gai manusia (atau yang mengakui Yesus Kristus yang datang
sebagai manusia), berasal dari Tuhan (ay. 2). Yesus Kristus harus
diakui sebagai Anak Tuhan , hidup dan Firman yang kekal, yang
telah bersama dengan Bapa sejak awal mulanya, sebagai Anak
Tuhan yang datang ke dalam dan di dalam kodrat manusia kita
yang fana, dan dengannya Dia menderita dan mati di Yerusalem.
Orang yang mengakui dan memberitakan ini, dengan akal budi
yang diajari dan dicerahi secara ilahi, melakukannya oleh Roh
Tuhan , atau oleh Tuhan yang yaitu Pencipta dari pencerahan itu.
Sebaliknya, “Setiap roh, yang tidak mengaku Yesus Kristus telah
datang sebagai manusia (atau Yesus Kristus yang datang sebagai
manusia), tidak berasal dari Tuhan (ay. 3). Tuhan sudah memberi
begitu banyak kesaksian bagi Yesus Kristus, yang belakangan
sebelumnya ada di dunia ini, dan sebagai manusia (atau dalam
tubuh manusia seperti tubuh kita), meskipun kini ada di sorga,
supaya kalian boleh yakin bahwa dorongan apa pun atau ilham
palsu yang berlawanan dengan hal itu sama sekali bukan berasal
dari sorga dan dari Tuhan .” Inti dari agama yang diwahyukan
terangkum di dalam ajaran mengenai Kristus, pribadi-Nya dan ja-
batan-Nya. sebab itu kita bisa melihat gencarnya berbagai per-
lawanan yang tersusun rapi terhadap Dia dan ajaran mengenai
diri-Nya. Roh itu yaitu roh antikristus dan tentang dia telah kamu
dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di
dalam dunia (ay. 3). Tuhan sudah tahu sebelumnya bahwa para
antikristus akan muncul dan roh antikristus menentang roh-Nya
dan kebenaran-Nya. Juga sudah diketahui-Nya sebelumnya bah-
wa seorang antikristus besar akan muncul, dan akan melancar-
kan peperangan panjang dan mematikan melawan Kristus yang
berasal dari Tuhan , dan lembaga, kehormatan, serta kerajaan-Nya
di dunia ini. Jalan si antikristus yang dahsyat ini akan dipersiap-
kan dan ditopang oleh para antikristus lain yang berada di ba-
wahnya, dan roh penyesat bekerja dan mencondongkan pikiran
manusia baginya: roh antikristen sudah dimulai sejak dulu, bah-
692
kan di zaman para rasul. Betapa mengerikan dan tidak terselami-
nya penghakiman Tuhan , sampai-sampai ada orang-orang yang
diserahkan kepada roh antikristen dan kepada kegelapan dan
kesesatan sedemikian rupa sehingga mereka melawan Anak Tuhan
dan seluruh kesaksian yang sudah diberikan Bapa bagi Anak-
Nya! namun kita sudah diperingatkan jauh-jauh hari bahwa per-
tentangan seperti itu akan mencuat. Dengan demikian kita tidak
seharusnya tersandung sebab nya, dan semakin kita menyaksi-
kan tergenapinya firman Tuhan , kita pun harus semakin teguh di
dalam kebenarannya.
Marabahaya Roh Antikristen
(4:4-6)
4 Kamu berasal dari Tuhan , anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-
nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh
yang ada di dalam dunia. 5 Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka
berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. 6 Kami
berasal dari Tuhan : barangsiapa mengenal Tuhan , ia mendengarkan kami; ba-
rangsiapa tidak berasal dari Tuhan , ia tidak mendengarkan kami. Itulah tan-
danya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.
Dalam ayat-ayat ini, Rasul Yohanes mendorong para murid untuk
melawan rasa takut terhadap dan marabahaya dari roh antikristen
yang menyesatkan ini, dan itu dilakukan Rasul Yohanes dengan
cara-cara sebagai berikut:
1. Dia meneguhkan hati mereka mengenai sebuah asas yang lebih
ilahi di dalam diri mereka: “Kamu berasal dari Tuhan , anak-anakku
(ay. 4). Kamu yaitu anak-anak Tuhan . Kami berasal dari Tuhan (ay.
6). Kita terlahir dari Tuhan , diajari Tuhan , diurapi Tuhan , dan dengan
begitu diamankan dari kesesatan-kesesatan mematikan yang
menyebar. Tuhan memiliki orang-orang pilihan-Nya, yang tidak
akan tergiur oleh godaan mematikan.”
2. Dia memberi mereka harapan kemenangan: “dan kamu telah
mengalahkan nabi-nabi palsu itu (ay. 4). Sejauh ini kamu telah
mengalahkan para penipu dan godaan mereka itu, dan ada harap-
an yang teguh bahwa kamu juga akan tetap bisa begitu, berdasar-
kan dua hal berikut”:
(1) “Ada pelindung yang kuat di dalam dirimu: sebab Roh yang
ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di
dalam dunia (ay. 4). Roh Tuhan berdiam di dalam kamu, dan
Surat 1 Yohanes 4:4-6
693
Roh itu lebih dahsyat dibandingkan manusia-manusia yang jahat.”
Berada di bawah pengaruh Roh Kudus merupakan kebahagia-
an yang besar.
(2) “Tabiat kamu tidak sama dengan para penipu ini. Roh Tuhan
sudah membingkai pikiranmu bagi Tuhan dan sorga, namun me-
reka berasal dari dunia. Roh yang menguasai mereka memim-
pin mereka pada dunia ini. Hati mereka tertawan di sana: me-
reka menggemari kemegahan, kenikmatan, dan kepentingan
dunia ini, dan oleh sebab itulah mereka berbicara tentang hal-
hal duniawi. Mereka mengaku sebagai seorang mesias dan
juruselamat duniawi. Mereka merencanakan kerajaan dan ke-
kuasaan duniawi, dan mereka terpikat oleh harta benda serta
kekayaan dunia ini, lupa bahwa Kerajaan Penebus yang sejati
bukan dari dunia ini. Rancangan duniawi ini menarik peng-
ikut-pengikut baru kepada mereka: dunia mendengarkan mere-
ka (ay. 5). Mereka diikuti oleh orang-orang yang serupa dengan
mereka: dunia ini akan mengasihi miliknya, dan miliknya akan
mengasihinya. namun siapa yang sudah menaklukkan kasih
dunia yang menggoda ini ada di jalan yang benar untuk me-
naklukkan godaan-godaan jahat lainnya.” Lalu,
3. Dia menunjukkan kepada mereka bahwa meskipun kawanan
mereka mungkin lebih kecil, namun lebih baik. Mereka memiliki
lebih banyak pengetahuan yang ilahi dan kudus: “barangsiapa
mengenal Tuhan , ia mendengarkan kami. Siapa mengenal kemurni-
an dan kekudusan Tuhan , kasih dan karunia Tuhan , kebenaran dan
kesetiaan Tuhan , firman dan nubuatan-nubuatan Tuhan yang su-
dah ada sejak dulu, tanda-tanda dan kesaksian mengenai Tuhan ,
pasti tahu bahwa dia berada di pihak kami, dan orang yang
mengetahui ini akan menghiraukan kami dan tinggal bersama-
sama dengan kami.” Orang yang diperlengkapi dengan agama
alami akan semakin melekat setia pada Kekristenan. Barangsiapa
mengenal Tuhan (dalam semua keunggulan alami dan moral,
pewahyuan, dan pekerjaan-Nya) mendengarkan kami (ay. 6).
Begitu pula sebaliknya, “Barangsiapa tidak berasal dari Tuhan , ia
tidak mendengarkan kami. Orang yang tidak mengenal Tuhan tidak
akan menghiraukan kami. Orang yang tidak lahir dari Tuhan
(berjalan menurut kecenderungan kodratnya), tidak sejalan de-
ngan kami. Semakin jauh orang dari Tuhan (sebagaimana yang
terlihat di seluruh zaman), semakin jauh juga mereka dari Kristus
694
dan para hamba setia-Nya. Dan semakin terbuai orang-orang de-
ngan dunia ini, maka semakin terkucil pula mereka dari roh
Kekristenan. Dengan begitu, kamu melihat perbedaan di antara
kami dan yang lainnya: Itulah tanda Roh kebenaran dan roh yang
menyesatkan (ay. 6). Pengajaran mengenai pribadi Juruselamat
yang membimbingmu dari dunia kepada Tuhan ini merupakan tan-
da dari Roh kebenaran, yang bertentangan dengan roh yang me-
nyesatkan. Semakin murni dan kudus sebuah pengajaran, maka
semakin besar kemungkinan pengajaran itu berasal dari Tuhan .”
Kasih Persaudaraan
(4:7-13)
7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab
kasih itu berasal dari Tuhan ; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Tuhan
dan mengenal Tuhan . 8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Tuhan ,
sebab Tuhan yaitu kasih. 9 Dalam hal inilah kasih Tuhan dinyatakan di
tengah-tengah kita, yaitu bahwa Tuhan telah mengutus Anak-Nya yang tung-
gal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. 10 Inilah kasih itu: Bukan
kita yang telah mengasihi Tuhan , namun Tuhan yang telah mengasihi kita dan
yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 11
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Tuhan sedemikian mengasihi kita,
maka haruslah kita juga saling mengasihi. 12 Tidak ada seorangpun yang
pernah melihat Tuhan . Jika kita saling mengasihi, Tuhan tetap di dalam kita,
dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. 13 Demikianlah kita ketahui, bahwa
kita tetap berada di dalam Tuhan dan Dia di dalam kita: Ia telah
mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.
Sebagaimana Roh kebenaran dikenali melalui pengajarannya (begitu-
lah roh-roh harus diuji), begitu juga Roh itu juga dikenali melalui ka-
sih. Jadi di sini ada dorongan tegas untuk memiliki kasih kris-
tiani: Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi
(ay. 7). Rasul Yohanes hendak mempersatukan mereka dalam kasih-
nya, sehingga dia bisa mempersatukan mereka dalam kasih terhadap
satu sama lainnya: “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku memohon
kepada kalian, dengan kasihku kepada kalian, supaya kalian juga
menerapkan kasih yang sungguh-sungguh seorang terhadap yang
lainnya.” Nasihat ini ditekankan dan didorong dengan beragam
alasan, seperti,
I. Dari turunnya kasih sorgawi yang luhur: sebab kasih itu berasal
dari Tuhan . Dialah sumber, pencipta, pemelihara, dan penggerak
kasih. Kasih yaitu inti dari hukum dan Injil-Nya: Dan setiap
Surat 1 Yohanes 4:7-13
695
orang yang mengasihi (yang rohnya dibentuk untuk menunjukkan
kasih kudus yang bijaksana) lahir dari Tuhan (ay. 7). Roh Tuhan
ialah Roh kasih. Sifat baru dalam anak-anak Tuhan yaitu ketu-
runan dari kasih-Nya: dan tabiat serta coraknya ialah kasih. Buah
Roh ialah kasih (Gal. 5:22). Kasih turun dari sorga.
