ada usaha kita sendiri, dan berapa
besar bergantung pada karunia Allah. Namun kita harus menyadari
bahwa kita tidak dapat sekedar mengandalkan diri kita sendiri, karena
kita memerlukan pertolongan Roh Kudus (1Kor. 9:27; Flp. 4:13). Sama
seperti kita harus mempunyai iman untuk dibenarkan oleh karunia
Allah, kita juga harus memperlihatkan iman dalam Tuhan, dengan
berjuang untuk hidup kudus dengan pertolongan Roh Kudus (Flp.
2:12f).
Iman yang sejati yaitu iman yang diikuti dengan perbuatan.
Kita tidak dapat menganggap diri kita beriman kepada Allah bila
kepercayaan kita tidak diwujudkan dalam hidup kita, atau bila tidak
ada perbedaan antara kita dengan orang-orang yang tidak
percaya. Kita tidak dapat mengira bahwa Allah sendiri akan mengurusi
kekudusan kita – kekudusan dan pengudusan yaitu hal yang harus
kita kejar dalam Kristus, dengan pertolongan Roh Allah (2Kor. 7:1).
5.4 Roh Kudus dan keselamatan
5.4.1 Definisi keselamatan
Apa artinya diselamatkan? Dari Alkitab, keselamatan dapat
dijelaskan dengan beberapa cara: pembasuhan dosa-dosa kita melalui
darah Yesus (Kis. 22:16; Ef. 1:7; 1Yoh. 1:7-9); diangkat ke atas bersama
Tuhan ke dalam Kerajaan-Nya di sesudah dunia ini berakhir (1Tes. 4:17;
2Tim. 4:18); benar di hadapan Allah (Rm. 8:33); bersandar pada Roh
Kudus untuk mengalahkan dosa (Rm. 7:24-25; 8:2); mendapatkan
112
kemerdekaan sepenuhnya (Yoh. 8:36; 2Kor. 3:17); menikmati berkat
terbesar, yaitu kehidupan kekal (Mat. 25:34; Yoh. 3:16).
5.4.2 Roh Kudus diperlukan untuk mendapatkan keselamatan
kerajaan Allah disediakan bagi orang-orang benar (Mat. 13:43);
dan gereja yaitu “kumpulan orang benar” (Mzm. 1:5). Hanya apabila
dosa-dosa kita diampuni, barulah kita dapat menjadi bagian dalam
gereja Allah. Saat baptisan air, dosa-dosa kita diampuni melalui
kesaksian dan pekerjaan Roh Allah (Yoh. 20:22-23; 1Yoh. 5:6-8). Roh
bekerja untuk mengampuni dosa-dosa dan membenarkan kita (Yoh.
20-22-23). namun mendapatkan pengampunan dosa dan dibenarkan
dalam Kristus hanyalah langkah-langkah awal dalam perjalanan
menuju surga.
Banyak orang Kristen mempunyai pemahaman yang keliru,
bahwa keselamatan yaitu peristiwa “sekali untuk selamanya”, yang
didapatkan secara instan, begitu mereka mengakui Yesus Kristus
sebagai Tuhan mereka. Namun Alkitab mengajarkan hal yang berbeda
kepada kita (Kis. 5:1-11; 8:13; Mat. 7:21; Gal. 5:19-21), jadi kita jangan
sampai disesatkan dengan pandangan umum ini. Mengakui Kristus
tidak sama dengan keselamatan; dan keselamatan oleh iman tidak
sama dengan keselamatan dengan pengakuan. Pengudusan kita yang
menuju keselamatan dalam Kristus, yaitu sebuah proses seumur
hidup, bukan peristiwa satu kali.
Hal ini digambarkan dengan baik dalam perjalanan bangsa Israel
selama empat puluh tahun di padang gurun, yang dimaksudkan untuk
menguji dan membentuk iman mereka kepada Allah. Hanya mereka
yang memperlihatkan iman yang berkemenangan yang dapat masuk
ke tanah Kanaan (Bil. 32:11-12). Begitu juga sesudah pembenaran
kita melalui baptisan, kita harus menyelesaikan perjalanan iman kita
menuju kemenangan. Kadang-kadang dalam perjalanan kita harus
menghadapi berbagai macam ujian yang dirancang untuk memurnikan
iman kita, seperti emas yang dimurnikan dengan api. Namun jalan
pengudusan oleh Roh ini yaitu hal yang harus kita lalui sebagai orang
Kristen (2Tes. 2:13; Kis. 14:22).
Yesus mengajarkan kita, untuk masuk ke dalam kerajaan Allah,
kita harus dilahirkan kembali secara rohani. Ia berkata, “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia
113
tidak dapat melihat kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Walaupun pertobatan
menandai langkah pertama yang menuju kelahiran kembali dalam
Kristus, pertobatan tidaklah sama dengan dilahirkan kembali
sepenuhnya. Yesus menjelaskan secara khusus bahwa kita harus
dilahirkan kembali dari air dan Roh, yaitu menerima baptisan air dan
baptisan Roh Kudus (Yoh. 3:5; Tit. 3:5).
Dalam percakapan antara Yesus dengan Nikodemus dalam kitab
Yohanes pasal 3, kita dapat mengambil kesimpulan yang jelas dan
kuat: baptisan Roh Kudus yaitu sebuah syarat mendasar untuk dapat
masuk ke dalam kerajaan surga. Mereka yang belum menerima Roh
Kudus yaitu sama seperti lima anak dara yang bodoh yang dicatat
dalam Matius 25, yang tidak memiliki minyak pada lampu mereka.
Karena itu, saat Tuhan Yesus datang kembali untuk menjemput orang-
orang kudus, kita tentunya tidak mau kedapatan tidak siap. Baik dalam
perumpamaan anak dara dan ayat-ayat lain dalam Alkitab, minyak
yaitu simbol dan lambang Roh Kudus. Bila kita belum menerima Roh
Kudus pada saat Yesus datang kembali, Ia akan menjawab kita, “Aku
tidak mengenal kamu” (Mat. 25:8, 11-12). Roh Kudus memastikan
status kita sebagai anak Allah, dan kita memerlukan Dia untuk
menerima warisan surgawi kita (Yoh. 1:33; Rm. 8:15; Gal. 4:6).
Alkitab mengatakan, “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki
hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”
(1Yoh. 5:12). Jadi Yesus Kristus, Anak Allah, harus tinggal di dalam diri
seseorang agar ia mempunyai kehidupan di dalam dirinya. Ini hanya
dapat diwujudkan melalui Roh Kudus, karena Alkitab mengatakan
kepada kita, bahwa Roh Kudus yaitu Roh Anak Allah (Gal. 4:6).
Pendeknya, bila kita tidak mempunyai Roh Kudus, kita tidak mempunyai
hidup Yesus dalam diri kita.
Rasul Paulus mendorong kita untuk dipimpin oleh Roh (Gal.
5:25), karena Roh Kudus membebaskan kita dari sifat dosa yang ada
dalam diri kita (Rm. 8:2) dan memberikan kehidupan rohani kepada
kita. Nabi Yehezkiel berbicara untuk Tuhan, “Aku akan memberikan
Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup” (Yeh. 37:14). Kita harus
ingat bahwa kerajaan Allah yaitu kerajaan untuk mereka yang hidup,
bukan untuk orang mati.
Kita dapat melihat pentingnya baptisan Roh Kudus dari catatan-
catatan pelayanan para rasul. Contohnya, kita mengetahui bahwa
Petrus dan Yohanes melakukan perjalanan yang jauh, dari Yerusalem
hingga Samaria, hanya untuk menumpangkan tangan kepada orang-
114
orang percaya agar mereka menerima Roh Kudus (Kis. 8:14-17). Begitu
juga, perhatian pertama Rasul Paulus begitu bertemu dengan murid-
murid dari Efesus, yaitu apakah mereka telah menerima Roh Kudus.
saat mengetahui bahwa mereka belum menerima Roh Kudus, Paulus
menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 19:1-2, 6). Dari sini dan
catatan-catatan lain dalam Alkitab, kita mengetahui bahwa Roh Kudus
yaitu hal yang penting bagi keselamatan orang percaya.
5.5 Roh Kudus memulihkan status kita sebagai anak-anak Allah
Allah menciptakan Adam dan Hawa sesuai dengan gambar dan
rupa-Nya untuk menjadi anak-anak-Nya (Luk. 3:38). Namun saat
mereka memberontak melawan perintah-Nya, Allah mengusir mereka
keluar dari Taman Eden. Pada titik ini, Adam dan Hawa kehilangan
status mereka sebagai anak-anak Allah (Kej. 3:24). Barulah sesudah itu,
saat Allah memilih Israel dari antara segala bangsa di bumi sebagai
umat kudus-Nya, Ia memanggil mereka sebagai anak-anak-Nya (Ul.
14:1-2). Sayangnya mereka tidak berhasil hidup seturut dengan status
mereka saat mereka kemudian menolak Kristus (Yoh. 1:11; ref. 8:41).
Untungnya Alkitab memperlihatkan jalan agar orang dapat
kembali menjadi anak Allah. Dicatat di dalam Alkitab, sesudah Yesus
dibaptis di Sungai Yordan, Roh Kudus turun kepada-Nya dan Bapa
surgawi mengakui Dia sebagai Anak-Nya (Mat. 3:16-17). Yohanes
Pembaptis melihat Roh Kudus turun ke atas Yesus sebagai burung
merpati, dan memberikan kesaksian atas status Yesus sebagai Anak
Allah (Yoh. 1:32-34). Kejadian ini memberitahukan kepada kita, bahwa
untuk memulihkan status kita sebagai anak Allah, kita juga harus
menerima Roh Kudus.
Walaupun Yesus yaitu Allah yang mengambil wujud manusia, Ia
menerima baptisan air dan juga baptisan Roh Kudus untuk memenuhi
seluruh kebenaran. Dengan cara ini, Ia memperlihatkan kepada kita
bagaimana kita dapat memulihkan status kita sebagai anak Allah (Gal.
