bijaksana dalam perbuatan akan memahami
ajaran. Orang-orang yang dipengaruhi dan diatur oleh hukum
dan kasih ilahi akan diterangi dengan terang ilahi. Sebab barang-
siapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu kebenaran
(Yoh. 7:17). Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi
lebih bijak.
(4) Daniel harus menghibur dirinya dengan harapan yang me-
nyenangkan akan kebahagiaannya sendiri dalam kematian, dalam
penghakiman, dan dalam kehidupan kekal (ay. 13). Daniel sudah
sangat tua sekarang, dan sudah lama berkecimpung baik dalam
mengenal sorga secara akrab maupun dalam melakukan sangat
banyak urusan umum di bumi ini. Dan sekarang ia harus berpikir
untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kehidupan sekarang ini:
namun engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman.
[1] yaitu baik bagi kita semua untuk banyak berpikir tentang
kepergian kita dari dunia ini. Kita sedang menuju ke sana, dan
harus pergi sebentar lagi, pergi meninggalkan seluruh bumi.
Itulah yang pasti menjadi jalan kita. namun inilah penghiburan
kita, bahwa kita tidak akan pergi sampai Tuhan memanggil kita ke
dunia lain, sampai Ia selesai dengan kita di dunia ini, sampai Ia
berkata, “Engkau, pergilah. Engkau sudah menyelesaikan
kesaksianmu, melakukan pekerjaanmu, dan menuntuaskan
pekerjaan harianmu sebagai orang upahan. Oleh sebab itu
sekarang, pergilah, dan serahkan kepada orang lain untuk
menggantikan tempatmu.”
[2] saat orang yang baik pergi dari dunia ini, ia masuk ke dalam
tempat peristirahatan: “Engkau akan beristirahat dari semua
kerja keras dan kegelisahanmu pada saat ini, dan tidak akan
melihat kejahatan-kejahatan yang akan datang pada angkatan
berikutnya.” Tidak ada yang lebih tepat untuk dikatakan seorang
anak Tuhan pada saat menjelang ajal selain, kembalilah tenang,
hai jiwaku! (Mzm. 116:7, KJV: kembalilah ke peristirahatanmu, hai
jiwaku).
[3] Waktu dan hari-hari akan berakhir. Bukan hanya waktu dan hari-
hari kita yang akan berakhir dalam waktu yang sangat dekat,
melainkan juga semua waktu dan hari akan berakhir pada
akhirnya. Hanya sebentar lagi, lalu waktu tidak akan ada lagi,
namun semua perputarannya akan terhitung dan selesai.
[4] Peristirahatan kita di dalam kubur hanya akan berlangsung
sampai kesudahan zaman. Dan kemudian istirahat yang penuh
damai itu akan terganggu dengan membahagiakan oleh
kebangkitan yang penuh sukacita. Ayub melihat ini saat ia
berkata tentang orang mati, sampai langit hilang lenyap, mereka
tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya, yang menyiratkan
bahwa jsesudah itu mereka akan terjaga dan bangun (Ayb. 14:12).
[5] Tiap-tiap dari kita harus bangkit untuk mendapat bagian kita
pada kesudahan zaman. Dalam penghakiman pada hari besar kita
pasti mendapat bagian kita sesuai perilaku kita dulu, dan apa
yang kita perbuat di dalam tubuh. Entah, mari hai kamu yang
diberkati, atau enyahlah hai kamu orang-orang terkutuk. Dan kita
harus berdiri untuk selama-lamanya dalam bagian itu. Suatu
penghiburan bagi Daniel, dan suatu penghiburan bagi semua
orang kudus, bahwa, apa pun bagian mereka pada waktu
sekarang, mereka akan mendapat bagian yang membahagiakan
pada kesudahan zaman, akan mendapat bagian mereka di antara
orang-orang terpilih. Dan harus menjadi kepedulian dan
perhatian yang besar dari tiap-tiap kita sekarang untuk meng-
amankan bagi diri kita sendiri suatu bagian yang mem-
bahagiakan pada kesudahan zaman nanti. Dan supaya kita puas
dengan bagian kita pada saat ini, kita harus menyambut dengan
senang hati kehendak Tuhan .
[6] Harapan dan pandangan ke depan yang disertai rasa percaya
bahwa kita akan mendapat bagian yang penuh berkat di Kanaan
sorgawi, pada kesudahan zaman, akan menjadi penyokong yang
jitu bagi kita saat kita hendak pergi meninggalkan dunia ini,
dan akan melengkapi kita dengan penghiburan-penghiburan
yang hidup pada saat-saat menjelang kematian.
Kitab
hosea
TAFSIRAN KITAB HOSEA
I. Sekarang kita memasuki dua belas kitab nabi kecil, yang oleh sebagian orang
pada zaman dulu, dalam menyusun kitab-kitab Perjanjian Lama,
digabungkan bersama-sama dan dianggap hanya sebagai satu kitab. Mereka
disebut nabi-nabi kecil, bukan sebab tulisan mereka kurang berwenang
atau kurang bermanfaat dibandingkan tulisan para nabi besar, atau seolah-
olah mereka ini lebih kecil dibandingkan yang lain di mata Tuhan , atau boleh
dipandang demikian di mata kita, melainkan hanya sebab tulisan mereka
lebih pendek dan tidak setebal kitab nabi-nabi lain. Beralasan bagi kita untuk
berpikir bahwa para nabi kecil ini berkhotbah sebanyak nabi-nabi lainnya,
namun mereka tidak menulis sebanyak nabi-nabi itu, tidak pula khotbah
mereka dicatat sebanyak khotbah nabi-nabi lain. Banyak nabi yang hebat
tidak menulis apa pun, dan yang lain hanya menulis sedikit, namun mereka
sangat berguna semasa hidup mereka. Demikian pula sepanjang sejarah
jemaat Kristen telah ada banyak terang yang menyala dan bersinar, namun
mereka tidak dikenal oleh angkatan selanjutnya lewat tulisan-tulisan
mereka. Namun karunia, anugerah, dan pelayanan mereka bagi angkatan
mereka sama sekali tidak lebih kecil dibandingkan orang lain yang dikenal
melalui tulisan. Sebagian orang yang hanya meninggalkan sedikit tulisan dan
tidak tersohor di kalangan penulis pun tidak kalah bernilai dibanding para
penulis yang menghasilkan lebih banyak tulisan. Menurut Yosefus, tulisan
kedua belas nabi kecil ini digabungkan menjadi satu jilid oleh sekelompok
ahli kitab pada zaman Ezra, yang terdiri dari orang-orang yang saleh dan
terpelajar. Dan diduga bahwa tiga nabi terakhir dari kedua belas nabi kecil
juga merupakan anggota dari kelompok itu. Inilah yang bertahan di antara
potongan tulisan wahyu ilahi yang tercerai-berai. Para ahli barang kuno
menghargai fragmenta veterum – bagian-bagian peninggalan dari zaman
kuno. Nah, tulisan ini yaitu penggalan-penggalan nubuatan, yang
dikumpulkan dengan hati-hati oleh Penyelenggaraan ilahi dan dirawat oleh
jemaat, agar jangan ada yang hilang, seperti surat-surat pendek Rasul Paulus
jsesudah surat-suratnya yang panjang. Kitab Yesus bin Sirakh berbicara
dengan penuh hormat tentang kedua belas nabi kecil ini, sebagai orang-
orang yang menghibur Yakub (Yesus bin Sirakh 49:10). Sembilan dari nabi-
nabi ini bernubuat sebelum masa pembuangan, sedangkan tiga nabi terakhir
bernubuat jsesudah orang Yahudi kembali ke negeri mereka. Ada suatu
perbedaan dalam urutan kitab-kitab ini. Kita menempatkannya seperti
orang-orang Ibrani kuno, dan semua sependapat untuk menaruh Kitab
Hosea pada urutan pertama. Namun, masalah mana kitab yang paling tua
tidaklah penting. Dan, kalaupun kita ingin mengurutkannya berdasar
mana yang lebih tua, sebagian dari kitab-kitab itu tidak dapat kita pastikan
usianya.
II. Di hadapan kita terbentang nubuatan Hosea, nabi pertama dari semua nabi
yang menuliskan nubuatan mereka, sebab ia dibangkitkan sebagai nabi kira-
kira sebelum zaman Yesaya. Menurut para tokoh pada zaman dulu, Hosea
berasal dari Bet-Semes, dan dari suku Isakhar. Ia sangat lama melayani
sebagai nabi. Orang Yahudi memperkirakan bahwa Hosea bernubuat hampir
selama sembilan puluh tahun. Jadi, seperti yang dicermati oleh Jerome, ia
sudah menubuatkan kehancuran kerajaan Israel sejak lama sebelumnya. Ia
sendiri sempat melihat kejadian itu serta meratapinya, dan jsesudah kejadian
itu usai, ia memanfaatkannya sebagai peringatan bagi kerajaan yang satunya
lagi, yaitu kerajaan Yehuda. Maksud dan tujuan dari nubuatan Hosea yaitu
untuk menyingkapkan dosa dan menyatakan penghakiman-penghakiman
Tuhan atas sebuah bangsa yang tidak mau diubahkan. Gaya tulisannya ringkas
dan padat berisi dibandingkan dengan nabi-nabi lain. Dan pada beberapa
bagian, tulisannya tampak seperti pepatah dalam Kitab Amsal, tanpa
hubungan satu sama lain, dan lebih tepat disebut ujaran Hosea dibandingkan
khotbah Hosea. Memang, adakalanya satu pepatah yang berbobot lebih
bermanfaat dibandingkan khotbah yang panjang. Huetius (seorang rohaniwan
Prancis abad ke-17 – pen.) mencermati bahwa banyak bagian dalam
nubuatan Yeremia dan Yehezkiel tampak merujuk kepada Nabi Hosea, dan
dipinjam darinya, sebab Hosea sudah menulis jauh sebelum mereka berdua.
Misalnya, Yeremia 7:34; 16:9; 25:10; dan Yehezkiel 26:13 sama dengan
Hosea 2:10. Demikian pula Yehezkiel 16:16 diambil dari Hosea 2:7. Janji
untuk mengabdi kepada TUHAN, Tuhan mereka, dan kepada Daud, raja
mereka dalam Yeremia 30:8-9 dan Yehezkiel 34:23 pun telah ditulis Hosea
sebelumnya dalam pasal 3:5. Begitu pula Yehezkiel 19:12 diambil dari Hosea
Tafsiran Kitab Hosea
13:15. Demikianlah nabi yang satu meneguhkan serta mendukung nabi
lainnya, dan semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama.