II. Kasih menyatakan pengertian yang benar dan tepat mengenai
kodrat ilahi: Orang yang mengasihi, mengenal Tuhan (ay. 7). Ba-
rangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Tuhan (ay. 8). Betapa
sifat dari Tuhan yang mulia bercahaya dengan terangnya di seluruh
dunia saat Ia menyampaikan kebaikan-Nya, yaitu kasih. Hik-
mat, kebesaran, keharmonisan, dan manfaat penciptaan yang
luas ini, yang sepenuhnya menunjukkan jati diri-Nya, di saat yang
bersamaan juga menunjukkan dan membuktikan kasih-Nya. Dan
akal budi, dengan menyimpulkan dan memahami sifat dan keung-
gulan pribadi yang paling mutlak ini, harus memahami dan men-
dapati bahwa Dia yaitu yang Mahabaik: dan barangsiapa tidak
mengasihi (tidak tergugah oleh pengetahuan yang dimilikinya
mengenai Tuhan untuk memiliki kasih sayang dan menerapkan
kasih) ia tidak mengenal Tuhan . Ini merupakan bukti meyakinkan
bahwa pengetahuan yang sehat dan sepatutnya mengenai Tuhan
tidak berdiam dalam jiwa seperti itu. Kasih-Nya harus bersinar di
antara kesempurnaan-kesempurnaan utama-Nya yang paling ce-
merlang, sebab Tuhan yaitu kasih (ay. 8), kodrat dan jati diri-Nya
yaitu kasih, kehendak dan pekerjaan-Nya terutama yaitu ka-
sih. Bukan hanya ini saja satu-satunya pengertian yang harus
kita miliki mengenai-Nya. Kita sudah mendapati bahwa Dia ada-
lah terang sekaligus kasih (1:5), dan Tuhan memang terutama ialah
kasih dalam diri-Nya sendiri, dan Dia memiliki kesempurnaan-ke-
sempurnaan sedemikian rupa yang berasal dari kasih yang perlu
ditunjukkan-Nya bagi keberadaan, keagungan, dan kemuliaan-
Nya. namun kasih merupakan kodrat dan jati diri Keagungan ilahi:
Tuhan yaitu kasih. Hal ini ditegaskan dari apa yang dibukakan
dan ditunjukkan-Nya mengenai hal itu kepada kita, yaitu,
1. Bahwa Dia telah mengasihi kita, sebagaimana adanya: Dalam
hal inilah kasih Tuhan dinyatakan di tengah-tengah kita (ay. 9),
terhadap makhluk fana seperti kita, para pemberontak yang
tidak tahu berterima kasih. Tuhan menunjukkan kasih-Nya
kepada kita, oleh sebab Kristus telah mati untuk kita, saat
696
kita masih berdosa (Rm. 5:8). Sungguh mengherankan bahwa
Tuhan mau mengasihi debu dan abu yang najis, sia-sia, dan
kotor ini!
2. Bahwa Dia telah mengasihi kita dengan demikian dalamnya,
dengan nilai yang tidak berbanding seperti yang telah diberi-
kan-Nya bagi kita. Dia telah memberi Anak-Nya sendiri,
satu-satunya, yang terkasih dan terberkati: bahwa Tuhan telah
mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita
hidup oleh-Nya (ay. 9). Pribadi ini merupakan Anak Tuhan da-
lam beberapa cara istimewa yang luar biasa. Dia yaitu Anak-
Nya yang tunggal. Seandainya kita menduga Dia diperanakkan
sebagai seorang makhluk atau ciptaan, maka Dia bukanlah
anak tunggal. Seandainya kita menganggap Dia yaitu pribadi
yang sudah seharusnya dienyahkan dari kemuliaan atau haki-
kat mulia Sang Bapa, maka Dia pasti yaitu anak tunggal:
dan kalau begitu adanya, maka ini sungguh suatu misteri dan
keajaiban dari kasih ilahi bahwa Anak yang demikian itu ha-
rus diutus ke dalam dunia bagi kita! Maka dapatlah dikata-
kan, sebab begitu besar (begitu ajaib, begitu mengagumkan,
begitu luar biasa) kasih Tuhan akan dunia ini.
3. Bahwa Tuhan mengasihi kita terlebih dahulu, dan dalam segala
keadaan kita yang dulu: Inilah kasih itu (kasih istimewa yang
tidak pernah terjadi sebelumnya), bahwa bukan kita yang telah
mengasihi Tuhan , namun Tuhan yang telah mengasihi kita (ay. 10).
Dia mengasihi kita, saat kita tidak memiliki kasih terhadap-
Nya, saat kita berada dalam kesalahan, kesengsaraan, dan da-
rah kita sendiri, saat kita tidak layak dikasihi, pantas dihu-
kum, tercemar, dan najis, serta perlu dibersihkan dari dosa-
dosa kita dalam darah yang sakral.
4. Bahwa Dia mengaruniakan Anak-Nya bagi kita, demi tugas
dan tujuan seperti ini.
(1) Untuk tugas ini, sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita,
dan sebagai akibatnya, harus mati bagi kita, mati di bawah
hukum dan kutukan Tuhan , untuk menanggung dosa-dosa
kita dengan tubuh-Nya sendiri, untuk disalibkan, dilukai
jiwa-Nya dan ditusuk lambung-Nya, untuk mati dan diku-
burkan bagi kita (ay. 10), dan lalu,
(2) Untuk tujuan ini, untuk tujuan yang begitu baik dan
menguntungkan kita, yaitu supaya kita hidup oleh-Nya (ay.
Surat 1 Yohanes 4:7-13
697
9), hidup selamanya melalui Dia, hidup di sorga, hidup ber-
sama Tuhan , dan hidup dalam kemuliaan abadi dan keada-
an penuh berkat bersama-Nya dan melalui Dia: Oh, betapa
indahnya kasih ini! Lalu,
III. Kasih ilahi terhadap saudara-saudara lainnya harus menggalak-
kan kasih kita: Saudara-saudaraku yang kekasih (aku hendak
memohon kepada kalian, melalui kepentingan kalian di dalam
kasihku untuk mengingat), jikalau Tuhan sedemikian mengasihi
kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi (ay. 11). Ini seha-
rusnya merupakan pernyataan yang tidak bisa digoyahkan. Tela-
dan Tuhan seharusnya menggerakkan kita. Kita harus menjadi
pengikut (atau peneladan) Dia, sebagai anak-anak terkasih-Nya.
Sasaran kasih ilahi harus juga menjadi sasaran kasih kita.
Akankah kita menolak untuk mengasihi orang-orang yang sudah
dikasihi oleh Tuhan yang abadi? Kita harus menjadi pengagum
kasih-Nya, dan kekasih dari kasih-Nya (dari kebaikan dan ke-
puasan yang ada di dalam Dia) dan dengan demikian juga men-
jadi kekasih dari orang-orang yang dikasihi-Nya. Kasih Tuhan atas
seluruh isi dunia ini seharusnya menghasilkan kasih atas semua
orang di antara umat manusia. sebab dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan
matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurun-
kan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Mat.
5:45). Kasih istimewa Tuhan terhadap jemaat dan orang-orang
kudus harus menghasilkan kasih istimewa di sana juga: jikalau
Tuhan sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga (dengan
kadar yang sesuai) saling mengasihi.
IV. Kasih Kristen merupakan jaminan kediaman ilahi: Jika kita saling
mengasihi, Tuhan tetap di dalam kita (ay. 12). Kini Tuhan berdiam di
dalam kita, bukan dengan kehadiran yang tampak, atau penam-
pilan fisik yang segera terlihat bagi mata (Tidak ada seorangpun
yang pernah melihat Tuhan ([ay. 12]), melainkan oleh Roh-Nya (ay.
13), atau, “Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Tuhan . Dia
tidak hadir di dunia sini dengan menunjukkan diri-Nya di depan
mata atau indra langsung kita, dan sebab itu Dia juga tidak
meminta dan mengharuskan kita untuk mengasihi Dia dengan
cara demikian. Sebaliknya, Ia meminta dan mengharapkan kasih
698
kita ditunjukkan dalam cara yang dianggap-Nya layak untuk dite-
rima dan dituntut-Nya, yaitu dalam gambaran yang sudah diberi-
kan-Nya mengenai diri-Nya sendiri dan kasih-Nya (dan dengan
demikian mengenai kesukaan hati-Nya juga) dalam jemaat yang
am, dan terutama di antara saudara-saudara seiman, para ang-
gota jemaat itu. Tuhan harus dikasihi di dalam mereka, dan dalam
penampakan jati diri-Nya bagi dan bersama mereka. Demikianlah,
jika kita saling mengasihi, Tuhan tetap di dalam kita. Para kekasih
suci dari saudara-saudara seiman merupakan bait Tuhan . Ke-
agungan ilahi memiliki kediaman yang istimewa di sana.”
V. Di sinilah kasih ilahi meraih tujuan dan pencapaian yang berarti
di dalam kita: “Dan kasih-Nya sempurna di dalam kita (ay. 12).
