TAFSIF AL ATZAR 11




 a disebut Yahudi, teringatlah kita kepada kekayaan benda

yang berlimpah-limpah, menternakkan uang dan memakan riba. Dan bila kita

baca pelajaran asli Kristen, sebelum dia berkecimpung ke dalam politik kekua￾saan, akan kita dapatilah ajaran Almasih yang mengatakan bahwasanya orang

kaya tidak bisa masuk ke dalam syurga, sebagaimana tidak bisa masuk seekoi

unta ke dalam liang jarum. Maka sekarang datanglah ayat ini memperingatkan

kembali ummat Muhammad bahwa mereka adalah suatu ummat yang di

tengah, menempuh jalan lurus; bukan terpaku kepada dunia sehingga diper￾hamba oleh benda dan materi, walaupun dengan demikian akan m-nghisap

darah sesama manusia. Dan bukan pula hanya semata-mata mementingkan

rohani, sehingga tidak bisa dijalankan, sebab tubuh kita masih hidup. Islam

datang mempertemukan kembali di antara kedua jalan hidup itu. Di dalam

ibadat shalat mulaijelas pertemuan di antara keduanya itu; shalat dikerjakan

dengan badan, melakukan berdiri ruku'dan sujud, tetapisemuanya itu hendak￾lah dengan hofi yang khusyu'.

Nampak pula dalam peraturan zakat hartabenda. orang baru dapat

berzakat apabila dia kaya raya, cukup harta menurut bilangan nisab. Dan bila

datang waktunya hendaklah dibayarkan kepada fakir-miskin. Artinya, carilah

hartabenda dunia ini sebanyak-banyaknya, dan kemudian berikanlah sebaha￾gian daripadanya untuk menegakkan amal dan ibadat kepada Allah dan untuk

membantu orang yang patut dibantu.

Nampak pula pada peraturan di hariJum at. Di hari itu daripagibolehlah

bekerja keras mencari rezeki, berniaga dan bertani dan lain-lain, tetapi setelah

datang seman Jum'at hendaklah segera berangkat menuju tempat shalat,

untuk menyebut dan mengingat AIlah. Dan setelah selesai shalat, segeralah

keluar dari mesjid untuk bekerja dan bergiat lagi.

lni menunjukkan jalan tengah di antara tiga agama yang serumpun.

Dalam pada itu secara luas dapat pula kita tilik pandangan hidup barat yang

dipelopori oleh alam fikiran Yunani yang lebih mementingkan fikiran (filsafat),

dan alam fikiran yang dipelopori oleh India purba yang memandang bahwa

dunia ini adalah maya semata-mata, atau khayal. Sejak dari ajaran Upanisab

sampai kepada ajaran Veda, dari Persia dan India, disambung lagi dengan ajaran

Budha Gautama, semua lebih mementingkan kebersihan jiwa, sehingga jasmani

dipandang sebagai jasmani yang menyusahkan.

Bangkitnya Nabi Muhammad s.a.w. di padang pasir Arabia itu, adalah

membawa ajaran bagi membangunkan ummatan wasathan, suatu ummat

yang menempuh jalan tengah, menerima hidup di dalam kenyataannya.Per￾caya kepada akhirat, lalu beramal di dalam dunia ini. Mencari kekayaan untuk

membela keadilan, mementingkan kesihatan rohani dan jasmani, karena kesi￾hatan yang satu bertalian dengan yang lain. Mementingkan kecerdasan fikiran,

tetapi dengan menguatkan ibadat untuk menghaluskan perasaan. Mencari

kekayaan sebanyak-banyaknya, karena kekayaan adalah alat untuk berbuat

baik. Menjadi Khalifah Allah di atas bumi, untuk bekalmenuju akhirat. Karena

kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Selama ummat ini masih menempuh Shiratal-Mustoqim, ialan yang lurus

itu, selama itu pula mereka akan tetap menjadi ummat ialan tengah.

Maka berkata ayat selanjutnya: "Supoyo kamu menjadi soksi-soksi ofos

manusia."

Menurut lmam az-Zamakhsyari di dalam tafsirnya al'Kasysyaf, ummat

Muhammad sebagai ummat yang jalan tengah, akan menjadi saksi atas ummat

Nabi-nabi yang lain tentang kebenaran risalah Rasul-rasulyang telah disampai￾kan kepada ummat mereka masing-masing. Dan berkata lanjutan ayat'. "Dan

odalah Rasul menjadi soksi (pula) atos kamu." Yaitu Rasul itu Nabi

Muhammad s.a.w. menjadi saksi pula di hadapan Tuhan kelak, sudahkah

mereka menjalankan tugas mereka sebagai ummat yang menempuh jalan

tengah, adakah kamu jalankan tugas kamu itu dengan baik, ataukah kamu

campur-adukkan sajakah di antara yang hak dengan yang batil, sebab sifat

tengahmu itu telah hilang.

Ummat Muhammad menjadi ummat tengah dan menjadi saksi untuk

ummat yang lain, dan Nabi Muhammad s.a.w. menjadi saksi pula atas ummat￾nya itu adakah mereka jalankan pula tugas yang berat tetapi suci ini dengan

baik?

Maka setelah diketahui latar-belakang ini, mudahlah bagi orang yang

berfikir mendalam apa sebab kiblat dialih. Peralihan kiblat bukanlah sebab, dia

hanya akibat saja dalam hal membangunkan ummat yang baru, ummatan

wasathan. Setelah itu, sebagai lanjutan dariayat, Tuhan terangkanlah tentang

ksyq peralihan kiblat di dalam membangun ummatan wasathan; ,fisn

tjdaklah kami iadikon kiblat yang terah adaingkau otosnyo.,,yaitu kiblat ke B.aitulMaqdis yang satu tahun setengah lamanya Rasul beikiblat ke sana, lalu dialihkan kepada Ka bah yang ada di Makkah: ,,Meloinkin￾supaya Kami ketohui siapo yang mengikut Rasur dan siapa yong berpaling atos dua tumit- nya."

Kiblat yang asaladalah Ka'bah juga. Ayat-ayat yang terdahulu dari initelah

menerangkan panjang-lebar bahwa Ka'bah itu didirikan oleh Nabi lbrahim. Dan

jauh lebih tua dariBaitulMaqdis. Karena kiblat dikembalikan kepada asalnya,

maka orangYahudi selama satu setengah tahun bermegah dan merasa bangga,

sebab hal itu mereka pandang adalah kemenangan mereka. Dengan peralihan

kiblat terbuktilah mana orang yang bertahan pada ujung, yang selama ini

menunjukkan suka kepada Rasul lantaran kiblat menuju tempat yang disukai￾nya, yaitu orang Yahudi. Setelah kiblat beralih, dia menunjukkan tantangan.

Demikian pula kaum munafik, yang selalu mencari-cari saja soal-soal yang akan

mereka timpakan kesalahannya kepada Rasul: "Dan memonglah berat itu,

kecuali atas orang yong diberi petunjuk oleh Allah."

Orang yang imannya ragu-ragu dan imannya tidak mendalam merasa berat

atas terjadinya peralihan kiblat itu. Dirawikan oleh lbnu Jarir dari lbnu Juraij,

bahwa beliau ini berkata; Bahwasanya orang-orang yang baru masuk Islam,

setelah kiblat dialihkan, ada yang kembali jadi kafir. Mereka berkata: "Apa ini,

sebentar ke sana, sebentar ke situ." Dan menurut suatu riwayat dari Imam

Ahmad dan Abd bin Humaid dan Termidzidan lbnu Hibban dan at-Thabrani

dan alHakim dari lbnu Abbas, beliau berkata: "Tatkala Rasulullah s.a.w.

mengalihkan kiblat itu ada beberapa orang yang bertanya kepada beliau:'Ya

Rasulullah, sekarang kiblat telah beralih. Bagaimana jadinya dengan orang￾orang yang telah mati, sedang di kala hidupnya mereka shalat berkiblat ke

Baitul Maqdis? Untuk menjawab pertanyaan itu datanglah lanjutan ayat: "Dan

tidoklah Allah akan menyia-nyiakon imon kamu. " Artinya, bahwasanya orang.

orang yang mati sebelum kiblat beralih, adalah mereka itu beramal karena

imannya juga. Amal mereka itu timbul daripada iman itu tidaklah akan disia￾siakan oleh Tuhan. Ketaatan mereka dan ibadat mereka yang khusyu'diterima

juga oleh Allah dengan sebaik-baik penerimaan: "Sesungguhnya Alloh ter

hadap monusio adalah penyantun dan penyoyong. " (ujung ayat 143).

Di ujung ayat ini teranglah dua sifat Allah yang penting untuk pedoman

beramal. Pertama Tuhan Penyantun, tidak menyia-nyiakan amal hambaNya.

Kedua Dia Penyayang, yaitu memberi ganjaran yang sepadan atas tiap-tiap

amalan. Dan lagi berkiblat ke Baitul Maqdis sebelum perintah peralihan ke

Makkah, tidaklah suatu kesalahan, melainkan ketaatan juga. Sedang orang

musyrik jahiliyah yang hidup lampaunya penuh dosa, bila dia telah memeluk

Islam, habislah diampuni dosanya yang telah lalu itu. apatah lagi bila amalan

yang lama itu dilakukan dengan ketaatan juga.

Ayat 142 dan 143 ini belumlah perintah mengalihkan kiblat, melainkan baru

sebagai peringatan kepada Rasul bahwa akan terjadi reaksi dan sanggahan

kelak dari orang-orang bodoh dangkal fikiran, yang bercakap asal bercakap,


padaha,,dakbe*anJ;:::":;:,::;:::,"1::1,,",.,",_""nn"olj,l

nya.

(144) Sesungguhnya Kami lihai muka

engkau menengadah-nengadah

ke langit, maka Kami palingkan￾lah engkau kepada kiblat yang

engkau ingini. Sebab itu paling￾kanlah muka engkau ke pihak

MasjidilHaram. Dan dimana saja

kamu semua berada palingkan￾lah mukamu ke pihaknya. Dan

sesungguhnya orang-orang yang

diberi kitab mengetahui bahwa￾sanya itu adalah kebenaran dari

Tuhan mereka. Dan tidaklah

Allah lengah dari apapun yang

kamu amalkan.

(145) Dan meskipun engkau beri

orang-orang yang diberi kitab itu

dengan tiap-tiap keterangan. ti￾daklah mereka akan mengikut

kiblat engkau itu. Dan engkau￾pun tidaklah akan mengikut

kiblat mereka. Dan tidaklah

yang sebahagian mereka akarr

mengikut kiblat yang se￾bahagian. Dan jikalau engkau

perturutkan kemauan-kemauan

mereka sesudah datang kepada

engkau sebahagian dari pe￾ngetahuan, sesungguhnya ada￾lah engkau di masa itu dari orang￾orang yang aniaya.

(146) Orans-orang yang diberikan ke￾pada mereka kitab, mengenallah

mereka akan dia sebagaimana

mereka mengenal anak-anak

mereka (sendiri). Dan sesung￾guhnya sebahagian dari mereka,

mereka sembunyikan kebena￾ran, padahal mereka mengeta￾hui.

(147) Kebenaran adalah dari Tuhan

engkau. Maka sekali-kali jangan￾lah engkau termasuk dari orang￾orang yang ragu.

e

z ) >z JtP- l

/

,21. 6-i rL'

-, _,,i

..ltL:, I

I

Dori Hal Kiblat

z )z>z>lz'-z>-r rr- r,

CS ,r-t^,- d, #f ;:-(J

z z,r>-z :z t , -.Y -, 

!.,., u|t,ZirL )tr-!r'f Fr

(rtv)

I

"Sesungguhnya telah Kqmi lihat muka engkau menengadah-nengadah

ke langit-" (pangkal ayat 144). Artinya, bahwasanya Kami (Allah) telah mem￾perhatikan bahwa engkau selalu menengadah ke langit mengharap-harap,

moga-moga Tuhan mengizinkan engkau mengalihkan kiblat ke Ka'bah. Me

nurut riwayat lbnu Majah dari al-Bara', setiap akan shalat beliau menghadap￾kan wajah ke langit, yang diketahui oleh Tuhan bahwa hati beliau amat rindu jika

kiblat itu dialihkan ke Ka bah. Tiap-tiap Malaikat Jibril turun dari langit atau naik

kembali ke langit selalu Rasulullah mengikutnya dengan pandangannya, me￾nunggu-nunggu bilakah agaknya akan datang perintah Tuhan tentang peralihan

kiblat itu, sampai turun ayat ini: "Sesungguhnya telah Kemi lihat muka engkou

menengadoh-nengadoh ke langit, sampai kepada akhir ayat: "maka Kami

palingkanlah engkau kepada kiblat yang engkau ingini. " Suatu keinginan yang

timbul sebagai suatu risalat yang beliau bawa ke dunia ini, yaitu menyempurna￾kan ajaran agama yang dibawa Nabi lbrahim. Sebab "Wadin ghairidzi-zar'in"

atau lembah yang tidak ditumbuhi tumbuhan di dekat rumah Allah yang suciitu

adalah pokok tempat bertolak pertama dari Nabi Ibrahim seketika beliau

memulai risalatnya. Rumah itulah yang beliau jadikan pusat pertama dari

seluruh mesjid tempat menyembah Allah Yang Tunggal. "Sebob itu palingkon￾lah muko engkau ke pihak Masjidil Haram."

