a masing-masing dari mereka, bahkan yang
paling hina sekalipun, dengan perasaan yang sama senangnya
seperti dulu Ia berkata kepada ribuan orang Israel, umat-Ku engkau.
Ia mengundang serta mendorong masing-masing dari mereka untuk
berkata, Engkau yaitu Tuhan ku, dan untuk bersorak penuh
kemenangan di dalamnya, seperti yang dilakukan oleh Musa dan
seluruh Israel. Ia Tuhan ku, dan Tuhan bapaku (Kel. 15:2).
PASAL 3
elalui Nabi Hosea, Tuhan masih terus menanamkan ajaran yang sama pada
umat yang tak peduli ini, dan dengan cara yang hampir sama seperti
sebelumnya, yaitu melalui perlambang atau tanda, berupa perlakuan seorang
suami terhadap istrinya yang berzinah. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Tabiat buruk yang sekarang dimiliki bangsa Israel. Seperti yang
dikatakan tentang warga Atena (Kis. 17:16), Israel pun “penuh dengan
patung-patung berhala” (ay. 1).
II. Keadaan terpuruk yang akan dialami bangsa Israel sebab pem-
buangan mereka, dan akibat-akibat lain dari perseteruan Tuhan dengan
mereka (ay. 2-4).
III. Reformasi yang penuh berkat yang pada akhirnya akan dikerjakan
dalam diri mereka pada hari-hari terakhir (ay. 5).
Israel Menyembah Berhala; Teguran Keras Nabi Hosea;
Janji bagi yang Bertobat
(3:1-5)
1 Berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Pergilah lagi, cintailah wanita yang suka
bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka
berpaling kepada Tuhan -Tuhan lain dan menyukai kue kismis.” 2 Lalu aku membeli dia
bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai. 3 Aku
berkata kepadanya: “Lama engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal dan
dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh
dengan engkau.” 4 Sebab lama orang Israel akan diam dengan tidak ada raja, tiada
pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala dan tiada efod dan terafim. 5 Sesudah itu
orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Tuhan mereka, dan Daud, raja
mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya
pada hari-hari yang terakhir.
Sebagian penafsir beranggapan bahwa pasal ini merujuk pada kerajaan Yehuda
yang terdiri dari dua suku, sama seperti wanita sundal yang dikawini Nabi
Hosea (1:3) menggambarkan sepuluh suku Israel. Sebab wanita ini tidak
boleh diceraikan, tidak seperti kesepuluh suku, namun harus ditinggalkan sendiri
untuk waktu yang lama hingga akhirnya kembali, sebagaimana yang dilakukan
kedua suku. Namun, orang-orang ini disebut orang Israel, yaitu kesepuluh suku.
Jadi, lebih besar kemungkinannya bahwa merekalah yang dimaksud dalam
perumpamaan ini, seperti juga dalam perumpamaan sebelumnya. Pergilah,
firman Tuhan kepada Nabi Hosea, dan lakukanlah sekali lagi. Pergilah lagi.
Perhatikanlah, untuk menyadarkan orang berdosa dan merendahkan hati
mereka, harus diberikan petunjuk demi petunjuk, dan nasihat demi nasihat. Jika
mereka tidak mau mempercayai tanda yang satu, maka cobalah tanda yang lain
(Kel. 4:8-9). Nah,
I. Dalam perumpamaan ini, kita dapat mencermati,
1. Kebaikan Tuhan dan kejahatan Israel yang secara mengherankan
dijadikan pembanding satu sama lain (ay. 1). Israel ibarat wanita
yang dikasihi temannya (ay. 1, KJV), yaitu entah orang yang telah
menikahinya atau orang yang hanya merayunya, namun ia suka bersundal
dan berzinah. Seperti itulah perkara antara Tuhan dan Israel. saat dua
anak manusia saling mencintai, orang menyebut cinta mereka tidak
bertepuk sebelah tangan. Namun, di sini kita mendapati kasih yang
begitu besar bahkan dari Tuhan sendiri tersia-siakan dan terbuang per-
cuma pada umat yang tidak layak dan tidak tahu berterima kasih. Tuhan
Israel menyimpan kasih yang sangat besar bagi orang Israel, meskipun
mereka yaitu angkatan yang jahat dan tidak setia. Tertegunlah atas hal
itu, hai langit, dan terheran-heranlah, hai bumi!
(1) Bahwa kebaikan Tuhan tidak juga menghentikan kejahatan mereka.
Tuhan mengasihi Israel, berbaik hati kepada mereka, dan senantiasa
menunjukkan kebaikan kepada mereka. Mereka mengetahuinya,
mereka tidak bisa tidak pasti mengakuinya, bahwa Dia telah menjadi
sahabat sekaligus Bapa bagi mereka. Namun demikian, mereka
berpaling kepada Tuhan -Tuhan lain, Tuhan -Tuhan yang dapat mereka lihat,
dan yang menimbulkan cinta dalam diri mereka melalui pandangan
mata. Mereka memandang Tuhan -Tuhan itu dengan penuh pemujaan.
Mereka mempersembahkan seluruh bakti kepada Tuhan -Tuhan
ini , dan dengan penuh kebergantungan. Mereka mengharapkan
segala penghiburan dari Tuhan -Tuhan itu. Mereka memang dilarang
bersujud kepada para berhala, namun mereka menatap berhala-ber-
hala itu dengan pandangan yang penuh cinta, dan mata mereka
penuh nafsu zinah rohani itu. Bangsa Israel juga menyukai kue kismis
(KJV: guci-guci anggur). Mereka turut bergabung dengan para
penyembah berhala sebab mereka bisa bersenang-senang dan
minum-minum. Mereka menyukai Tuhan -Tuhan lain demi anggur baik
yang berlimpah, yang dengannya mereka terkadang dijamu di kuil-
kuil berhala. Penyembahan berhala dan percabulan biasanya ber-
jalan beriringan. Barang siapa mendewakan perutnya, seperti para
pemabuk, akan dengan mudah dibuat mendewakan hal-hal lain.
Imam-imam Tuhan dilarang minum anggur saat mereka sedang
bertugas, dan orang-orang nazir-Nya bahkan tidak boleh minum
anggur sama sekali. namun , para penyembah Tuhan -Tuhan lain
minum anggur dari bokor. Bahkan, yang kurang dari guci-guci anggur
tidak dapat memuaskan mereka.
(2) Bahwa kejahatan mereka tidak menghentikan aliran perkenanan
Tuhan terhadap mereka. Sungguh, inilah keajaiban belas kasihan,
bahwa Israel dicintai oleh temannya seperti itu, walaupun ia suka
bersundal dan berzinah. Seperti itulah TUHAN mencintai orang Israel.
“Pergilah,” firman Tuhan , “cintailah wanita macam itu. Lihatlah
apakah hatimu sanggup melakukannya. Tidak, engkau tidak sanggup,
hati lelaki tidak akan mau mencintai seperti itu. Namun, demikianlah
Aku mencintai orang Israel. Ini yaitu cinta kepada orang yang tidak
punya cinta, kepada orang yang tidak patut dicintai, dan kepada
orang yang telah beribu-ribu kali kehilangan cinta akibat perbuatan
mereka sendiri.” Perhatikanlah, dalam kehendak baik Tuhan terhadap
orang-orang berdosa yang malang, rancangan dan jalan-Nya secara
tak terhingga jauh melampaui rancangan dan jalan kita, dan cinta-
Nya lebih merendah dan berbelas kasihan dibandingkan cinta kita,
sebesar apa pun cinta kita itu. Dalam hal ini, seperti juga dalam hal-
hal lain, Dia itu Tuhan dan bukan manusia (11:9).
2. Cara yang ditemukan untuk mempersatukan kembali Tuhan yang begitu
baik dengan umat yang begitu jahat. Inilah hal yang dituju, dan apa yang
dituju Tuhan pasti akan dicapai-Nya. Dan yang sangat mengejutkan bagi
kita, kita mendapati bahwa jurang pemisah yang seluas samudra itu
dapat direkatkan kembali secara sempurna. Mujizat tidaklah berhenti
selama belas kasihan ilahi tidak berhenti. Cermatilah di sini,
(1) Cara yang diambil Tuhan untuk merendahkan umat-Nya dan
membuat mereka mengenal diri mereka sendiri (ay. 2): Aku membeli
dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah
homer jelai. Artinya, aku membujuknya untuk berdamai, untuk
meninggalkan jalannya yang jahat, dan kembali kepada suaminya
yang pertama seperti dalam pasal 2:13. Aku membujuk dia, dan
berbicara menenangkan hatinya. Sama seperti seorang Lewi yang per-
gi menyusul gundiknya yang telah berlaku serong terhadap dia, dan
kabur dengan lelaki lain, lalu membujuk wanita itu (Hak. 19:3,
KJV). namun di sini hadiah yang dibawa sang nabi untuk mengambil
hati wanita itu terlihat sangat kecil nilainya. Namun, memang hanya
itulah yang disediakan untuk membiayai hidupnya secara terpisah.
Dalam hal ini uang belanjanya dipangkas, dan untuk menghukum dia
sebab keangkuhannya, ia dibuat tampak sangat hina. saat Simson
hendak berdamai dengan istri yang telah mengkhianatinya, ia
mengunjungi isterinya, dengan membawa seekor anak kambing (Hak.
15:1), suatu persembahan yang bernilai. Namun, sang nabi di sini
mengunjungi istrinya dengan lima belas syikal perak, jumlah yang
kecil, dan sekalipun demikian wanita itu harus mencukupkan diri
dengan jumlah sekian untuk waktu yang lama, begitu lama sampai
suaminya berkenan mengembalikan dia pada harta miliknya yang
semula. Ia juga akan mendapat satu setengah homer jelai untuk
membuat roti. Hanya itulah yang boleh diharapkannya sampai ia
cukup rendah hati dan, dengan diuji oleh waktu, memberi bukti
yang memuaskan bahwa ia benar-benar sudah berubah. Hendaklah
wanita itu sadar bahwa suaminya membujuk dia bukan sebab
dia layak. Sebab sedikit saja nilai yang diberikan suaminya untuk
menghargai dia. Harga seorang budak yaitu tiga puluh syikal (Kel.