Kasih itu sudah dituntaskan di dalam dan atas kita. Kasih Tuhan
tidak disempurnakan di dalam Dia, melainkan di dalam dan ber-
sama kita. Kasih-Nya tidak dapat dirancangkan begitu saja untuk
tidak berdaya guna dan tidak berbuah atas kita. Saat tujuan dan
maksud dari kasih-Nya yang tulus itu tercapai dan dihasilkan di
dalam dan atas kita, maka boleh dibilang kasih itu sudah disem-
purnakan. Demikianlah iman disempurnakan oleh perbuatan,
dan kasih disempurnakan oleh pekerjaannya. Saat kasih ilahi su-
dah bekerja dalam diri kita dan menghasilkan rupa yang sama,
yaitu menjadikan kita memiliki kasih kepada Tuhan , dan dengan
demikian kasih terhadap saudara-saudara seiman, yaitu anak-
anak Tuhan , demi Dia, maka kasih itu pun disempurnakan dan di-
tuntaskan, meskipun kasih kita saat ini tidaklah sempurna,
begitu pula dengan tujuan akhir kasih ilahi bagi kita.” Betapa kita
harus memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan kasih persau-
daraan Kristen ini, sebab Tuhan menganggap kasih-Nya sendiri ter-
hadap kita disempurnakan di dalamnya! Terhadap hal inilah
Rasul Yohanes, sesudah menyebutkan kebaikan besar Tuhan yang
berdiam di dalam kita, menambahkan catatan dan kekhasan
mengenai kasih persaudaraan itu: Demikianlah kita ketahui,
bahwa kita tetap berada di dalam Tuhan dan Dia di dalam kita: Ia
telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya
(ay.13). Tentu saja kediaman timbal balik ini merupakan sesuatu
yang lebih mulia dan lebih hebat dibandingkan yang kita sudah kenali
atau yang dapat kita kumandangkan. Orang mungkin berpikir
bahwa membicarakan Tuhan yang berdiam di dalam kita, dan kita
Surat 1 Yohanes 4:14-16
699
di dalam Dia, terlalu angkuh untuk para makhluk fana, seandai-
nya Tuhan tidak memulainya terlebih dulu. Makna kediaman tim-
bal balik seperti ini sudah diterangkan dengan singkat dalam
pasal 3:24. Arti sepenuhnya haruslah diserahkan pada pewahyu-
an mengenai dunia yang terberkati ini. namun kita mengenali ke-
diaman timbal balik ini, tutur Rasul Yohanes, sebab Ia telah
mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dia sudah
menanamkan rupa dan buah Roh-Nya di dalam hati kita (ay. 13),
dan Roh yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita itu ternyata
yaitu milik-Nya, atau berasal dari-Nya, sebab Roh itu yaitu
Roh yang membangkitkan kekuatan, hasrat dan hati bagi Tuhan .
Roh yang membangkitkan kasih terhadap Tuhan dan manusia, dan
(Roh) ketertiban, Roh yang memberi pengajaran dan pemahaman
yang benar tentang perkara-perkara Tuhan dan agama serta kera-
jaan-Nya di antara manusia (2Tim.1:7).
Kasih Ilahi
(4:14-16)
14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-
Nya menjadi Juruselamat dunia. 15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus ada-
lah Anak Tuhan , Tuhan tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Tuhan . 16
Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Tuhan kepada kita. Tuhan
yaitu kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada
di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia.
sebab iman di dalam Kristus mengerjakan kasih terhadap Tuhan , dan
kasih kepada Tuhan harus menyalakan kasih kepada saudara-sau-
dara, maka di sini Rasul Yohanes menegaskan iman Kristen ini seba-
gai dasar bagi kasih yang demikian. Di sini,
I. Dia mengumandangkan pokok iman agama Kristen, yang begitu
mewakili kasih Tuhan : Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa
Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia (ay.
14). Di sini kita melihat,
1. Hubungan Tuhan Yesus dengan Tuhan : Dia yaitu Anak dari
Bapa, Putra yang tiada duanya, dan dengan demikian Dia
yaitu Tuhan bersama-sama dengan Bapa.
2. Hubungan dan jabatan-Nya terhadap kita, yaitu Juruselamat
dunia. Dia menyelamatkan kita melalui kematian, teladan,
700
syafaat, Roh, dan kuasa-Nya melawan para musuh keselamat-
an kita.
3. Dasar yang menjadikan-Nya demikian, yaitu pengutusan diri-
Nya: Bapa telah mengutus Anak-Nya, memberi perintah de-
ngan keputusan dan menghendaki kedatangan-Nya itu, di
dalam dan dengan persetujuan Sang Anak.
4. Keyakinan Rasul Yohanes mengenai hal ini, yakni dia dan sau-
dara-saudaranya sudah melihatnya. Mereka telah menyaksi-
kan Anak Tuhan dalam kodrat manusiawi-Nya, dalam kehidup-
an dan pekerjaan kudus-Nya, dalam perubahan rupa-Nya di
atas gunung, dan dalam kematian serta kebangkitan-Nya dari
maut, dan kenaikan agung-Nya ke sorga. Mereka sudah meli-
hat-Nya sedemikian rupa sehingga yakin bahwa Dialah Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
5. Pembuktian Rasul Yohanes mengenai hal ini: “Kami telah meli-
hat dan bersaksi. Bobot kebenaran ini mewajibkan kami untuk
bersaksi dan membuktikan kebenarannya. Keselamatan dunia
terletak di atas kebenaran ini. Bukti kebenaran itu menuntut
kami untuk bersaksi mengenainya: mata, telinga, dan tangan
kami, sudah menyaksikannya.” Kemudian,
II. Rasul Yohanes menyatakan keagungan, atau hak istimewa besar
yang mengiringi pengakuan yang layak diberikan terhadap kebe-
naran ini: Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus yaitu Anak
Tuhan , Tuhan tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Tuhan (ay.
15). Pengakuan ini tampaknya mencakup iman di dalam hati
sebagai landasan dari pengakuan itu, pernyataan dengan mulut
bagi kemuliaan Tuhan dan Kristus, dan pengakuan di dalam kehi-
dupan dan perilaku, yang berlawanan dengan sanjungan atau
celaan dunia. Dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku:
“Yesus yaitu Tuhan,” selain oleh Roh Kudus, dengan pembuktian
dari luar dan pekerjaan dari dalam oleh Roh Kudus (1Kor. 12:3).
Demikianlah orang yang mengakui Kristus, dan Tuhan di dalam
Dia, diperkaya dengan atau dikuasai oleh Roh Tuhan , dan memiliki
pengetahuan yang memuaskan mengenai Tuhan dan banyak kenik-
matan kudus dari-Nya. Lalu,
III. Rasul Yohanes menerapkan ini untuk menyulut kasih yang ku-
dus. Kasih Tuhan dengan demikian dilihat dan digerakkan dalam
Surat 1 Yohanes 4:14-16
701
Kristus Yesus: Dan dengan demikian kita telah mengenal dan telah
percaya akan kasih Tuhan kepada kita (ay. 16). Pewahyuan Kristen,
yang harus membuat kita begitu menyayanginya, ialah pewahyu-
an akan kasih ilahi. Pokok-pokok iman kita yang tersingkap ba-
nyak di antaranya terkait dengan kasih ilahi. Sejarah mengenai
Kristus Tuhan merupakan sejarah mengenai kasih Tuhan terhadap
kita. Seluruh perkara-Nya di dalam dan dengan Anak-Nya meru-
pakan pembuktian akan kasih-Nya terhadap kita, dan dimaksud-
kan untuk terus memajukan kita pada kasih kepada Tuhan : Sebab
Tuhan mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus (2Kor.
5:19). Dengan demikian kita bisa belajar,
1. Bahwa Tuhan yaitu kasih (ay. 16). Dia yaitu kasih yang
paling hakiki dan tidak terhingga. Kasih-Nya tiada tandingan-
nya dan tidak dapat terselami bagi kita di dunia ini, yang
sudah ditunjukkan-Nya lewat pengutusan dan pengantaraan
Putra terkasih-Nya. Inilah yang menjadi keberatan besar dan
prasangka melawan pewahyuan Kristen, yaitu bahwa kasih
Tuhan begitu janggal dan tak berdasar, sampai-sampai Dia
memberi Anak-Nya sendiri yang kekal bagi kita. Inilah
yang menjadi prasangka banyak orang melawan kekekalan
dan ketuhanan Sang Anak, bahwa seorang yang sedemikian
agungnya masakan harus diberikan bagi kita. Memang, saya
akui ini penuh misteri dan tidak dapat terselami. Namun,
memang ada kekayaan yang tak terselidiki di dalam Kristus.
Sayang sekali bahwa kebesaran kasih ilahi malah dijadikan
prasangka melawan penyingkapan dan kepercayaan terhadap
kasih itu. namun apa pula yang tidak akan diperbuat Tuhan saat
Dia bermaksud menunjukkan tingginya kesempurnaan-Nya?
Saat Dia hendak memperlihatkan kuasa dan hikmat-Nya, Dia
pun menciptakan dunia yang seperti ini. Saat Dia hendak
menunjukkan lebih banyak kebesaraan dan kemuliaan-Nya,
diciptakan-Nyalah sorga bagi roh-roh yang melayani di depan
takhta. Jadi, apa yang tidak akan diperbuat-Nya saat Dia ber-
maksud menunjukkan kasih-Nya, dan untuk memperlihatkan
kasih-Nya yang terluhur, atau bahwa Dia sendiri yaitu kasih,
atau bahwa kasih-Nya itu yaitu salah satu dari keunggulan-
keunggulan yang paling gemilang, berharga, mengatasi segala-
nya, ampuh, dari kodrat-Nya yang tidak terbatas? Dan kasih-
Nya ini bukan hanya ditunjukkan kepada kita saja, melainkan
702
kepada dunia malaikat, dan kepada pemerintah-pemerintah
dan penguasa-penguasa di udara, dan ini bukan sekedar un-
tuk sejenak mengejutkan kita saja, melainkan demi menda-
tangkan rasa kagum, pujian, penyembahan, dan ketakjuban
kita terhadap Dia yang Mahakuasa untuk selama-lamanya.
Jadi apa yang tidak akan diperbuat Tuhan ? Tentunya akan
terlihat lebih sesuai bagi maksud, dan kebesaran, dan makna
dari kasih-Nya itu (jika saya bisa menyebutnya demikian)
untuk memberi Anak-Nya yang kekal bagi kita, dibandingkan
dengan sengaja menciptakan seorang Anak bagi kelepasan
kita. Dalam tindakan seperti itu, yaitu memberi Anak-Nya
yang tunggal, yang hakiki dan kekal bagi kita dan kepada kita,
Dia sungguh hendak mengulurkan kasih-Nya kepada kita.
Dan apakah yang tidak akan diperbuat Tuhan yang penuh
kasih itu saat dia merencanakan untuk mengulurkan kasih-
Nya, dan mengulurkan-Nya dengan disaksikan oleh sorga, dan
bumi, dan neraka, dan saat Dia akan mengulurkan diri-Nya
dan menawarkan diri-Nya kepada kita, supaya kita diyakinkan
sepenuh-penuhnya dan memiliki kasih seperti kasih-Nya itu?
