lah sayap
hakiki yar,g dengannya mereka terbang dan menaungi orang-orang
yangsedang menuntut ilmu. Boleh jadi memang ada Malaikat-Malaikat
tertentu yang bertugas untuk melakukan hal tersebut. Kita beriman
kepada nash-nash ini berikut apayangditunjukkan olehnya. Kita juga
berkeyakinan bahwa para Malaikat memiliki sayap yang diciptakan
Allah dengan jumlah yang berbeda-beda, antara Malaikat yang satu
dengan yanglainnya,dan bahwasayap tersebut sangat indah, memiliki
berbagai warna, dan sangat kuat. Wallaahu a'lam.
3. Malaikat tidak membutuhkan makan dan minum
Pada pembahasan sebelumnya, telah disinggung beberapa hadits
mengenai fisik, kebesaran, serta kekuatan yangdimiliki para Malaikat
rffip. Menurut kebiasaan yang dikenal manusia, semakin besar dan
kuat seseorang maka semakin banyak makanan dan minuman yang
dibutuhkannya. Akan tetapi, kekuasaan Allah dan keagungan ciptaanNya pada Malaikat berbeda dengan apa yang telah Dia tetapkan
bagi manusia. Dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwasanya para
Malaikat tidak membutuhkan makanan dan minuman, karena fisik
mereka tersusun dari materiyang tidak membutuhkan semua itu.
Di antara dalil yang menerangkan hal itu adalah firman Allah
"Ddn sesunggubnya utusan-utusan Kami (Malaik at-Malaik at) telab datang
kEodo lbrabim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
'Selamat.' Ibrabim menj awab:'Selamatlah.' Maka tidak lama kemudian
Ibrab im menyugub k an daging anak sap i y ang dip anggang. Maka tatkala
dilihatnya tanga.n mereka tidak mmj amabnya, Ibrabim memandang aneb
perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata:
fangan karnu takut, sesunguhnya kami adalab (Malaikat-malaikat) yang
diutus kEada kaum Lutb.'" (QS. Hud: 69-70)
Ibnu Katsir 'a!$5 berkata: "Hal itu karena para Malaikat tidak
memiliki keinginan dan hasrat untuk makan, bahkan mereka tidak
membutuhkannya. Nabi Ibrahim melihat mereka tidak menyentuh
dari apa yang beliau suguhkan, seolah-olah sama sekali tidak
menginginkannya. Ketika itulah, Nabi Allah ini memandang aneh
perbuatan mereka."13
Allah menjelaskan kondisi para Nabi melalui firman-Nya:
"Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelurn kamu (Muhammad), melainkan beberapa oranglakiJakiyangKami beri ualryu kepada mereka. Maka
tanyakanlah olebmu kepada ordng-ordngydng berilmu, jika kamu tiada
mengetah ui. Dan tidaklab Kami j ad,ihan mereka tubub-tubuh y ang tiada
memakan nakanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang k ekal. "
(QS. Al-Anbiyaa':7-8)
Ibnu Jarir '$tE berkata: "Allah Ta'ala berfirman: 'Kami tidak
menj adika n par aRasul y angKami utus sebelummu, wahai Muhammad,
kepada ummat_-ummat yang telah lalu sebelum ummatmu (berupa)
4?6i ilU(,-ikL*'t ubub -tubuh y an g t iada me m akan makanan.'
Maksudnya, Allah iidak menjadikan Rasul tersebut seperti Malaikat
y^ngtidak makan, tetapi Dia menjadikan merekajasadsepertimu yang
memakan makanan."ra
Sifat para Malaikat yargtidak membutuhkan makan adalah hal
yangtelah disepakati oleh para ulama.
Al-Qurthubi lW berkata: "Para ulama berkata bahwa mereka
(keluarga Ibrahim) tidak memakan (suguhan tersebut) karena para
Malaikat tidak memakan nya.""
As-suyuthi mengutip penegasan ar-Razi di dalam Tafsir-nya:
"Para ulama telah bersepakat bahwa para Malaikat tidak makan,
tidak minum, dan tidak menikah. Berbeda dengan jin, mereka makan,
minum, menikah, dan berketurunan."r6
Keterangan tambahan
Asy-Syaikh Muhammad al-Am in'#)H berkata dalam Tafsiir-ny a,
Adbuaa-ul Bayaan: "Dari kisah Nabi Ibrahim bersama tamunya (yaitu
paraMalaikat) dapat diambil beberapa pelajaran seputar etika dalam
menjamu tamu, yaitu:
o Bersegeramenghidangkanjamuan, berdasarkanfirman-Nya:
Maka tiddk lama kemudian lbrabim menyuguhkan daginganak
sapi yang dipanggang." (QS. Hud: 69)
Jamuan yang diberikan berasal dari hidangan terbaik yang
dimiliki. Mereka menyebutkan bahw a y angbeliau miliki adalah
sapi. Adapun daging yangpaling baik adalah yang muda, gemuk,
dan matang.
Mendekatkan (hidangan) makanan kepada tamu.
Bertutur kata dengan lemah lembut dan penuh keramahan, seperti
firman Allah \H:
*Apakab kamu tidak makan?" (QS. Ash-Shaffaat: 91)'?
Terdapat riw ay at y angmenyebutkan bahwa seb ab Malaikat tidak
makan adalah karena tidak memiliki rongga, sebagaimana disampaikan
dari Yahya bin Katsir, ia berkata: "Allah gi menciptakan para Malaikat
dalam keadaan (fisik) tersumbat dan tidak memiliki rongga."r8
Namun, atsar ini tidak dapat dijadikan hujjah. Albamdulillah,
kiranya masalah ini sudah sangat jelas. Al-Qur-an telah menjelaskan
bahwa mereka diciptakan dari jasadyangtidak mengkonsumsi makanan,
utallaabu a'lam.
4. Malaikat tidak menikah dan tidak berketurunan
Allah w} menganugerahkan kelebihan kepada para Malaikat.
Mereka adalah makhlukyang diciptakan satuper satu dengan sendirinya,
tidak disifati dengan laki-laki ataupun perempuan, dan mereka tetap
pada asal kejadian yangtelah Allah tetapkan bagi mereka. Demikianlah
y^ngditunjukkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah.
"Tanyakanlab (wabai Mubammad) kepada mereka (orang-orang kafir
Makkab): 'Apakah untuk Rabbmu anak-anak perelnpudn dan untuk
mereka anak laki-laki. Atau apakah Kami mencipakan Malaikat-Makikat
berupa perernpudn dan mereka menyaksikan(nya)?' Ketabuilab bahwa
sesungguhny a mereka dengan k ebob onganny a benar-benar mengatakan :
'Allab beranak,,' dan sesungguhnya mereka benar-bena.r ord.ng ydng
berdusta. Apakab Rabb memilib (mengutamakan) anak-anak perernpuan
daripada anak laki-laki? Apakab ydng terjadi padamu? Bagaimana
(caranya) kamu menetapkanf' (QS. Ash-Shaffaat: L49-154)
Ibnu Katsi, +SZ berkata: "Allah \H menyebutkan tiga perkataan
kaum musyrikin tentang Malaikat, dan ketiga ucapan tersebut mengandung kekufuran dan kedustaan. Pertarna, mereka menjadikan
Malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah, maka mereka menjadikan
Allah Yang Mahatinggi dan Mahasuci mempunyai anak. Kedua,
mereka menjadikan anak tersebut anak perempuan. Ketiga, mereka
menyembahnya (malaikat) selain menyembah Allah Yang Mahatinggi
lagi Mahasuci. Setiap pernyataan tersebut sudah cukup membuat
mereka kekal di dalam Neraka Jahannam."re
Allah \H juga berfirman:
"DAn mereha rnenjadikan sebagian dari bamba-bamba-Nya sebagai bagian
dari-Nya. Sesungguhnyd. rnanusia itu benar-benar pengingkdr ydng nyd.td,
(terbadap rabmat Allab). Patutkab Dia mengambil anak perempuan dari
ydngdiciptakan-Nya dan Dia mengkbususkan buat kamu anak laki-laki.
