bilangan ulangan 10

 


u (Why. 16:16), di mana pasukan-pasukannya dikatakan di-

kumpulkan bersama-sama di tempat yang disebut Harmagedon – 

kehancuran sebuah pasukan.

Ular Tembaga  

(21:4-9)  

4 Sesudah  mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau 

untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan 

hati di tengah jalan. 5 Lalu mereka berkata-kata melawan Tuhan  dan Musa: 

“Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di 

padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan 

makanan hambar ini kami telah muak.” 6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular 

tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari 

orang Israel yang mati. 7 lalu  datanglah bangsa itu mendapatkan Musa 

dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN 

dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini 

dari pada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. 8 Maka berfirmanlah 

TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah 

tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap 

hidup.” 9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah 

tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular 

tembaga itu, tetaplah ia hidup. 

Di sini ada,  

I.   Kelelahan yang dirasakan Israel akibat perjalanan memutar yang 

panjang mengelilingi tanah Edom, sebab mereka tidak bisa me-

lewatinya dari jalan terdekat: Bangsa itu tidak dapat lagi menahan 

hati di tengah jalan (ay. 4). Mungkin jalannya kasar dan tidak 

rata, atau rusak dan kotor. Atau mereka kesal sebab  harus ber-

jalan memutar jauh, dan bahwa mereka tidak diizinkan untuk 

berjalan melewati negeri orang Edom. Orang yang suka cepat ma-

rah dan tidak pernah puas akan selalu menemukan satu atau lain 

hal yang membuat mereka gelisah. 

II.  Ketidakpercayaan mereka dan sungut-sungut mereka pada ke-

sempatan ini (ay. 5). Meskipun mereka baru saja memperoleh 

kemenangan yang gemilang atas orang Kanaan, dan maju sebagai 

pemenang untuk merebut kemenangan, namun masih juga mere-

ka menggerutu tidak puas tentang apa yang telah dilakukan Tuhan  

untuk mereka. Masih juga mereka tidak percaya dengan apa yang 

akan dilakukan-Nya. Mereka kesal telah dibawa keluar dari Mesir, 

dan tidak memiliki roti dan air dari hasil usaha mereka sendiri 

seperti yang dilakukan bangsa lain. Selama ini mereka hanya 

memperoleh semuanya itu dengan mujizat, yang mereka tidak 

tahu bagaimana caranya. Mereka memiliki  makanan yang ber-

limpah-limpah, dan sekalipun begitu, mereka mengeluh tidak ada 

roti. Sebab, meskipun mereka makan makanan malaikat, namun

Kitab Bilangan 21:4-9 

 

 mereka merasa jemu dengannya. Manna sendiri membuat mereka 

muak, dan mereka sebut makanan hambar, cocok untuk anak-

anak, namun  tidak untuk orang dewasa dan prajurit. Apa yang bisa 

membuat senang orang-orang yang tidak bisa disenangkan 

dengan manna? Orang-orang yang cenderung untuk berselisih 

akan menemukan kesalahan di mana tidak ada kesalahan yang 

bisa ditemukan. Demikian pula orang-orang yang sudah lama 

menikmati sarana-sarana anugerah cenderung merasa jemu 

bahkan dengan manna sorgawi, dan menyebutnya makanan ham-

bar. namun  janganlah penghinaan yang dilakukan sebagian orang 

terhadap firman Tuhan  membuat kita kurang menghargai firman-

Nya. Firman Tuhan  yaitu  roti kehidupan, roti yang sebetulnya , 

dan akan menyehatkan orang-orang yang memakannya dengan 

iman sampai kepada hidup yang kekal, tidak peduli dengan 

pandangan orang lain yang menyebutnya makanan hambar. 

III. Penghakiman yang adil yang didatangkan Tuhan  atas mereka kare-

na sungut-sungut mereka (ay. 6). Ia mengirimkan ular-ular tedung 

ke antara mereka, yang menggigit atau memagut banyak dari 

mereka sampai mati. Padang gurun yang telah mereka lewati 

sepanjang jalan penuh dengan ular-ular tedung itu, seperti yang 

tampak dalam Ulangan 8:15. namun  hingga saat ini Tuhan  telah 

melindungi umat-Nya itu secara ajaib sehingga mereka tidak ter-

sakiti oleh ular-ular itu, sampai saat itu saat  mereka bersungut-

sungut. Dan untuk menghajar mereka sebab  sungut-sungut itu, 

binatang-binatang ini, yang selama itu menjauh dari perkemahan 

mereka, sekarang menyerangnya. Sudah sewajarnya orang-orang 

yang tidak bersyukur atas belas kasih Tuhan  dibuat merasakan 

penghakiman-penghakiman-Nya. Ular-ular ini dikatakan berapi 

(KJV), berdasar  warnanya, atau berdasar  keganasannya, 

atau berdasar  dampak-dampak dari pagutannya. Pagutan 

ular-ular itu membuat tubuh panas, dan langsung membuatnya 

demam tinggi, membakarnya dengan rasa haus yang tak terpuas-

kan. Sebelumnya tanpa dasar mereka mengeluh tidak ada air (ay. 

5), dan untuk menghajar mereka sebab nya, Tuhan  mengirimkan 

kepada mereka kehausan ini, yang tidak akan terpuaskan oleh air 

mana pun. Orang-orang yang berteriak-teriak tanpa alasan, de-

ngan adil diberi alasan untuk berteriak-teriak. Dengan hati yang 

tidak percaya mereka menyimpulkan bahwa mereka pasti mati di 

padang gurun, dan Tuhan  mewujudkan perkataan mereka itu, 

mengikuti khayalan-khayalan mereka, dan mendatangkan ke atas 

mereka ketakutan-ketakutan sebab  ketidakpercayaan mereka 

itu. Banyak dari mereka benar-benar mati. Sebelumnya dengan 

kurang ajarnya mereka menampar wajah Tuhan  sendiri, dan bibir 

mereka mengandung bisa. Dan sekarang ular-ular tedung ini 

(yang, dari apa yang terlihat, yaitu  ular naga terbang, Yes. 

14:29), terbang menampar wajah mereka dan meracuni mereka. 

Dalam kesombongan mereka meninggikan diri melawan Tuhan  dan 

Musa, dan sekarang Tuhan  merendahkan dan mempermalukan 

mereka, dengan membuat binatang-binatang yang tercela ini men-

jadi tulah bagi mereka. Senjata yang sebelumnya dipakai untuk 

membela mereka dari orang Mesir, sekarang berbalik melawan 

mereka. Dia yang mendatangkan burung-burung puyuh untuk 

membuat mereka berpesta, membiarkan mereka tahu, bahwa Ia 

juga dapat mendatangkan ular-ular untuk memagut mereka. 

Seluruh ciptaan berperang melawan orang-orang yang mengang-

kat senjata melawan Tuhan . 

IV. Pertobatan dan permohonan mereka kepada Tuhan  di bawah peng-

hakiman ini (ay. 7). Mereka mengakui kesalahan mereka: Kami 

telah berdosa. Mereka mengakui dosa mereka secara terinci: Kami 

berkata-kata melawan TUHAN dan engkau. Ada ketakutan bahwa 

mereka tidak akan mengakui dosa itu seandainya mereka tidak 

merasakan kesakitan itu. namun  mereka melunak di bawah tong-

kat hukuman. jika  Ia membunuh mereka, maka mereka men-

cari Dia. Mereka memohon Musa untuk berdoa bagi mereka, 

sebab mereka sendiri sadar akan ketidaklayakan mereka untuk 

didengar, dan yakin akan kepentingan besar yang dimiliki Musa di 

sorga. Betapa cepatnya suara mereka berubah! Mereka yang baru 

saja berseteru dengan Musa sebagai musuh terburuk mereka, 

sekarang mencoba merayunya sebagai sahabat terbaik mereka, 

dan memilihnya sebagai pembela mereka di hadapan Tuhan . Pen-

deritaan sering kali mengubah perasaan orang tentang umat 

Tuhan , dan mengajar mereka untuk menghargai doa-doa yang 

sebelumnya mereka cemooh. Musa, untuk menunjukkan bahwa 

ia sudah memaafkan mereka dengan sepenuh hati, memberkati 

orang-orang yang telah mengutuknya, dan berdoa bagi mereka 

yang menganiayanya. Dalam hal ini ia merupakan perlambang 

Kitab Bilangan 21:4-9 

Kristus, yang berdoa bagi orang-orang yang menganiaya-Nya. Ia 

juga memberi teladan bagi kita untuk pergi dan berbuat hal yang 

sama, supaya dengan demikian kita menunjukkan, bahwa kita 

mengasihi musuh kita.  

V.   Pertolongan ajaib yang dibuat Tuhan  untuk melegakan mereka. Ia 

tidak memakai Musa untuk mendatangkan penghakiman. Seba-

liknya, supaya Musa disayangi oleh bangsa itu, Ia membuat Musa 

berperan dalam melegakan mereka (ay. 8-9). Tuhan  memerintah-

kan Musa untuk membuat patung ular tedung dari tembaga. 

Musa melaksanakannya, dan memasang ular tembaga itu pada 

sebuah tiang yang sangat tinggi, supaya bisa dilihat dari segenap 

penjuru perkemahan, dan supaya semua orang yang terpatok ular 

tedung disembuhkan dengan melihat kepada ular tembaga ini. 

Bangsa itu berdoa supaya Tuhan  menjauhkan ular-ular ini dari 

pada mereka (ay. 7), namun  Tuhan  memandang bahwa tidak sepan-

tasnya hal ini dilakukan. Sebab Ia memberi  pertolongan yang 

lebih berhasil dengan cara yang terbaik, meskipun tidak dengan 

cara kita. Dengan demikian, orang-orang yang tidak mati sebab  

sungut-sungut mereka, dibuat menderita sebab nya, supaya 

mereka bertobat dengan lebih sepenuh hati dan lebih meren-

dahkan diri sebab nya. Mereka juga dibuat menerima kesembuh-

an mereka dari Tuhan , melalui tangan Musa, supaya mereka diajar, 

sekiranya mungkin, untuk tidak pernah lagi berbicara melawan 

Tuhan  dan Musa. Cara penyembuhan ini sepenuhnya ajaib, dan 

semakin ajaib lagi jika apa yang dikatakan oleh sebagian ahli ilmu 

alam yaitu  benar, bahwa melihat tembaga yang terang dan 

mengkilap akan menyakitkan bagi orang-orang yang terpatok ular 

tedung. Tuhan  dapat mewujudkan tujuan-tujuan-Nya melalui cara-

cara yang bertentangan dengan cara-cara biasa. Orang Yahudi 

sendiri berkata bahwa bukan dengan melihat ular tembaga itu 

maka mereka sembuh, melainkan, saat  melihat kepada ular 

tembaga itu, mereka melihat kepada Tuhan  sebagai Tuhan yang 

menyembuhkan mereka. namun  terkandung banyak Injil dalam 

ketetapan ini. Juruselamat kita sudah memberi tahu kita demi-

kian (Yoh. 3:14-15), bahwa sama seperti Musa meninggikan ular di 

padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 

supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa. Maka 

dari itu, cermatilah kemiripan,

1. Antara penyakit mereka dan penyakit kita. Iblis yaitu  si ular 

tua, ular berapi, dan itulah sebabnya ia menampakkan diri 

(Why. 12:3) sebagai seekor naga merah padam yang besar. 

Dosa yaitu  pagutan ular berapi ini. Dosa itu menyakitkan 

bagi hati nurani yang dikejutkan olehnya, dan beracun bagi 

hati nurani yang terbakar. Godaan-godaan Iblis disebut panah-

panah api (Ef. 6:16). Hawa nafsu dan amarah mengobarkan 

jiwa, demikian pula dengan kedahsyatan-kedahsyatan Yang 

Mahakuasa, saat  berbaris seperti pasukan melawan kita. 