Dengan perintah pada ayat ini maka mulai saat itu beralihlah kiblat dari

BaitilMaqdis (rumah suci) yang diPalestina (Qudus ), yang didirikan oleh Nabi

Sulaiman, kepada Masjidil Haram yang didirikan oleh Nabi lbrahim, nenek￾moyang Sulaiman dan nenek-moyang Muhammad s.a.w. yang berdiri di

M ak kah: " D an di me na saj a kamu semu ony a b e r ada palingk anlah muka kamu

ke pihaknya. " Dalam sukukata perintah pertama disebutlah engkou yaitu

perintah pertama kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan dalam lanjutan perintah

tersebutlah kamu, yaitu perintah kepada seluruh ummat Nabi Muhammad

yang tadi telah disebut keistimewaannya, yaitu ummotan wasathon, ummat

jalan tengah. Dan di kedua perintah itu disebut syathr yang kita artikan pihak,

atau dapat juga disebut jurusan. Artinya mulai sekarang alihkan kiblat kamu ke

jurusan Masjidil Haram. "Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab

mengetahui bahwasanya itu adaloh kebenaran dariTuhan mereka." Artinya

orang-orang Ahlul-Kitab Yahudi dan Nasrani, terutama orang-orang Yahudi

yang tinggal di Madinah seketika ayat ini turun sesudah mengetahui, bahwa

memang dari Ka'bah itu Nabi Ibrahim sebagai nenek-moyang bangsa Syam

(Semiet) yang menurunkan Bani Israil dan Bani Ismail memulai perjuangannya

mendirikan Tauhid, kepercayaan tentang keesaan Allah. Kalau mereka kembali

kepada pokok asal yditu sejarah perkahwinan lbrahim dengan Hajar, dan beliau

membawa Hajar ke tempat suci itu, yang dengan beberapa kerat roti dan satu

qirbot air sampai Hajar tersesat di Bersyeba, sampai Malaikat Jibril datang

membujuk Hajar dan mencegahnya dari rasa takut, sebab budak yang dalam

kandungannya itu akan dijadikan Allah suatu bangsa yang besar; kalau semua￾nya itu mereka ingat kembali, dan itu tertulis di dalam Kitab mereka sendiri

(Kitab Kejadian, Pasal2l dariayat 13 sampai ayat27), niscaya mereka tidaklah

akan heran jika NabiMuhammad s.a.w. diperintahkan mengembalikan kiblat

kepada asalnya, karena mereka memang sudah mengetahui bahwa di sanalah

tempatnya. Di ayat 21 Kejadian, Pasal 21 disebutkan nama tempat itu, yaitu

Paran. Dan pembaca kitab'Taurat tahu bahwa Paran itu adalah Makkah al￾Mukarramah.

Lalu Tuhan bersabda pada ujung ayat: "Don tidaklqh Allahmelengahkon

dari apapun yang kamu amalkan." (ujung ayat 144). Artinyakesediaandan

kesetiaan kamu segera mengalihkan kiblat karena perintahTuhan telah datang,

tidaklah dilengah atau diabaikan oleh Tuhan. Bahkan sangat dihargai. Karena

pelaksanaan perintah Allah dengan segera, adalah alamat dari iman yang teguh.

Lalu datang lanjutan ayat seterusnya: "Dan meskipun engkau berikan

kepada orong-orang yang diberi Kitqb itu dengan tiap-tiap keterangon, tidak￾lah mereka akan mengikuti kiblat engkau itu." (pangkal ayat 145).

Di ayat sebelumnya (144) dikatakan mereka telah mengetahuibahwa kiblat

yang di Makkah memang lebih asal dan lebih patut, tetapi dalam lanjutan ini

diperingatkan pula oleh Tuhan, meskipun mereka telah mengetahui sebab￾sebab peralihan kiblat itu, namun mereka tidaklah mau mengikut kamu, sebab

mereka telah mempertahankan golongan, bukan mempertahankan kebenaran:

"Don engkoupun tidaklah akan mengikuti kiblat mereko," sebab perintah

Tuhan sudah datang menyuruh alihkan kiblat.

Niscaya Nabi Muhammad s.a.w. dan ummatnya tidaklah akan mengikut

kiblat pemeluk agama yang lain, sebab Tuhan telah menentukan kepadanya

kiblat Masjidil Haram dengan wahyu: "Dan tidakloh yang sebohagian mereka

akan mengikut kiblat yang sebahagian." Orang Yahudi tidaklah hendak me￾ngikut kiblat orang Nasrani dan orang Nasranipun tidaklah akan mengikut

kiblat orang Yahudi. "Dan jikalau engkau perturutkan kemquan-kemauan

mereka sesudah datang kepada engkau sebahagian dari pengetahuan, se'

sungguhnya qdalqh engkau di masq itu dqri orang-orang yang anioya' " (uiung

ayat 145).

Artinya, garis yang akan beliau lalui sebagai seorang Rasul, terutama

berkenaan dengan kiblat telah terang, yaitu kembali menghadap kepada rumah

suci yang telah didirikan oleh Nabi Ibrahim. Kalau menurut kemauan Yahudi

nenaaftan kembalikan ke Baitul Maqdis; niscaya ini tidak akan diperhatikan,

meskipun telah banyak sanggahan atau gerutu yang mereka sampaikan. Se￾orang Rasul sebagai pemimpin ummatnya tidak mempunyai pendirian yang

ragu. Bagaimana Nabi Muhammad s.a.w. akan ragu, padahal peralihan kiblat

itu adalah pengharapan dari beliau sendiri. Yang dituju dengan ujung ayat ini

adalah sekedar penguatkan hati beliau dalam perjuangan yang maha hebat itu,

untuk diberikan teladan kepada ummat beliau buat sepanjang masa.

Bagaimana kemauan dan hawanafsu mereka akan diperturutkan? Padahal

mereka sendiripun telah tahu bahwa dia inilah, NabiMuhammad s.a.w., Nabi

yang ditunggu-tunggu itu. Dijelaskan pada ayat yang selanjutnya:"Orang'orang

y ang dib e r i ke p a da m er ek a K it ab, me ngenallah mer ek a ak an dia s eb agaiman o

mereka mengenal anak-anak mereka (sendiri)." (pangkal ayat 146). Artinya;

baik dalam wahyu yang disampaikan oleh Nabi Musa, atau wahyu yang

disampaikan oleh Nabi Isa Almasih, demikian juga wahyu yang disampaikan

kepada Nabi yang lain, seumpama Yasy'iya, disebutkan bahwa akan datang

Nabi itu. Tanda-tandanyapun akan disebutkan, dan dari kaum mana dia akan

timbulpun akan disebutkan, sehingga mereka mengenalnya sebagaimana me'

ngenal anak mereka sendiri. Tetapi mereka memungkiri itu, artinya mereka

tafsirkan isi ayat kitab suci mereka kepada maksud yang lain: Memang seorang

Nabi akan datang, tetapi bukan Muhammad ini! "Don sesungguhnya se￾bahagian dari mereko, mereka sembunyikan kebenoran, padahal mereko

mengetahui." (ujung ayat 146).

Inilah sebab terutama mengapa tidak akan dapat kecocokan. Inilah soal

yang terutama mengapa soal kiblat menjadikan heboh mereka. Sebagian dari

mereka telah sengaja menyembunyikan kebenaran. Ayat-ayat yang menyebut￾kan tentang kedatangan Rasul penutup itu, sampai sekarang ada dalam kitab￾kitab mereka itu. Tetapi kalau ditanyakan kepada mereka, tidak mau mereka

berterus-terang mengakui kebenaran, jika yang ditanya orang Yahudi, mereka

menjawab bahwa memang Nabi itu tersebut dalam Kitab, tetapi bukan ini.

Kalau yang ditanya orang Nasrani, kebanyakan mereka memberi arti bahwa

bukan Muhammad s.a.w. yang diianjikan Isa Almasih akan datang. Kalau masih

ada bertemu ayat-ayat itu dalam Injil-injil yang mereka akui sekarang ini, akan

mereka jawab bahwa yang dimaksud Nabi Isa bukanlah Muhammad, tetapi

RasulPaulus!

Tetapi Tuhan bersabda dengan tegas:

"Kebenaran adqlah dori Tuhan engkau, maka sekali-kali jangqnlah eng

kau termasuk dari orong-orang yang ragu." (ayat 147)

Tegasnya, memang engkaulah Rasul itu. Betapapun mereka menyem￾bunyikan kebenaran namun kebenaran datang dari Tuhan. Tidak ada satu

kekuatan dalam dunia ini yang dapat menghalangi atau menyembunyikan

Didalam satu dari empat Injil yang mereka pegang hari ini, tersebut bahwa

Nabi Palsu itu ada tandanya, yaitu seumpama kayu atau pohon yang buruk

juga. Pohon yang buruk tidaklah akan menghasilkan buah yang baik. Pohon

yang buruk akan habis ditumbangkan angin. Beratus kali mereka dengan

kekuatan manusia, selama sejarah berabad-abad telah mereka coba menum￾bangkan pohon yang mereka katakan buruk itu, tetapi dia tambah subur.

Sebagaimana pernah dikatakan oleh sarjana mereka sendiri, Sir Thomas

Arnold, bahwa setelah bangsa Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad

dan membunuh Khalifah (1286), pada masa itu pula Islam masuk dan tersebar di

pulau Sumatera dengan megah dan jayanya. Ditebas di sini, dia tumbuh di sana

lebih subur dan lebih berkembang. Berkali-kali dia telah dipukul; kalau se￾kiranya bukan agama yang benar, dan kalau NabinyaNabiPalsu, demi pukulan

dan penghancuran itu sudah lama dia hilang darimuka bumi. Tetapitidak! Dia

berkembang terus mengambil-tempatnya yang layak di dunia. Sebab dia

memang kebenaran Tuhan.

339

(148) Dan bagi tiap-tiapnya itu satu

tujuan yang dia hadapi. Sebab itu

berlomba-lombalah kamu pada

serba kebaikan. Di mana saja

kamu berada niscaya akan di￾kumpulkan Allah kamu sekalian.

Sesungguhnya Allah atas

tiap sesuatu Maha Kuasa.

(149) Dan dari mana saja engkau

keluar, hadapkanlah muka eng￾kau ke pihak Masjidil Haram.

Dan sesungguhnya (perintah) itu

adalah kebenaran dari Tuhan

engkau. Dan tidaklah Allah

lengah dari apapun yang kamu

amalkan.

(150) Dan dari mana sajapun kamu

keluar, maka hadapkanlah muka



engkau ke pihak MasjidilHaram,

dan di mana sajapun kamu ber￾ada, hendaklah kamu hadapkan

muka kamu ke pihaknya. Supaya

jangan ada alasan bagi manusia

hendak mencela kamu. Kecuali

orang-orang yang aniaya di

antara mereka, maka janganlah

kamu takul kepada mereka, dan

takutlah kepada Aku. Dan Aku

sempurnakan nikmatKu kepada

kamu, dan supaya kamu men￾dapat petunjuk.

(151) Sebagaimana telah Kami utus

kepada kamu seorangRasul, dari

kalangan kamu sendiri, yang me￾ngajarkan kepada kamu ayat￾ayat Kami dan membersihkan

kamu dan akan mengajarkan ke￾pada kamu Kitab dan Hikmat,

dan akan mengajarkan kepada

kamu perkara-perkara yang

tidak kamu ketahui.

(f52) Maka ingatlah kepadaKu, nis￾caya Aku akan ingat pula

kepadamu; dan bersyukurlah

kepadaKu dan janganlah Kamu

menjadi kufur.

.,az .) I -

ti.i {u

e

l>zz ,..?? ,.r. C; PtliJ*.--ii

ta

riSN;'-t' '

\or' - |

;)>zzo2.z;l -./ )2.) z-2.'c-z- 5-bt:L-f:ly:ifrt;LJl L.f

;r1 ;;i;; $.i,,,r1.

't':fr \;f.iiiT.;|;sL\;

{,,tlrlfJt; ffi

>ltz>z z-.1, o 2zz z a- a i=t

t:* Yi fti ty'D ;jltYt G

>21zzz>l>zz ., zl , .r.re, 5))t 51' ,,qd. i\.tift:

4ii;a

,l>-

Ogrd-;

Dori Hal Kiblot

ilI

"Dan bagi tiap-tiapnya itu ada satu tujuon yang dia hadapi." (pangkal

ayat 148).

Ayat ini adalah lanjutan dari keterangan tentang masing-masing golongan

yang mempertahankan kiblatnya tadi.


Al-'Aufi meriwayatkan darilbnu Abbas mengenai tafsir ayat ini, ialah bahwa

bagi tiap-tiap pemeluk suatu agama ada kiblatnya sendiri. Bahkan tiap-tiap

kabilahpun mempunyai tujuan dan arah sentliri, mana yang dia sukai. Namun

oiang yang beriman tujuan atau kiblatnya hanya satu, yaitu mendapat ridha

Allah.

