayat semacam ini

yang mereka terima dari Qatadah. Tetapi tidak mereka sebutkan siapa nama

orang-orang yang bertanya itu. Ibnu Abi Hatim membawakan riwayat semacam

itu pula yang diterimanya daripada AbulAliyah. Demikian juga satu riwayat Ib￾nu Jarir yang diterimanya dari ar-Rabi' bin Anas. Maka untuk menjawab per￾tanyaan yang bertanya itu datanglah ayat ini: "Mereka bertanya kepada

engkau dari hal bulon sobif. Katakanlah: Dia itu adalah waktu-waktu yang

ditentukan untuk manusio don (untuk) hoji." (pangkal ayat 189).

Dapat dilihat di sini bahwa duduk pertanyaan lain, tetapi dijawab Nabilain

pula. Mereka menanyakan mengapa bulan begitu, bukan menanyakan apa

faedah yang kita ambil dari keadaan bulan yang demikian. Ahliilmu Balaghah

menyatakan bahwa jawaban Nabi ini sangatlah halusnya menurut ilmu Bala￾ghah. sebab jawaban itu dipimpin dan dijuruskan kepada hasilyang berfaedah

dan yang sesuai dengan kedudukan beliau sebagaiutusanTuhan mlmbimbing

dan membawa petunjuk agama. Sebab tidaklah pantas atau tidak pada tempat￾nya (maqamnya) jika kepada Nabi ditanyakan apa sebab bulan itu mula-mula

halus kecil laksana benang, lama-lama besar jadi purnama, akhirnya kembali

kecil dan halus lagi sebagai semula. Mengapa tidak tetap saja begitu. Menjawab

pertanyaan yang seperti itu bukanlah kewajiban Nabi. Nabi bukan ahli ilmu

falak. sebab itu beliau berikanlah jawaban yang sesuaidengan kewajiban beliau

sebagai Rasul, sehingga ke sanalah perhatian yang bertanya dibawa. Maka

beliau katakanlah bahwasanya bulan terbit dengan keadaan yang demikian itu

membawa hikmat yang penting sekali bagi kita. Bulan sabit adalah untuk

menentukan waktu bagi manusia. Dengan bulan yang demikian halnya manusia

sesama manusia dapat menentukan janji. Dengan bulan demikian manusia

dapat menentukan iddah perempuan setelah bercerai. Dengan bulan demikian

manusia dapat menentukan berapa purnama perempuan telah mengandung.

Dan dengan dia dapat ditentukan waktu puasa, sampai kepada waktu-hari ray-a

dan mengeluarkan zakat sekali setahun, sampai kepada waktu mengerjakan

haji

Kemudian datanglah sambungan ayat: "Dan tidaklah kebajikon itu bohwa

kamu masuk ke rumah kamu dari belakangnya, tetapi yang kebajikan ialah

barangsiapa yang takwa. " Menurut penafsiran dari penafsir Ab, ubaiduh bah￾wa sambungan ini adalah senafas dengan yang sebelumnya, yaitu kalau hendak

masuk ke dalam rumahmu janganlah dari pintu belakang. Maksudnya kalau

hendak menanyakan sesuatu hal kepada seseorang hendaklah pilih soal yang

pantas dapat dijawab oleh orang itu. Kalau hendak menanyakan mengapa bulan

mulanya laksana sabit, lama-lama penuh dan akhirnya kecil sebagai sabit lagi,

janganlah hal itu ditanyakan kepada Nabi. Tetapi tanyakanlah kepada ahli falak.

samalah halnya bertanya begitu sebagai masuk rumah dari pintu belakang.

Tetapi kalau ditanyakan kepada Nabi apa hikmat yang dapat diambil daii

peredaran bulan demikian, akan dapatlah dijawab oleh Nabi menurut yang

selayaknya dan yang sepadan dengan beliau.

Tetapi menurut Bukhari dan beberapa perawi Hadis yang lain, yang

mereka terima dari al-Baraa, dizaman jahiliyah kalau orang-orungit, naikhaji

kalau pekerjaan haji belum selesai, mereka selalu masuk rumih dari piniu

belakang. Suatu hal yang tidak perlu dan tidak berasal dari monosik ajaran Nabi

Ibrahim. Maka yang penting bukanlah menambah peraturan haji satu lagi,

pulang ke rumah melalui pintu belakang. Yang penting ialah menjaga takwa hiti

kepada Allah dalam mengerjakan ibadat itu. Selanjutnya Tuhan bersabda:

"Dan dotanglah ke rumah-rumoh dari pintu-pintunya, dan takworoh kepoda

Alloh, supaya kamu beroleh kejayaan." (ujung ayat 189).

Dari sini tentu kita tidak akan ragu lagi bahwasanya Rasulullah s.a.w. sekali￾kali tidaklah mencegah ummatnya mempelajari apa sebab alam bersedih ataskematian putera beliau yang tercinta itu. Meskipun waktu itu beliau dalam

berdukacita, langsung beliau perbaiki kesalahan persangkaan itu dan beliau

berkata: "Gerhana Matahariadalah salah satu daripada ayat-ayat (tanda-tanda)

kebesaran Allah. Bukanlah dia terjadi karena kematian seseorang."

Memang Rasulullah s.a.w. diutus Tuhan kepada suatu ummat yang pada

mulanya ummi, tak pandai tulis-baca, tidak berilmu. Tetapi agama yang beliau

bawa bukanlah untuk menetapkan agar mereka terus ummi saja. Ingatlah

sabda Tuhan yang jelas dalam hal ini:

W ifii *l' # ]r, ;efe; u'::i e'c; +'r\t ' ' (, ;t, *tsni'J5i6aLb',3.1v;\6\

"Dialah (Allah) yang telah membangkitkan di antara orang-orang yang

ummi, akan seorang Rosul dari mereka sendiri, yang mengajarkan kepada

mereka ayat-ayatNya dan mensuci-bersihkan mereka, dan mengojarkon

kepada mereka Kitab dan hikmat, dan meskipun adaloh mereka itu sebelum￾nya di dalam kesesofon yang nyota." (al-Jumu'ah: 2)

Gabungkanlah ayat ini dengan doa Nabi Ibrahim pada ayat 129 Surat al￾Baqarah yang telah lalu, dan gabungkan lagi dengan makbulnya doa Nabi

Ibrahim itu pada ayat 151 .

Dan pelaksanaan ini telah berhasil. Baik di kala Nabi s.a.w. masih hidup,

ataupun setelah beliau wafat. Dan akan tetaplah ummat Nabi Muhammad

s.a.w. bertambah maju dan mengambil kembali pedoman dari al-Quran ini

untuk kemajuan ilmu pengetahuannya. Karena dari keurnmian itulah mereka

dicabutkan naik oleh Nabis.a.w. dengan berpedoman kepada al-Quran. Sebab

ayat 3 seterusnya membuka pintu yang luas buat kita yang datang di belakang

melanjutkan tugas membanteras keummian:

G .l; >';g U";:\fr g,W-$ &fijU

"Don yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka;

dan Dia (Allah) adalah Maha Gagah, lagi Bijaksana." (al-Jumu'ah: 3)

Kita di dunia belum sempat berjumpa dan berhubungan dengan ummat

yang telah menyambut Rasul. Kita belum sempat bertemu dengan Abu Bakar

dan Umar, tetapi kelak kita akan berjumpa dengan mereka diakhirat. Asaldari

sekarang kita teruskan cita mereka dan ajaran Nabi s.a.w. menuju penge￾tahuan, menghilangkan keummian!

Tuhan cukup Gagah, buat membangkitkan kita dan mengembalikan kita

ke tempat yang layak.Tuhan cukup Bijaksana buat membawa kita ke tengah-tengah gelanggang

percaturan ilmu pngetahuan di dunia ini.

(190) Dan perangilah pada jalan Allah

orang-orang yang memerangi

kamu, tetapi janganlah me￾lampaui batas. Sesungguhnya

Allah tidak suka kepada orang￾orang yang melampaui batas.

"

keluarkanlah mereka sebagai￾mana mereka telah mengeluar￾kan kamu. Dan fitnah adalah le￾bih ngeri daripada pembunuhan.

Dan jangan kamu perangi mere￾ka di Masjidil Haram sehingga

mereka perangi kamu padanya.

Maka jika mereka perangi kamu

maka bunuhlah mereka. Demiki￾anlah balasan untuk orang-orang

yang kafir.

(1921 Tetapi jika mereka berhenti,

maka sesungguhnya Allah ada￾lah Maha Pengampun, lagi Pe￾nyayang.

(193) Dan perangilah mereka sehingga

tidak ada fitnah lagi, dan jadilah

agama untuk Allah. Tetapi jika

mereka telah berhenti, maka

tidak ada lagi permusuhan, ke￾cuali atas orang-orang yang ania.

ya.Keizinan Berperang

Mempertahankan Diri

Rasulullah s.a.w. bermimpi dapat mengerjakan Umrah dengan selamat.

Maka pada tahun keenam hijriyah dilaksanakan beliaulah sepanjang mimpiitu.

Karena sebagaimana diketahui, mimpi seorang Rasul adalah mimpi yangbenar.

Tetapi setelah sampai diHudaibiyah, mereka dihambat masuk Makkah oleh

orang musyrikin. Setelah beberapa hariterjadibeberapa perundingan, akhirnya

didapat persetujuan bahwa Rasulullah dan kaum Muslimin boleh naik haji,

tetapi tahun depan (tahun ketujuh). Setelah lalu setahun datanglah masanya

yang dijanjikan itu. Bersiap-siap pulalah Rasulullah s.a.w. dan sahabat-sahabat

yang tidak jadi naik haji tahun yang lalu itu buat mengqadha'Umrah itu. Itulah

yang dikenal dalam sejarah dengan nama Umrotul-Qadha (Umrah Qadha').

Niscaya ada juga terasa pada sahabat-sahabat Rasulullah itu, kalau mereka

jadi mengerjakan ibadat tersebut, apakah orang Quraisy akan teguh pada janji?

Apakah barangkali mereka akan diperangi lagi? Padahal mereka ke Makkah

bukan buat berperang, melainkan semata-mata buat beribadat. Untuk mene￾guhkan hati menghadapi segala kemungkinan, maka datanglah ayat ini: "Don

perangilah pada jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan

melampoui batas." (pangkal ayat 190). Dengan sabda Tuhan yang demikian

nyatalah bahwa mengerjakan ibadat Umrah itu wajib diteruskan. Kepada

mereka yang hendak mengerjakan ibadat itu diperintah siap sedia selalu.

Diizinkan berperang kalau mereka diperangi. Artinya k6l3u pihak lawan yang

memulai. Datang ke Makkah hanya semata-mata buat beribadat. Tetapikalau

disambut orang dengan senjata terhunus, kalau diam saja, tentu mati konyol.

Seluruh hidup Muslim adalah dengan niat menegakkan jalan Allah. Apatah lagi

kalau sudah masuk kepada ibadat. Ibadat itupun wajib dijaga dengan senjata.

Tetapi di sini sangat diperingatkan Tuhan supaya jangan melampaui batas.

Yaitu pertama jangan kita yang memulaiterlebih dahulu. Kedua kalau perang

terjadi juga, jangan dibunuh orang tua, perempuan dan kanak-kanak dan jangan

dirusakkan tempat beribadat. Termasuk juga dalam larangan melampaui batas

ialah membunuh orang yang telah menyerah, dan jangan mecincang orang yang

telah mati. Maka di ujung ayat ditegaskan lagi: "Sesungguhnya Allah tidaklah

suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (ujung ayat 190). Menurut

riwayat yang dibawakan oleh IbnulMundzir dan Ibnu Jarir dan lbnuAbiHatim,

bahwa Ibnu Abbas menafsirkan bahwa janganlah kamu melanggar batas, yaitu

jangan kamu membunuh perempuan-perempuan dan kanak-kanak dan orang￾orang yang telah tua, dan jangan membunuh orang yang telah mengucapkan

salam kepada kamu seketika mulai berjumpa, dan mereka tidak menentang

kamu dengan senjata. Jikalau kamu berbuat begitu niscaya kamu telah me￾langgar. Dan menurut riwayat lain lagi, inilah keizinan berperang yang kedua.

Adapun yang pertama ialah yang tersebut di dalam Surat al-Haj (Surat 22, ayat

3e).Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi oleh karena

mereka telah dianiaya. Dan Allah adalah songgup atas menolong mereka."

Ayat pertama mengizinkan berperang ini, menurut riwayat diturunkan di

Makkah setelah kaum Muslimin bersiap-siap hendak hijrah ke Madinah, setelah

mendapat persetujuan dengan kaum Anshar yang telah menyediakan negeri

mereka (Madinah) buat berpindah orang-orang yang telah diusir dari kampung

halamannya karena keyakinan agama mereka itu.