Pada akhirnya, dosa memagut seperti ular dan menyemburkan 

bisa seperti beludak. Dan bahkan rasa manisnya berubah 

menjadi bisa ular tedung. 

2. Antara obat penawar bagi mereka dan obat penawar bagi kita.  

(1) Tuhan  sendirilah yang meracik dan meresepkan obat pena-

war terhadap ular-ular tedung ini. Demikian pula kesela-

matan kita oleh Kristus yaitu  rancangan dari Hikmat 

yang Tak Terbatas. Tuhan  sendiri telah menemukan tebus-

annya.  

(2) Cara penyembuhan itu sangatlah tidak mungkin. Demikian 

pula keselamatan kita oleh kematian Kristus untuk orang-

orang Yahudi merupakan suatu batu sandungan dan untuk 

orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan. Musalah yang 

meninggikan ular di padang gurun, demikian pula hukum 

Taurat yaitu  penuntun bagi kita sampai Kristus datang, 

dan Musa menulis tentang Dia (Yoh. 5:4-6). Kristus diting-

gikan oleh para pemimpin orang Yahudi, yang merupakan 

penerus Musa.  

(3) Apa yang menyembuhkan dibentuk serupa dengan apa 

yang melukai. Demikian pula Kristus, meskipun Ia sendiri 

bebas secara sempurna dari dosa, namun dibuat serupa 

dengan daging yang dikuasai dosa (Rm. 8:3), begitu serupa 

hingga diterima begitu saja bahwa orang ini yaitu  orang 

berdosa (Yoh. 9:24).  

(4) Ular tembaga itu ditinggikan, demikian pula dengan Kris-

tus. Ia ditinggikan di atas kayu salib (Yoh. 12:33-34), sebab 

salib-Nya dijadikan tontonan bagi dunia. Ia ditinggikan 

melalui pemberitaan Injil. Kata tiang yang dipakai di sini 

berarti bendera, atau panji, sebab Kristus yang disalibkan 

berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa (Yes. 11:10). 

Kitab Bilangan 21:4-9

Sebagian orang beranggapan bahwa ular yang ditinggikan 

itu merupakan perlambang dari Kristus yang menang atas 

Iblis, ular tua itu, yang kepalanya Dia remukkan, saat  

pada salib-Nya Ia membuat pemerintah-pemerintah dan 

penguasa-penguasa, yang telah dilucuti dan dihancurkan-

Nya, menjadi tontonan umum (Kol. 2:15). 

3. Antara pemakaian obat penawar untuk mereka dan untuk 

kita. Mereka melihat dan hidup, dan kita, jika kita percaya, 

tidak akan binasa. Dengan imanlah kita melihat kepada Yesus 

(Ibr. 12:2). Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu dise-

lamatkan (Yes. 45:22). Kita harus peka terhadap luka kita dan 

terhadap bahaya yang mengancam kita oleh luka itu. Kita 

harus menerima catatan yang telah diberikan Tuhan  mengenai 

Anak-Nya, dan mengandalkan jaminan yang telah diberikan-

Nya kepada kita bahwa kita akan disembuhkan dan diselamat-

kan oleh-Nya jika kita berserah diri pada bimbingan-Nya. Ular 

tembaga yang ditinggikan itu tidak akan meyembuhkan jika 

tidak dilihat. Jika orang hanya terpaku pada lukanya, dan 

tidak mau melihat kepada ular tembaga itu, maka mereka 

mati secara tak terelakkan. Jika mereka meremehkan cara 

penyembuhan ini, dan memakai obat-obat biasa, dan meng-

andalkannya, maka dengan sewajarnya mereka binasa. Demi-

kian pula jika orang-orang berdosa meremehkan kebenaran 

Kristus ataupun putus asa untuk mendapatkan manfaat dari-

nya, maka luka mereka, tanpa diragukan lagi, akan me-

matikan. namun  siapa saja yang melihat kepada tanda yang 

menyembuhkan ini, meskipun dari sudut perkemahan yang ter-

jauh sekalipun, walaupun dengan mata yang lemah dan mena-

ngis, ia pasti disembuhkan. Demikian pula siapa saja yang 

percaya kepada Kristus, meskipun pada saat ini masih lemah 

dalam iman, tidak akan binasa. Ada saudara-saudara yang 

lemah yang untuknya Kristus telah mati. Mungkin selama 

beberapa waktu Sesudah  ular tembaga itu ditegakkan, per-

kemahan Israel diganggu oleh ular-ular tedung. Dan sebagian 

penafsir membuat dugaan yang mungkin ada benarnya, bahwa 

orang Israel membawa serta ular tembaga ini bersama mereka 

di sisa perjalanan mereka, dan menegakkannya di mana saja 

mereka berkemah. Dan, saat  mereka menetap di Kanaan, 

mereka memasang ular tembaga itu di suatu tempat di perba-

tasan negeri itu. Sebab kecil kemungkinan bahwa orang Israel 

pergi sejauh ini ke padang gurun untuk membakar korban 

baginya, seperti yang kita dapati dilakukan mereka di negeri 

Kanaan (2Raj. 18:4). Bahkan orang-orang yang dibebaskan 

dari kematian kekal yang merupakan upah dosa, harus ber-

siap-siap merasakan penderitaan dan kesakitan dari kematian 

itu selama mereka ada di sini di dunia ini. Akan namun , jika 

bukan sebab  kesalahan kita sendiri, kita bisa memiliki  

ular tembaga untuk menemani kita, untuk terus dilihat dalam 

segala kesempatan, dengan senantiasa membawa kematian 

Tuhan Yesus di dalam tubuh kita. 

Perkemahan Bangsa Israel 

(21:10-20) 

10 lalu  berangkatlah orang Israel, lalu berkemah di Obot. 11 Berangkat-

lah mereka dari Obot, lalu berkemah dekat reruntuhan di Abarim, di padang 

gurun yang di sebelah timur Moab. 12 Dari situ berangkatlah mereka, lalu 

berkemah di lembah Zered. 13 Dari situ berangkatlah mereka, lalu berkemah 

di seberang sungai Arnon yang di padang gurun dan yang keluar dari daerah 

orang Amori, sebab sungai Arnon ialah batas Moab, di antara orang Moab 

dan orang Amori. 14 Itulah sebabnya dikatakan dalam kitab peperangan 

TUHAN: “Waheb di Sufa dan lembah-lembah ke sungai Arnon, 15 dan lereng 

lembah-lembah; lereng itu terbentang ke tempat di mana terletak kota Ar, 

dan bersandar pada batas daerah Moab.” 16 Dari sana mereka ke Beer. Inilah 

sumur di mana TUHAN berfirman kepada Musa: “Kumpulkanlah bangsa itu, 

maka Aku akan memberi  air kepada mereka.” 17 Pada waktu itu orang 

Israel menyanyikan nyanyian ini: “Berbual-buTuhan , hai sumur! Mari kita 

bernyanyi-nyanyi berbalas-balasan sebab  sumur yang digali oleh raja-raja, 

18 yang dikorek oleh kaum bangsawan di antara bangsa itu dengan tongkat-

tongkat kerajaan, dengan tongkat-tongkat mereka.” Dan dari padang gurun 

mereka ke Matana; 19 dari Matana ke Nahaliel; dari Nahaliel ke Bamot; 20 dari 

Bamot ke lembah yang di daerah Moab, dekat puncak gunung Pisga yang 

menghadap Padang Belantara. 

Kita mendapati di sini sebuah gambaran tentang beberapa  tempat 

perhentian dan keberangkatan orang Israel, sampai mereka tiba di 

dataran Moab. Dari sana mereka pada akhirnya menyeberangi sungai 

Yordan ke Kanaan, seperti yang kita baca dalam permulaan kitab 

Yosua. Semakin dekat dengan pusat, semakin cepat segala sesuatu 

bergerak. Orang-orang Israel semakin dekat dengan tempat peristira-

hatan yang dijanjikan, dan sekarang mereka bergerak maju, begitulah 

ungkapannya (ay. 10, KJV). Sungguh baik jika kita berlaku demikian 

di jalan kita menuju sorga, terus melangkah maju di akhir perjalanan

Kitab Bilangan 21:10-20 


kita. Dan semakin dekat kita dengan sorga, semakin kita jauh lebih 

giat dan berlimpah dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Dua hal 

terutama dapat diamati dalam gambaran singkat yang diberikan di 

sini mengenai keberangkatan-keberangkatan ini: 

1. Keberhasilan ajaib yang dengannya Tuhan  memberkati umat-Nya, 

di dekat lembah-lembah sungai Arnon (ay. 13-15). Mereka seka-

rang sudah mengelilingi negeri Edom (yang tidak boleh mereka 

serang, atau bahkan mereka ganggu, Ul. 2:4-5), dan sudah tiba di 

batas daerah Moab. Sungguh baik bahwa ada lebih dari satu jalan 

ke Kanaan. Musuh-musuh umat Tuhan  bisa saja menghambat per-

jalanan mereka, namun  tidak dapat mencegah masuknya mereka 

ke tempat peristirahatan yang dijanjikan. Diberikan perhatian di 

sini untuk membuat kita tahu bahwa orang Israel, dalam per-

jalanan mereka, mematuhi perintah-perintah yang diberikan Tuhan  

kepada mereka untuk tidak memusuhi orang Moab (Ul. 2:9), 

sebab orang Moab yaitu  keturunan Lot, orang benar itu. Oleh 

sebab itu mereka berkemah di seberang sungai Arnon (ay. 13), 

seberang sungai yang sekarang dimiliki oleh orang Amori, salah 

satu bangsa yang dipersembahkan kepada Israel, meskipun 

sebelumnya seberang sungai itu yaitu  milik orang Moab, seperti 

yang tampak di sini (ay. 26-27). Perhatian yang mereka tunjukkan 

untuk tidak berbuat kekerasan terhadap orang Moab ini diseru-

kan oleh Yefta lama sesudahnya, dalam perbantahannnya mela-

wan orang Amon (Hak. 11:15, dst.), dan dijadikan kesaksian bagi 

mereka. Apa pencapaian-pencapaian mereka, dengan berkemah-

nya mereka di seberang sungai Arnon sekarang, kita tidak diberi 

tahu secara khusus. namun  kita dirujuk pada kitab peperangan 

TUHAN, mungkin kitab yang dimulai dengan sejarah peperangan 

dengan orang Amalek (Kel. 17:14). Tuliskanlah semuanya ini 

(firman Tuhan ) dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, yang 

ke dalamnya ditambahkan semua pertempuran lain yang dilaku-

kan Israel, sesuai urutan. Dan, di antara hal-hal lain, tindakan-

tindakan mereka di sungai Arnon, di Waheb yang ada di Sufa 

(seperti yang dibaca dalam tafsiran yang agak luas) dan di tempat-

tempat lain di sungai itu. Atau, akan dikatakan (seperti sebagian 

penafsir membacanya) dalam latihan, atau peringatan, tentang 

peperangan TUHAN, apa yang dilakukan-Nya di Laut Merah, saat  

Ia membawa Israel keluar dari Mesir, dan apa yang dilakukan-Nya 

di lembah-lembah sungai Arnon, tepat sebelum Ia membawa 

mereka ke Kanaan. Perhatikanlah, dalam merayakan kenangan-

kenangan akan perkenanan Tuhan  kepada kita, sungguh baik jika 

kita mencermati rangkaian-rangkaiannya, dan bagaimana kebaik-

an dan belas kasih terus mengikuti kita, bahkan dari Laut Merah 

sampai ke lembah-lembah sungai Arnon. Dalam setiap tahap 

kehidupan kita, bahkan, dalam setiap langkah, kita harus mem-

beri perhatian terhadap apa yang telah dikerjakan Tuhan  untuk 

kita. Apa yang dilakukan-Nya pada suatu waktu, dan di suatu 

tempat, haruslah diingat masing-masing secara khusus. 

