aan Tuhan, namun bahkan tujuh
pekerja, yang berperan sebagai “pelayan meja”, harus dipenuhi Roh
Kudus. Bila seseorang mempunyai kepenuhan Roh Kudus, dia mendapat
jaminan bahwa Tuhan telah memisahkan dia untuk pekerjaan-Nya,
dan bahwa Dia akan mendukung dan membimbingnya.
Hari ini, gereja Tuhan memerlukan banyak pekerja untuk memikul
tanggung jawab pengembalaan jemaat dan memberitakan kabar baik
keselamatan yang diberikan Yesus, namun ini bukan berarti semua
orang dapat melayani begitu saja. Gereja memerlukan orang-orang
yang diberikan tugas dan kuasa dari Roh Kudus untuk melayani, sesuai
dengan karunia yang Dia percayakan kepada mereka.
Nabi Yeremia pernah berkata kepada nabi palsu, Hananya,
“Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, namun
engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta” (Yer. 28:15).
Nabi yaitu jurubicara Allah (Yer. 1:7) yang mendapatkan kuasa
karena mereka diutus oleh Allah (Rm. 10:15). Nabi-nabi palsu, yang
melakukan nubuat-nubuat palsu atas nama Tuhan (Yer. 29:8-9), tidak
akan dapat membangun umat Allah secara rohani. Sebaliknya, mereka
membuat mereka terpuruk (Yeh. 13:1-7). Hari ini, “nabi-nabi” yang
mengatasnamakan Tuhan yang kudus untuk memberitakan injil yang
palsu, tidak akan dikenal oleh Tuhan, dan juga tidak akan mendapat
bagian dalam penggenapan kehendak-Nya.
Pada awal pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menunjukkan pentingnya
diutus oleh Roh Allah. Yesus berkata, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-
orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas” (Luk.
4:18). sesudah bangkit dari kematian, Tuhan kemudian menugaskan
murid-murid-Nya dengan perkataan: “ ’Sama seperti Bapa mengutus
Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ Dan sesudah
berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh
Kudus’ ” (Yoh. 20:21-22). Sebelumnya, Bapa surgawi telah mengutus
Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kerajaan Allah, sekarang giliran
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
78
Yesus mengutus murid-murid-Nya dengan kekuatan dan kuasa dari
Roh Kudus.
Orang yang menyampaikan Firman Tuhan tidak boleh bersandar
pada kefasihan berbicara atau hikmat dunia saja (Kis. 4:13; 1Kor.
4:20). Yang paling penting, dia harus mempunyai wewenang dan kuasa
yang berasal dari pengutusan Tuhan (Luk. 24:49; Kis. 1:4, 5, 8). Hari
ini, gereja memerlukan para pendeta dan pekerja yang dipenuhi Roh
Kudus (Rm. 15:18; 2Kor. 12:12; Ibr. 2:4).
4.6 Roh Kudus memberikan karunia-karunia rohani
1 Korintus 12:1 membahas tentang karunia-karunia rohani dan
menggunakan kata Yunani pneumatikos, yang artinya “berhubungan
atau hasil dari Roh Kudus”2. 1 Korintus 12:4,9,28,30 dan 31 berbicara
tentang charismata atau “karunia-karunia dari anugerah”3 yang
diberikan oleh Roh Kudus.
Ada Sembilan karunia Roh Kudus yang tercantum dalam 1 Korintus
12, yaitu: 1) berkata-kata dengan hikmat; 2) berkata-kata dengan
pengetahuan; 3) iman; 4) karunia untuk menyembuhkan; 5) melakukan
mujizat; 6) bernubuat; 7) membedakan roh; 8) membedakan berbagai
bahasa roh; 9) menafsirkan bahasa roh.
Roh Kudus memberikan karunia rohani yang berbeda-beda
kepada orang-orang percaya, namun itu semua ditujukan secara khusus
untuk membangun gereja dan memajukan pekerjaan Tuhan (1Kor.
12:8-11). Contohnya, kita mengetahui dari Alkitab bahwa sebagian
besar rasul-rasul “bukan orang yang terlatih dan terpelajar” (Kis.
4:13). namun mereka dapat mengabarkan kebangkitan Yesus dengan
wibawa dan kekuatan (Mat. 28:16-17; Mrk. 16:9-14; Luk. 24:9-11;
Yoh. 20:24-27). Penulis kitab Ibrani menjelaskan, “Allah meneguhkan
kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh
berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang
dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya” (Ibr. 2:4). Dengan kata
lain, Roh Kudus memberikan karunia-karunia rohani kepada para
rasul, yang memungkinkan mereka untuk bersaksi dengan baik bagi
Yesus Kristus.
Penatua Yakobus memberitahukan kita bahwa setiap karunia
yang baik dan sempurna berasal dari atas (Yak. 1:17). Gereja pada
saat ini memerlukan karunia-karunia rohani yang sama seperti gereja
79
mula-mula, untuk memajukan pekerjaan Tuhan. Tubuh gereja tidak
terdiri dari satu anggota, namun banyak anggota yang berkumpul
bersama-sama dalam satu kesatuan (1Kor. 12:14, 17, 19). Untuk
menghasilkan kesatuan ini, Tuhan merajut mereka bersama, melalui
apa pun yang dipersembahkan oleh tiap-tiap orang karena kasih,
untuk pertumbuhan gereja (Ef. 4:13, 16). Gereja juga mengatur
“bagian-bagian tubuh” seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor 12:18).
Oleh karena itu, pembagian karunia rohani oleh Roh Kudus yaitu cara
Tuhan untuk mewujudkan kesempurnaan tubuh-Nya (Ef. 4:11-13).
Karunia-karunia rohani tidak diberikan agar jemaat dapat
memuliakan diri mereka sendiri (1Kor. 3:5-7; 4:7; 12:15-17, 21-24;
Luk. 17:10). Roh Kudus membagikannya untuk kepentingan bersama
(1Kor 12:7) dan untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk
pekerjaan Tuhan (Ef. 4:12). Kita harus menyadari, bahwa saat kita
menerima karunia-karunia rohani, kita hanyalah perabot yang tidak
layak – alat-alat yang melaluinya Roh Kudus bekerja.
4.6.1 Karunia-karunia rohani yang membangun gereja
1 Korintus 12:8-10 menyebutkan sembilan karunia rohani yang
diberikan Roh Kudus untuk pembangunan gereja. Sembilan karunia ini
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok: 1) karunia pengertian
rohani; 2) karunia yang mewujudkan kasih karunia dan kekuatan
Tuhan yang ajaib; 3) karunia yang menyatakan kehendak Tuhan.
A. Karunia pengertian rohani
(i) Berkata-kata dengan hikmat (1Kor. 12:8)
Hikmat rohani tidak dibatasi waktu dan merupakan pemberian
Tuhan (1Kor. 2:6-7). Ini yaitu syarat yang diperlukan hamba-hamba
Tuhan di gereja (Kis. 6:3). Jika Allah memberikan kita kata-kata
hikmat, tidak seorang pun dapat berdalih atau menentang perkataan
kita, karena kata-kata dari Allah ada dalam kebenaran (Luk. 21:15; Kis.
6:10).
Rasul Paulus berkata, “Dan karena kami menafsirkan hal-hal
rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
80
tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan
kepada kami oleh hikmat manusia, namun oleh Roh. namun manusia
duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal
itu baginya yaitu suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya,
sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (1Kor. 2:13-14). Roh
Kudus menyatakan kebenaran-kebenaran rohani. Orang yang tidak
rohani tidak dapat menerima atau memahaminya; hanya orang yang
rohani, dengan karunia hikmat dari Roh Kudus, dapat menjelaskan dan
menguraikan kebenaran rohani. Rasul Paulus mempunyai pengetahuan
yang dalam tentang kebenaran-kebenaran rohani – kebenaran yan
tersembunyi dari orang-orang di masa lalu, namun yang dinyatakan
kepadanya oleh Roh Kudus, untuk melakukan pekerjaan Tuhan (Ef.
1:17; 3:3-5).
(ii) Berkata-kata dengan pengetahuan (1Kor. 12:8)
Paulus bersyukur kepada Allah yang telah memberkati gereja
Korintus dengan perkataan dan pengetahuan (1Kor. 1:4-7). Karunia
ini yaitu pengetahuan yang sempurna tentang iman (Rm. 15:14;
2Ptr. 3:18) dan kebenaran (Tit. 1:1). Pengetahuan rohani berbeda
dengan pengetahuan duniawi (Kol. 2:8). Kita hanya akan mengetahui
cara menerapkan kebenaran-kebenaran rohani, jika kita mempunyai
pengetahuan rohani.
saat Tuhan Yesus berbicara tentang Roh Kebenaran yang
menuntun kita kepada seluruh kebenaran (Yoh. 6:13), maksud-Nya
yaitu , bahwa Roh Kudus akan menuntun kita dalam pengetahuan
kita tentang kebenaran. Ruang lingkup pengetahuan ini meliputi:
kepenuhan hikmat rohani (Kol. 3:16), kemampuan untuk membedakan
yang baik dari yang jahat (Flp. 1:9-10), kemampuan untuk berdiri
teguh dalam iman, dan kemampuan untuk mengajar orang lain (Rm.
15:14). namun pengetahuan rohani hanya bermanfaat bagi kita dan
orang lain apabila kita menerapkannya. Jadi Paulus, sebagai contoh,
menggunakan pengetahuannya yang luas tentang injil Kristus untuk
membangun imannya sendiri dan untuk mengajar orang lain.
81
(iii) Membedakan bermacam-macam roh (1Kor. 12:10)
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh,
namun ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak
nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia
1 Yohanes 4:1
Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai
malaikat Terang.