21:32), sedangkan yang diberikan Hosea hanya setengahnya. Namun,
hendaknya wanita itu sadar bahwa nilai itu pun masih terlalu
tinggi baginya. Tuhan pernah menebus Israel dengan Mesir, begitu
berharganya mereka dalam pandangan-Nya pada waktu itu, dan
begitu terhormat (Yes. 43:3-4). Namun, sebab sekarang mereka
telah berzinah dari-Nya, maka Dia hanya akan memberi lima
belas syikal perak sebagai nilai tukar mereka. Betapa nilai mereka
banyak berkurang sebab kejahatan mereka. Perhatikanlah, saat
Tuhan merancangkan kehormatan dan penghiburan bagi manusia, Ia
mula-mula menyadarkan mereka akan ketidaklayakan mereka
sendiri, dan membuat mereka mengakui, bersama si anak hilang, aku
tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Dahulu pernah Israel
dikenyangkan dengan gandum yang terbaik, namun mereka berlaku
serong, dan menyukai guci-guci anggur. Oleh sebab itu, untuk
merendahkan dan mengecilkan diri mereka, mereka harus dibawa ke
negeri pembuangan dan makan roti jelai di sana. Mereka harus
bersyukur bisa mendapatkannya dan harus memakannya dengan
penuh perhitungan, padahal mereka tidak terbiasa berhemat-hemat.
Perhatikanlah, kemiskinan dan kehinaan terkadang terbukti menjadi
cara yang membahagiakan untuk membuat pendosa besar benar-
benar bertobat.
(2) Syarat-syarat baru yang dengannya Tuhan bersedia menerima mereka
(ay. 3): “Lama engkau harus diam padaku dengan tidak menjadi
kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh
dengan engkau.” Ia bisa saja dengan adil memberi mereka surat
cerai, dan menetapkan hati untuk tidak mau lagi berurusan dengan
mereka. namun , Dia bersedia menunjukkan kebaikan kepada
mereka dan menyelesaikan perkara itu dengan damai. Ia tidak mem-
perlakukan mereka dengan keadilan yang keras, berdasar hukum
yang ketat, melainkan menurut kasih setia-Nya yang besar. Hal ini
menggambarkan tindakan Tuhan yang penuh rahmat dalam
menghadapi umat manusia yang murtad, yang telah berlaku serong
dari-Nya. Dia sungguh-sungguh menebus mereka dengan harga yang
tidak ternilai, bukan demi kehormatan mereka, melainkan demi
kehormatan keadilan-Nya sendiri. Dan sekarang inilah tawaran yang
diberikan-Nya kepada umat manusia, kovenan anugerah yang
bersedia diikat-Nya dengan mereka. Mereka harus menjadi umat
bagi-Nya, dan Dia akan menjadi Tuhan bagi mereka, tawaran yang
sama dengan yang diberikan kepada Israel di sini.
[1] Mereka harus menanggung sendiri aib dari kemurtadan mereka
terhadap-Nya, harus tunduk dan menerima hukuman atas
pelanggaran mereka. Lama engkau harus diam padaku dalam
kesendirian dan kesunyian, layaknya janda yang ditinggalkan dan
berduka. Mereka harus menanggalkan perhiasan-perhiasan
mereka, dan menanti dengan sabar dan pasrah untuk
mengetahui apa yang hendak diperbuat Tuhan terhadap mereka,
dan apakah Dia akan berkenan menerima kembali orang-orang
celaka yang tidak layak seperti itu, seperti yang telah mereka
perbuat sebelumnya (Kel. 33:4-5). Bapa mereka, suami mereka,
telah meludahi muka mereka (seperti yang difirmankan Tuhan
tentang Miryam), telah menempatkan mereka di bawah tanda-
tanda murka-Nya. Oleh sebab itu, seperti Miryam, mereka juga
harus mendapat malu selama tujuh hari dan dikucilkan ke luar
tempat perkemahan (Bil. 12:14), sampai hati mereka yang tidak
bersunat itu telah tunduk (Im. 26:41). Biarlah mereka duduk
sendirian dan berdiam diri menantikan pertolongan TUHAN, dan
sementara itu biarlah mereka memikul kuk ini (Rat. 3:26-
28). Janganlah mereka berharap bahwa Tuhan akan segera
kembali berbelaskasihan kepada mereka. Tidak, biarlah mereka
hidup tanpa belas kasihan itu, biarlah mereka mendambakannya
untuk waktu yang lama, sepanjang masa pembuangan mereka,
sehingga saat belas kasihan itu datang pada akhirnya, mereka
akan menganggapnya sebagai mujizat belas kasihan yang sangat
layak dinantikan. Perhatikanlah, jika Tuhan merencanakan
belas kasihan atas seseorang, Ia akan terlebih dahulu
merendahkan orang itu dan membuatnya menilai tinggi segala
perkenanan-Nya.
[2] Mereka sama sekali tidak boleh kembali kepada kebodohan.
Itulah syaratnya Tuhan akan berbicara tentang damai kepada
umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya (Mzm.
85:9), dan bukan dengan syarat lain. “Engkau harus diam padaku
dengan tidak bersundal. Engkau tidak boleh menyembah berhala-
berhala di negeri pembuangan, selama engkau berada di sana
untuk dijauhkan sebab kenajisan.” Perhatikanlah, tidaklah
cukup hanya menanggung aib atas dosa-dosa yang telah kita
perbuat dan membenarkan tindakan Tuhan dalam menghajar kita
sebab dosa-dosa itu. Lebih dari itu, kita juga harus bertekad,
dengan kekuatan anugerah Tuhan , untuk tidak melakukan
pelanggaran lagi, untuk tidak lagi bersundal dari Tuhan dengan
mengikuti dunia dan kedagingan. Terpujilah Tuhan , sekalipun hu-
kum kovenan menyatakan bahwa kita tidak boleh berbuat salah
dalam hal apa pun, namun itu bukanlah syarat dari kovenan itu:
“namun engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal.
Engkau tidak boleh berbakti kepada Tuhan -Tuhan lain, tidak
menjadi kepunyaan seorang laki-laki.” Di negeri pembuangan,
mereka akan dibujuk menyembah berhala-berhala bangsa itu.
Hal itu akan menjadi ujian bagi mereka, ujian yang lama, ber-
tahun-tahun. “namun , jika engkau tetap bertahan dan
berpegang teguh pada kelurusan hatimu, jika, jika segala hal
ini berlaku atasmu, engkau tidak menadahkan tanganmu kepada
Tuhan lain, maka engkau akan dilayakkan untuk menerima
kembalinya perkenanan-perkenanan Tuhan .” Perhatikanlah,
jika kita dijaga oleh anugerah Tuhan untuk tidak kalah oleh
pencobaan-pencobaan di tengah penderitaan, maka itulah tanda
yang pasti bahwa penderitaan kita merupakan sarana untuk
mendatangkan kebaikan yang besar bagi kita, dan pertanda akan
kebaikan yang lebih banyak lagi.
[3] Dengan syarat-syarat ini, Pencipta mereka akan kembali menjadi
suami mereka: Maka aku pun akan demikian bagimu (ay. 3, KJV).
Inilah kovenan antara Tuhan dengan orang-orang berdosa yang
bertobat, bahwa, jika mereka mau menyerahkan diri kepada-Nya
untuk melayani Dia, maka Dia akan memberi diri bagi mereka
untuk menyelamatkan mereka. Hendaklah mereka menolak dan
menyingkirkan segala sesuatu yang bersaing dengan Tuhan untuk
menduduki takhta di dalam hati mereka, dan membaktikan diri
sepenuhnya kepada Dia, dan hanya kepada Dia, maka Dia akan
menjadi Tuhan yang maha mencukupi bagi mereka. Bila kita setia
kepada Tuhan dan siap sedia dalam menjalankan kewajiban, dan
tidak pernah meninggalkan ataupun mengabaikan-Nya, maka Dia
pun akan berlaku demikian kepada kita di jalan belas kasih, dan
tidak akan meninggalkan ataupun mengabaikan kita. Tiada
tawaran yang lebih baik dibandingkan ini.
II. Dalam dua ayat terakhir, kita mendapati arti dari perumpamaan ini
dan penerapannya bagi Israel.
1. Mereka harus lama tinggal sebagai janda, dilucuti dari segala sukacita
dan kehormatan mereka (Rat. 4:1-2). Orang Israel akan diam dengan
tidak ada raja, tiada pemimpin. Dan suatu bangsa dalam keadaan seperti
itu memang sepantasnya disebut sebagai janda. Mereka tidak mendapat
berkat berupa
(1) Pemerintahan atas rakyat: Mereka akan diam dengan tidak ada raja,
tiada pemimpin dari bangsa mereka sendiri. Ada para raja dan
pemimpin yang berkuasa atas mereka untuk menindas dan
memerintah dengan tangan besi, namun pada mereka tiada raja atau
pemimpin untuk melindungi mereka, untuk memimpin pertempuran
bagi mereka, untuk menegakkan keadilan atas mereka, dan untuk
memelihara keamanan dan kesejahteraan mereka bersama. Perhati-
kanlah, lembaga peradilan merupakan berkat yang sangat besar bagi
suatu bangsa, dan sungguh penghakiman yang pedih dan
menyakitkan jika lembaga itu tidak ada.
(2) Ibadah berjamaah: Orang Israel akan diam dengan tiada korban,
tiada tugu berhala atau patung, atau tiang. Kata “tugu” yang dipakai
itu mengacu pada tugu-tugu yang didirikan Yakub, (Kej. 28:18;
31:45; 35:20), dan tiada efod dan terafim. sebab di sini terafim
disebutkan bersama-sama dengan efod, sebagian penafsir
berpendapat bahwa yang dimaksud yaitu urim dan tumim pada
tutup dada pakaian imam besar. Artinya yaitu bahwa selama di
dalam pembuangan, orang-orang Israel bukan hanya tidak akan
memperlihatkan rupa sebagai suatu bangsa, namun juga tidak akan
memperlihatkan rupa sebagai suatu jemaah. Menurut seorang pakar
Alkitab, mereka tidak akan mendapat kebebasan untuk menganut
agama atau menjalankan ibadah-ibadah agama di depan umum,
sesuai pilihan mereka sendiri, entah benar ataupun salah. Mereka
akan diam dengan tiada korban atau mezbah (demikian dalam kitab
Septuaginta). Jadi, sebab tidak ada mezbah, maka tidak ada korban.
Mereka akan diam dengan tiada efod dan terafim, tiada imamat yang
sah, tiada cara untuk mengetahui kehendak Tuhan , dan tiada
penasihat yang bisa dimintai petunjuk mengenai perkara-perkara
yang meragukan. Semuanya akan tinggal dalam kegelapan.
