fenomena bundir di kitabsuci

 


Kitab Mazmur 8:4-9 menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia sejak semula 

diciptakan oleh Allah, tetapi yang menjadi permasalahannya manusia tidak menyadari dirinya 

mulia sehingga dengan mudahnya mengambil tindakan melayangkan nyawa (bunuh diri) hanya 

karena tekanan hidup. Pendekatan metodik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif 

dengan menganalisis berbagai literatur yang ada dan juga gramatika serta konteks yang terkait 

dalam bahasan. Manusia harus disadarkan kembali bahwa manusia tidak diciptakan hanya 

sekedar mengelola bumi saja, melainkan sebagai gambar Allah yang harus bisa 

mempresentasikan kehidupan sebagai makhluk mulia dalam dirinya. Mazmur 8:4-9 menjelaskan 

bahwa manusia adalah ciptaan istimewa di hadapan Allah dan Ia sangat memperhatikannya. Oleh 

karena itu, manusia tidak boleh bertindak sembarangan terutama bunuh diri, kenapa? karena 

melayangkan nyawa berarti tidak menyayangkan kemuliaan dan tidak menghargai Allah yang 

memberikannya. Kitab Mazmur merupakan kitab yang memuat puji-pujian, sesuai dengan bahasa 

ibraninya yaitu tehillim yang berarti “puji-pujian. Berdasarkan Septuaginta, Mazmur 

diterjemahkan sebagai psalmoi yang memiliki arti nyanyian yang diiringi dengan menggunakan alat musik gesek atau petik.1 Terkhusus Mazmur 8 yang merupakan himne 

pujian, dimana seorang pemazmur yang berdiri di atas permukaan bumi sambil 

mengarahkan pandangannya ke langit dan melihat betapa luas dan indahnya ciptaan. 

Dalam hal ini, timbul pertanyaan dari dalam diri pemazmur, siapakah manusia, dan 

kenapa Allah mengingatnya? Mempertanyakan tujuan dari keberadaan manusia.2

Allah menciptakan alam semesta dengan segala isinya dan kemudian 

dipercayakan kepada manusia, karena Allah menganggap manusia sanggup berkuasa atas 

ciptaannya yang lain.3 Oleh karena itu, keberadaan manusia dan posisinya sebagai 

penguasa atas ciptaan Allah membuat pemazmur mengutarakan pertanyaan yang penuh 

dengan pujian dan sanjungan, siapakah manusia? Seberapa istimewakah mereka dimata￾Mu, sehingga Engkau mempercayakan hal sebesar itu. Pujian ini memperlihatkan 

perbandingan antara seluruh ciptaan yang ada di alam semesta dengan manusia sebagai 

ciptaan atau makhluk mulia yang ditetapkan untuk berkuasa. 

Manusia adalah ciptaan Allah yang sangat istimewa karena diciptakan 

berdasarkan gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27). Dan manusia diciptakan bukan 

sekedar memenuhi bumi saja, tetapi ada tujuan mulia Allah yaitu untuk mengelola dan 

berkuasa atas segala makhluk di bumi (ay. 28). Tetapi karena kejatuhan manusia dalam 

dosa (Kej. 3) dan transisi zaman ke zaman yang semakin mengalami perubahan, manusia 

tidak lagi merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan mulia. Dan pada 

akhirnya manusia mengambil tindakan yang tidak mencerminkan seorang ciptaan yang 

mulia yaitu dengan tindakan bunuh diri. Di dalam kekristenan, tidak menyayangkan 

nyawa karena membela kebenaran Injil bukan suatu masalah karena itu tertulis dalam 

Alkitab (Mat. 10:39; Yoh. 12:25). Tetapi, yang menjadi masalahnya adalah banyak orang 

