Doktrin roh kudus 3

 


aan Tuhan, namun  bahkan tujuh 

pekerja, yang berperan sebagai “pelayan meja”, harus dipenuhi Roh 

Kudus. Bila seseorang mempunyai kepenuhan Roh Kudus, dia mendapat 

jaminan bahwa Tuhan telah memisahkan dia untuk pekerjaan-Nya, 

dan bahwa Dia akan mendukung dan membimbingnya.

Hari ini, gereja Tuhan memerlukan banyak pekerja untuk memikul 

tanggung jawab pengembalaan jemaat dan memberitakan kabar baik 

keselamatan yang diberikan Yesus, namun  ini bukan berarti semua 

orang dapat melayani begitu saja. Gereja memerlukan orang-orang 

yang diberikan tugas dan kuasa dari Roh Kudus untuk melayani, sesuai 

dengan karunia yang Dia percayakan kepada mereka.

Nabi Yeremia pernah berkata kepada nabi palsu, Hananya, 

“Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, namun  

engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta” (Yer. 28:15). 

Nabi yaitu  jurubicara Allah (Yer. 1:7) yang mendapatkan kuasa 

karena mereka diutus oleh Allah (Rm. 10:15). Nabi-nabi palsu, yang 

melakukan nubuat-nubuat palsu atas nama Tuhan (Yer. 29:8-9), tidak 

akan dapat membangun umat Allah secara rohani. Sebaliknya, mereka 

membuat mereka terpuruk (Yeh. 13:1-7). Hari ini, “nabi-nabi” yang 

mengatasnamakan Tuhan yang kudus untuk memberitakan injil yang 

palsu, tidak akan dikenal oleh Tuhan, dan juga tidak akan mendapat 

bagian dalam penggenapan kehendak-Nya.

Pada awal pelayanan-Nya, Tuhan Yesus menunjukkan pentingnya 

diutus oleh Roh Allah. Yesus berkata, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh 

sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada 

orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan 

pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-

orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas” (Luk. 

4:18). sesudah  bangkit dari kematian, Tuhan kemudian menugaskan 

murid-murid-Nya dengan perkataan: “ ’Sama seperti Bapa mengutus 

Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’  Dan sesudah 

berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh 

Kudus’ ” (Yoh. 20:21-22). Sebelumnya, Bapa surgawi telah mengutus 

Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kerajaan Allah, sekarang giliran 

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

78

Yesus mengutus murid-murid-Nya dengan kekuatan dan kuasa dari 

Roh Kudus.

Orang yang menyampaikan Firman Tuhan tidak boleh bersandar 

pada kefasihan berbicara atau hikmat dunia saja (Kis. 4:13; 1Kor. 

4:20). Yang paling penting, dia harus mempunyai wewenang dan kuasa 

yang berasal dari pengutusan Tuhan (Luk. 24:49; Kis. 1:4, 5, 8). Hari 

ini, gereja memerlukan para pendeta dan pekerja yang dipenuhi Roh 

Kudus (Rm. 15:18; 2Kor. 12:12; Ibr. 2:4).

4.6 Roh Kudus memberikan karunia-karunia rohani

1 Korintus 12:1 membahas tentang karunia-karunia rohani dan 

menggunakan kata Yunani pneumatikos, yang artinya “berhubungan 

atau hasil dari Roh Kudus”2. 1 Korintus 12:4,9,28,30 dan 31 berbicara 

tentang charismata atau “karunia-karunia dari anugerah”3 yang 

diberikan oleh Roh Kudus.

Ada Sembilan karunia Roh Kudus yang tercantum dalam 1 Korintus 

12, yaitu: 1) berkata-kata  dengan hikmat; 2) berkata-kata dengan 

pengetahuan; 3) iman; 4) karunia untuk menyembuhkan; 5) melakukan 

mujizat; 6) bernubuat; 7) membedakan roh; 8) membedakan berbagai 

bahasa roh; 9) menafsirkan bahasa roh.

Roh Kudus memberikan karunia rohani yang berbeda-beda 

kepada orang-orang percaya, namun  itu semua ditujukan secara khusus 

untuk membangun gereja dan memajukan pekerjaan Tuhan (1Kor. 

12:8-11). Contohnya, kita mengetahui dari Alkitab bahwa sebagian 

besar rasul-rasul “bukan orang yang terlatih dan terpelajar” (Kis. 

4:13). namun  mereka dapat mengabarkan kebangkitan Yesus dengan 

wibawa dan kekuatan (Mat. 28:16-17; Mrk. 16:9-14; Luk. 24:9-11; 

Yoh. 20:24-27). Penulis kitab Ibrani menjelaskan, “Allah meneguhkan 

kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh 

berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang 

dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya” (Ibr. 2:4). Dengan kata 

lain, Roh Kudus memberikan karunia-karunia rohani kepada para 

rasul, yang memungkinkan mereka untuk bersaksi dengan baik bagi 

Yesus Kristus.

Penatua Yakobus memberitahukan kita bahwa setiap karunia 

yang baik dan sempurna berasal dari atas (Yak. 1:17). Gereja pada 

saat ini memerlukan karunia-karunia rohani yang sama seperti gereja 


79

mula-mula, untuk memajukan pekerjaan Tuhan. Tubuh gereja tidak 

terdiri dari satu anggota, namun  banyak anggota yang berkumpul 

bersama-sama dalam satu kesatuan (1Kor. 12:14, 17, 19). Untuk 

menghasilkan kesatuan ini, Tuhan merajut mereka bersama, melalui 

apa pun yang dipersembahkan oleh tiap-tiap orang karena kasih, 

untuk pertumbuhan gereja (Ef. 4:13, 16). Gereja juga mengatur 

“bagian-bagian tubuh” seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor 12:18). 

Oleh karena itu, pembagian karunia rohani oleh Roh Kudus yaitu  cara 

Tuhan untuk mewujudkan kesempurnaan tubuh-Nya (Ef. 4:11-13).

Karunia-karunia rohani tidak diberikan agar jemaat dapat 

memuliakan diri mereka sendiri (1Kor. 3:5-7; 4:7; 12:15-17, 21-24; 

Luk. 17:10). Roh Kudus membagikannya untuk kepentingan bersama 

(1Kor 12:7) dan untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk 

pekerjaan Tuhan (Ef. 4:12). Kita harus menyadari, bahwa saat  kita 

menerima karunia-karunia rohani, kita hanyalah perabot yang tidak 

layak – alat-alat yang melaluinya Roh Kudus bekerja.

4.6.1 Karunia-karunia rohani yang membangun gereja

1 Korintus 12:8-10 menyebutkan sembilan karunia rohani yang 

diberikan Roh Kudus untuk pembangunan gereja. Sembilan karunia ini 

dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok: 1) karunia pengertian 

rohani; 2) karunia yang mewujudkan kasih karunia dan kekuatan 

Tuhan yang ajaib; 3) karunia yang menyatakan kehendak Tuhan.

A. Karunia pengertian rohani

(i) Berkata-kata dengan hikmat (1Kor. 12:8)

Hikmat rohani tidak dibatasi waktu dan merupakan pemberian 

Tuhan (1Kor. 2:6-7). Ini yaitu  syarat yang diperlukan hamba-hamba 

Tuhan di gereja (Kis. 6:3). Jika Allah memberikan kita kata-kata 

hikmat, tidak seorang pun dapat berdalih atau menentang perkataan 

kita, karena kata-kata dari Allah ada dalam kebenaran (Luk. 21:15; Kis. 

6:10).

Rasul Paulus berkata, “Dan karena kami menafsirkan hal-hal 

rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata 

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

80

tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan 

kepada kami oleh hikmat manusia, namun  oleh Roh. namun  manusia 

duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal 

itu baginya yaitu  suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, 

sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (1Kor. 2:13-14). Roh 

Kudus menyatakan kebenaran-kebenaran rohani. Orang yang tidak 

rohani tidak dapat menerima atau memahaminya; hanya orang yang 

rohani, dengan karunia hikmat dari Roh Kudus, dapat menjelaskan dan 

menguraikan kebenaran rohani. Rasul Paulus mempunyai pengetahuan 

yang dalam tentang kebenaran-kebenaran rohani – kebenaran yan 

tersembunyi dari orang-orang di masa lalu, namun  yang dinyatakan 

kepadanya oleh Roh Kudus, untuk melakukan pekerjaan Tuhan (Ef. 

1:17; 3:3-5).

(ii) Berkata-kata dengan pengetahuan (1Kor. 12:8)

Paulus bersyukur kepada Allah yang telah memberkati gereja 

Korintus dengan perkataan dan pengetahuan (1Kor. 1:4-7). Karunia 

ini yaitu  pengetahuan yang sempurna tentang iman (Rm. 15:14; 

2Ptr. 3:18) dan kebenaran (Tit. 1:1). Pengetahuan rohani berbeda 

dengan pengetahuan duniawi (Kol. 2:8). Kita hanya akan mengetahui 

cara menerapkan kebenaran-kebenaran rohani, jika kita mempunyai 

pengetahuan rohani.

saat  Tuhan Yesus berbicara tentang Roh Kebenaran yang 

menuntun kita kepada seluruh kebenaran (Yoh. 6:13), maksud-Nya 

yaitu , bahwa Roh Kudus akan menuntun kita dalam pengetahuan 

kita tentang kebenaran. Ruang lingkup pengetahuan ini meliputi: 

kepenuhan hikmat rohani (Kol. 3:16), kemampuan untuk membedakan 

yang baik dari yang jahat (Flp. 1:9-10), kemampuan untuk berdiri 

teguh dalam iman, dan kemampuan untuk mengajar orang lain (Rm. 

15:14). namun  pengetahuan rohani hanya bermanfaat bagi kita dan 

orang lain apabila kita menerapkannya. Jadi Paulus, sebagai contoh, 

menggunakan pengetahuannya yang luas tentang injil Kristus untuk 

membangun imannya sendiri dan untuk mengajar orang lain.


81

(iii) Membedakan bermacam-macam roh (1Kor. 12:10)

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, 

namun  ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak 

nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia

1 Yohanes 4:1

Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai 

malaikat Terang.

