Oleh sebab itu,
orang-orang Kristen harus terus bertumbuh dalam anu-
gerah, sebab kalau tidak, kalau mereka tidak melang-
kah maju, mereka akan melangkah mundur, sampai
mereka tiba pada dosa dan kesengsaraan yang luar
biasa dan terkutuk ini.
Peringatan terhadap Kemurtadan;
Janji dan Sumpah Ilahi
(6:9-20)
9 namun , hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demi-
kian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih
baik, yang mengandung keselamatan. 10 Sebab Tuhan bukan tidak adil, se-
hingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan ter-
hadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang ma-
sih kamu lakukan sampai sekarang. 11 namun kami ingin, supaya kamu
masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan
pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, 12 agar kamu
jangan menjadi lamban, namun menjadi penurut-penurut mereka yang oleh
iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Tuhan . 13
Sebab saat Tuhan memberi janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah
demi diri-Nya sendiri, sebab tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya,
14 kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah
dan akan membuat engkau sangat banyak.” 15 Abraham menanti dengan
sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. 16
Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu
menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. 17
sebab itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu
akan kepastian putusan-Nya, Tuhan telah mengikat diri-Nya dengan sumpah,
18 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Tuhan
tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan
yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. 19
Pengharapan itu yaitu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah
dilabuhkan sampai ke belakang tabir, 20 di mana Yesus telah masuk sebagai
Perintis bagi kita, saat Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam
Besar sampai selama-lamanya.
Rasul Paulus, sesudah membangkitkan kegentaran pada orang-orang
Ibrani, untuk menggugah mereka supaya tekun dan mencegah ke-
murtadan mereka, sekarang melanjutkan dengan membangkitkan
harapan-harapan mereka, dan secara lugas menyatakan harapan
baiknya tentang mereka, bahwa mereka akan bertekun. Ia juga me-
nunjukkan kepada mereka apa yang mereka miliki yang dapat men-
dorong mereka dalam menjalankan kewajiban.
I. Dengan bebas dan terang-terangan ia menyatakan harapan baik-
nya tentang mereka, bahwa mereka akan bertekun sampai pada
akhirnya: namun , hai saudara-saudaraku yang kekasih, kami ya-
kin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik (ay. 9). Perhati-
kanlah,
1. Ada hal-hal yang menyertai keselamatan, hal-hal yang tidak
pernah lepas dari keselamatan, hal-hal yang menunjukkan
seseorang berada dalam keadaan selamat, dan akan berakhir
pada keselamatan kekal.
2. Hal-hal yang menyertai keselamatan yaitu hal-hal yang lebih
baik dari apa saja yang pernah dinikmati oleh orang munafik
atau orang murtad. Hal-hal itu lebih baik dalam sifatnya dan
hasilnya.
3. Merupakan kewajiban kita untuk mengharapkan yang baik
pada orang-orang yang tidak menampakkan hal sebaliknya.
4. Adakalanya hamba-hamba Tuhan harus berbicara dengan
cara memberi peringatan kepada orang-orang yang kesela-
matannya mereka harapkan dengan baik. Sementara orang-
orang yang memiliki harapan baik akan diri mereka sendiri,
menyangkut keselamatan kekal mereka, tetap harus memikir-
Surat Ibrani 6:9-20
kan dengan sungguh-sungguh betapa mematikannya kekece-
waan yang akan mereka rasakan jika mereka sampai gagal
beroleh keselamatan. Dengan demikian, mereka harus me-
ngerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar.
II. Rasul Paulus mengetengahkan beberapa alasan dan dorongan
kepada mereka untuk terus menjalankan kewajiban mereka.
1. Bahwa Tuhan telah mengerjakan dasar kasih yang kudus dalam
diri mereka, yang telah nyata dalam pekerjaan-pekerjaan yang
sesuai, yang tidak akan dilupakan Tuhan : Tuhan bukan tidak
adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu (ay. 10).
Pekerjaan dan perbuatan baik yang timbul dari kasih kepada
Tuhan yaitu hal yang terpuji. Apa yang dilakukan kepada
siapa saja dalam nama Tuhan pasti akan mendapat upah. Dan
apa yang dilakukan kepada orang-orang kudus, yang memang
benar-benar orang-orang kudus, dipandang Tuhan sebagai dila-
kukan terhadap diri-Nya sendiri.
2. Siapa yang mengharapkan upah yang berlimpah atas pekerja-
an kasih harus terus melakukan pekerjaan itu selama mereka
memiliki kemampuan dan kesempatan: Pelayanan kamu
kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai
sekarang. namun kami ingin, supaya kamu masing-masing
menunjukkan kesungguhan yang sama.
3. Siapa yang bertahan dalam menjalankan kewajiban dengan
tekun pada akhirnya akan mendapatkan keyakinan penuh
atas apa yang menjadi pengharapan mereka. Perhatikanlah,
(1) Jaminan penuh yaitu harapan dalam tingkat yang lebih
tinggi. Jaminan penuh yaitu harapan yang terjamin pe-
nuh. Jaminan penuh dan harapan tidak berbeda dalam
hakikat, namun hanya dalam tingkatan.
(2) Jaminan penuh dapat diperoleh dengan ketekunan dan
ketahanan yang besar sampai pada akhirnya.
III. Rasul Paulus melanjutkan dengan memberi mereka peringatan
dan nasihat bagaimana menjadikan pengharapan ini sebagai sua-
tu milik yang pasti sampai pada akhirnya.
1. Bahwa mereka tidak boleh malas. Kemalasan akan membuat
orang berpakaian compang-camping. Mereka tidak boleh suka
dengan kenyamanan mereka, atau melewatkan kesempatan-
kesempatan mereka.
2. Bahwa mereka harus mengikuti teladan-teladan baik dari orang-
orang yang sudah mendahului mereka (ay. 12). Di sini perhati-
kanlah,
(1) Ada sebagian orang yang sebab diberi jaminan maka me-
reka mewarisi janji-janji. Mereka mempercayai janji itu se-
belumnya, dan sekarang mereka mewarisinya. Mereka su-
dah tiba dengan selamat di sorga.
(2) Cara mereka mendapat warisan yaitu dengan iman dan
kesabaran. Anugerah-anugerah ini ditanamkan dalam jiwa
mereka, dan ditampilkan dalam perbuatan dan perilaku hi-
dup mereka. Jika kita berharap untuk mewarisinya seperti
mereka, kita harus mengikuti mereka di jalan iman dan
kesabaran. Barangsiapa yang mengikuti mereka di jalan-
jalan itu pasti akan menyusul mereka pada akhirnya, dan
ambil bagian dalam kebahagiaan yang sama.
IV. Rasul Paulus menutup pasal ini dengan gambaran yang jelas dan
utuh tentang jaminan kebenaran dari janji-janji Tuhan (ay. 13,
sampai selesai). Semua janji itu diteguhkan oleh sumpah Tuhan ,
dan semuanya didasarkan pada kebijaksanaan kekal Tuhan , dan
sebab itu dapat diandalkan.
1. Semua janji itu diteguhkan oleh sumpah Tuhan . Tuhan tidak
hanya memberi firman-Nya, tangan-Nya dan meterai-Nya
kepada umat-Nya, namun juga sumpah-Nya. Dan di sini, seperti
yang akan kita lihat, Rasul Paulus berbicara secara khusus
mengenai sumpah Tuhan kepada Abraham, yang sebab diberi-
kan kepadanya sebagai bapa orang beriman, tetap berlaku pe-
nuh bagi semua orang yang sungguh-sungguh percaya: saat
Tuhan memberi janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah
demi diri-Nya sendiri, sebab tidak ada orang yang lebih tinggi
dari pada-Nya. Cermatilah,
(1) Apa janji itu: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau
berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat ba-
nyak.” Berkat Tuhan yaitu keterberkatan umat-Nya. Siapa
yang sudah betul-betul diberkati Tuhan pasti akan senantia-
sa diberkati-Nya. Dan Ia akan melipatgandakan berkat-
Surat Ibrani 6:9-20
berkat, sampai Ia membawa mereka pada keterberkatan
atau kebahagiaan yang sempurna.
(2) Apa sumpah yang olehnya janji ini disahkan: Ia bersumpah
demi diri-Nya sendiri. Ia mempertaruhkan keberadaan-Nya
dan keterberkatan-Nya sendiri pada janji itu. Tidak ada
jaminan lebih besar yang dapat diberikan atau diinginkan.
(3) Bagaimana sumpah itu terlaksana. Abraham, saat wak-
tunya sudah genap, memperoleh janji itu. Janji itu digenapi
untuk dia sesudah dia bertekun dengan sabar.
[1] Selalu ada selang waktu, dan kadang-kadang lama,
antara janji dan penggenapannya.
[2] Selang waktu itu yaitu waktu pencobaan bagi orang-
orang percaya, apakah mereka akan bertekun dengan
sabar sampai pada akhirnya.
[3] Orang yang bertekun dengan sabar pasti akan memper-
oleh keterberkatan yang dijanjikan, sepasti Abraham
memperolehnya.
[4] Maksud dan tujuan dari sumpah yaitu untuk menja-
min janji, dan mendorong orang-orang yang diberi janji
untuk menantikan dengan sabar sampai tiba waktu
penggenapannya (ay. 16). Pada manusia sumpah yaitu
untuk memastikan, dan akan mengakhiri segala ban-
tahan. Inilah sifat dan maksud dari sumpah, yang di
dalamnya manusia bersumpah demi apa yang lebih
besar, bukan demi makhluk-makhluk ciptaan, melain-
kan demi Tuhan sendiri. Sumpah itu untuk mengakhiri
semua perselisihan tentang perkara yang dipermasalah-
kan, baik perselisihan dalam diri kita sendiri (keraguan
dan ketidakpercayaan) maupun perselisihan dengan
orang lain, terutama dengan si pemberi janji. Nah, jika
Tuhan mau merendah dengan bersumpah kepada umat-
Nya, Ia pasti akan mengingat hakikat dan maksud dari
sumpah itu.