2 Korintus 11:14
Selain Roh Kudus, roh jahat juga dapat tinggal di dalam diri
seseorang. Berdiamnya roh jahat yaitu apa yang biasa kita sebut
dirasuki setan. Roh jahat juga dapat bekerja melalui jemaat gereja
untuk menyebarkan pengajaran palsu dan menyebabkan kekacauan di
dalam gereja (1Tim. 4:1).
Tanpa jemaat yang mempunyai kemampuan untuk membedakan
roh, gereja akan menghadapi serangan rohani. Untungnya, di gereja
mula-mula, para rasul mempunyai karunia untuk membedakan roh.
Oleh karena itu mereka dapat mengetahui apabila Iblis sedang bekerja
melawan Tuhan (Kis 5:3; 13:8-11; 16:16-18).
B. Karunia yang mewujudkan kasih karunia dan kekuatan Tuhan
yang ajaib
(i) Iman (1Kor. 12:9)
Iman yaitu bagian yang tak terpisahkan dalam perjalanan
seorang Kristen. Kita memerlukannya di awal perjalanan, yaitu saat
kita menerima anugerah keselamatan (Ef. 2:8), dan juga sesudah itu,
untuk menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6).
Iman membantu kita dalam mengatasi kesulitan (Mzm. 119:71; Flp.
4:11-14) dan juga melakukan mujizat. Yesus memberitahukan kita,
“Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah
ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, namun percaya, bahwa apa
yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”
(Mrk. 11:22-23).
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
82
Pada Markus 11:22, Yesus berkata, “Berimanlah kepada Allah”,
yang secara hurufiah diterjemahkan dari kata Yunani “mempunyai
iman dari Allah”. Allah mempunyai iman yang tidak tergoyahkan di
dalam diri-Nya, karena Dia tahu apa yang dapat Dia lakukan. namun
apa artinya memiliki iman Allah? Yesus mengajarkan bahwa kita tidak
perlu melakukan hal-hal besar: iman sebesar biji sesawi saja dapat
“memindahkan gunung,” jika kita sungguh-sungguh percaya kepada
Tuhan dalam hidup kita (Mat. 17:20). Kita dapat belajar dari dua
pekerja dalam gereja mula-mula:
Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus,
seorang yang penuh iman dan Roh Kudus
Kisah Para Rasul 6:5
Karena Barnabas yaitu orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan
iman.
Kisah Para Rasul 11:24
Stefanus dan Barnabas mempunyai iman yang besar, yang berasal
dari “kepenuhan Roh Kudus”. Dengan pertolongan Allah, kita semua
harus berusaha untuk membangun sifat rohani ini.
(ii) Karunia untuk menyembuhkan (1Kor. 12:9)
Rasul Petrus memberitahukan sumber kuasa Yesus untuk
menyembuhkan, dengan berkata, “Allah mengurapi Yesus dengan Roh
Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat
baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah
menyertai Dia” (Kis. 10:38).
Alkitab memberitahukan bahwa Tuhan Yesus bukanlah satu-
satunya yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan. Alkitab malah
mencatat bahwa Yesus menjanjikan karunia ini kepada mereka yang
percaya kepada-Nya, dan yang memberitakan injil sejati (Mrk. 16:17-
20). Dalam kitab Yohanes, Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga
pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan
yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa” (Yoh.
14:12). Perkataan-Nya menjadi kenyataan sejak masa Pentakosta:
rasul-rasul melakukan banyak mujizat, lebih banyak dari yang telah
83
Yesus lakukan sepanjang pelayanan-Nya. Gereja para rasul mempunyai
banyak jemaat yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan. Di
antara mereka yaitu Petrus (Kis 3:1-8; 5:15-16; 9:32-34), Filipus (Kis.
8:6-8), Ananias (Kis. 9:17-18) dan Paulus (Kis. 14:8-10; 28:8-10). Para
penatua gereja setempat juga mendoakan orang sakit dan mengurapi
mereka dengan minyak (Yak. 5:14-16).
Mujizat kesembuhan dapat membantu meyakinkan orang-orang
yang belum percaya kepada injil kebenaran (Kis. 8:6; 14:3) dan
mendorong ketaatan dan rasa hormat kepada Tuhan. Paulus berkata,
“Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain,
kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk
memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan
perbuatan” (Rm. 15:18).
Alkitab mengajarkan kita bahwa iman yaitu syarat yang penting
untuk menerima karunia kesembuhan Tuhan (Mat. 9:27-30; Mrk.
9:21-24; Kis. 14:8-10), begitu juga mengakui dosa, dan bantuan doa
dari segenap jemaat.
(iii) Pekerjaan Mujizat (1Kor. 12:10)
Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-
mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh
Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.
Ibrani 2:4
Mujizat membantu pekerjaan penginjilan. saat Yesus
memberitakan injil, Dia melakukan banyak mujizat (Mat. 11:20).
Contohnya, Dia mengusir roh jahat (Mrk. 1:23-33), membangkitkan
orang mati (Yoh. 11:39-45), berjalan di atas air (Mat. 14:24-33) dan
menenangkan badai (Mrk. 4:35-41). Dalam khotbah Pentakosta-nya,
Petrus menyatakan Yesus sebagai Tuhan dan Kristus, yang diteguhkan
oleh Allah melalui mujizat dan tanda-tanda heran (Kis. 2:22, 36).
Kisah Para Rasul mencatat bagaimana para rasul, seperti Petrus,
Filipus dan Paulus, menerima karunia untuk melakukan mujizat yang
luar biasa. Kita melihat Petrus mempunyai kuasa untuk menyembuhkan
orang sakit, bahkan hanya dengan bayangannya, mengusir setan dan
membangkitkan orang mati (Kis. 5:12-16; 9:36-42). Filipus dapat
mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang-orang yang timpang
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
84
dan lumpuh (Kis. 8:7). Mujizat-mujizat ini bahkan mendorong seorang
tukang sihir bertobat dan mengikut Kristus: “Simon sendiri juga
menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama
dengan Filipus, dan takjub saat ia melihat tanda-tanda dan mujizat-
mujizat besar yang terjadi.” (Kis. 8:13). Sepanjang pelayanannya,
Paulus juga membangkitkan orang mati (Kis. 20:9-12) dan mengusir
roh jahat (Kis. 19:11-12).
Paulus melihat tanda-tanda dan mujizat sebagai bukti bahwa
seseorang diutus oleh Tuhan. Dia memberitahukan orang-orang
percaya di Korintus, “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku
yaitu seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan
segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”
(2Kor. 12:12). Hari ini, tanda-tanda dan mujizat menyertai gereja
sejati, meneguhkan kebenaran injil yang diberitakan gereja dan untuk
memberi kesaksian tentang keberadaan dan pekerjaan Roh Kudus.
C. Karunia yang menyatakan kehendak Tuhan
(i) Nubuat (1Kor. 12:10)
Kita sering menghubungkan karunia bernubuat dengan
kemampuan untuk melihat masa depan. Sebenarnya nubuat juga
menyatakan kehendak Tuhan pada masa sekarang. Karunia ini
meliputi penyampaian pesan dari Tuhan melalui ilham dari Roh Kudus
(2Ptr. 1:20-21), untuk membangun, menasehati dan menghibur orang
lain (1Kor. 14:3). Rasul Paulus melihat karunia bernubuat sebagai
karunia khusus yang penting di antara karunia-karunia rohani lain dan
mendorong orang-orang percaya Korintus untuk mendapatkan karunia
ini (1Kor. 14:4-5). Dia berkata, “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah
dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk
bernubuat” (1Kor. 14:1).
Kita melihat dalam Perjanjian Lama, Allah membangkitkan para
nabi dan memberikan mereka wewenang khusus untuk menyampaikan
firman-Nya. Hari ini, Tuhan juga dapat membangkitkan nabi-nabi
untuk menyatakan kebenaran, dan untuk mendorong orang-orang
percaya dalam iman (1Kor. 14:30-31).
85
(ii) Berbagai jenis bahasa roh (1Kor. 12:10)
Karunia berkata-kata dalam bahasa roh tidak seperti berbicara
dengan bahasa-bahasa dunia seperti Inggris, Mandarin, Perancis dan
sebagainya, namun menunjukkan pengucapan bahasa roh yang tidak
dapat dimengerti (1Kor. 14:2), kecuali apabila Allah menghendakinya
ditafsirkan oleh mereka yang mempunyai karunia untuk
menafsirkannya. Dalam kasus seperti ini, bahasa roh digunakan untuk
menyampaikan pesan dari Allah kepada gereja (1Kor. 14:6 dst.).
Rasul Paulus berkata, “Aku suka, supaya kamu semua berkata-
kata dengan bahasa roh, namun lebih dari pada itu, supaya kamu
bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada
orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu
juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun” (1Kor. 14:5).
Sekilas kita mungkin menganggap pesan ini mengajarkan kita bahwa
karunia bernubuat lebih penting daripada karunia berbahasa roh,
namun kita harus mengerti bahwa Rasul Paulus sedang membicarakan
tentang apa yang paling bermanfaat untuk pembangunan gereja secara
umum.
Perkataan Paulus dalam 1 Korintus 14 menambahkan pesan
sebelumnya dalam 1 Korintus 12 dan 13, tentang perlunya Gereja
Korintus bekerja dalam kesatuan, dan jemaat untuk saling membangun
di dalam kasih. Secara khusus, Paulus mengajarkan pentingnya melatih
karunia rohani melalui kasih, melakukan segala sesuatu dengan tertib,
dan mencari hal-hal yang membangun jemaat, sebagai kebalikan dari
pemuliaan diri (1Kor. 14:12). Oleh karena itu, Paulus mengajarkan
mereka untuk: a) mengejar karunia bernubuat, menyampaikan pesan
Tuhan kepada jemaat untuk berkata-kata dengan pengertian (1Kor.