2 Korintus 11:14

Selain Roh Kudus, roh jahat juga dapat tinggal di dalam diri 

seseorang. Berdiamnya roh jahat yaitu  apa yang biasa kita sebut 

dirasuki setan. Roh jahat juga dapat bekerja melalui jemaat gereja 

untuk menyebarkan pengajaran palsu dan menyebabkan kekacauan di 

dalam gereja (1Tim. 4:1).

Tanpa jemaat yang mempunyai kemampuan untuk membedakan 

roh, gereja akan menghadapi serangan rohani. Untungnya, di gereja 

mula-mula, para rasul mempunyai karunia untuk membedakan roh. 

Oleh karena itu mereka dapat mengetahui apabila Iblis sedang bekerja 

melawan Tuhan (Kis 5:3; 13:8-11; 16:16-18).

B. Karunia yang mewujudkan kasih karunia dan kekuatan Tuhan 

yang ajaib

(i) Iman (1Kor. 12:9)

Iman yaitu  bagian yang tak terpisahkan dalam perjalanan 

seorang Kristen. Kita memerlukannya di awal perjalanan, yaitu saat  

kita menerima anugerah keselamatan (Ef. 2:8), dan juga sesudah  itu, 

untuk menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). 

Iman membantu kita dalam mengatasi kesulitan (Mzm. 119:71; Flp. 

4:11-14) dan juga melakukan mujizat. Yesus memberitahukan kita, 

“Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya 

barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah 

ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, namun  percaya, bahwa apa 

yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya” 

(Mrk. 11:22-23).

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

82

Pada Markus 11:22, Yesus berkata, “Berimanlah kepada Allah”, 

yang secara hurufiah diterjemahkan dari kata Yunani “mempunyai 

iman dari Allah”. Allah mempunyai iman yang tidak tergoyahkan di 

dalam diri-Nya, karena Dia tahu apa yang dapat Dia lakukan. namun  

apa artinya memiliki iman Allah? Yesus mengajarkan bahwa kita tidak 

perlu melakukan hal-hal besar: iman sebesar biji sesawi saja dapat 

“memindahkan gunung,” jika kita sungguh-sungguh percaya kepada 

Tuhan dalam hidup kita (Mat. 17:20). Kita dapat belajar dari dua 

pekerja dalam gereja mula-mula:

Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, 

seorang yang penuh iman dan Roh Kudus

Kisah Para Rasul 6:5

Karena Barnabas yaitu  orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan 

iman.

Kisah Para Rasul 11:24

Stefanus dan Barnabas mempunyai iman yang besar, yang berasal 

dari “kepenuhan Roh Kudus”. Dengan pertolongan Allah, kita semua 

harus berusaha untuk membangun sifat rohani ini.

(ii) Karunia untuk menyembuhkan (1Kor. 12:9)

Rasul Petrus memberitahukan sumber kuasa Yesus untuk 

menyembuhkan, dengan berkata, “Allah mengurapi Yesus dengan Roh 

Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat 

baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah 

menyertai Dia” (Kis. 10:38).

Alkitab memberitahukan bahwa Tuhan Yesus bukanlah satu-

satunya yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan. Alkitab malah 

mencatat bahwa Yesus menjanjikan karunia ini kepada mereka yang 

percaya kepada-Nya, dan yang memberitakan injil sejati (Mrk. 16:17-

20). Dalam kitab Yohanes, Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu: 

Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga 

pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan 

yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa” (Yoh. 

14:12). Perkataan-Nya menjadi kenyataan sejak masa Pentakosta: 

rasul-rasul melakukan banyak mujizat, lebih banyak dari yang telah 


83

Yesus lakukan sepanjang pelayanan-Nya. Gereja para rasul mempunyai 

banyak jemaat yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan. Di 

antara mereka yaitu  Petrus (Kis 3:1-8; 5:15-16; 9:32-34), Filipus (Kis. 

8:6-8), Ananias (Kis. 9:17-18) dan Paulus (Kis. 14:8-10; 28:8-10). Para 

penatua gereja setempat juga mendoakan orang sakit dan mengurapi 

mereka dengan minyak (Yak. 5:14-16).

Mujizat kesembuhan dapat membantu meyakinkan orang-orang 

yang belum percaya kepada injil kebenaran (Kis. 8:6; 14:3) dan 

mendorong ketaatan dan rasa hormat kepada Tuhan. Paulus berkata, 

“Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, 

kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk 

memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan 

perbuatan” (Rm. 15:18).

Alkitab mengajarkan kita bahwa iman yaitu  syarat yang penting 

untuk menerima karunia kesembuhan Tuhan (Mat. 9:27-30; Mrk. 

9:21-24; Kis. 14:8-10), begitu juga mengakui dosa, dan bantuan doa 

dari segenap jemaat.

(iii) Pekerjaan Mujizat (1Kor. 12:10)

Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-

mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh 

Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.

Ibrani 2:4

Mujizat membantu pekerjaan penginjilan. saat  Yesus 

memberitakan injil, Dia melakukan banyak mujizat (Mat. 11:20). 

Contohnya, Dia mengusir roh jahat (Mrk. 1:23-33), membangkitkan 

orang mati (Yoh. 11:39-45), berjalan di atas air (Mat. 14:24-33) dan 

menenangkan badai (Mrk. 4:35-41). Dalam khotbah Pentakosta-nya, 

Petrus menyatakan Yesus sebagai Tuhan dan Kristus, yang diteguhkan 

oleh Allah melalui mujizat dan tanda-tanda heran (Kis. 2:22, 36).

Kisah Para Rasul mencatat bagaimana para rasul, seperti Petrus, 

Filipus dan Paulus, menerima karunia untuk melakukan mujizat yang 

luar biasa. Kita melihat Petrus mempunyai kuasa untuk menyembuhkan 

orang sakit, bahkan hanya dengan bayangannya, mengusir setan dan 

membangkitkan orang mati (Kis. 5:12-16; 9:36-42). Filipus dapat 

mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang-orang yang timpang 

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

84

dan lumpuh (Kis. 8:7). Mujizat-mujizat ini bahkan mendorong seorang 

tukang sihir bertobat dan mengikut Kristus: “Simon sendiri juga 

menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama 

dengan Filipus, dan takjub saat  ia melihat tanda-tanda dan mujizat-

mujizat besar yang terjadi.” (Kis. 8:13). Sepanjang pelayanannya, 

Paulus juga membangkitkan orang mati (Kis. 20:9-12) dan mengusir 

roh jahat (Kis. 19:11-12).

Paulus melihat tanda-tanda dan mujizat sebagai bukti bahwa 

seseorang diutus oleh Tuhan. Dia memberitahukan orang-orang 

percaya di Korintus, “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku 

yaitu  seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan 

segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa” 

(2Kor. 12:12). Hari ini, tanda-tanda dan mujizat menyertai gereja 

sejati, meneguhkan kebenaran injil yang diberitakan gereja dan untuk 

memberi kesaksian tentang keberadaan dan pekerjaan Roh Kudus.

C. Karunia yang menyatakan kehendak Tuhan

(i) Nubuat (1Kor. 12:10)

Kita sering menghubungkan karunia bernubuat dengan 

kemampuan untuk melihat masa depan. Sebenarnya nubuat juga 

menyatakan kehendak Tuhan pada masa sekarang. Karunia ini 

meliputi penyampaian pesan dari Tuhan melalui ilham dari Roh Kudus 

(2Ptr. 1:20-21), untuk membangun, menasehati dan menghibur orang 

lain (1Kor. 14:3). Rasul Paulus melihat karunia bernubuat sebagai 

karunia khusus yang penting di antara karunia-karunia rohani lain dan 

mendorong orang-orang percaya Korintus untuk mendapatkan karunia 

ini (1Kor. 14:4-5). Dia berkata, “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah 

dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk 

bernubuat” (1Kor. 14:1).

Kita melihat dalam Perjanjian Lama, Allah membangkitkan para 

nabi dan memberikan mereka wewenang khusus untuk menyampaikan 

firman-Nya. Hari ini, Tuhan juga dapat membangkitkan nabi-nabi 

untuk menyatakan kebenaran, dan untuk mendorong orang-orang 

percaya dalam iman (1Kor. 14:30-31).


85

(ii) Berbagai jenis bahasa roh (1Kor. 12:10)

Karunia berkata-kata dalam bahasa roh tidak seperti berbicara 

dengan bahasa-bahasa dunia seperti Inggris, Mandarin, Perancis dan 

sebagainya, namun  menunjukkan pengucapan bahasa roh yang tidak 

dapat dimengerti (1Kor. 14:2), kecuali apabila Allah menghendakinya 

ditafsirkan oleh mereka yang mempunyai karunia untuk 

menafsirkannya. Dalam kasus seperti ini, bahasa roh digunakan untuk 

menyampaikan pesan dari Allah kepada gereja (1Kor. 14:6 dst.).

Rasul Paulus berkata, “Aku suka, supaya kamu semua berkata-

kata dengan bahasa roh, namun  lebih dari pada itu, supaya kamu 

bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada 

orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu 

juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun” (1Kor. 14:5). 

Sekilas kita mungkin menganggap pesan ini mengajarkan kita bahwa 

karunia bernubuat lebih penting daripada karunia berbahasa roh, 

namun  kita harus mengerti bahwa Rasul Paulus sedang membicarakan 

tentang apa yang paling bermanfaat untuk pembangunan gereja secara 

umum.

Perkataan Paulus dalam 1 Korintus 14 menambahkan pesan 

sebelumnya dalam 1 Korintus 12 dan 13, tentang perlunya Gereja 

Korintus bekerja dalam kesatuan, dan jemaat untuk saling membangun 

di dalam kasih. Secara khusus, Paulus mengajarkan pentingnya melatih 

karunia rohani melalui kasih, melakukan segala sesuatu dengan tertib, 

dan mencari hal-hal yang membangun jemaat, sebagai kebalikan dari 

pemuliaan diri (1Kor. 14:12). Oleh karena itu, Paulus mengajarkan 

mereka untuk: a) mengejar karunia bernubuat, menyampaikan pesan 

Tuhan kepada jemaat untuk berkata-kata dengan pengertian (1Kor. 

