ur, kesehatannya tidak bertambah baik.
Di tanggal 14 September, Penatua Xin Shengming dari Uni Iman Rasuli
membesuk di tokonya. Ia berkata, “kamu harus menetapkan diri untuk
tidak mengandalkan pengobatan. Saya akan mengurapimu dengan
minyak, menumpangkan tangan kepadamu dan berdoa bagimu, dan
kamu akan sembuh.”
saat Paul Wei mendengarnya, ia percaya Yesus akan
menyembuhkannya. Mereka pergi ke lantai atas toko untuk berdoa.
Keesokan harinya, Penatua Xin membawa Paul Wei ke Uni Iman Rasuli
di Dongcheng untuk bertemu dengan Pendeta Wendelson, seorang
misionaris Amerika. Walaupun saat itu Paul Wei tidak mengenalnya,
mereka kelak menjadi sahabat baik. Beberapa hari sesudah pertemuan
itu, Paul Wei sembuh sepenuhnya dari sakitnya. Ia dan istrinya
kemudian dibaptis oleh Pendeta Wendelson.
Paul Wei digerakkan oleh Roh Kudus dengan kuat sesudah bertemu
dengan Wendelson, yang memungkinkannya mempunyai pengertian
yang lebih baik tentang Alkitab. Ia juga mulai memegang hari Sabat,
seperti yang dilakukan Uni Iman Rasuli saat itu. Kemudian kebaktian-
kebaktian gereja seringkali diadakan di lantai atas toko Enxiyong. Roh
Kudus dicurahkan kepada yang hadir di banyak kesempatan. Pada
suatu hari, saat Paul Wei berdoa, ia juga menerima baptisan Roh Kudus
dan berbahasa roh. Allah tampak jelas memberkatinya karena telah
menyediakan tokonya sebagai tempat ibadah. Tiga bulan kemudian, ia
membuka cabang baru di Qianmenwai, Damochang.
Paul Wei menyaksikan banyak mujizat dari Allah. Di bulan April
1917, Huiying, anak perempuannya, jatuh sakit dan sekarat. Saat
Paul Wei mendoakannya, ia mendengar suara yang berkata, “Anak
perempuanmu sembuh.” Dan benar, begitu ia selesai berdoa, putrinya
pulih. Di kesempatan lain, ia sedang bersiap-siap untuk tidur, saat ia
melihat setan yang memimpin sekelompok setan-setan yang lebih
kecil berdiri di hadapannya. Paul Wei mengusir setan-setan itu di
dalam nama Yesus Kristus, dan melihat mereka kocar-kacir saat ia
217
mengucapkannya. Melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam
rentang waktu yang pendek itu, Paul Wei menyadari bahwa Allah telah
memberikan kuasa dan wewenang untuk menyembuhkan yang sakit
dan mengusir setan.
Di tanggal 23 Mei 1917, Sekali lagi Allah berbicara kepada Paul Wei,
“Kamu harus berpuasa selama tiga puluh sembilan hari. Kamu tidak
akan mati kelaparan.” Mempercayai kata-kata ini, ia mulai berpuasa,
dan menggunakan waktu untuk berdoa dan menulis. Ia juga menginjil
di tepi-tepi jalan dan melakukan baptisan air di Sungai Tuan, yang
kira-kira tujuh kilometer jauhnya. Dalam masa puasa itu, ia seringkali
hanya tidur selama tiga jam per hari.
Di tanggal 25 Mei, Paul Wei meninggalkan Beijing untuk menginjil
di Huangcun. Tanggal 28 Mei, saat ia sedang berdoa, ia mendengar
suara dari surga yang berkata, “Kamu harus menerima baptisan
Yesus!” Dipimpin oleh Roh Kudus, Paul Wei pergi ke arah Sungai
Dahongmen, persis di luar Yongdingmen. Ia berlutut di dalam air
dan berdoa. Sekali lagi, suara keras berkata, “Kamu harus dibaptis
dengan kepala menunduk!” Paul Wei menuruti perintah ilahi itu dan
menerima baptisan air dengan kepala menunduk. Dengan cara ini, ia
dibaptis oleh Roh Kudus sendiri. Saat ia mengangkat kepalanya dari air,
ia melihat Tuhan berdiri di dalam kemuliaan di hadapannya. Paul Wei
merasa seluruh jiwa dan raganya kini kudus. sesudah keluar dari air, ia
pergi ke dalam hutan, dan kembali mendapatkan penglihatan Tuhan
Yesus. Pada saat itulah Yesus memerintahkannya untuk mengubah
namanya dari Enbo menjadi Paul. Yesus juga memerintahkannya
untuk memperbaiki pengajaran-pengajaran denominasi lain. Sejak
saat itu, Paul Wei menetapkan hati untuk mempersembahkan seluruh
hidupnya kepada Tuhan dan menyelesaikan tugas yang dipercayakan
kepadanya.
Pada tanggal 30 Mei 1917, Roh Kudus menyatakan doktrin-doktrin
ini kepada Paul Wei:
• Baptisan Roh Kudus yaitu syarat untuk masuk ke dalam
kerajaan Allah.
• Baptisan air harus dilakukan dengan diselamkan
sepenuhnya, dengan cara yang sama seperti saat Yesus
dibaptis.
• Baptisan air harus dilakukan di dalam nama Tuhan Yesus
Kristus, dan bukan “di dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus”.
218
• Hari Sabat yaitu hari ke-tujuh dalam satu minggu, yaitu
hari Sabtu, bukan Minggu.
• Kata berbahasa China Shangdi (berarti “kaisar surgawi”)
dan Tianzhu (berarti “tuhan atas langit”) tidak boleh
digunakan untuk menyebutkan Allah. Hanya Shen (“Allah”)
atau Zhenshen (“Allah yang Sejati”) yang boleh digunakan.
Pada tanggal 14 Juni, dia mengirimkan doktrin-doktrin di atas
kepada kira-kira empat puluh delapan gereja.
Di tanggal 1 Juli, Paul Wei mendapatkan kuasa oleh Roh Kudus
di akhir puasa tiga-puluh-sembilan-harinya. Saat berada di tempat
terpencil, sekali lagi Tuhan Yesus muncul di depannya, kali ini bersama
Musa dan Elia di sisi-Nya. Tanggal 2 Juli, Roh Kudus menyuruhnya:
meninggalkan Huangcun dan kembali ke Beijing melalui Nanyuan;
bekerja bersama Deli Zhao untuk mengabarkan kebenaran; dan
mengandalkan kuasa Tuhan Yesus untuk memperbaiki kekeliruan-
kekeliruan doktrin gereja-gereja lain.
Pada tanggal 6 Juli, Paul Wei pergi ke Uni Iman Rasuli di Xinglongjie
untuk berbicara dengan Pendeta Wendelson. Ia mendesak Wendelson
untuk mendengarkan wahyu dari Roh Kudus untuk menerima baptisan
air dengan kepala menunduk dan diselam sepenuhnya.
Pada tanggal 18 Juli, Wang Deshun, orang yang sebelumnya
membawa Paul Wei ke Uni Iman Rasuli, menerima baptisan air di
Sungai Dahongmen. Deshun kemudian menjadi rekan sekerja Paul
Wei. Tanggal 10 Agustus 1917, gereja telah berdiri di tiga tempat:
Huangcun, Nanyuan, dan Beijing.
Dari bulan Agustus sampai September, Paul Wei melakukan
banyak mujizat dengan kuasa Roh Kudus:
• Tanggal 19 Agustus, suami dari seorang wanita tua dari Xigu,
Tianjin, datang meminta tolong karena istrinya dirasuki
siluman ular selama tiga puluh delapan tahun. Paul Wei dan
John Li pergi mengunjungi istrinya dan mengusir setan itu
di dalam nama Tuhan Yesus, dan membaptis tiga anggota
keluarga mereka.
• Tanggal 2 September, Paul Wei sedang berkhotbah di
sebuah kuil di Weishangzhuang, saat ia bertemu dengan
orang buta. Digerakkan oleh Roh Kudus, Paul Wei bertanya,
“Apakah kamu percaya Yesus dapat memulihkan matamu?”
219
Orang buta itu menjawab, “Saya percaya.” Paul Wei lalu
mendoakannya, menumpangkan tangan, dan mendengar
Roh Kudus memberitahukannya, “Ia sudah sembuh”. Segera,
orang buta itu sembuh dan dapat melihat.
• Di bulan September dan Oktober, Paul Wei pergi dari
Beijing ke banyak kota, menyembuhkan orang-orang sakit,
mengusir setan, dan mengabarkan injil ke segala tempat.
• Tanggal 5 Oktober, ada orang bisu dari Dazhongfuhu
di Xingbujie, Beijing, yang bernama Sun Zizhen, menemui
Paul Wei untuk dibaptis. Paul Wei mengusir roh bisu di
dalam nama Tuhan Yesus, dan pada saat itu Sun Zizhen
mulai memuntahkan air liur dan dapat berbicara. sesudah
dibaptis, orang itu menerima Roh Kudus, berbahasa roh, dan
menyanyikan nyanyian-nyanyian roh. Di hari yang sama,
mereka mengabarkan mujizat itu melalui surat kabar lokal
The Capital Daily. Berita itu tersebar luas untuk kemuliaan
nama Tuhan. Sun Zizhen lalu memutuskan untuk melayani
bersama Paul Wei.
Tanggal 11 November 1917, Paul Wei pergi ke Rongcheng untuk
menjual sebagian tanahnya agar uangnya dapat digunakan untuk
membangun gereja yang baru, mencetak pamflet, dan menerbitkan
buku berjudul “Kesaksian-Kesaksian tentang Roh Kudus”. Di tanggal 16
November, ia menjual dua setengah hektar tanahnya seharga 46 dolar
untuk membiayai pengeluaran penginjilannya. Tanggal 27 November,
ia menjual lagi sebidang tanahnya seharga 100 dolar untuk membiayai
pengeluaran rekan-rekan sekerjanya dan biaya penerbitan buku.
