teologi 21
By tuna at Januari 19, 2024
teologi 21
Yohannes Calvin yaitu seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia
merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi
gereja pada abad ke-16, namun peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris.
Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin tersebar di
seluruh dunia. Gereja-gereja itu diberi nama Gereja Calvinis. Di Indonesia, gereja-gereja
yang bercorak Calvinis merupakan golongan gereja yang terbesar.1
Sebagai landasan berpikir maka dalam bab ini penulis akan mengkaji tentang berbagai
pandangan/teori yang relevan dengan persoalan penelitian yang hendak dijawab.
Johanes Calvin lahir pada tanggal 10 juli 1509 sebagai Jean Cauvin di kota Noyon,
Prancis Utara. Kemudian hari nama Cauvin, sesuai dengan kalangan kaum berpendidikan
waktu itu, dilantinisasikan menjadi Calvinus.2 Ibunya bernama Jeanne Lefranc. Ibunya
yaitu seorang wanita yang cantik dan saleh. Ia meninggal dunia tatkala Johanes Calvin
masih muda. Gerard Cauvin bekerja sebagai pegawai uskup Noyon. Calvin memiliki empat
saudara lelaki dan dua orang saudara perempuan. Keluarga Calvin mempunyai hubungan
yang erat dengan keluarga bangsawan Noyon. Oleh karena itu, pendidikan elementernya
ditempuh dalam istana bangsawan Noyon, Mommor, bersama-sama dengan anak-anak
bangsawan itu. Itulah sebabnya maka Calvin memperlihatkan sifat-sifat kebangsawanan.
Pada mulanya ayah Calvin menginginkan anaknya untuk menjadi imam. Pada umur
12 tahun Calvin sudah menerima "tonsur" (pencukuran rambut dalam upacara inisiasi
biarawan) dan ia sudah menerima upah dari paroki St. Martin de Marteville. Dengan
penghasilan tersebut Calvin dapat meneruskan pendidikannya pada jenjang yang tinggi. Pada
tahun 1523 Calvin memasuki College de la Marche di Park. Di sini ia belajar retorika dan
Bahasa Latin. Bahasa Latin dipelajarinya pada seorang ahli bahasa Latin yang terkenal, yaitu
Marthurin Cordier. Kemudian ia pindah ke College de Montague. Di sini Calvin belajar
filsafat dan theologia. Di sekolah inilah Calvin belajar bersama dengan Ignatius dari Loyola,
yang dikemudian hari menjadi musuh besar gerakan reformasi.
sesudah Calvin menyelesaikan pendidikannya itu tiba-tiba ayahnya tidak
menginginkan anaknya lagi untuk menjadi imam. Ayahnya menginginkan Calvin menjadi
seorang ahli hukum. Oleh karena itu Calvin memasuki Universitas Orleans untuk belajar ilmu
hukum. Kemudian ia belajar juga di Universitas Bourges dan Paris. Bahasa Yunani dan
Ibrani dipelajarinya dari Melchior Wolmar, seorang ahli bahasa terkenal pada abad itu.
Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum. Studi hukumnya sangat
mempengaruhinya dalam usaha pembaharuan dan penataan gereja reformasi yang
dipimpinnya. Calvin sangat menekankan ketertiban dan keteraturan dalam gereja.
April 1532, Calvin menerbitkan bukunya yang pertama, yaitu: Komentar Kitab De
Clementia. Dalam buku ini dipersembahkan kepada Claude de Hangest, sahabat sekolahnya
di keluarga bangsawan Mommer, di Noyon dahulu. Buku itu memperlihatkan Calvin sebagai
seorang humanisme sejati. Dalam buku ini tidak terdapat tanda-tanda bahwa Calvin telah
beralih ke pihak reformasi di Perancis. Dapat diduga bahwa Calvin telah membaca tulisan-
tulisan Luther dan para reformator Swiss lainnya. Bilamana Calvin menjadi pengikut gerakan
reformasi tidak dapat ditentukan dengan tepat. Pertobatannya kemungkinan terjadi pada akhir
1532 dan awal 1533. Hal ini didasarkan kepada suratnya kepada Bucer, yang meminta
kepada Bucer di Strausburg untuk memberi perlindungan kepada orang-orang reformatoris
yang melarikan diri karena dihambat di Perancis. Surat tersebut ditulis Oktober 1533.
Mengenai pertobatannya, Calvin menulis sebagai berikut: " . . . muncullah suatu ajaran yang
baru, yang tidak membelokkan kami dari pengakuan Kristen, malah justru membawa kami
kembali kepada sumbernya yang asli, menyucikannya dari segala noda, mengembalikan
kepadanya kemurniannya yang semula. Tetapi aku benci kepada hal hal yang baru itu, dan
sukar mendengarnya sekalipun. Dan pada mulanya aku menentangnya sekeras-kerasnya,
karena aku telah menempuh jalan yang sesat dan penuh kebodohan. Tetapi berkat pertobatan
yang tiba- tiba, Allah menujukan hatiku kepada kepatuhan".
Pada tahun 1534 golongan reformatoris di Perancis dihambat dengan keras. Orang-
orang reformatoris menyelamatkan dirinya dengan melarikan diri ke Swiss. Calvin pun ikut
melarikan diri ke Strausburg di mana ia diterima dengan hangat oleh Bucer. Kemudian
Calvin meneruskan perjalanannya ke Basel. Calvin tinggal di Basel setahun lebih lamanya.
Selama itu Calvin masih pergi ke Perancis mengunjungi sahabat-sahabatnya dengan memakai
nama-nama samaran seperti: Martianus Lucanius, Carolus Passelius, Calpunius, dan
sebagainya. Di Basel inilah Calvin menerbitkan bukunya yang terkenal itu, yaitu: Religionis
Christianae Institutio (Pengajaran tentang Agama Kristen), tahun 1536. Biasanya dikenal
dengan sebutan Institutio. Buku ini kemudian direvisi berkali-kali dan menjadi buku
dogmatika yang terutama dalam gereja-gereja Calvinis. Institutio yaitu karangan theologia
yang kedua yang keluar dari tangan Calvin. Buku theologia yang pertama yaitu berjudul:
Psychopannychia (Mengenai Tidurnya Jiwa-Jiwa), suatu karangan melawan ajaran Anabaptis
yang mengajarkan bahwa jiwa manusia tidur hingga Kristus datang kembali sesudah manusia
itu meninggal.
Pada tahun 1536 Calvin pergi ke Italia. Dalam perjalanan pulang ke Basel ia terpaksa
melalui Jenewa dan menginap di sana. Farel mendengar bahwa Calvin berada di Jenewa
sehingga Farel mencari Calvin. Farel meminta kepada Calvin untuk tinggal di Jenewa dan
bersama-sama dengan Farel menata kota Jenewa menjadi kota reformasi. Dua bulan
sebelumnya Dewan Kota Jenewa telah memutuskan untuk menganut paham reformasi.