PASAL 1
si hati Tuhan disingkapkan kepada nabi ini, dan lewat sang nabi kepada umat,
melalui tanda dan perlambang pada tiga pasal pertama, namun selanjutnya
hanya melalui kata-kata. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Judul kitab ini secara keseluruhan (ay. 1).
II. Beberapa petunjuk khusus yang diperintahkan kepada Hosea untuk
diberikan kepada umat Tuhan .
1. Ia harus menyadarkan mereka akan dosa mereka dalam bersundal
dari Tuhan , dengan cara menikahi seorang wanita sundal (ay. 2-
3).
2. Ia harus menubuatkan kehancuran yang akan menimpa mereka
akibat dosa mereka, lewat nama anak-anaknya, yang berarti Tuhan
menyangkal dan meninggalkan mereka (ay. 4-6, 8-9).
3. Ia harus berbicara dengan penuh penghiburan kepada kerajaan
Yehuda, yang masih mempertahankan kemurnian ibadah kepada
Tuhan , serta meyakinkan mereka akan keselamatan dari Tuhan (ay.
7).
4. Ia harus memberi isyarat akan besarnya belas kasih yang
disediakan Tuhan bagi Israel dan Yehuda, pada zaman akhir (ay. 10-
11), sebab dalam nubuatan ini banyak janji belas kasihan yang
berharga bercampur dengan ancaman-ancaman murka.
Masa Nubuatan Hosea
(1:1)
1 Firman TUHAN yang datang kepada Hosea bin Beeri pada zaman Uzia, Yotam, Ahas dan
Hizkia, raja-raja Yehuda, dan pada zaman Yerobeam bin Yoas, raja Israel.
1. Dalam ayat di atas tercantum nama sang nabi beserta nama keluarganya.
Sama seperti para nabi lain, ia mencantumkan nama itu pada nubuatannya
untuk meyakinkan semua orang bahwa ia siap menegaskan bahwa apa yang
ditulisnya berasal dari Tuhan . Ia menandatanganinya sebagai sesuatu yang
akan dipertahankannya. Namanya, yaitu Hosea atau Yeshua (sebab nama itu
persis sama dengan nama asli Yosua), berarti penyelamat. Sebab nabi me-
rupakan alat keselamatan bagi umat Tuhan , sama seperti hamba-hamba
Tuhan yang setia. Mereka membantu menyelamatkan banyak jiwa dari maut,
dengan menyelamatkannya dari dosa. Nama keluarganya ialah bin Beeri,
atau putra Beeri. Sama seperti kita pada zaman sekarang, sebagian orang
pada zaman dahulu pun menggunakan nama belakang berdasar tempat
asal mereka, misalnya Mikha orang Moresyet dan Nahum orang Elkosh.
Sebagian yang lain mengambil nama belakang berdasar nama orangtua
mereka, misalnya Yoël bin Petuel, dan di sini Hosea bin Beeri. Barangkali
mereka menggunakan ciri ini jika orangtua mereka begitu
terkemuka, sehingga akan mendatangkan kehormatan bagi mereka. Orang
Yahudi beranggapan bahwa saat nama ayah seorang nabi disebutkan,
berarti sang ayah itu juga nabi. Namun, itu hanya keyakinan yang mengada-
ada dan tidak berdasar. Beeri artinya sumur, yang mungkin mengingatkan
kita pada mata air kehidupan dan air hidup yang darinya para nabi
mengambil air, dan yang harus senantiasa mereka ambil.
2. Dalam ayat di atas tertulis kewenangan dan penugasan Hosea: Firman
TUHAN yang datang kepada Hosea. Firman itu datang kepadanya. Firman itu
datang kepadanya dengan kuasa dan keberhasilan. Firman itu diwahyukan
kepadanya sebagai sesuatu yang nyata, dan bukan khayalan atau
bayangannya sendiri, dengan suatu cara yang pada waktu itu dipakai Tuhan
untuk menyingkapkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya para nabi. Apa
yang dikatakan dan ditulisnya berasal dari ilham ilahi. Itu terjadi dengan
firman Tuhan, seperti yang dikatakan Rasul Paulus mengenai apa yang
semata-mata didapatnya melalui pewahyuan (1Tes. 4:15). Itulah sebabnya
Kitab Hosea selalu diterima dalam kanon kitab-kitab Perjanjian Lama, yang
keabsahannya diteguhkan lewat pengutipannya dalam Perjanjian Baru (Mat.
2:15; 9:13; 12:7; Rm. 9:25-26; 1Ptr. 2:10). Sebab firman Tuhan tetap untuk
selama-lamanya.
3. Dicantumkan pula penjelasan terperinci mengenai waktu nubuatan Hosea,
yaitu pada zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda, dan pada
zaman Yerobeam bin Yoas, raja Israel. Kita hanya memiliki keterangan umum
ini tentang masa nubuatannya, dan bukan masa suatu pemerintahan secara
khusus, seperti sebelumnya dalam Kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan
Kitab Hosea 1:1
Daniel, atau sesudahnya dalam Kitab Hagai dan Zakharia. Di sini hanya
disebutkan satu raja Israel, meskipun masih ada banyak raja lagi pada masa
itu, sebab Hosea telah menyebutkan nama raja-raja Yehuda, sehingga tidak
perlu lagi menyebutkan yang lain. Lagi pula, sebab mereka semuanya raja
yang jahat, maka ia tidak bersuka dalam menyebut nama-nama mereka,
tidak pula hal itu akan memberi mereka kehormatan. Nah, berdasar
penjelasan yang diberikan di sini tentang beberapa pemerintahan saat
Hosea bernubuat (dan sepanjang yang bisa disaksikan, firman Tuhan sekali-
sekali masih datang kepadanya, sedikit banyak, di sepanjang masa-masa
pemerintahan ini ), tampak bahwa
(1) Hosea bernubuat untuk waktu yang lama, bahwa ia sudah mulai saat
masih sangat muda, yang memberinya keuntungan dalam hal kekuatan
dan kesigapan, dan bahwa ia terus melakukan tugasnya itu hingga sangat
tua, yang memberinya keuntungan dalam hal pengalaman dan
kewenangan. Suatu kehormatan besar baginya untuk ditugaskan begitu
lama dalam pekerjaan yang begitu baik, dan suatu belas kasihan yang
besar bagi umat untuk memiliki seorang hamba Tuhan yang begitu lama
berada di antara mereka, yang mengetahui keadaan mereka dengan
begitu baik, dan tentu saja peduli akan keadaan mereka itu. Ia yaitu
orang yang sudah lama mereka kenal, dan sebab itu lebih besar
kemungkinannya untuk berguna bagi mereka. Meski demikian,
sepanjang yang bisa disaksikan, Hosea tidak begitu banyak berperan di
antara mereka. Semakin lama mereka menikmati keberadaannya,
semakin mereka tidak mengindahkannya. Mereka pertama-tama me-
mandang rendah usianya yang muda, dan kemudian usianya yang sudah
lanjut.
(2) Hosea sudah melalui berbagai macam keadaan. Sebagian dari raja-raja
ini sangatlah baik, dan ada kemungkinan mendukung dan mendorong
dia. Sebagian raja yang lain sangatlah jahat, dan (dapat kita duga)
menentangnya dan mengecilkan hatinya. Namun demikian, Hosea tetap
berperilaku sama. Hamba-hamba Tuhan harus siap saat dihormati dan
dihina; saat diumpat atau saat dipuji. Saat melalui semuanya itu,
mereka harus menetapkan hati untuk memegang teguh kelurusan hati
mereka dan tetap mengerjakan tugas mereka.
(3) Hosea mulai bernubuat saat penghakiman-penghakiman Tuhan sedang
dicurahkan, saat Tuhan sendiri sedang beperkara secara lebih langsung
dengan bangsa yang berdosa itu, yang jatuh ke dalam tangan TUHAN,
sebelum mereka diserahkan ke dalam tangan manusia. Sebab pada
zaman Uzia dan Yerobeam, yang sezaman dengannya, terjadilah gempa
bumi yang mengerikan, yang disebutkan dalam Zakharia 14:5 dan Amos
1:1). Dan selanjutnya ada tulah belalang (Yl. 1:2-4; Am. 7:1; Hos. 4:3).
Cambuk Tuhan dikirim untuk menegakkan firman, dan firman Tuhan
dikirim untuk menjelaskan cambuk itu, namun keduanya tidak akan
berhasil sebelum Tuhan , oleh Roh-Nya, membuka telinga umat untuk
menerima pengajaran dan hajaran.
(4) Hosea mulai bernubuat di Israel saat kerajaan mereka sedang makmur
dan berkembang pesat, sebab demikianlah keadaannya pada masa
pemerintahan Yerobeam kedua, seperti yang kita dapati dalam 2 Raja-
raja 14:25, 27, “Ia mengembalikan daerah Israel, dan Tuhan menolong
mereka dengan perantaraan Yerobeam bin Yoas.” Namun demikian, pada
masa itu Hosea dengan berani menyatakan dosa-dosa mereka kepada
mereka dan menubuatkan kehancuran mereka. Manusia tidak boleh
disanjung-sanjung di dalam jalan mereka yang berdosa hanya sebab
mereka berhasil di dunia. Sebaliknya, bahkan pada saat seperti itu pun
mereka harus ditegur dengan apa adanya, dan diberi tahu secara terus
terang bahwa kemakmuran mereka tidak akan membuat mereka aman,
dan tidak pula akan bertahan lama bila mereka tetap hidup dalam kesa-
lahan-kesalahan mereka.
Perkawinan Hosea; Ancaman-ancaman terhadap Israel;
Isyarat akan Datangnya Rahmat bagi Yehuda
(1:2-7)
2 saat TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada
Hosea: “Pergilah, kawinilah seorang wanita sundal dan peranakkanlah anak-anak
sundal, sebab negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN.” 3 Maka
pergilah ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, lalu mengandunglah wanita itu dan
melahirkan baginya seorang anak laki-laki. 4 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada
Hosea: “Berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan
menghukum keluarga Yehu sebab hutang darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri peme-
rintahan kaum Israel. 5 Maka pada waktu itu Aku akan mematahkan busur panah Israel di
lembah Yizreel.” 6 Lalu wanita itu mengandung lagi dan melahirkan seorang anak
wanita . Berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: “Berilah nama Lo-Ruhama kepada anak
itu, sebab Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan
mengampuni mereka.