Perhatikanlah, sungguh menyedihkan keadan orang-orang yang
kehilangan segala kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan di
depan umum. Seperti itulah keadaan orang Yahudi dalam
pembuangan. Dan keadaan orang-orang Yahudi yang tersebar pada
saat ini juga sedemikian rupa hingga, meskipun mereka memiliki
sinagoge, tidak ada ibadah di bait suci. Sungguh hampa keadaan
orang-orang yang dijauhkan dari persekutuan dengan Tuhan , yang
tidak memiliki kesempatan untuk menghunjukkan permohonan-
permohonan mereka melalui korban dan mezbah, dan menerima pe-
tunjuk dari-Nya melalui efod dan terafim.
2. Pada akhirnya, orang Israel akan diterima kembali sebagai istri (ay. 5):
Sesudah itu, seiring berjalannya waktu, jsesudah mereka melewati hajaran
ini, orang Israel akan berbalik. Artinya, mereka akan bertobat dari
penyembahan berhala dan meninggalkannya. Mereka akan datang kepada
Tuhan dan berpaut kepada-Nya, dan dengan berbuat demikian mereka akan
diterima oleh-Nya. Ada dua hal yang dijanjikan di sini sebagai wujud perto-
batan mereka, dan langkah-langkah menuju diterimanya mereka oleh
Tuhan saat mereka berbalik:
(1) Pencarian mereka akan Tuhan : Mereka akan mencari TUHAN, Tuhan
mereka, dan Daud, raja mereka. Perhatikanlah, barang siapa ingin
menemukan Tuhan dan mendapat perkenanan-Nya harus mencari
Dia, harus menanyakan Dia, mendambakan pengenalan akan Dia,
rindu untuk diperdamaikan dengan-Nya, mengarahkan cinta mereka
kepada-Nya, dan bersungguh-sungguh melakukan semua itu agar
diterima oleh-Nya. Pencarian mereka akan Tuhan itu menyiratkan
bahwa mereka telah kehilangan Dia, bahwa mereka sedang meratapi
kehilangan yang mereka alami, dan bahwa mereka ingin sekali
mendapatkan kembali apa yang telah hilang dari mereka. Mereka
akan mencari Dia sebagai Tuhan mereka, sebab bukankah suatu
bangsa patut meminta petunjuk kepada Tuhan nya? Mereka juga akan
mencari Daud, raja mereka, yang tidak lain yaitu Mesias, Tuhan kita
Yesus Kristus, Anak Daud, tunas dan keturunan Daud, yang oleh Daud
sendiri disebut tuannya (Mzm. 110:1), dan yang kepada-Nya Tuhan
mengaruniakan takhta Daud, bapa leluhur-Nya (Luk. 1:32). Alkitab
bahasa Aram menafsirkannya demikian, “Mereka akan rindu untuk
mengabdi kepada Tuhan, Tuhan mereka, dan akan menaati Mesias,
Anak Daud raja mereka.” Bandingkan ini dengan Yeremia 30:9, Ye-
hezkiel 34:23, 37:25. Perhatikanlah, barang siapa hendak mencari
Tuhan sampai menemukan-Nya, haruslah datang kepada Yesus
Kristus, dan harus mencari Dia sebagai Raja mereka, harus menjadi
umat-Nya yang merelakan diri dan bersumpah setia kepada-Nya.
(2) Penghormatan yang akan mereka berikan kepada Tuhan : Mereka akan
datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya.
Kata “kebaikan-Nya” ini dipahami oleh sebagian penafsir sebagai Bait
Suci, yang akan menjadi kiblat mereka dalam menyembah Tuhan .
Orang Yahudi mengatakan bahwa ada tiga hal yang dibuang oleh
Israel pada zaman Rehabeam, yakni kerajaan sorga, keluarga Daud,
dan Bait Suci. Dan keadaan mereka tidak akan pernah baik-baik saja
sebelum mereka bertobat dan mencari ketiga hal itu, seperti yang
dijanjikan dalam ayat ini. Mereka akan mencari kerajaan sorga pada
Tuhan, Tuhan mereka, keluarga kerajaan pada Daud, raja mereka, dan
Bait Suci pada kebaikan Tuhan. Sebagian penafsir lain memaknai
kata “kebaikan-Nya” sebagai Kristus, sama dengan Daud, raja
mereka. namun , kata “kebaikan” ini lebih tepat dipahami sebagai
sifat Tuhan yang ditunjukkan-Nya sebagai kemuliaan-Nya, dan yang
dengannya Ia menyatakan nama-Nya. Perhatikanlah, bukan hanya
Tuhan dan kebesaran-Nya yang harus kita takuti, melainkan juga
Tuhan dan kebaikan-Nya, bukan hanya keagungan-Nya, melainkan
juga kemurahan-Nya. Mereka akan berlari sebab takut kepada
Tuhan dan kebaikan-Nya (demikian sebagian penafsir mema-
haminya), akan berlari menghampiri kebaikan-Nya sebagai kota
perlindungan mereka. Kita harus takut akan kebaikan Tuhan , artinya
kita harus mengaguminya, takjub terhadapnya, harus memujanya,
dan sujud menyembah seperti yang dilakukan Musa saat nama Tuhan
ini diserukan (Kel. 34:6). Kita harus takut melanggar kebaikan-Nya,
takut bersikap tidak tahu berterima kasih atas kebaikan itu, dan
dengan demikian kehilangan kebaikan ini . Pada-Mu ada
pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang (Mzm. 130:4). Kita
harus bersukaria dengan gemetar dalam kebaikan Tuhan , tidak boleh
sombong, namun takutlah! Sekarang, janji ini telah tergenapi saat
sejumlah besar orang, baik itu orang Yahudi maupun orang bukan
Yahudi, dibawa kembali kepada Tuhan melalui Injil Kristus dan diper-
satukan di dalam jemaat Perjanjian Baru. Mereka semua melayani
Tuhan di dalam Kristus dengan rasa takut, layaknya seorang anak,
akan anugerah ilahi, dan diterima oleh Tuhan sebagai Israel milik-Nya.
Sebagian penafsir berpendapat bahwa janji ini masih akan digenapi
lebih jauh dengan bertobatnya orang-orang Yahudi yang kini masih
belum percaya kepada Kristus, saat mereka kelak mencari Mesias
sebagai raja mereka. Dan oleh Dia seluruh Israel akan diselamatkan,
saat jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.
Dahulu mereka pernah berupaya menghukum mati Dia, sembari
berkata, “Kami tidak memiliki raja selain dari pada Kaisar!”
Namun, akan tiba waktunya mereka mencari Dia untuk mengangkat
dia sebagai pemimpin mereka, dan menundukkan diri di bawah kuk-
Nya. Dia yang di sini telah berjanji bahwa mereka akan melakukan
itu, pasti akan memampukan mereka untuk melakukannya. Dia akan
mewujudkan perkara besar itu dengan cara dan waktu-Nya sendiri,
pada hari-hari yang terakhir di zaman akhir, yaitu zaman Mesias.
Namun, sayang sekali! Siapa yang akan hidup saat Tuhan melakukan
semuanya ini? Saya tidak bisa mengatakan berapa lama kita harus
menantikan pertobatan bangsa Israel secara keseluruhan, namun saya
yakin bahwa kita harus berdoa agar orang Yahudi bertobat.
PASAL 4
abi diutus untuk menjadi penegur, untuk memberi tahu umat akan
kesalahan-kesalahan mereka, dan untuk memperingatkan mereka akan
penghakiman-penghakiman Tuhan , yang rentan menimpa mereka sebab dosa.
Untuk itulah Nabi Hosea dipakai dalam pasal ini dan pasal-pasal berikutnya.
Hosea di sini, sebagai pengacara bagi Raja segala raja, memulai dakwaan
terhadap umat Israel, dan berusaha meyakinkan mereka akan dosa, dan akan
kesengsaraan serta bahaya yang diakibatkan oleh dosa, supaya dia dapat
membuat mereka bertobat dan berubah.
I. Hosea menunjukkan kepada mereka apa alasan Tuhan beperkara
dengan mereka, yaitu sebab merajalelanya kekejian dan kecemaran
(ay. 1-2), sebab umat tidak mengenal Tuhan dan melupakan-Nya (ay. 6-
7), sebab para imam berpikiran duniawi (ay. 8), sebab kemabukan
dan kenajisan (ay. 11), penggunaan tenung dan sihir (ay. 12),
persembahan korban di atas bukit-bukit (ay. 13), persundalan (ay. 14,
18), dan suap di antara para pemimpin (ay. 18).
II. Hosea memperlihatkan kepada mereka apa yang akan menjadi
dampak-dampak dari perseteruan mereka dengan Tuhan . Tuhan akan
menghukum mereka atas hal-hal ini (ay. 9). Seluruh negeri itu akan
menjadi reruntuhan (ay. 3), banyak orang dari segala kalangan akan
dibinasakan (ay. 5), kemuliaan mereka akan hilang (ay. 7),
penghiburan-penghiburan yang mereka nikmati dari makhluk ciptaan
tidak akan memberi kepuasan (ay. 10), dan mereka sendiri akan
dipermalukan (ay. 19). Dan, yang disebutkan beberapa kali di sini
sebagai hukuman paling pedih di antara semua hukuman yang lain,
mereka akan dibiarkan dalam dosa-dosa mereka (ay. 17), mereka tidak
akan menegur satu sama lain (ay. 4), Tuhan tidak akan menghukum
mereka (ay. 14), bahkan, Ia akan membiarkan mereka hidup makmur
(ay. 16).
III. Hosea memperingatkan Yehuda agar tidak mengikuti jejak langkah
orang Israel, sebab orang Yehuda melihat langkah-langkah orang Israel
turun menuju neraka (ay. 15).
Keberdosaan Orang Israel
(4:1-5)
1 Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN memiliki perkara dengan
penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada
pengenalan akan Tuhan di negeri ini. 2 Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri,
berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah. 3
Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduknya akan merana; juga
binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan
mati lenyap. 4 Hanya janganlah ada orang mengadu, dan janganlah ada orang menegor,
sebab terhadap engkaulah pengaduan-Ku itu, hai imam! 5 Engkau akan tergelincir jatuh
pada siang hari, juga nabi akan tergelincir jatuh bersama-sama engkau pada malam hari;
dan Aku akan membinasakan ibumu.
