antu orang yang dibunuh, melainkan untuk meme-
nuhi tuntutan hukum dan keadilan dari suatu bangsa, dan
sebagai peringatan bagi semua orang lain untuk tidak berbuat
serupa. Dikatakan di sini, dan sangat patut diperhatikan oleh
semua pemimpin dan pemerintah, bahwa darah mencemarkan
bukan hanya hati nurani si pembunuh, yang dengan demikian
terbukti tidak memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya
(1Yoh. 3:15), melainkan juga negeri tempat darah itu ditum-
pahkan. Betapa pembunuhan sangat menyulut murka Tuhan
dan semua orang baik, dan merupakan kejahatan yang paling
buruk. Dan ditambahkan bahwa bagi negeri itu tidak dapat
diadakan pendamaian oleh sebab darah orang yang dibunuh,
kecuali dengan darah si pembunuh (ay. 33). Jika para pem-
bunuh luput dari hukuman manusia, orang-orang yang mem-
biarkan mereka luput akan dimintai banyak pertanggung-
jawaban, dan meskipun demikian Tuhan tidak akan membiar-
kan mereka luput dari penghakiman-penghakiman-Nya yang
benar. Atas dasar pegangan yang sama, ditetapkan bahwa
uang tebusan bagi nyawa seorang pembunuh tidak boleh
diterima (ay. 31): Sekalipun orang memberi segala harta benda
rumahnya kepada hakim, kepada negerinya, atau kepada
penuntut darah, untuk menebus kejahatannya, ia pasti akan
di hina. Harga tebusan nyawa begitu mahal, hingga hal itu
tidak dapat diperoleh melalui banyaknya kekayaan (Mzm. 49:7
-9). Ada kemungkinan bahwa bacaan Mazmur itu merujuk
pada hukum ini. Sebuah aturan hukum muncul di sini (yang
Kitab Bilangan 35:9-34
507
merupakan aturan hukum kita (hukum Inggris – pen.) dalam
perkara pengkhianatan saja), bahwa tidak ada seorang pun
boleh dihukum mati atas kesaksian satu orang saja, namun
harus ada dua orang saksi (ay. 30). Hukum ini ditetapkan
untuk semua perkara hukuman mati (Ul. 17:6; 19:15). Dan,
yang terakhir, bukan hanya penuntutan, melainkan juga
pelaksanaan hukuman, bagi si pembunuh diserahkan kepada
keluarga terdekat orang yang dibunuh. Sama seperti ia harus
menebus harta kerabatnya jika harta itu digadaikan, demikian
pula ia harus menjadi penuntut darah kerabatnya jika kerabat-
nya itu dibunuh (ay. 19): Penuntut darahlah yang harus mem-
bunuh pembunuh itu, jika pembunuh itu dinyatakan bersalah
berdasar bukti yang tidak dapat disangkal, dan dia tidak
perlu lagi meminta bantuan melalui jalur hukum ke badan
pengadilan. namun jika tidak pasti siapa pembunuhnya, dan
buktinya meragukan, kita tidak bisa tidak pasti berpikir bah-
wa kecurigaan dari si penuntut darah itu, atau dugaannya
semata-mata, akan memberinya kuasa untuk melakukan apa
yang tidak dapat dilakukan oleh para hakim sendiri kecuali
berdasar keterangan dari dua orang saksi. Hanya jika
kenyataannya sudah jelaslah maka ahli waris dari orang yang
dibunuh, dalam kemarahan yang wajar, dapat membunuh si
pembunuh di mana saja ia menjumpainya. Sebagian penfsir
berpendapat bahwa ini harus dipahami sebagai tindakan yang
didasarkan atas putusan hakim, dan dengan demikian Alkitab
terjemahan bahasa Aram mengatakan, “Si penuntut darah
harus membunuhnya, saat orang itu dinyatakan terhukum
baginya oleh pengadilan.” namun tampak bahwa, berdasar
ayat 24, para hakim menengahi hanya dalam suatu perkara
yang meragukan, dan bahwa jika orang yang kepadanya si
penuntut darah menuntut balas memang yaitu si pembu-
nuh, dan membunuh dengan sengaja, maka si penuntut darah
itu tidak bersalah (ay. 27). Hanya saja, jika ternyata tidak
demikian, maka penuntut darah itu sendiri yang akan me-
nanggung akibatnya. Hukum kita mengizinkan banding diaju-
kan melawan seorang pembunuh oleh janda, atau kerabat
dekat, dari orang yang dibunuh, bahkan sekalipun si pem-
bunuh telah dibebaskan dari dakwaan. Dan, jika si pembunuh
didapati bersalah berdasar banding itu, maka hukuman
508
akan dilaksanakan atas gugatan si pemohon, yang secara
tepat dapat disebut sebagai penuntut darah.
2. Akan namun , jika pembunuhan itu tidak disengaja, tidak pula
direncanakan, dan jika pembunuhan itu dilakukan dengan
tidak ada perasaan permusuhan, atau sekonyong-konyong
dengan tidak sengaja (ay. 22), kurang ingat berbuat sesuatu
kepada orang itu atau tidak mengikhtiarkan celakanya (ay. 23),
yang oleh hukum kita disebut pembunuhan sebab kebetulan
dan kesembronoan, atau pembunuhan per infortunium – kare-
na kecelakaan, maka dalam hal ini disediakan kota-kota per-
lindungan bagi si pembunuh untuk melarikan diri. Menurut
hukum kita, pembunuhan yang demikian akan dikenakan
penyitaan harta benda, namun pengampunan akan tentu diberi-
kan Sesudah ditemukan suatu hal yang khusus. Mengenai kota-
kota perlindungan, hukum yang berlaku yaitu :
(1) Bahwa, jika seseorang membunuh orang lain, maka di da-
lam kota-kota perlindungan ini dia aman, dan berada di
bawah perlindungan hukum, sampai ia diadili di hadap-
an rapat umat, yaitu, di hadapan para hakim dalam peng-
adilan terbuka. Jika dia lalai untuk menyerahkan diri
seperti itu, maka dia sendiri yang akan menanggung akibat-
nya. Jika penuntut darah berjumpa dengannya di tempat
lain, atau berhasil menyusulnya saat ia sedang berjalan
santai menuju kota perlindungan, lalu membunuhnya, maka
darah orang itu ditanggungkan ke atas kepalanya sendiri,
sebab dia tidak memanfaatkan keamanan yang telah
disediakan Tuhan baginya.
(2) Jika, sesudah diadili, pembunuhan itu didapati sebagai
pembunuhan dengan sengaja, maka kota perlindungan
tidak akan lagi menjadi tempat perlindungan baginya. Hal
itu sudah ditetapkan: Engkau harus mengambil orang itu
dari mezbah-Ku, supaya ia mati dibunuh (Kel. 21:14).
(3) namun jika pembunuhan itu didapati sebagai kesalahan
atau kecelakaan, dan bahwa pukulan yang diberikan itu
tanpa maksud untuk menghilangkan nyawa orang yang
terbunuh atau nyawa siapa pun juga, maka si pembunuh
dapat terus aman di dalam kota perlindungan, dan si
penuntut darah tidak boleh mengusiknya (ay. 25). Di sana
dia harus tetap tinggal dalam pembuangan dari rumahnya
Kitab Bilangan 35:9-34
509
sendiri dan dari harta warisan orangtuanya sampai mati-
nya imam besar. Dan, jika saat -waktu dia keluar dari
kota perlindungan itu atau dari batas-batasnya, maka dia
mengeluarkan dirinya sendiri dari perlindungan hukum,
dan si penuntut darah, jika berjumpa dengannya, dapat
membunuhnya (ay. 26-28). Nah,
[1] Dengan dilindunginya nyawa si pembunuh ini, Tuhan
hendak mengajar kita bahwa manusia tidak boleh men-
derita sebab apa yang lebih merupakan kemalangannya
dibandingkan kejahatannya, yang lebih merupakan tindakan
Penyelenggaraan Tuhan dibandingkan tindakannya sendiri,
sebab tangannya ditentukan Tuhan melakukan itu (Kel.
21:13).
[2] Dengan dibuangnya si pembunuh dari kotanya sendiri,
dan dikurungnya dia di kota perlindungan, di mana dia
dalam arti tertentu merupakan seorang tahanan, Tuhan
hendak mengajar kita untuk merasa takut dan ngeri
akan kesalahan sebab pertumpahan darah, dan untuk
sangat berhati-hati memelihara kehidupan, dan selalu
berjaga-jaga supaya jangan sampai sebab kekhilafan
atau kelalaian kita menyebabkan kematian seseorang.
[3] Dengan dibatasinya waktu pembuangan si pembunuh
sampai dengan matinya imam besar, suatu kehormatan
diberikan kepada jabatan yang suci itu. Imam besar
harus dipandang sebagai berkat yang begitu besar bagi
negerinya sehingga pada waktu matinya, dukacita umat
atas kematiannya itu akan menelan habis semua ke-
bencian yang lain. sebab kota-kota perlindungan ada-
lah semuanya kota suku Lewi, dan imam besar yaitu
kepala dari suku itu, dan sebagai akibatnya memiliki
kekuasaan istimewa atas kota-kota ini, maka orang-
orang yang dikurung di dalamnya secara tepat dapat di-
pandang sebagai para tahanannya. Dan dengan begitu,
kematiannya haruslah menjadi pembebasan bagi mere-
ka. Seolah-olah di dalam pakaian imam besarlah si
penjahat dikurung, dan sebab itu pada kematian sang
imam besar, pakaian itu ditanggalkan. Actio moritur cum
persona – Jas dilepas Sesudah pesta berakhir. Ainsworth
(seorang tokoh rohani Inggris abad ke-17 – pen.) memi-
510
liki pendapat lain tentang hal itu, bahwa seperti halnya
para imam besar, saat masih hidup, melalui ibadah
dan korban yang mereka persembahkan, mengadakan
pendamaian untuk dosa, yang di dalamnya mereka
memperlambangkan korban penebusan Kristus, demi-
kian pula, Sesudah mereka mati, dilepaskanlah orang-
orang yang sebelumnya dibuang sebab pembunuhan
yang tidak disengaja, yang melambangkan penebusan di
Israel.
[4] Dengan diserahkannya tahanan itu kepada si penuntut
darah, kalau ia keluar dari batas-batas kota perlindung-
an, umat Israel diajar untuk berpegang pada tata cara
yang telah ditetapkan oleh Hikmat yang Tak Terbatas
untuk membuat mereka aman. Demi kehormatan hu-
kum yang menyembuhkanlah hal itu harus dijalankan
secara ketat. Bagaimana kita bisa berharap untuk di-
selamatkan jika kita menyia-nyiakan keselamatan, yang
sungguh-sungguh merupakan keselamatan besar!