2. Semua janji Tuhan didasarkan pada kebijaksanaan kekal-Nya,
dan putusan-Nya ini tidak dapat berubah.
(1) Janji keterberkatan yang diucapkan Tuhan kepada orang-
orang percaya bukanlah janji yang tergesa-gesa dan ter-
buru-buru, melainkan lahir dari tujuan kekal Tuhan .
(2) Tujuan Tuhan ini disepakati dalam perembukan keputusan,
dan ditetapkan di situ di antara Bapa, Anak, dan Roh yang
kekal.
(3) Putusan-putusan Tuhan ini tidak akan pernah dapat diubah.
Putusan-putusan itu tidak dapat berubah. Tuhan tidak per-
lu mengubah putusan-putusan-Nya. Sebab tidak ada yang
baru bagi Dia yang dapat melihat kesudahan sejak dari
permulaan.
3. Janji-janji Tuhan , yang didasarkan pada putusan-putusan Tuhan
yang tidak dapat berubah ini, dan yang diteguhkan oleh sum-
pah Tuhan , dapat diandalkan dengan aman. Sebab di sini kita
memiliki dua hal yang tidak dapat berubah, yaitu putusan dan
sumpah Tuhan , yang di dalamnya tidak mungkin Tuhan berdus-
ta, yang bertentangan dengan kodrat-Nya dan juga kehendak-
Nya. Di sini amatilah,
(1) Siapa orang yang diberi Tuhan jaminan penuh akan kebaha-
giaan seperti itu.
[1] Mereka yaitu ahli waris dari janji itu. Mereka yaitu
orang-orang yang berhak mendapatkan janji-janji itu
melalui warisan, berdasar kelahiran baru mereka,
dan persatuan mereka dengan Kristus. Pada dasarnya
kita semua yaitu orang-orang yang harus dimurkai.
Kutukan itu yaitu warisan yang ke dalamnya kita di-
lahirkan. sebab kelahiran baru dan kelahiran sorgawi-
lah maka siapa saja dapat terlahir sebagai ahli waris
dari janji itu.
[2] Mereka yaitu orang-orang yang sudah lari mencari
tempat perlindungan untuk menjangkau pengharapan
yang terletak di depan mereka. Dalam hukum Taurat
disediakan kota-kota perlindungan bagi orang yang
dikejar-kejar oleh penuntut tebusan darah. Sementara
di sini ada tempat perlindungan yang jauh lebih baik
yang disiapkan oleh Injil, tempat perlindungan bagi
semua orang berdosa yang memiliki hati untuk lari
ke sana. Bahkan, sekalipun mereka yaitu yang paling
berdosa dari antara orang-orang berdosa.
Surat Ibrani 6:9-20
(2) Apa rancangan Tuhan terhadap mereka, dengan memberi
mereka jaminan-jaminan seperti itu, yaitu supaya mereka
beroleh dorongan yang kuat. Perhatikanlah,
[1] Tuhan peduli pada penghiburan orang-orang percaya,
dan juga pada pengudusan mereka. Ia ingin anak-anak-
Nya hidup dalam takut akan Tuhan, dan dalam peng-
hiburan-penghiburan Roh Kudus.
[2] Penghiburan-penghiburan Tuhan cukup kuat untuk me-
nopang umat-Nya di bawah pencobaan-pencobaan yang
paling besar. Penghiburan-penghiburan dunia ini terlalu
lemah untuk menopang jiwa di bawah godaan, pengani-
ayaan, dan kematian. namun , penghiburan-penghiburan
dari Tuhan tidaklah sedikit atau kecil.
(3) Apa yang harus diperbuat umat Tuhan dengan harapan dan
penghiburan mereka, harapan yang paling menyegarkan
dan menghibur itu, yang sudah diberikan Tuhan kepada
mereka, yaitu harapan akan keterberkatan kekal. Harapan
ini bagi mereka yaitu , dan harus menjadi, sauh yang kuat
dan aman bagi jiwa, dst. (ay. 19). Di sini,
[1] Di dunia ini kita seperti kapal di tengah laut, yang
mudah diombang-ambingkan gelombang, dan terancam
akan terhempas. Jiwa kita yaitu kapal. Penghiburan,
harapan, anugerah, dan kebahagiaan jiwa kita yaitu
barang-barang berharga yang mengisi kapal ini. Sorga
yaitu pelabuhan tujuan pelayaran kita. Godaan,
penganiayaan, dan penderitaan yang kita hadapi yaitu
angin dan gelombang yang mengancam akan membuat
kapal kita karam.
[2] Kita perlu sauh untuk membuat kita kuat dan aman,
sebab kalau tidak kita akan senantiasa terancam bahaya.
[3] Harapan Injil yaitu sauh kita. Sebagaimana dalam per-
tempuran harapan Injil yaitu ketopong atau pelindung
kepala kita, demikian pula dalam pelayaran yang penuh
badai melintasi dunia ini, harapan Injil yaitu sauh kita.
[4] Harapan Injil itu kuat dan aman, sebab kalau tidak ia
tidak bisa membuat kita kuat dan aman. Pertama,
harapan Injil itu memang kuat sesuai sifatnya. Sebab
harapan itu yaitu pekerjaan istimewa Tuhan di dalam
jiwa. Itu yaitu harapan yang baik melalui anugerah.
Bukan harapan yang membesarkan hati yang sekadar
pemanis di bibir saja, melainkan pekerjaan Tuhan yang
sesungguhnya. Harapan Injil yaitu hal yang kuat dan
hakiki. Kedua, harapan Injil itu seteguh apa yang diha-
rapkan oleh harapan itu. Harapan Injil yaitu sauh
yang sudah terpancang kuat, yang sudah ada di dalam
tabir. Harapan Injil yaitu sauh yang dipancangkan di
atas batu karang, Batu Karang segala abad. Sauh itu
tidak tertancap di pasir, namun masuk ke dalam tabir,
dan terpancang di situ pada Kristus. Dialah yang men-
jadi tujuan dari pengharapan itu. Dialah tempat terpan-
cangnya sauh dari harapan orang-orang percaya. Seper-
ti halnya kemuliaan yang tak terlihat di dalam tabir
yaitu apa yang diharapkan oleh orang percaya, demi-
kian pula Yesus yang tak terlihat di dalam tabir yaitu
dasar dari harapan dari orang percaya. Anugerah Tuhan
yang cuma-cuma, jasa dan kepengantaraan Kristus,
dan pengaruh-pengaruh penuh kuasa Roh-Nya yaitu
dasar dari pengharapan orang percaya, sehingga dengan
begitu harapannya itu sungguh teguh. Yesus Kristus
yaitu tujuan dan dasar dari harapan orang percaya,
maka harapannya itu teguh. Yesus Kristus yaitu tu-
juan dan dasar dari harapan orang percaya dalam bebe-
rapa hal.
1. sebab Ia telah masuk ke dalam tabir, untuk men-
jadi pengantara dengan Tuhan , berdasar pengor-
banan yang Ia persembahkan di luar tabir. Harapan
terpancang pada pengorbanan dan kepengantaraan-
Nya.
2. sebab Ia yaitu pendahulu umat-Nya, yang pergi ke
dalam tabir, untuk mempersiapkan tempat bagi me-
reka, dan meyakinkan mereka bahwa mereka akan
mengikuti Dia. Ia yaitu jaminan dan buah pertama
dari orang-orang percaya, baik dalam kebangkitan-
Nya maupun dalam kenaikan-Nya ke sorga.
3. Ia berdiam di sana, sebagai Imam Besar menurut
peraturan Melkisedek, Imam untuk selama-lamanya.
Imamat-Nya tidak akan pernah berhenti, tidak per-
Surat Ibrani 6:9-20
nah gagal, sampai Ia menuntaskan seluruh peker-
jaan dan rancangan imamat itu, yang merupakan
kebahagiaan sepenuhnya dan terakhir dari semua
orang yang percaya pada Kristus. Nah, hal ini harus
menggugah kita untuk membereskan kepentingan
kita di dalam Kristus, supaya kita dapat meman-
cangkan harapan-harapan kita kepada-Nya sebagai
pendahulu kita. Dia telah masuk ke sana bagi kita,
demi kita, demi keamanan kita, untuk menjaga ke-
pentingan dan kepedulian kita yang tertinggi. Maka
marilah kita mencintai sorga dengan lebih lagi oleh
sebab Dia, dan rindu untuk berada di sana ber-
sama-sama dengan Dia, di mana kita akan selama-
lamanya aman, dan akan selama-lamanya puas.
PASAL 7
jaran tentang jabatan imamat yang disandang Kristus itu sendiri
begitu luar biasanya, dan merupakan bagian yang begitu men-
dasar dari iman Kristen, sehingga Rasul Paulus senang berlama-lama
merenungkannya. Tidak ada hal lain yang membuat orang-orang
Yahudi begitu senang dengan kaum Lewi selain penghargaan mereka
yang tinggi terhadap jabatan imamat mereka. sebab itu, tidak
diragukan lagi bahwa jabatan imamat merupakan ketetapan yang
suci dan paling unggul. Sungguh merupakan ancaman yang sangat
keras terhadap orang-orang Yahudi (Hos. 3:4), saat diumumkan
bahwa selama berhari-hari orang Israel akan diam tanpa raja atau
imam, tanpa korban, dan tanpa efod dan terafim. Nah, sekarang Ra-
sul Paulus memberi jaminan kepada mereka bahwa dengan men-
erima Tuhan Yesus, mereka akan memiliki Imam Besar yang jauh
lebih baik, imamat dengan derajat yang lebih tinggi, dan sebab itu
dengan penyelenggaraan atau kovenan (perjanjian) yang lebih baik,
hukum dan warisan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkannya dalam
pasal ini, yang di dalamnya,
I. Kita mendapati uraian lebih khusus tentang Melkisedek (ay. 1-3).
II. Keunggulan imamat Melkisedek atas imamat Harun (ay. 4-10).
III. Penerapan semuanya itu pada Kristus, untuk menunjukkan
keunggulan pribadi, jabatan, dan kovenan-Nya (ay. 11, sam-
pai selesai).