Abul 'Aliyah menjelaskan pula tafsir ayat ini demikian: "Orang Yahudi

mempunyai arah yang ditujuinya, orang Nasranipun mempunyai arah yang

ditujuinya. Tetapi kamu, wahai ummat Muslimin, telah ditunjukkan Allah

kepadamu kiblatmu yang sebenarnya."

Nabilbrahim dizaman dahulu berkiblat ke MasjidilHaram, ummatYahudi

berkiblat ke Baitul Maqdis, ummat Nasrani berkiblat ke sebelah timur, dan

Nabi-nabi yang lainpun tentu ada pula kiblat mereka menurut zamannya

masing-masing, dan engkau wahai utusanKu dan kamu wahai pengikut utusan￾Ku; kamu mempurryai kiblat. Tetapikiblat bukanlah pokok, sebagaidiayat-ayat

di atas telah diterangkan, bagi Allah timur dan barat adalah sama, sebab itu

kiblat berobah karena perobahan Nabi. Yang pokok ialah menghadapkan hati

langsung kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Itulah dia wrThoh atau

tujuan yang sebenarnya. "Sebob itu berlomba lombcilah kamu poda serbo

kebaikqn." Jangan kamu berlarutlarut berpanjang-panjang bertengkar per￾kara peralihan kiblat. Kalau orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mau me￾ngikuti kiblat kamu, biarkanlah- Sama-sama setialah pada kiblat masing￾masing. Dalam agama tidak ada paksaan. Cuma berlombalah berbuat serba

kebajikan, sama-sama beramal dan membuat jasa di dalam peri-kehidupan ini.

"Di manq saja kamu berada, niscoyo akan dikumpulkan Allqh kamu se'

kalian." Baikpun kamu dalam Yahudi, dalam Nasrani, dalam Shabi'in dan

dalam iman kepada Muhammad s.a.w., berlombalah kamu berbuat berbagai

kebajikan dalam dunia ini, meskipun kiblat tempat kamu menghadap shalat

berlair-r-lain. Kalau kamu akan dipanggil menghadap kepada Allah; tidak perduli

apakah dia dalam kalangan Yahudi, Nasrani, lslam dan lain-lain; berkiblat ke

Ka'bah atau ke Baitul Maqdis. Di sana pertanggungjawabkanlah amalan yang

telah dikerjakan dalam dunia ini. Moga-moga dalam perlombaan berbuat

kebajikan itu, terbukalah hidayat Tuhan kepada kamu, dan terhenti sedikit

demi sedikit pengaruh hawanafsu dan kepentingan golongan; mana tahu,

akhirnya kamu kembali juga kepada kebenaran; "Sesungguhnya Allah atos

tiap-tiap sesuofu adalah Moha Kuoso. " (ujung ayat 148).

Perlombaan manusia berbuat baik di dunia ini belumlah berhenti. Segala

sesuatu bisa kejadian. Kebenaran Tuhan makin lama makin nampak. Allah

Maha Kuasa berbuat sekehendakNya.

Ayat ini adalah seruan merata: seruan damai dari lembah wahyu ke dalam

masyarakat manusia berbagai agama. Bukan khusus kepada ummat Mu￾hammad saja.

Kemudian kembali lagi kepada pemantapan soal kiblat itu:

"Dan dari mana saja engkau keluqr, hadapkanlah muka engkau ke pihak

Mqsjidil Haram."(pangkal ayat 149). Artinya, meskipun ke penjuru yang mana


engkau menujukan perjalananmu, bila datang waktu shalat, teruslah hadapkan

mukamu ke pihak Masjidil Haram itu. Ayat ini sudahlah menjadi perintah yang

tetap kepada Rasulullah dan ummatnya terus-menerus di belakang beliau.

Sebab itu ditegaskan pada lanjutnya: "Don sesung guhnya (perintah) itu adolah

kebenaran dari Tuhan engkau." Tidak akan berobah lagi selama-lamanya:

"Dan tidaklah Allah lengah dori apapun yang kamu amalkan." (ujung ayat

149).

Artinva, kesungguhan kamu melaksanakan perintah ini, tidaklah Allah

akan melengahkannya. Gelap malam tak tentu arah; lalu kamu lihat pedoman

pada bintang-bintang, kamu kira-kira di sanalah arah kiblat lalu kamu shalat.

Allah tidaklah melengahkan kesungguhan kamu itu.

Kamu datang ke negeri orang lain, kamu tanyakan kepada penduduk

Muslim disitu; ke mana kiblat? Lalu mereka tunjukkan. Kamupun shalat. Allah

tidak lengah dengan kepatuhan kamu itu.

Sengaja engkau beli sebuah kompas (pedoman), engkau kundang dalam

sakumu ke nrana saja engkau pergi. Lalu orang bertanya; buat apa kompas itu,

padahal tuan bukan nakhoda kapal? Engkau jawab: penentuarr kiblat jika aku

shalat! Tuhan tidak melengahkan perhatianmu itu.

Kamu mendirikan mesjid yang baru. Yang lebih dahulu kamtr ukur dan

jangkakan ialah mihrab untuk menentukan jurusan kiblat. Allah tidak lengah

dari kesungguhanmu itu.

Sampai ada di antara kamu yang khas belajar ilmu falak, yang pada asalnya

sengaja buat mengetahui hal kiblat saja, sampai berkembang jadi ilmu yang luas.

Allah tidak melengahkan kesungguhanmu itu.

Kemudian dijelaskan lagi:

" Dan dari mana sajapttn kamu keluar, mako hadapkqnlqh muka engkou

ke pihak Masjidil Haram." (pangkal avat 150). Ini adalah perintah khusus bagi

beliau. Kemudian dijelaskan sekali lagi kepada seluruh ummat Muhammad

s.a.w. supaya mereka pegaltg teguh peraturan itu di mana sajapun mereka

berada. "Don di mana sajapun kamu berada." Hai ummat Muhammad s.a.w.

"Hendaklah kamu hadapkan muka kqmu ke pihaknya." Jangan diobah obah

lagi dan tidak akan berobah-obah lagi peraturan ini selama-lamanya. Baik

sedang kamu di lautan; carilah arah kiblat, shalatlah menghadap ke sana. Baik

kamu sedang di Kutub Utara atau Kutub Selatan, carilah arah kiblat dan

shalatlah menghadap ke pihak sana. Di pangkal ayat dipakai engkou, untuk

Muhammad. Di tengah ayat dipakai kamu, untuk kita ummatnya. "supaya

jangan qdq alasan bogi monusiq hendok mencela komlt." Karena penetapan

kiblat itu sudah pasti diterima oleh manusia yang sudi menjunjung tinggi

kebenaran. Sebagaimana tadi telah diterangkan, orang-orang yang keturunan

kitab sudah faham akan kebenaran hal ini. sebab rumah Allah yang pertama

didirikan ialah Masjidil Haram di Makkah itulah mereka berkumpul tiap tiap

tahun mengerjakan hoii, menjalankan wasiat nenek-moyang mereka Nabi

Ibrahim. Pendeknya tidaklah akan ada bantahan dan sanggahan daripada orang

yang berfikir sihat tentang penetapan kiblat itu. "Kecuali orong-orang yang

aniaya di antqra mereka, maka janganlah kamu takut kepada mereka dan

toktttlqh kepoda Aktr." Orang-orang yang aniaya' yang lidah tidak bertulang

tentu akan ada saja bantahannya. Orang-orang yang aniaya dari kalangan

Yahudi akan berkata: "Muhammad memutar kiblatnya ke Ka'bah' padahaldi

sana berderet 360 berhala yang selalu dicela-celanya itu. Rupanya dia akan

kembali agama nenek-moyang orang Quraisy." Orang-orang yang aniaya di

kalangan musyrikin akan berkata. "Dialihnya kiblat ke Makkah karena rupanya

dia hendak menarik-narik kita atau telah insaf atas kesalahannya." Orang

munafik di Madinah akan berkata: "Memang pendiriannya tidak tetap, sebentar

begini sebentar begitu." Maka janganlah diperdulikan itu semuanya dan jangan

takut akan serangan-serangan yang demikian, tetapi kepada Aku sajalah takut,

kata Allah. PerintahKu sajalah yang akan dilaksanakan. "Dan Aku sempurna'

kan nikmatKu kepada kamtt, dan supaya kamu mendopor petunjtLk. " (ujung

ayat 150).

Di ujung ayat itu Allah membayangkan janjiNya. bahwa nikmat perihal

kiblat itu akan disempurnakanNya. Nikmat pertama baru peralihan kiblat,

padahal diKa'bah waktu itu masih ada berhala. TetapiAku janjikan lagi, negeri

itu akan Aku serahkan ke tangan kamu, Ka'bah akan kamu bersihkan dari

berhala dan akan tetap buat selama-lamanya menjadi lambang kesatuan arah

dari seluruh ummat yarrg bertauhid. Dalam pada itu petunjuk-petunjuk akan

tetap juga Aku berikan kepada kamu sekalian. setelah selesai Perjanjian

Hudaibiyah di tahun yang keenam, diulang lagi ianjiNya oleh Allah bahwa

kemenangan telah datang dan nikmatNya yang dijanjikan itu memang akan

disempurnakan (lihat surat al-Fath. Surat 48 ayat 2). Dan tahun kedelapan

takluklah Makkah dan habislah berhala disapu bersih dari Ka'bah dan seluruh

Masjidil Haram, bahkan dari seluruh Tanah Hejaz, dan tegaklah agama Allah

dengan jayanya.

Maka ijma (sefahamlah) seluruh ulama Islam bahwasanya shalat meng￾hadap kiblat MasjidilHaram adalah wajib. cuma sedikit pertikaiannya, menjadi

syaratkah daripada sahnya shalat atau tidak. Sebab pernah juga Nabi s.a.w.

bersama sahabatnya shalat malam hari pada suatu medan perang, setelah hari

pagi kenyataan bahwa kiblatnya salah arah. Maka tidaklah beliau ulang kembali

shalat itu.

Adapun tentang tepat atau tidaknya penghadapan, hendaklah kita fahami

bahwa Agama Islam tidaklah agama yang memberati.

Sebab itu maka pada ayat-ayat perintah kiblat itu disebut syothr yang kita

artikan pihak. Maka tersebutlah pada sebuah Hadis yang dirawikan oleh al￾Baihaqi di dalam Sunnahnya, Hadis Marfu':

Baitullah (Ka'bah) adaloh kiblat bagi orang-orang yang dalam mesjid.

Dan mesjid adalah kiblat bagi orong-orong yang tinggal di Tanoh Haram

(sekeliling Makkah). Dan Tonah Haram (Makkah) adalah kiblo/ bogi s eluruh

penduduk bumi, timurnya dan baratnya; dari ummatku."

Dengan adanya Hadis ini sudah mudahlah difahamkan tentang artisyofhr

yang kita artikan pihok atau jurltsan itu. Dan dengan demikian dapat pula kita

fahami bahwa agama tidaklah memerintahkan kita mengerjakan pekerjaan

yang berat, yaitu supaya di manapun kita berada hendaklah tepat setepat￾tepatnya wajah kita menghadap ke Bailullah- Karena yang demikian sangatlah

sukar melakukannya, asal sudah kena saja jurusannya sudahlah cukup. Dalam

hal ini zhon (kecenderungan persangkaan) sudah cukup untuk menentukan

arah kiblat, sehingga orang yang belum mengerti benar-benar di mana jurusan

kiblat, bolehlah menurut saja ke mana arah yang diberati persangkaannya.

Tetapi suatu kemusykilan karena beragama hanya tersebab pusaka nenek￾moyang belaka, telah terjadi pada bangsa Indonesia yang berpindah dan

berdiam bertahun-tahun di Suriname. Ketika terbuka perkebunan-perkebunan

besar di sana, pengusaha-pengusaha kebun itu telah membawa beratus-ratus

kuli kebun dari Tanah Jawa. Setelah mereka berdiam beranak-cucu di sana,

mereka mendirikan mesjid tempat mereka shalat. Tetapi kiblatnya mereka

hadapkan ke barat, sebab mesjid-mesjid di Tanah Jawa menghadap ke barat.

Padahal oleh karena letak mereka lebih ke barat dari jurusan Makkah, niscaya

kiblat mereka yang sah ialah menghadap ke timur. Dan umumnya masyarakat

yang mula-mula datang itu bukanlah or.rng-orang Indonesia terpelajar.

Setelah ada yang datang kemudian, yang jauh lebih cerdas, mereka inipun

menyalahkan kiblat menghadap ke barat itu. Teguran ini rupanya menimbulkan

perpecahan, sehingga ada mesjid yang berkiblat ke jurusan barat dan ke

jurusan timur. Menurut khabar terakhir yang kita terima dari sana, kian lama

kiblat ke barat itu kian surut jumlahnya karena sudah banyak yang cerdas dan

ada yang telah naik haji ke Makkah.

