orang-orang percaya mengerti kebenaran (1Yoh. 2:27). Sebagai
pemberi kekuatan, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada orang-
orang percaya untuk bersaksi bagi Kristus (Kis. 2:4, 14-36; 4:19-20,
31). Sebagai saksi, Roh Kudus memberi kesaksian bagi Yesus Kristus
dan menasehati umat Kristen dalam kesaksian mereka tentang Dia
(Mrk. 13:11; Luk. 12:11-12).
Tulisan Yohanes lainnya yang memuat kata parakletos ditemukan
dalam 1 Yohanes 2:1. Seringkali diterjemahkan “Pembela”, kata
parakletos pada ayat ini menyampaikan arti terkenal dari bahasa
Latin advocatus (“pembela hukum untuk terdakwa”), yang merupakan
sebuah istilah yang berasal dari pengadilan hukum. Baik parakletos dan
advocatus berarti “orang yang dipanggil untuk membantu”, terutama
dalam konteks seseorang yang menghadapi dakwaan atau menghadapi
pengadilan. Sebagai hasil dari etimologi hukum parakletos, beberapa
penerjemah merasa bahwa parakletos pantas diterjemahkan sebagai
“pembela hukum ilahi”. Praktik umum dalam pengadilan hukum jaman
kuno, yaitu datang ke hadapan pengadilan dengan satu teman yang
berpengaruh atau lebih, yang akan mendampingi dan menengahi.
Mereka disebut parakletos (dalam bahasa Yunani kuno) atau advocatus
(dalam bahasa Latin). Mereka akan membela kasus temannya seakan-
akan itu yaitu kasus mereka sendiri.
Bab 2: Sebutan-Sebutan Roh Kudus
42
saat Yesus naik ke surga, Dia menjadi Pembela orang-orang
percaya (1Yoh. 2:1), menengahi mereka menghadapi tuduhan-tuduhan
Iblis yang terus-menerus (Rm. 8:33-34; Why. 12:10; Ibr. 7:22-25). Oleh
karena itu, sekarang Yesus menjadi perantara dan bertindak sebagai
Pembela kita di surga; namun Dia juga memberikan Roh Kudus untuk
menjadi perantara dan membela kita di dunia. Paulus menjelaskan
peran Roh Kudus demikian: “Demikian juga Roh membantu kita dalam
kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus
berdoa; namun Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan
keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki
hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan
kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus” (Rm. 8:26-27).
Kita dapat melihat bahwa peran Yesus sebagai Pembela selama
pelayanan-Nya di bumi tampak serupa dengan peran yang Ia sekarang
pegang di surga (Luk. 22:31-32; Yoh. 17:9-10, 15, 17, 20). namun saat
Yesus masih sebagai manusia, pekerjaan-Nya tampak terbatas: Ia
hanya dapat berada di satu tempat pada suatu saat, dan hanya dapat
memberikan bantuan, pimpinan dan penghiburan secara terbatas
untuk murid-murid-Nya. namun Yesus menjanjikan mereka Pembela
dalam Roh Kudus yang bebas dari segala keterbatasan secara fisik –
Ia akan tinggal dalam hati mereka untuk menasehati, menghibur dan
membantu mereka (Yoh. 14:17, 20, 23). Pengalaman murid-murid
saat menerima baptisan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kis. 2)
memungkinkan mereka sungguh-sungguh mengerti penghiburan
Yesus yang awalnya membingungkan: “yaitu lebih berguna bagi
kamu, jika Aku pergi” (Yoh. 16:7).
2.5 Roh hikmat dan wahyu
Dalam Efesus 1:17, Roh Kudus disebut sebagai “Roh hikmat dan
wahyu”. Ini disebabkan karena Roh Kudus memberikan hikmat dan
mengungkapkan maksud-maksud Allah yang tersembunyi, seperti
rencana-rencana-Nya di masa depan (lihat 1Ptr. 1:10-12 dan Yud. 14-
15 untuk pengajaran lebih lanjut).
Berikut ini yaitu beberapa contoh bagaimana Roh Kudus atas
hikmat dan wahyu menuntun umat Allah di masa Perjanjian Lama:
• Dengan Roh Allah dan hikmat, Yusuf mengartikan mimpi-
mimpi Firaun yang menubuatkan rencana Allah di masa
43
depan untuk Mesir. Karena pengartian dari Yusuf, Firaun
menunjuk Yusuf sebagai perdana menteri di Mesir (Kej.
41:37-41).
• Bezaleel dari suku Yehuda, dan Aholiab dari suku Dan,
dipenuhi dengan Roh hikmat dari Allah untuk menciptakan
rancangan yang artistik (dengan menggunakan emas, perak
dan perunggu) untuk keperluan kemah suci, sesuai dengan
pola dan kehendak Allah. Kemudian, dengan Roh Allah,
mereka juga dapat mengajarkannya kepada orang lain (Kel.
35:30-36:2).
• sesudah Musa menumpangkan tangan kepadanya, Yosua
dipenuhi Roh hikmat untuk memimpin bangsa Israel masuk
ke tanah Kanaan (Ul. 34:9).
• Daniel dipenuhi dengan Roh hikmat dan wahyu dari Allah
untuk mengartikan mimpi dan penglihatan. Contohnya,
saat Nebukadnezar, Raja Babel, bermimpi tentang masa
depan kerajaan Babel, dia ingin agar orang-orang bijaknya
mengartikan mimpi itu, tanpa memberitahu mereka apa
mimpinya. Daniel dapat memberitahu raja tentang mimpi
itu dan juga menafsirkannya. Hasilnya, Daniel menjadi
kepala semua orang bijaksana di Babel (Dan. 2:46-48). Lalu
melalui wahyu dari Roh Kudus, dia menyampaikan pesan
tentang hukuman, yang ditulis dengan jari Allah, kepada
Belsyazar, penerus Nebukadnezar. Pesan itu menubuatkan
tentang kejatuhan raja tersebut dan kota Babel (Dan. 5:10-
16, 25-30).
Dalam 1 Korintus 2:11, Paulus menulis: “Siapa gerangan di antara
manusia yang tahu, apa yang ada di dalam diri manusia selain
roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak
ada orang yang tahu, apa yang ada di dalam diri Allah selain Roh
Allah.” Hikmat Allah jauh melampaui hikmat manusia. Itulah sebabnya
kita bahkan tidak dapat sepenuhnya memahami betapa berlimpahnya
anugerah Tuhan dalam hidup kita, atau betapa Maha Kuasanya
Dia. Hanya dengan dipenuhi Roh hikmat dan wahyu-Nya, kita dapat
memahami dan mengerti kedalaman hikmat, anugerah dan kuasa
Tuhan (Rm. 11:33-34; Ef. 1:17-21).
Roh Allah menjadi bagian terpenting dalam pewahyuan injil
keselamatan. Sesungguhnya injil yaitu hikmat Allah; dan tanpa
Roh-Nya, kita tidak dapat mengetahuinya, atau setidaknya tidak
Bab 2: Sebutan-Sebutan Roh Kudus
44
sepenuhnya. Inilah sebabnya Yesus menjanjikan Roh Kudus-Nya,
seorang "Penolong", untuk memungkinkan kita mengerti kebenaran
ini:
namun Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam
nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu
dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan
kepadamu.
Yohanes 14:26
Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, namun sekarang
kamu belum dapat menanggungnya. namun apabila Ia datang, yaitu
Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;
sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, namun segala
sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
Yohanes 16:12-13
Perjalanan iman Rasul Paulus yaitu sebuah penggambaran
kuasa wahyu Roh Kudus. Sebelum ia menjadi pengikut Kristus, Paulus
sudah mempunyai pengetahuan dalam hal Kitab Suci. Namun segala
pengetahuannya itu tidak membuatnya mengerti kebenaran tentang
Yesus kristus. sesudah Roh Kudus membuka matanya, barulah ia dapat
melihat:
Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa
Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan
menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya
kepadaku, namun aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.
Galatia 1:11-12
Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan
kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu
bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti
yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya,
kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia
Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan
kepada anak-anak manusia, namun yang sekarang dinyatakan di dalam
Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus.
efesus 3:2-5
45
2.6 Sebutan lain Roh Kudus
Selain empat sebutan Roh Kudus di atas, ada banyak sebutan
lainnya yang tercatat dalam Alkitab, yang dengan jelas menyatakan
hakekat dan sifat-Nya:
A. Sebutan yang menunjukkan bahwa Dia yaitu Roh Allah
yang sejati:
• Roh Allah (Mat. 3:16; Rm. 8:9, 14; 1Kor. 2:11; 3:16)
• Roh TUHAN (Hak. 3:10; 1Sam. 10:6; 2Raj. 2:16; Yes.
11:2; Luk. 4:18)
• Roh Bapa (Mat. 10:20)
• Roh Allah yang hidup (2Kor. 3:3)
• Roh Allah yang kudus (Dan. 4:8, 9, 18; 5:11)
B. Sebutan yang menunjukkan bahwa Dia yaitu Roh Yesus:
• Roh Kristus (Rm. 8:9; 1Ptr. 1:11)
• Roh Yesus (Kis. 16:7)
• Roh Yesus Kristus (Flp. 1:19)
• Roh Tuhan (Kis. 5:9; 2Kor. 3:17-18)
• Roh Anak (Gal. 4:6; Rm. 8:15)
C. Sebutan lain:
• Roh (Mat. 4:1; Luk. 2:27; Yoh. 3:5, 6, 8, 34)
• Roh Kekal (Ibr. 9:14)
• Roh kemuliaan (1Ptr. 4:14)
• Roh hikmat dan pengertian, Roh penasehat dan kuasa,
roh pengetahuan dan takut akan TUHAN (Yes. 11:2)
• Roh yang rela (Mzm. 51:12)
• Roh yang mengadili dan yang membakar (Yes. 4:4)
• Roh kasih karunia (Ibr. 10:29)
• Roh pengasihan dan roh permohonan (Za. 12:10)
• Roh keadilan (Yes. 28:6)
• Roh kekudusan (Rm. 1:4)
• Roh yang baik (Neh. 9:20)
Perlambangan Alkitab yaitu penggunaan tanda-tanda atau
benda-benda untuk mewakili ide dan konsep yang bersifat abstrak.