2. Persediaan ajaib yang dengannya Tuhan  memberkati umat-Nya di 

Beer (ay. 16), yang berarti sumur atau mata air. Dikatakan (ay. 

10), mereka berkemah di Obot, yang berarti botol, disebut demi-

kian mungkin sebab  di sana mereka mengisi botol-botol mereka 

dengan air, yang akan memenuhi kebutuhan mereka selama 

beberapa waktu. namun  pada saat itu, dapat kita duga, pada 

mereka sama seperti pada Hagar (Kej. 21:15), air yang dikirbat itu 

habis. Namun demikian, kita tidak mendapati mereka bersungut-

sungut, dan sebab  itu Tuhan , dalam belas kasihan kepada mere-

ka, membawa mereka ke sebuah sumur. Hal ini untuk mendorong 

mereka supaya menantikan Dia dalam keheningan dan pengha-

rapan yang penuh kerendahan hati, dan untuk percaya bahwa Ia 

dengan penuh rahmat akan memperhatikan kebutuhan-kebutuh-

an mereka, meskipun mereka tidak mengeluhkannya. Di dunia 

ini, yang terbaik yang bisa kita lakukan paling-paling berkemah di 

Obot, di mana penghiburan-penghiburan kita terdapat dalam 

bejana-bejana yang kecil dan menampung sedikit air. saat  kita 

tiba di sorga, kita akan berpindah ke Beer, sumur kehidupan, 

sumber air yang hidup. Sejauh ini kita sudah mendapati, saat  

mereka diberi persediaan air, bahwa mereka memintanya dengan 

ketidakpuasan yang tak wajar, dan Tuhan  memberi nya dalam 

murka yang sudah sewajarnya demikian. namun  di sini kita 

mendapati,  

(1) Bahwa Tuhan  memberi nya dalam kasih (ay. 16): Kumpul-

kanlah bangsa itu, untuk menjadi saksi dari keajaiban itu, dan 

untuk berbagi bersama dalam perkenanan itu, maka Aku akan 

memberi  air kepada mereka. Sebelum mereka berdoa, Tuhan  

sudah mengabulkannya, dan mendahului mereka dengan 

berkat-berkat kebaikan-Nya.  

Kitab Bilangan 21:10-20

(2) Bahwa mereka menerimanya dengan sukacita dan rasa syu-

kur, yang membuat rahmat itu dua kali lipat lebih manis bagi 

mereka (ay. 17). lalu  mereka menyanyikan nyanyian ini, 

bagi kemuliaan Tuhan  dan untuk menyemangati satu sama 

lain, berbual-buTuhan , hai sumur! Demikianlah mereka berdoa 

supaya sumur itu berbual-bual, sebab belas kasih yang dijan-

jikan harus diambil dengan doa. Mereka bersorak-sorak ka-

rena sumur itu sungguh berbual-bual, dan menyambutnya 

dengan pekik-pekik kegembiraan. Dengan kegirangan kita ha-

rus menimba air dari mata air keselamatan (Yes. 12:3). Sama 

seperti ular tembaga yaitu  perlambang Kristus, yang ditinggi-

kan untuk menyembuhkan kita, demikian pula sumur ini ada-

lah perlambang Roh, yang dicurahkan untuk menghibur kita, 

dan yang dari-Nya mengalir bagi kita aliran-aliran air hidup 

(Yoh. 7:38). Adakah sumur ini berbual-bual dalam jiwa kita? 

Kita harus bernyanyi bersorak baginya, mengambil penghibur-

an bagi diri kita sendiri, dan memberi  kemuliaan kepada 

Tuhan . Semangatilah pemberian ini, bernyanyilah kepadanya, 

berbual-buTuhan , hai sumur! Engkau mata air di kebun, untuk 

menyirami jiwaku (Kid. 4:15). Serukanlah janji itu, yang mung-

kin merujuk pada cerita ini (Yes. 41:17-18), Aku akan mem-

buat padang gurun menjadi telaga.  

(3) Sebelumnya peringatan akan suatu mujizat diabadikan dalam 

nama yang diberikan kepada tempat terjadinya mujizat itu, 

yang menandakan perselisihan dan sungut-sungut bangsa itu. 

namun  sekarang peringatan akan mujizat itu diabadikan dalam 

nyanyian pujian, yang menyimpan gambaran bagaimana 

mujizat itu diadakan (ay. 18): Raja-raja menggali sumur, yaitu 

ketujuh puluh tua-tua, ada kemungkinan, oleh perintah sang 

pemberi hukum (KJV), yaitu Musa, di bawah perintah Tuhan , 

dengan tongkat-tongkat mereka. Yaitu, dengan tongkat-tongkat 

mereka, mereka membuat lubang di tanah yang lembut dan 

berpasir, dan Tuhan  secara ajaib membuat air menyembur dari 

lubang-lubang yang mereka buat. Demikian pula orang-orang 

Israel yang saleh lama sesudah itu, saat  melintasi lembah 

Baka, tempat yang kering dan membuat haus, membuat 

sumur-sumur, dan Tuhan  melalui hujan dari langit memenuhi 

kolam-kolam itu (Mzm. 84:7). Cermatilah,  

[1] Tuhan  berjanji untuk memberi mereka air, namun  mereka 

harus membuka tanah untuk menerima air itu, dan mem-

biarkannya menyembur. Perkenanan-perkenanan Tuhan  

harus dinantikan saat  kita menggunakan sarana-sarana 

yang dapat kita gunakan dengan kekuatan kita, namun  

tetap saja keunggulan dari kekuatan itu berasal dari Tuhan . 

[2] Kaum bangsawan Israel tergerak untuk turun tangan mela-

kukan pekerjaan ini, dan memakai tongkat-tongkat mere-

ka, yang mungkin merupakan panji-panji dari kehormatan 

dan kekuasaan mereka, untuk kepentingan umum, dan hal 

ini dicatat bagi kehormatan mereka. Dan kita dapat men-

duga bahwa dengan dipakainya kaum bangsawan oleh 

kuasa ilahi sebagai alat bagi persediaan yang ajaib ini, 

maka hal itu sangat meneguhkan kaum bangsawan dalam 

jabatan-jabatan mereka, dan sangat menghibur hati rakyat. 

Dengan ini tampak bahwa roh Musa, yang sebentar lagi 

akan mati, sedikit banyak berdiam dalam kaum bangsawan 

Israel. Musa sendiri tidak memukul tanah itu, seperti sebe-

lumnya ia memukul gunung batu, namun  memberi mereka 

petunjuk untuk melakukannya, supaya tongkat-tongkat 

mereka dapat berbagi dalam kehormatan tongkatnya. Dan 

supaya mereka dapat berharap dengan senang hati bahwa 

saat  ia harus meninggalkan mereka, Tuhan  tidak akan 

meninggalkan mereka. Sebaliknya, mereka pun dalam ang-

katan mereka akan menjadi berkat untuk warga , dan 

boleh berharap akan hadirat ilahi bersama mereka selama 

mereka bertindak menurut petunjuk sang pemberi hukum. 

Sebab penghiburan hanya bisa diperoleh saat  kita mela-

kukan kewajiban ibadah kita. Dan, jika kita ingin berbagi 

dalam sukacita-sukacita ilahi, maka kita harus dengan 

hati-hati mengikuti petunjuk ilahi pula. 

Raja Sihon dan Raja Og Digulingkan 

(21:21-35)  

21 lalu  orang Israel mengirim utusan kepada Sihon, raja orang Amori, 

dengan pesan: 22 “Izinkanlah kami melalui negerimu; kami tidak akan me-

nyimpang masuk ke ladang-ladang dan kebun-kebun anggurmu, kami tidak 

akan minum air sumurmu, di jalan besar saja kami akan berjalan, sampai 

kami melalui batas daerahmu.” 23 namun  Sihon tidak mengizinkan orang

Kitab Bilangan 21:21-35 

 

Israel berjalan melalui daerahnya, bahkan ia mengumpulkan seluruh laskar-

nya, lalu keluar ke padang gurun menghadapi orang Israel, dan sesampainya 

di Yahas berperanglah ia melawan orang Israel. 24 namun  orang Israel menga-

lahkan dia dengan mata pedang dan menduduki negerinya dari sungai Arnon 

sampai ke sungai Yabok, sampai kepada bani Amon, sebab batas daerah bani 

Amon itu kuat. 25 Dan orang Israel merebut segala kota itu, lalu menetaplah 

mereka di segala kota orang Amori, di Hesybon dan segala anak kotanya.  

26 Sebab Hesybon ialah kota kediaman Sihon, raja orang Amori; raja ini 

tadinya berperang melawan raja Moab yang lalu, dan merebut dari tangannya 

seluruh negerinya sampai ke sungai Arnon. 27 Itulah sebabnya penyair-

penyair berkata: “Datanglah ke Hesybon, baiklah dibangun dan baiklah 

diperkuat kota kediaman Sihon itu! 28 Sebab api keluar dari Hesybon, nyala 

dari kota kediaman Sihon, yang memakan habis Ar-Moab, yang berkuasa 

atas bukit-bukit di sepanjang sungai Arnon. 29 Celakalah engkau, ya Moab; 

binasa engkau, ya bangsa Kamos! Ia membuat anak-anaknya lelaki menjadi 

orang-orang pelarian, dan anak-anaknya perempuan menjadi tawanan 

kepada Sihon, raja orang Amori. 30 Kita telah menembaki mereka, Hesybon 

binasa sampai ke Dibon, dan kita menanduskannya sampai ke Nofah, yang 

terbentang sampai ke Medeba.” 31 Demikianlah orang Israel diam di negeri 

orang Amori. 32 Sesudah  Musa menyuruh orang mengintai kota Yaezer, mereka 

merebut segala anak kota Yaezer dan menghalau orang-orang Amori yang 

ada di situ. 33 lalu  berpalinglah mereka dan maju ke arah Basan. Lalu 

Og, raja Basan, beserta segala rakyatnya maju ke Edrei menjumpai mereka 

untuk berperang. 34 namun  TUHAN berfirman kepada Musa: “Janganlah takut 

kepadanya, sebab Aku menyerahkan dia dengan seluruh rakyatnya dan nege-

rinya ke dalam tanganmu, dan haruslah kaulakukan kepadanya seperti yang 

kaulakukan kepada Sihon, raja orang Amori, yang diam di Hesybon.” 35 Maka 

mereka mengalahkan dia dan anak-anaknya dan seluruh rakyatnya, sehing-

ga seorang pun dari mereka tidak ada yang dibiarkan terlepas; lalu mereka 

menduduki negerinya. 

Kita mendapati di sini sebuah gambaran tentang kemenangan-

kemenangan yang diperoleh Israel atas Raja Sihon dan Raja Og, yang 

harus dibahas secara tersendiri. Bukan hanya sebab  kemenangan-

kemenangan itu di sini diceritakan secara tersendiri, melainkan juga 

sebab  lama sesudahnya peringatan akan kemenangan-kemenangan 

itu dirayakan secara tersendiri, dan beberapa kali ditetapkan sebagai 

contoh akan kasih setia Tuhan  yang kekal. Ia membunuh Sihon, raja 

orang Amori; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. 

Dan Og, raja negeri Basan; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih 

setia-Nya (Mzm. 136:19-20). 