4:4-5). Roh Kudus yaitu “Roh Anak Allah” dan “Roh keanakan”. Rasul
Paulus berkata, “Dan karena kamu yaitu anak, maka Allah telah
menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba,
ya Bapa! "” (Gal. 4:6). Ia menambahkan, “Sebab kamu tidak menerima
roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, namun kamu
telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh
itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama
115
dengan roh kita, bahwa kita yaitu anak-anak Allah” (Rm. 8:15-16).
Dari perkataan Pauus, kita melihat bahwa Roh Kudus memberikan
kesaksian bahwa kita yaitu anak-anak Allah.
5.6 Roh Kudus memberi jaminan warisan surgawi
Warisan yaitu harta yang disisihkan oleh orangtua kepada anak-
anak mereka. Di masa lalu, warisan yaitu hak (Luk. 15:12). Sebagai
anak-anak Allah, kita juga kelak menerima warisan dari Allah, selama
kita mempunyai Roh Kudus. Roh Kudus menjadi saksi bersama roh
kita bahwa kita yaitu anak-anak Allah, dan mempunyai hak atas
warisan kita (Rm. 8:16-17; Gal. 4:6-7).
Warisan kita telah dipersiapkan bagi kita oleh Allah sejak
penciptaan alam semesta (Mat. 25:34). Warisan ini kekal (1Ptr. 1:4)
dan layak dikejar walau dengan mengorbankan segala-galanya di
dunia (Mat. 16:26; Flp. 3:7-8). Hal ini sangat berbeda dengan warisan
duniawi kita yang terbatas, yang terdiri dari hal-hal materi yang dapat
kita lihat. Alkitab mengingatkan kita bahwa hal-hal materi yang dapat
kita lihat ini yaitu fana, sementara hal-hal yang tidak dapat kita
lihat yaitu kekal (2Kor. 4:18). Walaupun kita menghabiskan seluruh
waktu kita di bumi untuk mengumpulkan harta kekayaan, kita akan
meninggalkannya dan pergi dari dunia ini dengan tangan hampa (Pkh.
5:15-16). Inilah yang ingin disampaikan Raja Salomo saat ia berkata
bahwa hidup yaitu kesia-siaan dan tanpa arti. Lebih lagi, betapa pun
mulia warisan duniawi kita, saat Yesus datang kembali, semuanya
akan dihancurkan dengan api (2Ptr. 3:10-11). namun warisan yang
telah disiapkan Tuhan kepada kita jauh melampaui segala kemuliaan
harta duniawi.
Paulus berkata, “Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan
kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian
dalam kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian
dalam apa yang tidak binasa” (1Kor. 15:50). Yesus berkata, “Apa yang
dilahirkan dari daging, yaitu daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh,
yaitu roh” (Yoh. 3:6). kerajaan Allah bersifat rohani: darah dan daging
tidak dapat masuk ke dalam kerajaan ini. Dalam daging, kita terbatas
dan menderita belenggu, seperti semua ciptaan ada di dalam belenggu
(Rm. 8:18ff). Namun begitu kita menerima Roh Kudus, kita dilahirkan
kembali. Roh Kudus memberikan kita kehidupan, dan memungkinkan
kita menerima apa yang rohani.
116
Rasul Paulus memberitahukan kita, bahwa Roh Kudus yaitu
“jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan” (Ef. 1:14). Bahasa Yunani untuk “jaminan” yaitu arrabon,
yang juga dapat diterjemahkan sebagai “kepastian”. Umumnya kata ini
digunakan untuk menunjukkan sebuah “janji”1. Jadi Roh Kudus yaitu
janji dari Allah, bahwa satu hari nanti kita akan menerima warisan
surgawi.
5.7 Roh Kudus memberikan pengharapan yang hidup
Sebagai orang Kristen, harapan kita yaitu menerima warisan yang
telah disediakan bagi kita di surga (1Ptr. 1:4). Namun di banyak waktu,
kita kehilangan pandangan akan harapan ini. sesudah Yesus ditangkap,
murid-murid kehilangan harapan mereka dan melarikan diri dengan
gentar. Bahkan Petrus, yang pernah dengan berani menyatakan dirinya
siap mati demi Yesus, akhirnya menyangkal Yesus tiga kali (Luk. 22:33;
54-62). Mengapa mereka kehilangan keberanian yaitu karena mereka
tidak lagi memegang janji Yesus di hati mereka.
sesudah Yesus naik ke surga, murid-murid membutuhkan Roh
Kudus untuk menyalakan kembali harapan mereka. saat Roh Kudus
yang telah dijanjikan turun pada hari Pentakosta, mereka menerima
kekuatan rohani yang sangat hebat untuk memperbarui harapan itu
(Kis. 2:1-4). Dari sejarah gereja awal, kita tahu bahwa mereka tetap
teguh sejak saat itu, bahkan saat menghadapi penganiayaan dan
kematian (Kis. 4:19-20; 7:55-60; 12:1-2).
Hari ini, percaya dengan injil dapat menjadi tantangan yang sulit
bagi orang-orang. Mereka mungkin mempertanyakan bagaimana
orang dapat memastikan pesan-pesan dalam Alkitab ini benar, atau
apakah kerajaan surga sungguh-sungguh ada. Logika manusia dan
rasionalisasi dapat mendorong mereka menolak injil. Namun Allah,
oleh hikmat-Nya, telah menghapus segala keraguan. Ia membuat
gereja dapat melihat dan mengalami kuasa dan karunia-Nya. Melalui
tanda-tanda mujizat dan pengurapan Roh Kudus, kita mempunyai
bukti bahwa janji-janji yang tertera di dalam Alkitab itu nyata.
Kesaksian tentang Roh Kudus sangatlah penting. Yesus
memberitahukan murid-murid-Nya, “namun benar yang Kukatakan
ini kepadamu: yaitu lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu,
117
namun jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7).
“Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh. 14:3).
Walaupun hampir 2000 tahun telah lewat sejak Roh Kudus pertama-
tama turun di hari Pentakosta, kita yang telah menerima Roh Kudus di
masa hujan akhir ini dapat memahami dan menghubungkannya dengan
kejadian-kejadian yang dicatat dalam Kisah Para Rasul. Dan dengan
Roh Kudus yang hidup di dalam diri kita, kita juga dapat mempunyai
pengharapan yang hidup yang dimiliki oleh murid-murid Yesus.
5.8 Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran
Kebenaran memerdekakan dan menguduskan kita (Yoh. 8:32;
17:17). Kebenaran sangat berhubungan dengan perjalanan rohani
kita. Jika kita ingin dipenuhi dengan harapan keselamatan, kita perlu
mengerti kebenaran. Karena itu, kebenaran yaitu bagian pertama
dalam perlengkapan senjata Allah yang disebutkan Paulus dalam
Efesus 6. Kita harus mempersiapkan diri kita dengan kebenaran agar
kita dapat menghadapi si jahat (Ef. 6:13-14).
Apakah kebenaran? Kebenaran terdiri dari firman yang
disampaikan oleh Allah (Mzm. 119:43; Yoh. 17:17). Kebenaran yaitu
ukuran yang Allah gunakan untuk menghakimi umat manusia (Rm.
2:2). Bagi orang Kristen, kebenaran yaitu pelita bagi kaki mereka
dan terang bagi jalan mereka (Mzm. 119:105). Dengan bersandar pada
kebenaran, kita dapat memahami dengan lebih baik jalan manakah
yang kita harus ambil dalam kehidupan, dan tidak tersesat (Mzm.
25:4-5; ref. Ams. 14:12).
Nabi Yesaya pernah mengomentari ketidakmampuan umat
pilihan Allah dalam mengerti kebenaran, “Maka bagimu penglihatan
dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila
itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan:
"Baiklah baca ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat, sebab
kitab itu termeterai"” (Yes. 29:11). Kata-kata ini menunjukkan bahwa
hanya Tuhan yang dapat memperlihatkan kebenaran melalui Roh
Kudus, karena Allah yaitu Roh dan firman-Nya yaitu roh (Yoh. 4:24;
6:63). Tanpa Roh Kudus yang membukakan, kebenaran rohani yang
dalam akan tersembunyi dari mata kita (Gal. 1:11; 6:63).
118
Untuk lebih memahami pentingnya Roh Allah untuk menolong kita
mengerti kebenaran, kita dapat meneliti sebagian penglihatan Yohanes
dari kitab Wahyu. Dalam penglihatannya, Yohanes melihat kebenaran
Allah, yaitu firman-Nya, seperti “sebuah gulungan kitab, yang ditulisi
sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh
meterai” (Why. 5:1). Ini memberitahukan kita bahwa misteri terdalam
di Alkitab tidak ditemukan di permukaan, namun diperlihatkan dalam
roh. Alkitab berkata bahwa Firman Allah yaitu roh dan kehidupan
(Yoh. 6:63; 2Kor 3:6). Jadi, melampaui arti hurufiah, selalu ada sebuah
arti dalam roh yang penting bagi kehidupan rohani kita. Kita dapat
mempelajari dan mengingat seluruh ayat Alkitab, namun bila firman itu
tidak berakar dalam diri kita melalui kuasa Roh Kudus, itu semua tidak
memberikan kita kehidupan.