Maka isi darikedua ayat iniadalah sama. Diizinkan berperang kalau kaum

Muslimin dianiaya. Setelah pindah ke Madinah kaum Muslimin telah dapat

membentuk masyarakat sendiri. Tetapi masyarakat yang telah berdiri itu akan

segera diruntuhkan musuh kalau tidak siap waspada. Itulah sebabnya, konon￾nya, bahwa setelah sampai di Madinah, Rasulullah s.a.w. menyuruh kaum

Muslimin memelihara kuda-kuda untuk dipakai berperang. Sekarang mereka

akan mengerjakan Umrah Qadha'. Meskipun telah diikat janjibahwa mereka

diberi izin masuk Makkah buat beribadat, maka kesiap-siagaan itu perlu terus.

Kalau mereka tidak diganggu tentu syukur. Tetapi bagaimana kalau diganggu?

Kaum Muslimin mesti memperhitungkan juga kemungkinan yang tidak disukai

itu. Kalau peperangan itu tidak dapat dielakkan lagi, rnaka:

"Dan bunuhlah mereka di mona saja kamu bertemu mereka, dan keluar￾kanlah mereka sebagaimana mereka telah mengeluarkan kamu." (pangkal

ayat 191). Tegaslah kalau perang yang mesti terjadijanganlah bersikap tang￾gung-tanggung; hantam terus! Bunuh, tikam, amuk, pendeknya segala apa yang

dilakukan didalam perang, hendaklah lakukan. Jangan mengenalkasihan. Dan

karena kamu memegang keyakinan agama kamu, sekarang boleh balas, usir

pula mereka; seret jadikan tawanan; "Dan fitnah adalah lebih ngeri daripada

pembunuhan. " Fitnah, hasutan, gangguan dan siksaan yang sejak kamu meme￾luk Islam mereka timpakan ke atas dirimu sampai kamu terpaksa hijrah

meninggalkan kampung halaman, dan berbagai ancaman mereka fitnahi, sam￾pai terjadi perang Uhud, bahkan sampai mereka hambat naik Umrah di

Hudaibiyah, dan banyak lagi yang lain, semuanya itu jauh lebih ngeri dari

pembunuhan. Lebih ngeri karena meninggalkan dendam yang berlarut-larut.

Maka kalau kamu bunuh mereka dalam perang itu, masihlah belum seberapa

perbuatanmu itu dibandingkan dengan fitnah yang mereka sebarkan selama ini.

"Dan jangan kamu perangi mereka di Masjidil Haram, sehinggo mereka

perangi komu padanyo."Sejak dari zaman NabiIbrahim telah menjadiikatan

janji dari seluruh bangsa Arab bahwa kesucian Masjidil Haram harus diper￾tahankan bersama. Tidak boleh ada perkelahian dan peperangan di dalamnya

pada khususnya dan Tanah Haram pada umumnya. Ini wajib dipegang teguh

oleh kaum Muslimin. Tetapi kalau mereka perangi kamu di situ, kamupun boleh

mempertahankan diri; tangkis serangan mereka dan bunuh mereka: "Maka

jika mereka perangi kamu, maka bunuhlah mereka. Demikianlah boloson

untuk orang-orang yang kafir." (ujung ayat 191).

Dengan bunyi ayat di ujung itu bolehlah kita simpulkan bahwa jika kaum

Muslimin mereka perangijuga dalam MasjidilHaram, hendaklah balaskan pula

dan bunuh pula mereka. Sebab merekalah yang melanggar peraturan, bukan

kamu. Tangkisan dan serangan pihak kaum Muslimin adalah sebagai aksi

polisionil, atau suatu hukuman orang yang kafir, karena merusakkan kesucian

Masjidil Haram itu adalah suatu perbuatan kekafiran yang sangat keji.

"Tetapi jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah odalah Maha

Pengampun, lagi Penyayang." (ayat 192).

Artinya, kalau perbuatan yang sangat keji itu, yakni memerangi orangyang

sedang dalam Masjidil Haram telah dibalas dan dihukum, lalu mereka hentikan

perbuatan itu, karena sudah merasai bagaimana kerasnya pukulan kaum

Muslimin. Dan kaum Muslimin tidak boleh dipermain-mainkan, hendaklah

penghukuman kepada mereka itu dihentikan. Sebab balasan kaum Muslimin

terhadap mereka atas perintah Tuhan hanyalah semata-mata buat menghajar

mereka. Kalau mereka telah jera, maka secara kesatnya kaum Muslimin tidak

boleh menghajar mereka lagi. Tegakkanlah oleh kaum Muslimin sifat Allah

Yang Pengampun dan Penyayang itu.

Tetapi kalau mereka tidak mau juga berhenti, sedang yang memulai tadinya

ialah mereka, maka kaum Muslimin wajib meneruskan menghajar mereka,

sampai tunduk:

"Dan perangilah mereka sehingga tidak ada t'itnah lagi, dan jadilah agama

untuk Allah." (pangkal dyat 193). Sampai mereka tunduk betul-betuldan

mengaku kalah, dan tidak berani lagi mengadakan fitnah sebab kekuatan

mereka sudah habis. Pada waktu itu agamapun tegak untuk Allah. Sebab itu

maka ditegaskan di terusan ayat: "Tetapi jiko mereka telah berhenfi. Karena

daya mereka telah habis, "make tidak ada lagi permusuhon. "Orang Islam tidak

boleh lagi menghancurkan orang yang tidak berdaya. "Kecuali atas orang￾orang yang oniaya." (pangkal ayat 193). Yaitu orang-orang yang masih saja

melawan hendaklah hantam terus, sampai tidak berkutik lagi.

Demikian ajaran atau docfrin perang yang dipancangkan oleh wahyu

terhadap kaum Muslimin di dalam menegakkan dan mempertahankan agama.

Tidak ada satu ayatpun di dalam al-Quran atau dalam sabda Nabi, bahwa

kepercayaan Islam itu dipaksakan dengan pedang, sebagaimana yang telah

difitnahkan oleh musuh-musuh Islam, yaitu negara-negara penjajah dan kaki

tangannya. Karena sampai sekarang ini, penggal kedua dari abad keduapuluh,

artinya sudah berlalu 14 abad, masih didapat saksiyang hidup. DiLibanon yang

baru 50 tahun yang akhir ini merupakan sebuah negara, dan sebelum itu adalah

dalam pemerintah Islam masih terdapat pemeluk Kristen Maroni. Demikian

juga di Suria setengah juta pemeluk Kristen dari 4 juta penduduk dan diMesirterdapat dua juta Kristen Kopti dari25 juta penduduk. Kalau memang Islam

dipaksakan dengan pedang, niscaya sudah lama mereka habis atau mengungsi

ke negeri lain. Berbeda dengan keadaan kaum Muslimin diSpanyol yang pada

abad kelimabelas masih kira-kira 12 juta banyaknya, tetapi di ujung abad

keenambelas habis dipaksa masuk Kristen dan yang tidak mau menukar

agama, lari mengungsi ke Afrika Utara. Itulah bukti agama yang dipaksakan

dengan pedang!.

Adapun sebab turun ayat, yaitu Umrah Qadha'tadi, yang kaum Muslimin

disuruh siap menghadapi segala kemungkinan. Alhamdulillah berjalan dengan

selamat dan lancar. Kaum musyrikin rupanya takut juga hendak menghalangi

mereka mengerjakan umrah itu dan mereka ikuti sepanjang bunyi janji

Hudaibiyah, mereka menyisih ke luar kota selama lima hari, sehingga leluasalah

Rasulullah dan kaum Muslimin mengerjakan ibadat mereka. Mere"ki mengintip

dari celah-celah rumah atau dari bukit-bukit seketika kaum Muslimin mengerja￾kan Tawaf keliling Ka'bah dan Sa'i di antara Shafa dan Marwah. Dan Rasulullah￾pun memerintahkan pula kepada kaum Muslimin supaya tengah mengerjakan

Tawaf dan Sa'i bersikap yang gagah, setengah berlari dan angkat dada ke muka,

sebagai sikap militer; karena beliau tahu mereka tengah diintip. sehingga

tahulah musuh-musuh itu bahwa mereka tidak lemah karena jauhnya perjala￾nan dan bersemangat yang tinggi, untuk mematahkan leher siapa saja yang

mencoba-coba hendak menghalangi mereka beribadat. Ketika berhala-berhala

masih bersandaran di keliling Ka'bah dan berhala Manata yang besar masih

tertegak di antara Shafa dan Marwah, tetapi kaum Muslimin tidak mengganggu￾nya karena mengganggu berarti awaklah yang memulai perang.

Dan setelah selesai ibadat itu dengan selamat, dengan jiwa besarnya

Rasulullah s.a.w. menyampaikan undangan kepada pemuka-pemuka Quraisy

supaya sudi menghadiri walimah perkawinan beliaudengan Maimunah, adik dari

Ummi Fadhal, isteri pamannya Abbas bin Abdul Muthalib dan adik pula dari

Khalid bin walid. Tetapi pemuka-pemuka Quraisy tidak memberikan peluang.

Mereka minta Muhammad teguh memegang bunyi perjanjian Hudaibiyah, yaitu

segera selesai ibadat segera pula berangkat. Tidak ada walimah-walimahan.

Beliaupun patuh menuruti perjanjian itu. Maka setelah keluar dari Makkah,

sesampai di suatu kampung yang bernama Sarf, beliau adakanlah walimah

perkawinan dengan ibu kita Maimunah itu. Kaum Muslimin bergembira.

Kalau anda naik haji bertamasyalah ke Wadi Fatimah. Di tengah jalan

menuju wadi Fatimah itu, di pinggir jalan sebelah kiri akan kelihatan sebuah

mesjid bersejarah. Karena di sanalah walimah itu diadakan. Dan ada riwayat

bahwa Maimunah sebagaiisteriyang paling akhir beliau kawini, pun berkubur di

tempat dia mulai diwalimahkan itu. Kata ahli sejarah, di kala beliau hendak

meninggal dunia, .beliau wasiatkan supaya di sanalah beliau dikuburkan. Di

tempat dia mulai diterima Rasul s.a.w. menjadi salah seorang teman hidupnya.

Adapun tentang perdamaian Hudaibiyah, dapatlah dibaca agak penjang di

dalam penafsiran Surat al-Fath, Surat Kemenangan (Surat 48).o''I,ITJ;L: #':"l:i:';l^:*T Jlr' L'+t)&u,iwt ar

o 222-z tl >zz .ur. t4L' ,t .

tr-tt"U 5), &r:el C €Y

'ifirfiK{ u'-t( 51,+

'4ri'fit-tilr*r;

lia itu ada padanya qishash.

Maka barangsiapa yang me'

langgar kepada kamu hendaklah

langgar pula atasnya, yang se'

timpal dengan pelanggarannYa

atas kamu itu. Dan takwalah ke￾pada Allah dan ketahuilah bahwa

sesungguhnya Allah adalah be￾serta orang-orang yang ber￾takwa.

(195) Dan bernafkahlah pada jalan

Allah, dan janganlah kamu lem￾parkan diri kamu ke dalam ke￾binasaan, dan berbuat baiklah.

Sesungguhnya Allah suka ke￾fiada orang-orang yang berbuat

baik.

,l ,l .2.2 zz z- z o 2 lz

S-:-L,rril), lI W 4'1tt

2 2zz-, L*l >12

+.bt al rt: ,tt

E

'K4rsy

z " 2,. -Att Ql9'f '

"Bulanyongmulia dengon bulan yangmulio. " (pangkal ayat 194)' Artinya,

jika kamu *"r"ka perangi terlebih dahulu pada bulan yang suci dan ke- -hormatan 

bulan itu telah mereka langgar, hendaklah kamu tangkis serangan

mereka walau di dalam bulan suci sekalipun. "Don segolo yangmulia itu ado

padonyoqishosh. " Diayat inidisebut hurumaatu,yaitu kata jama' dari hurmoh,

yang beraiti suci. Ada terdapat berbagaikesucian disana: Pertama bulan yang

ru.i itu sendiri (as-syahrul-Haram). Kedua tanah itu sendiri tanah suci. Ketiga

masiidnya suci, Masjidil Haram, sehingga barangsiapa yang masuk saja ke

dalamnya dijamin keamanannya, dan keempat ialah mengeriakan haji dan

umrah itu sendiri, sehingga pakaian yang kita pakai di waktu itu diberinama

pakaian ihram, yang berarti bahwa di saat itu kita sedang mengerjakan ibadat

yang suci (hurumatul-ihram). Maka segalir pekerjaan suci itu diharamkan oleh

ryura' *"nsgtorinya dengan perbuatan-perbuatan yang akan merusak ke￾slciannya. ietapi betapapun sucinya, semua suasana itu kalau sekiranya kamu

diserang terlebih dahulu, kamu waiib mengambil qishashnyar yaitu pukullawan

pukul, hantam lawan hantam. Lanjutan ayat menegaskan lagt "Makabarang' 'siopa 

yang melanggar kepada kamu hendaklah langgar pula atosnyo, yang

t"ii^iot d"ngon p"longgoronnya atos kamu itu." Melanggar di sini ialah

memulai penyerangan.

