Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu!
Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku
mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi
mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu
menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."
Yohanes 20:21-23
Mengenai ayat ini, banyak orang Kristen berpendapat,
murid-murid telah menerima Roh Kudus pada saat Yesus
mengembusi mereka. Pendapat ini merupakan bagian dari
keyakinan yang dipegang secara luas dalam dunia Kekristenan
pada hari ini – yaitu barangsiapa percaya dan menerima Tuhan
Yesus dalam hatinya, telah memiliki Roh Kudus yang diam-diam
tinggal di dalam dirinya. Dengan kata lain, mereka percaya
bahwa semua orang Kristen sudah mempunyai Roh Kudus.
Namun ada orang-orang lain yang percaya pada baptisan Roh
Kudus, namun berpendapat bahwa itu bukan pengalaman yang
akan dialami oleh setiap orang percaya.
Pada suatu hari saat Ia makan bersama-sama dengan mereka,
Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh
mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang—demikian
kata-Nya—"telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes
membaptis dengan air, namun tidak lama lagi kamu akan dibaptis
dengan Roh Kudus."
Kisah Para Rasul 1:4-5
Sebelum Ia naik ke surga dari Bukit Zaitun, Tuhan Yesus
memberitahukan murid-murid-Nya bahwa mereka akan segera
dibaptis dengan Roh Kudus. Dan memang benar. beberapa hari
kemudian pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan dengan
penuh kuasa. Murid-murid menerima Roh Kudus dan mulai
berbicara dengan bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan
Roh itu kepada mereka.
Sayangnya, banyak orang Kristen berpikir bahwa baptisan
Roh Kudus, yang membuat para rasul dapat berkata-kata dengan
bahasa lain, merupakan kejadian yang bersifat terbatas. Bagi
mereka, permasalahannya bukan pada apakah orang percaya
menerima Roh Kudus atau tidak, namun lebih kepada apakah ia
dibaptis dengan Roh Kudus. Mereka berpendapat bahwa dua hal
ini merupakan pengalaman yang berbeda, dan berkata bahwa
seorang percaya menerima Roh Kudus pada saat ia percaya
kepada Tuhan; namun ia belum tentu menerima baptisan Roh
Kudus dan berbahasa roh, kecuali apabila Allah memberikan
karunia ini.
Pertanyaannya, apakah kepercayaan ini benar?
Jika kita membaca di dalam Alkitab, kita dapat melihat
bahwa sebelum Tuhan Yesus disalibkan, Ia memberikan sebuah
janji kepada murid-muridnya, “Aku akan minta kepada Bapa,
dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh
Kebenaran” (Yoh. 14:16-17). Ia juga berkata, “yaitu lebih
berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak
pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, namun jikalau
Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7).
Saat kita membaca ayat-ayat ini, kita perlu menyadari
bahwa saat Yesus mengembusi murid-murid-Nya dan berkata
“Terimalah Roh Kudus”, Ia belum naik ke surga. Firman-Nya
menunjukkan bahwa Roh Kudus (Penolong) belum datang
kepada manusia dan kata-kata-Nya dimaksudkan untuk
meyakinkan janji-Nya kepada murid-murid. Namun akan tiba
waktunya janji itu akan digenapi – Roh Kudus akan dicurahkan
kepada setiap murid yang percaya kepada-Nya, dan bersedia
mengikuti Dia hingga akhir.
Dari Alkitab, kita dapat mengetahui bahwa Roh Kudus
datang sesudah Yesus terangkat ke surga. Roh Kudus turun
dengan penuh kuasa pada hari Pentakosta untuk tinggal di
dalam diri orang percaya (1Kor. 6:19-20) dan di dalam gereja
Allah (1Kor. 3:16; 2Kor. 6:16).
Dalam kitab Kisah Para Rasul, kita melihat saat Petrus
pergi ke rumah Kornelius dan memberitakan Injil kepada seisi
rumahnya, mereka semua menerima Roh Kudus, bahkan saat
Petrus masih berbicara. Petrus dan orang-orang Kristen dari
bangsa Yahudi yang menyertainya “mendengar mereka berkata-
kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis. 10:46).
Lalu kata Petrus, “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis
orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima
Roh Kudus sama seperti kita?” (Kis. 10:47).
sesudah itu, saat mereka kembali ke Yerusalem, jemaat
dari bangsa Yahudi berselisih dengannya karena dia berkumpul
bersama-sama dengan bangsa-bangsa bukan Yahudi. Petrus
menceritakan kepada mereka apa yang telah terjadi, dan
berkata, “dan saat aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke
atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah
aku akan perkataan Tuhan: ‘Yohanes membaptis dengan air,
namun kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus’” (Kis. 11:15-16).
Dari peristiwa ini, kita mengetahui bahwa saat Kornelius dan
seluruh keluarganya menerima baptisan Roh Kudus, apa yang
mereka alami dapat didengar – mereka berkata-kata dalam
bahasa roh.
Alkitab memberitahukan kita bahwa Allah yaitu Roh
(Yoh. 4:24). Jadi bagaimana orang dapat sungguh-sungguh
mengenal Dia? Karena Dia yaitu Roh, kita menyadari bahwa
kecuali Ia membuka mata kita, kita tidak dapat mengetahui
perkara tentang Allah. Dari Alkitab kita mengetahui, contohnya,
bahwa misteri tentang apakah keselamatan akan diberikan
baik kepada orang Yahudi ataupun orang-orang bukan Yahudi
melalui penyaliban Yesus tersembunyi selama berabad-abad.
Sebelum Yesus mati, tidak ada orang yang memahami perkara
9
rohani, sehingga mereka hanya dapat menggunakan hikmat
duniawi. Ini dikarenakan manusia tidak dapat mengetahui
perkara-perkara Allah, kecuali apabila Ia memberitahukannya
melalui Roh Kudus-Nya (1Kor. 2:6-16).
Sayangnya, beberapa orang Kristen memanfaatkan
Firman Allah untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Namun
seberapapun meyakinkan dan menyentuh pendapat mereka,
kata-kata mereka tetaplah kata-kata manusia dan tidak dapat
memungkinkan orang menyentuh kehidupan yang ada
di dalam Firman Allah (1Tes. 2:13; 1Yoh. 1:1-4). Apabila kita
menerima Roh Kudus dan tunduk pada pimpinan-Nya, barulah
kita dapat dituntun kepada seluruh kebenaran (Yoh. 16:13).
Melalui Roh Kudus, kita dapat menyelidiki hal-hal tersembunyi
dari Allah; mendapatkan intisari pesan di dalam Alkitab;
menafsirkan makna Alkitab; dan mengajarkan Firman Allah
kepada orang lain dengan tepat, untuk memberikan kesempatan
kehidupan rohani kepada mereka.
Segala ajaran yang telah disebutkan berkaitan dengan
Roh Kudus dan ajaran-ajaran lain, dibahas secara rinci dalam
adaptasi dari buku Risalah Mengenai Roh Kudus yang ditulis oleh
Penatua Hsieh Sun Tao. Edisi Bahasa Inggris dari buku ini diberi
nama The Doctrine of the Holy Spirit, judul yang selaras dengan
seri buku-buku doktrinal yang diterbitkan oleh Departemen
Literatur Majelis Internasional.
pertama kali diterbitkan oleh Majelis
Pusat Gereja Yesus Sejati Taiwan pada tahun 1966. Buku ini
kemudian ditulis dengan lebih mendalam dan diterbitkan
kembali tahun 1985. Buku ini menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan Roh Kudus dan menafsirkan ayat-ayat
Alkitab, dan hanya menggunakan Alkitab sebagai referensi.
Pekerjaan Penatua Hsieh ini memperlihatkan kasihnya atas
Firman Allah dan pengabdiannya pada pemahaman Alkitab.
Prakata
10
Sebelas tahun lalu, Majelis Internasional merencanakan
untuk menerjemahkan hasil karya Penatua Hsieh ke dalam
berbagai bahasa. Sejak itu buku ini telah diterjemahkan ke
Bahasa Melayu dan juga bahasa-bahasa lain. Pekerjaan juga
dilakukan pada edisi Bahasa Indonesia yang diterjemahkan
dari edisi Bahasa Inggris yang dilakukan pada tahun 2007.
Namun kemudian Departemen Literatur Majelis Internasional
menyempurnakan edisi Bahasa Inggris. Tantangan yang besar
ada pada sumber-sumber kutipan yang digunakan dalam
edisi Bahasa Mandarin, yang banyak berasal dari referensi
berbahasa Inggris. Tugas ini harus dilakukan untuk menjamin
keotentikan dan ketepatan kutipan yang akan digunakan dalam
edisi Bahasa Inggris. Karena itu kami bersyukur kepada Tuhan
karena bimbingan-Nya, sehingga editor edisi Bahasa Inggris
dapat menemukan sebagian besar referensi. Ini dihasilkan
melalui kombinasi penyelidikan melalui Internet, kunjungan-
kunjungan ke Perpustakaan Bahasa Inggris (British Library –
red), pinjaman buku-buku Antar-Perpustakaan, dan membeli
beberapa buku bekas yang sudah tidak diterbitkan lagi.
Hasilnya yaitu buku yang merupakan
adaptasi dari buku Penatua Hsieh, yang diterbitkan khusus
untuk pembaca berbahasa Indonesia. Untuk edisi Bahasa
Indonesia ini, beberapa pekerja terlibat dalam penerjemahan,
editing dan pemeriksaan kembali. Mereka di antaranya: Sdri.
Meliana Tulus, Sdr. Andy Sarwono, Sdri. Christien Tjakra, Sdr.
Yosua, Sdri. Marlina Eva, dan seorang pekerja penuh waktu.
Puji syukur dan kemuliaan bagi Tuhan atas pertolongan-Nya
dalam pekerjaan ini; tanpa Dia, kami tidak dapat menyelesaikan
apapun. Kami juga berterima kasih kepada setiap pihak yang
terlibat. Selain editor, kami juga mendapat banyak bantuan
dari pemeriksa akhir, perancang grafis, dan yang lainnya. Selain
itu, anggota Tim Sensor Majelis Internasional dengan baik hati
memberikan masukan pada kerangka-kerangka awal buku ini.
