erkat, sementara tetap berusaha untuk semakin dekat dan
dekat lagi, sampai mereka berdiam dalam hadirat-Nya. namun
mereka harus memastikan bahwa mereka mendekat kepada
Tuhan dengan cara yang benar.
(1) Dengan hati yang tulus, tanpa membiarkan adanya tipu
daya atau kemunafikan. Tuhan yaitu penyelidik hati, dan
Ia menuntut kebenaran dalam batin kita. Ketulusan yaitu
kesempurnaan kita yang bersifat Injil, walaupun bukan
kebajikan yang membenarkan kita.
Surat Ibrani 10:19-39
171
(2) Dalam keyakinan iman yang penuh, dengan iman yang
bertumbuh menjadi keyakinan penuh bahwa jika kita
datang kepada Tuhan melalui Kristus, kita akan didengar
dan diterima. Kita harus mengusir semua ketidakpercaya-
an yang berdosa sifatnya. Tanpa iman tidak mungkin orang
berkenan kepada Tuhan . Semakin kuat iman kita, semakin
besar kemuliaan yang kita berikan kepada Tuhan . Dan,
(3) saat hati kita sudah dibasuh dari hati nurani yang jahat,
dengan cara menerima darah Kristus ke dalam jiwa kita
dengan hati yang percaya. Hati kita dibersihkan dari keber-
salahan, dari kecemaran, dari rasa takut yang berdosa dan
siksaan, dari segala penolakan terhadap Tuhan dan kewajib-
an, dari ketidaktahuan, kesalahan, takhayul, dan kejahat-
an apa saja yang memperbudak hati nurani manusia
sebab dosa.
(4) Tubuh kita telah dibasuh dengan air murni, yaitu dengan
air baptisan (yang olehnya kita tercatat di antara para mu-
rid Kristus, para anggota tubuh mistis-Nya). Atau dengan
kuasa Roh Kudus yang menguduskan, yang memperbarui
dan mengatur perilaku lahiriah kita dan juga sifat batiniah
kita, yang membersihkan kecemaran jasmani dan juga ro-
hani. Para imam di bawah hukum Taurat harus membasuh
diri, sebelum menghadap hadirat Tuhan untuk memberi-
kan persembahan di hadapan-Nya. Jadi, harus ada per-
siapan yang layak bagi kita untuk mendekat kepada Tuhan .
2. Rasul Paulus menasihati orang-orang percaya untuk berpe-
gang teguh pada pengakuan iman mereka (ay. 23). Di sini cer-
matilah,
(1) Kewajiban itu sendiri, yaitu untuk berpegang teguh pada
pengakuan iman kita, memeluk semua kebenaran dan
jalan Injil, memegangnya teguh-teguh, dan tetap meme-
gangnya melawan segala pencobaan dan perlawanan.
Musuh-musuh rohani kita akan melakukan apa saja yang
dapat mereka lakukan untuk merampas iman, harapan,
kekudusan, dan penghiburan kita dari tangan kita, namun
kita harus berpegang teguh pada agama kita sebagai harta
karun kita yang terbaik.
172
(2) Cara kita melakukan ini, yaitu tanpa goyah, tanpa ragu,
tanpa berbantah, tanpa bermain-main dengan godaan un-
tuk menjadi murtad. sesudah menetapkan perkara-perkara
besar antara Tuhan dan jiwa kita ini, kita harus teguh dan
tidak goyah. Siapa yang mulai goyah dalam perkara-
perkara iman dan praktik kristiani terancam bahaya akan
menjadi murtad.
(3) Maksud atau alasan untuk menegaskan kewajiban ini: Ia,
yang menjanjikannya, setia. Tuhan telah membuat janji-janji
yang besar dan berharga bagi orang-orang percaya, dan Ia
yaitu Tuhan yang setia, setia kepada perkataan-Nya. Tidak
ada kepalsuan atau berubah-ubah sikap pada Dia, dan
demikian pula tidak boleh ada pada diri kita. Kesetiaan-Nya
seharusnya menggugah dan mendorong kita untuk setia,
dan kita harus lebih bergantung pada janji-janji-Nya ke-
pada kita dibandingkan janji-janji kita kepada-Nya. Kita harus
menyerukan kepada-Nya janji-Nya dalam memberi kita
anugerah yang memampukan kita.
IV. Kita mendapati sarana-sarana yang ditetapkan untuk mencegah
supaya kita tidak murtad, dan mendorong supaya kita setia dan
bertekun (ay. 24-25, dst.). Rasul Paulus menyebutkan beberapa
hal, seperti,
1. Bahwa kita harus saling memperhatikan supaya kita saling
mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Orang-
orang Kristen harus saling memperhatikan dan memedulikan
dengan sungguh hati. Dengan rasa kasih mereka harus mem-
perhatikan apa saja kebutuhan, kelemahan, dan pencobaan
saudara-saudara mereka. Mereka harus melakukan ini, dan
bukannya mencela satu sama lain, membuat marah satu sama
lain, melainkan supaya saling mengasihi dan berbuat baik.
Mereka harus saling mengajak untuk lebih lagi mengasihi
Tuhan dan Kristus, untuk lebih lagi mencintai kewajiban dan
kekudusan, untuk lebih lagi mencintai saudara-saudara mere-
ka di dalam Kristus, dan untuk melakukan segala perbuatan
baik berdasar kasih kristiani, baik itu terhadap tubuh
maupun jiwa satu sama lain. Teladan baik yang diberikan
kepada orang lain merupakan dorongan terbaik dan paling
berhasil untuk saling mengasihi dan berbuat baik.
Surat Ibrani 10:19-39
173
2. Untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah
kita (ay. 25). Sudah menjadi kehendak Kristus supaya murid-
murid-Nya berkumpul bersama-sama, terkadang lebih secara
pribadi untuk bertemu dan berdoa, dan di waktu lain ber-
sama-sama untuk mendengarkan firman dan bersatu dalam
melaksanakan semua ketetapan ibadah Injil. Di zaman para
Rasul, dan seharusnya di setiap zaman, ada pertemuan-
pertemuan Kristen untuk menyembah Tuhan , dan membangun
satu sama lain. namun bahkan di masa-masa itu tampak ada
sebagian orang yang meninggalkan pertemuan-pertemuan ini,
dan dengan demikian mulai murtad dari agama itu sendiri.
Persekutuan para kudus merupakan hak istimewa dan hal
yang sangat membantu, juga sarana yang baik supaya kita
tetap teguh dan tekun. Dengan persekutuan para kudus, hati
dan tangan mereka saling dikuatkan.
3. Untuk menasihati satu sama lain, untuk menasihati diri kita
sendiri dan satu terhadap yang lain, untuk mengingatkan diri
kita sendiri dan satu sama lain akan dosa dan bahaya jika kita
undur. Untuk mengingatkan diri kita sendiri dan sesama
orang Kristen akan kewajiban kita, akan kegagalan dan ke-
bobrokan kita, untuk menjaga satu sama lain, dan cemburu
kepada diri kita sendiri dan satu sama lain dengan cemburu
yang saleh. Semuanya ini, dengan dipimpin oleh roh Injil yang
benar, akan menciptakan persahabatan yang terbaik dan
terhangat.
4. Bahwa kita harus memperhatikan dekatnya masa-masa pen-
cobaan, dan dengan begitu terdorong untuk lebih giat lagi: Dan
semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang men-
dekat. Orang-orang Kristen harus memperhatikan tanda-tanda
zaman, seperti yang sudah dinubuatkan Tuhan . Akan datang
hari, hari yang mengerikan bagi bangsa Yahudi, saat kota
mereka akan dihancurkan, dan mereka sebagai umat akan
ditolak Tuhan sebab mereka menolak Kristus. Ini akan menjadi
hari di mana umat pilihan yang tersisa akan terpencar dan
ditimpa pencobaan. Sekarang Rasul Paulus mengajak mereka
memperhatikan apa tanda-tanda mendekatnya hari yang me-
ngerikan seperti itu, dan mengingatkan mereka supaya lebih
tekun dalam bertemu bersama-sama dan saling menasihati,
supaya mereka lebih siap menghadapi hari itu. Akan datang
174
hari pencobaan pada kita semua, yaitu hari kematian kita, dan
kita harus memperhatikan semua tanda mendekatnya hari itu,
dan memanfaatkannya untuk lebih waspada dan tekun dalam
menjalankan kewajiban.
V. sesudah menyebutkan sarana supaya kita teguh, Rasul Paulus me-
lanjutkan, dalam bagian penutup pasal ini, dengan menegaskan
nasihat-nasihatnya untuk bertekun, dan melawan kemurtadan,
melalui banyak pertimbangan yang sungguh-sungguh (ay. 26-27,
dst.).
1. berdasar uraian yang diberikan Rasul Paulus tentang dosa
kemurtadan. Dosa murtad berarti sengaja berbuat dosa, sesu-
dah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, sengaja ber-
buat dosa melawan kebenaran yang tentangnya kita sudah
memiliki bukti yang meyakinkan. Bacaan ini sudah menimbul-
kan banyak kegelisahan pada sebagian jiwa yang beroleh anu-
gerah. Sampai-sampai mereka menyimpulkan bahwa setiap
dosa yang disengaja, yang dilakukan dengan keyakinan dan
melawan pengetahuan, yaitu dosa yang tidak dapat diam-
puni. namun ini merupakan kelemahan dan kesalahan mereka.
Dosa yang disebutkan di sini yaitu murtad secara menyelu-
ruh dan dengan keputusan bulat, saat manusia dengan
kehendak dan tekad bulat merendahkan dan menolak Kristus,
satu-satunya Juruselamat; merendahkan dan menolak Roh,
satu-satunya yang menguduskan; dan merendahkan serta me-
ninggalkan Injil, satu-satunya jalan keselamatan dan firman
yang membawa hidup kekal. Dan semuanya ini mereka laku-
kan sesudah mereka mengetahui, memiliki, dan mengakui aga-
ma Kristen, dan mereka terus melakukannya dengan hati yang
begitu keras dan penuh kejahatan. Ini merupakan pelanggaran
besar. Rasul Paulus tampak merujuk pada hukum Taurat
mengenai orang-orang yang berbuat dosa dengan sengaja (Bil.