II. Di sini banyak terkandung Injil yang baik yang diungkapkan
dalam perlambang dan gambaran kota-kota perlindungan. Dan
rasul Paulus tampak merujuk pada kota-kota perlindungan itu
saat dia berbicara tentang mencari perlindungan untuk menjang-
kau pengharapan yang terletak di depan kita (Ibr. 6:18), dan
tentang berada dalam Kristus (Flp. 3:9). Kita tidak pernah mem-
baca dalam sejarah Perjanjian Lama bahwa kota-kota perlindung-
an ini pernah dipergunakan, seperti halnya dengan ketetapan-
ketetapan lain yang sejenisnya, yang sekalipun begitu, tidak dira-
gukan lagi, dipergunakan pada saat-saat yang diperlukan sesuai
dengan maksud dan tujuannya. Hanya saja kita membaca tentang
orang-orang yang, dalam keadaan-keadaan yang berbahaya, me-
megang tanduk-tanduk mezbah (1Raj. 1:50; 2:28). Sebab mezbah,
di mana pun didirikan, yaitu seolah-olah seperti ibu kota perlin-
dungan. namun hukum tentang kota-kota perlindungan ini diran-
cang untuk mengangkat dan juga membesarkan pengharapan
orang-orang yang menantikan penebusan di Israel. Demikianlah
yang seharusnya dirasakan oleh mereka yang sadar telah berbuat
dosa, dan dilanda kengerian sebab nya, seperti yang dirasakan
orang pembunuh terhadap kota-kota perlindungan. Amatilah:
Kitab Bilangan 35:9-34
511
1. Ada beberapa kota perlindungan, dan kota-kota itu ditetapkan
demikian di beberapa wilayah di negeri itu, supaya orang pem-
bunuh, di mana pun dia tinggal di tanah Israel, dapat sampai
di salah satu kota itu dalam waktu setengah hari. Demikian
pula halnya, walaupun hanya ada satu Kristus yang ditetap-
kan sebagai tempat perlindungan bagi kita, namun, di mana
pun kita berada, Ia yaitu tempat perlindungan yang dekat,
Penolong yang sangat terbukti, sebab Firman itu dekat kepada
kita, dan Kristus yaitu Firman itu.
2. Orang pembunuh pasti aman di dalam salah satu kota perlin-
dungan ini. Demikian pula halnya, di dalam Kristus orang-
orang percaya yang berlari kepada-Nya, dan tinggal di dalam
Dia, dilindungi dari murka Tuhan dan kutuk hukum Taurat.
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka
yang ada di dalam Kristus Yesus (Rm. 8:1). Siapakah yang
akan menghukum orang-orang yang terlindungi seperti itu?
3. Kota-kota perlindungan itu semuanya kota suku Lewi. yaitu
kebaikan yang diberikan kepada tahanan yang malang itu
bahwa walaupun dia tidak dapat naik ke tempat di mana tabut
Tuhan berada, namun dia berada di tengah-tengah suku Lewi,
yang akan mengajarinya pengetahuan yang baik tentang
Tuhan, dan mengarahkannya bagaimana memanfaatkan pe-
nyelenggaraan ilahi yang sedang dialaminya sekarang. Dapat
juga diharapkan bahwa suku Lewi akan menghibur dan me-
nguatkan dia, dan menyambutnya dengan baik. Demikian
pula halnya, sudah menjadi pekerjaan para pelayan Injil untuk
menyambut orang-orang berdosa yang malang kepada Kristus,
dan membantu serta menasihati orang-orang yang oleh anuge-
rah sudah berada di dalam Dia.
4. Bahkan orang-orang asing dan para pendatang, meskipun bu-
kan penduduk asli Israel, dapat mengambil manfaat dari kota-
kota perlindungan ini (ay. 15). Demikian pula halnya, di dalam
Kristus tidak ada perbedaan antara orang Yunani dan orang
Yahudi. Bahkan anak-anak orang asing yang dengan iman
berlari kepada Kristus akan aman di dalam Dia.
5. Bahkan daerah-daerah pinggir atau perbatasan kota merupa-
kan tempat yang cukup aman bagi si pelanggar hukum (ay.
26-27). Demikian pula halnya, ada kuasa bahkan di jumbai
jubah Kristus untuk menyembuhkan dan menyelamatkan
512
orang-orang berdosa yang malang. Jika kita tidak dapat me-
raih jaminan yang penuh, kita dapat menghibur diri dengan
pengharapan yang baik melalui anugerah.
6. Perlindungan yang didapat oleh orang pembunuh di dalam
kota perlindungan itu bukanlah berkat kekuatan tembok-tem-
boknya, atau pintu-pintu gerbangnya, atau palang-palangnya,
melainkan semata-mata berkat ketetapan ilahi. Demikian pula
halnya, firman Injillah yang memberi jiwa-jiwa keamanan di
dalam Kristus, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Tuhan ,
dengan meterai-Nya.
7. jika si pelanggar hukum tertangkap basah hendak kabur
dari perbatasan kota perlindungannya, atau pergi menyelinap
ke rumahnya lagi, maka dia telah kehilangan jaminan perlin-
dungannya, dan membuat dirinya terbuka untuk diserang oleh
si penuntut darah. Demikian pula orang-orang yang ada di
dalam Kristus harus tinggal di dalam Dia, sebab mereka sen-
dirilah yang akan menanggung akibatnya jika mereka mening-
galkan Dia dan pergi menjauh dari-Nya. Mengundurkan diri
berarti menuju pada kebinasaan.
PASAL 36
alam pasal ini kita mendapati penyelesaian atas masalah lain
yang muncul terkait perkara anak-anak perempuan Zelafehad.
Tuhan telah menetapkan bahwa anak-anak perempuan Zelafehad
harus mewarisi milik pusaka ayah mereka (27:7). Sekarang di sini,
I. Suatu kesulitan diperkirakan akan terjadi, andai kata anak-
anak perempuan Zelafehad menikah dengan salah seorang
dari suku lain (ay. 1-4).
II. Hal itu dicegah oleh ketetapan ilahi yang menyatakan bahwa
anak-anak perempuan harus menikah dengan lelaki dari
suku dan kaum mereka sendiri (ay. 5-7), dan ini ditetapkan
sebagai hukum untuk perkara-perkara serupa (ay. 8-9).
Mereka pun lalu sesuai dengan ketetapan itu menikah
dengan lelaki dari kaum mereka sendiri (ay. 10-12), dan
dengan ini kitab ini ditutup (ay. 13).
Hukum Mengenai Milik Pusaka
(36:1-4)
1 Mendekatlah kepala-kepala puak dari kaum bani Gilead bin Makhir bin
Manasye, salah satu dari kaum-kaum keturunan Yusuf, dan berbicara di
depan Musa dan pemimpin-pemimpin, kepala-kepala suku orang Israel,
2 kata mereka: “TUHAN telah memerintahkan tuanku untuk memberi
tanah itu kepada orang Israel sebagai milik pusaka dengan membuang undi,
dan oleh TUHAN telah diperintahkan kepada tuanku untuk memberi
milik pusaka Zelafehad, saudara kami, kepada anak-anaknya yang perem-
puan. 3 namun seandainya mereka kawin dengan salah seorang anak laki-laki
dari suku lain di antara orang Israel, maka milik pusaka perempuan itu akan
dikurangkan dari milik pusaka bapa-bapa kami dan akan ditambahkan ke-
pada milik pusaka suku yang akan dimasukinya, jadi akan dikurangkan dari
milik pusaka yang diundikan kepada kami. 4 Maka jika tiba tahun
Yobel bagi orang Israel, milik pusaka perempuan itu akan ditambahkan
D
514
kepada milik pusaka suku yang akan dimasukinya dan akan dikurangkan
dari milik pusaka suku nenek moyang kami.”
Kita mendapati di sini permohonan yang penuh kerendahan hati
yang disampaikan kepala-kepala puak suku Manasye kepada Musa
dan para pemimpin, mengenai perintah yang belum lama ini dibuat
perihal anak-anak perempuan Zelafehad. Kaum mereka termasuk
bagian dari suku Manasye yang setengah, yang masih belum meneri-
ma milik pusaka yang diundikan kepada mereka di sebelah barat
sungai Yordan, bukan suku Manasye yang setengah lagi yang telah
menetap. Namun demikian, mereka berbicara tentang tanah milik
mereka, dan warisan nenek moyang mereka, dengan sangat yakin
seolah-olah mereka telah memilikinya dalam genggaman, sebab
mereka tahu siapa yang telah mereka percaya. Dalam permohonan
mereka amatilah,
1. Mereka mengucapkan kembali dengan baik perintah yang dibuat
sebelumnya mengenai perkara ini, dan tidak melakukan gerakan
supaya perintah itu dibatalkan, namun justru sangat ingin mema-
tuhinya (ay. 2): Oleh TUHAN telah diperintahkan untuk memberi-
kan milik pusaka Zelafehad kepada anak-anaknya yang perempu-
an. Mereka sangat senang bahwa demikianlah yang harus terjadi,
tanpa mereka mengetahui bahwa hal itu bisa saja akan menjadi
perkara keluarga mereka sendiri, dan pada saat itu anak-anak
perempuan mereka akan menikmati keuntungan dari hukum ini.
2. Mereka menggambarkan kesulitan yang mungkin akan timbul
dari hal ini, jika anak-anak perempuan Zelafehad memiliki
alasan untuk menikah dengan lelaki dari suku lain (ay. 3). Ada
kemungkinan bahwa ini bukan sekadar sangkaan atau anggapan
semata-mata, namun bahwa mereka tahu, pada saat ini, rayuan-
rayuan manis telah diberikan oleh beberapa anak lelaki dari
suku-suku lain terhadap anak-anak perempuan Zelafehad,
sebab anak-anak perempuan Zelafehad merupakan ahli waris,
agar para anak lelaki itu dapat memperoleh kedudukan di dalam
suku Manasye, dan dengan demikian memperbesar milik pusaka
mereka sendiri. Sungguh, inilah yang kerap kali menjadi tujuan
pernikahan lebih dibandingkan yang semestinya, yaitu bukan kelayak-
an pribadi sang pasangan, melainkan kelayakan harta bendanya,
untuk menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi
ladang. Hikmat memang sama baiknya dengan warisan, namun apa
Kitab Bilangan 36:1-4
515
baiknya warisan dalam hubungan pernikahan tanpa hikmat?
namun di sini, dapat kita duga, sifat terpuji dari anak-anak perem-
puan Zelafehad ini membuat mereka layak sama seperti kekayaan
mereka. Namun demikian, para kepala suku Manasye melihat
kesulitan yang akan timbul Sesudah nya, dan membawa perkara itu
kepada Musa, agar Musa dapat meminta petunjuk Tuhan tentang-
nya. Kesulitan yang mereka cetuskan itu bisa saja dihindarkan
dan ditangani oleh Tuhan dalam perintah yang sudah diberikan
sebelumnya mengenai perkara ini. namun untuk mengajar kita
bahwa, dalam perkara-perkara kita, kita tidak hanya harus
mengikuti penyelenggaraan Tuhan , namun juga menggunakan akal
budi kita sendiri, Tuhan tidak turun tangan hingga para kepala
suku Manasye sendiri yang berkepentingan dalam perkara itu
melihat dengan bijak kesulitan yang akan timbul, dan dengan
rendah hati menghadap Musa untuk meminta kepastian akan hal
itu. Sebab meskipun mereka merupakan kepala-kepala puak dari
kaum mereka masing-masing, dan bisa saja menggunakan kuasa
untuk menolak memberi bagian yang ditentukan untuk anak-
anak perempuan Zelafehad ini, terutama sebab bapak anak-anak
perempuan itu telah mati dan kepentingan umum suku Manasye
terlibat di dalamnya, namun mereka lebih memilih untuk me-
nanyakan perkara itu kepada Musa, dan hal itu berakhir dengan
baik. Janganlah kita ingin menjadi hakim dalam perkara kita
sendiri, sebab akan sulit bagi kita untuk tidak bersikap berat
sebelah. Dalam banyak perkara, lebih mudah untuk menerima
saran yang baik dibandingkan memberi nya, dan sungguh puas jika
kita bertindak di bawah arahan. Ada dua hal yang mereka tuju
dalam penjelasan mereka ini:
(1) Untuk memelihara ketetapan ilahi mengenai milik pusaka.