Dalam perikop ini,
I. Sidang digelar, dan para hadirin diminta memberi perhatian: “Dengarlah
firman TUHAN, hai orang Israel, sebab kepadamulah pernyataan bersalah ini
ditujukan, entah engkau mau mendengarkan atau tidak.” Siapa lagi yang
dapat diharapkan Tuhan untuk mendengar-Nya dengan baik, dan menerima
peringatan yang tegas dari-Nya, kalau bukan orang Israel, yang mengaku
sebagai umat-Nya sendiri? Tentu saja mereka siap mendengarkan saat Tuhan
berbicara untuk menenangkan hati mereka, namun apakah mereka mau
mendengarkan saat Tuhan beperkara dengan mereka? Benar, mereka harus
mendengarkan Dia saat Dia menggugat mereka, saat ada dakwaan yang
hendak diajukan-Nya terhadap mereka: TUHAN memiliki perkara dengan
penduduk negeri, negeri ini, negeri yang kudus ini. Perhatikanlah, dosa
yaitu si pembuat kejahatan besar. Dosa menabur perselisihan antara Tuhan
dan Israel. Tuhan melihat dosa dalam umat-Nya sendiri, dan Ia melakukan
tindakan yang baik dengan melawan mereka sebab dosa itu. Beberapa
tindakan lebih khusus diambil untuk melawan umat-Nya sendiri, namun tidak
untuk melawan para pendosa lain. Tuhan beperkara dengan mereka sebab
mereka melanggar kovenan dengan-Nya, sebab mereka mendatangkan cela
atas-Nya, dan sebab mereka membalas segala perkenanan-Nya dengan
sikap tidak tahu terima kasih. Tuhan akan mengajukan gugatan atas perkara-
Nya, akan menggugat melalui penghakiman-penghakiman mulut-Nya,
sebelum menggugat melalui penghakiman-penghakiman tangan-Nya, supaya
Ia ternyata benar dalam segala yang dilakukan-Nya dan dapat menunjukkan
bahwa Ia tidak berkenan pada kematian orang berdosa. Gugatan Tuhan harus
diperhatikan, sebab, cepat atau lambat, gugatan itu akan dibawa ke
persidangan.
II. Dakwaan dibacakan, dan seluruh bangsa dituntut atas kejahatan-kejahatan
yang keji, yang sangat menyulut murka Tuhan .
1. Mereka dituntut bahwa, sebagai bangsa, mereka telah mengabaikan
kewajiban-kewajiban yang terutama: Tidak ada kesetiaan dan tidak ada
kasih, tidak ada keadilan dan kemurahan hati, hal-hal yang terpenting
dalam hukum Taurat, sebagaimana Juruselamat kita menjelaskannya
(Mat. 23:23), yakni keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Orang-
orang Israel pada umumnya tampak tidak memiliki kesadaran sama
sekali akan sesuatu yang disebut kejujuran. Mereka tidak berkata-kata
dan berbuat menurut tuntutan hati nurani, sekalipun itu begitu
bertentangan dengan kebenaran dan mencelakakan sesama. Apalagi rasa
belas kasihan, mereka lebih tidak memilikinya, atau kesadaran akan
kewajiban yang mengikat mereka untuk berbelas kasihan dan menolong
orang miskin. Tidaklah mengherankan bahwa tidak ada kesetiaan dan
tidak ada kasih, sebab tidak ada pengenalan akan Tuhan di negeri itu.
Kebaikan apa yang dapat diharapkan jika tidak ada pengenalan akan
Tuhan ? Padahal, negeri itu mendapat hak istimewa, bahwa di Israel Tuhan
terkenal dan nama-Nya masyhur (Mzm. 76:2). Hal inilah yang
memperberat dosa mereka, bahwa mereka tidak mengenal Dia.
2. sebab mereka mengabaikan kewajiban-kewajiban yang terutama, maka
seluruh bangsa melakukan dosa-dosa yang amat besar melawan loh batu
yang pertama maupun loh batu yang kedua dari hukum Tuhan , sebab
mereka sama sekali tidak mengindahkan keduanya. Mengutuk,
berbohong, membunuh, mencuri, dan berzinah, pelanggaran terhadap
perintah ketiga, kesembilan, keenam, kedelapan, dan ketujuh, terjadi di
setiap sudut negeri itu, dan di segala lapisan dan golongan masyarakat
(ay. 2). Kebobrokan terjadi di mana-mana. Beberapa orang benar yang
ada di antara mereka entah terhilang atau tersembunyi, atau mereka
menyembunyikan diri. Dengan segala perbuatan ini mereka
melakukan kekerasan, artinya, mereka melanggar semua batasan akal
budi dan hati nurani, dan hukum ilahi. Mereka berlaku congkak (Ayb.
36:9). Mereka terlalu fasik (Pkh. 7:17). Mereka membiarkan segala
kebobrokan mereka tumpah ruah. Mereka sendiri menggilas dan
menerobos semua yang menghalangi jalan mereka, dan yang ingin
menghentikan mereka dalam berbuat dosa, seperti terjangan air
membanjiri tepian sungai. Perhatikanlah, dosa itu hal yang keras dan
kuasanya luar biasa besar. jika hati manusia penuh niat untuk
berbuat jahat (Pkh. 8:11), apa yang tidak akan dapat terlaksana? (Kej.
11:6). Saat mereka melakukan kekerasan seperti itu, terjadilah
penumpahan darah menyusul penumpahan darah, artinya banyak sekali
pembunuhan dilakukan di seluruh penjuru negeri, dan, seperti yang tam-
pak dalam penggambarannya, itu terjadi secara berantai dan beruntun.
Cædes aliæ aliis sunt contiguæ – Pembunuhan menyusul pembunuhan.
Lautan darah mengalir di antara mereka, bahkan darah keturunan raja.
Di sekitar waktu inilah terjadi begitu banyak penumpahan darah dalam
perebutan takhta. Salum membunuh Zakharia, Menahem membunuh
Salum, Pekah membunuh Pekahya, dan Hosea bin Ela membunuh Pekah.
Dan penumpahan darah yang serupa, ada kemungkinan, terjadi di antara
orang-orang lain yang berseteru, sehingga negeri itu cemar oleh hutang
darah (Mzm. 106:38). Negeri itu dipenuhi darah dari ujung ke ujung
(2Raj. 21:16).
III. Hukuman dijatuhkan atas negeri yang bersalah dan cemar ini (ay. 3). Negeri
itu akan dihancurkan dan diporak-porandakan sepenuhnya. Seluruh negeri
terjangkit dosa, maka seluruh negeri akan berkabung di bawah
penghakiman-penghakiman Tuhan yang pedih, akan duduk berkabung,
sebab dilucuti dari segala kekayaan dan keelokannya. Sama seperti lembah-
lembah dikatakan bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi saat ada kelimpahan
dan kedamaian, demikian pula di sini lembah-lembah itu dikatakan berka-
bung saat perang dan kelaparan membuatnya sunyi sepi. Seluruh tanahnya
akan hangus oleh belerang dan garam, seperti yang diancamkan dalam
hukum Taurat (Ul. 29:23). Mereka telah melanggar semua perintah Tuhan ,
jadi sekarang Tuhan mengancam akan mengambil semua penghiburan
mereka. Negeri berkabung saat tidak ada rumput bagi hewan dan tumbuh-
tumbuhan untuk diusahakan manusia. Lantas seluruh penduduknya akan
merana sebab tidak ada makanan yang enak-enak untuk menunjang hidup
mereka yang boros, dan mereka akan bersusah hati sebab tidak ada lagi
sedap-sedapan seperti biasa untuk mereka nikmati. Binatang di padang akan
merana (Yer. 14:5-6, terjemahan bebas). Bahkan, musnahnya hasil bumi
akan begitu hebat sampai-sampai tidak ada lagi yang dapat dipetik oleh
burung-burung di udara untuk bertahan hidup. Burung-burung itu akan
menderita bersama manusia. Matinya atau kurusnya burung-burung itu
akan menjadi hukuman bagi orang-orang yang terbiasa memenuhi meja
makan mereka dengan burung-burung dari alam bebas. Bahkan, ikan-ikan di
laut akan mati lenyap, atau dikumpulkan, agar mereka dapat pergi
bergerombol ke suatu pesisir pantai lain, dan dengan demikian usaha
penangkapan ikan akan sia-sia. Dari sudut pandang itu, kehancuran ini lebih
menyeluruh dibandingkan kehancuran oleh air bah Nuh, sebab air bah tidak
memengaruhi ikan-ikan di laut, sedangkan kehancuran ini memengaruhinya.
Disebutkan sebagai bagian dari salah satu tulah Mesir bahwa Tuhan
mematikan ikan-ikan mereka (Mzm. 105:29). saat air menjadi kering, ikan-
ikannya mati (Yes. 50:2, Zef. 1:2-3). Perhatikanlah, saat manusia menjadi
tidak taat kepada Tuhan , sudah sepantasnya makhluk-makhluk ciptaan yang
lebih rendah dibuat tidak berguna bagi manusia. Oh betapa besar alasan bagi
kita untuk mengagumi kesabaran dan belas kasihan Tuhan pada negeri kita,
bahwa meskipun di dalamnya ada begitu banyak orang yang mengutuk,
berbohong, membunuh, mencuri, dan berzinah, namun masih banyak
daging, ikan, dan burung, di meja makan kita!
IV. Sebuah perintah pengadilan bahwa tidak boleh ada upaya dilakukan untuk
membuat penjahat yang dihukum itu bertobat, beserta alasan untuk
perintah itu. Amatilah,
1. Perintah itu sendiri (ay. 4): Hanya janganlah ada orang mengadu, dan
janganlah ada orang menegor. Janganlah menggunakan sarana apa pun
untuk merendahkan hati mereka atau membuat mereka berbalik.