Selanjutnya Tuhan bersaMa: "Sefugaimana telah Kami utus kepoda

kamu seorang Rosul dari kalangon kamu *ndiri." (pangkal ayat 151). Tadi

Tuhan telah menyatakan bahwa nikmatNya telah dilimpahkan kepada kamu,

sekarang kamu telah mempunyai kiblat yang tetap, pusaka Nabi Ibrahim,

sebagaimana ummat-ummat yang lainpun telah mempunyai kiblat. Ini adalah

suatu nikmat dari Allah, dan berlombalah kamu dengan ummat yang lain itu

menuju kebajikan di dunia ini. Dan kamu tidak usah takut-takut akan gangguan

dan kritik, baik dari Yahudi atau dari orang-orang yang masih jahiliyah yang

akan mencela perubahan kiblat itu dengan caranya masing-masing karena

solih, yaitu bercakap dengan tidak bertanggungiawab. Dan Tuhanpun telah

menjanjikan pula bahwa nikmat ini akan Dia sempurnakan. Di belakang

perubahan kiblat akan menyusul lagi nikmat yang lain, yaitu satu waktu Makkah

itu akan dapat kamu taklukkan. Di samping nikmat itu ada terlebih dahulu

nikmat yang lebih besar, puncaknya segala nikmat, yaitu diutusnya seorang


Rasul dari kalangan kamu sendiri. "Yang mengajarkan kepoda kamu oya;ayat

Kami."yaitu perintah agar berbuat baik dan larang berbuat iahat "don yong

akan membersihkan kamu," bersih dari kebodohan dan kerusakan akhlak,

bersih daripada kekotoran kepercayaan dan musyrik, sehingga kamu diberi

gelar ummat yang menempuh jalan tengah di antara ummat-ummat yang ada

dalam dunia ini: "don akan mengajarkan kepoda kamu Kitab danhikmat."

Kitab itu ialah al-Quran, yang akan meniadi pembimbing dan pedoman hidupmu

di tengah-tengah permukaan bumi ini dan hikmat ialah kebijaksanaan dan

rahasia-rahasia kehidupan, yang dicantumkan di dalam sabda-sabda yang

dibawa oleh Rasul it u: " Dan akan menggiarkan kepada kamu perkara-perkara

yang (selama ini) tidak kamu ketahui." (ujung ayat 151)

Dalam ayat ini diterangkan bahwa peralihan kiblat adalah suatu nikmat,

tetapi nikmat ini kelak akan disempumakan lagi. Tetapi di samping itu sudah

ada nikmat yang paling besar, yaitu kedatangan Rasul itu sendiri. Dengan

berpegang teguh kepada ajaran yang dia bawa, derajatmu akan lebih baik lagi.

Dari lembah jahiliyah dan kegelapan, kamu dinaikkanTuhan ke atas martabat

yang tinggi, dengan ayat-ayat, dengan Kitab dan dengan hikmat. Dan tidak

cukup hingga itu saja, bahkan banyak lagi perkara-perkara yang tadinya tidak

kamu ketahui, akan kamu ketahui juga berkat bimbingan dan pimpinan Rasul

itu.

Maka banyaklah soal-soal besar yang dulunya belum diketahui, kemudian

jadi diketahui, berkat pimpinan Rasul. Ada yang diketahui karena ditunjukkan

oleh wahyu Ilahi, seumpama kisah Nabi-nabi yang dahulu dan ummat yang

dibinasakan Tuhan lantaran menentang ajaran seorang Rasul. Dan ada soal￾soal besar yang diketahui setelah melalui berbagai pengalaman, baik karena

berperang ataupun karena berdamai. Dan diketahui juga beberapa rahasia

yang hanya diisyaratkan secara sedikit oleh al-Quran; lama kemudian baru

diketahui artinya.

BerNabi, berQuran, berkiblat sendiri yang tertentu, kemudian disuruh

berlomba-lomba berbuat kebajikan. Dan tidaklah boleh takut atau berjiwa kecil

menghadapi berbagai rintangan dan halangan. Dengan beginilah akan kamu

penuhi tugas yang ditentukan Tuhan sebagai ummat yang menempuh jalan

tengah.

Dengan ini telah timbul satu ummat dengan cirinya yang tersendiri, untuk

jadi pelopor menyembah Allah Yang Esa.

Ada orang yang hendak mencoba menimbulkan keraguan orang yang

bukan Arab daripada isi ayat ini- Karena disebutkan bahwa Allah mengutus

seorang Rasul di antara kamu- Kata mereka, ayat ini menunjukkan bahwa

beliau hanya diutus kepada orang Arab, sebab yang dimaksud dengan komu di

siniialah bangsa Arab.

Penafsiran yang seperti ini salah, ataupun disalah-artikan. Kalau difaham￾kan secara demikian, tentu batallah maksud ayat-ayat yang lain, yang mengan￾dung seruan kepada Bani Adam, atau kepada al'Insan, atau kepada on-Nos.

Tentu batal pula ayat-ayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad s-a.w.

diutus Tuhan adalah untuk Rahmat bagi seluruh alam Rohmotan lil-'Alamin.


Tentu orang-orang sebagai Shuhaib yang berbangsa Rum, ataupun Salman

yang berbangsa Persia tidak akan menyambut seruan ini. Dan tentu Abdullah

bin Salam orang Yahudi, atau Tamim ad-Dari dan Adi bin Hatim orang Nasrani

tidak masuk Islam.

Yang dimaksud dengan di antara komu di sini, bukanlah di antara orang

Arab saja, atau di antara Quraisy saja, melainkan lebih luas. Yaitu mengenai

manusia seluruhnya. Nabi Muhammmad diutus dalam kalangan manusia dan

dibangkitkan di antara manusia sendiri; bukan dia Malaikat yang diutus dari

langit. Dengan sebab beliau diutus di antara manusia, maka mudahlah bagi

manusia meniru meneladan sikap beliau.

"Moka ingatlah kepodaKu, niscaya Aku akan ingat pula kepadamu."

(pangkal ayat 152). Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan ad-Dailami dari jalan

Jubair diterimanya dari ad-Dhahhak, bahwa Ibnu Abbas menafsirkan demikian:

"lngatlah kepadaKu, wahai sekalian hambaKu, dengan taat kepadaKu; niscaya

Akupun akan ingat kepadamu dengan memberimu ampun."

Dan ditambah pula tafsirnya oleh Abu Hindun ad-Dari, yang dirawikan

oleh Ibnu'Asakir dari ad Dailami, menurut sebuah Hadis: "Maka barangsiapa

yang ingat akan Daku, dan diikutinya ingat itu dengan taat, maka menjadi

kewajibanlah atasKu membalas ingatnya itu dengan mengingatnya pula, de￾ngan jalan memberinya ampun. Dan barangsiapa yang ingat kepadKu, tetapi dia

berbuat durhaka (maksiat), Akupun akan mengingatnya pula dengan menimpa￾kan ancaman kepadanya."

"Don bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu menjadi kut'ur."

(ujung ayat 152). Bersyukurlah atas nikmat-nikmat yang Dia limpahkan, yaitu

dengan jalan berterimakasih dan mengucap syukur. Ucapan itu bukan semata￾mata dengan mulut, melainkan terbukti dengan perbuatan. Karena suatu

nikmat apabila telah disyukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya lagi. Dan

janganlah sampai berbudi rendah, tidak mengingat terirnakasih. Tidak syukur

atas nikmat adalah suatu kekufuran. Kalau nikmat yang telah dianugerahkan

Allah tidak disyukuri, mudah saja bagiAllah mencabutnya kembali, dan meng￾hidupkan kita di dalam gelap.

Meskipun Rasul sudah diutus, ayat sudah diberikan, al-Quran sudah

diwahyukan, hikmat sudah diajarkan dan kiblat sudah terang pula, semuanya

tidak akan ada artinya kalau tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur.

Orang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan

merasai nikmat Islam itu. Maka zikir dan syukur, adalah dua pegangan teguh

yang banyak diterangkan di dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.

,a - 1 ) z >.1 )z , a- zll -

P\|24>tti,v'ujl l'q (153) Wahai orang-orang yang ber￾iman! Mohonlah pertolongan

dengan sabar dan shalat; sesung￾guhnya Allah adalah beserta

orang-orang yang sabar.


Dan janganlah kamu katakan ter￾hadap orang yang terbunuh di

jalan Allah bahwa mereka mati.

Bahkan mereka hidup, akan

tetapi kamu tidak merasa.

(155) Dan sesungguhnya akan Kami

beri kamu percobaan dengan se￾suatu dari ketakutan dan kelapa￾ran dan kekurangan dari harta￾benda dan jiwa-jiwa dan buah￾buahan; dan berilah khabar yang

menyukakan kepada orang yang

sabar.

(156) (Yaitu) orang-orang yangapabila

menimpa kepada mereka suatu

musibah, mereka berkata: Se￾sungguhnya kita ini dari Allah,

dan sesungguhnya kepadaNya￾lah kita semua akan kembali.

(157) Mereka itu, akan dikurniakan

atas mereka anugerah-anugerah

dari Tuhan mereka dan rahmat,

dan mereka itulah orang-orang

yang akan mendapat petunjuk.

c

(2 z.t - 

z 2zrl z o) )z zz r' yt !1,'+ 4J.. ., 

lrlrtr Yr

7;t';:'tr;t;\s\;4

@iPt;;

z 3 t-lz )!z | ),2 z1-z z 1-

1u!lu:l1"*1tr+-,r ril;Jl

Ea2... . -z - tt-3 r,,2'..-:.1

1o t s ff) j:J' t|o tr)oJI]J, I

6 i,i#t i13;i

347

. ))rz a -.. 

q "l "

|t:-# ) ,trL ztfl J

zAi;;;t;,e{:N

'tt-j *i;t '

M enghadapi P ercobaon Hidup

Pada ayat-ayat yang di atas telah dijanjikan Tuhan bahwa nikmat itu akan

terus-menerus disempurnakan, Nikmat pertama dan utama ialah diutusnya

Rasulullah s.a.w. menjadi Rasul. Beliaulah yang akan memimpin perjuangan

selanjutnya. Sebab itu tetaplah mengingat Allah supaya Allah ingat pula akan

kamu dan syukurilah nikmatNya, jangan kembali kepada kufur, yaitu melupa￾kan jasa dan tidak mengingat budi.

Dengan perubahan kiblat setelah berasa diMadinah 16 atau 17 bulan kamu

telah dibawa melangkah lebih maju. Akhirnya kelak kemenangan yang gilang-


gemilang akan diberikan Tuhan kepada kamu. Tetapi adalah satu syarat utama

yang wajib kamu penuhi. Sebab perobahan-perobahan besar dan kejadian yang

akan diberikan Tuhan kelak kepadamu itu bukanlah terletak di atas talam

perak, lalu dihidangkan saja kepadamu. Melainkan amat bergantung kepada

usaha dan semangat kegiatanmu sendiri. Maka peristiwa-peristiwa yang dah￾syat akan bertemulah oleh kamu dalamShirof halMustaqimyang kamu laluiitu.

Syarat utama itu ialah:

"W ahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sobar

dan shalat. Sesungguhn y a Allah b e s er t a or ong- o r ang y ang sabar." ( ayat 1 53 ).

Maksud ini adalah maksud yang besar. Suatu cita-cita yang tinggi. Mene￾gakkan kalimat Allah, memancarkan tonggak Tauhid dalam alam. Memban￾teras perhambaan diri kepada yang selain Allah. Apabila langkah ini telah

dimulai, halangannya pasti banyak, jalannya pasti sukar. Bertambah mulia dan

tinggi yang dituju, bertambah sukarlah dihadapi. Oleh sebab itu dia meminta

semangat baja, hati yang teguh dan pengorbanan-pengorbanan yang tidak

mengenal lelah. Betapapun mulianya cita-cita, kalau hati tidak teguh dan tidak

ada ketahanan, tidaklah maksud akan tercapai. Nabi-nabl yang dahulu daripada

Muhammad s.a.w. semuanya telah menempuh jalan itu dan semuanya meng￾hadapi kesulitan. Kemenangan mereka hanya pada kesabaran. Maka kamu

orang yang telah menyatakan iman kepada Muhammad wajiblah sabar, sabar

menderita, sabar menunggu hasilnya apa yang dicita-citakan. Jangan gelisah

tetapi hendaklah tetap hati.

Sampai seratus satu kali kalimat sabar tersebut dalam al-Quran. Hanya

dengan sabar orang dapat mencapai apa yang dimaksud. Hanya dengan sabar

orang bisa mencapai derajat Iman dalam perjuangan. Hanya denEan sabar

menyampaikan nasihat kepada orang yang lalai. Hanya dengan sabar kebena￾ran dapat ditegakkan.

Lebih 25 tahun Ya kub sabar menunggu pulang anaknya yang hilang,

sampai berputih mata; akhirnya anaknya Yusuf kembali juga. Tujuh tahun

Yusuf menderita penjara karena fitnah; dengan sabarnya dia jalani nasibnya;

akhirnya dia dipanggil buat menjadiMenteriBesar. Bertahun Ayub menderita

penyakit, sehingga tersisih dari anak isteri; akhirnya penyakitnya disembuhkan

Tuhan dan setelah pulang ke rumah didapatinya anak yang 10 telah menjadi20,

karena semua sudah kawin dan sudah beranak pula. Ibrahim dapat menyem￾purnakan kalimat-kalimat ujian Tuhan karena sabar. Demikianlah Musa de￾ngan Bani Israil. Ismail membangun angkatan Arab yang baru. Isa Almasih

dengan Hawariyin semuanya dengan sabar.