11
Semua saudara-saudari ini telah membantu memungkinkan
penyelesaian pekerjaan edisi ini.
Kiranya Allah senantiasa mencurahkan berkat-berkat-
Nya, sehingga melalui penerbitan buku ini, jemaat kita dapat
mempunyai pengertian yang lebih mendalam dalam doktrin Roh
Kudus. Kita juga berdoa agar jemaat dapat belajar bagaimana
mendapatkan kepenuhan Roh Kudus agar kehidupan rohani
mereka dapat berkelimpahan. Pada akhirnya, kita berharap
agar para pembaca dapat bertumbuh semakin mengasihi Tuhan,
menghargai iman mereka dan memegang teguh kebenaran.
Akhirnya, kiranya kita semua menyambut Roh Kudus ke
dalam hati kita, agar kita dapat mengalami kasih karunia-Nya
yang berkelimpahan.
Dk. Ferry Winarta
Departemen Literatur
Majelis Pusat Gereja Yesus Sejati Indonesia
Prakata
12
Bab 1
SIAPAKAH ROH KUDUS?
1.1 Pendahuluan
Alkitab tampaknya memberikan pesan yang bertentangan
mengenai sifat Roh Kudus. Di satu sisi, Alkitab mengajarkan kita
untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, karena Dia yaitu
Roh (Yoh. 4:24). Di sisi lain, Alkitab berkata bahwa manusia biasa
tidak dapat menerima apa yang berasal dari Roh Allah (1Kor. 2:14).
Berusaha memahami perkara-perkara dunia roh sama seperti melihat
ke dalam cermin di ruangan temaram – beberapa hal sudah pasti akan
terlewatkan oleh kita.
namun Tuhan telah memberikan pengertian kepada orang-orang
yang mengasihi Dia, dan yang telah menerima Roh Kudus (Rm. 8:5;
1Kor. 2:12). Dan kita dapat merasa yakin karena mengetahui bahwa
pada suatu hari, kita akan melihat gambaran yang lengkap dan
sempurna saat kita bertemu dengan Allah sendiri (1Kor. 13:12).
1.2 Kepribadian Roh Kudus
Sebagian orang Kristen percaya bahwa Roh Kudus yaitu
kekuatan yang bukan berasal dari diri manusia, namun lebih serupa
dengan kuasa Tuhan yang memotivasi atau kekuatan kehidupan.
Dalam Alkitab asli berbahasa Yunani, kata “Roh”, pneuma1, mempunyai
arti yang sama dengan “nafas” atau “angin”. Jadi, secara hurufiah kita
dapat menerjemahkan “Roh Kudus” sebagai “Nafas Kudus” atau “Angin
Kudus”, namun itu tidak akan sesuai dengan seluruh kepribadian Roh
Kudus. Tuhan Yesus pernah berkata bahwa menghujat Roh Kudus
yaitu dosa yang jauh lebih serius daripada menghujat Anak Allah
(Mat. 12:31-32). Kerasnya peringatan ini membuat kita sulit menerima
bahwa Roh Kudus hanya sekadar kekuatan dari luar diri manusia yang
dikendalikan Allah sebagai alat ilahi. Mengenai hal ini, dalam kitab
Yohanes 4:24 Yesus menyamakan Allah dengan Roh, dan karena itu Roh
Kudus pastilah merupakan pribadi yang sama dengan Allah sendiri.
13
Dalam Yohanes 14-16, Yesus menggunakan kata ganti orang
“Dia” (“He” dalam Alkitab Bahasa Inggris New King James Version -
ed) sebanyak lima kali untuk menyebutkan Roh Kudus (Yoh. 14:26;
15:26; 16:8; 13,14). Dengan demikian Yesus menjelaskan kepribadian
Roh Kudus. Paulus juga menjelaskan kepribadian Roh Kudus dengan
berkata, “namun semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang
sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus,
sama seperti yang dikehendaki-Nya” (1Kor. 12:11).
Dari Alkitab, kita melihat bahwa Roh Kudus secara pribadi
mewujudkan diri-Nya sendiri melalui tiga hal: hikmat, perasaan dan
kehendak. Melalui hikmat-Nya, Roh Kudus: menciptakan seluruh
alam semesta dan semua mahluk hidup (Kej. 1:1-2; Mzm. 104:30);
membedakan yang baik dan jahat (Ef. 4:30); memberi kesaksian
tentang kebenaran dan Yesus Kristus (Yoh. 14:6; 15:26); menyelidiki
hal-hal terdalam dari Allah (1Kor. 2:10); mengajar dan melatih umat
Allah (Neh. 9:20; Yoh. 14:26); memimpin orang percaya kepada seluruh
kebenaran (Yoh. 16:13); dan menyatakan rahasia-rahasia Kristus
(Ef. 3:5). Dalam hal perasaan, Roh Kudus mengasihi (Rm. 15:30),
memberikan anugerah (Ibr. 10:29), berduka (Yes. 63:10; Ef. 4:30),
menghibur (Kis. 9:31) dan menjadi perantara bagi orang-orang percaya
(Rm. 8:27). Dalam hal kehendak-Nya, Roh Kudus mempunyai “maksud”
(Rm. 8:27), membuat keputusan (Kis. 15:28), memberi perintah
(Kis. 8:29), menugaskan pekerja kudus (Kis. 13:1-4), mengarahkan
pekerjaan gereja (Kis. 16:6), mengurapi pekerja kudus (Kis. 20:28),
membagi-bagikan karunia kepada jemaat (1Kor. 12:11), menginjil dan
mengembalakan (Why. 2:7; 11, 17, 29; 3:6, 13, 22; 22:17).
1.3 Siapakah Roh Kudus?
Karena Roh Kudus merupakan sebuah kepribadian, jadi siapakah
Dia? Rahasia tentang ke-Allah-an tidak dapat sepenuhnya dijelaskan,
karena sebagai manusia, kita mempunyai pengertian yang terbatas
tentang alam roh. Allah yaitu roh, namun kita yaitu daging. Dia
melampaui kemampuan kita untuk mengetahui dan menggambarkan-
Nya secara memadai. Jadi jangan terkejut jika kita melihat banyak
orang Kristen telah lama dibuat bingung oleh sifat ke-Allah-an.
namun beberapa orang masih saja berusaha memahami Dia melalui
doktrin-doktrin buatan manusia, seperti Tritunggal dan modalisme.
Seringkali doktrin-doktrin ini bertentangan satu sama lain. Contohnya,
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
14
Dekrit Nicea, yang ditetapkan dalam Sidang Nicea pada tahun 325,
menggambarkan bagaimana doktrin Tritunggal ditetapkan untuk
menengahi perdebatan mengenai keilahian Kristus dan sifat ke-Allah-
an.
Sejak abad ke-4 Masehi, baik Gereja Katolik Roma maupun
Protestan, telah berpegang pada konsep Allah Tritunggal sebagai
dasar iman Kristen. Memang tak dapat disangkal, mencoba memahami
ke-Allah-an sepenuhnya berkaitan dengan misteri yang sangat dalam.
Namun menggunakan doktrin dari hikmat manusia seperti itu
tidaklah bijaksana, mengingat apa yang telah dinyatakan dalam kanon
Perjanjian Baru kepada kita. Doktrin Tritunggal yaitu pengajaran
manusia, dan sebuah pengajaran yang menggambarkan bagaimana
hikmat dan filsafat manusia berusaha merasionalisasikan misteri ke-
Allah-an, dan akhirnya menyebabkan penyimpangan dari iman para
rasul mula-mula yang sangat disayangkan.
Mengenai upaya memahami perkara-perkara rohani, Rasul Paulus
berkata, “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu apa yang ada
di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam
dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang ada di
dalam diri Allah selain Roh Allah” (1Kor. 2:11). Jadi, untuk memahami
sifat ke-Allah-an membutuhkan hikmat dan wahyu rohani melalui Roh
Kudus Allah. Karena itu, kita harus bersandar pada Roh Kudus, dan
bukan pada hikmat duniawi, untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar tentang Dia (Yoh. 14:26; 16:13; Ef. 1:17).
Alkitab seringkali memakai istilah “Roh Kudus” dan “Roh Allah”
secara bergantian, untuk menjelaskan bahwa Roh Kudus yaitu Roh
Allah. Dari petunjuk ini, kita mengetahui bahwa Roh Kudus tidak
terpisahkan dari Allah; karena Roh Kudus yaitu Allah sendiri. Dekrit
Nicea menyatakan bahwa Kristus yaitu “Allah atas Allah”, maksudnya
yaitu bahwa Kristus yaitu Allah sendiri. namun saat membahas
mengenai Roh Kudus, penulis-penulis Dekrit Nicene sepertinya ragu-
ragu mengenai hubungan Roh Kudus dengan Allah, dan tidak sampai
pada keputusan bahwa Roh Kudus yaitu “Allah dari Allah”.
Dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa Roh Kudus mempunyai
berbagai macam sebutan:
• “Roh TUHAN” (Hak. 3:10; Luk. 4:18)
• “Roh Allah” (Mat. 3:16)
• “Roh Bapa” (Mat. 10:20)
15
• “Roh Kristus” (Rm. 8:9)
• “Roh Anak-Nya [Anak Allah]” (Gal. 4:6)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Roh Kudus yaitu Roh Bapa
Surgawi dan Roh Yesus.
1.3.1 Roh Kudus yaitu Roh Bapa Surgawi
Dalam Kejadian 1:1 tertulis bahwa “Allah menciptakan langit dan
bumi”, sementara pada Kejadian 1:2 tertulis, “Roh Allah melayang-
layang di atas permukaan air” sebelum segala sesuatu diciptakan. Jadi
Allah dan Roh Allah (Roh Kudus) yaitu satu Roh yang sama.
Di Perjanjian Lama, Allah berjanji untuk mencurahkan Roh Kudus
kepada umat-Nya. Dengan demikian Allah menyatakan lagi bahwa
Roh Kudus yaitu Roh-Nya (Yeh. 36:27; 37:14; Yoel 2:28-29). saat
kita merenungkan pesan-pesan dalam nubuat Perjanjian Lama, kita
hanya dapat merasa takjub karena Allah sampai berpikir untuk tinggal
di dalam diri manusia. namun dengan membaca Alkitab kita tahu itu
benar: Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, yang menyebabkan Rasul
Petrus mengumumkan bahwa janji Allah telah digenapi (Kis. 2:16-18).