Dalam Wahyu 5 kita melihat bahwa gulungan kitab itu
dimeteraikan dengan tujuh meterai (Why. 5:1). Ini berarti pewahyuan
Allah dimeteraikan sepenuhnya, tidak ada orang yang dapat
memahaminya. Bila kita terus membaca, kita melihat bahwa Anak
Domba (Yesus) mempunyai kuasa untuk membuka gulungan itu
dan memperlihatkan isinya (5:5). Wahyu 5:6 menyebutkan Yesus
mempunyai tujuh Roh Allah, yang melambangkan kepenuhan Roh
Kudus (diwakili dengan angka tujuh). Jadi ayat ini menggambarkan
dengan jelas bagaimana pengertian rohani yang dalam hanya dapat
kita lihat bila kita melihat melampaui arti hurufiah firman Allah. Lebih
penting lagi, ini mengajarkan bahwa kita harus penuh dengan Roh
Allah untuk membuka gulungan kitab yang termeterai, yaitu untuk
menerima kebenaran Allah sepenuhnya.
Saat Ia melayani di bumi, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya
akan pentingnya Roh Kudus untuk memahami kebenaran. Yesus
berkata, “namun Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh
Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah
Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26). Ia juga berkata, “Masih banyak hal
yang harus Kukatakan kepadamu, namun sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. namun apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan
memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan
berkata-kata dari diri-Nya sendiri, namun segala sesuatu yang didengar-
Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan
kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:12-13).
Banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang mengajarkan kita mengenai
peran Roh Kudus dalam memahami kebenaran-kebenaran rohani.
119
Beberapa ayat yang penting yaitu :
“Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu
terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain.
namun sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala
sesuatu—dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta—dan sebagaimana
Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap
tinggal di dalam Dia.”
1 Yohanes 2:27
“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam
Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak
pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, namun oleh dorongan
Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”
2 Petrus 1:20-21
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang
pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan
perkataan kebenaran itu.”
2 Timotius 2:15
Dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa Roh Kudus sendiri-lah
yang menuntun kita ke dalam kebenaran, karena hanya Roh Allah
yang mempunyai kebenaran sepenuhnya (1Kor. 2:10-11). Hari ini
tak terhitung banyaknya gereja yang mencari kebenaran di dalam
Alkitab, namun mereka tampaknya mendapatkan pemahaman yang
berbeda mengenai kebenaran. Tidak ada dua gereja yang mempunyai
pandangan yang sama, dan ini membuktikan bahwa hikmat pengertian
manusia tidak cukup untuk memahami kebenaran.
Sesungguhnya pesan Alkitab tidak pernah berubah, namun kita
memerlukan Roh Kudus untuk membuka mata kita untuk melihatnya.
Maka menemukan gereja sejati yang disertai oleh Roh Allah sangatlah
penting, karena hanya Dia yang dapat menuntun kita sepenuhnya ke
dalam pengetahuan kebenaran. Roh Kudus mempunyai kuasa untuk
membawa kita melampaui hikmat duniawi dan pengertian yang
sempit.
120
5.9 Roh Kudus memberi kuasa
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia berkata kepada murid-murid-Nya,
“Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. namun
kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan
kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). Roh Kudus memberikan
kuasa kepada kita, menguatkan kita di saat-saat kelemahan, dan
memampukan kita bertahan dalam ujian kehidupan.
5.9.1 Kuasa untuk menjadi saksi Kristus
“namun kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas
kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh
Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Kisah Para Rasul 1:8
Dari Alkitab, kita melihat sebuah perbedaan dramatis pada murid-
murid, sebelum dan sesudah hari Pentakosta. Sebelum menerima Roh
Kudus, mereka: melarikan diri dari Tuhan Yesus saat Ia ditangkap
(Mrk. 14:50-52); takut menjadi saksi atau mengakui Tuhan Yesus
di hadapan orang (Mat. 26:69-75); tidak berani bertemu di depan
umum (Yoh. 20:19). sesudah menerima Roh Kudus, mereka mampu:
mengabarkan Firman Allah dengan berani dan bersaksi mengenai
kebangkitan Yesus (Kis. 2:24-36); 3:15, 26; 4:10-13, 31); mempunyai
keberanian menghadapi penganiayaan, dan bahkan bersukacita saat
mereka dipandang layak untuk menderita untuk Tuhan (Kis. 4:18-20;
5:17-32, 40-41).
Gereja pada hari ini membutuhkan pekerja-pekerja dengan hati
dan sikap seperti para rasul, yang bersedia menderita demi Allah
dan mempunyai keberanian untuk menjadi saksi-Nya. Kepenuhan
Roh Kudus memungkinkan hal ini. Alkitab mengingatkan kita,
“Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab
Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (1Ptr. 4:14; ref. Mat.
5:10-12).
Dari Lukas 24:49 dan Kisah Para Rasul 1:8, kita mengetahui
bahwa kuasa Roh Kudus tidak dapat dikesampingkan untuk melakukan
pengabaran injil dengan efektif. Rasul Paulus berkata, “Sebab kerajaan
Allah bukan terdiri dari perkataan, namun dari kuasa” (1Kor. 4:20).
121
Hari ini kita mungkin mempunyai ketetapan untuk bersaksi bagi
Tuhan, namun mendapati diri kita kekurangan kuasa rohani. Alasannya
mungkin karena kita tidak cukup bersandar kepada Tuhan, atau karena
kita lebih percaya dalam pengetahuan dan kemampuan kita. Hasilnya
yaitu ketidakmampuan dalam menuntun orang lain kepada Yesus
Kristus dan pertobatan sejati. Rasul Paulus mengetahui dengan baik
kebutuhan kuasa rohani ini dalam pelayanannya. Ia menyatakan, “Baik
perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-
kata hikmat yang meyakinkan, namun dengan keyakinan akan kekuatan
Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia,
namun pada kekuatan Allah” (1Kor. 2:4-5).
5.9.2 Kuasa untuk menghadapi dosa
Yesus mengajarkan kita pendekatan yang tepat untuk menghadapi
seorang saudara atau saudari dalam Kristus yang melakukan dosa:
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata.
Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang
lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah
soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan
jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah
atau seorang pemungut cukai.”
Matius 18:15-17
Namun tampaknya seringkali kita tidak menghadapi dosa
dengan cara yang tepat: kita dengan cepat menghakimi orang lain,
dan melakukannya tanpa belas kasihan. Dan biasanya kita lebih cepat
dalam membicarakan dosa orang lain ketimbang mengakui dosa-dosa
kita sendiri. Namun kita tidak dapat membiarkan atau menutup-nutupi
dosa, terutama dosa kita sendiri. Sebaliknya, kita harus menghadapinya
dengan kuasa dan hikmat Roh Kudus.
Nabi-nabi Allah, dan banyak orang-orang kudus di masa Perjanjian
Lama mempunyai keberanian untuk menghadapi orang-orang untuk
menegur dosa-dosa mereka melalui gerakan Roh Allah. Mikha berkata,
“namun aku ini penuh dengan kekuatan, dengan Roh TUHAN, dengan
keadilan dan keperkasaan, untuk memberitakan kepada Yakub
122
pelanggarannya dan kepada Israel dosanya” (Mi. 3:8). Begitu juga
Elihu, dia digerakkan dalam roh untuk menunjukkan kesalahan Ayub
dengan berkata,
“Akupun hendak memberi sanggahan pada giliranku,
akupun akan mengemukakan pendapatku.
Karena aku tumpat dengan kata-kata,
semangat yang ada dalam diriku mendesak aku.
Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan
hawa,
seperti kirbat baru yang akan meletup.
Aku harus berbicara, supaya merasa lega,
aku harus membuka mulutku dan memberi sanggahan.
Aku tidak akan memihak kepada siapapun
dan tidak akan menyanjung-nyanjung siapapun.”
Ayub 32:17-21
Demikian juga para rasul, yang penuh dengan Roh Kudus,
mempunyai keberanian untuk menegur orang-orang Yahudi karena
telah menyeret Yesus kepada Pilatus untuk disalibkan (Kis. 3:13).
Mendengar kesaksian para rasul yang sangat kuat, banyak orang-orang
Yahudi yang dahulu menolak Yesus, bertobat dan menerima baptisan
(Kis. 2:22-41; 3:13-19; 4:4). Demikian juga, Rasul Paulus mendapatkan
kuasa untuk menegur Petrus saat ia membeda-bedakan jemaat dari
bangsa-bangsa lain (Gal. 2:11-14). Hari ini kita juga memerlukan Roh
Allah untuk memberikan hikmat dan kuasa kepada kita untuk mampu
menghadapi dosa.
5.9.3 Kuasa untuk melakukan mujizat
Dalam pelayanan-Nya, Yesus melakukan banyak mujizat,
mengherankan orang-orang dengan kuasa-Nya. Ia memulihkan
penglihatan orang buta, menyembuhkan orang lumpuh, mentahirkan
orang-orang kusta, memulihkan pendengaran orang tuli, dan
membangkitkan orang mati (Mat. 11:5). Yesus juga meredakan badai
(Mat. 8:24-27), mengusir setan (Mrk. 5:2-20) dan berjalan di atas air
(Luk. 14:24-27). Lukas mencatat, “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus
ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu” (Luk.
4:14). Rasul Paulus juga menulis, “Allah mengurapi Dia dengan Roh
Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat
123
baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab
Allah menyertai Dia” (Kis. 10:38). Dari sini kita mengetahui bahwa
Yesus mempunyai kuasa untuk melakukan mujizat karena Ia dipenuhi
dengan Roh Kudus.
Namun Yesus tidak mengatakan hanya Ia saja yang mempunyai
kuasa Roh Kudus untuk melakukan mujizat. Sebelum naik ke surga,
Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Tanda-tanda ini akan menyertai
orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi
nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka
minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan
meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”
(Mrk. 16:17-18).
Yesus menyuruh murid-murid-Nya tidak meninggalkan Yerusalem
sebelum menerima kuasa dari Roh Kudus (Kis. 1:4-5; Luk. 24:49).
