Doktrin roh kudus 4

 


ada usaha kita sendiri, dan berapa 

besar bergantung pada karunia Allah. Namun kita harus menyadari 

bahwa kita tidak dapat sekedar mengandalkan diri kita sendiri, karena 

kita memerlukan pertolongan Roh Kudus (1Kor. 9:27; Flp. 4:13). Sama 

seperti kita harus mempunyai iman untuk dibenarkan oleh karunia 

Allah, kita juga harus memperlihatkan iman dalam Tuhan, dengan 

berjuang untuk hidup kudus dengan pertolongan Roh Kudus (Flp. 

2:12f).

Iman yang sejati yaitu  iman yang diikuti dengan perbuatan. 

Kita tidak dapat menganggap diri kita beriman kepada Allah bila 

kepercayaan kita tidak diwujudkan dalam hidup kita, atau bila tidak 

ada  perbedaan antara kita dengan orang-orang yang tidak 

percaya. Kita tidak dapat mengira bahwa Allah sendiri akan mengurusi 

kekudusan kita – kekudusan dan pengudusan yaitu  hal yang harus 

kita kejar dalam Kristus, dengan pertolongan Roh Allah (2Kor. 7:1).

5.4 Roh Kudus dan keselamatan

5.4.1 Definisi keselamatan

Apa artinya diselamatkan? Dari Alkitab, keselamatan dapat 

dijelaskan dengan beberapa cara: pembasuhan dosa-dosa kita melalui 

darah Yesus (Kis. 22:16; Ef. 1:7; 1Yoh. 1:7-9); diangkat ke atas bersama 

Tuhan ke dalam Kerajaan-Nya di sesudah  dunia ini berakhir (1Tes. 4:17; 

2Tim. 4:18); benar di hadapan Allah (Rm. 8:33); bersandar pada Roh 

Kudus untuk mengalahkan dosa (Rm. 7:24-25; 8:2); mendapatkan 


112

kemerdekaan sepenuhnya (Yoh. 8:36; 2Kor. 3:17); menikmati berkat 

terbesar, yaitu kehidupan kekal (Mat. 25:34; Yoh. 3:16).

5.4.2 Roh Kudus diperlukan untuk mendapatkan keselamatan

kerajaan Allah disediakan bagi orang-orang benar (Mat. 13:43); 

dan gereja yaitu  “kumpulan orang benar” (Mzm. 1:5). Hanya apabila 

dosa-dosa kita diampuni, barulah kita dapat menjadi bagian dalam 

gereja Allah. Saat baptisan air, dosa-dosa kita diampuni melalui 

kesaksian dan pekerjaan Roh Allah (Yoh. 20:22-23; 1Yoh. 5:6-8). Roh 

bekerja untuk mengampuni dosa-dosa dan membenarkan kita (Yoh. 

20-22-23). namun  mendapatkan pengampunan dosa dan dibenarkan 

dalam Kristus hanyalah langkah-langkah awal dalam perjalanan 

menuju surga.

Banyak orang Kristen mempunyai pemahaman yang keliru, 

bahwa keselamatan yaitu  peristiwa “sekali untuk selamanya”, yang 

didapatkan secara instan, begitu mereka mengakui Yesus Kristus 

sebagai Tuhan mereka. Namun Alkitab mengajarkan hal yang berbeda 

kepada kita (Kis. 5:1-11; 8:13; Mat. 7:21; Gal. 5:19-21), jadi kita jangan 

sampai disesatkan dengan pandangan umum ini. Mengakui Kristus 

tidak sama dengan keselamatan; dan keselamatan oleh iman tidak 

sama dengan keselamatan dengan pengakuan. Pengudusan kita yang 

menuju keselamatan dalam Kristus, yaitu  sebuah proses seumur 

hidup, bukan peristiwa satu kali.

Hal ini digambarkan dengan baik dalam perjalanan bangsa Israel 

selama empat puluh tahun di padang gurun, yang dimaksudkan untuk 

menguji dan membentuk iman mereka kepada Allah. Hanya mereka 

yang memperlihatkan iman yang berkemenangan yang dapat masuk 

ke tanah Kanaan (Bil. 32:11-12). Begitu juga sesudah  pembenaran 

kita melalui baptisan, kita harus menyelesaikan perjalanan iman kita 

menuju kemenangan. Kadang-kadang dalam perjalanan kita harus 

menghadapi berbagai macam ujian yang dirancang untuk memurnikan 

iman kita, seperti emas yang dimurnikan dengan api. Namun jalan 

pengudusan oleh Roh ini yaitu  hal yang harus kita lalui sebagai orang 

Kristen (2Tes. 2:13; Kis. 14:22).

Yesus mengajarkan kita, untuk masuk ke dalam kerajaan Allah, 

kita harus dilahirkan kembali secara rohani. Ia berkata, “Aku berkata 

kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia 


113

tidak dapat melihat kerajaan Allah” (Yoh. 3:3). Walaupun pertobatan 

menandai langkah pertama yang menuju kelahiran kembali dalam 

Kristus, pertobatan tidaklah sama dengan dilahirkan kembali 

sepenuhnya. Yesus menjelaskan secara khusus bahwa kita harus 

dilahirkan kembali dari air dan Roh, yaitu menerima baptisan air dan 

baptisan Roh Kudus (Yoh. 3:5; Tit. 3:5).

Dalam percakapan antara Yesus dengan Nikodemus dalam kitab 

Yohanes pasal 3, kita dapat mengambil kesimpulan yang jelas dan 

kuat: baptisan Roh Kudus yaitu  sebuah syarat mendasar untuk dapat 

masuk ke dalam kerajaan surga. Mereka yang belum menerima Roh 

Kudus yaitu  sama seperti lima anak dara yang bodoh yang dicatat 

dalam Matius 25, yang tidak memiliki minyak pada lampu mereka. 

Karena itu, saat  Tuhan Yesus datang kembali untuk menjemput orang-

orang kudus, kita tentunya tidak mau kedapatan tidak siap. Baik dalam 

perumpamaan anak dara dan ayat-ayat lain dalam Alkitab, minyak 

yaitu  simbol dan lambang Roh Kudus. Bila kita belum menerima Roh 

Kudus pada saat Yesus datang kembali, Ia akan menjawab kita, “Aku 

tidak mengenal kamu” (Mat. 25:8, 11-12). Roh Kudus memastikan 

status kita sebagai anak Allah, dan kita memerlukan Dia untuk 

menerima warisan surgawi kita (Yoh. 1:33; Rm. 8:15; Gal. 4:6).

Alkitab mengatakan, “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki 

hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup” 

(1Yoh. 5:12). Jadi Yesus Kristus, Anak Allah, harus tinggal di dalam diri 

seseorang agar ia mempunyai kehidupan di dalam dirinya. Ini hanya 

dapat diwujudkan melalui Roh Kudus, karena Alkitab mengatakan 

kepada kita, bahwa Roh Kudus yaitu  Roh Anak Allah (Gal. 4:6). 

Pendeknya, bila kita tidak mempunyai Roh Kudus, kita tidak mempunyai 

hidup Yesus dalam diri kita.

Rasul Paulus mendorong kita untuk dipimpin oleh Roh (Gal. 

5:25), karena Roh Kudus membebaskan kita dari sifat dosa yang ada 

dalam diri kita (Rm. 8:2) dan memberikan kehidupan rohani kepada 

kita. Nabi Yehezkiel berbicara untuk Tuhan, “Aku akan memberikan 

Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup” (Yeh. 37:14). Kita harus 

ingat bahwa kerajaan Allah yaitu  kerajaan untuk mereka yang hidup, 

bukan untuk orang mati.

Kita dapat melihat pentingnya baptisan Roh Kudus dari catatan-

catatan pelayanan para rasul. Contohnya, kita mengetahui bahwa 

Petrus dan Yohanes melakukan perjalanan yang jauh, dari Yerusalem 

hingga Samaria, hanya untuk menumpangkan tangan kepada orang-


114

orang percaya agar mereka menerima Roh Kudus (Kis. 8:14-17). Begitu 

juga, perhatian pertama Rasul Paulus begitu bertemu dengan murid-

murid dari Efesus, yaitu  apakah mereka telah menerima Roh Kudus. 

saat  mengetahui bahwa mereka belum menerima Roh Kudus, Paulus 

menumpangkan tangan ke atas mereka (Kis. 19:1-2, 6). Dari sini dan 

catatan-catatan lain dalam Alkitab, kita mengetahui bahwa Roh Kudus 

yaitu  hal yang penting bagi keselamatan orang percaya.

5.5 Roh Kudus memulihkan status kita sebagai anak-anak Allah

Allah menciptakan Adam dan Hawa sesuai dengan gambar dan 

rupa-Nya untuk menjadi anak-anak-Nya (Luk. 3:38). Namun saat  

mereka memberontak melawan perintah-Nya, Allah mengusir mereka 

keluar dari Taman Eden. Pada titik ini, Adam dan Hawa kehilangan 

status mereka sebagai anak-anak Allah (Kej. 3:24). Barulah sesudah  itu, 

saat  Allah memilih Israel dari antara segala bangsa di bumi sebagai 

umat kudus-Nya, Ia memanggil mereka sebagai anak-anak-Nya (Ul. 

14:1-2). Sayangnya mereka tidak berhasil hidup seturut dengan status 

mereka saat mereka kemudian menolak Kristus (Yoh. 1:11; ref. 8:41).

Untungnya Alkitab memperlihatkan jalan agar orang dapat 

kembali menjadi anak Allah. Dicatat di dalam Alkitab, sesudah  Yesus 

dibaptis di Sungai Yordan, Roh Kudus turun kepada-Nya dan Bapa 

surgawi mengakui Dia sebagai Anak-Nya (Mat. 3:16-17). Yohanes 

Pembaptis melihat Roh Kudus turun ke atas Yesus sebagai burung 

merpati, dan memberikan kesaksian atas status Yesus sebagai Anak 

Allah (Yoh. 1:32-34). Kejadian ini memberitahukan kepada kita, bahwa 

untuk memulihkan status kita sebagai anak Allah, kita juga harus 

menerima Roh Kudus.