Sekarang kita tahu bahwa janji Allah ini masih terus digenapi, karena
1 Yohanes 3:24 memberitahukan kita: “Dan demikianlah kita ketahui,
bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan
kepada kita”. Di 1 Yohanes 4:13 juga tertulis, “demikianlah kita ketahui,
bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah
mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.”
Yesus pernah berkata, “Bapa ada di dalam Aku” (Yoh. 10:38). Allah
yaitu Roh (Yoh. 4:24); jadi karena Bapa ada di dalam Yesus, Roh Bapa
tentu harus ada di dalam Yesus. Dengan demikian, Roh yang diterima
Yesus sesudah Dia dibaptis yaitu Roh Bapa (Mat. 3:16; Luk. 4:18).
Tulisan-tulisan Rasul Paulus juga menunjukkan bahwa Roh Kudus
yaitu Roh Allah. Paulus menulis:
a) “Allah yaitu satu yang mengerjakan semuanya dalam
semua orang” (1Kor. 12:6);
b) “Karena Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik
kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp.
2:13);
c) “Satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang…dan di dalam
semua” (Ef. 4:6);
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
16
d) “Tubuhmu yaitu bait Roh Kudus yang diam di dalam
kamu” (1Kor. 6:19).
Paulus juga berbicara tentang karunia-karunia rohani dari Roh
Kudus dengan cara ini: “namun semua ini dikerjakan oleh Roh yang
satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang
secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1Kor. 12:11). Penatua
Yakobus menambahkan, “Setiap pemberian yang baik dan setiap
anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa
segala terang” (Yak. 1:17).
Seluruh ayat Alkitab di atas menunjukkan satu hal mendasar: Roh
Kudus yaitu Roh Bapa Surgawi sendiri. Di samping itu kita harus
menambahkan bahwa Roh Kudus bukan pribadi ketiga, yang berbeda
dan terpisah dari Allah Tritunggal, seperti yang dipercaya oleh orang-
orang yang menganut doktrin Tritunggal.
1.3.2 Roh Kudus yaitu Roh Yesus
Dalam Kisah Para Rasul 8:26-39, kita membaca tentang Filipus
yang diutus untuk memberitakan injil kepada seorang sida-sida
dari Etiopia dan kemudian membaptisnya. Penulis kitab Lukas
menggambarkan cara “Roh itu berbicara kepada Filipus, ‘Pergilah ke
situ dan dekatilah kereta itu!’” (ayat 29), dan kemudian “Roh Tuhan
melarikan Filipus” (ayat 39). Tentang ke-Allah-an, Lukas menganggap
bahwa Roh Kudus sama dengan Roh Tuhan Yesus. Pernyataan yang
sama dapat dikumpulkan dari Kisah Para Rasul 16:6-7 yang berbunyi,
“Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia” (ayat
6), dan “Setibanya mereka di Misia mereka mencoba masuk ke daerah
Bitinia, namun Roh Yesus2 tidak mengizinkan mereka.” (ayat 7).
Pada Galatia 4:6, Rasul Paulus juga menyamakan Roh Kudus
dengan Roh Yesus, yang berbicara tentang bagaimana Allah mengutus
Roh Anak-Nya masuk ke dalam hati kita. Untuk mengilustrasikan hal itu
lebih lanjut, 2 Korintus 3:17 berkata bahwa “Roh Tuhan” memberikan
kita kemerdekaan, sementara Roma 8:2 berkata bahwa “Roh yang
memberi hidup dalam Kristus Yesus” telah memerdekakan kita.
Mengenai penciptaan, Kejadian 1:2 berkata, “Roh Allah melayang-
layang di atas permukaan air” sebelum segala sesuatu diciptakan.
Para rasul juga memberi kesaksian bahwa segala sesuatu diciptakan
melalui Tuhan Yesus (Yoh. 1:3, 14; 1Kor. 8:6; Kol. 1:16-17; Ibr. 1:2).
17
Ini menunjukkan bahwa Roh Allah, yaitu Roh Kudus, juga yaitu Roh
Yesus.
Dalam suratnya yang pertama, Yohanes menulis, “Sebab di dalam
diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima daripada-
Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. namun
bagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu”
(1Yoh. 2:27). Di sini, “pengurapan”, yang ada di dalam hati kita dan
mengajarkan kita segala sesuatu, yaitu Roh Kudus. Ini mengingatkan
kita tentang janji yang diucapkan Yesus, “Aku akan minta kepada Bapa,
dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain…
yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia
tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. namun kamu mengenal Dia,
sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak
akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali
kepadamu” (Yoh. 14:16-18). Yesus menunjukkan bahwa Dia akan
segera datang kepada murid-murid-Nya – sebagai Roh Kebenaran –
untuk tinggal bersama mereka selamanya.
Dari referensi Alkitab di atas, sudah jelas bahwa Roh Kudus
yaitu Roh Tuhan Yesus. Dan harus dikatakan bahwa Roh Kudus tidak
seharusnya dipandang sebagai pribadi ketiga dan terpisah dari ke-
Allah-an.
1.4 Menyelidiki konsep tentang ke-Allah-an
sesudah Sidang Nicea, Uskup Aleksandria, Athanasius, meletakkan
dasar doktrin Tritunggal modern, yang sekarang diterima oleh
mayoritas gereja dan denominasi Kristen sebagai doktrin dasar. Di
samping itu, Gereja Katolik mengumumkan barangsiapa yang tidak
menerima Dekrit Nicea yang dihasilkan dalam sidang itu dianggap
sebagai bidat.
Dekrit ini merupakan jawaban dari penyesatan yang dilakukan
oleh Arius, yang bersikeras bahwa kemahakuasaan mutlak dan ke-
satu-an Allah tampak bertentangan dengan sifat ke-Tuhan-an Yesus.
Arius berpendapat bahwa Yesus diciptakan oleh Allah Bapa, sehingga
tidak mungkin setara dengan Bapa. Tak pelak lagi ada masalah
besar pada pemikiran Arius tentang ke-Allah-an, namun kita dapat
bersimpati pada keinginannya untuk memegang teguh ke-satu-an
Allah. Kenyataannya, masalah yang muncul dalam masa pasca para
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
18
rasul dalam hal ke-Allah-an umumnya yaitu hasil dari ketegangan
antara ke-satu-an Yesus dengan Allah (ke-Tuhan-an Yesus) dan
perbedaan-Nya dengan Allah (sebagai Anak manusia). Pada akhirnya
perdebatan itu melebar ke masalah-masalah mengenai Roh Kudus.
Jadi doktrin Tritunggal yaitu iman pada satu Allah yang terdiri
dari tiga pribadi yang merupakan satu hakekat3. Orang Kristen
yang menganut konsep ini tidak percaya pada tiga Allah (triteisme),
sebagaimana yang dimengerti secara keliru oleh sebagian orang.
Sebaliknya, mereka percaya pada ke-Allah-an yang terdiri dari Bapa,
Anak dan Roh Kudus: tiga pribadi berbeda pada satu pribadi. Mereka
berpendapat bahwa tiap “pribadi”: merupakan kepribadian yang
berbeda dan dapat hadir secara terpisah; mempunyai kedudukan,
kemuliaan dan otoritas yang sama; sama-sama bersifat kekal, yaitu
mereka hadir secara terpisah sejak permulaan zaman dan akan terus
hadir secara terpisah sampai pada kekekalan.
Penganut Tritunggal sering mengutip Matius 28:19 sebagai bukti
kepercayaan mereka. Mereka berpendapat bahwa satu “nama” yang
disebutkan dalam ayat ini menunjukkan keesaan Allah, sementara
referensi tentang Bapa, Anak dan Roh Kudus menunjukkan adanya tiga
pribadi yang berbeda.
Penganut Tritunggal juga menggunakan sejumlah ayat Alkitab
lain untuk mendukung pandangan mereka:
• saat Yesus dibaptis, Roh Kudus turun ke atas-Nya, dan
suara Bapa Surgawi berkata, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 3:17). Mereka
berpendapat bahwa peristiwa ini menunjukkan adanya tiga
pribadi dalam ke-Allah-an.
• Yesus sering berdoa kepada Bapa di Surga selama pelayanan-
Nya di bumi (Mat. 11:25-26; 14:23; 26:39, 42, 44) dan
menjadi perantara bagi murid-murid-Nya (Luk. 22:32; Yoh.
17:9-11, 20-23). Mereka berpendapat, bahwa jika Yesus
sama dengan Allah, lalu Dia berdoa kepada siapa?
• Yesus berkata, “Bapa-Ku lebih besar daripada-Ku”
(Yoh. 14:28). Mereka berpendapat bahwa perkataan ini
membuktikan perbedaan-Nya dengan Allah.
• Alkitab menggambarkan Yesus sebagai Perantara antara
Allah dan manusia, yang hidup selama-lamanya dan duduk
di sebelah kanan Allah, menjadi perantara bagi orang-
orang percaya (Rm. 8:34; Ibr. 7:22-25; 1Yoh. 2:1). Mereka
19
berpendapat bahwa gambaran ini menunjukkan bahwa
Yesus berbeda dengan Allah Bapa.
• Sebelum dilempari batu, Stefanus memandang ke langit
dan melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah
kanan Allah (Kis. 77:55-56). Mereka berpendapat bahwa
peristiwa ini sekali lagi menunjukkan bahwa Yesus yaitu
pribadi yang terpisah dari Allah Bapa.
Para pencetus doktrin Tritunggal dengan cukup bijaksana
menghindari perangkap triteisme dan memegang teguh ke-satu-an dan
keesaan Allah. namun mereka mengabaikan pendekatan yang lebih baik,
yaitu pendekatan para rasul yang tidak berusaha merasionalisasikan
misteri ke-Allah-an dengan hikmat dan pemikiran manusia. Doktrin
Tritunggal, yang menyatakan bahwa ke-Allah-an sebagai tiga pribadi
dalam satu Tuhan, tidak sesuai dengan ajaran Alkitab dan juga bahasa
yang digunakannya.
namun apakah ini berarti bahwa kita tidak akan pernah tahu apa
pun tentang sifat Allah? Sama sekali tidak. Jika kita menyelidiki Alkitab
dengan seksama, kita menemukan bahwa Alkitab memberikan kita
pengertian yang kaya dan berlimpah. Terutama ada tiga tema penting,
yang saat kita pelajari, dapat memberikan kita pengertian yang
lebih jelas tentang ke-Allah-an. Yaitu: 1) keesaan Roh Allah; 2) tema
Alkitab tentang keselamatan; 3) Roh Kudus yang melampaui ruang
dan waktu.