Imamat Melkisedek
(7:1-10)
1 Sebab Melkisedek yaitu raja Salem dan imam Tuhan Yang Mahatinggi; ia
pergi menyongsong Abraham saat Abraham kembali dari mengalahkan
A
112
raja-raja, dan memberkati dia. 2 Kepadanya pun Abraham memberi seper-
sepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek yaitu pertama-
tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. 3 Ia
tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan
hidupnya tidak berkesudahan, dan sebab ia dijadikan sama dengan Anak
Tuhan , ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. 4 Camkanlah betapa
besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberi-
kan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik. 5 Dan mereka dari
anak-anak Lewi, yang menerima jabatan imam, mendapat tugas, menurut
hukum Taurat, untuk memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari
saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga yaitu keturunan Abra-
ham. 6 namun Melkisedek, yang bukan keturunan mereka, memungut per-
sepuluhan dari Abraham dan memberkati dia, walaupun ia yaitu pemilik
janji. 7 Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati
oleh yang lebih tinggi. 8 Dan di sini manusia-manusia fana menerima perse-
puluhan, dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup.
9 Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan perantaraan Abraham dipungut
juga persepuluhan dari Lewi, yang berhak menerima persepuluhan, 10 sebab
ia masih berada dalam tubuh bapa leluhurnya, saat Melkisedek menyong-
song bapa leluhurnya itu.
Pasal sebelumnya diakhiri dengan mengulangi apa yang sudah ber-
kali-kali dikutip dari Mazmur 110:4, Yesus yaitu Imam Besar untuk
selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek. Nah, pasal ini seperti
khotbah atas bacaan itu. Di sini Rasul Paulus menyajikan kepada
mereka sebagian dari makanan keras yang sudah dia bicarakan
sebelumnya, dengan berharap supaya mereka dengan lebih tekun lagi
bisa lebih siap untuk mencernanya.
I. Pertanyaan besar yang pertama-tama timbul yaitu , siapa ge-
rangan Melkisedek ini? Semua yang kita tahu tentang dia dalam
Perjanjian Lama hanyalah dari Kejadian 14:18, dst. dan Mazmur
110:4. Memang apa yang kita tahu tentang dia masih sangat ge-
lap. Tuhan melihatnya pantas membiarkan kita demikian, supaya
Melkisedek ini bisa menjadi perlambang yang lebih hidup dari Dia
yang asal-usulnya tidak diketahui siapa-siapa. Jika orang tidak
puas dengan apa yang dinyatakan, mereka harus meraba-raba
dalam kegelapan dalam dugaan-dugaan yang tak ada habisnya.
Sebagian orang menyangka dia sebagai malaikat, sementara yang
lain menyangka dia Roh Kudus. namun ,
1. Pendapat-pendapat tentang Melkisedek yang paling layak kita
pertimbangkan yaitu ketiga pendapat berikut ini:
(1) Para rabi, dan sebagian besar penulis Yahudi, berpendapat
bahwa dia yaitu Sem anak Nuh, yang merupakan raja
dan imam nenek moyang orang Yahudi, dengan cara yang
Surat Ibrani 7:1-10
113
sama seperti bapak-bapak leluhur lain. namun agaknya
tidak mungkin dia harus mengubah namanya seperti itu.
Selain itu, kita tidak memiliki keterangan apa-apa tentang
berdiamnya Sem di tanah Kanaan.
(2) Banyak penulis Kristen berpendapat bahwa Melkisedek ini
yaitu Yesus Kristus sendiri, yang dengan cara yang tidak
biasanya dan istimewa menampakkan diri kepada Abraham
dalam rupa manusia, dan yang dikenal Abraham dengan
nama Melkisedek, yang sangat cocok mengacu kepada
Kristus. Ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan dalam
Yohanes 8:56, Abraham telah melihat hari-Nya dan ia ber-
sukacita. Banyak yang dapat dikatakan tentang pendapat
ini, dan memang apa yang dikatakan dalam ayat 3 tampak
tidak mendukung pendapat bahwa Melkisedek hanyalah
manusia biasa. namun , tampak aneh juga jika men-
jadikan Kristus sebagai perlambang bagi diri-Nya sendiri.
(3) Pendapat yang paling umum yaitu bahwa Melkisedek
yaitu seorang raja Kanaan, yang memerintah di Salem,
dan memelihara agama dan ibadah kepada Tuhan yang be-
nar. Juga bahwa ia ditinggikan untuk menjadi perlambang
Kristus, dan dihormati oleh Abraham sebagai perlambang
Kristus.
2. namun kita akan meninggalkan dugaan-dugaan ini, dan ber-
usaha memahami, sejauh kita bisa, apa yang dikatakan di sini
oleh Rasul Paulus tentang Melkisedek, dan bagaimana Kristus
diperlambangkan olehnya (ay. 1-3).
(1) Melkisedek yaitu seorang raja, dan begitu pula dengan
Tuhan Yesus, yaitu raja yang diurapi Tuhan . Pemerintahan
diletakkan di atas bahu-Nya, dan Ia memerintah atas se-
mua demi kebaikan umat-Nya.
(2) Bahwa Melkisedek yaitu raja kebenaran: namanya berarti
raja yang benar. Yesus Kristus yaitu Raja yang sah dan
benar, yaitu sah dalam gelar-Nya, benar dalam pemerintah-
an-Nya. Ia yaitu Tuhan yang membenarkan kita. Ia telah
menggenapi semua kebenaran, dan membawa kebenaran
yang kekal. Ia mencintai kebenaran dan orang-orang benar,
dan membenci kejahatan.
114
(3) Melkisedek yaitu raja Salem, yaitu raja damai sejahtera.
Pertama-tama raja kebenaran, lalu raja damai sejahtera.
Demikian pula dengan Yesus Tuhan kita. Ia dengan kebe-
naran-Nya membuat pendamaian, dan buah dari kebenar-
an yaitu damai. Kristus berkata-kata damai, menciptakan
kedamaian, dan membawa damai bagi kita.
(4) Melkisedek yaitu imam Tuhan yang Mahatinggi, yang me-
menuhi syarat dan diurapi secara luar biasa untuk menjadi
imam Tuhan di antara bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Demi-
kian pula dengan Tuhan Yesus. Ia yaitu Imam Tuhan yang
Mahatinggi, dan bangsa-bangsa harus datang kepada Tuhan
melalui Dia. Hanya melalui imamat-Nya kita dapat mem-
peroleh pendamaian dan pengampunan dosa.
(5) Melkisedek tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah,
harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan
(ay. 3). Ini tidak harus dipahami dalam arti yang sebenar-
nya. namun Kitab Suci telah memilih menunjukkan dia
sebagai orang yang luar biasa, tanpa memberi kita silsilah-
nya, supaya ia bisa lebih sesuai menjadi perlambang Kris-
tus, yang sebagai manusia tidak berbapa, dan sebagai
Tuhan tidak beribu. Imamat-Nya tidak turun-temurun, tidak
diturunkan kepada-Nya dari orang lain, tidak pula dari Dia
kepada orang lain, namun bersifat pribadi dan untuk se-
lama-lamanya.
(6) Bahwa Melkisedek pergi menyongsong Abraham saat
Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan member-
kati dia. Peristiwa itu dicatat dalam Kejadian 14:18, dst.
Melkisedek membawa roti dan anggur untuk menjamu
Abraham dan hamba-hambanya yang sedang kelelahan.
Melkisedek memberi sebagai raja, dan memberkati sebagai
imam. Demikian pula Yesus Tuhan kita pergi menyongsong
umat-Nya dalam pergumulan-pergumulan rohani mereka,
menyegarkan mereka, memperbaharui kekuatan mereka,
dan memberkati mereka.
(7) Bahwa kepadanya pun Abraham memberi sepersepuluh
dari semuanya (ay. 2), yaitu, seperti yang dijelaskan Rasul
Paulus, dari semua rampasan yang paling baik. Abraham
melakukan ini sebagai ungkapan rasa terima kasihnya atas
apa yang telah dilakukan Melkisedek untuknya, atau seba-
Surat Ibrani 7:1-10
115
gai kesaksian dari penghormatan dan kepatuhannya ke-
pada Melkisedek sebagai raja. Atau juga sebagai persem-
bahan yang, dengan bernazar, akan dia berikan kepada
Tuhan , untuk dipersembahkan oleh imam-Nya. Demikianlah
kita sedapat mungkin wajib membalas dengan kasih dan
ucapan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala kebaikan
yang kaya dan rajawi yang kita terima dari Dia. Kita wajib
hormat dan tunduk kepada-Nya sebagai Raja kita, dan
menyerahkan semua persembahan kita ke dalam tangan-
Nya, untuk dipersembahkan oleh Dia kepada Bapa dalam
wewangian dupa korban persembahan yang berupa diri-
Nya sendiri.
(8) Bahwa Melkisedek ini dijadikan sama dengan Anak Tuhan ,
dan tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. Ia menge-
nakan citra Tuhan dalam hal kesalehan dan kewenangan-
nya, dan tercatat sebagai imam besar yang hidup untuk
selama-lamanya. Melkisedek yaitu perlambang kuno dari
Dia yang kekal dan yang merupakan Anak Tunggal Bapa,
yang tetap menjadi Imam sampai selama-lamanya.
II. Marilah sekarang kita bayangkan (mengikuti saran Rasul Paulus)
betapa besarnya Melkisedek ini, dan betapa jauhnya jabatan
imamnya mengatasi jabatan imam dari kaum Harun (ay. 4-5,
dst.): Camkanlah betapa besarnya orang itu. Kebesaran orang ini
dan jabatan imamnya tampak,
1. Dari tindakan Abraham yang membayar sepersepuluh dari
hasil rampasannya kepadanya. Juga dicermati dengan baik
bahwa Lewi membayar persepuluhan kepada Melkisedek da-
lam tubuh Abraham (ay. 9). Nah, Lewi menerima jabatan imam
dari Tuhan , dan memungut persepuluhan dari umat Israel.
