ibrani wahyu 4


  Oleh sebab itu, 

orang-orang Kristen harus terus bertumbuh dalam anu-

gerah, sebab kalau tidak, kalau mereka tidak melang-

kah maju, mereka akan melangkah mundur, sampai 

mereka tiba pada dosa dan kesengsaraan yang luar 

biasa dan terkutuk ini. 

Peringatan terhadap Kemurtadan;  

Janji dan Sumpah Ilahi 

(6:9-20) 

9 namun , hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demi-

kian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih 

baik, yang mengandung keselamatan. 10 Sebab Tuhan  bukan tidak adil, se-

hingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan ter-

hadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang ma-

sih kamu lakukan sampai sekarang. 11 namun  kami ingin, supaya kamu 

masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan 

pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, 12 agar kamu 

jangan menjadi lamban, namun  menjadi penurut-penurut mereka yang oleh 

iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Tuhan . 13 

Sebab saat  Tuhan  memberi  janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah 

demi diri-Nya sendiri, sebab  tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, 

14 kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah 

dan akan membuat engkau sangat banyak.” 15 Abraham menanti dengan 

sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. 16 

Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu 

menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. 17 

sebab  itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu 

akan kepastian putusan-Nya, Tuhan  telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, 

18 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Tuhan  

tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan 

yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. 19 

Pengharapan itu yaitu  sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah 

dilabuhkan sampai ke belakang tabir, 20 di mana Yesus telah masuk sebagai 

Perintis bagi kita, saat  Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam 

Besar sampai selama-lamanya. 

Rasul Paulus, sesudah membangkitkan kegentaran pada orang-orang 

Ibrani, untuk menggugah mereka supaya tekun dan mencegah ke-

murtadan mereka, sekarang melanjutkan dengan membangkitkan 

harapan-harapan mereka, dan secara lugas menyatakan harapan 

baiknya tentang mereka, bahwa mereka akan bertekun. Ia juga me-

nunjukkan kepada mereka apa yang mereka miliki yang dapat men-

dorong mereka dalam menjalankan kewajiban. 

I.  Dengan bebas dan terang-terangan ia menyatakan harapan baik-

nya tentang mereka, bahwa mereka akan bertekun sampai pada 

akhirnya: namun , hai saudara-saudaraku yang kekasih, kami ya-

kin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik (ay. 9). Perhati-

kanlah,  

1. Ada hal-hal yang menyertai keselamatan, hal-hal yang tidak 

pernah lepas dari keselamatan, hal-hal yang menunjukkan 

seseorang berada dalam keadaan selamat, dan akan berakhir 

pada keselamatan kekal.  

2.  Hal-hal yang menyertai keselamatan yaitu  hal-hal yang lebih 

baik dari apa saja yang pernah dinikmati oleh orang munafik 

atau orang murtad. Hal-hal itu lebih baik dalam sifatnya dan 

hasilnya.  

3. Merupakan kewajiban kita untuk mengharapkan yang baik 

pada orang-orang yang tidak menampakkan hal sebaliknya.  

4.  Adakalanya hamba-hamba Tuhan harus berbicara dengan 

cara memberi  peringatan kepada orang-orang yang kesela-

matannya mereka harapkan dengan baik. Sementara orang-

orang yang memiliki  harapan baik akan diri mereka sendiri, 

menyangkut keselamatan kekal mereka, tetap harus memikir-

Surat Ibrani 6:9-20 

kan dengan sungguh-sungguh betapa mematikannya kekece-

waan yang akan mereka rasakan jika mereka sampai gagal 

beroleh keselamatan. Dengan demikian, mereka harus me-

ngerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar. 

II.  Rasul Paulus mengetengahkan beberapa  alasan dan dorongan 

kepada mereka untuk terus menjalankan kewajiban mereka.  

1. Bahwa Tuhan  telah mengerjakan dasar kasih yang kudus dalam 

diri mereka, yang telah nyata dalam pekerjaan-pekerjaan yang 

sesuai, yang tidak akan dilupakan Tuhan : Tuhan  bukan tidak 

adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu (ay. 10). 

Pekerjaan dan perbuatan baik yang timbul dari kasih kepada 

Tuhan  yaitu  hal yang terpuji. Apa yang dilakukan kepada 

siapa saja dalam nama Tuhan  pasti akan mendapat upah. Dan 

apa yang dilakukan kepada orang-orang kudus, yang memang 

benar-benar orang-orang kudus, dipandang Tuhan  sebagai dila-

kukan terhadap diri-Nya sendiri.  

2. Siapa yang mengharapkan upah yang berlimpah atas pekerja-

an kasih harus terus melakukan pekerjaan itu selama mereka 

memiliki  kemampuan dan kesempatan: Pelayanan kamu 

kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai 

sekarang. namun  kami ingin, supaya kamu masing-masing 

menunjukkan kesungguhan yang sama.  

3. Siapa yang bertahan dalam menjalankan kewajiban dengan 

tekun pada akhirnya akan mendapatkan keyakinan penuh 

atas apa yang menjadi pengharapan mereka. Perhatikanlah,  

(1) Jaminan penuh yaitu  harapan dalam tingkat yang lebih 

tinggi. Jaminan penuh yaitu  harapan yang terjamin pe-

nuh. Jaminan penuh dan harapan tidak berbeda dalam 

hakikat, namun  hanya dalam tingkatan.  

(2) Jaminan penuh dapat diperoleh dengan ketekunan dan 

ketahanan yang besar sampai pada akhirnya. 

III. Rasul Paulus melanjutkan dengan memberi mereka peringatan 

dan nasihat bagaimana menjadikan pengharapan ini sebagai sua-

tu milik yang pasti sampai pada akhirnya.  

1. Bahwa mereka tidak boleh malas. Kemalasan akan membuat 

orang berpakaian compang-camping. Mereka tidak boleh suka 

dengan kenyamanan mereka, atau melewatkan kesempatan-

kesempatan mereka.  

2.  Bahwa mereka harus mengikuti teladan-teladan baik dari orang-

orang yang sudah mendahului mereka (ay. 12). Di sini perhati-

kanlah,  

(1) Ada sebagian orang yang sebab  diberi jaminan maka me-

reka mewarisi janji-janji. Mereka mempercayai janji itu se-

belumnya, dan sekarang mereka mewarisinya. Mereka su-

dah tiba dengan selamat di sorga.  

(2) Cara mereka mendapat warisan yaitu  dengan iman dan 

kesabaran. Anugerah-anugerah ini ditanamkan dalam jiwa 

mereka, dan ditampilkan dalam perbuatan dan perilaku hi-

dup mereka. Jika kita berharap untuk mewarisinya seperti 

mereka, kita harus mengikuti mereka di jalan iman dan 

kesabaran. Barangsiapa yang mengikuti mereka di jalan-

jalan itu pasti akan menyusul mereka pada akhirnya, dan 

ambil bagian dalam kebahagiaan yang sama. 

IV. Rasul Paulus menutup pasal ini dengan gambaran yang jelas dan 

utuh tentang jaminan kebenaran dari janji-janji Tuhan  (ay. 13, 

sampai selesai). Semua janji itu diteguhkan oleh sumpah Tuhan , 

dan semuanya didasarkan pada kebijaksanaan kekal Tuhan , dan 

sebab  itu dapat diandalkan. 

1.  Semua janji itu diteguhkan oleh sumpah Tuhan . Tuhan  tidak 

hanya memberi  firman-Nya, tangan-Nya dan meterai-Nya 

kepada umat-Nya, namun  juga sumpah-Nya. Dan di sini, seperti 

yang akan kita lihat, Rasul Paulus berbicara secara khusus 

mengenai sumpah Tuhan  kepada Abraham, yang sebab  diberi-

kan kepadanya sebagai bapa orang beriman, tetap berlaku pe-

nuh bagi semua orang yang sungguh-sungguh percaya: saat  

Tuhan  memberi  janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah 

demi diri-Nya sendiri, sebab  tidak ada orang yang lebih tinggi 

dari pada-Nya. Cermatilah,  

(1) Apa janji itu: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau 

berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat ba-

nyak.” Berkat Tuhan  yaitu  keterberkatan umat-Nya. Siapa 

yang sudah betul-betul diberkati Tuhan  pasti akan senantia-

sa diberkati-Nya. Dan Ia akan melipatgandakan berkat-

Surat Ibrani 6:9-20 

berkat, sampai Ia membawa mereka pada keterberkatan 

atau kebahagiaan yang sempurna.  

(2) Apa sumpah yang olehnya janji ini disahkan: Ia bersumpah 

demi diri-Nya sendiri. Ia mempertaruhkan keberadaan-Nya 

dan keterberkatan-Nya sendiri pada janji itu. Tidak ada 

jaminan lebih besar yang dapat diberikan atau diinginkan.  

(3) Bagaimana sumpah itu terlaksana. Abraham, saat  wak-

tunya sudah genap, memperoleh janji itu. Janji itu digenapi 

untuk dia sesudah  dia bertekun dengan sabar.  

[1] Selalu ada selang waktu, dan kadang-kadang lama, 

antara janji dan penggenapannya.  

[2] Selang waktu itu yaitu  waktu pencobaan bagi orang-

orang percaya, apakah mereka akan bertekun dengan 

sabar sampai pada akhirnya.  

[3] Orang yang bertekun dengan sabar pasti akan memper-

oleh keterberkatan yang dijanjikan, sepasti Abraham 

memperolehnya.  

[4] Maksud dan tujuan dari sumpah yaitu  untuk menja-

min janji, dan mendorong orang-orang yang diberi janji 

untuk menantikan dengan sabar sampai tiba waktu 

penggenapannya (ay. 16). Pada manusia sumpah yaitu  

untuk memastikan, dan akan mengakhiri segala ban-

tahan. Inilah sifat dan maksud dari sumpah, yang di 

dalamnya manusia bersumpah demi apa yang lebih 

besar, bukan demi makhluk-makhluk ciptaan, melain-

kan demi Tuhan sendiri. Sumpah itu untuk mengakhiri 

semua perselisihan tentang perkara yang dipermasalah-

kan, baik perselisihan dalam diri kita sendiri (keraguan 

dan ketidakpercayaan) maupun perselisihan dengan 

orang lain, terutama dengan si pemberi janji. Nah, jika 

Tuhan  mau merendah dengan bersumpah kepada umat-

Nya, Ia pasti akan mengingat hakikat dan maksud dari 

sumpah itu. 