Mereka menegaskan perintah (ay. 2), bahwa tanah itu harus
diberikan kepada masing-masing suku sebagai milik pusaka
dengan membuang undi. Dan mereka menegaskan bahwa jika
sebab pernikahan anak-anak perempuan Zelafehad bagian
undi milik suku Manasye yang begitu besar harus berpindah
tangan ke suku lain, maka hal itu merupakan pelanggaran ter-
hadap ketetapan ilahi, sebab tanah hasil undi akan disebut
menurut suku bapak, bukan suku ibu. Ini memang tidak akan
mengurangi bagian orang perseorangan dalam suku Manasye,
tiap-tiap orang masih akan memiliki bagiannya sendiri, namun
516
ini akan mengurangi bagian suku Manasye secara umum, dan
membuatnya lebih lemah dan kurang diperhitungkan. Oleh
sebab itu, mereka merasa khawatir akan nama baik suku
mereka, dan mungkin menjadi semakin giat memperjuangkan-
nya sebab suku Manasye sudah sangat diperlemah oleh
menetapnya setengah dari suku itu di seberang timur sungai
Yordan.
(2) Untuk mencegah perseteruan dan pertikaian di antara ketu-
runan mereka. Jika ada beberapa orang dari suku-suku lain
yang masuk ke tengah-tengah mereka, hal itu mungkin akan
menimbulkan sedikit banyak perseteruan. Mereka akan cen-
derung menimbulkan dan mendapatkan gangguan, dan hak
mereka mungkin lambat laun akan dipertanyakan. Betapa be-
sarnya masalah yang akan disulut oleh api ini! yaitu hikmat
dan kewajiban bagi orang-orang yang memiliki harta benda
di dunia untuk membereskannya, dan mengurusnya, sehingga
tidak akan timbul pertengkaran dan perbantahan tentangnya
di antara anak cucu mereka nanti.
Mengenai Keturunan Zelafehad
(36:5-13)
5 Lalu Musa memerintahkan kepada orang Israel sesuai dengan titah TUHAN:
“Perkataan suku keturunan Yusuf itu benar. 6 Inilah firman yang diperintah-
kan TUHAN mengenai anak-anak perempuan Zelafehad, bunyinya: Mereka
boleh kawin dengan siapa saja yang suka kepada mereka, asal mereka kawin
di lingkungan salah satu kaum dari suku ayah mereka. 7 Sebab milik pu-
saka orang Israel tidak boleh beralih dari suku ke suku, namun orang Israel
haruslah masing-masing memegang milik pusaka suku nenek moyang-
nya. 8 Jadi setiap anak perempuan di antara suku-suku orang Israel yang
telah mewarisi milik pusaka, haruslah kawin dengan seorang dari salah satu
kaum yang termasuk suku ayahnya, supaya setiap orang Israel mewarisi
milik pusaka nenek moyangnya. 9 Sebab milik pusaka itu tidak boleh beralih
dari suku ke suku, namun suku-suku orang Israel haruslah masing-masing
memegang milik pusakanya sendiri.” 10 Seperti yang diperintahkan TUHAN
kepada Musa, demikianlah diperbuat anak-anak perempuan Zelafehad.
11 Maka Mahla, Tirza, Hogla, Milka dan Noa, anak-anak perempuan Zelafe-
had, kawin dengan anak-anak lelaki dari pihak saudara-saudara ayah me-
reka; 12 mereka kawin dengan laki-laki dari kaum-kaum bani Manasye bin
Yusuf, sehingga milik pusaka mereka tetap tinggal pada suku kaum ayah-
nya. 13 Itulah perintah dan peraturan yang diperintahkan TUHAN kepada
orang Israel dengan perantaraan Musa di dataran Moab di tepi sungai
Yordan dekat Yerikho.
Kitab Bilangan 36:5-13
517
Dalam perikop ini,
I. Permasalahan antara anak-anak perempuan Zelafehad dan orang-
orang lain dari suku Manasye diselesaikan melalui perintah yang
jelas dari Tuhan . Permohonan kepala-kepala puak itu disetujui,
dan diambil tindakan yang perlu untuk mencegah kesulitan yang
ditakutkan: Perkataan suku keturunan Yusuf itu benar (ay. 5).
Demikianlah, orang-orang yang meminta petunjuk kepada Tuhan
tentang kepastian milik pusaka sorgawi mereka tidak hanya akan
diberi petunjuk mengenai apa yang harus diperbuat, namun juga
permintaan-permintaan mereka akan diterima dengan penuh
rahmat. Dan kepada mereka tidak hanya akan dikatakan baik
sekali, namun juga tepat sekali, hamba-Ku yang baik dan setia.
Nah, permasalahan itu diselesaikan seperti ini: anak-anak perem-
puan yang merupakan para ahli waris itu diwajibkan untuk meni-
kah, bukan hanya dengan lelaki dari suku mereka sendiri, yaitu
suku Manasye, melainkan juga dengan lelaki yang berasal dari
kaum Hefer secara khusus, kaum mereka sendiri.
1. Anak-anak perempuan Zelafehad tidak harus menikah dengan
laki-laki tertentu. Ada cukup banyak pilihan dalam kaum ayah
mereka: Mereka boleh kawin dengan siapa saja yang suka
kepada mereka (ay. 6; KJV: Biarlah mereka menikah dengan
siapa saja yang menurut mereka terbaik bagi mereka). Seperti
halnya anak-anak harus menghormati wewenang orangtua
mereka, dan tidak menikah dengan orang yang tidak dikehen-
daki orangtua mereka, demikian pula orangtua harus memper-
hitungkan perasaan anak-anak mereka dalam mengatur me-
reka, dan tidak memaksa mereka untuk menikah dengan
orang yang tidak mereka cintai. Kawin paksa kemungkinan
tidak akan membawa berkat.
2. Namun demikian, pilihan mereka dibatasi pada kaum kerabat
mereka sendiri, supaya milik pusaka mereka tidak jatuh ke
tangan kaum lain. Tuhan ingin mereka mengetahui bahwa ka-
rena tanah itu harus dibagi menurut undi, maka hasilnya ber-
asal dari Tuhan. Mereka tidak dapat mengubah, dan sebab
itu tidak boleh mengganti, ketetapan-Nya itu. Milik pusaka
mereka tidak boleh beralih dari suku ke suku (ay. 7), supaya
jangan ada kebingungan di antara mereka, sehingga harta
milik mereka menjadi kacau, dan silsilah mereka menjadi
518
berantakan. Tuhan tidak mau satu suku diperkaya dengan me-
nyusahkan dan memiskinkan suku yang lain, sebab mereka
semua sama-sama keturunan Abraham, sahabat-Nya.
II. Hukum itu, dalam perkara yang khusus ini, dibuat berlaku
selama-lamaya, dan harus dipatuhi jika perkara serupa terjadi
di masa yang akan datang (ay. 8). Anak-anak perempuan yang
bukan merupakan ahli waris boleh menikah dengan laki-laki dari
suku mana pun yang mereka sukai walaupun kita dapat meng-
anggap bahwa, biasanya, mereka tetap menikah dengan laki-laki
dari suku yang sama. namun anak-anak perempuan yang merupa-
kan ahli waris harus memilih untuk mencopot hak waris mereka
atau menikah dengan laki-laki dari kaum mereka sendiri, agar
masing-masing suku tetap menjaga milik pusakanya sendiri, dan
suku yang satu tidak melanggar batas suku yang lain. Dengan
begitu, batas-batas tanah yang lama yang sudah ditetapkan,
bukan oleh nenek moyang mereka, melainkan oleh Tuhan nenek
moyang mereka, akan tetap terjaga secara turun-temurun dan
tidak dapat dipindahkan.
III. Kepatuhan anak-anak perempuan Zelafehad terhadap ketetapan
ini. Bagaimana mungkin pernikahan mereka tidak akan baik dan
memuaskan, saat Tuhan sendirilah yang mengarahkan mereka?
Mereka menikah dengan anak laki-laki dari pihak saudara-
saudara ayah mereka (ay. 10-12). Melalui hal ini tampak,
1. Bahwa pernikahan antar sepupu bukanlah pernikahan yang
dengan sendirinya tidak diperbolehkan, atau dalam tingkat
tertentu dilarang, sebab seandainya demikian Tuhan tidak
akan mengizinkan pernikahan ini. Akan namun ,
2. Bahwa pernikahan ini biasanya tidak dianjurkan. Sebab, sean-
dainya tidak ada alasan tertentu untuk menjalani pernikahan
itu, yang sekarang tidak dapat berlaku dalam perkara apa
pun, sebab milik pusaka tidak dibagikan seperti dulu melalui
ketetapan khusus dari Sorga, maka mereka tidak akan me-
nikah dengan kerabat dekat seperti itu. Dunia ini luas, dan
siapa berjalan dengan tegak akan berusaha untuk berjalan
dengan yakin.
Kitab Bilangan 36:5-13
519
IV. Penutup dari seluruh kitab ini, dengan merujuk pada bagian
terakhir darinya: Itulah peraturan yang diperintahkan TUHAN di
dataran Moab (ay. 13), semua peraturan yang sudah disampaikan
sebelumnya, mulai dari pasal 26, yang sebagian besarnya terkait
dengan pemukiman orang Israel di Kanaan, yang sedang mereka
masuki sekarang. Setiap kali Tuhan , melalui penyelenggaraan-Nya,
membawa kita ke dalam keadaan baru, kita harus memohon
kepada-Nya untuk mengajari kita tentang kewajiban yang harus
kita lakukan dalam keadaan baru itu, dan untuk memampukan
kita melakukannya, agar kita dapat mengerjakan pekerjaan sesuai
dengan waktu dan tempatnya.
T A F S I R A N M A T T H E W H E N R Y
Kitab
ULangAN
Tafsiran
Kitab Ulangan
Disertai Renungan Praktis
itab ini yaitu pengulangan dari banyak sejarah maupun hu-
kum-hukum yang termuat dalam ketiga kitab sebelumnya. Peng-
ulangan itu disampaikan Musa kepada Israel (baik secara lisan,
supaya dapat membuat hati tergerak, maupun secara tulisan, supaya
bisa tetap ada) tidak lama sebelum kematiannya. Tidak ada sejarah
baru di dalamnya selain tentang kematian Musa pada pasal terakhir.
Juga tidak ada pewahyuan baru kepada Musa, sejauh yang tampak,
dan sebab itu gaya penulisannya di sini tidak diawali dengan, seper-
ti sebelumnya, Tuhan berfirman kepada Musa. Sebaliknya, hukum-
hukum sebelumnya diulangi dan ditafsirkan, dijelaskan dan diper-
luas, dan beberapa perintah tertentu ditambahkan kepadanya, de-
ngan berbagai macam alasan untuk menegaskannya. Dalam hal ini
Musa ini mendapat ilham dan pertolongan ilahi, sehingga ini benar-
benar merupakan firman Tuhan melalui Musa, sama seperti apa yang
dikatakan kepadanya dengan suara yang terdengar dari dalam
Kemah Pertemuan (Im. 1:1). Para penafsir Yunani menyebutnya Deu-
teronomy, yang berarti hukum kedua, atau cetakan kedua dari hukum
Taurat, tanpa perubahan, sebab tidak perlu ada perubahan apa pun,
namun dengan penambahan-penambahan, untuk membimbing umat
lebih jauh lagi dalam berbagai macam persoalan yang tidak disebut-
kan sebelumnya. Nah,
I. Terutama untuk menghormati hukum ilahilah bahwa hukum itu
diulangi dalam kitab ini. Betapa besar perkara-perkara hukum
K
524
yang diajarkan di sini, dan betapa tidak dapat dimaafkan orang-
orang yang menganggapnya sebagai sesuatu yang asing! (Hos.
