a disebut Yahudi, teringatlah kita kepada kekayaan benda
yang berlimpah-limpah, menternakkan uang dan memakan riba. Dan bila kita
baca pelajaran asli Kristen, sebelum dia berkecimpung ke dalam politik kekuasaan, akan kita dapatilah ajaran Almasih yang mengatakan bahwasanya orang
kaya tidak bisa masuk ke dalam syurga, sebagaimana tidak bisa masuk seekoi
unta ke dalam liang jarum. Maka sekarang datanglah ayat ini memperingatkan
kembali ummat Muhammad bahwa mereka adalah suatu ummat yang di
tengah, menempuh jalan lurus; bukan terpaku kepada dunia sehingga diperhamba oleh benda dan materi, walaupun dengan demikian akan m-nghisap
darah sesama manusia. Dan bukan pula hanya semata-mata mementingkan
rohani, sehingga tidak bisa dijalankan, sebab tubuh kita masih hidup. Islam
datang mempertemukan kembali di antara kedua jalan hidup itu. Di dalam
ibadat shalat mulaijelas pertemuan di antara keduanya itu; shalat dikerjakan
dengan badan, melakukan berdiri ruku'dan sujud, tetapisemuanya itu hendaklah dengan hofi yang khusyu'.
Nampak pula dalam peraturan zakat hartabenda. orang baru dapat
berzakat apabila dia kaya raya, cukup harta menurut bilangan nisab. Dan bila
datang waktunya hendaklah dibayarkan kepada fakir-miskin. Artinya, carilah
hartabenda dunia ini sebanyak-banyaknya, dan kemudian berikanlah sebahagian daripadanya untuk menegakkan amal dan ibadat kepada Allah dan untuk
membantu orang yang patut dibantu.
Nampak pula pada peraturan di hariJum at. Di hari itu daripagibolehlah
bekerja keras mencari rezeki, berniaga dan bertani dan lain-lain, tetapi setelah
datang seman Jum'at hendaklah segera berangkat menuju tempat shalat,
untuk menyebut dan mengingat AIlah. Dan setelah selesai shalat, segeralah
keluar dari mesjid untuk bekerja dan bergiat lagi.
lni menunjukkan jalan tengah di antara tiga agama yang serumpun.
Dalam pada itu secara luas dapat pula kita tilik pandangan hidup barat yang
dipelopori oleh alam fikiran Yunani yang lebih mementingkan fikiran (filsafat),
dan alam fikiran yang dipelopori oleh India purba yang memandang bahwa
dunia ini adalah maya semata-mata, atau khayal. Sejak dari ajaran Upanisab
sampai kepada ajaran Veda, dari Persia dan India, disambung lagi dengan ajaran
Budha Gautama, semua lebih mementingkan kebersihan jiwa, sehingga jasmani
dipandang sebagai jasmani yang menyusahkan.
Bangkitnya Nabi Muhammad s.a.w. di padang pasir Arabia itu, adalah
membawa ajaran bagi membangunkan ummatan wasathan, suatu ummat
yang menempuh jalan tengah, menerima hidup di dalam kenyataannya.Percaya kepada akhirat, lalu beramal di dalam dunia ini. Mencari kekayaan untuk
membela keadilan, mementingkan kesihatan rohani dan jasmani, karena kesihatan yang satu bertalian dengan yang lain. Mementingkan kecerdasan fikiran,
tetapi dengan menguatkan ibadat untuk menghaluskan perasaan. Mencari
kekayaan sebanyak-banyaknya, karena kekayaan adalah alat untuk berbuat
baik. Menjadi Khalifah Allah di atas bumi, untuk bekalmenuju akhirat. Karena
kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Selama ummat ini masih menempuh Shiratal-Mustoqim, ialan yang lurus
itu, selama itu pula mereka akan tetap menjadi ummat ialan tengah.
Maka berkata ayat selanjutnya: "Supoyo kamu menjadi soksi-soksi ofos
manusia."
Menurut lmam az-Zamakhsyari di dalam tafsirnya al'Kasysyaf, ummat
Muhammad sebagai ummat yang jalan tengah, akan menjadi saksi atas ummat
Nabi-nabi yang lain tentang kebenaran risalah Rasul-rasulyang telah disampaikan kepada ummat mereka masing-masing. Dan berkata lanjutan ayat'. "Dan
odalah Rasul menjadi soksi (pula) atos kamu." Yaitu Rasul itu Nabi
Muhammad s.a.w. menjadi saksi pula di hadapan Tuhan kelak, sudahkah
mereka menjalankan tugas mereka sebagai ummat yang menempuh jalan
tengah, adakah kamu jalankan tugas kamu itu dengan baik, ataukah kamu
campur-adukkan sajakah di antara yang hak dengan yang batil, sebab sifat
tengahmu itu telah hilang.
Ummat Muhammad menjadi ummat tengah dan menjadi saksi untuk
ummat yang lain, dan Nabi Muhammad s.a.w. menjadi saksi pula atas ummatnya itu adakah mereka jalankan pula tugas yang berat tetapi suci ini dengan
baik?
Maka setelah diketahui latar-belakang ini, mudahlah bagi orang yang
berfikir mendalam apa sebab kiblat dialih. Peralihan kiblat bukanlah sebab, dia
hanya akibat saja dalam hal membangunkan ummat yang baru, ummatan
wasathan. Setelah itu, sebagai lanjutan dariayat, Tuhan terangkanlah tentang
ksyq peralihan kiblat di dalam membangun ummatan wasathan; ,fisn
tjdaklah kami iadikon kiblat yang terah adaingkau otosnyo.,,yaitu kiblat ke B.aitulMaqdis yang satu tahun setengah lamanya Rasul beikiblat ke sana, lalu dialihkan kepada Ka bah yang ada di Makkah: ,,Meloinkinsupaya Kami ketohui siapo yang mengikut Rasur dan siapa yong berpaling atos dua tumit- nya."
Kiblat yang asaladalah Ka'bah juga. Ayat-ayat yang terdahulu dari initelah
menerangkan panjang-lebar bahwa Ka'bah itu didirikan oleh Nabi lbrahim. Dan
jauh lebih tua dariBaitulMaqdis. Karena kiblat dikembalikan kepada asalnya,
maka orangYahudi selama satu setengah tahun bermegah dan merasa bangga,
sebab hal itu mereka pandang adalah kemenangan mereka. Dengan peralihan
kiblat terbuktilah mana orang yang bertahan pada ujung, yang selama ini
menunjukkan suka kepada Rasul lantaran kiblat menuju tempat yang disukainya, yaitu orang Yahudi. Setelah kiblat beralih, dia menunjukkan tantangan.
Demikian pula kaum munafik, yang selalu mencari-cari saja soal-soal yang akan
mereka timpakan kesalahannya kepada Rasul: "Dan memonglah berat itu,
kecuali atas orang yong diberi petunjuk oleh Allah."
Orang yang imannya ragu-ragu dan imannya tidak mendalam merasa berat
atas terjadinya peralihan kiblat itu. Dirawikan oleh lbnu Jarir dari lbnu Juraij,
bahwa beliau ini berkata; Bahwasanya orang-orang yang baru masuk Islam,
setelah kiblat dialihkan, ada yang kembali jadi kafir. Mereka berkata: "Apa ini,
sebentar ke sana, sebentar ke situ." Dan menurut suatu riwayat dari Imam
Ahmad dan Abd bin Humaid dan Termidzidan lbnu Hibban dan at-Thabrani
dan alHakim dari lbnu Abbas, beliau berkata: "Tatkala Rasulullah s.a.w.
mengalihkan kiblat itu ada beberapa orang yang bertanya kepada beliau:'Ya
Rasulullah, sekarang kiblat telah beralih. Bagaimana jadinya dengan orangorang yang telah mati, sedang di kala hidupnya mereka shalat berkiblat ke
Baitul Maqdis? Untuk menjawab pertanyaan itu datanglah lanjutan ayat: "Dan
tidoklah Allah akan menyia-nyiakon imon kamu. " Artinya, bahwasanya orang.
orang yang mati sebelum kiblat beralih, adalah mereka itu beramal karena
imannya juga. Amal mereka itu timbul daripada iman itu tidaklah akan disiasiakan oleh Tuhan. Ketaatan mereka dan ibadat mereka yang khusyu'diterima
juga oleh Allah dengan sebaik-baik penerimaan: "Sesungguhnya Alloh ter
hadap monusio adalah penyantun dan penyoyong. " (ujung ayat 143).
Di ujung ayat ini teranglah dua sifat Allah yang penting untuk pedoman
beramal. Pertama Tuhan Penyantun, tidak menyia-nyiakan amal hambaNya.
Kedua Dia Penyayang, yaitu memberi ganjaran yang sepadan atas tiap-tiap
amalan. Dan lagi berkiblat ke Baitul Maqdis sebelum perintah peralihan ke
Makkah, tidaklah suatu kesalahan, melainkan ketaatan juga. Sedang orang
musyrik jahiliyah yang hidup lampaunya penuh dosa, bila dia telah memeluk
Islam, habislah diampuni dosanya yang telah lalu itu. apatah lagi bila amalan
yang lama itu dilakukan dengan ketaatan juga.
Ayat 142 dan 143 ini belumlah perintah mengalihkan kiblat, melainkan baru
sebagai peringatan kepada Rasul bahwa akan terjadi reaksi dan sanggahan
kelak dari orang-orang bodoh dangkal fikiran, yang bercakap asal bercakap,
padaha,,dakbe*anJ;:::":;:,::;:::,"1::1,,",.,",_""nn"olj,l
nya.
(144) Sesungguhnya Kami lihai muka
engkau menengadah-nengadah
ke langit, maka Kami palingkanlah engkau kepada kiblat yang
engkau ingini. Sebab itu palingkanlah muka engkau ke pihak
MasjidilHaram. Dan dimana saja
kamu semua berada palingkanlah mukamu ke pihaknya. Dan
sesungguhnya orang-orang yang
diberi kitab mengetahui bahwasanya itu adalah kebenaran dari
Tuhan mereka. Dan tidaklah
Allah lengah dari apapun yang
kamu amalkan.
(145) Dan meskipun engkau beri
orang-orang yang diberi kitab itu
dengan tiap-tiap keterangan. tidaklah mereka akan mengikut
kiblat engkau itu. Dan engkaupun tidaklah akan mengikut
kiblat mereka. Dan tidaklah
yang sebahagian mereka akarr
mengikut kiblat yang sebahagian. Dan jikalau engkau
perturutkan kemauan-kemauan
mereka sesudah datang kepada
engkau sebahagian dari pengetahuan, sesungguhnya adalah engkau di masa itu dari orangorang yang aniaya.
(146) Orans-orang yang diberikan kepada mereka kitab, mengenallah
mereka akan dia sebagaimana
mereka mengenal anak-anak
mereka (sendiri). Dan sesungguhnya sebahagian dari mereka,
mereka sembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
(147) Kebenaran adalah dari Tuhan
engkau. Maka sekali-kali janganlah engkau termasuk dari orangorang yang ragu.
e
z ) >z JtP- l
/
,21. 6-i rL'
-, _,,i
..ltL:, I
I
Dori Hal Kiblat
z )z>z>lz'-z>-r rr- r,
CS ,r-t^,- d, #f ;:-(J
z z,r>-z :z t , -.Y -,
!.,., u|t,ZirL )tr-!r'f Fr
(rtv)
I
"Sesungguhnya telah Kqmi lihat muka engkau menengadah-nengadah
ke langit-" (pangkal ayat 144). Artinya, bahwasanya Kami (Allah) telah memperhatikan bahwa engkau selalu menengadah ke langit mengharap-harap,
moga-moga Tuhan mengizinkan engkau mengalihkan kiblat ke Ka'bah. Me
nurut riwayat lbnu Majah dari al-Bara', setiap akan shalat beliau menghadapkan wajah ke langit, yang diketahui oleh Tuhan bahwa hati beliau amat rindu jika
kiblat itu dialihkan ke Ka bah. Tiap-tiap Malaikat Jibril turun dari langit atau naik
kembali ke langit selalu Rasulullah mengikutnya dengan pandangannya, menunggu-nunggu bilakah agaknya akan datang perintah Tuhan tentang peralihan
kiblat itu, sampai turun ayat ini: "Sesungguhnya telah Kemi lihat muka engkou
menengadoh-nengadoh ke langit, sampai kepada akhir ayat: "maka Kami
palingkanlah engkau kepada kiblat yang engkau ingini. " Suatu keinginan yang
timbul sebagai suatu risalat yang beliau bawa ke dunia ini, yaitu menyempurnakan ajaran agama yang dibawa Nabi lbrahim. Sebab "Wadin ghairidzi-zar'in"
atau lembah yang tidak ditumbuhi tumbuhan di dekat rumah Allah yang suciitu
adalah pokok tempat bertolak pertama dari Nabi Ibrahim seketika beliau
memulai risalatnya. Rumah itulah yang beliau jadikan pusat pertama dari
seluruh mesjid tempat menyembah Allah Yang Tunggal. "Sebob itu palingkonlah muko engkau ke pihak Masjidil Haram."