2. Semua janji Tuhan  didasarkan pada kebijaksanaan kekal-Nya, 

dan putusan-Nya ini tidak dapat berubah.  

(1) Janji keterberkatan yang diucapkan Tuhan  kepada orang-

orang percaya bukanlah janji yang tergesa-gesa dan ter-

buru-buru, melainkan lahir dari tujuan kekal Tuhan .  

(2) Tujuan Tuhan  ini disepakati dalam perembukan keputusan, 

dan ditetapkan di situ di antara Bapa, Anak, dan Roh yang 

kekal.  

(3) Putusan-putusan Tuhan  ini tidak akan pernah dapat diubah. 

Putusan-putusan itu tidak dapat berubah. Tuhan  tidak per-

lu mengubah putusan-putusan-Nya. Sebab tidak ada yang 

baru bagi Dia yang dapat melihat kesudahan sejak dari 

permulaan. 

3. Janji-janji Tuhan , yang didasarkan pada putusan-putusan Tuhan  

yang tidak dapat berubah ini, dan yang diteguhkan oleh sum-

pah Tuhan , dapat diandalkan dengan aman. Sebab di sini kita 

memiliki dua hal yang tidak dapat berubah, yaitu putusan dan 

sumpah Tuhan , yang di dalamnya tidak mungkin Tuhan  berdus-

ta, yang bertentangan dengan kodrat-Nya dan juga kehendak-

Nya. Di sini amatilah, 

(1) Siapa orang yang diberi Tuhan  jaminan penuh akan kebaha-

giaan seperti itu.  

[1] Mereka yaitu  ahli waris dari janji itu. Mereka yaitu  

orang-orang yang berhak mendapatkan janji-janji itu 

melalui warisan, berdasar  kelahiran baru mereka, 

dan persatuan mereka dengan Kristus. Pada dasarnya 

kita semua yaitu  orang-orang yang harus dimurkai. 

Kutukan itu yaitu  warisan yang ke dalamnya kita di-

lahirkan. sebab  kelahiran baru dan kelahiran sorgawi-

lah maka siapa saja dapat terlahir sebagai ahli waris 

dari janji itu.  

[2] Mereka yaitu  orang-orang yang sudah lari mencari 

tempat perlindungan untuk menjangkau pengharapan 

yang terletak di depan mereka. Dalam hukum Taurat 

disediakan kota-kota perlindungan bagi orang yang 

dikejar-kejar oleh penuntut tebusan darah. Sementara 

di sini ada tempat perlindungan yang jauh lebih baik 

yang disiapkan oleh Injil, tempat perlindungan bagi 

semua orang berdosa yang memiliki  hati untuk lari 

ke sana. Bahkan, sekalipun mereka yaitu  yang paling 

berdosa dari antara orang-orang berdosa. 

Surat Ibrani 6:9-20 

(2) Apa rancangan Tuhan  terhadap mereka, dengan memberi 

mereka jaminan-jaminan seperti itu, yaitu supaya mereka 

beroleh dorongan yang kuat. Perhatikanlah,  

[1] Tuhan  peduli pada penghiburan orang-orang percaya, 

dan juga pada pengudusan mereka. Ia ingin anak-anak-

Nya hidup dalam takut akan Tuhan, dan dalam peng-

hiburan-penghiburan Roh Kudus.  

[2] Penghiburan-penghiburan Tuhan  cukup kuat untuk me-

nopang umat-Nya di bawah pencobaan-pencobaan yang 

paling besar. Penghiburan-penghiburan dunia ini terlalu 

lemah untuk menopang jiwa di bawah godaan, pengani-

ayaan, dan kematian. namun , penghiburan-penghiburan 

dari Tuhan tidaklah sedikit atau kecil. 

(3)  Apa yang harus diperbuat umat Tuhan  dengan harapan dan 

penghiburan mereka, harapan yang paling menyegarkan 

dan menghibur itu, yang sudah diberikan Tuhan  kepada 

mereka, yaitu harapan akan keterberkatan kekal. Harapan 

ini bagi mereka yaitu , dan harus menjadi, sauh yang kuat 

dan aman bagi jiwa, dst. (ay. 19). Di sini,  

[1] Di dunia ini kita seperti kapal di tengah laut, yang 

mudah diombang-ambingkan gelombang, dan terancam 

akan terhempas. Jiwa kita yaitu  kapal. Penghiburan, 

harapan, anugerah, dan kebahagiaan jiwa kita yaitu  

barang-barang berharga yang mengisi kapal ini. Sorga 

yaitu  pelabuhan tujuan pelayaran kita. Godaan, 

penganiayaan, dan penderitaan yang kita hadapi yaitu  

angin dan gelombang yang mengancam akan membuat 

kapal kita karam.  

[2] Kita perlu sauh untuk membuat kita kuat dan aman, 

sebab kalau tidak kita akan senantiasa terancam bahaya.  

[3] Harapan Injil yaitu  sauh kita. Sebagaimana dalam per-

tempuran harapan Injil yaitu  ketopong atau pelindung 

kepala kita, demikian pula dalam pelayaran yang penuh 

badai melintasi dunia ini, harapan Injil yaitu  sauh kita.  

[4]  Harapan Injil itu kuat dan aman, sebab kalau tidak ia 

tidak bisa membuat kita kuat dan aman. Pertama, 

harapan Injil itu memang kuat sesuai sifatnya. Sebab 

harapan itu yaitu  pekerjaan istimewa Tuhan  di dalam 

jiwa. Itu yaitu  harapan yang baik melalui anugerah. 

Bukan harapan yang membesarkan hati yang sekadar 

pemanis di bibir saja, melainkan pekerjaan Tuhan  yang 

sesungguhnya. Harapan Injil yaitu  hal yang kuat dan 

hakiki. Kedua, harapan Injil itu seteguh apa yang diha-

rapkan oleh harapan itu. Harapan Injil yaitu  sauh 

yang sudah terpancang kuat, yang sudah ada di dalam 

tabir. Harapan Injil yaitu  sauh yang dipancangkan di 

atas batu karang, Batu Karang segala abad. Sauh itu 

tidak tertancap di pasir, namun  masuk ke dalam tabir, 

dan terpancang di situ pada Kristus. Dialah yang men-

jadi tujuan dari pengharapan itu. Dialah tempat terpan-

cangnya sauh dari harapan orang-orang percaya. Seper-

ti halnya kemuliaan yang tak terlihat di dalam tabir 

yaitu  apa yang diharapkan oleh orang percaya, demi-

kian pula Yesus yang tak terlihat di dalam tabir yaitu  

dasar dari harapan dari orang percaya. Anugerah Tuhan  

yang cuma-cuma, jasa dan kepengantaraan Kristus, 

dan pengaruh-pengaruh penuh kuasa Roh-Nya yaitu  

dasar dari pengharapan orang percaya, sehingga dengan 

begitu harapannya itu sungguh teguh. Yesus Kristus 

yaitu  tujuan dan dasar dari harapan orang percaya, 

maka harapannya itu teguh. Yesus Kristus yaitu  tu-

juan dan dasar dari harapan orang percaya dalam bebe-

rapa hal.  

1.  sebab  Ia telah masuk ke dalam tabir, untuk men-

jadi pengantara dengan Tuhan , berdasar  pengor-

banan yang Ia persembahkan di luar tabir. Harapan 

terpancang pada pengorbanan dan kepengantaraan-

Nya.  

2.  sebab  Ia yaitu  pendahulu umat-Nya, yang pergi ke 

dalam tabir, untuk mempersiapkan tempat bagi me-

reka, dan meyakinkan mereka bahwa mereka akan 

mengikuti Dia. Ia yaitu  jaminan dan buah pertama 

dari orang-orang percaya, baik dalam kebangkitan-

Nya maupun dalam kenaikan-Nya ke sorga.  

3.  Ia berdiam di sana, sebagai Imam Besar menurut 

peraturan Melkisedek, Imam untuk selama-lamanya. 

Imamat-Nya tidak akan pernah berhenti, tidak per-

Surat Ibrani 6:9-20 

 

nah gagal, sampai Ia menuntaskan seluruh peker-

jaan dan rancangan imamat itu, yang merupakan 

kebahagiaan sepenuhnya dan terakhir dari semua 

orang yang percaya pada Kristus. Nah, hal ini harus 

menggugah kita untuk membereskan kepentingan 

kita di dalam Kristus, supaya kita dapat meman-

cangkan harapan-harapan kita kepada-Nya sebagai 

pendahulu kita. Dia telah masuk ke sana bagi kita, 

demi kita, demi keamanan kita, untuk menjaga ke-

pentingan dan kepedulian kita yang tertinggi. Maka 

marilah kita mencintai sorga dengan lebih lagi oleh 

sebab  Dia, dan rindu untuk berada di sana ber-

sama-sama dengan Dia, di mana kita akan selama-

lamanya aman, dan akan selama-lamanya puas. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  7  

jaran tentang jabatan imamat yang disandang Kristus itu sendiri 

begitu luar biasanya, dan merupakan bagian yang begitu men-

dasar dari iman Kristen, sehingga Rasul Paulus senang berlama-lama 

merenungkannya. Tidak ada hal lain yang membuat orang-orang 

Yahudi begitu senang dengan kaum Lewi selain penghargaan mereka 

yang tinggi terhadap jabatan imamat mereka. sebab  itu, tidak 

diragukan lagi bahwa jabatan imamat merupakan ketetapan yang 

suci dan paling unggul. Sungguh merupakan ancaman yang sangat 

keras terhadap orang-orang Yahudi (Hos. 3:4), saat  diumumkan 

bahwa selama berhari-hari orang Israel akan diam tanpa raja atau 

imam, tanpa korban, dan tanpa efod dan terafim. Nah, sekarang Ra-

sul Paulus memberi jaminan kepada mereka bahwa dengan men-

erima Tuhan Yesus, mereka akan memiliki Imam Besar yang jauh 

lebih baik, imamat dengan derajat yang lebih tinggi, dan sebab  itu 

dengan penyelenggaraan atau kovenan (perjanjian) yang lebih baik, 

hukum dan warisan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkannya dalam 

pasal ini, yang di dalamnya,  

I.   Kita mendapati uraian lebih khusus tentang Melkisedek (ay. 1-3).  

II.  Keunggulan imamat Melkisedek atas imamat Harun (ay. 4-10).  

III. Penerapan semuanya itu pada Kristus, untuk menunjukkan 

keunggulan pribadi, jabatan, dan kovenan-Nya (ay. 11, sam-

pai selesai). 