Namun bahkan Lewi sekalipun membayar persepuluhan ke-
pada Melkisedek, seperti kepada imam yang lebih besar dan
lebih tinggi dibandingkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, imam
besar yang akan muncul kemudian, yang Melkisedek perlam-
bangkan, haruslah jauh lebih unggul dibandingkan imam-imam
Lewi, yang membayar persepuluhan, dalam tubuh Abraham,
kepada Melkisedek. Nah, lewat penegasan bahwa ada orang
yang melakukan suatu perkara berupa hak atau pelanggaran
melalui tubuh leluhur ini, kita mendapati gambaran mengenai
116
bagaimana bisa dikatakan bahwa kita telah berdosa di dalam
Adam, dan jatuh bersama dia dalam pelanggarannya yang per-
tama. Kita berada dalam tubuh Adam saat ia berdosa, dan
kebersalahan serta kebejatan yang menimpa kodrat manusia
dalam diri orangtua kita yang pertama secara sama diteruskan
dan diturunkan pada kodrat manusia yang sama yang ada
dalam diri semua orang yang secara alami merupakan ketu-
runan mereka. Semua orang ini dengan sendirinya melekat
pada kodrat itu, dan harus oleh tindakan anugerah sajalah
kebersalahan dan kebejatan itu dapat dihilangkan.
2. Dari tindakan Melkisedek memberkati Abraham, yang merupa-
kan pemilik janji. Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang
lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi (ay. 6-7). Di sini
amatilah,
(1) Martabat dan kebahagiaan Abraham yang besar, yaitu
bahwa ia yaitu pemilik janji. Abraham yaitu seorang
yang mengadakan perjanjian dengan Tuhan , yang kepada-
nya Tuhan telah memberi janji-janji yang luar biasa
besar dan berharga. Sungguh kaya dan bahagia orang yang
memiliki harta benda secara tertulis dengan dibubuhi
meterai dari Tuhan sendiri. Janji-janji ini yaitu hidup, baik
hidup yang sekarang maupun yang akan datang. Kehor-
matan ini dimiliki oleh semua orang yang menerima Tuhan
Yesus, yang di dalam-Nya semua janji yaitu ya dan Amin.
(2) Kehormatan Melkisedek yang lebih besar, yaitu dalam hal
bahwa ia mendapat tempat dan hak istimewa untuk mem-
berkati Abraham. Sudah menjadi pepatah yang tidak ter-
bantahkan bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang
lebih tinggi (ay. 7). Orang yang memberi berkat yaitu lebih
besar dibandingkan orang yang menerimanya. Oleh sebab itu
Kristus, yang dilambangkan oleh Melkisedek, sebagai yang
berjasa mendapatkan semua berkat dan merupakan Peng-
antara dari semua berkat kepada anak-anak manusia, pas-
ti lebih besar dibandingkan semua imam dari peraturan Harun.
Surat Ibrani 7:11-28
117
Melkisedek dan Kristus Diperbandingkan
(7:11-28)
11 sebab itu, andaikata oleh imamat Lewi telah tercapai kesempurnaan – se-
bab sebab imamat itu umat Israel telah menerima Taurat – apakah sebab-
nya masih perlu seorang lain ditetapkan menjadi imam besar menurut per-
aturan Melkisedek dan yang tentang dia tidak dikatakan menurut peraturan
Harun? 12 Sebab, jikalau imamat berubah, dengan sendirinya akan berubah
pula hukum Taurat itu. 13 Sebab Ia, yang dimaksudkan di sini, termasuk
suku lain; dari suku ini tidak ada seorang pun yang pernah melayani di
mezbah. 14 Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal
dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan
suatu apa pun tentang imam-imam. 15 Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jika-
lau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, 16 yang menjadi
imam bukan berdasar peraturan-peraturan manusia, namun berdasar
hidup yang tidak dapat binasa. 17 Sebab tentang Dia diberi kesaksian: “Eng-
kau yaitu Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” 18
Memang suatu hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum
itu tidak memiliki kekuatan dan sebab itu tidak berguna, 19 – sebab hu-
kum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan – namun sekarang
ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada
Tuhan . 20 Dan sama seperti hal ini tidak terjadi tanpa sumpah – memang me-
reka telah menjadi imam tanpa sumpah, 21 namun Ia dengan sumpah, diucap-
kan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: “Tuhan telah bersumpah dan Ia
tidak akan menyesal: Engkau yaitu Imam untuk selama-lamanya” – 22
demikian pula Yesus yaitu jaminan dari suatu perjanjian yang lebih kuat. 23
Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, sebab mereka
dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. 24 namun , sebab Ia tetap se-
lama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. 25 sebab
itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang
oleh Dia datang kepada Tuhan . Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi
Pengantara mereka. 26 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlu-
kan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-
orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, 27 yang tidak
seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan
korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya,
sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, saat Ia
mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. 28 Sebab hukum Taurat
menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar,
namun sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, mene-
tapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya.
Perhatikanlah betapa perlunya imam lain muncul, menurut peratur-
an Melkisedek dan bukan menurut peraturan Harun, yang oleh-Nya
akan tercapai kesempurnaan yang tidak bisa tercapai oleh imamat
Lewi. Oleh sebab itu, imamat Lewi harus diubah, beserta seluruh
penyelenggaraannya (ay. 11-12, dst.). Di sini,
I. Ditegaskan bahwa kesempurnaan tidak bisa tercapai oleh imamat
Lewi dan hukum Taurat. Imamat Lewi dan hukum Taurat tidak
dapat membuat orang-orang yang menjalankannya menikmati de-
118
ngan sempurna hal-hal baik yang kepadanya mereka diarahkan.
Imamat Lewi dan hukum Taurat hanya bisa menunjukkan jalan-
nya kepada mereka.
II. Bahwa oleh sebab itu seorang imam lain harus muncul, menurut
peraturan Melkisedek, yang olehnya, dan oleh hukum imannya,
kesempurnaan akan datang kepada semua orang yang mematuhi
dia. Dan, terpujilah Tuhan, bahwa kita dapat memperoleh keku-
dusan dan kebahagiaan yang sempurna melalui Kristus dalam
perjanjian anugerah, menurut Injil, sebab kita menjadi utuh di
dalam Dia.
III. Ditegaskan bahwa sebab imamat sudah berubah maka harus
ada perubahan hukum. sebab ada hubungan yang begitu dekat
antara imamat dan hukum Taurat, maka penyelenggaraan hukum
tidak bisa sama di bawah imamat lain. Imamat baru harus berada
di bawah aturan baru, harus diatur dengan cara lain, dan dengan
kaidah-kaidah yang sesuai dengan sifat dan tatanannya.
IV. Tidak hanya ditegaskan, namun juga dibuktikan, bahwa imamat
dan hukum Taurat diubah (ay. 13-14). Imamat dan hukum Taurat
yang melaluinya kesempurnaan tidak bisa tercapai kini dihapus-
kan. Sekarang seorang imam telah muncul, dan sebuah peraturan
atau penyelenggaraan ditegakkan, yang olehnya orang-orang yang
sungguh percaya dapat menjadi sempurna. Nah, bahwa memang
ada perubahan seperti itu sudah jelas.
1. Ada perubahan dalam hal suku yang darinya imamat muncul.
Sebelumnya imamat muncul dari suku Lewi. namun Imam
Besar kita muncul dari suku Yehuda, yang tentangnya Musa
tidak berbicara apa-apa mengenai imamat (ay. 14). Perubahan
keturunan ini menunjukkan adanya perubahan nyata pada
hukum imamat.
2. Ada perubahan dalam hal bentuk dan aturan menetapkan
para imam. Sebelumnya, dalam imamat Lewi, imam-imam di-
tetapkan menurut peraturan-peraturan manusia. Sebaliknya,
Imam Besar kita ditetapkan berdasar hidup yang tidak
dapat binasa. Hukum sebelumnya menetapkan bahwa jabatan
imam harus diturunkan, sesudah kematian sang bapa, kepada
putra tertuanya, menurut keturunan jasmani atau alami.
Surat Ibrani 7:11-28
119
Sebab tak seorang pun dari imam-imam besar di bawah
hukum Taurat yang tidak berbapa atau beribu, atau tanpa
silsilah. Mereka tidak memiliki hidup dan keabadian dalam
diri mereka. Hidup mereka berawal dan juga berakhir. Maka
dari itu, peraturan manusia, atau hukum anak sulung, mene-
tapkan pergantian pemegang jabatan, seperti yang juga ber-
laku dalam hal hak kewargaan dan warisan. namun , hu-
kum yang melaluinya Kristus ditetapkan sebagai Imam, menu-
rut peraturan Melkisedek, yaitu hidup yang tidak dapat
binasa. Hidup dan keabadian yang ada dalam diri-Nya yaitu
hak-Nya atas imamat, dan bukan bahwa Ia keturunan imam-
imam terdahulu. Hal ini membuat perbedaan besar dalam
imamat, dan dalam penyelenggaraannya juga, dan memberi-
kan keutamaan secara tak terhingga kepada Kristus dan Injil.
Hukum yang menetapkan imamat Lewi itu sendiri memandang
imam-imam sebagai makhluk yang lemah, rapuh, dan akan
mati. Mereka tidak mampu melestarikan kehidupan alami me-
reka sendiri, namun harus puas dan senang dengan bertahan
dalam keturunan mereka secara jasmani. Terlebih lagi mereka
tidak bisa, dengan kekuatan atau wewenang yang mereka mi-
liki, memberi kehidupan dan keterberkatan rohani kepada
orang-orang yang akan datang kepada mereka. namun Imam
Besar yang kita akui dengan iman kita memegang jabatan-Nya
berdasar hidup yang tidak dapat binasa yang ada dalam
diri-Nya sendiri, bukan hanya untuk mempertahankan hidup-
Nya sendiri, melainkan juga untuk memberi hidup yang
rohani dan kekal kepada semua orang yang benar-benar
mengandalkan pengorbanan dan kepengantaraan-Nya. Sebagi-
an orang berpendapat bahwa peraturan-peraturan manusia
merujuk pada berbagai upacara penyucian lahiriah dan per-
sembahan-persembahan jasmani yang diberikan. Sebaliknya,
hidup yang tidak dapat binasa merujuk pada persembahan-
persembahan rohani yang hidup, yang sesuai dengan Injil,
serta hak-hak istimewa yang bersifat rohani dan kekal. Semua
ini ditebus oleh Kristus, yang disucikan oleh Roh hidup yang
kekal, yang diterima-Nya secara tiada terhingga.