Kristen yang tidak menyayangkan nyawa (bunuh diri) hanya karena tekanan atau masalah 

hidup. Faktor-faktor bunuh diri selalu berkaitan erat dengan masalah sosial dan juga kejiwaan seseorang.4 Selain itu, diakibatkan karena masalah ekonomi dan 79 % kematian 

karena bunuh diri ini terjadi di negara-negara yang berpendapatan kecil.5

Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang sangat miris dalam berbagai 

peristiwa yang ada karena seseorang mengakhiri hidupnya akibat keputusasaan yang 

dialami.6 Tindakan bunuh diri dilakukan dengan berbagai macam cara seperti minum 

racun, memotong nadi, gantung diri, loncat dari tempat tinggi, menenggelamkan diri, 

menusuk diri dengan benda-benda tajam dan lain sebagainya. Menurut WHO (World 

Health Organization) bunuh diri merupakan penyebab terbesar ketiga angka kematian di 

berbagai negara.7 Berdasarkan info Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 

menjelaskan bahwa jumlah kisaran kematian akibat bunuh diri mencapai 800.000 

kematian pertahun.8 Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, 

menjelaskan bahwa terdapat 5.787 korban bunuh diri dan yang mencoba untuk bunuh 

diri.9

Ada tiga penelitian sebelumnya yang membahas fenomena bunuh diri dan upaya 

pencegahannya serta siapa manusia dalam Mazmur 8. Penelitian tersebut antara lain:

- Penelitian dengan judul “Peran Spiritualitas Dalam Mempengaruhi Resiko Perilaku 

Bunuh Diri: A Literature Review.” Diambil dari Jurnal keperawatan Respati 

Yogyakarta yang diteliti oleh Wulida Litaqia dan Iman Permana pada tahun 2019. 

Penelitian ini membahas bagaimana peran agama dalam mencegah perilaku bunuh 

diri. Tujuannya adalah menghambat individu yang memiliki ide bunuh diri dan 

mendorong setiap individu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta 

meningkatkan rutinitas ibadahnyaPenelitian dengan judul “Menghidupi Ciptaan Allah.” Diambil dari Jurnal Kenosis 

yang diteliti oleh Jozef Hehanusa pada tahun 2017. Penelitian ini membahas betapa 

manusia memiliki tanggung jawab yang besar terhadap makhluk ciptaan lainnya 

dengan kekuasaan yang telah diberikan Allah kepadanya. Penelitian ini berdasarkan 

eksegesis Mazmur 8.11

- Penelitian dengan judul “Nilai Hospitalitas Dalam Budaya Raputallang: Upaya 

Gereja Mencegah Kasus Bunuh Diri.” Diambil dari Jurnal Vox Dei yang diteliti oleh 

Ayu Purnama Sari dan Kristiani Ela pada tahun 2022. Penelitian ini membahas 

budaya raputallang di Toraja yang mengandung nilai kebersamaan atau kekeluargaan 

yang mampu menopang individu yang saling membimbing dan memedulikan satu 

sama lain. Budaya ini mengasung nilai yang sama dengan hospitalitas Kristen yang 

didasari cinta kasih. Oleh karena itu, menerapkan budaya raputallang akan membantu 

masyarakat dalam mencegah perilaku bunuh diri.12

Dari semua penelitian di atas, penulis melihat bahwa ada kesenjangan pada bagian 

tahap pencegahan perilaku bunuh diri yang masih kurang mendasar, dan penekanan 

dalam teks Mazmur 8. Oleh karena itu, penulis ingin menawarkan perspektif yang 

berbeda sebagai tahap dasar untuk mencegah perilaku bunuh diri yang terjadi di dalam 

kehidupan masyarakat sekarang. Penulis ingin memberikan satu pemahaman dasar 

dengan menafsir ulang Mazmur 8:4-9 yaitu keberhargaan manusia dihadapan Tuhan 

sebagai ‘makhluk mulia.’ Dengan itu, para pembaca dapat termotivasi dan tersadarkan 

kembali bahwa betapa mulianya kehidupan mereka dan betapa menyesalnya jika 

seandainya mereka melakukan tindakan bunuh diri. 