Permintaan Farel ditolak oleh Calvin. Calvin mau hidup tenang dan terus menulis karya-
karya theologia. Ia merasa tidak cocok dengan pekerjaan praktis dalam jemaat. Namun Farel
mendesaknya dengan berkata: "Dengan nama Allah yang mahakuasa aku katakan kepadamu:
jikalau engkau tidak mau menyerahkan dirimu kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan
mengutuki engkau karena engkau lebih mencari kehormatan dirimu sendiri daripada
kemuliaan Kristus". Calvin melihat panggilan Allah kepadanya lewat Farel sehingga ia
tinggal di Jenewa.
Kini Calvin tinggal di Jenewa bersama-sama dengan Farel mengatur gereja
reformatoris di sana. Mereka merancangkan sebuah tata gereja yang mengatur seluruh
kehidupan warga kota menurut cita-cita theokrasi. Menurut rancangan tata gereja itu
dikatakan, bahwa Perjamuan Kudus diadakan sebulan sekali dan berhubungan dengan itu
akan dijalankan disiplin yang keras. Setiap penduduk diwajibkan menandatangani sehelai
surat pengakuan sebagai tanda bahwa mereka sungguh-sungguh sadar akan iman dan
pengakuannya. Hal yang terakhir ini tidak disetujui oleh banyak warga kota. Pada tahun 1538
Dewan Kota dikuasai oleh orang-orang yang menolak pengakuan itu sehingga Calvin dan
Farel dilarang berkhotbah di mimbar-mimbar gereja di Jenewa, dan pada akhirnya keduanya
diusir dari Jenewa.
Kemudian Calvin dipanggil oleh jemaat Strausburg. Ia menjadi pendeta di sana tahun
1539-1541. Dalam jemaat ini Calvin bersama-sama Butzer dapat menerapkan cita-cita yang
gagal di Jenewa dahulu. Di sini Calvin mengusahakan nyanyian Mazmur dengan bantuan ahli
musik terkenal; yaitu Clement Marot, Louis Bourgois dan Maitre Piere. Di sini pula Calvin
mulai menulis tafsiran-tafsiran Alkitab serta merevisi Institutio. Di sinilah pula Calvin
menikah dengan Idelette de Bure, seorang janda bangsawan. Pernikahannya hanya
berlangsung sembilan tahun lamanya, karena kemudian istrinya meninggal tanpa memberi
keturunan kepada Calvin.
Namun tahun 1541 Calvin dipanggil kembali oleh jemaat Jenewa sehingga kita
menemukannya lagi di sana. Calvin tinggal dan bekerja di sini hingga meninggalnya, 27 Mei
1564, karena mengidap TBC.
A.2. Karya Calvin
Karya Calvin yang pertama yaitu sebuah buku teologi yang berjudul
”Psychopanychia (Mengenai tidurnya jiwa-jiwa), suatu karangan yang ditulis untuk melawan
ajaran Anabaptis yang mengajarkan bahwa manusia tidur hingga Kristus datang kembali
sesudah manusia meninggal.9
Karya yang kedua yaitu Institutio (Pengajaran Agama Kristen). Calvin menerbitkan
beberapa revisi dari Institutio, sebuah karya yang menjadi dasar dalam teologi Kristen yang
membahas tentang pembenaran oleh iman, predestinasi, pemerintahan gereja, dan inti iman
Kristen lainnya yang masih dibaca hingga sekarang. Tulisan ini dibuatnya dalam bahasa
Latin pada 1536 (pada usia 26 tahun) dan kemudian dalam bahasa ibunya, bahasa Prancis,
pada 1541, dan edisi finalnya masing-masing muncul pada tahun 1559 dan 1560.
Ia juga banyak menulis tafsiran tentang kitab-kitab di dalam Alkitab. Untuk Perjanjian Lama,
ia menerbitkan tafsiran tentang semua kitab kecuali kitab-kitab sejarah sesudah Kitab Yosua
(meskipun ia menerbitkan khotbah-khotbahnya berdasarkan Kitab 1 Samuel dan sastra
Hikmat kecuali Mazmur). Untuk Perjanjian Baru, ia melewatkan Surat 2 Yohanes dan Surat 3
Yohanes serta Kitab Wahyu. (Sebagian orang mengatakan bahwa Calvin mempertanyakan
kanonisitas Kitab Wahyu, tetapi ia mengutipnya dalam tulisan-tulisannya yang lain dan
mengakui otoritasnya, sehingga teori itu diragukan.) Tafsiran-tafsiran ini pun ternyata tetap
berharga bagi para peneliti Alkitab, dan sesudah lebih dari 400 tahun masih terus diterbitkan.
Dalam jilid ke-8 dari Sejarah Gereja Kristen karya Philip Schaff, sang sejarahwan mengutip
teolog Belanda Jacobus Arminius (Arminianisme, sebuah gerakan anti-Calvinis, dinamai
sesuai dengan nama Arminius), sehubungan dengan nilai tulisan-tulisan Calvin: Selain
mempelajari Alkitab yang sangat saya anjurkan, saya mengimbau murid-murid saya untuk
memanfaatkan tafsiran-tafsiran Calvin, yang saya puji jauh melebihi Helmich (seorang tokoh
gereja Belanda, 1551-1608); karena saya yakin bahwa ia sungguh tidak tertandingi dalam
penafsiran Kitab Suci, dan bahwa tafsiran-tafsirannya harus jauh lebih dihargai daripada
semua yang telah diwariskan kepada kita oleh khazanah para Bapak Gereja; sehingga saya
mengakui bahwa ia memiliki jauh dari kebanyakan orang lain, atau lebih tepatnya, jauh
melampaui semua orang, apa yang dapat disebut semangat nubuat yang menonjol. Institutio-
nya harus dipelajari sesudah Katekismus Heidelberg, karena mengandung penjelasan yang
lebih lengkap, namun, seperti tulisan-tulisan semua orang, juga mengandung prasangka.
Selain menulis buku Pengajaran Agama Kristen, Calvin juga merancang sebuah tata
gereja yang mengatur seluruh kehidupan warga kota di Jenewa menurut cita-cita teokrasi.