Dalam beberapa hal, lambang-lambang ini menunjukkan peristiwa-
peristiwa dalam sejarah, atau peristiwa pada saat penulisan. Dalam hal
lain, mereka menggambarkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di
masa depan.
Lambang-lambang dapat menghidupkan makna dan nuansa
rohani yang dalam. Contohnya, lambang dapat memungkinkan kita
memperoleh pengertian yang lebih kaya mengenai sifat-sifat ilahi yang
Tuhan kehendaki untuk orang-orang percaya lakukan: kekudusan,
semangat untuk berkorban, kekuatan, dan seterusnya. Contoh-contoh
dalam Alkitab seperti jubah putih, yang melambangkan kekudusan
(Why. 3:4); salib yang melambangkan pengorbanan diri (Mat. 16:24);
dan tongkat, yang melambangkan kekuatan (Kel. 4:17, 20; Bil. 24:17).
Semua lambang ini mewujudkan konsep-konsep abstrak yang mereka
wakili, melukiskan gambaran yang jauh lebih kaya daripada kata-kata.
Alkitab juga memuat model, yang merupakan gambar, perwakilan,
atau lambang dari sesuatu yang akan terjadi, seperti sebuah peristiwa
dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan peristiwa lain dalam
Perjanjian Baru. Sebuah contoh model dalam Alkitab yaitu Nuh dan
keluarganya yang “selamat dari air bah” dalam bahtera; peristiwa ini
menggambarkan baptisan air, yang dianggap sebagai “kiasan” dalam
Perjanjian Baru (1Ptr. 3:21).
Entah kita sedang berbicara tentang lambang atau model, kita
tidak boleh lupa bahwa mereka tidak dapat menggantikan kenyataan –
mereka hanya merupakan petunjuk.
Tujuan bab ini yaitu untuk menyampaikan beberapa
penggunaan lambang dalam Alkitab yang indah dan ekonomis untuk
menggambarkan Roh Kudus.
49
3.2 Lambang-lambang dalam Alkitab
Alkitab menggunakan empat belas lambang dan atau model
berbeda untuk menggambarkan karakter Roh Kudus dan pekerjaan-
Nya.
3.2.1 Burung Merpati
Burung merpati mempunyai tradisi panjang Kekristenan dalam
perlambangan Roh Kudus. Ini disebabkan karena merpati mempunyai
banyak sifat yang menggambarkan Roh Allah.
Burung merpati yaitu mahluk monogami, yang hanya mempunyai
satu pasangan sepanjang hidup mereka. Begitu terkenalnya kesetiaan
mereka, sehingga Raja Salomo menggunakan burung merpati untuk
melambangkan mempelai wanita yang ideal dalam Kidung Agung
(Kid. 5:2; 6:9). Sama seperti burung merpati, Roh Kudus mengasihi
dengan setia, dengan sabar menanti orang-orang percaya yang tersesat
untuk kembali kepada-Nya. Berbicara secara rohani, bila kita berjalan
menjauhi Tuhan, kita bersalah karena tidak setia karena membuat Roh
berduka (Ef. 4:30) dan menginginkan kita dengan perasaan cemburu
(Yak. 4:4-5; 2Kor. 11:2).
Ciri lain dari burung merpati yaitu hubungan mereka yang
dekat dan khusus dengan rumah mereka. Bahkan sesudah terbang
jauh, mereka selalu menemukan jalan pulang (Yes. 60:8). Alkitab
memberitahukan kita bahwa gereja yaitu keluarga Allah (1Tim. 3:15;
Ef. 2:19-22; 1Kor. 3:16), yaitu tempat berdiamnya Roh Kudus. Jika kita
dipimpin oleh Roh Allah, walaupun kita mungkin tersandung dalam
perjalanan kerohanian kita, namun kita akan selalu menemukan jalan
pulang ke rumah Tuhan.
Burung merpati juga melambangkan damai. saat kita
mengizinkan Roh Kudus menjadi Pendamai kita, kita akan hidup damai
dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 16:7; 1Yoh. 2:1; Ef. 2:14-18). Rasul
Paulus mengajarkan kita bahwa damai sejahtera merupakan ciri dari
buah Roh Kudus (Gal. 5:22).
Burung merpati yaitu mahluk yang lemah lembut dan
melambangkan kelemahlembutan Roh Kudus (Mat. 10:16). Paulus
memberitahukan kita bahwa kelemahlembutan merupakan bagian
Bab 3: Lambang Roh Kudus
50
lain dari buah Roh Kudus (Gal. 5:23). Jadi, bila kita dipenuhi Roh Allah,
kita dapat mempunyai sifat ini, seperti Yesus (Mat. 11:29).
Burung merpati juga melambangkan kemurnian dan kesucian.
Itulah sebabnya Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk
menjadi tulus seperti burung merpati (Mat. 10:16).
Dalam Alkitab, burung merpati digunakan sebagai pembawa
berita (Kej. 8:8-11). Demikian juga, Roh Kudus memberi kesaksian
tentang Yesus Kristus (Yoh. 15:26) dan membawa kabar baik-Nya
kepada umat manusia.
Dalam Perjanjian Lama, burung merpati dianggap hewan yang
kudus yang dapat dipakai sebagai korban bakaran (Im. 1:14). Mereka
dipisahkan dari burung-burung yang tidak kudus seperti burung
gagak. Kita melihat perbedaan antara burung merpati dan burung
gagak digambarkan dalam catatan peristiwa air bah pada zaman Nuh.
Sebelum air bah surut, kemungkinan bumi penuh dengan mayat-
mayat manusia dan hewan. Alkitab mencatat bahwa Nuh mengutus
seekor burung gagak untuk memeriksa apakah air telah surut, namun
dia tidak kembali (Kej. 8:7). Kita tahu bahwa burung gagak mempunyai
kecenderungan memakan bangkai, karena itu kita dapat menduga
mengapa si burung gagak tidak kembali. Burung jenis ini dianggap
tidak kudus karena alasan yang masuk akal (Im. 11:13, 15). Sebaliknya,
burung merpati, yang juga diutus Nuh, tidak dapat menemukan tempat
yang kering untuk tinggal dan kembali ke bahtera (Kej. 8:8-9).
Pesan yang didapat dari kejadian di atas yaitu , sama seperti
burung merpati, Roh Kudus itu suci dan murni, dan tidak akan datang
kepada orang yang tidak kudus, yang bercabang hati dan penuh dengan
keinginan daging. Jika kita tidak hidup kudus, seperti saat Roh Kudus
tidak dapat menemukan “tempat yang kering” dalam hati kita, Ia tidak
akan membangun rumah-Nya di dalam diri kita (Yak. 4:8).
Alkitab mencatat Nuh mengutus burung merpati sebanyak tiga
kali untuk memeriksa apakah air bah telah surut (Kej. 8:8-12). Kejadian
ini menubuatkan pola hubungan Roh Kudus dengan umat manusia.
saat burung merpati diutus untuk pertama kali, ia kembali karena
air bah belum surut: peristiwa ini menggambarkan periode Perjanjian
Lama saat Roh Kudus belum turun (Yoh. 7:39). Yang kedua kali,
burung merpati itu kembali dengan sehelai daun zaitun segar yang
baru saja dipetik: ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada
gereja mula-mula, yang dimulai pada hari Pentakosta, namun kemudian
berhenti (yaitu, masa hujan awal di musim gugur; Ul. 11:14; Yl. 2:23;
51
ref. Mzm. 52:8; Yer. 11:16; Rm. 11:17). Ketigakalinya, burung merpati
tidak kembali: ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada hari-
hari terakhir (yaitu, masa hujan akhir musim semi; Ul. 11:14; Yl. 2:23).
Alkitab memberitahukan kita, bahwa pada masa hujan akhir, Roh
Kudus akan tinggal di dalam gereja sejati Allah sampai Tuhan datang
kembali untuk memusnahkan dunia, kali ini dengan api (yaitu, masa
musim panas; ref Mat. 24:32).
3.2.2 Embun
Lambang kedua Roh Kudus yaitu embun. Sama seperti embun,
Roh Kudus memberikan kita kepenuhan anugerah Tuhan. Tuhan
mencurahkan Roh Kudus-Nya yang berharga untuk memenuhi dan
menghibur hati kita, walaupun kita kadang-kadang tidak setia kepada-
Nya dan mengkhianati kasih-Nya. Dia juga senantiasa memberikan
anugerah-Nya kepada ciptaan-Nya, dengan kasih dan setia, hari demi
hari (Ams. 19:12; Hos. 14:5).
Alkitab menyamakan hati manusia seperti sebidang ladang (Mat.
13:1-9, 18-23). Tanpa kelembaban yang cukup, tanah akan menjadi
tandus dan tidak berguna (Yer. 4:3). Embun, yang melembabkan tanah,
melambangkan pembaruan yang dilakukan Roh Kudus setiap hari (ref.
2Kor. 4:13-16; Ibr. 6:7; Tit. 3:5). saat Roh Kudus masuk ke dalam hati
kita, tanah tandus akan berubah menjadi ladang yang subur, dan roh
manusia yang letih lesu mendapatkan pembaruan hidup (Yes. 26:19).
Sepanjang siang yang panas, kelembaban terjadi karena
penguapan, dan kemudian menghasilkan embun pada malam hari
yang dingin. Tanaman menjadi terpelihara, sehingga memungkinkan
mereka bertumbuh dan bertahan pada siang hari. Semakin panas suhu
udara di siang hari, maka semakin banyak embun yang dihasilkan
pada malam hari. Hal itu mengingatkan kita tentang peran Roh Kudus
saat membantu gereja mula-mula: semakin besar penganiayaan yang
dihadapinya, semakin besar Roh Kudus memenuhi gereja (Kis. 5:40-41;
7:54-60; 13:50-52). Pada saat-saat paling sulit, murid-murid dipenuhi
Roh Kudus dan sukacita untuk mengatasi penderitaan dan kesusahan.