14:1, 5, 19); b) menggunakan bahasa roh untuk mengajar jemaat,
hanya apabila ada orang yang menafsirkannya, dan melakukannya
secara bergiliran (1Kor. 14:28); c) tetap tenang di dalam gereja saat
tidak ada orang yang menafsirkannya, dan hanya menggunakan
bahasa roh untuk berbicara pada diri sendiri dan kepada Tuhan untuk
membangun diri sendiri (2Kor. 14:28).
Kesimpulannya, pengajaran Paulus dalam 1 Korintus 14
menunjukkan ada dua jenis bahasa roh. Kita harus berhati-hati untuk
tidak mencampuradukkannya. Untuk mengulangi, kedua jenis bahasa
roh ini yaitu :
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
86
• Bahasa roh yang digunakan oleh seseorang dalam doa
kepada Tuhan (1Kor. 14:2, 14-15). Tujuan dari bahasa roh ini
yaitu untuk membangun diri sendiri (1Kor. 14:2,4). Lebih
penting lagi, ini yaitu bukti seseorang telah menerima
baptisan Roh Kudus.
• “Berkata-kata dalam bahasa roh” yang digunakan untuk
memberitakan injil: menyampaikan pesan dari Tuhan
untuk membangun dan mengajar gereja (1Kor. 12:10;
14:5-6, 26).
Apabila kita mengerti perbedaan antara kedua jenis bahasa roh
ini, pengajaran Paulus akan menjadi lebih jelas bagi kita. Contohnya,
kita dapat mengerti dengan lebih baik mengapa dia berbicara tentang
“berkata-kata dengan bahasa roh” (dalam Alkitab versi New King
James, tercantum “different kind of tongues” -editor) bersamaan dengan
“menafsirkan bahasa roh” dalam 1 Korintus 12:10. (Untuk penjelasan
lebih lanjut tentang berbahasa roh, silakan lihat Bab 9).
(iii) Penafsiran bahasa roh (1Kor 12:10)
Bahasa roh biasanya ditujukan kepada Tuhan, bukan manusia.
namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam keadaan
khusus Tuhan mungkin ingin memberikan pesan kepada gereja melalui
bahasa roh. Pada kasus seperti ini, bahasa roh perlu ditafsirkan (1Kor
14:5, 12-13, 27) dan dilakukan dengan secara tertib (1Kor. 14:27-
31). Hal ini untuk mencegah agar tidak terjadi kekacauan di dalam
gereja. Lalu jika tidak yang menafsirkan, Tuhan tidak menginginkan
pesan bahasa roh itu ditafsirkan. Dalam keadaan seperti ini, Paulus
menasehati orang tersebut untuk tetap tenang di dalam gereja, dan
hanya menggunakan karunia-karunia rohani untuk berbicara kepada
Tuhan dalam doa untuk membangun diri sendiri (1Kor. 14:28).
“namun semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang
sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara
khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1Kor. 12:11). Roh Kudus-lah
yang memberikan karunia-karunia rohani. Paulus menambahkan
bahwa kita dapat mengejar karunia-karunia ini, seperti bernubuat
dan menafsirkan bahasa roh (1Kor. 14:1, 13). Namun kita tidak dapat
mendesak Tuhan untuk memberikannya kepada kita, karena Roh
87
Kudus mempunyai hak mutlak untuk membagikannya kepada mereka
yang Ia kehendaki (1Kor. 12:30).
Selain sembilan karunia rohani yang disebutkan dalam 1 Korintus
12:8-10, beberapa peneliti Alkitab yakin bahwa Roma 12:6-8, 1 Korintus
12:28 dan Efesus 4:11 juga membicarakan karunia-karunia rohani yang
berhubungan dengan tugas dan fungsi dalam gereja. Karena karunia-
karunia ini dianugerahkan oleh Roh Allah, mereka dapat juga dianggap
sebagai charismata atau “karunia-karunia anugerah”
4.6.2 Kasih sebagai dasar karunia-karunia rohani
Paulus menulis 1 Korintus 12-14 untuk membahas sejumlah
masalah yang berhubungan dengan penerapan karunia-karunia rohani
dalam gereja Korintus. Pada pasal 12, dia menyebutkan karunia-
karunia rohani dan berbicara tentang pentingnya kesatuan gereja.
Pada pasal 14, dia menulis tentang cara penggunaan karunia rohani
yang tepat, dan cara memelihara ketertiban selama kebaktian. Pada
pasal 13, dia memberikan kepada gereja sebuah pengajaran khusus
untuk menghubungkan semua hal yang disebutkan dalam pasal 12
dan 14. Pada pasal 14, dia menjelaskan cara menggunakan karunia-
karunia rohani dengan efektif.
Secara khusus pasal 13 ini penting, karena di sinilah Paulus
mengajarkan dasar utama di balik penerapan karunia-karunia rohani,
yaitu kasih.
A. Kegagalan Gereja Korintus
Mempunyai karunia rohani dan mempunyai kasih yaitu dua hal
yang berbeda. Kita melihat kebenaran ini dengan baik digambarkan
pada keadaan Gereja Korintus: jemaat dianugerahi karunia rohani yang
berlimpah, namun sayangnya, mereka kekurangan sesuatu yang jauh
lebih berharga, yaitu kasih. Akibatnya pelayanan dan perkembangan
gereja terhambat. Karena latar belakang inilah Paulus menulis untuk
menegur mereka dan untuk mendorong mereka untuk memperbarui
kasih mereka dalam Kristus.
Surat Paulus kepada Jemaat Korintus menjelaskan keburukan-
keburukan perpecahan dan perselisihan. Di gereja, jemaat saling pihak
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
88
memihak: sebagian menyatakan mengikuti golongan Paulus, sebagian
Apolos, sebagian Kefas, dan yang lain Kristus. Karena gereja sangat
terpecah-pecah, mereka tidak dapat bekerja sama untuk mencapai
kebaikan bersama. Maka Paulus mendesak mereka untuk menghindari
perpecahan dan perselisihan, dan mengejar pikiran yang sama (1Kor.
1:10-13, 3:1-8). Ia juga menceritakan kepada mereka analogi satu
tubuh yang terdiri dari banyak anggota tubuh, mengajarkan mereka
untuk bekerja bersama-sama dalam Kristus (1Kor. 12:4-6, 12-16).
Masalah lain yang ditemukan dalam Gereja Korintus yaitu ,
beberapa jemaat, yang mempunyai sebuah karunia rohani tertentu,
memandang remeh jemaat lain yang mempunyai karunia rohani yang
berbeda. Maka Paulus mengingatkan mereka bahwa setiap anggota
mempunyai fungsi yang berbeda-beda untuk mereka isi dalam gereja:
seperti tubuh manusia memerlukan seluruh bagian tubuhnya untuk
berfungsi dengan baik, bahkan bagian tubuh yang lemah, begitu juga
tubuh Kristus (1Kor. 12:17-24, 27-30).
Paulus melanjutkan pesan-pesannya dengan beberapa pertanyaan
retoris: “Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah
mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau
untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh,
atau untuk menafsirkan bahasa roh?” (1Kor. 12:29-30). Maksud Paulus
yaitu semua jemaat akan mempunyai karunia rohani yang berbeda-
beda, namun bila mereka bekerja bersama dalam kesatuan, hasilnya
yaitu gereja yang berwarna. Sayangnya, Gereja Korintus tidak
mengerti kebenaran ini, dan akhirnya jemaat saling merendahkan,
menjadi arogan, dan gereja terpecah belah. Pendeknya, tidak ada
kasih Allah yang mulia dan tanpa pamrih di dalam gereja. Karena
itu, Paulus mendesak semua jemaat untuk saling memperhatikan.
Ia berkata, apabila satu anggota menderita, maka seluruh jemaat
menderita bersama. Dan ia menambahkan, apabila satu anggota
dihormati, maka seluruh jemaat turut bersukacita (1Kor. 12:25-26).
B. Peran kasih
Keadaan yang paling buruk yang dapat dihadapi gereja yaitu ,
apabila jemaat mempunyai karunia-karunia rohani yang berlimpah,
namun tidak mempunyai kasih Kristus. Jadi mereka memamerkan
karunia-karunia mereka di depan umum untuk mendapatkan
kemuliaan, namun tidak ada yang diuntungkan (ref. Flp. 2:3-4). saat
89
Paulus menemukan masalah ini di Gereja Korintus, ia segera menulis
sebuah surat, untuk mencegah kemunduran gereja lebih lanjut. Dalam
1 Korintus 13, ia mendorong gereja untuk memusatkan perhatian pada
karunia-karunia terbaik, yang yaitu kasih (ref. 1Kor. 12:31; 14:1).
Rasul Paulus berkata, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan
semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, namun jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang
dan canang yang gemerincing” (1Kor. 13:1). Di sini, “semua bahasa
manusia dan bahasa malaikat” merujuk pada karunia berbahasa
roh. Pendeknya, tanpa kasih, bahasa roh tidak lagi berguna. Paulus
menambahkan, “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat
dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan
gunung, namun jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali
tidak berguna” (1Kor. 13:2). Kasih lebih bernilai daripada kepintaran
berbicara dan karunia-karunia lain. Lebih lagi, tanpa kasih, seseorang
dapat menyalahgunakan karunia rohani untuk menyebabkan
perselisihan di dalam gereja dan memberikan tempat untuk Iblis
bekerja.