Padabal, apabila salab seordng di antara mereka diberi kabar gembira
dengan apa y ang dij adikan s ebagai misal bagi A llah y ang Maba Pemurah,
jadilab mukanya bitam pekat sedang dia amat menahan sedib. Dan
apakab patut (mmj adi anak Allab) orang yang dibesarkan dalam k eadaan
berperbiasan sedang dia tidak dapat memberi alasan ydng terang dalam
pertmgkaran. Dan mereka menj adik an Malaikat-Malaikat y ang mereka
itu adalab hamba-bamba Allah Yang Maha Pemurab sebagai ord,ngorang perempud.n. Apakab mereka menyaksikan penciptaan MalaikatMalaikat itu? Kelab akan dituliskanpersaksian mereka dan mereka akan
dimintai pertanggung-jaanban. Dan mereka berkata: fikalau Allah yang
Maba Pemurab mengbendaki, tentulab kami tidak menyembah mereka
(Malaikat).' Mereka tidak rnernpunyrti pmgeahuan sedikit pun tmtang itu,
mereka tidak lain banyalah mmduga-duga belaka." (QS. Az-Ztkhrd:
15-20)
Al-Qurthubi NE berkata: 'Maksudnya, Allah menjelaskan
kedustaan dan kebodohan orang-orang kafir dalam menisbatkan anak
kepada Allah W, bahkan mereka juga menetapkan bahwa Malaikat
memiliki jenis kelamin perempuan dan Malaikat adalah puteriputeri Allah. Penyebutan Malaikat sebagai hamba (Allah) sebenarnya
merupakan pujian bagi mereka. Dengan demikian, bagaimana mungkin
mereka menyembah makhluk yang sebenarnya juga merupakanhamba yangsangat taat beribadah? Bagaimana mungkin pula mereka
menetapkan Malaikat itu berjenis kelamin perempuan, tanpa ada
sandaran dalil? Kata.pl (menjadikan) di sini bermakna mengucapkan
dan menetapkan. (Misalnya, di dalam bahasa Arab") jika Anda berkata:
,rr\:il il;i t'4;,1;, (maka artinya)'Saya menjadikan Zaid sebagai
orang yangpaling pintar.' Dengan kata lain: 'Saya menetapkan hal
itu baginya.' Firman-Nya: 'Apakah mereka menyaksikan penciptaan
Malaikat-Malaikat itu?' bermakna: Apakah mereka turur hadir dan
menyaksikan ketika para Malaikat diciptakan hingga mereka dapat
menetapkan bahwa para Malaikat tersebut adalah perempuan?''20
Ibnu Katsir '#E berkomenrar: "Mereka (kaum musyrikin
Makkah) melakukan sekian banyak kesalahan. Pertarna, mereka
menetapk an adany a anak bagi Allah. Kedua, mereka mengklaim bahwa
Allah lebih memilih anak perempuan daripadaanak laki-laki. Mereka
juga menetapkan bahwa Malaikat berjenis kelamin perempuan, padahal
mereka adalah hamba-hamba Allah. Ketiga, mereka menyembah
Malaikat tanpa berdasarkan dalil dan izin dari Allah Mi . Semua iru
hanya dilandaskan pada pendapat, hawa nafsu, taklid terhadap para
pembesar dan nenek moyang mereka, serta mencontoh perbuatan
orang-orang bodoh pada masa Jahiliyah. Keempat, mereka beralasan
bahwa perbuatan itu merupakan bentuk penghormatan kepada
Malaikat. Sebaliknya, alasan seperti ini menunjukkan kebodohan
mereka. Sesungguhnya Allah W sangat mengingkari perbuatan
tersebut. Sebab, sejak mengutus para Rasul dan menurunkan KitabKitab-Nya, Allah telah memerintahkan (kepada manusia) untuk beribadah hanyakepada-Nya, Yang tiadasekutu bagiNya, dan melarang
beribadah kepada selain-Nya."2'
Perkataan Ibnu Katsit '#E di atas saya nukil secara keseluruhan
karena sangat bernilai dan begitu mendalam penjelasannya.
Argumentasi yang diambil dari sini adalah bahwa Allah Mj. membantah orang yarrg menyifati Malaikat sebagai anak perempuan-Nya.
Dia juga menetapkan ke-esaan-Nyr. Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, serta tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya, Yang
Mahasuci lagi Mahamulia.
Allah menyifati para Malaikat sebagai salah satu hamba-Nya.
Artinya, Allah menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya.
Cukuplah hal itu menjadi sebuah kemuliaan bagi mereka. Lebih dari
itu, Malaikat adalah makhluk dengan jenis tersendiri (khusus) sehingga
tidak berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan. Pada pembahasan
sebelumnya, telah disampaikan pula perkataan ar-Razi bahwa mereka
tidak makan, tidak minum, dan tidak menikah.
5. Malaikat dapat berbicara
Dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa para Malaikat dapat
berbicara dan pembicaraannya dapat didengar. Sifat "berbicara" ini
melekat pada diri mereka, bahkan ketika mereka menampakkan diri
dalam sosok seorang manusia.
Allah mengajak mereka berbicara dan mereka pun berdialog
dengan Allah, sebagaimana firman-Nya:
* Ingatlab ketika Rabbmu berfi.rman kepada para Malaikat:'Sesungubnya
Aku hmdak mmjadikan seorangkhalifdb di muka bumi.'Mereka berkata:
"Mengapa Engkau bendak menjadikan (khalifuh) di bumi itu orangyang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahhan darah, padabal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?' Rabb berfi.rman:'sesungguhnya Aku mmgetahui apa yang tidak
kamu ketahui.'" (QS. Al-Baqarah: 30)
Mereka juga berbicara kepada Nabi Adam l,Mi setelah dia
diciptakan.
Dari Abu Hurairah qb dariNabi ffi, beliau bersabda:
"Allah menciptakan Nabi Adam sesuai dengan bentuknya dan tingginya
enam puluh hasta. Kemudian Allah berfirman: 'Pergi dan ucapkanlah
salam kepada para Malaikat itu, lalu dengarkanlah bagaimana mereka
memberi salam kepadamu yang akan menjadi ucapan salammu dan
keturunanmu.' Adam berkata:'semoga keselamatan dilimpahkan atas
kalian.' Mereka menjawab: 'semoga keselamatan dan rahmat Allah
dilimpahkan atasmu.' Para Malaikat menambahkan ucapan 'rahmat
Allah'. Semua yangmasuk Surga kelak memiliki bentuk seperti Nabi
Adam meskipun tinggi manusia terus berkurang hingga saat ini."22
Para Malaikat juga melakukan pembicaraan antara yang satu
dengan yang lainnya, sebagaimana firman Allah \H:
"... Sehingga apabila telab dihilangkan ketakutan dari bati mereka,
mereka berkata: 'Apakab ydng telah difi.rmankan oleh Rabbmu?' Mereka
menjauab: '(Perkataan) yang benar' dan Dialab yang Mabatinggi lagi
Mahabesar." (QS. Saba': 23)
Terkadan g syaitan mendengarkan pemb icar aanpara Malaikat. Hal
ini sebagaimana dalam hadits'Aisyah €F, ,
isteri Nabi ffi, bahwasanya
ia mendengar Rasulullah ffi bersabda:
" S esun gguhny a Malaikat turun ke al-'A naan, y aitu awan, lalu me reka
menyebutkan perkara yang telah diputuskan di langit. Maka para
syaitan mencuri-curi penden garan lalu mendengarkannya. Kemudian,
menyampaikannya kepada para dukun dan mencampurinya dengan
seratus kedustaan dari mereka sendiri."'3
Malaikat berbicara kepada manusia sesuai dengan bahasa mereka.
Mereka tidak membutuhkan penerjemah, sebagaimana yang terladi
pada para Nabi dari kalangan Bani Israil danyanglainnya,juga seperti
yangterjadi pada Nabi kita, Muhammad M.
Malaikat berbicara kepada manusia di dalam kubur, sebagaimana
pada masalah fitnah (adzab) kubur yang sudah banyak diketahui.
Malaikat juga berbicara kepada manusia pada hari Kiamat dengan kabar
yangmenggembirakan dan ancaman. Malaikat berbicara pula kepada
penghuni Surga dan mengucapkan salam kepada mereka. Malaikat
pun berbicara dengan penghuni Neraka dan memberi'kabar gembira'
kepada mereka berupa adzab.
Dalil-dalil lainnya yang semakna dengan hal tersebut sangat
banyak dan sudah cukup dikenal masyarakat.
nya, di antara sifat fisik Malaikat adalah berbicara.
Sifat tersebut menrpakan sifat kesempur naan y angtidak perlu diragukan
lagi. Oleh sebab itu, kita wajib meyakini dan mengimaninya, serta
menyifati mereka dengan sifat tersebut.