Maksud tafsir dari ayat ini akan lebih jelas lagiapabila kita ketahuisebab

turunnya. Menurut riwayat darilbnu Jarir, tafsiran darilbnu Abbas ialah bahwaseketika Rasulullah telah bermimpi bahwa beliau akan naik melakukan Umrah

dengan selamat, maka pada tahun keenam daripada hijriyah beliau ajaklah

1,200 orang sahabat-sahabatnya menunaikan Umrah itu, didalam bulan Zur

Qaidah. Yaitu salah satu dari empat bulan suci (Zul Qaidah, Zul Hijjah,

Muharram dan Bulan Rajab). Tetapi sesampaidiHudaibiyah beliau dihambat

melanjutkan perjalanan Umrah itu. Beliau tidak boleh meneruskan perjalanan

ke Makkah. Lalu diadakan perundingan, bahwa tahun itu mereka tidak boleh ke

Makkah, tetapi tahun depan boleh! Karena tahun iniZulQaidah, mereka boleh

ke Makkah bulan Zul Qaidah juga tahun depan. Inilah yang dimaksud dengan

Bulan yang mulia dengon bulan yang mulia. Artinya bulan yang mulia diginti

dengan bulan yang mulia pula. Di dalam perjanjian Hudaibiyah itu diterangkan

pula bahwa selama mengerjakan Umrah itu orang Makkah tidak akan meng￾ganggu, sesuai dengan peraturan suci yang telah berlaku berabad.abad. Ma￾lahan mereka bersedia meninggalkan kota selama kaum Muslimin di bawah

pimpinan Rzisulullah masih melakukan ibadat Umrah. Maka pada tahun ke￾tujuh, Nabi dan pengiringnya melakukan (Jmrotul Qodho itu, pengganti umrah

yang tidak jadi. Pada waktu itulah turun ayat ini, memberiperingatan kepada

kaum Muslimin bahwa ibadat umrah itu wajib dilakukan, tidak boleh mundur.

sebagai tentara Islam yang telah banyak pengalaman dengan kaum musyrikin

itu, mereka tidak boleh melupakan, kemungkinan-kemungkinan yang bisa

terjadi. Kaum Muslimin tidak boleh melanggar peraturan dan melanggar janji￾janji yang telah ditandatangani kedua belah pihak. Tetapikemungkinan musuh

melanggar janji ada saja. Kalau itu kejadian, tidaklah boleh kaum Muslimin

lengah. walaupun bulan yang mulia tahun yang lalu telah digantidengan bulan

yang mulia tahun ini, ada saja kemungkinan segala kemuliaan dan kesucian itu

dirobek-robek oleh kaum musyrikin itu. Kalau ini kejadian bahwa segala

kesucian dan kemuliaan itu ada qishashnya, gayung disombut, kata dijowab;

kalau mereka melanggar terlebih dahulu, hendaklah tangkis dengan langgaran

yang seimbang pula. Bagaimana yang mereka lakukan kepadamu, lakukan pula

kepada mereka semacam itu.

Lanjutan ayat ialah: "Dan takwoloh kepada Allah, don ketahuilah bahwa

sesungguhnya Allah adalah beserto orang.orang yang takwa" (ujung ayat

194).

Di sini kita bertemu lagi arti takwa yang mengenai sikap jiwa (mental) dan

awas serta waspada menghadapi segala kemungkinan. Karena takwa dipasang

niat di dalam hati, bahwa ke Makkah hanyalah semata-mata buat beribadat,

bukan buat perang. Karena takwa tidak ada maksud hendak melanggar

kesulitan dan kemuliaan tanah suci, masjid suci, bulan suci dan manasik

(ibadat) suci. Tetapi takwa dan awas pula menghadapi segala kemungkinan.

Karena kalau musuh melanggar terlebih dahulu, diri mesti dipelihara. Tidak

boleh dibiarkan binasa, apatah lagu berjalan dengan Rasulullah. Sebab semua

mereka di bawah pimpinan Rasul adalah tentara Allah belaka, buat me￾negakkan jalan Allah di bumiini. Mereka tidak boleh matikonyol, hilang sia-sia

dari muka bumi karena kelalaian. Inipun termasuk takwa juga. Asal segala hal

ini dijaga, bertemulah hakikat takwa dan Tuhan tidak akan lalaidari.menjaga

mereka.Inilah ajaran atau doktrin peperangan yang diajarkan lslam, sehingga

menjadi pegangan buat seterusnya oleh seluruh tentara Muslimin yang me￾lanjutkan penyebaran lslam sesudah wafatnya Rasulullah s.a.w. Sehingga jika ia

masuk ke satu negeri, terlebih dahulu dikirimnya surat dan utusan ke negeriitu,

bahwa maksud kedatangannya bukanlah hendak berperang, melainkan mem￾bawa da'wah lslam. Mereka tidak dipaksa masuk lslam. Tetapikalau mereka

mau memeluknya, kedudukan mereka sama. Kalau hendak teguh memegang

agama sendiri, tidaklah dihalangi, bahkan diakui. Cuma hendaklah membayar

Jizyah tanda takluk kepada kekuasaan Islam. Dan mereka tidak akan di￾perangi, melainkan akan dilindungi(dzimmi). Tetapikalau tidak mau menuruti

yang kedua ini, artinya tentu perang. Maka negeri mereka akan ditaklukkan

dengan kekerasan; cara sekarangnya menjadijajahan, menurut hukum perang.

Tetapi tidak juga mereka akan dipaksa memeluk Islam.

Dan semuanya itu dilakukan di dalam takwa.

Berjuang Pada Jalon Allah

"Danbernat'kahlah pada jalan Allah." (pangkalayat 195). Olehkarena

menghadapi peperangan, maka perbelanjaan akan berlipatganda dari biasa.

Pada saat-saat yang demikian sangatlah dikehendaki kesanggupan berkurban,

sekali-kali jangan bakhil.

Perbelanjaan di waktu perang, berlipatganda daripada belanja di waktu

damai. Apatah lagi perang di dalam menegakkan jalan Allah. Dia meminta

pengorbanan harta dan jiwa. "Dan janganlah kamu lemparkan diri kamu ke

dalam kebinasaan." Melemparkan diri ke dalam kebinasaan ialah karena

bakhil, takut mengeluarkan uang, malas berkurban. Karena malas berkurban,

musuh dapat leluasa. Perang meminta perlengkapan senjata dan perbekalan

makanan. Seluruh masyarakat pada waktu itu wajib sedia susah untuk men￾capai kemenangan. Kelalaian artinya adalah kebinasaan. Yang kedua, apabila

perang hendak dihadapi wajiblah dipelajari segala siasat perang, siasat pe￾nyerbuan, pertahanan, pengepungan dan penaklukan musuh. Di antaranya

ialah tunduk dan patuh kepada pimpinan (komando). Semangat yang berkobar￾kobar, padahal ilmu perang tidak diketahui, atau tidak ada kesatuan komando

atau bertindak sendiri-sendiri adalah juga melemparkan diri ke dalam ke￾binasaan. Pengalaman yang pahit telah dirasai kaum Muslimin ketika terjadi

peperangan Uhud, yang nanti akan dijelaskan pula pada waktunya. Tetapi

kekalahan di dalam peperangan Uhud akhirnya telah menjadi pelajaran yang

mahal dibayar oleh kaum Muslimin, sehingga dalam peperangan-peperangan

selanjutnya mereka telah lebih berdisiplin. Itulah sebabnya maka segera ummat

Islam dapat mendirikan suatu pemerintahan yang besar dan lagi kuat, di￾pusakakan berabad-abad lamanya. Yaitu keteguhan iman, keyakinan cita-cita

(ideolosi) dan ilmu perang. Meskipun tigaratus tahun yang terakhir ini kekuatan

ummat Islam pecah sampai negeri-negerinya terjajah, namun sisa kebenaran

ajaran Islam itu sebagai modal pertama dan utama masih tinggal dalam jiwamereka. Seketika terjadi perang dunia I bangsa-bangsa yang menjaiah, yaitu

Perancis, Inggeris dan spanyol banyak memakai sardadu Islam dari Afrika dan

Tanah Arab yang mereka bawa ke medan perang Eropa. Keberanian mereka di

medan perang diakui mereka dan amat mengagumkan. Bangsa Turki me￾nguasai Eropa beratus tahun lamanya. Keberanian tentara Turki dalam tiap￾tiap medan perang pun diakuioleh musuh-musuh mereka. Dan seketika terjadi

perang Korea, Perserikatan Bangsa-bangsa juga memakai tmtaraTurki dalam

peperangan itu di bawah pimpinan Jenderal Mac Arthur, Jendral itupun

mengakui keteguhan semangat tentara Turki yang mengagumkan itu, padahal

itu belumlah Jihad fi-sabilillah. Maka dengan semangat baja sebagai modal

pertama yang tidak takut mati, ditambah dengan ilmu perang, ditambah dengan

disiplin yang teguh, niscaya kekuasaan Islam di mana-mana akan kembali

timbul.

Ketika terjadi revolusi kemerdekaan Indonesia, Tentara Nasional lndo￾nesia adalah di bawah pimpinan seorang Jenderal Muslim yang bersemangat

waja, yaitu Almarhum Jendral $udirman. Sampai sekarang ahli-ahli perang

mengakui betapa besarnya pengaruh semangat Jendralyang beriman itu dalam

membentuk TNI. Di samping itu terdapat pula barisan Hizbullah yang me￾ngagumkan. Dan ada juga disuatu tempat, pemuda-pemuda yang bersemangat

Jihad fiSabilillah dan berjiwa Syahid turut dalam perang kemerdekaan. Tetapi

mereka hanya tampil dengan bambu runcing yang dimanterakan oleh Kiayi

mereka. Khabarnya konon hampir 200 orang pemuda membawa bambu run￾cing menyerbu musuh yang berkekuatan besar, disapu bersih sampai habis

mati semua, karena mereka tidak mempunyai perlengkapan perang yang

seimbang, dan tidak tunduk pada satu komando. Meskipun demikian, buat

waktu itu tidak jugalah pengurbanan mereka itu sia-sia. Sebab kemerdekaan

bangsa itupun menghendaki siraman darah mujahid sebanyak-banyaknya.

Menurut penafsiran dari sahabat Rasulullah Huzaifah tafsiran dari ayat

jangan kamu jatuhkan diri ke dalam kebinasaan, artinya ialah jangan kamu

enggan mengeluarkan pengorbanan hartabenda buat berperang karena takut

akan miskin. Menurut tafsiran Ibnu Abbas, kalau kamu bakhil mengeluarkan

harta untuk belanja perang, pastilah kamu akan binasa.

Menurut Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, at-Thabarani,

Termidzi, an-Nasa'i dan beberapa ahli Hadis yang lain, seorang Mujahid Islam

bernama Aslam bin Imran pernah menceritakan pengalamannya, seketika

tentara Islam dikerahkan oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan menyerang negeri

Konstantinopel. Dia bercerita: "Kami ketika itu telah menyerbu ke Kon￾stantinopel; tentara yang dariMesir dibawah Panglima Ukbah bin Amir, tentara

yang dariSyam di bawah komando Fudhalah bin Ubaid. Kedatangan kami telah

disambut oleh barisan tentara Rum yang amat besar. Kamipun menyruh

barisan untuk menghadapi tentara besar itu. Tiba-tiba tampillah seorang laki￾laki sejati dari tentara Islam, lalu diserbunya tentara Rum yang besar itu,

sehingga dia telah masuk jauh sekali ke tengah-tengah mereka. Orang-orang

lain yang melihat menjadiseram lalu berkata: "Subhanallah! Kawan kita initelah

membawa dirinya ke dalam kebinasaan. Mendengar ucapan yang demikian itu

tampillah Abu Ayub al-Anshari, sahabat Rasulullah s.a.w. lalu berkata: "Wahaimanusia sekalian! Kalian telah salah menafsirkan ayat itu. Sesungguhnya ayat

ini telah turun menuju kami orang Anshar. Yaitu seketika Allah nremberikan

kejayaan yang gilanggemilang bagi agamal'{ya dan telah banyak pemklanya,

maka adalah di antara kami yang berbisik desus diluar tahu Rasulullah berkata:

Hartabenda telah banyak habis, sekarang Islam telah menang dengan jayanya

dan telah banyak pembelanya. Rasanya sudah tidak ada salahnya jika kita mulai

kembali memperbaiki hartabenda kita dan mengumpulkan yang selama ini telah

berserak." Perkataan yang demikian sampai juga kepada Rasulullah, lalu

turunlah ayat ini: "Nafkahkanlah harta pada ialan Allah dan janganlah kamu

jatuhkan dirimu kepada kebinasaan." Maka arti kebinasaan ialah mengurus

kepentingan hartabenda diri sendiri dan bimbang memperbaikinya, sehingga

tertinggallah berjuang dan berperang pada jalan Allah.

