Kitab Mazmur 8:4-9 menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia sejak semula
diciptakan oleh Allah, tetapi yang menjadi permasalahannya manusia tidak menyadari dirinya
mulia sehingga dengan mudahnya mengambil tindakan melayangkan nyawa (bunuh diri) hanya
karena tekanan hidup. Pendekatan metodik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan menganalisis berbagai literatur yang ada dan juga gramatika serta konteks yang terkait
dalam bahasan. Manusia harus disadarkan kembali bahwa manusia tidak diciptakan hanya
sekedar mengelola bumi saja, melainkan sebagai gambar Allah yang harus bisa
mempresentasikan kehidupan sebagai makhluk mulia dalam dirinya. Mazmur 8:4-9 menjelaskan
bahwa manusia adalah ciptaan istimewa di hadapan Allah dan Ia sangat memperhatikannya. Oleh
karena itu, manusia tidak boleh bertindak sembarangan terutama bunuh diri, kenapa? karena
melayangkan nyawa berarti tidak menyayangkan kemuliaan dan tidak menghargai Allah yang
memberikannya. Kitab Mazmur merupakan kitab yang memuat puji-pujian, sesuai dengan bahasa
ibraninya yaitu tehillim yang berarti “puji-pujian. Berdasarkan Septuaginta, Mazmur
diterjemahkan sebagai psalmoi yang memiliki arti nyanyian yang diiringi dengan menggunakan alat musik gesek atau petik.1 Terkhusus Mazmur 8 yang merupakan himne
pujian, dimana seorang pemazmur yang berdiri di atas permukaan bumi sambil
mengarahkan pandangannya ke langit dan melihat betapa luas dan indahnya ciptaan.
Dalam hal ini, timbul pertanyaan dari dalam diri pemazmur, siapakah manusia, dan
kenapa Allah mengingatnya? Mempertanyakan tujuan dari keberadaan manusia.2
Allah menciptakan alam semesta dengan segala isinya dan kemudian
dipercayakan kepada manusia, karena Allah menganggap manusia sanggup berkuasa atas
ciptaannya yang lain.3 Oleh karena itu, keberadaan manusia dan posisinya sebagai
penguasa atas ciptaan Allah membuat pemazmur mengutarakan pertanyaan yang penuh
dengan pujian dan sanjungan, siapakah manusia? Seberapa istimewakah mereka dimataMu, sehingga Engkau mempercayakan hal sebesar itu. Pujian ini memperlihatkan
perbandingan antara seluruh ciptaan yang ada di alam semesta dengan manusia sebagai
ciptaan atau makhluk mulia yang ditetapkan untuk berkuasa.
Manusia adalah ciptaan Allah yang sangat istimewa karena diciptakan
berdasarkan gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27). Dan manusia diciptakan bukan
sekedar memenuhi bumi saja, tetapi ada tujuan mulia Allah yaitu untuk mengelola dan
berkuasa atas segala makhluk di bumi (ay. 28). Tetapi karena kejatuhan manusia dalam
dosa (Kej. 3) dan transisi zaman ke zaman yang semakin mengalami perubahan, manusia
tidak lagi merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan mulia. Dan pada
akhirnya manusia mengambil tindakan yang tidak mencerminkan seorang ciptaan yang
mulia yaitu dengan tindakan bunuh diri. Di dalam kekristenan, tidak menyayangkan
nyawa karena membela kebenaran Injil bukan suatu masalah karena itu tertulis dalam
Alkitab (Mat. 10:39; Yoh. 12:25). Tetapi, yang menjadi masalahnya adalah banyak orang
Kristen yang tidak menyayangkan nyawa (bunuh diri) hanya karena tekanan atau masalah
hidup. Faktor-faktor bunuh diri selalu berkaitan erat dengan masalah sosial dan juga kejiwaan seseorang.4 Selain itu, diakibatkan karena masalah ekonomi dan 79 % kematian
karena bunuh diri ini terjadi di negara-negara yang berpendapatan kecil.5
Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang sangat miris dalam berbagai
peristiwa yang ada karena seseorang mengakhiri hidupnya akibat keputusasaan yang
dialami.6 Tindakan bunuh diri dilakukan dengan berbagai macam cara seperti minum
racun, memotong nadi, gantung diri, loncat dari tempat tinggi, menenggelamkan diri,
menusuk diri dengan benda-benda tajam dan lain sebagainya. Menurut WHO (World
Health Organization) bunuh diri merupakan penyebab terbesar ketiga angka kematian di
berbagai negara.7 Berdasarkan info Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
menjelaskan bahwa jumlah kisaran kematian akibat bunuh diri mencapai 800.000
kematian pertahun.8 Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021,
menjelaskan bahwa terdapat 5.787 korban bunuh diri dan yang mencoba untuk bunuh
diri.9
Ada tiga penelitian sebelumnya yang membahas fenomena bunuh diri dan upaya
pencegahannya serta siapa manusia dalam Mazmur 8. Penelitian tersebut antara lain:
- Penelitian dengan judul “Peran Spiritualitas Dalam Mempengaruhi Resiko Perilaku
Bunuh Diri: A Literature Review.” Diambil dari Jurnal keperawatan Respati
Yogyakarta yang diteliti oleh Wulida Litaqia dan Iman Permana pada tahun 2019.