1.4.1 Keesaan Roh Allah
Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, pesan Alkitab yang
menggema yaitu bahwa Allah itu esa:
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
Ulangan 6:4
Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”
Markus 12:29
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
20
namun karena Allah senantiasa melakukan pekerjaan yang
berbeda, terutama yang berhubungan dengan keselamatan, maka Ia
mewujudkan diri-Nya kepada manusia sebagai Bapa, Anak dan Roh
Kudus. Memandang perwujudan-perwujudan ini sebagai “tiga pribadi”
tidak benar-benar membantu, karena Alkitab tidak menggunakan
istilah ini. Oleh karena itu kita tidak dapat menerima pandangan orang-
orang yang menganut doktrin Tritunggal, yang berpendapat bahwa
Bapa, Anak, dan Roh Kudus yaitu satu Tuhan yang ada dalam tiga
pribadi yang terpisah. Alkitab hanya memberitahukan kita bahwa Allah
itu esa: Dia esa sejak permulaan zaman dan esa sampai akhir zaman.
Yang terpenting dalam hal ini yaitu Allah itu Roh (Yoh. 4:24), dan kita
tidak dapat menggunakan konsep-konsep fisik dan logika, atau konsep
yang kita putuskan sendiri untuk menjelaskan tentang Allah. Jika kita
melakukannya, kita hanya akan membuat diri kita menjadi semakin
tidak mengerti.
Tentang diri-Nya sendiri, Yesus pernah berkata, “Tidak seorang
pun yang telah naik ke sorga, selain daripada Dia yang telah turun
dari sorga, yaitu Anak Manusia”4 (Yoh. 3:13). Beberapa tulisan Alkitab
memuat bahwa Anak manusia turun dari surga, namun tetap ada
di surga. Untuk memahami perkataan ini kita memerlukan hikmat
rohani. Khususnya, kita harus menyadari bahwa Yesus tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu: Dia dapat berada di bumi dan di surga pada saat
yang sama. Selain itu Alkitab mencatat bahwa Yesus memberitahukan
Filipus secara langsung dan terus terang: “Barangsiapa telah melihat
Aku, telah melihat Bapa” dan “Tidakkah engkau percaya bahwa Aku di
dalam Bapa, dan Bapa di dalam Aku?” (Yoh. 14:9-10) Perkataan Yesus
memberitahukan kita bahwa Dia dan Bapa yaitu satu dan Roh yang
sama.
Mengenai perwujudan Allah sebagai manusia, hal yang ajaib
yaitu Yesus sungguh-sungguh manusia, namun juga sungguh-sungguh
Allah. Karena itu kita melihat perbedaan dalam hal sifat-sifat mereka:
• Kedudukan Bapa lebih tinggi daripada kedudukan Anak.
Yesus berkata, “Bapa-Ku lebih besar daripada-ku” (Yoh.
14:28). Sebagai Anak, Yesus tunduk kepada Bapa. Ia
juga mempunyai kelemahan dan keterbatasan karena
kemanusiaan-Nya. Karena diutus oleh Bapa, apapun yang
Ia perbuat, termasuk segala yang Ia ucapkan, harus sesuai
dengan kehendak Bapa (Yoh. 7:6, 8; Yoh. 12:49-50; Mat.
26:39).
21
• Kekuatan Bapa lebih besar daripada kekuatan Anak. Sebagai
Anak, Yesus harus mempersiapkan pelayanan-Nya di dunia
dengan berdoa dan berpuasa selama empat puluh hari.
sesudah itu barulah Ia dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus
untuk mengatasi pencobaan Iblis (Luk. 4:1-15). Sepanjang
pelayanan-Nya, Yesus berdoa memohon kekuatan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan kepada-Nya
oleh Bapa (Mrk. 1:35; Luk. 5:15-16; Yoh 17:4). sesudah
Yesus terangkat ke surga, Petrus bersaksi bahwa sumber
kekuatan Yesus yaitu Roh Kudus: “Allah mengurapi Yesus
dari Nazaret dengan Roh Kudus dan dengan kuasa” (Kis.
10:38). Jadi, kita melihat bahwa doa-doa Yesus bukan hanya
teladan untuk kepentingan kita; namun Ia benar-benar
membutuhkannya untuk mengatasi kelemahan kedagingan-
Nya.
• Kekuasaan Bapa lebih besar daripada kekuasaan Anak.
Dalam doa perpisahan-Nya, Yesus berkata bahwa Bapa
telah memberikan seluruh kuasa kepada-Nya (Yoh. 17:2).
Itu mencakup kuasa untuk menopang seluruh jagat raya
(Ibr. 1:3) dan mengendalikan alam (Mrk. 4:37-41). Dari
catatan Alkitab tentang penglihatan Daniel (Dan. 7:13-14),
doa Yesus (Yoh. 17:2), dan tugas yang diberikan Tuhan
kepada murid-murid-Nya (Mat. 28:18-19), kita mengetahui
bahwa kekuasaan Yesus menunjuk kepada kekuasaan
penuh-Nya atas seluruh jagat raya. Apabila injil telah
diberitakan sampai ke ujung bumi, dan kerajaan-kerajaan
dunia menjadi kerajaan Tuhan (Mat. 24:14; Why. 11:15),
yaitu saat rencana keselamatan Allah telah digenapi
seluruhnya, Yesus akan mempunyai seluruh kekuasaan
yang sesuai dengan status-Nya sebagai Raja atas segala
raja (Why. 17:14; 19:16). Pada saat itu, seluruh penglihatan
Daniel yang berhubungan dengan kerajaan Allah yang kekal
akan digenapi.
• Kemuliaan Bapa lebih besar daripada kemuliaan Anak.
Dalam doa perpisahan-Nya, Yesus berdoa kepada Bapa,
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan
menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-
Ku untuk melakukannya” (Yoh. 17:4). Perbuatan Anak
mencerminkan kemuliaan Bapa (Ibr. 1:3). Jadi, dalam segala
yang Yesus perbuat, seperti menyembuhkan penyakit,
mengusir setan, membangkitkan orang mati, disalibkan di
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
22
kayu salib dan bangkit dari kematian, Yesus melakukannya
untuk kemuliaan Bapa (Luk. 17:15-18; Yoh. 9:1-3; 11:3-4,
40; 13:31-32; 17:1; Ef. 1:20). Sesuai dengan kehendak Bapa,
mula-mula Yesus harus memakai mahkota duri, mengalami
kematian, bangkit dan naik ke surga, sebelum dimahkotai
dengan kemuliaan dan hormat (Mat. 27:29; Luk. 24:26;
Yoh. 7:39; Ibr. 2:9; Flp. 2:8-11). Ini menyiratkan bahwa
kemuliaan Yesus tidak melampaui kemuliaan Bapa.
• Pengetahuan Bapa lebih besar daripada pengetahuan Anak.
Semua yang diucapkan Yesus sesuai dengan perintah (Yoh.
12:49-50) dan ajaran Bapa (Yoh. 8:28). saat berbicara
tentang “akhir zaman”, Yesus berkata, “jika kamu melihat
semuanya ini, ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat,
sudah diambang pintu!” (Mat. 24:33) namun tentang
hari dan waktu kedatangan-Nya yang kedua kali, Yesus
menambahkan, “tentang hari dan saat itu tidak seorang
pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak
pun tidak, hanya Bapa sendiri” (Mat. 24:36). Dari ayat ini,
kita melihat bahwa tidak ada yang tahu waktu kedatangan
Yesus yang kedua, diri-Nya sendiri pun tidak, selain Bapa.
Demikian juga, selama pelayanan-Nya, Yesus seringkali
harus menunggu Bapa surgawi mengarahkan ke mana Ia
harus pergi (Yoh. 7:3-10). Dari ayat-ayat Alkitab ini, kita
mengetahui bahwa pengetahuan Bapa tidak terbatas,
namun pengetahuan Anak terbatas: semua yang diketahui
Anak dinyatakan kepada-Nya melalui Bapa.
Ayat-ayat yang telah kita baca tampaknya menempatkan Yesus
pada kedudukan yang lebih rendah, namun kita harus ingat bahwa
ayat-ayat ini menggambarkan kedudukan-Nya sebagai Anak manusia.
Secara rohani, Dia sungguh-sungguh yaitu Allah, baik saat Ia di bumi,
maupun sekarang di surga.
Kesimpulannya, saat Yesus berkata, “Bapa-Ku lebih besar
daripada-Ku” (Yoh. 14:28), Dia sedang menunjukkan bahwa Bapa
surgawi lebih besar daripada Dia dalam hal kedudukan, kekuatan,
kekuasaan, kemuliaan dan pengetahuan. Namun perbedaan ini hanya
berlaku sepanjang masa pekerjaan penyelamatan-Nya. Karena itu, kita
tidak boleh jatuh pada perangkap yang sama seperti yang terjadi pada
masa sesudah gereja rasul-rasul berlalu, yang menyatakan bahwa Yesus
23
tampaknya lebih rendah daripada Allah (contohnya, kontroversi Arian;
ref. Kol. 2:9). Bapa, Anak dan Roh Kudus selamanya yaitu satu Roh.
1.4.2 Keselamatan sebagai tema Alkitab
Tema utama Alkitab yaitu keselamatan dari Allah. Perjanjian
Lama menabur benih tentang rencana Allah dan menunjukkan
kedatangan Yesus Kristus, sementara Perjanjian Baru menggambarkan
penggenapan rencana Allah melalui Yesus Kristus. Perjanjian
Baru memberitakan Yesus sebagai Juruselamat, yang diutus untuk
menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa (Mat. 1:18-25; Luk.
2:8-11).
