muhjizat alquran

 


Manusia, seperti halnya makhluk yang lain, berada dalam pemeliharaan Allah sejak 

kelahiran hingga kematiannya. Setiap makhluk dibimbing oleh suatu sistem khusus 

menuju suatu tujuan yang telah ditentukan. Semua perbuatan buruk yang 

dilakukan manusia ternyata bersumber dari manusianya sendiri yang mempunyai akal dan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk akibat 

egoisme, kerakusan, dan hawa nafsu. Oleh sebab  itu, Allah SWT mengajarkan 

perintah-perintah-Nya kepada hamba-hamba pilihan melalui wahyu dan 

menugaskan mereka untuk menindaklanjuti perintah-perintah itu kepada umat 

manusia, mengajak mereka untuk mengikuti dengan mengembankan rasa takut, 

dorongan dan ancaman.1

Misi para nabi atau rasul terdahulu terbatas pada daerah tertentu dan waktu 

tertentu. Mukjizat-mukjizat mereka bersifat temporal, lokal dan material.2

Berdasarkan kisah-kisah yang diangkat al- Qur’an, al-Suyūthī membagi mukjizat 

para nabi dan rasul pada dua kelompok besar, yakni mukjizat hissiyyah (dapat di 

tanggkap pancaindera), dan ‘aqliyyah (hanya dapat di tangkap nalar manusia). 

Mukjizat hissiyyah diperkenalkan oleh nabi yang berhadapan dengan umat 

terdahulu, seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular 

untuk membungkam para penyihir3 sebab  tingkat kemampuan akal serta 

minimnya kekuatan pandangan nalar Bani Israil pada waktu Musâ diutus kepada 

mereka.4 Mukjizat-mukjizat itu hanya dapat diperlihatkan kepada umat tertentu 

dan masa tertentu.5 Berbeda dengan para nabi dan rasul terdahulu, Muhammad 

diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. sebab  itu mukjizat beliau 

bersifat ‘aqliyyah sebab  mereka mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan 

kemampuan kognisi yang sempurna.6 Tantangan terhadap daya nalar tidak bersifat 

lokal, temporal dan material, tetapi bersifat universal, kekal serta dapat dipikirkan 

dan dibuktikan kebenarannya oleh akal manusia.

B. Kemukjizatan Al-Qur’an 

Kata mukjizat diambil dari bahasa arab a’jaza-yu’jizu-i’jāz yang berati melemahkan 

atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan

pihak yang mampu melemahkan pihak lain sehingga mampu membungkam lawan, 

maka ia dinamakan mukjizat. Tambahan ta’ marbūthah pada akhir kata itu 

mengandung makna mubālaghah (superlatif).7 Mukjizat didefinisikan oleh pakar 

agama Islam, antara lain, sebagai suatu hal yang luar biasa yang terjadi melalui 

seseorang yang mengaku sebagai nabi, sebagai bukti kenabiannya yang 

ditentangkan kepada yang ragu.8

Sampai saat ini tidak ada kesepakatan ulama dalam menetapkan aspek-aspek 

kemukjizatan al-Qur’an. Namun demikian, aspek-aspek kemukjizatan al-Qur’an 

dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu aspek kebahasaan, berita ghaib, dan 

isyarat ilmiah 

1. Aspek Kebahasaan

Gaya bahasa yang digunakan Al-Quran berbeda dengan gaya bahasa yang 

digunakan oleh orang-orang Arab. gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab 

pada saat itu kagum dan terpesona. Walaupun Al-Quran menggunakan bahasa 

Arab sebagai bahasa pengantarnya, kalimat demi kalimat mengandung unsur sastra 

yang sangat baik namun tetap mudah dipahami tanpa mengurangi sedikitpun 

kandungan misteri di dalamnya. Hal tersebut sebab  keistimewaan aspek gaya ba￾hasa yang digunakan oleh Al-Quran. Bahkan, Umar bin Khaththab pun yang mu￾lanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan 

bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk Islam dan 

beriman pada kerasulan Muhammad hanya sebab  membaca petikan ayat-ayat Al￾Qur’an. 

Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.9 Menurut 

Muhammad ‘Abd Allah Darrāz, jika diperhatikan secara seksama dalam al-Qur’an 

banyak terdapat rahasia kemukjizatannya dari segi bahasa. Hal itu terlihat dari ket￾eraturan bunyinya yang indah melalui nada-nada hurufnya.10

Pada dasarnya, bunyi-bunyi bahasa terbagi menjadi dua jenis: konsonan dan vokal. 

Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara di salah satu tempat dalam saluran suara di atas glottis (misalnya: b, c dan d). Vokal 

adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara, dan tanpa penyem￾pitan dalam saluran suara di atas glottis (misalnya: a, i, u, e, o).11 Dalam literatur 

Arab, konsonan (shawāmit) terbagi tujuh bagian:

a. Plosif (shawāmit infijāriyyah), yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan 

penutupan pita suara yang di belakangnya udara terkumpul. Kelompok ini 

adalah ba, ta, tha, dlad, kaf, dan qaf.

b. Nasal (shawāmit anfiyyah), yaitu bunyi suara yang dihasilkan dengan 

mengeluarkan udara melalui hidung. Huruf-huruf yang termasuk 

kelompok ini adalah mim dan wau.

c. Lateral (shawāmit munharifah), yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan 

penutupan sebagian lidah. Huruf yang masuk kelompok ini adalah lam

d. Getar (shawāmit muharrarah), yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan 

arti kulator yang bergetar secara cepat. Huruf yang termasuk dalam 

kelompok ini adalah ra. 

e. Frikatif (shawāmit iftikākiyyah), yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan 

penyempitan tempat keluar udara sehingga terjadi pergeseran. Huruf-huruf 

yang masuk kelompok ini adalah fa, tsa, sin, shad, zay, ghain, dan ‘ain.

f. Plosif frikatif (shawāmit infijāriyyah-iftikākiyyah), yaitu bunyi bahasa yang 

dihasilkan dengan proses perpaduan antara plosif dan frikatif. huruf yang 

masuk kelompok ini adalah jim.

g. Semivokal (asybah al-shaut), yaitu bunyi bahasa yang memiliki ciri vokal 

maupun konsonan, mempunyai sedikit geseran, dan tidak muncul sebagai 

inti suku kata. Huruf-huruf yang termasuk kelompok ini adalah wau dan 

ya2. Aspek Berita Gaib

a. Berita gaib masa lampau

Salah satu kekuatan al-Qur’an yang sekaligus menjadi mukjizatnya adalah pemapa￾ran kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam cerita-cerita Arab saat itu, 

dan tidak mungkin akan ditemukan secara keseluruhan dalam kajian-kajian kese￾jarahan.13 Informasi al-Qur’an tentang kejadian masa lampau cukup banyak, yang 

semuanya akan menunjukkan betapa mustahilnya ilmu tersebut berasal dari diri 

Muhammad sendiri. Dan berikut ini beberapa contoh dari kisah-kisah tersebut: 

1) Kisah Nabi Nuh as.

Keterangan ini ditegaskan dalam QS. Hūd: 49.

َ 

Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang gaib yang Kami 

wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya, dan 

tidak pula kaummu sebelum ini.

Ayat ini diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah Nabi Nuh dan para pengi￾kutnya yang menyelamatkan diri dari musibah banjir besar sebagai cobaan bagi 

para penantang dakwahnya. Al-Qur’an juga mengisahkan nabi-nabi lain, seperti 

Nabi Ibrahim, Ismail, Luth, Ya‘qub, Musa, Harun, dan nabi lainnya, yang semuanya 

sulit diketahui umat manusia tanpa wahyu.