7 namun Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN,
Tuhan mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang,
dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.”
Kalimat ini, “saat TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea,”
mungkin mengacu pada,
1. Sederetan nabi yang gilang-gemilang yang bangkit sekitar masa ini .
Kira-kira pada masa itu, hidup dan bernubuatlah nabi Yoel, Amos, Mikha,
Yunus, Obaja, dan Yesaya. Namun, di antara mereka semua, Hosealah yang
pertama kali menubuatkan kehancuran Israel. Permulaan firman Tuhan ini
disampaikan dengan perantaraan Hosea. Kita membaca dalam riwayat raja
Yerobeam yang disebutkan di sini (2Raj. 14:27) bahwa TUHAN belum
mengatakan bahwa Ia akan menghapuskan nama Israel dari kolong langit.
namun segera sesudah itu Dia berkata bahwa Ia akan melakukannya, dan
Hosealah orang pertama yang mulai menyatakannya. Tugas itu menjadi jauh
lebih berat bagi Hosea, sebab ia menjadi orang pertama yang harus
membawa sebuah berita yang tidak menyenangkan, dan selama beberapa
waktu sebelum ada orang yang dibangkitkan untuk mendukungnya. Atau
lebih tepatnya,
2. Kalimat itu merujuk pada nubuatan-nubuatan Hosea sendiri. Inilah pesan
pertama yang dikirimkan Tuhan melalui dia kepada umat-Nya, untuk
memberi tahu mereka bahwa mereka yaitu angkatan yang jahat dan tidak
setia. Barangkali Hosea juga berharap untuk tidak menghadapi mereka
dengan cara yang begitu keras sebelum ia memperoleh wewenang dan nama
baik, dan tempat di hati mereka. Namun tidak, ia harus mulai dengan pesan
ini, supaya mereka tahu apa yang harus diharapkan dari seorang nabi Tuhan.
Bahkan, ia tidak hanya harus menyampaikan pesan ini kepada mereka,
namun juga harus menuliskannya, menyebarluaskannya, dan meninggalkan
catatan sejarah sebagai saksi menentang mereka. Nah, dalam nubuatan ini,
I. Nabi Hosea harus memperlihatkan kepada mereka dosa mereka, seolah-olah
dengan cermin, dan menunjukkan bahwa dosa itu luar biasa keji, luar biasa
memuakkan. Sang nabi diperintahkan untuk mengawini seorang wanita
sundal dan memperanakkan anak-anak sundal (ay. 2). Dan ia pun
melakukannya (ay. 3). Hosea menikahi seorang wanita yang terkenal bejat,
Gomer binti Diblaim. Ia bukan seorang yang telah menikah lalu berzinah,
sebab jika demikian tentu ia sudah dihukum mati, melainkan seorang wanita
lajang yang hidup bersundal. Menikahi wanita seperti ini bukanlah malum in
se – jahat dengan sendirinya, namun hanya malum per accidens – jahat dalam
keadaan tertentu, suatu perbuatan yang tidak bijak, tidak patut, atau tidak
bermanfaat, dan sebab itu dilarang bagi para imam. Dan jika benar-benar
dilakukan, perbuatan itu akan menyengsarakan sang nabi diancamkan
sebagai kutuk kepada Amazia bahwa istrinya akan bersundal, Am. 7:17).
Namun, itu bukanlah dosa jika Tuhan memerintahkannya demi tujuan
yang kudus. Bahkan, jika diperintahkan, maka hal itu sudah menjadi
kewajiban Hosea, dan ia harus percaya bahwa Tuhan akan menjaga nama
baiknya. namun , sebagian besar penafsir berpendapat bahwa
perkawinan itu terjadi dalam penglihatan, atau tidak lebih dari sekadar
perumpamaan. Dan itu merupakan cara mengajar yang lazim dipakai orang-
orang pada zaman kuno, khususnya para nabi. Sesuatu yang mereka mak-
sudkan tentang orang lain, mereka kenakan pada diri sendiri dalam bentuk
perlambang, seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 4:6.
Hosea harus mengawini seorang wanita sundal, dan mendapat
keturunan yang begitu rupa darinya sehingga semua orang akan menduga
bahwa, walaupun terlahir dalam ikatan pernikahan, mereka yaitu anak-
anak sundal, dikandung dalam perzinahan. Sebab sudah sangat biasa bahwa
orang-orang yang hidup cabul saat masih lajang, tidak akan hidup dengan
lebih baik sesudah menikah. Firman Tuhan , “Hai Hosea, umat ini merupakan
aib yang begitu besar bagi-Ku, dan begitu mendukakan serta menyusahkan
hati-Ku, seperti wanita sundal (KJV: istri sundal) dan anak-anak sundal
bagimu. sebab negeri ini bersundal hebat.” Mereka telah berpaling dari
Tuhan dengan melakukan segala bentuk kejahatan. namun penyembahan
berhala merekalah yang terutama merupakan persundalan yang
didakwakan kepada mereka di sini. memberi kemuliaan kepada makhluk
mana saja, yang hanya patut diberikan kepada Tuhan , merupakan suatu
penistaan dan penghinaan yang begitu besar kepada Tuhan , sama seperti
seorang istri jatuh ke dalam pelukan lelaki lain selain suaminya. Hal ini
terutama berlaku bagi orang yang telah mengaku beragama dan terikat
dalam kovenan dengan Tuhan . Penyembahan berhala merupakan
pelanggaran terhadap ikatan perkawinan, suatu dosa yang keji dan
menjijikkan, dan, di antara hal-hal lain, menumpulkan akal budi dan
merampas hati. Penyembahan berhala yaitu persundalan hebat, lebih buruk
dibandingkan dosa lainnya. Hal itu sama saja dengan meninggalkan TUHAN, yang
kepada-Nya kita terikat kewajiban-kewajiban yang lebih besar dibandingkan
seorang istri kepada suaminya. Negeri ini telah bersundal hebat. Bukan
hanya satu dua orang di sana sini yang bersalah atas penyembahan berhala,
namun seluruh negeri telah tercemar olehnya. Dosa itu telah menjadi dosa
seluruh bangsa, dan penyakitnya sudah mewabah. Betapa menjijikkannya
bagi seorang nabi, orang kudus, beristrikan wanita sundal dan memiliki
anak-anak sundal seperti istrinya! Ini sungguh menguji kesabarannya. Dan,
jika wanita itu tetap bersikeras dalam persundalan, apalagi yang dapat
diharapkan selain bahwa sang nabi harus menceraikannya! Lantas,
bukankah jauh lebih menyakitkan bagi Tuhan yang kudus bila umat-Nya, yang
disebut dengan nama-Nya dan tinggal di rumah-Nya, bersikap seperti
wanita sundal? Alangkah besar kesabaran-Nya terhadap mereka! Dan
betapa Ia bisa saja dengan adil menyingkirkan mereka! Ibaratnya seperti
Hosea menikahi Gomer binti Diblaim, yang pada saat itu kemungkinan sudah
terkenal sebagai wanita sundal. Negeri Israel bagaikan Gomer binti
Diblaim. Gomer berarti kebobrokan. Diblaim artinya dua batang, atau bong-
kahan ara. Hal ini menunjukkan bahwa Israel sudah berada di ambang
kehancuran, dan bahwa gaya hidup mereka yang mewah dan suka menuruti
hawa nafsulah yang menjadi penyebabnya. Mereka seperti buah ara yang
jelek yang tidak bisa dimakan, mereka begitu jahat. Hal ini menyiratkan
bahwa dosa yaitu akibat dari kelimpahan, dan kehancuran yaitu akibat
dari penyalahgunaan kelimpahan. Sebagian penafsir mengartikan perintah
Tuhan kepada nabi Hosea demikian, “Pergilah, kawinilah seorang wanita
sundal, sebab jika engkau harus pergi mencari wanita yang jujur dan
sopan, engkau tidak akan menemukannya, sebab seluruh negeri dan semua
penduduknya telah bersundal, perbuatan yang biasanya mengiringi
penyembahan berhala.”
II. Nabi Hosea harus menunjukkan kepada mereka kehancuran mereka, seolah-
olah dengan teropong. Dan hal ini dilakukannya melalui nama-nama yang
diberikan kepada anak-anak yang lahir dari wanita sundal ini. Sebab
sama halnya jika keinginan telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan jika
dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.
1. Hosea menubuatkan jatuhnya keluarga kerajaan lewat nama yang harus
diberikannya kepada anak pertama, yang merupakan seorang putra.
“Berilah nama Yizreel kepada anak itu” (ay. 4). Kita melihat bahwa Nabi
Yesaya juga memberi nama nubuatan kepada anak-anaknya (Yes.
7:3; 8:3), demikian pula dengan Nabi Hosea di sini. Yizreel artinya benih
dari Tuhan (begitulah seharusnya mereka), namun juga berarti yang ter-
cerai-berai dari Tuhan . Mereka akan menjadi seperti domba di bukit-
bukit, berkeliaran tanpa gembala. Janganlah sebut mereka Israel, yang
artinya kekuasaan, sebab mereka sudah kehilangan segala kehormatan
untuk menyandang nama itu. namun sebutlah mereka Yizreel, yang
artinya cerai-berai, sebab barangsiapa meninggalkan Tuhan akan
mengembara tanpa akhir. Sampai saat itu mereka telah tercerai-berai
seperti benih, biarlah kini mereka tercerai-berai seperti sekam. Yizreel
yaitu nama salah satu kota kerajaan dari raja-raja Israel. Kota itu
sangat indah, terletak di lembah yang subur, dan dengan menyinggung
kota itulah anak ini dinamai Yizreel, sebab sedikit waktu lagi maka Aku
akan menghukum keluarga Yehu sebab hutang darah Yizreel. Yehu
yaitu leluhur langsung Raja Yerobeam yang sedang memerintah pada
saat itu. Keluarga Yehu menderita sebab dosa-dosa Yehu, sebab Tuhan
kerap menanggungkan dan membalaskan pelanggaran manusia kepada
anak-anak mereka. Pemerintahan kaum Israel-lah yang mungkin
dimaksud dengan keluarga kerajaan yang berkuasa saat itu, yakni
keluarga Yehu, yang memang diakhiri Tuhan dengan segera (sebab putra
Yerobeam ini, yaitu Zakharia, memerintah hanya selama enam bulan, dan
ia merupakan keturunan Yehu yang terakhir). Atau yang dimaksud
dengan pemerintahan kaum Israel itu bisa juga seluruh kerajaan pada
umumnya, yang terus berlaku serong dan fasik, dan yang diakhiri pada
pemerintahan Raja Hosea, kira-kira tujuh puluh tahun kemudian. Dan
bagi Tuhan tujuh puluh tahun hanyalah sedikit waktu saja. Perhatikanlah,
baik keagungan raja-raja maupun kekuasaan kerajaan-kerajaan tidak
dapat melindungi mereka dari penghakiman-penghakiman Tuhan yang
membinasakan, bila mereka terus memberontak terhadap-Nya.