15:30-31). Mereka ini harus dilenyapkan.
2. berdasar hukuman yang mengerikan terhadap orang-
orang yang murtad seperti itu.
(1) Tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa-dosa seperti
itu. Tidak ada Kristus lain yang akan datang untuk me-
nyelamatkan para pendosa seperti itu. Mereka berdosa me-
Surat Ibrani 10:19-39
175
lawan jalan dan obat penawar terakhir. Ada beberapa dosa
di bawah hukum Taurat yang untuknya tidak disediakan
korban. Walaupun begitu, jika orang yang melakukannya
benar-benar bertobat, meskipun mungkin tidak akan ter-
hindar dari kematian jasmani, mereka dapat terhindar dari
kebinasaan kekal. Sebab Kristus akan datang, dan mem-
berikan penebusan. namun sekarang orang-orang yang
hidup di bawah Injil yang tidak mau menerima Kristus,
agar mereka diselamatkan oleh-Nya, tidak lagi memiliki
tempat perlindungan yang tersisa.
(2) Yang tinggal pada mereka hanyalah ketakutan dalam me-
nantikan penghakiman (ay. 27). Sebagian orang berpenda-
pat bahwa ini merujuk pada kehancuran yang mengerikan
pada umat dan bangsa Yahudi. namun pasti itu juga meru-
juk pada kebinasaan sepenuhnya yang menanti semua
orang murtad yang berkeras hati pada saat kematian dan
penghakiman, saat Sang Hakim akan melampiaskan
murka yang menyala-nyala atas mereka, yang akan meng-
hanguskan para musuh. Mereka akan diserahkan ke dalam
api yang menghanguskan dan akan dibakar selama-lama-
nya. Mengenai kebinasaan ini, Tuhan memberi kepada
beberapa orang yang dikenal sebagai pendosa, sewaktu me-
reka di bumi, firasat yang menakutkan dalam hati nurani
mereka sendiri, dan penantian yang penuh ketakutan men-
jelang kebinasaan itu, disertai keputusasaan bahwa mereka
tidak akan pernah dapat bertahan atau menghindarinya.
3. berdasar cara-cara yang dipakai keadilan ilahi terhadap
mereka yang merendahkan hukum Musa, yaitu yang sengaja
berbuat dosa, dengan meremehkan wewenangnya, ancaman-
ancamannya, dan kuasanya. Mereka ini, jika dinyatakan
bersalah atas keterangan dua atau tiga orang saksi, akan
dihukum mati. Mereka mati tanpa belas kasihan, mati secara
jasmani. Perhatikanlah, penguasa-penguasa yang bijak harus
berhati-hati mempertahankan nama baik pemerintahan mere-
ka dan kewenangan hukum, dengan menghukum orang-orang
yang sengaja melanggar hukum. namun , dalam kasus-
kasus seperti itu harus ada bukti yang kuat mengenai kejadi-
an yang sebenarnya. Demikianlah yang ditetapkan Tuhan dalam
hukum Musa. Dari situ Rasul Paulus menyimpulkan hukum-
176
an berat yang akan menimpa orang-orang yang murtad dari
Kristus. Di sini ia berseru pada hati nurani mereka sendiri,
untuk membayangkan betapa lebih beratnya hukuman yang
mungkin akan diterima orang-orang yang merendahkan Kris-
tus (sesudah mereka mengaku mengenal-Nya). Mereka bisa
membayangkan besarnya hukuman melalui besarnya dosa.
(1) Mereka telah menginjak-injak Anak Tuhan . Menginjak-injak
orang biasa saja sudah menunjukkan penghinaan yang
tidak dapat dibiarkan. Memperlakukan orang terhormat
dengan cara hina seperti itu sungguh tidak dapat diterima.
namun berlaku demikian terhadap Anak Tuhan , yang yaitu
Tuhan sendiri, pasti membangkitkan murka yang terbesar.
Menginjak-injak pribadi-Nya, menyangkal Dia sebagai
Mesias. Menginjak-injak kewenangan-Nya, dan merusak
kerajaan-Nya. Menginjak-injak para anggota-Nya sebagai
kotoran dari segala sesuatu dan tidak pantas hidup di
dunia. Apa ada hukuman yang terlalu berat untuk orang-
orang seperti itu?
(2) Mereka telah menganggap najis darah perjanjian yang
menguduskannya, yaitu darah Kristus, yang dengannya
perjanjian dibuat dan dimeteraikan, dan dengannya Kristus
sendiri ditahbiskan. Atau dengannya orang murtad telah
dikuduskan, yaitu dibaptis, disambut ke dalam perjanjian
baru melalui baptisan di depan semua orang, dan diper-
bolehkan ikut ambil bagian dalam perjamuan Tuhan. Per-
hatikanlah, ada suatu pengudusan yang di dalamnya orang
bisa saja ikut ambil bagian, namun ia kemudian murtad.
Orang dapat dibedakan melalui karunia-karunia dan anu-
gerah-anugerah yang bersifat umum, melalui pengakuan di
bibir, melalui suatu bentuk kesalehan, melalui sederet
jalan kewajiban yang dilakukan, dan melalui serangkaian
hak istimewa, namun demikian ia murtad pada akhirnya.
Manusia yang sebelumnya tampak memandang tinggi
darah Kristus bisa saja kemudian menganggapnya najis,
tidak lebih baik dibandingkan darah penjahat, meskipun darah
Kristus yaitu tebusan dunia, dan setiap tetesnya bernilai
tak terhingga.
(3) Mereka telah menghina Roh kasih karunia, Roh yang de-
ngan penuh karunia diberikan kepada manusia, dan yang
Surat Ibrani 10:19-39
177
mengerjakan kasih karunia di mana saja Ia berada. Roh
kasih karunia, yang seharusnya dipedulikan dan diperhati-
kan dengan sangat saksama. Roh ini telah mereka duka-
kan, mereka tolak, mereka padamkan, dan bahkan telah
mereka hina. Ini merupakan perbuatan paling fasik dan
membuat si pendosa putus harapan, dan menolak Injil
keselamatan bagi dirinya. Sekarang, Rasul Paulus menye-
rahkan pada hati nurani semua, berseru pada akal budi
dan keadilan yang berlaku umum, apakah kejahatan-keja-
hatan berat seperti itu tidak pantas mendapat hukuman
yang setimpal, hukuman yang lebih berat dari apa yang
menimpa orang-orang yang mati tanpa belas kasihan?
namun hukuman apa yang lebih berat dibandingkan mati tanpa
belas kasihan? Saya menjawab, mati dengan belas kasihan,
dengan belas kasihan dan kasih karunia yang telah dire-
mehkan. Betapa mengerikannya, jika bukan hanya
keadilan Tuhan melainkan juga kasih karunia dan belas
kasihan-Nya yang disalahgunakan menuntut pembalasan!
4. berdasar uraian yang kita dapati dalam Kitab Suci menge-
nai sifat keadilan Tuhan yang menuntut balas (ay. 30). Kita
tahu bahwa Ia telah berfirman, pembalasan yaitu hak-Ku.
Kutipan ini diambil dari Mazmur 94:1, Tuhan pembalas. Kenge-
rian-kengerian Tuhan diketahui baik melalui pewahyuan mau-
pun akal budi. Keadilan yang menuntut balas yaitu sifat
Tuhan yang mulia sekaligus mengerikan. Pembalasan yaitu
hak-Nya, dan Ia akan menggunakan dan melakukan pemba-
lasan terhadap para pendosa yang sudah memandang hina
anugerah-Nya. Ia akan mengadakan pembalasan bagi diri-Nya
sendiri, bagi Anak-Nya, Roh-Nya, dan perjanjian-Nya, terhadap
orang-orang murtad. Dan betapa mengerikannya keadaan me-
reka nanti! Kutipan lain diambil dari Ulangan 32:36, TUHAN
akan memberi keadilan kepada umat-Nya. Ia akan menyelidiki
dan menguji jemaat-Nya yang ada di dunia ini, dan akan
menyingkapkan serta menemukan mereka yang menyebut diri
orang Yahudi dan bukan Yahudi, namun sebenarnya berasal
dari jemaah Iblis. Ia akan memisahkan yang berharga dari
yang hina, dan akan menghukum para pendosa di Sion
dengan hukuman yang sangat terberat. Nah, orang yang
mengenal Dia yang telah berkata: “Pembalasan yaitu hak-Ku.
178
Akulah yang akan menuntut pembalasan,” harus sampai pada
kesimpulan, seperti Rasul Paulus (ay. 31): Ngeri benar, kalau
jatuh ke dalam tangan Tuhan yang hidup. Orang yang menge-
tahui sukacita yang timbul dari perkenanan Tuhan dapat mem-
bayangkan betapa dahsyat dan ngerinya murka Tuhan yang
menuntut balas. Amatilah di sini, kesengsaraan kekal apa
yang akan menimpa orang-orang berdosa yang tidak mau
bertobat dan orang-orang murtad. Mereka akan jatuh ke da-
lam tangan Tuhan yang hidup. Hukuman mereka akan datang
dari tangan Tuhan sendiri. Ia membawa mereka ke dalam ta-
ngan keadilan-Nya. Ia sendiri akan berhadapan dengan mere-
ka. Penderitaan mereka yang terbesar nanti yaitu murka
ilahi yang langsung menekan jiwa mereka dalam-dalam. saat
Ia menghukum mereka melalui makhluk-makhluk ciptaan
sebagai alat, hajaran yang diberikan terasa lebih ringan. Akan
namun , saat Ia melakukannya dengan tangan-Nya sendiri,
sungguh itu suatu penderitaan yang tak terhingga. Inilah yang
akan mereka dapatkan di tangan Tuhan , mereka akan berba-
ring dalam kedukaan. Kehancuran mereka akan datang dari
hadirat-Nya yang mulia dan berkuasa. saat mereka berba-
ring dengan terkutuk di neraka, mereka akan mendapati bah-
wa Tuhan ada di sana, dan hadirat-Nya akan menjadi kengerian
dan siksaan yang terhebat bagi mereka. Dia yaitu Tuhan yang
hidup. Ia hidup selama-lamanya, dan akan menghukum untuk
selama-lamanya.