Daripada Hadis ini bertemulah kita dengan hakikat tafsiran ayat. seorang

yang menyerbu musuh dengan gagah berani dengan keyakinan yang penuh,

walaupun dia akan hancur-luluh di tengah-tengah musuh yang banyak, bukan￾lah seorang yang membawa dirinya ke dalam kebinasaan. Tetapi dia akan

mencapai syahid. Di dalam satu peperangan, terutama dalam pemberontakan

melawan kekuasaan yang zalim, kadang-kadang tidaklah seimbang kekuatan

yang melawan denganyangdilawan. Seumpamatelah kejadian di zaman nenek￾moyang yang kita melawan kekuasaan Belanda dan penjajahan umumnya.

Mereka tewas lantaran itu, tetapi mereka beroleh syahid. Kalau terlebih dahulu

akan disiapkan kekuatan yang sama dengan musuh, tidaklah akan ada ke￾bangkitan selama-lamanya. Kebinasaan ialah hidup yang telah merasa senang

dengan mengumpul kekayaan dan kemewahan sehingga takut menghadapi

perjuangan. Lalu, untuk membujuk diri dikemukakan ayat janganlah kamu

jatuhkan diri ke dalam kebinasaan? Padahal mati dalam memperjuangkan

keyakinan, bukanlah kebinasaan. Kebinasaan ialah takut menghadapi mati

karena diritelah diperbudak oleh hartabenda.

Utamaus-Su', yaitu ulama-ulama jahat yang menjadi kaki tangan penjajah,

kerapkali mempergunakan ayat ini dengan salah, memberi fatwa kepada

ummat seagamanya yang memberontak melawan penjajah dengan memakai

ayat ini. Ayat untuk hidup dan syahid, mereka jadikan alat untuk mematikan

semangat dan mendatarkan jalan bagi penjajahan. Inibanyak kejadian dizaman

jajahan dahulu, dan ulama-ulama ini mendapat pujian dan bintang tanda.iasa

dari si penjajah.

Patutlah kita ingat pula bahwasanya Abu Ayub yang meriwayatkan Hadis

tadi, tewas pada penyerbuan dan pengepungan kota Konstantinopel itu. Dan

setetah kota yang megah itu dapat ditaklukkan oleh Sultan Muhammad al-Fatih

dari Bani usman, telah beliau suruh cari kuburan Abu Ayub sampai ketemu.

Lalu didirikan di sana sebuah mesjid, yang sampai sekarang terkenaldengan

nama "Mesjid Ayub". Di sanalah Khalifah-khalifah BaniUsman dilantik menjadi

Raja ketika naik tahta, dengan diserahkan kepadanya pedang pusaka Nabi dan

burdah beliau.

Selanjutnya Tuhan bersabda: "Dan berbuat baiklah," atau majukanlah

perbaikan. Karena wa ahsinu berarti selalu berbuat baik dan selalu mem￾perbaiki maka banyaklah maksud yang terkandung di dalamnya. Dia tersimpuldari kata lhson. Terhadap Allah, Ihsan itu ialah bahwa kamu beribadat kepada

Allah seakan-akan kamu lihat Allah itu. Tetapi karena Allah tidak dapat dilihat

dengan mata, namun AIIah tetap melihat kamu. Dengan dasar yang demikian

maka orang-orang yang beriman selalu memperbaiki mutu amalnya, mutu

ibadatnya dan oleh karena di sini menyangkut peperangan, maka termasuk

jugalah di dalam memperbaiki mutu segala yang bersangkutan dengan pepe￾rangan. Ahli-ahli peperangan lebih mengertilah daripada penulis tafsir ini apa

maksudnya memperbaiki dalam perang. Ingatlah bahwa peperangan itu melalui

tingkat-tingkat kemajuan yang luarbiasa. Sehingga taktik perang di zaman Nabi

s.a.w. sudah jauh berbeda dengan taktik perang dizaman Pahlawan Khalid bin

Walid. Apatah lagi apa yang kita namai "perang moden". Kadang-kadang alat￾alat perang lima tahun yang lalu, pada tahun ini sudah dipandang ketinggalan

zaman. Negara-negara Arab kalah berperang dengan negara boneka bangsa￾bangsa penjajah yang bernama Israel ialah karena dalam taktik dan teknik

perang, tentara ketujuh negara Arab itu sudah lama tidak ada perbaikan. Sebab

itu di ujung ayat Allah Ta'ala bersabda: "Sesungguhnya Allah suko kepada

orang-orang yang berbuat baik." (ujung ayat 195).

Meskipun dengan ayat-ayat yang ringkas, namun suatu hal sudahlah terang

bagi kita. Tuhan telah menurunkan wahyu berkenaan dengan peperangan

untuk membela agama dan melancarkan da wahnya. Meskipun telah 14 abad

ayat ini turun, namun ia masih tetap teguh dan kuat menjadi dasar bagi kaum

Muslimin dalam menegakkan agamanya, yang tidak dapat dikalahkan oleh

filsafat-filsafat yang timbul berkenaan dengan perang. Bahkan kepada intisari

ayat inijugalah orang akan kembali.

(196) Dan sempurnakanlah haji dan

umrah itu karena Allah. Tetapi

jika kamu dihalangi, maka kirim￾kanlah kurban sedapatnya. Dan

jangan kamu cukur kepalamu

hingga sampai kurban itu ke pe￾nyembelihan. Maka barangsiapa

yang sakit atau ada gangguan di

kepalanya maka berfidyahlah de￾ngan puasa atau sedekah atau

kurban. Tetapi apabila kamu te￾lah aman, lalu siapa yang ber￾senang-senang dengan umrah

kepada haji, maka hendaklah di￾bayarnya kurban sedapatnya.

Tetapi barangsiapa yang tidak

mendapat, hendaklah puasa tiga

hari ketika haji dan tujuh hari

apabila telah kembali kamu. Itu-

nNYa.

(197) Haji itu adalah beberapa bulan

yang telah dimaklumi. Maka

barangsiapa yang memerlukan

dirinya berhaji di bulan-bulan itu,

maka sekali-kali tidak boleh ra￾fats (bercakap kotor) dan tidak

boleh fusuq dan tidak boleh ber￾bantah didalam haji. Dan apapun

kebaikan yang kamu Perbuat,

Allah mengetahuinya dan ber￾siap-bekallah kamu. Maka se￾sungguhnya bekal yang sebaik￾baiknya ialah takwa. Dan takwa￾lah kepadaKu, wahai orang￾orang yang berfikir.

lah sepuluh hari yang sempurna. . ...-1 *ru / tt... ., 

oJ... 

.

Yang demikian itu ialah bagi jJJ,Il'; al.{er*Cll; ;'-..rt;1

orung yung tidak ada dirinya jadi : ' t t I

penduduk Masjidil Haram. Dan - ,.-r, ,.it .,,'l ,1,' ) "'

iakwalah kepada Aili,;"" k" Llll r+)ISiS)'a\ :'+'-)

455

L E￾ytilI+-i-. 4

I z zz-77o-lz>-zzz-. )3.t

.!r-:,4r1 il lr-&lJ iul tli;t' ';t i i ai li'r;;i;' 1i I rxi; ala

a //, /4

ry.-e) i

Gr, ,r," ql,i'-z>o .+i^. ";\e\ / . /2 / ,t //

Jl.r-, )9.r:-i U *r*gi

,,/r. ,/ n c lz ,z zz

4l- /,- j"\jtJ-; V)

t lazzz

\s>s i s

:--r6lr

E.

*ie

E.

nrtt

e ,,2 . a )rr/ '- /

.YrrJl ,-\)\ * JV

/,7,- .l ,

$):+)lJri!-

Syariat Hoii dan Umrah

Sekarang Nabi s.a.w. diberi wahyu buat memimpin kaum yang beriman

untuk mengerjakan haji. Perhatikanlah bagaimana halus susunan perintah.

sebelum pimpinan tentang ibadat haji, terlebih dahulu diterangkan dari hal

puasa. Tetapi sebelum datang perintah puasa terlebih dahulu diperingatkan

irpuyu kaum yang beriman memakan makanan yang baik. Kelak setelah

menlerjakan puasa akan pentinglah perasaan makanan yang baik itu bagi

pembentukan takwa kepada Allah. Dan sehabis perintah tentang puasa dengan

menyuruh menyempurnakan bilangan hari dan mengucapkan Takbir kepada

Allah, selesailah puasa dan datanglah bulan Syawal. Apabila bulan Syawaltelah

datang, orang yang beriman telah masuk ke dalam bulan haji. Sebab itu maka

fikiran orang yang mu'min mulailah terhadap kepada ibadat yang mulia itu.

Mulai saja fikiran itu timbul, diperingatkan lagi tentang harta. Kalau dahulu

diperingatkan hendaklah memakan makanan yang halal dan baik, yang baik



baik dan yang pantas sebagai makanan orang yang beriman, maka sebelum

memikirkan soal haji diperingatkan sekali supaya janganlah memakan harta

kamu di antara kamu dengan jalan salah, sehingga sampai berlarut-larut ke

muka hakim, karena hendak memakan harta manusia dengan dosa. Ini semua￾nya ada hubungannya dengan ibadat yang sesuci itu, jangan hartabenda dan

perbelanjaan yang akan engkau pakai ke sana engkau dapat dari jalan yang

salah.

Dan seketika orang bertanya tentang apa sebab bulan itu mulalah sebagai

benang kecilnya, kemudian purnama dan kemudian kecil lagi. Rasulullah s.a.w.

telah disuruh menjawab dengan menerangkan hubungan hitungan bulan de￾ngan perhitungan ibadat-ibadat dan haji. Setelah itu datanglah perintah keizinan

berperang, guna mempertahankan dirijika diserang musuh dalam mengerjakan

haji ke Masjidil Haram. Selesai itu semuanya, barulah Allah menjelaskan

tentang haji itu sendiri dengan ayat ini:

"Dan sempurnakan haji dan umrah itu karena Alloh. " (pangkal ayat 196).

Oleh sebab terlebih dahulu telah banyak dibicarakan soal haji, maka ayat ini

telah menyebutkan "sempurnakonloh." Berbeda dengan perintah puasa yang

ditentukan bulannya, yaitu Ramadhan, bulan turunnya al-Quran. Dan lagi

ibadat haji telah ada sejak Nabi lbrahim a.s, sehingga walaupun dalam suasana

yang demikian hebat pertentangan Tauhid dengan yangmasih musyrik, namun

haji itu tetap dikerjakan oleh seluruh suku-suku Arab. Sebab itu maka dengan

kata "sempurnakanlah", maka syariat Muhammad s.a.w. tinggal mengakui dan

menyempurnakan saja. Disempurnakan, ialah dengan jalan membersihkan niat

ketika mengerjakannya, yaitu karena i'tikad Tauhid terhadap Allah. Karena dari

sebab itulah dahulu kala Ibrahim diperintah Tuhan memulai ibadat haji itu.

supaya dibersihkan daripada segala tambahan-tambahan yang dibuat di bela

kang, sehingga telah berkacau-balau di antara pusaka lbrahim yang suci bersih

dengan pemujaan kepada berhala-berhala. Dan sempurnakanlah pula segala

amalannya yang zahir, yang disebut sekaliannya monasik hoji, jangan ada yang

ketinggalan.

Sebagaimana diketahui Rukun Haji itu adalah lima perkara:

1. Berihram: yaitu memasang niat seraya memakai pakaian ihrom pada miqot,

yaitu tempat memulainya yang ditentukan.

2. Wuquf: yaitu berhenti di Arafah.

3. Tawaf: yaitu mengelilingiKa'bah tu.iuh kali.

4. Sa'i: yaitu lari-lari kecil diantara bukit Shafa dan Marwah tujuh kali

pulang pergi.

5. Tahallul: yaitu mencukur rambut atau menggunting rambut setelah selesai.

Dan di antara wukuf di Arafah itu sebagai puncak Rukun, dengan tawaf dan

sa'i itu, ialah berhenti sejenak di Masy'arilHaram (Muzdalifah) dan bermalam di

Mina untuk melempar Jamrah.Adapun Umrah serupa dengan Haji, sekedarkan tidak adawukuf diArafah

dan melempar Jamrah diMina itu, dan waktunyapun tidak ditentukan boleh di

sembarang waktu.

Rukun-rukun inilah yang disuruh sempurnakan dengan baik.

Menurut Sufrlan as-Tsauri, menyempurnakan haji dan umrah ialah sem￾purnakan tujuan ke sana, iangan dicampurkan dengan tujuan lain. Jadi kalau

menurut beliau janganlah naik haji atau umrah itu tersambil. Misalnya pergike

Eropah, lalu singgah ke Makkah, karena kebetulan bertepatan dengan musim

haji, sedang niat pertama bukan ke sana.

Menurut lbnu Habil, menyempurnakan haji dan umrah artinya ialah supaya

masing-masing, baik haji atau umrahnya kerja dengan ilrad (tersendiri)iangan

dengan tomottu', jangan qiron.

Menurut Muqatil menyempurnakan hajidan umrah ialah bersihkan, jangan

campurkan yang tidak pantas bagi keduanya. Dan kata setengah ulama lagi

menyempurnakan haji dan umrah ialah supaya nafkah perbelanjaan untuknya

dari harta yang halal dan baik.