Dengan perintah pada ayat ini maka mulai saat itu beralihlah kiblat dari
BaitilMaqdis (rumah suci) yang diPalestina (Qudus ), yang didirikan oleh Nabi
Sulaiman, kepada Masjidil Haram yang didirikan oleh Nabi lbrahim, nenekmoyang Sulaiman dan nenek-moyang Muhammad s.a.w. yang berdiri di
M ak kah: " D an di me na saj a kamu semu ony a b e r ada palingk anlah muka kamu
ke pihaknya. " Dalam sukukata perintah pertama disebutlah engkou yaitu
perintah pertama kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan dalam lanjutan perintah
tersebutlah kamu, yaitu perintah kepada seluruh ummat Nabi Muhammad
yang tadi telah disebut keistimewaannya, yaitu ummotan wasathon, ummat
jalan tengah. Dan di kedua perintah itu disebut syathr yang kita artikan pihak,
atau dapat juga disebut jurusan. Artinya mulai sekarang alihkan kiblat kamu ke
jurusan Masjidil Haram. "Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab
mengetahui bahwasanya itu adaloh kebenaran dariTuhan mereka." Artinya
orang-orang Ahlul-Kitab Yahudi dan Nasrani, terutama orang-orang Yahudi
yang tinggal di Madinah seketika ayat ini turun sesudah mengetahui, bahwa
memang dari Ka'bah itu Nabi Ibrahim sebagai nenek-moyang bangsa Syam
(Semiet) yang menurunkan Bani Israil dan Bani Ismail memulai perjuangannya
mendirikan Tauhid, kepercayaan tentang keesaan Allah. Kalau mereka kembali
kepada pokok asal yditu sejarah perkahwinan lbrahim dengan Hajar, dan beliau
membawa Hajar ke tempat suci itu, yang dengan beberapa kerat roti dan satu
qirbot air sampai Hajar tersesat di Bersyeba, sampai Malaikat Jibril datang
membujuk Hajar dan mencegahnya dari rasa takut, sebab budak yang dalam
kandungannya itu akan dijadikan Allah suatu bangsa yang besar; kalau semuanya itu mereka ingat kembali, dan itu tertulis di dalam Kitab mereka sendiri
(Kitab Kejadian, Pasal2l dariayat 13 sampai ayat27), niscaya mereka tidaklah
akan heran jika NabiMuhammad s.a.w. diperintahkan mengembalikan kiblat
kepada asalnya, karena mereka memang sudah mengetahui bahwa di sanalah
tempatnya. Di ayat 21 Kejadian, Pasal 21 disebutkan nama tempat itu, yaitu
Paran. Dan pembaca kitab'Taurat tahu bahwa Paran itu adalah Makkah alMukarramah.
Lalu Tuhan bersabda pada ujung ayat: "Don tidaklqh Allahmelengahkon
dari apapun yang kamu amalkan." (ujung ayat 144). Artinyakesediaandan
kesetiaan kamu segera mengalihkan kiblat karena perintahTuhan telah datang,
tidaklah dilengah atau diabaikan oleh Tuhan. Bahkan sangat dihargai. Karena
pelaksanaan perintah Allah dengan segera, adalah alamat dari iman yang teguh.
Lalu datang lanjutan ayat seterusnya: "Dan meskipun engkau berikan
kepada orong-orang yang diberi Kitqb itu dengan tiap-tiap keterangon, tidaklah mereka akan mengikuti kiblat engkau itu." (pangkal ayat 145).
Di ayat sebelumnya (144) dikatakan mereka telah mengetahuibahwa kiblat
yang di Makkah memang lebih asal dan lebih patut, tetapi dalam lanjutan ini
diperingatkan pula oleh Tuhan, meskipun mereka telah mengetahui sebabsebab peralihan kiblat itu, namun mereka tidaklah mau mengikut kamu, sebab
mereka telah mempertahankan golongan, bukan mempertahankan kebenaran:
"Don engkoupun tidaklah akan mengikuti kiblat mereko," sebab perintah
Tuhan sudah datang menyuruh alihkan kiblat.
Niscaya Nabi Muhammad s.a.w. dan ummatnya tidaklah akan mengikut
kiblat pemeluk agama yang lain, sebab Tuhan telah menentukan kepadanya
kiblat Masjidil Haram dengan wahyu: "Dan tidakloh yang sebohagian mereka
akan mengikut kiblat yang sebahagian." Orang Yahudi tidaklah hendak mengikut kiblat orang Nasrani dan orang Nasranipun tidaklah akan mengikut
kiblat orang Yahudi. "Dan jikalau engkau perturutkan kemquan-kemauan
mereka sesudah datang kepada engkau sebahagian dari pengetahuan, se'
sungguhnya qdalqh engkau di masq itu dqri orang-orang yang anioya' " (uiung
ayat 145).
Artinya, garis yang akan beliau lalui sebagai seorang Rasul, terutama
berkenaan dengan kiblat telah terang, yaitu kembali menghadap kepada rumah
suci yang telah didirikan oleh Nabi Ibrahim. Kalau menurut kemauan Yahudi
nenaaftan kembalikan ke Baitul Maqdis; niscaya ini tidak akan diperhatikan,
meskipun telah banyak sanggahan atau gerutu yang mereka sampaikan. Seorang Rasul sebagai pemimpin ummatnya tidak mempunyai pendirian yang
ragu. Bagaimana Nabi Muhammad s.a.w. akan ragu, padahal peralihan kiblat
itu adalah pengharapan dari beliau sendiri. Yang dituju dengan ujung ayat ini
adalah sekedar penguatkan hati beliau dalam perjuangan yang maha hebat itu,
untuk diberikan teladan kepada ummat beliau buat sepanjang masa.
Bagaimana kemauan dan hawanafsu mereka akan diperturutkan? Padahal
mereka sendiripun telah tahu bahwa dia inilah, NabiMuhammad s.a.w., Nabi
yang ditunggu-tunggu itu. Dijelaskan pada ayat yang selanjutnya:"Orang'orang
y ang dib e r i ke p a da m er ek a K it ab, me ngenallah mer ek a ak an dia s eb agaiman o
mereka mengenal anak-anak mereka (sendiri)." (pangkal ayat 146). Artinya;
baik dalam wahyu yang disampaikan oleh Nabi Musa, atau wahyu yang
disampaikan oleh Nabi Isa Almasih, demikian juga wahyu yang disampaikan
kepada Nabi yang lain, seumpama Yasy'iya, disebutkan bahwa akan datang
Nabi itu. Tanda-tandanyapun akan disebutkan, dan dari kaum mana dia akan
timbulpun akan disebutkan, sehingga mereka mengenalnya sebagaimana me'
ngenal anak mereka sendiri. Tetapi mereka memungkiri itu, artinya mereka
tafsirkan isi ayat kitab suci mereka kepada maksud yang lain: Memang seorang
Nabi akan datang, tetapi bukan Muhammad ini! "Don sesungguhnya sebahagian dari mereko, mereka sembunyikan kebenoran, padahal mereko
mengetahui." (ujung ayat 146).
Inilah sebab terutama mengapa tidak akan dapat kecocokan. Inilah soal
yang terutama mengapa soal kiblat menjadikan heboh mereka. Sebagian dari
mereka telah sengaja menyembunyikan kebenaran. Ayat-ayat yang menyebutkan tentang kedatangan Rasul penutup itu, sampai sekarang ada dalam kitabkitab mereka itu. Tetapi kalau ditanyakan kepada mereka, tidak mau mereka
berterus-terang mengakui kebenaran, jika yang ditanya orang Yahudi, mereka
menjawab bahwa memang Nabi itu tersebut dalam Kitab, tetapi bukan ini.
Kalau yang ditanya orang Nasrani, kebanyakan mereka memberi arti bahwa
bukan Muhammad s.a.w. yang diianjikan Isa Almasih akan datang. Kalau masih
ada bertemu ayat-ayat itu dalam Injil-injil yang mereka akui sekarang ini, akan
mereka jawab bahwa yang dimaksud Nabi Isa bukanlah Muhammad, tetapi
RasulPaulus!
Tetapi Tuhan bersabda dengan tegas:
"Kebenaran adqlah dori Tuhan engkau, maka sekali-kali jangqnlah eng
kau termasuk dari orong-orang yang ragu." (ayat 147)
Tegasnya, memang engkaulah Rasul itu. Betapapun mereka menyembunyikan kebenaran namun kebenaran datang dari Tuhan. Tidak ada satu
kekuatan dalam dunia ini yang dapat menghalangi atau menyembunyikan
Didalam satu dari empat Injil yang mereka pegang hari ini, tersebut bahwa
Nabi Palsu itu ada tandanya, yaitu seumpama kayu atau pohon yang buruk
juga. Pohon yang buruk tidaklah akan menghasilkan buah yang baik. Pohon
yang buruk akan habis ditumbangkan angin. Beratus kali mereka dengan
kekuatan manusia, selama sejarah berabad-abad telah mereka coba menumbangkan pohon yang mereka katakan buruk itu, tetapi dia tambah subur.
Sebagaimana pernah dikatakan oleh sarjana mereka sendiri, Sir Thomas
Arnold, bahwa setelah bangsa Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad
dan membunuh Khalifah (1286), pada masa itu pula Islam masuk dan tersebar di
pulau Sumatera dengan megah dan jayanya. Ditebas di sini, dia tumbuh di sana
lebih subur dan lebih berkembang. Berkali-kali dia telah dipukul; kalau sekiranya bukan agama yang benar, dan kalau NabinyaNabiPalsu, demi pukulan
dan penghancuran itu sudah lama dia hilang darimuka bumi. Tetapitidak! Dia
berkembang terus mengambil-tempatnya yang layak di dunia. Sebab dia
memang kebenaran Tuhan.
339
(148) Dan bagi tiap-tiapnya itu satu
tujuan yang dia hadapi. Sebab itu
berlomba-lombalah kamu pada
serba kebaikan. Di mana saja
kamu berada niscaya akan dikumpulkan Allah kamu sekalian.
Sesungguhnya Allah atas
tiap sesuatu Maha Kuasa.
(149) Dan dari mana saja engkau
keluar, hadapkanlah muka engkau ke pihak Masjidil Haram.
Dan sesungguhnya (perintah) itu
adalah kebenaran dari Tuhan
engkau. Dan tidaklah Allah
lengah dari apapun yang kamu
amalkan.
(150) Dan dari mana sajapun kamu
keluar, maka hadapkanlah muka
engkau ke pihak MasjidilHaram,
dan di mana sajapun kamu berada, hendaklah kamu hadapkan
muka kamu ke pihaknya. Supaya
jangan ada alasan bagi manusia
hendak mencela kamu. Kecuali
orang-orang yang aniaya di
antara mereka, maka janganlah
kamu takul kepada mereka, dan
takutlah kepada Aku. Dan Aku
sempurnakan nikmatKu kepada
kamu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.
(151) Sebagaimana telah Kami utus
kepada kamu seorangRasul, dari
kalangan kamu sendiri, yang mengajarkan kepada kamu ayatayat Kami dan membersihkan
kamu dan akan mengajarkan kepada kamu Kitab dan Hikmat,
dan akan mengajarkan kepada
kamu perkara-perkara yang
tidak kamu ketahui.
(f52) Maka ingatlah kepadaKu, niscaya Aku akan ingat pula
kepadamu; dan bersyukurlah
kepadaKu dan janganlah Kamu
menjadi kufur.
.,az .) I -
ti.i {u
e
l>zz ,..?? ,.r. C; PtliJ*.--ii
ta
riSN;'-t' '
\or' - |
;)>zzo2.z;l -./ )2.) z-2.'c-z- 5-bt:L-f:ly:ifrt;LJl L.f
;r1 ;;i;; $.i,,,r1.
't':fr \;f.iiiT.;|;sL\;
{,,tlrlfJt; ffi
>ltz>z z-.1, o 2zz z a- a i=t
t:* Yi fti ty'D ;jltYt G
>21zzz>l>zz ., zl , .r.re, 5))t 51' ,,qd. i\.tift:
4ii;a
.
,l>-
Ogrd-;
Dori Hal Kiblot
ilI
"Dan bagi tiap-tiapnya itu ada satu tujuon yang dia hadapi." (pangkal
ayat 148).
Ayat ini adalah lanjutan dari keterangan tentang masing-masing golongan
yang mempertahankan kiblatnya tadi.
Al-'Aufi meriwayatkan darilbnu Abbas mengenai tafsir ayat ini, ialah bahwa
bagi tiap-tiap pemeluk suatu agama ada kiblatnya sendiri. Bahkan tiap-tiap
kabilahpun mempunyai tujuan dan arah sentliri, mana yang dia sukai. Namun
oiang yang beriman tujuan atau kiblatnya hanya satu, yaitu mendapat ridha
Allah.