14:1, 5, 19); b) menggunakan bahasa roh untuk mengajar jemaat, 

hanya apabila ada orang yang menafsirkannya, dan melakukannya 

secara bergiliran (1Kor. 14:28); c) tetap tenang di dalam gereja saat  

tidak ada orang yang menafsirkannya, dan hanya menggunakan 

bahasa roh untuk berbicara pada diri sendiri dan kepada Tuhan untuk 

membangun diri sendiri (2Kor. 14:28).

Kesimpulannya, pengajaran Paulus dalam 1 Korintus 14 

menunjukkan ada dua jenis bahasa roh. Kita harus berhati-hati untuk 

tidak mencampuradukkannya. Untuk mengulangi, kedua jenis bahasa 

roh ini yaitu :

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

86

Bahasa roh yang digunakan oleh seseorang dalam doa

kepada Tuhan (1Kor. 14:2, 14-15). Tujuan dari bahasa roh ini 

yaitu  untuk membangun diri sendiri (1Kor. 14:2,4). Lebih 

penting lagi, ini yaitu  bukti seseorang telah menerima 

baptisan Roh Kudus.

“Berkata-kata dalam bahasa roh” yang digunakan untuk

memberitakan injil: menyampaikan pesan dari Tuhan 

untuk membangun dan mengajar gereja (1Kor. 12:10; 

14:5-6, 26).

Apabila kita mengerti perbedaan antara kedua jenis bahasa roh 

ini, pengajaran Paulus akan menjadi lebih jelas bagi kita. Contohnya, 

kita dapat mengerti dengan lebih baik mengapa dia berbicara tentang 

“berkata-kata dengan bahasa roh” (dalam Alkitab versi New King 

James, tercantum “different kind of tongues” -editor) bersamaan dengan 

“menafsirkan bahasa roh” dalam 1 Korintus 12:10. (Untuk penjelasan 

lebih lanjut tentang berbahasa roh, silakan lihat Bab 9).

(iii) Penafsiran bahasa roh (1Kor 12:10)

Bahasa roh biasanya ditujukan kepada Tuhan, bukan manusia. 

namun  seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dalam keadaan 

khusus Tuhan mungkin ingin memberikan pesan kepada gereja melalui 

bahasa roh. Pada kasus seperti ini, bahasa roh perlu ditafsirkan (1Kor 

14:5, 12-13, 27) dan dilakukan dengan secara tertib  (1Kor. 14:27-

31). Hal ini untuk mencegah agar tidak terjadi kekacauan di dalam 

gereja. Lalu jika tidak yang menafsirkan, Tuhan tidak menginginkan 

pesan bahasa roh itu ditafsirkan. Dalam keadaan seperti ini, Paulus 

menasehati orang tersebut untuk tetap tenang di dalam gereja, dan 

hanya menggunakan karunia-karunia rohani untuk berbicara kepada 

Tuhan dalam doa untuk membangun diri sendiri (1Kor. 14:28).

“namun  semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang 

sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara 

khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1Kor. 12:11). Roh Kudus-lah 

yang memberikan karunia-karunia rohani. Paulus menambahkan 

bahwa kita dapat mengejar karunia-karunia ini, seperti bernubuat 

dan menafsirkan bahasa roh (1Kor. 14:1, 13). Namun kita tidak dapat 

mendesak Tuhan untuk memberikannya kepada kita, karena Roh 


87

Kudus mempunyai hak mutlak untuk membagikannya kepada mereka 

yang Ia kehendaki (1Kor. 12:30).

Selain sembilan karunia rohani yang disebutkan dalam 1 Korintus 

12:8-10, beberapa peneliti Alkitab yakin bahwa Roma 12:6-8, 1 Korintus 

12:28 dan Efesus 4:11 juga membicarakan karunia-karunia rohani yang 

berhubungan dengan tugas dan fungsi dalam gereja. Karena karunia-

karunia ini dianugerahkan oleh Roh Allah, mereka dapat juga dianggap 

sebagai charismata atau “karunia-karunia anugerah”

4.6.2 Kasih sebagai dasar karunia-karunia rohani

Paulus menulis 1 Korintus 12-14 untuk membahas sejumlah 

masalah yang berhubungan dengan penerapan karunia-karunia rohani 

dalam gereja Korintus. Pada pasal 12, dia menyebutkan karunia-

karunia rohani dan berbicara tentang pentingnya kesatuan gereja. 

Pada pasal 14, dia menulis tentang cara penggunaan karunia rohani 

yang tepat, dan cara memelihara ketertiban selama kebaktian. Pada 

pasal 13, dia memberikan kepada gereja sebuah pengajaran khusus 

untuk menghubungkan semua hal yang disebutkan dalam pasal 12 

dan 14. Pada pasal 14, dia menjelaskan cara menggunakan karunia-

karunia rohani dengan efektif.

Secara khusus pasal 13 ini penting, karena di sinilah Paulus 

mengajarkan dasar utama di balik penerapan karunia-karunia rohani, 

yaitu kasih.

A. Kegagalan Gereja Korintus

Mempunyai karunia rohani dan mempunyai kasih yaitu  dua hal 

yang berbeda. Kita melihat kebenaran ini dengan baik digambarkan 

pada keadaan Gereja Korintus: jemaat dianugerahi karunia rohani yang 

berlimpah, namun  sayangnya, mereka kekurangan sesuatu yang jauh 

lebih berharga, yaitu kasih. Akibatnya pelayanan dan perkembangan 

gereja terhambat. Karena latar belakang inilah Paulus menulis untuk 

menegur mereka dan untuk mendorong mereka untuk memperbarui 

kasih mereka dalam Kristus. 

Surat Paulus kepada Jemaat Korintus menjelaskan keburukan-

keburukan perpecahan dan perselisihan. Di gereja, jemaat saling pihak 

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

88

memihak: sebagian menyatakan mengikuti golongan Paulus, sebagian 

Apolos, sebagian Kefas, dan yang lain Kristus. Karena gereja sangat 

terpecah-pecah, mereka tidak dapat bekerja sama untuk mencapai 

kebaikan bersama. Maka Paulus mendesak mereka untuk menghindari 

perpecahan dan perselisihan, dan mengejar pikiran yang sama (1Kor. 

1:10-13, 3:1-8). Ia juga menceritakan kepada mereka analogi satu 

tubuh yang terdiri dari banyak anggota tubuh, mengajarkan mereka 

untuk bekerja bersama-sama dalam Kristus (1Kor. 12:4-6, 12-16).

Masalah lain yang ditemukan dalam Gereja Korintus yaitu , 

beberapa jemaat, yang mempunyai sebuah karunia rohani tertentu, 

memandang remeh jemaat lain yang mempunyai karunia rohani yang 

berbeda. Maka Paulus mengingatkan mereka bahwa setiap anggota 

mempunyai fungsi yang berbeda-beda untuk mereka isi dalam gereja: 

seperti tubuh manusia memerlukan seluruh bagian tubuhnya untuk 

berfungsi dengan baik, bahkan bagian tubuh yang lemah, begitu juga 

tubuh Kristus (1Kor. 12:17-24, 27-30).

Paulus melanjutkan pesan-pesannya dengan beberapa pertanyaan 

retoris: “Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah 

mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau 

untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, 

atau untuk menafsirkan bahasa roh?” (1Kor. 12:29-30). Maksud Paulus 

yaitu  semua jemaat akan mempunyai karunia rohani yang berbeda-

beda, namun  bila mereka bekerja bersama dalam kesatuan, hasilnya 

yaitu  gereja yang berwarna. Sayangnya, Gereja Korintus tidak 

mengerti kebenaran ini, dan akhirnya jemaat saling merendahkan, 

menjadi arogan, dan gereja terpecah belah. Pendeknya, tidak ada  

kasih Allah yang mulia dan tanpa pamrih di dalam gereja. Karena 

itu, Paulus mendesak semua jemaat untuk saling memperhatikan. 

Ia berkata, apabila satu anggota menderita, maka seluruh jemaat 

menderita bersama. Dan ia menambahkan, apabila satu anggota 

dihormati, maka seluruh jemaat turut bersukacita (1Kor. 12:25-26).

B. Peran kasih

Keadaan yang paling buruk yang dapat dihadapi gereja yaitu , 

apabila jemaat mempunyai karunia-karunia rohani yang berlimpah, 

namun  tidak mempunyai kasih Kristus. Jadi mereka memamerkan 

karunia-karunia mereka di depan umum untuk mendapatkan 

kemuliaan, namun  tidak ada yang diuntungkan (ref. Flp. 2:3-4). saat  


89

Paulus menemukan masalah ini di Gereja Korintus, ia segera menulis 

sebuah surat, untuk mencegah kemunduran gereja lebih lanjut. Dalam 

1 Korintus 13, ia mendorong gereja untuk memusatkan perhatian pada 

karunia-karunia terbaik, yang yaitu  kasih (ref. 1Kor. 12:31; 14:1).

Rasul Paulus berkata, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan 

semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, namun  jika aku tidak 

mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang 

dan canang yang gemerincing” (1Kor. 13:1). Di sini, “semua bahasa 

manusia dan bahasa malaikat” merujuk pada karunia berbahasa 

roh. Pendeknya, tanpa kasih, bahasa roh tidak lagi berguna. Paulus 

menambahkan, “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat 

dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; 

dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan 

gunung, namun  jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali 

tidak berguna” (1Kor. 13:2). Kasih lebih bernilai daripada kepintaran 

berbicara dan karunia-karunia lain. Lebih lagi, tanpa kasih, seseorang 

dapat menyalahgunakan karunia rohani untuk menyebabkan 

perselisihan di dalam gereja dan memberikan tempat untuk Iblis 

bekerja.

Paulus menguraikan lebih lanjut: “Dan sekalipun aku membagi-

bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku 

untuk dibakar, namun  jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak 

ada faedahnya bagiku” (1Kor. 13:3). Di sini ia menyebutkan tindakan 

tidak mementingkan diri sendiri yang paling mulia: memberikan 

seluruh hak milik untuk dipersembahkan dan mengorbankan diri 

demi orang lain. Namun Paulus juga menambahkan, bahwa apabila 

pengorbanan ini dilakukan tanpa kasih, itu tidak menguntungkan 

orang yang melakukannya. Lebih parah lagi, tindakan itu tidak lebih 

dari sekadar memuliakan diri sendiri (ref. Mat. 6:1-2).