Imamat Melkisedek 

(7:1-10)  

1 Sebab Melkisedek yaitu  raja Salem dan imam Tuhan  Yang Mahatinggi; ia 

pergi menyongsong Abraham saat  Abraham kembali dari mengalahkan 


 112

raja-raja, dan memberkati dia. 2 Kepadanya pun Abraham memberi  seper-

sepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek yaitu  pertama-

tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. 3 Ia 

tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan 

hidupnya tidak berkesudahan, dan sebab  ia dijadikan sama dengan Anak 

Tuhan , ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. 4 Camkanlah betapa 

besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberi-

kan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik. 5 Dan mereka dari 

anak-anak Lewi, yang menerima jabatan imam, mendapat tugas, menurut 

hukum Taurat, untuk memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari 

saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga yaitu  keturunan Abra-

ham. 6 namun  Melkisedek, yang bukan keturunan mereka, memungut per-

sepuluhan dari Abraham dan memberkati dia, walaupun ia yaitu  pemilik 

janji. 7 Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati 

oleh yang lebih tinggi. 8 Dan di sini manusia-manusia fana menerima perse-

puluhan, dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup. 

9 Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan perantaraan Abraham dipungut 

juga persepuluhan dari Lewi, yang berhak menerima persepuluhan, 10 sebab 

ia masih berada dalam tubuh bapa leluhurnya, saat  Melkisedek menyong-

song bapa leluhurnya itu. 

Pasal sebelumnya diakhiri dengan mengulangi apa yang sudah ber-

kali-kali dikutip dari Mazmur 110:4, Yesus yaitu  Imam Besar untuk 

selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek. Nah, pasal ini seperti 

khotbah atas bacaan itu. Di sini Rasul Paulus menyajikan kepada 

mereka sebagian dari makanan keras yang sudah dia bicarakan 

sebelumnya, dengan berharap supaya mereka dengan lebih tekun lagi 

bisa lebih siap untuk mencernanya. 

I. Pertanyaan besar yang pertama-tama timbul yaitu , siapa ge-

rangan Melkisedek ini? Semua yang kita tahu tentang dia dalam 

Perjanjian Lama hanyalah dari Kejadian 14:18, dst. dan Mazmur 

110:4. Memang apa yang kita tahu tentang dia masih sangat ge-

lap. Tuhan  melihatnya pantas membiarkan kita demikian, supaya 

Melkisedek ini bisa menjadi perlambang yang lebih hidup dari Dia 

yang asal-usulnya tidak diketahui siapa-siapa. Jika orang tidak 

puas dengan apa yang dinyatakan, mereka harus meraba-raba 

dalam kegelapan dalam dugaan-dugaan yang tak ada habisnya. 

Sebagian orang menyangka dia sebagai malaikat, sementara yang 

lain menyangka dia Roh Kudus. namun  , 

1.  Pendapat-pendapat tentang Melkisedek yang paling layak kita 

pertimbangkan yaitu  ketiga pendapat berikut ini: 

(1) Para rabi, dan sebagian besar penulis Yahudi, berpendapat 

bahwa dia yaitu  Sem anak Nuh, yang merupakan raja 

dan imam nenek moyang orang Yahudi, dengan cara yang

Surat Ibrani 7:1-10 

 113 

 sama seperti bapak-bapak leluhur lain. namun  agaknya 

tidak mungkin dia harus mengubah namanya seperti itu. 

Selain itu, kita tidak memiliki keterangan apa-apa tentang 

berdiamnya Sem di tanah Kanaan.  

(2)  Banyak penulis Kristen berpendapat bahwa Melkisedek ini 

yaitu  Yesus Kristus sendiri, yang dengan cara yang tidak 

biasanya dan istimewa menampakkan diri kepada Abraham 

dalam rupa manusia, dan yang dikenal Abraham dengan 

nama Melkisedek, yang sangat cocok mengacu kepada 

Kristus. Ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan dalam 

Yohanes 8:56, Abraham telah melihat hari-Nya dan ia ber-

sukacita. Banyak yang dapat dikatakan tentang pendapat 

ini, dan memang apa yang dikatakan dalam ayat 3 tampak 

tidak mendukung pendapat bahwa Melkisedek hanyalah 

manusia biasa. namun  , tampak aneh juga jika men-

jadikan Kristus sebagai perlambang bagi diri-Nya sendiri. 

(3) Pendapat yang paling umum yaitu  bahwa Melkisedek 

yaitu  seorang raja Kanaan, yang memerintah di Salem, 

dan memelihara agama dan ibadah kepada Tuhan  yang be-

nar. Juga bahwa ia ditinggikan untuk menjadi perlambang 

Kristus, dan dihormati oleh Abraham sebagai perlambang 

Kristus. 

2. namun  kita akan meninggalkan dugaan-dugaan ini, dan ber-

usaha memahami, sejauh kita bisa, apa yang dikatakan di sini 

oleh Rasul Paulus tentang Melkisedek, dan bagaimana Kristus 

diperlambangkan olehnya (ay. 1-3).  

(1) Melkisedek yaitu  seorang raja, dan begitu pula dengan 

Tuhan Yesus, yaitu raja yang diurapi Tuhan . Pemerintahan 

diletakkan di atas bahu-Nya, dan Ia memerintah atas se-

mua demi kebaikan umat-Nya.  

(2) Bahwa Melkisedek yaitu  raja kebenaran: namanya berarti 

raja yang benar. Yesus Kristus yaitu  Raja yang sah dan 

benar, yaitu sah dalam gelar-Nya, benar dalam pemerintah-

an-Nya. Ia yaitu  Tuhan yang membenarkan kita. Ia telah 

menggenapi semua kebenaran, dan membawa kebenaran 

yang kekal. Ia mencintai kebenaran dan orang-orang benar, 

dan membenci kejahatan.  


 114

(3) Melkisedek yaitu  raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. 

Pertama-tama raja kebenaran, lalu raja damai sejahtera. 

Demikian pula dengan Yesus Tuhan kita. Ia dengan kebe-

naran-Nya membuat pendamaian, dan buah dari kebenar-

an yaitu  damai. Kristus berkata-kata damai, menciptakan 

kedamaian, dan membawa damai bagi kita.  

(4) Melkisedek yaitu  imam Tuhan  yang Mahatinggi, yang me-

menuhi syarat dan diurapi secara luar biasa untuk menjadi 

imam Tuhan  di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Demi-

kian pula dengan Tuhan Yesus. Ia yaitu  Imam Tuhan  yang 

Mahatinggi, dan bangsa-bangsa harus datang kepada Tuhan  

melalui Dia. Hanya melalui imamat-Nya kita dapat mem-

peroleh pendamaian dan pengampunan dosa.  

(5) Melkisedek tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, 

harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan 

(ay. 3). Ini tidak harus dipahami dalam arti yang sebenar-

nya. namun  Kitab Suci telah memilih menunjukkan dia 

sebagai orang yang luar biasa, tanpa memberi kita silsilah-

nya, supaya ia bisa lebih sesuai menjadi perlambang Kris-

tus, yang sebagai manusia tidak berbapa, dan sebagai 

Tuhan  tidak beribu. Imamat-Nya tidak turun-temurun, tidak 

diturunkan kepada-Nya dari orang lain, tidak pula dari Dia 

kepada orang lain, namun  bersifat pribadi dan untuk se-

lama-lamanya. 

(6) Bahwa Melkisedek pergi menyongsong Abraham saat  

Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan member-

kati dia. Peristiwa itu dicatat dalam Kejadian 14:18, dst. 

Melkisedek membawa roti dan anggur untuk menjamu 

Abraham dan hamba-hambanya yang sedang kelelahan. 

Melkisedek memberi sebagai raja, dan memberkati sebagai 

imam. Demikian pula Yesus Tuhan kita pergi menyongsong 

umat-Nya dalam pergumulan-pergumulan rohani mereka, 

menyegarkan mereka, memperbaharui kekuatan mereka, 

dan memberkati mereka.  

(7) Bahwa kepadanya pun Abraham memberi  sepersepuluh 

dari semuanya (ay. 2), yaitu, seperti yang dijelaskan Rasul 

Paulus, dari semua rampasan yang paling baik. Abraham 

melakukan ini sebagai ungkapan rasa terima kasihnya atas 

apa yang telah dilakukan Melkisedek untuknya, atau seba-

Surat Ibrani 7:1-10 

 115 

gai kesaksian dari penghormatan dan kepatuhannya ke-

pada Melkisedek sebagai raja. Atau juga sebagai persem-

bahan yang, dengan bernazar, akan dia berikan kepada 

Tuhan , untuk dipersembahkan oleh imam-Nya. Demikianlah 

kita sedapat mungkin wajib membalas dengan kasih dan 

ucapan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala kebaikan 

yang kaya dan rajawi yang kita terima dari Dia. Kita wajib 

hormat dan tunduk kepada-Nya sebagai Raja kita, dan 

menyerahkan semua persembahan kita ke dalam tangan-

Nya, untuk dipersembahkan oleh Dia kepada Bapa dalam 

wewangian dupa korban persembahan yang berupa diri-

Nya sendiri.  

(8) Bahwa Melkisedek ini dijadikan sama dengan Anak Tuhan , 

dan tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. Ia menge-

nakan citra Tuhan  dalam hal kesalehan dan kewenangan-

nya, dan tercatat sebagai imam besar yang hidup untuk 

selama-lamanya. Melkisedek yaitu  perlambang kuno dari 

Dia yang kekal dan yang merupakan Anak Tunggal Bapa, 

yang tetap menjadi Imam sampai selama-lamanya.  

II. Marilah sekarang kita bayangkan (mengikuti saran Rasul Paulus) 

betapa besarnya Melkisedek ini, dan betapa jauhnya jabatan 

imamnya mengatasi jabatan imam dari kaum Harun (ay. 4-5, 

dst.): Camkanlah betapa besarnya orang itu. Kebesaran orang ini 

dan jabatan imamnya tampak,  

1. Dari tindakan Abraham yang membayar sepersepuluh dari 

hasil rampasannya kepadanya. Juga dicermati dengan baik 

bahwa Lewi membayar persepuluhan kepada Melkisedek da-

lam tubuh Abraham (ay. 9). Nah, Lewi menerima jabatan imam 

dari Tuhan , dan memungut persepuluhan dari umat Israel. 