Syaikh'I]tsaimin #E berkata:"Dalamayat ini (QS. Saba': 23')
terdapat penegasan bahwa paraMalaikat dapat berbicara, memahami,
dan berpikir. Tatkala Malaikat ditanyar 4'K,iuriv$'Apakab ydng
telab difirmankan oleb Rabbmu?' maka dij)iab' 'Meieka menjawab:
4{^i1$ey 'lrnnataan) yang bmar.'Berbeda dengan orang-orang yang
berpendapat Malaikat tidak boleh disifati demikian. Pernyataan sepefti
ini justru menunjukkan bahwa kita mendapatkan syari'at ini dari
makhluk yangtidak memiliki akal. Hal ini merupakan aib terhadap
syari'at itu sendiri, tanpa diragukan lagi.'"2+
Ayattersebut juga menunjukkan bahwa para Malaikat memiliki
hatiyangdapat ditimpa rasa takut dan cemas terhadap A11ah."2t
B. Kemampuan para Malaikat untuk Menampakkan Diri'u
Kemampuan Malaikat untuk menampakkan wujud fisik dalam
bentuk yang berbeda-beda diseb:ut d,t-Tarnatstsul d^n at-tasyakkul.
Kemampuan untuk mengubah bentuk ini merupakan kelebihan yang
Allah berikan kepada para Malaikat, yang berada di atas manusia,
karena manusia tidak mampu mengubah tabiat fisik yang telah Allah
ciptakan baginya. Berbeda dengan Malaikat, Allah memberikan
kemampuan kepada mereka untuk bisa menampakkan diri bukan
dalam bentuk aslinya. Banyak dalil yang menjelaskan bahwa Malaikat
menampakkan dirinya kepada para Nabi ataupun yanglainnya dalam
wujud seorang manusia. Di antaranya adalah firman Allah
Sudahkab sampai kepadamu (Mubammad) cerita tentdngtarnu lbrabim
(yaitu Malaikat-Malaikat) ydng dimuliakan? (Ingatlab) ketika mereka
masuk ke tempatnya lalu tnengucrtpkan: 'Salad,rnd.n (salam)' Ibrabim
menjauab: 'salaamun (salam), (kamu) adalah orang'ordngydng tidak
dikenal.'" (QS. Adz-Dzaariy aat: 24-25)
Para tamu itu (Malaikat) mendatangi Nabi Luth .,P;. Tatkala
melihat mereka, Nabi Luth -l,pi pun takut dan gundah lantaran
kekejian dan keburukan kaumnya, sebagaimana firman Allah W:
"Ddn tatkala datang utusd.n-utusan Kami (para Malaikat) itu kepada
Luth, dia merasa susab dan merasa sempit dadanya karena hedatangan
mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah bariyangamat sulit.' Dan datanglab
kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas, dan sejah dabulu mereka selalu
melakukan perbuatan-perbuatan yd.ng keji. Lutb berkata: 'Hai kaumku,
inilab puteri-puteriku, mereka lebib suci bagimu! Maka bertakualah
kEada Allab dan janganlab kamu rnencen-tarkan (nama)ku terbadap
tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seord.ng yang berakal?- (QS.
Hud:77-78)
Ibnu Katsir ffi berkata: "Malaikat menampakkan dirinya di
hadapan mereka dalam sosok seorang pemuda yang sangat tampan,
sebagai ujian dan cobaan, sehingga hal tersebut menjadi alasan turunnya
adzab kepada kaum Nabi Luth. Allah pun menyiksa mereka dengan
siksaan yangsangat keras.
Tidak ada dalil shahih yang menyebutkan nama para Malaikat
yang datang kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Luth );@;, ataupun
yang menerangkan jumlah mereka. Memang, terdapat d.tsar yang
menjelaskan hal tersebut, namun riwayat ini tidak shahih.
Allah \iH berfirman:
"Ddn ceritakanlab (kkab) Maryam di dalam al-Qur-an, yaitu ketika ia
menjaubkan diri dari keluargdnyd ke suatu ternpat di sebelab timur.
Maba ia mengadakan tabir (yong melindunginya) dari mereka. Lalu
Kami rnengutus rob Kami kepadanya, maka in menjelma di hadapannyd
(dalam bentuk) manusia y ang sernp urna. Mary am berkata:'sesungubny a
aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha Pemurab, jika kamu
seordngydngbmakua.' Ia ffibril) berkata: 'sesungubrrya aku ini banyalab
seorang utusdn Rabbmu, untuk memberimu seordng anak laki-laki yang
suci."' (QS. Maryam: 16-19)
lJtusan yang disebutkan dalam ayat ini adalah Jibril ,p;,
sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dan ar-Ruub adalah salah satu
namanya. Yang menjadi dalil dari ayat ini adalah Malaikat Jibril y^ng
menjelma sebagai manusia.
Ibnu Katsi, +Sg berkata: "Firman Allah: {qWW j%Y Maka
ia menjelma di badapannya (dalam bentuk) mahisia ydng rrripurno.'
(QS. Maryam: L7) Yaitu, dalam bentuk (wujud) seorang manusia yang
sempurna,
Telah disebutkan bahwaJibril AO; turun dengan membawa roh
'Isa )pi kepada Maryam dan meniupkan ruh ini ke dalam pakaiannya.
Berita gembira yang disampaikan Malaikat ini disebutkan dalam firman
Allah W:
(Ingatlab) ketika Malaikat berkata: 'Hai Maryam! Sesungguhnya Allah
mmgembirakan kamu (d,engan kelahiran seord.ng putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yorg datang) dari-Nya, nd,rnanya. al-Masib Isa putera
Maryam, seordng terkemuka di dunia dan di akbirat dan termasuk,
ord.ng- ord.ng y ang didekatkan (kepada Al lah). Dan dia berbic ara dengan
manusia dalarn buaian dan ketika sudab deuasa dan dia adalab termasuk.
orrmg-orang yang sbalib.' Maryam berkata: 'Ya Rabbku! Bagaimana
mungkin aku mempunyai anak, padabal aku belum pernab disentub
oleb seorang laki-laki pun.'Allah berfirman (dengan perd,ntd.rad.n Jibril):
'Demikianlah Allah menciptakdn apd ydng dikebendaki-Nya. Apabila
Allah berkebendak, menetapkan sesuatu, maka Allab banya cukup berkata
hepadanya: ladilah',lalu jadilah dia.'"(QS. Ali 'Imran: 45-47)
Berita gembira itu disampaikan oleh Malaikat kepada Maryam
secara lisan. Akan tetapi, dalam QS. Ali'Imran: 45-47 ini tidak disebutkan bagaimana dialog ini berlangsung, bagaimana bentuk Malaikat
itu ketika memberikan kabar gembira, dan siapa di antara Malaikat
tadi yang menyampaikan berita gembira tersebut. Adapun nash yang
menunjukkan bahw a yangturun membawa roh'Isa adalah Jibril lP; ;
ia menjelma di hadapan Maryam dalam sosok manusia yangsempurna;
lalu ia meniupkan roh 'Isa ke dalam baju Maryam, adalah QS. Maryam:
16-19 sebelumnya.
Di dalam hadits disebutkan sekian banyakperistiwa menjelmanya
Malaikat ke dalam sosok manusia. Hadits yangpaling dikenal dalam
masalah ini adalah hadits Jibril ,p;, di dalamnya disebutkan: 'Ketika
suatu hari kami tengah bersama Rasulullah ffi, tiba-tiba datang kepada
kami seorang laki-laki berpakaian sangat putih, rambutnya hitam
sekali, dan tidak terlihat adanya bekas perialanan (auh) pada dirinya,
sena tidak ada seorang pun di antara kami yangmengenalnya ..." Pada
akhir hadits tersebut, beliau bersabda: "'Wahai'I-fmar, tahukah kamu
siapakah penanya itu?" Aku menjawab: "Allah dan Rasul-Ny, lebih
mengetahui." Beliau bersabda: "sesungguhnya dia adalah Jibril yang
datang untuk mengajarkan agarna kalian."2e
Jibril .l,p; menjelma dalam bentuk seorang pemuda, rambutnya
hitam dan pakaiannyaputih lagi bersih.Parasahabat dn melihatny^
dalam sosok seperti ini. Mereka pun heran terhadap sosoknya yarrg
begitu bersih, yang menandakan orang tersebut tidak datang dari
p.ilrl"nrn jauh, dan mereka iuga tidak mengenalnya (seandlinya
ia penduduk Madinah). KeherarLan mereka hilang ketika Nabi ffi
memberitahukan bahwa laki-laki itu adalah Jibril.