Dalam hal ini, kematian karena bunuh diri harus menjadi perhatian khusus dan 

perlu ditangani, terutama dalam komunitas Kristen dengan cara menyadarkan siapa 

mereka di hadapan Tuhan. Kenapa? karena tindakan bunuh diri yang mereka anggap 

sebagai penyelesaian masalah, ternyata sangat bertentangan dengan ajaran Kristen. 

Tindakan ini merupakan tindakan menolak untuk taat pada titah Tuhan yang memberi 

nafas kehidupan dan mendahului Tuhan yang mempunyai otoritas atas hidup dan matinya 

seseorang.13

Metode 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, khususnya dengan 

melakukan pendekatan firman Tuhan dan banyak literatur. Kemudian, melakukan analisis 

gramatika dan konteks. Dengan melakukan beberapa metode ini, penulis akan 

menganalisis literatur-literatur yang ada dan melakukan perbandingan. Dengan itu, 

penulis dapat melihat apa yang kurang dan harus diisi untuk melengkapi upaya 

pencegahan masalah yang sedang terjadi. Kemudian, setelah melihat bahwa terdapat 

kekurangan, penulis melanjutkan dengan menganalisis gramatika. Mencari tahu makna 

kata yang penting dari tulisan Pemazmur di dalam Mazmur 8:4-9 dengan melihat teks 

aslinya. Langkah selanjutnya, melihat konteks yang berkaitan dengan Mazmur 8:4-9 dari 

bagian-bagian kitab lainnya dan melihat kesesuaian didalamnya. Terakhir, penulis 

menyajikan hasilnya sebagai dasar utama yang membangun kesadaran banyak manusia 

sebagai upaya pencegahan perilaku bunuh diri. 

Hasil dan Pembahasan

Dalam KBBI, bunuh diri merupakan aksi yang dilakukan seseorang untuk 

mengakhiri hidupnya sendiri, yang biasanya terjadi karena depresi atau gangguan mental. 

Depresi merupakan suatu kondisi emosional yang berkepanjangan yang mewarnai 

seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang.14 Karena 

manusia adalah makhluk sosial, bunuh diri tidak terlepas dari pengaruh hubungan dan 

struktur sosial dalam masyarakat yang kurang stabil.15 Jika hubungan sosial setiap orang 

kurang baik, maka itu akan memberikan pukulan mental sehingga menciptakan keadaan 

depresi yang berujung pada penurunan akal sehat. Oleh karena itu, seseorang yang 

mengalami hal ini tidak segan-segan berbuat sesuatu yang membahayakan yaitu bunuh diri. Fenomena ini memang sulit untuk dibendung, tetapi secara kemanusiaan tidak dapat 

dibenarkan dan dibiarkan. Untuk itu, perlu upaya pencegahan. 

Tindakan bunuh diri tidak dapat dibenarkan dalam lingkup komunitas Kristen 

karena hal itu merupakan salah satu tindakan yang ditentang oleh Tuhan karena tidak 

menghargai apa yang telah Tuhan ciptakan dan mendahului Dia yang mempunyai otoritas 

penuh atas hidup dan matinya seseorang. Sangat disayangkan jika salah satu dari makhluk 

yang pada dasarnya diciptakan mulia mengambil tindakan melayangkan nyawa hanya 

untuk beroleh penyelesaian masalah, padahal itu bukanlah caranya. Dalam hidup, tidak 

ada seorangpun yang luput dari masalah, tetapi bukan berarti tidak bisa melewati masalah. 

Terdapat banyak hambatan yang pasti akan siap menghadang manusia, dan itu yang 

membuat banyak orang tidak mampu bertahan.16

Bunuh diri akan menjadi pemutus rancangan dan rencana Allah dalam setiap 

orang, terutama orang-orang yang hidup dalam komunitas Kristen, jika seandainya 

memilih jalannya sendiri dan tidak bergantung pada Allah. Allah mempunyai rancangan 

bagi setiap individu dan ini tidak bisa dijangkau menggunakan pikiran manusia, seperti 

yang tertulis dalam Yesaya 55:8-9 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan 

jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikian firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi 

demikian juga tingginya rancangan-Ku dari rancanganmu dan jalan-Ku dari jalanmu.” 