Namun bahkan Lewi sekalipun membayar persepuluhan ke-

pada Melkisedek, seperti kepada imam yang lebih besar dan 

lebih tinggi dibandingkan  dirinya sendiri. Oleh sebab itu, imam 

besar yang akan muncul kemudian, yang Melkisedek perlam-

bangkan, haruslah jauh lebih unggul dibandingkan  imam-imam 

Lewi, yang membayar persepuluhan, dalam tubuh Abraham, 

kepada Melkisedek. Nah, lewat penegasan bahwa ada orang 

yang melakukan suatu perkara berupa hak atau pelanggaran 

melalui tubuh leluhur ini, kita mendapati gambaran mengenai 


 116

bagaimana bisa dikatakan bahwa kita telah berdosa di dalam 

Adam, dan jatuh bersama dia dalam pelanggarannya yang per-

tama. Kita berada dalam tubuh Adam saat  ia berdosa, dan 

kebersalahan serta kebejatan yang menimpa kodrat manusia 

dalam diri orangtua kita yang pertama secara sama diteruskan 

dan diturunkan pada kodrat manusia yang sama yang ada 

dalam diri semua orang yang secara alami merupakan ketu-

runan mereka. Semua orang ini dengan sendirinya melekat 

pada kodrat itu, dan harus oleh tindakan anugerah sajalah 

kebersalahan dan kebejatan itu dapat dihilangkan.  

2. Dari tindakan Melkisedek memberkati Abraham, yang merupa-

kan pemilik janji. Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang 

lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi (ay. 6-7). Di sini 

amatilah,  

(1) Martabat dan kebahagiaan Abraham yang besar, yaitu 

bahwa ia yaitu  pemilik janji. Abraham yaitu  seorang 

yang mengadakan perjanjian dengan Tuhan , yang kepada-

nya Tuhan  telah memberi  janji-janji yang luar biasa 

besar dan berharga. Sungguh kaya dan bahagia orang yang 

memiliki harta benda secara tertulis dengan dibubuhi 

meterai dari Tuhan  sendiri. Janji-janji ini yaitu  hidup, baik 

hidup yang sekarang maupun yang akan datang. Kehor-

matan ini dimiliki oleh semua orang yang menerima Tuhan 

Yesus, yang di dalam-Nya semua janji yaitu  ya dan Amin.  

(2) Kehormatan Melkisedek yang lebih besar, yaitu dalam hal 

bahwa ia mendapat tempat dan hak istimewa untuk mem-

berkati Abraham. Sudah menjadi pepatah yang tidak ter-

bantahkan bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang 

lebih tinggi (ay. 7). Orang yang memberi berkat yaitu  lebih 

besar dibandingkan  orang yang menerimanya. Oleh sebab itu 

Kristus, yang dilambangkan oleh Melkisedek, sebagai yang 

berjasa mendapatkan semua berkat dan merupakan Peng-

antara dari semua berkat kepada anak-anak manusia, pas-

ti lebih besar dibandingkan  semua imam dari peraturan Harun.

Surat Ibrani 7:11-28 

 117 

Melkisedek dan Kristus Diperbandingkan 

(7:11-28)  

11 sebab  itu, andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai kesempurnaan – se-

bab sebab  imamat itu umat Israel telah menerima Taurat – apakah sebab-

nya masih perlu seorang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut per-

aturan Melkisedek dan yang tentang dia tidak dikatakan menurut peraturan 

Harun? 12 Sebab, jikalau imamat berubah, dengan sendirinya akan berubah 

pula hukum Taurat itu. 13 Sebab Ia, yang dimaksudkan di sini, termasuk 

suku lain; dari suku ini tidak ada seorang pun yang pernah melayani di 

mezbah. 14 Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal 

dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan 

suatu apa pun tentang imam-imam. 15 Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jika-

lau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, 16 yang menjadi 

imam bukan berdasar  peraturan-peraturan manusia, namun  berdasar  

hidup yang tidak dapat binasa. 17 Sebab tentang Dia diberi kesaksian: “Eng-

kau yaitu  Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” 18 

Memang suatu hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum 

itu tidak memiliki  kekuatan dan sebab  itu tidak berguna, 19 – sebab hu-

kum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan – namun  sekarang 

ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada 

Tuhan . 20 Dan sama seperti hal ini tidak terjadi tanpa sumpah – memang me-

reka telah menjadi imam tanpa sumpah, 21 namun  Ia dengan sumpah, diucap-

kan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: “Tuhan telah bersumpah dan Ia 

tidak akan menyesal: Engkau yaitu  Imam untuk selama-lamanya” – 22 

demikian pula Yesus yaitu  jaminan dari suatu perjanjian yang lebih kuat. 23 

Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, sebab  mereka 

dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. 24 namun , sebab  Ia tetap se-

lama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. 25 sebab  

itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang 

oleh Dia datang kepada Tuhan . Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi 

Pengantara mereka. 26 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlu-

kan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-

orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, 27 yang tidak 

seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan 

korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, 

sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, saat  Ia 

mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. 28 Sebab hukum Taurat 

menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, 

namun  sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, mene-

tapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya. 

Perhatikanlah betapa perlunya imam lain muncul, menurut peratur-

an Melkisedek dan bukan menurut peraturan Harun, yang oleh-Nya 

akan tercapai kesempurnaan yang tidak bisa tercapai oleh imamat 

Lewi. Oleh sebab itu, imamat Lewi harus diubah, beserta seluruh 

penyelenggaraannya (ay. 11-12, dst.). Di sini, 

I.   Ditegaskan bahwa kesempurnaan tidak bisa tercapai oleh imamat 

Lewi dan hukum Taurat. Imamat Lewi dan hukum Taurat tidak 

dapat membuat orang-orang yang menjalankannya menikmati de-


 118

ngan sempurna hal-hal baik yang kepadanya mereka diarahkan. 

Imamat Lewi dan hukum Taurat hanya bisa menunjukkan jalan-

nya kepada mereka. 

II.  Bahwa oleh sebab itu seorang imam lain harus muncul, menurut 

peraturan Melkisedek, yang olehnya, dan oleh hukum imannya, 

kesempurnaan akan datang kepada semua orang yang mematuhi 

dia. Dan, terpujilah Tuhan, bahwa kita dapat memperoleh keku-

dusan dan kebahagiaan yang sempurna melalui Kristus dalam 

perjanjian anugerah, menurut Injil, sebab kita menjadi utuh di 

dalam Dia. 

III. Ditegaskan bahwa sebab  imamat sudah berubah maka harus 

ada perubahan hukum. sebab  ada hubungan yang begitu dekat 

antara imamat dan hukum Taurat, maka penyelenggaraan hukum 

tidak bisa sama di bawah imamat lain. Imamat baru harus berada 

di bawah aturan baru, harus diatur dengan cara lain, dan dengan 

kaidah-kaidah yang sesuai dengan sifat dan tatanannya. 

IV. Tidak hanya ditegaskan, namun  juga dibuktikan, bahwa imamat 

dan hukum Taurat diubah (ay. 13-14). Imamat dan hukum Taurat 

yang melaluinya kesempurnaan tidak bisa tercapai kini dihapus-

kan. Sekarang seorang imam telah muncul, dan sebuah peraturan 

atau penyelenggaraan ditegakkan, yang olehnya orang-orang yang 

sungguh percaya dapat menjadi sempurna. Nah, bahwa memang 

ada perubahan seperti itu sudah jelas. 

1.  Ada perubahan dalam hal suku yang darinya imamat muncul. 

Sebelumnya imamat muncul dari suku Lewi. namun  Imam 

Besar kita muncul dari suku Yehuda, yang tentangnya Musa 

tidak berbicara apa-apa mengenai imamat (ay. 14). Perubahan 

keturunan ini menunjukkan adanya perubahan nyata pada 

hukum imamat.  

2.  Ada perubahan dalam hal bentuk dan aturan menetapkan 

para imam. Sebelumnya, dalam imamat Lewi, imam-imam di-

tetapkan menurut peraturan-peraturan manusia. Sebaliknya, 

Imam Besar kita ditetapkan berdasar  hidup yang tidak 

dapat binasa. Hukum sebelumnya menetapkan bahwa jabatan 

imam harus diturunkan, sesudah  kematian sang bapa, kepada 

putra tertuanya, menurut keturunan jasmani atau alami. 

Surat Ibrani 7:11-28 

 119 

Sebab tak seorang pun dari imam-imam besar di bawah 

hukum Taurat yang tidak berbapa atau beribu, atau tanpa 

silsilah. Mereka tidak memiliki  hidup dan keabadian dalam 

diri mereka. Hidup mereka berawal dan juga berakhir. Maka 

dari itu, peraturan manusia, atau hukum anak sulung, mene-

tapkan pergantian pemegang jabatan, seperti yang juga ber-

laku dalam hal hak kewargaan dan warisan. namun  , hu-

kum yang melaluinya Kristus ditetapkan sebagai Imam, menu-

rut peraturan Melkisedek, yaitu  hidup yang tidak dapat 

binasa. Hidup dan keabadian yang ada dalam diri-Nya yaitu  

hak-Nya atas imamat, dan bukan bahwa Ia keturunan imam-

imam terdahulu. Hal ini membuat perbedaan besar dalam 

imamat, dan dalam penyelenggaraannya juga, dan memberi-

kan keutamaan secara tak terhingga kepada Kristus dan Injil. 

Hukum yang menetapkan imamat Lewi itu sendiri memandang 

imam-imam sebagai makhluk yang lemah, rapuh, dan akan 

mati. Mereka tidak mampu melestarikan kehidupan alami me-

reka sendiri, namun  harus puas dan senang dengan bertahan 

dalam keturunan mereka secara jasmani. Terlebih lagi mereka 

tidak bisa, dengan kekuatan atau wewenang yang mereka mi-

liki, memberi  kehidupan dan keterberkatan rohani kepada 

orang-orang yang akan datang kepada mereka. namun  Imam 

Besar yang kita akui dengan iman kita memegang jabatan-Nya 

berdasar  hidup yang tidak dapat binasa yang ada dalam 

diri-Nya sendiri, bukan hanya untuk mempertahankan hidup-

Nya sendiri, melainkan juga untuk memberi  hidup yang 

rohani dan kekal kepada semua orang yang benar-benar 

mengandalkan pengorbanan dan kepengantaraan-Nya. Sebagi-

an orang berpendapat bahwa peraturan-peraturan manusia 

merujuk pada berbagai upacara penyucian lahiriah dan per-

sembahan-persembahan jasmani yang diberikan. Sebaliknya, 

hidup yang tidak dapat binasa merujuk pada persembahan-

persembahan rohani yang hidup, yang sesuai dengan Injil, 

serta hak-hak istimewa yang bersifat rohani dan kekal. Semua 

ini ditebus oleh Kristus, yang disucikan oleh Roh hidup yang 

kekal, yang diterima-Nya secara tiada terhingga.  