Bersama-sama Farel, Calvin berusaha melembagakan sejumlah perubahan dalam
pemerintahan kota dan kehidupan keagamaan. Mereka menyusun sebuah buku katekismus
dan pengakuan iman; seluruh warga kota itu mereka wajibkan untuk mengakuinya. Dewan
kota menolak pengakuan iman Calvin dan Farel, dan pada Januari 1538 mereka mencabut
kekuasaan kedua orang ini untuk melakukan ekskomunikasi, sebuah kekuasaan yang mereka
anggap penting untuk pekerjaan mereka. Calvin dan Farel menjawabnya dengan
memberlakukan larangan umum kepada semua penduduk Jenewa untuk mengikuti Perjamuan
Kudus pada kebaktian Paskah. Karena itu, dewan kota pun mengusir mereka dari kota
tersebut. Farel pergi ke Neuchâtel, dan Calvin ke Strasbourg.
Pada tahun 1541, ia kembali ke Jenewa dan menyusun satu tata gereja baru yang
bernama Ordenances Ecclesiastiques (Undang-undang Gereja). Sekembalinya ke sana,
berbekal wewenang untuk menyusun bentuk kelembagaan gereja, Calvin memulai program
pembaharuannya. Ia menetapkan empat kategori dalam pelayanan gereja, dengan peranan dan
kekuasaan yang berbeda-beda:
- Doktor memegang jabatan dalam ilmu teologi dan pengajaran untuk membangun
umat dan melatih orang-orang dalam jabatan-jabatan lain di gereja.
- Pendeta yang bertugas berkhotbah, melayankan sakramen, dan menjalankan disiplin
gereja, mengajar, dan memperingatkan umat.
- Diaken mengawasi pekerjaan amal, termasuk pelayanan di rumah sakit dan program-
program untuk melawan kemiskinan.
- Penatua yaitu 12 orang awam yang tugasnya yaitu melayani sebagai suatu polisi
moral. Mereka umumnya mengeluarkan surat-surat peringatan, serta bila perlu
menyerahkan para pelanggar ke Konsistori.
Karya Calvin dalam bidang pendidikan yaitu didirikannya sekolah-sekolah. Di
Jenewa didirikan sebuah Akademi yang memiliki dua bagian, yaitu gimnaium dan teologi. Di
Akademi inilah dipersiapkan pemuda-pemuda calvinis yang kelak menjadi pemimpin-
pemimpin gereja calvinis yang terkenal, seperti John Knox, pembaru gereja di Skotlandia dan
Caspar Olevianus, pengarang Kateksimus Heidelberg.13
Karya Calvin dalam pemerintahan sipil yaitu penekanannya tentang hubungan
antara gereja dan negara. Menurutnya seluruh kehidupan warga harus diatur sesuai
kehendak Allah. Pemerintah juga bertugas untuk mendukung gereja dan menghilangkan
segala sesuatu yang berlawanan dengan berita Injil yang murni. Namun ini tidak berarti
bahwa negara berada di bawah gereja, karena gereja dan negara berdampingan. Mengenai
tugas negara, Calvin menuliskan sebagi berikut: ”Pemerintah diberi tugas untuk mendukung
serta melindungi penyembahan Allah yang lahiriah, supaya penyembahan berhala, hujat
terhadap nama Allah, penghinaan terhadap kebenaranNya dan nista lain terhadap agama tidak
timbul dengan terang-terangan dan menyebar di anatra rakyat; supaya ketentraman umum
tidak terganggu, supaya keikhlasan dan sopan santun tetap dijunjung tinggi”.
B. Teologia Yohannes Calvin
Teologia Calvinis berawal dari seorang tokohnya yang bernama Yohannes Calvin. Ia
seorang Perancis, yang berpendidikan Sarjana Hukum, dan berminat pada ilmu Theologia.
Teologi Calvin berdasar pada dan bertolak dari teologi Luther, yang berarti bahwa apa yang
merupakan inti teologi Luther juga merupakan inti teologi Calvin. Pembenaran orang berdosa
karena iman, sola gratia, sola fide, serta keyakinan bahwa Alkitab saja mengandung
kebenaran ilahi yang perlu untuk keselamatan (sola scriptura) mendasarkan juga semua
tulisan Calvin. Ia menjadi pengikut Martin Luther (Pencetus Gerakan Reformasi), yang
mengakibatkannya harus melarikan diri dari Perancis dan menetap di Swiss. Ia menulis buku
yang berjudul "Institutio”, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “Pengajaran
Tentang Agama Kristen”. Buku ini yaitu buku Katekisasi dan menjadi buku Dogmatika
Protestan yang termashyur. Calvin sempat menjadi pelayan praktis jemaat di kota Jenewa
(Swiss), yang sekaligus menerapkan secara praktis pemahaman teologianya.
Beberapa pokok Teologia Calvinis tersebut antara lain: Calvin pertama-tama
menekankan kemuliaan Allah (Gloria Dei), yang yaitu tujuan utama segala-galanya. Allah
menciptakan dunia dan manusia demi kemuliaan-Nya, dan manusia mempunyai tugas satu-
satunya, yaitu memuliakan Allah. Teologia Calvin disebut Teologia Kemuliaan Allah.17
Orang beriman yaitu orang yang sungguh-sungguh takut akan Allah (segan akan Allah)
yang mengandung rasa hormat. Dan beribadah sesuai dengan perintah Allah dalam hukum-
Nya demi kehormatan Allah.18 Bagi Calvin seluruh kehidupan baik secara perorangan
maupun warga harus diatur sesuai dengan kehendak Allah. Kesepuluh Hukum Taurat
yaitu hukum yang berlaku secara universal.
Dalam jemaat Jenewa, Calvin menyusun suatu tata gereja baru yang bernama:
Ordonnances Ecclesiastiques (Undang- undang Gerejani), 1541.20 Calvin yaitu seorang
theolog besar dalam kalangan gereja-gereja reformatoris. Pandangan-pandangan theologianya
dituangkannya dalam bukunya, Institutio.
Calvin mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman (Sola Fide), sama seperti
Luther. Namun Calvin sangat menekankan penyucian, kehidupan baru yang harus ditempuh
oleh orang-orang Kristen yang bersyukur, karena Allah telah menyelamatkan mereka. Calvin
menegaskan bahwa anggota-anggota jemaat yang berkumpul untuk mendengarkan Firman
Allah dan untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus haruslah suci. Disiplin gereja
diawasi dengan ketat. Pengawasan atas tingkah laku anggota jemaat bukan saja dilaksanakan
oleh penatua, tetapi juga oleh pemerintah (Dewan Kota).