Kasih yaitu  kebenaran yang paling indah. Tanpa kasih, karunia-

karunia rohani yang lain tidak dapat menyempurnakan gereja. Karena 

itu kita semua harus mengejar kasih sebagai bagian penting untuk 

pertumbuhan tubuh Kristus dan sebagai dasar iman kita (Ef. 4:16).

C. Kasih ilahi dan kasih alami

Ada dua kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang diartikan sebagai 

“kasih”, yaitu phileo dan agape. Phileo berarti “dikasihi, “yang terkasih”, 

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

90

dan “sahabat”4, menunjukkan kasih alami yang melekat pada manusia: 

sebuah perasaan naluriah kepada orang-orang terdekat, perasaan 

yang kita miliki kepada sanak keluarga dan teman-teman terdekat. 

Kasih seperti ini membantu menopang hubungan keluarga dan sosial. 

Semua orang, baik Kristen atau bukan, mempunyai kemampuan untuk 

melakukan phileo.

Agape yaitu  kasih ilahi, yaitu kasih Allah5. Ini yaitu  kasih yang 

berasal dari iman seorang Kristen yang telah terlahir kembali. Istilah 

ini jarang digunakan dalam literatur Yunani di masa Paulus. Dalam tiap 

hal, penggunaan sekuler kata agape tidak dapat menyatakan maksud 

kata ini dengan cukup dalam dan berarti, seperti digunakan dalam 

Alkitab. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib menjelaskan istilah 

ini dengan arti mendalam yang hanya dipahami oleh orang Kristen 

(Rm. 5:8; 1Yoh. 3:16). Paulus menyebutkan agape dalam 1 Korintus 

13; dan Penatua Yohanes menggunakan istilah ini untuk menjelaskan 

intisari kasih Allah yang sejati. Ayatnya berbunyi:

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab 

kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir 

dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak 

mengenal Allah, sebab Allah yaitu  kasih. Dalam hal inilah kasih Allah 

dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus 

Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya”.

1 Yohanes 4:7-9

4.7 Peran Roh Kudus dalam menyatukan gereja sejati

4.7.1 Doa Yesus memohon kesatuan

Sebelum Dia naik ke surga, Tuhan Yesus berdoa memohon 

kesatuan gereja:

“Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-

Mu yang telah engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu 

sama seperti Kita….Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, namun  

juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan 

mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti engkau, 

ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam engkau, agar mereka juga 

di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa engkaulah yang telah 

mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, 

yang engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama 


91

seperti Kita yaitu  satu: Aku di dalam mereka dan engkau di dalam Aku 

supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa engkau 

yang telah mengutus Aku dan bahwa engkau mengasihi mereka, sama 

seperti engkau mengasihi Aku.”

Yohanes 17:11, 20-23

Pertama, kita melihat Yesus meminta kepada Bapa di surga “supaya 

mereka menjadi satu” (ayat 11) karena Ia berharap murid-murid-Nya 

bersatu, seperti Anak disatukan dengan Bapa. Lebih penting lagi, Yesus 

menginginkan mereka untuk disatukan dalam kebenaran, karena tanpa 

kebenaran, mereka akan terpecah belah. Dari Alkitab kita mengetahui 

bahwa Yesus yaitu  jalan, kebenaran, dan hidup (Yoh. 14:6). Begitu 

juga Injil Yohanes mengajarkan kita bahwa Allah yaitu  kebenaran 

(Yoh. 7:28); ref. 1Yoh. 5:20). Karena itu kesatuan gereja dalam Tuhan, 

dan dalam Kristus, yaitu  kesatuan dalam kebenaran, karena Roh 

Kudus yaitu  Roh kebenaran (Yoh. 14:17).

Kedua, saat  Yesus menyebutkan “mereka ini” dalam ayat 20, 

yang Ia maksud yaitu  murid-murid-Nya. Dan saat  Ia menyebutkan 

“orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka”, 

ini yaitu  mereka yang nanti akan percaya kepada-Nya, yaitu gereja 

yang akan berdiri sesudah  Hari Pentakosta. Jadi Yesus berharap agar 

para rasul dan umat percaya disatukan dalam kebenaran. Firman-Nya 

mengajarkan kita bahwa gereja harus dibangun di atas kebenaran – 

dasar para rasul, nabi-nabi dan Yesus Kristus (Mat. 16:18; Ef. 2:19-

20).

Ketiga, perkataan Yesus pada ayat 23 menunjukkan harapan-Nya 

agar para rasul dan umat percaya dipersatukan. Dengan demikian, 

mereka akan menunjukkan kepada dunia bahwa Dia diutus oleh Bapa 

surgawi, dan Allah mengasihi Anak dan gereja-Nya.

4.7.2 Roh Kudus memberikan kesatuan

Roh Kudus yaitu  satu. Allah menyatukan gereja di dalam Roh (Ef. 

4:3-4; Yeh. 11:19). Alkitab memberitahukan kita bahwa orang-orang 

percaya dibangun menjadi tempat berdiamnya Roh Kudus (Ef. 2:21-

22). Paulus berkata, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang 

Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, 

telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari 

satu Roh” (1Kor. 12:13).

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

92

Seringkali kita tidak dapat mencapai kesatuan dalam Roh karena 

rasa megah diri dan kehendak pribadi menghalanginya. Namun Roh 

Kudus itu seperti api yang dapat menghabisi dan membakar hangus 

ketidakmurnian, sehingga gereja dapat mencapai kesatuan sebagai 

satu tubuh.

4.7.3 Roh Kudus menyatukan gereja di dalam kebenaran

Paulus berkata, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan 

Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus 

terang memberitakan perkataan kebenaran itu” (2Tim. 2:15). Dia juga 

berkata, “Satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil 

kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,  satu 

Tuhan, satu iman, satu baptisan,  satu Allah dan Bapa dari semua, Allah 

yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua” (Ef. 4:4-6). 

Dari ayat-ayat ini, kita mengerti bahwa hanya ada satu Alkitab dan satu 

kebenaran (2Kor. 1:18-19).

Gereja sejati dibangun di atas dasar para rasul dan nabi-nabi, 

dengan Yesus sebagai batu penjuru (Mat. 16:18; Ef. 2:19-20). Ini berarti 

jemaat hanya dapat disatukan apabila mereka mempunyai iman yang 

sama (Gal. 1:6-8); Tit. 1:4; Yud. 17; Ef. 4:13). Para rasul mengabarkan 

pengajaran dan wahyu yang mereka terima dari Tuhan Yesus (Mat. 

28:20; Gal. 1:11-12; Ef. 3:3-5); dan Alkitab mencatat, bahwa bila kita 

tidak mengikuti petunjuk rasul-rasul dan nabi-nabi Allah, kita bukan 

berasal dari Allah dan belum menerima Roh kebenaran (1Yoh. 4:6). 

Dari sini kita dapat melihat betapa pentingnya Roh Kudus dalam 

menolong kita memahami kebenaran.

4.7.4 Berusaha bersama-sama untuk mencapai kesatuan

Kesatuan gereja yaitu  kehendak Tuhan Yesus, namun  kita tidak 

dapat mengompromikan kebenaran demi persatuan. Tuhan Yesus 

berkata, “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap 

kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan” 

(Mat. 12:25). Senjata iblis yang paling mematikan untuk menjatuhkan 

gereja yaitu  perpecahan. Jika dia dapat membuat orang-orang 

Kristen saling menjatuhkan, gereja akan mengalami penderitaan. 

namun  jika kita semua berusaha mencapai kesatuan rohani di dalam 


93

kasih dan kebenaran, gereja akan menjadi sempurna dan kuat, dan 

juga mempunyai kemampuan untuk mewujudkan keserupaan dengan 

Kristus (Ef. 4:13-16).

4.7.5 Roh Kudus memberikan ketaatan

Yohanes berkata, “Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal 

Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, 

ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan 

roh yang menyesatkan” (1Yoh. 4:6). Roh kebenaran, yaitu Roh Kudus, 

memberikan pengertian akan satu sama lain dan pengetahuan kepada 

orang-orang percaya, dan juga membantu mereka untuk dapat tunduk 

dan taat satu sama lain. Karena alasan ini, gereja harus mempunyai 

hadirat dan kepenuhan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, gereja tidak 

dapat menyatakan diri sebagai milik Allah (Rm. 8:9).

4.8 Satu gereja sejati

Hari ini ada ribuan gereja dan denominasi Kristen. Dan tampaknya 

semua tidak dapat bernaung di bawah satu iman yang sama. 

Contohnya, satu gereja mungkin percaya bahwa baptisan yaitu  untuk 

pengampunan dosa, sementara yang lain mungkin berkata bahwa 

baptisan hanya sebuah pernyataan iman di depan umum, dan aliran 

lain mungkin memberitakan bahwa mengakui Yesus yaitu  Tuhan 

sudah cukup untuk mendapatkan keselamatan.

Namun setidaknya beberapa gereja berusaha mencapai beberapa 

kesamaan, dan akhir-akhir ini yang seringkali ditemukan, yaitu  usaha 

yang terus meningkat menuju gerakan oikumene. Ujungnya, tentu saja 

gereja-gereja harus mengesampingkan perbedaan doktrin mereka. 

Namun walaupun gerakan oikumene dapat membawa orang-orang 

Kristen dan gereja-gereja secara fisik tampaknya bersatu, gerakan ini 

tidak memecahkan masalah utama dalam hal iman.

Yang paling penting, keanekaragaman aliran atau denominasi 

Kristen sama sekali bukan kehendak Allah. Tuhan menghendaki hanya 

ada satu gereja dan tubuh Kristus, yang menjadi milik-Nya yang mutlak. 