3.  Ada perubahan dalam hal keberhasilan imamat. Imamat yang 

terdahulu lemah dan tidak berguna, tidak menyempurnakan 

apa-apa. sedang  imamat yang datang kemudian membawa 


 120

pengharapan yang lebih baik, yang melaluinya kita dibawa 

mendekat kepada Tuhan  (ay. 18-19). Imamat Lewi tidak me-

nyempurnakan apa-apa, ia tidak dapat membenarkan orang 

dari kesalahan. Imamat Lewi tidak dapat menyucikan orang 

dari kecemaran di dalam jiwa, ia tidak dapat membersihkan 

hati nurani para penyembah Tuhan  dari perbuatan yang sia-sia. 

Yang bisa dilakukannya hanyalah mengantar mereka kepada 

apa yang diperlambangkan. Sebaliknya, imamat Kristus mem-

bawa serta di dalamnya dan bersamanya pengharapan yang 

lebih baik. Imamat Kristus menunjukkan kepada kita dasar 

sesungguhnya dari semua pengharapan yang kita arahkan ke-

pada Tuhan  untuk mendapatkan pengampunan dan keselamat-

an. Imamat Kristus secara lebih jelas menyingkapkan hal-hal 

besar yang kita harapkan. Jadi imamat Kristus berkuasa me-

ngerjakan dalam diri kita pengharapan yang lebih kuat dan 

hidup untuk memperoleh perkenanan Tuhan . Dengan pengha-

rapan ini kita didorong untuk mendekat kepada Tuhan , untuk 

masuk ke dalam perjanjian dengan Dia, dan untuk hidup de-

ngan bergaul dan bersekutu dengan-Nya. Sekarang kita dapat 

mendekat dengan hati yang benar, dan dengan iman yang ter-

jamin penuh, sebab  pikiran kita telah dibasuh dari hati nu-

rani yang jahat. Imamat yang terdahulu justru membuat orang 

tetap menjauh dari Tuhan , dan menempatkan mereka di bawah 

roh perbudakan.  

4.  Ada perubahan dalam cara Tuhan  bertindak dalam imamat ini. 

Ia telah bersumpah kepada Kristus, yang tidak pernah Ia 

lakukan kepada imam mana saja dari peraturan Harun. Tuhan  

tidak pernah memberi  kepastian seperti itu kepada imam-

imam Harun mengenai kelanggengan mereka. Tidak pernah Ia 

sampai bersumpah atau berjanji bahwa imamat mereka akan 

menjadi imamat kekal. Oleh sebab  itu Ia tidak memberi mere-

ka alasan apa pun untuk mengharapkan kelanggengan jabat-

an imamat mereka, namun  lebih untuk melihatnya sebagai hu-

kum sementara. Sebaliknya, Kristus dijadikan Imam dengan 

sumpah Tuhan : Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan me-

nyesal: Engkau yaitu  Imam untuk selama-lamanya menurut 

peraturan Melkisedek (ay. 21). Di sini Tuhan  dengan sumpah 

menyatakan bahwa imamat Kristus itu tidak berubah, utama, 

berhasil, dan kekal.  

Surat Ibrani 7:11-28 

 121 

5.  Ada perubahan dalam hal perjanjian, yang di dalamnya ima-

mat yaitu  suatu hal yang tetap dan imam yaitu  suatu 

jaminan. Yaitu, perubahan dalam hal penyelenggaraan dari 

perjanjian ini . Penyelenggaraan Injil lebih utuh, bebas, 

jelas, bersifat rohani, dan berhasil dibandingkan  penyelenggaraan 

hukum Taurat. Kristus dalam perjanjian Injil ini yaitu  jamin-

an bagi kita kepada Tuhan  dan bagi Tuhan  kepada kita, untuk 

memastikan bahwa butir-butir perjanjian ditepati oleh kedua 

belah pihak. Kristus, sebagai jaminan, telah menyatukan 

kodrat ilahi dan manusiawi bersama-sama dalam diri-Nya, dan 

dengan itu memberi  jaminan pendamaian. Ia, sebagai ja-

minan, sudah menyatukan Tuhan  dan manusia bersama-sama 

dalam ikatan perjanjian kekal. Kristus berseru kepada manu-

sia untuk menjaga perjanjian mereka dengan Tuhan , dan ber-

seru kepada Tuhan  bahwa Ia akan menggenapi janji-janji-Nya 

kepada manusia. Hal ini selalu siap dilakukan-Nya dengan 

cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, yaitu 

melalui sang Pengantara.  

6.  Ada perubahan yang luar biasa dalam hal jumlah para imam 

di bawah peraturan-peraturan imamat yang berbeda ini. 

Dalam imamat Harun ada banyak sekali imam, iman-imam 

besar, bukan sekaligus, melainkan secara bergantian. namun  

dalam imamat Kristus hanya ada satu Imam yang sama. 

Alasannya jelas, bahwa imam-imam Lewi banyak jumlahnya 

sebab  mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. 

Jabatan mereka, seberapa pun tinggi dan terhormatnya, tidak 

dapat menjamin bahwa mereka tidak akan mati. Dan, sebab  

yang satu mati, yang lain harus menggantikan, dan begitu 

seterusnya yang menggantikan ini pun tidak lama kemudian 

harus memberi  tempat itu kepada orang yang ketiga, dan 

demikian seterusnya sampai jumlahnya menjadi sangat besar. 

Sebaliknya, Imam Besar kita ini tetap hidup selama-lamanya, 

dan imamat-Nya aparabaton – tidak berubah, tidak diteruskan 

dari satu ke yang lain, seperti halnya imamat sebelumnya. 

Imamat-Nya selalu ada di tangan yang sama. Tidak mungkin 

ada kekosongan dalam imamat ini. Tidak ada waktu atau saat 

saat  jemaat berada dalam keadaan tanpa Imam yang mene-

ngahi masalah-masalah rohani mereka di sorga. Kekosongan 

seperti itu akan sangat berbahaya dan merugikan mereka. 


 122

namun  ini yaitu  keamanan dan kebahagiaan mereka, bahwa 

Imam yang senantiasa hidup ini mampu menyelamatkan sepe-

nuh-penuhnya, di setiap saat, dalam semua masalah, di setiap 

titik waktu, semua orang yang datang kepada Tuhan  melalui 

Dia (ay. 25). Jadi, di sini ada perubahan nyata yang jauh lebih 

baik.  

7.  Ada perbedaan yang luar biasa dalam hal syarat-syarat moral 

para imam. Imam-imam Harun bukan saja manusia fana, me-

lainkan juga manusia berdosa, yang memiliki kelemahan-kele-

mahan baik yang menimbulkan dosa maupun yang alami. 

Mereka perlu mempersembahkan korban, pertama-tama un-

tuk dosa-dosa mereka sendiri, dan kemudian untuk umat. 

namun  Imam Besar kita, yang ditahbiskan oleh sumpah, hanya 

perlu memberi  persembahan satu kali untuk umat, dan 

tidak pernah sama sekali untuk diri-Nya sendiri. Sebab Ia 

tidak saja ditahbiskan pada jabatan-Nya secara tidak bisa 

diubah, namun  juga pada diri-Nya ada kesucian yang tak dapat 

berubah. Dialah Imam Besar yang kita perlukan, saleh, tanpa 

salah, tanpa noda, dst. (ay. 26-28). Di sini perhatikanlah,  

(1)  Keadaan kita, sebagai orang-orang berdosa, membutuhkan 

seorang imam besar untuk menebus dan mengantarai kita.  

(2) Tidak ada imam yang pantas atau memadai untuk menda-

maikan kita dengan Tuhan  selain orang yang benar secara 

sempurna. Ia sendiri harus benar, sebab kalau tidak, ia 

tidak bisa menebus dosa kita, atau menjadi pembela kita di 

hadapan Bapa.  

(3) Tuhan Yesus yaitu  Imam Besar yang tepat yang kita bu-

tuhkan, sebab diri-Nya kudus, mutlak sempurna. Cermati-

lah gambaran yang kita punya tentang kekudusan pribadi 

Kristus yang diungkapkan dalam berbagai kata, yang kese-

muanya dipandang para ahli theologi sebagai berhubungan 

dengan kemurnian-Nya yang sempurna.  

[1]  Ia saleh, bebas secara sempurna dari semua kebiasaan 

atau pemikiran dosa, tidak ada kecenderungan sedikit 

pun pada dosa dalam kodrat-Nya. Dosa tidak berdiam 

dalam diri-Nya, meskipun dosa berdiam dalam orang-

orang Kristen yang terbaik. Tidak sedikit pun ada pada-

Nya kecenderungan untuk berdosa.  

Surat Ibrani 7:11-28 

 123 

[2] Ia tanpa salah, bebas secara sempurna dari segala tin-

dakan pelanggaran, tidak melakukan kekerasan, tidak 

pula tipu daya ada dalam mulut-Nya, tidak pernah 

berbuat salah sedikit pun kepada Tuhan  atau manusia.  

[3] Ia tanpa noda, tidak pernah membuka jalan bagi orang 

lain untuk berdosa. Sulit untuk menjaga diri kita tetap 

murni, sehingga kita tidak ikut ambil bagian dalam 

kesalahan dosa orang lain, dengan berbuat sesuatu 

yang menimbulkannya, atau tidak melakukan apa yang 

seharusnya kita lakukan untuk mencegahnya. Kristus 

tanpa noda. Meskipun Ia menimpakan pada diri-Nya 

sendiri kesalahan dosa-dosa kita, Ia tidak pernah ter-

libat dalam perbuatan dan kesalahan dosa-dosa itu.  