Walaupun Yesus yaitu  Allah yang mengambil wujud manusia, Ia 

menerima baptisan air dan juga baptisan Roh Kudus untuk memenuhi 

seluruh kebenaran. Dengan cara ini, Ia memperlihatkan kepada kita 

bagaimana kita dapat memulihkan status kita sebagai anak Allah (Gal. 

4:4-5). Roh Kudus yaitu  “Roh Anak Allah” dan “Roh keanakan”. Rasul 

Paulus berkata, “Dan karena kamu yaitu  anak, maka Allah telah 

menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, 

ya Bapa! "” (Gal. 4:6). Ia menambahkan, “Sebab kamu tidak menerima 

roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, namun  kamu 

telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh 

itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama 


115

dengan roh kita, bahwa kita yaitu  anak-anak Allah” (Rm. 8:15-16). 

Dari perkataan Pauus, kita melihat bahwa Roh Kudus memberikan 

kesaksian bahwa kita yaitu  anak-anak Allah.

5.6 Roh Kudus memberi jaminan warisan surgawi

Warisan yaitu  harta yang disisihkan oleh orangtua kepada anak-

anak mereka. Di masa lalu, warisan yaitu  hak (Luk. 15:12). Sebagai 

anak-anak Allah, kita juga kelak menerima warisan dari Allah, selama 

kita mempunyai Roh Kudus. Roh  Kudus menjadi saksi bersama roh 

kita bahwa kita yaitu  anak-anak Allah, dan mempunyai hak atas 

warisan kita (Rm. 8:16-17; Gal. 4:6-7).

Warisan kita telah dipersiapkan bagi kita oleh Allah sejak 

penciptaan alam semesta (Mat. 25:34). Warisan ini kekal (1Ptr. 1:4) 

dan layak dikejar walau dengan mengorbankan segala-galanya di 

dunia (Mat. 16:26; Flp. 3:7-8). Hal ini sangat berbeda dengan warisan 

duniawi kita yang terbatas, yang terdiri dari hal-hal materi yang dapat 

kita lihat. Alkitab mengingatkan kita bahwa hal-hal materi yang dapat 

kita lihat ini yaitu  fana, sementara hal-hal yang tidak dapat kita 

lihat yaitu  kekal (2Kor. 4:18). Walaupun kita menghabiskan seluruh 

waktu kita di bumi untuk mengumpulkan harta kekayaan, kita akan 

meninggalkannya dan pergi dari dunia ini dengan tangan hampa (Pkh. 

5:15-16). Inilah yang ingin disampaikan Raja Salomo saat ia berkata 

bahwa hidup yaitu  kesia-siaan dan tanpa arti. Lebih lagi, betapa pun 

mulia warisan duniawi kita, saat  Yesus datang kembali, semuanya 

akan dihancurkan dengan api (2Ptr. 3:10-11). namun  warisan yang 

telah disiapkan Tuhan kepada kita jauh melampaui segala kemuliaan 

harta duniawi.

Paulus berkata, “Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan 

kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian 

dalam kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian 

dalam apa yang tidak binasa” (1Kor. 15:50). Yesus berkata, “Apa yang 

dilahirkan dari daging, yaitu  daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, 

yaitu  roh” (Yoh. 3:6). kerajaan Allah bersifat rohani: darah dan daging 

tidak dapat masuk ke dalam kerajaan ini. Dalam daging, kita terbatas 

dan menderita belenggu, seperti semua ciptaan ada di dalam belenggu 

(Rm. 8:18ff). Namun begitu kita menerima Roh Kudus, kita dilahirkan 

kembali. Roh Kudus memberikan kita kehidupan, dan memungkinkan 

kita menerima apa yang rohani.


116

Rasul Paulus memberitahukan kita, bahwa Roh Kudus yaitu  

“jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu 

penebusan” (Ef. 1:14). Bahasa Yunani untuk “jaminan” yaitu  arrabon, 

yang juga dapat diterjemahkan sebagai “kepastian”. Umumnya kata ini 

digunakan untuk menunjukkan sebuah “janji”1. Jadi Roh Kudus yaitu  

janji dari Allah, bahwa satu hari nanti kita akan menerima warisan 

surgawi.

5.7 Roh Kudus memberikan pengharapan yang hidup

Sebagai orang Kristen, harapan kita yaitu  menerima warisan yang 

telah disediakan bagi kita di surga (1Ptr. 1:4). Namun di banyak waktu, 

kita kehilangan pandangan akan harapan ini. sesudah  Yesus ditangkap, 

murid-murid kehilangan harapan mereka dan melarikan diri dengan 

gentar. Bahkan Petrus, yang pernah dengan berani menyatakan dirinya 

siap mati demi Yesus, akhirnya menyangkal Yesus tiga kali (Luk. 22:33; 

54-62). Mengapa mereka kehilangan keberanian yaitu  karena mereka 

tidak lagi memegang janji Yesus di hati mereka.

sesudah  Yesus naik ke surga, murid-murid membutuhkan Roh 

Kudus untuk menyalakan kembali harapan mereka. saat  Roh Kudus 

yang telah dijanjikan turun pada hari Pentakosta, mereka menerima 

kekuatan rohani yang sangat hebat untuk memperbarui harapan itu 

(Kis. 2:1-4). Dari sejarah gereja awal, kita tahu bahwa mereka tetap 

teguh sejak saat itu, bahkan saat menghadapi penganiayaan dan 

kematian (Kis. 4:19-20; 7:55-60; 12:1-2).

Hari ini, percaya dengan injil dapat menjadi tantangan yang sulit 

bagi orang-orang. Mereka mungkin mempertanyakan bagaimana 

orang dapat memastikan pesan-pesan dalam Alkitab ini benar, atau 

apakah kerajaan surga sungguh-sungguh ada. Logika manusia dan 

rasionalisasi dapat mendorong mereka menolak injil. Namun Allah, 

oleh hikmat-Nya, telah menghapus segala keraguan. Ia membuat 

gereja dapat melihat dan mengalami kuasa dan karunia-Nya. Melalui 

tanda-tanda mujizat dan pengurapan Roh Kudus, kita mempunyai 

bukti bahwa janji-janji yang tertera di dalam Alkitab itu nyata.

Kesaksian tentang Roh Kudus sangatlah penting. Yesus 

memberitahukan murid-murid-Nya, “namun benar yang Kukatakan 

ini kepadamu: yaitu  lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab 

jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, 


117

namun  jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7). 

“Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat 

bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, 

supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh. 14:3).

Walaupun hampir 2000 tahun telah lewat sejak Roh Kudus pertama-

tama turun di hari Pentakosta, kita yang telah menerima Roh Kudus di 

masa hujan akhir ini dapat memahami dan menghubungkannya dengan 

kejadian-kejadian yang dicatat dalam Kisah Para Rasul. Dan dengan 

Roh Kudus yang hidup di dalam diri kita, kita juga dapat mempunyai 

pengharapan yang hidup yang dimiliki oleh murid-murid Yesus.

5.8 Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran

Kebenaran memerdekakan dan menguduskan kita (Yoh. 8:32; 

17:17). Kebenaran sangat berhubungan dengan perjalanan rohani 

kita. Jika kita ingin dipenuhi dengan harapan keselamatan, kita perlu 

mengerti kebenaran. Karena itu, kebenaran yaitu  bagian pertama 

dalam perlengkapan senjata Allah yang disebutkan Paulus dalam 

Efesus 6. Kita harus mempersiapkan diri kita dengan kebenaran agar 

kita dapat menghadapi si jahat (Ef. 6:13-14).

Apakah kebenaran? Kebenaran terdiri dari firman yang 

disampaikan oleh Allah (Mzm. 119:43; Yoh. 17:17). Kebenaran yaitu  

ukuran yang Allah gunakan untuk menghakimi umat manusia (Rm. 

2:2). Bagi orang Kristen, kebenaran yaitu  pelita bagi kaki mereka 

dan terang bagi jalan mereka (Mzm. 119:105). Dengan bersandar pada 

kebenaran, kita dapat memahami dengan lebih baik jalan manakah 

yang kita harus ambil dalam kehidupan, dan tidak tersesat (Mzm. 

25:4-5; ref. Ams. 14:12).

Nabi Yesaya pernah mengomentari ketidakmampuan umat 

pilihan Allah dalam mengerti kebenaran, “Maka bagimu penglihatan 

dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai, apabila 

itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: 

"Baiklah baca ini," maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat, sebab 

kitab itu termeterai"” (Yes. 29:11). Kata-kata ini menunjukkan bahwa 

hanya Tuhan yang dapat memperlihatkan kebenaran melalui Roh 

Kudus, karena Allah yaitu  Roh dan firman-Nya yaitu  roh (Yoh. 4:24; 

6:63). Tanpa Roh Kudus yang membukakan, kebenaran rohani yang 

dalam akan tersembunyi dari mata kita (Gal. 1:11; 6:63).


118

Untuk lebih memahami pentingnya Roh Allah untuk menolong kita 

mengerti kebenaran, kita dapat meneliti sebagian penglihatan Yohanes 

dari kitab Wahyu. Dalam penglihatannya, Yohanes melihat kebenaran 

Allah, yaitu firman-Nya, seperti “sebuah gulungan kitab, yang ditulisi 

sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh 

meterai” (Why. 5:1). Ini memberitahukan kita bahwa misteri terdalam 

di Alkitab tidak ditemukan di permukaan, namun  diperlihatkan dalam 

roh. Alkitab berkata bahwa Firman Allah yaitu  roh dan kehidupan 

(Yoh. 6:63; 2Kor 3:6). Jadi, melampaui arti hurufiah, selalu ada sebuah 

arti dalam roh yang penting bagi kehidupan rohani kita. Kita dapat 

mempelajari dan mengingat seluruh ayat Alkitab, namun  bila firman itu 

tidak berakar dalam diri kita melalui kuasa Roh Kudus, itu semua tidak 

memberikan kita kehidupan.

