daniel obaja 11

 


bijaksana dalam perbuatan akan memahami 

ajaran. Orang-orang yang dipengaruhi dan diatur oleh hukum 

dan kasih ilahi akan diterangi dengan terang ilahi. Sebab barang-

siapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu kebenaran 

(Yoh. 7:17). Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi 

lebih bijak.  

(4) Daniel harus menghibur dirinya dengan harapan yang me-

nyenangkan akan kebahagiaannya sendiri dalam kematian, dalam 

penghakiman, dan dalam kehidupan kekal (ay. 13). Daniel sudah 

sangat tua sekarang, dan sudah lama berkecimpung baik dalam 

mengenal sorga secara akrab maupun dalam melakukan sangat 

banyak urusan umum di bumi ini. Dan sekarang ia harus berpikir 

untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kehidupan sekarang ini: 

namun  engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman.  

[1] yaitu  baik bagi kita semua untuk banyak berpikir tentang 

kepergian kita dari dunia ini. Kita sedang menuju ke sana, dan 

harus pergi sebentar lagi, pergi meninggalkan seluruh bumi. 

Itulah yang pasti menjadi jalan kita. namun  inilah penghiburan 

kita, bahwa kita tidak akan pergi sampai Tuhan   memanggil kita ke 

dunia lain, sampai Ia selesai dengan kita di dunia ini, sampai Ia 

berkata, “Engkau, pergilah. Engkau sudah menyelesaikan 

kesaksianmu, melakukan pekerjaanmu, dan menuntuaskan 

pekerjaan harianmu sebagai orang upahan. Oleh sebab itu 

sekarang, pergilah, dan serahkan kepada orang lain untuk 

menggantikan tempatmu.” 

[2] saat  orang yang baik pergi dari dunia ini, ia masuk ke dalam 

tempat peristirahatan: “Engkau akan beristirahat dari semua 

kerja keras dan kegelisahanmu pada saat ini, dan tidak akan 

melihat kejahatan-kejahatan yang akan datang pada angkatan 

berikutnya.” Tidak ada yang lebih tepat untuk dikatakan seorang 

anak Tuhan   pada saat menjelang ajal selain, kembalilah tenang, 

hai jiwaku! (Mzm. 116:7, KJV: kembalilah ke peristirahatanmu, hai 

jiwaku).  

[3] Waktu dan hari-hari akan berakhir. Bukan hanya waktu dan hari-

hari kita yang akan berakhir dalam waktu yang sangat dekat, 

melainkan juga semua waktu dan hari akan berakhir pada 

akhirnya. Hanya sebentar lagi, lalu waktu tidak akan ada lagi, 

namun  semua perputarannya akan terhitung dan selesai.  

[4] Peristirahatan kita di dalam kubur hanya akan berlangsung 

sampai kesudahan zaman. Dan kemudian istirahat yang penuh 

damai itu akan terganggu dengan membahagiakan oleh 

kebangkitan yang penuh sukacita. Ayub melihat ini saat  ia 

berkata tentang orang mati, sampai langit hilang lenyap, mereka 

tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya, yang menyiratkan 

bahwa jsesudah  itu mereka akan terjaga dan bangun (Ayb. 14:12).  

[5] Tiap-tiap dari kita harus bangkit untuk mendapat bagian kita 

pada kesudahan zaman. Dalam penghakiman pada hari besar kita 

pasti mendapat bagian kita sesuai perilaku kita dulu, dan apa 

yang kita perbuat di dalam tubuh. Entah, mari hai kamu yang 

diberkati, atau enyahlah hai kamu orang-orang terkutuk. Dan kita 

harus berdiri untuk selama-lamanya dalam bagian itu. Suatu 

penghiburan bagi Daniel, dan suatu penghiburan bagi semua 

orang kudus, bahwa, apa pun bagian mereka pada waktu 

sekarang, mereka akan mendapat bagian yang membahagiakan 

pada kesudahan zaman, akan mendapat bagian mereka di antara 

orang-orang terpilih. Dan harus menjadi kepedulian dan 

perhatian yang besar dari tiap-tiap kita sekarang untuk meng-

amankan bagi diri kita sendiri suatu bagian yang mem-

bahagiakan pada kesudahan zaman nanti. Dan supaya kita puas 

dengan bagian kita pada saat ini, kita harus menyambut dengan 

senang hati kehendak Tuhan  . 

[6] Harapan dan pandangan ke depan yang disertai rasa percaya 

bahwa kita akan mendapat bagian yang penuh berkat di Kanaan 

sorgawi, pada kesudahan zaman, akan menjadi penyokong yang 

jitu bagi kita saat  kita hendak pergi meninggalkan dunia ini, 

dan akan melengkapi kita dengan penghiburan-penghiburan 

yang hidup pada saat-saat menjelang kematian. 

 

 


Kitab  

hosea  

   

 

TAFSIRAN KITAB HOSEA  


I. Sekarang kita memasuki dua belas kitab nabi kecil, yang oleh sebagian orang 

pada zaman dulu, dalam menyusun kitab-kitab Perjanjian Lama, 

digabungkan bersama-sama dan dianggap hanya sebagai satu kitab. Mereka 

disebut nabi-nabi kecil, bukan sebab  tulisan mereka kurang berwenang 

atau kurang bermanfaat dibandingkan tulisan para nabi besar, atau seolah-

olah mereka ini lebih kecil dibandingkan  yang lain di mata Tuhan  , atau boleh 

dipandang demikian di mata kita, melainkan hanya sebab  tulisan mereka 

lebih pendek dan tidak setebal kitab nabi-nabi lain. Beralasan bagi kita untuk 

berpikir bahwa para nabi kecil ini berkhotbah sebanyak nabi-nabi lainnya, 

namun  mereka tidak menulis sebanyak nabi-nabi itu, tidak pula khotbah 

mereka dicatat sebanyak khotbah nabi-nabi lain. Banyak nabi yang hebat 

tidak menulis apa pun, dan yang lain hanya menulis sedikit, namun mereka 

sangat berguna semasa hidup mereka. Demikian pula sepanjang sejarah 

jemaat Kristen telah ada banyak terang yang menyala dan bersinar, namun  

mereka tidak dikenal oleh angkatan selanjutnya lewat tulisan-tulisan 

mereka. Namun karunia, anugerah, dan pelayanan mereka bagi angkatan 

mereka sama sekali tidak lebih kecil dibandingkan  orang lain yang dikenal 

melalui tulisan. Sebagian orang yang hanya meninggalkan sedikit tulisan dan 

tidak tersohor di kalangan penulis pun tidak kalah bernilai dibanding para 

penulis yang menghasilkan lebih banyak tulisan. Menurut Yosefus, tulisan 

kedua belas nabi kecil ini digabungkan menjadi satu jilid oleh sekelompok 

ahli kitab pada zaman Ezra, yang terdiri dari orang-orang yang saleh dan 

terpelajar. Dan diduga bahwa tiga nabi terakhir dari kedua belas nabi kecil 

juga merupakan anggota dari kelompok itu. Inilah yang bertahan di antara 

potongan tulisan wahyu ilahi yang tercerai-berai. Para ahli barang kuno 

menghargai fragmenta veterum – bagian-bagian peninggalan dari zaman 

kuno. Nah, tulisan ini yaitu  penggalan-penggalan nubuatan, yang 

dikumpulkan dengan hati-hati oleh Penyelenggaraan ilahi dan dirawat oleh 

jemaat, agar jangan ada yang hilang, seperti surat-surat pendek Rasul Paulus 

jsesudah  surat-suratnya yang panjang. Kitab Yesus bin Sirakh berbicara 

dengan penuh hormat tentang kedua belas nabi kecil ini, sebagai orang-

orang yang menghibur Yakub (Yesus bin Sirakh 49:10). Sembilan dari nabi-

nabi ini bernubuat sebelum masa pembuangan, sedangkan tiga nabi terakhir 

bernubuat jsesudah  orang Yahudi kembali ke negeri mereka. Ada suatu 

perbedaan dalam urutan kitab-kitab ini. Kita menempatkannya seperti 

orang-orang Ibrani kuno, dan semua sependapat untuk menaruh Kitab 

Hosea pada urutan pertama. Namun, masalah mana kitab yang paling tua 

tidaklah penting. Dan, kalaupun kita ingin mengurutkannya berdasar  

mana yang lebih tua, sebagian dari kitab-kitab itu tidak dapat kita pastikan 

usianya. 

II. Di hadapan kita terbentang nubuatan Hosea, nabi pertama dari semua nabi 

yang menuliskan nubuatan mereka, sebab ia dibangkitkan sebagai nabi kira-

kira sebelum zaman Yesaya. Menurut para tokoh pada zaman dulu, Hosea 

berasal dari Bet-Semes, dan dari suku Isakhar. Ia sangat lama melayani 

sebagai nabi. Orang Yahudi memperkirakan bahwa Hosea bernubuat hampir 

selama sembilan puluh tahun. Jadi, seperti yang dicermati oleh Jerome, ia 

sudah menubuatkan kehancuran kerajaan Israel sejak lama sebelumnya. Ia 

sendiri sempat melihat kejadian itu serta meratapinya, dan jsesudah  kejadian 

itu usai, ia memanfaatkannya sebagai peringatan bagi kerajaan yang satunya 

lagi, yaitu kerajaan Yehuda. Maksud dan tujuan dari nubuatan Hosea yaitu  

untuk menyingkapkan dosa dan menyatakan penghakiman-penghakiman 

Tuhan   atas sebuah bangsa yang tidak mau diubahkan. Gaya tulisannya ringkas 

dan padat berisi dibandingkan dengan nabi-nabi lain. Dan pada beberapa 

bagian, tulisannya tampak seperti pepatah dalam Kitab Amsal, tanpa 

hubungan satu sama lain, dan lebih tepat disebut ujaran Hosea dibandingkan  

khotbah Hosea. Memang, adakalanya satu pepatah yang berbobot lebih 

bermanfaat dibandingkan  khotbah yang panjang. Huetius (seorang rohaniwan 

Prancis abad ke-17 – pen.) mencermati bahwa banyak bagian dalam 

nubuatan Yeremia dan Yehezkiel tampak merujuk kepada Nabi Hosea, dan 

dipinjam darinya, sebab Hosea sudah menulis jauh sebelum mereka berdua. 

Misalnya, Yeremia 7:34; 16:9; 25:10; dan Yehezkiel 26:13 sama dengan 

Hosea 2:10. Demikian pula Yehezkiel 16:16 diambil dari Hosea 2:7. Janji 

untuk mengabdi kepada TUHAN, Tuhan   mereka, dan kepada Daud, raja 

mereka dalam Yeremia 30:8-9 dan Yehezkiel 34:23 pun telah ditulis Hosea 

sebelumnya dalam pasal 3:5. Begitu pula Yehezkiel 19:12 diambil dari Hosea 

Tafsiran Kitab Hosea 

 

13:15. Demikianlah nabi yang satu meneguhkan serta mendukung nabi 

lainnya, dan semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama.