[4] Ia terpisah dari orang-orang berdosa, bukan hanya da-

lam keadaan-Nya sekarang (sebab  sebagai Imam Besar 

kita, Ia sudah masuk ke tempat Mahakudus, yang ke 

dalamnya apa yang cemar tidak dapat masuk), melain-

kan juga dalam kemurnian pribadi-Nya. Ia tidak bersatu 

dengan orang-orang berdosa, entah secara alami atau 

sebab  perkawinan, yang dapat membuat-Nya terkena 

dosa asal. Dosa asal menimpa kita sebab  persatuan 

kita secara alami dan melalui perkawinan melalui Adam 

pertama, sebab kita diturunkan darinya dengan cara 

biasa. namun   Kristus yaitu , dengan dikandung 

secara tak terlukiskan oleh sang perawan, terpisah dari 

orang-orang berdosa. Walaupun Ia mengambil kodrat 

manusia sesungguhnya, namun cara ajaib yang de-

ngannya Ia dikandung menempatkan-Nya di tempat 

yang terpisah dari semua umat manusia.  

[5] Ia dijadikan lebih tinggi dibandingkan  tingkat-tingkat sorga. 

Sebagian besar penafsir memahami ini berkenaan de-

ngan keadaan-Nya yang ditinggikan di sorga, di sebelah 

kanan Tuhan , untuk menyempurnakan rancangan ima-

mat-Nya. namun   Dr. Goodwin berpendapat bahwa 

ini secara sangat wajar dapat dikaitkan dengan keku-

dusan pribadi Kristus, yang lebih besar dan lebih sem-

purna dibandingkan  kekudusan para penghuni sorga, yaitu 

para malaikat kudus itu sendiri. Meskipun bebas dari 

dosa, para penghuni sorga tidak dengan sendirinya be-


 124

bas dari segala kemungkinan untuk berbuat dosa. Oleh 

sebab  itulah kita membaca, sesungguhnya, hamba-

hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, malaikat-malaikat-Nya 

pun didapati-Nya tersesat (Ayb. 4:18), yaitu lemah dan 

dapat berdosa. Mereka bisa menjadi malaikat pada satu 

waktu dan setan pada waktu lain, seperti yang memang 

terjadi pada banyak dari mereka. Bahwa malaikat-ma-

laikat kudus sekarang tidak akan jatuh itu bukan kare-

na kodrat yang bebas dari noda, melainkan sebab  

pemilihan Tuhan . Mereka yaitu  malaikat-malaikat terpi-

lih. Sangat mungkin bahwa penjelasan untuk ungkapan 

lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga ini terkesan 

terlalu dipaksakan, dan bahwa seharusnya itu dipa-

hami sebagai martabat dari kedudukan Kristus, dan bu-

kan kekudusan yang sempurna dari pribadi-Nya. Lebih 

jauh lagi sebab  dikatakan bahwa Ia dijadikan (KJV) le-

bih tinggi, genomenos. namun  juga orang tahu bahwa 

kata ini digunakan dalam arti netral, seperti saat  di-

katakan, genesthē ho Theos alēthēs – Tuhan  yaitu  be-

nar. Sifat-sifat lain dalam ayat itu jelas merupakan ke-

sempurnaan pribadi Kristus dalam kekudusan, sebagai 

lawan dari kelemahan-kelemahan yang penuh dosa dari 

para imam Lewi. Maka selaras untuk beranggapan bah-

wa sifat yang ini juga merupakan kesempurnaan pri-

badi-Nya, jika memang dapat dipandang dengan wajar 

dalam pengertian seperti itu. Hal ini tampak lebih 

mungkin lagi, sebab  keabsahan dan kekuasaan ima-

mat Kristus dalam ayat 27 ditempatkan dalam arti bah-

wa imamat-Nya tidak berpihak dan bebas dari suatu 

kepentingan. Ia tidak perlu memberi  persembahan 

bagi diri-Nya sendiri. Kepengantaraan-Nya bebas dari 

kepentingan pribadi. Ia melakukan tindakan kepengan-

taraan untuk mendapatkan belas kasihan bagi orang 

lain yang tidak Ia perlukan bagi diri-Nya sendiri. Sean-

dainya Ia sendiri membutuhkannya, maka Ia menjadi 

salah satu pihak yang berkepentingan, dan tidak bisa 

menjadi Pengantara, malah justru menjadi seorang pen-

jahat, dan tidak bisa menjadi pembela bagi orang-orang 

berdosa. Nah, supaya kepengantaraan-Nya lebih tidak 

Surat Ibrani 7:11-28 

 125 

berpihak dan bebas kepentingan, maka suatu keharus-

an bahwa bukan hanya pada saat ini Ia tidak memerlu-

kan bagi diri-Nya sendiri perkenanan yang untuknya Ia 

menjadi Pengantara atas nama orang lain, namun  juga 

bahwa Ia tidak akan pernah memerlukannya. Meskipun 

Ia tidak memerlukannya hari ini, namun andaikata Ia 

tahu bahwa Ia akan membutuhkannya esok hari, atau 

suatu saat nanti, Ia pasti akan dipandang ingin meme-

nuhi kepentingan-Nya sendiri, dan sebab  itu tidak bisa 

bertindak tanpa memihak dan dengan semangat yang 

murni untuk kehormatan Tuhan  di satu sisi, dan belas 

kasihan kepada orang-orang-orang berdosa yang ma-

lang di sisi lain. Di sini saya tidak mengaku mengikuti 

pemikiran dari almarhum ahli tafsir kita yang sangat 

baik, yang pekerjaannya sudah kita masuki. namun  saya 

mengambil kebebasan untuk membela gagasan dari Dr. 

Goodwin ini melawan sanggahan-sanggahan yang saya 

tahu telah dilontarkan kepadanya. Dan terlebih lagi 

saya melakukannya sebab , jika memang gagasannya 

baik, maka itu memberi kita bukti lebih lanjut bahwa 

menjadi suatu keniscayaan sang Pengantara ini harus-

lah Tuhan , sebab tidak ada makhluk biasa mana pun 

yang tidak pernah berdosa sampai tidak memerlukan 

perkenanan dan rahmat bagi dirinya sendiri. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  8  

i dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan dengan pokok se-

belumnya, yakni jabatan imamat Kristus. Dan,  

I.  Ia menyimpulkan apa yang telah dikatakannya (ay. 1-2).  

II. Ia membentangkan bagian-bagian penting dari jabatan ima-

mat (ay. 3-5). Dan,  

III. Secara luas menggambarkan keunggulan imamat Kristus, de-

ngan mempertimbangkan keunggulan peraturan atau perjan-

jian yang untuknya Kristus menjadi Pengantara (ay. 6-13). 

Imamat Kristus 

(8:1-5) 

1 Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita memiliki  Imam Besar yang 

demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, 2 

dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, 

yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. 3 Sebab setiap Imam 

Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan 

sebab  itu Yesus perlu memiliki  sesuatu untuk dipersembahkan.  

4 Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, sebab  di 

sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut 

hukum Taurat. 5 Pelayanan mereka yaitu  gambaran dan bayangan dari apa 

yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, saat  ia 

hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firman-Nya, “bahwa engkau 

membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu 

di atas gunung itu.”  

Di sini ada , 

I.  Pengulangan ringkasan tentang apa yang telah disebutkan sebe-

lumnya mengenai keunggulan imamat Kristus, dengan menunjuk-

kan apa yang kita miliki di dalam Kristus, tempat Ia tinggal seka-

rang, serta tempat kudus yang dilayani-Nya (ay. 1-2). Amatilah, 


 128

1.  Apa yang kita miliki di dalam Kristus. Kita memiliki seorang 

Imam Besar, Imam Besar seperti yang belum pernah dimiliki 

orang lain, yang belum pernah dihasilkan zaman ataupun 

gereja mana pun di dunia ini. Semua Imam Besar lain hanya-

lah merupakan perlambang dan bayangan Imam Besar ini. Ia 

sangat memenuhi syarat serta sepenuhnya mampu untuk 

memenuhi semua maksud dan tujuan seorang Imam Besar, 

baik demi kehormatan Tuhan  maupun kebahagiaan manusia 

dan diri-Nya sendiri. Ia merupakan kehormatan besar bagi 

semua orang yang memiliki  kepentingan pada diri-Nya. 

2.  Tempat Ia tinggal sekarang: Ia duduk di sebelah kanan takhta 

Yang Mahabesar di sorga. Artinya, di sebelah kanan Tuhan  yang 

agung di sorga. Di sanalah sang Pengantara ditempatkan, dan 

Ia memiliki seluruh wewenang serta kuasa, baik di sorga mau-

pun di bumi. Inilah pahala atas semua penghinaan yang telah 

diterima-Nya. Ia menggunakan wewenang ini demi kemuliaan 

Bapa-Nya, bagi kehormatan-Nya sendiri, dan demi kebahagia-

an semua orang kepunyaan-Nya. Melalui kuasa-Nya yang 

tidak terbatas itu Ia akan membawa setiap mereka ke sebelah 

kanan Tuhan  di sorga sesuai urutan masing-masing, sebagai 

anggota-anggota dari tubuh rohani-Nya, supaya di tempat Ia 

berada, mereka juga boleh berada bersama-Nya. 

3. Tempat kudus yang dilayani oleh-Nya: kemah sejati, yang 

didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia (ay. 2). Kemah 

Suci didirikan oleh manusia, sesuai ketetapan Tuhan . Di situ 

ada  bagian luar dengan mezbah tempat mereka harus 

mempersembahkan korban, yang melambangkan Kristus yang 

mati. Selain itu ada  bagian dalam di balik tabir, yang 

melambangkan Kristus yang menjadi pengantara bagi orang-

orang di sorga. Kemah Suci ini memang tidak pernah dimasuki 

Kristus. Namun, sesudah  menggenapi karya penebusan di da-

lam kemah sejati, yakni tubuh-Nya sendiri, Ia sekarang men-

jadi pelayan di tempat kudus itu, yakni tempat mahakudus, 

kemah sejati di sorga, di sana Ia membela perkara umat-Nya, 

serta menjadi pengantara di antara Tuhan  dan mereka, supaya 

dosa-dosa mereka dapat diampuni dan diri serta pelayanan 

mereka diterima berkat pengorbanan-Nya. Ia tidak berada di 

sorga sekadar untuk menikmati kekuasaan dan martabat 

tinggi belaka. Sebaliknya, sebagai Imam Besar bagi jemaat-

Surat Ibrani 8:1-5 

 129 

Nya, ia juga menjalankan tugas ini bagi mereka semua secara 

umum, dan bagi setiap anggota jemaat secara khusus. 