Malah bila kita melihat ke dalam Alkitab, kita mendapati bahwa Alkitab 

terus menerus menyatakan sifat tunggal gereja sejati:

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

94

4.8.1 Satu bait Allah

Bait Allah dalam Perjanjian Lama menggambarkan gereja 

dalam Perjanjian Baru. Sebagai orang Kristen, tubuh kita yaitu  bait 

Roh Kudus (1Kor. 6:19). Secara kolektif, orang-orang percaya yang 

membentuk gereja disebut sebagai bait Roh Kudus (1Kor. 3:16-17; Ef. 

2:21-22).

Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel hanya membangun satu bait 

Allah, walaupun mereka mempunyai sumber daya untuk membangun 

lebih dari satu. Allah itu esa (Ul. 32:39), dan begitu juga, bait Allah 

hanya satu. Di Perjanjian Baru, semua orang percaya di gereja secara 

kolektif dibangun menjadi satu rumah rohani (1Ptr. 2:5). Hanya ada 

satu rumah atau bait rohani, karena hanya ada satu Roh (1Kor. 12:4; 

Ef. 4:4).

4.8.2 Satu tubuh

Gereja yaitu  tubuh Kristus (Kol. 1:24), dan semua orang percaya 

yaitu  anggota dari satu tubuh (Rm. 12:5). Mungkin ada banyak 

anggota, namun  tubuhnya tetap satu, karena hanya ada satu Roh (1Kor. 

12:4). Tubuh Kristus tidak dapat dibagi-bagi (1Kor. 12:20, 25; Ef. 4:4).

4.8.3 Satu mempelai perempuan

Adam yaitu  sebuah gambaran Yesus Kristus (Rm. 5:14; 1Kor. 

15:45). Allah hanya menciptakan satu istri untuk Adam, dan ia yaitu  

Hawa. Begitu juga, Yesus Kristus hanya mempunyai satu mempelai 

perempuan, yaitu gereja (2Kor. 11:2; Why. 21:9-10), yang satu hari 

nanti, akan menikah (Ef. 5:31-32).

Nabi Yesaya telah menubuatkan, di hari-hari terakhir (Yes. 2:2), 

tujuh orang perempuan akan memegang seorang laki-laki, serta 

berkata: "Kami akan menanggung makanan dan pakaian kami sendiri; 

hanya biarlah namamu dilekatkan kepada nama kami; ambillah aib yang 

ada pada kami!" (Yes. 4:1). Tujuh yaitu  bilangan yang sempurna, yang 

dapat menunjukkan bilangan yang lebih besar daripada tujuh secara 

hurufiah. Seperti perempuan-perempuan yang meminta nama laki-laki 

itu dilekatkan kepada mereka, hari ini banyak gereja mengatasnamakan 


95

nama Allah. Mereka mengabarkan injil dan melayani untuk Allah, namun  

mereka memakan makanan mereka sendiri (ref. Amos 8:11, makanan 

melambangkan Firman Allah) dan memakai pakaian mereka sendiri 

(ref. Why. 19:8, pakaian melambangkan perbuatan baik). Gereja-gereja 

ini bertindak berdasarkan kehendak mereka sendiri, namun ingin 

dipanggil atas nama Allah.

Kita perlu menyadari, bahwa bila kita menjalani hidup yang 

terpisah dari Allah, kita tidak dapat disebut dengan nama-Nya. Gereja 

Allah yaitu  gereja yang mengabarkan kebenaran seutuhnya, seperti 

yang dinyatakan oleh Roh Kudus. Sebagai orang Kristen, kita tidak 

dapat mengandalkan kebenaran kita sendiri, yang hanyalah kain kotor 

di mata Allah (Yes. 64:6). Kebenaran kita haruslah berasal dari Tuhan 

Yesus. Untuk menjadi mempelai Tuhan Yesus, kita harus menerima 

dan menaati kebenaran dengan bersandar kepada Allah melalui iman.

4.8.4 Satu rumah tangga Allah

Gereja yaitu  rumah tangga Allah (1Tim. 3:15). Allah yaitu  Bapa 

atas umat-Nya (Ef. 4:6) dan segala roh (Ibr. 12:9-10). Sebagai orang 

percaya, kita yaitu  anak-anak dalam rumah tangga-Nya (Ef 2:19). 

Mungkin ada banyak anak-anak, namun  berasal dari satu rumah tangga, 

sama seperti Allah yaitu  satu (1Kor. 12:6).

4.8.5 Satu pokok anggur yang benar

Tuhan Yesus yaitu  pokok anggur yang benar, dan orang-orang 

percaya yaitu  ranting-ranting yang melekat pada-Nya (Yoh. 15:1, 5). 

Sebuah pokok anggur dapat mempunyai banyak ranting, namun  tetap 

hanya ada satu pokok anggur. Demikian juga, hanya ada satu gereja 

sejati yang dapat diakui sebagai tubuh Kristus (Yoh. 15:4-6).

4.8.6 Satu bahtera

Pada zaman Nuh, bumi penuh dengan dosa dan kekerasan. Allah 

memutuskan untuk menghancurkan bumi dengan air bah (Kej. 6:11-

13; 7:11-12, 21). Namun Nuh berjalan dengan Allah, benar dan kudus 

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

96

di mata-Nya. Karena itu Allah memperlihatkan pada Nuh segala 

rencana-Nya dan menyuruhnya membuat sebuah bahtera untuk 

menyelamatkan seluruh keluarganya (Ibr. 11:7; 1Ptr. 3:20; 2Ptr. 2:5).

Bahtera Nuh menggambarkan gereja sejati di hari-hari terakhir. 

Kita mengetahui hal ini dari beberapa pengajaran rohani dan kesamaan-

kesamaan dalam Alkitab. Pertama, seperti di masa Nuh, dunia di 

masa kini penuh dengan dosa dan kekerasan. (Why. 7:1; 18:4-5; Kis. 

2:17-21). Kedua, seperti bahtera Nuh, gereja sejati didirikan sesuai 

sepenuhnya dengan petunjuk Allah (Kej. 6:14-16, 22; Mat. 28:20; ref. 

Gal. 1:6-9). Ketiga, seperti mereka yang masuk ke dalam bahtera Nuh, 

mereka yang masuk ke dalam gereja sejati dapat diselamatkan melalui 

pembasuhan air dan pembaruan oleh Roh Kudus (Kej. 6:18-20; 7:23; 

ref. Yoh. 3:5; Tit. 3:5; 1Ptr. 3:20-21; Ef. 1:14).

Nuh hanya membangun satu bahtera, yang menjadi satu-satunya 

tempat perlindungan manusia dari air bah (2Ptr. 2:5). Demikian juga 

pada hari-hari terakhir, sebelum Tuhan memusnahkan dunia, hanya 

ada satu gereja sejati tempat orang-orang dapat menerima keselamatan 

(Ef. 4:4; Kid. 6:9).

4.8.7 Dua perjanjian

Paulus menjelaskan bahwa Abraham mempunyai dua anak laki-

laki: satu dari seorang hamba, yang dilahirkan menurut daging; satu 

lagi dari orang merdeka, yang dilahirkan menurut janji Allah (Gal. 4:22-

25). Dua perempuan yang melahirkan dua anak ini melambangkan dua 

jenis orang atau gereja. Allah hanya menerima gereja-Nya dan menolak 

mereka yang tidak mempunyai bagian di dalamnya.

Ada banyak macam manusia, namun  hanya ada dua jenis di 

mata Allah. Jenis yang pertama hidup melalui Adam. Namun garis 

keturunannya menuju pada maut. Kita semua yaitu  keturunan Adam, 

jadi kita hidup di bawah kerangkeng maut; suatu saat nanti kita harus 

menerima kematian, jasmani dan rohani. Jenis kedua hidup melalui 

Yesus Kristus di dalam gereja-Nya. Hanya apabila kita dilahirkan 

kembali dalam Kristus, barulah kita dapat menerima kehidupan kekal 

(Yoh. 3:5; 3:16f; 1Kor. 15:22).

Hari ini ada banyak denominasi dan aliran gereja. Namun di mata 

Allah hanya ada dua jenis gereja dan orang: mereka yang hidup dalam 


97

maut, dan mereka yang mempunyai kehidupan. Satu berasal dari 

daging, satu lagi dari Roh (Rm. 8:5-11).

4.8.8 Satu kawanan domba yang dipimpin oleh satu gembala

Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik” (Yoh. 10:11, 14). 

Perkataan ini menunjukkan bahwa orang-orang percaya yaitu  

domba-domba-Nya (ref. Yoh. 10:26). Domba-Nya banyak, namun  Yesus 

menggembalai satu kawanan dari satu kandang (Yoh. 10:16). Yesus 

juga berkata, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari 

kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan 

mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan 

dengan satu gembala” (Yoh. 10:16). Dari perkataan-Nya ini, kita 

mendapatkan:

- “kandang ini” menunjukkan satu gereja sejati; dan Yesus 

yaitu  “gembala”nya.

- “domba-domba lain” menunjukkan orang-orang yang 

belum percaya kepada Yesus. Sebagai gembala mereka, 

Yesus akan menuntun mereka ke dalam kandang-Nya. Ia 

akan menggunakan kebenaran untuk menuntun mereka ke 

gereja-Nya.

- Domba-domba akan mendengar suara Tuhan Yesus (Yoh. 

10:27) dan akan berkumpul bersama dengan Gembala 

mereka yang sejati. Mereka yang bukan milik Yesus entah 

tidak mendengar-Nya, atau tidak datang ke kandang-Nya 

(Yoh. 8:47; 10:26).

- “suara-Ku” menunjukkan suara Yesus dan Roh Kudus, 

karena Roh Kudus yaitu  Roh Yesus. Kita harus belajar 

mendengar suara Yesus, yaitu Roh Kudus, bila kita mencari 

kandang-Nya, yaitu gereja sejati.

4.9 Bagaimana kita dapat mengenali gereja sejati?

 

Saat ini ada banyak sekali gereja, dan masing-masing menyatakan 

pesan yang berbeda, atau setidaknya sebuah variasi dari injil 

yang diberitakan para rasul. Keadaan ini dapat menjadi sangat 

membingungkan bagi orang-orang yang mencari gereja yang sungguh-

sungguh yaitu  milik Allah dan mendapatkan keselamatan. Namun 

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

98

bersyukur kepada-Nya, Alkitab menjelaskan kepada kita bagaimana 

mengenali karakter dan ciri-ciri gereja sejati.