Manusia harus mengerti hal ini, dan tidak boleh bunuh diri hanya karena tekanan masalah 

yang dihadapi sebab itu bukanlah rancangan Allah dan tindakan tersebut adalah tindakan 

membunuh. Membunuh berarti melanggar perintah Tuhan dalam Ulangan Keluaran 

20:13 “Jangan membunuh” alasannya yaitu karena manusia adalah makhluk yang 

diciptakan Tuhan dan Tuhan punya rancangan atasnya, maka manusia tidak berhak 

menggagalkan rancangan tersebut dengan bunuh diri. Tuhan punya rancangan tersendiri 

yang tidak dapat dilampaui oleh pikiran manusia.17

Untuk itu, penulis akan menyajikan Mazmur 8:4-9 sebagai pengingat bahwa 

manusia adalah makhluk yang berharga dan mulia, sekalipun manusia dulunya jatuh 

dalam dosa. Tetapi manusia diberi peluang baru untuk berkarya lagi bagi Allah sebagai 

makhluk mulia lewat penebusan oleh darah Yesus. Berikut adalah eksposisi dari Mazmur 8:4-9: (4) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang 

Kau tempatkan: (5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak 

manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (6) Namun Engkau telah membuatnya 

hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. (7) 

Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau 

letakkan di bawah kakinya: (8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang￾binatang di padang; (9) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang 

melintasi arus lautan. 

Berbicara tentang kemuliaan yang didapat oleh manusia sebagai makhluk ciptaan 

merupakan kabar yang sungguh luar biasa, jika manusia mampu memahami dirinya 

dengan benar. Tetapi, memang ada beberapa orang dalam memahami makna teks dan 

konteks dari Mazmur 8:5, yang menganggap bahwa ini hanya diterapkan pada Yesus saja. 

Dalam ayat 5, terdapat kata manusia dan manusia ini berarti bisa saja diterapkan kepada 

seluruh manusia ciptaan Allah atau kepada Yesus yang berinkarnasi jadi manusia. Ini 

menjadi sebuah pertanyaan, kepada siapakah ayat ini ditujukan? 

Theodore dari Mopsuestia menyiratkan pertanyaan yang terdapat dalam Mazmur 

8:5 tersebut, “Apakah manusia itu sehingga Engkau mengingatnya” dia mengatakan 

bahwa hal ini mengacu pada Yesus sebagai manusia karena merupakan nubuatan khusus 

yang tergenapi dalam Matius 21:16, ketika anak-anak meneriakkan hosana.18 Kemudian 

Luther juga menafsirkan hal tersebut sama dengan Theodore.19 Tetapi ada juga yang 

mengatakan bahwa manusia tersebut adalah manusia biasa.20 Calvin merupakan salah 

satu orang yang justru menolak pandangan Luther dan Theodore.21

Jika ditelusuri dari awal penciptaan manusia, Allah menciptakan manusia seperti 

gambar dan rupa-Nya (Imago Dei) (Kej. 1:26) dan diberi kuasa atas semua ciptaan yang 

ada di bumi (ay. 28). Hal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk yang 

mulia.22 Menurut pandangan James Montgomery B. unsur pertama yang ada dalam diri manusia yaitu gambar Allah yang memiliki kepribadian sehingga bisa menghasilkan 

pengetahuan, perasaan dan kehendak.23 Dalam hal ini, manusia mempunyai kemungkinan 

besar dalam menaklukkan segala sesuatu yang ada di bumi. Fransiskus dari Asisi juga 

menyatakan bahwa Mazmur 8 menggemakan penciptaan dalam kitab Kejadian.24

Berdasarkan pernyataan di atas, ayat yang berkata “apakah manusia, sehingga 

Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”

awalnya bisa diasumsikan bahwa ini mengarah kepada manusia biasa sebelum kejatuhan 

dalam dosa, seperti yang Tuhan firmankan kepada Adam dan Hawa pada saat itu untuk 

berkuasa atas semua ciptaan-Nya. Tetapi, karena kejatuhan manusia dalam dosa (Kej. 3), 

semua kesempatan kepada manusia untuk menaklukkan segalanya menjadi gagal, jelas 

dikatakan dalam Ibrani 2:8. Untuk memperjelas hal ini dalam Ibrani 2:8, ada 4 versi 

terjemahan yang harus diperhatikan terlebih dahulu.