II. Rasul Paulus membentangkan bagian-bagian penting imamat 

Kristus kepada orang-orang Ibrani, atau apa yang menjadi bagian 

dari jabatan itu, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan bagi 

setiap Imam Besar (ay. 3-4). 

1.  Setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan kor-

ban dan persembahan. Apa pun yang dibawa orang untuk 

dipersembahkan kepada Tuhan , baik berupa persembahan demi 

penebusan maupun korban pendamaian atau persembahan 

syukur, harus dipersembahkan oleh sang imam, yang akan 

menebus kesalahan mereka melalui darah korban, serta meng-

harumkan pemberian dan pelayanan mereka dengan ukupan 

suci untuk membuat diri dan perbuatan mereka diterima me-

lalui semua perlambangan itu. Oleh sebab  itu, sungguh pen-

ting bagi imamat Kristus bahwa Ia memiliki  sesuatu untuk 

dipersembahkan. Ia yang diperlambangkan selama ini menye-

diakan diri-Nya sendiri untuk dipersembahkan, yaitu kodrat 

manusiawi-Nya untuk diletakkan di atas mezbah kodrat ilahi-

Nya, sebagai korban pendamaian agung yang mengakhiri se-

mua pelanggaran dan dosa sampai selamanya. Ia memiliki 

ukupan-Nya, yaitu kebenaran-Nya dan jasa-jasa-Nya sendiri 

untuk dipersembahkan bersama segala sesuatu yang diper-

sembahkan umat-Nya kepada Tuhan  melalui diri-Nya, agar 

mereka dapat diterima. Janganlah kita berani menghampiri 

Tuhan , atau mempersembahkan apa pun kepada-Nya, selain di 

dalam dan melalui Kristus, sambil mengandalkan jasa dan 

perantaraan-Nya. Jika kita diterima, itu yaitu  di dalam Dia 

yang dikasihi-Nya. 

2.  Sekarang Kristus harus melaksanakan jabatan imamat-Nya di 

sorga, di tempat Mahakudus, kemah sejati yang telah didirikan 

Tuhan. Demikianlah yang diperlambangkan itu harus digenapi 

dengan sepenuhnya. sesudah  menggenapi karya pengorbanan 

di sini, Ia harus pergi ke sorga guna menyampaikan kebenar-

an-Nya dan menjadi pengantara di sana. Sebab, 

(1)  Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi 

imam (ay. 4). Artinya, tidak seperti yang sesuai dengan ima-


 130

mat Lewi, sebab  tidak berasal dari garis keturunan ima-

mat itu. Selama imamat Lewi itu berlanjut, haruslah diberi-

kan penghormatan tinggi kepada penetapan ilahi dalam se-

gala hal. 

(2) Semua pelayanan sang imam di bawah hukum Taurat, ter-

masuk segala sesuatu di dalam Kemah Suci yang telah di-

susun sesuai pola yang diberikan di gunung, hanyalah 

merupakan contoh dan bayangan dari hal-hal sorgawi (ay. 

5). Kristus merupakan hakikat dan tujuan dari hukum 

Taurat menyangkut kebenaran. Oleh sebab itu, pasti ter-

dapat sesuatu di dalam imamat Kristus yang sesuai dengan 

masuknya Imam Besar ke balik tabir untuk mengadakan 

perantaraan, dan tanpa itu, Ia tidak akan dapat menjadi 

Imam yang sempurna. Apakah gerangan hal itu, kalau 

bukan kenaikan Kristus ke sorga, serta kehadiran-Nya di 

sorga di hadapan Tuhan  demi umat-Nya, untuk menyampai-

kan doa-doa mereka, dan membela perkara mereka? De-

ngan demikian, seandainya Ia masih terus berada di dunia, 

Ia tidak akan dapat menjadi Imam yang sempurna, dan pa-

dahal Ia tidak mungkin menjadi imam yang tidak sem-

purna. 

Perjanjian Lama dan Baru  

(8:6-13) 

6 namun  sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, 

sebab  Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang 

didasarkan atas janji yang lebih tinggi. 7 Sebab, sekiranya perjanjian yang 

pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. 8 

Sebab Ia menegor mereka saat  Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang 

waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian 

baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, 9 bukan seperti 

perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu 

Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah 

Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak 

mereka,” demikian firman Tuhan. 10 “Maka inilah perjanjian yang Kuadakan 

dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku 

akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya 

dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Tuhan  mereka dan mereka akan 

menjadi umat-Ku. 11 Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, 

atau sesama saudaranya dengan mengatakan: KenTuhan  Tuhan! Sebab 

mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. 12 Sebab Aku akan menaruh 

belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-

dosa mereka.” 13 Oleh sebab  Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, 

Surat Ibrani 8:6-13 

 131 

Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan 

apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. 

Dalam perikop ini, Rasul Paulus menggambarkan dan menegaskan 

perihal keunggulan imamat Kristus yang melebihi imamat Harun, 

berdasar  keagungan perjanjian itu atau penyelenggaraan perjanji-

an kasih karunia dengan Kristus sebagai Pengantaranya (ay. 6). Pela-

yanan-Nya lebih agung, sebab  betapa besarnya Ia menjadi Pengan-

tara dari sebuah perjanjian yang lebih baik. Jiwa raga semua keilahi-

an (seperti yang diamati beberapa  orang) sangat bergantung pada 

cara membedakan kedua perjanjian itu dengan tepat, yaitu perjanjian 

perbuatan dan perjanjian kasih karunia, dan di antara kedua penye-

lenggaraan perjanjian kasih karunia, yang berada di bawah Perjanji-

an Lama dan Perjanjian Baru. Sekarang amatilah, 

I.  Apa yang di sini dikatakan perihal Perjanjian Lama, atau lebih 

tepat, penyelenggaraan perjanjian kasih karunia yang lama. Me-

ngenai hal ini dikatakan, 

1.  Bahwa perjanjian itu dibuat dengan para bapa leluhur bangsa 

Yahudi di gunung Sinai (ay. 9). Musa merupakan pengantara 

dari perjanjian itu, saat  Tuhan  memegang tangan mereka dan 

mengantar mereka keluar dari negeri Mesir. Hal ini menyirat-

kan kasih sayang dan sikap merendah yang besar serta peme-

liharaan Tuhan  yang lembut terhadap mereka. 

2.  Bahwa perjanjian ini tidak bercacat (ay. 7-8). Ini merupakan 

masa penyelenggaraan yang penuh kegelapan dan ketakutan, 

yang cenderung memperhambakan orang, serta sekadar meru-

pakan pengarahan seorang guru untuk membawa kita kepada 

Kristus. Perjanjian Lama ini memang sempurna dan sesuai 

untuk memenuhi tujuan akhirnya, namun  sangat tidak sempur-

na jika  dibandingkan dengan Injil. 

3.  Bahwa Perjanjian Lama tidak pasti ataupun tetap. Sebab 

orang Yahudi tidak setia kepada perjanjian itu, dan Tuhan 

menolak mereka (ay. 9). Mereka bersikap tidak tahu terima 

kasih terhadap Tuhan  mereka dan jahat terhadap sesamanya, 

sehingga Tuhan  tidak senang dengan mereka. Tuhan  akan 

berkenan kepada mereka yang tetap setia kepada perjanjian-

Nya, namun  Ia akan menolak mereka yang membuang kuk-Nya 

dari diri mereka. 


 132

4.  Bahwa perjanjian itu sudah usang, menjadi tua, dan mende-

kati kemusnahan (ay. 13). Perjanjian ini menjadi kuno, diba-

talkan, ketinggalan zaman, dan tidak berguna lagi dalam masa 

Injil, seperti lilin yang tidak ada gunanya saat matahari mun-

cul. Ada yang beranggapan bahwa perjanjian yang khusus itu 

belum usang sama sekali hingga penghancuran Yerusalem, 

meskipun telah dihapuskan pada saat kematian Kristus. Per-

janjian itu menjadi tua, dan sekarang telah hampir lenyap dan 

mendekati kemusnahan, bersama dengan lenyapnya imamat 

Lewi. 

II. Apa yang di sini dikatakan perihal penyelenggaraan Perjanjian 

Baru, untuk membuktikan keunggulan mutlak pelayanan Kristus. 

Dikatakan, 

1.  Bahwa ini yaitu  perjanjian yang lebih baik (ay. 6), suatu pe-

nyelenggaraan dan pengungkapan kasih karunia Tuhan  kepada 

orang berdosa yang lebih jelas dan nyaman, sekaligus mem-

bawa terang kudus serta kemerdekaan bagi jiwa. Perjanjian ini 

tidak bercela dan tertib dalam segala hal. Untuk menjalankan-

nya, perjanjian ini tidak mensyaratkan apa pun selain apa 

yang dijanjikan, yakni kasih karunia. Perjanjian ini menerima 

ketulusan ilahi, yang dianggap sebagai kesempurnaan Injil. 

Setiap pelanggaran tidak mengeluarkan kita dari perjanjian. 

Semuanya diletakkan ke dalam tangan yang baik dan aman. 

2.  Bahwa perjanjian itu dikukuhkan di atas janji-janji yang lebih 

baik, lebih jelas dan langsung, lebih rohani, serta lebih mutlak. 

Janji-janji berkat rohani dan kekal di dalam perjanjian ini 

benar-benar positif dan mutlak. Janji-janji yang memberi  

berkat-berkat yang sementara sifatnya merupakan ketentuan 

yang bijaksana dan baik, sejauh hal itu demi kemuliaan Tuhan  

dan kebaikan umat-Nya. namun  perjanjian ini mengandung 

janji-janji untuk menyertai kita dalam melaksanakan tugas 

dan memastikan kita diterima. Perjanjian ini juga berisi janji-

janji untuk membantu kita terus maju dan bertekun dalam 

kasih karunia dan kekudusan, dan menjanjikan sukacita dan 

kemuliaan di sorga, yang sebelumnya hanya menjadi bayang-

bayang yang tidak begitu jelas selama masa janji-janji di negeri 

Kanaan, yang merupakan perlambang dari sorga. 