3. Ada perubahan dalam hal keberhasilan imamat. Imamat yang
terdahulu lemah dan tidak berguna, tidak menyempurnakan
apa-apa. sedang imamat yang datang kemudian membawa
120
pengharapan yang lebih baik, yang melaluinya kita dibawa
mendekat kepada Tuhan (ay. 18-19). Imamat Lewi tidak me-
nyempurnakan apa-apa, ia tidak dapat membenarkan orang
dari kesalahan. Imamat Lewi tidak dapat menyucikan orang
dari kecemaran di dalam jiwa, ia tidak dapat membersihkan
hati nurani para penyembah Tuhan dari perbuatan yang sia-sia.
Yang bisa dilakukannya hanyalah mengantar mereka kepada
apa yang diperlambangkan. Sebaliknya, imamat Kristus mem-
bawa serta di dalamnya dan bersamanya pengharapan yang
lebih baik. Imamat Kristus menunjukkan kepada kita dasar
sesungguhnya dari semua pengharapan yang kita arahkan ke-
pada Tuhan untuk mendapatkan pengampunan dan keselamat-
an. Imamat Kristus secara lebih jelas menyingkapkan hal-hal
besar yang kita harapkan. Jadi imamat Kristus berkuasa me-
ngerjakan dalam diri kita pengharapan yang lebih kuat dan
hidup untuk memperoleh perkenanan Tuhan . Dengan pengha-
rapan ini kita didorong untuk mendekat kepada Tuhan , untuk
masuk ke dalam perjanjian dengan Dia, dan untuk hidup de-
ngan bergaul dan bersekutu dengan-Nya. Sekarang kita dapat
mendekat dengan hati yang benar, dan dengan iman yang ter-
jamin penuh, sebab pikiran kita telah dibasuh dari hati nu-
rani yang jahat. Imamat yang terdahulu justru membuat orang
tetap menjauh dari Tuhan , dan menempatkan mereka di bawah
roh perbudakan.
4. Ada perubahan dalam cara Tuhan bertindak dalam imamat ini.
Ia telah bersumpah kepada Kristus, yang tidak pernah Ia
lakukan kepada imam mana saja dari peraturan Harun. Tuhan
tidak pernah memberi kepastian seperti itu kepada imam-
imam Harun mengenai kelanggengan mereka. Tidak pernah Ia
sampai bersumpah atau berjanji bahwa imamat mereka akan
menjadi imamat kekal. Oleh sebab itu Ia tidak memberi mere-
ka alasan apa pun untuk mengharapkan kelanggengan jabat-
an imamat mereka, namun lebih untuk melihatnya sebagai hu-
kum sementara. Sebaliknya, Kristus dijadikan Imam dengan
sumpah Tuhan : Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan me-
nyesal: Engkau yaitu Imam untuk selama-lamanya menurut
peraturan Melkisedek (ay. 21). Di sini Tuhan dengan sumpah
menyatakan bahwa imamat Kristus itu tidak berubah, utama,
berhasil, dan kekal.
Surat Ibrani 7:11-28
121
5. Ada perubahan dalam hal perjanjian, yang di dalamnya ima-
mat yaitu suatu hal yang tetap dan imam yaitu suatu
jaminan. Yaitu, perubahan dalam hal penyelenggaraan dari
perjanjian ini . Penyelenggaraan Injil lebih utuh, bebas,
jelas, bersifat rohani, dan berhasil dibandingkan penyelenggaraan
hukum Taurat. Kristus dalam perjanjian Injil ini yaitu jamin-
an bagi kita kepada Tuhan dan bagi Tuhan kepada kita, untuk
memastikan bahwa butir-butir perjanjian ditepati oleh kedua
belah pihak. Kristus, sebagai jaminan, telah menyatukan
kodrat ilahi dan manusiawi bersama-sama dalam diri-Nya, dan
dengan itu memberi jaminan pendamaian. Ia, sebagai ja-
minan, sudah menyatukan Tuhan dan manusia bersama-sama
dalam ikatan perjanjian kekal. Kristus berseru kepada manu-
sia untuk menjaga perjanjian mereka dengan Tuhan , dan ber-
seru kepada Tuhan bahwa Ia akan menggenapi janji-janji-Nya
kepada manusia. Hal ini selalu siap dilakukan-Nya dengan
cara yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, yaitu
melalui sang Pengantara.
6. Ada perubahan yang luar biasa dalam hal jumlah para imam
di bawah peraturan-peraturan imamat yang berbeda ini.
Dalam imamat Harun ada banyak sekali imam, iman-imam
besar, bukan sekaligus, melainkan secara bergantian. namun
dalam imamat Kristus hanya ada satu Imam yang sama.
Alasannya jelas, bahwa imam-imam Lewi banyak jumlahnya
sebab mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam.
Jabatan mereka, seberapa pun tinggi dan terhormatnya, tidak
dapat menjamin bahwa mereka tidak akan mati. Dan, sebab
yang satu mati, yang lain harus menggantikan, dan begitu
seterusnya yang menggantikan ini pun tidak lama kemudian
harus memberi tempat itu kepada orang yang ketiga, dan
demikian seterusnya sampai jumlahnya menjadi sangat besar.
Sebaliknya, Imam Besar kita ini tetap hidup selama-lamanya,
dan imamat-Nya aparabaton – tidak berubah, tidak diteruskan
dari satu ke yang lain, seperti halnya imamat sebelumnya.
Imamat-Nya selalu ada di tangan yang sama. Tidak mungkin
ada kekosongan dalam imamat ini. Tidak ada waktu atau saat
saat jemaat berada dalam keadaan tanpa Imam yang mene-
ngahi masalah-masalah rohani mereka di sorga. Kekosongan
seperti itu akan sangat berbahaya dan merugikan mereka.
122
namun ini yaitu keamanan dan kebahagiaan mereka, bahwa
Imam yang senantiasa hidup ini mampu menyelamatkan sepe-
nuh-penuhnya, di setiap saat, dalam semua masalah, di setiap
titik waktu, semua orang yang datang kepada Tuhan melalui
Dia (ay. 25). Jadi, di sini ada perubahan nyata yang jauh lebih
baik.
7. Ada perbedaan yang luar biasa dalam hal syarat-syarat moral
para imam. Imam-imam Harun bukan saja manusia fana, me-
lainkan juga manusia berdosa, yang memiliki kelemahan-kele-
mahan baik yang menimbulkan dosa maupun yang alami.
Mereka perlu mempersembahkan korban, pertama-tama un-
tuk dosa-dosa mereka sendiri, dan kemudian untuk umat.
namun Imam Besar kita, yang ditahbiskan oleh sumpah, hanya
perlu memberi persembahan satu kali untuk umat, dan
tidak pernah sama sekali untuk diri-Nya sendiri. Sebab Ia
tidak saja ditahbiskan pada jabatan-Nya secara tidak bisa
diubah, namun juga pada diri-Nya ada kesucian yang tak dapat
berubah. Dialah Imam Besar yang kita perlukan, saleh, tanpa
salah, tanpa noda, dst. (ay. 26-28). Di sini perhatikanlah,
(1) Keadaan kita, sebagai orang-orang berdosa, membutuhkan
seorang imam besar untuk menebus dan mengantarai kita.
(2) Tidak ada imam yang pantas atau memadai untuk menda-
maikan kita dengan Tuhan selain orang yang benar secara
sempurna. Ia sendiri harus benar, sebab kalau tidak, ia
tidak bisa menebus dosa kita, atau menjadi pembela kita di
hadapan Bapa.
(3) Tuhan Yesus yaitu Imam Besar yang tepat yang kita bu-
tuhkan, sebab diri-Nya kudus, mutlak sempurna. Cermati-
lah gambaran yang kita punya tentang kekudusan pribadi
Kristus yang diungkapkan dalam berbagai kata, yang kese-
muanya dipandang para ahli theologi sebagai berhubungan
dengan kemurnian-Nya yang sempurna.
[1] Ia saleh, bebas secara sempurna dari semua kebiasaan
atau pemikiran dosa, tidak ada kecenderungan sedikit
pun pada dosa dalam kodrat-Nya. Dosa tidak berdiam
dalam diri-Nya, meskipun dosa berdiam dalam orang-
orang Kristen yang terbaik. Tidak sedikit pun ada pada-
Nya kecenderungan untuk berdosa.
Surat Ibrani 7:11-28
123
[2] Ia tanpa salah, bebas secara sempurna dari segala tin-
dakan pelanggaran, tidak melakukan kekerasan, tidak
pula tipu daya ada dalam mulut-Nya, tidak pernah
berbuat salah sedikit pun kepada Tuhan atau manusia.
[3] Ia tanpa noda, tidak pernah membuka jalan bagi orang
lain untuk berdosa. Sulit untuk menjaga diri kita tetap
murni, sehingga kita tidak ikut ambil bagian dalam
kesalahan dosa orang lain, dengan berbuat sesuatu
yang menimbulkannya, atau tidak melakukan apa yang
seharusnya kita lakukan untuk mencegahnya. Kristus
tanpa noda. Meskipun Ia menimpakan pada diri-Nya
sendiri kesalahan dosa-dosa kita, Ia tidak pernah ter-
libat dalam perbuatan dan kesalahan dosa-dosa itu.