Mereka menuruti petunjuk-Nya, menunggu dan berdoa di kota
Yerusalem. saat akhirnya mereka menerima Roh Kudus, mereka
dapat melakukan banyak mujizat (Kis. 3:2-8; 5:1-12; 8:6-8; 9:32-42;
13:9-12; 16:16-18; 28:3-6). Kuasa ini juga ada pada Rasul Paulus,
yang menyatakan, “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang
sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus
olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan,
oleh perkataan dan perbuatan” (Rm. 15:18). Mujizat-mujizat ini
menjadi saksi kebenaran injil yang diberikan rasul-rasul (Mrk. 16:20;
Kis. 14:3; Ibr. 2:4).
Hari ini gereja juga membutuhkan kuasa besar yang sama untuk
memberi kesaksian kebenaran. Karena itu kita harus memohon kuasa
dari Roh Kudus.
5.9.4 Kuasa untuk mendapatkan pembaruan rohani
Dosa hidup di dalam hati manusia (Rm. 7:17). Di dalamnya kita
seringkali melihat sebuah pertempuran rohani antara baik dan jahat
(Gal. 5:17). Bahkan sesudah kita dipanggil dan percaya kepada Tuhan,
dan dosa-dosa kita disucikan dengan darah Yesus, dosa dan kejahatan
dapat diam di dalam menunggu waktu untuk menyerang. Karena itu
sesudah dibaptis dengan air, kita harus terus menerus mengandalkan
124
Roh Kudus untuk diperbarui secara rohani (Tit. 3:5) dan menjadi
sebuah ciptaan baru di dalam Kristus (2Kor. 5:17).
Melalui Nabi Yehezkiel Allah berpesan kepada kita:
“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam
batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di
dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala
ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan
melakukannya.”
Yehezkiel 36:26-27
Apakah kita dapat membuang diri kita yang lama dan hidup dalam
kehidupan baru untuk Kristus, ditentukan dalam ruang kecil pada hati
kita. Alkitab berkata, hati memancarkan kehidupan (Ams. 4:23). Dalam
Perjanjian Baru, hukum Allah tidak lagi ditulis dengan tinta atau pada
sebongkah batu; namun ditulis di dalam hati kita oleh Roh Kudus (2Kor.
3:3).
Kita seringkali beranggapan bahwa Rasul Paulus yaitu orang
Kristen yang sempurna. Namun apabila kita membaca surat-suratnya,
kita melihat bahwa ia, seperti kita, harus berjuang melawan sifat dosa
yang ada di dalam dirinya. Ia menulis:
“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada
di dalam aku, namun bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa
yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa
yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika
aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, namun dosa yang diam di dalam aku.”
Roma 7:18-20
Namun Paulus menemukan pemecahan masalah untuk menghadapi
perjuangan batinnya: “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan
kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Rm. 8:2).
Pemecahan masalahnya yaitu Roh Kudus, yang membuatnya mampu
hidup dalam kehidupan yang baru dalam Kristus. Karena itu kita juga
harus mengejar kepenuhan Roh Kudus. Sifat baru yang diciptakan
seturut dengan rupa Allah dalam kebenaran sejati dan kekudusan (Ef.
4:24), hanya dapat diwujudkan apabila kita dipenuhi oleh Roh Kudus.
125
Maka Rasul Paulus berdoa, “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan
kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di
dalam batinmu” (Ef. 3:16)
Berikut ini yaitu nubuat Nabi Yesaya mengenai saat keharmonisan
dan keindahan Taman Eden dipulihkan:
“Serigala akan tinggal bersama domba
dan macan tutul akan berbaring di samping kambing.
Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama,
dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput
dan anaknya akan sama-sama berbaring,
sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung
dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular
beludak.
Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh
gunung-Ku yang kudus,
sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN,
seperti air laut yang menutupi dasarnya.”
Yesaya 11:6-9
Serigala, macan tutul, singa, beruang dan ular tedung yaitu
binatang-binatang buas; mereka mewakili orang-orang yang
mempunyai sifat kuat dan agresif. Berbeda dengan anak kambing,
anak lembu, anak kecil, anak menyusu dan cerai susu yaitu orang-
orang yang lemah lembut. Nubuat ini memberitahukan kita, bahwa di
dalam gereja Allah, mereka yang dahulu yaitu orang yang keras, dapat
hidup dalam damai dan harmoni dengan mereka yang lemah lembut.
Kuasa rohani yang bekerja mengubah hati umat percaya dan membawa
kedamaian dalam kehidupan mereka bersama-sama, berasal dari Roh
Kudus.
5.10 Roh Kudus menengahi untuk kita
Doa yaitu garis hidup kita kepada Allah, sehingga kita dapat
bersekutu dengan-Nya. Doa yaitu rahasia di balik kehidupan rohani
yang berlimpah. Tanpa doa, hidup akan menjadi seperti sebuah sungai
tanpa jembatan, dan tidak ada jalan menuju ke seberang. Seperti
ranting-ranting yang terpisah dari pokok anggur akan layu dan mati,
126
begitu juga kehidupan rohani kita akan kering dan mati, apabila
kita meninggalkan persekutuan dengan Tuhan Yesus (Yoh. 15:5-6).
Kehidupan kita didasari oleh Yesus, dan karena itu janganlah kita
memisahkan diri kita dari Dia.
Rasul Paulus mendorong kita untuk berkata “seorang kepada yang
lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi
dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Ef. 5:19). Ia juga
menasihati, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
namun nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Semakin
banyak berkat yang kita terima dari Allah, semakin kita patut berterima
kasih kepada-Nya; semakin kita mengingat dosa-dosa kita di masa lalu,
sepatutnya semakin keras kita berusaha untuk tidak menyakiti Roh
Kudus. Doa bukanlah sesuatu yang rumit: yang tinggal kita lakukan
yaitu menghadap Allah dengan ketulusan dan kerendahan hati, dan
mencurahkan segenap hati kita kepada-Nya (Mzm. 62:8).
Alkitab menjelaskan dua jenis doa: doa dalam pengertian dan doa
dalam Roh yang diucapkan dalam bahasa roh. Rasul Paulus yang dapat
berdoa dengan dua cara ini, menjelaskan dua jenis doa ini: “Sebab jika
aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, namun
akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku
akan berdoa dengan rohku, namun aku akan berdoa juga dengan akal
budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, namun aku akan
menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku” (1Kor. 14:14-15).
Doa dalam pengertian mempunyai peran yang tepat dalam ibadah
seorang Kristen. Namun doa ini mempunyai keterbatasan: kita tidak
selalu mampu mencurahkan apa yang ada dalam hati kita melalui kata-
kata, dan kadang-kadang kita tidak tahu bagaimana, atau apa yang
kita doakan. Namun Allah, dengan hikmat-Nya memberikan kita cara
berdoa yang lebih baik, yaitu dalam Roh.
Paulus menjelaskan apa maksudnya berdoa dalam Roh:
“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita
tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; namun Roh sendiri
berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak
terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud
Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk
orang-orang kudus.”
Roma 8:26-27
127
Di sini Paulus menggunakan kata “kelemahan” untuk menyebutkan
pengabaian atau pengertian yang kurang dalam kehendak Allah pada
orang-orang percaya, khususnya pada masa-masa sulit (lihat Roma
8:17). Istilah Yunani untuk “membantu” pada teks asli Alkitab yaitu
sunantilambano, yang secara hurufiah berarti “tempat berpegang
yang ada di sisi untuk mendapat pertolongan” atau “menolong secara
umum”2. Kata kerja untuk “berdoa untuk” yaitu huperentunchano,
yang berarti “mengajukan permohonan” atau “menengahi atas nama
yang lain”3. Jadi kita melihat bahwa Paulus sedang menjelaskan peran
Roh Kudus dalam menengahi.
Paulus menggunakan kata “demikian juga” pada awal ayat
Roma 8:26-27 untuk menunjukkan sebuah hubungan dengan Roma
8:19-25. Ia juga membuat hubungan lain antara dua ayat ini melalui
penggunakan kata kerja “mengeluh”. Contohnya, ia berkata, “Dan bukan
hanya mereka saja, namun kita yang telah menerima karunia sulung Roh,
kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan
sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Rm. 8:23). Serupa dengan
ayat ini, ayat 19 hingga 22 membicarakan keluhan segala mahluk; ayat
23 hingga 25 membicarakan keluhan orang-orang percaya; sementara
ayat 26 hingga 27 membicarakan keluhan Roh Kudus demi kita. Kata-
kata Paulus memusatkan perhatian pada kenyataan bahwa manusia
mempunyai sangat banyak sebab dalam penderitaan rohani. Akar
masalahnya dapat ditarik kembali kepada dosa Adam dan Hawa, dan
akibat kutukan Allah terhadap umat manusia (Kej. 3:17).
Orang-orang Kristen sudah lama menuai segala akibat-akibat
kutukan Allah ini, seperti berjerih lelah untuk mencari makan, dan
kepedihan-kepedihan kehidupan. Selain kesusahan dalam hidup
sehari-hari, orang-orang Kristen juga rentan terhadap penderitaan
yang disebabkan karena perjuangan dalam perjalanan rohani:
penganiayaan karena percaya pada Kristus (Rm. 8:17-18), pertempuran
antara keinginan roh dan keinginan daging (Gal. 5:17; Rm. 7:15), daya
tarik duniawi yang penuh dosa (1Yoh. 2:16), ujian-ujian dari Allah
(Ayb. 23:10), dan masih banyak lagi. Karena semua penderitaan ini,
kita menanti-nantikan harinya Yesus Kristus datang kembali untuk
membebaskan kita dari belenggu, mengubah kita dan memperbarui
diri kita menjadi mahluk rohani (Rm. 8:21; 1Kor. 15:42-54; 1Tes.
4:16-17). Kita berharap untuk memasuki kemuliaan kekal kerajaan
Allah dalam roh, tidak ada lagi kepahitan dan kepedihan, dan Allah
menghapus semua air mata kita (Why. 7:17; 21:4).