8:12).
II. Pastilah ada alasan tertentu untuk menyebut kembali hukum itu
sekarang. Angkatan yang pertama kali hukum itu diberikan su-
dah mati semuanya. Dan kini angkatan yang baru telah muncul,
dan kepada mereka Tuhan ingin supaya hukum itu diulangi oleh
Musa sendiri, supaya, sedapat mungkin tertanam dalam diri
mereka selamanya. Sekarang mereka hendak mengambil alih
kepemilikan tanah Kanaan, jadi Musa harus membacakan butir-
butir kesepakatan kepada mereka, supaya mereka tahu dengan
syarat dan ketentuan apa mereka harus menduduki dan menik-
mati tanah itu. Dan juga, supaya mereka memahami bagaimana
harus hidup di sana.
III. Akan sangat bermanfaat bagi angkatan yang baru muncul itu jika
bagian-bagian hukum yang langsung berkaitan dengan hidup dan
tata perilaku mereka dikumpulkan jadi satu. Sebab hukum-
hukum yang menyangkut para imam dan orang-orang Lewi, dan
pelaksanaan jabatan-jabatan mereka, tidak diulangi. Bagi mereka
hukum-hukum imamat itu cukup disampaikan satu kali. namun ,
dalam belas kasihan terhadap kelemahan umat itu, hukum-
hukum yang lebih menyangkut kepentingan umum disampaikan
dua kali. Harus diberikan perintah demi perintah, dan aturan demi
aturan (Yes. 28:10, KJV). Kebenaran-kebenaran Injil yang agung
dan yang sangat diperlukan itu harus sering ditekankan kepada
jemaat oleh hamba-hamba Kristus. Menuliskan hal ini lagi kepada-
mu, kata rasul Paulus, (Flp. 3:1) tidaklah berat bagiku dan mem-
beri kepastian kepadamu. Apa yang sudah difirmankan Tuhan satu
kali, perlu kita dengar dua kali, perlu kita dengar berkali-kali.
Dan sungguh baik jika, sesudah semuanya itu, firman itu di-
pahami dan diindahkan sebagaimana mestinya. Dalam tiga hal
Kitab Ulangan ini diagungkan dan dibuat menjadi terhormat:
1. Raja yang diangkat atas mereka akan menuliskan salinannya
dengan tangannya sendiri, dan membaca isinya seumur hidup-
nya (ps. 17-19).
2. Hukum itu harus ditulis di atas batu-batu besar yang dikapur,
pada saat mereka menyeberangi sungai Yordan (27:2-3).
Tafsiran Kitab Ulangan Disertai Renungan Praktis
525
3. Hukum itu harus dibaca di depan semua orang setiap tahun
ketujuh, pada hari raya Pondok Daun, oleh para imam, dengan
didengar oleh seluruh orang Israel (31:9, dst.). Injil yaitu
sejenis Kitab Ulangan, hukum kedua, hukum penyembuh, hu-
kum rohani, hukum iman. Melalui Injil kita berada di bawah
hukum Kristus, dan Injil yaitu hukum yang menyempurna-
kan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.
Kitab Ulangan ini dimulai dengan sebuah ulangan singkat tentang
peristiwa-peristiwa yang paling luar biasa yang terjadi di antara orang
Israel sejak mereka datang dari gunung Sinai. Dalam pasal keempat
kita mendapati ajakan yang penuh kesungguhan hati untuk berlaku
taat. Dalam pasal kedua belas, dan seterusnya sampai pasal kedua
puluh tujuh, diulangi banyak hukum tertentu, yang ditegaskan (ps.
27 dan 28) dengan janji-janji dan ancaman-ancaman, berkat-berkat
dan kutuk-kutuk, yang disatukan menjadi sebuah perjanjian (ps. 29
dan 30). Semua hal ini diusahakan agar diingat terus di antara
bangsa itu (ps. 31), khususnya melalui sebuah lagu (ps. 32), lalu
Musa menutup dengan sebuah berkat (ps. 33). Semuanya ini disam-
paikan oleh Musa kepada orang Israel dalam bulan terakhir hidup-
nya. Seluruh kitab ini hanya memuat sejarah selama dua bulan.
Bandingkan pasal 1:3 dengan Yosua 4:19, di mana kita dapati hari-
hari terakhir dari masa dua bulan ini bangsa Israel berkabung bagi
Musa. Lihatlah betapa sibuknya orang besar dan baik itu berusaha
berbuat baik saat ia tahu bahwa waktunya sudah singkat. Betapa
cepat langkahnya saat ia sudah mendekati tempat peristirahat-
annya. Demikian pula halnya, kita memiliki lebih banyak catatan
tentang apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Juruselamat kita
yang terpuji dalam minggu terakhir hidup-Nya dibandingkan dalam
waktu-waktu lain. Kata-kata terakhir dari orang-orang yang terkemu-
ka menimbulkan, atau akan menimbulkan, kesan-kesan yang men-
dalam. Amatilah, bagi kehormatan kitab ini, bahwa saat Jurusela-
mat kita menjawab godaan-godaan Iblis dengan perkatan Ada tertulis,
Ia mengambil semua kutipan-Nya dari kitab ini (Mat. 4:4, 7, 10).
PASAL 1
agian pertama dari khotbah perpisahan Musa kepada Israel di-
mulai dari pasal ini, dan dilanjutkan sampai bagian akhir pasal
keempat. Dalam lima ayat pertama dari pasal ini, kita mendapati
kapan khotbah itu disampaikan, tempat penyampaiannya (ay. 1-2, 5),
dan waktu penyampaiannya (ay. 3-4). Cerita dalam pasal ini meng-
ingatkan bangsa Israel,
I. Akan janji yang dibuat Tuhan kepada mereka tentang tanah
Kanaan (ay. 6-8).
II. Akan ketentuan yang dibuat tentang hakim-hakim untuk
mereka (ay. 9-18).
III. Akan ketidakpercayaan dan sungut-sungut mereka saat
mendengar laporan para pengintai (ay. 19-33).
IV. Akan hukuman yang dijatuhkan ke atas mereka sebab nya,
dan isi dari hukuman itu (ay. 34, dst.).
Sejarah Israel Diulangi
(1:1-8)
1 Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa kepada seluruh orang
Israel di seberang sungai Yordan, di padang gurun, di Araba-Yordan, di ten-
tangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab.
2 Sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai Kadesh-Barnea, melalui
jalan pegunungan Seir. 3 Pada tanggal satu bulan sebelas tahun keempat
puluh berbicaralah Musa kepada orang Israel sesuai dengan segala yang di-
perintahkan TUHAN kepadanya demi mereka, 4 Sesudah ia memukul kalah
Sihon, raja orang Amori, yang diam di Hesybon, dan Og, raja negeri Basan,
yang diam di Asytarot, dekat Edrei. 5 Di seberang sungai Yordan, di tanah
Moab, mulailah Musa menguraikan hukum Taurat ini, katanya: 6 “TUHAN,
Tuhan kita, telah berfirman kepada kita di Horeb, demikian: Telah cukup lama
kamu tinggal di gunung ini. 7 Majulah, berangkatlah, pergilah ke pegunungan
orang Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-Yordan, di Pegu-
nungan, di Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan di tepi pantai laut, yaitu
B
528
negeri orang Kanaan, dan ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu.
8 Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, du-
dukilah negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek mo-
yangmu, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberi nya kepada
mereka dan kepada keturunannya.”
Kita mendapati di sini,
I. Khotbah ini disampaikan Musa kepada umat Israel. Tidak diragu-
kan lagi, ia memiliki pendengar yang sangat banyak, sebanyak
yang dapat berkerumun untuk mendengarkannya, dan terutama
semua tua-tua dan para pemimpin, wakil-wakil umat. Ada ke-
mungkinan, pada hari Sabatlah ia menyampaikan khotbah ini ke-
pada mereka.
1. Tempat mereka berkemah sekarang yaitu di tentangan Suf, di
tanah Moab (ay. 1, 5), di mana mereka siap sedia untuk mema-
suki Kanaan, dan terlibat dalam peperangan melawan orang
Kanaan. Namun demikian Musa tidak berbicara kepada me-
reka tentang perkara-perkara peperangan, kemahiran-kema-
hiran dan siasat-siasat perang, melainkan tentang kewajiban
mereka kepada Tuhan . Sebab, jika mereka tetap takut akan Dia
dan tetap berkenan kepada-Nya, maka Ia akan menjamin
bahwa mereka akan menaklukkan negeri itu. Agama mereka
merupakan siasat yang terbaik untuk mereka.
2. Waktu penyampaian khotbah itu yaitu menjelang akhir
tahun keempat puluh sejak mereka keluar dari Mesir. Sedemi-
kian lamanya Tuhan telah bersabar terhadap tingkah laku
mereka, dan sebegitu lamanya juga mereka menanggung aki-
bat kesalahan mereka sendiri (Bil. 14:34). Dan sebab seka-
rang pemandangan yang baru dan lebih menyenangkan akan
diperlihatkan kepada mereka, sebagai tanda kebaikan, maka
Musa mengulangi hukum Taurat kepada mereka. Demikian-
lah, Sesudah perseteruan Tuhan dengan mereka sebab peristiwa
anak lembu emas itu, tanda yang pertama dan paling pasti
bahwa Tuhan telah berdamai dengan mereka yaitu diperbaha-
ruinya loh-loh batu. Tidak ada bukti dan tanda yang lebih baik
akan perkenanan Tuhan selain kebaikan-Nya dalam menaruh
hukum-Nya dalam hati kita (Mzm. 147:19-20).
II. Isi pesan khotbahnya. Secara umum, Musa mengatakan kepada
mereka segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya (ay. 3). Ini
Kitab Ulangan 1:1-8
529
menyiratkan, bukan hanya bahwa apa yang disampaikannya se-
karang pada intinya sama dengan apa yang sebelumnya telah
diperintahkan kepada mereka, melainkan juga bahwa itu yaitu
apa yang sekarang diperintahkan Tuhan kepadanya untuk di-
ulangi. Ia memberi mereka pengulangan dan nasihat ini semata-
mata melalui pimpinan ilahi. Tuhan menetapkan dia untuk me-
ninggalkan pusaka ini kepada jemaat. Musa memulai pesannya
dengan peristiwa keberangkatan mereka dari gunung Sinai (ay. 6),
dan menyinggung di sini,
1. Perintah-perintah yang diberikan Tuhan kepada mereka untuk
membongkar kemah, dan melanjutkan perjalanan mereka (ay.
6-7): Telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini. Ini yaitu
gunung dengan api yang menyala-nyala (Ibr. 12:18), dan yang
melahirkan anak-anak perbudakan (Gal. 4:24). Ke sanalah
Tuhan membawa mereka untuk merendahkan mereka, dan
melalui kengerian-kengerian hukum Taurat, Ia mempersiap-
kan mereka bagi tanah perjanjian. Di sanalah Ia membiarkan
mereka tinggal selama sekitar satu tahun, dan lalu mem-
beri tahu mereka bahwa mereka sudah cukup lama tinggal di
sana, dan harus maju lagi. Walaupun Tuhan membawa umat-
Nya ke dalam kesusahan dan penderitaan, ke dalam kesusah-
an rohani dan penderitaan jiwa, namun Ia tahu bilamana me-
reka sudah tinggal cukup lama di dalamnya. Dan Ia pasti akan
menemukan waktu, waktu yang paling tepat, untuk meng-
angkat mereka dari kengerian-kengerian roh perbudakan. Lihat
Roma 8:15.