Abul 'Aliyah menjelaskan pula tafsir ayat ini demikian: "Orang Yahudi
mempunyai arah yang ditujuinya, orang Nasranipun mempunyai arah yang
ditujuinya. Tetapi kamu, wahai ummat Muslimin, telah ditunjukkan Allah
kepadamu kiblatmu yang sebenarnya."
Nabilbrahim dizaman dahulu berkiblat ke MasjidilHaram, ummatYahudi
berkiblat ke Baitul Maqdis, ummat Nasrani berkiblat ke sebelah timur, dan
Nabi-nabi yang lainpun tentu ada pula kiblat mereka menurut zamannya
masing-masing, dan engkau wahai utusanKu dan kamu wahai pengikut utusanKu; kamu mempurryai kiblat. Tetapikiblat bukanlah pokok, sebagaidiayat-ayat
di atas telah diterangkan, bagi Allah timur dan barat adalah sama, sebab itu
kiblat berobah karena perobahan Nabi. Yang pokok ialah menghadapkan hati
langsung kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Itulah dia wrThoh atau
tujuan yang sebenarnya. "Sebob itu berlomba lombcilah kamu poda serbo
kebaikqn." Jangan kamu berlarutlarut berpanjang-panjang bertengkar perkara peralihan kiblat. Kalau orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak mau mengikuti kiblat kamu, biarkanlah- Sama-sama setialah pada kiblat masingmasing. Dalam agama tidak ada paksaan. Cuma berlombalah berbuat serba
kebajikan, sama-sama beramal dan membuat jasa di dalam peri-kehidupan ini.
"Di manq saja kamu berada, niscoyo akan dikumpulkan Allqh kamu se'
kalian." Baikpun kamu dalam Yahudi, dalam Nasrani, dalam Shabi'in dan
dalam iman kepada Muhammad s.a.w., berlombalah kamu berbuat berbagai
kebajikan dalam dunia ini, meskipun kiblat tempat kamu menghadap shalat
berlair-r-lain. Kalau kamu akan dipanggil menghadap kepada Allah; tidak perduli
apakah dia dalam kalangan Yahudi, Nasrani, lslam dan lain-lain; berkiblat ke
Ka'bah atau ke Baitul Maqdis. Di sana pertanggungjawabkanlah amalan yang
telah dikerjakan dalam dunia ini. Moga-moga dalam perlombaan berbuat
kebajikan itu, terbukalah hidayat Tuhan kepada kamu, dan terhenti sedikit
demi sedikit pengaruh hawanafsu dan kepentingan golongan; mana tahu,
akhirnya kamu kembali juga kepada kebenaran; "Sesungguhnya Allah atos
tiap-tiap sesuofu adalah Moha Kuoso. " (ujung ayat 148).
Perlombaan manusia berbuat baik di dunia ini belumlah berhenti. Segala
sesuatu bisa kejadian. Kebenaran Tuhan makin lama makin nampak. Allah
Maha Kuasa berbuat sekehendakNya.
Ayat ini adalah seruan merata: seruan damai dari lembah wahyu ke dalam
masyarakat manusia berbagai agama. Bukan khusus kepada ummat Muhammad saja.
Kemudian kembali lagi kepada pemantapan soal kiblat itu:
"Dan dari mana saja engkau keluqr, hadapkanlah muka engkau ke pihak
Mqsjidil Haram."(pangkal ayat 149). Artinya, meskipun ke penjuru yang mana
engkau menujukan perjalananmu, bila datang waktu shalat, teruslah hadapkan
mukamu ke pihak Masjidil Haram itu. Ayat ini sudahlah menjadi perintah yang
tetap kepada Rasulullah dan ummatnya terus-menerus di belakang beliau.
Sebab itu ditegaskan pada lanjutnya: "Don sesung guhnya (perintah) itu adolah
kebenaran dari Tuhan engkau." Tidak akan berobah lagi selama-lamanya:
"Dan tidaklah Allah lengah dori apapun yang kamu amalkan." (ujung ayat
149).
Artinva, kesungguhan kamu melaksanakan perintah ini, tidaklah Allah
akan melengahkannya. Gelap malam tak tentu arah; lalu kamu lihat pedoman
pada bintang-bintang, kamu kira-kira di sanalah arah kiblat lalu kamu shalat.
Allah tidaklah melengahkan kesungguhan kamu itu.
Kamu datang ke negeri orang lain, kamu tanyakan kepada penduduk
Muslim disitu; ke mana kiblat? Lalu mereka tunjukkan. Kamupun shalat. Allah
tidak lengah dengan kepatuhan kamu itu.
Sengaja engkau beli sebuah kompas (pedoman), engkau kundang dalam
sakumu ke nrana saja engkau pergi. Lalu orang bertanya; buat apa kompas itu,
padahal tuan bukan nakhoda kapal? Engkau jawab: penentuarr kiblat jika aku
shalat! Tuhan tidak melengahkan perhatianmu itu.
Kamu mendirikan mesjid yang baru. Yang lebih dahulu kamtr ukur dan
jangkakan ialah mihrab untuk menentukan jurusan kiblat. Allah tidak lengah
dari kesungguhanmu itu.
Sampai ada di antara kamu yang khas belajar ilmu falak, yang pada asalnya
sengaja buat mengetahui hal kiblat saja, sampai berkembang jadi ilmu yang luas.
Allah tidak melengahkan kesungguhanmu itu.
Kemudian dijelaskan lagi:
" Dan dari mana sajapttn kamu keluar, mako hadapkqnlqh muka engkou
ke pihak Masjidil Haram." (pangkal avat 150). Ini adalah perintah khusus bagi
beliau. Kemudian dijelaskan sekali lagi kepada seluruh ummat Muhammad
s.a.w. supaya mereka pegaltg teguh peraturan itu di mana sajapun mereka
berada. "Don di mana sajapun kamu berada." Hai ummat Muhammad s.a.w.
"Hendaklah kamu hadapkan muka kqmu ke pihaknya." Jangan diobah obah
lagi dan tidak akan berobah-obah lagi peraturan ini selama-lamanya. Baik
sedang kamu di lautan; carilah arah kiblat, shalatlah menghadap ke sana. Baik
kamu sedang di Kutub Utara atau Kutub Selatan, carilah arah kiblat dan
shalatlah menghadap ke pihak sana. Di pangkal ayat dipakai engkou, untuk
Muhammad. Di tengah ayat dipakai kamu, untuk kita ummatnya. "supaya
jangan qdq alasan bogi monusiq hendok mencela komlt." Karena penetapan
kiblat itu sudah pasti diterima oleh manusia yang sudi menjunjung tinggi
kebenaran. Sebagaimana tadi telah diterangkan, orang-orang yang keturunan
kitab sudah faham akan kebenaran hal ini. sebab rumah Allah yang pertama
didirikan ialah Masjidil Haram di Makkah itulah mereka berkumpul tiap tiap
tahun mengerjakan hoii, menjalankan wasiat nenek-moyang mereka Nabi
Ibrahim. Pendeknya tidaklah akan ada bantahan dan sanggahan daripada orang
yang berfikir sihat tentang penetapan kiblat itu. "Kecuali orong-orang yang
aniaya di antqra mereka, maka janganlah kamu takut kepada mereka dan
toktttlqh kepoda Aktr." Orang-orang yang aniaya' yang lidah tidak bertulang
tentu akan ada saja bantahannya. Orang-orang yang aniaya dari kalangan
Yahudi akan berkata: "Muhammad memutar kiblatnya ke Ka'bah' padahaldi
sana berderet 360 berhala yang selalu dicela-celanya itu. Rupanya dia akan
kembali agama nenek-moyang orang Quraisy." Orang-orang yang aniaya di
kalangan musyrikin akan berkata. "Dialihnya kiblat ke Makkah karena rupanya
dia hendak menarik-narik kita atau telah insaf atas kesalahannya." Orang
munafik di Madinah akan berkata: "Memang pendiriannya tidak tetap, sebentar
begini sebentar begitu." Maka janganlah diperdulikan itu semuanya dan jangan
takut akan serangan-serangan yang demikian, tetapi kepada Aku sajalah takut,
kata Allah. PerintahKu sajalah yang akan dilaksanakan. "Dan Aku sempurna'
kan nikmatKu kepada kamtt, dan supaya kamu mendopor petunjtLk. " (ujung
ayat 150).
Di ujung ayat itu Allah membayangkan janjiNya. bahwa nikmat perihal
kiblat itu akan disempurnakanNya. Nikmat pertama baru peralihan kiblat,
padahal diKa'bah waktu itu masih ada berhala. TetapiAku janjikan lagi, negeri
itu akan Aku serahkan ke tangan kamu, Ka'bah akan kamu bersihkan dari
berhala dan akan tetap buat selama-lamanya menjadi lambang kesatuan arah
dari seluruh ummat yarrg bertauhid. Dalam pada itu petunjuk-petunjuk akan
tetap juga Aku berikan kepada kamu sekalian. setelah selesai Perjanjian
Hudaibiyah di tahun yang keenam, diulang lagi ianjiNya oleh Allah bahwa
kemenangan telah datang dan nikmatNya yang dijanjikan itu memang akan
disempurnakan (lihat surat al-Fath. Surat 48 ayat 2). Dan tahun kedelapan
takluklah Makkah dan habislah berhala disapu bersih dari Ka'bah dan seluruh
Masjidil Haram, bahkan dari seluruh Tanah Hejaz, dan tegaklah agama Allah
dengan jayanya.
Maka ijma (sefahamlah) seluruh ulama Islam bahwasanya shalat menghadap kiblat MasjidilHaram adalah wajib. cuma sedikit pertikaiannya, menjadi
syaratkah daripada sahnya shalat atau tidak. Sebab pernah juga Nabi s.a.w.
bersama sahabatnya shalat malam hari pada suatu medan perang, setelah hari
pagi kenyataan bahwa kiblatnya salah arah. Maka tidaklah beliau ulang kembali
shalat itu.
Adapun tentang tepat atau tidaknya penghadapan, hendaklah kita fahami
bahwa Agama Islam tidaklah agama yang memberati.
Sebab itu maka pada ayat-ayat perintah kiblat itu disebut syothr yang kita
artikan pihak. Maka tersebutlah pada sebuah Hadis yang dirawikan oleh alBaihaqi di dalam Sunnahnya, Hadis Marfu':
Baitullah (Ka'bah) adaloh kiblat bagi orang-orang yang dalam mesjid.
Dan mesjid adalah kiblat bagi orong-orong yang tinggal di Tanoh Haram
(sekeliling Makkah). Dan Tonah Haram (Makkah) adalah kiblo/ bogi s eluruh
penduduk bumi, timurnya dan baratnya; dari ummatku."
Dengan adanya Hadis ini sudah mudahlah difahamkan tentang artisyofhr
yang kita artikan pihok atau jurltsan itu. Dan dengan demikian dapat pula kita
fahami bahwa agama tidaklah memerintahkan kita mengerjakan pekerjaan
yang berat, yaitu supaya di manapun kita berada hendaklah tepat setepattepatnya wajah kita menghadap ke Bailullah- Karena yang demikian sangatlah
sukar melakukannya, asal sudah kena saja jurusannya sudahlah cukup. Dalam
hal ini zhon (kecenderungan persangkaan) sudah cukup untuk menentukan
arah kiblat, sehingga orang yang belum mengerti benar-benar di mana jurusan
kiblat, bolehlah menurut saja ke mana arah yang diberati persangkaannya.
Tetapi suatu kemusykilan karena beragama hanya tersebab pusaka nenekmoyang belaka, telah terjadi pada bangsa Indonesia yang berpindah dan
berdiam bertahun-tahun di Suriname. Ketika terbuka perkebunan-perkebunan
besar di sana, pengusaha-pengusaha kebun itu telah membawa beratus-ratus
kuli kebun dari Tanah Jawa. Setelah mereka berdiam beranak-cucu di sana,
mereka mendirikan mesjid tempat mereka shalat. Tetapi kiblatnya mereka
hadapkan ke barat, sebab mesjid-mesjid di Tanah Jawa menghadap ke barat.
Padahal oleh karena letak mereka lebih ke barat dari jurusan Makkah, niscaya
kiblat mereka yang sah ialah menghadap ke timur. Dan umumnya masyarakat
yang mula-mula datang itu bukanlah or.rng-orang Indonesia terpelajar.
Setelah ada yang datang kemudian, yang jauh lebih cerdas, mereka inipun
menyalahkan kiblat menghadap ke barat itu. Teguran ini rupanya menimbulkan
perpecahan, sehingga ada mesjid yang berkiblat ke jurusan barat dan ke
jurusan timur. Menurut khabar terakhir yang kita terima dari sana, kian lama
kiblat ke barat itu kian surut jumlahnya karena sudah banyak yang cerdas dan
ada yang telah naik haji ke Makkah.