128
Dalam perjalanan rohani masing-masing, kita semua telah
mengalami masa-masa keputusasaan rohani. Mungkin kita merasa
berat hati karena kelemahan-kelemahan kita, atau tidak mampu
membebaskan diri dari belenggu sifat kedagingan dan dosa kita.
Di saat-saat lain, kita mungkin tidak tahu bagaimana berdoa, atau
mendoakan hal-hal yang salah, seperti uang, ketenaran, dan kekuasaan.
Namun bersyukur, kita dapat menyelami dorongan dari Rasul Paulus,
untuk bersandar pada Roh Kudus. Roh Kudus yaitu Penasihat kita
yang menengahi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak dapat
diungkapkan dengan kata-kata, dan menolong kita mendoakan apa
yang benar-benar kita butuhkan. Allah menerima penengahan Roh,
karena hal itu seturut dengan kehendak-Nya. Jadi apabila kita berdoa
dalam Roh, kita harus berdoa dengan sangat dalam agar Allah dapat
menyelidiki lubuk hati kita, karena Ia tahu bahwa tubuh kita yaitu
bait-Nya (1Kor. 2:10; 6:19).
Untuk mereka yang belum menerima Roh Kudus, kita masih dapat
berbicara dengan Allah melalui doa dalam pengertian. Namun kita juga
harus tekun meminta janji Roh Kudus-Nya, sehingga Ia dapat datang ke
dalam hati kita untuk menengahi bagi kita, dan menolong kita berdoa
seturut dengan kehendak-Nya.
5.11 Kesimpulan
Kesimpulannya, Roh Kudus memainkan peranan penting dalam
perjalanan iman dan keselamatan dari semua orang percaya:
• Roh Kudus membenarkan kita (1Kor. 6:11).
• Roh Kudus membantu kita dikuduskan dalam Kristus (Rm.
15:16; 2Tes. 2:13; 1Ptr. 1:2).
• Baptisan Roh Kudus merupakan syarat penting untuk
masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh. 3:5).
• Roh Kudus memberi kesaksian atas status kita sebagai
anak-anak Allah (Rm. 8:15-16; Gal. 4:6).
• Roh Kudus menjamin warisan surgawi kita (Ef 1:14) dan
bangkit untuk hidup kekal (Rm. 8:11; 2Kor. 5:1-5).
• Roh Kudus yaitu kekuatan di balik setiap pengharapan
orang Kristen (1Ptr. 1:4; Yoh. 16:7; 2Kor. 5:1-5; Rm. 15:13;
Gal. 5:5).
• Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran (Yoh.
14:26; 16:12-13; 1Kor. 2:10-11; 1Yoh. 2:27).
129
• Roh Kudus memberi kita kuasa (Luk. 24:49; Kis. 1:8; 4:31;
Rm. 15:18; Ef. 3:16).
• Roh Kudus membantu kita dalam berdoa (Rm. 8:26–27;
1Kor. 14:14-15; Ef. 6:18; Yud. 20).
Pekerjaan Roh Kudus yaitu sebuah tema penyokong Alkitab, yang
mencatat pekerjaan-Nya sejak penciptaan hingga akhir dunia, dari
Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu. Alkitab memperlihatkan betapa
luasnya pekerjaan Roh Kudus sepanjang sejarah umat manusia.
Dalam bab ini, kita akan melihat bagaimana Roh Kudus telah bekerja
dengan berbagai cara selama masa Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Walaupun ada beberapa segi dalam pekerjaan-Nya yang dengan
jelas mencakup kedua masa ini, kita dapat memperlihatkan segi-segi
ini secara umum dengan jalan berikut ini.
Pada masa Perjanjian Lama, pelayanan Roh Kudus meliputi:
• Menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:2; Ayb. 26:13; 33:4;
Mzm. 104:30)
• Memberikan petunjuk dan ajaran (Neh. 9:20)
• Memberikan hikmat (Kej. 41:38-39; Kel. 31:2-6; Ul. 34:9;
Dan. 4:8-18; 5:11-16)
• Memberi para pekerja kuasa untuk menjalani tugas-tugas
khusus (Hak. 14:6; 15:14-15)
• Memberikan nubuat (2Taw. 20:14-17; Yeh. 11:24-25; Luk.
2:25-35)
• Memberikan dorongan (2Taw. 15:1-7; 24:20-22; Neh. 9:30;
Mi. 3:8; Za. 7:12)
• Turun ke atas pada nabi, raja, imam, dan orang-orang yang
dipilih secara khusus (1Sam. 16:13).
Pada masa Perjanjian Baru, pelayanan Roh Kudus meliputi:
• Menjadi saksi bagi Yesus (Yoh. 15:26; Kis. 5:32)
• Memuliakan Yesus (Yoh. 16:14)
• Membawa orang mengenal Yesus (1Kor. 12:3)
• Mendorong kelahiran kembali secara rohani (Yoh. 3:5)
131
• Memberikan anugerah kepada orang-orang percaya (Ibr.
10:29)
• Memperingatkan orang-orang percaya saat mereka
menyimpang dari iman (Why. 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22)
• Memberikan sukacita rohani (Luk. 10:21; Kis. 13:52; Rm.
14:17; 1Tes. 1:6)
• Membawa Filipus pergi (Kis. 8:39-40)
• Memberikan mimpi dan penglihatan (Kis. 2:17; 7:55; Why.
4:2; 17:3; 21:10)
• Memberikan nubuat (Kis. 2:18; 11:27-28; 20:23; 21:4, 10-
14)
• Menghibur orang-orang percaya (Kis. 9:31)
• Membangkitkan orang mati pada akhir zaman (Rm. 8:11)
Pekerjaan Roh Kudus dalam penciptaan, di dalam gereja, dan di
setiap kehidupan orang percaya sungguh ajaib. Secara terus menerus
Ia bekerja, dan cakupan pekerjaan-Nya tidak terukur. Kita hanya dapat
menjelaskan sebagian kecil bagian pekerjaan Roh.
6.2 Roh Kudus menginsafkan dunia akan dosa
6.2.1 Roh Kudus melanjutkan pekerjaan Yesus
“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: yaitu lebih berguna bagi
kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak
akan datang kepadamu, namun jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus
Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan
dosa, kebenaran dan penghakiman.”
Yohanes 16:7-8
Kata “menginsafkan” dalam Yohanes 16:8 berasal dari kata
Yunani elencho, sebuah akar kata yang berarti “menginsafkan” dan
“membuktikan salah”1. Kata ini menyampaikan sesuatu yang membuat
seseorang menyadari dosa-dosanya dan membuatnya merasa malu.
Yesus menggunakan istilah yang sama dalam Yohanes 3:20, saat Ia
berkata bahwa terang “menyingkapkan” atau “menginsafkan” orang-
orang jahat atas perbuatan mereka, dan juga dalam Yohanes 8:46, saat
Ia bertanya pada para pemimpin agama, siapakah yang menuduh atau
“menginsafkan”-Nya atas dosa.
132
Dosa, kebenaran dan penghakiman yaitu tema-tema utama
dalam sebagian besar iman beragama. Namun bagaimana sebuah
agama menjelaskan dan menghadapinya akan menentukan sifat
mendasarnya. Sebelum Roh Kudus dicurahkan (ref. yoh. 7:39; 16:7),
orang-orang tidak dapat memahami dosa, kebenaran dan penghakiman
sepenuhnya. Jadi apakah yang dimaksud Yesus, saat Ia berkata
bahwa Roh Kudus akan “menginsafkan” dunia akan dosa, kebenaran
dan penghakiman?
Berbicara secara rohani, pekerjaan penginsafan Roh Kudus
meneruskan pelayanan Yesus di bumi. Yesus berkata, “Dan inilah
hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, namun manusia
lebih menyukai kegelapan dari pada terang” (Yoh. 3:19). Yesus juga
berkata, “Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu;
akan namun Dia, yang mengutus Aku, yaitu benar, dan apa yang
Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia” (Yoh.
8:26). Sepanjang pelayanan-Nya, Yesus menginsafkan banyak orang
akan dosa-dosa mereka, akan kebenaran dan akan penghakiman. Dan
sesudah Ia terangkat ke surga, Ia meneruskan pekerjaan-Nya melalui
Roh Kudus. Jadi Roh Kudus tidak hanya berperan sebagai pembela kita,
membela hak-hak kita di hadapan Allah, namun juga berperan sebagai
penuntut hati nurani kita, agar kita menyadari dosa-dosa kita.
Walaupun ada perbedaan dalam pekerjaan Yesus dan Roh Kudus,
dari Alkitab kita mengetahui bahwa Yesus dan Roh Kudus yaitu satu
(Yoh. 14:17f, 23; ref. “tinggal di tengah kita” dalam Yoh. 1:14). Karena itu
Yesus seringkali berbicara atas nama Roh Kudus dan Bapa. Contohnya,
Ia menunjukkan kepada murid-murid-Nya bahwa Roh Kudus akan
segera datang dan hidup di dalam hati orang-orang melalui perkataan
“Aku akan datang kepadamu” (Yoh. 14:18), dan “Jika seorang mengasihi
Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan
Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia”
(Yoh. 14:23).
6.2.2 Menginsafkan manusia akan dosa
“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa… karena
mereka tetap tidak percaya kepada-Ku.”
Yohanes 16:8-9
133
Ketidakpercayaan kepada Yesus yaitu akar dari banyak dosa
(Rm. 1:28-32). Malah dosa ini dapat dilihat sebagai dosa yang paling
besar (Yoh. 8:24; 15:22, 24) karena beberapa alasan:
Pertama, Yesus datang ke dunia untuk memberi kesaksian tentang
kebenaran. Maka orang-orang tidak mempunyai alasan untuk tidak
percaya. Jadi apabila kita mengeraskan hati dan menolak karunia-Nya
saat kita mendengar firman-Nya, kita tidak mempunyai pembelaan
di hari penghakiman (Yoh. 15:22; 12:48; ref. Yoh. 9:39-41; Rm. 3:20;
4:15).