Dan bagaimana jika pada akhirnya akan terbukti (yang hanya
bisa saya tawarkan untuk dipertimbangkan oleh orang yang
bijaksana) bahwa kasih ilahi itu, dan terutama kasih Tuhan di
dalam Kristus, memang menjadi dasar dari kemuliaan sorga,
yang kini sedang dinikmati oleh roh-roh yang melayani dan
berlaku seturut dengannya, dan dasar dari keselamatan dunia
ini, dan juga dasar dari siksaan neraka? Yang terakhir ini
tampaknya paling janggal. Tapi bagaimana jika terbukti
nantinya bukan hanya bahwa Tuhan yaitu kasih bagi-Nya
sendiri, dalam menegakkan hukum, pemerintahan, kasih, dan
kemuliaan-Nya, namun juga bahwa para orang yang terkutuk
dijadikan terkutuk, atau dihukum seperti itu,
(1) Sebab mereka meremehkan kasih Tuhan yang sudah dijel-
makan dan ditunjukkan itu.
(2) Sebab mereka menolak untuk dikasihi dalam apa yang
telah diulurkan dan dijanjikan kepada mereka.
(3) sebab mereka membuat diri mereka tidak layak menjadi
sasaran kepuasan dan kebahagiaan ilahi.
Surat 1 Yohanes 4:17-21
703
Jika hati nurani orang-orang terkutuk menuduhkan hal-
hal ini kepada mereka, dan terutama sebab menolak
karya tertinggi kasih ilahi, dan jika bagian penciptaan yang
paling agung dan berakal budi justeru berupa keadaan diber-
kati melalui karya kasih ilahi itu, maka yang dapat digambar-
kan dengan indah mengenai seluruh ciptaan Tuhan yaitu
bahwa Tuhan yaitu kasih.
2. Bahwa sebagai akibatnya, barangsiapa tetap berada di dalam
kasih, ia tetap berada di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia
(ay. 16). Ada persekutuan agung antara Tuhan sumber kasih
dan jiwa yang mengasihi, yaitu, orang yang mengasihi ciptaan
Tuhan , sesuai dengan hubungan ciptaan itu dengan Tuhan , yang
menerima Dia dan memiliki kepentingan di dalam Dia. Orang
yang berdiam dalam kasih yang kudus memiliki kasih Tuhan
yang telah dicurahkan di dalam hatinya, memiliki pengaruh
Tuhan tertanam dalam rohnya, Roh Tuhan menyucikan dan me-
meteraikan dia. Juga, dia hidup dengan merenungkan, meman-
dang, dan mengecap kasih ilahi, dan mendambakan untuk
segera berdiam dengan Tuhan selama-lamanya.
Kasih Ilahi
(4:17-21)
17 Dalam hal inilah kasih Tuhan sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita
memiliki keberanian percaya pada hari penghakiman, sebab sama seperti
Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. 18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan:
kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung
hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. 19 Kita
mengasihi, sebab Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. 20 Jikalau seorang ber-
kata: “Aku mengasihi Tuhan ,” dan ia membenci saudaranya, maka ia yaitu
pendusta, sebab barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya,
tidak mungkin mengasihi Tuhan , yang tidak dilihatnya. 21 Dan perintah ini
kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Tuhan , ia harus juga mengasihi
saudaranya.
Rasul Yohanes, sesudah menggalakkan dan menekankan kasih suci
dengan memberi contoh dan alasan agungnya, yaitu kasih yang
yaitu Tuhan dan berdiam di dalam Tuhan sendiri, terus menganjur-
kannya lebih jauh lagi dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya,
dan dia menganjurkannya dalam kedua cabangnya, baik sebagai
kasih terhadap Tuhan , maupun terhadap saudara kita atau sesama
orang Kristen.
704
I. Sebagai kasih terhadap Tuhan , terhadap sang primum amabile –
yang pertama dan kepala dari seluruh mahluk dan hal-hal yang
layak dikasihi, yang yaitu titik temu dari seluruh keindahan,
keunggulan, dan keelokan dalam diri-Nya, dan menganugerahkan
kepada mahluk-mahluk lain apa pun yang menjadikan mereka
baik dan layak dikasihi. Di sini, kasih terhadap Tuhan tampaknya
dianjurkan berdasar alasan-alasan berikut:
1. Kasih itu akan memberi kita kedamaian dan kepuasan roh di
hari saat kasih itu paling diperlukan, atau saat kasih itu
akan menjadi kenikmatan dan berkat terbesar yang bisa diba-
yangkan: Dalam hal inilah kasih Tuhan sempurna di dalam kita,
yaitu kalau kita memiliki keberanian percaya pada hari
penghakiman (ay. 17). Pasti ada hari penghakiman atas selu-
ruh dunia. Berbahagialah mereka yang memiliki keberanian
kudus di hadapan Sang Hakim pada hari itu, yang mampu
mengangkat kepala mereka dan memandang langsung wajah-
Nya, dengan mengetahui Dia sebagai sahabat dan pembela
mereka! Berbahagialah mereka yang memiliki keberanian dan
keyakinan dalam pengharapan akan hari itu, yang meman-
dang dan menanti-nantikan hari itu, dan menunggu kemun-
culan Sang Hakim! Begitulah, dan memang layak untuk mela-
kukan begitu, orang-orang yang mengasihi Tuhan . Kasih mere-
ka terhadap Tuhan membuat mereka yakin akan kasih Tuhan
terhadap mereka, dan dengan demikian juga akan persaha-
batan mereka dengan Anak Tuhan . Semakin dalam kita menga-
sihi sahabat kita, terutama saat kita yakin dia mengetahuinya,
maka semakin besar pula kita bisa mempercayai kasihnya.
sebab Tuhan itu baik dan penyayang, dan setia terhadap janji-
Nya, maka kita pun bisa dengan mudahnya yakin akan kasih-
Nya, dan akan buah-buah membahagiakan dari kasih-Nya,
dan kita pun bisa berkata, Engkau yang tahu segala sesuatu,
tahu bahwa kami mengasihi Engkau. Dan pengharapan tidak-
lah membuat malu. Pengharapan kita, yang timbul dari per-
timbangan mengenai kasih Tuhan , tidak akan mengecewakan
kita, sebab kasih Tuhan telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Rm. 5:5).
Mungkin di sini, yang dimaksudkan dengan kasih Tuhan ialah
kasih kita terhadap Tuhan , yang dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus. Inilah dasar pengharapan kita, atau keyakin-
Surat 1 Yohanes 4:17-21
705
an kita, bahwa pengharapan kita pada akhirnya akan menda-
tangkan kebaikan. Atau, jika kasih Tuhan di sini berarti rasa
dan pemahaman mengenai kasih-Nya terhadap kita, maka ini
harus berarti juga atau termasuk kita sebagai orang-orang
yang mengasihi-Nya. Dan memang, rasa dan bukti kasih-Nya
terhadap kita mencurahkan kasih terhadap-Nya di dalam hati
kita, dan sebab itulah kita memiliki keyakinan terhadap-Nya
dan kedamaian serta kebahagiaan di dalam Dia. Dia akan
memberi mahkota kebenaran kepada semua orang yang
mengasihi kemunculan-Nya. Dan kita memiliki keberanian
menghadap Kristus sebab keserupaan kita dengan-Nya: kare-
na sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini (ay. 17).
Kasih sudah membuat kita serupa dengan-Nya, sebagaimana
Dia yaitu kekasih Tuhan dan manusia, Dia pun sudah meng-
ajari kita untuk menjadi seperti itu sesuai dengan kemampuan
kita, dan Dia tak akan menyangkal gambar-Nya sendiri. Kasih
mengajari kita untuk serupa dalam penderitaan juga. Kita
menderita bagi-Nya dan dengan-Nya, dan sebab itu kita bisa
berharap dan percaya bahwa kita juga akan dimuliakan ber-
sama dengan Dia (2Tim. 2:12).
2. Kasih mencegah atau menyingkirkan akibat dan buah yang
tidak menyenangkan dari rasa takut yang memperbudak: Di
dalam kasih tidak ada ketakutan (ay. 18). Sejauh kasih ber-
kuasa, rasa takut pun berhenti. Di sini, menurut hemat saya,
kita harus membedakan antara rasa takut dan ketakutan.
Atau, dalam kasus ini, di antara rasa takut akan Tuhan dan
merasa ketakutan terhadap-Nya. Rasa takut akan Tuhan sering
kali disebut-sebut dan diperintahkan sebagai inti dari agama
(1Ptr. 2:17; Why. 14:7), dengan demikian rasa takut itu me-
ngandung makna rasa hormat dan kagum yang tinggi terha-
dap Tuhan dan kewenangan serta pemerintahan-Nya. Rasa
takut seperti itu sesuai dengan kasih, ya, dengan kasih yang
sempurna, seperti yang juga dimiliki para malaikat. namun ada
juga rasa ketakutan terhadap Tuhan , yang ditimbulkan oleh
perasaan bersalah, dan harap-harap cemas mengenai kesem-
purnaan-kesempurnaan-Nya yang memberi hukuman. Dalam
pertimbangan ini, Tuhan digambarkan sebagai api yang meng-
hanguskan. Jadi rasa takut di sini bisa diartikan sebagai ke-
gentaran. Di dalam kasih tidak ada kegentaran. Kasih meng-
706
anggap yang dikasihi itu baik dan unggul, dan sebab nya me-
nyenangkan dan layak dikasihi. Kasih menganggap Tuhan seba-
gai yang paling baik, dan yang paling mengasihi kita di dalam
Kristus, dan dengan demikian menghapuskan kegentaran dan
menaruh rasa sukacita orang di dalam Dia. Dan, seiring de-
ngan bertumbuhnya kasih, sukacita juga bertumbuh, sehingga
kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan atau rasa gen-
tar. Orang-orang yang benar-benar mengasihi Tuhan sebab
sifat, nasihat, dan kovenan-Nya, juga benar-benar yakin akan
kasih-Nya, dan sebagai akibatnya, mereka juga bebas dari
dugaan menakutkan apa pun mengenai kuasa dan keadilan
penghukuman-Nya, sebab mereka dipersenjatai untuk meng-
hadapinya. Mereka tahu betul bahwa Tuhan mengasihi mereka,
dan mereka pun bermegah di dalam kasih-Nya. Dengan begitu,
Rasul Yohanes dengan bijak menekankan bahwa kasih yang
sempurna melenyapkan ketakutan ini, bahwa kasih yang mele-
nyapkan hukuman juga melenyapkan rasa takut atau kegen-
taran: sebab ketakutan mengandung hukuman (ay. 18). Rasa
takut diketahui sebagai gejolak perasaan yang meresahkan
dan menyiksa, terutama ketakutan berupa rasa gentar terha-
dap Tuhan Mahakuasa yang menuntut balas. namun , kasih yang
sempurna melenyapkan hukuman, sebab kasih itu mengajari
pikiran rasa tenteram dan kepuasan sempurna dalam diri
Sang Terkasih, dan sebab itulah kasih yang sempurna melen-
yapkan ketakutan. Atau, yang juga sejajar di sini, barangsiapa
takut, ia tidak sempurna di dalam kasih (ay. 18). Itu yaitu
tanda bahwa kasih kita jauh dari sempurna, sebab banyak-
nya keraguan, ketakutan, dan pemahaman kita yang menggeli-
sahkan mengenai Tuhan . Marilah kita menanti-nantikan, dan
bergiat menuju dunia kasih yang sempurna, di mana keten-
teraman dan sukacita dalam Tuhan akan sesempurna kasih
kita!