Rangkaian-rangkaian kisah dalam al-Qur’an diungkapkan untuk menguraikan aja￾ran-ajaran keagamaan, sekaligus menjadi pelajaran-pelajaran bagi umat dalam ban￾yak hal. Penelitian antropologi misalnya sangat terbantu oleh narasi kisah Nabi 

Nuh. Umar Anggara menyimpulkan bahwa berdasarkan tradisi-tradisi kisah Ya￾hudi dan diperkuat hadis Nabi, keragaman etnis umat manusia di dunia bermula 

dari keturunan Nabi Nuh yang memiliki empat orang anak, yaitu Sam, Ham, Yafat 

dan Kan‘an. Kan‘an merupakan salah satu anaknya yang menentang kenabian 

ayahnya sehingga terazab banjir besar. Namun dia mempunyai keturunan yang selamat.14 Sam, anak pertama Nabi Nuh, melahirkan keturunan yang kemudian 

menjadi bangsa Arab dan Persia. Ham adalah nenek moyang orang Afrika. Yafat 

adalah asal bangsa Arya yang kemudian melahirkan bangsa Eropa dan Asia Tengah. 

Sedang Kan’an melahirkan bangsa Phinisia, namun dibasmi dan diserap oleh Israil. 

Sebab itulah, bangsa-bangsa Timur Tengah sering disebut bangsa Samit atau Semit, 

bangsa Afrika biasa disebut Hamit. Sedangkan Eropa banyak yang membangsakan 

dirinya sebagai bangsa Arya. Inilah rekonstruksi yang didasarkan pada kisah-kisah 

dalam tradisi Yahudi dan Sunnah Nabi.15

2) Kaum ‘Ād dan Tsamūd serta kehancuran kota Iram

Kaum ‘Ād dan Tsamūd yang kepada mereka diutus Nabi Shālih dan Nabi Hūd, 

cukup banyak dibicarakan oleh al-Qur’an. Ungkapan al-Qur’an tentang kedua 

kaum ini adalah berkisar pada segi kemampuan dan kekuatan mereka, maupun ke￾durhakaan, kesesatan dan pembangkangan mereka kepada Allah SWT dan utusan￾Nya.16 Al-Qur’an juga menceritakan bagaimana pada akhirnya kedua kaum terse￾but dihancurkan oleh Allah dengan gempa bumi dan angin ribut yang sangat dingin 

lagi kencang. Hal ini sebagaimana dilukiskan oleh QS. al-Hāqqah: 4-7 sebagai beri￾kut:

َ ِ ا

Kaum ‘Ād dan Tsamūd telah mendustakan hari kiamat. Adapun Tsamūd, 

mereka telah dibinasakan dengan kejadian luar biasa (petir dan suaranya yang 

menghancurkan), sedangkan kaum ‘Ād telah dibinasakan dengan angin yang san￾gat dingin lagi kencang. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama 

tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu lihat kaum ‘Ād


ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan tunggul-tunggul pohon kurma yang te￾lah kosong (lapuk).

Adapun peradaban kota Iram yang diungkap al-Qur’an termasuk peradaban yang 

sangat sukar dibuktikan dengan penelitian sejarah sebab  pelacakan data, kecuali 

melalui penelitian-penelitian arkeologis yang sangat mahal. Kota Iram yang 

diungkapkan oleh QS. al-Fajr: 6-8:

ِ أ َ

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap 

kaum ‘Ad. (Yaitu) penduduk kota Iram yang memiliki bangunan-bangunan yang

tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain.

Ada yang meragukan informasi al-Qur’an ini. Tetapi sedikit demi sedikit bukti￾bukti kebenarannya terungkap. Pertama kali ketika informasi al-Qur’an dan ri￾wayat-riwayat yang diterima diverifikasi dengan hasil-hasil penelitian arkeologis. 