Tanggal 2 Januari 1918, Paul Wei menulis sebuah surat kepada
Kepala Polisi, Inspektur Wu, untuk meminta ijin menggunakan toko
Enzhenhua di Damochang menjadi Gereja Yesus Sejati. Sejak saat itu,
gereja secara resmi disebut “Gereja Yesus Sejati”.
Bulan Maret 1918, Wendelson menulis sebuah pengumuman di
edisi ke-18 Herald of the Gospel Truth untuk menyatakan kembalinya
memegang hari Minggu sebagai hari Sabat. Paul Wei merasa sedih
melihat Wendelson mengalah dengan tekanan dari luar.
Paul Wei mencetak sekitar 8000 buah traktat injil dan mengirimnya
ke berbagai tempat. Traktat-traktat ini memuat kesaksian bagaimana
ia telah menemukan kebenaran dan menyatakan pelayanan Gereja
Yesus Sejati. Saat itu, ia tidak lagi ingin meneruskan usaha tekstilnya,
220
jadi ia menjual seluruh sisa persediaan tekstilnya dengan harga murah
dan melunasi seluruh tagihan-tagihan usahanya. Sekarang ia siap
meneruskan pekerjaan Allah.
Tanggal 1 Pebruari, Paul Wei menerbitkan edisi pertama News
Journal of the Church Which Corrects the Faith of All Nations, yang ia
bagikan ke banyak tempat di China. Sebagai hasilnya, ia menerima
banyak surat balasan. Ini juga membuka jalan bagi pendirian Gereja
Yesus Sejati di berbagai propinsi di China. Di bulan Maret 1919, ia
mulai mengabarkan injil ke propinsi-propinsi di Shandong, bekerja
sama erat dengan Zhang Lingsheng. Kemudian ia menerbitkan edisi
kedua.
Mulai tanggal 3 Mei, diadakan KKR selama dua hari di Xizhuangtou,
di propinsi Wei, dan saat itu dua puluh satu orang dibaptis di dalam
nama Tuhan Yesus. Paul Wei kembali ke Beijing di bulan Juli.
Di awal Oktober, Zhang Lingsheng, Liang Qinming, dan Li
Xiaofeng bertemu di dalam kesempatan yang menyedihkan; Paul
Wei menjelang kematiannya. Tanggal 29 Oktober, ia dalam keadaan
sekarat. Zhang Lingsheng dan Liang Qinming ada di sisinya. Melalui
wahyu Roh Kudus, Paul Wei menumpangkan tangan dan memberkati
mereka, menugaskan mereka untuk meneruskan pekerjaannya untuk
mengabarkan kebenaran. Pendeta Wendelson juga mengunjungi Paul
Wei; saat ia menggenggam tangan Paul Wei, kedua orang itu menangis.
Pada pukul empat sore lewat beberapa menit, Paul Wei tertawa sambil
berseru, “Lihat! Malaikat-malaikat telah datang!” Dengan kata-kata ini,
ia meninggal dunia.
8.5.4 Kesimpulan
Ini yaitu ikhtisar singkat pelayanan pekerja-pekerja awal Gereja
Yesus Sejati. Walaupun Zhang Lingsheng, Barnabas Zhang dan Paul Wei
tidak diragukan lagi yaitu pekerja-pekerja yang penting, gereja tidak
memandang mereka sebagai pendiri. Namun mereka yaitu hamba
dan pelayan Tuhan yang dipanggil untuk menjadi tangan dan kaki-Nya
dalam membangun dasar gereja. Kita semua yang menikmati hasil jerih
lelah mereka haruslah menghargai pekerjaan mereka dan meneruskan
pekerjaan yang mereka wariskan, agar kita dapat memperlihatkan
kemuliaan gereja Allah di akhir zaman.
Baptisan Roh Kudus yaitu saat seorang percaya menerima
Roh Kudus, yaitu pada saat Roh Kudus datang kepadanya dan hidup
di dalam dirinya (Yoh. 14:16-17). Ini dialami pertama kali oleh Petrus
dan murid-murid Yesus lainnya di hari Pentakosta (Kis. 2:1-4), dan
kemudian oleh umat percaya lainnya, seperti orang-orang Samaria
(Kis. 8:14-17), Paulus (Kis. 9:17-18), Kornelius sekeluarga (Kis. 10:44-
47) dan orang-orang Efesus (Kis. 19:1-7).
Alkitab menggunakan berbagai deskripsi mengenai baptisan Roh
Kudus:
• Turunnya Roh Kudus atas orang-orang percaya (Kis. 1:8;
8:16; 10:44; 11:15; 19:6)
• Orang-orang percaya dipenuhi oleh Roh Kudus (Kis. 2:4;
9:17)
• Orang-orang percaya menerima Roh Kudus (Kis. 2:38; 8:17,
19; 10:47)
• Roh Kudus dicurahkan atas orang-orang percaya (Kis.
10:45)
• Roh Kudus diberikan kepada orang-orang percaya (Kis.
8:18; 11:17)
• Sebuah karunia (Kis. 2:38; 10:45)
• Sebagai meterai (Ef. 1:13; 4:30)
• Sebuah janji (Gal. 3:14; Kis 2:39)
• Pencurahan yang berlimpah (Tit. 3:6)
Beberapa penulis Kristen yang berpengaruh dari timur dan barat
telah menulis panjang lebar mengenai hal ini. Namun sayangnya, banyak
pandangan mereka yang keliru, namun kekeliruan ini telah tertanam
dalam doktrin Kekeristenan secara umum. Contohnya antara lain: Roh
Kudus turun satu kali saja di hari Pentakosta, dan terus tinggal dengan
umat Kristen sejak hari itu; Semua orang percaya telah mempunyai
223
Roh Kudus, buktinya, mereka dapat mengakui bahwa Yesus Kristus
yaitu Tuhan; berbahasa roh hanyalah salah satu karunia Roh Kudus,
dan bukan bukti tunggal seseorang telah menerima Roh Kudus; bahasa
yang diutarakan para murid Yesus di hari Pentakosta yaitu bahasa-
bahasa asing; berbahasa roh yaitu karunia rohani paling terakhir,
yang hilang di masa para rasul.
Dengan Alkitab sebagai referensi, bab ini akan menyelidiki
pendapat-pendapat yang diutarakan oleh beberapa penulis.
9.2 Kesalahpahaman umum mengenai baptisan Roh Kudus
Kesalahpahaman 1
Setiap orang yang sungguh-sungguh percaya mempunyai Roh (Rm.
8:9), namun itu bukan berarti ia telah menerima baptisan Roh.
J. Oswald Sanders (hal. 64)
Sanders membedakan antara orang yang mempunyai atau
menerima Roh Kudus, dengan menerima baptisan Roh Kudus. Ia
berpendapat, bahwa mempunyai Roh Kudus yaitu pengalaman
umum dan otomatis, sementara menerima baptisan Roh Kudus yaitu
pengalaman yang khusus. Pola pikirnya mengindikasikan bahwa
menerima baptisan Roh Kudus tampaknya merupakan keadaan rohani
yang lebih tinggi daripada “sekedar” mempunyai Roh Kudus.
Apa kata Alkitab?
Seperti yang telah disebutkan di awal bab ini, menerima Roh
Kudus itu sama dengan dibaptis oleh Roh Kudus. Kita juga melihat,
walaupun Alkitab menjelaskan pengalaman ini dengan menggunakan
istilah-istilah yang berbeda, bukan berarti ini yaitu pengalaman
yang berbeda. Contohnya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” (Kis. 1:5). Ia
melanjutkan, “kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke
atas kamu” (Kis. 1:8). Perkataan-Nya menunjukkan bahwa baptisan
Roh Kudus dan menerima Roh Kudus yaitu hal yang sama.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
224
Kesalahpahaman 2
Kata “baptisan” dan “dipenuhi” mempunyai arti yang berlawanan.
Dalam baptisan, kita dimasukkan ke dalam sebuah elemen. Sementara
dipenuhi, elemen itu yang dimasukkan ke dalam diri kita. Dipenuhi berarti
Roh adala dalam diri kita. Kata “baptisan” itu sendiri meniadakan segala
gagasan tentang penerimaan internal Roh yang dimaksud.
J. Oswald Sanders (hal. 66).
Apa kata Alkitab?
Di sini, Sanders memberikan alasan yang tampaknya masuk akal:
adanya “baptisan” Roh Kudus secara eksternal yang berbeda dengan
“pemenuhan” Roh yang internal. Namun kita harus mengerti bahwa
Roh Kudus bukanlah sesuatu yang bersifat jasmani, karena itu tidak
dapat dijelaskan dengan konsep-konsep jasmani.
Sebelum kenaikan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
“Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun tidak lama lagi kamu akan
dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis. 1:5). Alkitab mencatat pemenuhan
janji ini dengan kata-kata: “Maka penuhlah mereka dengan Roh
Kudus” (Kis. 2:4). Kata-kata ini berlawanan dengan pendapat Sanders
mengenai adanya “baptisan” Roh Kudus secara eksternal yang berbeda
dengan “penerimaan Roh secara internal”.
Kesalahpahaman 3
Kita tidak mempunyai catatan mengenai seseorang secara pribadi
dibaptis dengan Roh. Kita ulangi, kita tidak punya catatan apa pun
di Kisah Para Rasul, atau di bagian mana pun dalam Injil, mengenai
seseorang dibaptis dengan Roh Kudus.. Ambil sebagai contoh
murid-murid yang Allah gunakan dalam masa para rasul sesudah hari
Pentakosta. Kepenuhan mereka akan Roh Kudus bukanlah pengalaman
pembaptisan; namun pengalaman hari ke hari dalam kehidupan yang
penuh pengabdian… Pemenuhan Roh Kudus tidak dapat dikaitkan
dengan pengalaman krisis apa pun karena kita tidak mempunyai sedikit
pun bukti bahwa seseorang dipenuhi dengan Roh Kudus menyadari
akan hal itu.