Biarlah tabib-tabib mereka menyerah dengan menganggap mereka tidak
memiliki harapan dan tidak dapat disembuhkan lagi. Hal ini menyiratkan
bahwa selama masih ada harapan, kita harus menegur orang-orang ber-
dosa atas dosa-dosa mereka. Sudah menjadi kewajiban kita untuk
memberi dan menerima teguran satu sama lain. Menegur yaitu salah
satu hukum Musa, engkau harus berterus terang menegor orang
sesamamu (Im. 19:17). Menegur termasuk kasih terhadap sesama
saudara. Ada kalanya kita perlu menegur dengan keras, bukan sekadar
mengingatkan, namun juga berbantah, sebab orang begitu enggan me-
ninggalkan dosanya. namun , inilah tanda bahwa orang atau bangsa
telah diserahkan pada kebinasaan, yaitu jika Tuhan berkata, janganlah
mereka ditegur. Namun, hal ini harus dipahami sebagai perintah Tuhan
yang kadang-kadang diberikan kepada para nabi agar tidak berdoa untuk
mereka, dan kendati demikian para nabi itu tetap berdoa untuk mereka.
namun arti dari pernyataan itu yaitu bahwa mereka sudah begitu me-
ngeraskan hati dalam dosa, dan begitu matang bagi kehancuran,
sehingga tidak ada gunanya lagi berurusan dengan mereka atau
berurusan dengan Tuhan demi mereka. Perhatikanlah, suatu pertanda
buruk bagi sebuah bangsa jika para penegur dibungkam, dan jika
orang-orang yang seharusnya bersaksi menentang dosa pada zaman itu
malah menyingkir dan menyerah (Lihat 2Taw. 25:16).
2. Alasan-alasan untuk perintah ini. Janganlah mereka menegur satu sama
lain. Sebab,
(1) Mereka sudah menetapkan hati untuk bertekun dalam dosa, sehingga
tidak ada teguran yang dapat menyembuhkan mereka darinya:
Bangsamu itu seperti orang yang berbantah-bantah dengan para
imam (ay. 4, KJV). Mereka sudah sangat kurang ajar dalam berbuat
dosa, sudah sangat lancang, dan tidak mau ditegur, sehingga seorang
imam sendiri pun akan mereka tentang jika dia menegur mereka
sedikit saja, tanpa memedulikan jabatan dan tugasnya. Jadi,
bagaimana mungkin orang dapat berpikir bahwa mereka mau
menerima teguran dari orang biasa? Perhatikanlah, hati orang
berdosa sudah mengeras dengan jahat jika mereka berbantah
dengan hamba-hamba Tuhan sebab sudah menegur mereka secara
apa adanya. Dan orang-orang yang memberontak terhadap teguran
seorang hamba Tuhan, yang melakukan ketetapan Tuhan untuk me-
reformasi mereka, juga telah kehilangan keuntungan dari teguran
seorang saudara. Mungkin ini merujuk pada kefasikan yang belum
lama ini dilakukan oleh Yoas, raja Yehuda, dan rakyatnya, yang
merajam Zakharia, anak Yoyada, sebab menyampaikan pesan dari
Tuhan kepada mereka (2Taw. 24:21). Zakharia yaitu seorang imam,
yang dengannya mereka berbantah saat ia sedang melakukan
tugasnya di antara tempat kudus dan mezbah. Menurut pendapat Dr.
Lightfoot, Nabi Hosea menyinggung perkara Zakharia ini saat ia
berbicara (ay. 2) tentang penumpahan darah menyusul penumpahan
darah. Darah orang yang mempersembahkan korban dicampur
dengan darah korban, hal itulah, menurut Dr. Lightfoot, yang menjadi
puncak kejahatan mereka. Dari sanalah waktu kehancuran mereka
dimulai (Mat. 23:35), sebagaimana orang-orang di sini telah
mencapai puncak kejahatan mereka sebab sudah tidak dapat
diperbaiki lagi, bahwa mereka seperti orang yang berbantah-bantah
dengan imam. Oleh sebab itu, janganlah ada orang yang menegur
mereka. Sebab,
(2) Tuhan juga sudah menetapkan hati untuk meneruskan pembinasaan
terhadap mereka (ay. 5): “sebab engkau tidak mau menerima
teguran, atau nasihat, maka engkau akan tergelincir jatuh, dan sia-sia
saja orang mencoba untuk mencegahnya, sebab titah telah
dikeluarkan. Engkau akan tergelincir dan jatuh pada siang hari, juga
nabi, nabi palsu yang membuai dan menyanjungmu, akan tergelincir
jatuh bersama-sama engkau pada malam hari. Engkau dan nabimu
akan tergelincir jatuh siang malam, akan terus-menerus tergelincir
dari satu malapetaka ke malapetaka lainnya. Kegelapan malam tidak
akan membantu menutupimu dari kesulitan, begitu pula cahaya
siang tidak akan membantumu melarikan diri darinya.” Nabi-nabi
mereka itu yaitu para pemimpin yang buta, dan umat yaitu para
pengikut yang buta. Dan bagi orang buta, siang dan malam sama saja,
jadi entah itu siang atau malam, pasti keduanya jatuh ke dalam
lobang. “Engkau akan tergelincir jatuh pada siang hari, saat engkau
sendiri tidak menyangka akan jatuh dan merasa sangat aman. Dan
itu terjadi pada siang hari, saat kejatuhanmu akan dilihat dan
diperhatikan oleh orang lain, dan dijadikan sebagai hal yang paling
mempermalukanmu. Nabimu pun akan tergelincir jatuh pada malam
hari, saat yang paling mengerikan bagi dirinya sendiri.” Per-
hatikanlah, kehancuran orang-orang yang telah mengakibatkan
kehancuran orang lain, dengan cara yang khusus, akan tidak
tertanggungkan. Adakah anak-anak mengira bahwa, saat mereka
hampir terjatuh, ibu mereka akan menolong mereka? Sia-sia saja
mengharapkan hal itu, sebab Aku akan membinasakan ibumu,
Samaria, kota induk itu, seluruh negeri itu, atau kerajaan itu, yang
menjadi seperti ibu bagi setiap penjuru negeri. Seluruh negeri akan
dibungkam. Perhatikanlah, jika semua terlibat dalam kesalahan,
tidak mungkin mengharapkan yang lebih ringan selain bahwa semua
akan dilibatkan dalam pembinasaan.
Alasan-alasan Perseteruan Tuhan dengan Israel;
Dosa-dosa Para Imam dan Umat
(4:6-11)
6 Umat-Ku binasa sebab tidak mengenal Tuhan ; sebab engkaulah yang menolak
pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan sebab engkau
melupakan pengajaran Tuhan mu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu. 7 Makin
bertambah banyak mereka, makin berdosa mereka kepada-Ku, kemuliaan mereka akan
Kutukar dengan kehinaan. 8 Mereka mendapat rezeki dari dosa umat-Ku dan
mengharapkan umat-Ku itu berbuat salah. 9 Maka seperti nasib rakyat demikianlah nasib
imam: Aku akan menghukum dia sebab tindakan-tindakannya dan Aku akan
membalaskan perbuatan-perbuatannya kepadanya. 10 Mereka akan makan, namun tidak
menjadi kenyang, mereka akan bersundal, namun tidak menjadi banyak, sebab mereka telah
meninggalkan TUHAN untuk berpegang kepada sundal. 11 Anggur dan air anggur
menghilangkan daya pikir.
Tuhan dalam perikop ini meneruskan perseteruan-Nya baik dengan para imam
maupun dengan umat. Bangsamu itu seperti orang yang berbantah-bantah
dengan para imam (ay. 4, KJV), saat mereka memiliki imam-imam yang
menjalankan tugas mereka. namun , sebagian besar imam melalaikan tugas
mereka, dan di sini ada firman untuk para imam itu, dan untuk bangsa yang
menyukai hal yang demikian (Yer. 5:31). Dapat dicermati di sini bagaimana
hukuman itu sesuai dengan dosanya, dan bagaimana, untuk membenarkan tin-
dakan-Nya, Tuhan mempertentangkan hukuman dengan dosanya.
I. Bangsa itu berbantah-bantah dengan para imam yang seharusnya mengajar
mereka pengenalan akan Tuhan . Oleh sebab itu, pantaslah jika mereka
binasa sebab tidak mengenal Tuhan (ay. 6). Perhatikanlah, orang-orang yang
memberontak terhadap terang tidak bisa mengharapkan hal lain selain
binasa dalam kegelapan. Atau, itu merupakan dakwaan terhadap para imam,
yang seharusnya tetap mengajarkan pengetahuan kepada umat (Pkh. 12:9),
namun mereka tidak melakukannya. Atau, mereka melakukannya dengan
cara yang sedemikian rupa seolah-olah mereka tidak melakukannya sama
sekali, sehingga tidak ada pengenalan akan Tuhan di negeri. Dan sebab tidak
ada wahyu, atau tidak ada penglihatan untuk tujuan apa pun, maka binasalah
umat (Ams. 29:18). Perhatikanlah, kebodohan sama sekali bukan merupakan
akar ketaatan, melainkan justru akar kehancuran. Tidak adanya penge-
tahuan akan menghancurkan siapa saja atau bangsa mana saja. Umat-Kulah
yang dibinasakan dengan cara demikian. Hubungan mereka dengan Tuhan
sebagai umat-Nya memperberat dosa mereka, sebab mereka tidak
berupaya mendapatkan pengenalan akan Tuhan yang di bawah perintah-Nya
mereka hidup dan yang dengan-Nya mereka terikat kovenan. Hal itu juga
memperberat dosa orang-orang yang seharusnya mengajar mereka. Tuhan
mengirim anak-anak-Nya untuk belajar kepada para imam, namun para
imam itu tidak pernah memperhatikan mereka atau ambil pusing dengan
mereka.
II. Baik para imam maupun umat menolak pengenalan akan Tuhan , maka
pantaslah jika Tuhan menolak mereka. Alasan umat tidak belajar, dan para
imam tidak mengajar, bukanlah sebab tidak ada terang, melainkan sebab
mereka membencinya. Bukan sebab mereka tidak memiliki sarana untuk
mendapat pengenalan akan Tuhan dan menyampaikannya, melainkan sebab
mereka tidak memiliki hati untuk mendapatkannya. Mereka menolaknya.
Mereka tidak suka mengetahui jalan-jalan Tuhan , namun menjauhkannya dari
mereka, dan menutup mata mereka terhadap terang. Oleh sebab itu, “Aku
menolak engkau. Aku akan menolak mengenal engkau dan mengakui engkau
sebagai milik-Ku. Engkau tidak mau mengenal-Ku, namun menyuruh-Ku
enyah. Oleh sebab itu, Aku akan berkata, enyahlah dari pada-Ku, Aku tidak
pernah mengenal kamu. Aku menolak engkau menjadi imam-Ku.”
1. Para imam itu tidak akan lagi mendapat hak-hak istimewa imamat, atau
melaksanakan tugas-tugas imam, tidak pula mereka akan pernah
diterima lagi, seperti yang kita dapati (Yeh. 44:13). Perhatikanlah,
hamba-hamba Tuhan yang menolak pengenalan akan Tuhan , yang
bersikap masa bodoh dan mendatangkan aib, tidak boleh diakui sebagai
hamba-hamba Tuhan. Sebaliknya, apa yang mereka anggap ada pada
mereka akan diambil (Luk. 8:18, KJV).