(1) Apa alasan di balik perseteruan ini: Aku akan menghukum keluarga
Yehu sebab hutang darah Yizreel, darah yang ditumpahkan Yehu di
Yizreel, saat atas penugasan dari Tuhan dan dalam ketaatannya
pada perintah Tuhan , dihancurkannya seluruh keluarga Ahab dan
semua orang yang bersekutu dengannya, beserta segenap
penyembah Baal. Tuhan membenarkan tindakannya itu (2Raj. 10:30):
“Engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di
mata-Ku.” Namun, di sini Tuhan hendak menghukum keluarga Yehu
sebab hutang darah ini , jsesudah berakhir masa yang dijanjikan
bahwa keluarganya akan memerintah, yaitu sampai keturunan
keempat. namun bagaimana bisa satu perbuatan yang sama dipuji
sekaligus dihukum? Hal itu sangat adil adanya. Tindakan itu sendiri
baik, yakni melaksanakan hukuman yang benar yang dijatuhkan atas
keluarga Ahab, dan oleh sebab itu tindakan ini dipuji. Namun,
Yehu tidak melakukannya dengan sikap hati yang benar. Ia bertujuan
untuk meninggikan dirinya sendiri, bukan untuk memuliakan Tuhan ,
dan mencampuradukkan kebencian-kebenciannya sendiri dengan
penegakan keadilan Tuhan . Yehu melakukannya dengan rasa benci
terhadap para pelaku dosa, bukan terhadap dosanya. Buktinya, dia
mempertahankan penyembahan patung lembu emas dan tidak tetap
hidup menurut hukum TUHAN, Tuhan Israel (2Raj. 10:31). Oleh sebab
itu, saat takaran kejahatan keluarganya telah penuh, dan Tuhan
datang untuk mengadakan perhitungan dengan mereka, kesalahan
pertama yang diperhitungkan ialah darah keluarga Ahab, yang di sini
disebut hutang darah Yizreel. Dan sebab menjadi yang pertama
maka juga untuk semua yang lain. Demikian pula saat keluarga
Baesa ditumpas habis, alasannya ialah sebab Baesa melakukan dosa
yang sama seperti keluarga Yerobeam, dan sebab ia telah membunuh
Yerobeam (1Raj. 16:7). Perhatikanlah, barangsiapa diberi
kepercayaan untuk menegakkan keadilan, mereka harus memastikan
bahwa mereka melakukannya atas dasar pandangan yang benar dan
dengan maksud yang benar pula. Dan bahwa mereka sendiri tidak
hidup dalam dosa-dosa yang mereka hukum dalam diri orang lain,
sebab jika tidak, bahkan penghukuman yang mereka laksanakan
dengan adil suatu saat akan dipandang sebagai tindakan yang sedikit
lebih ringan dibandingkan pembunuhan.
(2) Seberapa jauh perseteruan itu akan berlanjut. Perseteruan itu akan
dilanjutkan bukan dengan memberi hajaran, melainkan
kehancuran. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kalimat, “Aku
akan menimpakan, atau menanggungkan, darah Yizreel ke atas
keluarga Yehu, artinya bukan membalaskan pertumpahan darah itu,
sebagaimana kita membacanya, namun mengulangi pertumpahan
darah ini : ‘Aku akan menghukum keluarga Yehu seperti Aku
menghukum keluarga Ahab, sebab Yehu tidak mengindahkan
peringatan melalui hukuman atas para pendahulunya, namun tetap
mengikuti jejak penyembahan berhala mereka. jsesudah keluarga
Yehu dibinasakan, Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel.
Aku akan mulai meruntuhkannya, walaupun sekarang kerajaan itu
berkembang.’” jsesudah kematian Zakharia, keturunan terakhir dari
keluarga Yehu, kerajaan sepuluh suku Israel mulai melemah, dan
kemerosotannya sangat terlihat. Dan untuk menghancurkannya,
diberikan ancaman (ay. 5), “Aku akan mematahkan busur panah
Israel di lembah Yizreel.” Kekuatan bala tentara Israel, demikian
dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram. Tuhan akan melumpuhkan
mereka sehingga mereka tidak mampu mempertahankan diri atau
melawan musuh-musuh mereka. Sama seperti panah yang tetap
kokoh dan busur yang kuat kembali di tangan melambangkan
bertambahnya kekuasaan, demikian juga busur yang dipatahkan
melambangkan kekuasaan yang hancur dan tenggelam. Busur itu
akan dipatahkan di lembah Yizreel, di mana gudang persenjataan
Israel kemungkinan berada. Atau barangkali di lembah itu terjadi
suatu pertempuran, yang di dalamnya kerajaan Israel dibuat menjadi
sangat lemah. Perhatikanlah, tidak ada pagar yang mampu
melindungi manusia dari perseteruan dengan Tuhan . saat Dia maju
melawan suatu bangsa, busur-busur mereka yang kuat akan patah
dalam sekejap dan benteng-benteng mereka diruntuhkan. Di lembah
Yizreel mereka menumpahkan darah, dan Tuhan yang adil akan
membalaskannya kepada mereka tepat di tempat yang sama. Ini
sama halnya seperti para penjahat ternama yang digantung dengan
rantai tepat di tempat mereka melakukan tindak kejahatan, supaya
hukuman itu sesuai dengan dosanya.
2. Hosea menubuatkan bahwa Tuhan akan meninggalkan seluruh bangsa
Israel melalui nama yang diberikannya kepada anak kedua. Anak yang
kedua ini yaitu wanita , sementara anak yang pertama yaitu laki-
laki, untuk menyiratkan bahwa baik laki-laki maupun wanita telah
berlaku serong. Sebagian penafsir mengartikan bahwa Israel telah
berlaku tidak jantan, sehingga dibuat menjadi lemah lunglai. Berilah
nama Lo-Ruhama kepada anak wanita ini – bukan kekasih (demikian
kata itu diterjemahkan dalam Rm. 9:25), atau tidak dikasihani, demikian
kata itu diterjemahkan dalam 1 Petrus 2:10. Artinya sama saja.
Malapetaka kaum Israel termuat dalam pernyataan ini: Aku tidak akan
menyayangi mereka lagi. Pernyataan itu menyiratkan bahwa selama ini
Tuhan sudah menunjukkan kasih sayang yang besar kepada mereka,
namun mereka menyalahgunakan perkenanan-Nya, sehingga perkenan-
an-Nya itu diambil dari mereka akibat perbuatan mereka sendiri, dan
sekarang Tuhan tidak mau lagi menunjukkan perkenanan kepada mereka.
Perhatikanlah, barangsiapa meninggalkan belas kasihan yang telah
diberikan kepada mereka demi berhala kesia-siaan, jangan heran bila
belas kasihan itu sendiri akan meninggalkan mereka pula, dan mereka
akan dibiarkan bersama berhala kesia-siaan mereka (Yun. 2:8). Dosa
menjauhkan belas kasih Tuhan bahkan dari kaum Israel sekalipun, umat
yang mengaku sebagai kepunyaan-Nya sendiri. Dan sungguh
menyedihkan keadaan mereka jika Tuhan mengatakan bahwa Dia
tidak akan menyayangi mereka lagi. Maka dikatakan selanjutnya, Aku
sama sekali tidak akan mengampuni mereka, akan menyingkirkan mereka
sama sekali (demikian menurut sebagian penafsir), akan mencabut
mereka sepenuhnya (demikian menurut sebagian yang lain). Perhati-
kanlah, saat curahan belas kasihan dihentikan, tidak ada hal lain yang
bisa kita harapkan selain bahwa cawan murka akan ditumpahkan.
Barang siapa tidak lagi disayangi oleh Tuhan pasti akan disingkirkan
sepenuhnya, bagaikan sampah dan kotoran. Dalam bahasa aslinya,
menyingkirkan kadang-kadang berarti mengampuni dosa. Dan sebagian
penafsir mengartikannya demikian: Aku tidak akan lagi menunjukkan
belas kasihan kepada mereka, walaupun Aku telah mengampuni mereka
selama ini. Meskipun Tuhan itu panjang sabar, Ia tidak akan selamanya
bersabar terhadap umat yang tidak mau diperbaharui. Atau, Aku tidak
akan lagi menunjukkan belas kasihan kepada mereka, sehingga Aku
sekali-sekali tidak akan mau mengampuni mereka, atau (seperti dalam
terjemahan yang agak luas) sehingga Aku harus mengampuni mereka
sepenuhnya. Jika belas kasih dalam mengampuni sudah ditarik, maka
tiada lagi belas kasih lain yang bisa diharapkan, sebab belas kasih dalam
mengampuni itulah yang membuka jalan masuk menuju segala jenis
belas kasih lainnya. Sebagian orang menafsirkan ayat ini sebagai
penghiburan: Aku tidak akan lagi menunjukkan belas kasihan kepada
mereka hingga saatnya Aku mengampuni mereka, yaitu hingga Sang
Penebus datang ke Sion untuk menyingkirkan segala kefasikan dari
Yakub. Alkitab bahasa Aram menuliskan, “namun , jika mereka bertobat,
Aku akan mengampuni mereka.” Bahkan para pendosa terbesar
sekalipun akan mendapati bahwa pada Tuhan ada pengampunan, jika
mereka menyadari keadaan mereka dan berbalik.