Jibril juga pernah menampakkan dirinya dalam sosok Dihyah
al-Kalbi.3o Hal ini sebagaimana dalam hadits Ibnu 'Um^r t$';t yang di
dalamnya disebutkan: 'Jibril pernah datang kepada Nabi ffi dalam
sosok Dihyah.":'
Penjelmaan seperti Dihyah 45 ini disebabkan oleh kemiripan
antara keduanya dalam penciptaan, sebagaimana diielaskan dalam
hadits Jabir, bahwasanya Rasulullah ffi bersabda:
ParaNabi diperlihatkan kepadaku. Nabi Musa tampak seperti seorang
laki-laki dari Syanu-ah.32 Aku pun melihat 'Isa puteraMaryam Iffil
dan aku mengira orang yangpaling mirip dengannya adalah 'lJrwah
bin Mas'ud.33 Aku melihat Nabi Ibrahim -tpi dan oranB yang
paling mirip dengannya adalah sahabat kalian ini (yakni beliau sendiri).
Aku juga melihat Jibril lpr dan aku menganggap orang yangpaling
mirip dengannya adalah Dihyah." Dalam riwayat lain: "Dihyah bin
Khalifah."'o
Dihyah terkenal dengan ketampan annya. Pengumpamaan Jibril
dengannya menunjukkan ketampanan Malaikat itu ,Pi, wallaabu
a'lam.
Pertama kali, Jibril menjumpai Nabi ffi dalam wujud seorang
laki-laki, yaitt di daerah Bani Sa'ad, sebagaimana disebutkan dalam
hadits Anas bin Malik gF , bahwasanyaJibril mendatangi Rasulullah
ffi ketika sedang bermain dengan anak-anak (sepermainannya). Lantas,
Jibril menarik dan merebahkan tubuhnya. Kemudian, Malaikat itu,
membelah dada beliau dan mengeluarkan hatinya. Jibril Pun mengeluarkan segumpal daging darinya dan berkata: "Ini adalah bagian syaitan
yarLgada dalam dirimu." Selanjutnya, Malaikat tersebut mencuci hati
itu di dalam bejana emas, dengan air zamzam,lalu mengembalikannya
ke tempat semula. Sementara itu, anak-anak lainnya pergi kepada
ibunya (yakni wanita yangmenyusui beliau) dan berseru: 'Muhammad
telah dibunuh!'Tidak lama kemudian, merekaPun mencari Nabi (dan
menemukannya*d) dalam keadaan pucat. Anas berkata: "Aku benarbenar telah melihat bekas jahitan di dadanya.""
Penjelmaan Malaikat dalam sosok manusia jtgaterjadi terhadap
selain para Nabi. Di antaranya dijelaskan pada hadits Abu Hurairah
4b , dari Nabi ffi:
*Seorang laki-laki pernah mengunjurgi ,rrJ, r^nyadi desa lain.
Allah pun mengutus seorang Malaikat yang duduk menunggunya
di perjalanan. Ketika orang tersebut menghampirinya, Malaikat itu
berkata: 'Ke mana engkau hendak pergi?' Ia menjawab: 'Aku ingin
menemui saudaraku di desa ini.' Malaikat itu bertanya:'Apakah
dikarenakan ada unrsan yang akan engkau selesaikan?' ia menjawab:
'Tidak, melainkan hanyakarena aku mencintarnyakarena Allah wj ?
Malaikat itu berkata: 'Aku adalah utusan Allah kepadamu (yrrg diutus
untuk') mengabarkan bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu seperti
halnya engkau mencintai saudaramu karena-Nfa.,Terkadang, Malaikat menjelma dalam bentuk yangtidak bagus
sebagai cobaan dan ujian dari Allah bagi orang yangmelihatnya. Hal ini
sesuai dengan hadits Abu Hurairah gf , bahwasanya ia mendengar Nabi
ffi bersabda: "sesungguhnya adatigaorang di kalangan Bani Isra-il yang
menderita penyakit kusta, rambut rontok (botak), dan buta. Karena
hendak menguji orang-orang itu, Allah mengutus seorang Malaikat
kepada mereka. Malaikat itu pun mendatangi orang yang menderita
penyakit kusta lalu bertanya: 'Apa yang paling kamu inginkan? Ia
menjawab: ''Warna yangindah, kulit yang bagus, dan hilang dariku apa
yangmembuat orang merasa iijik.' (Beliau melanjutkan): Malaikat itu
pun mengusap tubuh si kusta itu dan seketika itu hilang penyakitnya.
Orang itu diberi warna kulit yang indah dan bagus.
Malaikat itu kembali benany a:'Harta apakah yalgpaling kamu
sukai?'Ia menjawab: 'LJnta (atau ia berkata: Sapi. Ishak (perawi) ragu).
Adapun salah seorang dari mereka (entah yang terkena kusta atau
yangtidak memiliki rambut) berkata: 'IJnta', sedangkan yanglainnya
berkata: 'Sapi."' Beliau melanjutkan: "Kemudian, orang kusta tadi
diberi seekor unta betinayangsedang hamil. Ia berkata: 'semoga Allah
menganugerahkan keberkahan bagimu pada hewan tersebut.'
Setelah itu, Malaikat itu mendatangi orang yang mengalami
kebotakan dan bertanya: 'Apa yang paling kamu inginkan?' Ia
menjawab: 'Rambut yang_bagus dan hilang dariku aPayangmembuat
orang merasa ,Uik.' Malaikat itu pun mengusapnya dan seketika
itu hilang permasalahannya. Orang tadi diberi rambut yang bagus.
Malaikat itu bertanyalagi:'Harta apa yang paling engkau sukai?' Ia
menjawab: 'Sapi.' Ia pun diberi sapi yang sedang hamil. Malaikat itu
berkata: 'semoga Allah menganugerahkan keberkahan bagimu pada
hewan tersebut.'
Sesudah itu, Malaikat itu mendatangi orang yang buta dan
bertanya: 'Ap, yangpaling kami inginkan?'Iamenjawab: '(Aku ingin
agar*) Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapatmelihat
manusia dengannya.' Malaikat itu pun mengusap matanya dan Allah
mengembalikan penglihat anny a. Malaikat itu bertan y a lagi:'Harta
^pa
yangpaling kamu inginkan? Ia menjawab: 'Kambing.' Laki-laki
itu pun diberi seekor kambing yang sedang hamil."
Beliau melanjutkan: "Tidak lamakemudian, hewan yangini melahirkan anak dan yang itu pun demikian. Pada akhirnya, orang yar'g
pertama memiliki satu lembah unta, yanglain memiliki satu lembah
sapi, dan yanglain lagi memiliki satu lembah kambing.
Selanjutnya, Malaikat itu mendatangi orang yang sebelumnya
terkena penyakit kusta dalam sosok dirinya ketika masih menderita
penyakit kusta. Malaikat itu pun berkata: 'Kasihanilah aku.
Perbekalanku telah habis dalam perjalanan ini dan tidak ada yang
kuharapkan dapat membantuku pada hari ini selain Allah, kemudian
engkau. Aku memohon kepadamu, dengan (nama Allah) yangtelah
menganugerahkan kepadamu warna dan kulit yang bagus serta harta
berupa unta, (sesuatu) yangdapatmembantuku mencapai tempat tujuan
perjalananku ini.' Orang itu menjawab: 'Banyak sekali permintaanmu.'
Maka Malaikat itu berkata kepadanya: 'sepertinya aku mengenalmu!
Bukankah dahulu kamu pernah terkena penyakit kusta dan orangorang membencimu? Bukankah dahulu kamu adalah seorang yang fakir
lalu Allah memberimu?' Ia menjawab: 'Aku mewarisi harta ini dari
leluhurku yangterhormat.' Malaikat itu berkata: Jika engkau berdusta,
maka semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti semula.'
Lantas, Malaikat itu mendatangi orang yang sebelumnya menderita kebotakan, jugadalam sosok orang tersebut yangtidak memiliki
rambut dan meminta seperti apa yang dikatakan kepada orang yang
pertama. Orang itu menjawabnyaseperti jawaban orang yangpertama.
Malaikat itu berkata: 'Jika engkau berdusta, maka semoga Allah
mengembalikan keadaanmu seperti semula.'
Kemudian, Malaikat itu mendatangi orang yang dahulunya
pernah buta, dalam sosok orang tersebut ketika ia masih menderita kebutaan, dan berkata: 'Kasihanilah aku. Aku sedang dalam
perjalanan dan perbekalanku telah habis. Tidak ada yang kuharap
dapat membantuku pada hari ini melainkan Allah, kemudian
engkau. Aku memohon kepadamu-dengan (nama Allah) yangtelah
mengembalikan penglihatanmu-seekor kambing untuk kupergunakan
dalam perjalananku ini.'Orang itu menjawab: 'Dahulu aku buta, lalu
Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa saja yang
kamu sukai dan tinggalkan sesuai dengan kehendakmu. Demi A1lah,
hari ini aku tidak akan menyusahkanmu (dengan membebankanmu)
untuk mengembalikan ap^yangtelah kamu ambil, tidak lain karena
Allah. Malaikat itu berkata: 'Peliharalah hanamu karena sesungguhnya
kalian hanyalah diuji. Allah telah ridha kepadamu' namun Dia murka
terhadap kedua sahabatmu.""