Selanjutnya Tuhan bersaMa: "Sefugaimana telah Kami utus kepoda
kamu seorang Rosul dari kalangon kamu *ndiri." (pangkal ayat 151). Tadi
Tuhan telah menyatakan bahwa nikmatNya telah dilimpahkan kepada kamu,
sekarang kamu telah mempunyai kiblat yang tetap, pusaka Nabi Ibrahim,
sebagaimana ummat-ummat yang lainpun telah mempunyai kiblat. Ini adalah
suatu nikmat dari Allah, dan berlombalah kamu dengan ummat yang lain itu
menuju kebajikan di dunia ini. Dan kamu tidak usah takut-takut akan gangguan
dan kritik, baik dari Yahudi atau dari orang-orang yang masih jahiliyah yang
akan mencela perubahan kiblat itu dengan caranya masing-masing karena
solih, yaitu bercakap dengan tidak bertanggungiawab. Dan Tuhanpun telah
menjanjikan pula bahwa nikmat ini akan Dia sempurnakan. Di belakang
perubahan kiblat akan menyusul lagi nikmat yang lain, yaitu satu waktu Makkah
itu akan dapat kamu taklukkan. Di samping nikmat itu ada terlebih dahulu
nikmat yang lebih besar, puncaknya segala nikmat, yaitu diutusnya seorang
Rasul dari kalangan kamu sendiri. "Yang mengajarkan kepoda kamu oya;ayat
Kami."yaitu perintah agar berbuat baik dan larang berbuat iahat "don yong
akan membersihkan kamu," bersih dari kebodohan dan kerusakan akhlak,
bersih daripada kekotoran kepercayaan dan musyrik, sehingga kamu diberi
gelar ummat yang menempuh jalan tengah di antara ummat-ummat yang ada
dalam dunia ini: "don akan mengajarkan kepoda kamu Kitab danhikmat."
Kitab itu ialah al-Quran, yang akan meniadi pembimbing dan pedoman hidupmu
di tengah-tengah permukaan bumi ini dan hikmat ialah kebijaksanaan dan
rahasia-rahasia kehidupan, yang dicantumkan di dalam sabda-sabda yang
dibawa oleh Rasul it u: " Dan akan menggiarkan kepada kamu perkara-perkara
yang (selama ini) tidak kamu ketahui." (ujung ayat 151)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa peralihan kiblat adalah suatu nikmat,
tetapi nikmat ini kelak akan disempumakan lagi. Tetapi di samping itu sudah
ada nikmat yang paling besar, yaitu kedatangan Rasul itu sendiri. Dengan
berpegang teguh kepada ajaran yang dia bawa, derajatmu akan lebih baik lagi.
Dari lembah jahiliyah dan kegelapan, kamu dinaikkanTuhan ke atas martabat
yang tinggi, dengan ayat-ayat, dengan Kitab dan dengan hikmat. Dan tidak
cukup hingga itu saja, bahkan banyak lagi perkara-perkara yang tadinya tidak
kamu ketahui, akan kamu ketahui juga berkat bimbingan dan pimpinan Rasul
itu.
Maka banyaklah soal-soal besar yang dulunya belum diketahui, kemudian
jadi diketahui, berkat pimpinan Rasul. Ada yang diketahui karena ditunjukkan
oleh wahyu Ilahi, seumpama kisah Nabi-nabi yang dahulu dan ummat yang
dibinasakan Tuhan lantaran menentang ajaran seorang Rasul. Dan ada soalsoal besar yang diketahui setelah melalui berbagai pengalaman, baik karena
berperang ataupun karena berdamai. Dan diketahui juga beberapa rahasia
yang hanya diisyaratkan secara sedikit oleh al-Quran; lama kemudian baru
diketahui artinya.
BerNabi, berQuran, berkiblat sendiri yang tertentu, kemudian disuruh
berlomba-lomba berbuat kebajikan. Dan tidaklah boleh takut atau berjiwa kecil
menghadapi berbagai rintangan dan halangan. Dengan beginilah akan kamu
penuhi tugas yang ditentukan Tuhan sebagai ummat yang menempuh jalan
tengah.
Dengan ini telah timbul satu ummat dengan cirinya yang tersendiri, untuk
jadi pelopor menyembah Allah Yang Esa.
Ada orang yang hendak mencoba menimbulkan keraguan orang yang
bukan Arab daripada isi ayat ini- Karena disebutkan bahwa Allah mengutus
seorang Rasul di antara kamu- Kata mereka, ayat ini menunjukkan bahwa
beliau hanya diutus kepada orang Arab, sebab yang dimaksud dengan komu di
siniialah bangsa Arab.
Penafsiran yang seperti ini salah, ataupun disalah-artikan. Kalau difahamkan secara demikian, tentu batallah maksud ayat-ayat yang lain, yang mengandung seruan kepada Bani Adam, atau kepada al'Insan, atau kepada on-Nos.
Tentu batal pula ayat-ayat yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad s-a.w.
diutus Tuhan adalah untuk Rahmat bagi seluruh alam Rohmotan lil-'Alamin.
Tentu orang-orang sebagai Shuhaib yang berbangsa Rum, ataupun Salman
yang berbangsa Persia tidak akan menyambut seruan ini. Dan tentu Abdullah
bin Salam orang Yahudi, atau Tamim ad-Dari dan Adi bin Hatim orang Nasrani
tidak masuk Islam.
Yang dimaksud dengan di antara komu di sini, bukanlah di antara orang
Arab saja, atau di antara Quraisy saja, melainkan lebih luas. Yaitu mengenai
manusia seluruhnya. Nabi Muhammmad diutus dalam kalangan manusia dan
dibangkitkan di antara manusia sendiri; bukan dia Malaikat yang diutus dari
langit. Dengan sebab beliau diutus di antara manusia, maka mudahlah bagi
manusia meniru meneladan sikap beliau.
"Moka ingatlah kepodaKu, niscaya Aku akan ingat pula kepadamu."
(pangkal ayat 152). Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh dan ad-Dailami dari jalan
Jubair diterimanya dari ad-Dhahhak, bahwa Ibnu Abbas menafsirkan demikian:
"lngatlah kepadaKu, wahai sekalian hambaKu, dengan taat kepadaKu; niscaya
Akupun akan ingat kepadamu dengan memberimu ampun."
Dan ditambah pula tafsirnya oleh Abu Hindun ad-Dari, yang dirawikan
oleh Ibnu'Asakir dari ad Dailami, menurut sebuah Hadis: "Maka barangsiapa
yang ingat akan Daku, dan diikutinya ingat itu dengan taat, maka menjadi
kewajibanlah atasKu membalas ingatnya itu dengan mengingatnya pula, dengan jalan memberinya ampun. Dan barangsiapa yang ingat kepadKu, tetapi dia
berbuat durhaka (maksiat), Akupun akan mengingatnya pula dengan menimpakan ancaman kepadanya."
"Don bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu menjadi kut'ur."
(ujung ayat 152). Bersyukurlah atas nikmat-nikmat yang Dia limpahkan, yaitu
dengan jalan berterimakasih dan mengucap syukur. Ucapan itu bukan sematamata dengan mulut, melainkan terbukti dengan perbuatan. Karena suatu
nikmat apabila telah disyukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya lagi. Dan
janganlah sampai berbudi rendah, tidak mengingat terirnakasih. Tidak syukur
atas nikmat adalah suatu kekufuran. Kalau nikmat yang telah dianugerahkan
Allah tidak disyukuri, mudah saja bagiAllah mencabutnya kembali, dan menghidupkan kita di dalam gelap.
Meskipun Rasul sudah diutus, ayat sudah diberikan, al-Quran sudah
diwahyukan, hikmat sudah diajarkan dan kiblat sudah terang pula, semuanya
tidak akan ada artinya kalau tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur.
Orang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan
merasai nikmat Islam itu. Maka zikir dan syukur, adalah dua pegangan teguh
yang banyak diterangkan di dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.
,a - 1 ) z >.1 )z , a- zll -
P\|24>tti,v'ujl l'q (153) Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan
dengan sabar dan shalat; sesungguhnya Allah adalah beserta
orang-orang yang sabar.
Dan janganlah kamu katakan terhadap orang yang terbunuh di
jalan Allah bahwa mereka mati.
Bahkan mereka hidup, akan
tetapi kamu tidak merasa.
(155) Dan sesungguhnya akan Kami
beri kamu percobaan dengan sesuatu dari ketakutan dan kelaparan dan kekurangan dari hartabenda dan jiwa-jiwa dan buahbuahan; dan berilah khabar yang
menyukakan kepada orang yang
sabar.
(156) (Yaitu) orang-orang yangapabila
menimpa kepada mereka suatu
musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah,
dan sesungguhnya kepadaNyalah kita semua akan kembali.
(157) Mereka itu, akan dikurniakan
atas mereka anugerah-anugerah
dari Tuhan mereka dan rahmat,
dan mereka itulah orang-orang
yang akan mendapat petunjuk.
c
(2 z.t -
z 2zrl z o) )z zz r' yt !1,'+ 4J.. .,
lrlrtr Yr
7;t';:'tr;t;\s\;4
@iPt;;
z 3 t-lz )!z | ),2 z1-z z 1-
1u!lu:l1"*1tr+-,r ril;Jl
Ea2... . -z - tt-3 r,,2'..-:.1
1o t s ff) j:J' t|o tr)oJI]J, I
6 i,i#t i13;i
347
. ))rz a -..
q "l "
|t:-# ) ,trL ztfl J
zAi;;;t;,e{:N
'tt-j *i;t '
M enghadapi P ercobaon Hidup
Pada ayat-ayat yang di atas telah dijanjikan Tuhan bahwa nikmat itu akan
terus-menerus disempurnakan, Nikmat pertama dan utama ialah diutusnya
Rasulullah s.a.w. menjadi Rasul. Beliaulah yang akan memimpin perjuangan
selanjutnya. Sebab itu tetaplah mengingat Allah supaya Allah ingat pula akan
kamu dan syukurilah nikmatNya, jangan kembali kepada kufur, yaitu melupakan jasa dan tidak mengingat budi.
Dengan perubahan kiblat setelah berasa diMadinah 16 atau 17 bulan kamu
telah dibawa melangkah lebih maju. Akhirnya kelak kemenangan yang gilang-
gemilang akan diberikan Tuhan kepada kamu. Tetapi adalah satu syarat utama
yang wajib kamu penuhi. Sebab perobahan-perobahan besar dan kejadian yang
akan diberikan Tuhan kelak kepadamu itu bukanlah terletak di atas talam
perak, lalu dihidangkan saja kepadamu. Melainkan amat bergantung kepada
usaha dan semangat kegiatanmu sendiri. Maka peristiwa-peristiwa yang dahsyat akan bertemulah oleh kamu dalamShirof halMustaqimyang kamu laluiitu.
Syarat utama itu ialah:
"W ahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sobar
dan shalat. Sesungguhn y a Allah b e s er t a or ong- o r ang y ang sabar." ( ayat 1 53 ).
Maksud ini adalah maksud yang besar. Suatu cita-cita yang tinggi. Menegakkan kalimat Allah, memancarkan tonggak Tauhid dalam alam. Membanteras perhambaan diri kepada yang selain Allah. Apabila langkah ini telah
dimulai, halangannya pasti banyak, jalannya pasti sukar. Bertambah mulia dan
tinggi yang dituju, bertambah sukarlah dihadapi. Oleh sebab itu dia meminta
semangat baja, hati yang teguh dan pengorbanan-pengorbanan yang tidak
mengenal lelah. Betapapun mulianya cita-cita, kalau hati tidak teguh dan tidak
ada ketahanan, tidaklah maksud akan tercapai. Nabi-nabl yang dahulu daripada
Muhammad s.a.w. semuanya telah menempuh jalan itu dan semuanya menghadapi kesulitan. Kemenangan mereka hanya pada kesabaran. Maka kamu
orang yang telah menyatakan iman kepada Muhammad wajiblah sabar, sabar
menderita, sabar menunggu hasilnya apa yang dicita-citakan. Jangan gelisah
tetapi hendaklah tetap hati.
Sampai seratus satu kali kalimat sabar tersebut dalam al-Quran. Hanya
dengan sabar orang dapat mencapai apa yang dimaksud. Hanya dengan sabar
orang bisa mencapai derajat Iman dalam perjuangan. Hanya denEan sabar
menyampaikan nasihat kepada orang yang lalai. Hanya dengan sabar kebenaran dapat ditegakkan.
Lebih 25 tahun Ya kub sabar menunggu pulang anaknya yang hilang,
sampai berputih mata; akhirnya anaknya Yusuf kembali juga. Tujuh tahun
Yusuf menderita penjara karena fitnah; dengan sabarnya dia jalani nasibnya;
akhirnya dia dipanggil buat menjadiMenteriBesar. Bertahun Ayub menderita
penyakit, sehingga tersisih dari anak isteri; akhirnya penyakitnya disembuhkan
Tuhan dan setelah pulang ke rumah didapatinya anak yang 10 telah menjadi20,
karena semua sudah kawin dan sudah beranak pula. Ibrahim dapat menyempurnakan kalimat-kalimat ujian Tuhan karena sabar. Demikianlah Musa dengan Bani Israil. Ismail membangun angkatan Arab yang baru. Isa Almasih
dengan Hawariyin semuanya dengan sabar.