 

 

PASAL  1  

si hati Tuhan   disingkapkan kepada nabi ini, dan lewat sang nabi kepada umat, 

melalui tanda dan perlambang pada tiga pasal pertama, namun  selanjutnya 

hanya melalui kata-kata. Dalam pasal ini kita mendapati, 

I. Judul kitab ini secara keseluruhan (ay. 1). 

II. Beberapa petunjuk khusus yang diperintahkan kepada Hosea untuk 

diberikan kepada umat Tuhan  . 

1. Ia harus menyadarkan mereka akan dosa mereka dalam bersundal 

dari Tuhan  , dengan cara menikahi seorang wanita  sundal (ay. 2-

3). 

2. Ia harus menubuatkan kehancuran yang akan menimpa mereka 

akibat dosa mereka, lewat nama anak-anaknya, yang berarti Tuhan   

menyangkal dan meninggalkan mereka (ay. 4-6, 8-9). 

3. Ia harus berbicara dengan penuh penghiburan kepada kerajaan 

Yehuda, yang masih mempertahankan kemurnian ibadah kepada 

Tuhan  , serta meyakinkan mereka akan keselamatan dari Tuhan (ay. 

7). 

4. Ia harus memberi  isyarat akan besarnya belas kasih yang 

disediakan Tuhan   bagi Israel dan Yehuda, pada zaman akhir (ay. 10-

11), sebab dalam nubuatan ini banyak janji belas kasihan yang 

berharga bercampur dengan ancaman-ancaman murka. 

Masa Nubuatan Hosea 

(1:1) 

1 Firman TUHAN yang datang kepada Hosea bin Beeri pada zaman Uzia, Yotam, Ahas dan 

Hizkia, raja-raja Yehuda, dan pada zaman Yerobeam bin Yoas, raja Israel. 

 

1. Dalam ayat di atas tercantum nama sang nabi beserta nama keluarganya. 

Sama seperti para nabi lain, ia mencantumkan nama itu pada nubuatannya 

untuk meyakinkan semua orang bahwa ia siap menegaskan bahwa apa yang 

ditulisnya berasal dari Tuhan  . Ia menandatanganinya sebagai sesuatu yang 

akan dipertahankannya. Namanya, yaitu Hosea atau Yeshua (sebab nama itu 

persis sama dengan nama asli Yosua), berarti penyelamat. Sebab nabi me-

rupakan alat keselamatan bagi umat Tuhan  , sama seperti hamba-hamba 

Tuhan yang setia. Mereka membantu menyelamatkan banyak jiwa dari maut, 

dengan menyelamatkannya dari dosa. Nama keluarganya ialah bin Beeri, 

atau putra Beeri. Sama seperti kita pada zaman sekarang, sebagian orang 

pada zaman dahulu pun menggunakan nama belakang berdasar  tempat 

asal mereka, misalnya Mikha orang Moresyet dan Nahum orang Elkosh. 

Sebagian yang lain mengambil nama belakang berdasar  nama orangtua 

mereka, misalnya Yoël bin Petuel, dan di sini Hosea bin Beeri. Barangkali 

mereka menggunakan ciri ini  jika  orangtua mereka begitu 

terkemuka, sehingga akan mendatangkan kehormatan bagi mereka. Orang 

Yahudi beranggapan bahwa saat  nama ayah seorang nabi disebutkan, 

berarti sang ayah itu juga nabi. Namun, itu hanya keyakinan yang mengada-

ada dan tidak berdasar. Beeri artinya sumur, yang mungkin mengingatkan 

kita pada mata air kehidupan dan air hidup yang darinya para nabi 

mengambil air, dan yang harus senantiasa mereka ambil. 

2. Dalam ayat di atas tertulis kewenangan dan penugasan Hosea: Firman 

TUHAN yang datang kepada Hosea. Firman itu datang kepadanya. Firman itu 

datang kepadanya dengan kuasa dan keberhasilan. Firman itu diwahyukan 

kepadanya sebagai sesuatu yang nyata, dan bukan khayalan atau 

bayangannya sendiri, dengan suatu cara yang pada waktu itu dipakai Tuhan   

untuk menyingkapkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya para nabi. Apa 

yang dikatakan dan ditulisnya berasal dari ilham ilahi. Itu terjadi dengan 

firman Tuhan, seperti yang dikatakan Rasul Paulus mengenai apa yang 

semata-mata didapatnya melalui pewahyuan (1Tes. 4:15). Itulah sebabnya 

Kitab Hosea selalu diterima dalam kanon kitab-kitab Perjanjian Lama, yang 

keabsahannya diteguhkan lewat pengutipannya dalam Perjanjian Baru (Mat. 

2:15; 9:13; 12:7; Rm. 9:25-26; 1Ptr. 2:10). Sebab firman Tuhan tetap untuk 

selama-lamanya. 

3. Dicantumkan pula penjelasan terperinci mengenai waktu nubuatan Hosea, 

yaitu pada zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda, dan pada 

zaman Yerobeam bin Yoas, raja Israel. Kita hanya memiliki keterangan umum 

ini tentang masa nubuatannya, dan bukan masa suatu pemerintahan secara 

khusus, seperti sebelumnya dalam Kitab Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan 

Kitab Hosea 1:1 

Daniel, atau sesudahnya dalam Kitab Hagai dan Zakharia. Di sini hanya 

disebutkan satu raja Israel, meskipun masih ada banyak raja lagi pada masa 

itu, sebab  Hosea telah menyebutkan nama raja-raja Yehuda, sehingga tidak 

perlu lagi menyebutkan yang lain. Lagi pula, sebab  mereka semuanya raja 

yang jahat, maka ia tidak bersuka dalam menyebut nama-nama mereka, 

tidak pula hal itu akan memberi mereka kehormatan. Nah, berdasar  

penjelasan yang diberikan di sini tentang beberapa pemerintahan saat  

Hosea bernubuat (dan sepanjang yang bisa disaksikan, firman Tuhan sekali-

sekali masih datang kepadanya, sedikit banyak, di sepanjang masa-masa 

pemerintahan ini ), tampak bahwa  

(1) Hosea bernubuat untuk waktu yang lama, bahwa ia sudah mulai saat  

masih sangat muda, yang memberinya keuntungan dalam hal kekuatan 

dan kesigapan, dan bahwa ia terus melakukan tugasnya itu hingga sangat 

tua, yang memberinya keuntungan dalam hal pengalaman dan 

kewenangan. Suatu kehormatan besar baginya untuk ditugaskan begitu 

lama dalam pekerjaan yang begitu baik, dan suatu belas kasihan yang 

besar bagi umat untuk memiliki seorang hamba Tuhan yang begitu lama 

berada di antara mereka, yang mengetahui keadaan mereka dengan 

begitu baik, dan tentu saja peduli akan keadaan mereka itu. Ia yaitu  

orang yang sudah lama mereka kenal, dan sebab  itu lebih besar 

kemungkinannya untuk berguna bagi mereka. Meski demikian, 

sepanjang yang bisa disaksikan, Hosea tidak begitu banyak berperan di 

antara mereka. Semakin lama mereka menikmati keberadaannya, 

semakin mereka tidak mengindahkannya. Mereka pertama-tama me-

mandang rendah usianya yang muda, dan kemudian usianya yang sudah 

lanjut. 

(2) Hosea sudah melalui berbagai macam keadaan. Sebagian dari raja-raja 

ini sangatlah baik, dan ada kemungkinan mendukung dan mendorong 

dia. Sebagian raja yang lain sangatlah jahat, dan (dapat kita duga) 

menentangnya dan mengecilkan hatinya. Namun demikian, Hosea tetap 

berperilaku sama. Hamba-hamba Tuhan   harus siap saat  dihormati dan 

dihina; saat  diumpat atau saat  dipuji. Saat melalui semuanya itu, 

mereka harus menetapkan hati untuk memegang teguh kelurusan hati 

mereka dan tetap mengerjakan tugas mereka.  

(3) Hosea mulai bernubuat saat  penghakiman-penghakiman Tuhan   sedang 

dicurahkan, saat  Tuhan   sendiri sedang beperkara secara lebih langsung 

dengan bangsa yang berdosa itu, yang jatuh ke dalam tangan TUHAN, 

sebelum mereka diserahkan ke dalam tangan manusia. Sebab pada 

zaman Uzia dan Yerobeam, yang sezaman dengannya, terjadilah gempa 

bumi yang mengerikan, yang disebutkan dalam Zakharia 14:5 dan Amos 

1:1). Dan selanjutnya ada tulah belalang (Yl. 1:2-4; Am. 7:1; Hos. 4:3). 

Cambuk Tuhan   dikirim untuk menegakkan firman, dan firman Tuhan   

dikirim untuk menjelaskan cambuk itu, namun keduanya tidak akan 

berhasil sebelum Tuhan  , oleh Roh-Nya, membuka telinga umat untuk 

menerima pengajaran dan hajaran.  

(4) Hosea mulai bernubuat di Israel saat  kerajaan mereka sedang makmur 

dan berkembang pesat, sebab demikianlah keadaannya pada masa 

pemerintahan Yerobeam kedua, seperti yang kita dapati dalam 2 Raja-

raja 14:25, 27, “Ia mengembalikan daerah Israel, dan Tuhan   menolong 

mereka dengan perantaraan Yerobeam bin Yoas.” Namun demikian, pada 

masa itu Hosea dengan berani menyatakan dosa-dosa mereka kepada 

mereka dan menubuatkan kehancuran mereka. Manusia tidak boleh 

disanjung-sanjung di dalam jalan mereka yang berdosa hanya sebab  

mereka berhasil di dunia. Sebaliknya, bahkan pada saat seperti itu pun 

mereka harus ditegur dengan apa adanya, dan diberi tahu secara terus 

terang bahwa kemakmuran mereka tidak akan membuat mereka aman, 

dan tidak pula akan bertahan lama bila mereka tetap hidup dalam kesa-

lahan-kesalahan mereka. 

Perkawinan Hosea; Ancaman-ancaman terhadap Israel;  

Isyarat akan Datangnya Rahmat bagi Yehuda 

(1:2-7) 

2 saat  TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada 

Hosea: “Pergilah, kawinilah seorang wanita  sundal dan peranakkanlah anak-anak 

sundal, sebab  negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN.” 3 Maka 

pergilah ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, lalu mengandunglah wanita  itu dan 

melahirkan baginya seorang anak laki-laki. 4 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada 

Hosea: “Berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan 

menghukum keluarga Yehu sebab  hutang darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri peme-

rintahan kaum Israel. 5 Maka pada waktu itu Aku akan mematahkan busur panah Israel di 

lembah Yizreel.” 6 Lalu wanita  itu mengandung lagi dan melahirkan seorang anak 

wanita . Berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: “Berilah nama Lo-Ruhama kepada anak 

itu, sebab Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan 

mengampuni mereka.  