Dalam hadits yangmulia ini terdapat dalil yang menunjukkan
bahwa Malaikat dapat menjelma dalam sosok seorang manusia. Ia
dapat tampak dalam berbagai wujud, baik yang indah mauPun yang
jelek. Hadits itu juga menunjukkan bahwa Malaikat berbicara kepada
manusia dengan menggunakan bahasa mereka. Lebih dari itu, hadits
tersebut juga menunjukkan bahwa terkadang para Malaikat berbicara
kepada selain Nabi. Jadi, tidak semua manusia yang diajak berbicara
oleh Malaikat adalah seorang Nabi.
Dari uraian di atas, ada beberapapelqaranyangdapat kita simpulkan:
a. Allah memberikan kemampuan kepada Malaikat untuk menjelma
dan mengubah bentuknya.
b. Dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa para Malaikat dapat
menjelma dalam bentuk manusia dan turun ke bumi untuk
berbicara kepada para Nabi ataupun orang selain mereka.
c. Malaikat juga menampakkan dirinya kepada selain Nabi, sePefti
kepada Maryam, penderita penyakit kusta, penderita kebotakan,
dan orang yangbuta (sebagaimana diterangkan dalam kisah di
atas'd).
d. Malaikat hanya menampakkan dirinya dalam bentuk manusia.
Tidak ada dalil shahih yang menunjukkan bahwa Malaikat
menjelma dalam wujud selain manusia. Hal itu menunjukkan
bahwa manusia merupakan makhlukyang mulia, yangberwujud
mulia, sehingga Malaikat menyenrpainya.e. Malaikat menampakkan diri hanyadalam sosok lakiJaki meskipun
di hadapan seorang wanita, seperti Maryam. Tidak ada dalil
yang menunjukkan bahwa Malaikat menampakkan dirinya
dalam sosok perempuan. Ini menunjukkan bahwa mereka yang
mengklaim Malaikat sebagai anak perempuan Allah, sebenarnya,
tidak memiliki sandaran (dalil) sama sekali. Selain itu, penjelmaan
mereka benar-benar sama dengan objek yangditirunya, sampaisampai penjelmaan itu tidak dapat diketahui, bahkan oleh para
Nabi sekalipun.
Hukum bentuk penampakan Malaikat
Tidak sedikit Ahlul Bid'ah y^ngtergelincir dalam masalah ini.
Mereka lebih mengedepankan logika daripadanash-nash syar'i. Mereka
telah bersikap lancang terhadap setiap nash yang bertentangan dengan
logika walaupun nash itu shahih.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Allah \H memberikan
kemampuan kepada para Malaikat untuk dapat menjelma dalam sosok
manusia, sebagaimana yang benar-benar terjadi. Akan tetapi, logika
para Ahlul Bid'ah enggan menerimanya meskipun hal itu disebutkan
dalam kitab asb-Sbahiihain.
Dari Abu Hurairah ,E)s, ,iaberkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
"Seorang Malaikat mendatangi Nabi Musa 24; lalu berkata: 'Penuhilah
keinginan Rabbmu.' Nabi Musa lalu mencolok mata Malaikat maut
tersebut dan mencukilnya. Malaikat itu pun kembali kepada Allah \H
dan berkata: 'sesungguhnya Engkau telah mengutusku kepada hambaMu yang tidak menginginkan kematian sehingga ia mencukil mataku.'
Maka Allah mengembalikan matanyadan berkata: 'Kembalilah kepada
hamba-Ku dan katakan kepadanya: 'Apakah engkau menghendaki
kehidupan? Jika engkau menghendaki kehidupan, maka letakkanlah
tanganmu di atas punggung seekor sapi. Engkau akan hidup sejumlah
bulu yang tertutupi oleh tanganmu, setiap satu helai bulu sama dengan
setahun.' Musa berkata: 'setelah itu apa?' Ia menjawab: 'setelah
itu kematian.' Ia menjawab: 'Sekarang, dalam waktu dekat. \7ahai
Rabbku, matikanlah aku di bumi yang suci sejarak lemparan batu.'
Rasulullah ffi bersabda: 'Demi Allah, seandainya aku ada di sisinya,
niscaya akan kuperlihatkan kepada kalian kuburnya, yaitu di samping
jalan di sekitar tumpukan pasir berwarna merah.""t
Para ulama telah memberikan jawaban atas syubbat'syubhat
(kerancauan) orang-orang y artgmengingkari kei adian ini, lalu mereka
menyanggah dan membant ahny a.
Ibnu Hibban ,$tE berkata setelah memaParkan hadits tentang
Nabi Musa dan Malaikat Maut: "Yang demikian itu karena Allah \H
mengutus Malaikat maut kepada Nabi Musa sebagai ujian dan co_baan.
Allah memerintahkan Malaikat tersebut untuk mengatakan kepadanya:
'Penuhilah seruan Rabbmu' sebagai ujian dan cobaan, bukan perintah
yatgAllah inginkan untuk dilaksanakan. Hal ini sebagaimana Allah
merierintahkan kep ada kekasih-N y
^,
y arru Nab i Ib rahim 1pg, untuk
menyembelih puteranya, yarrgiuga sebagai ujian dan cobaan, bukan
perintah yang Attrt inginkan agar dilaksanakan. Ketika Ibrahim telah
tertekad'untuk menyembelih puteranya dan ia membaringkannya
atas pelipisnya, seketika itu Allah menggantinya dengan sembelihan
yangsangat besar."
Allah W pernah mengutus Malaikat kepada Rasul-Rasul-Nya
dalam bentuk i^ngtidak dikenal mereka, sePerti Malaikat yang
menemui Nabi Ibrahim 1Pi, sementara beliau tidak mengetahuinya,
hingga hal tersebut menakutkannya.
Seperti juga kedatangan Jibril kepada Rasulullah ffi, tatkala
Malaikat itu bertanya kepadafly^ tentang iman' Islam, dan ihsan.
Rasulullah ffi baru mengenalnya setelah utusan Allah itu pergi.
Malaikat maut datang kepada Nabi Musa tidak dalam bentuk yang
telah dikenal beliau. Nabi Musa adalah seorang yangsangat perhatian
terhadap kehormatan keluarganya. Oleh sebab itu, begitu melt_hat
,.orrrrg-1rki-laki yangtidak dikenal berada di dalam rumahnya, beliau
pun segera merrg.rlurkan tangan dan menamp arnya. _Tamp_aran tersebut
-eny.brbkan tircukilnya mata Malaikat yangketika itu berada dalam
,orok manusia, bukan dalam wujud asli yang Allah ciptakan unruknya.
Perbuatan ini tentu boleh dilakukan Nabi Musa, bahkan beliau
tidak berdosa ketika melakukannya. Maka dari itu, ketika Malaikat
maut kembali kepada Rabbnya dan memberitahukan perlakuan Musa
terhadapnya, Allah pun mengembalikan matanya dan menyuruhnya
untuk menemui Musa untuk kedua kalinya, dengan perintah yang lain,
sebagai ujian dan cobaan, sebagaimanatelah kami sebutkan sebelumnya,
yait:u Allah berfirman kepadanya: "Katakanlah kepadanya (Musa):
Jika engkau mau, maka letakkanlah tanganmu di atas punggung sapi;
niscaya engkau akan hidup sejumlah rambut yangditutupi tanganmu,
yaitu satu tahun untuk satu bulu." Ketika itulah, Musa mengetahui
bahwa laki-laki tadi adalah Malaikat maut yangdatang atas perintah
Allah. Jiwanya pun menjadi senang untuk kembali kepada-Nya dan
tidak memohon penangguhan, seraya berkata: "Sekarang."
Seandainyapadapertemuan peftama Musa mengetahui bahwa ia
adalah Malaikat maut, niscaya Musa akan memperlakukan Malaikat
tersebut sebagaimana ia memperlakukannya pada pertemuan kedua,
yaitu ketika Musa telah meyakini dan mengetahuinya."3e
Imam an-Nawawi'ii;5 berkata: " A!-Maziri berkata:'Hadits
ini diingkari oleh sebagian orang-orang atheis. Mereka mengingkari
bahwa Malaikat mampu menjelma (dalam sosok manusia-'d). Mereka
menyangkal: 'Bagaimana mungkin Nabi Musa dibenarkan untuk
mencukil mataMalaikat maut?' Al-Maziri menj awab nya:'P araulama
menyanggah bantahan itu dengan beberapa kemungkinan.