Pada tahap ini, yang ditemukan adalah adanya bukti-bukti arkeologis tentang ter￾jadinya gempa dan angin ribut, seperti yang diuraikan oleh al-Qur’an. Masa itu di￾perkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang dihancurkan Tuhan, serta 

di tempat yang diisyaratkan oleh kitab-kitab suci, seperti Lembah Yordania, Pantai 

Laut Merah, serta Arab Selatan.17

Tentu saja penjelasan ini belum memuaskan semua pihak. Tetapi dari hari ke hari, 

bukti semakin jelas dan kini tidak ada alasan lagi untuk menolak informasi al￾Qur’an. Bahwa pada tahun 1834 ditemukan—di dalam tanah yang berlokasi di 

Hishn al-Ghurāb dekat kota Aden di Yaman—sebuah naskah bertuliskan aksara 

Arab lama (Hymarite) yang menunjukkan nama Nabi Hūd. Dalam naskah itu an￾tara lain tertulis, “Kami memerintah dengan menggunakan hukum Hūd”. Selanjut￾nya, pada tahun 1964-1969 dilakukan penggalian arkeologis, dan dari hasil analisis 

pada tahun 1980 ditemukan informasi dari salah satu lempeng tentang adanya kota 

yang disebut “‘Ād, Tsamūd, dan Iram”. Prof. Pettinato mengidentifikasikan nama￾nama tersebut dengan nama-nama yang disebut pada surah al-Fajr di atas.18

Melalui penelitian yang sangat mahal, kota Iram yan disebutkan al-Qur’an itu dapat 

ditemukan kembali pada Februari 1992 di sebuah gurun di Arabia Selatan, pada


kedalaman 183 meter di bawah permukaan pasir. Kota tersebut menurut Umar 

Anggara ditemukan Tim Peneliti yang dipimpin Nichilas Clapp dari California In￾stitute of Technology Jet Propulsion (CIT-JTL). Dia mengawali penelitiannya 

dengan menyimak legenda-legenda Arab tentang kota tua Ubhar. Dengan bantuan 

pesawat ulang-alik Challenger yang memiliki sistem Satellit Imaging Radar (SIR), 

dan satelit Prancis dengan sistem penginderaan optik, Clapp mampu mendeteksi 

permukaan bawah gurun di Arabia Selatan. Pada kedalaman 183 meter dia 

menemukan keajaiban besar, sebuah bangunan segi delapan, dengan dinding-dind￾ing dan menara yang mencapai ketinggian 9 meter. Diperkirakan, gedung tersebut 

mampu menampung sebanyak 150 orang. Di samping itu, dia juga menemukan si￾tus perjalanan kafilah beratus-ratus kilometer. Dengan demikian, dia menyimpul￾kan, bahwa bangunan tua tersebut merupakan bagian dari kota Iram, pusat kegiatan 

dakwah Nabi Hūd, cucu Nabi Nūh, dan merupakan peninggalan historis dari kaum 

‘Ād, yang tetap hidup dalam legenda Arab berupa legenda kora Ubhar. Kini bangsa 

Arab sendiri meyakini bahwa Ubhar dan Iram adalah dua nama untuk subjek yang 

sama.19

3) Tenggelam dan Selamatnya Jasad Fir‘aun

Ditemukan sekitar 30 kali Allah SWT menguraikan kisah Mūsā dan Fir‘aun dalam 

al-Qur’an, yaitu kisah yang tidak diketahui masyarakat ketika itu kecuali melalui 

kitab Perjanjian Lama. Akan tetapi, menjadi suatu hal yang menakjubkan bahwa 

Nabi SAW—melalui al-Qur’an—telah mengungkap suatu rincian yang sama sekali 

tidak diungkap oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui kecuali oleh 

mereka yang hidup pada masa terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada abad XII 

SM.

Dalam al-Qur’an, kisah Fir‘aun, misalnya, diungkapkan oleh QS. Yūnus: 90-92:

ُ ا

َ 

Dan Kami mungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti Fir‘aun dan 

tentaranya, sebab  mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil).


Ketika Fir‘aun telah hampir tenggelam berkatalah ia, “Saya percaya bahwa tiada 

tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk 

orang-orang yang berserah diri”. (Allah menyambut ucapan Fir‘aun ini dengan 

berfirman), “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu 

telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat keru￾sakan. Hari ini kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi 

(generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia len￾gah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.