Paulus menguraikan lebih lanjut: “Dan sekalipun aku membagi-
bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku
untuk dibakar, namun jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak
ada faedahnya bagiku” (1Kor. 13:3). Di sini ia menyebutkan tindakan
tidak mementingkan diri sendiri yang paling mulia: memberikan
seluruh hak milik untuk dipersembahkan dan mengorbankan diri
demi orang lain. Namun Paulus juga menambahkan, bahwa apabila
pengorbanan ini dilakukan tanpa kasih, itu tidak menguntungkan
orang yang melakukannya. Lebih parah lagi, tindakan itu tidak lebih
dari sekadar memuliakan diri sendiri (ref. Mat. 6:1-2).
Kasih yaitu kebenaran yang paling indah. Tanpa kasih, karunia-
karunia rohani yang lain tidak dapat menyempurnakan gereja. Karena
itu kita semua harus mengejar kasih sebagai bagian penting untuk
pertumbuhan tubuh Kristus dan sebagai dasar iman kita (Ef. 4:16).
C. Kasih ilahi dan kasih alami
Ada dua kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang diartikan sebagai
“kasih”, yaitu phileo dan agape. Phileo berarti “dikasihi, “yang terkasih”,
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
90
dan “sahabat”4, menunjukkan kasih alami yang melekat pada manusia:
sebuah perasaan naluriah kepada orang-orang terdekat, perasaan
yang kita miliki kepada sanak keluarga dan teman-teman terdekat.
Kasih seperti ini membantu menopang hubungan keluarga dan sosial.
Semua orang, baik Kristen atau bukan, mempunyai kemampuan untuk
melakukan phileo.
Agape yaitu kasih ilahi, yaitu kasih Allah5. Ini yaitu kasih yang
berasal dari iman seorang Kristen yang telah terlahir kembali. Istilah
ini jarang digunakan dalam literatur Yunani di masa Paulus. Dalam tiap
hal, penggunaan sekuler kata agape tidak dapat menyatakan maksud
kata ini dengan cukup dalam dan berarti, seperti digunakan dalam
Alkitab. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib menjelaskan istilah
ini dengan arti mendalam yang hanya dipahami oleh orang Kristen
(Rm. 5:8; 1Yoh. 3:16). Paulus menyebutkan agape dalam 1 Korintus
13; dan Penatua Yohanes menggunakan istilah ini untuk menjelaskan
intisari kasih Allah yang sejati. Ayatnya berbunyi:
“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab
kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir
dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak
mengenal Allah, sebab Allah yaitu kasih. Dalam hal inilah kasih Allah
dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus
Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya”.
1 Yohanes 4:7-9
4.7 Peran Roh Kudus dalam menyatukan gereja sejati
4.7.1 Doa Yesus memohon kesatuan
Sebelum Dia naik ke surga, Tuhan Yesus berdoa memohon
kesatuan gereja:
“Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-
Mu yang telah engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu
sama seperti Kita….Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, namun
juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan
mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti engkau,
ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam engkau, agar mereka juga
di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa engkaulah yang telah
mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan,
yang engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama
91
seperti Kita yaitu satu: Aku di dalam mereka dan engkau di dalam Aku
supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa engkau
yang telah mengutus Aku dan bahwa engkau mengasihi mereka, sama
seperti engkau mengasihi Aku.”
Yohanes 17:11, 20-23
Pertama, kita melihat Yesus meminta kepada Bapa di surga “supaya
mereka menjadi satu” (ayat 11) karena Ia berharap murid-murid-Nya
bersatu, seperti Anak disatukan dengan Bapa. Lebih penting lagi, Yesus
menginginkan mereka untuk disatukan dalam kebenaran, karena tanpa
kebenaran, mereka akan terpecah belah. Dari Alkitab kita mengetahui
bahwa Yesus yaitu jalan, kebenaran, dan hidup (Yoh. 14:6). Begitu
juga Injil Yohanes mengajarkan kita bahwa Allah yaitu kebenaran
(Yoh. 7:28); ref. 1Yoh. 5:20). Karena itu kesatuan gereja dalam Tuhan,
dan dalam Kristus, yaitu kesatuan dalam kebenaran, karena Roh
Kudus yaitu Roh kebenaran (Yoh. 14:17).
Kedua, saat Yesus menyebutkan “mereka ini” dalam ayat 20,
yang Ia maksud yaitu murid-murid-Nya. Dan saat Ia menyebutkan
“orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka”,
ini yaitu mereka yang nanti akan percaya kepada-Nya, yaitu gereja
yang akan berdiri sesudah Hari Pentakosta. Jadi Yesus berharap agar
para rasul dan umat percaya disatukan dalam kebenaran. Firman-Nya
mengajarkan kita bahwa gereja harus dibangun di atas kebenaran –
dasar para rasul, nabi-nabi dan Yesus Kristus (Mat. 16:18; Ef. 2:19-
20).
Ketiga, perkataan Yesus pada ayat 23 menunjukkan harapan-Nya
agar para rasul dan umat percaya dipersatukan. Dengan demikian,
mereka akan menunjukkan kepada dunia bahwa Dia diutus oleh Bapa
surgawi, dan Allah mengasihi Anak dan gereja-Nya.
4.7.2 Roh Kudus memberikan kesatuan
Roh Kudus yaitu satu. Allah menyatukan gereja di dalam Roh (Ef.
4:3-4; Yeh. 11:19). Alkitab memberitahukan kita bahwa orang-orang
percaya dibangun menjadi tempat berdiamnya Roh Kudus (Ef. 2:21-
22). Paulus berkata, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang
Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka,
telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari
satu Roh” (1Kor. 12:13).
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
92
Seringkali kita tidak dapat mencapai kesatuan dalam Roh karena
rasa megah diri dan kehendak pribadi menghalanginya. Namun Roh
Kudus itu seperti api yang dapat menghabisi dan membakar hangus
ketidakmurnian, sehingga gereja dapat mencapai kesatuan sebagai
satu tubuh.
4.7.3 Roh Kudus menyatukan gereja di dalam kebenaran
Paulus berkata, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan
Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus
terang memberitakan perkataan kebenaran itu” (2Tim. 2:15). Dia juga
berkata, “Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil
kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu
Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah
yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua” (Ef. 4:4-6).
Dari ayat-ayat ini, kita mengerti bahwa hanya ada satu Alkitab dan satu
kebenaran (2Kor. 1:18-19).
Gereja sejati dibangun di atas dasar para rasul dan nabi-nabi,
dengan Yesus sebagai batu penjuru (Mat. 16:18; Ef. 2:19-20). Ini berarti
jemaat hanya dapat disatukan apabila mereka mempunyai iman yang
sama (Gal. 1:6-8); Tit. 1:4; Yud. 17; Ef. 4:13). Para rasul mengabarkan
pengajaran dan wahyu yang mereka terima dari Tuhan Yesus (Mat.
28:20; Gal. 1:11-12; Ef. 3:3-5); dan Alkitab mencatat, bahwa bila kita
tidak mengikuti petunjuk rasul-rasul dan nabi-nabi Allah, kita bukan
berasal dari Allah dan belum menerima Roh kebenaran (1Yoh. 4:6).
Dari sini kita dapat melihat betapa pentingnya Roh Kudus dalam
menolong kita memahami kebenaran.
4.7.4 Berusaha bersama-sama untuk mencapai kesatuan
Kesatuan gereja yaitu kehendak Tuhan Yesus, namun kita tidak
dapat mengompromikan kebenaran demi persatuan. Tuhan Yesus
berkata, “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap
kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan”
(Mat. 12:25). Senjata iblis yang paling mematikan untuk menjatuhkan
gereja yaitu perpecahan. Jika dia dapat membuat orang-orang
Kristen saling menjatuhkan, gereja akan mengalami penderitaan.
namun jika kita semua berusaha mencapai kesatuan rohani di dalam
93
kasih dan kebenaran, gereja akan menjadi sempurna dan kuat, dan
juga mempunyai kemampuan untuk mewujudkan keserupaan dengan
Kristus (Ef. 4:13-16).
4.7.5 Roh Kudus memberikan ketaatan
Yohanes berkata, “Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal
Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah,
ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan
roh yang menyesatkan” (1Yoh. 4:6). Roh kebenaran, yaitu Roh Kudus,
memberikan pengertian akan satu sama lain dan pengetahuan kepada
orang-orang percaya, dan juga membantu mereka untuk dapat tunduk
dan taat satu sama lain. Karena alasan ini, gereja harus mempunyai
hadirat dan kepenuhan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, gereja tidak
dapat menyatakan diri sebagai milik Allah (Rm. 8:9).
4.8 Satu gereja sejati
Hari ini ada ribuan gereja dan denominasi Kristen. Dan tampaknya
semua tidak dapat bernaung di bawah satu iman yang sama.
Contohnya, satu gereja mungkin percaya bahwa baptisan yaitu untuk
pengampunan dosa, sementara yang lain mungkin berkata bahwa
baptisan hanya sebuah pernyataan iman di depan umum, dan aliran
lain mungkin memberitakan bahwa mengakui Yesus yaitu Tuhan
sudah cukup untuk mendapatkan keselamatan.
Namun setidaknya beberapa gereja berusaha mencapai beberapa
kesamaan, dan akhir-akhir ini yang seringkali ditemukan, yaitu usaha
yang terus meningkat menuju gerakan oikumene. Ujungnya, tentu saja
gereja-gereja harus mengesampingkan perbedaan doktrin mereka.
Namun walaupun gerakan oikumene dapat membawa orang-orang
Kristen dan gereja-gereja secara fisik tampaknya bersatu, gerakan ini
tidak memecahkan masalah utama dalam hal iman.
Yang paling penting, keanekaragaman aliran atau denominasi
Kristen sama sekali bukan kehendak Allah. Tuhan menghendaki hanya
ada satu gereja dan tubuh Kristus, yang menjadi milik-Nya yang mutlak.