Roh Kudus membantu mereka mengangkat tangan yang lemah,
menguatkan lutut yang goyah, dan menguatkan mereka sepanjang
perjalanan rohani menuju kerajaan kekal Allah (Ibr. 12:12).
Bab 3: Lambang Roh Kudus
52
Embun juga melambangkan keindahan, yang terlihat saat
matahari pagi menerangi tanah. Seperti beribu-ribu berlian, embun
memantulkan keagungan sinar matahari dengan melepaskan kilauan
cahaya. Walaupun kita tidak tidak dapat memperbandingkan nilai Roh
Kudus dengan harta duniawi apapun, Alkitab melukiskan gambaran
simbolis yang beragam untuk menyampaikan sifat Roh dan kemuliaan
Allah (Mat. 13:43; Why. 21:10).
3.2.3 Hujan
Roh Kudus juga dilambangkan dengan hujan. Hujan mewakili
kebenaran Allah dan kasih-Nya yang berlimpah (Hos. 10:12; Mat. 5:45).
Alkitab berkata bahwa Dia mencurahkan hujan baik untuk orang benar
maupun tidak benar (Mat. 5:45). Demikian juga, Dia mencurahkan Roh
Kudus-Nya kepada semua orang, baik bangsa Yahudi maupun bangsa-
bangsa lain (Kis. 11:15-18; Hos. 6:3).
sesudah musim kering, ladang-ladang terbuka seringkali menjadi
kering dan tandus. Hanya dengan kelembaban yang cukup dari embun
dan hujan, barulah mereka dapat menghasilkan (Im. 26:4). Curahan
hujan melunakkan tanah itu agar siap ditanam (Mzm. 65:10) dan
memungkinkan benih berakar dan bertunas. Hati manusia dapat
diumpamakan seperti ladang yang kering dan keras: sebelum benih
kebenaran dapat berakar dan tumbuh dalam hati kita, kita memerlukan
curahan Roh Kudus untuk mengubah hati kita yang keras menjadi hati
yang lembut (Mk 4:14). Yang penting, kita harus belajar untuk tunduk
pada kehendak Tuhan (Yeh. 36:26-27; Yak. 1:21) dan dipenuhi dengan
Roh-Nya, sehingga kita dapat menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23;
Ef. 5:9).
Di Palestina kuno, dua musim hujan yang utama ada di musim
gugur dan musim semi (Ul. 11:14; Yer. 5:24; Yak. 5:7). Hujan musim
gugur jatuh sebelum musim tanam, sementara hujan musim semi
jatuh sebelum menuai. Sama seperti hujan musim gugur dan hujan
musim semi di Palestina, Roh Kudus dicurahkan dalam dua masa yang
berbeda. Kita menyebut pencurahan Roh Kudus yang pertama sebagai
hujan musim gugur atau hujan awal. Masa hujan awal ini dimulai
dengan turunnya Roh Kudus yang pertama kali pada hari Pentakosta,
yang menandai awal dari gereja mula-mula (Kis. 2:1-4, 41). Kita
menyebut pencurahan Roh Kudus yang kedua sebagai hujan musim
53
semi atau hujan akhir, yang dianugerahkan Allah pada gereja sejati di
akhir zaman (Mal. 4:5; Why. 7:2-3; Ef. 1:13).
3.2.4 Air
Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan
lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke
atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.
Yesaya 44:3
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
namun barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak
akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan
kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Yohanes 4:13-14
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri
dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan
minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh
Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang
percaya kepada-Nya.
Yohanes 7:37-39
Air, termasuk dalam wujudnya sebagai embun dan hujan, yaitu
lambang Alkitab yang paling sering digunakan untuk melambangkan
Roh Kudus. Ketiga ayat di atas menggunakan perlambangan ini. Mereka
semua menguraikan kemampuan Roh untuk melegakan kehausan
rohani seseorang.
Di Rafidim, orang Israel bersungut-sungut kepada Musa karena
mereka tidak mempunyai air minum. Maka Allah menyuruh Musa
memukul batu dengan tongkatnya. sesudah Musa berbuat demikian, air
keluar dari batu tersebut, dan semua orang mendapatkan minum (Kel.
17:1-6). Peristiwa yang dicatat dalam Perjanjian Lama ini, mungkin
yaitu penggunaan lambang air yang pertama untuk melambangkan
Roh Kudus. Rasul Paulus menjelaskan manfaat rohaninya dengan
berkata, “Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama,
sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka,
dan batu karang itu ialah Kristus” (1Kor. 10:4). Sama seperti air dari
batu di Rafidim yang memberikan hidup dan sukacita kepada orang
Bab 3: Lambang Roh Kudus
54
Israel, demikian juga sekarang, Tuhan Yesus Kristus mencurahkan Roh
Kudus-Nya, seperti sungai, memberikan kita kehidupan dan sukacita.
Dengan melihat sifat air dan apa yang diwakilinya, kita dapat
memperoleh pengetahuan rohani yang berlimpah tentang sifat Roh
Kudus.
Air yaitu alat untuk membersihkan (Ibr. 10:22). Piring dan
perabot yang kotor dapat dicuci bersih dengan air (Im. 11:32). Dalam
Perjanjian Lama, air sering digunakan dalam upacara pentahiran (Kel.
29:4; Bil. 8:7). Sekarang pada masa Perjanjian Baru, Roh Kudus juga
membersihkan kita dari kehidupan yang berdosa. Dia tinggal dalam
hati kita, menguduskan kita, sampai pekerjaan keselamatan Tuhan
digenapi (Rm. 15:16; 2Tes. 2:13).
Kita sering menganggap air itu halus, tenang dan lembut; namun ,
sungai yang deras, taufan dan tsunami semuanya memperlihatkan
kekuatan air yang sangat besar; kekuatan yang dapat sangat
mempengaruhi dunia dan kehidupan kita. Begitu juga umat Kristen
dapat memperoleh kuasa rohani dari atas, yaitu kuasa Roh Kudus.
(Luk. 24:49; Kis. 1:8).
Ahli filsafat China, Lao Tze, menuliskan sifat air dalam Tao Te
Ching-nya yang terkenal:
Sungai-sungai dan lautan dapat menerima penghargaan dan
penghormatan dari hulu sungai, yaitu karena kemampuan mereka
untuk menjadi lebih rendah; - karena itulah mereka yaitu raja dari
semuanya.
Lao Tze (bab 66)
Kecenderungan air yaitu selalu mengalir ke bawah. Semakin ke
bawah, semakin besar volume airnya. Ciri ini dapat melambangkan
pekerjaan Roh Kudus: sama seperti air mengalir ke bawah, demikian
juga Roh Kudus mengalir ke dalam hati orang-orang yang rendah hati.
Seperti Alkitab berkata, “Allah menentang orang yang congkak, namun
mengasihani orang yang rendah hati.” (1Ptr. 5:5).
Sifat air yang cair memungkinkannya mengisi berbagai macam
tempat, baik besar maupun kecil. Demikian juga, Roh Kudus akan
memenuhi setiap orang yang datang dengan tulus kepada Tuhan (ref.
Kis. 2:39; 10:34). Selain itu, semakin besar tempatnya, semakin banyak
air yang ditampungnya. Dan demikian juga, Roh Kudus akan memenuhi
55
orang-orang yang sungguh-sungguh haus dan memberikan ruang bagi
Dia dalam hati mereka (Mat. 5:6; Luk. 1:53).
Sama seperti air memelihara kehidupan segala yang bernapas,
demikian juga Roh Kudus memelihara kehidupan rohani kita
dalam Kristus. Jika kita dipenuhi Roh Kudus, kita dapat mempunyai
kehidupan yang berlimpah, mengalahkan dosa dan menghasilkan buah
Roh Kudus (Why. 22:1-2, 17; Yoh. 10:10; Rm. 8:2; Gal. 5:22-23). Orang
Kristen yang dipenuhi Roh akan dapat merasakan damai sejahtera dan
sukacita yang Dia berikan, walaupun ia ada dalam penderitaan (Rm.
14:17; 1Tes. 1:6). Walaupun kita mempunyai kelemahan-kelemahan
dan menghadapi pencobaan-pencobaan kehidupan, melalui kuasa Roh
Kudus, kita dapat memelihara pengharapan kita dalam Kristus (Rm.
15:13).
3.2.5 Sungai
Yehezkiel 47:1-12 mencatat bagaimana Roh Allah menuntun
Nabi Yehezkiel ke pintu bait Allah. Di sana dia mendapat penglihatan
tentang air yang mengalir dari bawah ambang bait, menuju ke arah
timur. saat penglihatan Yehezkiel berlanjut, air yang naik semakin
lama semakin tinggi. Ayat 6-12 menggambarkan berbagai fungsi air.
Bait Allah melambangkan Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 2:21), sementara
air yang keluar dari bait tersebut melambangkan Roh Kudus yang
diutus-Nya (Yoh. 7:37-39; 16:7). Dengan mempelajari Yehezkiel 47:1-
12, kita dapat memperoleh pengetahuan rohani melalui perlambangan
sungai.
Yehezkiel berkata, “Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan
menurun ke Araba-Yordan” (Yeh. 47:8). Dalam bahasa Ibrani, Arabah
berarti padang gurun dan lambang hati manusia, yang seringkali
kosong dan tandus (Yer. 4:3-4). Hati manusia memerlukan Roh Kudus
untuk memeliharanya.
“saat [air dari bait itu] mencapai laut [Laut Mati], airnya menjadi
sembuh” (Yeh. 47:8 versi New King James). Penglihatan Yehezkiel
tentang air yang masuk ke Laut Mati melambangkan penderitaan dan
kekosongan yang seringkali membebani hati kita. namun saat Roh
Kudus mengalir seperti sungai ke dalam hati kita, maka kita dapat
disembuhkan dan disegarkan (Mat. 11:28; Yoh. 16:33; 4:14).