4.9.1 Menjunjung nama Tuhan

Banyak gereja mengabaikan pentingnya nama Yesus, dan 

sebaliknya menegaskan doktrin-doktrin secara khusus, seperti 

baptisan, hari Sabat, sebagai namanya. Namun pilihan nama ini penting 

karena nama memberikan pesan kepada orang-orang akan apa yang 

dikedepankan oleh gereja itu.

Misi gereja sejati yaitu  untuk menyatakan kebenaran melalui 

injil. Keselamatan ini hanya datang dari Yesus, seperti yang dinyatakan 

oleh Alkitab, tidak ada nama lain yang oleh karenanya orang dapat 

diselamatkan (Kis. 4:12). Maka salah satu ciri gereja sejati, yaitu  

menyatakan dan menjunjung nama Yesus.

Dalam doa perpisahan-Nya, Tuhan Yesus meminta, “Ya Bapa yang 

kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah 

Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti 

Kita” (Yoh. 17:11). Gereja yaitu  tubuh Kristus; karena itu, gereja harus 

membawa nama Yesus. Dengan cara ini, orang percaya dapat dikenali 

dan dipelihara dengan nama itu.

4.9.2 Disertai Roh Kudus

Penyertaan Roh Kudus yaitu  ciri gereja penting yang sangat 

penting, dan berfungsi untuk membedakan gereja dari kumpulan 

gereja lain. Alkitab menyatakan bahwa gereja yaitu  tubuh Kristus (Ef. 

1:23; 4:12; Kol. 1:24). Karena itu, keberadaan Roh Kudus membuktikan 

bahwa gereja mempunyai hidup Kristus (ref. Yak. 2:26). Tanpa 

penyertaan Roh Kudus, sebuah organisasi hanya akan didasarkan 

pada kehendak manusia. Hanya penyertaan Roh Kudus yang dapat 

mengubah umat percaya menjadi “bait Roh Kudus” (1Kor. 6:19). Gereja 

tanpa penyertaan Roh Kudus tidak dapat dianggap sebagai tubuh 

Kristus (1Kor. 3:16-17). Roma 8:9 menyatakan, “namun  jika orang tidak 

memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.”.

Roh Kudus memberikan kesaksian bagi Tuhan (Yoh. 15:26). 

Tanpa kehadiran-Nya, baptisan air contohnya, tidak akan berkhasiat 


99

mengampuni dosa (Kis. 22:16; 1Yoh. 5:6-8). Kuasa dan wewenang 

untuk mengampuni dosa ada pada Roh Allah, dan karena itu, penting 

dalam memenuhi tugas Allah (ref. Yoh. 20:22-23). Semua sakramen 

kudus yang dilakukan gereja seperti baptisan air, basuh kaki, dan 

perjamuan kudus, harus disertai oleh Roh Kudus agar dapat berkhasiat 

sebagai sakramen.

4.9.3 Dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi

“Dan Akupun berkata kepadamu: engkau yaitu  Petrus dan di atas batu 

karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.”

Matius 16:18

“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan 

kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga 

Allah, 20  yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan 

Kristus Yesus sebagai batu penjuru. 21  Di dalam Dia tumbuh seluruh 

bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam 

Tuhan. 22  Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat 

kediaman Allah, di dalam Roh.”

efesus 2:19-22

Efesus 2:19-22 membicarakan tentang dasar para rasul dan nabi, 

dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru. Ayat ini menunjukkan 

bahwa gereja sejati harus didirikan di atas dasar kebenaran. Paulus 

memperingatkan bahwa siapa pun yang mengubah kebenaran yang 

telah diberitakan oleh para rasul, nabi-nabi, dan Yesus (2Yoh. 9-11), 

akan dihukum (Gal. 1:6-9).

Yesus berbicara tentang “Roh kebenaran” (Yoh. 16:13), sementara 

Yohanes menulis “Roh yaitu  kebenaran” (1Yoh. 5:6). Jadi kita sekarang 

menyadari bahwa Roh Kudus dan kebenaran yaitu  dua hal yang tak 

terpisahkan. Karena Roh Kudus tinggal di dalam gereja sejati, maka 

gereja sejati dapat memegang kebenaran.

Paulus menjelaskan sifat ke-satu-an iman Kristen, dan gereja 

sejati yang memegangnya. Ia berkata, “Satu tubuh, dan satu Roh, 

sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang 

terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, 

satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh 

semua dan di dalam semua” (Ef. 4:4-6).

Bab 4: Roh Kudus dan Gereja

100

4.9.4 Kesaksian dari tanda-tanda dan mujizat

Tanda dan mujizat menyatakan kebenaran injil yang dinyatakan 

oleh gereja sejati. Yesus berkata, “Tanda-tanda ini akan menyertai 

orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi 

nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru 

bagi mereka, 18  mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka 

minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan 

meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” 

(Mrk. 16:17-18). Kuasa untuk melakukan tanda dan mujizat berasal 

dari Roh Kudus (Rm. 15:19). Ini membuktikan bahwa gereja sejati 

disertai oleh Roh Kudus, dan orang-orang yang melakukannya yaitu  

utusan-utusan Allah (ref. Mat. 11:2-6; 2Kor. 12:12).

4.10 Mencari gereja sejati

Sebelum kita masuk ke gereja apa pun, kita harus menanyakan 

beberapa pertanyaan kepada diri sendiri: Apakah gereja itu menyatakan 

nama Yesus? Apakah gereja itu mempunyai bukti-bukti penyertaan 

Roh Kudus? Apakah gereja itu mengabarkan injil keselamatan dengan 

sepenuhnya, sesuai dengan ajaran Yesus, para rasul, dan para nabi? 

Apakah gereja itu disertai dengan tanda dan mujizat?

Tuhan Yesus memanggil orang-orang untuk masuk ke dalam 

kandang-Nya, yaitu gereja sejati. namun  kita perlu berdoa agar Roh 

Kudus menuntun kita, agar kita dapat mendengar suara Gembala (Yoh. 

10:16). Yesus memanggil kita dengan sebuah janji: “Barangsiapa haus, 

baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-

Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan 

mengalir aliran-aliran air hidup” (Yoh. 7:37-38). Penatua Yohanes juga 

berkata, “Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia 

berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, 

dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan 

dengan cuma-cuma!” (Why. 22:17)



Sebagai kesimpulan, Roh Kudus mempunyai peran penting dalam 

gereja sejati. Roh Kudus memerintah gereja (Kis. 15:28; 16:4-5); 

mengutus pekerja (Kis. 6:2-6); 20:28); memberikan karunia-karunia 

rohani seturut kehendak-Nya (1Kor. 12:8-11); dan menyatukan gereja 

(1Kor. 12:13; Ef. 4:3-4; Yeh. 11:19).


Gereja yaitu  sekumpulan orang-orang yang percaya kepada 

Kristus. Penyertaan Roh Kudus membuktikan bahwa sebuah gereja 

yaitu  milik Kristus (Rm. 8:9) dan mempunyai hidup-Nya. Tambah 

lagi, Roh Kudus mempunyai peran penting dalam kehidupan rohani 

tiap orang percaya: Ia menolong kita dalam perjalanan iman kita dan 

menjamin keselamatan kita. Alkitab mencatat: “Rohlah yang memberi 

hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang 

Kukatakan kepadamu yaitu  roh dan hidup” (Yoh. 6:63).

Bab ini akan melihat hubungan antara Roh Kudus dengan orang-

orang percaya.

5.2 Roh Kudus dan pembenaran

5.2.1 Apakah pembenaran?

Kata “pembenaran” sering ditemukan dalam surat-surat Rasul 

Paulus untuk menunjukkan apakah yang diperhitungkan Allah 

untuk melihat orang percaya sebagai orang yang benar (Rm. 4:3, 6), 

pengampunan dosa-dosa kita, dan kesanggupan kita untuk berdiri 

tanpa cacat cela di hadapan tahta Allah pada hari penghakiman nanti 

(Rm. 8:33-34). Paulus menjelaskan kepada kita, bahwa pembenaran 

kita dimungkinkan karena kebenaran Yesus Kristus (Rm. 5:17-19; 

2Kor. 5:21).

Ada dua sisi dalam pembenaran kita. Pertama, Allah tidak lagi 

melihat kita sebagai orang berdosa (Rm. 4:6-8; 2Kor 5:19), karena Ia 

telah membebankan seluruh dosa kita kepada Yesus (Yes. 53:6). Kedua, 

Allah menghubungkan kebenaran Kristus kepada kita (2Kor. 5:21; Gal. 

3:27), sehingga kita dapat disebut sebagai anak-anak-Nya (Ef. 1:5).


103

5.2.2 Mengapa kita memerlukan pembenaran?

Tujuan pembenaran hanya satu, yaitu  agar kita dapat 

diselamatkan dari murka Allah, agar kita suatu hari nanti, dapat 

berdiri dengan percaya diri dalam pemghakiman surgawi (Rm. 5:9). 

Namun orang-orang berdosa tidak dapat menerima kehidupan kekal 

karena menghadapi murka Allah (Yoh. 3:36). Hanya mereka yang 

dibenarkan Allah dan didamaikan kepada-Nya (Rm. 5:1, 10), yang 

dapat memperoleh jaminan bahwa dakwaan tidak akan diajukan 

terhadap mereka (Rm. 8:33-34). 

“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali 

saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibr. 9:27). Kematian yaitu  akibat 

dari dosa. Bila ada dosa, maka ada kematian; dan bila ada kematian, 

akan ada penghakiman. Penghakiman terjadi karena kematian. Tidak 

ada orang yang dapat hidup selamanya; semua orang pasti mati, cepat 

atau lambat. Dan Allah telah membawa kita masing-masing untuk 

dihadapkan kepada penghakiman sesudah  kita mati, agar kebenaran dan 

keadilan-Nya dapat ditegakkan. Lebih lagi, kita tidak dapat melawan 

penghakiman-Nya, karena Ia yaitu  Tuan atas segala ciptaan.