2. Bangsa itu tidak akan lagi menjadi seperti dahulu, sebuah kerajaan
imam, imamat yang rajani (Kel. 19:6). Umat Tuhan , dengan menolak
pengenalan akan Tuhan , kehilangan kehormatan mereka dan menajiskan
mahkota mereka sendiri.
III. Mereka melupakan pengajaran Tuhan , tidak ingin ataupun berusaha untuk
tetap mengingatnya, tidak pula meneruskan ingatan terhadap pengajaran itu
kepada keturunan mereka. Oleh sebab itu, pantaslah jika Tuhan akan
melupakan mereka dan anak-anak mereka, anak-anak bangsa itu. Mereka
tidak mendidik anak-anak mereka, seperti yang seharusnya mereka lakukan,
dalam pengenalan akan Tuhan dan kewajiban mereka terhadap-Nya. Oleh ka-
rena itu Tuhan akan menyangkal mereka, sebagai orang-orang yang tidak
memiliki kovenan dengan-Nya. Perhatikanlah, jika orangtua tidak mengajar
anak-anak mereka, di saat mereka masih muda, untuk mengingat Pencipta
mereka, maka mereka tidak dapat berharap bahwa Pencipta mereka akan
mengingat anak-anak itu. Atau, bisa juga yang dimaksudkan yaitu anak-
anak imam. Mereka tidak akan meneruskan orangtua mereka dalam tugas
keimaman, namun akan jatuh miskin, seperti yang diancamkan terhadap
keluarga Eli (1Sam. 2:27 -36).
IV. Mereka tidak menghormati Tuhan dengan apa yang menjadi kehormatan
mereka, maka pantaslah jika Tuhan akan melucuti kehormatan itu dari
mereka (ay. 7). Suatu kehormatan bagi mereka bahwa mereka bertambah
besar dalam jumlah, kekayaan, kuasa, dan martabat. Bangsa mereka awalnya
kecil, namun dengan berjalannya waktu mereka bertambah sangat banyak
dan bertumbuh sangat pesat. Keluarga para imam bertambah banyak secara
luar biasa. namun , makin bertambah banyak mereka, makin berdosa
mereka kepada Tuhan . Semakin padat penduduk bangsa itu, semakin banyak
412
dosa yang dilakukan, dan semakin cemar mereka. Kekayaan, kehormatan,
dan kekuasaan mereka hanya membuat mereka semakin lancang dalam
berbuat dosa. Oleh sebab itu, Tuhan berfirman, kemuliaan mereka akan
Kutukar dengan kehinaan. Adakah jumlah mereka menjadi kemuliaan me-
reka? Tuhan akan mengurangi jumlah mereka dan menjadikan mereka
sedikit. Adakah kekayaan mereka menjadi kemuliaan mereka? Tuhan akan
membuat mereka menjadi miskin dan merendahkan mereka. Dengan begitu,
mereka sendiri merasa malu akan hal-hal yang dahulu mereka megahkan.
Imam-imam mereka akan dibuat menjadi hina dan rendah (Mal. 2:9).
Perhatikanlah, apa yang menjadi kehormatan kita, jika kita tidak
menghormati Tuhan dengan hal itu, cepat atau lambat akan diubah menjadi
kehinaan kita. Sebab siapa yang menghina Tuhan , akan dipandang rendah
(1Sam. 2:30).
V. Para imam mendapat rezeki dari dosa umat Tuhan , dan sebab itu mereka
akan makan, namun tidak menjadi kenyang.
1. Mereka menyalahgunakan tunjangan yang disediakan untuk para imam,
yaitu para imam dari keluarga Harun, berdasar hukum Tuhan , dan
para imam palsu yang menyembah patung anak lembu, berdasar
ketetapan mereka sendiri (ay. 8): Mereka mendapat rezeki dari dosa
umat-Ku, yaitu dari korban penghapus dosa mereka. Jika yang dimaksud
yaitu imam-imam patung anak lembu, hal ini menyiratkan bahwa
mereka merampas bagian yang bukan hak mereka. Mereka merebut
pendapatan para imam, walaupun mereka bukan imam. Jika yang
dimaksud yaitu imam-imam yang sah, hal ini menyiratkan keserakahan
mereka akan keuntungan dan penghasilan tambahan dari jabatan
mereka, padahal mereka sama sekali tidak ambil peduli untuk
melakukan tugas jabatan mereka. Mereka berpesta pora dengan bagian
yang mereka terima dari persembahan-persembahan kepada Tuhan,
namun melupakan pekerjaan yang untuknya mereka dibayar dengan
begitu baik. Mereka mengharapkan umat itu berbuat salah. Mereka
mengangkat jiwa mereka kepada umat, artinya, mereka senang umat
melakukan kesalahan, supaya umat itu wajib membawa persembahan
untuk menebusnya, dan mereka pasti akan mendapat bagian dari
persembahan itu. Semakin banyak dosa, semakin banyak korban. Oleh
sebab itu, mereka tidak peduli seberapa banyak dosa yang dilakukan
umat itu. Bukannya memperingatkan umat akan dosa, dengan
menimbang korban-korban yang harus dibawa, yang menunjukkan
betapa dosa merupakan pelanggaran besar terhadap Tuhan , sebab me-
merlukan penebusan seperti itu, para imam itu malah membuat umat
berani dan terdorong untuk berbuat dosa, sebab penebusan dosa dapat
dibuat dengan begitu mudah. Demikianlah mereka mengenyangkan diri
dengan dosa-dosa umat, dan membantu mempertahankan apa yang
seharusnya mereka tumpas. Perhatikanlah, sungguh jahat jika kita
merasa senang dengan dosa-dosa orang lain sebab , dengan satu atau
lain cara, hal itu akan memberi kita keuntungan.
2. Oleh sebab itu, Tuhan akan menahan berkat-Nya atas barang-barang
untuk pemeliharaan mereka (ay. 10): Mereka akan makan, namun tidak
menjadi kenyang. Walaupun mereka mendapat sangat banyak dari
melimpahnya korban yang masuk, namun mereka tidak akan mendapat
kepuasan di dalamnya. Entah makanan mereka tidak akan memberi
gizi yang baik atau nafsu serakah mereka tidak akan dipuaskan dengan
makanan itu. Perhatikanlah, sesuatu yang diperoleh dengan cara tidak
halal tidak bisa dimanfaatkan dengan nyaman, tidak bisa, begitu pula
dengan sesuatu yang diincar di luar batas kewajaran. Sudah sepantasnya
keinginan yang tak terpuaskan tidak akan pernah dipuaskan. Dan biarlah
tidak pernah merasa cukup orang-orang yang tidak pernah sadar bahwa
mereka sudah berkecukupan (Lihat Mi. 6:14; Hag. 1:6).
VI. Makin bertambah banyak mereka, makin berdosa mereka (ay. 7). Oleh
sebab itu, walaupun mereka bersundal, walaupun mereka memakai cara-
cara yang paling keji untuk memperbanyak bangsa mereka, namun mereka
tidak menjadi banyak. Walaupun mereka memiliki banyak istri dan
gundik, seperti Salomo, namun mereka tidak akan dapat membangun
keluarga besar dengan banyak keturunan, sama seperti Salomo.
Perhatikanlah, orang-orang yang berharap dapat bertambah besar dengan
cara yang melanggar hukum pasti akan dikecewakan. Inilah alasannya Tuhan
akan menggagalkan semua rencana mereka, sebab mereka telah mening-
galkan TUHAN. Dahulu mereka memberi sedikit banyak perhatian pada
Tuhan , dan pada wewenang-Nya serta kepentingan-Nya dalam diri mereka.
namun , mereka telah meninggalkan semuanya itu. Mereka tidak
mengindahkan baik firman-Nya maupun penyelenggaraan-Nya. Mereka
tidak memandang Dia dalam kedua hal itu. Mereka meninggalkan-Nya,
dengan berhenti mengindahkan-Nya. Mereka sudah begitu murtad sampai-
sampai tidak peduli sedikit pun terhadap Tuhan , namun sepenuhnya tanpa
Tuhan di dalam dunia. Perhatikanlah, orang-orang yang meninggalkan Tuhan
dengan berhenti mengindahkan-Nya, meninggalkan segala sesuatu yang
baik, dan tidak dapat mengharapkan hal lain selain bahwa segala kebaikan
akan meninggalkan mereka.
VII. Umat dan para imam benar-benar mengeraskan satu sama lain dalam dosa.
Oleh sebab itu, pantaslah jika mereka akan sama-sama mendapat hukuman
(ay. 9): Seperti nasib rakyat demikianlah nasib imam. Mereka serupa dalam
tabiat. Umat dan imam sama-sama bebal dan cemar, tidak memedulikan
Tuhan dan kewajiban mereka, dan kecanduan menyembah berhala. Oleh ka-
rena itu, keadaan mereka pun akan serupa. Tuhan akan mendatangkan
penghakiman-penghakiman atas mereka, yang akan menjadi kehancuran
baik bagi imam maupun bagi umat. Kelaparan yang membuat umat
kekurangan makanan akan membuat para imam kekurangan korban sajian
(Yl. 1:9). Memang sudah menjadi gambaran dari penghancuran secara
menyeluruh bahwa seperti nasib rakyat demikianlah nasib imam (Yes. 24:2).
Penghakiman-penghakiman Tuhan , jika datang untuk menjalankan
perintah, tidak akan memandang muka. Perhatikanlah, orang-orang yang
bersama-sama berbuat dosa harus bersiap untuk mengalami kehancuran
bersama-sama. Demikianlah Tuhan akan menghukum mereka sebab
tindakan-tindakan mereka, dan akan membalaskan perbuatan-perbuatan
mereka kepada mereka. Tuhan akan membuat perbuatan-perbuatan mereka
berbalik kepada mereka (demikianlah dalam bahasa aslinya). saat dosa
diperbuat, si pendosa mengira bahwa dosa itu telah hilang, dan ia tidak akan
mendengar lagi tentangnya. namun , ia akan mendapati dosa itu disebut
kembali, dan dibuat berbalik, entah untuk mempermalukannya atau untuk
menghukumnya.