Karena Roh Kudus yaitu Roh Allah (1Yoh. 3:24), dan Yesus
dikandung melalui Roh Kudus, maka Yesus yaitu Allah Yang Maha
Kuasa dan Bapa Yang Kekal itu sendiri (Yes. 9:6; Rm. 9:5). Di dalam
Yesus “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol.
2:9). Dia yaitu perwujudan Allah dalam rupa manusia (1Tim. 3:16;
Yoh. 1:14).
Untuk menggenapi rencana keselamatan, Allah datang dalam rupa
manusia dan mati di kayu salib untuk umat manusia (Mzm. 129:3;
22:13-18; Mat. 16:21; 27:26-50). namun Yesus bukan hanya mati,
namun Dia juga bangkit – Dia mati karena pelanggaran kita, dan bangkit
untuk pembenaran kita (Rm. 4:25; 2Kor. 5:21). Melalui kematian
dan kebangkitan-Nya, Yesus secara bersamaan memenuhi tuntutan
keadilan Allah, namun tetap memelihara kasih-Nya. Karena Dia telah
membenarkan kita, maka sekarang tidak ada seorang pun yang dapat
menghukum kita (Rm. 5:6-10; 8:33-34).
namun rencana keselamatan Allah belum sepenuhnya digenapi
(Rm. 8:23; Ef. 1:14; 4:30). Menurut Alkitab, keselamatan umat-Nya
baru sepenuhnya digenapi pada saat Yesus Kristus datang kedua kali.
Pada saat itu, orang mati akan bangkit – beberapa di antaranya bangkit
untuk memperoleh hidup kekal, dan yang lain menerima hukuman
kekal (Yoh. 5:28-29; 1Tes. 4:14-17), dan Yesus akan berdiri di sebelah
kanan Allah, bertindak sebagai Perantara antara Allah dan manusia.
Dia melanjutkan pekerjaan keselamatan, menjadi perantara untuk
suatu perjanjian yang lebih baik dan menjadi perantara bagi umat
pilihan Allah (Rm. 8:34; Ibr. 7:22-25; 12:22-24; 1Yoh. 2:1).
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
24
Roh Kudus juga mempunyai peranan penting dalam rencana
keselamatan Allah. Kisah Para Rasul memberitahukan kita, bahwa
pada hari Pentakosta, Roh Kudus turun ke atas murid-murid Yesus,
dan mereka dipenuhi oleh Roh Kudus. Segera sesudah itu, 3000 orang
dibaptis, dan gereja para rasul berdiri (Kis. 2:1-4, 41).
Sejak saat itu, pencurahan Roh Kudus menggenapi pekerjaan
keselamatan dengan: memungkinkan orang-orang percaya mengerti
kebenaran (Yoh. 16:13); mendorong orang-orang untuk mengenal
Yesus sebagai Tuhan (Mat. 16:15-17; 1Kor. 12:3); menjadi saksi selama
baptisan air sehingga baptisan tersebut berkhasiat untuk menghapus
dosa (1Yoh. 5:6-7; Kis. 22:16); membenarkan dan memperbaharui
orang-orang percaya (1Kor. 6:11; Tit. 3:5); dan memeteraikan orang-
orang yang diselamatkan Tuhan (2Tes. 2:13).
Kita telah melihat secara garis besar tema keselamatan dalam
Alkitab, yang mencakup kelahiran, kematian, kebangkitan dan kenaikan
Kristus, dan kita juga telah melihat bagaimana semua peristiwa itu
harus terjadi untuk menggenapi rencana keselamatan Allah. Kita
juga telah melihat pekerjaan Roh Kudus di dalam gereja. Sebagai
rangkuman, Alkitab memberitahukan kita bahwa selama-lamanya
hanya akan ada, dan terus ada, satu Allah. Contohnya, Perjanjian
Lama tidak pernah menyebutkan ada lebih dari satu Allah; namun
Perjanjian Lama penuh dengan nubuat-nubuat tentang kedatangan
Yesus Kristus dan penurunan Roh Kudus. Hal ini menjelaskan bahwa
Allah mewujudkan diri, dan terus terwujud sebagai Bapa, Anak dan
Roh Kudus - sampai waktunya tiba, saat pekerjaan keselamatan-Nya
selesai. sesudah itu, Kristus tidak lagi perlu menengahi dan menjadi
perantara umat percaya, dan Roh Kudus tidak lagi perlu bekerja di
bumi untuk menyertai gereja. Peran mereka berakhir (1Kor. 15:28),
dan langit dan bumi akan diperdamaikan (2Kor. 5:17; Why. 11:15).
1.4.3 Roh Kudus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
Hal penting ketiga yang perlu dimengerti tentang ke-Allaha-n
yaitu bahwa Roh Kudus tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Sebagai
manusia, kita tahu bahwa benda-benda materi dibatasi oleh kedua hal
ini. Contohnya, suatu benda tidak dapat berada di dua tempat pada
saat yang sama. Sebaliknya, Roh Kudus dapat melampaui rintangan
fisik seperti ini, karena Dia memenuhi seluruh alam semesta (Mzm.
139:7-10; Yer. 23:23-24).
25
saat Yesus datang ke dunia dalam rupa manusia, Ia dibatasi oleh
ruang dan waktu sebagai akibat dari kemanusiaannya. Oleh karena
dalam injil kita melihat bahwa Yesus tidak pernah muncul di dua tempat
secara bersamaan, paling tidak sebelum Ia mati di kayu salib. namun
sesudah Yesus bangkit, Ia mengenakan tubuh rohani dan tidak lagi
tunduk pada keterbatasan ini. Karena itu Yesus dapat menampakkan
diri dan hilang dari hadapan murid-murid-Nya (Luk. 24:36, 31) dan
tiba-tiba dapat masuk ke dalam rumah tempat mereka berkumpul
(Yoh. 20:19-26). Catatan dalam Alkitab ini menunjukkan perbedaan
antara keberadaan-Nya dalam rupa manusia dan keberadaan-Nya
dalam tubuh rohani.
Dari Alkitab, kita melihat bukti lebih lanjut bahwa Allah yaitu
Roh yang melampaui ruang dan waktu:
• Roh Kudus turun kepada Maria sehingga ia mengandung,
memungkinkan perwujudan Allah dalam rupa manusia
(Mat. 1:18; Luk. 1:35; Yoh. 1:14; 1Tim. 3:16).
• saat Yesus dibaptis, Roh Kudus turun dalam rupa burung
merpati, dan Bapa berbicara dari surga (Mat. 3:16-17). Jadi
Yesus yang turun dari surga sebagai Anak manusia, secara
bersamaan dapat berada di bumi dan di surga (Yoh. 3:13).
Kita hanya dapat memahami ayat-ayat ini dalam arti rohaniah,
yang bertentangan dengan arti fisik. Hanya dengan menyetarakan
Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai satu pribadi yang sama; yang
melampaui ruang dan waktu, barulah kita dapat mengerti sedikit dari
sifat Allah. Jadi bila penganut Tritunggal lebih suka menggunakan
istilah tidak alkitabiah untuk keesaan Allah, seperti istilah metafisika
“unsur” (substance, dalam bahasa Yunani homoousios), kita lebih suka
menyebut keesaan Allah dengan istilah “ke-satu-an Roh”.
Mari kita ambil contoh praktis dari pengalaman kita untuk
menunjukkan bagaimana Roh melampaui ruang dan waktu. Jika 100
orang percaya berdoa pada saat yang sama dari tempat yang berbeda,
mereka semua dapat menerima dan dipenuhi Roh Kudus karena Dia
tidak dibatasi oleh ruang atau tempat. Kita tidak dapat menyimpulkan
bahwa ada 100 Roh Kudus yang bekerja, karena hanya ada satu Roh.
Selain itu, kita tidak dapat berkata bahwa setiap orang percaya hanya
menerima seperseratus bagian dari Roh Kudus; sekali lagi, hanya ada
satu Roh (1Kor. 12:13; Ef. 4:4). Alkitab memberitahukan kita bahwa
oleh “satu Roh”, kita semua dibaptis ke dalam satu tubuh dan minum
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
26
dari “satu Roh” (1Kor. 12:13). Oleh karena itu bila kita ingin mengerti
sifat Allah, kita harus memegang konsep tentang ke-satu-an Roh Kudus,
dan juga memahami kemampuan-Nya yang melampaui ruang dan
waktu. Allah tidak dapat dibatasi secara fisik – satu Roh dapat secara
bersamaan tinggal di dalam Anda, saya dan orang lain.
Kelemahan mendasar dalam doktrin Tritunggal terletak pada
penggunaan istilah-istilah abstrak. Contohnya, para pendukung
doktrin ini berpendapat bahwa ada tiga pribadi dalam Allah Tritunggal
yang sederajat, padahal kenyataannya, Alkitab memberitahukan kita
bahwa hanya ada satu Allah yang yaitu Roh (Yoh. 4:24). Alkitab tidak
menyebutkan “pribadi-pribadi”, atau “Allah Tritunggal”. Pemegang
doktrin Tritunggal juga berpendapat bahwa Allah yaitu satu hakekat,
yang kedengarannya cukup logis, namun ini masih menempatkan Allah
yang tidak terbatas, ke dalam kotak buatan manusia yang terbatas.
Kita tahu bahwa Allah mengaruniakan Roh tanpa batas (Yoh. 3:34),
karena Dia tidak terbatas. Oleh karena itu, orang-orang yang mengaku
menganut Allah yang Esa, namun berusaha menjelaskan pekerjaan Bapa,
Anak dan Roh Kudus dalam istilah-istilah yang terbatas, contohnya
seperti dengan berkata bahwa Yesus hanyalah “sebagian” dari Roh
Kudus yang berwujud manusia, atau berkata bahwa orang-orang
percaya hanya menerima “sebagian” dari Roh Kudus, mereka belum
meninggalkan asumsi fisik mereka tentang Allah. Jika kita belum dapat
menerima kenyataan bahwa “Allah yaitu Roh”, kita tidak akan pernah
memahami keesaan Allah.