[4] Ia terpisah dari orang-orang berdosa, bukan hanya da-
lam keadaan-Nya sekarang (sebab sebagai Imam Besar
kita, Ia sudah masuk ke tempat Mahakudus, yang ke
dalamnya apa yang cemar tidak dapat masuk), melain-
kan juga dalam kemurnian pribadi-Nya. Ia tidak bersatu
dengan orang-orang berdosa, entah secara alami atau
sebab perkawinan, yang dapat membuat-Nya terkena
dosa asal. Dosa asal menimpa kita sebab persatuan
kita secara alami dan melalui perkawinan melalui Adam
pertama, sebab kita diturunkan darinya dengan cara
biasa. namun Kristus yaitu , dengan dikandung
secara tak terlukiskan oleh sang perawan, terpisah dari
orang-orang berdosa. Walaupun Ia mengambil kodrat
manusia sesungguhnya, namun cara ajaib yang de-
ngannya Ia dikandung menempatkan-Nya di tempat
yang terpisah dari semua umat manusia.
[5] Ia dijadikan lebih tinggi dibandingkan tingkat-tingkat sorga.
Sebagian besar penafsir memahami ini berkenaan de-
ngan keadaan-Nya yang ditinggikan di sorga, di sebelah
kanan Tuhan , untuk menyempurnakan rancangan ima-
mat-Nya. namun Dr. Goodwin berpendapat bahwa
ini secara sangat wajar dapat dikaitkan dengan keku-
dusan pribadi Kristus, yang lebih besar dan lebih sem-
purna dibandingkan kekudusan para penghuni sorga, yaitu
para malaikat kudus itu sendiri. Meskipun bebas dari
dosa, para penghuni sorga tidak dengan sendirinya be-
124
bas dari segala kemungkinan untuk berbuat dosa. Oleh
sebab itulah kita membaca, sesungguhnya, hamba-
hamba-Nya tidak dipercayai-Nya, malaikat-malaikat-Nya
pun didapati-Nya tersesat (Ayb. 4:18), yaitu lemah dan
dapat berdosa. Mereka bisa menjadi malaikat pada satu
waktu dan setan pada waktu lain, seperti yang memang
terjadi pada banyak dari mereka. Bahwa malaikat-ma-
laikat kudus sekarang tidak akan jatuh itu bukan kare-
na kodrat yang bebas dari noda, melainkan sebab
pemilihan Tuhan . Mereka yaitu malaikat-malaikat terpi-
lih. Sangat mungkin bahwa penjelasan untuk ungkapan
lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga ini terkesan
terlalu dipaksakan, dan bahwa seharusnya itu dipa-
hami sebagai martabat dari kedudukan Kristus, dan bu-
kan kekudusan yang sempurna dari pribadi-Nya. Lebih
jauh lagi sebab dikatakan bahwa Ia dijadikan (KJV) le-
bih tinggi, genomenos. namun juga orang tahu bahwa
kata ini digunakan dalam arti netral, seperti saat di-
katakan, genesthē ho Theos alēthēs – Tuhan yaitu be-
nar. Sifat-sifat lain dalam ayat itu jelas merupakan ke-
sempurnaan pribadi Kristus dalam kekudusan, sebagai
lawan dari kelemahan-kelemahan yang penuh dosa dari
para imam Lewi. Maka selaras untuk beranggapan bah-
wa sifat yang ini juga merupakan kesempurnaan pri-
badi-Nya, jika memang dapat dipandang dengan wajar
dalam pengertian seperti itu. Hal ini tampak lebih
mungkin lagi, sebab keabsahan dan kekuasaan ima-
mat Kristus dalam ayat 27 ditempatkan dalam arti bah-
wa imamat-Nya tidak berpihak dan bebas dari suatu
kepentingan. Ia tidak perlu memberi persembahan
bagi diri-Nya sendiri. Kepengantaraan-Nya bebas dari
kepentingan pribadi. Ia melakukan tindakan kepengan-
taraan untuk mendapatkan belas kasihan bagi orang
lain yang tidak Ia perlukan bagi diri-Nya sendiri. Sean-
dainya Ia sendiri membutuhkannya, maka Ia menjadi
salah satu pihak yang berkepentingan, dan tidak bisa
menjadi Pengantara, malah justru menjadi seorang pen-
jahat, dan tidak bisa menjadi pembela bagi orang-orang
berdosa. Nah, supaya kepengantaraan-Nya lebih tidak
Surat Ibrani 7:11-28
125
berpihak dan bebas kepentingan, maka suatu keharus-
an bahwa bukan hanya pada saat ini Ia tidak memerlu-
kan bagi diri-Nya sendiri perkenanan yang untuknya Ia
menjadi Pengantara atas nama orang lain, namun juga
bahwa Ia tidak akan pernah memerlukannya. Meskipun
Ia tidak memerlukannya hari ini, namun andaikata Ia
tahu bahwa Ia akan membutuhkannya esok hari, atau
suatu saat nanti, Ia pasti akan dipandang ingin meme-
nuhi kepentingan-Nya sendiri, dan sebab itu tidak bisa
bertindak tanpa memihak dan dengan semangat yang
murni untuk kehormatan Tuhan di satu sisi, dan belas
kasihan kepada orang-orang-orang berdosa yang ma-
lang di sisi lain. Di sini saya tidak mengaku mengikuti
pemikiran dari almarhum ahli tafsir kita yang sangat
baik, yang pekerjaannya sudah kita masuki. namun saya
mengambil kebebasan untuk membela gagasan dari Dr.
Goodwin ini melawan sanggahan-sanggahan yang saya
tahu telah dilontarkan kepadanya. Dan terlebih lagi
saya melakukannya sebab , jika memang gagasannya
baik, maka itu memberi kita bukti lebih lanjut bahwa
menjadi suatu keniscayaan sang Pengantara ini harus-
lah Tuhan , sebab tidak ada makhluk biasa mana pun
yang tidak pernah berdosa sampai tidak memerlukan
perkenanan dan rahmat bagi dirinya sendiri.
PASAL 8
i dalam pasal ini, Rasul Paulus melanjutkan dengan pokok se-
belumnya, yakni jabatan imamat Kristus. Dan,
I. Ia menyimpulkan apa yang telah dikatakannya (ay. 1-2).
II. Ia membentangkan bagian-bagian penting dari jabatan ima-
mat (ay. 3-5). Dan,
III. Secara luas menggambarkan keunggulan imamat Kristus, de-
ngan mempertimbangkan keunggulan peraturan atau perjan-
jian yang untuknya Kristus menjadi Pengantara (ay. 6-13).
Imamat Kristus
(8:1-5)
1 Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita memiliki Imam Besar yang
demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, 2
dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati,
yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. 3 Sebab setiap Imam
Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan
sebab itu Yesus perlu memiliki sesuatu untuk dipersembahkan.
4 Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, sebab di
sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut
hukum Taurat. 5 Pelayanan mereka yaitu gambaran dan bayangan dari apa
yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, saat ia
hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firman-Nya, “bahwa engkau
membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu
di atas gunung itu.”
Di sini ada ,
I. Pengulangan ringkasan tentang apa yang telah disebutkan sebe-
lumnya mengenai keunggulan imamat Kristus, dengan menunjuk-
kan apa yang kita miliki di dalam Kristus, tempat Ia tinggal seka-
rang, serta tempat kudus yang dilayani-Nya (ay. 1-2). Amatilah,
D
128
1. Apa yang kita miliki di dalam Kristus. Kita memiliki seorang
Imam Besar, Imam Besar seperti yang belum pernah dimiliki
orang lain, yang belum pernah dihasilkan zaman ataupun
gereja mana pun di dunia ini. Semua Imam Besar lain hanya-
lah merupakan perlambang dan bayangan Imam Besar ini. Ia
sangat memenuhi syarat serta sepenuhnya mampu untuk
memenuhi semua maksud dan tujuan seorang Imam Besar,
baik demi kehormatan Tuhan maupun kebahagiaan manusia
dan diri-Nya sendiri. Ia merupakan kehormatan besar bagi
semua orang yang memiliki kepentingan pada diri-Nya.
2. Tempat Ia tinggal sekarang: Ia duduk di sebelah kanan takhta
Yang Mahabesar di sorga. Artinya, di sebelah kanan Tuhan yang
agung di sorga. Di sanalah sang Pengantara ditempatkan, dan
Ia memiliki seluruh wewenang serta kuasa, baik di sorga mau-
pun di bumi. Inilah pahala atas semua penghinaan yang telah
diterima-Nya. Ia menggunakan wewenang ini demi kemuliaan
Bapa-Nya, bagi kehormatan-Nya sendiri, dan demi kebahagia-
an semua orang kepunyaan-Nya. Melalui kuasa-Nya yang
tidak terbatas itu Ia akan membawa setiap mereka ke sebelah
kanan Tuhan di sorga sesuai urutan masing-masing, sebagai
anggota-anggota dari tubuh rohani-Nya, supaya di tempat Ia
berada, mereka juga boleh berada bersama-Nya.
3. Tempat kudus yang dilayani oleh-Nya: kemah sejati, yang
didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia (ay. 2). Kemah
Suci didirikan oleh manusia, sesuai ketetapan Tuhan . Di situ
ada bagian luar dengan mezbah tempat mereka harus
mempersembahkan korban, yang melambangkan Kristus yang
mati. Selain itu ada bagian dalam di balik tabir, yang
melambangkan Kristus yang menjadi pengantara bagi orang-
orang di sorga. Kemah Suci ini memang tidak pernah dimasuki
Kristus. Namun, sesudah menggenapi karya penebusan di da-
lam kemah sejati, yakni tubuh-Nya sendiri, Ia sekarang men-
jadi pelayan di tempat kudus itu, yakni tempat mahakudus,
kemah sejati di sorga, di sana Ia membela perkara umat-Nya,
serta menjadi pengantara di antara Tuhan dan mereka, supaya
dosa-dosa mereka dapat diampuni dan diri serta pelayanan
mereka diterima berkat pengorbanan-Nya. Ia tidak berada di
sorga sekadar untuk menikmati kekuasaan dan martabat
tinggi belaka. Sebaliknya, sebagai Imam Besar bagi jemaat-
Surat Ibrani 8:1-5
129
Nya, ia juga menjalankan tugas ini bagi mereka semua secara
umum, dan bagi setiap anggota jemaat secara khusus.