5. Rasul Paulus menekankan kepada mereka untuk bertekun
dengan mengingatkan mereka akan penderitaan-penderitaan
mereka yang terdahulu bagi Kristus: Ingatlah akan masa yang
lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita
oleh sebab kamu bertahan dalam perjuangan yang berat (ay.
32). Pada masa permulaan Injil, timbul penganiayaan yang sa-
ngat bengis terhadap orang-orang yang mengakui agama Kris-
ten, dan orang-orang Ibrani yang percaya juga pernah meng-
alaminya. Rasul Paulus ingin supaya mereka mengingat,
(1) Kapan mereka menderita: Di masa yang lalu, sesudah me-
reka menerima terang, yaitu segera sesudah Tuhan mengem-
buskan nafas hidup ke dalam jiwa mereka, dan menya-
lakan terang ilahi dalam pikiran mereka, dan membawa
mereka ke dalam perkenanan dan perjanjian-Nya. Lalu
Surat Ibrani 10:19-39
179
bumi dan neraka mengerahkan segenap kekuatan melawan
mereka. Di sini cermatilah, keadaan alami yaitu keadaan
yang gelap, dan mereka yang terus dalam keadaan itu tidak
akan diganggu oleh Iblis dan dunia. namun keadaan anuge-
rah yaitu keadaan terang, dan sebab itu kuasa-kuasa
kegelapan akan menentangnya dengan keras. Orang yang
mau hidup saleh dalam Kristus Yesus harus menderita
penganiayaan.
(2) Apa yang sudah mereka derita: mereka bertahan dalam
perjuangan yang berat, banyak dan beragam penderitaan
bersatu padu melawan mereka, dan mereka bergumul de-
ngan sangat keras. Banyak memang masalah orang-orang
benar.
[1] Mereka menderita dalam diri mereka. Mereka menderita
dalam pribadi mereka sendiri. Mereka dijadikan tonton-
an, bahan pertunjukan bagi dunia, bagi malaikat-malai-
kat, dan bagi manusia (1Kor. 4:9). Mereka menderita
dalam nama baik mereka (ay. 33), oleh banyaknya
cercaan. Orang-orang Kristen harus menghargai nama
baik mereka sendiri, dan itu harus mereka lakukan
terutama sebab ini menyangkut nama baik agama. Hal
ini membuat cercaan menjadi penderitaan yang besar.
Mereka menderita dalam harta milik mereka, sebab
harta mereka dirampas, sebab diperas atau disita.
[2] Mereka menderita dalam penderitaan saudara-saudara
mereka: Maupun waktu kamu mengambil bagian dalam
penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. Roh
Kristen yaitu roh yang berbela rasa, bukan roh yang
mementingkan diri, melainkan roh belas kasihan. Roh
Kristen membuat penderitaan setiap orang Kristen men-
jadi penderitaan kita sendiri, menaruh dalam hati kita
belas kasihan terhadap orang lain, mengunjungi mereka,
menolong mereka, dan berseru untuk mereka. Orang-
orang Kristen yaitu satu tubuh, digerakkan oleh satu
roh, berangkat dari satu kepentingan bersama, dan
anak-anak dari Tuhan yang menderita dalam segala
penderitaan umat-Nya. Jika salah satu anggota tubuh
menderita, semua yang lain ikut menderita bersamanya.
Rasul Paulus memperhatikan secara khusus bagaimana
180
mereka sudah berbela rasa terhadapnya (ay. 34): Kamu
telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-
orang hukuman. Kita harus mengakui dengan penuh
syukur segala belas kasihan yang sudah ditunjukkan
oleh teman-teman seiman kepada kita dalam penderita-
an-penderitaan kita.
(3) Bagaimana mereka sudah menderita. Mereka sudah dito-
pang dengan sangat kuat dalam penderitaan-penderitaan
mereka dulu. Mereka menanggung penderitaan-penderita-
an dengan sabar. Bukan hanya demikian, mereka juga de-
ngan sukacita menerimanya dari Tuhan dan memandangnya
sebagai perkenanan dan kehormatan bagi mereka bahwa
mereka dianggap layak menderita cercaan demi nama Kris-
tus. Tuhan dapat menguatkan umat-Nya yang menderita
dengan segala kekuatan di dalam batin mereka, sehingga
mereka dapat menanggung penderitaan dengan tekun dan
sabar, dan dengan sukacita (Kol. 1:11).
(4) Apa yang memampukan mereka bertahan seperti itu di
bawah penderitaan-penderitaan mereka. Mereka mengeta-
hui dalam diri mereka bahwa mereka memiliki harta di
sorga yang lebih baik dan lebih menetap sifatnya. Perhati-
kanlah,
[1] Kebahagiaan orang-orang kudus di sorga yaitu harta
yang hakiki, sesuatu yang betul-betul berbobot dan
layak. Semua yang ada di sini hanyalah bayangan.
[2] Harta di sorga itu lebih baik dibandingkan apa saja yang da-
pat mereka miliki atau yang dapat hilang di dunia sini.
[3] Harta di sorga itu bertahan untuk seterusnya, ia akan
melampaui waktu dan berjalan berdampingan dengan
kekekalan. Mereka tidak akan pernah bisa menghabis-
kannya. Musuh-musuh mereka tidak akan pernah bisa
mengambilnya dari mereka, seperti mereka sudah meng-
ambil barang-barang duniawi mereka.
[4] Ini akan menebus secara berlimpah segala hal yang
hilang dari mereka atau yang diderita mereka di dunia
sini. Di sorga mereka akan memiliki kehidupan yang
lebih baik, milik yang lebih baik, kebebasan yang lebih
baik, masyarakat yang lebih baik, hati yang lebih baik,
Surat Ibrani 10:19-39
181
pekerjaan yang lebih baik, dan segala sesuatu yang
lebih baik.
[5] Orang-orang Kristen harus mengetahui ini dalam diri me-
reka sendiri. Mereka harus mendapatkan kepastian akan
hal itu dalam diri mereka sendiri (dengan Roh Tuhan yang
bersaksi dengan roh mereka), sebab pengetahuan yang
pasti tentang hal ini akan membantu mereka bertahan
melawan setiap penderitaan yang akan mereka temui di
dunia ini.
6. Rasul Paulus menekankan kepada mereka untuk bertekun,
dengan menimbang upah yang menanti semua orang Kristen
yang setia (ay. 35): Sebab itu janganlah kamu melepaskan ke-
percayaanmu, sebab besar upah yang menantinya. Di sini,
(1) Rasul Paulus menasihati mereka untuk tidak melepaskan
kepercayaan mereka, yaitu tekad dan keberanian mereka
yang kudus, namun untuk berpegang teguh pada pengakuan
yang untuknya mereka sudah begitu banyak menderita dan
menanggung penderitaan-penderitaan itu dengan begitu
baik.
(2) Rasul Paulus mendorong mereka untuk melakukannya
dengan meyakinkan mereka bahwa upah bagi kepercayaan
mereka yang kudus akan sangat besar. Sekarang pun upah
itu sudah ada, yaitu rasa damai dan rasa sukacita yang
kudus, dan hadirat Tuhan serta kuasa-Nya yang banyak ber-
diam atas mereka. Upahnya di alam nanti juga akan besar.
(3) Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka betapa pen-
tingnya anugerah untuk bertekun itu dalam keadaan kita
sekarang (ay 36): Sebab kamu memerlukan ketekunan, su-
paya sesudah kamu melakukan kehendak Tuhan , kamu
memperoleh apa yang dijanjikan itu, yaitu upah yang dijan-
jikan ini. Perhatikanlah, kebahagiaan orang-orang kudus
terutama terletak pada janji. Mereka harus terlebih dahulu
melakukan kehendak Tuhan sebelum menerima janji.
sesudah melakukan kehendak Tuhan , mereka perlu bersabar
menunggu penggenapan janji itu. Mereka perlu bersabar
menjalani hidup sampai Tuhan memanggil mereka. Ujian
untuk bersabar bagi orang Kristen yaitu , puas menjalani
hidup sesudah pekerjaan mereka selesai, dan tetap tinggal
182
menunggu upah hingga tiba waktu Tuhan untuk memberi-
kannya. Kita harus menjadi hamba-hamba Tuhan yang me-
nunggu jika kita tidak bisa lagi menjadi hamba-hamba-
Nya yang bekerja. Mereka yang sudah banyak-banyak ber-
sabar masih harus terus bersabar dan bersabar lagi sampai
mereka mati.
(4) Untuk membantu supaya mereka bertekun, Rasul Paulus
meyakinkan mereka akan dekatnya waktu kedatangan
Kristus untuk membebaskan dan memberi mereka upah
(ay. 37): Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi,
dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menang-
guhkan kedatangan-Nya. Ia akan segera datang menjemput
mereka pada saat kematian, akan mengakhiri semua pen-
deritaan mereka, dan memberi mereka mahkota kehidup-
an. Ia akan segera datang untuk menghakimi, untuk meng-
akhiri penderitaan-penderitaan seluruh jemaat (seluruh
tubuh mistis-Nya), dan memberi mereka upah yang berlim-
pah dan mulia di depan semua makhluk. Ada waktu yang
sudah ditetapkan untuk kedua hal itu, dan Ia tidak akan
menangguhkan kedatangan-Nya melampaui waktu itu
(Hab. 2:3). Pergumulan orang Kristen pada saat ini
mungkin berat, namun itu akan segera berakhir.
7. Rasul Paulus menekankan kepada mereka untuk bertekun,
dengan memberi tahu mereka bahwa bertekun inilah yang
menjadi ciri khas mereka dan yang akan membuat mereka ba-
hagia. Sebaliknya, kemurtadan yaitu cela, dan akan menjadi
kehancuran semua orang yang bersalah sebab nya (ay. 38-39):
namun orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dst.
(1) Sifat yang terhormat dari orang benar yaitu bahwa pada
saat menghadapi penderitaan terberat, mereka dapat hidup
oleh iman. Mereka dapat hidup dengan keyakinan akan ke-
benaran janji-janji Tuhan . Iman memberi hidup dan
kekuatan pada janji-janji itu. Mereka dapat mempercayai
Tuhan , hidup di dalam Dia, dan menantikan saat-Nya. Se-
perti halnya iman mereka menjaga kehidupan rohani mere-
ka sekarang, demikian pula iman mereka akan dimahkotai
dengan hidup kekal nanti.