Patokan penghakiman Allah bagi bangsa Israel kuno yaitu  

Hukum Taurat, yang telah Ia sampaikan kepada Musa. Orang Yahudi 

yang memegang hukum ini dianggap benar di hadapan Allah (Rm. 

2:12-13). Namun, karena tidak ada seorang pun yang dapat memegang 

hukum ini dengan sempurna (Gal. 5:3), tidak ada orang yang dapat 

dibenarkan melalui hukum ini (Gal. 3:11). Karena itu Alkitab berkata 

bahwa mereka yang mengandalkan pembenaran melalui Hukum 

Taurat, ada di bawah kutukan (Gal. 3:10).

Alkitab menyebut mereka yang bukan bagian dari umat pilihan 

Allah sebagai “bangsa-bangsa lain” atau “orang-orang yang tidak 

percaya”. Penghakiman Allah atas mereka akan didasarkan pada hati 

nurani mereka. Rasul Paulus menjelaskan, “Apabila bangsa-bangsa 

lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri 

melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka 

tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi 

diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa 

isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati 

mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling 

membela” (Rm. 2:14-15).


104

Namun dalam Kristus, perbedaan antara orang Yahudi dengan 

bangsa-bangsa lain tidak mempunyai arti apa-apa dalam hal 

pembenaran. Seorang Yahudi, yang mencari kebenaran melalui Hukum 

Taurat, dan seorang dari bangsa lain, mencari kebenarannya dari 

moralitas dalam hati nuraninya, keduanya akan kecewa dengan usaha 

mereka mencari kebenaran mereka sendiri. Ini karena manusia penuh 

dengan kelemahan, sehingga kita tidak selalu dapat hidup menurut 

apa yang kita inginkan. Rasul Paulus menunjukkan, contohnya, bahwa 

kita seringkali ingin melakukan hal yang baik, namun ada kejahatan 

dalam diri kita. Paulus mengutip mazmur Daud:

“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.

Tidak ada seorangpun yang berakal budi, 

tidak ada seorangpun yang mencari Allah.  

Semua orang telah menyeleweng, 

mereka semua tidak berguna, 

tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”

Roma 3:10-12; ref. Mazmur 14:1-3; 53:1-3

Manusia diperbudak oleh dua jenis dosa: dosa pribadi dan 

dosa asal. Ketidakmampuan bangsa Israel untuk memegang Hukum 

Taurat sepenuhnya, dan ketidakmampuan bangsa-bangsa lain untuk 

mengikuti hati nurani mereka dapat dikategorikan sebagai “dosa-

dosa pribadi”. Dosa-dosa pribadi yaitu  dosa-dosa yang kita lakukan 

pada tingkatan individu dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, 

setiap orang mewarisi sifat dosa dari nenek moyang umat manusia. 

Kita menyebut dosa ini sebagai “dosa asal” (Rm. 5:12). Maka Raja 

Daud, digerakkan oleh Roh Kudus, mengakui: “Sesungguhnya, dalam 

kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Mzm. 

51:5).

“Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan 

dosa” (Gal. 3:22). Baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, semuanya 

ada dalam belenggu dosa (Rm. 3:9). Upah dosa yaitu  kematian (Rm. 

6:23), dan sesudah  kematian akan datang penghakiman. Akibat yang 

harus ditanggung orang berdosa terhadap penghakiman kebenaran 

Allah yaitu  kehancuran kekal (2Tes. 1:7-9). Dosa dan hukuman yaitu  

kenyataan menyedihkan yang harus dihadapi orang berdosa. Dan 

karena kita semua ada di bawah kutukan dosa, baik di tingkat individu 

dan dari dosa asal yang kita wariskan dari Adam dan Hawa, satu-

satunya harapan kita yaitu  mencari Yesus Kristus untuk dibenarkan.


105

Alkitab mengatakan bahwa Allah mengasihi dunia (Yoh. 3:16), dan 

Ia menginginkan semua orang diselamatkan (1Tim. 2:4) dan tidak ada 

yang binasa (2Ptr. 3:9). Persembahan korban bakaran dalam Hukum 

Taurat menggambarkan kasih Allah dalam Kristus (Im. 1:1-4; Ibr. 

9:22): Yesus Kristus, yang mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk 

dunia, yaitu  perwujudan penuh kasih Allah (Rm. 5:8; 1Ptr. 2:24).

5.2.3 Mengandalkan Roh Kudus untuk pembenaran

Karena kita semua ada dalam kutukan dosa, kita harus dibenarkan 

oleh Allah. Tidak mungkin kita dapat dibenarkan melalui usaha kita 

sendiri dengan hidup sempurna – hasil yang pasti kita tuai yaitu  

perasaan bersalah dan kegagalan. Namun begitu kita mengakui 

keadaan kita yang tak berdaya, kita akan belajar untuk mempercayakan 

pembenaran kita kepada Yesus Kristus. Kita tidak dapat menemui jalan 

untuk kembali kepada Allah tanpa Yesus (Rm. 7:23-25; Yoh. 14:6). Yesus 

pernah berkata, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, 

namun  orang berdosa, supaya mereka bertobat.” (Luk. 5:32). Sepanjang 

sejarah panjang manusia, hanya ada sangat sedikit orang benar, dan 

terlalu banyak orang yang merasa benar diri. Mereka yang benar diri 

berusaha mendapatkan kebenaran mereka sendiri tanpa Allah (Rm. 

10:3). Namun pembenaran diri hanya akan menjauhkan mereka dari 

pembenaran Allah. Hanya yang lemah lembut dan rendah hati, yang 

mencari belas kasihan Allah dan bertobat dengan tulus, yang akan 

dibenarkan (Luk. 18:9-14). Mereka yang benar diri bahkan tidak dapat 

melihat perlunya kasih dan kemurahan Allah dalam hidup mereka.

Pembenaran yaitu  karena kasih karunia, dan diberikan secara 

cuma-cuma oleh Allah (Rm. 3:24; 4:2-3). Namun banyak orang Kristen 

mengira mereka tidak perlu melakukan apa-apa dalam tingkatan 

individu. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ada langkah-langkah 

yang harus kita tempuh untuk mendapatkan pembenaran Kristus, 

seperti percaya, bertobat, dan dibaptis. Walaupun langkah-langkah ini 

diilhamkan oleh Allah, kita disyaratkan untuk mengikutinya dengan 

tindakan (Kis. 2:38; Rm. 4:5).

Namun kita perlu ingat, pada akhirnya pembenaran kita hanya 

dimungkinkan karena Yesus Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita 

dan bangkit untuk pembenaran kita (Rm. 4:25; 2Kor. 5:21). Karena itu 

Rasul Paulus berkata, “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan 

di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat… Karena kami 


106

yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia 

melakukan hukum Taurat” (Rm. 3:20, 28).

Jalan menuju pembenaran kita yaitu  melalui iman dan baptisan 

air. Banyak orang Kristen merasa ragu dengan khasiat baptisan air 

untuk membenarkan orang percaya dan menghapus dosa-dosanya. 

Namun kita harus menyadari bahwa kuasa ini berasal dari keberadaan 

rohani darah Yesus dan kesaksian Roh Kudus di dalam air (Zak. 12:10-

13:1; Yoh. 19:33-37; 1Yoh. 5:6-12). Yesus yaitu  Domba Allah yang 

suci, yang dibebankan dengan dosa demi kita. Melalui Roh yang kekal, 

Ia mengorbankan diri-nya demi kita di hadapan Allah (2Kor. 5:21; 1Kor. 

5:7; Ibr. 9:12-15; Yoh. 10:18). Roh Kudus, yang yaitu  Allah sendiri, 

mempunyai kuasa untuk memberikan pengampunan dosa melalui 

baptisan air (Yoh. 20:22-23). Lebih lagi, Roh Kudus memberikan 

kesaksian karena Roh yaitu  kebenaran (1Yoh. 5:6-8). Dalam baptisan, 

yaitu melalui air, darah dan Roh, kita dikuburkan bersama Kristus dan 

dibangkitkan dalam hidup yang baru dalam Kristus (Rm. 6:3-4) dan 

pembenaran (Mrk. 16:16; Kis. 22:16; 1Yoh. 1:7-9). Dengan cara ini, 

pembenaran melalui baptisan tidak dapat dilihat sebagai hasil dari 

perbuatan kita. Bagian ini sepenuhnya bergantung pada kemurahan 

Allah dan darah Yesus Kristus.

Dari sudut pandang yang lain, hanya melalui bimbingan Roh Kudus-

lah, seseorang dapat mengakui dosa-dosanya dan mengakui Yesus 

Kristus sebagai Juruselamatnya (Yoh. 16:7-8; 1Kor. 12:3). Maka peran 

Roh dalam pembenaran kita juga mencakup pekerjaan persiapan-Nya 

dalam menuntut kita akan dosa-dosa kita dan menuntun kita kepada 

Allah.

5.3 Roh Kudus dan pengudusan

5.3.1 Apakah pengudusan?

“Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah 

mengenakan Kristus” (Gal. 3:27). Ayat ini memberitahukan kita bahwa 

kita mengenakan Yesus Kristus begitu kita dibaptis. Mengenakan 

Kristus berarti mengenakan sifat-Nya, yang yaitu  kebenaran sejati 

dan kekudusan (Ef. 4:24). Ini bukanlah perbuatan teoretis: kita 

mengenakan Kristus secara rohani dalam baptisan, agar kita diliputi 

dengan darah-Nya yang menghapus dosa; dan selanjutnya kita juga 

terus mengejar-Nya dalam Roh agar tidak menjadi kotor lagi. Rasul 


107

Petrus memperingatkan kita agar tidak kembali ke dalam kondisi kita 

yang lama, yang ia samakan seperti “anjing kembali lagi ke muntahnya, 

dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya” (2Ptr. 2:22).