Ada Nabi yang nyaris kena hukuman karena tidak sabar; yaitu NabiYunus.

Ditinggalkannya kaumnya karena seruannya tidak diperdulikan. Maka buat

melatih jiwa dia ditakdirkan masuk perut ikan beberapa hari lamanya. Tetapi

keluar dari sana dia membangun diri lagi dengan kesabaran.

Sebab itu sabarlah perbentengan diri yang amat teguh.

Sabar memang berat dan sabar memanglah tidak terasa apa faedahnya jika

bahaya dan kesulitan belum datang. Apabila datang suatu marabahaya atau


suatu musibah dengan tiba-tiba, dengan tidak disangka-sangka, memang tim￾bullah perjuangan dalam batin. Perjuangan yang amat hebat. Tarik menarik di

antara kegelisahan dengan ketenangan.

Kita gelisah, namun hati kecil kita sendiritidaklah senang akan kegelisahan

itu. Suatu waktu orang yang belum juga menang ketenangannya atas kegelisa￾hannya bisa jadimemandang gelap hidup ini, sehingga dari sangat gelapnya mau

rasanya mati saja. Mungkin dengan mati kesulitan itu akan habis, lalu dia

membunuh diri. Seseorang yang tengah diperiksa polisi karena suatu tuduhan

kejahatan, padahal dia merasa tidak bersalah, ada yang silap sehingga dia ingin

hendak membunuh diri. Katanya setelah saya mati nanti, mereka akan dapat

membuktikan juga bahwa saya tidak salah dalam hal ini. Lantaran itu dalam

sangatnya pemeriksaan itu, polisi menjaga benar-benar supaya barang-barang

yang tajam, sampai pisau silet pencukur janggut, dijauhkan daripadanya.

Sudah kita katakan, hati kecilyang didalam tidaklah suka akan kegelisahan

itu. Maka hati kecil yang di dalam itulah yang harus ditenangkan. sebab itu

dalam saat yang demikian sabar tadi tidak boleh dipisahkan dengan sholot!

Ingat Tuhan! Hati kecil yang telah dikepung oleh kegelisahan dan kekacauan itu

harus dibebaskan dari kepungan itu. Lepaskan dia menghadap Tuhan;

Allahu Akbar!Allah Maha Besar!

Mengapa aku mesti gelisah? Padahal buruk dan baik adalah giliran masa

yang pasti atas diriku, bukankah dahulu dari ini aku disenangkanNya? mengapa

aku demikian bodoh, sampai terangan-angan dalam perasaan hendak mem￾bunuh diri? Bukankah dengan membunuh diri keadaanku di akhirat, di sebe￾rang maut itu, akan lebih lagi menghadapi kemurkaan Tuhan?

Allahu Akbar!Allah Maha Besar!

segala urusan dunia ini adalah kecil belaka. Kesulitan yang aku hadapipun

soal kecil saja bagi Tuhan, akupun akan memandangnya kesulitan yang kecil

saja. Aku memandangnya soalbesar, sebab aku tidak insaf bahwa jiwaku kecil.

Aku gelisah lantaran kesulitan. Aku mesti mencari di mana sebabnya, kemu￾dian ketahuanlah sebabnya. Yaitu ada sesuatu selain Allah yang mengikat

hatiku. Mungkin hartabenda, mungkin kemegahan dunia, mungkin pangkat

dan kedudukan dan mungkin juga yang lain. Sehingga aku lupa sarnasekali

tujuan hidupku yang sebenarnya, yaitu Tuhan dengan keredhaanNya, sebab

itu aku mesti shalat.

Maka apabila ketenangan telah diperteguh dengan shalat, kemenangan

pastilah datang. Sabar dan shalat; keduanya mesti sejalan.

Apabila kedua resep ini telah dipakai dengan setia dan yakin, kita akan

merasa bahwa kian lama hijab (dinding) kian terbuka. Berangsur'angsur jiwa

kita terlepas dari belenggu kesulitan itu sebabTuhan telah oe"rdaulat dalam hati

kita. Waktu itupun baru kita ketaftui bahwa kita terjatuh ke dalam kesulitan

tadi, ialah karena pengaruh yang lain telah masuk ke dalam jiwa; terutama

syaitan, yang ingin sekali kita hancur. Maka berangsurlah naik sari cahaya iman

kepada wajah. Barulah berarti kembali segala ayat-ayat yang kita baca, sampai

huiuf-huruf dan baris dan titiknya. Kita telah kuat kembali dan kita telah tegak.

Kita telah mendapat satu kekayaan, yang langit dan bumipun tidak seimbang

buat menilai harganya. Di sinilah terasa ujung ayat: "Sesungguhnya Allah

adalah besertq orang-orqng yong sabar." (ujung ayat 153).

Apakah yang engkau takutkan kepada hidup ini, kalau Allah telah men￾jamin bahwa Dia ada beserta engkau?

Orang yang ditimpa oleh suatu percobaan yang membuat jiwa jadi gelisah,

kemudian berpegang teguh kepada ayat ini, membenteng diri dengan sobor dan

shalat, dengan berangsur timbullah fajar harapan dalam hidupnya. Kelihatan

dari luar dia dalam kesepian, padahal dia merasa ramai, sebab dia bersama

Tuhan. Belenggu biar dipasang pada tangannya, namun jiwanya merasa bebas.

Pagar besi membatasi jasmaninya dengan dunia luar, tetapi ayat-ayat al-Quran

membawa jiwanya membumbung naik melintas ruang angkasa dalam dia

mengerjakan shalat.

Lantaran ini ketakutanpun hilanglah dan keberanian timbul.

Kalau mati dalam menegakkan cita-cita, ataupun terbunuh, hati bimbang

tidak ada lagi. Sebab bagi orang yang telah merasa dirinya dekat dengan Allah,

batas di antara hidup dengan mati tidak ada lagi. Hidup itu sendiri tidak ada

artinya kalau jauh dari Tuhan.

Maka datanglah sambungan ayat:

"Dan janganlqh kamu kotakqn terhodap orang yang terbunuh pada jalan

Allah bahwa mereka mati. Bahkon merekq hidup, akan tetapi, kamu tidak

meresa." (ayat 154).

Dengan ayat ini, kemenangan jiwa karena sabar dan shalat tadi diberi lagi

pengharapan baru. Pengharapan yang langsung diberi Tuhan. Jangan takut dan

jangan gelisah jika terbunuh atau mati karena menegakkan jalan Allah, karena

yakin bahwa yang ditempuh adalah jalan yang benar. Jangan gelisah. Sebab

orang yang mati pada menjalanijalan AIlah itu bukanlah mati, tetapi hidup terus.

Cuma kamu juga yang tidak merasa. Tetapi kalau kamu pelajari dengan

seksama, akhirnya kamupun akan merasakan bahwa mereka masih hidup;

hidup terus.

Bermacam tafsir ahli tafsir tentang makna hidupnya orang yang terbunuh

atau menjadi kurban dari menegakkanjalan Allah itu.

Kata setengahnya, walaupun badannya telah hancur dalam kubur namun

namanya tetap hidup. Namanya itu memberikan ilham atau inspirosi kepada

pejuang yang meneruskan citanya. Kata setengahnya pula, badannya yang

mati, namun fikiran dan citanya, terus hidup. Karena apalah arti hidup kalau

bukan karena cita-cita? Jasmaninya hilang namun isi citanya terus hidup dan

dilanjutkan oleh yang datang di belakang. Bukankah manusia itu datang silih

berganti, dan yang mereka perjuangkan ialah cita-cita yang tidak pernah mati?

Ada pula yang menafsirkan bahwa Roh manusia itupun mempunyai bentuk

halus serupa dengan bentuk tubuhnya. Maka jika tubuh telah hancur Roh itu

tetap ada dalam kehidupannya yang menyerupai efher. Maka bentuk Roh yang

bersifat ether itu tidak berubah, tidak berganti-ganti dan tidak musnah. Sedang

tubuh kasar manusia, walaupun sebelum dia mati tetap berganti dan berubah.

Kekuatan ether itu kata ahli ilmualam dapat mempengaruhi tubuh yang lain,

baik yang kasar ataupun yang halus; sedangkan ruang yang luas ini diisi selalu

oleh ether. Sehingga dengan perantaraan efher itulah cahaya bisa menembus

dari matahari ke dalam tingkat-tingkat udara. Demikian kata ahli-ahli tafsir

moden.

Dalam satu Hadis riwayat Muslim ada pula mengatakan bahwa Roh orang￾orang yang syahid itu diletakkan dalam tenggorokan burung yang hijau dalam

syurga, artinya dipelihara baik baik.

Demikianlah bunyi penafsiran. Tetapi apabila kita berpegang teguh dengan

mazhab Salaf, tidaklah layak kita menetapkan salah satu dari tafsir itu. Bahkan

kita langsung memegang apa yang dikatakan al-Quran; orang yang terbunuh

pada jalan Allah tidaklah mati, melainkan hidup. Malahan di ayat lain, yaitu

Surat ali Imran (Surat 3) ayat 160, ditegaskan lagi bahwa mereka terus diberi

rezeki.

Bagaimana hidupnya? Di mana dia sekarang? Bagaimana pula macam

rezekinya/. Tidaklah dapat kita ketahui, tetapi kita percaya.

Ahli ahli Tasauf mencoba juga memecahkan soal ini dengan jalan ridha;

lmam Ghazali dalam kitabnya Bidayqtul Hidoyah menerangkan pengalaman

seorang ayah yang shalih yang anaknya mati syahid dalam satu peperangan.

Pada suatu hari dia mengalami, puteranya itu datang dan singgah ke rumahnya

dalam keadaan dia setengah bermimpi. Ayahnya bertanya mengapa pulang?

Anak itu menjawab bahwa dia hanya singgah sebentar ke rumah menziarahi

ayahnya, sebab dia beberapa teman Syuhada,. turun ke dunia kita ini karena

ikut bersama-sama menyembahyangkan jenazah Khalifah Umar bin Abdul

Aziz. Dan akan segera kembali ke alamnya. Ibnul Qayyim banyak juga men￾ceritakan hal-hal serupa ini dalam kitabnya yang bernama al-Arwah.

Pendeknya hal yang begitu telah termasuk alam lain, yang kita percayai.

Tentang bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah di dekat kita ini penuh

dengan Roh-roh Syuhada, atau ether. Roh orang matisyahid, kita tidak tahu.

Karena hidup kita yang sekarang ini masih terkongkong oleh olom Syohadah,

alam nyata.

Kemudian itu Tuhan teruskan lagi peringatanNya kepada kaum mu'min:

"Don sesungguhnya qkan Kami beri kamu percoboan dengon sesuofu."

(pangkal ayat 155). Dengan sesuatu, yaitu dengan aneka warna, "dari ke￾takutan," yaitu ancaman-ancaman musuh atau bahaya penyakit dan sebagai￾nya, sehingga timbul selalu rasa cemas dan selalu terasa ada ancaman. Yang

berlaku di zaman Nabi ialah ancaman orang musyrik dari kota Makkah,

ancaman kabilah-kabilah Arab dari luar kota Madinah yang selalu bermaksud

hendak menyerang Madinah, ancaman fitnah orang Yahudi yang selalu meng￾intai kesempatan dan ancaman orang munafik, dan ancaman bangsa Rum yang

berkuasa di utara waktu itu. "Don kelaparan" termasuk kemiskinan sehingga

persediaan makanan sangat berkurang. "Dan kekurangan dari hartabenda."

Sebab umumnya sahabat-sahabat Rasulullah yang pindah dari Makkah ke

Madinah itu hanya batang tubuhnya saja yang keluar dari sana; hartabenda

tidak bisa dibawa; " dan jiwa- jiwo, " ada yang kematian keluarga, anak dan isteri

dan bapak, sehingga hidup melarat terpencil kehilangan keluarga di tempat

kediaman yang baru; "don buah-buahan,"karena tidak lagi mempunyai kebun￾kebun yang luas, terutama pohon kurma, yang menjadi makanan pokok pada

masa itu. Semuanya itu akan kamu derita!

Demikian sabda Tuhan. Tetapi derita itu tidak lain ialah karena menegak￾kan cita-cita. "Don berilah khabar yang menyukakan kepada orang-orang

yang sabar." (ujung ayat 155).

setelah di ayat 153 tadi dinyatakan kepentingan sabar dan shalat, di ayat ini

diulangi lagi bahaya-bahaya, percobaan dan derita yang akan mereka tempuh.

Disebut pahitnya sebelum manisnya. orang yang akan menempuh derita itu

hendaklah sabar. Hanya dengan sabar semuanya itu akan dapat diatasi. Karena

kehidupan itu tidaklah membeku demikian saja. Penderitaan dirasai dengan

merata. Nabi Muhammad s.a.w. sendiri dalam peperangan uhud kehilanlan

pamannya yang dicintainya Hamzah bin AbdulMuthalib. Maka apabila mereka

sabar menahan derita, selamatlah mereka sampai kelak ke seberang cita-cita.

Tidak ada cita-cita yang akan tercapai dengan tidak mem6erikan pengorbanan.

Berilah khabar kesukaan kepada mereka yang sabar itu.