Penelitian ini membahas bagaimana peran agama dalam mencegah perilaku bunuh
diri. Tujuannya adalah menghambat individu yang memiliki ide bunuh diri dan
mendorong setiap individu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta
meningkatkan rutinitas ibadahnyaPenelitian dengan judul “Menghidupi Ciptaan Allah.” Diambil dari Jurnal Kenosis
yang diteliti oleh Jozef Hehanusa pada tahun 2017. Penelitian ini membahas betapa
manusia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap makhluk ciptaan lainnya
dengan kekuasaan yang telah diberikan Allah kepadanya. Penelitian ini berdasarkan
eksegesis Mazmur 8.11
- Penelitian dengan judul “Nilai Hospitalitas Dalam Budaya Raputallang: Upaya
Gereja Mencegah Kasus Bunuh Diri.” Diambil dari Jurnal Vox Dei yang diteliti oleh
Ayu Purnama Sari dan Kristiani Ela pada tahun 2022. Penelitian ini membahas
budaya raputallang di Toraja yang mengandung nilai kebersamaan atau kekeluargaan
yang mampu menopang individu yang saling membimbing dan memedulikan satu
sama lain. Budaya ini mengasung nilai yang sama dengan hospitalitas Kristen yang
didasari cinta kasih. Oleh karena itu, menerapkan budaya raputallang akan membantu
masyarakat dalam mencegah perilaku bunuh diri.12
Dari semua penelitian di atas, penulis melihat bahwa ada kesenjangan pada bagian
tahap pencegahan perilaku bunuh diri yang masih kurang mendasar, dan penekanan
dalam teks Mazmur 8. Oleh karena itu, penulis ingin menawarkan perspektif yang
berbeda sebagai tahap dasar untuk mencegah perilaku bunuh diri yang terjadi di dalam
kehidupan masyarakat sekarang. Penulis ingin memberikan satu pemahaman dasar
dengan menafsir ulang Mazmur 8:4-9 yaitu keberhargaan manusia dihadapan Tuhan
sebagai ‘makhluk mulia.’ Dengan itu, para pembaca dapat termotivasi dan tersadarkan
kembali bahwa betapa mulianya kehidupan mereka dan betapa menyesalnya jika
seandainya mereka melakukan tindakan bunuh diri.
Dalam hal ini, kematian karena bunuh diri harus menjadi perhatian khusus dan
perlu ditangani, terutama dalam komunitas Kristen dengan cara menyadarkan siapa
mereka di hadapan Tuhan. Kenapa? karena tindakan bunuh diri yang mereka anggap
sebagai penyelesaian masalah, ternyata sangat bertentangan dengan ajaran Kristen.
Tindakan ini merupakan tindakan menolak untuk taat pada titah Tuhan yang memberi
nafas kehidupan dan mendahului Tuhan yang mempunyai otoritas atas hidup dan matinya
seseorang.13
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, khususnya dengan
melakukan pendekatan firman Tuhan dan banyak literatur. Kemudian, melakukan analisis
gramatika dan konteks. Dengan melakukan beberapa metode ini, penulis akan
menganalisis literatur-literatur yang ada dan melakukan perbandingan. Dengan itu,
penulis dapat melihat apa yang kurang dan harus diisi untuk melengkapi upaya
pencegahan masalah yang sedang terjadi. Kemudian, setelah melihat bahwa terdapat
kekurangan, penulis melanjutkan dengan menganalisis gramatika. Mencari tahu makna
kata yang penting dari tulisan Pemazmur di dalam Mazmur 8:4-9 dengan melihat teks
aslinya. Langkah selanjutnya, melihat konteks yang berkaitan dengan Mazmur 8:4-9 dari
bagian-bagian kitab lainnya dan melihat kesesuaian didalamnya. Terakhir, penulis
menyajikan hasilnya sebagai dasar utama yang membangun kesadaran banyak manusia
sebagai upaya pencegahan perilaku bunuh diri.