Bab 3: Lambang Roh Kudus
56
“Sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup
yang berkeriapan di sana akan hidup” (Yeh. 47:9a). Sungai memberikan
hidup kepada semua yang dilewatinya. Demikian juga, saat kita
dipenuhi Roh Kudus, Dia akan memberikan kita kehidupan rohani
yang dinamis. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan bagaimana
kita hidup: kita harus senantiasa mengejar kepenuhan Roh Kudus
sehingga kita dapat mengalahkan kedagingan dan keinginannya (Rm.
8:2; Gal. 2:20; 6:14; Flp. 3:8).
“Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air
itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu
mengalir, semuanya di sana hidup” (Yeh. 47:9b). Sama seperti ikan
di dalam sungai yang bergantung pada air untuk hidup, kehidupan
rohani orang Kristen juga bergantung pada Roh Kudus. Alkitab
memberitahukan kita bahwa setiap ranting yang terpisah dari pokok
anggur yang benar akan menjadi kering dan mati (Yoh. 15:5-6). Oleh
karena itu, kita harus berjaga-jaga dan tidak meninggalkan Roh Kudus,
atau kita akan kehilangan hidup baru yang telah Tuhan berikan kepada
kita (Rm. 8:6).
“Maka penangkap-penangkap ikan penuh sepanjang tepinya
mulai dari En-Gedi sampai En-Eglaim; daerah itu menjadi penjemuran
pukat dan di sungai itu ada berjenis-jenis ikan, seperti ikan-ikan
di laut besar, sangat banyak” (Yeh. 47:10). Alkitab mengajarkan
kita bahwa “menangkap ikan” mengandung arti mengabarkan injil
keselamatan, sementara “penangkap ikan” yaitu orang-orang yang
memberitakannya (Mat. 4:19). Dengan cara ini, kita mengerti bahwa
perkataan Yehezkiel “ikan-ikan itu…sangat banyak”, menggambarkan
terbukanya pintu keselamatan untuk banyak orang (Gal. 3:28).
Nubuat ini telah digenapi pada gereja rasul-rasul, dimulai dari hari
Pentakosta, saat Roh Kudus memberi kuasa kepada para rasul untuk
memberitakan firman Tuhan kepada semua orang dari segala bangsa.
Sekarang, kuasa yang sama diberikan kepada gereja sejati oleh Roh
Kudus hujan akhir.
“namun rawa-rawanya dan paya-payanya tidak menjadi tawar,
itu menjadi tempat mengambil garam” (Yeh. 47:11). Di sini, rawa-
rawa dan paya-paya mengilustrasikan orang-orang yang tersesat
dalam pengejaran akan hal-hal duniawi dan kepuasan akan keinginan
daging mereka. Mereka tidak mau bertobat, dan menolak anugerah
keselamatan Allah (Luk. 12:16-21; 16:19; Mat. 22:1-7), sehingga tidak
layak menerima hidup baru (Yoh. 3:19-20; 14:17) dan pemulihan
rohani (Gal. 5:16-17; 2Tim. 3:6-7).
57
“Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon
buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-
habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu
mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan
daunnya menjadi obat” (Yeh. 47:12). Di sini, “pohon” melambangkan
orang-orang percaya (Yes. 5:7), sementara “buah-buah” yaitu
pekerjaan-pekerjaan mereka yang dilakukan dengan baik (Luk.
13:6-9). Orang percaya yang dipenuhi oleh Roh Kudus dapat hidup
berkelimpahan dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23; Ef. 5:9; Flp.
1:11; Why. 22:1-2). Selain itu, Roh Kudus memberi mereka kuasa untuk
melakukan mujizat, yang meneguhkan injil yang telah dipercayakan
kepada mereka untuk diberitakan (Mrk. 16:20; Ibr. 2:4).
Dalam Yeh 47:2-5, Yehezkiel melihat air dari Bait Allah muncul
semakin lama semakin tinggi, dari semata kaki, sampai menjadi sungai
yang tidak dapat diseberangi. Air yang meninggi ini melambangkan
Roh Kudus yang bertambah dalam dan kuat, yang dinyatakan saat
kita memasuki kedalaman Roh Kudus. Dari tingkat air yang meninggi
ini, kita mempelajari pelajaran penting yang lain: pekerjaan Roh akan
semakin bertumbuh pesat dan penuh kuasa untuk membangun Bait
Allah di akhir zaman (Hag. 2:9).
3.2.6 Minyak
Dalam Alkitab, Roh Kudus sering dilambangkan dengan minyak.
Kita tidak asing dengan fungsi minyak sebagai pelumas, yang digunakan
dalam permesinan untuk mengurangi gesekan dan mencegah panas
yang berlebihan. Analoginya, gereja sama seperti sebuah mesin yang
mempunyai banyak bagian, atau tubuh yang mempunyai banyak
anggota (1Kor. 12:12). Roh Kudus mengurapi hati orang-orang percaya
sehingga mereka dapat hidup bersama dalam damai sejahtera dan
kesatuan (Yeh. 11:19; Ef. 4:3).
Dari Perjanjian Lama, kita tahu bahwa pengurapan dengan minyak
dipakai dalam upacara pentahbisan imam, raja dan nabi (Kel. 29:7-9;
Im. 8:12; 1Raj. 19:16). Alkitab juga memberitahukan kita bahwa Tuhan
Yesus diurapi oleh Allah melalui Roh Kudus (Kis. 4:27; 10:38) untuk
menjadi: Imam Besar, yang menguduskan diri-Nya untuk penebusan
dosa-dosa manusia (Ibr. 9:11-15); Raja, memerintah kerajaan Allah
(Yoh. 18:36-37; Kis. 5:31); dan Nabi, menyampaikan pesan injil (Luk.
4:18; Kis. 3:22). Sekarang, umat Kristen di gereja sejati juga diurapi
Bab 3: Lambang Roh Kudus
58
oleh Roh Allah (2Kor. 1:21) untuk memungkinkan mereka melakukan
tugas keimaman, tugas kerajaan dan tugas kenabian (1Ptr. 2:5; Why.
5:10; 1Kor. 14:31).
Selanjutnya, pengurapan minyak dapat menandakan sebuah
pemberian anugerah (Ibr. 10:29). Pada zaman dulu, minyak sering
dipakai untuk menyembuhkan luka, seperti yang diilustrasikan
dalam perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik (Mrk. 6:13;
Luk. 10:34; Yak. 5:14-15). Demikian juga, Roh Kudus memberikan
anugerah rohani (2Tes. 2:13; Ibr. 10:29). Seringkali, keadaan jiwa kita
dapat disamakan seperti orang malang dalam perumpamaan itu, yang
dirampok, dipukuli, dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat. Sama
seperti kasih dan anugerah menyelamatkan orang itu, demikian juga
kita disembuhkan dan diselamatkan oleh pengurapan minyak dari
anugerah Roh Allah (1Yoh. 2:20).
Dalam Perjanjian Lama, minyak juga dipakai dalam upacara
pentahiran untuk membersihkan kusta (Im. 14:16-18), yang yaitu
lambang dosa. Sama seperti minyak, Roh Kudus mempunyai kuasa
untuk mentahirkan orang-orang percaya dari dosa-dosa mereka.
Alkitab mencatat bagaimana Elisa menambahkan minyak untuk
seorang janda miskin untuk dapat tetap hidup (2Raj. 4:2-7). Sama
seperti minyak yang memelihara janda itu, Roh Kudus memberikan
kita anugerah yang berlimpah. Selain itu, tanpa Dia, kita tidak dapat
mempunyai kehidupan rohani.
Pada zaman dulu, minyak dipakai sebagai bahan bakar lampu
(Im. 24:2). Sebagai orang Kristen, kita yaitu pelita-pelita yang
memancarkan terang (Mat. 5:14). Hanya bila kita mempunyai cukup
minyak, kita dapat menyinarkan kemuliaan Tuhan untuk menerangi
kegelapan dunia (Mat. 25:4; 5:16; 1Ptr. 2:12). Jika kita siap menyambut
Tuhan dengan pelita-pelita berisi minyak dan menyala dengan terang,
maka kita dapat dengan sukacita masuk ke dalam pesta perkawinan
dengan-Nya (Mat. 25:10; Why. 19:9). Sebaliknya, jika kita tidak siap
saat Dia menemui kita, kita tidak akan diterima masuk. Saat itu
bertobat sudah terlambat – kita akan menemukan diri kita menangis di
luar dalam keputusasaan (Mat. 25:11-12). Nasihat yang disampaikan
yaitu : bersiaplah sekarang, sementara kita masih mempunyai waktu
untuk mengejar kepenuhan Roh Kudus dan hidup dengan kudus.
Dengan demikian, kita dapat dengan yakin menanti kedatangan Tuhan
yang kedua, saat Dia akan mengumpulkan mempelai wanita-Nya,
yang yaitu gereja sejati (Why. 19:7).
59
Dalam kitab Ibrani, Roh Kudus juga disebut “minyak kesukaan”
(Ibr. 1:9). Ini mengajarkan kita, jika dipenuhi Roh Kudus, kita akan
mempunyai sukacita yang berlimpah (1Tes. 1:6) dan keberanian untuk
mengatasi ketakutan kita (Kis. 9:31). Paulus memberitahukan kita
bahwa sukacita yaitu ciri lain dari buah Roh Kudus (Gal. 5:22).
3.2.7 Meterai
Meterai sudah umum digunakan sejak zaman dahulu. Sampai
sekarang meterai terus dipakai untuk menjamin dokumen dan
perjanjian untuk membuktikan wewenang dan keaslian mereka.
Contohnya, meterai dari pengadilan menjamin kekuasaan hukum.
Demikian juga meterai raja pada sebuah dekrit kerajaan menjamin
keputusan raja yang sah. Pada zaman Persia kuno, dekrit raja tidak
dapat ditarik kembali (Est. 8:8). Bahkan raja sendiri tidak dapat
mengubah dekritnya bila sudah dimeteraikan (Dan. 6:8, 12, 15-18)
untuk melindungi keabsahannya. Titah raja yaitu hukum.