"(Yaitu) orong -orong yang apabila menimpa kepada mereka suatu

musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguh￾nya kepadaNyalqh kita semua akan kembali." (ayat 156).

Ucapan yang begini mendalam, tidaklah akan keluar daridalam lubuk hati

kalau tidak menempuh latihan.

Khabar kesukaan apakah yang dijanjikan buat mereka?

"Mereka itu, akan dikurniakan atas mereka anugerah-anugerah dari

Tuhan mereka, dan rahmqt." (pangkal ayat 157). lnilah khabar kesukaan untuk

mereka. Pertama mereka akan diberi kurnia anugerah: dalam bahasa aslinya

shalawat. Dari kata shalat. Kalau kita makhluk ini yang mengerjakan shalat

terhadap Allah, artinya telah berdoa dan shalat. Kalau kita mengucapkan

shalawat kepada Rasul, ialah memohon kepada Allah agar Nabi kita

Muhammad s.a.w. diberi kurnia dan kemuliaan. Tetapi kalau Tuhan Allah yang

memberikan shalawatNya kepada kita, artinya ialah anugerah perlindungan￾Nya. Kemudian itu menyusul Rahmat, yaitu kasih-sayang. "Dan mereka itulah

orang-orang yang okan mendapat petunjuk." (ujung ayat 157).

Maka dengan ketabahan hati menghadapi, lalu mengatasi kesukaran dan

kesulitan dan derita, untuk menempuh lagi penderitaan lain, perlindungan

Tuhan datang, rahmatNya meliputi dan petunjukpun diberikan. Jiwa bertam￾bah lama bertambah teguh, karena sudah senantiasa digembleng dan disaring

oleh zaman.

Dengan ini diberikan ketegasan kepada kita, apakah keuntungan yang

akan kita dapat kalau kita tahan mendqrita dan sanggup mengatasi penderitaan

itu, atau lulus dari dalamnya dengan selamat? Pertama Tuhan memberikan

sholowotNyo kepada kita, artinya bahwa kita dipelihara dan dijamin. Kedua

kita diberilimpahan Rohmat, yaitu kasih-sayang yang tidak putus-putub. Tidak


cukup hanya sehingga diberi sholaurot dan Rahmat, bahkan diianiikan lasi

dengan yang lebih mulia, yaitu dlberi petunjuk di dalam menempuh jalan

bahagia ini, sehingga sampai dengan selamat kepada yang dituju'

Ini telah terjadi pada kehidupan Nabi-nabi, setiap mereka lepas darisatu

ujian Mihnoh, mereka naik guna mencapai anugerah Minhah yang baru.

Demikian juga kehidupan ulama-ulama yang menerima warisan Nabi-nabi.

Semua ayat ini masihlah dalam rangka peralihan kiblat itu; intisarinya

tuntunan dalam perjuangan. Dan Islam tidaklah akan tegak, kalau Roh jihad ini

tidak selalu diapikan pada diri dan pada ummat. Dan kesulitan, kesukaran,

kekurangan sebagai yang disebutkan Allah itu akan selalulah ada. Bahagialah

ummat yang dapat mengambil pedoman daripada ayat-ayat ini.

Mungkin timbul rasa musykil dan pertanyaan orang: "Mungkinkah kita

mengelakkan diri dari perasaan sedih atau susah karena ditimpa musibah?"

Jawabnya sudah pasti, yaitu rasa sedih dan susah mesti ada. sedangkan

Nabi s.a.w. kematian puteranya Ibrahim bersedih juga dan titik jusa airmata

beliau. Bahkan tahun kematian isteri beliau yang tua, Khadijah, beliau namai

Tahun Duka. Rasa yang demikian tidaklah dapat dihilangkan, karena dia adalah

sifat jiwa. Dia timbul dari rasa belas-kasihan, atau rahmat. Maka perasaan yang

demikian, kalau tidak dikendalikan, itulah yang kerapkali membawa jiwa mera￾na. Itulah yang diperangi dengan sabar, sehingga akhirnya kesabaran menang,

dan kesedihan itu tidak sampai merusak diri. Adapun kalau ada orang yang mati

anaknya, tidak sedih hatinya, dan dia gembira-gembira saja, itu adalah orang

yang tidak berperasaan. Orang yang berperasaan ialah yang memang tergetar

hatinya karena suatu malapetaka, tetapi dengan sabar dia dapat mengendalikan

diri, dan diapun menang. Inilah yang dimaksudkan.

Kadang-kadang berkesan pada wajahnya peperangan batin itu, entah

kurus badannya, bahkan sampai setengah buta matanya, sebagai NabiYa kub

kehilangan Yusuf, dan kemudian hilang pula Benyamin, namun beliau tetap

berkata:

(*6,1 iV$\fGJ4.M

"Sobor yang indah, dan Altahlah tempat memohonPerfolongon' " 

uf: g3)

Berperang dalam batin, dan menang dalam peperangan itu. Itulah dia

bahagia.

E

r i't;P c,ii;rivariY (158) Sesungguhnya Shafa dan

Marwah itu adalah daripada

syiar-syiar Allah jua. Maka

barangsiapa yang naik haji ke

rumah itu atau umrah, tidaklah

mengapa bahwa dia keliling pada

keduanya. Dan barangsiapa

yang menambah kerja kebaikan,

maka sesungguhnya Allah ada￾lah Pembalas terimakasih, lagi

Maha Mengetahui.

e. . ia, t*- .-rJ.

..-a./>z zZzz ' rjF t* Lb ,f!

@*e* I .6

So'i Di Antoro Shafa Dan Marwah

Menurut Syaikh Muhammad Abduh dalam pelajaran tafsirnya, ayat ini

masih urutan dari masalah peralihan kiblat juga. Meskipun pada tafsii-tafsir

yang lain seakan-akan telah terpisah. Menyebutkan dari hal Sa'i diantara Shafa

dan Marwah setelah memperingatkan menyuruh sabar dan shalat, guna mene￾rima segala penyempurnaan nikmat Tuhan kelak, dan supaya tahan menderita

segala macam percobaan, maka dengan ayat ini dibayangkanlah pengharapan,

bahwa akan datang masanya mereka akan berkeliling di antara bukitShafadan

Marwah. Betapapun besarnya kesulitan yang tengah dihadapi sekarang namun

pengharapan mesti selalu dibayangkan. Apatah lagi kalau yang membayangkan

pengharapan Allah Ta ala sendiri:

"sesungguhnya shala danMarwah itu adalah daripada syiar-syiar Allah

juo. " (pangkal ayat 158). Bahasa kita Indonesia telah kita perkaya juga dengan

memakai kalimat syi'or. Kita telah selalu menyebut syiar Islam. Syiar artinya

tanda. Kata jamaknya ialah sya'oir. sya'airallah artinya tanda-tanda periba￾datan kepada Allah. Ketika mengerjakan haji banyaklah terdapat syiar itu.

unta-unta dan lembu yang akan dikurbankan waktu habis hajidilukaitengkuk.

nya, sebagai tanda. Melukai itupun dinamaisyi'or. shalat di makam lbrahim

adalah termasuk syior ibadat. Tawaf keliling Ka'bah, wuquf di Arafah dan di ayat

ini disebut berjalan atau Sa'i di antara Shafa dan Marwah itupun satu diantara

syiar-syiar (sya'air) itu pula, dan melempar Jamrah di Mina. syiar-syiar demi￾kian adalah termasuk ta'abbudi, sebagai imbangan dari ta'aqquli*. Ta'abbudi

artinya ialah ibadat yang tidak dapat dikorek-korek dengan akal mengapa

dikerjakan demikian. Ta'aqquli ialah yang bisa diketahui dengan akal. kita

mengetahui apa hikmahnya mengerjakan shalat; itu namanya ta'aqquli. Tetapi

kita tak dapat mengakali mengapa zuhur empat rakaat dan subuh dua rakaai.

Itu namanya ta abbudi. Kita dapat mengetahui hikmah mengerjakan haji se￾kurangnya sekali seumur hidup (ta'aqquli), tetapi kita tidak dapat mengetahui

mengapa ada perintah melontar Jamrah dengan batu kecil 7 kali (ta'abbudi).

Maka syiar-syiar itu termasuklah dalam taabbudi. "Makq borangsiapa yang


naik haji ke rumah itu atau umrah, tidaklah mengapa bahwa dia keliling pada

keduanya." Rumah itu yang dimaksud di sini ialah Baitullah (Ka'bah) itu.

Adapun haji ialah pada waktu tertentu dimulai 9 Zulhijjah sampai selesai

berhenti di Mina sekeliling tanggal 12 atau 13 Zulhijjah. Tetapi umrah adalah

kewajiban diwaktu lain, selain waktu haji, yang tidak memakaiwuquf diArafah

dan berhenti di Muzdalifah dan di Mina. Tetapi haji dan umrah sama-sama

memakai pakaian ihram, sama-sama memakai tawaf keliling Ka bah dan sama￾sama memakai sa'i di antara kedua bukit Shafa dan Marwah.

Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit kecil, atau menunggu didekat

Masjidil Haram. Jarak di antara kedua bukit itu ialahT60Yz (tujuhratus enam￾puluh setengah) hasta. setelah perbaikan Masjidil Haram yang terakhir (1957)

kedua bukit itu telah termasuk dalam lingkungan mesjid. Maka dalam rangka

mengerjakan haji dan umrah termasuklah sa'i, yaitu berkeliling pergi dan

kembali di antara kedua bukit itu 7 kali. Dikerjakan setelah mengerjakan tawaf.

sehabis sa i itulah boleh tahallul, yaitu mencukur rambut dan menanggalkan

pakaian ihram. Dengan tahallul nusukpun selesai.

Menurut Hadis Bukhari dan Muslim darilbnu Abbas, syiar sa'iiniadalah

kenangan terhadap Hajar (isterimuda Ibrahim) seketika Ismailyang dikandung￾nya telah lahir, sedang dia ditinggalkan di tempat itu oleh Ibrahim seorang diri,

sebab Ibrahim melanjutkan perjalanannya ke Syam, maka habislah air persedia￾annya dan nyaris keringlah air susunya, sedang sumur untuk mengambil air

tidak ada di tempat itu. Anaknya Ismail telah menangis-nangis kelaparan,

hingga hampir parau suaranya. Maka dengan harap-harap cemas setengah

berlarilah (sa i) Hajar itu diantara kedua bukit inimencariair, sampai 7 kali pergi

dan balik. Anaknya tinggal dalam kemahnya seorang diri di lembah bawah.

Tiba-tiba kedengaran olehnya suara dan kelihatan burung terbang. Padahal

tangis anaknya kedengaran pula meminta susu. Selesai pulang balik 7 kali itu

diapun berlarilah kembali ke tempat anaknya yang ditinggalkannya itu. Dilihat￾nya seorang Malaikat telah menggali-gali tanah di ujung kaki anaknya, maka

keluarlah air. Dengan amat cemas dipeluknya air itu seraya berkata: Zaml

Zam! yang artinya; berkumpullah, berkumpullah! Kebetulan di masa itu datang

kafilah orang Jurhum yang tengah mencari air. Itulah sumurZamzam dan itulah

asal "lembah yang tidak mempunyai tumbuh-tumbuhan" itu diramaikan men￾jadi negeri. Itulah asalMakkah.

Maka perkelilingan Hajar itu dimasukkanlah dalam rangka syiar ibadat haji

dan umrah, dan diakuilah dia oleh ayat yang tengah kita tafsirkan ini, bahwa dia

memang syiarlah adanya daripada ibadat kepada Allah. Salah satu dari tanda

peribadatan. Barangsiapa yang naik haji atau umrah tidaklah ada salahnya jika

dia berkeliling pula di antara kedua bukit itu sebagaimana lazimnva.

Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, pada

suatu hari Urwah bin Zubair menyatakan pendapatnya di dekat Ummul Mu'mi'

nin Siti Aisyah, bahwa demikian bunyi ayat tidaklah wajib sa'i di antara Shafa

dan Marwah itu. Karena kalau disebut tidaklah mengapa berkeliling di antara

keduanya, niscaya tidak berkelilingpun tidak mengapa. Pendapat Urwah ini

ditegur dengan baik oleh Aisyah: "Bukan sebagai yang engkau fahamkan ituwahai anak saudaraku."* Adapun sa'i di antara Shafa dan Marwah itu adalah

termasuk dalam rangka syiar ibadat. Maka ayat itu menyebut tidak mengapa,

ialah karena di sana di zaman jahiliyah kalau ada orang Anshar pergi beribadat

haji atau umrah ke Makkah, mereka mesti bertemu dengan berhala manata

yang besar dan seram yang terletak di antara kedua bukit itu. Setelah mereka

menjadi Muslim semua musykillah dalam hati mereka bagaimana mereka akan

sa'ijuga di antara kedua bukit itu, padahal di sana masih berdiri berhala manata

itu. Maka ayat ini menjelaskan bahwa tidak mengapa jika mereka sa'i di sana,

walaupun di sana masih berdiriberhala itu. Demikian kita tuliskan maksud dari

Hadis Bukhari dan Muslim itu.

Lanjutan ayat: "Dan barangsiapa yang menambah kerja kebaikqn, maka

sesungguhnya Allah adalah pembalas terimakasih, lagi Maha Mengetahui."