Pertama, bukan tidak mungkin jika Nabi Musa ,,g@; diizinkan
Allah untuk melakukan tamparan ini sebagai ujian bagi Malaikat yang
ditampar. Sebab, Allah melakukan apa saja terhadap makhluk-Nya
sesuai dengan kehendak-Ny" dan Dia menguji mereka dengan apa
yangDia inginkan.
Kedua, bisa jadi ini hanyalah majaz (kiasan). Maksudnya, Nabi
Musa berdebat dan membantahnya, lalu berhasil mengalahkan
Malaikat tersebut dengan hujjahnya. Sebab, di dalam bahasa Arab
dikatakanr gXi,ii 6\fik, artinya ia mengalahkan lawannya dengan
hujjah. Dikitakan pula dalam bahasa Arab: 4,$te;3e , artinya engkau
memasukkan kekurangan pada dirinya. Namun, kemungkinan kedua
ini lemah dikarenakan adanya redaksi: 'Maka Allah mengembalikan
matanya.' Jika disebutkan:'Allah mengembalikan hujjahnya,' maka
penafsiran ini tentu sangat jauh menyimpang.
Ketiga, mungkin Nabi Musa }M; tidak mengetahui bahwa lakilaki itu adalah Malaikat y^rLgdiutus dari sisi Allah. Beliau menyangka
bahwa laki-laki tersebut adalah seseorang yar.g akan berbuat iahat
terhadapnya, maka Nabi Musa pun membela diri sehingga menyebabkan
tercukilny a mataMalaikat tersebut. Ia tidak sen gaj a mencukil m atany a,
sepefti yangdikuatkan oleh riwayat y^ng menyebutkan ^* (Musa
mencukilnya)."
An-Nawawi berkata: 'Jawaban ini dikemukakan oleh Imam Abu
Bakar bin Khuzaimah dan ulama salaf lainnya. Demikian iuga, jawaban
inilah yangdipilih oleh al-Maziri dan al-Qadhi 'Iyadh."
Para ulama berkata: "Dalam hadits tersebut tidak disebutkan
dengan tegas bahwa Musa sengaja mencukil matartya. Oleh karena
itu, jika adayangmengatakan: 'Hal itu diakui oleh Nabi Musa ketika
Malaikat datang untuk kedua kalinya dan memberitahukan bahwa
dia adalah Malaikat maut,' maka jawabannya ialah pada kali yang
kedua, Malaikat datang dengan tanda yang dikenal Nabi Musa, yarLg
menunjukkan bahwadiaadalah Malaikat maut. Oleh sebab itu, beliau
pun merelakan dirinya, berbeda dengan pertemuan yang Pertama,
anllaabu d.'ld,m."ao
Ibnu Halar {M berkata: 'sebagian Ahlul Bid'ah mengingkari
hadits ini dan berkata: 'Jika Musa mengenalnya, berarti Nabi itu telah
meremehk anny a. S eb alikny a, jika Musa tidak men genalnya' men gaP a
Malaikat tersebut tidak meminta qisbasb atas matanya?' lawabannya,
Allah tidak mengutus Malaikat maut kepada Musa ketika itu untuk
mencabut rLyawanya, tetapi Dia mengutusnya sebagai ujian. Nabi Musa
menampar Malaikat maut karena dia melihat laki-laki yang masuk
rumahnya tanpa seizinnya. Selain itu, beliau tidak mengetahui bahwa
laki-laki tersebut adalah Malaikat Maut. Syari'at sendiri membolehkan
seseorang mencukil mata orang-orang yang melihat-lihat ke dalam
rumah seorang Muslim tanpaizin.
Malaikat pun pernah mendatangi Nabi Ibrahim dan Nabi Luth,
sementara keduanya tidak mengenal mereka pada awalnya. Seandainya
Ibrahim mengenal mereka, niscaya beliau tidak akan menghidangkan
makanan. Demikian pula, andaikata Nabi Luth mengenal mereka,
niscaya beliau tidak takut atas perbuatan kaumnya terhadap mereka.
Demikian pula, andaikata Nabi Luth mengenal mereka,
Andaipun diasumsikan bahwa Nabi tersebut mengenal Malaikat,
dari mana Ahlul Bid'ah ini mengetahui bahwa terdapat syari'at
qishash afLtara manusia dan Malaikat? Dari mana pula ia tahu bahwa
Malaikat maut meminta agar Musa diqishas, namun hal itu tidak
dilaksanakan?"ar
Syubhat-syubhat semacam ini juga dihembuskan oleh orang-orang
sesat pada zaman sekarang di buku-buku mereka. Mereka mengira
bahwa jika mereka menyebutkannya, berarti ia telah menyamPaikan
sesuatu yang belum pernah diketahui oleh orang-orang dahulu. Padahal,
seandainya Anda memperhatikan buku-buku mereka yang sesat di masa
lalu, niscaya Anda akan menemukan hal yang sama persis. Syubhat
semacam ini kembali menyeruakdizaman modern, namun para ulama
Salaf pada masa ini telah membantahnya. Segala puji bagi Allah atas
hal tersebut.o'
Dalil yarLgdapat diambil dari hadits di atas adalah Nabi Musa telah
mencolok mata Malaikat Maut, yangketika itu menjelma dalam sosok
manusia, lalu mencukilnya. Kemudian, Allah mengembalikan mata
tersebut. Hal ini menunjukkan, utallaahu a'lam, bahwa bentuk fisik
tersebut dapat memberi pengaruh kepada Malaikat ketika ia menjelma
dalam wujud tersebut. Sebab, tamparan manusia tidaklah berpengaruh
pada Malaikat ketikaberada dalam bentuk aslinya yaflgagung.
Mengenai bagaimana ia menjelma dan berubah bentuk, hal ini
harus mengacu kepada dalil yang shahih. Namun, tidak ada dalil shahih
y ang menerangkan bagai mana cara penampakan itu.
Ibnu Hqar '#E d^l^ Fat-bul Baari,a3 demikian pula as-Suyuthi
dalam al-Habaa-ih,oo menukil sekian banyak perbedaan pendapat ahli
kalam tentang cara penampakan ini. Akan tetapi, semua pendapat
mereka hanyalah dibangun atas zbann (praduga) dan tidak adayangdapat
membuat jiwa tenang. Lebih dari itu, membahas masalah ini tidak ada
manf.aatnya, terlebih lagi karena tidak ada dalil yangmengesahkannya.
Sikap yangpaling baik adalah tidak membicarakan masalah
sepefti ini dan bersikap diam terhadap apa-ap^yangtidak dibicarakan
oleh para ulama Salaf terdahulu. Sesungguhnya merekaberada di atas
kebenaran yargnyatadan petunjuk yang ielas. Sudah cukup bagi kita
apayangsudah dianggap cukup bagi mereka, wallaabu a'lam.
C. Melihat Malaikat
Dalil-dalil yangada menunjukkan bahwa Nabi ffi pernah melihat
Jibril dalam bentuk aslinya, sebagaimana Allah menciptakannya,
sebanyak dua kali. Beliau juga pernah melihatnya beberapa kali dalam
bentuk seorang laki-laki. Beliau sering pula melihatnya dalam sosok
Dihyah al-Kalbi. Terkadang, Rasulullah melihatnya dan mengajaknya
berbicara ketika beliau sedang bersama sebagian Sahabatny a atausedang
bersama isteri-isterinya, sementara mereka tidak melihatnya. Hal ini
disebutkan dalam hadits'Aisyah .;$'.,, bahwasany^ Nabi ffi berkata
kepadanya:
t
*r-,i>',al
Wahai 'Aisyah, ini adalah Jibril. Ia menyampaikan ucapan salam
kepadamu. "'Aisyah menj awab: "semoga keselamatan, rahmat Allah,
dan berkah-Nya juga dilimpahkan kepadanya. Engkau dapat melihat
^pa
yangaku tidak dapat melihatnya."ot
Terkadang para Sahabat r$ec melihat Malaikat, sebagaimana
yangdiriwayatkan secara shahih, dalam sosok seorang laki-laki yar..g
berpakaian sangat putih dan memiliki rambutyangsangat hitam. Hal
ini disebutkan dalam hadits Jibril yang sudah sangat terkenal, juga
oleh hadits lainnya. Akan tetapi, seseorang harus berhati-hati karena
boleh jadi syaitan menggodanya sehingga ia menduga bahwa syaitan
tersebut adalah Malaikat.o6
Adapun melihat Malaikat dalam bentuk aslinya, sebagaimana
Allah menciptakan mereka, maka yangdapat dipahami secara jelas dari
dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa para Sahabat tidak pernah
melihatnya. Jika Nabi ffihanya melihat Jibril dalam bentuk aslinya
dua kali, sebab keagungan penciptaanJibril membuatnya tidak sanggup
untuk melihatnya, maka selain beliau tentu lebih pantas untuk tidak
dapat melihatnya.