Hasil dan Pembahasan
Dalam KBBI, bunuh diri merupakan aksi yang dilakukan seseorang untuk
mengakhiri hidupnya sendiri, yang biasanya terjadi karena depresi atau gangguan mental.
Depresi merupakan suatu kondisi emosional yang berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang.14 Karena
manusia adalah makhluk sosial, bunuh diri tidak terlepas dari pengaruh hubungan dan
struktur sosial dalam masyarakat yang kurang stabil.15 Jika hubungan sosial setiap orang
kurang baik, maka itu akan memberikan pukulan mental sehingga menciptakan keadaan
depresi yang berujung pada penurunan akal sehat. Oleh karena itu, seseorang yang
mengalami hal ini tidak segan-segan berbuat sesuatu yang membahayakan yaitu bunuh diri. Fenomena ini memang sulit untuk dibendung, tetapi secara kemanusiaan tidak dapat
dibenarkan dan dibiarkan. Untuk itu, perlu upaya pencegahan.
Tindakan bunuh diri tidak dapat dibenarkan dalam lingkup komunitas Kristen
karena hal itu merupakan salah satu tindakan yang ditentang oleh Tuhan karena tidak
menghargai apa yang telah Tuhan ciptakan dan mendahului Dia yang mempunyai otoritas
penuh atas hidup dan matinya seseorang. Sangat disayangkan jika salah satu dari makhluk
yang pada dasarnya diciptakan mulia mengambil tindakan melayangkan nyawa hanya
untuk beroleh penyelesaian masalah, padahal itu bukanlah caranya. Dalam hidup, tidak
ada seorangpun yang luput dari masalah, tetapi bukan berarti tidak bisa melewati masalah.
Terdapat banyak hambatan yang pasti akan siap menghadang manusia, dan itu yang
membuat banyak orang tidak mampu bertahan.16
Bunuh diri akan menjadi pemutus rancangan dan rencana Allah dalam setiap
orang, terutama orang-orang yang hidup dalam komunitas Kristen, jika seandainya
memilih jalannya sendiri dan tidak bergantung pada Allah. Allah mempunyai rancangan
bagi setiap individu dan ini tidak bisa dijangkau menggunakan pikiran manusia, seperti
yang tertulis dalam Yesaya 55:8-9 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan
jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikian firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi
demikian juga tingginya rancangan-Ku dari rancanganmu dan jalan-Ku dari jalanmu.”
Manusia harus mengerti hal ini, dan tidak boleh bunuh diri hanya karena tekanan masalah
yang dihadapi sebab itu bukanlah rancangan Allah dan tindakan tersebut adalah tindakan
membunuh. Membunuh berarti melanggar perintah Tuhan dalam Ulangan Keluaran
20:13 “Jangan membunuh” alasannya yaitu karena manusia adalah makhluk yang
diciptakan Tuhan dan Tuhan punya rancangan atasnya, maka manusia tidak berhak
menggagalkan rancangan tersebut dengan bunuh diri. Tuhan punya rancangan tersendiri
yang tidak dapat dilampaui oleh pikiran manusia.17
Untuk itu, penulis akan menyajikan Mazmur 8:4-9 sebagai pengingat bahwa
manusia adalah makhluk yang berharga dan mulia, sekalipun manusia dulunya jatuh
dalam dosa. Tetapi manusia diberi peluang baru untuk berkarya lagi bagi Allah sebagai
makhluk mulia lewat penebusan oleh darah Yesus. Berikut adalah eksposisi dari Mazmur 8:4-9: (4) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang
Kau tempatkan: (5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak
manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (6) Namun Engkau telah membuatnya
hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. (7)
Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau
letakkan di bawah kakinya: (8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatangbinatang di padang; (9) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang
melintasi arus lautan.
Berbicara tentang kemuliaan yang didapat oleh manusia sebagai makhluk ciptaan
merupakan kabar yang sungguh luar biasa, jika manusia mampu memahami dirinya
dengan benar. Tetapi, memang ada beberapa orang dalam memahami makna teks dan
konteks dari Mazmur 8:5, yang menganggap bahwa ini hanya diterapkan pada Yesus saja.
Dalam ayat 5, terdapat kata manusia dan manusia ini berarti bisa saja diterapkan kepada
seluruh manusia ciptaan Allah atau kepada Yesus yang berinkarnasi jadi manusia. Ini
menjadi sebuah pertanyaan, kepada siapakah ayat ini ditujukan?