Tentang umrah sependapatlah seluruh ulama Islam bahwa dia bukan

Rukun Islam sebagai haji. Cuma ada perlainan pendapat, apakah dia hanya

suatu amalan sunnat (mandub) ataukah wajib, meskipun bukan Rukun Islam.

Setengah ulama mengatakan bahwa dia adalah wajib. Setengahnya lagi menga￾takan dia sunnat. Tetapi apabila mulai dikerjakan, hendaklah disempurnakan.

Barangsiapa yang telah memulai umrah, padahal tidak disempurnakannya,

berdosalah dia. Samalah halnya dengan sunnatnya shalat-shalat nawafil, yang

selain lima waktu. Apabila telah dimulai, wajiblah dikeriakan dengan sempurna,

tidak boleh dihentikan di tengah-tengah, mentang-mentang hanya sunnat.

Hal-hal ini kita persilahkan dipelajarikhusus. Karena seluruh ulama Besar

Fiqh ikutan kita, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam

Ahmad sama pendapat bahwa haji dan umrah wajib disempurnakan, tetapi

selain dari wukuf di Arafah, yang mereka semuanya sepakat mengatakan dialah

Rukun Haji yang jadi puncok, maka tentang yang lain-lain ada beberapa

perbedaan pendapat beliau-beliau. Ada satu manasik yang oleh Imam Malik

dikatakan wajib, oleh Syafi'idikatakan rukun, oleh Hanbalidikatakan sunnat.

Tetapi kita lihat walaupun orang yang mengerjakan haji di Makkah itu datang

berduyun dari keempat mazhab Sunni, orang Syi'ah dan Khawarij, namun

perbedaan yang menyolok tidaklah terdapat.

Menurut Jumhur (sebahagian besar) ulama syariat haji dijadikan resmi

syariat Nabi Muhammad s.a.w. ialah pada tahun kesembilan. Dan tahun itulah

kaum Muslimin di Madinah dan di seluruh tanah Arab naik hajike Makkah yang

telah bersih dari berhala, dan diangkatlah oleh Rasul s.a.w. sahabatnya Abu

Bakar mengepalai rombongan (Amirul-Haj) tahun itu. Tahun kesepuluh baru￾lah naik hajiRasulullah sendiri, yang terkenal dengan haji wada'(haji perpisa￾han). Sebab 82 hari sesudah itu, beliaupun meninggal.

Tetapi penyelidikan yang lain menunjukkan bahwa pengakuan resmi sya￾riat haji dijadikan syariat Muhammad s.a.w. ialah pada tahun keempat. Sebab

dia disebut dalam Surat alilmran (Surat 3, ayat 97):Dan karena Atlah, diperintahkan kepada manusia berhaji ke rumah itu,

barangsiapa yang sanggup berjalan kepadanya." (ali Imran: 97j

Surat ali Imran turun sesudah peperangan Uhud dan perang Uhud terjadi

pada tahun keempat Hijriyah. Tetapi umrah baru sempat dikerjakan pada

tahun ketujuh, sebagai Qadha' dari umrah yang dihalangi oleh orang euraisy di

tahun keenam di Hudaibiyah. Tahun kedelapan Makkah ditaklukkan dan

dibersihkan dari segala berhala. Tahun kesembilan Abu Bakar memimpin haji

yang pertama. Dan mulai tahun itu dengan resmi dilaranglah orang yang masih

musyrik mengerjakan haji dan dilarang tawaf bertelanjang, dan tahun kese￾puluh barulah Rasulullah s.a.w. sendiri mengerjakan haji.

Maka haji dan umrah yang telah dijadikan syariat Islam, lanjutan pusaka

Ibrahim itulah yang disuruh ruhan dengan perantaraan NabiNya iupuyu

disempurnakan zahir batinnya. Rukun batin ialah niat yang ikhlas dan tidak ria.

Rukun yang zahir ialah sekalian manasiknya. Kemudian dilanjutkan lagi: "Te￾tapi jiko kamu dihalangi, maka kirimlah kurban sedopatnya." Artinya kamu

telah pergi naik haji, rumahmu telah engkau tinggalkan dan engkau telah

berihram di tempat miqat, tiba-tiba seketika akan masuk ke Makklh datang

saja halangan, maka hendaklah kamu kirimkan binatang kurban, yangdi dalam

ayat disebut hadyu dan dalam istilah hajidisebut dom, artinya darah. Kirimkan

dam itu ke Makkah, untuk makanan fakir-miskin disana. Disebut di siniyang

sedapatnya. sekurang-kurangnya ialah seekor kambing, tetapi kalau sanggup

lebih adalah lebih baik, seumpama lembu, kerbau dan unta.

"Dan jangan kamu cukur kepalamu hingga sampai kurban itu ke penyem￾belihon." di Makkah. Artinya tunggulah dahulu berita dari sana, apakah bina￾tang itu sudah sampai dan sudah disembelih, barulah kamu cukur kepalamu,

tohallul namanya; sebagai alamat bahwa kamu tidak jadi berhajiatau berumrah

karena ada halangan. Dihalangi atau terhalang, niscaya banyak hal biasa

kejadian, sebagai Nabi kita sendiri s.a.w. telah berangkat bersama-sama dari

Madinah, sampai di Hudaibiyah dihalangi oleh orangeuraisy. Bahkan dizaman

Islam sendiri pernah juga kejadian orang haji tidak jadi masuk Makkah, karena

di Makkah sendiri waktu itu tidak aman. Misalnya ada peperangan di antara

orang-orang yang berkuasa di sana berebut kekuasaan, sehingga orang haji

terpaksa pulang. Atau sebagai terjadipada tahun 1961 karena sedlng memun￾cak pertengkaran politik di antara Raja sa'ud yang berkuasa diMakkih dengan

Jamal Abdel Nasser, Presiden Mesir (R.P.A.), jamaah dariMesir telah sampaidi

Jeddah, dihalangi masuk Makkah, sehingga pulang saja dengan harapan-ham￾pa. Atau tiba-tiba dapat berita bahwa di Makkah ada berjangkit penyakit

menular, sehingga jamaah menurut keputusan dokter tidak dapat masuk ke

Makkah pada waktu itu. Atau ada perang disana. Atau dirisendiriditimpa sakit

di tengah jalan sehingga tak dapat melanjutkan. Dan lain-lain halangoleh karena dalam ayat ini disyaratkan bahwa binatang kurban atau dom

hendaklah dikirim ke Makkah dan di sana disembelih orang, maka mazhab

Hanafimemegang teguh syariat ini. Tetapioleh karenaRasulullahs.a.w. sendiri

menyembelih lung.rng di Hudaibiyah, maka mazhab'mazhab yang'lain tidak

.n"njudiku., syarat pengiriman ke Makkah itu; sembelih saja ditempat terhalang

itu, dan teruslah cukur atau gunting rambut dan tanggalkan pakaian ihram.

Kemudian diterangkan lagi fasal tidak boleh mencukur rambut atau menggun￾ting itu:

"Mako barangsiapa yong sokit atau ada gangguan di kepalanya," se￾hingga rambut di kepaianya dicukur atau digunting atau terpaksa jatuh rambut

deftn diketahui, i'maka berlidyahlah dengan puase, atau sedekah atau

kur6an." Hadis Nabi menerangkan bahwa puasanya itu tiga hari. Atau boleh

diganti dengan memberikan makanan satu gantang Madinah yang memuat 16

,o1hot, bagikan kepada enam orang miskin. Atau membayar dam seekor

kambing. 6oleh dilakukan mana yang sanggup. Dengan adanya denda'denda

yang demikian, nampaklah perbedaan ibadat haji dengan yang lain, yaitu ada -k"silaha., 

yang dapat dibayar dengan denda, sehingga hajisah juga. Yang tidak

dapat diganti Jengan denda ialah Rukun, terutama wukuf di Arafah.

,,Tetapi apabila kamu telah aman," halangan ke Makkah tidak ada lagi,

dan kalau sakit sekarang telah sembuh, niscaya wajib haji datang lagi dan

kamupun pergilah naik haji, "lalu siapa gangbersenong-senong dengan umrah

kepada haii, maka hendaklah dibayarnya kurban sedapatnya'"

Ini disebut haii bersenang-senang dan telah dikenal oleh orang yang telah

mempelajari Fiqh berkenaan dengan haji dan orang yang telah pernah menger￾jakan haji dengan nama haji Tamattu'!

Untuk ini perlu kita berikan sedikit penjelasan:

Amalan iraji itu ada tiga macam: Qiran, Tamattu'dan lfrad'

Haii Qiran

sejak mulai melekatkan pakaian ihram di Miqat, sudah diniatkan menger￾jakan haji dan umrah sekaligus. Qiron artinya serempakan. Menurut Mazhab 'Syafi'i 

dan Maliki, Haji Ifrad dan Tamattu' lebih afdhal dari haji Qiran' Tetapi

menurut Hanbali, Tamattu' lebih afdhal daripada Qiran dan lfrad'

Caranya (kaifiyatnya) ialah: Apabila yang hendak melakukan HajiQiran itu

telah masu-k ke Makkah, mula-mula hendaklah dia lakukan segala rukun syarat

umrah. Dimulainya dengan Tawaf Qudum, lalu dia lakukan Sa i antara Shafa

dan Marwah; sampai di sana berhentilah umrahnya. Tetapi rambutnya belum

boleh digunting atau dicukurnya (belum tahallul). Maka setelah selesai umrah

dengan iiduk t"r.ukur atau bergunting itu, mulailah dia mengerjakan haji;

wakuf di Arafah, melempar ketiga jamrah sebagai biasa. Di hari kesepuluh

(Hari Nahar) wajiblah dia menyembelih seekor kambing (sekurangnya) atau 7

ekor unta umur 7 tahun (kalau mampu), sebagai syukur kepada Allah sebabtelah selesai dengan selamat mengerjakan haji dan umrah. Atau ganti dengan

puasa tiga hari selama haji dan 7 hari (jadi 10 hari) selesai haji.

Haji Tamattu

Setelah sampai di tempat Miqat dan mandi ihram, dan memakaipakaian

ihram, diniatkan akan menyempurnakan umrah saja lebih dahulu. Mungkin

karena merasa hari untuk mengerjakan haji masih jauh. Lalu r".u-pui di

Makkah dikerjakan segala rukun dan wajib umrah, dengan memulainya dari

Tar,vaf Qudum, Ialu mengerjakan sa'i antara shafa dan Marwah. Setelah selesai

cukur rambut, atau gunting, (tahallul). Selesai umrah di saat itu, lalu pulang dan

pakai pakaian biasa. sudah halal semua pekerjaan yang dilarang ketika umrah.

setelah itu ditunggulah waktu mengerjakan haji. Maka setelah datangg hari

bulan Zulhijjah, mulailah pula ihram dariMakkah, dengan niat mengerjakan haji;

Mulainya wukuf di Arafah hari kesembilan setelah tergelincir matahari, malam

nya mabit di Muzdalifah, melontar jamrah di Mina. Setelah selesai melontar

Jamratul-Aqabah, potonglah seekor kambing atau 7 ekor unta (kalau awak

orang mampu), bagikan dagingnya kepada fakir-miskin. Menurut Imam syafi'i

memotong dom itu boleh saja setelah selesai mengerjakan umrah, sebelum naik

ke Arafah. Kalau kita tak sanggup, boleh diganti dengan puasa tiga hari selama

haji itu dan tujuh hari tambahannya setelah selesai haji.

Haji llrod

Yaitu haji saja, tidak diserempakkan dengan umrah dan tidak ditamattu'-

kan.

Dari miqat dimulai mandi dan berwudhu', lalu dipakai pakaian ihram

setelah itu shalat dua rakaat. Diwaktu itu dipasang niat hendak mengerjakan

haji saja. Mungkin karena harinya telah dekat. sampai di Makkah terus

mengerjakan Tawaf Qudum. Selesai Tawaf Qudum, tidak Sa'i dan tidak

bercukur atau bergunting, dan pakaian ihram terus dipakai, sampai menunggu

waktu naik ke Arafah. Maka setelah selesai wukuf diArafah, mobit diMuzda￾lifah, turun melontar Jamratul-Aqabah. sehabis melempar Jamratul-Aqabah

sesudah fajar hari kel0 itu, sudah boleh dia bercukur atau bergunting dan

menukar pakaian ihramnya dengan pakaian biasa. Saat itu bernama tahaltut

awwal (bercukur, bergunting yang pertama). Semua sudah halal kecuali ber￾campur dengan isteri. Sunnat baginya sehabis melontar Jamratul-Aqabah itu,

segera di waktu itu juga bersegera berangkat ke Makkah melakukan Tawaf dan

Sa'i; selesai sa'i dilakukan tahollul fsoni (kedua). Kalau dari tadi belum dilaku￾kannya tohallul awwal; sesudah sa'i ini dia tahallulsekaligus. Dengan demikian

sudah halal dia bercampur dengan isterinya. Dan selesaiitu segera kembali ke

Mina, buat berhenti selama tiga hari.