II. Rasul Paulus membentangkan bagian-bagian penting imamat
Kristus kepada orang-orang Ibrani, atau apa yang menjadi bagian
dari jabatan itu, sesuai dengan apa yang telah ditetapkan bagi
setiap Imam Besar (ay. 3-4).
1. Setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan kor-
ban dan persembahan. Apa pun yang dibawa orang untuk
dipersembahkan kepada Tuhan , baik berupa persembahan demi
penebusan maupun korban pendamaian atau persembahan
syukur, harus dipersembahkan oleh sang imam, yang akan
menebus kesalahan mereka melalui darah korban, serta meng-
harumkan pemberian dan pelayanan mereka dengan ukupan
suci untuk membuat diri dan perbuatan mereka diterima me-
lalui semua perlambangan itu. Oleh sebab itu, sungguh pen-
ting bagi imamat Kristus bahwa Ia memiliki sesuatu untuk
dipersembahkan. Ia yang diperlambangkan selama ini menye-
diakan diri-Nya sendiri untuk dipersembahkan, yaitu kodrat
manusiawi-Nya untuk diletakkan di atas mezbah kodrat ilahi-
Nya, sebagai korban pendamaian agung yang mengakhiri se-
mua pelanggaran dan dosa sampai selamanya. Ia memiliki
ukupan-Nya, yaitu kebenaran-Nya dan jasa-jasa-Nya sendiri
untuk dipersembahkan bersama segala sesuatu yang diper-
sembahkan umat-Nya kepada Tuhan melalui diri-Nya, agar
mereka dapat diterima. Janganlah kita berani menghampiri
Tuhan , atau mempersembahkan apa pun kepada-Nya, selain di
dalam dan melalui Kristus, sambil mengandalkan jasa dan
perantaraan-Nya. Jika kita diterima, itu yaitu di dalam Dia
yang dikasihi-Nya.
2. Sekarang Kristus harus melaksanakan jabatan imamat-Nya di
sorga, di tempat Mahakudus, kemah sejati yang telah didirikan
Tuhan. Demikianlah yang diperlambangkan itu harus digenapi
dengan sepenuhnya. sesudah menggenapi karya pengorbanan
di sini, Ia harus pergi ke sorga guna menyampaikan kebenar-
an-Nya dan menjadi pengantara di sana. Sebab,
(1) Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi
imam (ay. 4). Artinya, tidak seperti yang sesuai dengan ima-
130
mat Lewi, sebab tidak berasal dari garis keturunan ima-
mat itu. Selama imamat Lewi itu berlanjut, haruslah diberi-
kan penghormatan tinggi kepada penetapan ilahi dalam se-
gala hal.
(2) Semua pelayanan sang imam di bawah hukum Taurat, ter-
masuk segala sesuatu di dalam Kemah Suci yang telah di-
susun sesuai pola yang diberikan di gunung, hanyalah
merupakan contoh dan bayangan dari hal-hal sorgawi (ay.
5). Kristus merupakan hakikat dan tujuan dari hukum
Taurat menyangkut kebenaran. Oleh sebab itu, pasti ter-
dapat sesuatu di dalam imamat Kristus yang sesuai dengan
masuknya Imam Besar ke balik tabir untuk mengadakan
perantaraan, dan tanpa itu, Ia tidak akan dapat menjadi
Imam yang sempurna. Apakah gerangan hal itu, kalau
bukan kenaikan Kristus ke sorga, serta kehadiran-Nya di
sorga di hadapan Tuhan demi umat-Nya, untuk menyampai-
kan doa-doa mereka, dan membela perkara mereka? De-
ngan demikian, seandainya Ia masih terus berada di dunia,
Ia tidak akan dapat menjadi Imam yang sempurna, dan pa-
dahal Ia tidak mungkin menjadi imam yang tidak sem-
purna.
Perjanjian Lama dan Baru
(8:6-13)
6 namun sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung,
sebab Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang
didasarkan atas janji yang lebih tinggi. 7 Sebab, sekiranya perjanjian yang
pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua. 8
Sebab Ia menegor mereka saat Ia berkata: “Sesungguhnya, akan datang
waktunya,” demikianlah firman Tuhan, “Aku akan mengadakan perjanjian
baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, 9 bukan seperti
perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka, pada waktu
Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah
Mesir. Sebab mereka tidak setia kepada perjanjian-Ku, dan Aku menolak
mereka,” demikian firman Tuhan. 10 “Maka inilah perjanjian yang Kuadakan
dengan kaum Israel sesudah waktu itu,” demikianlah firman Tuhan. “Aku
akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya
dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Tuhan mereka dan mereka akan
menjadi umat-Ku. 11 Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya,
atau sesama saudaranya dengan mengatakan: KenTuhan Tuhan! Sebab
mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku. 12 Sebab Aku akan menaruh
belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-
dosa mereka.” 13 Oleh sebab Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru,
Surat Ibrani 8:6-13
131
Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan
apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.
Dalam perikop ini, Rasul Paulus menggambarkan dan menegaskan
perihal keunggulan imamat Kristus yang melebihi imamat Harun,
berdasar keagungan perjanjian itu atau penyelenggaraan perjanji-
an kasih karunia dengan Kristus sebagai Pengantaranya (ay. 6). Pela-
yanan-Nya lebih agung, sebab betapa besarnya Ia menjadi Pengan-
tara dari sebuah perjanjian yang lebih baik. Jiwa raga semua keilahi-
an (seperti yang diamati beberapa orang) sangat bergantung pada
cara membedakan kedua perjanjian itu dengan tepat, yaitu perjanjian
perbuatan dan perjanjian kasih karunia, dan di antara kedua penye-
lenggaraan perjanjian kasih karunia, yang berada di bawah Perjanji-
an Lama dan Perjanjian Baru. Sekarang amatilah,
I. Apa yang di sini dikatakan perihal Perjanjian Lama, atau lebih
tepat, penyelenggaraan perjanjian kasih karunia yang lama. Me-
ngenai hal ini dikatakan,
1. Bahwa perjanjian itu dibuat dengan para bapa leluhur bangsa
Yahudi di gunung Sinai (ay. 9). Musa merupakan pengantara
dari perjanjian itu, saat Tuhan memegang tangan mereka dan
mengantar mereka keluar dari negeri Mesir. Hal ini menyirat-
kan kasih sayang dan sikap merendah yang besar serta peme-
liharaan Tuhan yang lembut terhadap mereka.
2. Bahwa perjanjian ini tidak bercacat (ay. 7-8). Ini merupakan
masa penyelenggaraan yang penuh kegelapan dan ketakutan,
yang cenderung memperhambakan orang, serta sekadar meru-
pakan pengarahan seorang guru untuk membawa kita kepada
Kristus. Perjanjian Lama ini memang sempurna dan sesuai
untuk memenuhi tujuan akhirnya, namun sangat tidak sempur-
na jika dibandingkan dengan Injil.
3. Bahwa Perjanjian Lama tidak pasti ataupun tetap. Sebab
orang Yahudi tidak setia kepada perjanjian itu, dan Tuhan
menolak mereka (ay. 9). Mereka bersikap tidak tahu terima
kasih terhadap Tuhan mereka dan jahat terhadap sesamanya,
sehingga Tuhan tidak senang dengan mereka. Tuhan akan
berkenan kepada mereka yang tetap setia kepada perjanjian-
Nya, namun Ia akan menolak mereka yang membuang kuk-Nya
dari diri mereka.
132
4. Bahwa perjanjian itu sudah usang, menjadi tua, dan mende-
kati kemusnahan (ay. 13). Perjanjian ini menjadi kuno, diba-
talkan, ketinggalan zaman, dan tidak berguna lagi dalam masa
Injil, seperti lilin yang tidak ada gunanya saat matahari mun-
cul. Ada yang beranggapan bahwa perjanjian yang khusus itu
belum usang sama sekali hingga penghancuran Yerusalem,
meskipun telah dihapuskan pada saat kematian Kristus. Per-
janjian itu menjadi tua, dan sekarang telah hampir lenyap dan
mendekati kemusnahan, bersama dengan lenyapnya imamat
Lewi.
II. Apa yang di sini dikatakan perihal penyelenggaraan Perjanjian
Baru, untuk membuktikan keunggulan mutlak pelayanan Kristus.
Dikatakan,
1. Bahwa ini yaitu perjanjian yang lebih baik (ay. 6), suatu pe-
nyelenggaraan dan pengungkapan kasih karunia Tuhan kepada
orang berdosa yang lebih jelas dan nyaman, sekaligus mem-
bawa terang kudus serta kemerdekaan bagi jiwa. Perjanjian ini
tidak bercela dan tertib dalam segala hal. Untuk menjalankan-
nya, perjanjian ini tidak mensyaratkan apa pun selain apa
yang dijanjikan, yakni kasih karunia. Perjanjian ini menerima
ketulusan ilahi, yang dianggap sebagai kesempurnaan Injil.
Setiap pelanggaran tidak mengeluarkan kita dari perjanjian.
Semuanya diletakkan ke dalam tangan yang baik dan aman.
2. Bahwa perjanjian itu dikukuhkan di atas janji-janji yang lebih
baik, lebih jelas dan langsung, lebih rohani, serta lebih mutlak.
Janji-janji berkat rohani dan kekal di dalam perjanjian ini
benar-benar positif dan mutlak. Janji-janji yang memberi
berkat-berkat yang sementara sifatnya merupakan ketentuan
yang bijaksana dan baik, sejauh hal itu demi kemuliaan Tuhan
dan kebaikan umat-Nya. namun perjanjian ini mengandung
janji-janji untuk menyertai kita dalam melaksanakan tugas
dan memastikan kita diterima. Perjanjian ini juga berisi janji-
janji untuk membantu kita terus maju dan bertekun dalam
kasih karunia dan kekudusan, dan menjanjikan sukacita dan
kemuliaan di sorga, yang sebelumnya hanya menjadi bayang-
bayang yang tidak begitu jelas selama masa janji-janji di negeri
Kanaan, yang merupakan perlambang dari sorga.