Hubungan gereja dan negara dalam theologia Calvin sangat erat. Calvin bercita-cita
suatu negara theokrasi. Seluruh kehidupan warga harus diatur sesuai dengan kehendak
Allah. Pemerintah bertugas juga untuk mendukung gereja dan menghilangkan segala sesuatu
yang berlawanan dengan berita Injil yang murni. Namun ini tidak berarti bahwa negara
berada di bawah gereja. Gereja dan negara berdampingan. Keduanya bertugas untuk
melaksanakan kehendak Allah dan mempertahankan kehormatan Tuhan Allah. Mengenai
tugas negara, Calvin menulis sebagai berikut: "Pemerintah diberi tugas untuk, selama kita
hidup di tengah-tengah orang-orang, mendukung serta melindungi penyembahan Allah yang
lahiriah, mempertahankan ajaran yang sehat tentang ibadah dan kedudukan gereja, mengatur
kehidupan kita dengan melihat kepada pergaulan warga , membentuk kesusilaan kita
sesuai dengan keadilan seperti yang ditetapkan oleh Undang-undang negara, menjadikan kita
rukun dan memelihara damai serta ketentraman umum.... "
Mengenai jabatan-jabatan dalam gereja Calvin mengenal empat jabatan yaitu,
pendeta, pengajar, penatua dan diaken. Pendeta-pendeta bersama-sama dengan para penatua
merupakan konsistori, yaitu majelis gereja yang memimpin jemaat dan yang menjalankan
disiplin gereja. Peraturan pemilihan dan penahbisan pejabat-pejabat gereja itu diatur dengan
teliti, terutama jabatan pendeta.
Mengenai Perjamuan Kudus, Calvin mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus yaitu
pemberian Allah dan bukan perbuatan manusia. Roti dan anggur bukan saja lambang,
melainkan alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus kepada umatNya.
Akan tetapi Kristus kini ada di surga. Roti dan anggur tidak bisa dianggap sama saja dengan
tubuh dan darah yang di dalam surga itu, melainkan harus dianggap sebagai tanda dan
meterai dari anugerah dan kasih Tuhan dalam Yesus Kristus. Calvin membedakan tanda
dengan apa yang ditandakan oleh tanda itu. Calvin menjelaskannya sebagai berikut:
"Sebagaimana orang yang percaya itu sungguh menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya,
demikianlah pada waktu itu juga ia sungguh dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh
Kristus yang di surga". Dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, Calvin sangat teliti.
Calvin di dalam ajarannya juga menekankan predestinasi di samping pembenaran oleh
iman. Menurut Calvin bahwa sejak kekal Allah di dalam diri-Nya sendiri telah menetapkan
orang-orang mana yang diberiNya keselamatan dan yang mana yang dibinasakan. Orang-
orang yang dipilih Tuhan itu diberi anugerah dengan cuma-cuma sedangkan orang-orang
yang ditolak Allah, Allah menutup jalan masuk ke dalam kehidupan. Calvin mengatakan hal
ini sungguh sulit dipahami. Tanda- tanda bahwa seseorang ditetapkan Allah untuk kehidupan
yang kekal ialah bahwa ia (mereka) dipanggil oleh Tuhan Allah dan mereka menerima
pembenaran dari Allah. Ajaran Calvin mengenai predestinasi ini menyebabkan timbulnya
perpecahan dalam gereja-gereja Calvinis di kemudian hari. Pada masa Calvin masih hidup,
Hieronymus Bolsec telah menyerang ajaran predestinasi ini. Calvin membela kebenaran
ajarannya dan ia menganjurkan kepada Dewan Kota untuk membuang Bolsec. Dengan
demikian Bolsec diusir dari kota Jenewa.
Calvin juga melawan ajaran Antitrinitarian yang diajarkan oleh Michael Servet. Pada
waktu Servet berada di Jenewa dalam pelarian dari hukuman mati yang telah dijatuhkan oleh
Gereja Katolik Roma ke atasnya, Dewan Kota Jenewa menangkap dan memenjarakan Servet
atas permintaan Calvin. Atas anjuran para pendeta dan tentunya termasuk Calvin di
dalamnya, supaya kepala Servet dipenggal maka Dewan Kota memenggal kepala Servet pada
tahun 1553.
Di Jenewa, Calvin juga mendirikan sekolah-sekolah. Di Jenewa didirikan sebuah
Akademi yang memiliki dua bagian, yaitu gymnasium dan theologia. Theodorus Beza
diangkat menjadi direktur Akademi tersebut. Di Akademi inilah dipersiapkan pemuda-
pemuda Calvinis yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin gereja Calvinis yang terkenal,
seperti John Knox, Caspar Olevianus, pengarang Katekismus Heidelberg yang terkenal itu.
Banyak sekali pekerjaan yang dikerjakan oleh Calvin tanpa mengenal lelah. Sejak
tahun 1558 penyakitnya mulai berat. Sebelum meninggalnya, ia meninggalkan banyak pesan
kepada jemaatnya dan kepada Theodorus Beza, yang akan menggantikan kedudukannnya di
jemaat Jenewa. Dewan Kota dan para pendeta dipanggilNya untuk mendengarkan nasihat-
nasihatnya. Pada tanggal 27 Mei 1564 Calvin meninggal dunia dengan tenang. Ia pergi
dengan meninggalkan pekerjaan yang berat kepada Theodorus Beza. Namanya dikenang
sepanjang sejarah di seluruh dunia dengan terpatrinya gereja Calvinis.
Pengalaman pribadi seseorang dengan Allah sangat subjektif. Karena itu, Alkitab
sangat diperlukan sebagai norma kebenaran. Hanya Alkitab yang dapat membawa kita
kepada pengenalan akan Firman Allah. Pemahaman akan Firman Allah dibantu oleh Roh
Kudus. Dan yang menjadi sentral dalam memahami Alkitab yaitu Kristus (Kristocentris).
Karena itu, semua kitab-kitab dalam Alkitab harus dilihat dalam kerangka Kristocentris
tersebut, dan semua kitab-kitab tersebut sama nilainya.30
Mengenai Predestinasi, Calvin mengatakan bahwa Allah menetapkan untuk diri-Nya
sendiri, apa yang menurut kehendak-Nya akan terjadi atas setiap orang. Sebab tidak semua
orang yang diciptakan dalam keadaan yang sama; tetapi untuk yang satu ditentukan
kehidupan yang kekal, dan untuk yang lain hukuman yang abadi. Allah sudah menentapkan
siapa yang selamat. Tapi orang Kristen tidak perlu ragu-ragu, karena mereka yaitu orang-
orang yang yang diselamatkan oleh Allah. Memang dalam ajaran Presdestinasi ada orang
yang tidak selamat. Tapi bagi orang percaya, dia sungguh-sungguh selamat. Dengan ajaran
Presdestinasi, Calvin mau menetapkan hati warga jemaat agar jangan meragukan lagi tentang
keselamatannya. Tujuan ajaran Predestinasi ini yaitu sama dengan tujuan seluruh Teologia
Calvin, yaitu untuk menjamin kemuliaan Allah.