Dalam Wahyu 5 kita melihat bahwa gulungan kitab itu 

dimeteraikan dengan tujuh meterai (Why. 5:1). Ini berarti pewahyuan 

Allah dimeteraikan sepenuhnya, tidak ada orang yang dapat 

memahaminya. Bila kita terus membaca, kita melihat bahwa Anak 

Domba (Yesus) mempunyai kuasa untuk membuka gulungan itu 

dan memperlihatkan isinya (5:5). Wahyu 5:6 menyebutkan Yesus 

mempunyai tujuh Roh Allah, yang melambangkan kepenuhan Roh 

Kudus (diwakili dengan angka tujuh). Jadi ayat ini menggambarkan 

dengan jelas bagaimana pengertian rohani yang dalam hanya dapat 

kita lihat bila kita melihat melampaui arti hurufiah firman Allah. Lebih 

penting lagi, ini mengajarkan bahwa kita harus penuh dengan Roh 

Allah untuk membuka gulungan kitab yang termeterai, yaitu untuk 

menerima kebenaran Allah sepenuhnya.

Saat Ia melayani di bumi, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya 

akan pentingnya Roh Kudus untuk memahami kebenaran. Yesus 

berkata, “namun  Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh 

Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu 

kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah 

Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26). Ia juga berkata, “Masih banyak hal 

yang harus Kukatakan kepadamu, namun  sekarang kamu belum dapat 

menanggungnya. namun  apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan 

memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan 

berkata-kata dari diri-Nya sendiri, namun  segala sesuatu yang didengar-

Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan 

kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:12-13).

Banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang mengajarkan kita mengenai 

peran Roh Kudus dalam memahami kebenaran-kebenaran rohani. 


119

Beberapa ayat yang penting yaitu :

“Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu 

terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. 

namun  sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala 

sesuatu—dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta—dan sebagaimana 

Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap 

tinggal di dalam Dia.”

1 Yohanes 2:27

“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam 

Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak 

pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, namun  oleh dorongan 

Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”

2 Petrus 1:20-21

“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang 

pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan 

perkataan kebenaran itu.”

2 Timotius 2:15

Dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa Roh Kudus sendiri-lah 

yang menuntun kita ke dalam kebenaran, karena hanya Roh Allah 

yang mempunyai kebenaran sepenuhnya (1Kor. 2:10-11). Hari ini 

tak terhitung banyaknya gereja yang mencari kebenaran di dalam 

Alkitab, namun mereka tampaknya mendapatkan pemahaman yang 

berbeda mengenai kebenaran. Tidak ada dua gereja yang mempunyai 

pandangan yang sama, dan ini membuktikan bahwa hikmat pengertian 

manusia tidak cukup untuk memahami kebenaran.

Sesungguhnya pesan Alkitab tidak pernah berubah, namun  kita 

memerlukan Roh Kudus untuk membuka mata kita untuk melihatnya. 

Maka menemukan gereja sejati yang disertai oleh Roh Allah sangatlah 

penting, karena hanya Dia yang dapat menuntun kita sepenuhnya ke 

dalam pengetahuan kebenaran. Roh Kudus mempunyai kuasa untuk 

membawa kita melampaui hikmat duniawi dan pengertian yang 

sempit.


120

5.9 Roh Kudus memberi kuasa

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia berkata kepada murid-murid-Nya, 

“Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. namun  

kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan 

kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk. 24:49). Roh Kudus memberikan 

kuasa kepada kita, menguatkan kita di saat-saat kelemahan, dan 

memampukan kita bertahan dalam ujian kehidupan.

5.9.1 Kuasa untuk menjadi saksi Kristus

“namun  kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas 

kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh 

Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Kisah Para Rasul 1:8

Dari Alkitab, kita melihat sebuah perbedaan dramatis pada murid-

murid, sebelum dan sesudah hari Pentakosta. Sebelum menerima Roh 

Kudus, mereka: melarikan diri dari Tuhan Yesus saat  Ia ditangkap 

(Mrk. 14:50-52); takut menjadi saksi atau mengakui Tuhan Yesus 

di hadapan orang (Mat. 26:69-75); tidak berani bertemu di depan 

umum (Yoh. 20:19). sesudah  menerima Roh Kudus, mereka mampu: 

mengabarkan Firman Allah dengan berani dan bersaksi mengenai 

kebangkitan Yesus (Kis. 2:24-36); 3:15, 26; 4:10-13, 31); mempunyai 

keberanian menghadapi penganiayaan, dan bahkan bersukacita saat  

mereka dipandang layak untuk menderita untuk Tuhan (Kis. 4:18-20; 

5:17-32, 40-41).

Gereja pada hari ini membutuhkan pekerja-pekerja dengan hati 

dan sikap seperti para rasul, yang bersedia menderita demi Allah 

dan mempunyai keberanian untuk menjadi saksi-Nya. Kepenuhan 

Roh Kudus memungkinkan hal ini. Alkitab mengingatkan kita, 

“Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab 

Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu” (1Ptr. 4:14; ref. Mat. 

5:10-12).

Dari Lukas 24:49 dan Kisah Para Rasul 1:8, kita mengetahui 

bahwa kuasa Roh Kudus tidak dapat dikesampingkan untuk melakukan 

pengabaran injil dengan efektif. Rasul Paulus berkata, “Sebab kerajaan 

Allah bukan terdiri dari perkataan, namun  dari kuasa” (1Kor. 4:20). 


121

Hari ini kita mungkin mempunyai ketetapan untuk bersaksi bagi 

Tuhan, namun  mendapati diri kita kekurangan kuasa rohani. Alasannya 

mungkin karena kita tidak cukup bersandar kepada Tuhan, atau karena 

kita lebih percaya dalam pengetahuan dan kemampuan kita. Hasilnya 

yaitu  ketidakmampuan dalam menuntun orang lain kepada Yesus 

Kristus dan pertobatan sejati. Rasul Paulus mengetahui dengan baik 

kebutuhan kuasa rohani ini dalam pelayanannya. Ia menyatakan, “Baik 

perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-

kata hikmat yang meyakinkan, namun  dengan keyakinan akan kekuatan 

Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, 

namun  pada kekuatan Allah” (1Kor. 2:4-5).

5.9.2 Kuasa untuk menghadapi dosa

Yesus mengajarkan kita pendekatan yang tepat untuk menghadapi 

seorang saudara atau saudari dalam Kristus yang melakukan dosa:

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. 

Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 

Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang 

lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak 

disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah 

soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan 

jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah 

atau seorang pemungut cukai.”

Matius 18:15-17

Namun tampaknya seringkali kita tidak menghadapi dosa 

dengan cara yang tepat: kita dengan cepat menghakimi orang lain, 

dan melakukannya tanpa belas kasihan. Dan biasanya kita lebih cepat 

dalam membicarakan dosa orang lain ketimbang mengakui dosa-dosa 

kita sendiri. Namun kita tidak dapat membiarkan atau menutup-nutupi 

dosa, terutama dosa kita sendiri. Sebaliknya, kita harus menghadapinya 

dengan kuasa dan hikmat Roh Kudus.

Nabi-nabi Allah, dan banyak orang-orang kudus di masa Perjanjian 

Lama mempunyai keberanian untuk menghadapi orang-orang untuk 

menegur dosa-dosa mereka melalui gerakan Roh Allah. Mikha berkata, 

“namun  aku ini penuh dengan kekuatan, dengan Roh TUHAN, dengan 

keadilan dan keperkasaan, untuk memberitakan kepada Yakub 


122

pelanggarannya dan kepada Israel dosanya” (Mi. 3:8). Begitu juga 

Elihu, dia digerakkan dalam roh untuk menunjukkan kesalahan Ayub 

dengan berkata,

“Akupun hendak memberi sanggahan pada giliranku, 

akupun akan mengemukakan pendapatku. 

Karena aku tumpat dengan kata-kata, 

semangat yang ada dalam diriku mendesak aku. 

Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan 

hawa, 

seperti kirbat baru yang akan meletup. 

Aku harus berbicara, supaya merasa lega, 

aku harus membuka mulutku dan memberi sanggahan.

Aku tidak akan memihak kepada siapapun 

dan tidak akan menyanjung-nyanjung siapapun.”

Ayub 32:17-21

Demikian juga para rasul, yang penuh dengan Roh Kudus, 

mempunyai keberanian untuk menegur orang-orang Yahudi karena 

telah menyeret Yesus kepada Pilatus untuk disalibkan (Kis. 3:13). 

Mendengar kesaksian para rasul yang sangat kuat, banyak orang-orang 

Yahudi yang dahulu menolak Yesus, bertobat dan menerima baptisan 

(Kis. 2:22-41; 3:13-19; 4:4). Demikian juga, Rasul Paulus mendapatkan 

kuasa untuk menegur Petrus saat  ia membeda-bedakan jemaat dari 

bangsa-bangsa lain (Gal. 2:11-14). Hari ini kita juga memerlukan Roh 

Allah untuk memberikan hikmat dan kuasa kepada kita untuk mampu 

menghadapi dosa.

5.9.3 Kuasa untuk melakukan mujizat

Dalam pelayanan-Nya, Yesus melakukan banyak mujizat, 

mengherankan orang-orang dengan kuasa-Nya. Ia memulihkan 

penglihatan orang buta, menyembuhkan orang lumpuh, mentahirkan 

orang-orang kusta, memulihkan pendengaran orang tuli, dan 

membangkitkan orang mati (Mat. 11:5). Yesus juga meredakan badai 

(Mat. 8:24-27), mengusir setan (Mrk. 5:2-20) dan berjalan di atas air 

(Luk. 14:24-27). Lukas mencatat, “Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus 

ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu” (Luk. 

4:14). Rasul Paulus juga menulis, “Allah mengurapi Dia dengan Roh 

Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat 


123

baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab 

Allah menyertai Dia” (Kis. 10:38). Dari sini kita mengetahui bahwa 

Yesus mempunyai kuasa untuk melakukan mujizat karena Ia dipenuhi 

dengan Roh Kudus.

Namun Yesus tidak mengatakan hanya Ia saja yang mempunyai 

kuasa Roh Kudus untuk melakukan mujizat. Sebelum naik ke surga, 

Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Tanda-tanda ini akan menyertai 

orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi 

nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru 

bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka 

minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan 

meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” 

(Mrk. 16:17-18).

Yesus menyuruh murid-murid-Nya tidak meninggalkan Yerusalem 

sebelum menerima kuasa dari Roh Kudus (Kis. 1:4-5; Luk. 24:49). 