III. Nabi Hosea harus menunjukkan kepada mereka belas kasih apa yang telah
disediakan Tuhan bagi kaum Yehuda, pada saat yang sama saat Ia sedang
berseteru dengan kaum Israel seperti itu (ay. 7): “namun Aku akan
menyayangi kaum Yehuda.” Perhatikanlah, meskipun sebagian orang
disingkirkan secara adil sebab ketidaktaatan mereka, namun Tuhan akan
senantiasa menyisakan bagi diri-Nya sekelompok orang yang akan menjadi
bejana penerima belas kasihan dan tugu peringatan akan belas kasih itu. Ke-
tika keadilan ilahi dimuliakan pada sebagian orang, anugerah ilahi yang
cuma-cuma dimuliakan pada sebagian yang lain. Dan, walaupun sebagian
orang disingkirkan sebab tidak percaya, Tuhan akan memiliki jemaat di
dunia ini hingga akhir zaman. Sungguh memperberat penolakan terhadap
Israel bahwa Tuhan akan menyayangi Yehuda, dan bukan Israel. Dan sungguh
mengagungkan belas kasihan Tuhan kepada Yehuda bahwa, meskipun me-
reka juga telah berlaku fasik, namun Tuhan tidak menolak mereka seperti Dia
menolak Israel. “Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan
mereka.” Perhatikanlah, keselamatan kita semata-mata berasal dari belas
kasih Tuhan , dan bukan sebab jasa kita sendiri. Nah,
1. Ayat ini, tanpa diragukan lagi, merujuk pada keselamatan-keselamatan
sementara yang dikerjakan Tuhan bagi Yehuda secara istimewa,
perkenanan-perkenanan yang ditunjukkan kepada mereka, dan bukan
kepada Israel. saat tentara Asyur telah menghancurkan Samaria dan
mengangkut sepuluh suku ke dalam pembuangan, mereka lalu
menggempur Yerusalem. Namun, Tuhan berbelas kasihan kepada kaum
Yehuda, dan menyelamatkan mereka melalui pembantaian besar-
besaran yang dilakukan oleh seorang malaikat, dalam satu malam, di
perkemahan orang Asyur. Pada saat itulah mereka diselamatkan oleh
TUHAN, Tuhan mereka, secara langsung, dan bukan oleh pedang atau
busur. Sementara sepuluh suku Israel terus berada dalam pembuangan
dan negeri mereka diduduki oleh bangsa lain, sebab mereka
disingkirkan sama sekali, Tuhan menyayangi kaum Yehuda dan
menyelamatkan mereka. Dan, jsesudah tujuh puluh tahun, Dia membawa
mereka kembali, bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan,
melainkan dengan Roh-Ku, firman TUHAN semesta alam (Za. 4:6). Aku
akan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Tuhan mereka, yaitu demi diri-
Ku sendiri. Tuhan akan ditinggikan oleh sebab kekuatan-Nya sendiri, Dia
akan mengerjakan pekerjaan itu dengan tangan-Nya sendiri.
Keselamatan itu pasti, sebab merupakan hasil karya-Nya sendiri. Sebab,
jika Dia mau bekerja, tiada seorang pun yang dapat menghalangi. Dan ke-
selamatan itu sungguh diterima sebab dikerjakan sendiri oleh-Nya.
Demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia. Semakin sedikit peranan
manusia dalam suatu karya keselamatan, dan semakin besar peranan
Tuhan , maka semakin cemerlang sinarnya dan semakin manis rasanya.
Aku akan menyelamatkan mereka dengan firman Tuhan (demikian
dikatakan dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram), demi Kristus, firman
yang kekal, dan oleh kuasa-Nya. Aku akan menyelamatkan mereka bukan
dengan panah atau pedang, artinya,
(1) Mereka akan diselamatkan saat mereka sudah menjadi begitu
lemah, hingga mereka tidak lagi memiliki busur dan pedang untuk
mempertahankan diri (Hak. 5:8; 1Sam. 13:22).
(2) Mereka akan diselamatkan oleh Tuhan saat mereka berhenti
mempercayai kekuatan dan persenjataan mereka sendiri (Mzm.
44:7).
(3) Mereka akan diselamatkan dengan mudah, tanpa harus bersusah-
susah menggunakan pedang dan busur (ay. 7; Yes. 9:4), Aku akan
menyelamatkan mereka demi TUHAN, Tuhan mereka. Dengan
menyebut diri-Nya sebagai Tuhan mereka, Dia menegur kesepuluh
suku yang telah menolak Dia sebagai Tuhan mereka, sehingga sebab
itulah Dia juga menolak mereka. Penyebutan itu juga menyiratkan
alasan yang sebenarnya mengapa Dia menyayangi kaum Yehuda,
menyayangi mereka secara istimewa, dan menyelamatkan mereka,
yakni demi memenuhi kovenan-Nya dengan mereka sebagai Tuhan,
Tuhan mereka, serta sebagai upah atas kesetiaan mereka kepada Dia,
firman-Nya, dan penyembahan terhadap-Nya. namun ,
2. Ayat ini bisa juga merujuk pada keselamatan Yehuda dari penyembahan
berhala, sehingga melayakkan dan mempersiapkan mereka bagi
keselamatan-keselamatan yang lain. Dan keselamatan dari
penyembahan berhala ini sungguh-sungguh merupakan keselamatan
oleh Tuhan, Tuhan mereka. Keselamatan ini dikerjakan hanya oleh kuasa
anugerah-Nya, dan tidak akan pernah dapat dikerjakan dengan pedang
atau panah. Tepat saat kerajaan Israel disingkirkan sama sekali, di ba-
wah pemerintahan Raja Hosea bin Ela, kerajaan Yehuda diperbarui
dengan jaya, di bawah pemerintahan Raja Hizkia, sehingga kerajaan itu
bertahan. Di Babel pun Tuhan mula-mula menyelamatkan mereka dari
penyembahan berhala, dan kemudian dari pembuangan.
3. Sebagian orang menafsirkan bahwa janji ini melihat ke depan pada
keselamatan besar yang akan dikerjakan saat sudah genap waktunya oleh
TUHAN Tuhan kita, Yesus Kristus, yang datang ke dunia untuk
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.
Israel Ditolak untuk Sementara;
Janji-janji Rahmat Dijanjikan
(1:8-11)
8 Sesudah menyapih Lo-Ruhama, mengandunglah wanita itu lagi dan melahirkan
seorang anak laki-laki. 9 Lalu berfirmanlah Ia: “Berilah nama Lo-Ami kepada anak itu,
sebab kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Tuhan mu.” 10 namun kelak, jumlah
orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung.
Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” akan
dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Tuhan yang hidup.” 11 Orang Yehuda dan orang
Israel akan berkumpul bersama-sama dan akan mengangkat bagi mereka satu pemimpin,
lalu mereka akan menduduki negeri ini, sebab besar hari Yizreel itu.
Dalam perikop ini ada nubuatan tentang,
I. Penolakan terhadap Israel untuk sementara waktu. Hal ini ditandai melalui
nama anak ketiga yang dilahirkan bagi Hosea oleh istri sundalnya (ay. 8-9).
Dan tetap perlu kita ingat bahwa anak-anak yang namanya mengandung
pertanda buruk bagi Israel ini yaitu anak-anak sundal (ay. 2), semuanya
dilahirkan oleh wanita sundal yang dinikahi Hosea, untuk menyiratkan
bahwa kehancuran Israel yaitu akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri.
Seandainya mereka tidak terlebih dahulu memberontak terhadap Tuhan ,
mereka tentu tidak akan pernah ditolak oleh-Nya. Tuhan tidak pernah
meninggalkan siapa pun kecuali mereka yang terlebih dahulu meninggalkan-
Nya. Di sini kita mendapati,
1. Kelahiran anak itu. Sesudah menyapih anak wanita nya,
mengandunglah wanita itu lagi dan melahirkan seorang anak laki-
laki. Disoroti secara khusus bahwa kelahiran anak ini berselang agak
lama, dan melalui namanya, anak itu akan membawa pertanda yang pasti
akan penolakan sepenuhnya terhadap Israel. Hal ini untuk menyiratkan
kesabaran Tuhan terhadap mereka dan keengganan-Nya untuk
melanjutkan perkara itu sampai harus mengambil tindakan yang luar
biasa keras. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kelahiran anak ketiga
oleh istri sundal ini menandakan bahwa umat tetap berkeras dalam
kefasikan mereka. Hawa nafsu masih dibuahi dan melahirkan dosa.
Mereka bertambah-tambah dalam berbuat jahat (demikian penjelasan
dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram). Mereka telah lama berkubang
dalam perzinahan, dan tetap degil hati.
2. Nama yang diberikan kepada anak itu: “Berilah nama Lo-Ami kepada
anak itu,” artinya bukan umat-Ku. saat umat diperingatkan bahwa
Tuhan tidak akan menyayangi mereka lagi, mereka tidak
mengindahkannya. Sebaliknya, mereka malah menepuk dada sambil
berkata dengan sombong bahwa mereka yaitu umat Tuhan , yang tidak
bisa tidak disayangi Tuhan . Oleh sebab itu, Dia mencabut gelar itu dari
mereka dan menyangkal segala hubungan dengan mereka: Kamu ini
bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Tuhan mu. “Aku tidak akan
menjadi milikmu (demikian dalam bahasa aslinya). Aku tidak akan men-
jalin hubungan lagi denganmu, tidak akan lagi berurusan denganmu. Aku
tidak akan lagi menjadi Rajamu, Bapamu, pengayom dan pelindungmu.”
Kita menerjemahkannya dengan sangat baik sehingga semua makna itu
sudah tercakup, “Aku ini bukanlah Tuhan mu. Aku tidak akan lagi menjadi
seperti sediakala bagimu, atau seperti yang kamu harapkan dengan
penuh kesombongan. Tidak pula Aku akan berlaku seperti ini seandainya
engkau tetap setia kepada-Ku.” Cermatilah, “Kamu ini bukanlah umat-Ku.