(ujung ayat 158). Mengerjakan haji atau umrah yang wajib hanya sekali seumur

hidup. Tetapi jika orang ingin menambah lagi dengan tathawwu', menambah

haji lagi dan menambah umrah lagi, entah berapa kali dia ke Makkah, maka

Allah mensyukuri amalnya itu dan membalas budinya itu dengan baik. Dan

semua amalnya yang ikhlas diketahui oleh Allah.

Maka terasalah bahwa ayat ini masih bertali dengan perintah peralihan

kiblat dan pengharapan akan kemenangan di zaman depan. Satu waktu kelak

merekapun akan dapat mengerjakan umrah. Meskipun di antara bukit Shafa

dan Marwah itu masih ada berhala dan di dinding Ka'bah masih bersandar

patung-patung, tidak mengapa mereka meneruskan ibadat mereka, karena

ibadat itu tidak ada sangkut-pautnya dengan berhala itu. Maka pada beberapa

masa kemudian bermimpilah Rasulullah bahwa dia dan sahabat-sahabatnya

pergi ke Makkah mengerjakan umrah, lalu mereka pergi bersama-sama, sesuai

dengan yang dimimpikan. Tetapi sampai di Hudaibiyah pada tahun keenam

Hijriyah, mereka dihalangi orang Quraisy dan terjadilah perdamaian Hudai￾biyah. Tidak jadi mereka naik tahun itu. Pada tahun mukanya, tahun ketujuh,

barulah terjadi Umratul Qadha. Mereka telah mengerjakan umrah dengan baik

dan selesai, mereka tawaf keliling Ka'bah yang masih berhala, dan mereka sa'idi

antara Shafa dan Marwah yang masih ada berhala manata di sana, tetapi

mereka tidak singgung menyinggung dengan itu. Syiar ibadat merel<a lakukan

dengan sempurna. Dan kelak pada tahun kedelapan setahun kemudian, karena

orang Quraisy telah mengkhianati janji, negeriMakkah telah ditaklukkan dan

segala berhala telah disapu bersih. Dan semuanya itu mereka capai dengan

didahului oleh berbagai penderitaan, kekurangan hartabenda, kekurangan

kawan-kawan yang syahid di medan jihad, tetapi akhirnya ialah penyempurnaan


dari nikmat yang telah dijanjikan Allah. Dan Allah membalas segala amaldan

usaha mereka dengan kemenangan dunia dan kebahagiaan akhirat.

Adapun tentang Sa i di antara Shafa dan Marwah itu, telah ijma lah sekalian

ulama ikutan kita menyatakan bahwa dia itu memang termasuk monosik hoii.

Cuma mereka berbeda pendapat tentang hukumnya menurut ketentuan Fiqh.

Imam Malik dan Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbalberpendapat bahwa

dia termasuk Rukun pada Haji. Imam Abu Hanifah berpendapat termasuk

wajib haji.

(159) Sesungguhnya orang-orang yang

menyembunyikan apa yang telah

pernah Kami turunkan dari kete￾rangan-keterangan dan petun￾juk, setelah Kamiterangkan dia￾nya kepada manusia di dalam

Kitab, mereka itu akan dilaknat

oleh Allah dan merekapun akan

dilaknat oleh orang-orang yang

melaknat.

(160) Kecuali orang-orang yang ber￾taubat dan berbuat perbaikan

dan mereka yang memberikan

penjelasan. Maka mereka itulah

yang akan Aku beri taubat atas

mereka; dan Aku adalah Pem￾beri taubat lagi Penyayang.

(161) Sesungguhnya orang-orang yang

tidak mau percaya, dan mati,

padahal mereka masih didalam

kufur. Mereka itu, atas mereka

adalah laknat Allah dan Malaikat

dan manusia sekaliannya.

(162) Kekal mereka didalamnya; tidak

akan diringankan azab atas

mereka, dan tidaklah mereka

akan diperdulikan.

Ayat-ayat ini masih menyangkut dengan sikap ahlul kitab, terutama yahudi

vang ada di Madinah seketika Rasulullah memulaida'wahnya ini. Mereka telah

mengetahui bahwa kiblat yang diajakkan, oleh Rasulitu adalah benar. Di ayat

146 di atas telah diterangkan pula bahwa mereka mengenal siapa Rasulullah

s.a.w. itu sebagaimana mereka mengenal anak kandung mereka sendiri, sebab

sifat-sifatnya cukup tertera di dalam Kitab yang mereka terima (Taurat), tetapi

sebahagian besar di antara mereka sengaja menyembunyikan kebenaran itu.

Sekarang datanglah ayat ini, (159) menerangkan orang-orang yang menyem￾bunyikan kebenaran itu:

"Sesungguhnya orang-orong yang menyembunyikan apa yang telah per￾nah Kami turunkon, dori keterongon.keterangan dan petuniuk. " (pangkal ayat

159). Keterangan-keterangan itu ialah tentang sifat-sifat Rasul Akhir Zaman

yang akan diutus Tuhan itu, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. yang demikian jelas

sifat-sifatnya itu diterangkan, sehingga mereka kenal sebagaimana mengenal

anak mereka sendiri. Dengan menyebut keterangan-keterangan, nyatalah

bahwa penjelasan ini bukan di satu tempat saja dan bukan satu kali saja,

melainkan di berbagai kesempatan. Dan yang dimaksud dengan petunjuk atau

hudan ialah intisari ajaran Nabi Musa, yang sama saja dengan intisari ajaran

Muhammad s.a.w. yaitu tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah, tiada

membuatnya patung dan berhala'. "Setelah Kami terangkan dianya kepada

manusio di dqlqm Kitob." Artinya, segala keterangan dan petunjuk itu jelas

tertulis di Kitab Taurat itu sendiri, dan sudah disampaikan kepada manusia,

sehingga tidak dapat disembunyikan lagi: "Mereka itu qkan dilaknat oteh Altah

dan merekapun akan diloknat oleh orang-orang yang melqknat." (ujung ayat

159).

Orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang

yang tidak jujur, orang-orang yang curang, yang telah melakukan korupsi atas

kebenaran, karena mempertahankan golongan sendiri. Orang yang semacam

itu pantaslah mendapat laknat Tuhan dan laknat manusia. Kecurangan ter￾hadap ayat suci di dalam Kitab kitab Tuhan, hanya semata-mata untuk mem￾pertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.

Di dalam Kitab Ulangan fasal 18 ayat 15 telah ditulis perkataan Nabi

Musa demikian bunyinya: "Bahwa seorang Nabi dari tengah-tengah kamu dari

antara segala saudaramu, dan yang seperti aku ini, yaitu yang akan dijadikan

oleh Tuhan Allahmu bagi kamu, maka akan dia patutlah kamu dengar."

Kemudian pada ayat berikutnya, ayat 18 lebih dijelaskan lagisebagaisabda

Tuhan Allah kepada Musa disuruh menyampaikan kepada Bani Israil: "Bahwa

Aku akan menjadikan bagi mereka seorang Nabi dari antara segala saudaranya,

yang seperti engkau, dan Aku akan memberi segala firmanKu dalam mulutnya

dan iapun akan mengatakan kepadanya segala yang aku suruh akan dia."

Di ayat berikutnya (ayat 19) lebih dijelaskan lagi; "Bahwa sesungguhnya

barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firmanKu, yang akan dikatakan

olehnya dengan namaKu, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang lain."

Setelah itu pada ayat 20 dijelaskan lagi perbedaan

benar-benar Nabi dengan Nabi palsu. Demikian firman

antaraan Nabi Musa.

359

di antara Nabi yang

Tuhan dengan per-

,,Tetapi adanya Nabi yang melakukan dirinya dengan sombong dan me￾ngatakan firman dengan namaKu, yang tiada Kusuruh katakan, atau yang

berkata dengan nama dewa-dewa, niscaya orang nabi itu akan mati dibunuh

hukumnya."

Kemudian pada ayat berikutnya (ayat 21) dijelaskan lagi: "Maka jikalau

kiranya kamu berkata dalam hatimu demikian; dengan apakah boleh kami

ketahui akan perkataan yang bukannya firman Tuhan adanya?"

Ayat 22 seterusnya menjelaskan tanda itu demikian: "Bahwa jikalau Nabi

itu berkata demi nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tiada jadi atau

tiada datang, jatuhlah perkataan yang bukan firman Tuhan adanya, maka Nabi

itupun telah berkata dengan sombongnya, janganlah kamu takut akan dia."

Ayat-ayat ini terpancang dengan jelasnya di dalam Kitab Ulangan tersebut,

yang menurut keyakinan orang Yahudi, kitab itu adalah salah satu dari rang￾kaian Kitab Taurat.

Orang Kristenpun mengakuinya. Kumpulan kitab yang sebelum Nabi Isa

a.s mereka namai "Perjanjian Lama".

Ayat 20 tersebut sesuai bunyinya dengan a[-Quran Surat al-Haqqah (Surat

6g), ayat 44,45 dan46; yaitu jikalau NabiMuhammad s.a.w. beranimengatakan

suatr-r perkataan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu, diapun akan di￾bunuh: "Akan Kami putuskan urat lehernya.-"

Dari antara segala saudara itu, ialah saudara yang satu keturunan yaitu

Bani Israil adalah keturunan dari Ishak dan orang Arab adalah keturunan dari

Ismail. Keduanya anak kandung Nabi Ibrahim, maka dari kalangan Bani Israil

itupun akan diutus Tuhan seorang Nabi yang seperti engkau, yaitu seperti Nabi

Musa juga.

Demikianlah bunyi firman Tuhan itu, yang sampai sekarang tetap ter￾pancang di dalam Kitab Ulangan tersebut. Tetapi orang Yahudi sengaja me￾nyembunyikan kebenaran itu. Dan orang Nasrani menafsirkannya kepada Nabi

Isa bukan kepada Nabi Muhammad. Padahal kalau difikirkan dengan tenang

dan jujur, Iebih serupalah Nabi Musa dengan Nabi Muhammad, daripada

dengan Nabi Isa. Dan kalau difikir secara jujur pula, jauhlah perbedaan Musa

denlan tsa. Lebih banyak keserupaan Musa dengan Muhammad. Musa dan

Muhammad sama-sama lahir sebagai manusia biasa, yaitu berbapa. Bapa Musa

keturunan Bani Israil dan Bapa Muhammad keturunan Bani Ismail.

Tetapi kebenaran dan kenyataan firman ini mereka sembunyikan. Di

zaman Rasulullah s.a.w. masih hidup, benar-benar naskah itu tidak mereka

bolehkan jatuh ke tangan orang-orang yang beriman. Tetapi di zaman sekarang

dengan kemajuan cetak-mencetak dan telah disalinnya Kitab'kitab itu ke dalam

segala bahasa, tidaklah dapat mereka sembunyikan lagi. Sungguhpun begitu

mereka berkeras memberikan tafsir yang lain. Orang Yahudi mengatakan

bahwa Nabi yang disebutkan itu bukanlah Muhammad, melainkan Nabi yang

lain masih ditunggu. Dan orang Nasrani berkeras juga mengatakan bahwa Nabi

yang disebut itu ialah Isa Almasih; sebab kata mereka Isa Almasih itu keturunan

Daud. Padal-al Yusuf yang kawin dengan Maryam sesudah Isa lahirlah yang

keturunan Daud bukan Isa. Silsilah keturunan Yusuf dari Daud itulah yang

ditulis Matius dalam Injilnya fasal I ayat 1 sampai ayat 17. Bukan keturunan Isa

Almasih, sebab dia bukanlah anak dari Yusuf tersebut, Isa tidak berbapak.

Dan segala puji basi Tuhan. Nabi kita Muhammad s.a.w. bukanlah mem￾buat-buat wahyu sendiri dan bukan menyerukan dewa-dewa. Sebab itu bukan￾lah beliau mati dihukum bunuh, dengan diputus urat lehernya. Seorang pe￾rempuan Yahudi yang jahat telah mencoba meracuni beliau seketika beliau

menaklukkan benteng Khaibar. Tetapi cepat beliau tahu. Sahabatnya Abu

Bakar termakan juga sedikit racun itu. Sejak termakan racun itu kesihatan Abu

Bakar sangat mundur. Salah satu penyakit yang membawa ajalnya ialah

bengkak dalam perut, bekas racun tersebut. Seketika ditanyakan kepada

perempuan tersebut mengapa dia berbuat demikian keji, dengan terus-terang

perempuan itu berkata bahwa kalau dia memang Nabi, niscaya dia akan tahu

racun itu.

Maka yang dimaksud dengan ayat yang akan kita tafsirkan ini ialah

penyembunyian kebenaran yang telah mereka lakukan itu; karena tidak mau

percaya kepada Utusan Tuhan, sampai hatilah mereka menyembunyikan.

Berani mereka berlangkah curang terhadap yang mereka sendiri mengakui

Kitab Suci. Tentu laknat kutuk Allahlah yang akan menimpa orang yang

demikian. Dan manusiapun akan mengutuk selama manusia itu masih ingin

akan kebenaran. Apatah lagi tulisan itu tidak dapat dihilangkan, melainkan

bertambah tersebar di muka bumi ini. Orang yang datang di belakang tentu

hanya menurut tafsiran yang telah ditentukan oleh orang yang dahulu.