2. Pengharapan yang diberikan Tuhan kepada mereka bahwa
mereka akan menetap di Kanaan dengan bahagia tidak lama
lagi: Pergilah ke negeri orang Kanaan (ay. 7). Masuk dan du-
dukilah negeri itu, semua itu milikmu. Ketahuilah, Aku telah
menyerahkan negeri itu kepadamu (ay. 8, KJV: Aku telah mem-
perhadapkan negeri itu kepadamu). saat Tuhan memerin-
tahkan kita untuk maju dalam kehidupan Kristiani kita, Ia
memperhadapkan Kanaan sorgawi kepada kita untuk menye-
mangati kita.
530
Perintah kepada para Hakim
(1:9-18)
9 “Pada waktu itu aku berkata kepadamu, demikian: Seorang diri aku tidak
dapat memikul tanggung jawab atas kamu. 10 TUHAN, Tuhan mu, telah mem-
buat kamu banyak dan sebetulnya , sekarang kamu sudah seperti bin-
tang-bintang di langit banyaknya. 11 TUHAN, Tuhan nenek moyangmu, kiranya
menambahi kamu seribu kali lagi dari jumlahmu sekarang dan memberkati
kamu seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu. 12 namun bagaimana seorang
diri aku dapat memikul tanggung jawab atas kesusahanmu, atas bebanmu
dan perkaramu? 13 Kemukakanlah dari suku-sukumu orang-orang yang bi-
jaksana, berakal budi dan berpengalaman, maka aku akan mengangkat me-
reka menjadi kepala atas kamu. 14 Lalu kamu menjawab aku: Memang baik
apa yang kauanjurkan untuk dilakukan itu. 15 lalu aku mengambil
kepala-kepala sukumu, yaitu orang-orang yang bijaksana dan berpengala-
man, lalu aku mengangkat mereka menjadi pemimpin atas kamu, yaitu se-
bagai kepala pasukan seribu, kepala pasukan seratus, kepala pasukan lima
puluh dan kepala pasukan sepuluh dan sebagai pengatur pasukan bagi
suku-sukumu. 16 Dan pada waktu itu aku memerintahkan kepada para ha-
kimmu, demikian: Berilah perhatian kepada perkara-perkara di antara sau-
dara-saudaramu dan berilah keputusan yang adil di dalam perkara-perkara
antara seseorang dengan saudaranya atau dengan orang asing yang ada
padanya. 17 Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil
maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan. Jangan gentar ter-
hadap siapa pun, sebab pengadilan yaitu kepunyaan Tuhan . namun perkara
yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku
mendengarnya. 18 Demikianlah aku pada waktu itu memerintahkan kepada-
mu segala hal yang harus kamu lakukan.”
Musa di sini mengingatkan mereka akan hukum dan peraturan yang
diletakkan sebagai dasar dalam mengatur kehidupan bangsa mereka.
Tata aturan ini dapat menciptakan keamanan dan ketenangan bagi
mereka, kalau mereka mau menjalaninya. saat hukum-hukum
yang baik diberikan kepada mereka, orang-orang baik juga dipercaya-
kan untuk melaksanakannya. Hal ini merupakan tindakan dari ke-
baikan Tuhan terhadap mereka, dan juga merupakan kepedulian Musa
terhadap mereka. Dari apa yang tampak, Musa menyebutkannya di
sini untuk membuat mereka percaya, bahwa dengan tulus hati ia
mengusahakan kesejahteraan mereka. Dan dengan begitu ia mem-
buka jalan untuk apa yang hendak dikatakannya kepada mereka,
yang di dalamnya ia tidak memiliki tujuan apa-apa selain kebaik-
an mereka sendiri. Dalam bagian ceritanya ini, ia menjelaskan ke-
pada mereka,
I. Bahwa ia sangat bersukacita dalam pertambahan jumlah mereka.
Ia mengakui digenapinya janji Tuhan kepada Abraham (ay. 10):
Kamu sudah seperti bintang-bintang di langit banyaknya. Dan ia
Kitab Ulangan 1:9-18
531
berdoa supaya janji itu digenapi lebih jauh (ay. 11): Tuhan menam-
bahi kamu seribu kali lagi. Doa ini diselipkannya sebagai tambah-
an, dan doa yang diselipkan secara bijak dalam suatu perkataan
tentang perkara-perkara ilahi tidak bisa dipandang sebagai sesua-
tu yang tidak pada tempatnya. Tidak pula seruan saleh yang tiba-
tiba melompat keluar akan merusak perkataan itu, namun justru
akan menguatkan dan menghiasinya. Lepas dari itu, kita melihat
betapa semakin besar keinginan Musa untuk berdoa supaya
mereka dibuat seribu kali lebih banyak dari jumlah mereka pada
waktu itu! Kita tidak dibatasi untuk mengalami kuasa dan ke-
baikan Tuhan , jadi mengapa kita membatasi iman dan pengharap-
an kita sendiri, yang seharusnya seluas janji Tuhan sendiri? Dari
janji Tuhan itulah Musa di sini memberi ukuran pada doanya:
TUHAN memberkati kamu seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu.
Tidak ada salahnya ia berharap supaya mereka menjadi seribu
kali lebih banyak dibandingkan sekarang, saat sekarang mereka se-
puluh ribu kali lebih banyak dibandingkan saat mereka masuk ke
Mesir, sekitar 250 tahun yang lalu. Cermatilah, saat mereka ada
di bawah pemerintahan Firaun, pertambahan jumlah mereka me-
nimbulkan iri hati, dan dikeluhkan sebagai sesuatu yang menyu-
sahkan (Kel. 1:9). namun sekarang, di bawah pemerintahan Musa,
pertambahan jumlah itu membawa sukacita, dan didoakan seba-
gai sebuah berkat. Mempertimbangkan hal ini dapat memberi me-
reka kesempatan untuk merenungkan kebodohan mereka sendiri
dengan rasa malu, saat mereka berbicara tentang mengangkat
seorang kepala pasukan dan kembali ke Mesir.
II. Bahwa Musa tidak berhasrat untuk mengambil kehormatan me-
merintah bagi dirinya seorang diri saja, dan untuk memimpin
bangsa itu sendirian. Ia tidak mau berlaku sebagai seorang raja
yang berkuasa penuh atas apa saja (ay. 9). Meskipun ia yaitu
seorang yang sangat layak mendapat kehormatan itu, dan juga
sangat memenuhi syarat untuk tugas itu, namun ia berkeinginan
supaya orang lain juga dilibatkan sebagai para pendampingnya
dalam tugas itu, dan dengan begitu turut berbagi bersamanya
dalam kehormatan itu: Seorang diri aku tidak dapat memikul tang-
gung jawab atas bebanmu (ay. 12). Menjadi hakim yaitu sebuah
beban. Musa sendiri, meskipun luar biasa berbakat untuk itu,
mendapati tugas seorang hakim membebani pundaknya dengan
532
berat. Dan memang, hakim-hakim terbaik biasanya paling menge-
luhkan beban itu, dan sangat ingin mendapat pertolongan, sebab
takut jangan sampai berlaku di luar batas kemampuan mereka.
III. Bahwa Musa tidak ingin mengangkat orang-orangnya sendiri,
atau mereka yang ada di bawah kendalinya. sebab itu ia menye-
rahkan kepada bangsa itu untuk memilih hakim-hakim, dan ia
akan menahbiskan mereka sebagai hakim. Jadi ia tidak meng-
angkat mereka durant bene placito – sesuai kehendaknya, melain-
kan quam diu se bene gesserint – selama mereka membuktikan diri
mereka setia. Kemukakanlah dari suku-sukumu orang-orang yang
bijaksana, dan berpengalaman, maka aku akan mengangkat mere-
ka menjadi kepala (ay. 13). Demikian pula para rasul meminta
jemaat untuk memilih penilik-penilik untuk membantu kaum
miskin, dan lalu mereka menahbiskan para penilik itu (Kis.
6:3, 6). Musa mengarahkan bangsa itu untuk mengambil orang-
orang yang bijaksana dan berakal budi, yang keutamaan pribadi-
nya akan membuat mereka layak. Kemunculan dan asal-usul
bangsa ini belum begitu lama, sehingga tak seorang pun dari
mereka dapat mengaku-ngaku berasal dari suku bangsa yang su-
dah ada dari zaman dahulu kala, atau yang berasal dari keturun-
an bangsawan, dan melebihi saudara-saudara mereka yang lain.
Selain itu, sebab belum lama ini mereka baru keluar dari per-
budakan di Mesir, ada kemungkinan bahwa satu keluarga tidak
jauh lebih kaya dibandingkan keluarga yang lain. Dengan begitu,
pilihan mereka harus diarahkan semata-mata berdasar hik-
mat, pengalaman, dan kelurusan hati. “Pilihlah orang-orang,” kata
Musa, “yang terpuji di antara suku-sukumu, dan dengan sepenuh
hati aku akan mengangkat mereka menjadi kepala.” Kita tidak
boleh menggerutu jika pekerjaan Tuhan dilakukan oleh tangan-
tangan lain dan bukan oleh tangan kita, jika pekerjaan itu dilaku-
kan oleh tangan-tangan yang baik.
IV. Bahwa Musa dalam hal ini sangat ingin menyenangkan hati umat.
Dan, meskipun ia dalam hal apa pun tidak bertujuan untuk men-
dapatkan pujian mereka, namun dalam hal semacam ini ia tidak
akan bertindak tanpa persetujuan mereka. Dan mereka menyetu-
jui usulan ini : Memang baik apa yang kauanjurkan untuk
dilakukan itu (ay. 14). Hal ini disebutkannya untuk mengingatkan
Kitab Ulangan 1:9-18
533
betapa besar dosa mereka jika mereka sampai memberontak
sebab merasa tidak puas sesudah ini. Jika mereka berseteru
nanti dengan para pemimpin, mereka harus ingat bahwa orang-
orang itulah yang sudah mereka sepakati sendiri. Musa ingin agar
mereka merasa senang.
V. Bahwa Musa bertujuan untuk membangun mereka dan juga me-
muaskan mereka. Sebab,
1. Ia menunjuk orang-orang yang bertabiat baik (ay. 15), orang-
orang yang bijaksana dan berpengalaman, orang-orang yang
mau setia pada kepercayaan yang mereka terima dan pada
kepentingan orang banyak.
2. Ia memberi mereka perintah yang baik (ay. 16-17). Orang-
orang yang diangkat pada jabatan yang terhormat harus tahu
bahwa mereka diberi perintah untuk melakukan suatu peker-
jaan, dan harus memberi pertanggungjawaban atas peker-
jaan yang diperintahkan kepada mereka itu pada suatu hari
kelak.
(1) Ia memerintahkan mereka supaya tekun dan sabar: Berilah
perhatian kepada perkara-perkara. Dengarkanlah kedua
belah pihak yang beperkara, dengarkanlah mereka baik-
baik, dengarkanlah mereka dengan saksama. Sebab alam
telah memberi kita dua telinga, dan jikalau seseorang mem-
beri jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kece-
laannya. Telinga seorang murid itu penting untuk lidah
seorang murid (Yes. 50:4).
(2) Musa memerintahkan mereka supaya adil dan tidak berat
sebelah: Berilah keputusan yang adil. Penghakiman harus
diberikan sesuai dengan benar tidaknya perkara, tanpa
mengindahkan kedudukan para pihak. Penduduk asli tidak
boleh dibiarkan memperlakukan orang asing dengan se-
mena-semana, seperti juga orang asing tidak boleh meng-
hina penduduk asli atau menyerobot kepunyaan mereka.