Ada Nabi yang nyaris kena hukuman karena tidak sabar; yaitu NabiYunus.
Ditinggalkannya kaumnya karena seruannya tidak diperdulikan. Maka buat
melatih jiwa dia ditakdirkan masuk perut ikan beberapa hari lamanya. Tetapi
keluar dari sana dia membangun diri lagi dengan kesabaran.
Sebab itu sabarlah perbentengan diri yang amat teguh.
Sabar memang berat dan sabar memanglah tidak terasa apa faedahnya jika
bahaya dan kesulitan belum datang. Apabila datang suatu marabahaya atau
suatu musibah dengan tiba-tiba, dengan tidak disangka-sangka, memang timbullah perjuangan dalam batin. Perjuangan yang amat hebat. Tarik menarik di
antara kegelisahan dengan ketenangan.
Kita gelisah, namun hati kecil kita sendiritidaklah senang akan kegelisahan
itu. Suatu waktu orang yang belum juga menang ketenangannya atas kegelisahannya bisa jadimemandang gelap hidup ini, sehingga dari sangat gelapnya mau
rasanya mati saja. Mungkin dengan mati kesulitan itu akan habis, lalu dia
membunuh diri. Seseorang yang tengah diperiksa polisi karena suatu tuduhan
kejahatan, padahal dia merasa tidak bersalah, ada yang silap sehingga dia ingin
hendak membunuh diri. Katanya setelah saya mati nanti, mereka akan dapat
membuktikan juga bahwa saya tidak salah dalam hal ini. Lantaran itu dalam
sangatnya pemeriksaan itu, polisi menjaga benar-benar supaya barang-barang
yang tajam, sampai pisau silet pencukur janggut, dijauhkan daripadanya.
Sudah kita katakan, hati kecilyang didalam tidaklah suka akan kegelisahan
itu. Maka hati kecil yang di dalam itulah yang harus ditenangkan. sebab itu
dalam saat yang demikian sabar tadi tidak boleh dipisahkan dengan sholot!
Ingat Tuhan! Hati kecil yang telah dikepung oleh kegelisahan dan kekacauan itu
harus dibebaskan dari kepungan itu. Lepaskan dia menghadap Tuhan;
Allahu Akbar!Allah Maha Besar!
Mengapa aku mesti gelisah? Padahal buruk dan baik adalah giliran masa
yang pasti atas diriku, bukankah dahulu dari ini aku disenangkanNya? mengapa
aku demikian bodoh, sampai terangan-angan dalam perasaan hendak membunuh diri? Bukankah dengan membunuh diri keadaanku di akhirat, di seberang maut itu, akan lebih lagi menghadapi kemurkaan Tuhan?
Allahu Akbar!Allah Maha Besar!
segala urusan dunia ini adalah kecil belaka. Kesulitan yang aku hadapipun
soal kecil saja bagi Tuhan, akupun akan memandangnya kesulitan yang kecil
saja. Aku memandangnya soalbesar, sebab aku tidak insaf bahwa jiwaku kecil.
Aku gelisah lantaran kesulitan. Aku mesti mencari di mana sebabnya, kemudian ketahuanlah sebabnya. Yaitu ada sesuatu selain Allah yang mengikat
hatiku. Mungkin hartabenda, mungkin kemegahan dunia, mungkin pangkat
dan kedudukan dan mungkin juga yang lain. Sehingga aku lupa sarnasekali
tujuan hidupku yang sebenarnya, yaitu Tuhan dengan keredhaanNya, sebab
itu aku mesti shalat.
Maka apabila ketenangan telah diperteguh dengan shalat, kemenangan
pastilah datang. Sabar dan shalat; keduanya mesti sejalan.
Apabila kedua resep ini telah dipakai dengan setia dan yakin, kita akan
merasa bahwa kian lama hijab (dinding) kian terbuka. Berangsur'angsur jiwa
kita terlepas dari belenggu kesulitan itu sebabTuhan telah oe"rdaulat dalam hati
kita. Waktu itupun baru kita ketaftui bahwa kita terjatuh ke dalam kesulitan
tadi, ialah karena pengaruh yang lain telah masuk ke dalam jiwa; terutama
syaitan, yang ingin sekali kita hancur. Maka berangsurlah naik sari cahaya iman
kepada wajah. Barulah berarti kembali segala ayat-ayat yang kita baca, sampai
huiuf-huruf dan baris dan titiknya. Kita telah kuat kembali dan kita telah tegak.
Kita telah mendapat satu kekayaan, yang langit dan bumipun tidak seimbang
buat menilai harganya. Di sinilah terasa ujung ayat: "Sesungguhnya Allah
adalah besertq orang-orqng yong sabar." (ujung ayat 153).
Apakah yang engkau takutkan kepada hidup ini, kalau Allah telah menjamin bahwa Dia ada beserta engkau?
Orang yang ditimpa oleh suatu percobaan yang membuat jiwa jadi gelisah,
kemudian berpegang teguh kepada ayat ini, membenteng diri dengan sobor dan
shalat, dengan berangsur timbullah fajar harapan dalam hidupnya. Kelihatan
dari luar dia dalam kesepian, padahal dia merasa ramai, sebab dia bersama
Tuhan. Belenggu biar dipasang pada tangannya, namun jiwanya merasa bebas.
Pagar besi membatasi jasmaninya dengan dunia luar, tetapi ayat-ayat al-Quran
membawa jiwanya membumbung naik melintas ruang angkasa dalam dia
mengerjakan shalat.
Lantaran ini ketakutanpun hilanglah dan keberanian timbul.
Kalau mati dalam menegakkan cita-cita, ataupun terbunuh, hati bimbang
tidak ada lagi. Sebab bagi orang yang telah merasa dirinya dekat dengan Allah,
batas di antara hidup dengan mati tidak ada lagi. Hidup itu sendiri tidak ada
artinya kalau jauh dari Tuhan.
Maka datanglah sambungan ayat:
"Dan janganlqh kamu kotakqn terhodap orang yang terbunuh pada jalan
Allah bahwa mereka mati. Bahkon merekq hidup, akan tetapi, kamu tidak
meresa." (ayat 154).
Dengan ayat ini, kemenangan jiwa karena sabar dan shalat tadi diberi lagi
pengharapan baru. Pengharapan yang langsung diberi Tuhan. Jangan takut dan
jangan gelisah jika terbunuh atau mati karena menegakkan jalan Allah, karena
yakin bahwa yang ditempuh adalah jalan yang benar. Jangan gelisah. Sebab
orang yang mati pada menjalanijalan AIlah itu bukanlah mati, tetapi hidup terus.
Cuma kamu juga yang tidak merasa. Tetapi kalau kamu pelajari dengan
seksama, akhirnya kamupun akan merasakan bahwa mereka masih hidup;
hidup terus.
Bermacam tafsir ahli tafsir tentang makna hidupnya orang yang terbunuh
atau menjadi kurban dari menegakkanjalan Allah itu.
Kata setengahnya, walaupun badannya telah hancur dalam kubur namun
namanya tetap hidup. Namanya itu memberikan ilham atau inspirosi kepada
pejuang yang meneruskan citanya. Kata setengahnya pula, badannya yang
mati, namun fikiran dan citanya, terus hidup. Karena apalah arti hidup kalau
bukan karena cita-cita? Jasmaninya hilang namun isi citanya terus hidup dan
dilanjutkan oleh yang datang di belakang. Bukankah manusia itu datang silih
berganti, dan yang mereka perjuangkan ialah cita-cita yang tidak pernah mati?
Ada pula yang menafsirkan bahwa Roh manusia itupun mempunyai bentuk
halus serupa dengan bentuk tubuhnya. Maka jika tubuh telah hancur Roh itu
tetap ada dalam kehidupannya yang menyerupai efher. Maka bentuk Roh yang
bersifat ether itu tidak berubah, tidak berganti-ganti dan tidak musnah. Sedang
tubuh kasar manusia, walaupun sebelum dia mati tetap berganti dan berubah.
Kekuatan ether itu kata ahli ilmualam dapat mempengaruhi tubuh yang lain,
baik yang kasar ataupun yang halus; sedangkan ruang yang luas ini diisi selalu
oleh ether. Sehingga dengan perantaraan efher itulah cahaya bisa menembus
dari matahari ke dalam tingkat-tingkat udara. Demikian kata ahli-ahli tafsir
moden.
Dalam satu Hadis riwayat Muslim ada pula mengatakan bahwa Roh orangorang yang syahid itu diletakkan dalam tenggorokan burung yang hijau dalam
syurga, artinya dipelihara baik baik.
Demikianlah bunyi penafsiran. Tetapi apabila kita berpegang teguh dengan
mazhab Salaf, tidaklah layak kita menetapkan salah satu dari tafsir itu. Bahkan
kita langsung memegang apa yang dikatakan al-Quran; orang yang terbunuh
pada jalan Allah tidaklah mati, melainkan hidup. Malahan di ayat lain, yaitu
Surat ali Imran (Surat 3) ayat 160, ditegaskan lagi bahwa mereka terus diberi
rezeki.
Bagaimana hidupnya? Di mana dia sekarang? Bagaimana pula macam
rezekinya/. Tidaklah dapat kita ketahui, tetapi kita percaya.
Ahli ahli Tasauf mencoba juga memecahkan soal ini dengan jalan ridha;
lmam Ghazali dalam kitabnya Bidayqtul Hidoyah menerangkan pengalaman
seorang ayah yang shalih yang anaknya mati syahid dalam satu peperangan.
Pada suatu hari dia mengalami, puteranya itu datang dan singgah ke rumahnya
dalam keadaan dia setengah bermimpi. Ayahnya bertanya mengapa pulang?
Anak itu menjawab bahwa dia hanya singgah sebentar ke rumah menziarahi
ayahnya, sebab dia beberapa teman Syuhada,. turun ke dunia kita ini karena
ikut bersama-sama menyembahyangkan jenazah Khalifah Umar bin Abdul
Aziz. Dan akan segera kembali ke alamnya. Ibnul Qayyim banyak juga menceritakan hal-hal serupa ini dalam kitabnya yang bernama al-Arwah.
Pendeknya hal yang begitu telah termasuk alam lain, yang kita percayai.
Tentang bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah di dekat kita ini penuh
dengan Roh-roh Syuhada, atau ether. Roh orang matisyahid, kita tidak tahu.
Karena hidup kita yang sekarang ini masih terkongkong oleh olom Syohadah,
alam nyata.
Kemudian itu Tuhan teruskan lagi peringatanNya kepada kaum mu'min:
"Don sesungguhnya qkan Kami beri kamu percoboan dengon sesuofu."
(pangkal ayat 155). Dengan sesuatu, yaitu dengan aneka warna, "dari ketakutan," yaitu ancaman-ancaman musuh atau bahaya penyakit dan sebagainya, sehingga timbul selalu rasa cemas dan selalu terasa ada ancaman. Yang
berlaku di zaman Nabi ialah ancaman orang musyrik dari kota Makkah,
ancaman kabilah-kabilah Arab dari luar kota Madinah yang selalu bermaksud
hendak menyerang Madinah, ancaman fitnah orang Yahudi yang selalu mengintai kesempatan dan ancaman orang munafik, dan ancaman bangsa Rum yang
berkuasa di utara waktu itu. "Don kelaparan" termasuk kemiskinan sehingga
persediaan makanan sangat berkurang. "Dan kekurangan dari hartabenda."
Sebab umumnya sahabat-sahabat Rasulullah yang pindah dari Makkah ke
Madinah itu hanya batang tubuhnya saja yang keluar dari sana; hartabenda
tidak bisa dibawa; " dan jiwa- jiwo, " ada yang kematian keluarga, anak dan isteri
dan bapak, sehingga hidup melarat terpencil kehilangan keluarga di tempat
kediaman yang baru; "don buah-buahan,"karena tidak lagi mempunyai kebunkebun yang luas, terutama pohon kurma, yang menjadi makanan pokok pada
masa itu. Semuanya itu akan kamu derita!
Demikian sabda Tuhan. Tetapi derita itu tidak lain ialah karena menegakkan cita-cita. "Don berilah khabar yang menyukakan kepada orang-orang
yang sabar." (ujung ayat 155).
setelah di ayat 153 tadi dinyatakan kepentingan sabar dan shalat, di ayat ini
diulangi lagi bahaya-bahaya, percobaan dan derita yang akan mereka tempuh.
Disebut pahitnya sebelum manisnya. orang yang akan menempuh derita itu
hendaklah sabar. Hanya dengan sabar semuanya itu akan dapat diatasi. Karena
kehidupan itu tidaklah membeku demikian saja. Penderitaan dirasai dengan
merata. Nabi Muhammad s.a.w. sendiri dalam peperangan uhud kehilanlan
pamannya yang dicintainya Hamzah bin AbdulMuthalib. Maka apabila mereka
sabar menahan derita, selamatlah mereka sampai kelak ke seberang cita-cita.
Tidak ada cita-cita yang akan tercapai dengan tidak mem6erikan pengorbanan.
Berilah khabar kesukaan kepada mereka yang sabar itu.