Ayat yang tengah kita tafsirkan ini adalah celaan keras atas perbuatan

curang terhadap kebenaran. Sebab itu janganlah kita hanya menjuruskan

perhatian kepada sebab turunnya ayat, yaitu pendeta Yahudi dan Nasrani

tetapi menjadi peringatan juga kepada kita ummat Muslimin sendiri. Apabila

orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang al-Quran dan Hadis

telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan ke￾pada orang yang berkuasa, atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikut￾pengikut mereka, maka kutuk'yang terkandung dalam ayat inipun akan me￾nimpa mereka.

Terutama dari hal Amar Ma'rut', Nahi Munkar, menganjur-anjurkan

berbuat yang baik baik dan mencegah daripada mungkar, menjadi kewajiban￾lah bagi orang-orang yang telah dianggap ahli dalam hal agama. Apatah lagi

karena sabda Nabi:

ts,)y! lV t rjrl. b ctV,zt: *U,r.ts 4?i)' t 4t.t 7r s 9 1 )4;9i'\i,J'r\13i

"Uloma-ulama qdalah penjawat uoris Nobinobi. " Dirawikan oleh Abu

Daud, Termidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al Baihaqi dari Hadis Abu Darda'.

Lantaran itu dalam Islam ulama mempunyai dua kewajiban, yaitu menuntut

ilmu agama untuk mengajarkannya pula kepada orang yang belum tahu,

sehingga diwajibkan bagi yang belum tahu itu bertanya kepada yang tahu.

Kewajiban yang kedua menyampaikan atau mentablighkan. ulama dalam Islam

bukanlah hendaknya sebagai sarjana yang duduk di atas istana gading, men￾jauhkan diri dari bawah dan melihat-lihat saja dari atas. Lantaran itu maju

mundurnya agama di suatu negeri amat bergantung kepada aktif tidaknya

ulama di tempat itu dalam menghadapi masyarakat. Kalau mereka telah

menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan, keterangan-keterangan dan

petunjuk, kutuk laknat Tuhanlah yang akan menimpa dirinya. Dan manusiapun

mengutuk pulalah, sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di

satu negeri, maka bertanyalah orang: "Tidakkah ada ulama di sini?"

Imam Ghazali menceritakan bahwa shufi yang besar itu, Hatim siTuli(al￾Asham) datang ke satu negeri Islam dan bermaksud hendak berdiam lama di

sana. Tetapi baru tiga hari dirobahnyalah niatnya, dia hendak segera berangkat

meninggalkan negeri itu. Maka bertanyalah orang kepadanya, mengapa tidak

jadi niatnya diteruskan hendak menetap di negeri itu? Beliau menjawab: "Sudah

tiga hari saya di sini, tidak pernah saya mendengar suatu pengajianpun dalam

negeri ini. Tidak ada rupanya ulama di sini yang sudi mencampungkan dirinya

kepada orang awam buat mengajar mereka. Maka kalau aku tahan lama-lama di

sini akan matilah aku."

" Kecuali orang' orang yang bertaubot. " (pangkal ayat 160), foubof artinya

kembali. Yaitu kembali kepada ialan yang benar. Karena jalan menyembunyi￾kan kebenaran itu adalah jalan yang sesat. "Don berbuat perboikon." Maka

langkah yang salah selama ini diperbaiki kembali, lalu mereka jelaskan ke￾benaran dan tidak ada yang disembunyi-sembunyikan lagi. Atau mana-mana

keadaan yang salah dalam masyarakat segera diperbaiki, sediakan seluruh

waktu buat ishloh. "Dan mereka yong memberikan penjelasan." Terangkan

keadaan yang sebenar-benarnya, jangan lagi berbelok-belok, karena kedustaan

tidaklah dapat dipertahankan lama. "Mqka mereka itulah yang akan Aku beri

taubat atas mereka. " Inilah penegasan dari Tuhan, bahwa apabila orang telah

kembali ke jalan yang benar, telah insaf, dan keinsafan itu dituruti dengan

kegiatan menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang telah keruh, mem￾perbaiki yang telah rusak dan tidak bosan-bosan memberikan penjelasan,

segeralah Tuhan akan memberikan taubatnya. Dan segeralah keadaan akan

berubah, sebab yang berubah itu ialah orang yang bersalah sendiri. "Dan Aku

adalah Pemberi taubat, lagi Penyayang. " (uiung ayat 160).

Apabila orang telah insaf akan kesalahannya itu, dan segera dia berbalik.ke

jalan yang benar, maka Tuhanpun cepatlah menerima taubatnya. Kelalaian

yang sudah-sudah segera diampuni. Dan Tuhanpun Penyayang; niscaya akan

diberiNya pimpinan, bimbingan dan bantuan kepada orang yang telah mulai

menempuh jalan yang benar itu.

Lantaran itu maka terhadap ayat ini janganlah kita terlalu berpegang

kepada Asbobun-Nuzu/ (sebab turun ayat). Karena sudah ditakdirkan Allah di

dalam hikmatNya yang tertinggi bahwa perlombaan golongan-golongan agama

akan masih tetap ada di dunia ini, untuk orang berlomba berbuat yang baik.

Maka ayat ini menjadilah hasungan bagi kita yang telah menyambut al-euran

supaya menghindarkan diri daripada menyembunyikan kebenaran. Mari kita

kembali ke jalan Tuhan dan membuat ish/oh dan memberikan penjelasan.

Sesungguhnyo orang-orang yang tidak mau percoya." (pangkal ayat 161),

padahal segala keterangan telah diterimanya, dan dia masih berkeras kepala

mempertahankan yang salah dan tidak mau berganjak daripadanya."Danmati

padahal mereka masih di dalam kufur," sehingga kesempatan yang selalu

diluangkan Tuhan bagi mereka, tidak mereka pergunakan . "Mereka itu, atqs

mereka adalah lqknat Allah dan Malaikat dan mqnusia sekaliannya." (ujung

ayat 161).

Kebenaran sudah datang, masih saja tidak mau menerima. Alasan buat

menariknya tidak ada selain dari keras kepala atau fo'qshshub, mempertahan￾kan yang salah. Niscaya kutuk laknatnya yang akan menimpa mereka terus￾menerus. sebenarnya kutuk dari Allah sajapun sudah cukup; tetapi oleh karena

kebenaran Allah itu turut juga dipertahankan oleh Malaikat, yang selalu me￾nyembah Allah dan mensucikanNya, tentu terganggulah perasaan Malaikat

melihat kebenaran disanggah. Tidak pelak lagi, Malaikat itupun mengutuk. Dan

umumnya manusiapun menghendaki kebenaran dan tidak menyenangi kecu￾rangan dan kekerasan kepala. Niscaya manusiapun turut mengutuk pula. Maka

laknat Allah dan Malaikat serta manusia itu akan didapatnya terus-menerus:

"Kekal mereka di dalamnyo" (pangkal ayat 162). Kekal dalam kutukan,

walaupun telah hancur tulangnya dalam kubur. Ingatlah nama-nama sebagai

Fir aun, Karun, Haman dan Abu Lahab yang tersebut dalam al-Quran, walau￾pun telah beribu tahun mereka mati, kutuk Allah dan kutuk Malaikat serta

kutuk manusia masih mereka terima. Bahkan jika timbul manusia lain mem￾bawakan kekufuran sebagai mereka, terkenang lagi orang akan mereka dan

mengutuk lagi: "orang ini sepertiFir'aun! orang inijahat sebagaiAbu Lahab."

Dan sebagainya. "Tidak akon diringankan azab atas merekq. " yaitu azab

akhirat di samping kutukan di dunia. "Dan tidaklah mereka akan diperduli￾kon." (ujung ayat 162).

Akan dibiarkan mereka berlarut-larut dalam siksaan akhirat.

Di dalam permulaan Surat al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang

ku/ur atau orang kafir. Puncak kekafiran adalah mengingkari adanya Allah, atau

mempersekutukanNya dengan yang lain, atau tidak mau percaya kepada

adanya hari kemudian (Kiamat) atau tidak mau mengakui wahyu, atau berkata

tentang Allah dengan tidak ada pengetahuan. Pendeknya segala sikap menolak

kebenaran yang dijalankan agama dan mempertahankan yang batil, yang telah

diterangkan batilnya oleh agama.

Dan Tuhan kamu itu adalah

Tuhan Yang Maha Esa. Tidak

ada Tuhan melainkan Dia Yang

Maha Murah, lagi Maha PenYa'

yang.

diturunkan Allah darilangit dari￾pada air, maka dihiduPkanNYa

dengan (air) itu bumi, sesudah

matinya, seraya disebarkanNYa

padanya dari tiap-tiap jenis bina￾tang, dan peredaran angin, dan

langit dan bumi; adalah semua￾nya itu tanda-tanda bagi kaum

yang berakal.

membawa barang yang berman- -i.3,1 ' 'aI 'r'..Ii" ' ,'.rl 2'.-.' t', i::ff#L:X'ff, 1HJ,"JX"1I)' ;t*tr r'11 it\ v' ;a\' *\

Surat Al-Baqarah (Ayat 163) 363

"L) 

"t'stL;

CD crr'$sr

z) '- z z-1

rA )!{JI)

(164) Sesungguhnya Pada kejadian '\;1;, a",i$\ r,.i"i)|, lL sesungguhnya oudu., jl

semua langit dan bumi dan ffl':: per- ;l7t;n'r'llr,7'r>ll 

-. / ' - *eJL '- z - 

'

;f:f,ff't,1f:,'i?"i""*: fit e"i 7 4tYt;)t4t; ,it i

rlilt;,Utti jit

awan yang diperintah di antara .f,)lf','iti ;fir 4 ;Jt,-l';Jt;

V-fr,-b;\l y,VU iv c

.-. "' t-t -t2 ,t . 

2"

e--)\+r':,t'fcV1'

z ) -z ,a. aaa J*''r1?'\

Mengenal

Altah Dengan MemPerhatikan Alam

Sesudah Tuhan Allah memberikan peringatan yangdemikian keras, bahwa

kutuk laknat Allah dan Malaikat serta manusia akan datang timpa bertimpa ke

atas diri orang yang tidak mau percaya, yang sampai matinya tetap dalam kufur.

Tuhan pada ayat ini mengemukakan pokok ajaran agama tentang Tuhan.

Dengan demikian orang diperingatkan lagi; janganlah hendaknya mereka sam￾pai bertahan dalam kekafiran dan mati dalam kufur'

,, D an T uhan k amu it u, ad alah T uhan Y ang M aha E so, " ( pangkal ayat 1 63 ).

Dialah lloh, Tuhan Pencipta. BerdirisendiriDia dalam kekuasaan dan pencipta￾anNyu, tidak bersekutu Dia dengan yang lain. Mustahil berbilang Tuhan itu;

sebat i.alu, Dia berbilang, pecahlah kekuasaan. Mustahillah alam yang telah

ada ini diciptakan oleh kekuasaan yang berbilang. Dia adalah Esa dalam

.iiutNy" sebagai llah, sebagai Tuhan Pencipta. Dan Dia adalah Esa dalam

sifatNya sebagii Pemelihara, sebagai Rob b. "T idak ads Tuhan melainkan Dia.

Apabila telah diakui TunggalNya dalam penciptaanNya, maka hanya Dialah

vang wajib disembah dan dipuja. Itulah yang bernama TauhidRububiyoh. Dan

setelah diakui bahwa Tunggal Dia dalam pemeliharaanNya atas alam, maka

hanya kepadaNya sajalah tempat memohon pertolongan. Inilah yang disebut

Tauhid Uluhiyah. Tersimpul keduanya di dalam ucapan:

us*iVL"Gt$

"Hanya kepada Engkau saja Kami ^n*"^'Aron; dan hanya kepada

Engkau saja kami memohon pertolongan."

"Yang Maha Murah, Yang Maha penyoyong,,,(ujung ayat 163).

Yang Maha Murah arti dari Ar-Rahmon: maka Ar-Rahmin adalah satu di

antara sifatNya yang berhubungan dengan diriNya sebagai llah, sebagairuhan

Pencipta. Ar-Rahman adalah sifat tetap pada dirinya. sehingga untuk kejelasan

sifat tetap Ar-Rahman itu, sifat iniselalu dimulaidengan memakai Atil tam(Al).

Ar'Rahim ialah sifatNya dalam keadaanNya sebagai Robb, sebagai ruhan

Pemelihara. Maka membekaslah Ar Rahim Tuhan pada pemeliharaan.

Inilah pokok pendirian agama. Bila pokok yang pertama inisudah dipegang

oleh seorang hamba, berarti dia telah memasuki pintu gerbang kepercayaan.

Maka dihimpunkanlah dia ke dalam ucapan syahadat pendek La ltqha lllolloh.

sil Tafsir Al-Azhor (Juzu' 2)

"Tidak odo Tuhan meloinkan Allah."

Tidak ada Tuhan yang patut aku sembah melainkan Ailah. Tidak ada

Tuhan tempat aku meminta tolong melainkan Allah.

Menarik perhatian kita pada ayat ini ialah karena terlebih dahulu dia

m