Surat Ibrani 8:6-13
133
3. Ini merupakan perjanjian yang baru, yaitu perjanjian baru
yang sejak dahulu dinyatakan Tuhan akan dibuat-Nya dengan
kaum Israel, yakni seluruh bangsa Israel milik Tuhan . Hal ini
dijanjikan di dalam Yeremia 31:31-32, dan digenapi di dalam
Kristus. Ini akan senantiasa merupakan perjanjian yang baru,
dan di dalamnya, semua orang yang benar-benar berpegang
padanya akan senantiasa dilindungi oleh kuasa Tuhan . Ini ada-
lah perjanjian Tuhan . Belas kasihan, kasih, dan kasih karunia-
Nya menggerakkannya. Hikmat-Nya merencanakannya. Putra-
Nya telah menebusnya. Roh-Nya membawa jiwa-jiwa ke dalam-
nya, dan membangun mereka di dalamnya.
4. Butir-butir perjanjian ini sangatlah luar biasa, yang dimeterai-
kan di antara Tuhan dan umat-Nya melalui baptisan dan per-
jamuan Tuhan. Dengan hal-hal ini mereka mengikat diri dari
pihak mereka, dan Tuhan meyakinkan mereka bahwa Ia akan
melakukan bagian-Nya yang merupakan bagian utama dan
paling penting, yang atas dasar itu, umat-Nya bergantung un-
tuk memperoleh kasih karunia serta kekuatan untuk melak-
sanakan bagian mereka. Di sini,
(1) Tuhan mengadakan perjanjian dengan umat-Nya, bahwa
Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka (ay. 10). Dahulu Ia
pernah menuliskan hukum-hukum-Nya bagi mereka, dan
sekarang Ia akan menuliskan hukum-hukum-Nya di dalam
hati mereka. Artinya, Ia akan memberi mereka pengertian
supaya dapat mengenal dan memercayai hukum-Nya. Ia
akan memberi mereka ingatan untuk menyimpan hukum-
hukum itu. Ia akan memberi mereka hati untuk mencintai
hukum-hukum-Nya serta akal budi untuk mengenalinya.
Ia akan memberi mereka keberanian untuk mengakui
hukum-hukum itu dan kekuatan untuk melaksanakannya.
Seluruh kebiasaan dan dasar jiwa mereka akan menjadi
loh batu dan tulisan dari hukum Tuhan . Inilah dasar dari
perjanjian itu, dan saat ditetapkan, tugas haruslah dilak-
sanakan dengan bijaksana, sungguh hati, sigap, mudah,
penuh kebulatan hati, terus-menerus, dan dengan nyaman.
(2) Ia mengadakan perjanjian dengan mereka untuk membawa
mereka memasuki hubungan yang dekat dan sangat ter-
hormat dengan diri-Nya.
134
[1] Ia akan menjadi Tuhan bagi mereka. Artinya, Ia akan
menjadi segalanya bagi mereka, melakukan semuanya
bagi mereka sesuai yang mampu dilakukan-Nya sebagai
Tuhan . Seribu kitab pun tidak akan mampu menyamai
apa yang bisa dirangkum dalam beberapa kata berikut:
Aku akan menjadi Tuhan mereka.
[2] Bagi-Nya, mereka akan menjadi umat untuk mengasihi,
menghormati, menuruti, dan menaati-Nya dalam segala
hal, dengan mematuhi peringatan-peringatan-Nya, me-
nyesuaikan diri dengan perintah-perintah-Nya, berperi-
laku sesuai pemeliharaan-Nya, mencontoh teladan-Nya,
dan merasa puas dengan perkenan-Nya. Inilah yang
harus dan akan dilakukan orang-orang yang menerima
Tuhan sebagai Tuhan mereka. Inilah yang wajib mereka
lakukan sebagai bagian dari perjanjian itu. Inilah yang
akan mereka lakukan, sebab Tuhan akan memampukan
mereka melakukannya, sebagai bukti bahwa Dia yaitu
Tuhan mereka dan mereka yaitu umat-Nya. Sebab,
Tuhan sendirilah yang mula-mula menjalin hubungan
itu, kemudian mengisinya dengan kasih karunia yang
sesuai dan cukup, serta menolong mereka dalam lang-
kah mereka untuk mengisi hubungan itu dengan kasih
dan kewajiban. Dengan demikian Tuhan terlibat dalam
semuanya itu baik bagi diri-Nya sendiri maupun bagi
mereka.
(3) Ia mengadakan perjanjian dengan mereka supaya mereka
bisa lebih mengenal Tuhan mereka (ay. 11): mereka semua,
besar kecil, akan mengenal Aku, mengenal Aku sedemikian
rupa hingga yang seorang tidak perlu lagi mengajarkan
yang lain tentang Tuhan . Amatilah di sini,
[1] sebab kebutuhan akan pengajaran yang lebih baik,
orang harus saling mengajari untuk bisa mengenal Tu-
han, sejauh mereka memiliki kemampuan dan kesem-
patan untuk itu.
[2] Pengajaran secara pribadi ini tidak akan begitu diper-
lukan lagi di bawah Perjanjian Baru, seperti yang terjadi
saat masih di bawah Perjanjian Lama. Penyelenggaraan
Perjanjian lama itu masih kabur, gelap, berupa upa-
Surat Ibrani 8:6-13
135
cara, dan kurang dimengerti. Para imam mereka jarang
berkhotbah dan hanya sedikit yang melakukannya. Roh
Tuhan hanya sesekali turun kepada mereka. Namun, di
bawah aturan yang baru, akan ada sangat banyak
pengkhotbah umum yang memenuhi syarat untuk
memberitakan Injil, dan juga akan ada banyak orang
yang ditetapkan jemaat untuk menyampaikan berbagai
ketetapan. Orang datang berbondong-bondong kepada
mereka bagaikan burung merpati pulang ke sarang me-
reka. Roh Tuhan akan dicurahkan dengan melimpah un-
tuk membuat pelayanan Injil berhasil, sehingga penye-
baran pengetahuan tentang ajaran Kristen dalam diri
orang-orang dari berbagai kalangan, baik laki-laki mau-
pun wanita dari segala usia, akan sangat mening-
kat. Oh, kiranya janji ini tergenapi pada masa sekarang
ini. Kiranya tangan Tuhan menyertai para pelayan-Nya,
supaya banyak orang boleh percaya dan dibawa kepada
Tuhan!
(4) Tuhan mengadakan perjanjian dengan mereka perihal peng-
ampunan dosa-dosa mereka, seperti yang senantiasa me-
nyertai pengenalan yang sejati tentang Tuhan (ay. 12): Sebab
Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mere-
ka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka. Amatilah,
[1] Betapa pengampunan ini diberikan dengan cuma-cuma.
Pengampunan ini tidak dihasilkan oleh kebaikan ma-
nusia, namun oleh belas kasihan Tuhan . Ia mengampuni
demi kebaikan nama-Nya sendiri.
[2] Betapa sempurnanya pengampunan ini. Pengampunan
ini menghapus ketidakjujuran, dosa-dosa, dan kejahat-
an mereka. Mencakup segala jenis dosa, dosa-dosa yang
sangat menyakitkan hati.
[3] Betapa pastinya pengampunan ini. Pengampunan ini
begitu tidak dapat diubah dan pasti hingga Tuhan tidak
akan mengingat dosa-dosa mereka lagi. Ia tidak akan
menarik kembali pengampunan-Nya. Ia tidak saja akan
mengampuni dosa-dosa mereka, namun melupakannya
juga, dan memperlakukan mereka seolah-olah Ia telah
melupakan dosa-dosa mereka. Belas kasihan yang
136
mengampuni ini terkait dengan semua belas kasihan
rohani lainnya. Dosa yang belum diampuni mencegah
belas kasihan dan menjatuhkan penghukuman. Seba-
liknya, pengampunan dosa mencegah penghukuman
dan membuka lebar pintu menuju semua berkat rohani.
Ini merupakan hasil yang diakibatkan oleh belas kasih-
an yang sudah ada sejak kekekalan, dan jaminan akan
belas kasihan-Nya yang berlangsung selamanya. Inilah
keunggulan dari penyelenggaraan yang baru itu, dan
inilah semua butir-butir perjanjian yang ada di dalam-
nya. Oleh sebab itu kita tidak memiliki alasan untuk
mengeluh, malah justru harus bersukacita sebab per-
aturan yang lama telah menjadi usang dan musnah.
PASAL 9
etelah menyatakan bahwa penyelenggaraan Perjanjian Lama telah
usang dan akan musnah, Rasul Paulus melanjutkan dengan
memperlihatkan kepada orang-orang Ibrani hubungan yang ada
antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan bahwa apa pun
yang unggul dalam Perjanjian Lama yaitu perlambang dan gambar-
an Perjanjian Baru. sebab itu Perjanjian Baru pastilah jauh lebih
unggul dibandingkan Perjanjian Lama sebagaimana apa yang nyata atau
hakiki jauh melebihi bayangannya. Perjanjian Lama tidak pernah di-
maksudkan untuk dijadikan sandaran, melainkan sebagai persiapan
untuk mendirikan ketetapan Injil. Dan di sini dia menjelaskan,
I. Tentang Kemah Suci, tempat penyembahan (ay. 1-5).
II. Tentang penyembahan dan ibadah-ibadah yang diselenggara-
kan di dalam Kemah Suci (ay. 6-7).
III. Dia menyampaikan pengertian rohani dan tujuan utama se-
mua itu (ay. 8 sampai selesai).
Perkakas Kemah Suci
(9:1-7)
1 Memang perjanjian yang pertama juga memiliki peraturan-peraturan
untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. 2 Sebab ada
dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ ter-
dapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang
kudus. 3 Di belakang tirai yang kedua ada suatu kemah lagi yang dise-
but tempat yang maha kudus. 4 Di situ ada mezbah pembakaran ukup-
an dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di
dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat
Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian, 5
dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian.
namun hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci. 6 Demi-
kianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa
S
138
masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah
mereka, 7 namun ke dalam kemah yang