Bisa saj a alasannya -wallaabu a' lam-kar erLa manusia diciptakan
sebagai makhluk yanglemah sehingga tidak mampu melihat Malaikat
dalam bentuk aslinya. Kelemahan ini merupakan rahmat Allah bagi
mereka. Seandainya manusia dapat melihat segala sesuatu yffigberada di
sekitarnya, baik berupa Malaikat, jin, maupun syaitan, niscaya mereka
tidak dapat tidur pada malam hari dan pasti akan ditimpa kecemasan,
kesedihan, dan ketakutan. Akan tetapi, karena kasih sayang Allah
kepada manusia, Dia pun menutupi banyak hal agar jiwa manusia
bisa tenang dan bahagia dalam hidupnya. Allah tidak memperlihatkan
mereka kepada kita, namun perintah untuk meyakini keberadaan
mereka dijadikan sebagai salah satu ujian yang sangat besar. Maka
dari itu, barang siapa yang membenarkannya berarti telah beriman,
sedangkan barang siapa yangmendustakan apa yangdatang dari Allah
dan Rasul-Ny, ffiberarti telah kafir.
Dalam beberapa keadaan, Malaikat mendekati manusia. Terkadang
manusia dapat merasakan keberadaannya, namun tidak melihatnya
meskipun ia dapat melihat bekas-bekas yang menunjukkan kehadiran
Malaikat tersebut, sebagaimana firman Allah \99:
,5153 3/,@ s'$i * {fi@ #ii n;:,,riiJ ir;fu
{@sr#JS{'"e
*Maka mengapd ketika nyd.red. sarnpai di kerongkongdn. Padabal kamu
ketika itu melibat. Dan Kami lebib dekat kEadanya daripada kamu,
tetapi kamu tidak melibat." (QS. A1-\7aaqi'ah: 83-85)
Malaikat maut dan para Malaikat yang membanttnya hadir di
dekat orang yangsedang menghadapi sakaratul maut, sementara orangorang turut hadir di sekitarnya. Seorang Mukmin meyakini bahwa
para Malaikat akan mencabut roh orang tersebut, namun mereka
tidak dapat melihatnya. 'Walaupun demikian, mereka dapat melihat
bekasnya, yaitu meninggalnya orang itu.
Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Usaid
bin Hudha:r qb, ia berkata: "Suatu malam, ketika dia membaca surat
al-Baqarah, sementara kudanya sedang ditambat di dekatnya, trbatiba kuda tersebut melompat-lompat. Ketika ia berhenti membaca,
kudanya pun kembali tenang. Kemudian, ia melanjutkan bacaannya,
namun kuda itu kembali melompat-lompat. Tatkala ia diam, seketika
itu pula kuda tersebut tunrt diam. Lantas, ia melanjutkan bacaannya
dan kudanya pun kembali melompatJompat. Usaid segera beranjak.
Ketika itu, puteranya,Yahya,beradadi dekat kuda tersebut, sehingga
ia khawatir apabila kuda itu sampai mengenainya. Pada saat menarik
putranya, ia pun menatap ke langit. (Di sana ia melihat gugusan awan)
hingga akhirnya ia tidak melihatnya lagi.
Keesokan harinya, Usaid menceritakan (hal tersebut) kepada
Nabi ffi. Beliau pun bersabda kepadanyai'Teruskanlah bacaanmu
(ketika itu*d), wahai Ibnu Hudhair; teruskanlah bacaanmu (ketika
itu*d), wahai Ibnu Hudhair.' Ia menjawab: ''Wahai Rasulullah, aku
khawatir apabila kuda itu menginjak Yahya karena puteraku itu
berada di dekatnya. Oleh karena itulah, aku mengangkat kepalaku lalu
beranjak kepadanya (Yahya). Tiba-tiba aku menengadah ke langit dan
melihat awan yangmenyerupai lampuJampu. Maka aku keluar hingga
aku tidak melihatnya lagi.' Beliau bertanya:'Tahukah kamu apakah
itu?' Ia menjawab: 'Tidak.' Beliau menjawab: 'Itu adalah Malaikat
yangturun mendekat karena mendengar bacaanmu. Seandainya kamu
terus melanjutkan bacaanmu, niscaya manusia akan dapat melihatnya.
Dengan kata lain, para Malaikat tersebut tidak tersembunyi lagi dari
mereka."aT
Ibnu Hajar 't!fi5 berkata: "Imam an-Nawawi berkata: 'Dalam
hadits ini terdapat penjelasan bahwa setiap Muslim mungkin saja
melihat Malaikat.' Demikian yang disebutkannya secara mutlak. Hal itu
memang benar. Akan tetapi, yarLgtampak bahwa hal itu terbatas untuk
orang shalih danyangmerdu suaranya. Imam an-Nawawi juga berkata:
'Dalam hadits itu terdapat penjelasan tentang keutamaan membaca
al-Qur-an, yaitu sebagai penyebab turunnya rahmat dan hadirnya
para Malaikat.' Saya (Ibnu Hajar) menegaskan bahwa hukum yang
disebutkan oleh Imam an-Nawawi ini bersifat lebih umum daripada
ap^yangditunjukkan dalil tersebut. Yang disebutkan dalam dalil itu
hanya terjadi pada bacaan tertentu dengan sifat tertentu, atau mungkin
saja hal tersebut merupakan salah satu kekhususan (bagi Usaid) yang
tidak disebutkan. Sebab, jika hal tersebut berlaku secara mutlak, niscaya
penampakan diri Malaikat sepefti ini juga akan terjadi pada setiap orang
yatgmembaca al-Qur-an. Sementara itu, bagian terakhir dari redaksi
ayat tersebut 'Tidak tersembunyi lagi dari mereka' menunjukkan
bahwa para Malaikat begitu serius mendengarkan (bacaan) Usaid.Mereka pun niscayaakantenrs mendengarkan dan tidak bersembunyi
sebagaima na y arTg memang menj adi tabiat mereka. "as
Tidak terlihat merupakan tabiat para Malaikat. Akan tetapi,
terkadang mereka menampakkan dirinya, hanya saja bukan dalam
wujud asli sebagaimana Allah menciptakan mereka. Dalam hadits ini,
Malaikat menampakkan dirinya kepada Usaid bin Hudhair q;' pada
gugusan awan, hanya saja Usaid tidak melihat mereka.
Adapun sabda Nabi ffi: "seandainyakamu melanjutkan bacaanmu, niscaya manusia akan dapat melihatnya. Dengan kata lain,
para Malaikat tersebut tidak tersembunyi dari mereka," lafazh ini
menunjukkan bahwa manusia dapat melihat Malaikat, tetapi Allah
tidak mengizinkannya. Oleh karena itu, kuda tersebut melompatlompat sehingga membuat Usaid menghentikan bacaan (a1-Qur-annya).
Hadirnya para Malaikat pada majelis-majelis dzikir, ketika shalat
'Ashar dan shalat Shubuh, serta pada keadaan-keadaan lainnya sudah
diketahui bersama. Akan tetapi, di sini Usaid bin Hudhair melihat
apa yang tidak dilihat oleh orang lain ketika shalat Shubuh, shalat
'Ashar, dan di majelis-majelis dzlktr. Meskipun demikian, Usaid tidak
mengetahui bahwa yang dilihatnya itu adalah Malaikat, melainkan
setelah ia diberitahu oleh Nabi ffi, karena Usaid sendiri tidak melihat
bentuk asli dari Malaikat tersebut, tetapi hanyamelihat cahaya-cahaya
pada gugusan awan. Hal ini harus diketahui secara cerdas oleh seorang
Muslim agar syaitan tidak mempermainkannya.
Kasus seperti ini pernah disebutkan oleh Syaikh Taqiyuddin alHilali 'uitS5.Ia berkata: "Pada suatu malam, aku mengerjakan shalat
malam di depan kemah kecilku. Tiba-tiba, aku melihat awan putih
yang menutupi ufuk seperti gunung yang menjulang dari bumi ke
langit, lalu awan itu mulai mendekat kepadaku dari arahtimur-arah
tersebut merupakan kiblat orang y^ngshalat di sebelah barat-hingga
berhenti jauh dari tempatku. Kemudian, dari dalamnya keluar seorang
laki-laki dan mendekat kepadaku. Lantas, orarLgitu mulai shalat dan
menjadi makmum di belakangku. Pakaiannya menyeruPai pakaian
seorang anak perempuan berumur 15 tahun, namun aku tidak dapat
mengatakan bagaim ana w ajahnya karena gelapnya malam.