1.5 Beberapa pertanyaan sulit
Pendekatan terbaik untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan ke-Allah-an yaitu dengan melihat apa
yang dikatakan Alkitab. Orang Kristen tidak perlu memperdebatkan
masalah-masalah yang tidak jelas, yakni masalah-masalah yang
menurut para rasul tidak perlu dijelaskan lebih dari beberapa dasar
pemahaman. namun karena sekarang begitu banyak orang Kristen yang
menganut doktrin Tritunggal sebagai iman kepercayaan yang benar,
kita akan menyelidiki apa yang Alkitab katakan mengenai hal ini.
27
1.5.1 Bapa, Anak dan Roh Kudus
Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu sebutan untuk Allah –
pembedaan ini hanya berlaku pada rencana keselamatan Allah.
Sebutan “Bapa” menjelaskan hubungan bapa-anak antara Allah dan
manusia (Luk. 3:38; Ef. 4:6). namun hubungan ini berbeda dengan
hubungan dengan ayah kita di dunia, karena Allah yaitu “Bapa dari
roh” (Ibr. 12:9). Alkitab juga memberitahukan kita bahwa Tuhan Yesus,
Anak Allah, berasal dari Bapa (Yoh. 1:18; 3:2, 17; 7:29); oleh karena itu,
Allah layak disebut Bapa (Yoh. 3:16; Mat. 11:25–27; Yoh. 17:1).
Walaupun kita biasanya melihat Yesus sebagai Anak, namun secara
rohani Yesus dan Bapa yaitu satu. Ini disebabkan karena Yesus yaitu
Allah yang menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia (Yoh. 1:14; Mat.
1:18-21; 1Tim. 3:16). Oleh karena itu, Yesus berkata, “Aku dan Bapa
yaitu satu” (Yoh. 10:30). Dia juga menambahkan, “Melihat Aku sama
dengan melihat Bapa”, karena tidak ada Bapa lain di alam semesta ini
(Yoh. 1:18; 12:45; 14:9-11).
Walaupun Yesus Kristus lahir sebagai Anak, Ia tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
namun Dia mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa sebagai hamba.
Yesus merendahkan diri dan taat kepada Bapa, bahkan sampai mati
di kayu salib. sesudah kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, Allah
meninggikan Yesus dan memberikan Dia nama di atas segala nama,
sehingga dalam nama Yesus, setiap lutut akan bertelut, baik di bumi
maupun di surga, atau di bawah bumi (Flp. 2:6-10).
Roh Kudus yaitu Roh Allah. Roh Kudus sama dengan Bapa dan
Anak, bukan pribadi ketiga dari tritunggal Allah. Walaupun sebutan,
“Roh Allah” (Mat. 3:16), “Roh Bapa” (Mt 10:20) dan “Roh Anak”
(Gal. 4:6), semua ada di dalam Alkitab, namun mereka semua
menunjukkan satu Allah yang sama.
1.5.2 Allah menyebut diri-Nya sebagai “Kita”
Kejadian mencatat: “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan
atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi’ ” (Kej. 1:26). Umat Kristen yang percaya pada Allah Tritunggal
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
28
berpendapat bahwa ayat Alkitab ini membuktikan bahwa Allah yaitu
tritunggal, setidaknya ayat ini menyebutkan sifat kejamakan-Nya.
namun ada sejumlah alasan mengapa pandangan ini keliru.
Pertama, kata ganti orang pertama “kita” atau “kami” biasa
digunakan oleh penguasa-penguasa di masa kuno. Bentuk jamak orang
pertama digunakan untuk menyatakan kekuasaan mutlak seorang
raja atas kerajaannya, dan kekuasaan dan perwakilan kerajaan itu.
Zaman dulu, perintah raja yaitu hukum yang harus ditaati oleh segala
sesuatu di bawah kekuasaannya. Dan kehendak raja dianggap sebagai
kehendak rakyat karena tidak seorang pun boleh menentangnya.
Mengambil contoh dari sejarah, paus-paus Roma Katolik biasa
menggunakan “kami” sebagai kata ganti orang pertama, untuk
menunjukkan otoritas mutlak mereka dan melambangkan gereja.
Mereka berbuat demikian karena mereka dipandang sebagai
perwakilan Tuhan di dunia, yaitu, “Kristus di dunia”. namun , sesudah
Yohanes XXIII menjadi paus, terjadi reformasi dalam konsep dan
undang-undang tradisional Gereja Katolik Roma. Di antaranya yaitu
bentuk sebutan diri sendiri untuk kepausan. Para paus tidak lagi
menggunakan “kita” untuk menyebut diri mereka, namun menggunakan
“saya”, yang menandakan bahwa mereka tidak dapat menganggap
diri mereka sebagai “Kristus di dunia”, dan tidak memegang otoritas
tertinggi. Dengan mendorong reformasi ini, Paus Yohanes XXIII5,
yang masa tugasnya berlangsung dari 28 Oktober 1958 sampai 3 Juni
1963, memperlihatkan dirinya sebagai salah seorang paus yang paling
demokratis dan paling bijaksana sepanjang sejarah Gereja Katolik
Roma.
Dari Alkitab, kita mengetahui bahwa Allah yaitu Tuhan atas
alam semesta, Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan
(Kis. 17:24; 1Tim. 6:15; Why. 19:16). Keagungan dan kemuliaan-Nya
melampaui semua orang di dunia (Ef. 4:6). Dengan mencatat sebutan
Allah sebagai “Kita” atau “Kami”, Alkitab tidak menunjukkan bahwa Dia
ada atau hadir sebagai beberapa pribadi dalam Diri-Nya; sebaliknya, ini
menjelaskan kuasa dan pemerintahan-Nya yang mutlak atas kerajaan-
Nya, termasuk ciptaan-Nya. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap
ciptaan harus tunduk pada kekuasaan Allah (Mzm. 103:19-22).
Kedua, Alkitab menggunakan orang ketiga tunggal menggantikan
kata ganti orang “Dia” (sebagai lawan untuk bentuk jamak “Mereka”)
dalam Kejadian 1:27, untuk meneruskan penggunaannya yang semula
“Kami” dan “Kami punya” dalam Kejadian 1:26. Oleh karena itu, ayat
29
terakhir ini, tidak menunjukkan sifat jamak dalam Allah yang esa;
sebaliknya, ayat ini mengilustrasikan bentuk sebutan Allah, seperti
yang digunakan oleh penguasa zaman dulu.
Ketiga, konsep orang Yahudi tentang Allah sangat bersifat monoteis
(percaya pada Allah esa). Tidak mungkin Musa, penulis kitab Kejadian,
mendapatkan pengertian bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi dalam
satu hakekat. Jika “Kami” dalam Kejadian 1:26 menunjukkan Allah
tritunggal, mengapa orang-orang Yahudi, yang telah mempelajari Torah
(lima kitab pertama dari Perjanjian Lama) sejak berabad-abad lalu,
selalu memegang teguh iman kepercayaan bahwa Allah hanya satu?
1.5.3 Perwujudan Bapa, Anak dan Roh Kudus secara bersamaan
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga
langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Matius 3:16-17
Ayat Alkitab ini memperlihatkan perwujudan Bapa, Anak, dan
Roh Kudus secara bersamaan, dan bagi beberapa orang Kristen, ini
memberikan kesan adanya tiga pribadi berbeda dalam diri Allah.
Sesungguhnya Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu satu dalam Roh.
Kita harus ingat bahwa untuk dapat mengerti tentang ke-Allahan, kita
harus mengubah konsep kita tentang Allah yang dibatasi oleh ruang
dan waktu. Allah bersifat kekal dan mutlak, dan Dia mempunyai kuasa
untuk menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia sebagai Anak, dalam
bentuk burung merpati sebagai Roh Kudus, dan dalam suara dari Bapa
surgawi – pada waktu yang sama.
Yesus pernah berkata, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia
akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh. 14:16). Perkataan-Nya
menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan diri-Nya di dunia: di tempat dan waktu yang berbeda.
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
30
1.5.4 Ucapan syukur Paulus
Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan
Roh Kudus menyertai kamu sekalian.
2 Korintus 13:14
Ucapan syukur Paulus tidak membenarkan konsep Tritunggal;
namun ia menggambarkan pekerjaan Allah bagi manusia dengan
tepat. Alkitab memberitahukan kita bahwa Allah yaitu kasih (1Yoh.
4:8). Kasih-Nya dinyatakan dengan cara mengutus Anak-Nya yang
tunggal, Yesus Kristus, ke dunia (Yoh. 3:16; Rm. 5:8). Dia yaitu Firman
yang menjadi manusia, yang penuh kasih karunia dan kebenaran, yang
memberikan berkat yang berlimpah dari Allah kepada umat manusia
(Yoh. 1:14). Karena kasih Allah, Yesus menanggung dosa-dosa dunia
(1Ptr. 2:24) dan menyelamatkan kita dengan cuma-cuma (Tit. 3:5). Roh
Kudus bekerja dengan menggerakkan hati manusia untuk mengakui
Yesus Kristus sebagai Tuhan (1Kor. 12:3) dan menguduskan orang-
orang percaya untuk diselamatkan (2Tes. 2:13). Karena pekerjaan
Roh Kudus yang tinggal di hati kita inilah yang membuat kita dapat
bersekutu lebih dalam dengan Tuhan. Jadi ucapan syukur Paulus lebih
cocok digambarkan sebagai pencirian pekerjaan keselamatan Allah
melalui Bapa, Anak dan Roh Kudus. Hal itu tidak berkaitan dengan
konsep teologis tentang Allah yang hadir dalam tiga pribadi berbeda
dalam satu hakekat.
1.5.5 Yesus ada di sebelah kanan Allah
Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah
Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.”
Markus 16:19
namun Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu
melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu
katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri
di sebelah kanan Allah.”
Kisah Para Rasul 7:55-56
31
Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit,
yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela
bagi kita?
Roma 8:34
Semua ayat Alkitab di atas berkata bahwa Yesus duduk, berdiri
atau secara sederhana dikatakan, ada di sebelah kanan Allah. ada
referensi yang sama pada bagian lain dari Alkitab (Ef. 1:20; Kol. 3:1;
Ibr. 10:12; 1Ptr. 3:22).