I. Israel mengirim sebuah pesan damai kepada Sihon, raja orang 

Amori (ay. 21), namun  menerima balasan yang menantang perang, 

lebih buruk dibandingkan  balasan orang Edom terhadap pesan serupa 

(20:18, 20). Sebab orang Edom hanya menolak Israel untuk mele-

wati negeri mereka, dan membuat pertahanan untuk menjauhkan 

orang Israel. namun  Sihon pergi dengan pasukan-pasukannya 


 

melawan Israel di padang gurun, keluar dari batas-batas daerah-

nya sendiri, padahal orang Israel tidak melakukan sesuatu yang 

menyulut amarahnya (ay. 23). Dengan demikian ia berlari menuju 

kehancurannya sendiri. Yefta menduga bahwa Sihon terdorong 

untuk melakukan ini oleh keahlian memerintahnya (Hak. 11:20), 

Sihon tidak percaya kepada orang Israel yang hendak berjalan 

melalui daerahnya. namun  keahlian memerintahnya membuatnya 

tertipu, sebab Musa berkata, Tuhan  membuat dia keras kepala dan 

tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tangan 

Israel (Ul. 2:30). Musuh-musuh jemaat Tuhan  sering kali terpesona 

dengan rancangan-rancangan mereka sendiri, yang menurut 

mereka sangat bijak. Tentara Sihon dikalahkan habis-habisan, 

dan tidak hanya demikian, namun  juga seluruh negerinya jatuh 

menjadi milik Israel (ay. 24-25). Perebutan negeri ini oleh Israel 

dibenarkan,  

1. Melawan orang Amori sendiri, sebab merekalah yang terlebih 

dahulu menyerang, dan menyulut orang Israel untuk ber-

perang. Namun demikian, hal itu mungkin tidak cukup untuk 

membuat Israel berhak atas tanah mereka, namun  bahwa Tuhan  

sendiri, Raja segala bangsa, Tuhan semesta alam, telah meng-

hadiahkan tanah itu kepada mereka. Orang Amori merupakan 

salah satu bangsa yang dipersembahkan kepada Israel, yang 

tanahnya dijanjikan Tuhan  kepada Abraham dan keturunan-

nya. Janji ini akan digenapi saat  kedurjanaan orang Amori 

sudah genap (Kej. 15:16). Yefta bersikukuh mempertahankan 

hadiah ini sebagai hak mereka (Hak. 11:23-24). Kemenangan 

yang diberikan Tuhan  kepada mereka atas orang Amori mem-

buat mereka memiliki tanah itu. lalu , sebab  janji yang 

diberikan kepada nenek moyang mereka sudah memberi me-

reka hak, maka berdasar  janji itu mereka mempertahan-

kan hak milik mereka.  

2. Melawan orang Moab, yang sebelumnya merupakan tuan 

pemilik atas negeri ini. Jika mereka sampai menuntut hak 

milik atas negeri itu, dan membela diri bahwa Tuhan  sendiri 

memastikan bahwa apa pun dari negeri mereka tidak akan 

diberikan kepada Isreal untuk menjadi miliknya (Ul. 2:9), Musa 

di sini melengkapi angkatan yang akan datang dengan salinan 

dari pembelaan mereka itu. Dan Yefta menggunakannya untuk 

Kitab Bilangan 21:21-35 

 

melawan orang Amori 260 tahun sesudahnya, saat  hak 

Israel atas negeri ini dipertanyakan.  

(1) Pembenaran itu sendiri yaitu  bahwa meskipun benar 

negeri ini dahulu menjadi milik orang Moab, namun orang 

Amori telah mengambilnya dari mereka beberapa waktu 

sebelumnya, dan sekarang memilikinya secara penuh tan-

pa gangguan (ay. 26). Orang Israel tidak mengambilnya dari 

tangan orang Moab, mereka sudah kehilangan negeri itu 

sebelumnya oleh orang Amori, dan mau tidak mau mereka 

tidak bisa lagi mengaku-ngaku memilikinya. Dan, saat  

Israel mengambilnya dari orang Amori, mereka tidak ber-

kewajiban untuk mengembalikannya kepada orang Moab, 

sebab hak orang Moab atas negeri itu sudah lama hilang. 

Lihatlah di sini betapa tidak pastinya harta duniawi itu, 

betapa seringnya harta duniawi berganti-ganti pemilik. Dan 

betapa cepatnya kita bisa kehilangan harta itu, bahkan 

saat  kita menyangka bahwa kita pasti akan terus memi-

likinya. Harta duniawi tiba-tiba bersayap. Oleh sebab itu, 

berhikmatlah bagi kita untuk menjaga bagian yang baik 

yang tidak dapat diambil dari kita. Lihatlah juga hikmat 

dari penyelenggaraan ilahi dan kemampuannya yang sem-

purna untuk mengetahui hal-hal yang akan datang, yang 

melaluinya persiapan dibuat jauh sebelum semua tujuan 

Tuhan  digenapi pada waktunya. sebab  negeri ini dirancang 

untuk Israel pada waktunya, maka negeri itu sebelumnya 

diserahkan ke tangan orang Amori. Tidak terbersit dalam 

pikiran orang Amori bahwa mereka memilikinya hanya 

sebagai orang yang diberi tanggung jawab sampai Israel 

sudah cukup umur, dan pada saat itu mereka harus me-

nyerahkan negeri itu. Kita tidak memahami luasnya jang-

kauan-jangkauan penyelenggaraan ilahi, namun  Tuhan  me-

ngetahui semua pekerjaan-Nya, seperti yang tampak dalam 

contoh ini, bahwa Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa 

menurut bilangan anak-anak Israel (Ul. 32:8). Semua negeri 

yang diniatkan-Nya untuk umat pilihan-Nya, diserahkan-

Nya lebih dulu kepada bangsa-bangsa yang lalu  di-

persembahkan-Nya kepada Israel, yang menghalau mereka 

keluar.  


(2) Untuk membuktikan pernyataan itu, Musa merujuk pada 

catatan-catatan asli dari negeri itu, sebab demikianlah yang 

dikatakan dalam pepatah-pepatah atau nyanyian-nyanyian 

mereka, dan ia mengutip beberapa perkataan darinya (ay. 27-

30), yang cukup membuktikan apa yang ditegaskan, yaitu,  

[1] Bahwa tempat ini atau tempat itu yang disebutkan di 

sini, meskipun sudah dimiliki orang Moab, oleh hak 

perang telah menjadi wilayah kekuasaan Sihon, raja 

orang Amori. Hesybon telah menjadi kota Sihon, dan ia 

memilikinya tanpa gangguan hingga kota itu dibangun 

dan dipersiapkan untuknya (ay. 27). Dan negeri itu 

sampai ke Dibon dan Nofah juga ditaklukkan, dan di-

gabungkan ke dalam kerajaan orang Amori (ay. 30).  

[2] Bahwa orang Moab dilumpuhkan sama sekali sehingga 

harus melepaskan negeri itu. Bahkan Ar-Moab, meski-

pun tidak direbut atau ditaklukkan oleh Sihon, namun  

tetap menjadi ibu kota Moab, namun begitu diporak-

porandakan oleh kehilangan ini hingga kota itu tidak 

akan pernah dapat bangkit (ay. 28). Orang Moab sudah 

binasa, dan bahkan Kamos dewa mereka sudah lepas 

tangan, sebab ia tidak dapat menyelamatkan mereka 

dari tangan Sihon (ay. 29). Melalui semuanya ini tam-

pak bahwa orang Moab tidak bisa lagi mengaku-ngaku 

memiliki negeri ini untuk selama-lamanya. Bisa jadi ada 

alasan lebih jauh untuk memasukkan puisi orang 

Amori ini, yaitu, untuk menunjukkan bahwa kemenang-

an orang fasik itu singkat saja. Orang-orang yang telah 

menaklukkan bangsa Moab, dan menghina mereka, 

sekarang mereka sendiri ditaklukkan dan dihina oleh 

Israel milik Tuhan . Besar kemungkinan bahwa Sihon yang 

sama, raja orang Amori, yang telah merebut negeri ini 

dari orang Moab, sekarang kehilangan negeri itu oleh 

orang Israel. Sebab, meskipun dikatakan bahwa negeri 

itu direbut dari mantan raja Moab (ay. 26), namun itu 

bukanlah oleh mantan raja orang Amori. Dan hal itu 

menunjukkan betapa keadilan kadang-kadang membuat 

orang harus menyaksikan hilangnya apa yang mereka 

peroleh dengan kekerasan dan yang membuat mereka 

Kitab Bilangan 21:21-35 


besar kepala. Hanya sebentar mereka meninggikan diri 

(Ayb. 24:24). 

II. Og raja Basan, bukannya belajar dari peringatan melalui nasib 

negeri-negeri tetangganya untuk berdamai dengan Israel, justru 

terdorong olehnya untuk berperang melawan mereka, yang ter-

bukti membawa kehancuran serupa bagi dirinya. Og juga yaitu  

seorang Amori, dan sebab  itu mungkin menganggap dirinya lebih 

mampu untuk menangani Israel dibandingkan  negeri-negeri tetangga-

nya, dan lebih besar kemungkinannya untuk menang, sebab  

kekuatan dan perawakannya yang amat besar. Musa memberi 

perhatian tentang hal ini (Ul. 3:11), di mana ia memberi penjelas-

an yang lebih lengkap tentang cerita ini. Di sini amatilah,  

1. Bahwa orang Amori memulai peperangan itu (ay. 33): Ia maju 

menjumpai Israel untuk berperang. Negerinya sangat kaya dan 

permai. Basan termasyhur akan kayunya yang terbaik (lihat 

saja pohon tarbantin Basan), dan hewan ternaknya yang ter-

baik, lihat saja lembu sapi Basan, dan anak-anak domba serta 

domba-domba jantan dari negeri itu, yang dipuji-puji (Ul. 

32:14). Orang-orang fasik berbuat semampu mereka untuk 

melindungi diri dan harta benda mereka dari penghakiman-

penghakiman Tuhan , namun semuanya sia-sia. saat  hari 

mereka tiba, pada hari itu mereka harus jatuh.  

2. Bahwa Tuhan  campur tangan dalam perkara itu, dan meminta 

Israel untuk tidak takut terhadap kekuatan yang mengancam 

ini, dan menjanjikan kemenangan sepenuhnya kepada mere-

ka: “Aku menyerahkan dia ke dalam tanganmu (ay. 34). Begitu 

pastinya kemenangan itu hingga seolah-olah sudah terlak-

sana. Negeri itu sepenuhnya milikmu, masuklah dan rebut-

lah.” Raksasa hanyalah cacing di hadapan kuasa Tuhan .  

3. Bahwa Israel lebih dibandingkan  penakluk. Ia tidak hanya menga-

lahkan habis-habisan tentara para musuh, namun  juga memper-

oleh negeri para musuh. Negeri itu sesudahnya menjadi bagian 

dari milik pusaka dua suku Israel, ditambah separuh dari apa 

yang pada awalnya terletak di seberang sungai Yordan. Tuhan  

memberi  keberhasilan-keberhasilan ini kepada Israel, se-

waktu Musa masih ada bersama mereka. Hal ini dilakukan 

baik untuk menghibur Musa (supaya ia dapat melihat permula-

an dari pekerjaan yang mulia itu, yang penyelesaiannya tidak 


akan ia lihat), maupun untuk menyemangati rakyat dalam 

perang Kanaan di bawah pimpinan Yosua. Meskipun bagi me-

reka kemenangan dalam perang Kanaan ini hanyalah bagaikan 

suatu hari peristiwa-peristiwa yang kecil saja, namun itu meru-

pakan suatu tanda dari perkara-perkara yang besar.  

 

 

 

 

PASAL  22  

ada pasal ini dimulailah cerita yang termasyhur tentang Balak 

dan Bileam, upaya mereka untuk mengutuk Israel, dan dikacau-

kannya upaya itu. Umat Tuhan  lama sesudahnya diperintahkan untuk 

mengingat apa yang dirancang oleh Balak, raja Moab, dan apa yang 

dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor, supaya mereka mengakui 

perbuatan-perbuatan keadilan dari Tuhan (Mi. 6:5). Dalam pasal ini 

kita mendapati,  

I. Ketakutan Balak terhadap Israel, dan rencananya untuk 

membuat mereka dikutuk (ay. 1-4).  