Kedua, sepanjang pelayanan-Nya, Yesus melakukan banyak tanda
dan mujizat. Semua ini dimaksudkan untuk menginsafkan dunia
atas dosa (Yoh. 15:24) karena tanda dan mujizat ini bersaksi akan
kekuasaan ilahi-Nya sebagai utusan Allah. Karena itu, Yesus menegur
orang-orang yang melihat mujizat-Nya namun tetap tidak mau percaya
dan bertobat, mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat berdiri di
hari penghakiman (Mat. 11:20-24).
Ketiga, Allah telah mencurahkan Roh Kudus-Nya. Alkitab berkata,
bahwa bukti menerima Roh Kudus, yaitu berbahasa roh, yaitu sebuah
tanda bagi orang-orang yang belum percaya (Kis. 10:45; 1Kor 14:22).
Bukti ini memberikan kesaksian bahwa Allah sungguh nyata dan maha
ada. Ini yaitu kebenaran yang dipegang teguh oleh para rasul sejak
hari Pentakosta (Kis. 2:4; 10:44-46; 11:15). Roh Kudus juga memberi
kesaksian bahwa Yesus telah dibangkitkan dari kematian, naik ke
surga, dan akan datang kembali untuk menerima kita ke dalam rumah
surgawi kita (Yoh. 16:7; 14:1-3). Siapa yang mengetahui karunia dan
kesaksian Roh Kudus ini, namun mengeraskan hati mereka dan tidak
mau percaya, akan didakwa oleh Roh karena mengabaikan keselamatan
Yesus yang mulia dan ajaib (Ibr. 2:3-4).
Injil kerajaan Allah, tanda dan mujizat Yesus, dan pencurahan Roh
Kudus, semuanya memberikan kesaksian nyata bahwa Yesus yaitu
Kristus, Juruselamat umat Allah. Siapa yang percaya di dalam-Nya,
tidak akan binasa, namun mendapatkan hidup kekal; namun siapa yang
tidak percaya, sudah menghadapi hukuman (Yoh. 3:16-19).
Zaman ini tidak jauh berbeda dengan zaman para rasul seperti yang
mungkin dikira orang: bila di jaman dahulu ada orang-orang yang tidak
mau percaya dalam Yesus, maka tentu ada orang-orang yang saat ini
juga demikian. Sebagian besar orang tidak akan berpandangan bahwa
tidak percaya Yesus sudah merupakan dosa. Sebaliknya, segala usaha
untuk mengabarkan berita tentang Yesus cenderung mengakibatkan
reaksi negatif. Kita tampaknya sedang berjalan menuju masyarakat
yang semakin sekular. Sebagian besar orang mungkin tidak punya
pengertian apa pun tentang apakah dosa. Paling banter orang mungkin
hanya dapat memandang beberapa tindakan sebagai perbuatan yang
“salah” bila mereka melawan rasa moralitas mereka masing-masing.
Bila demikian, maka kebenaran telah menjadi masalah perorangan dan
bersifat subyektif. Namun hati nurani manusia tidak dapat menyadari
bahwa ketidakpercayaan kepada Yesus yaitu dosa, dan bahkan yaitu
dosa terbesar.
Pekerjaan Roh Kudus sangat penting karena Ia membuat orang
mampu menyadari dosa-dosa karena ketidakpercayaannya. Kita
melihat hal ini digambarkan dengan baik di hari Pentakosta, saat
Roh Kudus dicurahkan: Petrus berdiri, bukan untuk menginsafkan
orang-orang Yahudi karena hidup cacat moral, namun karena tidak
mau percaya kepada Yesus Kristus. Ia memperingatkan mereka akan
bahaya menolak Dia di hadapan saksi Roh Kudus (Kis. 2:22-24, 32-26).
Roh Kudus menginsafkan mereka yang mendengar, memilukan hati
mereka dan mendorong mereka untuk bertanya bagaimana caranya
agar mereka dapat diselamatkan (Kis. 2:37). Hal dramatis yang terjadi
yaitu ditambahkannya tiga ribu jiwa ke dalam kumpulan umat Allah
pada hari itu (Kis. 2:41).
6.2.3 Menginsafkan manusia akan kebenaran
“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan… kebenaran,
karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi.”
Yohanes 16:8, 10
Yesaya 53 menggambarkan Yesus sebagai hamba Allah yang
menderita. Yesaya menubuatkan bahwa tidak ada bagian dalam
penampilan Yesus yang dapat mengundang rasa hormat kepada-Nya.
Ia akan dihina dan ditolak (Yes. 53:1-3; 2Kor 5:16) karena musuh-
musuh Yesus, terutama para pemimpin agama Yahudi, menuduh-
Nya melakukan hal-hal yang tidak benar: menghujat Allah (Mrk. 2:7;
Mat. 26:63-66); tidak menguduskan hari Sabat (Yoh. 5:18); dirasuki
setan (Yoh. 8:48, 52), menghasut orang-orang (Luk. 23:2,5), dan
seorang berdosa (Yoh. 9:24). Pada akhirnya mereka berkomplot untuk
menyerahkan Yesus kepada penguasa Romawi untuk dihukum mati di
kayu salib (Yes. 53:4).
135
Apakah kebenaran? Bagi sebagian orang, kebenaran yaitu rasa
moralitas yang relatif, seperti saat seseorang melihat sesuatu itu
“benar”. Yang lain mendasarkan kebenaran mereka pada ukuran luar.
Contohnya, mereka yang mengajukan tuduhan-tuduhan terhadap
Yesus, melakukannya berdasarkan pemahaman mereka mengenai
Hukum Taurat. Mereka mengira mereka mengetahui apakah
kebenaran berdasarkan hukum ini (Luk. 18:9-14; Flp. 3:4-6). Namun
Hukum Taurat membuat mereka cenderung merasa benar menurut
diri mereka sendiri; padahal sebenarnya kebenaran mereka hanyalah
sekedar penampilan luar saja (Mat. 6:1-2, 5, 16).
Lawan-lawan Yesus tidak menyadari bahwa kebenaran sejati
berarti lebih dari sekedar mengikuti serentetan peraturan dan hukum.
Yesus mengajarkan bahwa syarat kebenaran Allah jauh dari sekedar
melakukan Hukum Taurat secara hurufiah, apalagi bila itu dilakukan
dengan hati yang jahat (Mat. 5:20). Kebenaran kita dalam Kristus
yaitu dari Allah, bukan dari kita sendiri (Rm. 10:3).
Untuk mewujudkan kebenaran Allah, Yesus Kristus menumpahkan
darah-Nya di kayu salib (Rm. 3:25). Tindakan ini, disertai dengan iman
kita dalam Yesus untuk mendapatkan keselamatan, yaitu pesan
mendasar dalam injil. (Rm. 1:17). Yesus mati, dibangkitkan, dan naik
ke surga, untuk menunjukkan bahwa Ia benar, dan Ia datang untuk
membawa kebenaran kepada kita (Kis. 3:14-15; 1Yoh. 2:1; Rm. 4:25;
8:33-34). Apabila Yesus dilahirkan dari dosa, melalui kehendak daging,
ia tidak memenuhi syarat untuk mengemban dosa-dosa kita, karena
Ia tidak berbeda dengan umat manusia. Namun Yesus dilahirkan dari
seorang perempuan perawan, dan dikandung oleh Roh Kudus; karena
itu Ia tidak dikandung dalam dosa, dan menjadi Anak Domba yang
layak untuk menanggung dosa-dosa kita. Karena itulah hanya Yesus
yang dapat menjadi Perantara dan Juruselamat kita yang benar, untuk
mendamaikan kita kepada Allah (2Kor. 5:21).
Kebenaran Yesus berbeda dari kebenaran melalui Hukum Taurat.
Kebenaran-Nya didasarkan pada kuasa-Nya sendiri dan perkenanan
dari Allah. Ini karena Ia menyerahkan jiwa raga-Nya sepenuhnya kepada
Allah, untuk dilakukan kepada-Nya seturut dengan kehendak-Nya
(Ibr. 10:5). Kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus menunjukkan
betapa Allah tidak dapat mengutuk seorang yang benar, yang dengan
rela menyerahkan nyawa-Nya demi orang-orang berdosa (Flp. 2:-6-8;
1Ptr. 3:18). Kebenaran yang ditemukan dalam Hukum Taurat berasal
dari memegang Hukum, tradisi, dan seterusnya (Mat. 15:1-6). Namun
136
kebenaran sejati tidak dapat diperoleh menurut daging; kebenaran
harus diperoleh dalam Roh (Rm. 8:4).
sesudah Yesus naik ke surga, Roh Kudus turun pada hari
Pentakosta. Hari ini kita tidak lagi dapat melihat-Nya secara fisik, namun
oleh pengungkapan Roh Kudus, kita dapat mengenali Yesus sebagai
kebenaran Allah dan sumber kebenaran kita. Yang lebih penting lagi,
melalui Dia kita mendapatkan sebuah ukuran kebenaran yang baru.
Dahulu orang mengira mereka dapat memperoleh kebenaran dengan
memegang Hukum Taurat, sementara dalam kenyataan, tidak ada
orang yang dapat memegangnya dengan sempurna. Kebenaran tidak
dapat diperoleh dari memegang Hukum (Rm. 3:12, 28; Gal. 2:16,
21). Kita sekarang mengetahui bahwa kebenaran sejati berasal dari
karunia Allah, dan melalui iman dalam Yesus Kristus (Rm. 3:22-26).
Kesadaran ini hanya dapat dimungkinkan karena Roh Kudus bekerja
menginsafkan orang-orang akan kebenaran.
6.2.4 Menginsafkan manusia akan penghakiman
“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan…penghakiman,
karena penguasa dunia ini telah dihukum.”