"(Yaitu) orong -orong yang apabila menimpa kepada mereka suatu
musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNyalqh kita semua akan kembali." (ayat 156).
Ucapan yang begini mendalam, tidaklah akan keluar daridalam lubuk hati
kalau tidak menempuh latihan.
Khabar kesukaan apakah yang dijanjikan buat mereka?
"Mereka itu, akan dikurniakan atas mereka anugerah-anugerah dari
Tuhan mereka, dan rahmqt." (pangkal ayat 157). lnilah khabar kesukaan untuk
mereka. Pertama mereka akan diberi kurnia anugerah: dalam bahasa aslinya
shalawat. Dari kata shalat. Kalau kita makhluk ini yang mengerjakan shalat
terhadap Allah, artinya telah berdoa dan shalat. Kalau kita mengucapkan
shalawat kepada Rasul, ialah memohon kepada Allah agar Nabi kita
Muhammad s.a.w. diberi kurnia dan kemuliaan. Tetapi kalau Tuhan Allah yang
memberikan shalawatNya kepada kita, artinya ialah anugerah perlindunganNya. Kemudian itu menyusul Rahmat, yaitu kasih-sayang. "Dan mereka itulah
orang-orang yang okan mendapat petunjuk." (ujung ayat 157).
Maka dengan ketabahan hati menghadapi, lalu mengatasi kesukaran dan
kesulitan dan derita, untuk menempuh lagi penderitaan lain, perlindungan
Tuhan datang, rahmatNya meliputi dan petunjukpun diberikan. Jiwa bertambah lama bertambah teguh, karena sudah senantiasa digembleng dan disaring
oleh zaman.
Dengan ini diberikan ketegasan kepada kita, apakah keuntungan yang
akan kita dapat kalau kita tahan mendqrita dan sanggup mengatasi penderitaan
itu, atau lulus dari dalamnya dengan selamat? Pertama Tuhan memberikan
sholowotNyo kepada kita, artinya bahwa kita dipelihara dan dijamin. Kedua
kita diberilimpahan Rohmat, yaitu kasih-sayang yang tidak putus-putub. Tidak
cukup hanya sehingga diberi sholaurot dan Rahmat, bahkan diianiikan lasi
dengan yang lebih mulia, yaitu dlberi petunjuk di dalam menempuh jalan
bahagia ini, sehingga sampai dengan selamat kepada yang dituju'
Ini telah terjadi pada kehidupan Nabi-nabi, setiap mereka lepas darisatu
ujian Mihnoh, mereka naik guna mencapai anugerah Minhah yang baru.
Demikian juga kehidupan ulama-ulama yang menerima warisan Nabi-nabi.
Semua ayat ini masihlah dalam rangka peralihan kiblat itu; intisarinya
tuntunan dalam perjuangan. Dan Islam tidaklah akan tegak, kalau Roh jihad ini
tidak selalu diapikan pada diri dan pada ummat. Dan kesulitan, kesukaran,
kekurangan sebagai yang disebutkan Allah itu akan selalulah ada. Bahagialah
ummat yang dapat mengambil pedoman daripada ayat-ayat ini.
Mungkin timbul rasa musykil dan pertanyaan orang: "Mungkinkah kita
mengelakkan diri dari perasaan sedih atau susah karena ditimpa musibah?"
Jawabnya sudah pasti, yaitu rasa sedih dan susah mesti ada. sedangkan
Nabi s.a.w. kematian puteranya Ibrahim bersedih juga dan titik jusa airmata
beliau. Bahkan tahun kematian isteri beliau yang tua, Khadijah, beliau namai
Tahun Duka. Rasa yang demikian tidaklah dapat dihilangkan, karena dia adalah
sifat jiwa. Dia timbul dari rasa belas-kasihan, atau rahmat. Maka perasaan yang
demikian, kalau tidak dikendalikan, itulah yang kerapkali membawa jiwa merana. Itulah yang diperangi dengan sabar, sehingga akhirnya kesabaran menang,
dan kesedihan itu tidak sampai merusak diri. Adapun kalau ada orang yang mati
anaknya, tidak sedih hatinya, dan dia gembira-gembira saja, itu adalah orang
yang tidak berperasaan. Orang yang berperasaan ialah yang memang tergetar
hatinya karena suatu malapetaka, tetapi dengan sabar dia dapat mengendalikan
diri, dan diapun menang. Inilah yang dimaksudkan.
Kadang-kadang berkesan pada wajahnya peperangan batin itu, entah
kurus badannya, bahkan sampai setengah buta matanya, sebagai NabiYa kub
kehilangan Yusuf, dan kemudian hilang pula Benyamin, namun beliau tetap
berkata:
(*6,1 iV$\fGJ4.M
"Sobor yang indah, dan Altahlah tempat memohonPerfolongon' "
uf: g3)
Berperang dalam batin, dan menang dalam peperangan itu. Itulah dia
bahagia.
E
r i't;P c,ii;rivariY (158) Sesungguhnya Shafa dan
Marwah itu adalah daripada
syiar-syiar Allah jua. Maka
barangsiapa yang naik haji ke
rumah itu atau umrah, tidaklah
mengapa bahwa dia keliling pada
keduanya. Dan barangsiapa
yang menambah kerja kebaikan,
maka sesungguhnya Allah adalah Pembalas terimakasih, lagi
Maha Mengetahui.
e. . ia, t*- .-rJ.
..-a./>z zZzz ' rjF t* Lb ,f!
@*e* I .6
So'i Di Antoro Shafa Dan Marwah
Menurut Syaikh Muhammad Abduh dalam pelajaran tafsirnya, ayat ini
masih urutan dari masalah peralihan kiblat juga. Meskipun pada tafsii-tafsir
yang lain seakan-akan telah terpisah. Menyebutkan dari hal Sa'i diantara Shafa
dan Marwah setelah memperingatkan menyuruh sabar dan shalat, guna menerima segala penyempurnaan nikmat Tuhan kelak, dan supaya tahan menderita
segala macam percobaan, maka dengan ayat ini dibayangkanlah pengharapan,
bahwa akan datang masanya mereka akan berkeliling di antara bukitShafadan
Marwah. Betapapun besarnya kesulitan yang tengah dihadapi sekarang namun
pengharapan mesti selalu dibayangkan. Apatah lagi kalau yang membayangkan
pengharapan Allah Ta ala sendiri:
"sesungguhnya shala danMarwah itu adalah daripada syiar-syiar Allah
juo. " (pangkal ayat 158). Bahasa kita Indonesia telah kita perkaya juga dengan
memakai kalimat syi'or. Kita telah selalu menyebut syiar Islam. Syiar artinya
tanda. Kata jamaknya ialah sya'oir. sya'airallah artinya tanda-tanda peribadatan kepada Allah. Ketika mengerjakan haji banyaklah terdapat syiar itu.
unta-unta dan lembu yang akan dikurbankan waktu habis hajidilukaitengkuk.
nya, sebagai tanda. Melukai itupun dinamaisyi'or. shalat di makam lbrahim
adalah termasuk syior ibadat. Tawaf keliling Ka'bah, wuquf di Arafah dan di ayat
ini disebut berjalan atau Sa'i di antara Shafa dan Marwah itupun satu diantara
syiar-syiar (sya'air) itu pula, dan melempar Jamrah di Mina. syiar-syiar demikian adalah termasuk ta'abbudi, sebagai imbangan dari ta'aqquli*. Ta'abbudi
artinya ialah ibadat yang tidak dapat dikorek-korek dengan akal mengapa
dikerjakan demikian. Ta'aqquli ialah yang bisa diketahui dengan akal. kita
mengetahui apa hikmahnya mengerjakan shalat; itu namanya ta'aqquli. Tetapi
kita tak dapat mengakali mengapa zuhur empat rakaat dan subuh dua rakaai.
Itu namanya ta abbudi. Kita dapat mengetahui hikmah mengerjakan haji sekurangnya sekali seumur hidup (ta'aqquli), tetapi kita tidak dapat mengetahui
mengapa ada perintah melontar Jamrah dengan batu kecil 7 kali (ta'abbudi).
Maka syiar-syiar itu termasuklah dalam taabbudi. "Makq borangsiapa yang
naik haji ke rumah itu atau umrah, tidaklah mengapa bahwa dia keliling pada
keduanya." Rumah itu yang dimaksud di sini ialah Baitullah (Ka'bah) itu.
Adapun haji ialah pada waktu tertentu dimulai 9 Zulhijjah sampai selesai
berhenti di Mina sekeliling tanggal 12 atau 13 Zulhijjah. Tetapi umrah adalah
kewajiban diwaktu lain, selain waktu haji, yang tidak memakaiwuquf diArafah
dan berhenti di Muzdalifah dan di Mina. Tetapi haji dan umrah sama-sama
memakai pakaian ihram, sama-sama memakai tawaf keliling Ka bah dan samasama memakai sa'i di antara kedua bukit Shafa dan Marwah.
Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit kecil, atau menunggu didekat
Masjidil Haram. Jarak di antara kedua bukit itu ialahT60Yz (tujuhratus enampuluh setengah) hasta. setelah perbaikan Masjidil Haram yang terakhir (1957)
kedua bukit itu telah termasuk dalam lingkungan mesjid. Maka dalam rangka
mengerjakan haji dan umrah termasuklah sa'i, yaitu berkeliling pergi dan
kembali di antara kedua bukit itu 7 kali. Dikerjakan setelah mengerjakan tawaf.
sehabis sa i itulah boleh tahallul, yaitu mencukur rambut dan menanggalkan
pakaian ihram. Dengan tahallul nusukpun selesai.
Menurut Hadis Bukhari dan Muslim darilbnu Abbas, syiar sa'iiniadalah
kenangan terhadap Hajar (isterimuda Ibrahim) seketika Ismailyang dikandungnya telah lahir, sedang dia ditinggalkan di tempat itu oleh Ibrahim seorang diri,
sebab Ibrahim melanjutkan perjalanannya ke Syam, maka habislah air persediaannya dan nyaris keringlah air susunya, sedang sumur untuk mengambil air
tidak ada di tempat itu. Anaknya Ismail telah menangis-nangis kelaparan,
hingga hampir parau suaranya. Maka dengan harap-harap cemas setengah
berlarilah (sa i) Hajar itu diantara kedua bukit inimencariair, sampai 7 kali pergi
dan balik. Anaknya tinggal dalam kemahnya seorang diri di lembah bawah.
Tiba-tiba kedengaran olehnya suara dan kelihatan burung terbang. Padahal
tangis anaknya kedengaran pula meminta susu. Selesai pulang balik 7 kali itu
diapun berlarilah kembali ke tempat anaknya yang ditinggalkannya itu. Dilihatnya seorang Malaikat telah menggali-gali tanah di ujung kaki anaknya, maka
keluarlah air. Dengan amat cemas dipeluknya air itu seraya berkata: Zaml
Zam! yang artinya; berkumpullah, berkumpullah! Kebetulan di masa itu datang
kafilah orang Jurhum yang tengah mencari air. Itulah sumurZamzam dan itulah
asal "lembah yang tidak mempunyai tumbuh-tumbuhan" itu diramaikan menjadi negeri. Itulah asalMakkah.
Maka perkelilingan Hajar itu dimasukkanlah dalam rangka syiar ibadat haji
dan umrah, dan diakuilah dia oleh ayat yang tengah kita tafsirkan ini, bahwa dia
memang syiarlah adanya daripada ibadat kepada Allah. Salah satu dari tanda
peribadatan. Barangsiapa yang naik haji atau umrah tidaklah ada salahnya jika
dia berkeliling pula di antara kedua bukit itu sebagaimana lazimnva.
Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, pada
suatu hari Urwah bin Zubair menyatakan pendapatnya di dekat Ummul Mu'mi'
nin Siti Aisyah, bahwa demikian bunyi ayat tidaklah wajib sa'i di antara Shafa
dan Marwah itu. Karena kalau disebut tidaklah mengapa berkeliling di antara
keduanya, niscaya tidak berkelilingpun tidak mengapa. Pendapat Urwah ini
ditegur dengan baik oleh Aisyah: "Bukan sebagai yang engkau fahamkan ituwahai anak saudaraku."* Adapun sa'i di antara Shafa dan Marwah itu adalah
termasuk dalam rangka syiar ibadat. Maka ayat itu menyebut tidak mengapa,
ialah karena di sana di zaman jahiliyah kalau ada orang Anshar pergi beribadat
haji atau umrah ke Makkah, mereka mesti bertemu dengan berhala manata
yang besar dan seram yang terletak di antara kedua bukit itu. Setelah mereka
menjadi Muslim semua musykillah dalam hati mereka bagaimana mereka akan
sa'ijuga di antara kedua bukit itu, padahal di sana masih berdiri berhala manata
itu. Maka ayat ini menjelaskan bahwa tidak mengapa jika mereka sa'i di sana,
walaupun di sana masih berdiriberhala itu. Demikian kita tuliskan maksud dari
Hadis Bukhari dan Muslim itu.