ITL (Indonesia Terjemahan Lama):

8 maka segala sesuatu sudah Engkau taklukkan ke bawah kaki-Nya. Adapun di dalam hal 

segala sesuatu yang ditaklukkan kepada-Nya itu, maka suatupun tidak berkecuali, yang 

tiada takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum juga kita lihat sekaliannya itu 

tertakluk kepada-Nya.

ITB (Indonesia Terjemahan Baru):

segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” Sebab dalam menaklukkan 

segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatu pun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk 

kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan 

kepada-Nya.

BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini)

serta menjadikan dia penguasa atas segala sesuatu.” Nah, kalau dikatakan bahwa Allah 

menjadikan manusia “penguasa atas segala sesuatu”, itu berarti bahwa tidak ada 

sesuatu pun yang tidak di bawah kekuasaan manusia. Meskipun begitu, kita tidak melihat 

sekarang manusia berkuasa atas segala sesuatu.NIV (New International Version):

and put everything under their feet.” In putting everything under them, God left nothing 

that is not subject to them. Yet at present we do not see everything subject to them. 

(Menggunakan kata “their and them” orang ketiga jamak)

Jadi, Ibrani 2:8 merupakan petunjuk bahwa awalnya Allah ingin menaklukkan 

segala sesuatunya di bawah kaki manusia, tetapi karena kejatuhan manusia dalam dosa, 

maka manusia tidak dapat mencapai maksud sebelumnya (lih. highlight warna merah dari 

4 versi terjemahan). Sebenarnya, Mazmur 8:4-9 tidak diterapkan secara khusus antara 

manusia biasa atau manusia Yesus, melainkan diterapkan secara umum yaitu manusia 

saja. Manusia dalam hal ini sebagai objek yang ditentukan untuk berkuasa atas ciptaan 

Tuhan. Tetapi karena kegagalannya, Tuhan Yesus datang mengunjungi manusia untuk 

menaklukkan dunia sebagai contoh manusia yang sejati yang Allah inginkan. Makanya, 

dalam Ibrani 2:5-6 dikatakan bahwa “Yesus menaklukkan dunia bukan kepada malaikat￾malaikat, melainkan kepada manusia karena Ia mengingatnya.” Dan dapat dilihat juga 

dalam Mazmur 8:5 “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak 

manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” sebenarnya kata “mengindahkan” 

dalam bahasa aslinya yaitu ( דַקָּפ paqad) yang berarti to visit/mengunjungi. Oleh karena 

itu, Tuhan Yesus datang mengunjungi manusia karena manusia adalah makhluk yang 

berharga dan mulia bagi Allah.

Dengan ini, manusia diberi kesempatan untuk meresponi kasih Allah tersebut 

dengan menjalani hidup yang benar. Tetapi, jika manusia tidak berusaha hidup benar 

dengan memilih jalannya sendiri dan mengambil keputusan-keputusan yang salah dalam 

hidup salah satunya ‘mengambil tindakan bunuh diri untuk penyelesaian masalah’ maka 

betapa menyesalnya dia karena tidak menyayangkan atribut mulia dalam dirinya. Merril 