Yohanes 16:8, 11
Dahulu Iblis mempunyai kuasa untuk membelenggu dunia dalam
dosa (Yoh. 8:34; 1Yoh. 3:8; 1Yoh. 5:19) dan dalam kuasa kematian
yang berasal dari dosa (Rm. 5:12-14; 6:23). Lebih lagi, ia mempunyai
dasar yang kuat untuk menuduh orang-orang atas ketidakbenaran
mereka. Namun pekerjaannya dihancurkan saat Yesus datang ke dunia
untuk mendamaikan umat manusia dengan Allah (1Yoh. 3:8b; Rm.
8:33-34). Yesus mati di kayu salib, memikul dosa-dosa umat manusia,
dan dibangkitkan (Yes. 53:4-6; Yoh. 19:30; Kol. 2:15; Kis. 2:23-24).
Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Ia menang melawan Iblis
yang mempunyai kuasa kematian (Ibr. 2:14-15; Rm. 6:4-7, 14, 17-18).
Yesus mendapatkan kemenangan melalui ketaatan dan kepatuhan
kepada Allah (Luk. 4:1-12; Mat. 16:21-23; 26:39). Sejak saat itu,
siapa yang tinggal di dalam Dia akan mempunyai kuasa untuk hidup
berkemenangan, mati bagi dosa dan hidup bagi Allah (Rm. 6:8-11).
Melalui Yesus, kita telah dibebaskan dari penghakiman yang datang
dengan dosa, yaitu maut (Rm. 8:2; 8:36).
137
Sebagian besar orang Yahudi percaya bahwa akan ada penghakiman
besar di hari terakhir, namun pandangan mereka akan sifat penghakiman
ini berbeda dengan apa yang ditemukan dalam Alkitab. Mereka percaya
bahwa keselamatan didapatkan melalui memegang Hukum Taurat,
dan Allah memberi imbalan bagi mereka yang mengikuti kebenaran
dalam Hukum. Sejajar dengan kepercayaan ini, orang-orang Yahudi
di masa Kristus merasa dibenarkan saat mereka menghukum mati
Yesus yang menurut mereka telah melanggar tata cara Hukum Taurat
dan menghujat Allah (Yes. 53:4; Yoh. 19:6-7). Namun kebenaran Yesus
di hadapan Allah telah dipastikan secara ilahi dengan kebangkitan dan
kenaikan-Nya ke surga.
Hari ini kita mengetahui bahwa Yesus Kristus dibangkitkan, karena
Roh Kudus telah dicurahkan kepada umat manusia (Kis. 2:29-33). Kita
harus percaya di dalam Dia dan menerima injil-Nya; bila tidak, suatu
hari nanti kita akan dihakimi (Kis. 17:31).
6.3 Roh Kudus membawa orang-orang berdosa kepada Tuhan
Roh Kudus menginsafkan orang atas dosa, kebenaran dan
penghakiman. Namun tujuan-Nya bukan hanya untuk melakukan ini
semua, namun untuk menuntun orang-orang berdosa ke dalam jalan
keselamatan dan ke hadirat Allah. Alkitab memberitahukan kita bahwa
Allah yaitu Allah yang cemburu, dan Nama-Nya yaitu Cemburu (Kel.
34:14). Di hari penghakiman, murka-Nya akan diwujudkan begitu nyata
sehingga orang-orang benar dan keji tidak dapat berdiri di hadapan-
Nya (Rm. 1:18; Why. 6:12-17). Walaupun hari itu belum datang, Allah
telah memberitahukan kita terlebih dahulu bahwa apa yang jahat akan
mendapatkan imbalan yang jahat: ini yaitu sifat keadilan. Karena itu
kita harus memperhatikan penghakiman yang akan datang sesudah
kematian (Ibr. 9:27). Sebagai manusia yang terbelenggu oleh daging
dan dosa, kita tidak dapat menghindari kutukan maut. Namun Allah
telah mempersiapkan jalan keluar untuk kita, sebuah jalan yang
dimungkinkan melalui kuasa Roh Kudus.
Yesus berkata, “Aku yaitu jalan, dan kebenaran dan hidup” (Yoh.
14:6). Jalan keluar dari penghakiman benar Allah dimungkinkan
melalui kematian Yesus di kayu salib. Pada saat mengalami kesakitan
luar biasa, Yesus berseru, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” yang berarti
“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Saat Ia
tergantung di sana, kegelapan datang meliputi daerah itu (Mat. 27:45-
138
46). Hukum keadilan mengharuskan, kejahatan yang lebih besar
mengakibatkan hukuman yang lebih besar; dan kematian Yesus yang
amat sengsara menjadi kesaksian akan parahnya dosa-dosa dunia. Ia
menderita penghakiman kebenaran Allah karena Ia mengasihi dunia
dan bersedia memenuhi keadilan Allah demi kita. Keadaan penyaliban
Yesus yaitu sebuah panggilan agar umat manusia dengan gentar
menyadari, betapa hukuman yang amat ngeri menanti orang-orang
berdosa di neraka. Namun kita juga harus ingat bahwa kasih-Nya dapat
menyelamatkan kita dari keadilan kebenaran Allah, kematian rohani
dan api neraka yang tak pernah padam (Mat. 25:41, 46).
Memahami sepenuhnya kasih dan kemurahan Allah yaitu hal
yang sulit; Ia datang ke dunia untuk mati demi kita dan menyediakan
jalan keluar dari penghakiman. Namun ini bukanlah pertamakalinya
Ia menyelamatkan umat manusia. Di masa Nuh, dunia juga penuh
dengan kejahatan dan kekerasan. Karena dosa-dosa manusia di
masa itu, murka Allah dicurahkan dalam bentuk air bah yang
menenggelamkan seluruh bumi (Kej. 6:11-13, 17). Namun sebelum
air bah itu turun, Ia menyiapkan sebuah jalan keluar bagi orang-orang
benar, memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera, agar
mereka yang masuk ke dalamnya dapat diselamatkan (Kej. 6:18-20;
7:23). Begitu juga di hari-hari terakhir, sebelum dunia dihancurkan
dengan api dan menghadapi hukuman kekal (2Ptr. 3:10; 2Tes. 1:7-9),
Allah telah menyiapkan sebuah jalan keluar: mereka yang percaya
dalam Yesus Krustus akan dapat menghindari kehancuran kekal dan
masuk ke dalam kehidupan kekal (Yoh. 3:16).
Sebagai daging yang berdosa, kita semua akan menuai hukuman
kematian secara fisik, seperti yang ditunjukkan Alkitab, upah dosa
yaitu maut (Rm. 6:23). Namun Allah mengutus Yesus Kristus, yang
tidak berdosa, untuk menanggung dosa-dosa kita. Dengan demikian
Yesus menuai murka Allah ke atas diri-Nya (2Kor. 5:21; Yes. 53:5-6).
Karena itu siapa yang mencari pengungsian di bawah kayu salib dan
bersandar kepada-Nya, dapat menghindari murka Allah (Rm. 5:9).
Roh Kudus memperlihatkan kepada kita jalan keselamatan dan
kemerdekaan dari dosa. Namun lebih lagi dari itu, Ia menuntun kita
untuk bertobat dari dosa-dosa kita (Kis. 11:18) dan menggerakkan
kita untuk mengerti penghakiman Allah yang sekarang. Melalui Roh
Kudus, kita dapat memahami dengan lebih baik kenyataan dosa dan
akibatnya sekarang, sebelum kita berbuat dosa di masa depan. Dengan
begitu, Roh Kudus memegang peran yang tidak dapat diabaikan untuk
menuntun orang-orang berdosa ke hadapan Allah (Kis. 2:37-41).
139
6.4 Roh Kudus mengampuni dosa
“TUHAN yaitu penyayang dan pengasih,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak selalu Ia menuntut,
dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam.
Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita,
dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,
namun setinggi langit di atas bumi,
demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan
Dia;
sejauh timur dari barat,
demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.”
Mazmur 103:8-13
“Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena
iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-
Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu
pada masa kesabaran-Nya.”
Roma 3:25
Melalui pengilhaman Roh Kudus, orang-orang berdosa dapat
bertobat dan berbalik kepada Allah. Seperti Ayah yang mengasihi
anak-Nya, Allah akan mengampuni pelanggaran-pelanggaran anak-
anak-Nya. sesudah berbuat berdosa terhadap Allah, Raja Daud menulis,
“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang
patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:17).
Perjanjian Lama penuh dengan kisah-kisah karunia, kemurahan dan
kesabaran Allah kepada orang-orang berdosa (Neh. 9:26-31).
Dalam Perjanjian Baru, Allah memperlihatkan diri-Nya dalam
rupa manusia, hidup bersama kita di dunia (Yoh. 1:1, 14). Tujuan
kedatangan-Nya sebagai Yesus yaitu untuk memanggil orang-orang
berdosa untuk bertobat (Mat. 9:13). Alkitab berkata, “Sebab Allah
mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya
kepada-Nya, ia tidak akan dihukum” (Yoh. 3:17-18). Hari ini Roh Kudus
meneruskan pelayanan Yesus di bumi melalui gereja, yang yaitu
tubuh Kristus, yang penuh dengan kehadiran-Nya.
Selama ada di bumi, Yesus mengampuni dosa orang-orang,
menyembuhkan yang sakit dan memberikan kedamaian (Mat. 9:2;
140
Luk. 7:48). Bahkan saat Ia menghadapi kematian di kayu salib, Ia tidak
melihat penderitaan-Nya sebagai sebuah prioritas; sebaliknya, Ia
berdoa memohon pengampunan bagi musuh-musuh-Nya (Luk. 23:34;
Yes. 53:12). Kemurahan hati Yesus yaitu sesuatu yang patut kita
teladani: kita perlu mengampuni orang lain, seperti Ia mengampuni
kita.
sesudah kebangkitan Yesus, Ia memberikan kuasa untuk
mengampuni dosa kepada para rasul, penerus pelayanan-Nya di
bumi. Ia mengembusi mereka, berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau
kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu
menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:22-
23). Di sini kita melihat bahwa kuasa untuk mengampuni dosa datang
bersamaan dengan Roh Kudus yang dijanjikan.