John H. Pickford (hal. 21).
225
Di sini Pickford berpendapat, bahwa sesudah hari Pentakosta:
orang-orang tidak lagi perlu dibaptis dengan Roh Kudus, karena mereka
telah dipenuhi oleh Roh Kudus; hanya ada catatan alkitabiah
mengenai beberapa kelompok orang yang dibaptis dalam Roh, namun
bukan perorangan. Juga, pemenuhan Roh Kudus tidak berkaitan
dengan apa yang ia sebut sebagai “pengalaman krisis” secara pribadi.
Apa kata Alkitab?
• Kisah Para Rasul 9:17 memberikan contoh khusus
mengenai seseorang yang menerima Roh Kudus: Saulus
menerima Roh Kudus sesudah Ananias diutus kepadanya
dan menumpangkan tangan ke atasnya.
• Baptisan Roh Kudus yaitu janji Tuhan Yesus (Kis. 1:5) yang
dapat dialami semua orang secara pribadi. Ini tidak dapat
dianggap sebagai “pengalaman krisis” yang berlebihan.
Janji ini disebutkan dalam Alkitab berulangkali:
Dan akupun tidak mengenal-Nya, namun Dia, yang mengutus aku untuk
membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat
Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang
akan membaptis dengan Roh Kudus.
Yohanes 1:33
Sebab Yohanes membaptis dengan air, namun tidak lama lagi kamu akan
dibaptis dengan Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 1:5
Dan saat aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka,
sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan
Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, namun kamu akan dibaptis
dengan Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 11:15-16
saat kita membaca kitab Kisah Para Rasul, kita menyadari
bagaimana baptisan Roh Kudus yaitu bagian penting dalam
perjalanan iman orang Kristen. Saat Petrus dan Yohanes mengetahui
bahwa orang-orang Samaria telah menerima Tuhan, mereka segera
mengunjungi orang-orang Samaria untuk menumpangkan tangan ke
atas mereka agar mereka dapat menerima Roh Kudus (Kis. 8:14-17).
Begitu juga saat Paulus pergi ke Efesus, pertanyaan pertama yang
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
226
ia utarakan kepada murid-murid yaitu : “Sudahkah kamu menerima
Roh Kudus, saat kamu menjadi percaya” (Kis. 19:2). saat mereka
menjawab bahwa mereka belum menerimanya, Paulus membaptis
ulang mereka di dalam nama Yesus dan menumpangkan tangan kepada
mereka (Kis. 19:6).
Di dua kesempatan ini, para rasul memastikan agar umat percaya
dapat menerima Roh Kudus; mereka menumpangkan tangan, bertanya,
dan melakukan baptisan air yang benar.
9.3 Bukti menerima Roh Kudus
9.3.1 Dapat dilihat dan didengar
saat Paulus sampai ke efesus, katanya kepada mereka: "Sudahkah
kamu menerima Roh Kudus, saat kamu menjadi percaya?" Akan namun
mereka menjawab dia: "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus."
Kisah Para Rasul 19:2
Pertanyaan yang diutarakan Paulus kepada jemaat di Efesus dan
jawaban yang mereka berikan, menunjukkan bahwa baptisan Roh
Kudus selalu disertai dengan tanda tertentu, tidak pernah dipastikan
dengan menebak-nebak, asumsi, atau iman yang buta. Alkitab
menjelaskan pengalaman itu sebagai pengalaman yang dapat dilihat
dan didengar (Kis. 2:33). Namun fakta ini diperdebatkan dengan keras
oleh banyak gereja pada hari ini. Dalam meneliti mengapa ini terjadi,
kita diingatkan oleh kata-kata Yesus: “Aku akan minta kepada Bapa, dan
Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia
tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak
mengenal Dia. namun kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu
dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu
sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh. 14:16-17).
Kenyataannya, hanya Roh Kudus sendiri yang memungkinkan
kita memahami perkara-perkara Roh. Apabila Ia tidak hadir untuk
membimbing, sebuah komunitas iman sudah pasti terpaksa menduga-
duga, yang mengakibatkan pengajaran-pengajaran yang keliru seperti
pernyataan bahwa seseorang langsung menerima Roh Kudus begitu ia
menjadi percaya.
227
Di bawah ini yaitu beberapa kesalahpahaman umum yang
berhubungan dengan bukti baptisan Roh Kudus.
Kesalahpahaman 4
Alkitab memang memberitahukan kita bahwa kita harus bertobat dan
percaya di dalam Tuhan, agar dosa-dosa kita diampuni (Yoh. 3:18; Kis.
10:43). Ini akan memungkinkan kita menerima Roh Kudus (Kis. 2:38).
Kita percaya pada firman Tuhan apa adanya; ini bukan menipu diri
sendiri, namun menghormati firman Allah. entah kita dapat merasakan
adanya Roh Kudus atau tidak, kita semua telah menerima Roh Kudus.
ende Hu (hal. 16)
Apa kata Alkitab?
• Mengenai pengampunan dosa, tidaklah cukup seseorang
sekedar percaya dan bertobat. Bila kita membaca seluruh
Kisah Para Rasul 2:38, kita melihat bahwa pengampunan
dosa didapatkan secara langsung melalui baptisan
air. Petrus secara khusus memberitakan, “Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan
dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
Ende Hu mengabaikan bagian terpenting dalam ayat ini,
dan karenanya, meluputkan peran baptisan air dalam
pengampunan dosa.
• Di masa para rasul, saat Roh Kudus hujan awal masih
dicurahkan, pola yang terjadi yaitu mereka yang percaya
dalam Yesus, cepat atau lambat menerima Roh Kudus.
• Menerima Roh Kudus yaitu sebuah pengalaman yang
dapat diketahui baik si penerima maupun orang-orang lain
(Kis. 2:33).
9.3.2 Bukti dari Kisah Para Rasul
Apakah bukti menerima Roh Kudus? Jawabannya tidak dapat
ditemukan dalam keempat kitab Injil, karena mereka hanya mencatat
janji mengenai Roh Kudus. Juga tidak ditemukan dalam surat-surat para
rasul, karena dari Kitab Roma hingga Yudas mencatat hal-hal mengenai
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
228
kehidupan Kristen, apa yang perlu dilakukan umat percaya sesudah
mereka telah menerima Roh Kudus. Jawabannya juga tidak ditemukan
di dalam Kitab Wahyu. Jawabannya ada di Kisah Para Rasul, yang
mencatat keadaan-keadaan mengenai turunnya Roh Kudus di gereja
para rasul. Kitab ini memberikan tanda-tanda yang membuktikan
dengan pasti bahwa seseorang telah menerima Roh Kudus.
9.3.3 Berbicara dalam bahasa roh
Dari Kisah Para Rasul, kita melihat jelas bahwa tanda menerima
Roh Kudus yaitu berbahasa roh. Kata Yunani glossa (lidah) atau glossai
(lidah-lidah) digunakan dalam tulisan aslinya untuk menjelaskan
fenomena ini:1
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-
kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu
kepada mereka untuk mengatakannya.
Kisah Para Rasul 2:4
saat Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas
semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang
percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-
cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke
atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang
itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata
Petrus.
Kisah Para Rasul 10:44-46
Dan saat Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah
Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam
bahasa roh dan bernubuat.
Kisah Para Rasul 19:6
Dalam Kisah Para Rasul 10 dituliskan kejadian yang penting:
umat percaya yang disunat, menemani Petrus dalam kunjungannya
ke rumah Kornelius. Dengan terkejut mereka menyaksikan keluarga
itu menerima Roh Kudus: “sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46).
sesudah itu, saat Petrus kembali ke gereja Yerusalem, ia melaporkan
bagaimana “saat aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas
229
mereka, sama seperti dahulu ke atas kita” (Kis. 11:15), menyebutkan
pengalaman para rasul sendiri di hari Pentakosta (Kis. 15:8).
Dalam Kisah Para Rasul 8, kita menemukan Simon, yang dahulu
yaitu seorang tukang sihir, namun kemudian menerima injil dan
dibaptis. Alkitab mencatat bagaimana saat ia menyaksikan jemaat di
Samaria menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan oleh para
rasul, ia menawarkan uang untuk mendapatkan kuasa ini:
Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka
menerima Roh Kudus. saat Simon melihat, bahwa pemberian Roh
Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya,
ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah juga
kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas
seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."
Kisah Para Rasul 8:17-19
Jadi kita melihat bahwa baptisan Roh Kudus dapat didengar dan
bukan sesuatu yang tersembunyi dan tak terlihat. Di hari Pentakosta,
baptisan ini berkuasa menarik perhatian banyak orang (Kis. 2:6). Kitab
Wahyu menyebutkan kuasa berbahasa roh dengan menyebutkannya
sebagai “desau air bah” dan “deru guruh yang dahsyat” (Why. 14:2;
19:6).
9.3.4 Penulis-Penulis Kristen yang mengetahui hubungan antara
bahasa roh dan baptisan Roh Kudus
Sejumlah penulis Kristen mengemukakan pendapat tentang
hubungan antara berbahasa roh dan baptisan Roh Kudus:
Roh Kudus dianggap sebagai karunia istimewa yang tidak selalu
menyertai baptisan dan iman. Orang-orang Samaria tidak dianggap
sebagai orang-orang yang “menerima Roh Kudus” saat mereka
“menerima firman Allah”. Mereka telah percaya dan dibaptis, namun
saat Petrus dan Yohanes pergi dan mendoakan mereka, barulah
karunia Roh diturunkan (Kis. 8:14-17). Tampak jelas bahwa beberapa
pengaruniaan atau pengalaman istimewa ini terlihat dengan kasat mata.