Theodore dari Mopsuestia menyiratkan pertanyaan yang terdapat dalam Mazmur
8:5 tersebut, “Apakah manusia itu sehingga Engkau mengingatnya” dia mengatakan
bahwa hal ini mengacu pada Yesus sebagai manusia karena merupakan nubuatan khusus
yang tergenapi dalam Matius 21:16, ketika anak-anak meneriakkan hosana.18 Kemudian
Luther juga menafsirkan hal tersebut sama dengan Theodore.19 Tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa manusia tersebut adalah manusia biasa.20 Calvin merupakan salah
satu orang yang justru menolak pandangan Luther dan Theodore.21
Jika ditelusuri dari awal penciptaan manusia, Allah menciptakan manusia seperti
gambar dan rupa-Nya (Imago Dei) (Kej. 1:26) dan diberi kuasa atas semua ciptaan yang
ada di bumi (ay. 28). Hal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk yang
mulia.22 Menurut pandangan James Montgomery B. unsur pertama yang ada dalam diri manusia yaitu gambar Allah yang memiliki kepribadian sehingga bisa menghasilkan
pengetahuan, perasaan dan kehendak.23 Dalam hal ini, manusia mempunyai kemungkinan
besar dalam menaklukkan segala sesuatu yang ada di bumi. Fransiskus dari Asisi juga
menyatakan bahwa Mazmur 8 menggemakan penciptaan dalam kitab Kejadian.24
Berdasarkan pernyataan di atas, ayat yang berkata “apakah manusia, sehingga
Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”
awalnya bisa diasumsikan bahwa ini mengarah kepada manusia biasa sebelum kejatuhan
dalam dosa, seperti yang Tuhan firmankan kepada Adam dan Hawa pada saat itu untuk
berkuasa atas semua ciptaan-Nya. Tetapi, karena kejatuhan manusia dalam dosa (Kej. 3),
semua kesempatan kepada manusia untuk menaklukkan segalanya menjadi gagal, jelas
dikatakan dalam Ibrani 2:8. Untuk memperjelas hal ini dalam Ibrani 2:8, ada 4 versi
terjemahan yang harus diperhatikan terlebih dahulu.
ITL (Indonesia Terjemahan Lama):
8 maka segala sesuatu sudah Engkau taklukkan ke bawah kaki-Nya. Adapun di dalam hal
segala sesuatu yang ditaklukkan kepada-Nya itu, maka suatupun tidak berkecuali, yang
tiada takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum juga kita lihat sekaliannya itu
tertakluk kepada-Nya.
ITB (Indonesia Terjemahan Baru):
segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” Sebab dalam menaklukkan
segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatu pun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk
kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan
kepada-Nya.
BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini)
serta menjadikan dia penguasa atas segala sesuatu.” Nah, kalau dikatakan bahwa Allah
menjadikan manusia “penguasa atas segala sesuatu”, itu berarti bahwa tidak ada
sesuatu pun yang tidak di bawah kekuasaan manusia. Meskipun begitu, kita tidak melihat
sekarang manusia berkuasa atas segala sesuatu.NIV (New International Version):
and put everything under their feet.” In putting everything under them, God left nothing
that is not subject to them. Yet at present we do not see everything subject to them.
(Menggunakan kata “their and them” orang ketiga jamak)
Jadi, Ibrani 2:8 merupakan petunjuk bahwa awalnya Allah ingin menaklukkan
segala sesuatunya di bawah kaki manusia, tetapi karena kejatuhan manusia dalam dosa,
maka manusia tidak dapat mencapai maksud sebelumnya (lih. highlight warna merah dari
4 versi terjemahan). Sebenarnya, Mazmur 8:4-9 tidak diterapkan secara khusus antara
manusia biasa atau manusia Yesus, melainkan diterapkan secara umum yaitu manusia
saja. Manusia dalam hal ini sebagai objek yang ditentukan untuk berkuasa atas ciptaan
Tuhan. Tetapi karena kegagalannya, Tuhan Yesus datang mengunjungi manusia untuk
menaklukkan dunia sebagai contoh manusia yang sejati yang Allah inginkan. Makanya,
dalam Ibrani 2:5-6 dikatakan bahwa “Yesus menaklukkan dunia bukan kepada malaikatmalaikat, melainkan kepada manusia karena Ia mengingatnya.” Dan dapat dilihat juga
dalam Mazmur 8:5 “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak
manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” sebenarnya kata “mengindahkan”
dalam bahasa aslinya yaitu ( דַקָּפ paqad) yang berarti to visit/mengunjungi. Oleh karena
itu, Tuhan Yesus datang mengunjungi manusia karena manusia adalah makhluk yang
berharga dan mulia bagi Allah.
