teologi 8


Hidup yaitu  perjuangan. Berjuang melawan kerasnya kehidupan, 
berjuang untuk mendapat  apa yang diinginkan, bahkan berjuang 
untuk melawan tantangan zaman. Dunia sekuler bahkan tidak menutup 
kemungkinan kalangan kelompok kristen pun berjuang keras untuk 
memperoleh harta bendah yang berlimpah, karena mereka beranggapan 
bahwa dengan memiliki harta yang melimpah kehidupan ini menjadi 
lebih muda.  Selain hidup menjadi lebih muda, dengan memiliki harta 
yang berlimpah juga membuat manusia menjadi terhormat, dihargai oleh 
banyak orang, dan perkataan-perkataannya selalu didengar.  Berbeda 
dengan orang miskin (miskin akan harta benda), kurang dihargai atau 
bahkan tidak dihargai sama sekali, sebagaimana yang dikatakan oleh 
Took Hammond: Tidak seorangpun yang mau mendengarkan seorang 
yang miskin, meskipun mungkin seorang miskin memiliki hikmat, 
orang-orang tidak akan percaya akan hal itu, sebab bila ia benar-benar 
cerdas mengapa ia tetap miskin.
Pemahaman yang lain tentang harta yang melimpah yaitu  
merupakan bukti bahwa seseorang diberkati Tuhan.  Di kalangan teologi 
sukses pun berkembang pendapat, bahwa hidup yang diberkati Tuhan 
yaitu  hidup yang kaya, berkelimpahan, dan tidak kurang suatu apa 
pun. Jake Barnett menilai hal itu  sebagai “praduga Kristen” yang 
mungkin tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.
Praduga di atas banyak mempengaruhi pemikiran orang percaya 
dan juga pemimpin-pemimpin gereja tentang berkat.  Dalam berbagai 
percakapan atau pemberitaan Firman, berkat merupakan topik yang 
sangat menyenangkan, dan tiap orang punya antusias tersendiri bila 
mendengar perbincangan tentang berkat. 
Setiap orang, tidak peduli apa latar belakang agama atau 
kebudayaannya, mendambakan hidup yang penuh dengan berkat. 
berdasar  pengamatan penulis, setiap agama mempunyai ajarannya 
sendiri yang harus ditaati oleh penganutnya agar mendapat berkat.  Di 
dalam kekristenan pun tidak terkecuali.  Dalam kitab Ulangan 7:12 ; 28:1-
14, diuraikan tentang berkat-berkat yang akan diterima oleh setiap orang 
yang taat pada Firman Allah, dan masih banyak berkat-berkat lain yang 
juga diuraikan dalam Alkitab. 
                                                           
Pemahaman tentang berkat sangatlah luas.  Namun, kerap kali 
orang salah memahaminya, sehingga terperangkap dalam konteks yang 
salah, akibatnya sangat merugikan, karena orang hanya melihat berkat 
itu dalam kaidah yang sempit dan terbatas, sehingga tidak sedikit injil 
sejati telah diubah menjadi injil kemakmuran.4 
berdasar  pengamatan penulis, kebanyakan dari kesaksian-
kesaksian orang percaya baik yang dimuat dalam majalah atau tabloid 
maupun yang didengar langsung (melalui dialog atau melalui kesaksian 
mingguan di gereja), hanya seputar materi, bagaimana Tuhan 
memberkati usahanya melalui laba yang sangat besar, atau bagaimana 
Tuhan memperbaiki perekonomian sebuah keluarga.  Dan umumnya, 
orang percaya jika ditanya soal berkat, yang langsung muncul 
dibenaknya ialah materi (uang atau harta benda).  Seolah-olah berkat-
berkat dari Tuhan hanya sebatas materi, namun arti berkat yang 
sesungguhnya tidak sedangkal itu. 
Melihat kondisi yang demikian, penulis tertarik menulis karya 
ilmiah  dengan judul: “TINJAUAN TEOLOGIS TENTANG ARTI 
BERKAT DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA”. 
 
Masalah Pokok 
Dengan melihat latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok 
permasalahan dalam karya ilmiah  ini yaitu  bagaimanakah arti berkat 
yang sebenarnya berdasarkan Alkitab. 
  
Tujuan Penulisan 
Sesuai dengan permasalahan yang diamati, maka tujuan penulisan 
karya ilmiah  ini yaitu : Pertama, untuk mengetahui latar belakang 
pemahaman orang percaya khususnya, dan dunia pada umumnya 
tentang arti berkat berdasarkan Alkitab. Kedua, untuk menyingkapkan 
arti berkat yang sesungguhnya, sehingga orang percaya memiliki 
pemahaman yang benar tentang arti berkat. 
Ketiga, supaya pembaca karya ilmiah  ini dapat menghargai atau 
mensyukuri setiap berkat yang Tuhan beri dalam kehidupannya. 

 Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah  ini yaitu  sebagai 
berikut: Pertama, bermanfaat untuk menambah wawasan dan 
pemahaman pembaca tentang arti berkat. Kedua, sebagai sarana untuk, 
memberi masukan dan koreksi terhadap cara pandang yang keliru 
mengenai konsep berkat dalam kehidupan orang percaya. Ketiga, sebagai 
                                                           
bahan masukan bagi penulis sendiri dalam pelayanan di masa 
mendatang. Keempat, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam 
menyelesaikan program studi strata satu (S1) di Sekolah Tinggi Filsafat 
Theologia Jaffray Makassar. 
 
Metode Penelitian 
Dalam penulisan karya ilmiah  ini, penulis menggunakan metode 
penelitian literatur (library research), dan penelitian lapangan (field 
research) serta menulis hasilnya secara deskriptif.  
 
Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberikan empat definisi dari 
berkat. Pertama, karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup 
manusia. Kedua, doa restu dan pengaruh baik (dari orang-orang yang 
dihormati). Ketiga, makanan dan lain sebagainya yang dibawa pulang 
sehabis kenduri. Keempat, mendatangkan kebaikan; bermanfaat; berkah.5 
Kamus Umum Bahasa Indonesia, memberikan dua definisi dari berkat. 
Pertama, apa yang diterima manusia dari Tuhan (harta, kesehatan, 
kebahagiaan, rezeki dan lain sebagainya untuk kehidupan). Kedua, 
sedekah; selamatan (di Sunda).
Kamus Webster’s, mendefinisikan berkat sebagai one who blesses; a 
benediction; a means of happiness or walfare; a beneficent gift; in 
analogous or devired senses.
Bagi Gilbert Lumoindong, berkat (dalam pemahaman yang luas) 
merupakan segala sesuatu yang disediakan Allah bagi manusia. Tidak 
ada batasan antara orang baik atau jahat, Allah tetap menyediakan 
matahari, atau sumber air, udara dan sebagainya.8 
Dalam  Perjanjian Lama kata berkat berasal dari kata Barak,  to bless. 
Dan dalam bentuk kata kerja diberkati/memberkati yaitu  berakah, kata-
kata ini muncul dalam Alkitab sebanyak 415 kali. Dari 415 kali 
                                                           