Hal yang sama malah muncul dengan lebih jelas lagi dalam tulisan
mengenai murid-murid Yohanes yang ditemukan Paulus di efesus
(Kis. 19:1-7). Tidak hanya mereka belum “menerima Roh Kudus” saat
mereka percaya, namun sesudah mereka dibaptis di dalam nama Kristus,
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
230
saat Paulus menumpangkan tangan kepada mereka, baru “turunlah
Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam
bahasa roh dan bernubuat.” (ayat 6). Di sini tampak jelas bahwa karunia
Roh dianggap sama seperti karunia penuh mujizat dalam berbahasa roh
dan bernubuat.
G. B. Stevens (hal. 433)
Iman gereja dalam Roh berasal dari pengalamannya yang nyata. Di titik
awal karir gereja, kemungkinan di hari Pentakosta, para murid menyadari
sebuah kuasa baru yang bekerja di dalam diri mereka. Perwujudannya
yang paling kentara pertama-tama yaitu glossolalia, “berbahasa roh”,
sebuah kuasa pengungkapan penuh sukacita dalam bahasa yang tidak
dapat dimengerti; dan baik mereka yang dipenuhi kuasa ini maupun
mereka yang melihat dan mendengar manifestasi ini diyakinkan akan
kuasa dari dunia yang lebih tinggi telah masuk ke dalam kehidupan
mereka, memberikan mereka kemampuan untuk berbahasa roh dan
karunia-karunia lain, yang tampaknya merupakan sesuatu yang berbeda
dari karunia biasa yang telah mereka miliki sebelumnya. Orang-orang
yang sebelumnya tampak biasa-biasa saja tiba-tiba mampu berdoa
dan berbicara dengan penuh kuasa, dan suasana hati yang tinggi yang
mereka perlihatkan saat berdoa kepada Yang Tak Kelihatan.
A.B. MacDonald (hal. 40)
Di awal studi saya mengenai Baptisan Roh Kudus, saya menyadari
bahwa dalam banyak hal mereka yang dibaptis “berbahasa roh” dan
pertanyaan yang seringkali menghinggapi pikiran saya: bila seseorang
dibaptis dengan Roh Kudus, apakah ia tidak akan berbahasa roh?
namun saya tidak melihat ada yang berbahasa roh, dan saya seringkali
bertanya-tanya, adakah orang pada hari ini yang benar-benar dibaptis
dengan Roh Kudus?
R.A. Torrey
Di bukunya yang terkenal, Leviathan, Thomas Hobbes menulis
tentang kejadian-kejadian dalam Kisah Para Rasul 8, saat orang-
orang Samaria yang telah dibaptis, mengalami “karunia-karunia itu,
yang yaitu tanda-tanda Roh Kudus, yang pada saat itu memang
menyertai semua jemaat sejati”. Ia menguraikan sifat “tanda-tanda”
itu dengan mengutip Markus 16:17-18: “mereka akan mengusir setan-
setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa
yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun
mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu
akan sembuh.”
231
Kita melihat bahwa beberapa penulis, dan sebagai tambahan,
beberapa bapa gereja mula-mula, seperti Chrysostom, Constantinople,
Irenaeus, Tertullian, Justin Martyr, dan Origen, melihat sebuah kaitan
antara menerima Roh Kudus dengan berbahasa roh. Namun, kesan
yang diuangkapkan Hobbes dan Torrey yaitu bahwa fenomena ini
tidak lagi ada di gereja masa sekarang.
9.3.5 Para penulis Kristen yang menentang bukti berbahasa roh
Tidak semua penulis Kristen menerima hubungan antara
berbahasa roh dengan baptisan Roh Kudus, atau khususnya berbahasa
roh sebagai tanda khusus menerima Roh Kudus. Di antara penentang-
penentang yang paling keras yaitu J. Oswald Sanders.
Kesalahpahaman 5
saat tiga ribu orang dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta,
kita tidak mempunyai catatan mengenai karunia seperti itu (yaitu
berbahasa roh). Itu juga tidak disebutkan saat lima ribu orang menjadi
jemaat mula-mula, juga tidak disebutkan saat Roh Kudus diturunkan
ke orang-orang Samaria dalam Kisah Para Rasul 8. Sepanjang masa
pelayanan Paulus seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, tidak
pernah disebutkan karunia yang menyertai kuasa Roh Kudus, kecuali
pada kejadian dalam Gereja Korintus.
J. Oswald Sanders (hal. 73)
Apa kata Alkitab?
• Kitab Kisah Para Rasul tidak mencatat 3000 orang percaya
yang dibaptis pada hari Pentakosta, “dipenuhi oleh Roh
Kudus”. Karena itu tidak ada alasan bagi Lukas, penulis
Kisah Para Rasul, untuk menulis mereka berbahasa roh.
• Orang-orang percaya di Samaria menerima Roh Kudus
saat Petrus dan Yohanes pergi mengunjungi mereka,
berdoa dan menumpangkan tangan kepada mereka.
Walaupun Alkitab tidak secara hurufiah menyebutkan
bahwa mereka berbahasa roh, kita dapat menyimpulkan ini
terjadi saat kita membaca: “saat Simon melihat, bahwa
pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
232
menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada
mereka, serta berkata: ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu,
supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang,
ia boleh menerima Roh Kudus. ‘ ” (Kis. 8:18-19). Kata-kata
Simon menunjukkan bahwa ia menyaksikan sesuatu yang
kasat mata dan secara langsung.
• Petrus sendiri telah menerima Roh Kudus di hari
Pentakosta, dan kemudian melihat pencurahan Roh Kudus
pada Kornelius sekeluarga, dan berdasarkan pengalaman-
pengalamannya ini, Petrus memastikan bahwa murid-murid
di Samaria juga telah menerima Roh Kudus. Tidak masuk
akal baginya untuk menggunakan kriteria lain, selain dari
berbahasa roh, untuk mengambil kesimpulan itu.
• saat Kornelius dan keluarganya menerima Roh Kudus,
orang-orang percaya yang bersunat yang mengikuti Petrus
melihat mereka menerima Roh Kudus, “sebab mereka
mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh
dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46).
• saat Petrus kembali ke Yerusalem untuk melaporkan
tentang Kornelius dan keluarganya, ia bersaksi, “saat aku
mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama
seperti dahulu ke atas kita” (Kis. 11:15).
• Kitab Kisah Para Rasul tidak mencatat seluruh kejadian
mengenai penerimaan Roh Kudus oleh orang-orang percaya,
namun menampilkan sebuah ikhtisar. Contohnya, ia tidak
mencatat kapan dan di mana 3000 jemaat baru dalam
Kisah Para Rasul 2 menerima Roh Kudus, atau 5000 jemaat
di Kisah Para Rasul 5. namun apakah itu berarti mereka
tidak menerima Roh Kudus dan langsung berbahasa roh di
sana, atau di kemudian hari? Contohnya pada Kisah Para
Rasul 9:17 yang mencatat bahwa Saulus menerima Roh
Kudus, namun tidak secara khusus menyebutkan bahwa ia
berbahasa roh. Namun saat kita membaca suratnya kepada
gereja Korintus, tampak jelas bahwa ia berbahasa roh:
“Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah
yang berdoa, namun akal budiku tidak turut berdoa… Aku
mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata
dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.” (1Kor.
14:14, 18).
233
Kesalahpahaman 6
Penghilangan (untuk menyebutkan berbahasa roh) secara khusus
menarik perhatian dalam surat kepada jemaat di efesus, yang diberitakan
daftar karunia dari Kristus yang telah naik ke surga untuk membangun
Gereja-Nya. Walaupun Kitab Roma ditulis lebih dahulu dan memberikan
referensi khusus untuk pelayanan, namun tidak ada referensi tentang
“berbahasa roh”. Apakah tidak ada berbahasa roh pada hari ini? Kita
tidak akan secara dogmatis menyatakan bahwa perwujudan karunia
ini tidak mungkin terjadi pada hari ini, namun kita akan berkata bahwa
pada kebanyakan kasus di mana dinyatakan demikian, akan melanggar
keadaan yang diterapkan untuk melakukannya karena memberikan
banyak bukti bahwa itu yaitu kepura-puraan dan tidak murni.
J. Oswald Sanders (hal. 73)
Apa kata Alkitab?
• Gereja-gereja di Efesus dan Roma kemungkinan besar
telah lama berdiri saat masa penginjilan Paulus yang ke-
tiga dan ke-empat (Kis. 19:1-10; Kis. 28:16-31). Karena
itu mereka tentu mengetahui pengajaran dasar bahwa
berbahasa roh yaitu bukti menerima Roh Kudus, maka
Paulus tidak melihat perlunya mengajarkan hal itu dalam
surat-suratnya kepada kedua gereja ini. Tujuan penulisan
surat kepada jemaat Efesus, sesungguhnya yaitu untuk
menyorot pekerjaan Kristus dalam kehidupan umat
percaya; dan tujuan penulisan surat kepada jemaat Roma
yaitu untuk mengemukakan masalah pembenaran oleh
iman dan perlunya pepegang hukum sesudah pembenaran
(Rm. 3:31).
• Berbahasa roh yang menyertai baptisan Roh Kudus
yaitu untuk membangun diri sendiri (1Kor. 14:4), bukan
untuk membangun gereja secara keseluruhan. Karena
itu berbahasa roh tidak disebutkan dalam daftar karunia
rohani yang dapat membangun gereja-gereja di Efesus dan
Roma, atau di gereja mana pun. Contohnya, saat Paulus
membicarakan sejumlah karunia-karunia tertentu dalam
1 Korintus 12, karunia-karunia yang ia sebutkan yaitu
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
234
karunia yang membangun jemaat: “kepada tiap-tiap orang
dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama”
(1Kor. 12:7). Satu karunia yang secara khusus disebutkan
yaitu “karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh”
(1Kor. 12:10), yang merupakan karunia khusus berkata-
kata dengan bahasa roh dan perlu diterjemahkan. Karunia
ini tidak dapat disamakan dengan berbahasa roh, yang
merupakan bukti menerima Roh Kudus dan membangun
orang yang menerimanya (1Kor. 14:4). Bahasa roh yang
diucapkan dalam doa pribadi kepada Allah tidak perlu
diterjemahkan (1Kor. 14:2, 28) karena Roh sendiri yang
berdoa bagi orang percaya dengan “keluhan-keluhan yang
tidak terucapkan.” (Rm. 8:26-27).
• Karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam Surat
Efesus merujuk pada peran-peran pelayanan yang sekali
lagi, membangun gereja secara umum: “Dan Ia-lah yang
memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang
kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh
Kristus” (Ef. 4:11-12). Tidak ada alasan bagi Paulus untuk
membahas bahasa roh yang fungsinya untuk membangun
diri sendiri.
• Menurut Sanders, kejadian berbahasa roh hari ini
yaitu “kepura-puraan dan tidak murni”, namun ia tidak
menyediakan penjelasan mengapa demikian, atau apa
keuntungan yang mungkin didapat dari praktik demikian.
Namun apabila memang ada kejadian-kejadian “bahasa
roh yang pura-pura”, perhatian kita haruslah untuk
menyingkapkan sumbernya. Ini yaitu seturut dengan
nasihat Penatua Yohanes: “Saudara-saudaraku yang kekasih,
janganlah percaya akan setiap roh, namun ujilah roh-roh
itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-
nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia”
(1Yoh. 4:1). Nabi-nabi palsu juga dapat melakukan tanda
dan mujizat untuk menyesatkan orang-orang pilihan (Mat.
24:4 dst.; 1Yoh. 4:1 dst.). Bila kita tidak dapat membedakan
apa yang berasal dari Allah dan apa yang bukan berasal dari
Allah, ujungnya kita mungkin tidak lagi percaya dengan
kuasa Allah dan berhenti berdoa memohon Roh Kudus.
235
Kesalahpahaman 7
Bagaimana dengan doktrin yang sekarang telah meluas, bahwa begitu
banyak orang Kristen belum pernah menerima baptisan Roh Kudus,
dan semuanya harus mencarinya sampai mereka mengalaminya? Yang
saya dapat katakan, yaitu pengajaran seperti itu tidak berasal dari
Perjanjian Baru, dan penyebaran ajaran ini membawa banyak orang
ke dalam belenggu dan kegelapan. Kesalahan ini mungkin disebabkan
karena mencampuradukkan kepenuhan Roh Kudus dengan baptisan
Roh Kudus, namun terlebih lagi, saya rasa, karena keinginan untuk
menghubungkan yang satu dengan yang lain, yaitu berkat karunia Roh
dengan karunia berbahasa roh.
W. Graham Scroggie (hal. 14)
Apa kata Alkitab?
• Pengajaran untuk mencari dan berdoa memohon Roh Kudus
secara pribadi diajarkan oleh Tuhan Yesus (Luk. 11:9-13;
Kis. 1:4-5) dan dilakukan oleh gereja masa awal (Kis. 1:14;
2:1; 8:14-17; 19:1-7). Jauh dari hidup dalam belenggu dan
kegelapan seperti yang dinyatakan Scroggie, mereka yang
mencari Roh Kudus dengan jalan ini akan mendapatkan
upah kemerdekaan sejati (Rm. 8:1-2) dan jaminan untuk
masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh. 3:5).
• Pernyataan Scroggie menunjukkan kesalahpahaman
mendasar atas apa yang disebut sebagai baptisan Roh Kudus
dan kepenuhan Roh Kudus, sifat dan tujuan berbahasa roh.
Kesalahpahaman 8
Secara kebetulan, hal yang jelas-jelas menunjukkan bahwa manifestasi
Roh merupakan hal yang tidak biasa atau pengalaman yang kadangkala
terjadi yaitu saat Petrus terkejut melihat pencurahan Roh Kudus pada
bangsa-bangsa lain seperti yang terjadi pada orang-orang Yahudi.
Mengapa Petrus terheran-heran apabila pengalaman berbahasa roh ini
merupakan pengalaman umum orang Kristen? Ingatlah bahwa banyak
orang dari bangsa lain telah menjadi percaya di antara masa Pentakosta
dan kunjungan Petrus kepada keluarga Kornelius, seperti Nikolaus dari
Anthiokia dan sida-sida ethiopia (Kis. 6:5; 8:36-39). Bila ‘pengalaman
baptisan Roh Kudus’ ini yaitu hal yang umum terjadi, Petrus tentu
telah melihat banyak orang dari bangsa lain berbahasa roh seperti juga
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
236
orang-orang Samaria dan Yahudi. Itu akan membuat keterkejutannya
dengan apa yang terjadi di rumah Kornelius tidak berarti. Bagaimana
ia dapat lupa bila Pentakosta telah menjadi pengalaman umum orang-
orang percaya?
John H. Pickford (hal. 18)
Apa kata Alkitab?
• Berbahasa roh yaitu perwujudan utama yang meyertai
pencurahan Roh Kudus di masa para rasul, seperti yang
telah diilustrasikan dalam catatan di Kisah Para Rasul. Ini
yaitu pengalaman mendasar orang-orang percaya (ref.
Kis. 10:47; 11:15).
• Kornelius dan keluarganya yaitu jemaat pertama dari
kalangan bangsa-bangsa lain (Kis. 11:1, 18), dan bukan
‘orang-orang lain’ seperti yang disebutkan Pickford.
• Nikolaus dari Anthiokia yaitu orang yang belum lama
masuk ke dalam agama Yahudi (Kis. 6:5) dan termasuk
di antara tujuh murid “yang penuh oleh Roh Kudus”, yang
ditunjuk untuk melayani meja (Kis. 6:3-6). Sida-sida
Ethiopia juga bukan dari bangsa lain karena kita melihat
bahwa ia pergi ke Yerusalem untuk beribadah (Kis. 8:27).
Jadi ia kemungkinan besar merupakan orang yang baru
masuk ke dalam agama Yahudi. Hal yang penting yaitu , kita
tidak melihat adanya keberatan atau ekspresi keterkejutan
dari orang-orang Kristen Yahudi saat kedua jenis orang ini
menerima injil.
• Pada Kisah Para Rasul 8:1-25, kita melihat Filipus (dan
kemudian juga Petrus dan Yohanes) mengabarkan injil
kepada orang-orang Samaria, menggenapi nubuat Yesus
(Kis. 1:8). Sekali lagi, kita melihat bahwa pertobatan
mereka kepada Kristus tidak memicu keberatan dari
orang-orang Kristen bangsa Yahudi, seperti dalam kasus
Kornelius. Orang-orang Samaria juga merupakan bangsa
Yahudi (ref. Yoh. 4:9), bukan bangsa lain. Mereka berasal
dari keturunan yang sama dengan bangsa Yahudi (lihat Yoh.
4:12), menyembah Allah yang sejati, membaca lima kitab
pertama dalam Perjanjian Lama, dan memegang tradisi-
tradisi keagamaan yang sama, misalnya persunatan2.
• Petrus dan jemaat-jemaat dari kalangan bersunat yang
menyertai dia terkejut dan terheran-heran, bukan karena
237
Roh Kudus turun, namun karena itu terjadi pada keluarga
bukan Yahudi: “Dan semua orang percaya dari golongan
bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang,
karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke
atas bangsa-bangsa lain juga” (Kis. 10:45). Petrus dapat
melihat bahwa penebusan Allah sekarang telah diberikan
juga kepada bangsa-bangsa lain dan segera membaptis
mereka (Kis. 10:47-48). Saat Petrus kembali ke Yerusalem
dan bertemu dengan tentangan-tentangan dari kalangan
bersunat – yaitu bangsa Yahudi (Kis. 11:2), ia membela
tindakannya itu dengan menjelaskan tentang apa yang
telah terjadi. Merasa puas dengan laporan Petrus, mereka
“Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan
pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).
Kesalahpahaman 9
Berbahasa roh dikaruniakan sebagai sebuah tanda (Kis. 2:7-8; 1Kor.
14:22). Perjanjian Baru menunjukkan bahwa tanda-tanda yang menyertai
pengaruniaan Roh Kudus itu bersifat sementara… Tidak ada yang
setara dengan pengalaman berbahasa roh modern di Alkitab… Paulus
memberikan penjelasan mengenai pengalaman-pengalaman ini seperti
yang kita lihat dalam gerakan berbahasa roh. Ia menyiratkan adanya
kehilangan kendali emosional.
John H. Pickford (hal. 40-41)
Apa kata Alkitab?
• Ayat-ayat Alkitab yang disebutkan Pickford tidak
memberikan bukti yang menunjukkan bahwa berbahasa
roh yaitu tanda yang bersifat sementara.
• Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, kita melihat
bahwa Paulus bersyukur kepada Allah karena dia “berkata-
kata dalam bahasa roh” lebih daripada mereka. Selanjutnya,
dia memberitahu mereka untuk tidak melarangnya (1Kor.
14:18, 39).
• Tidak ada bukti di dalam Alkitab yang menunjukkan
bahwa Paulus pernah menjelaskan bahwa berbahasa roh
berhubungkan dengan kehilangan kendali emosional. Selain
itu, alasan Pickford tidak sesuai dengan penjelasan Paulus
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
238
mengenai kebiasaannya sendiri (1Kor. 14:18) dan pesannya
untuk tidak melarang berbahasa roh (1Kor. 14:39). Hal
ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah pengalaman
Pentakosta hanyalah sekadar pengalaman emosional?