Kamu tidak berlaku sebagaimana layaknya umat-Ku. Kamu tidak
memperhatikan dan menaati Aku, seperti yang seharusnya dilakukan
oleh umat-Ku. Kamu ini bukanlah umat-Ku, melainkan umat berhala-
sampah yang ini atau yang itu. Oleh sebab itu, Aku tidak akan
mengakuimu sebagai umat-Ku, tidak akan melindungimu, tidak akan me-
nyatakan kepemilikan atas dirimu, tidak akan menuntut apa pun darimu,
tidak pula akan melepaskanmu dari tangan bangsa-bangsa lain yang
telah menyergapmu. Biar saja mereka mengambilmu, sebab kamu ini
bukanlah milik-Ku. Kamu tidak akan lagi memiliki Aku sebagai Tuhan mu,
namun kamu akan berbakti kepada ilah-ilah palsu, dan sebab itu Aku ini
bukanlah Tuhan mu. Kamu tidak akan mendapat bagian dalam diri-Ku, dan
tidak dapat mengharapkan keuntungan apa pun dari-Ku.” Perhatikanlah,
saat kita dibawa masuk ke dalam ikatan kovenan dengan Tuhan , hal itu
terjadi semata-mata sebab Dia dan anugerah-Nya, sebab ikatan
kovenan itu dimulai dari pihak Tuhan : Aku akan menjadi Tuhan mereka,
dan mereka akan menjadi umat-Ku. Kita mengasihi, sebab Tuhan lebih
dahulu mengasihi kita. Namun, bila kita dikeluarkan dari ikatan kovenan
itu, semuanya terjadi semata-mata sebab diri kita dan kesalahan kita
sendiri. Pelanggaran kovenan itu terjadi dari pihak manusia: Kamu ini
bukanlah umat-Ku, itu sebabnya Aku tidak akan menjadi Tuhan mu. Jika
Tuhan membenci siapa saja, itu sebab mereka yang lebih dahulu
membenci Dia. Hal ini tergenapi pada sepuluh suku Israel saat mereka
diangkut seluruhnya ke tanah Asyur, dan negeri mereka tidak pernah
melihat mereka lagi. Mereka bukan lagi umat Tuhan , sebab mereka tidak
lagi mengenal dan menyembah-Nya. Tiada nabi yang diutus kepada
mereka, tiada janji yang diberikan kepada mereka, seperti kepada dua
suku lain di dalam pembuangan. Bahkan, mereka bukan lagi suatu umat,
melainkan, sepanjang yang bisa disaksikan, berbaur dengan bangsa-
bangsa tempat mereka dibuang dan terhilang.
II. Pengurangan jumlah Israel dan pemulihan Israel saat waktunya sudah
genap. Di sini, sama seperti sebelumnya, belas kasihan diingat di tengah-
tengah murka. Sama seperti penolakan itu tidak sepenuhnya, demikian pula
penolakan itu tidak untuk selamanya (ay. 10-11): “namun kelak, jumlah orang
Israel akan seperti pasir di laut.” Lihatlah bagaimana tangan yang sama yang
melukai, juga diulurkan untuk menyembuhkan, dan betapa Ia yang telah me-
nerkam, kini dengan lembut membalut. Sekalipun Tuhan mendatangkan susah
dengan ancaman-ancaman-Nya, namun Dia akan menyayangi, dan akan
mengumpulkan umat-Nya dalam kasih setia yang abadi. Ada janji-janji yang
berharga yang dibuat di sini mengenai Israel milik Tuhan , yang dapat
bermanfaat bagi kita saat ini.
1. Sebagian penafsir beranggapan bahwa janji-janji ini sudah tergenapi
dengan kembalinya orang Yahudi dari pembuangan di Babel. Saat itu,
banyak orang dari antara sepuluh suku Israel turut pulang bersama
orang Yehuda dan memanfaatkan pembebasan yang dimaklumatkan
oleh Raja Koresh. Mereka datang berbondong-bondong dari berbagai
daerah tempat mereka tercerai-berai, dan pulang ke negeri mereka
sendiri. Mereka mengangkat Zerubabel sebagai pemimpin mereka, lalu
bersatu menjadi satu bangsa, sementara sebelumnya orang Israel dan
Yehuda merupakan dua negara terpisah. Kemudian, di negeri mereka
sendiri, di mana Tuhan melalui para nabi-Nya telah menyangkal dan
menolak mereka sebagai bukan umat-Nya, kini melalui para nabi-Nya Ia
mau mengakui mereka dan tampil bagi mereka sebagai anak-anak-Nya.
Dan dari seluruh penjuru negeri, mereka akan datang ke Bait Suci untuk
beribadah. Dan beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa, sekalipun janji
ini merujuk pada sesuatu yang lebih jauh, namun janji ini juga
dimaksudkan dengan penuh rahmat, dan digunakan dengan penuh
kesalehan, untuk menguatkan serta menghibur orang-orang buangan di
Babel, dengan memberi mereka kepastian secara umum akan belas
kasihan yang disediakan Tuhan bagi mereka dan negeri mereka. Bangsa
mereka tidak dapat dihancurkan selama berkat itu masih ada di dalam-
nya, disediakan untuknya.
2. Sebagian penafsir yang lain beranggapan bahwa janji-janji itu tidak akan
digenapi, setidaknya secara penuh, hingga seluruh orang Yahudi
bertobat pada akhir zaman, yang masih dinantikan saatnya, saat
sejumlah besar orang Yahudi yang kini tersebar bagaikan pasir di laut,
akan dibuat memeluk iman kepada Kristus dan bergabung dalam jemaat
Injil. Baru pada saat itulah, dan tidak sebelumnya, Tuhan akan mengakui
mereka sebagai umat-Nya, sebagai anak-anak-Nya, bahkan di tempat di
mana mereka berada dalam keadaan menyedihkan yang menandakan
tertolaknya mereka. Para cendekiawan Yahudi meyakini bahwa janji ini
masih belum tergenapi. Namun,
3. Dapat dipastikan bahwa janji ini sudah digenapi dengan tegaknya
kerajaan Kristus, lewat pemberitaan Injil, dan masuknya baik orang
Yahudi maupun orang bukan Yahudi ke dalamnya, sebab demikianlah
Rasul Paulus memaknai janji dalam Kitab Hosea ini (Rm. 9:25-26), juga
Rasul Petrus dalam suratnya kepada orang-orang Yahudi yang tersebar
(1Ptr. 2:10). Dalam hal ini, Israel ialah jemaat Injil, Israel rohani (Gal.
6:16), semua orang percaya yang mengikuti jejak dan mewarisi berkat
Abraham yang beriman, yang merupakan bapa semua orang beriman,
baik itu orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi (Rm. 4:11-12).
Sekarang, mari kita lihat apa yang dijanjikan mengenai bangsa Israel ini.
(1) Bahwa mereka akan berlipat ganda dan jumlahnya bertambah
banyak, seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat
dihitung. Meskipun bangsa Israel secara jasmani akan berkurang dan
semakin sedikit, Israel secara rohani akan bertambah banyak, akan
tak terhitung jumlahnya. Janji ini telah tergenapi dalam jutaan orang
yang telah dibawa kepada Kristus lewat pemberitaan Injil, baik pada
zaman Kekristenan mula-mula maupun sampai hari ini. Ada ribuan
orang dari setiap suku Israel, dan dari segala bangsa lain, suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung (Why. 7:4,
9; Gal. 4:27). Dalam hal inilah tergenapi secara penuh janji yang
dibuat kepada Abraham, saat Tuhan menyebut dia Abraham, bapa
sejumlah besar bangsa (Kej. 17:5), dan janji dalam Kejadian 22:17.
Sebagian penafsir mencermati bahwa mereka di sini dibandingkan
dengan pasir laut bukan hanya untuk merujuk pada jumlah mereka,
melainkan juga pada kegunaan pasir laut itu. Sebagaimana pasir laut
menjadi pembatas air laut, sehingga tidak membanjiri bumi,
demikian pula orang-orang Israel sejati menjadi tembok pertahanan
bagi tempat-tempat di mana mereka tinggal, untuk menghalangi
penghakiman-penghakiman. Tuhan tidak akan berbuat apa-apa
terhadap Sodom selama Lot masih tinggal di dalamnya.
(2) Bahwa Tuhan akan memperbarui kovenan-Nya dengan Israel Injili,
dan akan mempersatukannya sebagai jemaat bagi diri-Nya sendiri,
melalui piagam kovenan yang utuh dan luas sama seperti yang
dipakai untuk mempersatukan jemaat Perjanjian Lama. Bahkan,
keistimewaannya lebih besar lagi, “Di tempat di mana dikatakan
kepada mereka: ‘Kamu ini bukanlah umat-Ku,’ di situ pula kamu akan
kembali dipersatukan dalam ikatan kovenan dan diakui sebagai
umat-Ku.” Di tempat mereka masing-masing, orang-orang bukan
Yahudi yang dibuang dan orang-orang Yahudi yang ditolak akan
mendapat perkenanan dan diberkati. Di sana, di mana bapa leluhur
ditolak sebab kemurtadan mereka, keturunan mereka akan
diterima sebab percaya. Inilah suatu kebangkitan yang penuh
berkat, yaitu saat orang yang bukan umat dijadikan sebagai umat
Tuhan . Bahkan, hak istimewa itu diperluas lagi. Sekarang bukan hanya
kamu ini umat-Ku, seperti sebelumnya, melainkan juga kamu ini
anak-anak Tuhan yang hidup, entah kamu dilahirkan sebagai orang
Yahudi atau bukan. Di bawah hukum Taurat, Israel yaitu anak
Tuhan , anak sulung-Nya, namun kemudian mereka menjadi seperti
anak yang belum akil balig. Kini, di bawah Injil, mereka telah
bertumbuh baik dalam hal pengertian maupun kebebasan (Gal. 4:1-
2). Perhatikanlah,
[1] Sungguh suatu hak istimewa yang tiada terkira bagi semua orang
percaya bahwa mereka memiliki Tuhan yang hidup sebagai Bapa
mereka, Tuhan yang senantiasa hidup, dan bahwa mereka dapat
memandang diri mereka sebagai anak-anak angkat melalui
anugerah.
[2] Kedudukan orang percaya sebagai anak akan diakui dan
diterima. Hal itu akan dikatakan kepada mereka, bagi
penghiburan dan kepuasan mereka. Bahkan, kedudukan itu akan
dikatakan kepada dunia sebagai kehormatan bagi mereka,
“Kamulah anak-anak Tuhan yang hidup.” Janganlah orang-orang
kudus merasa bimbang, dan janganlah orang lain memandang
rendah mereka. Sebab, cepat atau lambat, anak-anak Tuhan akan
dinyatakan dan seluruh dunia akan dibuat mengetahui keisti-
mewaan mereka dan betapa berharganya mereka bagi Tuhan .
[3] Sungguh akan menambah penghiburan mereka, dan terlebih lagi
kehormatan mereka, saat derajat mereka diangkat dengan
tanda-tanda perkenanan Tuhan tepat di mana mereka telah lama
menanggung tanda-tanda murka-Nya. Sungguh menghibur
orang-orang percaya yang berasal dari bangsa bukan Yahudi
bahwa mereka tidak perlu pergi ke Yerusalem agar bisa diterima
dan diakui sebagai anak-anak Tuhan . Tidak, mereka boleh tetap
tinggal di tempat mereka berada, dan di tempat itu, bahkan di
penjuru bumi yang paling terpencil sekalipun, di tempat di mana
mereka jauh dari negeri mereka, di mana dikatakan kepada
mereka, “Kamu ini bukanlah umat Tuhan ,” namun terpisah dari
umat-Nya (Yes. 56:3, 6), bahkan di sana, tanpa perlu meninggal-
kan negeri dan sanak saudara mereka, mereka oleh iman dapat
menerima Roh yang menjadikan mereka anak Tuhan . Dan bersama
roh mereka, Roh itu akan bersaksi bahwa “merekalah anak-anak
Tuhan .”