7 namun  Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN, 

Tuhan   mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, 

dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.” 

Kalimat ini, “saat  TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea,” 

mungkin mengacu pada,  

1. Sederetan nabi yang gilang-gemilang yang bangkit sekitar masa ini . 

Kira-kira pada masa itu, hidup dan bernubuatlah nabi Yoel, Amos, Mikha, 

Yunus, Obaja, dan Yesaya. Namun, di antara mereka semua, Hosealah yang 

pertama kali menubuatkan kehancuran Israel. Permulaan firman Tuhan ini 

disampaikan dengan perantaraan Hosea. Kita membaca dalam riwayat raja 

Yerobeam yang disebutkan di sini (2Raj. 14:27) bahwa TUHAN belum 

mengatakan bahwa Ia akan menghapuskan nama Israel dari kolong langit. 

namun  segera sesudah itu Dia berkata bahwa Ia akan melakukannya, dan 

Hosealah orang pertama yang mulai menyatakannya. Tugas itu menjadi jauh 

lebih berat bagi Hosea, sebab ia menjadi orang pertama yang harus 

membawa sebuah berita yang tidak menyenangkan, dan selama beberapa 

waktu sebelum ada orang yang dibangkitkan untuk mendukungnya. Atau 

lebih tepatnya,  

2. Kalimat itu merujuk pada nubuatan-nubuatan Hosea sendiri. Inilah pesan 

pertama yang dikirimkan Tuhan   melalui dia kepada umat-Nya, untuk 

memberi tahu mereka bahwa mereka yaitu  angkatan yang jahat dan tidak 

setia. Barangkali Hosea juga berharap untuk tidak menghadapi mereka 

dengan cara yang begitu keras sebelum ia memperoleh wewenang dan nama 

baik, dan tempat di hati mereka. Namun tidak, ia harus mulai dengan pesan 

ini, supaya mereka tahu apa yang harus diharapkan dari seorang nabi Tuhan. 

Bahkan, ia tidak hanya harus menyampaikan pesan ini kepada mereka, 

namun  juga harus menuliskannya, menyebarluaskannya, dan meninggalkan 

catatan sejarah sebagai saksi menentang mereka. Nah, dalam nubuatan ini, 

I. Nabi Hosea harus memperlihatkan kepada mereka dosa mereka, seolah-olah 

dengan cermin, dan menunjukkan bahwa dosa itu luar biasa keji, luar biasa 

memuakkan. Sang nabi diperintahkan untuk mengawini seorang wanita  

sundal dan memperanakkan anak-anak sundal (ay. 2). Dan ia pun 

melakukannya (ay. 3). Hosea menikahi seorang wanita yang terkenal bejat, 

Gomer binti Diblaim. Ia bukan seorang yang telah menikah lalu berzinah, 

sebab jika demikian tentu ia sudah dihukum mati, melainkan seorang wanita 

lajang yang hidup bersundal. Menikahi wanita seperti ini bukanlah malum in 

se – jahat dengan sendirinya, namun  hanya malum per accidens – jahat dalam 

keadaan tertentu, suatu perbuatan yang tidak bijak, tidak patut, atau tidak 

bermanfaat, dan sebab  itu dilarang bagi para imam. Dan jika benar-benar 

dilakukan, perbuatan itu akan menyengsarakan sang nabi diancamkan 

sebagai kutuk kepada Amazia bahwa istrinya akan bersundal, Am. 7:17). 

Namun, itu bukanlah dosa jika  Tuhan   memerintahkannya demi tujuan 

yang kudus. Bahkan, jika diperintahkan, maka hal itu sudah menjadi 

kewajiban Hosea, dan ia harus percaya bahwa Tuhan   akan menjaga nama 

baiknya. namun  , sebagian besar penafsir berpendapat bahwa 

perkawinan itu terjadi dalam penglihatan, atau tidak lebih dari sekadar 

perumpamaan. Dan itu merupakan cara mengajar yang lazim dipakai orang-

orang pada zaman kuno, khususnya para nabi. Sesuatu yang mereka mak-

sudkan tentang orang lain, mereka kenakan pada diri sendiri dalam bentuk 

perlambang, seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 4:6. 

Hosea harus mengawini seorang wanita  sundal, dan mendapat 

keturunan yang begitu rupa darinya sehingga semua orang akan menduga 

bahwa, walaupun terlahir dalam ikatan pernikahan, mereka yaitu  anak-

anak sundal, dikandung dalam perzinahan. Sebab sudah sangat biasa bahwa 

orang-orang yang hidup cabul saat  masih lajang, tidak akan hidup dengan 

lebih baik sesudah menikah. Firman Tuhan  , “Hai Hosea, umat ini merupakan 

aib yang begitu besar bagi-Ku, dan begitu mendukakan serta menyusahkan 

hati-Ku, seperti wanita  sundal (KJV: istri sundal) dan anak-anak sundal 

bagimu. sebab  negeri ini bersundal hebat.” Mereka telah berpaling dari 

Tuhan dengan melakukan segala bentuk kejahatan. namun  penyembahan 

berhala merekalah yang terutama merupakan persundalan yang 

didakwakan kepada mereka di sini. memberi  kemuliaan kepada makhluk 

mana saja, yang hanya patut diberikan kepada Tuhan  , merupakan suatu 

penistaan dan penghinaan yang begitu besar kepada Tuhan  , sama seperti 

seorang istri jatuh ke dalam pelukan lelaki lain selain suaminya. Hal ini 

terutama berlaku bagi orang yang telah mengaku beragama dan terikat 

dalam kovenan dengan Tuhan  . Penyembahan berhala merupakan 

pelanggaran terhadap ikatan perkawinan, suatu dosa yang keji dan 

menjijikkan, dan, di antara hal-hal lain, menumpulkan akal budi dan 

merampas hati. Penyembahan berhala yaitu  persundalan hebat, lebih buruk 

dibandingkan  dosa lainnya. Hal itu sama saja dengan meninggalkan TUHAN, yang 

kepada-Nya kita terikat kewajiban-kewajiban yang lebih besar dibandingkan  

seorang istri kepada suaminya. Negeri ini telah bersundal hebat. Bukan 

hanya satu dua orang di sana sini yang bersalah atas penyembahan berhala, 

namun  seluruh negeri telah tercemar olehnya. Dosa itu telah menjadi dosa 

seluruh bangsa, dan penyakitnya sudah mewabah. Betapa menjijikkannya 

bagi seorang nabi, orang kudus, beristrikan wanita  sundal dan memiliki 

anak-anak sundal seperti istrinya! Ini sungguh menguji kesabarannya. Dan, 

jika wanita itu tetap bersikeras dalam persundalan, apalagi yang dapat 

diharapkan selain bahwa sang nabi harus menceraikannya! Lantas, 

bukankah jauh lebih menyakitkan bagi Tuhan   yang kudus bila umat-Nya, yang 

disebut dengan nama-Nya dan tinggal di rumah-Nya, bersikap seperti 

wanita  sundal? Alangkah besar kesabaran-Nya terhadap mereka! Dan 

betapa Ia bisa saja dengan adil menyingkirkan mereka! Ibaratnya seperti 

Hosea menikahi Gomer binti Diblaim, yang pada saat itu kemungkinan sudah 

terkenal sebagai wanita  sundal. Negeri Israel bagaikan Gomer binti 

Diblaim. Gomer berarti kebobrokan. Diblaim artinya dua batang, atau bong-

kahan ara. Hal ini menunjukkan bahwa Israel sudah berada di ambang 

kehancuran, dan bahwa gaya hidup mereka yang mewah dan suka menuruti 

hawa nafsulah yang menjadi penyebabnya. Mereka seperti buah ara yang 

jelek yang tidak bisa dimakan, mereka begitu jahat. Hal ini menyiratkan 

bahwa dosa yaitu  akibat dari kelimpahan, dan kehancuran yaitu  akibat 

dari penyalahgunaan kelimpahan. Sebagian penafsir mengartikan perintah 

Tuhan   kepada nabi Hosea demikian, “Pergilah, kawinilah seorang wanita  

sundal, sebab jika engkau harus pergi mencari wanita  yang jujur dan 

sopan, engkau tidak akan menemukannya, sebab  seluruh negeri dan semua 

penduduknya telah bersundal, perbuatan yang biasanya mengiringi 

penyembahan berhala.”  

II. Nabi Hosea harus menunjukkan kepada mereka kehancuran mereka, seolah-

olah dengan teropong. Dan hal ini dilakukannya melalui nama-nama yang 

diberikan kepada anak-anak yang lahir dari wanita  sundal ini. Sebab 

sama halnya jika  keinginan telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan jika  

dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. 

1. Hosea menubuatkan jatuhnya keluarga kerajaan lewat nama yang harus 

diberikannya kepada anak pertama, yang merupakan seorang putra. 

“Berilah nama Yizreel kepada anak itu” (ay. 4). Kita melihat bahwa Nabi 

Yesaya juga memberi  nama nubuatan kepada anak-anaknya (Yes. 

7:3; 8:3), demikian pula dengan Nabi Hosea di sini. Yizreel artinya benih 

dari Tuhan   (begitulah seharusnya mereka), namun  juga berarti yang ter-

cerai-berai dari Tuhan  . Mereka akan menjadi seperti domba di bukit-

bukit, berkeliaran tanpa gembala. Janganlah sebut mereka Israel, yang 

artinya kekuasaan, sebab mereka sudah kehilangan segala kehormatan 

untuk menyandang nama itu. namun  sebutlah mereka Yizreel, yang 

artinya cerai-berai, sebab barangsiapa meninggalkan Tuhan akan 

mengembara tanpa akhir. Sampai saat itu mereka telah tercerai-berai 

seperti benih, biarlah kini mereka tercerai-berai seperti sekam. Yizreel 

yaitu  nama salah satu kota kerajaan dari raja-raja Israel. Kota itu 

sangat indah, terletak di lembah yang subur, dan dengan menyinggung 

kota itulah anak ini dinamai Yizreel, sebab sedikit waktu lagi maka Aku 

akan menghukum keluarga Yehu sebab  hutang darah Yizreel. Yehu 

yaitu  leluhur langsung Raja Yerobeam yang sedang memerintah pada 

saat itu. Keluarga Yehu menderita sebab  dosa-dosa Yehu, sebab Tuhan   

kerap menanggungkan dan membalaskan pelanggaran manusia kepada 

anak-anak mereka. Pemerintahan kaum Israel-lah yang mungkin 

dimaksud dengan keluarga kerajaan yang berkuasa saat itu, yakni 

keluarga Yehu, yang memang diakhiri Tuhan   dengan segera (sebab putra 

Yerobeam ini, yaitu Zakharia, memerintah hanya selama enam bulan, dan 

ia merupakan keturunan Yehu yang terakhir). Atau yang dimaksud 

dengan pemerintahan kaum Israel itu bisa juga seluruh kerajaan pada 

umumnya, yang terus berlaku serong dan fasik, dan yang diakhiri pada 

pemerintahan Raja Hosea, kira-kira tujuh puluh tahun kemudian. Dan 

bagi Tuhan   tujuh puluh tahun hanyalah sedikit waktu saja. Perhatikanlah, 

baik keagungan raja-raja maupun kekuasaan kerajaan-kerajaan tidak 

dapat melindungi mereka dari penghakiman-penghakiman Tuhan   yang 

membinasakan, bila mereka terus memberontak terhadap-Nya.  