II. Utusan yang dikirimnya kepada Bileam, seorang ahli sihir, 

untuk menjemputnya dengan tujuan supaya ia mengutuk 

Israel, dan kekecewaan yang dialami Balak dalam utusan 

yang pertama (ay. 5-14).  

III. Kedatangan Bileam kepadanya Sesudah  ia mengirimkan pesan 

kedua (ay. 15-21).  

IV. Perlawanan yang dijumpai Bileam di tengah jalan (ay. 22-35).  

V. Perjumpaan antara Balak dan Bileam pada akhirnya (ay. 36, 

dst.). 

Balak Mengirimkan Utusan kepada Bileam 

(22:1-14)  

1 lalu  berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran Moab, di 

daerah seberang sungai Yordan dekat Yerikho. 2 Balak bin Zipor melihat 

segala yang dilakukan Israel kepada orang Amori. 3 Maka sangat gentarlah 

orang Moab terhadap bangsa itu, sebab  jumlahnya banyak, lalu muak dan 

takutlah orang Moab sebab  orang Israel. 4 Lalu berkatalah orang Moab 

kepada para tua-tua Midian: “Tentu saja laskar besar itu akan membabat 

habis segala sesuatu yang di sekeliling kita, seperti lembu membabat habis 

tumbuh-tumbuhan hijau di padang.” Adapun pada waktu itu Balak bin Zipor 

menjadi raja Moab. 5 Raja ini mengirim utusan kepada Bileam bin Beor, ke 

Petor yang di tepi sungai Efrat, ke negeri teman-teman sebangsanya, untuk 

memanggil dia, dengan pesan: “Ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari 

Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka 

sedang berkemah di depanku. 6 sebab  itu, datanglah dan kutuk bangsa itu 

bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup menga-

lahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang 

kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.”  

7 Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan 

membawa di tangannya upah penenung; Sesudah  mereka sampai kepada 

Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak. 8 Lalu berkatalah Bileam 

kepada mereka: “Bermalamlah di sini pada malam ini, maka aku akan mem-

beri jawab kepadamu, sesuai dengan apa yang akan difirmankan TUHAN ke-

padaku.” Maka tinggTuhan  pemuka-pemuka Moab itu pada Bileam. 9 Kemu-

dian datanglah Tuhan  kepada Bileam serta berfirman: “Siapakah orang-orang 

yang bersama-sama dengan engkau itu?” 10 Dan berkatalah Bileam kepada 

Tuhan : “Balak bin Zipor, raja Moab, mengutus orang kepadaku dengan pesan: 

11 Ketahuilah, ada bangsa yang keluar dari Mesir, dan permukaan bumi 

tertutup olehnya; sebab  itu, datanglah, serapahlah mereka bagiku, mungkin 

aku akan sanggup berperang melawan mereka dan menghalau mereka.”  

12 Lalu berfirmanlah Tuhan  kepada Bileam: “Janganlah engkau pergi bersama-

sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka 

telah diberkati.” 13 Bangunlah Bileam pada waktu pagi, lalu berkata kepada pe-

muka-pemuka Balak: “Pulanglah ke negerimu, sebab TUHAN tidak mengizin-

kan aku pergi bersama-sama dengan kamu.” 14 Lalu berangkatlah pemuka-

pemuka Moab itu dan Sesudah  mereka sampai kepada Balak, berkatalah 

mereka: “Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami.” 

Orang Israel pada akhirnya menyelesaikan rangkaian pengembaraan 

mereka di padang gurun, dan dari sana mereka mendaki ke tempat 

yang lebih tinggi (21:18). Dan sekarang mereka berkemah di dataran 

Moab dekat sungai Yordan, di mana mereka tetap tinggal sampai 

mereka melewati Yordan di bawah Yosua, Sesudah  kematian Musa. 

Sekarang kita mendapati di sini, 

I.  Ketakutan yang melanda orang Moab saat  Israel mendekat (ay. 

2-4). Mereka tidak perlu takut akan bahaya apa pun dari orang 

Israel seandainya mereka mengetahui (dan ada kemungkinan 

bahwa Musa memberi tahu mereka), perintah-perintah yang telah 

diberikan Tuhan  kepada Israel untuk tidak berseteru dengan orang 

Moab, atau menunjukkan permusuhan terhadap mereka (Ul. 2:9). 

namun , seandainya pun mereka sudah diberi tahu tentang hal ini, 

mereka tetap curiga jangan-jangan itu hanya pura-pura, untuk 

membuat mereka merasa aman, supaya mereka bisa lebih mudah 

ditaklukkan. Kendati dengan persahabatan lama antara Abraham 

dan Lot, orang Moab bertekad untuk menghancurkan Israel jika 

bisa. Oleh sebab  itu, mereka menerima begitu saja, tanpa suatu 

Kitab Bilangan 22:1-14 


alasan untuk curiga, bahwa Israel bertekad untuk menghancur-

kan mereka. Demikianlah sudah biasa bagi orang-orang yang me-

rancang kejahatan untuk mengaku-ngaku bahwa ada kejahatan 

yang dirancang melawan mereka. Dan kecurigaan-kecurigaan me-

reka yang tidak beralasan pasti hanya untuk menutupi kebencian 

mereka yang tidak beralasan. Mereka mendengar tentang keme-

nangan-kemenangan orang Israel atas orang Amori (ay. 2), dan 

berpikir bahwa rumah mereka sendiri terancam bahaya saat  

rumah tetangga mereka terbakar. Mereka mengamati banyaknya 

jumlah orang Israel (ay. 3): Jumlah mereka banyak. Dan dari situ 

mereka menyimpulkan betapa orang Isarel akan dengan mudah 

menaklukkan negeri mereka, dan segala sesuatu yang ada di se-

keliling mereka, jika tidak diambil suatu tindakan yang cepat dan 

ampuh untuk menghentikan majunya laskar-laskar Israel yang 

gagah perkasa itu: “Mereka akan membabat habis atau melahap 

kita, dan segala sesuatu yang di sekeliling kita, secepat dan tak 

terbendung seperti lembu membabat habis tumbuh-tumbuhan 

hijau” (ay. 4). Dengan begitu mereka mengakui bahwa mereka 

bukanlah tandingan yang sepadan untuk musuh yang begitu 

menakutkan. Oleh sebab itu, mereka merasa sangat gentar dan 

tertekan. Demikianlah orang fasik ditimpa kekejutan yang besar, 

padahal tidak ada yang mengejutkan (Mzm. 53:6). Ketakutan-

ketakutan ini mereka sampaikan kepada negeri tetangga mereka, 

yaitu para tua-tua Midian, supaya beberapa tindakan dapat 

diambil di antara mereka demi keselamatan mereka bersama. 

Sebab, jika kerajaan Moab jatuh, pemerintahan Midian tidak 

dapat berdiri lama. Orang Moab, seandainya mereka mau, bisa 

saja memanfaatkan dengan baik keberhasilan-keberhasilan Israel, 

dan kemenangan-kemenangan mereka melawan orang Amori. 

Beralasan bagi mereka untuk bersukacita, dan berterima kasih 

kepada Tuhan  dan Israel, sebab  telah membebaskan mereka dari 

kekuatan yang mengancam dari Sihon, raja orang Amori. Sebab 

raja Sihon telah merebut dari orang Moab sebagian wilayah negeri 

mereka, dan bisa jadi akan menduduki semua bagian yang lain. 

Juga beralasan bagi mereka untuk berusaha bersahabat dengan 

Israel, dan meminta pertolongan dari mereka. namun , sebab  

sudah meninggalkan agama Lot, bapak mereka, dan tenggelam ke 

dalam penyembahan berhala, mereka berubah membenci umat 

Tuhan  Abraham. sebab  itu, wajarlah jika mereka menjadi tergila-

gila dengan segala rancangan mereka sendiri, dan diserahkan 

kepada kesusahan. 

II. Rancangan yang disusun oleh raja Moab untuk membuat orang 

Israel dikutuk, yaitu, untuk membuat Tuhan  melawan mereka, 

yang menurut pandangannya, sampai saat ini berperang untuk 

mereka. Raja Moab lebih mempercayai siasatnya dibandingkan  persen-

jataannya. Dalam anggapannya, jika saja ia bisa mendapatkan 

seorang nabi dengan mantera-manteranya yang sakti, supaya 

nabi itu menimpakan kutuk ke atas orang Israel, dan mengucap-

kan berkat atas dirinya dan pasukan-pasukannya, maka, meski-

pun lemah, ia akan mampu menghadapi mereka. Pikirannya ini 

timbul, 

1. Dari sisa-sisa suatu agama. Sebab pemikirannya ini mengakui, 

bahwa manusia bergantung pada kuasa-kuasa yang tak ter-

lihat dan berdaulat yang mengatur perkara-perkara manusia 

dan menentukannya. sebab  itu, pemikiran ini mengakui ke-

wajiban manusia untuk datang dan memohon kepada kuasa-

kuasa ini.  

2.  Dari puing-puing agama yang benar. Orang Midian dan orang 

Moab secara mengenaskan sudah merosot dari iman dan 

penyembahan yang dianut oleh nenek moyang mereka yang 

saleh, yaitu Abraham dan Lot. Sebab seandainya tidak demi-

kian, tak akan terbersit dalam pikiran mereka, bahwa dengan 

kutuk-kutuk mereka, mereka dapat berbuat kejahatan ter-

hadap sebuah bangsa yang sungguh-sungguh beribadah ke-

pada Tuhan  yang benar, sementara mereka sendiri sudah mem-

berontak dan tidak beribadah kepada-Nya. 

III. Bujukan Balak kepada Bileam bin Beor, seorang ahli sihir ter-

masyhur, untuk mengajaknya mengutuk Israel. Bileam tinggal di 

tempat yang sangat jauh, di negeri tempat Abraham berasal, dan 

di mana Laban tinggal. namun , meskipun mungkin ada banyak 

ahli sihir yang lebih dekat yang mengaku-ngaku bisa menenung, 

namun tidak ada nama lain yang begitu tersohor dengan keber-

hasilannya seperti Bileam. Dan Balak tidak akan segan-segan 

melakukan yang terbaik sepanjang yang didengarnya, meskipun 

ia harus mengirim utusan jauh-jauh untuk menjemputnya. Beta-

Kitab Bilangan 22:1-14 

pa hatinya terpatri pada rancangan ini. Dan untuk memenangkan 

hati Bileam,  

1. Balak menjadikan Bileam sebagai temannya, mengeluh ke-

padanya, sebagai orang kepercayaannya, tentang bahaya yang 

mengancamnya akibat besarnya jumlah orang Israel yang 

sudah berkemah di dekatnya: Sungguh, sampai tertutup permu-

kaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku 

(ay. 5).  