penggunaan kata itu , 214 di antaranya diterjemahkan dengan kata 
berkat.  
Kedua kata ini memiliki pengertian yang dalam dan bervariasi. 
Kata barak atau berakah diterjemahkan dan dirumuskan sebagai berikut : 
berkat, keuntungan, kedamaian, kebahagiaan dan segala yang baik. 
Kedua kata ini diaplikasikan secara atau sebagai pengalaman yang 
holistik, utuh, dan menyeluruh pada kondisi manusia dan alam ciptaan 
Allah. 
Dekarya ilmiah nya adlah bahwa kata barak  atau berakah meliputi 
seluruh aspek kehidupan manusia, baik aspek fisik: dalam hal kesehatan 
dan kekuatan,  apek ekonomi: dalah hal kelimpahan materi, aspek sosial: 
dalam hal hubungan yag harmonis dengan sesama manusia, dan aspek 
spiritual: dalam hal hidup yang tenang, damai dengan yang Mahatinggi. 
Kata barak atau berakah biasanya dalam konteks Alkitab 
merupakan suatu tindakan dari yang tertinggi kedudukan atau posisinya 
kepada yang rendah atau bawahannya. Dalam Alkitab tentu dari Allah 
kepada manusia atau tepatnya dari Allah kepada umat-Nya. Dapat juga 
merupakan tinddakan dari orang tua kepada anak temurunya.  Umumya 
dalam bentu ucapan.  
Dalam Perjanjian Baru, kata berkat berasal dari kata eulogeo. Kata 
ini merupaka sebuah kata jadian. Eulogeo berasal dari kata eu yamg 
artinya baik dan lego yang artinya perkataan, ucapan. 
Kata benda eulogeo dalam penggunaannya menjadi kata kerja eulogia 
– blessing mengandung pengertian suatu ucapan dari dewa (dalam 
konteks Yunani) yang dilanjutkan dengan suatu aksi yang nyata yang 
mendatangkan rejeki atau keuntungan fisik, ekonomi, sosial, dan 
spiritual. 
Dlam kontek Alkitab, ini berarti suatu bentuk penyataan atau 
pewahyuan dari Allah kepada umat-Nya tentang berkat, keuntungan, 
kenyamanan, dan damai. Dan ucapan itu  dinyatakan dalam sebuah 
aksi Yang nyata. 
Jadi kata berkat, diberkati, dan memberkati dirumuskan sebagai 
suatu tindakan Allah dalam kedaulatan dan kasih-Nya mewahyukan 
melalui pekataan dan aksinya suatu kondisi yang penuh kelimpahan, 
kesehatan, keuntungan, dan kedamaian pada umat-Nya. 
 
Berkat Keselamatan 
Pada umumnya manusia memandang keselamatan sebagai suatu 
keadaan dimana jiwa seseorang bebas atau terlapas dari siksaan api 
neraka. Namun dalam kekristenan, keselamatan berarti suatu keadaan di 
mana manusia yang seharusnya dihulum mati sebagai akibat dari dosa-
dosanya, digantikan oleh Yesus Kristus sehingga manusia beroleh hidup 
yang kekal. 
Jadi, keselamatan berkaitan erat dengan dosa. dr. R Soedarmo 
mengatakan  “Akan tetapi pernyataan jatuhnya manusia yaitu  
permulaan dari keselamatan kita. Pengakuan tentang keadaan dosa yang 
rill (nyata) menjadi jalan untuk mencari kelepasan dari dosa”. Manusia 
yaitu  gambar dan rupa Allah, namun karena dosa, maka gambar itu 
menjadi rusak. Rasul Paulus mengatakan bahwa semua manusia telah 
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dosa 
menjadikan manusia sebagai seteru Allah dan ujpa dosa yaitu  maut 
(Roma 6:23a). Allah sanat mengasihi manusia sekalipun manusia telah 
berdosa. Allah tidak ingin manusiua dihukum mati, untuk itu Ia 
mengutus Anak-Nya yang tunggal datang ke dunia dan menjadi penebus 
dosa pengganti manusia. 
Dari sudut pandang Allah, keselamatan meliputi segenap karya 
Allah dalam membawa manusia keluar dari hukuman menuju 
pembenaran, dari kematian ke kehidupan yang kekal, dari musuh 
(seteru) menjadi anak. Dari sudut pandang manusia, keselamatan 
mencakup segala berkat yang berada di dalam Kristus, yang bisa 
diperoleh dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan 
datang.
Setiap orang yang dilahirkan kedalam dunia ini tidak dapat 
berbuat sesuatu unutk mendapat  anugrah keselamatan dari Allah. 
Kerusakan tidak berarti bahwa manusia tidak dapat melakukan 
perbuatan yang baik menurut pandangan manusia maupun Allah. Tetapi 
kerusakan sesungguhnya berarti bahwa karena seluruh keberadaan telah 
menjadi rusak, maka manusia tidak pernah dapat melakukan sesuatu 
untuk bisa mendapat anugrah keselamatan dari Allah. Dalam 
hubungannya dengan keselamatan, hal ini berrti bahwa pertolongan 
harus datang dari seseorang yang tidak dipengaruhi oleh kerusakan itu, 
seorang yang tidak berdosa sama sekali.  
Pribadi yang terlibat dalam korban penebusan itu, yang tidak 
berdosa sama sekali ialah Allah yang menjelma menjadi manusia. Hannya 
pribadi inilah yang dapat menyelamatkan umat manusia. Charles C. 
Ryrie mengatakan, “Hanya Allah – Manusia (tidak ada duanya dalam 
sepanjang sejarah) yang memenuhi syarat untuk menjadi juruselamat 
sejati. Juruselamat itu haruslah manusia agar dapat mati. Dan 
juruselamat itu harus Allah, supaya dapat menjadikan kematian itu 
sabagai pembayaran lunas atas dosa. Apabila seorang yang berdosa mati, 
                                                           
ia mati bagi dosanya sendiri. Sorang pribadi yang tidak berdosa sama 
sekali dapat menebus dosa-dosa orang lain”.
Meskipun keselamatan dalam Kristus ditawarkan secara universal, 
namun tidak semua orang yang ada di dunia akan diselamatkan seperti 
yang tertulis dalam Injil Matius 22:14 “Sebab banyak yang terpanggil, 
tetapi sedikit yang dipilih”. Hanya orang-orang pilihan (dipilih oleh 
Allah untuk diselamatkan) saja yang akan selamat. Keselamatan dalam 
Kristus juga diberi secara cuma-cuma.  Artinya, keselamatan yaitu  
anugrah Allah bagi manusia dan manusia tidak perlu melakukan suatu 
pekerjaan agar memperoleh keselamatan itun (Efesus 2:8-9). 
Jadi, keselamatan yang ada di dalam Kristus yaitu  berkat dari 
Allah. Dan ini adladh berkat terbesar dari semua berkat yang Tuhan beri 
kepada manusia. 
 
Berkat Damai Sejahtera 
Damai sejahtera terdiri dari 2 kata, yakni damai dan sejahtera. 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia damai yaitu : “tentram; tenang; 
keadaan tidak bermusuhan; rukun; dan aman.”12 Sedangkan sejahtera, 
masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu , “aman sentosa 
dan makmur; selamat.”13 Jadi, damai sejahtera yaitu  suatu keadaan yang 
tentram, damai, dan tenang, tanpa ada perasaan khawatir ataupun takut. 
Keadaan yang damai dan tenang, dimana pertengkaran dan 
pertikaian tak pernah terjadi, merupakan pola kehidupan yang 
didambakan oleh setiap orang. Dalam kehidupan kekristenan pun 
terjadi. Banyak orang Kristen senang yang mendengar khotbah-khotbah 
yang bersifat penghiburan. Keadaan yang demikian banyak 
dimanfaatkan oleh pengkhotbah-pengkhotbah yang mengejar 
kesuksesan (kelimpahan materi). Tidak jarang adanya nubuat-nubuat 
atau penglihatan-penglihatan yang lebih merupakan hasil rekaan dari 
manusia dan bukan sesuatu yang dinyatakan oleh Tuhan. Mereka senang 
menghibut umat dengan damai sejahtera yang semu, memberikan 
harapan yang kosong (sia-sia) dan hiburan keselamatan.14khotbah-
khotbah maupun buku-buku yang menjelaskan hal demikian, sangat 
disenangi, karena berisi penghiburan tentang suatu keadaan yang penuh 
damai sejahtera, sekalipun sifatnya itu semu. 
Dunia bahkan banyak dari orang Kristen pun menganggap 
kekayaan atau kelimpahan materi sebagai ukuran kehidupan yang damai 
                                                          