T. Eaton, Jr. dan Margaret H. Peterson melontarkan sebuah ungkapan bahwa “Binatang 

dapat membunuh binatang lainnya, tetapi mereka tidak berani membunuh diri mereka 

sendiri. Hanya manusia saja yang berani membunuh diri sendiri.” Ungkapan ini menunjukkan betapa ironisnya hidup manusia sebagai makhluk yang lebih mulia dari 

binatang dan seharusnya lebih tahu tentang dampak dari bunuh diri.25

Kemuliaan manusia ditunjukkan oleh cara dia menghargai pemberian Tuhan 

dengan selalu bersyukur, tetapi kehinaan manusia karena dirinya sendiri terlihat ketika ia 

mengambil tindakan melayangkan nyawa. Kebanyakan orang kerap kali menganggap 

bahwa masalah datang karena ia ditinggal oleh Tuhan, dan dihukum.26 Tindakan bunuh 

diri seharusnya tidak boleh dianggap sebagai penyelesaian masalah, melainkan harus 

dianggap sebagai keberdosaan manusia yang memberontak kepada Allah. Ada beberapa 

tokoh dalam Alkitab, baik itu dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru seperti 

Abimelekh, Saul, Ahitofel, Zimri dan Yudas.27 Tokoh-tokoh ini mengakhiri hidupnya 

bukan karena perintah dari seseorang atau Allah, tetapi karena dosa atau kejahatan yang 

telah dilakukan. Karena rasa malu dan merasa bersalah, mereka dengan beraninya 

melayangkan nyawa tanpa memikirkan kemanakah mereka setelah kematian. 

Untuk itu, manusia tidak boleh lagi menganggap dirinya rendah karena dia bukan 

makhluk biasa dan jangan juga tidak menghargai Allah sebagai perancang dari apa yang 

telah Dia ciptakan dengan tindakan melayangkan nyawa. Melayangkan nyawa berarti 

tidak menyayangkan kemuliaan pemberian Allah di dalam dirinya, padahal Allah tidak 

menghendakinya.

Kesimpulan 

Manusia adalah makhluk yang diciptakan mulia diantara ciptaan lain dan inilah 

yang membuat manusia istimewa. Tetapi, masalahnya manusia tidak melihat dan sadar 

bahwa dirinya mulia dihadapan Tuhan karena masalah atau tekanan hidup yang mereka 

alami. Masalah mereka anggap sebagai bukti bahwa mereka tidak dikasihi dan ditinggal 

oleh Allah, sehingga bunuh diri menjadi pilihan terbaik untuk mengeluarkan diri dari 

masalah. Anggapan ini merupakan sebuah kesalahan yang sangat serius dan bisa merusak 

rancangan Allah karena tidak memikirkan konsekuensi dari tindakan tersebut dan tidak 

menyadari betapa mulia manusia sebagai makhluk ciptaan.Oleh karena manusia kebanyakan tidak menyadari dirinya sebagai makhluk mulia 

terutama orang Kristen. Mazmur 8:4-9 menjadi bukti dari keberadaan manusia sebagai 

ciptaan Allah yang paling berbeda dari yang lain. Mazmur 8:4-9 menunjukkan bahwa 

manusia memiliki keistimewaan khusus dihadapan Allah, sehingga Allah selalu 

memperhatikannya dan menaruh segala kekuasaan yang ada di Bumi. Tafsiran Mazmur 

8:4-9 dalam penelitian ini menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang awalnya 

sudah diciptakan mulia karena memiliki gambar Allah dalam dirinya, karena manusia 

adalah makhluk mulia. Oleh karena itu, Tuhan memberikan kuasa kepada manusia atas

seluruh ciptaan untuk mengatur dan mengelola (Kej. 1:28). 

Keberhargaan manusia sejak awal penciptaan sebagai makhluk mulia masih 

berlaku sampai sekarang, terbukti dari karya penebusan. Karya penebusan menjadi bukti 

bahwa Allah mengasihi manusia. Jadi, sungguh tindakan yang tidak baik jika seorang dari 

ciptaan Allah memikirkan untuk bunuh diri, dan ini berarti tidak menyayangkan 

kemuliaan dalam dirinya yang tentu tidak menghormati Allah sebagai pemberi. Makhluk 

mulia harus belajar berpikir mulia dan bertindak mulia.



Foera’era Waruwu

Sekolah Tinggi Teologi Ekumene