Mereka menuruti petunjuk-Nya, menunggu dan berdoa di kota 

Yerusalem. saat  akhirnya mereka menerima Roh Kudus, mereka 

dapat melakukan banyak mujizat (Kis. 3:2-8; 5:1-12; 8:6-8; 9:32-42; 

13:9-12; 16:16-18; 28:3-6). Kuasa ini juga ada pada Rasul Paulus, 

yang menyatakan, “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang 

sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus 

olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, 

oleh perkataan dan perbuatan” (Rm. 15:18). Mujizat-mujizat ini 

menjadi saksi kebenaran injil yang diberikan rasul-rasul (Mrk. 16:20; 

Kis. 14:3; Ibr. 2:4).

Hari ini gereja juga membutuhkan kuasa besar yang sama untuk 

memberi kesaksian kebenaran. Karena itu kita harus memohon kuasa 

dari Roh Kudus.

5.9.4 Kuasa untuk mendapatkan pembaruan rohani

Dosa hidup di dalam hati manusia (Rm. 7:17). Di dalamnya kita 

seringkali melihat sebuah pertempuran rohani antara baik dan jahat 

(Gal. 5:17). Bahkan sesudah  kita dipanggil dan percaya kepada Tuhan, 

dan dosa-dosa kita disucikan dengan darah Yesus, dosa dan kejahatan 

dapat diam di dalam menunggu waktu untuk menyerang. Karena itu 

sesudah  dibaptis dengan air, kita harus terus menerus mengandalkan 


124

Roh Kudus untuk diperbarui secara rohani (Tit. 3:5) dan menjadi 

sebuah ciptaan baru di dalam Kristus (2Kor. 5:17).

Melalui Nabi Yehezkiel Allah berpesan kepada kita:

“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam 

batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan 

Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di 

dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala 

ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan 

melakukannya.”

Yehezkiel 36:26-27

Apakah kita dapat membuang diri kita yang lama dan hidup dalam 

kehidupan baru untuk Kristus, ditentukan dalam ruang kecil pada hati 

kita. Alkitab berkata, hati memancarkan kehidupan (Ams. 4:23). Dalam 

Perjanjian Baru, hukum Allah tidak lagi ditulis dengan tinta atau pada 

sebongkah batu; namun  ditulis di dalam hati kita oleh Roh Kudus (2Kor. 

3:3).

Kita seringkali beranggapan bahwa Rasul Paulus yaitu  orang 

Kristen yang sempurna. Namun apabila kita membaca surat-suratnya, 

kita melihat bahwa ia, seperti kita, harus berjuang melawan sifat dosa 

yang ada di dalam dirinya. Ia menulis:

“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai 

manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada 

di dalam aku, namun  bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa 

yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa 

yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika 

aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang 

memperbuatnya, namun  dosa yang diam di dalam aku.”

Roma 7:18-20

Namun Paulus menemukan pemecahan masalah untuk menghadapi 

perjuangan batinnya: “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan 

kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Rm. 8:2). 

Pemecahan masalahnya yaitu  Roh Kudus, yang membuatnya mampu 

hidup dalam kehidupan yang baru dalam Kristus. Karena itu kita juga 

harus mengejar kepenuhan Roh Kudus. Sifat baru yang diciptakan 

seturut dengan rupa Allah dalam kebenaran sejati dan kekudusan (Ef. 

4:24), hanya dapat diwujudkan apabila kita dipenuhi oleh Roh Kudus. 


125

Maka Rasul Paulus berdoa, “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan 

kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di 

dalam batinmu” (Ef. 3:16)

Berikut ini yaitu  nubuat Nabi Yesaya mengenai saat keharmonisan 

dan keindahan Taman Eden dipulihkan:

“Serigala akan tinggal bersama domba 

dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. 

Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, 

dan seorang anak kecil akan menggiringnya. 

Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput 

dan anaknya akan sama-sama berbaring, 

sedang singa akan makan jerami seperti lembu. 

Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung 

dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular 

beludak. 

Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh 

gunung-Ku yang kudus, 

sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, 

seperti air laut yang menutupi dasarnya.”

Yesaya 11:6-9

Serigala, macan tutul, singa, beruang dan ular tedung yaitu  

binatang-binatang buas; mereka mewakili orang-orang yang 

mempunyai sifat kuat dan agresif. Berbeda dengan anak kambing, 

anak lembu, anak kecil, anak menyusu dan cerai susu yaitu  orang-

orang yang lemah lembut. Nubuat ini memberitahukan kita, bahwa di 

dalam gereja Allah, mereka yang dahulu yaitu  orang yang keras, dapat 

hidup dalam damai dan harmoni dengan mereka yang lemah lembut. 

Kuasa rohani yang bekerja mengubah hati umat percaya dan membawa 

kedamaian dalam kehidupan mereka bersama-sama, berasal dari Roh 

Kudus.

5.10 Roh Kudus menengahi untuk kita

Doa yaitu  garis hidup kita kepada Allah, sehingga kita dapat 

bersekutu dengan-Nya. Doa yaitu  rahasia di balik kehidupan rohani 

yang berlimpah. Tanpa doa, hidup akan menjadi seperti sebuah sungai 

tanpa jembatan, dan tidak ada jalan menuju ke seberang. Seperti 

ranting-ranting yang terpisah dari pokok anggur akan layu dan mati, 


126

begitu juga kehidupan rohani kita akan kering dan mati, apabila 

kita meninggalkan persekutuan dengan Tuhan Yesus (Yoh. 15:5-6). 

Kehidupan kita didasari oleh Yesus, dan karena itu janganlah kita 

memisahkan diri kita dari Dia.

Rasul Paulus mendorong kita untuk berkata “seorang kepada yang 

lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi 

dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati” (Ef. 5:19). Ia juga 

menasihati, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, 

namun  nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam 

doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Semakin 

banyak berkat yang kita terima dari Allah, semakin kita patut berterima 

kasih kepada-Nya; semakin kita mengingat dosa-dosa kita di masa lalu, 

sepatutnya semakin keras kita berusaha untuk tidak menyakiti Roh 

Kudus. Doa bukanlah sesuatu yang rumit: yang tinggal kita lakukan 

yaitu  menghadap Allah dengan ketulusan dan kerendahan hati, dan 

mencurahkan segenap hati kita kepada-Nya (Mzm. 62:8).

Alkitab menjelaskan dua jenis doa: doa dalam pengertian dan doa 

dalam Roh yang diucapkan dalam bahasa roh. Rasul Paulus yang dapat 

berdoa dengan dua cara ini, menjelaskan dua jenis doa ini: “Sebab jika 

aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, namun  

akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku 

akan berdoa dengan rohku, namun  aku akan berdoa juga dengan akal 

budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, namun  aku akan 

menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku” (1Kor. 14:14-15).

Doa dalam pengertian mempunyai peran yang tepat dalam ibadah 

seorang Kristen. Namun doa ini mempunyai keterbatasan: kita tidak 

selalu mampu mencurahkan apa yang ada dalam hati kita melalui kata-

kata, dan kadang-kadang kita tidak tahu bagaimana, atau apa yang 

kita doakan. Namun Allah, dengan hikmat-Nya memberikan kita cara 

berdoa yang lebih baik, yaitu dalam Roh.

Paulus menjelaskan apa maksudnya berdoa dalam Roh:

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita 

tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; namun  Roh sendiri 

berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak 

terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud 

Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk 

orang-orang kudus.”

Roma 8:26-27


127

Di sini Paulus menggunakan kata “kelemahan” untuk menyebutkan 

pengabaian atau pengertian yang kurang dalam kehendak Allah pada 

orang-orang percaya, khususnya pada masa-masa sulit (lihat Roma 

8:17). Istilah Yunani untuk “membantu” pada teks asli Alkitab yaitu  

sunantilambano, yang secara hurufiah berarti “tempat berpegang 

yang ada di sisi untuk mendapat pertolongan” atau “menolong secara 

umum”2. Kata kerja untuk “berdoa untuk” yaitu  huperentunchano, 

yang berarti “mengajukan permohonan” atau “menengahi atas nama 

yang lain”3. Jadi kita melihat bahwa Paulus sedang menjelaskan peran 

Roh Kudus dalam menengahi.

Paulus menggunakan kata “demikian juga” pada awal ayat 

Roma 8:26-27 untuk menunjukkan sebuah hubungan dengan Roma 

8:19-25. Ia juga membuat hubungan lain antara dua ayat ini melalui 

penggunakan kata kerja “mengeluh”. Contohnya, ia berkata, “Dan bukan 

hanya mereka saja, namun  kita yang telah menerima karunia sulung Roh, 

kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan 

sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Rm. 8:23). Serupa dengan 

ayat ini, ayat 19 hingga 22 membicarakan keluhan segala mahluk; ayat 

23 hingga 25 membicarakan keluhan orang-orang percaya; sementara 

ayat 26 hingga 27 membicarakan keluhan Roh Kudus demi kita. Kata-

kata Paulus memusatkan perhatian pada kenyataan bahwa manusia 

mempunyai sangat banyak sebab dalam penderitaan rohani. Akar 

masalahnya dapat ditarik kembali kepada dosa Adam dan Hawa, dan 

akibat kutukan Allah terhadap umat manusia (Kej. 3:17).

Orang-orang Kristen sudah lama menuai segala akibat-akibat 

kutukan Allah ini, seperti berjerih lelah untuk mencari makan, dan 

kepedihan-kepedihan kehidupan. Selain kesusahan dalam hidup 

sehari-hari, orang-orang Kristen juga rentan terhadap penderitaan 

yang disebabkan karena perjuangan dalam perjalanan rohani: 

penganiayaan karena percaya pada Kristus (Rm. 8:17-18), pertempuran 

antara keinginan roh dan keinginan daging (Gal. 5:17; Rm. 7:15), daya 

tarik duniawi yang penuh dosa (1Yoh. 2:16), ujian-ujian dari Allah 

(Ayb. 23:10), dan masih banyak lagi. Karena semua penderitaan ini, 

kita menanti-nantikan harinya Yesus Kristus datang kembali untuk 

membebaskan kita dari belenggu, mengubah kita dan memperbarui 

diri kita menjadi mahluk rohani (Rm. 8:21; 1Kor. 15:42-54; 1Tes. 

4:16-17). Kita berharap untuk memasuki kemuliaan kekal kerajaan 

Allah dalam roh, tidak ada lagi kepahitan dan kepedihan, dan Allah 

menghapus semua air mata kita (Why. 7:17; 21:4).