(1) Apa alasan di balik perseteruan ini: Aku akan menghukum keluarga 

Yehu sebab  hutang darah Yizreel, darah yang ditumpahkan Yehu di 

Yizreel, saat  atas penugasan dari Tuhan   dan dalam ketaatannya 

pada perintah Tuhan  , dihancurkannya seluruh keluarga Ahab dan 

semua orang yang bersekutu dengannya, beserta segenap 

penyembah Baal. Tuhan   membenarkan tindakannya itu (2Raj. 10:30): 

“Engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di 

mata-Ku.” Namun, di sini Tuhan   hendak menghukum keluarga Yehu 

sebab  hutang darah ini , jsesudah  berakhir masa yang dijanjikan 

bahwa keluarganya akan memerintah, yaitu sampai keturunan 

keempat. namun  bagaimana bisa satu perbuatan yang sama dipuji 

sekaligus dihukum? Hal itu sangat adil adanya. Tindakan itu sendiri 

baik, yakni melaksanakan hukuman yang benar yang dijatuhkan atas 

keluarga Ahab, dan oleh sebab itu tindakan ini  dipuji. Namun, 

Yehu tidak melakukannya dengan sikap hati yang benar. Ia bertujuan 

untuk meninggikan dirinya sendiri, bukan untuk memuliakan Tuhan  , 

dan mencampuradukkan kebencian-kebenciannya sendiri dengan 

penegakan keadilan Tuhan  . Yehu melakukannya dengan rasa benci 

terhadap para pelaku dosa, bukan terhadap dosanya. Buktinya, dia 

mempertahankan penyembahan patung lembu emas dan tidak tetap 

hidup menurut hukum TUHAN, Tuhan   Israel (2Raj. 10:31). Oleh sebab 

itu, saat  takaran kejahatan keluarganya telah penuh, dan Tuhan   

datang untuk mengadakan perhitungan dengan mereka, kesalahan 

pertama yang diperhitungkan ialah darah keluarga Ahab, yang di sini 

disebut hutang darah Yizreel. Dan sebab  menjadi yang pertama 

maka juga untuk semua yang lain. Demikian pula saat  keluarga 

Baesa ditumpas habis, alasannya ialah sebab  Baesa melakukan dosa 

yang sama seperti keluarga Yerobeam, dan sebab  ia telah membunuh 

Yerobeam (1Raj. 16:7). Perhatikanlah, barangsiapa diberi 

kepercayaan untuk menegakkan keadilan, mereka harus memastikan 

bahwa mereka melakukannya atas dasar pandangan yang benar dan 

dengan maksud yang benar pula. Dan bahwa mereka sendiri tidak 

hidup dalam dosa-dosa yang mereka hukum dalam diri orang lain, 

sebab jika tidak, bahkan penghukuman yang mereka laksanakan 

dengan adil suatu saat akan dipandang sebagai tindakan yang sedikit 

lebih ringan dibandingkan  pembunuhan.  

(2) Seberapa jauh perseteruan itu akan berlanjut. Perseteruan itu akan 

dilanjutkan bukan dengan memberi  hajaran, melainkan 

kehancuran. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kalimat, “Aku 

akan menimpakan, atau menanggungkan, darah Yizreel ke atas 

keluarga Yehu, artinya bukan membalaskan pertumpahan darah itu, 

sebagaimana kita membacanya, namun  mengulangi pertumpahan 

darah ini : ‘Aku akan menghukum keluarga Yehu seperti Aku 

menghukum keluarga Ahab, sebab  Yehu tidak mengindahkan 

peringatan melalui hukuman atas para pendahulunya, namun  tetap 

mengikuti jejak penyembahan berhala mereka. jsesudah  keluarga 

Yehu dibinasakan, Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel. 

Aku akan mulai meruntuhkannya, walaupun sekarang kerajaan itu 

berkembang.’” jsesudah  kematian Zakharia, keturunan terakhir dari 

keluarga Yehu, kerajaan sepuluh suku Israel mulai melemah, dan 

kemerosotannya sangat terlihat. Dan untuk menghancurkannya, 

diberikan ancaman (ay. 5), “Aku akan mematahkan busur panah 

Israel di lembah Yizreel.” Kekuatan bala tentara Israel, demikian 

dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram. Tuhan   akan melumpuhkan 

mereka sehingga mereka tidak mampu mempertahankan diri atau 

melawan musuh-musuh mereka. Sama seperti panah yang tetap 

kokoh dan busur yang kuat kembali di tangan melambangkan 

bertambahnya kekuasaan, demikian juga busur yang dipatahkan 

melambangkan kekuasaan yang hancur dan tenggelam. Busur itu 

akan dipatahkan di lembah Yizreel, di mana gudang persenjataan 

Israel kemungkinan berada. Atau barangkali di lembah itu terjadi 

suatu pertempuran, yang di dalamnya kerajaan Israel dibuat menjadi 

sangat lemah. Perhatikanlah, tidak ada pagar yang mampu 

melindungi manusia dari perseteruan dengan Tuhan  . saat  Dia maju 

melawan suatu bangsa, busur-busur mereka yang kuat akan patah 

dalam sekejap dan benteng-benteng mereka diruntuhkan. Di lembah 

Yizreel mereka menumpahkan darah, dan Tuhan   yang adil akan 

membalaskannya kepada mereka tepat di tempat yang sama. Ini 

sama halnya seperti para penjahat ternama yang digantung dengan 

rantai tepat di tempat mereka melakukan tindak kejahatan, supaya 

hukuman itu sesuai dengan dosanya. 

2. Hosea menubuatkan bahwa Tuhan   akan meninggalkan seluruh bangsa 

Israel melalui nama yang diberikannya kepada anak kedua. Anak yang 

kedua ini yaitu  wanita , sementara anak yang pertama yaitu  laki-

laki, untuk menyiratkan bahwa baik laki-laki maupun wanita  telah 

berlaku serong. Sebagian penafsir mengartikan bahwa Israel telah 

berlaku tidak jantan, sehingga dibuat menjadi lemah lunglai. Berilah 

nama Lo-Ruhama kepada anak wanita  ini – bukan kekasih (demikian 

kata itu diterjemahkan dalam Rm. 9:25), atau tidak dikasihani, demikian 

kata itu diterjemahkan dalam 1 Petrus 2:10. Artinya sama saja. 

Malapetaka kaum Israel termuat dalam pernyataan ini: Aku tidak akan 

menyayangi mereka lagi. Pernyataan itu menyiratkan bahwa selama ini 

Tuhan   sudah menunjukkan kasih sayang yang besar kepada mereka, 

namun  mereka menyalahgunakan perkenanan-Nya, sehingga perkenan-

an-Nya itu diambil dari mereka akibat perbuatan mereka sendiri, dan 

sekarang Tuhan   tidak mau lagi menunjukkan perkenanan kepada mereka. 

Perhatikanlah, barangsiapa meninggalkan belas kasihan yang telah 

diberikan kepada mereka demi berhala kesia-siaan, jangan heran bila 

belas kasihan itu sendiri akan meninggalkan mereka pula, dan mereka 

akan dibiarkan bersama berhala kesia-siaan mereka (Yun. 2:8). Dosa 

menjauhkan belas kasih Tuhan   bahkan dari kaum Israel sekalipun, umat 

yang mengaku sebagai kepunyaan-Nya sendiri. Dan sungguh 

menyedihkan keadaan mereka jika  Tuhan   mengatakan bahwa Dia 

tidak akan menyayangi mereka lagi. Maka dikatakan selanjutnya, Aku 

sama sekali tidak akan mengampuni mereka, akan menyingkirkan mereka 

sama sekali (demikian menurut sebagian penafsir), akan mencabut 

mereka sepenuhnya (demikian menurut sebagian yang lain). Perhati-

kanlah, saat  curahan belas kasihan dihentikan, tidak ada hal lain yang 

bisa kita harapkan selain bahwa cawan murka akan ditumpahkan. 

Barang siapa tidak lagi disayangi oleh Tuhan   pasti akan disingkirkan 

sepenuhnya, bagaikan sampah dan kotoran. Dalam bahasa aslinya, 

menyingkirkan kadang-kadang berarti mengampuni dosa. Dan sebagian 

penafsir mengartikannya demikian: Aku tidak akan lagi menunjukkan 

belas kasihan kepada mereka, walaupun Aku telah mengampuni mereka 

selama ini. Meskipun Tuhan   itu panjang sabar, Ia tidak akan selamanya 

bersabar terhadap umat yang tidak mau diperbaharui. Atau, Aku tidak 

akan lagi menunjukkan belas kasihan kepada mereka, sehingga Aku 

sekali-sekali tidak akan mau mengampuni mereka, atau (seperti dalam 

terjemahan yang agak luas) sehingga Aku harus mengampuni mereka 

sepenuhnya. Jika belas kasih dalam mengampuni sudah ditarik, maka 

tiada lagi belas kasih lain yang bisa diharapkan, sebab belas kasih dalam 

mengampuni itulah yang membuka jalan masuk menuju segala jenis 

belas kasih lainnya. Sebagian orang menafsirkan ayat ini sebagai 

penghiburan: Aku tidak akan lagi menunjukkan belas kasihan kepada 

mereka hingga saatnya Aku mengampuni mereka, yaitu hingga Sang 

Penebus datang ke Sion untuk menyingkirkan segala kefasikan dari 

Yakub. Alkitab bahasa Aram menuliskan, “namun , jika mereka bertobat, 

Aku akan mengampuni mereka.” Bahkan para pendosa terbesar 

sekalipun akan mendapati bahwa pada Tuhan   ada pengampunan, jika 

mereka menyadari keadaan mereka dan berbalik. 