dan sejahtera. Keyakinan itulah yang mendorong umat untuk terus 
bekerja agar kehidupan yang limpah dengan harta benda, menjadi pola 
hidup mereka. Tujunnya ialah untuk kebahagiaan mereka. Ketika umat 
manusia memperoleh segalanya, mereka tersadar bahwa harta benda 
tidak dapat memberikan damai sejahtera separti yang mereka dambakan, 
jika kehidupan mereka jauh dari Tuhan. 
Damai sejagtera atau kebahagiaan sejati, hanya ada di dalam 
Kistus. Dunia dapat memberikan damai sejahtera, namun sifatnya semu 
(Yoh. 14:27). Setiap orang yang telah menerimah Kristus sebagai 
juruselamat pribadi, dituntun untuk menghasilakan buah-buah Roh 
dalam kehidupannya. Salah satu dari buah-buah Roh ialah, damai 
sejahtera (Gal. 5:22). Damai sejahtera itu tidak dicari-cari, melainkan 
hasil dari kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Tidak ada alasan 
untuk orang percaya untuk tidak merasa damai dii dalam kehidupannya, 
jika ia benar-benar hidup di bawah pimpinan Roh Kudus, karena 
kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus akan menghasilakn buah, 
yakni damai sejahtera. Dan hal itu hanya dimiliki oleh orang yang telah 
lahir baru. 
Jadi, damai sejahtera yaitu  berkat dari Tuhan kepada umat-Nya. 
Disaat dunia berusaha mencarinya umat Allah justru memperolehnya 
secara cuma-cuma. Yakni ketika umat Allah menyerahkan seluruh 
totalitas kehidupannya dan berjalan dibawah pimpinan Roh Kudus, 
sehingga kehidupannya menghasilkan buah-buah Roh. 
Berkat Harta Benda  
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, harta benda yaitu  barang 
kekayaan.  Jadi, dapat dikatakan bahwa harta benda yaitu  barang-
barang berharga yang dimiliki oleh orang tertentu, yakni orang-orang 
kaya (secara materi). 
Harta benda atau kekayaan secara materi yaitu  kebutuhan hidup 
yang diperjuangkan oleh umat manusia dalam kelangsungan hidupnya di 
dunia ini. Uang mewakili hal-hal materi atau harta benda. Sebagai alat 
tukar dan penyimpan nilai, uang mempermudah penanganan kita akan 
harta kekayaan. Jadi uang merupakan satu masalah yang mendasar dan 
umum bagi manusia. Jake Barnett menyatakan bahwa: “rata-rata lima 
puluh persen dari hidup kita berhubungan dengan uang.”16 Hal ini 
berarti bahwa, lima puluh persen dari waktu kita, perhatian kita, 
kekuatan mental kita, emosi kita, percakapan kita, keberhasilan kita, 
kegagalan kita, masalah kita – berhubungan dengan uang. Itulah sebanya 
Alkitab begitu banyak berbicara tentang uang: Siapa yang menyediakan 
                                                           
bagi kita, bagaimana cara yang harus kita tempuh untuk 
mendapat nya, dan cara yang justru tidak boleh kita tempuh untuk 
mendapat nya, masalah-masalah yang timbul berkenaan dengan uang, 
dan yang paling penting bagaimana seharusnya sikap kita terhadap uang. 
Mengapa uang menjadi masalah yang mendasar bagi manusia? 
Karena uang merupakan kebutuhan umat manusia dan manfaatnya 
sangat banyak. Weslley Penias mengatakan, “Uang bermanfaat untuk 
membandingkan sebuah nilai dan sebagai pemberi rasa nyaman, aman, 
rasa percaya diri. Selain itu juga, uang dapat mengubah atau menukar 
posisi, misalnya: posisi uang sebagai kerta menjadi gula.” 
Melihat manfaat uang yang begitu besar dalam kehidupan 
manusia, maka tak dapat disangkal bahwa ada keinginan dihati manusia 
untuk memilikinya sebanyak mungkin. Namun banyak juga orang 
percaya yang menganggap bahwa uang itu jahat. Sebenarnya uang itu 
tidak jahat, tetepi cinta akan uang yang merupakan akar dari segala 
kejahatan (1 Timotius 6:10), dan orang yang memiliki uang tidaklah 
berdosa. Demikian juga dengan orang yang memiliki kekayaan 
melimpah. Tidak juga berarti bahwa kemiskinan merupakan ciri dari 
dari kehidupan orang rohani. Segala sesuatu yang ada pada kita yaitu  
pemberian Tuhan. Kekayaan yaitu  berkat Tuhan, pemberian Tuhan 
kepada anak-anak-Nya. Kekayaan yaitu  perwujudan dari kasih Tuhan 
(Kejadian 24:34-35). 
Kekayaan dapat membangun, yaitu disalurkan kepada 
produktivitas. Tetapi kekayaan juga dapat merusak, yaitu jika 
diboroskan dengan berpesta pora dan dihabiskan untuk memuaskan 
hawa nafsu. Jadi jelaslah bahwa kekayaan dapat membangun ataupun 
merusak, bukan karena sifat kekayaan itu, melainkan karena dosa 
pemakainya. Masalah yang sebenarnya terletak pada penggunaannya 
dan pengaturannya, bukan pada bendanya. 
Allah mencurahkan berkat-Nya bagi umat manusia dalam bentuk 
kekayaan, karena Ia tahu bahwa kekayaan diperlukan bagi kelangsungan 
pekerjaan Tuhan dan untuk kesinambungan hidup manusia. Namun 
sangat disayangkan ada begitu banyak umat manusia yang 
menyalahgunakan kekayaan itu , sehingga terjebak dalam 
ketamakan. Kita jarang memandang ketamakan sebagai dosa yang 
mengerikan. Gary Inrig memandang ketamakan sebagai suatu hasrat 
yang kuat untuk memiliki lebih banyak lagi dan didalamnya terkandung 
nuansa keserakahan, nafsu untuk memperoleh sesuatu.18 Alkitab 
memandang ketamakan sama dengan penyembahan berhala (Kolose 3:5). 
                                                          
Kalau ketamakan sama dengan penyembahan berhala, itu berarti orang 
yang tamak menjadikan berkat Tuhan (kekayaan) sebagai berhala. Dan 
ini sangat menyimpang dari tujuan Allah memberkati umat-Nya. 
Allah memberkati umat-Nya dalam bentuk kekayaan, tidak berarti 
bahwa orang yang hidup dalam kemiskinan tidak diberkati. Banyak 
orang berpikir bahwa Allah tidak  menginginkan adanya kemiskinan 
sehingga semua orang percaya harus menjadi kaya. Kita dapat 
menemukan jawaban dalam Alkitab tentang alasan mengapa ada orang 
percaya yang hidup dalam kemiskinan. 
Amsal 10:4, menjelaskan bahwa tangan yang lamban (malas) 
mendatangkan kemiskinan. Ayat ini berlaku secara umum baik untuk 
orang percaya atau bukan. Orang malas, mempunyai angan-angan atau 
mimpi namun tidak pernah terwujud karena mereka selalu menunda. Ini 
yaitu  alasan pertama mengapa ada orang percaya yang miskin. 
Alasan kedua, hidup yang dikuasai nafsu. Amsal 23:20-21, 
menjelaskan tentang keadaan seseorang yang hidupnya dikuasai oleh 
nafsu, apa pun yang dimilikinya tidak bisa menjadi berkat bagi dirinya. 
Tidak akan pernah ada kepuasan. Orang yang dikuasai nafsu akan 
menjadi miskin karena hawa nafsu itu  membuatnya tidak dapat 
menikmati segala berkat Tuhan. 
Alasan yang ketiga, sedang dalam proses. Allah memproses kita 
karena Ia ingin mencabut kesombongan yang merupakan penghambat 
berkat Tuhan dan untuk mencabut keegoisan kita. Namun yang pasti, 
Allah turut bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan.19 Seperti kisah 
Ayub. 
Baik miskin atau kaya, yaitu  berkat Tuhan. Walau pun kita 
hidup dalam kemiskinan namun kalau bebas dan tidak tertindas, maka 
kita yaitu  orang kaya. Semikian sebaliknya dengan orang kaya. 
Walaupun hidupnya berlimpah harta, namun mereka tidak bebas 
bahkan tertindas, mereka disebut juga sebagai orang miskin. Kaya atau 
miskin bukanlah suatu ukuran hidup yang diberkati Tuhan. Tetapi 
kebebasan dan kepuasan dalam menikmati semua yang ada pada kita 
menjadi ukuran kehidupan yang diberkati Tuhan. 
 