Malah bila kita melihat ke dalam Alkitab, kita mendapati bahwa Alkitab
terus menerus menyatakan sifat tunggal gereja sejati:
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
94
4.8.1 Satu bait Allah
Bait Allah dalam Perjanjian Lama menggambarkan gereja
dalam Perjanjian Baru. Sebagai orang Kristen, tubuh kita yaitu bait
Roh Kudus (1Kor. 6:19). Secara kolektif, orang-orang percaya yang
membentuk gereja disebut sebagai bait Roh Kudus (1Kor. 3:16-17; Ef.
2:21-22).
Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel hanya membangun satu bait
Allah, walaupun mereka mempunyai sumber daya untuk membangun
lebih dari satu. Allah itu esa (Ul. 32:39), dan begitu juga, bait Allah
hanya satu. Di Perjanjian Baru, semua orang percaya di gereja secara
kolektif dibangun menjadi satu rumah rohani (1Ptr. 2:5). Hanya ada
satu rumah atau bait rohani, karena hanya ada satu Roh (1Kor. 12:4;
Ef. 4:4).
4.8.2 Satu tubuh
Gereja yaitu tubuh Kristus (Kol. 1:24), dan semua orang percaya
yaitu anggota dari satu tubuh (Rm. 12:5). Mungkin ada banyak
anggota, namun tubuhnya tetap satu, karena hanya ada satu Roh (1Kor.
12:4). Tubuh Kristus tidak dapat dibagi-bagi (1Kor. 12:20, 25; Ef. 4:4).
4.8.3 Satu mempelai perempuan
Adam yaitu sebuah gambaran Yesus Kristus (Rm. 5:14; 1Kor.
15:45). Allah hanya menciptakan satu istri untuk Adam, dan ia yaitu
Hawa. Begitu juga, Yesus Kristus hanya mempunyai satu mempelai
perempuan, yaitu gereja (2Kor. 11:2; Why. 21:9-10), yang satu hari
nanti, akan menikah (Ef. 5:31-32).
Nabi Yesaya telah menubuatkan, di hari-hari terakhir (Yes. 2:2),
tujuh orang perempuan akan memegang seorang laki-laki, serta
berkata: "Kami akan menanggung makanan dan pakaian kami sendiri;
hanya biarlah namamu dilekatkan kepada nama kami; ambillah aib yang
ada pada kami!" (Yes. 4:1). Tujuh yaitu bilangan yang sempurna, yang
dapat menunjukkan bilangan yang lebih besar daripada tujuh secara
hurufiah. Seperti perempuan-perempuan yang meminta nama laki-laki
itu dilekatkan kepada mereka, hari ini banyak gereja mengatasnamakan
95
nama Allah. Mereka mengabarkan injil dan melayani untuk Allah, namun
mereka memakan makanan mereka sendiri (ref. Amos 8:11, makanan
melambangkan Firman Allah) dan memakai pakaian mereka sendiri
(ref. Why. 19:8, pakaian melambangkan perbuatan baik). Gereja-gereja
ini bertindak berdasarkan kehendak mereka sendiri, namun ingin
dipanggil atas nama Allah.
Kita perlu menyadari, bahwa bila kita menjalani hidup yang
terpisah dari Allah, kita tidak dapat disebut dengan nama-Nya. Gereja
Allah yaitu gereja yang mengabarkan kebenaran seutuhnya, seperti
yang dinyatakan oleh Roh Kudus. Sebagai orang Kristen, kita tidak
dapat mengandalkan kebenaran kita sendiri, yang hanyalah kain kotor
di mata Allah (Yes. 64:6). Kebenaran kita haruslah berasal dari Tuhan
Yesus. Untuk menjadi mempelai Tuhan Yesus, kita harus menerima
dan menaati kebenaran dengan bersandar kepada Allah melalui iman.
4.8.4 Satu rumah tangga Allah
Gereja yaitu rumah tangga Allah (1Tim. 3:15). Allah yaitu Bapa
atas umat-Nya (Ef. 4:6) dan segala roh (Ibr. 12:9-10). Sebagai orang
percaya, kita yaitu anak-anak dalam rumah tangga-Nya (Ef 2:19).
Mungkin ada banyak anak-anak, namun berasal dari satu rumah tangga,
sama seperti Allah yaitu satu (1Kor. 12:6).
4.8.5 Satu pokok anggur yang benar
Tuhan Yesus yaitu pokok anggur yang benar, dan orang-orang
percaya yaitu ranting-ranting yang melekat pada-Nya (Yoh. 15:1, 5).
Sebuah pokok anggur dapat mempunyai banyak ranting, namun tetap
hanya ada satu pokok anggur. Demikian juga, hanya ada satu gereja
sejati yang dapat diakui sebagai tubuh Kristus (Yoh. 15:4-6).
4.8.6 Satu bahtera
Pada zaman Nuh, bumi penuh dengan dosa dan kekerasan. Allah
memutuskan untuk menghancurkan bumi dengan air bah (Kej. 6:11-
13; 7:11-12, 21). Namun Nuh berjalan dengan Allah, benar dan kudus
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
96
di mata-Nya. Karena itu Allah memperlihatkan pada Nuh segala
rencana-Nya dan menyuruhnya membuat sebuah bahtera untuk
menyelamatkan seluruh keluarganya (Ibr. 11:7; 1Ptr. 3:20; 2Ptr. 2:5).
Bahtera Nuh menggambarkan gereja sejati di hari-hari terakhir.
Kita mengetahui hal ini dari beberapa pengajaran rohani dan kesamaan-
kesamaan dalam Alkitab. Pertama, seperti di masa Nuh, dunia di
masa kini penuh dengan dosa dan kekerasan. (Why. 7:1; 18:4-5; Kis.
2:17-21). Kedua, seperti bahtera Nuh, gereja sejati didirikan sesuai
sepenuhnya dengan petunjuk Allah (Kej. 6:14-16, 22; Mat. 28:20; ref.
Gal. 1:6-9). Ketiga, seperti mereka yang masuk ke dalam bahtera Nuh,
mereka yang masuk ke dalam gereja sejati dapat diselamatkan melalui
pembasuhan air dan pembaruan oleh Roh Kudus (Kej. 6:18-20; 7:23;
ref. Yoh. 3:5; Tit. 3:5; 1Ptr. 3:20-21; Ef. 1:14).
Nuh hanya membangun satu bahtera, yang menjadi satu-satunya
tempat perlindungan manusia dari air bah (2Ptr. 2:5). Demikian juga
pada hari-hari terakhir, sebelum Tuhan memusnahkan dunia, hanya
ada satu gereja sejati tempat orang-orang dapat menerima keselamatan
(Ef. 4:4; Kid. 6:9).
4.8.7 Dua perjanjian
Paulus menjelaskan bahwa Abraham mempunyai dua anak laki-
laki: satu dari seorang hamba, yang dilahirkan menurut daging; satu
lagi dari orang merdeka, yang dilahirkan menurut janji Allah (Gal. 4:22-
25). Dua perempuan yang melahirkan dua anak ini melambangkan dua
jenis orang atau gereja. Allah hanya menerima gereja-Nya dan menolak
mereka yang tidak mempunyai bagian di dalamnya.
Ada banyak macam manusia, namun hanya ada dua jenis di
mata Allah. Jenis yang pertama hidup melalui Adam. Namun garis
keturunannya menuju pada maut. Kita semua yaitu keturunan Adam,
jadi kita hidup di bawah kerangkeng maut; suatu saat nanti kita harus
menerima kematian, jasmani dan rohani. Jenis kedua hidup melalui
Yesus Kristus di dalam gereja-Nya. Hanya apabila kita dilahirkan
kembali dalam Kristus, barulah kita dapat menerima kehidupan kekal
(Yoh. 3:5; 3:16f; 1Kor. 15:22).
Hari ini ada banyak denominasi dan aliran gereja. Namun di mata
Allah hanya ada dua jenis gereja dan orang: mereka yang hidup dalam
97
maut, dan mereka yang mempunyai kehidupan. Satu berasal dari
daging, satu lagi dari Roh (Rm. 8:5-11).
4.8.8 Satu kawanan domba yang dipimpin oleh satu gembala
Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik” (Yoh. 10:11, 14).
Perkataan ini menunjukkan bahwa orang-orang percaya yaitu
domba-domba-Nya (ref. Yoh. 10:26). Domba-Nya banyak, namun Yesus
menggembalai satu kawanan dari satu kandang (Yoh. 10:16). Yesus
juga berkata, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari
kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan
mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan
dengan satu gembala” (Yoh. 10:16). Dari perkataan-Nya ini, kita
mendapatkan:
- “kandang ini” menunjukkan satu gereja sejati; dan Yesus
yaitu “gembala”nya.
- “domba-domba lain” menunjukkan orang-orang yang
belum percaya kepada Yesus. Sebagai gembala mereka,
Yesus akan menuntun mereka ke dalam kandang-Nya. Ia
akan menggunakan kebenaran untuk menuntun mereka ke
gereja-Nya.
- Domba-domba akan mendengar suara Tuhan Yesus (Yoh.
10:27) dan akan berkumpul bersama dengan Gembala
mereka yang sejati. Mereka yang bukan milik Yesus entah
tidak mendengar-Nya, atau tidak datang ke kandang-Nya
(Yoh. 8:47; 10:26).
- “suara-Ku” menunjukkan suara Yesus dan Roh Kudus,
karena Roh Kudus yaitu Roh Yesus. Kita harus belajar
mendengar suara Yesus, yaitu Roh Kudus, bila kita mencari
kandang-Nya, yaitu gereja sejati.