III. Nabi Hosea harus menunjukkan kepada mereka belas kasih apa yang telah 

disediakan Tuhan   bagi kaum Yehuda, pada saat yang sama saat  Ia sedang 

berseteru dengan kaum Israel seperti itu (ay. 7): “namun  Aku akan 

menyayangi kaum Yehuda.” Perhatikanlah, meskipun sebagian orang 

disingkirkan secara adil sebab  ketidaktaatan mereka, namun Tuhan   akan 

senantiasa menyisakan bagi diri-Nya sekelompok orang yang akan menjadi 

bejana penerima belas kasihan dan tugu peringatan akan belas kasih itu. Ke-

tika keadilan ilahi dimuliakan pada sebagian orang, anugerah ilahi yang 

cuma-cuma dimuliakan pada sebagian yang lain. Dan, walaupun sebagian 

orang disingkirkan sebab  tidak percaya, Tuhan   akan memiliki jemaat di 

dunia ini hingga akhir zaman. Sungguh memperberat penolakan terhadap 

Israel bahwa Tuhan   akan menyayangi Yehuda, dan bukan Israel. Dan sungguh 

mengagungkan belas kasihan Tuhan   kepada Yehuda bahwa, meskipun me-

reka juga telah berlaku fasik, namun Tuhan   tidak menolak mereka seperti Dia 

menolak Israel. “Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan 

mereka.” Perhatikanlah, keselamatan kita semata-mata berasal dari belas 

kasih Tuhan  , dan bukan sebab  jasa kita sendiri. Nah, 

1. Ayat ini, tanpa diragukan lagi, merujuk pada keselamatan-keselamatan 

sementara yang dikerjakan Tuhan   bagi Yehuda secara istimewa, 

perkenanan-perkenanan yang ditunjukkan kepada mereka, dan bukan 

kepada Israel. saat  tentara Asyur telah menghancurkan Samaria dan 

mengangkut sepuluh suku ke dalam pembuangan, mereka lalu 

menggempur Yerusalem. Namun, Tuhan   berbelas kasihan kepada kaum 

Yehuda, dan menyelamatkan mereka melalui pembantaian besar-

besaran yang dilakukan oleh seorang malaikat, dalam satu malam, di 

perkemahan orang Asyur. Pada saat itulah mereka diselamatkan oleh 

TUHAN, Tuhan   mereka, secara langsung, dan bukan oleh pedang atau 

busur. Sementara sepuluh suku Israel terus berada dalam pembuangan 

dan negeri mereka diduduki oleh bangsa lain, sebab  mereka 

disingkirkan sama sekali, Tuhan   menyayangi kaum Yehuda dan 

menyelamatkan mereka. Dan, jsesudah  tujuh puluh tahun, Dia membawa 

mereka kembali, bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, 

melainkan dengan Roh-Ku, firman TUHAN semesta alam (Za. 4:6). Aku 

akan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Tuhan   mereka, yaitu demi diri-

Ku sendiri. Tuhan   akan ditinggikan oleh sebab  kekuatan-Nya sendiri, Dia 

akan mengerjakan pekerjaan itu dengan tangan-Nya sendiri. 

Keselamatan itu pasti, sebab  merupakan hasil karya-Nya sendiri. Sebab, 

jika Dia mau bekerja, tiada seorang pun yang dapat menghalangi. Dan ke-

selamatan itu sungguh diterima sebab dikerjakan sendiri oleh-Nya. 

Demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia. Semakin sedikit peranan 

manusia dalam suatu karya keselamatan, dan semakin besar peranan 

Tuhan  , maka semakin cemerlang sinarnya dan semakin manis rasanya. 

Aku akan menyelamatkan mereka dengan firman Tuhan (demikian 

dikatakan dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram), demi Kristus, firman 

yang kekal, dan oleh kuasa-Nya. Aku akan menyelamatkan mereka bukan 

dengan panah atau pedang, artinya, 

(1) Mereka akan diselamatkan saat  mereka sudah menjadi begitu 

lemah, hingga mereka tidak lagi memiliki busur dan pedang untuk 

mempertahankan diri (Hak. 5:8; 1Sam. 13:22). 

(2) Mereka akan diselamatkan oleh Tuhan saat mereka berhenti 

mempercayai kekuatan dan persenjataan mereka sendiri (Mzm. 

44:7). 

(3) Mereka akan diselamatkan dengan mudah, tanpa harus bersusah-

susah menggunakan pedang dan busur (ay. 7; Yes. 9:4), Aku akan 

menyelamatkan mereka demi TUHAN, Tuhan   mereka. Dengan 

menyebut diri-Nya sebagai Tuhan   mereka, Dia menegur kesepuluh 

suku yang telah menolak Dia sebagai Tuhan   mereka, sehingga sebab  

itulah Dia juga menolak mereka. Penyebutan itu juga menyiratkan 

alasan yang sebenarnya mengapa Dia menyayangi kaum Yehuda, 

menyayangi mereka secara istimewa, dan menyelamatkan mereka, 

yakni demi memenuhi kovenan-Nya dengan mereka sebagai Tuhan, 

Tuhan   mereka, serta sebagai upah atas kesetiaan mereka kepada Dia, 

firman-Nya, dan penyembahan terhadap-Nya. namun  , 

2. Ayat ini bisa juga merujuk pada keselamatan Yehuda dari penyembahan 

berhala, sehingga melayakkan dan mempersiapkan mereka bagi 

keselamatan-keselamatan yang lain. Dan keselamatan dari 

penyembahan berhala ini sungguh-sungguh merupakan keselamatan 

oleh Tuhan, Tuhan   mereka. Keselamatan ini dikerjakan hanya oleh kuasa 

anugerah-Nya, dan tidak akan pernah dapat dikerjakan dengan pedang 

atau panah. Tepat saat  kerajaan Israel disingkirkan sama sekali, di ba-

wah pemerintahan Raja Hosea bin Ela, kerajaan Yehuda diperbarui 

dengan jaya, di bawah pemerintahan Raja Hizkia, sehingga kerajaan itu 

bertahan. Di Babel pun Tuhan   mula-mula menyelamatkan mereka dari 

penyembahan berhala, dan kemudian dari pembuangan. 

3. Sebagian orang menafsirkan bahwa janji ini melihat ke depan pada 

keselamatan besar yang akan dikerjakan saat  sudah genap waktunya oleh 

TUHAN Tuhan   kita, Yesus Kristus, yang datang ke dunia untuk 

menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. 

Israel Ditolak untuk Sementara;  

Janji-janji Rahmat Dijanjikan 

(1:8-11) 

8 Sesudah menyapih Lo-Ruhama, mengandunglah wanita  itu lagi dan melahirkan 

seorang anak laki-laki. 9 Lalu berfirmanlah Ia: “Berilah nama Lo-Ami kepada anak itu, 

sebab kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Tuhan  mu.” 10 namun  kelak, jumlah 

orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. 

Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” akan 

dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Tuhan   yang hidup.” 11 Orang Yehuda dan orang 

Israel akan berkumpul bersama-sama dan akan mengangkat bagi mereka satu pemimpin, 

lalu mereka akan menduduki negeri ini, sebab besar hari Yizreel itu. 

Dalam perikop ini ada  nubuatan tentang, 

I. Penolakan terhadap Israel untuk sementara waktu. Hal ini ditandai melalui 

nama anak ketiga yang dilahirkan bagi Hosea oleh istri sundalnya (ay. 8-9). 

Dan tetap perlu kita ingat bahwa anak-anak yang namanya mengandung 

pertanda buruk bagi Israel ini yaitu  anak-anak sundal (ay. 2), semuanya 

dilahirkan oleh wanita  sundal yang dinikahi Hosea, untuk menyiratkan 

bahwa kehancuran Israel yaitu  akibat yang wajar dari dosa mereka sendiri. 

Seandainya mereka tidak terlebih dahulu memberontak terhadap Tuhan  , 

mereka tentu tidak akan pernah ditolak oleh-Nya. Tuhan   tidak pernah 

meninggalkan siapa pun kecuali mereka yang terlebih dahulu meninggalkan-

Nya. Di sini kita mendapati, 

1. Kelahiran anak itu. Sesudah menyapih anak wanita nya, 

mengandunglah wanita  itu lagi dan melahirkan seorang anak laki-

laki. Disoroti secara khusus bahwa kelahiran anak ini berselang agak 

lama, dan melalui namanya, anak itu akan membawa pertanda yang pasti 

akan penolakan sepenuhnya terhadap Israel. Hal ini untuk menyiratkan 

kesabaran Tuhan   terhadap mereka dan keengganan-Nya untuk 

melanjutkan perkara itu sampai harus mengambil tindakan yang luar 

biasa keras. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kelahiran anak ketiga 

oleh istri sundal ini menandakan bahwa umat tetap berkeras dalam 

kefasikan mereka. Hawa nafsu masih dibuahi dan melahirkan dosa. 

Mereka bertambah-tambah dalam berbuat jahat (demikian penjelasan 

dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram). Mereka telah lama berkubang 

dalam perzinahan, dan tetap degil hati. 

2. Nama yang diberikan kepada anak itu: “Berilah nama Lo-Ami kepada 

anak itu,” artinya bukan umat-Ku. saat  umat diperingatkan bahwa 

Tuhan   tidak akan menyayangi mereka lagi, mereka tidak 

mengindahkannya. Sebaliknya, mereka malah menepuk dada sambil 

berkata dengan sombong bahwa mereka yaitu  umat Tuhan  , yang tidak 

bisa tidak disayangi Tuhan  . Oleh sebab  itu, Dia mencabut gelar itu dari 

mereka dan menyangkal segala hubungan dengan mereka: Kamu ini 

bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Tuhan  mu. “Aku tidak akan 

menjadi milikmu (demikian dalam bahasa aslinya). Aku tidak akan men-

jalin hubungan lagi denganmu, tidak akan lagi berurusan denganmu. Aku 

tidak akan lagi menjadi Rajamu, Bapamu, pengayom dan pelindungmu.” 

Kita menerjemahkannya dengan sangat baik sehingga semua makna itu 

sudah tercakup, “Aku ini bukanlah Tuhan  mu. Aku tidak akan lagi menjadi 

seperti sediakala bagimu, atau seperti yang kamu harapkan dengan 

penuh kesombongan. Tidak pula Aku akan berlaku seperti ini seandainya 

engkau tetap setia kepada-Ku.” Cermatilah, “Kamu ini bukanlah umat-Ku. 