Yang besar tidak boleh dibiarkan menindas yang kecil, atau
meremukkan mereka, seperti juga yang kecil tidak boleh
merampok yang besar, atau menghina mereka. Mengadili
tidak boleh pandang bulu, namun keadilan yang tanpa suap
534
dan tanpa prasangka haruslah selalu mendasari putusan
hukuman.
(3) Musa memerintahkan mereka untuk tegas dan berani: “Ja-
ngan gentar terhadap siapa pun. Bila tindakanmu tidak me-
nyenangkan suatu pihak, jangan digentarkan oleh teriakan-
teriakan khalayak ramai maupun oleh ancaman-ancaman
orang yang memegang kekuasaan.” Dan ia memberi mereka
alasan yang baik untuk menegaskan perintah ini: “Sebab
pengadilan yaitu kepunyaan Tuhan . Engkau yaitu utusan-
utusan Tuhan , engkau bertindak untuk Dia, dan sebab itu
harus bertindak seperti Dia. Engkau yaitu yaitu wakil-
wakil-Nya, namun jika engkau tidak menghakimi dengan
benar, maka engkau tidak mewakili Dia dengan jalan yang
tidak benar. Penghakiman yaitu milik-Nya, dan sebab
itu Ia akan melindungimu dalam berbuat benar, dan pasti
akan mengadakan perhitungan denganmu jika engkau ber-
buat salah.”
3. Musa mengizinkan mereka untuk membawa semua perkara
yang sulit kepadanya, dan ia akan selalu siap untuk men-
dengar dan memutuskan, dan membuat para hakim maupun
umat merasa tenang. Berbahagialah engkau, hai Israel!, seperti
yang dilantunkan Musa.
Dosa Israel di Kadesh
(1:19-46)
19 “lalu kita berangkat dari Horeb dan berjalan melalui segenap padang
gurun yang besar dan dahsyat yang telah kamu lihat itu, ke arah pegunung-
an orang Amori, seperti yang diperintahkan kepada kita oleh TUHAN, Tuhan
kita; lalu kita sampai ke Kadesh-Barnea. 20 saat itu aku berkata kepadamu:
Kamu sudah sampai ke pegunungan orang Amori, yang diberikan kepada
kita oleh TUHAN, Tuhan kita. 21 Ketahuilah, TUHAN, Tuhan mu, telah menyerah-
kan negeri itu kepadamu. Majulah, dudukilah, seperti yang difirmankan ke-
padamu oleh TUHAN, Tuhan nenek moyangmu. Janganlah takut dan jangan-
lah patah hati. 22 Lalu kamu sekalian mendekati aku dan berkata: Marilah
kita menyuruh beberapa orang mendahului kita untuk menyelidiki negeri itu
bagi kita dan membawa kabar kepada kita tentang jalan yang akan kita lalui,
dan tentang kota-kota yang akan kita datangi. 23 Hal itu kupandang baik.
Jadi aku memilih dari padamu dua belas orang, dari tiap-tiap suku seorang.
24 Mereka pergi dan berjalan ke arah pegunungan, lalu sampai ke lembah
Eskol, lalu menyelidiki negeri itu. 25 Maka mereka mengambil buah-
buahan negeri itu dan membawanya kepada kita. Pula mereka membawa
kabar kepada kita, demikian: Negeri yang diberikan TUHAN, Tuhan kita, ke-
pada kita itu baik. 26 namun kamu tidak mau berjalan ke sana, kamu menen-
Kitab Ulangan 1:19-46
535
tang titah TUHAN, Tuhan mu. 27 Kamu menggerutu di dalam kemahmu serta
berkata: sebab TUHAN membenci kita, maka Ia membawa kita keluar dari
tanah Mesir untuk menyerahkan kita ke dalam tangan orang Amori, supaya
dimusnahkan. 28 Ke manakah pula kita maju? Saudara-saudara kita telah
membuat hati kita tawar dengan mengatakan: Orang-orang itu lebih besar
dan lebih tinggi dari pada kita, kota-kota di sana besar dan kubu-kubunya
sampai ke langit, lagipula kami melihat orang-orang Enak di sana. 29 saat
itu aku berkata kepadamu: Janganlah gemetar, janganlah takut kepada me-
reka; 30 TUHAN, Tuhan mu, yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan ber-
perang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan
matamu, 31 dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa TUHAN,
Tuhan mu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, se-
panjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini.
32 namun walaupun demikian, kamu tidak percaya kepada TUHAN, Tuhan mu,
33 yang berjalan di depanmu di perjalanan untuk mencari tempat bagimu, di
mana kamu dapat berkemah: dengan api pada waktu malam dan dengan
awan pada waktu siang, untuk memperlihatkan kepadamu jalan yang harus
kamu tempuh.” 34 “saat TUHAN mendengar gerutumu itu, Ia menjadi
murka dan bersumpah: 35 Tidak seorang pun dari orang-orang ini, angkatan
yang jahat ini, akan melihat negeri yang baik, yang dengan sumpah Kujanji-
kan untuk memberi nya kepada nenek moyangmu, 36 kecuali Kaleb bin
Yefune. Dialah yang akan melihat negeri itu dan kepadanya dan kepada
anak-anaknya akan Kuberikan negeri yang diinjaknya itu, sebab dengan
sepenuh hati ia mengikuti TUHAN. 37 Juga kepadaku TUHAN murka oleh
sebab kamu, dan Ia berfirman: Juga engkau tidak akan masuk ke sana. 38
Yosua bin Nun, pelayanmu, dialah yang akan masuk ke sana. Berilah kepa-
danya semangat, sebab dialah yang akan memimpin orang Israel sampai
mereka memiliki negeri itu. 39 Dan anak-anakmu yang kecil, yang kamu kata-
kan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang sekarang ini yang be-
lum mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, merekalah yang akan
masuk ke sana dan kepada merekalah Aku akan memberi nya, dan mere-
kalah yang akan memilikinya. 40 namun kamu ini, baliklah, berangkatlah ke
padang gurun, ke arah Laut Teberau.” 41 “Lalu kamu menjawab, katamu ke-
padaku: Kami berbuat dosa kepada TUHAN. Kami mau maju berperang, me-
nurut segala yang diperintahkan kepada kami oleh TUHAN, Tuhan kita. Dan
setiap orang dari padamu menyandang senjata perangnya, sebab kamu
menganggap mudah untuk berjalan maju ke arah pegunungan. 42 namun
TUHAN berfirman kepadaku: Katakanlah kepada mereka: Janganlah kamu
maju dan janganlah kamu berperang, sebab Aku tidak ada di tengah-tengah-
mu, nanti kamu terpukul kalah oleh musuhmu. 43 Dan aku berbicara ke-
padamu namun kamu tidak mendengarkan, kamu menentang titah TUHAN;
kamu berlaku terlalu berani dan maju ke arah pegunungan. 44 lalu
orang Amori yang diam di pegunungan itu keluar menyerbu kamu, dan me-
reka mengejar kamu seperti lebah dan mengalahkan kamu dari Seir sampai
Horma. 45 Lalu kamu pulang dan menangis di hadapan TUHAN; namun
TUHAN tidak mendengarkan tangisanmu dan tidak memberi telinga kepada
suaramu. 46 Demikianlah kamu lama tinggal di Kadesh, yaitu sepanjang
waktu kamu tinggal di sana.”
Musa di sini membuat pengulangan yang panjang lebar tentang ba-
gaimana urusan-urusan mereka dikacaukan oleh dosa-dosa mereka
sendiri, dan murka Tuhan . Tepat di perbatasan Kanaan, saat mereka
mendapat kehormatan untuk menaklukkan negeri itu, dan kesenang-
536
an untuk memilikinya, seluruh angkatan itu dipukul mundur dan
lari berhamburan ke padang gurun, dan mayat-mayat mereka berge-
limpangan di sana. Ini merupakan sebuah cerita yang tak terlupakan.
Kita membacanya dalam Bilangan 13 dan 14, namun berbagai keada-
an yang tidak diceritakan dalam Kitab Bilangan itu ditemukan di sini.
I. Musa mengingatkan mereka tentang perjalanan mereka dari Horeb
ke Kadesh-Barnea (ay. 19), melalui padang gurun yang besar dan
dahsyat itu. Hal ini ditekankan olehnya,
1. Untuk membuat mereka sadar akan kebaikan Tuhan yang besar
terhadap mereka, dalam membimbing mereka melewati pa-
dang gurun yang begitu luas, dan dalam melindungi mereka
dari kejahatan-kejahatan yang mengelilingi mereka di padang
gurun yang mengerikan seperti itu. Dengan mengingat bahaya-
bahaya yang telah kita lalui sebelumnya, kita dapat dibuat
bersyukur atas pembebasan-pembebasan yang kita alami.
2. Untuk menegaskan kebodohan orang-orang yang, dalam ke-
tidakpuasan mereka, ingin kembali ke Mesir melalui padang
gurun, meskipun mereka telah kehilangan bimbingan ilahi dan
tidak memiliki alasan untuk mengharapkannya lagi.
II. Musa menunjukkan kepada mereka betapa besar peluang mereka
untuk menduduki Kanaan pada waktu itu (ay. 20-21). Ia berkata
kepada mereka dengan sorak kemenangan, negeri itu diserahkan
kepadamu, majulah dan dudukilah negeri itu. Ia memperlihatkan
kepada mereka betapa dekatnya mereka dengan tempat kediaman
yang membahagiakan itu saat mereka menaruh penghalang di
pintu mereka sendiri. Dengan dengan demikian, semakin tampak
betapa luar biasanya dosa mereka saat itu. Demikian jugalah,
kebinasaan kekal orang-orang munafik sungguh sangat menye-
sakkan hati, padahal mereka sebenarnya tidak jauh dari Kerajaan
Tuhan , namun gagal untuk sampai ke sana (Mrk. 12:34).
III. Musa menyalahkan mereka atas pengiriman para pengintai, yang
tidak tampak dalam Kitab Bilangan. Dalam Kitab Bilangan dikata-
kan (Bil. 13:1-2), bahwa Tuhan mengarahkan pengiriman para
pengintai itu, namun di sini kita mendapati bahwa bangsa itu yang
terlebih dahulu menginginkannya, dan Tuhan , dengan mengizin-
kannya, menyerahkan mereka kepada rancangan-rancangan me-
Kitab Ulangan 1:19-46
537
reka sendiri: Kamu berkata: Marilah kita menyuruh beberapa orang
mendahului kita (ay. 22). Musa telah menyampaikan firman Tuhan
kepada mereka (ay. 20-21), namun tidak ada tempat dalam hati
mereka untuk mengandalkan firman Tuhan itu. Mereka lebih
percaya pada cara dan kepintaran manusia dibandingkan hikmat ilahi.
Mereka lebih memilih nyala lilin dibandingkan sinar matahari. Seolah-
olah Tuhan yang sudah berjalan di depan mereka tidaklah cukup
untuk meyakinkan hati mereka, jadi mereka merasa perlu untuk
mengirimkan orang lagi untuk mendahului mereka.
IV. Musa mengulangi laporan yang dibawa para pengintai tentang
baiknya tanah yang mereka intai itu (ay. 24-25). Berkat-berkat
yang telah dijanjikan Tuhan benar-benar berharga dan menarik
hati, bahkan menurut penilaian orang-orang yang tidak beriman
kepada-Nya sekalipun. Siapa saja yang telah menyelidiki tanah
suci, ia pasti mengakuinya sebagai tanah yang baik. Namun demi-
kian, para pengintai menggambarkan kesulitan-kesulitan untuk
menaklukkannya sebagai kesulitan yang tidak dapat diatasi (ay.