Roh Kudus dapat disamakan seperti sebuah meterai dari Allah,
Raja segala raja (1Tim. 6:15). Jika kita ada di bawah pemerintahan Allah,
kita tidak lagi berada di bawah perbudakan dosa. Yang terpenting, jika
meterai-Nya ada pada dahi kita (Ef. 4:30), kita akan terlepas dari
murka-Nya pada hari terakhir (Why. 7:2-3; 3:10).
Seperti telah disebutkan, meterai raja mewakili integritas,
kekuasaan dan wewenang raja tersebut. Barangsiapa mengenakan
meterai raja, bertindak dengan wewenang penuh dari raja tersebut.
Karena kita (gereja) mempunyai meterai Allah, yaitu Roh Kudus, kita
diberi kuasa untuk mengampuni, atau untuk menahan dan mendakwa
dunia atas dosa-dosanya (Yoh. 20:22–23; Mat. 16:19; 18:18).
sesudah Tuhan Yesus dibaptis, Dia dimeterai dengan Roh Kudus.
Dan suara Bapa surgawi memberi kesaksian bahwa Yesus sungguh-
sungguh yaitu Anak yang Ia kasihi (Mat. 3:16-17). Jika kita percaya
kepada Yesus dan injil yang sepenuhnya, kita akan dimeteraikan
dengan Roh Kudus yang telah dijanjikan Allah (Ef. 1:13). Dengan cara
ini, Tuhan meneguhkan bahwa kita yaitu anak-anak-Nya. Karena
inilah, Rasul Paulus berkata, “Roh sendiri memberi kesaksian kepada
roh kita bahwa kita yaitu anak-anak Allah…dan sebagai ahli waris
bersama Kristus” (Rm. 8:16-17).
Bab 3: Lambang Roh Kudus
60
Bahasa dan lambang Roh Kudus sebagai meterai ditemukan
dalam surat Paulus kepada jemaat Efesus. Alasannya yaitu karena
referensi meterai sebagai sebuah perjanjian pembelian sangat dikenali
oleh jemaat dalam kota yang terkenal dengan perdagangan kayu ini.
Bickersteth memberikan kita pengetahuan mengenai penggunakan
meterai di masa itu:
Metode pembelian saat itu yaitu seperti ini: sesudah pedagang memilih
kayu yang akan ia beli, ia memeteraikan kayu-kayu pilihannya dengan
menggunakan stempel hak kepemilikannya, yang merupakan tanda
kepemilikan yang diakui secara umum. Seringkali pedagang tidak
membawa kayu pembeliannya pada saat itu; kayu-kayunya ditinggalkan
di pelabuhan bersama dengan kayu-kayu lain yang mengapung di air,
namun kayu-kayu itu telah dipilih, dibeli dan dibubuhi meterai; dan pada
waktunya si pedagang mengutus hamba kepercayaannya dengan
membawa stempel, mencari kayu-kayu dengan cap meterai yang sama,
mengklaim dan membawanya kepada tuannya.
edward Henry Bickersteth (hal. 176)
Sebagai pengikut Yesus, kita telah dimeteraikan dengan Roh Kudus.
Meterai kita menandakan bahwa kita bukan lagi milik kita sendiri,
namun milik Yesus yang telah membeli kita dengan darah-Nya (1Kor.
6:19-20). Jemaat di Efesus mengerti mengenai pentingnya meterai
dalam hak kepemilikan, sehingga Paulus memanfaatkan pengetahuan
mereka sepenuhnya untuk menyampaikan bagaimana Roh Kudus telah
memeteraikan mereka sampai pada hari penebusan mereka (Ef. 1:13,
4:30). Paulus ingin menyadarkan mereka, bahwa mereka bukan lagi
milik mereka sendiri – sekarang mereka yaitu milik Yesus Kristus.
Alkitab membuat hal ini menjadi sangat jelas, karena pada meterai
Allah tertulis: “Tuhan mengenal orang-orang kepunyaan-Nya” (2Tim.
2:19).
3.2.8 Jaminan
Pada Efesus 1:14, kita menemukan kata Yunani arrabon1 yang
berarti sebuah jaminan. Kata ini biasanya dipakai untuk menunjukkan
simpanan yang diberikan sebagai jaminan, sementara pembayaran
penuh akan dilakukan di kemudian hari. Hal ini sudah biasa dilakukan
oleh orang-orang Yunani dan Romawi dalam urusan perdagangan.
61
Dalam suratnya, Paulus menggunakan kata ini untuk menjelaskan
tentang Roh Kudus sebagai janji warisan surgawi orang Kristen. Kelak,
orang-orang yang dikasihi Tuhan akan menikmati kerajaan yang telah
dipersiapkan untuk mereka sejak permulaan dunia. Ini merupakan
kasih karunia yang akan digenapi pada saat kedatangan Tuhan yang
kedua (1Ptr. 1:13). Sementara menunggu waktu penggenapannya,
Allah memberikan kita suatu jaminan untuk memastikan janji-Nya.
Roh Kudus bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita yaitu
anak-anak Allah, dan mempunyai hak atas warisan surgawi (Rm. 8:16-
17). Mengetahui hal ini, kita harus bersyukur akan status yang mulia
ini dan mengarahkan pikiran kita pada hal-hal di atas (Kol. 3:2), karena
pengharapan kita yang sejati ada di atas, tempat Allah tinggal dalam
kemuliaan-Nya yang sempurna. Maka, untuk mengenal Yesus Kristus
lebih baik, kita harus menganggap segala sesuatu dari dunia sebagai
kerugian (Flp. 3:8).
Roh Kudus menjamin kehidupan kekal (2Kor. 5:4-5) dan
kebangkitan kita dari kematian menjadi tubuh rohani (2Kor. 5:1-3).
Dengan jaminan Roh Kudus, kita mempunyai pengharapan hidup ini
dan tidak perlu takut akan kematian. Kita dapat melihat ke depan, ke
masa saat kita akan bersama-sama dengan Tuhan (2Kor. 5:6-8).
Roh Kudus menjamin janji-janji-Nya kepada kita. Alkitab berkata,
“Sebab Kristus yaitu "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh
Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. Sebab Dia yang
telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus,
yaitu Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya
atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor. 1:20-22).
Ayub berkata, “Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri!
Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?” (Ayb. 17:3).
Pemazmur juga berkata, “Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan”
(Mzm. 86:17). Dari ayat-ayat ini, kita mengetahui betapa pentingnya
mempunyai jaminan pengharapan akan masa depan kita.
3.2.9 Api
Nabi Yesaya berkata, “Dan orang yang tertinggal di Sion dan
yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di
Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, apabila TUHAN telah
Bab 3: Lambang Roh Kudus
62
membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda
darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili
dan yang membakar” (Yes. 4:3-4). Di sini, Yesaya berbicara tentang “roh
yang membakar”, menunjukkan pada sebutan lain Roh Kudus. Istilah
Yesaya “kekotoran puteri Sion”, mengacu pada ketidakmurnian dan dosa
gereja. namun , sesudah Roh Kudus membakar hangus ketidakmurnian
umat Allah, mereka akan “tercatat di antara orang yang beroleh hidup
di Yerusalem”. Dengan kata lain, gereja akan menerima hidup kekal.
Pandai besi menggunakan api untuk memurnikan logam. Api itu
membuang semua ketidakmurnian untuk menghasilkan logam yang
murni dan mengkilap (Mal. 3:2-3). Sama seperti api milik seorang
pandai besi, Roh Kudus secara rohani memurnikan, memperbaharui
(2Kor. 6:6; Tit. 3:5) dan menguduskan orang-orang percaya (1Ptr.
1:2).
Pada zaman Nabi Yesaya, Allah menyampaikan sebuah pesan
penting untuk memberitahukan umat-Nya bahwa mereka memerlukan
roh yang membakar untuk membuang ketidak-kudusan mereka.
Demikian juga umat Allah pada masa sekarang, kota dan gereja kudus-
Nya, harus dimurnikan untuk mewujudkan kemuliaan Yerusalem
Baru, seperti yang dilukiskan dalam kitab Wahyu (Why. 21:11,18-27;
ref. Yes. 1:25).
Api mempunyai kekuatan untuk melarutkan logam dan unsur-
unsurnya, melebur mereka menjadi benda yang padat (ref. 2Ptr. 3:10-
12). Berbicara secara rohani, Roh Kudus dapat melarutkan sifat-sifat
kita yang mencari kepentingan pribadi dan berpusat pada diri sendiri.
Roh Kudus juga dapat membuang batasan dan perbedaan yang sering
kita pasang di dalam gereja, seperti garis-garis pemisahan rasial dan
sosial. Di bawah pimpinan Roh, Allah dapat menyatukan orang-orang
berbeda menjadi satu di dalam Kristus Yesus (Ef. 4:3; Gal. 3:28).
saat api membakar, kibaran api dan asapnya naik ke langit.
Demikian juga, saat Roh Allah membakar semakin panas dalam diri
kita dan memenuhi hati kita, kita tidak akan lagi merasa tertarik pada
kesenangan dalam dosa di dunia. Sebaliknya, kita akan terdorong untuk
meninggalkannya. Dan lagi, dengan pimpinan dan kuasa Roh Kudus,
kita dapat berpusat pada perkara-perkara rohani dan hidup menurut
pengajaran Tuhan (Mat. 6:19-20; Kol. 3:1-4). Rasul Paulus memberikan
kita teladan yang baik, karena dia mengizinkan Roh Kudus membakar
dengan hebat dalam hatinya untuk membuang semua keinginan dan
ambisi pribadinya. Roh dari api di dalam dirinya mengobarkan hasrat
63
yang besar untuk senantiasa bersama dengan Yesus (2Kor. 5:1-8; Flp.
1:23) dan menganggap segala sesuatu sebagai kerugian, dibandingkan
dengan anugerah karena mengenal Dia (Flp. 3:7-8).