Itulah Haji lfrad. Dengan demikian hajinya telah selesai. Diapun wajib

mengerjakan umrah sekurangnya satu kali, sebab dari mulai datang dia belum

melakukan umrah


Orang yang melakukan Haji Ifrad tidaklah membayar kurban (dam) baik


kambing itu, iujuh unta atau puasa tiga hari dan tujuh hari. Meskipun


memotJng kurban di hari nahar dan tiga hariTasyrik, kepada meretapun masih


dianiurkan. Sebab itu telah termasuk Uhd'hiyoh atau binatang kurbanyang kita


dianjurkan mengerjakan setiap tahun, walaupun tidak di Makkah dan Mina.


Haji lfrad ini banyak dikeriakan orang di zaman sekarang, yaitu di zaman


telah lancarnya perhubungan udara. Dari atas kapalterbang meskipun sebelum


miqat dia sudah ihram. orang Mesir dan suria biasa berbuat begitu. Hari


kedelapan (hariTarwiyah) mereka sampai di Jeddah. Malamnya terus dengan


mobil ke Arafah, hari kesembilan, buat wukuf sehabis tergelincir matahari.


Malamnya mobit di Muzdalifah. Pagi-pagi mulai melempar Jamrah di Mina,


sehabis melempar Jamratul-Aqabah mereka sudah boleh tahallul, dan mereka


sembelih kurbin. Lalu sepagi itu juga mereka pergi tawaf Ifadhah ke Makkah


dan terus Sa i (hari kesepuluh). Pakaian ihram ditanggalkan. Kadang-kadang


petang harinya mereka kembali ke negeri mereka dengan kapaludara. Itu


null]unyu hajilfrad. Tetapiyang setengah lagi, dia cukupkan dengan bermalam


di Mini dua hari (hari kesebelas dan duabelas), lalu kembali ke Makkah melalui


Tan im dengan berihram lagi mengerjakan umrah, terus tawaf umrah dan sa i,


setelah itu mereka tawaf Wada . Kira-kira tiga jam selesai, merekapun pulang


kembali ke negerinya dengan selesaihajidan umrah. Selesai keduanya dalam


masa kurang dari dua minggu.


"Tetapi barangsiapa yang tidakmendapat," yaitu tidak dapat membayar


dom dengan sekurang-kurangnya seekor kambing, karena memisahkan di


antara haji dengan senang-senang selesai sebuah-sebuah, "Moko hendaklah


dia puasa tiga hori ketiki haji dan tujuh hori apobila telah kembali kamu."


Yaitu ke kampung halaman. "ltulah sepuluh hari yang sempurna-" Yang tiga


hari dipuasakin sedang mengerjakan haii, sesudah hariNahar (hariberhentidi


Mina dari hari kesepuluh sampai hari ketigabelas). Yang tujuh harilagidipuasa￾kan apabila telah sampai di kampung kembali. Begitu menurut tafsiran sebuah


Hadis Bukhari, Muslim dari lbnu Umar. Dan setengah ulama mengatakan boleh


dibayar selama dalam perjalanan. Bagi kita orang Indonesia, boleh dibayar


selama dalam kapal. sebab keadaan dalam kapal di zaman sekarang boleh


dikatakan tidak sukar sebagaimusafir didarat lagi.


"Yang demikian itu iatah bagi orang yang tidak oda dirinya iadi penduduk


Masjidil iaram." sebab kalau penduduk Makkah sendiri, apalah yang mereka


.r.uhkun. Mereka kalau hendak haji memakai pakaian ihram dari Makkah


sendiri terus pergi wukuf ke Arafah. Sedang sekalian penduduk luar Makkah,


masuk Makkah sajapun sudah dengan ihram dan ditentukan pula miqatnya.


Kalau tidak di waktu haji, tentu mereka umrah. Membayar dom karena kita


akan haji tidak lagi dari miqat, padahal kita bukan penduduk Makkah.


Sebagai penutup maka bersabdalah Tuhan: "Dan takualah kepada


Allah." Kirena maksud yang terutama daripada haji ialah membina takwa itu,


sebagaimana pada perintah yang telah lalu tentang puasa, maksud puasapun


ialah membini tak*u. Bahkan potong-memotong kurban atau dam itu, didalam


Surat 22 (al-Haj), ayat 37 pun telah diterangkan bahwa tidaklah daging-daging


atau darah-darah kurban itu yang akan mencapai Allah. Teiapi yang akanmencapainya ialah takwa kamu juga. 'Don ketahuilah bahwosanya Allah,


adalah sangot berof sikgoonNyo." (ujung ayat 196).


Oleh sebab yang dimaksud dengan ibadat ini ialah membangunkan hati


yang takwa, hendaklah dikerjakan semua ibadat itu dengan khusyu'. Yang


disebut dalam bahasa Jawa dengan prihof in. Apatah lagi segala rukun dan wajib


serta sunnat haji itu lain dari ibadat, sebahagian besar bersifat ta'abbudi,


menghendaki kepatuhan belaka. Tidak usah ditanya mengapa melempar,


mengapa bersa'i, mengapa bertawaf, mengapa memakai pakaian yang khas


untuk haji. Khusyu'lah pada waktu itu dan jangan banyak bantahan, sebab


siksaan Tuhan adalah keras.


"Hoji itu adalah beberapa bulan yang telah dimaklumi." Yaitu bahwa


waktu pelaksanaan dan penyelenggaraan serta suasana haji itu dibulan-bulan


yang telah sama dimaklumi. Artinya sudah diketahui bulan-bulannya itu sejak


zaman Nabi Ibrahim, sehingga orang-orang Arab tidak ada lagi yang tidak tahu


bulan-bulan itu. Yaitu bulan Syawal, Zul-Qaidah dan Zul-Hijjah sampai akhir￾nya. Pendeknya sejak I Syawalitu kita sudah boleh lhrom untuk haji. Syawal


sudahlah dalam suasana umrah dan haji. Sedang kalau di bulan yang lain hanya


untuk umrah saja. Misalnya kalau ada orang yang tahan tidak bercukur-cukur,


lalu dia HajiQiran sejak 1 Syawal sampai akhir Zul'Hijjah, pun silahkan. Tetapi


kalau berat, lebih baiklah HajiTamattu' saja, dan bayarlah domnya, atau puasa


sebagai diterangkan tadi. Sebahagian ulama ada yang mengatakan bahwa tawaf


haji (tawaf ifadhah pun namanya) itu boleh disempurnakan di akhir Zul-Hijjah


saja. Tetapikalau disebut bahwa ketiga bulan itu adalah bulan haji, mengerjakan


hajisendiri ialah dari9 Zul-Hijjah diArafah, dan selesai sehabis hariNahar (hari


kurban) atau hari tasyriq (hari menjemur dendeng), yaitu hari ketigabelas.


Dengan demikian kalau orang pergi ke Makkah mengerjakan ihram hajidi


luar dari bulan yang tiga itu, atau ke Arafah sebelum atau selepas tanggal9


tidaklah sah hajinya, sama dengan shalat lima waktu sebelum waktunya. Yang


sah setiap waktu hanya umrah.


Sambungan ayat selanjutnya: "Maka barangsiapa yong memerlukon diri￾nya berhaii di bulan-bulan itu, maka sekoli-koli tidak boleh rolats (bercakap


kotor)." Yaitu segala yang berhubungan dengan persetubuhan suami-isteri.


Dan ketika menafsirkan ayat puasa (ayat 187) telah kita jelaskan arti ro/ots itu.


"Dan tidak boleh lusuq." Yaitu segala sikap dan tingkah-laku yang mem￾bawa ke luar dari batas-batas akhlak yang ditentukan agama, seumpama


menghina, mengejek, bergunjing. "Dan tidak boleh berbantah." Berdebat,


apatah lagi yang akan membawa berkelahi; semuanya itu dilarang"di dalam


hoji. " Oleh sebab di ujung ayat yang telah lalu sudah dikatakan bahwa maksud


utama ialah membangun rasa takwa dalam jiwa, maka sudah sama dimaklumi


bahwa "segala yang akan menghilangkan khusyu' atau prihatin hendaklah


dijauhi sangat pada waktu haji itu. Dengan mengingat pakaian ihram yang kita


pakai, dua potong kain tidak berjahit dan tidak berkarung, seakan-akan kita


pada waktu itu dalam suasana mengingat mati, berkumpul di Padang Arafah


laksana membayangkan akan berkumpul di Padang Mahsyar. Kita sedangberhadap-hadapan dengan Tuhan. Maka tidaklah layak dalam majlis yang


demikian mulianya kita masih saja bersenda-gurau dan bercanda apatah lagi


bersetubuh dengan isteri. Masih saja bersikap yang menunjukkan kurang budi


atau bertengkar-tengkar, lebih baiklah pada waktu beribadat, nrkuf yaitu


berhenti sambil tafakur, membaca al-Quran ataupun zikir. Apatah lagimemang


ada bacaan yang khas buat waktu itu, yaitu Talbiyah:


au;*3fiV'ri L#b it/' Sfe a;fi 4 jet [5


"Labboik, allahumma Lobboik, Lo Syoriko I aka.lnnol hamdawonnf mata


laka wal mulka. La Syorika laka," (YaTuhanku! lnilah aku, hambalrtlu telah


datang, segala panggilarir4u telah aku sambut dengansegolo kerendahon hati.


Tidok ada sekutu bagiMu, segolo puji dan nikmat Engkoulah yang empunya,


dan kekuasaanpun. Tak ada sekutu bagMu)."


"Dan bersiap-bekollah kamu."Artinya, oleh karena naik hajiadalah satu di


antara rukun (tiang agama) Islam, dan sekurang-kurangnya sekali seumur


hidup wajib kita menunaikannya. bersiaplah bekal yang lengkap dan cukup.


Dari jauh hari pasanglah niat dan kumpulkanlah perbelanjaan, selamat pergi


dan pulang dan selamat yang didapati. "Maka sesungguhnya bekal yang


seboik boiknya ialah takwa." Artinya intisari dari pengumpulan bekal sejak


jauh hari itu, yang sebenarnya ialah takwa jua. Sekali lagidiulangi, dan selalu


diulangi; takwa, takwa. Itulah yang sebenarnya. Sebab meskipun telah me￾ngumpul bekal sejak dari jauh hari, kalau takwa tidak ada, mungkin nanti


sumber asal dari bekal yang dikumpulkan itu asaldapat saja, tidak perdulidari


halal atau haram. Sehingga ada orang yang ke Makkah dengan bekal yang


cukup, tetapi dari uang riba atau uang hasil korupsi. Atau mengumpul bekal


sangat lengkap, tetapinaik hajikarena riya';supaya sesampaidikampungdiberi


gelar Hoji. Atau naik haji karena politik.


Sebaliknya pula ada orang yang kuat takwa hatinya, tetapi bekal tidak cu￾kup. Maka dengan daya-upayanya diapun naik haji, dengan bersembunyi-sem￾bunyi dalam kapal. Selamat juga dia sampaidi Makkah karena pandai bersem￾bunyi. Tetapi sampaidi Makkah ketika perutnya lapar, terpaksa dia menghina￾kan diri dengan meminta-minta. Karena dia telah melanggar bunyi ayat menyu￾ruh menyediakan bekal itu.


Ada diriwayatkan bahwa di zaman dahulu banyak orang naik haji dari


Yaman dengan berjalan kaki dengan tidak membawa bekal. Sampai diMakkah


menjadi peminta-minta. Padahal bagi merekabelumada kewajiban hajidalam


keadaan yang demikian.


Penulis tafsir inipun pada usia 19 tahun (1927J dengan kekerasan hati saja


naik haji, asal dapat lepas beli tiket kapal pergidan pulang saja. DiMakkah 6


bulan lamanya dalam keadaan melarat, kerapkali lapar. Syukur ada teman￾teman yang membantu. Akhirnya dapat bekerja jadi penyusun huruf (letter-zetter\dipercetakankepunyaantuantlaiidKurdidiGarazah.Dansehabishaji


;il;'";.ihat oleh Bapak tiajiAgus Salim supava sesera p*1g:


- -- ,,gom takwalah kipadoKu, iahai orang orongyongberlikir'." (uiung ayat


tg7). kirena dengan iut *u itu iualah kamu akan dapat tegak dengan iman,


menghadapi segala kewaiiban didalam hidup ini'


Labbaika, Allahumma Labbaika!


Ini hambaMu ya Allah, siap-sedia melaksanakan perintah!'