Dipercayakan dengan pelayanan pengampunan dosa, para rasul
mulai mengabarkan injil sesudah menerima Roh Kudus pada hari
Pentakosta. Pengampunan dosa terjadi dalam baptisan air melalui
kuasa Roh Kudus dan darah Yesus. Dalam khotbahnya pada hari
Pentakosta, Rasul Petrus menyatakan, “Bertobatlah dan hendaklah
kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus
Kristus untuk pengampunan dosamu” (Kis. 2:38). Begitu juga Ananias
mengatakan kepada Paulus, rasul pilihan Allah, “Dan sekarang,
mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis
dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan” (Kis.
22:16).
Roh Kudus menginsafkan dunia atas dosa, kebenaran dan
penghakiman, menembus kesadaran kita yang gelap. Ia membawa kita
ke hadirat Allah sehingga Ia dapat mengampuni dan membenarkan
kita. Pengampunan Allah hanya dapat terjadi melalui darah Yesus
yang berharga, yang dicurahkan bagi banyak orang (Ef. 1:7). Tidak
ada pengampunan dosa di bawah Hukum Taurat (Ibr. 9:22). Karena
itu pengampunan kita dimungkinkan melalui baptisan air dalam nama
Yesus Kristus, dan Roh memberi kesaksian bahwa darah Yesus yang
berharga ada di dalam air (1Yoh. 5:6-8; Yoh. 19:34-35). Sesungguhnya
Roh Kudus yaitu saksi dan juga penyelenggara pengampunan
dosa dalam baptisan air, karena Dia-lah yang mempunyai kuasa dan
wewenang untuk melakukannya (Yoh. 20:22-23).
Pekerjaan Roh Kudus sedang diwujudkan saat Roh menuntun
orang-orang berdosa untuk datang ke gereja, menerima firman Allah
dan bertobat dari d0sa-dosa mereka (Kis. 2:38). Dalam perumpamaan
141
tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11 dst.), Yesus menggambarkan
bagaimana Bapa surgawi mengampuni orang yang paling berdosa
sekalipun, selama mereka kembali dan bertobat. Yesus berkata bahwa
Allah yaitu Bapa yang penuh kasih dan berbelas kasihan, dengan
menanti-nanti menunggu kembalinya anak-Nya yang sesat.
6.5 Roh Kudus menyelamatkan manusia dari dosa
Orang-orang berdosa ada di bawah kuasa Iblis, dan yaitu budak-
budak dosa (1Yoh. 5:19; Yoh. 8:34). Sebagai orang berdosa, kita tidak
mempunyai kuasa menghadapi dosa; mungkin kita ingin berbuat baik,
namun selalu saja jatuh ke dalam dosa (Rm. 7:15, 19). Ini dikarenakan
kuasa dosa ada di dalam hukum dosa. Sebagai akibatnya, kita mungkin
merasa bersalah karena kenyataan menyedihkan bahwa kita tidak
dapat membebaskan diri dari sifat dosa kita (Rm. 7:17-18, 20), dan
karena kita selalu saja terkunci di dalam peperangan tanpa akhir antara
baik dan jahat yang bertempur di dalam hati kita (Rm. 7:21-23).
Dalam keputusasaan, mungkin kita mendapati diri kita berseru-
seru seperti Rasul Paulus: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang
akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rm. 7:24). Kadang
sepertinya kita perlu berseru-seru sebelum kita dapat menerima
karunia keselamatan Allah. Mungkin begitulah kita harus menyadari
betapa tak berdayanya kita melawan kuasa dosa, sebelum pekerjaan
penyelamatan Roh Kudus dapat mulai dilakukan. Untuk menghadapi
kuasa dosa, kita membutuhkan kuasa yang dapat menang melawan
kuasa hukum dosa; kita membutuhkan kuasa Roh Kudus. Rasul Paulus
menyatakan, “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu
dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Rm. 8:2).
Roma 8:2 yaitu kelanjutan dari Roma pasal 7. Roma 7:25
menunjukkan bahwa hanya Yesus Kristus yang dapat menyelamatkan
orang dari belenggu dosa. Namun dalam Roma 8:2, kelihatannya Paulus
berkata bahwa kuasa Roh kehidupan-lah yang membebaskan kita dari
kuasa dosa dan maut. Apakah ini bertolak belakang? Sama sekali tidak.
Kedua ayat ini saling melengkapi untuk menunjukkan bahwa Yesus
Kristus telah memberikan kuasa dan kekuatan untuk mengampuni
dosa kepada Roh Kudus. Jadi sesudah Roh Kudus menuntun kita
dibaptis ke dalam Kristus, kita dibebaskan dari kuasa dosa. Melalui
Roh kita dapat menemukan kebebasan rohani dalam Kristus (2Kor.
3:17). Jadi sebuah perubahan ajaib terjadi dari Roma 7 hingga Roma
142
8: sebuah perubahan dari belenggu keputusasaan menjadi kebebasan
yang sebenarnya tidak layak kita dapatkan.
Sayang sekali, sebagian besar orang Kristen masih harus melarikan
diri dari kondisi menyedihkan yang diungkapkan dalam Roma pasal
7 ini. Hingga mereka menerima injil sejati, mereka terus hidup tanpa
harapan dan memikul beban belenggu dosa. Mereka masih harus
menemukan kemerdekaan yang dijelaskan Paulus dalam Roma 8.
Kunci kemerdekaan rohani yaitu dengan menempatkan pikiran kita
pada hal-hal Roh, dan merendahkan diri menerima tuntunan Roh (Rm.
5:13; 8:4 dst.) dan pada kuasa pembaruan-Nya (Tit. 3:5).
6.6 Roh Kudus memberikan hidup
Alkitab memberitahukan kita bahwa maut datang melalui dosa
(Rm. 5:12) dan upah dosa yaitu maut (Rm. 6:23). Hubungan antara
dosa dengan maut sudah sangat jelas: dosa yaitu sebab, dan maut
yaitu akibatnya. Maut yaitu kematian fisik yang tidak dapat kita
hindari, yang menanti setiap manusia; namun juga menunjuk pada
kematian rohani.
Alkitab mencatat penglihatan Nabi Yehezkiel tentang tulang-
tulang kering di sebuah lembah. Lembah melambangkan dunia,
sementara tulang-tulang kering yaitu umat Allah yang hidup di
dunia. Mereka tersesat dan tidak punya harapan (Yeh. 37:11). Secara
fisik mereka tampak hidup, namun secara rohani mereka mati (Yeh.
37:1-2; Mat. 8:22). Hanya apabila Roh Allah masuk ke dalam tulang-
tulang itulah, orang-orang dapat hidup kembali dan menjadi pasukan
yang besar (Yeh. 37:4-5, 9-10, 14). Hari ini, lebih dari sebelumnya, kita
membutuhkan kuasa Roh Kudus yang memberikan kehidupan dalam
diri kita, dan dalam gereja kita.
Orang umumnya lebih memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan
kehidupan sehari-hari, sementara mengabaikan pentingnya kehidupan
rohani. Namun Yesus mengajarkan kita, “Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia namun kehilangan nyawanya? Dan apakah
yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26).
Tampak jelas bahwa Tuhan memandang kehidupan rohani seseorang,
yaitu jiwa manusia, lebih penting daripada seluruh dunia, karena
manusia yaitu ciptaan-Nya yang paling mulia. Itulah sebabnya Allah
datang ke dunia dalam rupa manusia untuk mati di kayu salib, untuk
143
menebus umat manusia dengan darah-Nya. Ia telah memberikan kita
berkat kehidupan dan keselamatan yang datang melalui pekerjaan Roh
Kudus (Rm. 8:2). Roh Kudus sendiri-lah, yang membangkitkan orang-
orang mati (Rm. 8:11) dan memberikan kehidupan yang berlimpah
kepada mereka yang tinggal di dalam-Nya (Gal. 5:25; Yoh. 10:10).
6.7 Roh Kudus menghukum dosa
Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa
tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya
dalam nama Anak Tunggal Allah.
Yohanes 3:18
Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam
dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu
akan mati dalam dosamu.
Yohanes 8:24
Sendirian, orang berdosa tidak dapat membebaskan diri mereka
dari cengkeraman dosa. Namun melalui iman dan karunia Allah, Roh
Kudus mengampuni dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita dari
kuasanya. Namun secara kontras Ia menghukum mereka yang tidak
mempunyai iman. Kenyataannya, orang-orang tidak percaya akan tetap
menjadi budak dosa sepanjang hidup mereka, dan mereka akan mati
dalam dosa dan menghadapi penghukuman kekal. Karena itu orang-
orang Kristen mempunyai hutang kasih kepada mereka yang belum
percaya: mereka harus membagikan injil yang telah mereka dengar,
melalui kuasa Roh Allah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia
ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan
terlepas di sorga.
Matius 18:18
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata:
“Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya
diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya
tetap ada.”
Yohanes 20:22-23
144
“Ikat” pada Matius 18:18 berarti “menginsafkan akan dosa”.
“Tetap ada” di Yohanes 20:22-23 serupa dengan hukuman atas dosa
yang disebutkan dalam Matius 18:18. Menurut janji Yesus, Roh Kudus
memberikan murid-murid kuasa untuk menghukum dosa. Namun
kuasa ini ada pada Roh Kudus; para rasul (dan gereja) hanyalah alat
yang digunakan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Roh Kudus-lah yang
membawa orang-orang berdosa ke hadapan Allah, mengampuni dosa
mereka, dan memberikan kemerdekaan rohani dan hidup.