Berkat Kesehatan Fisik 
Kebanyakan umat Kristen, khususnya penganut teologi sukses. 
Mereka menganggap kesembuhan sempurna dan bebas dari berbagai 
sakit penyakit merupakan tanda kesuksesan seseorang, sehingga orang-
                                                           
orang yang terkena sakit penyakit dianggap sebagai orang yang sakit 
rohani atau tidak beriman.
Pelayanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus untuk 
menyembuhkan orang-orang yang sakit jasmani dapat kita lihat dalam 
kitab-kitab Injil. Jenis-jenis penyakit (jasmani) yang disembuhkan oleh 
Yesus bermacam-macam dengan penyebab yang berbeda pula. Banyak 
orang yang beranggapan bahwa sakit penyakit disebabkan oleh dosa dan 
iblis. Memang benar dalam Alkitab disebutkan bahwa dosa dapat 
mengakibatkan sakit penyakit (Matius 9:1-8) dan iblis juga dapat 
membuat seseorang menjadi sakit. Tapi dalam Alkitab juga disebutkan 
penyebab yang lain. Jadi tidak semua sakit penyakit disebabkan oleh 
dosa atau iblis. Kadangkala Allah mengijinkan seseorang menderita sakit 
penyakit karena Allah mau menyatakan pekerjaan-pekerjaan-Nya 
melalui orang itu . 
Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak 
lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah 
yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia 
dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang 
tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di 
dalam dia. (Yohanes 9:1-3). 
Dari ayat di atas kita melihat bahwa tidak ada sangkut pautnya 
ajaran dosa dengan kebutaan orang itu dan kebutaan itu hanya 
merupakan cacat alamiah. 
Kesehatan jasmani (fisik) yaitu  berkat Tuhan yang kadangkala 
dianggap sepele sehingga jarang orang yang mengucap syukur kepada 
Tuhan atas kesehatan jasmaninya. Ada banyak orang yang memiliki 
harta melimpah namun tidak dapat menikmati kekayaannya karena 
menderita sakit penyakit. Mereka hidup dengan berbagai macam 
larangan dokter. 
Dengan kondisi tubuh yang sehat, kita dapat melakukan apa saja. 
Kita dapat menikmati berkat-berkat lain yang Tuhan berikan. Dengan 
kondisi tubuh yang vit/sehat kita dapat melakukan tanggung jawab 
dengan baik. Selain itu, kondisi tubuh yang sehat juga memampukan 
kita untuk melayani Tuhan. Jeremia Djadi menegaskan bahwa: “Apabila 
seorang gembala sering-sering sakit, tentu ia tidak akan dapat melayani 
Tuhan secara maksimal. Agar gembala jemaat dapat melayani Tuhan 
dengan baik, disamping memelihara kesehatan rohani, ia juga harus 
menjaga dan memelihara kesehatan tubuhnya.”
Jadi, kesehatan (fisik) yaitu  berkat Tuhan. Tapi bukan berarti 
orang yang menderita sakit penyakit tidak diberkati Tuhan. Yohanes 9:1-
3, dengan jelas kita lihat bahwa terkadang Allah memakai sakit penyakit 
untuk menyatakan kehendak-Nya. Kita juga dapat melihat kisah Ayub, 
yang diizinkan oleh Allah untuk ditimpahi suatu penyakit sejenis kusta. 
Allah mengijinkan hal itu menimpa Ayub karena Allah ingin 
menunjukkan kepada iblis bahwa Ayub yaitu  seorang saleh. Hal ini 
ditegaskan oleh C Bijl, dengan mengatakan: “Tapi justru karena terbukti 
“mungkin” dan “mampu” Tuhan mempercayai Ayub, Tuhan menerima 
tantangan iblis. Sebab Dia tahu, Anak-Nya akan berhasil membawa 
manusia kembali kepada-Nya.”
Sekalipun Yesus Kristus telah menebus kita dari dosa, Tuhan tidak 
akan menghilangkan penyakit dan penderitaan dari kehidupan orang 
percaya. Artinya, orang percaya dapat saja mengalami sakit penyakit 
sama seperti orang-orang yang belum percaya. 
Fungsi Berkat 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fungsi berarti kegunaan suatu 
hal.23  Dapat dikatakan bahwa fungsi yaitu  kegunaan atau manfaat dari 
suatu hal, baik itu hal-hal yang abstrak atau non abstrak. 
Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini mempunyai fungsi atau 
kegunaan, baik fungsi secara positif maupun secara negatif. Segala 
sesuatu berfungsi secara positif atau negatif tergantung pada si pemakai 
(yang menggunakan). Demikian halnya dengan berkat. Berkat yang 
Tuhan beri dapat berfungsi secara positif maupun negatif, tergantung 
pada manusia yang menerimanya (memakainya). 
Dalam karya ilmiah  ini, penulis hanya membahas fungsi berkat 
secara positif . secara umum berkat berfungsi sebagai: 
Pertama, untuk kemuliaan Tuhan. Segala sesuatu yang dimiliki oleh 
orang percaya yaitu  merupakan sarana yang dapat dipakai bagi 
kemuliaan Tuhan. Amsal 3:9 “muliakanlah TUHAN denga segala 
hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu”.  
Pelayanan harta benda yaitu  bagian dari ibadah kepada Tuhan. Allah 
dihormati bila umat Allah mempersembahkan harta miliknya kepada-
Nya.  
Persembahan yang berkenan di hadapan Tuhan yaitu  member 
dengan sukacita dan dengan kerelaan hati. Alasan untuk bersuka cita 
ialah karena hal itu merupakan kesempatan untuk memberi kepada 
Tuhan. Pemberian orang percaya kepada Allah yaitu  suatu perwujudan 
ucapan terima kasih kepasa-Nya dan sebagai suatu kesempatan dan hak 
                                                          