Lanjutan ayat: "Dan barangsiapa yang menambah kerja kebaikqn, maka
sesungguhnya Allah adalah pembalas terimakasih, lagi Maha Mengetahui."
(ujung ayat 158). Mengerjakan haji atau umrah yang wajib hanya sekali seumur
hidup. Tetapi jika orang ingin menambah lagi dengan tathawwu', menambah
haji lagi dan menambah umrah lagi, entah berapa kali dia ke Makkah, maka
Allah mensyukuri amalnya itu dan membalas budinya itu dengan baik. Dan
semua amalnya yang ikhlas diketahui oleh Allah.
Maka terasalah bahwa ayat ini masih bertali dengan perintah peralihan
kiblat dan pengharapan akan kemenangan di zaman depan. Satu waktu kelak
merekapun akan dapat mengerjakan umrah. Meskipun di antara bukit Shafa
dan Marwah itu masih ada berhala dan di dinding Ka'bah masih bersandar
patung-patung, tidak mengapa mereka meneruskan ibadat mereka, karena
ibadat itu tidak ada sangkut-pautnya dengan berhala itu. Maka pada beberapa
masa kemudian bermimpilah Rasulullah bahwa dia dan sahabat-sahabatnya
pergi ke Makkah mengerjakan umrah, lalu mereka pergi bersama-sama, sesuai
dengan yang dimimpikan. Tetapi sampai di Hudaibiyah pada tahun keenam
Hijriyah, mereka dihalangi orang Quraisy dan terjadilah perdamaian Hudaibiyah. Tidak jadi mereka naik tahun itu. Pada tahun mukanya, tahun ketujuh,
barulah terjadi Umratul Qadha. Mereka telah mengerjakan umrah dengan baik
dan selesai, mereka tawaf keliling Ka'bah yang masih berhala, dan mereka sa'idi
antara Shafa dan Marwah yang masih ada berhala manata di sana, tetapi
mereka tidak singgung menyinggung dengan itu. Syiar ibadat merel<a lakukan
dengan sempurna. Dan kelak pada tahun kedelapan setahun kemudian, karena
orang Quraisy telah mengkhianati janji, negeriMakkah telah ditaklukkan dan
segala berhala telah disapu bersih. Dan semuanya itu mereka capai dengan
didahului oleh berbagai penderitaan, kekurangan hartabenda, kekurangan
kawan-kawan yang syahid di medan jihad, tetapi akhirnya ialah penyempurnaan
dari nikmat yang telah dijanjikan Allah. Dan Allah membalas segala amaldan
usaha mereka dengan kemenangan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Adapun tentang Sa i di antara Shafa dan Marwah itu, telah ijma lah sekalian
ulama ikutan kita menyatakan bahwa dia itu memang termasuk monosik hoii.
Cuma mereka berbeda pendapat tentang hukumnya menurut ketentuan Fiqh.
Imam Malik dan Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbalberpendapat bahwa
dia termasuk Rukun pada Haji. Imam Abu Hanifah berpendapat termasuk
wajib haji.
(159) Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah
pernah Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kamiterangkan dianya kepada manusia di dalam
Kitab, mereka itu akan dilaknat
oleh Allah dan merekapun akan
dilaknat oleh orang-orang yang
melaknat.
(160) Kecuali orang-orang yang bertaubat dan berbuat perbaikan
dan mereka yang memberikan
penjelasan. Maka mereka itulah
yang akan Aku beri taubat atas
mereka; dan Aku adalah Pemberi taubat lagi Penyayang.
(161) Sesungguhnya orang-orang yang
tidak mau percaya, dan mati,
padahal mereka masih didalam
kufur. Mereka itu, atas mereka
adalah laknat Allah dan Malaikat
dan manusia sekaliannya.
(162) Kekal mereka didalamnya; tidak
akan diringankan azab atas
mereka, dan tidaklah mereka
akan diperdulikan.
Ayat-ayat ini masih menyangkut dengan sikap ahlul kitab, terutama yahudi
vang ada di Madinah seketika Rasulullah memulaida'wahnya ini. Mereka telah
mengetahui bahwa kiblat yang diajakkan, oleh Rasulitu adalah benar. Di ayat
146 di atas telah diterangkan pula bahwa mereka mengenal siapa Rasulullah
s.a.w. itu sebagaimana mereka mengenal anak kandung mereka sendiri, sebab
sifat-sifatnya cukup tertera di dalam Kitab yang mereka terima (Taurat), tetapi
sebahagian besar di antara mereka sengaja menyembunyikan kebenaran itu.
Sekarang datanglah ayat ini, (159) menerangkan orang-orang yang menyembunyikan kebenaran itu:
"Sesungguhnya orang-orong yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkon, dori keterongon.keterangan dan petuniuk. " (pangkal ayat
159). Keterangan-keterangan itu ialah tentang sifat-sifat Rasul Akhir Zaman
yang akan diutus Tuhan itu, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. yang demikian jelas
sifat-sifatnya itu diterangkan, sehingga mereka kenal sebagaimana mengenal
anak mereka sendiri. Dengan menyebut keterangan-keterangan, nyatalah
bahwa penjelasan ini bukan di satu tempat saja dan bukan satu kali saja,
melainkan di berbagai kesempatan. Dan yang dimaksud dengan petunjuk atau
hudan ialah intisari ajaran Nabi Musa, yang sama saja dengan intisari ajaran
Muhammad s.a.w. yaitu tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah, tiada
membuatnya patung dan berhala'. "Setelah Kami terangkan dianya kepada
manusio di dqlqm Kitob." Artinya, segala keterangan dan petunjuk itu jelas
tertulis di Kitab Taurat itu sendiri, dan sudah disampaikan kepada manusia,
sehingga tidak dapat disembunyikan lagi: "Mereka itu qkan dilaknat oteh Altah
dan merekapun akan diloknat oleh orang-orang yang melqknat." (ujung ayat
159).
Orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang
yang tidak jujur, orang-orang yang curang, yang telah melakukan korupsi atas
kebenaran, karena mempertahankan golongan sendiri. Orang yang semacam
itu pantaslah mendapat laknat Tuhan dan laknat manusia. Kecurangan terhadap ayat suci di dalam Kitab kitab Tuhan, hanya semata-mata untuk mempertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.
Di dalam Kitab Ulangan fasal 18 ayat 15 telah ditulis perkataan Nabi
Musa demikian bunyinya: "Bahwa seorang Nabi dari tengah-tengah kamu dari
antara segala saudaramu, dan yang seperti aku ini, yaitu yang akan dijadikan
oleh Tuhan Allahmu bagi kamu, maka akan dia patutlah kamu dengar."
Kemudian pada ayat berikutnya, ayat 18 lebih dijelaskan lagisebagaisabda
Tuhan Allah kepada Musa disuruh menyampaikan kepada Bani Israil: "Bahwa
Aku akan menjadikan bagi mereka seorang Nabi dari antara segala saudaranya,
yang seperti engkau, dan Aku akan memberi segala firmanKu dalam mulutnya
dan iapun akan mengatakan kepadanya segala yang aku suruh akan dia."
Di ayat berikutnya (ayat 19) lebih dijelaskan lagi; "Bahwa sesungguhnya
barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firmanKu, yang akan dikatakan
olehnya dengan namaKu, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang lain."
Setelah itu pada ayat 20 dijelaskan lagi perbedaan
benar-benar Nabi dengan Nabi palsu. Demikian firman
antaraan Nabi Musa.
359
di antara Nabi yang
Tuhan dengan per-
,,Tetapi adanya Nabi yang melakukan dirinya dengan sombong dan mengatakan firman dengan namaKu, yang tiada Kusuruh katakan, atau yang
berkata dengan nama dewa-dewa, niscaya orang nabi itu akan mati dibunuh
hukumnya."
Kemudian pada ayat berikutnya (ayat 21) dijelaskan lagi: "Maka jikalau
kiranya kamu berkata dalam hatimu demikian; dengan apakah boleh kami
ketahui akan perkataan yang bukannya firman Tuhan adanya?"
Ayat 22 seterusnya menjelaskan tanda itu demikian: "Bahwa jikalau Nabi
itu berkata demi nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tiada jadi atau
tiada datang, jatuhlah perkataan yang bukan firman Tuhan adanya, maka Nabi
itupun telah berkata dengan sombongnya, janganlah kamu takut akan dia."
Ayat-ayat ini terpancang dengan jelasnya di dalam Kitab Ulangan tersebut,
yang menurut keyakinan orang Yahudi, kitab itu adalah salah satu dari rangkaian Kitab Taurat.
Orang Kristenpun mengakuinya. Kumpulan kitab yang sebelum Nabi Isa
a.s mereka namai "Perjanjian Lama".
Ayat 20 tersebut sesuai bunyinya dengan a[-Quran Surat al-Haqqah (Surat
6g), ayat 44,45 dan46; yaitu jikalau NabiMuhammad s.a.w. beranimengatakan
suatr-r perkataan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu, diapun akan dibunuh: "Akan Kami putuskan urat lehernya.-"
Dari antara segala saudara itu, ialah saudara yang satu keturunan yaitu
Bani Israil adalah keturunan dari Ishak dan orang Arab adalah keturunan dari
Ismail. Keduanya anak kandung Nabi Ibrahim, maka dari kalangan Bani Israil
itupun akan diutus Tuhan seorang Nabi yang seperti engkau, yaitu seperti Nabi
Musa juga.
Demikianlah bunyi firman Tuhan itu, yang sampai sekarang tetap terpancang di dalam Kitab Ulangan tersebut. Tetapi orang Yahudi sengaja menyembunyikan kebenaran itu. Dan orang Nasrani menafsirkannya kepada Nabi
Isa bukan kepada Nabi Muhammad. Padahal kalau difikirkan dengan tenang
dan jujur, Iebih serupalah Nabi Musa dengan Nabi Muhammad, daripada
dengan Nabi Isa. Dan kalau difikir secara jujur pula, jauhlah perbedaan Musa
denlan tsa. Lebih banyak keserupaan Musa dengan Muhammad. Musa dan
Muhammad sama-sama lahir sebagai manusia biasa, yaitu berbapa. Bapa Musa
keturunan Bani Israil dan Bapa Muhammad keturunan Bani Ismail.
Tetapi kebenaran dan kenyataan firman ini mereka sembunyikan. Di
zaman Rasulullah s.a.w. masih hidup, benar-benar naskah itu tidak mereka
bolehkan jatuh ke tangan orang-orang yang beriman. Tetapi di zaman sekarang
dengan kemajuan cetak-mencetak dan telah disalinnya Kitab'kitab itu ke dalam
segala bahasa, tidaklah dapat mereka sembunyikan lagi. Sungguhpun begitu
mereka berkeras memberikan tafsir yang lain. Orang Yahudi mengatakan
bahwa Nabi yang disebutkan itu bukanlah Muhammad, melainkan Nabi yang
lain masih ditunggu. Dan orang Nasrani berkeras juga mengatakan bahwa Nabi
yang disebut itu ialah Isa Almasih; sebab kata mereka Isa Almasih itu keturunan
Daud. Padal-al Yusuf yang kawin dengan Maryam sesudah Isa lahirlah yang
keturunan Daud bukan Isa. Silsilah keturunan Yusuf dari Daud itulah yang
ditulis Matius dalam Injilnya fasal I ayat 1 sampai ayat 17. Bukan keturunan Isa
Almasih, sebab dia bukanlah anak dari Yusuf tersebut, Isa tidak berbapak.
Dan segala puji basi Tuhan. Nabi kita Muhammad s.a.w. bukanlah membuat-buat wahyu sendiri dan bukan menyerukan dewa-dewa. Sebab itu bukanlah beliau mati dihukum bunuh, dengan diputus urat lehernya. Seorang perempuan Yahudi yang jahat telah mencoba meracuni beliau seketika beliau
menaklukkan benteng Khaibar. Tetapi cepat beliau tahu. Sahabatnya Abu
Bakar termakan juga sedikit racun itu. Sejak termakan racun itu kesihatan Abu
Bakar sangat mundur. Salah satu penyakit yang membawa ajalnya ialah
bengkak dalam perut, bekas racun tersebut. Seketika ditanyakan kepada
perempuan tersebut mengapa dia berbuat demikian keji, dengan terus-terang
perempuan itu berkata bahwa kalau dia memang Nabi, niscaya dia akan tahu
racun itu.
Maka yang dimaksud dengan ayat yang akan kita tafsirkan ini ialah
penyembunyian kebenaran yang telah mereka lakukan itu; karena tidak mau
percaya kepada Utusan Tuhan, sampai hatilah mereka menyembunyikan.
Berani mereka berlangkah curang terhadap yang mereka sendiri mengakui
Kitab Suci. Tentu laknat kutuk Allahlah yang akan menimpa orang yang
demikian. Dan manusiapun akan mengutuk selama manusia itu masih ingin
akan kebenaran. Apatah lagi tulisan itu tidak dapat dihilangkan, melainkan
bertambah tersebar di muka bumi ini. Orang yang datang di belakang tentu
hanya menurut tafsiran yang telah ditentukan oleh orang yang dahulu.