128

Dalam perjalanan rohani masing-masing, kita semua telah 

mengalami masa-masa keputusasaan rohani. Mungkin kita merasa 

berat hati karena kelemahan-kelemahan kita, atau tidak mampu 

membebaskan diri dari belenggu sifat kedagingan dan dosa kita. 

Di saat-saat lain, kita mungkin tidak tahu bagaimana berdoa, atau 

mendoakan hal-hal yang salah, seperti uang, ketenaran, dan kekuasaan. 

Namun bersyukur, kita dapat menyelami dorongan dari Rasul Paulus, 

untuk bersandar pada Roh Kudus. Roh Kudus yaitu  Penasihat kita 

yang menengahi kita dengan keluhan-keluhan yang tidak dapat 

diungkapkan dengan kata-kata, dan menolong kita mendoakan apa 

yang benar-benar kita butuhkan. Allah menerima penengahan Roh, 

karena hal itu seturut dengan kehendak-Nya. Jadi apabila kita berdoa 

dalam Roh, kita harus berdoa dengan sangat dalam agar Allah dapat 

menyelidiki lubuk hati kita, karena Ia tahu bahwa tubuh kita yaitu  

bait-Nya (1Kor. 2:10; 6:19).

Untuk mereka yang belum menerima Roh Kudus, kita masih dapat 

berbicara dengan Allah melalui doa dalam pengertian. Namun kita juga 

harus tekun meminta janji Roh Kudus-Nya, sehingga Ia dapat datang ke 

dalam hati kita untuk menengahi bagi kita, dan menolong kita berdoa 

seturut dengan kehendak-Nya.

5.11 Kesimpulan

Kesimpulannya, Roh Kudus memainkan peranan penting dalam 

perjalanan iman dan keselamatan dari semua orang percaya:

Roh Kudus membenarkan kita (1Kor. 6:11).

Roh Kudus membantu kita dikuduskan dalam Kristus (Rm.

15:16; 2Tes. 2:13; 1Ptr. 1:2).

Baptisan Roh Kudus merupakan syarat penting untuk

masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh. 3:5).

Roh Kudus memberi kesaksian atas status kita sebagai

anak-anak Allah (Rm. 8:15-16; Gal. 4:6).

Roh Kudus menjamin warisan surgawi kita (Ef 1:14) dan

bangkit untuk hidup kekal (Rm. 8:11; 2Kor. 5:1-5).

Roh Kudus yaitu kekuatan di balik setiap pengharapan

orang Kristen (1Ptr. 1:4; Yoh. 16:7; 2Kor. 5:1-5; Rm. 15:13; 

Gal. 5:5).

Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran (Yoh.

14:26; 16:12-13; 1Kor. 2:10-11; 1Yoh. 2:27).


129

Roh Kudus memberi kita kuasa (Luk. 24:49; Kis. 1:8; 4:31;

Rm. 15:18; Ef. 3:16).

Roh Kudus membantu kita dalam berdoa (Rm. 8:26–27;

1Kor. 14:14-15; Ef. 6:18; Yud. 20).


Pekerjaan Roh Kudus yaitu  sebuah tema penyokong Alkitab, yang 

mencatat pekerjaan-Nya sejak penciptaan hingga akhir dunia, dari 

Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu. Alkitab memperlihatkan betapa 

luasnya pekerjaan Roh Kudus sepanjang sejarah umat manusia.

Dalam bab ini, kita akan melihat bagaimana Roh Kudus telah bekerja 

dengan berbagai cara selama masa Perjanjian Lama dan Perjanjian 

Baru. Walaupun ada beberapa segi dalam pekerjaan-Nya yang dengan 

jelas mencakup kedua masa ini, kita dapat memperlihatkan segi-segi 

ini secara umum dengan jalan berikut ini.

Pada masa Perjanjian Lama, pelayanan Roh Kudus meliputi:

Menciptakan langit dan bumi (Kej. 1:2; Ayb. 26:13; 33:4;

Mzm. 104:30)

Memberikan petunjuk dan ajaran (Neh. 9:20)

Memberikan hikmat (Kej. 41:38-39; Kel. 31:2-6; Ul. 34:9;

Dan. 4:8-18; 5:11-16)

Memberi para pekerja kuasa untuk menjalani tugas-tugas

khusus (Hak. 14:6; 15:14-15)

Memberikan nubuat (2Taw. 20:14-17; Yeh. 11:24-25; Luk.

2:25-35)

Memberikan dorongan (2Taw. 15:1-7; 24:20-22; Neh. 9:30;

Mi. 3:8; Za. 7:12)

Turun ke atas pada nabi, raja, imam, dan orang-orang yang

dipilih secara khusus (1Sam. 16:13).

Pada masa Perjanjian Baru, pelayanan Roh Kudus meliputi:

Menjadi saksi bagi Yesus (Yoh. 15:26; Kis. 5:32)

Memuliakan Yesus (Yoh. 16:14)

Membawa orang mengenal Yesus (1Kor. 12:3)

Mendorong kelahiran kembali secara rohani (Yoh. 3:5)


131

Memberikan anugerah kepada orang-orang percaya (Ibr.

10:29)

Memperingatkan orang-orang percaya saat mereka

menyimpang dari iman (Why. 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22)

Memberikan sukacita rohani (Luk. 10:21; Kis. 13:52; Rm.

14:17; 1Tes. 1:6)

Membawa Filipus pergi (Kis. 8:39-40)

Memberikan mimpi dan penglihatan (Kis. 2:17; 7:55; Why.

4:2; 17:3; 21:10)

Memberikan nubuat (Kis. 2:18; 11:27-28; 20:23; 21:4, 10-

14)

Menghibur orang-orang percaya (Kis. 9:31)

Membangkitkan orang mati pada akhir zaman (Rm. 8:11)

Pekerjaan Roh Kudus dalam penciptaan, di dalam gereja, dan di 

setiap kehidupan orang percaya sungguh ajaib. Secara terus menerus 

Ia bekerja, dan cakupan pekerjaan-Nya tidak terukur. Kita hanya dapat 

menjelaskan sebagian kecil bagian pekerjaan Roh.

6.2 Roh Kudus menginsafkan dunia akan dosa

6.2.1 Roh Kudus melanjutkan pekerjaan Yesus

“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: yaitu  lebih berguna bagi 

kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak 

akan datang kepadamu, namun  jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus 

Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan 

dosa, kebenaran dan penghakiman.”

Yohanes 16:7-8

Kata “menginsafkan” dalam Yohanes 16:8 berasal dari kata 

Yunani elencho, sebuah akar kata yang berarti “menginsafkan” dan 

“membuktikan salah”1. Kata ini menyampaikan sesuatu yang membuat 

seseorang menyadari dosa-dosanya dan membuatnya merasa malu. 

Yesus menggunakan istilah yang sama dalam Yohanes 3:20, saat  Ia 

berkata bahwa terang “menyingkapkan” atau “menginsafkan” orang-

orang jahat atas perbuatan mereka, dan juga dalam Yohanes 8:46, saat  

Ia bertanya pada para pemimpin agama, siapakah yang menuduh atau 

“menginsafkan”-Nya atas dosa.


132

Dosa, kebenaran dan penghakiman yaitu  tema-tema utama 

dalam sebagian besar iman beragama. Namun bagaimana sebuah 

agama menjelaskan dan menghadapinya akan menentukan sifat 

mendasarnya. Sebelum Roh Kudus dicurahkan (ref. yoh. 7:39; 16:7), 

orang-orang tidak dapat memahami dosa, kebenaran dan penghakiman 

sepenuhnya. Jadi apakah yang dimaksud Yesus, saat  Ia berkata 

bahwa Roh Kudus akan “menginsafkan” dunia akan dosa, kebenaran 

dan penghakiman?

Berbicara secara rohani, pekerjaan penginsafan Roh Kudus 

meneruskan pelayanan Yesus di bumi. Yesus berkata, “Dan inilah 

hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, namun  manusia 

lebih menyukai kegelapan dari pada terang” (Yoh. 3:19). Yesus juga 

berkata, “Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; 

akan namun  Dia, yang mengutus Aku, yaitu  benar, dan apa yang 

Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia” (Yoh. 

8:26). Sepanjang pelayanan-Nya, Yesus menginsafkan banyak orang 

akan dosa-dosa mereka, akan kebenaran dan akan penghakiman. Dan 

sesudah  Ia terangkat ke surga, Ia meneruskan pekerjaan-Nya melalui 

Roh Kudus. Jadi Roh Kudus tidak hanya berperan sebagai pembela kita, 

membela hak-hak kita di hadapan Allah, namun  juga berperan sebagai 

penuntut hati nurani kita, agar kita menyadari dosa-dosa kita.

Walaupun ada perbedaan dalam pekerjaan Yesus dan Roh Kudus, 

dari Alkitab kita mengetahui bahwa Yesus dan Roh Kudus yaitu  satu 

(Yoh. 14:17f, 23; ref. “tinggal di tengah kita” dalam Yoh. 1:14). Karena itu 

Yesus seringkali berbicara atas nama Roh Kudus dan Bapa. Contohnya, 

Ia menunjukkan kepada murid-murid-Nya bahwa Roh Kudus akan 

segera datang dan hidup di dalam hati orang-orang melalui perkataan 

“Aku akan datang kepadamu” (Yoh. 14:18), dan “Jika seorang mengasihi 

Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan 

Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” 

(Yoh. 14:23). 

6.2.2 Menginsafkan manusia akan dosa

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa… karena 

mereka tetap tidak percaya kepada-Ku.”

Yohanes 16:8-9 


133

Ketidakpercayaan kepada Yesus yaitu  akar dari banyak dosa 

(Rm. 1:28-32). Malah dosa ini dapat dilihat sebagai dosa yang paling 

besar (Yoh. 8:24; 15:22, 24) karena beberapa alasan:

Pertama, Yesus datang ke dunia untuk memberi kesaksian tentang 

kebenaran. Maka orang-orang tidak mempunyai alasan untuk tidak 

percaya. Jadi apabila kita mengeraskan hati dan menolak karunia-Nya 

saat kita mendengar firman-Nya, kita tidak mempunyai pembelaan 

di hari penghakiman (Yoh. 15:22; 12:48; ref. Yoh. 9:39-41; Rm. 3:20; 

4:15).