Kesalahpahaman 10
Teriakan-teriakan dan jingkat-jingkatan kegilaan nabi-nabi Baal
dalam usaha mereka yang gila-gilaan saat memohon lidah-lidah api
mengingatkan salah satu penderitaan yang menantikan mereka yang
menerima pengalaman baptisan ini (1Raj. 18:22-28). Orang akan
tergerak untuk mengomentari fanatisme seperti itu dengan kata-kata
elia, “Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung,
mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan
belum terjaga”.
John H. Pickford (Hal. 26)
Apa kata Alkitab?
• Pickford melontarkan sebuah analogi yang sangat
disesalkan. Kita tidak mungkin memperbandingkan nabi-
nabi Baal yang berteriak-teriak kepada allah-allah palsu
mereka dengan orang-orang Kristen yang memohon Roh
Kudus kepada Allah yang sejati.
• Saat kita membaca pendapat Pickford, kita diingatkan pada
peringatan keras Yesus: “Sebab itu Aku berkata kepadamu:
Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, namun hujat
terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang
mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan
diampuni, namun jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak
akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan
datangpun tidak” (Mat. 12:31-32).
Kesalahpahaman 11
Untuk memenuhi janji Allah, Roh Kudus diberikan kepada mereka yang
percaya, sehingga mereka berbahasa roh. Hari ini, ada banyak hal
yang dapat membuktikan kebenaran injil. Karena itu mujizat, berbahasa
roh, dan sebagainya tidak lagi diperlukan seperti di masa para rasul…
239
Berbahasa roh seperti yang dicatat dalam Alkitab yaitu pengalaman
orang-0rang kudus di masa awal. Hari ini kita tidak lagi perlu mencari
pengalaman seperti itu.
Wang Mingdao
Apa kata Alkitab?
• Di masa hujan awal, Allah memberikan Roh Kudus kepada
mereka yang percaya. Dengan jalan ini, ia menggenapi janji
yang pernah ia ucapkan melalui Nabi Yoel (Yoel 2:28-32)
dan Yesus (Mrk. 16:16-17). Umat percaya di masa sekarang,
yaitu masa hujan akhir ini, masih dapat memperoleh
penggenapan janji ini.
• Berbahasa roh yaitu bukti menerima Roh Kudus (Kis.
10:44-46). Berkata bahwa berbahasa roh tidak lagi
diperlukan, sama saja dengan berkata bahwa orang tidak
perlu menerima Roh Kudus.
9.3.6 Tanda-tanda yang dapat dilihat dan didengar
Walaupun berbahasa roh yaitu bukti utama menerima Roh
Kudus, Alkitab juga menandakan bahwa seringkali ada tanda-tanda
yang dapat dilihat yang menyertai berbahasa roh. Ini digambarkan
dengan baik oleh kejadian-kejadian yang dicatat pada Kisah Para
Rasul 2. Di hari Pentakosta, beberapa orang Yahudi yang menyaksikan
murid-murid Yesus menerima Roh Kudus, mengolok-olok mereka
dengan berkata, “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis” (Kis.
2:13). Mereka mendengar murid-murid berdoa dalam bahasa roh
dan menyaksikan sesuatu yang dapat mereka lihat sehingga mereka
segera menyimpulkan bahwa murid-murid itu sedang mabuk. Maka
Petrus menyangkal hal ini, dengan berkata, “Orang-orang ini tidak
mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan”
(Kis. 2:15). Ia melanjutkannya dengan menyampaikan khotbah untuk
membuktikan bahwa apa yang mereka lihat yaitu penggenapan
nubuat Nabi Yoel (Yoel 2:28-32) dan perwujudan kemuliaan Yesus
Kristus. Saat menyampaikan pencurahan Roh Kudus oleh Yesus, Petrus
memberitahukan mereka, “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan
kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini” (Kis. 2:33).
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
240
Di masa hujan akhir sekarang ini, kita sungguh patut bersyukur
bahwa kita dapat mengalami kuasa dan pencurahan Roh Kudus yang
sama. Menerima Roh Kudus dapat dilihat dan didengar, sama seperti
pada hari Pentakosta. Namun sayangnya banyak orang menyangkal
dan bahkan mengolok-olok karunia Allah.
Yesus pernah memberitahukan Nikodemus bahwa ia harus
dilahirkan kembali. Nikodemus tidak mengerti pengajaran ini, merasa
bingung, dan bertanya, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan,
kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya
dan dilahirkan lagi” (Yoh. 3:4).
Yesus lalu menjelaskan, “Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu
daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, yaitu roh” (Yoh. 3:6).
Nikodemus masih belum dapat mengerti dan bertanya-tanya
kelahiran seperti apa yang dimaksud Yesus. Maka Tuhan menjelaskan
lebih lanjut, dengan menggunakan analogi angin untuk menjelaskan
seperti apakah dilahirkan dari Roh melalui baptisan Roh Kudus:
“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu
harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau
mendengar bunyinya, namun engkau tidak tahu dari mana ia datang
atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang
lahir dari Roh” (Yoh. 3:7-8). Di ayat-ayat ini, kata berbahasa Yunani
pneuma digunakan untuk menyebutkan “angin” dan “Roh”3.
Perkataan Yesus ini mengungkapkan bahwa:
• Roh Kudus seperti angin yang bertiup ke mana ia kehendaki.
Tidak ada orang yang dapat mengendalikan atau mencegah
pekerjaan Roh.
• Sama seperti mata manusia yang tidak dapat melihat angin,
mata manusia juga tidak dapat melihat Roh Kudus: dari
mana Ia datang, atau ke mana Ia pergi.
• Saat angin bertiup, kita dapat mendengar suaranya, dan
kita dapat melihat gerakan benda-benda yang ditiupnya.
Begitu juga, saat Roh Kudus memenuhi seseorang, kita
mendengar ia berbahasa roh dan melihat gerakan tubuh
yang diilhamkan oleh Roh Kudus.
Singkatnya, kata-kata Yesus menunjukkan bahwa baptisan
Roh Kudus disertai oleh tanda-tanda yang kelihatan dan juga dapat
didengar.
241
9.4 Fungsi berbahasa roh
Berbahasa roh mempunyai empat fungsi penting: sebagai
perantara, sebagai tanda bagi orang-orang yang belum percaya, untuk
membangun diri sendiri, dan untuk membangun jemaat.
9.4.1 Perantara
Sebagai orang Kristen, kita semua mempunyai kelemahan. Di
antaranya: ketidakmampuan untuk memahami atau memenuhi
kehendak Allah (Rm. 11:33), merasa lemah rohani, dibelenggu oleh
keinginan-keinginan daging, dan meninggalkan Allah. Di saat-saat
seperti itu, kita seringkali tidak tahu bagaimana berdoa, atau apa
yang mau didoakan. Bahasa akal manusia juga mempunyai batasan-
batasan: kita dapat berdoa dengan akal budi manusia, namun kita
semua pernah mengalami saat saat kata-kata tidak lagi cukup untuk
menyampaikan pikiran dan perasaan kita yang paling dalam kepada
Allah. Untungnya, karena kemurahan-Nya, Allah memberikan kita Roh
Kudus untuk membantu kita berdoa.
Begitu juga, Roh menolong kita dalam kelemahan. Kita tidak tahu
apakah yang sepatutnya kita doakan, namun Roh Kudus sendiri-lah
yang menjadi perantara bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tak
terucapkan. Ia yang menyelidiki hati manusia, mengetahui maksud
Roh itu, karena Roh itu berdoa bagi orang-orang percaya sesuai dengan
kehendak Allah (Rm. 8:26-27).
Di sini Paulus menggunakan kata Yunani sunantilambano
untuk “membantu”. Kata ini berarti “berdiri di sisi untuk membantu
mengangkat”, “bantu memikul”, dan “membantu secara umum”4. Roh
menolong kita untuk berdoa dengan mendoakan kita, sesuai dengan
kehendak Allah, dengan bahasa yang melampaui kata-kata manusia.
Allah mengetahui pikiran Roh dan menerima perantaraan-Nya. Karena
itu apabila kita berdoa dalam bahasa roh, kita yakin Allah mendengar
doa-doa kita (1Yoh. 5:14-15).
Mereka yang telah menerima Roh Kudus dan mengalami
berbahasa roh akan mengerti nilai dorongan Alkitab untuk “berdoalah
dalam Roh Kudus” (Yudas 20) dan “Berdoalah setiap waktu di dalam
Roh” (Ef. 6:18). Doa dalam Roh mempunyai kuasa untuk mendekatkan
kita kepada Allah.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
242
Namun doa dalam bahasa roh tidak menghilangkan perlunya
berdoa dalam pengertian manusia. Paulus berkata, “Sebab jika aku
berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, namun akal
budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku
akan berdoa dengan rohku, namun aku akan berdoa juga dengan akal
budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, namun aku
akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.” (1Kor. 14:14-
15). Kedua jenis doa ini mempunyai fungsinya masing-masing dalam
ibadah.
9.4.2 Tanda bagi orang-orang yang belum percaya
Karena itu karunia bahasa roh yaitu tanda, bukan untuk orang yang
beriman.
1 Korintus 14:22
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka
akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara
dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.
Markus 16:17
Kata Yunani “tanda”, semeion, seringkali digunakan dalam
konteks mujizat dan tanda keajaiban5. Ini kata yang sangat cocok
digunakan berhubungan dengan berbahasa roh, karena berbahasa roh
dimaksudkan untuk bersaksi kepada orang-orang tidak percaya bahwa
seseorang telah menerima Roh Kudus, dan Allah menyertai orang itu
(1Yoh. 3:24).
Kita melihat kuasa atas tanda ini dalam menyadarkan orang-orang
Yahudi yang ada di Yerusalem untuk menantikan hari Pentakosta.