VIII. Mereka memanjakan diri dalam kenikmatan-kenikmatan indrawi, untuk
menyukakan hati mereka. namun , mereka akan mendapati bahwa
kenikmatan itu menghilangkan daya pikir mereka: Anggur dan air anggur
menghilangkan daya pikir (ay. 11). Beberapa penafsir menggabungkan
kalimat ini dengan kalimat sebelumnya. Mereka telah meninggalkan
TUHAN, untuk berpegang kepada sundal, anggur, dan anggur baru. Atau,
sundal dan anggur ini telah menghilangkan daya pikir mereka. Kesenangan-
kesenangan indrawi telah menjauhkan mereka dari ibadah mereka dan
menenggelamkan segala sesuatu yang baik dalam diri mereka. Atau, kita
dapat melihatnya sebagai kalimat tersendiri, yang mengandung kebenaran
agung yang kita lihat benar-benar terjadi dalam pengalaman sehari-hari,
bahwa kemabukan dan kenajisan merupakan dosa yang membuat orang
menjadi dungu dan tidak berpikir waras, yang membuat mereka lemah dan
rapuh. Kemabukan dan kenajisan menghilangkan pengertian dan juga
keberanian.
Dosa-dosa Imam dan Umat;
Peringatan bagi Yehuda
(4:12-19)
12 Umat-Ku bertanya kepada pohonnya, dan tongkatnya akan memberitahu kepadanya,
sebab roh perzinahan menyesatkan mereka, dan mereka berzinah meninggalkan Tuhan
mereka. 13 Mereka mempersembahkan korban di puncak gunung-gunung dan membakar
korban di atas bukit-bukit, di bawah pohon besar dan pohon hawar dan pohon rimbun,
sebab naungannya baik. Itulah sebabnya anak-anakmu wanita berzinah dan
menantu-menantumu wanita bersundal. 14 Aku tidak akan menghukum anak-anak
wanita mu sekalipun mereka berzinah, atau menantu-menantumu wanita ,
sekalipun mereka bersundal; sebab mereka sendiri mengasingkan diri bersama-sama
dengan wanita -wanita sundal dan mempersembahkan korban bersama-sama
dengan sundal-sundal bakti, dan umat yang tidak berpengertian akan runtuh. 15 Jika
engkau ini berzinah, hai Israel, janganlah Yehuda turut bersalah! Janganlah pergi ke
Gilgal, dan janganlah naik ke Bet-Awen, dan janganlah bersumpah: “Demi TUHAN yang
hidup!” 16 Sebab Israel degil seperti lembu yang degil, masakan sekarang TUHAN
menggembalakan mereka, seperti domba di tanah lapang? 17 Efraim bersekutu dengan
berhala-berhala, biarkanlah dia! 18 Persepakatan para pemabuk! mereka menyerahkan
diri habis-habisan kepada persundalan; mereka lebih mencintai kehinaan dari pada
kemasyhuran mereka. 19 Angin melingkupi mereka dalam sayap-sayapnya, dan mereka
akan mendapat malu sebab korban-korban mereka.
Dalam perikop ini kita mendapati, seperti sebelumnya,
I. Dosa-dosa yang didakwakan atas umat Israel, yang menjadi alasan mengapa
Tuhan beperkara dengan mereka. Dosa-dosa itu meliputi,
1. Perzinahan rohani, atau penyembahan berhala. Roh perzinahan ada di
dalam diri mereka, yakni kecenderungan yang kuat pada dosa itu. Hati
mereka condong ke arah sana. Kejahatan itu yaitu perbuatan mereka
sendiri. Mereka ditarik pada dosa itu dengan kekerasan yang tidak
terjelaskan, dan hal ini membuat mereka tersesat. Perhatikanlah,
kesesatan dan kesalahan dalam menilai biasanya merupakan akibat dari
rasa kasih yang bobrok. Itulah alasannya manusia melihat dosa sebagai
hal yang baik, sebab hati mereka cenderung ke sana. sebab memiliki
gagasan yang demikian keliru tentang berhala, dan kecenderungan yang
demikian menggebu-gebu terhadapnya, maka tidak mengherankan jika
dengan pikiran dan hati yang seperti itu mereka berzinah meninggalkan
Tuhan mereka (ay. 12). Mereka seharusnya tunduk kepada-Nya sebagai
kepala dan suami mereka, seharusnya mengikuti tuntunan dan perintah-
Nya, namun mereka memberontak dan berubah setia, dan menempatkan
diri mereka di bawah tuntunan dan perlindungan Tuhan -Tuhan palsu.
Demikianlah, Israel berzinah (ay. 15). Perilaku mereka dalam menyembah
berhala seperti perilaku seorang pezinah, penuh hawa nafsu dan tidak
tahu malu. Dan Israel degil seperti lembu yang degil (ay. 16), seperti
lembu liar (demikian menurut sebagian penafsir), atau seperti lembu
yang membangkang dan susah diatur (demikian menurut sebagian yang
lain), seperti lembu lepas kandang yang berlari ke sana ke mari di
padang rumput. Atau, jika dipasangi kuk (yang tampaknya dimaksudkan
di sini), lembu itu akan mundur dan bukan maju, akan berusaha
melepaskan kuk dari lehernya dan alur bajak dari kakinya. Begitu susah
diatur, tidak bisa dikendalikan, dan tidak penurutnya orang Israel itu.
Mereka sudah mulai mengenakan kuk ketetapan Tuhan , namun kemudian
mereka mundur, seperti orang-orang dursila, yang tidak mau memikul
kuk. Saat para nabi diutus dengan membawa galah teguran, untuk
mendorong mereka maju, mereka malah menendang ke galah rangsang,
dan berlari mundur. Kesimpulan dari semua ini yaitu (ay. 17), Efraim
bersekutu dengan berhala-berhala, benar-benar menikah dengannya.
Rasa kasih mereka melekat pada berhala-berhala itu, dan hati mereka
berpaut kepada mereka. Ada dua perbuatan yang diberikan sebagai
contoh dari perzinahan rohani mereka. Dalam kedua perbuatan itu,
mereka memberi kemuliaan kepada berhala-berhala mereka, yang
seharusnya diberikan kepada Tuhan saja:
(1) Mereka meminta petunjuk kepada berhala-berhala itu sebagai sabda
ilahi, dan menggunakan ilmu tenung yang mereka pelajari dari
imam-imam berhala mereka (ay. 12): Umat-Ku bertanya kepada
pohonnya, Tuhan mereka yang terbuat dari kayu. Mereka datang
kepadanya untuk meminta nasihat dan arahan mengenai tindakan
yang harus mereka perbuat, serta keterangan tentang peristiwa yang
akan terjadi. Mereka berkata kepada sepotong kayu: Engkaulah
bapaku (Yer. 2:27). Dan, jika kayu itu memang bapa mereka, maka
layaklah ia menerima kehormatan ini. Namun, perbuatan ini
merupakan penghinaan yang besar terhadap Tuhan , Bapa mereka
yang sebenarnya, dan yang sabda-Nya ada di tengah-tengah mereka,
yang dapat dengan bebas mereka mintai petunjuk setiap saat.
Mereka juga berharap bahwa tongkat mereka akan memberitahu
mereka jalan yang harus mereka ambil dan bagaimana nanti
hasilnya. Ada kemungkinan bahwa ayat ini mengacu pada sejumlah
cara tenung yang keji yang digunakan di antara bangsa-bangsa lain,
dan yang dipelajari oleh orang Yahudi dari mereka, melalui sepotong
kayu, atau melalui tongkat, seperti Nebukadnezar yang melakukan
tenungan melalui panahnya (Yeh. 21:21). Perhatikanlah, orang-orang
yang meninggalkan sabda Tuhan , untuk mencari petunjuk dari dunia
dan kedagingan, pada dasarnya bertanya kepada pohon dan tongkat
mereka.
(2) Mereka mempersembahkan korban kepada berhala itu sebagai Tuhan ,
yang perkenanannya mereka harapkan dan yang murkanya mereka
takuti dan hindari (ay. 13): Mereka mempersembahkan korban
kepada berhala itu, untuk mendamaikan dan menenangkannya, dan
membakar korban baginya, untuk menyenangkan dan memuaskan-
nya, dan berharap bahwa dengan kedua perbuatan ini mereka
akan mendapat perkenanannya. Tuhan telah memilih tempat di mana
Dia ingin nama-Nya disebut. namun mereka, jsesudah
mengabaikan tempat itu, memilih tempat-tempat lain untuk
upacara-upacara ibadah mereka yang penuh kedurhakaan, yang
menyenangkan khayalan mereka sendiri. Mereka memilih,
[1] Tempat-tempat yang tinggi, di puncak gunung-gunung dan di atas
bukit-bukit. Dengan bodohnya, mereka membayangkan bahwa
ketinggian suatu tempat memberi mereka suatu keuntungan
dalam mendekati sorga.
[2] Tempat-tempat yang rindang, di bawah pohon besar dan pohon
hawar dan pohon rimbun, sebab naungannya menyenangkan bagi
mereka, terutama di negeri yang panas itu. Itulah sebabnya
mereka berpikir bahwa hal itu pun menyenangkan bagi Tuhan -
Tuhan mereka. Atau, mereka berkhayal bahwa naungan yang
rindang itu cocok untuk bermenung, dan memenuhi pikiran
dengan kekaguman dan kegentaran, dan sebab itu sesuai untuk
penyembahan.
2. Persundalan jasmani juga merupakan kejahatan lain yang dituduhkan
kepada mereka di sini: Mereka menyerahkan diri habis-habisan kepada
persundalan (ay. 18). Mereka memperdagangkan kenajisan. Perbuatan
itu tidak dilakukan hanya sesekali, namun terus-menerus, seperti banyak
orang yang matanya penuh nafsu zinah dan tidak pernah jemu berbuat
dosa zinah itu (2Ptr. 2:14). Nah, kenajisan dan kemesuman yang men-
jijikkan yang didapati di Israel itu dibicarakan di sini,
(1) Sebagai sesuatu yang mengiringi penyembahan berhala mereka.
Ilah-ilah palsu mereka menarik mereka ke dalamnya. Sebab Iblis
yang mereka sembah, walaupun merupakan roh, yaitu roh najis.
Orang-orang yang menyembah berhala mengasingkan diri bersama-
sama dengan wanita -wanita sundal, dan mereka
mempersembahkan korban bersama-sama dengan sundal-sundal
bakti. Oleh sebab mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Tuhan ,
namun malah mempermalukan-Nya, maka Tuhan menyerahkan mereka
kepada hawa nafsu yang memalukan. Dan dengan memanjakan diri
dalam hawa nafsu itu, mereka mempermalukan diri mereka sendiri
(Rm. 1:24, 28, terjemahan bebas).