3. Dari sumber dan asal-muasalnya, yang merupakan kasih
Tuhan yang memulai terlebih dahulu: Kita mengasihi, sebab
Tuhan lebih dahulu mengasihi kita (ay. 19). Kasih-Nya yaitu
dorongan, alasan, dan landasan moral dari kasih kita. Kita
tidak bisa tidak mengasihi Tuhan yang begitu baiknya, yang
pertama-tama mengambil tindakan dan pekerjaan kasih, yang
mengasihi kita sewaktu kita masih tidak layak dikasihi dan
Surat 1 Yohanes 4:17-21
707
tidak elok, yang begitu mengasihi kita sedemikian besarnya,
yang terus mencari-cari dan meminta kasih kita dengan
mengorbankan darah Anak-Nya, dan sudah merendahkan diri-
Nya untuk mengundang kita supaya didamaikan dengan-Nya.
Biarlah sorga dan bumi tertegun menyaksikan kasih yang
seperti itu! Kasih-Nya yaitu penyebab timbulnya kasih kita:
Atas kehendak-Nya sendiri (menurut kehendak-Nya sendiri
yang bebas dan penuh kasih) Dia telah menjadikan kita. Segala
sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi
Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana
Tuhan . Orang-orang yang mengasihi Tuhan yaitu orang-orang
yang terpanggil ke dalamnya sesuai dengan rencana-Nya (Rm.
8:28). Sesuai dengan tujuan-Nya, mereka itu dipanggil ke da-
lam kasih-Nya ditegaskan dengan cukup jelas di dalam kali-
mat berikutnya: mereka yang ditentukan-Nya dari semula (atau
yang direncanakan sebelumnya, sesuai rupa Anak-Nya) mere-
ka itu juga dipanggil-Nya, dipulihkan menuju ke sana. Kasih
ilahi menanamkan kasih pada jiwa kita. Kiranya Tuhan tetap
dan terus menujukan hatimu kepada kasih Tuhan ! (2Tes. 3:5).
II. Sebagai kasih terhadap saudara-saudara dan sesama dalam Kris-
tus. Kasih ini dipaparkan dan ditekankan berdasar alasan-
alasan ini:
1. sebab sesuai dan sejalan dengan pengakuan iman Kristen
kita. Dalam pengakuan iman Kristen, kita mengaku kasih ter-
hadap Tuhan sebagai akar agama: “Jikalau seorang berkata,
atau mengaku sedemikian rupa sehingga berkata, aku menga-
sihi Tuhan , aku mengasihi nama, bait, dan penyembahan-Nya,
namun ia membenci saudaranya, yang harus dikasihinya demi
Tuhan , maka ia yaitu pendusta (ay. 20). Dengan begitu dia
membohongi pengakuannya itu.” Rasul Yohanes membuktikan
bahwa orang seperti itu tidak mengasihi Tuhan melalui
kemudahan mengasihi apa yang terlihat dibandingkan dengan
apa yang tidak terlihat: sebab barangsiapa tidak mengasihi
saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Tuhan ,
yang tidak dilihatnya (ay. 20). Mata cenderung memengaruhi
hati. Hal-hal yang tidak terlihat tidak begitu tertanam dalam
pikiran, demikian pun oleh hati. Ketidakmengertian mengenai
Tuhan sebagian besar timbul sebab Dia tidak terlihat. Anggota
708
Kristus menampakkan Tuhan di dalam dirinya. Jadi, bagaimana
mungkin pembenci rupa Tuhan yang terlihat berpura-pura me-
ngasihi sumber aslinya yang tidak tampak, yaitu Tuhan yang
tidak terlihat?
2. sebab selaras dengan hukum Tuhan yang tegas, dan alasan
yang adil mengenainya: Dan perintah ini kita terima dari Dia:
Barangsiapa mengasihi Tuhan , ia harus juga mengasihi saudara-
nya (ay. 21). Sebagaimana Tuhan sudah menyampaikan rupa-
Nya dalam sifat dan kasih karunia-Nya, begitu pula Dia berke-
hendak supaya kasih kita sepatutnya meluas. Kita harus me-
ngasihi Tuhan dengan tulus dan dengan sungguh-sungguh, dan
juga orang lain di dalam Dia, atas dasar asal-muasal mereka
dan diterimanya mereka oleh Dia, dan juga atas dasar kepen-
tingan-Nya di dalam mereka. Nah, sebab saudara-saudara
Kristen kita memiliki kodrat baru dan hak-hak istimewa besar
dari Tuhan , dan Tuhan memiliki kepentingan di dalam mereka
sebagaimana di dalam kita, maka sewajarnyalah ada kewajib-
an ini: barangsiapa mengasihi Tuhan , ia harus juga mengasihi
saudaranya.
PASAL 5
Dalam pasal ini Rasul Yohanes menegaskan,
I. Martabat orang-orang percaya (ay. 1).
II. Kewajiban mereka untuk mengasihi, dan apa tanda dari
kasih itu (ay. 1-3).
III. Kemenangan mereka (ay. 4-5).
IV. Tanda pembuktian dan peneguhan terhadap iman mereka
(ay. 6-10).
V. Keuntungan iman mereka berupa hidup yang kekal (ay. 11-13).
VI. Didengarnya doa-doa mereka, kecuali bagi orang yang telah
berbuat dosa yang mendatangkan maut (ay. 14-17).
VII. Dijaganya mereka dari dosa dan Iblis (ay. 18).
VIII. Dibedakannya mereka dari dunia yang membawa kebaha-
giaan bagi mereka (ay. 19).
IX. Pengenalan mereka yang benar akan Tuhan (ay. 20), yang
berdasar itu mereka harus menjauh dari berhala-ber-
hala (ay. 21).
Kasih dan Iman
(5:1-5)
1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus yaitu Kristus, lahir dari Tuhan ;
dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia
yang lahir dari pada-Nya. 2 Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak
Tuhan , yaitu jika kita mengasihi Tuhan serta melakukan perintah-perintah-
Nya. 3 Sebab inilah kasih kepada Tuhan , yaitu, bahwa kita menuruti perintah-
perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, 4 sebab semua yang
lahir dari Tuhan , mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalah-
kan dunia: iman kita. 5 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada
dia yang percaya, bahwa Yesus yaitu Anak Tuhan ?
710
I. sesudah dalam penutup pasal sebelumnya, seperti yang dapat
dilihat di sana, Rasul Yohanes menganjurkan dengan tegas akan
kasih kristiani berdasar dua alasan, sebagai hal yang sesuai
dengan pengakuan iman Kristen dan dengan perintah ilahi, di sini
ia menambahkan alasan ketiga: Kasih itu sesuai dengan, dan
memang dituntut oleh, hubungan istimewa yang dimiliki orang-
orang percaya. Saudara sesama Kristen atau saudara seiman
memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan . Mereka yaitu
anak-anak-Nya: Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus yaitu
Kristus, lahir dari Tuhan (ay. 1). Di sini saudara sesama Kristen,
1. Digambarkan melalui imannya. Siapa yang percaya bahwa
Yesus yaitu Kristus, bahwa Dia yaitu Mesias Sang Raja,
bahwa Dia yaitu Anak Tuhan menurut kodrat dan jabatan-
Nya, bahwa Dia yaitu Kepala dari semua yang mendapat
urapan, Kepala dari semua imam, nabi, atau raja yang pernah
diurapi oleh Tuhan atau bagi-Nya, bahwa Dia secara sempurna
dipersiapkan dan diperlengkapi untuk seluruh pekerjaan
keselamatan kekal, dan sesuai dengan itu kepercayaannya itu
menyerahkan diri pada pemeliharaan dan bimbingan-Nya. Dan
kemudian bahwa ia,
2. Ditinggikan martabatnya melalui garis keturunan: Ia lahir dari
Tuhan (ay. 1). Prinsip iman ini, dan kodrat baru yang menyertai-
nya atau yang darinya prinsip itu muncul, diturunkan oleh
Roh Tuhan . Dengan demikian, kedudukan dan pengangkatan
sebagai anak sekarang tidak diberlakukan lagi bagi keturunan
Abraham menurut daging, atau bagi Israel milik Tuhan di zaman
dulu. Semua orang percaya, meskipun pada kodratnya yaitu
orang-orang berdosa dari antara bangsa-bangsa bukan Ya-
hudi, secara rohani merupakan keturunan Tuhan , dan dengan
demikian harus dikasihi. Seperti yang ditambahkan di sini:
Setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi
juga dia yang lahir dari pada-Nya (ay. 1). Tampaknya sudah
wajar jika orang yang mengasihi Bapa pasti mengasihi anak-
anak-Nya juga, dan itu menurut ukuran keserupaan mereka
dengan Bapa mereka, dan dengan kasih Bapa terhadap mere-
ka. Jadi kita pertama-tama dan terutama harus mengasihi
Anak Bapa, sebagaimana Ia disebut dengan sangat tegas
dalam 2 Yohanes 3, Anak tunggal (yang memang sudah semes-
tinya begitu), dan Anak dari kasih-Nya, dan kemudian kita
Surat 1 Yohanes 5:1-5
711
harus mengasihi orang-orang yang dengan sukarela dilahirkan
dan diperbaharui oleh Roh kasih karunia.