Konteks pembicaraan mukjizat dalam ayat di atas, yaitu “hari ini Kami selamatkan 

badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu”. Tentang 

tenggelamnya Fir‘aun di Laut Merah ketika mengejar Musa dan kaumnya, sudah 

diketahui. Tetapi menyangkut keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi 

generasi sesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui siapa pun pada masa 

Nabi Muhammad SAW bahkan tidak disinggung oleh Perjanjian Lama.20

b. Berita gaib masa datang

Di samping menyangkut peristiwa-peristiwa silam lewat kisah-kisah, al-Qur’an 

juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang aka terjadi, baik di dunia, maupun 

di akhirat nanti. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan al-Qur’an akan terjadi, dan 

beberapa telah terbukti dalam sejarah. Berikut ini beberapa contohnya:

1) Kemenangan umat Islam atas Quraisy

Informasi akan datangnya kemenangan umat Islam atas kaum Quraisy digam￾barkan oleh QS. al-Qamar: 45:

ُ َر

ُّ َون ُّ الدب

ُ َول

ْ َج ْم ُع َ وی

ُ ْھ َز ُم ال

َسی

Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.

Melalui ayat ini, Allah menginformasikan kepada Muhammad SAW bahwa kaum 

musyrikin Quraisy akan dapat ia kalahkan. Ayat ini diturunkan pada masa 

Rasulullah SAW masih tinggal di kota Mekkah. Beberapa tahun kemudian, tepatnyapada tahun VIII Hijriyah, mereka dikalahkan secara total dalam peristiwa Fath

Makkah.

21

2) Kemenangan Romawi setelah Kekalahannya dan Kemenangan Umat Islam 

Informasi terkait kemenangan bangsa Romawi dan sekaligus kemenangan umat Is￾lam, dinyatakan oleh QS. al-Rūm: 1-5:

َ ِت ُّ الر ُوم الم .

ِب

ُ َون ُغل

ِب

َ ْغ . ل

ِ ِھ ْم َ سی

َب

َ ْعِد َ غل

َ ْر ِض َ و ُھ ْم ِ م ْن ب

َ ْى الأ

ِي أ . َ و ِم ْن َ ْدن

َ ْب ُل ف

ْم ُر ِ م ْن ق

َ

ِ َین ِ ہللَّ ِ ْ الأ

ِ ِ سن

ِ ْضع

ِي ب

ف

ُ َون

ْ ُم ْؤ ِمن

َ ْف َر ُح ال

ِ ٍذ ی

َ ْو َمئ

َ ْعُد . َ وی

ْ ب

َ َش ُ اء َ و ُھ َو ال

َ ْن ُص ُر َ م ْن ی

ِ ی

َ ْص ِر َّ الله

ِن

َع . ِز ُیز َّ الر ِح ُیم ب

Alif Lām Mīm. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat, dan 

mereka setelah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun (antara tiga 

sampai 9 tahun). Bagi Allah ketetapan urusan sebelum dan sesudah (mereka me￾nang), dan di hari (kemenangan) itu orang-orang mukmin bergembira, sebab  

pertolongan Allah. Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia Maha 

Perkasa, lagi Maha Penyayang.

Dalam kaitan ayat ini, al-Zarqani menjelaskan bahwa pada tahun 614 M.—kurang 

lebih tiga tahun setelah kerasulan Muhammad—kerajaan Romawi Timur dikala￾hkan kerajaan Persia dalam pertempuran besar. Kekalahan tersebut merupakan sa￾lah satu tragedi besar bagi kehidupan umat beragama, sebab  bangsa Romawi ada￾lah penganut agama Samawi penerus ajaran Musa dan Isa, sedangkan bangsa Persia 

adalah penganut Majusi. Sebab itu, dalam menanggapi kekalahan ini, orang-orang 

Quraisy mencemooh kegiatan dakwah Muhammad, bahwa para penganut agama 

Samawi telah terkalahkan oleh penganut Majusi. Kini Muhammad, dengan kitab 

yang dibawanya, hendak mengalahkan orang Quraisy. Bagaimana mungkin keingi￾nan tersebut bisa terwujud, yang akan terjadi justru orang-orang Quraisy akan 