Ketika ia mulai shalat bersamaku, aku membaca surat Alif Laam
Miim (as-Sajadah), namun tiba-tiba aku tersentak dan merasa sangat
takut. Maka aku beralih ke surat lain, tetapi tetap tidak dapat juga
membaca al-Qur-an dengan benar, meskipun aku telah menghafalnya
dengan sangat baik, dikarenakan perasaan takut yang menimpaku.
Seusai salam, orang itu pun pergi dan masuk ke dalam awan lalu
kembali ke arah ia datang sebelumnya. Aku pun menanyakan hal
tersebut kepada seorang syaikh yang shalih. Ia berkata kepadaku:
'Kemungkinan orang itu syaitan. Sebab, seandainya ia Malaikat, niscaya
kamu tidak akan tersentak dan merasa ketakutan.' Dengan demikian,
jelaslah bagiku bahwa pendapatnya itu benar."ae
Perhatikanlah! Bagaimana syaitan mempermainkan manusia untuk
merusak
^gamanya.
Oleh karena itu, Allah mensyari'atkan kepada kita
untuk ber - ist i' azdab (mohon perlindun gan), ketika membaca al-Qur-an,
dari syaitan yang terkutuk.
Dalil lain yang menunjukkan penampakan Malaikat adalah
hadits Hanzhalah al-Asadi €5 ,
ia berkata: "Kami pernah bersama
Rasulullah M. Beliau menasihati kami dan menyebutkan perihal
Neraka. Hazhalahmelanjutkan: 'Kemudian, aku kembali ke rumah dan
bercanda dengan anak-anak serta bersenang-senang dengan isteriku.'
Hanzhalah melanjutkan lagi: "Aku pun keluar dan menyebutkan hal
tersebut kepada Abu Bakar, maka ia berkata: 'Aku telah melakukan
seperti apa yang engkau sebutkan.' Lalu, aku menemui Rasulullah
ffi dan berkata: '\flahai Rasululllah,Hazhalah telah muna{ik.' Beliau
menjawab :' Muh (diamlah).' Ketika aku menyebutkan permasalahanku
kepada beliau, Abu Bakar berkata: 'Aku pun melakukan seperti apa
yangdilakukanny* Rasulullah ffi bersabda: ''$7ahai Hanzhalah, ada
waktu seperti ini dan ada waktu seperti itu. Seandainya hati kalian
sama seperti sedang mengingat (kematian), niscaya p^ra Malaikat
akan berjabatan tangan dengan kalian, bahkan Malaikat tersebut akan
memberi salam kepada kalian di jalan-jalan."'o
Yang dapat kita pahami dari hadits ini adalah bahwa manusia
dapat melihat Malaikat dengan syarat apabila hati mereka sama seperti
hati para Sahabat & ketika sedang mendengarkan nasihat dari Nabi
ffi. Pada kenyataannya, meskipun para Sahabat berada pada tingkat
keimanan yangsangat tinggi, tetapi mereka tetap tidak mampu untuk
senantiasa berada pada kondisi tersebut. Maka tentunya orang selain
mereka yang imannya lebih rendah lebih pantas lagi untuk tidak
melihatnya. Ketika persyaratan tidak terpenuhi, objeknya pun tidak
akan dapat dipenuhi. Alhasil, dapat diketahui bahwa melihat Malaikat
pada bentuk aslinya, sebagaimata yang telah Allah ciptakan, adalah
mustahil bagi manusia di dunia ini. Hal itu tidak pernah terjadi pada
ummat ini, kecuali pada Nabi kita, Muhammad ffi, sebanyak dua kali,
wallaahu a'lam.
Keterangan tambahan
Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dalam
kitab ash-Sbahiihain, dari Abu Hurairah €5 , bahwasanya Nabi ffi
bersabda:
l*,i,? ai,l U-'UU 4s3-l\ & Wli! ll
((.\5\I.r r;yrf|orr:iJl j, 1u! V1'W)W\4W
"Apabila kalian mendengar suara ayam jantan berkokok, maka
mohonlah kepada Allah karunia-Nya karena sesungguhnya ayam
tersebut melihat Malaikat. Kebalikannya, apabila kalian mendengar
ringkikan keledai, maka berlindunglah kepada Allah dari godaan
syaitan yangterkutuk karena sesungguhnya keledai tersebut melihat
syaitan."
Ibnu Hqar 4!$6 berkata: *lyadh berkata: 'Tujuannya agar p^ra
Malaikat mengamini do'anya dan memohonkan ampunan baginya,
serta mempersaksikan kebaikan orang tersebut."s2
Hadits di atas juga menerangkan bahwa ayamjantandapat melihat
Malaikat meskipun kita tidak mengetahui bagaimanadandalam bentuk
seperti apa hewan itu melihatflya. Valaupun demikian, kita meyakini
apa-apa y ang disebutkan dalam hadits, wallaahu a'lam.
Orang-orang kafir pernah meminta kepada Nabi ffi untuk
membuktikan kebenarafl dirinya, yaitu dengan cara menunjukkan
kepada mereka bagaimana bentuk Malaikat atau Allah itu. Allah pun
menjawab permintaan mereka dengan firman-Nya:
U:,;: 5iq6i W iJ-\i ht5;iJ i.$i Jvs F
:'1 l'i( .,./ /,/
4\-J,LcJl O)l-12
/
*&\
" Berkatalab oran g- oran g y ang tidak rnenanti-ndnd p mernuan(ny a) dmgan
Kami: 'Mengapa tidak diturunkan kepada kita Malaikat atau (mengapa)
kita (tidak) melibat Rabb kita?'Sesungguhnya mereka memandangbesar
tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah rnelampaui batas
(dalam melakukan) kezbalirndn. Pada bari mereka melihat Malaikat di
bari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orangydngberdosa mereka
berkata: 'Hijran mahjuuraa.'" (QS. Al-Furqaan:2L- 22)
Ibnu Katsir qlf5 berkata: "Maksudnya, mereka tidak melihat
Malaikat ketika masih memiliki pilihan (untuk beriman), tetapi akan
melihatnyapadahari ketika tidak ada berita gembira bagi mereka,yaitu
pada saat sakaratul maut. Ketika itulah para Malaikat memberitahukan
kabar gembirakepada mereka berupaNeraka dan kemurkaan dari Allah
Yang Mahaperkasa. Malaikat berkata kepada orang kafir ketika ruhnya
akan dicabut: "Keluarlah, wahai jiwa kotor yangterdapat di dalam jasad
yarlgkeji. Keluarlah menuju angin yangamat panas dan air panas yar,g
mendidih serta naungan asap yang hitam.'Jiwa tersebut pun enggan
untuk keluar lalu berpencar di dalam badan. Kemudian, Malaikat
memukulinya ... dan berkata kepadanya: 'Hijran MabjuuraA' ,s3 yang
artinya'Flaram dan diharamkan atas kamu kemenangan pada hari ini."'sa
Ay at-ay at ini dan y angsemacamn y a-wallaabu a'lam-menunjukkan ketidaksanggupan manusia melihat Malaikat dalam wujud aslinya
ketika di dunia. Namun, Malaikat dapat dilihat oleh orang yangsedang
menghadapi sakaratul maut, sesuai dengan amal perbuatannya. Jika
orang itu shalih, maka ia akan melihatnya dalam rupa yang bagus.
Namun, jika tidak demikian adanya, berarti ia akan melihat Malaikat
itu dalam bentuk sebaliknya, uallaahu a'lam.
:
Melihat Malaikat dalam wujud aslinya, sebagaimana Allah menciptakannya, tidak pernah terjadi pada seorang pun dari ummat ini
selain Rasulullah M,.Ini menunjukkan bahwa mereka tidak dapat
dilihat oleh manusia.
Adapun melihatnya dalam bentuk manusia, hal itu pernah terjadi,
seperti yangtelah disebutkan dalam beberapa hadits. Akan tetapi, setiap
Muslim wajib untuk berhati-hati agar tidak diperdaya oleh syaitan
sehingga dia mengira bahwa ap^yarg dilihatnya adalah Malaikat,
padahal sesungguhnya itu syaitan yang mengejeknya. Hal ini sering
menipu kebanyakan orang bodoh (yrrg tidak waspada akan hal ini).
Manusia juga akan melihatnya dalam bentuk y^ngsangat buruk ketika
sakaratul maut, uallaabu a'lam.
Mengenai melihat Malaikat Malaikat ffifi di dalam mimpi, hal itu
mungkin saja terjadi. Yang demikia