Sejak zaman Perjanjian Lama, kuasa Roh Kudus untuk
menumbuhkan rasa tidak mementingkan diri selalu dipelajari sebagai
pelajaran rohani. Dalam peperangannya melawan orang Midian,
Gideon memenangkan perang melawan musuh-musuhnya dengan
memecahkan buyung untuk menyingkapkan cahaya dari suluh yang
ada di dalam (Hak. 7:16-23). Tindakan simbolis ini mengajarkan
kita tentang kekuatan tersembunyi pada kehadiran Roh Allah. Hanya
apabila kita menunjukkan kerelaan untuk membuang “ke-aku-an” kita,
maka terang dan kemuliaan Yesus dapat dinyatakan di dalam diri kita
(2Kor. 4:10).
Roh yang membakar juga memberi kita kuasa untuk memberitakan
injil dengan semangat keberanian. Contohnya, Roh Kudus memberi
kuasa kepada murid-murid pada hari Pentakosata (Yoh. 20:19; Kis.
4:31). Umat Kristen di masa awal bahkan memberitakan injil dengan
begitu berani sehingga mereka disebutkan sebagai “orang-orang yang
telah mengacaukan seluruh dunia” (Kis. 17:6). Semangat penginjilan
Allah juga membakar dalam diri Nabi Yeremia, yang tidak dapat
menahan diri untuk berbicara dalam nama Tuhan (Yer. 20:9; ref. Mzm.
39:3; Ayb. 32:17-22). Kita berdoa agar Tuhan memberikan gereja sejati
hari ini roh membakar yang sama.
3.2.10 Tiang awan dan tiang api
Alkitab menuliskan, “TUHAN berjalan di depan mereka, pada
siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan
pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga
mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang
awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam
di depan bangsa itu” (Kel. 13:21-22). Tiang awan dan tiang api, yang
memimpin umat pilihan, melambangkan Roh Kudus.
sesudah keluar dari Mesir, orang Israel menempuh perjalanan
selama empat puluh tahun lamanya di padang gurun. Perjalanan itu
tentu terlihat seakan tidak pernah berakhir. Tanpa pedoman untuk
memimpin jalan mereka sepanjang siang atau cahaya yang cukup
terang untuk memimpin mereka pada malam hari, mustahil bagi
Bab 3: Lambang Roh Kudus
64
mereka untuk menemukan jalan yang benar ke tanah perjanjian.
Namun Allah menyediakan tiang awan pada waktu siang dan tiang
api pada waktu malam untuk menuntun mereka. Bila kita membaca
membaca teks Perjanjian Lama, kelihatannya ada dua tiang yang
berbeda. Namun sesungguhnya hanya ada satu tiang, yang mempunyai
dua bentuk berbeda. Tiang itu tidak pernah meninggalkan umat Allah
dan senantiasa bertindak sebagai penuntun, memimpin mereka masuk
ke Kanaan dengan selamat.
Allah menyediakan tiang api untuk memberikan tuntunan dan
cahaya bagi bangsa Israel, sehingga mereka dapat melanjutkan
perjalanan mereka pada waktu malam (Kel. 40:38). Sekarang, mungkin
kadang-kadang kita merasa tersesat dalam perjalanan hidup, namun
kita tidak boleh lupa bahwa Roh Allah yaitu Penuntun dan Penolong
yang maha hadir. Dia sama seperti cahaya api, yang menuntun kita,
walaupun dunia ada dalam kegelapan. Kita dapat merasa yakin bahwa
pada akhirnya Tuhan akan memimpin kita ke Kanaan rohani, yang
yaitu rumah surgawi kita.
Berkaitan dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir, Alkitab
menuliskan hal ini: “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang
tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang
mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di
belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang
Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan
kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat
mendekati yang lain, semalam-malaman itu” (Kel. 14:19-20).
saat tentara Mesir mengejar bangsa Israel, tiang awan bergerak
memisahkan umat Allah dan bangsa Mesir, dan melingkupi bangsa
Mesir dengan awan kegelapan. Herannya, tiang awan bersinar terang
bagi bangsa Israel (ref. 1Tes. 5:4).
Peristiwa ini kaya akan pengajaran rohani. Dia mengajarkan
kita bahwa Roh Kudus dapat membuka dan menutup mata rohani
seseorang. Bagi bangsa Mesir, Roh Kudus memberikan kegelapan.
Demikian juga, bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan,
atau yang mengeraskan hati, Tuhan mungkin menutup mata mereka
seterusnya dalam kegelapan rohani (ref. Rm. 1:28; Ef. 4:18; 2Tes.
2:11). Bagi kita yang percaya, kita harus berusaha menjadi “anak-
anak terang” dengan berjalan di bawah pimpinan dan perlindungan
Tuhan (1Tes. 5:5). Tuhan Yesus pernah berkata, “Akulah terang dunia;
barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,
65
melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh. 8:12). Roh Kudus
yaitu Roh Tuhan (2Kor. 3:17), dan orang-orang yang percaya kepada-
Nya harus berusaha keras untuk mengikuti pimpinan Roh-Nya. Kita
tidak boleh lagi berjalan dalam kegelapan rohani, karena, sama seperti
bangsa Israel, kita telah dianugerahi terang Roh Allah.
Tiang awan dan tiang api bukan hanya memimpin bangsa Israel
melalui padang gurun, namun juga dipakai sebagai perisai untuk
melindungi mereka dari musuh-musuh mereka pada saat bahaya. Jadi
kita jangan melupakan anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita
saat Dia mencurahkan Roh-Nya untuk tinggal di dalam diri kita. Roh
Kudus bukan hanya menuntun dan memimpin kita dalam menjalani
hidup, namun Dia juga melindungi kita dari kematian rohani. saat
kita dicobai untuk jatuh ke dalam dosa, atau untuk meninggalkan jalan
yang benar, Dia memanggil kita kembali. Oleh karena itu, telinga kita
harus peka dengan panggilan-Nya – untuk mendengarkan, dan tidak
menolak panggilan-Nya.
Rasul Paulus juga menulis tentang tiang awan dan tiang api:
“Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek
moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa
mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa
mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1Kor.
10:1-2). Dari sini kita mengetahui bahwa bangsa Israel menyeberangi
Laut Merah dan perjalanan mereka di bawah tiang awan dan tiang api
menggambarkan baptisan air dan baptisan Roh Kudus.
3.2.11 Terang
Seperti telah disebut sebelumnya, Roh Kudus dilambangkan
dengan api. Api memancarkan terang, jadi terang juga melambangkan
Roh Kudus. saat Asaf menulis mazmur untuk mengingatkan umat
Allah tentang pembebasan mereka dari Mesir, dia menulis, “Dituntun-
Nya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk
dengan terang api” (Mzm. 78:14).
Yesus berkata, “Allah yaitu Roh” (Yoh. 4:24), dan Yakobus pernah
menyebut Allah sebagai “Bapa terang” (Yak. 1:17). Jadi Allah, yang
yaitu Roh, yaitu sumber terang kita. Dia yaitu terang sejati yang
bersinar untuk memimpin semua orang yang dengan tekun dan tulus
mencari Dia.
Bab 3: Lambang Roh Kudus
66
Terang mempunyai banyak sifat, yang bila dipelajari, membantu
kita mengerti mengapa Alkitab menggunakan terang untuk
melambangkan Roh Kudus:
• Terang menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam
gelap (Yoh. 3:20; Ef. 5:13). Demikian juga, Roh Kudus
menyingkapkan kegelapan dalam jiwa kita. Kenyataan
ini digambarkan dalam contoh dua orang Kristen pada
gereja mula-mula: Ananias dan Safira, yang ketahuan
telah mendustai Roh Kudus. Mereka mengalami akhir
yang tragis sesudah tipu daya mereka disingkapkan (Kis.
5:1-16). Peristiwa ini mengingatkan kita pada perkataan
Salomo: “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan
ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang
tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (Pkh. 12:14;
ref Luk. 12:2).
• Terang melambangkan kebaikan. Bila terang bersinar dalam
kegelapan, kegelapan tidak dapat menguasainya (Yoh. 1:5).
Terang mempunyai kuasa untuk menghalau kegelapan.
Oleh karena itu kejahatan tidak dapat menerima terang Roh
Allah (Yoh. 14:17); sebaliknya, Roh Kudus memencarkan
kegelapan. Maka selanjutnya, di mana ada kejahatan, Roh
Kudus tidak akan ada di sana. Karena alasan inilah kita
harus hidup kudus dan saleh jika kita menginginkan Roh
Allah terus memenuhi hati dan hidup kita.
• Matahari yaitu sumber cahaya alami kita. Matahari tidak
membeda-bedakan siapa pun, namun sinar kehangatannya
sama kepada setiap orang (Mat. 5:45). Demikian juga, Roh
Kudus menerangi semua orang dengan indah. Sama seperti
matahari, Roh Kudus memberikan kita kehangatan rohani
dan kehidupan dan mengeluarkan kita dari bayang-bayang
kegelapan dan maut (ref. Mat. 4:16; Luk. 1:78-79).
3.2.12 Pedang
Kitab Kejadian memberikan kita referensi paling awal tentang
pedang sebagai lambang bagi Roh Kudus: “Berfirmanlah TUHAN Allah:
"Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita,
tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai
ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon
kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-
67
lamanya." Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia
mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu
dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan” (Kej. 3:22-24).
sesudah Adam dan Hawa jatuh dari kasih karunia Allah, mereka
diusir dari Taman Eden dan dijauhkan dari pohon kehidupan. Akibatnya,
seluruh umat manusia kehilangan anugerah kehidupan kekal, karena
Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa bahwa mereka akan mati
jika memakan buah terlarang dari pohon pengetahuan tentang yang
baik dan jahat (Kej. 2:17). Untuk menjaga manusia agar tidak kembali
ke Taman Eden, Allah menempatkan kerub dan pedang yang bernyala-
nyala untuk menjaga taman itu.
Taman Eden yang jasmani melambangkan Taman Eden surgawi.