Karena itu, pengudusan kita dalam Kristus yaitu  sebuah proses 

yang terus menerus: kita berusaha agar tidak membiarkan diri kita 

jatuh kembali ke dalam sifat kedagingan (Rm. 13:14). Kekudusan 

bukan sebuah keadaan yang samar-samar, karena kekudusan terlihat 

melalui tindakan dan perbuatan kita. Karena itu, Rasul Paulus berkata, 

walaupun diri kita secara fisik menua, namun diri kita yang rohani 

harus diperbarui tiap-tiap hari (2Kor. 4:16). Dikuduskan dalam Kristus 

berarti membuang sifat kita yang lama dan mengejar kekudusan. Di 

dalamnya terkandung usaha untuk mewujudkan hidup yang baru 

dalam Kristus dan mengenakan sifat-Nya (Ef. 4:22-23; Rm. 6:4). Pada 

akhirnya, pengudusan kita dalam Kristus mensyaratkan kita untuk 

disalibkan bagi dunia, dan menganggap diri kita mati bagi dunia (Gal. 

6:14). Kita harus memperlihatkan diri kita sebagai persembahan 

yang hidup, tidak lagi seturut dengan dunia, namun  diubah dengan 

pembaruan pikiran kita (Rm. 12:1-2).

5.3.2 Mengapa kita memerlukan pengudusan?

“Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab 

Akulah TUHAN, Allahmu.”

Imamat 20:7

“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu 

menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang 

perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan 

dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang 

dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam 

hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak 

baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan yaitu  pembalas dari 

semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu 

kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang 

cemar, melainkan apa yang kudus.”

1 Tesalonika 4:3-7

Allah menghendaki agar umat pilihan-Nya dikuduskan. Hal ini 

berlaku pada hari ini, seperti juga pada masa Perjanjian Lama. Melalui 

hukum dan peraturan-Nya dalam Perjanjian Lama, Allah menghendaki 


108

pengudusan bangsa Israel. Namun saat  Yesus Kristus datang ke dunia 

untuk memenuhi pekerjaan penyelamatan di kayu salib (Yoh. 19:30), 

Ia memenuhi kebenaran yang dahulu disyaratkan oleh Hukum Taurat 

(Mat. 5:17-18; Rm. 3:31). Dengan cara ini, Perjanjian Lama memberi 

pertanda wujud Perjanjian Baru (Kol. 2:17).

Rasul Petrus mendorong kita untuk menjadi anak-anak yang taat, 

dan tidak kembali ke dalam hawa nafsu kita yang dahulu. Ia mengajarkan 

kita untuk hidup kudus karena Allah telah memerintahkannya: 

“Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Ptr. 1:14-16). Setiap orang 

percaya mempunyai tugas untuk menjaga dirinya agar tetap suci: untuk 

hidup kudus dan rohaniah, berbeda dari dunia (Yoh. 15:19). Kita harus 

hidup mengikuti apa yang Tuhan minta dari kita, karena kita yaitu  

anak-anak-Nya (Gal. 3:26) dan tubuh kita yaitu  bait Roh Kudus (1Kor. 

6:18-20). Lebih lagi, Alkitab memanggil orang-orang percaya sebagai 

“orang-orang kudus”, jadi kita harus hidup sesuai dengan status kita 

yang mulia (Rm. 1:7; 1Kor. 1:2).

Alkitab mengatakan, “Berbahagialah mereka yang membasuh 

jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan 

dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu” (Why. 

22:14). Mereka yang membasuh jubahnya dan mendapatkan bagian 

atas pohon kehidupan bukanlah sekadar mereka yang telah dibaptis 

dan dibenarkan. Secara khusus ayat ini menunjuk pada orang-

orang kudus yang menjaga kekudusan mereka hingga akhir. Mereka 

yang membersihkan dosa-dosa mereka dalam darah Yesus akan 

mengenakan pakaian putih (Why. 7:13-14); namun  mereka yang 

gagal menjaga kekudusan akan menodai pakaian putih mereka dan 

menginjak-injak karunia Allah (Ibr. 10:26-29). Sebagai orang percaya, 

kita tidak mungkin mendapatkan hak atas pohon kehidupan bila kita 

terus menerus menodai diri kita dengan dosa. Dan kita harus mengejar 

pengudusan untuk menghindari penghakiman Allah yang menyala-

nyala.

Mengejar kekudusan bukan hanya sekedar tugas; kekudusan 

yaitu  syarat bagi mereka yang berharap mendapatkan kehidupan 

kekal. Karena itu kita harus melihat hal ini dengan serius. Dalam 

masa pelayanannya, Rasul Paulus menunjukkan hubungan dekat 

antara pengudusan atau kekudusan, dengan kehidupan kekal atau 

keselamatan, kepada orang-orang percaya di masa gereja awal. Ia 

menulis, “Kamu telah beroleh buah yang membawa kamu kepada 

pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal” (Rm. 


109

6:22); “Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan 

dalam Roh” (2Tes. 2:13).

5.3.3 Pengudusan yaitu  perkara hati

Kitab Amsal mengajarkan, “Jagalah hatimu dengan segala 

kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Ams. 4:23). 

Jadi pengudusan kita yaitu  soal hati. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi 

mengabaikan kenyataan ini dan memutarbalikkan urutannya, menaruh 

penekanan yang tidak semestinya pada kekudusan yang tampak dari 

luar. Karena itu Tuhan Yesus menegur mereka atas kedangkalan hati 

mereka (Mat. 23:25-26; Luk. 11:37-41).

sesudah  menerima baptisan air, dosa-dosa kita diampuni. Namun 

itu bukan berarti kita sepenuhnya telah bebas dari keinginan-keinginan 

daging (Rm. 6:12). Walaupun Allah membenarkan kita melalui baptisan, 

dosa masih dapat bekerja di dalam hati kita. Hasrat kedagingan kita 

merupakan halangan utama terhadap pengudusan kita dalam Kristus, 

seperti dijelaskan Paulus:

“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan 

keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya 

bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang 

kamu kehendaki….Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, 

kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, 

perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, 

roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. 

Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat 

dahulu—bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak 

akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.”

Galatia 5:17-21

Hanya melalui kuasa dan pembaruan Roh Kudus, barulah kita 

mendapatkan kekuatan untuk menyalibkan hawa nafsu kita setiap 

hari. Agar kita tidak jatuh kembali ke dalam dosa, kita harus terus 

menerus menghapus ragi di dalam diri kita, yaitu sifat dosa kita (1Kor. 

5:7). Ini yaitu  perjuangan sepanjang hidup, dan sayangnya, banyak 

orang Kristen gagal dalam perjuangan ini.

Paulus menyampaikan catatan ini kepada kita mengenai 

perjuangannya melawan sifat-sifat kedagingan:


110

“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai 

manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di 

dalam aku, namun  bukan hal berbuat apa yang baik.  Sebab bukan apa 

yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa 

yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat….  namun  di 

dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang 

melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum 

dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! 

Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”

Roma 7:18-24

Kadang-kadang kita merasa seakan kebaikan dan kejahatan 

ditakdirkan untuk bertempur dalam peperangan tanpa akhir dalam 

hati kita. Seperti sebuah kapal karam yang terjerat di dalam badai 

topan, kita seringkali menyerah kepada sifat kedagingan kita. Kita 

memerlukan seorang penolong dalam peperangan rohani ini, yaitu 

Roh Kudus.

5.3.4 Peran Roh Kudus dalam pengudusan kita

Sebagai seorang manusia, kita lemah dan terbatas. Tanpa Kristus, 

kita tidak dapat mempunyai kehidupan yang berbuah dan rohani (Yoh. 

15:5). Roh Kudus yaitu  kekuatan kita dari atas (Luk. 24:49; Kis. 1:8). 

Ia dapat memberikan kita kekuatan untuk menghadapi kelemahan-

kelemahan kita (Yoh. 14:16-17; Rm. 8:26) dan menolong kita untuk 

hidup dalam kekudusan (1Ptr. 1:2; 2Tes. 2:13; Rm. 15:16). Roh Kudus 

juga dapat melembutkan hati kita, mengubah hati yang keras menjadi 

lembut (Yeh. 36:26-27). Tanpa Dia, usaha dan tekad hati manusia tidak 

benar-benar dapat mengubah sifat kita dan dan membebaskan kita 

dari belenggu dosa (Rm. 8:2).

Bahkan sesudah  kita menerima Roh Kudus, kita masih dapat jatuh 

karena hawa nafsu kita. Namun bila kita tunduk pada tuntunan Roh 

Kudus, kita dapat menikmati kehidupan dan kedamaian (Rm. 8:5-6). 

Jadi pengudusan kita bergantung pada kepada siapa kita bersedia 

menyerahkan tubuh kita: bila kita menyerahkan diri kepada dosa, 

kita akan hidup menurut kedagingan; namun bila kita menyerahkan 

diri kepada Allah sebagai perabot kebenaran, maka tidak akan ada 

ruang untuk dosa (Rm. 6:12-14, 19-20). Jadi Roh Kudus merupakan 

kunci untuk menghapus sifat dosa kita (Rm. 8:13). Karena itu, Paulus 


111

mendorong kita dan berkata, “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak 

akan menuruti keinginan daging” (Gal. 5:16).

Roma 8:13 dan Galatia 5:16 memberikan dua pelajaran penting 

kepada kita dalam menghadapi dosa: 1) sesudah  menerima Roh 

Kudus, Allah memberikan kekuatan dan kebebasan kepada kita untuk 

menyerahkan diri kita sebagai perabot kebenaran; 2) bila kita tunduk 

pada tuntunan Roh Kudus dan mengandalkan kekuatan-Nya, kita dapat 

menang melawan sifat dosa kita.

Alkitab mengatakan, kita tidak dapat melihat Allah bila kita tidak 

kudus (Ibr. 12:14), dan kekudusan berhubungan langsung dengan 

keselamatan kita (2Tes. 2:13). Kadang kita bertanya-tanya, berapa 

besar pengudusan kita bergantung p


Related Posts:

  • Doktrin roh kudus 3 aan Tuhan, namun  bahkan tujuh pekerja, yang berperan sebagai “pelayan meja”, harus dipenuhi Roh Kudus. Bila seseorang mempunyai kepenuhan Roh Kudus, dia mendapat jaminan bahwa Tuhan telah memisahkan… Read More