(198) Tidaklah mengapa bahwal<amu


mencari anugerah dari Tuhan


kamu. Maka apabila telah ber￾duyun-duYun kamu dari Arafah,


maka hendaklah kamu menye￾but nama Allah di MasY'aril￾Haram, dan sebutlah akan Dia'


sebagaimana Dia telah memberi￾mu petunjuk. Dan meskiPun


pada sebelumnYa adalah kamu


dari orang-orang Yang sesat'


(l99) Kemudian itu berduyunlah kamu


di temPat Yang orang-orang lain


telah berduYun, dan memohon


ampunlah kamu kePada Allah'


SeiungguhnYa Allah adalah


Pemberi ampun, lagi PenYaYang'


G


tt a rt )-zz-'- -,:." | ,z '.2


,SlC--, ;t"- b\ J\h\ \t )i'-\ t


' ./.2.22,, i i 'l '"'z /'/


q>\-bt-y:1; ;t Ct - -C'lc-"-!


,// t ..i -2. iy-:


7t lfr r;ii '?'t


ir*i ';;\,o'i'i\,'i#


\-) '. .


,1{rL.;'k;€ 


"r'i\i' / --a -


..oi I t ll (\\,\) (ytP lt'Jl


z zi ),2 .


..iul * I


, a.


.J'Ul


i"y


.t7., \r.b;\ ;


.Tidaklah mengopa bohwokamu mencari anugerah dariTuhon kamu.,,


tpun'i.J-uyut iggl]friinya meskipun bekal kamu yang sebenarnva takwa


;;;i"-;;i", iika'kebetulan kamu 



berusaha atau berniaga, berjual-beli atau


segala pekerjaan mencari rezeki,menerima upah dan sebagainya di waktu haii


itu tidaklah mengapa, iiJagah terlarang. Yang terlarang ialah jika tujuan kamu


ke Makkah yuns p"rturn; iahh berniagu, dun naik haii hanyalah akan jadisebab


trirLr"rs". Sebagai beberapa saudagar yang cerdik di negeri kita, menve￾ri"gfii i".s""r .ngul"u usaha mencari "kuotum" haji, karena ada beberapa


;;";g;;.; ,unfut besar untungnya jika diperniagakan di.Makkah dan ber￾lipatgandauntungnyasampaidinegerisendiri'Apatahlagibulansuasanahaji


amat panjang Yaitu tiga bulan' - 


lmam Ahmad bin-Hanbal terkenal sebagai seorang Ulama besar yang amat


menjagahidupnyajanganterlalubergantungkepadapertolonganoranglain.


i"irnfirtfuh ii dala- r"l*avat hidup beliau ying sangat sederhana itu, bahwabeliau menolak hadiah-hadiah orang buat belanja perjalanan ke Makkah.


Apabila dia naik haji, beliau tidak keberatan menolong memikulbeban orang


dan menerima upah mengangkat barang itu. Kasarnya jadi kuli. Beliau meng￾amalkan ayat ini, bahwa tidak ada salahnya mencaii rezeki, baik menjadi kuli


atau berniaga selama naik haji itu, asaljangan itu yang dijadikan tujuan pertama.


Sehabis wukuf di Arafah dan mobif diMuzdalifah, kitapun menurun kembalike


Mina buat melempar Jamrah. Sehabis melempar Jamrah, kitapun berhenti di


Mina sampai tiga hari, waktu kita laksanakan berhariraya sampai tiga haritiga


malam, atau empat hari empat malam. Kita sudah bebas daripada memakai


pakaian ihram, kita sudah bergembira mensyukuri ibadat hajiyang telah selesai


dan kita akan l*embali pulang. Tidak ada salahnya jika di waktu senggang yang


luas itu kita berniaga, berkuli, menerima upah, dokter mengobati orang sakit.


Saudagar-saudagar yang besar bertemu sesamanya memperkatakan urusan


dagang yang luas, urusan import dan export.


Dan bertali dengan ini juga, tidak ada salahnya jika selama di Mina itu ahli￾ahli cerdik-pandai dunia lslam bermusyawarah memperkatakan soal-soal nasib


negeri masing-masing, soal ekonomi, politik dan kemasyarakatan dan soal


da wah Islam. Semuanya ini termasuk di dalam Fadhiloh, anugerah Tuhan, atau


rezeki yang dikurniakan Tuhan. Maka amat luaslah maksud yang terkandung di


dalam pangkal ayat ini.


"Maka apabila telah berduyun-duyun kamu dari Arafah," dalam ayat


disebut ofidhu, kita artikan berduyun, karena kata aslinya itu berasal dari arti


membanjir. Sebab orang haji wukuf di Arafah itu serentak di hari kesembilan,


beratus ribu banyaknya, tersebar di seluruh Padang Arafah itu. Malahan saat


akhir-akhir ini telah mencapaijutaan. Sehabis wukuf dipetanghari, membanjir￾lah mereka meninggalkan Arafah. Atau berduyun: "Mako hendaklah kamu


menyebut nama Allah di Masy'aril-Herem." Yaitu di tempat yang bernama


Muzdalifah. Berhentilah orang haji di sana yang dinamai mabit, berhenti


sampai lepas tengah malam, sambil membaca Talbiyah, membaca Tahlil dan


Tahmid serta Takbir. Dan pada waktu itu pula mencari batu-batu kecil buat


melempar Jamrah di Mina kelak. "Don sebutlah okan Dia sebagoimana Dia


telah memberimu petunjuk. " Bersyukur nyatakan syukur itu, sebab kamu telah


dikeluarkannya dari gelap-gulita dan jahiliyah kepada petunjuk rauhid. Kamu


telah menjadi orang Islam yang insaf akan diri. Kamu telah membina takwa


kepada Allah. Dengan susah-payah kamu telah datang ke sana dibawa oleh rasa


iman. "Don meskipun pada sebelumnyo adolah kamu dori orang-orangyang


sesot." (ujung ayat 198).


Meskipun sebab turun ayat ialah Muhajirin dan Anshar yang akan ikut


berhaji dengan Rasulullah s.a.w. tetaplah ayat ini menjadipegangan selanjutnya


bagi kita ummat Muhammad s.a.w. Bagi kita ummat Muhammad yang telah


jauh dari masa hidup beliau ini, dan jauh pula negeri kita, sehingga disebut orang


Timur Jauh, ketika kita berhenti di Muzdalifah itu marilah kita kenangkan diri


Karena ketika itu hari adalah malam, beratus ribu kawan seagama duduk ber￾sama-sama berlepas lelah sebentar. Dan malam itu adalah malam sepuluh Zul￾Hijjah, bulan mulai terang. Kita syukuriTuhan, kita puja asmaNya yang kudus.


Sebab kitapun telah menjadi bangsa yang besar dalam Tauhid, dan kiti sendiriperibadi moga-moga kembali dari haji ini akan mendapat perobahan yangbesar


dan kemalufn dalam tingkat iman. Padahal selama inibanyak perbuatan sesat


V"ng t"f"n kita kerjakan karena hawanafsu sebagai manusia. Ampunan Allah


jualah yang kita haraPkan.


,,Kemudian itu berduyunlah kamu di tempat yang orang-orang lain telah


berduyun." (pangkal ayat 199). Artinya berbuatlah sepertiorang lain berbuat.


S"UiU orung er-ruisy di zaman Jahiliyah suka menyisihkan diri, mengambil


i"-put istimiwi, tidik mau campur dengan orang Arab suku-suku lain yang


d;i;"S Jari pelosok lain, karena meras_a- diri golongan teruqma- (Demikian


-"nuirt riwayat Bukhari Muslim dari Hadis Aisyah r.a-). Dan lantaran pe'


ng;irh uyut ini, dapatlah hal itu kita rasai, baik waktu wukuf sehari di Arafah,


ut"urprn 


-ketika 


-utit rurnpui lepas tengah malam diMuzdalifah itu.


ban denga., peringatan pada ayat ini, supaya berduyun ke mana orang lain


berduyun, be-rkumpul di mana tempat orang lain berkumpul, hilanglah bekas


ijuru" kaum Jahiliyah Quraisy yang merasa diri istimewa itu, jangan sampai


menular pula kepada kita ummat Muhammad yang datang dibelakang, mem￾uuut r."unp"k sendiri-sendiri, Arab lain, Iran lain, Indonesia lain, Pakistan lain'


yang satu tiada kenal yang lain, sehingga agama membentuk suatu ummat yang


besa-r tidak tercapai, rn"luinku., tetap di dalam kebangsaan yang sempit.


Padahal ibadat hail inilah salah satu sendi asas yang utama bagi membentuk


ii^atanWahidatan, yang sama pandangan hidupnya, sama suka-dukanya di


Jalam alam ini, sehingga dL telah bersifat sebagai suatu Kongres. Keagamaan


Internasional yang maha besar dan dahsyat. Apatah lagihalinikelihatan nyata


pada persamaan corak dan bentuk pakaian seketika mengerjakan haii itu'


5"s;h p"riian kebangsaan sendiri, yang-dibentuk oleh iklim, ruang dan waktu,


Jfrid; b"rbeda pak-aian orang Mesir dengan Saudi Arabia,.orang Indonesia


alnsu";t{rrlim Tiongkok, pada hariwukuf diArafah dan mabit diMuzdalifah


;;ffi;iiunurfuf di Mi"na, ha'bis hilang pakaian itu, bersanti dengan kain ihram


L;;;;"; putih, seleniang dan penutup aurat, tidak berjahit dengan bahu


i"U"Un kanan terbuka. Meski demikian pakaiannya, walaupun dia seorang


i.ii Juri Nejed, Syahin Syah dari lran, raia dari Afghanislan, presiden dari


indon"siu, faian aariMesir atau pengembala ternak dari Mongolia.


,,Dan memohon ampunlah kamu kepada Allah." sebagaimana sehabis


selesai mengerjakan shalit lima waktu sebagaitiang agama, dianjurkan iuga kita


rn"ngu.upLin lstight'ar sampai tiga kali memohon ampun, demikian iugalah


seha-bis kita selesii wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah, dan sekarang


dalam perialanan kembali, menuiu Mina. Yang kelak dari sana akan menuiu


Makkah lagi.


Cobalah kita renungkan, bahwasanya setelah selesai mengerjakan pekeria￾an besar itu, tiang (rukun) yang kelima darilslam, kita sudah pastimendapat


puf,ufi, nu*un kit-a masih dianjurkan memohon ampun. Shalat dan hajiadalah


Loiio *"nurut hukum Fiqh. Wajib ialah yang berpahala jika dikerjakan dan


U"iaoru jika ditinggalkan. Mengapa kita masih disuruh meminta ampun lagi?


Ketahuilah wihai ikhwanku,-bahwasanya berapapun dan betapapun kita


mengerjakan suatu ibadat, sambung bersambung shalat kita, namun apa yangkita kerjakan itu masih belum seimbang dengan kurnia Ilahi yang telah kita


terima di dunia dan akan kita terima kelak diakhirat. Usia yang kita hlui dalam


hidup ini adalah terlalu pendek, dan masa untuk beribadat sangatlah kecilnya,


sedang anugerah yang telah kita terima dan akan kita terima adalah sangat


maha besar. Imbangan amal kita dengan ganjaran Tuhan, adalah laksana


sebutir pasir berhadapan dengan sebuah gunung, atau setetes air berhadapan


dengan samudera raya. Tidakkah patut kita memohon ampun?


"Sesungguhnya Allah adalah Pemberi ampun dan Penyayong." (ujung


ayat 199).


Kata-kata (sabda) Tuhan dalam rangkqian ini dapatlah menghindarkan


rasa takabbur karena telah berlepas darimengerjakan hajisebagaisuatu ibadah


yang berat. Meskipun telah selesai, kita masih memohon ampun, karena kita


insaf bahwa kita ini manusia adanya. Kita tidak mempunyai kesempurnaan.


Yang sempurna adalah Allah. Betapa lengkapnya yang kita kerjakan, namun


kekurangan masih akan terdapat di sana-sini. Yang kita ketahuiataupun tidak


kita ketahui. Di sinilah Tuhan membukakan pintu Rahmat dan MaghfiratNya


kepada kita dan disebutNyalah salah satu dari namaNya yang mulia, bahwa Dia


Maha Pengampun dan terhadap kepada yang lalai dan alpa, dan Diapun Maha


Pengasih kepada hambaNya, yang dilihatNya sendiri dengan ilmuNya yang


meliputi segala yang ada, bahwa hamba ini benar-benar dalam perjalanan


menuju ridhaNya.


Setelah selesai mengerjakan wukuf di Arafah itu, sebagai disebut tadi,


kitapun berduyun dan membanjiri menuju Muzdalifah, yang disebut juga


Masy'aril-Haram. Benar-benar berduyun di dalam masa yang singkat. Dengan


demikian selesailah kita mengerjakan intisebenarnya daripada haji, atau pusat


kebajikan. Karena Rasulullah s.a.w. bersabda, bahwa haji itu ialah Aralah!


y ;;J', )i i'*11,J w,;alJ31i;Uq:3 4 i; €1


';15,n i5J4; 1i4fu ,*,t\fu iu;_1; L,ry :#:r55-


't-l;'{ 36 q' 4 }'Jj.1;UtrW'"kJA b &$t,,fr


"Diriwayatkan oleh lbnu Abi Syoiboh dan Imam Ahmod danAhlusSunan


don alHakim daripada Abdurrahman bin Yo'mar od-Doily, diaberkata: Aku


dengar Rasulullah s.a.w. berkato, yaitu seketiko beliau berdiri di Arafah,


datang kepada beliau beberapa orang ahli Makkah, lolu bertanya: Betapakah


haji itu, ya Rasul Allah! Beliau menjautab: Haji itu ialah Arafah."