Surat Ibrani 8:6-13 

 133 

3.  Ini merupakan perjanjian yang baru, yaitu perjanjian baru 

yang sejak dahulu dinyatakan Tuhan  akan dibuat-Nya dengan 

kaum Israel, yakni seluruh bangsa Israel milik Tuhan . Hal ini 

dijanjikan di dalam Yeremia 31:31-32, dan digenapi di dalam 

Kristus. Ini akan senantiasa merupakan perjanjian yang baru, 

dan di dalamnya, semua orang yang benar-benar berpegang 

padanya akan senantiasa dilindungi oleh kuasa Tuhan . Ini ada-

lah perjanjian Tuhan . Belas kasihan, kasih, dan kasih karunia-

Nya menggerakkannya. Hikmat-Nya merencanakannya. Putra-

Nya telah menebusnya. Roh-Nya membawa jiwa-jiwa ke dalam-

nya, dan membangun mereka di dalamnya. 

4. Butir-butir perjanjian ini sangatlah luar biasa, yang dimeterai-

kan di antara Tuhan  dan umat-Nya melalui baptisan dan per-

jamuan Tuhan. Dengan hal-hal ini mereka mengikat diri dari 

pihak mereka, dan Tuhan  meyakinkan mereka bahwa Ia akan 

melakukan bagian-Nya yang merupakan bagian utama dan 

paling penting, yang atas dasar itu, umat-Nya bergantung un-

tuk memperoleh kasih karunia serta kekuatan untuk melak-

sanakan bagian mereka. Di sini, 

(1) Tuhan  mengadakan perjanjian dengan umat-Nya, bahwa 

Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan 

menuliskannya dalam hati mereka (ay. 10). Dahulu Ia 

pernah menuliskan hukum-hukum-Nya bagi mereka, dan 

sekarang Ia akan menuliskan hukum-hukum-Nya di dalam 

hati mereka. Artinya, Ia akan memberi mereka pengertian 

supaya dapat mengenal dan memercayai hukum-Nya. Ia 

akan memberi mereka ingatan untuk menyimpan hukum-

hukum itu. Ia akan memberi mereka hati untuk mencintai 

hukum-hukum-Nya serta akal budi untuk mengenalinya. 

Ia akan memberi mereka keberanian untuk mengakui 

hukum-hukum itu dan kekuatan untuk melaksanakannya. 

Seluruh kebiasaan dan dasar jiwa mereka akan menjadi 

loh batu dan tulisan dari hukum Tuhan . Inilah dasar dari 

perjanjian itu, dan saat  ditetapkan, tugas haruslah dilak-

sanakan dengan bijaksana, sungguh hati, sigap, mudah, 

penuh kebulatan hati, terus-menerus, dan dengan nyaman. 

(2) Ia mengadakan perjanjian dengan mereka untuk membawa 

mereka memasuki hubungan yang dekat dan sangat ter-

hormat dengan diri-Nya. 


 134

[1] Ia akan menjadi Tuhan  bagi mereka. Artinya, Ia akan 

menjadi segalanya bagi mereka, melakukan semuanya 

bagi mereka sesuai yang mampu dilakukan-Nya sebagai 

Tuhan . Seribu kitab pun tidak akan mampu menyamai 

apa yang bisa dirangkum dalam beberapa kata berikut: 

Aku akan menjadi Tuhan  mereka. 

[2] Bagi-Nya, mereka akan menjadi umat untuk mengasihi, 

menghormati, menuruti, dan menaati-Nya dalam segala 

hal, dengan mematuhi peringatan-peringatan-Nya, me-

nyesuaikan diri dengan perintah-perintah-Nya, berperi-

laku sesuai pemeliharaan-Nya, mencontoh teladan-Nya, 

dan merasa puas dengan perkenan-Nya. Inilah yang 

harus dan akan dilakukan orang-orang yang menerima 

Tuhan  sebagai Tuhan  mereka. Inilah yang wajib mereka 

lakukan sebagai bagian dari perjanjian itu. Inilah yang 

akan mereka lakukan, sebab Tuhan  akan memampukan 

mereka melakukannya, sebagai bukti bahwa Dia yaitu  

Tuhan  mereka dan mereka yaitu  umat-Nya. Sebab, 

Tuhan  sendirilah yang mula-mula menjalin hubungan 

itu, kemudian mengisinya dengan kasih karunia yang 

sesuai dan cukup, serta menolong mereka dalam lang-

kah mereka untuk mengisi hubungan itu dengan kasih 

dan kewajiban. Dengan demikian Tuhan  terlibat dalam 

semuanya itu baik bagi diri-Nya sendiri maupun bagi 

mereka. 

(3) Ia mengadakan perjanjian dengan mereka supaya mereka 

bisa lebih mengenal Tuhan  mereka (ay. 11): mereka semua, 

besar kecil, akan mengenal Aku, mengenal Aku sedemikian 

rupa hingga yang seorang tidak perlu lagi mengajarkan 

yang lain tentang Tuhan . Amatilah di sini, 

[1] sebab  kebutuhan akan pengajaran yang lebih baik, 

orang harus saling mengajari untuk bisa mengenal Tu-

han, sejauh mereka memiliki kemampuan dan kesem-

patan untuk itu. 

[2] Pengajaran secara pribadi ini tidak akan begitu diper-

lukan lagi di bawah Perjanjian Baru, seperti yang terjadi 

saat masih di bawah Perjanjian Lama. Penyelenggaraan 

Perjanjian lama itu masih kabur, gelap, berupa upa-

Surat Ibrani 8:6-13 

 135 

cara, dan kurang dimengerti. Para imam mereka jarang 

berkhotbah dan hanya sedikit yang melakukannya. Roh 

Tuhan  hanya sesekali turun kepada mereka. Namun, di 

bawah aturan yang baru, akan ada  sangat banyak 

pengkhotbah umum yang memenuhi syarat untuk 

memberitakan Injil, dan juga akan ada banyak orang 

yang ditetapkan jemaat untuk menyampaikan berbagai 

ketetapan. Orang datang berbondong-bondong kepada 

mereka bagaikan burung merpati pulang ke sarang me-

reka. Roh Tuhan  akan dicurahkan dengan melimpah un-

tuk membuat pelayanan Injil berhasil, sehingga penye-

baran pengetahuan tentang ajaran Kristen dalam diri 

orang-orang dari berbagai kalangan, baik laki-laki mau-

pun wanita  dari segala usia, akan sangat mening-

kat. Oh, kiranya janji ini tergenapi pada masa sekarang 

ini. Kiranya tangan Tuhan  menyertai para pelayan-Nya, 

supaya banyak orang boleh percaya dan dibawa kepada 

Tuhan! 

(4) Tuhan  mengadakan perjanjian dengan mereka perihal peng-

ampunan dosa-dosa mereka, seperti yang senantiasa me-

nyertai pengenalan yang sejati tentang Tuhan  (ay. 12): Sebab 

Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mere-

ka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka. Amatilah, 

[1]  Betapa pengampunan ini diberikan dengan cuma-cuma. 

Pengampunan ini tidak dihasilkan oleh kebaikan  ma-

nusia, namun  oleh belas kasihan Tuhan . Ia mengampuni 

demi kebaikan nama-Nya sendiri. 

[2] Betapa sempurnanya pengampunan ini. Pengampunan 

ini menghapus ketidakjujuran, dosa-dosa, dan kejahat-

an mereka. Mencakup segala jenis dosa, dosa-dosa yang 

sangat menyakitkan hati. 

[3] Betapa pastinya pengampunan ini. Pengampunan ini 

begitu tidak dapat diubah dan pasti hingga Tuhan  tidak 

akan mengingat dosa-dosa mereka lagi. Ia tidak akan 

menarik kembali pengampunan-Nya. Ia tidak saja akan 

mengampuni dosa-dosa mereka, namun  melupakannya 

juga, dan memperlakukan mereka seolah-olah Ia telah 

melupakan dosa-dosa mereka. Belas kasihan yang 


 136

mengampuni ini terkait dengan semua belas kasihan 

rohani lainnya. Dosa yang belum diampuni mencegah 

belas kasihan dan menjatuhkan penghukuman. Seba-

liknya, pengampunan dosa mencegah penghukuman 

dan membuka lebar pintu menuju semua berkat rohani. 

Ini merupakan hasil yang diakibatkan oleh belas kasih-

an yang sudah ada sejak kekekalan, dan jaminan akan 

belas kasihan-Nya yang berlangsung selamanya. Inilah 

keunggulan dari penyelenggaraan yang baru itu, dan 

inilah semua butir-butir perjanjian yang ada di dalam-

nya. Oleh sebab itu kita tidak memiliki  alasan untuk 

mengeluh, malah justru harus bersukacita sebab  per-

aturan yang lama telah menjadi usang dan musnah. 

PASAL  9  

etelah menyatakan bahwa penyelenggaraan Perjanjian Lama telah 

usang dan akan musnah, Rasul Paulus melanjutkan dengan 

memperlihatkan kepada orang-orang Ibrani hubungan yang ada  

antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan bahwa apa pun 

yang unggul dalam Perjanjian Lama yaitu  perlambang dan gambar-

an Perjanjian Baru. sebab  itu Perjanjian Baru pastilah jauh lebih 

unggul dibandingkan  Perjanjian Lama sebagaimana apa yang nyata atau 

hakiki jauh melebihi bayangannya. Perjanjian Lama tidak pernah di-

maksudkan untuk dijadikan sandaran, melainkan sebagai persiapan 

untuk mendirikan ketetapan Injil. Dan di sini dia menjelaskan, 

I. Tentang Kemah Suci, tempat penyembahan (ay. 1-5). 

II. Tentang penyembahan dan ibadah-ibadah yang diselenggara-

kan di dalam Kemah Suci (ay. 6-7). 

III. Dia menyampaikan pengertian rohani dan tujuan utama se-

mua itu (ay. 8 sampai selesai). 

Perkakas Kemah Suci 

(9:1-7) 

1 Memang perjanjian yang pertama juga memiliki  peraturan-peraturan 

untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. 2 Sebab ada 

dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ ter-

dapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang 

kudus. 3 Di belakang tirai yang kedua ada  suatu kemah lagi yang dise-

but tempat yang maha kudus. 4 Di situ ada  mezbah pembakaran ukup-

an dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di 

dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat 

Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, 5 

dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. 

namun  hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci. 6 Demi-

kianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa 


 138

masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah 

mereka, 7 namun  ke dalam kemah yang