Kedua, sepanjang pelayanan-Nya, Yesus melakukan banyak tanda 

dan mujizat. Semua ini dimaksudkan untuk menginsafkan dunia 

atas dosa (Yoh. 15:24) karena tanda dan mujizat ini bersaksi akan 

kekuasaan ilahi-Nya sebagai utusan Allah. Karena itu, Yesus menegur 

orang-orang yang melihat mujizat-Nya namun tetap tidak mau percaya 

dan bertobat, mengatakan bahwa mereka tidak akan dapat berdiri di 

hari penghakiman (Mat. 11:20-24).

Ketiga, Allah telah mencurahkan Roh Kudus-Nya. Alkitab berkata, 

bahwa bukti menerima Roh Kudus, yaitu berbahasa roh, yaitu  sebuah 

tanda bagi orang-orang yang belum percaya (Kis. 10:45; 1Kor 14:22). 

Bukti ini memberikan kesaksian bahwa Allah sungguh nyata dan maha 

ada. Ini yaitu  kebenaran yang dipegang teguh oleh para rasul sejak 

hari Pentakosta (Kis. 2:4; 10:44-46; 11:15). Roh Kudus juga memberi 

kesaksian bahwa Yesus telah dibangkitkan dari kematian, naik ke 

surga, dan akan datang kembali untuk menerima kita ke dalam rumah 

surgawi kita (Yoh. 16:7; 14:1-3). Siapa yang mengetahui karunia dan 

kesaksian Roh Kudus ini, namun mengeraskan hati mereka dan tidak 

mau percaya, akan didakwa oleh Roh karena mengabaikan keselamatan 

Yesus yang mulia dan ajaib (Ibr. 2:3-4).

Injil kerajaan Allah, tanda dan mujizat Yesus, dan pencurahan Roh 

Kudus, semuanya memberikan kesaksian nyata bahwa Yesus yaitu  

Kristus, Juruselamat umat Allah. Siapa yang percaya di dalam-Nya, 

tidak akan binasa, namun  mendapatkan hidup kekal; namun siapa yang 

tidak percaya, sudah menghadapi hukuman (Yoh. 3:16-19).

Zaman ini tidak jauh berbeda dengan zaman para rasul seperti yang 

mungkin dikira orang: bila di jaman dahulu ada orang-orang yang tidak 

mau percaya dalam Yesus, maka tentu ada orang-orang yang saat ini 

juga demikian. Sebagian besar orang tidak akan berpandangan bahwa 

tidak percaya Yesus sudah merupakan dosa. Sebaliknya, segala usaha 

untuk mengabarkan berita tentang Yesus cenderung mengakibatkan 


reaksi negatif. Kita tampaknya sedang berjalan menuju masyarakat 

yang semakin sekular. Sebagian besar orang mungkin tidak punya 

pengertian apa pun tentang apakah dosa. Paling banter orang mungkin 

hanya dapat memandang beberapa tindakan sebagai perbuatan yang 

“salah” bila mereka melawan rasa moralitas mereka masing-masing. 

Bila demikian, maka kebenaran telah menjadi masalah perorangan dan 

bersifat subyektif. Namun hati nurani manusia tidak dapat menyadari 

bahwa ketidakpercayaan kepada Yesus yaitu  dosa, dan bahkan yaitu  

dosa terbesar.

Pekerjaan Roh Kudus sangat penting karena Ia membuat orang 

mampu menyadari dosa-dosa karena ketidakpercayaannya. Kita 

melihat hal ini digambarkan dengan baik di hari Pentakosta, saat  

Roh Kudus dicurahkan: Petrus berdiri, bukan untuk menginsafkan 

orang-orang Yahudi karena hidup cacat moral, namun  karena tidak 

mau percaya kepada Yesus Kristus. Ia memperingatkan mereka akan 

bahaya menolak Dia di hadapan saksi Roh Kudus (Kis. 2:22-24, 32-26). 

Roh Kudus menginsafkan mereka yang mendengar, memilukan hati 

mereka dan mendorong mereka untuk bertanya bagaimana caranya 

agar mereka dapat diselamatkan (Kis. 2:37). Hal dramatis yang terjadi 

yaitu  ditambahkannya tiga ribu jiwa ke dalam kumpulan umat Allah 

pada hari itu (Kis. 2:41).

6.2.3 Menginsafkan manusia akan kebenaran

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan… kebenaran, 

karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi.”

Yohanes 16:8, 10

Yesaya 53 menggambarkan Yesus sebagai hamba Allah yang 

menderita. Yesaya menubuatkan bahwa tidak ada bagian dalam 

penampilan Yesus yang dapat mengundang rasa hormat kepada-Nya. 

Ia akan dihina dan ditolak (Yes. 53:1-3; 2Kor 5:16) karena musuh-

musuh Yesus, terutama para pemimpin agama Yahudi, menuduh-

Nya melakukan hal-hal yang tidak benar: menghujat Allah (Mrk. 2:7; 

Mat. 26:63-66); tidak menguduskan hari Sabat (Yoh. 5:18); dirasuki 

setan (Yoh. 8:48, 52), menghasut orang-orang (Luk. 23:2,5), dan 

seorang berdosa (Yoh. 9:24). Pada akhirnya mereka berkomplot untuk 

menyerahkan Yesus kepada penguasa Romawi untuk dihukum mati di 

kayu salib (Yes. 53:4).


135

Apakah kebenaran? Bagi sebagian orang, kebenaran yaitu  rasa 

moralitas yang relatif, seperti saat  seseorang melihat sesuatu itu 

“benar”. Yang lain mendasarkan kebenaran mereka pada ukuran luar. 

Contohnya, mereka yang mengajukan tuduhan-tuduhan terhadap 

Yesus, melakukannya berdasarkan pemahaman mereka mengenai 

Hukum Taurat. Mereka mengira mereka mengetahui apakah 

kebenaran berdasarkan hukum ini (Luk. 18:9-14; Flp. 3:4-6). Namun 

Hukum Taurat membuat mereka cenderung merasa benar menurut 

diri mereka sendiri; padahal sebenarnya kebenaran mereka hanyalah 

sekedar penampilan luar saja (Mat. 6:1-2, 5, 16).

Lawan-lawan Yesus tidak menyadari bahwa kebenaran sejati 

berarti lebih dari sekedar mengikuti serentetan peraturan dan hukum. 

Yesus mengajarkan bahwa syarat kebenaran Allah jauh dari sekedar 

melakukan Hukum Taurat secara hurufiah, apalagi bila itu dilakukan 

dengan hati yang jahat (Mat. 5:20). Kebenaran kita dalam Kristus 

yaitu  dari Allah, bukan dari kita sendiri (Rm. 10:3).

Untuk mewujudkan kebenaran Allah, Yesus Kristus menumpahkan 

darah-Nya di kayu salib (Rm. 3:25). Tindakan ini, disertai dengan iman 

kita dalam Yesus untuk mendapatkan keselamatan, yaitu  pesan 

mendasar dalam injil. (Rm. 1:17). Yesus mati, dibangkitkan, dan naik 

ke surga, untuk menunjukkan bahwa Ia benar, dan Ia datang untuk 

membawa kebenaran kepada kita (Kis. 3:14-15; 1Yoh. 2:1; Rm. 4:25; 

8:33-34). Apabila Yesus dilahirkan dari dosa, melalui kehendak daging, 

ia tidak memenuhi syarat untuk mengemban dosa-dosa kita, karena 

Ia tidak berbeda dengan umat manusia. Namun Yesus dilahirkan dari 

seorang perempuan perawan, dan dikandung oleh Roh Kudus; karena 

itu Ia tidak dikandung dalam dosa, dan menjadi Anak Domba yang 

layak untuk menanggung dosa-dosa kita. Karena itulah hanya Yesus 

yang dapat menjadi Perantara dan Juruselamat kita yang benar, untuk 

mendamaikan kita kepada Allah (2Kor. 5:21).

Kebenaran Yesus berbeda dari kebenaran melalui Hukum Taurat. 

Kebenaran-Nya didasarkan pada kuasa-Nya sendiri dan perkenanan 

dari Allah. Ini karena Ia menyerahkan jiwa raga-Nya sepenuhnya kepada 

Allah, untuk dilakukan kepada-Nya seturut dengan kehendak-Nya 

(Ibr. 10:5). Kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus menunjukkan 

betapa Allah tidak dapat mengutuk seorang yang benar, yang dengan 

rela menyerahkan nyawa-Nya demi orang-orang berdosa (Flp. 2:-6-8; 

1Ptr. 3:18). Kebenaran yang ditemukan dalam Hukum Taurat berasal 

dari memegang Hukum, tradisi, dan seterusnya (Mat. 15:1-6). Namun 


136

kebenaran sejati tidak dapat diperoleh menurut daging; kebenaran 

harus diperoleh dalam Roh (Rm. 8:4).

sesudah  Yesus naik ke surga, Roh Kudus turun pada hari 

Pentakosta. Hari ini kita tidak lagi dapat melihat-Nya secara fisik, namun  

oleh pengungkapan Roh Kudus, kita dapat mengenali Yesus sebagai 

kebenaran Allah dan sumber kebenaran kita. Yang lebih penting lagi, 

melalui Dia kita mendapatkan sebuah ukuran kebenaran yang baru. 

Dahulu orang mengira mereka dapat memperoleh kebenaran dengan 

memegang Hukum Taurat, sementara dalam kenyataan, tidak ada 

orang yang dapat memegangnya dengan sempurna. Kebenaran tidak 

dapat diperoleh dari memegang Hukum (Rm. 3:12, 28; Gal. 2:16, 

21). Kita sekarang mengetahui bahwa kebenaran sejati berasal dari 

karunia Allah, dan melalui iman dalam Yesus Kristus (Rm. 3:22-26). 

Kesadaran ini hanya dapat dimungkinkan karena Roh Kudus bekerja 

menginsafkan orang-orang akan kebenaran.

6.2.4 Menginsafkan manusia akan penghakiman

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan…penghakiman, 

karena penguasa dunia ini telah dihukum.”