Tersebut pula di dalam suatu riwayat yang dirawikan oleh lbnu Jarir


daripada Mujahid. Dia berkata: "Apabila hariArafah, turunlah Allah ke langit


dunia diiringi oleh Malaikat-malaikat. Maka berfirmanlah Dia: "ltulah hamba-hambaKu, mereka telah percaya akan janifiu dan rnereka telah mernbenarkan


Rasul-rasuKu. Ganjaran apakah yang patut Aku berikan kepada rnereka?"


Maka berdatangan sembahlah Malaikat-malaikat 'Patuthh Engkau beri am￾pun atas mereka semuanya Ya Tuhan!"


Allah turun artinya ialah Rahmat Allah mm&kati kita. Maka banyaklah


Hadis-hadis dirawikan ahli Hadis tentang rnaghfirah dan ampunan yangdiberi￾kan Tuhan kepada para Haji yang wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah;


moga-moga diterima Allah menjadi haii yans mabrur adanya- Amin-


(200) Maka apabila telah selesai mana￾sik kamu, maka sebutlah nama


Allah sebagaimana kamu menYe￾but-nyebut nama nenek-moYang


kamu, atau lebih lagi sebutan.


Maka adalah di antara manusia


yang berkata: Ya Tuhan kami!


Berilah kepada kami (kebaikan)


di dunia! Tetapi tidak ada bagi￾nya di akhirat pembahagian.


(201) Dan setengah mereka (pula) ada


yang berkata: Ya Tuhan kami!


Berilah kami di dunia kebaikan


dan di akhiratpun kebaikan


(pula). Dan peliharalah kiranYa


kami daripada siksaan neraka.


(202) Mereka itu, untuk mereka adalah


pembahagian dari apa yang me￾reka usahakan. Dan Allah adalah


yang amat cepat perkiraanNYa.


(203) Dan sebutlah Allah pada hari-hari


yang telah ditentukan itu. Maka


barangsiaPa Yang mempercePat


dalam dua hari, maka tidaklah


ada dosa atasnYa. Dan barang￾siapa yang menta'khirkan, maka


tidaklah (pula) ada dosa atasnYa;


yaitu bagi barangsiaPa Yang


takwa. Dan takwalah kamu ke￾pada Allah, dan ketahuilah bah


wasanya kamu sekalian kePada￾Nyalah akan dikumPulkan.

Apabila telah turun dari Arafah dan telah berhenti sejenak malam di


Muzdalihh, rnaka Rukun Hafi yang berat sudahlah selesai. Mulailah akan


berhenti di Mina- Selesai rnelerrpar Jamratul-Aqabah di hari keseprluh pagi￾pagi benar, di zaman kita sekarang ini karena telah ada kenderaan mobil,


biasanya banyak orarTl yar{I sesera mengeiar Makkah sepagi itu buat turut


Shalat ldil-Adhhaa di Masjidil-Haram, dan selesai shalat lid orang mengerjakan


tawaf lfadhah, atau tawaf membanjir, karena banjir manusia berdesak keliling


Ka'bah. Kemudian Sa'i dan kemudian tahallul, sehingga selesailah pekerjaan


haji dan &ngan gernbira kembali lagi ke Mina. Di Mina itulah berhariraya


selanra tfua hari tlp rrnlam, tetapi Hari Raya Agama. Karena di tiga harinya itu


akan melempar Jamrah ketga-tiganya. Duduklah orang dalam kemah-kemah.


Berhenti di Mina setelah selesai mengerjakan Rukun yang penting itu


sudahlah mmjadi ibadat sambil btirahat berhariraya, turun-temurun sejak Nabi


Ibrahim. Karena uaktu itu pulalah selama tiga hari orang menyembelih kurban.


Gembira orang di waktu itu, bercakapcekap dan mensyukuriTuhan. Disinilah


pasnngan ayat selanjutnya:


"Maka qabila teh,h *Iesrd monosilc komu."(pangkalayat200). Sekalian


ibadat hafi itu dirnrrni monosik- Maka sebutlah nama Allah sebagaimana


komu menyebut-ny&ut norna nenek-moyang kamu, atou lebih lagi sebutan."


Karena rnenurut riwayat lbnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, orang di zaman


Jahiliyah bila selesai wukuf di Arafah dan telah berhenti berhariraya di Mina,


berkumpullah mereka dengan gembira, karena telah selesai yang pokok dalam


ibadah haji. Lalu banyak rnereka beromong, bercengkrama, terutama mem￾bangga-banggakan narna ayah dan nenek-molrang mereka. Bahwa bapanya


dahulu ssor.rng &rmawan dan menghormati tamu, bahwa neneknya dahulu


s€orang yang dis€Sani- Tentu saja cerita yang demikian lebih melebihi dan


terdiamlah orang yang tidak ada yang akan dibanggakan. Maka datanglah ayat


ini, dburuhlah orangyang telah beribadat karena Allah, meneguhkan takwa dan


iman supaya di waktu di Mina itupun perbanyakkan menyebut Allah sebagai


dahulu menyebut nama ayah dan nenek-moyang. Malahan lebih hendaknya


dari itu. Karena apabila orang telah lslam, kebanggaannya bukanlah nenek￾molrang tetapi iman dan amal shalih.


Kernudian ayatpun meneruskan; "Maka adalah di antara manusio yang


berkata: Ya Tuhan kor.ri! Berilah ke,pda komi (kebaikan) di dunia! Tetapi


tidak oda bosinya di akhirat pentfuhagian." (ujung ayat 200).


Menurut penafsiran lbnu Abbas, yang diriwayatkan oleh lbnu AbiHatim,


adalah beberapa golongan dari Arab Badui itu, seketika mengerjakan wukuf,


telah berdoa ke@aAllah: YaAllah, turunkan kiranya hujanditahun ini, jadilah


tahun ini tahun subur, iadikanlah tahun iniberoleh anak yang bagus, dan tidak


seorang juapun yang mengingat berdoa untuk keselamatan di hari akhirat.


Menurut riurayat yang dirawikan oleh at-Thabrani dari AMullah bin Zubair,


orang-orang yang di zarnan Jahiliyah itu, bila mereka berhenti diMuzdalifah,


merekapun berdoa- Ada yang berkata: "YaAllah, berilah akurezekiunta!"Ada


yang berdoa 'Ya Allah, berilah aku rezeki kambing-kambing!" Tegasnya tidak


ada yang berdoa: 'Ya Allah berilah akan keselamatan di akhirat!Menurut riwayat lbnu Jarir dari Anas bin Malik, di zaman Jahiliyah itu


mereka tawaf dalamkeadaan telanjang, sambilberdoa: "Ya Allah, berilah kami


air hujan lebat untuk minum! Ya Allah, berilah kamikemenangan menghadapi


musuh-musuh kami, dan kembalikanlah kami dalam keadaan baik kepada


keluarga kami!"


Begitulah kebiasaan orang di zaman Jahiliyah, yang diterangkan dalam


ayat ini. Segala sesuatu yang berkenaan dengan dunia mereka mohonkan


kepada Allah. Tanda yang mereka pentingkan ialah benda dan tidak sedikit juga


mengingat memohon keselamatan untuk akhirat. Begitulah keadaan orang


Jahiliyah, yang meskipun karena naik hajijuga, karena haji itu memang sunnah


sejak Nabi lbrahim, namun yang mereka pentingkan hanyalah dunia. Lantaran


yang mereka mohonkan itu hanya semata-mata dunia, maka dunia itulah yang


akan mereka dapat. Adapun di akhirat mereka tidak akan mendapat bahagian


apa-apa.


Di sini kita mendapat pengetahuan bahwa orang Jahiliyahpun naik haji,


tetapi hanya semata-mata karena telah menjadi adat kebiasaan sejak dahulu.


Hati mereka lebih terpaut kepada dunia.


"Dan setengah mereka (pula) adayangberkata: YaTuhankami! Berilah


kami di dunia ini kebaikan dan di okhiratpunkebaikan(pula) danpelihoralah


kami daripado siksoon neraka." (ayat 201).


Mereka ini bersama-sama naik haji, bersama wukuf, mabit dan bersama


berhenti di Mina dengan golongan yang pertama tadi. Mereka sama-sama


mengenakan pakaian ihram. Tetapi yang pertama hanya menuntut kebaikan


dunia saja. Minta perkembangan hartabenda, binatang ternak dan kekayaan.


Minta hujan banyak turun supaya tanah ladang mereka subur dan memberikan


hasil berganda. Tetapi golongan yang kedua bukan saja meminta kebaikan


duniawi, melainkan memohonkan pula kebaikan ukhrawi, hari akhirat. Dan


kebaikan hari akhirat itu hendaklah dibangunkan dari sekarang. Merekapun


memohonkan hujan turun, supaya sawah ladang subur. Dan kalau hasil se'


tahun keluar berlipatganda, merekapun akan dapat berkat lebih besar dari


tahun yang lalu. Kalau mereka dapat berzakat, mendapat bahagialah mereka di


akhirat dengan memakai kebaikan yang ada di dunia. Maka kebaikan didunia


itu ialah harta kekayaan, kedudukan yang tinggi, badan yang sihat dan sebagai￾nya. Lantaran keinsafan mereka beragama, maka kesihatan badan, kekayaan


dan kesuburan akan dapat mereka jadikan untuk amal bekal di hari akhirat


kelak. Tetapi kalau mereka hanya mencari kebaikan dunia saja, harta itu akan


habis percuma untuk perkara yang tidak berfaedah. Kesihatan badan akan


hilang di dalam senda-gurau yang tidak menentu. Penyakit bakhilakan datang


menimpa jiwa. Kalau tidak dapat mempertanggungiawabkan diakhirat kelak,


sudah terang segala kebaikan dunia itu akan menjadi bala bencana dan azab jika


di akhirat. Itulah sebabnya di ujung permohonan mereka kepada Tuhan,


mereka memohonkan agar terhindar kiranya daripada azab api neraka di


akhirat.


Doa yang kedua inilah yang baik. Niat mengerjakan haji dengan sikap jiwa


yang kedua inilah yang akan diterima Tuhan. Sebab itu, walaupun sampaikepada zaman kita sekarang ini, masihlah akan didapati kedua golongail itu di


dalam masyarakat kita.


"Mereka itu, untuk mereko adalah pembahagian dari apa yang mereko


usohokon. " (pangkal ayat2O2\.Golongan pertama berusaha mencari kebaiikan


dunia saja. Golongan kedua berusaha mencari kebaikan dunia untuk beroleh


kebaikan akhirat. Tiap langkah yang mereka langkahkan di dunia adalah untuk


akhirat. Oleh sebab itu maka didalam ayat iniTuhan telah memberikan janjiNya


dengan tegas, bahwa segala usaha kepada yang baik tidak akan disia-siakan


Tuhan. Yang mengejar kebaikan dunia saja akan dapat juga, tetapimendapat


anugerah duniawi yang tidak kekal. Dan y'ang mengusahakan dunia untuk


akhirat, akan mendapat kedua kebaikan itu. Dia akan hidup di dunia dengan


bahagia dan dia akan hidup di akhirat didalarn nikmat yang telah disediakan


Allah buat orang-orang yang shalih.


"Dan Allahyangamot cepat perkiraonnyo. "(ujungayat 202). Tegasnya ke


manapun haluan hidup manusia itu, baik semata-mata hanya menuju dunia atau


menuju dunia dan akhirat, namun jumlah perkiraan Tuhan akan cepat sekali


didapati. Tidak akan lama dapat disembunyikan oleh manusia. Orang yang


bertujuan hidup baik, akan segera jelas kebaikannya dan orang yang yang pura￾pura akan segera pula kelihatan kepura-puraannya'


Amat cepat perkiraan Allah, sehingga yang asal sabut akan lekas ter￾buntang, yang asal batu akan lekas terbenam. Di dalam orang mengerjakan


hajipun akan demikian pula. Walaupun di zaman moden kita ini segala alat


pengetahuan sudah sangat mudah, sehingga siapa yang mau sudah bisa naik


haji, namun sepulang dari haji akan cepat iuga diketahuiyang hajiuntuk semata


menuju kebaikan dunia dan mana pula yang haji menuju kebaikan dunia dan


akhirat.


"Dan sebutlah nama Alloh pada hari-hori yang telah ditentukan itu-"


(pangkal ayat 203).


Hari yang berkenaan dengan haji sudahlah ditentukan. Hari-hari itu ialah;


pertama hari wukuf di Arafah, yaitu tanggal9 Zul-Hijjah'


Sesudah itu yang dinamai hari nahar, hari kesepuluh Zul-Hijjah diMina.


Nahar artinya menyembelih kurban, yaitu set