istimewa untuk ambil bagian dalam kelangsungan pekerjaan Tuhan. 
Memberi bukanlah persoalan apa yang dimiliki orang percaya. Member 
yaitu  persoalan hati; member yaitu  hal pengorbanan yang diberikan 
kepada Allah.
Jadi, Allah menghendaki agar segala yang dimiliki oleh umatnya 
dipakai untuk kemuliaan Tuhan, sebab segala yang dimiliki oleh orang 
percaya yaitu  pemberian dari Tuhan, oleh Dia, dan kepada Dia, 
sehingga segala kemuliaan hanya bagi Dia saja sampai selama-lamanya 
(Roma 11:36). 
Kedua, untuk kesejahteraan manusia. Allah memberkati manusia 
yang mengasihi-Nya dengan mencukupkan segala kebutuhannya. Baik 
itu tempat tinggal, pakaian, makanan dan minuman, dan lain sebagainya. 
Jika kita menyimak proses penciptaaan dalam Kejadian Pasal 1, kita 
dapat melihat bahwa walaupun manusia merupakan ciptaan Allah yang 
paling mulia dari semua ciptaan-Nya yang lain, manusia tidak diciptakan 
dihari pertama, melainkan hari keenam (hari terakhir Allah bekerja). 
Bukan tanpa alasan Allah menciptakan manusia dihari terakhir. Allah 
ingin agar manusia hidup sejahtera dimana kebutuhan manusia 
tercukupi. Untuk itu, sebelum menciptakan manusia, Allah menciptakan 
langit dan bumi sebagai tempat manusia berpijak. Lalu kemudian Allah 
menciptakan air, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Semuanya itu untuk 
kesejahteraan manusia. 
Ketiga, menjadi saluran berkat. Menjadi saluran berkat berarti 
Allah memakai kita untuk memberkati orang lain. Berkat yang Allah 
berikan dalam kehidupan ini bukan untuk kita nikmati sendirian, tetapi 
Allah mau agar kita juga memberikannya kepada orang yang 
membutuhkan. Kita dipanggil untuk hidup bagi sesama demi kemulilaan 
Allah.25 
Allah memerintahkan kita untuk mengasihi sesama manusia, 
seperti diri sendiri karena inilah hukum kedua setelah perintah untuk 
mengasihi Allah dan tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada 
hukum kedua ini (Markus 12:30-31). Kalau kita mengasihi sesama 
manusia berarti kita harus menolong yang susah dan membantu mereka 
yang membutuhkan. Julianto Simanjuntak, mengatakan: “Kita bisa 
memberi tanpa mencintai, tetapi kita tidak bisa mencintai tanpa 
memberi.”
Mencintai atau mengasihi, membutuhkan pengorbanan 
(memberi). Berkat yang Allah berikan kepada kita baik itu kekayaan, 
                                                          
makanan dan minuman, pakaian, pengetahuan dapat kita bagikan 
kepada orang-orang yang membutuhkan, sebagai bukti kasih kita 
kepada mereka bagi kemuliaan Allah. Ingatlah bahwa kita hidup di 
dunia ini tidak hanya untuk diri sendiri. 
 
Cara Memperoleh Berkat 
Ada banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh 
berkat. Namun tidak menutup kemungkinan salah satu atau beberapa 
dari cara itu  menyimpang dari kebenaran Firman Allah. Berikut ini 
penulis akan menguraikan dua cara memperoleh berkat yang sesuai 
dengan Firman Allah.  
 
Melalui Doa 
Menurut Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, doa yaitu : 
Kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya 
kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah, jika ia memuja, 
mengagungkan dan mengajukan permohonan kepada Allah dalam 
doa. Doa sebagai perbuatan tertinggiyang dapat dilakukan oleh roh 
manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, 
selama penekanannya diberikan kepada Allah. Seseorang berdoa 
kepada Allah karena Allha telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab 
doa bukanlah suatu tanggapan biasa dari manusia tetapi suatu 
tanggapan yang sungguh-sungguh dari manusia.  
 
Dalam bukunya, J. Wesley Brill dikatakan bahwa doa yaitu :  
Berhubungan atau berkomunikasi dengan Allah. Doa  merupakan 
pernyataan dari keterangan manusia kepada Allah untuk segala 
sesuatu. Doa mendatangkan kuasa Allah dalam kehidupan manusia. 
Tujuan berdoa yaitu  untuk memuji Allah, mengucap syukur kepada 
Allah meminta pertolongan dari Allah bagi diri kita dan bagi orang 
lain. Disaat kita memanjatkan permohonan doa kepada Allah maka 
kita yang berdoa harus memiliki pengharapan bahwa kita akan 
menerima dari Tuhan, tanpa berada dalam suatu keragu-raguan.
 
Dapat disimpulkan bahwa doa yaitu  ungkapan hati manusia 
kepada Allah tentang segala hal seperti permohonan, syukur, dan pujian 
penyembahan. Seorang yang berdoa atau yang meminta kepada Allah 
berarti ia yaitu  seorang yang tunduk kepada kehendak Allah dan hidup 
menurut kehendak Allah. Walaupun seorang yang hidup berkenan 
kepada Allah berdoa kepada Allha, Allah akan tetap menjawab doa itu 
                                                          
sesuai dengan kehendak-Nya; bukan karena ia berkenan kepada Allah, 
tetapi karena Allah menyatakan kehendak-Nya ketika ia meminta. 
Hanya Allah lah yang berhak memutuskan untuk menjawab atau tidak 
menjawab doa. 
Allah memberikan perintah untuk berdoa kepada-Nya bukan 
berarti Ia tidak mengetahui kebutuhan yang sedang diperlukan. Ia 
memberikan perintah demi umat-Nya, yaitu hubungan dengan Dia dan 
hidup menurut kehendak-Nya. Seorang yang mengaku 29umat Tuhan 
berarti hidup dibawah pimpinan dan pengaruh kuat kuasa Roh Kudus 
yang membawanya melakukan kehendak Allah, yaitu berdoa. 
1 Tesalonika 5:17, “Tetaplah berdoa”, Allah memberi perintah 
kepada umat-Nya untuk tetap berdoa. Artinya, apapun yang terjadi 
umat Allah harus tetap berdoa. Tidak semua doa yang diucapkan oleh 
umat Allah, langsung dijawab. Tetapi, dengan menyerahkan seluruh 
pergumulan atau masalah kepada Allah melalui doa, berarti umat Allah 
percaya bahwa Allah sanggup menolong dan keyakinan itu akan 
membuat umat Allah kuat melewati setiap tantangan. Roh Kudus sangat 
berperan dalam doa karena RoKudus membantu menyempurnakan 
setiap doa yang dinaikkan oleh orang-orang percaya (Roma 8:26). 
Jadi, berdoa merupakan cara memperoleh berkat Allah dalam 
bentuk iman, sehingga umat Allah mampu melewati setiap kerikil dalam 
kehidupannya dan ini merupakan berkat yang indah.  
 
Dengan Bekerja 
Bekerja merupakan bagian yang harus dipikul oleh setiap orang. 
Hari demi hari, kebanyakan orang usia produktif menghabiskan 
waktunya di tempat kerja. Ada yang menjadi pengusaha, ada yang 
menjadi karyawan. Tidaklah mengherankan jika kehidupan masyarakat 
sangat dipengaruhi oleh dunia usaha dan oleh segala permasalahannya. 
Beban yang bernama pekerjaan itu telah mengubah orang menjadi baik 
atau jahat, jujur atau manipulatif, dermawan atau serakah. 
Seringkali orang berpikir bahwa pekerjaan pasti membawa 
pengaruh yang buruk. Sebagian orang mepercayai bahwa dunia bisnis 
akan mengubah manusia menjadi lebih duniawi, hanya berorientasi pada 
keuntungan. Maka ada yang menganggap bahwa bekerja bukanlah 
pekerjaan yang mulia; seseorang tidak boleh menghabiskan waktunya 
terlalu banyak di dunia bisnis tanpa diimbangi dengan kegiatan yang 
bersifat rohani. Akhirnya, dunia bisnis menjadi area yang terpisah dari 
                                                          