28). Seolah-olah sia-sia saja berpikir untuk menyerang mereka
dengan pertempuran, “sebab orang-orangnya lebih tinggi dibandingkan
kita,” ataupun dengan pengepungan, “sebab kota-kotanya ber-
kubu sampai ke langit.” Namun ini pernyataan yang terlalu ber-
lebihan, yang mereka pakai untuk memenuhi tujuan jahat me-
reka, yaitu untuk mengecilkan hati umat. Dan mungkin mereka
bermaksud untuk menghina Tuhan sorgawi sendiri, seolah-olah
penduduk negeri itu dapat melawan Dia, seperti para pembangun
menara Babel, yang puncak menaranya sampai ke langit (Kej.
11:4). Tempat-tempat yang berkubu sampai ke langit hanyalah
tempat-tempat yang dikelilingi oleh perkenanan Tuhan sebagai
perisainya.
V. Musa memberi tahu mereka betapa ia bersusah payah untuk
membesarkan hati mereka, saat saudara-saudara mereka sudah
begitu mengecilkan hati mereka (ay. 29): saat itu aku berkata
kepadamu: Janganlah gemetar. Banyak nasihat yang diberikannya
untuk menenangkan gejolak bangsa itu, dan berusaha mengarah-
kan wajah mereka untuk tetap tertuju pada Kanaan. Ia meyakin-
kan mereka bahwa Tuhan hadir bersama mereka, dan menjadi
pemimpin mereka, dan pasti akan berperang untuk mereka (ay.
538
30). Dan untuk menunjukkan bukti kuasa-Nya atas musuh-musuh
mereka, Musa meminta mereka mengingat lagi apa yang sudah
Tuhan lakukan di Mesir, di mana musuh-musuh mereka dibuat
tunduk dan dipaksa menyerah, sekalipun musuh-musuh itu
memiliki segala keuntungan untuk mengalahkan mereka (ay.
30). Dan sebagai bukti dari itikad baik Tuhan terhadap mereka,
dan kebaikan nyata yang berniat diberikan-Nya kepada mereka,
Musa merujuk mereka pada apa yang telah mereka lihat di
padang gurun (ay. 31, 33). Mereka sudah dipimpin untuk mele-
wati padang gurun itu oleh mata hikmat ilahi dalam tiang awan
dan tiang api (yang menuntun mereka untuk berangkat dan ber-
istirahat). Dan mereka digendong dalam pelukan anugerah ilahi,
sepenuh perhatian dan kelembutan, seperti layaknya seorang
anak diasuh oleh ayahnya sendiri. Jadi masakan ada ruang yang
tersisa untuk tidak mempercayai Tuhan ini? Ataukah mereka ini
memang bangsa yang paling tidak tahu terima kasih di seantero
dunia ini, sebab Sesudah menyaksikan bukti-bukti kebaikan ilahi
yang demikian, masih juga mengeraskan hati mereka pada waktu
pencobaan? Musa pernah mengeluh, mengapa Tuhan menyuruh-
nya membawa bangsa ini seperti pak pengasuh memangku anak
yang menyusu (Bil. 11:12). namun di sini ia mengakui bahwa
Tuhan lah yang membawa mereka seperti itu, dan mungkin inilah
yang dirujuk dalam Kisah Para Rasul 13:18, di mana Tuhan dikata-
kan bersabar terhadap mereka, atau sabar terhadap tingkah laku
mereka.
VI. Musa mendakwa mereka dengan dosa yang menjadi kesalahan
mereka dalam kesempatan ini. Meskipun orang-orang yang se-
dang berhadapan dengan dia sekarang ini yaitu angkatan baru,
namun ia menimpakan kesalahan itu ke atas mereka: Kamu me-
nentang, dan kamu menggerutu. Sebab, banyak dari antara ang-
katan ini sudah ada pada waktu itu, meskipun mereka berusia di
bawah dua puluh tahun, dan mungkin terlibat dalam kerusuhan
itu. Selain itu, yang lainnya mewarisi keburukan-keburukan
nenek moyang mereka, dan menderita sebab nya. Amatilah dak-
waan apa yang ditimpakannya ke atas mereka.
1. Ketidaktaatan dan pemberontakan melawan hukum Tuhan :
Kamu tidak mau berjalan ke sana, kamu menentang (ay. 26).
Kitab Ulangan 1:19-46
539
Menolak perkenanan-perkenanan Tuhan yaitu benar-benar
memberontak terhadap wewenang-Nya.
2. Penghinaan-penghinaan yang menyakitkan terhadap kebaikan
Tuhan . Mereka dengan hina menyangka: sebab TUHAN mem-
benci kita, maka Ia membawa kita keluar dari tanah Mesir (ay.
27). Apa lagi yang lebih tidak masuk akal, lebih jahat, dan
lebih mencela Tuhan selain perbuatan ini?
3. Hati yang tidak percaya yang mendasari semuanya ini: Kamu
tidak percaya kepada TUHAN, Tuhan mu (ay. 32). Semua keti-
daktaatanmu pada hukum-hukum Tuhan , dan ketidakpercaya-
anmu akan kuasa dan kebaikan-Nya, mengalir dari ketidak-
percayaanmu terhadap firman-Nya. Sungguh menyedihkan ke-
adaan kita, jika Tuhan yang Mahabenar dan kekal tidak da-
pat kita percayai.
VII. Musa mengulangi hukuman yang dijatuhkan ke atas mereka ka-
rena dosa ini, yang sekarang sudah mereka lihat pelaksanaannya.
1. Mereka semua dihukum untuk mati di padang gurun, dan tak
seorang pun dari mereka boleh dibiarkan memasuki Kanaan
kecuali Kaleb dan Yosua (ay 34-38). Begitu lama mereka harus
melanjutkan pengembaraan-pengembaraan mereka di padang
gurun hingga sebagian besar dari mereka gugur di tengah
jalan, dan yang termuda dari mereka menjadi binasa. Demi-
kianlah mereka tidak dapat masuk sebab ketidaktaatan
mereka (KJV: sebab ketidakpercayaan mereka). Bukan pelang-
garan terhadap suatu perintah hukum Taurat yang menutup
Kanaan bagi mereka, bukan pula sebab anak lembu emas itu,
melainkan sebab ketidakpercayaan mereka terhadap janji
yang merupakan perlambang dari anugerah Injili. Ini untuk
menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang akan menghancur-
kan kita kecuali ketidakpercayaan, yang merupakan dosa me-
lawan obat penawar.
2. Musa sendiri sesudahnya jatuh tertimpa murka Tuhan akibat
perkataan yang sembrono dikeluarkannya saat mereka me-
nyulut amarahnya: Kepadaku TUHAN murka oleh sebab kamu
(ay. 37). sebab semua angkatan yang lama harus pergi, maka
Musa sendiri tidak boleh tetap tinggal. Ketidakpercayaan mere-
ka membiarkan maut masuk ke dalam perkemahan, dan se-
telah masuk, bahkan Musa pun gugur dalam tugasnya.
540
3. Namun di sini belas kasihan bercampur dengan murka.
(1) Bahwa, meskipun Musa tidak dapat membawa mereka ke
Kanaan, Yosua akan membawa mereka ke sana (ay. 38):
Berilah kepadanya semangat, jangan sampai ia berkecil
hati untuk menggantikan Musa memerintah bangsa itu, se-
sudah ia melihat Musa sendiri jatuh di bawah beban yang
berat. namun hendaklah ia diyakinkan bahwa ia akan me-
nyelesaikan tujuan yang untuknya ia telah dididik selama
ini: Dialah yang akan memimpin orang Israel sampai mereka
memiliki negeri itu. Demikianlah, apa yang tidak mungkin
dilakukan hukum Taurat sebab tak berdaya, dilakukan
Yesus, Yosua kita, dengan membawa harapan yang lebih
baik.
(2) Bahwa, meskipun angkatan ini tidak akan masuk ke Kana-
an, angkatan berikutnya akan masuk ke sana (ay. 39).
Sama seperti mereka telah dipilih oleh sebab nenek mo-
yang mereka, demikian pula anak-anak mereka bisa saja
ditolak oleh sebab mereka sendiri. namun belas kasihan
menang atas penghakiman.
VIII. Musa mengingatkan mereka akan upaya mereka yang bodoh dan
sia-sia untuk membatalkan hukuman ini saat semuanya sudah
terlambat.
1. Mereka mencobanya melalui pembaharuan diri. Kalau sebe-
lumnya mereka menolak untuk maju melawan orang Kanaan,
sekarang mereka mau maju, ya, itu mau mereka lakukan, dan
dengan sesegera mungkin. Lalu mereka pun mengenakan
senjata-senjata perang dan maju melawan orang Kanaan (ay.
41). Demikianlah, saat pintu ditutup, dan masa anugerah
berakhir, akan ditemukan orang-orang yang berdiri di luar dan
mengetuk pintu. namun hal ini, yang tampak seperti pembaha-
ruan diri, terbukti hanyalah pemberontakan yang lebih jauh.
Tuhan , melalui Musa, melarang upaya itu (ay. 42): namun mere-
ka berlaku terlalu berani dan maju ke arah pegunungan (ay.
43). Sekarang mereka bertindak dengan menentang ancaman,
seperti sebelumnya mereka bertindak dengan menentang janji,
seolah-olah mereka dipimpin oleh roh pertentangan. Maka
terjadilah sebagaimana akibatnya (ay. 44): mereka dikejar dan
Kitab Ulangan 1:19-46
541
dibinasakan. Dan, melalui kekalahan yang mereka alami ini,
saat mereka menggusarkan hati Tuhan untuk meninggalkan
mereka, mereka diajar bahwa mereka dapat berhasil sepanjang
mereka dapat tetap menjaga diri dalam kasih-Nya.
2. Mereka mencoba dengan doa-doa dan air mata untuk mem-
batalkan hukuman itu: Mereka pulang dan menangis di hadap-
an TUHAN (ay. 45). saat mereka sedang marah-marah dan
berselisih, dikatakan (Bil. 14:1) Mereka menangis pada malam
itu. Air mata dalam Kitab Bilangan itu yaitu air mata pem-
berontakan melawan Tuhan , sedang air mata di sini yaitu
air mata pertobatan dan perendahan diri di hadapan Tuhan .
Perhatikanlah, air mata ketidakpuasan pasti akan tumpah
lagi. Dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian, dan
harus disesali. Tidak demikian halnya dengan dukacita menu-
rut kehendak Tuhan , dukacita itu akan berakhir dengan suka-
cita. namun tangisan mereka itu tidak ada gunanya sama
sekali. TUHAN tidak mendengarkan tangisanmu, sebab engkau
tidak mau mendengarkan suara-Nya. Keputusan sudah dija-
tuhkan, dan, seperti Esau, mereka tidak menemukan tempat
untuk bertobat, meskipun mereka mencarinya sepenuh hati
dengan air mata berlinang-linang.