Gereja yaitu ibu bagi orang percaya. Gereja merawat orang percaya, karena orang
tidak mungkin hidup tanpa perawatan. Dan Gereja yang benar apabila Firman Allah
diberitakan secara benar, dan Perjamuan Kudus dilayankan. Bagi Calvin, hakikat Gereja
yaitu bersifat Am. Dan kehidupan Gereja diatur secara Presbyterial Sinodal, dimana jemaat
setempat setempat diakui berdiri sendiri, tapi terhisap juga kedalam lingkungan jemaat-
jemaat yang lebih luas. Jadi ada yang diatur tersendiri di jemaat setempat, dan ada juga dalam
keperluan atau kepentingan bersama pula atau secara sinodal. Dalam gereja ada jabatan-
jabatan untuk perawatan orang-orang percaya. Jabatan itu yaitu pendeta, pengajar (doctor),
penatua dan diaken. Jabatan pendeta berfungsi sebagai gembala yang memberitakan Firman
Allah dan melayankan Sakramen. Jabatan pengajar (doctor) berfungsi melayankan
pengajaran iman (guru sekolah dan dosen-dosen teologi). Jabatan penatua berfungsi
melaksanakan disiplin/aturan gereja, sedangkan jabatan diaken berfungsi untuk memelihara
orang-orang miskin dan orang-orang sakit.
Calvin juga berbicara tentang ibadah jemaat, semua urutan unsur liturgi dalam ibadah
mempunyai makna Teologis, dan khotbah merupakan inti ibadah. Ibadah baru lengkap kalau
disertai dengan Perjamuan Kudus. Dan persembahan menurut Calvin bukanlah korban, tapi
ucapan syukur. Karena itu, persembahan umumnya ditempatkan dalam urutan liturgi yaitu
sesudah khotbah atau sesudah Perjamuan Kudus. Dalam ibadah, nyayian jemaat sangat
ditekankan. Syair dan melodi nyanyian jemaat digubah/dicipta untuk mengangkat hati warga
jemaat memuliakan Allah. Karena itu harus dihindari agar nyayian jemaat bukan lagi untuk
memuliakan Allah. Nyanyian jemaat yaitu nyanyian yang dinyanyikan oleh seluruh jemaat,
bukan digantikan oleh kelompok paduan suara.36 Apa yang tidak dinyatakan dalam Alkitab
menyangkut ibadah, harus dibuang dalam kegiatan ibadah. Karena itu, dalam gereja-gereja
Calvinis sangat sedikit yang bernuansa simbolik.
Sakramen yaitu suatu tanda lahiriah yang dipakai oleh Allah untuk memateraikan
dalam batin kita janji-janji Allah, supaya iman kita yang lemah diteguhkan, dan supaya kita
menyatakan kasih setia kita dihadapan Allah dan dihadapan Allah dan dihadapan manusia.
Bagi Calvin, sakramen hanya ada dua yaitu: Baptisan dan Perjamuan Kudus.Pelayanan
Sakramen dilakukan oleh pendeta. yaitu salah apabila orang yang tidak memiliki jabatan
gerejawi melayankan sakramen. Bagi Calvin, dalam sakramen bukan “cara” yang dapat
salah, tapi “makna” yang dapat salah. Bukan “air” atau “roti dan anggur” yang
menyelamatkan tapi iman dan anugrah dalam pelaksanaan sakramen tersebut. Karena itu
segala sesuatu yang bersifat magis harus dihilangkan dari pelayanan sakramen. Dan bagi
Calvin, tidak ada babtisan khusus atau perjamuan khusus bagi orang-orang sakit. Tidak
dibenarkan pelaksanaan sakramen darurat.
Mengenai kesalehan dan disiplin Gereja, Calvin sependapat dengan Luther dalam hal
“pembenaran oleh iman” (sola fide, sola gracia). Tapi Calvin sangat menekankan
“kesucian/hidup baru” orang-orang kristen untuk kemuliaan Allah semata. Hukum Taurat
(Kesepuluh Hukum) menjadi peraturan untuk penguduskan (kesucian/hidup baru). Calvin
sangat menekankan ketertiban dan kekudusan/kesalehan. Kesalehan sangat penting,
walaupun bukan untuk keselamatan, melainkan untuk kemuliaan Allah sebagai tanda hidup
baru. Untuk menjaga kesalehan perlu disiplin/aturan-aturan. Aturan ini bukan Taurat baru,
tapi untuk menolong orang kristen menjaga kekudusan hidup, sebagai respons atas anugerah
keselamatan yang telah kita terima. Calvin juga berbicara mengenai Gereja, warga , dan
Negara. Gereja dan Negara mempunyai tugas yang berbeda, dan tidak boleh saling mencapuri
tugas masing-masing. Namun ada tugas nabiah gereja bagi negara, agar negara tetap
melakukan yang berkenan bagi Allah.42 Pemerintah harus mendukung Gereja dan wajib
menghukum orang yang kehidupannya berlawanan dengan pemberitaan Injil. Gereja bukan
diatas negara, melainkan gereja dan negara hidup berdampingan, yang keduanya bertugas
menjaga kehormatan Allah.
Panggilan imamat am membuat setiap orang percaya ikut berperan sebagai garam dan
terang (Matius 5:13-16) di tengah-tengah warga . Gereja bertanggung jawab
memperingatkan warga dan negara, apabila ada hal-hal yang tidak berkenan bagi Allah,
yang dilakukan oleh anggota/kelompok warga dan negara. Gereja tidak melepaskan
tanggung jawab terhadap masalah-masalah kewarga an dan negara (politik, ekonomi,
dan budaya).
C. Teologi Misi Yohannes Calvin
C.1. Pengertian Misi
Misi gereja-gereja Reformed dimulai pada reformasi kedua, abad ke-16, yaitu misi
yang berakar pada pemikiran teologi dan peran Yohanes Calvin sebagai teolog dan doctor of
ecclesiae. Sekalipun Calvin tidak menulis mengenai teologi misi, atau tulisan-tulisan
mengenai misi, namun pokok-pokok pemikiran teologinya telah menjadi pijakan teolog dan
misiolog pada abad-abad sesudahnya. B.R. Easter menulis: “Calvin meletakkan kembali
fondasi misi melalui penemuan kembali Injil. Ia meneliti untuk menyingkirkan kesalahan dan
menjelaskan secara detail Injil sebagaimana Alkitab menyajikan”.44 Begitu juga, sekalipun
Calvin pernah disebut-sebut sebagai misionaris, namun beliau telah berperan secara
maksimal sebagai pendeta, teolog dan misionaris di kota Genewa, serta mempengaruhi
negara-negara lain di eropa.