Surat Ibrani 10:19-39
183
(2) Kemurtadan yaitu tanda dan cap orang-orang yang tidak
dikenan Tuhan . Kemurtadan yaitu penyebab dari murka
dan amarah Tuhan yang besar. Tuhan tidak pernah berkenan
pada pengakuan iman yang hanya di bibir dan pada segala
kewajiban serta pelayanan yang dilakukan di luar saja oleh
orang-orang yang tidak bertekun. Ia melihat kemunafikan
hati mereka, dan Ia sangat murka saat kehidupan agama
mereka yang bersifat lahiriah berakhir dalam kemurtadan
dari agama secara terang-terangan. Ia memandang mereka
dengan sangat murka. Mereka membangkitkan amarah-
Nya.
(3) Rasul Paulus menutup pembicaraannya dengan menyata-
kan harapan baiknya akan dirinya dan orang-orang Ibrani
ini, bahwa mereka tidak boleh sampai kehilangan sifat dan
kebahagiaan orang benar, dan jatuh ke dalam kumpulan
dan kesengsaraan orang-orang fasik (ay. 39): namun kita
bukanlah (demikian), dst. Seolah-olah ia berkata, “Aku ber-
harap kita tidak termasuk di antara mereka yang mengun-
durkan diri. Aku berharap supaya engkau dan aku, yang
sudah menghadapi pencobaan-pencobaan besar, dan su-
dah ditopang di bawahnya oleh anugerah Tuhan yang me-
nguatkan iman kita, tidak akan dibiarkan sesaat pun un-
tuk undur diri dan binasa. namun bahwa Tuhan akan tetap
menjaga kita oleh kuat kuasa-Nya melalui iman yang me-
nuntun kepada keselamatan.” Perhatikanlah,
[1] Orang yang mengaku-ngaku beragama bisa saja hidup
jauh terlibat dalam agama, namun sesudah semuanya
itu ia mengundurkan diri. Pengunduran diri dari Tuhan
ini berarti perjalanan menuju kebinasaan. Semakin
jauh kita meninggalkan Tuhan , semakin dekat kita pada
kehancuran.
[2] Mereka yang sudah dijaga setia dalam pencobaan-pen-
cobaan besar di masa lalu memiliki alasan untuk
berharap bahwa anugerah yang sama akan cukup un-
tuk terus membantu mereka hidup oleh iman, sampai
mereka menerima buah dari iman dan kesabaran
mereka, yaitu keselamatan jiwa mereka. Jika kita hidup
oleh iman, dan mati di dalam iman, maka jiwa kita akan
aman selama-lamanya.
PASAL 1 1
etelah dalam bagian penutup dari pasal sebelumnya Rasul Paulus
sangat mengedepankan anugerah iman dan hidup beriman seba-
gai penawar terbaik melawan kemurtadan dan meminta orang-orang
Ibrani untuk memperhatikannya. Dan di sini ia berbicara panjang
lebar tentang sifat dan buah-buah dari anugerah yang luhur ini.
I. Sifat anugerah iman, dan kehormatan yang terpancar pada
diri semua orang yang hidup beriman (ay. 1-3).
II. Teladan-teladan agung yang kita temukan dalam Perjanjian
Lama tentang orang-orang yang hidup oleh iman, dan mati
serta menderita secara luar biasa dengan kekuatan anugerah
Tuhan (ay. 4-38). Dan,
III. Keuntungan-keuntungan yang kita miliki di dalam Injil kare-
na menerapkan anugerah iman ini, di mana segala keun-
tungan ini mengatasi apa yang dimiliki oleh orang-orang yang
hidup di masa Perjanjian Lama (ay. 39-40).
Sifat Iman
(11:1-3)
1 Iman yaitu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat. 2 Sebab oleh imanlah telah diberikan
kesaksian kepada nenek moyang kita. 3 sebab iman kita mengerti, bahwa
alam semesta telah dijadikan oleh firman Tuhan , sehingga apa yang kita lihat
telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
Di sini kita mendapati,
I. Pengertian atau gambaran tentang anugerah iman, yang terdiri
atas dua hal.
S
186
1. Iman yaitu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan.
Iman dan harapan berjalan bersama-sama. Hal-hal yang sama
yang kita harapkan yaitu juga hal-hal yang kita imani. Iman
yaitu keyakinan dan harapan teguh bahwa Tuhan akan
menggenapi semua yang telah dijanjikan-Nya kepada kita di
dalam Kristus. Keyakinan ini begitu kuat sehingga membuat
jiwa seakan-akan memiliki hal-hal ini dan buah-buahnya
pada saat ini, dan membuat hal-hal itu hidup di dalam jiwa,
dengan mengecap buah-buah pertama darinya. Sehingga da-
lam menjalankan iman orang-orang percaya dipenuhi dengan
sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Kristus ber-
diam di dalam jiwa oleh iman, dan jiwa pun dipenuhi dengan
kepenuhan Tuhan , sejauh dapat ditampung olehnya pada saat
ini. Jiwa mengalami sebuah kenyataan hakiki akan hal-hal
yang diimaninya.
2. Iman yaitu bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Iman menunjukkan kepada akal budi kenyataan dari hal-hal
yang tidak dapat dicerna oleh mata jasmani. Iman yaitu
persetujuan teguh dari jiwa terhadap wahyu ilahi dan setiap
bagian darinya, dan mencerahi jiwa bahwa Tuhan itu benar.
Iman yaitu persetujuan penuh akan semua hal yang telah
diwahyukan Tuhan sebagai kudus, adil, dan baik. Iman mem-
bantu jiwa menerapkan semua itu pada dirinya dengan segala
perasaan dan perbuatan yang sesuai. Jadi, iman dirancang
untuk melayani orang percaya sebagai alat penglihatan, dan
bagi jiwa, iman bertindak layaknya pancaindra bagi tubuh.
Iman hanyalah pendapat atau angan-angan belaka jika ia
tidak membuat nyata hal-hal yang tak terlihat bagi jiwa, dan
menggerakkan jiwa untuk berbuat sesuai dengan hakikat dan
pentingnya hal-hal yang tak terlihat itu.
II. Uraian tentang kehormatan yang tercermin pada diri semua orang
yang sudah hidup beriman (ay. 2): Sebab oleh imanlah telah
diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita, orang-orang
percaya pada zaman dahulu kala, yang hidup di masa-masa awal
dunia. Perhatikanlah,
1. Iman yang benar yaitu anugerah yang sudah ada dari masa
dahulu, dan sudah terbukti demikian. Jadi iman itu bukanlah
suatu temuan baru, khayalan di zaman sekarang. Iman itu
Surat Ibrani 11:1-3
187
merupakan anugerah yang telah ditanamkan di dalam jiwa
manusia sejak perjanjian anugerah diberitakan di dunia. Iman
itu sudah dijalankan dari awal pewahyuan. Orang-orang tertua
dan terbaik yang pernah ada di dunia yaitu orang-orang
beriman.
2. Iman mereka yaitu kehormatan mereka. Iman memantulkan
kehormatan pada diri mereka. Mereka yaitu kehormatan bagi
iman mereka, dan iman mereka yaitu kehormatan bagi mere-
ka. Iman membuat mereka melakukan hal-hal yang memberi-
kan kesaksian baik, dan Tuhan telah memberi perhatian supaya
ada catatan dan kesaksian yang ditulis tentang hal-hal baik
yang mereka lakukan dengan kekuatan anugerah ini. Tindak-
an-tindakan iman yang tulus akan tahan untuk disaksikan,
patut disaksikan, dan akan, saat disaksikan, membawa ke-
hormatan kepada mereka yang sungguh-sungguh percaya.
III. Di sini kita mendapati salah satu tindakan dan butir pertama dari
iman, yang berpengaruh besar pada semua hal lain, dan yang
bersifat umum bagi semua orang percaya di setiap zaman dan
belahan dunia, yaitu penciptaan dunia oleh firman Tuhan . Pencipta-
an ini bukan dari apa yang sudah ada sebelumnya, melainkan
dari ketiadaan (ay. 3). Anugerah iman melihat ke belakang dan
melihat ke depan. Iman melihat bukan hanya ke depan ke akhir
dunia, melainkan juga ke belakang ke awal mula dunia. Oleh
iman kita memahami jauh lebih banyak tentang pembentukan
dunia dibandingkan yang dapat dipahami oleh mata telanjang akal
budi alami. Iman bukanlah suatu paksaan terhadap pemahaman,
melainkan sahabat dan penolong baginya. Nah, apa yang diberi-
kan iman kepada kita untuk memahami alam semesta, yaitu
bagian atas, tengah, dan bawah dari jagat raya?
1. Bahwa alam semesta ini tidak abadi, tidak pula terjadi dengan
sendirinya, namun dijadikan oleh yang lain.
2. Bahwa pencipta alam semesta yaitu Tuhan . Dialah pencipta
segalanya, dan siapa saja yang menciptakan segalanya seperti
ini pastilah Tuhan .
3. Bahwa Tuhan menjadikan dunia dengan ketepatan yang tinggi.
Dunia yaitu pekerjaan yang terbentuk, segala sesuatunya
disesuaikan dan dicondongkan untuk memenuhi tujuannya,
188
dan mengungkapkan kesempurnaan-kesempurnaan Sang Pen-
ciptanya.
4. Bahwa Tuhan menciptakan dunia oleh firman-Nya, yaitu oleh
hikmat-Nya yang hakiki dan Anak-Nya yang kekal, dan oleh
kehendak-Nya yang bekerja, yang berkata, terjadilah, maka
semuanya jadi (Mzm. 33:9).
5. Bahwa dengan demikian dunia dibentuk dari ketiadaan, dari
apa yang sebelumya tidak ada, bertentangan dengan kaidah
yang diterima biasanya , bahwa “dari ketiadaan, tidak
ada yang bisa diadakan.” Meskipun benar menyangkut
kekuatan yang diciptakan, hal itu tidak pada tempatnya bagi
Tuhan , yang dapat menjadikan dengan firman-Nya apa yang
tidak ada menjadi ada. Semua ini kita pahami dengan iman.