(2) Sebagai hukuman atas penyembahan berhala itu. Orang-orang yang
menyembah berhala mengasingkan diri bersama-sama dengan
wanita -wanita sundal yang melayani upacara penyembahan
berhala itu, seperti dalam penyembahan Baal-Peor (Bil. 25:1-2).
Untuk menghukum mereka atas perbuatan itu, Tuhan menyerahkan
istri dan anak wanita mereka ke dalam hawa nafsu memalukan
yang serupa: Mereka berzinah dan bersundal (ay. 13), yang tidak bisa
tidak pasti sangat mendukakan dan mempermalukan suami dan
orangtua mereka. Sebab orang yang dengan sendirinya tidak
memelihara kekudusan ingin agar istri dan anak wanita nya
memelihara kekudusan. Namun, biarlah mereka menyadari dosa
mereka saat melihat hukuman mereka, seperti perzinahan Daud
yang dihukum dengan pencemaran terhadap istri-istri Daud oleh
anaknya sendiri (2Sam. 12:11). Perhatikanlah, jika dosa yang
sama yang dilakukan orang lain membuat seseorang berduka dan
menderita, yakni dosa yang ia sendiri lakukan juga, maka ia harus
mengakui bahwa Tuhan itu adil.
3. Penyelewengan keadilan (ay. 18). Penguasa mereka (biarlah hal ini
dikatakan untuk mempermalukan mereka) sangat menyukai pemberian
(KJV). Artinya, mereka sangat menyukai suap, dan mulut mereka selalu
mengatakan, berilah, berilah. Mereka ketagihan keuntungan yang
memalukan. Setiap orang yang berurusan dengan mereka harus bersiap
untuk ditanya, “Apa yang akan kauberikan?” Walaupun, sebagai
penguasa, mereka terikat kewajiban untuk menegakkan keadilan, namun
tidak ada orang yang bisa memperoleh keadilan tanpa membayar. Dan
sudah pasti bahwa mereka akan melakukan ketidakadilan demi bayaran.
Perhatikanlah, cinta akan uang menghancurkan keadilan dan merupakan
akar segala kejahatan. namun , dari semua orang, sungguh
memalukan bagi para penguasa untuk mencintai pemberian, padahal
mereka seharusnya merupakan orang-orang yang takut akan Tuhan dan
benci kepada pengejaran suap. Mungkin inilah yang dimaksudkan dalam
bagian dari dakwaan di sini, minuman mereka menjadi asam, minuman
mereka tidak berguna, sudah basi (ay. 18, KJV). Keadilan, jika
ditegakkan sebagaimana mestinya, sungguh menyegarkan, seperti
minuman bagi orang yang haus, namun jika diselewengkan, dan para
penguasa menerima imbalan untuk membenarkan yang bersalah atau
menghukum yang tidak bersalah, maka minuman itu menjadi asam.
Mereka mengubah keadilan menjadi ipuh (Am. 5:7). Atau, ayat ini
mungkin secara umum mengacu pada kebejatan akhlak seluruh bangsa.
Mereka telah kehilangan segala hidup dan roh mereka, dan sama
menjijikkannya bagi Tuhan seperti minuman yang basi atau asam bagi
kita (Lihat Ul. 32:32-33).
II. Tanda-tanda murka Tuhan terhadap mereka sebab dosa-dosa mereka.
1. Istri dan anak wanita mereka tidak akan dihukum atas celaka dan
aib yang mereka timpakan kepada keluarga mereka (ay. 14): Aku tidak
akan menghukum anak-anak wanita mu. Dan, sebab tidak dihukum
atas dosa-dosa mereka, mereka akan terus melakukannya.
Perhatikanlah, diluputkannya seorang pendosa dari hukuman
adakalanya menjadi hukuman bagi pendosa lain. Atau, “Aku tidak akan
menghukum mereka seperti Aku menghukum engkau. Sebab engkau
harus mengakui, seperti yang diakui Yehuda mengenai menantu perem-
puannya, bahwa mereka lebih benar dibandingkan engkau,” (Kej. 38:26).
2. Mereka sendiri akan mengalami kemakmuran untuk sementara waktu,
namun kemakmuran mereka akan membantu menghancurkan mereka.
Kemakmuran itu datang sebagai tanda murka Tuhan (ay. 16): TUHAN
menggembalakan mereka seperti domba di tanah lapang. Mereka akan
memiliki padang rumput yang subur dan luas, tempat mereka akan
diberi makan hingga kenyang, dan mendapat makanan yang terbaik.
namun semua itu hanya untuk menyiapkan mereka untuk disembelih,
seperti domba yang diberi makan dengan cara demikian. Jika mereka
menjadi gemuk dan menendang ke belakang, sebenarnya mereka hanya
menjadi gemuk untuk penyembelih. namun , sebagian penafsir
mengartikan bahwa mereka akan diberi makan seperti domba di tempat
umum, memang tempat yang luas, namun rumputnya pendek dan
tempatnya tidak aman. Gembala Israel akan membawa mereka keluar
baik dari padang rumput-Nya maupun dari perlindungan-Nya.
3. Tidak boleh ada tindakan yang dilakukan untuk membuat mereka
bertobat (ay. 17): “Efraim bersekutu dengan berhala-berhala, jatuh cinta
kepada mereka dan kecanduan mereka, sebab itu biarkanlah dia,
seperti dalam ayat 4, janganlah ada orang menegor dia. Biarkanlah dia
dalam kedegilan hatinya, dan berjalan mengikuti rencananya sendiri.
Kami tadinya mau menyembuhkan dia, namun dia tidak mau disembuhkan,
sebab itu tinggalkanlah dia.” Lihatlah bagaimana kesudahan mereka (Ul.
32:20). Perhatikanlah, sungguh penghakiman yang menyedihkan dan
pedih bagi siapa saja jika dia dibiarkan sendiri dalam dosa, jika Tuhan
berkata tentang seorang berdosa, “Dia bersekutu dengan berhala-
berhalanya, dunia, dan kedagingan. Dia tidak dapat dipulihkan lagi dari
kesombongan, ketamakan, atau kecemaran. Dia seorang pemabuk atau
pezinah yang tidak tersembuhkan. Biarkanlah dia. Hati nurani,
biarkanlah dia. Hamba Tuhan, biarkanlah dia. Penyelenggaraan Tuhan ,
biarkanlah dia. Janganlah ada yang menyadarkan dia hingga api neraka
menyadarkannya.” Sang ayah tidak lagi menegur si anak pemberontak
saat dia memutuskan untuk mencabut hak warisnya. “Orang yang
tidak merasa terusik dalam berbuat dosa akan dihancurkan sebab
dosanya.”
4. Mereka akan dihempaskan jauh-jauh oleh kehancuran yang sangat cepat
dan memalukan (ay. 19): Angin melingkupi mereka dalam sayap-
sayapnya, untuk membawa mereka pergi ke pembuangan, secara tiba-
tiba, dengan keras, dan tanpa terelakkan. Tuhan akan melanda mereka
dengan angin ribut (Mzm. 58:10, KJV). Dan dengan demikian mereka akan
mendapat malu sebab korban-korban mereka, malu sebab dosa mereka
dalam mempersembahkan korban kepada berhala. Mereka juga akan
malu sebab kebodohan mereka dalam membuat diri mereka membayar
harga yang semahal itu untuk para Tuhan yang tidak memiliki kuasa
untuk menolong mereka, dan dengan demikian menjadikan Tuhan
sebagai musuh mereka, padahal Ia memiliki kekuatan yang maha kuasa
untuk menghancurkan mereka. Perhatikanlah, ada korban-korban yang
pada suatu hari nanti akan membuat manusia malu. Orang-orang yang
telah mengorbankan waktu, kekuatan, kehormatan, dan segala
penghiburan mereka untuk dunia dan kedagingan, akan segera merasa
malu akan hal itu. Begitu pula halnya dengan orang-orang yang
membawa kepada Tuhan korban-korban yang buta, timpang, dan tanpa
kesungguhan hati.
III. Peringatan yang diberikan kepada Yehuda untuk tidak melakukan dosa
dengan cara yang sama seperti pelanggaran Israel. Dikatakan pada bagian
penutup ayat 14, umat yang tidak berpengertian akan runtuh. Pasti akan
jatuh orang-orang yang tidak mengerti bagaimana cara menghindari, atau
melewati, batu sandungan yang mereka jumpai. Sebab itu siapa yang
menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh,
khususnya kedua suku itu: Jika engkau ini berzinah, hai Israel, janganlah
Yehuda turut bersalah. Walaupun Israel terjerat dalam penyembahan
berhala (ay. 15), namun janganlah Yehuda tertular. Nah,
1. Peringatan ini sangatlah penting. Orang Israel bersaudara dan
bertetangga dekat dengan orang Yehuda. Israel lebih banyak jumlahnya,
dan pada saat ini berada dalam keadaan yang makmur. Oleh sebab itu,
ada bahaya jangan-jangan orang Yehuda akan meniru cara hidup orang
Israel sehingga mendatangkan jerat bagi jiwa mereka. Perhatikanlah,
semakin dekat kita dengan sumber penularan dosa, semakin perlu kita
berjaga-jaga.
2. Peringatan ini sangatlah masuk akal: “Biarkanlah Israel berzinah, namun
janganlah Yehuda turut serta. Sebab Yehuda memiliki sarana-sarana
pengetahuan yang lebih besar dibandingkan Israel, memiliki Bait Tuhan
dan imamat, dan seorang raja dari keturunan Daud. Dari Yehudalah, Silo
akan datang. Dan untuk Yehudalah, Tuhan mempersiapkan berkat-berkat
yang besar. Oleh sebab itu, janganlah Yehuda turut bersalah, sebab ada
lebih banyak hal yang diharapkan dari mereka dibandingkan dari orang
Israel. Ada lebih banyak yang harus mereka pertanggungjawabkan bila
mereka turut bersalah, dan Tuhan akan menindak mereka dengan lebih
keras. Jika Israel berzinah, janganlah Yehuda turut serta, sebab
seandainya demikian maka Tuhan tidak lagi memiliki umat yang
mengakui-Nya di dunia.” Tuhan berbicara kepada orang Yehuda di sini,
seperti Kristus berbicara kep