Calvin memang diakui sebagai teolog yang kaya dengan pemikiran-pemikiran
doktrinal, namun tidak dapat dipungkiri, bahwa di dalam semua tulisan-tulisan teologisnya
Calvin secara tidak langsung telah memberikan dasar-dasar pemikiran tentang misi. Bersama
Luther, Calvin telah menekankan kedaulatan Firman Allah dalam gereja. Ia juga
menekankan kedaulatan anugrah Allah dalam keselamatan. B.R. Easter mengemukakan
dalam tulisannya mengenai peranan teologi Calvin dalam segala aspek kehidupan gereja,
termasuk dalam misi, bahwa:
Semboyan calvin, yaitu sola gratia, berbicara mengenai kemurahan Allah yang
mutlak, dan inilah proklamasi gereja; itu memberikan kepada gereja, suatu Injil
yang utuh dan memurnikan motif-motif penginjilan. Kemudian, ia lebih jauh
mengajarkan mengenai kedaulatan Allah atas seluruh kehidupan. Orang Kristen
harus memuliakan Allah dalam setiap keberadaan. Ia harus hidup sepenuhnya
untuk memuliakan Allah. Ini berarti ketaatan yaitu berlangsung disepanjang
kehidupan.
Teologi Calvin juga memberikan dasar untuk membangun pendekatan misi bagi
orang-orang beragama non-Kristen, bahwa semua manusia yaitu diciptakan menurut gambar
Allah, tidak bisa menghindari perjumpaannya dengan penyataan Allah di dalam dirinya, di
dalam alam dan sejarah. Pemberontakan manusia kepada Allah dan kepada penyataan-Nya
atau Firman-Nya, maka kemudian manusia hidup dalam kegelapan dan kebodohan. Manusia
selalu memberhalakan penyataan Allah. Manusia tidak mengakui Allahnya, melainkan kepada
berhala dan filsafat. Sekalipun demikian, manusia tidak dapat menghindari anugerah umum
Allah, manusia dimampukan untuk hidup baik, dan manusia dibuat untuk mencari Allah.
Tiga hal penting berkaitan dengan misi dalam pemikiran Calvin, yaitu: Pertama,
Calvin sangan menekankan pentingnya pemberitaan Injil, sebagai cara Allah mengundang
semua orang kepada keselamatan, karena aplikasi keselamatan oleh Roh Kudus didahului
oleh panggilan Injil; Kedua, Calvin memberi perhatian kepada bangsa-bangsa “kafir”
(gentiles), karena kepada mereka juga Calvin mengharapkan untuk menikmati doktrin
tentang keselamatan: Ketiga, bagi Calvin, semua orang diberikan kesempatan untuk dipanggil
melalui pemberitaan Injil. Dengan demikian, misi Calvin bukanlah bersifat ekslusif,
melainkan inklusif, yaitu kepada semua orang. Begitu juga, Calvin menegaskan bahwa Tuhan
Yesus tidak hanya diutus untuk orang bukan yahudi. Hal ini teguhkannya dengan mengutip
teks Yesaya 2:4, bahwa: “Ia akan menjadi Hakim antara bangsa-bangsa.
C.2. Tujuan Misi
Bagi Calvin, kerajaan Allah semakin meluas, dan untuk itu, para rasul telah
memulainya, dan masih diteruskan oleh gereja. Kerajaan Allah, tentu bukanlah gereja, namun
gereja dipanggil untuk menjadi agen kerajaan Allah di semua aspek kehidupannya di dunia.
Hal ini ditegaskan oleh Calvin dalam tafsirannya terhadap II Korintus 2:12, bahwa:
“Kerajaan Kristus diperluas, bukan hanya batin manusia, melainkan juga dalam setiap bagian
dari dunia ini, karena ini yaitu kehendak Allah “. Penyebarluasan kerajaan Allah ini,
yaitu melalui pemberitaan Injil yang dilaksanakan oleh gereja. Gereja yaitu agen kerajaan
Allah. Gereja diberi mandat untuk memberitakan tentang kerajaan Allah, dan gereja
dipanggil untuk mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia kehidupan manusia.
Sekalipun, gereja sebagai agen tunggal Allah, dan berperan dalam misi kerajaan Allah,
namun perwujudan dan penyebarannya, bukanlah pekerjaan gereja, melainkan pekerjaan
Allah. Calvin menegaskan hal ini dalam Institutes-nya, bahwa:
Allah menciptakan seluruh dunia menjadi suatu tempat pertunjukan kemuliaan
Allah melalui penyebarluasan Injil. Ini merupakan konflik antara Kristus dan
setan secara terus-menerus. Kedatangan kerajaan Allah yaitu pekerjaan Allah.
Kerajaan itu...bukan dikembangkan atau dipertahankan oleh usaha manusia,
melainkan oleh Allah saja. Kita bergantung sepenuhnya kepada Allah yang
membuka pintu.
Penyebaran kerajaan Allah sebagai pekerjaan Allah semata-mata, namun, itu bukan
berarti peran manusia, atau peran gereja menjadi pasif. Justru sebaliknya, gereja harus
menjadi aktif dalam ketergantungan kepada Allah. Calvin menuliskan peran atau tugas gereja
dalam penyebaran kerajaan Allah, yaitu melalui doa, dan memberitakan Injil kepada semua
orang, seperti yang diuraikannya dalam tafsirannya terhadap Yesaya 7:5.52
Calvin dalam tulisannya berkali-kali menegaskan peranan gereja dalam memberitakan
Injil dan efektifitas pekerjaan Roh Kudus yang membuat orang dapat percaya kepada Injil
yang diberitakan. Selain penegasan Calvin mengenai fungsi rasul yang masih relevan, yaitu
berfungsi untuk memberitakan Injil kepada semua orang, juga Calvin memberitakan beberapa
referensi yang kuat, baik dari institutes-nya, maupun dari tafsiran-tafsirannya mengenai
beberapa kitab Alkitab, bahwa Injil harus diberitakan kepada semua orang.
Yohanes Calvin, dalam Institusinya, mengajarkan mengenai tugas orang Kristen,
yaitu untuk memperkenalkan agama yang benar kepada semua orang. Tugas ini menjadi
dasar bagi semua tugas orang Kristen, termasuk dalam misi gereja.