Yohanes 16:8, 11

Dahulu Iblis mempunyai kuasa untuk membelenggu dunia dalam 

dosa (Yoh. 8:34; 1Yoh. 3:8; 1Yoh. 5:19) dan dalam kuasa kematian 

yang berasal dari dosa (Rm. 5:12-14; 6:23). Lebih lagi, ia mempunyai 

dasar yang kuat untuk menuduh orang-orang atas ketidakbenaran 

mereka. Namun pekerjaannya dihancurkan saat Yesus datang ke dunia 

untuk mendamaikan umat manusia dengan Allah (1Yoh. 3:8b; Rm. 

8:33-34). Yesus mati di kayu salib, memikul dosa-dosa umat manusia, 

dan dibangkitkan (Yes. 53:4-6; Yoh. 19:30; Kol. 2:15; Kis. 2:23-24). 

Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Ia menang melawan Iblis 

yang mempunyai kuasa kematian (Ibr. 2:14-15; Rm. 6:4-7, 14, 17-18). 

Yesus mendapatkan kemenangan melalui ketaatan dan kepatuhan 

kepada Allah (Luk. 4:1-12; Mat. 16:21-23; 26:39). Sejak saat itu, 

siapa yang tinggal di dalam Dia akan mempunyai kuasa untuk hidup 

berkemenangan, mati bagi dosa dan hidup bagi Allah (Rm. 6:8-11). 

Melalui Yesus, kita telah dibebaskan dari penghakiman yang datang 

dengan dosa, yaitu maut (Rm. 8:2; 8:36).


137

Sebagian besar orang Yahudi percaya bahwa akan ada penghakiman 

besar di hari terakhir, namun  pandangan mereka akan sifat penghakiman 

ini berbeda dengan apa yang ditemukan dalam Alkitab. Mereka percaya 

bahwa keselamatan didapatkan melalui memegang Hukum Taurat, 

dan Allah memberi imbalan bagi mereka yang mengikuti kebenaran 

dalam Hukum. Sejajar dengan kepercayaan ini, orang-orang Yahudi 

di masa Kristus merasa dibenarkan saat  mereka menghukum mati 

Yesus yang menurut mereka telah melanggar tata cara Hukum Taurat 

dan menghujat Allah (Yes. 53:4; Yoh. 19:6-7). Namun kebenaran Yesus 

di hadapan Allah telah dipastikan secara ilahi dengan kebangkitan dan 

kenaikan-Nya ke surga.

Hari ini kita mengetahui bahwa Yesus Kristus dibangkitkan, karena 

Roh Kudus telah dicurahkan kepada umat manusia (Kis. 2:29-33). Kita 

harus percaya di dalam Dia dan menerima injil-Nya; bila tidak, suatu 

hari nanti kita akan dihakimi (Kis. 17:31).

6.3 Roh Kudus membawa orang-orang berdosa kepada Tuhan 

Roh Kudus menginsafkan orang atas dosa, kebenaran dan 

penghakiman. Namun tujuan-Nya bukan hanya untuk melakukan ini 

semua, namun  untuk menuntun orang-orang berdosa ke dalam jalan 

keselamatan dan ke hadirat Allah. Alkitab memberitahukan kita bahwa 

Allah yaitu  Allah yang cemburu, dan Nama-Nya yaitu  Cemburu (Kel. 

34:14). Di hari penghakiman, murka-Nya akan diwujudkan begitu nyata 

sehingga orang-orang benar dan keji tidak dapat berdiri di hadapan-

Nya (Rm. 1:18; Why. 6:12-17). Walaupun hari itu belum datang, Allah 

telah memberitahukan kita terlebih dahulu bahwa apa yang jahat akan 

mendapatkan imbalan yang jahat: ini yaitu  sifat keadilan. Karena itu 

kita harus memperhatikan penghakiman yang akan datang sesudah  

kematian (Ibr. 9:27). Sebagai manusia yang terbelenggu oleh daging 

dan dosa, kita tidak dapat menghindari kutukan maut. Namun Allah 

telah mempersiapkan jalan keluar untuk kita, sebuah jalan yang 

dimungkinkan melalui kuasa Roh Kudus.

Yesus berkata, “Aku yaitu  jalan, dan kebenaran dan hidup” (Yoh. 

14:6). Jalan keluar dari penghakiman benar Allah dimungkinkan 

melalui kematian Yesus di kayu salib. Pada saat mengalami kesakitan 

luar biasa, Yesus berseru, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” yang berarti 

“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Saat Ia 

tergantung di sana, kegelapan datang meliputi daerah itu (Mat. 27:45-


138

46). Hukum keadilan mengharuskan, kejahatan yang lebih besar 

mengakibatkan hukuman yang lebih besar; dan kematian Yesus yang 

amat sengsara menjadi kesaksian akan parahnya dosa-dosa dunia. Ia 

menderita penghakiman kebenaran Allah karena Ia mengasihi dunia 

dan bersedia memenuhi keadilan Allah demi kita. Keadaan penyaliban 

Yesus yaitu  sebuah panggilan agar umat manusia dengan gentar 

menyadari, betapa hukuman yang amat ngeri menanti orang-orang 

berdosa di neraka. Namun kita juga harus ingat bahwa kasih-Nya dapat 

menyelamatkan kita dari keadilan kebenaran Allah, kematian rohani 

dan api neraka yang tak pernah padam (Mat. 25:41, 46).

Memahami sepenuhnya kasih dan kemurahan Allah yaitu  hal 

yang sulit; Ia datang ke dunia untuk mati demi kita dan menyediakan 

jalan keluar dari penghakiman. Namun ini bukanlah pertamakalinya 

Ia menyelamatkan umat manusia. Di masa Nuh, dunia juga penuh 

dengan kejahatan dan kekerasan. Karena dosa-dosa manusia di 

masa itu, murka Allah dicurahkan dalam bentuk air bah yang 

menenggelamkan seluruh bumi (Kej. 6:11-13, 17). Namun sebelum 

air bah itu turun, Ia menyiapkan sebuah jalan keluar bagi orang-orang 

benar, memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera, agar 

mereka yang masuk ke dalamnya dapat diselamatkan (Kej. 6:18-20; 

7:23). Begitu juga di hari-hari terakhir, sebelum dunia dihancurkan 

dengan api dan menghadapi hukuman kekal (2Ptr. 3:10; 2Tes. 1:7-9), 

Allah telah menyiapkan sebuah jalan keluar: mereka yang percaya 

dalam Yesus Krustus akan dapat menghindari kehancuran kekal dan 

masuk ke dalam kehidupan kekal (Yoh. 3:16).

Sebagai daging yang berdosa, kita semua akan menuai hukuman 

kematian secara fisik, seperti yang ditunjukkan Alkitab, upah dosa 

yaitu  maut (Rm. 6:23). Namun Allah mengutus Yesus Kristus, yang 

tidak berdosa, untuk menanggung dosa-dosa kita. Dengan demikian 

Yesus menuai murka Allah ke atas diri-Nya (2Kor. 5:21; Yes. 53:5-6). 

Karena itu siapa yang mencari pengungsian di bawah kayu salib dan 

bersandar kepada-Nya, dapat menghindari murka Allah (Rm. 5:9).

Roh Kudus memperlihatkan kepada kita jalan keselamatan dan 

kemerdekaan dari dosa. Namun lebih lagi dari itu, Ia menuntun kita 

untuk bertobat dari dosa-dosa kita (Kis. 11:18) dan menggerakkan 

kita untuk mengerti penghakiman Allah yang sekarang. Melalui Roh 

Kudus, kita dapat memahami dengan lebih baik kenyataan dosa dan 

akibatnya sekarang, sebelum kita berbuat dosa di masa depan. Dengan 

begitu, Roh Kudus memegang peran yang tidak dapat diabaikan untuk 

menuntun orang-orang berdosa ke hadapan Allah (Kis. 2:37-41).


139

6.4 Roh Kudus mengampuni dosa

“TUHAN yaitu  penyayang dan pengasih, 

panjang sabar dan berlimpah kasih setia. 

Tidak selalu Ia menuntut, 

dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. 

Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, 

dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, 

namun  setinggi langit di atas bumi, 

demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan 

Dia; 

sejauh timur dari barat, 

demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. 

Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, 

demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.”

Mazmur 103:8-13

“Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena 

iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-

Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu 

pada masa kesabaran-Nya.”

Roma 3:25

Melalui pengilhaman Roh Kudus, orang-orang berdosa dapat 

bertobat dan berbalik kepada Allah. Seperti Ayah yang mengasihi 

anak-Nya, Allah akan mengampuni pelanggaran-pelanggaran anak-

anak-Nya. sesudah  berbuat berdosa terhadap Allah, Raja Daud menulis, 

“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang 

patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:17). 

Perjanjian Lama penuh dengan kisah-kisah karunia, kemurahan dan 

kesabaran Allah kepada orang-orang berdosa (Neh. 9:26-31).

Dalam Perjanjian Baru, Allah memperlihatkan diri-Nya dalam 

rupa manusia, hidup bersama kita di dunia (Yoh. 1:1, 14). Tujuan 

kedatangan-Nya sebagai Yesus yaitu  untuk memanggil orang-orang 

berdosa untuk bertobat (Mat. 9:13). Alkitab berkata, “Sebab Allah 

mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, 

melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya 

kepada-Nya, ia tidak akan dihukum” (Yoh. 3:17-18). Hari ini Roh Kudus 

meneruskan pelayanan Yesus di bumi melalui gereja, yang yaitu  

tubuh Kristus, yang penuh dengan kehadiran-Nya.

Selama ada di bumi, Yesus mengampuni dosa orang-orang, 

menyembuhkan yang sakit dan memberikan kedamaian (Mat. 9:2; 


140

Luk. 7:48). Bahkan saat Ia menghadapi kematian di kayu salib, Ia tidak 

melihat penderitaan-Nya sebagai sebuah prioritas; sebaliknya, Ia 

berdoa memohon pengampunan bagi musuh-musuh-Nya (Luk. 23:34; 

Yes. 53:12). Kemurahan hati Yesus yaitu  sesuatu yang patut kita 

teladani: kita perlu mengampuni orang lain, seperti Ia mengampuni 

kita.

sesudah  kebangkitan Yesus, Ia memberikan kuasa untuk 

mengampuni dosa kepada para rasul, penerus pelayanan-Nya di 

bumi. Ia mengembusi mereka, berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau 

kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu 

menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:22-

23). Di sini kita melihat bahwa kuasa untuk mengampuni dosa datang 

bersamaan dengan Roh Kudus yang dijanjikan.