Kitab Suci memberi kita uraian paling benar dan tepat tentang
asal-usul dari segala sesuatu, dan kita harus mempercayai-
nya. Janganlah kita memutarbalikkan atau memperolok urai-
an Kitab Suci tentang penciptaan, hanya sebab itu tidak
sesuai dengan dugaan-dugaan kita sendiri yang tidak masuk
akal. Di antara sebagian kaum yang terpelajar namun congkak,
hal ini sudah menjadi langkah pertama yang luar biasa me-
nuju kekafiran, dan telah menuntun mereka kepada banyak
kekafiran lagi.
Teladan-teladan Iman
(11:4-31)
4 sebab iman Habel telah mempersembahkan kepada Tuhan korban yang
lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian
kepadanya, bahwa ia benar, sebab Tuhan berkenan akan persembahannya
itu dan sebab iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. 5 sebab iman
Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak di-
temukan, sebab Tuhan telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia
memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Tuhan . 6 namun tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Tuhan . Sebab barangsiapa berpaling
kepada Tuhan , ia harus percaya bahwa Tuhan ada, dan bahwa Tuhan memberi
upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. 7 sebab iman,
maka Nuh – dengan petunjuk Tuhan tentang sesuatu yang belum kelihatan –
dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya;
dan sebab iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk
menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. 8 sebab iman Abraham taat,
saat ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi
milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia
tujui. 9 sebab iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu
tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang
Surat Ibrani 11:4-31
189
turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. 10 Sebab ia menanti-nantikan
kota yang memiliki dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Tuhan . 11
sebab iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak
cucu, walaupun usianya sudah lewat, sebab ia menganggap Dia, yang mem-
berikan janji itu setia. 12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan
orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di
langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. 13 Dalam
iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memper-
oleh apa yang dijanjikan itu, namun yang hanya dari jauh melihatnya dan
melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka yaitu
orang asing dan pendatang di bumi ini. 14 Sebab mereka yang berkata demi-
kian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. 15
Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah
mereka tinggalkan, maka mereka cukup memiliki kesempatan untuk pu-
lang ke situ. 16 namun sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik
yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Tuhan tidak malu disebut Tuhan
mereka, sebab Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka. 17 sebab
iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang
telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, 18
walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah
yang akan disebut keturunanmu.” 19 sebab ia berpikir, bahwa Tuhan berkua-
sa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari
sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. 20 sebab iman maka
Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberi berkatnya kepada
Yakub dan Esau. 21 sebab iman maka Yakub, saat hampir waktunya akan
mati, memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar pada
kepala tongkatnya. 22 sebab iman maka Yusuf menjelang matinya memberi-
takan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tu-
lang-belulangnya. 23 sebab iman maka Musa, sesudah ia lahir, disembunyi-
kan selama tiga bulan oleh orang tuanya, sebab mereka melihat, bahwa
anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. 24 sebab
iman maka Musa, sesudah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25
sebab ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Tuhan dari pada untuk
sementara menikmati kesenangan dari dosa. 26 Ia menganggap penghinaan
sebab Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta
Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. 27 sebab iman maka
ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia ber-
tahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. 28 sebab iman maka
ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak
sulung jangan menyentuh mereka. 29 sebab iman maka mereka telah
melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedang orang-
orang Mesir tenggelam, saat mereka mencobanya juga. 30 sebab iman
maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, sesudah kota itu dikelilingi tujuh
hari lamanya. 31 sebab iman maka Rahab, wanita sundal itu, tidak
turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, sebab ia telah
menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.
Rasul Paulus, sesudah memberi kita uraian yang lebih umum tentang
anugerah iman, sekarang melanjutkan dengan mengetengahkan ke
hadapan kita beberapa teladan yang ternama di zaman Perjanjian
Lama, dan teladan-teladan ini dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Mereka yang namanya disebutkan, dan yang perbuatan-perbuat-
an imannya disebutkan juga secara khusus.
190
2. Mereka yang namanya hanya disebutkan sepintas lalu, dan yang
perbuatan-perbuatan imannya hanya digambarkan secara umum.
Terserah para pembaca bagaimana mau menyesuaikan dan
menerapkannya pada orang-orang tertentu, berdasar apa yang
mereka petik dari kisah suci itu. Di sini kita mendapati mereka
yang tidak saja disebutkan namanya, namun juga ujian-ujian dan
tindakan-tindakan imannya ditambahkan.
I. Contoh dan teladan iman utama yang dicatat di sini yaitu Habel.
Dapat diamati bahwa Roh Tuhan tidak menganggapnya pantas
untuk berkata apa-apa di sini tentang iman dari orangtua kita
yang pertama. Namun demikian, jemaat Tuhan biasanya ,
atas dasar kasih dan kesalehan, menganggap begitu saja bahwa
Tuhan membuat mereka bertobat dan memberi mereka iman ke-
pada keturunan yang dijanjikan. Bahwa Ia mengajar mereka ten-
tang rahasia korban, bahwa mereka mengajarkan hal itu kepada
anak-anak mereka, dan bahwa mereka beroleh belas kasihan
Tuhan , sesudah membuat hancur diri mereka sendiri dan semua
keturunan mereka. namun , Tuhan membiarkan masalah ini
tetap dalam keraguan sebagai peringatan terhadap semua orang
yang dikarunai bakat-bakat besar, dan yang diberi kepercayaan,
yaitu supaya mereka tidak ingkar, sebab Tuhan sendiri tidak mau
menyebutkan orangtua pertama kita di antara golongan orang
percaya dalam daftar yang terberkati ini. Daftar itu dimulai
dengan Habel, salah satu dari orang-orang kudus pertama, dan
martir pertama untuk agama, dari semua anak Adam. Habel
yaitu orang yang hidup oleh iman, dan mati untuknya, dan
sebab itu merupakan teladan yang sesuai untuk diikuti orang-
orang Ibrani. Amatilah,
1. Apa yang dilakukan Habel dengan iman: Ia telah mempersem-
bahkan kepada Tuhan korban yang lebih baik dari pada korban
Kain, korban yang lebih utuh dan sempurna, pleiona thysian.
Dari sini pelajarilah,
(1) Bahwa, sesudah kejatuhan manusia, Tuhan membuka jalan
baru bagi anak-anak manusia untuk kembali kepada-Nya
dalam bentuk ibadah agama. Contoh Habel ini merupakan
salah satu contoh tertulis pertama tentang manusia yang
sudah jatuh beribadah kepada Tuhan . Suatu keajaiban
Surat Ibrani 11:4-31
191
rahmat bahwa semua hubungan antara Tuhan dan manusia
tidak terputus oleh kejatuhan manusia.
(2) sesudah kejatuhan manusia, Tuhan harus disembah melalui
persembahan-persembahan korban, sebuah cara ibadah
yang membawa serta di dalamnya suatu pengakuan dosa,
tekad untuk meninggalkan dosa, dan pengakuan iman
kepada seorang Penebus, yang akan menjadi tebusan bagi
jiwa-jiwa manusia.
(3) Bahwa, sejak awal, sudah ada perbedaan yang luar biasa di
antara para penyembah Tuhan . Di sini ada dua orang, ber-
saudara, dan keduanya menjalakan ibadah kepada Tuhan ,
namun ada perbedaan besar di antara mereka. Kain yaitu
anak yang lebih tua, namun Habel lebih disukai. Bukan
sebab dilahirkan lebih dulu, melainkan sebab anugerah-
lah manusia menjadi betul-betul terhormat. Perbedaan
yang terlihat dalam pribadi mereka: Habel yaitu orang
yang lurus, orang benar, orang yang betul-betul percaya.
Kain hanya mementingkan tampilan luar, tidak memiliki
pandangan akan sebuah anugerah yang istimewa. Hal ini
terlihat dari pedoman-pedoman hidup yang mereka pegang:
Habel bertindak di bawah kuasa iman, sedang Kain
bertindak hanya berdasar kekuatan pendidikan, atau
hati nurani alami. Juga sangat terlihat perbedaan dalam
persembahan-persembahan mereka: Habel membawa kor-
ban pendamaian, mempersembahkan korban persembahan
dari anak sulung kambing dombanya, mengakui dirinya
sebagai orang berdosa yang pantas mati, dan hanya meng-
harapkan belas kasihan melalui korban agung. sedang
Kain hanya mempersembahkan korban pengakuan, seka-
dar korban ucapan syukur, hasil tanah, yang mungkin,
atau malah pasti, dipersembahkan tanpa merasa diri seba-
gai seorang pendosa. Dalam persembahannya ini tidak ada
pengakuan dosa, tidak ada perhatian terhadap tebusan.
Inilah kekurangan yang sangat mendasar pada korban
Kain. Akan selalu ada perbedaan di antara orang-orang
yang menyembah Tuhan yang benar. Sebagian orang akan
mengepung Dia dengan berbagai kebohongan, sementara
sebagian yang lain akan setia bersama-sama dengan orang-
orang kudus. Sebagian orang, seperti orang Farisi, akan
192
bersandar pada kebenaran diri mereka sendiri. Sebagian
yang lain, seperti si pemungut cukai, akan mengakui dosa
mereka, dan menyerahkan diri pada belas kasihan Tuhan di
dalam Kristus.
2. Apa yang diperoleh Habel dengan imannya. Cerita aslinya
ada dalam Kejadian 4:4, TUHAN mengindahkan Habel dan
korban persembahannya itu. Pertama-tama Tuhan mengindah-
kan pribadinya sebagai orang yang beroleh anugerah, lalu
mengindahkan korbannya sebagai korban yang lahir dari
anugerah, terutama dari anugerah iman. Di sini kita diberi
tahu bahwa dengan imannya Habel memperoleh beberapa
keuntungan istimewa, seperti,
(1) Ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar,
orang yang dibenarkan, dikuduskan, dan diterima. Besar
kemungkinan bahwa hal ini dibuktikan dengan turunnya
api dari langit, yang mengobarkan dan memakan habis
korbannya.