4.9 Bagaimana kita dapat mengenali gereja sejati?
Saat ini ada banyak sekali gereja, dan masing-masing menyatakan
pesan yang berbeda, atau setidaknya sebuah variasi dari injil
yang diberitakan para rasul. Keadaan ini dapat menjadi sangat
membingungkan bagi orang-orang yang mencari gereja yang sungguh-
sungguh yaitu milik Allah dan mendapatkan keselamatan. Namun
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
98
bersyukur kepada-Nya, Alkitab menjelaskan kepada kita bagaimana
mengenali karakter dan ciri-ciri gereja sejati.
4.9.1 Menjunjung nama Tuhan
Banyak gereja mengabaikan pentingnya nama Yesus, dan
sebaliknya menegaskan doktrin-doktrin secara khusus, seperti
baptisan, hari Sabat, sebagai namanya. Namun pilihan nama ini penting
karena nama memberikan pesan kepada orang-orang akan apa yang
dikedepankan oleh gereja itu.
Misi gereja sejati yaitu untuk menyatakan kebenaran melalui
injil. Keselamatan ini hanya datang dari Yesus, seperti yang dinyatakan
oleh Alkitab, tidak ada nama lain yang oleh karenanya orang dapat
diselamatkan (Kis. 4:12). Maka salah satu ciri gereja sejati, yaitu
menyatakan dan menjunjung nama Yesus.
Dalam doa perpisahan-Nya, Tuhan Yesus meminta, “Ya Bapa yang
kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah
Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti
Kita” (Yoh. 17:11). Gereja yaitu tubuh Kristus; karena itu, gereja harus
membawa nama Yesus. Dengan cara ini, orang percaya dapat dikenali
dan dipelihara dengan nama itu.
4.9.2 Disertai Roh Kudus
Penyertaan Roh Kudus yaitu ciri gereja penting yang sangat
penting, dan berfungsi untuk membedakan gereja dari kumpulan
gereja lain. Alkitab menyatakan bahwa gereja yaitu tubuh Kristus (Ef.
1:23; 4:12; Kol. 1:24). Karena itu, keberadaan Roh Kudus membuktikan
bahwa gereja mempunyai hidup Kristus (ref. Yak. 2:26). Tanpa
penyertaan Roh Kudus, sebuah organisasi hanya akan didasarkan
pada kehendak manusia. Hanya penyertaan Roh Kudus yang dapat
mengubah umat percaya menjadi “bait Roh Kudus” (1Kor. 6:19). Gereja
tanpa penyertaan Roh Kudus tidak dapat dianggap sebagai tubuh
Kristus (1Kor. 3:16-17). Roma 8:9 menyatakan, “namun jika orang tidak
memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”.
Roh Kudus memberikan kesaksian bagi Tuhan (Yoh. 15:26).
Tanpa kehadiran-Nya, baptisan air contohnya, tidak akan berkhasiat
99
mengampuni dosa (Kis. 22:16; 1Yoh. 5:6-8). Kuasa dan wewenang
untuk mengampuni dosa ada pada Roh Allah, dan karena itu, penting
dalam memenuhi tugas Allah (ref. Yoh. 20:22-23). Semua sakramen
kudus yang dilakukan gereja seperti baptisan air, basuh kaki, dan
perjamuan kudus, harus disertai oleh Roh Kudus agar dapat berkhasiat
sebagai sakramen.
4.9.3 Dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi
“Dan Akupun berkata kepadamu: engkau yaitu Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.”
Matius 16:18
“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan
kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah, 20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan
Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21 Di dalam Dia tumbuh seluruh
bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam
Tuhan. 22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat
kediaman Allah, di dalam Roh.”
efesus 2:19-22
Efesus 2:19-22 membicarakan tentang dasar para rasul dan nabi,
dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru. Ayat ini menunjukkan
bahwa gereja sejati harus didirikan di atas dasar kebenaran. Paulus
memperingatkan bahwa siapa pun yang mengubah kebenaran yang
telah diberitakan oleh para rasul, nabi-nabi, dan Yesus (2Yoh. 9-11),
akan dihukum (Gal. 1:6-9).
Yesus berbicara tentang “Roh kebenaran” (Yoh. 16:13), sementara
Yohanes menulis “Roh yaitu kebenaran” (1Yoh. 5:6). Jadi kita sekarang
menyadari bahwa Roh Kudus dan kebenaran yaitu dua hal yang tak
terpisahkan. Karena Roh Kudus tinggal di dalam gereja sejati, maka
gereja sejati dapat memegang kebenaran.
Paulus menjelaskan sifat ke-satu-an iman Kristen, dan gereja
sejati yang memegangnya. Ia berkata, “Satu tubuh, dan satu Roh,
sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang
terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan,
satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh
semua dan di dalam semua” (Ef. 4:4-6).
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
100
4.9.4 Kesaksian dari tanda-tanda dan mujizat
Tanda dan mujizat menyatakan kebenaran injil yang dinyatakan
oleh gereja sejati. Yesus berkata, “Tanda-tanda ini akan menyertai
orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi
nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka, 18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka
minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan
meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”
(Mrk. 16:17-18). Kuasa untuk melakukan tanda dan mujizat berasal
dari Roh Kudus (Rm. 15:19). Ini membuktikan bahwa gereja sejati
disertai oleh Roh Kudus, dan orang-orang yang melakukannya yaitu
utusan-utusan Allah (ref. Mat. 11:2-6; 2Kor. 12:12).
4.10 Mencari gereja sejati
Sebelum kita masuk ke gereja apa pun, kita harus menanyakan
beberapa pertanyaan kepada diri sendiri: Apakah gereja itu menyatakan
nama Yesus? Apakah gereja itu mempunyai bukti-bukti penyertaan
Roh Kudus? Apakah gereja itu mengabarkan injil keselamatan dengan
sepenuhnya, sesuai dengan ajaran Yesus, para rasul, dan para nabi?
Apakah gereja itu disertai dengan tanda dan mujizat?
Tuhan Yesus memanggil orang-orang untuk masuk ke dalam
kandang-Nya, yaitu gereja sejati. namun kita perlu berdoa agar Roh
Kudus menuntun kita, agar kita dapat mendengar suara Gembala (Yoh.
10:16). Yesus memanggil kita dengan sebuah janji: “Barangsiapa haus,
baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-
Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan
mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Penatua Yohanes juga
berkata, “Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia
berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang,
dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan
dengan cuma-cuma!” (Why. 22:17)
Sebagai kesimpulan, Roh Kudus mempunyai peran penting dalam
gereja sejati. Roh Kudus memerintah gereja (Kis. 15:28; 16:4-5);
mengutus pekerja (Kis. 6:2-6); 20:28); memberikan karunia-karunia
rohani seturut kehendak-Nya (1Kor. 12:8-11); dan menyatukan gereja
(1Kor. 12:13; Ef. 4:3-4; Yeh. 11:19).
Gereja yaitu sekumpulan orang-orang yang percaya kepada
Kristus. Penyertaan Roh Kudus membuktikan bahwa sebuah gereja
yaitu milik Kristus (Rm. 8:9) dan mempunyai hidup-Nya. Tambah
lagi, Roh Kudus mempunyai peran penting dalam kehidupan rohani
tiap orang percaya: Ia menolong kita dalam perjalanan iman kita dan
menjamin keselamatan kita. Alkitab mencatat: “Rohlah yang memberi
hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang
Kukatakan kepadamu yaitu roh dan hidup” (Yoh. 6:63).
Bab ini akan melihat hubungan antara Roh Kudus dengan orang-
orang percaya.
5.2 Roh Kudus dan pembenaran
5.2.1 Apakah pembenaran?
Kata “pembenaran” sering ditemukan dalam surat-surat Rasul
Paulus untuk menunjukkan apakah yang diperhitungkan Allah
untuk melihat orang percaya sebagai orang yang benar (Rm. 4:3, 6),
pengampunan dosa-dosa kita, dan kesanggupan kita untuk berdiri
tanpa cacat cela di hadapan tahta Allah pada hari penghakiman nanti
(Rm. 8:33-34). Paulus menjelaskan kepada kita, bahwa pembenaran
kita dimungkinkan karena kebenaran Yesus Kristus (Rm. 5:17-19;
2Kor. 5:21).
Ada dua sisi dalam pembenaran kita. Pertama, Allah tidak lagi
melihat kita sebagai orang berdosa (Rm. 4:6-8; 2Kor 5:19), karena Ia
telah membebankan seluruh dosa kita kepada Yesus (Yes. 53:6). Kedua,
Allah menghubungkan kebenaran Kristus kepada kita (2Kor. 5:21; Gal.
3:27), sehingga kita dapat disebut sebagai anak-anak-Nya (Ef. 1:5).
103
5.2.2 Mengapa kita memerlukan pembenaran?
Tujuan pembenaran hanya satu, yaitu agar kita dapat
diselamatkan dari murka Allah, agar kita suatu hari nanti, dapat
berdiri dengan percaya diri dalam pemghakiman surgawi (Rm. 5:9).
Namun orang-orang berdosa tidak dapat menerima kehidupan kekal
karena menghadapi murka Allah (Yoh. 3:36). Hanya mereka yang
dibenarkan Allah dan didamaikan kepada-Nya (Rm. 5:1, 10), yang
dapat memperoleh jaminan bahwa dakwaan tidak akan diajukan
terhadap mereka (Rm. 8:33-34).