Calvin sendiri yaitu seorang direktur misi gereja Geneva. Dengan kata lain, Calvin
tidak hanya berkualitas sebagai seorang teolog, chruchman (doctor ecclesiae), melainkan
sebagai pengatur para misionaris, karena itu, sebutan direktur para misionaris bagi Calvin
tentu tidaklah berlebihan B.R. Easter bahkan menulis hal yang lebih pantas lagi bagi Calvin ,
bahwa: Semua aspek dari pemikiran Calvin , bahwa:
Semua aspek dari pemikiran Calvin yang telah kita kemukakan yaitu penting
bagi usaha misi. Ia sesungguhnya yaitu missionary minded pada waktu ia
melihat manusia dalam keadaan buruk, anugerah Allah di dalam Kristus, dan
tugas gereja untuk memberitakan Injil kepada semua orang; juga karena seluruh
kehidupannya peduli dengan orang-orang percaya yang berada di luar
negerinya, kepeduliannya ialah ingin menyebarkan pemahaman iman yang
alkitabiah di Eropa, hal ini menunjukkan semangat misinya.
Salah satu bukti sejarah yang kuat bahwa Calvin sebagai direktur misi, ialah Calvin
berhasil menjadikan Genewa menjadi pusat Kekristenan sebagai pusat pendidikan, pusat misi
bagi gereja-gereja di Barat, dan menjadi model bagi gereja-gereja Barat. Genewa mulanya
yaitu kota yang pemerintahannya kacau, warga nya amoral, sarat dengan ajaran sesat,
namun kehadiran Calvin di kota Genewa, disertai dengan pemikiran dan peran Calvin,
maka kota tersebut telah diubah menjadi pusat misi di eranya. Memang dalam hal ini, misi
Calvin yaitu misi pembaharuan gereja dan warga . Pembaharuan yang terjadi di kota
Genewa yaitu meliputi pembaharuan moral warga , hukum, politik, pendidikan, dan
khsususnya pembaharuan gereja, baik teologi maupun tata gereja. Pembaharuan warga
yang berakar pada pembaharuan gereja di kota Geneva tersebut, membangkitkan sejumlah
utusan-utusan Injil ke banyak tempat di belahan dunia pada itu.
C.3. Pelaku Misi
Kontribusi Calvin dalam misi ialah berkenaan dengan penetapan beberapa jabatan
gerejawi yang sangat terkait erat dengan tugas pemberitaan Injil. Calvin mendasarkan
pengangkatannya mengenai jabatan gereja berdasarkan Efesus 4:11-12, bahwa: “Dan Ialah
yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pengajar-pengajar, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh
Kristus.
Calvin selanjutnya meneruskan pembahasannya mengenai tiga jabatan dengan
menjelaskan masing-masing jabatan tersebut. Pertama rasul yaitu berkenaan dengan tugas:
“Pergilah, beritakanlah Injil kepada setiap makhluk” (Markus 16:15).57 Berkenaan dengan
ini, Calvin menegaskan tugas pemberitaan Injil yang dilakukan oleh orang percaya, tidak
terikat pada batas-batas tertentu, melainkan seluruh dunia diserahkan kepada mereka supaya
mereka menjadi tunduk kepada Kristus, supaya dengan penyebaran Injil ke mana saja,
mereka dapat mendirikan kerajaan-Nya di semua tempat dengan memberitakan Injil.58
Kedua, sebutan nabi, tidak ada lagi pada zaman ini, atau kurang teridentifikasi, kalau pun
ada, itu hanya terbatas pada orang-orang yang mendapat karunia khusus.59 Ketiga, menurut
Calvin, mereka berada di bawah jabatan rasul, namun yang paling dekat dengan jabatan rasul,
yaitu tugas memberitakan Injil seperti Lukas, Timotius, Titus dan lain-lain. Ketiga jabatan
ini, diakui oleh Calvin, bahwa Allah kadang-kadang membangkitkan rasul atau pengganti
mereka, yakni pemberita Injil, seperti yang terjadi pada masa Calvin.
Berbicara mengenai Teologi misi, salah satu alatnya yang paling penting bagi
Yohannes Calvin dalam membangun jemaat ialah pemberitaan Firman.
Misi Calvin untuk gereja dan jemaat telah tertuang dalam buku Institutio (Pengajaran
Agama Kristen) yang menjadi pedoman pengajaran iman Kristen. Yang paling menonjol
pada Calvinisme yaitu ajaran mengenai Predestinasi. Inilah ajaran yang menekankan sejak
semula Allah telah menentukan siapakah yang diselamatkan dan siapa yang dihukumkan,
Tentu saja ajaran ini tidak mudah seperti terlihat dari sekian banyak buku yang diterbitkan
dan yang membahasnya. Calvin sesungguhnya mau menekankan kemuliaan Allah (Gloria
Dei). Bagi Calvin, kemuliaan sangat penting. Semuanya demi kemuliaan Allah. Maka mereka
terpilih memandang dirinya sebagai kendaraan yang dipakai Allah guna memenangkan setiap
bidang kehidupan bagi kemuliaan Allah. Konsekwensinya, terkesan bahwa Calvinisme
menjadi agresif dalam perkembanganya belakangan. Calvinisme juga berpegang teguh pada
hukum susila sebagaimana dirumuskan di dalam Perjanjian lama. Itulah yang menguasai
hubungan Allah dengan umat-Nya. Ketika ini diterapkan secara ketat, maka muncullah aliran
yang sangat puritan seperti terlihat di Inggris-Skotlandia. Ditetapkan dengan sangat ketat
bagaimana misalnya, merayakan hari minggu, seperti halnya merayakan Sabat dalam Zaman
perjanjian Lama.
Calvin menulis bahwa dalam membicarakan predestinasi, terdapat dua sikap yang
harus dihindari, yaitu: keingintahuan yang berlebihan tentang hal yang tidak Allah nyatakan
dan ketakutan yang berlebihan dalam mengajarkan apa yang telah Allah nyatakan.
Pada kasus pertama, “keingitahuan manusia menyebabkan pembahasan tentang
Predestinasi, yang sendirinya sudah sulit itu, menjadi sangat membingungkan dan bahkan
membahayakan. Tidak pembatasan yang dapat menahannya dari melenceng keluar ke jalan
yang terlarang dan melonjak ke ketinggian. Jika keingintahuan dibiarkan, keingintahuan ini
tidak akan membiarkan ada satu pun rahasia Allah yang tidak dicari dan dipecahkan. Karena
kita melihat begitu banyak pihak yang bergerak menuju kekurangajaran dan kebebalan ini, di
antara mereka ada orang-orang tertentu yang semestinya tidak buruk, pada saatnya mereka
seharusnya diingatkan akan ukuran tugas mereka dalam hal ini.