Ayat yang tengah kita tafsirkan ini adalah celaan keras atas perbuatan
curang terhadap kebenaran. Sebab itu janganlah kita hanya menjuruskan
perhatian kepada sebab turunnya ayat, yaitu pendeta Yahudi dan Nasrani
tetapi menjadi peringatan juga kepada kita ummat Muslimin sendiri. Apabila
orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang al-Quran dan Hadis
telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan kepada orang yang berkuasa, atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikutpengikut mereka, maka kutuk'yang terkandung dalam ayat inipun akan menimpa mereka.
Terutama dari hal Amar Ma'rut', Nahi Munkar, menganjur-anjurkan
berbuat yang baik baik dan mencegah daripada mungkar, menjadi kewajibanlah bagi orang-orang yang telah dianggap ahli dalam hal agama. Apatah lagi
karena sabda Nabi:
ts,)y! lV t rjrl. b ctV,zt: *U,r.ts 4?i)' t 4t.t 7r s 9 1 )4;9i'\i,J'r\13i
"Uloma-ulama qdalah penjawat uoris Nobinobi. " Dirawikan oleh Abu
Daud, Termidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al Baihaqi dari Hadis Abu Darda'.
Lantaran itu dalam Islam ulama mempunyai dua kewajiban, yaitu menuntut
ilmu agama untuk mengajarkannya pula kepada orang yang belum tahu,
sehingga diwajibkan bagi yang belum tahu itu bertanya kepada yang tahu.
Kewajiban yang kedua menyampaikan atau mentablighkan. ulama dalam Islam
bukanlah hendaknya sebagai sarjana yang duduk di atas istana gading, menjauhkan diri dari bawah dan melihat-lihat saja dari atas. Lantaran itu maju
mundurnya agama di suatu negeri amat bergantung kepada aktif tidaknya
ulama di tempat itu dalam menghadapi masyarakat. Kalau mereka telah
menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan, keterangan-keterangan dan
petunjuk, kutuk laknat Tuhanlah yang akan menimpa dirinya. Dan manusiapun
mengutuk pulalah, sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di
satu negeri, maka bertanyalah orang: "Tidakkah ada ulama di sini?"
Imam Ghazali menceritakan bahwa shufi yang besar itu, Hatim siTuli(alAsham) datang ke satu negeri Islam dan bermaksud hendak berdiam lama di
sana. Tetapi baru tiga hari dirobahnyalah niatnya, dia hendak segera berangkat
meninggalkan negeri itu. Maka bertanyalah orang kepadanya, mengapa tidak
jadi niatnya diteruskan hendak menetap di negeri itu? Beliau menjawab: "Sudah
tiga hari saya di sini, tidak pernah saya mendengar suatu pengajianpun dalam
negeri ini. Tidak ada rupanya ulama di sini yang sudi mencampungkan dirinya
kepada orang awam buat mengajar mereka. Maka kalau aku tahan lama-lama di
sini akan matilah aku."
" Kecuali orang' orang yang bertaubot. " (pangkal ayat 160), foubof artinya
kembali. Yaitu kembali kepada ialan yang benar. Karena jalan menyembunyikan kebenaran itu adalah jalan yang sesat. "Don berbuat perboikon." Maka
langkah yang salah selama ini diperbaiki kembali, lalu mereka jelaskan kebenaran dan tidak ada yang disembunyi-sembunyikan lagi. Atau mana-mana
keadaan yang salah dalam masyarakat segera diperbaiki, sediakan seluruh
waktu buat ishloh. "Dan mereka yong memberikan penjelasan." Terangkan
keadaan yang sebenar-benarnya, jangan lagi berbelok-belok, karena kedustaan
tidaklah dapat dipertahankan lama. "Mqka mereka itulah yang akan Aku beri
taubat atas mereka. " Inilah penegasan dari Tuhan, bahwa apabila orang telah
kembali ke jalan yang benar, telah insaf, dan keinsafan itu dituruti dengan
kegiatan menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang telah keruh, memperbaiki yang telah rusak dan tidak bosan-bosan memberikan penjelasan,
segeralah Tuhan akan memberikan taubatnya. Dan segeralah keadaan akan
berubah, sebab yang berubah itu ialah orang yang bersalah sendiri. "Dan Aku
adalah Pemberi taubat, lagi Penyayang. " (uiung ayat 160).
Apabila orang telah insaf akan kesalahannya itu, dan segera dia berbalik.ke
jalan yang benar, maka Tuhanpun cepatlah menerima taubatnya. Kelalaian
yang sudah-sudah segera diampuni. Dan Tuhanpun Penyayang; niscaya akan
diberiNya pimpinan, bimbingan dan bantuan kepada orang yang telah mulai
menempuh jalan yang benar itu.
Lantaran itu maka terhadap ayat ini janganlah kita terlalu berpegang
kepada Asbobun-Nuzu/ (sebab turun ayat). Karena sudah ditakdirkan Allah di
dalam hikmatNya yang tertinggi bahwa perlombaan golongan-golongan agama
akan masih tetap ada di dunia ini, untuk orang berlomba berbuat yang baik.
Maka ayat ini menjadilah hasungan bagi kita yang telah menyambut al-euran
supaya menghindarkan diri daripada menyembunyikan kebenaran. Mari kita
kembali ke jalan Tuhan dan membuat ish/oh dan memberikan penjelasan.
Sesungguhnyo orang-orang yang tidak mau percoya." (pangkal ayat 161),
padahal segala keterangan telah diterimanya, dan dia masih berkeras kepala
mempertahankan yang salah dan tidak mau berganjak daripadanya."Danmati
padahal mereka masih di dalam kufur," sehingga kesempatan yang selalu
diluangkan Tuhan bagi mereka, tidak mereka pergunakan . "Mereka itu, atqs
mereka adalah lqknat Allah dan Malaikat dan mqnusia sekaliannya." (ujung
ayat 161).
Kebenaran sudah datang, masih saja tidak mau menerima. Alasan buat
menariknya tidak ada selain dari keras kepala atau fo'qshshub, mempertahankan yang salah. Niscaya kutuk laknatnya yang akan menimpa mereka terusmenerus. sebenarnya kutuk dari Allah sajapun sudah cukup; tetapi oleh karena
kebenaran Allah itu turut juga dipertahankan oleh Malaikat, yang selalu menyembah Allah dan mensucikanNya, tentu terganggulah perasaan Malaikat
melihat kebenaran disanggah. Tidak pelak lagi, Malaikat itupun mengutuk. Dan
umumnya manusiapun menghendaki kebenaran dan tidak menyenangi kecurangan dan kekerasan kepala. Niscaya manusiapun turut mengutuk pula. Maka
laknat Allah dan Malaikat serta manusia itu akan didapatnya terus-menerus:
"Kekal mereka di dalamnyo" (pangkal ayat 162). Kekal dalam kutukan,
walaupun telah hancur tulangnya dalam kubur. Ingatlah nama-nama sebagai
Fir aun, Karun, Haman dan Abu Lahab yang tersebut dalam al-Quran, walaupun telah beribu tahun mereka mati, kutuk Allah dan kutuk Malaikat serta
kutuk manusia masih mereka terima. Bahkan jika timbul manusia lain membawakan kekufuran sebagai mereka, terkenang lagi orang akan mereka dan
mengutuk lagi: "orang ini sepertiFir'aun! orang inijahat sebagaiAbu Lahab."
Dan sebagainya. "Tidak akon diringankan azab atas merekq. " yaitu azab
akhirat di samping kutukan di dunia. "Dan tidaklah mereka akan diperdulikon." (ujung ayat 162).
Akan dibiarkan mereka berlarut-larut dalam siksaan akhirat.
Di dalam permulaan Surat al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang
ku/ur atau orang kafir. Puncak kekafiran adalah mengingkari adanya Allah, atau
mempersekutukanNya dengan yang lain, atau tidak mau percaya kepada
adanya hari kemudian (Kiamat) atau tidak mau mengakui wahyu, atau berkata
tentang Allah dengan tidak ada pengetahuan. Pendeknya segala sikap menolak
kebenaran yang dijalankan agama dan mempertahankan yang batil, yang telah
diterangkan batilnya oleh agama.
Dan Tuhan kamu itu adalah
Tuhan Yang Maha Esa. Tidak
ada Tuhan melainkan Dia Yang
Maha Murah, lagi Maha PenYa'
yang.
diturunkan Allah darilangit daripada air, maka dihiduPkanNYa
dengan (air) itu bumi, sesudah
matinya, seraya disebarkanNYa
padanya dari tiap-tiap jenis binatang, dan peredaran angin, dan
langit dan bumi; adalah semuanya itu tanda-tanda bagi kaum
yang berakal.
membawa barang yang berman- -i.3,1 ' 'aI 'r'..Ii" ' ,'.rl 2'.-.' t', i::ff#L:X'ff, 1HJ,"JX"1I)' ;t*tr r'11 it\ v' ;a\' *\
Surat Al-Baqarah (Ayat 163) 363
"L)
"t'stL;
CD crr'$sr
z) '- z z-1
rA )!{JI)
(164) Sesungguhnya Pada kejadian '\;1;, a",i$\ r,.i"i)|, lL sesungguhnya oudu., jl
semua langit dan bumi dan ffl':: per- ;l7t;n'r'llr,7'r>ll
-. / ' - *eJL '- z -
'
;f:f,ff't,1f:,'i?"i""*: fit e"i 7 4tYt;)t4t; ,it i
rlilt;,Utti jit
awan yang diperintah di antara .f,)lf','iti ;fir 4 ;Jt,-l';Jt;
V-fr,-b;\l y,VU iv c
.-. "' t-t -t2 ,t .
2"
e--)\+r':,t'fcV1'
z ) -z ,a. aaa J*''r1?'\
Mengenal
Altah Dengan MemPerhatikan Alam
Sesudah Tuhan Allah memberikan peringatan yangdemikian keras, bahwa
kutuk laknat Allah dan Malaikat serta manusia akan datang timpa bertimpa ke
atas diri orang yang tidak mau percaya, yang sampai matinya tetap dalam kufur.
Tuhan pada ayat ini mengemukakan pokok ajaran agama tentang Tuhan.
Dengan demikian orang diperingatkan lagi; janganlah hendaknya mereka sampai bertahan dalam kekafiran dan mati dalam kufur'
,, D an T uhan k amu it u, ad alah T uhan Y ang M aha E so, " ( pangkal ayat 1 63 ).
Dialah lloh, Tuhan Pencipta. BerdirisendiriDia dalam kekuasaan dan penciptaanNyu, tidak bersekutu Dia dengan yang lain. Mustahil berbilang Tuhan itu;
sebat i.alu, Dia berbilang, pecahlah kekuasaan. Mustahillah alam yang telah
ada ini diciptakan oleh kekuasaan yang berbilang. Dia adalah Esa dalam
.iiutNy" sebagai llah, sebagai Tuhan Pencipta. Dan Dia adalah Esa dalam
sifatNya sebagii Pemelihara, sebagai Rob b. "T idak ads Tuhan melainkan Dia.
Apabila telah diakui TunggalNya dalam penciptaanNya, maka hanya Dialah
vang wajib disembah dan dipuja. Itulah yang bernama TauhidRububiyoh. Dan
setelah diakui bahwa Tunggal Dia dalam pemeliharaanNya atas alam, maka
hanya kepadaNya sajalah tempat memohon pertolongan. Inilah yang disebut
Tauhid Uluhiyah. Tersimpul keduanya di dalam ucapan:
us*iVL"Gt$
"Hanya kepada Engkau saja Kami ^n*"^'Aron; dan hanya kepada
Engkau saja kami memohon pertolongan."
"Yang Maha Murah, Yang Maha penyoyong,,,(ujung ayat 163).
Yang Maha Murah arti dari Ar-Rahmon: maka Ar-Rahmin adalah satu di
antara sifatNya yang berhubungan dengan diriNya sebagai llah, sebagairuhan
Pencipta. Ar-Rahman adalah sifat tetap pada dirinya. sehingga untuk kejelasan
sifat tetap Ar-Rahman itu, sifat iniselalu dimulaidengan memakai Atil tam(Al).
Ar'Rahim ialah sifatNya dalam keadaanNya sebagai Robb, sebagai ruhan
Pemelihara. Maka membekaslah Ar Rahim Tuhan pada pemeliharaan.
Inilah pokok pendirian agama. Bila pokok yang pertama inisudah dipegang
oleh seorang hamba, berarti dia telah memasuki pintu gerbang kepercayaan.
Maka dihimpunkanlah dia ke dalam ucapan syahadat pendek La ltqha lllolloh.
sil Tafsir Al-Azhor (Juzu' 2)
"Tidak odo Tuhan meloinkan Allah."
Tidak ada Tuhan yang patut aku sembah melainkan Ailah. Tidak ada
Tuhan tempat aku meminta tolong melainkan Allah.
Menarik perhatian kita pada ayat ini ialah karena terlebih dahulu dia
m