(2) Tuhan memberi kesaksian atas kebenaran pribadi Habel,
dengan menunjukkan perkenanan-Nya pada pemberian-
pemberian Habel. jika api, sebagai lambang keadilan
Tuhan , memakan habis korban itu, maka itu pertanda bah-
wa belas kasihan Tuhan menerima si pembawa korban demi
sang korban agung.
(3) Dan sebab iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. Habel
mendapat kehormatan untuk meninggalkan sebuah per-
kara yang bisa dipakai sebagai suatu pengajaran. Dan apa
yang dikatakannya kepada kita? Apa yang harus kita
pelajari darinya?
[1] Bahwa manusia yang jatuh diperbolehkan menyembah
Tuhan , dengan pengharapan akan diterima.
[2] Bahwa, jika pribadi dan persembahan kita diterima,
pasti itu sebab iman kepada Sang Mesias.
[3] Bahwa mendapat perkenanan Tuhan yaitu suatu ke-
baikan tersendiri dan istimewa.
[4] Bahwa orang yang mendapat kebaikan dari Tuhan ini
harus bersiap-siap menghadapi iri dan dengki dunia.
[5] Bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan-keja-
hatan yang dilakukan terhadap umat-Nya berlalu tanpa
Surat Ibrani 11:4-31
193
mendapat hukuman, atau membiarkan penderitaan-
penderitaan umat-Nya berlalu tanpa mendapat imbalan.
Semua ini memang ajaran yang sangat baik dan
berguna, namun darah pemercikan berbicara lebih
kuat dari pada darah Habel.
[6] Bahwa Tuhan tidak akan membiarkan iman Habel mati
bersamanya, namun akan membangkitkan orang-orang
lain, yang akan memperoleh iman serupa yang berhar-
ga. Dan demikianlah yang dilakukan Tuhan dalam waktu
sebentar saja, sebab dalam ayat berikutnya kita mem-
baca,
II. Tentang iman Henokh (ay. 5). Henokh yaitu orang kedua dari
para tua-tua yang sebab iman mendapat kesaksian yang baik.
Amatilah,
1. Apa yang diceritakan di sini tentang dia. Dalam perikop ini
(dan dalam Kej. 5:22, dst.) kita membaca,
(1) Bahwa ia hidup bergaul dengan Tuhan , yaitu bahwa ia
benar-benar saleh, dan semua orang tahu kesalehannya. Ia
giat berbuat saleh, terus berbuat saleh, dan bertekun da-
lam kesalehannya dengan kepatuhan terhadap Tuhan , ber-
sekutu dengan Tuhan , dan puas di dalam Tuhan .
(2) Bahwa ia terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian,
tidak pula bagian apa saja dari dirinya ditemukan di bumi.
Sebab Tuhan mengangkatnya, jiwa dan raga, ke dalam
sorga, seperti yang akan dilakukan-Nya terhadap orang-
orang kudus yang akan didapati hidup pada saat keda-
tangan-Nya untuk kali kedua.
(3) Bahwa sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian,
bahwa ia berkenan kepada Tuhan . Ia memiliki bukti akan
perkenanan Tuhan di dalam hati nuraninya, dan Roh Tuhan
bersaksi dengan rohnya. Siapa yang dengan iman hidup
bergaul dengan Tuhan di dunia yang berdosa ini, mereka
berkenan kepada Tuhan , dan Tuhan akan memberi mereka
tanda-tanda perkenanan-Nya, dan memberi mereka kehor-
matan.
2. Apa yang dikatakan di sini tentang imannya (ay. 6). Dikatakan
bahwa tanpa iman ini, tidak mungkin orang berkenan kepada
194
Tuhan , tanpa iman yang dapat membantu kita hidup bergaul
dengan Tuhan , sebuah iman yang aktif. Dan bahwa kita tidak
dapat datang kepada Tuhan kecuali kita percaya bahwa Tuhan
ada, dan bahwa Tuhan memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia.
(1) Orang harus percaya bahwa Tuhan ada, dan bahwa Tuhan
yaitu sebagaimana adanya Ia, seperti yang sudah Dia
nyatakan tentang diri-Nya sendiri dalam Kitab Suci. Dia
yaitu Keberadaan dengan kesempurnaan-kesempurnaan
tak terhingga, yang terdiri atas tiga pribadi: Bapa, Anak,
dan Roh Kudus. Perhatikanlah, kepercayaan akan keber-
adaan Tuhan yang diterapkan dalam perbuatan sehari-hari,
sebagaimana yang diwahyukan dalam firman, akan men-
jadi pengikat yang kuat dalam jiwa sehingga jiwa senantia-
sa takjub kepada-Nya. Kepercayaan itu akan menjadi ke-
kang untuk menjauhkan kita dari dosa, dan pemacu untuk
membuat kita mematuhi Injil dalam segala perilaku kita.
(2) Bahwa Ia memberi upah kepada orang yang sungguh-
sungguh mencari Dia. Di sini amatilah,
[1] sebab kejatuhan kita telah kehilangan Tuhan . Kita telah
kehilangan terang, hidup, kasih, keserupaan, dan per-
sekutuan ilahi.
[2] Tuhan dapat kita temukan lagi melalui Kristus, Adam
kedua.
[3] Tuhan telah menentukan sarana dan cara-cara yang de-
ngannya Ia dapat ditemukan. Yaitu memperhatikan de-
ngan saksama sabda-sabda-Nya, menjalankan ketetap-
an-ketetapan-Nya, dan hamba-hamba Tuhan melaksa-
nakan tugas mereka sebagaimana mestinya dan berhu-
bungan dengan jemaat-Nya. Juga dengan mengikuti
bimbingan Tuhan yang penuh dengan maksud pemeli-
haraan, dan dalam segala sesuatu menantikan dengan
rendah hati hadirat-Nya yang penuh anugerah.
[4] Siapa yang mau menemukan Tuhan dengan cara-cara-
Nya ini harus mencari Dia dengan sungguh-sungguh.
Mereka harus mencari-Nya pagi-pagi, dengan sungguh-
sungguh, dan dengan tekun. jika mereka mencari
Dia, mereka akan menemukan-Nya; jika mereka me-
Surat Ibrani 11:4-31
195
nanyakan Dia dengan segenap hati. jika mereka su-
dah menemukan Dia, sebagai Tuhan yang sudah berda-
mai dengan mereka, maka mereka tidak akan pernah
menyesali susah payah yang sudah mereka alami dalam
mencari Dia.
III. Iman Nuh (ay. 7). Amatilah,
1. Dasar dari iman Nuh, yaitu sebuah peringatan yang telah
diterimanya dari Tuhan tentang perkara-perkara yang belum
terlihat. Ia mendapat wahyu ilahi, entah melalui suara atau
penglihatan tidak jelas di sini. namun pewahyuan itu nyata
sedemikian rupa sehingga membuktikan kebenarannya sen-
diri. Ia mendapat petunjuk Tuhan tentang sesuatu yang belum
kelihatan, yaitu tentang penghakiman yang besar dan berat,
yang belum pernah disaksikan dunia. Tentang penghakiman
itu, belum ada tanda-tanda sedikit pun yang tampak di alam.
Peringatan rahasia ini harus disampaikannya kepada dunia,
yang pasti akan meremehkan dia maupun pesannya. Tuhan
biasanya memperingatkan orang-orang berdosa sebelum mem-
berikan hajaran. jika peringatan-peringatan-Nya diremeh-
kan, maka hajaran-Nya akan terasa lebih berat.
2. Tindakan-tindakan iman Nuh, dan pengaruhnya baik terhadap
pikiran maupun perbuatannya.
(1) Terhadap pikirannya. Imannya menekan jiwanya dengan
rasa takut akan penghakiman Tuhan : ia tergerak oleh ke-
takutan (KJV – pen.). Iman pertama-tama memengaruhi pe-
rasaan-perasaan kita, kemudian perbuatan-perbuatan kita.
Iman menyentuh perasaan-perasaan yang sesuai dengan
perkara yang diwahyukan. Jika itu perkara baik, iman
akan membangkitkan kasih dan keinginan. Jika itu per-
kara buruk, iman akan membangkitkan ketakutan.
(2) Iman Nuh memengaruhi perbuatannya. Ketakutannya,
yang timbul sebab mempercayai ancaman Tuhan , mengge-
rakkan dia untuk mempersiapkan bahtera. Dalam hal ini,
tidak diragukan lagi, ia mendapat cemoohan dan celaan
dari angkatan yang jahat. Ia tidak berbantah dengan Tuhan
mengapa ia harus membuat bahtera, atau bagaimana bisa
bahtera itu menampung apa yang harus masuk ke dalam-
196
nya, atau bagaimana kapal seperti itu dapat bertahan meng-
hadapi badai yang demikian besar. Imannya membungkam
semua keberatan, dan menetapkan hatinya untuk berkerja
dengan sungguh-sungguh.
3. Buah-buah dan upah yang terberkati dari iman Nuh.
(1) Dengan iman ini Nuh dan keluarganya diselamatkan, se-
mentara seluruh dunia yang berdosa binasa di sekeliling
mereka. Tuhan menyelamatkan keluarganya demi dia. Un-
tung mereka yaitu putra dan putri Nuh. Untung perem-
puan-wanita itu menikah dengan keluarga Nuh. Kalau
menikah dengan keluarga-keluarga lain, mereka mungkin
akan kaya raya, namun mereka akan ditenggelamkan. Orang
sering berkata, “Sungguh baik jika bersaudara dengan
orang berpunya.” namun pasti lebih baik untuk bersaudara
dengan mereka yang ada di dalam perjanjian anugerah.
(2) Dengan iman ini Nuh menghakimi dan menghukum dunia.
Ketakutannya yang kudus menghukum rasa aman dan
keyakinan mereka yang sia-sia. Imannya menghukum
ketidakpercayaan mereka. Ketaatannya menghukum peng-
hinaan dan pemberontakan mereka. Teladan yang baik
akan mempertobatkan atau menghukum orang-orang ber-
dosa. Ada suatu kuasa yang menginsafkan yang ada
dalam hidup yang sungguh-sungguh kudus dan penuh
hormat kepada Tuhan . Hidup seperti itu dengan sendirinya
membawa pujian pada hati nurani setiap manusia di
hadapan Tuhan , dan mereka dihakimi oleh hidup mereka
itu. Ini merupakan cara terbaik yang dapat dipakai umat
Tuhan untuk menghukum orang fasik. Bukan dengan ba-
hasa yang kasar dan mencela, melainkan dengan perilaku
yang kudus dan patut diteladani.