2. Pada dasarnya, Balak menjadikan Bileam sebagai dewanya, 

melalui kuasa besar yang dianggapnya terdapat dalam per-

kataan Bileam: Siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan 

siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk (ay 6). Cendikiawan 

Uskup Patrick, cenderung berpendapat, bersama dengan ba-

nyak penulis Yahudi, bahwa Bileam yaitu  seorang nabi besar 

pada masa itu. Ia dipandang sebagai orang yang mendapat 

perkenanan oleh Tuhan , sebab  nubuatan-nubuatannya dige-

napi dan doa-doanya dikabulkan, baik untuk kebaikan mau-

pun keburukan. Akan namun , sebab  ia bertambah sombong 

dan tamak, Tuhan  meninggalkan dia. Dan lalu , untuk 

menopang nama baiknya yang tenggelam, ia menjalankan 

ilmu-ilmu hitam. Ia disebut sebagai nabi (2Ptr. 2:16), sebab ia 

pernah menjadi seorang nabi. Atau mungkin dari sejak awal ia 

membuat nama besar bagi dirinya melalui mantera-mantera-

nya, seperti Simon si penyihir. Simon menyihir banyak orang 

sampai begitu rupa hingga ia disebut kuasa Tuhan  yang ter-

kenal sebagai Kuasa Besar (Kis. 8:10). Kutukan-kutukan yang 

diucapkan oleh para nabi Tuhan  dalam nama Tuhan menda-

tangkan akibat-akibat yang menakjubkan, seperti kutukan 

Nuh (Kej. 9:25), dan kutukan Elisa (2Raj. 2:24). namun  kutuk 

tanpa alasan tidak akan kena (Ams. 26:2), sama seperti 

kutukan Goliat, saat  ia demi para Tuhan nya mengutuki Daud 

(1Sam. 17:43). Hendaklah kita berkeinginan supaya hamba-

hamba Tuhan  dan umat-Nya berdoa untuk kita, dan ngeri jika 

mereka berdoa melawan kita. Sebab mereka sangat dikenan 

oleh Dia yang benar-benar memberkati dan benar-benar me-

ngutuk. namun  tidaklah cukup bagi Balak untuk mengandal-

kan pujian-pujian saja dalam memenangkan hati Bileam. Ada 

sogokan yang harus mengikuti (ay. 7): mereka membawa di 

tangan mereka upah penenung, upah untuk perbuatan-perbuat-

an yang jahat, yang sangat disukai Bileam (2Ptr. 2:15). 

IV. Kekang yang dipasang Tuhan  atas Bileam, yang melarangnya un-

tuk mengutuk Israel. Besar kemungkinan bahwa Bileam, sebab  

merupakan orang yang selalu ingin tahu, tidak asing dengan 

perkara dan tabiat Israel. Ia sudah mendengar bahwa Tuhan  sung-

guh menyertai mereka, sehingga ia harus memberi  jawaban 

kepada para utusan itu dengan segera, bahwa ia tidak akan 

pernah mengutuk bangsa yang sudah diberkati Tuhan . namun  ia 

menyuruh para utusan itu untuk bermalam, dan ia mengambil 

waktu pada malam hari untuk mempertimbangkan apa yang akan 

ia lakukan, dan untuk menerima petunjuk-petunjuk dari Tuhan  

(ay. 8). jika  kita berunding dengan godaan-godaan, maka kita 

terancam bahaya besar untuk dikalahkan oleh godaan-godaan 

itu. Pada malam itu Tuhan  datang kepadanya, mungkin dalam 

mimpi, dan bertanya apa urusan orang-orang asing itu dengan-

nya. Tuhan  sudah mengetahuinya, namun  Ia ingin mengetahuinya 

dari Bileam. Bileam menjelaskan kepada Tuhan  maksud kedatang-

an mereka (ay. 9-11), dan lalu  Tuhan  menyuruhnya untuk 

tidak pergi bersama mereka, atau berusaha mengutuk bangsa 

yang diberkati itu (ay. 12). Demikianlah Tuhan  ada kalanya, untuk 

melindungi umat-Nya, berkenan untuk berbicara kepada orang-

orang jahat, seperti kepada Abimelekh (Kej. 20:3), dan kepada 

Laban (Kej. 31:24). Dan kita membaca juga tentang beberapa 

pembuat kejahatan, namun  bernubuat dalam nama Kristus, dan 

mengadakan banyak mujizat. Bileam diperintahkan bukan hanya 

untuk tidak pergi kepada Balak, namun  juga untuk tidak menawar-

kan diri untuk mengutuk bangsa ini, yang bisa saja diusahakan-

nya dari kejauhan. Alasannya diberitahukan kepada dia: Mereka 

telah diberkati. Ini yaitu  bagian dari berkat Abraham (Kej. 12:3), 

Aku akan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau. Dengan 

begitu, upaya untuk mengutuk mereka bukan saja akan sia-sia, 

namun  juga berbahaya. Israel sudah sering kali menyulut murka 

Tuhan  di padang gurun, namun Ia tidak akan membiarkan musuh-

musuh mereka mengutuk mereka, sebab tidak dibalas-Nya kepada 

mereka setimpal dengan kesalahan mereka. Kebahagiaan orang-

orang yang ditutupi dosanya datang atas mereka (Rm. 4:6-7).

Kitab Bilangan 22:15-21 

V. Kembalinya utusan-utusan itu tanpa Bileam.  

1.  Bileam tidak jujur dalam memberi  jawaban Tuhan  kepada 

para utusan itu (ay. 13). Ia hanya memberi tahu mereka, 

TUHAN tidak mengizinkan aku pergi bersama-sama dengan 

kamu. Ia tidak memberi tahu mereka, seperti yang seharusnya 

ia lakukan, bahwa Israel yaitu  bangsa yang diberkati, dan 

sama sekali tidak boleh dikutuk. Sebab jika ia berlaku jujur, 

rancangan Balak itu akan hancur, dan godaan tidak akan 

ditawarkan lagi. namun  ia, pada dasarnya, ingin supaya 

mereka menyampaikan kepada Balak bahwa ia ingin melayani-

nya dengan rendah hati, dan memberi tahu Balak bahwa ia 

memuji rancangannya, dan dengan sangat senang hati ingin 

memuaskannya. namun  ia ingin berlaku layaknya seorang 

nabi, jadi ia menunjukkan bahwa ia tidak boleh pergi tanpa 

seizin Tuhan , yang belum didapatkannya, dan sebab  itu untuk 

saat ini ia harus dimaklumi. Perhatikanlah, yang menjadi 

sasaran empuk bagi godaan Iblis yaitu  orang yang berbicara 

tentang larangan-larangan ilahi dengan cara mengecilkannya. 

Seolah-olah larangan-larangan itu tidak lebih dibandingkan  meno-

lak memberi izin, dan seolah-olah menentang hukum Tuhan  

hanyalah berbuat sesuatu tanpa izin-Nya.  

2.  Para utusan itu tidak jujur dalam memberi  jawaban Bi-

leam kepada Balak. Penjelasan yang mereka berikan hanyalah, 

Bileam menolak datang bersama-sama dengan kami (ay. 14). 

Jawaban ini menyiratkan bahwa Bileam sebetulnya meng-

inginkan bujukan yang lebih banyak dan tawaran yang lebih 

tinggi. Sebenarnya mereka tidak mau memberi tahu Balak 

bahwa Tuhan  telah menunjukkan penolakan-Nya terhadap upa-

yanya. Demikianlah para pembesar diakali secara mengenas-

kan oleh sanjungan orang-orang di sekitar mereka, yang ber-

buat sebisa mungkin untuk mencegah mereka melihat kesa-

lahan-kesalahan dan kebodohan-kebodohan mereka sendiri. 

Pesan Balak yang Kedua kepada Bileam 

(22:15-21) 

15 namun  Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih 

terhormat dari yang pertama. 16 Sesudah  mereka sampai kepada Bileam, ber-

katalah mereka kepadanya: “Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah 

biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, 17 sebab aku akan 

memberi upahmu sangat banyak, dan apa pun yang kauminta dari padaku, 

aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku.” 

18 namun  Bileam menjawab kepada pegawai-pegawai Balak: “Sekalipun Balak 

memberi  kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan 

sanggup berbuat sesuatu, yang kecil atau yang besar, yang melanggar titah 

TUHAN, Tuhan ku. 19 Oleh sebab itu, baiklah kamu pun tinggal di sini pada 

malam ini, supaya aku tahu, apakah pula yang akan difirmankan TUHAN 

kepadaku.” 20 Datanglah Tuhan  kepada Bileam pada waktu malam serta ber-

firman kepadanya: “Jikalau orang-orang itu memang sudah datang untuk 

memanggil engkau, bangunlah, pergilah bersama-sama dengan mereka, 

namun  hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.”  

21 Lalu bangunlah Bileam pada waktu pagi, dipelanainyalah keledainya yang 

betina, dan pergi bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. 

Kita mendapati di sini utusan kedua yang dikirim kepada Bileam, 

untuk menjemputnya supaya ia mengutuk Israel. Sungguh baik bagi 

kita jika kita sungguh-sungguh dan setia dalam melakukan perbuat-

an baik, kendati dengan kekecewaan-kekecewaan yang kita temui, 

seperti Balak dalam mengejar rancangan yang jahat ini. Musuh-

musuh jemaat tidak tenang dan tak jemu-jemu dalam upaya-upaya 

mereka untuk melawannya. namun  Dia yang bersemayam di sorga 

menertawakan mereka. Amatilah, 

I.   Godaan yang disodorkan Balak kepada Bileam. Balak berupaya 

untuk membuat serangan ini lebih gencar dibandingkan  sebelumnya. 

Besar kemungkinan ia menitipkan uang dua kali lipat lebih 

banyak ke dalam tangan para utusannya. namun , selain itu, seka-

rang ia menggoda Bileam dengan kehormatan-kehormatan. Ia 

memberi umpan bukan hanya untuk memancing ketamakan 

Bileam, melainkan juga kesombongan dan hasrat dirinya. Betapa 

kita harus sungguh-sungguh memohon kepada Tuhan  setiap hari 

untuk mematikan dua anggota tubuh dari manusia lama ini 

dalam diri kita! Orang-orang yang tahu bagaimana memandang 

hina kekayaan dan kehormatan duniawi dengan hati yang kudus, 

akan mendapati usaha itu bukanlah perkara yang sulit, seperti 

yang dilakukan orang yang sungguh-sungguh menjaga hati nu-

rani yang baik. Lihatlah betapa dengan liciknya Balak mengatur 

godaan itu.  

1. Utusan-utusan yang dikirimnya lebih banyak, dan lebih ter-

hormat (ay. 15). Ia mengirimkan utusan kepada ahli sihir ini 

dengan penghormatan dan penghargaan yang besar terhadap 

martabatnya, seolah-olah ia yaitu  seorang raja yang berdau-

Kitab Bilangan 22:15-21

lat. Mungkin ia khawatir jangan-jangan Bileam merasa dirinya 

diremehkan sebab  utusan-utusan sebelumnya berjumlah 

sedikit dan berpangkat rendah.  

2. Permintaan itu sangat mendesak. Raja yang berkuasa ini 

memohon kepadanya: “Janganlah biarkan dirimu terhalang-

halang (ay. 16), tidak, sekalipun oleh Tuhan , atau hati nurani, 

atau suatu ketakutan akan dosa atau rasa malu.”  

3. Tawaran-tawaran yang disodorkan itu tinggi: “Aku akan 

memberi upahmu sangat banyak (KJV: Aku akan memberi  

engkau kehormatan yang sangat besar ) di antara para pemuka 

Moab.” Bahkan, ia memberi Bileam kertas kosong, dan Bileam 

diminta menuliskan syarat-syaratnya sendiri: Apa pun yang 

kauminta, aku akan mengabulkannya. Yaitu, “Aku akan mem-

berikan kepadamu apa pun yang engkau inginkan, dan men-

jalankan apa pun yang engkau perintahkan. Perkataanmu 

akan menjadi hukum bagiku” (ay. 17). Demikianlah orang-

orang berdosa akan bertahan sesakit apa pun, akan menge-

luarkan biaya sebesar apa pun, dan tidak peduli seberapa 

rendah mereka membungkuk, untuk memuaskan kemewahan 

mereka atau kejahatan mereka. Kalau orang jahat saja seperti 

itu, masakan kita sendiri menjadi kaku dan pendek tangan 

dalam menjalankan hukum-hukum kebajikan? Semoga tidak. 

II. Bileam tampak menolak godaan ini, namun  sebetulnya  menye-

rah kepadanya. Kita bisa melihat di sini dalam diri Bileam per-

gumulan antara keyakinan-keyakinannya akan kebersalahannya 

dan kebobrokan-kebobrokannya. 