mengalahkan mereka, sebagaimana penganut Majusi mengalahkan mereka.22

Kekecewaan umat Muslim akibat kekalahan tersebut yang diperparah dengan 

ejekan, menjadi latar diturunkannya ayat-ayat tersebut di atas untuk mengobati 

kekecewaan umat Muslim. Ayat-ayat tersebut pada dasarnya hendak menghibur umat Muslim dengan dua hal. Pertama, Romawi akan menang atas Persia pada 

tenggang waktu yang diistilahkan al-Qur’an dengan سنین بضع yang diterjemahkan 

dengan “beberapa tahun”. Kedua, saat kemenangan itu tiba, kaum Muslim akan 

bergembira, bukan saja dengan kemenangan Romawi, tetapi juga dengan keme￾nangan yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka. Lantas benarkah informasi 

tersebut?

Sebelumnya, perlu dijelaskan bahwa kata بضع dalam kamus-kamus bahasa Arab, 

berarti “angka antara tiga dan sembilan”. Ini berati al-Qur’an menegaskan bahwa 

akan terjadi lagi peperangan antara bangsa Romawi dan Persia dan dalam tempo 

tersebut Romawi akan memenangkan peperangan. Terkait hal ini, perlu diingat 

bahwa informasi ini disampaikan pada saat kekalahan sedang menimpa romawi. 

Sehingga menetapkan angka pasti bagi kemenangan suatu kaum pada saat kekala￾hannya adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin disampaikan kecuali oleh yang 

Maha Mengetahui. Ternyata informasi tersebut akhirnya terbukti kebenarannya. 

Informasi historis menyatakan bahwa tujuh tahun setelah kekalahan Romawi—te￾patnya pada tahun 622 M.—terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut, 

dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.2F

23 

3) Aspek Isyarat Ilmiah

Aspek lain dari kemukjizatan al-Qur’an adalah banyaknya isyarat ilmiah yang 

dikemukakan di dalamnya yang kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada 

abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Nabi Muhammad yang ummī tentu 

saja tidak akan mengetahuinya jika tidak diberi wahyu oleh Allah yang Maha 

Mengetahui.24

Isyarat-isyarat ilmiah itu dapat dilihat dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan. 

misalnya;

a) Astronomi

i. Penciptaan Alam ”Teori Big Bang ”

Berdasarkan Teori Big Bang, alam semesta tercipta dari kumpulan gas yang disebut 

‘primary nebula’ kemudian terpecah dan menjadi bintang-bintang, planet-planet, matahari, bulan dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa’:30 

disebutkan:

ی

dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan 

bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan 

antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka 

Mengapakah mereka tiada juga beriman?’

Kata ratq berarti perpaduan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang 

homogen. Sedangkan kata fataqa berarti memisahkan.

ii. Lapisan Gas Sebelum Penciptaan Galaksi

Ilmuan setuju bahwa, sebelum galaksi di alam terbentuk, terdapat materi-materi gas 

atau stratum (lapisan) gas yang kemudian mengalami tahap pengerasan menjadi 

galaksi-galaksi di alam. Kumpulan materi-materi gas yang sebelum mengalami 

tahap pengerasan itu lebih tepat disebut asap. Dalam QS. Fushshilat:11 disebutkan: 

ِئْ 

ِ ْلأر 

ت

kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan 

asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya 

menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: 

’Kami datang dengan suka hati’.

Kata Dukhan pada ayat tersebut itu berarti asap.

iii. Bentuk Bulat Oval Bumi (Geospherical)

Pada abad-abad awal. orang beranggapan bahwa bumi datar sehingga orang takut 

berjalan terlalu jauh khawatir terjatuh ke jurang yang dalam. Kemudian Sir Francis 

Drake pada tahun 1597 yang menyatakan bumi berbentuk Geospherical(bulat telur) 

ketika dia menjelajahinya. QS. Luqmān:29 menyatakan:tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan 

malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia 

tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu 

yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu 

kerjakan

Sementara QS. Al-Zumar:5 menyebutkan:

َّ 0

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan 

malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan 

matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. 

ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Kata kawwara-yukawwiru berarti menggulung. Sebelumnya, dalam tradisi Arab, 

kata kawwara digunakan dalam arti menggulung serban di kepala. Seandainya 

bumi datar, tidak mungkin terjadi penggulungan (yukawwiru) malam terhadap 

siang atau sebaliknya secara perlahan, perubahannya akan terjadi secara mendadak.

Dalam surat al-Nāzi’āt:30 disebutkan 

ِ َك َ

dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

iv. Sinar Bulan Pantulan dan Sinar Matahari dari Dirinya

Sinar Bulan adalah pantulan sedangkan sinar Matahari bersumber dari dirinya 

sendiri. Pada abad-abad peradaban awal bulan dipercayai memiliki sendiri. 

Sekarang, ilmu pengetahuan menyatakan sinar bulan bukan dari dirinya sendiri 

tapi pantulan sinar matahari. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Furqān: 61

ِ0

ت

Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia 

menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.Demikian juga dalam QS. Nūh[71]:15

ًا


أ

dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari 

sebagai pelita?

Sementara dalam QS. Yūnus:5 disebutkan

َّ ِ

إ

Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan 

ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, 

supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak 

menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda￾tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Ayat-ayat di atas menunjukan bahwa kata qamar yang berarti ’bulan’ ditunjuk 

dengan nūr yang berarti ’sinar pantulan’ dan munīr yang berarti ’meminjam 

cahaya’, sedangkan syams yang berarti ’matahari’ dengan sirāj yang berarti ’obor 

atau pelita’, wahhāj yang berarti ’lampu yang sangat kuat’, dan dliyā` berarti 

’cahaya’. Tidak ada satu ayat pun di dalam Al-Qur’an yang mensifati bulan dengan 

dliyā` , atau sirāj atau matahari dengan nūr.

v. Bintang-Bintang (Nujūm) dan Planet-Planet (Kawākib)

Bintang dalam bahasa arab adalah Najm yang disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 

13 kali. Bentuk jamaknya Nujum, akar kata yang berarti nampak. Bintang pada 

waktu malam diberi sifat oleh al-Qur’an dengan kata tsāqib yang berarti membakar, 

membakar dirinya sendiri dan yang menembus. Di sini maksudnya menembus 

kegelapan di waktu malam. Kata tsaqib juga dipakai untuk menunjukan bintang￾bintang yang berekor. Dalam QS. al-Thāriq:1-3:

َّ ِ 

Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahukah kamu Apakah yang 

datang pada malam hari itu? (Yaitu) bintang yang cahayanya menembus.Sementara dalam QS. al-Nūr:35 disebutkan:

ُ 

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, 

adalah seperti sebuah lubang yang tak tembu, yang di dalamnya ada pelita besar. 

pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) 

seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, 

(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula 

di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, 

walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah 

membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah 

memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha 

mengetahui segala sesuatu.

Yang dimaksud di sini adalah proyeksi cahaya kepada suatu benda yang 

merefleksikan (kaca) dengan memberinya kilatan mutiara, sebagaimana planet 

yang disinari matahari, inilah penjelasan dari kata ’kaukab’ yang berarti planet

vi. Matahari Berotasi

Filosof–filosof Eropa dan ilmuan pada abad-abad awal percaya bahwa bumi adalah 

pusat alam semesta dan planet-planet begitu pula matahari mengelilingi bumi, yang 

disebut teori geosentrisme. Teori ini dipercaya pada abad 2 sebelum masehi sampai 

tahun 1512 saat Nicholas Copernicus memunculkan teori heliosentris yang 

menyatakan bahwa bumi dan planet-planet mengelilingi matahari sebagai pusat. 