(3) Dengan iman ini ia ditentukan untuk menerima kebenaran,
sesuai dengan imannya.
[1] Nuh dikuasai oleh kebenaran yang betul-betul mem-
benarkan dirinya. Ia yaitu ahli waris kebenaran. Dan,
[2] Haknya atas warisan ini diperoleh melalui iman kepada
Kristus, sebagai anggota Kristus, anak Tuhan , dan jika
anak, maka juga ahli waris. Kebenarannya tidak datang
dengan sendirinya, namun sebagai akibat dari diangkat-
Surat Ibrani 11:4-31
197
nya dia sebagai anak, melalui iman kepada keturunan
yang dijanjikan. sebab kita senantiasa berharap untuk
dibenarkan dan diselamatkan pada hari TUHAN yang
hebat dan dahsyat itu, maka marilah sekarang kita
persiapkan sebuah bahtera, memastikan bagian kita di
dalam Kristus, dan dalam tabut perjanjian. Marilah kita
segera melakukannya, sebelum pintu ditutup, sebab
tidak ada keselamatan pada yang lain.
IV. Iman Abraham, sahabat Tuhan , dan bapa orang beriman, yang
mengenai dirinya orang-orang Ibrani bermegah, dan darinya
mereka diturunkan dan mendapat hak-hak istimewa. Oleh sebab
itu Rasul Paulus, supaya dapat menyenangkan dan juga memberi
mereka manfaat, berbicara lebih panjang lebar tentang pencapai-
an-pencapaian kepahlawanan iman Abraham dibandingkan tentang
pencapaian-pencapaian bapa leluhur lain. Di tengah-tengah urai-
annya tentang iman Abraham, Rasul Paulus menyelipkan kisah
tentang iman Sara, yang putri-putrinya yaitu wanita -perem-
puan yang terus berbuat baik. Amatilah,
1. Dasar dari iman Abraham, yaitu panggilan dan janji Tuhan (ay. 8).
(1) Panggilan ini, meskipun sangat menguji, yaitu panggilan
Tuhan , dan sebab itu merupakan alasan yang cukup bagi
iman dan pedoman bagi ketaatan. Cara Abraham dipanggil
ini diceritakan oleh Stefanus dalam Kisah Para Rasul 7:2-3,
Tuhan yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada
bapa leluhur kita Abraham, saat ia masih di Mesopotamia
– dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan
dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu. Ini yaitu panggilan yang ber-
hasil, yang olehnya Abraham dipertobatkan dari penyem-
bahan berhala yang dilakukan keluarga bapaknya (Kej.
12:1). Panggilan ini diperbarui kembali sesudah kematian
bapaknya di Haran. Perhatikanlah,
[1] Anugerah Tuhan itu cuma-cuma sepenuhnya, dalam meng-
ambil sebagian dari orang-orang terburuk dan menjadikan
mereka orang-orang terbaik.
[2] Tuhan harus datang kepada kita sebelum kita datang
kepada-Nya.
198
[3] Dalam memanggil dan mempertobatkan orang-orang
berdosa, Tuhan tampil sebagai Tuhan yang Mahamulia,
dan mengerjakan pekerjaan yang mulia di dalam jiwa.
[4] Hal ini memanggil kita bukan saja untuk meninggalkan
dosa, melainkan juga kumpulan orang berdosa, dan apa
saja yang tidak sejalan dengan ibadah kita kepada-Nya.
[5] Kita perlu dipanggil bukan saja untuk memulai dengan
baik, namun juga untuk terus melanjutkan dengan baik.
[6] Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya mendapat
tempat peristirahatan di mana saja jika itu kurang dari
Kanaan sorgawi.
(2) Janji Tuhan . Tuhan berjanji kepada Abraham bahwa tempat
ke mana ia dipanggil akan diterimanya nanti sebagai milik
pusaka. sesudah beberapa waktu lamanya, ia akan memiliki
Kanaan sorgawi sebagai milik pusakanya, dan seiring
berjalannya waktu keturunannya akan mewarisi Kanaan
duniawi. Perhatikanlah di sini,
[1] Tuhan memanggil umat-Nya untuk mendapatkan milik
pusaka. Dengan panggilan-Nya yang berhasil Ia men-
jadikan mereka anak-anak, dan dengan demikian ahli
waris.
[2] Pusaka ini tidak serta-merta menjadi milik mereka. Me-
reka harus menunggu beberapa saat untuk memiliki-
nya. namun janji itu pasti, dan akan digenapi pada wak-
tu yang tepat.
[3] Iman orangtua sering kali mendatangkan berkat bagi
keturunan mereka.
2. Tindakan iman Abraham: tanpa ragu dan tanpa bertanya ia
memberi perhatian penuh terhadap panggilan Tuhan .
(1) Ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
Ia menyerahkan dirinya ke dalam tangan Tuhan , untuk
mengutusnya ke mana saja yang dikehendaki-Nya. Ia
mengikuti hikmat Tuhan , sebagai yang paling pantas untuk
memberi tuntunan, dan patuh kepada kehendak-Nya,
sebagai yang paling pantas untuk menentukan segala se-
suatu menyangkut dirinya. Iman dan ketaatan penuh tan-
pa pertanyaan layak diberikan kepada Tuhan , dan hanya
kepada Dia. Semua orang yang berhasil dipanggil harus
Surat Ibrani 11:4-31
199
menyerahkan kehendak dan hikmat mereka sendiri kepada
kehendak dan hikmat Tuhan , dan mereka berhikmat bila
melakukannya. Meskipun tidak selalu mengetahui jalan,
namun mereka mengenal Pembimbing mereka, dan ini
membuat mereka puas.
(2) Ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu
tanah asing. Ini merupakan tindakan iman Abraham.
Amatilah,
[1] Bagaimana Kanaan disebut sebagai tanah yang dijanji-
kan, yaitu sebab tanah itu masih dijanjikan, dan be-
lum dimiliki.
[2] Bagaimana Abraham tinggal di Kanaan, bukan sebagai
ahli waris atau pemilik, melainkan hanya sebagai musa-
fir. Ia tidak berusaha mendepak atau memerangi para
penduduk lama, untuk mengusir mereka, namun ber-
puas diri untuk tinggal sebagai orang asing. Ia mengha-
dapi ketidakbaikan mereka dengan sabar, menerima
kebaikan-kebaikan apa saja dari mereka dengan rasa
syukur, dan menjaga hatinya supaya tetap terpatri pada
rumahnya, yaitu Kanaan sorgawi.
[3] Ia tingal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang ber-
sama-sama dia menjadi ahli waris dari janji yang sama.
Ia hidup di sana secara berpindah-pindah, dan setiap
hari selalu siap untuk berpindah. Demikian pulalah kita
semua harus hidup di dunia ini. Abraham ditemani oleh
kawan-kawan yang baik, dan mereka memberinya
penghiburan selama pengembaraannya. Abraham hidup
sampai Ishak berumur tujuh puluh lima tahun, dan
Yakub lima belas tahun. Ishak dan Yakub yaitu ahli-
ahli waris dari janji yang sama, sebab janji itu diper-
baharui kepada Ishak (Kej. 26:3.) dan kepada Yakub
(Kej. 28:13). Semua orang kudus yaitu ahli-ahli waris
dari janji yang sama. Janji itu dibuat untuk orang-orang
percaya dan anak-anak mereka, dan untuk sebanyak
mungkin orang yang akan dipanggil oleh Tuhan Tuhan
kita. Dan sungguhlah menyenangkan melihat orangtua
dan anak-anak mengembara bersama-sama di dunia ini
sebagai ahli-ahli waris pusaka sorgawi.
200
3. Apa yang menyokong iman Abraham (ay. 10): Ia menanti-
nantikan kota yang memiliki dasar, yang direncanakan dan
dibangun oleh Tuhan . Amatilah di sini,
(1) Gambaran yang diberikan tentang sorga: itu sebuah kota,
kumpulan masyarakat yang teratur, mapan, terlindungi
dengan baik, dan terpenuhi kebutuhannya dengan baik.
Sorga yaitu kota yang memiliki dasar, yaitu maksud-
maksud kekal Tuhan dan kemahakuasaan-Nya, jasa-jasa
Tuhan Yesus Kristus yang tak terhingga dan kepengantara-
an-Nya, janji-janji yang termuat dalam perjanjian kekal,
kemurnian sorga itu sendiri, dan kesempurnaan para
penghuninya. Sorga yaitu sebuah kota yang pembuat dan
pembangunnya yaitu Tuhan . Tuhan merancang polanya.
Lalu Ia membuatnya sesuai pola, dan telah membuka jalan
yang baru dan hidup untuk masuk ke dalamnya, dan
mempersiapkannya untuk umat-Nya. Tuhan menempatkan
mereka sebagai pemiliknya, mengangkat mereka masuk ke
dalamnya, dan Ia sendiri merupakan hakikat dan kebaha-
giaan darinya.
(2) Amati bagaimana Abraham memberi perhatian yang se-
mestinya pada kota sorgawi ini. Ia mencarinya. Ia percaya
bahwa tempat seperti itu ada. Ia menantikannya, dan se-
mentara itu ia melekat padanya melalui iman. Ia memiliki
harapan-harapan yang tinggi dan penuh sukacita, bahwa
pada waktu dan dengan jalan Tuhan ia akan tiba di sana
dengan selamat.
(3) Pengaruh iman terhadap perilakunya saat ini. Iman men-
jadi sokongan baginya dalam semua pencobaan selama dia
hidup mengembara. Iman membantunya menanggung de-
ngan sabar segala ketidaknyamanan dalam hidup seperti
itu. Iman membantunya melaksanakan dengan giat segala
kewajiban dalam hidupnya, dengan bertekun sampai akhir.
V. Di tengah-tengah kisah Abraham, Rasul Paulus menyelipkan ceri-
ta tentang iman Sara.