PASAL 2
usa, dalam pasal ini, terus mengisahkan kembali segala penye-
lenggaraan Tuhan terhadap bangsa Israel dalam perjalanan me-
reka menuju Kanaan. Namun ia tidak menyimpan catatan tentang
apa saja yang terjadi selama perjalanan mereka yang melelahkan
kembali ke Laut Teberau. Dalam perjalanan itu mereka merasa kele-
lahan selama hampir tiga puluh delapan tahun. Sebaliknya, ia ber-
diam diri dan melewati bagian peristiwa itu sebagai suatu masa yang
gelap, dan memulai kembali ceritanya saat mereka sedang menuju
Kanaan (ay. 1-3), dan berjalan mendekati negeri-negeri yang berpen-
duduk. Mengenai hal itu Tuhan di sini memberi mereka petunjuk,
I. Bangsa-bangsa apa saja yang tidak boleh mereka ganggu
sama sekali.
1. Mereka tidak boleh mengganggu orang Edom (ay. 4-8).
2. Mereka tidak boleh mengganggu orang Moab (ay. 9), yang
asal-usulnya, bersama asal-usul bangsa Edom, diberikan
gambarannya sedikit oleh Musa (ay. 10-12). Dan di sini
diselipkan gambaran tentang perjalanan mereka melewati
sungai Zered (ay. 13-16).
3. Mereka tidak boleh mengganggu orang Amon, yang ten-
tang negerinya diberikan sedikit gambaran di sini (ay. 17-
23).
II. Negeri-negeri apa saja yang harus mereka serang dan takluk-
kan. Mereka harus memulai dengan Sihon, raja orang Amori
(ay. 24-25), sehingga,
1. Mereka pun berseteru dengannya (ay. 26-32).
2. Tuhan memberi mereka kemenangan seutuhnya atas sang
raja (ay. 33, dst.).
M
544
Keturunan Esau dan Lot Dibiarkan Hidup
(2:1-7)
1 “lalu kita balik dan berangkat ke padang gurun, ke arah Laut Tebe-
rau, seperti yang difirmankan TUHAN kepadaku. Lama kita berjalan keliling
pegunungan Seir. 2 Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku, demikian: 3 Telah
cukup lamanya kamu berjalan keliling pegunungan ini, beloklah sekarang ke
utara. 4 Perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian: Sebentar lagi kamu
akan berjalan melalui daerah saudara-saudaramu, bani Esau, yang diam di
Seir; mereka akan takut kepadamu. namun hati-hatilah sekali; 5 janganlah
menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberi kepadamu setapak
kaki dari negeri mereka, sebab kepada Esau telah Kuberikan pegunungan
Seir menjadi miliknya. 6 Makanan haruslah kamu beli dari mereka dengan
uang, supaya kamu dapat makan; juga air haruslah kamu beli dari mereka
dengan uang, supaya kamu dapat minum. 7 Sebab TUHAN, Tuhan mu, mem-
berkati engkau dalam segala pekerjaan tanganmu. Ia memperhatikan perja-
lananmu melalui padang gurun yang besar ini; keempat puluh tahun ini
TUHAN, Tuhan mu, menyertai engkau, dan engkau tidak kekurangan apa pun.
Di sini ada,
I. Gambaran singkat tentang lamanya bangsa Israel tinggal di pa-
dang gurun: Lama kita berjalan keliling pegunungan Seir (ay. 1).
Hampir tiga puluh delapan tahun mereka mengembara di padang
pasir Seir. Mungkin di beberapa tempat perhentian mereka tinggal
selama beberapa tahun, dan tidak pernah beranjak. Tuhan melalui
peristiwa ini tidak hanya menghajar mereka sebab sungut-
sungut dan ketidakpercayaan mereka, namun juga,
1. Mempersiapkan mereka untuk Kanaan, dengan merendahkan
mereka sebab dosa, dan mengajar mereka untuk mematikan
hawa nafsu mereka, untuk mengikuti Tuhan , dan untuk meng-
hibur diri mereka di dalam Dia. Membuat jiwa layak untuk
sorga yaitu pekerjaan yang membutuhkan waktu, dan itu
harus dilakukan melalui sederet latihan iman yang lama.
2. Tuhan mempersiapkan orang Kanaan untuk kehancuran. Se-
lama ini takaran kejahatan mereka berangsur-angsur penuh.
Dan, meskipun hal itu bisa saja dimanfaatkan oleh mereka
sebagai kesempatan untuk bertobat, namun mereka menya-
lahgunakannya untuk mengeraskan hati mereka. sebab seka-
rang pasukan Israel pernah sekali terpukul mundur, dan sete-
lah itu begitu lama terjerat dan tampak tersesat di padang
gurun, maka orang Kanaan merasa aman, dan menyangka
bahwa bahaya sudah berakhir. Perasaan aman-aman mereka
Kitab Ulangan 2:1-7
545
ini membuat upaya Israel untuk menyerang mereka menjadi
lebih mematikan.
II. Diberikan perintah-perintah kepada bangsa Israel untuk berbelok
menuju Kanaan. Meskipun Tuhan berbantah untuk waktu yang
lama, namun Ia tidak akan berbantah untuk selama-lamanya.
Walaupun Israel bisa saja dibiarkan menunggu lama untuk dibe-
baskan atau dilegakan, namun itu akan datang juga pada akhir-
nya: Penglihatan itu masih menanti saatnya, namun ia bersegera
menuju kesudahannya dengan tidak menipu.
III. Sebuah perintah diberikan kepada mereka untuk tidak meng-
ganggu orang Edom.
1. Mereka tidak boleh menunjukkan permusuhan kepada orang
Edom: Janganlah menyerang mereka (ay. 4-5).
(1) Mereka tidak boleh mengambil keuntungan atas orang
Edom, dengan memanfaatkan rasa takut yang akan meng-
hinggapi orang Edom saat melihat bangsa Israel datang
mendekat: “Mereka takut kepadamu, sebab mengetahui
kekuatan dan jumlahmu, dan sebab kuasa Tuhan yang di-
kerahkan untukmu. namun janganlah berpikir bahwa, ka-
rena ketakutan, mereka bisa menjadi mangsa yang empuk,
sehingga kamu boleh memangsa mereka. Tidak, hati-hati-
lah sekali.” Roh kita perlu dijaga dengan sangat hati-hati
dan dikuasai dengan ketat, untuk mencegah kita melukai
orang-orang yang atasnya kita memiliki keuntungan.
Atau peringatan ini diberikan kepada para pemimpin. Bu-
kan saja mereka tidak boleh berurusan orang Edom, namun
juga tidak boleh mengizinkan seorang pun dari prajurit-
prajurit untuk mengganggu mereka.
(2) Mereka tidak boleh membalas dendam kepada orang Edom
yang sebelumnya telah menghina mereka dengan tidak
mengizinkan mereka melewati negeri Edom (Bil. 20:21).
Demikianlah, sebelum Tuhan membawa Israel untuk meng-
hancurkan musuh-musuh mereka di Kanaan, Ia mengajar
mereka untuk mengampuni musuh-musuh mereka di Edom.
(3) Mereka tidak boleh berharap akan mendapat suatu bagian
dari tanah orang Edom, yang telah diberikan kepada mere-
546
ka sebagai milik. Pegunungan Seir sudah ditetapkan untuk
orang Edom, dan sebab itu orang Israel tidak boleh,
dengan dalih kovenan dan pimpinan Tuhan , berpikir untuk
merebut segala sesuatu yang dapat mereka raih. Kekua-
saan tidak dibangun berdasar anugerah. Israel milik
Tuhan akan ditempatkan di tempat yang baik, namun tidak
boleh berharap untuk tinggal sendirian di dalam negeri
(Yes. 5:8).
2. Mereka harus berjual beli dengan orang Edom sebagai sesama,
membeli makanan dan minuman dari orang Edom, dan mem-
bayar untuk apa yang mereka beli (ay. 6). Agama tidak boleh
dijadikan jubah untuk menutupi ketidakadilan. Alasan yang
diberikan (ay. 7) yaitu , “Tuhan telah memberkati engkau, dan
sampai sekarang engkau tidak kekurangan apa-apa. Dan
sebab itu,”
(1) “Engkau tidak perlu mengemis. Jangan sudi berutang budi
kepada orang Edom, saat engkau memiliki Tuhan yang
maha mencukupi yang kepada-Nya engkau dapat bergan-
tung. Engkau memiliki persediaan yang diperlukan
untuk membayar apa yang engkau butuhkan; syukur atas
berkat ilahi! Oleh sebab itu, gunakanlah apa yang engkau
punya, gunakanlah itu dengan riang hati, dan jangan me-
minta-minta kepada orang Edom.”
(2) “sebab itu engkau tidak boleh mencuri. Engkau telah
mengalami bagaimana dengan penuh rasa sayang Tuhan
telah memelihara engkau. sebab itu, yakinlah akan pe-
nyelenggaran ilahi di masa depan, dan percayalah sungguh
akan kecukupan yang disediakan terus. Janganlah sekali-
kali mencari jalan pendek untuk mencukupi kebutuhan-
mu. Hiduplah dengan iman, dan bukan dengan pedang.”
Keturunan Esau dan Lot Dibiarkan Hidup
(2:8-23)
8 lalu kita berjalan terus, meninggalkan daerah saudara-saudara kita,
bani Esau yang diam di Seir, meninggalkan jalan dari Araba-Yordan, yaitu
dari Elat dan Ezion-Geber. Sesudah itu kita belok dan berjalan terus ke arah
padang gurun Moab. 9 Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: Janganlah mela-
wan Moab dan janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan mem-
berikan kepadamu apa pun dari negerinya menjadi milikmu, sebab Ar telah
Kitab Ulangan 2:8-23
547
Kuberikan kepada bani Lot menjadi miliknya. 10 Dahulu orang Emim diam di
sana, suatu bangsa yang besar dan banyak jumlahnya, tinggi seperti orang
Enak. 11 Mereka itu pun dikira orang Refaim, seperti juga orang Enak, namun
orang Moab menyebut mereka orang Emim. 12 Dan dahulu di Seir diam orang
Hori, namun bani Esau telah menduduki daerah mereka, memunahkan me-
reka dari hadapannya, lalu menetap di sana menggantikan mereka, seperti
yang dilakukan orang Israel dengan negeri miliknya yang diberikan TUHAN
kepada mereka. 13 Jadi sekarang bersiaplah kamu dan seberangilah sungai
Zered. Lalu kita menyeberangi sungai Zered. 14 Lamanya kita berjalan sejak
dari Kadesh-Barnea sampai kita ada di seberang sungai Zered, ada tiga puluh
delapan tahun, sampai seluruh angkatan itu, yaitu prajurit, habis binasa
dari perkemahan, seperti yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada
mereka; 15 dan tangan TUHAN juga melawan mereka untuk menghamburkan
mereka dari perkemahan, sampai mereka habis binasa. 16 Maka saat dari
bangsa itu telah habis binasa semua prajurit, 17 berfirmanlah TUHAN ke-
padaku: 18 Pada hari ini engkau akan berjalan melintasi perbatasan Moab,
yaitu Ar, 19 maka engkau sampai ke dekat bani Amon. Janganlah melawan
mereka dan janganlah menyerang mereka, sebab Aku tidak akan memberi-
kan kepadamu apa pun dari negeri bani Amon itu menjadi milikmu, sebab
Aku telah memberi nya kepada bani Lot menjadi miliknya. 20 – Negeri ini
pun dikira orang negeri orang Refaim. Dahulu orang Refaim diam di sana,
namun orang Amon menyebut mereka orang Zamzumim, 21 suatu bangsa yang
besar dan banyak jumlahnya, tinggi seperti orang Enak, namun TUHAN telah
memunahkan mereka dari hadapan bani Amon, sehingga orang-orang ini
menduduki daerah mereka dan menetap di sana menggantikan mereka;
22 seperti yang dilakukan TUHAN bagi bani Esau yang di