II. Rasul Yohanes menunjukkan,
1. Bagaimana kita dapat mengenal kebenaran, atau sifat yang
benar-benar Injil dari kasih kita kepada orang-orang yang su-
dah diperbaharui. Dasar dari kasih kita kepada mereka harus-
lah kasih kita kepada Tuhan , dan mereka itu yaitu kepunya-
an-Nya: Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak
Tuhan , yaitu jika kita mengasihi Tuhan (ay. 2). Kasih kita
kepada mereka tampak benar dan sejati jika kita menga-
sihi mereka bukan hanya sebab pertimbangan duniawi, se-
perti sebab mereka kaya, atau terpelajar, atau baik hati ke-
pada kita, atau sebab kita berasal dari golongan jemaat yang
sama dengan mereka. Sebaliknya, kita harus mengasihi mere-
ka sebab mereka yaitu anak-anak Tuhan , sebab anugerah-
Nya yang memperbaharui tampak dalam diri mereka, gambar
dan tulisan-Nya ada pada mereka, dan dengan begitu dalam
diri mereka Tuhan sendiri dikasihi. Dengan demikian, kita
melihat apa yang dimaksud dengan kasih terhadap saudara-
saudara yang begitu ditekankan dalam surat ini. Kasih
ini yaitu kasih terhadap mereka sebagai anak-anak
Tuhan dan yang telah diangkat sebagai saudara-saudara Tuhan
Yesus.
2. Bagaimana kita dapat mengetahui benar tidaknya kasih kita
kepada Tuhan . Kasih kita itu harus tampak dalam ketaatan kita
yang kudus: jika kita mengasihi Tuhan serta melakukan
perintah-perintah-Nya (ay. 2). Kita baru betul-betul, dan sesuai
pandangan Injil, mengasihi Tuhan , jika kita menuruti perin-
tah-perintah-Nya: Sebab inilah kasih kepada Tuhan , yaitu, bah-
wa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Dan menuruti perin-
tah-perintah-Nya menuntut roh yang condong pada hal itu dan
bersuka di dalamnya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat (ay.
3). Atau, inilah kasih kepada Tuhan , yaitu, bahwa sama seperti
dengan kasih itu kita bertekad untuk patuh, dan menuruti
perintah-perintah Tuhan , demikian pula dengan kasih itu perin-
tah-perintah-Nya akan menjadi mudah dan menyenangkan
bagi kita. Kekasih Tuhan akan berkata, “Betapa kucintai Taurat-
Mu! Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab
712
Engkau melapangkan hatiku (Mzm. 119:32), sebab Engkau
melapangkannya entah dengan kasih atau dengan Roh-Mu,
Sang Sumber kasih itu.”
3. Apa hasil dan dampak, dan yang seharusnya menjadi hasil
dan dampak, dari pembaharuan, yaitu penaklukan atas dunia
ini secara rohani dan akal budi: Sebab apa saja yang lahir dari
Tuhan , atau seperti dalam beberapa naskah, siapa saja yang
lahir dari Tuhan , mengalahkan dunia (ay. 4). Siapa yang lahir
dari Tuhan lahir untuk Tuhan , dan sebab itu untuk dunia lain.
Ia memiliki watak dan kecenderungan pada sebuah dunia
yang lebih tinggi dan lebih baik. Dan ia diperlengkapi dengan
senjata-senjata, yang dengannya dia dapat menolak dan me-
naklukkan dunia ini. Seperti yang ditambahkan di sini, dan
inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita (ay. 4).
Iman yaitu penyebab dari kemenangan, sarana, alat, dan per-
lengkapan senjata rohani yang dengannya kita berkemenangan.
Sebab,
(1) Di dalam dan melalui iman kita melekat kepada Kristus,
dengan memandang rendah dan melawan dunia.
(2) Iman bekerja di dalam dan melalui kasih kepada Tuhan dan
Kristus, dan dengan demikian menjauhkan kita dari cinta
dunia.
(3) Iman menguduskan hati, dan memurnikannya dari nafsu-
nafsu kedagingan yang melaluinya dunia begitu berkuasa
dan memerintah atas jiwa-jiwa.
(4) Iman menerima dan mengambil kekuatan dari apa yang
diimani, yaitu Anak Tuhan , dalam menaklukkan kemarahan
dan sanjungan-sanjungan dunia.
(5) Iman akan membuat kita mendapat hak, melalui janji Injil,
untuk berdiamnya Roh anugerah di dalam hati kita, yaitu
Roh yang lebih besar dibandingkan roh yang ada di dalam dunia.
(6) Iman melihat dekatnya suatu dunia yang tak terlihat, yang
dengannya dunia ini tidak layak untuk dibandingkan, dan
yang ke dalamnya iman memberi tahu jiwa di mana ia
tinggal. Jiwa harus senantiasa siap memasuki dunia itu.
Dan dari sini,
III. Rasul Yohanes menyimpulkan bahwa orang Kristen yang sung-
guh-sungguhlah yang merupakan penakluk dunia sesungguhnya:
Surat 1 Yohanes 5:1-5
713
Jadi siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang
percaya, bahwa Yesus yaitu Anak Tuhan ? (ay. 5). Dunialah yang
menghadang jalan kita ke sorga, dan merupakan penghalang be-
sar bagi kita untuk masuk ke sana. namun orang yang percaya
bahwa Yesus yaitu Anak Tuhan percaya juga bahwa Yesus datang
dari Tuhan untuk menjadi Juruselamat dunia, dan bahwa Ia ber-
kuasa menghantar kita dari dunia ke sorga, dan kepada Tuhan ,
yang akan dinikmati sepenuhnya di sana. Siapa yang percaya se-
perti itu pasti dengan imannya sudah mengalahkan dunia. Sebab,
1. Ia harus menerima sepenuhnya bahwa dunia ini yaitu mu-
suh yang gencar bagi jiwanya, bagi kekudusannya, keselamat-
annya, dan keterberkatannya. Sebab semua yang ada di dalam
dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keang-
kuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari
dunia (2:16).
2. Ia memahami bahwa sebagian besar dari pekerjaan Sang Juru-
selamat, dan juga dari keselamatannya sendiri, yaitu untuk
ditebus dan diselamatkan dari dunia yang ganas ini. Ia telah
menyerahkan diri-Nya sebab dosa-dosa kita, untuk melepaskan
kita dari dunia jahat yang sekarang ini (Gal. 1:4).
3. Ia melihat di dalam dan melalui kehidupan dan perilaku Tuhan
Yesus di bumi bahwa dunia ini harus ditinggalkan dan dikalah-
kan.
4. Ia memahami bahwa Tuhan Yesus telah menaklukkan dunia,
bukan hanya bagi diri-Nya sendiri, melainkan juga bagi para
pengikut-Nya. Dan mereka harus berusaha ikut ambil bagian
dalam kemenangan-Nya. Kuatkanlah hatimu, Aku telah menga-
lahkan dunia.
5. Ia diajar dan didorong oleh kematian Tuhan Yesus untuk mati
dan tersalib terhadap dunia. namun aku sekali-kali tidak mau
bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab
olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia (Gal.
6:14).
6. Oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, ia
dilahirkan kepada suatu hidup yang penuh pengharapan akan
dunia atas yang terberkati (1Ptr. 1:3).
7. Ia tahu bahwa Juruselamat telah pergi ke sorga, dan di sana
sedang menyediakan tempat bagi umat-Nya yang sungguh-
sungguh percaya (Yoh. 14:2).
714
8. Ia tahu bahwa Juruselamatnya akan datang kembali dari situ,
dan akan mengakhiri dunia ini, menghakimi para penduduk-
nya, dan menerima umat-Nya yang percaya ke dalam hadirat
dan kemuliaan-Nya (Yoh. 14:3).
9. Ia dikuasai oleh suatu roh dan kecenderungan yang tidak da-
pat dipuaskan oleh dunia ini, yang melihat melampaui dunia
ini, dan senantiasa condong, berupaya, dan mendesak untuk
menggapai dunia sorgawi. Selama kita di dalam kemah ini, kita
mengeluh, sebab kita rindu mengenakan tempat kediaman
sorgawi (2Kor. 5:2). Jadi, agama Kristenlah yang memampu-
kan para penganutnya mendirikan kerajaan atas seluruh du-
nia. Wahyu Kristenlah yang merupakan sarana besar untuk
menaklukkan dunia, dan mendapatkan dunia lain yang paling
murni dan damai, terberkati dan kekal. Di sana, dalam wahyu
Kristen itu, kita melihat apa penyebab dan alasan dari perseli-
sihan dan pertikaian antara Tuhan yang kudus dan dunia yang
memberontak ini. Di sanalah kita menjumpai ajaran yang suci
(baik yang penuh dengan berbagai pemikiran maupun terap-
an), yang sangat bertentangan dengan arah, sikap, dan kecen-
derungan dunia ini. Melalui ajaran yang suci itulah ada se-
buah roh yang diberikan dan disebarkan, yang lebih unggul
dan bermusuhan dengan roh dunia ini. Di sanalah kita meli-
hat bahwa Sang Juruselamat sendiri bukanlah dari dunia ini,
bahwa kerajaan-Nya dari dulu sampai sekarang bukanlah dari
dunia ini, bahwa kerajaan-Nya harus dipisahkan dari dunia
dan dikumpulkan dari dunia bagi sorga dan bagi Tuhan . Di
sanalah kita melihat bahwa Sang Juruselamat tidak memak-
sudkan dunia ini sebagai warisan dan bagian bagi kawanan-
Nya yang diselamatkan. Sama seperti Ia sendiri naik ke sorga,
demikian pula Ia meyakinkan mereka bahwa Ia pergi untuk
menyediakan tempat bagi mereka di sana, sebab Ia bermak-
sud supaya mereka selalu diam bersama-sama dengan Dia,
dan memperbolehkan mereka untuk percaya bahwa jika di
dalam hidup ini, dan di dunia ini saja, mereka berharap pada-
Nya, maka mereka tidak akan sengsara pada akhirnya. Dalam
wahyu Kristenlah dunia yang kekal dan terberkati disingkap-
kan dan diketengahkan paling jelas untuk memenangkan
perasaan-perasaan kita, supaya kita mencintai dan mengejar-
nya. Di sanalah kita diperlengkapi dengan senjata-senjata dan
Surat 1 Yohanes 5:6-9
715
pasukan-pasukan terbaik melawan berbagai serangan dan go-
daan dunia. Di sanalah kita diajar bagaimana dunia tertikam
oleh anak panahnya sendiri, atau pasukan-pasukannya ber-
balik melawan dirinya sendiri. Dan segala pertentangan dari-
nya, perjumpaan dengannya, dan penganiayaan olehnya, men-
jadi bermanfaat bagi kita untuk menaklukkan dunia, dan
untuk bergerak dan naik ke dunia sorgawi yang lebih tinggi:
dan dalam wahyu Kristenlah kita didorong oleh seluruh pa-
sukan dan sekumpulan besar prajurit kudus, yang di berbagai
zaman, tempat, dan kedudukan telah mengalahkan dunia, dan
memenangkan mahkota. Orang Kristen yang sejatilah yang me-
rupakan pahlawan sesungguhnya, yang menaklukkan dunia
dan bersukacita dalam kemenangan atas semuanya. Tidak juga
ia (sebab dia jauh lebih unggul dari raja Yunani) bersedih kare-
na tidak ada belahan dunia lain untuk ditaklukkan. Sebaliknya,
ia menggenggam dunia hidup yang kekal, dan dalam pengertian
yang kudus menyerang kerajaan sorga juga. Siapa lagi di selu-
ruh dunia ini selain orang yang percaya kepada Yesus Kristus
yang dapat mengalahkan dunia seperti itu?