Dipercayakan dengan pelayanan pengampunan dosa, para rasul 

mulai mengabarkan injil sesudah  menerima Roh Kudus pada hari 

Pentakosta. Pengampunan dosa terjadi dalam baptisan air melalui 

kuasa Roh Kudus dan darah Yesus. Dalam khotbahnya pada hari 

Pentakosta, Rasul Petrus menyatakan, “Bertobatlah dan hendaklah 

kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus 

Kristus untuk pengampunan dosamu” (Kis. 2:38). Begitu juga Ananias 

mengatakan kepada Paulus, rasul pilihan Allah, “Dan sekarang, 

mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis 

dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan” (Kis. 

22:16).

Roh Kudus menginsafkan dunia atas dosa, kebenaran dan 

penghakiman, menembus kesadaran kita yang gelap. Ia membawa kita 

ke hadirat Allah sehingga Ia dapat mengampuni dan membenarkan 

kita. Pengampunan Allah hanya dapat terjadi melalui darah Yesus 

yang berharga, yang dicurahkan bagi banyak orang (Ef. 1:7). Tidak 

ada pengampunan dosa di bawah Hukum Taurat (Ibr. 9:22). Karena 

itu pengampunan kita dimungkinkan melalui baptisan air dalam nama 

Yesus Kristus, dan Roh memberi kesaksian bahwa darah Yesus yang 

berharga ada di dalam air (1Yoh. 5:6-8; Yoh. 19:34-35). Sesungguhnya 

Roh Kudus yaitu  saksi dan juga penyelenggara pengampunan 

dosa dalam baptisan air, karena Dia-lah yang mempunyai kuasa dan 

wewenang untuk melakukannya (Yoh. 20:22-23).

Pekerjaan Roh Kudus sedang diwujudkan saat Roh menuntun 

orang-orang berdosa untuk datang ke gereja, menerima firman Allah 

dan bertobat dari d0sa-dosa mereka (Kis. 2:38). Dalam perumpamaan 


141

tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11 dst.), Yesus menggambarkan 

bagaimana Bapa surgawi mengampuni orang yang paling berdosa 

sekalipun, selama mereka kembali dan bertobat. Yesus berkata bahwa 

Allah yaitu  Bapa yang penuh kasih dan berbelas kasihan, dengan 

menanti-nanti menunggu kembalinya anak-Nya yang sesat.

6.5 Roh Kudus menyelamatkan manusia dari dosa

Orang-orang berdosa ada di bawah kuasa Iblis, dan yaitu  budak-

budak dosa (1Yoh. 5:19; Yoh. 8:34). Sebagai orang berdosa, kita tidak 

mempunyai kuasa menghadapi dosa; mungkin kita ingin berbuat baik, 

namun  selalu saja jatuh ke dalam dosa (Rm. 7:15, 19). Ini dikarenakan 

kuasa dosa ada di dalam hukum dosa. Sebagai akibatnya, kita mungkin 

merasa bersalah karena kenyataan menyedihkan bahwa kita tidak 

dapat membebaskan diri dari sifat dosa kita (Rm. 7:17-18, 20), dan 

karena kita selalu saja terkunci di dalam peperangan tanpa akhir antara 

baik dan jahat yang bertempur di dalam hati kita (Rm. 7:21-23).

Dalam keputusasaan, mungkin kita mendapati diri kita berseru-

seru seperti Rasul Paulus: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang 

akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rm. 7:24). Kadang 

sepertinya kita perlu berseru-seru sebelum kita dapat menerima 

karunia keselamatan Allah. Mungkin begitulah kita harus menyadari 

betapa tak berdayanya kita melawan kuasa dosa, sebelum pekerjaan 

penyelamatan Roh Kudus dapat mulai dilakukan. Untuk menghadapi 

kuasa dosa, kita membutuhkan kuasa yang dapat menang melawan 

kuasa hukum dosa; kita membutuhkan kuasa Roh Kudus. Rasul Paulus 

menyatakan, “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu 

dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Rm. 8:2).

Roma 8:2 yaitu  kelanjutan dari Roma pasal 7. Roma 7:25 

menunjukkan bahwa hanya Yesus Kristus yang dapat menyelamatkan 

orang dari belenggu dosa. Namun dalam Roma 8:2, kelihatannya Paulus 

berkata bahwa kuasa Roh kehidupan-lah yang membebaskan kita dari 

kuasa dosa dan maut. Apakah ini bertolak belakang? Sama sekali tidak. 

Kedua ayat ini saling melengkapi untuk menunjukkan bahwa Yesus 

Kristus telah memberikan kuasa dan kekuatan untuk mengampuni 

dosa kepada Roh Kudus. Jadi sesudah  Roh Kudus menuntun kita 

dibaptis ke dalam Kristus, kita dibebaskan dari kuasa dosa. Melalui 

Roh kita dapat menemukan kebebasan rohani dalam Kristus (2Kor. 

3:17). Jadi sebuah perubahan ajaib terjadi dari Roma 7 hingga Roma 


142

8: sebuah perubahan dari belenggu keputusasaan menjadi kebebasan 

yang sebenarnya tidak layak kita dapatkan.

Sayang sekali, sebagian besar orang Kristen masih harus melarikan 

diri dari kondisi menyedihkan yang diungkapkan dalam Roma pasal 

7 ini. Hingga mereka menerima injil sejati, mereka terus hidup tanpa 

harapan dan memikul beban belenggu dosa. Mereka masih harus 

menemukan kemerdekaan yang dijelaskan Paulus dalam Roma 8. 

Kunci kemerdekaan rohani yaitu  dengan menempatkan pikiran kita 

pada hal-hal Roh, dan merendahkan diri menerima tuntunan Roh (Rm. 

5:13; 8:4 dst.) dan pada kuasa pembaruan-Nya (Tit. 3:5).

6.6 Roh Kudus memberikan hidup

Alkitab memberitahukan kita bahwa maut datang melalui dosa 

(Rm. 5:12) dan upah dosa yaitu  maut (Rm. 6:23). Hubungan antara 

dosa dengan maut sudah sangat jelas: dosa yaitu  sebab, dan maut 

yaitu  akibatnya. Maut yaitu  kematian fisik yang tidak dapat kita 

hindari, yang menanti setiap manusia; namun  juga menunjuk pada 

kematian rohani.

Alkitab mencatat penglihatan Nabi Yehezkiel tentang tulang-

tulang kering di sebuah lembah. Lembah melambangkan dunia, 

sementara tulang-tulang kering yaitu  umat Allah yang hidup di 

dunia. Mereka tersesat dan tidak punya harapan (Yeh. 37:11). Secara 

fisik mereka tampak hidup, namun  secara rohani mereka mati (Yeh. 

37:1-2; Mat. 8:22). Hanya apabila Roh Allah masuk ke dalam tulang-

tulang itulah, orang-orang dapat hidup kembali dan menjadi pasukan 

yang besar (Yeh. 37:4-5, 9-10, 14). Hari ini, lebih dari sebelumnya, kita 

membutuhkan kuasa Roh Kudus yang memberikan kehidupan dalam 

diri kita, dan dalam gereja kita.

Orang umumnya lebih memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan 

kehidupan sehari-hari, sementara mengabaikan pentingnya kehidupan 

rohani. Namun Yesus mengajarkan kita, “Apa gunanya seorang 

memperoleh seluruh dunia namun  kehilangan nyawanya? Dan apakah 

yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26). 

Tampak jelas bahwa Tuhan memandang kehidupan rohani seseorang, 

yaitu jiwa manusia, lebih penting daripada seluruh dunia, karena 

manusia yaitu  ciptaan-Nya yang paling mulia. Itulah sebabnya Allah 

datang ke dunia dalam rupa manusia untuk mati di kayu salib, untuk 


143

menebus umat manusia dengan darah-Nya. Ia telah memberikan kita 

berkat kehidupan dan keselamatan yang datang melalui pekerjaan Roh 

Kudus (Rm. 8:2). Roh Kudus sendiri-lah, yang membangkitkan orang-

orang mati (Rm. 8:11) dan memberikan kehidupan yang berlimpah 

kepada mereka yang tinggal di dalam-Nya (Gal. 5:25; Yoh. 10:10).

6.7 Roh Kudus menghukum dosa

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa 

tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya 

dalam nama Anak Tunggal Allah.

Yohanes 3:18

Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam 

dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu 

akan mati dalam dosamu.

Yohanes 8:24

Sendirian, orang berdosa tidak dapat membebaskan diri mereka 

dari cengkeraman dosa. Namun melalui iman dan karunia Allah, Roh 

Kudus mengampuni dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita dari 

kuasanya. Namun secara kontras Ia menghukum mereka yang tidak 

mempunyai iman. Kenyataannya, orang-orang tidak percaya akan tetap 

menjadi budak dosa sepanjang hidup mereka, dan mereka akan mati 

dalam dosa dan menghadapi penghukuman kekal. Karena itu orang-

orang Kristen mempunyai hutang kasih kepada mereka yang belum 

percaya: mereka harus membagikan injil yang telah mereka dengar, 

melalui kuasa Roh Allah.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia 

ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan 

terlepas di sorga.

Matius 18:18

Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: 

“Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya 

diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya 

tetap ada.”

Yohanes 20:22-23


144

“Ikat” pada Matius 18:18 berarti “menginsafkan akan dosa”. 

“Tetap ada” di Yohanes 20:22-23 serupa dengan hukuman atas dosa 

yang disebutkan dalam Matius 18:18. Menurut janji Yesus, Roh Kudus 

memberikan murid-murid kuasa untuk menghukum dosa. Namun 

kuasa ini ada pada Roh Kudus; para rasul (dan gereja) hanyalah alat 

yang digunakan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Roh Kudus-lah yang 

membawa orang-orang berdosa ke hadapan Allah, mengampuni dosa 

mereka, dan memberikan kemerdekaan rohani dan hidup.


Related Posts:

  • Doktrin roh kudus 4 ada usaha kita sendiri, dan berapa besar bergantung pada karunia Allah. Namun kita harus menyadari bahwa kita tidak dapat sekedar mengandalkan diri kita sendiri, karena kita memerlukan pertolongan Roh Kud… Read More