1. Kesulitan-kesulitan iman Sara, yang sangat besar. Seperti,
Surat Ibrani 11:4-31
201
(1) Menangnya ketidakpercayaan selama beberapa waktu. Sara
menertawakan janji itu, sebagai hal yang mustahil terlak-
sana.
(2) Sara sudah gagal melaksanakan kewajibannya sebab ti-
dak percaya, dengan membuat Abraham mengawini Hagar,
supaya Abraham memiliki keturunan. Nah, dosanya ini
selanjutnya membuatnya lebih sulit untuk bertindak de-
ngan iman.
(3) Sangat tidak mungkinnya hal yang dijanjikan, bahwa ia
akan menjadi ibu dari seorang anak, padahal ia mandul,
dan sudah melewati masa subur.
2. Tindakan-tindakan iman Sara. Ketidakpercayaannya diampuni
dan dilupakan, namun imannya menang dan dicatat: sebab ia
menganggap Dia, yang memberi janji itu setia (ay. 11). Sara
menerima janji itu sebagai janji Tuhan . Dan sebab yakin akan
hal itu, dengan sungguh-sungguh ia menerima bahwa Tuhan
bisa dan akan menepati janji itu, betapapun tampak tidak
masuk akalnya hal itu. Sebab kesetiaan Tuhan membuat Ia
tidak bisa menipu umat-Nya.
3. Buah-buah dan upah dari imannya.
(1) Ia beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu. Kekuat-
an alam, dan juga anugerah, berasal dari Tuhan . Tuhan bisa
membuat jiwa yang tandus menjadi subur, seperti halnya
rahim yang mandul.
(2) Ia melahirkan seorang anak, anak laki-laki, anak yang
dijanjikan, penghiburan bagi orangtuanya di usia senja,
dan harapan untuk masa-masa yang akan datang.
(3) Dari mereka, melalui anak ini, muncul banyak keturunan
yang menjadi orang-orang ternama, seperti bintang di langit
(ay. 12). Sebuah bangsa yang besar, kuat, dan ternama,
mengatasi semua yang lain di dunia. Bangsa para kudus,
jemaat dan umat Tuhan yang khusus. Dan, yang merupakan
kehormatan dan penghargaan tertinggi dari semuanya,
mereka inilah yang menurunkan Mesias dalam keadaan-
Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia
yaitu Tuhan yang harus dipuji sampai selama-lamanya.
202
VI. Rasul Paulus melanjutkan dengan menyebutkan iman bapa-bapa
leluhur yang lain, yaitu Ishak dan Yakub, dan semua orang lain
dari keluarga yang bahagia ini (ay. 13). Di sini perhatikanlah,
1. Ujian terhadap iman mereka dalam tidak sempurnanya keada-
an mereka saat ini. Mereka belum menerima janji-janji itu,
yaitu belum menerima hal-hal yang dijanjikan. Mereka belum
memiliki tanah Kanaan, mereka belum melihat keturunan
mereka yang banyak, dan mereka belum melihat Kristus da-
lam rupa manusia. Amatilah,
(1) Banyak orang yang ikut ambil bagian dalam janji-janji
belum menerima hal-hal yang dijanjikan pada saat ini.
(2) Salah satu ketidaksempurnaan dalam keadaan orang-orang
kudus saat ini di bumi yaitu bahwa kebahagiaan mereka
lebih ada pada janji dan hak untuk memiliki dibandingkan
benar-benar menikmati dan memilikinya. Zaman Injil lebih
sempurna dibandingkan zaman bapa-bapa leluhur, sebab saat
ini sudah lebih banyak janji yang digenapi. Keadaan sorga-
wi akan menjadi keadaan yang paling sempurna dari se-
muanya, sebab di sana semua janji akan digenapi sepenuh-
penuhnya.
2. Tindakan-tindakan iman mereka selama berada dalam keada-
an yang tidak sempurna ini. Walaupun belum menerima janji-
janji itu,
(1) Mereka sudah melihatnya dari kejauhan. Iman memiliki
mata yang jernih dan tajam, dan dapat melihat rahmat-
rahmat yang dijanjikan dari kejauhan. Abraham telah
melihat hari Kristus, saat masih jauh, dan ia bersukacita
(Yoh. 8:56).
(2) Mereka diyakinkan oleh janji-janji itu, bahwa janji-janji itu
benar dan akan digenapi. Iman memberi meterainya
bahwa Tuhan itu benar, dan dengan demikian membuat jiwa
tenang dan puas.
(3) Mereka memegang erat janji-janji itu. Iman mereka yaitu
iman yang menyetujui. Iman memiliki lengan yang panjang,
dan dapat memegang berkat-berkat dari kejauhan, dapat
membuatnya hadir, dapat mencintainya, dan bersukacita
di dalamnya. Dengan demikian iman mendahului saat-saat
kita dapat menikmati berkat itu dengan sebenar-benarnya.
Surat Ibrani 11:4-31
203
(4) Mereka mengakui, bahwa mereka yaitu orang asing dan
pendatang di bumi ini. Amatilah,
[1] Keadaan mereka: orang asing dan pendatang. Mereka
yaitu orang asing sama seperti orang-orang kudus,
yang rumahnya yaitu sorga. Mereka yaitu musafir
sebab mereka sedang mengadakan perjalanan menuju
rumah mereka, meskipun sering kali perjalanan mereka
ini dilakukan dengan seadanya dan perlahan-lahan.
[2] Pengakuan mereka akan keadaan mereka ini. Mereka
tidak malu mengakuinya. Baik bibir maupun hidup me-
reka mengakui keadaan mereka pada saat ini. Mereka
mengharapkan sedikit dari dunia. Mereka tidak peduli
untuk banyak-banyak terlibat di dalamnya. Mereka ber-
usaha untuk menanggalkan semua beban, mengen-
cangkan ikat pinggang dan memperhatikan jalan mere-
ka. Mereka menjaga langkah mereka supaya tetap ber-
iringan bersama teman-teman seperjalanan, bersiap-
siap menghadapi kesulitan, menanggungnya, dan rindu
untuk tiba di rumah.
(5) Dengan ini mereka menyatakan secara jelas bahwa mereka
mencari negeri lain (ay. 14), yaitu sorga, negeri mereka
sendiri. Sebab dari situlah mereka dilahirkan secara ro-
hani, di sanalah ada saudara-saudara terbaik mereka, dan
di sanalah ada milik pusaka mereka. Negeri inilah
yang mereka cari. Rancangan-rancangan mereka yaitu
untuk negeri itu. Keinginan-keinginan mereka yaitu men-
capai negeri itu. Perbincangan-perbincangan mereka ada-
lah tentang negeri itu. Mereka giat berusaha untuk memas-
tikan hak mereka atas negeri itu, menyesuaikan perilaku
mereka dengan negeri itu, berkata-kata tentang negeri itu,
dan tiba untuk menikmati negeri itu.
(6) Mereka memberi bukti penuh akan ketulusan mereka
dalam membuat pengakuan seperti itu. Sebab,
[1] Mereka tidak memikirkan tanah asal mereka (ay. 15).
Mereka tidak mendambakan kelimpahan dan kesenang-
annya, atau menyesal bahwa mereka sudah meninggal-
kannya. Mereka tidak ingin kembali ke sana. Perhati-
kanlah, siapa yang sudah berhasil dipanggil dengan
204
selamat dari keadaan dosa tidak memiliki pikiran
untuk kembali kepada dosa. Kini mereka mengetahui
apa yang lebih baik.
[2] Mereka tidak mengambil kesempatan yang ada untuk
kembali pulang. Bisa saja mereka pernah mendapat ke-
sempatan itu. Mereka memiliki cukup waktu untuk
kembali pulang. Mereka masih kuat untuk kembali.
Mereka mengetahui jalannya. Orang-orang yang mene-
mani perjalanan mereka pun akan rela saja berpisah
dengan mereka. Teman-teman lama mereka akan se-
nang menerima mereka kembali. Mereka memiliki bekal
yang cukup untuk menempuh perjalanan. Dan adakala-
nya manusia yang bersifat kedagingan, seorang penasi-
hat yang jahat, akan menyarankan mereka untuk kem-
bali pulang. namun mereka dengan teguh berpegang
pada Tuhan dan pada kewajiban mereka walau di bawah
tekanan semua hal yang mengecilkan hati dan semua
godaan untuk memberontak terhadap-Nya. Jadi, demi-
kian pula seharusnya kita. Akan selalu ada kesempatan
untuk memberontak terhadap Tuhan . namun kita harus
menunjukkan kebenaran pengakuan iman kita dengan
teguh berpegung kepada-Nya sampai akhir hayat kita.
Ketulusan mereka tampak bukan hanya dengan tidak
kembali ke tanah asal mereka, melainkan juga dengan
menginginkan sebuah negeri yang lebih baik, yaitu
negeri sorgawi. Perhatikanlah, pertama, negeri sorgawi
itu lebih baik dibandingkan negeri mana saja di bumi. Negeri
sorgawi terletak di tempat yang lebih baik, memiliki
persediaan dengan segala sesuatu yang baik, dan lebih
terlindung dari segala hal yang jahat. Pekerjaan, kenik-
matan, masyarakat, dan segala sesuatu di dalamnya
lebih baik dibandingkan apa yang terbaik di dunia ini.
Kedua, semua orang percaya yang sungguh-sungguh
pasti menginginkan negeri yang lebih baik ini. Iman
yang benar menimbulkan keinginan-keinginan yang
tulus dan membara. Semakin kuat iman, semakin
membara keinginan-keinginan itu.
(7) Mereka mati dalam iman akan janji-janji itu. Mereka tidak
hanya hidup dengan mengimani janji-janji itu, namun juga
Surat Ibrani 11:4-31
205
mati dengan meyakini sepenuhnya bahwa semua janji itu
akan digenapi kepada mereka dan keturunan mereka (ay.
13). Iman itu dipegang teguh sampai pada akhirnya. Kare-
na iman, maka saat sudah dekat waktunya mereka akan
mati, mereka menerima penebusan. Mereka tunduk pada
kehendak Tuhan . Mereka memadamkan semua panah api
dari Iblis. Mereka mengatasi k