Sama seperti Eden jasmani, Taman Eden di surga juga mempunyai
pohon kehidupan (Why. 22:14). Sejak kejatuhan umat manusia sampai
datangnya keselamatan Allah. Dia telah memeteraikan jalan menuju
pohon kehidupan dengan pedang. Tidak seorang pun dapat masuk
ke dalam taman itu, dan tidak seorang pun dapat menemukan jalan
menuju hidup kekal, karena dosa tidak memungkinkan manusia
mendapatkannya. namun Tuhan kita Yesus Kristus, melalui kematian-
Nya di kayu salib, membuka kembali jalan ini (Mat. 27:50-51; Ibr.
10:19-20). Oleh karena itu, Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak seorang pun sampai kepada Bapa jika tidak melalui
Aku” (Yoh. 14:6; 10:9). Dia yaitu satu-satunya jalan yang karenanya
kita dapat menerima keselamatan dan kehidupan kekal.
Pedang yang bernyala-nyala di pintu masuk Taman Eden, yang
melambangkan Roh Kudus, mempunyai kekuatan untuk membunuh
dan memusnahkan. Siapa pun yang ingin masuk untuk memperoleh
kehidupan kekal, ia harus terlebih dahulu menghadapi kematian.
Paulus mengajarkan kita bahwa kita semua harus mati dan dikubur
bersama Kristus melalui baptisan air (Rm. 6:3) karena, hanya apabila
tubuh kita yang penuh dosa ini hancur, barulah kita dapat memperoleh
kehidupan kekal di dalam Tuhan (Rm. 6:6, 19, 23). sesudah itu kita
harus menerima baptisan Roh Kudus untuk mematikan perbuatan-
perbuatan tubuh kita, dan kita dapat hidup (Rm. 8:13; Gal. 5:16).
Jadi, pedang yang bernyala-nyala, yang pernah menutup jalan
menuju kehidupan kekal, tidak menandakan bahwa kita ditakdirkan
untuk hidup dalam keputusasaan. namun dia telah membuka kembali
Bab 3: Lambang Roh Kudus
68
jalan menuju keselamatan untuk kita. Dia menyatakan dua kebenaran
bahwa manusia harus mati melalui baptisan air dan dilahirkan
kembali melalui Roh Kudus Allah. Hanya dengan begitu, kita baru
dapat masuk ke dalam kerajaan Allah dan menerima kehidupan kekal
(Yoh. 3:4;Tit. 3:5). Dan dari Alkitab, kita tahu bahwa Roh Kudus bekerja
dalam baptisan air dan baptisan Roh (Yoh. 3:5; 1Kor. 6:11; 12:13).
Karena alasan ini, Rasul Paulus memberitahukan jemaat di Galatia
bahwa mereka telah “memulai dalam Roh” (Gal. 3:3). Demikian juga,
perjalanan kita kembali menuju kehidupan kekal dimulai dengan Roh
Kudus. Selain melalui Dia, tidak ada jalan lain untuk kembali ke Taman
Eden.
Rasul Paulus memberikan kita pengetahuan lebih lanjut mengenai
hubungan antara pedang dan Roh Kudus dalam suratnya kepada jemaat
di Efesus. Paulus menulis: “Pedang Roh, yaitu firman Allah” (Ef. 6:17).
Perkataannya memberitahu kita bahwa:
• Pedang melambangkan Roh Kudus.
• Sebagai senjata, Roh Kudus memberikan kita kemampuan
untuk menghancurkan keinginan daging kita, dan
mengalahkan kuasa-kuasa kegelapan (ref. Ef. 6:12).
• Pedang Roh yaitu firman Allah. Hanya bila kita
diperlengkapi dengan pedang, maka kita dapat mempunyai
keberanian untuk maju berperang dalam peperangan
rohani kita melawan kuasa-kuasa kegelapan.
Pedang Roh Allah mempunyai kekuatan. Alkitab berkata, “Sebab
firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata
dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan
roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita” (Ibr. 4:12). Firman Allah, sama seperti pedang
yang tajam, dapat menembus hati kita, menyelidiki pikiran dan motif
kita. Sayangnya, Ananias dan Safira mengira mereka dapat mencobai
Roh Kudus, dan membayar kesalahan itu dengan nyawa mereka (Kis.
5:3; 9-10). Kita harus belajar dari kesalahan mereka; daripada menguji
seberapa jauh kita dapat mendesak Roh Kudus dengan hidup tidak
benar, kita harus bersandar pada Roh Kudus sebagai sumber kekuatan
rohani kita. Dengan pedang Roh, kita dapat membuang keinginan jahat
kita dan juga memberitakan Firman Allah kepada semua orang yang
memerlukannya.
69
3.2.13 Angin
Kata Ibrani untuk “angin” yaitu ruah2. Istilah ini sering
diterjemahkan sebagai “roh”, “napas” dan “udara”. Kata Yunaninya
yaitu pneuma dan artinya “angin”, “roh” dan “nafas”3. Dalam tiga
kesempatan, Alkitab menggunakan “angin” untuk melambangkan Roh
Kudus: 1)Yeh. 37:5-10; 2) Yoh. 3:8; 3)Kis. 2:2.
Ayat alkitab pertama berbunyi, “Maka firman-Nya kepadaku:
"Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak
manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman
Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin,
dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya
mereka hidup kembali." Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-
Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga
mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara
yang sangat besar” (Yeh 37:9-10).
Ayat dari Yehezkiel ini yaitu salah satu ayat Perjanjian Lama yang
penting, saat angin digunakan sebagai lambang bagi Roh Kudus. Ayat
ini menyampaikan penglihatan Nabi Yehezkiel tentang bangkitnya
kuasa Roh Kudus. Jika kita membaca ayat ini dalam konteksnya, kita
akan menemukan ayat berikutnya yang menjelaskan pesan Yehezkiel
ini. Dalam Yehezkiel 37:14, Tuhan berkata, “Aku akan memberikan
Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali.” Dari sini kita
melihat bahwa Roh Kudus memberikan kehidupan. Berhubungan
dengan bangkitnya kuasa Roh ini, Rasul Paulus berkata, “Dan jika Roh
Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di
dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari
antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu
oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Rm. 8:11).
Pada ayat kedua, Yesus mengajarkan, “Angin [atau Roh] bertiup
ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, namun engkau tidak
tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya
dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3:8). Yesus berbicara
tentang Roh Kudus sebagai angin, yang bertiup ke mana dia mau dan
tidak dapat dikekang. Dia juga memenuhi bumi sebagai kekuatan yang
tidak dapat dilihat dan diraba. Dari perkataan Yesus, kita belajar bahwa
sifat angin menyatakan sifat rohani Roh Kudus.
Pada ayat ketiga, angin sebagai lambang dari Roh Kudus, dengan
penuh kekuatan diwujudkan pada hari Pentakosta, saat Roh Kudus
dicurahkan kepada murid-murid Yesus. Kisah Para Rasul pasal 2
menggambarkan peristiwa ini: “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu
bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di
mana mereka duduk” (Kis. 2:2, 4).
3.2.14 Tujuh mata
Kitab-kitab nubuat dalam Alkitab kadang-kadang menggunakan
perlambangan “tujuh mata” untuk menjelaskan Roh Allah:
Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua—
satu permata yang bermata tujuh.
Zakharia 3:9
Yang tujuh ini yaitu mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi.
Zakharia 4:10
Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan
di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah
disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah
yang diutus ke seluruh bumi.
Wahyu 5:6
Angka “tujuh” yaitu lambang kelengkapan atau kesempurnaan;
sementara “mata” melambangkan hikmat. Jadi tujuh mata pada ayat
di atas mewakili kesempurnaan dan hikmat rohani Allah. Tujuh
mata juga melambangkan sifat Roh Kudus yang maha melihat, yaitu
kemahatahuan-Nya. Dia menyelidiki hal-hal terdalam dari Allah (1Kor.
2:10), dapat merasakan pekerjaan setan (Kis. 16:16-18), dan melihat
sampai ke hati kita yang paling dalam (Kis. 5:1-11). Allah mengawasi
orang yang baik dan yang jahat (Ams. 15:3); tidak ada yang tersembunyi
dari pandangan-Nya. Mengetahui hal ini, kita harus berusaha untuk
hidup kudus, murni dan benar.
Roh Kudus secara langsung turun tangan untuk mendirikan gereja
Tuhan, baik pada zaman para rasul, maupun pada zaman sekarang.
Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta menjadi sangat penting
karena menandakan pemulihan dan dikumpulkannya umat Tuhan
yang terserak, seperti yang dinubuatkan dalam Yehezkiel 36 dan
37. Dahulu, Allah menyerakkan orang-orang yang ada di dunia dan
mengacaubalaukan bahasa mereka di Menara Babel (Kej. 11:1-9),
sekarang Dia mengumpulkan mereka kembali dan menyatukan bahasa
mereka dengan memuji-muji kebesaran Allah (Kis. 2:4-11).
4.2 Definisi gereja
Kata Yunani untuk “gereja” yaitu ekklesia yang berasal dari kata
ek, yang artinya “keluar dari”, dan klesis, yang artinya “panggilan”1. Jadi
terjemahan hurufiah dari ekklesia yaitu “kumpulan yang terpanggil”.
Dalam dunia kuno, ekklesia yaitu “perkumpulan yang sah” dalam
kota-kota Yunani (yang juga dikenal dengan “perkumpulan umum”).
sesudah mendengar tiupan terompet dari kota, warga kota akan keluar
dan berkumpul bersama. Yesus juga menggunakan kata “kumpulan”
untuk mereferensikan gereja-Nya (Mat. 16:18).
Banyak teks-teks kuno penting, seperti versi bahasa Yunani dari
Perjanjian Lama (Septuagint), menggunakan ekklesia pada kata Ibrani
qahal untuk mengacu pada kumpulan umat perjanjian Allah dalam
Perjanjian Lama (contoh, Ul. 23:2-9). Contohnya, ekklesia digunakan
untuk menggambarkan segenap bangsa Israel sebelum masuk ke
dalam kemah pertemuan (ref. ekklesia dalam Kis. 7:38; 19:32, 39, 41;
Ibr. 2:12).
namun , ada perbedaan penting antara umat Tuhan yang
berkumpul di zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di
73
Perjanjian Baru, kumpulan milik Allah, yaitu gereja, telah “dibeli dengan
darah-Nya” (Kis. 20:28). Sebaliknya, di zaman Perjanjian Lama, yang
dilakukan melalui darah anak lembu dan kambing, dosa-dosa mereka
tetap tinggal (Ibr. 9:18 dst.; 10:4).