Kamu tidak berlaku sebagaimana layaknya umat-Ku. Kamu tidak 

memperhatikan dan menaati Aku, seperti yang seharusnya dilakukan 

oleh umat-Ku. Kamu ini bukanlah umat-Ku, melainkan umat berhala-

sampah yang ini atau yang itu. Oleh sebab  itu, Aku tidak akan 

mengakuimu sebagai umat-Ku, tidak akan melindungimu, tidak akan me-

nyatakan kepemilikan atas dirimu, tidak akan menuntut apa pun darimu, 

tidak pula akan melepaskanmu dari tangan bangsa-bangsa lain yang 

telah menyergapmu. Biar saja mereka mengambilmu, sebab kamu ini 

bukanlah milik-Ku. Kamu tidak akan lagi memiliki Aku sebagai Tuhan  mu, 

namun  kamu akan berbakti kepada ilah-ilah palsu, dan sebab  itu Aku ini 

bukanlah Tuhan  mu. Kamu tidak akan mendapat bagian dalam diri-Ku, dan 

tidak dapat mengharapkan keuntungan apa pun dari-Ku.” Perhatikanlah, 

saat kita dibawa masuk ke dalam ikatan kovenan dengan Tuhan  , hal itu 

terjadi semata-mata sebab  Dia dan anugerah-Nya, sebab ikatan 

kovenan itu dimulai dari pihak Tuhan  : Aku akan menjadi Tuhan   mereka, 

dan mereka akan menjadi umat-Ku. Kita mengasihi, sebab  Tuhan   lebih 

dahulu mengasihi kita. Namun, bila kita dikeluarkan dari ikatan kovenan 

itu, semuanya terjadi semata-mata sebab  diri kita dan kesalahan kita 

sendiri. Pelanggaran kovenan itu terjadi dari pihak manusia: Kamu ini 

bukanlah umat-Ku, itu sebabnya Aku tidak akan menjadi Tuhan  mu. Jika 

Tuhan   membenci siapa saja, itu sebab  mereka yang lebih dahulu 

membenci Dia. Hal ini tergenapi pada sepuluh suku Israel saat  mereka 

diangkut seluruhnya ke tanah Asyur, dan negeri mereka tidak pernah 

melihat mereka lagi. Mereka bukan lagi umat Tuhan  , sebab mereka tidak 

lagi mengenal dan menyembah-Nya. Tiada nabi yang diutus kepada 

mereka, tiada janji yang diberikan kepada mereka, seperti kepada dua 

suku lain di dalam pembuangan. Bahkan, mereka bukan lagi suatu umat, 

melainkan, sepanjang yang bisa disaksikan, berbaur dengan bangsa-

bangsa tempat mereka dibuang dan terhilang. 

II. Pengurangan jumlah Israel dan pemulihan Israel saat  waktunya sudah 

genap. Di sini, sama seperti sebelumnya, belas kasihan diingat di tengah-

tengah murka. Sama seperti penolakan itu tidak sepenuhnya, demikian pula 

penolakan itu tidak untuk selamanya (ay. 10-11): “namun  kelak, jumlah orang 

Israel akan seperti pasir di laut.” Lihatlah bagaimana tangan yang sama yang 

melukai, juga diulurkan untuk menyembuhkan, dan betapa Ia yang telah me-

nerkam, kini dengan lembut membalut. Sekalipun Tuhan   mendatangkan susah 

dengan ancaman-ancaman-Nya, namun Dia akan menyayangi, dan akan 

mengumpulkan umat-Nya dalam kasih setia yang abadi. Ada janji-janji yang 

berharga yang dibuat di sini mengenai Israel milik Tuhan  , yang dapat 

bermanfaat bagi kita saat ini. 

1. Sebagian penafsir beranggapan bahwa janji-janji ini sudah tergenapi 

dengan kembalinya orang Yahudi dari pembuangan di Babel. Saat itu, 

banyak orang dari antara sepuluh suku Israel turut pulang bersama 

orang Yehuda dan memanfaatkan pembebasan yang dimaklumatkan 

oleh Raja Koresh. Mereka datang berbondong-bondong dari berbagai 

daerah tempat mereka tercerai-berai, dan pulang ke negeri mereka 

sendiri. Mereka mengangkat Zerubabel sebagai pemimpin mereka, lalu 

bersatu menjadi satu bangsa, sementara sebelumnya orang Israel dan 

Yehuda merupakan dua negara terpisah. Kemudian, di negeri mereka 

sendiri, di mana Tuhan   melalui para nabi-Nya telah menyangkal dan 

menolak mereka sebagai bukan umat-Nya, kini melalui para nabi-Nya Ia 

mau mengakui mereka dan tampil bagi mereka sebagai anak-anak-Nya. 

Dan dari seluruh penjuru negeri, mereka akan datang ke Bait Suci untuk 

beribadah. Dan beralasan bagi kita untuk berpikir bahwa, sekalipun janji 

ini merujuk pada sesuatu yang lebih jauh, namun janji ini  juga 

dimaksudkan dengan penuh rahmat, dan digunakan dengan penuh 

kesalehan, untuk menguatkan serta menghibur orang-orang buangan di 

Babel, dengan memberi mereka kepastian secara umum akan belas 

kasihan yang disediakan Tuhan   bagi mereka dan negeri mereka. Bangsa 

mereka tidak dapat dihancurkan selama berkat itu masih ada di dalam-

nya, disediakan untuknya. 

2. Sebagian penafsir yang lain beranggapan bahwa janji-janji itu tidak akan 

digenapi, setidaknya secara penuh, hingga seluruh orang Yahudi 

bertobat pada akhir zaman, yang masih dinantikan saatnya, saat  

sejumlah besar orang Yahudi yang kini tersebar bagaikan pasir di laut, 

akan dibuat memeluk iman kepada Kristus dan bergabung dalam jemaat 

Injil. Baru pada saat itulah, dan tidak sebelumnya, Tuhan   akan mengakui 

mereka sebagai umat-Nya, sebagai anak-anak-Nya, bahkan di tempat di 

mana mereka berada dalam keadaan menyedihkan yang menandakan 

tertolaknya mereka. Para cendekiawan Yahudi meyakini bahwa janji ini 

masih belum tergenapi. Namun, 

3. Dapat dipastikan bahwa janji ini sudah digenapi dengan tegaknya 

kerajaan Kristus, lewat pemberitaan Injil, dan masuknya baik orang 

Yahudi maupun orang bukan Yahudi ke dalamnya, sebab demikianlah 

Rasul Paulus memaknai janji dalam Kitab Hosea ini (Rm. 9:25-26), juga 

Rasul Petrus dalam suratnya kepada orang-orang Yahudi yang tersebar 

(1Ptr. 2:10). Dalam hal ini, Israel ialah jemaat Injil, Israel rohani (Gal. 

6:16), semua orang percaya yang mengikuti jejak dan mewarisi berkat 

Abraham yang beriman, yang merupakan bapa semua orang beriman, 

baik itu orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi (Rm. 4:11-12). 

Sekarang, mari kita lihat apa yang dijanjikan mengenai bangsa Israel ini. 

(1) Bahwa mereka akan berlipat ganda dan jumlahnya bertambah 

banyak, seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat 

dihitung. Meskipun bangsa Israel secara jasmani akan berkurang dan 

semakin sedikit, Israel secara rohani akan bertambah banyak, akan 

tak terhitung jumlahnya. Janji ini telah tergenapi dalam jutaan orang 

yang telah dibawa kepada Kristus lewat pemberitaan Injil, baik pada 

zaman Kekristenan mula-mula maupun sampai hari ini. Ada ribuan 

orang dari setiap suku Israel, dan dari segala bangsa lain, suatu 

kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung (Why. 7:4, 

9; Gal. 4:27). Dalam hal inilah tergenapi secara penuh janji yang 

dibuat kepada Abraham, saat  Tuhan   menyebut dia Abraham, bapa 

sejumlah besar bangsa (Kej. 17:5), dan janji dalam Kejadian 22:17. 

Sebagian penafsir mencermati bahwa mereka di sini dibandingkan 

dengan pasir laut bukan hanya untuk merujuk pada jumlah mereka, 

melainkan juga pada kegunaan pasir laut itu. Sebagaimana pasir laut 

menjadi pembatas air laut, sehingga tidak membanjiri bumi, 

demikian pula orang-orang Israel sejati menjadi tembok pertahanan 

bagi tempat-tempat di mana mereka tinggal, untuk menghalangi 

penghakiman-penghakiman. Tuhan   tidak akan berbuat apa-apa 

terhadap Sodom selama Lot masih tinggal di dalamnya. 

(2) Bahwa Tuhan   akan memperbarui kovenan-Nya dengan Israel Injili, 

dan akan mempersatukannya sebagai jemaat bagi diri-Nya sendiri, 

melalui piagam kovenan yang utuh dan luas sama seperti yang 

dipakai untuk mempersatukan jemaat Perjanjian Lama. Bahkan, 

keistimewaannya lebih besar lagi, “Di tempat di mana dikatakan 

kepada mereka: ‘Kamu ini bukanlah umat-Ku,’ di situ pula kamu akan 

kembali dipersatukan dalam ikatan kovenan dan diakui sebagai 

umat-Ku.” Di tempat mereka masing-masing, orang-orang bukan 

Yahudi yang dibuang dan orang-orang Yahudi yang ditolak akan 

mendapat perkenanan dan diberkati. Di sana, di mana bapa leluhur 

ditolak sebab  kemurtadan mereka, keturunan mereka akan 

diterima sebab  percaya. Inilah suatu kebangkitan yang penuh 

berkat, yaitu saat  orang yang bukan umat dijadikan sebagai umat 

Tuhan  . Bahkan, hak istimewa itu diperluas lagi. Sekarang bukan hanya 

kamu ini umat-Ku, seperti sebelumnya, melainkan juga kamu ini 

anak-anak Tuhan   yang hidup, entah kamu dilahirkan sebagai orang 

Yahudi atau bukan. Di bawah hukum Taurat, Israel yaitu  anak 

Tuhan  , anak sulung-Nya, namun  kemudian mereka menjadi seperti 

anak yang belum akil balig. Kini, di bawah Injil, mereka telah 

bertumbuh baik dalam hal pengertian maupun kebebasan (Gal. 4:1-

2). Perhatikanlah,  

[1] Sungguh suatu hak istimewa yang tiada terkira bagi semua orang 

percaya bahwa mereka memiliki Tuhan   yang hidup sebagai Bapa 

mereka, Tuhan   yang senantiasa hidup, dan bahwa mereka dapat 

memandang diri mereka sebagai anak-anak angkat melalui 

anugerah. 

[2] Kedudukan orang percaya sebagai anak akan diakui dan 

diterima. Hal itu akan dikatakan kepada mereka, bagi 

penghiburan dan kepuasan mereka. Bahkan, kedudukan itu akan 

dikatakan kepada dunia sebagai kehormatan bagi mereka, 

“Kamulah anak-anak Tuhan   yang hidup.” Janganlah orang-orang 

kudus merasa bimbang, dan janganlah orang lain memandang 

rendah mereka. Sebab, cepat atau lambat, anak-anak Tuhan   akan 

dinyatakan dan seluruh dunia akan dibuat mengetahui keisti-

mewaan mereka dan betapa berharganya mereka bagi Tuhan  .  