“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali
saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibr. 9:27). Kematian yaitu akibat
dari dosa. Bila ada dosa, maka ada kematian; dan bila ada kematian,
akan ada penghakiman. Penghakiman terjadi karena kematian. Tidak
ada orang yang dapat hidup selamanya; semua orang pasti mati, cepat
atau lambat. Dan Allah telah membawa kita masing-masing untuk
dihadapkan kepada penghakiman sesudah kita mati, agar kebenaran dan
keadilan-Nya dapat ditegakkan. Lebih lagi, kita tidak dapat melawan
penghakiman-Nya, karena Ia yaitu Tuan atas segala ciptaan.
Patokan penghakiman Allah bagi bangsa Israel kuno yaitu
Hukum Taurat, yang telah Ia sampaikan kepada Musa. Orang Yahudi
yang memegang hukum ini dianggap benar di hadapan Allah (Rm.
2:12-13). Namun, karena tidak ada seorang pun yang dapat memegang
hukum ini dengan sempurna (Gal. 5:3), tidak ada orang yang dapat
dibenarkan melalui hukum ini (Gal. 3:11). Karena itu Alkitab berkata
bahwa mereka yang mengandalkan pembenaran melalui Hukum
Taurat, ada di bawah kutukan (Gal. 3:10).
Alkitab menyebut mereka yang bukan bagian dari umat pilihan
Allah sebagai “bangsa-bangsa lain” atau “orang-orang yang tidak
percaya”. Penghakiman Allah atas mereka akan didasarkan pada hati
nurani mereka. Rasul Paulus menjelaskan, “Apabila bangsa-bangsa
lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri
melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka
tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi
diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa
isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati
mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling
membela” (Rm. 2:14-15).
104
Namun dalam Kristus, perbedaan antara orang Yahudi dengan
bangsa-bangsa lain tidak mempunyai arti apa-apa dalam hal
pembenaran. Seorang Yahudi, yang mencari kebenaran melalui Hukum
Taurat, dan seorang dari bangsa lain, mencari kebenarannya dari
moralitas dalam hati nuraninya, keduanya akan kecewa dengan usaha
mereka mencari kebenaran mereka sendiri. Ini karena manusia penuh
dengan kelemahan, sehingga kita tidak selalu dapat hidup menurut
apa yang kita inginkan. Rasul Paulus menunjukkan, contohnya, bahwa
kita seringkali ingin melakukan hal yang baik, namun ada kejahatan
dalam diri kita. Paulus mengutip mazmur Daud:
“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.
Tidak ada seorangpun yang berakal budi,
tidak ada seorangpun yang mencari Allah.
Semua orang telah menyeleweng,
mereka semua tidak berguna,
tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”
Roma 3:10-12; ref. Mazmur 14:1-3; 53:1-3
Manusia diperbudak oleh dua jenis dosa: dosa pribadi dan
dosa asal. Ketidakmampuan bangsa Israel untuk memegang Hukum
Taurat sepenuhnya, dan ketidakmampuan bangsa-bangsa lain untuk
mengikuti hati nurani mereka dapat dikategorikan sebagai “dosa-
dosa pribadi”. Dosa-dosa pribadi yaitu dosa-dosa yang kita lakukan
pada tingkatan individu dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu,
setiap orang mewarisi sifat dosa dari nenek moyang umat manusia.
Kita menyebut dosa ini sebagai “dosa asal” (Rm. 5:12). Maka Raja
Daud, digerakkan oleh Roh Kudus, mengakui: “Sesungguhnya, dalam
kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mzm.
51:5).
“Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan
dosa” (Gal. 3:22). Baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, semuanya
ada dalam belenggu dosa (Rm. 3:9). Upah dosa yaitu kematian (Rm.
6:23), dan sesudah kematian akan datang penghakiman. Akibat yang
harus ditanggung orang berdosa terhadap penghakiman kebenaran
Allah yaitu kehancuran kekal (2Tes. 1:7-9). Dosa dan hukuman yaitu
kenyataan menyedihkan yang harus dihadapi orang berdosa. Dan
karena kita semua ada di bawah kutukan dosa, baik di tingkat individu
dan dari dosa asal yang kita wariskan dari Adam dan Hawa, satu-
satunya harapan kita yaitu mencari Yesus Kristus untuk dibenarkan.
105
Alkitab mengatakan bahwa Allah mengasihi dunia (Yoh. 3:16), dan
Ia menginginkan semua orang diselamatkan (1Tim. 2:4) dan tidak ada
yang binasa (2Ptr. 3:9). Persembahan korban bakaran dalam Hukum
Taurat menggambarkan kasih Allah dalam Kristus (Im. 1:1-4; Ibr.
9:22): Yesus Kristus, yang mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk
dunia, yaitu perwujudan penuh kasih Allah (Rm. 5:8; 1Ptr. 2:24).
5.2.3 Mengandalkan Roh Kudus untuk pembenaran
Karena kita semua ada dalam kutukan dosa, kita harus dibenarkan
oleh Allah. Tidak mungkin kita dapat dibenarkan melalui usaha kita
sendiri dengan hidup sempurna – hasil yang pasti kita tuai yaitu
perasaan bersalah dan kegagalan. Namun begitu kita mengakui
keadaan kita yang tak berdaya, kita akan belajar untuk mempercayakan
pembenaran kita kepada Yesus Kristus. Kita tidak dapat menemui jalan
untuk kembali kepada Allah tanpa Yesus (Rm. 7:23-25; Yoh. 14:6). Yesus
pernah berkata, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
namun orang berdosa, supaya mereka bertobat.” (Luk. 5:32). Sepanjang
sejarah panjang manusia, hanya ada sangat sedikit orang benar, dan
terlalu banyak orang yang merasa benar diri. Mereka yang benar diri
berusaha mendapatkan kebenaran mereka sendiri tanpa Allah (Rm.
10:3). Namun pembenaran diri hanya akan menjauhkan mereka dari
pembenaran Allah. Hanya yang lemah lembut dan rendah hati, yang
mencari belas kasihan Allah dan bertobat dengan tulus, yang akan
dibenarkan (Luk. 18:9-14). Mereka yang benar diri bahkan tidak dapat
melihat perlunya kasih dan kemurahan Allah dalam hidup mereka.
Pembenaran yaitu karena kasih karunia, dan diberikan secara
cuma-cuma oleh Allah (Rm. 3:24; 4:2-3). Namun banyak orang Kristen
mengira mereka tidak perlu melakukan apa-apa dalam tingkatan
individu. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ada langkah-langkah
yang harus kita tempuh untuk mendapatkan pembenaran Kristus,
seperti percaya, bertobat, dan dibaptis. Walaupun langkah-langkah ini
diilhamkan oleh Allah, kita disyaratkan untuk mengikutinya dengan
tindakan (Kis. 2:38; Rm. 4:5).
Namun kita perlu ingat, pada akhirnya pembenaran kita hanya
dimungkinkan karena Yesus Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita
dan bangkit untuk pembenaran kita (Rm. 4:25; 2Kor. 5:21). Karena itu
Rasul Paulus berkata, “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan
di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat… Karena kami
106
yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia
melakukan hukum Taurat” (Rm. 3:20, 28).
Jalan menuju pembenaran kita yaitu melalui iman dan baptisan
air. Banyak orang Kristen merasa ragu dengan khasiat baptisan air
untuk membenarkan orang percaya dan menghapus dosa-dosanya.
Namun kita harus menyadari bahwa kuasa ini berasal dari keberadaan
rohani darah Yesus dan kesaksian Roh Kudus di dalam air (Zak. 12:10-
13:1; Yoh. 19:33-37; 1Yoh. 5:6-12). Yesus yaitu Domba Allah yang
suci, yang dibebankan dengan dosa demi kita. Melalui Roh yang kekal,
Ia mengorbankan diri-nya demi kita di hadapan Allah (2Kor. 5:21; 1Kor.
5:7; Ibr. 9:12-15; Yoh. 10:18). Roh Kudus, yang yaitu Allah sendiri,
mempunyai kuasa untuk memberikan pengampunan dosa melalui
baptisan air (Yoh. 20:22-23). Lebih lagi, Roh Kudus memberikan
kesaksian karena Roh yaitu kebenaran (1Yoh. 5:6-8). Dalam baptisan,
yaitu melalui air, darah dan Roh, kita dikuburkan bersama Kristus dan
dibangkitkan dalam hidup yang baru dalam Kristus (Rm. 6:3-4) dan
pembenaran (Mrk. 16:16; Kis. 22:16; 1Yoh. 1:7-9). Dengan cara ini,
pembenaran melalui baptisan tidak dapat dilihat sebagai hasil dari
perbuatan kita. Bagian ini sepenuhnya bergantung pada kemurahan
Allah dan darah Yesus Kristus.
Dari sudut pandang yang lain, hanya melalui bimbingan Roh Kudus-
lah, seseorang dapat mengakui dosa-dosanya dan mengakui Yesus
Kristus sebagai Juruselamatnya (Yoh. 16:7-8; 1Kor. 12:3). Maka peran
Roh dalam pembenaran kita juga mencakup pekerjaan persiapan-Nya
dalam menuntut kita akan dosa-dosa kita dan menuntun kita kepada
Allah.
5.3 Roh Kudus dan pengudusan
5.3.1 Apakah pengudusan?
“Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah
mengenakan Kristus” (Gal. 3:27). Ayat ini memberitahukan kita bahwa
kita mengenakan Yesus Kristus begitu kita dibaptis. Mengenakan
Kristus berarti mengenakan sifat-Nya, yang yaitu kebenaran sejati
dan kekudusan (Ef. 4:24). Ini bukanlah perbuatan teoretis: kita
mengenakan Kristus secara rohani dalam baptisan, agar kita diliputi
dengan darah-Nya yang menghapus dosa; dan selanjutnya kita juga
terus mengejar-Nya dalam Roh agar tidak menjadi kotor lagi. Rasul
107
Petrus memperingatkan kita agar tidak kembali ke dalam kondisi kita
yang lama, yang ia samakan seperti “anjing kembali lagi ke muntahnya,
dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya” (2Ptr. 2:22).