dunia rohani. Segala yang ada di dunia bisnis di anggap tidak dapat 
diatur dan pasti tidak cocok dengan kehidupan spiritual.30 
Kerja berarti kemuliaan. Keluaran 34:21 memberikam perintah: 
“Eman hari lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari ketujuh haruslah 
engkau berhenti, dan dalam musim membajak dan musim menuai 
haruslah engkau memelihara hari perhentian juga.” Biasanya tekanan 
diberikan pada istirahat satu hari dalam seminggu. Tetapi perhatikanlah 
bahwa ayat ini mengatakan, “Enam hari lamanya engkau bekerja.” Itu 
yaitu  perintah, bukan pilihan. Kemalasan dikutuk. Setiap orang 
memberikan sumbangan dalam mendukung keluarganya. Dalam Amsal 
3:6-8 Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengamati semut dan 
belajar darinya. Semut bekerja untuk keras untuk mengumpulkan 
makanan agar dapat terus hidup. Kerja di masa kini mencakup segala 
sesuatu yang dilakukan untuk melangsungkan kehidupan keluarga, 
bukan sekedar kerja suatu usaha. Kerja, merupakan bagian penting 
dalam kehidupan. 
“Tetapi jika ada orang yang tidak memelihara sanak saudaranya, 
apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang 
yang tidak beriman” (1 Timotius 5:8). Ini tanggung jawab besar. Seorang 
Kristen harus mencukupi kebutuhan fisik keluarganya. Bila tidak, 
kesaksiannya runtuh. Tekanan yang diberikan disini yaitu  pada 
kebutuhan, bukan kemewahan. Dalam masyarakat mana pun, cara 
pertama untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan adil yaitu  
dengan bekerja. 
Jelas Allah Mahakuasa, mampu mencukupi kebutuhan umat-Nya 
dengan cara apa pun yang ingin Dia berikan: manna, anugrah, 
pemerintahan, atau apa saja; tetappi pada umumnya kecukupan datang 
dari bekerja.
Jadi, kerja atau pekerjaan merupakan salah satu sarana selain 
berdoa, untuk mengalirkan berkat-berkat-Nya kepada umat-Nya. .
APLIKASI KONSEP BERKAT  
BAGI KEHIDUPAN ORANG PERCAYA PADA MASA KINI 
Berkat Sebagai Pemberian Allah Melalui Iman – Dalam Bentuk Keselamatan. 
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi tentang iman sebagai 
“suatu kepercayaan yang berkenaan dengan agama atau keyakinan 
kepada Allah, nabi, kitab, dan sebagainya.”Oxford memberikan definisi 
iman yaitu: “faith is belief in devine truth without proof.” demikian juga Frelig 
mengatakan, “iman adlkah kepercayaan yang mutlak kepada sesuatu 
yang dianggap benar, artinya iman melibatkan unsure pengetahuan 
dalam diri manusia. Namun iman bukan sekedar mempercayai atau 
mengetahui banyak hal itu, tetapi iman melibatkan unsur kehendak dan 
unsur perasaan atau emosi. Emosi dan kehendak keduanya bekerjasama 
dan bersatu dalam mempraktekkan iman”.
Di dalam Perjanjian Baru, kata iman berasal dari bahasa Yunani 
pistis dan serimg dengan kata kerja pisteuo serta kata sifat pistis. Pistis  
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata iman; 
kepercayaan; dan keyakinan. Kata kerja pisteuo diterjemahkan dengan 
kata beriman, percaya terhadap atau kepada Allah dalam Yesus Kristus, 
sedangkan kata pistis diterjemahkan dengan kata setia.35 
Dengan demikian, iman pada umumnya diartikan sebagai 
kepercayaan atau keyakinan kepada sesuatu yang dianggap benar. Iman 
Kristen yaitu  kepercayaan yang mutlak kepada Allah melalui Yesus 
Kristus yang yaitu  kebenaran. Kebenaran yang sejati yaitu  Firman 
Allah, sehingga kebenaran itu  mutlak ditaati dan diyakini secara 
utuh. 
Iman harus mempunyai isi; harus ada kepercayaan atau keyakinan 
tentang sesuatu. Mempunyai iman kepada Kristus untuk keselamatan 
berarti mempunyai keyakinan bahwa Ia dapat menghilangkan kesalahan 
dosa dan mengaruniakan hidup kekal. Wesley Brill, mengatakan, “Iman 
yang menyelamatkan yaitu iman kepada Pribadi Juruselamat. Iman yang 
menyelamatkan ialah penyerahan jiwa yang najis dan berdosa kepada 
Tuhan serta menyambut Yesus Kristus sebagai sumber pengampunan, 
kesucian dan kehidupan (Matius 11:28-29; Kisah Para Rasul 16:31; 
Yohanes 1:12; 20:31; Efesus 3:17; Wahyu 3:20).
Keselamatan selalu melalui iman, bukan karena iman (Efesus 2:8). 
Iman yaitu  terusan yang menjadi bagi manusia untuk memerima 
karunia hidup kekal dari Allah; hal itu bukanlah sebabnya. Untuk itulah 
manusia tidak bisa membanggakan diri, sekalipun karena imannya. 
Tetapi iman diperlukan sebagai jalan satu-satunya (Yohanes 5:24; 17:3).
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rohnya terpisah dari Allah 
dan mati (secara rohani). Roh yang mati itu harus dibangkitkan/ 
dihidupkan melalui kelahiran baru (dilahirkan kembali dalam roh). dr. 
A. J. Gordon yang dikutip oleh Wesley Brill, menjelaskan tentang 
kelahiran kembali demikian, “Dilahirkan kembali berarti menerima 
kodrat ilahi oleh pekerjaan Roh Kudus dengan perantara Firman 
Allah”.38 Wesley Brill juaga mengutip perkataan dr. R. A. Torrey yang 
menerangkan hal itu demikian, “Dalam kelahiran kembali Allah 
memberikan perangai-Nya yang suci dan berbudi, yaitu perangi yang 
berpikir seperti Allah (Kolose 3:10), berperasaan seperti Allah dan 
berkehendak seperti Allah (I Yohanes 3:14; 4:7-8)”.
Pertobatan dan iman yaitu  bagian atau pekerjaan manusia, dan 
kelahiran kembali yaitu  bagian atau pekerjaan Allah melalui Roh 
Kudus di dalam hati manusia. Dan bila ketiga hal itu terjadi dalam diri 
seseorang, maka ia diselamatkan; ia mendapat hidup yang kekal. 
Bilamana ia menerimah Tuhan Yesus Kristus, maka Tuhan melakukan 
hal itu di dalam hatinya. Inilah anugrah dan karya terbesar yang Allah 
kerjakan dan berikan kepada manusia. 
 
Berkat Sebagai Pemberian Allah Melalui Makanan dan Minuman –  
Dalam Bentuk Kesehatan Fisik 
Enam puluh persen (60 %) dari berat tubuh kita terdiri dari air, 
karena tubuh kita sangat membutuhkan air dalam jumlah yang banyak. 
Rata-rata setiap hari kita memerlukan air ± 3 liter. Namun kenyataannya, 
setiap hari kita biasanya hanya minum ± 1 liter air. Itu berarti dalam satu 
tahun kita minum air kira-kira 360 liter.40 
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang 
ada di dalam organ, seperti, 80 % dari darah terdiri atas air, 25 % dari 
tulang, 75 % dari urat syaraf,   80 % dari ginjal, 70 % dari hati, dan 75 % 
dari otot yaitu  air. Kehilangan air 15 % dari berat tubuh dapat 
mengakibatkan kematian. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya 
didapati penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis 
                                                          
seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur-unsur yang ada di 
dalam cairan tubuh.
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan 
manusia. Air yang kita minum berfungsi sebagai bahan pelarut, 
membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil 
kembali segala buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Air juga ikut 
serta mempertahankan suku badan, karena dengan penguapannya suhu 
dapat menurun. 
Makanan yaitu  sumber energi satu-satunya bagi manusia. Dari 
segi kuantitas, baik yang berlebihan maupun yang kekurangan akan 
menyebabkan kelainan gizi. Penyakit yang berhubungan dengan 
kegemukan, disebabkan jumlah makanan yang berlebihan, juga 
kualitasnya seringkali tidak seimbang. Demikian pula yang kekurangan 
gizi. Ada yang hanya kekurangan kuantitas makanan saja, tetapi 
seringkali juga kualitasnya kurang.
Jadi makanan dan minuman merupakan kebutuhan yang sangat 
mendasar bagi kelangsungan hidup manusia. Makanan dan minuman 
juga sangat berpengaruh bagi kesehatan manusia. Allah senantiasa 
mencukupi kebutuhan kita akan makanan dan minuman agar kesehatan 
manusia tetap terjaga. Mungkin tidak semua orang percaya mampu 
menyediakan gizi yang cukup buat keluarganya, akan tetapi hal itu 
bukanlah tanda bahwa kita tidak diberkati Tuhan. Alkitab tidak hanya 
menyebutkan bahwa Tuhan memberkati kita dengan memberikan 
makanan dan minuman, tetapi Alkitab juga menyebutkan bahwa apa 
pun yang kita makan dan minum akan diberkati sehingga kita menjadi 
sehat. 
Kesehatan yaitu  berkat dari Tuhan, melalui makanan dan 
minuman yang kita konsumsi setiap hari. Namun kalangan teologi 
membuatnya lebih ekstrim lagi, dengan mengatakan: “Kita orang-orang 
Kristen dapat menjalani kehidupan di dunia ini dalam keadaan bebas 
dari segala penyakit … Penyakit hanyalah merupakan salah satu wujud 
kutukan Allah.”
Kesehatan yaitu  berkat Tuhan, karena tubuh yang sehat kita 
dapat melakukan apa saja. Dengan tubuh yang sehat kita akan mampu 
meraih cita-cita, kita dapat melayani Tuhan secara full, dan sebagainya. 
Namun bukan berarti seseorang yang menderita sakit penyakit tidak 
diberkati Tuhan. Atau mungkin, ada seseorang yang menderita sakit 
                                                          
penyakit dan sudah sekian lama ia menggumuli penyakitnya itu , 
tetapi kesembuhan tak kunjung datang, malahan kematian yang datang 
menjemput. Dalam kasus itu , kita tidak dapat menvonis orang 
itu  dengan tuduhan bahwa orang itu  tidak diberkati Tuhan 
karena banyak dosa. Memang ada penyakit yang disebabkan oleh dosa, 
tetapi tidak semuanya disebabkan oleh dosa. Kita tidak dapat 
mengetahui dengan pasti apa maksud Tuhan dibalik semua itu, sebab 
rancangan Tuhan terlebih tinggi (Yesaya 55:9). Namun satu hal yang 
perlu kita ingat bahwa Allah tidak pernah merancangkan yang jahat bagi 
kita, tetapi Dia merancangkan damai sejahtera (Yeremia 29:11). 
 
Berkat Sebagai Pemberian Allah Melalui Pekerjaan –  
Dalam Bentuk Benda 
Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilewati dengan 
bekerja, karena bekerja merupakan kegiatan yang dilakukan terus 
menerus oleh manusia. Tanggapan manusia terhadap pekerjaan 
membentang luas penuh dengan berbagai perasaan dan sikap. Ada orang 
mungkin mencintai pekerjaan, menghirupnya setiap hari, terdorong 
untuk melakukan lebih banyak lagi pekerjaan, terpesona oleh segala 
kemungkinannya, dan bahkan terserap oleh tantangan-tantangannya. 
Orang ini dapat dikatakan hidup untuk bekerja. 
Tetapi kendati ada yang menyukai kerja, ada banyak juga orang 
lain yang sekedar menerimanya sebagai suatu tuntutan kehidupan, 
merasakannya sebagi sesuatu yang berat, membosankan dan tidak 
memuaskan. Mereka bangun pagi dan berangkat kerja dengan enggan, 
dan sering tunduk kepada atasan-atasan yang mungkin kurang adil, 
tugas-tugas yang tidak menarik, atau kondisi-kindisi kerja yang tidak 
manusiawi. Mereka bekerja hanya sekedar untuk mencari nafkah. 
Seperti yang dikemukakan oleh Suryanto yang bekerja di salah satu mini 
market yang ada di Makassar: 
Bagiku, bekerja itu sangat melelahkan dan menjenuhkan.  Ingin 
rasanya saya berhenti bekerja di tempat ini. Karena pekerjaan yang 
saya kerjakan setiap harinya tidak sebanding dengan gaji yang saya 
terima setiap bulannya. Ditambah lagi dengan sikap atasan yang 
kurang bersahabat, sering marah tanpa alasan yang jelas. Tetapi kalau 
saya berhenti bekerja, dari mana saya mendapat  uang?44 
Ada banyak orang yang memiliki persoalan yang sama dengan 
Suryanto di atas. Bekerja hanya untuk sekedar mencari nafkah sehingga 
mereka tidak menikmati pekerjaannya dan akibatnya, mereka tidak 
mengenal kata “syukur”. Dan bahkan yang lebih para dari itu, mereka 
                                                           
tidak menganggap pekerjaan itu sebagai berkat dari Tuhan, melainkan 
kutukan. Hal  ini dijelaskan oleh Jerry dan Mary White: “Banyak orang 
Kristen merasa curiga bahwa kerja yaitu  lebih merupakan kutuk dari 
Allah, bukan berkat.”45  Jhon Stott, menambahkan dengan mengatakan: 
“Pandangan itu (pandangan ortodoks tentang kerja), mengiakan ajaran 
Perjanjian Lama yang menyatakan bahwa kerja badani yaitu  kutuk 
yang dijatuhkan ke atas manusia akibat dosa-dosanya.”46 
Memang, ada pekerjaan yang oleh kejatuhan manusia berubah 
menjadi usaha yang penuh jerih payah (bumi terkutuk, dan kultivasi 
hanya mungkin melalui kerja keras dan cucuran keringat), namun itu 
pada dirinya yaitu  konsekuensi diciptakannya kita oleh Allah segambar 
dengan diri-Nya, Allah sendiri tampil dalam Kejadian 1 sebagai pekerja. 
Sebelum Allah beristirahat dan memberkati ciptaan-Nya, Ia 
menciptakan manusia, dan dengan melakukan hal itu membuat manusia 
juga menjadi pekerja-pekerja sama seperti Dia. 
Dalam Perjanjian Lama, kerja amatlah dihormati, khususnya 
pekerjaan keahlian orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk 
membuat barang-barang seperti tukang perak, pengasah batu, tukang 
kayu, dan lain sebagainya, amat dihormati. Perjanjian Lama memandang 
kerja sebagai bagian yang utuh dari kehidupan. Konsep ini muncul dari 
pandangan yang penuh pengharapan terhadap tanggung jawab kepada 
keluarga. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan mereka membuat 
seseorang tersingkir dari masyarakatnya. Setiap anak Yahudi dituntut 
untuk belajar melakukan pekerjaan manual. Jerry dan Mary White, 
mencatat: 
Bagi seorang Yahudi kerja amatlah penting, karena kerja yaitu  
intisari kehidupan. Orang-orang Yahudi mengenal ungkapan “orang 
yang tidak mengajar anak lelakinya berusaha, mengajarnya mencuri.”  
Seorang rabi Yahudi sama kedudukannya dengan seorang dosen atau 
professor di perguruan tinggi, tetapi menurut hukum Yahudi ia tidak 
boleh menerima satu sen pun dari tugas mengajarnya; ia harus 
menguasai suatu bidang usaha yang dilakukannya dengan tangannya 
dan dengan demikian ia memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena itu 
ada rabi yang menjadi tukang jahit, tukang sepatu, tukang cukur atau 
tukang roti dan bahkan pula menjadi aktor. Bekerja bagi seorang 
Yahudi yaitu  kehidupan.
Kitab Amsal penuh dengan peringatan tentang kerja keras. “Orang 
yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si 
perusak” (8:19). “Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang 
yang lamban akan menderita lapar” (19:15). Jadi, Perjanjian Lama 
mencela kemalasan dan memuji kerja keras. Sedangkan dalam Perjanjian 
Baru, kerja diasumsikan sebagai cara yang normal bagi kehidupan setiap 
orang. Tak satupun dari konsep-konsep Perjanjian Lama dibuang, 
melainkan justru dikuatkan, dengan penekanan tambahan pada sikap 
orang yang bersangkutan terhadap kerjanya dan majikannya. 
Dalam surat Rasul Paulus yang kedua kepada jemaat di Tesalonika, 
Paulus mengucapkan pernyataan yang keras, dimana seseorang yang 
tidak bekerja, tidak boleh makan (3:10). Aturan ini berlaku bagi orang-
orang yang memilih untuk tidak bekerja, yang terlalu malas, terlalu 
rewel dalam memilih jenis pekerjaan. 
Jadi, kerja bukanlah kutuk, melainkan salah satu sarana yang 
digunakan oleh Allah untuk memberkati kita dalam hal mencukupi 
kebutuhan financial kita. Tetapi sangat disayangkan karena hanya 
sedikit orang percaya yang meganggapnya sebagai berkat dari Tuhan. 
Kaum liberal dan naturalis misalnya. Bagi mereka harta kekayaan yang 
mereka miliki bukanlah pemberian (berkat) dari Tuhan, melainkan hasil 
jerih payah mereka sendiri. Mereka bekerja dengan kekuatan mereka 
sendiri dan dengan pengetahuan mereka sendiri sehingga pekerjaan 
mereka membuahkan hasil dan itulah yang mereka gunakan untuk 
mencukupi kebutuhan financial mereka. Weslley Penias mengatakan, 
Bagi kaum liberal semua yang mereka miliki yaitu  merupakan hasil 
kerja mereka, karena mereka bekerja, maka mereka digaji. Ini logis/ 
masuk akal dan tidak ada campur tangan Tuhan. Demikian juga 
dengan kaum naturalis, mereka menganggap semua yang mereka 
miliki yaitu  hasil kerja mereka. Mereka menanam pohon pisang dan 
mengasilkan buah pisang. Hal itu terjadi secara natural (alami), tanpa 
campur tangan Tuhan. 
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa apa yang kita miliki atau 
kita peroleh di dunia ini yaitu  pemberian Tuhan (berkat dari Tuhan). 
Kitab Ulangan 8:17-18, dan Maleakhi 3:11, cukup untuk menjelaskan hal 
itu  dan juga untuk menyanggah konsep liberalism dan naturalis. 
Ulangan 8:17-18 “Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: 
Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku 
                                                                                                                                     
memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada 
TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan 
untuk memperoleh kekayaan, … “  Sebelum bangsa Israel masuk ke tanah 
Kanaan, Allah telah mengingatkan mereka agar mereka tidak sombong 
dengan apa yang mereka miliki dan menganggap bahwa semuanya itu 
mereka peroleh dengan kekuatan sendiri. Memang benar bahwa kitalah 
yang bekerja sehingga dapat memeperoleh uang atau kekayaan. Kita 
menggunakan kekuatan kita sendiri, keahlian kita sendiri, dan bahkan 
pengetahuan kita sendiri. Tetapi Allalah yang memberikan kekuatan dan 
kemampuan kepada kita sehingga kita mampu menyelesaikan pekerjaan 
kita dengan baik. Allah bukan hanya sumber kekuatan tapi juga sumber 
hikmat. Karena Allah yaitu  sumber hikmat maka setiap orang yang 
kekurangan hikmat dapat memintanya kepada Allah (Yakobus 1:5). 
Maleakhi 3:11, “Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, 
supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon 
anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.” 
Ayat ini dilatar belakangi oleh keadaan orang Israel yang telah 
menyimpang dari ketetapan-ketetapan TUHAN dan tidak 
memeliharanya. Bangsa Israel telah menipu Allah mengenai persembahan 
persepuluhan dan persembahan khusus. Untuk itu Allah menegur 
mereka dan meminta mereka untuk kembali pada-Nya. Dan Allah 
berjanji akan memberkati kehidupan mereka dan ladang mereka kalau 
mereka kembali pada-Nya dan taat kepada-Nya, serta bersikap jujur 
dalam membawa persembahan persepuluhan. 
Dari ayat itu , sangatlah jelas bahwa Allahlah yang mengatur 
alam ini. Memang benar bahwa manusialah yang mengolah lahan 
(tanah), menanam, merawat dan memelihara apa yang ditanam, tetapi 
Tuhanlah yang memberkati. Perubahan-perubahan alam diatur oleh 
Allah. Tuhan dapat menghardik atau membiarkan belalang pelahap, dan 
Ia juga dapat membuat pohon-pohon berbuah atau tidak. Sekalipun 
seorang petani merawat tanamannya dengan sebaik mungkin, tetapi 
jikalau Tuhan tetap membiarkan belalang pelahap menghabiskan hasil 
tanahnya dan mengutuk pohon-pohon sehingga tidak menghasilkan 
buah, maka sia-sialah usaha petani itu . 
Dari dua nats di atas, jelaslah bahwa harta benda yang kita miliki 
yaitu  berkat dari Tuhan. Tetapi tidak berarti bahwa harta benda 
menjadi ukuran seseorang diberkati Tuhan, seperti yang diyakini oleh 
penganut teologi sukses. Allah memberkati kita dengan mencukupkan 
kebutuhan finansial kita, tetapi bukan berarti orang percaya yang masih 
hidup dalam kemiskinan, tidak diberkati tuhan. Ada hukum yang 
berlaku “yang meminta akan diberi; yang mencari akan mendapat ; 
yang mengetok akan dibukakan pintu (Matius 7:7).” Tetapi terkadang 
Allah juga memakai penderitaan atau kemiskinan untuk menyatakan 
kehendak-Nya. 
berdasar  hasil uraian penulis tentang arti berkat dalam 
kehidupan orang percaya, maka penulis dapat menarik kesimpulan 
sebagai berikut: Pertama, masih banyak orang percaya yang belum 
memahami berkat sebagai sesuatu yang indah dan menyenangkan dari 
Tuhan. Kedua, ketidakmampuan orang percaya bersyukur atas berkat 
Tuhan lebih disebabkan karena kurang memahami bahwa berkat itu 
berasal dari Tuhan. Sehingga ada juga yang beranggapan bahwa Tuhan 
tidak memberi berkat kepada manusia, tetapi manusialah yang 
mengusahakannya bagi dirinya sendiri. Ketiga, kurangnya kesadaran 
orang percaya bahwa berkat itu berasal dari Allah, banyak dipengaruhi 
oleh pandangan-pandangan dunia sekuler dan beberapa kelompok 
Kristen, yang keliru.  Keempat, banyak orang percaya yang beranggapan 
bahwa ia diberkati ketika mendapat  keuntungan yang besar, 
kekayaan yang melimpah, usahanya lancar, dan sembuh dari sakit. Tanpa 
menyadari bahwa berkat Allah itu dapat dinikmati setiap hari setiap hari 
melalui pemeliharaan Allah. Kelima, arti berkat yang sesungguhnya jika 
dipandang dari segi teologis yaitu  segala sesuatu yan Allah beri 
maupun yang Allah izinkan terjadi dalam kehidupan orang percaya. 
Suka maupun duka, kelimpahan atau kekurangan, semuanya yaitu  
berkat dari Tuhan. Keenam, berkat yang Allah berikan kepada umat-Nya, 
bukan untuk dinikmati sendiri, tetapi juga dipakai untuk kemuliaan 
Tuhan dan sebagai sarana untuk menyalurkan berkat Tuhan bagi orang 
lain. Ketujuh, mengucap syukur dalam segala hal merupakan bukti bahwa 
seseorang menyadari berkat-berkat Tuhan dalam kehidupannya setiap 
hari.