[3] Sungguh akan menambah penghiburan mereka, dan terlebih lagi 

kehormatan mereka, saat  derajat mereka diangkat dengan 

tanda-tanda perkenanan Tuhan   tepat di mana mereka telah lama 

menanggung tanda-tanda murka-Nya. Sungguh menghibur 

orang-orang percaya yang berasal dari bangsa bukan Yahudi 

bahwa mereka tidak perlu pergi ke Yerusalem agar bisa diterima 

dan diakui sebagai anak-anak Tuhan  . Tidak, mereka boleh tetap 

tinggal di tempat mereka berada, dan di tempat itu, bahkan di 

penjuru bumi yang paling terpencil sekalipun, di tempat di mana 

mereka jauh dari negeri mereka, di mana dikatakan kepada 

mereka, “Kamu ini bukanlah umat Tuhan  ,” namun  terpisah dari 

umat-Nya (Yes. 56:3, 6), bahkan di sana, tanpa perlu meninggal-

kan negeri dan sanak saudara mereka, mereka oleh iman dapat 

menerima Roh yang menjadikan mereka anak Tuhan  . Dan bersama 

roh mereka, Roh itu akan bersaksi bahwa “merekalah anak-anak 

Tuhan  .” 

(3) Bahwa orang-orang yang telah berseteru akan dipersatukan 

bersama-sama dengan penuh kebahagiaan (ay. 11): “Orang Yehuda 

dan orang Israel akan berkumpul bersama-sama.” Dipersatukannya 

Yehuda dan Israel ini, dua kerajaan yang pada saat itu berseteru 

begitu hebat, saling menikam dan memangsa, disebutkan hanya 

sebagai salah satu contoh dari dampak yang membahagiakan dari di-

tegakkannya kerajaan Kristus di dunia ini. Pihak-pihak yang 

sebelumnya saling bermusuhan dengan begitu hebatnya menjadi 

akur dan saling memahami serta mengasihi satu sama lain. Hal ini 

tergenapi dalam arti yang sebenar-benarnya saat  orang-orang 

Galilea, yang menduduki bagian negeri milik sepuluh suku Israel, dan 

kemungkinan sebagian besar yaitu  keturunan mereka, dengan 

begitu sepenuh hati bergabung dengan orang-orang yang mungkin 

disebut Yahudi (yang berasal dari Yudea) dalam mengikut Kristus 

dan memeluk Injil-Nya. Murid-murid Kristus yang pertama pun 

sebagian orang Yahudi dan sebagian lagi orang Galilea. Yang pertama 

diberkati dengan terang Injil ialah tanah Zebulon dan tanah Naftali 

(Mat. 4:15). Dan, meskipun sebelumnya orang Yahudi dan orang 

Galilea sama sekali tidak akur, namun  saat  sama-sama percaya pada 

Kristus, mereka dipersatukan dengan membahagiakan, dan tiada lagi 

sisa-sisa rasa permusuhan yang dulu satu terhadap yang lain. 

Bahkan, saat  orang-orang Samaria menjadi percaya, meskipun 

antara mereka dan orang Yahudi ada permusuhan yang jauh lebih 

besar, namun di dalam Kristus ada kebulatan hati yang sempurna di 

antara mereka (Kis. 8:14). Demikianlah orang Yehuda dan orang 

Israel berkumpul bersama-sama. Namun, ini hanyalah perlambang 

dari persatuan yang jauh lebih termasyhur lagi antara orang Yahudi 

dan orang bukan Yahudi, yaitu saat  tembok pemisah berupa 

hukum upacara ibadah diruntuhkan oleh kematian Kristus (Lihat Ef. 

2:14-16). Kristus mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan 

anak-anak Tuhan   yang tercerai-berai (Yoh. 11:52; Ef. 1:10). 

(4) Bahwa Yesus Kristus akan menjadi pusat persatuan bagi seluruh 

umat Israel rohani milik Tuhan  . Mereka semua akan sepakat untuk 

mengangkat bagi mereka satu pemimpin, yang tidak lain selain Dia 

yang telah ditetapkan Tuhan  , yaitu Kristus. Perhatikanlah, Yesus 

Kristus yaitu  kepala jemaat, satu-satunya kepala jemaat, bukan 

hanya kepala pemerintahan seperti dalam suatu negara, melainkan 

juga kepala penggerak yang paling utama, seperti dalam tubuh jas-

mani. Percaya kepada Kristus berarti mengangkat Dia sebagai kepala 

bagi kita, yaitu menerima ketetapan Tuhan   dan bersedia 

menyerahkan diri kepada tuntunan dan pemerintahan-Nya. Dan ini 

dilakukan dalam kesepakatan dan persekutuan dengan semua orang 

Kristen yang baik yang menjadikan-Nya Kepala atas mereka. Jadi, 

meskipun ada banyak, namun  mereka satu di dalam Dia, dan dengan 

demikian menjadi satu dengan sesamanya. Qui conveniunt in aliquo 

tertio inter se conveniunt – Pihak-pihak yang sepakat dengan pihak 

ketiga berarti sepakat satu sama lain. 

(5) Bahwa, jsesudah  mengangkat Kristus sebagai kepala mereka, mereka 

akan menduduki negeri ini. Mereka akan datang, sebagian orang dari 

segala kelompok, dari segala penjuru, untuk bergabung dengan 

jemaat Tuhan  , sama seperti dalam tata cara ibadah Yahudi, orang 

datang dari berbagai penjuru negeri Israel ke Yerusalem untuk 

beribadah (Mzm. 122:4), ke mana suku-suku berziarah. Hal ini jelas 

disinggung dalam nubuatan tentang masuknya orang-orang bukan 

Yahudi ke dalam jemaat Tuhan   (Yes. 2:3), “Mari, kita naik ke gunung 

TUHAN.” Yang dimaksud di sini bukan perpindahan tempat sebab 

mereka dikatakan tetap berada di tempat yang sama (ay. 10), 

melainkan perubahan pikiran, perjalanan rohani menuju Kristus. 

Mereka akan datang dari bumi (demikian ayat itu bisa dibaca). Sebab 

orang-orang yang telah menyerahkan diri kepada Kristus sebagai 

kepala mereka tidak lagi mengasihi dunia ini serta segala 

perkaranya, dan memikirkan perkara yang di atas (Kol. 3:1-2). 

Mereka bukan dari dunia (Yoh. 15:19), namun  memiliki kewargaan 

sorgawi. Mereka akan keluar dari negeri, sekalipun itu negeri 

kelahiran mereka. Mereka akan keluar dari sana dalam hal perasaan, 

untuk mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Demikianlah 

penafsiran seorang cendekiawan, Dr. Pocock. 

(6) Bahwa, saat  semuanya ini terjadi, besar hari Yizreel itu. Meskipun 

besar hari kesengsaraan Yizreel (demikian sebagian penafsir 

memahaminya), namun besar pula hari kemuliaan Yizreel. Ini akan 

menjadi hari bagi Israel. Hari itu akan menjadi milik mereka, jsesudah  

sekian lama musuh-musuh mereka memiliki hari mereka sendiri. 

Israel di sini disebut Yizreel, benih dari Tuhan  , tunas yang kudus (Yes. 

6:13), tunggul negeri. Benih ini sekarang ditaburkan di atas bumi, 

dan terkubur di bawah gumpalan tanah. namun  besarlah harinya 

saat  panen tiba. Besarlah hari jemaat saat  tiap-tiap hari jumlah 

mereka ditambahkan dengan orang yang diselamatkan. Pada saat 

itulah Yang Mahakuasa melakukan perkara-perkara besar bagi 

jemaat-Nya. 

 

 

 

PASAL  2  

akupan pasal ini tampak banyak kesamaannya dengan pasal sebelumnya, 

dan menunjuk kepada peristiwa-peristiwa yang sama, serta penyebab-

penyebabnya. Seperti dalam pasal sebelumnya, demikian pula dalam pasal ini,  

I. Tuhan  , melalui Nabi Hosea, menyingkapkan dosa kepada umat Israel 

dan mendakwakannya ke atas mereka, yaitu dosa penyembahan 

berhala mereka, persundalan rohani mereka, bagaimana mereka 

beribadah kepada berhala-berhala dan melupakan Tuhan   serta 

kewajiban-kewajiban mereka kepada-Nya (1:12, ay. 1, 4, 7).  

II. Tuhan   mengancam untuk mengambil dari mereka segala hal baik yang 

berlimpah yang dipakai mereka untuk melayani berhala-berhala 

mereka, dan untuk meninggalkan mereka pada kehancuran tanpa 

dapat dipulihkan (ay. 2-3, 5-6, 8-12).  

III. Namun, Tuhan   berjanji bahwa pada akhirnya Ia akan kembali berbelas 

kasih kepada mereka demi diri-Nya (ay. 13), akan memulihkan mereka 

kepada kesejahteraan hidup mereka yang semula (ay. 14), akan 

menyembuhkan mereka dari kecenderungan mereka kepada 

penyembahan berhala (ay. 15-16), akan memperbarui kovenan-Nya 

dengan mereka (ay. 17-19), dan memberkati mereka dengan semua hal 

yang baik (ay. 20-22). 

Keberdosaan Bangsa Israel 

(1:12, 2:1-4) 

1:12 Katakanlah kepada saudara-saudaramu laki-laki: “Ami!” dan kepada saudara-

saudaramu wanita : “Ruhama!” 2:1 “Adukanlah ibumu, adukanlah, sebab dia bukan 

isteri-Ku, dan Aku ini bukan suaminya; biarlah dijauhkannya sundalnya dari mukanya, 

 

 Ada perbedaan pembagian perikop antara LAI dan KJV. Pasal 2:1 versi KJV dijumpai pada pasal 1:12 

pada versi LAI. 

dan zinahnya dari antara buah dadanya, 2 supaya jangan Aku menanggalkan pakaiannya 

sampai dia telanjang, dan membiarkan dia seperti pada hari dia dilahirkan, membuat dia 

seperti padang gurun, dan membuat dia seperti tanah kering, lalu membiarkan dia mati 

kehausan. 3 Tentang anak-anaknya, Aku tidak menyayangi mereka, sebab mereka yaitu  

anak-anak sundal. 4 Sebab ibu mereka telah menjadi sundal; dia yang mengandung 

mereka telah berlaku tidak senonoh. Sebab dia berkata: Aku mau mengikuti para 

kekasihku, yang memberi roti dan air minumku, bulu domba dan kain lenanku, minyak 

dan minumanku. 