Tanda ini menarik perhatian banyak orang kepada murid-murid yang
sedang berdoa berbahasa roh. Pada awalnya mereka merasa takjub
dan keheranan, namun segera kemudian mereka mengerti bahwa
murid-murid itu telah menerima baptisan Roh Kudus. Akibatnya,
mereka bertobat, percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat mereka,
dan dibaptis untuk mendapatkan pengampunan dosa (Kis. 2:5-7,
37-41). Berbahasa roh membuktikan kepada orang-orang Yahudi
bahwa nubuat-nubuat mengenai Roh Kudus telah digenapi. Berbahasa
roh juga memberikan kesaksian bahwa Yesus Kristus telah bangkit
dari kematian dan naik ke surga. Karena itu, dengan berani Petrus
menyatakan: “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu
243
kami semua yaitu saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan
Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-
Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.” (Kis. 2:32-33). Paulus juga
menambahkan, “namun andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka
sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu”
(1Kor. 15:14).
9.4.3 Membangun Diri sendiri
Bahasa roh yang diutarakan melalui pengilhaman Roh Kudus
bukanlah bahasa duniawi; bahasa ini yaitu bahasa surgawi atau bahasa
rohani, dan membangun orang yang menggunakannya: “Siapa yang
berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, namun
siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat” (1Kor. 14:4). Berbahasa
roh mempunyai kuasa untuk mengangkat dan mengubahnya.
Ada orang-orang Kristen yang menganggap bahwa membangun
diri sendiri itu egois dan berpendapat bahwa lebih mulia mencari
karunia-karunia yang dapat membangun gereja. Namun Yesus
mengajarkan kita sebaliknya, seperti yang dapat kita lihat dalam
kejadian yang melibatkan Marta dan Maria (Luk. 10:38-42). Sementara
Marta sibuk melayani Yesus, Maria duduk dengan tenang di kaki Yesus
untuk mendengarkan ajaran-ajaran-Nya. Saat Marta mengeluhkan hal
ini kepada Tuhan, Ia berkata kepadanya bahwa Maria telah mengambil
pilihan yang lebih baik (Luk. 10:38-42). Di sini, pelajaran yang dapat
dipetik bagi umat percaya yaitu , walaupun tentu saja melayani
Allah itu penting, namun membangun diri sendiri juga tidak kalah
pentingnya.
Kita melihat pelajaran ini diterapkan oleh Rasul Paulus, yang
menulis: “namun aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya,
supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan
aku sendiri ditolak.” (1Kor. 9:27). Prinsipnya, bila seseorang ingin
membangun gereja, pertama-tama ia harus membangun dirinya sendiri
terlebih dahulu (Rm. 2:29). Paulus menghabiskan seluruh hidupnya
melayani orang lain untuk “menggenapkan dalam dagingku apa yang
kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat”
(Kol. 1:24), namun ia berhati-hati agar ia sendiri tidak mengabaikan
pembangunan rohaninya sendiri.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
244
Kesalahpahaman 12
Seorang penulis berkebangsaan Jepang, Kurosaki Koukichi,
berpendapat bahwa beberapa orang Kristen memegang pandangan
seperti ini mengenai berbahasa roh: “Ia yang dipimpin oleh Roh Kudus
mengucapkan misteri-misteri di dalam Roh, karena itu tidak ada orang
yang dapat memahaminya. Karena itu, orang yang berbahasa roh
berbicara hanya kepada Allah.”
Si penulis menyatakan bahwa mereka yang memegang pandangan
seperti itu tidak mungkin: mengetahui pikiran dan motivasi seseorang
yang berbahasa roh; mengerti apakah baptisan Roh Kudus; mengalami
sendiri berbahasa roh.
Apa kata Alkitab?
• Berbahasa roh yaitu bukti utama baptisan Roh
Kudus. Bahasa roh diucapkan karena Roh Kudus yang
menggerakkannya; bukan sebuah akting atau tipuan.
• Orang yang berbahasa roh, berbicara kepada Allah, dan
bukan kepada manusia. Namun ini bukan berarti ia tidak
memperlihatkan kepedulian apa pun kepada yang lain,
dan pernyataan demikian tidak konsisten dengan harapan
Paulus agar semua umat percaya berbahasa roh (ref. 1Kor.
14:5).
• Penulis kemungkinan besar mengelirukan berbahasa roh
dengan ucapan bahasa roh untuk berkata-kata (lihat bagian
9.5 “Karunia Roh Kudus yang membangun gereja”).
• Walaupun orang yang berbahasa roh tidak dapat dimengerti
oleh orang lain atau dirinya sendiri, doa berbahasa roh
tetap mempunyai arti.
Kesalahpahaman 13
[Mengacu pada 1Kor 14:4] Barangsiapa berbahasa roh membangun
dirinya sendiri, namun barangsiapa bernubuat membangun jemaat…
Orang-orang yang mempunyai kasih akan melakukan yang terakhir.
Kurosaki Koukichi
245
Apa kata Alkitab?
• Baptisan Roh Kudus yang dibuktikan dengan berbahasa
roh, yaitu syarat mendasar untuk mendapatkan
keselamatan. Berbahasa roh menguntungkan orang
percaya melalui pembangunan diri sendiri. Barulah apabila
kita mendapatkan karunia ini, kita dapat mulai mencari
karunia-karunia lain yang membangun jemaat, seperti
karunia bernubuat.
• Pendapat penulis benar, apabila secara khusus ditujukan
pada keadaan gereja Korintus, namun kata-kata Paulus
tidak cocok untuk diterapkan pada umat Kristen secara
umum.
• Jemaat Korintus telah menerima baptisan Roh Kudus
dan berbahasa roh; sebagian jemaatnya juga mempunyai
karunia-karunia khusus dalam berkata-kata dalam
bahasa roh. Namun, masalahnya yaitu mereka kurang
mengasihi dan menggunakan karunia-karunia berbahasa
roh mereka dengan cara-cara yang menonjolkan karunia
mereka, sehingga membuat kekacauan di dalam gereja.
Karena itu Paulus menulis 1 Korintus 12 hingga 14 untuk
mengingatkan mereka mengenai kasih sebagai dasar atas
segala karunia yang membangun jemaat.
• Dalam 1 Korintus 14, Paulus memberikan sebuah tata
aturan kepada gereja mengenai penggunaan bahasa roh di
saat beribadah: mereka yang berkata-kata dalam bahasa
roh hanya melakukannya apabila ada yang mengartikannya.
Lebih lanjut, mereka harus melakukannya dengan tertib.
Apabila tidak ada yang mengartikan, mereka sebaiknya
menggunakan karunia berbahasa roh dalam doa untuk
membangun diri.
• Di pasal 14, Paulus juga mendesak gereja Korintus untuk
mengambil langkah yang lebih jauh dalam mengejar
karunia bernubuat. Karunia ini memampukan seseorang
untuk menyampaikan pesan Allah dalam kata-kata yang
dimengerti manusia melalui pengilhaman Roh Kudus.
Ini membangun jemaat, dan karena itu “lebih berharga”
daripada karunia berbahasa roh.
• Membaca pasal 14, kita mengerti bahwa ada peran untuk
semuanya: doa berbahasa roh yang digunakan dalam doa
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
246
untuk membangun diri sendiri, karunia khusus dalam
bahasa roh untuk berkata-kata, dan karunia bernubuat.
9.4.4 Membangun gereja
Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu
berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu:
yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau
karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, namun
semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang
berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya
tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk
menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya,
hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya
boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
1 Korintus 14:26-28
Saat kita berdoa dalam bahasa roh, kita berbicara kepada Allah,
bukan manusia. Tidak ada orang yang mengerti bahasa roh, termasuk
orang yang berdoa menggunakannya (1Kor. 14:2). Namun apabila
dibutuhkan, Allah mengaruniakan karunia kepada orang percaya
untuk mengartikan bahasa roh (1Kor. 12:10) sehingga orang-orang
dapat mengerti dan dibangun. 1 Korintus 12 dan 14 membicarakan
mengenai karunia Roh Kudus yang membangun jemaat. Termasuk di
dalamnya yaitu “berkata-kata dengan bahasa roh” dan “menafsirkan
bahasa roh” (1Kor. 12:10).
Sayangnya, di Gereja Korintus, jemaat tidak menggunakan karunia
rohani mereka dengan sepatutnya: mereka menggunakan karunia
rohani berbahasa roh untuk berbicara kepada jemaat, walaupun tidak
ada yang menafsirkannya. Karena itu Paulus menegur mereka, dengan
berkata, “Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong… dan tidak
mencari keuntungan diri sendiri” (1Kor. 13:4-5), dan menambahkan
bahwa kasih mengejar “kepentingan orang banyak” (1Kor. 10:33).
Paulus mengajarkan kepada mereka, walaupun mereka berkumpul
untuk beribadah, mereka harus melakukan segala hal untuk kebaikan
bersama:
Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan
sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan
247
Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa
roh, namun semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.
1 Korintus 14:26
Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh,
namun lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang
bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan
bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga
Jemaat dapat dibangun.
1 Korintus 14:5
Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa,
supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.
1 Korintus 14:13
Karena itu kita perlu memperhatikan, walaupun karunia
bernubuat dapat membangun jemaat, berkata-kata dalam bahasa
roh, apabila ditafsirkan, juga dapat membangun jemaat. Paulus
memberikan tata aturan yang jelas kepada Gereja Korintus mengenai
penggunaan bahasa roh saat ibadah gereja, untuk memastikan ibadah
berjalan dengan tertib dan sopan.
9.5. Karunia Roh Kudus yang membangun gereja
Di masa sekarang, banyak gereja percaya bahwa berdoa dalam
bahasa roh hanyalah satu dari serangkaian karunia rohani, bukan
sebagai bukti menerima baptisan Roh Kudus. Karena itu mereka
cenderung berpendapat bahwa mereka telah mempunyai Roh Kudus,
walaupun tidak berdoa dalam bahasa roh.