Saksi-saksi di Sorga dan di Bumi
(5:6-9)
6 Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus,
bukan saja dengan air, namun dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang
memberi kesaksian, sebab Roh yaitu kebenaran. 7 Sebab ada tiga yang
memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan keti-
ganya yaitu satu. 8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan
air dan darah dan ketiganya yaitu satu. 9 Kita menerima kesaksian manu-
sia, namun kesaksian Tuhan lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang
diberikan Tuhan tentang Anak-Nya.
Iman orang Kristen yang percaya (atau orang yang percaya kepada
Kristus) luar biasa perkasa dan berkemenangan, namun iman itu perlu
didirikan di atas dasar yang kuat, perlu diperlengkapi dengan bukti
sorgawi yang tak dapat dipertanyakan lagi tentang mandat, wewe-
nang, dan jabatan Tuhan Yesus. Dan memang demikian iman orang
percaya itu. Kristus membawa serta surat mandat-Nya bersama Dia,
dan Ia membawanya dengan cara yang melaluinya Ia datang, dan di
dalam saksi yang menyertai Dia.
716
I. Dengan jalan dan cara yang melaluinya Ia datang. Bukan sekadar
datang ke dalam dunia, melainkan melalui dan dengan jalan Ia
datang, tampil, dan bertindak sebagai Juruselamat di dunia:
Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah. Ia datang
untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, untuk memberi
kita hidup yang kekal, dan membawa kita kepada Tuhan . Supaya
Ia dapat melakukan ini dengan lebih meyakinkan lagi, Ia datang
melalui, atau dengan, air dan darah, yaitu Yesus Kristus. Yesus
Kristus, boleh saya tegaskan, berbuat demikian. Tak seorang pun
selain Dia. Dan saya tegaskan lagi, bukan saja melalui atau
dengan air, namun melalui dan dengan air dan darah (ay. 6). Yesus
Kristus datang dengan air dan darah, sebagai tulisan dan tanda
tangan dari Juruselamat dunia yang benar dan berhasil. Ia datang
dengan air dan darah sebagai sarana yang dengannya Ia akan
menyembuhkan dan menyelamatkan kita. Bahwa Dia harus dan
benar-benar datang dengan cara itu dalam tugas penyelamatan-
Nya dapat tampak dengan mengingat hal-hal ini:
1. Kita sudah najis secara lahiriah dan batiniah.
(1) Dalam batin atau secara batiniah, sebab kuasa dan kece-
maran dosa dan tercemarnya kodrat kita. Untuk dibersih-
kan dari hal ini, kita memerlukan air rohani, yaitu air yang
dapat menjangkau jiwa dan kekuatan-kekuatannya. Maka
dari itu, di dalam dan oleh Kristus Yesus ada permandian
kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh
Roh Kudus. Dan hal ini dinyatakan kepada para rasul oleh
Tuhan kita, saat Ia membasuh kaki mereka, dan berkata
kepada Petrus, yang menolak untuk dibasuh, “Jikalau Aku
tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian
dalam Aku.”
(2) Kita najis secara lahiriah, sebab kesalahan dan kuasa dosa
yang selalu menghukum diri kita sebagai orang bersalah.
Oleh sebab itu kita terpisah dari Tuhan , dan selama-lama-
nya terusir dari hadirat-Nya yang penuh rahmat, penuh
anugerah, dan membahagiakan. Dari hal ini kita harus di-
bersihkan oleh darah yang menebus kita. Sudah menjadi
hukum atau ketetapan pengadilan sorga bahwa tanpa
penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibr. 9:22). Oleh
sebab itu, Juruselamat dosa harus datang dengan darah.
Surat 1 Yohanes 5:6-9
717
2. Kedua cara pembersihan ini diwujudkan dalam tata ibadah
keupacaraan yang lama dari Tuhan . Orang dan barang harus
dimurnikan dengan air dan darah. Ada pelbagai macam pem-
basuhan, dan peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang
hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan (Ibr. 9:10).
Percikan abu lembu muda, yang dicampur dengan air, mengu-
duskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara
lahiriah (Ibr. 9:13; Bil. 19:9). Dan hampir segala sesuatu disuci-
kan menurut hukum Taurat dengan darah (Ibr. 9:22). Sama
seperti peraturan pembasuhan itu menunjukkan kepada kita
kenajisan kita yang berlipat ganda, demikian pula peraturan
pembasuhan itu menunjukkan penyucian dua kali lipat oleh
Sang Juruselamat.
3. Pada saat kematian Yesus Kristus, dengan lambung-Nya
ditikam dengan tombak seorang prajurit, dari luka-Nya segera
keluar air dan darah. Peristiwa ini disaksikan oleh rasul yang
dikasihi oleh Tuhan itu, dan ia tampak tersentuh dengan
pemandangan itu. Hanya dia sendiri yang mencatatnya, dan ia
tampak menganggap dirinya berkewajiban untuk mencatatnya,
sebagai peristiwa yang mengandung suatu misteri: Dan orang
yang melihat hal itu sendiri yang memberi kesaksian ini dan
kesaksiannya benar. Dan ia tahu, sebagai saksi mata, bahwa
ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya, supaya
kamu sungguh-sungguh percaya hal ini, bahwa dari lambung-
Nya yang ditikam segera mengalir keluar darah dan air (Yoh.
19:34-35). Nah, air dan darah ini mencakup semua hal yang
diperlukan supaya keselamatan kita benar-benar tercapai.
Dengan air, jiwa kita dibasuh dan dimurnikan bagi sorga dan
tempat kediaman orang-orang kudus di dalam terang. Dengan
darah, Tuhan dimuliakan, hukum-Nya dihormati, dan keluhur-
an-keluhuran-Nya dalam menuntut balas digambarkan dan
ditampilkan. Yang telah ditentukan Tuhan , atau dirancangkan-
Nya, atau diajukan-Nya sebagai jalan pendamaian sebab iman
dalam darah-Nya, atau pendamaian di dalam atau oleh darah-
Nya melalui iman, untuk menunjukkan keadilan-Nya, bahwa Ia
benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada
Yesus (Rm. 3:25-26). Dengan darah kita dibenarkan, diperda-
maikan, dan dibawa di hadapan Tuhan sebagai orang benar.
Dengan darah, kutuk hukum Taurat dipuaskan, dan Roh yang
718
memurnikan diperoleh untuk membasuh kodrat kita dari
dalam. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat,
supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-
bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah
dijanjikan itu (Gal. 3:13, dst.). Air, dan juga darah, keluar dari
lambung Sang Penebus yang dikorbankan. Dengan demikian
air dan darah mencakup segala sesuatu yang diperlukan un-
tuk keselamatan kita. Air dan darah akan menguduskan dan
menyucikan, untuk segala maksud yang akan ditentukan dan
dipakai Tuhan untuk mencapai tujuan keselamatan yang agung
itu. Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-
Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikan-
nya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya
dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya
dengan cemerlang (Ef. 5:25-27). Dia yang datang dengan air
dan darah yaitu Juruselamat yang tepat dan sempurna. Dan
inilah Dia yang datang dengan air dan darah, yaitu Yesus
Kristus! Demikianlah kita melihat dengan jalan dan cara apa,
atau kalau boleh dibilang, dengan alat-alat apa, Dia datang.
namun kita juga melihat surat yang menyatakan mandat-Nya,
II. Dalam saksi yang menyertai Dia, dan itu yaitu Roh ilahi, Roh
yang biasanya disebut sebagai penyempurna pekerjaan-pekerjaan
Tuhan : Dan Rohlah yang memberi kesaksian (ay. 6). Sudah sepan-
tasnya Juruselamat dunia yang membawa mandat memiliki
seorang penyokong yang senantiasa mendukung pekerjaan-Nya,
dan bersaksi tentang Dia kepada dunia. Sudah sepantasnya kua-
sa ilahi menyertai Dia, Injil-Nya, dan hamba-hamba-Nya, dan
memberitahukan kepada dunia untuk tugas dan pekerjaan apa
mereka datang, dan dengan kewenangan apa mereka diutus: hal
ini dilakukan di dalam dan oleh Roh Tuhan , sesuai nubuatan Sang
Juruselamat sendiri, “Ia akan memuliakan Aku, bahkan saat
Aku ditolak dan disalibkan oleh manusia, sebab Ia akan mem-
beritakan kepadamu apa yang diterima-Nya atau diambil-Nya dari
pada-Ku. Ia tidak akan menerima pekerjaan-Ku secara langsung.
Ia tidak akan mati dan bangkit kembali untuk kamu. namun Ia
akan menerima dibandingkan -Ku, akan melanjutkan pekerjaan di atas
dasar yang sudah Kuletakkan, akan mengangkat ketetapan-Ku,
kebenaran-Ku, dan kepentingan-Ku, dan akan lebih jauh mem-
Surat 1 Yohanes 5:6-9
719
beritakannya kepadamu, dan melalui kamu kepada dunia” (Yoh.