Kata-kata pertama dari pasal ini (ada pembedaan pembagian perikop antara LAI 

dan KJV, pada versi LAI dapat kita jumpai pada pasal 1:12 – ed.) oleh sebagian 

orang dijadikan penutup dalam pasal sebelumnya, dan mereka 

menambahkannya kepada janji-janji yang kita baca di sini tentang perkara-

perkara besar yang akan dilakukan Tuhan   bagi umat Israel. Pada waktu mereka 

mengangkat Kristus sebagai kepala mereka, dan berpusat pada-Nya, hendaklah 

mereka berkata satu kepada yang lain, dengan sorak kemenangan dan 

kegembiraan, “Ami!” dan “Ruhama!” (hendaklah para nabi 

mengatakannya kepada mereka, demikian dalam Alkitab terjemahan bahasa 

Aram – hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, itulah yang sekarang menjadi tugas 

mereka). “Sebutlah mereka demikian sekali lagi, sebab mereka tidak akan lagi 

terkena cela dan hukuman berupa Lo-Ami dan Lo-Ruhama. Mereka sekarang 

akan menjadi umat-Ku sekali lagi, dan akan beroleh belas kasih.” Israel rohani 

milik Tuhan  , yang terdiri atas orang Yahudi dan orang bukan Yahudi tanpa 

pembedaan, akan memanggil satu sama lain saudaraku laki-laki dan saudaraku 

wanita , akan mengakui satu sama lain sebagai umat Tuhan   dan sebagai 

orang-orang yang dikasihi-Nya. Dan, sebab  alasan ini , mereka akan 

merangkul dan menggugah satu sama lain untuk mengucap syukur atas kesela-

matan bersama ini dan hidup sesuai dengan keselamatan yang di dalamnya 

mereka ikut ambil bagian itu. Atau lebih tepatnya, sebab  kata-kata selanjutnya 

tampak berkaitan dengan kata-kata ini, maka kata-kata ini juga dirancang untuk 

menginsafkan dan merendahkan hati. Sang ibu (ay. 1) tampaknya sama dengan 

saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudara wanita   (1:12), yaitu jemaat 

sepuluh suku, seluruh kumpulan suku bangsa itu, yang yaitu  bersaudara, dan 

secara khusus sama dengan para kepala dan pemimpin, yang seperti seorang 

ibu, membesarkan dan merawat semua yang lain. namun  siapakah anak-anak 

yang harus mengadukan ibu mereka itu? Mereka ini entah,  

1. Orang-orang saleh yang ada di antara mereka, yang bersaksi melawan 

kejahatan-kejahatan pada zaman itu. Hendaklah mereka dengan berani terus 

bersaksi menentang segala penyembahan berhala dan kebobrokan akhlak 

yang nyata yang merajalela di antara mereka. Hendaklah orang-orang yang 

tidak menekuk lutut kepada Baal beradu pendapat dengan mereka yang 

menyembah Baal, dan berusaha menyadarkan mereka dengan alasan-alasan 

yang di sini ditaruh ke dalam mulut mereka. Perhatikanlah, orang per-

orangan bisa saja, dan memang seharusnya di tempat mereka masing-

masing, tampil dan menentang pencemaran-pencemaran yang dilakukan di 

depan umum terhadap nama Tuhan   dan penyembahan kepada-Nya. Anak-

anak boleh saja dengan rendah hati dan sopan berbantah dengan orangtua 

mereka saat  orangtua mereka melakukan kesalahan: Adukanlah ibumu, 

adukanlah, seperti Yonatan kepada Saul mengenai Daud. Atau,  

2. Orang-orang yang menderita di antara mereka, yang ikut terkena 

malapetaka zaman itu. Janganlah mereka mengeluh tentang Tuhan  , janganlah 

mereka bertikai dengan-Nya, atau menyalahkan Dia, seakan-akan Ia telah 

memperlakukan mereka dengan keras, dan tidak seperti seorang Bapa yang 

lembut. Tidak, biarlah mereka mengadukan ibu mereka, dan menimpakan 

kesalahan kepadanya, yang memang sudah seharusnya. Bandingkan dengan 

Yesaya 50:1. “Oleh sebab  pelanggaranmu sendiri ibumu diusir. Itu salahnya 

sendiri, dan kamu bisa menyalahkannya atas segala kesengsaraanmu.” 

Marilah kita lihat sekarang bagaimana mereka harus mengadukan ibu 

mereka.  

I. Mereka harus diingatkan di sini akan hubungan sang ibu di hadapan Tuhan  , 

kebaikan yang telah ditunjukkan Tuhan   kepadanya, banyaknya kebaikan yang 

telah dikaruniakan Tuhan   kepadanya, dan kebaikan-kebaikan lebih jauh yang 

telah dirancang-Nya bagi dia. Hendaklah mereka memberi tahu saudara-

saudara laki-laki dan saudara-saudara wanita  mereka bahwa mereka 

telah menjadi Ami dan Ruhama, bahwa mereka telah menjadi umat Tuhan   dan 

bejana-bejana belas kasihan-Nya, dan bisa saja tetap demikian seandainya 

bukan sebab  kesalahan mereka sendiri (1:12). Perhatikanlah, hubungan 

kita dengan Tuhan   dan kebergantungan kita kepada-Nya sangatlah 

memperberat pembelotan kita dari-Nya dan pemberontakan kita terhadap-

Nya.  

II. Mereka harus, di dalam nama Tuhan  , mendakwa ibu mereka atas pelanggaran 

kovenan nikah antara dirinya dengan Tuhan  . Biarlah mereka memberi tahu 

ibu mereka bahwa Tuhan   tidak lagi memandangnya sebagai istri-Nya, atau 

memandang diri-Nya sebagai suaminya. Beri tahu dia (ay. 1) bahwa dia 

bukan isteri-Ku, dan Aku ini bukan suaminya, bahwa dengan persundalan 

rohaninya dia telah kehilangan semua kehormatan dan penghiburan dari hu-

bungannya dengan Tuhan  , dan telah menyulut murka-Nya hingga Ia 

memberi  surat cerai kepadanya. Perhatikanlah, tidak ada pertimbangan 

yang lebih kuat untuk menyadarkan kita agar bertobat selain bagaimana 

kita, melalui dosa, telah menyulut murka Tuhan   sehingga Ia menyangkal dan 

membuang kita. jika  Tuhan   mengancam untuk menolak kita, inilah 

waktunya untuk melihat di sekitar kita, dan memikirkan jalan apa yang 

harus kita tempuh. Sebab celakalah kita jika Ia tidak menjadi suami kita. 

Mereka harus mendakwakan hal ini kepada ibu mereka (ay. 4): Ibu mereka 

telah menjadi sundal. Jemaah mereka telah bersundal dengan mengikuti nabi-

nabi palsu (demikian dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram), atau lebih 

tepatnya mengikuti berhala-berhala, dengan didorong oleh para nabi palsu 

mereka. Dia yang mengandung mereka telah berlaku yang tidak senonoh, 

dalam membuat dan menyembah berhala-berhala. Berhala disebut sebagai 

keaiban (9:10) dan penyembahan berhala yaitu  suatu hal yang tidak 

senonoh. Penyembahan berhala bukan hanya suatu penghinaan kepada 

Tuhan  , melainkan juga suatu cela bagi manusia, menyembah kepada kayu 

kering, seperti yang dikatakan Nabi Yesaya. Atau ayat itu menyatakan bahwa 

orang berdosa itu tidak tahu malu, kurang ajar dalam berdosa, dan bermuka 

tebal (Yer. 6:15). Atau, ia membuat malu, telah membuat semua orang yang 

melihatnya malu akan dia. Anak-anaknya sendiri malu mengakui hubungan 

mereka dengannya.  

III. Mereka harus menegur ibu mereka atas sikapnya yang sangat tidak tahu 

berterima kasih kepada Tuhan   sebagai pemeliharanya, dengan memberi  

kemuliaan kepada berhala-berhalanya atas segala pemberian yang telah 

dikaruniakan Tuhan   kepadanya. Dan kemudian ia menjadikannya sebagai 

alasan mengapa dia memberi  kepada berhala-berhala itu penghormatan 

yang seharusnya diberikan kepada-Nya saja (ay. 4). Dalam hal ini 

dia memang telah berlaku tidak senonoh, sebab  dia berkata: Aku mau meng-

ikuti para kekasihku, yang memberi roti dan air minumku. Amatilah di sini,  

1. Tekadnya yang fasik untuk tetap berkeras di dalam penyembahan 

berhala, tanpa memedulikan segala yang telah difirmankan Tuhan  , baik 

melalui para nabi-Nya maupun melalui segala penyelenggaraan-Nya, 

untuk menjauhkan dia dari penyembahan berhala ini . Dia berkata, 

apa pun hal sebaliknya yang ditawarkan, aku mau mengikuti para 

kekasihku, atau orang-orang yang membuatku mengasihi mereka, yang 

dengan mereka aku telah jatuh cinta. Kitab terjemahan bahasa Aram 

memahami para kekasih ini sebagai bangsa-bangsa yang dengan mereka 

Israel ingin bersekutu dan yang kepada mereka Israel bergantung, yang 

memasok segala kebutuhan mereka. namun  para kekasih di sini lebih 

tepatnya harus dipahami sebagai berhala-berhala yang mereka sembah, 

dan untuk membenarkan cinta mereka kepada berhala-berhala itu, me-

reka menyebutnya para kekasih mereka. Lihatlah siapa yang berlaku 

tidak senonoh, yaitu orang-orang yang membandel dan berkeras di 

dalam dosa dan yang secara terang-terangan mengakui tekad mereka 

untuk terus hidup di dalamnya. Lihatlah kebodohan para penyembah 

berhala, dengan menyebut sebagai para kekasih mereka atas benda-

benda yang bahkan tidak memiliki kehidupan. namun  marilah kita 

belajar untuk menyebut Tuhan   kita sebagai kekasih kita. Marilah kita me-

melihara pikiran-pikiran yang baik tentang Dia dan menilai tinggi bagian 

kita di dalam Dia dan kasih-Nya.  

2. Kesalahan besar yang mendasari tekad ini: “Aku mau mengikuti para 

kekasihku, sebab  mereka memberi roti dan air minumku, yang perlu 

untuk menopang tubuh, bulu domba dan kain lenanku, yang perlu untuk 

menutupi tubuh, dan hal-hal yang menyenangkan, minyak dan 

minumanku, minuman kerasku” (demikian dalam bahasa aslinya), 

“anggur dan minuman keras.” Perhatikanlah,  

(1) Hal-hal yang tercerap yaitu  hal-hal terbaik bagi hati yang bersifat 

kedagingan, dan hal-hal yang paling menarik. Demi mengejarnya, 

mereka tidak peduli apa yang mereka ikuti. Tuhan   Israel telah 

memperhadapkan kepada mereka ketetapan dan peraturan-Nya (Ul. 

4:8), yang lebih indah dari pada emas dan lebih manis dari pada madu 

(Mzm. 19:11). Ia telah menjanjikan mereka perkenanan-Nya, yang 

akan memberi  sukacita kepada mereka lebih banyak dari pada 

saat  mereka kelimpahan gandum dan anggur (Mzm. 4:8). namun  

mereka tidak menikmati sama sekali semuanya ini. Dari mana 

mereka menduga minyak dan anggur mereka berasal, ke sanalah 

mereka akan mencurahkan kasih sayang mereka sepenuh-penuhnya. 

O curvæ in terram animæ et cœlestium inanes! – Oh akhlak yang sudah 

merosot, senantiasa membungkuk ke bawah pada bumi, hampa akan 

segala sesuatu yang sorgawi!  

(2) Sungguh tindakan yang semena-mena dan sangat menyakiti Tuhan   

jika  demi mengejar kesenangan dan kenikmatan indrawi kita 

meninggalkan Dia, yang tidak hanya memberi kita hal-hal yang lebih