1. Keyakinan-keyakinannya akan kebersalahannya memerintah-

kan dia untuk berpegang pada perintah Tuhan , dan ia menyata-

kannya (ay. 18). Tidak ada orang yang dapat mengatakannya 

dengan lebih baik dibandingkan  dia, “Sekalipun Balak memberi  

kepadaku emas dan perak seistana penuh, dan itu lebih 

dibandingkan  apa yang bisa dia berikan atau yang bisa aku minta, 

aku tidak akan sanggup berbuat sesuatu yang melanggar titah 

TUHAN, Tuhan ku.” Lihatlah betapa dengan hormat ia berbicara 

tentang Tuhan . Dia yaitu  Yehova, Tuhan ku. Perhatikanlah, 

banyak orang menyebut Tuhan  sebagai Tuhan  mereka, namun  se-

sungguhnya mereka bukan milik-Nya, tidak sungguh-sungguh 

milik-Nya, sebab  bukan Dia saja yang memiliki mereka. 

Mereka bersumpah setia kepada TUHAN, namun di samping itu 

bersumpah demi Dewa Milkom. Lihatlah betapa dengan hormat 

ia berbicara tentang firman Tuhan , seperti orang yang bertekad 

untuk berpegang padanya, dan tidak menyimpang darinya 

dalam hal apa pun. Dan betapa dengan meremehkan ia ber-

bicara tentang kekayaan dunia ini, seolah-olah emas dan 

perak tidak ada artinya bagi dia dibandingkan dengan perke-

nanan Tuhan . Namun demikian, pada saat yang sama, Dia yang 

menyelidiki hati tahu bahwa Bileam suka menerima upah 

untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. Perhatikanlah, mudah 

bagi orang jahat untuk mengucapkan kata-kata yang sangat 

baik, dan menunjukkan kesalehan dengan bibir mereka. 

Orang tidak mampu menghakimi dengan mendengar perkata-

annya. namun  Tuhan  mengetahui hati manusia.  

2. Kebobrokan-kebobrokannya pada saat yang sama mencon-

dongkannya dengan kuat untuk bertindak bertentangan 

dengan perintah Tuhan . Ia tampak menolak godaan itu (ay. 18). 

namun  sekalipun demikian ia tidak mengungkapkan kebencian 

terhadap godaan itu, seperti yang dilakukan Kristus saat  Ia 

ditawari kerajaan-kerajaan dunia (enyahlah, Iblis), atau Petrus 

saat  Simon si penyihir menawarkannya uang: Binasalah 

kiranya uangmu itu bersama dengan engkau. Sebaliknya, tam-

pak (ay. 19) bahwa Bileam memiliki  kecenderungan kuat 

untuk menerima tawaran Balak itu. Ia ingin menunggu lagi, 

untuk mengetahui apa yang akan dikatakan Tuhan  kepadanya, 

dengan berharap bahwa Ia akan berubah pikiran dan meng-

izinkannya untuk pergi. Ini merupakan penghinaan yang keji 

terhadap Tuhan  Yang Mahakuasa, seolah-olah Ia bisa berubah 

pikiran dan lalu  mengizinkan orang untuk mengutuk 

bangsa yang sudah Ia nyatakan diberkati. Juga, seolah-olah Ia 

dapat dibujuk untuk memperbolehkan apa yang sudah dinya-

takan-Nya sebagai kejahatan. Pasti Bileam menganggap Tuhan  

sepenuhnya sama seperti dirinya. Ia sudah diberi tahu apa 

kehendak Tuhan  dalam hal ini, yang seharusnya ia terima, dan 

tidak berkeinginan untuk mendengar kembali perkara yang 

sudah diputuskan dengan begitu jelas. Perhatikanlah, yaitu  

suatu penghinaan yang sangat besar terhadap Tuhan , dan bukti 

yang pasti akan bertakhtanya kebobrokan di dalam hati, jika 

orang meminta izin untuk berbuat dosa. 

Kitab Bilangan 22:15-21 

III. Izin yang diberikan Tuhan  kepada Bileam untuk pergi (ay. 20). 

Tuhan  datang kepadanya, mungkin dengan murka, dan berkata 

kepadanya bahwa ia boleh, kalau ia mau, pergi dengan utusan-

utusan Balak. Demikianlah Tuhan  membiarkan dia dalam kedegil-

an hatinya. “sebab  engkau sedemikian berniat untuk pergi, 

maka pergilah, namun ketahuilah bahwa perjalanan yang engkau 

tempuh ini tidak akan membawa kehormatan bagimu. Sebab, wa-

laupun engkau diizinkan untuk pergi, engkau tidak akan, seperti 

yang engkau harapkan, diizinkan untuk mengutuk, namun  hanya 

apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan.” Per-

hatikanlah, Tuhan  mengikat orang-orang fasik dengan rantai. Sam-

pai di sini boleh mereka datang dengan izin-Nya, namun  tidak lebih 

jauh dibandingkan  yang diizinkan-Nya kepada mereka. Dengan demi-

kian, panas hati manusia akan menjadi syukur bagi-Nya, namun, 

pada saat yang sama, sisa panas hati itu akan diperikatpinggang-

kan oleh-Nya. Dalam murkalah Tuhan  berkata kepada Bileam, 

“Pergilah dengan mereka,” dan beralasan bagi kita untuk berpikir 

bahwa Bileam sendiri memahaminya demikian. Sebab kita tidak 

mendapati Bileam menyerukan izin ini saat  Tuhan  menegurnya 

sebab  ingin pergi. Perhatikanlah, sama seperti Tuhan  ada kalanya 

menolak doa-doa umat-Nya di dalam kasih, demikian pula ada 

kalanya Ia mengabulkan keinginan-keinginan orang fasik di 

dalam murka. 

IV. Berangkatnya Bileam dalam perjalanan itu (ay. 21). Tuhan  mem-

berinya izin untuk pergi jikalau orang-orang itu memanggilnya. 

namun  Bileam begitu senang dengan perjalanan itu hingga kita 

tidak mendapati dia tetap tinggal untuk menunggu panggilan 

mereka. Sebaliknya, ia sendiri bangun pada waktu pagi, memper-

siapkan segala sesuatunya secepat mungkin, dan pergi bersama-

sama dengan pemuka-pemuka Moab, yang cukup bangga sebab  

mereka telah mencapai tujuan mereka. Rasul Yudas menjelaskan 

dosa Bileam ini sebagai berikut: oleh sebab upah, ia menceburkan 

diri ke dalam kesesatan (Yud. 1:11). Cinta akan uang yaitu  akar 

dari segala kejahatan. 

Murka Tuhan  terhadap Bileam, Bantahan Keledai Bileam, 

Malaikat Menampakkan Diri kepada Bileam 

(22:22-35)  

22 namun  bangkitlah murka Tuhan  saat  ia pergi, dan berdirilah Malaikat 

TUHAN di jalan sebagai lawannya. Bileam mengendarai keledainya yang 

betina dan dua orang bujangnya ada bersama-sama dengan dia. 23 saat  

keledai itu melihat Malaikat TUHAN berdiri di jalan, dengan pedang terhunus 

di tangan-Nya, menyimpanglah keledai itu dari jalan dan masuk ke ladang. 

Maka Bileam memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali ke jalan. 

24 lalu  pergilah Malaikat TUHAN berdiri pada jalan yang sempit di 

antara kebun-kebun anggur dengan tembok sebelah-menyebelah. 25 saat  

keledai itu melihat Malaikat TUHAN, ditekankannyalah dirinya kepada tem-

bok, sehingga kaki Bileam terhimpit kepada tembok. Maka ia memukulnya 

pula. 26 Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu 

tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan atau 

ke kiri. 27 Melihat Malaikat TUHAN meniaraplah keledai itu dengan Bileam 

masih di atasnya. Maka bangkitlah amarah Bileam, lalu dipukulnyalah kele-

dai itu dengan tongkat. 28 saat  itu TUHAN membuka mulut keledai itu, se-

hingga ia berkata kepada Bileam: “Apakah yang kulakukan kepadamu, 

sampai engkau memukul aku tiga kali?” 29 Jawab Bileam kepada keledai itu: 

“sebab  engkau mempermain-mainkan aku; seandainya ada pedang di ta-

nganku, tentulah engkau kubunuh sekarang.” 30 namun  keledai itu berkata 

kepada Bileam: “Bukankah aku ini keledaimu yang kautunggangi selama 

hidupmu sampai sekarang? Pernahkah aku berbuat demikian kepadamu?” 

Jawabnya: “Tidak.” 31 lalu  TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dili-

hatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di 

jalan, lalu berlututlah ia dan sujud. 32 Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada-

nya: “Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, 

Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju 

kepada kebinasaan. 33 saat  keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia me-

nyimpang dari hadapan-Ku; jika ia tidak menyimpang dari hadapan-Ku, 

tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan 

hidup.” 34 Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: “Aku telah ber-

dosa, sebab  aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan me-

nentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pu-

lang.” 35 namun  Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: “Pergilah ber-

sama-sama dengan orang-orang itu, namun  hanyalah perkataan yang akan 

Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.” Sesudah itu pergilah Bileam ber-

sama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu. 

Kita mendapati di sini sebuah gambaran tentang perlawanan yang 

diberikan Tuhan  kepada Bileam dalam perjalanannya menuju Moab. 

Mungkin para pemuka Moab sudah pergi sebelumnya, atau men-

dahului ke suatu jalan lain, dan Bileam menunjuk suatu tempat di 

mana ia akan menemui mereka, atau di mana mereka harus me-

nunggunya. Sebab kita tidak membaca apa pun tentang mereka 

dalam bagian cerita yang ada di hadapan kita ini, hanya Bileam 

seorang diri saja, seperti seorang pembesar, dikawal oleh dua bujang-

nya. Suatu kehormatan yang cukup besar, orang akan berpikir,

Kitab Bilangan 22:22-35

untuk orang seperti dia. Ia tidak perlu berutang budi sebenarnya 

kepada Balak untuk mendapatkan tempat kehormatan. 

I. Di sini ada murka Tuhan  terhadap Bileam sebab  mengadakan 

perjalanan ini: Bangkitlah murka Tuhan  saat  ia pergi (ay. 22). 

Perhatikanlah,  

1. Dosa para pendosa tidak boleh dipandang kecil dan tidak be-

gitu menyulut murka Tuhan  sebab  Ia mengizinkannya. Kita 

tidak boleh berpikir bahwa, sebab  Tuhan  melalui penyelengga-

raan-Nya tidak menahan manusia untuk berbuat dosa, maka 

Ia menyetujui dosa itu, atau bahwa sebab  itu dosa itu tidak 

dibenci-Nya. Ia membiarkan dosa terjadi, namun Ia sangat 

murka terhadapnya.  

2. Tidak ada yang lebih membuat Tuhan  murka dibandingkan  rancang-

an-rancangan jahat melawan umat-Nya. Siapa yang menjamah 

mereka, berarti menjamah biji mata-Nya. 