Karena itu, pengudusan kita dalam Kristus yaitu sebuah proses
yang terus menerus: kita berusaha agar tidak membiarkan diri kita
jatuh kembali ke dalam sifat kedagingan (Rm. 13:14). Kekudusan
bukan sebuah keadaan yang samar-samar, karena kekudusan terlihat
melalui tindakan dan perbuatan kita. Karena itu, Rasul Paulus berkata,
walaupun diri kita secara fisik menua, namun diri kita yang rohani
harus diperbarui tiap-tiap hari (2Kor. 4:16). Dikuduskan dalam Kristus
berarti membuang sifat kita yang lama dan mengejar kekudusan. Di
dalamnya terkandung usaha untuk mewujudkan hidup yang baru
dalam Kristus dan mengenakan sifat-Nya (Ef. 4:22-23; Rm. 6:4). Pada
akhirnya, pengudusan kita dalam Kristus mensyaratkan kita untuk
disalibkan bagi dunia, dan menganggap diri kita mati bagi dunia (Gal.
6:14). Kita harus memperlihatkan diri kita sebagai persembahan
yang hidup, tidak lagi seturut dengan dunia, namun diubah dengan
pembaruan pikiran kita (Rm. 12:1-2).
5.3.2 Mengapa kita memerlukan pengudusan?
“Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab
Akulah TUHAN, Allahmu.”
Imamat 20:7
“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu
menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang
perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan
dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang
dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam
hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak
baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan yaitu pembalas dari
semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu
kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang
cemar, melainkan apa yang kudus.”
1 Tesalonika 4:3-7
Allah menghendaki agar umat pilihan-Nya dikuduskan. Hal ini
berlaku pada hari ini, seperti juga pada masa Perjanjian Lama. Melalui
hukum dan peraturan-Nya dalam Perjanjian Lama, Allah menghendaki
108
pengudusan bangsa Israel. Namun saat Yesus Kristus datang ke dunia
untuk memenuhi pekerjaan penyelamatan di kayu salib (Yoh. 19:30),
Ia memenuhi kebenaran yang dahulu disyaratkan oleh Hukum Taurat
(Mat. 5:17-18; Rm. 3:31). Dengan cara ini, Perjanjian Lama memberi
pertanda wujud Perjanjian Baru (Kol. 2:17).
Rasul Petrus mendorong kita untuk menjadi anak-anak yang taat,
dan tidak kembali ke dalam hawa nafsu kita yang dahulu. Ia mengajarkan
kita untuk hidup kudus karena Allah telah memerintahkannya:
“Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Ptr. 1:14-16). Setiap orang
percaya mempunyai tugas untuk menjaga dirinya agar tetap suci: untuk
hidup kudus dan rohaniah, berbeda dari dunia (Yoh. 15:19). Kita harus
hidup mengikuti apa yang Tuhan minta dari kita, karena kita yaitu
anak-anak-Nya (Gal. 3:26) dan tubuh kita yaitu bait Roh Kudus (1Kor.
6:18-20). Lebih lagi, Alkitab memanggil orang-orang percaya sebagai
“orang-orang kudus”, jadi kita harus hidup sesuai dengan status kita
yang mulia (Rm. 1:7; 1Kor. 1:2).
Alkitab mengatakan, “Berbahagialah mereka yang membasuh
jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan
dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu” (Why.
22:14). Mereka yang membasuh jubahnya dan mendapatkan bagian
atas pohon kehidupan bukanlah sekadar mereka yang telah dibaptis
dan dibenarkan. Secara khusus ayat ini menunjuk pada orang-
orang kudus yang menjaga kekudusan mereka hingga akhir. Mereka
yang membersihkan dosa-dosa mereka dalam darah Yesus akan
mengenakan pakaian putih (Why. 7:13-14); namun mereka yang
gagal menjaga kekudusan akan menodai pakaian putih mereka dan
menginjak-injak karunia Allah (Ibr. 10:26-29). Sebagai orang percaya,
kita tidak mungkin mendapatkan hak atas pohon kehidupan bila kita
terus menerus menodai diri kita dengan dosa. Dan kita harus mengejar
pengudusan untuk menghindari penghakiman Allah yang menyala-
nyala.
Mengejar kekudusan bukan hanya sekedar tugas; kekudusan
yaitu syarat bagi mereka yang berharap mendapatkan kehidupan
kekal. Karena itu kita harus melihat hal ini dengan serius. Dalam
masa pelayanannya, Rasul Paulus menunjukkan hubungan dekat
antara pengudusan atau kekudusan, dengan kehidupan kekal atau
keselamatan, kepada orang-orang percaya di masa gereja awal. Ia
menulis, “Kamu telah beroleh buah yang membawa kamu kepada
pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal” (Rm.
109
6:22); “Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan
dalam Roh” (2Tes. 2:13).
5.3.3 Pengudusan yaitu perkara hati
Kitab Amsal mengajarkan, “Jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23).
Jadi pengudusan kita yaitu soal hati. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi
mengabaikan kenyataan ini dan memutarbalikkan urutannya, menaruh
penekanan yang tidak semestinya pada kekudusan yang tampak dari
luar. Karena itu Tuhan Yesus menegur mereka atas kedangkalan hati
mereka (Mat. 23:25-26; Luk. 11:37-41).
sesudah menerima baptisan air, dosa-dosa kita diampuni. Namun
itu bukan berarti kita sepenuhnya telah bebas dari keinginan-keinginan
daging (Rm. 6:12). Walaupun Allah membenarkan kita melalui baptisan,
dosa masih dapat bekerja di dalam hati kita. Hasrat kedagingan kita
merupakan halangan utama terhadap pengudusan kita dalam Kristus,
seperti dijelaskan Paulus:
“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan
keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya
bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang
kamu kehendaki….Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan,
kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan,
roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat
dahulu—bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak
akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.”
Galatia 5:17-21
Hanya melalui kuasa dan pembaruan Roh Kudus, barulah kita
mendapatkan kekuatan untuk menyalibkan hawa nafsu kita setiap
hari. Agar kita tidak jatuh kembali ke dalam dosa, kita harus terus
menerus menghapus ragi di dalam diri kita, yaitu sifat dosa kita (1Kor.
5:7). Ini yaitu perjuangan sepanjang hidup, dan sayangnya, banyak
orang Kristen gagal dalam perjuangan ini.
Paulus menyampaikan catatan ini kepada kita mengenai
perjuangannya melawan sifat-sifat kedagingan:
110
“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di
dalam aku, namun bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa
yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa
yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat…. namun di
dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang
melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum
dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka!
Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”
Roma 7:18-24
Kadang-kadang kita merasa seakan kebaikan dan kejahatan
ditakdirkan untuk bertempur dalam peperangan tanpa akhir dalam
hati kita. Seperti sebuah kapal karam yang terjerat di dalam badai
topan, kita seringkali menyerah kepada sifat kedagingan kita. Kita
memerlukan seorang penolong dalam peperangan rohani ini, yaitu
Roh Kudus.
5.3.4 Peran Roh Kudus dalam pengudusan kita
Sebagai seorang manusia, kita lemah dan terbatas. Tanpa Kristus,
kita tidak dapat mempunyai kehidupan yang berbuah dan rohani (Yoh.
15:5). Roh Kudus yaitu kekuatan kita dari atas (Luk. 24:49; Kis. 1:8).
Ia dapat memberikan kita kekuatan untuk menghadapi kelemahan-
kelemahan kita (Yoh. 14:16-17; Rm. 8:26) dan menolong kita untuk
hidup dalam kekudusan (1Ptr. 1:2; 2Tes. 2:13; Rm. 15:16). Roh Kudus
juga dapat melembutkan hati kita, mengubah hati yang keras menjadi
lembut (Yeh. 36:26-27). Tanpa Dia, usaha dan tekad hati manusia tidak
benar-benar dapat mengubah sifat kita dan dan membebaskan kita
dari belenggu dosa (Rm. 8:2).
Bahkan sesudah kita menerima Roh Kudus, kita masih dapat jatuh
karena hawa nafsu kita. Namun bila kita tunduk pada tuntunan Roh
Kudus, kita dapat menikmati kehidupan dan kedamaian (Rm. 8:5-6).
Jadi pengudusan kita bergantung pada kepada siapa kita bersedia
menyerahkan tubuh kita: bila kita menyerahkan diri kepada dosa,
kita akan hidup menurut kedagingan; namun bila kita menyerahkan
diri kepada Allah sebagai perabot kebenaran, maka tidak akan ada
ruang untuk dosa (Rm. 6:12-14, 19-20). Jadi Roh Kudus merupakan
kunci untuk menghapus sifat dosa kita (Rm. 8:13). Karena itu, Paulus
111
mendorong kita dan berkata, “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak
akan menuruti keinginan daging” (Gal. 5:16).
Roma 8:13 dan Galatia 5:16 memberikan dua pelajaran penting
kepada kita dalam menghadapi dosa: 1) sesudah menerima Roh
Kudus, Allah memberikan kekuatan dan kebebasan kepada kita untuk
menyerahkan diri kita sebagai perabot kebenaran; 2) bila kita tunduk
pada tuntunan Roh Kudus dan mengandalkan kekuatan-Nya, kita dapat
menang melawan sifat dosa kita.
Alkitab mengatakan, kita tidak dapat melihat Allah bila kita tidak
kudus (Ibr. 12:14), dan kekudusan berhubungan langsung dengan
keselamatan kita (2Tes. 2:13). Kadang kita bertanya-tanya, berapa
besar pengudusan kita bergantung p