“Pertama biarkan mereka mengingat bahwa ketika mereka menggali perihal
predestinasi, mereka sedang menembus perbatasan yang sakral dari hikmat ilahi. Jika seorang
memasuki tempat ini tanpa rasa khwatir, ia tidak akan berhasil memuaskan keingintahuannya
dan ia memasuki labirin yang jalan keluarnya tidak dapat ditemukan. Karena memang
manusia tidak berhak untuk dengan bebas mencari hal-hal yang memang dikehendaki Tuhan
agar tersembunyi di dalam diri-Nya; juga memang sejak kekekalan manusia tidak berhak
untuk menyelidiki hikmat tertinggi, yang Allah ingin kita puja tanpa memahaminya, supaya
melaluinya Ia juga akan memenuhi kita dengan kekaguman. Dengan Firman-Nya, Ia telah
menyatakan rahasia kehendak-Nya yang telah Ia tentukan untuk dinyatakan kepada kita.
Hal-hal ini telah Ia tentukan untuk dinyatakan kepada kita sejauh Ia melihat bahwa hal-hal
tersebut akan berhubungan dengan kita dan akan bermanfaat bagi kita.
Bagi Calvin, Firman Allah yaitu satu-satunya norma yang mendasari diskusi kita
mengenai predestinasi. “Jika pemikiran ini berlaku bagi kita, yaitu bahwa Firman Allah
yaitu jalan satu-satunya yang dapat memimpin kita dalam menyelidiki segala sesuatu yang
diperkenankan untuk dipercaya berkenaan dengan Dia, dan yaitu satu-satunya terang yang
mengiluminasi visi kita dari segala sesuatu yang seharusnya kita lihat tentang Dia, hal ini
akan menjaga dan membatasi kita dari segala kecerobohan. Karena kita tahu bahwa saat di
mana kita melewati batasan Firman, langkah kita keluar jalur dan masuk ke dalam kegelapan,
dan bahwa di sana kita harus berulang kali tersesat, tergelincir, dan tersandung. Oleh karena
itu, biarlah hal ini terlebih dahulu ada di hadapan mata kita: mencari pengetahuan yang lain
mengenai predestinasi selain dari apa yang dibukakan oleh Firman Allah yaitu tidak kalah
gilanya dengan jika seorang harus dengan sengaja berjalan di padang belantara yang tidak
berjalur atau melihat dalam kegelapan. Dan biarlah kita tidak perlu malu karena tidak
mengetahui sesuatu hal dalam perkara ini, karena ada suatu ketidaktahuan tertentu yang bijak.
Sebaliknya, biarlah kita menahan diri dari menyelidiki suatu pengetahuan tertentu, di mana
keinginan yang sangat kuat tentangnya merupakan hal yang bodoh, berbahaya, bahkan
mematikan. Tetapi jika suatu keingintahuan yang berlebihan menggangu kita, kita juga harus
selalu sunggun-sungguh melawannya dengan pemikiran yang dibatasi: sama seperti terlalu
banyak madu tidak selalu baik, demikian juga penyelidikan akan kemuliaan yang terlalu
ingin tahu tidak dapat membawa kepada kemuliaan. Karena ada sebuah alasan bagi kita untuk
terhindar dari ketidakbijakan yang dapat menjatuhkan kita kepada kehancuran.68
Sikap kedua yang harus kita hindari yaitu bahwa “mereka yang meminta agar setiap
hal mengenai predestinasi dikuburkan, mengajar kita agar menghindari setiap pertanyaan
mengenai hal ini, sebagaimana kita menghindari batu karang. “Sikap ini juga salah. “Karena
Firman Tuhan yaitu sekolah Roh Kudus, di mana tidak ada sesuatu yang perlu dan berguna
untuk diketahui yang dihilangkan, demikian juga tidak ada sesuatu pun yang diajarkan selain
yang pantas untuk diketahui. Oleh karena itu, kita harus berjaga-jaga agar jangan sampai
orang percaya tidak memahami setiap hal yang disingkapkan tentang predestinasi di dalam
Alkitab, sehingga kita pun tidak terlihat bermaksud jahat untuk mengurangi berkat dari Allah
bagi mereka atau menuduh dan menghina Roh Kudus bahwa Roh Kudus mempublikasikan
apa yang sebetulnya lebih baik disembunyikan. Marilah kita membiarkan orang-orang
Kristen untuk membuka akal budi dan telinga mereka pada setiap pernyataan Allah yang
ditujukan padanya, memberikan semacam pembatasan yang ketika Allah menutup bibir-Nya
yang kudus, pada saat itu juga Ia juga akan menutup jalan untuk menyelidikinya.”
Calvin mengakhiri penuturannya dengan mengatakan bahwa ia berharap mereka yang
ingin menguburkan predestinasi akan “ mengaku bahwa kita tidak seharusnya menyelidiki
apa yang Tuhan biarkan tersembunyi sebagai rahasia, agar kita jangan mengabaikan apa
yang Ia bukakan, sehingga kita tidak dipersalahkan karena terlalu ingin tahu di satu pihak,
atau karena tidak tahu berterimakasih di lain pihak.... Siapa pun yang menumpuk kebencian
atas doktrin predestinasi hanya mencemarkan nama Allah, seperti seolah-olah Allah
membiarkan sesuatu yang menyakitkan masuk ke dalam gereja tanpa ada pemberitahuan
sebelumnya.”
Oleh karena itu, Calvin mengajarkan prinsip Scriptura tota dan Scriptura sola sebagai
keselurahan Kitab Suci dan hanya Kitab Suci. Seseorang harus mengajarkan semua yang
telah Allah nyatakan, termasuk mengenai predestinasi. Tetapi kita tidak boleh melampui
Kitab Suci, berspekulasi tentang hal-hal yang tidak Allah nyatakan. Kita tidak akan pernah
mendapatkan sikap yang lebih baik untuk diteladani, selain meneladani apa yang telah
dinyatakan oleh Yohanes Calvin.
Signifikansi misi gereja yang dapat diteladani dari Calvin yaitu penekanannya
terhadap ajaran-ajaran Kristen yang alkitabiah kepada jemaat melalui khotbah-khotbah dan
juga pengajaran-pengajaran. Gereja bertanggung jawab untuk mendidik jemaat sehingga
dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, dan lain-lain terpancar kemuliaan Tuhan, karena Tuhan bertakhta dalam segala
aspek kehidupan manusia.
Satu karya besar dari Calvin yang menjadi harta gereja yaitu buku Institutio
(Pengajaran Agama Kristen) yang menjadi pedoman pengajaran iman Kristen. Misi Calvin
untuk gereja dan jemaat telah tertuang dalam buku itu. Oleh karena itu, dalam menjalankan
misi Tuhan, harus tetap mempertahankan ajaran yang Alkitabiah agar gereja tidak mudah
diombang-ambingkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan di zaman akhir ini. Misi calvin
yaitu mengembalikan gereja kepada kebenaran pada zaman dan dalam konteksnya.