II. Cara yang diambil Tuhan  untuk memberi tahu Bileam tentang 

murka-Nya terhadap dia: Berdirilah Malaikat TUHAN di jalan 

sebagai lawannya. Sekarang Tuhan  menggenapi janji-Nya kepada 

Israel (Kel. 23:22), Aku akan memusuhi musuhmu. Malaikat-malai-

kat kudus yaitu  lawan bagi dosa, dan mungkin dipakai lebih da-

ripada yang kita sadari untuk mencegahnya. Khususnya dalam 

menentang orang-orang yang memiliki  rancangan-rancangan 

jahat melawan jemaat dan umat Tuhan , yang untuk mereka 

Mikhael pemimpin kita muncul (Dan. 12:1, 10:21). Betapa ini me-

rupakan penghiburan bagi semua orang yang mengharapkan ke-

sejahteraan bagi Israel milik Tuhan , bahwa Ia tidak pernah mem-

biarkan orang-orang fasik melakukan suatu upaya melawan me-

reka. Ia akan mengirimkan malaikat-malaikat kudus-Nya untuk 

menghancurkan upaya itu dan melindungi anak-anak-Nya! saat  

nabi Zakharia melihat keempat tanduk yang menyerakkan 

Yehuda, pada saat yang sama ia melihat empat tukang besi yang 

akan mengejutkan tanduk-tanduk itu (Za. 1:18, dst.). saat  mu-

suh datang seperti arus, Roh Tuhan akan mengangkat panji-panji 

melawannya. Dalam kisah Bileam di sini, malaikat yang muncul 

ini merupakan seorang lawan bagi Bileam, sebab Bileam meng-

anggapnya sebagai lawannya. Padahal, kita seharusnya meman-

dang para malaikat sebagai sahabat terbaik kita, saat  mereka 

menghentikan langkah untuk berbuat berdosa. Malaikat itu ber-

diri dengan pedang terhunus (ay. 23), pedang yang bernyala-

nyala, seperti pedang yang ada di tangan para kerub (Kej. 3:24), 

dan menyambar-nyambar. Perhatikanlah, malaikat-malaikat ku-

dus berperang melawan orang-orang yang sedang dimurkai Tuhan , 

sebab mereka yaitu  hamba-hamba keadilan-Nya. Amatilah, 

1. Bileam diberi tahu tentang murka Tuhan  terhadap dia, oleh 

keledainya, dan ini tidak mengejutkannya. Keledai itu melihat 

Malaikat TUHAN (ay. 23). Betapa sia-sianya kesombongan diri 

Bileam. Ia memegahkan diri sebagai seorang yang terbuka 

matanya, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa 

(24:3-4), padahal keledai yang ditungganginya melihat lebih 

dibandingkan  yang dilihatnya. Matanya telah dibutakan oleh keta-

makan dan hasrat diri untuk menjadi besar, dan disilaukan 

oleh upah-upah penenung! Perhatikanlah, banyak orang se-

dang ditentang oleh Tuhan  dan malaikat-malaikat-Nya yang 

kudus, namun mereka tidak menyadarinya. Lembu itu me-

ngenal pemiliknya, melihat bahaya yang mengintainya, namun  

Bileam tidak, ia tidak memahaminya (Yes. 1:3). Ya TUHAN, 

tangan-Mu dinaikkan, namun  mereka tidak melihatnya (Yes. 

26:11). Janganlah orang memegahkan diri dengan berbagai 

penglihatan dan wahyu, saat  bahkan seekor keledai pun 

dapat melihat malaikat. Sebaliknya, hendaklah malu orang-

orang yang bebal, yang terus bersikeras di jalan-jalannya yang 

fasik, sekalipun mereka sudah diberi tahu bahwa pedang 

murka Tuhan  terhunus melawan mereka. Kebebalan mereka 

lebih buruk dibandingkan  kebebalan seekor binatang yang binasa. 

Keledai lebih mengerti tentang hukum mempertahankan diri 

dibandingkan  mereka. Sebab, untuk menyelamatkan dirinya dan 

penunggangnya yang tidak sadar,  

(1) Ia menyimpang dari jalan (ay. 23). Bileam seharusnya me-

nangkap isyarat ini, dan bertanya-tanya apakah ia sedang 

bertindak di luar kewajibannya. namun , bukannya demiki-

an, ia memukul keledai itu untuk memalingkannya kembali 

ke jalan. Demikianlah orang-orang yang dengan sengaja 

berbuat dosa dan dengan begitu sedang berlari bebas me-

nuju kebinasaan, mereka marah terhadap siapa saja yang 

mau mencegah kehancuran mereka.  

Kitab Bilangan 22:22-35

(2) Belum lagi melangkah jauh, keledai itu melihat malaikat 

itu lagi. Lalu ia menghindari malaikat itu dengan menekan-

kan dirinya kepada tembok, sehingga kaki penunggangnya 

terhimpit kepada tembok (ay. 24-25). Berapa banyak kecela-

kaan yang bisa saja menimpa kita saat  bepergian di 

jalan, seandainya kita tidak dijaga-Nya. sebab  itu kita ha-

rus mengakui kewajiban-kewajiban kita terhadap Tuhan  

sang Penyelenggara, yang melalui pelayanan para malaikat 

menjaga kita di sepanjang jalan, supaya kaki kita jangan 

terantuk kepada batu. Akan namun , jika suatu waktu kita 

tertimpa malapetaka, maka kita harus bertanya-tanya apa-

kah jalan yang sedang kita tapaki itu benar dalam pan-

dangan Tuhan  atau tidak. Terhimpitnya kaki Bileam, meski-

pun itu menyelamatkan hidupnya, membuatnya sangat 

marah hingga ia memukul keledainya untuk kali kedua. 

Betapa kita kerap menjadi marah terhadap apa yang mem-

buat kita tidak nyaman sekarang, walaupun nantinya hal 

itu justru membawa suatu kebaikan.  

(3) Pada perjumpaan selanjutnya dengan sang malaikat, kele-

dai itu pun jatuh tiarap sementara Bileam masih di atas 

punggungnya (ay. 26-27). Bileam seharusnya memahami 

bahwa pasti ada sesuatu yang luar biasa sedang terjadi. 

Sebab keledainya tidak mau diam, dan tidak biasanya ia 

bersikap seperti itu. namun , begitulah sudah biasa bagi 

orang-orang yang hatinya penuh niat untuk berbuat jahat. 

Mereka akan terus mendesak dengan keras, menerobos se-

mua kesulitan yang ditempatkan Tuhan  sang Penyelenggara 

di tengah jalan mereka untuk menghalangi mereka dan 

menghentikan perbuatan mereka. Lalu, untuk kali ketiga-

nya Bileam pun memukul keledainya, meskipun keledainya 

itu telah melakukan suatu pelayanan terbaik yang belum 

pernah ia perbuat selama ini, yaitu dengan menyelamat-

kannya dari pedang malaikat. Ia jatuh tiarap justru untuk 

mengajar Bileam menyelamatkan dirinya sendiri. 

(4) saat  semua ini tidak berhasil menyadarkan Bileam, Tuhan  

membuka mulut keledai itu, sehingga ia pun berbicara 

kepada Bileam berkali-kali. Dan sekalipun begitu, hal ini 

pun tidak membuat Bileam tersadar: TUHAN membuka 

mulut keledai itu (ay. 28). Ini merupakan sebuah mujizat

luar biasa, yang mengatasi kekuatan alam, dan dikerjakan 

oleh kuasa Tuhan  yang mengatasi alam semesta, yang men-

ciptakan mulut manusia, dan mengajarnya untuk berbi-

cara. sebab  jika tidak, manusia pertama tidak akan per-

nah berbicara, tidak pula seorang pun dari keturunannya. 

Sebab kita belajar berbicara semata-mata dengan meniru, 

dan sebab  itu orang-orang yang terlahir tuli, sebagai aki-

batnya menjadi bisu. Dia yang membuat manusia berbicara 

pasti sanggup, jika Ia berkenan, membuat keledai berbicara 

dengan suara manusia (2Ptr. 2:16). Di sini Tuan Ainsworth 

mencermati bahwa Iblis, saat  menggoda orangtua per-

tama kita untuk berdosa, memakai seekor ular yang licik. 

namun  bahwa Tuhan , saat  hendak meyakinkan Bileam, 

memakai seekor keledai yang bodoh, makhluk yang tolol 

dan dungu yang dijadikan contoh peribahasa. Sebab Iblis 

merusak pikiran orang dengan permainan palsu manusia 

dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. namun  apa 

yang bodoh bagi dunia, telah dipilih Kristus untuk memalu-

kan orang-orang yang berhikmat. Melalui keledai yang bo-

doh Tuhan  menegur kebebalan sang nabi, sebab Tuhan  tidak 

akan pernah kekurangan penegur. Sebaliknya, jika  Ia 

berkenan, Ia dapat membuat batu-batu berteriak sebagai 

saksi bagi-Nya (Luk. 19:40, Hab. 2:11).  

[1] Keledai itu mengeluhkan kekejaman Bileam (ay. 28): 

Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau 

memukul aku? Perhatikanlah, Tuhan  yang benar tidak 

mau melihat makhluk yang paling hina dan paling 

lemah diperlakukan dengan semena-mena. Sebaliknya, 

makhluk-makhluk itu akan dimampukan untuk ber-

bicara membela diri, atau Ia dengan satu atau lain cara 

akan berbicara untuk mereka. Jika seekor binatang saja 

tidaklah Ia biarkan untuk dijahati, maka apalagi se-

orang manusia, seorang Kristen, anak-Nya sendiri. Kita 

tidak bisa membuka mulut orang bisu, seperti yang dila-

kukan Tuhan  di sini, namun  kita bisa dan harus membuka 

mulut kita untuk orang yang bisu (Ams. 31:8, Ayb. 

31:13). Keluhan keledai itu wajar: Apakah yang kulaku-

kan? Perhatikanlah, saat  kita terdorong untuk me-

mukul seseorang dengan tangan atau lidah, kita harus 

Kitab Bilangan 22:22-35 

pikir-pikir dahulu apa yang telah mereka lakukan ter-

hadap kita, dan tindakan apa yang telah mereka per-

buat yang menyulut amarah kita. Kita tidak mendengar-

nya, namun  demikianlah seluruh ciptaan mengeluh, ka-

rena terbebani (Rm. 8:22). Sungguh mengherankan 

bahwa Bileam tidak terkejut mendengar keledainya ber-

bicara, dan dibuat bingung. namun  sebagian penafsir 

berpendapat bahwa bukan hal baru baginya (sebagai 

seorang ahli sihir) untuk diajak berbicara oleh pelihara-

an-peliharaannya. Sebagian penafsir lain berpendapat 

bahwa amarahnya yang membabi buta begitu mem-

butakan dirinya hingga ia tidak dapat mengamati atau 

menyadari anehnya kejadian itu. Tidak ada yang mem-

buat orang begitu lupa diri selain dibandingkan  kemarahan 

yang tak terkendali. Bileam dalam kegeramannya ber-

harap seandainya ada pedang di tangannya untuk mem-

bunuh keledainya (ay. 29). Lihatlah ketidakberdaya-

annya. Masakan ia berpikir dapat berbuat kejahatan 

terhadap Israel dengan kutukan-kutukannya, semen-

tara ia sendiri tidak berkuasa untuk membunuh kele-

dainya sendiri? Yang ini saja tidak mampu dia lakukan, 

namun yang lain itu sangat ingin dikerjakannya. Dan 

apa yang akan ia dapatkan darinya, selain membuat 

dirinya menjadi jauh lebih miskin (seperti yang terjadi 

pada banyak orang), hanya demi melampiaskan amarah 

dan dendamnya? Seperti itulah kebebalan nabi palsu 

ini. Di sini uskup Hall mencermati, sungguh malang 

jika kita jatuh ke tangan orang yang hewan saja tidak 

mendapat belas kasihan darinya. Sebab orang benar 

memperhatikan hidup hewannya.  

[2] Keledai itu beradu pendapat dengannya (ay. 30). Tuhan  

tidak hanya memampukan makhluk yang bisu untuk 

berbicara, namun  juga makhluk yang dungu untuk ber-

bicara dengan tujuan. Tiga hal yang mendasari adu 

pendapatnya dengan Bileam: Pertama, hak milik Bileam 

atas dirinya: Bukankah aku ini keledaimu? Perhatikanlah, 

1. Tuhan  telah memberi  kepada manusia kekuasaan 

atas makhluk-makhluk ciptaan. Mereka diserahkan 

ke dalam tangannya untuk digunakan, dan diletak-

kan di bawah kakinya untuk diperintah.  

2. Bahkan orang-orang fasik berhak atas barang-

barang milik yang diberikan Tuhan  kepada mereka, 

dan mereka tidak boleh dipersalahkan untuk itu.  

3. Kekuasaan yang telah diberikan Tuhan  kepada kita 

atas makhluk-makhkuk ciptaan yaitu  alasan yang 

baik menga