16:14). Dan kemudian Rasul Yohanes menambahkan pujian
untuk saksi ini atau keberterimaannya sebagai saksi: sebab Roh
yaitu kebenaran (ay. 6). Dia yaitu Roh Tuhan , dan tidak dapat
berdusta. Ada naskah yang dapat membuat kita membacanya
dengan sangat pas: sebab , atau bahwa, Kristus yaitu kebenar-
an. Dengan demikian hal itu menunjukkan pokok perkara dari
kesaksian Roh, apa yang disaksikan-Nya, dan itu yaitu kebenar-
an Kristus. Dan Rohlah yang memberi kesaksian bahwa Kristus
yaitu kebenaran, dan sebab itu Kekristenan, atau agama
Kristen, yaitu apa yang benar, kebenaran Tuhan . namun tidak
pantas jika satu atau dua naskah akan mengubah teks itu. Dan
pembacaan kita yang sekarang sudah sangat sesuai, jadi kita
mempertahankannya. Roh yaitu kebenaran. Dia memang Roh
Kebenaran (Yoh. 14:17). Bahwa Roh itu yaitu kebenaran, dan
saksi yang patut diterima sepenuhnya, tampak dalam kenyataan
bahwa Ia yaitu saksi sorgawi, atau salah satu saksi yang di
dalam dan dari sorga memberi kesaksian tentang kebenaran
dan kewenangan Kristus. Sebab (atau oleh sebab ) ada tiga yang
memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus;
dan ketiganya yaitu satu. Jadi ayat 7 sangat tepat ditempatkan
di sini, sebagai bukti dari keaslian kesaksian Roh. Ia pasti benar,
atau bahkan kebenaran itu sendiri, sebab Ia bukan hanya saksi di
sorga, melainkan juga bahkan satu (bukan hanya dalam kesaksi-
an, sebab malaikat juga bisa begitu, melainkan juga dalam keber-
adaan dan hakikat) dengan Bapa dan Firman. namun di sini,
1. Pembicaraan kita terhenti oleh perdebatan yang ada tentang
keaslian ayat 7. Ada dugaan bahwa ayat itu tidak ada
dalam banyak naskah Yunani kuno. Di sini kita tidak akan
masuk ke dalam perdebatan itu. Tampaknya para ahli tidak
sependapat tentang apa saja naskah-naskah yang memuat
ayat 7 dan apa saja yang tidak. Mereka juga tidak memberi
tahu kita secara memadai tentang integritas dan nilai dari
naskah-naskah yang mereka teliti. Sebagian naskah mungkin
memuat begitu banyak kesalahan, seperti naskah lama Kitab
Suci dalam bahasa Yunani yang saya miliki penuh dengan
begitu banyak ralat, sehingga orang berpikir tidak akan ada
ahli yang mau mencari keterangan dengan membacanya. Te-
tapi biarlah para ahli naskah yang bijak yang mengurus
720
perkara itu. Ada beberapa dugaan yang masuk akal yang
tampak mendukung teks dan pembacaan kita di sini. Seperti,
(1) Jika kita memasukkan ayat 8, di tempat ayat 7, maka itu
terlalu kelihatan seperti mengulangi apa yang sudah
dimuat dalam ayat 6: Inilah Dia yang telah datang dengan
air dan darah, bukan saja dengan air, namun dengan air dan
dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian. Dan
ada tiga yang memberi kesaksian: Roh dan air dan darah.
Susunan kalimat seperti itu tidak harus didahului oleh
yang begitu mulia untuk memperkenalkan
tiga saksi ini, seperti pembacaan kita di sini.
(2) Sebagian orang mengamati bahwa banyak naskah mem-
baca anak kalimat pada teks itu (dalam ay. 8 – pen.), di
atas bumi: Ada tiga yang memberi kesaksian di atas bumi.
Nah, ini tampak memperlihatkan suatu pertentangan de-
ngan seorang saksi atau beberapa saksi di tempat lain, dan
oleh sebab itu kita diberi tahu, oleh orang-orang yang me-
nentang teks itu, bahwa anak kalimat ini seharusnya
dihilangkan dalam kebanyakan kitab yang tidak memuat
ayat 7. namun untuk alasan yang sama, itu juga harus
dihilangkan dalam semua kitab. Ambil contoh ayat 6, Inilah
Dia yang telah datang dengan air dan darah. Dan Rohlah
yang memberi kesaksian, sebab Roh yaitu kebenaran.
Sekarang tidak dapat ditambahkan dengan wajar dan pan-
tas, sebab ada tiga yang memberi kesaksian di bumi, ke-
cuali kita menganggap bahwa Rasul Yohanes ingin mem-
beri tahu kita bahwa semua saksi yaitu sama seperti sak-
si-saksi yang ada di bumi, padahal ia ingin meyakinkan
kita bahwa ada satu saksi yang benar tanpa bisa keliru,
atau bahkan saksi itu yaitu kebenaran itu sendiri.
(3) Diamati juga bahwa ada berbagai macam pembacaan bah-
kan dalam teks Yunani, seperti dalam ayat 7. Beberapa
naskah membacanya hen eisi – yaitu satu. Sebagian yang
lain (setidaknya Alkitab Complutensia [Alkitab yang berisi
Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, Septuaginta, dan
Targum – pen.]) membacanya eis to hen eisin – menjadi
satu, atau sepakat di dalam satu. Dan dalam ayat 8 (dalam
bagian yang dianggap harus dimasukkan), bukannya ter-
tulis en tē gē – di dalam bumi (yang umum digunakan),
Surat 1 Yohanes 5:6-9
721
Alkitab Complutensia memakai epi tēs gēs – di atas bumi,
yang tampak menunjukkan bahwa terbitan itu bergantung
pada suatu teks Yunani yang memiliki wewenang atau pe-
ngaruh, dan bukan hanya, seperti yang diinginkan sebagi-
an orang supaya kita percaya, pada kewenangan teks Latin
kasar atau Thomas Aquinas, meskipun kesaksian Thomas
Aquinas dapat ditambahkan ke situ.
(4) Ayat ketujuh sangat selaras dengan gaya bahasa dan ajar-
an iman rasul kita, seperti,
[1] Ia senang dengan gelar Bapa, entah dengannya ia me-
nyiratkan Tuhan saja, atau pribadi ilahi yang dibedakan
dari Sang Anak. Aku dan Bapa yaitu satu. Namun Aku
tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Aku akan
minta kepada Bapa, dan Ia akan memberi kepadamu
seorang Penolong yang lain. Jikalau orang mengasihi
dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang
itu. Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari
Tuhan Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa (2Yoh.
1:3). Lalu,
[2] Nama Firman diketahui sangat khas (kalau bukan ha-
nya) digunakan rasul ini. Seandainya teks itu dibuat
oleh orang lain, akan lebih mudah dan jelas, berdasar-
kan rumusan baptisan, dan bahasa jemaat secara
umum, untuk menggunakan nama Anak, dan bukan
Firman. Seperti yang sudah diamati, Tertullian dan
Siprianus menggunakan nama itu, bahkan saat mereka
merujuk pada ayat ini. Atau diajukan sebagai keberatan
bahwa mereka tidak merujuk pada ayat ini, sebab mere-
ka berbicara tentang Anak, bukan Firman. Namun ung-
kapan Siprianus tampak sangat jelas melalui kutipan
dari Facundus sendiri. Quod Johannis apostoli testi-
monium beatus Cyprianus, Carthaginensis antistes et
martyr, in epistolâ sive libro, quem de Trinitate scripsit,
de Patre, Filio, et Spiritu sancto dictum intelligit; ait enim,
Dicit Dominus, Ego et Pater unum sumus; et iterum de
Patre, Filio, et Spiritu sancto scriptum est, Et hi tres unum
sunt. – Siprianus yang terberkati, uskup dan martir dari
Kartago, dalam surat atau kitab yang ditulisnya
mengenai Tritunggal, memberi perhatian pada kesaksian
722
Rasul Yohanes yang berkaitan dengan Bapa, Anak, dan
Roh Kudus. Sebab katanya, Tuhan berkata, Aku dan
Bapa yaitu satu. Dan lagi, tentang Bapa, Anak, dan
Roh Kudus ada tertulis, dan ketiganya yaitu satu. Nah,
tidak ada tertulis di tempat lain bahwa ketiganya yaitu
satu, selain dalam ayat 7. Maka besar kemungkinan
bahwa Siprianus, entah dengan mengandalkan ingatan-
nya, atau lebih tepatnya ingin membicarakan perkara
dibandingkan kata-kata, orang dibandingkan nama, atau me-
manggil orang dengan nama yang lebih biasa dipakai di
dalam jemaat (baik dalam pembicaraan umum maupun
dalam perdebatan), menyebut Pribadi yang kedua de-
ngan nama Anak, dan bukan Firman. Kalau ada orang
yang bisa menerima khayalan Facundus ini, bahwa apa
yang dimaksudkan Siprianus dengan Roh, air, dan
darah yaitu memang Bapa, Firman, dan Roh, yang
dikatakan Yohanes sebagai satu, sebaiknya ia menik-
mati sendiri pendapatnya itu. Sebab, pertama, ia harus
menganggap bahwa Siprianus tidak hanya mengubah
semua nama, namun juga urutan yang diberikan Rasul
Yohanes. Sebab darah (Anak), yang ditempatkan di
urutan kedua oleh Siprianus, ditempatkan terakhir oleh
Rasul Yohanes. Dan, kedua, ia harus menganggap
bahwa Siprianus berpikir bahwa apa yang dimaksudkan
Rasul Yohanes dengan darah yang keluar dari lambung
Sang Anak yaitu Anak sendiri, yang dapat juga dilam-
bangkan dengan air – bahwa yang dimaksudkan Rasul
Yohanes dengan air, yang juga keluar dari lambung
Sang Anak, yaitu Pribadi Roh Kudus – bahwa apa
yang dimaksudkan Rasul Yohanes dengan Roh, yang
dalam ayat 6 dikatakan sebagai kebenaran, dan di
dalam Injil disebut sebagai Roh Kebenaran, yaitu Pri-
badi Bapa, meskipun Dia tidak pernah disebut demi-
kian di tempat-tempat lain saat disebutkan bersama-
sama dengan Anak dan Roh Kudus. Kita menuntut
adanya bukti yang baik bahwa sang bapa gereja dari