Dengan ini, manusia diberi kesempatan untuk meresponi kasih Allah tersebut
dengan menjalani hidup yang benar. Tetapi, jika manusia tidak berusaha hidup benar
dengan memilih jalannya sendiri dan mengambil keputusan-keputusan yang salah dalam
hidup salah satunya ‘mengambil tindakan bunuh diri untuk penyelesaian masalah’ maka
betapa menyesalnya dia karena tidak menyayangkan atribut mulia dalam dirinya. Merril
T. Eaton, Jr. dan Margaret H. Peterson melontarkan sebuah ungkapan bahwa “Binatang
dapat membunuh binatang lainnya, tetapi mereka tidak berani membunuh diri mereka
sendiri. Hanya manusia saja yang berani membunuh diri sendiri.” Ungkapan ini menunjukkan betapa ironisnya hidup manusia sebagai makhluk yang lebih mulia dari
binatang dan seharusnya lebih tahu tentang dampak dari bunuh diri.25
Kemuliaan manusia ditunjukkan oleh cara dia menghargai pemberian Tuhan
dengan selalu bersyukur, tetapi kehinaan manusia karena dirinya sendiri terlihat ketika ia
mengambil tindakan melayangkan nyawa. Kebanyakan orang kerap kali menganggap
bahwa masalah datang karena ia ditinggal oleh Tuhan, dan dihukum.26 Tindakan bunuh
diri seharusnya tidak boleh dianggap sebagai penyelesaian masalah, melainkan harus
dianggap sebagai keberdosaan manusia yang memberontak kepada Allah. Ada beberapa
tokoh dalam Alkitab, baik itu dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru seperti
Abimelekh, Saul, Ahitofel, Zimri dan Yudas.27 Tokoh-tokoh ini mengakhiri hidupnya
bukan karena perintah dari seseorang atau Allah, tetapi karena dosa atau kejahatan yang
telah dilakukan. Karena rasa malu dan merasa bersalah, mereka dengan beraninya
melayangkan nyawa tanpa memikirkan kemanakah mereka setelah kematian.
Untuk itu, manusia tidak boleh lagi menganggap dirinya rendah karena dia bukan
makhluk biasa dan jangan juga tidak menghargai Allah sebagai perancang dari apa yang
telah Dia ciptakan dengan tindakan melayangkan nyawa. Melayangkan nyawa berarti
tidak menyayangkan kemuliaan pemberian Allah di dalam dirinya, padahal Allah tidak
menghendakinya.
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang diciptakan mulia diantara ciptaan lain dan inilah
yang membuat manusia istimewa. Tetapi, masalahnya manusia tidak melihat dan sadar
bahwa dirinya mulia dihadapan Tuhan karena masalah atau tekanan hidup yang mereka
alami. Masalah mereka anggap sebagai bukti bahwa mereka tidak dikasihi dan ditinggal
oleh Allah, sehingga bunuh diri menjadi pilihan terbaik untuk mengeluarkan diri dari
masalah. Anggapan ini merupakan sebuah kesalahan yang sangat serius dan bisa merusak
rancangan Allah karena tidak memikirkan konsekuensi dari tindakan tersebut dan tidak
menyadari betapa mulia manusia sebagai makhluk ciptaan.Oleh karena manusia kebanyakan tidak menyadari dirinya sebagai makhluk mulia
terutama orang Kristen. Mazmur 8:4-9 menjadi bukti dari keberadaan manusia sebagai
ciptaan Allah yang paling berbeda dari yang lain. Mazmur 8:4-9 menunjukkan bahwa
manusia memiliki keistimewaan khusus dihadapan Allah, sehingga Allah selalu
memperhatikannya dan menaruh segala kekuasaan yang ada di Bumi. Tafsiran Mazmur
8:4-9 dalam penelitian ini menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang awalnya
sudah diciptakan mulia karena memiliki gambar Allah dalam dirinya, karena manusia
adalah makhluk mulia. Oleh karena itu, Tuhan memberikan kuasa kepada manusia atas
seluruh ciptaan untuk mengatur dan mengelola (Kej. 1:28).
Keberhargaan manusia sejak awal penciptaan sebagai makhluk mulia masih
berlaku sampai sekarang, terbukti dari karya penebusan. Karya penebusan menjadi bukti
bahwa Allah mengasihi manusia. Jadi, sungguh tindakan yang tidak baik jika seorang dari
ciptaan Allah memikirkan untuk bunuh diri, dan ini berarti tidak menyayangkan
kemuliaan dalam dirinya yang tentu tidak menghormati Allah sebagai pemberi. Makhluk
mulia harus belajar berpikir mulia dan bertindak mulia.
Foera’era Waruwu
Sekolah Tinggi Teologi Ekumene