(3) Bahwa orang-orang yang telah berseteru akan dipersatukan
bersama-sama dengan penuh kebahagiaan (ay. 11): “Orang Yehuda
dan orang Israel akan berkumpul bersama-sama.” Dipersatukannya
Yehuda dan Israel ini, dua kerajaan yang pada saat itu berseteru
begitu hebat, saling menikam dan memangsa, disebutkan hanya
sebagai salah satu contoh dari dampak yang membahagiakan dari di-
tegakkannya kerajaan Kristus di dunia ini. Pihak-pihak yang
sebelumnya saling bermusuhan dengan begitu hebatnya menjadi
akur dan saling memahami serta mengasihi satu sama lain. Hal ini
tergenapi dalam arti yang sebenar-benarnya saat orang-orang
Galilea, yang menduduki bagian negeri milik sepuluh suku Israel, dan
kemungkinan sebagian besar yaitu keturunan mereka, dengan
begitu sepenuh hati bergabung dengan orang-orang yang mungkin
disebut Yahudi (yang berasal dari Yudea) dalam mengikut Kristus
dan memeluk Injil-Nya. Murid-murid Kristus yang pertama pun
sebagian orang Yahudi dan sebagian lagi orang Galilea. Yang pertama
diberkati dengan terang Injil ialah tanah Zebulon dan tanah Naftali
(Mat. 4:15). Dan, meskipun sebelumnya orang Yahudi dan orang
Galilea sama sekali tidak akur, namun saat sama-sama percaya pada
Kristus, mereka dipersatukan dengan membahagiakan, dan tiada lagi
sisa-sisa rasa permusuhan yang dulu satu terhadap yang lain.
Bahkan, saat orang-orang Samaria menjadi percaya, meskipun
antara mereka dan orang Yahudi ada permusuhan yang jauh lebih
besar, namun di dalam Kristus ada kebulatan hati yang sempurna di
antara mereka (Kis. 8:14). Demikianlah orang Yehuda dan orang
Israel berkumpul bersama-sama. Namun, ini hanyalah perlambang
dari persatuan yang jauh lebih termasyhur lagi antara orang Yahudi
dan orang bukan Yahudi, yaitu saat tembok pemisah berupa
hukum upacara ibadah diruntuhkan oleh kematian Kristus (Lihat Ef.
2:14-16). Kristus mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan
anak-anak Tuhan yang tercerai-berai (Yoh. 11:52; Ef. 1:10).
(4) Bahwa Yesus Kristus akan menjadi pusat persatuan bagi seluruh
umat Israel rohani milik Tuhan . Mereka semua akan sepakat untuk
mengangkat bagi mereka satu pemimpin, yang tidak lain selain Dia
yang telah ditetapkan Tuhan , yaitu Kristus. Perhatikanlah, Yesus
Kristus yaitu kepala jemaat, satu-satunya kepala jemaat, bukan
hanya kepala pemerintahan seperti dalam suatu negara, melainkan
juga kepala penggerak yang paling utama, seperti dalam tubuh jas-
mani. Percaya kepada Kristus berarti mengangkat Dia sebagai kepala
bagi kita, yaitu menerima ketetapan Tuhan dan bersedia
menyerahkan diri kepada tuntunan dan pemerintahan-Nya. Dan ini
dilakukan dalam kesepakatan dan persekutuan dengan semua orang
Kristen yang baik yang menjadikan-Nya Kepala atas mereka. Jadi,
meskipun ada banyak, namun mereka satu di dalam Dia, dan dengan
demikian menjadi satu dengan sesamanya. Qui conveniunt in aliquo
tertio inter se conveniunt – Pihak-pihak yang sepakat dengan pihak
ketiga berarti sepakat satu sama lain.
(5) Bahwa, jsesudah mengangkat Kristus sebagai kepala mereka, mereka
akan menduduki negeri ini. Mereka akan datang, sebagian orang dari
segala kelompok, dari segala penjuru, untuk bergabung dengan
jemaat Tuhan , sama seperti dalam tata cara ibadah Yahudi, orang
datang dari berbagai penjuru negeri Israel ke Yerusalem untuk
beribadah (Mzm. 122:4), ke mana suku-suku berziarah. Hal ini jelas
disinggung dalam nubuatan tentang masuknya orang-orang bukan
Yahudi ke dalam jemaat Tuhan (Yes. 2:3), “Mari, kita naik ke gunung
TUHAN.” Yang dimaksud di sini bukan perpindahan tempat sebab
mereka dikatakan tetap berada di tempat yang sama (ay. 10),
melainkan perubahan pikiran, perjalanan rohani menuju Kristus.
Mereka akan datang dari bumi (demikian ayat itu bisa dibaca). Sebab
orang-orang yang telah menyerahkan diri kepada Kristus sebagai
kepala mereka tidak lagi mengasihi dunia ini serta segala
perkaranya, dan memikirkan perkara yang di atas (Kol. 3:1-2).
Mereka bukan dari dunia (Yoh. 15:19), namun memiliki kewargaan
sorgawi. Mereka akan keluar dari negeri, sekalipun itu negeri
kelahiran mereka. Mereka akan keluar dari sana dalam hal perasaan,
untuk mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Demikianlah
penafsiran seorang cendekiawan, Dr. Pocock.
(6) Bahwa, saat semuanya ini terjadi, besar hari Yizreel itu. Meskipun
besar hari kesengsaraan Yizreel (demikian sebagian penafsir
memahaminya), namun besar pula hari kemuliaan Yizreel. Ini akan
menjadi hari bagi Israel. Hari itu akan menjadi milik mereka, jsesudah
sekian lama musuh-musuh mereka memiliki hari mereka sendiri.
Israel di sini disebut Yizreel, benih dari Tuhan , tunas yang kudus (Yes.
6:13), tunggul negeri. Benih ini sekarang ditaburkan di atas bumi,
dan terkubur di bawah gumpalan tanah. namun besarlah harinya
saat panen tiba. Besarlah hari jemaat saat tiap-tiap hari jumlah
mereka ditambahkan dengan orang yang diselamatkan. Pada saat
itulah Yang Mahakuasa melakukan perkara-perkara besar bagi
jemaat-Nya.
PASAL 2
akupan pasal ini tampak banyak kesamaannya dengan pasal sebelumnya,
dan menunjuk kepada peristiwa-peristiwa yang sama, serta penyebab-
penyebabnya. Seperti dalam pasal sebelumnya, demikian pula dalam pasal ini,
I. Tuhan , melalui Nabi Hosea, menyingkapkan dosa kepada umat Israel
dan mendakwakannya ke atas mereka, yaitu dosa penyembahan
berhala mereka, persundalan rohani mereka, bagaimana mereka
beribadah kepada berhala-berhala dan melupakan Tuhan serta
kewajiban-kewajiban mereka kepada-Nya (1:12, ay. 1, 4, 7).
II. Tuhan mengancam untuk mengambil dari mereka segala hal baik yang
berlimpah yang dipakai mereka untuk melayani berhala-berhala
mereka, dan untuk meninggalkan mereka pada kehancuran tanpa
dapat dipulihkan (ay. 2-3, 5-6, 8-12).
III. Namun, Tuhan berjanji bahwa pada akhirnya Ia akan kembali berbelas
kasih kepada mereka demi diri-Nya (ay. 13), akan memulihkan mereka
kepada kesejahteraan hidup mereka yang semula (ay. 14), akan
menyembuhkan mereka dari kecenderungan mereka kepada
penyembahan berhala (ay. 15-16), akan memperbarui kovenan-Nya
dengan mereka (ay. 17-19), dan memberkati mereka dengan semua hal
yang baik (ay. 20-22).
Keberdosaan Bangsa Israel
(1:12, 2:1-4)
1:12 Katakanlah kepada saudara-saudaramu laki-laki: “Ami!” dan kepada saudara-
saudaramu wanita : “Ruhama!” 2:1 “Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan
isteri-Ku, dan Aku ini bukan suaminya; biarlah dijauhkannya sundalnya dari mukanya,
Ada perbedaan pembagian perikop antara LAI dan KJV. Pasal 2:1 versi KJV dijumpai pada pasal 1:12
pada versi LAI.
dan zinahnya dari antara buah dadanya, 2 supaya jangan Aku menanggalkan pakaiannya
sampai dia telanjang, dan membiarkan dia seperti pada hari dia dilahirkan, membuat dia
seperti padang gurun, dan membuat dia seperti tanah kering, lalu membiarkan dia mati
kehausan. 3 Tentang anak-anaknya, Aku tidak menyayangi mereka, sebab mereka yaitu
anak-anak sundal. 4 Sebab ibu mereka telah menjadi sundal; dia yang mengandung
mereka telah berlaku tidak senonoh. Sebab dia berkata: Aku mau mengikuti para
kekasihku, yang memberi roti dan air minumku, bulu domba dan kain lenanku, minyak
dan minumanku.