4.3 Sifat gereja
Gereja tidak dapat disamakan seperti perkumpulan sekuler atau
sosial lainnya, karena, dari definisinya, gereja mempunyai perbedaan
yang sangat mendasar, karena ia yaitu kumpulan yang dipanggil
oleh Allah. Gereja yaitu milik Tuhan karena Dia telah membeli gereja
dengan darah-Nya (Kis. 20:28; 1Kor. 6:19; ref. “Gereja-Ku” dalam Mat.
16:18). Kelompok-kelompok sekuler tidak perlu mempertimbangkan
Tuhan dalam aktivitas apa pun yang mereka lakukan, sebaliknya
gereja harus melakukan segalanya dengan berfokus pada Tuhan.
Selain itu, kelompok-kelompok sekuler dapat mengeluarkan orang-
orang berdasarkan kriteria yang telah mereka tentukan sebelumnya,
sementara, gereja harus taat pada kehendak Tuhan dan membuka
pintu gereja bagi semua orang (ref. Kis. 9-11).
Tidak seperti organisasi-organisasi sekuler dengan tingkat
jabatan organisasional mereka (ref. Mat. 20:20-8), jemaat gereja
tidak dibedakan berdasarkan kedudukan atau jabatan, namun , dengan
pelayanan. Oleh karena itu, para penatua, pendeta dan diaken ditunjuk
sebagai hamba-hamba Tuhan (ref. “hamba” dalam Rm. 1:1), yang harus
memimpin dan membangun gereja dengan teladan rohani mereka
(1Ptr. 5:1-4; Ef. 4:11-13; 1Tim. 3:1).
4.4 Asal mula gereja
Abraham yaitu bapa leluhur yang pertama (Ibr. 7:4), bapa iman
bagi orang Israel dan Yahudi (Mat. 3:9; Kis. 13:26) dan secara rohani,
juga sebagai bapa iman bagi semua orang yang percaya kepada Kristus
(Rm. 4:11; Gal. 3:28-29). Sebelum mereka mengenal Allah yang Esa,
Abraham dan keluarga ayahnya menyembah allah palsu (Yos. 24:2).
namun Allah secara khusus memilih Abraham dan ia dipisahkan untuk
menjadi awal dari suatu bangsa yang kudus (Kej. 12:1-3).
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
74
Alkitab memberikan berbagai penjelasan mengenai umat Allah,
bangsa Israel, di antaranya: “kudus dan terpisah dari bangsa-bangsa
lain” (Im. 20:26); “bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung
di antara bangsa-bangsa kafir” (Bil. 23:9); dan “bangsa yang dipilih
TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa
yang di atas muka bumi” (Ul. 14:2). Umat pilihan dalam Perjanjian
Lama merupakan gambaran awal gereja dalam Perjanjian Baru, yang
akan Yesus panggil dan beli dengan darah-Nya sendiri.
Kelahiran Yesus ke dunia menandai awal dari berakhirnya
perjanjian umat Allah di bawah hukum Taurat (Mat. 11:13; Yoh. 4:23;
Ibr. 8:7-13). Hal ini bukan berarti gereja menggantikan bangsa Israel;
namun , gereja menjadi pembaruan umat pilihan Allah, dan bangsa Israel
termasuk di antara umat itu (Rm. 11).
Tuhan Yesus memanggil dan mengkhususkan sebuah kelompok
inti yang terdiri dari duabelas orang murid untuk menjadi pengikut-
Nya secara pribadi (Mrk. 3:13; Yoh. 15:19). Tugas mereka yaitu untuk
mencapai seluruh penjuru dunia (Mat. 28:16; Kis. 1:16). Mereka akan
bekerja, bukan dengan kekuatan mereka sendiri, namun dengan kuasa
Roh Kudus. Kuasa ini kemudian datang melalui pencurahan Roh Kudus
pada hari Pentakosta. Hal itu memungkinkan Petrus menyampaikan
kesaksian yang penuh kuasa, yang menggerakkan 3000 orang untuk
bertobat dan gereja mula-mula pun berdiri.
4.5 Pekerjaan Roh Kudus di gereja
4.5.1 Mengarahkan pekerjaan gereja
Roh Kudus bekerja secara aktif selama masa gereja mula-mula.
Kegiatan gereja diadakan, diarahkan dan dimungkinkan oleh Roh
Allah. Petunjuk yang dinyatakan oleh Roh Kudus dengan segera ditaati
tanpa diperdebatkan (Kis. 8:29-30). saat Roh Kudus melarang
pelayanan di daerah tertentu, rasul-rasul tidak berani memaksakan
kehendak mereka sendiri, namun menyesuaikan rencana perjalanan
mereka dengan kehendak Roh Kudus (Kis. 16:6-8). Roh membuat
peraturan-peraturan gereja dan memberikan gereja wewenang untuk
melaksanakannya. Para rasul hanya merupakan alat dalam pekerjaan
Roh Kudus (Kis 15:28-29; 16:4-5). Hari ini di gereja sejati, kita harus
memastikan agar kita mempunyai semangat ketaatan yang sama
kepada Roh Kudus saat kita melayani Tuhan.
75
Sebelum Roh Kudus turun ke atas murid-murid Yesus pada hari
Pentakosta, mereka telah memperdebatkan siapa yang terbesar
dalam kerajaan yang baru (Mat. 20:20-28), bahkan pada malam Yesus
dikhianati (Luk. 22:24-27). namun sesudah mereka menerima baptisan
Roh Kudus, mereka berubah sepenuhnya. Mereka mulai memahami
kerendahan hati dan bersyukur akan kuasa dan anugerah rohani yang
datang dari Tuhan (Kis. 10:25-26; 14:8-15; 1Kor. 3:5-7; 1Kor. 4:7; Yak.
1:17).
Yesus Kristus yaitu kepala gereja, maka gereja harus taat kepada-
Nya (Ef. 4:15; Rm. 12:5). Sebab tubuh tidak dapat bekerja sendiri tanpa
kepala; namun , tubuh harus mengikuti pimpinan kepala. Sekarang dalam
gereja sejati, kita harus berjaga-jaga agar tidak menaruh kehendak
manusia di atas kehendak Tuhan, dan jatuh di dalam keadaan: hukum
dan politik manusia menggantikan pemerintahan Roh Kudus; peraturan
dan ketetapan manusia menutupi kehendak Roh Kudus; pemikiran
manusia dinilai lebih tinggi daripada iman; dan talenta menggantikan
karunia rohani. Seluruh pekerjaan gereja, termasuk memilih pemimpin
gereja, harus didasarkan pada prinsip-prinsip rohani.
Wahyu 1-3 berisi wahyu-wahyu Yohanes yang berasal dari Tuhan.
Di pulau Patmos, ia menulis tujuh surat kepada gereja-gereja di Efesus,
Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia (Why. 1:9-
11). Di akhir setiap surat, Yohanes menyimpulkan, “Barangsiapa
mempunyai telinga, baiklah dia mendengar apa yang dikatakan Roh
kepada gereja” (Why. 2:7, 11, 17, 29; 3:6, 13, 22). Hari ini kita harus
memikirkan dengan seksama pengajaran-pengajaran rohani yang
telah diberikan kepada tujuh gereja ini.
Gereja Yesus Sejati didirikan oleh Roh Kudus di akhir zaman ini.
Gereja masa akhir mempunyai tugas untuk memulihkan gereja rasul
masa awal. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, gereja harus
bertindak selaras dengan prinsip-prinsip dan teladan yang diwariskan
oleh para rasul. Yang terpenting, Roh Kudus harus memerintah gereja
secara pribadi.
Bab 4: Roh Kudus dan Gereja
76
4.5.2 Mengutus para pekerja
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti
Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata:
"Terimalah Roh Kudus.”
Yohanes 20:21-22
Jika kita memberitakan injil, kita harus diutus oleh Tuhan.
Roma 10:15
Menerima Roh Kudus yaitu syarat bagi seseorang untuk
memberitakan Injil dengan kekuatan dan kuasa-Nya, karena Roh-
lah yang memperlengkapi kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya (Luk.
24:48-49; Kis. 1:8). Melalui Alkitab, kita dapat melihat bagaimana
Roh Kudus mengubah murid-murid yang sebelumnya lemah dan
ketakutan, menjadi saksi-saksi Kristus yang penuh kuasa. Kisah Para
Rasul menggambarkan murid-murid sebagai orang “yang dipenuhi
Roh Kudus”, mengucapkan firman Tuhan “dengan berani”, dan menjadi
saksi yang “penuh kuasa” (Kis. 4:31, 33).
Paulus pernah berkata, “Baik perkataanku maupun pemberitaanku
tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, namun
dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan
bergantung pada hikmat manusia, namun pada kekuatan Allah” (1Kor.
2:4-5). Dia menambahkan, “Sebab Injil yang kami beritakan bukan
disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, namun juga dengan
kekuatan oleh Roh” (1Tes. 1:5). Di sini, kita melihat perbedaan
mendasar antara memberitakan firman Tuhan dan menyampaikan
pengetahuan duniawi: memberitakan injil jauh melampaui kefasihan
bicara dan kepintaran – namun didasarkan pada kekuatan dari Roh
Kudus.
Setiap pekerja gereja harus ditunjuk oleh Roh Kudus, bukan hanya
penilik atau uskup (Kis. 13:1-4; 20:28). Alkitab mencatat:
Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid
berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami
melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-
saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan
yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk
tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa
77
dan pelayanan Firman." Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu
mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 2:2-6
Ayat ini menunjukkan bagaimana Roh Kudus berperan penuh
dalam gereja mula-mula. Bukan hanya para pendeta dan penatua yang
secara pribadi dipisahkan untuk pekerj