Berdoa dalam bahasa roh tentunya yaitu sebuah karunia rohani,
karena seseorang tidak dilahirkan dengan kemampuan itu, dan ia
juga tidak mempelajarinya. Namun banyak orang tidak menyadari
bahwa Alkitab membicarakan dua jenis bahasa roh: 1) bahasa roh
yang diberikan kepada semua orang saat menerima baptisan Roh
Kudus; dan 2) “berkata-kata dalam bahasa roh” untuk berkhotbah,
yang merupakan karunia khusus yang diberikan Allah sesuai dengan
kehendak-Nya (1Kor. 12:11). Karunia kedua ini yaitu “untuk
kepentingan bersama” (1Kor. 12:7), dan itu berarti untuk membangun
jemaat secara keseluruhan. Sejumlah besar penulis dan gereja Kristen
telah lama salah menafsirkan Alkitab, mengira bahwa kedua jenis
bahasa roh ini sama.
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
248
Kita akan menyelidiki beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh penulis-penulis Kristen, untuk menghilangkan kesalahpahaman
seputar kedua jenis bahasa roh ini.
Kesalahpahaman 14
Penelitian atas 1 Korintus pasal 12 dan 14 menunjukkan bahwa
berbahasa roh yaitu karunia terakhir, terendah dan tidak perlu secara
khusus dikejar, karena kegunaannya sangat sedikit. Berbahasa roh
tidak akan dijelaskan seperti demikian apabila tanda ini merupakan
tanda khusus menerima baptisan Roh Kudus. Nubuat menempati urutan
yang lebih tinggi dan paling patut dikejar karena karunia ini dimaksudkan
untuk membangun jemaat. “aku lebih suka mengucapkan lima kata yang
dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu
kata dengan bahasa roh” kata Paulus. Karunia berbahasa roh tidak
diturunkan kepada semua orang-orang kudus, dan ini tampak jelas dari
pertanyaan, “Adakah mereka semua berkata-kata dalam bahasa roh?”,
yang jawabannya yaitu “Tidak.”
J. Oswald Sanders (hal. 73)
Apa kata Alkitab?
• Sanders dengan keliru menyamakan karunia berbahasa
roh yang diberikan kepada setiap orang percaya yang telah
menerima Roh Kudus dengan karunia “berkata-kata dengan
bahasa roh” untuk menyampaikan khotbah. Karunia yang
pertama yaitu tanda khusus baptisan Roh Kudus (Kis.
10:44-46), sementara karunia yang terakhir yaitu salah
satu dari sekian banyak karunia rohani yang diberikan
Allah untuk membangun gereja dan jemaat, dan diberikan
seturut dengan kehendak-Nya (1Kor. 12:8-10). Maka semua
yang telah menerima baptisan Roh Kudus akan dapat
berbahasa roh, namun tidak semuanya mempunyai karunia
khusus untuk berkata-kata, yaitu berkhotbah, dalam bahasa
roh.
• Di pasal 12 dan 14 dalam 1 Korintus, kita melihat bahwa
bahasa roh yang disebut Sanders sebagai “karunia terakhir,
terendah” dan dituliskan bersama dengan “karunia untuk
menafsirkan bahasa roh” (1Kor. 12:10, 30; 1Kor 14:26-28),
sebenarnya yaitu bahasa roh untuk berkhotbah. Karunia
249
ini berjalan bersamaan dengan karunia menafsirkan bahasa
roh untuk membangun gereja.
• saat Paulus melontarkan pertanyaan-pertanyaan retorik:
“Adakah mereka semua berkata-kata dalam bahasa roh?” dan
“untuk menafsirkan bahasa roh?” (1Kor. 12:30), ia sedang
menjelaskan bahwa tidak semua orang akan mempunyai
karunia khusus untuk berkhotbah dalam bahasa roh.
• Paulus mendorong kita untuk secara khusus mengejar
karunia bernubuat (1Kor. 14:1, 39): untuk menyampaikan
pesan Allah dalam kata-kata pengertian manusia melalui
pengilhaman Roh Kudus. Karunia ini yaitu untuk
membangun jemaat. Namun ia juga mengingatkan bahwa
ada peran di dalam gereja untuk berkata-kata dalam bahasa
roh, yang apabila disertai dengan penafsiran, juga dapat
membangun jemaat (1Kor. 14:5, 12-13).
• Dalam 1 Korintus 14, Paulus menunjukkan bahwa ada sebuah
peran baik untuk bahasa roh dan kata-kata pengertian
manusia: “Aku akan berdoa dengan rohku, namun aku akan
berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan
memuji dengan rohku, namun aku akan menyanyi dan memuji
juga dengan akal budiku” (1Kor. 14:15). Ia menambahkan,
bahwa walaupun ia dapat memilih di antara keduanya, ia
lebih suka berkata-kata dalam pengertian manusia saat
mengajar di depan jemaat, karena ia merasa bahwa ini
memberikan lebih banyak manfaat kepada jemaat. Maka
ia berkata, “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa
aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu
semua” (1Kor. 14:18-19).
Kesalahpahaman 15
Tanda ini [merujuk pada karunia berbahasa roh] bersifat sementara.
Di dalam pengajaran tentang karunia-karunia di 1 Korintus 12, Paulus
menyebutkan karunia berbahasa roh dan kemudian menegaskan bahwa
“bahasa roh akan berhenti” (1Kor. 13:8). Ia menutup pasal itu dengan
menunjukkan bahwa berbahasa roh akan berlalu pada masa ia hidup,
“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih,
dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13).
John H. Pickford (hal. 22).
Bab 9: Baptisan Roh Kudus
250
Apa kata Alkitab?
• Berbahasa roh, jauh dari sifat sementara, yaitu pengalaman
yang terus berlanjut. Karunia ini diwujudkan terus menerus
oleh setiap orang percaya yang telah menerima Roh Kudus.
Paulus sendiri menyatakan bahwa ia berkata-kata dengan
bahasa roh lebih daripada jemaat Korintus (1Kor. 14:8).
Dan mengajarkan jemaat agar tidak melarangnya (1Kor.
14:39).
• Kata-kata Paulus: “bahasa roh akan berhenti” (1Kor. 13:8),
tidak mengacu pada berhentinya bahasa roh pada masa ia
hidup, namun pada saat Yesus datang kembali. Ini yaitu
saat orang-orang percaya akan bertemu dengan Allah muka
dengan muka, dan karena itu, tidak lagi perlu berbahasa
roh.
• Hingga kelak Yesus datang kembali, karunia-karunia rohani,
termasuk berbahasa roh, akan terus mempunyai peranan
yang penting. Alkitab mengajarkan kita bahwa saat Ia
datang kembali, bahasa roh akan berhenti, seperti juga
karunia bernubuat dan pengetahuan, memberikan jalan
kepada “yang sempurna” (1Kor. 13:8-12).
• Paulus menjelaskan mengenai kasih karena ini yaitu
masalah khusus yang dihadapi Gereja Korintus. Jemaat
mempunyai karunia-karunia rohani yang berbeda-beda,
termasuk karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh,
namun sayangnya tidak dilakukan dengan kasih. Kepada
mereka, Paulus mengingatkan bahwa kasih lebih besar
daripada bahasa roh, dan kasih itu tidak berkesudahan.
Saat mengatakan hal ini, ia tidak bermaksud bahwa hanya
kasih yang dibutuhkan, atau berbahasa roh sama sekali
tidak diperlukan, namun yang ia maksudkan, keduanya
harus berjalan beriringan.
Kesalahpahaman 16
Menghadapi pertanyaan mengenai bahasa roh, Paulus menunjukkan
bahwa karunia ini yaitu karunia yang kecil dan terbatas (1Kor. 14:1,
4, 19, 22; 12:29, 30).
John H. Pickford (hal. 40)
251
Apa kata Alkitab?
• Tidak seperti Pickford, Alkitab tidak memberikan referensi
apa-apa mengenai karunia-karunia “kecil”: semuanya
dibutuhkan untuk membangun jemaat (1Kor. 12:7-11, 29,
30). Paulus memberikan analogi tubuh manusia dan gereja
yang seluruh jemaatnya mempunyai peran masing-masing,
dan perlu bekerja sama untuk mencapai kebaikan bersama
(1Kor. 12:14-22; Ef. 4:16).
• Walaupun Paulus mendorong jemaat Gereja Korintus
untuk mengejar karunia bernubuat, ia juga membicarakan
tentang perlunya berbahasa roh (1Kor. 14:18, 39). Ia tidak
meninggikan satu karunia dan merendahkan yang lain.
Malah ia mendorong mereka untuk berbahasa roh, namun
menambahkan bahwa mereka harus mengejar karunia-
karunia lainnya, seperti bernubuat, yang dapat membangun
jemaat (1Kor. 14:4-5).
9.6 Penafsiran Alkitab dari 1 Korintus 14
Orang-orang Kristen yang meyakini bahwa berbahasa roh yaitu
salah satu karunia yang kurang penting dari sekian banyak karunia
rohani, seringkali mengutip 1 Korintus pasal 12 dan 14. Namun
apabila kita membaca pasal-pasal ini dengan hati-hati, kita melihat
bahwa Paulus membedakan dengan jelas antara berbahasa roh yang
menandakan baptisan Roh Kudus dengan karunia khusus untuk
berkata-kata dalam bahasa roh.
Jadi apabila kita ulangi, ada karunia berbahasa roh yang menyertai
baptisan Roh Kudus, dan merupakan tanda baptisan Roh Kudus (Kis.
2:4; 10:44-46; 19:6). Bila tanda ini tidak ada, kita dapat menyimpulkan
bahwa seseorang belum menerima Roh Kudus. Paulus merujuk pada
karunia ini saat ia membicarakan dirinya sendiri “berdoa dengan
bahasa roh” (1Kor. 14:14) atau “berdoa dengan rohku” (1Kor. 14:15).
Bahasa roh diucapkan kepada Allah, dan bukan kepada manusia, dan
karena itu tidak membutuhkan p