Kemudian tahun 1609 ilmuan jerman Yonannus Keppler menulis dalam bukunya 

Astronomia Nova bahwa bumi dan planet bukan hanya berputar mengelilingi 

matahari tetapi juga berputar pada porosnya. Dalam QS. al-Anbiyā`:33 dinyatakan 

َ ُح

dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. 

masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Kata yasbahūn berasal dari akar kata sabaha yang berarti pergeseran dari tubuh 

yang bergerak. Hal itu dinamakan ’berenang’ jika terjadi di dalam air, dan jika 

didarat dia berarti berjalan atau berlari. sebab  matahari terjadi di alam raya maka 

kata yang digunakan menggunakan arti aslinya.

Secara ilmiah, matahari membutuhkan waktu 25 hari untuk berputar pada 

porosnya. Ini dapat diketahui sebab  adanya bintik hitam di dalam matahari. Selain 

itu, matahari juga bergerak mengelilingi angkasa dengan kecepatan 240 km perdetik 

yang membutuhkan waktu 200 juta tahun untuk menyelesaikan satu kali putaran 

revolusi di dalam galaksi kita Milky Way. 

Dalam QS. Yāsīn:40, disebutkan bahwa 

َّ َھ

tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat 

mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Penemuan modern menyatakan bahwa matahari dan bulan bergerak dengan orbit 

yang berbeda.Matahari bergerak dalam suatu solar system yang dinamakan solar

apex, di dalam constellasi hercules. Sedangkan bulan berputar pada dirinya (rotasi) 

dalam waktu melakukan edaran di sekitar bumi, kira-kira 29,5 hari untuk 

menunjukan bentuk aslinya.

b) Geologi

i. Gunung-gunung sebagai pasak

Ahli geologi menyatakan bahwa lapisan kulit terluar bumi keras dan padat, 

sedangkan lapisan dalamnya panas dan cair sehingga tidak memungkinkan adanya 

kehidupan di dalam bumi. Para ahli juga mengatakan bahwa radius bumi sekitar 

6035 Km, sedangkan lapisan kulit terluarnya hanya berketebalan 2 sampai 35 Km. 

sebab  lapisan luarnya terlalu tipis, memungkinkan terjadinya goncangan. Ahli 

geologi menyatakan hal itu sebagai gejala lipatan. Pegunungan berfungsi sebagai 

pasak yang menahan bumi untuk bergeser dan menjadi penstabil bumi. Dalam QS. 

al-Nabā`:6-7Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung￾gunung sebagai pasak?

Kata autād’ berarti pasak atau tiang. Dalam sebuah buku yang berjudul Earth, buku 

geologi terbaik pada zamannya dan menjadi buku rujukan dibanyak universitas 

diseluruh dunia, disebutkan bahwa salah satu fungsi gunung adalah untuk 

menstabilkan bumi, bahwa gunung memiliki akar di bawahnya yang jauh lebih 

besar dari pada bagian yang terlihat di luar, persis seperti pasak yang menjaga 

kestabilan bumi. Berdasarkan yang disampaikan Dr Press bahwa gunung 

mempunyai fungsi yang penting dalam menstabilkan bagian kulit luar bumi yang 

keras itu.

Al-Qur’an secara jelas menerangkan tentang hal ini, di antaranya dalam QS. al￾Anbiyā`:31

َ ُد 

dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu 

(tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan￾jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.

ii. Gunung-Gunung Berdiri Tegak

Bahwa gunung memiliki akar dibawahnya yang jauh lebih besar dari pada bagian 

yang terlihat diluar, keadaan ini membuat gunung dapat bediri dengan tegak. 

Dalam QS. al-Nāzi’āt:32

َ ْر 

dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh

Demikian juga dalam QS. al-Ghāsyiyah:19


dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

Banyak lagi isyarat-isyarat ilmiah yang dikemukakan al–Qur’an, 14 abad yang lalu, 

yang dapat diketahui manusia pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini.25

Al-Qur’an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak membatasi aktivitas dan kreativitas akal dalam memikirkan alam semesta, 

atau menghalanginya dari penemuan ilmu pengetahuan.26 Demikianlah, 

kemukjizatan al-Qur’an secara ilmiyah terletak pada dorongannya pada umat Islam 

untuk berfikir di samping membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan dan

mengajak memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan 

baru.