Kata-kata pertama dari pasal ini (ada pembedaan pembagian perikop antara LAI
dan KJV, pada versi LAI dapat kita jumpai pada pasal 1:12 – ed.) oleh sebagian
orang dijadikan penutup dalam pasal sebelumnya, dan mereka
menambahkannya kepada janji-janji yang kita baca di sini tentang perkara-
perkara besar yang akan dilakukan Tuhan bagi umat Israel. Pada waktu mereka
mengangkat Kristus sebagai kepala mereka, dan berpusat pada-Nya, hendaklah
mereka berkata satu kepada yang lain, dengan sorak kemenangan dan
kegembiraan, “Ami!” dan “Ruhama!” (hendaklah para nabi
mengatakannya kepada mereka, demikian dalam Alkitab terjemahan bahasa
Aram – hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, itulah yang sekarang menjadi tugas
mereka). “Sebutlah mereka demikian sekali lagi, sebab mereka tidak akan lagi
terkena cela dan hukuman berupa Lo-Ami dan Lo-Ruhama. Mereka sekarang
akan menjadi umat-Ku sekali lagi, dan akan beroleh belas kasih.” Israel rohani
milik Tuhan , yang terdiri atas orang Yahudi dan orang bukan Yahudi tanpa
pembedaan, akan memanggil satu sama lain saudaraku laki-laki dan saudaraku
wanita , akan mengakui satu sama lain sebagai umat Tuhan dan sebagai
orang-orang yang dikasihi-Nya. Dan, sebab alasan ini , mereka akan
merangkul dan menggugah satu sama lain untuk mengucap syukur atas kesela-
matan bersama ini dan hidup sesuai dengan keselamatan yang di dalamnya
mereka ikut ambil bagian itu. Atau lebih tepatnya, sebab kata-kata selanjutnya
tampak berkaitan dengan kata-kata ini, maka kata-kata ini juga dirancang untuk
menginsafkan dan merendahkan hati. Sang ibu (ay. 1) tampaknya sama dengan
saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudara wanita (1:12), yaitu jemaat
sepuluh suku, seluruh kumpulan suku bangsa itu, yang yaitu bersaudara, dan
secara khusus sama dengan para kepala dan pemimpin, yang seperti seorang
ibu, membesarkan dan merawat semua yang lain. namun siapakah anak-anak
yang harus mengadukan ibu mereka itu? Mereka ini entah,
1. Orang-orang saleh yang ada di antara mereka, yang bersaksi melawan
kejahatan-kejahatan pada zaman itu. Hendaklah mereka dengan berani terus
bersaksi menentang segala penyembahan berhala dan kebobrokan akhlak
yang nyata yang merajalela di antara mereka. Hendaklah orang-orang yang
tidak menekuk lutut kepada Baal beradu pendapat dengan mereka yang
menyembah Baal, dan berusaha menyadarkan mereka dengan alasan-alasan
yang di sini ditaruh ke dalam mulut mereka. Perhatikanlah, orang per-
orangan bisa saja, dan memang seharusnya di tempat mereka masing-
masing, tampil dan menentang pencemaran-pencemaran yang dilakukan di
depan umum terhadap nama Tuhan dan penyembahan kepada-Nya. Anak-
anak boleh saja dengan rendah hati dan sopan berbantah dengan orangtua
mereka saat orangtua mereka melakukan kesalahan: Adukanlah ibumu,
adukanlah, seperti Yonatan kepada Saul mengenai Daud. Atau,
2. Orang-orang yang menderita di antara mereka, yang ikut terkena
malapetaka zaman itu. Janganlah mereka mengeluh tentang Tuhan , janganlah
mereka bertikai dengan-Nya, atau menyalahkan Dia, seakan-akan Ia telah
memperlakukan mereka dengan keras, dan tidak seperti seorang Bapa yang
lembut. Tidak, biarlah mereka mengadukan ibu mereka, dan menimpakan
kesalahan kepadanya, yang memang sudah seharusnya. Bandingkan dengan
Yesaya 50:1. “Oleh sebab pelanggaranmu sendiri ibumu diusir. Itu salahnya
sendiri, dan kamu bisa menyalahkannya atas segala kesengsaraanmu.”
Marilah kita lihat sekarang bagaimana mereka harus mengadukan ibu
mereka.
I. Mereka harus diingatkan di sini akan hubungan sang ibu di hadapan Tuhan ,
kebaikan yang telah ditunjukkan Tuhan kepadanya, banyaknya kebaikan yang
telah dikaruniakan Tuhan kepadanya, dan kebaikan-kebaikan lebih jauh yang
telah dirancang-Nya bagi dia. Hendaklah mereka memberi tahu saudara-
saudara laki-laki dan saudara-saudara wanita mereka bahwa mereka
telah menjadi Ami dan Ruhama, bahwa mereka telah menjadi umat Tuhan dan
bejana-bejana belas kasihan-Nya, dan bisa saja tetap demikian seandainya
bukan sebab kesalahan mereka sendiri (1:12). Perhatikanlah, hubungan
kita dengan Tuhan dan kebergantungan kita kepada-Nya sangatlah
memperberat pembelotan kita dari-Nya dan pemberontakan kita terhadap-
Nya.
II. Mereka harus, di dalam nama Tuhan , mendakwa ibu mereka atas pelanggaran
kovenan nikah antara dirinya dengan Tuhan . Biarlah mereka memberi tahu
ibu mereka bahwa Tuhan tidak lagi memandangnya sebagai istri-Nya, atau
memandang diri-Nya sebagai suaminya. Beri tahu dia (ay. 1) bahwa dia
bukan isteri-Ku, dan Aku ini bukan suaminya, bahwa dengan persundalan
rohaninya dia telah kehilangan semua kehormatan dan penghiburan dari hu-
bungannya dengan Tuhan , dan telah menyulut murka-Nya hingga Ia
memberi surat cerai kepadanya. Perhatikanlah, tidak ada pertimbangan
yang lebih kuat untuk menyadarkan kita agar bertobat selain bagaimana
kita, melalui dosa, telah menyulut murka Tuhan sehingga Ia menyangkal dan
membuang kita. jika Tuhan mengancam untuk menolak kita, inilah
waktunya untuk melihat di sekitar kita, dan memikirkan jalan apa yang
harus kita tempuh. Sebab celakalah kita jika Ia tidak menjadi suami kita.
Mereka harus mendakwakan hal ini kepada ibu mereka (ay. 4): Ibu mereka
telah menjadi sundal. Jemaah mereka telah bersundal dengan mengikuti nabi-
nabi palsu (demikian dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram), atau lebih
tepatnya mengikuti berhala-berhala, dengan didorong oleh para nabi palsu
mereka. Dia yang mengandung mereka telah berlaku yang tidak senonoh,
dalam membuat dan menyembah berhala-berhala. Berhala disebut sebagai
keaiban (9:10) dan penyembahan berhala yaitu suatu hal yang tidak
senonoh. Penyembahan berhala bukan hanya suatu penghinaan kepada
Tuhan , melainkan juga suatu cela bagi manusia, menyembah kepada kayu
kering, seperti yang dikatakan Nabi Yesaya. Atau ayat itu menyatakan bahwa
orang berdosa itu tidak tahu malu, kurang ajar dalam berdosa, dan bermuka
tebal (Yer. 6:15). Atau, ia membuat malu, telah membuat semua orang yang
melihatnya malu akan dia. Anak-anaknya sendiri malu mengakui hubungan
mereka dengannya.
III. Mereka harus menegur ibu mereka atas sikapnya yang sangat tidak tahu
berterima kasih kepada Tuhan sebagai pemeliharanya, dengan memberi
kemuliaan kepada berhala-berhalanya atas segala pemberian yang telah
dikaruniakan Tuhan kepadanya. Dan kemudian ia menjadikannya sebagai
alasan mengapa dia memberi kepada berhala-berhala itu penghormatan
yang seharusnya diberikan kepada-Nya saja (ay. 4). Dalam hal ini
dia memang telah berlaku tidak senonoh, sebab dia berkata: Aku mau meng-
ikuti para kekasihku, yang memberi roti dan air minumku. Amatilah di sini,
1. Tekadnya yang fasik untuk tetap berkeras di dalam penyembahan
berhala, tanpa memedulikan segala yang telah difirmankan Tuhan , baik
melalui para nabi-Nya maupun melalui segala penyelenggaraan-Nya,
untuk menjauhkan dia dari penyembahan berhala ini . Dia berkata,
apa pun hal sebaliknya yang ditawarkan, aku mau mengikuti para
kekasihku, atau orang-orang yang membuatku mengasihi mereka, yang
dengan mereka aku telah jatuh cinta. Kitab terjemahan bahasa Aram
memahami para kekasih ini sebagai bangsa-bangsa yang dengan mereka
Israel ingin bersekutu dan yang kepada mereka Israel bergantung, yang
memasok segala kebutuhan mereka. namun para kekasih di sini lebih
tepatnya harus dipahami sebagai berhala-berhala yang mereka sembah,
dan untuk membenarkan cinta mereka kepada berhala-berhala itu, me-
reka menyebutnya para kekasih mereka. Lihatlah siapa yang berlaku
tidak senonoh, yaitu orang-orang yang membandel dan berkeras di
dalam dosa dan yang secara terang-terangan mengakui tekad mereka
untuk terus hidup di dalamnya. Lihatlah kebodohan para penyembah
berhala, dengan menyebut sebagai para kekasih mereka atas benda-
benda yang bahkan tidak memiliki kehidupan. namun marilah kita
belajar untuk menyebut Tuhan kita sebagai kekasih kita. Marilah kita me-
melihara pikiran-pikiran yang baik tentang Dia dan menilai tinggi bagian
kita di dalam Dia dan kasih-Nya.
2. Kesalahan besar yang mendasari tekad ini: “Aku mau mengikuti para
kekasihku, sebab mereka memberi roti dan air minumku, yang perlu
untuk menopang tubuh, bulu domba dan kain lenanku, yang perlu untuk
menutupi tubuh, dan hal-hal yang menyenangkan, minyak dan
minumanku, minuman kerasku” (demikian dalam bahasa aslinya),
“anggur dan minuman keras.” Perhatikanlah,
(1) Hal-hal yang tercerap yaitu hal-hal terbaik bagi hati yang bersifat
kedagingan, dan hal-hal yang paling menarik. Demi mengejarnya,
mereka tidak peduli apa yang mereka ikuti. Tuhan Israel telah
memperhadapkan kepada mereka ketetapan dan peraturan-Nya (Ul.
4:8), yang lebih indah dari pada emas dan lebih manis dari pada madu
(Mzm. 19:11). Ia telah menjanjikan mereka perkenanan-Nya, yang
akan memberi sukacita kepada mereka lebih banyak dari pada
saat mereka kelimpahan gandum dan anggur (Mzm. 4:8). namun
mereka tidak menikmati sama sekali semuanya ini. Dari mana
mereka menduga minyak dan anggur mereka berasal, ke sanalah
mereka akan mencurahkan kasih sayang mereka sepenuh-penuhnya.
O curvæ in terram animæ et cœlestium inanes! – Oh akhlak yang sudah
merosot, senantiasa membungkuk ke bawah pada bumi, hampa akan
segala sesuatu yang sorgawi!
(2) Sungguh tindakan yang semena-mena dan sangat menyakiti Tuhan
jika demi mengejar kesenangan dan kenikmatan indrawi kita
meninggalkan Dia, yang tidak hanya memberi kita hal-hal yang lebih