Pemegang ajaran Tritunggal berpendapat bahwa ayat-ayat ini
dengan jelas menunjukkan adanya dua pribadi yang berbeda dan
terpisah pada Tritunggal Allah (Bapa dan Anak) di surga, dan satu
pribadi yaitu Roh Kudus yang memerintah gereja di dunia. namun ,
seperti yang telah kita tunjukkan pada bagian tema keselamatan dalam
Alkitab, rencana keselamatan Allah belum digenapi; dan karena itu,
Yesus Kristus masih melanjutkan pekerjaan-Nya sebagai Imam Besar
dan Perantara Perjanjian Baru (Ibr. 8:1; 7:22-25). Demikian juga, Roh
Kudus akan terus melanjutkan pekerjaan-Nya di dalam gereja sampai
umat pilihan Tuhan diselamatkan (Rm. 8:23; Ef. 1:14; 4:20).
1.6 Referensi tentang ke-Allah-an di dalam Alkitab
sesudah turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, rasul-rasul
dipimpin oleh hikmat dan wahyu dari Roh Kudus. Pengertian mereka
tentang Roh Kudus memadai dan jelas. Sayangnya, beberapa orang
Kristen sesudah zaman para rasul merasa perlu melangkah lebih jauh
dari apa yang telah dimengerti dan diajarkan oleh para rasul, dengan
berusaha untuk menjelaskan ke-Allah-an dengan menggunakan
hikmat mereka sendiri. Masalah bertumpuk dalam sebuah kontroversi
besar yang dicetuskan oleh Arius dari Aleksandria, hingga gereja
merasa perlu untuk menciptakan doktrin ke-Allah-an di Sidang Nicea,
sehingga dengan demikian meresmikan doktrin Tritunggal. Sekarang,
kita harus menghapus semua anggapan tentang ke-Allah-an dan,
sebaliknya melihat ke dalam Alkitab untuk memperoleh pengetahuan
dan pengajaran. Sebab Alkitab berbicara lebih keras daripada dekrit
sidang gereja mana pun.
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
32
1.6.1 Baptisan dalam nama Yesus
Sebelum naik ke surga, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya,
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19).
namun , saat kemudian murid-murid membaptis orang-orang yang
bertobat, mereka melakukannya dalam “nama Yesus Kristus” (Kis.
2:38;10:48) atau dalam “nama Tuhan Yesus” (Kis. 8:16; 19:5). Penting
untuk disebutkan, menurut catatan dalam Kisah Para Rasul, mereka
tidak pernah membaptis orang “dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus”. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa murid-murid
mengerti bahwa “Bapa”, “Anak”, dan “Roh Kudus” bukan sebuah nama
atau nama-nama Allah; Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu sebutan
untuk Dia. Secara logika, Bapa, Anak dan Roh Kudus tentu mempunyai
nama, yaitu nama yang dipahami oleh mereka: “Yesus”.
Karena “nama” yang ada pada Matius 28:19 berbentuk
tunggal, kita tidak boleh membaptis dengan menggunakan rumusan
“dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus” (ref. Didache 7:106). Seperti
yang telah kita katakan, rumusan baptisan ini tidak sungguh-sungguh
menyebutkan nama yang dapat menyelamatkan kita, yakni Yesus (Kis.
4:12). Beberapa hal mendasar, yang harus kita pegang tentang ke-
Allah-an, yaitu bahwa Allah itu esa, dan nama-Nya hanya satu (Za.
14:9) dan nama-Nya yaitu “Yesus”.
Berkaitan dengan nama Bapa, Di Yohanes 17:12, Yohanes menulis:
“Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah
Engkau berikan kepada-Ku” (ref. Yoh. 5:43). Dari tulisan ini, kita dapat
menyimpulkan bahwa nama Bapa yaitu “Yesus”.
Berkaitan dengan nama Anak, Matius berkata, “Ia [Maria] akan
melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus”
(Mat. 1:21). Yohanes juga menulis, “Aku [Yesus] datang dalam nama
Bapa-Ku” (Yoh. 5:43). Karena itu, nama Anak yaitu “Yesus”.
Berkaitan dengan nama Roh Kudus, Matius menulis bahwa Roh
Kudus yaitu : Roh Bapa (Mat. 10:20) dan Roh Allah (Mat. 3:16). Roh
Kudus juga yaitu Roh Anak Allah (Gal. 4:6), Roh Kristus (Rm. 8:9) dan
Roh Yesus (Kis. 16:7). Karena itu, nama Roh Kudus yaitu “Yesus”.
Para rasul melaksanakan perintah Yesus untuk membaptis orang-
orang “dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus” dengan sepantasnya
melakukan baptisan “dalam nama Yesus Kristus” atau “dalam nama
33
Tuhan Yesus”. Mereka tidak melanggar petunjuk-Nya mengenai
baptisan seperti yang telah tercantum dalam Matius 28:19; sebaliknya,
mereka mengerti maksud petunjuk-Nya dan menaatinya.
1.6.2 Tipu daya Ananias dan Safira
Pada zaman gereja rasul mula-mula, orang-orang percaya saling
berbagi dalam segala yang mereka miliki dengan satu sama lain. Mereka
menjual harta benda mereka dan meletakkan hasilnya di depan para
rasul untuk dibagi-bagikan. Gereja menjadi seperti satu keluarga besar,
dan tidak seorang pun menyatakan sesuatu sebagai miliknya sendiri
(Kis. 4:32-35). Mengikuti kebiasaan ini, seorang percaya bernama
Ananias, menjual sebidang tanahnya, namun menahan sebagian
hasilnya. Lalu dia membawa sebagian itu ke hadapan para rasul,
berkata bahwa itu yaitu seluruhnya. Melalui wahyu dari Roh Kudus,
Petrus melihat tipu daya Ananias dan menegurnya dengan berkata,
“Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai
Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? …
Engkau bukan mendustai manusia, namun mendustai Allah.” Kira-kira
tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, datang ke hadapan Petrus,
mengucapkan dusta yang sama. Lalu Petrus menegurnya, “Mengapa
kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?” Dengan segera
Safira menyusul suaminya, rebah dan putus nyawa (Kis. 5:1-10).
Jika kita membaca ayat-ayat pada Kisah Para Rasul 5:1-10 dengan
hati-hati, kita akan menemukan, Petrus menyatakan Ananias dan
Safira telah: a) mendustai Roh Kudus (ayat 3); b) mendustai Allah
(ayat 4); c) mencobai Roh Tuhan (ayat 9). Petrus mengerti dengan
jelas persamaan mendasar antara Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan
menggunakan sebutan yang berbeda untuk menunjukkan Allah yang
satu dan sama.
Dari contoh ini, kita mengetahui bahwa Alkitab tidak membedakan
Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi yang ada dalam satu
ke-Allah-an. Sebaliknya, Alkitab menyatakan bahwa Allah yaitu Esa
dengan tiga sebutan: Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
34
1.6.3 Pencurahan Roh Kudus
namun kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika
memang Roh Allah diam di dalam kamu. namun jika orang tidak memiliki
Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
Roma 8:9
Pada ayat ini, Paulus menggunakan tiga sebutan berbeda secara
bergantian untuk menjelaskan berdiamnya Roh Kudus dalam diri
seseorang: 1) “Roh”; 2) “Roh Allah”; 3) “Roh Kristus”. Karena tidak
mungkin ada tiga roh terpisah tinggal di dalam hati kita, maka pesannya
jelas: Roh itu satu.
Di ayat 10, Paulus tidak lagi menggunakan sebutan yang berbeda
untuk menggambarkan berdiamnya Roh Allah; dia cukup mengatakan
bahwa Kristus tinggal di dalam hati kita. Dengan kata lain, Paulus
menyamakan Roh Kudus dengan Roh Kristus dan Roh Allah.
Meskipun ada perbedaan dalam konteks dan penggunaannya,
saat kita membandingkan perkataan Paulus dalam Roma 8:9 dengan
perkataan Petrus dalam Kisah Para Rasul 5:1-10, kita menemukan satu
pengertian tentang ke-Allah-an. Kedua rasul ini mengerti bahwa Allah
itu esa. Walaupun para penganut Tritunggal juga mengerti bahwa Allah
itu esa, konsep mereka lebih berpusat pada perbedaan antara Bapa,
Anak dan Roh Kudus daripada menyetarakan mereka.
1.6.4 Penolong yang penuh kuasa
Tuhan Yesus memberitahukan murid-murid-Nya bahwa suatu
hari mereka akan berhadapan dengan para penguasa. Pada saat yang
sama, Dia menyuruh mereka agar tidak perlu cemas dengan apa yang
harus mereka ucapkan pada saat itu. Yesus berkata bahwa mereka tidak
perlu kuatir, “Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh
Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu” (Mat. 10:20).
Selain ayat ini, ada tiga ayat lain yang mencatat pengajaran yang
sama, namun dengan bentuk yang berbeda: 1) “Sebab bukan kamu
yang berkata-kata, melainkan Roh Kudus” (Mrk. 13:11); 2) “Sebab
pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus
kamu katakan” (Luk. 12:12); 3) “Sebab Aku sendiri akan memberikan
kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau
35
dibantah lawan-lawanmu” (Luk. 21:15). Mereka semua menunjukkan
persamaan antara Roh Bapa, Roh Kudus dan Yesus Kristus. Ketiganya
disebutkan secara bergantian untuk menunjukkan satu Penolong yang
maha kuasa. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa Roh Kudus
yaitu Roh Bapa, dan juga yaitu Roh Yesus Kristus.
1.6.5 Tuhan atas langit dan bumi
Kejadian 1:1 berkata bahwa Allah yaitu Pencipta langit dan
bumi. Kejadian 1:2 berkata bahwa Roh Allah melayang-layang di atas
permukaan air pada saat penciptaan. Dalam Perjanjian Baru, sejumlah
ayat mengatakan bahwa Yesus Kristus yaitu Tuhan atas ciptaan,
melalui Dia segala sesuatu telah diciptakan dan dibenarkan (Yoh. 1:1,
3, 14; 1Kor. 8:6; Kol. 1:15–17; Ibr. 1:2).
Sebagai tambahan, banyak ahli-ahli Alkitab yakin bahwa Amsal
8:22-30 berbicara tentang Yesus Kristus, sebagai perwujudan hikmat,
yang terlibat dalam pekerjaan penciptaan:
TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya,
sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama,
sebelum bumi ada.
Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir…
aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi
kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya;
Amsal 8:22-24, 30
Jadi dari Alkitab kita menemukan sebuah persamaan mendasar
antara pekerjaan Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam penciptaan. Hanya
ada satu Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan hanya ada satu
Allah. Alkitab tidak pernah mencoba membedakan Tuhan menjadi tiga
pribadi berbeda.
Bab 1: Siapakah Roh Kudus?
36
1.7 Kesimpulan
Sifat ilahi Allah sungguh misterius. Sebagai manusia yang terbatas,
kita tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk sepenuhnya
mengerti dan menjelaskan tentang Allah yang tidak terbatas. namun
dengan petunjuk Roh Kudus, setidaknya kita dapat memperoleh
sebagian pengertian tentang sifat ke-Allah-an. Hal penting yang muncul
dari Alkitab yaitu , Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh
Kudus untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya. Namun akan tiba
saatnya keselamatan digenapi sepenuhnya, dan Allah tidak perlu lagi
menyatakan diri-Nya kepada kita dengan cara seperti ini.
Allah itu esa (Ul. 6:4; Mrk. 12:29) dan Dia yaitu Roh (Yoh. 4:24).
Oleh karena itu, kita dapat menolak setiap doktrin yang melebihi apa
yang dinyatakan dalam Alkitab dan didasarkan pada hikmat manusia.
Kita juga dapat meyakini karena kita tahu, walaupun saat ini kita hanya
dapat mengerti sebagian kecil dari sifat Allah, akan ada waktunya saat
segalanya tentang Dia akan diungkapkan:
Akan namun kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita
akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam
keadaan-Nya yang sebenarnya.
1 Yohanes 3:2
Alkitab memberitahukan kita bahwa ada satu Roh Kudus, yaitu
Yesus (Mat. 28:19; Yoh. 14:26; Kis. 2:38). namun Roh Kudus mempunyai
banyak sebutan yang menunjukkan berbagai segi dari karakter
dan pelayanan-Nya. Dalam bab ini kita akan melihat beberapa di
antaranya.
2.2 Roh Kudus
Sebutan “Roh Kudus” lebih sering digunakan Alkitab saat
menunjukkan Roh Allah – seluruhnya ada 190 kali. Pada dasarnya
Allah yaitu roh (Yoh. 4:24). Oleh karena itu Roh Kudus yaitu Roh
Allah. Selain itu, salah satu sifat-Nya yang paling mendasar yaitu
kudus (Im. 11:44; Yoh. 17:11), dan sebutan “Roh Kudus” menunjukkan
hal ini. Nebukadnezar, raja Babel kuno, bersaksi mengenai sifat Allah
yang kudus dengan menyebut Roh Kudus sebagai “Roh dari Allah yang
kudus” (Dan. 4:8, 9, 18). Demikian juga Rasul Paulus menyebut-Nya
“Roh kekudusan” (Rm. 1:4).
Sebagian besar pekerjaan Roh Kudus yaitu menggerakkan orang-
orang percaya untuk mencapai kekudusan agar dapat diselamatkan.
(Rm. 15:16; 2Tes. 2:13; 1Ptr. 1:2). Selama kita turut pada bimbingan-
Nya, Roh Kudus dapat menguatkan kita untuk mengalahkan sifat dosa
kita dan keinginan daging (Gal. 5:16). Dengan demikian, Roh Kudus
berperan penting untuk mencapai kekudusan kita di hadapan Tuhan.
2.3 Roh Kebenaran
Alkitab memberitahukan kita bahwa Yesus yaitu kebenaran
(Yoh. 14:6), dan Roh Kudus yaitu kebenaran (1Yoh. 5:6). Dan karena
39
Roh Yesus yaitu Roh Kudus (2Kor. 3:17), berarti Roh Kudus juga
yaitu Roh kebenaran. Oleh karena itu, saat Yesus berbicara tentang
Roh Kudus, Yesus menyebut-Nya sebagai “Roh kebenaran” (Yoh. 14:17;
15:26; 16:13). Demikian juga, Rasul Yohanes menulis tentang “roh
kebenaran”, yang dia bedakan dari “roh yang menyesatkan” (1Yoh.
4:6).
Misi Roh Kudus yaitu bersaksi bagi Tuhan Yesus (Yoh. 15:26).
Karena Yesus mewujudkan inti kebenaran, maka Roh Kudus bersaksi
tentang Yesus dan kebenaran. Karena itu Roh Kudus mempunyai
peranan penting untuk memimpin orang-orang percaya memahami
kebenaran yang sepenuhnya dan kebenaran tentang hal-hal yang akan
datang (Yoh. 16:13). Kebenaran, baik sekarang maupun nanti, dapat
diumpamakan seperti gulungan kitab yang termeterai. Jika Roh Kudus
tidak membukakan meterai tersebut untuk kita, maka kita tidak akan
pernah memperoleh kebenaran yang lengkap dan sempurna (Yes.
29:11-12; Why. 5:1-5; 1Kor. 2:11).
2.4 Penolong dan Penghibur
Alkitab juga menyebut Roh Kudus sebagai “Penolong”, “Penghibur”
dan “Penasehat”, tergantung versi mana yang kita baca. Dalam teks
Yunani, kata yang dipakai yaitu parakletos1. Arti dari para yaitu
“di sebelah”, sementara kaleo yaitu “memanggil”. Bila dua kata ini
digabungkan, parakletos secara hurufiah berarti “dipanggil untuk
mendampingi”. Akar dari kata ini mempunyai arti ketenangan,
penghiburan, nasehat, dorongan dan pembelaan. Istilah parakletos
ditemukan sebanyak lima kali dalam Alkitab, dan selalu dalam tulisan-
tulisan Yohanes (Yoh. 14:16, 26; 15:26; 16:7; 1Yoh. 2:1).
Dalam Yohanes 14:16, Yesus berkata bahwa Dia akan berdoa
kepada Bapa agar memberikan murid-murid-Nya “Penolong yang
lain”. Kata “yang lain”, berasal dari kata Yunani allos, yang artinya
“yang lain dari jenis yang sama”2. Penggunaan parakletos oleh Yesus
menunjukkan bahwa Penolong itu akan menggantikan-Nya saat
Dia meninggalkan murid-murid-Nya. Hal itu membantu kita untuk
memahami pernyataan Yesus yang lain: “Aku tidak akan meninggalkan
kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh.
14:18), begitu juga persamaan antara Yesus dan parakletos dalam 1
Yohanes 2:1. Bila ayat-ayat ini dibaca bersamaan, kita akan menyadari
Bab 2: Sebutan-Sebutan Roh Kudus
40
bahwa baik Yesus maupun Roh Kudus mempunyai hubungan yang
sangat dekat dengan konsep parakletos dan dengan satu sama lain.
Untuk dapat memahami kata parakletos dengan lebih baik, kita
dapat melihat pada konteks sejarah dan literatur dari ayat-ayat Alkitab
yang mengandung kata tersebut, terutama saat Yesus menggunakan
kata itu. Konteks penggunaan kata parakletos oleh Yesus dapat dilihat
dalam Yohanes 14 hingga 16, yang mencatat tentang makan malam
terakhir murid-murid bersama Tuhan Yesus. Pada saat itu, para
murid diliputi kesedihan yang tak dapat diungkapkan, karena Yesus,
yang telah tinggal dan bersekutu dengan mereka begitu lama, akan
meninggalkan mereka. Kemungkinan besar mereka merasa cemas
dan bertanya-tanya: “Jika Yesus pergi, siapa yang akan memimpin dan
menasehati kami? Siapa yang akan menolong dan menghibur kami?
Siapa yang dapat memberikan kami kekuatan untuk menghadapi
mereka yang menganiaya kami?”
Untuk menghalau rasa takut dan kekuatiran murid-murid-Nya,
Tuhan Yesus menggunakan kata parakletos untuk berjanji bahwa
Roh Kudus akan datang dan tinggal bersama mereka. Perkataan-
Nya dicatat dalam empat ayat penting dalam injil Yohanes. Pada ayat
pertama, Yesus berkata, “Aku akan berdoa kepada Bapa, dan Dia akan
memberikan kamu Penasehat yang lain… Roh kebenaran… Aku tidak
akan meninggalkan kamu sendirian; Aku akan datang kepadamu” (Yoh.
14:16-18). Di sini, penggunaan parakletos oleh Yesus mengandung arti
“penghiburan”.
Pada ayat kedua, Yesus berkata, “namun Penghibur, yaitu Roh
Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan
mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu… Janganlah gelisah
dan gentar hatimu” (Yoh. 14:26-27 RSV). Di sini pernyataan Yesus
menyampaikan peran Roh Kudus sebagai guru, penghibur, penolong,
dan pemberi kekuatan.
Penggunaan kata parakletos yang ketiga kali oleh Yesus ditemukan
dalam Yohanes 15:26: “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa
datang… Ia akan bersaksi tentang Aku.” Pernyataan Yesus yang ketiga
menyampaikan peran Roh Kudus sebagai “saksi”.
Yesus menggunakan kata parakletos yang keempatkalinya, saat
Dia berkata, “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: yaitu
lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak
pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, namun jikalau Aku
41
pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan
menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan
dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran,
karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi;
akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum” (Yoh.
16:7-11). Pernyataan Yesus yang terakhir ini mungkin yaitu yang
paling sulit dimengerti karena penafsiran yang berbeda-beda tentang
“menginsafkan” (juga dapat diartikan sebagai “yang terhukum”).
namun , secara umum, pembahasan keempat-Nya tentang parakletos
mengungkapkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyadarkan, atau
menegur dunia akan dosa, kebenaran, dan penghakiman; pekerjaan
yang melampaui peran-Nya sebagai Penghibur.
Dari konteks alkitabiah ayat-ayat di atas, kita dapat melihat bahwa
parakletos menyampaikan peran-peran Roh Kudus yang berbeda,
sebagai penghibur, pengajar, penolong, saksi, pemberi kekuatan, dan
penegur. Terjemahan bahasa Inggris yang berbeda tentang parakletos
berusaha untuk mengungkapkan banyaknya arti di balik sebutan
Roh Kudus. Sebagai penghibur, Roh Kudus mempunyai tugas untuk
menghibur (Kis. 9:31). Sebagai pengajar, Roh Kudus memungkinkan